Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

download Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

of 54

Transcript of Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    1/54

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    2/54

    Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:

    Kelompok Kerja Air Minum dan

    Penyehatan Lingkungan

    Penasihat/Pelindung:

    Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

    Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

    Penanggung Jawab:

    Direktur Permukiman dan Perumahan,

    BAPPENAS

    Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,

    DEPKES

    Direktur Perkotaan dan Perdesaan

    Wilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

    Direktur Bina Sumber Daya Alam dan

    Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang dan

    Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:

    Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:

    Hartoyo, Johan Susmono,

    Indar Parawansa, Poedjastanto

    Redaktur Pelaksana:

    Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,

    Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:

    Rudi Kosasih

    Produksi:

    Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi:

    Anggie Rifki

    Alamat Redaksi:

    Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

    Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

    [email protected]

    [email protected]

    Redaksi menerima kiriman

    tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

    dengan air minum dan penyehatan

    lingkungan dan belum pernah

    dipublikasikan. Panjang naskah tak

    dibatasi. Sertakan identitas diri.

    Redaksi berhak mengeditnya.

    Silahkan kirim ke alamat di atas.

    z cover : RUDI KOSASIH

    Dari Redaksi 1

    Suara Anda 2

    Laporan Utama

    Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat 3

    Banjir Landa Wilayah Indonesia 4

    Meminta Pertanggungjawaban Pemerintah 5

    Masyarakat Kekurangan Air Bersih 6

    Mencari Sumber Air Alternatif 7

    Air Minum Isi Ulang Jadi Sorotan 8

    Air Comberan dan Kubangan pun Dikonsumsi 9

    Gejolak di TPST Bojong 10

    Telur yang akan Menetas 11

    2004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat 13

    Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004 15

    Program Penyediaan Air dan sanitasi Perdesaan (ProAir) di NTT 17

    WSLIC 2 18

    CWSH 18

    Seputar WASPOLA

    Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Nopember 2004 19

    Peningkatan Kapasitas Kelompok Kerja AMPL Daerah 21

    Konsinyasi Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL 21

    Lokakarya Kajian Pelaksanaan Diseminassi Kebijakan Nasional

    Pembangunan AMPL 21

    Lokakarya Penyedia Air Skala Kecil 21

    Seputar AMPL

    Lokakarya Proyek CWSH 22

    Penyusunan RPP tentang Pengembangan Sistem Penyediaan

    Air Minum dan Sanitasi 22

    Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat 23

    Presentasi Kandidat Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah 23

    Lokakarya Konsolidasi Project Management Report WSLIC 2 24

    Peresmian Proyek WSLIC 2 di Kabupaten Lumajang 24

    Reportase

    Bila Dolbun Dipermalukan 25

    Wawancara

    ''Infrastruktur Sebagai Pemersatu Bangsa'' 29

    WawasanKualitas Manusia Indonesia dan Pembangunan Prasarana Sanitasi 31

    Institusi RT-RW Sebagai Koordinator Pengelolaan AMPL Berbasis Masyarakat 34

    Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat 38

    Sekali Lagi tentang Privatisasi 42

    Permasalahan AMPL di Kabupaten Lombok Barat 46

    Data

    Peringkat Cakupan Layanan Sanitasi Per Kabupaten/Kota Tahun 2002 47

    Info Buku 49

    Info Situs 50

    Pustaka AMPL 51

    Agenda 52

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    3/54

    P

    embaca, tanpa terasa waktu

    terus berlalu. Kini kita

    memasuki penghujung ta-

    hun 2004. Biasanya, banyak orang

    menggunakan masa akhir tahun

    Masehi ini untuk membuat laporan

    tahunan sekaligus membuat evalu-

    asi sejauh mana berbagai kegiatan

    pada tahun ini berlangsung. Apa-

    kah sukses, setengah sukses, atau

    gagal.

    Percik kali ini pun tampil agak

    beda dari biasanya. Kami ingin

    mengajak para pembaca melihat

    kembali berbagai peristiwa yangterjadi pada tahun ini menyangkut

    air minum dan penyehatan ling-

    kungan (AMPL) secara umum dan

    kegiatan kelompok kerja AMPL

    pada khususnya. Kami berharap

    akan ada perubahan pada tahun

    mendatang berkaitan dengan hal

    tersebut. Tentu perubahan yang

    lebih baik. Jangan sampai setiap

    peristiwa yang terjadi pada kurun

    waktu yang sama pada tahun iniberulang pada tahun mendatang.

    Kalau seperti ini, kita termasuk

    orang-orang yang celaka.

    Pembaca, potret peristiwa seta-

    hun ini kami muat secara khusus

    dalam laporan utama. Namanya

    kaleidoskop AMPL 2004. Selain

    itu, kami ingin menyajikan sejauh

    mana perjalanan Kebijakan Na-

    sional Pembangunan AMPL berba-

    sis masyarakat pada tahun ini dan

    bagaimana perkembangan penyu-

    sunan Kebijakan Nasional Pem-

    bangunan AMPL berbasis lembaga.

    Kedua kebijakan ini merupakan hal

    vital bagi bidang AMPL karena

    selama kemerdekaan, kita tak me-

    miliki kebijakan nasional soal ini.

    Kami juga ingin melihat sekilas

    sejauh mana proyek-proyek AMPL

    yakni ProAir, WSLIC 2, dan CWSH

    berjalan selama setahun.

    Tak lupa, Percik mengadakan

    wawancara dengan Suyono Dikun,

    Deputi Sarana dan Prasarana,

    Bappenas, perihal infrastruktur Indo-

    nesia. Kita tahu, persoalan AMPL

    pun terkait dengan kondisi infra-

    struktur yang ada. Lebih dari itu, Ja-nuari 2005 Indonesia menyeleng-

    garakan Infrastructure Summit.

    Tentu kita ingin tahu apa yang bisa

    diperoleh Indonesia dengan adanya

    penyelenggaraan acara tersebut.

    Yang agak lain dari biasanya

    adalah reportase. Rubrik tersebut

    pada edisi ini berisikan laporan

    kunjungan rombongan Kelompok

    Kerja AMPL ke Bangladesh dan In-

    dia. Bahasanya agak lain dari bia-

    sanya, termasuk panjangnya. Kami

    berharap, dengan membaca repor-

    tase kali ini, pembaca paling tidak

    bisa merasakan denyut perjalanan

    tersebut.

    Kami juga memuat hasil lombakarya tulis ilmiah mulai edisi ini.

    Selain itu, tulisan yang layak muat

    dan sangat bermanfaat bagi para

    pembaca, meskipun tidak menjadi

    juara, rencananya akan dimuat

    pula pada edisi-edisi berikutnya.

    A RI RE DA KS ID

    Segenap Redaksi Majalah Percik mengucapkanSelamat Hari Natal

    dan Tahun Baru 2005

    FOTO:FANYWEDAHUDITAMA

    1PercikDesember 2004

    Pokja AMPL sedang mengadakan rapat rutin

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    4/54

    Percik Harus Berlanjut

    Kami sangat setuju dan mendukung

    isi Jurnal Percik, terutama masalah-

    masalah yang berkaitan dengan penge-

    tahuan dan macam-macam teknologi

    serta kebijakan di bidang Air Minum

    (Bersih) dan Penyehatan Lingkungan.

    Percik dapat kami gunakan sebagai refe-

    rensi dalam rangka penyediaan, pengem-

    bangan, dan pengelolaan prasarana dan

    sarana di bidang AMPL di Kabupaten

    Malang yang saat ini membutuhkan per-

    hatian khusus.

    Permasalahan AMPL di Kabupaten

    Malang yang perlu mendapat pena-

    nganan lebih serius tersebut adalah

    pemerataan penyediaan air bersih di

    perkotaan dan perdesaan (masih banyakdaerah rawan air bersih), teknis dan

    manajemen pengelolaan persampahan

    (teknologi, terbatasnya prasarana dan

    sarana serta pemberdayaan masyarakat

    di bidang persampahan), penanganan air

    limbah domestik, serta penanganan

    drainase perkotaan, lebih-lebih di Ka-

    bupaten Malang banyak terdapat 'Aset

    Nasional' seperti Bendungan Sutami dan

    Selorejo yang harus dijaga kualitasnya

    sebagai reservoar air baku untuk air

    bersih dari pencemaran akibat pengelo-

    laan sampah dan air limbah domestikyang kurang baik.

