KARYA KI ALI ISKANDAR - USD

89
i KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA KARYA KI ALI ISKANDAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Valentina Nugraheni NIM: 144114008 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of KARYA KI ALI ISKANDAR - USD

i

KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANDAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Valentina Nugraheni

NIM: 144114008

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

TAHUN 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi

KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANC TERDAPAT PAEA REJKI-J PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANUAR

Oleh

tanggal 11 Mei 2018

ll

Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5krip$i

KERATA BASA DAI..AM BAHASA JAWA

VANGTERDAPAl PADA nUKU PEPAK BASAJAWA

J(AR\'A KJ ALI ISKAJ"r,'DAR

Dipcr.!iapkan dan dituli$ oJeh

Valentin.a Nugrnheni

NIM: 144114008

Telah dipertahankan eli ckpan Panitia Pmguji

pada t3n&8a123 Mri 2018

Dan dinyatakan mellU'nuhi SyUl'l1l

S= Panitia Penguji

-

1. Prof Dr. I. Pl'Uplomo Bar)'adi, M.l1wn.

2. Susl1fi,-...i Endah Pmi Adji, 5.5., MJIum.

3. M.M. Sima W:ud:mi, 5.S., M.A.

Su~ilawati Elldoh Peni Adji, 5.5.. M.llum.

Prof, Dr. I. Praptomo Barylll1i, M.Hum

Sekreluris

y ogyakorta, 30 Mei 2018

F'akultas Sasln

UniYef$iw Sanaaa Dbanna

. Tatang lskama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku,

Fransiscus Xaverius Dwi Haryanto dan Sriyati,

Untuk keluarga saya

dan untuk semua orang yang saya kasihi serta yang mengkasihi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta iringan doa dan harapan dari keluarga

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Kerata Basa

dalam Bahasa Jawa yang Terdapat pada Buku Pepak Basa Jawa Karya Ki Ali

Iskandar”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan, saran,

kritik, bantuan dan bimbingan serta dorongan moril dan spiritual yang sangat

berarti dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

Orang tuaku, Fransiscus Xaverius Dwi Haryanto dan Sriyati yang selalu

mendoakan dan memberikan cinta yang tak terbatas, membiayai studi di

Universitas Sanata Dharma, memberi dorongan, semangat serta motivasi sehingga

penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing penulis,

yang penuh kesabaran membimbing, meluangkan waktu, memberikan saran, dan

kritik kepada penulis.

Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku Ketua Program

Studi Sastra Indonesia, Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku wakil ketua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Program Studi Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., M.M. Sinta

Wardani, S.S., M.A., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang dengan penuh

kesabaran, dan perhatian telah membimbing dan memberikan ilmunya selama

penulis berkuliah di Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra khususnya Jurusan Sastra Indonesia

atas pelayanan yang baik selama ini.

Dosen Sastra Indonesia yang telah berpulang ke rumah Bapa di Surga

bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum. yang

semasa hidupnya telah memberikan ilmu dan teladan kepada penulis.

Kakak dan adikku yang terkasih Cicilia Feniawati, Dionisius Nova

Aditama, Y.C. Wahyu Agung Raharjo, Elisabeth Zelda yang selalu menjadi teman

dalam senang, sedih, dan yang selalu menyemangati penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Nenekku, Mbah Sukatri yang membantu penulis dalam menerjemahkan

kata yang tidak terdapat pada kamus dan yang selalu mendoakanku setiap harinya.

Bulik Titik yang selalu memberi semangat dan dukungan doa, sehingga

penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Mas Wenseslaus Guruh Kristian yang dengan setia dan sabar memberikan

perhatian, waktu, doa dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

Teman-temanku yang selalu memberi semangat, dan membantu dalam

penyelesaian skripsi ini, Clara Miranda Tusara Pirade, Mentari Mega Puspita

Sengke, Fransiska Rini Wiharjo, Fallenia Faithan, Yosephine Nawangsih, Maria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

ABSTRAK

Nugraheni, Valentina. 2018. Kerata Basa dalam Bahasa Jawa yang Terdapat

pada Buku Pepak Basa Jawa Karya Ki Ali Iskandar. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas kerata basa dalam bahasa Jawa, yang terdapat pada

buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. Tujuan penelitian ini adalah

menjelaskan jenis kata menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata

basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali

Iskandar dan mendeskripsikan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa

yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

agih dan metode padan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerata

basa, referen dan akronimisasi.

Terdapat empat belas kata jenis kata menurut referennya yang dapat

dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa yang terdapat pada buku Pepak Basa

Jawa karya Ki Ali Iskandar, yaitu (i) nama benda, (ii) nama anggota keluarga,

(iii) nama bulan, (iv) kata kerja, (v) kata sifat, (vi) nama anggota badan, (vii)

identitas, (viii) pakaian, (ix) tradisi atau kebudayaan, (x) nama tumbuhan, (xi)

nama pekerjaan, (xii) nama hewan, (xiii) alat transportasi, (xiv) nama buah.

Pola pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa memiliki lima pola

pemanjangan yang berfungsi untuk menjelaskan dasar terbentuknya kerata basa

bahasa Jawa, yaitu (i) pemanjangan kedua suku kata menjadi suku kata terakhir,

(ii) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di tengah dan satu suku kata

terdapat di akhir kata, (iii) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di awal dan

satu suku kata yang terdapat di akhir kata, (iv) pemanjangan satu suku yang

terdapat di awal, satu suku kata yang terdapat di tengah dan satu suku kata yang

terdapat di akhir kata, (v) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di akhir kata.

Kata kunci: kerata basa, bahasa Jawa, referen,akronimisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

ABSTRACT

Nugraheni, Valentina. 2018. Kerata Basa in Javanese Language which is

Found in Pepak Basa Jawa Book By Ki Ali Iskandar. Thesis.

Yogyakarta: Indonesia Letters Study Program, Faculty of Letters,

Sanata Dharma University.

This research discusses kerata basa in Javanese Language which is found

in Pepak Basa Jawa book by Ki Ali Iskandar. This research aims to explain types

of word which can be created into kerata basa in Pepak Basa Jawa book by Ki

Ali Iskandar. It also aims to describe kerata basa’s creation pattern in Pepak Basa

Jawa book by Ki Ali Iskandar.

Method of data analysis used in this research is agih and padan method.

Agih method is an analysis method that contains instrument’s determiner. The

theory that is used in this study is kerata basa, referential, and acronym.

The result showed that fourteen words in Pepak Basa Jawa book by Ki Ali

Iskandar were able to be created into kerata basa, namely (i) noun, (ii) family

member’s name, (iii) months’ name, (iv) verb, (v) adjective, (vi), parts of body

(vii) identity, (viii) clothes, (ix) tradition or culture, (x) plants (xi) jobs, (xii)

animals, (xiii) transportations, and (xiv) fruits.

Kerata basa’s creation pattern in Javanese Language had five elongation

patterns which functioned to explain the basic of kerata basa’s creation in

Javanese language, namely (i) the elongation of both syllables into last syllable,

(ii) the elongation of one syllable in the middle and one in the last syllable (iii) the

elongation of first syllable and last syllable (iv) the elongation of first syllable,

middle syllable and last syllable (v) the elongation of last syllable.

Keywords: kerata basa, Javanese languange, referential, acronym.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

ABSTRACT ..................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................... 5

Manfaat Teoretis dan Praktis ................................................................... 5

1.5 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6

1.6 Landasan Teori ......................................................................................... 7

1.7 Metode Penelitian..................................................................................... 10

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 10

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................... 11

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................ 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.8 Sisematika Penyajian ............................................................................... 13

BAB II JENIS KATA MENURUT REFERENNYA YANG DAPAT

DIBENTUK MENJADI KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANDAR ......................................................... 14

2.1 Pengantar .................................................................................................. 14

2.2 Nama Benda ............................................................................................. 14

2.3 Nama Anggota Keluarga .......................................................................... 18

2.4 Nama Bulan .............................................................................................. 21

2.5 Nama Aktivitas......................................................................................... 23

2.6 Keadaan .................................................................................................... 25

2.7 Anggota Badan ......................................................................................... 27

2.8 Identitas .................................................................................................... 29

2.9 Jenis Pakaian ............................................................................................ 30

2.10 Nama Tradisi atau Kebudayaan .............................................................. 32

2.11 Nama Tumbuhan ..................................................................................... 34

2.12 Nama Pekerjaan ...................................................................................... 35

2.13 Nama Hewan ........................................................................................... 36

2.14 Nama Alat Transportasi .......................................................................... 37

2.15 Nama Buah .............................................................................................. 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III POLA PEMBENTUKAN KERATA BASA DALAM BAHASA

JAWA YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANDAR ......................................................... 39

3.1 Pengantar ................................................................................................. 39

3.2 Pemanjangan Kedua Suku Kata menjadi Suku Kata Terakhir.................. 39

3.3 Pemanjangan Satu Suku Kata yang terdapat di Tengah dan

Satu Suku Kata terdapat di Akhir Kata ..................................................... 47

3.4 Pemanjangan Satu Suku Kata yang terdapat di Awal dan

Satu Suku Kata yang terdapat di Akhir Kata ............................................ 53

3.5 Pemanjangan Satu Suku Kata yang terdapat di Awal

Satu Suku Kata yang terdapat di Tengah dan

Satu Suku Kata yang terdapat di Akhir Kata ............................................ 55

3.6 Pemanjangan Satu Suku Kata yang terdapat di Akhir Kata...................... 56

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 57

4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 57

4.2 Saran ......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60

LAMPIRAN .................................................................................................... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hal yang dibahas dalam skripsi ini adalah kerata basa dalam bahasa Jawa

yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. Kerata basa

adalah salah satu contoh ragam bahasa Jawa, kerata basa memiliki makna

‘memberi makna menurut asal-usul maknanya kata lazimnya menurut suku

katanya’ (Utomo, 2009.) Kerata basa adalah akronim, tetapi penyusunannya

tidak menggunakan kaidah. Dalam kerata basa suku kata depan atau belakang

bisa dicampur aduk, yang penting akronim tersebut memberi makna yang sama

bagi sebuah kata. Dalam kerata basa biasanya terdapat makna dari kata yang

diungkapkan. Makna dari kata yang diungkapkan dapat berupa pesan yang ingin

disampaikan dari singkatan kata tersebut, ataupun sekadar singkatan biasa (tidak

terkandung pesan). Buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar dipilih menjadi

buku yang digunakan untuk mengumpulkan data karena memiliki daftar kata yang

termasuk dalam kerata basa dalam bahasa Jawa yang lengkap yaitu terdapat 55

kata.

Berikut ini contoh kerata basa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa

karya Ki Ali Iskandar:

(1) anak, ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’ (Iskandar, 2014:171)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Kerata basa dari data (1) adalah karep apa-apa kudu ana lan enak, dan

maksud dari kalimat karep apa-apa kudu ana lan enak bila diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia bermakna “bila niat atau menginginkan sesuatu,

segalanya harus ada dan harus enak” (Utomo, 2009). Hal itu sama seperti sifat

seorang anak kepada orangtuanya, yang meminta sesuatu hal harus selalu dituruti

(harus ada) dan bila ingin makan, lauk atau sayurnya harus enak.

Kerata basa dalam bahasa Jawa dipilih sebagai topik dalam penelitian ini

didasarkan pada tiga alasan sebagai berikut. Pertama, penulis banyak menemukan

kerata basa yang sudah mulai pudar, bahkan dari tempat asalnya sendiri, yaitu

Jawa. Orang Jawa sering menyebut hal tersebut dengan ungkapan “wong Jawa

ilang Jawane”. Kedua, kerata basa dalam bahasa Jawa banyak mengandung

maksud yang berbeda-beda yang perlu diketahui oleh masyarakat luas, bukan

hanya masyarakat Jawa. Ketiga, hasil penelitian dapat menjadi salah satu cara

melestarikan kebudayaan asli dari Indonesia, khususnya ragam bahasa Jawa agar

tidak tergusur oleh budaya maupun bahasa dari luar.

Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis kata apa saja

menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa bahasa dalam

bahasa Jawa pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar, seperti tampak

pada contoh berikut:

(2) bapak: bab apa-apa pepak (Iskandar, 2014:171)

Kerata basa dari data (2) adalah bab apa-apa pepak (Iskandar, 2014:171)

maksud dari kalimat bab apa-apa pepak bila diubah ke dalam bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

bermakna ‘bab apapun lengkap’. Bab apapun ada dimaknakan sebagai

pengalaman bapak atau ayah yang banyak dan lengkap, hal tersebut dapat menjadi

pelajaran atau pegalaman yang baik untuk diceritakan kepada anak-anaknya.

(3) sekuter ‘sambi sedheku mlayu banter’ (Iskandar,2014:172)

Kerata basa dari data (3) adalah sambi sedheku mlayu banter

(Iskandar,2014:172). Sambi sedheku mlayu banter bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia memiliki arti hanya berpangku tangan tetapi jalannya cepat,

seperti orang yang naik motor matik yang tidak perlu repot seperti naik motor

bebek atau motor kopling.

