MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DENGAN …103.56.207.239/16/1/ARNOLDUS YANSEN LEU (SKRIPSI ) 27...
Transcript of MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DENGAN …103.56.207.239/16/1/ARNOLDUS YANSEN LEU (SKRIPSI ) 27...
MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DENGAN BERCERMIN
PADA SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat
Program Studi Ilmu Teologi-Filsafat
Agama Katolik
OLEH:
ARNOLDUS YANSEN LEU
NPM: 15. 75. 5622
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK LEDALERO
2020
GUSTI N. MADUNG
STFK LEDALERO
Dr. YOSEF KELADU
WAKIL KETUA I
LEMBARAN PENERIMAAN JUDUL
1. NAMA : ARNOLDUS YANSEN LEU
2. NPM : 15. 75. 5622
3. JUDUL SKRIPSI : MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK
YANG UTUH DENGAN BERCERMIN PADA
SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA
4. PEMBIMBING DAN PENANGGUNG JAWAB
1. ANTONIUS MARIUS TANGI, Drs., Lic
(Penanggung Jawab)
2. Dr. BERNARDUS BOLI UJAN
3. GREGORIUS SABON KAI LULI, Drs., Lic
5. TANGGAL DITERIMA : 30 Juni 2020
6. MENGESAHKAN: 7. MENGETAHUI:
Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Skripsi
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero Dan
Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Filsafat Program Studi
Ilmu Teologi-Filsafat
Agama Katolik
Pada Tanggal
27 Juni 2020
Mengesahkan
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK LEDALERO
KETUA
DEWAN PENGUJI:
1. ANTONIUS MARIUS TANGI, Drs., Lic
2. Dr. BERNARDUS BOLI UJAN
3. GREGORIUS SABON KAI LULI, Drs., Lic
Dr. OTTO GUSTI NDEGONG MADUNG
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Arnoldus Yansen Leu
Npm : 15. 75. 5622
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya ilmiah saya sendiri, dan
bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain.
Semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam skripsi ini
telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan pada catatan kaki dan
daftar pustaka.
Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan atau penyimpangan, berupa
plagiasi atau penjiplakan dan sejenisnya di dalam karya ilmiah ini, saya bersedia
menerima sanksi akademis yakni pencabutan skripsi serta gelar yang saya peroleh
dari skripsi ini.
Ledalero, 27 Juni 2020
Yang menyatakan
Arnoldus Yansen Leu
v
KATA PENGANTAR
Perkembangan dalam kehidupan manusia sangat mempengaruhi keutuhan
dalam setiap pribadi manusia. Manusia yang karena tuntutan zaman dapat bersikap
sesuka hati bahkan meninggalkan apa yang menjadi spirit utama dalam kehidupan
rohani. Perubahan zaman yang semakin modern ini membuat manusia semakin
menjauh dari Tuhan bahkan hanya mengandalkan diri sendiri. Perubahan ini juga
menusuk begitu mendalam hingga merusak keutuhan keluarga-keluarga Kristiani.
Sikap yang terus terbuka dalam perkembangan zaman namun melupakan spirit dasar
kerohanian dapat membawa seseorang bahkan keluarga ke dalam arus kebinasaan.
Perlu melihat lebih dalam bahwa perkembangan zaman bukan pertama-tama mau
membawa manusia kepada kebinasaan, tapi sikap manusia dalam menanggapi
perkembangan zaman itu harus benar-benar terbuka dan berkomitmen pada tiang
kebenaran. Keluarga-keluarga Kristiani yang harmonis adalah keluarga yang
bertahan dalam sikap terbuka terhadap perkembangan zaman namun tetap memeluk
tiang keutuhan dalam rumah tangga dengan sikap bertekun dalam doa-doa dan
membangun sikap baik dengan siapa saja. Keluarga Kristiani adalah teladan hidup
bagi generasi penerus. Oleh sebab itu penanaman nilai-nilai dasar Kristiani harus
diutamakan serta dicontohkan dengan baik kepada generasi penerus yaitu anak-anak.
Melihat kejadian-kejadian yang terdapat dalam setiap keluarga yang dibawah
arus kebinasaan ini maka penulis ingin menawarkan kepada keluarga-keluarga
Kristiani tentang sebuah organisasi doa Legio Maria sebagai tempat di mana
keluarga-keluarga yang tercerai-berai karena dibawa arus kemerosotan zaman,
kembali menemukan jati diri yang sebenarnya. Legio Maria adalah jalan tengah yang
ditawarkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh setiap keluarga. Penulis
bukan bermaksud untuk memaksa keluarga-keluarga Kristiani untuk bergabung
vi
dalam kelompok Legio Maria, namun tawaran ini sebagai jalan tengah untuk
mengatasi persoalan yang terdapat di setiap keluarga yang tercerai-berai. Karya
pewartaan Legio Maria adalah menyelamatkan mereka yang tersesat akan kembali
diselamatkan oleh kasih keibuan yang diwarisi dari sang ratu Maria. Bersama Maria
bunda Yesus semua anggota legioner berperang memusnahkan kejahatan di setiap
lorong kehidupan keluarga Kristiani.
Berdoa bersama Maria dalam komunitas Legio Maria menjadi titik temu untuk
menjalin kembali hubungan dengan Allah dalam kehidupan manusia. Keluarga yang
tercerai berai akan dipersatukan oleh kekuatan kasih Putera-Nya yaitu Kristus yang
mati di kayu salib untuk menyelamatkan semua orang yang jatuh karena dosa. Oleh
sebab itu, penulis mengajak semua umat Kristiani untuk menanggapi persoalan ini
dengan memperbaiki hidup kerohanian melalui kelompok doa Legio Maria.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis tidak bekerja sendirian. Penulis
banyak mendapatkan uluran tangan kasih yang membantu sehingga karya tulis ini
dapat diselesaikan dengan baik. Menyadari hal ini maka pada tempat pertama,
penulis menghaturkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maharahim atas kasih dan
kesetiaan-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini. Kedua, penulis juga mengucapkan berlimpah terima kasih kepada:
Antonius Marius Tangi, Drs. Lic yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ini.
Dr. Bernardus Boli Ujan sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membaca karya tulis ini serta mengoreksinya.
Biara ordo karmel yang telah membimbing penulis untuk mendalami spirit Maria
selama berada di biara karmel serta mendapatkan kesempatan untuk membimbing
kelompok doa Legio Maria sebagai pembimbing rohani untuk presidium Maria
Gunung Karmel-Wairklau dan Presidium Ina Ola Ho’i Song-Arat.
vii
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero yang dengan segala kekayaan
intelektualnya telah menerima, mendidik dan membentuk penulis menjadi
manusia yang beriman dan berintelektual.
Ibu Ludvina Lanselina, S. Pd. SD. Selaku ketua Legio Maria presidium Maria
Gunung Karmel, Kuria Mawar yang Gaib-Misir, Regia Bunda Kristus-Maumere
serta tim visitasi untuk regia Bunda Kristus-Maumere, yang telah memberikan
sumbangan pikiran mengenai kehidupan organisasi Legio Maria di keuskupan
Maumere.
Ibu Maria Pare, ibu Teresia Kasang, bapak Stefanus Sura, bapak Egidius Naihati,
yang telah mendukung dan menyumbang dengan berbagai cara baik sumbangan
berupa material maupun intelektual.
Kedua orang tua tercinta: bapak Dominikus Leu dan ibu Rosalinda Hoar serta
saudara-saudariku: Robertus Soko, Yohanes Leu, S.Pd, Januaria Theresia Leu,
S.Pd, Isabela W.F. Funan, S.Ip. Nenek Margareta Sobe dan Maria Noni (alm).
Dari kalian semua penulis menerima sejuta kebajikan dan keberanian dalam
menapaki perjuangan hidup ini.
Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi Gereja, seluruh anggota
organisasi Legio Mari, keluarga-keluarga Kristiani, kaum remaja dan bagi siapa
saja yang dengan keterbukaan hati mendalami Legio Maria. Menyadari bahwa
karya tulis ini masih terbatas maka dengan lapang dada penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan karya tulis ini. Semoga
bermanfaat.
Jalan ini suci dan baik, tempulah jalan ini (Regula karmel 20)
Ledalero, 27 Juni 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBARAN PENERIMAAN JUDUL .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….. 5
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................. 6
1.4 METODE PENULISAN ..................................................................................... 7
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................... 7
BAB II MENGENAL LEGIO MARIA DAN PELAYANAN
SPIRITUALITASNYA
2.1. MENGENAL LEGIO MARIA ............................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Legio Maria ...................................................................................... 8
2.1.2 Sejarah Legio Maria ........................................................................................... 8
2.1.3 Tujuan Legio Maria .......................................................................................... 10
2.1.4 Semangat Legio Maria ..................................................................................... 10
2.1.5 Masuknya Legio Maria ke Indonesia ............................................................... 12
ix
2.2 SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA ........................................... 13
2.2.1 Pengertian Spiritualitas ..................................................................................... 13
2.2.2 Spiritualitas Legio Maria .................................................................................. 14
2.3 KERASULAN LEGIO MARIA ......................................................................... 16
2.3.1 Tugas Utama ..................................................................................................... 16
2.3.2 Tugas Tambahan .............................................................................................. 18
2.3.2.1 Pengudusan Diri Anggota ............................................................................. 18
2.3.2.2 Menjadi Ragi ................................................................................................. 19
2.3.2.3 Mempersatukan Umat ................................................................................... 20
2.4 BATANG TUBUH LEGIO MARIA .................................................................. 22
2.4.1 Veksilium: Gambar Legio Maria ...................................................................... 22
2.4.2 Tessera Legio Maria ........................................................................................ 24
2.4.3 Struktur Organisasi ........................................................................................... 25
2.5. DEVOSI LEGIO MARIA .................................................................................. 27
2.5.1 Pengertian Devosi ............................................................................................. 27
2.5.2 Devosi Kepada Maria ....................................................................................... 28
2.5.3 Penampilan Devosi Legio Maria ..................................................................... 29
2.5.4 Rosario Sebagai Sarana yang Mengarahkan Perhatian Legioner
Terpusat Kepada Devosi Allah ......................................................................... 31
2.5.5 Devosi Sebagai Akar Kerasulan Legio Maria .................................................. 32
2.5.6 Perkembangan Legio Maria dari Evangelisasi Baru ....................................... 32
2.5.7 Legioner dan Tubuh Mistik .............................................................................. 34
BAB III MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DENGAN
BERCERMIN PADA SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA
3.1 KELUARGA ....................................................................................................... .36
3.1.1 Pengertian Keluarga ......................................................................................... 36
3.1.2 Keluarga Sebagai Peletak Dasar Iman ............................................................. 37
x
3.2 FUNGSI KELUARGA ........................................................................................ .38
3.2.1 Keluarga Adalah Komunitas Pribadi-pribadi dalam Cinta Kasih .................... 38
3.2.2 Keluarga Adalah Persatuan Pembela Kehidupan ............................................. 39
3.2.3 Keluarga Adalah Gereja Rumah Tangga .......................................................... 40
3.2.4 Keluarga Adalah Masyarakat Kecil ................................................................. 40
3.3 KELUARGA MENGAMBIL BAGIAN DALAM TUGAS GEREJA ............... 41
3.3.1 Persekutuan (Koinonia) .................................................................................... 41
3.3.2 Liturgi (Leiturgia) ............................................................................................ 42
3.3.3 Pewartaan Injil (Kerygma) .............................................................................. 42
3.3.4 Pelayanan (Diakonia) ....................................................................................... 43
3.3.5 Kesaksian Iman ................................................................................................ 43
3.4 PERSOALAN YANG DIHADAPI KELUARGA KRISTIANI ......................... 43
3.5 MEMAHAMI TUGAS LEGIO SEBAGAI TITIK TOLAK
PELAYANAN .................................................................................................... 45
3.5.1 Titik Tolak Pelayanan ...................................................................................... 45
3.5.2 Ekaristi Sebagai Sumber Kekuatan .................................................................. 46
3.5.3 Pelayanan Legio Maria Bercermin dari Kitab Suci .......................................... 47
3.5.3.1 Pelayanan dengan Mengenakan Senjata Allah ............................................. 47
3.5.3.2 Legio Maria Menjadi Persembahan Hidup .................................................. 48
3.5.3.3 Pelayanan Harus Berjerih Lelah dan Bekerja Berat ...................................... 49
3.5.3.4 Pelayanan Legio Maria Harus dalam Kasih .................................................. 50
3.5.3.5 Pelayanan Menjalankan Wujud Kerasulan ................................................... 51
3.6 MENJADI KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DALAM
SEMANGAT LEGIO MARIA ........................................................................... 52
3.6.1 Upaya Legio Maria Membangun Keluarga Katolik yang Utuh ....................... 52
3.6.2 Legio Maria Menghidupkan Semangat Devosi Kepada Maria
dalam Keluarga ................................................................................................. 53
3.6.3 Legio Maria Menuntun Keluarga Mengimani Firman Tuhan .......................... 56
3.6.4 Legio Maria Mewujudkan Keluarga yang Memberi Hidup pada Tuhan ........ 57
xi
3.6.5 Legio Maria Mewujudkan Keluarga yang Berjerih Lelah
dan Bekerja Keras ............................................................................................ 59
3.6.6 Legio Maria Menguduskan Keluarga Penuh Cinta Kasih ................................ 60
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 63
4.2 USUL DAN SARAN ......................................................................................... .65
4.2.1 Bagi Keluarga-keluarga Katolik ....................................................................... 65
4.2.2 Bagi Organisasi Legio Maria ......................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67
LAMPIRAN…………………………………………………………………………71
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk rohani atau berdimensi spiritual. Disamping
Homo Laboran dan homo laudens, manusia juga merupakan homo religious.1
Manusia juga merupakan makhluk yang harus bisa beradaptasi dengan segala
perkembangan zaman sambil terus menjaga spiritualitas dalam diri. Setiap manusia
memiliki keyakinan dan ajaran agama masing-masing. Dalam agama Katolik sendiri,
sikap dari Gereja Katolik dalam rangka hidup spiritualitas tersebut terjamin dan
terpenuhi dalam pelbagai bentuk doa dan devosi yang dijalankan umat. Namun,
perkembangan ilmu pengetahuan dengan segala perkembangan teknologi ternyata
membawa manusia ke dalam arus kemerosotan pribadi yang beriman. Spiritualitas
manusia terpengaruh dan jatuh dalam jurang negatif modernisme. Doa-doa tidak
menjadi andalan melainkan Tuhan seperti bola yang dimainkan dalam media sosial.
Gereja sepi dari umat dan banyak umat lebih senang menghabiskan waktu di depan
handphone dan banyak lagi yang di depan layar kaca.2 Kemunduran nilai-nilai
spritualitas terjadi di mana-mana, karena itu kemunduran tersebut terjadi dalam
segala lapisan umat Katolik. Hal ini berpengaruh bukan saja pada aspek sosiologis
tetapi psikologis.3 Timbul rasa malas untuk melakukan kebaktian dan
1 Eben Nuban Timo, Sidik Jari Allah dalam Budaya: Upaya Menjajaki Makna Allah dalam Perangkat
Budaya Suku-suku di Nusa Tenggara Timur (Maumere: Penerbit Ledalero, 2005), hlm. 30.
2 Hasil wawancara dengan Hendrikus Antonius Djuang, Ketua Dewan Kuria Legio Maria
Keuskupan Maumere, pada 11 Februari 2019 di Misir.
3 Gordon G. Allport, “The Person in Psychology (Spikologi Individu Allport),” dalam A.
Suprakitnya (ed.), Teori-Teori sifat dan Behavioristiknya (Yogyakarta: Kanisius,2006), hlm. 24.
2
kegiatan-kegiatan Gereja dianggap sebagai sesuatu yang membosankan dan
membuang-buang waktu.
Kecendrungan negatif dan pengaruh buruk teknologi berdampak pada
masyarakat luas sampai masuk dan merusak keutuhan keluarga. Kasus
perselingkuhan yang berujung pada perceraian dan terlantarnya anak-anak dan
kurang kasih sayang timbul karena spritulitas dalam kelurga tidak dijaga. Fondasi
spiritual cepat goyah dan rapuh karena arus perubahan zaman dan teknologi terlalu
cepat dan deras. Keluarga katolik adalah dasar iman dan tempat spritualitas
bertumbuh dan berkembang. Iman itu timbul dari kebiasaan dalam keluarga.
Keluarga dalam hal ini orang tua harus menjadi pembawa terang iman. Orang tua
mempunyai kewajiban membekali anak-anak dengan teladan iman. Teladan iman
tersebut bisa dilakukan orang tua dengan pelbagai jenis kebiasaan yang baik,
misalnya mengajari anak berdoa bersama sebelum makan, tidur dan berpergian jauh,
pergi ke gereja pada hari minggu dan aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
Gerejani. Kebiasaan-kebiasan ini merupakan reaksi bersyarat dan kompleks serta
bervariasi yang bertujuan positif. Kebiasaan-kebiasan tersebut akan memberikan
masukan dan asupan yang luar biasa bagi anak. Keluarga juga menjadi agen pencipta
kebiasaan dalam bentuk teladan yang bermakna.4 Teladan iman ini bisa menjadi
fondasi kuat yang dapat membentuk keluarga menjadi utuh dan penuh sukacita iman.
Memberi teladan iman merupakan cara yang dipakai untuk mempertahankan
spiritualitas hidup demi keutuhan keluarga. Menjaga spiritualitas sama juga dengan
menjaga segala unsur kebaikan iman dalam keluarga tersebut.
Setiap keluarga harus menjaga imannya sebagai tugas wajib. Arus
modernisasi dan segala pengaruh negatifnya harus diatasi dengan spritualitas dalam
keluarga. Dengan demikian devosi menjadi bahan rujukan yang dapat dipakai untuk
menjaga keutuhan iman dalam keluarga. Devosi-devosi dengan segala ciri khasnya
4 Kartini Kartono, Psikologi Umum (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 101.
3
sangatlah cocok mendukung keutuhan keluarga. Berbicara mengenai devosi maka tak
lepas dari pribadi-pribadi kudus yang dipuji dan dihormati dalam devosi-devosi
tersebut. Bunda Maria sebagai pribadi kudus tak jarang menjadi kegemaran dalam
devosi-devosi. Maria menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang menyimpan harapan
umat dalam pelbagai peristiwa dalam kitab suci, salah satunya peristiwa perkawinan
di Kanna: Yesus mengubah air menjadi anggur (bdk. Yoh 2: 1-11). Maria Sungguh
Berharap dan percaya sepenuhnya kepada Putranya Yesus Kristus bahwa Ia akan
menyelamatkan banyak orang terlebih tuan pesta yang kehabisan anggur.
Legio Maria dapat menjadi solusi terpercaya dan dapat dilihat sebagai sebuah
angin segar bagi keluarga Katolik. Devosi Legio Maria yang mampu memberikan
banyak hal positif dan menjadi penopang dalam menentukan tujuan atau arah hidup.
Legio Maria merupakan salah satu wadah rohani yang merangkul umat menjadi satu
keluarga yang utuh dalam spirit Bunda Maria. Bunda Maria menjadi model utama
dalam hal ini. Di bawah pimpinan Allah, Legio Maria dibuat atas dasar devosi kepada
Maria. Legio Maria adalah suatu perkumpulan umat Katolik yang dengan restu
Gereja dan bimbingan kuat Maria tak Bernoda, yang merupakan pribadi pengantar
segala rahmat (rahmatnya indah bagai bulan, terang bagai matahari, dan
kedahsyatannya mengusir setan dan kaki tangannya bagaikan bala tentara yang siap
bertempur), telah menggabungkan diri dalam suatu laskar untuk bertempur dalam
peperangan yang abadi antara Gereja melawan kekuatan jahatnya.5
Dapat dimengerti bahwa Legio Maria dapat menjadi senjata maha dasyat
untuk memperoleh rahmat yang dibutuhkan dalam hidup karena sosok Maria yang
sangat penting. Dalam posisinya sebagai Bunda Allah, Maria memiliki tempat yang
sangat unik di antara semua santo-santa bahkan di antara segala ciptaan, karena
hubungan erat yang tak terpisahkan antara Yesus dan Maria. Maria dianugerahi
tempat istimewa dan Martabat sebagai ibu dari Putera Allah. Telah sekian lama
Gereja mengarahkan diri atau menghormati Maria guna mendapat berkat dari Yesus.
