KANKER PAYUDARA
-
Upload
yovinsa-widya-putri-akimas -
Category
Documents
-
view
108 -
download
4
Transcript of KANKER PAYUDARA
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
BAB I
KONSEP TEORI
1.1 Pengertian
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae)
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke
dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang
berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat
jinak maupun ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor ganas
mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh
tubuh untuk berkembang mmenjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut
metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh
secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat seperti kanker payudara.
Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada
waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker
payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan
penyebaran itu berlangsung masih tidak diketahui. Sel kanker payudara dapat
bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita ketahui, dan
tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.
1.2 Tanda dan Gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri. Tanda-tandanya adalah :
Terdapat massa utuh (kenyal).
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya
tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan).
1 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Nyeri pada daerah massa.
Adanya lekukan ke dalam/dimpling, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari
telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit
jeruk).
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
Pengelupasan papilla mammae.
Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
o Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-
mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
o Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga
dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
2 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
Adanya edema lengan;
o Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan
tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita
yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus
waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan
warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,
berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan
selain air susu.
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara
masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1.3 Faktor penyebab
Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi kemungkinan
multifaktoral. Faktor-faktor berikut sebagai penyebab kanker payudara :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik ditunjukkan oleh kecenderungan familial yang kuat.
Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insidensi familial dapat
disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang
bekerja pada anggota keluarga yang sama. Suatu “kromosom penanda” (Iq+)
telah dilaporkan, dan peningkatan ekspresi onkogen (HER2/NEU) telah
dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen NEU yang mengalami
amplifikasi pada sel-sel kanker payudara berhubungan dengan prognosis yang
buruk.
3 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
b. Hormon
Hormon banyak diyakini berperan dalam etiologi kanker payudara.
Estrogen adalah hormon yang paling banyak diteliti karena adanya bukti
epidemiologik bahwa pemajanan lam terhadap estrogen (menarche dini,
menopause lambat, nuliparitas, dan tertundanya kehamilan) meningkatkan
risiko kanker payudara. Prolaktin juga dapat menyebabkan kanker payudara,
tetapi belum terbukti.
Meskipun peran hormon dalam terjadinya kanker payudara belum pasti,
tidak diragukan bahwa beberapa kanker payudara memiliki sifat bergantung
hormon. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen,
progesteron, dan reseptor hormon steroid lain di inti sel kanker payudara. Pada
neoplasma yang memiliki reseptor ini, terapi hormon (antiestrogen) dapat
memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.
c. Virus
Virus juga diduga menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner
adalah suatu virus (virus tumor mamaria tikus) yang menyebabkan kanker
payudara pada tikus. Virus tersebut ditularkan melalui air susu. Virus ini juga
telah ditemukan pada genom tikus-tikus tersebut, ditularkan secara vertikal dan
menyebabkan strain genetik tikus yang memiliki insidensi kanker payudara
yang tinggi. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor
mamaria tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara manusia,
tetapi maknanya tidak jelas.
(Parakrama Chandrasoma. 2005 : Hal 749)
1.4 Klasifikasi Patologi
Berdasarkan kriteria histologiknya, terdapat berbagai tipe kanker
payudara yang berbeda, yang diklasifikasikan lebih lanjut menurut asal (globular
versus duktus) atau derajat invasinya (in situ versus infiltrasi).
A. Karsinoma In Situ (Noninvasi)
1) Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)
LCIS adalah proliferasi neoplastik sel epitel lobular, yang
mengisi dan mendistensi setidaknya satu unit lobulus lengkap sehingga
4 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
menyumbat lumen. Membran basalis karsinoma ini utuh, tidak ada risiko
penyebaran penyakit selama tumor tetap in situ. LCIS cenderung bersifat
multifokal dan bilateral.
LCIS tidak menghasilkan suatu lesi yang dapat diraba, dan tidak
terlihat pada mamografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan
patologik insidental pada pasien yang jaringan payudaranya diangkat
karena alasan lain.