Hal kedua yang dibahas adalah bagaimana pola pembentukan kerata basa

dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali

Iskandar , pola pembentukan kerata basa terdapat pada contoh berikut:

(4) sulap: ‘yen kesusu bakal ketilap’ (Iskandar, 2014:173)

Kerata basa dari data (4) adalah yen kesusu bakal ketilap

(Iskandar,2014:173). Data (4) terdiri dari dua suku kata yaitu su dan lap. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata su menjadi

kata ‘kesusu’ ‘terburu-buru’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan suku

kata lap menjadi kata ketilap ‘tertinggal’

(5) dongeng: ‘dipaido ora mengeng’ (Iskandar, 2014:171)

Kerata basa dari data (5) adalah dipaido ora mengeng (Iskandar, 2014:

171). Data (5) terdiri dari dua suku kata yaitu do dan ngeng. Suku kata pertama,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata dho menjadi kata

dipaido ‘tidak dipercaya’ suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ngeng menjadi kata mengeng ‘kehabisan akal’

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengajukan dua masalah, yaitu.

1.2.1 Jenis kata apa saja menurut referennya yang dapat dibentuk

menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku

Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar?

1.2.2 Bagaimana pola pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa

yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, berikut ada dua tujuan penelitian yang

ingin dicapai.

1.3.1 Menjelaskan jenis kata menurut referennya yang dapat dibentuk

menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku

Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar.

1.3.2 Mendeskripsikan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa

Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali

Iskandar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu menjelaskan jenis kata

menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar dan

mendeskripsikan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat

pada buku Pepak Basa Jawakarya Ki Ali Iskandar.

Hasil dari penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan

manfaat praktis. Manfaat teoretis adalah manfaat penelitian bagi ilmu

pengetahuan dan manfaat praktis adalah manfaat penelitian untuk profesi atau

pekerjaan tertentu.

Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini adalah memberi sumbangan teori

dalam bidang morfologis, yaitu mengenai akronimisasi. Selain itu, hasil penelitian

ini memberikan sumbangan dalam bidang semantik, yaitu proses pemaknaan kata.

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah memberi sumbangan

informasi tentang jenis kata dan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa

Jawa bagi pendidik khususnya bidang Bahasa Jawa untuk mempermudah

pemahaman mengenai jenis kata yang dapat diperpanjang menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa dan pola pembentukannya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai makna

dan pola pembentukan kerata basa bahasa Jawa. Peneliti menemukan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

yang mengangkat topik yang sama, yaitu mengenai kerata basa, salah satunya

diteliti oleh Bismiftita Fudria Kunmartika.

Bismiftita Fudria Kunmartika tahun 2102 dalam skripsi yang berjudul

“Kerata basa Bahasa Jawa di Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten

Blitar” membahas mengenai bentuk dan makna kerata basa yang bersifat anomali

atau naturalis dan bentuk dan makna kerata basa yang bersifat analogi atau

konvensional menggunakan kajian antropolinguistik yang membahas mengenai

asal usul kerata basa dalam kaitannya dengan faktor- faktor antropologis yaitu

latar belakang sosial dan budaya. Dari hasil pembahasan yang dipaparkan bahwa

kata kerata basa Bahasa Jawa yang bersifat anomali atau naturalis dapat dibagi

menjadi tiga yaitu (1) berdasarkan bentuk benda, misalnya sirah (isine rah) terdiri

atas dua suku kata yaitu si dan rah: (2) berdasarkan tingkah laku benda, misalnya

sepur (asepe metu dhuwur) terdiri atas dua suku kata yaitu se dan pur: dan (3)

berdasarkan akibat tingkah laku benda, misalnya kerikil (keri ing sikil) terdiri atas

tiga suku kata yaitu ke, ri, dan kil. Selanjutnya, dipaparkan bahwa kata kerata

basa Bahasa Jawa yang bersifat analogi atau konvesional dapat dibagi menjadi

empat, yaitu (1) berdasarkan pertalian keluarga Jawa, misalnya simah (isine

omah) terdiri atas dua suku kata yaitu si dan mah: (2) sistem perkawinan Jawa,

misalnya suruh (kesusu weruh) terdiri atas dua suku kata yaitu su dan ruh: (3)

etika Jawa, misalnya wanita (wani ditata) terdiri atas tiga suku kata yaitu wa, ni,

dan ta: dan (4) sistem kerukunan masyarakat Jawa, misalnya tandur (nata karo

mundur) terdiri atas dua suku kata yaitu tan dan dur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan skripsi Bismiftita Fudria

Kunmartika, yaitu sama-sama meneliti mengenai kerata basa dalam bahasa Jawa.

Akan tetapi penelitian ini memiliki kebaharuan, yakni meneliti jenis kata menurut

referennya dan pola pembetukan kerata basa dalam bahasa Jawa. Penelitian ini

diangkat dengan alasan menemukan jenis kata yang dapat dibentuk menjadi

kerata basa dan pola yang terbentuk dalam kerata basa dalam bahasa Jawa.

Permasalahan yang dalam penelitian ini yaitu. (1) Jenis kata apa saja menurut

referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa yang

terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. (2) Bagaimana pola

pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak

Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar ? Hasil yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu

menjelaskan jenis kata menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata

basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali

Iskandar dan mendeskripsikan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa

yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar.

1.6 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai teori yang digunakan untuk

menulis tugas akhir, teori yang dimaksud meliputi teori mengenai kerata basa,

teori akronim dan teori pola dalam akronim, teori referen.

1.6.1 Kerata Basa

Kerata basa adalah memberi arti menurut asal-usul artinya, lazimnya

menurut suku katanya (Utomo,2009:172). Kerata memiliki makna arti kata

menurut penjabaran suku katanya. Kerata basa berarti bahasa atau yang dikerata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

yaitu diartikan dengan cara menjabarkan suku kata atau pengucapan kata

tersebut. Kerata basa sering disebut dengan othak-athik mathuk, yaitu kata yang

diotak-atik supaya menjadi ungkapan yang tepat bunyinya. Kerata basa juga

disebut dengan jarwa dhosok, artinya kata yang dijabarkan atau diartikan

sesuai kesenangan. (Diunduh dari http://www.duniaperpus.com/2016/07/pengertian-

kerata-basa-contoh-kerata.html tanggal 26 Februari 2018 pukul 20.35).

1.6.2 Akronimisasi

Akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara

menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari

sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah data yang disebuat akronim. Jadi,

sebetulnya akronim adalah sebuah singkatan namun yang ‘diperlakukan’ sebagai

sebuah kata atau sebuah butir leksikal (Chaer, 2008: 236-237). Dalam proses

akronimisasi menurut Chaer (2008: 236-237) terdapat kaidah pembentukan

akronim, yaitu:

a. Pengambilan huruf fonem-fonem pertama dari kata

Misalnya: IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), IDI (Ikatan

Dokter Indonesia).

b. Pengambilan suku kata pertama dari semua kata

Misalnya: balita (bawah lima tahun), puskesmas (pusat kesehatan

masyarakat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

c. Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari

suku kata kedua dari setiap kata

Misalnya: warteg (warung tegal), depkes (departemen kesehatan) sulsel

(sulawesi selatan).

d. Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi

konsep

Misalnya: juklak (petunjuk pelaksanaaan), tilang (bukti pelanggaran),

gakin (keluarga miskin).

e. Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang

tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan memperhatikan ‘keindahan’

bunyi

Misalnya: pilkada (pemilihan kepala daerah), bulog (badan urusan

logistik), organda (organisasi angkutan darat).

f. Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar

disebutkan keteraturannya termasuk di seni

Misalnya: sinetron (sinema elektronik), satpam (satuan pengaman) insert

(informasi selebritis).

1.6.4 Referen

Menurut Anthony dalam buku Pateda (1986: 67), referen adalah kenyataan

yang disegmentasikan dan merupakan fokus lambang. Referen (= acuan)

menunjuk kepada hubungan antara elemen-elemen linguistik berupa leksem,

kalimat dan pengalaman. Acuan merupakan hal yang mendasar di dalam

semantik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Pengertian yang ada pada pembicara dan lawan bicara mengacu pada sesuatu.

Contohnya jika pembicara mengatakan /gelas/, maka lawan bicara akan mengerti

bahwa /gelas/ yang dikatakan pembicara mengacu kepada benda yang disebut

sebagai tempat untuk minum, berbentuk tabung terbuat dari kaca.

1.7 Metode Penelitian

Objek penelitian ini adalah kerata basa dalam bahasa Jawa yang

berbentuk tuturan tertulis. Penelitian tentang kerata basa dalam bahasa Jawa

menggunakan metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Aminudin

(1990:14) mengungkapkan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-

orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data,

(ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kerata basa bahasa Jawa. Data penelitian

adalah kata yang merupakan kerata basa dalam bahasa Jawa yang diperoleh dari

buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik studi pustaka berupa sumber pustaka. Tahap pertama adalah

mencari buku buku atau jurnal yang membahas mengenai kerata basa dalam

bahasa Jawa untuk diolah menjadi sumber data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Teknik lanjutan yang digunakan pada metode ini adalah teknik catat. Data

yang sudah terkumpul kemudian dicatat pada kartu data yang segera dilanjutkan

dengan klasifikasi (Sudaryanto, 2015:205).

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data mengenai kata yang merupakan kerata basa dalam

bahasa Jawa sudah terkumpul, kemudian peneliti menganalisis data tersebut

menggunakan metode agih dan metode padan.

Analisis data yang mengenai kata yang tidak terdapat di kamus, peneliti

mendapatkan arti dari informan yang merupakan penutur asli bahasa Jawa, yaitu

Ibu M.A. Sukatri.

Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam

dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Teknik yang dipakai dalam

metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik BUL ialah

membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur: dan unsur-

unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk

satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 2015:31). Contoh penerapan teknik

BUL sebagai berikut:

(6) batur

ba tur

(embat-embating) (tutur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Peneliti membagi satuan lingual kata pada (6) menjadi dua unsur sesuai

dengan suku kata. Sehingga dapat diketahui bahwa suku kata ‘ba’ dalam batur

diperpanjang menjadi suku kata kedua yang terdapat pada kata ‘embat-embating’.

Suku kata ‘tur’ diperpanjang menjadi suku kata terakhir yang terdapat pada kata

‘tutur’ (Iskandar,2014:171).

Metode padan yaitu metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas,

dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto,

2015:15). Berdasarkan alat penentunya yang berupa referen, metode yang dipakai

dalam metode padan adalah metode padan referensial. Metode padan referensial

merupakan metode yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen adalah

apa yang dibicarakan (Sudaryanto, 2015:15). Contoh penerapan metode padan

referensial sebagai berikut:

(7) cangkem ‘yen ora dicancang ora mingkem’ (Iskandar, 2014:171)

Kerata basa dari data (7) adalah yen ora dicancang ora mingkem ‘jika

tidak dihentikan tidak akan diam’. Kata cangkem‘mulut’ dipinjam atau diambil

untuk menjelaskan kerata basa yaitu yen ora dicancang ora mingkem untuk

memberikan makna ‘jika tidak dihentikan tidak diam’, seperti mulut yang tidak

akan berhenti berbicara bila tidak dihentikan.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan informal, yaitu

menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yakni:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini memaparkan perihal latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II berisi jenis kata menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi

kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya

Ki Ali Iskandar.

Bab III berisi penjelasan mengenai pola pembentukan kerata basa dalam

bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar.

Peneliti menemukan proses pemaknaan kata dalam kerata basa Bahasa Jawa

terbentuk dari pemanjangan kata.

Bab IV adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran.

Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesimpulan mengenai

kerata basa dalam bahasa Jawa. Saran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

saran kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan

kajian yang berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

BAB II

JENIS KATA MENURUT REFERENNYA YANG DAPAT DIBENTUK

MENJADI KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA KARYA KI ALI

ISKANDAR

2.1 Pengantar

Dalam bab II ini dibahas mengenai kata menurut referennya yang dapat

dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak

Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. Berdasarkan klasifikasi data, referen kata yang

termasuk kerata basa dalam bahasa Jawa meliputi (i) nama benda, (ii) nama

anggota keluarga, (iii) nama bulan, (iv) nama aktivitas , (v) keadaan, (vi) nama

anggota badan, (vii) identitas, (viii) pakaian, (ix) tradisi atau kebudayaan, (x)

nama tumbuhan, (xi) nama pekerjaan, (xii) nama hewan, (xiii) alat transportasi,

(xiv) nama buah. Berikut ini setiap kelompok kata tersebut dibicarakan satu per

satu.

2.2 Nama Benda

Nama benda yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

adalah cangkir, dongeng, krikil, kursi, tarup, sejarah, siti, tepas, wedhang.

(8) cangkir ‘kanggo nyancang pikir’ (Iskandar 2014:171)

(9) dongeng ‘dipaido ora mengeng’ (Iskandar 2014:171)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

(10) krikil ‘keri ning sikil’ (Iskandar 2014:172)

(11) kursi ‘diungkurake banjur isi’ (Iskandar 2014:172)

(12) tarup ‘ditata supaya katon murup’(Iskandar,2014:173).

(13) sejarah ‘sejaraning arah’ (Iskandar 2014:172)

(14) siti ‘isi buli bhekti’ (Iskandar 2014:173)

(15) tepas ‘titip napas’ (Iskandar 2014:173)

(16) wedhang ‘dinggo nggawe kadhang’ (Iskandar 2014:173)

Penjelasan nama benda yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (8) adalah contoh nama benda yang berarti ‘ tempat minum’

(Utomo,2009:46) mangkuk kecil yang bertelinga (tempat air teh atau kopi yang

hendak diminum) (KBBI).

