Karya Ilmiah Indonesia

28
Pengaruh game terhadap kondisi psikologis di kalangan remaja PENGERTIAN GAME Game berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar Permainan. Permainan dalam hal ini merujuk pada pengertian “kelincahan intelektual” (intellectual playability). Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi pemainnya. Ada target-target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan intelektual, pada tingkat tertentu, merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik untuk dimainkan secara maksimal. Pada awalnya, game identik dengan permainan anak-anak. Kita selalu berpikir game merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang dapat menyenangkan hati mereka. Dengan kata lain, segala bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran, kelincahan intelektual dan pencapaian terhadap target tertentu dapat dikatakan sebagai game. Tetapi yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah game yang terdapat di komputer, baik off line maupun online. Saat ini perkembangan games di komputer sangat cepat. Para pengelola industri game berlomba-lomba untuk menciptakan game yang lebih nyata dan menarik untuk para pemainnya. Hal inilah yang membuat perkembangan games di komputer sangat cepat. Sehingga games bukan hanya sekedar permainan untuk mengisi waktu luang atau sekedar hobi. Melainkan sebuah cara untuk meningkatkan kreatifitas dan tingkat intelektual para penggunanya. Jadi, bermain game adalah suatu proses “fine tuning” (atau penyamaan frekuensi) dari logika berpikir anak-anak kita dengan logika berpikir aplikasi komputer yang canggih tadi. Pada saat bersamaan, game juga secara nyata mempertajam daya analisis para penggunanya untuk mengolah informasi dan mengambil keputusan cepat yang jitu. Namun, tentu saja kenyataan juga harus kita masukkan kedalam perhitungan. Kenyataan itu diantaranya adalah kecanduan para pemain / penggunanya yang akut terhadap permainan komputer semacam ini. Mereka bisa lupa segala-galanya akan tugas mereka yang lain termasuk tugas menuntut ilmu. PENGERTIAN GAME

Transcript of Karya Ilmiah Indonesia

Page 1: Karya Ilmiah Indonesia

Pengaruh game terhadap kondisi psikologis di kalangan remaja

PENGERTIAN GAME Game berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar Permainan. Permainan dalam hal ini merujuk pada pengertian “kelincahan intelektual” (intellectual playability). Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi pemainnya. Ada target-target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan intelektual, pada tingkat tertentu, merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik untuk dimainkan secara maksimal. Pada awalnya, game identik dengan permainan anak-anak. Kita selalu berpikir game merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang dapat menyenangkan hati mereka. Dengan kata lain, segala bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran, kelincahan intelektual dan pencapaian terhadap target tertentu dapat dikatakan sebagai game. Tetapi yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah game yang terdapat di komputer, baik off line maupun online. Saat ini perkembangan games di komputer sangat cepat. Para pengelola industri game berlomba-lomba untuk menciptakan game yang lebih nyata dan menarik untuk para pemainnya. Hal inilah yang membuat perkembangan games di komputer sangat cepat. Sehingga games bukan hanya sekedar permainan untuk mengisi waktu luang atau sekedar hobi. Melainkan sebuah cara untuk meningkatkan kreatifitas dan tingkat intelektual para penggunanya. Jadi, bermain game adalah suatu proses “fine tuning” (atau penyamaan frekuensi) dari logika berpikir anak-anak kita dengan logika berpikir aplikasi komputer yang canggih tadi. Pada saat bersamaan, game juga secara nyata mempertajam daya analisis para penggunanya untuk mengolah informasi dan mengambil keputusan cepat yang jitu. Namun, tentu saja kenyataan juga harus kita masukkan kedalam perhitungan. Kenyataan itu diantaranya adalah kecanduan para pemain / penggunanya yang akut terhadap permainan komputer semacam ini. Mereka bisa lupa segala-galanya akan tugas mereka yang lain termasuk tugas menuntut ilmu.

• PENGERTIAN GAME

Menurut Agustinus Nilwan dalam bukunya “Pemrograman Animasi dan Game Profesional” terbitan Elex Media Komputindo, game di artikan sebagai suatu aktivitas tersetruktur atau juga digunakan sebagai alat pembelajaran. Sebuah game bisa dikarakteristikan dari apa pemain lakukan misalnya : A. Peralatan Misal : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer. B. Peraturan Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan keharusan masing-masing pemain, dan tujuan permainan. C. Skill, Strategi dan Keberuntungan Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal gulat, menembak dan kekuatan mental seperti catur. D. Single Player Game (pemain satu orang) dan Double Player (lebih dari satu pemain) Jika pemain tunggal, pemain harus bermain dengan keahlian, berpacu dengan waktu dan keberuntungan sedangkan pemain double, pemain diharuskan untuk menggunakan suatu strategi dan kekompakan sesama pemain, untuk mencapai tujuan tertentu atau sebaliknya pemain harus

Page 2: Karya Ilmiah Indonesia

berlomba dengan pemain lainnnya untuk mencapai sesuatu tujuan.

DAMPAK GAME UNTUK GENERASI   MUDA

Dampak Negatif Tentang Game

Memang dalam perkembangan dunia yang serba cepat dan serba digital perkembangan teknologi game sangat cepat sekali, bahkan para fendor – fendor atau para produser game tekemuka seperti SEGA,SONY dan lainnya sebagainya setiap hari mereka berusaha mengupdate berbagai teknologi game yang mereka banggakan sehingga peminat game bukan hanya kalangan anak kecil melainkan telah merambah kedunia orang dewasa pula. Jika dahulu game hanya menjadi monopoli anak kecil, lain halnya dengan yang terjadi sekarang. Kini sudah bukan hal aneh lagi jika seorang ayah dapat duduk berjam-jam bersama anaknya dalam adu kecepatan sebuah game. Dan inilah yang terjadi saat ini, game bukan monopoli anak kecil lagi.

Mulai dari balita, anak muda sampai dengan orang dewasa pun sudah tidak merasa asing lagi dengan yang namanya game. Jika dahulu orang mungkin hanya mengenal GameWatch atau pun GameBoy, kini orang dapat memilih beragam media permainannya. Untuk bermain game, saat ini kita tinggal memilih, ingin memakai computer desktop saja (PC) atau melalui laptop, atau dapat juga melalui perlengkapan game pabrikan seperti PlayStation atau Xbox. Bahkan saat ini PlayStation juga telah mengeluarkan perlengkapan game-nya tersebut dalam versi personal, yang disebut PSP. Sepintas, PSP sendiri mungkin mengingatkan kita pada era GameBoy, dimana sebuah game dapat dimainkan dimana pun melalui sebuah alat yang ukurannya hanya agak lebih besar dari sebuah handphone. Perlengkapan pendukung permainan yang ditawarkan pun sekarang sangat beragam, mulai dari mouse & keyboard standart, QuickCam, headset, joystick, gamepad, racing wheel, PlayGear, dan lain sebagainya.

Hal yang kemudian mungkin menjadi pertanyaan adalah, manfaat apa yang dapat kita peroleh dari bermain game? Ide awal dari sebuah game pastinya adalah sebagai media hiburan. Dan pastilah hampir semua game dibuat sebagai hiburan. Tentang bagaimana seseorang justru menjadi stress karena terus menerus kalah saat bermain game, itu lain soal. Namun seharusnya seperti juga pada olah raga yang bersifat kompetitif, seharusnya game juga dapat membantu para pemainnya untuk belajar sportif. Sportifitas sendiri merupakan nilai positif yang diharapkan terkandung dari sebuah game. Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamanya kita ‘menang’, namun juga tidak selamanya kita ‘kalah’. Semuanya harus diusahakan dengan baik seperti halnya pada game. Manfaat lain yang mungkin kurang disadari adalah aspek kecerdasan dan reflek saraf yang sebenarnya juga sedikit banyak terasah dalam sebuah game, terutama game yang bersifat sangat kompetitif. Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan game edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat mempelajari segala sesuatu secara

Page 3: Karya Ilmiah Indonesia

visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).

