karakteristik susu dan telur

15
A. Susu Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa penambahan atau pengurangan suatu komponen. Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Disamping itu, susu juga merupakan bahan pangan yang dapat diolah menjadi beberapa produk olahan susu seperti: susu kental manis, susu bubuk,susu skim, mentega, es krim, keju, yoghurt, dan lain-lain. Susu mudah sekali rusak karena pengaruh lingkungannya, terutama oleh pengaruh temperatur ataupun udara sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan pada waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih layak untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009). Sifat Fisik Susu Susu bukan hanya merupakan bahan yang mempunyai senyawa kimia kompleks, tetapi juga mempunyai sifat fisik yang secara alami sangat kompleks. Beberapa sifat fisik susu yang sangat penting adalah warna rasa dan bau, berat jenis, viskositas, pH dan titik beku. Sifat fisik susu tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi kimiawinya. a. Warna Susu Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.

description

karakteristik telur dan susu

Transcript of karakteristik susu dan telur

  • A. Susu

    Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi,

    atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara

    sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa penambahan atau

    pengurangan suatu komponen. Susu merupakan bahan makanan yang sangat

    penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat

    diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

    Disamping itu, susu juga merupakan bahan pangan yang dapat diolah menjadi

    beberapa produk olahan susu seperti: susu kental manis, susu bubuk,susu skim,

    mentega, es krim, keju, yoghurt, dan lain-lain. Susu mudah sekali rusak karena

    pengaruh lingkungannya, terutama oleh pengaruh temperatur ataupun udara

    sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan pada

    waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang

    berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih layak

    untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009).

    Sifat Fisik Susu

    Susu bukan hanya merupakan bahan yang mempunyai senyawa kimia

    kompleks, tetapi juga mempunyai sifat fisik yang secara alami sangat kompleks.

    Beberapa sifat fisik susu yang sangat penting adalah warna rasa dan bau, berat

    jenis, viskositas, pH dan titik beku. Sifat fisik susu tersebut sangat dipengaruhi

    oleh komposisi kimiawinya.

    a. Warna Susu

    Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain,

    tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan

    bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga

    kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi

    cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium

    phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila

    lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.

  • b. Rasa dan Bau Susu

    Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa

    manis disebabkan adanya gula laktosa di dalam susu, meskipun sering

    dirasakan ada sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas susu

    disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan

    sebagian bersifat volatil. Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau

    setelah penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang. Bau air susu mudah

    berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi

    oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga

    bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu.

    c. Berat Jenis (BJ)

    Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu

    = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air

    susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi

    air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan

    kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai

    ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air

    susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil.

    d. Kekentalan Susu (Viskositas)

    Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air

    susu biasanya berkisar 1,5 2,0 cP. Pada suhu 20C viskositas whey 1,2 cP,

    viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air

    susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air

    susu.

    e. Titik Beku dan Titik Cair Susu :

    Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah

    0.5000 oC. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi 0.5200 oC.

    Titik beku air adalah 0 oC. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan

    penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji

    penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan

    memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu.

    Titik didih air adalah 100C dan air susu 100.16C. Titik didih juga akan

    mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.

  • Sifat Kimia Susu

    Sifat kimiawi susu sangat erat hubungannya dengan komposisi kimiawi

    susu. Secara umum bila komposisi kimiawi susu dalam kisaran normal, maka

    sifat kimiawi susu juga dinyatakan normal atau baik.

    a. Keasaman dan pH susu

    Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam dan

    basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi

    merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah

    menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 6.7.

    Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu

    diketahui hanya 0.10 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu

    adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh

    berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat

    komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam

    susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis

    dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan

    bakteri.

    B. Telur

    Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung

    zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein telur

    mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino esensial

    yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari

    bahan pangan yang lain. Tetapi disamping adanya hal-hal yang menguntungkan

    itu, telur memiliki sifat yang mudah rusak (Koswara,2009).

