Oh Kastrasi Dan Caesar

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dari kerangka kucing di Pulau Siprus. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung. Dimana kucing saat ini telah dijadikan hewan kesayangan. Tetapi dari pemeliharaan tersebut ada salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar bagi manusia yaitu terlalu banyak populasi kucing. Dimana semakin banyak populasi maka menyebabkan dan menularkan penyakit. Maka dari itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak. Tetapi tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan menimbulkan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Praktikum a. Untuk dapat mengetahui definisi dari Ovariohisterectomy (OH). b. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohisterectomy (OH)

description

Teknik opersi

Transcript of Oh Kastrasi Dan Caesar

Page 1: Oh Kastrasi Dan Caesar

BAB IPENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dari kerangka kucing di Pulau Siprus. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung. Dimana kucing saat ini telah dijadikan hewan kesayangan. Tetapi dari pemeliharaan tersebut ada salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar bagi manusia yaitu terlalu banyak populasi kucing. Dimana semakin banyak populasi maka menyebabkan dan menularkan penyakit.

Maka dari itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak.

Tetapi tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan menimbulkan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.

1.2    Tujuan1.      Tujuan Praktikum

a.    Untuk dapat mengetahui definisi dari  Ovariohisterectomy (OH).b.    Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohisterectomy (OH)

c.    Untuk mengetahui persiapan dan penggunaan obat anastesi yang tepat.d.   Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam melakukan teknik

bedahOvariohisterectomy (OH).e.    Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohisterectomy (OH).

f.     Untuk mengetahui perawatan post operasi.

2.      Tujuan Ovariohisterectomya.   Mencegah kelahiran anak yang tidak diinginkan.b.    Melakukan tindakan sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor

ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).c.    Modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan dan untuk penggemukan.

           

Page 2: Oh Kastrasi Dan Caesar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiOvariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan

histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di  anterior dari vesica urinaria.

Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu :a.       Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus

(leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).b.      Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vaginac.       Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.d.      Penggemukane.       Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah

populasi.

2.2    Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomy

a.    Keuntungan

Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah :1.         Menghilangkan ‘keributan’ hewan  pada  periode estrus2.         Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.3.         Menghilangkan stress akibat kebuntingan.4.         Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.5.         Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.6.         Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.

Page 3: Oh Kastrasi Dan Caesar

b.    KerugianAdapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :1.         Terjadinya obesitas2.         Hilangnya  potensi  breed dan nilai genetic.

Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya :

1.      Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena  pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik.

2.      Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna.

3.      Uterine stump  pyometra, inflamasi dan granuloma.4.      Fistula  pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi

terhadap material operasi (benang).5.      Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena

adanya  perlekatan (adhesi) atau granuloma  pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.

2.3     Premedikasi dan anastesiPremedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi

yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah (Ibrahimn, 2000).

Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg BB secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 12,5 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 3 mg/kgBB secara intramuskular.

Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat yaitu :

1.    Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,2.    Cara pemberian mudah,3.    Mulai kerja obat yang cepat dan4.    Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.

Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat anastesi

Page 4: Oh Kastrasi Dan Caesar

yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 (Anonimus b, 2005).

Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.

Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit (Lumley, 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.  

2.4    Perawatan Post Operasi              Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk

membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.

BAB IIIMATERI DAN METODE

Page 5: Oh Kastrasi Dan Caesar

3.1 Materi       1. Alat yang digunakan

a.         Alice forcepsb.         Duk kleemc.         Arteri kleem (klem bengkok besar kecil dan klem lurus besar kecil)d.        Needle holdere.         Spoid 5 ml & 1 cc

f.          Kapas dan tampong.         Scalpel dan Bladesh.         Pinset (Anatomis dan Chirurgis)

i.           Gunting lurus tajam-tumpul, tumpul-tumpulj.           Jarum

k.         Catgut chromic 3.0 & silk2.Bahan yang digunakan

a.       Seekor kucing betina dengan berat badan 4 kgb.         Atropin dosis 0,05 mg/kg , sediaan 0,25 mg/ml, BB 3 kg. (0,05 mg x 4 kg) / 0,25 mg/cc =

0,8  mlc.         Xylaxin dosis 3 mg/kg, sediaan 20 mg/ml, BB 3 kg. (3 mg/kg x 4 kg/ 20 mg/ml= 0,6 mld.        Ketamin dosis 12.5 mg/kg, sediaan 100 mg/ml, BB 3 kg = ( 12.5 mg/kg x 4 kg ) / 100 mg/ml

= 0.5 mle.         Alkohol 70%f.          Antibiotic Penstrep (penicillin-sterptomycyn)g.         Betadine

3.2     Metode Operasia.       Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan

diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.b.      Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang akan

dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical.c.       Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine.d.      Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih

3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan.e.       Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat

terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.

f.       Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.

g.      Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal.