Namun jangan salah, game juga mempunyai beberapa pengaruh kurang baik dalam perkembangan anak kecil, oleh karena itu sebisa mungkin menghindarkannya dari game yang bersifat merusak atau destruktif. Untuk anak kecil tetaplah game edukasi yang terbaik, namun jika ingin menambahkan kategori lain dalam ‘menu hidangannya’, cukuplah untuk memberikan kategori olah raga atau balapan saja.

Jika dikaji secara mendalam menurut pendapat saya secara pribadi dampak game bagi kehidupan itu sangat kecil sekali, game hanya digunakan sebagai salah satu alat pelepas rasa bosan atau penat yang mungkin terjadi hanya sesekali saja.

Akan tetapi dampak negative game sangat besar sekali, coba anda sekalian adakan survey berapa orang yang pergi ke warenet untuk mencari sebuah berita, atau sumber ilmu lainnya. Saya jamin anda akan mendapatkan sekitar 80% orang yang pergi ke warnet hanya untuk bermain game saja, bahkan para anak sekolah / mahasiswa mereka rela meninggalkan sekolahnya atau meninggalkan kuliahnya hanya demi bermain game berjam – jam.

Bahkan sekarang game telah menjadikan generasi muda kita menjadi ketagihan, sebut saja game bermain poker di facebook yang dapat menjual chip nya untuk menghasilkan uang, Maka berlomba – lombalah para gamers untuk bermain Poker dan kemudian menjual chip mereka bahkan mereka rela mengerbankan apa saja untuk meluangkan waktu demi permainan ini.

Jadi, semuanya saya kembalikan kepada diri anda pribadi. Bermain game itu boleh saja asalkan kita tidak kelewat batas dan mengabaikan tugas anda masing – masing. Karena yang terjadi pada diri anda adalah anda sendiri yang menentukan.

Demam Game

Jika dahulu game hanya menjadi monopoli anak kecil, lain halnya dengan yang terjadi sekarang. Kini sudah bukan hal aneh lagi jika seorang ayah dapat duduk berjam-jam bersama anaknya dalam adu kecepatan sebuah game. Dan inilah yang terjadi saat ini, game bukan monopoli anak kecil lagi.

Yang namanya game saat ini sudah bisa dibilang sebagai mainan universal. Mulai dari balita, anak muda sampai dengan orang dewasa pun sudah tidak merasa asing lagi dengan yang namanya game. Jika dahulu orang mungkin hanya mengenal GameWatch atau pun GameBoy, kini orang dapat memilih beragam media permainannya. Untuk bermain game, saat ini kita tinggal memilih, ingin memakai komputer desktop saja (PC) atau melalui laptop, atau dapat juga melalui perlengkapan game pabrikan seperti PlayStation atau Xbox. Bahkan saat ini PlayStation juga telah mengeluarkan perlengkapan game-nya tersebut dalam versi personal, yang disebut PSP. Sepintas, PSP sendiri mungkin mengingatkan kita pada era GameBoy, dimana sebuah game dapat dimainkan dimana pun melalui sebuah alat yang ukurannya hanya agak lebih besar dari sebuah handphone. Perlengkapan pendukung permainan yang ditawarkan pun sekarang sangat beragam, mulai dari mouse & keyboard standart, QuickCam, headset, joystick, gamepad, racing wheel, PlayGear, dan lain sebagainya.

Page 4: Karya Ilmiah Indonesia

Seolah ingin semakin dapat terserap dengan baik oleh semua kalangan usia, game pun dibuat dengan berbagai tingkat kesulitan. Mulai dari level ‘Beginner’ sampai dengan ‘Advance’-pun dibuat untuk disesuaikan dengan tingkat kemahiran si pemain. Kalau sudah begini, maka game-pun mungkin juga sudah dapat dimainkan oleh balita hingga orang dewasa. Masing-masing telah dibuatkan porsi permainan mereka.

Masih tentang porsi permainan, tidak hanya tingkat kesulitan saja yang disediakan secara beragam. Tipe permainan sendiri juga disediakan secara beragam. Mulai dari ‘career’ atau yang bersifat karir personal, hingga yang bersifat kompetisi dimainkan dengan banyak kompetitor atau musuh juga ada. Dan yang semakin menarik lagi dari perkembangan game adalah sifat personalisasi. Entah itu dalam jenis game balapan, perang hingga sepakbola, setiap pemain dimungkinkan untuk mendandani mobil, atau mengatur siasat perang, atau juga menyusun team atau kesebelasan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal yang sangat luar biasa, karena pemain diijinkan untuk mempersonalisasikan diri mereka dalam setiap game yang dimainkan. Hal ini semakin mendekatkan imajinasi pemain ke dalam bentuk real virtual sebuah game.

Lalu sejauh mana kategori game berkembang? Kategorisasi game sendiri berkembang dengan sangat luas. Saat ini tersedia berbagai macam kategori game. Mulai dari kategori game balapan seperti MotoGP, F1, Need For Speed, Colin McRae Rally; kategori game pertarungan atau perang seperti Counter Strike, Sniper Elite, Black Hawk Down, Mercenaries; juga kategori game pertandingan olah raga seperti FIFA, Championship Manager, Football Manager, Winning Eleven, NBA, SreetBall; dan masih banyak kategori game lain yang juga beredar di pasaran. Semuanya dibuat untuk sedapat mungkin memanjakan selera konsumen, dalam hal ini adalah para gamers.

Hal yang kemudian mungkin menjadi pertanyaan adalah, manfaat apa yang dapat kita peroleh dari bermain game? Ide awal dari sebuah game pastinya adalah sebagai media hiburan. Dan pastilah hampir semua game dibuat sebagai hiburan. Tentang bagaimana seseorang justru menjadi stress karena terus menerus kalah saat bermain game, itu lain soal. Namun seharusnya seperti juga pada olah raga yang bersifat kompetitif, seharusnya game juga dapat membantu para pemainnya untuk belajar sportif. Sportifitas sendiri merupakan nilai positif yang diharapkan terkandung dari sebuah game. Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamanya kita ‘menang’, namun juga tidak selamanya kita ‘kalah’. Semuanya harus diusahakan dengan baik seperti halnya pada game. Manfaat lain yang mungkin kurang disadari adalah aspek kecerdasan dan reflek saraf yang sebenarnya juga sedikit banyak terasah dalam sebuah game, terutama game yang bersifat sangat kompetitif. Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan game edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat mempelajari segala sesuatu secara visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).

Namun jangan salah, game juga mempunyai beberapa pengaruh kurang baik dalam perkembangan anak kecil, oleh karena itu sebisa mungkin menghindarkannya dari game yang bersifat merusak atau destruktif. Untuk anak kecil tetaplah game edukasi yang terbaik, namun jika ingin menambahkan kategori lain dalam ‘menu hidangannya’, cukuplah untuk memberikan kategori olah raga atau balapan saja.

Menyadari peluang bisnis dari industri ini semakin potensial, maka tak mengherankan jika banyak perusahaan yang mulai membuat konsep online untuk menjaring lebih banyak dolar ke dalam kantong mereka. Dan kemudian inilah yang terjadi saat ini, sebuah game tidak hanya dimainkan secara personal maupun jaringan beberapa komputer saja, namun juga bisa dapat dimainkan secara massal bersama orang di seluruh dunia yang mengaksesnya. Kita bahkan bisa bermain dengan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Bahkan ada pula perusahaan yang tidak segan-segan memberikan fitur ‘transaksi’ untuk game online ini. Yup, jual beli pun sudah merambah

Page 5: Karya Ilmiah Indonesia

dalam game online. Ini merupakan bukti bahwa manusia dan imajinasinya merupakan hal yang tak terpisahkan.

