Kastrasi Boli
-
Upload
nanda-ayu-cindy-kashiwabara -
Category
Documents
-
view
143 -
download
76
description
Transcript of Kastrasi Boli
LAPORAN KOASISTENSI BEDAH MANDIRI
ORCHIECTOMI PADA ANJING
Oleh:
RISANG RENANDA, S.KH
120130100011003
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
Signalement
Nama Hewan : Boli
Jenis Hewan : Anjing
Ras Hewan : Lokal
Jenis Kelamin : Jantan
Usia : ± 2 tahun
Warna Rambut/kulit : Coklat
Berat Badan : ±13 kg
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Penakut
Gizi : BCS 3
Sikap berdiri : Keempat kaki bertumpu sempurna
Suhu : 38,7oC
Frekuensi denyut jantung : 140x / menit
Frekuensi respirasi : 24x/ menit
Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Bersih, sedikit kasar
Kerontokan : tidak ada
Kebotakan : tidak ada
Turgor kulit : baik, <2 detik
Permukaan kulit : Rata, tidak ditemukan adanya kelainan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : takut
Pertulangan kepala : Tegas
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak
Palpasi
Mata dan orbita kiri
Palpebrae : Membuka sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Conjuctiva : rose
Membrana nikitans : tersembunyi
Mata dan orbita kanan
Palpebrae : Membuka sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Conjuctiva : rose
Membrana nikitans : tersembunyi
Bola mata kiri
Sclera : Putih
Cornea : Transparan, basah, licin, permukaan rata
Iris : coklat kehitaman
Lensa : normal, tidak ada kelainan
Pupil : hitam,tidak ditemukan kelainan
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada
Limbus : berbatas tegas, permukaan rata
Bola mata kanan
Sclera : Putih
Cornea : Transparan, basah, licin, permukaan rata
Iris : coklat kehitaman
Lensa : normal, tidak ada kelainan
Pupil : hitam,tidak ditemukan kelainan
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada
Limbus : berbatas tegas, permukaan rata
Hidung dan Sinus
Bentuk : Simetris antara dexter dan sinister
Aliran Udara : Lancar keduanya
Mulut dan rongga mulut
Defek bibir : tidak ada
Mucosa mulut : semu rose, basah, licin, permukaan rata
Lidah : rose, basah, permukaan rata,tidak ada
kelainan
Telinga
Posisi : tegak keduanya
Bau : khas cerumin
Daun telinga : permukaan rata, halus, tidak ditemukan
kelainan
Krepitasi : tidak ada
Reflek panggilan : ada
Leher
Perototan Leher : Kompak, tidak ada kelainan
Trachea : teraba, tidak ada refleks batuk
Esophagus : tidak teraba
Sistem Pertahanan
Ln Mandibula : teraba, ukuran normal, tekstur kenyal
Ln Retropharingeal : tidak teraba
Ln. Axilaris : tidak teraba
Ln Poplitea : teraba, ukuran normal, tekstur kenyal
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thorax : Simetris
Tipe pernafasan : Costoabdominal
Frekuensi : 24x/menit
Ritme : Ritmis
Intensitas : Dangkal
Trakea : tidak ditemukan adanya kelainan, teraba
Batuk : tidak ada
Palpasi
Penekanan rongga thorax : tidak ada rasa sakit
Penekanan intercostal : tidak ada rasa sakit, tidak ditemukan
kelainan
Auskultasi
Suara pernafasan : lama ekspirasi sama dengan lama inspirasi
Sistem Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Auskultasi
Frekuensi : 140 kali/menit
Intensitas : normal
Ritme : ritmis
Suara sistol dan diastol : normal
Suara ekstra sistolik : tidak ada
Sinkronisasi pulsus : sinkron
Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : normal, tidak ada perubahan
Bentuk rongga abdomen : simetris
Palpasi : tidak ditemukan rasa sakit
Tegangan isi perut : tidak ada
Auskultasi
Suara peristaltik usus : tidak terdengar
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada
Kebersihan perineal : bersih
Organ Urogenital
Penis : bersih, rose, tidak ada kelainan
Preputium : rose, bersih, tidak ada kelainan
Skrotum : normal , kedua testis turun
Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Kompak,
Perototan kaki belakang : Kompak
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Kuku kaki : pendek, tidak ada kelainan
Cara berjalan : terkoordinasi dengan baik
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : tegas, tidak kelainan
Kaki kanan depan : tegas, tidak kelainan
Kaki kiri belakang : tegas, tidak kelainan
Kaki kanan belakang : tegas, tidak kelainan
Konsistensi pertulangan : padat dan kompak, tidak ada krepitasi
Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit
Letak rasa sakit : tidak ada
Panjang kaki depan : Simetris antara sinister dan dexter
Panjang kaki belakang : Simetris antara sinister dan dexter
Pemeriksaan Lanjutan : -
Diagnosa : sehat
Diferensial Diagnosa :
Prognosa : -
Terapi : Orchiectomy
Tanggal Pemeriksaan : 19/03/2013
Klien datang ke klinik pada tanggal 19 Maret 2013, dengan membawa
seekor anjing lokal bernama Boli berjenis kelamin jantan, berumur ±2 tahun.