Keberadaan LCIS meningkatkan risiko perkembangan kanker
payudara dikemudian hari sebesar sepuluh hingga dua belas kali lipat.
Kedua payudara sama-sama berisiko, dengan payudara ipsilateral
berisiko sedikit lebih tinggi dibandingkan payudara kontralateral.
Karsinoma infiltratif yang terkait dengan LCIS dapat bersifat duktus atau
lobular.
Penatalaksanaan pasien LCIS masih sangat kontroversial, dan
perawatan yang direkomendasikan berkisar pemantauan lanjutan secara
cermat hingga masektomi sederhana bilateral karena meningkatnya risiko
karsinoma payudara.
2) Karsinoma duktus in situ (DCIS)
Karsinoma intraduktus adalah proliferasi neoplastik sel epitel
duktus yang terbatas di dalan membran basalis. DCIS murni tidak
bermetastasis. Namun, DCIS umumnya berhubungan dengan karsinoma
duktus infiltratif. DCIS seringkali multifokal, dan bilateral pada 15-20%
kasus.
Secara kasar, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang
terdiri atas struktur-struktur tebal seperti tali yang dari struktur ini
kadang dapat dihasilkan materi nekrotik. Klasifikasi adalah gambaran
yang lazim. DCIS dapat dideteksi dengan mamografi. Namun, pada
beberapa kasus, DCIS tidak teraba dan juga tidak terlihat dengan
mamografi (DCIS mikroskopik).
Secara histologik, duktus yang terkena, terdistensi oleh sel-sel
ganas yang dapat tersusun dalam pola kribiformis, papilar, atau padat.
Sel-sel ini besar dan seragam, dengan membran sel yang memiliki bats
5 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
jelas dan inti sel bundar tidak bertumpang tindih. Nekrosis sentral adalah
gambaran yang sering ditemukan.
Penatalaksanaan DCIS berbeda-beda menurut ukuran lesi. Untuk
ukuran lesi mikroskopik dan kecil (<2,5 cm), eksisi lengkap lokal
(“lumpektomi”) adalah penanganan yang biasa dilakukan . Untuk lesi
yang lebih besar, biasanya dilakukan mastektomi. Disekitar kelenjar
getah bening aksila tidak diindikasikan jika tidak terjadi invasi,
khususnya pada lesi berukuran lebih kecil dari 2,5 cm.
B. Karsinoma Duktus Infiltratif (Invasif)
1) Karsinoma duktus invasif
Karsinoma duktus invasif adalah tipe karsinoma payudara
tersering, yang menyusun lebih dari 80% jumlah seluruh kasus. Secara
makroskopis, karsinoma ini berupa sebuah massa infiltratif berwarna
putih-keabuan yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur
putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan teerjadi akibat
deposisi unik jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang
terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia), menghasilkan suatu
karsinoma tipe keras (scirrhous).
2) Karsinoma lobular infiltratif
Karsinoma lobular infiltratif merupakan 5-10% dari semua
karsinoma payudara. Karsinoma jenis ini serupa dengan karsinoma
duktus infiltrasi kecuali dalam hal :
Pola infiltrasi histologik yang berbeda, dengan kecenderungan
membentuk baris-baris sel tunggal (“susunan benang Indian [Indian
filing]”) dan susunan konsentrik sel disekeliling duktus
(“penampakan targetoid”).
Insidensi bilateralitas yang sedikit lebih tinggi.
Frekuensi positif-reseptor estrogen yang lebih tinggi.
(Parakrana Chandrasana. 2005 : Hal 750)
3) Varian morfologik karsinoma payudara
a. Karsinoma medular
6 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Merupakan 1% dari kanker payudara. Tumbuh sebagai tumor
yang relatif besar, lunak, berbatas jelas, berdiameter sampai 10 cm.
