KANKER PAYUDARA

33
HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA BAB I KONSEP TEORI 1.1 Pengertian Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17. Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang mmenjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat seperti kanker payudara. Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker 1 | Page

Transcript of KANKER PAYUDARA

Page 1: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

BAB I

KONSEP TEORI

1.1 Pengertian

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat

dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae)

didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari

parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke

dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.

Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang

berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat

jinak maupun ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor ganas

mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh

tubuh untuk berkembang mmenjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut

metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh

secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat seperti kanker payudara.

Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada

waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker

payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan

penyebaran itu berlangsung masih tidak diketahui. Sel kanker payudara dapat

bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita ketahui, dan

tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

1.2 Tanda dan Gejala

Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih

sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,

biasanya oleh wanita itu sendiri. Tanda-tandanya adalah :

Terdapat massa utuh (kenyal).

Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya

tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan).

1 | P a g e

Page 2: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Nyeri pada daerah massa.

Adanya lekukan ke dalam/dimpling, tarikan dan retraksi pada area mammae.

Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi

ligamentum cooper.

Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari

telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.

Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit

jeruk).

Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,

edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila

berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama

lain.

Pengelupasan papilla mammae.

Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan

secara spontan kadang disertai darah.

Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :

o Benjolan pada payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-

mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

o Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah

muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan

seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada

payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga

dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah

berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:

Pendarahan pada puting susu.

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,

sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.

2 | P a g e

Page 3: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak

(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria

operbilitas Heagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

Adanya edema lengan;

o Keluarnya cairan (Nipple discharge)

Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan

tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita

yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus

waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan

warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,

berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan

selain air susu.

Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara

masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika

sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.

1.3 Faktor penyebab

Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi kemungkinan

multifaktoral. Faktor-faktor berikut sebagai penyebab kanker payudara :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik ditunjukkan oleh kecenderungan familial yang kuat.

Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insidensi familial dapat

disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang

bekerja pada anggota keluarga yang sama. Suatu “kromosom penanda” (Iq+)

telah dilaporkan, dan peningkatan ekspresi onkogen (HER2/NEU) telah

dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen NEU yang mengalami

amplifikasi pada sel-sel kanker payudara berhubungan dengan prognosis yang

buruk.

3 | P a g e

Page 4: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

b. Hormon

Hormon banyak diyakini berperan dalam etiologi kanker payudara.

Estrogen adalah hormon yang paling banyak diteliti karena adanya bukti

epidemiologik bahwa pemajanan lam terhadap estrogen (menarche dini,

menopause lambat, nuliparitas, dan tertundanya kehamilan) meningkatkan

risiko kanker payudara. Prolaktin juga dapat menyebabkan kanker payudara,

tetapi belum terbukti.

Meskipun peran hormon dalam terjadinya kanker payudara belum pasti,

tidak diragukan bahwa beberapa kanker payudara memiliki sifat bergantung

hormon. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen,

progesteron, dan reseptor hormon steroid lain di inti sel kanker payudara. Pada

neoplasma yang memiliki reseptor ini, terapi hormon (antiestrogen) dapat

memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.

c. Virus

Virus juga diduga menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner

adalah suatu virus (virus tumor mamaria tikus) yang menyebabkan kanker

payudara pada tikus. Virus tersebut ditularkan melalui air susu. Virus ini juga

telah ditemukan pada genom tikus-tikus tersebut, ditularkan secara vertikal dan

menyebabkan strain genetik tikus yang memiliki insidensi kanker payudara

yang tinggi. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor

mamaria tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara manusia,

tetapi maknanya tidak jelas.

(Parakrama Chandrasoma. 2005 : Hal 749)

1.4 Klasifikasi Patologi

Berdasarkan kriteria histologiknya, terdapat berbagai tipe kanker

payudara yang berbeda, yang diklasifikasikan lebih lanjut menurut asal (globular

versus duktus) atau derajat invasinya (in situ versus infiltrasi).