    Pada dasarnya Dinas Permukiman

    Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten

    Malang sangat mengharapkan terbitnya

    Jurnal Percik untuk edisi-edisi selanjut-

    nya. Di lain waktu kami akan berpartisi-

    pasi memberikan masukan tulisan yang

    berkaitan dengan kondisi pengelolaan

    AMPL di Kabupaten Malang.

    Ir. Didik Budi Muljono, MT.

    Kepala Dinas Permukiman Kebersihan

    dan Pertamanan Kabupaten Malang

    Informasi CLTS

    Setelah membaca Percik edisi Okto-

    ber 2004 halaman 40 tentang pemaparan

    konsep Community Led Total Sanitation

    (CLTS), kami tertarik dengan isinya yang

    sangat baik dan berguna bagi kami di

    Subdin Penyehatan Lingkungan Dinas

    Kesehatan Kota Palembang guna menun-

    jang Indonesia Sehat 2010. Untuk itu

    kami membutuhkan informasi tentang

    konsep tersebut secara lengkap dan ala-

    mat Bapak Kamal Kar.

    Dr. Hj. Gema Asiani, M.Kes

    Kasubdin Penyehatan Lingkungan

    Kota Palembang

    Konsep CLTS telah diterapkan di

    beberapa negara antara lain Bangla-

    desh dan India. Kami memiliki salinan

    buku yang menjelaskan mengenai kon-

    sep CLTS secara detil. Kami segera me-

    ngirimkan salinannya kepada Ibu. Se-

    dangkan Dr. Kamal Krishna Kar dapat

    dihubungi melalui Email:[email protected],kamalda@mail-

    city.com, [email protected],

    [email protected]

    Cakupan LayananPDAM Kota Palopo

    Kami menyambut baik kehadiran

    Majalah Percik sebagai wahana interaksi

    antarpelaku di bidang air minum dan

    penyehatan lingkungan sehingga terben-

    tuk jaringan informasi yang relevan dan

    up to date.Sebagai masukan, kami informasikan

    bahwa jumlah pelanggan aktif PDAM

    Kota Palopo melalui sambungan rumah

    (SR) per 31 Desember 2004 mencapai

    11.773 SR dengan rata-rata enam jiwa per

    SR, sehingga total jiwa yang dilayani

    melalui sambungan tersebut sebesar

    70.638 orang. Sedangkan pelayanan air

    minum non-SR terdiri atas 13 MCK, 13

    hidran umum, 7 kran umum, dan 5 termi-

    nal air yang masing-masing melayani

    rata-rata 50 jiwa sehingga total pela-

    yanan air melalui SR mencapai 1.950

    orang. Bila dikalkulasikan antara yang SR

    dan non-SR maka total jiwa yang ter-

    layani sebanyak 72.588 jiwa.

    Saat ini penduduk Kota Palopo

    berjumlah 106.813 jiwa. Dengan demi-

    kian maka persentase cakupan pelayanan

    air minum PDAM Kota Palopo per 31

    Desember 2004 terhadap total jumlah

    penduduk mencapai 67,96 persen atau

    dibulatkan menjadi 68 persen.

    Perlu kami informasikan bahwa

    secara de facto, PDAM Kabupaten Luwu

    yang berada di wilayah Palopo telah

    beralih status menjadi PDAM Kota

    Palopo sebagai konsekuensi berlakunya

    UU No. 11 Tahun 2002 tanggal 10 April

    2002 tentang Pembentukan Kabupaten

    Mamasa dan Kota Palopo di Propinsi

    Sulawesi Selatan.

    Drs. H. Andi Nurlan Basalan, MM

    Direktur PDAM Kota Palopo

    UA RA A ND A S

    2 PercikDesember 2004

    RedaksiPercik mengucapkan teri-ma kasih kepada pihak-pihak yangtelah mengirimkan surat kepada kami.

    Di antaranya: Bappeda Kab. BatangHari, Jurusan Planologi UniversitasTrisakti, Walikota Metro, JurusanPerencanaan Wilayah & Kota FakultasTeknik UNDIP, DPRD Nusa TenggaraTimur, Pusat Informasi dan PelayananMasyarakat Dep. Kelautan dan Per-ikanan, Jurusan Planologi FakultasTeknik Univ. Tarumanagara, JurusanTeknik Lingkungan ITS, Setda Kab.Aceh Barat, DPRD Kab. Pasaman Barat,Bappeda Kota Palembang, DPRD Prop.Sumatera Selatan, dan DPRD Kab. AcehUtara.

    z Pada Percik edisi Juni 2004,halaman muka tertulis ''Sanitation ismore importance than independence'',seharusnya ''Sanitation is more impor-tant than independence''.

    z Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 45 tertulis ''Seminar NasionalSosialisasi UU No. 8 Tahun 2004'',seharusnya ''Seminar Nasional Sosi-alisasi UU No. 7 Tahun 2004''.

    z Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 5 (laporan utama) tertulis,''Pada saat ini kebijakan nasional pem-

    bangunan air minum berbasis lembagayang merupakan payung kebijakan pe-ngelolaan PDAM masih dalam tarafpenyelesaian bahkan menjadi salah satubagian dari program 100 hari KabinetIndonesia Bersatu.'' Seharusnya tan-pa ''bahkan menjadi salah satu bagiandari program 100 hari Kabinet Indo-nesia Bersatu.''

    RALAT

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    5/54

    Awal 2004 menjadi awal per-

    masalahan TPA Bantar Gebang.

    Pemerintah Propinsi DKI Ja-

    karta, yang sejak 1999 mengelola TPA se-

    luas lebih dari 100 hektar itu, terpaksa

    harus rela menyerahkan pengelolaan itu

    kepada pemerintah kota Bekasi. Ini terja-

    di karena secara sepihak Wakil Walikota

    Bekasi Mochtar Muhamad meminta

    Pemprop. DKI membayar retribusi sebe-

    sar Rp. 85 ribu per ton sampah yang

    dibuang ke TPA tersebut setelah kontrak

    kedua pemerintah daerah berakhir

    Desember 2003. Permintaan ini jelas takbisa diterima DKI karena telah menyalahi

    nota kesepakatan sebelumnya yang

    menyatakan bahwa retribusi sampah

    untuk setiap tonnya hanya Rp. 50

    ribu/ton.

    Di luar itu, warga di tiga desa di seki-

    tar TPA yakni Desa Sumur Batu, Cikiwul,

    dan Ciketing menuntut kompensasi atas

    keberadaan TPA tersebut di sekitar desa

    mereka. Tuntutan warga ini jelas mere-

    potkan pemkot Bekasi, sekaligus

    Pemprop. DKI Jakarta. Warga sempat

    memblokir jalan di sekitar TPA. Aki-batnya, truk-truk sampah tak berani

    masuk TPA. Warga mau membuka jalan

    jika pemkot Bekasi membayar kompen-

    sasi. Mau tidak mau pemkot akhirnya

    setuju. Pemkot menjanjikan kompensasi

    Rp. 50 ribu/bulan kepada 12 ribu keluar-

    ga yang tinggal di sekitar lokasi TPA. Dan

    ini, memang terbukti. Sayangnya hanya

    sekali. Setelah itu, pemblokiran kembali

    terjadi lagi dengan tuntutan agar biaya

    kompensasi dibayarkan sesuai janji.

    Kemelut itu jelas menyulitkan

    Pemprop. DKI Jakarta. Sementara TPA

    Bantar Gebang ditutup, DKI Jakarta

    belum memiliki penggantinya. Tak he-

    ran, begitu TPA itu tutup selama bebera-

    pa hari saja, sampah menggunung di

    mana-mana. Para pemulung di TPA pun

    mulai mengeluh terhadap pencaharian

    mereka. Beberapa di antara mereka me-

    milih pindah mencari 'lahan' sampah ba-

    ru seperti ke Cilincing. Warga Bekasi

    sendiri menginginkan 'perang' antara

    Pemkot Bekasi dan Pemprop. DKI Jakar-

    ta berakhir damai dan mereka meminta

    penyelesaian persoalan pokoknya yakni

    pencemaran lingkungan yang diatasi.

    Perdamaian pun datang. PemkotBekasi melalui walikota Akhmad Zurfaih

    mempersialakan DKI Jakarta kembali

    mengoperasikan TPA Bantar Gebang.