Histologik karsinoma medular menunjukkan tepi yang berbatas jelas,
sebukan sedang limfoplasmatik, dan sel-sel tumor besar, pleomorfik
tumbuh padat, seperti sinsisium, massa yang beranastomose. Hanya
jika tumor mempunyai semua gambaran ini maka perjalanan penyakit
akan kurang ganas daripada karsinoma duktal infiltratif tipikal.
b. Karsinoma koloid atau musinosa
Sekitar 2-3% karsinoma payudara, tumbuh lambat, timbul
tersering pada wanita yang lebih tua dan mempunyai prognosis baik.
Morfologik massa lunak, gelatinosa terdiri atas danau-danau musin
yang berwarna muda, di dalamnya terapung-apung pulau kecil sel-
sel tumor berdiferensiasi baik.
c. Penyakit paget
Suatu bentuk karsinoma duktal yang tumbuh dalam duktus
ekskretorius besar dan meluas ke kulit puting susu da areola. Sel-sel
karsinoma duktus tampak besar, pucat, bervakuol terletak dalam
epitel skuamosa berkeratin. Puting susu sering menunjukkan
perubahan eksematoid. Pada hampir semua kasus di bawah jaringan
payudaranya terdapat karsinoma in situ dan/atau duktal invasif.
d. Karsinoma lobular invasif
Merupakan 5% dari karsinoma invasif, tetapi cenderung lebih
sering multifokal dan bilateral dibanding karsinoma duktal payudara.
Prognosisnya kurang lebih sama dengan karsinoma duktal invasif.
Tumbuh sebagai massa seperti karet, tidak berbatas jelas. Kadang-
kadang tumor scirrhous. Histologik tumor terdiri atas sel-sel kecil,
uniform membentuk untaian sel tumor yang infiltratif, kadang-
kadang tersusun konsentrik di sekitar duktus. Pada beberapa kasus
sulit dibedakan dari karsinoma duktal, dan tidak jarang karsinoma
payudara memberikan kedua gambaran karsinoma lobular serta
karsinoma duktal.
(Robbins, dkk. __ : Hal 403)
7 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
1.5 Klasifikasi Klinik
Kanker payudara, disamping klasifikasi patologik juga mempunyai
klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi steinthal.
Steinthal : kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak punya anak sebar.
Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak
sebar di kelenjar ketiak.
Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan anak sebar di
kelenjar ketiak, intra dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia
pektoralis atau ke kulit, atau kanker payudara yang apert (memecah
ke kulit).
Steinthal IV : kanker payudara dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau
tulang punggung, atau paru-paru, atau hati dan panggul.
Klasifikasi ini dikemukakan hanya secara garis besar, banyak sekali tingkat-tingkat
yang terletak antara 2 tingkat.
Pada tahun 1968 atas prakarsa Dr. P. Denoix bekas ketua Union
Internationale Contre le Cancer, terbitlah buku kecil TNM “Classification of
malignant tumor”.
Pada klasifikasi TNM, T artinya Tumor, N = Nodule (kelenjar yang
membesar regional), M = metastase jauh (misalnya paru-paru panggul, tulang
punggung dan tulang tengkorak), dibedakan TIS, T1, T2, T3, dan seterusnya.
TIS = Tumor In Situ, ialah tumor sebelum invasi (tanpa infiltrasi), seperti
intraduktal kanker yang kecil, Paget’s diseaase dari puting susu tanpa teraba
8 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
tumornya, hanya mengeluarkan benda-benda seperti pasir. T1 tumor 2cm atau
kurang dan seterusnya, sampai T4 tumor :
T1 2 cm atau kurang
T2 2 cm - 5cm
T3 5 cm atau lebih
T1 Tumor 2 cm atau kurang:
T1a tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.
T1b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis
T2 Tumor 2 cm - 5cm:
T2a tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.
T2b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis
T3 Tumor lebih besar dari 5 cm:
T3a tanpa perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.
T3b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis dan otot pektoralis
Perlekatan sedikit ke kulit (dimpling) atau retraksi puting susu bisa saja timbul pada
T1 T2 T3 .