A. Karsinoma In Situ (Noninvasi)

1) Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)

LCIS adalah proliferasi neoplastik sel epitel lobular, yang

mengisi dan mendistensi setidaknya satu unit lobulus lengkap sehingga

4 | P a g e

Page 5: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

menyumbat lumen. Membran basalis karsinoma ini utuh, tidak ada risiko

penyebaran penyakit selama tumor tetap in situ. LCIS cenderung bersifat

multifokal dan bilateral.

LCIS tidak menghasilkan suatu lesi yang dapat diraba, dan tidak

terlihat pada mamografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan

patologik insidental pada pasien yang jaringan payudaranya diangkat

karena alasan lain.

Keberadaan LCIS meningkatkan risiko perkembangan kanker

payudara dikemudian hari sebesar sepuluh hingga dua belas kali lipat.

Kedua payudara sama-sama berisiko, dengan payudara ipsilateral

berisiko sedikit lebih tinggi dibandingkan payudara kontralateral.

Karsinoma infiltratif yang terkait dengan LCIS dapat bersifat duktus atau

lobular.

Penatalaksanaan pasien LCIS masih sangat kontroversial, dan

perawatan yang direkomendasikan berkisar pemantauan lanjutan secara

cermat hingga masektomi sederhana bilateral karena meningkatnya risiko

karsinoma payudara.

2) Karsinoma duktus in situ (DCIS)

Karsinoma intraduktus adalah proliferasi neoplastik sel epitel

duktus yang terbatas di dalan membran basalis. DCIS murni tidak

bermetastasis. Namun, DCIS umumnya berhubungan dengan karsinoma

duktus infiltratif. DCIS seringkali multifokal, dan bilateral pada 15-20%

kasus.

Secara kasar, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang

terdiri atas struktur-struktur tebal seperti tali yang dari struktur ini

kadang dapat dihasilkan materi nekrotik. Klasifikasi adalah gambaran

yang lazim. DCIS dapat dideteksi dengan mamografi. Namun, pada

beberapa kasus, DCIS tidak teraba dan juga tidak terlihat dengan

mamografi (DCIS mikroskopik).

Secara histologik, duktus yang terkena, terdistensi oleh sel-sel

ganas yang dapat tersusun dalam pola kribiformis, papilar, atau padat.

Sel-sel ini besar dan seragam, dengan membran sel yang memiliki bats

5 | P a g e

Page 6: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

jelas dan inti sel bundar tidak bertumpang tindih. Nekrosis sentral adalah

gambaran yang sering ditemukan.

Penatalaksanaan DCIS berbeda-beda menurut ukuran lesi. Untuk

ukuran lesi mikroskopik dan kecil (<2,5 cm), eksisi lengkap lokal

(“lumpektomi”) adalah penanganan yang biasa dilakukan . Untuk lesi

yang lebih besar, biasanya dilakukan mastektomi. Disekitar kelenjar

getah bening aksila tidak diindikasikan jika tidak terjadi invasi,

khususnya pada lesi berukuran lebih kecil dari 2,5 cm.

B. Karsinoma Duktus Infiltratif (Invasif)

1) Karsinoma duktus invasif

Karsinoma duktus invasif adalah tipe karsinoma payudara

tersering, yang menyusun lebih dari 80% jumlah seluruh kasus. Secara

makroskopis, karsinoma ini berupa sebuah massa infiltratif berwarna

putih-keabuan yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur

putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan teerjadi akibat

deposisi unik jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang

terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia), menghasilkan suatu

karsinoma tipe keras (scirrhous).

2) Karsinoma lobular infiltratif

Karsinoma lobular infiltratif merupakan 5-10% dari semua

karsinoma payudara. Karsinoma jenis ini serupa dengan karsinoma

duktus infiltrasi kecuali dalam hal :

Pola infiltrasi histologik yang berbeda, dengan kecenderungan

membentuk baris-baris sel tunggal (“susunan benang Indian [Indian

filing]”) dan susunan konsentrik sel disekeliling duktus

(“penampakan targetoid”).

Insidensi bilateralitas yang sedikit lebih tinggi.

Frekuensi positif-reseptor estrogen yang lebih tinggi.

