kanker payudara

24
Angkah Kejadian Kanker Payudara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan gangguan payudara yang paling ditakuti perempuan. Salah satu penyebabnya karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium lanjut. Padahal, jika dideteksi secara dini, penyakit ini sebetulnya bisa diobati sampai sembuh. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Penyebab yang ada hanya merupakan dugaan-dugaan, biasa disebut sebagai faktor-faktor resiko terkena kanker payudara (Boyles, 2008). Pada tahun 2010 WHO (World Health Organization) memperkirakan angka kejadian yang terkena kanker payudara terdapat 11 juta dan tahun 2030 akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat kanker (Yohannes, 2008). Menurut data Pathology Based Cancer Registry yang dilakukan oleh ikatan patologi anatomi Indonesia yang bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita. Karenanya, perkembangannya harus dicermati. Sementara itu, di Amerika Serikat beberapa Negara maju lainnya, kanker payudara menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009).

description

kanker payudara dari inet

Transcript of kanker payudara

Page 1: kanker payudara

Angkah Kejadian Kanker PayudaraBAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Kanker payudara merupakan gangguan payudara yang paling ditakuti perempuan. Salah

satu penyebabnya karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium

lanjut. Padahal, jika dideteksi secara dini, penyakit ini sebetulnya bisa diobati sampai sembuh.

Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Penyebab yang ada hanya merupakan dugaan-

dugaan, biasa disebut sebagai faktor-faktor resiko terkena kanker payudara (Boyles, 2008).

Pada tahun 2010 WHO (World Health Organization) memperkirakan angka kejadian

yang terkena kanker payudara       terdapat 11 juta dan tahun 2030 akan bertambah menjadi 27

juta kematian akibat kanker (Yohannes, 2008).

Menurut data Pathology Based Cancer Registry yang dilakukan oleh ikatan patologi

anatomi Indonesia yang bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, kanker payudara di

Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita. Karenanya,

perkembangannya harus dicermati. Sementara itu, di Amerika Serikat beberapa Negara maju

lainnya, kanker payudara menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009).

Laporan terbaru dari International Agency for Research on Cancer(IARC)

mengeksplorasi beban kanker secara global, yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian

utama pada tahun 2010.Laporan ini memperkirakan bahwa pada tahun 2030, 27 juta kasus

kanker baru      dan 17 juta kematian akibat kanker akan terjadi tiap tahunnya diseluruh dunia.

Berdasarkan angka diagnosis kanker kemungkinan akan meningkat 1% tiap tahunnya, begitu

pula kematian akibat penyakit ini. China, Rusia, dan India diperkirakan akan memiiki

peningkatan kanker dan kematian akibat kanker (Boyles, 2008).

Data dari yayasan kanker Indonesia pada lima tahun terakhir menyebutkan kejadian

kanker payudara menempati urutan pertama 32%, dari total jumlah kasus kanker. Total penderita

kanker payudara 40% berobat pada stadium awal dan 30% dari total jumlah penderita kanker

terdeteksi stadium lanjut lokal, dan 30% dengan metastasis            (Haryono 2007).

Page 2: kanker payudara

Peningkatan kanker payudara yang paling signifikan seperti yang didapat dari Data

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2009 menujukkan, kejadian kanker payudara mencapai

21,69%, lebih tinggi dari kanker leher rahim. Di rumah sakit kanker Darmis palembang, jumlah

kasus baru juga terus meningkat. tahun 2008 hanya ada 657 kasus     tahun 2009 menjadi 879

kasus. Sayangnya 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, III atau IV, sehingga hampir

setengah dari angka kejadian kanker payudara berakhir dengan kematian (Farhan, 2009).

Survei yang dilakukan yayasan kesehatan payudara Jakarta    tahun 2009 menunjukkan

80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Hanya 11,5% yang

paham, ini masih ditambah dengan ketakutan payudara diangkat sampai keharusan membayar

biaya berobat yang mahal sehingga banyak pasien menunda kedatangannya ke tempat pelayanan

kesehatan dengan memilih mencari pengobatan alternatif (Yohanes, 2008).

