Karet

25
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001). Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet

description

Laporan

Transcript of Karet

Page 1: Karet

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,

sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan

produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi

budidayanya (Anwar, 2001).

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.

Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun

setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil

dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak

dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di

Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan

pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya

Bogor (Deptan, 2006).

Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi

Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari

setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta

ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan

penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-

getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman

Page 2: Karet

yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar

apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).

Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m

sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas.

Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata

berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat menentukan saat panen perdana.

2. Mahasiswa dapat melakukan penyadapan dengan benar.

3. Mahasiswa dapat mealkukan, mengetahui dan memahami teknik

penyadapan.

Page 3: Karet

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet

adalah sebagai berikut:

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang

tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada

ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada

sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung

meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang

cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledonae

Ordo                : Euphorbiales

Famili              : Euphorbiaceae

Genus              : Hevea

Spesies            : Hevea braziliensis Muell. Arg.

Gambar 1. Tanaman Karet

Page 4: Karet

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa

kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring

kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama

lateks.

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar

tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan

besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya.(Santosa,

2007).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada

tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit

keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi

dan Daslin, 1995).

Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian

bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta

tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).

Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap

pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan

gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman

untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter

untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan

sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.

Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin

bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur

Page 5: Karet

16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26

tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas

kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat

membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan

luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi

paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah

dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap

yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks.

Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran

kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan

mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang

yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang

digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,

lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang

ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).

Page 6: Karet

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Pengamatan ini dilaksanakan pada hari minggu, 30 September 2012, jam

06.30 - 09.00 WITA, yang bertempat di perkebunan rakyat di desa

Alat dan Bahan

Alat : Areal tanaman karet siap panen

Bahan : 1. Meteran

2. Alat sadap dan penampungnya

3. Timbangan

4. pH meter

Prosedur Kerja

Pengamatan :

1. Populasi tanaman pada lokasi praktek

2. Umur dan klon tanaman pada praktek

3. Jumlah tanaman yang telah memenuhi kreteria panen perdana

4. Metode pemanenan yang dilakukan

5. Volume/Berat Karet Sadapan/Pohon

6. Jenis produk bokar

Perhitungan :

1. Hitung populasi tanaman karet/hektar

2. Hitung persentasi tanaman yang sudah siap sadap perdana

Page 7: Karet

3. Hitung potensi produk lateks/Tanaman/Tahun

4. Hitung potensi produk lateks/Ha/Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Dari pengamatan yang telah dilaksanakan didapat hasil sebagai

berikut :

KelompokPopulasi & Klon

Umur

Jumlah Tanaman

Siap Sadap

Metode

PanenVolume

Jenis Bokar

3x3 m 4 Tahun 556 S2/D3 20 ml/hari LumbKampung

Perhitungan :

Diketahui : - Panjang jarak tanam = 3 m

- Lebar jarak tanam = 3 m

- Umur tanaman = 4 tahun

- Teknik penyadapan = S2 / D3

- Jumlah tanaman yang disadap = 556

- Berat lateks / sekali sadap = 20 g

1. Jarak tanam

P X L = 3x3 m

Populasi tanaman Karet / Ha

100P

(m) x 100L

(m) = 1003

x 1003

Page 8: Karet

= 1111,111 Tanaman Karet / Ha

= 1111 Tanaman Karet / Ha

2. Persentasi tanaman yang siap sadap

ε Tanaman Siap Sadapε Populasi Tanaman

x 100 % = 5561111

x 100 % = 50 %

3. Potensi produksi lateks / pohon / tahun

Bobot tanaman/sadap x frekuensi penyadapan / tah un

= 20 x ( D1 x 30 x 12 )

= 7200 g/ tanaman /ta h un

= 7.2 kg / tanaman/ tahun

4. Potensi produksi karet/ha/tahun

Potensi produksi lateks / pohon / tahun x populasi tanaman / ha

= 7200 g/tan/thn X 1111 tan/ha

= 8.000.000 gram/ha/tahun

= 8.000 kg/ha/tahun

Page 9: Karet

Pembahasan

Dari pengamatan yang telah dilakukan, telah diketahui beberpa hal penting

yang menyangkut waktu panen dan teknik pemanenan tanaman karet. Dimana

telah di dapat dari pengukuran yaitu banyaknya populasi tanaman karet yang

telah diamati adalah sebanyak 1111 tanaman/ ha. Di sini jarak penanaman karet

terlalu dekat, yaitu 3 x 3 m dari jarak yang seharusnya 3 x 7 m. Dalam

pengamatam 1 Ha lahan karet ada sekitar 556 pohon karet yang sudah dilakukan

penyadapan. Angka persentase karet yang sudah dipanen sebanyak 50% dan itu

sudah memenuhi kriteria tanaman karet sudah memenuhi syarat penyadapan.