Page 6: Oh Kastrasi Dan Caesar

h.      Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau rupture.

i.        Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan.

j.        Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk.

k.      Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi.

l.        Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan lagi.

m.      Berikan cairan infuse agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama.

n.        Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih kuat.

o.        Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi.

p.        Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup jangan lupa berikan antibiotik

q.        Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu penjahitan.

r.          Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan lambert menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana menggunakan benang silik.

s.         Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan betadine.

BAB IVPEMBAHASAN

Page 7: Oh Kastrasi Dan Caesar

Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.Sebelum operasi ovariohisterectomy dilakukan, alat – alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa :

1.    Duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan alat – alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung.

2.    Towel clamp berfungsi untuk menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit.

3.    Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum.

4.    Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan.

5.    Gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan.

6.    Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.

            Sebelum obat anastesi diberikan pasien diberikan obat preanastesi berupa Atropin sediaan dengn dosis 0,05 mg dengan berat kucing 4 kg, sehingga dosis yang di injeksikan secara subcutan pada kucing  tersebut adalah ( 0,05 mg / 0,25 mg/cc ) x 4 KgBB = 0,8 mg/kgBB Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 10-15 menit , dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Ketamin dan xylazine  dengan dosis masing-masing 12,5 mg/Kg BB dan 4 mg/Kg B, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular. Ketamin dengan dosis 12,5 mg/kg BB x 4 kg / 100 mg/ml =0, 5 ml dan  xylazine dengan dosis 3 mg/kg BB x 4 kg / 20 mg/ml = 0,6 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada kaki sebelah kanan.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di  anterior dari vesica urinaria.

Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. Setelah didapat organ uterus ternyata kucing tersebut sedang bunting dengan umur fetus sekitar 2 – 3 minggu. Jadi pengangkatan uterus (OH) tidak dilaksanakan karena usia fetus yang masih muda dan tidak memungkinkan untuk dilakukannya operasi cesar sehingga bagian linea alba ditutup kembali tp sebelum itu diberi antibiotic kemudian ditutup dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Dan pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai

Page 8: Oh Kastrasi Dan Caesar

organ didalamnya. Penjahitan pada kulit dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan lambert, dan dilanjutkan denagn jahitan tunggal sederhana.  Kemudian jahitan di desinfeksi dengan betadine.

                                                    

BAB VKESIMPULAN

Tindakan bedah ovariohistectomy dilakukan pada kucing betina dengan berat 4 kg. ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di  anterior dari vesica urinaria.Ovariohisterectomy dilakukan untuk beberapa indikasi, baik dalam menangani kasus penyakit atau membatasi populasi hewan. Dan dilakukan dengan teknik laparatomi di daerah midline posterior umbilical.

Setelah dilakukan operasi, kucing tersebut dirawat kurang lebih selama 2 minggu. Pembukaan jahitan dilakukan setelah daerah tersebut susah benar – benar kering.

                                                                                           

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Preanastesi dan Anastesi Sebelum Operasi.http://heriblog.wordpress.com/2008/08/23/preanastesi-dan-anastesi-sebelum-operasi/, diakses 19 Maret 2013.

Page 9: Oh Kastrasi Dan Caesar

Anonim. 2008. Ovariohisterectomi.http://wahidweb.blogspot.com/2010/01/ovariohistrektomi.html operasi/, diakses 19 maret 2013

Anonim. 2009. Ovariohisterectomy pada Kucing yang. Dalamhttp://kandadvm.blogspot.com/2009/12/ovariohisterektomi-pada-kucing-yang.htmlDiakses tanggal 19 Maret 2013.

Biyani, septi.dkk. 2010. Ovariohysterectomy. IPB.http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 19 Maret 2013

Page 10: Oh Kastrasi Dan Caesar

ABSTRAK Sectio caesaria pada kambing yang berasal dari Lambaro Angan Aceh Besardilakukan

pada tanggal 1 Maret 2011 di Laboratorium Ilmu Bedah Dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh. Kambing tersebut, berumur ± 2 tahun, berat badan ± 60,5 kg, berjenis kelamin betina dengan warna bulu merah bata. Dari pemeriksaan umum, temperamen jinak, frekuensi nafas 60x/menit, frekuensi pulsus 35x/menit, suhu 38,2 0C, turgor normal, kulit dan bulu bagus dan tidak rontok, konjunctiva normal. Sebelum dilakukan operasi hewan terlebih dahulu diberikan Lidocain secara epidural antara vertebrae sacral terakhir dengan vertebrae coccigeae pertama kemudian rambut kambing pada daerah legok lapar (flank) kiri dicukur dan seterusnya langsung dilakukan operasi.