    Mutu Fisik Telur

    Berdasarkan SNI 01-3926-2008 mengenai telur ayam segar untuk

    konsumsi persyaratan mutu fisik telur dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

    No. Faktor Mutu

    Tingkatan Mutu

    Mutu I Mutu II Mutu III

    1. Kondisi Kerabang

  • a. Bentuk

    b. Kehalusan

    c. Ketebalan

    d. Keutuhan

    e. Kebersihan

    Normal

    Halus

    Tebal

    Utuh

    Bersih

    Normal

    Halus

    Sedang

    Utuh

    Sedikit noda

    kotor

    Abnormal

    Sedikit Kasar

    Tipis

    Utuh

    Banyak noda dan

    sedikit kotor

    2. Kondisi Kantung Uadara (di lihat dengan peneropong)

    a. Kedalama kantong

    udara

    b. Kebebasan

    bergerak

    0,9 cm Bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara

    3. Kondisi putih telur

    a.Kebersihan

    b.Kekentalan

    c. Indeks

    Bebas bercak

    darah / benda

    asing lainnya

    kental

    0,458-0,521

    Bebas bercak

    darah / benda

    asing lainnya

    sedikit encer

    0,394-0,457

    Ada sedikit bercak

    darah, tidak ada

    benda asing lainnya

    encer, kuning telur

    belum tercampur

    0,330-0,393

    4. Kondisi Kuning Telur

    a. Bentuk

    b. Posisi

    c. Penampakan

    batas

    d. Kebersihan

    e. Indeks

    Bulat

    Di tengah

    Tidak jelas

    Bersih

    0,458-0,521

    Agak pipih

    Sedikit bergeser

    dari tengah

    Agak jelas

    Bersih

    0,394-0,457

    Pipih

    Agak kepinggir

    Jelas

    Ada sedikit bercak

    darah

    0,330-0,393

    5. Bau Khas Khas Khas

  • Mutu Kimia Telur

    Telur tersusun atas sebagian besar air (75% dari berat telur) dan bahan

    organik yaitu protein 12 %,lipida 12%, vitamin dan karbohidrat 1 % sedangkan

    bahan anorganik yakni mineral telur mempunyai kandungan protein, mineral ,

    vitamin dan lemak yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain bahan-bahan itu

    telur juga mengandung kolesterol. Kandungan Kolesterol telur lebih tinggi

    dibanding daging dan susu. Kolesterol dalam tubuh berfungsi sebagai prekusor

    hormone testosterone,estrogen, estron,estradiol, aldosterol dan endogen

    sebagai vitamin D dan juga sebagai prekusor asam folat dan sangat penting

    dalam perkembangan embrio (Mawadah, 2010).

    Meskipun telur mengandung banyak air, telur merupakan sumber protein

    bermutu tinggi dimana menyediakan semua asam amino esensial bagi manusia,

    terutama pada bagian putih telurnya (albumen). Sedangkan bagian kuningnya

    (yolk) merupakan sumber lemak. Telur juga menyediakan sejumlah penting

    vitamin termasuk vitamin A, E, K dan vitamin-vitamin B termasuk vitamin B1, B2,

    B5, B6, B12 dan asam folat. Sebagai sumber vitamin D alami, telur hanya kalah

    dengan minyak hati ikan hiu, karena itu telur sangat baik untuk pertumbuhan

    anak yang sedang tumbuh. Kelemahan telur hanyalah karena rendahnya Ca dan

    tidak adanya kandungan vitamin C sama sekali. Telur juga mengandung

    sejumlah mineral penting seperti kalsium, besi, fosfor, magnesium dan kalium.

    Kuning telur rata-rata mengandung 60 kalori (250 kJ), sedangkan putih

    telur mengandung sekitar 15 kalori (60 kJ). Kuning telur juga mengandung kolin,

    dimana memenuhi setengah dari kebutuhan harian yang direkomendasikan.

    Kolin merupakan nutrisi penting untuk perkembangan otak, penting bagi wanita

    hamil dan menyusui karena mempengaruhi perkembangan otak janin yang

    sehat.

    Dalam kuning telur terdapat kolesterol dengan kadar yang sangat tinggi

    yaitu sekitar 2000 mg/100 g.badan manusia mampu mensintesis kolesterol yang

    diperlukan dan menggunakannya dalam proses metabolisme tubuh. Bila terdapat

    kolesterol yang masuk melalui makana, maka tubuh cenderung melakukan

    kompensansi dengan cara memproduksi kolesterol lebih sedikit.

