Kaltim Provinsi Hijau - Mangrove

1
Kalimantan Timur telah menikmati dua kali masa kejayaan dari hasil hutan pada 1960-an hingga 1970-an dan masa maraknya industri perkayuan pada 1990-an. UA kali masa kejayaan yang telah terlewati itu tidak membuat semua warga Kalimantan Timur (Kaltim) kian sejahtera. Kenyataan- nya Kaltim belum memiliki sarana transportasi memadai, yang mampu memberikan jaminan pada investor. Akibat pembalakan hutan serta kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa dekade, kerusahan hutan bahkan mempri- hatinkan. Setidaknya, sekitar 6 juta hektare hutan dan lahan di daerah itu dalam kondisi kritis dan mem- perihatinkan. Setelah melihat kon- disi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim di bawah kepemimpinan Dr H Awang Faroek Ishak dan Farid Wadjdy bertekad mengembalikan Kaltim sebagai provinsi hijau dengan gerakan Satu Orang Menanam Lima Pohon (One Man Five Trees/Omt). Dengan jumlah penduduk 3,5 juta jiwa, melalui program Omt setidaknya dalam lima tahun akan tertanam sekitar 17,5 juta pohon, dengan catatan upaya itu juga diikuti dengan gerakan memelihara sehingga pohon yang ditanam bisa dipastikan tumbuh. “Walau tidak mudah, hal ini harus kita lakukan sebagai upaya Kaltim mendukung program nasional untuk mengurangi emisi gas karbon mencapai 26% hingga 2020,” kata Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak pada setiap kesempatan. Terkait dengan hal itu, Guber- nur Kaltim H Awang Faroek Ishak mengajak para pengusaha di Kaltim bangkit menangkap peluang investasi bidang pertanian dalam arti luas, termasuk pemanfaatan lahan-lahan kritis. “Saya sangat mendukung moratorium peneban- gan hutan yang saat ini dilakukan pemerintah. Dengan moratorium ini, akan semakin jelas mana hutan primer yang harus kita jaga dan kita pertahankan dan mana hutan sekunder yang bisa kita manfaatkan. Ini peluang untuk para pengusaha di Kaltim untuk ikut bangkit,” kata Awang Faroek seusai membuka 5th Heart of Borneo Trilateral Meeting di Balikpapan, beberapa waktu lalu. Kalimantan Timur, lanjut Awang Faroek, saat ini tengah mempri- oritaskan pembangunan pertanian dalam arti luas yang di dalamnya termasuk pengelolaan budi daya kehutanan dan budi daya nonkehu- tanan. Penegasan pemerintah den- gan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2011 yang menempatkan sawit, karet, dan kelapa sebagai tanaman kehutanan harus dilihat dari sisi positif. “Kaltim sudah punya komitmen kuat untuk program penghijauan yang kita beri nama Kaltim Green. Hutan primer, hutan lindung, kawasan konservasi, semua itu harus kita pertahankan. Karena itu, pengusaha tidak perlu ragu untuk berinvestasi, sepanjang dilaku- kan sesuai aturan,” tegas Awang Faroek. Usaha perkebunan, khusus- nya karet dan sawit, menurut dia, sangat potensial. Para pengusaha tidak perlu ragu sebab lahan yang akan diberi izin tidak berada di hu- tan primer, kawasan lindung, dan kawasan konservasi, tetapi meman- faatkan lahan kritis yang luasannya diperkirakan sekitar 6 juta hektare. “Mengapa ini harus dilakukan? Sebab saya sangat yakin muara akhirnya adalah untuk kesejahter- aan rakyat,” tegas Awang Faroek. Komitmen HoB Pada kesempatan yang sama, Awang Faroek meminta agar tiga negara, yakni Brunei Darussalam, Malaysia, dan Indonesia, tetap berkomitmen menjaga Heart of Borneo (HoB), melalui penerapan pengelolaan kawasan hutan dengan prinsip dasar konservasi dan pem- bangunan ekonomi berkelanjutan. Heart of Borneo dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara keberlanjutan manfaat kawasan hutan hujan terbaik yang masih tersisa di Borneo. Kepenting- annya ialah untuk kesejahteraan generasi saat ini dan generasi se- telah kita,” kata Awang Faroek. Heart of Borneo merupakan komit- men tiga negara yang disepakati sejak 12 Februari 2007. Ketika itu, deklarasi yang digagas untuk men- jaga pengelolaan kawasan dengan prinsip konservasi dan pembangun- an berkelanjutan itu diteken tiga menteri negara masing-masing, yaitu Menteri Kehutanan RI MS Kaban, Menteri Industri dan Sumber Daya Utama Brunei Darussalam Pehin Dato Dr Awang Haji Ahmad bin Haji Jumat, dan Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malay- sia Dato Seri Azmi bin Khalid. Luas HoB di tiga negara tersebut mencapai 23 juta hektare. Sekitar 72% dari jumlah tersebut berada di