    Kebijakan walikota ini bertentangan de-

    ngan wakilnya. Tapi bukan berarti niat

    walikota berjalan mulus. Giliran DPRD

    Bekasi angkat suara. Mereka menilai

    Pemkot Bekasi menyimpang soal kebi-

    jakan TPA Bantar Gebang pasca

    berakhirnya kontrak kerja sama Bekasi-

    DKI. Walhasil, persoalan TPA ini tak

    kunjung usai dalam waktu sebulan.

    z z z

    Selain menghadapi masalah sampah,

    warga DKI Jakarta dikejutkan dengan

    naiknya tarif air minum sebesar 30

    persen tepat pada 1 Januari 2004. Ke-

    naikan tarif ini dimaksudkan untuk me-

    nutup defisit mitra kerja PAM Jaya sebe-

    sar Rp. 990 milyar dan kewajiban PD

    PAM Jaya membayar utang ke pemerin-

    tah pusat sebesar Rp. 1,7 trilyun.

    Kenaikan itu tentu membuat para

    pelanggan PAM keberatan. Mereka meni-

    lai layanan yang diterima selama ini tak

    sesuai harapan. Misalnya airnya bau,

    debitnya sangat kecil, dan air tidak lan-

    car. Sebagian warga menilai kenaikanini tidak transparan dan tidak masuk

    akal karena untuk menutupi kerugian.

    Tapi ya itu, tak pernah kenaikan itu bisa

    dihentikan. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Indeks Berita AMPL

    Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat

    z Januari z

    Sungai Cisedane Tercemar, PDAM Ta-

    ngerang Bisa Berhenti Beroperasi (16/1)

    Warga Jakarta Minta Tangki Air Minum

    Diperbanyak (27/1)

    BPPT dan Pusri Akan Bangun Pengolah

    Sampah di Jakarta (13/1)

    Tangerang Jajaki Pembangkit ListrikTenaga Sampah (24/1)

    Kondisi Jakarta dalam Tahap Sia-

    ga Satu (6/1)

    Menkimpraswil: DKI agar Siapkan

    Sistem Peringatan Dini Banjir (2/1)

    Waduk di Gadog untuk Cegah Banjir

    Jakarta (3/1)

    Ciliwung Meluap, Jakarta Banjir (20/1).

    FOTO: MERCYCORPS.OR.ID

    Ka le idoskop

    3PercikDesember 2004

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    6/54

    Di awal Februari 2004, Badan

    Meteorologi dan Geofisika

    memperingatkan masyarakat

    Indonesia akan datangnya badai tropis

    tingkat III yang terbentuk di selatan Pu-

    lau Jawa. Badai itu bisa memicu hujan

    lebat dan merata di wilayah Indonesia.

    Saat itu BMG memperkirakan Februari

    merupakan puncak musim penghujan.

    Perkiraan itu tepat. Banjir melanda

    hampir seluruh wilayah Indonesia mulai

    Februari, dan Maret. Banjir bandang

    menerjang sebagian Pulau Jawa. Selainmerusak infrastruktur, banjir di Jawa

    Timur menyebabkan tiga orang tewas

    dan satu orang hilang. Banjir ini melanda

    tujuh wilayah di Jawa Timur. Di

    Kabupaten Mojokerto, banjir lumpur

    melanda bagian selatan daerah ini.

    Ketinggian lumpur mencapai 1-1,5 meter.

    Banjir lumpur ini merupakan pertama

    kali dalam 100 tahun terakhir di daerah

    tersebut. Kerugian di Jawa Timur

    diperkirakan sebesar Rp. 300 milyar.

    Sedangkan di Jawa Tengah banjir

    mengakibatkan jalur yang menghubung-kan Semarang-Purwodadi di Kab. Gro-

    bogan terputus. Ratusan rumah di enam

    desa di Grobogan terendam menim-

    bulkan pengungsian.

    Di pantai utara Jawa Barat, banjir

    menghambat arus lalu lintas utama pulau

    Jawa tersebut. Banjir terbentang mulai

    dari Pamanukan (Subang) di bagian

    barat hingga Krangkeng (Indramayu) di

    bagian timur. Di Indramayu kerugian

    diperkirakan mencapai Rp. 1,7 milyar

    karena lahan seluas 10.665 hektar teran-

    cam tanam ulang.

    Seperti biasa, Jakarta pun mengalami

    nasib serupa. Ratusan penduduk di

    sejumlah lokasi harus rela mencari tem-

    pat berteduh sementara. Kemacetan total

    terjadi di 29 titik. Tangerang dan Bekasi

    pun tak jauh beda kondisinya. Kondisi di

    wilayah ini hampir bersamaan dengan

    wabah nyamuk demam berdarah.

    Di Kabupaten Banjar, Kalimantan

    Selatan, ribuan warga terpaksa me-

    ngungsi karena sebagian besar wilayah

    tersebut terendam banjir. Di Kabupaten

    Manggarai, NTT, tiga orang tewas dan

    enam lainnya hilang. Banjir juga terjadi

    di Donggala, Sulawesi Tengah menye-

    babkan dua orang tewas. Sumatera,

    Sulawesi, pun tak luput dilanda banjir.

    Pemerintah dinilai lemah dalam

    mengatasi banjir. Ini terbukti banjir

    selalu berulang setiap tahun. Langkah-langkah antisipasi nyaris tidak pernah

    terdengar, sementara penanganan pasca

    banjir terkesan lamban. Padahal telah

    banyak pihak yang memberikan masukan

    kepada pemerintah tentang antisipasi

    banjir.

    z z z

    Di tengah melimpahnya air bah,

    Pemkot Batu dan Pemkot Malang, justru

    kekurangan air bersih. Kedua pemerintah

    daerah terpaksa menyewa puluhan unit

    truk tangki guna mengatasi krisis air

    bersih karena distribusi air bersih merekaterganggu banjir. Sebanyak 4.200

    pelanggan air PAM Batu terpaksa men-

    cari air dalam jerigen, sedangkan di Kota

    Malang ada 7.000 pelanggan kesulitan

    mendapatkan pasokan.

    Sementara itu, pada bulan ini PDAM

    Tasikmalaya menaikkan tarif sebesar 50

    persen. Kenaikan ini tak hanya me-

    nyangkut tarif dasar tapi juga klasifikasi

    tarif terhadap tarif rumah tangga yang

    telah berubah fungsi. Alasan kenaikan,

    biaya operasional dan harga-harga

    barang keperluan PDAM meningkat.

    Kontan kenaikan itu mengundang reaksi

    wakil rakyat. Mereka keberatan dengan

    kenaikan itu mengingat PDAM tersebut

    masih untung, kendati kecil.

    Di Ungaran, PDAM setempat tak

    mampu lagi menanggung beban biaya

    operasi dan utangnya. Tunggakan PDAM

    ini sejak 1994 mencapai Rp. 33,8 milyar.

    Untuk mengatasi hal itu PDAM Ungaran

    menggandeng PT Sara Tirta Ungaran

    (STU) untuk mengelola sumber air di

    Ngembar, Kecamatan Jambu. Bentuk

    kerja samanya adalah PT STU memba-

    ngun dan mengelola alih milik dengan

    masa konsesi 27 tahun. Apabila masa

    konsesi habis maka semua asset kembali

    menjadi miliki PDAM Ungaran. Investasi

    baru ini besarnya Rp. 29,244 milyar ter-

    diri atas Rp. 23,4 milyar untuk memba-

    ngun instalasi pengeolahan air minumdan sisanya untuk membangun instalasi

    di sumber air.

    A P O RA N UT A MAL

    4 PercikDesember 2004

    Banjir Landa Wilayah Indonesia

    z Februari-Maret-April z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Indeks Berita AMPL

    Senyum Pencari Nafkah TPABantar Gebang (2/2)TPA Cipayung Jadi Proyek Per-contohan TPA se-Jabotabek (3/2)Lahan Pembuangan Akhir SampahCemari Tambak (9/2)TPS Cilincing Terbukti CemariLingkungan (10/2)

    BPPT Tawarkan Lima AspekTangani Sampah (16/2)Denda Buang SampahRp. 5 Juta (26/2)Proyek Optimalisasi Kali BanjirKanal Barat Selesai April (18/2)Jalan Pantura Situbondo TertutupLumpur dan Batu (16/2)31 Kelurahan di Yogya Rawan ban-jir dan Longsor (5/2)Suplai Air Baku Anjlok62 persen (5/4)Tercemar SPBU, 5 Tahun Langgan-an Air Mineral (11/4)Pemprop. Jabar Serahkan Penge-

    lolaan dan Aset Air Bersih kePDAM (13/4)Usulan Kenaikan Tarif PDAM(Tegal) sebesar Hampri 100 persen(20/4)Air PAM di Bangka Barat SudahLama Tercemar (27/4)Ratusan Warga Bojong Unjuk Rasake Mabes Polri (9/3).