  • Komposisi kimia telur berdasarkan studi USDA (Unites States Department

    of Agriculture)

    Komposisi Keseluruhan (%) Putih (%) Kuning (%) Kulit (%)

    % Total 100 58 31 11

    Air 65,5 88 48 -

    Protein 11,8 11 17,5 -

    Lemak 11 0,2 32,5 -

    Abu 11,7 0,8 2 -

    CaCO3 - - - 94

    MgCO3 - - - 1

    CaPO4 - - - 1

    Material - - - 4

    Organik - - - -

    C. Standar Mutu (SNI) dari Susu Segar, Susu Kental Manis, Susu

    Pasteurisasi, Susu UHT dan Susu Bubuk

    1. Susu Segar

    Kondisi susu segar yang akan dikonsumsi harus sesuai dengan standar

    mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut SNI 3141.1:2011

    menguraikan syarat mutu susu segar adalah sebagai berikut:

    No. Karkteristik Satuan Syarat

    1. Berat jenis (pada suhu

    27,5oC)minimun

    g/ml 1,0270

    2. Kadar lemak minimum % 3,0

    3. Kadar bahan kering tanpa

    lemak minimum

    % 7,8

    4. Kadar protein minimum % 2,8

    5. Warna, bau, rasa, dan

    kekentalan

    - Tidak ada perubahan

    6. Derajat asam oSH 6,0 7,5

    7. pH - 6,3 6,8

    8. Uji alkohol (70%) v/v - Negatif

  • 9. Cemaran mikroba

    maksimum:

    1.Total Plate Count

    2. Staphylococcus auereus

    3. Enterobacteriaceae

    CFU/ml

    CFU/ml

    CFU/ml

    1x106

    1x102

    1x103

    10. Jumlah sel somatis

    maksimum

    Sel/ml 4x105

    11. Residu antibiotika (Golongan

    penisiliin, tetrasiklin,

    aminoglikosida, makrolida)

    - Negatif

    12. Uji pemalsuan - Negatif

    13. Titik beku oC -0.520 s.d -0,560

    14. Uji peroxidase - Positif

    15. Cemaran logam berat

    maksimum:

    1. Timbal (Pb)

    2. Merkuri (Hg)

    3. Arsen (As)

    g/ml

    g/ml

    g/ml

    0,02

    0,03

    0,1

    2. Susu Kental Manis

    Seperti halnya susu segar, susu kental manis yang akan dipasarkan juga

    harus memiliki kondisi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

    pemerintah untuk dapat layak dikonsumsi. Menurut SNI 2971:2011, menguraikan

    syarat mutu susu kental manis adalah sebagai berikut:

    No Jenis Uji Satuan Persyaratan

    I II

    1 Keadaan

    Bau

    Rasa

    Warna

    Konsistensi

    -

    -

    -

    -

    Normal

    Normal

    Putih sampai

    kekuningan

    Kental dan homogen

    Normal

    Normal

    Sesuai ganda rasa

    yang ditambahkan

    Kental dan homogen

  • 2 Air (b/b) % 2030 2030

    3 Abu (b/b) % 1,42.2 1.42,2

    4 Protein (b/b) % 710 Min 6,5

    5 Lemak ((b/b) % Min 8,0 Min 8,0

    6 Laktosa (b/b) % Min 10 Min 10

    7 Sukrosa (b/b) % 4348 4348

    8 Bahan tambahan

    Pewarna

    - Pemanis buatan

    a.sakarin

    b. siklamat

    Tidak boleh ada

    Tidak boleh ada

    Tidak boleh ada

    Tidak boleh ada

    9 Pati - -

    10 Cemaran logam **

    - Timbal (Pb)

    - Tembaga (Cu)

    - Seng (Zn)

    - Timah (Sn)

    - Raksa (Hg)

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Maks 0,3

    Maks 20,0

    Maks 40,0

    Maks 40,0 / 250,0*

    Maks 0,03

    Maks 0,3

    Maks 20,0

    Maks 40,0

    Maks 40,0 / 250,0*

    Maks 0,03

    11 Cemaran Arsen (As) Mg/Kg Maks 0,1 Maks 0,1

    12 Cemaran Mikroba

    maksimum:

    1. Total Plate Count

    2. Bakteri Coliform

    3. Escherecia coli

    4. Salmonella

    5. Staphylococcus

    aureus

    6. Kapang dan Khamir

    Koloni/g

    APM/g

    APM/g

    Per 100g

    Koloni/g

    Koloni/g

    Maks. 1.0x104

    Maks. 10

    < 3

    Negatif

    Maks. 1.0x102

    Maks. 1.0x102

    Maks. 1.0x104

    Maks. 10

    < 3

    Negatif

    Maks. 1.0x102

    Maks. 1.0x102

    Ket : (*) Untuk yang dalam kaleng

    (**) Dihitung terhadap susu yang siap dikonsumsi

    I Susu kental manis tanpa ganda rasa

    II Susu kental manis dengan ganda rasa

  • 3. Susu Pasteurisasi

    Pasteurisasi merupakan salah satu usaha pengolahan susu dengan

    cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Usaha ini

    adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat dalam

    air susu. Pasteurisasi susu perlu dilakukan untuk mencegah pemindahan

    penyakit dan mencegah kerusakan selama enzimatis (Warner, 1976 dalam

    Resnawati, 2012). Selama proses pasteurisasi, susu akan terus mengalami

    kontaminasi baik langsung maupun tidak langsung. Organisme dapat masuk

    pada saat pengemasan susu dengan daya virulensinya. Pembuatan susu

    pasteurisasi dapat dilakukan secara sederhana dengan memanaskan susu

    dalam kemasan plastik polyethylene (PE) dengan menggunakan dandang yang

    diisi air pada suhu 750C. Pasteurisasi cara ini ternyata mampu menekan

    perkembangan jumlah bakteri hingga dapat mempertahankan kualitas sekaligus

    daya simpan susu sampai 8 hari dengan penyimpanan dalam lemari pendingin

    (Resnawati, 2012). Menurut SNI 01-3951-1995 menguraikan syarat mutu susu

    pasteurisasi adalah sebagai berikut:

    Karakteristik Syarat

    Cara pengujian A B

    Bau khas khas Organoleptik

    Rasa khas khas Organoleptik

    Warna khas khas Organoleptik

    Kadar lemak, % (bobot/bobot)

    min. 2,80 1,50 SP-SMP-248- 1980

    Kadar padatan tanpa lemak, %

    (bobot/bobot) min. 7,7 7,5 SP-SMP-249- 1980

    Uji reduktase dengan methylen

    biru 0 0 SP-SMP-251- 1980

    Kadar protein, % (bobot/bobot)

    min. 2,5 2,5 SP-SMP- 79- 1975

    Uji fosfatase 0 0 SP-SMP-250- 1980

  • T.P.C ( Total Plate Count), ml,

    maks. 3x104 3x104 SP-SMP- 93- 1975

    Coliform presumptive MPH/ml,

    maks. 10 10 SP-SMP- 94- 1975

    Logam berbahaya:

    As, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-193- 1977

    Depkes S.I. 7

    Pb, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-197- 1977

    Depkes S.I. 7

    Cu, (ppm) maks. 2 2 SP-SMP-247- 1980

    Zn. (ppm) maks.

    5 5

    SP-SMP-190- 1977

    AOAC 25136-

    25142

    Bahan pengawet Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan

    R.I No. 235/Men. Kes/Per/ IV/79

    Catatan: A= Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa

    B = Susu pasteurisasi diberi penyedap cita rasa

    4. Susu UHT

    Susu UHT adalah produk susu yang diperoleh dari susu segar, dan atau

    susu rekonstitusi dan atau rekombinasi dengan cara memanaskan pada kondisi

    ultra high temperature dengan atau tanpa penambahan bahan pangan yang

    diijinkan serta dikemas secara aseptik untuk mencapai sterilitas komersial.