hutan hujan tropis Indonesia, termasuk yang ada di Kaltim. Gu- bernur mengungkapkan salah satu fungsi penting kawasan HoB ialah sebagai menara air (heart of Borneo as water tower). Sejumlah 14 dari 20 sungai utama di Pulau Borneo berhulu di kawasan HoB. Sungai- sungai itu antara lain Sungai Barito, Sungai Kapuas, dan tentu saja Sungai Mahakam. Komitmen tersebut sangat diper- lukan karena HoB memiliki tujuh fungsi penting sebagai tutupan kawasan hutan, melimpahnya keanekaragaman hayati, menara air, kelerengan kawasan, penyim- pan karbon, sosial budaya dan ekowisata. Kawasan HoB memiliki kekayaan keanekaragaman hayati sekitar 40%-50% yang merupakan jenis ora dan fauna. Kawasan tersebut juga merupakan rumah dan sumber penghidupan bagi masyarakat lokal yang sebagian ialah jenis ora dan fauna. Sesuai dengan kesepakatan 2007, 10 kabupaten dari tiga provinsi dinyatakan menjadi kawasan Heart of Borneo adalah Kalimantan Barat terdiri dari Kabupaten Sintang, Me- lawi, dan Kapuas Hulu. Kalimantan Tengah terdiri dari Kabupaten Ka- tingan, Gunung Mas, Barito Utara, dan Murung Raya. Di Kalimantan Timur ialah Ka- bupaten Malinau, Bulungan, dan Kuai Barat. Program HoB memiliki dua misi utama, yaitu konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Konservasi di kawasan itu dituju- kan untuk meningkatkan pengelo- laan kawasan konservasi seperti taman nasional, hutan lindung, suaka margasatwa, cagar alam, dan kawasan lindung lainnya. Kerja sama tiga negara ini men- jadi sangat penting karena memiliki keterkaitan ekologis atas fungsi hutannya. Secara sosial budaya masyarakat tiga negara itu juga memiliki keterkaitan sangat erat. “Karena itu, pembangunan perbatasan berbasis pengemban- gan ekonomi masyarakat menjadi sangat penting sebagai program kerja sama lintas batas. Kerja sama ini akan menguatkan masyarakat secara ekonomi, sosial, dan bu- daya. Penguatan dimaksud ialah peran masyarakat dalam kegiatan ekonomi berbasis pemanfaatan sumber daya lokal,” kata Awang Faroek. (S-25) SELAIN kawasan hutan daratan, kawasan pantai seperti hutan mangrove di kawasan Delta Ma- hakam menjadi perhatian Peme- rintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Perhatian itu diwujudkan dengan rencana pembangunan pusat penelitian, pameran, informa- si, pembibitan, dan pendidikan un- tuk penyelamatan Delta Mahakam, juga sejumlah hutan mangrove lain di Kaltim. Latar belakang pendirian pusat penelitian hutan mangrove itu sederhana, agar masyarakat dapat menikmati manfaat hutan mangrove. Akibatnya, sejumlah pihak yang akan melakukan penelitian terkait dengan mangrove di Kaltim pasti mengunjungi Delta Mahakam. Berawal dari kegiatan tersebut, Wakil Gubernur Kaltim H Farid Wadjdy mengatakan secara ber- tahap kondisi mangrove di Delta Mahakam akan kian dikenal se- hingga menarik sejumlah turis dari mancanegara untuk berkunjung sebagai kawasan wisata alami. Melalui pemikiran sederhana itulah, Kaltim berniat membangun pusat informasi dan penelitian mangrove yang diharapkan mem- perkuat upaya penyelamatan hutan mangrove di Kaltim, khususnya di Delta Mahakam. “Mudah-mudahan hal ini ditindaklanjuti Badan Ling- kungan Hidup (BLH), pemangku kepentingan juga pihak swasta. Program ini tidak akan berhasil bila tidak ada komitmen kuat dari kita semua,” kata Farid Wadjdy dalam satu kesempatan. Menurut Wagub Kaltim, terkait dengan rencana pembangunan pusat informasi dan penelitian tersebut sudah disiapkan lahan 16 hektare di kawasan Sepatin. Di ka- wasan itu bangunan siknya akan dibuat konsep natural dan alami. Hingga kini telah dilakukan per- baikan lingkungan di kawasan Del- ta Mahakam melalui penanaman 1,16 juta pohon mangrove dengan luas penanaman sekitar 415,87 hek- tare, sebagai upaya penyelamatan kawasan tersebut. Penyelamatan dan penanaman kembali kawasan Delta Mahakam yang dicanangkan bersama sejak 2009, merupakan salah satu upaya nyata dari Pro- gram Kaltim Hijau. Dukungan selu- ruh pemangku kepentingan dalam program ini untuk menyelamatkan hutan mangrove. Farid Wadjdy yang juga Ketua Program Penyelamatan Delta Mahakam menjelaskan, kawasan tersebut berada di wilayah Kabu- paten Kutai Kartanegara meliputi Kecamatan Marangkayu, Muara Jawa, Muara Badak, Anggana, dan Samboja. Secara geogras, Delta Mahakam merupakan perairan pesisir, daratan berlumpur dan berawa dengan