Dalam diri Maria, Gereja menemukan model penyerahan dan penyucian secara total
5 Tim Senatus Malang, Legio Maria: Buku Pegangan Legio Maria (Malang: Dioma, 1993), hlm. 9.
4
kepada Yesus yang menjadi sumber penyelamatan (LG 56). Oleh karena itu, Maria
adalah sosok utama pengantara doa dan permohonan.
Maria adalah sosok yang berpengaruh dan mengambil peran penting dalam
karya penyelamatan. Dari sosok Maria para legioner belajar banyak hal dan
memohon banyak hal pula. Maria menjadi wajah ke-ibuan dari Allah. Ia adalah sosok
ibu yang dibanggakan dan didambakan setiap orang dengan kepercayaannya, cinta
kasihnya, keibuan, kebergantunganya yang nyata serta kenyamanan dalam
pelukannya.
Bagi kaum religius, Maria adalah model ketaatan, kemurnian dan kemiskinan.
Maria adalah sosok yang sangat terbuka, penuh pengorbanan, dan senantiasa bekerja
sama dengan Allah bagi kebaikan dunia. Maria juga adalah sosok perempuan yang
ideal. Kaum laki-laki melihat sumber sikap dan keutamaan seorang perempuan yaitu
kelembutan, kerendahan hati, mudah didekati serta semangat pelayanan dalam diri
Maria. Kaum perempuan melihat keutamaan seorang laki-laki seperti: keberanian,
komitmen, inisiatif dan kesungguhan hati dalam diri Maria.6
Peran Maria yang sungguh besar dan menjadi sosok teladan bagi keluarga-
keluarga Kristiani yang menjadikan Legio Maria sebagai alat dan senjata ampuh tentu
akan mewujudkan keluarga yang utuh. Perpecahan keluarga karena masalah tekanan
batin juga harus diatasi dari dalam batin kepribadian masing-masing anggota
keluarga. Unsur-unsur batiniah yang cukup mendalam dari Legio Maria dinilai tepat
sebagai kekuatan dari dalam hati yang dapat memecahkan segala persoalan dalam
keluarga. Sosok Maria sangat tepat sebagai model yang sempurna untuk setiap
anggota keluarga. Maria menjadi sosok yang pantas ditiru dan diteladani setiap
anggota keluarga katolik. Keluarga Katolik membutuhkan Maria dalam devosi yang
berkelanjutan. Legio Maria menjadikan setiap insan dalam keluarga penuh kasih dan
penuh tanggung jawab. Dengan ini, menjadi jelas bahwa pengaruh dalam mengikuti
dan ambil bagian dalam Legio Maria dapat membantu keutuhan keluarga sehingga
membuat keluarga katolik menjadi utuh dan harmonis.
6 YB. Haryono, Devosi-Devosi Umat (Jakarta: Penerbit Obor, 2010), hlm. 51.
5
Berdasarkan situasi ini maka penulis ingin menekankan bagaimana legioner
memahami dengan sungguh-sungguh spiritualitas pelayanannya yang menjadi motor
untuk mencapai keutuhan keluarga Kristiani di tengah dunia lewat sebuah tulisan
yang bertema: MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH
DENGAN BERCERMIN PADA SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO
MARIA.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari tulisan skripsi ini dalam mengatasi kemerosotan hidup
rohani dalam keluarga-keluarga Kristiani serta sikap legioner untuk menanggapi
persoalan-persoalan yang terjadi di tengah keluarga-keluarga Kristiani, penulis
bertolak dari beberapa pertanyaan mendasar yaitu:
Pertama, apa tujuan penulis memilih organisasi Legio Maria dalam
hubungannya dengan keluarga-keluarga Kristiani sebagai sasaran utama penulisan
skripi ini?
Kedua, apa Peranan Legio Maria bagi awam katolik secara khusus keluarga-
keluarga Kristiani?
Ketiga, apa tujuan penulis mengajak keluarga Kristiani bergabung dalam
organisasi Legio Maria?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijelaskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini. Tujuan tersebut
dijabarkan menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
6
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Ilmiah ini berisikan tiga tujuan umum yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, melalui tulisan ini penulis ingin mendalami secara khusus
Spritualitas Legio Maria sebagai upaya meningkatkan keutuhan sebuah Keluarga.
Kedua, melalui tulisan ini secara khusus pelbagi gagasan yang tertuang di
dalamnya, penulis ingin menunjukkan betapa penting organisasi rohani dalam hal ini
Legio Maria dan mengajak awam-awam katolik menjadi panji depan perjuangan
melawan kejahatan di tengah dunia dalam spritualitas pelayanan Legio Maria yang
mengedepankan persatuan dengan tubuh mistik Kristus serta ingin mencapai
kemuliaan Allah dalam doa bersama Maria, Bunda Allah.
Ketiga, penulis ingin mengajak semua keluarga katolik untuk mendalami Legio
Maria sebagai sarana keselamatan Allah dalam Gereja Katolik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Selain tujuan umum terdapat juga tujuan khusus yang ingin dicapai dalam karya
ilmiah ini.
Pertama, tulisan ini dibuat untuk memenuhi pra-syarat demi memperoleh gelar
sarjana Filsafat di STFK-Ledalero.
Kedua, bagi penulis, tulisan ini bertujuan melengkapi rasa ingin tahu (curiosity)
atau rasa penasaran penulis mengenai Legio Maria.
Ketiga, sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan penulis sebagai insan
akademis dan insan intelektual.
Keempat, sebagi salah satu upaya pendalaman iman penulis yang menjadi orang
beragama.
7
1.4 METODE PENULISAN
Dalam merenungkan atau mendalami tulisan ini, penulis menggunakan studi
kepustakaan yang meliputi beberapa sumber yakni: dokumen Gereja, kamus-kamus,
buku-buku, jurnal dan majalah. Selain itu digunakan sumber lisan melalui wawancara
yang berhubungan dengan tema yang dibahas untuk memperoleh ide-ide dasar yang
dikemukakan dalam tulisan ini.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Karya ilmiah ini dijabarkan dalam empat bab dengan sistematika atau susunan
sebagai berikut.
Bab I, bagian pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, menjelaskan mengenai Legio Maria, sejarah berdirinya, spiritualitas
pelayanannya, dasar tugas pelayanannya, batang tubuhnya sampai dengan devosi
Legio Maria.
Bab III, merupakan bab inti dari tulisan ini yang menjelaskan cara membangun
keluarga katolik yang utuh dengan bercermin pada spiritualitas pelayanan Legio
Maria. Spritualitas pelayanan tersebut menjadi anjungan dan dapat diterapkan dalam
keluarga katolik untuk mencapai sebuah keluarga yang selalu utuh.
Bab IV, penutup yang berupa kesimpulan akhir dari semua bab karya tulis ini.
Dalam bab ini selain kesimpulan penulis juga membuat beberapa catatan kritis-
analitis dan usul-saran.
8
BAB II
MENGENAL LEGIO MARIA DAN PELAYANAN SPIRITUALITASNYA
2.1 MENGENAL LEGIO MARIA
2.1.1 Pengertian Legio Maria
Legio Maria merupakan suatu organisasi atau perkumpulan umat Katolik, yang
dengan restu Gereja dan bimbingan dari Maria tak Bernoda, Pengantara segala
rahmat para legioner kemudian menggabungkan diri ke dalam suatu laskar untuk
sedia berkorban dan bertempur melawan kuasa kejahatan. Para legioner memiliki
harapan untuk dapat menjadikan diri berguna bagi Ratu Surgawi dengan kesetiaan,
kebajikan dan keberanian. Oleh sebab itu para legioner atau orang yang mendalami
legio diatur menurut model tentara sama halnya dengan tentara Romawi kuno.7
2.1.2 Sejarah Legio Maria
Legio Maria adalah nama untuk membedakannya dari kelompok-kelompok doa
lainnya di dalam Gereja. Sejarah nama legio diambil dari istilah tentara Romawi itu
sendiri.8 Dengan demikian Legio Maria berarti tentara Maria, serdadu atau prajurit
Maria yang mengemban amanat suci dalam pelayanan dengan kekuatan yang berasal
dari devosi kepada Maria tak bernoda. Legio Maria adalah sebuah organisasi rohani
dalam Gereja. Legio Maria terbentuk pada tanggal 7 September 1921 dalam sebuah
pertemuan yang pertama di Dublin-Irlandia pukul 20:00 (malam), pada malam
7 Hasil wawancara dengan Petrus P.Uran, Sekertaris Dewan Kuria Legio Maria Mawar Yang Gaib
Paroki Spiritu Santo Misir Keuskupan Maumere, pada 16 Maret 2019 di Misir.
8 Tim Senatus Malang, loc., cit.
9
menjelang pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Tanggal 7 September ditetapkan
sebagai hari lahirnya Legio Maria yang menjadi kabar sukacita bagi Gereja Katolik.
Sejarah berdirinya Legio Maria sangat sederhana. Legio Maria tumbuh secara
spontan tanpa suatu perencanaan yang matang. Berawal dari sebuah usulan dan
didukung niat yang kuat dan kokoh dari sekelompok orang di Dublin. Mereka
kemudian mengadakan sebuah pertemuan tanpa menyadari bahwa penyelenggaraan
kasih Allah sementara bekerja di dalam diri mereka masing-masing. Bapak Frank
Duff memberikan inspirasi pada pertemuan ini menyatakan bahwa berdevosi kepada
Maria agar Tuhan sendiri turut hadir bersama mereka dalam melakukan pelayanan
yang nyata di tengah umat yang sudah mulai kehilangan arah hidup. Pertemuan
pertama tersebut menjadi titik awal hadirnya pribadi Maria di tengah mereka. Dalam
catatan sejarah diketahui dalam waktu yang singkat beberapa presidium sudah
terbentuk di Dublin dan daerah sekitarnya.9
Pada mulanya, anggota Legio Maria hanya perempuan saja, tetapi dalam
perjalanan terbuka untuk para pria. Pengakuan atas Legio Maria pertama kali bukan
datang dari Uskup Dublin, melainkan dari Mgr. Donald M.C. Intosh, Uskup Agung
Glasgow (Skotlandia) dalam suatu kunjungan yang dilakukan oleh bapak Frank Duff
pada tahun 1928 di Skotlandia. Setelah kunjungan tersebut, sebuah presidium
langsung didirikan di Glasgow. Legio Maria juga mulai dibentuk di Inggris tepatnya
di London pada tahun 1929 dengan persetujuan dari Kardinal Bourne. Menjelang
akhir tahun 1930, Kardinal Marcheti Selvaggiani mengundang bapak Frank Duff
pergi ke Roma untuk memberikan penjelasan lebih rinci mengenai Legio Maria.
Bapak Frank Duff mendapat kesempatan bertemu Paus Pius ke XI dan menjelaskan
mengenai Legio Maria.10 Paus Pius memberi restu bahwa Legio Maria diizinkan
9 Tim Senatus Malang, op.cit., hlm. 9.
10 keuskupan.blogspot.com/2018_06_01_archive.html, diakses pada 20 Maret 2019.
10
untuk menyebar ke seluruh dunia. Dengan restu ini maka Legio Maria kemudian
menyebar dan menyatu dalam semua umat di kalangan keluarga-keluarga Katolik.
2.1.3 Tujuan Legio Maria
Legio Maria mempunyai tujuan yang tentu saja memiliki kesinambungan
mutlak dengan tugas Gereja. Tujuan Legio Maria itu sendiri tidak lain adalah
memuliakan Allah melalui pengutusan anggota-anggotanya yang dijalankan dengan
kerjasama yang aktif dan doa bersama. Semua perutusannya berada di bawah
bimbingan Gereja dalam karya bersama Maria untuk menghancurkan kejahatan
(kepala ular dan melebarkan kerajaan Kristus).11 Dalam dekrit kerasulan awam KV
II diterangkan beberapa tujuan Legio Maria. Pertama, tujuan langsung dari
organisasi ini adalah kerasulan Gereja, mewartakan injil, menguduskan, membina
hati nurani kristiani untuk hidup sesuai semangat injil. Kedua, para awam atau para
legioner menyumbangkan pengetahuan dan pengalaman memikul tanggung jawab
pastoral Gereja. Ketiga, persekutuan dan kerasulan menjadi lebih subur. Keempat,
membantu dalam kerjasama dengan para hirarki dengan suatu ketetapan yang
eksplisit.12
2.1.4 Semangat Legio Maria
Semangat Legio Maria ada dalam spritualitas Maria. Spritualitas Legio Maria
adalah bagian dari spritualitas umat Kristiani yaitu corak hidup yang membawa
kepada Kekudusan dan persatuan mesra dengan cinta kasih Allah. Legio Maria
11 Hasil wawancara dengan J. Ribut Seo, Anggota Auksilier Presidium Maria Gunung Karmel, pada 11
Mei 2019 di Wairklau.
12 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), Alokusio Legio Maria (Larantuka: Komesium Reinha Rosari,
2004), hlm.14-15.
11
berdiri berdasarkan pada kepercayaan penuh kepada Tuhan dan cinta kasih-Nya
kepada putera-puteri-Nya.13 Semangat Legio Maria adalah semangat layaknya
serdadu atau tentara. Semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri.
Semangat para legioner adalah semangat untuk bekerja sebagai laskar Maria yang
kuat, tangguh dan tahan uji. Legioner berusaha mengikuti teladan Maria tersebut.
Semua teladan diri Marialah yang menjadi semangat dan kegemaran bagi para
legioner.14
Anggota Legio Maria atau para legioner harus benar-benar mencintai Maria
dan mengetahui kedudukan Maria dalam Gereja. Dengan penjiwaan oleh kasih dan
iman Maria, legioner mampu melaksanakan tugas apa saja tanpa ada keluhan dalam
pelayanan tersebut. Semangat Legio Maria untuk mengabdi dalam pelayanan dan
mencintai Maria ditegaskan juga dalam dekrit kerasulan awam Apostolicam
Actuositatem Paus Paulus IV tanggal 18 November 1965 yang berbunyi sebagai
berikut:
“Suri teladan yang sempurna bagi hidup rohani dan hidup merasul itu ialah
Santa Perawan Maria, Ratu Para Rasul. Selama di dunia ia menjalani hidup
kebanyakan orang, penuh kesibukan dan jerih payah, tetapi selalu mesra
bersatu dengan Putera-Nya, dan dengan cara yang sangat istimewa ia bekerja
sama dengan Sang Penyelamat. Namun, sekarang ia telah diangkat ke Surga
dan dengan cinta kasih ke-ibuannya ia memperhatikan saudara-saudara dan
puteri-puterinya yang masih dalam perziarahan menghadapi bahaya-bahaya
serta kesukaran sampai mereka mencapai tanah air yang penuh kebahagiaan.
Hendaknya semua saja penuh hikmat berbakti kepadanya, dan menyerahkan
hidup serta kerasulan mereka kepada perhatiannya yang penuh rasa ke-ibuan.15
13 Widayaka, op. cit., hlm. 4-5.
14 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), op.cit., hlm. 4.
15 Paulus IV, Apostolicam Actuositatem, Penterj. R. Hardawiryana (Jakarta: DOKPEN KWI, 1993), hlm.
356. Apostolicam Actuositatem merupakan dekrit yang memuat tentang kerasulan awam dari Paus Paulus IV
yang ditujukan kepada semua awam demi kegiatan merasul umat Allah yang bersumber pada panggilan
kristiani, dikeluarkan pada tanggal 18 November 1965.
12
2.1.5 Masuknya Legio Maria ke Indonesia
Legio Maria didirikan pada tanggal 7 September 1921 di Myra House Dublin,
Irlandia Utara. Perkenalan dan penyebarluasan Legio Maria ke seluruh penjuru dunia
dilakukan oleh para envoy (utusan). Pada tahun 1951 seorang envoy (utusan), yang
bernama Miss Theresia Shu, diutus ke Indonesia untuk mendirikan Legio Maria di
Indonesia. Miss Theresia Shu masuk ke Indonesia melalui kota Medan, dan di kota
Medanlah didirikannya presidium pertama, kemudian disusul oleh presidium didaerah
lain sekitar Sumatera, seperti Padang, Pekanbaru, Sidikalang, Tanjung Karang dan
Pangkal Pinang. Sedangkan di Pulau Kalimantan, yaitu Pontianak, Singkawang,
Sambas, kemudian menuju ke arah timur pulau Flores, yaitu Maumere.16
Pada tahun1952, P. Paul Janssen, CM mendirikan presidium pertama di pulau
Jawa, yakni di Kediri dan Jawa Timur. Pada tahun yang sama juga, didirikannya
sebuah presidium di Surabaya, dan kemudian diikuti oleh sebuah presidium di
Malang pada tahun 1953. Pada tahun yang sama juga, tercatat pula berdirinya
presidium di Bilitar Jawa Barat dan Madiun.17 Untuk presidium wilayah Jakarta
dibangun sekitar tahun 1977-1978. Di wilayah Jakarta ini, Legio Maria berkembang
pesat, sehingga pada tanggal 29 Maret 1987, didirikan senatus kedua di Jakarta. Perlu
diketahui juga bahwa di Jawa Barat, dimulai dari keuskupan Bandung pada tahun
1956, kemudian menyebar ke Cirebon, Jawa Tengah: Yogyakarta tahun 1969,
kemudian meluas ke Semarang dan Surakarta.18 Setelah beberapa presidium
bermunculan sejak berdirinya pada tahun 1953, pada tahun 1954 didirikan kuria
Malang, sehingga Pada tahun 19961 di keuskupan Malang ini berkembang begitu
pesat. Pada tahun 1961, kuria Malang diangkat menjadi komisium. Sementara itu,
16 Widayaka, Legio Maria (Malang: Dioma, 1999), hlm. 19.
17 Legio Maria Presidium Malang, http:// penakatolik.com/2017/04/20/pejuang-kemanusiaan-
misionaris-paul-hendrikus-janssen-cm, diakses pada 11 Oktober 2019.
18 Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, http://smtb.net/kategorial/legio-maria, diakses pada 20
Juni 2019.
13
karena konsilium menilai bahwa Legio Maria telah mulai cukup berakar di Indonesia,
dan perlu ada Dewan Pimpinan Nasional (Senatus) untuk mengawasi kegiatan Legio
Maria di seluruh Indonesia, dengan segala pertimbangan dari nama envoy (utusan),
yang pernah ke Indonesia, maka pada tanggal 5 Juli 1964, Komisium Malang
diangkat menjadi Senatus Malang. Setelah itu Jakarta diangkat menjadi Senatus
kedua. Senatus Malang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Lombok,
Sulawesi, Flores, dan Irian Jaya.