Angka kejadian kanker payudara di Sulawesi Selatan menempati peringkat kedua

setelah kanker rahim. Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar jumlah pasien yang dirawat sepanjang tahun 2008 ditemukan 58 kasus kanker

payudara, pada tahun 2009 ditemukan 72 kasus kanker payudara, dan pada      tahun 2010 terjadi

peningkatan menjadi 132 kasus kanker payudara.

Meningkatnya kejadian kanker payudara disebabkan kurangnya keinginan melakukan

deteksi secara dini. Upaya untuk mengajak masyarakat melakukan deteksi dini masih banyak

berasal dari kelompok-kelompok yang peduli, umumnya lembaga swadaya masyarakat, lembaga

penelitian atau perorangan. Mereka datang kesuatu tempat dan kemudian memberikan

penyuluhan yang diikut dengan tawaran program deteksi dini (Boyles, 2008).

Angka kejadian kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kanker

payudara sebelum 20 tahun merupakan perkucilan dan jarang sebelum umur 30 tahun. Tetapi

sesudah itu kejadiannya meningkat secara berangsur-angsur, dan terbanyak pada usia 35-50

tahun (Moore, 2008).

Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang usianya <12 tahun

resikonya 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi dari pada wanita yang menarche yang datang pada usia

normal atau usia >12 tahun. sedangkan ada28 pria yang memiliki resiko terhadap kanker

payudara.

Kanker payudara pada pria tidak biasa dan tidak diperhatikan oleh media, populasi

umum dan komunitas pelayanan kesehatan. Perawatan dalam segala tempat perlu untuk

Page 3: kanker payudara

meningkatkan kesadaran pada kanker payudara pria diantara pria sebagaimana perempuan,

terutama pria yang berada pada risiko tinggi penyakit. Mesikpun pria yang menderita kanker

payudara jumlahnya kurang dari 1% dari kasus kanker payudara namun pria yang berusia antara

60 hingga 70 tahun sangat rentan terhadap penyakit. (Hawari, 2008).

Pada umumnya wanita yang belum menikah mengalami aktivitas hormon reproduksi

yang tinggi, salah satunya adalah hormon estrogen. Kadar hormone yang tinggi dapat beresiko

terjadinya kanker. Pada wanita yang belum pernah mempunyai anak resikonya 2-4 kali lebih

tinggi dari pada wanita yang mempunyai anak, hal itu disebabkan karena wanita yang belum

mempunyai anak hormonnya hanya itu-itu saja, yaitu estrogen. Sedangkan wanita yang sudah

memiliki anak, bermacam-macam hormon akan bermunculan di tubuhnya dan bertindak sebagai

buffer (penyeimbang) dalam tubuh (Samuel, 2009).

Beberapa kanker payudara berhubungan dengan suatu mutasi genetik yang khas. Wanita

dengan mutasi gen ini memiliki peluang sebesar 80-90% untuk menderita kanker payudara. Pada

penderita kanker payudara dampak yang bisa muncul yaitu kehilangan payudara karena operasi

pengangkatan payudara. Selain itu, sel kanker ini juga bisa menyebar ke organ yang lainnya

(Mustika, 2010).

Adapun alasan peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan utama sekaligus sebagai

rumah sakit pendidikan yang merupakan rumah sakit tipe A, dimana rumah sakit tersebut

memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta angka kejadian atau prevelensi kanker

payudara dirumah sakit tersebut cukup tinggi.

Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang gambaran

kejadian kanker payudara di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar karena setiap tahunnya

mengalami peningkatan kanker payudara.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan urain latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut :

1.    Bagaimana gambaran kejadian kanker payudara berdasarkan umur di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Tahun 2011?

Page 4: kanker payudara

2.    Bagaimana gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan paritas di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tahun 2011?

3.    Bagaimana gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan jenis kelamin di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2011?

4.    Bagaimana gambaran kejadian kanker payudara berdasarkan status perkawinan di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar            Tahun 2011?

5.    Bagaimana gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan menarche di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tahun 2011?