luas sekitar 52.450 hektare. Pada awal 1970-an seluruh kawasan masih ditutupi hutan mangrove. Namun pada saat ini berdasarkan data, terjadi kerusak- an hutan mangrove baik kategori ringan hingga berat, yakni rusak ringan 41.603 hektare atau 27,3% dan rusak berat 74.035 hektare atau 48,6%. Program penanggulangan Delta Mahakam dilakukan de- ngan melaksanakan International Workshop I Delta Mahakam di Jakarta pada 2007, pembentukan Tim Pengelolaan Delta Mahakam terpadu dan berkelanjutan. Kegiat- an itu direalisasikan melalui Surat Keputusan Bupati Kutai Kartane- gara Nomor 180 Tahun 2001, antara lain berupa penanaman mangrove di jalur pipa dan areal lainnya yang merupakan kerja sama Total E&P Indonesie dengan masyarakat sekitar. Ramah lingkungan Selain itu, juga dilakukan pendidikan berwawasan ling- kungan untuk anak sekolah dan masyarakat, program percontoh- an tambak ramah lingkungan di Handil dan Tunu mencapai seluas 2,3 hektare dengan produksi 1 ton/ hektare, sekaligus pelatihan teknis tambak ramah lingkungan. Selanjutnya, dilakukan studi ke- giatan tambak yang terkait dengan kegiatan migas dan lingkungan di Delta Mahakam, studi analisis stakeholder di Delta Mahakam, studi rencana detail tata ruang Delta Mahakam, penanaman mangrove oleh pihak lain di antaranya pena- naman oleh BPD Kaltim pada 2011 sebanyak 1.000 pohon mangrove dan penanaman oleh Administrasi Pelabuhan Samarinda sebanyak 1.000 pohon mangrove di Desa Sepatin. Sejak 2005 sampai 2009, telah tertanam 3,16 juta bibit mangrove dan pada 2010 dilanjutkan dengan menanam sebanyak sejuta bibit mangrove. Salah satu studi yang cukup penting dan bisa menjadi landasan hukum ke depan bagi pengelolaan Delta Mahakam adalah Naskah Akademik ini. Naskah Akademik itu dibuat para pakar yang disepakati ber- sama saat Program Penyelamatan Delta Mahakam. Dengan Naskah Akademik ini, akan menentukan langkah ke depan tentang Program Penyelamatan Delta Mahakam. Program itu memang tidak akan selesai hanya dengan diskusi dan berbagai studi, tetapi juga membu- tuhkan berbagai tindakan nyata di lapangan. Tidak sekadar membangun pusat penelitian mangrove, Kaltim juga bertekad menjadi provinsi percon- tohan di Indonesia dalam gerakan pembangunan rendah karbon. Sebagai upaya mewujudkan rencana tersebut, Pemprov Kaltim akan bekerja sama dengan pe- merintah Jerman yang dikenal memiliki fokus sangat tinggi ter- hadap penyelamatan lingkungan dan melawan perubahan iklim. “Untuk mewujudkan rencana ini, Pemprov Kaltim akan meminta pemerintah Jerman mendukung penyusunan rencana pembangu- nan rendah karbon terintegrasi serta menetapkan panutan untuk memerangi perubahan iklim namun tetap menjamin pertum- buhan ekonomi,” kata Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak saat menyampaikan konsep pemba- ngunan ekonomi hijau versi Pem- prov Kaltim di depan rombongan Komisi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Parlemen Jerman, pada Agustus lalu. Kepada rombongan anggota Komisi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Parlemen Jerman atau Member of Germany Federal Parliament, Awang Faroek me- ngupas lengkap konsep pemba- ngunan ekonomi Kaltim yang saat ini diarahkan untuk pembangunan pertanian dalam arti luas, disertai sejumlah rencana besar pengemba- ngan agrobisnis yang akan meng- hasilkan ratusan produk turunan. Dagmar Wohrl, pimpinan rombongan parlemen Jerman memuji upaya serius yang dilaku- kan Pemprov Kaltim dalam upaya menekan efek gas rumah kaca dan perang terhadap isu perubahan iklim. Menurut dia, Kaltim bisa jadi provinsi percontohan untuk gerakan hijau. Isu lingkungan kini tengah menjadi tema global. Di Jer- man, isu lingkungan telah menjadi tema utama dalam setiap diskusi pemerintah dan para penggiat lingkungan. (S-25) Mengembalikan Kaltim sebagai Provinsi Hijau Pusat Informasi dan Penelitian Mangrove Dibangun Kaltim sudah punya komitmen kuat untuk program penghijauan yang kita beri nama Kaltim Green.” H Awang Faorek Ishak Gubernur Kaltim TERIMA PENGHARGAAN: Gubernur Kaltim, Dr H Awang Faroek Ishak menerima penghargaan Piala Green Award 2011. FOTO-FOTO: HUMAS PEMPROV KALTIM TANAM MANGROVE: Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak menanam pohon mangrove untuk memotivasi masyarakat menyelamatkan hutan mangrove di daerah itu. 21 JUMAT, 21 OKTOBER 2011

