Karakteristik Susu
-
Upload
sellen-gurusmatika -
Category
Documents
-
view
786 -
download
40
description
Transcript of Karakteristik Susu
MENGETAHUI DAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK
SUSU
DISUSUN OLEH:
SELLEN GURUSMATIKA
AK 1273014
AKADEMI KOMUNITAS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
I.1 Teori
Susu umumnya di definisikan sebagai cairan bergizi yang di hasilkan oleh kelenjar
mamae (susu) dari mamalia betina. Menurut SNI 01-3141-1998, susu segar merupakan cairan
yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang
benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau di tambah sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan apapun. Sedangkan secar fisiologis, susu merupakan sekresi fisiologi
kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis bagi bayi mamalia.
Susu yang merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan disebut
sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Selain
air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim – enzim, gas serta vitamin
A,C,dan D dalam jumlah memadai. Syarat susu segar yang baik yaitu mengandung tidak
kurang dari 3,25 persen lemak susu dan 8,25 persen padatan bukan lemak, tidak mengandung
tambahan air, bahan tambahan pangan dan antibiotik, serta belum mengalami perubahan
warna, bau dan kekentalan. Kandungan zat gizi pada sapi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Kandungan Gizi dalam susu sapi segar
Komposisi Gizi Susu Sapi Kandungan ( % )Air 87,1Lemak 3,9 Protein 3,4Laktosa 4,8Kadar Abu 0,72
Sumber : Buckle, 2010
Sifat-sifat fisik susu yang umumnya dilkukan pengujian pada sebuah perusahaan
pengolahan susu yaitu: (Rahman, 2010)
a). Warna
Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain, tergantung dari
bangsa ternak, jenis ternak, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna.
Warna susu berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan, bergantung jenis
hewan, pakan, dan jumlah lemak/padatan dalam susu. Dalam jumlah besar, susu tampak
keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit transparan. Susu dengan
kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan lemaknya berwarna kebitu-biruan.
Warna putih susu merupakan refleksi cahaya oleh globula lemak,kalsium kaseinat, dan
koloid fosfat. Karoten adalah pigmen yangmenyebabkan warna kuning susu.
b. Aroma dan rasa.
Susu segar yang normal berasa agak manis, karena mengandung karbohidrat yaitu
Laktosa, dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan
beberapa jam atau susu didinginkan.Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan
rasa antara rasamanis akibat kandungan laktosa tinggi dan rasa asin dari kadar
klorida.Susu dengan kandungan laktosa rendah tetapi kadar klorida tinggimenyebabkan
cita rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkanpada akhir masa laktasi biasanya
berasa asin.
c. Berat Jenis
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu berkisar
antara 1.0270 – 1.0350 dengan rata – rata 1.0310. Akan tetapi menurut Codex susu, BJ air
susu adalah 1.0280. Berat jenis hasur ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah (200C).
Penetapan lebih awal akan menunjukan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang terbentuk dalam air susu akibat dari
aktifitas bakteri penghasil gas – gas seperti CO2.
d. Kekentalan (Viskositas)
Umumnya kekentalan susu lebih tinggi dari air, hal ini disebabkan karena adanya
lemak dan kasein (protein dalam susu). Faktor–faktor lain yang mempengaruhi kekentalan
adalah temperatur, pH, dan keasaman juga kondisi disperse bahan padat.
e. pH (derajat keasaman)
Susu segar berada pada pH antara 6.7 – 6.8 dan bila terjadi pengasaman oleh
aktivitas bacteria angka ini akan menurun secara nyata.
f. Keasaman
Keasaman susu berkisar antara 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada
dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh
berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa – senyawa pospat komplek, asam
sitrat, asam – asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air
susu lebih tinggi dari 6.7 % biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah
menunjukan adanya kolostrum ataupun pembusukan bakteri.