Secara cerdik perusahaan-perusahaan game ini telah berhasil membuat orang yang bermain melakukan hal-hal realistik untuk mendukung imajinasi virtualnya. Tidak hanya bertransaksi dalam game online, atau berperang secara online, bahkan berbohong pada orang tua demi beberapa jam di game center pun mungkin akan dilakukan. Memang secara moral perusahaan-perusahaan ini tidak bisa disalahkan, semua kembali kepada bagaimana kita menerima perkembangan teknologi ini. Karena setiap kemajuan teknologi akan selalu membawa dampak dan konsekwensinya masing-masing.(dna)

Dampak negative game

Yang namanya game saat ini sudah bisa dibilang sebagai mainan universal. Mulai dari balita, anak muda sampai dengan orang dewasa pun sudah tidak merasa asing lagi dengan yang namanya game. Jika dahulu orang mungkin hanya mengenal GameWatch atau pun GameBoy, kini orang dapat memilih beragam media permainannya. Untuk bermain game, saat ini kita tinggal memilih, ingin memakai komputer desktop saja (PC) atau melalui laptop, atau dapat juga melalui perlengkapan game pabrikan seperti PlayStation atau Xbox. Bahkan saat ini PlayStation juga telah mengeluarkan perlengkapan game-nya tersebut dalam versi personal, yang disebut PSP. Sepintas, PSP sendiri mungkin mengingatkan kita pada era GameBoy, dimana sebuah game dapat dimainkan dimana pun melalui sebuah alat yang ukurannya hanya agak lebih besar dari sebuah handphone. Perlengkapan pendukung permainan yang ditawarkan pun sekarang sangat beragam, mulai dari mouse & keyboard standart, QuickCam, headset, joystick, gamepad, racing wheel, PlayGear, dan lain sebagainya.

Seolah ingin semakin dapat terserap dengan baik oleh semua kalangan usia, game pun dibuat dengan berbagai tingkat kesulitan. Mulai dari level ‘Beginner’ sampai dengan ‘Advance’-pun dibuat untuk disesuaikan dengan tingkat kemahiran si pemain. Kalau sudah begini, maka game-pun mungkin juga sudah dapat dimainkan oleh balita hingga orang dewasa. Masing-masing telah dibuatkan porsi permainan mereka.

Masih tentang porsi permainan, tidak hanya tingkat kesulitan saja yang disediakan secara beragam. Tipe permainan sendiri juga disediakan secara beragam. Mulai dari ‘career’ atau yang bersifat karir personal, hingga yang bersifat kompetisi dimainkan dengan banyak kompetitor atau musuh juga ada. Dan yang semakin menarik lagi dari perkembangan game adalah sifat personalisasi. Entah itu dalam jenis game balapan, perang hingga sepakbola, setiap pemain dimungkinkan untuk mendandani mobil, atau mengatur siasat perang, atau juga menyusun team atau kesebelasan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal yang sangat luar biasa, karena pemain diijinkan untuk mempersonalisasikan diri mereka dalam setiap game yang dimainkan. Hal ini semakin mendekatkan imajinasi pemain ke dalam bentuk real virtual sebuah game.

Lalu sejauh mana kategori game berkembang? Kategorisasi game sendiri berkembang dengan sangat luas. Saat ini tersedia berbagai macam kategori game. Mulai dari kategori game balapan seperti MotoGP, F1, Need For Speed, Colin McRae Rally; kategori game pertarungan atau perang seperti Counter Strike, Sniper Elite, Black Hawk Down, Mercenaries; juga kategori game pertandingan olah raga seperti FIFA, Championship Manager, Football Manager, Winning Eleven, NBA, SreetBall; dan

Page 6: Karya Ilmiah Indonesia

masih banyak kategori game lain yang juga beredar di pasaran. Semuanya dibuat untuk sedapat mungkin memanjakan selera konsumen, dalam hal ini adalah para gamers.

Hal yang kemudian mungkin menjadi pertanyaan adalah, manfaat apa yang dapat kita peroleh dari bermain game? Ide awal dari sebuah game pastinya adalah sebagai media hiburan. Dan pastilah hampir semua game dibuat sebagai hiburan. Tentang bagaimana seseorang justru menjadi stress karena terus menerus kalah saat bermain game, itu lain soal. Namun seharusnya seperti juga pada olah raga yang bersifat kompetitif, seharusnya game juga dapat membantu para pemainnya untuk belajar sportif. Sportifitas sendiri merupakan nilai positif yang diharapkan terkandung dari sebuah game. Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamanya kita ‘menang’, namun juga tidak selamanya kita ‘kalah’. Semuanya harus diusahakan dengan baik seperti halnya pada game. Manfaat lain yang mungkin kurang disadari adalah aspek kecerdasan dan reflek saraf yang sebenarnya juga sedikit banyak terasah dalam sebuah game, terutama game yang bersifat sangat kompetitif. Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan game edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat mempelajari segala sesuatu secara visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).

Namun jangan salah, game juga mempunyai beberapa pengaruh kurang baik dalam perkembangan anak kecil, oleh karena itu sebisa mungkin menghindarkannya dari game yang bersifat merusak atau destruktif. Untuk anak kecil tetaplah game edukasi yang terbaik, namun jika ingin menambahkan kategori lain dalam ‘menu hidangannya’, cukuplah untuk memberikan kategori olah raga atau balapan saja.

Menyadari peluang bisnis dari industri ini semakin potensial, maka tak mengherankan jika banyak perusahaan yang mulai membuat konsep online untuk menjaring lebih banyak dolar ke dalam kantong mereka. Dan kemudian inilah yang terjadi saat ini, sebuah game tidak hanya dimainkan secara personal maupun jaringan beberapa komputer saja, namun juga bisa dapat dimainkan secara massal bersama orang di seluruh dunia yang mengaksesnya. Kita bahkan bisa bermain dengan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Bahkan ada pula perusahaan yang tidak segan-segan memberikan fitur ‘transaksi’ untuk game online ini. Yup, jual beli pun sudah merambah dalam game online. Ini merupakan bukti bahwa manusia dan imajinasinya merupakan hal yang tak terpisahkan.Secara cerdik perusahaan-perusahaan game ini telah berhasil membuat orang yang bermain melakukan hal-hal realistik untuk mendukung imajinasi virtualnya. Tidak hanya bertransaksi dalam game online, atau berperang secara online, bahkan berbohong pada orang tua demi beberapa jam di game center pun mungkin akan dilakukan. Memang secara moral perusahaan-perusahaan ini tidak bisa disalahkan, semua kembali kepada bagaimana kita menerima perkembangan teknologi ini. Karena setiap kemajuan teknologi akan selalu membawa dampak dan konsekwensinya masing-masing.

Page 7: Karya Ilmiah Indonesia

MENONTON TV/KOMPUTER ATAU BERMAIN GAMES/PS MENURUNKAN FUNGSI RETINA MATA ANAK KITA

 

Di jaman modern ini, banyak anak dibesarkan dengan orang tua pengganti (baby sitter) yang kerap kali mempunyai kedekatan lebih dibandingkan dengan orang tua kandungnya. Pergeseran budaya ini juga membuat baby sitter cenderung menyesuaikan segala keinginan anak agar pekerjaanya dapat dipertahankan dalam waktu lama. Maka bukanlah suatu hal yang mengherankan manakala, bila demi mengurangi kerepotan sang baby sitter, banyak anak-anak sekarang ini lebih dibiarkan bermain Play Station, Nintendo Wii, PSP, X-Box, dan menonton TV dibanding bermain bersama teman sebayanya dalam permainan yang mengasah kemampuan psikomotor, seperti naik sepeda, sepak bola, basket, renang atau pun permainan yang banyak dilakukan di luar ruang seperti hide and seek, dan lain sebagainya. Tentu artikel ini bukan hendak menghakimi Anda sebagai (calon) orang tua, maupun baby sitter (pembantu rumah tangga) Anda. Namun gaya hidup yang cenderung jarang bergerak ini telah membuka celah bagi masuknya penyakit-penyakit yang dahulu hanya dikenal pada orang dewasa tetapi kini juga kepada anak-anak. Sebut saja obesitas, penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Jangan kaget bila anak-anak yang tumbuh dengan gaya hidup ini kelak akan mendapat stroke di usia muda.