Kerata basa dari data (8) adalah kanggo nyancang pikir (Iskandar,

2014:171). Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kanggo nyancang pikir

memiliki makna, yaitu digunakan untuk mengikat pikiran. Cangkir biasanya

digunakan untuk menyajikan teh atau kopi, yang disajikan saat ada tamu yang

berkunjung lama, sehingga si empunya rumah dan sang tamu akan berbincang

mengikat pikiran. (Sukatri, wawancara pribadi, 10 September 2017).

Data (9) adalah nama benda yang berarti ‘ cerita karangan, legenda

(Utomo,2009:77). Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama

tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh) (KBBI).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Kerata basa dari data (9) adalah dipaido ora mengeng

(Iskandar,2014:171). Dipaido ora mengeng bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna meski tidak dipercaya namun tidak kehabisan akal.

Seperti dongeng yang selalu bervariasi ceritanya, meskipun banyak yang tidak

mempercayai.

Data (10) adalah nama benda yang berarti ‘batu kecil-kecil, batu kerikil’

(Utomo,2009:193), butiran batu lebih besar daripada pasir dan lebih kecil

daripada kerakal (kira-kira sebesar biji kacang tanah atau biji nangka) (KBBI).

Kerata basa dari data (10) adalah keri ning sikil (Iskandar,2014:172). Keri

ning sikil bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna geli di

kaki, seperti kerikil yang akan menimbulkan rasa geli pada telapak kaki ketika

diinjak.

Data (11) adalah nama benda yang berarti ‘kursi, tempat duduk’

(Utomo,2009:201), tempat duduk yang berkaki dan bersandaran (KBBI)

Kerata basa dari data (11) adalah diungkurake banjur isi

(Iskandar,2014:172). Diungkurake banjur isi bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna kalau didorong ke belakang lantas terisi (diduduki),

seperti kursi yang akan terisi ketika didorong ke arah luar.

Data (12) adalah nama benda yang memiliki makna ‘taratak, tambahan

atap sementara ketika menyelenggarakan hajatan mantu’ (Utomo,2009:452).

Kerata basa dari data (12) adalah ditata supaya katon murup

(Iskandar,2014:173). Ditata supaya katon murup bila diterjemahkan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

bahasa Indonesia memiliki makna disusun agar terlihat menyala, berkobar. Seperti

tarup yang disusun agar suasana acara atau rumah yang digunakan untuk hajatan

terlihat ramai dan semarak.

Data (13) adalah nama benda yang berarti ‘sejarah, silsilah’

(Utomo,2009:419), asal-usul, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi

pada masa lampau (KBBI).

Kerata basa dari data (13) adalah sejaraning arah (Iskandar,2014:172).

Sejaraning arah bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki

makna arah dari asal-usul atau kejadian yang telah lampau, seperti sejarah yang

merupakan ilmu yang membahas kejadian dan peristiwa di masa lampau.

Data (14) adalah nama benda yang berarti ‘tanah, bumi’

(Utomo,2009:431), permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali (KBBI)

Kerata basa dari data (14) adalah isi buli bhekti (Iskandar,2014:173). Buli

bhekti merupakan persembahan atau sesuatu yang diberikan oleh rakyat kepada

raja atau pemerintahan (biasanya berupa hasil bumi). Isi bhuli bhekti memiliki

makna isi persembahan untuk raja atau pemerintahan yang biasanya berisikan

hasil bumi (karena persembahan untuk raja tumbuh darisiti‘tanah’).

Data (15) adalah nama benda yang berarti ‘kipas bertangkai, untuk

mengipasi api’ (Utomo,2009:459).

Kerata basa dari data (15) adalah titip napas (Iskandar,2014:173). Titip

napas bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna menitipkan

nafas. Kata titip napas tersebut tidak memiliki kesesuaian makna dengan kata

tepas ‘kipas bertangkai’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Data (16) adalah nama benda yang berarti ‘air mendidih, minuman’

(Utomo,2009:492)

Kerata basa dari data (16) adalah dinggo gawe kadhang

(Iskandar,2014:173). Dinggo gawe kadhang bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna digunakan untuk mencari persaudaraan/ menjalin

silaturahmi. Hal itu sama seperti orang yang suka menyediakan minuman atau

wedhang pasti akan mempunyai teman atau saudara yang banyak.

2.3 Nama Anggota Keluarga

Nama anggota keluarga yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah anak, bapak, bocah, garwa, mantu, maratuwa, simah, batur.

(17) anak ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’(Iskandar,2014:171)

(18) bapak ‘bab apa-apa pepak’ (Iskandar,2014:171).

(19) bocah ‘yen mangan kaya kebo panggaweyane ora kecacah’

(Iskandar,2014:171).

(20) garwa ‘sigaraning nyawa’ (Iskandar,2014:171)

(21) mantu ‘dieman-eman meksa metu’ (Iskandar,2014:171)

(22) maratuwa ‘mara-mara ketemu tuwa’ (Iskandar,2014:172)

(23) simah ‘isine omah’ (Iskandar,2014:172)

(24) batur ‘embat-embating tutur’ (Iskandar, 2014:171)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Penjelasan nama benda yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut

Data (17) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘generasi kedua atau

keturunan pertama’ (KBBI).

Kerata basa dari data (17) adalah karep apa-apa kudu ana lan enak

(Iskandar, 2014:171). Karep apa-apa kudu ana lan enak bila di ubah ke dalam

bahasa Indonesia bermakna “bila niat atau meninginkan sesuatu, segalanya harus

ada dan harus enak” (Utomo, 2009). Hal itu sama seperti sifat seorang anak

kepada orangtuanya, yang meminta sesuatu hal harus selalu dituruti (harus ada)

dan bila ingin makan, lauk atau sayurnya harus enak.

Data (18) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘orang tua laki-laki,

ayah’ (KBBI)

Kerata basa dari data (18) adalah bab apa-apa pepak

(Iskandar,2014:171). Bab apa-apa pepak bila di ubah ke dalam bahasa Indonesia

bermakna ‘bab apapun lengkap’ (Utomo, 2009). Bab apapun ada dimaknai

sebagai pengalaman bapak atau ayah yang banyak dan lengkap, hal tersebut dapat

menjadi pelajaran atau pegalaman yang baik untuk diceritakan kepada anak-

anaknya.

Data (19) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘anak atau anak kecil

(Utomo, 2009)’. Anak kecil biasanya memiliki sifat egois, mudah marah dan

cengeng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Kerata basa dari data (19) adalah yen mangan kaya kebo, penggaweyane

ora kecacah (Iskandar, 2014: 171). Yen mangan kaya kebo, penggaweyane ora

kecacah bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna kalau

makan seperti kerbau, pekerjaannya tidak dapat dihitung (Utomo, 2009), seperti

sifat anak-anak yang banyak makan, dan senang melakukan banyak hal (Sukatri,

wawancara pribadi, 10 September 2017).

Data (20) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘istri’

(Utomo,2009:97) Istri adalah wanita (perempuan) yang telah menikah atau

bersuami (KBBI).

Kerata basa dari data (20) adalah sigaraning nyawa (Iskandar,2014:171).

Sigaraning nyawa bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

‘belahan nyawa’, seperti seorang istri yang menjadi belahan nyawa dari sang

suami.

Data (21) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘menantu, sedang

menyelenggarakan hajatan perkawinan’(Utomo,2009:232), ‘istri atau suami dari

anak kita’ (KBBI).

Kerata basa dari data (21) adalah dieman-eman meksa metu

(Iskandar,2014:171). Dieman-eman meksa metu bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia memiliki makna disayang-sayang memaksa keluar (dari rumah)

juga, seperti menantu yang akan hidup mandiri dan tidak ikut bersama dengan

orang tua lagi (memaksa keluar).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Data (22) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘orang tuanya istri/

suami (Utomo,2009:232).

Kerata basa dari data (22) adalah mara-mara ketemu tuwa

(Iskandar,2014:172). Mara-mara ketemu tuwa bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia memiliki makna datang/ tiba bertemu saat sudah tua, seperti

menantu yang bertemu dengan mertua saat mertua sudah lanjut usia (tua).

Data (23) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘suami, istri’

(Utomo,2009:428).

Kerata basa dari data (23) adalah isine omah (Iskandar,2014:172). Isine

omah bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti isi dari rumah,

simah memiliki makna suami atau istri yang menjadi isi atau bagian dalam rumah

tangga seseorang.

Data (24) adalah nama anggota keluarga yang berarti ‘teman, pembantu’

(Utomo,2009:23). Teman adalah kawan, sahabat, orang yang bersama-sama

bekerja (berbuat, berjalan): lawan (bercakap-cakap) (KBBI).

Kerata basa dari data (24) adalah ‘embat-embating tutur’

(Iskandar,2014:171). Embat-embating tutur bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna dapat diajak musyawarah. Seperti teman yang dapat

diajak musyawarah atau menanyakan pendapat mengenai sesuatu.

2.4 Nama Bulan

Nama bulan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

adalah . desember, januari, nopember, oktober, pebruari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(25) desember ‘gedhene sumber (Iskandar, 2014:171)

(26) januari ‘hujan saben hari’ (Iskandar,2014:172)

(27) nopember ‘ono sumber’(Iskandar,2014:172)

(28) oktober ‘untub-untube sumber’ (Iskandar,2014:172)

(29) pebruari ‘yen mepe mburu ari’ (Iskandar,2014:172)

Penjelasan nama benda yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut

Data (25) adalah nama bulan yang berarti bulan ke-12 atau bulan terakhir

tahun Masehi. (KBBI).

Kerata basa dari data (25) adalah gedhene sumber (Iskandar, 2014: 171).

Gedhene sumber bila diterj emahkan ke dalam bahasa Indonesia, memiliki makna

besarnya sumber ‘air’ (Utomo, 2009) karena bulan Desember biasanya termasuk

dalam musim penghujan, sehingga saat bulan Desember air melimpah (Sukatri,

wawancara pribadi, 10 September 2017).

Data (26) adalah nama bulan yang berarti ‘bulan pertama perhitungan

tahun Masehi’ (KBBI).

Kerata basa dari data (26) adalah hujan saben hari (Iskandar,2014:172).

Hujan saben hari bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

‘hujan setiap hari’, karena bulan Januari merupakan bulan musim penghujan.

Data (27) adalah nama bulan yang berarti ‘bulan ke-11 perhitungan tahun

Masehi’ (KBBI).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Kerata basa dari data (27) adalah ana sumber (Iskandar,2014:172). Ana

sumber bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna ada /

terdapat sumber air, karena biasanya bulan November adalah bulan yang

memasuki musim penghujan, sehingga banyak terdapat sumber (air).

Data (28) adalah nama bulan yang berarti ‘bulan ke-10 perhitungan tahun

Masehi’ (KBBI).

Kerata basa dari data (28) adalah untub-untube sumber

(Iskandar,2014:172). Untub-untube sumber bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna permulaan / mula-mula keluarnya air, karena bulan

Oktober merupakan permulaan musim penghujan (keluarnya air).

Data (29) adalah nama bulan yang berarti ‘bulan ke-2 perhitungan tahun

Masehi’ (KBBI)

Kerata basa dari data (29) adalah yen mepe mburu ari

‘Iskandar,2014:172). Yen mepe mburu ari bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna jika menjemur memburu matahari. Seperti menjemur

sesuatu pada bulan Februari maka akan cepat kering karena matahari bersinar

terik.

2.5 Nama Aktivitas

Nama aktivitas yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa

Jawa adalah maling, sulap, tandur, tapa.

(30) maling ‘njupuk amale wong sing ora eling’ (Iskandar,2014:172)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

(31) sulap ‘yen kesusu bakal ketilap’ (Iskandar,2014:173)

(32) tandur ‘nata karo mundur’ (Iskandar,2014:173)

(33) tapa ‘tatane kaya wong papa’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan nama aktivitas yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut,

Data (30) adalah nama aktivitas yang berarti ‘pencuri’ (Utomo,2009:227),

orang yang mencuri, orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-

sembunyi (KBBI).

Kerata basa dari data (30) adalah njupuk amale wong sing ora eling

(Iskandar,2014:172). Njupuk amale wong sing ora eling bila diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia memiliki arti mengambil amal milik orang yang tidak

ingat (lalai), hal ini memiliki makna orang yang kehilangan harta bendanya karena

dicuri adalah orang yang tidak ingat/ tidak sadar (tidak pernah berbagi pada orang

lain).

Data (31) adalah nama aktivitas yang berarti ‘pertunjukan sulap’

(Utomo,2009:439), pertunjukan berbuat sesuatu yang menakjubkan (KBBI).

Kerata basa dari data (31) adalah yen kesusu bakal ketilap

(Iskandar,2014:173). Yen kesusu bakal ketilap memiliki makna bila terburu-buru

atau terlalu cepat akan tertinggal, seperti penonton yang tidak mengetahui trik

sulap karena pergerakan tangan pesulap yang cepat.

Data (32) adalah nama aktivitas yang berarti ‘menanam (bibit muda),

menanam padi di sawah’ (Utomo2009:450).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Kerata basa dari data (32) adalah nata karo mundur (Iskandar,2014:173).