Pasteurisasi merupakan perlakuan panas yang di berikan pada bahan baku dengan
suhu di bawah titik didih. Teknik ini di gunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang
tidak tahan suhu tinggi, misalnya susu. Dengan tujuan membunuh bakteri patogen seperti
Mycobacterium tuberculosis dan Coxiella bunnet, virus, protozoa, jamur (kapang), serta ragi,
sehingga bahan pangan mudah dan aman untuk di konsumsi,kemudian pasteurisasi dapat
memperpanjang umur simpan, menimbulkan rasa dan aroma yang lebih enak. Kebanyakan
bakteri patogen ini merupakan bakteri mesofilik (hidup pada suhu 300C) dan dapat mati pada
suhu diatas 700C (Rahman, 2010). Susu evaporasi (evaporate milk) adalah jenis susu yang
telah diuapkan sebagian kadar airnya, sehingga menjadi lebih kental daripada susu cair biasa.
Susuyang sebagian besar airnya (60%) telah diuapkan/dikurangi, kandungan lemak tidak
kurang dari 6.5%, kandungan total padatan tidak kurang dari 23%. Susu evaporasi rasanya
tawar dan creamy. bisa dijadikan campuran membuat kopi, dengan menambahkan 2 bagian
air, atau tanpa air. Proses evaporasi dilakukan dalam kondisia tmosfir bertekanan rendah
supaya air menguap pada suhu rendah sehingga kerusakan komponen susu akibat panas
menjadi minimal (Rahman, 2010).
I.2 Tujuan
Mampu mengetahui dan memahami jenis, komposisi kimia, dan sifat fisik, serta
faktor yang mempengaruhi komposisi susu.
Mampu melakukan pengujian terhadap sifat fisik susu.
II. METODOLOGI
II.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengetahui dan memahami karakteristik susu ini, dilaksanakan pada hari
Senin, 4 Desember 2012 pada pukul 13.00-16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Pengolahan THP, Politeknik Negeri Lampung.
II.2 Alat dan Bahan
Alat:
1. Analisa Organoleptik: gelas kecil, sendok.
2. Analisa Kelengketan (adhesiveness): kertas HVS.
3. Analisa pH: kertas indikator pH
4. Analisa Sedimentasi/endapan: corong, gelas kecil, kertas saring, gelas piala 500ml
oven, timbangan, cawan petri, tang penjepit, desikator.
5. Analisa Viskositas: viscosimeter, pipet tetes, stopwatch, gelas ukur.
6. Analisa Berat jenis: thermometer, lactometer Quevennue, beaker glass.
7. Analisa Asiditas: erlenmeyer, biuret, timbangan.
Bahan:
Bahan yang digunakan yaitu: - susu pasteurisasi,
- susu evaporasi,
- phenolphthalein,
- NaOH,
- aquades.
Mulai
Susu Pasteurisasi
Pengamatan karakteristik secara visual (warna)
Pengamatan karakteristik, pencicipan (rasa)
Selesai
Pengamatan karakteristik, pembauan (aroma)
Mulai
Susu Pasteurisasi
Pengambilan sampel susu dengan pipet tetes
Penetesan sampel susu pada secarik kertas
Selesai
Pengamatan, penempelan pada kayu, gelas atau logam
II.3 Cara Kerja
1) Analisa Organoleptik
2) Analisa Kelengketan (adhesiveness)
Mulai
Susu Pasteurisasi
Pemasukan kertas indikator pH pada sampel susu
Pembacaan pH dengan pencocokan warna
Selesai
Mulai
Pengukuran berat (gram) M1
Pengovenan kertas saring
Penataan kertas saring pada corong
Pemasukan pada desikator selama 15 menit
Penyaringan susu pada corong
Susu 500 ml Kertas Saring sudah dioven
Pemasukan pada desikator selama 15 menit
Selesai
Pengukuran sedimentasi = M2-M1
Pemasukan 500 ml pada gelas ukur
Pengukuran berat (gram) M2