Klien datang dengan tujuan ingin melakukan operasi kastrasi pada Boli.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, Boli didiagnosa sehat dan layak untuk
dilakukan operasi.
Metode Operasi
Metode operasi kastrasi pada anjing Boli, meliputi tiga tahapan, yaitu pre-
operasi, operasi dan post-operasi.
Pre operasi
Pre-operasi meliputi persiapan alat dan bahan dan hewan yang akan
dilakukan operasi.
a) Persiapan alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan :
- Termometer - Pisau bedah
- Scalpel - Towel clamp
- Pinset - Stetoskop
- Jarum dan benang vicryl 3-0,
premilene 3-0
- Endo Tracheal Tube (ETT)
- Syringe - Lampu operasi
- Baju bedah
- Kain drape
- Pisau cukur - Meja Operasi
- IV cateter - Needle holder
- Tali
Bahan yang digunakan
- Alkohol 70% - Ampicilin
- Povidon Iodine - Decamidon
- Atropin - Isofluran
- Diazepam - Tampon
- Thiopental - Masker
- Plester - Cap
- Glove
b) Preparasi alat
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah. Sterilisasi alat dengan
menggunakan autoklaf, dengan suhu 121oC selama 15 menit.
c) Persiapan Operator dan Asisten operator
Operator dan asisten operator menggunakan baju operasi, glove, masker
dan cap steril. Asisten operator mempersiapakan alat-alat bedah yang telah
steril.
d) Persiapan hewan
Hewan sebelumnya dipuasakan minimal 6-8 jam sebelum operasi untuk
menghindari refleks muntah akibat induksi anastesi yang diberikan,
sebelumnya dilakukan PE (Physical Examination). Selanjutnya dilakukan
pemasangan IV catheter pada vena cephalica antebrachii. Hewan
selanjutnya diberikan obat-obat sebagai berikut :
Preanestesi : Atropin sulfat : Dosis obat x BB
Sediaan
= 0,02 mg/kg x13 kg = 1.04ml 0,25 mg/ml
Anastesi : Diazepam : Dosis obat x BB
Sediaan
= 0,5mg/kg x 13 kg = 1,3 ml
5 mg/kg
: Thiopental : Dosis obat x BB
Sediaan 15mg/kg x 13 kg = 3,9ml
50 mg/ml
Antibiotik : Ampicilin : Dosis obat x BB
Sediaan = 22mg/kg x 13 kg = 1,43 ml
200mg/ml
- Analgesik : Decamidon® : Dosis obat x BB
Sediaan 15mg/kg x 13 kg = 0,78ml
250mg/ml
Setelah dilakukan injeksi antibiotik, analgesik, premedikasi dan induksi
anastesi, dilakukan pemasangan endo traheal tube (ETT) no 8. Setelah ETT
terpasang, dihubungkan menuju mesin anastesi untuk pemberian oksigen dan
anastesi inhalasi berupa isoflurane. Kemudian hewan diletakkan dengan posisi
dorsal recumbency, dan keempat extremitasnya dilakukan fiksasi menggunakan
tali. Setelah itu, dilakukan pencukuran rambut pada daerah prescrotalis dengan
radius ± 4cm dari titik insisi. kulit bagian daerah prescrotalis dibersihkan dengan
povidon iodin dan alkohol 70% setelah itu diberikan kain drape sehingga hanya
terlihat lapang pandang daerah yang akan diinsisi.
Operasi
Salah satu testis ditekan menuju daerah prescrotalis, dan difiksasi dengan
menggunakan tangan
Insisi kulit dilakukan di daerah prescrotalis tepat diatas testis
Insisi pada fascia spermaticus dan juga tunica vaginalis hingga terlihat
corda spermatica dan juga ductus defferen.