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

                        Untuk mengetahui gambaran angka kejadian Kanker Payudara di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2011

2.    Tujun Khusus

a.    Diketahuinya gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan umur.

b.    Diketahuinya gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan paritas.

c.    Diketahuinya gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan jenis kelamin.

d.    Diketahuinya gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan status perkawinan.

e.    Diketahuinya gambaran kejadian Kanker Payudara berdasarkan menarche.

D.    Manfaat Penelitian

1.    Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan informasi dan bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Makassar.

2.    Bagi Instansi Tempat Meneliti

    Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan

merencanakan berbagai program tindakan yang lebih dalam upaya pencegahan kanker payudara.

3.    Bagi Penulis

    Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan

pengetahuan serta pengembangan diri melalui peneliti pemula.

http://kankerpayudara7.blogspot.com

Page 5: kanker payudara

LKS 4Presiden RI Tantang Masyarakat dan Parpol Wujudkan SJSN

REP | 28 March 2013 | 07:06  Dibaca: 190     Komentar: 0     Nihil

Lukas Kustaryo SSH (LKS 4Presiden RI) kandidat Presiden RI dari masyarakat independen

menilai Pemerintahan Negara tidak pernah siap dan terkesan carut marut terkait keadaan saat ini

dimana sejumlah rumah sakit menyatakan tidak siap menyambut dalam penyelenggaraan

Jaminan Kesehatan Nasional pada 1 Januari 2014, sehingga menyikapi hal itu diperlukan uji

coba bagi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional agar pengelola rumah sakit memiliki

panduan pelaksanaan yang tepat agar tidak lagi terkesan tak peduli atau mengabaikan masyarakat

tak mampu.

Menurut LKS 4Presiden RI, demikian pula dicontohkan RS Harapan yang belum siap

melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan masih mempersiapkan antara lain sistem

remunerasi, bonus kinerja bagi dokter spesialis dan tenaga kesehatan lain, serta pembentukan tim

kerja untuk menyiasati pos- pos yang bisa dihemat.

Namun, ”bila sekedar terkait pada pilot project (proyek percontohan) pelaksanaan JKN, tentu

sangat baik,” sehingga proyek percontohan itu sekedar diharapkan memberi panduan tepat terkait

pelaksanaan JKN. Dan Uji coba juga sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit pemerintah yang

wajib melaksanakan JKN. sehingga bila uji coba terbukti berjalan baik dan tidak membebani

rumah sakit, rumah sakit swasta tentu akan mengikuti.

Kini beberapa hal terkait yang menjadi kendala JKN adalah tidak berjalannya sistem rujukan,

semisal sejumlah pasien tumor payudara kerap langsung datang ke Dharmais meski tumor yang

diderita kategori jinak dan bisa ditangani rumah sakit tipe C atau D.

Keterbatasan dokter spesialis dan sebaran yang tidak merata juga rawan jadi masalah. Persoalan

lain adalah keterbatasan peralatan kesehatan yang memadai.

Page 6: kanker payudara

Sejauh ini sistem rujukan rumah sakit seperti di Bali berjalan cukup baik. Namun tetap saja

masih perlu diupayakan agar sistem rujukan yang berlaku semakin efisien. Hal lain adalah

penyusunan Panduan Praktik Klinik (PPK) untuk beberapa penyakit. PPK adalah standar

prosedur operasional untuk membantu dokter dan tenaga kesehatan lain terkait tata laksana

penyakit atau kondisi klinis yang spesifik.

Sistem pembayaran

Disisi lain, bahwa selama ini hanya rumah sakit yang siap melaksanakan JKN adalah rumah sakit

yang sudah melayani Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bukan sebaliknya. Sistem

pembayaran yang digunakan sama, yaitu INA CBGs (Indonesia Case Base Group’s). Suatu

aplikasi untuk pengajuan klaim oleh penyedia pelayanan kesehatan, puskesmas, klinik maupun

RS. Dalam aplikasi ini penyakit dikelompokkan berdasarkan ciri klinis dan biaya yang sama.

Tujuannya untuk meningkatkan mutu dan efektivitas pelayanan.

Saat ini jumlah rumah sakit yang telah melayani Jamkesmas baru ada 1.240, baik rumah sakit

swasta maupun pemerintah.