Senatus Malang terdiri dari tujuh Komisium, yaitu Yogyakarta, Surakarta,
Semarang, Kediri, Surabaya, Maumere dan Larantuka, serta Sembilan Kuria, yaitu
Kuria Yunior Malang, Jember, Banyuwangi, Madura, Bali, Lombok, Ujung Pandang,
Menado dan Jayapura. Di samping itu, Senatus Malang juga membimbing secara
langsung 31 Presidia, yaitu 21 presidia kota Malang, 2 presidia di Batu, 2 presidia di
Purwerejo, sebuah presidium di Lawang, Sebuah presidium di Tumpang, sebuah
presidium di Padang, sebuah presidium di Pasuruan, sebuah presidium Probolinggo
dan sebuah presidium di Ambon.19
2.2 SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA
2.2.1 Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas memiliki arti yang beragam dan cukup kaya. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan spiritualitas sebagai sumber motivasi dan emosi pencarian
individu yang berkenaan atau berkaitan dengan hubungan seseorang atau individu
dengan Tuhan.20 Dengan demikian dapat diartikan bahwa spiritulaitas adalah suatu
sumber emosi dan motivasi yang mendorong seseorang atau individu-individu
maupun suatu kelompok atau organisasi sebagai usaha awal untuk memahami misteri
ketuhanan atau demi menjalin sebuah hubungan yang intim dengan Tuhan.
19 Sejarah Legio Maria, http://celina2609.wordpress.com/2013/05/04/sejarah-legio-maria, diakses pada
15 Juni 2019.
20 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 895.
14
Spitualitas memiliki arti yang luas dan kaya. Hal ini membuat banyak
penafsiran atau istilah yang sama dengan spiritualitas. Pertama, Spiritualitas bisa
juga berarti hidup Kristiani yang menonjolkan peran sentral Kristus dengan segala
kekayaan-Nya. Kedua, spriritualitas disamakan dengan hidup iman sejauh iman
merupakan suatu jawaban atas tawaran Allah pada manusia. Ketiga, hidup rahmat
dalam artian hidup itu merupakan sebuah rahmat dari Allah. Keempat, hidup rohani.
Hidup rohani berati selalu mengedepankan aspek rohani yang lebih dari sekedar
hidup katolik biasa. Kelima, kekudusan. Allah memanggil setiap manusia menjadi
kudus dan bersatu dengannnya. Keenam, kesempurnaan yang berarti Allah menjadi
teladan yang sempurna bagi setiap manusia dan manusia menjadikan Allah contoh
yang tidak ada bandingannya dalam menjalani kehidupan manusia tersebut. Ketujuh,
kesalehan yang berarti menjauhi segala tindak celah dalam hidup di dunia dan
menekankan sikap penghormatan pada Allah. Kedelapan, askese dan mistik. Askese
adalah sebuah disposisi batin manusia yang mempersiapkan manusia untuk bersatu
mesra dengan Tuhan.21 Mistik adalah sebuah pengalaman menjadi satu dengan
Allah.22 Dari semua unsur yang disamakan dengan spiritualitas mengandung makna
persatuan dengan Allah. Persatuan itu diwujudkan dalam menjalankan tugas-tugas
penting sebagai umat Allah yang kudus.
2.2.2 Spirirtualitas Legio Maria
Spiritualitas Legio Maria merupakan bagian dari spiritualitas Kristiani yang
corak kehidupan-Nya membawa manusia kepada kekudusan dan persatuan dalam
cinta kasih mesra dengan Allah. Legio Maria didirikan atas dasar kepercayaan yang
penuh kepada Tuhan dan cinta kasih-Nya kepada umat-Nya. Di dalam Legio Maria
terkandung suatu kesadaran yang mendalam dari para anggota untuk selalu
memahami dan melaksanakan kehendak Allah dalam konteks karya penyelamatan
21 Anton M. Moeliono, (ed.), al., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988).
22 Tim senatus Malang, op. cit., hlm. 4.
15
Kristus. Seorang legioner sadar dan yakin bahwa dengan menjadi anggota Legio
Maria, ia melaksanakan tugas pengudusan diri dan secara langsung turut serta dalam
karya misi Kristus.23 Di dalam tugas tersebut, Legio Maria mengambil Maria sebagai
teladan hidup. Hal ini membuat Legio Maria selalu berhubungan erat dan mendalam
dengan Maria. Legio Maria bekerja di ladang Tuhan dengan semangat cinta kasih
dan pengabdian sebagai hamba Tuhan seperti Maria yang selalu setia dalam
penghambaan diri pada Allah.24
Spiritualitas Legio Maria berarti karya legioner dijiwai oleh semangat atau roh
Maria sehingga mampu memahami dan meneladani kebajikan Maria yakni
kerendahan hatinya yang luar biasa, ketaatan yang sempurna, keindahannya laksana
malaikat, doanya yang tak pernah putus-putus, mati raganya yang menyeluruh,
pengorbanan dan kasihnya kepada Allah dan yang paling utama adalah imannya.
Dijiwai dengan semuanya ini, terutama iman dan kasih Maria, Legio Maria sanggup
melakukan tugas apa saja karena keyakinan layaknya Maria, “Bagi Allah tak ada
yang Mustahil”.25
Anggota Legio Maria harus mengetahui pribadi Maria yakni kedudukan Maria
dalam Gereja dan peran Maria dalam karya keselamatan Yesus Kristus agar lebih
mencintai dan meneladani semangat dan kebaktian Maria. Hal-hal tersebut tentu
menjadi modal yang harus dimiliki setiap anggota legio. Spiritualitas Legio Maria
harus menjadi perhatian utama setiap anggota dalam menjalankan pelayanan.
Spiritualitas akan membantu para anggota dalam menentukan arah pijakan untuk
melangkah dalam pelayanan. Spiritualitas harus dijaga dan dijunjung tinggi dalam
pelayanan setiap anggota Legio Maria.
23 Hasil wawancara dengan Eroswita, wakil ketua presidium Ina Ola Ho’i Song Arat, pada 9 Mei 2019
di Koting.
24 Tim Senatus Malanag, op. cit., hlm. 4-5.
25 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), op. cit., hlm. 11.
16
2.3 KERASULAN LEGIO MARIA
2.3.1 Tugas Utama
Tugas utama pelayanan Legio Maria adalah menghancurkan kepala ular atau
kejahatan yang ada di dunia dan meluaskan kerajaan Kristus dengan doa dan kerja
demi kemuliaan Allah. Melalui pengutusan anggota-anggotanya yang dikembangkan
dengan doa-doa dan kerja sama yang aktif, di bawah bimbingan Gereja, dalam karya
bersama Maria untuk menghancurkan kepalah ular dalam arti kejahatan-kejahatan
yang timbul dan terjadi di tengah dunia dan meluaskan kerajaan Kristus
Juruselamat.26 Keanggotaan Legio Maria terdiri dari empat kelompok besar.
Pertama, kelompok aktif: kelompk aktif adalah anggota atau legioner yang terlibat
aktif dalam kegiatan pertemuan, doa bersama maupun rapat mingguan, melakukan
tugas pelayanan di tengah umat. Kedua, kelompok Auksilier, anggota auksilier
merupakan anggota tidak aktif. Dikatakan tidak aktif karena anggota ini tidak
mengikuti rapat mingguan dan menjalankan tugas-tugas yang dibagikan dalam rapat.
Seorang anggota auksilier bertugas untuk berdoa setiap hari doa-doa yang terdapat
dalam tessera termasuk doa Rosario. Kelompok ini terdiri dari para jompo, cacat atau
yang bekebutuhan khusus sehingga tidak mendapat kesempatan bergabung dalam
kegiatan anggota aktif. Ketiga, kelompok ajutorian, merupakan sayap kanan dari
laskar legio yang berdoa. Kewajiban yang dijalankan anggota ajutorian sama dengan
anggota auksiler, dengan tambahan menghadiri misa dan menyambut komuni kudus
setiap hari serta berdoa dari ibadat harian yang telah disahkan oleh Gereja. Keempat,
anggota pretorian merupakan tingkat keanggotaan yang lebih tinggi dari
keanggotaan aktif, yang selain menjalankan tugas sebagai anggota aktif, mempunyai
kewajiban yaitu setiap hari memanjatkan seluruh doa dalam tessera, menghadiri misa
26 Hasil wawancara dengan Rita Tmange, Wakil Ketua presidium Maria dari Gunung Karmel, pada 4
Agustus 2019 di Wairklau.
17
dan menyambut komuni kudus setiap hari serta berdoa ibadat harian yang telah
disahkan oleh Gereja.27
Setiap anggota Legio Maria patuh kepada persetujuan konsilium, dan kepada
peraturan-peraturan yang tercantum dalam buku resmi pegangan legio. Legio Maria
juga menyerahkan diri atau bersedia untuk membantu uskup setempat dan pastor
paroki dalam bentuk apapun yang dibutuhkan. Hal-hal yang dilakukan oleh Legio
Maria adalah kegiatan-kegiatan atau pelayanan-pelayanan yang dirasa pantas bagi
kesejahteraan Gereja. Para legioner atau anggota legio tidak pernah akan melakukan
tugas-tugas tersebut di daerah atau tempat manapun tanpa izin dari Pastor Paroki atau
uskup. Adapun beberapa tugas yang dapat digambarkan sebagai berikut:
(a). Tugas langsung organisasi Legio Maria ialah tugas kerasulan Gereja untuk
mewartakan injil kepada sesama dan menguduskan mereka, serta membina suara hati
mereka secara Kristiani dengan sedemikian rupa, sehingga mampu merasuki dan
berbaur bersama jemaat lain dengan semangat injil.
(b). Para awam bekerja sama dengan hierarki dengan cara mereka masing-masing,
dan menyumbangkan pengalaman mereka serta memikul tanggung jawab dalam
memimpin organisasi-organisasi itu, dalam mempertimbangkan situasi-situasi
kegiatan pastoral Gereja, dan dalam menjabarkan serta melaksanakan program-
program dan kegiatan-kegiatan tersebut.
(c). Para awam bertindak secara terpadu bagaikan tubuh organis yang tak terpisahkan
sehingga persekutuan Gereja dilambangkan secara lebih mengena, dan kerasulan
menjadi semakin subur.
(d). Para awam, entah mereka menyediakan diri secara sukarela, ataupun diundang
untuk melakukan kegiatan tertentu dan menjalin kerjasama lansung dengan kerasulan
hierarki, bertindak di bawah kepemimpinan lebih tinggi hierarki, yang dapat
27 Tim Senatus Malang, op. cit., hlm. 101-103.
18
mengesahkan kerjasama itu dengan suatu ketetapan eksplisit (Apostolicam
Actuositatem No. 20).28
2.3.2 Tugas Tambahan
2.3.2.1 Pengudusan Diri Anggota
Pengudusan diri merupakan suatu keharusan sesuai dengan tujuan dari legio itu
sendiri. Setiap anggota mengejar kekudusan dan menjadi dambaan setiap anggota.
Untuk mencapai kekudusan ini pertama-tama Legio Maria harus hadir dalam
pelbagai rapat legio, di mana doa dan devosi begitu terjalin erat satu sama lain
sehingga dapat memberikan corak atau warna pada semua kegiatan lainnya.
Kekudusan ini harus menjadi dambaan setiap anggota.
Legio Maria mencari jalan untuk mengembangkan kekudusan itu dengan cara-
cara tertentu demi memberikan semangat kerasulan, memanaskan semangat tersebut
sampai benar-benar matang untuk dipancarkan keluar. Pancaran keluar ini bukan
hanya sebagai suatu pemanfaatan dari energi yang terkumpul, tetapi juga merupakan
bagian penting dalam proses pertumbuhan kekuatan itu sendiri, karena semangat
kerasulan akan bertumbuh dengan baik hanya dengan cara menjalankan kerasulan itu
dalam pelayanan agar hidup semakin dikuduskan, karena itu menjadi kegemaran bagi
semua manusia. Kekudusan dilihat dalam setiap pelayanan. Pelayanan itu sendiri
juga menguduskan yang lain karena menuntun pada Allah Bapa yang baik.
Kekudusan tersebut harus dipancarkan dan menjadi pembawa cinta kasih bagi yang
lain.
28 Tim senatus Malang, op. cit., hlm. 12.
19
.2.3.2.2 Menjadi Ragi
Legio senantiasa peduli terhadap perkembangan zaman. Legio menaruh
perhatian yang besar pada semua umat manusia. Legio memikirkan setiap rumah,
toko, pabrik, sekolah, rumah sakit, kantor dan setiap tempat lain untuk berkarya dan
menyebarkan kasih. Tempat-tempat yang mengalami krisis sekalipun menjadi ladang
bagi karya kerasulan atau pelayanan legio. Krisis iman dan gejala kehilangan iman
seperti skandal menjadi tempat taburan benih pelayanan.
Kehadiran legioner adalah sebagai “benteng daud” dan akan memusnahkan
kejahatan dan ancaman. Legio Maria akan berperang melawan ketidakadilan dan
segala kejahatan dalam doa dan devosi. Legio berkumpul untuk bertekun sehati
sejiwa dalam doa bersama Maria. Bertekun dalam doa bersama Maria dilakukan
sebelum anggota legio diutus untuk menjalankan karya karasulan dan menyebarkan
kasih.
Setiap anggota legio melakukan tugas kerasulan di setiap jalan dan lorong
kehidupan. Seluruh umat dapat dirangkul dan diangkat menjadi anggota Gereja yang
bersemangat dan penuh iman. Inilah panggilan dan misi khusus para legioner untuk
menyatakan Injil sebagai ragi dalam realitas dunia. Doa dan devosi serta penginjilan
menjadi kekuatan dalam dunia politik, media masa, pengetahuan, teknologi,
pendidikan, industri dan pekerjaan.
Apabila kekuatan devosi dimaksimalkan oleh orang yang membawa semangat
kerasulan maka segala bidang itu akan baik dan menunjukkan kasih Kristus di tengah
dunia. Hal ini dapat terjadi karena kekuatan duniawi yang baik bertemu dengan
semangat kerasulan surgawi. Dengan dibimbing dan dituntun oleh anggota Legio
Maria yang merasul maka akan mencapai Gereja yang komprehensif.29 Orang-orang
yang berkompeten dalam hal ini telah menjadi ragi di tengah dunia. Oleh karena itu,
29 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), op. cit., hlm. 17.
20
semangat kerasulan sangat penting dimiliki dan menjadi kegemaran yang hakiki bagi
setiap anggota legio.
2.3.2.3 Mempersatukan Umat
“Carilah dahulu Kerajaan Allah” (bdk. Mat 6:33), merupakan sebuah usaha
langsung yang menyerap seluruh kegiatan legio untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.
Namun, tidak boleh melupakan yang ditambahkan dalam legio yaitu nilai sosial.
Bagaimana legio dapat menyatakan pelayanannya dan bekerja pada masyarakat yang
seperti ini? Hal pertama yang patut diperhatikan ialah pelayanan legio tidak mengenal
sistem diferensiasi atau pembedaan, tidak ada perbedaan suku, anggota legio dapat
saja beragam atau berbeda-beda suku, bahasa, bangsa, warna kulit, jenis rambut,
muda atau tua, kaya atau miskin, terdidik atau tidak. Semuanya merupakan satu
saudara dalam Kristus dan semuanya adalah anak-anak Maria, Bunda Allah, ibu dari
semuanya. Rekrutmen menjadi anggota legio dilakukan bagi semua kalangan.
Legio harus mengundang para imigran, pengungsi, pekerja asing dan setiap
orang Katolik untuk menjadi legioner. Mereka yang berbeda agama tidak bisa
menjadi legioner tetapi persahabatan dan persaudaraan dengan mereka harus
dibangun. Legio harus selalu berusaha sekuat tenaga menghilangkan segala bentuk
diskriminasi. Masyarakat yang terdiri dari berbagi macam suku bangsa, warna kulit,
bahasa, agama, dan lainnya haruslah diberi pelayanan berupa kesaksian hidup yang
bercirikan cinta yang terbuka atau inklusif dan menerima semua orang tanpa
memandang latar belakang.30
30 Ibid.
21
Ibarat sebuah mesin, semua komponen harus bisa menyatu demi sebuah
pekerjaan yang optimal dan memuaskan. Semua bagian harus mampu bekerjasama
dan bersatu demi sebuah pelayanan. Semua bagian melaksanakan tanggung jawab
dengan baik mulai dengan fungsinya. Motivasi atau alasan dasar dari semua
perjuangan persatuan dan pelayanan kepada keberagaman tersebut karena Yesus dan
Maria adalah penduduk Nazareth. Keduanya mencintai kota dan negara mereka
dengan devosi rohani karena bagi bangsa Yahudi iman dan tanah air secara Ilahi
terjalin suatu kesatuan.31 Hal ini berarti kehidupan suatu bangsa dan masa depannya
juga merupakan tanggung jawab dari setiap anggota legio.
Pelayanan kepada keberagaman ini harus menekankan kesederhanaan dan kasih
yang mendalam. Cinta harus disalurkan atas semuanya melalui tubuh mistik. Jika
anggota-anggota Tubuh mau melayani dengan cinta, maka Yesus dan Maria akan
melewati tempat tersebut dan melimpahkan karunia tidak saja atas jiwa-jiwa yang
beragama tersebut tetapi juga atas daerah sekitarnya.
Dengan ini menjadi jelas bahwa legioner adalah bagian dari Gereja yang harus
mengedepankan aspek diakonia yang berkelanjutan, karena Gereja tidak pernah ada
hanya untuk dirinya sendiri. Gereja dapat mengembangkan sayapnya dalam diri para
legioner agar dilihat dan diresapi sebagai tanda keselamatan yang handal. Perutusan
Gereja ke dunia ialah untuk menghayati diri sebagai pembawa obat atau penawar bagi
dunia yang sudah semakin sekarat dalam perjalanan zaman.32
31 Tim senatus Malang, op. cit., hlm. 83.
32 Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik (Yogayakarta: Obor, 1996), hlm. 554.
22
2.4 BATANG TUBUH LEGIO MARIA
2.4.1 Veksilium : Gambar Legio Maria
Gambar Legio yang pertama dibuat
oleh seorang seniman dari Dublin,
Irlandia sebagai ujud persembahannya
kepada Legio Maria. Gambar tersebut
dalam bentuk panji yang sangat indah
dan penuh dengan inspirasi yang
disebut dengan nama veksilium.33
Gambar 1:Veksilium Legio Maria
Gambar Legio Maria benar-benar sangat sempurna dan secara mengagumkan
melambangkan penampilan devosi Legio Maria. Gambar tersebut menampilkan doa-
doa Legio Maria yaitu doa rosario dan doa kepada Roh kudus yang dilukiskan dengan
gambar merpati putih yang menaungi Maria dalam terang dari api kasih Allah. Maria
digambarkan datang dengan fajar menyingsing. Pada keningnya terdapat bintang
cemerlang yang menandakan bahwa Maria adalah indah bagaikan bulan, gemerlap
bagaikan surya, bintang Timur sejati dan dashyat bagaikan pasukan yang siap
bertempur melawan kejahatan, yang sejak awal bermandikan sinar rahmat
keselamatan dan fajar keselamatan. Dalam doa-doa tessera terdapat gambar tersebut
bertujuan memuliakan detik-detik yang merupakan titik pokok sepanjang masa.
33 Tim Senatus Malang, op. cit., hlm. 162.
23
Di dalamnya berisikan peristiwa-peristiwa yakni, kesediaan Maria melahirkan Tuhan
yang menjadikannya Bunda Tuhan dan Bunda rahmat Ilahi.34
Magnificat ditandai oleh ayat pembukaannya. Kehadiran kekal dan pikiran
Maria, dengan sangat tepat dilukiskan seperti lidah api di atas kepalanya. Magnificat
tersebut menggelorakan kemenangan atas kerendahan hatinya. Allah
menggantungkan kemenangan-Nya pada perawan Maria dari Nasaret. Dengan
bantuan mereka yang bersatu dengan Maria, Tuhan melanjutkan karya-karya agung
bagi kemuliaan nama-Nya.35
Kata-kata yang ditulis di pinggiran gambar “Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya: keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukan tumitnya” (bdk. Kej 3:15) memiliki referensi yang sama. Gambaran ini
menunjukkan peperangan yang tak henti dari Maria melawan ular. Pada bagian atas
gambar terdapat Roh Kudus sedangkan bagian bawah terdapat bola dunia yang
dikelilingi oleh yang baik dan yang buruk, yang merupakan ciri-ciri alamiah jiwa-
jiwa.
