Oh Nasibku

248
http://ryuken.blog.uns.ac.id/downloadebook/ Abu Bakar Baasyir Dijebak Pengamat terorisme Al Chaidar menduga kuat bahwa Abu Bakar Baasyir masuk dalam jebakan yang dipasang pihak tertentu. Menurut Al Chaidar, dari sejumlah orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror terkait pelatihan teroris di Aceh, semakin menguatkan dugaan bahwa Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) ikut terlibat dalam pendanaan aksi teror. Al Chaidar mengaku bingung mengapa JAT yang sebelumnya menentang pendekatan kekerasan dalam dakwah, namun diduga ikut terlibat. “Saya kira JAT sudah disusupi. Saya kira ada jebakan-jebakan tertentu yang ditanam. Justru saya enggak percaya kenapa JAT yang sebelumnya hanya dakwah dari pengajian ke pengajian, sekarang terlibat. Dulu awalnya saya enggak percaya JAT terlibat, tapi dari orang-orang yang sudah tertangkap, saya jadi semakin yakin,” tutur Al Chaidar saat berbicang dengan okezone melalui sambungan telepon, semalam. Dia melanjutkan, ada keanehan terkait kemunculan sosok Sofyan Tsauri, mantan anggota Sabhara Polres Depok yang dipecat karena terlibat penjualan senjata ilegal di Aceh.

Transcript of Oh Nasibku

http://ryuken.blog.uns.ac.id/downloadebook/

Abu Bakar Baasyir Dijebak

Pengamat terorisme Al Chaidar menduga kuat bahwa Abu Bakar Baasyir masuk dalam jebakan yang dipasang pihak tertentu.

Menurut Al Chaidar, dari sejumlah orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror terkait pelatihan teroris di Aceh, semakin menguatkan dugaan bahwa Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) ikut terlibat dalam pendanaan aksi teror.

Al Chaidar mengaku bingung mengapa JAT yang sebelumnya menentang pendekatan kekerasan dalam dakwah, namun diduga ikut terlibat.

“Saya kira JAT sudah disusupi. Saya kira ada jebakan-jebakan tertentu yang ditanam. Justru saya enggak percaya kenapa JAT yang sebelumnya hanya dakwah dari pengajian ke pengajian, sekarang terlibat. Dulu awalnya saya enggak percaya JAT terlibat, tapi dari orang-orang yang sudah tertangkap, saya jadi semakin yakin,” tutur Al Chaidar saat berbicang dengan okezone melalui sambungan telepon, semalam.

Dia melanjutkan, ada keanehan terkait kemunculan sosok Sofyan Tsauri, mantan anggota Sabhara Polres Depok yang dipecat karena terlibat penjualan senjata ilegal di Aceh. “Karena ini masih banyak yang belum jelas seperti peran orang tertentu, sepertti Sofyan Tsauri yang mantan anggota Kepolisian. Sudah diseknariokan tentang peran orang ini. Makanya, saya mengambil kesimpulan Ustaz Abu dijebak,” jelasnya.

Al Chaidar bisa memahami pernyataan dari pihak Tim Pembela Muslim bahwa Abu Tholut akan dijadikan saksi yang memberatkan klien mereka, Abu Bakar Baasyir.

Dia menilai sudah ada skenario untuk membunuh karier Baasyir dalam dakwah di Indonesia. Sehingga, belum tentu Ba’asyir bisa lepas dari jeratan seperti terjadi pada 2003 silam. Saat itu majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan mantan amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) terbukti melakukan makar terhadap pemerintahanan yang sah. Namun Mahkamah Agung menerima banding tim pengacara. Alhasil, Baasyir hanya dikenai pelanggaran keimigrasian.

“Sulit sepertinya Ustaz Abu bisa lepas. Ini kasus pertama terjadinya infiltrasi (ke JAT). Karena biasanya kelompok ini sangat kuat dalam penjagaan internal, tapi tib

http://juhernaidy.blogspot.com/2010/12/soal-soal-persiapan-ujian-nasional-2011.htmla-tiba bisa disusupi,” ucapnya.

Sejarah Umat Islam Tahun 570 ~ 2010   M Posted on 20 Juni 2010 by baguscokie   6 Votes

InsyaAllah dengan membaca ini seakan kita dibawa ke masa lalu kemudian sedikit demi sedikit kita di tuntun untuk berjalan dari masa ke masa seakan berjalan melintasi sejarah hingga keruntuhan Kekhilafahan Islam dan saat ini.

Secara garis besar setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa alihi wa sallam, Islam berkembang dengan pesat ke seluruh penjuru dunia. Kekhilafahan bani Umayyah, Kekhilafahan bani Abbasiyyah dan Kekhilafahan Turki Utsmani sebagai pernyambung kekuatan Islam setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin (Khilafah Nubuwwah) senantiasa menyebarkan Islam dan meluaskan wilayah-wilayaha kaum Muslimin.

Peristiwa ini bermula ketika sang Utusan Allah (Penutup para Nabi) di lahirkan di bumi bertepatan tahun 570 M bersamaan dengan kekalahan tentara Abrahah dalam upaya memusnahkan Ka’bah.

610 M – Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah dan mulai mendakwah Islam dengan membentuk kutlah (kelompok) di rumah al-Arqam bin Abi Arqam.

613 M – Dakwah secara terbuka, setelah Rasulullah menerima wahyu,

9ين6 ر9ك >م<ش> ال ع6ن9 6ع>ر9ض> و6أ <ؤ>م6ر< ت 9م6ا ب ف6اص>د6ع>

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al-Hijr : 94)

Dengan demikian, interaksi antara kaum Muslimin dan orang kafir telah dimulai.

619 M – Terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj.

6ه< ح6و>ل 6ا >ن ك 6ار6 ب Vذ9ي ال 6ق>ص6ى األ ج9د9 >م6س> ال 9ل6ى إ 9 ام >ح6ر6 ال ج9د9 >م6س> ال من6 a >ال 6ي ل >د9ه9 9ع6ب ب ى ر6 س>6 أ Vذ9ي ال >ح6ان6 ب س<

6ص9ير< الب م9يع< Vالس ه<و6 Vه< 9ن إ 6ا 9ن 6ات آي م9ن> 6ه< <ر9ي 9ن ل

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Israa’ : 1)

Mencari Nushrah (perlindungan) dari orang-orang yang berpengaruh serta memiliki kekuatan, suku-suku dan kaum-kaum dalam rangka menyebarkan dakwah Islam dan menerapkan Islam dengan syarat mereka memeluk Islam.

621 M – Dimulainya fase dakwah selanjutnya. Terjadinya bai’at Aqaba I ; Rasulullah telah di bai’at oleh suku al-Aus dan al-Khazraj yang berasal dari Yatsrib (Madinah).

Proses pengirim Mus’ab bin Umair ke Yatsrib (Madinah) untuk mengajarkan Islam kepada suku-suku tersebut. Sebagian besar penduduk Madinah memeluk Islam.

622 M – Bertepatan dengan 1 H (terjadinya peristiwa Hijrah). Terjadinya bai’at Aqabag II ; Rasulullah menerima penyerahan pemerintahan Madinah dari al-Aus dan al-Khazraj. Bai’at Aqabah ke-II ini diberikan oleh 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Mereka membai’at Rasulullah untuk memeluk Islam dan memberi perlindungan kepada beliau (Shallallahu ‘alayhi wa sallam). Perintah untuk berhijrah oleh Nabi kepada para sahabatnya. Kaum Quraiys merancang akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi, namun upaya mereka gagal dan beliau melakukan hijrah. Kemudian membentuk negara Madinah. Nabi sebagai pemimpinnya. Kaum Muhajirin dan Anshar di persaudarakan. Membangun masjid sebagai pusat pengembagan agama dan politik negara Islam. Terjadinya penanda tanganan Piagam Madinah antara kaum Muslimin dengan orang-orang musyrik dan yahudi di Yatsrib.

624 M – Terjadinya perang Badar (313 kaum Muslimin VS 1000 kaum Kafir). Kaum Muslimin menang. Peristiwa ini merupakan peperangan yang sangat penting dalam sejarah Islam.

625 M – Terjadi perang Uhud ; kaum Muslimin mengalami kekalahan. Beberapa pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah dengan meninggalkan posisi penting dalam medan perang hingga Rasul pun mengalami luka.

627 M – Perang Khandak (al-Ahzab). Kaum Muslimin menang dan kaum Quraisy selanjutnya tidak memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan.

628 M – Terjadi peperangan Bani Quraydah, Islam menang. Perjanjian Hudaibiyah. Mengirim surat kepada para pemimpin dunia untuk mengajak mereka masuk Islam. Terjadi perang Khaibar dan Islam kembali menang.

629 M – Terjadi peparangan Mut’ah antara kaum Muslimin dan Romawi. 3000 kaum Muslimin VS 200.000 kaum Kuffar, dan kaum Muslimin mundur.

630 M – Pembebasan Mekkah, setelah Quraysh melanggagar perjanjian Hudaibiyah. Terjadi perang Hunain, Islam menang. Perang Taif, Islam menang. Perang Tabuk, pasukan Romawi di pukul mundur.

631 M – Tahun delegasi. Suku-suku Arab yang lain disemenanjung memberikan Bai’at kepada Nabi.

632 M – Peristiwa Haji Wada’ (11 H), dihadiri oleh 100.000 kaum Muslimin (sahabat). Nabi Muhammad menyiapkan pasukan Usamah bin Ziyad untuk menyerang Romawi. Pada tahun ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam wafat.

Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda ;

إنه و نبى خلفه نبى هلك كلما األنبياء تسوسهم إسرائيل بنو كانت وسلم عليه الله صلى قالأعطوهم و فاألول األول ببيعة فوا قال تأمرنا ما قالوا فتكثر خلفاء ستكون و بعدى نبى ال

استرعاهم عما سائلهم الله فإن حقهم

“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, dulu bani Israil diurus dan dijaga oleh para Nabi (األنبياء), setiap seorang Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, yang akan ada adalah Khulafa’ (para Khalifah) dan jumlah mereka banyak, para sahabat bertanya, “lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ya Rasulullah ? Nabi bersabda, “penuhilah bai’at yang pertama, dan yang pertama, berikanlah kepada mereka yang menjadi hak mereka, maka sungguh Allah akan mempertanyakan kepada mereka atas apa yang mereka diminta untuk mengurusinya” [Hadits Riwayat Imam Muslim]

KHILAFATUN NUBUWWAH (KHILAFAH RASYIDAH)

632 M – Masih dalam tahun yang sama, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dibai’at menjadi Khalifah (pengganti Nabi), para sahabat membai’at beliau. Kemudian meneruskan misi sahabat Usamah bin Zayd memimpin ekspedisi ke Syiria. Memerangi golongan Murtad dan suku Arab yang enggan membayar zakat.

633 M – Terjadi perang Yamamah ; Islam berjaya membebaskan selatan Syiria. Penaklukan al-Hirah di Iraq oleh Khalid bin Walid. Mulai dilakukan pengumpulan al-Qur’an yang diketuai oleh Zayd bin Tsabit.

634 M – Terjadi peperangan Ajnadin di Palestina. Khalifah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Sayyidina Umar bin Khatthab dibai’at menjadi Khalifah.

635 M – Ekspansi pertama Kekhilafahan Umar bin Khatthab ke ibukota Syiria dan Damsyik

636 M – Barah dan Balabak akhirnya di bebaskan. Damsyik dan Hims dibebaskan.

637 M – Syiria dan Jordan dibebaskan. Terjadi peperangan Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid melawan Byzantium. Bandar al-Kufah di bangun.

638 M – Iraq dibebaskan oleh Islam. Terjadinya perang al-Qadisiah (sebuah kota didekat Hirah, Iraq) yang akhirnya takluk ditangan Islam. Jerusalem dibebaskan secara damai. Dari sana, futuhat berlanjut ke Ibukota Persia, yaitu Al-Madain. Terjadi peperangan Jalula’ dan Parsi jatuh ketangan Islam dan banyak lagi kota-kota di Syiria yang dibebaskan.

639 M – Proses penyusunan calendar Hijriyah. Para sahabat menetapkan permulaannya berdasarkan peritiwa yang paling penting dalam sejarah Islam yaitu hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah untuk mendirikan Darul Muhajirin (darul Islam).

640 M – Kawasan di Iraq dan Syiria yang masih tersisa di bebaskan.

641 M – Qaysariyyah dibebaskan. Ibukota Mesir yaitu Iskandaria akhirnya takluk. Mousul dapat dikuasai tentara kaum Muslimin.

642 M – Kaum Yahudi berpindah dari negari Arab ke Syiria.

643 M – Dinasti Persia runtuh dan Iran di bebaskan. Terjadinya perang Nawahand.

644 M – Bertepatan dengan 23 Hijriyah. Tripoli (Libya) dibebaskan. Azerbaijan, Hamazan, Asfahan dibebaskan. Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab wafat karena di bunuh oleh salah seorang Majusi. Sayyidina Utsman bin ‘Affan dibai’at menjadi Khalifah.

645 M – Seruan ke Afrika Utara. Cyprus akhirnya takluk.

646 M – Seruan menentang Byzantium.

647 M – Tentara angkatan laut Islam dikembangkan dan dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Terjadi peperangan dahsyat di laut menentang angkatan laut Byzantium. Pemerintahan Persia Sassanid berhasil di tumpas.

648 M – Terjadi pemberontakan (bughat) terhadap Kekhilafahan Sayyidina Utsman bin ‘Affan. Syapur dibebaskan dan Tripolitania juga dibebaskan.

652 M – Khurasan dan Naisapur di bebaskan.

653 M – Khalifah Utsman bin ‘Affan di bunuh, bertepan dengan tahun 35 H. Beliau berhasil merebut Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania dan Tabaristan. Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib dibai’at menjadi Khalifah.

657 M – Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib memindahkan pusat Kekhilafahan dari Madinah ke Kufah.

658 M – Terjadinya perang Jamal ; peperangan antara Amirul Mukminin dan penentangnya.

659 M – Perang Shiffin ; peperangan antara Khalifah ‘Ali dan penentangnya yaitu Mu’awiyyah. Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib kembali menguasai Hijaz dan Yaman dari Mu’awiyah.

*Pasa masa ini hidup ulama yang sangat terkenal yaitu Imam Hasan al-Bashriy (643 – 732 M)

661 M – Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib wafat dibunuh oleh kalangan Khawarij. Beliau 6 tahun menjadi Khalifah. Sayyidina Hasan bin ‘Ali dibai’at menjadi Khalifah, hanya beberapa bulan saja pemerintahan di limpahkan ke Mu’awiyyah (gubernur Damaskus).

Peristiwa penyerahan kekuasaan kepada Mu’awiyah ini dikenal dengan ‘Amul Jamaah, yang mana Khalifah Hasan bin ‘Ali menyatakan mundur dari jabatannya pada 25 Rabiul Awwal 41 H.

Berakhirnya Kekhilafahan Hasan bin ‘Ali maka berakhirlah Khilafah an-Nubuwwah. Khilafah an-Nubuwwah yaitu Khilafah yang berjalan diatas thariqah kenabian. Sehingga, genaplah apa yang disabdakan Rasulullah bahwa Khilafah Nubuwwah adalah 30 tahun, dan 30 tahun itu adalah masa Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsaman bin ‘Affan, Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib serta masa Khalifah Hasan bin ‘Ali.

سفينة عن جهمان بن سعيد حدثني قال العوام أنا قال يزيد أنا قال سليمان بن أحمد أخبرناالخالفة سلم و عليه الله صلى الله رسول قال قال سلم و عليه الله صلى الله رسول مولى

وعليا وعثمان وعمر بكر أبا فوجدنا فحسبنا قال ذلك بعد ملكا ثم سنة ثالثون أمتي في

“al-Khilafah an-Nubuwwah yang ada pada umatku adalah 30 tahun kemudian setelahnya masa kerajaan”

Al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy didalam kitab yang sudah masyhur yaitu Fathul Bariy syarah Shahih Bukhari (14/479) memberikan komentar,

6ان6 ف6ك 6ع>ده ب و6م6ن> 6ة م<ع6او9ي مVا6 و6أ <وVة �ب الن ف6ة خ9ال6 9ه9 ب اد >م<ر6 ال V6ن أل9 6ة ن س6 <ون6 ث 6ال6 ث 6ع>د9ي ب ف6ة >خ9ال6 ال 9ح6د9يث9 ل

6م< 6ع>ل أ Vه 6لل و6ا ، 6ف6اء ل خ< م�وا س< 6و> و6ل >م<ل<وك ال ط6ر9يق6ة ع6ل6ى ه<م> 6ر< >ث ك6 أ

“berdasarkan hadits (al-Khilafah ba’diy tsalatsuna sanah), sebab sesungguhnya yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas metode kenabian), adapun Mu’awiyah serta penguasa-penguasa setelahnya yang jumlah mereka sangat banyak berjalan diatas thariqah (tabi’at) al-muluk (raja-raja) walaupun semuanya dinamakan sebagai Khalifa. wallahu a’lam.”

MASA KHILAFAH BANI UMAYYAH

661 M – Mu’awiyah dibai’at menjadi Khalifah setelah Sayyidina Hasan bin ‘Ali memberikan bai’at dan mendeklarasikan Kekhilafahan Bani Ummayyah.

663 M – Burqaha (Libya) dan Kuwar (Sudan) dibebaskan oleh Khilafah. Banyak negeri-negeri di Asia yang dibebaskan.

670 M – Eskpansi ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.

677 M – Penawanan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.

680 M – Wafatnya Muawiyah. Yazid bin Mu’awiyyah dibai’at menjadi Khalifah dan menduduki tahta Kekhilafahan. Peristiwa pembunuhan Sayyidina Hussein bin ‘Ali bin Abi Thalib.

*Sayyidina Husein bin Ali pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tak mengakui Yazid bin Mu’awiyyah sebagai Khalifah. Mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang sangat tak seimbang di Karbala, sebuah daerah dekat Kufah, tentara Sayyidina Hussein kalah, dan kepala sayyidina Husein dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di Karbala.

683 M – Mu’awiyyah bin Yazid (Mu’awiyyah II) di bai’at menjadi Khalifah. Kemudian, Abdullah bin Zubayr dibai’at menjadi Khalifah. Beliau di bunuh oleh golongan Umawiyyah. Dibai’at Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi Kekhilafahan.

689 M – Perubahan mata uang Byzantium dan Persia yang di kuasai oleh Islam. Mencetak mata uang tersendiri dengan menggunakan kata dan tulisan arab.

691 M – Kubah Batu (Dome of The Rock) di bangun di Jerusalem, pertepatan tahun 72 H.

692 M – Dibai’at Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

696 M – Banyak kota-kota di Romawi yang dibebaskan.

698 M – Seluruh Afrika Utara dibebaskan.

700 M – Seruan menentang bangsa Barbar di Afrika Utara.

705 M –Turkistan di bebaskan. Kekhilafahan Walid bin Abdul Malik. Kekhilafahan mengalami kemakmuran.

706 M – Terjadi perluasan Masjid Nabawi. Pembebasan Bukhara dan tempat-tempat lainnya.

711 M – Andalusia (Spanyol) dan sebagian Perancis dibebaskan.

712 M – Tentara Kekhilafahan bani Umayyah memasuki Spanyol. Sind dan Punjab (India) dibebaskan. Khawarizm dan Samarqand di bebaskan.

713 M – Kabul (Afghanistan) dibebaskan.

715 M – Tus dibebaskan. Wafatnya Khalifah Walid bin Abdul Malik, dan dibai’atnya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.

* Aimmatul Muslimin yang hidup pada masa-masa ini ; Imam Zayd bin ‘Ali (700-742 M), Imam Abu Hanifah (700 – 768 M), Imam Jakfar (700 – 768 M), Imam Ibnu Ishaq (708 – 774 M) dan Imam Malik (713 – 797 M).

716 M – Futuhat ke Konstantinopel.

717 M – Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik wafat dan Umar bin Abdul Aziz dibai’at menjadi Khalifah. Perubahan besar-besar dilakukan, masa gemilang Islam dan penuh kemakmuran walaupun tidak lama. Pada masa ini, tidak ada kemiskinan di negara Islam, tiada orang yang layak menerima zakat. Dana dari zakat digunakan untuk membebaskan budak-budak di Eropa.

720 M – Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz wafat. Kemudian di bai’at Yazib bin Abdul Malik sebagai Khalifah.

724 M – Dibai’atnya Hisyam bin Abdul Malik sebagai Khalifah

725 M – Tentara kaum Muslimin menawan Nimes di Prancis.

732 M – Terjadi pertempuran Balat as-Syuhada di tengah Perancis. Kaum Muslimin dikalahkan.

740 M – Pemberontakan (bughat) oleh kaum Syi’ah dibawah pimpinan Zaid bin Ali. Bangsa Berber di Afrika Utara juga melakukan bughat. Terjadinya pertempuran Nobles.

742 M – Pemulihan aturan-aturan Islam di Qiarawan.

743 M – Khalifah Hisyam bin Abdul Malik wafat kemudian Walid bin Yazid di bai’at menjadi Khalifah. Kembali Syi’ah di Khurasan dibawah pimpinan Yahya bin Zaid melakukan bughat.

744 M – Peralihan kekuasaan dari Khalifah Walid bin Yazid kepada putranya yaitu Yazid (an-Naqis/berkurang) bin Walid dan di bai’at menjadi Khalifah, selanjutnya Ibrahim bin Walid dibai’at menjadi Khalifah. Dilakukan penterjemahan buku-buku filsafat Yunani (Hellenistic) ke bahasa Arab. Hal ini menyebabkan munculkan kalangan Mutakallimin, seperti Muktazilah, Jabariyyah, Ahlussunnah dan lain-lain. Kemudian dibai’at Khalifah Marwan (al-Himar/keledai) bin Muhammad.

745 M – Kufah dan Mousul diduduki oleh kalangan Khawarij.

746 M – Kufah dan Mousul kembali ketangan Khalifah Marwan bin Muhammad.

749 M – Kekalahan tentera Umayyah di Kufah, Iraq jatuh ke tangan tentara Abbasiyyah.

750 M – Pertempuran Zab dan Damaskus ditawan oleh tentera bani Abbasiyyah. Akhir dari Kekhilafahan bani Umayyah.

MASA KHILAFAH BANI ABBASIYAH

750 M – Berdirinya Kekhilafahan bani Abbasiyah. Khalifah Abul Abbas as-Safah memerintah di Kufah.

754 M – Wafatnya Khalifah Abu Abbas as-Safah, kemudian di bai’at Abu Ja’far al-Mansyur sebagai Khalifah.

755 M – Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim. Disamping itu Abdurrahman Ad-Dakhil memulai pemerintahan di Andalusia.

756 M – Abdur-Rahman I mendirikan Khilafah Bani Umayyah di Spanyol.sebagai kelanjutan Khilafa sebelumnya di Baghdad namun kekhilafahan ini dibiarkan saja. Pembangunan kota Baghdad.

763 M – Perkembangan yang sangat pesat terjadi di Baghdad. Kekalahan tentera Abbasiyyah di Spanyol.

772 M – Pertempuran di Afrika Utara.

775 M – Wafatnya Khalifah Abu Jakfar Al-Mansyur, dan dibai’atnya Al-Mahdi sebagai Khalifah.

767 M – Masa Imam Syafi’i (beliau hidup hingga tahun 820 M)

777 M – Terjadi pertempuran Saragosa di Spanyol.

785 M – Peralihan Khalifah dari Al-Mahdi ke Al-Hadi.

786M – Khalifah Al-Hadi wafat dan Harun Ar-Rasyid di bai’at menjadi Khalifah. Islam mencapai puncak kejayaan. Terjadi banyak penaklukan kawasan di Romawi.

781 M – Masa Imam Ahmad bin Hanbal (beliau hidup hingga 856 M).

792 M – Futuhat ke selatan Prancis.

800 M – Kaidah-kaidah ilmu pengatahuan di ciptakan. Al-Jabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.

805 M – Seruan menentang Byzantium. Penawanan Pulau Rhodes dan Cyprus.

809 M – Khalifah Harun Ar-Rasyid wafat. Al-Amin dibai’at menjadi Khalifah.

814 M – Terjadinya perang saudara di antara Al-Amin dan Al-Ma’mun. Al-Amin terbunuh dan Al-Ma’mun dibai’at menjadi Khalifah.

816 M – Syi’ah melakukan bughat di Mekkah. Pulau Corsica dikuasai oleh bani Umayyah di Spanyol. Lahir Imam Bukhari (beliau hidup hingga tahun 878 M)

819 M – Khalifah Makmun datang ke Baghdad.

824 M – Imam Abu Daud (beliau hidup hingga 897 M)

827 M – Aliran Muktazilah dijadikan paham Kekhilafahan oleh Al-Makmun.

831 M – Imam Ibnu Majah (beliau hidup hingga tahun 895 M)

833 M – Khalifah Al-Makmun wafat. Pada tahun ini dibai’atlah Al-Mu’tashim Billah sebagai Khalifah.

836 M – Pemberontakan (bughat) yang terjadi di Azerbaijan di hentikan.

837 M – Khalifah menyahut seruan seorang Muslimah yang meminta pertolongan karena ditawan oleh Romawi dan menyemalatkannya. Ammuriah dibuka. 30.000 Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Masa Imam Nasaa’i (beliau hidup hingga tahun 925 M)

839 M – Tentara kaum Muslimin menempati wilayah selatan Italia. Menguasai kota Messina di Sisilia.

842 M – Wafatnya Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Dibai’at Al-Wasiq billah.

847 M – Khalifah Al-Waqsit billah wafat dan Al-Mutawakkil ‘alallah dibai’at menjadi Khalifah.

850 M – Al-Mutawakkil mengembalikan kejayaan Islam.

861 M – Pembunuhan Khalifah dan dibai’at Al-Muntashir billah sebagai Khalifah. Setelah wafatnya Khalifah Al-Muntashir diganti oleh Khalifal Al-Musta’in billah.

864 M – Daulah Zaidiyyah didirikan di Tabaristan oleh Hasan bin Zaid.

866 M – Dibai’at Khalifah Al-Mu’taz billah.

869 M – Khalifah dipaksa lengser, dibai’at Khalifah Al-Muhtadi billah.

870 M – Al-Muhtadi melawan Turki, kemudian di bai’at Al-Muhtamid billah sebagai Khalifah menggantikan Al-Muhtadi.

Pada abad ke 9 Hijriyah pintu ijtihad tertutup, setelah Imam al-Qaffal mengeluarkan fatwa melarang ijtihad, namun bagaimana pun faktanya masih terdapat banyak mujtahid di negara Islam.

892 M – Masa Khalifah al-Mu’tadid Billah.

899 M – Munculnya golongan Qaramita, yang kemudian di hancurkan pada tahun 458 Hijriyah.

902 M – Dibai’at Khalifah Al-Muktafi Billah.

908 M – Kemudian Khalifah Al-Muqtadir billah.

909 M – Berdiri pemerintahan Fatimiyyah di Afrika Utara.

912 M – Wafatnya penguasa Umayyah di Spanyol, kemudian digantikan oleh penerusnya.

913 M – Pembunuhan penguasa Samanid. Al-Hamra Qasr (Istana Hamra) dibangun di Seville, Andalusia.

918 M – Imam At-Tirmidzi wafat.

930 M – Qaramita menyerang Mekkah ketika musim dan Hajar Aswad di curi.

931 M – Pemulihan kekhilafahan Al-Muqtadir Billah setelah mengalami kegoncangan.

932 M – Dibai’at Khalifah Al-Qahir Billah setelah Al-Muatadir wafat dan juga wafatnya Imam Ath-Thabraniy.

934 M – Khalifah Al-Radli Billah.

940 M – Digantikan oleh Khalifah Al-Muttaqi Lillah, kemudian beliau mengalami kebutaan dan akhirnya dilengserkan.

944 M – Khalifah Al-Musaktafi al-Allah,

945 M – Khalifah Al-Muthi’ Lillah.

947 M – Sayf ad-Daulah mendidikan pemerintahan Hamadiyin di Aleppo.

969 M – Kota Kahirah (Kairo) di bangun.

970 M – al-Muiz membangun Universitas al-Azhar untuk menyebarkan paham Fathimiyyah. Shalahuddin al-Ayyubi kemudian membersihkan al-Azhar dari paham tersebut.

974 M- Dibai’at Khalifah Al-Thai’i Lillah.

987 M – Masjid Agung Cordoba di bangun.

994 M – Imam Ibnu Hazm lahir (beliau hidup hingga tahun 1064 M).

996 M – Dibai’at Khalifah Al-Qadir Billah. Al-Hakim bi-amri Syaithan (bukan bi-Amrillah) memerintah Mesir.

1000 M – Multan dan Ghur ditawan oleh pasukan Islam.

1031 M – Khalifah Al-Qa’im Bi Amrillah.

1037 M – Kaum Saljuk dipimpin oleh Tughril menaklukkan Khurasan, bertepatan dengan tahun 429 H.

1046 M – Paus (pope) Urban II memulai perang Salib pertama.

1055M- Baghdad ditawan oleh tentera Turki Saljuk. Pemerintahan Abbasiyyah dari Seljuk berdiri.

1060 M – Kepulauan Sisilia di bebaskan.

1070 M – Alb Arsalan mengalahkan Romawi. Rajanya di tawan dan dibebaskan setelah membayar tebusan.

1075 M – Khalifah Al Mu’tadi Biamrillah

1085 M – Tentera Kristen menawa Toledo (di Spanyol).

1090 M – Permulaan munculnya kelompok al-Bathiniyyah, bertepatan dengan 483 H (dihapuskan pada tahun 1256 M)

1091 M – Bangsa Norman tawan Sicily, pemerintahan Muslim di Sisilia berakhir.

1094 M – Khalifah Al Mustadhhir Billah

1099 M – Tentera Salib menawan Baitul Maqdis dan membunuh semua penduduknya. Keberhasilan tentara salib karena adanya bantuan dari golongan Fathimiyyah. Kelompok al-Bathiniyyah muncul di Asfahan.

1107 M – Kaum Salib menaklukkan Tripoli dan sebagian Syiria.

1109 M – Yusuf ibnu Tasfin al-Barbar mengalahkan kaum Salib di Andalusia.

1112 M – Imam as-Sarkasyi wafat.

1118 M – Khalifah Al Mustarsyid Billah.

1135 M – Khalifah Al-Rasyid Billah.

1136 M – Khalifah Al Muqtafi Liamrillah.

1148 M – Khayruddin az-Zinki mengalahkan kaum Salib di dekat Damsyik (Damaskus).

1160 M – Khalifah Al Mustanjid Billah.

1169 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi memerintah di Mesir. Kaum Fathimiyyah di kalahkan dan pembersihan al-Azhar dari paham Fathimiyyah.

1170 M – Khalifah Al Mustadhi’u Biamrillah.

1171 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi memberikan bai’at kepada Khalifah.

1177 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi membangun tembok di Kahirah (Kairo).

1179 M – Khalifah An Naashir Liddiinillah.

1187 M – Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi merebut Baitul Maqdis (Jerusalem) dari tentera Salib, Hittin (di Palestina). Syiria dibebaskan. Perang Salib terjadi.

1193 M – Imam Ibnu Asakir dan Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi wafat.

1194 M – Tentera kaum Muslimin berhasil menguasai Delhi, India.

1217 M – Imam Ibnu Rusyd wafat.

1219 M – Kaum Salib mencaplok kawasan Dumiat (di Mesir).

1220 M – Genghis Khan (Tartar) menaklukkan Turkistan, Bukhara, Samarqand dan Khurasan.

1221 M – al-Malik al-Kami membebaskan Dumiat.

1223 M – Imam Nawawi dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1277 M).

1225 M – Khalifah Adh Dhahir Biamrillah dibai’at.

1226 M – Digantikan oleh Khalifah al Mustanshir Billah.

1228 M – Imam Ar-Razi wafat.

1229 M – Kaum Salib mengakuisisi Jerusalem untuk kedua kalinya.

1236 M – Tentera Kristen (Salib) merebut kota Cordoba (di Spanyol).

1242 M – Khalifah Al Mu’tashim Billah dan wafatnya Imam Ibnu Qudamah.

1244 M – Jerusalem dibebaskan, bertepatan dengan 642 Hijriyah.

1249 M – Kaum Salib melancarkan serangan ketujuh kalinya (terakhir) yang dipimpin oleh Louis IX, namun gagal.

1256 M – Kekalahan mutlak kaum al-Bathiniyyah di tangan bangsa Tartar.

1258 M – Tentera Mongol menyerang dan meluluh lantakkan kota Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh, Khalifah di bunuh. Baghdad jatuh ketangan tentara Mongol. Dua pengkhianat yaitu Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin at-Thusi membantu Tartar.

Kekhilafahan Bani Abbasiyah berakhir. (sekitar 3 tahun umat Islam hidup tanpa Khilafah)

Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthiy juga menyatakan didalam Tarikh al-Khulafa’ (375-380) bahwa kaum Muslimin tidak pernah tidak memiliki Khalifah kecuali setelah jatuhnya Baghdad ketangan Tartar sehingga jabatan menjadi kosong selama 3 tahun.

Masa selanjutnya, al-Malik al-Mudzaffar Qutuz (dari Mesir) mengalahkan kaum Tartar pada peperangan di Ain Jalut (Palestina).

1261 M – Khalifah al-Muntashir Billah (Khalifah terakhir di Baghdad).

1262 M – Khalifah al-Hakim Biamrillah I. Banyak kelompok-kelompok Tartar masuk Islam.

1263 M – Ibnu Taimiyyah lahir (beliau hidup hingga tahun 1328 M).

1265 M – Ibnu al-Ahmar mengalihkan kembali 32 kota di Andalusia (Spanyol). Hulaghu, raja Tartar meninggal dunia.

1281 M – al-Malik al-Mansyur Qalawun (dari Mesir) mengalahkan kaum Tartar di Syiria. Sulthan Qalawun membebaskan Tripoli (Syiria) dari kaum Salib setelah 150 tahun.

1293 M – Islam tersebar dikalangan tentara Tartar.

1299 M – Utsman I, Sulthan Utsmaniyyah yang pertama, beliau berperang melawan Romawi.

1300 M – Imam Ibnu Katsir dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1373 M)

1301 M – Khalifah al-Mustakfi Billah.

1326 M – Ourkhan I, Sulthan Utsmaniyyah kedua. Beliau menaklukkan Asia Kecil (Turki).

1339 M – Khalifah al-Wathiq Billah I.

1341 M – Khalifah al-Hakim Biamrillah.

1352 M – Murad I yang merupakan Sulthan Utsmaniyyah ketiga. Khalifah al-Mu’tadhid Billah pertama.

1361 M – Murad membebaskan Adranah.

1632 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah I (Pengangkatan pertama).

1365 M – Taimurlink (Mongol) memulai peperangan terhadap kaum Muslimin.

1377 M – Khalifah al-Mu’tashim Billah I (pengangkatan pertama). Khalifah al-Mutawakkil Alallah I (pengangkatan kedua).

1383 M – Khalifah al-Wathiq Billah II.

1383 M – Murad membebaskan Sofia.

1386 M – Khalifah al-Mu’tashim Billah I (pengangkatan kedua).

1389 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah I (pengangkatan ketiga). Perang Kosovo, Murad mengalahkan Serbia (Yugoslavia). Ba-Yazid I, Sulthan Utsmaniyyah ke empat.

1393 M – Bulgaria dibebaskan oleh Ba-Yazid. Perancis dan Jerman di kalahkan. Taimurlink menaklukkan Baghdad untuk pertama kalinya.

1401 M – Taimurlink kembali menaklukkan Baghdad kedua kalinya dan menaklukkan Syiria.

1402 M – Taimurlink menaklukkan Ankara. Ba-Yazid tertawan kemudian dibebaskan. Banyak kawasan kaum Muslimini di bebaskan.

1403 M – Muhammad al-Halabi, Sulthan Utsmani kelima.

1406 M –Khalifah al-Musti’in Billah.

1421 M – Murad II, Sulthan Utsmaniyyah ke-6.

1422 M – Murad menaklukkan kembali kawasan-kawasan yang di taklukkan oleh Taimurlink.

1430 M – Khalifah al-Mu’tadhid Billah II.

1431 M – Albania ditaklukkan oleh Murad II.

1441 M – Khalifah al-Mustakfi Billah II.

1450 M – Khalifah al-Qaim Billah.

1451 M – Muhammad II, Sulthan Utsmaniyyah Ke-7.

1453 M – Konstantinopel (Istanbul) dibebaskan oleh Muhammad II, kemudian diberi gelar dengan Al-Fatih (Muhammad Al-Fatih atau Muhamamd sang Pembebas).

1458 M – Serbia (Yugoslavia) dibebaskan.

1459 M – Khalifah al-Mustanjid Billah.

1462 M – Bosnia (Yugoslavia) dibebaskan.

1471 M – Imam As-Suyuthiy dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1533 M).

1474 M – Imam Ibnu Hajar wafat.

1479 M – Khalifah al-Mutawakkil Alallah II.

1480 M – Sebagian kepulauan Yunani ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.

1481 M – Ba-Yazid II, Sulthan Utsmaniyyah ke-8.

1492 M – Jatuhnya Granada. Inquisisi Spanyol dan pemerintahan Islam di Spanyol berakhir.

1497 M – Khalifah al-Mustansik Billah (pengangkatan pertama).

1508 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘alallah III (pengangkatan pertama).

1512 M – Salim I, Sulthan Utsmaniyyah ke-9.

1514 M – Tabriz (Iran) di taklukkan dan Syah Isma’il dikalahkan.

1516 M – Peperangan Marj Dabiq ; Syiria ditaklukkan oleh Bani Utsmaniyyah. Khalifah al-Mustansik Billah (pengangkatan kedua).

1517 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah III (pengangkatan kedua).

MASA KHILAFAH BANI UTSMANIYYAH

1517 M – Khalifah Salim I dibai’at setelah Khalifah al-Mutawakkil lengser. Terjadi peperangan al-Ahram ; Mesir di taklukkan oleh pasukan Utsmaniyyah.

1520 M – Sultan Sulaiman al-Qanuni dibai’at menjadi Sulthan (Khalifah).

1521 M – Yugoslavia jatuh ketangan Islam. Gereja terbesar diubah menjadi masjid, tempat Khalifah Sulaiman mendirikan shalat Jum’at.

1522 M – Rhodes di taklukkan.

1526 M – Perang Mohacs. Buda (sebagian dan Budapest, Hungaria) dibuka ; Raja Luis di bunuh.

1527 M – Austria meng-akuisisi Buda.

1529 M- Buda ditaklukkan kembali, Austria mundur. Serangan dan pengepungan ke wilayah Vienna dan Vienna akhirnya jatuh ke tangan Islam.

1532 M – Algeria dibebaskan oleh pasukan Khilafah Utsmaniyyah yang berasal dari Spanyol.

1534 M – Tabriz kembali di taklukkan. Khilafah Utsmani memerintah di Baghdad.

1535 M – Tunisia dibebaskan oleh pasukan Utsmaniyyah dari Spanyol. Pulau Crete juga di taklukkan.

1539 M – Perdamaian dengan Austria setelah Austria bersedia membayar jizyah.

1541 M – Pest (sebagian dari Budapest, Hungaria) ditaklukkan Khilafah Islam. Raja Austria akhirnya mundur.

1543 M – Niche (Selatan Prancis) dibebaskan dalam waktu yang sangat singkat.

1549 M – Khalifah Sulaiman meminta kepada Ibrahim al-Halabi untuk menulis sebuah kitab berkaitan dengan perundangan Islam yang berjudul Multaqa al-Abhur. Khalifah Sulaiman akhirnya di beri gelas dengan Sulaiman al-Qanuni.

1560 M – Angkatan laut Utsmaniyyah mengalahkan Spanyol.

1565 M – Pulau Malta di kepung.

1566 M – Szeged (Szigetve di Hungaria) ditaklukkan. Khalifah Sulaiman sakit dan wafat ketika di ambang kemenangan. Khalifah salim II diba’at menjadi Khalifah .

1568 M – Autria setuju untuk terus membayar Jizyah.

1571 M – Terjadi perang Lepanto. Pulas Cyprus di taklukkan pasukan Utsmaniyyah. Paus menggabungkan Vienna dan Spanyol untuk mengambil alih Cyprus.

1572 M – Spanyol meng-akuisisi Tunisia.

1573 M – Perdamaian dengan V ienna dan Cyprus kembali kepangkuan Islam. Vienna akhirnya membayar sanksi kemiliteran.

1574 M – Khalifah Murad III dibai’at jadi Khalifah.

1575 M – Polonia memilih untuk di tinggal dibawah perlindungan Khilafah Islamiyyah.

1577 M – Kargstan ditaklukkan oleh pasukan Utsmaniyyah.

1578 M – Portugis melakukan serangan ke Maghribi (Maroko) dan akhirnya dibebaskan oleh Portugis.

1583 M – Taghiston dibebaskan.

1590 M – Azebaijan, Luristan dan Sharwan di bebaskan dengan damai tanpa peperangan.

1595 M – Khalifah Muhammad III.

1596 M – Orlo (Hungaria) akhirnya berhasil dibebaskan. Sedangkan Austria kalah.

1603 M – Khalifah Ahmad I.

1606 M – Terjadi perdamaian dengan Austria dan Austria berhenti membayar jizyah.

1617 M – Khalifah Musthafa I (pengangkatan pertama sebagai Khalifah).

1618 M – Khalifah ‘Utsman II.

1622 M – Pasukan khusus Khilafah (Inkishari) menjadi sangat kuat dan memiliki pengaruh sehingga terjadi perubahan di Kekhilafahan sekehendak mereka. Khalifah Musthafa I diba’at kembali (pengangkatan kedua kalinya).

1623 M – Syah ‘Abbas menaklukkan Baghdad.

1625 M – Misionatis untuk pertama kalinya berada di Lebanon dan mulai meracunia pemahaman umat Islam. Inilah awal dimulainya serangan Misionaris.

1623 M – Khalifah Murad IV dibai’at.

1635 M – Tabriz di taklukkan kembali oleh Khilafah Islam.

1640 M – Khalifah Ibrahim I .

1645 M – Pulai Crete di rebut kembali.

1641 M- Kekhilafahan Sulthan Muhammad IV

1683 M – Kota Neohazel (Austria) ditaklukkan.

1672 M – Limburg ditaklukkan dengan cepat. Polonia dikalahkan dan setuju untuk membayar Jizyah.

1683 M – - Serangan dan pengepungan ke Vienna untuk kedua kalinya. Banyak kota-kotanya berhasil di buka, tetapi Paus memanggil negeri-negeri Eropa untuk membantu Austria mengalakah pasukan Khilafah Islamiyyah.

1686 M – Autria, Polonia, Vienna, Malta, Russia dan Paus telah membuat sebuah perjanjian suci dan berhasil merampas kembali Budapest dan Neohazel.

1687 M – Sultan Muhammad IV wafat, kemudian di bai’at Khalifah Sulaiman II .

1688 M – Samandriah, Qlumbaz dan Belgrade jatuh ketangan musuh. Kaum Muslimin kehilangan kendali atas kota Udine dan Nichea di Eropa.

1690 M – Somandriah, Belgrade, Udine dan Niche direbut dan dikuasai kembali.

1691 M – Khalifah Ahmad II.

1695 M – Khalifah Musthafa II . Khalifah melakukan serangan ke Russia dan seluruh negara Eropa menyerang Daulah Islam.

1703M – Pembaharuan kebudayaan di bawah pemerintahan Sulthan Ahmad III setelah beliau dibai’at.

1711 M – Pengepungan Tzar Rusia tetapi panglima pasukan kaum Muslimin melakukan pengkhianatan kepada Khalifah karena uang dan membebaskan Tzar dengan sebuah perjanjian.

1730 M – Khalifah Mahmud I.

1737 M – Russia dan Autria akhirnya dikalahkan oleh Islam.

1729 M – Perjanjian Belgrade dengan Rusia dan Austria ; Bergrade dan kawasan-kawasan lainnya diserahkan kepada Daulah Islam (Khilafah).

1754 M – Kemudian Khalifah “Utsman IlI.

1757 M – Khalifah Musthafa II.

1771 M – Armada laut Rusia ditumpas oleh Armada laut Islam.

1773 M – Khalifah ‘Abdul Hamid I. Rusia berhasil dikalahkan oleh kaum Muslimin dalam pertempuran darat.

1774 M – Rusia mengalahkan kaum Muslimin dan perjanjian damai di tanda tangani.

1782 M – Perjanjian Jassy.

1784 M – Rusia dan Autria kembali banyak merampas wilayah kaum Muslimin.

1789 M – Dibai’at Khalifah Salim III. Austria meng-akuisisi Belgrade dan Serbia. Rusia mengakuisisi Bandar.

1798 M – Napoleon mengambil alih Mesir dan membawa masuk kebudayaan Perancis. Perjanjian damai dengan Austria. Serbia kembali kepangkuan Daulah Islam.

1801 M – Napoleon ditundukkan di ‘Akka (Palestina). Napoleon di kalahkan di Iskandariah dalam pertempuran laut Abu Qir. Terjadinya perjanjian damai dengan Perancis.

1804 M – Pembentukan tentara Resmi, disamping adanya tentara Khusus (Inkishari).

1806 M – Rusia dan Inggris menyerang Islam.

1807 M – Khalifah Musthafa IV di bai’at. Inggris di kalahkan setelah mengepung Borporus. Muhammad Ali mengalahkan Inggris di Rashid. Inggris keluar (meninggalkan) Mesir. Terjadinya perjanjian damai antara Perancis dan Inggris terhadap Khilafah.

1808 M – Khalifah Mahmud II.

1815 M – Serbia melakukan bughat (pemberontakan).

1817 M – Serbia terpisah dari Khilafah.

1826 M – Yunani melakukan Revolusi namun gagal. Athena di taklukkan. Tentara elit Inkishari daulah Khilafah di bubarkan dan digantikan dengan tentara Resmi. Kekalahan angkatan laut Khilafah Utsmaniyyah di Navarino.

1828 M – Eropa membantu Yunani untuk memisahkan diri dari Khilafah Islam. Tentara Resmi Khilafah melawan Rusia. Rusia mengembalikan wilayahnya kembali ketangan kaum Muslimin setelah adanya perjanjian damai.

1830 M – Perancis mengambil alih Aljazair. Tahun-tahun selanjunyat, Khilafah mulai mengadopsi perundang-undangan Eropa.

1836 M – Khalifah ‘Abdul Majid I dibai’at.

1856 M – Terjadinya perang al-Qim ; Perancis dan Inggris melawan Rusia.

1860 M – Perancis mengambil alih Syiria untuk menolong kaum Nashrani.

1873 M – al-Imam asy-Syaukani wafat.

1861 M – Khalifah “Abdul ‘Aziz I.Perancis mundur dari Syiria.

1864 M – Serbia merdeka, akan tetapi masih berada dibawah perlindungan Khilafah.

1867 M – Serbia merdeka dan tentara kaum Muslimin mundur sepenuhnya.

1869 M – Perancis menggali terusan Suez.

1876 M – Khalifah Murad V, pada tahun yang sama kemudian di bai’at Khalifah ‘Abdul Hamid II menggantikan khalifah Murad V. Bulgaria melakukan Revolusi dengan bantuan dari Rusia namun gagal. Serbia menyerang kaum Muslimin dengan bantuan Rusia namun kaum Muslimin berhasil mengalahkan mereka dan mengambil alih Bulgaria serta seluruh Serbia.

1877 M – Rusia dan Rumania berhasil dikalahkan setelah melakukan penyerangan terhadap kaum Muslimin. Rusia dan Hungaria mengambil alih Pleven (Bulgaria Utara). Rusia dikalahkan dan Kaisar dibebaskan ; Rusia telah kalah sebanyak 6 kali.

1878 M – Rusia mengambil alih Sofia, Pleven dan Edrine (Turki). Terjadi perjanjian damai dengan Rusia. Kongres Berlin. Bulgaria, Montenegro dan Serbia merdeka. Edrine dan kawasan lain kaum Muslimin kembali kepangkuan Khilafah. Inggris mengambil alih Cyprus. Terjadi perjanjian Berlin, pihak Eropa membagi-bagi wilayah kaum Muslimin.

1908 M- Berdirinya gerakan Turki Muda. Austria menyerang Bosnia dan Herzegovina.

1909 M – Dibai’at Khalifah Muhammad Risyad V. Namun, Khilafah berada dibawah control kaum Nasionalis Turki.

1911 M – Umat Islam di Libya bertempur melawan Italia di Tripoli.

1912 M – Terjadi perang Balkan pertama melawan Yunani, Bulgaria dan Serbia. Mereka melakukan perampasan seluruh wilayah kaum Muslimin di Balkan.

1913 M – Pergerakan Sanusiyyah yang muncul di Libya melawan Italia. Perang Balkan kedua.

1914 M – Khilafah Turki Utsmani memasuki masa Perang Dunia I sebagai sekutu penguasa tengah. Kaum Muslimin mengalami kekalahan dalam beberapa peperangan dan wilayah Khilafah menyempit. Inggris merampas Palestina dan Trans-Jordan.

1917 M – Perjanjian Balfour, perdana menteri Inggris berjanji akan memberikan kaum Yahudi sebuah tanah air di Palestina.

1918 M – Khalifah Muhammad Wahiddin II.

1919 M – Mustafa Kemal Atatürk datang ke Samsun.

1920 M – Musthafa Kemal (pengkhianat) mengetuai pemerintahan di Turki. Pada saat yang sama, negara Islam dibagi-bagi diantara pihak-pihak yang bersekutu membangun pemerintahan nasionalisme Arab dan Turki diseluruh kawasan yang berhasil diduduki ; kebanakan negeri-negeri kaum Muslimin menjadi koloni Barat.

1922 M – Khalifah Abul Majid II namun kekuasaan Khilafah akhirnya ditiadakan dan Khalifah Abul Majid tidak lagi memiliki kuasa.

1923 M – Musthafa Kemal mendeklarasikan Republik Turki dan melarang dikumandangkannya adzan dalam bahasa Arab.

1924 M- Khalifah dihapuskan dan ditiadakan secara mutlak oleh Musthafa Kemal dengan bantuan penjajah Barat. Khalifah terakhir umat Islam di asingkan dan asset-aset Khalifah dirampas. Sedangkan Turki berubah menjadi negara sekuler sengan system Republik buatan non-Islam.

Dengan runtuhnya Khilafah, maka umat Islam tidak lagi memiliki institusi Khilafah. Namun perjuangan Umat Islam masih berlanjut walaupun ketiadaan Khilafah sudah cukup lama, karena Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah akan kembali, Khilafah dengan kualitasnya yang kembali Rasyidah sesuai dengan apa yang pernah Nabi sabdakan,

خالفة تكون ثم ، يرفعها أن شاء إذا الله يرفعها ثم ، تكون أن الله شاء ما فيكم النبوة تكونتكون ثم ، يرفعها أن شاء إذا الله يرفعها ثم ، تكون أن الله شاء ما فتكون ، النبوة منهاج علىملكا يكون ثم ، يرفعها أن شاء إذا الله يرفعها ثم ، تكون أن الله شاء ما فيكون ، عاضا ملكا

على خالفة تكون ثم ، يرفعها أن شاء إذا يرفعها ثم ، تكون أن الله شاء ما فتكون ، جبرياسكت ثم ، النبوة منهاج

“Masa kenabian itu ada ditengah-tengah kalian, atas izin Allah ia tetap ada, lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah). Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang dlalim (Mulkan ‘Adhan) ; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan (Mulkan Jabariyah) ; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah), Beliau kemudian diam” [Hadits riwayat Al-Imam Ahmad dan Al-Bazar]

Pada tahun yang sama muncul pergerakan untuk mengambalikan Khilafah di India. Sekulerisme di umumkan di Turki. Syarif Husein Mekkah, membentuk semacam dewan Khalifah yang terdiri dari 9 Sayyid dan ditambah 19 orang perwakilan daerah atau negara lain.

SEJARAH MASIH BERLANJUT…

1925 M – Pakaian Islam untuk laki-laki dan perempuan diganti dengan pakaian Barat dan dilakukan upaya “modernisasi” di Turki. Hijab bagi wanita diharamkan. Kalendar dan hari cuti Islam di tiadakan. Perundang-undangan keluarga Islam diganti dengan produk Barat di Turki. Mushtafa kemal tewas akibat penyakit kelamin. Ketika saat kematiannya hampir tiba, dia menyarankan duta besar Inggris di Turki untuk menjadi Presiden Turki namun duta besar menolak.

Dilakukan persiapan penyelenggaraan Kongres Khilafah yang akan diadakan di Kairo.

1926 M – Berlangsung Kongres Khilafah di Kairo namun tidak ada proses bai’at.

1928 M – Imam Hasan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Sedangkan di Turki tulisan arab diganti dengan hufur latin.

1939 M – Meletusnya perang dunia II hingga tahun ’45.

1941 M – Pendirian Jami’at al-Islami oleh Maulana Abu ‘Ala al-Maududi.

1945 M – Indonesia diberi kemerdekaan oleh Barat.

1947 M – Negara Pakistan didirikan.

1948 M – Sebagian besar tanah kaum Muslimin di Palestina dirampas kaum Yahudi.

1949 M – Pengambil alihan kekuasaan Amerika yang pertama di Syiria. Husni az-Zaim berkuasa.

1952 M – Jamal Abdul Nashir berkuasa di Mesir melalui kekuasaan yang di rancang oleh Amerika.

1953 M – Imam Taqiyuddin an-Nabhani mendirikan partai politik (Hizbut Tahrir) yang dikhususkan untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam melalui Khilafah Islam .

1956 M – Inggris, Perancis dan Israel menyerang Mesir. Sinai dan Gaza di kuasai oleh mereka. Mesir menerima Resolusi PBB untuk menerima pasukan PBB berada di Sinai. Hal merupakan bagian dari stategi Amerika.

1960 M – Jamal Abdul Nashir menyesatkan pemahaman umat Islam dengan menyerukan Nasionalisme Arab.

1967 M – al-Quds (Jerus Salem), Tepi Barat, Gaza dan Sinai di jajah oleh Israel.

1968 M – Pengambil alihan kekuasaan yang di rancang oleh Inggris di Iraq sehingga membawa Ahmad Hassan al-Bakar berkuasa. Awal kemunculan Saddam Hussein.

1969 M – Muammad Qadafi berkuasa di Libya melalui rancangan Inggris.

1970 M – Terjari peristiwa september hitam, pembantaian di Yordania, ribuan terbunuh dipihak angkatan bersenjata Raja Hussein Yordania dan pasukan bersenjata Arafat.

1978 M – Khamaini berkuasa di Iran melalui rancangan Amerika. Imam Taqiyuddin an-Nabhani wafat.

1979 M – Soviet Rusia menjajah Afghanistan. Jutaan kaum Muslimin terbunuh. Setelah kaum Muslimin berhasil mengalahkan Soviet, pemimpin mereka saling berperang (terjadi perang saudara). Saddam Hussein di Irak memulai peperangan antara Iraq dan Iran, ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh.

1982 M – Israel melakukan serangan ke Lebanon. Mereka membantu milita Kristen untuk membantai Sabra dan Shatila. Peperangan dan kelaparan mendominasi Afrika, disebabkan oleh kebijakan langsung yang dilaksanakan Barat, Rusia, PBB, IMF dan Bank Dunia. Ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh.

1990 M – Terjadi perang teluk kedua yang dipersiapkan dengan matang oleh Amerika. Ratusan kaum Muslimin tewas.

1991 M – Konferensik Madrid ; Israel, PLO, Jordan, Syiria dan negara-negara lain melakukan pertemuan, melalui tekanan Amerika, bertujuan untuk countain Israel melalui proses damai. Kristen Serbia melakukan perang saudara di Bornia, pemerkosaan, penyiksaan dan pembantaian ribuan kaum Muslimin. Masalah baru tak terpecahkan ; Palestina, Kashmir, Afghanistan, Bosnia, Burma, Filiphina, Chechnya, China, India, Indonesia…

1992 M – Keruntuhan Uni Soviet, sebuah kepastikan kegagalan Marxisme. Amerika sukseskan dalam upayanya meruntuhkan Uni Soviet.

1993 M – Satu persetujuan telah di tanda tangani antara Israel dan PLO di Washington.

1994 M – Terjadinya pembantaian di Masjid Hebron ; seorang penduduk Yahudi membunuh kaum Muslimin saat mereka melakukan shalat. Israel dan Yordania menanda-tangani perjanjian menyerahkan hak-hak kaum Muslimin terhadap tanah air mereka.

1996 M – Israel menyerang Lebanon untuk menunda pelaksanaan perjanjian dengan PLO. Israel membuka terowongan di al-Aqsha, sebagai salah satu upaya menunda pelaksanaan perjanjiannya. Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Satu lagi, versi Islam yang kelirus di tampakkan dihadapan dunia.

2001 M – Barat dikejutkan dengan dengan ledakan di Amerika. Sementara seruan mendirikan Khilafah semakin meluas ke seluruh negeri-negeri Kaum Muslimin dan negeri-negeri lainnya.

2007 M – Diadakan Konferensi Khilafah Internasional namun tidak ada proses bai’at, sehingga masih terjadi kekosongan Khilafah.

2009 M – Muktamar 8000 Ulama dilakukan di Indonesia untuk meneguhkan perjuangan mengembalikan Khilafah Islam.

2010 M – PERJUANGAN BELUM SELESAI ..!!

Bab I : JAKSA SANG PENUDUH BERDASARKAN surat dakwaan no. Reg. Perk. P-550/JKTPS/04/2003 tanggal 11 April 2003, dakwaan terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir meliputi empat hal, sebagai berikut:Pertama, primair: "Sebagai pemimpin dan para pengatur makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah." (didakwa melanggar pasal 107 ayat 2 KUHP). Subsidair: "Turut serta melakukan tindak pidana makar yang dilakukan dengan maksud menggulingkan pemerintah." (didakwa melanggar pasal 107 ayat 1 KUHP).

Kedua, "Telah menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akte otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akte itu.." (didakwa melanggar pasal 266 ayat 1 KUHP).

Ketiga, "Telah membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hal atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seoah-olah isinya benar tidak palsu…" (didakwa melanggar pasal 263 ayat 1 KUHP).

Keempat, primair: "Selaku orang asing berada di wilayah Indonesia secara tidak sah." (didakwa melanggar pasal 53 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian). Subsidair: "Masuk wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan Imigrasi." (didakwa melanggar pasal 48 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian).

A. Dakwaan Kesatu PrimairUstadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Naip (kemudian Amir) Al-Jama'ah Al-Islamiyah, dan Abdullah Sungkar (alm), Jabir (alm), Hambali, Zulkarnaen, Abdul Azis alias Imam Samudera, Ali Gufron alias Mukhlas, sekitar tahun 1993-2001 sejak masih bertempat tinggal di Malaysia hingga kembali ke Ngruki, sebagai pimpinan dan para pengatur makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, yaitu untuk mewujudkan niat mendirikan Negara Islam Indonesia yang menggantikan NKRI yang berdasarkan UUD 1945, terdakwa selaku pemimpin and pengatur telah elakukan serangkaian kegiatan yang merupakan permulaan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Sekitar tahun 1993 ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan ustadz Abdullah Sungkar (alm) bersama-sama mendirikan organisasi yang disebut Jama'atul minal Muslimin (JMM) atau Al-Jama'ah Al-Islamiyah (JI), dimana ustadz Abdullah Sungkar (alm) sebagai Pimpinan (Amir) dan ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai Wakil Pimpinan (Naip), yang

dalam organisasi ini ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku pemimpin dan pengatur bersama-sama dengan ustadz Abdullah Sungkar (alm) berniat mendirikan Negara Islam Indonesia menggantikan pemerintahan yang sah dengan menetapkan Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah pada tanggal 30 Mei 1996.

- a. Perbuatan tersebut diawali ketika pada tahun 1985 ustadz Abu Bakar Ba'asyir melarikan diri ke Malaysia dan menetap di sana demi menghindarkan diri dari pelaksanaan putusan Mahkamah Agung RI no. 743/K/Pid/1982 tanggal 6 Februari 1985 yang menghukum ustadz Abu Bakar Ba'asyir 9 tahun penjara.- b. Setelah berada di Malaysia, ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengganti nama dengan nama Abdus Samad bin Abud dan melakukan kegiatan sebagai guru agama atau juru dakwah, antara lain dilaksanakan di Johor Bahru (awal tahun 1989), di Banting Kuala Lumpur (bulan Juni 1989), di Taman Saujana Johor (bulan Oktober 1989), di perkumpulan Darul Islam di Bahau Negeri Sembilan (tahun 1990), di Pondok Pesantren Lukmanul Hakim di kawasan Ulu Tiram (akhir tahun 1994), di rumah Jasmani di Jl. Keris Taman Titiwangsa Johor Bahru (pertengahan 1997). Selain itu ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga memberikan ceramah di rumah Khalim di Yishun (bulan Juni 1989 dan awal 1990), di rumah Sarman alias Megat di Bukit Batok (tahun 1999 dan 2000) dan di rumah Zainuddin alias Syafik di Bishan Road (awal tahun 2000), semuanya di wilayah Singapura. Dalam hal ini ustadz Abu Bakar Ba'asyir menurut dakwaan JPU telah memberikan ceramah atau pelajaran kepada Jama'ahnya tentang sejarah Darul Islam, perjuangan Kartosuwiryo, perjuangan Kahar Muzakar yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia. Kegiatan ini tidak lain merupakan kelanjutan upaya menghimpun kekuatan dengan cara mengumpulkan Jama'ah sebagaimana yang pernah dilakukan sekitar tahun 1982, dimana pada akhirnya ustadz Abu Bakar Ba'asyir dinyatakan terbukti bersalah berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 743 K/Pid/1982 tanggal 6 Februari 1985.- c. Menurut dakwaan JPU, ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah menyampaikan ajaran kepada Jama'ahnya antara lain bahwa setiap orang yang akan menjadi anggauta Jama'ah harus di-bai'at, yang intinya berjanji "Akan setia kepada Allah dan kepada pimpinan Jama'ah". Dengan demikian, maka setiap orang yang telah di-bai'at secara batiniah/akidah menyatu terhadap pimpinannya (yang mem-bai'at) dan akan setia untuk melaksanakan semua ajarannya. Kemudian menurut dakwaan JPU, ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan pula ajaran tentang "Jihad" sebagai amalan terlinggi dan termulia dalam bentuk perang melawan pihak yang menghalangi penegakkan Kalimatullah yang berarti perang fisik dalam arti yang sebenarnya.d. JPU mendakwa, bahwa dengan menyampaikan pelajaran tentang sejarah Darul Islam, perjuangan Kartosuwiryo, perjuangan Kahar Muzakar, dan tentang jihad tersebut ustadz Abu Bakar Ba'asyir bermaksud dan mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia yang akan menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Organisasi Al-Jama'ah Al-Islamiyah memiliki struktur organisasi berupa pembagian wilayah yang disebut Manthiqi yang bertanggung jawab kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir yaitu:a. Manthiqi Ula yang meliputi wilayah Malaysia dan Singapura yang dipimpin oleh

Hambali yang kemudian atas persetujuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir digantikan oleh Ali Gufron alias Mukhlas alias Sofwan.b. Manthiqi Sani yang meliputi wilayah Indonesia dipimpin oleh Abu Fatih.c. Manthiqi Tsalis yang meliputi wilayah Mindanao (Philipina), Sabah (Malaysia) dan Sulawesi (Indonesia) yang dipimpin Musthafa.d. Manthiqi Rabiah berkedudukan di Australia dipimpin Abdul Rahim.Di dalam manthiqi tersebut terdapat bagian-bagian antara lain bagian umum, bagian ekonomi, dan bagian pendidikan.

3. Pada tanggal 30 Mei 1996 Al-Jama'ah Al-Islamiyah mengeluarkan suatu buku pedoman yaitu Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah (PUPJI), yang merupakan pedoman umum yang dapat memberikan gambaran sistematik gerak langkah Jama'ah yang terpadu antara nilai prinsipil dan langkah-langkah operasional yang cermat, terarah, dan teratur.

4. Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah terdiri dari:a. Ushulul-Manhaj Al-Harakiy Li Iqomatid-Dien, yang berisi prinsip-prinsip dalam memahami Ad-Dien sebagai landasan langkah-langkah sistimatis yang wajib ditempuh dalam rangka menegakkan Ad-Dien (menegakkan Daulah Islamiyah/Negara Islam). Yang dimaksud dengan Daulah Islamiyah adalah Negara Islam, menurut pemahaman pengikut A-Jama'ah Al-Islamiyah adalah Negara Islam Indonesia.b. Al-Manhaj Al-Harakiy Li Iqomatid-Dien, yaitu merupakan penjabaran konkrit dengan tahapan-tahapan antara lain, yaitu tarbiyah, dakwah, diklat dan jihad.c. Al-Manhaj Al-Amaliy Li Iqomatid-Dien (Pedoman Umum Operasi).d. Nidhom Asasi.