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    7/54

    Menyusul banjir di berbagai

    wilayah di Indonesia,

    masyarakat mulai menilai

    kinerja pemerintah dalam menangani

    kasus ini. Umumnya mereka berpen-

    dapat pemerintah kurang mengantisi-

    pasi banjir yang terjadi dan akibat

    yang ditimbulkannya. Akibatnya, kor-

    ban baik harta maupun jiwa terus saja

    muncul dan jumlahnya tak sedikit.

    Pemerintah daerah seperti DKI Ja-

    karta, misalnya, tak mampu lagi

    menangani banjir ini. Pemda DKImeminta pemerintah pusat turun

    gunung untuk ikut menyelesaikannya.

    Ini karena persoalan banjir bukan

    semata-mata persoalan propinsi tapi

    lintas daerah.

    Bupati Indramayu Irianto Syafiuddin

    meminta bantuan pemerintah propinsi

    dan pusat dalam mengatasi sedimentasi

    di wilayah tersebut. Tingkat sedimentasi

    di Indramayu tertinggi di Jawa Barat

    karena wilayah ini merupakan hulu dari

    sungai-sungai yang membawa lumpur

    dari arah Tasikmalaya, Garut, Sumedang,Subang, Majelengka, dan Kuningan.

    Di Bekasi, warga Babelan meminta

    Kali Rawasasak segera dinormalisasi oleh

    pemerintah. Kali tersebut mengalami

    pendangkalan dan ditumbuhi beragam

    tanaman air sehingga kali tak mampu lagi

    menampung air hujan.

    Di Kota Bogor, jalan-jalan banyak

    yang rusak karena buruknya drainase.

    Karena itu, beberapa pihak mengusulkan

    agar jalan-jalan di kota hujan tersebut tak

    lagi dilapisi aspal tetapi dibeton. Selain

    itu warga meminta drainase perlu ditata

    dengan baik mengingat curah hujan di

    kota tersebut sangat tinggi. Warga juga

    mengharapkan pemerintah daerah mem-

    benahi tata laksana sampah dan peda-

    gang kaki lima. Mereka berharap kota

    wisata itu bisa bersih dan sehat.

    Di Padang, warga menyesalkan

    kerusakan lingkungan yang terjadi di

    wilayah tersebut. Beberapa kawasan yang

    dulunya tak pernah banjir, saat itu ikut

    merasakan musibah. Warga menilai

    pemerintah kota kurang peduli terhadap

    banjir dan persoalan lingkungan serta

    tata ruang kota.

    Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Nabil Makariem menyatakan sembilansitu yang telah berubah fungsi dari 198

    situ (alam dan buatan) yang tersebar di

    Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

    Bekasi harus dikembalikan kepada kon-

    disi semula. Menurutnya, mengemba-

    likan konservasi situ di kawasan ini

    merupakan upaya mencegah banjir

    khususnya di daerah resapan dan kan-

    tung-kantung air. Selain itu ia juga pri-

    hatin terhadap kerusakan 134 situ (68

    persen). Hanya 42 situ (20 persen) yang

    dinyatakan baik dan dua situ dinyatakan

    hilang.

    Apa yang dikatakan Nabiel memang

    benar. Waduk Rawa Badung di Jati-

    negara, Jakarta Timur misalnya, fung-

    sinya sebagai penampung air juga sebagai

    penampung sampah. Permukaan waduk

    dipernuhi sampah seperti plastik-plastik,

    dedaunan kering, botol, kaleng-kaleng

    bekas, dan lainnya. Kondisi ini

    sangat mengganggu warga sekitar

    waduk. Mereka mengharapkan

    pemerintah bisa memagar waduk

    tersebut.

    z z z

    Sementara itu warga Kota

    Bogor dikejutkan dengan naiknya

    tarif air minum PDAM Tirta

    Pakuan Kota Bogor sebesar 150

    persen. Kenaikan itu didasarkan

    atas naiknya tarif dasar listrik

    (TDL) sebesar 60 persen dan BBMsebesar 50 persen serta UMR

    setempat. Kenaikan yang mulai

    berlaku pada bulan Juni itu jelas

    membuat masyarakat keberatan.

    Mereka menilai kenaikan itu terlalu ting-

    gi dan tidak sesuai dengan pelayanan

    PDAM kepada para pelanggannya. Tapi

    ya itu..wus-wus, suara rakyat nyaris tak

    terdengar. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Indeks Berita AMPL

    Meminta Pertanggungjawaban Pemerintah

    z Mei z

    Pemkot Bekasi Dinilai Ingkar Janji,Warga Tutup TPA Bantar Gebang (6/5)

    Sampah TPA Leuwigajah untuk Listrik

    (8/5)

    Kontainer Ganti Fungsi TPS Liar (10/5)

    Guru Mengancam Mogok Mengajar

    Karena Sampah (31/5)

    Warga Konsumsi Air Tak Layak (14/5)

    PDAM Bogor Naikkan Tarif 150 Persen

    (21/5)

    Tiap Tahun Penurunan Debit Air di

    NTB Tinggi (26/5)

    Seminar 'Budaya Air' (19/5)

    Pipa Air Minum pun Digantung di

    Pohon (13/5)

    Perlu Aturan Realokasi Penggunaan Air(5/5)

    Pusat Diminta Bantu Atasi Soal Banjir

    (14/5)

    Debit Air Sungai Citandui Turun

    Drastis (8/5)

    Sungai di Jakarta WC Terpanjang di

    Dunia (5/5).

    FOTO: DEPKES

    5PercikDesember 2004

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    8/54

    Setelah dilanda banjir di sejumlah

    daerah, Indonesia kembali mene-

    rima 'hukum alam' akibat keru-

    sakan lingkungan: kekeringan. Kondisi

    ini tidak hanya menyengsarakan rakyat

    sebagai individu karena sulitnya mereka

    memperoleh air bersih, tapi juga penye-

    dia air bersih yakni PDAM. Perusahaan

    milik daerah mulai mengeluh sulitnya

    memperoleh air baku.

    Sungai-sungai di Kalimantan Barat

    menyusut airnya secara drastis. Keda-

    laman air yang semula sekitar 3 meter

    berubah menjadi 1 meter. Bahkan dibeberapa badan sungai, warga dengan

    leluasa menyeberanginya dengan ber-

    jalan kaki. Kondisi itu jelas mengganggu

    pasokan air baku di beberapa PDAM

    seperti PDAM Sanggau, Landak, dan

    Pontianak. Warga setempat terpaksa

    harus membeli air minum Rp. 70 ribu per

    tangki isi 4 ribu liter. Warga yang lain

    membeli eceran seharga Rp. 1.000 per

    jerigen. Yang menyedihkan, sebagian

    warga lain yang tak mampu membeli air,

    terpaksa mengambil air dari sungai pada

    malam hari untuk diendapkan dan digu-nakan keesokannya. Bahkan ada yang

    langsung menggunakannya dari sungai.

    Di Banjarmasin, PDAM setempat pun

    mengalami kekurangan pasokan. Salah

    satu intake bahan bakunya yang berkapa-

    sitas 500 liter per detik tak bisa dipergu-

    nakan lagi. Selain karena kekeringan,

    kondisi ini akibat intrusi air laut yang

    sudah di atas ambang normal. Sulitnya

    air bersih ini menimbulkan dampak

    buruk bagi warga. Penyakit diare mulai

    menyerang warga di sekitar sungai.

    Mereka yang terserang umumnya masya-

    rakat miskin yang tinggal di permukiman

    padat.

    Di Serang, Banten, sekitar 10 ribu

    pelanggan PDAM setempat tak bisa

    menikmati air bersih. Direktur PDAM

    setempat menyatakan pasokan itu ter-

    henti karena pipa induk air PDAM di

    Taman sari, Kecamatan Baros, ditutup

    warga karena persoalan ganti rugi yang

    tak kunjung usai.