Doa penutup dari tessera tercermin dalam setiap goresan gambar. Legio Maria
digambarkan dalam kumpulan banyak orang yang sedang maju dalam pertempuran
melawan kuasa setan. Semuanya di bawah pimpinan bunda Maria sebagai ratu sambil
membawa panji-panji, salib di tangan kanan dan rosario di tangan kiri.36 Doa-doa
mereka ialah untuk memperoleh iman yang kuat, yang akan membuat naluri dan
tingkah laku dalam kehidupan mereka adikodrati, dan memungkinkan mereka
melakukan segala sesuatu bagi Kristus. Iman itu digambarkan sebagai tiang api yang
meleburkan semua hati legioner menjadi satu, dan membimbing mereka maju menuju
kemenangan dan tanah air perjanjian kekal.37
34 Ibid., hm 147.
35 Tim Senatus Malang , op. cit., hlm. 161-162.
36 Ibid., hlm. 148-150.
37 Ibid., hlm. 125.
24
2.4.2 Tessera
Tessera adalah sebuah lembaran
yang berisikan doa-doa legio dan
dilengkapi dengan sebuah gambar Legio
Maria.38 Tessera diberikan kepada
semua anggota Legio Maria baik yang
anggota aktif, anggota auksiler, anggota
ajutorian, maupun anggota pretorian.
Dalam bahasa Latin tessera memiliki
arti sebagai sebuah tanda pengenal atau
kenang-kenangan yang diberikan antara
teman supaya mereka dan keturunan
mereka dapat saling mengenal.39
Gambar 2: Tessera Legio Maria
Dalam Legio Maria tessera memiliki arti yang cukup penting, yaitu:
Pertama, tessera diedarkan atau diberikan universal pada kalangan Legio Maria.
Kedua, pelaksanaan dari kata sandi legio adalah doa-doanya. Ketiga, tessera
merupakan tanda persatuan dan perserikatan antara para legioner di manapun mereka
38 Ibid., hlm. 164.
39 Ibid., hlm. 164-165.
25
berada. Dengan kata lain, tessera amatlah penting sebagai doa-doa legio dan tanda
yang mempersatukan para legioner untuk berdoa pada Ratu Surgawi yaitu Maria.40
2.4.3 Struktur Organisasi
Struktur 1: Struktur Organisasi Legio Maria
Dewan tertinggi adalah Konsilium. Dewan ini berkedudukan di Dublin,
Irlandia. Dewan Konsilium bertugas untuk membimbing Senatus di seluruh dunia.41
Dewan di bawahnya adalah Senatus. Dewan ini secara struktural berhubungan
langsung dengan pusat Legio Maria di Dublin. Pada umumnya senatus berkedudukan
di suatu negara. Senatus bertugas untuk membimbing komisium-komisium, kuria,
dan presidium yang bergabung langsung. Indonesia kini memiliki dua senatus, yakni
Senatus Jakarta dan Senatus Malang. Senatus Jakarta memiliki wilayah kerjanya di
40 Hasil wawancara dengan Josefina. Boro Seo, Anggota Legio Maria Presidium Maria dari Gunung
Karmel, pada 11 Mei 2019 di Wairklau.
41 Tim Senatus Malang, op. cit., hlm. 74-78.
KONSILIUM
SENATUS
REGIA
KOMISIUM
KURIA
PELAYANAN
KASIH
PRESIDIUM
26
Jawa Barat, Sumatera dan Kalimantan, sedangkan wilayah lainnya yang ada di
Indonesia dibimbing oleh senatus Malang.42
Senatus adalah dewan yang ditunjuk oleh Konsilium untuk memegang
pemimpin Legio Maria dalam suatu negara. Senatus harus langsung di bawah asuhan
Konsilium dan akan bertanggung jawab dalam wilayah Legio yang ditentukan oleh
konselium. Keanggotaan Senatus terdiri dari: Pertama, Para perwira dari setiap
badan legioner yang langsung berada di bawah Senatus. Kedua, Anggota dari dewan
yang telah dianugerahi status Senatus.43
Dewan lainnya adalah Regia. Dewan ini belum cukup untuk menjadi senatus,
dan terlalu luas untuk komisium. Dewan ini bertugas sebagai koordinator untuk
komisium-komisium, kuria-kuria, dan presidium yang tergabung. Tetapi dalam
hubungan ke pusat Legio Maria masih melalui senatus. Karena itu, regia dapat
disebut juga sebagai dewan pra-senatus.44
Dewan di bawahnya adalah Komisium. Dewan ini bertugas untuk membina
dan membimbing beberapa kuria yang tergabung serta beberapa presidium yang
langsung tergabung. Dalam prakteknya dewan komisium dibentuk bila sekurang-
kurangnya ada dua kuria ditambah beberapa presidium. Bila tidak terdapat presidium
yang tergabung langsung, sebaiknya lebih dari dua kuria.45
Dewan lainnya adalah Kuria. Kuria dapat dibentuk apabila terdiri dari tiga
presidium atau lebih. Tugas kuria adalah membimbing presidium-presidium yang
tergabung langsung. Dan yang terahkir adalah kelompok kerasulan Legio Maria atau
yang sering disebut Presidium. Presidium merupakan kelompok legioner yang
membentuk kesatuan, dan merupakan komunitas dasar dalam Legio Maria.
42 Ibid., hlm. 178-184.
43 Ibid., hlm. 185.
44 Ibid., hlm. 184.
45 Ibid., hlm. 186-187.
27
Dalam presidium ini para legioner dididik dan dibentuk sebagai Rasul Awam yang
benar-benar menghayati hidup Kristiani.46
Dewan di bawahnya adalah Presidium. Unit dasar Legio disebut Presidium
yang biasanya berbasis di paroki. Paroki dapat memiliki lebih dari satu presidium
Legio Maria. Presidium terdiri dari 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur
ketentaraan Romawi Kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus
membantu kegiatan pastoral paroki. Umumya sebuah presidium berada di sebuah
paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki
yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium.47
2.5. DEVOSI LEGIO MARIA
2.5.1 Pengertian Devosi
Devosi Legio Maria merupakan devosi yang amat mendalam bersama Bunda
Maria. Dalam devosi Legio Maria persatuan dan kerendahan hati dikedepankan dan
dijalankan dengan sungguh-sungguh.48 Devosi berasal dari kosa kata bahasa latin
devotio yang berarti suatu sikap hati manusia beserta perwujudannya, yang
dengannya manusia sebagai pribadi mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang
(sebagai objek sembahan) yang dihargai dan dijunjung tinggi, dikejar, dicintai seperti
seorang pribadi yang kudus, roh atau wujud yang sakral.49 Kata latin devotio,
menggambarkan sikap eksternal, kepasrahan, pengorbanan, kemauan dan
kesiapsediaan. Dua hal penting dalam devosi yaitu sisi eksternal (dalam bentuk doa-
doa) dan sisi internal ( kepasrahan kepada suatu objek tertentu ). Dua hal ini harus
berjalan bersama. Devosi yang dijalankan seharusnya mengarah kepada kepasrahan
46 Ibid., hlm. 178.
47 Hasil wawancara dengan Elisabeth Pilips, Legioner Senior Presidium Maria Gunung Karmel, pada
14 Oktober 2019 di Wairklau.
48 Sivia Marsidi, “Devosi Kepada Maria, Kelompok Devosi Maria”, Majalah Devosi Kepada Maria
dalam Hidup Rohani, 19 ( Mei 2010), hlm. 64.
49 Cletus Gronen, Mariologi: Teologi dan Devosi (Yogyakarta: Kanisius, 1998),
art. 319, hlm. 150.
28
yang mendalam dan dedikasi seutuhnya. Karena bersal dari inisiatif pribadi, devosi
tidak berlaku wajib bagi semua orang katolik. Otoritas Gereja memilki hak dan
kewajiban untuk memeriksa kembali atau mengecek beragam devosi yang muncul
dan mulai berkembang.50
2.5.2 Devosi Kepada Maria
Devosi kepada Maria cukup lama berkembang dan terbilang khas atau unik
dalam Gereja Katolik. Devosi ini terus dipertahankan dan diwariskan. Devosi kepada
Maria (hyperdulia) merupakan sebuah kebaktian kepada ibu Yesus dari Nazaret
dalam bentuk puji-pujian, hormat dan cinta dengan meneladani cara hidupnya seraya
memohon bantuan pengantara doanya bagi Gereja yang masih berziarah menuju
tanah air surgawi dan bersatu dengan Allah.51 Maria menjadi sosok yang sangat
istimewa dalam Gereja Katolik. Beberapa karakteristik yang melekat dalam diri
Maria yang membuatnya sangat istimewa dan patut dihormati dalam Gereja Katolik,
yakni: Pertama, Maria dimeteraikan peran yang khusus sebagai ibu dari Putera Allah.
Konsili Vatikan II menerangkan dengan jelas dan sangat hati-hati peran Maria dalam
karya keselamatan Yesus Kristus. Maria adalah Bunda pengasih penebus Ilahi,
kerendahan hati dan kebesaran jiwa yang satu-satunya. Ketaatan, iman, harapan dan
cinta kasih yang bernyala merupakan cara yang sangat istimewa Maria bekerja sama
untuk karya keselamatan.52 Maria merengkuh kehendak Allah dengan sangat bebas
memilih untuk bekerja sama dengan rahmat Allah. Gereja selama berabad-abad
lamanya mengarahkan hati pada Maria untuk mendekatkan diri pada Kristus. Kedua,
Maria dikandung tanpa noda dosa. Gereja menghormati Maria sebagai model
sempurna dari iman dan cinta kasih pada Allah. Gereja menghormati Maria sebagai
50 YB. Haryono, op. cit., hlm. 23-25.
51 Paulus VI, Lumen Gentium, penterj. Hardawiryana, R (Jakarta: DOKPEN KWI, 1993), hlm. 30. 160.
Lumen Gentium merupakan konstitusi Dogmatis Gereja yang dikeluarkan oleh Paus Paulus IV di Roma pada
tanggal 21 November 1964.
52 Ibid., hlm. 156-157.
29
contoh penyucian dan penyerahan diri secara total kepada Allah.53 Ketiga, Maria
adalah bunda kita. Maria menjadi sosok ibu yang sangat sejati dan setia. Peran
kebaktian dan kesetiaan Maria mulai dari kesediaan secara total dari peristiwa kabar
gembira sampai di bawah kayu salib Yesus. Maria lantas menjadi “wajah ke-ibuan”
Allah, kedekatannya akan Allah merangkul cinta, perhatian dan kemurahan Allah.
Dalam devosi-devosi, Maria tampak seperti “Ibu” yang dengan mudah menemukan
integrasi dalam tradisi religius kosmik. Maria merupakan ikon eskatologis dari
Gereja di mana setiap orang katolik bahkan seluruh Gereja mesti mengarahkan hati
kepada Allah dengan mengikuti teladan hidupnya.54
Tiga hal di atas menunjukkan karakteristik Maria yang sangat nyata dalam
karya keselamatan umat manusia. Hal-hal tersebut yang mendorong banyak umat
mengarahkan hati kepada Maria untuk melawan setiap tantangan dalam hidup.
Devosi kepada Maria benar-benar sebuah devosi yang harus dipertahankan karena
sosok istimewa Maria dalam karya penebusan Allah dan seluruh umat manusia.
2.5.3 Penampilan Devosi Legio Maria
Penampilan devosi Legio Maria dapat ditemukan dalam doa-doa dan dasar
Kitab suci: “semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia dan inilah kemenangan
yang mengalahkan dunia; iman kita” (bdk. 1 Yoh. 5:4). Legio dibangun terutama
didasarkan pada kepercayaan penuh akan Allah dan kasih Allah akan putera-puteri-
Nya. Allah dimuliakan dari usaha-usaha umat-Nya dan Ia senantiasa ingin iman
umat-Nya berkembang dan bertahan. Umat Allah hanya dapat bertahan karena Allah
memeliharanya sepanjang waktu. Keberhasilan umat manusia lebih disebabkan oleh
campur tangan Allah daripada usaha manusia itu sendiri. Allah menginginkan
53 Tim senatus Malang, op. cit., hlm. 5-6.
54 YB. Haryono, op.cit., hlm. 48-49.
30
pertobatan dalam diri umat-Nya. Umat-Nya ingin menjadi kudus tetapi Allah
menginginkan sejuta kali pertobatan dan pengudusan itu dari umat-Nya.55 Tumpuan
kekuatan yang paling utama dari seluruh legioner adalah keyakinan penuh akan
penyertaan Allah Bapa yang baik dalam menjalankan tugas ganda, pengudusan diri
sendiri dan pelayanan terhadap sesama. Penyertaan Allah adalah kekuatan yang
paling utama dan hakiki bagi setiap anggota legioner. Kekuatan ini haruslah diyakini
secara penuh dengan tiada ragu. Keberhasilan akan selalu dicapai dengan iman yang
penuh akan penyertaan Allah. Iman yang berkurang merupakan satu-satunya faktor
yang dapat menghalangi keberhasilan dalam pelayanan dan pengudusan diri. Allah
akan memakai iman yang besar untuk megalahkan dunia.56
Kepercayaan kepada penyertaan Tuhan atau penyelenggaraan Ilahi harus tetap
dijaga agar tidak terbawa arus zaman yang semakin kuat. Inilah iman yang harus tetap
dijaga layaknya menjaga bola mata agar tetap bersinar dan menemukan jalan yang
benar. Kepercayaan ini tidak semata-mata hanya omongan belaka, tetapi lebih dari
itu merupakan sebuah penyerahan dan kepasrahan total. Perihal ini dijelaskan dalam
surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma: “Percaya berarti “menyerahkan diri”
pada firman Allah yang hidup, mengetahui dan mengenal dengan rendah hati bahwa
sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-
jalan-Nya” (bdk. Roma 11:33). Maria yang oleh kehendak yang Maha Tinggi, dapat
dikatakan berada pada pusat peyerahan diri secara total dalam terang iman, menerima
dengan hati yang siap dan sepenuhnya segala sesuatu yang telah diputuskan dalam
rencana Allah.57
Devosi kepada Maria pada dasarnya harus membawa suatu perubahan hidup
dalam diri legioner. Maria bukan menjadi tujuan akhir dalam legio. Legioner harus
menjadi lebih dekat dan lebih dalam mengenal dan mngetahui rencana Allah. Devosi
kepada Maria membawa legioner pada persatuan dengan Allah.
55 Widayaka, op. cit., hlm. 18-19.
56 Ibid.
57 Tim senatus Malang, op. cit., hlm. 18-19.
31
Persatuan dengan Allah membawa legioner pada sikap iman yaitu keterbukaan dan
penyerahan total pada penyelenggaraan Ilahi. Devosi Maria yang sempurna adalah
membawa legioner lebih dekat dengan Yesus. Devosi kepada Maria bukan berarti
Maria menjadi tujuan melainkan berdoa bersama Maria dan Maria berdoa kepada
Allah untuk memberi perlindungan dan menyelamatkan lewat satu-satunya
pengantara yaitu Yesus. Maria tidak mengambil tempat Yesus sebagai satu-satunya
pengantara bagi keselamatan dan penebusan umat manusia.
2.5.4 Rosario Sebagai Sarana Yang Mengarahkan Perhatian Legioner Terpusat
Kepada Devosi Allah
Legio Maria adalah organisasi yang menjalankan rosario yang begitu kuat
dalam perserikatan. Rosario merupakan doa yang sudah tak asing di kalangan
keluarga Katolik. Doa rosario adalah untaian doa lewat Maria atau berdoa bersama
Maria dalam lima puluh (50) kali salam Maria seraya merenungkan peristiwa-
peristiwa hidup Yesus dan Maria sambil juga menghitung biji-biji rosario.
Perserikatan rosario suci merupakan sebuah keluarga besar yang tersusun dari umat
yang sekurang-kurangnya sekali sepekan mendoakan kelima puluh peristiwa
rosario.58 Keanggotaan dalam hal ini berarti saling membagi antar anggota. Mereka
yang masuk dalam keanggotaan tidak saja menyerahkan satu peristiwa rosarionya
namun juga dapat berbagi segala doa, perjuangan, kesakitan, penderitaan kepada
seluruh anggota dan juga kepada Gereja. Hal yang mau ditekankan dalam rosario
yang dijalankan oleh Legio Maria sebagai sebuah perserikatan ialah persaudaraan
dan persatuan setiap anggota dalam berdoa.
58 Ibid.
32
2.5.5 Devosi Sebagai Akar Kerasulan Legio Maria
Legio tentu saja identik dengan Maria. Maria menjadi sosok yang tak
terhindarkan dalam legio. Kewajiban setiap anggota mengungkapkan devosi kepada
Bunda Allah dengan segenap hati. Devosi inilah yang menjadi titik dasar legio yang
harus hidup sebagai rasul yang setia. Kerasulan ini harus dijalankan dengan penuh
rasa tanggung jawab. Setiap anggota bertanggung jawab atas keutuhan legio. Satu
bagian legio saja yang rusak atau pincang akan mempengaruhi semuanya. Setiap
anggota harus terlibat aktif atau turut ambil bagian dalam meditasi yang serius dan
usaha yang tekun.
Persatuan merupakan hal yang hakiki dalam legio. Persatuan juga merupakan
suatu yang paling cepat disadari. Dengan kata lain, persatuan merupakan hal yang
paling peka, karena setiap anggota mengambil bagian penting dalam legio. Persatuan
akan diwujudkan dengan kesetiaan dalam tanggung jawab sebagai legioner.
Kesetiaan akan menunjang legio mencapai kesatuan dalam pikiran, tujuan dan karya.
Devosi akan menunjang persatuan dan persekutuan karena dalam devosi semua
menyatu dalam doa. Kerasulan yang paling nyata terlihat dalam pribadi Maria. Oleh
karena itu, Gereja mengambil figur Maria sebagai model kesempurnaan kemuridan.59
Maria menjalankan tugasnya sampai selesai dengan penuh kesetiaan. Maria
menjalankan tugas yang diberikan Allah dengan sangat setia. Pribadi Maria tersebut
yang dibawa dalam devosi dan menjadi akar kerasulan dari legio.
2.5.6 Perkembangan Legio Maria Dari Evangelisasi Baru
Setiap orang Kristen dipanggil untuk melaksanakan Evangelisasi, meskipun
tidak selalu dalam taraf dan jalan yang sama. Demikian pula Legio Maria merupakan
organisasi kerasulan awam yang dipanggil untuk melaksanakan Evangelisasi dengan
cara dan sistem yang khas dari Legio Maria, yaitu melalui kontak pribadi dalam setiap
59 YB. Haryono, op. cit., hlm. 48.
33
kunjungan rumah, kunjungan orang sakit, dan tugas-tugas kerasulan dan pewartaan
lainnya, yang bertujuan untuk menguduskan diri melalui doa dan karya.60 Karena itu
Legio Maria mengajak anggota-anggota untuk terus menerus menghayati dan terus
menerus mendalami imannya, sehingga dengan itu mereka dapat menjadi pewarta
Kabar Gembira ke dalam semua lapisan umat manusia dan melalui pengaruhnya
mengubah manusia dari dalam dan membaharuinya. Dalam kehidupan kristianitas,
pembaharuan manusia itu terjadi melalui pertama-tama permandian dan hidup
menurut Injil. Karena itu seorang legioner harus secara bertahap dan terus menerus
melaksanakan Evangelisasi bagi dirinya serta merubah kehidupan batin dan bertobat
melalui daya kekuatan Ilahi untuk menjadi manusia baru. Sehingga melalui doa dan
pelayanan yang dijalankannya, maka seorang legioner mampu bertobat dan
meningkatkan kehidupan iman sesamanya.61
Dengan pemahaman dan keyakinan yang demikian, setiap legioner harus
dengan tekun, ulet melaksanakan tugas-tugas kerasulan. Setiap legioner harus
menginjili diri sendiri melalui sabda yang direnungkan. Ibadat dan sakramen-
sakramen yang diterimanya, serta pelayanan atau kerasulan yang merupakan tindak
lanjut dan konsekwensi dari penghayatan imannya. Seorang legioner tetap bernaung
di bawah bimbingan Bunda Maria dan makin hari seorang legioner harus semakin
akrab dengan Kristus dalam Sabda dan sakramen.62
Hanya dengan cara yang demikian, seorang legioner memiliki keberanian,
ketekunan dan kemampuan dalam menjalankan karya pewartaan dan pelayanannya
kepada keluarga-keluarga, baik yang sedang dilanda masalah tertentu ataupun yang
tidak, serta kunjungannya ke tempat-tempat penampungan atau perawatan, misalnya
rumah sakit. Membantu karya pastoral yaitu pendataan umat di setiap lingkungan
60 Widayaka, op. cit., hlm. 43.
61 Hasil wawancara per telepon seluler dengan Markus Yumartana, Pemempin Rohani Presidium-
Presidium di Kadedral Jakarta, pada 21 Februari 2020 di Maumere.