3) Analisa pH
4) Analisa Sedimentasi/endapan
Mulai
Susu Pasteurisasi
Pengambilan sampel susu dengan pipet tetes
Penetesan sampel susu pada viscometer volume tertentu (garis bawah)
Selesai
Pengangkatan batas susu sampai pada garis batas atas
Pengukuran waktu luncur susu sampai seimbang garis batas bawah kembali
Mulai
Susu Pasteurisasi
Penuangan susu pada gelas ukur sampai penuh
Laktometer dimasukkan pada gelas ukur
Selesai
Pencatatan skala yang ditunjukkan laktometer
Pengukuran suhu dengan thermometer
5) Analisa Viskositas
6) Analisa Berat jenis
Mulai
Susu Pasteurisasi
Penimbangan susu pada erlenmeyer 18 gram
Persiapan larutan NaOH 0,1 N pada biuret
Selesai
Titrasi susu dengan larutan NaOH sampai warna susu berubah kemerah-merahan
Penambahan indkator pp 1% 2-3 tetes
Pencatatan ml NaOH yang digunakan
7) Analisa Asiditas
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data hasil analisa organoleptik, kelengketan, ph dan berat jenis
Sampel Susu Pasteurisasi
Warna Putih gading
Rasa Gurih khas cream susu
Aroma Khas susu
Kelengketan (adhesiveness)
Lengket pada kayu dan gelas kaca
pH 7,00
Berat Jenis (BJ) 1,035
Tabel 2. Data hasil analisa sedimentasi/endapan
No massa awal M1massa setelah
dioven M2 (gram)
total sedimentasi (M2-M1) (gram)
1 1,0159 1,3358 0,31992 0,9971 1,3284 0,33133 1,0348 1,4176 0,38284 1,0522 1,5087 0,45655 1,0468 1,4434 0,3966
Average 0,37742
Table 3. Data hasil analisa viskositas
Pengukuran UlanganSusu
Pasteurisasi(menit)
Susu Evaporasi
(menit)
Air(menit)
Waktu Viscometer
1 4,45 13,86 3,372 4,32 13,27 3,243 4,7 13,54 2,92
rata-rata - 4,49 13,56 3,18Viskositas (cp) - 1,42 4,29 -
Table 4. Data hasil analisa asiditas
Jenis SusuUlanga
nMassa Susu (M1) gram
Volume NaOH (ml)
Derajat keasaman (% asam laktat)
Susu Pasteurisasi
1 18,8144 3,6 0,17%2 18,0301 3 0,15%3 18,0394 2,9 0,14%
rata-rata 0,16%
III.2 Pembahasan
Praktikum mengetahui dan memahami karakteristik susu yang telah dilkukan yaitu
menguji sifat organoleptik (warna, rasa dan aroma), kelengketan, ph, viskositas, berat jenis,
asiditas dan sedimentasi. Susu yang baik, berdasarkan SNI 01-3141-1998, pH susu segar
adalah 6-7.Kadar lemak yang baik sekitar 3%, aroma susu segar adalah normal khas susu.
Rataan warna susu segar adalah 3,4 yang berarti agak putih kekuningan. Sementara menurut
(Muchtadi, 2011), warna susu sapi segar putih kebiruan sampai putih kekuningan atau kuning
keemasan.
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan pada warna, rasa dan susu, dilakukan secara
langsung, dengan cara pengamatan visual, warna pada susu pasteurisasi yaitu putih gading
dengan aroma gurih khas susu dan rasa yang khas susu putih juga. Menurut (Muchtadi, 2011)
warna putih susu merupakan refleksi cahaya akibat pengaruh globula lemak, kalsium
kaseinat, dan koloid fosfat. Sementara adanya warna kekuningan bisa dipengaruhi oleh pakan
hewan yang mengandung tinggikaroten, dimana karoten merupakan pigmen warna dalam
darah yang disekresi bersama susu. Untuk pengamatan rasa sampel susu diamati dengan cara
dicicip. Cita rasa susu berkaitan dengan tingginya kadar laktosa dan kadar klorida yang
rendah (Muchtadi, 2011). Adanya laktosa, yang memberikan rasa agak manis.