PENDAHULUAN

Bedah cesar adalah sebuah penyayatan pada dinding perut untuk mengeluarkan anak/fetus pada kambing atau hewan-hewan lainnya. Bedar cesar dikenal juga dengan bedah-C, dibutuhkan pada ternak-ternak dewasa dimana pada saat partus melalui vagina terlalu sulit bagi induk atau berbahaya bagi kehidupan sang induk atau pada keselamatan anaknya.

Sectio caesaria atau pemdedahan kaisar adalah pengeluaran foetus, pada umumnya pada waktu partus, melalui laparohisterotomi atau pembedahan perut dan uterus (Toelihere, 1985).

Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (bedah caesar tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak abad ke-2 SM (Anonimus, 2008).

Sectio caesaria atau pembedahan caesar adalah pengeluaran foetus, umumnya pada waktu partus, melalui laparohisteretomi atau pembedahan pada perut dan uterus, Bedah ini dilakukan apabila mutasi, tarik paksa dan foetotomi tidak dapat atau sangat sulit dilakukan untuk mengeluarkan foetus atau peternak menginginkan supaya foetus dikeluarkan dalam kedaan hidup. Ada beberapa organ pada tubuh fetus yang berbeda dengan induk atau hewan dewasa, organ-organ tersebut belum siap untuk menerima pengaruh dari obat anestesi umum ketamin dan xylazin pada operasi sectio caesaria. Perbedaan tersebut meliputi sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, kebutuhan cairan elektrolit-metabolisme dan pengaturan suhu tubuh (Raharjo dkk., 2008). 

Sebelum operasi cAesar dilakukan yang terlebih dahulu diperhatikan adalah pemilihal obat anestesi. Pada operasi cesar dapat digunakan anestesi umum dan anestesi local. Ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan komplikasi yang akan terjadi pada induk pasca operasi. Komplikasi-komplikasi yang mungkin akan terjadi terhadap induk pasca operasi cesar antara lain: gangguan pada luka operasi, peritonitis, emfisema sub kutaneus, retensi membran fetus, metritis, mastitis, infertilitas, bahkan adanya kemungkinan kematian (Johnston, 1968).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan selama operasi berlangsung atau pasca operasi selain dipengaruhi oleh komplikasi induk juga dipengaruhi oleh tindakan-tindakan dokter hewan selama pelaksanaan operasi cesar dan perawatan pasca operasi. Pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan dan fisik induk sebelum dan sesudah operasi cesar

Page 11: Oh Kastrasi Dan Caesar

akan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi-komplikasi induk pasca operasi (Jackson, 2004).

TINJAUAN KEPUSTAKAANIndikasi sectio caesaria adalah (1). Distokia karena hewan betina yang belum dewasa

tubuh. (2). Dilatasi dan relaksasi servix yang tidak semperna disebabkan karena kelemahan uterus dengan involusi servix dan uterus yang lanjut sebagai akibat torsio uteri. (3). Foetus yang terlampau besar secara abnormal. Kadang-kadang foetus yang sehat dan normal juga terlalu besar untuk lahir tanpa foetotomi totalis atau tarik paksa yang berlebihan. (4). Indikasi yang lain meliputi torsio uteri yang sulit ditanggulangi dengan cara lain, hidrops amnii dan allantois, stenosa vagina karena distokia yang berkelanjutan pada hewan dara karena pendarahan perivaginal yang mempersempit saluran kelamin (Toelihere, 1985).             Bila operasi dilaksanakan 6 sampai 18 jam sesudah permulaan perejanan dan belum banyak manipulasi, perlukaan dan infeksi, angka mortalitas kurang dari 10 persen, rata-rata 5 persen. Pada kondisi lapangan angka mortalitas dapat mencapai 15 persen. Apabila operasi dilakukan 18 sampai 36 jam sesudah permulaan stadium kedua partus, angka mortalitas meningkat menjadi 10 sampai 30 persen. Foetus biasanya sudah mati dan emfisematous, induk berada dalam kondisi buruk dan saluran kelahirannya terluka atau traumatik. Angka mortalitas meningkat menjadi 30 sampai 50 persen atau lebih jika distokia telah berlangsung lebih dari 36 jam ( Roberts, 1971).            Pembedahan sectio caesaria terbaik dilakukan pada hewan berdiri. Sebagai lokasi dipilih logok lapar (flank) sebelah kiri, karena rumen yang berdiri di bagian kiri rongga perut dapat menghalang-halangi keluarnya intestinae dari lubang laparotomi (Tillmann, 1965). Rumen didorong dengan tangan kanan ke cranial, kedalam rongga perut. Salah satu kaki belakang yang terletak pada apeks cornua uteri pada presentase anterior digenggam melalui dinding uterus dan diarahkan kea rah luka laparotomi dengan jalan memutar dan mengangkat apeks cornua uteri. Pada presentasi posterior, kepala atau salah satu kaki depan ditarik kea rah luka laparotomi (Rosenberger dan Tillmann, 1960)