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan JKN semestinya tanpa terkecuali adalah agar seluruh

rakyat Indonesia bisa berobat dan mendapat pelayanan kesehatan, bukan malah mempersulit

orang sakit.

LKS 4Presiden RI menilai, bila ”Selama ini, 50 persen dari penduduk Indonesia tidak bisa

berobat karena tidak punya uang. Persoalan ini yang ingin diselesaikan terlebih dulu,” …

dan hingga saat ini, rata-rata kapasitas rumah sakit yang digunakan baru 60 persen. Artinya,

infrastruktur ada, tetapi belum digunakan secara maksimal.

Karena itu, tidak masalah apabila dalam pelaksanaannya pada tahun-tahun pertama akan terjadi

keguncangan. Jadi bisa saja rasa optimistis masyarakat ke depan, JKN akan makin baik, yang

terpenting, tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia harus

tercapai.

Page 7: kanker payudara

Terkait uji coba pelaksanaan JKN, sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa rencananya akan

dilaksanakan pada 1 Oktober 2013, yang teknis pelaksanaannya saat ini tengah disusun. Rumah

sakit diharapkan dapat memberikan masukan dan siap bila saatnya tiba.

Disisi lain, Rumah sakit swasta mengalami dilema menghadapi implementasi Sistem Jaminan

Sosial Nasional bidang kesehatan yang akan dimulai Januari 2014. Penyebabnya, besaran premi

yang ditetapkan masih rendah, dengan besaran premi yang ditetapkan pemerintah Rp 15.500 per

orang per bulan menimbulkan keresahan. Sebab, RS swasta tidak mendapat subsidi dari

pemerintah.

dan lagi-lagi ”RS swasta akan merugi,” … meski pada prinsipnya RS swasta harus turut serta

mendukung program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Selama ini, RS

swasta tidak juga sepenuhnya telah membantu melaksanakan program pemerintah, seperti

melayani Jamkesmas, Jamkesda, dan Askeskin…. Namun, besaran premi yang ditetapkan

membuat RS swasta dilematis dalam membuat keputusan untuk bekerja sama dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). ”RS swasta juga inginsurvive,” …

Implementasi SJSN, kini diharapkan tidak merugikan para pemangku kepentingan di bidang

kesehatan. RS swasta tidak bisa mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan menghargai

profesi dokter jika anggaran minim. ”Implementasi SJSN jangan sampai menjadi ancaman

terhadap mutu pelayanan kesehatan,” meski sampai saat ini pada besaran premi masih menjadi

persoalan mendasar dalam SJSN kesehatan.

Bahwa alokasi Rp 6.000 untuk akses layanan primer yang berlaku di puskesmas tidak bisa

disamakan dengan akses layanan kesehatan swasta. ”Kalau alokasi dana untuk klinik swasta

disamakan dengan puskesmas, layanan kesehatan swasta akan hancur,” …  meski demikian, bila

tanpa SJSN pemerintah jelas tidak bisa membina SDM yang bagus. ”sehingga di Jakarta ada

baiknya juga sebagai contoh pelaksanaan SJSN kesehatan dengan BPJS oleh PT Askes,” …

kekecewaan masyarakat boleh jadi di arahkan kepada Menteri Keuangan yang sekedar

menetapkan premi bagi penerima bantuan iuran Rp 15.500… sehingga, jika di Provinsi DKI

Jakarta menetapkan besaran premi kesehatan Rp 23.000 per orang per bulan. Total anggaran

yang disediakan Rp 1,2 triliun untuk 4,7 juta jiwa.

Page 8: kanker payudara

Besaran premi SJSN tidak akan menjadi persoalan jika pemerintah menjalankan amanat Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. ”Undang-undang mengamanatkan anggaran

kesehatan sebesar 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD. Namun, realisasinya, anggaran

kesehatan hanya 2 persen dari APBN,” …

LKS 4Presiden RI menilai, bahwa sebagian besar puskesmas yang ada di Indonesia dapat

dipastikan tidak siap menjadi penyedia layanan kesehatan dalam jaminan kesehatan nasional

yang diamanatkan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

“Berdasarkan riset fasilitas kesehatan, masih banyak puskesmas berada di bawah standar yang

ditentukan dalam buku Pedoman Puskesmas,” … sebagaimana menurut riset Kementerian

Kesehatan pada 2011 terhadap 8981 puskesmas itu, terdapat input dan proses yang mendukung

keberhasilan fungsi puskesmas serta program kesehatan wajib ibu dan anak masih jauh dari

harapan.