(Parakrana Chandrasana. 2005 : Hal 750)

3) Varian morfologik karsinoma payudara

a. Karsinoma medular

6 | P a g e

Page 7: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Merupakan 1% dari kanker payudara. Tumbuh sebagai tumor

yang relatif besar, lunak, berbatas jelas, berdiameter sampai 10 cm.

Histologik karsinoma medular menunjukkan tepi yang berbatas jelas,

sebukan sedang limfoplasmatik, dan sel-sel tumor besar, pleomorfik

tumbuh padat, seperti sinsisium, massa yang beranastomose. Hanya

jika tumor mempunyai semua gambaran ini maka perjalanan penyakit

akan kurang ganas daripada karsinoma duktal infiltratif tipikal.

b. Karsinoma koloid atau musinosa

Sekitar 2-3% karsinoma payudara, tumbuh lambat, timbul

tersering pada wanita yang lebih tua dan mempunyai prognosis baik.

Morfologik massa lunak, gelatinosa terdiri atas danau-danau musin

yang berwarna muda, di dalamnya terapung-apung pulau kecil sel-

sel tumor berdiferensiasi baik.

c. Penyakit paget

Suatu bentuk karsinoma duktal yang tumbuh dalam duktus

ekskretorius besar dan meluas ke kulit puting susu da areola. Sel-sel

karsinoma duktus tampak besar, pucat, bervakuol terletak dalam

epitel skuamosa berkeratin. Puting susu sering menunjukkan

perubahan eksematoid. Pada hampir semua kasus di bawah jaringan

payudaranya terdapat karsinoma in situ dan/atau duktal invasif.

d. Karsinoma lobular invasif

Merupakan 5% dari karsinoma invasif, tetapi cenderung lebih

sering multifokal dan bilateral dibanding karsinoma duktal payudara.

Prognosisnya kurang lebih sama dengan karsinoma duktal invasif.

Tumbuh sebagai massa seperti karet, tidak berbatas jelas. Kadang-

kadang tumor scirrhous. Histologik tumor terdiri atas sel-sel kecil,

uniform membentuk untaian sel tumor yang infiltratif, kadang-

kadang tersusun konsentrik di sekitar duktus. Pada beberapa kasus

sulit dibedakan dari karsinoma duktal, dan tidak jarang karsinoma

payudara memberikan kedua gambaran karsinoma lobular serta

karsinoma duktal.

(Robbins, dkk. __ : Hal 403)

7 | P a g e

Page 8: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

1.5 Klasifikasi Klinik

Kanker payudara, disamping klasifikasi patologik juga mempunyai

klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi steinthal.

Steinthal : kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak punya anak sebar.

Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak

sebar di kelenjar ketiak.

Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan anak sebar di

kelenjar ketiak, intra dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia

pektoralis atau ke kulit, atau kanker payudara yang apert (memecah

ke kulit).

Steinthal IV : kanker payudara dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau

tulang punggung, atau paru-paru, atau hati dan panggul.

Klasifikasi ini dikemukakan hanya secara garis besar, banyak sekali tingkat-tingkat

yang terletak antara 2 tingkat.

Pada tahun 1968 atas prakarsa Dr. P. Denoix bekas ketua Union

Internationale Contre le Cancer, terbitlah buku kecil TNM “Classification of

malignant tumor”.

Pada klasifikasi TNM, T artinya Tumor, N = Nodule (kelenjar yang

membesar regional), M = metastase jauh (misalnya paru-paru panggul, tulang

punggung dan tulang tengkorak), dibedakan TIS, T1, T2, T3, dan seterusnya.

TIS = Tumor In Situ, ialah tumor sebelum invasi (tanpa infiltrasi), seperti

intraduktal kanker yang kecil, Paget’s diseaase dari puting susu tanpa teraba

8 | P a g e

Page 9: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

tumornya, hanya mengeluarkan benda-benda seperti pasir. T1 tumor 2cm atau

kurang dan seterusnya, sampai T4 tumor :

T1 2 cm atau kurang

T2 2 cm - 5cm

T3 5 cm atau lebih

T1 Tumor 2 cm atau kurang:

T1a tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.

T1b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis

T2 Tumor 2 cm - 5cm:

T2a tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.

T2b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis

T3 Tumor lebih besar dari 5 cm:

T3a tanpa perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis.