Paragraf di atas hanyalah sekadar wacana agar para pembaca sekalian sebagai orang tua maupun calon orang tua bisa mengintrospeksi lebih dalam dan melihat tanggung jawab sebagai orang tua sebagai sebuah karunia (dan bukan beban). Karena pada hakekatnya, anak lebih memerlukan dukungan psikologis dari orang tua sebagai bekal hidupnya dibanding dukungan materi yang tidaklah kekal.

Lalu adakah hubungan antara mata yang berjam-jam fokus ke depan layar televisi dengan kerusakan dini pada mata anak? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia baru-baru ini menunjukkan adanya korelasi antara total waktu menonton televisi per hari dan jarak dari televisi saat menonton dengan contrast sensitivity mata kiri, mata kanan, dan kedua mata, yaitu semakin lama menonton televisi, skor fungsi retina semakin rendah, demikian juga jarak yang semakin dekat cenderung menurunkan fungsi retina pada mata anak.

Sebaiknya jarak mata saat menonton pada anak-anak adalah 4 meter. Untuk anak usia 6-9 tahun, sebaiknya menonton 60 menit per hari. Sedangkan untuk anak usia 9-13 tahun, selama 90 menit per hari.

Ini dimungkinkan karena televisi memancarkan sinar biru yang amat dekat dan berbahaya bagi mata anak. Sinar biru mengakibatkan degenerasi retina dengan merusak enzim sitokrom oksidase dan menghambat pernafasan sel. Lensa mata pada anak-anak juga relatif jernih

Page 8: Karya Ilmiah Indonesia

sehingga tidak dapat meredam sinar biru secara maksimal. Faktor total waktu menonton tiap hari dan jarak menonton juga mempengaruhi total sinar biru yang diterima mata.

Namun begitu, ada juga penelitian lain yang menunjukkan bahwa radiasi kecil yang ditimbulkan oleh layar video game, TV, maupun komputer tidak menimbulkan kerusakan mata BILA kita bisa mengendalikan diri saat mata mulai terasa lelah. Masalahnya, anak-anak bisa terus ketagihan di depan layar video game sekalipun matanya lelah demi mempertahankan kemenangan karakter dalam video game yang dimainkannya.

Bagaimanapun juga, melihat layar TV, komputer, video game, maupun membaca dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kelelahan pada mata. Hal ini bisa ditandai dengan rasa tidak nyaman setelah melihat dalam waktu lama, maupun sakit kepala ringan.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kelelahan pada mata (eyestrain) di antaranya adalah:

·         Mata yang terus fokus untuk jangka lama pada obyek yang terfiksasi. Hal ini dikarenakan mata kita pada hakikatnya didesain untuk berganti-ganti fokus antara obyek dekat dan jauh. Mata kita lebih cenderung lelah saat melihat obyek yang dekat dibanding saat melihat obyek yang jauh.

·         Pencahayaan yang kurang akan memaksa mata kita berfokus pada kondisi yang tidak mendukung.

·         Cahaya yang menyilaukan, baik yang langsung maupun akibat pantulan, membuat mata sukar melihat. Ketika mata kita lelah, otot wajah dan mata akan semakin kencang.

·         Kontras adalah perbedaan terang antara apa yang dilihat dan lingkungan sekitarnya. Kontras yang berlebih, seperti layar TV yang terang pada ruangan gelap, bisa memacu kelelahan mata.

·         Masalah penglihatan yang membutuhkan bantuan kacamata ataupun contact lens untuk mengatasinya.

Oleh karena itu, saat menonton televisi usahakan pencahayaan dalam ruangan sekitar 50% lebih suram dibanding cahaya pada layar TV atau komputer, dan cahaya lampu tidak dipantulkan layar TV sehingga menyilaukan. Jangan melihat dalam gelap, karena kontras cahaya akan menjadi terlalu tajam dan menyakiti mata. Usahakan menonton secara sejajar dengan jarak sekitar 4 atau 5 kali ukuran layar TV Anda dalam inchi. Anak-anak yang rabun bisa duduk lebih dekat. Saat Anda bekerja di depan komputer atau menonton dalam waktu lama, dan mulai merasa kelelahan pada mata, ambil rehat sejenak dengan melihat obyek yang jauh untuk beberapa menit. Atau ambil rehat setiap beberapa jam, bisa juga dengan menutup mata dan merelaksasikannya selama 1 menit.Sekarang setelah Anda mengetahui semua hal ini, semoga Anda bisa lebih bijak dalam menggunakan mata Anda sebagai anugerah ilahi yang tak terkira dan mengingatkan anak Anda tentang bahaya menonton TV atau main game yang terlalu lama.

Page 9: Karya Ilmiah Indonesia

Malcolm Palmer, seorang suami berumur 62 tahun membunuh istrinya setelah merasa tidak puas dengan perlakuan istrinya yang tergila-gila dengan game Grand Theft Auto (GTA). Ia terpaksa harus tidur di sofa karena istrinya, Carol Cannom (46 tahun) terus menerus bergadang untuk memainkan game tersebut menggunakan TV plasma ukuran 37" di kamar tidur mereka.

Pasangan asal Long Sutton, Lincolnshire tersebut sudah hidup bersama selama 30 tahun. Tetapi hubungan mereka memburuk setelah mereka membelikan sebuah konsol untuk anak mereka, James yang berumur 10 tahun.

Anaknya selalu bermain konsol sampai tengah malam dan selanjutnya diteruskan oleh Nyonya Cannom yang bermain hingga subuh, jelas Lincoln Crown Court.

"Carol langsung ketagihan. Suaminya sangat tidak senang dengan waktu yang ia gunakan untuk memainkan PlayStation tersebut," kata John Pini, QC dari pihak penuntut.

Dalam sidang yang dijalankan hari senin kemarin, terdengar juga kabar yang menyatakan bahwa Palmer merasa yakin bahwa istrinya itu mendua dan langsung marah karena istrinya meminta Palmer untuk keluar dari rumah pada bulan November tahun lalu sambil mengancam bahwa ia tidak akan bisa melihat anak-anak mereka lagi.

Sore itu juga ia langsung menyerang istrinya dengan menggunakan 2 pisau, menyebabkan 20 luka di bagian dadanya. Pembunuhan tersebut diketahui oleh anak mereka yang kemudian segera menghubungi 999 sebelum akhirnya Palmer mengambil telepon tersebut dan mengatakan pada operator darurat tersebut :"Maaf. Tampaknya saya telah membunuhnya."

Pengacara pembela, Timothy Spencer QC mengatakan pada hadirin sidang: "awal mula kejadian ini semuanya bermula dari dibelinya konsol PlayStation tersebut."

Palmer yang merupakan seorang bekas pekerja di bandara Heathrow dan telah pensiun ini mengakui perbuatannya tersebut dan akan menerima hukumannya pada hari Rabu nanti.

Tidak ada penjelasan konsol PlayStation mana yang dibeli. Kita hanya bisa berspekulasi mengingat semua konsol Sony (PS, PS2, PS3) sama-sama memiliki game GTA. (telegraph)

Jadi, apa saja efek positif yang telah mereka alami?

Anak-anak yang bermain game bersama dengan orangtua mereka lebih mudah berhubungan, dan memiliki masalah sosial yang jauh lebih rendah di luar sekolah.

Bermain game “pro-sosial” seperti Panda Paradise termasuk telah membantu dunia sebab membuatmu tiga sampai empat kali lebih mungkin untuk membantu orang lain dalam kehidupan nyata

Menurut penelitian industri tahun 2009, 67% dari 60.000 pemain dilaporkan terinspirasi untuk memainkan instrumen musik dalam kehidupan nyata setelah bermain game musikal. Sebanyak 72 persen dari musisi dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu memainkan instrumen musik yang sebenarnya setelah bermain game musikal.

Page 10: Karya Ilmiah Indonesia

Bermain game sebagai karakter yang menarik dan heroik dalam video game selama 90 detik akan membuat pemain lebih percaya diri selama 24 jam ke depan.