MATERI DAN METODE OPERASI

Alat dan Bahan            Mata skalpel, gunting, jarum setengah lingkaran dengan diameter lingkaran 3-4 cm, pemegang jarum (needle holder), arteri klem,  pinset, cat gut, benang catton  dan  Penstrep. Glove steril, pakaian operasi dan desinfektan atau sabun.

Anastesi dan Persiapan BedahPersiapan operasi            Rambut kambing pada daerah legok lapar (flank) kiri dicukur. Lebarnya sekitar 5 cm dengan panjang ±10 cm. 4 ml Lidokain diberikan secara epidural antara vertebrae sacral terakhir dengan vertebrae coccigeae pertama. Setelah premedikasi selesai, maka anastesi lokal infiltrasi di daerah insisi dilakukan (Anonimous, 2007b;Anonimus, 2007c).Sebagai lokasi operasi dipilih legok lapar (“flank”) sebelah kiri, karena rumen yang berada di bagian rongga perut menghalang-halangi keluarnya intestinae dari lubang laparatomi (Toelihere, 1985).

Ada beberapa cara melakukan anastesi pada daerah flank ini. Ada yang diberikan infiltrasi disepanjang daerah yang akan diinsisi, bisa juga dengan anasteri regional. Anastesi regional dilakukan untuk memblok syaraf yang menginervasi daerah flank dan sekitarnya

Page 12: Oh Kastrasi Dan Caesar

(cabang ventral dari syaraf T13, L1 dan L2). Bisa dilakukan dengan inverted L, proximal paravertebral atau bisa juga distal paravertebral. Tunggu sekitar 10-15 menit Setelah yakin teranastesi sempurna (Hall dan Clark 1983).

Tehnik Bedah            Kulit diinsisi kemudian jaringan lemak dilanjutkan m. transversus eksternus, internus, obliquus abdominis dan peritoneum. Insisi dilakukan selebar sekitar 30 cm karena mempertimbangkan ukuran pedet yang akan keluar melewati lubang insisi tersebut. Begitu flank kiri sudah terbuka, terlihat rumen yang menutupi hampir semua lubang insisi.             Palpasi dinding uterus dan temukan ujung kuku pedet. Pada posisi anterior, maka kuku kaki belakang yang harus terpegang. Posisikan ujung kuku pedet tadi mendekat kelubang insisi yang telah dibuat. Begitu ujung kuku pedet yang sudah terpegang bisa diposisikan di mulut lubang insisi, siapkan skalpel untuk memulai insisi dinding uterus. Cari lokasi insisi yang berdekatan dengan ujung kornua uteri. Jangan melakukan insisi pada daerah yang berdekatan dengan cervic. Penjahitan akan sulit dilakukan. Hindari teririsnya kotiledon saat mengiris dinding uterus karena itu akan menyebabkan perdarahan pasca operasi. Buat insisi selebar kira-kira pinggul pedet bisa melewatinya. Dinding uterus sudah terbuka, akan terlihat kaki pedet yang masih terbungkus selaput amnion. Robeklah selaput amnion tadi sehingga cairannya keluar dan kaki bisa terpegang. Cari satu kaki lainnya. Dua kaki sudah terpegang, dengan bantuan 2 orang asisten, pedet ditarik dan keluar. Saat menarik pedet yang masih hidup dengan posisi anterior, proses pengeluaran pedet harus berlangsung cepat. Jika tidak, pedet akan mengalami pneumonia aspirasi, bahkan bisa mati. Hal ini bisa terjadi karena bila kaki belakang pedet ditarik keluar lebih dahulu, maka saluran pusar akan terputus, padahal kepala pedet masih ada di dalam selaput amnion yang berisi cairan. Bila prosesnya lama, pedet akan bernafas di dalam cairan amnion.            Pedet bisa ditarik keluar, satu mati dan satu masih hidup, sehat dan cukup besar. Karena efek Clenbuterol, uterus akan tetap relaksasi setelah pedet keluar. Bila tanpa Clenbuterol, uterus akan mengkerut dengan cepat sekali, sehingga penjahitan dinding uterus akan sulit dilakukan. Biarkan plasenta didalam, masukkan yang menggantung diluar dan jangan berusaha menarik plasenta sesaat setelah operasi.  Mulai melakukan penjahitan dinding uterus dengan model jahitan Lambert dengan benang cut gut sampai dinding uterus tertutup, benar-benar rapat. Proses penjahitan sebisa mungkin dilakukan diluar rongga perut dengan cara dinding uterus ditarik keluar. Biasanya hanya melakukan satu kali penjahitan pada dinding uterus. Namun bila kurang yakin akan kekuatannya, atau khawatir akan terjadi kebocoran, lakukan dua kali.            Selesai melakukan penjahitan, bersihkan rongga abdomen dari darah yang membeku dan runtuhan jaringan yang berasal dari rongga uterus. Bersihkan dengan larutan NaCl fisiologis yang dicampur dengan Penstrep. Pembersihan ini penting untuk menghindari terjadinya adhesi antar organ viscera pasca operasi. Antibiotik diberikan lewat injeksi intra muskular.            Bila rongga perut sudah bersih, mulai melakukan penjahitan lapisan otot dan kulit.  Biasanya melakukan dua kali penjahitan (dua lapis). Satu lapis pertama adalah jahitan gabungan antara peritoneum, m. obliquus abdominis dan m. transversus internus. Lapis kedua baru m. transversus externus. Lapis terakhir kulit dengan cotton. Pastikan saat melakukan penjahitan, lapis demi lapis otot bergabung, menyatu satu sama lain untuk menghindari adanya dead space yang bisa menyebabkan infeksi pasca operasi.