T3b dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis dan otot pektoralis

Perlekatan sedikit ke kulit (dimpling) atau retraksi puting susu bisa saja timbul pada

T1 T2 T3 .

T4 Tumor dengan besarnya berapa saja tetapi dengan infiltrasi ke dinding

thorak dan kulit.

T4a dengan fiksasi ke dinding thorak

T4b dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit, atau kulit yang

berbiji-biji.

N = kelenjar limfe regional

No tidak teraba kelenjar limfe di ketiak homolateral.

N1 teraba di ketiak homolateral yang dapat digerakkan.

N1 a kelenjar limfe yang diduga bukan anak sebar.

N1 b kelenjar limfe yang diduga anak sebar.

N2 kelenjar limfe ketiak homolateral, berlekatan satu sama lain

(paket) atau melekat ke jaringan sekitarnya.

N3 kelenjar limfe infra – dan supraklavikular homolateral.

9 | P a g e

Page 10: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

M = Anak sebar jauh.

Mo tidak ada anak sebar jauh.

M1 ada anak sebar jauh ditambah infiltrasi kulit sekitar payudara.

Tingkat T N M

Stadium 1: T1a No (N1a) Mo

T1b No (N1a) Mo

Stadium II: To N1b Mo

T1a N1b Mo

T1b N1b Mo

T2a No (N1a) Mo

T2b No (N1a) Mo

T2a N1b Mo

Stadium III: Setiap T3 dengan N apa saja, Mo

T4 dengan N apa saja, Mo

T dengan N2 Mo

T dengan N3 Mo

Stadium IV: Setiap T dengan N apa saja, M1

(Sarwono.2009:488)

1.6 Patofisiologi

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:

proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh

struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan

proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan

menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-

10 | P a g e

Page 11: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama

dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah

terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar

sel-sel normal.

Kanker payudara biasanya timbul dari sel-sel epithel yang berasal dari

jaringan ductus atau jaringan lobular. Kanker ini dapat bersifat invasive ataupun

noninvasive, lebih jauh lagi, kejadian kanker yang paling sering kejadiannya pada

kanker payudara adalah karsinoma ductal invasif, diikuti oleh lobular carsinoma

invasif, carsinoma invasif (in situ) memiliki insidensi terkecil.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun

Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois

lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada

manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun

samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung

dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai

karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen

lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase in situ: 1-5 tahun

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-

cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,

saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.

3. Fase invasi

Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui

membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu

antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa

tahun.

4. Fase diseminasi: 1-5 tahun

Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-

tempat lain bertambah.

11 | P a g e

Page 12: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

1.7 Diagnosis

Pemeriksaan histologik terhadap biopsi massa adalah metode diagnostik

definitive. Biopsi eksisi, insisi, atau jarum dapat pula dilakukan. Diagnosis segera

terhadap suatu spesimen biopsi dengan pemeriksaan irisan beku memiliki derajat

keakuratan tinggi di tangan orang yang berpengalaman.

Suatu diagnosis patologik lengkap mengenai karsinoma payudara harus

memberi informasi berikut: (1) tipe histologik karsinoma, (2) ukuran tumor, (3)

stadium penyakit, dan (4) status reseptor estrogen dan progesterone.

Status reseptor dewasa ini ditetapkan menggunakan bioasai, pada metode ini

spesiman tumor harus diambil oleh ahli patologi segera setelah eksisi, untuk

dibekukan. Penundaan pengawetan sangat mengganggu hasil pemeriksaan reseptor.

Tersedia tehnik imunohistokimia untuk menetukan reseptor pada jaringan yang

akan difiksasi.

Diagnosis sitologik menggunakan specimen yang diperoleh melalui aspirasi

jarum halus saat ini semakin popular karena prosesnya cepat dan murah. Diagnosis

sitologik hanya mampu mengidentifikasi sel karsinoma. Diagnosis definitive

mengenai tipe histologik karsinoma masih memerlukan pemeriksaan histologik

terhadap irisan jaringan.

1.8 Faktor predisposisi

12 | P a g e

Page 13: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Usia lanjut (risiko meningkat setiap penambahan usia, terutama setelah usia 40

tahun)

Menarke di usia muda (<12 tahun).