Dalam kasus tentara yang kembali dari Afghanistan, ditemukan bahwa bermain game selama 3 – 4 jam sehari terbukti menjadi mekanisme pengalihan yang efektif. Satu-satunya yang bisa menggantikan adalah berlatih di sebuah pusat kebugaran selama 5 – 6 jam sehari, sebuah rutinitas yang menakutkan bahkan untuk orang yang paling determinasi.

Pemain game lebih cenderung memiliki kemampuan untuk mengendalikan apa yang terjadi dalam mimpi mereka, dan telah dilaporkan memiliki mimpi buruk paling rendah.

Dampak Positif dan Negatif pada GameSetelah membahas asal-usul penciptaan game yang mulai diciptakan dari tahun 50-an, sekarang hal yang mungkin dipertanyaan adalah, manfaat apa yang dapat kita peroleh dari bermain game? Nah, untuk lebih lanjutnya kita simak pembahasannya :)

Ide awal dari sebuah game pastinya adalah sebagai media hiburan. Dan pastilah hampir semua game dibuat sebagai hiburan. Tentang bagaimana seseorang justru menjadi stress karena terus menerus kalah saat bermain game, itu lain soal. Namun seharusnya seperti juga pada olah raga yang bersifat kompetitif, seharusnya game juga dapat membantu para pemainnya untuk belajar sportif. Sportifitas sendiri merupakan nilai positif yang diharapkan terkandung dari sebuah game.

Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamanya kita ‘menang’, namun juga tidak selamanya kita ‘kalah’. Semuanya harus diusahakan dengan baik seperti halnya pada game. Manfaat lain yang mungkin kurang disadari adalah aspek kecerdasan dan reflek saraf yang sebenarnya juga sedikit banyak terasah dalam sebuah game, terutama game yang bersifat sangat kompetitif. Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan game edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat mempelajari segala sesuatu secara visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).

Tips Terhindar dari Kecanduan GameNamun jangan salah, game juga mempunyai beberapa pengaruh kurang baik dalam perkembangan anak kecil, oleh karena itu sebisa mungkin menghindarkannya dari game yang bersifat merusak atau destruktif. Untuk anak kecil tetaplah game edukasi yang terbaik, namun jika ingin menambahkan kategori lain dalam ‘menu hidangannya’, cukuplah untuk memberikan kategori olah raga atau balapan saja.

Disiplin DiriSangat sering orang yang kecanduan game, meski sadar mau berhenti tetapi ingin mencobanya lagi. Hal ini hanya bisa diatasi dengan disiplin diri ketat. Anda harus keras pada diri sendiri. Memang berat untuk berhenti dari hal yang sangat menyenangkan, namun akan lebih menyakitkan jika hal tersebut mengganggu kehidupan Anda tanpa menyadarinya. Pikirkan bahwa masa depan Anda bisa rusak dan waktu yang sudah terhilang tak bisa kembali lagi.

Belajar Hal BaruUntuk menggantikan aktivitas ngegame, belajarlah beberapa hal baru di dunia nyata. Misalnya, Anda

Page 11: Karya Ilmiah Indonesia

bisa belajar bahasa asing atau memainkan alat musik tertentu. Akan lebih baik jika aktivitas tersebut mendatangkan manfaat bagi perkembangan diri Anda. Aktivitas baru ini kemungkinan bisa membuat Anda sedikit melupakan aktivitas ngegame.

Perbaiki Hubungan SosialBerapa banyak teman yang Anda lupakan gara-gara sibuk main game? Jangan tunggu lagi, segera hubungi teman-teman Anda dan saling berinteraksi. Jika perlu, carilah teman-teman baru dalam berbagai acara. Sadarilah bahwa teman di dunia nyata menawarkan kesenangan yang jauh lebih besar daripada karakter-karakter dalam permainan game. Bahkan psikolog menyatakan, kebahagiaan datang dari interaksi yang sehat dengan teman Anda di dunia sesungguhnya.

Menjauhlah Dari GameJika sudah ketagihan, akan sangat sukar melepaskan diri dari keinginan bermain game. Tidak ada jaminan bahwa meski Anda sudah berhasil mengurangi atau berhenti bermain game, Anda bisa melakukannya seterusnya. Sangat mungkin tiba-tiba saja, keinginan bermain itu tak bisa dibendung lagi. Karena itu, lakukan tindakan tegas. Hapus game dari komputer Anda atau jika perlu, juallah konsol game Anda. Tanpa adanya game di sekitar Anda, peluang untuk melepaskan diri sama sekali dari ketagihan game semakin membesar.

Jangan TerpengaruhJika teman-teman dekat Anda termasuk pecandu game, jangan terpengaruh oleh mereka. Jagalah motivasi Anda untuk mengurangi aktivitas ngegame. Jika perlu, nasehati juga teman-teman Anda jika aktivitas ngegame mereka sudah berada dalam tahap yang bisa mengganggu kehidupan.

Sekian pembahasan tentang sejarah perkembangan game dari saya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita :)

Negatif

Menimbulkan efek ketagihan, yang berakibat melalaikan kehidupan nyata. Inilah masalah sebenarnya yang dihadapi oleh para gamer yang intinya adalah pengendalian diri.

Kehidupan real menjadi berantakan, seperti nilai pelajaran, tugas kampus, dipecat, dsb.

Membuat orang menjadi bodoh. Orang berpikir terlalu pendek karena jalan main game yang ia mainkan. Ada salah satu kasus, seseorang membunuh seorang sopir taksi karena orang itu menginginkan uang dari sopir taksi itu untuk bermain game. Game kesukaannya adalah GTA. Pasti tahu kan..?

Membuat orang terisolisir dengan lingkungan sekitar. Ini adalah efek karena terlalu seringnya bermain game sehingga lupa akan kehidupan nyatanya.

Mengganggu kesehatan. Karena seseorang yang bermain game dalam waktu sangat lama ia hanya melakukan kegiatan pasif

Mengakibatkan pola makan dan tidur yang tidak teratur sehingga mudah terserang penyakit.Jika terlalu sering akan menimbulkan pengaruh psikologis. Menghayal dan pikiran yang selalu tertuju pada game adalah efek negative yang ditimbulkannya. Mempengaruhi pola piker dan tingkah laku

Page 12: Karya Ilmiah Indonesia

Pemborosan, Jika game online telah menjadi candu. Karena jika seseorang telah kecaduan, ia dapat mengorbankan apapun demi keinginannya.

Main Game, negatif atau   positif?

Main game sebenarnya bermanfaat atau tidak? Kita sering mendengar efek efek negatif dari main game, seperti sekolah atau kerjaan terbengkalai, pelajaran tertinggal dan sebagainya. Lalu pertanyaannya muncul, apakah ada manfaat dari main game itu?

Di tengah perdebatan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari game, ada juga yang melakukan penelitian tentang manfaat yang didapat oleh gamer dari sebuah video game.Beberapa peneliti dari University of Rochester di New York, Amerika melakukan riset mengenai pengaruh positif dari bermain game.Dalam riset tersebut, para gamers usia antara 18 hingga 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok.Yang pertama, adalah gamer yang dilatih dengan game Medal of Honor (Sebuah game FPS yang cukup terkenal). Mereka main game ini satu jam tiap hari selama sepuluh hari berturut-turut.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa para pemain game ini memiliki fokus yang lebih terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang jarang main game, apalagi yang tidak main sama sekali.Gamer-gamer ini juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama atau multitasking bahasa kerennya.

“Video game bergenre action itu menguntungkan, dan ini adalah fakta” kata Daphne Bavelier, ahli syaraf dari Rochester.“Hasil penelitian kami ini juga sangat mengejutkan karena proses belajar lewat main game ternyata cepat diserap seseorang. Dengan kata lain, game dapat membantu melatih orang orang yang memiliki problem dalam berkonsentrasi” tegas Bavelier.