62 Hasil wawancara per telepon seluler dengan Elisabeth, Legioner senior Presidium Ina Ola Ho’i Song
Arat, pada 16 Mei 2020 di Maumere.
34
umat basis setempat agar mendapatkan pelayanan sakramen.63 Singkatnya, Legio
Maria terlibat dalam seluruh pelayanan di tengah-tengah umat, pelayanan-pelayanan
ini yang disebut sebagai pelayanan kasih. Kekuatan pewartaan serta pelayanan
seorang legioner lebih ditentukan oleh daya kekuatan Roh Allah yang ada pada diri
seorang legioner, dari pada keterampilan atau kepandaian praktis yang dimiliki
seorang legioner dalam pewartaan dan pelayanan.
2.5.7 Legioner dan Tubuh Mistik Kristus
Pengabdian seorang legioner, haruslah bersifat adikodrati, mereka harus
mendekatkan dirinya kepada sesamanya dengan penuh keramahan, dan motivasi bagi
sesama legioner dan dalam diri orang yang dilayani, legioner harus melihat pribadi
Yesus Kristus sendiri di dalam diri orang yang dilayani.64 Sikap legioner ini
bersumber dari injil Mateus yang bunyinya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. (bdk. Mateus 25:40). Diingat bahwa
pewartaan dan pelayanan yang legioner lakukan untuk sesama bahkan hingga yang
paling hina, bukan semata-mata untuk pribadi yang dilayani saja, namun lebih dari
itu yakni bagi kemuliaan nama Tuhan.65 Sistem Legio Maria juga disusun atas dasar
prinsip-prinsip dari doktrin Tubuh Mistik Kristus dalam surat Rasul Paulus yang
berbunyi: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus:
“Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu”. (bdk.
Kis 9:4-5), ada cahaya yang memancar dari langit kemudian memenuhi dirinya dan
mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Saulus yang awalnya adalah pengejar
63 Hasil wawancara dengan Agnes Yosefa, Bendahara Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel,
pada 16 Juni 2020 di Wairklau.
64 Hasil wawancara dengan Imelda Yoseph, Anggota Aktif Legio Maria Presidium Maria Gunung
Karmel, pada 15 Juni 2020 di Wairklau.
65 Tim Senatus Malang, op. cit., hlm. 55.
35
orang-orang Kristen dan menganiaya dengan kejam kemudian bertobat dan menjadi
pelayan bagi Tuhan. Pelayanan legioner adalah amanah untuk menjalankan karya
penyelamatan yang diwarisi oleh Kristus sebagai Kepala bagi seluruh Gereja. Surat
Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus juga menggambarkan: “Kristus adalah Kepala
Jemaat, Dialah yang adalah Kepala Tubuh dan kita anggota-anggota tubuh-Nya”
(bdk. Ef 5:30).
Dari pernyataan ini menjadi bahwa Kristus adalah Kepala bagian utama yang
tidak dapat digantikan oleh yang lain. Dalam sakramen baptis, kita dipersatukan
dengan Kristus oleh satu ikatan yang paling erat dengan-Nya. Kita harus sadar bahwa
“mistik” bukan berarti “tidak nyata” namun kegiatan Tubuh Mistik adalah kegiatan
Kristus sendiri yang nyata di dalam Gereja-Nya. Umat beriman disatukan dalam Dia,
menderita sampai mati bersama-Nya, kemudian bangkit bersama-Nya pula.66 Dalam
pembaptisan, Gereja dikuduskan karena membangun hubungan vital antara Kristus
dan jiwa-jiwa di mana kekudusan Kepala mengalir ke anggota-anggota. Sakramen-
sakramen yang lain dan terutama Sakramen Ekaristi, mempererat ikatan antara Tubuh
Mistik dan Kepala-Nya. Lagi pula, ikatan ini dapat diperdalam oleh praktek iman dan
karya amal dalam pengaturan dan pelayanan dalam Gereja. Dengan penyerahan diri
dan ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus pada setiap kegiatan dalam
kehidupan Kristiani kita telah menjalankan amanah Kristus di dalam Gereja asalkan
semuanya ini dilakukan secara efektif bersama Maria. Maria merupakan penghubung
utama dalam persatuan ini, karena kedudukannya sebagai ibu, baik dari Kepala yaitu
“Yesus Kristus” maupun anggota-anggota-Nya. “Kita adalah anggota tubuh-Nya”,
dan oleh karena itu dengan kenyataan dan kepenuhan yang sama, anak-anak Maria,
ibu-Nya. Satu-satunya tujuan keberadaan Maria ialah untuk mengandung dan
melahirkan Kristus, yakni “Tubuh Mistik” dan semua anggota-Nya yang sempurna,
diikat rapi menjadi satu dengan Yesus Kristus sebagai Kepala-Nya.67
66 Ibid., hlm 56.
67 Ibid., hlm 56-59.
36
BAB III
MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DENGAN
BERCERMIN PADA SPIRITUALITAS PELAYANAN LEGIO MARIA
3.1 KELUARGA
3.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unsur terkecil dalam kehidupan masyarakat dan Gereja.
keluarga menjadi awal pijakan setiap pribadi. Keluarga harus menanamkan modal
awal iman yang kokoh dan kuat agar anak menjadi tangguh dalam iman. Iman sebagai
modal dasar dalam keluarga akan menuntun anak di kehidupan kemudian hari. Secara
sederhana keluarga dapat diartikan sebagai kumpulan orang yang hidup dalam satu
rumah karena hubungan darah. Hal yang mau dibahas di sini adalah keluarga inti.
Keluarga inti tersusun dari suami, istri dan anak-anak, tetapi anak-anak bisa juga
bukan merupakan darah daging dari suami dan istri tersebut. Anak-anak angkat pun
bisa dianggap sebagai keluarga inti. Keluarga inti dibagi lagi menjadi dua yaitu
keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi terdiri dari individu itu
sendiri, orang tuanya dan saudara-saudarinya. Keluarga prokreasi terbentuk melalui
perkawinan. Dalam keluarga orientasi status seorang individu adalah putera-puteri
sedangkan dalam keluarga prokreasi status seorang individu adalah bapak atau ibu
dan suami atau istri.68
Dapat ditemukan bahwa setiap orang memiliki persepsi berbeda mengenai
keluarga. Keluarga memiliki cakupan definisi yang luas dan kompleks. Namun, yang
68 Bernard Raho, Keluarga Berziarah Lintas Zaman, Suatu Tinjauan Sosiologis (Ende: Nusa Indah,
2003), hlm. 27.
37
mau dilihat dalam hal ini adalah keluarga inti yang mendiami suatu rumah. Hal yang
akan ditinjau adalah mengenai kehidupan spritualitas keluarga dan dampaknya dalam
keluarga tersebut.
3.1.2 Keluarga Sebagai Peletak Dasar Iman
Setiap manusia lahir dan hidup serta berkembang dalam keluarga tertentu, baik
yang memiliki hubungan darah maupun tidak. Tempat pertama anak akan belajar
mengenal dan memahami banyak hal karena memiliki keluarga. Di dalam keluarga
anak akan ditanamkan nilai-nilai dasar yang dipakai untuk menjalani kehidupan agar
kelak menjadi pribadi yang integral sebagai wujud aktualisasi diri sepanjang waktu.
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluria pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Menurut Maslow, manusia tidak dilahirkan dalam bentuk
yang lengkap. Dia harus mewujudkan bakat-bakatnya untuk melawan pengaruh dari
lingkungannya. Hal ini membutuhkan pengertian dan keberanian. Kebutuhan terakhir
menurut Maslow adalah kebutuhan untuk megaktualisasikan diri (self-actualization),
yaitu menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri. Manusia yang
mengaktualisasikan diri adalah orang yang sudah terpenuhi dan melakukan apapun
yang bisa mereka lakukan.69 Maksudnya, aktualisasi adalah proses untuk menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologi yang unik. Aktualisasi
akan berjalan seimbang dengan perkembangan hidup seseorang.
Keluarga merupakan sumber utama untuk mengaktualisasikan diri terhusus
bagi anak-anak. Orang tua mengajarkan dasar-dasar ajaran agama bagi anak-anak
sekaligus menuntun anak-anak untuk memperaktekkan ajaran-ajaran tersebut di
dalam kehidupan. Keluarga juga menjaga serta memelihara tradisi-tradisi keagamaan
agar tetap bertahan. Anak-anak sejak kecil sudah dilatih dan ditanamkan mengenai
kepatuhan terhadap nilai-nilai iman dan aturan-aturan dalam agama. Setiap keluarga
69 Matt Jarvis, Theoritical Approaches in Psychology, (penerj.), SPA-Teamwork, Teori-teori Psikologi
(Bandung: Nusa Media, 2006), hlm. 95.
38
yakin bahwa iman tersebut akan selalu menunjang dalam menentukan jalan hidup
dari sang anak.70 Anak-anak di dalam keluarga didorong untuk berdoa sebelum
makan, tidur dan melakukan perjalanan jauh. Anak-anak juga didorong untuk pergi
ke gereja pada hari minggu dan hari-hari besar Gereja. Anak-anak juga didorong
untuk terlibat dalam doa lingkungan di KBG (kelompok basis Gereja) dan kegiatan-
kegiatan kerohanian lainnya. Nilai-nilai dasar dalam setiap anak diletakkan oleh
masing-masing keluarga mereka sebagai bekal di kemudian hari.
3.2 FUNGSI KELUARGA
3.2.1 Keluarga adalah Komunitas Pribadi-Pribadi dalam Cinta Kasih
Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia
dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi (Comunio personarum) yang hidupnya
berlandaskan dan bersumber dari cinta kasih.71 Kasih sejati dalam keluarga ialah
kasih yang mendatangkan kebaikan-kebaikan bagi semua anggota keluarga. Maka
setiap anggota keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih melalui tindakan-
tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan juga keselamatan semua
anggota keluarga. Norma cinta kasih dalam keluarga adalah kasih Yesus Kristus
kepada Gereja, maka sudah seharusnya suami dan istri serta anak-anak saling
mengasihi satu sama lain seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya (bdk. Ef. 5:25-32).
Sakramen perkawinan membuahkan keselamatan karena persatuan mesrah antara
suami dan istri mengambil bagian juga dalam persatuan mesra Kristus dan Gereja-
Nya. Cinta kasih suami dan istri serta anak-anak dalam satu keluarga adalah tindakan
nyata yang bertujuan pada kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan semua
anggota keluarga.
70 Ibid., hlm. 50.
71 Konferensi Wali Gereja Indonesia, Pedoman Pastoral Keluarga (Jakarta: Penerbit Obor, 2011),
hlm.10.
39
Dengan lahirnya anak-anak dalam sebuah keluarga persekutuan itu menjadi
makin luas dan makin nyata. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan anugerah
nyata yang sangat istimewa dan sangat berharga serta merupakan mahkota cinta kasih
dalam sebuah keluarga. Anak-anak dalam sebuah keluarga hendaknya dicintai,
dihargai, diterima sepenuhnya dan dikembangkan serta diberi teladan yang paling
baik. Cinta kasih merupakan kekuatan yang paling utama, karena tanpa cinta kasih
keluarga tidak akan mengalami atau merasakan kerukunan dalam hidup dan tidak
berkembang serta menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi-pribadi. Pada
kodratnya setiap manusia harus saling mengasihi. Keluarga memiliki tugas utama
yakni menghayati perannya sebagai persekutuan hidup yang dilandasi cinta kasih dan
memiliki kewajiban menyebarkan cinta kasih tersebut.
3.2.2 Keluarga adalah Persekutuan Pembela Kehidupan
Allah pencipta memanggil laki-laki dan perempuan untuk menjadi satu daging
dan ikut atau turut mengambil bagian dalam cinta kasih dan kekuasaan-Nya.72
Dengan melahirkan kehidupan baru (prokreasi) secara khusus suami dan istri
mengambil bagian dalam tugas mulia dalam karya pencipta-Nya. Sabda Tuhan dalam
kitab kejadian (bdk. Kej. 1:28) memperlihatkan dengan jelas bahwa Allah sendirilah
yang mengangkat mereka menjadi rekan kerja dalam karya penciptaan. Anak-anak
mereka hendaklah diterima sebagai anak Allah sendiri (bdk. Ef. 3:15). Mendidik dan
membesarkan anak adalah tugas istimewa yang tak tergantikan. Sebagai mitra kerja
Allah suami istri atau orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar menjaga dan
membela kehidupan itu. Tugas perutusan suami dan istri ini semakin dikuatkan dan
diingatkan oleh Gereja karena semakin hari semakin jelas dan marak upaya untuk
memusuhi kehidupan tersebut dalam keluarga-keluarga. Kemajuan pesat
pengetahuan dan teknologi tidak hanya menciptakan harapan dan kebutuhan
manusia, tetapi juga menimbulkan keresahan dan kengerian yang mengancam
72 Ibid.
40
kehidupan. Aborsi dan pengguguran yang semakin marak adalah contoh permusuhan
terhadap kehidupan yang didukung juga oleh teknologi dan ilmu pengetahuan yang
sudah memadai.
3.2.3 Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Berkat sakramen baptis, suami-istri dan anak-anak menerima dan memiliki tiga
martabat Kristus yakni martabat kenabian, imamat dan rajawi.73 Dengan martabat
kenabian mereka mempunyai fungsi atau tugas mewartakan injil, dengan martabat
imamat mereka mempunyai tugas menguduskan hidup, terutama dengan menghayati
sakramen-sakramen serta hidup doa dan dengan martabat rajawi mereka memiliki
tugas untuk melayani sesama. Berkat sakramen baptis pula, mereka menjadi anggota
dan ikut membangun Gereja. keluarga bukan saja merupakan sebuah komunitas basis
manusiawi belaka melainkan juga komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian
juga dalam karya penyelamatan Allah. Hidup berkeluarga ini menampakkan hidup
Gereja sebagai suatu persekutuan (koinonia) dalam bentuk yang paling kecil dan
mendasar, yang menyatukan iman melalui doa peribadatan (Leitourgia),
mewujudkan pelayanan (diakonia) melalui pekerjaan dan memberi kesaksian
(Martyria) dalam pergaulan, semuanya itu menjadi sarana dalam menjalankan
penginjilan (kerygma) yang baru.
3.2.4 Keluarga adalah Masyarakat Kecil
Gereja mengakui bahwa keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat karena
di sana seluruh jaringan sosial dibangun dan dikembangkan. Melalui kehadiran dan
peran anggota-anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan tujuan efektif untuk
membangun masyarakat yang semakin manusiawi dan rukun. Keluarga katolik
73 Ibid.
41
diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai katolik
yang selalu dihayati dengan pembangunan masyarakat.74
Dalam rangka pembangunan hidup bermasyarakat, keluarga Katolik harus
terbuka, toleran, dan menghargai pluralitas yang ada. Pluralitas atau kemajemukan
hendaknya semakin mendorong pada kerukunan dan dialog kehidupan. Untuk
mencapai masyarakat yang rukun dibutuhkan keluarga Kristiani dalam kehidupan
masyarakat berdasarkan prinsip subsidiaritas. Prinsip subsidiaritas adalah pemberian
wewenang oleh institusi atau otoritas kepada satu kelompok di bawahnya. Selain itu
juga, perlu dikembangkan pula prinsip solidaritas yang dapat terwujud dalam
semangat gotong-royong. Dalam semangat gotong-royong itulah keluarga secara
konkret menyumbangkan keutamaan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang pada
dasarnya sangat luhur.
3.3 KELUARGA MENGAMBIL BAGIAN DALAM TUGAS-TUGAS DI DALAM
GEREJA
3.3.1 Persekutuan (koinonia)
Secara sadar atau tidak keluarga katolik mengambil bagian yang besar dalam
lima tugas di dalam Gereja. Hal ini dikarenakan persatuan dalam keluarga bisa dilihat
dalam persatuan Kristus dan Gereja-Nya. Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup
(consortium totius vitae ) antara seorang laki-laki dan perempuan berdasarkan
perjanjian antara kedua belah pihak dan diteguhkan melalui kesepakatan
perkawinan.75 Persekutuan antara keduanya diperluas dengan kehadiran anak-anak
dan juga keluarga besar. Ciri pokok dari persekutuan tersebut adalah kesediaan tanpa
74 Peranan Keluarga, http://mimirockfriends.blogspot.com/2012/03/ibd-tulisan-peran-keluarga-dalam.
Html, diakses pada 16 Juni 2020.
75 Krismas Imanta Barus, Koinonia Sebagai Tatanan Hidup Keluarga Allah (Sumut: GPKP, 2016),
hlm. 8.
42
paksaan untuk hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih serta kesediaan
mengembangkan pribadi satu sama lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan
dengan menciptakan keharmonisan di saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan
dalam menghadapi suka dan duka, untung dan malang, ketika sakit dan sehat.
3.3.2 Liturgi (Leitourgia)
Kepenuhan hidup katolik tercapai dalam sakramen dan doa-doa. Keluarga
bertemu dan berdialog dengan Allah. Dengan doa dan sakramen tersebut maka
keluarga menjadi kudus dan dikuduskan dan menguduskan jemaat Gereja serta dunia.
Relasi Kristus dan keluarga terwujud nyata dalam perkawinan yang menjadi dasar
dan landasan perutusan keluarga ke tengah dunia. Doa dalam keluarga mempererat
relasi dan dialog dengan Allah yang akan selalu menolong.76
3.3.3 Pewartaan Injil (Kerygma)
Keluarga merupakan Gereja rumah tangga yang mengambil bagian dalam tugas
pewartaan. Tugas dilakukan dengan terutama mendengar dan menghayati serta
melaksanakan atau menghidupi sabda Allah. Keluarga harus seperti Gereja yakni
sebagai sebuah tempat injil disalurkan dan memancarkan terang Roh Kudus. Orang
tua tidak hanya sekedar menyampaikan Injil kepada anak-anak melainkan juga
memberikan contoh atau teladan hidup sebagai tindakan nyata dari Injil atau
kabar gembira Tuhan yang sudah diresapi sebelumnya.77
76 Aloysisu Hari Prasetyo, Hidup Bersama Sebagai Anggota-anggota Keluarga Allah (Yogyakarta:
Kanisiun, 2008). hlm. 28.
77 Ibid.
43
3.3.4 Pelayanan (Diakonia)
Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk
mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdian atau pelayanan kepada sesama
terutama bagi mereka yang papa. Semangat pelayanan harus dijiwai oleh cinta
kasih.78 Keluarga Kristiani menyediakan diri untuk menjadi seorang pelayan atau
hamba yang berbakti. Pelayanan keluarga sebaiknya berupa pemberdayaan agar
keluarga lain dapat mandiri.