Riwayat tidak pernah melahirkan, atau usia persalinan pertama di usia lanjut

(≥30 tahun).

Tidak ada riwayat menyusui. Seorang wanita yang telah menyusui satu anak

atau lebih memiliki risiko lebih rendah daripada wanita yang tidak pernah

menyusui.

Orang Amerika keturunan Kaukasia dan Afrika.

Riwayat kanker payudara.

Sel-sel payudara yang abnormal. Beberapa wanita yang berada pada posisi

non-kanker sitemukan menderita ketidaknormalan pada sel-sel payudara

tertentu yang nantinya bisa menjadi kanker. Seorang wanita dengan masalah

ini, dikenal sebagai hyperplasia tidak normal, membutuhkan check-up teratur.

Riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, terutama dua orang

saudara atau lebih yang mengalami kanker derajat dua.

Riwayat penyakit payudara benigna proliferatif.

Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun.

Riwayat densitas nodul pada mammogram pascamenopouse.

Ooforektomi sebelum usia 35 tahun.

Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon.

Minum alkohol dan merokok. Beberapa studi menunjukkan wanita yang

minum banyak alkohol memiliki risiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak

minum alkohol. Merokok tidak dihubungkan secara langsung dengan risiko

kanker payudara, tetapi berhubungan dengan penyakit lain dan kesehatan

secara menyeluruh.

13 | P a g e

Page 14: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

1.9 Komplikasi pada ibu dan bayi

a. Pada ibu

Potensi terjadi kanker inflamatorik.

Terjadi metastasis di kelenjar getah bening aksila.

b. Pada bayi

14 | P a g e

Page 15: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Kadang-kadang sel ganas payudara ditemukan pada pemeriksaan

mikroskopik terhadap plasenta. Sel-sel ini ditemukan terbatas di ruang

antarvilus, dan belum pernah dilaporkan penyebaran ke janin.

(F. Gary Cunningham.2005:1615)

1.10 Penatalaksanaan

Pendekatan diagnostik pada wanita hamil dengan kanker payudara

seyogyanya tidak berbeda secara bermakna dengan pada wanita tidak hamil.

Setiap massa payudara yang mencurigakan yang ditemukan selama kehamilan

seyogyanya segera mendorong dilakukan rencana agresif untuk memastikan

penyebabnya, baik dengan aspirasi jarum halus maupun biopsi terbuka. Aspirasi

jarum halus sering merupakan prosedur pilihan untuk evaluasi awal massa

payudara yang terdeteksi pada masa hamil atau menyusui, sedangkan biopsi

payudara biasanya dicadangkan untuk massa yang hasil aspirasi jarum halusnya

tidak diagnostik. Risiko mammografi bagi janin hampir tidak ada apabila

digunakan pelindung (shielding) yang sesuai, dan jumlah radiasi kurang dari 100

mrad. Jaringan payudara yang memadat pada kehamilan menyebabkan

pemeriksaan ini menjadi kurang handal. Dalam kajian oleh Liberman dkk. dari 23

kasus karsinoma payudara terkait kehamilan, temuan mammografik hanya

terdapat pada 18 (78%). Dengan menggunakan aspirasi jarum halus, tumor padat

dapat dibedakan dari kista atau galaktokel. Biopsi eksisi harus dilakukan apabila

hasil sitologis tidak diagnostik. Menurut Barnavon dan Wallack, aspirasi memiliki

sensitivitas 66% dan spesifisitas 95%. Collins dkk. melakukan biopsi terhadap

massa dari 17 wanita hamil dan hanya menemukan satu kanker. Tiga belas lainnya

mengalami adenoma laktasi.

Apabila diagnosis kanker payudara sudah ditegakkan, dilakukan foto

toraks dan pemeriksaan metastatik terbatas. Walaupun sensitif dan spesifik, CT-

Scan hati dan tulang mungkin dikontraindikasikan bagi wanita hamil karena

adanya radiasi pengion. MRI dan USG merupakan alternatif yang layak untuk

menilai keterlibatan hati. MRI tidak saja sensitif tetapi juga memiliki keunggulan

gambar multi bidang dan resolusi kontras yang sangat baik. USG dilaporkan lebih

sensitif daripada MRI untuk mendeteksi metastasis di hati. Clarke dkk

15 | P a g e

Page 16: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

melaporkan bahwa sensitivitas USG dalam mendeteksi metastasis di hati adalah

76%.