Menurut Penuntut Umum, dalam Buku Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah (PUPJI) Seri II dalam Bab I pasal 1, nama kumpulan / Jama'ah Islamiyah adalah "Al-Jama'ah Al-Islamiyah", sesuai pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Jama'ah adalah merupakan "Jama'atun minal-Muslimin" dan Jama'ah ini bersifat "alamiy" artinya kumpulan-kumpulan para Jama'ah yang tersebar dengan pemimpin-pemimpinnya merupakan satu kesatuan kumpulan Jama'ah yang besar. Sehingga kumpulan dari para Jama'ah yang tersebar tersebut memiliki ciri khusus yaitu "dengan berasaskan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, para kumpulan Jama'ah ini bertujuan untuk mewujudkan Khilafah Ala Minhajin Nubuwah".

Selanjulnya Asas, Sasaran dan Jalan Perjuangan kelompok Al-Jama'ah Al-Islamiyah menurut Bab II pasal 4 ayat 2 PUPJI bahwa Jama'ah ini berasaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih. Yang dimaksud dengan Salafush-Shalih adalah sahabat Nabi, para Tabiin, dan pengikut-pengikut Tabiin serta para ulama yang mengikuti mereka.

Sasaran perjuangan Jama'ah ini adalah mewujudkan tegaknya Daulah Islamiyah sebagai basis menuju wujudnya kembali Khilafah Ala Minhajin Nubuwah. Selanjutnya untuk mencapai sasaran, Jama'ah menempuh jalan da'wah, tarbiyah, amar ma'ruf nahi munkar, hijrah dan jihad fie sabilillah.

Yang dimaksud, dengan "Dakwah" .menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah adalah, upaya yang sistematis dalam rangka menerangkan hakikat Dienul Islam dengan mengajak manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya untuk menerima dan beriltizam kepada-Nya, yaitu antara lain ustadz Abu Bakar Ba'asyir memberikan ceramah tentang Al-Islam yang di dalamnya bersangkutan dengan masalah-masalah jihad dalam Darul Islam, dan secara keseluruhan isi ceramah tersebut menyangkut tiga hal, yaitu bai'at, jihad dan menegakkan Daulah Islamiyah.

Yang dimaksud dengan "Tarbiyah" menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah adalah upaya yang sistematis dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan atau mengubah pola pikir, rasa irodah, amal peserta didik ke arah pola pikir, rasa irodah, amal yang Islami dengan mengelola sumber daya yang ada (sumber daya manusia, lingkungan, Syari'ah Islam), yaitu ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Amir menerima mubaya'ah anggota dengan menerima bai'at anggota yang dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan bai'at langsung adalah orang yang menyatakan mubaya'ahnya langsung berhadapan dengan Amir, kemudian Amir berjabatan tangan (kecuali wanita ajnabiyah) dan membaca Shighah mubaya'ahnya, kemudian orang tersebut berikrar menyatakan kesediaan untuk memenuhinya. Adapun yang dimaksud dengan mubaya'ah tidak langsung adalah Amir mewakilkan kepada seorang yang ditunjuknya dan tata caranya seperti tersebut di atas, atau dengan surat yang pelaksanaannya dengan melihat kondisi.

Yang dimaksud dengan "Jihad Fie Sabilillah" menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah adalah mencurahkan segala usaha dan kekuatan untuk berperang di jalan Allah dengan jiwa, harta dan lisan. Menurut dakwaan penuntut umum, ustadz Abu Bakar Ba'asyir melakukan pembinaan jihad dengan usaha-usaha, kegiatan-kegiatan dan tindakan-tindakan yang mengerahkan seluruh perangkat Jama'ah.

Periode Jihad ada 3, yaitu pertama, adalah I'dad (persiapan fisik). Kedua, adalah Ribath (mempraktekkan apa yang sudah dikuasai). Dan yang ketiga, yaitu Qital (harus melawan bila musuh menyerang).

Para Jama'ah yang telah memahami pengertian jihad sebagai inti ajaran yang diterima dari ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan persiapan yang matang (latihan kemiliteran dan sebagainya), setiap saat dapat melaksanakan jihad dimana saja dan kapan saja, terhadap orang atau pihak yang dianggap sebagai musuh mereka yakni para pendeta (Paderi) dan atau orang yang dianggapnya menghambat dalam penegakan Kalimatullah atau Syari'at Islam, kongkritnya pembentukan Negara Islam Indonesia di Indonesia.

5. Pada tahun 1999, ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan ustadz Abdullah Sungkar (alm.) kembali ke Indonesia yaitu ke Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, dan setelah berada di Ngruki, Sukoharjo keduanya melanjutkan kegiatan dengan berdakwah dan menyusun sistem Jama'ah dalam rangka menyusun kekuatan, sehingga pada tahun 1999 itu

markas Al-Jama'ah Al-Is!amiyah pusat pindah dari Malaysia ke Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, yakni di kantor Yayasan Al-Ikhlas mengikuti Ma'had Ali (di kantor Ma'had Ali / Universitas). Pada akhir tahun 1999 Abdullah Sungkar meninggal dunia, sehingga posisi pimpinan (Amir) Al-Jama'ah Al-Islamiyah (Jama'atun minal-Muslimin) yang semula dijabat oleh Abdullah Sungkar (alm.) digantikan oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang langsung memimpin dan mengatur kegiatan Al-Jama'ah Al-Islamiyah dari Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah dalam rangka mewujudkan niat mendirikan Negara Islam Indonesia yang menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.6. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan niat tersebut di atas, sesuai dengan Asas, Sasaran dan Jalan Perjuangan kelompok Al-Jama'ah Al-Islamiyah, ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku pemimpin dan pengatur menempuh cara antara lain:a. Merekrut anggota dengan cara mem-bai'at.b. Dalam rangka mewujudkan niatnya untuk mengganti pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai pemimpin dan pengatur telah menganjurkan Jama'ahnya yang telah di-bai'at untuk mengikuti program latihan militer. Pendidikan militer diadakan di Philipina yaitu di Camp Hudaibiyah yang mempunyai nama lain Islamic Military Academy di Moro. Pusat pelatihan ini dikelola Manthiqi yang mempunyai wilayah Mindanao, Sabah dan Sulawesi di bawah pimpinan Musthafa, dan biaya operasionalnya berasal dari Manthiqi Ula, Manthiqi Sani dan Markaziyah, dimana Faiz Abu Bakar Bafana selaku bendahara Manthiqi Ula pernah mengirimkan dana sebesar RM 40.000 (empat puluh ribu ringgit Malaysia). Sesuai dengan tahapan dalam gerakan Al-Jama'ah Al-Islamiyah, pelatihan militer di Philipina Selatan tersebut akan dipergunakan untuk berjihad di wilayah Indonesia.c. Pada bulan Nopember 2000 di sebuah Hotel di Pasar Klewer, Solo, ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai pemimpin dan pengatur telah memberikan persetujuan atau merestui rencana peledakan / pemboman di Batam dan kota-kota lain di wilayah Indonesia melalui Faiz Abu Bakar Bafana yang diperintahkan oleh Hambali untuk melaporkan rencana peledakan / pemboman tersebut kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir, di mana sebelumnya pada bulan Oktober 2000 diadakan pertemuan di kantor MNZ & Associate di Kuala Lumpur, Malaysia yang dihadiri antara lain oleh Faiz Abu Bakar Bafana, Hambali, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Jabir, Zulkifli Marzuki, Ali Gufron alias Mukhlas, Yazid, DR. Azahari dan Chandra Nasrullah yang membahas rencana peledakan / pemboman tersebut.d. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam pertemuan dengan Faiz Abu Bakar Bafana tersebut selain memberikan persetujuan rencana peledakan / pemboman, juga membicarakan penyerangan terhadap kepentingan Amerika di Singapura atau disebut "Program C", dan ustadz Abu Bakar Ba'asyir meminta bantuan dana sebesar RM 4.000 (empat ribu ringgit Malaysia) untuk pembiayaan Ma'had Ali.e. Bahwa rencana pengeboman yang telah disetujui ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut di atas, antara lain dilaksanakan pada malam Natal bulan Desember 2000 di Gereja Kristen Protestan Simalungan di Sei Panas, Batam, di Gereja Santa Anna dan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan, Jakarta.f. Tujuan dilakukan peledakan / pengeboman tersebut antara lain adalah untuk membalas perbualan orang Kristen yang membantai kaum Muslim di Ambon, dan

untuk menggoyahkan pemerintahan yang ada, untuk membangkitkan semangat jihad orang Muslim di Indonesia, sehingga memudahkan menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam Indonesia).g. Pengeboman di malam Natal 2000 dilakukan oleh Manthiqi Ula (Hambali, Ali Gufron alias Mukhlas, Abdul Aziz alias Imam Samudra, dkk) di wilayah Manthiqi Sani (Indonesia).h. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir menerima laporan hasil rapat yang dilaksanakan pada akhir Desember 2000 beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fithri, Faiz Abu Bakar Bafana, Hambali, Yazid, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Zulkifli Marzuki, Ali Gufron alias Mukhlas, Amran dan Chandra Nasrullah mengadakan rapat di MNZ & Associate membahas dan mengevaluasi peledakan yang telah dilakukan di Indonesia, terutama kematian Jabir di Bandung karena sistemnya kurang baik.i. Pada bulan Maret 2001, menurut dakwaan JPU, di rumah ustadz Abu Bakar Ba'asyir, di Ngruki, Sukoharjo, ustadz Abu Bakar Ba'asyir bertemu dengan Faiz Abu Bakar Bafana dan Mustaqim untuk membicarakan:- Tentang pengangkatan Ali Gufron alias Mukhlas sebagai Ketua Manthiqi Ula menggantikan Hambali dan disetujui ustadz Abu Bakar Ba'asyir.- Tentang rencana penyerangan dan peledakan Paderi di Indonesia yang dalam hal ini ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyetujui diteruskannya penyerangan terhadap pembunuhan Paderi dengan petunjuk supaya sasarannya fokus agar tidak ada orang awam yang menjadi korban. Rencana yang telah disetujui terdakwa ini diberitahukan oleh Faiz Abu Bakar Bafana kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra di Bandara Soekarno-Hatta dan kemudian Faiz Abu Bakar Bafana menerima disket yang berisi data nama-nama Paderi yang ada di Indonesia untuk diserahkan kepada Ali Gufron alias Mukhlas di Malaysia.- Tentang rencana untuk melakukan pembunuhan Megawati yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia karena dianggap membantu orang Kristen, yang untuk pelaksanaannya ustadz Abu Bakar Ba'asyir menunjuk Ali Gufron alias Mukhlas untuk mengatur perencanaannya. Setelah Faiz Abu Bakar Bafana kembali ke Kelantan Malaysia, rencana tersebut diberitahukannya kepada Ali Gufron alias Mukhlas, tetapi Ali Gufron alias Mukhlas menjawab: "Kita tidak ada kemampuan untuk itu." Hal tersebut tidak bertentangan dengan bai'at, karena dalam bai'at pun disebutkan bahwa perintah Amir dapat dijalankan sesuai dengan kemampuan yang menerima perintah."j. Dalam rangkaian kegiatan selanjutnya telah dilakukan pengeboman di Atrium Senen Jakarta, untuk itu Faiz Abu Bakar Bafana pernah memberikan uang kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra sebanyak tiga kali. Pertama, sekitar Januari atau Februari 2001 di Kuala Lumpur sebanyak sekitar RM 20.000 (sebagian diberikan untuk uang duka kepada keluarga Jabir). Kedua, Faiz Abu Bakar Bafana memberikan sebanyak RM 10.000 melalui transfer Money Changer sekitar pertengahan tahun 2001. Ketiga, sebanyak RM 15.000 melalui Amran sekitar bulan Oktober 2001. Faiz Abu Bakar Bafana memberikan uang kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra atas arahan Ali Gufron alias Mukhlas dalam rangka mendukung kegiatannya. Faiz Abu Bakar Bafana semula tidak tahu uang tersebut untuk kegiatan apa dan baru mengetahuinya setelah diberitahu oleh Abdul Aziz alias Imam Samudra. Uang yang Faiz Abu Bakar Bafana berikan pada pertengahan tahun 2001 kemudian digunakan oleh Abdul Aziz alias

Imam Samudra untuk pengeboman Atrium bulan Agustus 2001.k. Dengan sepengetahuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir pada bulan Juli 2001, Faiz Abu Bakar Bafana pergi ke Solo bersama Arkam melalui Batam dalam rangka mengenali rute untuk membawa bahan peledak jenis TNT dengan tujuan akhir Singapura dari Philipina Selatan melalui Menado, Surabaya, Batam atau Singapura dengan menggunakan angkutan laut.

7. Rangkaian perbuatan tersebut di atas dimaksudkan untuk menggoyahkan pemerintahan yang ada, untuk membangkitkan semangat jihad orang Muslim di Indonesia, sehingga memudahkan menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam Indonesia) dalam rangka mewujudkan niat menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Semua rencana pengeboman tersebut di atas telah mendapat persetujuan dari ustadz Abu Bakar Ba'asyir karena apabila ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Amir Al-Jama'ah Al-Islamiyah tidak merestui atau tidak menyetujui program-program tersebut, pasti tidak dilaksanakan, karena ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Amir Al-Jama'ah Al-Islamiyah wajib ditaati sesuai dengan bai'at.

B. Dakwaan Kesatu SubsidairUstadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Naib (kemudian Amir) Al-Jama'ah Al-Islamiyah, dan Abdullah Sungkar (alm), Jabir (alm), Hambali, Zulkarnaen, Abdul Azis (alias Imam Samudera), Ali Gufron (alias Mukhlas), sekitar tahun 1993-2001 sejak masih bertempat tinggal di Malaysia hingga kembali ke Ngruki, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan Abdullah Sungkar (alm.), Jabir (alm.), Hambali, Zulkarnaen, Dr. Azahari, Faiz Abu Bakar Bafana, Ja'far bin Mistooki, Abdul Aziz alias Imam Samudra, dan Ali Gufron alias Mukhlas, turut serta melakukan tindak pidana makar yang dilakukan dengan maksud menggulingkan pemerintah, yaitu untuk mewujudkan niat mendirikan Negara Islam Indonesia yang menggantikan NKRI yang sah berdasarkan UUD 1945, telah melakukan serangkaian kegiatan yang merupakan permulaan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Sekitar tahun 1993 didirikan suatu perkumpulan yang disebul Jamia'tul Minal Muslimin atau Al-Jama'ah Al-Islamiyah dimana ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan orang-orang yang disebutkan di atas bergabung di dalamnya, dengan maksud ingin mendirikan Negara Islam Indonesia mengganti pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan menetapkan Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyah pada tanggal 30 Mei 1996.a. Perbuatan tersebut diawali ketika pada tahun 1985 ustadz Abu Bakar Ba'asyir melarikan diri ke Malaysia dan menetap di sana karena menghindarkan diri dari pelaksanaan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.743/K/Pid/1982 tanggal 6 Februari 1985 yang menghukum ustadz Abu Bakar Ba'asyir 9 (sembilan) tahun penjara.b. Setelah berada di Malaysia, ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengganti nama dengan nama Abdus Samad bin Abud dan melakukan kegiatan sebagai guru agama atau juru dakwah, antara lain dilaksanakan di Johor Bahru (awal tahun 1989), di Banting Kuala

Lumpur (bulan Juni 1989), di Taman Saujana Johor (bulan Oktober 1989), di perkumpulan Darul Islam di Bahau Negeri Sembilan (tahun 1990), di Pondok Pesantren Lukmanul Hakim di kawasan Ulu Tiram (akhir tahun 1994), di rumah Jasmani di Jl. Keris Tamaji Titiwangsa Johor Baliru (perlengahan 1997). Selain itu ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga memberikan ceramah di rumah Halim di Yishun (bulan Juni 1989 dan awal 1990), di rumah Sarman alias Megat di Bukit Batok (tahun 1999 dan 2000) dan di rumah Zainuddin alias Syafik di Bishan Road (awal tahun 2000), semuanya di wilayah Singapura. Dalam hal ini ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah memberikan ceramah atau pelajaran kepada Jama'ahnya tentang sejarah Darul Islam, perjuangan Kartosuwiryo, perjuangan Kahar Muzakar yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia. Kegiatan ini tidak lain merupakan kelanjutan upaya menghimpun kekuatan dengan cara mengumpulkan Jama'ah sebagaimana yang pernah dilakukan sekitar tahun 1982 dimana ustadz Abu Bakar Ba'asyir pada akhirnya dinyatakan terbukti bersalah berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 743 K/Pid/1982 tanggal 6 Februari 1985.c. Selain itu ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah menyampaikan ajaran kepada Jama'ahnya antara lain bahwa setiap orang yang akan menjadi Jama'ahnya harus di-bai'at, yang intinya bahwa mereka berjanji "Akan setia kepada Allah dan kepada pimpinan Jama'ah". Dengan demikian, maka setiap orang yang telah di-bai'at secara batiniah / aqidah menyatu terhadap pimpinannya (yang mem-bai'at) dan akan setia untuk melaksanakan semua ajarannya. Kemudian ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan pula ajaran tentang "Jihad" sebagai amalan tertinggi dan termulia dalam bentuk perang melawan pihak yang menghalangi penegakkan Kalimatullah yang berarti perang fisik dalam arti yang sebenarnya.d. Dengan adanya Al-Jama'ah Al-Islamiyah maka ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama-sama dengan Abdullah Sungkar (alm), Jabir (alm), Hambali, Zulkarnaen, Dr. Azahari, Faiz Abu Bakar Bafana, Ja'far bin Mistooki, Abdul Aziz alias Imam Samudra dan Ali Gufron alias Mukhlas ingin mewujudkan niat mendirikan Negara Islam Indonesia menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Al-Jama'ah Al-Islamiyyah memiliki pembagian wilayah yang disebut Manthiqi yang bertanggung jawab kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir, yaitu:a. Manthiqi Ulla yang meliputi wilayah Malaysia dan Singapura yang dipimpin oleh Hambali yang kemudian atas persetujuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir digantikan oleh Ali Gufron alias Mukhlas, alias Sofwan.b. Manthiqi Sani yang meliputi wilayah Indonesia dipimpin oleh Abu Fatih.c. Manthiqi Thalib yang meliputi wilayah Mindanao (Philipina), Sabah (Malaysia) dan Sulawesi (Indonesia) yang dipimpin Mustafa.d. Manthiqi Rabiah berkedudukan di Australia dipimpin Abdul Rahim.

Di dalam manthiqi tersebut terdapat bagian-bagian antara lain bagian umum, bagian ekonomi dan bagian pendidikan.

3. Pada tanggal 30 Mei 1996 dalam rangka mewujudkan niat mendirikan Negara islam Indonesia menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Repubklik Indonesia yang sah

berdasarkan UUD 1945, Al-Jama'ah Al-Islamiyyah mengeluarkan suatu buku pedoman yaitu Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah (PUPJI), yang merupakan pedoman umum yang dapat memberikan gambaran sistematik gerak langkah Jama'ah yang terpadu antara nilai prinsipil dan langkah-langkah operasional yang cermat, terarah dan teratur. 4. Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah terdiri dari:a. Ushuhul-Manhaj Al-Harakiy Li Iqomatid-Dien, yang berisi prinsip-prinsip dalam memahami Ad-Dien sebagai landasan langkah-langkah sistimatis yang wajib ditempuh dalam rangka menegakkan Ad-Dien (menegakkan Daulah Islamiyah/Negara Islam). Yang dimaksud dengan Daulah Islamiyah adalah Negara Islam, menurut pemahaman pengikut A-Jama'ah Al-Islamiyyah adalah Negara Islam Indonesia.b. Al-Manhaj Al-Harakiy Li Iqomatid-Dien, yaitu merupakan penjabaran konkrit dengan tahapan-tahapan antara lain, yaitu tarbiyah, dakwah, diklat dan jihad.c. Al-Manhaj Al-Amaliy Li Iqomatid-Dien (Pedoman Umum Operasi).d. Nidhom Asasi.

Menurut Penuntut Umum, dalam Buku Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah (PUPJI) Seri II dalam Bab I pasal 1, nama kumpulan/Jama'ah Islamiyyah adalah "Al-Jama'ah Al-Islamiyyah", sesuai pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Jama'ah adalah merupakan "Jama'atun minal-Muslimin" dan Jama'ah ini bersifal "alamiy" artinya kumpulan-kumpulan para Jama'ah yang tersebar dengan pemimpin-pemimpinnya merupakan satu kesatuan kumpulan Jama'ah yang besar. Sehingga kumpulan dari para Jama'ah yang tersebar tersebut memiliki ciri khusus yaitu "dengan berasaskan Al-Qur'an dan Sunnah Rassul, para kumpulan Jama'ah ini bertujuan untuk mewujudkan Khilafaah Alaa Minhajin Nubuwwah".

Selanjulnya Azas, Sasaran dan Jalan Perjuangan kelompok Al-Jama'ah Al-Islamiyyah menurut Bab II pasal 4 ayat 2 PUPJI bahwa Jama'ah ini berazaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush-Shoolih. Yang dimaksud dengan Salafush-Shoolih adalah sahabat Nabi, para Tabiin, dan pengikut-pengikut Tabiin serta para ulama yang mengikuti mereka.

Sasaran perjuangan Jama'ah ini adalah mewujudkan tegaknya Daulah Islamiyah sebagai basis menuju wujudnya kembali Khilaafah Alaa Minhajin Nubuwwah. Selanjutnya untuk mencapai sasaran, Jama'ah menempuh jalan da'wah, tarbiyah, amar ma'ruf nahi munkar, hijrah dan jihad fii sabilillah.

Yang dimaksud, dengan "Dakwah" menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah adalah, upaya yang sistematis dalam rangka menerangkan hakikat Dienul Islam dengan mengajak manusia pada umumnya dan ummat Islam pada khususnya untuk menerima dan beriltizam kepada-Nya, yaitu antara lain ustadz Abu Bakar Ba'asyir memberikan ceramah tentang Al-Islam yang di dalamnya bersangkutan dengan masalah-masalah jihad dalam Darul Islam, dan secara keseluruhan isi ceramah tersebut menyangkut tiga hal, yaitu bai'at, jihad dan menegakkan Daulah Islamiyyah.

Yang dimaksud dengan "Tarbiyah" menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah

Al-Islamiyyah adalah upaya yang sistematis dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan atau mengubah pola pikir, rasa irodah, amal peserta didik ke arah pola pikir, rasa irodah, amal yang Islami dengan mengelola sumber daya yang ada (sumber daya manusia, lingkungan, Syari'ah Islam), yaitu ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku Amir menerima mubaaya'ah anggota dengan menerima bai'at anggota yang dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan bai'at langsung adalah orang yang menyatakan mubaaya'ahnya langsung berhadapan dengan Amir, kemudian Amir berjabatan tangan (kecuali wanita ajnabiyah) dan membaca Shighoh mubaaya'ahnya, kemudian orang tersebut berikrar menyatakan kesediaan untuk memenuhinya. Adapun yang dimaksud dengan mubaaya'ah tidak langsung adalah Amir mewakilkan kepada seorang yang ditunjuknya dan tata caranya seperti tersebut di atas, atau dengan surat yang pelaksanaannya dengan melihat kondisi.

Yang dimaksud dengan "Jihad Fii Sabilillah" menurut Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah adalah mencurahkan segala usaha dan kekuatan untuk berperang di jalan Allah dengan jiwa, harta dan lisan. Menurut dakwaan penuntut umum, ustadz Abu Bakar Ba'asyir melakukan pembinaan jihad dengan usaha-usaha, kegiatan-kegiatan dan tindakan-tindakan yang mengerahkan seluruh perangkat Jama'ah.

Periode Jihad ada 3, yaitu pertama, adalah I'dad (persiapan fisik). Kedua, adalah Ribath (mempraktekkan apa yang sudah dikuasai). Dan yang ketiga, yaitu Qital (harus melawan bila musuh menyerang).

Para Jama'ah yang telah memahami pengertian jihad sebagai inti ajaran yang diterima dari ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan persiapan yang matang (latihan kemiliteran dan sebagainya), setiap saat dapat melaksanakan jihad di mana saja dan kapan saja, terhadap orang atau pihak yang dianggap sebagai musuh mereka yakni para pendeta (Paderi) dan atau orang yang dianggapnya menghambat dalam penegakan Kalimatullah atau Syariat Islam, kongkritnya pembentukan Negara Islam Indonesia di Indonesia.

5. Pada tahun 1999, ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan ustadz Abdullah Sungkar (alm.) kembali ke Indonesia yaitu ke Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, dan setelah berada di Ngruki, Sukoharjo keduanya melanjutkan kegiatan dengan berdakwah dan menyusun sistem Jama'ah dalam rangka menyusun kekuatan, sehingga pada tahun 1999 itu markas Al-Jama'ah Al-Is!amiyyah pusat pindah dari Malaysia ke Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, yakni di kantor Yayasan Al-Ikhlas mengikuti Ma'had Ali (di kantor Ma'had Ali/Universitas). Pada akhir tahun 1999 Abdullah Sungkar meninggal duiiia, sehingga posisi Pimpinan (Amir) Al-Jama'ah Al-Islamiyyah (Jama'atun minal-Muslimin) yang semula dijabat oleh Abdullah Sungkar (alm.) digantikan oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang langsung memimpin dan mengatur kegiatan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah dari Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah dalam rangka mewujudkan niat mendirikan Negara Islam Indonesia yang menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.

6. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan niat tersebut di atas, sesuai dengan Azas, Sasaran dan Jalan Perjuangan kelompok Al-Jama'ah Al-Islamiyyah, ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku pemimpin dan pengatur menempuh cara antara lain:a. Merekrut anggota dengan cara mem-bai'at.b. Dalam rangka mewujudkan niatnya untuk mengganti pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai pemimpin dan pengatur telah menganjurkan Jama'ahnya yang telah di-bai'at untuk mengikuti program latihan militer. Pendidikan militer diadakan di Philipina yaitu di Camp Hudaibiyah yang mempunyai nama lain Islamic Military Academy di Moro. Pusat pelatihan ini dikelola Manthiqi yang mempunyai wilayah Mindanao, Sabah dan Sulawesi di bawah pimpinan Mustafa, dan biaya operasionalnya berasal dari Manthiqi Ulla, Manthiqi Sani dan Markaziyah, dimana Faiz Abu Bakar Bafana selaku bendahara Manthiqi Ulla pernah mengirimkan dana sebesar RM 40.000 (empat puluh ribu ringgit Malaysia). Sesuai dengan tahapan dalam gerakan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah, pelatihan militer di Philipina Selatan tersebut akan dipergunakan untuk berjihad di wilayah Indonesia.c. Pada bulan Nopember 2000 di sebuah Hotel di Pasar Klewer, Solo, ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai pemimpin dan pengatur telah memberikan persetujuan atau merestui rencana peledakan/pemboman di Batam dan kota-kota lain di wilayah Indonesia melalui Faiz Abu Bakar Bafana yang diperintahkan oleh Hambali untuk melaporkan rencana peledakan/pemboman tersebut kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir, di mana sebelumnya pada bulan Oktober 2000 diadakan pertemuan di kantor MNZ & Associate di Kuala Lumpur, Malaysia yang dihadiri antara lain oleh Faiz Abu Bakar Bafana, Hambali, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Jabir, Zulkifli Marzuki, Ali Gufron alias Mukhlas, Yazid, DR. Azahari dan Chandra Nasrullah yang membahas rencana peledakan/pemboman tersebut.d. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam pertemuan dengan Faiz Abu Bakar Bafana tersebut selain memberikan persetujuan rencana peledakan/pemboman, juga membicarakan penyerangan terhadap kepentingan Amerika di Singapura atau disebut "Program C", dan ustadz Abu Bakar Ba'asyir meminta bantuan dana sebesar RM 4.000 (empat ribu ringgit Malaysia) untuk pembiayaan Ma'had Ali.e. Bahwa rencana pengeboman yang telah disetujui ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut di atas, antara lain dilaksanakan pada malam Natal bulan Desember 2000 di Gereja Kristen Protestan Simalungan di Sei Panas, Batam, di Gereja Santa Anna dan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan, Jakarta.f. Tujuan dilakukan peledakan/pengeboman tersebut antara lain adalah untuk membalas perbualan orang Kristen yang membantai kaum Muslim di Ambon, dan untuk menggoyahkan pemerintahan yang ada, untuk membangkitkan semangat jihad orang Muslim di Indonesia, sehingga memudahkan menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam Indonesia).g. Pengeboman di malam Natal 2000 dilakukan oleh Manthiqi Ulla (Hambali, Ali Gufron alias Mukhlas, Abdul Aziz alias Imam Samudra, dkk) di wilayah Manthiqi Sani (Indonesia).h. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir menerima laporan hasil rapat yang dilaksanakan pada akhir Desember 2000 beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri, Faiz Abu Bakar Bafana, Hambali, Yazid, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Zulkifli Marzuki, Ali

Gufron alias Mukhlas, Amran dan Chandra Nasrullah mengadakan rapat di MNZ & Associate membahas dan mengevaluasi peledakan yang telah dilakukan di Indonesia, terutama kematian Jabir di Bandung karena sistemnya kurang baik.i. Pada bulan Maret 2001, menurut dakwaan JPU, di rumah ustadz Abu Bakar Ba'asyir, di Ngruki, Sukoharjo, ustadz Abu Bakar Ba'asyir bertemu dengan Faiz Abu Bakar Bafana dan Mustaqim membicarakan:- Tentang pengangkatan Ali Gufron alias Mukhlas sebagai Ketua Manthiqi Ula menggantikan Hambali dan disetujui ustadz Abu Bakar Ba'asyir.- Tentang rencana penyerangan dan peledakan Paderi di Indonesia yang dalam hal ini ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyetujui diteruskannya penyerangan terhadap pembunuhan Paderi dengan petunjuk supaya sasarannya fokus agar tidak ada orang awam yang menjadi korban. Rencana yang telah disetujui terdakwa ini diberitahukan oleh Faiz Abu Bakar Bafana kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra di Bandara Soekarno-Hatta dan kemudian Faiz Abu Bakar Bafana menerima disket yang berisi data nama-nama Paderi yang ada di Indonesia untuk diserahkan kepada Ali Gufron alias Mukhlas di Malaysia.- Tentang rencana untuk melakukan pembunuhan Megawati yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia karena dianggap membantu orang Kristen, yang untuk pelaksanaannya ustadz Abu Bakar Ba'asyir menunjuk Ali Gufron alias Mukhlas untuk mengatur perencanaannya. Setelah Faiz Abu Bakar Bafana kembali ke Kelantan Malaysia, rencana tersebut diberitahukannya kepada Ali Gufron alias Mukhlas, tetapi Ali Gufron alias Mukhlas menjawab: "Kita tidak ada kemampuan untuk itu." Hal tersebut tidak bertentangan dengan bai'at, karena dalam bai'at pun disebutkan bahwa perintah Amir dapat dijalankan sesuai dengan kemampuan yang menerima perintah."

j. Dalam rangkaian kegiatan selanjutnya telah dilakukan pengeboman di Atrium Senen Jakarta, untuk itu Faiz Abu Bakar Bafana pernah memberikan uang kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra sebanyak tiga kali. Pertama, sekitar Januari atau Februari 2001 di Kuala Lumpur sebanyak sekitar RM 20.000 (sebagian diberikan untuk uang duka kepada keluarga Jabir). Kedua, Faiz Abu Bakar Bafana memberikan sebanyak RM 10.000 melalui transfer Money Changer sekitar pertengahan tahun 2001. Ketiga, sebanyak RM 15.000 melalui Amran sekitar bulan Oktober 2001. Faiz Abu Bakar Bafana memberikan uang kepada Abdul Aziz alias Imam Samudra atas arahan Ali Gufron alias Mukhlas dalam rangka mendukung kegiatannya. Faiz Abu Bakar Bafana semula tidak tahu uang tersebut untuk kegiatan apa dan baru mengetahuinya setelah diberitahu oleh Abdul Aziz alias Imam Samudra. Uang yang Faiz Abu Bakar Bafana berikan pada pertengahan tahun 2001 kemudian digunakan oleh Abdul Aziz alias Imam Samudra untuk pengeboman Atrium bulan Agustus 2001.k. Dengan sepengetahuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir pada bulan Juli 2001, Faiz Abu Bakar Bafana pergi ke Solo bersama Arkam melalui Batam dalam rangka mengenali rute untuk membawa bahan peledak jenis TNT dengan tujuan akhir Singapura dari Philipina Selatan melalui Menado, Surabaya. Batam atau Singapura dengan. menggunakan angkutan laut.l. Rangkaian perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama-sama dengan Jabir (alm), Hambali, Zulkarnaen, Dr. Azahari, Faiz Abu Bakar Bafana, Ja'far bin Mistooki, Abdul

Aziz alias Imam Samudra, dan Ali Gufron alias Mukhlas tersebut di atas dimaksudkan untuk menggoyahkan pemerintahan yang ada, untuk membangkitkan semangat jihad orang Muslim di Indonesia, sehingga memudahkan menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam Indonesia) dalam menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sah yang berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.

C. Dakwaan KeduaPada tanggal 19 Agustus 2002 atau setidak-tidaknya sekitar bulan Agustus tahun 2002, ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah menyuruh Camat Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah memasukkan keterangan palsu yaitu keterangan tentang kewarganegaraan sebagai Warga Negara Indonesia ke dalam suatu akte otentik yaitu Kartu Tanda Penduduk Kecamatan Grogol, Kabuputen Sukoharjo Nomor 112708170830002 tertanggal 20 Agustus 2002 mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akte itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta yang berupa Kartu Tanda Penduduk tersebut itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran dan dalam menggunakannya dapat mendatangkan kerugian, perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang telah kehilangan kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia karena selama 14 (empat belas) tahun berturut-turut atau lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut bertempat tinggal di Malaysia yakni dari tahun 1985 s/d 1999 dan tidak pernah menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia (Perwakilan Negara Indonesia di Malaysia), oleh karenanya berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pasal 17 huruf "j" dan "k" kewarganegaraan Indonesia yang dimiliki ustadz Abu Bakar Ba'asyir menjadi hilang atau bukan lagi Warga.Negara Indonesia.

2. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang lelah kehilangan kewarganegaraan tersebut pada tahun 1999 kembali ke Indonesia dan tinggal menetap di Ngruki Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, akan tetapi ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah mengajukan permohonan Kewarganegaraan atau mendaftarkan diri sebagai Warga Negara Indonesia melalui Pengadilan Negeri Sukoharjo.

3. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang telah kehilangan kewarganegaraan tersebut melalui Solichin telah menyerahkan surat-surat sebagai persyaratan pembuatan Kartu Tanda Penduduk kepada Lurah Desa Cemani dan Camat Grogol Kabupalen Sukoharjo, antara lain berupa:a. Surat Keterangan/Pengantar untuk permohonan Kartu Keluarga (KK) baru dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru, atas nama Abu Bakar bin Abud Ba'asyir, tertanggal 19 Agustus 2002.b. Kartu Tanda Penduduk No. 09/06/5095 atas nama Abu Bakar Ba'asyir yang dikeluarkan di Sukoharjo tanggal 1 Januari 1982 (berlaku s/d tanggal 31 Desember 1984), telah habis masa berlakunya.c. Surat Nikah atas nama Abu Bakar Ba'asyir tertanggal 1 Januari 1971.d. Fotocopy Register Kartu Keluarga atas nama Abu Bakar Ba'asyir.

e. Fotocopy Formulir Isian Data Kartu Keluarga atas nama Abu Bakar Ba'asyir.f. Surat Keterangan Kades Cemani Nomor 141/31/08/02 tanggal 19 Agustus 2002 atas nama Abu Bakar Ba'asyir.g. Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Abu Bakar Ba'asyir yang menyatakan beralamat di Cemani dan belum pernah pindah.h. Formulir Isian Data Penduduk terlanggal 13 Agustus 2002 atas nama Abu Bakar bin Abud Ba'asyir.

Dengan persyaratan tersebut di atas ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam Kartu Tanda Penduduk tersebut di atas yaitu tentang status kewarganegaraan untuk ditulis atau disebutkan sebagai Warga Negara Indonesia, padahal ustadz Abu Bakar Ba'asyir bukan Warga Negara Indonesia karena telah kehilangan kewarganegaraannya.

4. Kartu Tanda Penduduk yang memuat keterangan palsu tersebut yaitu Kartu Tanda Penduduk Nomor 112708170830002 tertanggal 20 Agustus 2002 dimaksudkan oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk dipakai sebagai identitas diri atau menyuruh orang lain memakai Kartu Tanda Penduduk tersebut seolah-olah benar ia sebagai Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

5. Dengan memiliki dan menggunakan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Republik Indonesia tersebut, mengakibatkan seolah-olah ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Warga Negara Republik Indonesia, sehingga dalam hal ini dapat mendatangkan kerugian secara materiil atau immateriil yaitu tidak dapat dilakukan pengawasan oleh Pemerintah atau Instansi yang berwenang terhadap orang asing yang tinggal dan menetap di Indonesia.

D. Dakwaan KetigaMenurut dakwaan, ustadz Abu Bakar Ba'asyir pada tanggal 19 Agustus 2002 atau setidak-tidaknya sekitar bulan Agustus tahun 2002, bertempat di Ngruki Desa Cemani Kec. Grogol Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, telah membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar tidak dipalsu, kalau menggunakan surat itu dapat mendatangkan sesuatu kerugian, perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah membuat surat palsu berupa l (satu) lembar surat pernyataan yang tidak dibubuhi tanggal (waktu pembuatan) yang ditanda tangani tercatat atas nama Abu Bakar bin Abud, yang isi pokoknya menyatakan bahwa terdakwa tidak pernah pindah alamat dari Ngruki Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, keterangan mana adalah palsu karena sejak sekitar tahun 1985 sampai dengan tahun 1999 ustadz Abu Bakar Ba'asyir bertempat tinggal atau menetap di Malaysia.

2. Surat pernyataan tersebut diperuntukkan sebagai bukti bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir seolah-olah bertempat tinggal di Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo dan selama ini seolah-olah ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah pindah dari alamat tersebut, oleh karenanya ustadz Abu Bakar Ba'asyir memiliki hak untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk.

3. Surat palsu tersebut dibuat ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan maksud untuk dipakai atau menyuruh orang lain memakainya yaitu dipakai untuk mengurus pembuatan Kartu Tanda Penduduk atas nama ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan cara menyerahkannya kepada Camat Grogol Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kelengkapan persyaratan pembuatan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Republik Indonesia atas nama ustadz Abu Bakar Ba'asyir seolah-olah isinya benar dan tidak palsu.

4. Surat pernyataan palsu tersebut telah dipakai oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir sendiri sebagai persyaratan untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Republik Indonesia atas nama ustadz Abu Bakar Ba'asyir, dimana isi dari surat pernyataan tersebut seolah-olah benar dan tidak dipalsukan, sehingga diterbitkan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Republik Indonesia atas nama ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan Nomor: 112708170830002 tertanggal 20 Agustus 2002.

5. Akibat dipergunakannya surat pernyataan palsu tersebut dapat mendatangkan kerugian secara materiil atau immateriil yaitu dikeluarkannya Kartu Tanda Penduduk atas nama ustadz Abu Bakar Ba'asyir oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo yang sebenarnya ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak berhak memperoleh Kartu Tanda Penduduk tersebut.

E. Dakwaan Keempat PrimairUstadz Abu Bakar Ba'asyir sekitar bulan September 1999 atau setidak-tidaknya dalam tahun 1999 bertempat di Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah selaku Orang Asing berada di wilayah Indonesia secara tidak syah, perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pada tahun 1985 ustadz Abu Bakar Ba'asyir pergi ke Malaysia dan menetap di sana sampai dengan tahun 1999.

2. Setelah berada di Malaysia, ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengganti nama dengan nama Abdus Samad bin Abud. Pada tahun 1986 dan tahun 1992, dengan menggunakan nama Abdus Samad bin Abud, ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengajukan permohonan kepada Pemerintah Malaysia untuk memperoleh Kad Pengenalan dan pada tanggal 12 Maret 1993 sesuai dengan permohonan itu, ustadz Abu Bakar Ba'asyir berhasil memperoleh Kad Pengenalan atas nama Abdus Samad. Kemudian pada tanggal 4 Nopember 1995 ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Akuan Pengenalan dari Pemerintah Malaysia.

3. Selama berada dalam pelarian di Malaysia berturut-turut dari tahun 1985 hingga tahun 1999 tersebut yaitu selama lebih kurang 14 (empat belas) tahun atau setidak-

tidaknya sudah lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut, ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak penah melaporkan diri atau datang ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia untuk menyatakan bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir tetap menjadi Warga Negara Republik Indonesia, bahkan berdasarkan dokumen bukti berupa surat atau formulir isian untuk permintaan Visa (Visa Application) yang disita dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, tercatat atas nama Abdus Samad bin Abud tertanggal 29 September 1999, disebutkan bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan nama Abdus Samad bin Abud memiliki Pasport Malaysia No. A.311494 yang dikeluarkan oleh negara Malaysia, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 17 huruf "j" dan "k" Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Kewarganegaraan ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai Warga Negara Indonesia menjadi hilang dan status ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Orang Asing atau setidak-tidaknya bukan lagi Warga Negara Indonesia.

4. Pada tahun 1999 dalam status bukan lagi sebagai Warga Negara Indonesia, ustadz Abu Bakar Ba'asyir datang ke Indonesia dan bertempat tinggal and menetap di Ngruki Rt. 04 Rw. 05 Desa Cemani Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, sehingga keberadaan ustadz Abu Bakar Ba'asyir di tempat tersebut adalah tidak sah karena beliau datang ke Indonesia tanpa melalui pemeriksaan Imigrasi dan tidak melaporkan diri serta melaksanakan kewajiban selaku orang asing.

5. Antara tahun 1999 hingga 2002, ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah mengajukan permohonan kewarganegaraan atau mendaftarkan diri sebagai Warga Negara Indonesia melalui Pengadilan Negeri Sukoharjo.

6. Dengan demikian jelaslah bahwa masuknya ustadz Abu Bakar Ba'asyir ke Wilayah Indonesia pada tahun 1999 itu tidak melalui pemeriksaan Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, oleh karenanya keberadaan ustadz Abu Bakar Ba'asyir di Indonesia yaitu di Ngruki Rt.04 Rw. 05 Desa Cemani Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah adalah tidak sah.

F. Dakwaan Keempat SubsidairUstadz Abu Bakar Ba'asyir sekitar bulan September 1999 atau setidak-tidaknya dalam tahun 1999 bertempat di Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, masuk wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Pada tahun 1985 ustadz Abu Bakar Ba'asyir pergi ke Malaysia dan menetap di sana sampai dengan tahun 1999.

2. Setelah berada di Malaysia berturut-turut dari tahun 1985 hingga tahun 1999 tersebut yaitu selama lebih kurang 14 (empat belas) tahun atau selidak-tidaknya sudah lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut ustadz Abu Bakar Ba'asyir masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi karena tidak ada data atau Catatan di Kantor Imigrasi di seluruh Indonesia tentang

kedatangan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dari Malaysia tersebut.

3. Dengan demikian jelaslah bahwa masuknya ustadz Abu Bakar Ba'asyir ke wilavah Indonesia yaitu Ngruki Rt. 04 Rw. 05 Desa Cemani Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada tahun 1999 tidak melalui pemeriksaan Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Bab II : FAKTA YANG TERUNGKAP DI PENGADILAN PADA bagian ini, tidak semua keterangan saksi disampaikan, tetapi hanya keterangan saksi-saksi di persidangan yang berkaitan dengan hal-hal yang didakwakan. Keterangan yang diperoleh melalui pemeriksaan teleconference dimasukkan juga dengan mengutip apa yang dimuat dalam surat tuntutan, sekedar untuk menanggapi ulasan yang disampaikan oleh jaksa penuntut umum.

A. Dakwaan Kesatu

1. Tentang Jama'ah Islamiyah (JI)Sebagian besar saksi-saksi menerangkan tidak tahu menahu tentang adanya Jama'ah Islamiyah (JI), atau mereka mengetahuinya tapi hanya tahu dari berita-berita. Para saksi itu adalah:

Nama: Ali Imron bin H. NurhasyimUmur: 33 tahunTempat tgl lahir: Lamongan, 2 Januari 1970Pekerjaan: GuruKeterangan: Ditahan di Bali, kasus bom Bali, vonis 20 tahun, menyebut JI adalah nama organisasi di Mesir, sedangkan mengenai JI di Malaysia hanya dengar dari berita, tidak tahu sendiri. Menurut Ali Imron bahwa berjama'ah dalam Islam itu hukumnya wajib.

Nama: Ali Gufron alias Mukhlas alias SofwanUmur: 42 tahunTempat tgl lahir: Solokuro-Tenggulun, 2 Februari 1960Pekerjaan: Pimpinan Madrasah Lukmanul Hakim, JohorSiksaan: Dianiaya, ditelanjangi, disetrum listrikKeterangan: Ditahan di Bali, kasus bom Bali, vonis mati, mengatakan JI adalah sekumpulan orang Islam yang keberadaannya ada di mana-mana. Setiap orang yang berkelompok disebut JI. Amrozi mengatakan tahu JI sejak kecil, yaitu jama'ahnya orang Islam. Tidak pernah tahu tentang JI sebagai suatu organisasi.

Nama: Utomo Pamungkas alias MubarokUmur: 35 tahun Tempat tgl lahir: Kulonprogo, 31 Desember 1969Pekerjaan: Ustadz Ponpes Al-Islam LamonganKeterangan: Mengaku baru tahu JI dari Musthafa, tidak tahu sendiri dan sebelum dikasih tahu Musthafa tidak pernah mendengar adanya JI. Saksi Imam Samudera mengatakan tidak tahu menahu JI dan aktifitas pengeboman malam Natal tahun 2000, pengeboman Plaza Atrium, Senen, tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang

dinamakan JI.

Nama:Farihin Ibnu Ahmad alias YasirUmur: 36 tahunTempat tgl lahir: Jakarta, 26 Januari 1966Pekerjaan: DagangKeterangan: Ditahan di Jakarta, mengatakan tahu JI dari media massa, sama halnya dengan Surjadi Mas'ud.

Saksi Hashim baru pertama kali mendengar adanya JI ketika ustadz Abu Bakar Ba'asyir dirawat di RS Polri Kramat Jati. Abdul Haris baru mengetahui adanya JI dari koran dan televisi akhir-akhir ini.

Saksi Irfan S. Awwas menyatakan tidak pernah mendengar JI sebelum perkara ini. Saksi Hilmy Bakar menyatakan tidak pernah mendengar istilah JI sebagai suatu organisasi. Saksi Ustadz Afif yang merupakan guru ngaji Faiz bin Abu Bakar Bafana mengatakan tidak pernah dengar JI, dan bahkan menyebutkan Faiz bin Abu Bakar Bafana bukanlah anggota JI. Saksi Said A. Sungkar menerangkan tidak pernah dengar JI sebagai organisasi, tapi istilah JI itu sendiri dalam artian umum sudah sering ia dengar sejak kecil. Saksi Ustadz Wahyudin yang merupakan salah seorang ustadz di Pesantren Al-Mu'min Ngruki mengatakan tidak pernah melihat aktifitas ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam JI.

Saksi Mujiono yang telah mengenal secara intensif ustadz Abu Bakar Ba'asyir sejak tahun 1976 menyatakan tidak pernah diajak ustadz Abu Bakar Ba'asyir ke dalam organisasi yang disebut JI. Saksi Ustadz Mudzakir mengatakan apabila ustadz Abu Bakar Ba'asyir aktif di JI tentu dirinya diberitahu, tapi kenyataannya tidak.

Bahkan saksi-saksi yang menerangkan tentang struktur organisasi JI ternyata tidak ada persesuaian satu sama lain atau saling simpang siur. Dalam Surat Dakwaan disebutkan bahwa organisasi JI memiliki struktur organisasi berupa pembagian wilayah yang disebut manthiqi dan terdapat 4 (empat) manthiqi, yaitu Manthiqi Ula, Manthiqi Sani, Manthiqi Thalib dan Manthiqi Rabiah.

Nama: Mas Slamet Kastari alias Edi Haryanto Umur: 42 tahunTempat tgl lahir: Singapore, 23 Januari 1961Warga Negara: SingaporePekerjaan: MekanikKeterangan: Ditahan di Singapore, menyebutkan hanya ada 2 (dua) Manthiqi, sekalipun telah ditunjukkan oleh Penasihat Hukum adanya 4 (empat) Manthiqi dalam Surat Dakwaan.

Saksi Utomo Pamungkas menyatakan, menurut Mustofa jumlah Manthiqi ada 3 (tiga). Faiz bin Abu Bakar Bafana yang mengaku menjadi anggota JI sejak tahun 1986 dan Hashim bin Abbas juga hanya menyebutkan adanya 3 (tiga) Manthiqi. Saksi Muchlas

atau Ali Gufron menyebutkan istilah "manthiqi thalib" itu tidak ada artinya, dan secara umum istilah-istilah yang digunakan dalam apa yang disebut organisasi JI itu, sebagaimana yang ditunjukkan kepadanya di ruang sidang, nampak jelas dibuat oleh orang yang tidak mengerti bahasa Arab.

2. Tentang Amir JISebagian besar saksi-saksi menerangkan tidak tahu menahu apakah ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI ataupun Naip JI. Semua saksi-saksi yang mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI sebenarnya tidak tahu pasti tentang kebenarannya.

Ali Imron mengatakan "menurut perasaannya" ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI. Dia lalu menyebutkan pengertian "menurut perasaannya" itu maksudnya hanya kesimpulannya pribadi. Utomo Pamungkas mengatakan pernyataannya bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI hanyalah kesimpulannya saja, bukan apa yang diketahuinya sendiri. Saksi Mas Slamet Kastari mengatakan setahu dirinya yang menggantikan Abdullah Sungkar adalah ustadz Abu Bakar Ba'asyir karena beliau orang yang dekat dengan Abdullah Sungkar, tapi Saksi tidak tahu pasti kebenarannya.

Saksi-saksi yang menerangkan tidak tahu menahu tentang JI, atau hanya tahu JI dari media massa, atau meyakini tidak ada JI, dengan sendirinya tidak tahu menahu ataupun tidak memberikan keterangan tentang apakah ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI atau bukan, bahkan meyakini ustadz Abu Bakar Ba'asyir bukanlah Amir JI. Saksi-saksi tersebut adalah Muchlas alias Ali Gufron, Imam Samudera, Amrozi, Farihin Ibnu, Surjadi Mas'ud, Hashim, Abdul Haris, Irfan S. Awwas, Hilmy Bakar, Ustadz Afif, Ustadz Wahyudin, Said A. Sungkar, Mujiono, Ustadz Mudzakir.Sedangkan saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference sebagaimana dikutip Sdr. Penuntut Umum memberikan keterangan berbeda sebagai berikut:

Nama: Faiz bin Abu Bakar Bafana Umur: 40 tahunTempat tgl lahir: Singapore 1 Februari 1962Warga Negara: MalaysiaPekerjaan: KontraktorKeterangan: Ditahan di Singapore, saksi teleconference, mengatakan tahu ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai Amir JI karena diberitahu Hambali, tidak tahu sendiri.

Nama: Ja'afar bin Mistooki alias Sa'ad alias BadarUmur: 41 tahunTempat tgl lahir: Singapore, 25 Oktober 1961Warga Negara: SingaporePekerjaan: Freelance Dispatch RiderKeterangan: Ditahan di Singapore, saksi teleconference, mengaku tahu bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir karena diberitahu H. Ibrahim, tidak tahu sendiri.

Nama: Ahmad Sajuli bin AbdurrahmanUmur: 40 tahun

Tempat tgl lahir: Jakarta, 11 Juli 1962Warga Negara: Indonesia, ijin Tinggal Tetap MalaysiaPekerjaan: WiraswastaKeterangan: Ditahan di Kualalumpur

Nama: Agung Riyadi alias Husain bin Ahmad Bunyamin Umur: 46 tahunTempat tgl lahir: Solo, 4 Mei 1956Warga Negara: Indonesia, Ijin Tinggal Tetap Malaysia Pekerjaan: WiraswastaKeterangan: Ditahan di Kualalumpur, tahu bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI, tapi tidak menyebutkan dari mana mereka tahu.

Nama: Muhammad Faiq bin HafidhUmur: 44 tahunTempat tgl lahir: Semarang, 20 Mei 1958Warga Negara: Indonesia, Ijin Tinggal Tetap MalaysiaPekerjaan: WiraswastaKeterangan: Ditahan di Kualalumpur, menyebutkan tahu bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Amir JI tapi tidak menyebutkan darimana mereka tahu.

Nama: Ferial Muchlis bin Abdul HalimUmur: 46 tahunTempat tgl lahir: Medan, 13 Februari 1956Pekerjaan: WiraswastaKeterangan: Ditahan di Kualalumpur, menyebutkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Naip JI, namun Hashim bin Abas justru mengatakan dalam JI tidak ada kedudukan Naip.

3. Tentanq Pedoman Umum Perjuangan Jama'ah Islamiyah (PUPJI)Sama halnya dengan kesaksian mengenai JI dan Amir JI, sebagian besar saksi-saksi menerangkan tidak tahu menahu tentang adanya PUPJI, atau mereka mengetahuinya tapi hanya tahu dari berita-berita. Sebagian saksi-saksi bahkan menerangkan bahwa PUPJI tersebut tidak ada bedanya dengan suatu makalah yang dikutip dari berbagai buku yang sudah dikenal luas. Secara keseluruhan ada tidaknya PUPJI tidak ada persesuaian keterangan yang nyata antara saksi satu dengan yang lain, atau dengan kata lain terjadi simpang siur seperti halnya tentang JI dan Amir JI.Ali Imron mengatakan mengetahui PUPJI setelah ditunjukkan Penyidik. Ali Gufron menyebutkan pernah mendengar PUPJI, tapi itu merupakan hasil kajian dari beberapa jama'ah di dunia ini. Amrozi mengatakan pernah mendengar PUPJI, tapi disangkanya PUPJI itu senjata baru. Dia menegaskan tidak pernah tahu PUPJI sebagai suatu buku. Mas Slamet Kastari mengaku pernah tahu PUPJI di Singapura, tapi masih dalam bentuk lembaran-lembaran dengan gaya bahasa Indonesia yang tidak teratur sehingga dirinya tidak paham. PUPJI yang dia baca tersebut berbeda dengan yang menjadi barang bukti di persidangan.

Saksi Hilmy Bakar mengatakan tidak pernah tahu PUPJI tapi setelah melihat barang bukti PUPJI mengatakan bahwa buku itu adalah jiplakan belaka, yang dikutip dari berbagai literatur. Saksi Ustadz Afif, mengatakan setelah membaca barang bukti PUPJI mengatakan pernah membaca sebagian isinya sebagai buku yang diterbitkan JI di Mesir, sambil menambahkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah memberikan pengajian seperti yang disebutkan dalam PUPJI.Sedangkan saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference sebagaimana dikutip Sdr. Penuntut Umum memberikan keterangan sebagai berikut: Faiz bin Abu Bakar Bafana mengaku mengetahui PUPJI dari Hambali pada waktu di Selangor, Malaysia. Ja'afar Mistooki mengaku tahu PUPJI dari Ali Gufron alias Muchlas, padahal di atas telah dikutip keterangan Muchlas yang mengatakan pernah mendengar PUPJI tapi itu merupakan hasil kajian dari beberapa jama'ah di dunia ini. Ahmad Sajuli juga mengaku baru tahu PUPJI dari keterangannya Hambali. Ferial Muchlis sebagai satu-satunya saksi yang mengkait-kaitkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan PUPJI dan yang mengaku-aku pula sebagai pengetik naskah PUPJI, ternyata ketika ditunjukkan barang bukti PUPJI tersebut di persidangan mengatakan bukan itu naskah yang telah diketiknya.

4. Tentang Bai'atBerkaitan dengan bai'at yang disebutkan Sdr. Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya berbunyi "akan setia kepada Allah dan kepada Pimpinan Jama'ah", sehingga dengan demikian maka setiap orang yang telah di-bai'at secara batiniah/akidah menyatu terhadap pimpinannya (yang mem-bai'at) dan akan setia untuk melaksanakan semua ajarannya, ternyata dari fakta-fakta di persidangan tidak ada satu saksi pun, termasuk yang diperiksa melalui teleconference, yang menerangkan pernah memperoleh pelajaran ba'iat dari ustadz Abu Bakar Ba'asyir, apalagi di-bai'at oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Umumnya mereka mengaku di-bai'at oleh Abdullah Sungkar.

Nama: Abdul Azis alias Imam Samudera alias KudamaUmur: 32 tahunTempat tgl lahir: Serang, 14 Januari 1962Pekerjaan: WiraswastaSiksaan: Dianiaya, ditelanjangi, disetrum listrikKeterangan: Ditahan di Bali, kasus bom Bali divonis mati, yang di dalam BAP mengaku di-bai'at oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah membantah keterangannya tersebut dan mencabut BAP-nya di persidangan karena pengakuannya dalam BAP itu diberikannya setelah sebelumnya ditemui Carlo Tewu dari aparat kepolisian yang menyiksa dan menelanjanginya serta Martinus yang membawa pentungan besi, mengancam Saksi agar memberikan keterangan dalam BAP sesuai dengan kemauan Penyidik.

Disamping itu tidak ada saksi yang mengatakan mengucapkan sumpah bai'at seperti dalam surat dakwaan dengan lafadz "akan setia kepada Allah dan kepada Pimpinan Jama'ah". Sehingga tidak benar mereka akan melaksanakan semua ajarannya seperti yang didakwakan Sdr. Penuntut Umum.

Ali Imron mengaku di-bai'at oleh Abdullah Sungkar, dengan lafadz "Demi Allah saya akan melaksanakan yang diperintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya". Saksi Utomo Pamungkas mengaku di-bai'at oleh Zulkarnaen dengan lafadz "Saya siap mentaati pimpinan selama pimpinan tidak membawa kepada maksiat. Ali Gufron alias Muchlas mengatakan pernah di-bai'at oleh Abdullah Sungkar berkaitan dengan kegiatan belajar, dengan lafadz "kamu mesti belajar dengan sebaik-baiknya dan mengikuti perintah Allah dan Rasul". Muchlas bahkan menegaskan tidak ada suatu bai'at sebagai pernyataan ketaatan kepada seorang pimpinan, yang ada adalah seorang murid atau siapa saja yang mau menyatakan janji setia kepada gurunya maka dia akan menyatakan setia kepada kepada Allah dan Rasul-Nya. Mas Slamet Kastari menyebutkan pernah di-bai'at Abdullah Sungkar tanpa menyebutkan bunyi atau lafadz bai'at-nya.

Hilmy Bakar mengatakan pernah diskusi dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir, saat itu ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengatakan bahwa bai'at itu ada pada jaman Rasulullah, setelah itu tidak ada lagi bahkan merupakan bid'ah. Jadi bai'at itu hanya untuk Khalifah. Sedangkan untuk selain itu, misalnya untuk posisi sebagai Amir di Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengatakan dengan jelas "tidak ada bai'at". Saksi Ustadz Afif mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah mem-bai'at anggota pengajiannya. Saksi Ustadz Mudzakir mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak mengenal "bai'at lokal".

Sedangkan saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference sebagaimana dikutip Sdr. Penuntut Umum memberikan keterangan sebagai berikut: Faiz bin Abu Bakar Bafana di-bai'at oleh Abdullah Sungkar dengan lafadz "Saya mem-bai'at kamu untuk mendengar dan taat atas perintah Allah dan Rasul menurut kemampuan kamu".

Nama: Hashim bin Abbas alias Osman alias Rudy alias Moh Nuh alias Atan Umur: 41 tahunTempat tgl lahir: Singapore, 17 Juli 1961Warga Negara: Singapore Pekerjaan: Service Engineer Bystronic Asia Pte LtdKeterangan: Ditahan di Jakarta kemudian dibebaskan setelah ada kesepakatan dengan polisi, mengaku di-bai'at oleh Abdullah Sungkar dengan lafadz "Dengan nama Allah saya ber-bai'ah kepadamu atas pendengaran dan ketaatan atas mengikuti sunatullah dan sunnatulrasul mengikuti kemampuan saya". Ferial Muchlis mengaku di-bai'at Abdullah Sungkar dengan lafadz "Saya wajib tolong menolong kepada Anda di dalam kebenaran dan tidak wajib tolong menolong kepada Anda bila tidak dalam kebenaran".

5. Tentang Ceramah atau Pelajaran Mengenai Sejarah Darul Islam Sebagai Upaya Menghimpun Kekuatan Dengan Tujuan Mendirikan Negara Islam Indonesia.Berkaitan dengan dakwaan Sdr. Penuntut Umum yang menyebutkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah memberikan ceramah atau pelajaran kepada jama'ahnya tentang sejarah Darul Islam, perjuangan Kartosuwiryo, perjuangan Kahar Muzakkar yang bercita-cita

mendirikan Negara Islam Indonesia, yang disebutkan Sdr. Penuntut Umum merupakan kelanjutan upaya ustadz Abu Bakar Ba'asyir menghimpun kekuatan dengan cara mengumpulkan jama'ah, ternyata di persidangan praktis tidak pernah diajukan pertanyaan kepada saksi-saksi mengenai hal itu oleh Sdr. Penuntut Umum untuk membuktikan kebenarannya.

Justru Tim Pembela yang lebih aktif mengorek kebenaran dakwaan Sdr. Penuntut Umum berkaitan dengan ceramah atau pelajaran tersebut. Atas pertanyaan Tim Pembela, Mas Slamet Kastari mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah menyampaikan sejarah Darul Islam, Kartosuwiryo, maupun Kahar Muzakkar, termasuk tidak pernah menyampaikan cita-citanya untuk mendirikan Negara Islam Indonesia dalam ceramah-ceramahnya.

Demikian halnya keterangan saksi-saksi a de charge, tidak satu pun yang mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir pernah memberikan ceramah atau pelajaran mengenai sejarah Darul Islam tersebut.

Sedangkan dari saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference, sebagaimana yang dikutip dalam Surat Tuntutan Sdr. Penuntut Umum, hanya saksi Ahmad Sajuli sebagai satu-satunya saksi yang membenarkan isi pengajian ustadz Abu Bakar Ba'asyir antara lain mengenai Darul Islam untuk menegakkan Daulah Islamiyah dalam rangka mewujudkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dengan cara jihad fii sabilillah antara lain dengan mengangkat senjata -quod non. Namun ceramah tersebut terjadi pada tahun 1989, jadi sebelum tempus delicti yang ditetapkan Sdr. Penuntut Umum dalam surat dakwaannya yaitu antara tahun 1993 sampai dengan 2001.

6. Tentang Pelajaran "Jihad"Saudara Penuntut Umum mendakwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan pula ajaran tentang "jihad" sebagai amalan tertinggi dan termulia dalam bentuk perang melawan pihak yang menghalangi penegakan Kalimatullah yang berarti perang fisik dalam arti yang sebenarnya, yang dengan ceramahnya tersebut ustadz Abu Bakar Ba'asyir bermaksud dan mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang akan menggantikan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan UUD 1945.

Adapun keterangan saksi-saksi mengenai pelajaran "jihad" untuk tegaknya NII seperti yang telah diuraikan oleh Sdr. Penuntut Umum dalam dakwaannya, berdasarkan catatan Tim Pembela maupun catatan Sdr. Penuntut Umum dalam Surat Tuntutan Bab III Fakta Persidangan, hanya ada 2 (dua) orang saksi saja yaitu yang diperiksa melalui teleconference, Ja'afar Mistooki dan Ahmad Sajuli yang mengaku pernah mendengar isi ceramah ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengenai "jihad" serupa yang telah diuraikan di atas -quod non- namun ceramah itu mereka berdua dengar pada tahun 1989 yang berarti di luar tempus delicti yang ditetapkan Sdr. Penuntut Umum yaitu antara tahun 1993 sampai dengan 2001.Sedangkan sebagaian saksi-saksi yang lainnya justru memberikan keterangan yang berkebalikan dari dakwaan Sdr. Penuntut Umum tersebut. Saksi Imam Samudera

mengatakan pernah mendengarkan ceramah ustadz Abu Bakar Ba'asyir 2 (dua) kali mengenai menjaga kebersihan hati, sehingga membosankan dan tidak sesuai dengan jiwanya. Utomo Pamungkas yang mengaku sering mendengarkan ceramah atau pengajian ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyatakan tidak pernah mendengar ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan masalah jihad dalam arti perang (qital) tersebut. Saksi Hashim menerangkan, ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah menyampaikan ide tentang Negara Islam tetapi tentang penegakan Syariat Islam dalam hukum negara. Hilmy Bakar mengatakan pernah mendengar ceramah Abdullah Sungkar mengenai jihad dalam arti perang (qital) terhadap para paderi, yang berbeda pemahaman dengan yang dimiliki ustadz Abu Bakar Ba'asyir dimana jihad dipahami secara lebih luas. Saksi juga mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir biasanya dalam memberikan ceramah atau pengajian menggunakan buku pegangan, sebagian besar materinya adalah masalah tafsir dan akidah. Hal yang sama diutarakan oleh saksi Ustadz Afif, Said A. Sungkar, ustadz Mudzakir.