    Di Gunung Kidul, Yogyakarta, pemda

    setempat membagi air bersih kepada

    warga dengan prioritas warga kurang

    mampu. Sebanyak 11 kecamatan di kabu-

    paten ini kesulitan air bersih akibat ke-

    keringan. Di Kulonprogo, delapan dari 12

    kecamatan yang ada mengalami keke-

    ringan. Bahkan empat kecamatan sudah

    selama hampir dua bulan tak menikmatiair bersih sama sekali.

    Kepala Balai Pengelolaan Daerah

    Aliran Sungai (DAS) Pemali Jatrun Prop.

    Jateng Sutrisno mengatakan sebanyak

    428.687 hektar lahan hutan di 16 kabu-

    paten/kota di wilayahnya dalam kondisi

    kritis dan harus mendapatkan perhatian

    serius karena dapat menimbulkan ben-

    cana. Dari jumlah tersebut 238.170 di

    antaranya berada di luar kawasan hutan.

    Sementara itu di Nusa Tenggara

    Timur, pemerintah daerah setempat

    menghentikan pasokan air ke barak-

    barak penampungan warga eks Timor

    Timur. Pemda beralasan mereka tak

    memiliki lagi dana operasional untuk itu.

    Warga eks pengungsi menanggapinya

    dengan keras. Mereka menyatakan

    pemerintah telah memperlakukan mere-

    ka tidak lagi sebagai manusia karena

    telah menghentikan distribusi air minum

    ke kamp mereka.

    Selain di daerah, krisis air mengan-

    cam ibukota Jakarta. Ini adalah bencana

    tahunan bagi ibukota. Krisis ini akibat

    curah hujan yang turun di Jakarta tidak

    bisa kembali menjadi air tanah karena

    berkurangnya daerah resapan air.

    Sedangkan kondisi air tanahnya sendiri

    yang tersisa dalam kualitas yang buruk.

    Hasil pengamatan terhadap sumur warga

    di lima wilayah Jakarta menunjukkan

    bahwa 90 persen air tanah telah tercemar

    bakteri coli yang berasal dari tinja. Bilakeadaan ini tak segera diubah, menurut

    Japan Indonesia Cooperation Agency

    (JICA), Jakarta akan mengalami keku-

    rangan air parah pada tahun 2010.

    A P O RA N UT A MAL

    6 PercikDesember 2004

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Indeks Berita AMPL

    Masyarakat Kekurangan Air Bersih

    z Juni-Juli z

    Tarif PDAM Indramayu Naik 66

    Persen (30/6)

    Sungai Siak Tercemar Limbah,

    PDAM Disarankan Tidak Mengolah

    Air Baku (3/7)

    Warga 116 Desa di Demak Kesulitan

    Air Bersih (8/7)Dinilai Cacat Hukum, 16 LSM Gugat

    UU SDA ke MK (14/7)

    Resapan Air Laut Sudah ke Tengah

    Kota (20/7)

    Blue Oasis City Dibangun di Kawasan

    Resapan Air (28/7)

    PK UU SDA Diajukan ke MK (29/7)

    Proportional Water Sharing, Untuk

    Mencegah Absolut Sumber Mata

    Air (22/7)

    Perpanjangan TPA Bantar Gebang

    Disetujui (10/6)

    Warga Tetap Tolak Bojong sebagai

    Tempat Pembuangan Sampah Orang

    Jakarta (23/7)TPST Bojong Dijamin Tidak Cemari

    Lingkungan (29/7)

    Situ di Bekasi Terus Menyusut (8/6)

    Rp. 100 Milyar Bebaskan Lahan BKT

    (24/6)

    Sungai Mookervaart Riwayatmu Kini

    (28/7).

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    9/54

    Kekeringan yang melanda

    Indonesia mau tak mau

    mendorong semua pi-

    hak mencari alternatif sumber-

    sumber air atau cara untuk men-

    jaga agar air yang ada bisa diper-

    tahankan. Pemerintah melalui

    Menteri Riset dan Teknologi

    (Menristek) Hatta Rajasa mene-

    gaskan tekadnya untuk mencari

    sumber air untuk memenuhi

    kebutuhan air bersih. Salah satu

    contoh berupa pembuatan wa-

    duk bawah tanah di Goa Bribin,Gunung Kidul. Pemompaan air

    bawah tanah dari Goa Bribin itu akan

    mampu memenuhi kebutuhan air bersih

    bagi 175 ribu warga Gunung Kidul.

    Pengeboran air bawah tanah juga

    dilakukan di Dusun Duwet Desa Suci,

    sekitar 40 km selatan ibukota Wonogiri,

    Jawa Tengah. Pengeboran air sedalam

    160 meter ini mampu memenuhi kebu-

    tuhan air bagi 500 keluarga di desa terse-

    but. Dengan adanya sumur itu, warga tak

    lagi perlu berjalan 7 km ke ibukota keca-

    matan untuk membeli air atau menunggutruk tangki air di jalan raya yang jaraknya

    1 km dari kampung mereka.

    Upaya mencari sumber air baru juga

    dilakukan melalui lomba. Peneliti dari

    Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-

    nologi (BPPT), Arie Herlambang, berhasil

    memenangkan lomba Inovasi Teknologi

    2004. Ia berhasil mengalahkan tujuh finalis

    lainnya dengan temuan berjudul 'Aplikasi

    Teknologi Pengolah Air Asin di Lahan

    Gambut Menjadi Air Minum'. Temuan ini

    tidak sekadar teori tapi telah diterapkan di

    kawasan transmigrasi Kalimantan Tengah

    yang mengalami kelangkaan air. Secara

    umum, pengolah air ini terdiri atas proses

    filterisasi yang jauh lebih panjang dari

    perusahaan air minum di perkotaan, dan

    dikombinasikan dengan unit desalinasi.

    Sistem pengolah seharga 350 juta ini

    mampu menghasilkan 170 galon air siap

    minum dalam delapan jam operasional.

    Warga membeli air olahan itu seharga Rp.

    3.000-5.000 per galon.

    Sementara itu, untuk mencegah pen-

    dangkalan sungai, pencemaran, dan ban-

    jir, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso me-

    minta warganya untuk tidak membuang

    sampah ke 13 sungai yang melintas di Ja-

    karta. Selain itu, pemda DKI juga akan

    memindahkan rumah-rumah yang ada di

    bantaran sungai. Pemda menjanjikan

    warganya yang tinggal di areal tersebutdan memiliki KTP DKI, rumah susun de-

    ngan harga murah. Semuanya untuk me-

    nyukseskan program transportasi sungai

    dan wisata air di Jakarta. Salah satu sun-

    gai yang kondisinya sudah mulai bagus

    adalah Kali Angke. Hanya saja, yang men-

    jadi PR pemda DKI yaitu mengubah

    warna air dari hitam menjadi jernih.

    Sedangkan untuk mencegah banjir,

    pemerintah bertekad untuk meram-

    pungkan proyek Banjir Kanal Timur

    (BKT) pada 2007. Proyek ini telah men-

    galokasikan dana sebesar Rp. 1,938 tri-

    liun untuk pembangunan konstruksi.

    Proses yang masih alot adalah pembe-

    basan lahan, mengingat lahan cukup luas

    yakni 263 hektar dan menjadi milik

    masyarakat. Dengan adanya BKT debit air

    di Jakarta diharapkan dapat dikendalikan

    dan mengurangi daerah rawan genangan

    di 13 kawasan. BKT juga mencakup

    pembangunan tiga lokasi.

    Di Sumedang, pemerintah akan

    mengkaji ulang desain pembangunan

    bendungan dan waduk Jatigede di

    wilayah tersebut. Departemen Per-

    mukiman dan Prasarana Wilayah akan

    menurunkan elevasi permukaan

    waduk dari desain semula sehingga

    wilayah genangan waduk dapat diku-

    rangi. Perubahan ini akan mengurangi

    volume air yang dapat ditampung

    waduk sekal igus mengurangi luas

    areal pelayanan waduk tersebut.z z z

    Benih-benih ancaman warga untuk

    menutup Tempat Pengolahan Sampah

    Terpadu (TPST) mulai muncul. Warga

    dari enam di desa di Kecamatan Kelapa-

    nunggal meminta DPRD Kabupaten Bo-

    gor mencabut SK Bupati Bogor tentang

    pemberian izin lokasi TPST Bojong. Per-

    usahaan pengelola TPTS PT. Wira Guna

    Sejahtera meyakinkan bahwa semua per-

    alatan dan mesin pengolah sampah aman

    bagi lingkungan. (MJ)

    Indeks Berita AMPL

    A P O RA N UT A MA

    Mencari Sumber Air Alternatif

    L

    z Agustus z

    Pencarian Sumber Air Terus Dila-kukan (3/8)Tidak Mampu Atasi Keluhan Pe-langgan, Palyja Terancam Terke-na Sanksi (3/8)Sumur Bor Atasi Kesulitan AirBersih (5/8)Empat Kabupaten di BanyumasKekeringan (10/8)Pengolah Air Lahan Gambut Me-nangkan Lomba Inovasi (20/8)Merdeka Ya Merdeka, Kurang Air

    Ya Kurang Air (23/8)Debit Air di Tiga Danau Surut,Ribuan Warga Cirebon TerancamKekeringan (24/8)Tiga SDN Tercemar Sampah Be-lum Dipindah (2/8)DKI Tetap Operasikan TPST Bo-

    jong (10/8)Kelola Sampah Mandiri, TidakMustahil (31/8).