Terapi bedah jangan ditunda karena kehamilan. Tanpa adanya metastasis,

dapat dilakukan eksisi luas, mastektomi radikal modifikasi, atau mastektomi

radikal dengan penentuan stadium kelenjar getah bening aksila. Berry dkk

melakukan mastektomi radikal modifikasi diikuti oleh kemoterapi pada 18 dari 22

wanita hamil. Risiko akibat prosedur ini minimal, dan insiden abortus hampir

tidak ada. Karena teknik badah yang bertujuan menyelamatkan payudara biasanya

harus disertai dengan radioterapi, teknik ini biasanya tidak dianjurkan bagi wanita

hamil kecuali apabila keganasannya didiagnosis pada akhir trimester ketiga.

Radioterapi tidak dianjurkan selama kehamilan karena terjadi hamburan

radiasi ke abdomen yang cukup besar bahkan setelah pemakaian pelindung. Janin

akan mendapat paling sedikit 100 sampai 150 rad apabila dosis radiasi ke

payudara ibu 5000 rad.

Data menunjukkan bahwa wanita tidak hamil dengan kelenjar yang positif

kanker harus langsung diberi kemoterapi ajuvan. Karena itu dapat dianjurkan

pemberian kemoterapi untuk pasien dengan kelenjar positif apabila diperkirakan

belum akan terjadi pelahiran dalam waktu dekat. Saat ini sebagian besar penulis

menganjurkan kemoterapi dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan 5-fluorourasil.

Setelah trimester pertama, metotreksat dapat menggantikan doksorubisin. Ablasi

ovarium secara bedah tampaknya tidak memiliki tempat dalam penatalaksanaan

kanker payudara pada wanita hamil.

Berry dkk baru-baru ini melaporkan pengalaman mereka terhadap 24

wanita dengan kanker payudara primer, 18 menjalani mastektomi radikal

modifikasi-14 selama kehamilan dan 4 pada masa pascapartum. Setiap wanita

dipasangi kateter vena sentral, dan semua wanita diberi kemoterapi kombinasi

dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan fluorourasil setiap 3 sampai 4 minggu

selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Median usia gestasi saat pelahiran

adalah 38 minggu dsengan rentang 33 sampai 40 minggu. Hanya satu neonatus

memiliki berat lahir kurang dari persentil ke-10 untuk usia gestasinya, dan tidak

satupun dari 24 bayi menderita malformasi kongenital.

(Parakrana Chandrasoma.2005:753)

16 | P a g e

Page 17: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Wanita perlu dikaji sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan

psikologisnya dan untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya.

17 | P a g e

Page 18: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Kunjungan dari wanita yang pernah mengalami hal yang sama akan sangat

bermanfaat pada masa preoperasi, juga pada masa pascaoperasi.

Asuhan pascaoperasi berfokus pada upaya pemulihan. Upaya pencegahan

harus dilakukan untuk menghindari pengukuran tekanan darah, pemberian injeksi,

atau pengambilan darah dari lengan pada sisi tubuh yang terkena. Tempat insisi

ditubuh wanita tersebut, yang terpasang sedang drainase, perlu dikaji serta di

drain. Perawatan insisi dapat dilakukan dengan mengganti balutan. Apabila pada

masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik, maka penggantian

balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi. Wanita biasanya

dipulangkan ke rumah setelah diinformasikan tentang perawatan diri, setelah satu

atau dua hari.

Informasi tentang pembedahan rekonstruksi harus diberikan sebelum

pembedahan dilakukan walaupun tidak semua wanita merupakan kandidat untuk

prosedur tersebut atau tertarik untuk menjalaninya. Pilihan yang tersedia meliputi

tandur otot dan kulit dari punggung, abdomen, atau panggul wanita, dan prostesis

berisi saline. Penanaman jeli silikon pada wanita dibatasi oleh FDA pada tahun

1992 setelah penelitian tentang aspek keamanannya dilakukan.

Kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah payudara dapat

mempengaruhi konsep diri wanita. Sebelum pembedahan, wanita dan

pasangannya perlu diberi informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut

nantinya. Baik wanita maupun pasangannya diupayakan untuk mampu

mendiskusikan perasaan serta kekhawatirannya dalam menerima perubahan

tersebut. Tenaga kesehatan membantu pasangan tersebut untuk

mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran ini. Informasi tentang sumber di

komunitas dan kelompok pendukung, seperti Reach to Recovery dapat sangat

bermanfaat.

Perawatan wanita yang menderita kanker payudara dikatakan efektif bila

wanita tersebut merasa puas dengan ketetapan yang diputuskan sehubungan

dengan pilihan terapi dan bila ia mendapat bantuan yang dibutyhkan dari orang-

orang terdekatnya selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan.

(Bobak.2004 : Hal 1028)

18 | P a g e

Page 19: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

BAB II

KONSEP MANAJEMEN

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kanker Payudara

S (Data Subjektif)

o Riwayat keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara.

o Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun.

o Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon

o Riwayat menderita kanker payudara sebelumnya.

o Benjolan pada payudara dan daerah ketiak

o Pendarahan pada puting susu.

o Rasa sakit atau nyeri pada daerah benjolan jika benjolan tersebut sudah besar dan

muncul borok.

o Bengkak pada lengan.

o Terdapat bengkak luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

o Keluarnya cairan tidak normal yaitu, berdarah, cairan encer dengan warna merah

atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus

menerus, hanya pada satu payudara, dan cairan selain air susu.

o Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam, berwarna merah muda atau

kecoklat-coklatan sampai menjadi bengkak hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk,

mengkerut, atau timbul borok pada payudara yang berbau busuk dan mudah

berdarah.

O (Obyektif)

o Terdapat massa utuh (kenyal)

o Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak

beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)

o Ulserasi kulit, edema kulit. Edema dengan Peaut d’oraNge skin (kulit di atas tumor

berkeriput seperti kulit jeruk).

19 | P a g e

Page 20: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

o Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dengan diameter lebih 2,5 cm.

o Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

o Nyeri tekan pada daerah massa

o Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.

Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum

cooper.

o Terjadi pengelupasan papilla mammae

o Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara

spontan kadang disertai darah.

o Kulit terfiksasi pada dinding toraks.

o Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

A (Assesment)

Ibu hamil dengan kanker payudara

P (Planning)

1. Menjelaskan pada ibu tentang penyakit kanker payudara yang dideritanya.

2. Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter agar dapat ditangani lebih lanjut

dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.

3. Memberitahu ibu ada beberapa terapi yang tidak boleh dilakukan karena

kehamilannya yaitu radioterapi dan CT Scan karena radiasinya yang berbahaya

bagi kondisi janin.

4. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung MSG

karena dapat memperparah kanker yang diderita ibu.

5. Mengkaji ibu sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan psikologisnya dan

untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya.

6. Melakukan perawatan pada tempat yang di insisi dapat dengan mengganti

balutan. Apabila pada masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik,

maka penggantian balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi.

7. Memberikan informasi tentang perawatan diri kepada ibu pascaoperasi.

20 | P a g e

Page 21: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

8. Memberikan informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut nantinya

pasca operasi karena kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah

payudara dapat mempengaruhi konsep diri wanita.

9. Membantu pasangan untuk mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran yang

dirasakan.

10. Memberitahu keluarga dan orang-orang terdekat ibu untuk memberika support

kepada ibu selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan agar

Perawatan ibu yang menderita kanker payudara menjadi efektif.

11. Melakukan rujukan.

21 | P a g e

Page 22: KANKER PAYUDARA

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Bobak. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA.PKP

Chandrasoma, Parakrama.2005.Patofisiologi Anatomi.Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Dixon, Mr. J. Michael. 2002. Seri Kesehatan Kelainan Payudara. Jakarta : Dian Rakyat

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Robbins, dkk. _ . Intisari Patofisiologi. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher

Thomas, Rabe. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

22 | P a g e