7. Tentang Menganjurkan Jama'ah Yang Telah Di-bai'at Untuk Mengikuti Program Latihan Militer di Philipina.Adapun keterangan saksi-saksi mengenai "menganjurkan jama'ah yang telah di-bai'at untuk mengikuti program pelatihan militer di Philipina yaitu Camp Hudhaibiyah", seperti yang telah diuraikan oleh Sdr. Penuntut Umum dalam dakwaannya, berdasarkan catatan Tim Pembela maupun catatan Sdr. Penuntut Umum dalam Surat Tuntutan Bab III Fakta Persidangan, tidak ada satu orang saksi pun yang membenarkan dakwaan tersebut, sekalipun ada beberapa saksi yang membenarkan keberadaan Camp Hudhaibiyah itu.Justru Utomo Pamungkas, satu-satunya saksi yang mengaku pernah mengajar di Camp Hudhaibiyah tersebut, secara tegas menyatakan tidak pernah disuruh atau meminta restu ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk berangkat ke maupun pulang dari Camp Hudhaibiyah.

8. Tentang Dakwaan Bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir Bertemu Faiz bin Abu Bakar Bafana Pada Bulan Nopember 2000 di Hotel Pasar Klewer, Solo. Dimana ustadz Abu Bakar Ba'asyir didakwa menyetujui dan merestui rencana Hambali melakukan pemboman di Batam dan kota-kota lain di Indonesia. Serta membicarakan penyerangan terhadap kepentingan AS di Singapura.

Bagian terpenting yang harus dibuktikan oleh Sdr. Penuntut berkaitan dengan dakwaan kesatu-nya adalah apakah benar ustadz Abu Bakar Ba'asyir bertemu dengan Faiz bin Abu Bakar Bafana pada bulan Nopember 2000 di Hotel pasar Klewer dan betulkah ustadz Abu Bakar Ba'asyir menyetujui serta merestui rencana Hambali melakukan pemboman di Batam dan kota-kota lain di Indonesia.

Tidak ada satu orang saksi pun yang hadir di ruang sidang yang membenarkan adanya pertemuan antara ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan Faiz Bafana pada bulan Nopember 2000 di Hotel Pasar Klewer.

Bahkan saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference sebagaimana tertuang dalam

Bab III Surat Tuntutan Sdr. Penuntut Umum, hanya satu orang saksi saja yang mengakui adanya pertemuan tersebut, yaitu Faiz bin Abu Bakar Bafana sendiri -quod non, tanpa didukung keterangan saksi atau alat bukti lainnya sama sekali.

Nama: MaryonoUmur: 29 tahunTempat tgl lahir: Surakarta, 16 Maret 1973Pekerjaan: resepsionis hotel Beteng JayaKeterangan: Menerangkan pernah didatangi Faiz bin Abu Bakar Bafana, dan di persidangan ia justru memastikan selama keberadaan Faiz Bafana di hotelnya yang hanya 3 (tiga) jam itu tidak pernah menerima tamu satu orang pun, termasuk ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Saksi Maryono juga memastikan bahwa hotelnya tidak berada di Pasar Klewer, Solo.

Saksi Ustadz Wahyudin memastikan tidak pernah melihat Faiz Bafana menemui ustadz Abu Bakar Ba'asyir di Ponpes Al Mu'min Ngruki karena kalau Faiz Bafana bertamu tentu Saksi akan mengetahuinya karena di ponpes tersebut setiap tamu harus mengisi buku tamu dan Saksi adalah Ketua Ponpes. Saksi Ustadz M. Soleh Ibrahim, Ustadz Mujiono menguatkan keterangan saksi Ustadz bahwa tidak pernah ada tamu datang ke Ponpes Al Mu'min Ngruki, dan bukan kebiasaan hidup ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk menemui tamu di Hotel.

Demikian halnya, tidak ada satu orang saksi pun yang hadir di ruang sidang yang mengatakan bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah menyetujui and merestui rencana Hambali melakukan pemboman di Batam dan kota-kota lain di Indonesia.Bahkan saksi-saksi yang diperiksa melalui teleconference sebagaimana tertuang dalam Bab III Surat Tuntutan Sdr. Penuntut Umum, hanya satu orang saksi saja yang mengakui adanya persetujuan dan restu ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut, yaitu Faiz bin Abu Bakar Bafana sendiri -quod non, tanpa didukung keterangan saksi atau alat bukti lainnya sama sekali. Saksi-saksi via teleconference yang lain tidak ada yang satu pun yang pernah mendengar atau mengetahui sendiri adanya persetujuan dan restu tersebut. Hashim bin Abbas hanya menyimpulkan seharusnya Amir tahu setiap kali Saksi diperintah (untuk melakukan pemboman) oleh Hambali sebagaimana diatur dalam PUPJI. Bahkan Hashim bin Abbas dengan tegas kemudian menyatakan tidak tahu apakah ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengetahuinya, melainkan hanya menyimpulkan sendiri bahwa sesuai dengan PUPJI seharusnya Hambali sebelum melakukan pemboman Batam meminta izin terlebih dahulu kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir, karena menurut pasal 39 PUPJI setiap kegiatan yang melibatkan manthiqi lain harus seizin Amir.

Sedangkan saksi-saksi yang lainnya justru memberikan keterangan yang berkebalikan dengan dakwaan Sdr. Penuntut Umum. Ali Imron menerangkan perintah untuk meledakkan gereja datang dari Hambali, dan menyatakan tidak tahu apakah Hambali berhubungan dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Saksi dengan tegas menyatakan jihad di Afghanistan dan bom di Mojokerto tidak pernah didiskusikan dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Utomo Pamungkas mengakui terlibat bom Mojokerto karena disuruh Hambali. Saksi Ali Gufron alias Muchlas dengan tegas menyatakan pengeboman yang dilakukannya dengan teman-teman tidak dilaporkan kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir, karena saksi yakin pengeboman itu merupakan suatu jihad yang tidak bisa diberitahukan kepada orang yang ada kemungkinan tidak menyetujui pelaksanaan jihad tersebut.

Muchlas menyatakan yang memprakarsai pemboman adalah Hambali, tidak ada hubungannya dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Saksi Imam Samudera yang mengakui bertanggungjawab atas pemboman gereja di Batam dan Plaza Atrium, Senen, sama sekali bukan atas suruhan ustadz Abu Bakar Ba'asyir (keterangannya ini didahului dengan sumpah, "wallahi, wallahi, wallahi").

Amrozi juga mengaku hanya disuruh Hambali untuk melakukan pemboman di malam Natal, terutama di Mojokerto, tidak ada hubungannya dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir, dan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tidak tahu menahu pengeboman tersebut.

Saksi Taufik alias Dany menerangkan yang memimpin dan mengkoordinasi/merencanakan peledakan bom yang sasaran umumnya adalah umat Nasrani adalah Abdul Azis alias Imam Samudera dan memastikan pengeboman itu tidak atas suruhan atau persetujuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

9. Tentanq Dakwaan Bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir Bertemu Faiz bin Abu Bakar Bafana dan Mustaqim. Pada Bulan Maret 2001 di Rumah ustadz Abu Bakar Ba'asyir di Ngruki, Sukoharjo, Membicarakan Pengangkatan Ali Gufron alias Muchlas sebaqai Manthiqi Ula, Rencana Penyerangan Kaum Paderi, Rencana Untuk Melakukan Pembunuhan Megawati (Wapres).

Tidak ada satu orang saksi pun yang memberikan kesaksian kebenaran adanya pertemuan antara ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan Faiz bin Abu Bakar Bafana di rumah ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut, baik saksi yang hadir di sidang pengadilan maupun saksi yang diperiksa secara teleconference, kecuali pengakuan Faiz Bafana sendiri -quod non. Tentang bantahan adanya kehadiran Faiz Bafana di rumah ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang masih menjadi satu area dengan Ponpes Ngruki, telah disampaikan oleh saksi-saksi seperti telah dikutip pada angka 8 di atas, sehingga tidak diuraikan kembali dalam bagian ini.

Tentang rencana penyerangan terhadap Paderi, pada intinya sama saja dengan penyerangan terhadap gereja-gereja seperti telah diuraikan oleh saksi-saksi pada angka 8 di atas, sehingga tidak diuraikan kembali dalam bagian ini.Tentang rencana Pembunuhan Megawati yang waktu itu adalah Wapres RI, tidak ada satu orang saksi pun yang membenarkannya kecuali Faiz Bafana sendiri. Bahkan Ali Gufron alias Muchlas yang disebut-sebut Faiz Bafana sebagai orang yang akan disuruh melaksanakan pembunuhan tersebut dalam kesaksiannya menyatakan baru mengetahui rencana pembunuhan itu dari membaca berita yang isinya Al Farouq mengatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir berencana akan membunuh Megawati. Saksi justru

mentertawakan berita itu karena sepengetahuan Saksi tidak mungkin ustadz Abu Bakar Ba'asyir memiliki kemauan seperti itu.

Saksi Amrozi yang diaku-aku Faiz Bafana menemaninya menemui ustadz Abu Bakar Ba'asyir ketika ustadz ABB merencanakan akan membunuh Megawati juga membuat bantahan dalam selembar surat yang ditandatanganinya, yang diajukan sebagai alat bukti dalam persidangan.

Perlu ditambahkan fakta-fakta di persidangan tentang Faiz bin Abu Bakar Bafana. Menurut saksi Ustadz Afif yang merupakan guru ngaji Faiz Bafana dan yang memperkenalkan Faiz Bafana dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir, sebenarnya Faiz Bafana jarang ikut pengajian karena kesibukan bisnisnya.

Saksi Hilmy Bakar, menyatakan Faiz Bafana hanya ngaku-ngaku saja kenal dekat dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir padahal sebenarnya tidak, karena Saksi tahu persis mengingat Saksi sangat dekat dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan juga kenal Faiz Bafana. Saksi Hilmy Bakar menyatakan siap dikonfrontasi dengan Faiz Bafana di muka sidang atas kesaksiannya itu. Saksi Ustadz Said A. Sungkar mengatakan Faiz Bafana adalah pembohong besar, karena Faiz Bafana ngaku-ngaku kenal dekat dengan dirinya padahal sebenarnya tidak.

B. Dakwaan KeduaTentang Dakwaan Bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah menyuruh Camat Grogol. Kab. Sukoharjo Memasukkan Keterangan Palsu Yaitu Keterangan Tentang Kewarganegaraan ustadz ABB Sebagai WNI Ke Dalam Akta Otentik Yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Nama: Mas Rochin bin Atmo SuwiryoUmur: 58 tahunTempat tgl lahir: Solo, 17 Juli 1944Pekerjaan: Lurah Desa CemaniKeterangan: Menerangkan bahwa sebenarnya Camat tidak ada andilnya dalam mengisi keterangan dalam KTP, karena yang mengetik KTP adalah Kabupaten. Saksi juga menegaskan tidak mungkin ustadz Abu Bakar Ba'asyir dapat menyuruh Camat membuat keterangan palsu. Menurut keterangan Saksi setiap pemohon KTP baru atau perpanjangan, tidak bisa langsung ke Kabupaten, atau Kecamatan melainkan harus ke kelurahan dahulu, baru ke Kabupaten. Camat atau Kecamatan sebenarnya hanya melegalisasi saja, tidak ada rekomendasi dari Camat. Saksi juga menyatakan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dapat mengurus KTP perpanjangan karena tidak pernah dinyatakan pindah alamat dari desa Cemani dan masih tercatat dalam register Desa.

Nama: Drs. Rusmanto bin TjitrodihardjoUmur: 40 tahunTempat tgl lahir: Karanganyar, 11 Agustus 1962Pekerjaan: Camat GrogolKeterangan: Menerangkan tidak pernah disuruh ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk

membuat KTP, dan keterangan dalam KTP diketik oleh pihak Kabupaten bukan oleh Saksi selaku Camat.

Nama: Drs. Sarsito, MM Umur: 46 tahunTempat tgl lahir: Karanganyar, 22 September 1956Pekerjaan: PNS ( Kepala Catatan Sipil Kab. Sukoharjo)Keterangan: Menyatakan bahwa KTP dibuat dan diketik data-datanya di Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kab. Sukoharjo, Camat tinggal tandatangan saja.

C. Dakwaan Ketiga Tentang ustadz Abu Bakar Ba'asyir Didakwa Telah Membuat Surat Palsu atau Membuat Surat Yang Dapat Menimbulkan Sesuatu Hak Atau yang Diperuntukkan Sebagai Bukti Daripada Sesuatu Hal

Nama: SolichinUmur: 50 tahunTempat tgl lahir: Kendal, 23 November 1953Pekerjaan: WiraswastaKeterangan: Menerangkan bahwa Surat Pernyataan belum pernah pindah alamat oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut dibuat atas saran Lurah, dibuat dan ditandatangani oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Saksi Mas Rochin (Lurah Desa Cemani) menerangkan Surat Pernyataan tersebut dulunya atas permintaan pihak Kabupaten. Saksi menerangkan banyak warganya yang sekalipun bepergian ke berbagai tempat namun karena masih tercatat dalam register desa sehingga masih bisa mengurus KTP dengan cara membuat Surat Pernyataan serupa dengan yang dibuat ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Saksi Drs. Rusmanto (Camat Grogol) menjelaskan alasan ustadz Abu Bakar Ba'asyir diminta membuat Surat Pernyataan karena KTP sudah habis terlalu lama dan yang menyuruh melakukan hal itu adalah pihak Kabupaten. Hal ini sesuai dengan Perda No. 35 tahun 2000, dan Surat Pernyataan serupa itu sudah sering dimintakan kepada orang lain yang memiliki masalah yang sama dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yaitu KTP telah lama habis masa berlakunya. Saksi Drs. Sarsito, MM. juga menyatakan tidak semua pemohon perpanjangan KTP membuat Surat Pernyataan serupa itu, dalam halnya ustadz Abu Bakar Ba'asyir dimintakan karena KTP-nya sudah lama habis.

D. Dakwaan Keempat 1. Selaku Orang Asing Berada Di Wilayah Indonesia Secara Tidak Sah. Menurut catatan Tim Pembela maupun catatan Sdr. Penuntut Umum sebagaimana tertuang dalam Bab III Surat Tuntutan, tidak ada satu saksi pun yang menerangkan bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah Orang Asing dan Berada Di Wilayah Indonesia secara tidak sah.

2. Tentang Pada Tahun 1985 ustadz Abu Bakar Ba'asyir Perqi Ke Malaysia dan

Menetap Di Sana Sampai dengan Tahun 1999. Mengingat ustadz Abu Bakar Ba'asyir di persidangan telah membenarkan kepergiannya ke Malaysia dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1989, maka saksi-saksi yang menerangkan hal tersebut kami pandang tidak perlu dikutip keterangannya.

3. Tentanq ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengganti nama menjadi Abdus Samad bin Abud lalu mengajukan permohonan Kad Pengenalan pada pemerintah Malaysia, selanjutnya mengajukan permohonan Surat Akuan Pengenalan. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga telah mengakui perihal perubahan nama ini, sehingga saksi-saksi yang menerangkan hal tersebut kami pandang tidak perlu dikutip keterangannya.

4. Tentang Dakwaan Bahwa ustadz Abu Bakar Ba'asyir selama 14 (empat belas) tahun berturut-turut atau 5 (lima) tahun berturut-turut tidak pernah melaporkan diri atau datang ke Kedubes RI di Malaysia untuk menyatakan keinginannya tetap menjadi WNI. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga telah mengakui perihal tidak melaporkan diri ke Kedubes RI ini, dengan alasan karena apabila melapor tentu akan ditangkap dan dipulangkan ke Indonesia. Dengan pengakuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut saksi-saksi yang menerangkan hal serupa kami pandang tidak perlu dikutip keterangannya.

5. Tentanq Masuk Wilayah Indonesia Tanpa Melalui Pemeriksaan Oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga telah mengakui perihal ini, dengan alasan karena ybs tidak memiliki paspor sehingga tidak mungkin dapat masuk kembali ke wilayah RI melewati pemeriksaan imigrasi. Dengan pengakuan ustadz Abu Bakar Ba'asyir tersebut saksi-saksi yang menerangkan hal serupa kami pandang tidak perlu dikutip keterangannya.

  Bab III : PEMBELAAN PENGADILAN TERORIS MENZALIMI ULAMA

MAJELIS Hakim dan Majelis Jaksa yang semoga diampuni oleh Allah. Majelis Pembela yang semoga dilimpahi rahmat oleh Allah. Hadirin dan hadirat serta wartawan yang saya hormati.

Dalam menyampaikan pembelaan atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam sidang ini hati saya diliputi harapan dan firasat. Harapan saya tumpahkan kepada Allah Swt, semoga Dia memberi petunjuk kepada Majelis Hakim sebagai hamba-Nya yang beriman dan tengah memikul amanah dari pada-Nya, sehingga benar-benar majelis memutuskan dengan adil menurut ukuran syariat Allah, berdasarkan fakta obyektif dan kongkrit yang didasari ketaqwaan dan kejujuran dan sikap tidak memihak kecuali hanya kepada Allah Swt saja; dengan demikian benar-benar yang putih tampak putih, yang hitam kelihatan hitam, yang benar dibenarkan dan yang salah disalahkan tanpa takut kepada sispapun kecuali hanya kepada Allah Swt.

Adapun firasat yang meliputi hati saya ialah majelis tidak bebas dalam memutuskan perkara ini karena adanya campur tangan dan tekanan dari musuh-musuh Islam yang sangat anti terhadap berlakunya syariat Islam secara kaaffah, baik tekanan itu datangnya dari dalam maupun dari luar, sehingga dalam memutuskan perkara ini

timbullah kepincangan penilaian yang mendasari keputusan akhirnya, sehingga dengan demikian yang benar dipaksa untuk disalahkan dan yang salah dipaksa untuk dibenarkan. Firasat ini timbul bukan karena sikap tidak percaya atau ragu-ragu terhadap i’tikad baik Majelis Hakim, sekali-kali tidak. Majelis hakim sebagai hamba Allah yang beriman saya bersangka baik mempunyai kemauan untuk menegakkan keadilan sesuai dengan syariat Islam, karena majelis percaya bahwa keputusannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.

Akan tetapi, firasat saya muncul setelah menyaksikan adanya kenyataan yang terjadi di negeri ini akhir-akhir ini, yaitu adanya petunjuk yang jelas tentang adanya campur tangan dalam negeri oleh tangan-tangan asing terutama oleh musuh-musuh Islam, pemerintah teroris Amerika dan antek-anteknya yang sangat anti penerapan syariat Islam yang saya perjuangkan di negeri ini, dengan cara tekanan ekonomi dan isu-isu teroris yang diarahkan kepada pejuang-pejuang penegak syariat. Penguasa negeri ini ternyata takluk terhadap tekanan dan campur tangan ini sehingga langkah-langkah pemerintah dalam beberapa persoalan terutama yang berhubungan dengan menghadapi perjuangan penegakan syariat merupakan perpanjangan tangan pemerintah teroris Amerika.

Indikator hal ini nampak jelas dari sikap petinggi-petinggi kepolisian dalam menangani kasus-kasus akhir-akhir ini, yaitu antara lain:

1. Menangani kasus bom Bali setengah-setengah, tidak ada kemauan menemukan otaknya. Pertanyaan: Benarkah anak-anak muda macam Amrozy, Mukhlas, Ali Imron, Imam Samudra, sanggup membuat bom sedahsyat itu, sedangkan TNI dan Kepolisian sendiri tidak sanggup? Lalu siapa yang sebenarnya membuat bom sedahsyat itu? Pertanyaan ini belum terjawab dan nampaknya Polisi tidak ada kemauan untuk mengusut tuntas sampai terjawab! Mengapa? Saya menduga karena pengusutan yang berakhir dengan pengadilan pelaku-pelakunya sudah memuaskan musuh Allah, pemerintah Amerika dan antek-anteknya.

2. Penahanan diri saya. Polisi lebih mendengar suara-suara asing Amerika, Singapura, Australia daripada suara sebagian besar umat Islam dan ulama-ulamanya.

3. Pemindahan diri saya yang masih dalam kondisi lemah dari RS PKU Muhammadiyah Solo ke Jakarta dengan paksa tanpa kepentingan yang jelas selain karena kepentingan menyenangkan Amerika.

4. Pengawalan diri saya yang super ketat waktu menuju ke lokasi sidang yang memakan biaya besar menghamburkan uang rakyat dan sama sekali tidak masuk akal, adalah untuk konsumsi luar negri, terutama untuk memuaskan musuh Allah pemerintah Amerika, yang menuduh diri saya sebagai tokoh teroris Asia Tenggara. Disamping itu saya menduga kuat bahwa Majelis Hakim tidak memberi ijin saya untuk merekam suara guna memberi sambutan konggres MMI di Solo adalah karena adanya tekanan untuk membentuk opini bahwa: betapa berbahayanya diri saya sampai suara saya saja tidak boleh didengar masyarakat.

5. Isu apa yang dinamakan JI sengaja dibesar-besarkan karena sangat menguntungkan strategi musuh Allah, yakni pemerintah Amerika Serikat, dalam usahanya memerangi dunia Islam.

Itulah antara lain indikator-indikator yang menunjukkan bahwa pemerintah terutama polisi benar-benar bekerja keras untuk membantu suksesnya rencana jahat pemerintah AS terhadap dunia Islam dan umat Islam, baik disadari atau tidak.Kenyataan-kenyataan ini sudah pasti berdampak kepada proses pengadilan kasus penegakan Syariat Islam yang sedang saya alami ini, sehingga dengan demikian pengadilan tidak bebas, tetapi dipaksa berjalan menuju ke arah yang dikehendaki oleh musuh Islam dan musuh Allah, yakni Amerika Serikat.

Oleh karena itu pembelaan dalam pengadilan ini hampir tidak ada gunanya. Inilah firasat saya. Namun demikian saya masih tetap melangkah mengajukan pembelaan sebagai usaha melawan musuh-musuh Islam dengan harapan semoga Allah berkenan menolong perjuangan ini dan membimbing dan melindungi Majelis Hakim dari tekanan musuh-musuh Allah dan memberi cahaya terang sehingga benar-benar keputusannya nanti mencerminkan keadilan sesuai dengan garis syariat Allah Swt, sehingga benar-benar keputusan yang diridlai-Nya. Aamien.

Majelis Hakim dan Majelis Jaksa yang semoga diampuni Allah, Majelis Pembela yang semoga dilimpahi rahmat oleh Allah. Para hadirin dan hadirat yang terhormat.

Jabatan Hakim adalah suatu jabatan amanat yang terhormat. Karena hakim telah menempatkan dirinya sebagai penegak keadilan dalam masyarakat. Hukum akan tegak apabila para hakim berpegang teguh kepada keadilan tanpa takut ancaman dan tekanan dari siapapun. Takutnya kepada ancaman dan siksaan Allah di akhirat nanti, karena ia selalu ingat perintah Allah Swt agar selalu adil dalam mengadili suatu perkara.Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-nisa’:58).

Rasulullah Saw juga memberi peringatan keras kepada para hakim agar melaksanakan tugasnya berdasarkan ilmu, yakni (ketentuan-ketentuan syariat Allah), jangan berdasarkan kebodohan dan ketidakjujuran sehingga keputusasnnya dhalim.Baginda Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga golongan hakim: satu golongan masuk surga dan dua golongan masuk neraka,1. Seorang hakim yang mengerti kebenaran (Al-Haq) lalu menjatuhkan hukuman dengan kebenaran itu (adil) maka ia masuk surga.2. Seorang hakim yang mengerti kebenaran (Al-Haq) kemudian ia menjatuhkan hukuman yang bertentangan dengan kebenaran itu (tidak jujur), maka ia masuk neraka.3. Seorang hakim yang bodoh (tidak tahu kebenaran), maka karena kebodohannya itu

ia masuk neraka karena keputusannya dhalim.” (HR. Abu Daud dan lainnya).

Oleh karena itu Hakim wajib selalu berorientasi dan berpegang teguh kepada kebenaran dan senantiasa berdiri di atas al-haq. Disamping itu hakim wajib memahami apa yang dimaksud Al-Haq (kebenaran). Definisi kebenaran mutlak hak Allah Swt, manusia tidak.berhak memberi batasan apa kebenaran itu sebab akal dan ilmu manusia sangat terbatas, sehingga terpeleset kepada kekeliruan lebih besar daripada ketepatannya, itulah sebabnya untuk menentukan benar dan salah perlu bantuan wahyu (dinul-islam).

Dalam Al-Qur'an Allah dengan tegas menerangkan apa Al-Haq itu, dalam firmanNya: “Kebenaran itu dari Tuhanmu sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Al-Baqarah, 2 :147).

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaknya beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia mengkafiri… (Al-Kahfi, 18: 29).Dari dua ayat ini jelas bahwa ukuran kebenaran adalah wahyu Allah, yang diturunkan kepada umat manusia lewat para utusan-Nya, termasuk yang diturunkan lewat utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw yang berupa Al-Qur’an dan Sunnahnya (Syariat Islam). Maka kita, khususnya hakim harus yakin tidak boleh ragu sedikit pun bahwa ukuran kebenaran itu adalah syariat Islam, semua perkara yang tidak bertentangan dengan syariat Islam itu pasti benar, dan semua perkara yang bertentangan dengan syariat Islam itu pasti batil dan wajib disalahkan. Apabila hakim memahami ini, namanya hakim yang beriimu dan apabila jujur keputusannya adil. Tetapi apabila hal ini tidak dipahami oleh hakim, maka itu namanya hakim bodoh dan keputusannya pasti sesat dan dhalim.

Semoga Majelis Hakim dikaruniai ilmu seperti ini dan semoga dalam menunaikan amanat Allah, Majelis Hakim selalu bermonoloyalitas kepada Allah Swt Penguasa dan Pemilik alam semesta ini, termasuk negeri yang diamanatkan kepada kita yakni NKRI; mudah-mudahan bukan bermonoloyaiitas kepada pemerintah penguasa sementara negeri ini; sehingga dengan demikian itu Majelis Hakim selalu berjalan di atas jalan yang lurus dan terang dalam menunaikan tugas sucinya. Amien.

SANGGAHAN TERHADAP TUDUHAN JAKSA

Majelis hakim yang semoga diampuni oleh Allah Swt.Dengan izin Allah Swt saya akan menyampaikan sanggahan terhadap semua tuduhan JPU, dengan tuduhan yang saya rasakan mendhalimi diri dan perjuangan saya. Dalam hal ini saya akan menyanggah bukti-bukti yang diajukan oleh JPU untuk memperkuat tuduhannya adapun sanggahan secara yuridis saya serahkan kepada tim pengacara yang membela saya karena beliau-beliaulah yang memiliki keahlian di bidang hukum.Pada dasarnya Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuduh diri saya dengan 4 (empat) tuduhan sebagai berikut:1. JPU menuduh diri saya melakukan makar terhadap NKRI dan mendirikan NII.

2. JPU menuduh diri saya memasukkan keterangan palsu ke dalam akta otentik.3. JPU menuduh diri saya memalsukan surat.4. JPU menuduh diri saya sebagai orang asing yang berada di wilayah RI secara tidak sah.

A. Sanggahan Tuduhan ke-1Tuduhan makar ini didasarkan atas bukti-bukti yang menurut JPU sbb:Saya dituduh sebagai amir apa yang dinamakan JI menggantikan alm. Ustadz Abdullah Sungkar (AS), berdasarkan keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh JPU antara lain lewat teleconference. Meskipun saya tidak mengikuti sidang para saksi yang diajukan lewat teleconference tetapi dari kesaksian mereka yang tertulis dalam surat tuntutan JPU dan keterangan-keterangan yang dikutip media masa membuat saya bisa mengetahui isi kesaksian mereka, maka dengan izin Allah Swt saya memberi tanggapan sebagai berikut:Kesaksian semua saksi yang dajukan dalam hal ini sama sekali tidak benar, saya sama sekali tidak pernah diangkat dan dilantik menjadi naib amir apa yang dinamakan JI semasa hidupnya alm Ustadz AS, semua keterangan saksi saksi yang menerangkan bahwa saya adalah naib amir apa yang dinamakan JI semata-mata dugaan tidak berdasarkan fakta yang jelas. Bahkan saya sebagai orang yang dekat dengan alm Ustadz AS tidak pernah tahu dan tidak pernah mendengar bahwa beliau adalah amir apa yang dinamakan JI, kalau hal ini benar mustahil saya tidak tahu. Tetapi yang saya tahu bahwa beliau adalah seorang muballigh yang aktif bertablighh baik dikalangan anggota jamaah Ittibaaussunnah yaitu kelompok pengajian orang Malaysia yang dipimpin oleh seorang ulama yang bernama Ustadz Hasyim Ghani yang berpusat di Kuala Pilah Negeri Sembilan. Disamping itu beliau juga aktif berdakwah di masjid-masjid umum terutama di Kuala Lumpur.

Selanjutnya saya dituduh amir apa yang dinamakan JI menggantikan Ustadz AS setelah belia wafat. Tuduhan ini pun sama sekali tidak benar. Wallahi, sama sekali saya tidak pernah dilantik sebagai amir apa yang dinamakan JI. Bagaimana bisa saya dituduh sebagai amir apa yang dinamakan JI, sedang saya baru mendengar istilah JI setelah saya berada dalam tahanan baik melalui mulut-mulut polisi maupun dari media masa.

Kecerobohan JPU menuduh saya sebagai amir apa yang dinamakan JI hanya didasarkan atas keterangan-keterangan saksi yang sebagian besar didengar keterangan mereka lewat teleconference yang saya boikot karena menyalahi aturan dan semua saksi yang didengar adalah berstatus tahanan di bawah UU rimba ISA, dimana kondisi tahanan sarat dengan tekanan. Disamping itu kesaksian ini diberikan dalam wilayah Negara Asing bukan di Kedutaan atau Atase RI. Sungguh ini proses sidang yang kacau. Disamping itu teleconference ini dibiayai oleh kerajaan kafir Singapura, yang jelas punya kepentingan menangkap saya. Proses sidang kesaksian ini sarat dengan rekayasa dan tekanan agar saksi-saksi yang di bawah tahanan hukum rimba ISA memberikan keterangan yang menguntungkan mereka. Semoga Allah SWT menghukum yang merekayasa ini, Aamien.

Lebih dari itu, keterangan para saksi hanya didasarkan berita dari orang lain; mereka tidak pernah melihat sendiri proses pelantikan dan pengangkatan yang konon saya dilantik dan diangkat sebagai amir apa yang dinamakan JI untuk menggantikan alm. Ustadz AS. Nara sumber berita yang mereka andalkan hanyalah satu orang yaitu Hambali. Kesaksian yang sumber beritanya dari satu orang sama sekali tidak bisa dipercaya, itu namanya kesaksian yang kacau, seorang JPU yang senior dan jujur tidak akan mau mengajukan saksi-saksi yang proses kesaksiannya kacau seperti ini. Apakah JPU dalam sidang pengadilan tidak senior dan tidak jujur? Saya berprasangka baik bahwa JPU dalam sidang ini adalah senior dan jujur, tetapi ia terpaksa mengambil jalan kesaksian yang kacau ini nampaknya karena adanya tekanan untuk memenuhi target yang diminta oleh pesan sponsor asing, yaitu musuh Allah pemerintah Amerika dan antek-anteknya.

Dan semua saksi yang diajukan oleh jaksa dari negara asing ini sebenarnya orang-orang yang tidak begitu saya kenal yang jarang bertemu saya bahkan di antara mereka ada yang bertemu saya dua kali saja selama saya di Malaysia, dia itu adalah Hasyim bin Abas dari Singapura, bahkan saksi yang namanya Jafar bin Mistoki sama sekali saya tidak kenal dan saya tidak pernah melihat wajahnya, dan saya baru tahu nama orang ini dari surat tuntutan JPU dan media masa. Dalam surat tuntutan JPU dan berita media masa saya mengetahui bahwa orang ini konon menasehati saya agar saya mengaku saja dengan jujur dan dia minta maaf kepada kerajaaan Singapura. Bagaimana mungkin orang yang tidak saya kenal menasihati saya agar saya mengaku seperti yang dituduhkan oleh JPU, untuk membenarkan kesaksiannya. Dan mana mungkin orang beriman yang konon berjuang menegakkan syariat Islam tapi akhirnya minta maaf kepada negara kafir Singapura sebagai sarang Yahudi di Asia Tenggara yang aktif memusuhi perjuangan syariat Islam, dengan alasan memerangi teroris. Berdasarkan kenyataan ini akhirnya saya mencurigai jangan-jangan orang ini adalah mata-mata Singapura yang pura-pura ditahan untuk menjadi saksi agar membenarkan dan meyakinkan adanya apa yang dinamakan JI, dan memperkuat tuduhan terhadap diri saya.

Dan saya juga mengetahui bahwa saksi Faiz bin Abubakar Bafana sewaktu memberikan kesaksian dalam teleconference ia menangis, ini merupakan petunjuk yang jelas adanya tekanan batin karena ia harus mengatakan dan menerangkan yang bertentangan dengan hati nuraninya karena ia mendapat tekanan. Dan anehnya hampir semua saksi dalam teleconference setelah selesai dalam kesaksian memberi nasehat pada saya sebagai mana yang saya baca dalam surat tuntutan JPU dan berita media agar saya mengaku saja dengan jujur.

Keadaan ini nampak sekali bahwa sudah direkayasa sebelumnya untuk mencapai target tekanan bukan untuk menegakkan keadilan. Ya Allah hukumlah perekayasa jahat karena inilah yang akan merusak Islam dan Umat Islam. Adapun saksi-saksi yang memberikan kesaksian lewat teleconference yang ada di Malaysia hampir tidak ada bedanya dengan saksi-saksi yang ada di Singapura. Mereka juga ditahan di bawah hukum rimba ISA yang sarat dengan tekanan, jangankan mereka sebagai rakyat biasa sedang mantan wakil PM Malaysia Datuk Anwar Ibrahim yang ditahan di bawah ISA

juga tidak luput dari tekanan dan siksaan; apalagi saksi-saksi beliau disiksa habis-habisan oleh polisi agar mengakui seperti yang dikehendaki polisi. Disamping itu kesaksian mereka juga hanya didasarkan kata orang lain yang ujungnya juga kembali kepada kata Hambali, tidak seorang pun di antara mereka yang mendengar sendiri dari keterangan saya atau melihat sendiri pengangkatan dan pelantikan saya menjadi amir apa yang dinamakan JI seperti yang mereka tuduhkan. Adapun kesaksian Ali Imron yang terungkap dalam persidangan hanya didasarkan dugaan dan penafsiran sendiri. Dan kesaksian Mubarok didasarkan atas berita yang ia dengar dari seorang yang namanya Fahim yang sampai hari ini orang tersebut misterius.

Disamping kesaksian mereka yang diajukan oleh JPU, juga terungkap kesaksian para Ustadz yang diajukan oleh tim pembela semua saksi-saksi ini orang yang dekat dengan saya yang hampir tidak pernah berpisah dalam perjuangan menegakkan syariat Islam. Mereka-mereka itu ialah Doctor Helmy Bakar, Ustadz Afif Abdul Majid, KH Mudzakir, Ustadz Wahyudin, Ustadz Sholeh Ibrahim, Ustadz Said Sungkar dan Ustadz Mujiono; semua mereka menerangkan bahwa tidak pernah ada apa yang dinamakan JI, dan tidak benar bahwa saya adalah amirnya. Kalau benar saya sebagai amir apa yang dinamakan JI mereka pasti saya beritahu dan saya ajak bersama-sama memasuki apa yang dinamakan JI. Tetapi anehnya JPU membuang begitu saja kesaksian para Ustadz ini dan tetap mengambil kesaksian mereka yang lemah dasar sumbernya dan prosesnya bermasalah.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Sekali lagi karena adanya tekanan politik untuk memenuhi target pesanan. Wahai Sdr JPU bertobatlah! Sungguh langkah-langkah anda ini mendhalimi sesama orang beriman dan merugikan perjuangan demi menegakkan kalimat Allah. Tahukah anda bahwa dengan langkah anda orang kafir yang sedang memusuhui Islam bersorak-sorai sedang kaum muslimin hatinya sedih. Ya Allah berilah petunjuk sdr saya ini atau ambillah tindakan menurut kehendak-Mu, bila Engkau menghendaki! Engkau Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

JPU menuduh diri saya menyusun apa yang dinamakan PUPJI yang konon sebagai pedoman operasi apa yang dinamakan JI. Tuduhan ini berdasar kesaksian Ferial Muhlis yang mengatakan dalam kesaksiannya bahwa alm. Ustadz AS mengadakan pertemuan dengan saya dan Mukhlas untuk menyusun PUPJI sedang yang mengetik adalah saksi sendiri. Tuduhan ini sama sekali tidak benar; tidak pernah ada pertemuan semacam ini. Ferial Muhlis adalah pengusaha las yang membuat pintu dan pagar besi , ia sangat sibuk dengan pekerjaannya melayani pesanan sehingga datang ke pengajian saja sangat jarang apalagi mau mengikuti pertemuan-pertemuan untuk menyusun suatu konsep lalu jadi juru tulisnya, ini sangat tidak mungkin karena kesibukan kerjanya yang luar biasa. Bahkan saya lebih yakin bahwa pengakuan Ferial Muhlis ini karena tekanan dan rekayasa oleh karena dia menantu alm. ustadz AS maka seolah-olah tepat kalau diberi tugas sebagai penulisnya. Kepalsuan tuduhan dan kesaksian ini juga terungkap adanya pengakuan Mukhlas dalam persidangan saksi perkara saya, bahwa Mukhlas pernah mendengar apa yang dinamakan PUPJI pada tahun 1996/1997 (lihat surat tuntutan hal. 40). Menurut pendapatnya PUPJI hanyalah makalah hasil kajian jamaah-jamaah yang ada di dunia. Keterangan Mukhlas ini menunjukan berarti

Mukhlas tidak pernah mengikuti suatu pertemuan dengan alm. AS dan saya untuk menyusun apa yang dinamakan PUPJI seperti yang diterangkan oleh Ferial Muhlis. Maka terbuktilah bahwa pertemuan itu tidak pernah ada dan kesaksian Ferial Muhlis tentang hal ini sama sekali tidak benar.

Lebih jauh dapat saya tambahkan bahwa di dalam dokumen yang oleh JPU dinamakan PUPJI itu terdapat istilah-istilah yang aneh, bahkan ada yang tidak dikenal dalam Bahasa Arab: Manthiqi Ula, Manthiqi Thalib, Manthiqi Rabi’ah, Ushulul Manhaj, dan penggunaan istilah Manthiqi dalam konteks yang katanya dibicarakan dalam PUPJI itu, tidak mungkin dipergunakan oleh orang yang menguasai Bahasa Arab dan mengerti kaidah-kaidahnya. Sedang setahu saya, saya merasa mengerti Bahasa Arab dan kaidah-kaidahnya (lihat Surat Tuntutan halaman 6 dan 7).

JPU menuduh diri saya (surat tuntutan hal. 128) mengetahui dan meyetujui saksi-saksi: Mas Slamet Kastari, Faiz Abu Bakar Bafana, Jafar Mistoki, Hasyim bin Abas, Achmad Sajuli, Agung Riyadi, Utomo Pamungkas alias Mubarok dan Suryadi Mas'ud, mengirim anggota Jamaah Islamiyah ke Afghanistan dan Philipina, dan menuduh saya pernah datang meninjau ke kamp pelatihan militer Al-Jama’ah Al-Islamiyyah di Mindanao Philipina, berdasarkan kesaksian Suryadi Mas’ud. Tuduhan ini dipaksakan dan sama sekali tidak benar. Saya sama sekali tidak tahu apa yang dinamakan kamp militer Al-Jama’ah Al-Islamiyyah, dan baru tahu istilah ini dari surat tuntutan JPU. Saksi yang dijadikan dasar tuntutan ini yakni orang yang namanya Suryadi Ma’sud dengan saya tidak saling mengenal dan dalam persidangan dia mengatakan hal ini berdasar pendengarannya dari pembicaraan Fathurrohman Al-Ghozi. Tuduhan ini sama sekali tidak benar, saya tidak pernah berurusan dengan mereka dalam hal hal seperti ini. Bahkan orang yang namanya Suryadi Mas’ud yang tidak saya kenal dan juga dia tidak mengenal saya kecuali lewat media, dalam pengakuannya di muka sidang waktu menjadi saksi kasus saya, ia menerangkan bahwa ia pernah mengirim orang ke Philipina lewat yayasan “Wahdah Islamiyah” yang diketuai oleh Ustadz Zaitun (surat tuntutan hal. 56). Sedang Achmad Sajuli megirim 20-30 orang ke Afghanistan dan Philipina tetapi tidak menerangkan bahwa pengiriman tersebut saya ketahui dan saya restui seperti yang dituduhkan oleh JPU. Maka jelaslah tuduhan ini tidak benar, hanya direka-reka oleh JPU.

JPU menuduh diri saya bahwa saya menyetujui dan merestui Suryadi Mas’ud, Utomo Pamungkas, Mas Slamet Kastari, Jafar Mistoki, Ahmad Sajuli dan Fais Abu Bakar Bafana serta anggota Jamaah Islamiyah lainnya ke Afghan dan Kamp Hudaibiyah serta kamp Abu bakar di Mindanao Philipina, berdasarkan kesaksian mereka yang tersebut diatas. Tuduhan ini nampaknya hanya direka-reka saja dan saya tidak pernah sama sekali dan tidak pernah tahu keberangkatan ke tempat-tempat tersebut. Dalam persidangan kesaksian mereka tidak ada yang mengatakan bahwa saya merestui dan menyetujui keberangkatan mereka ke tempat-tempat tersebut seperti yang disebut dalam surat tuntutan. Bahkan orang yang namanya Suryadi Mas'ud tidak saya kenal dan dia juga tidak kenal saya kecuali tahu dari media masa, dan tidak pernah bertemu saya baik di Indonesia maupun di Malaysia dan tempat-tempat lain. Sungguh tuduhan ini merupakan fitnah dan kedhaliman yang luar biasa, yang lahir akibat tekanan dan

untuk mengejar target yang telah ditetapkan.Saya tidak pernah tahu buku yang namanya Islamic Military Academy Al Jamaah Al Islamiyah, kecuali setelah diperlihatkan oleh majelis hakim dalam persidangan. Saya tidak tahu menahu dan tidak mengerti buku ini.JPU menuduh (surat tuntutan hal. 129) bahwa berdasar keterangan Fais Abu Bakar Bafana bahwa ia bersama Zulkifli Marzuki dan Hambali menemui saya sekitar bulan November 2000 di Solo guna meminta persetujuan saya untuk meledakkan gereja-gereja di Indonesia, antara lain di Batam dan di Jakarta.

Tuduhan ini sama sekali tidak benar. Faiz Abu bakar Bafana tidak pernah bertemu saya baik di Solo maupun di tempat lain sejak kepulangan saya ke Indonesia dari Malaysia tahun 1999 sampai hari ini. Adapun peledakan gereja-gereja jelas telah diakui oleh pelakunya yaitu Imam Samudra atas insiatifnya sendiri dkk antara lain Sa’ad dan Dhani, karena ia meyakini perbuatan itu sebagai pelaksanaan jihad Fiisabiilillah untuk membalas kekejaman sebagian orang-orang Nasrani yang membantai umat Islam di Maluku/Ambon. Hal ini terungkap dalam persidangan kesaksian Imam Samudra terhadap diri saya (surat tuntutan hal. 42).

Demikian juga kesaksian pelaku-pelaku peledakan bom malam natal dan Atrium yaitu Taufiq bin Abdul Halim alias Dhani dan Eddy Setiono alias Abbas alias Usman (surat tuntutan hal. 31-33). Semua saksi-saksi ini dalam kesaksiannya sama sekali tidak menyebut bahwa saya tersangkut dan memberi restu pengeboman-pengeboman tersebut dan memang saya sama sekali tidak tahu perkara ini. Maka keterangan Fais Abu bakar Bafana seperti yang disebut di atas adalah sama sekali tidak mempunyai dasar dan tidak benar.

JPU menuduh saya pernah didatangi Fais Abu bakar Bafana pada bulan April 2001 di rumah saya lalu mengadakan pertemuan dengan saya membicarakan pembuatan surat pengangkatan untuk Mukhlas alias Ali Gufron untuk menjadi ketua Manthiqi Ula, pertemuan ini disaksikan oleh orang yang bernama Mustakim. Disamping itu Fais Abu Bakar Bafana melaporkan hasil peledakan bom di gereja-gereja: di Batam, Pakanbaru, Medan, Jakarta, Bandung dan Mojokerto pada malam Natal tahun 2000. Dalam pertemuan ini dikatakan saya menyetujui pengangkatan Mukhlas sebagai ketua Manthiqi Ula. Dalam tuduhan JPU ini juga dikatakan bahwa saya menyetujui diteruskannya penyerangan terhadap gereja-gereja tetapi diarahkan kepada padri/pendeta dan jangan sampai mengenai orang awam yang menjadi korban.

Tuduhan ini sama sekali tidak benar. Sejak saya pulang dari Malaysia ke Indonesia tahun 1999 sampai hari ini saya belum pernah berjumpa Fais Abu Bakar Bafana baik di Solo atau di tempat lain. Ustadz Sholeh Ibrahim yang bertanggung jawab mengkoordinir santri yang menjaga pintu gerbang pondok dan mendaftar tamu pondok, dalam kesaksiannya mengatakan bahwa tidak pernah ada orang yang namanya Fais Abubakar Bafana bertamu ke pondok, tidak ada dalam catatan buku tamu. Padahal kalau ada tamu yang ingin menemui saya di rumah, harus melalui pintu pondok dan mendaftarkan lebih dahulu di bagian tamu (surat tuntutan hal 112). Jadi sama sekali tidak ada bukti yang menunjukkan Fais Abubakar Bafana pernah datang ke rumah

saya. Adapun orang yang namanya Mustakim yang dikatakan menyaksikan pertemuan saya dengan Faiz Abubakar Bafana itu sampai sekarang masih misterius, JPU tidak sanggup mendatangkan dia ke sidang pengadilan untuk menjadi saksi adanya pertemuan itu, karena orang ini mungkin tidak pernah ada. Adapun pengakuan Fais tentang surat pengangkatan untuk Mukhlas sebagai ketua Manthiqi Ula juga dibantah oleh Mukhlas sendiri dalam kesaksiannya di depan pengadilan ini.

Dalam tuduhannya JPU menyatakan bahwa Faiz Abu bakar Bafana ketika datang ke Solo menginap di hotel Beteng Jaya. Keterangan ini bertentangan dengan saksi Maryono pegawai hotel Beteng Jaya bagian tamu yang menyatakan bahwa Fais Abubakar Bafana memang pernah bertamu tetapi dia tidak menginap; dia berada di hotel ini hanya selama 3 jam saja (surat tuntutan hal. 48). Keterangan JPU yang bertentangan dengan pegawai hotel Beteng Jaya ini menunjukkan kecerobohan JPU dalam menyusun tuduhan.

JPU menuduh konon Faiz Abubakar Bafana pernah datang lagi ke rumah saya mengadakan pertemuan yang dihadiri Amrozi, Arkom dan Zulkarnaen: dalam pertemuan ini saya minta kepada Faiz Abu Bakar Bafana agar menyampaikan kepada Mukhlas agar membunuh Megawati. Ini benar-benar fitnah keji yang sama sekali tidak didukung bukti. Sebagaimana saya katakan bahwa benar-benar sejak saya kembali ke Indonesia pulang dari Malaysia tahun 1999 sampai hari ini saya tidak pernah berjumpa dengan Faiz Abubakar Bafana baik di Solo atau di tempat lain bahkan tidak didapatkan bukti sedikit pun kedatangan Fais ke rumah saya karena tidak tercatat dalam buku tamu pondok; setiap tamu datang ke rumah saya pasti tercatat dalam buku tamu pondok. Bahkan Mukhlas dalam kesaksiannya di muka sidang pengadilan ini membantah sekeras-kerasnya bahwa dia pernah mendapat perintah dari saya melalui Fais Abubakar Bafana untuk membunuh Megawati. Sedangkan menurut pengakuan Amrozi, bahwa dia pernah datang ke pondok Ngruki dua kali bersama Ustadz Zakaria menjemput saya untuk memberi ceramah santri-santri pondok Al-lslam, ini berarti bertentangan dengan pengakuan Fais Abubakar Bafana yang dijadikan dasar tuduhan JPU bahwa Amrozi pernah menghadiri pertemuan antara saya dan Fais Abubakar Bafana di rumah saya. Maka menjadi jelaslah bahwa tuduhan JPU tentang pertemuan ini sama sekali tidak benar dan tidak ada bukti yang mendukung sedikit pun.

Kesimpulan Sanggahan Tuduhan Pertama1.a. Bahwa semua saksi yang diajukan oleh JPU untuk membuktikan bahwa saya sebagai amir dari apa yang dinamakan JI adalah sangat lemah karena semua saksi hanya mendengar dari orang lain yang puncak narasumbernya hanya seorang, yakni Hambali. Sedang para saksi tidak pernah mendengar langsung dari saya atau melihat sendiri pengangkatan dan pelantikan saya sebagai amir dari apa yang dinamakan JI sebagaimana yang dituduhkan.

b. Semua saksi yang dari Malaysia dan Singapura sarat dengan tekanan karena mereka ditahan di bawah ISA dan di dalam memberikan kesaksian mereka berada di wilayah negara asing, disamping itu kesaksian lewat teleconference tidak ada UU yang mendasarinya.

2. Tuduhan bahwa saya menyusun apa yang dinamakan PUPJI bersama alm. Ustadz AS dan Mukhlas tidak terbukti, karena hanya didasarkan kesaksian Ferial Muhlis seorang tahanan ISA yang sarat dengan tekanan-tekanan dan kesaksian ini juga bertentangan dengan keterangan Mukhlas bahwa ia hanya pernah mendengar apa yang dinamakan PUPJI pada tahun 1996/1997 bukan ikut menyusunnya .

3. Bahwa saya tidak mengetahui apa lagi menyetujui pengiriman dan pemberangkatan beberapa anggota apa yang dinamakan JI ke Afghanistan dan Philipina untuk latihan .

4. Saya tidak tahu menahu dan tidak pernah melihat tentang buku apa yang dinamakan “Buku Islamic Military Academy Al Jamaah Al Islamiyah”.

5. Saya tidak pernah didatangi Faiz Abu bakar Bafana yang konon untuk minta persetujuan meledakkan gereja-gereja. Bahkan sejak kepulangan saya ke Indonesia dari Malaysia tahun 1999 sampai hari ini saya tidak pernah berjumpa dengan Faiz Abu Bakar Bafana baik di rumah saya atau di tempat lain di Solo, atau ditempat lain di luar Solo.

6. Tidak pernah ada pertemuan antara saya dan Faiz Abu Bakar Bafana di rumah saya yang konon untuk membicarakan surat pengangkatan Mukhlas sebagai apa yang dinamakan Qoid Manthiqi Ula bahkan sejak kepulangan saya dari Malaysia 1999 sampai hari ini saya tidak pernah berjumpa Faiz abubakar Bafana.

7. Tidak pernah ada pertemuan antara saya dan Faiz Abubakar Bafana, Amrozi, Arkam dan Zulkarnaein di rumah saya yang konon untuk menyampaikan perintah saya kepada Mukhlas agar membunuh Megawati. Bahkan Amrozi mengakui bahwa dia hanya pernah datang ke rumah saya dua kali bersama Ustadz Zakaria untuk meminta saya memberi wejangan santri-santri pondok Al Islam Lamongan yang baru tamat. Jadi Amrozi tidak pernah datang ke rumah saya bersama Fais Abu Bakar Bafana. Disamping itu Mukhlas membantah keras saat kesaksian dalam sidang pengadilan ini tentang adanya perintah dari saya kepadanya untuk membunuh Megawati. Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya tidak pernah berjumpa Fais Abu Bakar Bafana sejak kepulangan saya ke Indonesia tahun 1999 sampai hari ini. Maka jelaslah sudah bahwa tidak ada perbuatan saya baik ketika saya di Malaysia maupun setelah saya ke tanah air saya Indonesia, yang bertujuan makar untuk menjatuhkan NKRI dan mendirikan NII seperti yang dituduhkan JPU. Saya bukan amir apa yang dinamakan JI; bahkan saya tidak tahu apa yang dinamakan JI, saya tidak tahu dan tidak pernah berurusan dengan pengeboman- pengeboman yang terjadi dan tidak pernah terbetik di dalam hati saya untuk membunuh Megawati. Perbuatan saya selama di Malaysia hanya mencari rizki dan bertabligh mengajarkan Islam kepada masyarakat baik di rumah-rumah, mushola-mushola dan masjid-masjid tergantung dari permintaan mereka. Setelah kembali ke tanah air Indonesia hanya mengajar di pondok pesantren Ngruki, bertabligh di masjid-masjid, pengajian-pengajian umum dan memperjuangkan syariat Islam secara kafah lewat organisasi MMI, dengan langkah-langkah yang tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Maka Wallahi, menuduh saya berbuat makar untuk menjatuhkan

pemerintahan NKRI dan menghukum saya karena tuduhan itu adalah merupakan perbuatan fitnah yang bertujuan menghalangi perjuangan menegakkan syariat Islam secara kaaffah di negara karunia Allah ini. Maka barang siapa yang berani menghalangi perjuangan Syariat Islam secara kaaffah ia termasuk Hizbu Syaithan, musuh Allah dan kaum muslimin.

Bantahan Tuduhan Kedua dn SelanjutnyaJPU menuduh saya telah kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan saya berstatus sebagai orang asing dengan alasan karena selama 14 tahun saya tinggal di Malaysia, saya tidak pernah menyatakan keingingan saya untuk tetap menjadi WNI (melapor) kepada kedubes Indonesia di Malaysia.

Tuduhan ini saya rasakan sangat kejam dan tendensius. Saya tinggal di Malaysia bukan karena sebagai turis dan bukan pula untuk mencari pekerjaan tetapi akibat karena saya berjuang menentang penyelewangan Orba yakni menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas, lalu saya diancam dan dihukum semena-mena dengan ditahan selama empat tahun tanpa boleh didampingi pengacara, setelah itu diajukan pengadilan sandiwara, maka saya meyakini bahwa keputusan pengadilan waktu itu adalah merupakan kedhaliman yang wajib ditolak. Untuk menghindari ancaman ini saya berhijrah ke Malaysia dan menunggu sampai Allah menjatuhkan ORBA. Keberadaan saya di Malaysia terus dipantau dan diawasi lewat Kedubes Indonesia di Kuala Lumpur oleh pemerintah ORBA untuk sedapat mungkin ditangkap, bahkan rumah saya di Negeri Sembilan pernah didatangi dua orang intel ORBA: seorang dari BAKIN dan yang lain dari Atase Militer Kedubes; maka jelaslah bahwa Kedubes Indonesia di Kuala Lumpur pada zaman ORBA adalah tempat yang rawan bagi saya yang sedang menghindari usaha penangkapan ORBA terhadap diri saya. Itulah sebabnya saya tidak berani melapor ke Kedubes RI di Kuala Lumpur tentang keberadaan saya di Malaysia. Kalau saya nekat melapor dan memasuki komplek Kedubes saya pasti ditangkap. Jadi ketiadaan saya melapor ke Kedubes RI di Malaysia bukan karena saya melecehkan UU yang ada dan bukan juga berkeinginan melepaskan kewarganegaraan NKRI, tetapi karena ada alasan yang logis, yakni alasan keamanan akibat perjuangan menentang penyelewengan ORBA.

Suatu saat yang saya nilai aman dari ancaman ORBA dan antek-anteknya, saya pulang ke Indonesia, meskipun semua dokumen perjalanan saya hilang; saya tidak sabar menunggu mengurus dokumen baru karena mengurus ini memerlukan waktu lama sedang dorongan keinginan saya untuk segera pulang ke tanah air untuk melanjutkan perjuangan sangat kuat. Kalau saya sudah tidak ada keinginan lagi untuk menjadi WNI tentu saya akan memilih tinggal di Saudi Arabia karena jalan untuk itu lapang bagi saya karena waktu itu saya dan teman-teman kalau mau akan dibantu oleh alm. Bapak M. Natsir untuk tinggal di Saudi Arabia, dan segala keperluan keluarga dicukupi. Tetapi langkah ini tidak saya pilih karena memang itu bukan tujuan saya. Tetapi tujuan saya untuk tetap melanjutkan perjuangan di negara saya sendiri, NKRI sampai akhir hayat.

Adapun surat Akuan Pengenalan yang saya punyai, tujuan saya mencari surat ini ialah

agar supaya saya dapat pergi ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah haji. Dan pemahaman saya dan orang-orang Indonesia di Malaysia yang mempunyai surat ini memahami bahwa surat ini sama sekali tidak menyebabkan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Perlu diketahui bahwa orang Indonesia yang tinggal di Malaysia terutama yang tujuannya bekerja, banyak yang mempunyai surat Akuan Pengenalan. Dan pemerintah Indonesia selama ini tidak pernah mempersoalkan; dan mereka pulang kembali ke Indonesia seperti biasa. Tetapi mengapa hal ini dipersoalkan pada diri saya, padahal perjuangan saya menentang penyelewengan ORBA sesuai dengan keputusan Sidang MPR setelah gerakan reformasi. Yakni dicabutnya azaz tunggal yang selama ini saya tentang, sampai saya dikejar kejar ke Malaysia, dan dicabutnya UU Subversif yang digunakan untuk menjerat saya. Jadi perjuangan saya saat itu bukan suatu kejahatan tetapi suatu usaha untuk meluruskan penyelewengan penguasa. Maka seharusnya persoalan ini tidak diperberat. Saya menduga keras JPU nekat berusaha melepaskan kewarganegaraan saya lewat tuntutan ini, karena ada maksud tersembunyi yaitu ingin menyerahkan diri saya ke negara asing yang sangat menentang perjuangan saya untuk menegakkan Syariat Islam secara kaaffah di Indonesia, dengan imbalan bantuan ekonomi. Sebab Singapura pernah menuntut kepada pemerintah RI agar saya diekstradisi ke negara ini, untuk diadili karena saya dianggap terlibat usaha-usaha meledakkan kepentingan Amerika di Singapura. Tetapi permintaan Singapura ini terhalang oleh adanya UU yang melarang warga negara Indonesia diekstradisi ke negara asing. Satu-satunya jalan untuk melicinkan tujuan ini mesti harus dicabut kewarganegaraan saya. Sungguh ini akhlak yang tidak terpuji. Maka saya mengharap Majelis Hakim mempertimbangkan soal ini dengan jernih dan jujur.

Oleh karena saya masih yakin bahwa saya adalah WNI dan Indonesia adalah tanah air saya, di Indonesia saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtua saya, air dari tanah Indonesia yang saya minum dan makanan yang tumbuh di Indonesia yang saya makan, maka sekembali saya ke Indonesia, saya mengurus KTP karena KTP saya yang lama sudah habis. Dan proses pengurusan KTP ini saya laksanakan melalui peraturan yang ada dan menurut petunjuk pejabat-pejabat yang berwenang. Oleh karena itu saya sama sekali tidak merasa memalsukan dokumen dan memasukkan keterangan palsu sepeti yang dituduhkan JPU.

Tanggapan Tentang Hal-hal yang Dipandang oleh JPU Memberatkan Diri Saya

Majelis Hakim yang semoga diampuni oleh Allah Swt dalam kesempatan ini saya merasa perlu menanggapi hal-hal yang dipandang oleh JPU memberatkan saya sebagai berikut:

1. Terdakwa berusaha menggulingkan pemerintah yang sah.

Tanggapan: Kesimpulan JPU ini sama sekali tidak didukung oleh fakta dan kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya justru sebaliknya, yakni perbuatan saya selalu membantu pemerintah meskipun dalam bentuk kritik-kritik, nasehat-nasehat untuk meluruskan hal-hal yang bengkok. Pemerintah saya ingatkan agar kembali ke hukum Allah,

mengatur syariat negara dengan hukum Allah demi keselamatan negara dan bangsa.

Peringatan ini saya lakukan dengan mengirim surat kepada petinggi petinggi negara mulai presiden sampai menteri-menteri, di samping itu saya bersama-sama dengan ormas Islam lain menyampaikan pernyataan-pernyataan yang membangun lewat MPR/DPR. Kalau peringatan saya diikuti saya yakin pemerintah akan mampu mengatasi kerusakan-kerusakan yang ada. Inilah kenyataan tindakan-tindakan saya tentu saja ini bukan perbuatan makar. Sebaliknya saya tidak pernah menggerakkan rakyat untuk merongrong pemerintah, saya tidak pernah membuat kekacauan-kekacauan, misalnya dengan menggerakkan demonstrasi yang anarkis; setiap demonstrasi yang saya ikuti selalu berjalan tertib.

2. Perbuatan terdakwa menimbulkan keresahan

Tanggapan: Kesimpulan ini pun sama sekali bertentangan dengan kenyataan. Perbuatan saya sehari-hari tidak pernah menimbulkan keresahan tetapi sebaliknya justru memberi ketenangan pada masyarakat, sebab sehari-hari pekerjaan saya mengajar dan berdakwah; dakwah saya ini tidak pernah menimbulkan keresahan, buktinya saya sampai hampir tidak punya waktu istirahat di rumah karena banyaknya permintaan dari masyarakat untuk mengisi pengajian-pengajian dan tabligh akbar.

Sekiranya perbuatan saya selama ini meresahkan masyarakat, pasti saya diboikot dan tidak diminta untuk mengisi pengajian. Bahkan dalam kenyataannya yang menimbulkan keresahan justru perbuatan polisi yang menangkapi pejuang-pejuang penegak syariat Islam dan memata-matai mereka, menangkap saya waktu sakit dengan paksa dengan memecahkan pintu-pintu dan jendela kaca RS PKU Muhammadiyah Solo. Termasuk perbuatan yang meresahkan masyarakat tuntutan JPU terhadap diri saya yang begitu berat yang benar-benar menggembirakan musuh musuh Islam, dan mengecewakan umat Islam; inilah sebenarnya perbuatan yang meresahkan masyarakat. Semoga Majelis Hakim benar-benar arif dalam menanggapi hal ini.

3. Terdakwa sudah pernah dihukum

Tanggapan: Saya dihukum oleh pemerintah Orde Baru bukan karena korupsi atau mernbunuh orang atau mencuri, tetapi saya dihukum karena saya meluruskan pemerintah ORBA yang menyalah-gunakan dasar negara Pancasila yang dijadikan sebagai asas tunggal. Perjuangan saya ini ternyata dibenarkan oleh MPR hasil reformasi yang telah mencabut asas tunggal itu. Jadi saya dihukum bukan karena saya salah, tetapi karena saya meluruskan kesalahan ORBA. Oleh karena itu sebenarnya saya didhalimi, bukan dihukum. Saya yakin semua orang yang jujur setelah reformasi ini tidak akan menyalahkan tindakan saya menentang asas tunggal Pancasila. Majelis hakim silahkan berfikir secara jernih.

Bab IV ; TADZKIRAH ( Nasihat untuk mengingatkan ) BismillahirrahmanirrahimAssalamu'alaikum Wr. Wb.

Majelis Hakim yang semoga diberi petunjuk oleh Allah SWTMajelis Jaksa yang semoga diampuni oleh Allah SWTMajelis Pembela yang semoga dilimpahi rahmat oleh Allah SWT Para hadirin dan hadirat rahimakumullahSAYA panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, karena berkat izin dan pertolongan-NYA hari ini saya dapat mengikuti sidang pembelaan terakhir. Dan saya ucapkan terimakasih kepada majelis hakim yang telah memberikan kesempatan kepada diri saya dan para pembela saya untuk menyampaikan pembelaan terakhir.

Dalam kesempatan terakhir ini saya perlu tegaskan bahwa saya tetap pada keyakinan saya, bahwa apa yang saya perbuat dan saya amalkan selama ini adalah perbuatan benar dan mulia karena untuk menegakkan Dinullah. Keyakinan saya tentang perbuatan dan amalan saya ini bukan didasari fikiran dan hawa nafsu tetapi didasari keterangan-keterangan dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Sebaliknya, berdasar keterangan-keterangan Al-Qur'an dan Sunnah saya meyakini bahwa perbuatan JPU yang menuntut saya untuk dihukum karena perbuatan saya seperti tersebut di atas adalah perbuatan sesat dan mungkar yang semata-mata didasari oleh desakan-desakan orang kafir yang memusuhi Islam.

Penilaian saya ini baik terhadap perbuatan saya maupun terhadap perbuatan JPU insya Allah saya bertanggungjawab dan siap untuk mendiskusikan bahkan kalau perlu saya siap untuk ber-mubahalah (saling berdoa semoga Allah melaknat siapa yang berdusta di antara kita).

Maka dalam kesempatan ini saya tidak perlu menanggapi replik jaksa, karena saya sudah yakin bahwa saya berada di pihak yang benar sedang JPU di pihak yang salah menurut ketetapan Allah dan Rosul-Nya. Tetapi oleh karena JPU adalah saudara seiman (karena mengaku beragama Islam) maka saya merasa wajib untuk memberi nasihat dan mengingatkan semoga Allah SWT memberikan rahmat kepadanya. Aamien.