Nata karo mundur bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

merapikan, menata (padi) dengan cara berjalan ke belakang, seperti tandur

(menanam padi di sawah) yang dilakukan dengan cara berjalan mundur agar padi

yang sudah ditanam sebelumnya tidak terinjak.

Data (33) adalah nama aktivitas yang berarti ‘bertapa’ (Utomo,2009:451),

mengasingkan diri dari keramaian dunia dengan menahan hawa nafsu untuk

mencari ketenangan batin (KBBI).

Kerata basa dari data (33) adalah tatane kaya wong papa

(Iskandar,2014:173) Tatane kaya wong papa bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna gayanya seperti orang sengsara, hal itu sama seperti

orang bertapa yang meninggalkan segala harta benda dan seperti orang yang tak

punya apa-apa.

2.6 Keadaan

Keadaan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

adalah gerang, sepuh, saru, tuwa, prawan.

(34) gerang ‘segere wis arang’ (Iskandar,2014:172)

(35) sepuh ‘sabdane ampuh’ (Iskandar,2014:172)

(36) saru ‘kasar lan kliru’ (Iskandar,2014:172)

(37) tuwa ‘untune wisa ruwa ngenteni metune nyawa’

(38) prawan ‘yen peparan (lelungan) kudu wayah awan

(Iskandar,2014:172).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Penjelasan keadaan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut,

Data (34) adalah keadaan yang berarti ‘tua, sudah dewasa’

(Utomo,2009:104), sudah lama hidup, lanjut usia (tidak muda lagi)

(KBBI).Kerata basa dari data (34) adalah segerewis arang-arang

(Iskandar,2014:172). Segere wis arang-arang bila diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia memiliki makna ‘kebugarannya atau kesehatannya sudah jarang

terlihat’, seperti orang tua yang sering sakit-sakitan.

Data (35) adalah keadaan yang berarti ‘tua’ (Utomo,2009:424), sudah

lama hidup: lanjut usia (KBBI). Kerata basa dari data (35) adalah sabdane ampuh

(Iskandar,2014:172). Sabdane ampuh bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna perkataannya mujarab, seperti apa yang disampaikan

orang yang dianggap tua atau dituakan pada umumnya akan didengarkan atau

diikuti.

Data (36) adalah keadaan yang berarti ‘tidak pantas, tidak sopan (ucapan,

tingkah laku dll) (Utomo,2009:416), tidak senonoh (KBBI).

Kerata basa dari data (36) adalah kasar lan kliru (Iskandar,2014:172).

Kasar lan kliru bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

bertingkah laku tidak lemah lembut dan salah.

Data (37) adalah keadaan yang berarti ‘tua’ (Utomo,2009:476), sudah

lama hidup, lanjut usia (tidak muda lagi) (KBBI).

Kerata basa dari data (37) adalah untune wis ruwa, ngenteni metune

nyawa (Iskandar,2014:173). Untune wis ruwa, ngenteni metune nyawa bila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

diterjemahkan ke dalam bahas Indonesia memiliki makna giginya sudah jarang,

menunggu keluarnya nyawa, seperti orang tua yang sudah mulai tanggal giginya

dan hanya tinggal menunggu kematian.

Data (38) adalah keadaan yang berarti ‘gadis, perawan, perempuan yang

sudah waktunya kawin, perempuan yang belum kawin’ (Utomo,2009:385).

Kerata basa dari data (38) adalah yen peparan (lelungan) kudu wayah

awan (Iskandar,2014:172). Yen peparan (lelungan) kudu wayah awan bila

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna jika keluar, atau

bepergian harus saat siang hari atau saat hari masih cerah.

2.7 Nama Anggota Badan

Nama anggota badan yang dapat dibentuk menjadi kerata basadalam

bahasa Jawa adalah cangkem, kuping, sirah, weteng.

(39) cangkem ‘yen ora dicacang ora mingkem’ (Iskandar,2014:171).

(40) sirah ‘isine rah’ (Iskandar,2014:173)

(41) kuping ‘kaku njepiping’ (Iskandar,2014:172).

(42) weteng ‘ruwet tur peteng’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan nama anggota badan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa adalah

Data (39) adalah nama anggota badan yang berarti ‘mulut’ (Utomo, 2009).

Mulut adalah anggota tubuh manusia yang digunakan untuk mengucap kata atau

kalimat untuk berkomunikasi.(KBBI)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Kerata basa dari data (39) adalah yen ora dicacang ora mingkem

(Iskandar,2014:171). Kalimat yen ora dicacang ora mingkem bila diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia memiliki makna bila tidak dihentikan tidak diam

(Utomo, 2009). Seperti mulut apabila tidak dihentikan akan terus berbicara

(Sukatri, wawancara pribadi, 10 September 2017).

Data (40) adalah nama anggota badan yang berarti ‘telinga’

(Utomo,2009:200), organ tubuh untuk mendengar, alat pendengaran yang terletak

di kanan kiri kepala (manusia atau binatang) (KBBI).

Kerata basa dari data (40) adalah kaku njepiping (Iskandar,2014:172).

Kaku njepiping bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

kaku, tegang dan melebar seperti telinga (Rahardi, 2007:167)

Data (41) adalah nama anggota badan yang berarti ‘kepala’

(Utomo,2009:431), bagian tubuh yang di atas leher (pada manusia dan beberapa

jenis hewan merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat

indra (KBBI).

Kerata basa dari data (41) adalah isine rah (Iskandar,2014:173). Isine rah

bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti isinya adalah darah,

seperti kepala yang merupakan salah satu anggota tubuh yang berisi darah.

Data (42) adalah nama anggota badan yang berarti ’perut’

(Utomo,2009:494), bagian tubuh di bawah rongga dada (KBBI).

Kerata basa dari data (42) adalah ruwet tur peteng (Iskandar,2014:173)

Ruwet tur peteng bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

rumit dan gelap seperti susunan organ di dalam perut yang rumit dan kondisi yang

gelap.

2.8 Kata Identitas

Kata identitas yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa

Jawa adalah Gusti, kaji, wanita, dhenawa.

(43) Gusti ‘bagusing ati’ (Iskandar,2014:172)

(44) kaji ‘tekade siji’ (Iskandar,2014:172)

(45) wanita ‘wani ditata’ (Iskandar,2014:173)

(46) dhenawa ‘ngedhen hawa’ (Iskandar,2014:171)

Penjelasan kata identitas yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut

Data (43) adalah kata identitas yang berarti ‘tuan, Allah, Tuhan’

(Utomo,2009:119), sebutan untuk bangsawan, sebutan untuk Tuhan (KBBI).

Kerata basa dari data (43) adalah bagusing ati (Iskandar,2014:172).

Bagusing ati bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

‘baik di dalam hati/ memiliki hati yang baik’, seperti tuan yang selalu dipercaya

bahwa ia memiliki hati yang baik.

Data (44) adalah kata identitas yang berarti ‘orang yang pernah pergi haji

ke Mekah, haji’ (Utomo,2009:147), rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yang

harus dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan berziarah ke Kakbah pada

bulan Haji (Zulhijah) dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sai, dan

wukuf di Padang Arafah (KBBI).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Kerata basa dari data (44) adalah tekade siji (Iskandar,2014:172). Tekade

siji bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna keinginan/

kehendaknya satu, yaitu menjalankan ibadah / menjalankan rukun Islam yang

kelima.

Data (45) adalah kata identitas yang berarti ‘wanita, perempuan’

(Utomo,2009:490).

Kerata basa dari data (45) adalah wani ditata (Iskandar,2014:173). Wani

ditata bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna siap

menata/ mengatur, seperti perilaku wanita yang lebih disorot daripada pria,

sehingga wanita harus berani menjaga ‘tata’ aturan dan menegakkan aturan.

Data (46) adalah kata identitas yang berarti ‘raksasa’ (Utomo, 2009).

Raksasa adalah makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar

(KBBI).

Kerata basa dari data (46) adalah ngedhen hawa (ngampet hawa napsu)

(Iskandar, 2014: 171). Ngampet hawa napsu bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna menahan hawa nafsu. Kalimat tersebut tidak memiliki

kesesuaian makna dengan kata dhenawa ‘raksasa’.

2.9 Jenis Pakaian

Jenis pakaian yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

adalah kathok, kotang, kupluk, sruwal.\

(47) kathok ‘diangkat sitok-sitok’ (Iskandar,2014:172)

(48) kotang ‘sikute diutang’ (Iskandar,2014:172)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

(49) kupluk ‘kaku tur nyempluk’ (Iskandar,2014:172)

(50) sruwal ‘saru yen nganti uwal’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan jenis pakaian yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (47) adalah jenis pakaian yang berarti ‘celana pendek’

(Utomo,2009:156), celana yang hanya sampai atas lutut (KBBI).

Kerata basa dari data (47) adalah diangkat sithok-sithok

(Iskandar,2014:172). Diangkat sithok-sithok bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia memiliki makna diangkat satu per satu, seperti posisi kaki saat

menggunakan celana yaitu diangkat satu per satu.

Data (48) adalah jenis pakaian yang berarti ‘baju penutup dada’

(Utomo,2009:190), pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara, terdiri atas

kain berbentuk mangkuk, tali bahu, ban kerut untuk menyangga dada (KBBI).

Kerata basa dari data (48) adalah sikute diutang (Iskandar,2014:172).

Sikute diutang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

‘sikunya dipinjam’ Kata tersebut tidak memiliki kesesuaian makna dengan kata

kotang.

Data (49) adalah jenis pakaian yang berarti ‘kopyah, peci, turbus, tutup

kepala’ (Utomo,2009:200), biasanya dibuat dari beledu hitam dan berbentuk segi

panjang (KBBI)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Kerata basa dari data (49) adalah kaku nyempluk (Iskandar,2014:172).

Kaku nyempluk bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

kaku dan kecil tapi gemuk (Utomo,2009:50) seperti kupluk yang kaku, berbentuk

kecil dan gemuk.

Data (50) adalah jenis pakaian yang berarti ‘celana pendek’

(Utomo,2009:439).

Kerata basa dari data (50) adalah saru yen nganti uwal

(Iskandar,2014:173). Saru yen nganti uwal memiliki makna malu atau memalukan

jika sampai terlepas, seperti celana yang terlepas akan membuat kita malu.

2.10 Nama Tradisi atau Kebudayaan

Nama tradisi atau kebudayaan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa adalah ludruk, tayub, brekat.

(51) ludruk ‘gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk’

(Iskandar,2014:172).

(52) tayup ‘ditata supaya katon guyup’ (Iskandar,2014:173)

(53) brekat ‘dideleh mak breg teru diangkat’ (Iskandar,2014:171)

Penjelasan nama tradisi atau kebudayaan yang dapat dibentuk menjadi

kerata basa dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (51) adalah nama tradisi atau kebudayaan yang berarti ‘kesenian

Jawa Timur berbentuk sandiwara yang dipertontonkan dengan menari dan

menyanyi’ (KBBI).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Kerata basa dari data (51) adalah gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk

(Iskandar,2014:172). Gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk bila diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia memiliki arti lehernya menoleh ke kanan dan ke kiri,

kakinya menghentak-hentak, seperti gerakan ketika penari ludruk menari.

Data (52) adalah nama tradisi atau kebudayaan yang berarti ‘berpesta,

bersuka ria dengan menari ditemani tledhek (penari perempuan)

(Utomo,2009:454).

Kerata basa dari data (52) adalah ditata supaya katon guyup

(Iskandar,2014:173). Ditata supaya katon guyup bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia memiliki makna diselenggarakan agar terlihat rukun, seperti

orang-orang yang beramai-ramai menari tayup.

Data (53) adalah nama tradisi atau kebudayaan yang berarti ‘berkah atau

barokah (Utomo, 2009)’. Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi

kehidupan manusia (KBBI).

Masyarakat Jawa menyebut kondangan atau makanan yang diberikan saat

upacara kematian maupun pernikahan sebagai brekat. Brekat biasanya didoakan

terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada warga.

Kerata basa dari data (53) adalah dideleh mak brek terus diangkat.

(Iskandar, 2014, 171). Dideleh mak breg langsung diangkat, bila diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna begitu ditaruh langsung diangkat

(Utomo,2009), seperti sistem pembagian brekat, begitu ditaruh, didoakan

kemudian diantarkan ke rumah warga satu per satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2.11 Nama Tumbuhan

Nama tumbuhan yang dapat dibentuk menjadi kerata basadalam bahasa

Jawa adalah tebu, sinom, cengkir.

(54) tebu ‘antebe kalbu’ (Iskandar,2014:173)

(55) sinom ‘isih enom’ (Iskandar,2014:173)

(56) cengkir ‘kencenge pikir’ (Iskandar,2014:171)

Penjelasan nama tumbuhan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (54) adalah nama tumbuhan yang berarti ‘untuk membuat gula’

(Utomo,2009:454), jenis rumput-rumputan berbatang tinggi dan beruas-ruas, air

dalam batangnya manis, biasanya dibuat gula (KBBI).

Kerata basa dari data (54) adalah antebe kalbu

(Iskandar,2014:173).Antebe kalbu bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

memiliki makna mantapnya hati, hal itu tidak sesuai dengan Kerata basa dari

tebu. Kata antebe kalbu tersebut tidak memiliki kesesuaian makna dengan kata

tebu ‘jenis rumput-rumputan berbatang tinggi dan beruas-ruas, air dalam

batangnya manis, biasanya dibuat gula’.