3.3.5 Kesaksian Iman
Keluarga harus berani memberi kesaksian hidup dengan penuh penghayatan.
Kesaksian ini tidak hanya sekedar perkataan namun juga perbuatan nyata dan
bersedia menanggung resiko dalam kesaksian akan kebenaran.79 Kesaksian itu harus
dengan berani dan tiada ragu. Keluarga juga harus bersikap kritis terhadap sesuatu
yang bertentangan dengan iman. Ketidakadilan dan perendahan martabat manusia
harus ditolak dengan dasar iman dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Karena
cinta kasih kepada sesama juga merupakan cinta kasih terhadap Tuhan Allah.
3.4 PERSOALAN YANG DIHADAPI KELUARGA KRISTIANI
Hidup manusia secara nyata bergerak mulai dari keluarga. Keluarga sebagai
basis kecil yang menanamkan nilai moral bagi anak agar anak-anak dapat bertumbuh
dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Keluarga juga sebagai media paling
aman bagi anak untuk belajar mengenai banyak hal untuk hidup selanjutnya.
78 Ibid.
79 Ibid., hlm. 29.
44
Y. Bambang Muliyono melihat keluarga sebagai wadah pembentukan pribadi
anggota terutama untuk anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan jasmani dan
rohani.80 Keluarga sebagai pendidik utama dalam segala bidang kehidupan. Keluarga
dalam hal ini orang tua menjadi batu pijakan dan figur utama pendidik bagi anak-
anak. Dalam bidang agama. Keluarga memberikan ajaran-ajaran agama dan budaya
sebelum dikonfrontasikan dengan budaya dunia luar.
Keluarga menjadi bagian penting dalam kehidupan karena keluarga merupakan
fondasi dasar bagi perkembangan umat manusia. Gereja mengakui bahwa keluarga
adalah kumpulan anggota yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga menjadi
institusi yang melahirkan individu-individu dalam masyarakat. Keluarga menjadi
tempat asal dan upaya efektif membangun suatu masyarakat.81 Hal ini berarti
keluarga menjadi agen penting dalam situasi perkembangan kehidupan manusia.
Apabila keluarga rapuh maka masyarakat juga akan mudah runtuh. Begitu pula,
persekutuan umat Kristiani tersusun dari keluarga-keluarga. Persatuan umat akan
mudah pudar bila situasi keluarga tak mengajarkan makna persatuan dan keutuhan
itu sendiri.
Situasi lingkup keluarga Kristiani kini cukup memprihatinkan. Tanda-tanda
kemerosotan terlihat jelas dalam keluarga-keluarga. Konsep hubungan suami istri
yang mulai hilang dibuktikan dengan banyak kasus perselingkuhan. Kesulitan dalam
mewariskan nilai-nilai moral. Jumlah perceraian yang meningkat, pengguguran
mewabah, dan pemandulan yang semakin marak dilakukan serta munculnya sikap-
sikap yang benar-benar kontraseptif.82 Kenakalan para orang tua tersebut tidak
menunjukkan tugas sebagai pendidik dan teladan bagi anak-anak.
80 Y. Bambang Muliyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan penanggulangannya,
Cet. Ke-5 (Yogyakarta :Kanisius, 1992). hlm. 26.
81 Konferensi Waligereja Indonesia, Pedoman Pastoral Keluarga (Yogyakarta: Penerbit Obor, 1996),
hlm. 18.
82 Yohanes Paulus II, Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II, Penerj. A. Widyanartaya
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 20-21.
45
Kasus-kasus tersebut banyak terjadi dalam dunia modern dengan segala
perkembangan teknologi yang juga memiliki banyak dampak negatif.
Kasus-kasus atau gejala-gejala yang timbul sebenarnya bersumber pada
perpecahan keluarga. Tak dapat dimungkiri bahwa perubahan perkembangan zaman
atau situasi zaman yang berubah menjadi pengaruh yang nyata bagi keluarga-
keluarga katolik. Namun hemat penulis, kasus-kasus tersebut ditimbulkan dari
perpecahan dalam keutuhan keluarga misalnya: tidak ada waktu untuk dialog
bersama, tidak ada kesempatan untuk doa keluarga bersama, dan tidak ada rasa saling
mencintai dan menyayangi sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh.83
Perpecahan ini menimbulkan suatu kesalahpahaman. Kesalahpahaman yang
dimaksud adalah kesalapahaman dalam bekerja sama dan mengerti kehendak Tuhan
(Will of God).84 Iman yang teguh dan keyakinan akan kehendak Tuhan adalah modal
kuat bagi kelurga-keluarga katolik. keduanya hanya akan dicapai bila keluarga dapat
berdialog dan berkomunikasi dengan Tuhan. Keluarga dapat berkompromi dengan
Tuhan. Doa menjadi penting dan tak bisa diabaikan dalam kelaurga-keluarga
Kristiani. Dengan ini maka dapat disimpulkan bahwa Legio Maria dapat menjadi
sarana yang kuat dalam memerangi situasi keutuhan keluarga yang semakin merosot.
3.5 MEMAHAMI TUGAS LEGIO SEBAGAI TITIK TOLAK PELAYANAN
3.5.1 Titik Tolak Pelayanan
Spiritualitas atau semangat yang memotivasi anggota Legio Maria, terdapat
dalam tugas atau pelayanan yang dilakukan legioner di tengah umat. Tugas tersebut
merupakan rel kekuatan dasar atau daya upaya sebagai titik tolak dalam pelayanan
83 Hasil wawancara dengan Stefanus Buyung, Pelayan Alokosio dan Pembimbing Rohani Kelompok
Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel, pada 21 Oktober 2019 di Wairklau.
84 Ibid.
46
dari setiap anggota legioner. Tugas-tugas tersebut tentu saja memberi angin segar dan
sebagai sebuah pedoman dalam pelayanan agar setiap pelayanan Legio Maria dapat
berkenan bagi semua umat. Pelayanan legioner dengan membawa spiritualitas
pelayanan yang mendalam sangatlah penting dan menolong legioner sendiri dalam
menemukan solusi bijak untuk mengatasi persoalan hidup meskipun tidak mencapai
tingkat kesempurnaan. Tujuan utama adalah menjadi pribadi yang integral dan pribadi
yang sehat dalam hidup bersama dengan yang lain. Menjadi integral adalah proses
aktualisasi yang berlangsung terus-menerus dan ini bukan suatu kondisi yang statis.
Proses ini seperti yang dikutip oleh Duane Schultz. Menyatakan, “ aktualisasi diri
merupakan keberanian untuk ada. Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya
ke dalam arus kehidupan.”85 Maka di sini legioner yang mengupayakan pencapaikan
kepribadian yang integral harus terbuka terhadap seluruh ruang lingkup emosi dan
pengalamannya terutama dalam pelayanannya.
3.5.2. Ekaristi Sebagai Sumber Kekuatan
Pelayanan Legio Maria adalah semangat awal yang diwariskan oleh bapak
pendiri Frank Duff melalui doa, Pelayanan dan teladan dari semangat Maria. Setiap
anggota berkumpul melaksanakan pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang
disebut presidium untuk berdoa bersama dan menjalankan tugas kerasulan mereka.
Seorang legioner wajib mengikuti ekaristi setiap hari. Ekaristi sangatlah penting bagi
seorang legioner karena ekaristi adalah sumber kekuatan rohani yang menjiawi seorang
legioner. Pelayanan Legio Maria mencakup yang menderita atau orang sakit, orang
jompo, orang-orang yang berada di penjara, kepada keluarga-keluarga yang
bermasalah dan memerlukan siraman rohani.86
85 Duane Schultz, “Growth Psychology: Models the Healthy Personality” dalam Yustinus Msc,
Psikologi Pertumbuhan: Model-model Mencapai Kepribadian yang Sehat (Yogyakarta: Kanisius, 1991),
hlm. 50.
86 Hasil wawancara dengan Margareta Soni, Ketua Presidium Mawar yang Gaib Misir, pada 7 Agustus
2019 di Misir.
47
3.5.3. Pelayanan Legio Maria Bercermin dari Kitab Suci
Kitab suci merupakan tradisi tertulis yang diilhami dengan Roh Kudus. Kitab
suci ini memberikan ayat-ayat suci yang menjadi cerminan atau pantulan yang
membahagiakan legioner. Berikut ini akan digambarkan ayat-ayat kitab suci yang
memberikan warna untuk pelayanan legioner:
3.5.3.1 Pelayanan dengan Mengenakan Perlengkapan Senjata Allah
Legio Romawi merupakan satu-satunya kekuatan tentara yang terindah dan
yang pernah ada di dunia. Rahasia kejayaannya terletak pada semangat pasukan atau
anak buahnya yang amat mengagumkan. Seorang prajurit harus menyatukan
kepribadiannya kepada legio yang diikutinya tanpa syarat kepada perwira atasannya
sampai taat “ad nutum” artinya “isyarat” tanpa mempertimbangkan atau
memperhitungkan kebaikan perwira atau suka tidak sukanya prajurit. Semua
bergerak maju bagaikan satu pribadi menuju satu tujuan. Semua diarahkan oleh satu
tujuan dan tekad yang sama. Semuanya bahu membahu dan berdampingan bergerak
ke seluruh dunia sambil menegakkan martabat Romawi di tempat di mana mereka
tampil. Semangat pengabdian ini membuat mereka tak terkalahkan. Ketabahan dan
keberanian mereka yang tiada gentar membuat musuh ketakutan kemudian menyerah
atau melarikan diri. Mereka adalah benteng depan kerajaan Romawi yang harus
mempertahankan dan melindungi kerajaan.87
Dapat dikatakan bahwa semangat Legio Maria dijiwai oleh penyerahan diri
kepada pimpinan, rasa tanggung jawab yang besar, ketahanan diri dalam menghadapi
kesulitan, ketabahan menderita, kesetiaan pada tugas sampai pada hal-hal yang paling
kecil sekalipun. Para legioner Maria harus memiliki sifat perwira yang sama, tetapi
87 Tim Senatus Malang, op. cit., hlm. 372.
48
dibuat adi-kodrati, ditempa dan dilembutkan oleh hubungan dengan Maria yang dapat
mengajarkan rahasia cinta kasih dan pelayanan. Dalam hal ini, senjata para legioner
adalah kesetiaan, kesiapan, ketahanan dan ketabahan. Semua bagian dalam pasukan
legio harus bekerja sama dalam menjalankan semuanya. Persatuan ini dapat
mendorong dan menciptakan sebuah pasukan yang solid sekalipun diserang terus
oleh pelbagai macam roh kejahatan. Perihal mengenakan semua senjata Allah ini
terdapat dalam kitab suci yang sudah menjadi cerminan akan semangat para
legioner.88 Isi teks kitab suci yang melampirkan hal ini ialah: “Kenakanlah seluruh
perlengkapan senjata Allah” (bdk. Efesus 6:11).
3.5.3.2 Legio Maria Menjadi Persembahan Hidup
“Persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan pada Allah:
janganlah kamu serupa dengan dunia ini” (bdk. Rm. 12:12). Berdasarkan ayat
tersebut termaktub seruan agar dalam diri legioner yang setia akan tumbuh kebajikan
yang lebih tinggi karena didorong oleh kemurahan hati. Kemurahan ini haruslah
terejawantahkan dalam pelayanan dan pangabdian. Pelayanan tersebut haruslah
merupakan persembahan hidup yang hakiki dengan tidak menuntut balas. Semua
bentuk pelayanan tersebut mewujudkan pujian dan kemuliaan Allah yang senantiasa
berkarya di dunia. Dengan merenungkan atau merefleksikan secara total Tuhan yang
disalibkan dan mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib sampai titik darah
penghabisan, para legioner harus berusaha mencerminkan penyerahan diri secara
total.
88 Hasil wawancara dengan Ludvina Lanselina, Selaku Ketua Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel,
Kuria Mawar Yang Gaib Misir, Regia Bunda Kristus Maumere, Tim Visitasi Regia Bunda Kristus Keuskupan
Maumere, pada 29 Juli 2019 di Wairklau.
49
3.5.3.3 Pelayanan Harus Berjerih Lelah dan Bekerja Berat
“Berjerih lelah dan bekerja berat” (bdk. 2 Korintus 11:27). Ayat tersebut mau
menunjukkan bahwa pelayanan legioner pada umumnya menuntut pengorbanan yang
besar. Kerasulan atau pelayanan legio juga termasuk di dalamnya mendekatkan umat
yang sudah terlampau jauh dari pengaruh yang baik dan yang tidak suka menerima
kunjungan yang misi utamanya adalah kebaikan. Semua ini dapat dilakukan dan
diatasi atau dimenangkan tetapi harus dengan kesabaran dan semangat yang gagah
berani dan penuh kasih. Kasih ini harus mampu menghadapi ujian-ujian yang hanya
dapat ditanggung dengan persahabatan sejati antar anggota legioner.89 Sakit hati
karena penghinaan, muka masam, penolakan, ejekan dan kritik yang mengajak
perang atau bermusuhan, kelesuan atau kelelahan rohani dan jasmani, kekecewaan
karena kegagalan dan keangkuhan hati orang untuk tidak berterima kasih, kedinginan
hati dan kedinginan dalam diri serta hujan deras, kotoran, dan kuman-kuman bau
busuk, lorong-lorong gelap dan becek serta senyap, peniadaan kesenangan karena
kekuatiran yang bertubi-tubi, penderitaan batin karena hati tidak tahan akan
kesedihan orang lain. Hal-hal tersebut tidak memiliki ketertarikan sama sekali.
Namun, bila dipikul dengan manis akan terasa indah dan dapat membahagiakan
semua anggota legioner maupun orang lain dalam pelayanan.90 Legioner berupaya
sekuat tenaga untuk menjadi saksi Kristus sebagai bukti bahwa legioner telah berjerih
lelah dan bekerja berat. Tugas menjadi saksi Kristus bukan hanya diemban oleh
uskup, imam atau biarwan-biarawati saja melainkan semua umat yang dibaptis dan
diperkuat dengan meterai sakramen penguatan sebagai tanda penugasan sebagai saksi
Kristus dan saksi dari Kabar Gembira Tuhan atau Injil. Saksi ini ditunjukkan melalui
hidup dan perbuatan. Orang Kristen dipanggil untuk menjalankan kehidupan dan
perbuatan jauh lebih kuat atau melampaui segala bentuk kejahatan, cinta kasih lebih
89 Frans Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk (Jakarta: Obor,
2004), hlm.xiv.
90 Hasil wawancara dengan Maria Mude, Ketua Kuria Bunda Kita St. Thomas Morus Maumere, pada
1 Maret 2019 di Maumere.
50
kuat daripada kebencian dan pengampunan lebih ampuh daripada hanya mau
membalas dendam dan iri hati.91
3.5.2.5 Pelayanan Legio Maria Harus dalam Kasih
Kasih akan mewujudkan sebuah penyerahan diri secara total seperti Kristus
Yesus yang menyerahkan diri secara total karena kasih-Nya yang begitu besar
terhadap umat manusia. Hal ini senada dengan surat Rasul Paulus kepada Jemaat di
Efesus tentang kasih yang berbunyi: “Hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus
Yesus mengasihi kamu dan telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita”. (bdk. Efesus.
5:2). Hal ini mau menyatakan bahwa kasih menuntut sebuah pengorbanan diri dan
akan menuntun kepada sebuah penyerahan diri secara total dalam pelayanan. Kasih
merupakan suatu sumber dan terang yang selalu harus bersinar dalam diri setiap
legioner. Semua pelayanan setiap anggota legioner menjadi lebih bermakna dan
indah dengan adanya kasih.92
Kasih merupakan kunci keberhasilan atau kesuksesan legio dalam setiap
pelayanan. Kasih menguatkan segala pelayanan dan meresapi setiap pribadi agar
menjadi setia dalam karya Allah. Kasih harus lebih dari sekedar apa yang dilihat.
Kasih mengatasi semua tugas berat bahkan ujian-ujian yang datang silih berganti
dalam setiap pelayanan. Segala bentuk penolakan dan hinaan akan menjadi luluh atas
nama kasih.
Kasih dalam setiap pelayanan adalah kasih yang selalu menuntut pengorbanan.
Kasih ini tidak semestinya ditunjukkan dengan perbuatan yang sangat besar. Kasih
bisa dibuktikan dengan sangat sederhana, misalnya berjabatan tangan, mengunjungi
orang di penjara, menerima undangan makan di tempat yang kotor dan mengunjungi
91 Frans Magnis Suseno, op. cip., hlm xv.
92 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), op. cit., hlm. 23.
51
orang yang sedang kesusahan. Semua ini merupakan tindakan kasih yang sederhana.
Kasih yang sesederhana itu akan menjadi gunung apabila dilakukan terus menerus.
Kasih akan terwujud bila tercipta sebuah penyerahan diri secara total. Tidak ada
batasan bagi sebuah pengorbanan dan penyerahan diri secara total.93
3.5.3.5 Pelayanan Menjalankan Wujud Kerasulan
Kerasulan sangat urgen dan harus menjadi bagian integral Gereja. Dewasa ini
banyak sekali kemerosotan yang perlu dibimbing dengan karya kerasulan yang
membumi. Pelayanan legio menunjukkan semangat kerasulan yang harus dijaga
terus. Legio telah menunjukkan bukti kerasulan yang menjadi nyata di tengah umat
manusia. Perubahan zaman dan perubahan gaya hidup yang semakin merosot tajam
ke situasi buruk harus mendapat sentuhan dari tangan rasul Tuhan agar tidak salah
kaprah. Hal ini membuktikan bahwa semangat kerasulan memang mutlak diperlukan
bagi seorang anggota legio. Pesan Yesus kepada murid-murid-Nya yang dikenal
dengan nama “amanat terakhir-Nya” yang disampaikan menjelang kenaikan-Nya ke
surga, peristiwa tersebut lebih mengagungkan dari peristiwa Gunung Sinai dan
sebagai penyempurnaan-Nya atas seluruh peraturan di dunia, Ia berbicara atau
berkata dengan penuh kuasa Tritunggal “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah
Injil kepada segala makhluk” (bdk. Mrk. 6:15).
Kata-kata tersebut dipandang sebagai perutusan kepada semua orang tanpa
terkecuali. Semua orang termasuk para awam juga diberi tanggung jawab yang besar
atas pelayanan kerasulan. Kata tersebut merupakan kata kunci dalam hidup Kristiani.
Iman itu harus disebarluaskan dengan semangat yang tak terpadamkan. Amanat
terakhir-Nya harus diikuti sebab kalau tidak akan kehilangan rahmat, kemunduran
serta kehancuran bahkan sampai kehilangan iman. Amanat Kristus mendorong semua
orang dari yang paling hina sampai yang paling tinggi tanpa terkecuali.94
93 Ibid., hlm. 16.
94 Tim Senatus Malang, loc., cit.
52
Legio terobsesi melaksanakan amanat terakhir Yesus dengan tiada ragu. Legio
juga berusaha menarik semua orang agar bertindak dalam amanat Yesus tersebut.
Kaum awam memiliki peran yang amat penting dalam bagian kerasulan. Awam yang
merasul sangat diperlukan demi tersebar luasanya Kabar Gembira atau Injil Tuhan.
Legioner sendiri harus sanggup mengait partisipasi kaum awam. Karena semua orang
terpanggil untuk merasul dalam persatuan dengan Kristus melalui pembaptisan.