Selain itu terdapat disparitas atau perbedaan input dan proses upaya kesehatan puskesmas yang

cukup tajam berdasar geografi, kota-desa dan regional…. jadi “ada sebanyak 46,6 persen

puskesmas tidak memiliki pedoman esensial puskesmas. Bahkan sebanyak 26,3 persen alat

kesehatan poli umumnya seperti stetoskop, tensimeter, timbangan dan tempat tidur periksa di

bawah 40 persen,” selain itu, sebanyak 74,4 persen puskesmas tidak memiliki alat kantor lengkap

dan 28,3 persen tidak memiliki sarana air bersih.

“Untuk melayani 240 juta penduduk dalam SJSN diperlukan 80 ribu dokter. Dalam 40 tahun

terakhir telah dibangun 8981 puskesma. Seberapa cepat pemerintah mampu melipatgandakan

jumlah dan mutu puskesmas,” … LKS 4Presiden RI menilai dalam hal ini merasa wajar jika ada

“pertanyaan terkait dengan Komitmen Negara akan Pelayanan Kesehatan Bagi Rakyat”.

Tahun 2013 sedang berjalan, dan persiapan Jaminan Kesehatan Nasional tinggal satu tahun lagi.

Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat belum memahaminya. Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan harus menyiapkan segala infrastruktur pendukung agar tahun depan

sistem bisa dijalankan dengan baik. ”Seluruh rakyat akan punya kesetaraan akses dan manfaat

layanan kesehatan sesuai indikasi medis,” ..

Page 9: kanker payudara

LKS 4 Presiden RI menyatakan, bahwa adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah

asuransi kesehatan bersifat sosial. Ia dijalankan dengan prinsip gotong royong, yang kaya

membantu yang miskin, yang sehat menolong yang sakit. Kepesertaan asuransi ini bersifat wajib.

Mereka yang mampu harus mengiur. Penduduk miskin mendapat bantuan pemerintah.

Pelaksanaan JKN akan mengubah sistem layanan kesehatan di Indonesia. Sistem rujukan harus

benar-benar berjalan. Artinya, 70 persen persoalan kesehatan harus bisa diselesaikan di layanan

kesehatan primer, baik di puskesmas maupun dokter keluarga. Layanan kesehatan sekunder dan

tersier hanya menerima pasien rujukan layanan kesehatan primer. ”Mereka yang ingin mendapat

layanan tidak sesuai indikasi medis dan tidak sesuai prinsip rujukan harus membayar sendiri,” …

Sebagai sistem baru, banyak tantangan pelaksanaan program ini. Jumlah warga tak mampu

sangat besar dan berimplikasi pada besaran iuran yang ditanggung pemerintah serta kualitas

layanan. Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan kondisi geografis yang berbeda membuat

layanan kesehatan belum merata.

Agar sistem ini berkelanjutan, dibutuhkan standar pelayanan, standar tarif, dan standar biaya.

Namun, layanan medis di Indonesia masih banyak menghadapi persoalan dasar, dan pelayanan

berlebihan (overuse), kurang pas (underuse), dan kurang tepat (mis- use) dalam memberikan

layanan medik masih menjadi masalah. Hal itu terjadi dalam diagnosis, peresepan obat, tes

laboratorium, atau prosedur layanan lain.

Disisi lain juga bila menyoroti rendahnya gaji sebagian dokter umum. Di sekitar Jakarta masih

banyak dokter umum yang bekerja di klinik berpenghasilan Rp 3 juta per bulan. ”Padahal,

mayoritas dokter di Indonesia adalah dokter umum,” ..

Jumlah tenaga medis pun masih belum memenuhi rasio ideal dengan jumlah penduduk.

Ditambah minat berobat masyarakat yang sangat tinggi akibat program pengobatan gratis di

sejumlah daerah. Akibatnya, banyak dokter harus menangani pasien hingga 100 orang per hari

atau berpraktik dari pagi hingga tengah malam. Ini akan menurunkan mutu layanan, di lain hal

LKS 4Presiden RI juga berharap, edukasi masyarakat ditingkatkan hingga mereka tidak terjebak

dalam informasi layanan kesehatan tak benar.

Page 10: kanker payudara

Pemerintah menargetkan 70 persen masyarakat Indonesia sudah punya jaminan kesehatan pada

tahun 2014 mendatang. Sistem jaminan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan

nasional dan tidak terpisahkan.

“Pengennya 100 persen. Tapi karena ini baru mulai 2014 mungkin akan mundur. Sekarang ini

kurang lebih 63 persen masyarakat kita sudah memiliki jaminan kesehatan dengan berbagai

bentuk dan variasi,” … untuk bisa menujuuniversal coverage ada beberapa persoalan pokok

yang harus dihadapi pemerintah misalnya dari sisi kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan (baik

primer, sekunder, tersier), sistem rujukan dan infrastruktur, sistem informasi, rencana

pembiayaan dan ketersediaan obat.

Kemenkes menargetkan, tahun 2014 sebanyak 121,6 juta peserta jaminan kesehatan dari PBI

(Penerima Bantuan Iuran), PNS, Pensiunan, Jamsostek dan TNI POLRI aktif, harus sudah

dikelola BPJS dan 50,7 juta peserta akan dikelola oleh badan lain (diluar BPJS) seperti dari

Jamkesda, asuransi perusahaan dan asuransi swasta.

Untuk mencapai target tersebut pada 2013 mulai dilakukan pengalihan kepesertaan paling tidak

dari Jamkesmas. Sedangkan untuk Jamsostek sudah menyatu dengan BPJS pada tahun 2014.

“dan secara bertahap di tahun 2012 sudah mulai disusun sistem dan prosedur kepersertaan, serta

sudah ada penyusunan masalah iuran (premi),” ..

Sementara itu 30 persen masyarakat yang belum terlindungi asuransi, diharapkan mulai tahun

2015 bisa menyusul sehingga pada tahun 2019 semua penduduk sudah dikelola oleh BPJS.

“Dengan SJSN kita bisa mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinginya. Kita bisa

membangun masyarakat atau rakyat yang sehat dan produktif sehingga kualitas sumber daya

manusia Indonesia berkualitas,” …

Lebih lanjut, LKS 4Presiden RI menilai bahwa universal coverage tidak bisa berdiri sendiri tapi

merupakan bagian integral dari pembangunan sistem kesehatann nasional. Intinya, dengan

kehadiran SJSN, pemerintah berharap dapat membangun sebuah sistem kesehatan untuk

menciptakan masyarakat lebih sehat, dan berkualitas sehingga tujuan pembangunan nasional

tercapai.

Page 11: kanker payudara

Jaminan kesehatan bagi setiap penduduk (universal coverage) yang ditargetkan dapat dicapai

secara nasional pada tahun 2014, masih kesulitan data… “Nah, biasanya di tingkat ini terjadi

pembagian kuota yang tidak tepat,” …. dan untuk mengatasi hal itu sebaiknya tiap daerah

melakukan sensus ulang terhadap kondisi kependudukan mereka. Ia menilai, data sensus yang

dimiliki BPS selama ini cenderung hanya memuat informasi umum.

Saat ini di Indonesia baru Nanggroe Aceh Darusallam yang berhasil memenuhi

program universal coverage. Pemerintah Aceh mengeluarkan Rp 230 miliar per tahun. “Dari

jumlah itu, masih ada sisa lebih dari Rp 30 miliar per tahun yang kemudian dikembalikan lagi

untuk memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat,” … Pada tahun ini khusus untuk

program Jamkesmas terdapat dana APBN Rp 5 triliun, untuk menjalankan program universal

coverage itu dengan jumlah peserta mencapai 76,6 juta jiwa .