    Menurut SNI 3950-2014 menguraikan syarat mutu susu UHT adalah sebagai

    berikut:

    No. Jenis Uji Satuan

    Persyaratan

    Berlemak (Full

    Cream)

    Rendah

    Lemak (Low

    Fat Milk)

    Bebas Lemak

    (Free Fat Milk)

    1. Keadaan

    1.1 Warna - Khas, normal Khas, normal Khas, normal

  • 1.2 Bau - Khas, normal Khas, normal Khas, normal

    1.3 Rasa - Khas, normal Khas, normal Khas, normal

    2. Protein (Nx6,38) %, b/b Min. 2,7 / Min.

    2,0*)

    Min. 2,7 / Min.

    2,0*)

    Min. 2,7 / Min.

    2,0*)

    3. Lemak %, b/b Min. 3,0 / Min.

    2,0*)

    0,6-2,9/0,6-

    1,9*)

    Maks. 0,5/

    Maks. 0,5*)

    4. Total padatan

    tanpa lemak

    %, b/b Min. 8,0 Min. 8,0 Min. 8,0

    5. Cemaran logam

    5.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2

    5.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,02 Maks. 0,02 Maks. 0,02

    5.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 Maks. 40,0

    5.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 Maks. 0,03

    6. Cemaran arsen

    (As)

    mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1

    7. Aflatkosin (M1) g/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5

    8. Cemaran

    Mikroba

    8.1 Total Plate

    Count

    Koloni/

    0,1 ml

    < 10 < 10 < 10

    CATATAN: *) untuk susu berperisa

    5. Susu Bubuk

    Susu bubuk banyak beredar di pasaran dengan beragam konsumen yaitu

    mulai dari balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Meskipun demkian standar

    mutu (SNI) secara umum dari susu bubuk tetap sama. Menurut SNI 01-2970-

    2006 menguraikan syarat mutu susu bubuk adalah sebagai berikut:

    No. Kriteria Uji Satuan

    Persyaratan

    Susu bubuk

    Berlemak

    Susu bubuk

    rendah lemak

    Susu bubuk

    bebas lemak

    1. Keadaan

    Bau

    -

    normal

    normal

    normal

  • Rasa - normal normal

    normal

    2. Kadar Air % b/b Maks 5 Maks 5 Maks 5

    3. Lemak % b/b Min 26 >1,5 ; < 26 Maks 1,5

    4. Protein (Nx6,38) % b/b Min 23 Min 23 Min 30

    5. Cemaran Logam **

    Tembaga (Cu)

    Timbal (Pb)

    Timah (Sn)

    Raksa (Hg)

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    Maks 20,0

    Maks 0,3

    Maks

    40/250*

    Maks 0,03

    Maks 20,0

    Maks 0,3

    Maks

    40/250*

    Maks 0,03

    Maks 20,0

    Maks 0,3

    Maks 40/250*

    Maks 0,03

    6. Cemaran arsen (As)** mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1

    7. Cemaran mikroba

    1. Total Plate Count

    2. Bakteri Coloform

    3. Escherechia coli

    4. Staphylococcus

    aureus

    5. Salmonella

    koloni/g

    APM/g

    APM/g

    koloni/g

    koloni/

    100g

    Maks 5x104

    Maks 10

    < 3

    Maks 1x102

    Negatif

    Maks 5x104

    Maks 10

    < 3

    Maks 1x102

    Negatif

    Maks 5x104

    Maks 10

    < 3

    Maks 1x102

    Negatif

    *) untuk kemasan kaleng

    **) dihitung terhadap makanan

    D. Pemalsuan Susu

    Tingkat kebutuhan susu yang tinggi dan makin terbatasnya persediaan

    makanan berkualitas mendorong terjadinya kasus kejahatan pangan. Tidak

    menutup kemungkinan adanya pemalsuan dalam susu yang dihasilkan, karena

    dalam pemalsuan tidak memperlihatkan adanya penyingkiran susunan. Hal-hal

    yang dapat dijadikan perhatian sebagai berikut :

  • 1. Tiap-tiap air susu yang berat jenisnya rendah harus diawasi. Misalnya

    lebih rendah dari 1,0280, walaupun tidak semuanya dipalsukan dengan

    penambahan air.

    2. Bila didapatkan kadar lemak rendah, maka kemungkinan pemalsuan

    lebih besar.