Majelis Hakim dan Majelis Jaksa yang semoga diampuni oleh AllahMajelis Pembela yang semoga dirahmati oleh Allah Swt

Para hadirin dan hadirat Yth.Dalam kesempatan terakhir ini sebagai seorang muslim saya dengan izin Allah ingin menyampaikan nasihat untuk mengingatkan (tadzkirah) terutama kepada JPU sebagai saudara sesama orang mukmin.

Mengingat perintah Allah Swt agar kita selalu saling menasihati dan mengingatkan kepada sesama saudara seiman, sebab peringatan dari saudara seiman pasti ada manfaatnya.

Allah berfirman: "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman." (Qs. Ad-Dzariyat : 55)

Dan firman-Nya yang lain: "Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut kepada Allah akan mengambil pelajaran (dari peringatan itu). Sedang orang yang celaka akan menjauhi peringatan itu." (Qs. Al-A'laa : 9-11).

Maka jelaslah menurut ayat-ayat tersebut di atas bahwa orang beriman itu hendaklah saling mengingatkan, sesungguhnya peringatan tersebut akan menjadi pelajaran yang berharga dan bermanfaat bagi orang yang takut kepada Allah, tetapi akan sia-sia bagi orang yang celaka.

Semoga Majelis Hakim dan Majelis Jaksa termasuk golongan yang takut kepada Allah SWT sehingga mampu mengambil pelajaran dari peringatan ini. Aamien.

Di samping itu Allah SWT juga menerangkan bahwa sifat orang-orang beriman itu dialah: selalu beramal shaleh (melaksanakan hukum Allah) dan selalu saling memberi nasihat agar mengamalkan kebenaran (Syari'at Islam), dan agar tetap bersabar.

Allah berfirman: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran (Syari'at Islam) dan nasihat-menasihati supaya tetap dalam kesabaran." (Qs. Al-Ashr:1-3).

Sebaliknya pihak yang diberi nasihat hendaknya segera mengambil perhatian, karena para hamba Allah yang baik, menurut Al-Qur'an surat Al-Furqan (25):73 mestinya mau memperhatikan, sebagaimana firman-Nya: "Dan mereka yang (sikap hamba-hamba Allah yang baik adalah) apabila diingatkan dengan ayat-ayat Pemelihara mereka, mereka tidak menghadapinya dengan berlagak tuli dan berlagak buta."

Memang sebagian orang ada yang mau mendengarkan peringatan dari Al-Qur'an, sebagian lainnya tidak peduli. Mereka yang mau mendengarkan adalah sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Al-Furqan (25) ayat 73 di atas, dan sebagaimana Firman-Nya: "Dan orang-orang yang menjauhi ibadah kepada thaghut, bahkan kembali mendekat kepada Allah, buat mereka itu mesti ada kegembiraan (masuk jannah); maka berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku!!! Ialah mereka yang mau mendengarkan perkataan ini (Al-Qur'an) lalu mereka mengikuti sebaik perkataan ini, mereka adalah orang-orang yang Allah telah beri petunjuk kepada mereka dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai fikiran." (Qs. Az-Zumar (39):17-18).

Sedang mereka yang tidak mau mendengarkan, yang pura-pura tuli serta buta, selain bisa difahami dari Qs. Al-Furqan (25):73 juga dari Firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja atas mereka: apakah engkau mengancam mereka atau engkau tidak mengancam mereka, tidaklah mereka mau beriman." (Qs. Al-Baqarah (2):6).

Majelis Hakim dan Majelis Jaksa yang semoga diampuni oleh Allah SWT

Majelis Penasihat Hukum yang semoga dirahmati oleh Allah.Bahwa sesungguhnya sidang pengadilan yang sedang berlangsung ini pada hakekatnya pengadilan yang mengadili perjuangan untuk menegakkan Syari'at Islam di Indonesia.

Sebagai terdakwa dalam sidang pengadilan ini, saya bukan diadili karena kejahatan korupsi atau karena sebagai bandar narkoba dan judi atau karena membunuh orang, atau karena kejahatan-kejahatan kriminal lainnya yang merugikan orang lain atau masyarakat banyak, apalagi yang merusak nama baik bangsa dan negara, tetapi saya diadili dalam sidang pengadilan ini karena saya aktif berjuang menuntut berlakunya Syari'at Islam secara keseluruhan di negeri ini atau karena menuntut formalisasi Syari'at Islam di lembaga negara, demi melaksanakan perintah Allah SWT dan demi keselamatan bangsa dan negara.

Lalu perjuangan ini dipaksakan untuk bisa identik dengan makar seperti yang difitnahkan oleh JPU. Saya katakan disini bahwa fitnahan itu tidak saja ditujukan secara pribadi kepada saya tetapi juga kepada Perjuangan Islam, karena jelas bahwa dampak dari adanya tuduhan dan tuntutan itu adalah bahwa banyak orang merasa takut memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren, takut mengikuti pengajian, takut berjuang menegakkan Syari'at Islam, padahal itu merupakan kewajiban.

Kalau ini semua dibiarkan, bukan mustahil pada satu masa nanti orang akan takut mengaku sebagai orang Islam, atau setidak-tidaknya akan mengatakan begini:

"Saya memang seorang muslim, tetapi saya JPU.""Saya memang seorang muslim, tetapi saya polisi.""Saya seorang muslim, tetapi saya hakim.""Saya seorang muslim, tetapi saya koruptor." .... dst. dst. Seakan ketika dia menjadi Muslim tetapi… itu dia merasa tidak terikat dengan Islam, sehingga boleh melanggar syari'at Islam.

Saya menyadari benar bahwa apa yang saya perjuangkan ini sangat ditakuti oleh pemerintah Amerika dan antek-anteknya dan sangat ditakuti oleh kaum sekuler di dalam negeri ini. Musuh-musuh Allah yaitu pemerintah Amerika yang ditunggangi oleh Yahudi dan antek-anteknya serta kaum sekuler dalam negeri benar-benar bekerja keras agar Syari'at Islam jangan sampai diamalkan secara kaaffah, dan berusaha menjauhkan negara RI yang merupakan karunia Allah ini dan mereka berusaha keras menjauhkan negeri ini dari Syari'at Islam dan hukum Allah. Bukti yang amat jelas yang tidak bisa disangkal dalam hal ini dialah penjegalan secara terang-terangan kesepakatan Nasional Piagam Jakarta sehari setelah proklamasi 1945, dan oleh pemerintah-pemerintah sekuler sejak awal kemerdekaan sampai hari ini Piagam Jakarta selalu dihalang-halangi jangan sampai masuk ke dalam UUD negara. Meskipun tuntutan dari umat Islam begitu kuat kepada MPR dalam sidang umum tahun 2002 yang lalu, tetapi MPR menutup telinga dan membutakan mata sehingga tuntutan umat Islam ini tidak diperhatikan, bahkan dicantumkan dalam agenda sidang pun tidak. MPR nampaknya dikuasai oleh kaum sekuler yang ditunggangi oleh kaum salib kaki-

tangan Amerika Serikat.

Dalam rangka menghalangi perjuangan dan tuntutan umat Islam untuk menegakkan Syari'at Islam yang akhir-akhir ini makin menunjukan semangat yang tinggi dan meluas, musuh-musuh Allah yakni pemerintah Amerika dan antek-anteknya yang dibantu kaum sekuler yang bersarang di dalam negeri mengobarkan isu-isu teror, untuk membentuk opini bahwa pelaku teror itu adalah umat Islam, dengan tujuan membendung semangat perjuangan menegakkan Syari'at Islam.Padahal peristiwa-peristiwa peledakan bom yang besar seperti di Bali dan di Hotel JW Marriott Jakarta baru-baru ini kalau diusut secara jujur dan tuntas pasti tidak lepas dari peranan CIA (Amerika dan Yahudi).

Pemerintah Amerika dan kaum sekuler bekerja keras menghalangi berlakunya Syari'at Islam secara kaaffah khususnya di Indonesia, tujuan utamanya untuk melemahkan umat Islam sebagai tiang penyangga negara agar mereka mudah menguasai Indonesia dalam rangka menghisap kekayaannya. Sebaliknya bila Syari'at Islam benar-benar tegak secara sempurna di negeri ini pasti umat Islam akan menjadi kuat dan Indonesia tidak mungkin dapat mereka kuasai.Orang yang berfikir jujur Insya Allah mengakui bahwa pemerintah AS adalah agresor, dengan modal super kekuatan yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya, dia semena- mena menyerang dan menaklukkan negara-negara lain untuk dihisap kekayaannya, terutama negara-negara umat Islam. Disamping dihisap kekayaannya juga ada usaha membendung tegaknya Syari'at Islam dan memurtadkan penduduknya. Karena pemerintah Amerika yang salib dan ditunggangi Yahudi itu sifatnya sangat membenci Islam dan umatnya, yang berpegang teguh pada aqidah dan Syari'atnya disamping itu juga ingin memurtadkan umat Islam.

Dengar dan resapilah firman Allah ini: "Orang-orang Yahudi dan Nashara tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…" (Qs. Al-Baqarah : 120).

Dan firman-Nya lagi: "… dan mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka mengembalikan kalian dari agama kalian kepada kekafiran, seandainya mereka sanggup…" (Qs. Al- Baqarah 217).

Dan firman-Nya lagi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu (kafir Yahudi dan Nasrani dll). Mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadlaratan bagimu. Mereka sangat mengharapkan apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami jika kamu mau memikirkannya." (Qs. Ali Imran 118).

Informasi dari Allah ini pasti benar dan berlaku sampai hari kiamat, maka kita sebagai orang beriman wajib mengimani dengan penuh keyakinan dan tidak boleh ragu-ragu sedikit pun. Kalau musuh-musuh Allah terutama pemerintah Amerika dan antek-

anteknya mengaku tidak membenci umat Islam dan tidak ingin memerangi, maka pengakuan ini pasti bohong! Sebagai orang beriman kita wajib mendustakan setiap pernyataan manusia yang bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an.

Contoh yang jelas menunjukkan hal ini antara lain: penaklukan negara Islam Afghanistan yang banyak membunuh ribuan umat Islam di negeri ini yang tidak berdosa, disamping tujuan ekonomi juga ada tujuan menghalangi berlakunya Syari'at Islam secara kaaffah (sempurna), saat negeri Afghanistan diperintah oleh Taliban berlaku hukum Islam . Pemerintah Taliban berusaha keras untuk memberlakukan seluruh hukum Islam di negeri itu; kenyataan ini menggentarkan dan mengecewakan musuh-musuh Islam kaum Salib dan kaum Yahudi, terutama musuh Allah pemerintah Amerika dan antek-anteknya.

Demikian pula pengeboman pabrik obat di negeri Sudan oleh pemerintah AS yang juga banyak mengorbankan umat Islam di sana. Juga penyerangan negara Irak yang tidak sedikit menelan korban umat Islam di sana. Pembantaian umat Islam di Palestina oleh Yahudi yang dibantu oleh Amerika yang sudah berlangsung lama juga menelan ratusan ribu jiwa umat Islam yang tidak berdosa.

Kenyataan ini semua membuktikan kebenaran informasi Allah Swt yang tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang telah saya sebutkan di atas. Alhamdulillah, Maha benar Allah SWT yang telah menginforkasikan watak orang kafir itu.Demikian pula Indonesia yang mayoritas rakyatnya kaum muslimin dan semangat perjuangan untuk menegakkan Syari'at secara kaaffah sedang menggema, tidak lepas dari incaran Amerika dan antek-anteknya, bahkan incaran ini sudah menjadi kenyataan dengan isu terorisme yang ditujukan kepada umat Islam dan penanganannya meminjam tangan pemerintah dan aparat-aparatnya.

Semua tindakan pemerintah terhadap pejuang-pejuang penegak Syari'at Islam dengan alasan memberantas teroris, sebenarnya adalah merupakan perpanjangan tangan musuh Allah, Amerika dan antek-anteknya, dalam rangka membendung usaha-usaha tegaknya Syari'at Islam di negeri ini.

Hal ini makin nyata dengan adanya komentar dari Pemerintah kafir Singapura yang menyatakan bahwa tuntutan jaksa terhadap diri saya adalah terlalu ringan dan adanya usul dari Perdana Menteri Australia agar pondok-pondok pesantren ditutup. Demikian juga dengan isu yang dinamakan JI dibesar-besarkan dan selalu dihubung-hubungkan dengan setiap pengeboman meskipun belum diselidiki seraca tuntas. Semua ini dimaksudkan untuk memojokkan dan melemahkan serta memecah-belah umat Islam agar menjadi lemah, sehingga mudah dikuasai dan didikte.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini saya tidak ragu-ragu bahwa tuntutan jaksa terhadap diri saya ini hakekatnya termasuk skenario pemerintah Amerika dan antek-anteknya dalam rangka memadamkan sama sekali perjuangan menegakkan Syari'at Islam di negeri ini, baik disadari ataupun tidak oleh JPU. Dan ini merupakan bentuk teror yang jelas terhadap umat Islam agar takut memperjuangkan tegaknya Syari'at

Islam.

Oleh karena itu kalau dipandang dari sudut Syari'at, tuntutan JPU dalam pengadilan ini merupakan perbuatan mungkar. Sebab sangat jelas bahwa tuntutan JPU ini sangat menggembirakan musuh-musuh Allah, pemerintah AS dan antek-anteknya dan sangat menyusahkan, menyedihkan dan meresahkan kaum muslimin, yang merupakan saudara seiman JPU.

Sebagai orang beriman saya memang menilai hal ini dari segi Syari'at meskipun Syari'at tidak berlaku di negeri ini, karena dia berlaku di hati setiap orang beriman.

Oleh karena tuduhan dan tuntutan JPU adalah merupakan perbuatan mungkar karena termasuk skenario musuh Islam dan kaum muslimin, maka dia berarti mendhalimi sesama orang beriman; perbuatan ini sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa setiap orang beriman wajib memperhatikan sesama saudaranya Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan orang-orang mukmin, maka dia tidak termasuk golongan mereka."

Maka tidak diragukan lagi bahwa perbuatan ini yakni dakwaan dan tuntutan JPU, merupakan dosa besar di hadapan Allah Swt. Tidakkah sdr.JPU tahu bahwa orang yang menyakiti (badan atau hati) orang beriman, memfitnah dengan menuduhkan perbuatan yang tidak dilakukannya, itu berarti telah melakukan dosa yang terang?

Camkanlah Firman Allah yang tercantum dalam surat Al-Ahzab (33) ayat 58: "Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki dan perempuan beriman dengan sesuatu yang mereka tidak melakukannya, maka sungguh dia telah memaksakan kebohongan dan dosa yang terang (bagi dirinya)."

Untuk mempertanggungjawabkan pernyataan saya ini saya siap ber-munadharah (diskusi) dengan siapapun, bahkan kalau perlu ber-mubahalah.

Maka dengan niat karena Allah Swt saya menasihati dan memperingatkan saudara saya seiman JPU agar memahami persoalan ini secara serius dan cepat-cepat bertaubat karena persoalan ini menyangkut nasibnya di akhirat.Adapun cara taubatnya, disamping memohon ampun kepada Allah hendaklah dia dengan tegas dia menolak setiap tugas untuk menuntut persoalan-persoalan perjuangan menegakkan Syari'at Islam. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka dia wajib mengundurkan diri dari tugas-tugas di kejaksaan. Akan lebih baik lagi kalau dia berbalik menjadi pembela pejuang-pejuang penegak Syari'at.

Perlu pula saya ingatkan kepada JPU, bila seandainya sdr. dalam hal ini menerima US Dollar hendaklah segera sdr. kembalikan karena itu merupakan uang panas bagi sdr. dan keluarga sdr; tetapi saya yakin hal ini tidak terjadi pada diri sdr. karena saya menyangka sdr. seorang jaksa yang jujur dan hidup sederhana. Tetapi apabila perbuatan sdr. ini karena ditekan oleh pimpinan atau atasan sdr. ketahuilah bahwa

pimpinan sdr. tidak akan bertanggungjawab atas perbuatan sdr. di akhirat nanti; semua akibat akan ditimpakan di pundak sdr. tanpa bantuan siapa pun.

Resapilah firman Allah ini: "Dan mereka semuanya di padang mahsyar akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang lemah (anak buah, rakyat) kepada orang-orang yang sombong (pemimpin, ketua): 'Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari adzab Allah walaupun sedikit saja?' Mereka menjawab: 'Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh atau bersabar, sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.' ( S. Ibrahim:21)

Ayat ini menunjukan dengan jelas bahwa atasan dan pemimpin yang menekan bawahannya untuk mengerjakan tugas-tugas mungkar tidak akan bisa bertanggungjawab di akhirat; akibatnya ditanggung oleh bawahan yang mengerjakan perintah itu. Oleh karena itu, kepada JPU saya nasihatkan jangan takut ancaman manusia; jangan takut menolak tugas dari atasan sdr. kalau jelas-jelas tugas itu adalah mungkar. Percayalah bahwa rizki dan nasib sdr. berada dalam genggaman Allah SWT.

Demikian pula kedudukan Pengadilan ini. Pengadilan ini ibarat pisau bermata dua, dapat dipergunakan untuk baik atau buruk, bahkan sesat. Jika dipergunakan untuk kebaikan dia menjadi baik dan jika dipergunakan untuk kejahatan menjadi buruk dan sesat.

Sebenar-benar kebaikan dan kebenaran itu milik Allah. Maka jika Pengadilan ini dipergunakan untuk membela kebenaran dan kebaikan, dipergunakan untuk melindungi dan menegakkan Syari'at Islam, dipergunakan untuk menolak fitnah, dia menjadi baik.

Sebaliknya jika dia dipergunakan untuk memenuhi kemauan jahat orang kafir Amerika Serikat, dipergunakan untuk menghalang-halangi dan bahkan membungkam Perjuangan Islam dan menganiaya orang yang berjuang di jalan Allah, dipergunakan untuk membantu fitnah keji yang dipaksakan lewat tuntutan JPU, maka dia menjadi buruk dan sesat. Salah satu dari dua kemungkinan ini saja yang akan terjadi.

Saya menunggu bersama orang-orang lain yang menunggu salah satu dari dua kebaikan yang dijanjikan Allah: hidup mulia dengan kemenangan atau mati syahid di jalan Allah.

Betapa absurd kalau sampai terjadi, Pengadilan ini dipergunakan untuk membantu fitnah keji JPU, menghukum seorang yang berjuang untuk menegakkan Syari'at Islam di Indonesia seperti saya ini. Bayangkan, bagaimana bisa terjadi misalnya:

1. Saya, seorang muslim, ditangkap atas dasar fitnah oleh Brigjen polisi yang mengaku muslim, dituduh dengan fitnahan yang lain lagi oleh JPU yang juga mengaku muslim, lalu (akan) dihukum oleh hakim yang juga mengaku muslim, karena saya berjuang

untuk menegakkan Syari'at Islam di NKRI yang berpenduduk mayoritas muslim???

atau

2. Saya, seorang nasionalis muslim Indonesia (meminjam istilah sebagian ahli politik), ditangkap atas dasar fitnah oleh Brigjen polisi yang mengaku muslim Indonesia, dituduh dengan fitnahan yang lain lagi oleh JPU yang juga mengaku muslim, lalu (akan) dihukum oleh hakim yang juga mengaku muslim Indonesia, karena saya berjuang untuk kebaikan NKRI sebagai karunia Allah yang saya cintai, dengan cara menegakkan Syari'at Islam di NKRI yang berpenduduk mayoritas muslim, padahal segala fitnahan itu hanya datang dari dan untuk kepentingan Amerika Serikat yang kafir, menyebar teror dan penuh permusuhan itu?

Sidang pengadilan ini bernilai mulia selama sikap majelis hakim menolak tuntutan JPU yang dhalim dan mungkar ini. Tetapi apabila majelis hakim sependapat dengan dakwaan dan tuntutan JPU yang mungkar, berarti sidang pengadilan ini meluncur menuju perbuatan dhalim dan mungkar juga; maka tanggungjawab di hadapan Allah terpikul di pundak Majelis hakim. Semoga majelis hakim dihindarkan oleh Allah jangan sampai terjerumus ke dalam hal yang mengerikan ini.Majelis Hakim dan Majelis Jaksa yang semoga diampuni oleh Allah Swt, Tadzkirah (Nasihat dan peringatan) ini saya sampaikan semata-mata karena kewajiban saya mengingatkan sesama orang beriman sesuai dengan ayat-ayat yang telah saya sebutkan di atas. Sekali-kali bukan dimaksudkan untuk mempengaruhi majelis hakim demi kepentingan diri saya. Sebab saya yakin bahwa nasib saya sepenuhnya berada dalam genggaman Allah Swt, bukan ditentukan oleh tuntutan JPU atau keputusan Majelis Hakim.

Sebagai bagian akhir, marilah saya sampaikan seruan, agar kita semua kembali merenungkan: apa sebenarnya kewajiban kita dalam hidup ini!

Kita hidup di dunia ini hanya diberi kewajiban untuk mengabdi kepada Allah, bukan mengabdi kepada selain Allah!Pengabdian kepada Allah itu diwujudkan dengan kecintaan dan ketaatan kepada-Nya serta mengikuti Sunnah Nabi-Nya. Allah berfirman: "Katakanlah (wahai Rasulullah): Jika kalian memang mencintai Allah, maka kalian ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mencintakan kalian dan mengampunkan dosa-dosa kalian; sedang Allah itu Maha Pengampun, Penyayang.". S. Ali Imran (3) ayat 31.

Ketaatan kepada Allah itu dibuktikan dengan penegakan Syari'at Islam dan ketundukan kepadanya. Tidak ada bentuk ibadah tanpa Syari'at. Allah berfirman: "… bahwa kalian tegakkanlah dien ini (Syari'at Islam) dan janganlah kalian bercerai-berai padanya. Sungguh berat atas orang-orang musyrik itu apa yang engkau (Rasulullah) menyeru mereka kepadanya…" Qs. Asy-Syura (42) ayat 13.

Demikian juga pada ayat lain: "Kemudian Kami menjadikan engkau atas satu Syari'at dan urusan ini (dien Al-lslam), maka ikutilah dia (Syari'at Islam) dan jangan engkau

mengikuti kemauan orang-orang yang tidak mengerti." Qs. Al-Jatsiyah (45) ayat 17.

Jangan sampai Allah menurunkan adzab kepada kita karena kita lalai atau bahkan sengaja mengabaikan perintah dan aturan-Nya. Takutlah hendaknya kita kepada Allah, kepada siksa-Nya, sebagaimana Firman-Nya: "Dan takutlah kalian kepada datangnya fitnah yang tidak menimpa secara khusus atas orang-orang dhalim dari kalangan kalian saja, dan kalian ketahuilah bahwa Allah itu sangat dahsyat siksa-Nya." Qs. Al-Anfal (8) ayat25.

Kemudian dalam kaitan dengan apa yang JPU telah lakukan atas diri saya, apa jadinya kalau nanti pada tahun 2004 terjadi perubahan politik yang drastis, keadaan terbalik dari keadaan sekarang, lalu orang-orang yang memegang kendali kekuasaan yang tidak senang atas kedhaliman JPU sekarang ini, menjadikan JPU menjadi seperti saya, sebagai pesakitan? Lalu apakah sdr. JPU sudah bayangkan ketika itu, bagaimana nasib anak-isteri keluarga sdr. JPU? Mungkin juga orangtua sdr. JPU jika masih ada? Lalu sdr. JPU berjalan tertatih-tatih di antara sel-sel penjara yang gelap dan pengap, antri air mandi, tanpa fasilitas seperti yang sekarang sdr. JPU nikmati?

Sdr. JPU, saya menyampaikan seperti ini, sementara saya sudah dan sedang menjalani. Ibarat roda yang berputar, sekarang ini saya sedang berada di bagian bawah, sedang menanggung beban, bahkan mungkin puncak beban. Sebaliknya sdr. JPU sedang berada di bagian atas, tanpa beban, melenggang atas bebanan mereka yang di bagian bawah sebagai pelengkap penderita. Tetapi sdr. JPU harus tahu dan memahami bahwa keadaan tidak seterusnya begitu. Akan tiba saatnya sdr. JPU meluncur ke bawah, terus meluncur dan tidak dapat dicegah, sampai berada di tingkatan paling bawah! Apa sdr.JPU ingin dan senang mendapat musibah seperti itu?

Alhamdulillah dengan izin dan rahmat Allah saya akhiri tadzkirah ini, semua yang benar dalam tadzkirah ini semata-mata dari Allah, alhamdullilah. Adapun apabila ada kekhilafan dart kekeliruan, itu karena godaan syaithan dan kelemahan diri saya, semoga Allah mengampuni.

Kepada majelis hakim, majelis jaksa, majelis pembela dan semua hadirin dan hadirat saya menyerukan marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dan marilah bersama berjuang mengatasi segala kesulitan yang menimpa bangsa dan negara kita, dengan melaksanakan hukum Allah secara sempurna. Marilah kita akhiri kekeliruan kita selama ini yang mengamalkan Syari'at Islam hanya sepotong-sepotong, karena ini jelas akan menyeret kita ke dalam kehidupan yang hina. Semoga Allah SWT mengampuni dosa kita semua dan menjadikan negara ini sebagai negara yang aman dan makmur yang dinaungi oleh ampunan Allah SWT. Aamien.

Bab V : KISAH TERCECER DARI PENJARA Pipis di Botol AquaORANG Islam berhak mengikuti cara hidup berdasarkan agamanya. Di Indonesia penduduknya yang beragama Islam merupakan jumlah terbesar di seluruh dunia, tetapi penguasa sangat takut terhadap cita-cita Islam, sehingga mereka mengutamakan orang-orang yang mengenyampingkan Islam dan menyingkirkan mereka yang menghendaki

berlakunya syari'at Islam di lembaga pemerintahan. Adakah salah bagi kaum Muslimin, menyesuaikan selruh sisi kehidupannya dengan asas-asas Islam? Atau, adakah umat ini telah dipersiapkan oleh taqdir Allah, untuk dihinakan dan menjadi santapan penguasa-penguasa jahat, ketika hari-hari kelabu di bawah isu memerangi terorisme?

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah seorang ulama pewaris Nabi SAW yang konsisten memperjuangkan tegaknya syari'at Islam dalam seluruh aspek kehidupan, khususnya di lembaga negara. Karena itulah beliau harus menerima akibatnya. Ia dipenjara oleh rejim militer Salibis L.B. Moerdani (1978-1982) tanpa pengadilan. Kemudian beliau hijrah ke Malaysia (1985-1999). Selanjutnya beliau kembali aktif memperjuangkan penerapan syari'at Islam bersama Majelis Mujahidin yang dalam dua kali kongresnya memilih beliau sebagai Amir (2000-2008). Kini beliau harus kembali meringkuk dalam terali besi dengan tuduhan terakhir yang dikabulkan Mahkamah Agung (MA) yaitu membuat pernyataan tidak pernah pindah alamat dan masuk Indonesia tanpa dokumen.

Dalam episode sejarah berikutnya, perjalanan beliau dari pesantren Al-Mukmin Ngruki ke Rutan Salemba harus diwarnai dengan insiden yang sangat memilukan. Ia diambil paksa oleh oknum polisi dan militer pada 28 Oktober 2002 dari RS PKU Muhammadiyah Solo. Kemudian ketika dalam perjalanan dari Solo ke Semarang dengan menggunakan mobil kijang aparat, beliau ingin buang air kecil ke toilet, namun dilarang dan beliau dipaksa kencing di botol Aqua. Beliau yang sedang sakit itu pun dicokok dari tempat pembaringannya lalu didudukkan di atas kursi roda tanpa alas kaki. Melihat pemandangan seperti itu, para santri yang hadir pun melawan, tak rela ustadznya diperlakukan bagai penjahat kriminal. Sebagai akibat bentrokan ini, 24 santri luka-luka dan lima di antaranya cukup parah terkena pentungan dan tendangan sepatu lars, sedang pihak kepolisian terluka 3 orang.

Teringat alunan kata sebuah syair:Janganlah sekali-kali engkau mengeluhSetelah kesulitan terdapat kemudahanSegala sesuatu memiliki waktu dan ketentuan taqdirBagi orang yang memperkirakan keadaan kita, ada pemandangan…Dan di atas pengaturan kita, ada pengaturan oleh Allah SWT

Kisah Uang Rp 50.000,-Seseorang harus siap menerobos segala rintangan dan penderitaan di tengah dunia yang kacau balau, sekiranya ia ingin memasuki tingkat hidup yang lebih berharga dan bernilai abadi. Dan apabila seseorang telah menemukan caranya yang benar dan tepat, niscaya ia akan merasakan perubahan yang luar biasa dalam hidupnya.

Peristiwa di bawah ini terjadi pada suatu hari raya Idul Fithri 1423 H (2003 M). Dituturkan oleh seorang ikhwan tentang putra-putri petugas polisi di Mabes Polri yang mendesak orangtua mereka untuk mengunjungi kakek tua, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang ditahan karena dituduh sebagai tokoh teroris Asia Tenggara. Mereka datang

membezuk, dan bercanda ria. Barangkali mereka terharu menyaksikan 'kakeknya' yang selalu muncul di layar TV ternyata seorang tahanan.

Begitulah, pada suatu hari bezuk di rutan Salemba, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir sedang dikelilingi tamu-tamu yang membezuknya di atara para terpidana yang juga dibezuk keluarganya. Seorang ibu-ibu berpakaian biasa, agak lusuh, dan tanpa jilbab, sambil menggendong bayi menghampiri Ustadz Ba'asyir, dan tangannya menggenggam sesuatu yang kemudian diletakkan di pangkuan Ustadz. Ternyata uang kertas senilai Rp 50.000,-

"Ini uang untuk siapa?" tanya Ustadz."Hanya itu yang saya bisa bantu ustadz," kata perempuan tadi."Anda siapa?" tanya ustadz seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi."Saya puterinya Pak Daeng yang sering shalat berjama'ah dengan ustadz di masjid LP."

Apa yang mendorong seorang ibu memberikan uang miliknya? Dia sendiri dalam kesusahan, orangtuanya ditahan karena kasus kriminal. Bahkan, mungkin ia dan keluarganya jauh lebih membutuhkan uang itu.

Orang yang sedang ditimpa kesusahan, agaknya lebih sensitif, lebih mudah tersentuh hatinya manakala menyaksikan penderitaan sesamanya.

Tamu Dua Orang PendetaPenjara bukanlah tempat memperoleh kesejahteraan material. Tetapi bagi mereka yang sadar akan ketinggian nilai iman yang bersemayam di hatinya, penjara merupakan habitat yang nyaman bagi upaya "rekreasi mental". Ibarat kesehatan badan, membutuhkan gerak dan hawa segar. Seperti itu pula kesejahteraan jiwa, dapat dipertahankan dengan zikrullah dan pembaharuan iman terus menerus.

Ketika suatu hari saat bezuk di Rutan Salemba, datanglah dua orang pemuda berpakaian necis seraya berucap: "Salam sejahtera, Ustadz." Kedua orang itu langsung menyalami Ustadz dan memperkenalkan diri, bahwa mereka adalah dua orang pendeta yang bertugas memberi siraman rohani bagi para tahanan di rutan. Ustadz pun menerima mereka dengan ramah, lalu mereka pun berkata: "Tuhan memberkati Ustadz."

Simpati, boleh jadi hal yang manusiawi, dan adakalanya juga datang dari mereka yang berbeda keyakinan.

Ujian Bukan MusibahSuatu ketika, sehabis menghadiri sidang di gedung Meteorologi Jakarta Pusat, yang baru sampai tahap mendengarkan keterangan saksi-saksi, di hadapan orang-orang ramai yang membezuknya ustadz mengatakan, "Ujian itu bukanlah musibah, tetapi kenikmatan yang mesti disyukuri."

"Ibarat pakaian yang dicuci, harus dikucek-kucek supaya kotoran yang menempel hilang dan menjadi bersih. Sekiranya pakaian itu bisa bersuara, mungkin dia akan berteriak kesakitan. Begitulah orang beriman, untuk membersihkannya dari dosa atau menaikkan derajatnya di hadapan Allah, kadang-kadang ia harus diuji dengan kesakitan dan penderitaan. Memang memedihkan, tapi jika ia ikhlas dan sabar, niscaya Allah mengampuni dosanya, menaikkan harkat dan martabatnya, yang belum tentu dapat diraihnya melalui amal yang biasa-biasa," kata beliau.

Antara Syeikh Ahmad Yassin dan Abu Bakar Ba'asyirKezaliman yang dilakukan penguasa-penguasa jahat terhadap musuh-musuhnya, seringkali disebabkan karena ia merasa bahwa orang yang dizalimi itu akan menjadi penghalang bagi kekuasaannya. Mereka sebanarnya tidak memiliki kekuatan, kecuali dalam kezaliman itu sendiri.

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, dalam hal jihad fi sabilillah tidaklah jauh berbeda dengan Syeikh Ahmad Yassin bagi bangsa Palestina. Kedua tokoh ini lahir pada tahun yang sama (1938). Keduanya sama-sama "dibesarkan" di dalam penjara oleh rezim yang sangat represif. Kedua ustadz ini memimpin gerakan Islam yang memperjuangkan tegaknya syari'at Islam (tathbiqus-syari'ah) secara utuh (kaaffah).

Kedua Syeikh ini hidup dalam kesederhanaan dan kekurangan materi, namun tetap sabar dan istiqamah. Kedua pemimpin ini sama-sama sangat membenci kejahatan Zionis-Israel dan Salibis-AS beserta antek-anteknya, karena telah menzalimi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dan masih banyak lagi kesamaan kedua Syeikh tersebut.

Adapun perbedaannya, Syeikh Ahmad Yassin telah terkabul cita-citanya yang paling tinggi, yaitu syahid fi sabilillah setelah pada tanggal 22 Maret 2004, tiga rudal Apache yang dikirim Israel menghantam tubuhnya yang rapuh hingga berserakan. Sedangkan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, hingga kini masih mendekam di penjara. Nampaknya Ustadz Abu masih harus bersabar menunggu 'undangan' Allah SWT dengan menerima berbagai penzaliman dari musuh-musuh-Nya.

Surat PenahananKeberanian adalah sesuatu yang mahal yang dilahirkan Islam di hati pemeluknya. Api Islam adalah panas di atas panas. Prinsip-prinsipnya yang agung, telah terukti mampu membentuk manusia-manusia pijar, yang sanggup berdiri tegak menghadapi peluru, bahkan maut sekali pun, demi cita-citanya yang tinggi dan demi mengharap rahmat Ilahy.

Inilah peristiwa yang pernah dialami Ustadz Abu Bakar Ba'asyir ketika ditangkap paksa dari RS Muhammadiyah Surakarta. Sesampainya di Jakarta, sore 28 Oktober 2002, Abu Bakar Ba'asyir masuk RS Polri Kramat Jati. Baru pada 2 November 2002 beliau dipindahkan ke sel tahanan Mabes Polri.

Suatu hari, datang seorang aparat kepolisian ke selnya, menyodorkan surat penahanan kepada Abu Bakar Ba'asyir. Dari namanya, dan cara bicara serta sikapnya yang datang tanpa ucapan salam, diketahui sang petugas beragama nasrani. Ia memaksa supaya Ustadz menandatangani surat penahanan yang dibawanya. Tetapi ustadz menolak, karena jika ia mau, maka akan menyenangkan pemerintah AS.

Ketika sang polisi menghardik dan terus memaksa, maka beliau bangkit dari duduknya lalu akan membuka bajunya seraya berkata: "Kalau saudara tidak mau menghargai keyakinan saya, sebaiknya tembak saja saya!" Petugas polisi itu pun surut dan tak ingin berlama-lama di situ.

Ustadz Ba'asyir juga menolak diperiksa, karena polisi telah merampas kemerdekaannya secara paksa, bukan lantaran melakukan kesalahan, melainkan karena tekanan pemerintah Amerika di bawah rezim George Walker Bush. Beliau hanya mau diperiksa dan memberi keterangan di hadapan hakim pengadilan yang diselenggarakan secara teruka agar keterangannya tidak diplintir oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ternyata Allah SWT membuktikan janji-Nya. Semua tuduhan yang dialamatkan kepada beliau sejak Bom Natal 2000, Bom Istiqlal, Bom Bali, rencana pembunuhan Megawati, dan sebagainya, kandas di persidangan tingkat pertama (Pengadilan Negeri). PN Jakarta Pusat menganjar 4 tahun penjara untuk dakwaan penyertaan makar, pemalsuan KTP, dan pelanggaran imigrasi. Putusan itu jauh lebih ringan daripada tuntutan jaksa penuntut umum Hasan Madani yang meminta majelis hakim menghukum 15 tahun penjara. Ustadz Ba'asyir mengajukan banding. Pengadilan Tinggi DKI memutuskan 3 tahun penjara untuk pasal KTP dan imigrasi. Ustadz tetap menolak, lalu kasasi.

Akhirnya MA memvonis 1,5 tahun penjara potong masa tahanan. Dengan demikian, beliau seharusnya bebas 30 April 2004 pukul 00:00 wib.

Seperti komentar Letjen (Purn) Z.A. Maulani, mantan Kepala BAKIN era Habibie, bahwa keputusan MA tersebut merupakan petunjuk bahwa Ustadz Abu memang tidak bersalah, sekaligus menjadi tamparan keras buat AS dan sekutunya.

PENUTUP PADA tanggal 2 September 2003, ustadz Abu Bakar Ba'asyir dijatuhi vonis empat tahun penjara potong masa tahanan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada persidangan yang berlangsung di Gedung Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) itu, Muhammad Saleh bertindak sebagai Ketua Majelis Hakim.

Majelis Hakim dalam amar putusannya menyatakan, pertama, ustadz Abu Bakar Ba'asyir terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah ikut serta melakukan tindak pidana makar dengan maksud menggulingkan pemerintah, melanggar pasal 107 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Kedua, ustadz Abu Bakar Ba'asyir didakwa melanggar Pasal 263 ayat (1) KUHP yang berbunyi: "Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat… pidana penjara paling lama enam tahun." Ketiga, melanggar Pasal 48 UU no. 9 tahun 1992 tentang Pelanggaran Keimigrasian, yang berbunyi: "Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan… pidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak Rp 15 juta."

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir selain tidak terbukti sebagai Amir Jama'ah Islamiyah (JI), terbebas dari Pasal 107 ayat 2 KUHP (sebagai pemimpin dan para pengatur makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah), Pasal 266 ayat 1 KUHP (telah menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akte otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akte itu…), Pasal 53 UU no. 9/1992 (selaku orang asing berada di wilayah Indonesia secara tidak sah).

Sidang berlangsung sejak pukul 10:00 wib hingga 18:00 wib, mendapat penjagaan ekstra ketat dari aparat kepolisian yang mengerahkan 1.500 personel aparat dari Brimob, Sabhara Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.

Salah satu dakwaan (subsider) yang menurut Majelis Hakim terbukti adalah turut serta dalam usaha makar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Yang dijadikan 'bukti' adalah karena ustadz Abu Bakar Ba'asyir cukup lama hidup dekat dengan almarhum Abdullah Sungkar.

Keputusan tersebut dinilai zalim, dan terkesan sangat dipaksakan, karena pada kenyataannya sampai akhir hayatnya almarhum Abdullah Sungkar tidak pernah melakukan makar bahkan tidak pernah menjalani proses pengadilan berkenaan dengan makar.

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga tidak bisa dihukum dengan dakwaan memasukkan keterangan palsu untuk KTP (Kartu Tanda Penduduk), karena beliau tidak pernah menyatakan pindah alamat tetap meski sempat tinggal lama di Malaysia sebagai pelarian (buronan rezim orde baru yang kini sudah tumbang).

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga tidak bisa dihukum dengan dakwaan keluar masuk wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan imigrasi, karena beliau sudah mendapat amnesti (pengampunan) dari pemerintah (Presiden Habibie, pada tahun 2000).

Jadi, vonis terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir memang merupakan keputusan yang dipaksakan, untuk menutupi rasa malu pemerintah Indonesia terhadap negara lain.

Sekaligus menunjukkan bukti, bahwa profesionalisme jaksa dan kepolisian masih jauh di bawah standard. Demikian mudahnya seorang Abu Bakar Ba'asyir diseret ke pengadilan, bahkan diawali dengan upaya penjemputan paksa dari RS PKU Solo ke Jakarta (19 Oktober 2002). Namun, setelah melampaui persidangan maraton lebih dari 20 kali persidangan, berakhir dengan vonis yang dipaksakan, karena sulitnya membuktikan kebenaran tuduhan JPU.

Tampaknya pemerintah beserta aparat hukum dan aparat keamanan di Indonesia masih terlalu sering terpengaruh oleh opini yang diciptakan dari luar. Sehingga lahirlah proses penzaliman yang berkahir dengan persidangan yang tidak bisa membuktikan apapun yang dituduhkan JPU.

Editorial Media Indonesia edisi 4 September mengatakan: "Adalah sangat berbahaya bagi dunia hukum Indonesia jika bekerja karena pesanan pihak luar. Lebih-lebih Amerika, yang memang sedang kalap dengan menerapkan doktrin pre-emptive strike setelah WTC dihancurkan. Sebuah kebijakan yang mendahulukan menyerang sebelum diserang (musuh)."

Tajuk Harian Republika edisi 4 September 2004 halaman 5 antara lain menuliskan hal-hal sebagai berikut:Namun peta politik dunia yang sudah berubah setelah berakhirnya era Perang Dingin, berubah lagi secara drastis setelah terjadi tragedi "Black September" atau "11/9" yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York. Slogan internasional "war against communism" yang berlaku di masa Perang Dingin berubah menjadi "war against terrorism". Dan, celakanya, yang disebut teroris itu kemudian diidentikkan dengan "Islam radikal" atau "Islam fundamentalis". Sebuah stigma yang diskriminatif. Peta Timur Tengah berubah, peta Asia Tengah berubah pula. Produksi kosa kata dan makna kosa kata pun bergeser. Perimbangan politik segera terjadi di sejumlah kawasan dan negara.Perburuan Amerika ditujukan kepada para pejuang Afghan yang dulu justru dilatih CIA kala memerangi pasukan Uni Soviet. Para pejuang itu bisa berasal dari Afghanistan sendiri maupun dari sejumlah negara lain seperti dari Malaysia, Indonesia, maupun negara-negara Arab. Setelah bom meledak di Bali pada 12 Oktober 2002, yang memunculkan sejumlah pemuda yang disinyalir pernah nyantri di Ngruki, Ba'asyir ikut menjadi sasaran perburuan. Para pemuda itu juga selalu disebut pernah berjuang di Afghanistan. Timbul kesan 'alumni' Afghanistan adalah teroris. Bahka beberapa kali polisi mengaitkan bahwa mereka terkait dengan konflik di Poso dan Ambon. Padahal di dua kawasan itu umat Islam adalah korban -yang pertama diserang dan paling menderita karena terusir dan kehilangan segalanya. Namun dalam penyidikannya polisi selalu menyebut dugaan keterlibatan mereka dalam konflik agama tersebut. Lalu, bagaimana dengan pelaku dan pemasok senjata untuk kubu lawannya? Sekali lagi, "war against terrorism" telah melahirkan implikasi yang jauh di liuar perkiraan. Korban-korban seakan "harus diciptakan dan dilahirkan" agar sesanti memiliki "buktinya".

Apakah Ba'asyir bagian dari korban yang harus diciptakan? Dr. Adnan Buyung Nasution, pengacara Ba'asyir, menilai putusan hakim terlalu dipaksakan, hanya untuk menutupi rasa malu pemerintah Indonesia terhadap negara lain. Sebetulnya, bidikan utama terhadap Ba'asyir adalah membuktikan keberadaan organisasi jadi-jadian yang bernama Jamaah Islamiyah (JI). Sejak awal masyarakat Indonesia tak pernah mengenal JI. Hanya sedikit orang yang ingat bahwa nama JI sempat muncul dalam persidangan perkara H. Ismail Pranoto di era Orde Baru. Publik

Indonesia tak ada yang percaya terhadap keberadaan JI saat itu. Lagi pula, siapa percaya dengan pengadilan penuh rekayasa di masa represif, otoriter, dan dikuasai intelijen? Nah, di era terorisme inilah nama JI dimunculkan koran-koran asing, pemimpin-pemimpin asing, termasuk dalam publikasi Internasional Crisis Group (ICG) pimpinan Sidney Jones. Hingga akhirnya PBB memasukkan JI sebagai organisasi teroris yang beroperasi di Asia Tenggara. Dalam publikasinya, ICG mengakui istilah JI pertama kali muncul pada pengadilan di era represif tersebut.

Namun, pengadilan yang diharapkan mengukuhkan keberadaan JI justru memutuskan sebaliknya. Ba'asyir tak terbukti sebagai pemimpin JI. Satu-satunya kesaksian yang menguatkan tuduhan soal ini hanyalah dari Faiz Abubakar Bafana. Warga Malaysia ini bersaksi melalui fasilitas teleconference. Dan, kesaksiannya tak bisa dibuktikan lebih lanjut. Maka JI masih tetap hantu.Pada akhirnya, ustadz Abu Bakar Ba'asyir pun dijatuhi vonis "turut serta dalam usaha makar". Adapun pelaku utamanya adalah almarhum ustadz Abdullah A. Sungkar. Sungguh celaka, Sungkar justru tak pernah diadili untuk kasus makar. Selain itu, kasus ini sulit dibuktikan karena Sungkar justru sudah meninggal dunia. Karena itu, Ba'asyir menyebut putusan ini sebagai putusan zalim, yakni dituduh ikut serta dalam upaya makar hanya karena memperjuangkan tegaknya hukum Islam. Tentu saja semua orang bebas memperjuangkan apapun asal tidak kriminal dan tidak mengangkat senjata.

Vonis Pengadilan Banding dan KasasiSegala rekayasa hukum dan politik serta kejanggalan yang mengikuti vonis PN Jakarta Pusat itu, memang terjawab melalui putusan Pengadilan Banding.

Pada tanggal 10 November 2003 Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat yang diketuai H. Hasan Basri Pase, SH menyatakan: Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 2 September 2003, karena Terdakwa Abu Bakar Ba'syir tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, melakukan perbuatan pidana dalam dakwaan ke-1 Primair dan ke-1 Subsidair yaitu unsur makar untuk menggulingkan pemerintah. Terdakwa juga harus dibebaskan dari dakwaan ke-IV Primair karena tidak terbukti terdakwa kehilangan kewarganegaraan dan karenanya tidak terbukti terdakwa sebagai orang asing.

Berdasarkan hal di atas Pengadilan Tinggi memutuskan dan menetapkan:1. Membebaskan Terdakwa dari dakwaan ke-1 Primair ke-1 Subsidair dan ke-IV Primair.2. Menyatakan Terdakwa Abu Bakar Ba'asyir alias Abu Bakar Ba'asir bin Abud Ba'asyir alias Abdus Samad terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana: 1."Membuat Surat Palsu". 2. "Masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan Imigrasi".3. Menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa selama 3 (tiga) tahun

TPABB kemudian mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung. Pada tanggal 1 Maret 2004 Mahkamah Agung menjatuhkan vonis 1,5 tahun dipotong masa penahanan. Berarti, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang sudah menjalani masa penahanan

sejak 28 Oktober 2002 seharusnya bebas pada 30 April 2004.

Majelis Hakim yang menangani permohonan kasasi Ba'asyir terdiri dari lima hakim, yaitu Ketua MA Bagir Manan sebagai Ketua Sidang, H. Dirwoto, SH, Prof. Dr. Paulus Effendi Lotulung, SH, Prof. Dr. H. Muchsin, SH, dan H. Parman Suparman, SH, MH. Dalam amar putusannya, Ba'asyir diangap terukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sesuai dengan dakwaan subsider. Yakni, dakwaan ketiga, embuat surat palsu (pasal 263 ayat 1 KUHP), dakwaan keempat subsider, masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi (pasal 48 UU nomor 9/1992) tentang Keimigrasian).

Vonis kasasi MA itu pun nampak terkesan dipaksakan, untuk menyesuaikan dengan lamanya masa penahanan ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Vonis tersebut, meski sangat ringan namun merupakan keptusan yang harus ditolak, karena bertentangan dengan keadilan. Kita harus menolak dan bahkan harus melawan setiap upaya untuk membungkam dan embunuh keyakinan ataupun pemikiran.

MELAWAN INTERVENSI AMERIKA Oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir

Sekali lagi, pemerintah Amerika menampakkan arogansinya terhadap bangsa lain dengan memaksakan kehendaknya kepada pemerintah Indonesia. Kekecewaan pemerintah Amerika dan sekutunya terhadap putusan MA yang menolak tuduhan makar pada kasus yang saya alami adalah jelas-jelas merupakan tindakan sewenang-wenang terhadap bangsa Indonesia yang berdaulat. Kekecewaan mereka tidak berhenti sampai di sana, Amerika telah berusaha memfitnah dan berusaha melibatkan saya dengan tindakan terorisme, terutama sebagai tersangka pelaku bom Bali. Konon mereka memiliki bukti-bukti yang akan mengaitkan saya berdasarkan pengakuan Hambali yang telah mereka penjarakan. Namun celakanya, polisi yang seharusnya menjadi pelindung rakyat justru terpengaruh dan akan memeriksa saya kembali pada kasus yang pernah dituduhkan kepada saya terdahulu, meskipun tidak dapat dibuktikan oleh lembaga pengadilan.

Untuk memaksakan kehendaknya, pemerintah Amerika juga telah membujuk dan menekan para pemimpin bangsa Indonesia, baik dari kalangan pemerintah maupun organisasi massa Islam. Seperti yang dilakukan Duta Besar AS untuk Indonesia Ralph L. Boyce terhadap Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif. Sebagaimana ditulis Pak Syafii pada sebuah koran nasional, Boyce atas perintah Gedung Putih pada 28 Maret lalu telah mendatanginya di kantor PP Muhammadiyah dan meminta pimpinan ormas Islam terbesar ini untuk membujuk para pejabat Indonesia seperti Ketua MA dan Kapolri agar tetap menahan saya. Namun dengan sikap ksatria dan tegas Pak Syafii menolak permintaan gila itu dengan alasan MA telah membebaskan saya setelah menjalani hukuman panjang dan sebagai WNI, beliau wajib menghormati keputusan tersebut dan pihak asing tidak patut mencampuri keputusan peradilan di negara lain.

Tradisi AmerikaTindakan arogan pemerintah Amerika di bawah kepemimpinan Bush terhadap para aktivis dakwah seperti saya, tidak lain merupakan cerminan mereka yang anti pada perkembangan Islam dan umatnya. Mereka telah dijadikan alat musuh-musuh Islam dengan membunuh orang lemah, wanita, dan anak-anak, serta menghancurkan peradaban yang telah dibangun susah payah, khususnya di dunia Islam. Tindakan mereka di Palestina, Afghanistan, Somalia, Sudan, dan Irak adalah contoh nyata bagaimana jahatnya kebijakan Amerika terhadap kemanusiaan. Para pejuang Palestina yang mempertahankan tanah airnya dari agresor Israel justru dianggap teroris. Sementara Israel yang nyata-nyata teroris dan penjajah justru mereka bela, bahkan diberi bantuan melimpah ruah untuk membunuhi rakyat Palestina yang tak berdosa dan para pemimpinnya serta meruntuhkan rumah tinggal mereka.

Jika kita kembali melihat sejarah, maka jelaslah bahwa Amerika memang memiliki tradisi sebagai penjajah dan teroris. Mereka telah memerangi dan membunuh dengan kejam suku-suku Indian sebagai pemilik sah benua Amerika.

Maka tidak mengherankan jika sebuah bangsa yang dibangun di atas dasar penjajahan dan terorisme, kini telah menjelma menjadi bangsa barbar yang senantiasa ingin menjajah dan meneror bangsa lainnya. Kemajuan dan kekayaan yang mereka miliki justru dijadikan sebagai sarana untuk menekan, meneror, serta memerangi bangsa-bangsa kecil dan lemah. Dengan kekuatan yang ada padanya, kini kita menyaksikan bagaimana arogannya pemerintah Amerika yang telah menjadi seperti polisi yang mengatur dunia sesuai dengan kehendaknya. Mereka akan memerangi pemerintahan sah suatu negara yang dianggapnya tidak sesuai dengan kehendaknya. Tindakan arogan Amerika ini jelas akan menimbulkan perlawanan dari mereka yang dizalimi, dan keadaan tersebut akan mengantarkan dunia pada benturan peradaban antarbangsa dan agama, serta memicu peperangan semesta dan kehancuran global peradaban manusia. Itulah sebabnya, kebijakan pemerintah Amerika yang arogan dan berstandar ganda harus dilawan demi kelangsungan keamanan dan kedamaian di muka bumi ini.

Tekanan pemerintah Amerika dan sekutunya terhadap pemerintah Indonesia agar tetap menahan serta mengadili kembali diri saya karena dituduh sebagai teroris internasional jelas merupakan tindakan arogan mereka yang sok kuasa. Tekanan dan tuduhan pemerintah Amerika dan antek-anteknya tersebut merupakan pelecehan terhadap kedaulatan dan kemerdekaan NKRI, merendahkan harkat dan martabat bangsa Indonesia, meremehkan pemerintah yang sah, memecah-belah persatuan dan kesatuan seluruh komponen bangsa, serta menghina dan memerangi umat Islam bangsa Indonesia. Itulah sebabnya mereka harus dilawan sesuai dengan perintah Allah SWT, Rasul-Nya, dan HAM, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: "Janganlah kamu merasa lemah dan meminta damai, padahal kamulah yang lebih mulia dan Allah senantiasa bersamamu, dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi balasan perbuatanmu." (Qs. Muhammad, 47:35).

Demikian pula, penolakan pemerintah Amerika dan sekutunya terhadap keputusan MA

yang merupakan lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia terhadap diri saya, adalah jelas-jelas merupakan penghinaan atas sistem peradilan bangsa Indonesia, sehingga harus disikapi dengan tegas dan berani oleh pemerintah dan para penegak hukum lainnya sebagai manifestasi kedaulatan RI. Jika hukum dapat dipermainkan begitu saja oleh mereka yang menganggap dirinya berkuasa, maka bangsa Indonesia akan kehilangan harkat dan martabatnya di hadapan dunia internasional. Bangsa yang berdaulat tidak akan memberikan jalan kepada bangsa lain untuk mengintervensi hukum mereka dengan alasan apapun.

Tekanan dan tuduhan tersebut merupakan kezaliman terhadap diri saya sebagai mubalig yang menyeru pada kebenaran dan kedamaian sejati sebagaimana diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karenanya, saya akan melawan dengan segala kemampuan yang ada, meskipun seorang diri.

Kendatipun kemampuan saya melawan untuk membela diri hanya dengan lisan dan do'a sebagai orang yang dizalimi. Karena Allah memerintahkan hamba-Nya untuk membela dirinya, sebagaimana Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri." (Qs. Asy-Syuro: 39).

Hakikatnya, tuduhan pemerintah Amerika dan sekutunya seperti melibatkan saya pada kasus bom Bali adalah tindakan anti-Islam yang mendiskreditkan dan memfitnah umat serta kebohongan besar yang didorong oleh rasa takut mereka terhadap kebangkitan Islam yang sedang marak di Indonesia.

Padahal kenyataannya saya adalah salah seorang yang tidak setuju dengan peledakan bom Bali bersama para ulama dan umat Islam di Solo sehari setelah kejadian. Jadi, melibatkan saya dengan peristiwa yang tidak saya ketahui dan tidak saya setujui sama sekali adalah konspirasi jahat dan kejam yang memiliki tujuan sangat tendensius. Amerika dan sekutunya sangat mengetahui keadaan saya yang tidak mungkin mampu merencanakan pengeboman atau memerintahkannya, apalagi untuk memiliki dan merakit bom seperti yang meledak di Legian Bali. Apalagi menurut para ahli seperti tim investigasi bom Bali MUI yang dipimpin Letjen (purn) ZA Maulani (mantan kepala Bakin), ledakan bom tersebut disebabkan oleh sejenis nuklir yang hanya dimiliki oleh negara-negara tertentu seperti Amerika dan Israel yang peredarannya sangat terbatas dan ketat.

Amerika dan sekutunya berusaha melibatkan saya dengan terorisme internasional ataupun bom Bali, tidak lain karena mereka sangat takut pada munculnya kesadaran dan kebangkitan kaum muslimin melalui kegiatan dakwah saya di masyarakat untuk menegakkan syariat Islam dan menerangkan hakikat Islam yang lurus. Dakwah saya tersebut dianggap telah menjadi penghalang besar bagi musuh-musuh Allah untuk menjalankan misi sesatnya menggembosi dan mengobok-obok ajaran dan syariat Islam di Indonesia. Juga dalam rangka membasmi semangat aktivis muslim dalam berjuang di jalan Allah dan melemahkan umat Islam Indonesia agar bangsa ini mudah dikuasai dan dijajah kembali.

Hadirkan Hambali di IndonesiaInformasi intelijen yang diserahkan pemerintah Amerika kepada pihak-pihak berwenang di Indonesia merupakan berita bohong yang direkayasa untuk mendiskreditkan bangsa Indonesia dan sengaja untuk meneror umat Islam, khususnya mubaligh yang berjuang menegakkan kebenaran. Untuk itu, tidak ada jalan lain kecuali harus menolaknya, apalagi informasi sesat itu mau dijadikan dasar untuk menangkap dan memenjarakan orang-orang yang berjuang menegakkan syariat Islam. Nama Hambali yang disebut-sebut sebagai sumber tuduhan dan fitnah yang ditimpakan kepada saya harus didatangkan ke Indonesia untuk dicek kebenaran dan keabsahan beritanya. Kalau pemerintah Amerika tidak mau menghadirkan Hambali ke Indonesia dan diperiksa dengan prosedur yang benar, maka itu membuktikan bahwa berkas yang dikirim adalah rekayasa yang disengaja sebagai sarana untuk meneror diri saya dan umat Islam Indonesia. Maka tidak diragukan lagi, semua rekayasa jahat Amerika dan sekutunya bertujuan untuk menghancurkan Islam dan umatnya di dunia ini. Benarlah firman Allah SWT: "…mereka senantiasa memerangi kamu untuk memurtadkan kamu, bila mereka ada kemampuan…" (Qs. Al-Baqarah, 2:217).

Pemerintah AS di bawah Presiden Bush yang paranoid dan jahat telah menjadikan isu terorisme sebagai bahan kampanyenya untuk membela diri atas kelemahan dan kegagalan pemerintahannya. Kegagalannya menangkap Usamah bin Ladin, walaupun sudah mengerahkan pasukan terbaik dan dana besar-besaran telah menimbulkan frustrasi yang meluas di kalangan pemerintahannya. Maka untuk mengambil hati rakyat Amerika yang menolak kepemimpinannya karena banyak merugikan bangsanya, Bush telah menciptakan kebohongan dan fitnah besar kepada umat Islam. Mereka telah menciptakan simbol-simbol terorisme internasional seperti yang menimpa diri saya. Padahal kenyataannya adalah untuk mengelabui rakyat Amerika yang telah membiayai pemerintahnya, namun disalahgunakan untuk menjalankan kejahatan kemanusiaan dengan membunuh sesama manusia dan menghancurkan peradaban dunia.

Musuh Allah pemerintah Amerika memang takabur. Karunia Allah yang diberikan kepada mereka berupa harta yang melimpah dan kemajuan teknologi yang tinggi bukannya disyukuri untuk berbuat kebaikan dan kemaslahatan pada umat manusia, melainkan mereka gunakan untuk menindas umat manusia terutama umat Islam dan untuk melumpuhkan serta menghancurkan Islam dengan kedok memerangi teroris. Insya Allah azab-Nya akan segera menimpa AS dan sekutunya, kecuali mereka bertobat.

"Maka janganlah harta dan anak-anak mereka menarik hati kalian. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberi harta dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." (Qs. At-Taubah, 9:55).

Janganlah pemerintah Amerika dan sekutunya mengira bahwa Allah melimpahkan

harta dan teknologi tinggi itu kepada mereka berarti Allah melindungi mereka. Bahkan Allah sengaja menangguhkan, sehingga jika mereka tidak bertobat dan makin membabi-buta, maka azab Allah pasti menimpa mereka dengan tiba-tiba.

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan itu, maka Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, lalu mereka terdiam dan putus asa." (Qs. Al-An'am, 6:44).

Jika bangsa Amerika dan sekutunya tidak segera sadar dengan tindakan jahat para pemimpin mereka yang beruat kerusakan dengan nikmat yang Allah berikan, maka tunggulah kehancuran mereka dengan penuh penderitaan dan kehinaan. Wahai bangsa Amerika dans ekutunya, segeralah menyadari kesalahan kalian dan bertobatlah kepada Allah sebelum azab yang maha dahsyat menjumpai kalian!

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia dan segenap aparatnya, baik TNI, Polri dan para penegak hukum lainnya jangan sampai terpedaya dengan manuver politik keji pemerintah Amerika dan fitnah yang ditujukan kepada umat Islam, khususnya terhadap diri saya, hanya karena tekanan dan terikat bantuan mereka. Kita harus bersikap ksatria dan berani, seperti sikap pemimpin kita, Pak Syafii Maarif, yang walaupun berbeda pendapat dengan saya, tapi beliau menunjukkan sikap seorang pemimpin bangsa Indonesia yang bermartabat. Cukuplah fitnahan yang telah menimpa saya, jangan terulang kembali akibat terlalu percaya kepada mereka yang memiliki agenda tersembunyi menghancurkan Indonesia. Tindakan adu-domba pemerintah Amerika terhadap sesama bangsa Indonesia akan menimbulkan perpecahan NKRI dan akan menimbulkan konflik horizontal yang akan menambah keterpurukan bangsa ini.

Sebagai bangsa yang berdaulat, berharkat dan bermartabat, kita harus berani menolak dan melawan segala bentuk keinginan jahat mereka dan bersatu-padu membangun bangsa menyelesaikan segala krisis yang tengah melanda dengan berpedomankan kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Kepada kaum muslimin, terutama para pemimpin umat, baik dalam organisasi sosial maupun politik, saya menyerukan agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan ukhuwah Islamiyah, menggalang persatuan dan menjauhkan perpecahan. Marilah kita bersatu pada hal-hal yang kita sepakati dan bertoleransi pada hal-hal yang berbeda, serta membuang jauh penyakit egoisme pribadi dan kelompok. Bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim sangat membutuhkan perjuangan kita untuk mengantarkan mereka menuju keadilan, kesejahteraan, kedamaian serta kemajuan berdasarkan syariat Islam. Marilah kita bersama-sama membangun kekuatan umat menjadikan Indonesia sebagai bangsa an negara yang diridhoi Allah SWT. Ya Allah saksikanlah.

Ya Allah Tuhan kami, janganlah jadikan pemimpin kami dari mereka yang tidak takut kepada-Mu dan tidak menyayangi kami. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah

memberi pemerintah Amerika dan sekutunya harta kekayaan, teknologi, kemajuan dan persenjataan yang kuat, akibatnya mereka menyesatkan manusia dari jalan-Mu yang lurus. Berilah mereka petunjuk, tetapi jika Engkau tidak berkenan karena kehendak-Mu yang adil dan bijaksana, maka azablah mereka dengan siksa-Mu yang telah Engkau janjikan, karena mereka tidak akan sadar dan beriman kepada-Mu sehingga mereka menyaksikan siksa pedih-Mu dengan mata mereka. Ya Allah Yang Maha Perkasa, kabulkanlah do'a hamba-Mu yang lemah dan hina ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima tobat dan Maha Penyayang. Amin.

Rutan Salemba, 15 April 2004Muqaddimah : DISKRIMINASI MELUMPUHKAN HUKUM DAN KEADILAN BERAWAL dari pemberitaan majalah yang terbit di Amerika Serikat, yaitu majalah Time edisi 23 September 2002. Majalah itu telah menobatkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir seolah-olah sebagai teroris yang terlibat dalam jaringan Al-Qaidah yang membahayakan kepentingan Amerika Serikat. Majalah itu pula yang melansir berita, seolah-olah ustadz Abu Bakar Ba'asyir merestui dan mengizinkan pemboman masjid Istiqlal (Jakarta) serta merencanakan pembunuhan terhadap Megawati (kala itu masih Wakil Presiden).

Munculnya dugaan itu, kabarnya berasal dari bocoran hasil interogasi badan intelijen AS, CIA, terhadap seorang yang masih merupakan sosok yang penuh misteri yang oleh penyidik kepolisian diberi nama Omar Al Faruq yang sampai saat ini baik kewarganegaraannya maupun keberadaannya masih gelap atau tidak jelas.