Transcript of Kaltim Provinsi Hijau - Mangrove

Page 1: Kaltim Provinsi Hijau - Mangrove

Kalimantan Timur telah menikmati dua kali masa kejayaan dari hasil hutan pada 1960-an hingga 1970-an dan masa maraknya industri perkayuan pada 1990-an.

UA kali masa kejayaan yang telah terlewati itu tidak membuat semua warga Kalimantan Timur

(Kaltim) kian sejahtera. Kenyataan-nya Kaltim belum memiliki sarana transportasi memadai, yang mampu memberikan jaminan pada investor.

Akibat pembalakan hutan serta kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa dekade, kerusahan hutan bahkan mempri-hatinkan. Setidaknya, sekitar 6 juta hektare hutan dan lahan di daerah itu dalam kondisi kritis dan mem-perihatinkan. Setelah melihat kon-disi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim di bawah kepemimpinan Dr H Awang Faroek Ishak dan Farid Wadjdy bertekad mengembalikan Kaltim sebagai provinsi hijau dengan gerakan Satu Orang Menanam Lima Pohon (One Man Five Trees/Omfi t).

Dengan jumlah penduduk 3,5 juta jiwa, melalui program Omfi t

setidaknya dalam lima tahun akan tertanam sekitar 17,5 juta pohon, dengan catatan upaya itu juga diikuti dengan gerakan memelihara sehingga pohon yang ditanam bisa dipastikan tumbuh.

“Walau tidak mudah, hal ini harus kita lakukan sebagai upaya Kaltim mendukung program nasional untuk mengurangi emisi gas karbon mencapai 26% hingga 2020,” kata Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak pada setiap kesempatan.

Terkait dengan hal itu, Guber-nur Kaltim H Awang Faroek Ishak mengajak para pengusaha di Kaltim bangkit menangkap peluang investasi bidang pertanian dalam arti luas, termasuk pemanfaatan lahan-lahan kritis. “Saya sangat mendukung moratorium peneban-gan hutan yang saat ini dilakukan pemerintah. Dengan moratorium ini, akan semakin jelas mana hutan primer yang harus kita jaga dan kita pertahankan dan mana hutan sekunder yang bisa kita manfaatkan. Ini peluang untuk para pengusaha di Kaltim untuk ikut bangkit,” kata Awang Faroek seusai membuka 5th Heart of Borneo Trilateral Meeting di Balikpapan, beberapa waktu lalu.

