kasus 2 kodeki

22
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, seorang dokter dituntut untuk beretika yang baik. Etika yang baik tidak hanya diterapkan pada hubungan dokter dengan pasien tetapi juga dalam hubungan dokter dengan teman sejawat. Hal ini juga dibahas dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran (KODEKI). Namun dalam praktiknya, bisa kita jumpai berbagai permasalahan yang timbul karena etika dokter yang tidak baik. Dokter yang tidak beretika akan sulit diterima oleh masyarakat dan teman-teman sejawatnya. Selain itu, masyarakat yang kecewa atas sikap dokter tersebut akan berperilaku tidak jujur tentang permasalahan kesehatan yang sedang dihadapinya dan tidak percaya lagi pada dokter yang bersangkutan. Dan hal ini akan merugikan dokter tersebut. Oleh karena itu, etika sangat penting bagi dokter untuk menarik simpati masyarakat dan teman-teman sejawatnya. Dokter yang beretika akan menghormati hak-hak pasien. Antara lain adalah hak pasien dalam mendapatkan informasi tentang masalah kesehatannya. Sebelum melakukan tindakan medik lebih lanjut, seorang dokter juga perlu memberikan informasi dan mendapatkan persetujuan dari pasien untuk melakukan tindakan medik tersebut (informed consent). Dokter yang tidak memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasiennya, dianggap melanggar kode etik kedokteran, sumpah dokter dan hukum. 1

description

kasus kodeki

Transcript of kasus 2 kodeki

Page 1: kasus 2 kodeki

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, seorang dokter dituntut untuk beretika yang

baik. Etika yang baik tidak hanya diterapkan pada hubungan dokter dengan pasien tetapi juga

dalam hubungan dokter dengan teman sejawat. Hal ini juga dibahas dalam sumpah dokter dan

kode etik kedokteran (KODEKI).

Namun dalam praktiknya, bisa kita jumpai berbagai permasalahan yang timbul karena etika

dokter yang tidak baik. Dokter yang tidak beretika akan sulit diterima oleh masyarakat dan

teman-teman sejawatnya. Selain itu, masyarakat yang kecewa atas sikap dokter tersebut akan

berperilaku tidak jujur tentang permasalahan kesehatan yang sedang dihadapinya dan tidak

percaya lagi pada dokter yang bersangkutan. Dan hal ini akan merugikan dokter tersebut. Oleh

karena itu, etika sangat penting bagi dokter untuk menarik simpati masyarakat dan teman-teman

sejawatnya.

Dokter yang beretika akan menghormati hak-hak pasien. Antara lain adalah hak pasien

dalam mendapatkan informasi tentang masalah kesehatannya. Sebelum melakukan tindakan

medik lebih lanjut, seorang dokter juga perlu memberikan informasi dan mendapatkan

persetujuan dari pasien untuk melakukan tindakan medik tersebut (informed consent). Dokter

yang tidak memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasiennya, dianggap melanggar

kode etik kedokteran, sumpah dokter dan hukum.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya etika bagi seorang

dokter. Yang didalamnya juga mencakup informed consent.

1

Page 2: kasus 2 kodeki

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Kasus:

Seorang pria mengalami kecelakaan lalu lintas dibawa ke poliklinik 24 jam. Diperiksa oleh dokter

terdapat hematom di paha kiri, kemudian diberi obat dan diperbolehkan pulang tanpa penjelasan

apapun. Sesampai di rumah, hematom makin hebat dan pasien mengalami penurunan kesadaran.

Oleh keluarga dibawa ke rumah sakit. Diperiksa oleh dokter. Dokter tersebut mengatakan, “pasien

seperti ini kok tidak segera dirujuk, padahal kan harus segera dioperasi!”. Mendengar pernyataan

dokter tersebut, keluarga marah dan berniat untuk menuntut dokter poliklinik. Setelah keluarga

menandatangani informed consent, dokter rumah sakit segera melakukan tindakan operasi.

Step 1

Poliklinik : Balai pengobatan berbagai macam penyakit tetapi tidak untuk pasien rawat inap.

Hematom : Penggumpalan darah yang terlokalisasi akibat pecahnya dinding pembuluh darah.

Pada kasus ini terjadi close fractured di paha kiri (femure), jika pendarahan di

tulang panjang akan terjadi pendarahan yang banyak sehingga mengakibatkan

pasien kehilangan kesadaran.