Majalah Time dalam edisinya tersebut antara lain menulis sebagai berikut: "Laporan CIA menyatakan bahwa Abu Bakar Ba'asyir, 64 tahun, yang dituduh sebagai pemimpin spiritual JI memerintahkan Faruq untuk menggunakan perangkat dan sumber daya JI untuk melaksanakan pengeboman-pengeboman kedutaan besar AS…"

Selanjutnya, masih menurut majalah Time: "Al Faruq mengatakan Ba'asyir juga menjadi otak di belakang pengeboman masjid terbesar di Jakarta pada tahun 1999… Ba'asyir diinginkan oleh pemerintah Singapura atas tuduhan peranannya sebagai perancang serangan Al-Qaeda yang gagal bulan Desember yang lalu untuk mengebom target-target Amerika di sana…"

Berawal dari pemberitaan itulah kemudian dengan gencar dan sistematis dibangun satu opini sedemikian rupa, sehingga sosok ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai guru agama yang sederhana, santun, dengan pembawaannya yang jauh dari kekerasan, telah hancur nama baik dan kehormatannya oleh pemberitaan gencar mass media yang melansir berita-berita yang bersumber dari aparat kepolisian, sejak dari Kepala Polri hingga para

penyidik yang terlibat dalam pemeriksaan perkara ini, seolah-olah beliau adalah "monster" yang sangat berbahaya karena telah menyuruh, merestui atau setidak-tidaknya menyetujui adanya berbagai aksi kekerasan dan pemboman di sejumlah tempat di tanah air, baik yang menimpa gereja-gereja pada malam Natal 2000, dan tuduhan yang paling menyeramkan adalah merencanakan pembunuhan terhadap Wakil Presiden (saat itu) Megawati Soekarnoputri.

Aparat Kepolisian RI terkesan telah menelan mentah-mentah apa yang dilansir oleh pers Amerika Serikat itu, bahkan Mabes Polri menjadikan keterangan Omar Al Faruq yang dimuat majalah Time sebagai entry point untuk melakukan pemeriksaan terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Bersumber dari berita majalah Time tersebut, sekitar tiga minggu dari pemberitaan itu Mabes Polri mengirim Tim Investigasi yang dipimpin Brigjen (Pol.) Aryanto Sutadi, dan menemui Al Faruq di Amerika Serikat (Kompas, 18 Oktober 2002). Dalam interogasi terhadap Umar Al Faruq, Aryanto Sutadi mengatakan bahwa Umar Al Faruq membenarkan sebagian besar isi berita majalah Time yang bikin heboh itu.

Selang tiga hari dari kepulangan Tim Investigasi Mabes Polri, atau tepatnya pada hari Sabtu, 19 Oktober 2002, ustadz Abu Bakar Ba'asyir diminta datang ke Mabes Polri untuk diperiksa sebagai Tersangka berkaitan dengan keterangan yang diberikan Umar Al Faruq (Kompas, 18 Oktober 2002).

Umar Al Faruq ini telah menjadi episode tersendiri dalam pemberitaan di berbagai media cetak maupun elektronik, mengingat banyaknya kejanggalan yang mewarnai pemeriksaan terhadap dirinya yang terungkap dalam persidangan Praperadilan dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai Pemohon dan Kepala Polri sebagai Termohon, di antaranya berita-berita yang sangat menonjol adalah:

Pertama, jawaban Omar Al Faruq hanya berupa "YES" dan "NO" saja, sama sekali tidak ada uraian jawaban. Kedua, tempat pemeriksaan yang tercantum dalam BAP adalah di Kabul (Afghanistan), tapi Aryanto Sutadi --seperti telah diulas di atas-- menyebutkan pemeriksaan dilakukan di Amerika Serikat.

Sekalipun demikian, Kapolri di hadapan banyak wartawan masih tetap menyatakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Al Faruq "sudah bisa dijadikan bukti di pengadilan" (Koran Tempo, 4 November 2002).

Kenyataan yang sangat mengherankan, Umar Al Faruq yang merupakan entry point dimulainya pemeriksaan terhadap diri ustadz Abu Bakar Ba'asyir ternyata tidak dicantumkan sebagai saksi dalam berkas perkara dan oleh karena itu dirinya tidak akan diajukan di persidangan, dan BAP yang pernah dilakukan atas dirinya tidak akan dibacakan di persidangan.Padahal, demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan serta pertanggung jawaban publik (public accountability), maka sudah seharusnya Penuntut Umum menghadirkan Umar Al Faruq di persidangan, karena yang bersangkutan dijadikan sebagai dasar

dimulainya penyidikan terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir, berikut Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap Umar Al Faruq.

Tidak diajukannya Umar Al Faruq sebagai saksi di pengadilan, semakin membuktikan kepada kita betapa kuatnya tekanan Amerika Serikat melalui dinas rahasianya (CIA) dan "konco-konconya" antara lain Singapura dan Australia di belakang proses penangkapan dan rekayasa tuduhan terhadap diri ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Salah satu bukti lain dari rekayasa tersebut adalah pengakuan Menteri Pertahanan Matori Abdul Djalil bahwa pejabat Badan Intelijen Negara (BIN) bertemu dengan dinas rahasia AS, CIA, sebelum penangkapan ustadz Abu Bakar Ba'asyir, meskipun menurutnya pertemuan itu hanya membicarakan kerja sama intelijen, bukan soal penangkapan. (Media Indonesia, 30 Oktober 2002).

Sebagai satu-satunya negara adikuasa di dunia saat ini, AS terlalu sering kita dengar ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain, termasuk tindakan berdarahnya baru-baru ini ketika menginvasi negara Irak dengan kekuatan militernya tanpa perlawanan berarti dari negara lemah itu, sekalipun serangan tersebut tidak didukung DK PBB dan menyalahi Hukum Internasional serta Piagam PBB.

Kembali pada oknum bernama Omar Al Faruq yang kabar beritanya melakukan kerja sama dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam melakukan serangkaian kejahatan di Indonesia itu, ternyata oleh pejabat Republik ini bukannya ditangkap, ditahan dan diadili di Indonesia, tetapi justru diserahkan kepada badan intelijen AS yaitu CIA yang selanjutnya dengan enteng membawanya pergi entah kemana.

Sepertinya oknum yang penuh misteri ini muncul hanya untuk "ditugaskan" menjerat ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan cara mengumbar serangkaian fitnah keji, entah benar keluar dari mulutnya atau mulutnya hanya "dicatut" mengumbar fitnah keji itu. Sungguh tidak bisa dimengerti, kita tidak mengadili orang yang disangka melakukan kejahatan di negara kita, tetapi malahan dilepaskan kepada negara lain dalam hal ini Amerika Serikat.

"Keterangan" Omar Al Faruq itu oleh penyidik dijadikan bukti permulaan yang kemudian menjadi dasar menetapkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai tersangka untuk kemudian ditangkap dan ditahan sampai sekarang. Tuduhan yang dipublikasikan secara luas itu, antara lain menyebutkan ustadz Abu Bakar Ba'asyir terlibat dalam pengeboman di sejumlah tempat di malam natal tahun 2000 dan lain-lain serta merencanakan pembunuhan terhadap Megawati.

Kedua tuduhan tadi oleh penyidik diformulasikan sebagai perbuatan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 48 UU No. 9 tahun 1992, pasal 1 ayat 1 (1) UU Drt.12 tahun 1951 jo 55 dan 56 KUHP, pasal 216 KUHP, pasal 104 KUHP, 110 KUHP, 170 KUHP, 187 ter 188 dan 406 KUHP jo 55 dan 56 KUHP. Pasal-pasal ini pula yang dipergunakan oleh penyidik untuk melakukan serangkaian tindakan sejak dari penangkapan, penahanan, perpanjangan penahanan, pemeriksaan saksi-saksi dan

tersangka, dan lain-lainnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah, "bukti permulaan yang cukup" serupa apakah yang telah dilakukan oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir sehingga penyidik merasa beralasan untuk menuduh, menangkap dan kemudian menahan beliau?Mengikuti logika hukum dari pasal-pasal yang disangkakan di atas, seharusnya "bukti permulaan yang cukup" tersebut berupa: menyuruh atau menganjurkan orang mempersiapkan bahan-bahan peledak dengan tujuan untuk meledakkan tempat-tempat tertentu dan atau mempersiapkan rencana sedemikian rupa untuk melakukan pembunuhan terhadap Presiden Megawati Soekarnoputri.

Berkas Perkara yang dilimpahkan oleh penyidik kepada Kejaksaan, beberapa kali oleh pihak Kejaksaan telah dikembalikan, tentunya dengan permintaan untuk disempurnakan dan atau dilengkapi. Mampukah penyidik menghadirkan alat-alat bukti untuk mendukung sangkaannya bahwa benar ustadz Abu Bakar Ba'asyir cukup terbukti telah melakukan tindak pidana yang disangkakan? Pertanyaan selanjutnya, mampukah Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan berdasar berkas yang dilimpahkan oleh penyidik tersebut?

Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwa Kejaksaan sebagai institusi yang harus mempersiapkan dakwaan dan nantinya harus mampu mempertahankan dakwaannya di persidangan berdasar berkas perkara yang dibuat penyidik, ternyata tidak sanggup untuk mendasarkan dakwaannya berdasar pasal-pasal yang disangkakan penyidik kepolisian seperti telah kami uraikan di atas.

Apa yang kemudian terjadi? Sungguh aneh, sangkaan bahwa terdakwa telah melakukan dan atau menyuruh orang untuk melakukan peledakan dan rencana pembunuhan terhadap Megawati yang diformulasikan oleh Penyidik sebagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU Drt. No.12 tahun 1951 (tentang bahan peledak) dan pasal 104 KUHP (tentang rencana pembunuhan terhadap Presiden/Wakil Presiden) kemudian "lenyap menguap" entah kemana, padahal sangkaan ini telah terlanjur terpublikasi secara luas dan membentuk opini sampai ke manca negara.

Istilah apa yang paling tepat untuk mengatakan bahwa telah terjadi kesengajaan melakukan persangkaan yang tidak benar kepada sesesorang, apalagi kepada seorang Ustadz yang sangat dihormati?

Kata yang paling tepat menurut kami adalah fitnah. Tegasnya, ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah difitnah melakukan perbuatan yang oleh penuduhnya sendiri ternyata tidak mampu dibuktikan. Dan fitnah, menurut logika Al-Qur'an adalah, "Alfitnatu assyaddu minal qatli", bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.

Padahal dengan dakwaan yang tidak bisa dibuktikan itu, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang sudah sepuh ini terlanjur ditangkap dan ditahan selama 120 (seratus dua puluh) hari. Dan yang paling memprihatinkan bagi kita adalah bahwa kedua sangkaan yang tidak dapat dibuktikan tadi, dengan enteng kemudian dirobah dan diganti dengan pasal

lain, yaitu pasal 107 KUHP ayat (1) dan (2) sebagaimana yang telah kita dengar pada saat Penuntut Umum membacakan Surat Dakwaan.

Setiap orang, bahkan yang tidak mengerti liku-liku hukum pun pasti mengetahui, bahwa terdapat perbedaan yang sangat substantif antara perbuatan "makar" untuk membunuh Presiden/Wakil Presiden dengan perbuatan "makar" untuk menggulingan pemerintahan yang sah. Atas dasar itulah kita memahami mengapa KUHP membedakan atau memisahkan kedua perbuatan itu ke dalam pasal-pasal tersendiri, meskipun kedua perbuatan itu sama-sama disebut "makar".Dengan rasa pedih, di hadapan kenyataan ini, kita hanya bisa berkata, sekiranya tindakan semacam ini ditolelir maka sungguh menyedihkan nasib para pencari keadilan nantinya karena dengan enteng dan gampang dapat dipermainkan oleh aparat penegak hukum dengan mengatas namakan hukum.

Perubahan Pasal Tuduhan Bermotif PolitikMengenai perobahan pasal tuduhan tersebut, harian Jawa Pos yang terbit tanggal 3 Maret 2003 dalam tajuknya berjudul "Janggal, dakwaan baru Ba'asyir" antara lain menulis:"Berkas perkara pimpinan Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba'asyir akhirnya diserahkan pihak kepolislan kepada kejaksaan. Ini merupakan ending dari penyidikan yang berjalan lima bulan sejak dia ditangkap pada Oktober 2002 dengan tuduhan terlibat pengeboman sejumlah tempat dan tuduhan rencana pembunuhan terhadap Presiden Megawati.Anehnya, ketika Berita Acara Pemeriksaan (BAP) itu diserahkan polisi Jumat lalu, dakwaan terhadap Ba'asyir berubah. Dia tidak lagi didakwa melakukan pengeboman dan rencana pembunuhan terhadap Presiden Megawati, tetapi didakwa makar.

Siapapun yang melek hukum akan mengatakan aneh bin janggal terjadinya perubahan dakwaan itu. Di mana pun kalau penyidikan polisi gagal atau tak cukup menemukan bukti untuk memperkuat dakwaan terhadap tersangka, maka yang bersangkutan harus dilepas. Bukan dakwaan diubah begitu saja. Sekalipun penyidik menemukan bukti atas dugaan perbuatan lain melawan hukum diluar dakwaan semula.

Selama ini yang senantiasa terjadi dalam proses hukum adalah jika terdakwa tidak cukup didukung bukti awal yang kuat, yang bersangkutan harus dilepas demi hukum. Perkara kemudian penyidik menemukan fakta tentang perbuatan lain melawan hukum yang mengakibatkan orang yang sama harus ditangkap, itu soal lain lagi.

Dengan kata lain perubahan dakwaan terhadap Ba'asyir diluar dakwaan semula tidak bisa dipaksakan. Karena itu BAP yang berisi dakwaan baru tidaklah sah.

Kalau demikian lantas apa motif penyidik memaksakan dakwaan baru tanpa terlebih dahulu Ba'asyir dilepas, ditangkap lagi dan dilakukan penyidikan baru? Orang akan mudah menjawab, motifnya adalah politik. Sejak awal, penangkapan Ba'asyir dengan dakwaan terlibat pengeboman dan rencana pembunuhan terhadap Preslden Megawati memang lemah di luar tendensi adanya motif politik.

Berbagai saksi dan bukti yang diajukan polisi patut diragukan karena tidak cukup mendukung dakwaan. Bahkan polisi hanya berkutat pada keterangan saksi-saksi tanpa disertai bukti yang memadai. Padahal, bukti jauh lebih penting daripada keterangan saksi untuk menjerat seseorang yang diduga melakukan tindak pidana.

Lalu dimana letak motif politik itu? Tekanan International. Ba'asyir yang dinyatakan sebagai pimpinan Jamaah Islamiyah terlanjur menjadi opini dan agenda politik masyarakat international bahwa yang bersangkutan terlibat aksi-aksi terorisme.Karena itu, penangkapan Ba'asyir menjadi terbalik atau berlawanan dengan proses hukum, yakni ditangkap dulu baru dicarikan atau dipaksakan dicari bukti agar yang bersangkutan bisa ditahan. Padahal, seharusnya penangkapan seseorang yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum dicari bukti permulaan yang kuat, setelah itu tersangkanya ditangkap".

Harian Republika dalam tajuknya tertanggal 25 Maret 2003 di bawah judul "Tegakan Hukum demi Hukum" antara lain mengingatkan: "… bahkan proses penangkapan, penahanan, dan penyidikannya pun telah tercium aroma 'pesanan'… Ba'asyir misalnya, ketika ditangkap dan kemudian ditahan pada Oktober 2002, polisi mengenakan tuduhan berencana membunuh Presiden Megawati. Namun saat menyerahkannya kepada Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, tuduhan itu telah berubah menjadi rencana makar menggulingkan pemerintahan yang sah dan melanggar keimigrasian."

Tajuk itu ditutup dengan pengharapan yang ditujukan kepada Majelis Hakim, sebagai berikut: "Hukum harus ditegakkan demi hukum. Bukan karena pesanan, rekayasa atau tekanan (intervensi), dari manapun datangnya. Kalau tidak Indonesia tidak usah dinamakan negara hukum."

Tempo dalam terbitannya tanggal 3 Nopember 2002 menulis: "Kata Direktur Pidana Umum Markas Besar Kepolisian RI, Brigjen Aryanto Sutadi, Ba'asyir ditetapkan sebagai tersangka karena diduga pernah berencana membunuh Presiden Megawati, bersekongkol melakukan berbagai peledakan -antara lain kasus Bom Natal 2001, tindak perusakan, dan pelanggaran keimigrasian, keluar-masuk wilayah RI tanpa dokumen resmi saat dikejar-kejar rezim Soeharto dahulu. Tertera dalam surat penahanannya, polisi mendakwa Ba'asyir secara berlapis melalui Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api dan bahan peledak. Pasal-pasal Peraturan Pemerintah Penggganti Undang-Undang (Perpu) Anti Terorisme belum dicantumkan. Ini bukan cerita karangan, ada bukti dan saksi ujar juru bicara Mabes Polri Kombes (Komisaris Besar) Prasetyo.

Tapi bukti yang manakah itu? Sayang, polisi masih bungkam. Yang baru jelas bakal digunakan paling keterangan Umar Al-Faruq, warga Kuwait yang diyakini CIA sebagai pemimpin Al-Qaidah Asia Tenggara yang ditangkap di Cijeruk, Bogor 5 Juni silam dan diserahkan ke intelejen Amerika Serikat. Faruq sempat membuat dunia terpukau setelah dikabarkan majalah Time bersaksi di depan para penyidlk CIA bahwa ia pernah berencana membunuh Megawati dan terlibat sejumlah peledakan bom di

negeri ini. Dan yang istimewa semua rencana jahat itu, konon, diakuinya dilakukan atas setahu dan dengan bantuan Ba'asyir."

Masih banyak keanehan, keganjilan dan ketidaklaziman yang muncul selama proses pemeriksaan perkara ini. Begitu bersemangatnya pihak penyidik dalam mengusut kasus ustadz Abu Bakar Ba'asyir, dapat ditengarai dengan adanya usaha pihak Kepolisian yang jauh-jauh hari telah mengurus izin dari Pemerintah Malaysia dan Singapura agar nantinya dalam persidangan perkara ustadz Abu Bakar Ba'asyir dapat didengar kesaksian dari mereka-mereka yang saat ini berada dalam status tahanan Pemerintah Malaysia dan Singapura, yang menurut Mabes Polri, akan dilakukan dengan cara "teleconference' dari tempat tahanan kedua Negara tersebut (Media Indonesia, 25 Januari 2003).Kita tentunya sudah sangat memahami bahwa begitu berkas perkara telah dilimpahkan oleh Kepolisian ke Kejaksaan dan kemudian diteruskan ke Pengadilan, pihak Kepolisian sudah tidak lagi berwenang mencampuri jalannya proses pengadilan, kecuali menjaga keamanan.

Kewenangan untuk menentukan cara pemeriksaan saksi dimuka pengadilan sepenuhnya menjadi wewenang Majelis Hakim dengan Kejaksaan sebagai pelaksananya.

Yang lebih menarik lagi adalah ketika kita meneliti daftar calon-calon saksi yang terdapat dalam BAP, dari 42 (empat puluh dua) orang saksi yang akan didengar keterangannya dalam persidangan, 21 (dua puluh satu) orang di antaranya telah disumpah lebih dahulu. Artinya, jauh-jauh hari pihak penyidik telah bersiap untuk tidak menghadapkan dan atau bersiap-siap jika saksi-saksi tersebut dengan alasan apapun berhalangan untuk dihadirkan, sehingga dengan alasan itu, keterangan saksi-saksi itu nantinya oleh Penuntut Umum cuma akan dibacakan saja.

Berarti pengadilan akan dipaksa mendengar kesaksian tertulis yang dibacakan, tanpa mempunyai kesempatan untuk menggali dan menguji kebenaran dari kesaksian tertulis tersebut dalam persidangan yang terbuka ini, tanpa memberi kesempatan kepada Majelis Hakim, Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum dan Terdakwa melakukan "cross-examination" terhadap para saksi yang tidak dihadirkan tersebut. Padahal, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang sekarang duduk sebagai terdakwa dihadapan Majelis nasibnya antara lain akan ditentukan berdasar keterangan para saksi itu.

Dalam surat Dakwaan, Penuntut Umum juga menyinggung adanya perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang dikatakan sebagai menghindar dari pelaksanaan putusan MA RI No. 743/K/Pid/1982 yang telah menghukum Terdakwa dengan hukuman 9 tahun penjara.

Apakah tindak pidana yang telah didakwakan terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam perkara tersebut sehingga Penuntut Umum merasa perlu dan merasa berkepentingan untuk mengungkapkan kembali dalam surat dakwaannya? Seharusnya Penuntut Umum tidak usah "malu-malu" untuk menyebutkan bahwa dakwaan pokok

terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam perkara tersebut adalah mengenai tindakan yang diancam dengan UU No. 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Subversi ("UU Subversi"), yang mana telah kita ketahui bersama UU ini kini telah dicabut.Tapi Penuntut Umum barangkali lupa (atau pura-pura lupa) bahwa Presiden RI yang memiliki hak Prerogatif telah memberikan Amnesti kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Hal itu berarti bahwa perbuatan yang dahulu dilakukan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yakni menentang kebijakan rezim Orde Baru Era Soeharto sehingga dituntut, diadili dan dihukum berdasarkan UU Subversi, sekarang telah dihapuskan dengan diberikan Amnesti dan karena itu pula tidak merupakan masalah lagi. Maka oleh karena itu pula amat tidak relevan untuk mengkaitkan perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang telah diberi Amnesti tersebut dengan perkara sekarang ini.

Perlu dipahami bahwa Amnesti adalah suatu pengampunan umum yang diberikan oleh Kepala Negara kepada satu kelompok atau grup orang-orang, khusus dalam perkara-perkara politik. Berbeda dengan pengampunan biasa, Amnesti diberikan terhadap tindak pidana (crimes) yang melawan kekuasaan Negara atau pemerintah seperti perkara-perkara politik dengan pertimbangan bahwa pemaafan dianggap lebih menguntungkan masyarakat daripada penuntutan penghukuman (lihat Blacks Law's Dictionaries, 7th Edition).

Dengan diberikannya Amnesti berarti masalahnya telah selesai. Begitu pula segala perbuatan-perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir lainnya seperti perbuatannya melarikan diri ke Malaysia, upayanya untuk masuk kembali lagi ke Indonesia tanpa dokumen Imigrasi serta upaya mendapatkan KTP WNI yang baru, kesemuanya itu berhubungan atau berkaitan dengan perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang telah diberikan Amnesti, sehingga sebagai konsekuensi yuridis harus pula dianggap selesai. Apalagi jika diingat bahwa delik atau norma hukum pidana tentang Subversi untuk mana ustadz Abu Bakar Ba'asyir dihukum, sudah dihapuskan pula.

Maka menjadi pertanyaan, mengapa dan dengan maksud apa Penuntut Umum masih saja mengungkit-ungkit peristiwa tersebut? Apakah Penuntut Umum masih mimpi atau memimpikan kembalinya UU no. 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi agar dapat digunakan lagi untuk membungkam orang-orang yang dianggap berseberangan dengan Pemerintah?

Gencarnya Tekanan InternasionalDi atas sudah diuraikan bahwa perbuatan materiil yang semula dituduhkan oleh pihak Kepolisian, yaitu melakukan berbagai peledakan bom di malam Natal 2001 dan merencanakan Pembunuhan terhadap Wakil Presiden Megawati, ternyata sekarang telah diubah dengan dakwaan baru yakni melakukan Makar atau menggulingkan pemerintahan yang sah.Tentu timbul pertanyaan kenapa perlu diubah? Jawabannya hanya satu yakni karena dari hasil penyidikan tidak diperoleh bukti yang cukup untuk menuntut ustadz Abu Bakar Ba'asyir ke muka Pengadilan. Jika demikian halnya, mengapa penyidik kepolisian tidak menerbitkan saja Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dengan

dasar "tidak terdapat cukup bukti" seperti diatur dalam pasal 109 ayat (2) KUHAP.

Untuk menjawab pertanyaan ini kami perlu mengutip kembali Harian Jawa Post yang sudah disebut di atas: "Lalu, di mana letak motif politik itu? Tekanan Internasional. Ba'asyir yang dinyatakan sebagai pimpinan JI terlanjur menjadi opini dan agenda politik masyarakat Internasional bahwa yang bersangkutan terlibat aksi-aksi terorisme."

Memang benar, ada tekanan internasional. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir sudah terlanjur dianggap oleh opini publik internasional sebagai pimpinan Jamaah Islamiyah dan terlibat aksi-aksi teroris. Ini semua adalah produk dari semua berita-berita di media massa maupun elektronik yang memuat berbagai peryataan dari para pejabat pemerintah asing seperti antara lain Senior Minister Lee Kuan Yew maupun pejabat-pejabat di negara kita sendiri.

Akibatnya, ustadz Abu Bakar Ba'asyir haruslah terus ditahan bahkan dituntut ke muka pengadilan, dan jangan-jangan harus pula dihukum demi kepentingan "tekanan Internasional" tersebut. Dan untuk keperluan itulah perlu dicarikan atau dicari-cari dakwaan lain sebab tuduhan awal (peledakan bom di malam Natal 2001 dan rencana pembunuhan Wapres Megawati) sudah tidak ada buktinya. Dakwaan baru ini adalah "Makar" yaitu suatu perbuatan (delik) yang lebih luas perumusannya sehingga tidak perlu membuktikan lagi secara kongkrit dan jelas perbuatan peledakan bom dan rencana pembunuhan terhadap Wapres Megawati.

Dengan dakwaan baru Makar yang lebih luas ini maka segala sikap dan perbuatan ustadz Abu Bakar Ba'asyir dapat dirangkai-rangkaikan, bahkan juga dirangkaikan dengan perbuatan-perbuatan orang-orang lain yang sekalipun terlepas, namun dikait-kaitkan satu sama lainya seolah-olah merupakan suatu rangkaian perbuatan yang dinamakan Makar. Hal ini tidak ada bedanya seperti tradisi di jaman rezim otoriter dan represif Orde Baru era Soeharto yang mudah sekali menuduh dan mendakwa lawan-lawan politiknya dengan dakwaan Subversi.

Cara merumuskan dakwaan Subversi di zaman Orde Baru era Soeharto ini sekarang ternyata dilanjutkan oleh pihak Penuntut Umum dengan dakwaan makar terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir, dan ini tidak ubahnya seperti suatu cerita atau gambar mozaik yang indah di dinding. Dia berkeping-keping, terlepas dan berlain-lainan satu sama lainya. begitu juga warnanya berlain-lainan, namun bila ditempel-tempel dan dikaitkan satu sama lainnya sesuai dengan skenario atau khayalan (imajinasi) si Pelukis, maka hasilnya adalah suatu gambar mozaik yang indah. Begitulah dakwaan terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Sikap dan tindakannya dahulu sejak 1993 sampai dengan 2001, berarti tidak kurang dari delapan 8 (delapan) tahun lamanya, didakwa mendirikan Jamaah Islamiah lalu dikait-kaitkan dengan larinya ustadz Abu Bakar Ba'asyir ke Malaysia pada tahun 1985 (berarti mundur 8 tahun kebelakang, sic) dan banyak lagi perbuatan- perbuatan orang lain di dalam maupun di luar negeri seperti pelatihan militer di Filipina, peledakan bom di Batam, peledakan bom di malam Natal 2001, Rencana pembunuhan Wapres Megawati, yang dinamakan makar untuk

menggulingkan pemerintah yang sah.

Cara merumuskan dakwaan yang merangkai-rangkaikan berbagai perbuatan dengan orang-orang yang berbeda-beda menjadi satu dakwaan indah bagaikan gambar mozaik itu, yang dahulu menjadi tradisi di zaman Orde Baru era Soeharto dan sekarang ternyata masih dilanjutkan oleh pihak Penuntut Umum, menunjukan kepada kita semua bahwa mentalitas dan paradigma berfikir rezim Orde Baru era Soeharto masih melekat pada pihak Penyidik maupun Penuntut Umum di Negara kita. Bagi mereka yang penting rupanya bukanlah mencari dan menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan hukum sesuai aspirasi kemerdekaan bangsa yang menginginkan tegaknya Negara hukum yang demokratis, melainkan menghukum dan mengeliminir lawan-lawan politik atau siapa saja yang dianggap "berbahaya" tidak terkecuali ustadz Abu Bakar Ba'asyir, demi pesan sponsor dari atas.

Betapa perkara ini memang amat sangat dipaksakan untuk disidangkan karena tekanan Internasional. Sulit dihilangkan kesan bahwa Penuntut Umum berusaha mengalihkan beban berat yang ada di pundaknya kepada Majelis Hakim. Pertanyaan yang senantiasa menggoda: Haruskah kita senantiasa tunduk pada tekanan Internasional dan mengorbankan kedaulatan Negara kita, mengorbankan pula kedaulatan Hukum dan peradilan kita? Haruskah kita selalu menutup mata dan hati nurani kita terhadap tuntutan rasa keadilan yang hidup di masyarakat?

Bab 3

Jamaah Negara Islam Indonesia

Di antara kegiatan mingguan selama di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda Pakistan

adalah menghadiri Majelis pengajian yang diadakan oleh orang-orang Indonesia. Semua orang Indonesia di Akademi Militer itu harus mengikuti kegiatan ini dan tidak ada yang terkecuali. Acara dilaksanakan pada hari Jumaat setelah solat Asar di masjid Akademi Militer Mujahidin Afghanistan yang dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran pilihan yang kemudian diterjemahkan, lalu wejangan (nasihat) dan siraman rohani diberikan oleh mas’ul (panggilan untuk pimpinan) atau orang yang ditunjuk oleh mas’ul. Saya baru mengerti bahwa orang-orang Indonesia ini adalah kelompok yang bernama Jamaah Negara Islam Indonesia atau lebih dikenal dengan panggilan Jamaah NII dan terkadang disebut juga dengan nama Jamaah DI (Darul Islam).

Pada setiap kesempatan di Majelis pengajian itu sering diingatkan kepada setiap orang yang telah menjadi anggota Jamaah harus selalu bersikap As-Sam'u wat Tho'ah (mendengar dan taat) kepada pimpinan Jamaah, merujuk kepada baiat yang telah diucapkan atau telah dilakukan. Dan setiap orang yang telah menjadi anggota jamaah biasanya dipanggil dengan panggilan A.khi (saudaraku) atau Ikhwan (saudara).

Saya jadi teringat ketika berjabat tangan dengan Ust. Abdul Halim dan menyatakan untuk sedia mendengar dan taat, baik dalam waktu susah maupun senang, yang ternyata pada waktu itu saya telah sah sebagai anggota Jamaah NII. Peristiwa itu terjadi sewaktu akan berangkat ke Afghanistan, (Baca Bab: Perjalanan ke Afghanistan) padahal saya tidak pernah tau dan tidak pernah dijelaskan tentang Jamaah ini dan untuk tujuan apa jamaah ini dibentuk. Mau tidak mau walaupun belum pernah berniat, saya adalah salah seorang yang sudah sah sebagai anggota Jamaah NII yang harus melaksanakan kewajiban untuk mendengar dan mentaati semua program yang telah diatur dan disusun untuk saya dan teman-teman di Pakistan dan Afghanistan.

Saya difahamkan sekiranya tidak setia dengan baiat maka akan berdosa dan telah berkhianat kepada Jamaah NII. Ternyata semua orang Indonesia dan Malaysia (orang-orang Malaysia yang diberangkatkan setelah saya) yang mengikuti pendidikan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan itu adalah anggota NII yang telah dibaiat. Saya tidak mengerti mengapa kelompok yang menisbahkan kelompok mereka dengan Indonesia merekrut orang-orang selain warga Indonesia seperti warga Malaysia? Yang pantas untuk menjawab pertanyaan ini adalah orang Indonesia sendiri yang datang ke Malaysia secara ilegal pada awal tahun 1985 seperti Ust. Abu Bakar Baasyir, Hilmy Bakar Almascaty, Ust. Abu Jibril, Ust. Solihin, dan lain-lain yang bersama mereka yang melaksanakan dakwah NII di Malaysia. Tetapi apa yang pernah saya difahamkan bahwa mereka meyakini bahwa Islam tidak terbatas kepada status kewarganegaraan. Perekrutan tetap dilaksanakan terhadap siapa saja tanpa merubah misi untuk berjuang di Indonesia. Dan mereka mengkonsentrasikan kegiatan yang mengarah untuk Indonesia. Begitulah yang selalu dilaung-laungkan bahwa Negara Islam Indonesia (NII) harus dimerdekakan lebih duluan pada setiap tausiyah di setiap hari Jumat di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan.

Tidak ada kelompok lain dari orang Indonesia atau Malaysia yang mengikuti pendidikan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan itu (Harbiy Pohantun). Saya tidak tahu mengapa, sepertinya sudah ada kesepakatan antara Jamaah NII dengan Tanzim Ittihad-e-Islamiy Afghanistan untuk membatasi para calon siswa Akademi Militer itu yang hanya dari kelompok Jamaah NII dari faksi Ust. Abdul Halim saja. Orang-orang Indonesia yang datang ke Afghanistan yang bukan melalui jalur Ust. Abdul Halim (baik ketika masih NII atau Al-Jamaah Al-Islamiyah) akan mengikuti latihan kemiliteran di bawah kamp-kamp latihan milik orang Arab di Afghanistan dan berperang bersama-sama orang Arab di medan pertempuran di Afghanistan.

Saya yakin bahwa semua orang Indonesia dan Malaysia yang mengikuti pendidikan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan adalah anggota Jamaah NII sebab semuanya ikut hadir dalam acara Majelis pengajian yang diadakan pada setiap hari Jumat selepas solat Asar yang memang khusus untuk anggota Jamaah NII yang pernah dibaiat sebelum berangkat ke Afghanistan.

Seminggu sekali pada kesempatan waktu pengajian hari Jumaat itu, sejarah Negara Islam Indonesia (NII, DI/TII) diceritakan secara seperingkat-seperingkat sampailah saya tahu perjalanan sejarah perjuangan NII di Indonesia. Dan kemudian saya juga memahami akan tujuan NII yang ingin mengembalikan kegemilangan Kartosuwiryo memproklamirkan Negara Islam Indonesia di sebuah wilayah Jawa Barat pada 7 Agustus 1949. Begitulah yang pernah dijelaskan kepada saya pada waktu itu sehingga Negara Islam yang telah diproklamir oleh Kartosuwiryo itu diserang oleh pemerintah Sukarno yang kemudian mengeksekusi Kartosuwiryo dan dikuburkan di tempat yang tidak diketahui rimbanya.

Negara Islam Indonesia yang dianggap sah itu, diyakini telah dijajah oleh pemerintahan Sukarno (Presiden RI pertama), oleh karena itu adalah menjadi kewajiban bagi anggota Jamaah NII untuk memerdekakan tanah yang diyakini pernah diterapkan Hukum Allah yaitu Syariat Islam. Karena saya adalah warga Malaysia, maka saya harus membantu untuk melaksanakan tujuan itu walaupun saya bukan warga Indonesia, sebab saya difahamkan bahwa Islam tidak mengenal status warganegara dan batas negara. Begitulah alasan anggota NII yang telah merekrut umat Islam yang bukan berwarganegara Indonesia.

Seringkali diingatkan kepada anggota Jamaah NII untuk tetap menjaga diri dan siap berjuang di Indonesia. Alasan mengapa tidak mempunyai rencana pelaksanaan Jihad berjuang di Malaysia pada waktu itu, adalah karena Indonesia lebih banyak anggota, lebih dulu memulai perjuangan Islam dan lebih utama dimerdekakan, demikian juga disebabkan sejarah Negara Islam pernah tercatat di Indonesia.

Pada awalnya saya tidak begitu tertarik dengan apa yang diperjuangkan oleh orang-orang Indonesia ini sebab saya adalah warga Malaysia. Sedangkan apa yang saya inginkan sudah tercapai, berjihad di bumi Afghanistan dan membantu umat Islam. Saya tidak pernah berniat untuk pergi ke Indonesia, malah ingin tinggal di Afghanistan lebih lama untuk berkhidmat dan membantu umat Islam Afghanistan,

berkenaan dengan keinginan mati Syahid, hanya Allah SWT saja yang dapat menentukan. Dan jika berpeluang untuk berkeluarga maka saya akan mencari pasangan dari gadis Afghan, pada waktu itu. Tetapi oleh karena semua anggota berada di bawah pengaturan sebuah Jamaah yaitu Jamaah NII maka saya tidak boleh berbuat sesuka hati, segala hal yang ingin diperbuat haruslah atas pengetahuan dan izin dari mas’ul setempat.

Sebagai tanda kesetiaan kepada ucapan baiat maka harus mentaati pimpinan Jamaah NII di mana pun saya berada. Semakin lama bersama dengan orang-orang NII membuat saya menjadi simpati dengan perjuangan Jamaah NII di Indonesia tetapi rasa simpati tersebut sebatas ingin mendidik dan melatih anggota Jamaah NII yang berada di Akademi Milker Mujahidin Afghanistan pada waktu itu. Saya difahamkan bahwa Jamaah NII sudah pernah memiliki panduan kenegaraan yang pernah diterapkan semasa pemerintahan. Pada sekitar tahun 1992, Ust. Abdus Somad pernah datang bersama Pak Harits ke Kamp Towrkham (NII) memberi penjelasan tentang NII dan memberikan penjelasan tentang buku panduan kenegaraan NII yaitu yang berjudul 'Pedoman Dharma Bhakti' dan 'Qanun Asasi'. Beliau menjelaskan bahwa Indonesia adalah tempat pertama yang harus dimerdekakan dan diperjuangkan, bukan negara Malaysia atau Singapura.

Tetapi kemudian pada suatu waktu di Towrkham Afghanistan, sekitar bulan January 1993, saya dipanggil oleh Zulkarnain ke Peshawar, yang kemudian saya di beritahukan tentang Ust. Abdul Halim dan Ust. Abdus Somad yang memisahkan diri mereka dari Jamaah NII. Sehingga saya diberi peluang untuk memilih salah satu pemimpin sebagai pimpinan yang diikuti yaitu Ust. Abdul Halim atau Ajengan Masduki. Dengan penjelasan bahwa seandainya saya memilih Ust. Abdul Halim maka saya masih berpeluang untuk tetap tinggal di Afghanistan tetapi seandainya saya memilih Ajengan Masduki, maka akan diuruskan pemulangan saya ke Malaysia secepatnya. Menurut Zulkarnain, semua teman-teman akan ditanya dan ditawarkan dengan hal yang sama. Supaya pendirian sikap seorang tidak dipengaruhi oleh yang lain maka Zulkarnain hanya melakukan penjelasan dan penawaran itu secara berempat mata saja, demikianlah praktek yang selalu dilakukan oleh para pemimpin Jamaah NII dan juga oleh Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dan beliau mengingatkan untuk tidak memberitahu siapapun dari teman-teman tentang keputusan dan pilihan yang telah dibuat.

Oleh karena saya masih ingin berada di Afghanistan dan saya tidak begitu cenderung bertanya lebih dalam tentang konflik yang terjadi di peringkat pimpinan atasan, maka saya memilih Ust. Abdul Halim sebagai pimpinan saya, yang memang juga saya sudah lama mengenali beliau. Selanjutnya saya diminta untuk berbaiat terhadap pemimpin saya yang baru yaitu kepada Ust. Abdul Halim yang diwakili oleh Zulkarnain, maka dengan demikian saya sudah bukan lagi anggota Jamaah NII. Dalam arti kata lain bahwa saya sudah menjadi anggota sebuah jamaah baru di bawah pimpinan Ust. Abdul Halim. Sekali lagi peristiwa berbaiat yang saya lakukan dengan tujuan agar dapat tinggal lebih lama di Afghanistan, niatan ini tidak pernah saya ungkapkan. Kurang lebih sama dengan baiat yang saya setujui laksanakan ketika pemberangkatan ke Afghanistan tahun 1987.

Sejak itu, awal tahun 1993 orang-orang Indonesia yang berada di kamp latihan Towrkham, baik yang mengikuti program Akademi Militer ataupun kursus singkat hanyalah terdiri dari orang-orang yang memilih Ust. Abdul Halim selaku pimpinan mereka yang baru di bawah organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah, baik siswanya maupun para instrukturnya.

Al-Jama'ah Al-Islamiyah 

4.01

Al Jamaah Al Islamiyah 4.02

PUPJI

4.03

Amir dan Majelis-Majelis Pembantu Amir

4.04

Mekanisme Kerja Al-Jamaah Al-Islamiyah

4.05

Mempersiapkan Kekuatan Personal

   

 AL-JAMAAH AL-ISLAMIYAH dibentuk pada sekitar Januari 1993, ketika itu saya sedang bertugas sebagai salah seorang instruktur kemiliteran di kamp latihan milik jamaah NII dari jalur Ust. Abdul Halim di Towrkham Afghanistan. Setelah jamaah NII infishol (berpecah) maka saya melanjutkan profesi saya di bawah kepimpinan jamaah yang baru yaitu Al-Jamaah Al-Islamiyah, dan bertugas melatih di tempat yang sama di Towrkham yang sudah berpindah milik menjadi kamp latihan milik Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Setelah kembali ke Malaysia pada akhir tahun 1993 atau awal tahun 1994, tiada tugas yang dibebankan kepada saya, hanya sesekali diminta untuk memberi tausiyah (nasehat) kepada anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Johor Bahru Malaysia.

Pada sekitar bulan September atau Oktober 1994, saya ditugaskan untuk berangkat ke Mindanao Filipina Selatan bersama 4 orang anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain. Pemberian tugas itu hanya disampaikan oleh Ust. Mustaqim secara lisan sebagai pesan dari Ust. Zulkarnain kepada saya. Ust. Mustaqim menyampaikan amanat itu adalah dengan cara memanggil saya sendirian ke rumahnya di sekitar Madrasah Luqmanul Hakim tanpa disaksikan oleh orang lain, menurut Ust. Mustaqim bahwa perintah ini juga dari Ust. Abdul Halim. Tujuan berangkat ke Filipina Selatan itu adalah untuk melatih kemiliteran anggota-anggota Pejuang Bangsa Moro yang berlokasi di tengah-tengah pulau Mindanao Filipina Selatan.

Dari awal pelaksanaan tugas melatih Pejuang Bangsa Moro sampai kamp latihan kemiliteran, kamp Hudaybiyah, dapat dibuka pada sekitar bulan Desember 1994. Sejak itu saya bertugas selaku ketua kamp Hudaybiyah dan instruktur kemiliteran di kamp Hudaybiyah itu hingga sekitar akhir tahun 1996. (detilnya akan dijelaskan pada bab Perjalanan ke Mindanao)

Pada awal tahun 1997, setelah kembali dari Mindanao Filipina Selatan, saya bertugas mengajar bahasa arab di Madrasah Luqmanul Hakim di Johor Bahru Malaysia. Posisi saya di dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah selaku anggota staf di Wakalah Usman Bin Affan (disebut juga Wakalah Johor) yang dipimpin oleh Mukhlas alias Ali Ghufron. Wakalah itu adalah salah satu Wakalah di Mantiqi I dibawah pimpinan Hambali yaitu yang meliputi Semenanjung Malaysia dan Singapura. Awalnya Mukhlas mengatakan bahwa dia perlukan seseorang untuk menduduki posisi sebagai Ketua Kirdas (pleton) yang membawahi 3 Fiah (regu), yang sebelum ini belum pernah dijabat oleh siapapun. Oleh karena beliau mengetahui pengalaman saya, maka beliau mengharapkan saya mampu membentuk satu sistem dalam sebuah Kirdas.

Pelantikan dilakukan di rumah Mukhlas yang terletak di sekitar Madrasah Lukmanul Hakim Johor Bahru, yang kemudian ketika dalam suatu rapat wakalah saya diundang untuk diperkenalkan kepada anggota stafnya yang lain. Pada waktu itu (1997) Noordin M.Top adalah salah satu Ketua Fiah di wakalah itu dan Azahari adalah anggota fiah-nya. Noordin M.Top membawahi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang berada di sekitar Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Johor Bahru. Fiah Noordin M.Top ketika itu dibawah Kirdas saya. Ketika itu Noordin M.Top adalah salah seorang mahasiswa di UTM sedangkan Azahari adalah dosen di UTM.

Di Madrasah Lukmanul Hakim ini, masih sekitar tahun 1997, saya kenal Ismail Datam yang duduk di Muallimin 1 madrasah tersebut. Ismail Datam kemudian saya ketahui mengaku terlibat bom Hotel JW Marriott di Jakarta pada 5 Agustus 2003 bersama Tohir yang juga pernah mengajar di Madrasah Lukmanul Hakim sekitar tahun 2000/2001.

Sekitar bulan Agustus 1997, saya dilantik sebagai Ketua Wakalah dibawah Mantiqi III. Pelantikan

saya ditunjuk oleh Mustapha yang datang ke Madrasah Lukmanul Hakim untuk menemui saya. Kami duduk berdua di masjid di Madrasah Lukmanul Hakim, beliau memberitahu saya bahwa beliau telah diangkat selaku Ketua Mantiqi III yang meliputi Sabah Malaysia, Mindanao Filipina, Tarakan, Nunukan Indonesia dan Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Saya percaya dengan apa yang dikatakannya itu, sebab tidak pernah ada dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang berani mengaku-ngaku punya jabatan dalam jamaah.

Itulah etika yang ada pada anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu saling percaya. Beliau langsung mengatakan bahwa beliau perlu orang-orang untuk membantunya dalam melaksanakan tugas selaku Ketua Mantiqi III, yaitu diperlukan seorang ketua wakalah yang akan ditempatkan di Sabah Malaysia. Beliau mengambil keputusan memilih saya karena saya telah bernikah dengan orang Sandakan Sabah yang diperkirakan tidak akan mendapat kesulitan seandainya saya bertempat tinggal di Sandakan Sabah Malaysia dan ditambah lagi pengalaman saya yang pernah melewati Tawi-tawi Filipina Selatan untuk menyeberang ke Mindanao Filipina akan sangat membantu beliau dalam melaksanakan tugasnya.

Saya menerima tawaran beliau itu (tanpa disaksikan oleh orang lain), kemudian ia mengatakan bahwa pelantikan adalah wewenangnya setelah calon ketua wakalah itu menyetujui, karena beliau hanya tinggal menginformasikan kepada Amir Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu Ust. Abdul Halim untuk disetujui. Mustapha juga akan menginformasikan kepada Mukhlas, Ketua Wakalah Usman Bin Affan di Johor Bahru (Wakalah Johor), karena saya adalah salah satu anggota Mukhlas pada waktu itu. Sejak itu saya dianggap sah selaku Ketua Wakalah di Sabah walaupun tanpa surat pelantikan, dan Mustapha menghendaki saya segera berpindah ke Sandakan, Sabah. Pada 30 Agustus 1997 saya bersama isteri berpindah ke Sandakan, Sabah, Malaysia, dengan biaya yang diberikan oleh Mustapha.

Sekitar awal atau pertengahan tahun 1998, sebagai Ketua Wakalah Badar (di Sabah) saya ditugaskan oleh Mustapha untuk mengurus perjalanan para anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang akan berangkat berlatih kemiliteran dan berjihad di Filipina Selatan bersama para Pejuang Bangsa Moro. Segala urusan keluar masuk anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah tersebut dari Indonesia ke Filipina Selatan diatur baik secara legal ataupun secara ilegal. Sejak itu kegiatan keluar masuk anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah ke (atau dari) Filipina Selatan berjalan lancar hingga akhir tahun 2002. Perintah untuk mengurus anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah menyeberang ke Filipina Selatan adalah dari Mustapha karena beliau-lah yang mempunyai wewenang selaku Ketua Mantiqi Tsalis (III). Begitu juga setelah Mustapha menjabat sebagai Bidang Diklat di level Markaziyah, beliau juga lah yang menginstruksikan saya untuk mengurus penyeberangan. Mustapha selalu berjabatan di atas jabatan saya dalam struktural Al-Jamaah Al-Islamiyah dan saya selalu berposisi bawahannya.

Akhir tahun 1999 atau awal tahun 2000, saya ditugaskan oleh Mustapha (Ketua Mantiqi III) sebagai salah satu instruktur untuk semester ketiga dari angkatan pertama program latihan Akademi Militer Al-Jamaah Al-Islamiyah yang bertempat di kamp Hudaybiyah, dengan jangka waktu selama 6 bulan saja. Sekitar bulan Mei 2000 saya sudah kembali ke Sabah Malaysia. Perencanaan tugas bagi saya untuk bertugas sebagai salah seorang instruktur di kamp Hudaybiyah pada semester ketiga dari angkatan I Akademi Milker Al-Jamaah Al-Islamiyah telah saya ketahui di Manado pada akhir tahun 1999 dimana Mustapha menunjukkkan daftar nama para instruktur yang direncanakan untuk setiap semester bagi angkatan I Akademi Militer Al-Jamaah Al-Islamiyah yang telah dipilihnya. Nama-nama tersebut menurut Mustapha sudah disetujui oleh Amir Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu Ust. Abdul Halim. Sekali lagi saya harus percaya dengan apa yang dikatakan oleh Mustapha yang memang begitulah kebiasaan yang terjadi harus selalu percaya kepada pimpinan.

Pada sekitar akhir tahun 2000 saya diberitahu oleh Mustapha bahwa ada kemungkinan saya akan menggantikannya untuk menjabat sebagai Ketua Mantiqi III. Pergantian itu disebabkan karena beliau memegang dua tugas sebagai pimpinan yaitu pimpinan Mantiqi III dan pimpinan projek Uhud (program pembinaan teritorial di Poso) yang dibentuk pada pertengahan tahun 2000. Kesibukan beliau dalam mengurusi pengiriman anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah ke Poso membuat beliau tidak bisa memberi perhatian optimal dalam urusan Mantiqi III. Menurut beliau, saya diusulkannya ke pihak

Markaziyah dan Amir Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu Ust. Abdus Somad untuk menggantikannya menjabat Ketua Mantiqi III. Menurut Mustapha sesuai dengan ketentuan di PUPJI bahwa yang berwenang untuk melantik Ketua Mantiqi III adalah Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah maka saya harus bertemu dengan Ust. Abdus Somad yang juga dikenal dengan nama Ust.Abu Bakar Baasyir.

Sekitar bulan April 2001, saya diundang Mustapha untuk datang ke Indonesia yang menurutnya bahwa saya akan dibawa bertemu dengan Ust. Abdus Somad. Setibanya saya dan Mustapha di Solo, bertempat di Maahad 'Ali (Gading Solo), Ust. Abdus Somad sudah berada di salah satu kantor Maahad Ali. Setelah Ust. Abdus Somad selesai menghadiri acara rapat, saya dipanggil masuk menemuinya lalu diajak berbicara di kamar yang hanya saya dan Ust. Abdus Somad saja tanpa kehadiran Mustapha di kamar itu dan tanpa ada yang lain ikut menyaksikan. Ust. Abdus Somad langsung mengatakan bahwa saya sekarang menggantikan posisi Mustapha selaku Ketua Mantiqi III. Saya menerima dengan tanpa bantahan karena sepengetahuan saya sejak wafatnya Ust. Abdul Halim sekitar akhir 1999 Ust. Abdus Somad adalah Amir Jamaah yang berikutnya yaitu pimpinan paling tertinggi dalam organisasi yang saya berada di dalamnya yaitu Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dan saya juga mengetahui bahwa orang yang mempunyai wewenang untuk melantik ketua Mantiqi adalah Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah. Sementara Mustapha berjabatan sebagai Bidang Diklat di tingkat Markaziyah.

Kemudian sekitar pertengahan tahun 2003 saya berhenti dari aktif bersama Al-Jamaah Al-Islamiyah karena sebab-sebab tertentu yang timbul dari sikap dan tindakan sebahagian dari kalangan pemimpin dan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah, baik menurut hukum manusiawi maupun menurut hukum syar'ie (akan saya jelaskan pada bab Keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah), oleh sebab itulah saya tidak setuju dan tidak mau bergabung lagi di dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Berikut ini penjelasan tentang organisasi atau Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah seperti yang saya fahami dahulunya selaku anggota organisasi tersebut.

Apakah Al-Jamaah Al-Islamiyah itu?

Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah pecahan dari Jamaah Darul Islam atau dikenal dengan nama NII, yaitu kelompok yang melanjutkan perjuangan Negara Islam Indonesia. Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah sebuah Organisasi/Jamaah yang terdiri dari orang-orang Muslim yang memiliki seorang pemimpin yang disebut sebagai Amir Jamaah. Jamaah ini bukanlah Jama'atul Muslimin tetapi merupakan Jama'atun minal-Muslimin, maksud dari minal-Muslimin adalah kelompok atau organisasi ini terdiri dari sebagian orang-orang Muslim saja, yaitu bukan bermaksud umumnya semua umat Muslim di seluruh dunia. Jamaah ini atau kelompok ini di namakan dengan nama Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah sebuah JAMAAH atau ORGANISASI dengan alasan bahwa Al-Jamaah Al-Islamiyah memiliki pimpinan jamaah yang ditaati, anggota jamaah dan struktural kepimpinan (jalur komando). Dalam arti kata lain, terdapat orang yang mentaati dan orang yang ditaati, terlebih lagi apabila pemimpinnya sudah jelas yaitu seorang yang disebut sebagai Amir Jamaah.

Asal usul pemberian nama ini tidak diketahui, sementara saya mengetahuinya dari anggota senior dalam jamaah ini seperti Ust. Zulkarnain, Ust. Mukhlas, Ust. Mustapha, Hambali, Ust. Mustaqim, Ust. Afif dan banyak lagi dari pimpinan atasan saya. Dan, nama Jamaah Islamiyah singkatan dari Al-Jamaah Al-Islamiyah sudah menjadi buah mulut (pribahasa melayu) di antara sesama anggota jamaah. Menurut yang difahamkan kepada saya, bahwa jamaah ini sama seperti kelompok atau organisasi Islam yang lain yang menggunakan nama Islam atau yang identik dengan Islam. Sebagai contoh nama sebuah kelompok atau organisasi yang memberi nama dengan nama Partai Islam, tidak berarti selain anggota Partai Islam bukan Muslim. Begitu juga sebagai contoh yang lain, kelompok bernama Majelis atau Partai Mujahidin, dengan pemberian nama tersebut bukan berarti mereka adalah mujahidin dan bukan berarti selain mereka bukan mujahidin. Tetapi nama itu adalah sebagai pembeda atau sebagai

tanda untuk menunjuk wujudnya sebuah kelompok yaitu gabungan orang-orang tertentu.

Nama Jamaah Islamiyah berbeda dengan Al-Jamaah Al-Islamiyah. Berbeda karena Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah sebuah jamaah atau kelompok tertentu sementara Jamaah Islamiyah adalah umat Islam keseluruhan sebagaimana jika disebutkan perkataan 'Jamaah' di dalam hadis-hadis selain yang bermaksud jamaah salat, maka 'Jamaah' itu berarti khilafatul Muslimin atau umat Islam. Oleh sebab itu, seperti apa yang difahamkan bahwa Al-Jamaah Al-Islamiyah diberi nama dengan menggunakan kata ‘Al’ yang berarti khusus atau makrifah menurut tata bahasa Arab.

Secara lisan (sebutan) memang agak kesulitan untuk menyebut kata Al-Jamaah Al-Islamiyah secara berulang kali sehingga menjadi kebiasaan bagi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah untuk memperpendek sebutannya menjadi 'Jamaah Islamiyah' saja (kebiasaan memendekkan sebutan adalah merupakan bagian dari budaya orang Indonesia yang suka memperpendek istilah/nama). Kata Al-Jamaah Al-Islamiyah telah diperpendek secara lisan dan tulisan menjadi dua macam kata yaitu Jamaah Islamiyah dan JI. Sementara apabila kata 'JM' dan perkataan 'Tanzim' disebutkan di antara sesama kalangan anggota maka perkataan itu bukanlah singkatan kata namun adalah sebuah kode rahsia yang bermaksud Al-Jamaah Al-Islamiyah. Ini adalah dua contoh kode dari sekian banyak kode yang diperlakukan didalam Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah telah terbiasa dengan penggunaan kode (kata yg tidak beraturan) dan penggunaan istilah yang diambil dari bahasa asing seperti Parsi, Poshtun, Tagalog, Maguindanaon, Arab dan Inggeris. Sehingga istilah tersebut menjadi kegunaan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dan menjadi istilah administrasi di dalam organisasi. Memang sengaja dicari kata-kata yang tidak difahami oleh orang awam dan ada kalanya tidak difahami oleh anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain karena mereka belum pernah berlatih. Semua kegiatan ini adalah bertujuan melaksanakan prinsip Tanzim Sirri.

Pemberian nama untuk sesebuah kelompok dibenarkan di dalam Islam dan seandainya sesuatu kelompok tidak memberikan namanya sendiri maka pihak lain yang akan memberikannya nama, suka atau tidak pasti diberikan jika tidak pernah memiliki nama. Begitu juga sudah naluri alam bahawa sesuatu benda itu memiliki nama dan jika tidak ada nama atau kita tidak tahu namanya maka pasti akan kita namakan sesuatu itu. Apabila di dalam sekelompok orang, ada orang yang ditaati dan ada orang yang mentaati maka otomatis mereka adalah sebuah kelompok atau jamaah, baik mereka menamakan diri mereka atau tidak, yang jelas pasti terlihat berbentuk sekelompok orang yang bersatu.

Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah salah satu dari sekian banyak jamaah atau organisasi yang ada di dunia sekarang ini. Itulah sebabnya Al-Jamaah Al-Islamiyah mengakui akan keberadaan jamaah Islam yang lain yang memiliki Aqidah dan tujuan yang sama biarpun metode yang digunakan berbeda serta di bawah kepimpinan orang tertentu dan dengan nama yang tersendiri. Pengakuan itu tentunya sepanjang perjuangan mereka berlandaskan petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana yang difahami oleh Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Ada orang yang mengartikan Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan arti Umat Islam dan selanjutnya mengakui bahawa dirinya juga adalah Al-Jamaah Al-Islamiyah. Bagi saya silahkan saja mengakui demikian karena sah-sah saja bagi sesiapa yang ingin membuat pengakuan dengan nama tersebut, karena semua umat Islam baik individu atau organisasi adalah Jamaah Islamiyah. Mereka punya hak untuk membuat pengakuan itu tetapi belum tentu mereka adalah merupakan bagian dari kelompok Al-Jamaah Al-Islamiyah, apabila proses untuk menjadi anggota kelompok Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak dilalui dan tidak memenuhi persyaratan, maka seseorang tersebut belum dikatakan sebagai salah seorang anggota dari jamaah atau kelompok atau organisasi yang dimaksud dengan nama Al-Jamaah Al-Islamiyah, walaupun dia telah mengaku-ngaku sebagai anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Untuk mengetahui seseorang itu adalah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah apabila ada anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain yang memperkenalkannya, tanpa perlu pembuktian tertulis atau diuji, hanya dengan diperkenalkan itu sudah cukup bagi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain

untuk mempercayai anggota yang memperkenalkan itu karena etika saling mempercayai antara sesama sangat kuat. Biasanya dalam memperkenalkan itu bahasa yang digunakan adalah "ini ikhwan kita" atau "mereka ikhwan-ikhwan kita". Dan juga apabila orang tersebut mengikuti kegiatan yang khusus untuk kalangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah seperti Majelis-Majelis pengajian untuk kalangan anggota, rapat, kegiatan latihan fisik indoor atau outdoor, rekreasi, perkemahan dan tempat-tempat latihan kemiliteran yang hanya disediakan untuk kalangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Sebenarnya tidak semua umat Islam diperlukan menjadi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah, oleh karena itu tidak semua orang Islam ditawarkan untuk menjadi anggota meskipun orang Islam tersebut adalah seorang ustaz, kiyai, pendakwah dan ulama Islam. Tetapi bukan berarti jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak memerlukan para ustaz, kiyai, pendakwah dan ulama Islam sebagai anggota namun keterlibatan mereka akan diseleksi dan dipertimbangkan sesuai penempatan fungsi mereka untuk gerakan dakwah Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Maka jika ada orang yang merasa tidak pernah ditawarkan untuk terlibat menjadi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah bukan berarti orang tersebut tidak diperlukan atau tidak diajak untuk beramal saleh. Namun, orang tersebut jika telah akrab dan dekat dengan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah maka dengan tanpa disadarinya dia telah masuk ke dalam lingkungan gerakan dakwah Islam Al-Jamaah Al-Islamiyah, yang berkedudukan sebagai suporter atau simpatisan bagi organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Secara bahasa kasarnya bahwa mereka telah 'dimanfaatkan' atau 'difungsikan' untuk tujuan dakwah Islam Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak pernah menjanjikan orang Islam yang telah menjadi anggota akan masuk syurga. Masuk atau tidaknya seseorang ke dalam syurga adalah tergantung dari amal pribadinya yang baik dan saleh yang dilaksanakan sepanjang hidupnya dan diterima oleh Allah SWT, biarpun orang tersebut bukan dari kalangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dan, anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah juga dapat masuk ke Neraka Jahanam jika mereka melakukan dosa dan melanggar larangan Allah SWT. Tetapi apa yang menyedihkan adalah ada sebagian anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang telah menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW untuk mendorong seseorang untuk siap mengorbankan dirinya menjadi pelaksana bom bunuh diri di tengah kerumunan orang awam dengan alasan mati syahid dan masuk syurga.

Sebagian dari umat Islam yang telah menjadi anggora Al-Jamaah Al-Islamiyah setelah melalui proses pembinaan dan tarbiyah, diharapkan mampu menjadi tulang punggung untuk menyebarkan dakwah Islam dan melaksanakan misi Islam yaitu tertegaknya Syariat Islam. Sementara kebanyakan umat Islam yang lain atau masyarakat awam (non-Muslim) akan di kategorikan dan dikondisikan menjadi umat pendukung (supporter), umat simpatisan (simpatizer) dan umat netral (tidak mengganggu atau memusuhi dan tidak berpihak kepada pihak lawan). Sehingga masyarakat awam yang terdiri atas umat Islam dan umat non-Muslim dapat berpotensi melancarkan urusan terlaksananya misi Islam yaitu tertegaknya Syariat Islam yang selanjutnya otomatis menjadi Negara Islam.

Menentukan persyaratan keanggotaan untuk menjadi anggota adalah hal yang wajar bagi sesebuah institusi atau organisasi. Organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah menetapkan persyaratan itu adalah untuk mendapatkan personal yang sudah terseleksi sesuai dengan sifat organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Persyaratan-persyaratan itu sebagai berikut:

1. Harus beragama Islam, karena organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah organisasi Islam. 2. Harus memahami ajaran Allah dan Rasul-Nya tentang perlunya berjamaah.

3. Sebelum ditawarkan untuk iltizam (bergabung kedalam jamaah), umat Islam diberikan program tholabul 'ilmi (menuntut ilmu pengetahuan) berupa pengajian-pengajian dan kursus-kursus agama selama kurang lebih satu setengah tahun hingga dua tahun, supaya orang-orang yang ikut bersama organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah dalam keadaan sadar dan faham berdasarkan pengetahuan yang ada menurut Al-Quran dan As-Sunnah, harus menerima Ushulul Manhaj Al-Harakiy Li-Iqomatiddin, karena itu adalah prinsip gerakan Al-Jamaah Al-Islamiyah. (akan dijelaskan di bawah), bermubaya’ah atau berbai’at dengan Amir Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah, adalah sebagai sebuah pernyataan ikatan setia untuk beramal solih sesuai syariat Islam. Bai'at (disebut juga Bai'ah) yang diucapkan adalah Bai'at Amal bukan yang dimaksudkan bai'at janji setia kepada Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah dan bukan pula seperti bai'at kepada Khilafah. Baiat ini dapat dilakukan secara langsung dengan berjabat tangan

kepada Amir Jamaah ataupun secara tidak langsung kepada Amir Jamaah (yaitu dengan cara Amir Jamaah mewakilkan pengangkatan baiat itu kepada orang yang ditunjuknya).

4. Harus aqil baligh. Organisasi ini diperuntukkan kepada orang dewasa saja sebab anak-anak belum layak untuk bergiat atau beraktivitas di dalam organisasi.

5. Dan, akhirnya harus melewati tahapan Tamhish (penseleksian) supaya terseleksi dan diyakini bahawa seseorang itu masuk ke dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah secara sadar serta bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan Islam dan supaya dapat dipastikan bahwa ianya bukan bagian dari penyusupan musuh.

Tholabul 'ilmi (menuntut ilmu) yang dimaksud adalah program pendidikan kepada masyarakat baik Muslim maupun non-Muslim yang dilaksanakan secara bertahap. Tahapan-tahapan pendidikan tersebut adalah sbb:

Pertama: Tahapan Tabligh. yaitu pendidikan yang diberikan ini bersifat kepada masyarakat umum tanpa batas jumlah dan tempat seperti sekolah, pesantren, universitas, masjid, tabligh akbar dan media cetak/elektronik.

Kedua: Tahapan Taklim. yaitu pemberian materi pendidikan dalam bentuk kursus-kursus yang terbatas jumlah partisipan. Seperti kursus bahasa Arab, Haji dan Umrah dan lain-lain.

Ketiga: Tahapan Tamrin. partisipan terdiri dari orang-orang tertentu yang ditawarkan untuk mengikuti pengajian tertutup yang terdiri dari kenalan-kenalan yang pernah mengikuti program-program pada tahapan Tabligh dan Taklim. Pada tahapan ini para partisipan mula diberikan materi (subjek) islamiy secara berurut yaitu Usuluts Tsalasah, Aqidah, Islam, Iman, Akhlak, Ibadah dan Sirah Nabi.