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

    7PercikDesember 2004

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    10/54

    Ketidakmampuan PDAM mela-

    yani kebutuhan masyarakat akan

    air minum mendorong lahirnya

    bisnis air minum isi ulang. 'Perusahaan'

    skala rumah tangga ini berdiri di sudut-

    sudut jalan di Jakarta. Mereka menjual

    air minum dengan harga terbilang

    murah. Rp. 2.500 per galon. Harga ini

    jauh lebih murah dibandingkan harga air

    minum kemasan bermerek yang bisa

    mencapai dua kali lipat. Kemunculan

    depot air minum isi ulang tentu

    mengkhawatirkan perusahaan-perusa-haan bermerek. Selain itu, sebagian

    masyarakat pun ada yang kurang yakin

    dengan tingkat higienisitas air isi ulang

    tersebut.

    Di media massa muncul pemberitaan

    bahwa sebagian depot air minum isi

    ulang mengandung e-coli dan bisa me-

    nimbulkan penyakit ginjal bila dikon-

    sumsi dalam waktu lama. Jelas ini mem-

    buat resah para pengusaha kecil tersebut.

    Melalui asosiasi pengusaha, pemasok,

    dan distribusi air minum isi ulang

    (Apdamindo), mereka membantah per-nyataan itu yang dianggap terlalu tenden-

    sius dan menimbulkan fitnah. Mereka

    meminta pihak-pihak yang mengelu-

    arkan pernyataan itu melakukan klari-

    fikasi karena kalau tidak maka bisnis air

    minum isi ulang akan terancam.

    Para pengusaha kecil ini mengakui

    bahwa pengusaha air minum isi ulang

    masih harus dibina dan diberikan penyu-

    luhan pentingnya higienitas. Karenanya

    mereka perlu dibantu, bukan malah

    dimatikan dengan menggiring opini ma-

    syarakat ke arah yang negatif.

    Pemda DKI Jakarta mengeluarkan SK

    Gubernur No 13 Tahun 2004 tentang ser-

    tifikat laik sehat bagi depo air minum

    (DAM). Sertifikat ini mengatur prosedur

    pemberian, rekomendasi perizinan, dan

    pengawasan terhadap bisnis air minum

    isi ulang. Sertifikat ini merupakan salah

    satu prasyarat untuk mendapatkan izin

    operasional dari Depperindag. SK itu

    juga memberikan sanksi kepada peng-

    usaha yang melanggar dari mulai

    peringatan tertulis sampai pencabutan

    izin operasi. Apdamindo menyambut

    baik adanya SK tersebut. Mereka menya-

    takan adanya SK itu bisa memberikan

    jaminan kepada masyarakat dan peng-

    usaha.z z z

    PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang

    menjanjikan pasokan air bersih bagi

    warga di wilayah yang kekurangan air

    bersih. Pihaknya telah menyiapkan enam

    tangki air berkapasitas 5.000 liter. Ber-

    dasarkan data, ada 25 desa yang meng-

    alami kesulitan air bersih. Namun tidak

    ada satupun pengurus RT/RW setempat

    yang mengajukan permintaan air bersih.

    Langkah serupa dilakukan PDAM

    Indramayu. Untuk mengatasi kesulitan

    air, PDAM membagikan air bersih gratis

    ke desa-desa atas permintaan kuwu

    (kepala desa) dengan menggunakan dela-

    pan truk tangki. Desa tinggal memba-

    ngun tempat penampungan air bersih.

    Tiap desa dipasok air sebanyak empat

    truk tangki berkapasitas masing-masing

    4 ribu liter.

    Di beberapa daerah lain kekeringan

    masih terjadi. Akibatnya, masyarakat

    sulit memperoleh air bersih. Kejadian ini

    bisa dilihat di Kalimantan, sebagian Ja-

    wa, dan Nusa Tenggara.

    Sementara itu Kota Medan dan seki-

    tarnya dilanda banjir besar. Hujan terus

    menerus turun selama beberapa hari.

    Ratusan rumah terendam. Banjir besar

    ini selain karena hujan juga akibat banjir

    kiriman dari daerah di sekitarnya.

    z z z

    Kasus Bantar Gebang mencuat kem-bali setelah perjanjian kerja sama antara

    Pemda DKI dan Bekasi ditandatangani

    pada pertengahan Juli lalu. Pasalnya,

    TPA itu seperti ditelantarkan. Air limbah

    dari gunungan sampah meluap ke salur-

    an sampai ke permukiman warga. Per-

    usahaan yang ditunjuk sepertinya belum

    melaksanakan tugasnya. Pemda Bekasi

    meminta Pemda DKI membereskan

    pengurusan TPA tersebut. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    8 PercikDesember 2004

    Air Minum Isi Ulang Jadi Sorotan

    z September z

    Indeks Berita AMPL

    Investasi Mitra PDAM Terbatas(1/9)Tarif PAM Jaya Naik OtomatisSetiap 6 Bulan (1/9)Cekungan Bandung Krisis AirAkibat Perubahan Lahan (3/9)PAM Banjarmasin AndalkanTabuk (21/9)Harga Air Bersih Rp. 2.000 perJerigen (24/9)Warga Tepi Mahakam KesulitanAir Bersih (30/9)Sumber Air Bulak SindonBerpotensi Dibisniskan (30/9)

    DKI Belum Serahkan Pengelo-laan TPA (7/9)2005, TPA Cikundul TakBerfungsi (14/9)Penolakan Atas TPST BojongDitunggangi LSM dengan Teror(16/9)Banjir Melanda Sumut, RatusanRumah Terendam (21/9).

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    11/54

    Kemarau panjang yang melanda

    wilayah Indonesia menyisakan

    kepedihan bagi warga. Krisis air

    bersih terjadi di beberapa tempat.

    Bahkan masyarakat di Wanareja, Garut

    terpaksa mengkonsumsi air comberan.

    Belakangan diketahui bahwa air tersebut

    mengandung bakteri dalam kadar yang

    tinggi. Air tak layak minum, kendati

    dimasak sekalipun. Air hanya cocok

    untuk mencuci tangan.Dinas kesehatan setempat pun sudah

    memperingatkan warga. Namun apa hen-

    dak dikata, pasokan air bersih tak kun-

    jung tiba. Satu-satunya jalan, warga di-

    minta untuk melakukan kaporitisasi ter-

    lebih dahulu sebelum dikonsumsi.

    Sedangkan Pemda Garut membantu alat

    penyaringan air comberan buatan ITB

    senilai 40 juta dengan kontrak selama

    dua bulan. Sebenarnya di wilayah terse-

    but ada sumber air Cigaruhguy. Tapi

    karena ada hukum adat, sumber air itu

    hanya boleh dikonsumsi oleh dua kam-pung saja. Sembilan kampung lainnya

    hanya gigit jari.

    Di Martapura, Kalimantan Selatan,

    warga di Kecamatan Gambut yang tinggal

    di tepi handil-handil (parit buatan khas

    Kalsel) telah empat bulan mengkonsumsi

    air kubangan untuk keperluan sehari-

    hari. Kubangan-kubangan itu dibuat

    warga di sekitar handil sedalam 2 meter.

    Tiap kubangan menghasilkan air bebera-

    pa ember. Airnya berwarna kekuningan

    dan keruh. Beberapa kubangan ada yang

    terletak di tepi kakus dan menimbulkan

    bau yang tidak sedap. Air kuning ini dien-

    dapkan dan disaring untuk kemudian

    dipergunakan.