Informed consent: Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga atas dasar penjelasan medis

yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Operasi : suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan ijin dari keluarga atau pasien untuk

dilakukannya tindakan upaya kesehatan.

Rumah sakit : balai pengobatan atau institusi profesional yang didalamnya terdapat dokter,

perawat, dll, serta pasien dapat menjalani rawat inap.

Kecelakaan : peristiwa benturan atau sentuhan yang menimbulkan cedera jasmani/ psikis (KBBI)

Step 2

1. Pertanggungjawaban dokter menurut kodeki dan agama Islam!

2

Page 3: kasus 2 kodeki

2. Mengapa dokter poliknik memperbolehkan pasien pulang tanpa penjelasan !

3. Apa yang membuat keluarga pasien marah sehingga ingin menuntut dan apa dampaknya?

4. Bagaimana etika dokter terhadap taman sejawat?

5. Fungsi informed consent?

Step 3

1) Pertanggungjawaban Dokter

a. Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia,

dokter poliklinik telah melanggar:

Pasal 7a “Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya,

memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral

sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat

manusia”. Dokter telah mengabaikan hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang

kompeten dari dokter.

Pasal 7c “Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak

sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien”.

Pasal 10 “Dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau pengobatan, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut”.

Dokter poliklinik tidak merujuk pasien yang tidak mampu ia tangani.

Pasal 13 “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya”.

Sedangkan dokter rumah sakit telah melanggar:

Pasal 7b “Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki

kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau 3

Page 4: kasus 2 kodeki

penggelapan, dlam menangani pasien”. Dokter RS tidak berupaya mengingatkan

teman sejawatnya, ia bahkan menunjukan kekurangan dokter poliklinik pada keluarga

pasien.

Pasal 14 “Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri

ingin diperlakukan”. Dokter RS memperlakukan teman sejawatnya dengan tidak

layak yakni menyampaikan kekurangan dokter poliklinik pada keluarga pasien.

b. Menurut Agama Islam

Dokter poliklinik telah mengabaikan perintah Allah dalam:

QS Az Zalzalah ayat 7-8, perintah untuk berbuat detail dan cermat

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan

melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun,

niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.

Al lu’lu wa al marjan hadist no 1675 tentang perintah berkata jujur dan bahaya

dusta.

Dokter rumah sakit telah mengabaikan perintah Allah dalam:

QS Al Hujurat ayat 10 tentang persaudaraan

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu

mendapat rahmat”.4

Page 5: kasus 2 kodeki

QS Ali Imran ayat 159 tentang anjuran berbuat lemah lembut, memaafkan dan

bermusyawarah dalam bergaul

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi

mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.

2) Pada kasus ini, dokter memperbolehkan pasien pulang tanpa memberi keterangan apapun.

Hal ini menunjukkan bahwa:

Dokter poliknik kurang komunikasi efektif baik tehadap pasien maupun teman

sejawatnya.

Dokter poliklinik melakukan kesalahan diagnosis, kurang pengetahuan, serta tidak

melakukan rujukan.

3) Hal-hal yang membuat keluarga pasien marah dan ingin menuntut diantaranya yakni:

Keluarga pasien kecewa karena pasien menjadi semakin parah.

Pasien tidak mendapat standar pelayanan tertinggi dari dokter poliklinik.

Dokter poliklinik tidak merujuk pasien dan dokter rumah sakit menyalahkan

dokter poliklinik.

4) Dalam etika antar teman sejawat hendaknya setiap permasalahan yang ada diselesaikan

secara musyawarah atau melalui IDI.

5) Fungsi Informed Consent yaitu:

5

Page 6: kasus 2 kodeki

Bagi dokter :

Sarana mengesahkan tindakan medik

Sebagai bukti jika nanti ada tuntutan hukkum dari pasien/ sebagai bukti hukum

tertulis.

Bagi pasien:

Sebagai media menentukan arah tindakan medis dan sumber informasi tindakan

medis.

Secara umum: sebagai bukti persetujuan dua pihak atas tindakan medis. Informed consent

menimbulkan hak dan kewajiban.

Syarat Informed Consent antara lain

Harus ditanda tangani oleh:

Orang dewasa (>21 tahun/ sudah menikah).

Jika pasiennya anak-anak maka diwakili oleh orang tua, wali atau

pengampunya.

Dilakukan secara lisan atau non lisan.

Hukum yang berkaitan dengan informed consent:

UU praktik kedoketran no.29 tahun 2004 pasal 45 ayat 1-6.