Kalimantan Timur, lanjut Awang Faroek, saat ini tengah mempri-oritaskan pembangunan pertanian

dalam arti luas yang di dalamnya termasuk pengelolaan budi daya kehutanan dan budi daya nonkehu-tanan. Penegasan pemerintah den-gan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2011 yang menempatkan sawit, karet, dan kelapa sebagai tanaman kehutanan harus dilihat dari sisi positif.

“Kaltim sudah punya komitmen kuat untuk program penghijauan yang kita beri nama Kaltim Green. Hutan primer, hutan lindung, kawasan konservasi, semua itu harus kita pertahankan. Karena itu, pengusaha tidak perlu ragu untuk berinvestasi, sepanjang dilaku-kan sesuai aturan,” tegas Awang Faroek. Usaha perkebunan, khusus-nya karet dan sawit, menurut dia, sangat potensial. Para pengusaha tidak perlu ragu sebab lahan yang akan diberi izin tidak berada di hu-tan primer, kawasan lindung, dan kawasan konservasi, tetapi meman-faatkan lahan kritis yang luasannya diperkirakan sekitar 6 juta hektare. “Mengapa ini harus dilakukan? Sebab saya sangat yakin muara akhirnya adalah untuk kesejahter-aan rakyat,” tegas Awang Faroek.

Komitmen HoBPada kesempatan yang sama,

Awang Faroek meminta agar tiga negara, yakni Brunei Darussalam,

Malaysia, dan Indonesia, tetap berkomitmen menjaga Heart of Borneo (HoB), melalui penerapan pengelolaan kawasan hutan dengan prinsip dasar konservasi dan pem-bangunan ekonomi berkelanjutan.

“Heart of Borneo dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara keberlanjutan manfaat kawasan hutan hujan terbaik yang masih tersisa di Borneo. Kepenting-annya ialah untuk kesejahteraan generasi saat ini dan generasi se-telah kita,” kata Awang Faroek.

Heart of Borneo merupakan komit-men tiga negara yang disepakati sejak 12 Februari 2007. Ketika itu, deklarasi yang digagas untuk men-jaga pengelolaan kawasan dengan prinsip konservasi dan pembangun-an berkelanjutan itu diteken tiga menteri negara masing-masing, yaitu Menteri Kehutanan RI MS Kaban, Menteri Industri dan Sumber

Daya Utama Brunei Darussalam Pehin Dato Dr Awang Haji Ahmad bin Haji Jumat, dan Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malay-sia Dato Seri Azmi bin Khalid.

Luas HoB di tiga negara tersebut mencapai 23 juta hektare. Sekitar 72% dari jumlah tersebut berada di hutan hujan tropis Indonesia, termasuk yang ada di Kaltim. Gu-bernur mengungkapkan salah satu fungsi penting kawasan HoB ialah sebagai menara air (heart of Borneo as water tower). Sejumlah 14 dari 20 sungai utama di Pulau Borneo berhulu di kawasan HoB. Sungai-sungai itu antara lain Sungai Barito, Sungai Kapuas, dan tentu saja Sungai Mahakam.

Komitmen tersebut sangat diper-lukan karena HoB memiliki tujuh fungsi penting sebagai tutupan kawasan hutan, melimpahnya keanekaragaman hayati, menara air, kelerengan kawasan, penyim-pan karbon, sosial budaya dan ekowisata. Kawasan HoB memiliki kekayaan keanekaragaman hayati sekitar 40%-50% yang merupakan jenis fl ora dan fauna. Kawasan tersebut juga merupakan rumah dan sumber penghidupan bagi masyarakat lokal yang sebagian ialah jenis fl ora dan fauna.

Sesuai dengan kesepakatan 2007, 10 kabupaten dari tiga provinsi

dinyatakan menjadi kawasan Heart of Borneo adalah Kalimantan Barat terdiri dari Kabupaten Sintang, Me-lawi, dan Kapuas Hulu. Kalimantan Tengah terdiri dari Kabupaten Ka-tingan, Gunung Mas, Barito Utara, dan Murung Raya.

Di Kalimantan Timur ialah Ka-bupaten Malinau, Bulungan, dan Kuai Barat. Program HoB memiliki dua misi utama, yaitu konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Konservasi di kawasan itu dituju-kan untuk meningkatkan pengelo-laan kawasan konservasi seperti taman nasional, hutan lindung, suaka margasatwa, cagar alam, dan kawasan lindung lainnya.