Page 13: Oh Kastrasi Dan Caesar

            Injeksikan oksitosin 5 ml setelah operasi selesai. Oksitosin merupakan antidote dari Clenbuterol. Oksitosin akan membuat uterus berkontraksi dan proses involusi segera dimulai, plasenta akan terbantu keluar dengan kontraksi uterus. Jahitan kulit pada lapisan terluar bisa dilepas setelah 3 minggu operasi.

Perawatan Pasca Operasi            Pemberian antibiotik selama 5 hari intra muscular (Penstrep), anti inflamasi 3 hari pertama (Flunixin Meglumin). Oksitosin diberikan setiap 3 jam sekali atau sampai 12 jam pasca operasi sampai plasenta keluar. Masa kritis selama 24 jam pertama.            Suhu tubuh harus selalu dipantau. Bila terjadi infeksi, kenaikan suhu tubuh biasanya terjadi antara hari ke 3-5 pasca operasi. Masa kritis 24 jam pertama, bila terlewati akan terlihat bahwa kambing sehat, mau makan, produksi susu terus meningkat dan plasenta keluar 12 jam pertama pasca operasi. Bila lewat 7 hari pasca operasi kambing terlihat sehat, produksi susu meningkat, tidak terjadi kenaikan suhu tubuh (>39.5C), nafsu makan baik, bisa dianggap operasi berhasil.            Dari sekian kambing yang dioperasi Caesar, 80-90 % diantaranya survive dan bisa melanjutkan masa laktasinya. Namun secara reproduksi, masa tunggu pasca melahirkan (VWP = voluntary waiting period) relatif lebih panjang dari kambing yang melahirkan normal, proses involusinya juga lebih lama dan kemungkinan menjadi bunting juga relatif lebih kecil (Anonimous, 2007b).

PEMBAHASAN

Indikasi CesarBedah cesar diindikasikan pada kasus beberapa tipe-tipe distokia, termasuk oleh yang

disebabkan besarnya fetus, maldisposisi fetus yang tidak dapat dikoreksi dengan manipulasi, torsio uteri yang tidak dapat dibetulkan lagi, dilatasi serviks dan kerusakan atau prolaps berat pada vagina yang dapat menyertai pengeluaran lewat vagina (Jackson, 2007)

Perbedaan-perbedaan tindakan menunjukan adaanya indikasi yang berbeda dalam beberapa situasi-situasi distokia. Paralumbar kiri atau daerah dekat flank adalah standar penyayatan untuk yang baru saja terjadi atau berakhir, pada induk dan anak yang belum terkontaminasi memungkinkan toleransi bedah pada posisi berdiri (Turner dan Mcilwrath, 1989).

                   Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah caesar antara lain proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia), detak jantung janin melambat (fetal distress), adanya kelelahan persalinan, komplikasi pre-eklampsia, putusnya tali pusar, resiko luka parah pada rahim(Anonimus, 2008).