Sementara itu, penelitian untuk kelompok kedua adalah kelompok gamer yang dilatih dengan Tetris. Tak seperti gamer medal of honor, gamer Tetris hanya berfokus pada satu hal pada satu waktu.Menurut C. Shawn, rekan Bavelier, kesimpulan dari test ini adalah bahwa mereka yang main Medal of Honor mengalami peningkatan dalam visual skill (atau penglihatan).Bermacam-macam tugas/quest yang terdapat dalam game action (misalnya mendeteksi musuh baru, melacak musuh, menghindari serangan, dll) dapat melatih berbagai aspek dari kemampuan visualisasi terhadap kurikulum Sekolah

Page 13: Karya Ilmiah Indonesia

Menurut Professor Angela McFarlane, Direktur Teachers Evaluating Educational Multimedia, “guru-guru mengalami kesulitan untuk memanfaatkan game pada saat jam pelajaran sekolah karena penggunaan video game tidak termasuk dalam kurikulum nasional”

McFarlane menambahkan bahwa, seandainya, game-game tertentu dapat dimainkan di dalam kelas secara legal dan merupakan bagian dari kurikulum, mungkin bukti dari penelitian para ahli tentang manfaat video game dapat dirasakan.

Murid murid yang memainkan game Battle of Hasting (game perang antara Normandia dan Saxon di Hasting) , di mana mereka berperan sebagai prajurit ataupun jendral dalam game tersebut, juga memberikan manfaat bagi para pemainnya.Penelitian menunjukkan bahwa Game ini membantu meningkatkan skill dalam bernegosiasi, mengambil keputusan, ataupun melakukan perencanaan, dan berpikir strategis.James Paul Gee, penulis buku “What Video Games Have to Teach Us About Learning and Literacy”, berharap suatu saat nanti guru-guru dapat melibatkan game dalam tugas murud-muridnya.“Kalau ilmuwan dan kalangan militer sudah memanfaatkan game sebagai simulasi dan pengajaran, kenapa sekolah tidak melakukan yang sama?”

Selain itu para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika , sudah memulai proyek yang mereka namakan “Education Arcade”. Proyek ini selain melibatkan peneliti, desainer game, pelajar dan mahasiswa, serta mereka yang tertarik dalam mengembangkan dan menggunakan game-game komputer dan video game di dalam kelas.

“Walaupun main game menjadi salah satu hiburan paling populer di dunia dan sudah dilakukan penelitian tentang dampak positif dan negatifnya terhadap gamer, masih saja game sering kali diremehkan.” Itu pernyataan dari Mark Griffiths, profesor di Nottingham Trent University, Inggris.Untuk menyeimbangkan antara pro dan kontra terhadap game, selama lima belas tahun terakhir ini ia melakukan riset. Hasilnya? “Video game aman untuk sebagian besar gamer dan bermanfaat bagi kesehatan,” ujar Griffiths.

Menurut Griffiths, game dapat digunakan sebagai pengalih perhatian yang ampuh bagi yang sedang menjalani perawatan yang menimbulkan rasa sakit, misalnya chemotherapy.Dengan main game, rasa sakit dan pening mereka berkurang, tensi darahnya pun menurun, dibandingkan dengan mereka yang hanya istirahat setelah diterapi. Game juga baik untuk fisioterapi pada anak-anak yang mengalami cedera tangan.

Selain itu, bermain game ternyata bisa mengurangi kepikunan pada saat menjelang berumur.“Bermain (videogame) bersama cucu sangat baik bagi para lansia. Sebab, kami tahu bahwa interaksi sosial mampu meningkatkan kemampuan daya pikir para manula,” kata peneliti yang juga profesor psikologi dari University of Illinois, Amerika Serikat, Dr Arthur F. Kramer.Dalam penelitian yang dilansir jurnal Psychology and Aging edisi Desember disebutkan, studi itu melibatkan 40 lansia sehat dengan range usia antara 60-70 tahun. Awalnya, para partisipan mengikuti beberapa variasi tes mental. Riset tersebut menunjukkan manula yang bermain videogame dengan strategi berat bisa meningkatkan skor mereka berdasarkan jumlah ujicoba daya ingat.

Page 14: Karya Ilmiah Indonesia

Riset mencakup 49 manula yang secara acak ditugasi untuk main videogame, dan kelompok yang tidak ditugasi main game selama lebih dari sebulan. Kelompok main game menghabiskan waktu 23 jam untuk terlibat dalam “Rise of Nations, video game dimana para pemain berkeinginan mencapai dominasi dunia. Menguasai dunia membutuhkan setumpuk tugas berat termasuk strategi militer, membangun kota-kota, mengelola ekonomi dan memberi makan rakyat.game-ron-21

Ketika penelitian berakhir, kemampuan mental mereka kembali diuji. Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memainkan video game, pemain Rise of Nations menunjukkan peningkatan yang lebih besar soal cara kerja otak, ingatan jangka pendek, daya nalar, dan kemampuan berganti tugas.

Jadi manfaat dari bermain game, dapat disimpulkan dalam beberapa point sebagai berikut:

* Bisa menjadi sarana hiburan yang menyediakan interaksi sosial.* Membangun semangat kerja sama atau teamwork ketika dimainkan dengan gamers-gamers lainnya secara multiplayer* Bagi manula (lansia) , bisa mengurangi efek kepikunan.* Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak saat mereka mampu menguasai permainan.* Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan memecahkan masalah atau tugas* Membuat anak-anak merasa nyaman dan familiar dengan teknologi – terutama anak perempuan, yang tidak menggunakan teknologi sesering anak cowok.* Melatih koordinasi antara mata dan tangan, serta skill motorik.* Mengakrabkan hubungan anak dan orangtua. Dengan main bersama, terjalin komunikasi satu sama lain.* Bisa membantu memulihkan kesehatan untuk beberapa kasus penyembuhan

dampak negatif dari game online, yaitu dampak yang kurang baik bagi para pengguna game online tersebut. Seperti:

1. Tidak Kenal Waktu / Lupa Waktu . Kebanyakan dari para gamer yang sudah hobi dalam memainkan game game online yang ada sering kelupaan waktu untuk rutinitas kegiatan lainnya. Misal, waktu makan lupa untuk ngegame online ke warnet, akibatnya perut sakit dsb. . .

2. Pemborosan . Mengapa kok pemborosan? Ya, kalau untuk para gamer yang sudah bisa mencari penghasilan sendiri sih, ini belum terlalu masalah. Namun jika masih meminta kepada orangtua, misal 1 jam = 5000 rupiah main game online sekitar 2 – 4  jam, 5ooo x 4 jam = 20rbu. Nah, bagaimana kalau sudah tidak ada uang lagi untuk main game online dan orang tua tidak memberi uang ke kalian untuk main game online ? Itu baru sekali main game, misal main game setiap hari selama sebulan sudah habis berapa coba uang yang di keluarkan untuk main game online ? . Apa tidak kasihan sama orang tua yang bekerja keras untuk mensekolahkan kita agar menjadi generasi penerus bangsa ?

Page 15: Karya Ilmiah Indonesia

3. Lupa Kewajiban . Ini mungkin masih berkaitan dengan no 1. Sepertinya kebanyakan dari pemain game online ini masih kisaran anak – anak sampai remaja (pelajar), (walaupun ada juga sih orang dewasa – orang tua juga yg memainkan game online ini). Kewajiban para pelajar yaitu belajar. Dengan keseringan, dampak buruk nya yaitu waktu belajar semakin berkurang. Selain itu kita juga mempunyai kewajiban terhadap Agama. Dan kewajiban lainnya yang patutnya di laksanakan sebagaimana mestinya.