Kerja sama tiga negara ini men-jadi sangat penting karena memiliki keterkaitan ekologis atas fungsi hutannya. Secara sosial budaya masyarakat tiga negara itu juga memiliki keterkaitan sangat erat.

“Karena itu, pembangunan perbatasan berbasis pengemban-gan ekonomi masyarakat menjadi sangat penting sebagai program kerja sama lintas batas. Kerja sama ini akan menguatkan masyarakat secara ekonomi, sosial, dan bu-daya. Penguatan dimaksud ialah peran masyarakat dalam kegiatan ekonomi berbasis pemanfaatan sumber daya lokal,” kata Awang Faroek. (S-25)

SELAIN kawasan hutan daratan, kawasan pantai seperti hutan mang rove di kawasan Delta Ma-hakam menjadi perhatian Peme-rintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Perhatian itu diwujudkan dengan rencana pembangunan pusat penelitian, pameran, informa-

si, pembibitan, dan pendidikan un-tuk penyelamatan Delta Mahakam, juga sejumlah hutan mangrove lain di Kaltim. Latar belakang pendirian pusat penelitian hutan mangrove itu sederhana, agar masyarakat dapat menikmati manfaat hutan mangrove.

Akibatnya, sejumlah pihak yang akan melakukan penelitian terkait dengan mangrove di Kaltim pasti mengunjungi Delta Mahakam.

Berawal dari kegiatan tersebut, Wakil Gubernur Kaltim H Farid Wadjdy mengatakan secara ber-tahap kondisi mangrove di Delta Mahakam akan kian dikenal se-hingga menarik sejumlah turis dari mancanegara untuk berkunjung sebagai kawasan wisata alami.

Melalui pemikiran sederhana itulah, Kaltim berniat membangun pusat informasi dan penelitian mangrove yang diharapkan mem-perkuat upaya penyelamatan hutan mangrove di Kaltim, khususnya di Delta Mahakam. “Mudah-mudahan hal ini ditindaklanjuti Badan Ling-kungan Hidup (BLH), pemangku kepentingan juga pihak swasta. Program ini tidak akan berhasil bila tidak ada komitmen kuat dari kita semua,” kata Farid Wadjdy dalam satu kesempatan.

Menurut Wagub Kaltim, terkait dengan rencana pembangunan pusat informasi dan penelitian tersebut sudah disiapkan lahan 16 hektare di kawasan Sepatin. Di ka-wasan itu bangunan fi siknya akan dibuat konsep natural dan alami.

Hingga kini telah dilakukan per-baikan lingkungan di kawasan Del-ta Mahakam melalui penanaman 1,16 juta pohon mangrove dengan luas penanaman sekitar 415,87 hek-tare, sebagai upaya penyelamatan kawasan tersebut. Penyelamatan dan penanaman kembali kawasan Delta Mahakam yang dicanangkan bersama sejak 2009, merupakan salah satu upaya nyata dari Pro-gram Kaltim Hijau. Dukungan selu-ruh pemangku kepentingan dalam

program ini untuk menyelamatkan hutan mangrove.

Farid Wadjdy yang juga Ketua Program Penyelamatan Delta Mahakam menjelaskan, kawasan tersebut berada di wilayah Kabu-paten Kutai Kartanegara meliputi Kecamatan Marangkayu, Muara Jawa, Muara Badak, Anggana, dan Samboja. Secara geografi s, Delta Mahakam merupakan perairan pesisir, daratan berlumpur dan berawa dengan luas sekitar 52.450 hektare.

Pada awal 1970-an seluruh kawasan masih ditutupi hutan mangrove. Namun pada saat ini berdasarkan data, terjadi kerusak-an hutan mangrove baik kategori ringan hingga berat, yakni rusak ringan 41.603 hektare atau 27,3% dan rusak berat 74.035 hektare atau 48,6%.

Program penanggulangan Delta Mahakam dilakukan de-ngan melaksanakan International Workshop I Delta Mahakam di Jakarta pada 2007, pembentukan Tim Pengelolaan Delta Mahakam terpadu dan berkelanjutan. Kegiat-an itu direalisasikan melalui Surat Keputusan Bupati Kutai Kartane-gara Nomor 180 Tahun 2001, antara lain berupa penanaman mangrove di jalur pipa dan areal lainnya yang merupakan kerja sama Total E&P Indonesie dengan masyarakat sekitar.