Ligamentum yang terhubung dengan caudal epididimis dijepit
menggunakan clamp dan ligamentum tersebut diputus menggunakan jari.
Ligasi dilakukan pada ductus defferen, corda spermatica kemudian ligasi
ductus defferen dan corda spermatica secara bersamaan. Ligasi dilakukan
dengan menggunakan benang vycril absorbable 3-0.
Ductus defferen dan corda spermatica dijepit menggunakan arteri clamp
dibagian distal ligasi.
Pemotongan ductus defferen dan corda spermatica dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah diantara ligasi dan arteri clamps.
Penjahitan dilakukan pada fascia spermaticus menggunakan benang vycril
absorbable 3-0
Teknik yang serupa digunakan untuk testis yang satunya
Setelah kedua testikel berhasil diangkat, dilakukan penjahitan kulit dengan
benang premilene non-absorbable 3-0 menggunakan teknik matras silang.
Luka kemudian dibersihkan dengan NaCl fisiologis, diberikan salep
antibiotik berupa Bonti®, kemudian ditutup dengan kasa steril dan
hepafix®
Pemberian injeksi Hematopan® 1ml/10kg dan Biodin® 1 ml/10kg secara
intra muskular (IM)
Post Operatif
Perawatan post operatif adalah terapi pemberian obat, perawatan dan
observasi luka insisi. Adapun pemberian obat meliputi antibiotik dan vitamin
yang diberikan per oral. Kemudian dilakukan pengamatan atau observasi post
operatif terhadap perkembangan kesehatan yang meliputi frekuensi jantung, nafas,
temperatur, nafsu makan, feses dan urin, dan luka jahitan. Adapun hasil observasi
terangkum dalam Tabel 1.
Perhitungan tata laksana dosis, sediaan dan jumlah pemberian obat untuk
perawatan postoperatif anjing Boli adalah sebagai berikut :
R/ Cefadroxil 280mg
Imboost 1/2 tab
Supradin 1/2tab
S 2dd 1 cap p.c
R/ Rymadil tab No V
S 2dd 1/2tab p.c
Tabel 1. Hasil Observasi Boli Post Operatif Kastrasi
No Parameter
yang
Diamati
Pengamatan hari ke
I (20/03/2013 II (21/03/2103) III (22/03/2013) IV (23/03/2013)
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Frekuensi
nafas
28/menit 24/ menit 24/ menit 20/ menit 24/ menit 28/
menit
24/ menit 24/ menit
2 Frekuensi
jantung
136/
menit
140/ menit 132/
menit
128/menit 132/
menit
128/
menit
144/ menit 128/ menit
3 Suhu 38,3oC 38.1
oC 38.3
oC 38.6
oC 38.4
oC 38.3
oC 38,5
oC 38.8
oC
4 Mukosa Semu
rose
Semu rose Semu
rose
Semu rose Semu
rose
Semu
rose
Semu rose Semu rose
5 CRT <2s <2s <2s <2s <2s <2s <2s <2s
6 Turgor Kulit <2s <2s <2s <2s <2s <2s <2s <2s
7 Nafsu makan Nafsu
makan
normal,
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet®
a/d +
kering)
Nafsu makan
normal
(pakan
science
diet® a/d +
kering)
Nafsu
makan
normal
(pakan
science
diet® a/d
+ kering)
8 Minum Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
9 Urinasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
10 Defekasi Padat Padat Padat Padat Padat Padat Padat Padat
11 Vomit - - - - - - - -
12 Jahitan Plester
(+)
Plester (+) Plester
(+)
Plester (+) Plester
(+)
Plester
(-)
Plester (-)
Seroma (-)
Plester (-)
Seroma (-)
PEMBAHASAN
Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa
pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh. Hal ini umumnya dilakukan untuk sterilisasi,
penggemukan hewan, mengurangi sifat agresif,erta salah satu pilihan terapi dalam menangani
kasus-kasus patologi pada testis atau skrotum. Kasus-kasus yang sering ditemukan antara lain
: oedema scrotalis, tumor scrotalis, orchitis, tumor testis (sertoli cell tumor), monorchyde,
crypthorcyde, dermatitis scrotalis. Pada hewan muda, kastrasi dilakukan dengan maksud
mengurangi sifat agresif dan menggemukkan hewan, sedangkan pada hewan tua kastrasi
cenderung dilakukan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan senilitas pada testis ( Fossum
2007, Katz 2007)
Teknik kastrasi pada anjing menurut Fossum ( 2007 ) terdapat 3 teknik yang dapat
digunakan, yaitu open prescrotal castration, closed prescrotal castaration dan perineal
castration. Perineal castration merupakan salah satu teknik kastrasi yang cukup sulit, insisi
dilakukan pada daerah perineal, setelah dilakukan insisi pada daerah perineal, testis didorong
menuju daerah perineal untuk dilakukan kastrasi. Pada closed prescrotal castration, insisi
dilakukan didaerah prescrotalis, testis yang sudah terfiksasi pada area prescrotal langsung
dilakukan ligasi tanpa membuka tunica vaginalis sehingga tunica ikut dilakukan ligasi, pada
teknik ini sering sekali ligasi mengalami slip dan berakibat pada perdarahan. Pada teknik
open prescrotal castration dilakukan hampir sama dengan closed prescrotal castration,
hanya saja pada teknik ini tunica vaginalis ikut dilakukan insisi. Teknik ini paling sering
digunakan karena aman dan ligasi dapat dilakukan lebih kuat pada corda spermatica
(Fossum, 2007).
