Kampanye Pencegahan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba · PDF fileuntuk berinteraksi dengan...
Transcript of Kampanye Pencegahan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba · PDF fileuntuk berinteraksi dengan...
Kampanye Pencegahan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Tempat Kerja
Kemitraan PT Unilever Indonesia Tbk dan Karsa Kemanusiaan Indonesia
HIV/AIDS in Indonesia
Epidemi HIV di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Pada akhir 2009, diperkirakan ada 33.200 orang dengan HIV/
AIDS (ODHA). Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan secara kumulatif meningkat dari 2.682 pada tahun 2004 ke 19.973 pada 2009, atau
meningkat lebih dari enam kali lipat. Jumlah provinsi yang melaporkan naik dua kali lipat selama periode ini, dari 16 provinsi menjadi
32 provinsi dari total 33 provinsi.1 92% dari mereka yang terinfeksi berada di usia produktif (20-49 tahun). Jumlah perempuan yang
terinfeksi meningkat dengan cepat; pada tahun 2009, 25% dari kasus HIV/AIDS menimpa kaum perempuan. 71% laki-laki menikah
dan 61% perempuan menikah sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS, tapi hanya 49% dari laki-laki dan 36% dari perempuan
pernah mendengar bahwa kondom bisa menurunkan risiko infeksi. Hanya 7% laki-laki menikah dan 8% perempuan menikah tahu
mengenai adanya test dan konseling sukarela (VCT).2 Insiden HIV/AIDS tertinggi ada di kalangan pengguna narkoba suntik.
1
RINGKASAN
PT Unilever Indonesia Tbk (UI) dan Karsa Kemanusiaan
Indonesia (KKI) telah bermitra sejak 2003 untuk melakukan
edukasi pencegahan HIV dan penyalahgunaan narkoba di
kalangan karyawan pabrik UI di kawasan industri Cikarang,
dimana sebagian besar karyawannya adalah laki-laki.
Dasar dari kemitraan ini adalah program training of trainers
(TOT) oleh KKI guna membentuk kelompok relawan di
kalangan karyawan. Kelompok ini kemudian menyebarkan
informasi dan melakukan pelatihan bagi karyawan lain untuk
membentuk perilaku yang diperlukan guna mencegah penye-
baran HIV dan penyalahgunaan narkoba. Kelompok yang
dinamakan tim ANHA (Anti-Drugs and HIV/ AIDS) ini bekerja di
bawah koordinasi Kepala Bagian Occupational Health Services
(OHS) di pabrik. Sejak 2004, KKI telah melakukan tiga kali
pelatihan TOT yang menghasilkan 62 anggota tim, terdiri dari
bukan saja karyawan Unilever melainkan juga dari perusahaan
lain di daerah tersebut, termasuk para supplier UI. Tim ini juga
menyebarkan informasi pencegahan kepada masyarakat di
sekitarnya, termasuk sekolah-sekolah. Kegiatan ini merupakan
cikal bakal dari lahirnya kebijakan baru di Unilever Indonesia
mengenai pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narko-
ba di tempat kerja. Kebijakan baru ini ditandatangani oleh
CEO Unilever Global pada bulan Januari 2007.
Sejak pertama kali ada pada tahun 2004, anggota tim ANHA
telah menjangkau 2,000 karyawan pabrik UI di Cikarang dan
2.000 orang karyawan supplier UI. Mereka juga telah menjang-
kau murid-murid di enam sekolah dan masyarakat dari 14
daerah sekitar. Pihak UI dan KKI merencanakan mengadakan
ToT yang ke empat pada tahun 2011, dengan target para
karyawan dari pabrik-pabrik sekitar termasuk Mattel, Kimberly
Clark dan Mulia Ceramics.