Keempat: Tahapan Tamhish. yaitu tahapan lanjutan dari Tahapan Tamrin. Partisipan yang masih tersisa dan tetap istiqomah (setia) mengikuti pengajian di Tahapan Tamrin akan diberikan materi lanjutan yaitu Hijrah, Jihad, Jama'ah, Imamah dan Bai'ah. Sekaligus pada tahapan ini disampaikan juga materi 10 prinsip Ushulul Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid Dien, yaitu prinsip gerakan Al-Jamaah Al-Islamiyah. Pada tahapan ini ada orang yang ditugaskan untuk mempelajari latar belakang partisipan agar partisipan tersebut benar-benar ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Partisipan yang telah dinilai lulus pada Tahapan Tamhish akan diberi tawaran untuk bergabung di dalam jamaah (komunitas) tanpa menyebutkan nama jamaah yang akan dia bergabung. Orang yang akan menilai seseorang itu lulus untuk diberikan tawaran iltizam (bergabung) adalah pembinanya yaitu ustaz dalam sebuah pengajian dan biasanya orang-orang yang telah melewati tahapan-tahapan seperti yang di atas akan menerima tawaran tersebut. Maka mereka akan menjalankan praktikal berbai'at untuk bergabung sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan di dalam aturan Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Orang yang berwenang menerima pengangkatan bai'at adalah Amir Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah, dan boleh juga Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah mewakilkan kepada orang lain untuk menerima baiat seseorang. Dan lafaz bai'at yang menjadi akad ijab qabul yang diucapkan sebagai persyaratan keanggotaan adalah seperti berikut (sambil berjabat tangan): 

 Amir Jamaah (atau orang yang diwakilkan menerima baiat) akan menyebutkan: “Wajib keatas Anda untuk memenuhi janji Allah dan Mitsaq-Nya, yaitu hendaklah Anda berwala' kepada orang yang

berwala' kepada Allah dan Rasul-Nya, dan hendaklah anda memusuhi orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, dan hendaklah Anda saling bantu-membantu di atas kebenaran dan ketakwaan, dan janganlah Anda saling bantu-membantu dalam (urusan) dosa dan permusuhan. Dan apabila kebenaran ada bersamaku (Amir Jamaah) maka hendaklah Anda membantu kebenaran itu dan sekiranya aku di atas kebatilan maka janganlah Anda membantu kebatilan itu.”

   

  Lalu orang yang berbai'at mengucapkan, “Aku menerima bai'at ini semampuku.”

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang telah diakui sebagai anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah sebagai berikut:

1. Mendengar dan taat kepada Amir menurut kemampuannya dalam hal-hal yang tidak maksiat. 2. Mentaati peraturan Jamaah.

3. Meminta izin kepada Amir dan/atau Mas'ulnya masing-masing bagi yang bertugas dalam urusan jamaah apabila ada uzur.

4. Tidak melakukan sesuatu yang mengakibatkan madharat kepada jamaah.

5. Membantu Amir bila benar dan meluruskannya bila berbuat salah.

6. Membela Amir dan melindungi Amir.

7. Saling membela dan melindungi anggota yang lain.

Keanggotaan dan aktivitas organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak terbatas di sebuah negara saja, tetapi Jamaah ini bersifat 'alamiy, maksud 'alamiy adalah internasional, yaitu keanggotaan, pergerakan dan aktivitas organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah bisa dilaksanakan di mana-mana, di dalam dan di luar negeri yang tidak ditentukan. Sebagaimana di dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah terdapat 4 Mantiqiy, yaitu 4 wilayah gerakan dakwah tanpa dibatasi wilayah rasmi sesebuah negara. (Fungsi Mantiqi akan dijelaskan pada keterangan tentang PUPJI).

Pada Al-Jamaah Al-Islamiyah terdapat 10 prinsip Islam (Ushulul Manhaj Al-Harakiy Li-Iqomatiddin) yang harus menjadi pegangan anggota Al-Jama'ah Al-Islamiyah dalam hidupnya dan mengajak umat Islam yang lain untuk memiliki pegangan yang sama. (akan dijelaskan pada keterangan tentang PUPJI).

Untuk mencapai sasaran terbentuknya sebuah Negara Islam atau Daulah Islam yang menjadi tujuan akhir, maka Al-Jamaah Al-Islamiyah menentukan cara dan langkah yang harus ditempuh yaitu:

1. Dakwah Islam (seruan dan ajakan). 2. Tarbiyah (pendidikan).

3. Amar ma'aruf dan Nahi 'anil Munkar (teguran dan perbaikan).

4. Hijrah (berpindah untuk menyelamatkan Iman dan Aqidah ke suatu tempat atau wilayah yang aman), dan jihad fi Sabilillah (mempertahankan dengan kekuatan akan kedaulatan wilayah

Negara Islam yang sudah dibentuk).

Langkah-langkah yang disebutkan ini adalah berlandaskan tuntunan Rasulullah SAW dan perintah Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Quran. Dan apa yang saya mengerti tentang tujuan Al-Jamaah Al-Islamiyah dari Jihad fie Sabilillah dengan penggunaan kekuatan bukan berarti digunakan untuk membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan aksi-aksi kekerasan seperti pengeboman di tempat awam (publik) dan pembunuhan tanpa hak. Tetapi pengetahuan dan kemahiran tersebut adalah untuk membela Agama (Islam), Umat Islam, Umat manusia dan Negara.

PUPJI

Jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah memiliki sebuah buku panduan organisasi yang bernama Pedoman Umum Perjuangan Al-Jamaah Al-Islamiyah atau sebutan pendeknya adalah PUPJI. Buku PUPJI tidak pernah dicetak, tetapi buku PUPJI disusun dari hasil ketikan yang kemudian diperbanyak dengan cara di-photocopy.

Salinan atau photocopy buku PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Al-Jamaah Al-Islamiyah) itu bukanlah buku bacaan biasa yang bisa didapatkan di toko-toko, dan buku PUPJI itu juga bukanlah buku pedoman ritual, PUPJI adalah buku pedoman yang disusun secara umum dalam rangka ‘memberikan gambaran sistematik gerak langkah jamaah yang terpadu antara nilai prinsipil (Islam) dan langkah-langkah kegiatan yang cermat, terarah dan teratur’ (kutipan dari PUPJI) yang diperuntukkan bagi organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Buku PUPJI adalah buku pegangan bagi para pengurus organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah, seperti: Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah, Pelaksana harian Amir, (orang yang punya wewenang seperti Amir Jamaah), Anggota Markaziy (Majelis Qiyadah Markaziyah) atau Badan Pekerja Amir, Pimpinan Mantiqiy dan anggota stafnya (Majelis Qiyadah Mantiqiyah), dan pimpinan Wakalah serta anggota stafnya (Majelis Qiyadah Wakalah).

Segala langkah pergerakan dalam organisasi di setiap tingkat pengurus harus disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam PUPJI, dengan harapan supaya prinsip dasar pentadbiran jamaah/organisasi menjadi seragam dan wujud ketertiban yang sempurna. Disamping itu pelaksanaan PUPJI disesuaikan menurut keadaan setempat dan kebijakan pimpinan setempat karena PUPJI adalah pedoman yang bersifat garis besar sehingga kesempatan inisiatif diberikan kepada pengurus di lapangan.

Dan PUPJI berlaku untuk seluruh jajaran pengurus di dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah. Namun pengetahuan tentang PUPJI ini hanya terbatas di tingkat pimpinan atasan saja, sementara anggota yang lain dituntun dan diberi pengarahan tanpa mengetahui bahwa tuntunan dan pengarahan itu bersumber dari buku pedoman gerakan dakwah Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu PUPJI, malah tidak pernah mengetahui PUPJI. Begitu juga tidak semua anggota organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah pernah melihat akan bentuk wujud buku PUPJI ini namun ada juga yang pernah mengetahuinya atau pernah mendengarnya tetapi tidak pernah melihatnya sama sekali.

Asas, Sasaran dan Jalan Perjuangan yang ditentukan di dalam PUPJI untuk Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah dan sejarah Islam sejak kenabian Nabi Muhammad SAW, dan dapat dirujuk pada sumber yang berasal dari buku-buku rujukan.

Isi kandungan atau judul yang ada di dalam buku PUPJI adalah sebagai berikut:

  Muqoddimah (pembukaan)Dalam pembukaan kata buku PUPJI, dijelaskan secara ringkas bahwa ada 3 poin mendasar yang menjadi ketentuan pokok hidup umat Islam dan juga menjadi

dorongan kepada organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah untuk menyusun buku PUPJI yaitu;

Hidup adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

Keberadaan manusia di muka bumi ini adalah untuk melaksanakan syariat Allah SWT.

Hidup di dunia adalah ujian kepada manusia, yang menjadi ajang penseleksian hamba Allah yang paling baik amalannya.

Mengingat kepada misi diutusnya para nabi ke muka bumi adalah untuk menegakkan agama Islam.

   

 Ushulul Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid DienArtinya adalah pokok-pokok pedoman/metode berharokah untuk menegakkan Agama. Di dalam Ushulul Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid Dien terdapat 10 prinsip yang harus menjadi pegangan anggota Al-Jama'ah Al-Islamiyah dalam hidupnya. Prinsip-prinsip itu harus menjadi landasan dalam setiap kali sebuah konsep dan manhaj akan dilahirkan.

Prinsip Pertama:Tujuan kita hanyalah untuk mencari keredhaan Allah SWT dengan cara yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Prinsip Kedua:Aqidah kita adalah Aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah 'ala Minhajis Salafis Solih.

Prinsip Ketiga:Pemahaman kita tentang Islam adalah Syumul, mengikuti pemahaman As-Salafis Solih.

Prinsip Keempat:Sasaran perjuangan kita adalah memperhambakan manusia kepada Allah saja dengan menegakkan kembali Khilafah di Muka Bumi.

Prinsip Kelima:Jalan kita adalah Iman, Hijrah dan Jihad Fie-Sabilillah.

Prinsip Keenam:Bekal kita adalah :Ilmu dan Takwa.Yakin dan Tawakkal.Syukur dan Sabar.Hidup Zuhud dan mengutamakan Akhirat,Cinta Jihad Fie-Sabilillah dan Cinta Mati Syahid.

Prinsip Ketujuh:Wala' kita kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan Orang-orang yang beriman.

Prinsip Kedelapan:Musuh kita adalah Syaitan Jin dan Syaitan Manusia.

Prinsip Kesembilan:Ikatan Jama'ah kita berdasarkan atas kesamaan Tujuan, Aqidah dan Pemahaman terhadap Ad-Dien (agama).

Prinsip Kesepuluh:Pengamalan Islam kita adalah secara murni dan kaffah, dengan sistem Jama'ah, kemudian Daulah, kemudian Khilafah.

Yang dimaksud dengan sesuai pemahaman ‘ala Minhajin Salafis Solih adalah bahawa pemahaman Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan penjelasan para ulama Islam yang berada di dalam kurun waktu 300 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, sebab menurut sebuah hadis bahawa umat Islam yang terbaik adalah umat Islam yang berada di dalam kurun waktu 3 kurun sejak zaman kenabian dan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Al-Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid DienArtinya adalah Pedoman/Metode berharokah untuk menegakkan Agama. Dalam Al-Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid Dien menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan menegakkan Agama secara bertahap dalam bentuk garis besar. Tahapan-tahapan itu disusun berdasarkan dari Ushulul Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid Dien.

Maksud dari menegakkan Agama adalah melaksanakan Syariat Islam. Maka organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah menyusun tahapan-tahapan gerakan organisasi secara garis besar yang bertujuan menjadi wacana yang mengarah kepada pembentukan sebuah Negara Islam atau Daulah Islam bermula dengan melaksanakan Syariat Islam. Dengan terbentuknya susunan tahapan-tahapan operasional akan berguna untuk menjadi patokan selangkah demi selangkah dalam perjuangan menegakkan Syariat Islam dan Daulah Islam. Tahapan-tahapan secara garis besar di dalam Al-Manhaj Al-Harokiy Li-Iqomatid Dien terbagi tiga:

Persiapan untuk Menegakkan DaulahAda tiga hal yang harus dilaksanakan di dalam tahapan ini yaitu Takwinul Jama'ah (pembentukan Jamaah), Takwinul Quwwah (pembentukan kekuatan) dan Istikhdamul Quwwah (penggunaan kekuatan). Pembentukan Jamaah diarahkan kepada perekrutan pimpinan dan tulang punggung Jamaah yang akan melanjutkan perjuangan. Pembinaan kerahasiaan organisasi dan pembinaan loyalitas (ketaatan) dan ketegasan dalam berorganisasi.

Pembentukan Al-Qiyadah Ar-Rosyidah adalah salah satu dari kegiatan Pembinaan Personal yaitu para anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah diberikan pengetahuan dan pendidikan agar terbina dan terbentuk sehingga memiliki jiwa kepemimpinan yang bertanggungjawab dan amanah, dimana akan bermanfaat untuk dirinya, keluarganya, bangsanya dan umat Islam. Hasilnya nanti di antara anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang terpilih akan siap kapan-kapan saja diberikan tanggungjawab sebuah jabatan kepimpinan. Pembentukan Al-Qiyadah Ar-Rosyidah dilakukan karena setiap manusia pada dasarnya adalah pemimpin.

Pembentukan Qiyidah Solabah juga adalah salah satu dari bentuk kegiatan Pernbinaan Personal. Pengetahuan dan pemahaman yang diberi diharapkan dapat memperkokoh pendirian dan prinsip hidup anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah

yang dimana dengan sendirinya akan kelihatan tokoh-tokoh penerus atau anggota yang bisa diandalkan untuk membela perjuangan dan dakwah Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan penuh kesadaran dan keyakinan yang kuat. Tiada tim khusus atau orang-orang tertentu yang dipilih dan dilantik untuk menjadi Qoidah Solabah. Sedangkan Qoidah Solabah lahir atau tumbuh dan terbentuk dengan sendirinya tanpa diperintah dan direkayasakan. Qoidah Solabah itu boleh terdiri dari seorang, sekelompok kecil dari massa atau sebuah jamaah dan dapat juga dalam bentuk sebuah organisasi.

Pernbinaan Tandzim Sirri, Tandzim berarti organisasi dan Sirri berarti rahsia, maksudnya adalah bahawa organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah sebuah organisasi rahsia dan tertutup. Dengan begitu semua kegiatan dan penataan organisasi haruslah memiliki unsur rahsia dan setiap kegiatan yang dilaksanakan tidak lepas dari pengamanan dan kerahsiaan. Antara sesama anggota juga dilaksanakan prinsip kerahsiaan, begitu juga informasi dan penjelasan sesuatu urusan tidak diberikan kepada sembarangan anggota, bukan karena mencurigai akan dikhianati tetapi yang dikhawatirkan adalah takut kalau terlepas bicara atau ceroboh dalam berbicara tanpa disadari akibat setelah itu.

Pembentukan kekuatan adalah pernbinaan personal (anggota Jamaah) dan pembinaan teritori (masyarakat) yang bersifat dakwah, pendidikan dan hubungan antar organisasi (jamaah) mulai dijalin lalu dilakukan kerjasama antar jamaah. Tahapan ini dilakukan sebelum tertegaknya Daulah Islam.

Pembinaan Tajnid, Tajnid diambil dari kata Jannada-Yujannidu yang berarti menjadikan seseorang itu tentara. Program Tajnid adalah bagian daripada program pembinaan Jihad. Para anggota Al-Jamaah Al-lslamiyah diberikan program Tajnid bagi mendidik kedisiplinan dan ketertiban dalam mekanisme kerja organisasi, dan juga dengan program tajnid maka anggota Al-Jamaah Al-lslamiyah akan memiliki pemikiran dan watak seorang tentara yang teguh kepada perjuangannya. Di antara kegiatan Tajnid yang diberikan kepada anggota Al-Jamaah Al-lslamiyah antara lain adalah, berkhemah, olahraga, kegiatan indoor/outdoor, pengkajian materi kemiliteran, latihan kemiliteran tanpa menggunakan peralatan militer/perang dan pengiriman anggota yang terseleksi ke tempat-tempat konflik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Tamwil berarti pendanaan. Yaitu Al-Jamaah Al-lslamiyah berusaha untuk memiliki sumber pendanaan bagi menunjang misi perjuangan organisasi. Kegiatan ekonomi dan kutipan sumbangan dari anggota, pendukung dan simpatisan diatur sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk kegiatan perjuangan organisasi Al-Jamaah Al-lslamiyah.

Al-Amnu wal Istikhbarah, Al-Amnu secara harfiyah diterjamahkan dengan arti aman, tenteram dan keamanan, sedangkan arti Al-Istikhbarah berarti mencari informasi dan memata-matai (ada juga yang memberi istilah Jasus tetapi kata Jasus tidak tepat untuk digunakan bagi pihak sendiri, selalunya kata Jasus adalah istilah yang diberikan kepada mata-mata dari pihak musuh). Tujuan dilaksanakan kegiatan Al-Amnu wal Istikhbarah adalah untuk pengamanan organisasi dan menjaga kesinambungannya. Begitu juga bagi menghindari dari ancaman bahaya dari pihak yang tidak menyenangi organisasi Al-Jamaah Al-lslamiyah. Secara praktikalnya sikap Al-Amnu wal Istikhbarah harus dimiliki oleh anggota Al-Jamaah Al-lslamiyah terlebih lagi bagi para pengurusnya.

Penggunaan kekuatan di dalam tahapan persiapan penegakan Daulah ini dilaksanakan di tempat-tempat konflik bagi membela umat Muslim yang diserang, di mana saja tempatnya di dunia ini, dan penggunaan kekuatan juga dilakukan setelah ada perintah (pernyataan) dari Amir Jamaah untuk berjihad dengan menggunakan senjata di daerah atau wilayah tertentu.

Ad-Dakwah Al-lndzariyah diterjamahkan dengan arti Seruan Peringatan, yaitu sebelum dilakukan aksi peperangan atau Jihad maka sebuah seruan/ajakan atau pemberitahuan diberikan sebagai peringatan. Hal ini dilakukan mengingat akan cara yang dituntun didalam syariat Islam, bahawa Rasulullah SAW tidak pernah menyerang suatu kaum kecuali setelah diperingatkan.

Pelaksanaan Jihad Fie-Sabilillah, Jihad secara bahasa diartikan "bersungguh-sungguh" dan Fie-Sabilillah artinya "Di Jalan Allah". Setiap perkataan Jihad Fie Sabilillah disebut, artinya adalah Perang di Jalan Allah mcmerangi musuh Allah dan Rasul-Nya dengan jiwa, harta, lisan dan lain-lain yang bisa digunakan. Yang dimaksudkan dengan Musuh Allah SWT dan Rasul-Nya adalah orang-orang yang memulakan peperangan memerangi Agama Islam. Dan Jihad Fie Sabilillah juga dilakukan bagi membela nasib umat Islam di mana saja, yaitu umat Islam yang diserang dan dianiaya. Urutan kegiatan jihad Perang adalah I'dad (Latihan), Ribath (berjaga-jaga di perbatasan) dan Qital (Perang).

Jihad Musalah berarti berjihad dengan menggunakan senjata yaitu yang bermakna Perang. Ketika Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah sudah mengiklankan atau mendeklarasikan perang atau membenarkan untuk ikut berperang membantu umat Islam maka kegiatan Jihad Musalah harus dilaksanakan, dan pelaksanaannya diatur sedemikian rupa sehingga kegiatan Jihad Musalah dapat terlaksana sesuai syariat Islam dan sesuai strategi perang. Kegiatan Jihad Musalah dapat dilaksanakan di tempat-tempat tertentu yang telah difatwakan boleh berjihad dengan bersenjata bagi membela Islam. Tanpa ijin Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah dan Fatwa dari Majelis Fatwa Al-Jamaah Al-Islamiyah maka anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak boleh menggunakan pengetahuan dan kemampuan berperang, dan juga tidak boleh melakukan sesuatu aksi kemiliteran.

Pembinaan Qoidah Aminah, Qoidah berarti basis dan Aminah berarti aman. Maksud dari Pembinaan Qoidah Aminah adalah Mewujudkan Basis yang Aman, sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah menjadikan Madinah sebagai Qoidah Aminah. Yaitu bahwa Al-Jamaah Al-Islamiyah berusaha untuk mendapatkan sebuah wilayah yang dapat dijadikan basis yang aman dari kekuasaan musuh, atau boleh dikatakan bebas dari kekuasaan pemerintahan yang ada. Qoidah Aminah yang direncanakan bertujuan menjadi basis dan pusat kegiatan Al-Jamaah Al-Islamiyah yang bermula dari bentuk perkampungan dengan lingkungan yang islamiy dan pelaksanaan syariat Islam . Tetapi sehingga kini belum ada satu wilayah yang masuk kategori menjadi Qoidah Aminah.

Penegakan DaulahPenegakan Daulah adalah tahapan setelah suatu wilayah dapat diterapkan atau dilaksanakan Syariat Islam dan proses selanjutnya membangun administrasi kenegaraan, yang kemudian melakukan hubungan diplomatis antar negara. Sebuah Negara yang berlandaskan Syariat Islam otomatis menjadi sebuah Daulah Islam atau sebuah Negara Islam yang selanjutnya dapat melangkah untuk menuju pembentukan sebuah Khilafah.

Penegakan KhilafahPenegakan Khilafah dibentuk dari gabungan beberapa negara Islam yang bersatu dan bersepakat di bawah satu kepimpinan. Maksud dari Khilafah 'ala Minhajin Nubuwah adalah sebuah gabungan pemerintahan Islam yang melaksanakan Syariat Islam sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Wallahu 'alam.

Al-Manhaj Al-Amaliy Li-Iqomatid DienAl-Manhaj Al-Amaliy Li-Iqomatid Dien mengandung pengertian Pedoman Umum Operasi atau diterjemahkan oleh PUPJI sebagai 'Manajemen operasional untuk menegakkan Agama '.

Al-Manhaj Al-Amaliy Li-Iqomatid Dien menjelaskan cara-cara dan langkah-langkah pengurusan (managemen) di dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Maka dalam mempertimbangkan sistem yang akan digunakan haruslah dijelaskan sumber-sumber pikiran dan rujukan ketika penyusunan yang dilengkapi dengan batas-batas. Dan harus senantiasa melengkapi pelaksanaan suatu kegiatan dengan sistem administrasi dan managemen organisasi yang sempurna.

Perkataan Strata Qperasi adalah kependekan dari kata Strategis dan Taktis Operasi, maksud dari Strata Operasi memberi penjelasan bahawa aktivitas yang ingin dilakukan haruslah direncanakan dulu sesuai dengan keperluan untuk jangka masa pendek ataupun jangka masa panjang.

Perkataan 'Operasi' yang dimaksudkan didalam buku PUPJI tersebut adalah bermakna kegiatan dan aktivitas, dan apa yang saya fahami dari perkataan 'Operasi' di dalam buku PUPJI itu bukanlah bermaksud sesuatu aksi operasi tindak kekerasan, seperti aksi pengeboman yang menjadikan orang awam sebagai sasaran.

Rumusan (teori) manajemen yang disusun di dalam Al-Manhaj Al-Amaliy Li-Iqomatid Dien 'Manajemen operasional untuk menegakkan Agama' berguna untuk segala bidang kegiatan yang dijalankan didalam Al-Jamaah Al-Islamiyah, artinya perencanaan sesuatu aktivitas untuk bidang kegiatan apapun didalam Al-Jamaah Al-Islamiyah haruslah diatur berdasarkan metode management yang sempurna.

Sepertimana yang Rasulullah Saw katakan ketika ditanya tentang pengurusan bercucuk tanam:Artinya: Sabda Rasulullah Saw: "Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (Hadis Sohih Muslim).

Begitu juga Sayyidina Ali r.a pernah mengatakan: “Pihak yang Hak (benar) yang tidak memiliki Nidzom (management) pasti akan dikalahkan oleh Pihak yang Batil yang memiliki Nidzom.”

Tidak ada satu pun bentuk operasional (program dan kegiatan) Al-Jamaah Al-Islamiyah yang berbentuk baku atau permanen yang pernah dijelaskan, dan juga tidak pernah ada teori permanent untuk cara pelaksanaannya. Yang dapat dimengerti bahawa sesebuah kegiatan itu direncanakan sesuai situasi dan kondisi yang ada pada tubuh sendiri dan luaran, dan bentuknya dapat berubah-ubah (flexible), tetapi yang paling penting, misi dan tujuan diperkirakan dapat dicapai

dengan baik.

An-Nidhom Al-AsasiArtinya adalah Peraturan Dasar/Asas. Peraturan-peraturan itu disusun dalam rangka membangun kerapian dan ketertiban dalam berorganisasi. Peraturan ini harus dipatuhi oleh setiap anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan cara dibimbing oleh pimpinan atasannya.

Nidhom Asasi adalah peraturan berorganisasi yang berlaku untuk organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah saja. Dan tujuan peraturan itu diwujudkan adalah supaya pergerakan Organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah berjalan dengan tertib dan rapi dengan batas-batas.

Struktur OrganisasiSetelah Al-Jamaah Al-Islamiyah berpisah dari jamaah Negara Islam Indonesia (Darul Islam), maka Al-Jamaah Al-Islamiyah telah membentuk suatu sistem administrasi dan struktur organiasi yang baru. Anggota Al-Jamaah Al-lslamiyah di kelompok-kelompokkan sesuai dengan wilayah gerakan aktivitas dan jumlah personal, dan pembagian tugas juga berdasarkan peran atau tugas yang diberikan.

Struktur omanisasi tersebut adalah:

Amir Jamaah = Pimpinan Tertinggi.Majelis Syura = Anggota penyusun aturan organisasi.Majelis Fatwa = Anggota cendekiawan Islam.Majelis Hisbah = Anggota kontrol kegiatan.Majelis Qiyadah Markaziyah = Anggota pimpinan pusat/Markaziy.Mantiqi/Mantiqiyah = Wilayah gerakan dakwah.Wakalah = Perwakilan.Saroyah/Sariyah = Batalion.Katibah = Kompi.Kirdas = Pleton.Fiah = Regu.Toifah = Squad (kelompok yang lebih kecil dari Regu)

Amir dan Majelis-Majelis Pembantu Amir(dalam kondisi normal)

Tetapi, dalam kondisi darurat, pengurusan organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah tidak dapat dilaksanakan secara normal disebabkan oleh gangguan dan ancaman, maka tiga Majelis pembantu Amir Jamaah akan dinon-aktifkan yaitu Majelis Syuro, Majelis Fatwa dan Majelis Hisbah. Namun, tugas dan wewenang dari masing-masing Majelis itu dibebankan kepada Majelis Qiyadah Markaziyah. Sepanjang pengetahuan saya selaku anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah pernah ada Majelis-Majelis pembantu Amir itu pada awal pembentukan Al-Jamaah Al-Islamiyah. Tetapi kemudian belakangan saya tidak mendengar lagi apalagi mengetahui Majelis-Majelis pembantu Amir itu aktif kecuali Majelis Qiyadah Markaziyah. Oleh karena Majelis-Majelis pembantu Amir adalah dipersiapkan untuk membantu pekerjaan Amir maka anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang dilantik dalam Majelis tersebut tidak diekspos kepada anggota bawahan, sebagai pelaksanaan prinsip Sirri (Organisasi Rahasia).

Amir dan Majelis-Majelis Pembantu Amir(dalam kondisi Darurat)

a. Amir JamaahAmir adalah pimpinan tertinggi dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah yang mengatur gerakan organisasi. Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah yang pertama adalah Ust. Abdul Halim (atau dikenal di Indonesia dengan nama Ust.Abdullah Sungkar). Tawaran dari Ust. Zulkarnain untuk membuat pilihan pimpinan sudah pun saya kisahkan dalam bab Jamaah NII, yang menjadikan saya mengetahui buat pertama kali bahawa Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah Ust. Abdul Halim. Berikutnya dari kegiatan organisasi atau Jamaah yang memperlihatkan posisi beliau selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Kemudian setelah Ust. Abdul Halim wafat pada akhir tahun 1999, lalu jabatan selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah diganti dengan Ust. Abdus Somad (atau dikenal di Indonesia dengan nama Ust.Abu Bakar Baasyir). Pertama kali saya mengetahui beliau menjabat selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah

adalah dari Hambali yang telah menyampaikan kepada saya melalui telfon untuk disampaikan kepada anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain terutama kepada Ketua Mantiqi III yaitu Mustapha alias Abu Tolut yang pada ketika itu sedang bertugas selaku ketua Kamp Hudaybiyah di pulau Mindanao Filipina Selatan. Mustapha tidak dapat dihubungi langsung dari Indonesia sebab keberadaannya di tengah hutan yang tidak terjangkau talian komunikasi telfon. Sementara saya yang berkedudukan di Sandakan Sabah Malaysia diberi tugas oleh Ketua Mantiqi III (yaitu Mustapha) sebagai perantara penghubung antara ketua Mantiqi III dengan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah sesuai pengarahannya.

Oleh karena itu setelah saya mendapatkan kabar pergantian Amir Al-jamaah Al-Islamiyah langsung saya sarnpaikan kepada Mustapha. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Mustapha di persidangan bahawa pengetahuannya pertama kali yang mengatakan Ust. Abdus Somad adalah Amir Al-Jamaah Al-[slamiyah berasal dari saya. Berikutnya dari kegiatan keorganisasian Al-Jamaah Al-Islamiyah memperlihatkan beliau berposisi selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah. Hanya anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang menjabat selaku pimpinan mengetahui akan status beliau selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah selama melaksanakan tugas sebagai Amir, dibantu oleh Majelis Syura, Majelis Fatwa, Majelis Hisbah dan Majelis Qiyadah Markaziyah.

Masa jabatan Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah bisa berakhir dikarenakan wafat, udzur syar'i (spt tua renta, pikun, cacat, gila), diberhentikan oleh Majelis Syura karena terbukti mengamalkan kekafiran dan masa jabatannya juga bisa berakhir apabila mendapat tekanan dari luar (luar organisasi) sehingga lemah untuk mengurus organisasi, seperti ditangkap atau di penjarakan dalam tempoh waktu yang tertentu atau tidak tertentu. Maka tidak mustahil jika Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah mengundurkan diri sebagai Amir apabila dia merasakan dirinya mendapatkan tekanan sehingga tidak mampu lagi mengurus organisasi. Dengan demikian akan cepat dapat digantikan dengan pemimpin yang lain sebab Al-Jamaah Al-Islamiyah mengamalkan praktek flexibility sepertimana yang dijelaskan dalam Al-Manhaj Al-Amaliy Li-Iqomatid Dien.

b. Majelis SyuraMajelis Syura dilantik oleh Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah dan kalangan anggota yang memiliki kepakaran dan berpendidikan tinggi. Majelis Syura inilah yang menyusun peraturan dan mengajukan rancangan perubahan Nidhom Asasi. Dan Majelis Syura juga mengadakan evaluasi secara global tentang kepengurusan organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Majelis Syura juga bertanggungjawab untuk mengangkat dan memberhentikan Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dalam kondisi yang dianggap darurat oleh Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah maka Majelis Syura akan dibubarkan, sementara fungsinya akan diambil alih oleh Majelis Qiyadah Markaziyah.

c. Majelis FatwaMajelis Fatwa dilantik oleh Amir Al-Jamaah Al-lslamiyah dari kalangan anggota yang berpendidikan tinggi tentang agama Islam dan dipastikan berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Majelis Fatwa berfungsi menguatkan dan meluruskan keputusan-keputusan Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dalam kondisi yang dianggap darurat oleh Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah maka Majelis Fatwa akan dibubarkan, sementara fungsinya akan diambil alih oleh Majelis Qiyadah Markaziyah.

d. Majelis HisbahMajelis Hisbah dilantik oleh Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah dari kalangan anggota yang berfungsi untuk melakukan kontrol tethadap Amir Jamaah dan seluruh anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dalam hubungan dengan kepengurusan jamaah ataupun amal-amal pribadi. Majelis Hisbah bisa memberikan usulan hukuman kepada Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah bagi anggota yang didapati telah melakukan pelanggaran. Dalam kondisi yang dianggap darurat oleh Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah maka Majelis Hisbah akan dibubarkan, sementara fungsinya akan diambil alih oleh Majelis Qiyadah Markaziyah.

e. Majelis Qiyadah Markaziyah/Markaziy.Majelis Qiyadah Markaziyah adalah sekelompok orang yang menjadi pusat pengurusan Al-Jamaah Al-Islamiyah yaitu terdiri anggota. Al-Jamaah Al-Islamiyah yang menjadi para stafnya melaksanakan tugas sebagai pembantu Amir Jamaah bagi menjalankan bidang-bidang kegiatan tertentu. Tidak ada tempat yang tetap sebagai kantor pentadbiran Majelis Qiyadah Markaziyah, di mana saja letak posisi (keberadaan) Amir Jamaah maka di sekitar tempat itu boleh atau akan diadakan rapat Markaziy jika diperlukan.

Bidang-bidang tugas dalam Markaziyah adalah :

Pelaksana tugas Amir = Orang yang melaksanakan tugas Amir di ketika Amir Jamaah ber-halangan. (tugas ini baru di bentuk pada bulan April 2002).

Aminul Am = Sekretaris

Khozin = Bendahara

Dakwah wal Irsyad = Bidang Dakwah, pembinaan rohani dan aqidah.

Tarbiyah Rosmiyah = Bidang Pendidikan; maahad, madra¬sah, sekolah.

Diklat = Bidang Pendidikan Akademi Militer.

Askariy = Bidang Pelaksanaan Program kemiliteran seperti latihan dan pengiriman anggota ke tempat konflik.

I’lam wal A’laqot = Bidang Hubungan Masyarakat (Humas).

Siyasiyah = Bidang Pengamat Politik.

f. Mantiqi/Mantiqiyah.Mantiqi berarti wilayah, yaitu wilayah gerakan dakwah Islam Al-Jamaah Al-Islamiyah, bukan bermaksud wilayah kekuasaan. Dan Mantiqi adalah pelaksana keputusan-keputusan yang telah digariskan oleh Markaziyah secara global. Pihak Mantiqi akan menterjamahkan keputusan-keputusan Markaziy menurut keadaan setempat di wilayah gerakan Mantiqi tersebut. Terkadang jika administrasi Mantiqi dalam keadaan lemah maka pihak Markaziy akan membantu untuk merumuskan teknis pelaksanaannya.

Pembentukan dan penentuan wilayah gerak (wilayah kegiatan) Mantiqi ditentukan oleh pihak Markaziy. Sebatas pengetahuan saya, pada awal pembentukan Al-Jamaah Al-Islamiyah pada awal tahun 1993 hanya terdapat 2 Mantiqi saja yaitu:

Mantiqi Ula (I) yang dipimpin oleh Hambali. Wilayah gerak kegiatan dakwahnya pada waktu itu meliputi Malaysia (termasuk Sabah) dan Singapura.

Mantiqi Tsani (II) yang dipimpin oleh Abu Fateh. Wilayah gerak kegiatan dakwah-nya pada waktu itu meliputi Indonesia, termasuk Kalimantan dan Sulawesi.

Sedangkan kamp latihan Hudaybiyah yang dibangun pada akhir 1994 di Mindanao berada di bawah kendali langsung Markaziyah Al-Jamaah Al-Islamiyah di bawah tanggungjawab Ust. Zulkarnain.

Sekitar tahun 1997, terjadi perubahan wilayah gerak dakwah bagi mantiqi yaitu:

Mantiqi Ula (I) yang dipimpin oleh Hambali. Wilayah gerak kegiatan dakwahnya meliputi Malaysia Barat (Semenanjung) dan Singapura.

Mantiqi Tsani (II) yang dipimpin oleh Abu Fateh. Wilayah gerak kegiatan dakwahnya meliputi Indonesia, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, NTB dan NTT.

Mantiqi Tsalis (III) yang dipimpin oleh Mustapha bermula pada sekitar 1997. Wilayah gerak kegiatan dakwahnya meliputi Sabah Malaysia, Kalimantan Timur Indonesia, Palu Sulawesi Tengah Indonesia dan Mindanao Filipina Selatan (termasuk Kamp latihan Hudaybiyah).

Daerah Poso, baru dimasukkan ke dalam wiayah Mantiqi Tsalis (III) pada bulan Oktober 2002, yang sebelumnya kegiatan dakwah di Poso dikendalikan langsung oleh Markaziyah Al-Jamaah Al-Islamiyah di bawah tanggungjawab Mustapha sejak tahun 2000.

Mantiqi Ukhro (yang berarti Mantiqi yang lain, belum sempurna), yang dipimpin oleh Abdurrahim bermula pada akhir tahun 1997. Wilayah gerak dakwahnya meliputi sebagian dari Australia saja.

Pada sekitar bulan April 2001, terjadi perubahan kepimpinan mantiqi dimana :

Mantiqi Ula (I) = Mukhlas dilantik menggantikan Hambali.Mantiqi Tsani (II) = Nuaim dilantik menggantikan Abu Fateh.Mantiqi Tsalis (III) = Saya dilantik menggantikan Mustapha.Mantiqi Ukhro = (tiada perubahan).

Belum pernah ada wilayah dakwah yang dinamakan Mantiqi (IV), seperti yang selalu menjadi keliru adalah Australia yang dikatakan Mantiqi (IV). Pernah diusulkan oleh Mustapha untuk mewujudkan wilayah Mantiqi (IV) pada sebuah rapat Markaziyah yang diadakan pada tanggal 17 Okt 2002 di Tawangmangu Solo. Dalarn kesempatan itu, Mustapha mengusulkan wilayah gerak dakwah bagi wilayah itu adalah Sulawesi keseluruhan yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah (termasuk Poso) dan Sulawesi Utara. Berarti sebagian dari wilayah Mantiqi Tsalis (III) akan dikurangi. Tetapi usulan itu tidak mendapat dukungan dari hadirin rapat Markaziyah tersebut.

Mantiqi-mantiqi yang telah dibentuk ini beserta seluruh wilayah gerakan dakwahnya bukan berarti pembatasan wilayah yang bakal menjadi Negara Islam. Menurut yang saya fahami bahawa pembagian Mantiqi bukan memberi arti bahwa gabungan Malaysia, Singapura, Indonesia, Australia, dan Filipina akan dibentuk menjadi sebuah Negara Islam. Bukan itu yang dimaksudkan dengan pembahagian wilayah Mantiqi menurut Al-Jamaah Al-lslamiyah, tetapi pembagian ini adalah untuk kelancaran administrasi dakwah Islam dan pembinaan teritorial. Oleh karena wilayah dakwah Islam Al-Jamaah Al-lslamiyah tidak terbatas pada satu negara menjadikan pembagian wilayah gerak dakwah Mantiqi terhasil dari gabungan dua atau tiga negara. Maka tidak mustahil jika ada pihak yang keliru memahami pembagian Mantiqi dengan memberi arti bahwa Al-Jamaah Al-lslamiyah ingin membangun 'Negara Islam Nusantara'. Menurut saya sungguh mustahil....Wallahu 'alam.

g. WakalahWakalah berarti perwakilan, yaitu perwakilan bagi pentadbiran Mantiqi di wilayah gerakan dakwah. Jumlah wakalah di bawah Mantiqi tidak terbatas tetapi di setiap pembentukan wakalah baru pada sesebuah mantiqi haruslah mendapatkan persetujuan dari Markaziy. Penentuan nama untuk wakalah adalah pilihan pihak Mantiqi yang juga harus dipersetujui oleh pihak Markaziy.

h. SaroyahSaroyah adalah nama bagi sebuah kesatuan seperti Batalion yang terdiri atas tiga Katibah.

i. KatibahKatibah adalah nama bagi sebuah kesatuan seperti Kompi yang terdiri atas tiga Kirdas.

j. KirdasKirdas adalah nama bagi sebuah kesatuan seperti Platon yang terdiri atas tiga Fiah.

k. FiahFiah adalah nama bagi sebuah kesatuan seperti Regu yang terdiri atas enam hingga sepuluh orang.

l. ToifahToifah adalah nama bagi kesatuan/kelompok yang lebih kecil dari Regu, kelompok ini dibentuk jika diperlukan.

Mekanisme Kerja Al-Jamaah Al-Islamiyah pada tahun 2003

Masing-masing dari satuan tersebut dipimpin oleh seorang yang dinamakan Qoid yang berarti komandan atau ketua, dan memiliki beberapa pembantu (staf). Ketua dan anggota staf-nya disebut sebagai Majelis Qiyadah (MQ) yang berarti satuan kepimpinan atau Headquarters, kecuali satuan Fiah yang tidak memiliki Majelis Qiyadah. Tidak semua wakalah memiliki satuan hingga ketingkat Saroyah (Batalion) atau Katibah (Kompi), tergantung kepada jumlah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang berada di dalam wakalah tersebut. Ada sebagian wakalah yang memiliki beberapa fiah saja, dan ada juga wakalah yang memiliki satuan hingga ke tingkat Kirdas (Pleton).

Masyarakat awam yang belum menjadi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah akan dibina dan ditarbiyah melalui kelas-kelas pengajian atau kursus-kursus pendidikan, maahad dan sekolah yang diatur oleh bidang Dakwah wal Irsyad Wakalah. Tempoh pembinaan dan tarbiyah sebelum menjadi anggota adalah sekitar setahun hingga dua tahun, lalu mereka akan diseleksi (Tamhish} dan ditawarkan untuk ikut bergabung (iltizam) ke dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah. Kemudian akhirnya mereka di bai'at dan mereka akan digabungkan ke Fiah yang ada atau mereka dibentuk menjadi satu fiah yang baru. Tujuan dibentuknya struktur organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah seperti struktur kemiliteran adalah: Kegiatan dan gerakan anggota dapat dikawal dan dapat dikerahkan dengan satu komando. Terbentuknya sistem sel-sel yang tidak saling kenal. Supaya sikap dengar dan taat (As-Sam'u wat Thoatu) akan tetap terjaga. Pembinaan anggota Jama'ah dan Pembinaan Teritori (masyarakat awam Muslim dan non-Muslim) dapat terlaksana dengan baik.

Pembentukan Wilayah Mantiqi Berdasarkan Fungsi StrategisDalam rangka untuk membentuk suatu kerja yang konkrit dan saling menopang maka wilayah mantiqi yang sudah dibentuk diarahkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang berfungsi secara strategis bagi Al-Jamaah Al-Islamiyah, yaitu:

Mantiqi Ula (I) = Wilayah Pendukung Ekonomi. Mantiqi Tsani (II) = Wilayah Garap Utama.Mantiqi Tsalis (III) = Wilayah Pendukung Askariy. Mantiqi Ukhro = Wilayah Pendukung Ekonomi.

Mantiqi Ula (I), Wilayah Pendukung Ekonomi

Mantiqi Ula yang berwilayah di Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat) dan juga Singapura mempunyai potensi ekonomi yang Iebih baik jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Peluang bisnis dan peluang pekerjaan bagi perorangan yang dapat dikatakan terhitung banyak, menjadikan wilayah ini adalah wilayah yang makmur. Dengan begitu adalah sangat pantas jika Al-Jamaah Al-Islamiyah menetapkan fungsi strategis Mantiqi Ula sebagai sumber pendapatan dan pendanaan bagi kegiatan Al-Jamaah Al-Islamiyah secara keseluruhannya. Ini disebabkan karena penghasilan/pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja atau usaha bisnis di dua negeri itu lumayan besar jika dibandingkan dengan tempat lain, dan begitu juga peluang-peluang untuk usaha niaga lebih banyak di wilayah Mantiqi Ula.

 

Mantiqi Tsani (II), Wilayah Garap Utama

Wilayah Mantiqi Tsani (II) terdiri atas Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Mantiqi Tsani dikatakan sebagai Wilayah Garap Utama adalah karena; wilayah Mantiqi Tsani berpotensi sebagai Daulah Islam, tercatat sejarah di Indonesia pernah wujud wilayah yang diproklamirkan sebagai Negara Islam.

paling banyak memiliki anggota jamaah,paling cepat dapat merekrut masyarakat Muslim,cepat memperoleh simpati masyarakat Muslim,dan mudah mendapatkan dukungan masyarakat Muslim.

Maka adalah sangat kondusif untuk mencapai hasrat menegakkan Daulah Islam yang dibantu/ditopang oleh fungsi dari tiga Mantiqi yang lain, dimana secara sumber dana keuangan bagi Mantiqi Tsani (II) akan dapat dibantu dari pihak Mantiqi Ula dan Mantiqi Ukhro, sedangkan secara sumber perekrutan dan pengembangan kemiliteran akan dapat dibantu dari Mantiqi Tsalis (Wilayah Pendukung Askari).

Teori gerakan menegakkan Daulah Islam ini diperkirakan akan berhasil di Indonesia karena undang-undang dan sistem yang ada di Indonesia dianggap sangat mendukung. Sebab kebebasan berdakwah di Indonesia dan kebebasan menganut faham keagamaan dapat memperlancarkan proses perekrutan dan pelaksanaan program pembinaan teritori. Ditambah lagi peraturan pembangunan tempat pendidikan yang dianggap longgar memberi peluang untuk membangun tempat rnelahirkan kader-kader penerus. Begitulah perencanaan dan harapan jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah, wallahu a’lam.

Terdapat 9 wakalah di bawah Mantiqi Tsani (II) yaitu;

Keterangan:Sumbagut = Sumatera Bagian UtaraJabotabek = Jakarta, Bogor, Tangerang dan BekasiJabar = Jawa BaratJateng = Jawa TengahJatim = Jawa TimurNusra = Nusa Tenggara

Mantiqi Tsalis (III), Wilayah Pendukung Askariy

Pada sekitar tahun 1997 Mantiqi Tsalis (III) dibentuk. Wilayah gerakannya meliputi Sabah Malaysia, Kalimantan Timur (Indonesia), Sulawesi Utara (Indonesia), Sulawesi Tengah (Indonesia) dan Mindanao Filipina Selatan. Ketua Mantiqi III yaitu Mustapha membentuk tiga wakalah di bawah kepimpinannya dan pada awalnya beliau memberikan nama:

1. Wakalah Salat (singkatan dari Sabah, Labuan dan Tarakan) yang kemudian dinamakan Wakalah Badar.2. Wakalah Supal (singkatan dari Sulawesi Utara dan Palu) yang kemudian dinamakan Wakalah Uhud.3. Wakalah Hudaybiyah (merujuk kepada Kamp Hudaybiyah pusat kegiatan di wilayah Mindanao).

Mantiqi Tsalis (III) diarahkan supaya mampu menjadi Wilayah Pendukung Askariy bagi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Maksud dari Wilayah Pendukung Askariy adalah wilayah yang dapat digunakan untuk Diklat Akademi Militer dan Kursus Kemiliteran jangka waktu pendek, dan juga sebagai wilayah yang mampu menjadi sumber kekuatan militer.

Pada bulan Oktober 2002, program Uhud yaitu program pembinaan teritorial di daerah Poso yang ditangani oleh Markaziyah melalui kepimpinan Mustapha dihentikan. Namun daerah konflik tersebut dimasukkan ke dalam wilayah Mantiqi III yang kemudian dibentuk menjadi dua wakalah yaitu:

1. Wakalah Khaibar, meliputi daerah kota Poso dan sekitar.2. Wakalah Tabuk, meliputi daerah Pandajaya, Pendolo dan Palopo (Sulawesi Tengah dan Selatan)

Sejak Oktober 2002, terdapat lima wakalah di bawah Mantiqi Tsalis (III).

Wilayah Sabah Malaysia, Kalimantan Timur Indonesia dan Sulawesi Utara adalah berfungsi sebagai jalur penyeberangan. Jalur penyeberangan tradisional menjadi jalur utama yang digunakan, karena orang-orang tempatan/lokal sangat menguasai jalur ilegal.

Sedangkan wilayah konflik yang terdapat di Mindanao, Filipina dan Sulawesi Tengah menjadikan wilayah tersebut berpeluang untuk sebagai tempat latihan dan sekalian terlibat sama dengan konflik setempat. Dan juga wilayah konflik menjadi sumber perlengkapan kemiliteran yang diperlukan. Filipina adalah sumber utama perlengkapan kemiliteran karena sepanjang pengalaman di daerah tersebut begitu mudah untuk mendapatkan peralatan, amonisi, senjata dan bahan peledak serta detonatornya, asalkan punya uang yang mencukupi sesuai kesepakatan dengan penjual dari penduduk lokal. Apalagi penyeberangan di perbatasan antar dua negara yaitu Indonesia dan Filipina masih relatif aman untuk dilewati secara ilegal.

Mempersiapkan Kekuatan Personal

Perekrutan

Penambahan jumlah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah bukan hanya ditugaskan kepada para pendakwah yang diatur di bawah bidang Dakwah wal Irsyad, tetapi pembinaan personal yang solid dari sudut pemahaman agama dan aqidah dimulai sejak umur remaja atau umur anak-anak, yaitu melalui maahad-maahad, madrasah dan pondok pesantren yang diatur di bawah bidang Tarbiyah Rosmiyah (pendidikan) Markaziyah. Para lulusan dari pondok-pondok pesantren ini akan diajak atau

ditawarkan untuk bergabung di dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah dan di-bai'at.

Kemudian bagi yang sudah bergabung akan diberi tugas untuk berdakwah dan tugas mengajar di pondok-pondok, dan ada juga di antara mereka yang akan diseleksi dari lulusan yang terbaik untuk dikirim melanjutkan pelajaran keluar negeri yaitu ke universitas Islam, atau di antara mereka dikirim untuk mengikuti program Diklat Akademi Milker.

Selain siswa dan pelajar di Pondok Pesantren, para anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain diarahkan agar tetap menjaga kesungguhan menuntut pengetahuan agama, di mana sebelum bergabung ke dalam jamaah, mereka telah diberikan pengetahuan agama yang patut/harus diketahui dan difahami melalui kelas-kelas pengajian dan kursus-kursus, ini adalah karena kekuatan pengetahuan agama amat ditekankan. Begitu juga pengetahuan militer secara teori diatur di bawah program Tajnid (bidang kemiliteran) tingkat wakalah atau Mantiqi, sebab peluang untuk berlatih keluar negeri adalah sangat terbatas, maka program Tajnid (kemiliteran) dilaksanakan di wakalah masing-masing agar anggota yang terpilih dan layak saja yang boleh memiliki pengetahuan kemiliteran, semua itu dilaksanakan sebatas kemampuan fasilitas, ruang, tenaga pangajar dan dukungan situasi.

Berjihad dan berlatih di tempat konflik

Al-Jamaah Al-Islamiyah melanjutkan kegiatan pengiriman personal ke tempat konflik di Afghanistan sejak pecah kepimpinan jamaah Negara Islam Indonesia (Darul Islam) yaitu pada awal tahun 1993. Kegiatan pengiriman berlangsung akhir tahun 1994. Kem latihan yang dibangun oleh Organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah berlokasi di Towrkham Afghanistan yaitu di perbatasan dengan Pakistan.

Pada November 1994, Al-Jamaah Al-Islamiyah membuka kem latihan yang diberi nama kamp Hudaybiyah. Kamp latihan Hudaybiyah berlokasi di Barera Mindanao selatan Filipina, yang dikuasai oleh Pejuang Bangsa Moro. Mulai sekitar pertengahan tahun 1997 sudah ada pengiriman personal untuk berlatih kemiliteran di kamp Hudaybiyah yaitu dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Mantiqi Ula (I). Lalu pada sekitar akhir tahun 1998 dimulailah program latihan Diklat AKADEMI MILITER Al-Jamaah Al-Islamiyah di Kamp Hudaybiyah dan program latihan jangka waktu pendek atau kursus kemiliteran (Daurah Asasiyah Askariyah) yang kebanyakannya adalah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah kiriman dari Mantiqi Tsani (II).

Pada sekitar tahun 1999 anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dikirim ke Ambon ketika sedang hangatnya konflik bersenjata yang diyakini pada waktu itu adalah akibat konflik antara suku beragama. Tujuan keberangkatan ke Ambon adalah untuk membantu dan membela nasib masyarakat Islam yang menurut informasi yang beredar di masyarakat bahwa warga Muslim dizalimi dan dibunuh tanpa hak oleh pihak warga kristen.

Dan sekitar tahun 1999/2000 konflik bersenjata antar suku beragama juga terjadi di Poso, yang menurut informasi yang beredar pada waktu itu bahwa konflik tersebut bermula dari pembantaian terhadap masyarakat Muslim yang dilakukan oleh masyarakat Kristen. Maka sebuah program pengiriman anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah disusun dan diberi nama "Program Uhud" bermula sekitar tahun 2000 yang bertujuan membantu warga Muslim di Poso membangun sikap mempertahankan diri dari serangan warga kristen dan disamping itu juga membangun pendidikan Islam dan menyebarkan para pendakwah Islam di kalangan masyarakat Muslim Poso. Program Uhud ini dipimpin oleh Mustapha sebagai bagian dari program pembinaan teritorial Al-Jamaah Al-Islamiyah. Tetapi kemudian program ini dihentikan pada sekitar bulan Oktober 2002.

Kesemua program pengiriman anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah ke tempat-tempat konflik adalah pada dasarnya untuk membantu dan membela nasib umat Islam yang diketahui memperjuangkan hak-hak mereka dan disamping itu pada kesempatan yang ada dimanfaatkan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemiliteran yang diajar dan dilatih sendiri oleh para instruktur dari kalangan anggota Al-Jamaah Al-

Islamiyah. Kesemua tempat latihan akan dipertahankan kesinambungan operasionalnya kecuali tempat-tempat latihan yang tidak mungkin dipertahankan atau tidak layak untuk dipertahankan karena sebab-sebab tertentu.

Para partisipan yang dikirim berlatih ke tempat konflik akan menghabiskan waktunya dengan mengikuti latihan di dalam kem latihan daripada mengikuti orang tempatan (seperti orang Afghan dan Bangsa Moro) untuk pergi ikut serta berperan di dalam jihad atau peperangan, karena waktu yang tersedia untuk berada di tempat latihan adalah sangat terbatas kecuali jika daerah tempat latihan tersebut mendapat tekanan dari pihak musuh dan memerlukan tenaga tambahan untuk mempertahankan wilayah tersebut. Paling tidak, para partisipan/peserta latihan akan mendapatkan jatah untuk "Ribath" yang artinya berjaga-jaga di perbatasan, untuk jangka waktu tiga hari atau seminggu sebelum diberangkatkan pulang.

Bagi para partisipan, para senior dan para instruktur yang mernang punya jatah waktu untuk tinggal lebih lama, maka mereka inilah yang lebih berpeluang untuk terlibat langsung berperan dalam kontak senjata antara pihak mujahidin dengan pihak lawannya (pasukan tentara pihak pemerintah).

Pendidikan Akademi Militer

I. AfghanistanUntuk strategis jangka panjang dan untuk melabirkan calon-calon pemimpin yang berkualitas dalam organisasi maka Al-Jamaah Al-Islamiyah membuat pendidikan kemiliteran pada awal tahun 1993 di Towrkham Afghanistan. Program pendidikan adalah program Pendidikan dan Latihan Akademi Militer (DikLat AKMIL) tersebut adalah lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang pernah diwujudkan atau diupayakan oleh Ust. Abdul Halim bagi pihak jamaah NII.

Setelah lulus dari pendidikan Akademi Militer, para lulusan AKMIL tersebut yang terseleksi diperintahkan untuk bertugas dan memperdalam pengetahuan tambahan, yang antara lain adalah:

-Menjadi instruktur dan tenaga pengajar.-Mengikuti latihan (kursus) yang diadakan di Kamp latihan milik orang Arab, seperti :• Sniper (Rifle Markmanship).• Kemahiran menembak pistol dan revolver.• Kursus bahan-bahan kimia dan peracikan bahan peledak.• Perbengkelan senjata dan amonisi.• Kemahiran merakit sirkuit elektronik.• Kursus Tank Tempur (seperti, T-60, T-59, T-72 ).• Latihan tempur infanteri di berbagai bentuk lapangan, sekaligus ikut bertempur kontak senjata melawan musuh., Dan lain-lain.

-Mengikuti latihan intensif sebagai juru dakwah di Kamp Latihan Arab, atau di maahad yang dimiliki oleh orang Arab di kota Peshawar Pakistan, seperti Maahad Salman dan Universitas Dakwah wal Jihad.-Dan kursus lainnya yang diatur oleh pimpinan Al-Jamaah Al-Islamiyah di Afghanistan yang berposisi di Peshawar Pakistan.

II. Mindanao, Filipina SelatanSetelah pendidikan kemiliteran di Towrkham Afghanistan sudah tidak dapat dilanjutkan lagi gara-gara serangan yang dilancarkan oleh Pejuang Taliban dan banyak perlengkapan yang dirampas, maka Al-Jamaah Al-Islamiyah sudah tidak memiliki tempat latihan kemiliteran.

Pada sekitar bulan Oktober 1994, beberapa tenaga instruktur dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dikirim untuk membantu perjuangan para Pejuang Bangsa Moro di Mindanao Filipina, yaitu dengan cara memberikan pelatihan kemiliteran.

Sebuah tempat pelatihan dibuka bagi memperlancarkan kegiatan pelatihan Pejuang Bangsa Moro. Tempat pelatihan tersebut dinamakan Kamp Hudaybiyah yang berlokasi di daerah hutan pergunungan di tengah-tengah hutan Pulau Mindanao. Yaitu sekitar perbatasan propinsi Lanao dan North Cotabato. Pada asalnya Kamp Hudaybiyah ini dibuka bukan atas rencana dan kebijakan Markaziyah tetapi oleh karena orang yang membukanya adalah inisiatif dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dan mendapat bantuan operasional pelatihan dari Markaziyah maka kegiatan di kamp Hudaybiyah dikhususkan untuk anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan dilaksanakan program pendidikan kemiliteran yang direncanakan oleh pihak Markaziyah.

Pada sekitar akhir tahun 1998, program pendidikan dan pelatihan Akademi Militer (selama 18 bulan setiap angkatan) itu dilaksanakan di Kamp Hudaybiyah tersebut. Tujuan diadakan pelatihan tersebut adalah untuk mencipta para pemimpin yang akan melanjutkan perjuangan Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Akademi Militer ini milik organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah yang seratus persen diurus sendiri oleh anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah hanya saja perlengkapan belajar mengajarnya tidak selengkap sebagaimana yang pernah dimiliki di Afghanistan, namun bentuk administrasinya hampir mirip dengan Akademi Militer Mujahidin Afghanistan. Proses penseleksian calon kadetnya dilakukan dengan harus memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan, karena pengalaman pengiriman siswa ke Akademi Militer Mujahidin Afghanistan yang dahulu menjadi pelajaran supaya tidak terulang mengirim siswa yang tidak memenuhi persyaratan pelatihan dan tujuan yang dikehendaki.

Antara persyaratan yang harus dipenuhi adalah:• Anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah (sekitar 1 hingga 2 tahun).• Status belum kawin. (bujang)• Umur sekitar 18-23 tahun.• Sihat fisik.• Tiada penyakit dalam.• Tingkat pendidikan, SMA atau sejenisnya dengan nilai rapor rata-rata minimal bernilai 7.• Kemampuan berbahasa Inggeris (minimal pasif).• Siap untuk berada di suasana perang.• Siap tidak pulang kampung jika diperlukan bertugas.• dan siap mati syahid.

Tempoh latihan Akademi Militer di kamp Hudaybiyah di Cotabato Mindanao Filipina Selatan adalah tiga semester saja yaitu sekitar satu setengah tahun dan bisa mencapai sehingga dua tahun proses lengkapnya, lalu program pendidikan ini ditutup dengan upacara wisuda (Graduation Ceremonial atau disebut dengan istilah Afghan yaitu Rasmi Gojas). Lulusan Akademi Militer Al-Jamaah Al-Islamiyah di kem latihan Hudaybiyah tidak diberikan jurusan kemahiran tambahan khusus karena fasilitas yang tersedia tidak mencukupi, hanya kelebihan istimewa yang dimiliki oleh lulusan Akademi Militer Al-Jamaah Al-Islamiyah di Hudaybiyah adalah memiliki pengalaman tempur karena mereka belajar dan berlatih sambil terlibat langsung dalam perang kontak senjata. Biarpun masih berusia yang cukup muda tetapi para lulusan Akademi Militer Al-Jamaah Al-lslamiyah punya cukup keterampilan militer serta mampu memimpin pasukan. Mereka dibekali dengan pengetahuan yang cukup, daya kreatif yang tinggi, ketabahan dan kemampuan untuk penyelesaian masalah (problem solving).

Para lulusan Akademi Militer itu (bujang, rata-rata berumur sekitar 21 hingga 24 tahun) diberi tugas antara lain:

Sebagai tenaga pengajar (Instruktur) di Karnp Hudaybiyah dan di Kamp Jabal Quba (kamp latihan baru yang dibangun pada awal tahun 2001 setelah kamp Hudaybiyah tidak kondusif sebagai tempat latihan).

Sebagai tenaga administrasi kegiatan Al-Jamaah Al-Islamiyah di Filipina Selatan.

Bergabung dengan kelompok Pejuang Bangsa Moro dalam operasi pertahanan wilayah.

Dipulangkan ke Indonesia untuk bertugas di Mantiqi Tsani (II).

Bertugas di perbengkelan senjata dan amonisi milik Pejuang Bangsa Moro di Mindanao.

Berusaha Mewujudkan Basis Yang Disebut "Qoidah Aminah”.

Sehingga sekarang masih belum didapatkan sebuah wilayah yang dapat dijadikan sebagai "Qoidah Aminah". Qoidah Aminah berarti Pusat Administrasi yang aman. Maksudnya adalah bahawa di tempat tersebut akan berkumpul semua pimpinan dari tingkat Amir Jamaah dan para anggota stafnya (Qiyadah Markaziy). Dan juga sebagai basis pertahanan yang akan dipertahankan oleh penduduk setempat yang sudah direkrut menjadi pendukung dan ditambah dengan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang bertempat tinggal di wilayah itu.

Penetapan area/wilayah garap sebagai Qoidah Aminah sering menjadi tanda tanya dan tebakan dari kalangan para anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah. Pernah didengar bahawa lokasi Qoidah Aminah adalah di Malaysia Barat (Semenanjung) sebab kedua pimpinan tertinggi Al-Jamaah Al-Islamiyah berada disitu yaitu Ust. Abdul Halim dan Ust. Abdus Somad. Pernah juga diusulkan oleh salah seorang pimpinan agar Qoidah Aminah itu di wilayah yang dikuasai oleh Pejuang Bangsa Moro di Mindanao Filipina, tetapi usulan ini tidak ditanggapi. Sebagian besar anggota dan para senior menginginkan agar Qoidah Aminah itu berada di Indonesia. Sebab anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang terbanyak adalah di Indonesia yaitu di Mantiqi Tsani (II), bersesuaian dengan fungsi strategis wilayah Mantiqi Tsani (II) yaitu Wilayah Garap Utama.

Kebohongan Imam Samudra

Saya merasa perlu membuat sedikit kritikan terhadap apa yang telah dikisahkan oleh Imam Samudra

di dalam bukunya Aku Melawan Teroris. Hal ini karena ketika membaca buku tersebut saya menjadi ragu dengan apa yang diperjuangkan oleh Imam Samudra dan orang-orang yang sefaham dengannya. Imam Samudra telah mencemarkan nama Islam dengan faham Jihad dan aksi-aksi pengeboman yang dilakukan bersama teman-temannya.

Saya mengambil sikap menegurnya karena saya tidak rela melihat hal-hal yang menurut pengetahuan saya, di dalam buku tersebut dengan sengaja ada kisah yang diselewengkan atau diada-adakan oleh Imam Samudra. Silahkan Imam Samudra tidak mengungkap nama, tempat dan lain-lain, tetapi apabila dia berbohong menceritakan pengalaman dan menyelewengkan faham Islam maka sama artinya berbohong kepada para pembaca serta menyesatkan umat manusia umumnya, dan umat Islam khususnya.

Saya akan jelaskan kebohongan-kebohongan Imam Samudra dalam penjelasan kisah perjalanannya ke Afghanistan sesuai dengan kata per kata yang saya kutip di halaman buku Aku Melawan Teroris (AMT). Imam Samudra berbohong menceritakan kisahnya menuju ke destinasi (Afghanistan) sejak

jalur perjalanan, orang yang bersamanya selama perjalanan, nama wilayah, nama tempat latihan kemiliteran dan tempat pertempuran di Afghanistan. Amat tega sekali berbohong kepada pembaca yang sangat ingin tahu kisah perjalanan hidupnya di Afghanistan. Dengan bumbu-bumbu penyedap kata membuat pembaca terkesan Imam Samudra seolah-olah bertempur di Afghanistan, padahal tidak pernah.

Pertama:Maehmon khana yang disebutkan oleh Imam Samudra “Sehari semalam kami bermalam di maehmon khana (ruang tamu) sebuah masjid Karachi” (AMT Hal. 46), adalah berarti rumah tamu (dalam bahasa Parsi, Maehmon khana) yang disediakan oleh salah satu organisasi Jihad di Afghanistan yang bernama Tanzim Ittihad-e-Islamiy Afghanistan pimpinan Ustaz Abdur Rabbir Rasul Sayyaf atau lebih dikenali dengan nama Ustaz Sayyaf. Maehmon berarti tamu dan Khana berarti rumah atau ruang.