Data (55) adalah nama tumbuhan yang berarti ‘daun’ (Utomo, 2009).

Daun adalah bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting (KBBI).

Kerata basa dari data (55) adalah isih enom (Iskandar, 2014: 173). Isih

enom bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna masih muda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

(Utomo, 2009). Kata masih tersebut tidak memiliki kesesuaian makna dengan kata

sinom ‘daun’.

Data (56) adalah nama tumbuhan yang berarti ‘kelapa muda (Utomo,

2009)’. Kelapa muda adalah kelapa yang belum tua dan masih lunak isinya

(airnya enak diminum). (KBBI)

Kerata basa dari data (56) adalah kencenge pikir (Iskandar, 2014:171).

Kencenge pikir bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

tegangnya pikiran ‘Utomo, 2009). Kata tersebut tidak memiliki kesesuaian makna

dengan cengkir ‘kelapa muda’.

2.12 Nama Pekerjaan

Nama pekerjaan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa

Jawa adalah guru, sopir.

(57) guru ‘digugu lan ditiru’ (Iskandar,2014:172)

(58) sopir ‘yen ngaso mampir’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan nama pekerjaan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (57) adalah nama pekerjaan yang berarti ‘orang yang pekerjaannya,

profesinya mengajar (KBBI).

Kerata basa dari data (57) adalah digugu lan ditiru (Iskandar,2014:172).

Digugu lan ditiru bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

‘dipercaya dan dicontoh’, seperti guru yang menjadi tauladan dan panutan untuk

murid-muridnya.

Data (58) adalah nama pekerjaan yang berarti ‘pengemudi mobil (bemo

dan sebagainya)’ (KBBI).

Kerata basa dari data (58) adalah yen ngaso mampir (ing warung)

(Iskandar,2014:173). Yen ngaso mampir memiliki makna bila sopir hendak

beristirahat biasanya akan singgah/ beristirahat di warung makan untuk melepas

penat selama perjalanan.

2.13 Nama Hewan

Nama hewan yang dapat dibentuk menjadi kerata basadalam bahasa Jawa

adalah kodhok, wedhus.

(59) kodhok ‘teka-teka ndhodhok’ (Iskandar,2014:172)

(60) wedhus ‘duwe ora tau adus’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan nama hewan yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (59) adalah nama hewan yang berarti ‘katak’ (Utomo,2009:187),

binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan,

berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih

panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (KBBI).

Kerata basa dari data (59) adalah teka-teka ndhodhok

(Iskandar,2014:172). Teka-teka ndhodhok bila diterjemahkan ke dalam bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Indonesia memiliki makna tiba-tiba jongkok, seperti cara berjalan katak yang

selalu jongkok.

Data (60) adalah nama hewan yang berarti ‘kambing’ (Utomo,2009:492),

binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daun-daunan), berkuku genap,

tanduknya bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan ternak untuk

diambil dging, susu, kadang-kadang bulunya (KBBI).

Kerata basa dari data (60) adalah duwe ora tau adus (Iskandar,2014:173)

Duwe ora tau adus bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna

tidak pernah mandi, seperti kambing yang tidak pernah mandi sehingga baunya

tidak sedap.

2.14 Nama Alat transportasi

Nama alat transportasi yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sekuter.

(61) sekuter ‘sambi sedheku mlayu banter’ (Iskandar,2014:172)

Penjelasan nama alat trasportasi yang dapat dibentuk menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (61) adalah nama alat transportasi yang berarti ‘kendaraan bermotor

beroda dua dengan ukuran roda yang kecil dan tidak berjeruji kawat’ (KBBI)

Kerata basa dari data (61) adalah sambi sedheku mlayu banter

(Iskandar,2014:172). Sambi sedheku mlayu banter bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia memiliki arti hanya berpangku tangan tetapi jalannya cepat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

seperti orang yang naik motor matic yang tidak perlu repot seperti naik motor

bebek atau motor kopling.

2.15 Nama Buah

Nama buah yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa

adalah gedhang.

(62) gedhang ‘digeget bar madhang’ (Iskandar,2014:171)

Penjelasan nama benda yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam

bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Data (62) adalah nama buah yang berarti ‘batang pisang dan buahnya’

(Utomo,2009:99), tanaman jenis Musa, buahnya berdaging dan dapat dimakan,

ada bermacam-macam, seperti pisang ambon dan pisang raja (KBBI).

Kerata basa dari data (62) adalah digeget bar madhang

(Iskandar,2014:171). Digeget bar madhang bila diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia memiliki makna ‘digigit setelah makan’, seperti buah pisang yang

biasanya dimakan setelah makan besar sebagai pencuci mulut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

BAB III

POLA PEMBENTUKAN KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANDAR

3.1 Pengantar

Dalam bab ini, dibicarakan pola-pola pembentukan kerata basa dalam

bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar.

Berdasarkan analisis data ditemukan pola pembentukan kerata basa dalam bahasa

Jawa yang meliputi (i) pemanjangan kedua suku kata menjadi suku kata terakhir

(ii) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di tengah dan satu suku kata

terdapat di akhir kata (iii) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di awal dan

satu suku kata yang terdapat di akhir kata (iv) pemanjangan satu suku yang

terdapat di awal, satu suku kata yang terdapat di tengah dan satu suku kata yang

terdapat di akhir kata (v) pemanjangan satu suku kata yang terdapat di akhir kata.

3.2 Pemanjangan Kedua Suku Kata Menjadi Suku Kata Terakhir

Pemanjangan kedua suku kata yang terdapat pada suku kata terakhir pada

kerata basa dalam bahasa Jawa adalah kata bocah, cangkem, cangkir, dhenawa,

dongeng, gedhang, januari, kathok, kodhok, kuping, kupluk, mantu, nopember,

pebruari, prawan, saru, sopir, sruwal, sulap, tandur, tarup, tayup, tepas,

wedhang, wedhus, weteng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

(63) bocah ‘yen mangan kaya kebo, panggaweyane ora kecacah’

(Iskandar,2014:171)

(64) cangkem’yen ora dicancang ora mingkem’ (Iskandar, 2014: 171)

(65) cangkir ‘kanggo nyancang pikir’ (Iskandar, 2014: 171)

(66) dhenawa ‘ngedhen hawa’ (Iskandar, 2014: 171)

(67) dongeng ‘dipaido ora mengeng’ (Iskandar, 2014: 171)

(68) gedhang ‘digeget bar madhang’ (Iskandar, 2014: 171)

(69) januari ‘hujan saben hari’ (Iskandar, 2014: 172)

(70) kathok ‘diangkat sithok-sithok’ (Iskandar, 2014: 172)

(71) kodhok ‘teka-teka ndhodhok’ (Iskandar, 2014: 172)

(72) kuping’ kaku njepiping’ (Iskandar, 2014: 172)

(73) kupluk ‘kaku nyempluk’ (Iskandar, 2014: 172)

(74) mantu ‘dieman-eman meksa metu’ (Iskandar, 2014: 172)

(75) nopember ‘ana sumber’ (Iskandar, 2014: 172)

(76) pebruari ‘yen mepe mburu ari’ (Iskandar, 2014: 172)

(77) prawan ‘yen pepara kudu wayah awan’ (Iskandar, 2014: 172)

(78) saru ‘kasar lan kliru’ (Iskandar, 2014: 172)

(79) sopir ‘yen ngaso mampir’ (Iskandar, 2014: 173)

(80) sruwal’saru yen nganti uwal’ (Iskandar,2014:173)

(81) sulap ‘yen kesusu bakal ketilap’ (Iskandar,2014:173)

(82) tandur ‘nata karo mundur’ (Iskandar,2014:173)

(83) tarup ‘ditata supaya katon murup’ (Iskandar,2014:173)

(84) tayup ‘ditata supaya katon guyup’ (Iskandar,2014:173)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

(85) tepas ‘titip napas’ (Iskandar,2014:173)

(86) wedhang ‘dinggo nggawe kadhang’ (Iskandar,2014:173)

(87) wedhus ‘nduwe ora tau adus’(Iskandar,2014:173)

(88) weteng ‘ruwet tur peteng’ (Iskandar,2014:173)

Penjelasan pemanjangan kedua suku kata yang terdapat pada suku kata

terakhir pada kerata basa dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Kerata basa dari data (63) adalah ‘yen mangan kaya kebo, panggaweyane

ora kecacah’ (Iskandar, 2014: 171). Data (63) terdiri dari dua suku kata yaitu bo

dan cah. Suku kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata bo sehingga menjadi kebo ‘kerbau’ Suku kata kedua diperpanjang ke kanan

dengan pemanjangan pada suku kata cah sehingga menjadi kecacah ‘tercacah,

terhitung’.

Kerata basa dari data (64) adalah ‘yen ora dicancang ora mingkem’

(Iskandar, 2014: 171). Data (64) terdiri dari dua suku kata yaitu cang dan kem.

Suku kata pertama, diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata

cang menjadi dicancang ‘dihentikan’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri

dengan pemanjangan pada suku kata kem menjadi kata mingkem ‘diam’.

Kerata basa dari data (65) adalah kanggo nyancang pikir (Iskandar, 2014:

171). Data (65) terdiri dari dua suku kata yaitu cang dan kir. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata cang menjadi kata

nyancang ‘mengikat’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata kir menjadi kata pikir ‘pikir, pikiran’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Kerata basa dari data (66) adalah ‘ngedhen hawa’ (Iskandar, 2014: 171).

Data (66) terdiri dari tiga suku kata yaitu dhe, na dan wa. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata dhen menjadi kata

ngedhen ‘mengejan’. Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata hawa ‘hawa napsu’.

Kerata basa dari data (67) adalah dipaido ora mengeng (Iskandar, 2014:

171). Data (67) terdiri dari dua suku kata yaitu do dan ngeng. Suku kata pertama,

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata dho menjadi kata

dipaido ‘tidak dipercaya’ suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ngeng menjadi kata mengeng ‘kehabisan akal’

Kerata basa dari data (68) adalah digeget bar madhang (Iskandar,

2014:171). Data (68) terdiri dari dua suku kata yaitu ge dan dang. Suku kata

pertama diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata ge menjadi

kata digeget ’digigit’, suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata dhang menjadi kata madhang‘makan’.

Kerata basa dari data (69) adalah hujan saben hari (Iskandar, 2014: 172).

Data (69) terdiri dari tiga suku kata yaitu ‘ja’, ‘nu’ dan ‘ari’. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ja menjadi kata hujan.

Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ari

menjadi kata hari.

Kerata basa dari data (70) adalah diangkat sithok-sithok (Iskandar, 2014:

172). Data (70) terdiri dari dua suku kata yaitu ka dan thok. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan kiri dengan pemanjangan pada suku kata ka menjadi kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

diangkat. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata thok menjadi kata sithok-sithok ‘satu per satu’.

Kerata basa dari data (71) adalah teka-teka ndhodhok (Iskandar,2014:

172). Data (71) terdiri dari dua suku kata yaitu ko dan dhok. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ko menjadi kata teka-

teka ‘datang-datang’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata dhok menjadi kata ndhodhok ‘jongkok’

Kerata basa dari data (72) adalah kaku njepiping (Iskandar, 2014: 172).

Data (72) terdiri dari dua suku kata yaitu ‘ku’ dan ‘ping’. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ku menjadi kata kaku

‘keras’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata ping menjadi kata njepiping ‘melebar’.

Kerata basa data (73) adalah kaku nyempluk (Iskandar,2014:172). Data

(73) terdiri dari dua suku kata yaitu ku dan pluk. Suku kata pertama diperpanjang

ke kiri dengan pemanjangan suku kata ku menjadi kata kaku ‘keras’. Suku kata

kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata pluk menjadi kata

nyempluk ‘kecil tapi gemuk’.

Kerata basa pada data (74) adalah dieman-eman meksa metu’

(Iskandar,2014:172). Data (74) terdiri dari dua suku kata yaitu man dan tu. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata man

menjadi kata ‘dieman-eman disayang-sayang. Suku kata kedua diperpanjang ke

kiri dengan pemanjangan pada suku kata tu menjadi kata metu ‘keluar’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Kerata basa pada data (75) adalah ana sumber (Iskandar,2014:172). Data

(75) terdiri dari tiga suku kata yaitu no, pem, dan ber. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata no menjadi kata ana

‘ada’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata

ber menjadi kata sumber ‘sumber air’.

Kerata basa dari data (76) adalah yen mepe mburu ari

(Iskandar,2014:172). Data (76) terdiri dari empat suku kata yaitu peb, ru, a, ri.

Suku kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata peb

menjadi kata mepe ‘menjemur’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ru menjadi kata mburu ‘memburu/mencari’. Suku

kata ketiga diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata a menjadi

ari ‘matahari’.

Kerata basa dari data (77) adalah yen pepara (lelungan) kudu wayah awan

(Iskandar,2014:172). Data (77) terdiri dari dua suku kata yaitu pra dan wan. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata pra

menjadi kata pepara ‘berpergian’. Suku kata kedua diperpanjang ke kanan dengan

pemanjangan pada suku kata wan menjadi kata awan ‘siang hari’.

Kerata basa dari data (78) adalah kasar lan kliru (Iskandar,2014:172).