Walk to Stop AIDS. Masyarakat ambil bagian dalam acara jalan kaki
sehat di salah satu jalan protokol di Jakarta untuk mengkampanyekan
stop AIDS. Pesan intinya adalah: Lindungi diri kita dan keluarga dari
perilaku berisiko tinggi. © KKI, 2007
MITRA KERJA
Un i l e v e r I n d on e s i a / U I ( h t t p : / /
www.unilever.co.id/) Perusahaan yang sudah
beroperasi di Indonesia sejak 1933 ini
berkantor pusat di Jakarta dan memiliki
enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka,
Cikarang serta dua pabrik di Rungkut,
Surabaya. Produk yang dihasilkan UI men-
cakup produk-produk perawatan diri seperti sabun mandi,
shampoo, pasta gigi dan produk perawatan kulit; produk
kebersihan rumah tangga seperti deterjen, sabun cuci piring,
pembersih lantai dll serta produk eskrim dan makanan termasuk
kecap, margarine, teh, jus buah dan snack. Pada tahun 2010,
jumlah karyawan mencapai lebih dari 4.000 orang dan memiliki
lebih dari 300 supplier. UI memiliki program CSR yang
terintegrasi pada bisnisnya, dengan empat pilar utama yakni
lingkungan hidup, nutrisi, kebersihan dan pertanian
berkelanjutan. Di bawah ke-empat pilar ini dilakukan berbagai
program, antara lain kampanye kesehatan mencuci tangan
dengan sabun, edukasi kesehatan mulut dan gigi, program
pelestarian makanan tradisional Indonesia dan program
bantuan gizi untuk anak-anak Indonesia yang kekurangan gizi.3
Karsa Kemanusiaan Indonesia (KKI)
(http://karsakemanusiaan.or.id/) KKI
dibentuk pada bulan Agustus 1998.
Antara tahun 1998–2000, KKI
memfokuskan diri pada bantuan
kemanusiaan seperti menyalurkan sumbangan sandang dan
pangan untuk korban bencana alam di Aceh, Kalimantan Barat,
Ambon dan Timor Timur. KKI juga menyalurkan makanan
pokok kepada masyarakat tak mampu di kelurahan-kelurahan
seluruh Jakarta. Sejak tahun 2000, KKI berfokus hanya pada
pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba, melalui
program kemitraan dengan perusahaan-perusahaan. Program
ini diwujudkan mela-lui berbagai kegiatan, antara lain edukasi
dan layanan STD/HIV untuk para pengemudi truk di kawasan
pelabuhan, edukasi melalui pertunjukan wayang, program ke
sekolah-sekolah dan peliputan berita di TV dan surat kabar. KKI
beroperasi di Aceh, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. 4
AWAL TERBENTUKNYA KEMITRAAN
Kemitraan antara UI dan KKI berawal saat KKI mengirimkan surat
ke UI untuk meminta bertemu guna mendiskusikan masalah
pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Surat
dikirim oleh ketua KKI Bapak Mar’ie Muhammad (Mantan Men-
teri Keuangan) kepada Bapak Tony Pranatadjaja, saat itu
menjabat sebagai Corporate Relations Manager di Unilever
Indonesia dan kebetulan merupakan kenalan pribadi Bapak
Mar’ie Muhammad. Dalam pertemuan yang diadakan kemu-
dian, KKI memberikan paparan mengenai manfaat program
pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di tempat
kerja, antara lain meningkatkan produktifitas karyawan, menu-
runkan biaya pengobatan, meningkatkan semangat kerja karya-
wan, meningkatkan kualitas produk, membentuk citra positif
perusahaan dan meningkatkan hubungan kerja antar karyawan.
Pada bulan Agustus 2003, UI meminta KKI untuk memaparkan
hal yang sama kepada para kepala bagian di pabrik Unilever di
Cikarang, termasuk Kepala Bagian OHS. Dalam kunjungan ini,
Bapak Mar’ie Muhammad menyematkan pin kepada para kepala
bagian (Site Coordinator dan Direktur Human Resource) sebagai
simbol komitmen manajemen untuk mencegah penyebaran
HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba.
Pada bulan April 2004, satu kelompok kerja yang terdiri atas fasi-
litator dari KKI dan para manajer di pabrik membuat rencana
kerja. Mereka menyepakati syarat karyawan yang akan dipilih
untuk ikut dalam ToT, menentukan jumlah hari pelatihan, isi
pelatihan dan jadwal pelatihan. Dalam merancang rencana
kerja ini, tim berpedoman pada motto: “Think Big, Start Small
and Act Now.”
MEWUJUDKAN KEMITRAAN
Setelah mempertimbangkan apa saja yang dibutuhkan dalam
pelatihan, Unilever mengeluarkan pengumuman untuk meng-
undang relawan untuk ikut serta di dalam pelatihan mengenai
pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Divisi
Human Resources menyebarkan pengumuman ini kepada selu-
ruh karyawan. Kriteria peserta pelatihan antara lain: mudah
bergaul, bersedia untuk melakukan penjangkauan dan bersedia
ikut serta secara sukarela. Setelah merekrut 17 orang yang ter-
pilih pada kelompok pertama, KKI melaksanakan pelatihan ToT
selama tiga hari. Pada hari ketiga yang merupakan hari libur
bagi peserta, mereka mengunjungi pasien di rumah sakit setem-
pat yang menangani penyalahgunaan narkoba. Tujuan kun-
jungan ini adalah memberikan kesempatan kepada para peserta
2
Murid-murid dari sekolah Islam di dekat pabrik Unilever dengan
antusias mengikuti sesi edukasi pencegahan HIV/AIDS dan penya-
lahgunaan Narkoba yang dibawakan oleh fasilitator dari UI. © KKI, 2010
untuk berinteraksi dengan pasien penyalahgunaan narkoba
guna menumbuhkan rasa empati di dalam diri mereka yang
nantinya diharapkan dapat ditularkan ke orang lain.