Permenkes 585/menkes/per/X/1989. dalam keadaan emergensi tidak diperlukan

adanya informed consent.

UU kesehatan tahun 1992 pasal 53 : Hak health care receiver yakni pasien berhak

mendapatkan informasi dan berhak memberikan persetujuan tindakan medis.

Step 4 : Skema (terlampir)

Step 5: Sasaran Belajar

1. Menerapkan komunikasi efektif antar teman sejawat dan dokter-pasien dalam kasus ini.

2. Penerapan KODEKI dan hukum kesehatan antar teman sejawat dan dokter-pasien.6

Page 7: kasus 2 kodeki

3. Penerapan ayat Al Quran dalam tindakan antar teman sejawat dan dokter-pasien.

4. Memahami dan menjelaskan informed consent termasuk hukum yang berkaitan.

5. Aspek sosiologis dalam kasus ini.

Step 7

1. Komunikasi efektif

Dalam komunikasi dokter-pasien, dokter harus mampu:

- Dokter harus menerangkan secara jelas dan rinci

tetang apa saja yang diketahui oleh dokter mengenai keluhan yang diderita

pasien, kecuali jika ada permintaan dari pasien untuk tidak memberitahukn

keluhan/penyakit yg diderita. Dengan komunikasi efektif dapat meningkatkan

keberhasilan diagnosa.

- Terbuka

- Berempati

- Memberi dukungan pada pasien

- Memberi feedback

UU no 29 tahun 2004 menerangkan tentang hak pasien mendapatkan informasi dan

dilakukannya referal oleh dokter.

Komunikasi antara teman sejawat

Penerapannya:

- Tidak menyalahkan teman sejawat.

- Dokter umum dapat memberikan rujukan kepada

dokter spesialis (bentuk surat) (isi rujukan: alasan merujuk, riwayat

pasien,riwayat konsumsi obat,keadaan sosial,keluhan pasien,harapan pasien)

(www.idijakbar.com)

- Saling menjaga kepercayaan (dokter tidak boleh

merusak kepercayaan pasien akan penanganan/penatalaksanaan yang diterima 7

Page 8: kasus 2 kodeki

atau dengan menyalahkan dokter lain yang memberikan terapi karena rasa dengki

atau dengan memberikan kritik yang tidak mendasar.)

- Memastikan mekanisme penanganan terlaksana

dengan baik

- Pasal 11 KODEKI : memelihara hubungan baik,

tidak boleh menggunjing, tidak memperlihatkan bahwa ia tidak sependapat.

- Mengunjungi teman sejawat yang telah tinggal

lebih lama di tempat kita bekerja.

- Melakukan pertukaran pendapat sebelum

melakukan tindakan medis.

- Melaksanakan sumpah dokter.

- Memantau pasien yang telah ia rujuk melalui

teman sejawatnya.

- Mereferal pada rumah sakit.

2. KODEKI dan Hukum Kesehatan

Hubungan dokter-pasien:

KODEKI Pasal 2 : “Seorang dokter harus

senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang

tertinggi”. Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan protesi

kedokteran mutakhir, yaitu yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Kedokteran,

etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang pelayanan

kesehatan, serta kondisi dan situasi setempat.

KODEKI Pasal 7b.

KODEKI Pasal 7c.

KODEKI pasal 10.

UU no 29 tahun 2004 pasal 44 ayat 1, 2, 3.

8

Page 9: kasus 2 kodeki

UU no 29 tahun 2004 pasal 52a, pasien

berhak mendapatkan informasi dan penjelasan.

UU no 29 tahun 2004 pasal 52c, tentang

pelayanan medis yang sesuai.

Hubungan antar teman sejawat:

KODEKI pasal 7b, mengingatkan teman sejawat.

KODEKI pasal 7c, menghormati hak teman sejawat.

KODEKI pasal 14.

KODEKI pasal 15 “Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali

dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis” Secara etik seharusnya bila seorang dokter

didatangi oleh seorang pasien yang diketahui telah ditangani oleh dokter lain, maka ia segera

memberitahu dokter yang telah terlebih dahulu melayani pasien tersebut.

3. Ayat Al Quran dan Hadist:

QS Az Zalzalah ayat 7-8.

QS Al Hujurat ayat 10.

QS Ali Imran ayat 159.

QS Al Hujuraat ayat 11

Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum

yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang 9

Page 10: kasus 2 kodeki

mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain

(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang

mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu

panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka

mereka itulah orang-orang yang dzalim.