Prosedur operasi kastrasi pada kasus ini meliputi pemasangan IV catheter, persiapan
hewan, premedikasi, induksi (pre-operasi), operasi, dan post-operasi. Pemasangan IV catheter
sangat penting dilakukan sebelum operasi, menurut Fossum (2007), pemasangan ini bertujuan
untuk memudahkan pemasukan obat induksi anastesi, antibiotik dan obat-obatan darurat saat
terjadi cardiac arrest atau respiratory arrest saat operasi. Premedikasi yang digunakan pada
bedah kastrasi ini adalah atropin sulfat dengan dosis 0,02 mg/kg . Atropin sulfat ini akan
bekerja sebagai antikolinergik (memblokade efek dari asetilkolin pada reseptor muskarinik),
parasimpatolitik dan anastesia. Pemberian atropin ini bertujuan untuk mestimulasi peristaltis,
meningkatkan sekresi kelenjar ludah, getah lambung dan memperkuat sirkulasi dengan
mengurangi lendir dan mengendurkan otot-otot saluran napas (Wientarsih, dkk., 2012). Pada
bedah kastrasi yang dilakukan pada Boli, antibitiok menggunakan ampicillin dengan dosis
20mg/kg yang diberikan secara injeksi intravena. Pemberian antibiotik adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi selama dilakukan operasi. Efek pemberian antibiotik dapat
bertahan selama 2- 3 jam, apabila melebihi waktu tersebut dapat diberikan kembali suntikan
antibiotik (Fossum, 2007). Analgesik yang diberikan pada operasi ini adalah decamidon®
dengan dosis 15mg/kg, berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri dan sebagai antiperetik
Decamidon® mengandung methampyrone, amydopyrine, dan lidocaine HCl.
Pada operasi ini anastesi yang digunakan adalah diazepam dengan dosis 0,5mg/kg dan
thiopental 15mg/kg. Diazepam merupakan turunan dari bezodiazepin yang bekerja melalui
reseptor Gama Amino Butirat Acid (GABA) dan digunakan untuk sedatif. Thiopental adalah
anastesi golongan dari barbiturate dimana bekerja pada sistem syaraf pusat. Thiopental ini
bersifat short acting, sehingga perlu penggabungan dengan anastesi lain, misalnya diazepam
untuk didapatkan efek anastesi yang diinginkan (Wientarsih, dkk.,2012). Pemberian induksi
anastesi diberikan terlebih dahulu diazepam secara intravena kemudian diikuti thiopental
secara intravena. Setelah itu, dilakukan pemasangan endotracheal tube (ETT) ukuran 8.
Tujuan pemasangan ETT adalah untuk memudahkan proses oksingenasi dan juga pemberian
anastesi inhalasi, selain itu juga mencegah terjadinya aspirasi (Fossum, 2007). Pemeliharaan
anastesi (maintenance anaesthesia) dilakukan dengan pemberian inhalasi isoflurane.
Pencukuran rambut dilakukan di daerah prescrotalis sebelum insisi dengan tujuan
untuk mengurangi tingkat kontaminasi dan memperluas area steril serta apabila diperlukan
peleberan insisi. Pencukuran bulu harus dilakukan sedekat mungkin dengan waktu operasi,
hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kontaminasi superfisial pada hewan (Fossum,
2007).