Pelatihan meliputi: 1) Pengetahuan dasar mengenai HIV/AIDS
dan penyalahgunaan narkoba, 2) Cara mengomunikasikan
pesan-pesan seputar HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba
kepada para karyawan dan kepada para karyawan dan
masyarakat; dan 3) Cara membuat rencana kerja satu tahun
yang mencakup jenis kegiatan, jadwal pelaksanaan dan
penentuan kelompok yang menjadi target program.
Kelompok relawan yang pertama selanjutnya menjadi tim
ANHA (Anti Drugs and HIV/AIDS). Tim ANHA berperan sebagai
agen perubahan perilaku bagi para karyawan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan pencegahan HIV/AIDS dan penyalah-
gunaan narkoba di tempat kerja. Tim ini membagikan materi
yang disediakan oleh KKI melalui berbagai cara, sehingga dapat
menjangkau karyawan dalam jumlah besar. Misalnya, informasi
dikomunikasikan di kantin karyawan dan pada saat acara Hari
Keluarga perusahaan.
Tim ANHA juga mengunjungi dan membagikan informasi ke-
pada masyarakat sekitar dan sekolah-sekolah. Setiap tahun me-
reka mengunjungi satu kelompok masyarakat (misalnya, kom-
pleks perumahan). Tim ANHA merancang rencana/program
tahunan yang mencakup aktivitas di dalam perusahaan maupun
di luar (masyarakat di perumahan dan sekolah-sekolah), misal-
nya dengan mengambil momentum hari kemerdekaan RI.
Pada tahun 2008, untuk meningkatkan komitmen dan pema-
haman para relawan tentang masalah HIV/AIDS dan narkoba,
KKI memfasilitasi tim ANHA untuk mengunjungi salah satu
rumah yang menampung pengidap HIV/AIDS serta satu rumah
sakit perawatan HIV/AIDS “Dharmais” di Jakarta. Mereka juga
melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah antara lain SMP
Kartika di Cijantung dan SMKN Cikarang Selatan. Pada tahun
2009, tim ANHA mengunjungi salah satu perumahan di
Cibarusa, yang berlokasi di dekat pabrik. Tim ANHA bekerja di
bawah koordinasi Kepala Bagian OHS pabrik, ibu Indriati
Purnamasari.
Untuk melengkapi kegiatan KKI bersama para karyawan melalui
tim ANHA, UI telah membentuk tim serupa beranggotakan para
manajer senior di bawah pimpinan Senior Medical Advisor UI, dr.
Johny Sulistio. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan
dukungan anggota manajemen senior terhadap upaya ini.
Salah satu upaya yang dilakukan tim ini adalah melibatkan satu
ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) untuk menjadi juru bicara di
acara-acara pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narko-
ba. Tim ini juga telah melakukan penyematan pin kepada
anggota manajemen senior sebagai apresiasi atas dukungan
mereka. Salah satu cita-cita tim ini adalah membentuk satu
kebijakan perusahaan untuk meningkatkan pemahaman di
kalangan karyawan mengenai pentingnya pencegahan HIV/
AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Untuk karyawan yang ingin
melakukan tes HIV/AIDS, perusahaan akan menanggung biaya
pemeriksaan di rumah sakit rekanan. UI juga menanggung
biaya bagi mereka yang menginginkan perawatan.
HASIL
Sejak tahun 2005, sudah 62 karyawan yang bergabung dengan
tim ANHA sebagai hasil dari 3 kali pelatihan ToT oleh KKI. Dua
pelatihan yang pertama hanya melibatkan karyawan UI,
sedangkan ToT ke tiga yang dilakukan pada bulan Juni 2009
juga melibatkan karyawan supplier UI dan perusahaan-
perusahaan lain di kawasan industri yang sama. Pada tahun
2010, tim ANHA memiliki 43 relawan dari UI, 15 dari supplier dan
empat dari perusahaan lain yakni Kimberly Clark, Mulia Ceramics
dan Toshiba. Pada tahun 2010, tim ini telah menjangkau 2.000
karyawan di pabrik Unilever dan 2.000 lainnya dari para
supplier. Saat ini belum ada pengukuran mengenai seberapa
jauh upaya ini bisa mengubah perilaku; tetapi pihak UI dan KKI
akan mencari cara yang tepat untuk dapat melakukan pengu-
kuran tersebut di masa yang akan datang.