Pengamatan sifat kelengketan pada susu di dapatkan bahwa sampel susu yang di
gunakan bersifat lengket pada permukaan kayu dan pada gelas kaca. Kelengketan ini
dipengaruhi oleh adanya kasein yang bersifat lengket (Muchtadi, 2011). Hasil pengukuran
asiditas pada susu yaitu di dapatkan hasil ketiga sampel berturut-turut yaitu 0,17% ; 1,15% ;
0,14%. Hasil tersebut termasuk dalam standart SNI 01-3141-1998. Keasaman susu berkisar antara
0.10–0.26 %. Pada praktikum ini pengamatan total acid (asiditas) menggunakan titrasi
dengan larutan NaOH.
Pada pengamatan kekentalan (viskositas) susu dengan menggunakan alat viskometer,
sampel susu yang digunakan ada dua yaitu susu pasteurusasi dan susu evaporasi. Sampel susu
dengan nilai kekentalan tinggi (4,29 cp) adalah susu evaporasi, sedangkan pada susu
pasteurisasi memiliki nilai kekentalan sebesar 1,42 cp. Kekentalan dapat disebabkan karena
konsentrasi protein yang tinggi dalam susu yang terdiri dari kasein dan whey protein, salah satunya adalah
susu evaporasi (Saleh, 2004). Selain itu susu dengan suhu rendah mempunyai nilai
kekentalan yang lebih tinggi dari susu dengan suhu tinggi (Muchtadi, 2011).
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan pH susu. Sampel susu, dimasukkan satu
kertas indikator pH stik. Setelah beberapa saat, indikator pH stik diangkat dan kemudian
dicocokkan dengan pH meter. Didapatkan bahwa susu pasteurisasi tersebut memiliki pH 7. Jika
berdasarkan SNI 01-3141-1998, rataan pH susu adalah sekitar 6-7. Ini juga menggambarkan
bahwa rataan pH susu cenderung normal. Normalnya pH pada susu dapat disebabkan karena
adanya kasein, buffer, fosfat dan sitrat, secara terbatas karena adanya albumin, globulin, dan CO2.
Selain itu, kenaikan dan penurunan pH ditimbulkan dari hasil konversi laktosa menjadi asam laktat
oleh mikroorganisme aktivitas enzimatik (Saleh, 2004). Faktor yang mempengaruhi mutu
susu sehingga tidak memenuhi standar,disebabkan adanya beberapa penyimpangan, misalnya
penambahan susu dengan air atau air beras, dan kondisi susu misalnya susu kotor, berbau
busukatau berbau obat-obatan.
Berat jenis yang terkandung dalam susu pasteurisasi dari hasil praktikum yaitu sebesar
1,035. Nilai tersebut berbeda dengan SNI 01-3141-1998 pada susu segar memiliki standart
nilai berat jenis yaitu antara 1,026-1,028 pada suhu 27,5ºC. kenaikan berat jenis tersebut
dapat disebabkan karena kenaikan suhu pada sampel susu pasteurisasi, karena disimpan
sudah lama dan meningkatnya lemak yang terkandung. Hasil pengukuran sedimentasi yang
dilakukan, yaitu mengurangi massa awal dan massa akhir pada kertas saring yang
sebelumnya digunakan untuk menyaring sampel susu. Nilai rata-rata dari sedimentasi sampel susu yaitu
0,37742 gram. Sedimentasi ini sama seperti total solid (TS) pada susu. Standar susu yang
baik memiliki nilai TS minimal 11%.
IV. KESIMPULAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan kesimpulan yaitu:
Kriteria mutu susu yang baik dapat dilihat dari warnanya yang spesifik. Rasa yang agak
manis, pH cenderung normal, BJ cenderung normal, nilai siditas yang normal sesuai SNI
yang ada dan tidak terdapat bakteri dan mikroba berbahaya dalam susu tersebut.
Produk olahan susu yang ada di masyarakat antara lain susu pasteurisasi dan susu
evaporasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, KA, RA. Edwards, dan G.H.Flett. 2012. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta
Eniza Saleh. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Muchtadi, M.S.2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung: Alfabeta
Rahman, Fauzi. 2010. Laporan Praktek Kerja Lapang. TPHP SMK NEGERI 1 PACET