Sementara peserta asuransi kesehatan di PT Askes sekitar 16,4 juta orang, peserta Jamsostek

sekitar 2,5 juta orang, dan peserta Jamkesda. “Juga ada peserta asuransi kesehatan lain oleh

masyarakat menengah atas yang data pastinya belum diketahui,”  …khusus untuk besar dana

kelolaan program Jamkesmas dan Jamkesda yang hendak dititipkan pada PT Askes, masih

dihitung. saat ini terdapat 3.855 orang dokter yang juga dilibatkan dalam program Dokter

Keluarga PT Askes, guna memberikan layanan rawat jalan tingkat pertama bagi peserta Askes

Sosial.

Jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat diharapkan akan benar-benar terwujud nyata pada 2019.

Pada tahun tersebut, seluruh rakyat Indonesia diharapkan telah memiliki asuransi kesehatan yang

merupakan tujuan dari penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Bahwa peta jalan jaminan kesehatan telah memberi perintah kepada Badan Pelaksana Jaminan

Sosial (BPJS) untuk menuntaskan jaminan sosial untuk seluruh rakyat pada 2019. Pada tahun

tersebut, diharapkan seluruh unsur pendukung dalam pelaksanaan jaminan kesehatan sudah

benar-benar siap dalam melayani seluruh rakyat indonesia.

“Memang kalau bisa start pada 2014 kenapa tidak? Namun demikian, Dewan Jaminan Sosial

Nasional bersama dengan kementerian teknis terkait melihat sisi lain. Karena masalah universal

coverage ini bukan sekedar kemampuan pembiayaan, tetapi sektor suplay chain-nya, rumah

Page 12: kanker payudara

sakit, dokter-dokternya juga menjadi pertimbangan. Pada 2019, diharapkan akan ketemu antara

demand dan supply-nya,” ….

Dari sisi jumlah kepesertaan, dalam menyongsong BPJS kesehatan pada 1 Januari 2014, ada

sekitar 122 juta peserta asuransi kesehatan yang harus ditangani BPJS. Angka tersebut berasal

dari jumlah peserta Askes, Jamkesmas, Jamsostek, Jamkesda. “Di dalam roadmap jaminan

kesehatan, pada 2014 paling tidak ada 121,6 juta peserta yang harus dihandle Askes yang sudah

menjadi BPJS kesehatan,”..

Askes merupakan badan usaha milik negara yang menjalankan asuransi kesehatan sosial untuk

pegawai negeri sipil, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

UU BPJS mengamanatkan Askes beralih menjadi BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan

jaminan kesehatan sesuai UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mulai

1 Januari 2014.

Kini LKS 4Presiden RI tantang Masyarakat dan Parpol untuk Kontrak Politik wujudkan

rakyat sehat melalui implementasi nyata SJSN, demikian tutupnya melalui BBM Voice Pin

2A485689 di Jakarta…

http://politik.kompasiana.com/2013/03/28/lks-4presiden-ri-tantang-masyarakat-dan-parpol-

wujudkan-sjsn-540982.html

JIKA TIDAK DIKENDALIKAN 26 JUTA ORANG DI DUNIA MENDERITA

KANKER

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

oleh kanker dan  pembunuh  nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular.

WHO dan Bank Dunia, 2005 memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia

menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan,

Page 13: kanker payudara

diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada

tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang

(International Union Against Cancer /UICC, 2009).

Hal itu disampaikan Direktur Pengenadalian Penyakit Tidak Menular dr. Yusharmen D. Comm.

H, MSc, saat membuka seminar sehari memperingati Hari Kanker Sedunia Tahun 2010, di

Jakarta (26/4). Seminar diikuti pegawai dan Dharma Wanita dari 16 kementerian dan lembaga

negara, organisasi profesi, dan LSM. Materi yang dibahas antara lain Faktor Risiko Kanker:

Dikenal untuk Dihindari, Kanker Paru dan Pencegahannya, Cegah Kanker Leher Rahim melaui

Metode IVA, Deteksi Dini Kanker Payudara serta testimoni penderita kanker. 

Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari. Peringatan tahun ini mengangkat

tema Cancer can be Prevented too dan untuk Indonesia menjadi Kanker Dapat Dicegah. Tema

Hari Kanker Sedunia tahun 2010 mengisyaratkan upaya bersama mencegah kanker dengan

menghindari faktor risiko.