Tim ANHA juga telah menjangkau 14 kelompok masyarakat dan
6 sekolah di sekitar pabrik dengan informasi pencegahan HIV/
AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Pada bulan Januari 2007,
Unilever Indonesia mengadopsi kebijakan mengenai pence-
gahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di tempat kerja,
yang kemudian kebijakan ini ditandatangani dan diumumkan
oleh CEO Unilever Global.
Tim ANHA juga telah menjangkau 14 kelompok masyarakat dan
6 sekolah di sekitar pabrik dengan informasi pencegahan HIV/
AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Pada bulan Januari 2007,
Unilever Indonesia mengadopsi kebijakan mengenai pence-
3
Karyawan dari UI dan supplier-suppliernya mengikuti pelatihan ToT
untuk pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba yang
dibawakan oleh KKI. © KKI, 2006
Catatan Kaki
1. Republic of Indonesia Country Report on the Follow-up to the Declaration of Commitment on HIV/AIDS (Reporting Period 2008-2009).
2. Alene H. Gelbard. “Preventing HIV/AIDS in the Workplace in Indonesia, The Partnership of PT Gajah Tunggal and YKB”. Public Health Institute, March 2009.
3. PT Unilever Indonesia Tbk. “Creating a Better Future Everyday.” Annual Report 2009.
4. KKI berubah menjadi Karsa Kemanusiaan Indonesia pada tahun 2011. Sebelumnya bernama Komite Kemanusiaan Indonesia.
4
gahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di tempat kerja,
yang kemudian kebijakan ini ditandatangani dan diumumkan
oleh CEO Unilever Global.
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Faktor kunci keberhasilan program ini terletak pada komposisi
tim dan sifat dasar ANHA itu sendiri. Anggota tim adalah kar-
yawan pabrik yang bekerja secara sukarela dan menyisihkan
waktu di luar jam kerja untuk berpartisipasi. Di samping itu, ada
komitmen tinggi dari manajemen senior UI untuk mendukung
program ini. Lebih jauh lagi, melibatkan seseorang yang hidup
dengan HIV/AIDS juga memberikan kontribusi besar terhadap
kesuksesan program.
RENCANA MASA DEPAN DAN HARAPAN
UI dan KKI berencana untuk terus bekerjasama membangun
jejaring dengan industri-industri lain yang ada di sekitar untuk
memberikan edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS dan
penyalahgunaan narkoba. Kedua pihak berencana menga-
dakan ToT ke-empat pada tahun 2011 dengan melibatkan
karyawan dari pabrik sekitar, yakni Mattel, Kimberly Clark dan
Mulia Ceramics. UI juga berharap bisa memasukkan tes HIV di
dalam cek kesehatan tahunan bagi para karyawan.
Mengenai Studi Kasus Ini
Ini merupakan salah satu dari lanjutan studi kasus berdasarkan presentasi oleh para mitra dalam sesi Health and Business Roundtable Indonesia (HBRI). HBRI
merupakan suatu aktifitas Company-Community Partnerships for Health in Indonesia (CCPHI), salah satu proyek Public Health Institute yang didanai oleh Ford
Foundation.
Studi kasus ini dibuat berdasarkan presentasi dari Oyo Zakaria (Sekretaris - Karsa Kemanusiaan Indonesia) dan Dr. Johny Sulistio (Senior Medical Advisor - PT.
Unilever Indonesia Tbk) pada sesi HBRI yang ke-7. Anggota staf CCPHI mempersiapkan studi ini dengan berkonsultasi dengan UI dan KKI.
© Public Health Institute/CCPHI, Agustus 2012
CCPHI adalah afiliasi dari ACCESS Health Worldwide, sebuah proyek dari Public Health Institute. ACCESS adalah singkatan dari Advancing
Company-Community Engagement for Sustainable Societies
Untuk informasi lainnya mengenai Proyek CCPHI dan Health & Business Roundtable Indonesia
Silakan hubungi Kemal Soeriawidjaja, CCPHI Executive Director, di [email protected]
atau Dian Rosdiana, CCPHI Communication Officer, di [email protected],
atau Dr. Alene H. Gelbard, ACCESS Health Worldwide Director, id: [email protected]
atau kunjungi kami di www.ACCESShealthworldwide.org