Pembaptisan tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang sudah dibaptis
terpanggil melaksanakan tiga tugas Kristus yakni, Imam, nabi dan raja dan dikuatkan
dengan sakramen penguatan atau krisma. Kerasulan merupakan tugas yang luhur dan
kudus karena iman memungkinkan persembahan korban rohani melaui pelbagai
kegiatan dan memberi kesaksian tentang Kristus. Sakramen ekaristi memupuk jiwa
dan cinta kasih akan kerasulan yang dalam. Oleh karena itu, ekaristi sangat penting
bagi legioner dan juga kaum awam sebenarnya.95
3.6 MENJADI KELUARGA KATOLIK YANG UTUH DALAM SEMANGAT
PELAYANAN LEGIO MARIA
3.6.1 Upaya Legio Maria Membangun Keluarga Katolik yang Utuh
Legio Maria sebagai sebuah upaya dalam membangun keutuhan keluarga,
dengan kata lain orang tua dapat menjadi contoh dan teladan yang berkenan bagi anak
dan orang lain. Masuk dan menjadi bagian dari anggota legio atau mendapat
kunjungan dari anggota legio tentu berpengaruh bagi sebuah keharmonisan dalam
sebuah keluarga. Nilai-nilai itu kemudian dihidupi dalam keluarga sampai matang
dan menjadi sumber kebahagiaan. Orang tua dapat memberikan makna hidup paling
dalam bagi anak-anak. Segala usaha dan upaya dari orang tua juga merupakan sebuah
proses pemberian makna hidup yang sungguh mengena untuk anak-anak dan seluruh
anggota keluarga. Orang tua juga membutuhkan penghargaan apalagi ia juga akan
95 Fransiskus Emanuel da Santo (ed.), op. cit., hlm. 16.
53
menghadapi masa berat yang harus diatasi.96 Legio Maria menjadi andalan yang
dapat dipercaya untuk menemukan semangat yang baru dan menemukan kembali jati
diri keluarga Kristiani yang sebenarnya.
Legio menjujung tinggi doa-doa, firman Tuhan, kerja keras dan kasih.
Semuanya itu mutlak diperlukan demi menggapai keluarga yang utuh. Pelbagai
masalah dalam keluarga seperti perselingkuhan, perceraian, pertengkaran atau yang
lebih dikenal KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) menunjukkan bahwa sebuah
spritualitas keluarga katolik yang utuh sudah mulai luntur dan hampir punah. Padahal
spiritualitas dalam keluarga merupakan modal yang paling kuat dan utama untuk
sebuah keutuhan keluarga yang harmonis. Fondasi atau dasar paling kuat dalam
kehidupan keluarga adalah semangat atau roh yang menjiwai keluarga sebagai Gereja
mini untuk menghadapi situasi zaman yang semakin merosot.
3.6.2 Legio Maria Menghidupkan Semangat Devosi Kepada Maria dalam Keluarga
Dalam doa dan devosi keluarga kepada Maria lewat doa Rosario dapat
membangun sebuah hubungan mesra dengan Allah. Keluarga mau berdialog dengan
Allah untuk menyadari penyertaan yang Ilahi. Keluarga dapat bertahan dan menjadi
utuh serta harmonis dengan doa-doa yang disusun dalam keluarga sebagai sebuah
kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Dalam doa-doa tersebut keluarga percaya
Allah hadir secara langsung. Dengan doa, keluarga sudah mulai memupuk
kepercayaan kepada Allah yang hadir atau iman serta pengalaman akan Allah yang
hadir dan berkarya di tengah keluarga. Doa di sini merupakan ungkapan aku kepada
engkau dan membuka batin secara total untuk menerima karya-karya dari Allah.97
Untuk sampai kepada keutuhan dan keharmonisan keluarga, doa seharusnya menjadi
96 Kondrad Kebung, Esai Tentang Manusia (Ende: Nusa Indah, 2006), hlm. 53-54.
97 Bernard S. Hayong (ed.), Doa Tanpa Permohonan: Sebuah Filsafat Doa (Maumere: Penerbit
Ledalero, 2014), hlm. 5.
54
sebuah kegemaran. Keluarga dalam hal ini orang tua akan menciptakan nilai yang
bijaksana jikalau membangun sebuah kebiasaan doa dalam keluarga. Peran orang tua
adalah mendorong anak, mengarahkan kegiatan-kegiatan untuk pertumbuhan
jiwanya. Karena anak-anak bukan hanya diperhatikan secara fisik saja tetapi yang
lebih dari semua itu adalah perkembangan karakter atau pertumbuhan jiwa anak.98
Pertumbuhan jiwa atau karakter dapat dibina melalui doa. Anak dilatih dan
dibiasakan orang tua berdoa sebelum makan, tidur dan bepergian jauh. Orang tua
dapat juga menerapkan sistem doa yang ketat tetapi lunak dan sesuai dengan
perkembangan anak agar tidak terkesan memaksa. Untuk dapat membina sebuah
kebiasaan doa dalam keluarga, maka orang tua harus tahu bagaimana dapat
menanamkan teladan. Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab khusus untuk
mendidik anak-anak mereka dalam doa, menghantar mereka selangkah demi
selangkah untuk menyelami dan menghayati misteri kerahiman Allah. Teladan
konkret orang tua sangat penting dan tak tergantikan dalam mendidik anak-anak
untuk berdoa. Hanya dengan doa bersama anak-anak seorang ayah dapat
menjalankan tugasnya sebagai pendidik doa dan menunaikan imamat rajawi. Berdoa
bersama orang tua dan anak-anak dapat menyelami lubuk terdalam dari hati anak dan
pengalaman doa tersebut memberikan kesan yang tak dapat dihapus oleh peritiwa-
peristiwa lain.99
Legio Maria sangat memperhatikan doa. Doa merupakan senjata ajaib dan
dapat memusnahkan kejahatan bagaimanapun hebatnya. Dalam legio doa tersebut
menuntut sebuah persatuan. Kesatuan batin atau jiwa dan kesatuan dalam tindakan
dan pelayanan. Dalam kasus keluarga yang bercerai, keluarga yang mengalami kasus
perselingkuhan hingga berujung pada penghilangan nyawa akan bisa dinetralkan
apabila orang tua masuk dan menyelami semangat dalam legio. Dengan meresapi
semangat ini entah dalam kunjungan-kunjungan atau orang tua masuk dan terlibat
dalam akar kerasulan legio melalui doa devosi maka legio dapat dipandang sebagai
98 Julius Chandra, Cinta Rasional (Yogyakarta: Kanisius, 2016), hlm. 31. 99 Yohanes Paulus II, op. cit., hlm. 106-107.
55
sebuah daya upaya untuk sebuah keutuhan dalam keluarga tersebut. Keluarga-
keluarga yang menjadi anggota legioner tentu menjalankan semangat ini dalam
keluarga-keluarga dan kebiasaan doa tersebut dapat membina sebuah persekutuan
kecil yang tak dapat digantikan dengan persekutuan lain di luar rumah.
Hal ini berarti seorang legioner dapat membangun doa dan devosi dalam
keluarga dan menyadari karya penyertaan Allah. Berdialog dan menyadari peran dan
penyertaan Allah akan mengajarkan seorang suami dan istri, serta anak-anak dalam
rumah akan arti dan peranan dari setiap anggota keluarga. Dialog bukanlah seperti
bincang-bincang antara atasan yang mendengarkan keluhan dari bawahan atau seperti
yang diadakan tokoh agama dan politik di televisi. Dialog adalah pembicaraan intim
yang memang diambil dari cerminan doa karena doa merupakan dialog dengan yang
Kuasa. Dialog berarti secara terbuka menyatakan inilah “Aku”.100 Dialog ini
tercermin dalam doa-doa kepada Allah dan keintiman yang tak tergantikan oleh yang
lain.
Dari semua hal ini termaktub dalam semangat atau spritualitas Legio Maria
dalam pelayanan. Dengan itu, Legio Maria dapat memberikan sumbangsih besar
membangun benteng atau tiang doa sebagai perekat dan sarana penyadaran karya
Allah dalam hidup manusia khususnya keluarga-keluarga Kristiani. Legio Maria
menunjukkan kekuatan doa yang dapat menyatukan segalanya dan juga
mengharmoniskan dialog yang jujur dan terbuka dalam sebuah keluarga Kristiani.
Legio Maria juga memberikan angin segar dan wahana baru sebagai sebuah kekuatan
doa yang dapat menjadi tempat sandaran dan tiang untuk berdiri sebuah keluaga
dalam menapaki zaman yang sudah berubah. Inti dari sebuah doa adalah iman yang
teguh akan kuasa penyelengaraan Ilahi di dalam karya keselamatan Yesus dengan
mengutamakan kehendak-Nya.101
100 Paul Subiyanto, Kiat-Kiat Jitu Merawat Perkawinan (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara,
2003), hlm. 196-197.
101 FX. Dany Haryanto, Memahami Doa dalam Perspektif Iman Katolik (Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantara, 2013), hlm. 7.
56
3.6.3 Legio Maria Menuntun Keluarga mengimani Firman Tuhan
Doa dan mendengarkan firman Tuhan adalah dua hal dalam kesatuan yaitu
mendengarkan dan berpasrah. Firman Tuhan adalah jawaban sepanjang masa akan
persoalan manusia yang semakin kompleks. Legio dalam tugas dan pelayanan
mengandalkan kisah-kisah kitab suci yang dapat memberikan inspirasi yang
menerangi langkah hidup yang tepat dalam pelayanan. Legioner di tengah keluarga
dapat mempersembahkan sebuah kesaksian hidup yang berdasar pada firman Tuhan.
Keluarga yang hidup dalam firman Tuhan dapat memerangi pelbagai kejahatan atau
persoalan-persoalan hidup yang datang.102 Firman Tuhan akan mengarahkan
keluarga-keluarga pada sebuah pandangan dan kesadaran bahwa karya Tuhan
sungguh nyata dan terjadi dari dahulu sejak manusia diciptakan.
Menyadari karya-karya Tuhan dalam kehidupan manusia, keluarga semakin
ingin mengenal dan menjalani hubungan dalam dialog yang intim dengan Tuhan.
Keluarga menjadi yakin dan bersembah sujud pada Tuhan dari kisah-kisah kitab suci.
Anak-anak semakin tahu bagaimana Allah itu memang hadir meski didahului dengan
pelbagai cobaan. Keluarga mengambil bagian penting dalam tugas pewartaan injil.
Tugas itu dilaksanakan dengan tidak hanya mendengar tetapi juga menghayati dan
mengamalkan atau melaksanakan karya Allah serta juga mewartakannya kembali.
Dari hari ke hari atau waktu ke waktu keluarga semakin berkembang menjadi suatu
persekutuan yang hidup dan dikuduskan oleh Allah. Keluarga harus menjadi seperti
Gereja yakni menjadi tempat injil diwartakan atau disalurkan sehingga dapat
memancarkan sinar-sinar. Dalam keluarga yang menyadari tugas perutusan itu,
semua anggota keluarga harus menerima dan melaksanakan Sabda Allah. Orang tua
tidak hanya sekedar menyampaikan injil kepada anak-anak mereka melainkan anak-
anak juga dapat menerima teladan penghayatan Sabda Allah. Anak dan orang tua dari
102 Hasil wawancara dengan Yonas Kaki, Penasehat Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel,
pada 2 Februari 2020 di Wairklau.
57
keluarga yang satu harus mewartakan ke keluarga yang lain agar Sabda Allah tidak
mati melainkan tetap hidup. Sabda Allah itu memerlukan pendalaman agar bias
mendapatkan makna dan tidak salah tafsir. Pendalaman itu bisa dilakukan dalam
legio atau dalam orgnaisasi lain. Legioner yang sudah terbiasa dengan ini bisa
memetik keunggulan-keunggulannya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
tumbuh dalam keluarga dengan mendengarkan Sabda Tuhan.103
Ada beberapa keunggulan dari firman Tuhan dalam keluarga. Firman Tuhan
mengajarkan keluarga untuk lebih banyak mendengarkan dan memahaminya. Setiap
pasangan harus berusaha mendengar setiap dialog dari pasangan-pasangannya atau
dari anak-anak. Orang tua juga sangat penting mendengar pendapat anak-anak
sebelum menentukan masa depan bagi anak. Mendengarkan dan memahami juga
merupakan suatu cara mengatasi pertengkaran agar tidak terjadi kesalahpahaman
yang berlebihan atas sebuah masalah.104 Legioner harus memperhatikan hal ini dalam
setiap kali kunjungan dan untuk seorang legioner akan juga melaksanakan dalam
keluarganya demi menciptakan suatu keutuhan dan keharmonisan yang bertahan.
3.6.4 Legio Maria Mewujudkan Keluarga yang Memberi Seluruh Hidup pada Tuhan
Doa dan firman akan menghantar keluarga dan legioner menuju pada pemberian
diri secara total pada Tuhan. Keluarga atau legioner dalam keluarga dengan
semangatnya akan memberikan kesaksian. Kesaksian ini berkaitan erat dengan
sebuah penyerahan diri dalam tangan Tuhan. Kesaksian ini timbul dari sebuah
penyerahan diri secara sungguh atau secara penuh pada Tuhan yang merupakan
sumber hidup dan kebahagiaan. Kesaksian hidup yang didapat dari pengalaman akan
Allah yang hidup dan berkarya juga tidak boleh setengah-setengah melainkan dengan
103 Hasil wawancara per telepon seluler dengan Ziriakus Maria Ndolu, Pembina Rohani dan Meditasi
Kristiani Keuskupan Maumere, pada 16 Juni 2020 di Maumere.
104 Yohanes Paulus II, op. cit., hlm. 55.
58
cinta dan Penyerahan diri secara total kepada-Nya. Perlu disadari bahwa penyerahan
diri secara total termasuk juga segala cita-cita dan perjuangan dari keluarga. Tuhan
menjadi benteng satu-satunya yang harus dipegang dan diandalkan. Dalam
perkawinan semua pasangan sudah disucikan dalam sakramen, maka seluruh hidup
dan perbuatan haruslah menuju kekudusan. Kepala keluarga akan mengejar
kekudusan dalam mencari nafkah untuk keluarga dan bukan hanya sekedar kegiatan
ekonomis semata. Namun, lebih daripada itu merupakan sebuah tanggung jawab
yang besar.105
Perselingkuhan dalam keluarga disebabkan karena tidak adanya rasa tanggung
jawab dan juga tidak menyerahkan sepenuhnya hidup pada Tuhan. Keluarga kadang
mengalami situasi pergolakan seperti layaknya seorang legioner menghadapi
tantangan dalam pelayanan. Perselingkuhan atau hinaan dalam pelayanan, penolakan
dan sebagainya merupakan masalah yang pada dasarnya sama dan beragam dihadapi
oleh legioner dan juga dalam keluarga-keluarga. Kasus perselingkuhan terjadi karena
suatu pasangan tidak mendapat kepuasan baik rohani maupun jasmani dalam
keluarganya. Suatu pasangan tidak saling menerima dan mencari kesenangan ataupun
pasangan yang lain. Perselingkuhan tidak akan terjadi kalau kedua pasangan
berkomitmen menyerahkan seluruh hidup termasuk masalah-masalah dalam rumah
tangga ke hadapan Tuhan dan berusaha mencari kepuasan dan ketenangan dalam
Tuhan saja. Situasi ini akan memungkinkan kehidupan yang selalu dan senantiasa
dibimbing menuju cahaya Roh kudus.
Pada dasarnya kitab suci adalah sebuah cara Tuhan menjawab setiap keluhan
manusia yang di dalamnya keluarga-keluarga bersandar, tetapi haruslah hidup juga
diserahkan pada Tuhan sebagai arti iman itu sendiri. Pemahaman akan penyerahan
seluruh karya dan hidup lebih indah dan lebih nyata dalam legio. Hal ini tentu
merupakan pengaruh langsung dari legioner yang bekerja dalam pelayanan dan
menemukan pelbagai kasus yang tidak sedikit membutuhkan tanggung jawab dan
105 T. Gilarso (ed.), Membangun Keluarga Kristiani (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 157.
59
penyertaan Tuhan. Oleh karena itu menyerahkan hidup pada Tuhan adalah juga
merupakan suatu keharusan yang tidak boleh diingkari oleh masing-masing pihak
dalam sebuah keluarga.
3.6.5 Legio Maria Mewujudkan Keluarga Yang Berjerih Lelah dan Bekerja Keras
Kerja keras merupakan bentuk dari iman. Bagian ini memang bukan perkara
mudah. Semua orang dipanggil dalam kerja keras yang tidak lain juga merupakan
tanggung jawab iman. Iman tanpa perbuatan adalah kosong dan tak berguna. Iman
yang diwujudkan dalam menyerahkan hidup secara total pada Allah harus diimbangi
dengan sebuah kerja keras yang mana harus dimiliki oleh keluarga dan legioner
dalam keluarga mereka masing-masing. Kemutlakan ini adalah sebuah perintah dan
harus dijalani dengan penuh tanggung jawab.
Persoalan dalam keluarga yang menjadi tuntutan ekonomi yang sungguh besar
sehingga setiap keluarga harus menerapkan cara cerdas dan juga kerja keras demi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidup. Kerja keras akan menunjukkan
sebarapa kuat iman akan Tuhan bekerja dalam diri setiap anggota keluarga. Kerja
keras menghadapi situasi zaman yang terus berubah namun tidaklah melupakan iman.
Kerja keras ini harus merupakan bagian dari iman dan bukan semata-mata hanya
untuk mencari aman. Sebab kalau iman ini tersingkir dari rel kerja keras maka akan
terjadi penyimpangan atas iman. Kerja keras demi memenuhi semua kebutuhan dan
bukan untuk demi kepuasan semata. Kerja keras ini sudah dihadapi dalam perjuangan
menjadi pasangan dan membina suatu rumah tangga dan akan terus menjadi tuntutan
dalam membina sebuah keluarga yang mencerminkan kasih Allah dan penyertaan
Bapa yang baik.
Dalam kerja keras itu, setiap anggota keluarga mewujudkan aspek diakonia.
Setiap anggota keluarga adalah pelayan dan bukan yang dilayani. Kerendahan hati
sangat amat diperlukan dan menjadi bagian integral dalam pelayanan dan kerja keras.
Suami tidak menjadi pelayan atas istri atau sebaliknya tetapi mereka saling
60
melengkapi dalam satu kesatuan. Anak-anak tidak secara sepihak menjadi orang yang
dominan dan selalu ingin dimengerti oleh orang tua tetapi juga ingin meringankan
pekerjaan orang tua dan menjalankan segala perintah dari orang tua.
3.6.6 Legio Maria Mewujudkan Keluarga Penuh Cinta Kasih
Cinta Kasih adalah kekuatan yang mendasari kuatnya sebuah keluarga. Cinta
Kasih harus diresapi oleh semua anggota keluarga. Cinta Kasih menjiwai dan menjadi
andalan legioner ketika melakukan pelayanan. Legioner yang berkeluarga atau
memberi pelayanan dalam bentuk kunjungan-kunjungan kepada keluarga Kristiani
lain harus menjadikan cinta kasih sebagai pilar utama dalam keluarga-keluarga
Krsitiani itu sendiri.
Dalam diri legioner semangat cinta kasih itu tetap hidup dan merasuk masuk
sampai dalam keluarga dan memberikan sumbangsih positif dan tak tergantikan.
Kasih ini harus dipenuhi dan dirawat penuh dalam keluarga karena keluarga dewasa
ini sudah tidak menjadi komunitas-komunitas pribadi dalam cinta kasih. Cinta kasih
itu merupakan kekuatan utama karena tanpa cinta kasih keluarga tidak akan rukun
dan bahagia. Cinta orang tua pada anak hendaknya diwarnai dengan spontanitas.