    3. Dalam hal itu kadar (%) lemak dalam bahan kering dapat dihitung. Bila

    kadar lemak dalam bahan kering lebih rendah dari 2.5%, maka air susu harus

    dikatakan abnormal.

    4. Pemalsuan dengan air dapat dibuktikan selanjutnya, bila titik beku atau

    angka refraksi air susu diperiksa. Air susu di Indonesia mempunyai titik beku

    normal diantara 0C dan 0,520C, sedangkan angka refraksi minimal harus 34

    (Melk Codex). Perubahan-perubahan air susu dapat pula terjadi karena

    perubahan makanan yang diberikan.

    5. Bila berat jenis air susu normal, akan tetapi kadar lemaknya rendah,

    maka biasanya hal ini disebabkan oleh pengambilan kepala susu (krim), juga

    kadar (%) lemak di dalam bahan kering sangat rendah. Dalam hal ini penetapan

    titik beku air susu sangat penting.

    Salah satu contoh kasus pemalsuan susu terjadi Tiongkok pada tahun

    2008 lalu. Terdakwa Zhang Yujun dan Zhang Yanzhang dituduh terlibat dalam

    produksi bubuk yang dibubuhi melamine yang membuat susu tampak berkadar

    protein lebih tinggi. "Bubuk protein" itu kemudian dijual ke perusahaan susu, dan

    menyebabkan kematian enam balita dan membuat sakit 300.000 anak kecil

    (detikfood.com).

    Selain karena adanya bahan kimia berbahaya yang ditambahkan ke

    dalam susu, proses produksi susu yang tidak sesui dengan SNI, juga dapat

    membahayakan konsumen. Salah satu contohnya terjadi kasus keracunan yang

    menimpa siswa di empat Sekolah Dasar (SD) di Kediri pada Oktober 2011 silam.

    Mereka mengalami keracunan setelah meminum susu Jenius rasa stroberi dari

    PT Vitindo Riz Elecrem, Dusun Joho, Desa Sumberjo, Kecamatan Ngasem,

    Kabupaten Kediri. Setelah sampel dari susu tersebut diuji di laboratorium

    diketahui kandungan bakteri Coliform mencapai 1.100 APM/mililter. Padahal

    syarat yang dianggap memenuhi standar adalah kurang dari 10 APM/mililter.

  • Jenis bakteri lainnya, seperti E. coli normal, namun disimpulkan jika hasil uji

    laboratorium, susu itu tidak memenuhi syarat (suaramerdeka.com).

    Dari kasus di atas dapat kita ambil pelajaran agar dapat lebih berhati-hati

    dalam membeli produk susu dan produk pangan lainnya.

  • Daftar Pustaka

    Badan Standarisasi Nasional 1995. SNI 01-3951-1995: Susu Pasteurisasi

    Badan Standarisasi Nasional 2006. SNI 01-2970-2006: Susu Bubuk

    Badan Standarisasi Nasional 2008. SNI 01-3926-2008: Telur Konsumsi.

    Badan Standarisasi Nasional 2011. SNI 2971:2011: Susu Kental Manis

    Badan Standarisasi Nasional 2011. SNI 3141.1:2011: Susu Segar Bagian 1: Sapi

    Badan Standarisasi Nasional 2014. SNI 3950-2014: Susu UHT

    http://food.detik.com/read/2014/09/05/102318/2682102/294/perdagangan-

    pangan-illegal-dan-pemalsuan-produk-makanan-makin-marak-di-dunia.

    http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza2.pdf. (diakses pada tanggal

    12-03-2015 ).

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/11/05/101041. (diakses

    pada tanggal 12-03-2015).

    Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek).

    eBookPangan.com.

    Mawaddah, N.2010. Pengaruh Cara Pengolahan Kadar Protein dan Kolesterol

    pada Berbagai Jenis Telur. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.

    Resnawati, Heti. 2012. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan dan

    Penyimpanan. Semiloka nasional Prospek Industri Maju Perdagangan

    Bebas-2020.

    Suardana, I. W dan I. B. N. Swacita. 2009. Higiene Makanan Kajian Teori dan

    Prinsip Dasar. Denpasar: Udayana University Press.