T4 Tumor dengan besarnya berapa saja tetapi dengan infiltrasi ke dinding
thorak dan kulit.
T4a dengan fiksasi ke dinding thorak
T4b dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit, atau kulit yang
berbiji-biji.
N = kelenjar limfe regional
No tidak teraba kelenjar limfe di ketiak homolateral.
N1 teraba di ketiak homolateral yang dapat digerakkan.
N1 a kelenjar limfe yang diduga bukan anak sebar.
N1 b kelenjar limfe yang diduga anak sebar.
N2 kelenjar limfe ketiak homolateral, berlekatan satu sama lain
(paket) atau melekat ke jaringan sekitarnya.
N3 kelenjar limfe infra – dan supraklavikular homolateral.
9 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
M = Anak sebar jauh.
Mo tidak ada anak sebar jauh.
M1 ada anak sebar jauh ditambah infiltrasi kulit sekitar payudara.
Tingkat T N M
Stadium 1: T1a No (N1a) Mo
T1b No (N1a) Mo
Stadium II: To N1b Mo
T1a N1b Mo
T1b N1b Mo
T2a No (N1a) Mo
T2b No (N1a) Mo
T2a N1b Mo
Stadium III: Setiap T3 dengan N apa saja, Mo
T4 dengan N apa saja, Mo
T dengan N2 Mo
T dengan N3 Mo
Stadium IV: Setiap T dengan N apa saja, M1
(Sarwono.2009:488)
1.6 Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-
10 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah
terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar
sel-sel normal.
Kanker payudara biasanya timbul dari sel-sel epithel yang berasal dari
jaringan ductus atau jaringan lobular. Kanker ini dapat bersifat invasive ataupun
noninvasive, lebih jauh lagi, kejadian kanker yang paling sering kejadiannya pada
kanker payudara adalah karsinoma ductal invasif, diikuti oleh lobular carsinoma
invasif, carsinoma invasif (in situ) memiliki insidensi terkecil.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung
dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen
lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
11 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
1.7 Diagnosis
Pemeriksaan histologik terhadap biopsi massa adalah metode diagnostik
definitive. Biopsi eksisi, insisi, atau jarum dapat pula dilakukan. Diagnosis segera
terhadap suatu spesimen biopsi dengan pemeriksaan irisan beku memiliki derajat
keakuratan tinggi di tangan orang yang berpengalaman.
Suatu diagnosis patologik lengkap mengenai karsinoma payudara harus
memberi informasi berikut: (1) tipe histologik karsinoma, (2) ukuran tumor, (3)
stadium penyakit, dan (4) status reseptor estrogen dan progesterone.
Status reseptor dewasa ini ditetapkan menggunakan bioasai, pada metode ini
spesiman tumor harus diambil oleh ahli patologi segera setelah eksisi, untuk
dibekukan. Penundaan pengawetan sangat mengganggu hasil pemeriksaan reseptor.
Tersedia tehnik imunohistokimia untuk menetukan reseptor pada jaringan yang
akan difiksasi.
Diagnosis sitologik menggunakan specimen yang diperoleh melalui aspirasi
jarum halus saat ini semakin popular karena prosesnya cepat dan murah. Diagnosis
sitologik hanya mampu mengidentifikasi sel karsinoma. Diagnosis definitive
mengenai tipe histologik karsinoma masih memerlukan pemeriksaan histologik
terhadap irisan jaringan.
1.8 Faktor predisposisi
12 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Usia lanjut (risiko meningkat setiap penambahan usia, terutama setelah usia 40
tahun)
Menarke di usia muda (<12 tahun).
Riwayat tidak pernah melahirkan, atau usia persalinan pertama di usia lanjut
(≥30 tahun).
Tidak ada riwayat menyusui. Seorang wanita yang telah menyusui satu anak
atau lebih memiliki risiko lebih rendah daripada wanita yang tidak pernah
menyusui.