Kondisi frekuensi nafas dan jantung cukup stabil selama operasi berlangsung. Teknik
operasi yang digunakan adalah teknik open preescrotal castration, karena teknik ini paling
aman dan mudah untuk dilakukan. Selain itu, pada teknik ini ligasi pada corda spermatica
juga dapat dilakukan dengan optimal sehingga mengurangi resiko terjadinya perdarahan. Boli
terbangun 4-5 menit setelah operasi selesai. Badan Boli mengalami tremor dan berjalan
kurang terkoordinasi hal ini dikarenakan masih adanya pengaruh efek anastesi. Pasca operasi,
Boli diinjeksi multivitamin Hematopan® dengan dosis 1ml/10kg BB dan Biodin® dengan
dosis 1ml/10kgBB secara intamuskular. Pemberian Hematopan® berfungsi untuk menambah
zat besi dan membantu memperbaiki daya tahan tubuh. Pemberian Biodin® ini berfungsi
untuk memperbaiki proses metabolisme tubuh sehingga meningkatkan kerja otot menjadi
lebih baik dan memperbaiki daya tahan tubuh. Terapi medis lainnya yang diberikan yaitu
antibitiok, analgesik dan vitamin (resep 1).
Resep 1. Resep Obat Boli
R/ Cefadroxil 280mg
Imboost 1/2 tab
Supradin 1/2tab
S 2dd 1 cap p.cv
R/ Rymadil tab No V
S 2dd 1/2tab p.c
Antibiotik yang digunakan adalah cefadroxil. Dosis pemberian untuk anjing adalah
15mg/kg. Cefadroxil merupakan antibiotik sefalosporin golongan pertama, cefadroxil bekerja
dengan menghambat pembentukan dinding sel dan menyebabkan kematian bakteri
(Wientarsih dkk, 2012). Cefadroxil juga merupakan antibiotik yang efektif untuk mengobati
infeksi-infeksi superfisial seperti pada kulit dan infeksi pada jaringan lunak. Multivitamin
yang diberikan yaitu Supradin® yang berisi vitamin C, vitamin B kompleks, dan zat
antioksidan. Selain itu, immunomodulator (Imboost®) juga diberikan untuk menstimulasi
sistem imun terhadap infeksi akut, kronik, atau rekuen terutama infeksi saluran nafas.
Antiinflamasi dan analgesik yang diberikan untuk anjing Boli adalah Rymadil® tablet yang
mengandung 25 mg caprofen dengan dosis 2,2 mg/kg BID.
Luka jahitan tidak dapat diamati hingga hari ketiga pada pengamatan post operatif,
dikarenakan luka jahitan masih tertutup oleh perban. Pakan yang diberikan pada Boli
merupakan science diet a/d® dicampur dengan dog food, hal ini dilakukan karena Boli
sedang dalam masa pemulihan, dan nafsu makan kurang bagus. Pemeriksaan luka jahitan
Boli selama 3 hari hanya bisa dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Selama 3 hari, perban
luka Boli terlihat tidak ada indikasi adanya dehisensi dan eviserasi. Setelah dirawat inap
selama 3 hari, dilakukan pembukaan perban dan terlihat luka bekas inisisi pada Boli sudah
mulai mengering, tidak ditemukan adanya seroma dan sudah terjadi penyatuan kulit. Terapi
luka jahitan dilakukan dengan cara dibersihkan dengan menggunakan NaCl fisiologis dan
povidon iodin. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat kontaminasi dan mencegah
terjadinya infeksi pada luka insisi. Selain itu, luka juga diberikan juga salep Bonti® yang
merupakan salep antibiotik sebagai tindakan preventif agar tidak terjadi infeksi pada luka
insisi. Pada hari keempat perawatan, Boli diperbolehkan pulang karena kondisi sudah cukup
stabil dan Boli terlihat stres apabila di dalam kandang. Client education mengenai obat oral
yang harus diberikan teratur dan disarankan untuk membuka jahitan kurang lebih 7-10 post
operatif
REFERENSI
Fossum, T. W., C.H. Hedlund, A.L. Johnson, K.S.Schulz, H.B. Selm, M.D Willard, A. Bahr,
G.L. Carroll. 2007. Small Animal Surgey Third Edition. Mosby, Texas.
Katz LS. 2007. Long-Term Health Risks and Benefits Associated with Spay / Neuter in Dogs.
Animal Science, Rutgers University.
Wientarsih, I., L. Noviyanti, B. F. Prasetyo dan R. Madyastuti. 2012. Penggunaan Obat
untuk Hewan Kecil. Techo Medica Press. Bogor.