Data (78) terdiri dari dua suku kata yaitu sa dan ru. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata sa menjadi kata kasar

‘bertingkah laku tidak lembut’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ru menjadi kata kliru ‘salah’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Kerata basa dari data (79) adalah yen ngaso mampir (ing warung)

(Iskandar,2014:173). Data (79) terdiri dari dua suku kata yaitu so dan pir. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata so menjadi

kata ngaso ‘beristirahat’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata pir menjadi kata mampir (ing warung) ‘singgah ke

warung’.

Kerata basa dari data (80) adalah saru yen nganti uwal

(Iskandar,2014:173). Data (80) terdiri dari dua suku kata yaitu sru dan wal. Suku

kata pertama diperpanjnag ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata sru

menjadi kata saru ‘tidak senonoh’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata wal menjadi kata uwal ‘terlepas’.

Kerata basa dari data (81) adalah yen kesusu bakal ketilap

(Iskandar,2014:173). Data (81) terdiri dari dua suku kata yaitu su dan lap. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata su menjadi

kata ‘kesusu’ ‘terburu-buru’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan suku

kata lap menjadi kata ketilap ‘tertinggal’.

Kerata basa dari data (82) adalah nata karo mundur (Iskandar,2014:173).

Data (82) terdiri dari dua suku kata yaitu tan dan dur. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata tan menjadi kata nata

‘menata’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata dur menjadi kata mundur ‘berjalan ke belakang’.

Kerata basa dari data (83) adalah ditata supaya katon murup

(Iskandar,2014:173). Data (83) terdiri dari dua suku kata yaitu ta dan rup. Suku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ta menjadi

kata ditata ‘disusun’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata rup menjadi kata murup ‘menyala, meriah’.

Kerata basa dari data (84) adalah ditata supaya katon guyup

(Iskandar,2014:173). Data (84) terdiri dari dua suku kata yaitu ta dan yup. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ta menjadi

kata ditata ‘disusun’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata yup menjadi kata guyup ‘rukun’.

Kerata basa dari data (85) adalah ‘titip napas’ (Iskandar,2014:173). Data

(85) terdiri dari dua suku kata yaitu te dan pas. Suku kata pertama diperpanjang ke

kanan dengan pemanjangan pada suku kata te menjadi kata titip ‘menitipkan’.

Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata pas

menjadi kata napas ‘nafas’.

Kerata basa dari data (86) adalah dinggo gawe kadhang

(Iskandar,2014:173). Data (86) terdiri dari dua suku kata yaitu we dan dhang.

Suku kata pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata we

menjadi kata gawe ‘membuat’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata dhang menjadi kata kadhang ‘saudara’.

Kerata basa dari data (87) adalah duwe ora tau adus(Iskandar,2014:173).

Data (87) terdiri dari dua suku kata yaitu we dan dhus. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata we menjadi kata duwe

‘punya, memiliki’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata dhus menjadi kata adus ‘mandi’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Kerata basa darai data (88) adalah ruwet tur peteng (Iskandar,2014:173).

Data (88) terdiri dari dua suku kata yaitu we dan teng. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata we menjadi

kata ruwet ‘rumit’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata teng menjadi kata peteng ‘gelap’.

3.3 Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Tengah dan Satu Suku

Kata Terdapat di Akhir Kata

Pemanjangan satu suku kata terdapat di tengah, satu suku kata terdapat di

akhir kata dalam kerata basa dalam bahasa Jawa adalah batur, cengkir,

desember, garwa, gerang, guru, Gusti, kaji, kotang, krikil, kursi, ludruk, maling,

simah, sinom, sirah, siti, tebu, tuwa.

(89) batur ‘embat-embating tutur’ (Iskandar,2014:171)

(90) cengkir ‘kencenge pikir’ (Iskandar,2014:171)

(91) desember ‘gedhene sumber’ (Iskandar,2014:171)

(92) garwa ‘sigaraning nyawa’ (Iskandar,2014:173)

(93) gerang ‘segere wis arang-arang’ (Iskandar,2014:172)

(94) guru ‘digugu lan ditiru’ (Iskandar,2014:172)

(95) Gusti ‘bagusing ati’ (Iskandar,2014:172)

(96) kaji ‘tekade siji’ (Iskandar,2014:172)

(97) kotang ‘sikute diutang’ (Iskandar,2014:172)

(98) krikil ‘keri ning sikil’ (Iskandar,2014:172)

(99) kursi ‘diungkurake banjur isi’ (Iskandar,2014:172)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

(100) ludruk ‘gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk’ (Iskandar,2014:172)

(101) maling ‘njupuk amale wong sing ora eling’ (Iskandar,2014:172)

(102) simah ‘isine omah’ (Iskandar,2014:172)

(103) sinom ‘isih enom’ (Iskandar, 2014: 173)

(104) sirah ‘isine rah’ (Iskandar,2014:173)

(105) siti ‘isi bhuli bhekti’ (Iskandar,2014:173)

(106) tebu ‘antebe kalbu’ (Iskandar,2014:173)

(107) tuwa ‘untune wis ruwa, ngenteni metune nyawa’

(Iskandar,2014:173)

Penjelasan pemanjangan satu suku kata terdapat di tengah, satu suku kata

terdapat di akhir kata dalam kerata basa dalam bahasa Jawa adalah sebagai

berikut.

Kerata basa dari data (89) adalah embat-embating tutur (Iskandar, 2014:

171). Data (89) terdiri dari dua suku kata yaitu ba dan tur. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan suku kata bat sehingga menjadi kata embat-

embating ‘sasaran’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata tur menjadi kata tutur ‘perkataan, pembicaraan’.

Kerata basa dari data (90) adalah kencenge pikir (Iskandar, 2014: 171).

Data (90) terdiri dari dua suku kata yaitu ceng dan kir. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ceng menjadi kata

kencenge ‘tegangnya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata kir menjadi kata pikir ‘pikiran’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Kerata basa dari data (91) adalah gedhene sumber (Iskandar, 2014: 171).

Data (91) terdiri dari tiga suku kata yaitu de, sem dan ber. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata de menjadi

kata gedhene ‘besarnya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kanan dengan

pemanjangan pada suku kata sem menjadi kata sumber ‘air’. Suku kata ketiga

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ber menjadi kata

sumber ‘air’.

Kerata basa dari data (92) adalah sigaraning nyawa (Iskandar,2014:173).

Data (92) terdiri dari dua suku kata yaitu gar dan wa. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan dan kiri dengan pemanjangan pada suku kata gar menjadi

kata sigaraning ‘belahan’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata wa menjadi kata nyawa ‘nyawa’.

Kerata basa dari data (93) adalah segere wis arang-arang (Iskandar,

2014:172). Data (93) terdiri dari dua suku kata yaitu ge dan rang. Suku kata

pertama diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata ge menjadi kata

segere ‘kesegarannya/ kesehatannya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri

dengan pemanjangan pada suku kata rang menjadi kata arang-arang ‘jarang-

jarang’.

Kerata basa dari data (94) adalah digugu lan ditiru (Iskandar, 2014:172).

Data (94) terdiri dari dua suku kata yaitu gu dan ru. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata gu menjadi kata digugu

‘dipercaya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata ru menjadi kata ditiru ‘dicontoh’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Kerata basa dari data (95) adalah bagusing ati (Iskandar, 2014: 172). Data

(95) terdiri dari dua suku kata yaitu gus dan ti. Suku kata pertama diperpanjang ke

kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata gus menjadi kata bagusing

‘baik di’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata ti menjadi kata ati ‘hati’.

Kerata basa dari data (96) adalah tekade siji (Iskandar, 2014: 172). Data

(96) terdiri dari dua suku kata yaitu ka dan ji. Suku kata pertama diperpanjang ke

kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata ka menjadi kata tekade

‘keinginannya/ kehendaknya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ji menjadi kata siji ‘satu’.

Kerata basa dari data (97) adalah sikute diutang (Iskandar,2014:172).

Data (97) terdiri dari dua suku kata yaitu ko dan tang. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata ko menjadi

kata sikute ‘sikunya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan

pada suku kata tang menjadi kata diutang ‘dipinjam’.

Kerata basa dari data (98) adalah keri ning sikil (Iskandar, 2014: 172).

Data (98) terdiri dari dua suku kata yaitu kri dan kil. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata kri menjadi kata keri

‘geli’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata

kil menjadi kata sikil ‘kaki’.

Kerata basa data (99) adalah yen diungkurake banjur isi

(Iskandar,2014:172). Data (99) terdiri dari dua suku kata yaitu kur dan si. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

kur menjadi kata diungkurake ‘didorong ke belakang’. Suku kata kedua

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata si menjadi kata isi

‘terisi’.

Kerata basa data (100) adalah gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk

(Iskandar,2014:172). Data (100) terdiri dari dua suku kata yaitu lu dan druk. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata

lu menjadi kata gulune ‘lehernya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata druk diperpanjang menjadi kata gedruk-gedruk

‘menghentak-hentak’.

Kerata basa data (101) adalah njupuk amale wong sing ora eling

(Iskandar,2014:172). Data (101) terdiri dari dua suku kata yaitu ma dan ling. Suku

kata pertama diperpanjang ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata

ma menjadi kata amale ‘amalnya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ling menjadi kata eling ‘ingat’.

Kerata basa dari (102) adalah isine omah (Iskandar,2014:172). Data (102)

terdiri dari dua suku kata yaitu si dan mah. Suku kata pertama diperpanjang ke kiri

dengan pemanjangan pada suku kata si menjadi kata isine ‘isi dari’. Suku kata

kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata mah menjadi kata

omah ‘rumah’.

Kerata basa dari data (103) adalah isih enom (Iskandar,2014:173). Data

(103) terdiri dari dua suku kata yaitu si dan nom. Suku kata pertama diperpanjang

ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata si menjadi kata isih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

‘masih’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata nom menjadi kata enom ‘muda’.

Kerata basa dari data (104) adalah isine rah (Iskandar,2014:173). Data

(104) terdiri dari dua suku kata yaitu si dan rah . Suku kata pertama diperpanjang

ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata si menjadi kata isine ‘isi

dari’. Suku kata kedua yaitu rah tidak mengalami pemanjangan, suku kata rah

memiliki makna kepala.

Kerata basa dari data (105) adalah isi buli bhekti (Iskandar,2014:173).

Data (105) terdiri dari dua suku kata yaitu si dan ti. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata si menjadi kata isi ‘isi’.

Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangna pada suku kata ti

menjadi kata bhekti ‘bhakti’.

Kerata basa dari data (106) adalah antebe kalbu (Iskandar,2014:173). Data

(106) terdiri dari dua suku kata yaitu te dan bu. Suku kata pertama diperpanjang

ke kiri dan kanan dengan pemanjangan pada suku kata te menjadi kata antebe

‘mantapnya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada

suku lata bu menjadi kata kalbu ‘hati, kalbu’.

Kerata basa dari data (107) adalah untune wis ruwa (Iskandar,2014:173).

Data (107) terdiri dari dua suku kata yaitu tu dan wa. Suku kata pertama

diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata tu menjadi kata untune

‘giginya’.

Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku kata

wa menjadi kata ruwa ‘jarang’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

3.4 Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Awal dan Satu Suku

Kata yang Terdapat di Akhir Kata

Pemanjangan satu suku kata berada di awal, satu suku kata berada di

akhir kata dalam kerata basa dalam bahasa Jawa adalah anak, bapak, tapa,

wanita, sekuter, sepuh, brekat.

(108) anak ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’ (Iskandar,2014:171)

(109) bapak ‘bab apa-apa pepak’ (Iskandar,2014:171)

(110) tapa ‘tatane kaya wong papa’ (Iskandar,2014:171)

(111) wanita ‘wani ditata’ (Iskandar,2014:173)

(112) sekuter ‘sambi sedheku mlayu banter’ (Iskandar,2014:172)

(113) sepuh ‘sabdane ampuh’ (Iskandar,2014:172)

(114) brekat ‘dideleh mak brek terus diangkat’ (Iskandar,2014:171)

Penjelasan pemanjangan satu suku kata berada di awal, satu suku kata

berada di akhir kata dalam kerata basa dalam bahasa Jawa adalah sebagai

berikut.

Kerata basa dari data (108) adalah karep apa-apa kudu ana lan enak

(Iskandar, 2014: 171). Data (108) terdiri dari dua suku kata yaitu a dan nak. Suku

kata pertama diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata a

menjadi apa-apa ‘semuanya, segalanya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri

dengan pemanjangan pada suku kata nak menjadi kata enak ‘enak’.

Kerata basa dari data (109) adalah bab apa-apa pepak (Iskandar, 2014:

171). Data (109) terdiri dari dua suku kata yaitu ba dan pak. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata ba menjadi kata bab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

‘perihal’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata pak menjadi kata pepak ‘lengkap’.

Kerata basa dari data (110) adalah tatane kaya wong papa

(Iskandar,2014:173). Data (110) terdiri dari dua suku kata yaitu ta dan pa. Suku

kata pertama diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata ta

menjadi kata tatane ‘gayanya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata pa menjadi kata papa ‘sengsara’.