Pada kasus fetus yang mati, posisi ventral cara yang digunakan. Penyayatan paramedian ventral merupakan cara yang paling sering ditempuh, hewan ditempatkan pada posisi dorsal recumbency, cara alternative lain yaitu miring ventrolateral yang memungkinkan hewan ditidurkan pada posisi lateral recumbency. Kedua teknik tersebut mengurangi kontaminasi peritonium yang mungkin terjadi pada saat pengeluaraan fetus yang emphysematous, terkontaminasi dan yang berhubungan dengan debris. Cara ventral diindikasikan juga apabila hewan pada posisi recumbency dan dipertimbangkan memungkinkan untuk berdiri selama pembedahan atau apabila hewan susah diatur sehingga

Page 14: Oh Kastrasi Dan Caesar

terlalu berbahaya bagi operator untuk berdiri disamping pasien selama pembedahan (Anonimous, 2007a).

Prognosa dan pencegahanPrognosa penyembuhan setelah bedah cesar umumnya bervariasi. Untuk menghindari

bedar cesar, kambing/ternak yang akan dikembangbiakan haruslah mempunyai ukuran yang sama besar. Dan monitor ternak secara hati-hati saat akan menjelang partus.

KESIMPULAN

”Sectio caesaria” atau ”pembedahan kaisar” dilakukan apabila mutasi, tarik paksa dan foetotomi nampaknya tidak dapat atau sangat sulit dilakukan untuk mengeluarkan foetus atau apabila peternak berkeinginan supaya foetus dikeluarkan dalam keadaan hidup.

Apabila operasi dilakukan 18 sampai 36 jam sesudah permulaan stadium kedua partus foetus biasanya sudah mati dan emfisematous,induk berada dalam kondisi buruk dan saluran kelahiran terluka atau traumatik. Pada umumnya 60 sampai 80 persen sapi yang pernah mengalami pembedahan kaisar tetap fertil dan dapat bunting lagi.

DAFTAR PUSTAKAAnonimous, 2007a. Cesarean Section In the Cow.                  http://www.ACVS.com/health/vet/html.

Anonimous, 2007b. Cesarean Section. http://www.pubmed.com/1706/html.Anonimous, 2007c. Cesarean Section. http://www.wikipedia.orgAnonimus, 2008. Bedah Caesar. http://id.wikipedia.org/wiki/

Hall, L. W dan Clark, K. W. 1983 .Veterinary Anastesia. 8th(ed). The English Language Book Society and Baillere Tindall. London.

Jackson, P. G. G. 2007. Handbook Obstetri Veteriner. 2nd (ed). Gajah Mada University Press.Johnston, D. R, 1963. History of Human Infertility, Fert and Steril, W.B Saunders Company.Raharjo, E., P. Raharjo dan Sulistyono, H. (2008). Ansestesi Untuk Pembedahan Darurat. Bagian

Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.Roberts, S.J., Veteninery Obstetrics and Genital Diseases (Theriogenology) (Ann Arbor, Michigan: Edwards

Bros. Inc., 1971).Rosenberger, G., H. Tillmann, Tiergeburtshilfe (Berlin, Hamburg: Paul Parey, 1960).Tillmann, H., Der Kaiserschitt in der Tierarztlichen Geburtshilfe (Berlin, Hamburg: Paul Parey, 1965).Toelihere, M. R. 1985. Ilmu Kebidanan Pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit UI Press.Turner, A.S dan C.W. Mcilwrath, 1989. Techniques in Large Animal Surgery, Second Edition, Lippincot

Williams & Wilkins, Philadelphia.

Lampiran:PROTOKOL BEDAH

1 .AnestasiJenis

anestesiSediaan/konsentrasi Dosis Dosis yang

digunakanLidocain 2% 5-10 ml /30-60 kg BB 10 ml/ 60 kg BB

                   

Page 15: Oh Kastrasi Dan Caesar

111. Teknik OperasiNO Perlakuan Bahan/alat yang

digunakan

1 Pencukuran bulu daerah operasi Pencukur atau scalpel2 Desinfeksi kulit daerah operasi Alkohol 70% dan iodium

3%3 Pemasangan draping Dook steril4 Insisi kulit pada bagian Logok Lapar Scalpel dan gunting

tumpul6 Incisi Muskulus dan Peritonium   Blade / Scapel   7 Cari uterus          -9 Incisi uterus dan keluarkan foetus Scalpel/Gunting10 Jahit bagian uterus dengan mengunakan