QS Al Maidah ayat 10 anjuran bersabar.

QS Al Anfaal ayat 72

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan

harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman

dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-

melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka

tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah.

(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan)

agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah

ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan.

QS Lukman ayat 6

10

Page 11: kasus 2 kodeki

Artinya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak

berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang

menghinakan.

HR Muslim tentang larangan menyombongkan diri.

HR Bukhari tentang anjuran berbuat detail dan cermat.

Al lu’lu wa al marjan hadist no 1675.

4. Informed Consent

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 tahun 2004 Pasal 45

serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent

adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga

terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran

yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No.

319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan

Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien /

keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.

Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak

membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian. Tindakan medis yang

dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai

tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.

2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.

3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

4. Risiko - risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran

tersebut.

5. Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara

pengobatan yang lain.

11

Page 12: kasus 2 kodeki

6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Risiko - risiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan

persetujuan tindakan kedokteran :

a. Risiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.

b. Risiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang

akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan (Pasal 11 Ayat 1 Permenkes

No 290 / Menkes / PER / III / 2008). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan

kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan

(Ayat 2).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan

persetujuan tindakan kedokteran adalah:

1. Dalam keadaan gawat darurat (emergensi), dimana dokter harus segera bertindak

untuk menyelamatkan jiwa.

2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi

dirinya.

Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:

a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang

sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang

dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan

bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap

tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008

Pasal 3 )

Syarat Informed Consent : (permenkes 585 th. 1989)12

Page 13: kasus 2 kodeki

1. Pasien yang sudah dewasa (diatas 21 tahun atau sudah menikah)

2. Dalam keadaan siap mental

3. Untuk pasien dibawah umur 21 tahun, dan pasien penderita gangguan jiwa yang

menandatangan adalah orang tua/ wali/ keluarga terdekat atau induk semang.

Menurut pasal 11 bab IV PERMENKES no 585 untuk pasien dalam keadaan tidak sadar,

atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam

keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medik segera, maka tidak diperlukan

persetujuan dari siapapun.

Aspek Hukum :

1. Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai

tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery,

bodily assault ).

2. Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan

tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi

persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan

kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).

3. UU no.23 th 1992 pasal 53

4. KUHP 1321 penandatanganan inform consent tidak memaksa.

Sumber: Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia

5. ASPEK SOSIOLOGIS

Antara dokter-pasien:

1. Hilangnya hilangnya kepercayaan masyarakat.

2. Timbulnya kekecewaan.

3. Dokter poliklinik dianggap kurang berilmu.

4. Pasien mencari alternatif pengobatan lain.

13

Page 14: kasus 2 kodeki

5. Pasien tidak patuh, menghambat penyembuhan

Antar teman sejawat:

1. Kesan menjatuhkan antara dokter rumah sakit dengan dokter klinik.

2. Dokter rumah sakit seharusnya tidak menyatakan langsung pada pasien

tentang kelalaian dokter poliklinik.

BAB 3

PENUTUP

Seorang dokter dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus memiliki etika yang baik.

Selain itu, dokter juga harus menghargai hak-hak pasien yang salah satunya dalam hal penyampaian

informasi. Seorang dokter seharusnya memberikan informasi yang lengkap tentang masalah

kesehatan pasien. Jika dokter ingin melakukan tindakan medis lebih lanjut, dokter memerlukan

persetujuan dari pasien atau keluarganya, dengan sebelumnya memberikan penjelasan tentang

tindakan medis tersebut.

14

Page 15: kasus 2 kodeki

Skema :

kecelakaan

hematom

penurunan kesadaran

informed -

diperiksa consent

15

Dokter poliklinik poliklinik

pasien

-Etika kedokteran

-Komunikasi efektif

Rumah sakit Dokter rumah sakit

operasi

-etika kedokteran

-komunikasi efefektif

Page 16: kasus 2 kodeki

DAFTAR PUSTAKA

Tim Redaksi KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Guwandi, J. 2006. Informed Consent & Informed Refusal 4th edition. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

KKI. 2006. Manual Komunikasi Efektif Dokter – Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Hanafiah, M. Jusuf.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 3. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Isfandyarie, Anny. 2006. Tanggungjawab Hukum & Sanksi Bagi Dokter buku 1. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Al-Qur’an dan terjemah

16