Maehmon khana (rumah tamu) sebagai rumah perwakilan tanzim (organisasi) Ittihad-e-Islamiy Afghanistan di Karachi. Maehmon khana yang dimaksudkan adalah sebuah rumah bukan sebuah ruangan di sebuah masjid seperti yang diceritakan oleh Imam Samudra, karena tiada maehmon khana yang disediakan di masjid di Pakistan.

Masjid-masjid di Pakistan selalu digunakan sebagai tempat i’tikaf oleh umat Islam terutama oleh Jamaah Tabligh di mana mereka bermalam dan beristirahat di dalam masjid yaitu di ruang yang digunakan untuk shalat. Oleh karena itu tiada ruang khusus yang disediakan untuk tamu, sebab masjid itu sendiri terbuka untuk semua macam tamu 24 jam. Bukankah orang yang datang ke Masjid adalah tetamu Allah di masjid itu? Inilah keyakinan orang Pakistan yang memberikan kebebasan kepada orang-orang yang ingin bermalam dan menginap untuk sekian waktu yang tidak ada batasnya. Sampai-sampai para Jamaah Tabligh membawa peralatan memasak yang lengkap dengan kompor (dapur minyak tanah), panci dan lain-lain ke dalam masjid. Artinya masjid-masjid di Pakistan tidak perlu menyediakan ruang khusus untuk para tetamu. Berbeda dengan masjid-masjid di Malaysia ataupun di Indonesia yang terkadang memberikan peraturan larangan menginap di masjid, sehingga kita biasa nielihat tersedianya kamar dan ruangan untuk orang-orang yang ingin menginap.

Sedangkan sepengetahuan saya, pengalaman orang-orang Indonesia (dari kelompok NII) sejak tahun 1985 hingga sekitar tahun 1992 menggunakan cara menjemput para calon partisipan yang baru datang ke Pakistan. Semua yang mendarat dari pesawat di kota Karachi akan dibawa ke Maehmon Khana milik Tanzim Ittihad-e-Islamiy di Karachi sambil menunggu jadwal bus atau kereta api ke Peshawar. Oleh karena para partisipan latihan kemiliteran dan jihad ini adalah orang yang baru di Pakistan maka mereka akan di’sembunyi’kan dulu untuk bermalam di Maehmon Khana supaya tidak terekspos dan menghindari pertanyaan banyak orang. Dalam rangka menjaga keamanan dan kerahasiaan para partisipan itu, maka mereka tidak dibiarkan untuk melakukan perjalanan sendiri tanpa ada penunjuk jalan. Kecuali bagi para angkatan pertama dari orang-orang Indonesia calon partisipan latihan dan Jihad di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan yang tidak dijemput di Karachi, artinya jalan sendiri tidak mampir di Maehmon Khana di Karachi.

Kedua:Imam Samudra menyebutkan seorang yang bernama Jabir, Dia (Jabir) berkata, "Tahun ini ada pemberangkatan, mau ikut nggak?" (AMT. Hal. 43), yaitu Jabir yang menawarkannya berangkat ke Afghanistan. Dan pengakuan Imam Samudra berangkat dengan menggunakan biayanya pribadi, padahal semua partisipan yang akan berangkat ke Afghanistan ditanggung pembiayaannya oleh organisasi Negara Islam Indonesia (NII/DI).

Dalam keterangan Imam Samudra bahwa yang menawarkannya berangkat ke Afghanistan adalah Jabir

yaitu orang yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan bom di sebuah rumah toko/ruko di Antapane Bandung. Menurut Imam Samudra juga bahwa Jabir waktu itu pertama kali berangkat ke Afghanistan seangkatan dengan Imam Samudra.

Nama Jabir yang disebutkan oleh Imam Samudra dalam bukunya (AMT) sudah langsung dapat difahami oleh orang yang pernah mengenali sosok si Jabir. Seandainya Imam Samudra hanya menyebutkan nama Jabir saja tanpa menambah penjelasan dengan perkataan 'almarhum' dan keterangan 'As-Syahid di Antapane' (AMT hal. 42), sudah pasti orang tidak akan dapat menebak (menerka) siapakah orang yang bernama Jabir yang dimaksudkan oleh Imam Samudra, sebab seseorang terkadang memiliki nama lebih dari satu (selain dari yang diberikan oleh orangtuanya).

Dengan demikian, Jabir yang dimaksudkan oleh Imam Samudra langsung dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri yang diberikan oleh Imam Samudra itu tadi. Dua ciri itu sudah mencukupi bagi saya dan teman-teman yang pernah mengenali Jabir serta mengetahui kisah akhir hidupnya. Seandainya Imam Samudra hanya menyebutkan nama Jabir saja belum tentu saya dapat mengenalinya sebab bisa jadi Jabir yang disebutkan Imam Samudra adalah orang lain, bukanlah Jabir yang pernah saya kenal.

Menurut Imam Samudra, Jabir menawarkannya di masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jakarta untuk berangkat ke Afghanistan. Padahal pada waktu itu sekitar tahun 1990, Jabir sedang kuliah di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan Sadda Pakistan (baca penjelasan tentang Akademi Militer) yang sedang menduduki kelas dua (tahun dua). Sepengetahuan saya yang pada ketika itu selaku salah seorang instrukturnya, Jabir (alm) tidak pernah pulang ke Indonesia sampai dia menyelesaikan pendidikannya di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan tahun 1991. Jadi bagaimana mungkin Jabir (alm) menawarkan Imam Samudra di Indonesia dan malah berangkat bersama-sama dari Indonesia ke Afghanistan?

Di antara mantan siswa saya yang mengenal Jabir di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan, sempat saya tanya tentang Jabir yang meninggal dunia di Antapane. Mereka adalah teman-teman seangkatan Imam Samudra di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan seperti Ali Imran, Mubarak dan juga teman yang tinggal di fakultas Kavalery (Pohanzay Zahridor) yang sama dengan Jabir seperti Farhan. Lihat kembali nama-nama partisipan yang pernah mengikuti pendidikan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan dalam bab Perjalanan ke Afghanistan.

Pada waktu Imam Samudra menjadi siswa di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan itu, saya berprofesi sebagai instruktur untuk materi pelajaran kemahiran menembak (Hirbak) atau biasa dikenal dengan sebutan Weapon Training bagi orang-orang Indonesia yang kuliah di situ. Ketika Imam Samudra menduduki kelas satu di pendidikan Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda Pakistan, si Jabir sedang menduduki kuliah kelas tiga. Sementara saya bertugas mengajar dan melatih untuk ketiga tingkatan kelas orang-orang NII di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan.

Ketiga:Perjalanan Imam Samudra, bukan seperti yang dikisahkan oleh Imam Samudra yang berangkat langsung ke Khowst dari Peshawar "Perjalanan sepenuhnya dipimpin oleh Asy-syahid Jabir dan dua orang Arab." (AMT Hal. 46.) dan "Kbost, nama tempat itu" (AMT Hal. 48.), tetapi sebenarnya Imam Samudra berangkat dari Peshawar langsung menuju ke Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda, Pakistan.

Seingat saya Imam Samudra tidak datang sendirian ke Akademi Militer Mujahidin Afghanistan dari Peshawar. Semua pengalaman siswa Indonesia atau Malaysia yang baru (dari anggota NII) akan diantar oleh seorang guide (yang juga mantan siswa di Akmil tersebut) yang berangkat dari rumah perwakilan kelompok NII-DI/TII di Pabbi Peshawar Pakistan menuju Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda Pakistan yaitu daerah utara Pakistan di perbatasan Afghanistan.

Imam Samudra bukan langsung ke Khowst Afghanistan, tetapi ke Akademi Militer Mujahidin

Afghanistan di Sadda Pakistan. Dengan diantar oleh petugas dari perwakilan NII di Peshawar, mobil angkot yang dinaiki dari Peshawar akan berhenti di pinggiran jalan aspal yang kemudian para calon siswa yang baru harus berjalan kaki kurang lebih 30 menit untuk masuk ke area Akademi Militer, sebab jalannya berpasir batu (sirtu) masuk ke kawasan lembah.

Kebiasaan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan ketika setiap kali ada siswa yang baru datang harus dibawa ke barak instruktur orang Indonesia. Setelah itu pasti siswa senior di Akademi Militer itu akan bersilaturrahmi ke tempat penginapannya yang sudah ditentukan oleh pihak instruktur Indonesia di Akademi Militer tersebut. Tujuan silaturrahmi itu tidak lain adalah untuk bertanya kabar 'kampung' yaitu sebuah istilah untuk nama Indonesia yang digunakan ketika mengobrol (bercakap-cakap).

Kebetulan Imam Samudra mendapat bagian akomodasi berbentuk tenda (kemah) di fakultas Logistik (Pohanzay Logistik) yang pada waktu itu belum dibangun dengan bangunan batu untuk barak penginapan para siswa. Oleh karena itu, Imam Samudra hanya bisa menceritakan pengalamannya tinggal di dalam tenda (AMT hal. 48). Kemah yang digunakan sama bentuknya dengan kemah yang dipakai oleh Mujahidin dan Muhajirin (lihat foto hiasan). Sedangkan Jabir pula adalah siswa senior yang berada di fakultas Kavaleri (Pohanzay Zahridor), tempatnya juga belum memiliki bangunan untuk siswa. Jarak antara fakultas Logistik dengan fakultas Kavaleri di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan adalah sekitar dua ratus meter.

Oleh karena Imam Samudra mendapatkan pengalaman di Pakistan/Afghanistan dalam suasana sebuah kampus yaitu di Akademi Militer maka Imam Samudra teringat akan nostalgianya di Akademi Militer dengan menyebut kata-kata bahwa 'Khowst' yang didatanginya bukanlah sebuah kampus sepertimana kampus-kampus biasa yang lainnya di Indonesia. Perhatikan kata-katanya 'Khost bukanlah kampus biasa' (AMT hal. 50).

Keempat:Imam Samudra menyebutkan nama tempat yang didatanginya di Afghanistan yaitu Khowst (AMT Hal. 48. ‘Khost, nama tempat itu’), padahal Khowst adalah nama sebuah kota yang pada sekitar tahun 1990 masih dikuasai oleh pemerintah komunis Afghanistan dengan pasukannya. Bagaimana mungkin tempat latihan berada di dalam kota Khowst, mustahil sekali. Apakah Imam Samudra benar-benar tahu apa itu Khowst? Tidak ada tempat lain yang bernama Khowst kecuali nama sebuah kota di Provinsi Paktia, Afghanistan.

Imam Samudra menyebut nama sebuah tempat yang 'didatangi' di Khowst yang menurutnya bernama Muaskar Khilafah. (AMT Hal.46. 'Muaskar Khilafah'), padahal tidak ada pada waktu itu tempat latihan yang bernama Muaskar Khilafah di Khowst Afghanistan. Wilayah yang dikuasai oleh pihak Mujahidin Afghanistan adalah di wilayah yang orang Afghan menyebutnya Shamali Khowst (Khowst Utara) berada di Provinsi Paktia, Afghanistan yang berbatasan dengan Sadda, Pakistan. Di Shamali Khowst terdapat 2 buah kamp latihan milik orang Arab, yaitu Muaskar Abu Turki yang menampung orang-orang Arab dari berbagai negara dan Muaskar Jihad. Muaskar Jihad menamakan kelompok mereka yang terdiri atas orang Arab berwarganegara Mesir dengan nama Jamaah Islamiyah di Mesir. (bhs Arabnya Jama'ah Islamiyah bi Misr).

Sekali lagi saya katakan bahwa tidak ada kamp latihan yang bernama Muaskar Khilafah di Khowst Afghanistan. Dan, Imam Samudra juga tidak mendapatkan pendidikan di kem latihan tersebut. Hanya Imam Samudra pernah sekali pergi ke Shamali Khowst Afghanistan (yaitu Shamali Khowst yang berarti wilayah Khowst Utara) dalam rangka mengikuti program latihan perang (Tathbiqot) dan praktek penembakan ke sasaran musuh di medan konflik, yang disediakan untuk para siswa Akademi Militer Mujahidin Afghanistan termasuk angkatan Imam Samudra. Siswa Indonesia (NII) termasuk Imam Samudra mendapatkan tempat untuk membangun tenda (kemah) selama program praktek (Thatbiqot) di

kawasan kem latihan orang Arab Mesir yaitu Muaskar jihad untuk jangka waktu beberapa hari saja.

Perkataan muaskar adalah satu kata dari bahasa Arab yang berarti Kamp latihan kemiliteran. Asal kata Muaskar adalah ‘askara-yu’askiru (diambil dari wazan fa’lala-yufa’lilu) yang berarti menjadi askar atau menjadi tentara. Kemudian kata muaskar adalah bentuk dari isim makan yang berarti menunjukkan nama tempat (diambil dari wazannya, mufa'lalun), jadi kata muaskar berarti tempat menjadi askar atau tempat menjadi tentara atau bisa juga dinamakan tempat latihan.

Semua kamp, muaskar dan tempat latihan kemiliteran di Afghanistan ada pemiliknya pada waktu itu. Keterangan Imam Samudra tidak menjelaskan nama pemilik Muaskar Khilafah itu, apakah milik orang Arab atau Afghan ataupun Indonesia (NII). Muaskar yang dimiliki oleh orang Arab pada waktu itu juga terdapat di berbagai belahan negara Arab, begitu juga muaskarnya orang Afghan yang didirikan oleh berbagai organisasi (Tanzim) Mujahidin Afghanistan. Suasana tersebut berbeda dengan zamannya Taliban yang hanya ada satu nama saja yaitu Taliban, sedangkan Muaskar Arab hanya ada satu juga yaitu kem Al-Qaidah milik Osama bin Laden. Dulu sebelum zaman Taliban, Osama bin Laden memiliki kem latihan yang biasa disebut dengan nama 'Muaskar Joji' yaitu yang terletak di Joji propinsi Paktia.

Sementara berdekatan dengan Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda Pakistan pada waktu itu, juga terdapat kem latihan milik orang Arab yang biasa dipanggil dengan nama Muaskar Kheldan yang di pimpin oleh orang Arab warga Syria yaitu Abu Burhan. Dan Imam Samudra juga tidak pernah berlatih di Muaskar Kheldan itu walaupun lokasinya bersebelahan dengan Akademi Militer Mujahidin Afghanistan.

Ketika Kabul ibukota Afghanistan telah dapat dikuasai oleh Mujahidin Afghanistan pada sekitar pertengahan atau akhir tahun 1992, Akademi Militer Mujahidin Afghanistan ditutup. Akibatnya semua orang-orang NII (warga Indonesia dan Malaysia) dipindahkan ke kem latihan milik orang Indonesia (NII) yang berlokasi di Towrkham Afghanistan, kamp latihan tersebut awalnya dibuka sekitar tahun 1991. Para instruktur Indonesia (NII) itu melanjutkan pendidikan bagi siswa yang belum selesai dengan rnateri pelajaran yang sama seperti di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda, Pakistan, dengan sistem yang sama juga.

Pada Januari tahun 1993, terjadi penawaran kepada orang-orang NII (Indonesia dan Malaysia) di Pakistan dan Towrkham Afghanistan untuk memilih bergabung dengan salah seorang dari dua orang pimpinan NII. Saya juga mendapat bagian untuk memilih sepertimana yang lain. Bagi sesiapa yang memilih Ust. Abdul Halim sebagai pimpinannya (Amir Jamaah) maka dia masih dapat melanjutkan program latihan dan jihadnya di Afghanistan, sementara bagi sesiapa yang memilih Ajengan Masduki sebagai pimpinannya (Amir Jamaah) maka dia akan segera dipulangkan ke Malaysia atau Indonesia.

Ini disebabkan karena Ust. Abdul Halim adalah pimpinan yang pertama kali merintis program pengiriman personal ke Afghanistan, maka kem latihan orang Indonesia di Towrkham, Afghanistan, itu hanya diperuntukkan untuk personal yang memilih Ust. Abdul Halim sebagai pimpinannya. Saya melihat Imam Samudra adalah di antara teman-teman yang dipulangkan ke Malaysia pada waktu itu, berarti Imam Samudra tidak sempat menyelesaikan pendidikan Akademi Militer, dalam arti kata lain adalah tidak lulus. Maka dengan diberangkatkan pulang sudah cukup sebagai jawaban yang jelas bahwa Imam Samudra tidak memilih Ust. Abdul Halim sebagai pimpinan jamaahnya sehingga dia harus dipulangkan.

Berkenaan apakah Imam Samudra memilih Ajengan Masduki atau tidak memilih kedua-duanya, secara pribadi saya tidak tahu. Benar Imam Samudra pada awalnya tidak menerima Ust. Abdul Halim sebagai pemimpinnya sewaktu penawaran yang diberikan ketika masih berada di Peshawar, Pakistan. Tetapi kemudian setelah bertetangga dengan Hambali yang bersebelahan rumah dengan Ust. Abu Bakar Baasyir di Jalan Manggis, Banting, Selangor, Malaysia, Imam Samudra sudah berubah fikiran lalu terlihat mengikuti kegiatan dan acara (aktivitas) anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Malaysia, Indonesia, dan di Filipina. Lebih jelasnya lagi bahwa Imam Samudra pernah berangkat ke Kem latihan Hudaybiyah atas izin Hambali pada akhir tahun 1997 yang memang hanya diperbolehkan kepada

anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah pada waktu itu. Selain ucapan bai’at, seseorang itu dapat diketahui sebagai anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah adalah ikut serta dalam kegiatan yang khusus untuk organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Bom Bali & Kesesatan Imam Samudra 

Kondisi dan Sasaran Perang

Pemahaman dan tindakan Imam Samudra dan teman-temannya mengantarkan mereka senantiasa dalam sikap

berperang. Mereka meyakini, tahapan gerakan yang harus dilakukan sekarang adalah tahapan menyerang

(offensive). Mereka juga berpendapat bahwa sekarang sudah bukan zamannya lagi bagi orang-orang Islam

bersikap bertahan (defensive), seperti yang dijelaskan di dalam buku Aku Melawan Teroris.

Adanya lafazh (ayat) tentang perintah berperang dan membunuh yang tertera dalam Al-Quran, yang telah

diwahyukan sejak sekitar 1426 tahun silam, membuat Imam Samudra dan kawan-kawan menjadikannya sebagai dalil atas tindakan ofensifnya. Padahal, jika

diteliti lebih jauh, ayat-ayat Al-Quran tersebut dipotong-potong sesuai keinginan Imam Samudra sehingga maknanya tidak sempurna lagi.

Potongan ayat perang Al-Quran di dalam buku Aku Melawan Teroris:QS. At-Taubah:5 : Artinya: “… bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai

mereka.”

QS. At-Taubah:14 : Artinya: “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu.”

QS. At-Taubah:29 : Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula kepada hari kemudian.”

QS. At-Taubah:36 : Artinya: “dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

QS Al-Anfal: 39 : Artinya: “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.”

QS. Al-Baqarah:191 : Artinya: “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai.”

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku diperintahan untuk memerangi manusia sampai ia mau mengucapkan dua kalimat syahadah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika

mereka melaksanakannya maka darah dan hartanya terjaga dariku. Kecuali hak-hak Islam yang mana hal itu hitungannya adalah kepada Allah.” (Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sungguh akan sadis sekali ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an jika hanya dibaca secara sepotong-sepotong. Namun, tampaknya dengan dalil-dalil di atas, Imam Samudra meng-isytihar-kan bahwa kini saatnya untuk melakukan aksi penyerangan, membalas balik tindakan orang-orang Musyrik dan Kafir

(non-Muslim). Itulah sebabnya, setiap penjelasan dalam buku Aku Melawan Teroris tentang aksi pemboman yang dilakukannya seringkali diakui sebagai pembalasan terhadap perbuatan orang-orang

Musyrik dan Kafir bagi membela umat Islam di seluruh belahan bumi.

Keyakinan Imam Samudra untuk memerangi orang-orang Kafir dan Musyrik terlihat jelas dalam bukunya:

1. “Tahap IV: Kuwajiban Memerangi Seluruh Kaum Kafir/Musyrik” (baca: AMT, hal: 129-134).2. “Tahap keempat (terakhir) pensyariatan perang dalam Islam dapat dikatakan sebagai tahapan

perang ofensiv (hujumi, menyerang).” (AMT, hal: 133).3. “Operasi Jihad Bom Bali dimaksudkan pula sebagai jihad ofensif.” (AMT, hal: 163)

4. “Yang menjadi target kita adalah personalnya, individunya, manusianya, bukan tempatnya… ayat di atas dengan jelas tidak membatasi tempat memerangi orang kafir.” (AMT, hal:120).

5. “Pada periode ini, seluruh kaum Musyrikin diperangi, kecuali jika mereka bertaubat, masuk Islam, mendirikan shalat dan membayar zakat.” (AMT, hal. 130).

Itulah sebabnya, berbagai operasi yang dilakukan oleh Imam Samudra dan para pelaku pemboman yang sefaham dengannya, adalah antara lain:

1. Membunuh dan menghancurkan 'musuh' dengan segala cara, termasuk mengorbankan diri (seperti teknis bom bunuh diri).

2. Merampas harta benda 'musuh', dengan cara merampok; mereka sebut sebagai Fai. Seperti perampokan toko mas yang dilakukannya di Serang Banten sekitar tahun 2002.

3. Berbohong terhadap orang atau pihak yang dianggap 'musuh', walaupun dalam memberikan persaksian di persidangan.

4. Bermegah diri di hadapan 'musuh' dengan menampakkan sikap keras.5. Memberikan propaganda bohong terhadap 'musuh', seperti membentuk opini publik.

 

Perbandingan Dalil Al-Qur’an Imam Samudra Dengan Ayat-ayat Al-Qur’an

Kemudian, apakah benar ayat-ayat Al-Qur’an tentang perang itu seperti apa yang difahami oleh Imam Samudra?

Ayat-ayat Al-Qur’an yang saya garis bawahi di bawah ini adalah potongan ayat yang dicomot oleh Imam Samudra sebagai perbandingan pengambilan dalil untuk dijadikan sandaran

berhujah. Saya tampilkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut secara utuh tanpa dipotong-potong supaya pembaca dapat membaca lafazh

aslinya dan melihat di manakah potongan ayat yang diambil oleh Imam Samudra. Tentu, akan terlihat perbedaan faham yang

mencolok jika ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dipotong-potong lalu dijadikan alasan keyakinan.

QS. At-Taubah: 5. Artinya: “Kecuali orang-orang Musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap

mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa (4). Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka

bunuhlah orang-orang Musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika

mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (5). Dan jika seorang di antara orang-orang Musyrikin itu

meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya. Demikian itu

disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (6).”

Pemahaman ayat:Ayat ini diturunkan di Madinah (ayat Madaniyyah).

Ayat 5 surah At-Taubah berhubungan dengan ayat sebelumnya (At-Taubah: 4) dan sesudahnya (At-Taubah: 6) tentang orang-orang Musyrikin, yaitu mengenai orang

yang melanggar perjanjian damai dan orang yang setia dengan perjanjian damai.

Perintah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tersebut adalah untuk memerangi orang-orang Musyrikin yang melanggar perjanjian damai. Ayat ini

dialamatkan kepada orang-orang Musyrik (animisme), bukan kepada orang-orang Kafir.

Arti kebalikan dari ayat ini, orang-orang Musyrik yang tetap setia dengan perjanjian damai dan tidak membantu orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin, maka tidak

boleh diperangi dan tidak oleh dibunuh. Orang-orang Musyrikin ini dapat bebas berjalan ke mana-mana. Dan, Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW

agar memenuhi masa waktu ikatan perjanjian serta hak keamanan sampai batas waktu tertentu (ayat 4 surah At-Taubah).

Perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin untuk memberikan jaminan keamanan bagi orang-orang Musyrikin yang meminta

perlindungan (ayat 6 surah At-Taubah).

Bulan-bulan haram (kata 'haram' di sini berarti suci) yang dalam tahun Arab adalah bermula dari tanggal 10 Zulhijjah hingga tanggal 10 Robiul Akhir. Urutan bulan

tersebut adalah Zulhijjah, Muharram, Safar, Robiul Awal, dan Robiul Akhir/Tsani. Masa waktu 4 bulan yang ditentukan itu tidak boleh berperang karena dikatogerikan

bulan haram. Pasukan Muslimin harus menahan diri dari memerangi orang-orang Musyrikin (di bulan haram) yang melanggar perjanjian damai dan juga yang punya

maksud serta persiapan memerangi kaum Muslimin. Kecuali jika musuh mulai menyerang di bulan haram, maka pasukan Muslimin dibolehkan berperang membalas

serangan, meski di bulan Haram (bulan suci).

Orang-orang Musyrikin yang diperangi lalu kalah dan menerima Islam maka mereka mendapatkan kebebasan dan hak seperti Muslim yang lain. Mereka menjadi Muslim

sesaat setelah mengucap dua kalimah syahadah, tanpa perlu diuji. Wallahu a'alam bis showab.

QS. At-Taubah: 14.Artinya: "Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca

agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka

itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti (12). Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yangmerusak sumpah (janjinya), padahal mereka

telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman (13). Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka

dengan (perantaraan) tangan~tansanmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman (14).”

Pemahaman ayat:Ayat ini diturunkan di Madinah (Ayat Madaniyyah).

Asbabun Nuzul (sebab-sebab diwahyukan) ayat ini, hanya diwahyukan ketika perjanjian Hudaybiyah. Yaitu kaum Quraish telah melanggar perjanjian Hudaybiyah dengan secara diam-diam membantu Bani

Bakar (ketika itu sedang berlangsung peperangan antara Bani Bakar dengan Bani Khuza’ah). Suku Khuza’ah adalah sekutu Rasulullah SAW (Riwayat Abus Syaikh, bersumber dari Qatadah dan

Ikrimah). Demikian juga keterangan di dalam tafsir Ibnu Katsir.

Asbabun Nuzul, yang dimaksudkan “serta melegakan hati orang-orang yang beriman” adalah ditujukan kepada Bani Khuza’ah. (Riwayat Abus Syaikh, bersumber dari as-Suddi). Ayat 14 surah At-Taubah

berhubungan dengan ayat sebelumnya (At-Taubah: 12 dan 13), yaitu menjelaskan tentang orang-orang Kafir (di zaman Rasulullah SAW) yang telah melanggar perjanjian damai dan berencana memerangi

kaum Muslimin. Perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW agar memerangi orang-orang Kafir adalah dikarenakan mereka melanggar perjanjian damai dan mengancam keamanan kaum Muslimin.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT memerintahkan berperang karena untuk memperoleh hikmah dari pensyariatan jihad, padahal Allah SWT adalah mahakuasa untuk membinasakan musuh (dari

makhluknya) dengan perintah-Nya sendiri. Janji Allah SWT akan membantu kaum Muslimin memenangkan peperangan jika Rasulullah SAW bersikap membela kehormatan hak kaum Muslimin.

Dan, memberikan ketenangan dalam hati-hati orang-orang yang beriman dari gangguan orang yang mernusuhi. Wallahu a'alam bis showab.

QS. At-Taubah: 29.Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan

oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al KItab kepada mereka, sampai mereka

membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

Pemahaman ayat:Ayat ini diturunkan di Madinah (ayat Madaniyyah).

Perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk memerangi orang-orang Kafir (Ahlul Kitab) karena adanya niat permusuhan dalam diri mereka pada waktu itu untuk

memerangi kaum Muslimin. Mereka adalah di antara Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang sejak dahulu sebelum kedatangan Islam telah menyelewengkan agama.

Jika orang-orang Kafir membayar jizyah maka tidak diperangi, walaupun mereka tidak menerima Islam. Menurut Imam Syafi'e dan Imam Ahmad bahwa jizyah hanya

diambil dari Ahlul Kitab saja. Sementara menurut Imam Malik bahwa jizyah dipungut dari seluruh orang Kafir. Wallahu a'alam bis showab.

QS. At-Taubah: 36.Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah duabelas bulan, dalam ketetapan Allah

di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agamayang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan

perangilah kaum Musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Pemahaman ayat:Ayat ini diturunkan di Madinah (ayat Madaniyyah).

Dalam setahun ada 12 bulan, 4 bulan di antaranya adalah bulan Haram (suci) yang dilarang terjadinya peperangan, sesuai dengan budaya Arab sejak sebelum kenabian Muhammad SAW.

Allah SWT melarang kaum Muslimin menganiaya diri sendiri dengan berperang di bulan Haram. Karena keharamannya (kesuciannya) mengakibatkan dosa yang berlipat ganda dibandingkan dengan

bulan yang lain, (lihat tafsir Ibnu Katsir).

Perintah Allah SWT kepada kaum Muslimin untuk berperang melawan orang-orang Musyrikin di bulan Haram. Karena mereka telah memulai perang di bulan Haram, yaitu pada bulan Muharram. Praktek

yang terjadi, Rasulullah SAW dan pasukan Muslimin melakukan penyerangan terhadap Bani Hawazin dan Bani Tsaqif (Ghozwah Hisoru Thaif) yang ketika itu telah memasuki bulan haram yaitu bulan Dzul

Qo’idah. (Tafsir Ibnu Katsir). Wallahu a'alam bis showab.

QS. Al-Anfal: 39.Artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang Kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa

mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguknya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu" (38). Dan perangilah

mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa

yang mereka kerjakan (39). Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

(40)”

Pemahaman ayat:Ayat ini diturunkan di Madinah (ayat Madaniyyah).

Ayat ini ada hubungan dengan ayat sebelumnya (Al-Anfal: 38), yaitu ancaman bagi orang-orang Kafir yang akan kembali mengulangi penyerangan terhadap kaum

Muslimin (di zaman Rasulullah SAW). Perintah Allah SWT untuk memerangi orang-orang Kafir yang berniat dan mempersiapkan kekuatan untuk mengulangi

penyerangan terhadap kaum Muslimin. Perkataan 'Fitnah' pada ayat ini berarti ancaman serangan dan gangguan dari musuh (pada zaman Rasulullah SAW) terhadap

umat Islam, Agama Islam dan Negara Islam. Fitnah kemusyrikan merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap mentauhidkan Allah dan Aqidah Islam.

Menurut tafsir Jalalain, perkataan 'Fitnah' berarti syirik (menyekutukan Allah SWT). Menurut tafsir Qurtubiy, 'Fitnah' adalah syirik dan yang meyerupainya dengan

menyakiti orang-orang Mukmin. Sementara itu, Ibnu Abbas (dalam tafsir Ibnu Katsir) menafsirkan 'Fitnah' dalam ayat ini adalah tiada lagi kemusyrikan. Wallahu a’alam

bis Showab.

QS. Al-Baqarah: 191.Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas (190). Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka

dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekkah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka

memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang Kafir (191). Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi

kamu), makasesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (192). Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga agama (ketaatan) itu hanya semata-mata untuk

Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim (193).”

Pemahaman ayat:Asbabun Nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan pelanggaran perjanjian Hudaybiyah yang dilakukan kaum Quraish dengan memulai penyerangan dan menghalangi kaum Muslimin melaksanakan ibadah

Umrah. (Riwayat al-Wahidi dari al-Kalbi dari Abu Shalih, bersumber dari ibnu Abbas). Ayat 191 surah Al-Baqarah ini ada hubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu memerangi orang-orang yang lebih dulu

memulai peperangan.

Sasaran perang adalah orang-orang Kafir yang memulai peperangan di mana saja ditemui.

Perkataan ‘fitnah’ dalam ayat ini (fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan) berarti ancaman permusuhan, ancaman penyerangan, ancaman timbulnya kekacauan, menyakiti, mengganggu

kebebasan beragama, ancaman pemaksaan orang Islam kembali kepada agama yang dulu dan juga ancaman pengusiran. Semua itu adalah akibat dari emosi kemusyrikan yang ada pada orang-orang yang

memusuhi kaum Muslimin seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, perkataan 'fitnah' dalam ayat ini bahwa syirik lebih kejam dari pembunuhan. Tafsir Jalalain juga menafsirkan perkataan 'fitnah' dengan arti syirik. Tafsir Qurtubiy menjelaskan,

kemusyrikan dan kekufuran mereka lebih besar dosanya dari dosa pembunuhan. Karena syirik yang terdapat pada waktu itu sangat membahayakan umat manusia, di mana kezaliman merajalela dengan

bertindak melampaui batas-batas hak manusia dan hak Tuhan.

Larangan berperang di Masjidil Haram, kecuali musuh yang memulai peperangan di situ. Perintah berperang sehingga tidak ada lagi 'fitnah' adalah perintah kepada kaum Muslimin dan pasukan

Rasulullah SAW agar memerangi ancaman, gangguan, dan serangan dari musuh, sehingga kaum Muslimin mendapatkan keamanan. Wallabu a'alam bis showab.

Nabi Muhammad SAW, bersabda:Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Aku diperintah untuk

memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Barang siapa melaksanakannya berarti ia

telah melindungi diri dan hartanya dariku kecuali dengan sebab syara, sedang perhitungannya (terserah) pada Allah Taala.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Pemahaman Hadis:Pernyataan Rasulullah SAW itu memberitahu bahwa ia diperintahkan untuk berperang.

Sasaran perang bersifat umum, yaitu manusia, yang berarti siapa saja, Muslim ataupun non-Muslim. Masih perlu dipertanyakan maksud yang sebenarnya dari hadis tersebut. Yang jelas hadis tersebut tidak

diarahkan khusus untuk memerangi orang-orang yang bukan Islam (non-Muslim) secara keseluruhan untuk menjadi Muslim, tetapi juga perintah perang bagi Muslim yang tidak melaksanakan shalat dan

tidak menunaikan Zakat. Alasan memerangi adalah untuk mengarahkan orang tersebut agar bersyahadat (mengucapkan dua kalimah syahadah), mendirikan shalat dan membayar zakat.

Penggunaan kata “Uqaatila” dalam Hadis itu diambil dari kata "Qatala- Yaqtulu-Qatlan" yang berarti 'dia membunuh'. Sedangkan apabila kata tersebut ditambah huruf alif sesudah huruf pertama, maka bunyinya akan menjadi lebih panjang "Qaatala-Yuqaatilu-Qitaalan" yang berarti ‘dia memerangi’ atau‘dia berperang’. Maksudnya perbuatan dalam hadis tersebut menunjukkan aksi menindak balas

yang mengakibatkan terjadinya saling berbunuhan atau baku bunuh dari kedua belah pihak secara berpasukan dan bersenjata. Jika hadis ini digunakan untuk membunuh orang-orang sipil yang tidak

punya kekuatan melawan maka sangat keliru sekali menggunakan hadis ini sebagai sandaran perbuatannya. Wallahu a’alam bis Showab.

Mengapa hadis ini selalu diarahkan atau difahami untuk memerangi orang yang tidak /belum bersyahadah yaitu orang-orang non Muslim? Mengapa hadis ini tidak dimaksudkan juga memerangi

orang-orang yang tidak shalat yang sekarang ini sedemikian banyak orang yang tidak shalat bahkan dari

kalangan keluarga aktivis Muslim juga ada yang tidak shalat?

Selain dari maksud bermalas-malasan dalam shalat ada di antara Muslim yang menganggap shalat menjadi tidak fardhu sekarang ini karena perjuangan jamaah mereka berada dalam fase Makkiyah,

apakah orang-orang Muslim ini tidak diperangi? Begitu juga ada di antara orang Muslim yang menganggap shalat sudah bukan kuwajiban bagi dirinya sebab dia sudah mencapai makam hakiki

seperti keyakinannya 'Aku adalah Dia dan Dia adalah Aku’ salat dianggapnya adalah kulit sementara dia sudah mencapai ke isi atau inti dari Islam itu. Orang yang berkuwajiban shalat adalah orang yang

baru mencapai tingkat kulit dari Islam. Apakah orang Muslim ini tidak patut diperangi?

Bahkan orang-orang Muslim yang beranggapan shalat dan zakat tidak wajib dilaksanakan lebih berhak diperangi dibandingkan memerangi orang non-Muslim yang belum bersyahadah, dan hal ini telah

dilaksanakan oleh Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq r.a ketika beliau melancarkan peperangan terhadap orang yang tidak membayar zakat, bukan karena mereka kikir atau bermalas-malasan dalam membayar zakat, tetapi mereka diperangi karena berfaham zakat bukanlah kuwajiban lagi yang harus dilaksanakan

setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Begitu juga Sayyidina Abu Bakar r.a memerangi Musailamah Al-Kazzab dan pengikutnya yang mengaku sebagai Nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, maka mengapa orang-orang yang

mengaku Nabi seperti Lia Aminuddin (di Indonesia) dan Ghulam Mirza Ahmad serta pengikut Qadiyani tidak diperangi?

Kalau seandainya ayat-ayat Al-Qur’an dan sebuah Hadis tersebut (lihat judul Potongan ayat perang Al-Quran di dalam buku Aku Melawan Teroris) adalah perintah untuk memerangi dan membunuh seluruh

orang-orang non-Muslim tanpa batas dan memaksa mereka menjadi Muslim, maka akan berlawanan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi perintah tidak memaksa serta memberikan jaminan keamanan

kepada orang-orang non-Muslim tanpa memaksa mereka memeluk agama Islam, sebagaimana berikut;

QS. At-Taubah: 4: Tentang jaminan keamanan jika setia dengan perjanjian.Artinya: “kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)

dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang jang bertakwa.”

QS. At-Taubah: 7: Tentang jaminan keamanan jika setia dengan perjanjian.Artinya: "Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali dengan orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di

dekat Masjidi Hharam? Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang jang bertakwa.”

QS. Al-Mumtahanah: 8: Tentang jaminan keamanan jika tidak memusuhi dan tidak memerangi.Artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

QS. At-Taubah: 29: Tentang jaminan keamanan jika membayar Jizyah.Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari

kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al

Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

QS. Al-Kahfi: 29: Tentang tiada paksaan menganut agama Islam.Artinya: “Dan Katakanlah, Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin

(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kaftr.”

QS. Al-Baqarah: 256: Tentang tiada paksaan menganut agama Islam.Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang

benar daripada jalan yang sesat.”

Lantas, apakah benar Rasulullah SAW memperlakukan orang-orang kafir dan musyrikin (non-Muslim

Keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah

MULANYA, saya merasa tabu untuk tidak aktif dari jamaah Al-Jamaah Al-Islamiyah (JI) ini dan bahkan saya adalah orang yang selalu memberikan motivasi kepada anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah untuk tetap istiqomah di dalam jamaah. Walaupun berbagai konflik dan perselisihan yang terjadi di tingkat pimpinan, namun saya tetap menjaga keutuhan kesatuan di antara anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah khususnya yang berada di dalam lingkungan wilayah Mantiqi Tsalis (III). Terlebih lagi posisi saya selaku ketua Mantiqi Tsalis (III) yang bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian organisasi.

Setiap informasi yang saya dapatkan dari senior seperti Ust. Mustapha, Ust. Abu Rusdan, Ust. Abu Fateh dan beberapa senior lain tentang keadaan dan perkembangan dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah saya tampung dan berusaha menetralkan di tingkat bawahan di Mantiqi Tsalis (III). Ini semua saya lakukan agar para anggota tidak bingung dengan apa yang terjadi dalam kepengurusan Al-Jamaah Al-Islamiyah di tingkat pimpinan.

Usaha saya itu ada batasnya, sebagaimana usaha para senior saya yang mencoba tetap istiqomah namun di antara mereka ada yang telah meninggalkan Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan cara mengasingkan diri. Artinya, mereka non aktif walaupun lidahnya tidak pernah mengatakan keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Fenomena non-aktif ini bermula sejak wafatnya Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah yang pertama yaitu Ust. Abdul Halim atau dikenal dengan nama Ust. Abdullah Sungkar sekitar akhir tahun 1999. Menurut seorang senior yang menceritakan kepada saya bahwa Ust. Abdul Halim wafat dalam keadaan sedang tidur di sela-sela waktu istirahat menunggu sesi rapat Markaziyah pada jam berikutnya. Setelah mengurusi proses pemakaman beliau lalu para senior mulai membicarakan tentang Amir yang berikut, sebagai penggantinya.

Dalam proses pemilihan calon Amir terjadi perbedaan pendapat yang akhirnya memilih Ust. Abdus Somad (Ust.Abu Bakar Ba’asyir). Senior yang menceritakan kepada saya itu tidak menceritakan bagaimana proses pengangkatan Ust.Abu Bakar Ba’asyir.

Sementara dari sisi lain ada di antara senior dan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di tingkat pimpinan pada waktu itu yang kurang setuju dengan pengangkatan Ust. Abu Bakar Ba’asyir selaku Amir, sehingga terjadi keluhan dan pembicaraan di belakang yang kurang enak didengar.

Apa yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa inilah pertama kali saya sangat terkesan ketika mendengar perselisihan di kalangan pimpinan, padahal pada waktu itu sekitar akhir tahun 1999 saya berada di Sandakan Sabah Malaysia. Secara pribadi saya tidak setuju dengan sikap anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah baik anggota biasa ataupun pimpinan yang tidak setuju dan mempergunjingkan atas pengangkatan Ust. Abu Bakar Ba’asyir selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Hal tersebut menjadi pertanyaan saya, yang seharusnya bagi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah siapapun dia harus menerima keputusan tersebut, dengar dan taat dalam keadaan suka atau tidak, dan harus membantu menjalankan tugasnya. Karena jabatan Amir tersebut bukan keinginan Ust. Abdus Somad serta bukan ambisinya. Saya menyesali dengan perselisihan ini karena saya teringat akan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Daan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)

Peristiwa yang lain ketika Ust.Abu Bakar Ba’asyir diangkat menjadi Amir yaitu pimpinan tertinggi bagi organisasi Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) pada bulan Agustus 2000. Di sini dari kalangan tingkat pimpinan Al-Jamaah Al-Islamiyah terpecah menjadi dua yaitu kepada yang setuju dengan keterlibatan Ust. Abu Bakar Ba’asyir di dalam MMI dan pihak yang tidak setuju. Pihak yang tidak setuju meminta Ust. Abu Bakar Ba’asyir untuk segera menarik balik kesediaannya menjabat selaku Amir Majlis Mujahidin Indonesia, sementara Ust. Abu Bakar Ba’asyir tidak ingin melakukan demikian.

Terjadilah perselisihan tentang status Amir beliau selaku Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah atau Amir Majlis Mujahidin Indonesia. Pada asalnya beliau bersedia mundur dari jabatan Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah tetapi di antara pimpinan dan senior tidak menginginkan Ust. Abu Bakar Ba’asyir meletakkan jabatannya tersebut, sehingga sempat mengancam akan keluar dan tidak aktif di dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah seandainya Ust.Abu Bakar Ba’asyir dihentikan jabatannya. Untuk menjaga keutuhan organisasi maka Ust. Abu Bakar Ba’asyir mengambil keputusan untuk tetap sebagai Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah dan dalam waktu yang sama juga ia adalah Amir Majlis Mujahidin Indonesia.

Dalam melaksanakan kuwajibannya ternyata Ust. Abu Bakar Ba’asyir menghadapi kesulitan memimpin dua organisasi yang besar, sehingga beliau menunjuk Ust. Zulkarnain sebagai Pelaksana Tugas Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah. Kemudian digantikan oleh Ust. Abu Rusdan pada April 2002 dalam pilihan langsung di sebuah rapat Markaziyah yang diadakan di Bogor, Indonesia. Sementara Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah tetap Ust. Abu Bakar Ba’asyir sampai ditentukan adanya pergantian Amir yang baru.

Posisi Ust. Abu Bakar Ba’asyir selaku Amir Majlis Mujahidin Indonesia adalah bibit bencana di dalam tubuh Al-Jamaah Al-Islamiyah. Sebab, pada saat itu loyalitas anggota kepada pimpinan menjadi hilang lalu mereka keluar dari jamaah (Al-Jamaah Al-Islamiyah). Ada beberapa senior yang mengundurkan diri karena merasa kecewa dengan sikap yang diambil oleh Ust. Abu Bakar Ba’asyir.

Sebagian dari kalangan senior mengikuti langkah Ust. Abu Bakar Ba’asyir menjadi anggota Majlis Mujahidin Indonesia, dan bahkan ada di antara mereka yang dengan tega mengeluarkan pernyataan bohong dengan mengatasnamakan Ust. Abu Bakar Ba’asyir memerintah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah untuk ikut menjadi anggota Majlis Mujahidin Indonesia, padahal Ust. Abu Bakar Ba’asyir tidak pernah mengeluarkan perintah tersebut. Kebingungan terjadi di kalangan anggota bawahan melihat tingkah laku para pimpinan mereka yang berbeda sikap.

Akibatnya, perpecahan dan ketidakpercayaan muncul di kalangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah, terutama di wilayah Mantiqi Tsani (II). Ada di antara anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang masuk menjadi anggota MMI, ada di antara anggota yang tetap bersama Al-Jamaah Al-Islamiyah. Dan ada di antara mereka yang tidak lagi ingin bersama Al-Jamaah Al-Islamiyah, apalagi menjadi anggota MMI, karena kecewa dengan sikap Ust. Abu Bakar Ba’asyir dan sebagian senior serta pimpinan Al-Jamaah Al-Islamiyah yang ikut MMI.

Malah di antara mereka ada yang mengatakan bahwa, “Sekarang kita tidak perlu berjamaah dan berjihad tidak perlu ikut jamaah, siapapun yang ingin berjihad dapat gabung bersama.” Anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lepas kendali dan mengambil sikap sendiri ini akan bergabung dengan orang-orang yang mereka anggap punya faham dan misi yang sama. Maka tidak mustahil seandainya

anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah bersama-sama dengan anggota NII atau bersama dengan anggota-anggota dari kelompok Wahdah Islamiyah, Jundullah, Kompak dan MMI. Hubungan ini bukan antara kelompok atau.organisasi (Jamaah) tetapi hubungan antar personal.

Kebingungan dan kemarahan dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah baik dari tingkat pimpinan hingga ke tingkat bawahan kembali terjadi ketika peristiwa bom pada malam Natal tahun 2000. Karena di antara yang terlibat di dalam aksi pemboman itu terdiri atas anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dan anggota NII yang dipengaruhi dan diajak oleh Hambali. Hambali telah mempengaruhi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di wilayah Mantiqi Tsani (II) dan anggota NII untuk melakukan tindak balas pada umat Kristen yang diyakininya telah melakukan penyerangan terhadap umat Islam di Ambon. Hambali berniat membangkitkan konflik nasional antara agama Islam dan Kristen se Indonesia, sebagai pembalasan dengan apa yang terjadi di Ambon.

Tindakan Hambali tersebut membuat anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain, terutama di kalangan pimpinan Mantiqi Tsani (II), tidak dapat membendung beberapa anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang secara diam-diam telah bergabung dengan kelompok-kelompok kecil yang dibentuk oleh Hambali. Lebih dari 30 gereja di seluruh Indonesia menjadi sasaran pemboman pada malam Natal tahun 2000 itu.

Pada dasarnya kemarahan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Mantiqi Tsani (II) terhadap Hambali dan orang-orang yang bersamanya adalah karena Hambali telah melakukan kesalahan yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW, merusak tempat ibadah agama lain dan melukai serta membunuh orang sipil. Akibat dari tindakan Hambali itu secara organisasi telah merusak sistem di Mantiqi Tsani (II), di mana Hambali ketika itu adalah Ketua Mantiqi Ula (I) telah berbuat sesuatu di wilayah dakwah Mantiqi Tsani (II). Akibat yang kedua dari tindakan Hambali itu telah menabur doktrin di kalangan orang-orang yang bersamanya dengan prasangka buruk serta membenci anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang dikatakan tidak mahu berjihad karena tidak mahu mengikuti faham jihad Hambali yang membenci orang Kristen. Inilah bibit-bibit perpecahan di Mantiqi Tsani (II).

Kekacauan bertambah lagi di tubuh Al-Jamaah Al-Islamiyah ketika pemerintah Malaysia melakukan penangkapan terhadap mereka yang melakukan perampokan atas nama Jihad pada pertengahan tahun 2001. Hasil dari pemeriksaan polisi Malaysia menghasilkan sebuah jaringan yang dipimpin oleh Hambali yang berencana melakukan beberapa operasi di Malaysia dan Singapura. Sekali lagi Hambali melibatkan beberapa anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah dan orang-orang dari kelompok lain seperti NII dan KMM (Kumpulan Mujahidin Malaysia) di Malaysia. Begitu juga selanjutnya penangkapan besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia dan Singapura pada akhir tahun 2001. Kekacauan dan ketakutan melanda anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Malaysia dan Singapura yang mengakibatkan sebagian mereka bersembunyi atau melarikan diri ke Thailand atau ke Indonesia. Sementara bagi yang belum begitu dikenali sebagai anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah mengambil sikap berbaur dengan masyarakat dan menjauh dari lingkungan Al-Jamaah Al-Islamiyah, dalam arti kata keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Dalam keadaan pimpinan Al-Jamaah Al-Islamiyah di Mantiqi Tsani (II) sibuk mengamankan anggota Mantiqi Ula (I) warganegara Malaysia dan Singapura yang lari dari negara mereka, ternyata terjadi sesuatu yang memperburuk lagi keadaan, yakni, peristiwa Bom Bali. Pemerintah Indonesia yang pada awalnya menyangkal warganya terlibat dengan kelompok teroris di Singapura dan Malaysia, seperti pernyataan mantan wapres Hamzah Haz, menjadi terbuka dengan kejadian Bom Bali pada 12 Oktober 2002.

Sekali lagi anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah di Mantiqi Tsani (II) menjadi marah dengan peristiwa tersebut, sebab kejadian besar itu mengulangi peristiwa Bom di malam Natal tahun 2000. Hanya pelaku Bom Bali saja yang tahu siapa-siapa dari mereka yang berencana dan melakukan aksi pemboman itu. Sementara kebanyakan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain tidak mengetahui dan merasa was-was dan khawatir kalau-kalau di antara mereka menjadi tertuduh karena pernah ke Afghanistan atau ke Mindanao, Filipina, padahal mereka tidak pernah berniat untuk mencelakakan orang-orang awam atau sipil.

Ketika para pelaku Bom Bali itu datang meminta perlindungan dari orang-orang yang mereka kenal yang di antaranya adalah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah, hanya sebagian kecil yang menerima untuk melindungi. Sebagian besar justru menolak untuk membantu melindungi sampai-sampai ada yang mengatakan, “Mereka yang (Maaf..) berak kita yang membersihkan?” Ada di antara mereka yang menutup pintu tidak mau menerima kedatangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah karena merasa curiga dengan setiap orang. Ada yang meminta perlindungan tetapi terang-terangan ditolak dan menyarankan cari yang lain saja.

Akibat dari operasi Polisi Indonesia mengungkap para pelaku pemboman Bali, terjadilah penangkapan-penangkapan pelaku Bom Bali dan orang-orang yang melindungi mereka, sampai-sampai disangkakan bahwa Polri ingin menangkap semua orang yang terlibat di dalam organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah sebagaimana nama Jamaah Islamiyah telah tercatat masuk di dalam daftar PBB nama-nama kelompok Teroris.

Termasuk akibat dari peristiwa Bom Bali adalah dapat diketahui Mukhlas (Ali Ghufran) selaku ketua Mantiqi Ula (I), dana yang diterima dari Wan Min Wan Mat selaku Ketua Wakalah Johor, Wan Min sendiri menerima perintah tersebut dari Hambali (mantan Ketua Mantiqi Ula), Imam Samudra anggota wakalah Selangor, Amrozi anggota wakalah Johor, Azahari anggota wakalah Johor dari informasi Polisi yang didapatkan dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang tertangkap di Malaysia dan Singapura. Dengan informasi tersebut telah membuat kecurigaan akan keterlibatan Al-Jamaah Al-Islamiyah di balik Bom Bali.

Tetapi, apakah semua anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah mengetahui perencanaan Bom Bali itu? Bahkan sebenarnya kebanyakan tidak setuju dan membenci terjadinya kejadian Bom di Bali serta aksi-aksi yang mencelakakan orang awam. Anggapan saya bahwa Mukhlas, Imam Samudra dan orang-orang yang bersamanya dari pelaku Bom Bali tidak mewakili Al-Jamaah Al-Islamiyah, kecuali di luar pengetahuan saya kalau memang itu direncanakan oleh Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Gara-gara diketahui latar belakang para pelaku Bom Bali, sempat menjadi sorotan serta isu bahwa Al-Jamaah Al-Islamiyah di balik peristiwa Bom Bali. Akibatnya semua kegiatan dakwah Al-Jamaah Al-Islamiyah menjadi terhenti dan anggota-anggotanya menghindar dari aktivitas dakwah atau pembinaan yang berkelompok. Orang-orang yang merasa dekat atau pernah bersama dengan orang-orang yang termasuk daftar pencarian polisi, mengambil sikap berpindah tempat atau menyembunyikan diri dan mengganti nama serta identitas.

Kecurigaan antara sesama anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah menjadi semakin meningkat yang asalnya saling percaya menjadi saling curiga. Bom Bali telah merusak hubungan antara sesama anggota dan merusak kegiatan dakwah, demikian lah yang dianggap kebanyakan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah sekarang ini. Mereka lebih cenderung mengambil sikap sendiri-sendiri, di antaranya tidak mengikuti kegiatan pengajian perkumpulan, menjadi anggota ormas Islam lain, dan seterusnya.

Gara-gara sikap dan tindakan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah sendiri telah mencemarkan nama organisasi dan menyusahkan anggota yang lain. Bukan saya yang pertama kali membuka nama Al-Jamaah Al-Islamiyah tetapi akibat perbuatan mereka (yang terlibat dengan aksi kekerasan di Malaysia, Singapura dan Indonesia) telah memunculkan nama Al-Jamaah Al-Islamiyah, yang selanjutnya menambah jumlah daftar nama-nama kelompok teroris di PBB. Sementara saya hanya melanjutkan dengan memberi penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang Al-Jamaah Al-Islamiyah supaya masyarakat umum, terutamanya umat Islam, mengetahui apa sebenarnya Al-Jamaah Al-Islamiyah. Saya tidak ingin dan tidak tega umat Islam diberi informasi yang tidak benar atau pun yang dusta.

Kekacauan di dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah saya ketahui dari satu peristiwa ke satu peristiwa yang lain membuat saya ingin mundur sebagai anggota maupun pengurus. Tetapi saya membatalkan niat saya itu dengan mencoba berusaha untuk menjaga anggota-anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang ada di dalam wilayah dakwah Mantiqi Tsalis (III) agar tidak terpengaruh dengan melakukan sesuatu yang mencelakakan orang awam atau melakukan sesuatu yang dianggap Jihad padahal bukan Jihad. Namun sebagai manusia biasa saya punya keterbatasan. Singkat cerita, akhirnya saya tertangkap di Bekasi,

Jawa Barat, Indonesia, pada 18 April 2003 dalam sebuah operasi pencarian pelaku Bom Bali oleh pihak Polisi RI (Polri).

Berdasarkan informasi yang dimiliki Polri, saya tidak terlibat dalam peristiwa pemboman di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Tetapi, oleh karena saya adalah salah satu anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah maka saya diperiksa sehubungan pengetahuan saya mengenai peristiwa Bom Bali sebagaimana anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang lain. Karena saya adalah warganegara Malaysia yang menggunakan identitas palsu dan memasuki Indonesia tanpa pasport, maka saya harus ditahan yang kemudian saya diadili di Pengadilan Negeri Palu dan dijatuhi hukuman 10 bulan. Hukuman itu berakhir pada 18 Februari 2004.

Saya menyadari bahwa saya harus ikut serta dalam menghentikan aksi-aksi kekerasan yang bertentangan dengan Islam. Dan saya harus jelaskan kepada pihak kepolisian bahwa tidak semua alumni Afghanistan dan Filipina adalah orang yang berfikiran seperti pelaku Bom Bali.

Hal yang paling utama dan paling penting yang ingin saya ungkapkan di sini adalah tidak sependapatnya saya dengan faham yang diyakini oleh beberapa orang dari anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang telah menyimpang dari tuntunan Islam dengan melakukan aksi penyerangan dan pemboman atas orang-orang awam. Di antara mereka terdiri dari kalangan pimpinan Al-Jamaah Al-Islamiyah dan juga dari kalangan anggota biasa.

Pemahaman dan keyakinan berperang dalam Islam yang disalahartikan menjadi bentuk penyerangan terhadap orang-orang yang bukan musuh Islam. Aksi pemboman yang terjadi pada malam Natal tahun 2000, pemboman Bali, pemboman Hotel JW Marriott dan pemboman di depan Kedubes Australia adalah akibat dari orang-orang yang mempunyai kefahaman yang sama dengan Imam Samudra, yaitu memerangi orang-orang non-Muslim tanpa batas, sebagaimana telah kita bahas. Pemahaman menghalalkan darah dan harta non-Muslim tanpa alasan yang hak telah menyebabkan umat Islam keliru dan sesat.

Pemahaman ini telah mempengaruhi kegiatan Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan mengakibatkan misi dakwah Islamiyah yang dilakukan mengarah kepada tujuan membawa umat Islam membenci non-Muslim dan memerangi mereka. Padahal Syariat Islam bukanlah seperti itu yang digambarkan oleh Imam Samudra dan orang-orang yang sefaham dengannya.

Keluarnya saya dari Al-Jamaah Al-Islamiyah bertujuan ingin menyelamatkan umat Islam, sebatas kemampuan saya, agar tidak terpengaruh dengan faham yang keliru, dan agar umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya tidak menjadi sasaran pemboman dan penyerangan yang dilakukan tanpa alasan syar’i dan manusiawi.

Kebiasaan anggota yang keluar dari organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah bermula dengan tidak bersikap aktif mengikuti acara pengajian atau kegiatan sosial yang lain. Dengan kata lain, berhenti mengikuti apa saja kegiatan dakwah atau acara bersama yang diadakan oleh organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah. Apakah alasan mereka yang sebenar menjadi tidak aktif, saya tidak mengetahuinya, namun sudah sekian banyak orang sebelum saya yang mengambil keputusan keluar, yang pastinya dengan berbagai alasan pribadi dan keyakinan.

Ada juga penyebab di mana anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah masuk ke dalam organisasi Islam yang lain sehingga kesibukannya di dalam organisasi Islam itu menjadikannya tidak lagi tertarik dengan program atau kegiatan yang diadakan oleh organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Ada hal yang saya tidak setuju tentang pemahaman sebagian anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang mencela mereka yang keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah. Ini karena mereka sudah pernah menyatakan (membuat pengakuan) baiat, seolah-olah menakut-nakuti orang yang tidak aktif lagi dalam Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Seseorang yang telah berbaiat dan menyatakan kesediaannya untuk mematuhi inti dari isi baiat (baca

baiat bab Al-Jamaah Al-Islamiyah) akan selamanya diminta pertangungjawaban tentang baiat yang telah diucapkannya. Pertanggungjawaban itu bukan hanya akan dipertanyakan di dunia tetapi akan ditanya juga dihadapan Allah SWT. Karena keyakinan yang diberikan dan difahamkan bahwa baiat amal (kesetiaan beramal) yang diucapkan seseorang itu ketika berbaiat kepada Amir Al-Jamaah Al-Islamiyah (atau kepada orang yang diwakilkan) adalah baiat yang disaksikan oleh Allah SWT, seperti yang selalu diingat-ingatkan oleh pimpinan dan para pendakwah Al-Jamaah Al-Islamiyah dengan dalil dari ayat Al-Quran;

Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (Al-Fath: 10)

Tiada salahnya pada ayat Al-Quran di surah Al-Fatah itu, maha benarlah apa yang telah termaktub di dalam Al-Quran yang menegaskan tindakan Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya dalam peristiwa Baiatur Ridwan. Silahkan lihat tafsirnya di buku-buku tafsir, apa yang ingin saya katakan adalah bahwa ayat ini seringkali digunakan bagi memperingatkan para anggota organisasi Al-Jamaah Al-Islamiyah untuk tetap setia mentaati kepimpinan. Yaitu dalam arti kata adalah untuk kepentingan Al-Jamaah Al-Islamiyah. Padahal tafsir ayat itu bermaksud kepada kepimpinan tertinggi kaum Muslimin keseluruhan yaitu kepada seorang yang berstatus Nabi atau Khalifah bukan kepada pimpinan jamaah atau pimpinan kelompok.

Lebih parahnya lagi ada di antara pimpinan dan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang berfaham bahwa keluar dari Al-Jamaah Al-Islamiyah berarti keluar dari Islam. Berdasarkan dari hadis yang dipakai untuk mengingatkan anggota jamaah supaya tetap menjaga ketaatan dan kesetiaan. Padahal hadis ini adalah bermaksud kepada pimpinan tertinggi kaum Muslimin seperti seorang Nabi atau Khalifah, bukan kepada pimpinan organisasi atau Al-Jamaah Al-Islamiyah.

Artinya: “Barangsiapa yang telah melepaskan ketaatan pasti akan bertemu Allah SWT (pada hari Akhirat) dalam keadaan berdosa, dan barangsiapa yang tiada ikatan baiat (pada dirinya) maka matinya nanti dalam keadaan mati jahiliyah.” (Hadis Riwayat Muslim: 1443)

Keyakinan seperti ini, meskipun pada dasarnya keliru, tapi membuat sebagian umat Islam dapat dirangkul dan direkrut serta dimanfaatkan hanya dengan memberi peringatan yang mengancam kehidupannya di dunia dan di akhirat berdasarkan hadis ini. Mereka takut dianggap kafir atau mati dalam keadaan kafir atau jahiliyah. Maka bagi siapa yang sangat berharap akan kesempurnaan hidup dalam Islam tanpa mendahulukan ilmu, pasti tertarik untuk melakukan baiat demi mengharap kesejahteraan hidupnya di Akhirat nanti, karena ia mendahulukan taklid buta setelah tertegun dengan orang yang menyampaikan hadis tersebut.

Saya dapati perjuangan anggota-anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah sudah tidak murni untuk kemaslahatan umat dan kemaslahatan Islam. Perjuangan di balik kebohongan dan tanpa punya keberanian untuk menyatakan kebenaran yang sebenar. Prinsip Tandzim Sirri (organisasi rahsia) telah membuat anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah menjadi penakut untuk berkata jujur dan dengan sengaja

membiarkan umat Islam yang jumlahnya ratusan juta di Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam kebingungan dengan sikap perilaku orang Islam sendiri.

Perjuangan anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah yang keliru dalam pemahaman Jihad itu bukan lagi untuk menghilangkan 'fitnah', tetapi perjuangan mereka adalah mendatangkan 'fitnah', dan perjuangan mereka menimbulkan 'fitnah' kepada umat Islam. Perhatikan hadis berikut ini;

Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata: Rasulullah SAW mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi SAW. Rasulullah SAW bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang. Rasulullah SAW bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu. Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang Muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: "Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah". Saad berkata: Kami telah berperang, agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang. agar timbul fitnah. (Hadis Sohih Bukhari dan Muslim)

Yaitu 'fitnah' kepada Agama Islam, yang menyebabkan non-Muslim menganggap Islam adalah agama yang sadis dan kejam terhadap sesama makhluk ciptaan Allah SWT, serta menyesatkan segelintir umat Islam dengan faham Jihad mereka… Astaghfirullah al adzim…

Ya Allah aku berlepas diri dari segala kezaliman yang mereka lakukan terhadap hamba-hamba-Mu. Ya Allah ampunilah kami, bimbinglah kami dan tunjukilah kami jalan yang lurus.

Artinya “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Mumtahanah: 5)

Marilah kita bersama-sama menjelaskan misi dakwah Islam yang benar dan membongkar kesesatan faham yang diyakini oleh anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah seperti Imam Samudra dan kawan-kawannya.

Saya mengimbau dan menyerukan kepada semua teman-teman dan semua orang-orang yang masih mempunyai niat untuk melakukan aksi pemboman dengan sasaran apapun dan siapapun, agar dihentikan dan segera bertaubat kepada Allah SWT.

Seruan saya ini adalah seruan yang mengharapkan keselamatan dan kebersamaan antara sesama Muslim, agar Islam benar-benar diamalkan sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Dan juga agar martabat Islam segera kembali disegani dan dimuliakan karena persatuan dan kebersamaan antara sesama umat Islam serta kesefahaman yang satu terhadap Islam.

Wallahu 'alarn bis sowab

Bab 03 Tokoh Dibalik Peristiwa Pembantaian Tanjung PriokPara Pengamat Indonesia khususnya berpendapat, bahwa intel-intel militerlah yang menskenario dan merekayasa kasus pembantaian Tanjung Priok. Mereka mem-berikan isyarat adanya awal operasi yang dengan sengaja bertujuan untuk mengkategorikan kegi-atan-kegiatan ke-Islaman sebagai tindak kejahatan, dan para pelakunya dijadikan sasaran korban. Sebenarnya peristiwa ini sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk suatu ketika dapat diajukan ke pengadilan guna mela-wan berbagai kelompok yang mempunyai tujuan berbe-da, sebagaimana akan kami uraikan berikut ini.