Pola LambertBenang Cutgat

11 Bersihkan rongga abdomen dari darah yang membeku dan runtuhan jaringan yang berasal dari rongga uterus

Larutan LR

11 Muskulus dan fasia dijahit ½ ½ pola simple continus

Cut gut

12 Kulit dijahit dengan pola simple interupted Sill13 Diinjeksi  antibiotik ke dalam luka operasi Pen-Strep14 Dibersikan luka dan ditaburi wonder dusk serta

diberi swatTampon

15 Injeksi vitamin dan antibiotik Negamycin dan B-complek

R/          Amoxilin                      891 mg           Dexamethason             1 cc          B-Complek                   ½  Cap          Oxytocin          m.f pulv.  Da in cap. No. XV          S. 3 dd 1 cap

Page 16: Oh Kastrasi Dan Caesar

PENDAHULUANDefenisi

 Kastrasi adalah pengebirian pada hewan jantan dengan suatu operasi untuk mengambil testis atau mengdisfungsikan testis (Yusuf, 1995). Kastrasi dilakukan pada beberapa hal dimana diharapkan hasil operasi ini dapat memperbaiki sifat buruk dan untuk merubah temperamen yang tidak menyenangkan pada anjing muda. Kadang-kadang hasilnya tidak begitu memuaskan pada beberapa kasus dan dengan beberapa pertimbangan operasi tidak direkomendasikan jika terjadi perubahan degeneratif, infeksi pada testis atau terjadi kelukaan (Anonimous, 2004).

 Indikasi        Adapun indikasi untuk kastrasi menurut Yusuf (1995) adalah :

Tujuan seleksiPenggemukan hewan jantan, biasa pada babi, kambing dan sapiMemperbaiki temperamen hewan jantan agar lebih jinak/mudah dikuasai, biasa dilakukanpada hewan besar yaitu untuk tenaga kerjaUntuk terapi suatu penyakit, misalnya gangguan pada skrotumPermintaan pemilik untuk tujuan tertentu

Tujuan operasi            Tujuan operasi ini adalah untuk mengambil testis atau mendisfungsikan testis dengan tindakan bedah agar hewan tersebut steril dan tidak dapat membuahi.  ALAT DAN BAHANPersiapan Obat-obatanObat yang diperlukan dalam operasi ini antara lain: Lidocain 2% Larutan penicili-streptomicin Alkohol 70% Yodium tincture 3% Salep Betadine Penisilin kristal

Persiapan Alat-alat OperasiAlat yang digunakan meliputi : Handle scalpel dan blade Alli’s forceps Mosquito forceps Gunting lurus Gunting bengkok Needle holder Jarum bulat dan segitiga Spuit Pinset anatomis Pinset chirurgis Alli’s forceps Dook steril Dook klem

Page 17: Oh Kastrasi Dan Caesar

Tampon Benang catgut dan cotton secukupnya 

METODEPersiapan Hewan

 Terhadap hewan jantan yang dikastrasi dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum dan khusus memeriksa daerah skrotum untuk memastikan testis ada pada tempatnya dan hewan itu tidak sedang menderita hernia skrotalis ( Bone, et.al. 1963). Hewan dimandikan dan bulu di daerah yang akan dioperasi dicukur.

Persiapan Operator dan Cooperator            Sebelum operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih untuk menghindari infeksi bawaan dari luar tubuh hewan. Tangan dikeringkan dengan handuk bersih kemudian didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian operator dan cooperator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan aseptis tersebut dipertahankan hingga operasi selesai.

Pelaksanaan OperasiSebelum operasi hewan diinjeksi secara subkutan dengan menggunakan anastesi

lokal pada daerah kranial raphae scrotum.

Teknik Operasi Metode Flyn. Setelah hewan dianestesi, diletakkan pada posisi dorsal recumbency,

dicukur bulu daerah scrotum yaitu di daerah raphae scrotum sampai bersih dan didesinfeksi dengan alkohol 70% dan yodium tinktur 3% serta dipasangi kain penutup operasi (dook) steril. Skrotum dari salah satu testis dipegang lalu didorong kedepan dan ditahan sementara, kemudian dibuat irisan sejajar raphae scroti lebih kecil dari testis dan dibuka tunica vaginallis communis sampai ke depan, keluarkan testis dan diligasi spermatic cord sedekat mungkin dengan ostium vaginalis. Dengan menggunakan mosquito forceps jepit spermatic cord searah yang menuju kearah testis dengan menggunakan scalpel dipotong spermati cord searah yang menuju kearah testis, dilakukan potongan distal dari tempat ligasi, melalui irisan tadi dibuat irisan pada septum scroti untuk mengeluarkan testis satunya dengan dorongan seperti diatas.