Kerata basa dari data (111) adalah wani ditata (Iskandar,2014:173). Data

(111) terdiri dari tiga suku kata yaitu wa, ni dan ta. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata wa menjadi kata wani

‘berani’ Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri dengan pemanjangan pada suku

kata ta menjadi kata ditata ‘diatur’.

Kerata basa dari data (112) adalah sambi sedheku mlayu banter

(Iskandar,2914:172). Data (112) terdiri dari tiga suku kata yaitu se, ku, dan ter.

Suku kata pertama diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata se

menjadi sedheku ‘berpangku tangan’. Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri

dengan pemanjangan pada suku kata ter menjadi kata banter ‘cepat, kencang’.

Kerata basa dari data (113) adalah sabdane ampuh (Iskandar,2014:172).

Data (113) terdiri dari dua suku kata yaitu se dan puh. Suku kata pertama

diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata se menjadi kata

sabdane ‘petuahnya, kata-katanya’. Suku kata kedua diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata puh menjadi kata ampuh ‘manjur’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Kerata basa dari data (114) adalah ‘dideleh mak brek terus diangkat’

(Iskandar, 2014: 171). Data (114) terdiri dari dua suku kata yaitu ‘bre’ dan ‘kat’.

Suku kata pertama, yaitu bre diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada

suku kata bre sehingga menjadi kata brek ‘bunyi ketika barang ditaruh’. Suku kata

kedua diperpanjang ke kiri dengan suku kata kat menjadi kata diangkat

‘diangkat’.

3.5 Pemanjangan Satu Suku yang Terdapat di Awal, Satu Suku Kata yang

Terdapat di tengah dan Satu Suku Kata yang Terdapat di Akhir Kata

Pemanjangan satu suku kata berada di awal, satu suku kata berada di

tengah dan satu suku kata berada di akhir kata dalam kerata basa dalam bahasa

Jawa adalah maratuwa dan sejarah.

(115) maratuwa ‘mara-mara ketemu tuwa’ (Iskandar,2014:172)

(116) sejarah ‘sejaraning arah’ (Iskandar,2014:172)

Penjelasan pemanjangan satu suku kata berada di awal, satu suku kata

berada di tengah dan satu suku kata berada di akhir kata dalam kerata basa adalah

sebagai berikut.

Kerata basa pada data (115) adalah mara-mara ketemu tuwa

(Iskandar,2014:172). Data (115) terdiri dari empat suku kata yaitu ma, ra, tu, dan

wa. Suku kata pertama dan kedua diperpanjang ke kanan kiri dengan

pemanjangan pada suku kata ma dan ra menjadi kata mara-mara ‘datang-datang’.

Suku kata ketiga dan keempat diperpanjang ke kanan dan kiri dengan

pemanjangan pada suku kata tu dan wa menjadi kata tuwa ‘tua’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Kerata basa dari data (116) adalah sejaraning arah (Iskandar,2014:172).

Data (116) terdiri dari tiga suku kata yaitu se, ja, dan rah. Suku kata pertama dan

kedua diperpanjang ke kanan dengan pemanjangan pada suku kata se dan ja

menjadi sejaraning ‘sejarahnya’. Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri dengan

pemanjangan pada suku kata rah menjadi arah ‘tujuan’.

3.6 Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Akhir Kata

Pemanjangan satu suku kata terdapat di akhir kata dalam kerata basa

dalam bahasa Jawa adalah oktober.

(117) oktober ‘untub-untube sumber’ (Iskandar,2014:172)

Penjelasan pemanjangan satu suku kata terdapat di akhir kata pada kerata

basa dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut.

Kerata basa dari data (117) adalah untub-untube sumber

(Iskandar,2014:172). Data (117) terdiri dari tiga suku kata yaitu ok, to, dan ber.

Suku kata ketiga diperpanjang ke kiri dengan pamanjangan pada suku kata ber

menjadi kata sumbe ‘air’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masalah pada penelitian ini antara lain tentang (a) jenis kata menurut

referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa Jawa yang

terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. (b) pola

pembentukan kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak

Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar. Semua permasalahan tersebut telah dibahas

dalam Bab II dan Bab III.

Dari pembahasan di Bab II dapat disimpulkan bahwa terdapat empat belas

kata menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa dalam bahasa

Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya Ki Ali Iskandar yaitu, (i)

nama benda, (ii) nama anggota keluarga, (iii) nama bulan, (iv) nama aktivitas, (v)

keadaan, (vi) nama anggota badan, (vii) identitas, (viii) pakaian, (ix) tradisi atau

kebudayaan, (x) nama tumbuhan, (xi) nama pekerjaan, (xii) nama hewan, (xiii)

alat transportasi, (xiv) nama buah

Dari pembahasan Bab III dapat disimpulkan bahwa pola pembentukan

kerata basa dalam bahasa Jawa yang terdapat pada buku Pepak Basa Jawa karya

Ki Ali Iskandar memiliki lima pola pembentukan yaitu, (i) pemanjangan kedua

suku kata menjadi suku kata terakhir, (ii) pemanjangan satu suku kata yang

terdapat di tengah dan satu suku kata terdapat di akhir kata, (iii) pemanjangan satu

suku kata yang terdapat di awal dan satu suku kata yang terdapat di akhir kata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

(iv) pemanjangan satu suku yang terdapat di awal, satu suku kata yang terdapat di

tengah dan satu suku kata yang terdapat di akhir kata, (v) pemanjangan satu suku

kata yang terdapat di akhir kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

5.2 Saran

Kerata basa dalam bahasa Jawa pada skripsi ini dibahas terbatas, yaitu

pada jenis kata menurut referennya yang dapat dibentuk menjadi kerata basa

dalam bahasa Jawa dan pola pembentukannya. Masih ada aspek – aspek dalam

kerata basa dalam bahasa Jawa yang dapat diteliti lebih lanjut, yaitu fungsi dan

maksud penggunaan kerata basa dalam bahasa Jawa untuk keperluan komunikasi

sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin (ed). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa

dan Sastra. Malang: Penerbit Yayasan Asih Asah Asuh.

Baryadi, I. Praptomo, 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit

USD.

Chaer, Abdul, 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Iskandar, Ki Ali, 2014. Pepak Basa Jawa. Yogyakarta: Penerbit Laksbang

Mediatama.

Kunmartika, Bismiftita Fudria. 2102 “Kerata basa Bahasa Jawa di Desa

Bendorejo Kecamatan Udanaawu Kabupaten Blitar (Kajian

Antropolinguistik)” Skripsi Jurusan Sastra Indonesia: Universitas Jember.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Flores: Penerbit Nusa Indah

Rahardi, Kunjana, 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Sudaryanto, 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Sanata Dharma University Press.

Utomo, Sutrisno Sastro. 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia.Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2011. Semantik Teori dan

Analisis.Surakarta: Penerbit Yuma Pustaka.

Sumber Referensi dari Internet

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Aplikasi 2016)

Metode Penelitian Bahasa: Metode Agih, Teknik Dasar dan Lanjutan. Diunduh

dari http://sastra33.blogspot.co.id/2012/04/metode-penelitian-bahasa-

metode-agih.html, pada 19 September, pukul 1.40 WIB.

Kerata basa http://www.duniaperpus.com/2016/07/pengertian-kerata-basa-contoh-

kerata.html tanggal 26 Februari 2018 pukul 20.35).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

LAMPIRAN

JENIS KATA MENURUT REFERENNYA YANG DAPAT DIBENTUK

MENJADI KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA KARYA KI ALI

ISKANDAR

Nama Benda

(118) cangkir ‘kanggo nyancang pikir’ (Iskandar 2014:171)

‘tempat minum’ ‘digunakan untuk mengikat pikiran’

(Utomo,2009:46)

(119) dongeng ‘dipaido ora mengeng’ (Iskandar 2014:171)

‘cerita karangan’ ‘meski tidak dipercaya, namun tidak kehilangan

akal’

(120) krikil ‘keri ning sikil’ (Iskandar 2014:172)

‘batu kecil-kecil’ ‘geli di kaki’

(121) kursi ‘diungkurake banjur isi’ (Iskandar 2014:172)

‘tempat duduk’ ‘kalau di belakangi lantas terisi’

(122) tarup ‘ditata supaya katon murup’(Iskandar,2014:173).

‘taratak’ ‘disusun agar terlihat menyala, berkobar’

(123) sejarah ‘sejaraning arah’ (Iskandar 2014:172)

‘sejarah’ ‘asal-usul yang telah lampau’

(124) siti ‘isi buli bhekti’ (Iskandar 2014:173)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

‘tanah’ ‘isi persembahan untuk raja’

(125) tepas ‘titip napas’ (Iskandar 2014:173)

‘kipas bertangkai’ ‘menitipkan nafas’

(126) wedhang ‘dinggo nggawe kadhang’ (Iskandar 2014:173)

‘minuman’ ‘digunakan unatuk mencari persaudaraan’

Nama Anggota Keluarga

(127) anak ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’ (Iskandar,2014:171)

‘keturunan pertama’ ‘bila menginginkan sesuatu, segalanya harus

ada dan enak’

(128) bapak ‘bab apa-apa pepak’ (Iskandar,2014:171).

‘ayah’ ‘bab apapun lengkap’

(129) bocah ‘yen mangan kaya kebo panggaweyane ora kecacah’

(Iskandar,2014:171).

‘anak’ ‘bila makan seperti kerbau, pekerjaannya tidak dapat

terhitung’

(130) garwa ‘sigaraning nyawa’ (Iskandar,2014:171)

‘istri’ ‘belahan nyawa’

(131) mantu ‘dieman-eman meksa metu’ (Iskandar,2014:171)

‘menantu’ ‘disayang-sayang, memaksa keluar’

(132) maratuwa ‘mara-mara ketemu tuwa’ (Iskandar,2014:172)

‘orang tuanya istri/suami’ ‘datang bertemu saat sudah tua’

(133) simah ‘isine omah’ (Iskandar,2014:172)

‘suami, istri’ ‘isi dari rumah’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

(134) batur ‘embat-embating tutur’ (Iskandar, 2014:171)

‘teman, pembantu’ ‘dapat diajak musyawarah’

Nama Bulan

(135) desember ‘gedhene sumber (Iskandar, 2014:171)

‘bulan ke-12 atau bulan terakhir tahun Masehi’ ‘besarnya sumber

air’

(136) januari ‘hujan saben hari’ (Iskandar,2014:172)

‘bulan pertama perhitungan tahun Masehi’ ‘hujan setiap hari’

(137) nopember ‘ono sumber’(Iskandar,2014:172)

‘bulan ke-11 perhitungan tahun Masehi’ ‘ada sumber air’

(138) oktober ‘untub-untube sumber’ (Iskandar,2014:172)

‘bulan ke-10 perhitungan tahun Masehi’ ‘permulaan keluarnya air’

(139) pebruari ‘yen mepe mburu ari’ (Iskandar,2014:172)

‘bulan ke-2 perhitungan tahun Masehi’ ‘jika menjemur, memburu

matahari’

Nama aktivitas

(140) maling ‘njupuk amale wong sing ora eling’ (Iskandar,2014:172)

‘pencuri’ ‘mengambil amal milik orang yang tidak ingat’

(141) sulap ‘yen kesusu bakal ketilap’ (Iskandar,2014:173)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

‘pertunjukan sulap’ ‘bila terlalu cepat akan tertinggal’

(142) tandur ‘nata karo mundur’ (Iskandar,2014:173)

‘menanam di sawah’ ‘menanam padi dengan cara berjalan ke

belakang’

(143) tapa ‘tatane kaya wong papa’ (Iskandar,2014:173)

‘bertapa’ ‘gayanya seperti orang sengsara’

Keadaan

(144) gerang ‘segere wis arang’ (Iskandar,2014:172)

‘tua’ ‘kebugarannya atau kesehatannya sudah jarang terlihat’

(145) sepuh ‘sabdane ampuh’ (Iskandar,2014:172)

‘tua’ ‘perkataannya mujarab’

(146) saru ‘kasar lan kliru’ (Iskandar,2014:172)

‘tidak sopan’ ‘kasar dan keliru’

(147) tuwa ‘untune wisa ruwa ngenteni metune nyawa’

(Iskandar,2014:173).

‘tua’ ‘giginya sudah jarang, menunggu keluarnya nyawa’

(148) prawan ‘yen peparan (lelungan) kudu wayah awan’

(Iskandar,2014:172).

‘gadis, perawan’ ‘jika bepergian harus saat siang hari’

Nama Anggota Badan

(149) cangkem ‘yen ora dicacang ora mingkem’ (Iskandar,2014:171)

‘mulut’ ‘bila tidak dihentikan, tidak akan diam’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

(150) kuping ‘kaku njepiping’ (Iskandar,2014:172).