Games merupakan alternatif yang baik untuk menghilangkan rasa jenuh apabila sedang tidak ada kerjaan atau jika sedang menunggu orang. Bermain game memang sungguh menyenangkan, sampai2-sampai kita bisa lupa waktu. Tidak hanya anak-anak yang menyukai games tapi semua kalangan dari yang remaja hingga orang dewasa menyukainya. Dahulu game hanya bisa dimainkan di depan layar kaca atau televisi, sekarang game sudah bisa dimainkan dimana saja karena sudah ada handheld device seperti PSP, Nintendo DS dan lainnya. Tidak kalah untuk game konsol yang sudah kita ketahui yaitu Playstation atau XBOX, mereka juga berlomba-lomba untuk memperbaharui sistemnya dengan mengeluarkan Nextgen Console yaitu Playstation 3 dan XBOX 360, dan Nintendo juga bergabung dengan pasar ini dengan mengeluarkan Nintendo Wii. Apalagi sekarang sudah banyak game online dan game pada jejaring sosial yang lucu dan membuat orang menjadi ketagihan untuk memainkannya. Namun terdapat dampak positif dan negatif dalam games yang harus diketahui semua orang. Dampak Negatif :- Jika terlalu sering bermain games apalagi game online, waktu bersama teman dan keluarga menjadi renggang karena pergaulan kita hanya di sekitar game online saja bukan di lingkungan nyata.- Ketrampilan sosial berkurang, sehingga semakin merasa sulit berhubungan dengan orang lain.- Pikiran kita jadi terus menerus memikirkan game yang sedang kita mainkan. Kita jadi sulit konsentrasi terhadap studi, pekerjaan, sering bolos atau menghindari pekerjaan. Untuk para ibu rumah tangga, bisa mengabaikan pekerjaan rumah tangganya.- Karena terbiasa hanya berinteraksi dengan komputer membuat kita menjadi tertutup dan sulit mengekspresikan diri ketika berada di lingkungan nyata.- Berat badan menurun karena lupa makan, atau bisa juga bertambah karena banyak ngemil dan kurang olahraga.- Bisa merusak mata bila terus-terusan terkena cahaya radiasi komputer.

Orangtua Lebih Takut Alkohol, Porno atau Game?

Jakarta - Mana yang lebih ditakuti orangtua untuk dikonsumsi anaknya? Bermain game Grand Theft Auto, minum-minuman keras atau menonton film porno?

Ternyata, orangtua lebih takut anaknya yang dibawah umur (17 tahun ke bawah) akan memainkan game Grand Theft Auto daripada meminum bir atau menonton film porno. Demikian hasil sebuah polling yang dilakukan terhadap orangtua oleh situs What They Play, situs yang mengamati dunia game dari perspektif orangtua.

Jajak pendapat itu menanyakan hal apa yang paling ditakuti orangtua akan terjadi saat anaknya menginap di rumah teman. Jawaban tertinggi adalah menggunakan obat-obatan terlarang dengan jumlah 50 persen. Namun posisi kedua cukup mengejutkan, bermain Grand Theft Auto meraih 19 persen suara peserta, disusul oleh menonotn film porno (17 persen) dan minum bir (14 persen).

Meski tidak ilmiah, jajak pendapat itu memberikan pandangan yang menarik tentang perspektif

Page 16: Karya Ilmiah Indonesia

orangtua. Menurut Cheryl K. Olson, salah satu pendiri Harvard Medical School Center for Mental Health and Media , orangtua melihat video game sebagai 'buatan setan' dan lebih takut padanya daripada terhadap porno dan alkohol.

"Meskipun awalnya mengejutkan, ini sebenarnya menjadi pertanda bahwa orangtua takut kepada game. Bagi orangtua, game memiliki bahaya yang tak diketahui. Tentu saja orangtua tak mau anaknya minum alkohol, tapi paling tidak mereka sudah lebih akrab dengan risiko dari mabuk-mabukan," ujar Olson seperti dikutip detikINET dari LATimes, Selasa (12/8/2008).

Tom R. Byron, VP Marketing What They Like, perusahaan pengelola situs What They Play, mengatakan jajak pendapat itu dimaksudkan sebagai pembuka diskusi. "Kami punya moto, yaitu 'Don't Get Mad. Get Educated'," tuturnya.

7 Hal Yang Harus Diketahui Oleh Orang Tua Mengenai Video Game

Temukan bagaimana caranya menentukan apakah sebuah game itu sesuai atau tidak untuk dimainkan, kelakuan mana yang menunjukkan akan menimbulkan masalah dan masih banyak lagi.

Mungkin tidak masalah bagi anda jika anak-anak anda bermain game di gadget atau di komputer, tetapi anda mungkin ingin tahu apakah berbahaya jika membiarkan anak anda menghabiskan begitu banyak waktu dengan game itu.

Kami telah berkonsultasi dengan dokter psikologis anak dan para ahli video game untuk mendapatkan cara bagaimana anda bisa membantu anak anda menikmati keuntungan dari video game dan mencegah kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.

1. Game ada peringatan batasan umurnya dan game punya alat pengontrol khusus bagi para orang tua.

The Entertainment Software Rating Board   (ESRB) provides information about computer and video games, including a rating system with categories ranging from EC (Early Childhood) to AO (Adult Only). Cheryl K. Olson, ScD , faculty member of Harvard Medical School and author of Grand Theft Childhood: The Surprising Truth About Violent Video Games and What Parents Can Do, recommends that parents bookmark the ESRB’s "Resources" page , which links to instructions for the parental controls built in to all game systems and computers. The page also has “links to sites for your kids to get game information, links to game review sites for parents and a ratings app so parents can get more information about games while shopping.”

The Entertainment Software Rating Board (ESRB) adalah organisasi yang memberikan informasi tentang berbagai game komputer dan console, termasuk sebuah sistem batasan umur dengan berbagai kategori dari EC (Early Childhood) sampai ke AO (Adult Only).

Cheryl K. Olson, ScD, seorang dosen dari Harvard Medical School dan penulis buku Grand Theft Childhood: The Surprising Truth About Violent Video Games and What Parents Can Do, menganjurkan agar para orang tua harus menyimpan halaman web “Resources” dari ESRB yaitu , yang akan menghubungkan anda ke bagian instruksi-instruksi cara menggunakan alat pengontrol khusus bagi orang tua untuk semua sistem game dan komputer. Halaman web ini juga menghubungkan anda dengan situs-situs tempat anak-anak anda

Page 17: Karya Ilmiah Indonesia

mendapatkan informasi game, dan situs-situs ulas balik game bagi orang tua juga sebuah aplikasi batasan umur jadi para orang tua dapat memiliki informasi yang lebih banyak lagi ketika sedang berbelanja game.”

2. Gambar pemberitahuan batasan umur tidak dapat menjadi satu-satunya cara untuk mengawasi anak kita.

Info dari ESRB dapat menjadi hal yang sangat membantu pada awalnya, tetapi juga tergantung pada perbedaan karakter pada masing-masing anak. “Batasan yang berdasarkan pada umur saja tidak dapat memberikan informasi yang cukup kepada para orang tua apakah game itu sesuai atau tidak buat seorang anak remaja,” kata dr. Olson. Pastikan anda membaca rincian tipe game sebagai tambahan selain pembatasan usianya. Rincian tipe gamenya bisa termasuk hal-hal seperti “Blood and Gore”(terdapat adegan keras dan berdarah) dan “Drug Reference (terdapat nama-nama obat dan cara pemakaiannya) .”

Dr. Olson juga mengemukakan bahwa “Orang tua harus lebih sering menaruh perhatian pada rincian tipe game seperti violance and gore, lirik game dan bahasanya juga sangat penting karena anak-anak suka mencontoh kata-kata yang kasar daripada kata-kata fantasi seperti yang berhubungan dengan zombie atau alien.” Hal paling penting untuk diingat tentunya seberapa mungkin sebuah game dapat memberi efek terhadap hubungan sosial dan tingkah laku di sekolahnya. Ketika ragu, dr. Olson menyarankan agar para orang tua menyewa game tersebut terlebih dulu untuk melihat bagaimana reaksi si anak ketika memainkan game itu---atau main bersama mereka, jika dimungkinkan.