Kulit dijahit dengan pola simple interupted menggunakan benang cutton. Ke dalam daerah sayatan disemprotkan penicillin oil, luka irisan pada kulit yang telah dijahit diolesi Iodium tincture 3% dan salap Betadine. Kemudian pasien  diinjeksi dengan larutan penisilin kristal dengan dosis 20.000 IU/kg BB secara intra muskular.

Perawatan Pasca OperasiHewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka

operasi diolesi salap Betadine dan dikontrol kebersihannya, diperiksa secara kontinyu selama 4-6 hari. Selama seminggu hewan diberikan antibiotik dan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup. Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas operasi kering dan benar-benar telah tertutup.

DISKUSIKastrasi  dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

Tanpa membuang testis

Page 18: Oh Kastrasi Dan Caesar

Tanpa membuang testis: dapat dicapai dengan merusak sirkulasi darah yang menuju testis pada masa pertumbuhan, sehingga testis mengalami atrofi. Akibatnya testis tak dapat berfungsi sebagai alat reproduksi.Caranya : Kontusio (memukul dengan benda keras) pada pembuluh darah yang menuju testis Tusukan jarum berpijar pada pembuluh darah yang menuju testis Melakukan torsio pada funiculus spermaticus Pengikatan/pencepitan percutan pada leher skrotum, cara ini sering digunakan Dapat diikat dengan karet berbentuk ring, dalam waktu 7-10 hari testis dan skrotum akan

lepas

Pada kambing dan biri-biri : Pengikatan dengan karet Dengan tang Bordizo: Hewan dalam keadaan sadar, tanpa anastesi, hanya

distrain. Dengan tang dilakukan jepitan sementara 4-5 menit pada leher skrotum. Supaya jepitan sempurna, maka diperlukan jepitan pada 2 tempat setiap funiculus. Jepitan pada kedua funiculus hendaknya jangan sejajar sehingga masih ada daerah yang mendapat sirkulasi sehingga tidak terjadi nekrosa (hanya atrofi)

Kekurangan : bila jepitan kurang sempurna maka testis tidak atrofi sehingga ia masih dapat membuahi. Dan ini biasanya diketahui sesudah jangka waktu yang lama, sehingga perlu diulangi lagi, tidak efisien.

Kelebihan : Tak menimbulkan luka Cepat dan alat tidak begitu sulit

Dengan membuang testis1. Operasi tertutup: yaitu tanpa membuka tunika vaginalis communis (jadi testis masih

terbungkus di dalamnya) diligasi lehernya sedekat mungkin dengan ostium vaginalis kemudian dipotong di distal dari tempat ligasi

2. Operasi terbuka: yaitu operasi dengan membuka tunica vaginalis communis untuk hewan yang masih sangat muda hendaknya ditunggu sampai descencus testiculorum sempurna. Pada anjing umumnya pada umur 2 bulan

Caranya :1. Cara kuno, sebelum tahun 1920 : dibuat 2 incisi untuk mengeluarkan tiap testis secara

terpisah2. Cara dr.J.C. Flyn : dibuat satu incisi yang sejajar dengan raphae testis pada salah satu

bagian skrotum. Setelah salah satu tstis dikeluarkan, melalui lubang irisan tersebut dibuat incisi pada septum scroti untuk mengeluarkan  testis yang sebelahnya

3. Cara J.V. Lacroix: dibuat sebuah incisi tadi depan pangkal skrotum, melalui irisan tersebut kedua testis dikeluarkan secara bergantian. Kelemahan: kemungkinan mengiris muskulus terjadi pendarahan

KESIMPULAN

Page 19: Oh Kastrasi Dan Caesar

Kastrasi adalah usaha untuk mensterilkan atau mendisfungsikan testis hewan jantan tanpa membuang atau dengan membuang testis. Diharapkan setelah operasi hewan tersebut tidak dapat membuahi dan tujuan kastrasi dapat tercapai.

DAFTAR KEPUSTAKAANAnonimous. (2004). Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Khusus dan Radiologi. Fakultas Kedokteran

Hewan. Universitas Syiah Kula. Darussalam Banda AcehAnonimous. (2007). http://www.jvetunud.com/archives/35.Bone, J.F, E.J.Cat Cott, A.A.Gabel, L.E.Johson, and W.F.Riley.1963. Medicine and Surgery. American

Vet. Puc.Inc.CaliforniaIbrahim, R. (2000). Pengantar Ilmu Bedah Veteriner. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.

Yusuf, (1995). Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kula. Darussalam Banda Aceh.