Siapapun yang hendak mengamati kehidupan poli-tik di Indonesia sejak dasawarsa 60-an akan tahu bahwa operasi semacam ini dianggap sebagai contoh dari ope-rasi-operasi khusus yang dilakukan intelijen. Ciri dari-pada operasi ini adalah, sulitnya diketahui secara jelas keterlibatan intelijen militer di dalamnya. Selain itu tidak mungkin memperdebatkan secara terbuka hal semacam ini dalam suasana Indonesia yang represif.

Lima belas tahun pertama dari pemerintahan Soe-harto, orang yang mengendalikan operasi-operasi intel-jen adalah Jendral Ali Murtopo. Dia memiliki badan intel-jen khusus dan melakukan operasi politik khusus yang disebut dengan opsus. Opsus ini didirikan pada awal dasawarsa 60-an dimasa pemerintahan Soekarno, dan kemudian menjadi kaki tangan Soeharto sejak dia men-jadi panglima Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat). Operasi penting yang dilakukan opsus sebelum Soeharto naik ke tampuk kekuasaan ialah melakukan pembicaraan-pembicaraan rahasia dengan pemerintah Malaysia. Oleh karena itu telah muncul keraguan dalam front politik yang dijalankan oleh Soekarno dan pemerintahannya. Pada tahun 1969 mereka melakukan operasi rekayasa yang disebut dengan “Hak menentukan Nasib Sendiri”.

Operasi ini dianggap legal yang dilakukan Indonesia terhadap Irian Barat. Kemudian berlanjut dalam operasi pemilu tahun 1971 dan 1977 sehingga Golkar memperoleh kemenangan luar biasa. Kapten Beny Murdani pada waktu itu merupakan salah seorang pembantu inteljen Ali Murtopo (opsus). Beny Murdani berpangkat Kapten tahun 1963 kemudian menjadi jendral berbintang 4 dan Pangab Indonesia. Beny Murdani melakukan operasi inteljen di bawah bendera opsus menjalankan tugasnya pertama-kali bermarkas di Bangkok, agar dapat melakukan pembicaraan-pembicara-an rahasia dengan Malaysia secara baik yang terjadi pada th 1964.

KOMANDO JIHAD: Ketika tentara selamat dari ancaman Komu-nis secara gemilang, kemudian dari gerakan kiri pada akhir dasawarsa 60-an, maka badan inteljen militer ini menjadikan umat Islam sebagai sasaran utamanya. Operasi pentingnya pertama kali dilakukan menjelang pemilu 1977, ketika PPP masih merupakan kelompok oposan terhadap pemerintah dan memberikan kesan bahwa Islam merupakan kekuatan teroris karena adanya tuduhan bahwa sejumlah aktivis merupakan anggota-anggota Komando Jihad. Kami ingin menyatakan disini bahwa Komando Jihad ini adalah rekayasa Ali Murtopo untuk mengacaukan kaum muslimin. Seorang wartawan Australia memperoleh informasi dari berbagai sumber yang menyatakan: ”Pimpinan Komando Jihad tidak lain adalah tokoh-tokoh gerakan Darul Islam pada dasawarsa 50-an yang tertangkap, kemudian mereka dibebaskan, lalu diajak

bekerjasama oleh Ali Murtopo, setelah mereka ini dijebloskan ke dalam tahanan”. Salah seorang tokoh mereka ini adalah Haji Ismail Pranoto. Pada tahun 1978 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan tuduhan mendirikan Komando Jihad di berbagai tempat di wilayah Jawa Timur.

Para tertuduh di dalam kasus ini semua menyangkal. Mereka menya-takan, bahwa mereka melakukan operasi-operasi melawan komunis bekerjasama dengan militer. Mereka meminta kepada Jendral Ali Murtopo untuk memberikan kesaksian di pengadilan tapi ternyata pengadilan menolak permohonan ini. Abdurrahman Wahid, pimpinan NU mengakui bahwa Komando Jihad ini adalah rekayasa dari badan inteljen militer. Ketika dia ditanya,”Apakah organisasi ini masih ada di Indonesia?”. Jawabnya,”Sekarang sudah tidak ada. Adapun gerakan itu dimasa lalu, tanyakanlah hal itu kepada Kopkamtib, tetapi (Jihad itu sendiri) sejalan dengan ajaran Islam”. Komando Jihad adalah gerakan yang direkayasa oleh orang-orang yang menginginkan hancurnya gerakan Islam.

PEMBAJAKAN WOYLA: Operasi penting yang kedua melawan kaum muslimin terjadi pada awal tahun 1982, beberapa waktu sebelum dilaksanakannya Pemilu. Sekelompok orang-orang Islam dituduh mem-bajak pesawat garuda yang melakukan penerbangan dalam negeri. Gerakan ini dituduh menyerbu kantor polisi Cicendo, Jawa Barat.

Dalam persidangan, Imran Bin Muhammad Zein, pemimpin gerakan ini, bermaksud untuk memeriksa peranan Najamuddin komandan sayap tentaranya yang dicurigai sebagai anggota inteljen militer. Para anggota gerakan ini yakin bahwa Najamuddin lah yang memanas-manasi mereka untuk menyerbu kantor polisi dan melakukan pembajakan pesawat. Najamuddin ini kemudian dibunuh oleh anggota dari gerakan ini. Ketika mereka mengeluh tentang berbagai sepak terjangnya. Dalam persidangan, Jaksa penuntut selalu mementahkan segala bentuk usaha untuk mengorek identitas orang ini. Tidak ada orang yang dijatuhi hukuman berkenaan dengan kasus pembunuhan Najamuddin. Sebab persidangan semacam ini hanya akan menimbulkan kesulitan lebih besar pada pemerintah. Pengadilan yang menangani kasus Imran menolak untuk melakukan penyelidikan tentang terjadinya pembunuhan terhadap 6 orang pemba-jak pesawat dan tidak membenarkan para penumpang maupun awak pesawat untuk memberikan kesaksiannya. Abdurrahman Shaleh, SH pembela Imran dalam persidangan mengatakan,”Apakah benar tertuduh ini teroris?. Tidakkah orang semacam dia dipandang sebagai pemuda muslim yang terjerat di dalam rekayasa?”

Bab 03-01 Persidangan Kasus Letjen HR DharsonoBerita-berita kasus Tanjung Priok dilakukan oleh sejumlah besar orang. Masyarakat bertanya-tanya, mengapa militer tidak menggunakan kekua-tan seminimal mungkin dalam menghadapi demonstrasi? Mengapa mereka tidak menggunakan saja gas air mata untuk membubarkan kum-pulan massa yang marah? Mengapa tentara tidak menyampaikan peringatan sebelum melepaskan tembakan? Ketika tentara melepaskan tembakan, mengapa langsung diarahkan pada para demonstran, bukan mengarahkan ke atas atau tembakan ke bawah? Jika benar pengakuan militer, bahwa sebagian demonstran membawa senjata pisau dan pentu-ngan (hal yang tak dapat dibuktikan di dalam persidangan) masih banyak cara-cara lain yang tepat untuk menghentikan para

demonstran dan menguasai tempat-tempat gejolak.

Sebagaian masyarakat bertanya-tanya, mengapa petugas keamanan setempat tidak diterjunkan untuk melerai perselisihan yang dengan tiba-tiba berubah menjadi krisis membara? Seorang mantan Jendral, Suhar-diman mengatakan: ”Seharusnya jauh sebelumnya militer melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah letupan. Karena membiarkan hal semacam itu berarti mentolerir aktivitas gerakan tersebut untuk terus berjalan, sehingga bisa membangkitkan kemarahan dan merusak keamanan nasional”.

Dalam persidangan kasus mantan jend. HR. Dharsono secara maksimal ia berusaha untuk mengetengah peran militer di dalam peris-tiwa yang mengakibatkan pembantaian pada malam Rabu, 12 September 1984. Ketika pertama kali terjadi peristiwa pada awal Oktober 65 dan kemudian menjadikan Soeharto berkuasa, Dharsono adalah pangli-ma militer di Jabar, devisi Siliwangi. Ia mendampingi Soeharto di dalam usaha menjatuhkan Pres. Soekarno. Pada bulan-bulan terakhir tahun 65 ia bersama beberapa jend. lain yang anti komunis, seperti Kamal Idris dan Sarwo Edi menghancurkan gerakan kiri di basis-basisnya yang kuat di seluruh penjuru pulau Jawa. Kemudian muncul perselisihan di kala-ngan pendukung orba dan Soeharto mengenai masalah pembangunan sistem politik pemerintahan. Dharsono menjadi sasaran kemarahan Soeharto karena dia berseberangan dengan politik Soeharto. Pada awal 69 Dharsono dipecat dari jabatan militernya kemudian diangkat sebagai duta besar di Bangkok dan Phnom Phen. Pada tahun 76 dia diangkat sebagai sekjen. ASEAN. Tetapi pada tahun 78, pada saat dewan maha-siswa menggugat politik Soeharto Dharsono menyatakan dukungannya secara terbuka. Hal ini menyebabkan dirinya di copot dari kedudukan sekjen ASEAN dan dengan cepat dia bergabung dengan mantan perwira yang bersikap kritis terhadap kebijakan rezim militer Soeharto. Terdapat sejumlah kecil perwira, termasuk Dharsono, dahulunya menyatakan sikap anti Demokrasi ketika mereka sedang menjabat. Tetapi sekarang para mantan perwira ini mengumandangkan demokrasi dan mengeritik kebijakan Soeharto yang zalim dalam menjalankan pemerintahan. Meskipun Dharsono dahulunya tidak termasuk penandatangan Petisi 50, namun dia bergerak di lingkungan oposan. Ia biasa menghadiri pertemuan-pertemuan mereka secara teratur di rumah Ali Sadikin, mantan Panglima marinir dan Gubernur DKI. Dharsono turut menanda-tangani Lembaran Putih yang diterbitkan setelah terjadinya pembantaian Tanjung Priok. Ia juga menghadiri pertemuan yang diadakan pada tanggal 18 September di sebuah mushalla yang berdampingan dengan rumah AM. Fatwa, yang juga ikut menandatangani lembaran putih tersebut. Pertemuan ini sudah dirancang beberapa minggu sebelumnya. Tetapi karena muncul kasus Priok, maka akhirnya masalah ini menjadi pokok diskusi. Dharsono ditangkap pada tanggal 8 November 1984 dan diajukan persidangan pada tanggal 19 Agustus 1985. Dia diadili berdasarkan undang-undang suvbersi karena menandatangani lembaran putih. Dia dituduh menghasut peserta rapat yang diadakan 18 September untuk melakukan pengeboman yang kemudian terjadi beberapa minggu kemudian.

Bab 03-02 Serangan Tim PembelaHR. Dharsono dan tim pembelanya bertekad untuk langsung melakukan serangan dan menggunakan ruangan pengadilan sebagai alat penekan guna mengungkap kejadian

sebenarnya kasus Tanjung Priok; sejalan dengan tuntutan pokok yang telah dinyatakan di dalam lembaran putih agar dilakukan penyelidikan tentang kasus tersebut. Tim pembela hukum Dharsono ditangani oleh lima orang anggota LBH: Adnan Buyung Nasution, pengacara paling terkenal di Indonesia. 2. Mulya Lubis, ketua LBH. 3. Harjono Tjitrosubeno, ketua IKADIN. 4. Amartiwi Shaleh, 5. Luhut MP. Pangaribuan. Tim ini merupakan kumpulan pengacara top. Para pengacara menghadirkan dua orang korban pembantaian Tanjung Priok sebagai saksi kunci dalam pembelaannya. Mereka minta kepada dua orang saksi ini untuk bercerita di hadapan persidangan tentang apa yang terjadi. Kedua saksi ini masih dalam keadaan luka parah. Orang pertama bernama Yusron bin Zaenuri, ia telah divonis dengan hukuman 1 tahun. Sebab ia termasuk dalam 28 orang korban Tanjung Priok yang telah disidangkannya tahun yang lalu. Dia terkena tembakan tiga kali. Sekali dia ditembak oleh tentara ketika dia roboh dalam keadaan terte-lungkup dan lukanya terus mengeluar darah serta dibiarkan begitu saja oleh tentara menanti ajal tiba. Kemudian menceritakan perlakuan tentara kepadanya saat mereka melemparkannya ke atas truk militer yang sudah berisi tumpukan jasad korban (ada yang hidup dan ada yang nati) untuk dibawa ke RS militer (Lihat Lampiran I).

Saksi kedua bernama Edi Nurhadi, yang menyatakan bahwa saat itu ia sedang makan di warung pada waktu demonstrasi terjadi. Tiba-tiba pahanya tertembak karena itu dia terpaksa membalut lukanya (Baca Lampiran II). Kedua saksi ini secara detail menceritakan kebrutalan petugas keamanan. Keduanya dengan meyakinkan memberikan ketera-ngan di depan persidangan bahwa petugas keamanan memberondong sasarannya dengan darah dingin tanpa perasaan sedikitpun.

Jaksa Penuntut umum menjawab kesaksian ini dan memanggil Kapten Sriyanto, komandan operasi dan juga komandan koramil setem-pat, dialah komandan yang bertanggung jawab di lingkungan militer dan memberikan perintah kepada anak buahnya untuk melepaskan tembakan. Ia menjawab:” Ketika itu anak buahnya berada dalam anca-man para demonstran bersenjata, dia menolak untuk menghentikan demonstrasinya. Media massa menulis bahwa pembelaan jawaban saksi Sriyanto menimbulkan suasana tegang dalam persidangan, sehingga para pembela terdakwa menekan yang bersangkutan untuk menjelaskan alasannya mengapa dia tidak mengundang polisi saja, padahal kantor polisi sangat dekan dengan lokasi kejadian. Mengapa dia tidak menggu-nakan gas air mata atau menggunakan cara lain untuk membubarkan demonstrasi. Saksi menjawab “Tidak ada waktu untuk memikirkan sesuatu seperti itu. Tidak ada hal yang menarik dalam dalam keterangan saksi ini. Sebab, kata demi kata yang dia ucapkan semuanya persis dengan keterangan Beny Murdani, tetapi sesuatu yang berkesan dan sangat mena-rik tim pembela ialah penolakan Sriyanto untuk menjawab pertanyaan khusus sekitar kejadian-kejadian demonstrasi pada hari itu. Ujarnya,” Hal-hal semacam itu seyogyanya ditanyakan kepada kapten Mukiran, perwira intel. Tegasnya jaksa penuntut meminta kepadanya untuk memberikan kesaksian masalah demonstrasi saja. dia tidak dapat menjelaskan apa-apa tentang peristiwa yang terjadi sebelum jam 23.00 ketika dia menerima telpon dari Amir Biki agar 4 orang tahanan dibebaskan.

Tim pembela sekali lagi mendesak majelis hakim supaya mengha-dirkan perwira militer lainnya untuk memberikan kesaksian. Tim pembela ingin menanyakan pada Kapten

Mukiran, perwira intel yang disebut oleh Sriyanto dan Kapolres Jakarta Utara Kol. Ismet. Majelis hakim setuju untuk mendengar kesaksian Kol. Ismet tapi majelis hakim memutuskan tidak memanggil Kapten Mukiran, namun ada perwira intel lain yang kemudian dipanggil untuk memberikan kesaksian, yaitu Kol. Butarbutar.

Munculnya Butarbutar di persidangan menimbulkan perdebatan panas antara pembela dan saksi. Dharsono dengan keras menyerang bahwa tentara itu dipersiapkan untuk berperang bukan untuk bertindak terhadap demonstran di jalan-jalan. Ketika Adnan Buyung Nasution bertanya:Mengapa dia tidak memanggil polisi?”. Jawabnya,”Tidak ada waktu untuk dapat menggunakan saranan-sarana yang dapat dipakai pada saat-saat seperti itu. Karena itu kami, tim pembela tidak merasa heran bilamana kesaksian Butarbutar tidak dapat mengungkap dengan jelas kejadian Tanjung Priok itu. Tidak munculnya Ismet, kapolres Jakut tidaklah banyak menimbulkan beda pendapat bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk menghalang-halangi mengungkap rahasia langkah-langkah yang diambil oleh pihak keamanan dalam mengahadapi para demonstran. Kol. Ismet 3 kali tidak pernah mau mendatangi persidangan. Panggilan pertama, dia tidak datang karena minta izin. Pada persidangan kedua dia tidak datang, katanya sakit. Pada persidangan ke 3 , 4 November. Dia tidak datang karena bertugas ke Bandung. Oleh karena itulah tim pembela dengan segala upayanya untuk mengetahui alamatnya. beberapa temannya mengatakan, bahwa dia sedang mengikuti tugas belajar di Bandung. Ternyata kemudian diketahu bahwa nama Ismet ini tidak tercantum dalam peserta pendidikan. Karena itulah Buyung Nasution berkesimpu bahwa Ismet dengan sengaja melarikan diri dari memberikan kesaksian di depan persidangan. Adapun Dharsono berkata kepada majelis hakim,”Tidak hadirnya saksi ini dengan berbagaimacam alasannya secara logika membuktikan bahwa kasus-kasus Tanjung Priok akibat kekuatan luar yang melakukan provokasi.

Dalam jumpa pers dengan surat kabar Belanda Buyung Nasution mengungkapkan bahwa,”Tim pembela mempunyai alasan-alasan untuk berkeyakinan bahwa Ismet, Kapolres Jakarta Utara telah menyampaikan saran kepada militer di Tanjung Priok bahwa memang perlu mencegah terjadinya demonstrasi dalam bentuk apapun. Ia mengingatkan militer bahwa kondisi di daerah ini benar-benar panas. Buyung mengungkapkan bahwa sebelum diadakan sidang pengadilan 4 Desember, ketua penga-dilan bernama Sudiyono membisikkan kepadanya untuk tidak terus menerus menuntut dihadirkannya saksi Ismet. Sebab hal itu dapat menim-bulkan kesulitan tersendiri bagi persidangan ini. Buyung Nasution kemudian diberitahu oleh Sudiyono bahwa Ismet telah dipindahkan ke Sumatera Utara dan menyatakan tidak sanggup untuk menghadirkan yang bersangkutan di persidangan.

Bukan hanya ketidakhadiran Ismet saja yang menimbulkan keraguan bahkan Dharsono sudah mencium adanya kegagalan pihak aparat kea-manan untuk menangkap dua orang yang mengadakan pertemuan temuan Tanjung Priok tanggal 12 September. Baik Syarifin Maloko mau-pun Muhammad Nasir dan Amir Biki yang telah terbunuh adalah orang-orang yang membantu membangkitkan emosi pengunjung penga-jian. Aparat keamanan telah menangkap muballigh lain tetapi mengapa tidak menangkap Syarifin Maloko dan Nasir? Mengapa orang-orang ini tidak hadir walaupun hanya untuk kesaksiannya di

persidangan? Dhar-sono juga mempertanyakan kasus yang menimpa Hamzah Hariyana yang hadir dalam perngajian 18 September padahal dia termasuk pence-ramah yang paling menonjol. Orang inilah yang meminta kepada Dhar-sono agar membantu kelompok mereka memperoleh bom guna melaku-kan aksi-aksi teroris.

Bab 03-03 Penangkapan Syarifin MalokoSyarifin Maloko ditangkap 6 bulan setelah Dharsono mengajukan tanta-ngannya kepada pengadilan. Sebelumnya, semua persidangan kasus Priok tidak pernah berhasil mengungkapkan masalah ini, yaitu tim pembela tidak pernah berhasil untuk mengajukan pertanyaan-pertanya-an kepada orang ini. Ketika Syarifin Maloko dinyatakan akan diadili, dia meminta bantuan kepada LBH untuk membela dirinya, tetapi LBH menolak dengan alasan para pengacaranya sedang sibuk sehingga tidak dapat membantu memberikan pembelaan dalam kasus-kasus baru pada saat itu. tetapi Adnan Buyung Nasution lebih terus terang alasannya dalam menolak permintaan tersebut . Adnan Buyung Nasution dikenal sebagai Direktur lembaga ini dan koordinator tim pembela dalam kasus-kasus subversi. Para pembela mera-gukan apakah Maloko benar-benar berjuang untuk idiologi. LBH menga-takan bahwa kami membela setiap orang tanpa memperdulikan idiologi politiknya, tidak perduli apakah orang itu pejuang politik Islam atau pengikut idiologi komunis. Kami selalu siap membela dengan penuh keberanian. Tapi kalau ada orang yang tak dikenal bagaimana prinsipnya dalam perjuangan, lebih baik bagi kami untuk tidak melakukan pembelaan sia-sia.

Sejumlah anggota tim menemui Maloko setelah dia ditahan, tetapi Buyung Nasution tidak puas dengan alasan-alasan yang dikemukakan oleh M aloko, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada surat-surat kabar. Ujarnya, ”Kami tidak ragu-ragu tentang masalah Sya-rifin Maloko, namun persidangan kasus Tanjung Priok sudah lewat. Begitu pula persidangan kasus Dharsono, Am. Fatwa dll. Pada waktu itu adakah Maloko bersedia mengajukan pembelaan karena prinsip-prinsip idiologinya untuk membela masyarakat Islam atau setidak-tidak-nya mau melakukan kontak dengan tim pembela, dimana Adnan Buyung Nasution termasuk di dalamnya, yang pada waktu itu sangat memerlu-kan kesaksian Maloko. Dia menyadari hal itu dengan baik, tapi mengapa dia tidak mau berbuat? Sebuah oraganisasi muballigh juga bermaksud untuk menyanggah pengakuan Maloko bahwa dia termasuk salah seorang anggotanya. Wakil sekretaris dari organisasi ini berkirim surat pada media massa menolak dengan keras adanya anggapan bahwa Maloko adalah salah seorang dari anggotanya.

Tersiar issu bahwa Maloko bekerja untuk kepentingan intelijen militer. Issu-issu ini sangat kencang beredar sehingga hal ini menjadi masalah yang sangat dominan dalam persidangan. Maloko meminta dihadirkan-nya tiga orang saksi untuk menyampaikan kesaksian. Orang-orang ini semuanya dari korp muballigh. Ketiga orang ini telah dipenjarakan. AM. Fatwa dan Abdul Qadir Djaelani tengah menjalani masa hukumannya. Sedangkan orang ketiga bernama Hasan Kiat, yang tengah disidangkan kasusnya dengan tuduhan turut menyampaikan ceramah di Tanjung Priok pada tahun 1985. Majelis hakim ternyata tidak mengabulkan per-mintaan agar Fatwa dan Djaelani menyampaikan kesaksian, karena mereka ini hanya ahli agama, bukan ahli di dalam masalah subversi.

tetapi majelis hakim mengijinkan Hasan Kiat menjadi saksi. Di dalam persidangan dia menyangkal adanya anggapan bahwa Maloko adalah mata-mata pemerintah. Padahal sebelumnya ia mengakui hal tersebut sebelum terjadinya kasus Tanjung Priok. Dia meragukan Hasan Kiat dan dua orang tersebut tadi mempunyai hubungan yang bertujaun untuk memata-matai para penceramah Tanjung Priok. Ketika Maloko berbicara dengan Kiat di dalam penjara, dia meyakinkan kepadanya bahwa dirinya sebagai intel itu hanyalah semata-mata issu.

Bab 03-04 Persidangan Kelompok Penentang PemerintahJenderal Beny Murdani sangat marah ketika koran-koran nasional dan internasional mengungkapkan bahwa persidangan kasus Dharsono tidak boleh diberitakan. Sekalipun Murdani dengan segala macam upaya meng-halangi pengusutan fakta-fakta, namun muncul banyak sekali statmen-statmen yang meragukan atas ketidak terlibatannya di dalam kasus-kasus ini. Persidangan-persidangan ini merasakan adanya hal-hal yang emosio-nal di dalam kasus Tanjung Priok. Persidangan ini telah berubah menjadi demonstarsi melawan pemerintah. Para hakim yang menangani persida-ngan di waktu itu dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas munculnya keadaan tersebut. Oleh karena itu ada orang yang dijadikan sebagai kambing hitam, yaitu ketua pengadilan setempat bernama Sudiyono. Ia dipindahkan ke Sumatera Utara begitu selesai penanganan Maloko. selanjutnya yang dijadikan kambing hitam adalah Adnan Buyung Nasution yang dituduh sebagai orang yang melakukan penghi-naan terhadap pengadilan (Contempt of Court) sebab dia menolak membacakan pembelaannya di persidangan. (Baca bab 4) Pihak lain yang dikambing hitamkan adalah mass media, yang oleh Beny Murdani dituduh sebagai tidak bertanggung jawab dan tidak dewasa di dalam menyaring berita-berita menyangkut hal-hal yang terjadi di persidangan. Beny mengancam dengan keras mass media, jika tidak mampu membenahi dirinya sendiri. Berkat kegigihan tim pembela, akhirnya semua peristiwa yang muncul di ruang persidangan menghasilkan usaha dilakukannya penyelidikan menyeluruh terhadap kasus-kasus Tanjung Priok. Hal ini merupakan tuntutan yang dimuat di dalam lembaran putih, namun masih sangat banyak pertanyaan-pertanyaan tim pembela berkenaan dengan korban peristiwa ini yang belum pernah terjawab hingga sekarang.Bab 04 TINDAKAN REPRESIF DAN SISTEM PERADILANSebelum mengkaji kasus-kasus yang mun-cul sesudah tragedi Tanjung Priok, ada baik-nya kita melihat sejenak undang-undang yang dituduhkan kepada para tersangka, yaitu undang-undang anti subversi, PNPS 11/1963. Persidangan-persidangan kasus politik dilaksa-nakan di bawah tekanan penguasa yang tujuan utama-nya untuk melanggengkan kekuasaan atau melindungi rezim militer.

Perangkat utama untuk melakukan tindakan repre-sif adalah Kopkamtib. Lembaga ini dibuat oleh Soeharto pada tanggal 10 Oktober 1965, sebagai sebuah badan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan kekua-saan khusus yang ditugaskan Soekarno terhadap diri-nya, 2 Oktober 1965, guna memulihkan ketertiban dan keamanan. Sebagai seorang Pangkostrad, Soeharto me-minta kekuasaan semacam ini dan berhasil memperoleh-nya pada tanggal 2 Oktober itu. Kekuasaan ini diper-lukan dalam rangka melenyapkan gerakan kiri yang bercokol di tubuh PKI, yang telah melakukan penculikan

dan pembunuhan terhadap sejumlah jendral dengan menggunakan tangan-tangan perwira menengah, agar PKI dapat dituduh melakukan tindakan makar terha-dap pemerintahan Soekarno.

Kopkamtib didirikan untuk melibas kaum komunis dan golongan kiri. Pada awal didirikannya lembaga ini, katanya hanya untuk sementara waktu, tetapi setelah Soeharto berhasil menjatuhkan Soekarno dan mengang-kat dirinya sendiri sebagai presiden, dia mengeluarkan berbagai aturan dengan memperalat lembaga ini pada tahun 1969. Pada tahun 1973 lembaga ini diperkuat oleh ketetapan MPR dimana Tap-tapnya menjadi sumber hukum atas semua kebijakan pemerintah. Kopkamtib sejak itu semakin meluas kekuasaannya, menyumbat setiap bentuk aksi perlawanan seperti yang tersebut di dalam salah satu statmen resmi yang dikeluarkan tahun 1978. Statmen tersebut berisi: “meskipun pejabat Kop-kamtib selalu mengadakan perubahan sesuai tuntutan zaman, tetapi fungsi pokoknya tidak berubah, yaitu pemeliharaan keamanan dan kesta-bilan untuk menghadapi berbagai kemungkinan revolusi PKI atau golo-ngan-golongan ekstrim dari kelompok mana saja. Demikian pula dukungan pemerintah dan aparatnya, baik di pusat maupun daerah adalah untuk mengamankan pengamalan Pancasila dan UUD 1945.”

Demikianlah tujuan dari rezim militer, karena kekuasaan khusus yang diperoleh oleh militer untuk menghancurkan golongan kiri, ternyata meluas, mencakup penghancuran terhadap setiap bentuk gerakan oposisi politik. Kopkamtib sebagai perangkat keamanan tertinggi negara, adalah suatu lembaga yang melakukan operasi pemulihan keamanan dan keter-tiban, pada hakekatnya merupakan kekuasaan militer. Di setiap daerah yang menjadi komandan Kopkamtib pastilah panglima setempat, yang juga menjabat sebagai panglima militer. Kekuasaannya mencakup pe-nangkapan, penahanan dan introgasi serta mempunyai kekuasaan otori-ter untuk menggiring orang ke meja hijau dengan tuduhan melakukan kegiatan melawan pemerintah. Pada awal masa pemerintahan Soeharto, dia sendirilah yang menjadi panglima Kopkamtib. Tetapi setelah dilaku-kan re-organisasi di tubuh ABRI tahun 1969, maka dipandang perlu jabatan ini dipegang oleh Panglima Angkatan Bersenjata. Maka sejak tahun 1983 Beny Murdani menjabat sebagai Pangab dan sekaligus ber-tanggung jawab mengenai masalah Kopkamtib.

Bab 04-01 Undang Undang Anti Subversi Hukum pidana warisan kolonial Belanda masih berlaku dalam hukum Indonesia, yang berisikan beberapa materi hukum untuk menjatuhkan hukuman terhadap tindak pidana politik, seperti pemberontakan, meng-hasut orang untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah, atau setiap bentuk tindak permusuhan dan penghinaan terhadap pemerintah. Tidak sulit untuk menemukan bukti adanya undang-undang yang ber-laku di masa republik sekarang ini, juga berlaku di zaman kolonial Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jendral. Demikianlah posisi Presiden Republik, seperti halnya posisi seorang Gubernur Jendral. Sedangkan nama Republik Indonesia, tidak lebih dari sekedar nama lain dari peme-rintah Hindia Belanda di Hindia Timur.

Pada zaman demokrasi terpimpin, Soekarno dan militer menyadari perlunya suatu

undang-undang lengkap mengenai anti subversi. Undang-undang yang bersifat elastis, sehingga dengan mudah negara bisa men-jaring musuh-musuhnya dengan tindak pidana politik, baik perbuatan itu sudah dilakukan ataupun belum. Begitu juga ditandatanganinya undang-undang yang berisi hukuman keras, hingga pada tingkat huku-man mati terhadap orang-orang yang dituduh melakukan tindak pidana politik. Salah satu keistimewaan Undang-undang baru ini adalah menca-kup hukum acara yang dapat membatalkan isi ketentuan hukum acara pidana lainnya.

Undang-undang anti subversi yang secara kejam diterapkan terhadap oposan muslim, diundangkan oleh Soekarno tahun 1963 melalui kepu-tusan Presiden No. 21. Undang-undang tersebut dibuat dengan cara demikian, karena RUU yang diajukan Soekarno kepada DPR ditolak oleh semua partai yang terwakili di parlemen. Sebab undang-undang ini sangat berbahaya. RUU ini diajukan lagi ke parlemen beberapa saat setelah diusulkannya hukum adat ke parlemen, Mei 1963. Negara dalam keadaan darurat (SOB) diberlakukan sebagai alat untuk melakukan tinda-kan represif terhadap semua penentang demokrasi terpimpin setelah militer mendominasi pemerintahan pada tahun 1965, maka semua undang-undang yang mendukung kekuatan kiri dan Soekarno dirubah. Untuk itu ratusan peradilan digelar guna mengadili tokoh-tokoh PKI dan orang-orang yang dianggap oleh pemerintah bertanggung jawab atas peristiwa awal Oktober 1965. Hukuman yang dijatuhkan sangat berat. Banyak orang yang dikenai hukuman mati. Pada bulan-bulan pertama orde baru, pimpinan militer menggelar kekuatan dengan menga-nggapnya sebagai inkonstitusional. Demikian pula cara-cara Soekarno mengeluarkan berbagai macam ketetapan dinilai inkonstitusional. Pada-hal sebenarnya undang-undang semacam ini sepenuhnya dibuat untuk mendukung militer. Bahkan Soeharto dengan pasukannya menggunakan hukum tersebut untuk membunuh setiap orang yang dicurigai sebagai komunis. Hal itu terjadi setelah munculnya peristiwa pembantaian tahun 1965, dimana sebanyak satu juta orang terbunuh, padahal Soeharto mengumumkan bahwa sejak sekarang dan seterusnya, Indonesia akan dijadikan sebagai negara hukum.

Banyak orang berharap, setelah Soekarno jatuh dan PKI dihancurkan dapat dilakukan reformasi hukum secara total, mulai dari hukum-hukum warisan orde Soekarno, tapi tidak terwujud. Masih banyak undang-undang yang bersifat represif termasuk hukum-hukum yang dikeluarkan pada zaman Soekarno untuk membersihkan setiap penentangnya. Pada tahun 1969 undang-undang ini meningkat statusnya setelah disetujui oleh DPR. Dengan keras undang-undang ini dikritik oleh pengacara Adnan Buyung Nasution. Ujarnya,”Jika DPR dimasa orde lama menolak RUU ini, maka merupakan hal yang sama sekali tidak bisa difahami bahwa DPR di zaman orde baru menyetujui undang-undang tersebut”. Isi dan materi dapat memberikan kesan hukum yang keliru, padahal hanya namanya saja yang berbeda tetapi isi dan semangatnya tidak berbeda dari undang-undang Subversi (versi Soekarno).

Undang-undang anti subversi menganggap bahwa kegiatan apapun yang dapat menodai atau menyimpang dari idiologi Pancasila, atau menghancurkannya, atau melawan kekuasaan negara atau kekuasaan pemerintah yang sah atau alat negara atau menghasut atau menyebabkan perpecahan, atau kekacauan, atau keresahan masyarakat. Maka

sesung-guhnya kata-kata yang dipergunakan dalam undang-undang itu mene-gaskan bahwa setiap kegiatan yang dicurigai, dapat dikategorikan sebagai perbuatan subversi. Seseorang bisa dituduh melakukan perbuatan subversi sekalipun dia sendiri tidak berniat untuk itu, atau dia orang yang belum bisa dimintai tanggung jawab secara hukum atas apa yang ia lakukan. Orang-orang Islam yang ditangkap sejak tahun 1985 adalah didasarkan pada kewenangan Kopkamtib untuk melakukan hal tersebut dan peradilannya dilakukan berdasarkan undang-undang anti subversi. Dalam banyak peradilan yang digelar, para pembela menyatakan bahwa penggunaan undang-undang tersebut tidak sah. Sebagian berpendapat bahwa undang-undang tahun 1973 telah membatalkan undang-undang produk Soekarno tahun 1963 itu. Undang-undang 1973 ini dinilai sebagai dasar hukum yang sah menurut asas legalitas. Segolongan lain berpen-dapat bahwa dalih yang digunakan Soekarno mengeluarkan undang-undang semacam itu, bersifat politis dan karena itu tidak berlaku lagi di zaman orde baru.

Tim pembela HM. Sanusi mengatakan, bahwa para hakim yang memimpin persidangan seharusnya memiliki hak untuk memeriksa sejauh mana kebenaran undang-undang yang dipergunakannya di dalam kasus yang dituduhkan. Mereka punya hak untuk menyatakan pendapat bahwa undang-undang ini tidak sah kemudian menolak melangsungkan persidangan. Sebagian tertuduh merasakan penderitaan karena mereka dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang produk rezim demokrasi terpimpin, padahal rezim ini seringkali mereka kecam. Tapi ternyata banyak hakim yang menolak kecaman semacam ini, padahal penolakan-nya itu tidak ke luar dari hati nuraninya sendiri. Sekalipun demikian pengadilan yang menyidangkan kasus Dharsono sepakat, bahwa unda-ng-undang anti subversi dianggap bahagian dari undang-undang 1945 yang telah diakui masyarakat. Tapi mereka menambahkan bahwa pem-bicaraan tentang undang-undang subversi ini sebaiknya disampaikan kepada DPR dan bukan kepada hakim.

Bab 04-02 Hukum Acara Pidana dan Kasus Kasus SubversiUndang-undang subversi yang menjadi sandaran Kopkamtib sejak tahun 1965, merupakan peraturan illegal dan tidak adil diterapkan terhadap para tapol Indonesia dan dalam beberapa daerah pemerintah melakukan intervensi. Sebagai contoh, ternyata kejaksaan dan bukannya militer- merupakan pihak yang menyampaikan dakwaan terhadap seseorang yang dituduh melakukan tindakan subversi. Persidangan-persidangan kasus semacam ini dilakukan di pengadilan-pengadilan sipil dan bukan di pengadilan militer, tetapi lembaga yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa adalah militer. Sejak yang bersangkutan ditahan, tapol menjadi garapan Kopkamtib melalui komandan militer, karena mereka merupakan petugas Kopkamtib. Sekalipun akhirnya, cepat atau lambat terdakwa diajukan ke kejaksaan, namun mereka tidak mampu membe-rikan jaminan yang seharusnya diperoleh oleh pihak terdakwa. Jaminan-jaminan ini hanya tinggal tertulis di atas kertas. Para pembela tapol yang melakukan pembelaan di pengadilan, berusaha semaksimal kemampuan untuk meminta kepada pengadilan agar klien mereka dapat menikmati hak-haknya sesuai dengan jaminan yang tercantum di dalam hukum acara pidana yang dikeluarkan pada akhir 1981.

Undang-undang baru ini dinilai sebagai suatu perkembangan positif menggantikan

undang-undang lama dan secara umum diterima baik oleh lembaga-lembaga hukum di Indonesia. Dalam hukum acara pidana baru ini secara rinci dijelaskan hak-hak orang yang ditahan, hak untuk berhubungan dengan keluarga dan menerima kunjungan mereka, hak untuk mendapatkan bantuan hukum sejak awal ditangkap dan hak untuk didampingi pembela ketika diintrogasi. Terdakwa juga punya hak untuk memperoleh pembelaan dalam setiap proses persidangan, berhu-bungan dengan pembela untuk menyiapkan pembelaan. Undang-undang acara yang baru ini secara tegas membatasi masa penahanan dan memberikan hak kepada yang bersangkutan untuk menolak pena-hanan dan hanya polisi saja yang berhak melakukan penangkapan dan penyidikan. Namun di dalam hukum acara ini tidak ada ketentuan mengenai sanksi-sanksi terhadap militer yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, apalagi kekuasaan ini diserahkan kepada pendapat militer yang menangani masalahnya. Oleh karena itu jaminan atas hak-hak terdakwa hanya sekedar live service ( tertulis tapi tidak dilaksanakan).

Sekalipun para tapol diperlakukan dengan hukum acara pidana baru, tetapi KUHP baru ini mengandung kelemahan lain yang berat. Contoh-nya, pasal 284, yaitu menyangkut kasus-kasus yang tercakup dalam undang-undang tertentu, termasuk undang-undang anti subversi tidak mencakup kasus-kasus yang memperoleh masa penyesuaian penerapan undang-undang selama 2 tahun. Lima tahun kemudian para pengacara setelah mempelajari KUHP ini dari segi HAM menyatakan, bahwa keten-tuan khusus dalam undang-undang seperti tersebut dalam pasal 284 menjadi ketentuan yang berlaku untuk selamanya.

Para pengacara yang berusaha untuk membela tapol setiap kali dihadapkan pada berbagai macam rintangan, walaupun mereka telah memenuhi apa yang jadi tuntutan KUHP, namun kenyataanya penang-kapan dan penahanan, introgasi dan pengajuan ke pengadilan ditangani oleh Kopkamtib.

Para penyidik militer memperlakukan korban-korbannya dengan sadis dan penuh intimidasi. Mereka disel sendirian, tidak boleh dikunjungi oleh keluarga ataupun pembelanya. Pembela yang ditunjuk untuk mem-bela AM. Fatwa, misalnya pernah menyampaikan keterangan, bagaimana mereka berusaha selama berminggu-minggu mencari tempat penahanan Fatwa. Selanjutnya Fatwa sendiri menjelaskan apa yang menimpa dirinya selama minggu-minggu yang menakutkan itu. Dia ditangkap pada tanggal 19 September 1984 oleh Satgas intel. Pada saat penyidikan disalah satu kantor polisi, disitu dia menerima “pesan-pesan”. Ketika para pembe-lanya berusaha untuk bisa hadir pada saat penyidikan mereka dan memdampingi mereka memberikan pembelaannya secara gigih. Lalu Fatwa dipindahkan ke tahanan militer yang terkenal sadis, di Jl. Guntur Jakarta, di sana dia diintrogasi militer. Kemudian oleh militer dia dipopor dengan senjata. Ketika tentara melewati sel itu, Tony Ardi juga sedang dimasukkan ke dalam sel tersebut, sambil disiram dengan air dingin. Setengah jam kemudian Fatwa dipindahkan ke sel lain yang menebarkan bau pesing yang amat sangat. Pada sore hari, ketika sudah tidak mampu menahan kencingnya, terpaksa membuang air kecil di lantai. Dan pada waktu hendak menunaikan shalat, dia mencari tempat yang bersih, tapi tidak menemukannya. Pada malam harinya, dia dibangunkan dengan kasar dari tidurnya dan dipindahkan ke sel di ruang depan, disini dia dijambak oleh beberapa

orang tentara lalu digunduli. Ketika hendak membaca Qur’an, agar supaya tidak tercekam rasa sakit dan rasa hina, algojo-algojo itu melarang dia membaca. Beberapa jam kemudian dia diseret kembali ke selnya dengan mata tertutup dan tangannya diikat ke belakang, lalu dinaikkan ke atas Jeep dan dibawa ke tahanan militer pusat di Cimanggis. Di tengah jalan dia diancam akan di tembak. Di Cimanggis dia dikumpulkan bersama 200 orang tahanan Tanjung Priok. Mayoritas dari para tahanan ini menderita luka-luka, baik luka saat pembantaian Tanjung Priok atau pun luka tatkala sedang diintrogasi.

Fatwa mengakui nasibnya agak beruntung, sebab dia dengan cepat dipindah dari tahanan militer di jalan Guntur. Tempat-tempat tahanan politik yang dianggap sangat mengerikan dibandingkan tempat-tempat tahanan lain, maka yang terdapat di jalan Guntur tingkat kesadisannya paling terkenal. Begitu tahanan sampai ditempat, langsung dipermak habis-habisan.

Pada tahap ini petugas intel yang melakukan penyidikan berusaha untuk mengajukan beberapa macam pertanyaan kepada tahanan, dan untuk meperoleh pengakuan yang menyangkut orang lain, mereka mem-pergunakan berbagai metode pemeriksaan, termasuk menggulung atau mempermak. Para penyidik militer menggunakan cara-cara yang amat kasar, seperti penyetruman listrik. Untuk menghina tahanan muslim, mereka gunakan cara-cara tertentu, seperti menggunduli kepala dan melarang sholat. Cara-cara penyiksaan yang biasa mereka gunakan terha-dap tahanan di waktu dalam proses penyidikan, misalnya meletakkan kaki meja di atas ibu jari kaki korban, kemudian diduduki beberapa orang militer, dan kadang-kadang diinjak-injak. Umumnya penyidik belum mendapatkan pengakuan lengkap, sekalipun korbannya sudah menga-lami siksaan luar biasa. Seorang muballigh, Profesor Utsmani al-Hamidi tidak merasa heran ketika dalam salah satu persidangan kasusnya, meli-hat seorang jaksa penuntut yang kesulitan menanyai salah seorang saksi, lalu sang jaksa berkata: “Saya menyarankan sebaiknya saksi ini dikirim kembali ke sel tahanan militer, supaya para penyidik militer di sana membekali yang bersangkutan sebelum ia memberikan kesaksiannya. “

Cara-cara yang digunakan oleh militer seperti yang telah disebutkan tadi, terungkap dengan jelas dalam kasus Husnul Arifin, terdakwa yang hukum dalam kasus pengebomam BCA, 4 Oktober 1984. Dalam penga-kuannya, ia menyatakan dirinya diberi pinjaman oleh HM. Sanusi. Menu-rut sangkaan mereka (rezim), Sanusi telah membiayai pengeboman. Masalah inilah yang merupakan hal pokok yang menjadikan Sanusi, salah seorang korban utama dalam peradilan orang-orang Islam. Ketika Husnul Arifin menjadi saksi yang dihadirkan oleh jaksa, ia mencabut semua pengakuannya di depan persidangan. Hal ini terjadi pada saat kasus persidangan Rahmat Basuki. Dia semula enggan membeberkan di depan persidangan, di mana dan dalam kondisi apa sehingga pengakuan-pengakuan itu harus dicabut. Akan tetapi tim pembela dengan gigih berusaha mengorek keterangan saksi, sehingga dia berani berterus terang di depan persidangan. Dia menceriterakan, bahwa dirinya ditangkap pada tanggal 7 Oktober 1984, oleh beberapa orang yang berpakaian preman, tanpa membawa surat perintah penangkapan. Setelah ditangkap matanya ditutup, lalu dia dibawa ke suatu tempat rahasia. Di tempat itu dia dipukuli dengan benda semacam tongkat yang keras. Mereka menginterogasi dan menyuruhnya memberikan keterangan yang diperlu-kan, kemudian menandatanganinya.

Di kemudian hari ketika dia diinterogasi oleh polisi, dia tidak dapat lagi mengingat wajah orang-orang yang dahulu pernah menginterogasinya. Oleh karena itu, ketika menyampaikan keterangan kepada polisi, dia banyak membuat ketera-ngan yang direkayasa. Begitu pula halnya dengan orang-orang lain yang dituduh melakukan pengeboman, dan akan kami terangkan secara rinci di belakang. Kesehatan Husnul Arifin sangat memperihatinkan, hal itu dikemukakan oleh orang-orang yang bertemu dengan para tahanan di dalam penjara. Mereka sangat takut, sebab mereka dituduh sebagai orang-orang yang dibiayai oleh Sanusi.

Salah seorang terdakwa bernama Muhammad Jabir bin Abu Bakar, menemui ajalnya di sel tahanan akibat tidak tahan menerima siksaan; karena penyidik berusaha mendapatkan pengakuannya untuk melibat-kan HM. Sanusi. Pembunuhan yang mengerikan ini, terungkap di dalam pernyataan yang ditulis oleh keponakannya dan disampaikan kepada sidang peradilan yang kedua pada persidangan kasus Sanusi (baca lampiran ketiga).

Bab 04-03 Penyidikan Sebelum Persidangan dan Kesaksian di Persidangan Bukti-bukti yang diajukan jaksa penuntut dalam persidangan-persidangan kasus subversi, sepenuhnya berdasarkan hasil penyidikan sebelum dilakukan persidangan, dalam situasi serta kondisi seperti yang kami ceriterakan di atas. Di hadapan persidangan, banyak saksi maupun terdakwa yang mencabut pengakuannya seperti yang kami jelaskan di atas. Dua puluh delapan orang terdakwa di dalam kasus subversif (baca Bab II) telah mencabut keterangannya sebelum diadakan pembuktian. Pencabutan pengakuan oleh terdakwa seringkali terjadi, seperti dalam persidangan kasus pengeboman dan kasus Usroh di Jawa Tengah (Baca Bab IV). Sekalipun demikian, tidak seorang hakim pun mau mempeduli-kan pencabutan pengakuan semacam ini, dan tidak pula melarang jaksa untuk melakukan kezaliman-kezaliman, sehingga tidak memberatkan tuduhan-tuduhannya kepada terdakwa. Peradilan terus saja berjalan, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Seorang saksi bernama Darussalam, menyampaikan kesaksiannya dalam salah satu persidangan kasus Usroh. Hakim yang mengadilinya mengatakan, bahwa dia dapat dituduh sebagai orang yang melecehkan sumpah. Saksi tetap mengatakan, bahwa apa yang terdapat dalam BAP adalah bohong dan dimanipulir atas namanya. Tetapi hakim ketua memperingatkan dengan keras, dan meminta kepada jaksa penuntut agar yang bersangkutan dikenai tuduhan melecehkan sumpah.

Pengacara dari LBH, Abdul Hakim Garuda Nusantara mengatakan: “Tidak mudah bagi kita untuk membuktikan perlakuan buruk (terhadap terdakwa) karena polisi selamanya menyangkal hal itu, sekalipun sudah banyak tuduhan diarahkan kepada mereka. Selain itu para hakim sama sekali tidak membantu pencarian fakta terhadap tuduhan-tuduhan yang dituduhkan tersebut. Hal ini berkaitan dengan tidak adanya kebebasan yang dimiliki oleh hakim.”

Jaksa penuntut sering kali menolak menghadirkan saksi-saksi tertentu, sehingga dengan demikian pembela tidak dapat menanyai mereka. Walaupun pembela memprotes hal ini, namun pengadilan tetap membe-narkan para jaksa menyampaikan kesaksian tertulis

sebagai ganti dari menghadirkan saksi-saksi tersebut, seperti telah kami terangkan pada Bab III. Walaupun oknum-oknum militer dan polisi tidak mau hadir dalam persidangan-persidangan kasus Dharsono, karena takut dicecar perta-nyaan oleh tim pembela guna mengungkap kejadian sebenarnya tentang kasus Tanjung Priok, untuk memperoleh bukti-bukti tambahan dari kasus tersebut.

Hal yang sudah sangat biasa terjadi dalam persidangan-persidangan kasus umat Islam, bahwa para terdakwa bersama-sama dijatuhi huku-man secara serentak atas kasus yang dituduhkan kepadanya, dan terkadang salah seorang di antara mereka dijadikan saksi pada persida-ngan temannya. Hal semacam ini sangat menyakiti hati pihak terdakwa di persidangan, sebab terdakwa tidak diambil sumpahnya sebelum dia ditanyai, padahal dia mempunyai hak untuk tidak menjawab pertanyaan apapun yang diajukan kepadanya. Akan tetapi, kami melihat bahwa tertuduh yang bersangkutan tampil sebagai seorang saksi dalam persidangan-persidangan lain, lalu diambil sumpah dan diminta untuk menjawab setiap pertanyaan.

Sekalipun pembela tidak mempunyai hak memanggil para saksi dari kalangan terdakwa, namun kebanyakan saksi-saksi yang dipanggil oleh para pembela masih berada di dalam tahanan. Hal semacam ini menja-dikan penguasa sebagai pemegang kata kunci, untuk menyetujui atau tidak pemanggilan saksi oleh pembela. Hal semacam ini sangat mengu-rangi kesempatan pembela untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap para saksi yang akan didengar kesaksiannya berkenaan dengan kasus yang didakwakan. Dalam kasus peradilan Irfan Suryahardy (baca Bab V), misalnya, pembela bermaksud memanggil Ahmad Zonet Sumarlan sebagai saksi, tetapi yang bersangkutan pada saat itu menjadi tahanan kejaksaan. Jaksa penuntut menganjurkan agar yang bersang-kutan tidak mau menjadi saksi. Dan ketika hakim menunda perkaranya pada persidangan berikutnya, Irfan berkata, “Tidak ada alasan untuk menunda, karena kami tidak hendak menunggu sesuatu yang tidak akan dilaksanakan. Saya tidak yakin, pengadilan ini dapat menghadirkan yang bersangkutan sebagai saksi. Banyak alasan jaksa untuk tidak mau bergeser dari sikap seperti ini; sebagaimana halnya ketika Zonet Sumarlan mengi-nginkan saya untuk dihadirkan sebagai saksi dalam persidangannya.” Irfan berkata lagi, “Saya tidak membutuhkan kesaksian, tetapi fakta bahwa tak seorangpun yang meminta hal ini dari saya.”

Ketika pembela hendak mengajukan saksi-saksi, yang masih bebas (belum ditahan), penguasa mengancam dan mengintimidasi mereka. Sebagai contoh, seorang saksi bernama Shaleh, menjadi sangat ketakutan sedemikian rupa sehingga saksi-saksi lainnya menolak untuk menjadi saksi (baca Kasus Syarifuddin Rambe dan Sofyan Sulaiman pada Bab II).

Majelis Hakim menggunakan kekuasaannya terhadap perkara-per-kara yang belum disidangkan, untuk menetapkan jumlah saksi yang boleh dihadirkan oleh pembela. Masalah ini menjadi diskusi panas, ketika berlangsung persidangan AM. Fatwa, karena Hakim menolak mentah-mentah untuk mendengarkan keterangan saksi bernama Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI yang menjadi teman lama terdakwa, sekalipun ia pernah menjadi saksi pada kasus Dharsono. Sebab kesaksian Ali Sadikin ketika itu, diberitakan

secara luas oleh media massa sehingga menye-babkan rezim menekan hakim untuk tidak mengabulkan hadirnya Ali Sadikin menjadi saksi pada kesempatan lain. Pembela Fatwa mendapat perlakuan tidak adil di depan persidangan lantaran keputusan semacam ini. Karena itu, tiem pembela menekan pengadilan untuk mencabut keputusannya sebelum terlihat terjadinya kezaliman yang lebih parah.

Bab 04-04 Tim Pembela di IntimidasiSekalipun segala tata tertib sudah dicantumkan, tetapi pengadilan sering memberikan peluang terhadap orang-orang yang mendapatkan tekanan untuk mengungkapkan pandangan-pandangannya secara terbuka di dalam persidangan. Pembela-pembela yang mahir sering memperlihatkan sikap penentangannya terhadap tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan hukum, kepada hakim dan meminta jaminan keselamatan bagi anggota-anggotanya. Sekalipun persidangan selamanya dimenangkan oleh pihak penuntut, namun ternyata hal semacam ini tidak bisa menghi-langkan luka politik yang tidak disadari oleh pengadilan. Persidangan-persidangan terbuka, terkadang mengungkapkan fakta-fakta yang mun-cul di dalam dipersidangan seperti dapat dibaca orang di media massa. Dalam persidangan-persidangan yang penting seperti yang terjadi di Jakarta, khususnya persidangan kasus Dharsono, AM. Fatwa dan sejum-lah muballigh, media massa dilarang sama sekali untuk mempublikasikan-nya. Kritik terhadap hal ini ditimpakan kepada para hakim yang nota bene mereka itu berada di bawah cengkeramam militer. Pada tahun 1982, ketika AM. Fatwa mengajukan gugatan terhadap tiga orang anggota militer dan Panglima Kopkamtib, Laksamana Soe-domo, para pengacara yang menangani kasus ini mendapat perlakuan kasar, sehingga mereka mencabut kembali gugatannya, karena menga-lami perlakuan demikian. Gugatan yang diajukan AM. Fatwa terhadap Soedomo dan lain-lainnya, ialah intimidasi yang dialaminya pada tahun 1980, ketika dia diculik oleh beberapa anggota militer dan dipermak habis-habisan. Sebagai akibatnya, dia diopname di RS selama beberapa minggu. Lebih dari itu, anggota tim pembelanya banyak menerima ancaman dan gangguan-gangguan terhadap harta milik mereka serta intimidasi terus menerus agar mengurungkan gugatannya. Tekanan dan intimidasi demi-kian hebatnya sehingga para pengacara AM. Fatwa mengundurkan diri sebagai pembela, kemudian Fatwa bersama-sama dengan anggota petisi 50 meneruskan gugatannya. Tetapi pengadilan menolaknya.

Tatkala persidangan terhadap kasus Islam dimulai pada tahun 1985, beberapa Lembaga Bantuan Hukum membentuk tim pembela menangani kasus tersebut. Hakim maupun Jaksa mengkritik para pembela, karena mereka menggunakan kata-kata politik di dalam setiap judul naskah pembelaannya. Sedangkan pihak terdakwa mendapat tekanan keras untuk mencari pembela lain. Misalnya, adalah Yunus bin Melta Halim, salah seorang terdakwa dalam kasus pengeboman BCA. Dia telah memin-ta dibela oleh suatu tim penasehat hukum, tapi kemudian ia berubah pikiran. Para pembela tidak mengetahui bahwa yang bersangkutan men-cabut pemberian kuasa hukum kepada mereka, sampai menjelang beberapa saat sebelum sidang pertama diadakan. Kepada para pembela ini dikatakan, bahwa mereka telah diganti. Sewaktu Yunus ditanya tentang sebab-sebabnya, ia menjawab,”Hal itu dia lakukan demi kesela-matan dirinya”.

Betapa banyaknya terdakwa yang menghadapi kesulitan untuk me-milih pembela yang akan melakukan pembelaan terhadap diri mereka, misalnya terdakwa bernama TB. Muhammad Jiddan (baca bab VII) dilarang untuk memilih pembela dari LBH di Jakarta. Karena pengadilan mengatakan:”Para pembela pada LBH tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi penasehat hukum”. Akhirnya dia dibela oleh LBH yang ditunjuk pemerintah, termasuk di dalamnya LKBH UII.

Upaya-upaya untuk menghancurkan profesi pengacara, telah ber-langsung terhadap Buyung Nasution, pengacara yang membela kasus Dharsono. Persidangan ini menyelidiki kebenaran kejadian pembantaian Tanjung Priok. Ketika Hakim Ketua membacakan amar putusan pada akhir persidangan, Adnan Buyung bangkit dari duduknya, memprotes kata-kata yang digunakan oleh hakim, bahwa pengacara bertingkah laku tidak etis di dalam persidangan. Ia berulangkali mengajukan keluhannya, bahwa Kapolsek Tanjung Priok tidak muncul di persidangan sebagai saksi. Intrupsi Adnan Buyung ini, menimbulkan kekacauan dalam persida-ngan. Saat itulah seorang tentara masuk ke ruangan sidang untuk mene-nangkan suasana, tetapi Buyung Nasution berteriak menyuruhnya keluar seraya berkata,”Urusan persidangan adalah urusan hakim, bukan urusan tentara”. Padahal sementara orang beranggapan, tindakan tentara tadi untuk menjamin keamanan sidang. Setelah itu Buyung Nasution dituduh melakukan Countempt of Court. Tuduhan semacam itu tidak sulit dicarikan alasannya, sebab kata-kata yang dilontarkan Nasution, dirasakan oleh majelis hakim sangat menusuk. Para hakim dengan keras menyerang Buyung karena dia telah berkesimpulan, bahwa persidangan ini menye-babkan situasi memburuk, karena kasus Tanjung Priok sebenarnya telah direkayasa. Hakim berpendapat, kesimpulan demikian sama sekali tidak berdasarkan bukti-bukti yang cukup. Dan kesimpulan semacam ini sangat berbahaya. Sebab kesimpulan tersebut dapat menimbulkan opini umum, bahwa pemerintahan sudah bobrok, padahal penilaian seperti itu tidak benar dan tidak etis.

Kira-kira sebulan sebelum pengadilan Jakarta mengeluarkan putusan untuk menskors Adnan Buyung Nasution, karena dituduh menghina pengadilan atau melakukan Countempt of Court , muncul kemelut karena keputusan tersebut dianggap menyalahi prinsip praduga tak bersalah. Selain itu tidak jelas, lembaga mana yang berwenang untuk mengajukan tuduhan demikian, dan pejabat pemerintah mana yang mempunyai hak mencoret nama Buyung dari daftar pengacara manakala pemecatan itu nantinya mempunyai kekuatan hukum.

Nampak jelas bahwa pihak pengadilan berbeda faham dalam kasus ini, baik tentang dasar hukumnya atau seberapa jauh urgensinya menggebuk Adnan Buyung Nasution. Waktu itu Buyung berkata: ”Peme-catan saya yang bersifat sementara hanyalah masalah waktu saja. Sebe-narnya ini adalah persoalan politik, sebab rezim tidak menginginkan saya menjalani profesi pengacara”.

Perbedaan pendapat menjadi kian sengit sehingga Ali Said, SH campur tangan menyelesaikan kasus pelik yang dihadapi pengadilan. Ali Said berkata: ”Persoalan Buyung biarkanlah diselesaikan oleh organi-sasi himpunan pengacara. Karena organisasi inilah yang bisa menertibkan anggotanya dan dapat mengambil tindakan terhadap

Buyung Nasution”. Ternyata organisasi himpunan pengacara (IKADIN) mengambil tindakan terhadap Buyung. Ia mendapat peringatan keras karena melakukan perbuatan Countempt of Court. Namun Buyung mengomentari keputusan tersebut dengan sengit ,” Para pemangku hukum di Indonesia jelas tidak senang dia berusaha untuk membela nama baiknya”.

Langkah melawan hak Buyung Nasution untuk menjalankan tugas profesinya merupakan bagian dari operasi panjang rezim menekan pihak pengadilan terhadap profesi kepengacaraan. Operasi ini mulai berjalan sejak 1982, ketika para ketua pengadilan Tinggi mengadakan rakernas (rapat kerja nasional) mengeluarkan ketetapan untuk melakukan penga-wasan terhadap para pengacara secara maksimal. Dan yang pertama kali menerapkan keputusan ini adalah Pengadilan Tinggi Jawa Timur dengan mengeluarkan peraturan pada tahun 1985, yang berisikan perin-tah kepada para pengacara untuk mencatatkan diri di pengadilan, supaya mereka dapat menjalankan profesinya dengan baik. Pengadilan juga memberikan wewenang penuh kepada dirinya sendiri untuk mencoret nama-nama pengacara yang menurut penilaian mereka tidak berprilaku baik di persidangan.

Dalam banyak kesempatan Ali Said, SH. ketua Mahkamah Agung sering menyinggung, bahwa hal tersebut hanyalah masalah waktu saja, memang Jawa Timurlah yang melaksanakan lebih dahulu sebelum hal tersebut diberlakukan secara nasional.

Bab 04-05 Kebebasan PengadilanMasalah prinsip bagi setiap orang yang dikenai tahanan dan diadili karena kasus-kasus politik, adalah tentang lembaga pengadilan yang menjadi kepanjangan tangan kekuasaan eksekutif. Dengan demikian, setiap tudu-han yang dilontarkan oleh pihak pengadilan terhadap terdakwa masalah politik, sebenarnya rekayasa ansich. Sebab pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan yudikatif telah hancur sejak zaman demokrasi terpimpin. Ayat 19 UU No. 19 yang terbit tahun 1964 memberikan hak kepada pre-siden untuk melakukan campur tangan dalam setiap proses persidangan bilamana hal tersebut dianggap sangat perlu guna melindungi keamanan nasional dan kelangsungan revolusi. Ketika tahun 1965 muncul suara-suara protes untuk menghapuskan UU ini, ternyata Soeharto menolak dan mengatakan:” Pihak eksekutif tidak akan campur tangan dalam sepak terjang pengadilan, karena kebebasan pengadilan tidak akan menimbulkan ancaman (terhadap eksekutif)”.

Pada tahun 1970, ditetapkanlah sebuah undang-undang mengenai pengadilan (UU No. 14 Th. 1970) Pada waktu itu dijelaskan, bahwa pengadilan telah memperoleh kembali kekuasaannya. Pada ayat 4, ditegaskan dalam penjelasannya sebagai berikut:”Tidak boleh ada tekanan dan tidak dibenarkan adanya upaya apapun dari pihak luar yang dapat mempengaruhi jalannya persidangan sehingga membuat hakim tidak bebas dalam membuat keputusan hukum”.

Walaupun demikian, tidak pernah ada peraturan apapun yang menjabarkan pernyataan yang bersifat umum tersebut ke dalam tindakan nyata. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, suasana pengadilan yang tidak bebas, semakin kuat karena adanya ta’awun

(kolaborasi) antara pejabat pemerintah, bahkan berlanjut dengan jaksa, polisi dan militer. Beberapa tahun belakangan ini muncul lembaga tidak resmi bernama MAHKEHJAHPOL (Mahkamah Agung, Kehakiman, Kejaksaan dan polisi) yang terdiri dari: Ali Said sebagai ketua MA, Ismail Shaleh sebagai menkeh, Hari Suharto sebagai jaksa agung dan Kapolri. Banyak ahli-ahli hukum yang mengkritik lembaga ini, karena merupakan persekutuan yang kuat menghadapi setiap orang yang mendambakan keadilan di pengadilan-pengadilan Indonesia. Para pembela yang menangani kasus HM. Sanusi dengan sengit menentang kegiatan lembaga yang merusak dan rahasia ini. Keputusan-keputusan lembaga ini dianggap sebagai contoh pengebirian keadilan di Indonesia. Mahkehjapol ini merupakan lembaga nasional, sedangkan ditiap-tiap daerah dibentuk badan yang diberi nama “three in one” , yang terdiri dari ketua pengadilan negeri, kepala kejaksaan negeri dan kapolres. mereka berkumpul secara rutin dan biasanya mengikut sertakan kepala daerah dan komandan militer setempat dalam rapat-rapatnya. Rapat-rapatnya berjalan secara rahasia dan biasanya rapat semacam itu dilaku-kan apabila ada persidangan kasus-kasus politik penting.

Apapun keadaannya, para hakim biasanya mengadakan koordinasi dengan birokrasi sebaik-baiknya, karena mereka adalah merupakan pega-wai sipil. Mereka mengekor saja apa yang menjadi kemauan eksekutif. setiap hakim berada di bawah kekuasaan Ketua mahkamah agung yang biasanya seorang jendral militer. Anggota-anggota mahkamah Agung biasanya adalah oditur militer, sedangkan secara administratur hakim-hakim ini berada di bawah departmen kehakiman. Menterinya umumnya seorang jendral. Dialah yang menentukan kenaikan pangkat dan penem-patan tugas mereka. Sebagai pegawai negeri mereka menjadi anggota Korpri. Keanggotaannya bersifat paksaan. Ketua Korpri adalah Menteri dalam negeri, seorang jendral militer juga. Jumlah anggota korpri ini harus mendukung idiologi negara dan politik pemerintah. Para hakim yang merupakan pegawai negeri dan sebagai anggota korpri dia diminta untuk menerima saja apa yang harus dilakukan. Hal inilah yang seringkali membuat para pembela enggan menangani kasus-kasus subversi .