Spontanitas berarti dalam diri si anak ditanamkan kepercayaan bahwa ia tidak harus
menjadi anak baik atau anak manis dulu untuk mendapatkan cinta. Orang tua tidak
perlu menunggu anak berprestasi dahulu untuk memberikan hadiah atau mengajak
rekreasi. Begitupun juga seorang istri atau suami tidak perlu menunggu melakukan
sesuatu yang baik untuk mendapatkan pujian dan penghargaan melainkan memujinya
karena ia harus dicinta dan dijaga.106
Cinta kasih merupakan asas dan kekuatan persatuan karena tanpa cinta kasih
keluarga takan mengalami persatuan. Kebutuhan akan cinta kasih dalam diri setiap
manusia harus dipenuhi dalam keluarga. Cinta kasih itu mendorong terciptanya
106 Julius Chandra, op. cit., hlm. 49-50.
61
persatuan dalam seluruh anggota keluarga. Persatuan antara suami dan istri dan
semua anak-anak. Dalam hal ini tidak ada sistem pilih kasih atau anak emas. Tugas
yang utama dalam setiap keluarga adalah dengan menghayati realitas persatuan
dengan berlandaskan cinta kasih dan usaha terus-menerus untuk mengembangkan
pribadi yang otentik.
Cinta kasih antara suami dan istri mengalami perluasan yang nyata dalam diri
anak-anak. Cinta kasih itu meliputi semua, orang tua dan anak-anak, saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Persatuan itu merekat erat dalam semangat cinta kasih
walaupun ditempah oleh arus perkembangan zaman. Namun, persatuan itu harus
didahului persatuan suami istri yang tak terceraikan. Persatuan antara suami dan istri
adalah persatuan yang paling pertama atau awal yang mendahului persatuan lainnnya.
Persatuan itu terjadi berkat janji perkawinan, “tidak lagi dua melainkan satu daging”.
Cinta pertama-tama bukanlah hubungan dengan pribadi tertentu melainkan
sikap atau suatu orientasi karakter yang menentukan jalinan seorang pribadi dengan
dunia secara keseluruhan. Hal inilah yang dinamakan mencintai dunia dalam satu
pribadi dan menyerahkan seluruh kehidupan. Cinta bukan semata-mata pada objek
tertentu tetapi menyusuri segala ruang lingkup kemanusiaan yang utuh. Cinta adalah
kekuatan jiwa yang tak terkalahkan.107 Dalam satu pribadi yang dicintainya tidak
akan memakai hukum ekonomi yakni mendapatkan keuntungan atau menderita
kerugian. Cinta bukanlah sesuatu yang memandang tiga (B): bobot, bibit dan bebet.
Lebih dari pada itu, cinta merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam spritualitas
manusia dan harus mendukung pada persatuan.108 Persatuan suami dan istri itu
berakar dalam kodrat saling melengkapi. Persatuan itu kemudian dikembangkan
dengan kesediaan antara suami istri untuk saling mengambil bagian dalam seluruh
proyek hidup keluarga. Persatuan suami dan istri tersebut tidak hanya berciri
monogami tetapi juga tak terceraikan. Dalam hal ini berarti ada pemberian diri
107 Erich Fromm, The Art of Lovin: Memaknai Hakikat Cinta (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 58-59.
108 Jonar Situmorang, Berani Menikah: Mengakiri Masa Lajang Untuk Memasuki Fase Baru Pernikahan
Kristen Yang Benar (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001), hlm. 40.
62
seutuhnya secara timbal balik. Persatuan mesra ini menunjang kesejahteraan anak-
anak. Persatuan ini mengundang adanya kesetiaan dan pengorbanan yang besar.109
Persatuan ini juga tercermin dalam semangat pelayanan Legio Maria yang
selalu setia memberi diri dan keutuhan sepenuhnya kepada orang yang dilayani demi
tugas dan pewartaan. Semangat ini hidup dalam legioner dan dikembangkan dalam
kelurga-kelurga demi menuntun untuk sampai pada keutuhan yang otentik semua
anggota keluraga. Cinta kasih itu juga terbukti dari tindakan memberi maaf kepada
anggota kelurga yang bersalah. Pemberian maaf ini harus berlandaskan cinta kasih.
Hal ini berarti maaf bukan bersifat ritualistik belaka dan dilandasi oleh mitos semata
tetapi maaf yang bersifat realistis disertai keterbukaan dan pengakuan kesalahan serta
tindakan nyata untuk tidak mengulangi kesalahan lagi.110 Dengan cinta suami dan
istri akan menciptakan Couple power.111 Cinta tersebut membuat keluarga
menciptakan keutuhan dalam diri mereka masing-masing agar cinta itu tidak hilang
dan tetap bertahan. Cinta ini bisa di reduksi kembali dan dikuatkan kembali melalui
Legio Maria yang mengikat cinta kasih sebagai modal utama dalam pelayanan meski
pun banyak tantangan.
109 Yohanes Paulus II, op. cit., hlm. 41-45.
110 Monty P. Satiadarma, Menyikapi Peselingkuhan (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001), hlm. 110.
111 Paul Subiyanto, op. cit., hlm. 223.
63
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setiap individu memiliki keinginan untuk berkembang dalam hidup rohani maka
itu harus dijaga. Ada bermacam-macam cara untuk menumbuhkembangkan hidup rohani
dalam kehidupan setiap individu. Cara untuk meningkatkan pertumbuhan hidup rohani
yaitu melibatkan diri dalam kegiatan doa linkungan atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan
doa lainnya dalam organisasi-organisasi di dalam Gereja yang bermunculan dengan nama
yang unik dan beragam, maupun doa-doa yang khusus untuk memuliakan nama Tuhan.
Salah satunya yakni organisasi Legio Maria. Orang-orang yang masuk dalam organisasi
ini disebut legioner. Orang-orang tersebut akan menjalankan cara yang khas atau doa-doa
yang khas dan di hari-hari yang khusus menjalankan kebaktian-kebaktian atau tradisi-
tradisi khusus. Cara-cara dan tradisi-tradisi khusus menjadikan Gereja lebih berwarna
sebab tujuan dari semua itu adalah pembentukan spiritualitas manusia atau dalam hal ini
anggota-anggotanya untuk menemukan atau mencari jati diri dan arti hidup serta mengupas
habis kejahatan-kejahatan yang ada di tengah dunia demi kemuliaan Allah dan pengudusan
manusia karena Gereja adalah tubuh mistik Kristus itu sendiri.112
Organisasi Legio Maria dipilih oleh Allah untuk menjadi ragi bagi sesama
manusia. Panggilan menjadi ragi merupakan suatu gerakan yang memotivasi para legioner
untuk menjadi terang iman dan menerangi mereka yang tersesat dalam kegelapan maut
112 Amatus Woi, “Menjadi Religious dalam Kaca Perubahan Zaman: Momentum Pembaharuan dan
Penyelerasan” Jurnal Ledalero, 1:1 ( Ledalero: Juni, 2002), hlm.47.
64
yakni kemerosotan iman dalam keluarga-keluarga Kristiani maupun dalam berbagai
masalah sosial. Panggilan menjadi ragi, dengan mengundang seluruh umat Kristiani untuk
menjadi saksi Kristus dengan mempersembahkan hidup yang suci, mati raga dan karya
amal dalam terang iman, harapan dan kasih.
Panggilan legioner menjadi ragi ini yang mendorong keluarga-keluarga Kristiani
di era modern agar semakin mendekatkan diri pada Kristus. Legioner diajak untuk
menerima dengan kemurahan hati, panggilan akan persatuan yang lebih erat dengan
Kristus sebagai kepala dan kita yang adalah Gereja atau anggota-anggota tubuh-Nya,
bersama-sama mengambil bagian dalam karya keselamatan sejati dalam terang sabda:
“Karena hanya dalam nama Kristus kita diselamatkan” (bdk. Kis 4:12). Melalui Kristus
semua umat tanpa terkecuali diselamatkan oleh kuasa-Nya.
Legio Maria yang diinspirasi oleh semangat Bunda Maria yang luhur mendorong,
menerangi, serta menjiwai mereka yang tersesat secara khusus keluarga-keluarga Kristiani,
bukan karena Legio memperoleh kemuliaan dalam membawa nama Maria melalui panji-
panji yang dikibarkan, tetapi karena Legio menggunakan metode spiritualis dan kerasulan
berdasarkan prinsip kesatuan dinamis dengan Maria dalam rencana penyelamatan, dengan
kata lain seorang legioner melayani setiap orang yang merupakan gambar Kristus, dengan
semangat dan keprihatinan Maria bunda Yesus.
Spiritualitas kerasulan Legio Maria menjadi upaya untuk membentangi keluarga
Kristian dari segala pengaruh buruk di tengah perkembangan zaman. Keluarga harus
bercermin dari kitab suci dan mulai mempersembahkan hidup kepadaTuhan. Legioner
harus bekerja keras dan berjerih lelah untuk mempersatukan keluarga-keluarga Kristiani
yang tercerai-berai.
Melalui doa-doa atau devosi keluarga-keluarga membangun dialog dengan Tuhan
yang menjadi andalan dan pegangan hidup. Dialog mesra dengan Tuhan membuat
keluarga-keluarga dapat membaca tanda-tanda zaman dan berani menentang kejahatan
dunia. Berdialog bersama Tuhan melalui devosi kepada Maria membuat legioner dan
keluarga-keluarga menjadi pribadi yang handal sehingga dapat membawa terang di
manapun mereka berada. Devosi adalah kekuatan atau senjata untuk menghancurkan
65
kejahatan dunia terutama di dalam keluarga-keluarga Kristiani. Melalui devosi, relasi
antara umat dan Maria sangat nampak, beragam cara dilakukan dalam devosi kepada
Bunda Maria ini merupakan salah satu devosi terpenting sebagai sikap dan ekspresi iman
Kristiani bahkan memberikan ciri khas kepada spiritualitas Gereja Katolik.
. Implikasi dari devosi adalah karya pelayanan bagi umat. Semangat pelayanan
Legio Maria bertujuan untuk kemuliaan Tuhan dan sesama manusia. Untuk mencapai hal
ini, bukanlah kesuksesan yang diinginkan namun sebuah kesetiaan iman pada Tuhan.
Kebahagiaan manusia dan kebahagiaan Allah telah menunjukkan jati diri yang utuh.
Keluarga menjadi semakin utuh dalam semangat pelayanan Legio Maria dan menjadi
legioner sejati pembawa kabar gembira bagi keselamatan dunia.
4.2 USUL DAN SARAN
4.2.1 Bagi Keluarga-keluarga Katolik
Spiritualitas yang patah dan makin memprihatinkan harus dibuat menjadi lebih
hidup lagi agar spritualitas keluarga menjadi lebih hidup dan bergairah. Tugas orang
tua adalah menegakkan kerajaan Allah di dunia. Menegakkan kerajaan Allah itu
dapat ditunjukkan dengan menjadi contoh dan teladan dalam hidup doa, membaca
kitab suci, meditasi, merenungkan serta menerapkannya dalam kehidupan setiap hari
untuk membangun dan membina keluarga-keluarga Kristiani agar menjadi utuh
seperti teladan keluarga Nazareth. Sikap yang harus dibangun yaitu:
Pertama, keluarga harus mengoptimalkan bentuk doa-doa dalam keluarga dan
menjaga serta menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Doa-doa tersebut
menjadi cara mendekatkan diri pada Tuhan dan mulai mengerti jalan yang disiapkan
Tuhan atau misteri dari karya besar Tuhan bagi manusia. Keluarga harus
mengedepankan semangat jiwa yang tinggi untuk selalu berserah diri dan berseru
kepada Tuhan atas semua persoalan yang ada dalam keluarga-keluarga Katolik.
66
Kedua, keluarga dapat menyediakan waktu khusus dalam satu bulan atau satu
minggu untuk berkumpul bersama dan mendengarkan sebada Tuhan dan
menyeringkannya dalam semangat cinta kasih yang besar kepada setiap anggota
dalam keluarga. Dengan upaya itu segala hal yang tidak berkenan dalam keluarga
tersebut dapat dibicarakan dan menemukan jalan keluar.
4.1.2 Bagi Organisasi Legio Maria
Organisasi atau para legioner tidak boleh menyerah dan tetap bekerja keras dan
berjerih lelah untuk menghidupkan kembali keluarga-keluarga Katolik untuk
menjalani hidup dengan Tuhan meski terdapat banyak halangan dan tantangan.
Keluarga harus tetap berserah pada Tuhan dan menyatu dengan tubuh mistik Kristus
dalam Ekaristi.
Legio dapat melebarkan sayapnya untuk lebih banyak lagi mendapatkan
anggota yang makin bersatu dalam Tuhan dalam teladan dan doa bersama Maria.
Dengan semangat legio, maka semakin banyak lagi keluarga-keluarga yang
diselamatkan dan menjadi satu dengan Kristus yang tersalib. Semakin banyak
keluarga yang hidup dalam kepenuhan dan menjadi pelayan yang setiap tindakannya
memuliakan Tuhan dan menguduskan diri demi kebahagiaan angota-anggotanya.
Legioner tetap mendorong agar kasih dan cinta tetap hidup dalam keluarga-
keluarga. Legioner dapat mengadakan gerakan kasih melalui seluruh umat Allah
dengan mengunjungi orang sakit atau membantu mereka yang kesusahan dan
memberi dengan sepenuh hati kepada mereka yang lapar dan berkekurangan.
Legioner bila berada dalam masalah harus menyerahkan semuanya kepada Tuhan
dalam doa dan dalam pujian. Sebab dengan itu masalah yang dihadapi dapat diatasi
melalui kasih Kristus yang menyelamatkan dalam kehidupan.
67
DAFTAR KEPUSTAKAAN
I. KAMUS DAN DOKUMEN
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Konferensi Waligreja Indonesia. Iman Umat Katolik. Yogyakarta: Obor, 1996.
--------------------------------------- Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Penerbit
Obor, 2011.
Moeliono, A. M. (dkk). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1988.
Paulus VI. Lumen Gentium. Penerj. R. Hardawiryana. Jakarta: DOKPEN KWI, 1963.
-------------------------------------- Apostolicam Actuositatem. Penej. R. Hardawiryana.
Jakarta: DOKPEN KWI, 1993.
II. BUKU-BUKU
Allport Gordon W. “The Person in Psychology (Psikologi Individu Allport,”
dalam Supratiknya, A. (ed.). Teori-teori Sifat dan Behavoristiknya. Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
Candra, Yulius. Cinta Rasional. Yogyakarta: Kanisius, 2016.
Barus, Imanta Krismas, Koinonia Sebagai Tantangan Hidup Keluarga Allah.
Submit: GPKP, 2016.
da Santo, Emanuel Fransiskus. Alokusio Legio Maria. Larantuka: Komisi Reinha
Rosari, 2004.
68
Fromm, Erich. The Art of Loving: Memaknai Hakekat Cinta. Penerj. Andri
Kristiwan. Jakarta: Gramedia, 2005.
Haryanto, Dany F. X. Memahami Doa Dalam Perspektif Iman Katolik. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusantara, 2013.
Haryono, YB. Devosi-devosi Umat. Jakarta: Penerbit Obor, 2010.
Hayong, S. Bernard. Doa Tanpa Permohonan: Sebuah Filsafat Doa. Maumere:
Penerbit Ledalero, 2014.
Jarvis, Matt, Theoritical Approaches in Psychology. Penerj. SPA-Teamwork. Teori-
teori Psikologi. Bandung: Nusa Media, 2006.
Kartono, Kartini. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1996.
Kebung, Kondrad. Esai Tentang Manusia. Ende: Nusa Indah, 2006.
Muliyono, Bambang Y. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penangulangannya, cet. Ke-5. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Prasetyo, Hari Aloysius. Hidup Bersama Anggota-anggota Keluarga Allah.
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Raho, Bernard. Keluarga Berziarah Lintas Zaman: Suatu Tinjauan Sosiologis.
Ende: Nusa Indah, 2003.
Satiadarma, P. Monty. Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor,
2001.
Situmorang, Jonar. Berani Menikah: Mengakhiri Masa Lajang untuk Memasuki
Fase Baru Pernikahan Kristen yang Benar. Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2001.
Subiyanto, Paul. Kiat-kiat Jitu Merawar Perkawinan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantara, 2003.
69
Suseno, Magnis Frans. Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk.
Jakarta: Obor, 2004.
Timo, Nuban Eben. Sidik Jari Allah dalam Budaya: Upaya Menjajaki Makna Allah
dalam Perangkat Budaya Suku-suku si Nusa Tenggara Timur. Maumere:
Penerbit Ledalero, 2005.
Tim Senatus Malang. Buku Pegangan Legio Maria. Malang: Dioma, 1993.
Widayaka. Legio Maria. Malang: Dioma, 1999.
III. KITAB SUCI
Lembaga Alkitab Indonesia. Edisi II Cetakan V. Jakarta: Percetakan LAI, 1997.
IV. JURNAL DAN MAJALAH
Marsidi, Sivia. “Devosi Kepada Maria, Kelompok Devosi Maria”. Tempo, 19 Mei
2010: 64.
Woi, Amatus. ”Menjadi Religious dalam Kaca Perubahan Zaman: Momentum
Pembaharuan Penyelerasan”. Jurnal Ledalero, Vol. 1, No. 47, Juny 2002.
V. INTERNET
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. http://smtb.net/kategorial/legio-maria.
Diakses pada 20 Juny 2019.
keuskupan.blogspot.com/2018-06-01-archive.html. Diakses Pada 20 Maret 2019.
Legio Maria Keuskupan Malang. http://penakatolik.com/2017/04/20/pejuang-
kemanusiaan-misionaris-paul-hendrikus-janssen-cm. Diakses pada 11
Oktober 2019.
Sejarah Legio Maria, http://celina2609.wordpress.com/2013/05/04/sejarah-legio-
maria. Diakses pada 15 Juny 2019.
70
VI. WAWANCARA
Buyung, Stefanus. Bapak Rohani Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel.
Wawancara per telepon seluler, 21 Oktober 2019.
Djuang, Antonius Hedrikus. Ketua Dewan Kuria Keuskupan Maumere.
Wawancara langsung, 11 Februari 1019.
Elisabeth. Legioner Senior Presidium Ina Ola Ho’i Song Arat.
Wawancara per telepon seluler, 16 Mei 2020.
Eroswita. Wakil Ketua Presidium Ina Ola Ho’i Song Arat.
Wawancara Langsung, 9 Mei 2019.
Kaki, Yonas. Penasehat Legio Maria Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancara Langsung, 2 Februari 2020.
Lanselina, Ludvina. Ketua Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau, Kuria
Mawar yang Gaib Misir, Regia Bunda Kristus Maumere, dan Tim Visitasi
Regia Keuskupan Maumere. Wawancara Langsung, 29 Juli 2019.
Mude, Maria. Ketua Kuria Bunda Kita Paroki Thomas Morus Maumere.
Wawancara Langsung, 1 Maret 2019.
Ndolu, Maria Ziriakus. Pembina Rohani dan Meditasi Kristiani Keuskupan
Maumere. Wawancara per telepon seluler, 16 Juni 2020.
Pilips, Elisabeth. Legioner Senior Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancara Langsung, 14 Oktober 2019.
Seo, Ribut Yosefina. Anggota Auksilier Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancara Langsung, 11 Mei 2019.
Soni, Margareta. Ketua Presidium Mawar yang Gaib Misir.
Wawancara Langsung, 1 Agustus 2019.
Tmange, Rita. Wakil Ketua Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancara Langsung, 4 Agustus 2019.
71
Uran, Pit Petrus. Sekertaris Dewan Kuria Mawar yang Gaib Misir.
Wawancara Langsung, 16 Maret 2019.
Yumartana, Markus. Pemimpin Rohani Presidium-Presidium di Kadedral Jakarta.
Wawancara per telepon seluler, 21 Februari 2019.
Yosefa, Agnes. Anggota Aktif Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancaea Langsung, 16 Juni 2020.
Yoseph, Imelda. Anggota Aktif Presidium Maria Gunung Karmel Wairklau.
Wawancara Langsung, 15 Juni 2020.