‘telinga’ ‘kaku, tegang’

(151) sirah ‘isine rah’ (Iskandar,2014:173)

‘kepala’ ‘isi nya adalah darah’

(152) weteng ‘ruwet tur peteng’ (Iskandar,2014:173)

‘perut’ ‘rumit dan gelap’

Kata Identitas

(153) Gusti ‘bagusing ati’ (Iskandar,2014:172)

‘tuan, Allah, Tuhan’ ‘baik di dalam hati’

(154) kaji ‘tekade siji’ (Iskandar,2014:172)

‘orang yang pernah pergi haji ke Mekkah’ ‘tekadnya satu’

(155) wanita ‘wani ditata’ (Iskandar,2014:173)

‘perempuan’ ‘berani menata’

(156) dhenawa ‘ngedhen hawa’ (Iskandar,2014:171)

‘raksasa’ ‘menahan hawa nafsu’

Jenis Pakaian

(157) kathok ‘diangkat sitok-sitok’ (Iskandar,2014:172)

‘celana pendek’ ‘diangkat satu per satu’

(158) kotang ‘sikute diutang’ (Iskandar,2014:172)

‘baju penutup dada’ ‘sikunya dipinjam’

(159) kupluk ‘kaku tur nyempluk’ (Iskandar,2014:172)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

‘kopyah, peci’ ‘kaku, dan kecil tapi gemuk’

(160) sruwal ‘saru yen nganti uwal’ (Iskandar,2014:173)

‘celana pendek’ ‘memalukan jika sampai terlepas’

Nama Tradisi atau Kebudayaan

(161) ludruk ‘gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk’ (Iskandar,2014:172).

‘kesenian Jawa Timur berbentuk sandiwara yang dipertontonkan

dengan menari dan menyanyi’ (KBBI)’. ‘lehernya menoleh ke

kanan dan kiri, kakinya menghentak-hentak’

(162) tayup ‘ditata supaya katon guyup’ (Iskandar,2014:173)

‘berpesta, menari dengan ditemani penari perempuan’

‘diselenggarakan agar terlihat rukun’.

(163) brekat ‘dideleh mak breg teru diangkat’ (Iskandar,2014:171)

‘berkah atau berokah’ ‘ditaruh langsung diangkat’

Nama Tumbuhan

(164) tebu ‘antebe kalbu’ (Iskandar,2014:173)

‘untuk membuat gula’ ‘mantabnya hati’

(165) sinom ‘isih enom’ (Iskandar,2014:173)

‘daun’ ‘masih muda’

(166) cengkir ‘kencenge pikir’ (Iskandar,2014:171)

‘kelapa muda’ ‘tegangnya pikiran’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Nama Pekerjaan

(167) guru ‘digugu lan ditiru’ (Iskandar,2014:172)

‘orang yang profesinya mengajar’ ‘dipercaya dan dicontoh’

(168) sopir ‘yen ngaso mampir’ (Iskandar,2014:173)

‘pengemudi mobil’ ‘bila beristirahat singgah di warung’

Nama Hewan

(169) kodhok ‘teka-teka ndhodhok’ (Iskandar,2014:172)

‘katak’ ‘tiba-tiba jongkok’

(170) wedhus ‘duwe ora tau adus’ (Iskandar,2014:173)

‘kambing’ ‘tidak pernah mandi’

Nama Alat transportasi

(171) sekuter ‘sambi sedheku mlayu banter’ (Iskandar,2014:172)

‘kendaraan bermotor beroda dua dengan ukuran roda yang kecil dan

tidak berjeruji kawat’ ‘hanya berpangku tangan, tetapi jalannya

cepat’

Nama Buah

(172) gedhang ‘digeget bar madhang’ (Iskandar,2014:171)

‘batang pisang dan buahnya’ ‘digigit setelah makan’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

POLA PEMBENTUKAN KERATA BASA DALAM BAHASA JAWA

YANG TERDAPAT PADA BUKU PEPAK BASA JAWA

KARYA KI ALI ISKANDAR

Pemanjangan Kedua Suku Kata Menjadi Suku Kata Terakhir

(173) bocah ‘yen mangan kaya kebo, panggaweyane ora kecacah’

(Iskandar,2014:171)

‘anak’ ‘bila makan seperti kerbau, pekerjaannya tidak dapat

terhitung’

(174) cangkem’yen ora dicancang ora mingkem’ (Iskandar, 2014: 171)

‘mulut’ ‘bila tidak dihentikan, tidak akan diam’

(175) cangkir ‘kanggo nyancang pikir’ (Iskandar, 2014: 171)

‘tempat minum’ ‘digunakan untuk mengikat pikiran’

(Utomo,2009:46).

(176) dhenawa ‘ngedhen hawa’ (Iskandar, 2014: 171)

‘raksasa’ ‘menahan hawa’

(177) dongeng ‘dipaido ora mengeng’ (Iskandar, 2014: 171)

‘cerita karangan’ ‘meski tidak dipercaya, namun tidak kehilangan

akal’

(178) gedhang ‘digeget bar madhang’ (Iskandar, 2014: 171)

‘batang pisang dan buahnya’ ‘digigit setelah makan’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

(179) januari ‘hujan saben hari’ (Iskandar, 2014: 172)

‘bulan pertama perhitungan tahun Masehi’ ‘hujan setiap hari’

(180) kathok ‘diangkat sithok-sithok’ (Iskandar, 2014: 172)

‘celana pendek’ ‘diangkat satu per satu’

(181) kodhok ‘teka-teka ndhodhok’ (Iskandar, 2014: 172)

‘katak’ ‘tiba-tiba jongkok’

(182) kuping’ kaku njepiping’ (Iskandar, 2014: 172)

‘telinga’ ‘kaku, tegang’

(183) kupluk ‘kaku nyempluk’ (Iskandar, 2014: 172)

‘kopyah, peci’ ‘kaku, dan kecil tapi gemuk’

(184) mantu ‘dieman-eman meksa metu’ (Iskandar, 2014: 172)

‘menantu’ ‘disayang-sayang memaksa keluar’

(185) nopember ‘ana sumber’ (Iskandar, 2014: 172)

‘bulan ke-11 perhitungan tahun Masehi’ ‘ada sumber air’

(186) pebruari ‘yen mepe mburu ari’ (Iskandar, 2014: 172)

‘bulan ke-2 perhitungan tahun Masehi’ ‘jika menjemur, memburu

matahari’

(187) prawan ‘yen pepara kudu wayah awan’ (Iskandar, 2014: 172)

‘gadis, perawan’ ‘jika bepergian harus saat siang’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

(188) saru ‘kasar lan kliru’ (Iskandar, 2014: 172)

‘tidak sopan’ ‘kasar dan keliru’

(189) sopir ‘yen ngaso mampir’ (Iskandar, 2014: 173)

‘pengemudi mobil’ ‘bila beristirahat singgah di warung’

(190) sruwal ’saru yen nganti uwal’ (Iskandar,2014:173)

‘celana pendek’ ‘memalukan jika sampai terlepas’

(191) sulap ‘yen kesusu bakal ketilap’ (Iskandar,2014:173)

‘pertunjukan sulap’ ‘bila terlalu cepat akan tertinggal’

(192) tandur ‘nata karo mundur’ (Iskandar,2014:173)‘menanam di sawah’

‘menanam padi dengan cara berjalan ke belakang’

(193) tarup ‘ditata supaya katon murup’ (Iskandar,2014:173)

‘taratak’ ‘disusun agar terlihat menyala, berkobar’

(194) tayup ‘ditata supaya katon guyup’ (Iskandar,2014:173)

‘berpesta, menari dengan ditemani penari perempuan’

‘diselenggarakan agar terlihat rukun’.

(195) tepas ‘titip napas’ (Iskandar,2014:173)

‘kipas bertangkai’ ‘titip nafas’

(196) wedhang ‘dinggo nggawe kadhang’ (Iskandar,2014:173)

‘minuman’ ‘digunakan unatuk mencari persaudaraan’

(197) wedhus ‘nduwe ora tau adus’(Iskandar,2014:173)

‘kambing’ ‘tidak pernah mandi’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

(198) weteng ‘ruwet tur peteng’ (Iskandar,2014:173)

‘perut’ ‘rumit dan gelap’

Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Tengah dan Satu Suku Kata

Terdapat di Akhir Kata

(199) batur ‘embat-embating tutur’ (Iskandar,2014:171)

‘teman, pembantu’ ‘dapat diajak musyawarah’

(200) cengkir ‘kencenge pikir’ (Iskandar,2014:171)

‘kelapa muda’ ‘tegangnya pikiran’

(201) desember ‘gedhene sumber’ (Iskandar,2014:171)

‘bulan ke-12 atau bulan terakhir tahun Masehi’ ‘besarnya sumber

air’

(202) garwa ‘sigaraning nyawa’ (Iskandar,2014:173)

‘istri’ belahan nyawa’

(203) gerang ‘segere wis arang-arang’ (Iskandar,2014:172)

‘tua’ ‘kebugarannya atau kesehatannya sudah jarang terlihat’

(204) guru ‘digugu lan ditiru’ (Iskandar,2014:172)

’orang yang profesinya mengajar’ ‘dipercaya dan dicontoh’

(205) Gusti ‘bagusing ati’ (Iskandar,2014:172)

‘tuan, Allah, Tuhan’ ‘baik di dalam hati’

(206) kaji ‘tekade siji’ (Iskandar,2014:172)

‘orang yang pernah pergi haji ke Mekkah’ ‘tekadnya satu’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

(207) kotang ‘sikute diutang’ (Iskandar,2014:172)

‘baju penutup dada’ ‘sikunya dipinjam’

(208) krikil ‘keri ning sikil’ (Iskandar,2014:172)

‘batu kecil’ ‘geli di kaki’

(209) kursi ‘diungkurake banjur isi’ (Iskandar,2014:172)

‘tempat duduk’ ‘kalau didorong ke belakang lantas terisi’

(210) ludruk ‘gulune gela-gela sikile gedruk-gedruk’ (Iskandar,2014:172)

‘kesenian Jawa Timur berbentuk sandiwara yang dipertontonkan

dengan menari dan menyanyi’ (KBBI)’. ‘lehernya menoleh ke kanan

dan kiri, kakinya menghentak-hentak’

(211) maling ‘njupuk amale wong sing ora eling’ (Iskandar,2014:172)

‘pencuri’ ‘mengambil amal milik orang yang tidak ingat’

(212) simah ‘isine omah’ (Iskandar,2014:172)

‘suami, istri’ ‘isi dari rumah’

(213) sinom ‘isih enom’ (Iskandar,2014:173)

‘daun’ ‘masih muda’

(214) sirah ‘isine rah’ (Iskandar,2014:173)

‘kepala’ ‘isinya darah’

(215) siti ‘isi bhuli bhekti’ (Iskandar,2014:173)

‘tanah’ ‘isi persembahan untuk raja’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

(216) tebu ‘antebe kalbu’ (Iskandar,2014:173)

‘untuk membuat gula’ ‘mantabnya hati’

(217) tuwa ‘untune wis ruwa, ngenteni metune nyawa’

(Iskandar,2014:173)

‘tua’ ‘giginya sudah jarang, menunggu keluarnya nyawa’

Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Awal dan Satu Suku Kata

yang Terdapat di Akhir Kata.

(218) anak ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’ (Iskandar,2014:171)

‘keturunan pertama’ ‘bila menginginkan sesuatu, segalanya harus

ada dan enak’

(219) bapak ‘bab apa-apa pepak’ (Iskandar,2014:171)

‘ayah’ ‘bab apapun lengkap’

(220) tapa ‘tatane kaya wong papa’ (Iskandar,2014:171)

‘bertapa’ ‘gayanya seperti orang sengsara’

(221) wanita ‘wani ditata’ (Iskandar,2014:173)

‘perempuan’ ‘berani ditata’

(222) sekuter ‘sambi sedheku mlayu banter’ (Iskandar,2014:172)

‘kendaraan bermotor beroda dua dengan ukuran roda yang kecil dan

tidak berjeruji kawat’ ‘hanya berpangku tangan, berjalan cepat’

(223) sepuh ‘sabdane ampuh’ (Iskandar,2014:172)

‘tua’ ‘perkataannya mujarab’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

(224) brekat ‘dideleh mak brek terus diangkat’ (Iskandar,2014:171)

‘berkah atau berokah’ ‘ditaruh langsung diangkat’

Pemanjangan Satu Suku yang Terdapat di Awal, Satu Suku Kata yang

Terdapat di tengah dan Satu Suku Kata yang Terdapat di Akhir Kata

(225) maratuwa ‘mara-mara ketemu tuwa’ (Iskandar,2014:172)

‘orang tuanya istri/suami’ ‘datang bertemu saat sudah tua’

(226) sejarah ‘sejaraning arah’ (Iskandar,2014:172)

‘sejarah’ ‘asal-usul yang telah lampau’

Pemanjangan Satu Suku Kata yang Terdapat di Akhir Kata

(227) oktober ‘untub-untube sumber’ (Iskandar,2014:172)

‘bulan ke-10 perhitungan tahun Masehi’ ‘permulaan keluarnya air’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

BIODATA

Valentina Nugraheni, lahir di Klaten, 16 Februari 1995. Anak

ketiga dari tiga bersaudara pasangan FX. Dwi Haryanto dan

Lucia Sriyati. Ia mengenyam pendidikan sekolah dasar di SD

Kanisius Sidowayah 2 Klaten (2001-2007), setelah lulus dari

sekolah dasar ia melanjutkan pendidikan ke SMP Pangudi

Luhur 1 Klaten (2007-2011), setelah lulus dari SMP ia

melanjutkan ke SMA Negeri 1 Jogonalan, Klaten (2011-2014). Setelah lulus dari

SMA ia memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta Fakultas Sastra Program Studi Sastra Indonesia. Penulis

menyelesaikan studi S1 dengan skripsi berjudul “Kerata Basa dalam Bahasa Jawa

yang Terdapat pada Buku Pepak Basa Jawa Karya Ki Ali Iskandar.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI