Kanker Mammae Dalam Finising

50
Epidemiologi Carcinoma Mammae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di Amerika, diperkirakan jumlah kasus baru pada tahun 1997 ada 181.600 orang dan 44.190 pasien meninggal pada tahun yang sama. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara 1

Transcript of Kanker Mammae Dalam Finising

Page 1: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu

penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari

parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization

(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of 

Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Kanker payudara

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di

Amerika, diperkirakan jumlah kasus baru pada tahun 1997 ada

181.600 orang dan 44.190 pasien meninggal pada tahun yang

sama. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia

dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh

keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang

didiagnosis setiap tahunnya.  Sebanyak 350.000 di antaranya

ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang

sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling

sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000

wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili

32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan,

disebutkan dari  150.000 penderita kanker payudara yang

berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal

setiap tahunnya .

Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di

Indonesia tidak banyak berubah. Kanker payudara merupakan

kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di

Indonesia. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%

penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. 

1

Page 2: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Data  dari Direktorat  Jenderal  Pelayanan Medik  Departemen 

Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR)

akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit

menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari

3,9 menjadi 7,8.

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang

mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat

terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada

wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di

Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada

wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus

kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria

(Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati

urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995).

Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari

seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).

Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan di

berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien

meninggal karena penyakit ini. Sayangnya sampai saat ini

penyebab kanker payudara masih belum diketahui.

  Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko kanker

payudara, antara lain usia, riwayat kesehatan, faktor

keturunan, faktor hormonal seperti menstruasi pertama terlalu

cepat dan menopause dini. Selain itu upaya menunda

kehamilan atau kehamilan pertama terjadi di atas usia 30

tahun juga bisa meningkatkan resiko. Gaya hidup yang tidak

sehat, misalnya sering mengkonsumsi makanan yang

mengandung lemak jahat, atau kurang berolahraga, juga

dapat memperbesar resiko terserang kanker payudara.

2

Page 3: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara

terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Hanya 6%-nya

terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. Meski

demikian, kian hari makin banyak penderita kanker payudara

yang berusia 30-an. Oleh karena itu jika Anda termasuk

golongan yang beresiko tinggi, meski baru berusia 30-an, tak

ada salahnya untuk lebih bersikap waspada terhadap

perubahan yang terjadi pada payudara Anda.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tinjauan Kanker Mammae berdasarkan

Variabel Epidemiologi?

2. Apa saja jenis-jenis, tipe Kanker Mammae dan

bagaimanakah gejala klinis kanker Mammae?

3. Bagaimana Pencegahan dan Penatalaksanaan Kanker

Mammae?

3

Page 4: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB II

EPIDEMIOLOGI KANKER MAMMAE

Epidemiologi deskriptif pada kanker merupakan studi

kearah mengamati timbulnya kanker tertentu atau karakter

kesehatan lain ang berkaitan pada populasi tertentu. Observasi

kearah karekter dasar seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,

maupun kelas social dan lokasi gegografi akan memudahkan

penentuan kebijakan yang diperlukan. Selanjutnya, epidemiologi

(studi) analitik mempelajari hubungan berbagai faktor, misalnya

dalam menentukan etiologi suatu jenis kanker tertentu. Studi

analitik pada kanker juga berusaha mengidentifikasi atau

mengukur efek dari berbagai faktor risiko, atau mencari efek dari

pajaran faktor spesifik (specific exposure).

Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus

mengalami peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi

di Negara-negara Barat maupun pada insiden rendah seperti di

banyak daerah di Asia. Satu laporan penelitian pada tahun 1993

memperkirakan bahwa jumlah kasus baru diseluruh dunia pada

tahun 1985 mencapai 720.000 orang ; 422.000 di Negara maju

dan 298.000 di Negara sedang berkembang.

Negara insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa

daerah di Amerika Serikat ( mencapai di atas 100/100.000).

4

Page 5: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Angka dibawah itu terlihat pada beberapa Negara Eropa Barat

(tertinggi di Swiss, 73,5/100.000). Untuk Asia, masih berkisar

antara 10-20/100.000 (contih pada daerah tertentu di jepang

17,6/100.000, Kuwait 17,2/100.000, dan Cina 9,5/100.000).

Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana

frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel

epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan

waktu (time).

A. Orang (Person)

Pada variable ini akan dibahas mengenai peranan

umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan

etnik, status perkawinan, struktur keluarga dan paritas

terhadap risiko penyakit kanker mammae.

1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan

didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi.

Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan

dengan umur. Dengan cara ini orang dapat

membacanya dengan mudah dan melihat pola

kesakitan atau kematian menurut golongan umur.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO

menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai

berikut :

1.) Menurut tingkat kedewasaan: 0 – 14 tahun :

bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun : orang

muda dan dewasa, 50 tahun keatas : orang

tua.

5

Page 6: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

2.) Interval 5 tahun: Kurang 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5

– 9 tahun, 10 – 14 tahun, dan sebagainya.

3.)Untuk mempelajari penyakit anak: 0 – 4 bulan,

5 – 10 bulan, 11 – 23 bulan, 2 – 4 tahun, 5 – 9

tahun, 10 – 14 tahun.

Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko

diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara

terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun

dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40

tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya

kanker adalah 64 tahun. Umur merupakan faktor

risiko penting terjadinya kanker payudara. Insiden

kanker payudara semakin meningkat seiring

bertambahnya usia. Hal tersebut sangat mungkin

disebabkan karena semakin banyaknya pajanan

faktor risiko dan kemampuan mekanisme perbaikan

sel yang semakin menurun.

2) Jenis Kelamin

Kelompok wanita yang kemungkinan terkena

kanker payudara adalah : Wanita dengan  kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan

dan kurang olahraga. Riwayat keluarga yang

menderita kanker payudara – Insidensi kanker

payudara oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.

Pernah menderita kanker pada salah satu payudara,

Menderita tumor jinak payudara, Infertil dan

kehamilan pertama pada usia 35 tahun, Tidak

6

Page 7: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

memiliki anak, Faktor hormonal, Awal menstruasi

(menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti

menstruasi (menopause) setelah usia 50 tahun,

Periode menstruasi lebih lama, Tidak pernah

menyusui anaknya. Serta hasil studi, menemukan

adanya sedikit penurunan resiko serangan kanker

payudara pada wanita pre-menopause yang paling

lama menyusui anaknya.

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa

angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita

sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan

pria, juga pada semua golongan umur. Untuk

Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.

Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan

oleh faktor-faktor intinsik. Yang pertama diduga

meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis

kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang

kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor

lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok,

minum minuman keras, candu, bekerja berat,

berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya,

dan seterusnya). Sebab-sebab adanya angka

kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di

Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan

bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.

Di Indonesia keadaan itu belum diketahui.

Beberapa kanker payudara berhubungan dengan

suatu mutasi genetik yang khas, yang lebih sering

ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan

7

Page 8: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

keluarga. Wanita dengan mutasi gen ini memiliki

peluang sebesar 80-90% untuk menderita kanker

payudara dan 40-50% untuk menderita kanker

indung telur, misalnya seperti yang ditemukan pada

1% wanita yahudi ashkenazi.

3) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula

dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau

kematian, variabel ini menggambarkan tingkat

kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh

unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh

tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk

pemeliharaan kesehatan maka tidaklah

mengherankan apabila kita melihat perbedaan-

perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian

antara berbagai kelas sosial. Masalah yang dihadapi

dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indicator

tunggal bagi kelas sosial. Di Indonesia dewasa ini

penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis

pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam

penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan

angka kesakitan atau kematian kita dapat

mempelajari pula dalam hubungan dengan umur,

kelamin.

4) Pekerjaan

8

Page 9: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya

penyakit melalui beberapa jalan yakni :

a.) Adanya faktor-faktor lingkungan yang

langsung dapat menimbulkan kesakitan

seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun,

radiasi, benda-benda fisik yang dapat

menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

b.) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress

(yang telah dikenal sebagai faktor yang

berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus

lambung).

c.) Ada tidaknya “gerak badan” didalam

pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan

bahwa penyakit jantung koroner sering

ditemukan di kalangan mereka yang

mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya

“gerak badan”.

Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari

hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula

memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis

kelamin.

5) Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam

kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan

sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-

perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.

Di dalam mempertimbangkan angka kesakitan atau

kematian suatu penyakit antar golongan etnik

9

Page 10: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

hendaknya diingat kedua golongan itu harus

distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin

ataupun faktor-faktor lain yang dianggap

mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.

Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan

keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap

timbulnya suatu penyakit.

6) Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara angka kesakitan maupun kematian

dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;

angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu

maupun kematian karena semua sebab makin

meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa

sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang

tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah

karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak

kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-

orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan

dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-

perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan

secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit

tertentu.

7) Struktur Keluarga

Riwayat keluarga yang menderita kanker

payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau

anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali

10

Page 11: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

lebih besar untuk menderita kanker payudara. Selain

itu jua struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh

terhadap kesakitan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya

tanggungan, karena persediaan harus digunakan

untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin

pula tidak dapat membeli cukup makanan yang

bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

B. Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari

suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan

kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai

etiologi penyakit.

Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan

resiko terjadinya kanker, menurut laporan penelitian Doll &

Peto (1981), faktor linkungan turut menentukan dalam

proses timbulnya kanker antara lain, infeksi virus, rook,

makanan/nutrisi/obesistas, minuman keras, hormone, sinar

ultraviolet, obat/kimiawi, pengaruh imigrasi, dan

sebagainya.

Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan

umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit

antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang

berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus

dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum

tentu representatif dan baik kualitasnya. Variasi geografis

pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain

11

Page 12: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa

faktor sebagai berikut:

- Lingkungan fisik, kimia, biologis, sosial dan ekonomi

yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat

lainnya.

- Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang

berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.

- Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,

keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan

persepsi tentang sakit atau sehat.

- Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti

tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program

higiene (sanitasi) dan lain-lain.

C. Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit

merupakan kebutuhan dasar didalam analisis

epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit

menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-

faktor etiologis.

Sejalan dengan waktu, resiko kanker juga mengalami

perubahan. Kanker yang tadinya sering ditemukan

sekarang jarang terjadi. Pada sebuah penelitian

epidemiologik tentang penyakit kanker, diperkirakan akan

terjadi peningkatan 99% penderita pada tahun 2010 di

negara berkembang dibandingkan pada tahun 1985.

Sedangkan di negara maju, peningkatan jumlah penderita

diperkirakan hanya 38%. Hal ini menunjukkan bahwa

12

Page 13: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

penyakit kanker menjadi masalah yang serius di negara

berkembang di masa mendatang.

Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan

yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat

bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik,

dari peringkat 12 menjadi peringkat enam. Setiap tahun

diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan

seperlimanya akan meninggal akibat penyakit ini.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelenjar Payudara

Kelenjar payudara merupakan derivatif sel epitel. Struktur

anatomi payudara secara garis besar tersusun dari jaringan

13

Page 14: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25

lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous

yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang

berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga

terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan

limphe node (Hondermarck, 2003; Bergman et al., 1996).

Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap

estrogen karena sel epitel lobulus dan duktus

mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi

pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara,

dan mammogenesis (Van De Graaff and Fox, 1995).

Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara

merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi

berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak

kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus

menstruasi dan proses gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut

diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon

steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan

dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel

tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan

mempengaruhi perubahan morfologi dan metabolismenya.

Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis

dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu

sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam

proliferasi dan diferensiasi sel payudara (Guyton and Hall,

1996; Kumar, et al., 2000).

Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang

mengontrol perkembangan payudara mempengaruhi risiko

terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara proliferasi,

14

Page 15: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan

penting dalam proses perkembangan tersebut. Gangguan

dalam keseimbangan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya

kanker (Kumar et al., 2000). Beberapa faktor endokrin yang

berkaitan dengan faktor risiko adalah obesitas, karena dalam

keadaan obesitas terdapat peningkatan produksi estrogen

jaringan adipase payudara; peningkatan kadar estrogen

endogen dalam darah; kadar androstenedion dan testosteron

dalam darah yang lebih tinggi dari normal yang bisa diubah

menjadi estrogen estron dan kemudian estradiol; peningkatan

kadar estrogen dan androgen dalam urin.

Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang

memberikan karakteristik seksual pada wanita, mempengaruhi

berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada

regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau

pria. Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma

payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan deposit

lemak pada payudara (Guyton and Hall, 1996). Diduga

paparan yang berlebihan dari estrogen endogen dalam fase

kehidupan perempuan berkontribusi dan mungkin merupakan

faktor penyebab terjadinya kanker payudara (Yager and

Davidson, 2006).

B. Kanker Payudara

Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel

epitelial, sehingga kebanyakan kanker payudara

dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor

epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang

berangkat dari jaringan penghubung, jarang dijumpai pada

15

Page 16: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker

payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu

insitu karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ

dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun

di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju

stroma di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma,

membran basal akan rusak sebagian atau secara keseluruhan

dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya

menjadi sel metastatik (Hondermarck, 2003).

Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast

cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat

(Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar (sekitar

70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa

sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang

yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi,

pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara

keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan

kemungkinan penyusutan payudara.

Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala

nyeri tulang, penyakit kuning atau bahkan pengurangan berat

badan (Bosman, 1999). Sel kanker payudara dapat tumbuh

menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun

(Tambunan, 2003). Pada tumor yang ganas, benjolan ini

besifat solid, keras, tidak beraturan, dan nonmobile. Pada

kasus yang lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan,

dan rasa panas pada jaringan payudara (Lindley dan Michaud,

2005).

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada

sejumlah faktor risiko yang dihubungkan dengan

16

Page 17: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi

alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat

melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah

keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang

menderita penyakit ini (Macdonald dan Ford,1997). Hormon

tampaknya juga memegang peranan penting dalam terjadinya

kanker payudara. Estradiol dan atau progresteron dalam daur

normal menstruasi meningkatkan resiko kanker payudara. Hal

ini terjadi pada kanker payudara yang memiliki reseptor

estrogen, dimana memang 50 % kasus kanker payudara

merupakan kanker yang tergantung estrogen (Gibbs, 2000).

Meskipun mekanisme molekuler yang mempengaruhi

risiko terjadinya kanker payudara dan progresi dari penyakit

ini belum dapat diketahui secara persis namun aktivasi

onkogen yang disebabkan oleh modifikasi genetik (mutasi,

amplifikasi atau penyusunan ulang kromosomal) atau oleh

modifikasi epigenetik (ekspresi berlebihan) dilaporkan mampu

mengarahkan pada terjadinya multiplikasi dan migrasi sel.

Beberapa onkogen telah diketahui mempengaruhi

karsinogenesis kanker payudara, diantaranya Ras, c-myc,

epidermal growth factor receptor (EGFR, erb-B1), dan erb-B2

(HER-2/neu) (Greenwald, 2002). Perubahan ekspresi maupun

fungsi dari gen supresor tumor seperti BRCA1, BRCA2 dan p53

tidak sepenuhnya bertanggungjawab dalam tingginya

prevalensi kanker payudara spontan. Mutasi atau ketiadaan

BRCA1 terdapat pada <10% kanker payudara, sementara itu

mutasi p53 terjadi pada lebih dari 30% kanker payudara

(Bouker et al., 2005).

17

Page 18: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Diperkirakan perkembangan tumor dari perubahan seluler

pertama kali sampai kemudian terlihat melalui mammografi

memerlukan waktu 6 sampai 8 tahun. Adanya perubahan sel

kanker payudara menjadi sel yang ganas telah membentuk

heterogenisitas dalam lingkungan di dalam sel. Selain itu,

inflamasi lokal yang terjadi pada kasus kanker payudara

mengindikasikan aktivitas sel sistem imun dan interaksinya

dengan tumor (Hondermarck, 2003).

Deteksi kanker payudara dapat dilakukan dengan

mammograms yang kadang-kadang dapat mendeteksi tumor

secara dini. Stadium kanker payudara dapat diklasifikaskan

berdasarkan diameter tumor, keterlibatan nodus lymphe, dan

ada tidaknya jaringan yang terkena invasi metastasis kanker.

Faktor prognostik pemeriksaan kanker payudara juga meliputi

status nodus lymphe, kondisi dan diferensiasi tumor, dan

kehadiran reseptor estrogen (Macdonald dan Ford, 1997).

Awalnya, proses metastase kanker payudara diinisiasi

oleh adanya aktivasi atau overekspresi beberapa protein,

misalnya reseptor estrogen (ER) dan c-erbB-2 (HER2) yang

merupakan protein predisposisi kanker payudara (Fuqua,

2001; Eccles, 2001). Sekitar 50% kasus kanker payudara

merupakan kanker yang tergantung estrogen dan sekitar 30%

kasus merupakan kanker yang positif mengekspresi HER-2

berlebihan (Gibbs, 2000). Kedua protein tersebut selain

berperan dalam metastasis, juga berperan dalam

perkembangan kanker payudara (early cancer development).

Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen (ER) membentuk

kompleks reseptor aktif dan mempengaruhi transkripsi gen

yang mengatur proliferasi sel. Estrogen dapat memacu

18

Page 19: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

ekspresi protein yang berperan dalam cell cycle progression,

seperti Cyclin D1, CDK4 (cyclin-dependent kinases4), Cyclin E

dan CDK2. Aktivasi reseptor estrogen juga berperan dalam

aktivasi beberapa onkoprotein seperti Ras, Myc, dan CycD1

(Foster et al., 2001).

Aktivasi protein ini mengakibatkan adanya pertumbuhan

berlebih melalui aktivasi onkoprotein yang lain seperti PI3K,

Akt, Raf dan ERK. Protein Myc merupakan protein faktor

transkripsi yang penting untuk pertumbuhan, sedang CycD1

merupakan protein penting dalam kelangsungan cell cycle

progression sehingga adanya aktivasi tersebut akan

mengakibatkan perkembangan kanker yang dipercepat

(Hanahan and Weinberg, 2000). Estrogen akan menstabilkan

keberadaan protein Myc. Protein ini sendiri berfungsi dalam

menghambat kemampuan CKIKIPI untuk menghambat Cdk2

(Foster et al., 2001), padahal komplek Cyclin E/Cdk2

bertanggung jawab pada proses transisi sel dari fase G1

memasuki fase S (Pan et al., 2002).

Selain itu, kompleks estrogen dengan reseptornya juga

akan memacu transkripsi beberapa gen tumor suppressor,

seperti BRCA1, BRCA2, dan p53. Akan tetapi pada penderita

kanker payudara (yang umumnya telah lewat masa

menopause) gen-gen tersebut telah mengalami perubahan

akibat dari hiperproliferasi sel-sel payudara selama

perkembangannya sehingga tidak berperan sebagaimana

mestinya (Adelmann dkk., 2000; Clarke, 2000). Gen BRCA 1

terletak pada kromosom 17q21, terdiri dari 22 ekson dan

panjangnya kira-kira 100 kb. Gen ini merupakan tumor

suppresor gene. Resiko terjadinya kanker payudara karena

19

Page 20: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

mutasi gen ini sebesar 85 % dan pada wanita usia di bawah 50

tahun sebesar 50 %. Gen BRCA 2 mempunyai ukuran 70 kb

dan terdiri dari 27 ekson, terletak pada kromosom 13q12.

Resiko terjadinya kanker payudara karena mutasi pada gen ini

sebesar 80-90 % pada wanita. Gen p53 secara normal

menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa yang terlibat

dalam kontrol pertumbuhan sel. Terjadinya mutasi pada gen

ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak

terkontrol (Gondhowiarjo, 2004).

Hilangnya 4p, 4q dan 5q pada BRCA1 serta 7p dan 17q24

pada BRCA2 dapat digunakan untuk membedakan antara

kanker payudara yang disebabkan faktor keturunan atau

penyebab umum lainnya (Borg, 2005). Mutasi pada BRCA1

adalah delesi ekson 11 sedangkan pada BRCA2 adalah delesi

ekson 12 dan 3 (Franks and Teich, 1997). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran BRCA1 dan BRCA2 diantaranya

dapat menjaga kestabilan dan integritas genetik melalui

kemampuannya untuk melakukan homolog rekombinasi.

Protein tersebut terlibat pula dalam perbaikan kerusakan DNA

akibat oksidasi melalui interaksinya dengan RAD50, RAD51,

dan protein-protein lain yang merespon kerusakan DNA.

Fungsi BRCA1 dalam perbaikan DNA berkaitan dengan protein

GADD45 (Growth Arrest and DNA Damage) yang di-upregulasi

ketika terjadi overekspresi BRCA1. Saat terjadi kerusakan DNA,

BRCA1 akan terlepas dari pasangannya, yaitu CtIP (CtBP-

Interacting Protein) sehingga BRCA1 dapat mengaktifkan

GADD45 yang akan menjaga stabilitas genomik

(Wickremasighe and Hoffbrand, 1999).

20

Page 21: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Salah satu model sel kanker payudara yang banyak

digunakan dalam penelitian adalah sel MCF7 dan sel T47D. Sel

MCF-7 adalah sel kanker payudara yang diperoleh dari pleural

effusion breast adenocarcinoma seorang pasien wanita

Kaukasian berumur 69 tahun, golongan darah O, dengan Rh

positif. Sel menunjukkan adanya diferensiasi pada jaringan

epitel mammae termasuk diferensiasi pada sintesis estradiol.

Media dasar penumbuh sel MCF-7 adalah media EMEM

terformulasi. Untuk memperoleh media kompleks, maka

ditambahkan 0,01 mg/ml bovine insulin dan FBS hingga

konsentrasi akhir FBS dalam media C dan dengan kadar CO2

5%.menjadi 10%. Sel ditumbuhkan pada suhu 37 Sel MCF-7

tergolong cell line adherent (ATCC, 2008b) yang

mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-α), resisten

terhadap doxorubicin (Zampieri dkk., 2002), dan tidak

mengekspresikan caspase-3 (Onuki dkk., 2003; Prunet dkk.,

2005). Karakteristik tersebut membedakannya dengan sel

kanker payudara lain, seperti sel T47D.

Sel kanker payudara T47D merupakan continous cell lines

yang morfologinya seperti sel epitel yang diambil dari jaringan

payudara seorang wanita berumur 54 tahun yang terkena

ductal carcinoma. Sel ini dapat ditumbuhkan dengan media

dasar penumbuh RPMI (Roswell Park Memorial Institute) 1640.

Untuk memperoleh media kompleks, maka ditambahkan 0,2

U/ml bovine insulin dan Foetal Bovine Serum (FBS) hingga

konsentrasi akhir FBS dalam media menjadi 10%. Sel

ditumbuhkan pada suhu 37°C dengan kadar CO2 5%. Sel ini

termasuk cell line adherent (ATCC, 2008a) yang

mengekspresikan ER-β (Zampieri dkk., 2002) dibuktikan

21

Page 22: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

dengan adanya respon peningkatan proliferasi sebagai akibat

pemaparan 17β-estradiol (Verma dkk., 1998). Sel ini memiliki

doubling time 32 jam dan diklasifikasikan sebagai sel yang

mudah mengalami diferensiasi karena memiliki reseptor

estrogen + (Wozniak and Keely, 2005). Sel ini sensitif terhadap

doxorubicin (Zampieri dkk., 2002) dan mengalami missense

mutation pada residu 194 (dalam zinc binding domain L2) gen

p53. Loop L2 ini berperan penting pada pengikatan DNA dan

stabilisasi protein. Jika p53 tidak dapat berikatan dengan

response element pada DNA, kemampuannya untuk regulasi

cell cycle dapat berkurang atau hilang (Schafer et al., 2000).

Pada sel tumor dengan mutasi p53, diketahui terjadi

pengurangan respons terhadap agen-agen yang menginduksi

apoptosis dan tumor-tumor tersebut kemungkinan menjadi

resisten terhadap obat antineoplastik yang memiliki target

pengrusakan DNA (Crawford, 2002).

Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari

kelenjar saluran dan jaringan penunjang payudara. Tingkat

insidensi kanker payudara di kalangan wanita adalah 1 

berbanding 8. Di Indonesia, kanker payudara menduduki

peringkat kedua dari semua jenis kanker. Sedangkan sekitar

60-80 % ditemukan pada stadium lanjut dan berakibat fatal.

C. Klasifikasi Jenis-jenis dan Tipe Ca Mamae

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast

tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Non-invasif karsinoma

a) Non-invasif duktal karsinoma

b) Lobular karsinoma in situ

22

Page 23: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

2) Invasif karsinoma

a) Invasif duktal karsinoma

Papilobular karsinoma, Solid-tubular karsinoma,

Scirrhous karsinoma, Special types, Mucinous

karsinoma dan Medulare karsinoma.

b) Invasif lobular karsinoma

Adenoid cystic karsinoma, karsinoma sel squamos,

karsinoma sel spindle, Apocrin karsinoma, Karsinoma

dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia,

Tubular karsinoma, Sekretori karsinoma dan Lainnya.

Ada beberapa jenis Ca Mammae jika dilihat dari

gambaran histologisnya. Berikut ini adalah tipe-tipe kanker

payudara:

1) Adenocarcinoma: kanker berbentuk oval, sering

menempel pada jaringan lain.

2) Ductal Carsinoma Insitu (DCIS): Kadang-kadang

digambarkan sebagai prekanker, preinvasif, atau kanker

intraductal. Jenis kanker payudara ini non-invasif, yang

berarti belum menyebar ke luar duktus sel-sel payudara

atau bagian lain dari payudara, seperti kelenjar getah

bening axilla, atau ke bagian lain dari tubuh. Ada tiga

tingkatan DCIS yaitu low, intermediate, dan high. Grade

DCIS mengacu pada bagaimana sel abnormal yang dilihat

di bawah mikroskop dan memberikan gagasan tentang

seberapa cepat sel-sel dapat berkembang menjadi

kanker invasif. DCIS sangat dapat disembuhkan.

23

Page 24: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan

mammograms, maka type kanker payudara ini dapat

dikategorikan dalam dua bagian yaitu :

1) Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi

pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus

(kelenjar yang memproduksi susu) dan puting payudara}.

Dalam bahasa kedokteran disebut 'ductal carcinoma in

situ' (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke

bagian luar jaringan kantung susu.

2) Kanker payudara invasive, kanker yang telah

menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang

jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan

penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti

kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.

D. Faktor risiko

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker

payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak

faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya kanker payudara diantaranya:

1) Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang

berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara

adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,

menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama

pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah

bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara

terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan

pertama merupakan window of initiation perkembangan

24

Page 25: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,

payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya

umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa

sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya

tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

2) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan

dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard

School of Public Health menyatakan bahwa terdapat

peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para

pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis

menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker

payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang

menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai

risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum

menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan

hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak

atau menjadi ganas.

3) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,

fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko

terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan

papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.

Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga

5 kali.

4) Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat

badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada

wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan

kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta

perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan

25

Page 26: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya

keganasan ini.

5) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai

suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk.

melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang

konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan

risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59

tahun.

6) Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau

sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker

payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan

disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan

secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya

eksposur.

7) Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat

keluarga merupakan komponen yang penting dalam

riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk

kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan

pada wanita yang keluarganya menderita kanker

payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker

payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila

terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap

kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker

payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar

85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh

-> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.

Resiko terbesar usia 75 tahun.

E. Patofisiologi

1) Transformasi

26

Page 27: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam

suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang

terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

2) Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam

bahan genetik sel yang memancing sel menjadi

ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini

disebabkan oleh suatu agen yang disebut

karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,

radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak

semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap

suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau

bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan

sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan

gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel

menjadi lebih peka untuk mengalami suatu

keganasan.

3) Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami

inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum

melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh

promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk

terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka

dan suatu karsinogen).

4) Diagnosa Penyakit Kanker Payudara

Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan

pasti dengan cara pengambilan sample jaringan sel

payudara yang mengalami pembenjolan (tindakan

27

Page 28: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis

pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat

tumor jinak atau tumor ganas (kanker).

F. Gejala Klinis dan Tanda-tanda Kanker Payudara

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari

atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak

penderita yang berobat  dalam keadaan lanjut. Hal inilah

yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker

tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker

masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila

penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,

angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar

antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-

90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah,

yaitu setelah  masuk dalam stadium lanjut.

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya

dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak

menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang

tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari

tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah

kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada

dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium

lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok

di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut

dan tampak seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau

massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara,

keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya

28

Page 29: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga

bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada

payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana

coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak

kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu

tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau

pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa

timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan

lengan atau ulserasi kulit.

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada

payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa

pendarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan

yang berukuran kecil dan tidak nyeri pada payudara.

Benjolan tersebut makin lama makin membesar,

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada

puting susu. Kulit atau puting susu mengalami retraksi

(tertarik ke dalam), berwarna merah muda atau kecoklat-

coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan

seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul

borok (ulkus) pada payudara. Borok tersebut makin lama

makin meluas sehingga dapat menghancurkan seluruh

payudara, seringkali berbau busuk, dan mudah berdarah.

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul bila ukuran

tumor sudah membesar, timbul borok, atau bila telah adanya

metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran

kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada

lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan

mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:

29

Page 30: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit

payudara); adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker

payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model

parasternal;  terdapat nodul supraklavikula; adanya edema

lengan; adanya metastase jauh; serta  terdapat dua dari

tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema

kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah

bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah

bening aksila melekat satu sama lain.

Adapun gejala klinik dari kanker payudara adalah :

1) Benjolan di payudara atau ketiak.

2) Perubahan bentuk dan ukuran  payudara yang luar biasa.

3) Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.

4) Puting payudara tertarik ke dalam.

5) Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting

payudara.

Bagi anda yang merasakan adanya benjolan aneh disekitar

jaringan payudara atau bahkan salah satu payudara tampak

lebih besar, Sebaiknya cepat berkonsultasi kepada dokter.

Benjolan ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, mulai

dari ukuran kecil yang kemudian menjadi besar dan teraba

seperti melekat pada kulit. Beberapa kasus terjadi perubahan

kulit payudara sekitar benjolan atau perubahan pada

putingnya.

Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa

sakit (nyeri) saat ditekan. Jika dirasakan nyeri pada payudara

dan puting susu yang tidak kunjung hilang, sebaiknya segera

memeriksakan diri kedokter. Puting susu yang mengkerut

kedalam, yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya

30

Page 31: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

menjadi kecoklatan bahkan adanya oedema (bengkak) sekitar

puting merupakan salah satu tanda kuat adanya kanker

payudara. Hal lain adalah seringnya keluar cairan dari puting

susu ketika tidak lagi menyusui bayi anda.

G. Strategi pencegahan

Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan

dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada

lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap

epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling

efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah

promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada

kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain

berupa:

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara

merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan

karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui

upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada

berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup

sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa

pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)

yang dilakukan secara rutin sehingga bisa

memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara

ini .

2) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu

yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.

Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid

31

Page 32: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

normal merupakan populasi at risk dari kanker

payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan

melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi

dini terus mengalami perkembangan. Skrining

melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90%

dari semua penderita kanker payudara, tetapi

keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada

wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining

dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan

dengan beberapa pertimbangan antara lain:

1) Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun

dianjurkan melakukan cancer risk assessement

survey.

2) Pada wanita dengan faktor risiko mendapat

rujukan untuk dilakukan mammografi setiap

tahun.

3) Wanita normal mendapat rujukan mammografi

setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian

oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang

melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan

Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.

Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi

kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan

dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi

secara dini menjadi 75%.

3) Pencegahan tertier

32

Page 33: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu

yang telah positif menderita kanker payudara.

Penanganan yang tepat penderita kanker payudara

sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi

kecatatan dan memperpanjang harapan hidup

penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita serta

mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan

pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa

operasi walaupun tidak berpengaruh banyak

terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker

telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan

kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium

tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa

simptomatik dan dianjurkan untuk mencari

pengobatan alternatif.

H. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan

serangkaian pengobatan meliputi pembedahan,

kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru

adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini

ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi

perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-

gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan

terapi dilakukan secara individual.

1) Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan

pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan

pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan

33

Page 34: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan

pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat

tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara

yang mengandung sel kanker atau pengangkatan

seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan

harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan

terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau

kemoterapi.

2) Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan

intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak

terangkat saat pembedahan.

3) Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan

tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai

terapi pendamping setelah pembedahan atau pada

stadium akhir.

4) Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal

ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi

dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa

digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah

satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat

anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada

pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker

saja.

5) Terapi Imunologik

34

Page 35: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya

protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara

berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab,

antibodi yang secara khusus dirancang untuk

menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan

tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya

juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan

terapi dengan trastuzumab.

6) Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit

Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk

membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap

akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup.

Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu

memperpanjang harapan hidup pada pasien,

diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan

capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir

bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter

berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki

kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi

radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara

dengan HER2- positif, trastuzumab memberikan

harapan untuk pengobatan kanker payudara yang

dipicu oleh HER2.

35

Page 36: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1) Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast

cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu

cepat (Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar

(sekitar 70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang

biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda

lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian

payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada

36

Page 37: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan,

pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.

2) Kanker payudara diklasifikasikan menjadi dua yaitu

a. Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi

pada kantung (tube) susu {penghubung antara

alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan

puting payudara}.

b. Kanker payudara invasive, kanker yang telah

menyebar keluar bagian kantung susu dan

menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat

menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian

tubuh lainnya.

3) Penyebab dan Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :

- Usia.

- Pernah menderita kanker payudara.

- Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.

- Faktor genetik dan hormonal.

- Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.

- Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.

- Obesitas pasca menopause.

- Pemakaian alkohol.

- Bahan kimia.

- DES (dietilstilbestrol).

- Penyinaran

4) Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari

atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga

banyak penderita yang berobat  dalam keadaan lanjut,Ada

37

Page 38: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

beberapa gejala klinik kanker payudara yang penting untuk

diketahui

- Benjolan di payudara atau ketiak.

- Perubahan bentuk dan ukuran  payudara yang luar

biasa.

- Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.

- Puting payudara tertarik ke dalam.

- Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting

payudara.

5) Pecegahan kanker payudara dapat juga dilakukan dengan

tiga cara yaitu :

a. Pencegahan secara Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara

merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan

karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui

upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada

berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup

sehat. Salah satunya adalah dengan SADARI yaitu

Pemeriksaan Payudara Sendiri.

b. Pencegahan secara Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu

yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan

deteksi dini yaitu dengan screening atau

mammografi.

c. Pencegahan secara Tersier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu

yang telah positif menderita kanker payudara.

Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan

38

Page 39: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi

penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan

pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak

berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup

penderita.

Daftar Pustaka

JANGAN LUPA DI EDIT DULU YAA…

39

Page 40: Kanker Mammae Dalam Finising

Epidemiologi Carcinoma Mammae

DAN TAMBAHIN DARI BUKU YG DD

KASI

OK

Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.Kanker Payudara.pdf. Kanker Payudara.

Rabe, Thomas. Buku Saku Ilmu Kandungan. Hipokrates, Jakarta,2002.www./portalkalbe/files.cdk/06.

Tambunan, Gani. Strategi Deteksi Kanker Payudara Stadium Awal. Pdf. Laboratorium Patologi Anatomi, Fk USU, 1992.

40