Kardiomiopati Peripartum

25
Kardiomiopati Peripartum Preeklamsia Berat Oleh: Rusthavia Afrilianti Pembimbing: dr. Rully P. Adhie, M.Si.Med, Sp.OG

description

laporan kasus obsgyn

Transcript of Kardiomiopati Peripartum

Kardiomiopati PeripartumPreeklamsia Berat

Oleh:

Rusthavia Afrilianti

Pembimbing:

dr. Rully P. Adhie, M.Si.Med, Sp.OG

Pendahuluan

• Sekitar 0,2 - 4% kehamilan di negara maju disertai komplikasi penyakit kardiovaskular. Risiko seorang wanita untuk mengalami gangguan jantung pada masa kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia ibu saat pertama kali mengandung, gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hipertensi dan obesitas. Penyakit kardiovaskular ini merupakan penyebab tingginya angka kematian maternal selama masa kehamilan terutama di negara maju. Salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat terjadi pada periode kehamilan adalah kardiomiopati peripartum.

Resume Pasien

• Identitas pasien

Anamnesis

• Keluhan utama: Sesak nafas• Riwayat penyakit sekarang: pasien datang rujukan dari

RSUD Kuala Kurun dengan G1P0A0 hamil 35 – 36 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala + PEB + edema paru pro terminasi kehamilan dan perlu perawatan intensif. Sesak nafas (+) mules (-) keluar lendir darah (-) gerakan janin (+) pusing (+) nyeri ulu hati (-) pandangan mata kabur (-) batuk (+) sejak awal kehamilan, kelopak mata, tungkai dan daerah kemaluan bengkak sejak ± 1 bulan yang lalu. ANC (-). Pasien merupakan korban pelecehan seksual dan memiliki riwayat keterbelakangan mental.

• Riwayat menstruasi : Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari Lamanya : 4-6 hari Banyaknya : 2 kali ganti pembalut dalam sehari Dismenorhoe : Terkadang dapat dirasakan oleh os,

tetapi tidak pernah sampai mengganggu aktivitas. HPHT : pasien mengaku lupa TP :

• Riwayat perkawinan : belum menikah

• Riwayat kehamilan dan persalinan

•Riwayat KB: belum pernah menggunakan KB•Riwayat kesehatan ibu: HT (-) DM (-) Asma (-)•Riwayat kesehatan keluarga: riwayat penyakit

kronik/menahun (-)

Pemeriksaan fisik

• Status generalis

• Status obstetrik– Leopold : TFU ½ pusat – px (MD. 31 cm), pu

– ki, preskep, belum masuk PAP– DJJ : 128 x/menit– VT : Tidak dilakukan

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan darah lengkap tertanggal 17 Agustus 2014

Hb : 12,3 gr% Leukosit : 13,62 x 103 / mm3

Trombosit : 496 x 103 / mm3

Kreatinin : 1,52 mg/dL GDS : 86 mg/dL HbsAg : (-) Protein urine: +2

Diagnosis kerja

• G1P0A0 HAMIL 35 – 36 MINGGU• PEB• KARDIOMIOPATI PERIPARTUM

Penatalaksanaan

• Obsgyn:• IVFD RL 500 cc + 2 flash

MgSO4 20% 20 tpm• Inj. Dexametasone 2 x 1

amp• Konsultasi Penyakit

Dalam• Pro rawat ICU• Observasi DDJ /4 jam

• IPD:• Ro thorax jika

memungkinkan• Konsultasi Jantung

• Jantung:• Inj. Furosemid 2 amp

Selanjutnya 3 x 1 amp

• p.o Amlodipin 2 x 5 mg

Betanoe 2,5 1 – 1 – 0

• Anastesi:• ACC rawat ICU ICU

penuh HCU ruang C• O2 NRM 10 – 12 lpm

Follow up

Pembahasan

• Dilaporkan Nn. N, 19 tahun, G1P0A0 hamil 35 – 36 minggu rujukan dari RSUD Kuala Kurun dengan PEB pro terminasi kehamilan dan perlu perawatan intensif. Pasien masuk IGD RSUD dr. Doris Sylvanus pada tanggal 17 agustus pukul 18.50 wib diantar oleh Bidan. Pasien masuk tampak sesak kemudian diberikan O2 nasal 4 lpm dan kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta obstetrik. Didapatkan pasien tampak sesak nafas, mules (-), keluar lendir darah (-), gerakan janin (+), pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan, ANC (-).

