Kanker Payudara

23
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara 1

Transcript of Kanker Payudara

Page 1: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA

Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara

Ketua : Muchlis Ramli, dr., SpB (K)Onk

Anggota : Azamris, dr., SpB (K)Onk Burmansyah, dr., SpB (K)Onk Djoko Dlidir, dr., SpB (K)Onk Djoko Handojo, SpB (K)Onk

Dradjat R. Suardi, dr., SpB (K)Onk Eddy H, Tanggo, dr., SpB (K)Onk I.B. Tjakra W. Manuaba, dr., SpB (K)Onk Idral Darwis, dr., SpB (K)Onk Teguh Aryandono, dr., SpB (K)Onk Zafiral Azdi Albar, dr., SpB (K)Onk

1

Page 2: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA

I. PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat; seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan “Pathological Based Registration“ kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut.

Disisi lain kemajuan “iptekdok“ serta ilmu dasar biomolekuler, sangat berkembang dan tentunya mempengaruhi tata cara penanganan kanker payudara itu sendiri mulai dari deteksi dini, diagnostik dan terapi serta rehabilitasi dan follow up.

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan, Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) telah mempunyai Protokol Penanganan Kanker Payudara (tahun 1990). Protokol ini dimaksudkan pula untuk dapat :

Menyamakan persepsi penanganan dari semua dokter yang berkecimpung dalam kanker payudara atau dari Pusat Pendidikan Onkologi.

Bertukar informasi dalam bahasa yang sama. Digunakan untuk penelitian dalam aspek keberhasilan terapi. Mengukur mutu pelayanan.

Kemajuan iptekdok yang cepat seperti dijelaskan diatas, membuat PERABOI perlu mengantisipasi keadaan ini dengan sebaik-baiknya melalui revisi Protokol Kanker Payudara 1988 dengan Protokol Kanker Payudara PERABOI 2003.

II. KLASIFIKASI HISTOLOGI WHO / JAPANESE BREAST CANCER SOCIETY

Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan : WHO Histological classification of breast tumors. Japanese Breast Cancer Society (1984) Histological classification

of breast tumors.

2

Kan

ker

Payu

dara

Page 3: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Malignant ( Carcinoma )1. Non invasive carcinoma

a) Non invasive ductal carcinomab)Lobular carcinoma in situ

2. Invasive carcinomaa) Invasive ductal carcinoma

a1. Papillobular carcinomaa2. Solid-tubular carcinomaa3. Scirrhous carcinoma

b) Special typesb1. Mucinous carcinomab2. Medullary carcinomab3. Invasive lobular carcinomab4. Adenoid cystic carcinomab5. Squamous ceel carcinomab6. Spindel cell carcinomab7. Apocrine carcinomab8. Carcinoma with cartilaginous and or osseous metaplasiab9. Tubular carcinomab10. Secretory carcinomab11. Others

c). Paget’s disease.

Tipe Histopatologi

In situ carcinomaNOS ( no otherwise specified )IntraductalPaget’s disease and intraductal

Invasive CarcinomasNOSDuctalInflammatoryMedulary , NOSMedullary with lymphoid stromaMucinousPapillary ( predominantly micropapillary pattern )TubularLobularPaget’s disease and infiltratingUndifferentiatedSquamous cellAdenoid cysticSecretoryCribriform

3

Page 4: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

G : gradasi histologis

Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya. Sistim gradasi histologis yang direkomendasikan adalah menurut “The Nottingham combined histologic grade“ ( menurut Elston-Ellis yang merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson ). Gradasinya adalah menurut sebagai berikut :

GX : Grading tidak dapat dinilai.G1 : Low grade (rendah).G2 : Intermediate grade (sedang).G3 : High grade (tinggi).

III. KLASIFIKASI STADIUM TNM ( UICC / AJCC ) 2002

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari UICC/AJCC tahun 2002 adalah sebagai berikut :

T = ukuran tumor primer

Ukuran T secara klinis , radiologis dan mikroskopis adalah sama.Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.

Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.T0 : Tidak terdapat tumor primer.Tis : Karsinoma in situ. Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ. Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ. Tis (Paget) : Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.

Catatan : Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran tumornya.

T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau

kurang. T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang. T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm. T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm. T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.

4

Page 5: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm. T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke

dinding dada atau kulit.

Catatan : Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus anterior tapi tidak termasuk otot pektoralis.

T4a : Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis). T4b : Edema ( termasuk peau d'orange ), ulserasi, nodul

satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara. T4c : Mencakup kedua hal diatas. T4d : Mastitis karsinomatosa.

N = Kelenjar getah bening regional.

Klinis :Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai ( telah diangkat sebelumnya ).N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral ( klinis* ) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila. N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi

atau melekat ke struktur lain. N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis * dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila ; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila / mamaria interna. N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral. N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila. N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.

5

Page 6: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Catatan :* Terdeteksi secara klinis : terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (diluar limfoscintigrafi).

Patologi (pN) a

pNx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau tidak diangkat)pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi , tanpa pemeriksaan tambahan untuk "isolated tumor cells" ( ITC ).

Catatan : ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran tidak lebih dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan pewarnaan imunohistokimia (IHC) atay metode molekular lainnya tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu menunjukkan adanya aktifitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.

pN0(i-) : Tidak terdapat metastsis kgb secara histologis , IHC negatif.pN0(i+) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC positif, tidak terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.pN0(mol-) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan molekular negatif ( RT-PCR) b.pN0(mol +): Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan molekular positif (RT-PCR).

Catatan :a: klasifikasi berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa pemeriksaan sentinel node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node tanpa diseksi kgb aksila ditandai dengan (sn) untuk sentinel node, contohnya : pN0(i+) (sn).b: RT-PCR : reverse transcriptase / polymerase chain reaction.

pN1 : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria

interna (klinis negatif*) secara mikroskopis yang terdeteksi dengan sentinel node diseksi. pN1mic : Mikrometastasis (lebih dari 0,2 mm sampai 2,0 mm). pN1a : Metastasis pada kgb aksila 1 - 3 buah. pN1b : Metastasis pada kgb mamaria interna (klinis

negatif*) secara mikroskopis terdeteksi melalui diseksi

sentinel node. pN1c : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria

interna secara mikroskopis melalui diseksi sentinel node

dan secara

6

Page 7: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

klinis negatif (jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila

yang positif, maka kgb mamaria interna diklasifikasikan

sebagai pN3b untuk menunjukkan peningkatan besarnya

tumor).pN2 : Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis

terdapat pembesaran kgb mamaria interna tanpa adanya

metastasis kgb aksila. pN2a : Metastasis pada 4-9 kgb aksila (paling kurang

terdapat 1 deposit tumor lebih dari 2,0 mm). pN2b : Metastasis pada kgb mamaria interna secara klinis

tanpa metastasis kgb aksila. pN3 : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila ; atau infraklavikula atau metastasis kgb mamaria interna

(klinis) pada 1 atau lebih kgb aksila yang positif ; atau pada metastasis kgb aksila yang positif lebih dari 3

dengan metastasis mikroskopis kgb mamaria interna negatif

; atau pada kgb supraklavikula. pN3a : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila (paling

kurang satu deposit tumor lebih dari 2,0 mm), atau metastasis

pada kgb infraklavikula. pN3b : Metastasis kgb mamaria interna ipsilateral (klinis)

dan metastasis pada kgb aksila 1 atau lebih; atau

metastasis pada kgb aksila 3 buah dengan terdapat

metastasis mikroskopis pada kgb mamaria interna yang

terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang secara klinis

negatif pN3c : Metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral.

Catatan :* tidak terdeteksi secara klinis / klinis negatif : adalah tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau dengan pemeriksaan fisik.

M : metastasis jauh.

7

Page 8: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.M1 : Terdapat metastasis jauh.

Grup stadium :

Stadium 0 : Tis N0 M0

tadium 1 : T1* N0 M0

Stadium IIA : T0 N1 M0T1* N1 M0

T2 N0 M0

Stadium IIB : T2 N1 M0 T3 N0 M0

Stadium IIIA : T0 N2 M0 T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stadium IIIB : T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0

Stadium IIIc : TiapT N3 M0

tadium IV : TiapT Tiap N M1

Catatan : * T1: termasuk T1 mic

Kesimpulan perubahan pada TNM 2002 :

1. Mikrometastasis dibedakan antara "isolated tumor cells" berdasarkan ukuran dan histologi aktifitas keganasan.

2. Memasukkan penilaian sentinel node dan pewarnaan imunohistokimia atau pemeriksaan molekular.

3. Klasifikasi mayor pada status kgb tergantung pada jumlah kgb aksila yang positif dengan pewarnaan H & E atau imunohistokimia.

4. Klasifikasi metastasis pada kgb infraklavikula ditambahkan sebagai N3.

8

Page 9: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

5. Penilaian metastasis pada kgb mamaria interna berdasarkan ada atau tidaknya metastasis pada kgb aksila. Kgb mamaria interna positif secara mikroskopis yang terdeteksi melalui sentinel node dengan menggunakan limfoscintigrafi tapi pada pemeriksaan pencitraan dan klinis negatif diklasifikasikan sebagai N1. Metastasis secara makroskopis pada kgb mamaria interna yang terdeteksi secara pencitraan (kecuali limfoskintigrafi) atau melalui pemeriksaan fisik dikelompokkan sebagai N2 jika tidak terdapat metastasis pada kgb aksila, namun jika terdapat metastasis kgb aksila maka dikelompokkan sebagai N3.

6. Metastasis pada kgb supraklavikula dikelompokkan sebagai N3.

Stadium klinik (cTNM) harus dicantumkan pada setiap diagnosa KPD atau suspect KPD. pTNM harus dicantumkan pada setiap hasil pemeiksaan KPD yang disertai dengan cTNM

IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis :a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.

Benjolan Kecepatan tumbuh Rasa sakit Nipple discharge Nipple retraksi dan sejak kapan Krusta pada areola Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi,

venektasi Perubahan warna kulit Benjolan ketiak Edema lengan

b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, al : Nyeri tulang (vertebra, femur) Rasa penuh di ulu hati Batuk Sesak Sakit kepala hebat, dll

c. Faktor-faktor risiko Usia penderita Usia melahirkan anak pertama Punya anak atau tidak Riwayat menyusukan Riwayat menstruasi

menstruasi pertama pada usia berapa

9

Page 10: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

keteraturan siklus menstruasi menopause pada usia berapa

Riwayat pemakaian obat hormonal Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara

atau kanker lain. Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor

ginekologik Riwayat radiasi dinding dada

2. Pemeriksaan fisik

a. Status generalis, cantumkan performance status. b. Status lokalis :

- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa.- Masa tumor :

lokasi ukuran konsistensi permukaan bentuk dan batas tumor jumlah tumor terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara,

kulit, m.pektoralis dan dinding dada- perubahan kulit :

kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit peau d’orange, ulserasi

- nipple : tertarik erosi krusta discharge

- status kelenjar getah bening. KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi,

terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar KGB infra klavikula : idem KGB supra klavikula : idem

- pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis : Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)

B. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :

1. Diharuskan (recommended) USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm. Foto Toraks. USG Abdomen (hepar).

2. Optional (atas indikasi) Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau

klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm). CT scan

10

Page 11: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy - sitologi

Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganasCatatan : belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC

D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).

Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui :

Core Biopsy. Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm. Biopsi Insisional untuk tumor :

o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitifo inoperable

Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu),

cathepsin-D, p53. (situasional)

E. Laboratorium :

Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis

V. SCREENING

Metoda : SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pemeriksaan Fisik Mamografi

* SADARI : Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir* Pemeriksaan Fisik : Oleh dokter secara lige artis.* Mamografi : - Pada wanita diatas 35 tahun – 50 tahun : setiap 2 tahun - Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun.Catatan:Pada daerah yang tidak ada mamografi USG, untuk deteksi dini dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.

VI. PROSEDUR TERAPI

A. Modalitas terapi

11

Page 12: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Operasi Radiasi Kemoterapi Hormonal terapi Molecular targeting therapy (biology therapy)

Operasi :Jenis operasi untuk terapi BCS (Breast Conserving Surgery) Simpel mastektomi Radikal mastektomi modifikasi Radikal mastektomi

Radiasi : primer adjuvan paliatif

Kemoterapi : Harus kombinasi Kombinasi yang dipakai

CMF CAF, CEF Taxane + Doxorubicin Capecetabin

Hormonal : Ablative : bilateral ovarektomi Additive : Tamoxifen Optional :

Aromatase inhibitor GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) , dsb.

B.Terapi

Ad. 1 Kanker payudara stadium 0

Dilakukan : - BCS - Mastektomi simple

Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging.

Indikasi BCSo T 3 cm.o Pasien menginginkan mempertahankan payudaranya.

Syarat BCSo Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent.

12

Page 13: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

o Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan.

o Tumor tidak terletak sentral.o Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup

baik untuk kosmetik pasca BCS.o Mamografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi/tanda

keganasan lain yang difus (luas).o Tumor tidak multipel.o Belum pernah terapi radiasi di dada.o Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen.o Terdapat sarana radioterapi yang memadai.

Ad. 2 Kanker payudara stadium dini / operabel :

Dilakukan : - BCS (harus memenuhi syarat di atas) - Mastektomi radikal - Mastektomi radikal modifikasi

Terapi adjuvant :o Dibedakan pada keadaan : Node (-) atau Node (+) o Pemberiannya tergantung dari :

- Node (+)/(-)- ER / PR- Usia pre menopause atau post menopause

o Dapat berupa : - radiasi- kemoterapi- hormonal terapi

Adjuvant therapi pada NODE NEGATIVE (KGB histopatologi negatif)

Menopausal Status

Hormonal Receptor

High Risk

Premenopause ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)

Kh + Tam / OvKh

Post menopause

ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)

Tam + KhemoKh

Old Age ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)

Tam + KhemoKh

Adjuvant therapi pada NODE POSITIVE (KGB histopatologi positif)

Menopausal Status

Hormonal Receptor

High Risk

Premenopausal ER (+) / PR (+)ER (-) and PR (-)

Kh + Tam / OvKh

13

Page 14: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Post menopausal

ER (+) / PR (+)ER (-) and/ PR (-)

KH + TamKh

Old Age ER (+) / PR (+)ER (-) and PR (-)

Tam + KhemoKh

High risk group : Umur < 40 tahun High grade ER/PR negatif Tumor progresif (Vascular, Lymph invasion) High thymidin index

Terapi adjuvant :

Radiasi

Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb. : Setelah tindakan operasi terbatas (BCS). Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor. Tumor sentral/medial. KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler.

Acuan pemberian radiasi sbb : Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan

aksila beserta supraklavikula, kecuali :- Pada keadaan T < = T2 bila cN = 0 dan pN , maka tidak

dilakukan radiasi pada KGB aksila supraklavikula.- Pada keadaan tumor dimedial/sentral diberikan

tambahan radiasi pada mamaria interna. Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy,booster dilakukan

sbb :- Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy

(misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)

- Pada terdapat masa tumor atau residu post op (mikroskopik

atau makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali pada aksila 15 Gy

* Khemoterapi

Khemoterapi : Kombinasi CAF (CEF) , CMF, ACKhemoterapi adjuvant : 6 siklusKhemoterapi paliatif : 12 siklusKhemoterapi neoadjuvant : - 3 siklus pra terapi primer

ditambah - 3 siklus pasca terapi primer

Kombinasi CAF

14

Page 15: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari 1 A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/m2 hari 1

F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1Interval : 3 minggu

Kombinasi CEF Dosis C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 hari 1

E : Epirubicin 50 mg/m2 hari 1 F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/ m2 hari 1Interval : 3 minggu

Kombinasi CMFDosis C : Cyclophospamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14 M : Metotrexate 40 mg/ m2 IV hari 1 & 8