3. Pengawasan merupakan sebuah kunci utama.

“Hal paling sederhana yang bisa dilakukan oleh para orang tua adalah menempatkan semua alat-alat elektronik anak-anak anda seperti game playstation, tv dan komputer diluar kamar tidur mereka,” nasehat dr. Olson. Jika itu tidak dapat dipraktekkan, lalu aturlah pengatur waktu pada alat-alat elektronik tersebut sebelum tidur, gunakan alat pengatur khusus buat orang tua untuk membatasi waktu main dan jalur untuk terhubung ke game yang khusus dewasa.” Penelitian dr. Olson menunjukkan bahwa anak sekolah menengah main game lebih lama, dan memainkan lebih banyak game yang tidak sesuai dengan usia mereka, ketika mereka memiliki keleluasaan bermain tanpa diawasi di kamar tidur mereka. “ Tetapi alasan paling utama kenapa harus mengawasi mereka adalah barang-barang teknologi di kamar tidur bisa mengganggu tidur anak-anak, dan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan anak dan proses pembelajaran di sekolah,” tambah dr. Olson.

4. Peraturan rumah tangga dapat diberlakukan untuk barang-barang teknologi juga.

Menurut keterangan dr. Olson,” Beberapa anak-anak perlu pengawasan yang khusus dari yang lain; jika anak anda secara konsisten mempunyai kendala dalam mengontrol dirinya untuk melepaskan game dan pergi mengerjakan PR dari sekolah, coba batasi atau larang mereka memainkan game pada hari-hari pulang sekolah, dan hanya membiarkan mereka main game bersama teman-teman mereka pada akhir minggu.” dr. Olson juga mengigatkan para orang tua untuk memikirkan kesulitan mereka sendiri dalam menangani barang-barang teknologi, seperti smartphone dan laptop, pada malam hari; jangan menaruh harapan pada anak-anak anda bahwa mereka bisa mengontrol diri mereka sendiri lebih baik dari anda.

5. Terlalu sering main game akan menimbulkan masalah perhatian.

Page 18: Karya Ilmiah Indonesia

Penelitian yang dimuat di tabloit Journal Pediatric edisi Agustus 2010 menemukan bahwa terdapat  hubungan erat antara TV, video game dengan masalah menaruh perhatian dari anak-anak. Michael Wager, PHD, seorang psikolog di Thomasville, Georgia, mencatat bahwa anak-anak dan para remaja yang mengalami ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder )( semacam kelainan perilaku pada anak-anak seperti hiperaktif dan kurang perhatian)” lebih sering mendapatkan pengalaman berhasil dan menyenangkan dalam bermain video game, dan mereka menjadi tidak memperhatikan segala sesuatu yang berada disekelilingnya, mereka menjadi kecanduan. Bagaimanapun juga,mereka terus melakukan sesuatu yang menyenangkan yang dapat memberikan mereka kesenangan dari pengalaman berhasilnya itu---daripada melakukan segala hal yang kadang membawa hasil negatif.” dr. Wager menekankan betapa pentingnya menjaga keseimbangan fungsi dari video game.

6. Bermain game bukanlah hal yang perlu dilakukan ketika sedang tidak mempunyai aktifitas.

Berbalikan dengan pendapat pada umumnya yang menyatakan bahwa anak-anak yang lebih sering memainkan video game dan peralatan teknologi yang lain mempunyai kecenderungan naik tingkat obesitasnya, sebuah studi baru dari Universitas di negara bagian Michigan yang dimuat dalam  tabloit Computers in Human Behavior edisi Januari 2011 menemukan bahwa teknologi bukanlah sebuah alat peramal buat ukuran tubuh atau berat badan. Lebih tepatnya, tidak beraktifitas secara umum mempunyai hubungan dengan masalah kenaikan berat badan, jadi pastikan untuk membantu anak anda untuk menjaga keseimbangan antara waktu dan aktifitas fisiknya. Beruntungnya, anak-anak anda dapat melakukan dua hal itu secara bersamaan dengan memainkan game fitness pada Nintendo Wii atau Xbox Kinect. Faktanya, sebuah studi dari universitas di negara bagian Kent yang dimuat pada edisi Mei tahun 2010, menemukan bahwa anak- anak yang mempunyai berat badan lebih atau anak anak yang obesitas memang lebih senang memainkan game Wii daripada memainkan video game yang tidak memerlukan gerakan.

7. Beberapa anak-anak memainkan video game sebagai pengganti dari aktifitas interaksi sosialnya.

Sebuah studi di Amsterdam yang juga dimuat dalam tabloit Computers in Human Behavior edisi Januari 2011 menemukan bahwa beberapa permainan game mempunyai pengaruh terhadap harga diri dan kemampuan menjalin hubungan sosial, dan kesepian juga merupakan sebuah pemicu atau konsekuensi yang menimbulkan perilaku ingin main game itu. Anda harus berhati-hati akan masalah yang akan ditimbulkan dari perilaku ingin main game ini jika anak anda terus berada dalam kondisi seperti ini. Buatlah sebuah batasan yang wajar dan carilah  bantuan buatnya jika dia perlu bantuan untuk memperbaiki hubungan sosial atau kemampuan mengendalikan emosinya (emotional intelligence). Felissa Goldstein, MD, seorang dokter penyakit jiwa anak dan remaja di Pusat Pengembangan Jaringan Saraf Anak dari Marcus Austism Center di Atlanta, menasehati agar para orang tua dapat ikut mendorong para anak-anak agar mau memainkan game yang membutuhkan dua pemain, karena “penutupan diri terhadap lingkungan sosial banyak terjadi akibat dari permainan game yang hanya melibatkan satu pemain saja,” katanya. (Erabaru/tan)

Page 19: Karya Ilmiah Indonesia

Ketika Playstation Lebih Penting Daripada Sosok Ibu

Fanatisme seorang gamer terhadap video game mungkin tidak akan dimengerti oleh orang lain. Namun terkadang tingkah laku tersebut terkadang berperan sebagai pedang tajam yang siap melukai. Terlalu berlebihan dan melupakan dunia di sekitar kita, maka yang timbul adalah perilaku anti-sosial yang mungkin berbahaya. Anda ada di dalam masalah yang berat ketika lebih memilih Playstation dibandingkan nyawa ibu.

Kendall, seorang remaja berusia 16 tahun di South Philadelphia, baru saja mengalami pertengkaran 90 menit dengan Rashida Anderson, sang ibu. Dalam pertengkaran yang tidak terselesaikan tersebut, Ms. Anderson memutuskan untuk “menyita” Playstation 3 milik si anak dan melarangnya untuk bermain sebagai hukuman. Tidak tahan dengan hukuman tersebut, Kendall mengambil jalan penyelesaian yang pasti akan membuatnya menyesal seumur hidup. Dengan penuh kemarahan, ia kemudian membunuh ibunya dengan hantaman palu, kaki kursi, dan berusaha mengkremasi jasad ibunya di oven rumah.

Kendall sendiri memang sudah ditangkap dan berhasil diamankan oleh pihak yang berwenang, tetapi reaksi publik tentu saja tidak akan berhenti di situ. Berbagai spekulasi alasan yang mendasari penyerangan tersebut dilemparkan walaupun Kendall sendiri mengaku ia hanya tidak tahan lagi dengan argumentasi tersebut. Seperti yang sering terjadi pada kasus serupa, kali ini video game juga diposisikan menjadi kambing hitam utamanya. “Obsesi” Kendall pada Playstation 3 yang direbut oleh sang ibu dan berbagai game kekerasan yang ia mainkan diterangai menjadi penyebab tingkah laku agresif Kendall.

Saya adalah seorang gamer dan saya secara pribadi tidak pernah ingin membunuh orang lain, apalagi orang tua setelah memainkan game sekelas GTA atau Manhunt sekalipun. Saya secara pribadi tidak pernah setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa video game dapat memicu perilaku agresif yang tidak dapat dikontrol, banyak bukti yang justru membuktikan sebaliknya. Bagaimana dengan Anda yang juga gamer? Apakah Anda pernah ingin membunuh ibu Anda demi sebuah Playstation seperti yang dilakukan Kendall?