    Di Serang, Banten, puluhan warga di

    Kelurahan Sukawana dan Trondol ter-

    serang diare. Penyakit ini menyerang

    warga gara-gara mereka mengkonsumsi

    air dari Kali Bedeng yang berfungsi seba-

    gai MCK (mandi, cuci, kakus) dan tempat

    mandi ternak.

    Krisis air juga terjadi di Kupang,

    ibukota NTT. Sebanyak 550 ribu warga

    tak memperoleh air bersih. Sumur-sumur

    warga mengering. Sumber air Oepura,

    salah satu sumber air terbesar di kota itu

    yang selama ini dipergunakan oleh

    PDAM Kota Kupang untuk menyuplai air

    bagi warga juga mengering. Masyarakatantre air terlihat di beberapa sudut kota

    untuk memperoleh air sebanyak 1 jerigen

    berkapasitas 5 liter. Kondisi ini semakin

    diperparah dengan rusaknya jaringan

    pipa PDAM setempat.

    Nasib serupa dialami warga Cirebon.

    Hanya saja kondisinya lebih baik. Warga

    masih bisa menikmati kucuran air

    kendati harus bergiliran. Ini adalah

    langkah PDAM setempat untuk membagi

    air agar semua warga kebagian.

    Pergiliran air juga terjadi di Su-

    medang, Jawa Barat. Sumber air Cipan-teneun Cimalaka sebagai sumber air baku

    PDAM setempat mulai menyusut. Beda-

    nya dengan Cirebon, tidak semua pelang-

    gan PDAM bisa menikmati kocoran air.

    Sebagian harus gigit jari karena air tak

    menetes kecuali suara angin dari ujung

    kran. Kondisi seperti ini mengharuskan

    PDAM setempat mendrop air dengan

    truk tangki.

    Di Cimahi, masyarakat Kelurahan

    Cibeber Kecamatan Cimahi Selatan me-

    nuntut Pemkot Cimahi segera menutup

    dan menghentikan eksploitasi air Danau

    Ciseupan yang diperjualbelikan oleh

    kelompok tertentu kepada industri-

    industri. Tuntutan ini muncul menyusul

    terjadinya kekeringan di kawasan Ci-

    beber dan sekitarnya. Air sumur

    menyusut dan permukaan air danau

    turun 2-3 meter.

    Tak jauh dari Cimahi, warga di

    kawasan Jl. Braga, Kota Bandung mem-

    protes pembangunan Braga City Walk

    (BCW). Warga menilai proyek itu telah

    menimbulkan gangguan terhadap ling-

    kungan. Mereka mulai mengeluhkan

    sumber air mereka yang berkurang.

    Sebelumnya perusahaan yang memba-

    ngun proyek itu menjanjikan kompensasi

    berupa pembangunan jaringan air ke

    warga. Tapi janji tetap janji, tak ada re-alisasi.

    Di Jakarta, pengelola air bersih PT.

    Palyja mengeluhkan adanya defisit air

    baku. Pasokan yang seharusnya 6,2 meter

    kubik per detik kini hanya ada 5,2 meter

    kubik per detik. Padahal rata-rata kebu-

    tuhan air baku 5,4 meter kubik per detik.

    Selain pasokan kurang, perusahaan mitra

    PAM Jaya itu mengeluhkan kualitas air

    baku. Air terlalu keruh. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    9 PercikDesember 2004

    Air Comberan dan Kubangan pun

    Dikonsumsi

    z Oktober z

    Indeks Berita AMPL

    Krisis Air di Kupang BelumTeratasi (4/10)Untuk Mengairi Lahan Pertani-an, Pipa PDAM Kuningan Dije-bol Masyarakat (7/10)Empat Bulan Ribuan Warga diGambut Bergantung Air Ku-bangan (9/10)Hasil Penelitian Sucofindo, AirPDAM Surabaya Layak Minum(11/10)Proyek Wisata Terpadu AncamKonservasi Air (13/10)Debit Air Baku PDAM Turun

    200 Liter Per Detik (25/10)Warga Sukabumi Selatan Menje-rit Kekurangan Air (25/10)Warga Bekasi Utara Minta Dibu-atkan Sumur (27/10)Warga Wanaraja Masih Kon-sumsi Air Comberan (27/10)Tercemar, Air Sungai Musi TidakLayak Konsumsi (29/10).

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    12/54

    Akhir Nopember 2004 merupakan

    puncak kasus Tempat Peng-

    olahan Sampat Terpadu (TPST)

    Bojong, Kecamatan Kelapanunggal, Ka-

    bupaten Bogor. Warga sekitar berunjuk

    rasa yang berbuntut bentrokan antara

    pengunjuk rasa dan aparat kepolisian

    dari Polres Bogor. Lima warga tertembak

    dan lainnya ada yang melarikan diri alias

    menghilang.

    Aksi warga di sekitar ini sebenarnya

    telah berlangsung berkali-kali. Sempat

    muncul isu ada yang menunggangi aksi-

    aksi mereka. Namun yang jelas di per-mukaan, warga beralasan kehadiran

    TPST akan berdampak buruk terhadap

    lingkungan dan dianggap pembangunan

    TPST itu menyalahi rencana umum tata

    ruang (RUTR) di kawasan tersebut yang

    diperuntukkan bagi permukiman.

    Setiap kali akan ada ujicoba, warga

    selalu menghadang truk-truk yang akan

    masuk. Bahkan warga sempat mengusir

    Kapolres Bogor yang sedang melakukan

    sosialisasi. Mereka juga menebang po-

    hon di sepanjang jalan menuju ke lokasi

    tersebut dan memblokir jalan denganmaterial-material berat. Puncak ben-

    trokan tanggal 22 Nopember menjelang

    tengah hari. Massa menyerang TPST

    Bojong dan merusak serta membakar

    aset milik PT Wira Guna Sejahtera (pen-

    gelola TPST).

    Menteri Negara Lingkungan Hidup

    yang baru Rachmat Witoelar dapat

    memahami kekhawatiran masyarakat di

    sekitar lokasi mengenai dampak negatif

    keberadaan TPST tersebut. Namun ia

    juga menyayangkan tindakan masyarakat

    yang menyebabkan kerusakan karena

    sebenarnya masih terbuka peluang untuk

    bernegosiasi. Menurutnya, seharusnya

    sosialisasi dilakukan lebih intensif kepa-

    da masyarakat.

    Akibat kejadian itu beberapa pihak

    meminta TPST Bojong ditutup semen-

    tara. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso

    menegaskan TPST itu akan tetap ber-

    operasi, hanya saja menunggu kondisi

    yang kondusif.

    Pusat Penelitian Leingkungan Hidup

    Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

    Masyarakat (PPLH-LPPM) IPB melihat

    kasus Bojong sebagai sebuah gunung es

    dalam masalah pengelolaan sampah di

    Indonesia. Persoalan itu berakar pada

    masalah mendasar bahwa pengelolaan

    sampah di DKI Jakarta, dan kota-kota

    besar lainnya masih bertumpu pada pa-

    radigma lama. Paradigma baru dalam pe-

    ngelolaan sampah yakni membangunkebijakan dan praktek-praktek pengolah-

    an sampah yang mencerminkan peng-

    olahan sampah berbasis komunitas yang

    melibatkan seluruh partisipasi masya-

    rakat, pengusaha, dan pemulung.

    Kasus Bojong ini ini seakan menya-

    darkan pihak-pihak terkait dengan sam-

    pah untuk menyuarakan idenya. Bebe-

    rapa kalangan mengusulkan agar sampah

    Jakarta yang jumlahnya 6 ribu ton per

    hari dibuat kompos. Ada juga yang

    berpendapat agar insinerator dibangun

    di masing-masing wilayah agar tak terlalumembebani TPA. Ada juga yang bersi-

    kukuh dengan penerapan teknologi cang-

    gih mengingat keterbatasan lahan yang

    ada. Mana yang benar? Masing-masing

    memiliki argumentasi. Yang pasti untuk

    skala Indonesia, ide-idenya belum ada

    yang terbukti 100 persen tepat. Karena-

    nya, saat ini perlu pemikiran yang men-

    dalam untuk mencari pemecahan yang

    tepat. Jangan sampai kasus Bojong itu

    terulang kembali dan jatuh korban.