Ramah lingkunganSelain itu, juga dilakukan

pendidikan berwawasan ling-kungan untuk anak sekolah dan masyarakat, program percontoh-an tambak ramah lingkungan di Handil dan Tunu mencapai seluas

2,3 hektare dengan produksi 1 ton/hektare, sekaligus pelatihan teknis tambak ramah lingkungan.

Selanjutnya, dilakukan studi ke-giatan tambak yang terkait dengan kegiatan migas dan lingkungan di Delta Mahakam, studi analisis stakeholder di Delta Mahakam, studi rencana detail tata ruang Delta Mahakam, penanaman mangrove oleh pihak lain di antaranya pena-naman oleh BPD Kaltim pada 2011 sebanyak 1.000 pohon mangrove dan penanaman oleh Administrasi Pelabuhan Samarinda sebanyak 1.000 pohon mangrove di Desa Sepatin.

Sejak 2005 sampai 2009, telah tertanam 3,16 juta bibit mangrove dan pada 2010 dilanjutkan dengan menanam sebanyak sejuta bibit mangrove. Salah satu studi yang cukup penting dan bisa menjadi landasan hukum ke depan bagi pengelolaan Delta Mahakam adalah Naskah Akademik ini. Naskah Akademik itu dibuat para pakar yang disepakati ber-sama saat Program Penyelamatan Delta Mahakam. Dengan Naskah Akademik ini, akan menentukan langkah ke depan tentang Program Penyelamatan Delta Mahakam. Program itu memang tidak akan selesai hanya dengan diskusi dan berbagai studi, tetapi juga membu-tuhkan berbagai tindakan nyata di lapangan.

Tidak sekadar membangun pusat penelitian mangrove, Kaltim juga bertekad menjadi provinsi percon-tohan di Indonesia dalam gerakan pembangunan rendah karbon.

Sebagai upaya mewujudkan rencana tersebut, Pemprov Kaltim akan bekerja sama dengan pe-

merintah Jerman yang dikenal memiliki fokus sangat tinggi ter-hadap penyelamatan lingkungan dan melawan perubahan iklim. “Untuk mewujudkan rencana ini, Pemprov Kaltim akan meminta pemerintah Jerman mendukung penyusunan rencana pembangu-nan rendah karbon terintegrasi serta menetapkan panutan untuk memerangi perubahan iklim namun tetap menjamin pertum-buhan ekonomi,” kata Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak saat menyampaikan konsep pemba-ngunan ekonomi hijau versi Pem-prov Kaltim di depan rombongan Komisi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Parlemen Jerman, pada Agustus lalu.

Kepada rombongan anggota Komisi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Parlemen Jerman atau Member of Germany Federal Parliament, Awang Faroek me-ngupas lengkap konsep pemba-ngunan ekonomi Kaltim yang saat ini di arahkan untuk pembangunan pertanian dalam arti luas, disertai sejumlah rencana besar pengemba-ngan agrobisnis yang akan meng-hasilkan ratusan produk turunan.

Dagmar Wohrl, pimpinan rombongan parlemen Jerman memuji upaya serius yang dilaku-kan Pemprov Kaltim dalam upaya menekan efek gas rumah kaca dan perang terhadap isu perubahan iklim. Menurut dia, Kaltim bisa jadi provinsi percontohan untuk gerakan hijau. Isu lingkungan kini tengah menjadi tema global. Di Jer-man, isu lingkungan telah menjadi tema utama dalam setiap diskusi pemerintah dan para penggiat lingkungan. (S-25)

Mengembalikan Kaltim sebagai Provinsi Hijau

Pusat Informasi dan Penelitian Mangrove Dibangun

Kaltim sudah punya komitmen kuat

untuk program penghijauan yang kita beri nama Kaltim Green.”

H Awang Faorek IshakGubernur Kaltim

TERIMA PENGHARGAAN: Gubernur Kaltim, Dr H Awang Faroek Ishak menerima penghargaan Piala Green Award 2011.

FOTO-FOTO: HUMAS PEMPROV KALTIM

TANAM MANGROVE: Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak menanam pohon mangrove untuk memotivasi masyarakat menyelamatkan hutan mangrove di daerah itu.

21◆ JUMAT, 21 OK TOBER 2011