Orang Amerika keturunan Kaukasia dan Afrika.
Riwayat kanker payudara.
Sel-sel payudara yang abnormal. Beberapa wanita yang berada pada posisi
non-kanker sitemukan menderita ketidaknormalan pada sel-sel payudara
tertentu yang nantinya bisa menjadi kanker. Seorang wanita dengan masalah
ini, dikenal sebagai hyperplasia tidak normal, membutuhkan check-up teratur.
Riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, terutama dua orang
saudara atau lebih yang mengalami kanker derajat dua.
Riwayat penyakit payudara benigna proliferatif.
Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun.
Riwayat densitas nodul pada mammogram pascamenopouse.
Ooforektomi sebelum usia 35 tahun.
Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon.
Minum alkohol dan merokok. Beberapa studi menunjukkan wanita yang
minum banyak alkohol memiliki risiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak
minum alkohol. Merokok tidak dihubungkan secara langsung dengan risiko
kanker payudara, tetapi berhubungan dengan penyakit lain dan kesehatan
secara menyeluruh.
13 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
1.9 Komplikasi pada ibu dan bayi
a. Pada ibu
Potensi terjadi kanker inflamatorik.
Terjadi metastasis di kelenjar getah bening aksila.
b. Pada bayi
14 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Kadang-kadang sel ganas payudara ditemukan pada pemeriksaan
mikroskopik terhadap plasenta. Sel-sel ini ditemukan terbatas di ruang
antarvilus, dan belum pernah dilaporkan penyebaran ke janin.
(F. Gary Cunningham.2005:1615)
1.10 Penatalaksanaan
Pendekatan diagnostik pada wanita hamil dengan kanker payudara
seyogyanya tidak berbeda secara bermakna dengan pada wanita tidak hamil.
Setiap massa payudara yang mencurigakan yang ditemukan selama kehamilan
seyogyanya segera mendorong dilakukan rencana agresif untuk memastikan
penyebabnya, baik dengan aspirasi jarum halus maupun biopsi terbuka. Aspirasi
jarum halus sering merupakan prosedur pilihan untuk evaluasi awal massa
payudara yang terdeteksi pada masa hamil atau menyusui, sedangkan biopsi
payudara biasanya dicadangkan untuk massa yang hasil aspirasi jarum halusnya
tidak diagnostik. Risiko mammografi bagi janin hampir tidak ada apabila
digunakan pelindung (shielding) yang sesuai, dan jumlah radiasi kurang dari 100
mrad. Jaringan payudara yang memadat pada kehamilan menyebabkan
pemeriksaan ini menjadi kurang handal. Dalam kajian oleh Liberman dkk. dari 23
kasus karsinoma payudara terkait kehamilan, temuan mammografik hanya
terdapat pada 18 (78%). Dengan menggunakan aspirasi jarum halus, tumor padat
dapat dibedakan dari kista atau galaktokel. Biopsi eksisi harus dilakukan apabila
hasil sitologis tidak diagnostik. Menurut Barnavon dan Wallack, aspirasi memiliki
sensitivitas 66% dan spesifisitas 95%. Collins dkk. melakukan biopsi terhadap
massa dari 17 wanita hamil dan hanya menemukan satu kanker. Tiga belas lainnya
mengalami adenoma laktasi.
Apabila diagnosis kanker payudara sudah ditegakkan, dilakukan foto
toraks dan pemeriksaan metastatik terbatas. Walaupun sensitif dan spesifik, CT-
Scan hati dan tulang mungkin dikontraindikasikan bagi wanita hamil karena
adanya radiasi pengion. MRI dan USG merupakan alternatif yang layak untuk
menilai keterlibatan hati. MRI tidak saja sensitif tetapi juga memiliki keunggulan
gambar multi bidang dan resolusi kontras yang sangat baik. USG dilaporkan lebih
sensitif daripada MRI untuk mendeteksi metastasis di hati. Clarke dkk
15 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
melaporkan bahwa sensitivitas USG dalam mendeteksi metastasis di hati adalah
76%.