• Dari pemeriksaan fisik tekanan darah saat itu adalah 170/130 mmHg, nadi 128 kali/menit, RR tampak edema anasarka dan pada auskultasi paru terdapat ronkhi pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan TFU ½ pusat – px (MD: 31 cm), punggung kiri, presentasi kepala dan kepala belum masuk pintu panggul. DJJ 128 kali/menit. Pemeriksaan dalam (VT) tidak dilakukan.

• Terapi lanjutan dari RSUD Kuala Kurun sudah terpasang infus RL 500 cc dengan 2 flash MgSO4 20% sebanyak 20 tpm untuk mencegah terjadinya kejang. Terapi dari IGD setelah dikonsulkan ke bagian Obsgyn, Penyakit Dalam dan Jantung, dilakukan foto rontgen dan tampak perbesaran jantung. Diberikan injeksi furosemid 2 ampul untuk mengurangi edema anasarka yang terdapat pada pasien serta amlodipin 5 mg dan betanoe sebagai terapi antihipertensi yang diberikan. Pasien diusulkan dirawat di ICU.

• Pasien dirawat di ruang observasi ruang C (HCU), terpasang O 2 NRM 10 – 12 lpm. Diberikan injeksi dexametasone per 12 jam untuk pematangan paru janin. Hari pertama perawatan (18/08/2014) keadaan umum pasien tampak perbaikan dan sesak tampak berkurang. Terapi dari penyakit dalam dilakukan nebulizer dengan combivent per 12 jam sebagai bronkodilator untuk mengurangi sesak pada pasien. Injeksi furosemid tetap diberikan untuk mengurangi edema dengan pemberian 1 ampul/24 jam

• Diberikan juga injeksi ceftriaxone sebagai terapi infeksi pada pasien. Pasien dianjurkan untuk terminasi kehamilan, setelah dikonsultasikan ke bagian jantung, direncanakan observasi persalinan pervaginam dengan induksi, namun pada malam harinya sebelum dilakukan induksi, pasien mengeluhkan mules dan dilakukan observasi persalinan pervaginam tanpa induksi.

• Pada tanggal 19/08/2014 pukul 06.25 wib ketuban pecah spontan, pasien dialih rawat ke ruang VK. Pada pukul 08.00 di lakukan VT dan didapatkan pembukaan lengkap. Pasien dipimpin mengedan oleh dokter spesialis dan pada pukul 08.15 wib bayi laki-laki lahir tidak segera menangis dan langsung dialih rawat ke bagian perinatologi. Perdarahan post partum ± 200 cc, tekanan darah PP 120/70 mmHg, keadaan umum pasien tampak baik dan setelah observasi 2 jam post partum, pasien kembali di rawat di ruang HCU dan malam harinya alih rawat keruang perawatan biasa (pemulihan)

• Perawatan hari ketiga (21/08/2014) pasien mengatakan sesak sudah berkurang. Pemeriksaan fisik didapatkan edema anasarka sudah tampak berkurang. Terapi dilanjutkan dengan pemberian furosemid per oral dan pemberian obat antihipertensi yaitu amlodipin dan betanoe. Diberikan penambah darah SF serta dilakukan nebulizer dengan combivent secara continue per 12 jam.

• Penatalaksanaan terapi pada pasien ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Pada pasien ini didapatkan klinis dan laboratories yang menunjang kearah preeklamsia berat (PEB) yaitu tekanan diastole ≥ 110 mmHg dan proteinuria +3. Pemberian diuretik yaitu furosemid dianjurkan pada pasien PEB dengan tanda-tanda edema paru dan gagal jantung sebagai komplikasi dari PEB dan kardiomiopati peripartum pada pasien ini. Persalinan pervaginam merupakan pilihan utama untuk terminasi kehamilan pasien dengan kardiomiopati peripartum dan PEB. Hingga sampai laporan kasus ini dibuat, pasien masih dirawat di ruang pemulihan ruang C.

Kesimpulan

• Kardiomiopati peripartum merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang sering timbul pada wanita hamil dengan tanda-tanda gagal jantung yang pada pemeriksaan fisik pada pasien tampak sesak dan foto rontgen berupa kardiomegali. Kardiomiopati peripartum pada pasien laporan kasus kali ini terjadi pada masa kehamilan trimester III yang disertai dengan preeklamsia berat. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan perawatan secara multidisipliner oleh dokter spesialis bagian Obsgyn dan Penyakit Dalam.