F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 IV hari 1 & 8Interval : 4 minggu

Kombinasi ACDosis A : Adriamicin

C : Cyclophospamide Optional :

Kombinasi Taxan + Doxorubicin Capecitabine Gemcitabine

Hormonal terapi : Macam terapi hormonal

1. Additive : pemberian tamoxifen2. Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)

Dasar pemberian : 1.Pemeriksaan Reseptor ER + PR + ;ER + PR – ;ER - PR +

2. Status hormonal Additive : Apabila ER - PR +

ER + PR – (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)

ER - PR + Ablasi : Apabila

tanpa pemeriksaan reseptor premenopause menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+) perjalanan penyakit slow growing & intermediated growing

Ad.3 Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)

Ad.3.1 Operable Locally advanced Simple mastektomi/mrm + radiasi kuratif +

kemoterapi adjuvant + hormonal terapi

Ad.3.2 Inoperable Locally advanced Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi

15

Page 16: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi Kemoterapi neo adj + operasi + kemoterapi + radiasi

+ hormonal terapi.

Ad.4 Kanker payudara lanjut metastase jauh

Prinsip : Sifat terapi palliatif Terapi sistemik merupakan terapi primer (Kemoterapi dan

hormonal terapi) Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

VII. REHABILITASI DAN FOLLOW UP :

A. Rehabilitasi :

Pra operatif- latihan pernafasan- latihan batuk efektif

Pasca operatif hari 1-2 - latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan

jari lengan daerah yang dioperasi.- untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.- untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik.- latihan relaksasi otot leher dan toraks.- aktif mobilisasi.hari 3-5- latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap).- latihan relaksasi.- aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani.hari 6 dan seterusnya- bebas gerakan.- edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha

untuk mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema.

B. Follow up :

tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan

Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol Thorax foto : tiap 6 bulan Lab, marker : tiap 2-3 bulan

16

Page 17: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

Mamografi kontra lateral : tiap tahun atau ada indikasi USG Abdomen/lever : tiap 6 bulan atau ada indikasi Bone scaning : tiap 2 tahun atau ada indikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G

P, O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th

ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 171-180

2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th

ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141

3. Winer E P, Morrow M, Osborne C K, Harris J R, Malignant Tumors of the

Breast, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles &

Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001 DeVita Jr

V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of

Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 1651-1716

17

Page 18: Kanker Payudara

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Payudara

4. Prosnitz L R, Iglehart J D, Winer E P, Breast Cancer, in Rubin P, Williams J P,

Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students,

8th ed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 267-299

5. Pass H A, Benign and Malignant Diseases of the Breast, in Norton J A,

Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W

(ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer

Verlag, 2000, 1699-1732

6. Schnitt S J, Guidi A J, Pathology and Biological Markers of Invasive Breast

Cancer : Pathology of Invasive Breast Cancer, dalam Harris J R, Lippman M

E, Morrow M, Osborne C K (ed), Diseases of the Breast, 2nd ed, Lippincott

Williams & Wilkins, Philadelphia, 2000, 425-470

7. Morrow M, Harris J E, Primary Treatment of Invasive Breast Cancer : Local

Management of Invasive Breast Cancer, dalam Harris J R, Lippman M E,

Morrow M, Osborne C K (ed), Diseases of the Breast, 2nd ed, Lippincott

Williams & Wilkins, Philadelphia, 2000, 515-560

8. Osborne C K, Ravdin P M, Adjuvant Systemic Therapy of Primary Invasive

Breast Cancer, dalam Harris J R, Lippman M E, Morrow M, Osborne C K (ed),

Diseases of the Breast, 2nd ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia,

2000, 599-632

9. Hortobagyi G N, Singletary S E, Strom E A, Treatment of Locally Advanced

and Inflammatory Breast Cancer, dalam Harris J R, Lippman M E, Morrow M,

Osborne C K (ed), Diseases of the Breast, 2nd ed, Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, 2000, 645-660

10. Haagensen C, Diseases of the Breast, 3rd ed, Philadelphia: WB Saunders,

1986:

18