Terapi bedah jangan ditunda karena kehamilan. Tanpa adanya metastasis,
dapat dilakukan eksisi luas, mastektomi radikal modifikasi, atau mastektomi
radikal dengan penentuan stadium kelenjar getah bening aksila. Berry dkk
melakukan mastektomi radikal modifikasi diikuti oleh kemoterapi pada 18 dari 22
wanita hamil. Risiko akibat prosedur ini minimal, dan insiden abortus hampir
tidak ada. Karena teknik badah yang bertujuan menyelamatkan payudara biasanya
harus disertai dengan radioterapi, teknik ini biasanya tidak dianjurkan bagi wanita
hamil kecuali apabila keganasannya didiagnosis pada akhir trimester ketiga.
Radioterapi tidak dianjurkan selama kehamilan karena terjadi hamburan
radiasi ke abdomen yang cukup besar bahkan setelah pemakaian pelindung. Janin
akan mendapat paling sedikit 100 sampai 150 rad apabila dosis radiasi ke
payudara ibu 5000 rad.
Data menunjukkan bahwa wanita tidak hamil dengan kelenjar yang positif
kanker harus langsung diberi kemoterapi ajuvan. Karena itu dapat dianjurkan
pemberian kemoterapi untuk pasien dengan kelenjar positif apabila diperkirakan
belum akan terjadi pelahiran dalam waktu dekat. Saat ini sebagian besar penulis
menganjurkan kemoterapi dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan 5-fluorourasil.
Setelah trimester pertama, metotreksat dapat menggantikan doksorubisin. Ablasi
ovarium secara bedah tampaknya tidak memiliki tempat dalam penatalaksanaan
kanker payudara pada wanita hamil.
Berry dkk baru-baru ini melaporkan pengalaman mereka terhadap 24
wanita dengan kanker payudara primer, 18 menjalani mastektomi radikal
modifikasi-14 selama kehamilan dan 4 pada masa pascapartum. Setiap wanita
dipasangi kateter vena sentral, dan semua wanita diberi kemoterapi kombinasi
dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan fluorourasil setiap 3 sampai 4 minggu
selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Median usia gestasi saat pelahiran
adalah 38 minggu dsengan rentang 33 sampai 40 minggu. Hanya satu neonatus
memiliki berat lahir kurang dari persentil ke-10 untuk usia gestasinya, dan tidak
satupun dari 24 bayi menderita malformasi kongenital.
(Parakrana Chandrasoma.2005:753)
16 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Wanita perlu dikaji sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan
psikologisnya dan untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya.
17 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
Kunjungan dari wanita yang pernah mengalami hal yang sama akan sangat
bermanfaat pada masa preoperasi, juga pada masa pascaoperasi.
Asuhan pascaoperasi berfokus pada upaya pemulihan. Upaya pencegahan
harus dilakukan untuk menghindari pengukuran tekanan darah, pemberian injeksi,
atau pengambilan darah dari lengan pada sisi tubuh yang terkena. Tempat insisi
ditubuh wanita tersebut, yang terpasang sedang drainase, perlu dikaji serta di
drain. Perawatan insisi dapat dilakukan dengan mengganti balutan. Apabila pada
masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik, maka penggantian
balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi. Wanita biasanya
dipulangkan ke rumah setelah diinformasikan tentang perawatan diri, setelah satu
atau dua hari.
Informasi tentang pembedahan rekonstruksi harus diberikan sebelum
pembedahan dilakukan walaupun tidak semua wanita merupakan kandidat untuk
prosedur tersebut atau tertarik untuk menjalaninya. Pilihan yang tersedia meliputi
tandur otot dan kulit dari punggung, abdomen, atau panggul wanita, dan prostesis
berisi saline. Penanaman jeli silikon pada wanita dibatasi oleh FDA pada tahun
1992 setelah penelitian tentang aspek keamanannya dilakukan.
Kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah payudara dapat
mempengaruhi konsep diri wanita. Sebelum pembedahan, wanita dan
pasangannya perlu diberi informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut
nantinya. Baik wanita maupun pasangannya diupayakan untuk mampu
mendiskusikan perasaan serta kekhawatirannya dalam menerima perubahan
tersebut. Tenaga kesehatan membantu pasangan tersebut untuk
mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran ini. Informasi tentang sumber di
komunitas dan kelompok pendukung, seperti Reach to Recovery dapat sangat
bermanfaat.
Perawatan wanita yang menderita kanker payudara dikatakan efektif bila
wanita tersebut merasa puas dengan ketetapan yang diputuskan sehubungan
dengan pilihan terapi dan bila ia mendapat bantuan yang dibutyhkan dari orang-
orang terdekatnya selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan.
(Bobak.2004 : Hal 1028)
18 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
BAB II
KONSEP MANAJEMEN
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kanker Payudara
S (Data Subjektif)
o Riwayat keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara.
o Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun.
o Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon
o Riwayat menderita kanker payudara sebelumnya.
o Benjolan pada payudara dan daerah ketiak
o Pendarahan pada puting susu.
o Rasa sakit atau nyeri pada daerah benjolan jika benjolan tersebut sudah besar dan
muncul borok.
o Bengkak pada lengan.
o Terdapat bengkak luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
o Keluarnya cairan tidak normal yaitu, berdarah, cairan encer dengan warna merah
atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus
menerus, hanya pada satu payudara, dan cairan selain air susu.
o Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam, berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi bengkak hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk,
mengkerut, atau timbul borok pada payudara yang berbau busuk dan mudah
berdarah.
O (Obyektif)
o Terdapat massa utuh (kenyal)
o Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak
beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
o Ulserasi kulit, edema kulit. Edema dengan Peaut d’oraNge skin (kulit di atas tumor
berkeriput seperti kulit jeruk).
19 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
o Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dengan diameter lebih 2,5 cm.
o Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
o Nyeri tekan pada daerah massa
o Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum
cooper.
o Terjadi pengelupasan papilla mammae
o Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara
spontan kadang disertai darah.
o Kulit terfiksasi pada dinding toraks.
o Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
A (Assesment)
Ibu hamil dengan kanker payudara
P (Planning)
1. Menjelaskan pada ibu tentang penyakit kanker payudara yang dideritanya.
2. Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter agar dapat ditangani lebih lanjut
dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.
3. Memberitahu ibu ada beberapa terapi yang tidak boleh dilakukan karena
kehamilannya yaitu radioterapi dan CT Scan karena radiasinya yang berbahaya
bagi kondisi janin.
4. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung MSG
karena dapat memperparah kanker yang diderita ibu.
5. Mengkaji ibu sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan psikologisnya dan
untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya.
6. Melakukan perawatan pada tempat yang di insisi dapat dengan mengganti
balutan. Apabila pada masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik,
maka penggantian balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi.
7. Memberikan informasi tentang perawatan diri kepada ibu pascaoperasi.
20 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
8. Memberikan informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut nantinya
pasca operasi karena kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah
payudara dapat mempengaruhi konsep diri wanita.
9. Membantu pasangan untuk mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran yang
dirasakan.
10. Memberitahu keluarga dan orang-orang terdekat ibu untuk memberika support
kepada ibu selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan agar
Perawatan ibu yang menderita kanker payudara menjadi efektif.
11. Melakukan rujukan.
21 | P a g e
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Bobak. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA.PKP
Chandrasoma, Parakrama.2005.Patofisiologi Anatomi.Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Dixon, Mr. J. Michael. 2002. Seri Kesehatan Kelainan Payudara. Jakarta : Dian Rakyat
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Robbins, dkk. _ . Intisari Patofisiologi. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher
Thomas, Rabe. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
22 | P a g e