Pencegahan dilakukan dengan cara tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman

beralkohol. Menghindari paparan sinar ultraviolet berlebih, mencegah obesitas dengan diet sehat

(mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari) dan aktivitas fisik 30 menit sehari. Juga

melakukan deteksi dini secara berkala di fasilitas-fasilitas kesehatan. Hal ini perlu dipromosikan

secara terus menerus.

Menurut Prof. Tjandra Yoga, di Indonesia prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000

penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi,

cedera, perinatal, dan DM (Riskesdas, 2007). 

Sedangkan berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara

menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul

kanker leher rahim (11,78%).  Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 2002.

Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan

Page 14: kanker payudara

angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000

perempuan. Menurut data SIRS 2007, kasus kanker bronchus dan paru pada pasien rawat inap

sebesar 5,8% dari seluruh jenis kanker.

“ Kejadian penyakit kanker dipengaruhi banyak faktor risiko, seperti merokok dan atau terkena

paparan asap rokok, mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas, diet

tidak sehat, dan kurang aktifitas fisik. Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat

dicegah dengan mengurangi dan menghindari faktor risiko tersebut “, ujar Prof. Tjandra Yoga.

Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia yaitu

prevalensi merokok 23,7%, obesitas umum penduduk berusia ≥ 15 tahun pada laki-laki 13,9%

dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi

makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8%.

Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2% (data Riskesdas tahun 2007). 

Menurut Prof. Tjandra Yoga, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor,

organisasi profesi, LSM, perguruan tinggi, dan masyarakat telah dan akan terus mengembangkan

program pengendalian kanker. Program diprioritaskan pada penyakit kanker yang tertinggi di

Indonesia yaitu kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. 

“Program ini untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serta meningkatkan

kualitas hidup penderita kanker,” tegas dr. Tjandra. 

Ditambahkan, sejak tahun 2007, proyek percontohan pengendalian kanker leher rahim dan

payudara melaui deteksi dini telah dikembangkan. Kegiatan ini menggunakan metode Inspeksi

Visual dengan Asam asetat (IVA) dan pemeriksaan klinis payudara oleh petugas terlatih

(Clinical Breast Examination /CBE). Pilot proyek tersebut dilaksanakan di 6 Kabupaten pada 6

Provinsi. Sampai sekarang, dengan dukungan pemerintah daerah, kegiatan tersebut telah

berkembang menjadi 11 Kabupaten/Kota. Pada tahun 2010 ini, kegiatan akan direplikasikan ke 4

provinsi lainnya. 

Page 15: kanker payudara

Pada tahun ini juga, program pengendalian kanker paru menjadi salah satu program yang akan

dikembangkan. Pengendalian kanker paru dilaksanakan melalui pencegahan primer (promosi dan

edukasi), sekunder (penemuan dini dan pengobatan segera), dan tersier (perawatan paliatif).

Pengendalian yang paling efektif dan efisien adalah dengan pencegahan primer, yaitu

menerapkan gaya hidup sehat, jelas Prof. Tjandra. 

Dirjen P2PL menyambut baik  seminar kanker sebagai rangkaian kegiatan memperingati Hari

Kanker Sedunia. Selain seminar, pada bulan Mei 2010 akan dilaksanakan skrining (deteksi dini)

kanker leher rahim dan payudara di 6 Kementerian. Kementerian tersebut adalah Kementerian

Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, Kementerian Komunkasi dan

Informatika, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam kesempatan itu Prof. Tjandra menyampaikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah

berpartisipasi dalam penanggulangan kanker di Indonesia seperti Female Cancer Program (FCP),

Yayasan Kanker Indonesia (YKI), BKKBN, dan pemerintah daerah.

Prof. Tjandra berharap, dengan adanya berbagai kegiatan peringatan Hari Kanker Sedunia,

kesadaran masyarakat semakin meningkat dalam mencegah kanker dengan menghindari faktor

risiko, sehingga angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini dapat terus diturunkan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan

RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9,

faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail 

[email protected][email protected],[email protected]

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-

orang-di-dunia-menderita-kanker-.html