Syarat – syarat tanaman karet yang sudah siap untuk dipanen adalah ; yang

pertama bisa dilihat dari umur tanaman itu sendiri yaitu berkisar antara 5 – 6

tahun, syarat yang kedua yaitu bisa dilihat dari lingkar batang pohon karet 1 m

diatas pertautan okulasi, dimana ukuran kelilingnya adalah 45 cm atau lebih dan

pengukuran mulai dilakukan ketika tanaman berumur 4 – 6 tahun. Adapun yang

ke tiga, kita juga harus memperhatikan kondisi keseluruhan tanaman yang ada,

dimana jumlah tanaman yang matang sadap pohon sudah mencapai 50-60% atau

lebih.

Dalam realisasinya masih banyak petani yang tidak mengetahui tentang

teknik budidaya, penanganan dan teknik pengolahan karet yang benar. Dimana

telah terlihat dari beberapa faktor seperti banyaknya tanaman yang tidak

memenuhi kriteria siap panen tetapi sudah dipanen oleh para petani, akibatnya

Page 10: Karet

banyak tanaman yang mati dan terhambat pertumbuhannya. Selain itu juga banyak

dijumpai seperti salahnya teknik pemanenan yang akan berakibat fatal bagi

tanaman karet, yaitu bisa menyebabkan kurangnya hasil lateks yang didapat dan

bisa juga akan mengurangi masa efesiensi dari waktu panen tanaman karet

tersebut. Hal ini dikarenakan oleh rusaknya permukaan batang pohon karet akibat

salahnya teknik pemanenan karet itu sendiri. Dalam pengolahan atau

penggumpalan pun juga harus diperhatikan kebersihan lateknya, selain itu faktor

pengenceran dan pemberian zat kuagulan pun harus sesuai dengan ketentuan yang

benar. Sering kali para petani asal – asalan saja dalam pengolahan lateks tersebut,

mulai dari lateks yang tidak mengalami proses penyaringan, pengenceran yang

berlebih – lebihan untuk mendapatkan hasil timbangan yang maksimal, padahal

itu akan mengurangi kulitas harga jual dari olahan karet mereka dan harga

jualnyapun juga relatif sangat murah.

Untuk penggumpalan karet/pengkoagulasian haruslah menggunakan bahan

koagulan yang tepat yaitu dengan asam semut. Adapun masalah yang sering juga

dijunpai dalam pengolahan karet :

► Kadar air tinggi (>20%)

► Koagulan bervariasi : asam semut, sulfat, cuka, tawas, pupuk TSP, air

perasan gadung / nenas.

► Umumnya bermutu rendah

► Terkontaminasi : tanah, lumpur, pasir, tatal, serat kayu / plastik

► Jenis/ukuran beragam: serpihan / mangkok (1-8 cm) sampai bentuk balok

50x50cm, tebal 20-30 cm

Page 11: Karet

Sebelum penyadapan dimulai, bagian kulit pohon yang akan disadap

hendaknya dibersihkan dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali

pekerjaan membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja.

Adapun jenis sadapan yang digunakan petani pada lahan yang kami amati

yaitu menggunakan cara S2/D3 yang definisinya yaitu dalam 3 hari hanya

dilakukan satu kali penyadapan dan cara penyadapan hanya separuh dari seluruh

keliling pohon. Untuk potensi produksi lateks / pohon / tahun dari populasi karet

yang telah diteliti adalah sebesar 7200 g/ tahun untuk satu pohon tanaman karet,

apabila dihitung untuk Potensi produksi karet / ha / tahun adalah sebesar 8.000

kg/ha/tahun.

Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok

sadap, talang sadap, ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah

pisau hanya disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap, sedangkan

mangkok dan talang sadap harus disediakan untuk setiap tanaman.

Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan saat persiapan buka sadap,

antara lain :

► Penggambaran bidang sadap

Pada kebun matang sadap kebun hanya pada tanaman yang matang sadap

pohon

► Tinggi bukaan sadap

Bukaan sadap 30 cm di ukur di atas permukaan tanah dan tinggi sadapan

130 cm

Page 12: Karet

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain: - Pembukaan

bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk sudut 300.

1. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap

► Arah irisan sadap dari kiri atas ke kanan bawah memotong pembuluh

lateks yang posisinya miring dari kanan atas ke kiri bawah.

► Sudut kemiringan irisan sadap 30o – 40o terhadap bidang datar (untuk

bidang sadap bawah) dan 45o (untuk bidang sadap atas ).

2. Panjang irisan

► Yaitu ½ S (irisan miring sepanjang ½ spiral ).

3. Letak bidang sadap

► Pada arah Timur-Barat (pada jarak antar tanaman yang pendek), sama

dengan arah pergerakan penyadapan.

Sedangkan untuk Pemasangan talang dan mangkuk sadap perlu

diperhatikan, yaitu talang harus terbuat dari seng lebar 2,5cm panjang ± 8cm dan

dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan sadap bagian bawah , lalu mangkuk

dipasang pada jarak 15-20cm dibawah talang sadap.

Dalam pelaksanaan penyadapan kita harus memperhatikan juga masalah

kedalaman irisan sadap yaitu 1 mm – 1,5 mm, ketebalan irisan sadap berkisar

antara1,5 mm – 2 mm. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30

tahun dan Frekuensi penyadapan yaitu 3 hari sekali (d/3) untuk 2 tahun pertama

dan 2 hari sekali (d/2) untuk tahun selanjutnya . adapun waktu penyadapan yang

edeal adalah antara Pukul 05.00 – 07.30, karena pada waktu tersebut (pagi)

Page 13: Karet

tekanan turgor karet lebih meningkat, jadi lateks yang akan keluar lebih banyak,

selain alas an tersebut pada waktu pagi hari suhu juga lebih dingin .

Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks

diankut ketempat penggumpalan. Dalam pengangkutan lateks harus dijaga agar

lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat

terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam

tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan. Adapun anti kuagulan itu yaitu

amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3) dengan dosis 5ml  –   10 ml /liter

lateks. Efek samping penggunaan amonia lateks mudah menguap sehingga

jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya dalam proses

penggumpalan diperlukan asam format (semut) lebih banyak. Selain itu untuk

mencegah prakugulasi dengan menambahkan formalin, asam borat dan natrium

karbonat. Sebagai tambahan harslah diperhatikan alat-alat sadap dan alat angkut

harus senantiasa bersih dan tahan karat, lateks harus segera diangkut ketempat

pengolahan tanpa banyak goncangan dann lateks tidak boleh terkena sinar

matahari langsung .

Pengumpulan lateks di kebun pada umumnya dilakukan 4-5 jam setelah

penyadapan pertama. Lateks dalam mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember

atau bedeng dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip. Sudip terbuat

dari kayu yang dibungkus dengan selembar karet ban dalam. Bentuk sudip dibuat

sedemikian rupa sehingga dengan sekali gerak sisa lateks dalam mangkuk tersapu

bersih. Sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur serta harus

diperbaharui pada waktu tertntu.

Page 14: Karet

Adapun jenis – jenis olahan karet rakyat yang sering dijumpai, antara lain:

1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara

alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat

proses pembekuan lateks ditambahkan.

2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan

tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan

lainnya.

3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub

dengan perbandingan 1 0 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai

penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah,

dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI,

memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.

4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya

dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yangumum dilakukan

adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian

dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang

berukuran 6 0cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan

olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan

Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu

serta muda didalam pengangkutan.

5. Blanket : Sleb tipis dapat   diolah menjadi blanket melalui penggilingan

dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 – 6

kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat

Page 15: Karet

didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm – 1cm, dengan

KKK sekitar 65 - 75%.

6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil

bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki

KKK 90  –  95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan

penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan,

pencucian, penirisan, dan pengiringan.

7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap

dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengansit angin,

bedanya terletak pada proses pengeringan, yait u pada sit asap dilakukan

pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 oC – 60 oC selama 4 hari .

Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan

setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langs

ung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu

produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis

bokar yang lain.

Page 16: Karet

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pemanenan perdana dilakukan setelah beberapa kriteria/syarat panen

perdana terpenuhi, yaitu ; Keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari

permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm, tanaman sudah

berumur sekitar 5-6 tahun dan juga 60% dari populasi telah memenuhi

kriteria tersebut.

2. Penyadapan dilakukan dengan metode S2/D3 yaitu dalam 3 hari hanya

dilakukan satu kali penyadapan dan cara penyadapan hanya separuh dari

seluruh keliling pohon.

Saran

Perlu adanya sosialisa yang rutin untuk menjaga standar sadapan yang baik

Page 17: Karet

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Deptan., 2006. Basis Data Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/). Diakses tanggal 5 Mei 2009.

Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nazaruddin dan F.B. Paimin., 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Radjam, S. 2009. Musuh-musuh penyadap karet. (http://www.prabumulihdusunlaman.blogspot.com).Diakses tanggal 5 Mei 2009.

Santosa. 2007. Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 21 Maret 2009.

Siregar, T.H.S., 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius, Yogyakarta.

Suhendry, I., 2002. Kajian finansial penggunaan klon karet unggul generasi IV. Warta Pusat Penelitian Karet. 21 : 1- 3.