    Sementara itu wilayah seperti Tange-

    rang dengan tegas menolak rencana DKI

    untuk membuang sampahnya ke daerah

    tersebut. Seperti diketahui, DKI sendiri

    tak lagi memiliki lahan untuk areal pem-

    buangan sampah. Kasus ini pun menya-

    darkan bahwa persoalan sampah memer-

    lukan kerja sama lintas wilayah dengan

    perhitungan yang matang dan saling

    menguntungkan, termasuk pula mengun-

    tungkan rakyat di sekitar areal yang akan

    menjadi lokasi pembuangan sampah.

    Dan yang lebih penting, analisa mengenai

    dampak lingkungan tak boleh diabaikan.

    Kalau tidak, rakyat yang akan menjadi

    korban.

    Akhir tahun 2004 ini juga diwarnai

    dengan hujan deras yang mengguyur

    beberapa wilayah di Tanah Air. Drainase

    yang buruk menyebabkan banyak daerah

    mulai kebanjiran kendati tidak dalam

    jangka waktu lama. Jakarta pun telah

    bersiap diri untuk menghadapi kondisiitu termasuk upaya mencegah penyakit

    diare yang biasa terjadi pada musim

    hujan. Tapi karena pembangunan drai-

    nase yang buruk, beberapa jalan tampak

    rusak tergerus air hujan.

    A P O RA N UT A MAL

    10 PercikDesember 2004

    Gejolak di TPST Bojong

    z Nopember-Desember z

    Indeks Berita AMPL

    Distamben Jabar MembangunSumur Artesis di Leulosa (1/11)Sumber Air Minum Jangan dariSungai yang Tercemar (5/11)Krisis Air Bersih Ancam Jakarta

    (22/11)PDAM Harus Beri KompensasiSelama Air Tidak Mengalir(23/11)Tarif Otomatis Air Bersih akanDikaji Ulang (29/11)Warga Dukung KeberadaanTPST Bojong (1/11)Sampah Untuk Kompos (4/11)Investor Incar Pengelolaan Sam-pah Surabaya (9/11)Sampah Bertumpuk di Tepi Ja-lan DKI Jakarta dan Tangerang(18/11)Rusuh di TPST Bojong, Lima

    Pengunjuk Rasa Tertembak(23/11)Kanal Masih Jadi TempatSampah (21/11)Pemkot Jaktim Takut Pembe-basan Lahan BKT Diambil Alih(10/11)Waspadai Penyakit di MusimHujan (12/11).

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    13/54

    Kebijakan Nasional Pembangunan

    Air Minum dan Penyehatan

    Lingkungan (AMPL) menggu-

    nakan dua pendekatan yakni berbasis

    masyarakat dan berbasis lembaga.

    Kebijakan berbasis masyarakat memasu-

    ki tahap implementasi pada tahun 2004.

    Saudara kandungnya, kebijakan berbasis

    lembaga kini masih dalam tahap peng-

    godogan. Awal tahun 2005, kebijakan itu

    sudah jadi dan siap untuk didisemi-

    nasikan.

    Bila menengok proses penyusunannya,

    kebijakan pembangunan berbasis lembagaini lebih cepat dari proses penyusunan

    kebijakan AMPL berbasis masyarakat.

    Lokakarya mengenai draft kebijakan ini

    berlangsung pada September 2004 dan

    proses penulisan diselesaikan pada akhir

    Desember ini. Keberadaan kebijakan ini

    merupakan momentum yang penting,

    karena diharapkan akan memberikan kon-

    sistensi dan kepastian bagi pelaksanaan

    pembangunan AMPL secara menyeluruh.

    Proses penyusunan kebijakan dilak-

    sanakan dengan membentuk tim kerja

    yang terdiri dari 4 tim, yaitu:

    z Tim Air Minum

    z Tim Air Limbah

    z Tim Persampahan

    z Tim Drainase

    Selain itu dibentuk juga tim lintas

    sektor yang bertanggung jawab terhadap

    aspek teknis, lingkungan, pembiayaan,kelembagaan, dan sosial. Tim kerja terse-

    but merupakan tim inti dalam penyusun-

    an kebijakan berbasis lembaga. Tim itu

    bertanggung jawab dalam proses per-

    baikan dokumen serta memperkaya porsi

    penyehatan lingkungan agar terjadi kese-

    imbangan dalam porsi pembahasan dan

    penulisannya.

    Sejak lokakarya September 2004 di

    Bogor, kelompok kerja nasional secara

    simultan mengadakan diskusi guna me-

    nyempurnakan draft Kebijakan Lembaga.

    Diskusi-diskusi dilakukan baik dalam tim

    sektor, maupun secara pleno.

    Selama masa itu pula terjadi proses

    sinkronisasi kebijakan dengan produk

    perencanaan lain yang telah dihasilkan

    oleh Departemen PU dan Kementerian

    Lingkungan Hidup (KLH). Sinkronisasi

    dengan Dep. PU menyangkut National

    Action Plan (NAP) sektor air minum, air

    limbah, dan persampahan. Sedangkan

    dengan KLH berkaitan dengan kebijakan

    nasional pengelolaan limbah padat.

    Lokakarya I dan II berlangsung

    A P O RA N UT A MA

    Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga,

    Telur yang akan Menetas

    L

    Mengutamakan masyarakat miskin da-

    lam peningkatan pelayanan AMPL (pro

    poor)

    Menjaga keseimbangan antara kebu-

    tuhan penyelenggaraan AMPL dengan

    daya dukung lingkungan (eko-ling)

    Meningkatkan keterlibatan semua

    pihak dalam penyelenggaraan AMPL

    (all out)

    Mengoptimalkan penerapan prinsip

    kepengusahaan yang benar dan prinsip

    pemulihan biaya dalam penyeleng-garaan AMPL (good coorporate gover-

    nance)

    Mengefektifkan penegakan hukum

    (law enforcement)

    Mengembangkan mekanisme kerja

    sama antardaerah dan antarsektor

    dalam penyelenggaraan AMPL (re-

    gionalisasi)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Lembaga Meningkatkan kualitas dan cakupan pe-

    layanan dari air bersih menjadi air mi-

    num secara bertahap.

    Meningkatkan akses pada prasarana

    dan sarana air minum dengan menguta-

    makan masyarakat berpenghasilan ren-

    dah dan daerah rendah akses

    Memberdayakan masyarakat dalam

    menentukan memanfaatan air minum

    secara layak

    Pengendalian konsumsi air minum

    melalui instrumen peraturan dan tarif

    Meningkatkan peran pemerintah, ma-syarakat, dan dunia usaha dalam pena-

    nganan air baku

    Menerapkan prinsip kepengusahaan

    dan pemulihan biaya dalam pengelola-

    an air minum dengan menjamin kebu-

    tuhan dasar

    Meningkatkan peluang investasi dalam

    penyediaan dan pelayanan air minum

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Kebijakan Sektor Air Minum

    FOTO:OSWAR MUNGKASA

    11PercikDesember 2004

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    14/54

    secara berseri dan melibatkan semua sek-

    tor terkait. Draft kebijakan itu terus

    diperbaharui oleh konsultan dengan

    supervisi dari Sekretariat WASPOLA danarahan Pokja hingga akhirnya draft ketiga

    dapat diselesaikan, yang diharapkan

    merupakan drat final. Draft inilah yang

    nantinya akan dibawa ke pertemuan

    Central Project Committee (CPC).

    Kendati sudah menyelesaikan draft

    ketiga, bukan berarti kegiatan terkait de-

    ngan penyusunan kebijakan tersebut sele-

    sai. Terdapat beberapa kegiatan pen-

    dukung yang sampai saat ini belum ter-

    laksana, yaitu:

    Kajian peraturan dan perundang-

    undangan yang terkait dengan sektorAMPL, seperti misalnya UU SDA, RPP

    Air Minum, UU Desentralisasi, UU

    BUMN, dan lain-lain

    Pengayaan wawasan dalam hal kebi-

    jakan publik

    Kegiatan tersebut belum bisa terlak-

    sana juga karena padatnya agenda ke-

    giatan kelompok kerja. Kegiatan pendu-

    kung ini merupakan kegiatan lepas (inde-

    pendent activities) yang ditujukan untukmemberikan bahan masukan dan refe-

    rensi bagi tim kerja, sehingga kegiatan

    tersebut masih relevan diadakan selama

    proses formulasi Kebijakan Lembaga

    yang sedang berjalan. Yang pasti tak lama

    lagi 'Telur' Kebijakan Nasional Pem-

    bangunan AMPL Berbasis Lembaga akan

    'Menetas'. Tentu penyempurnaan tak

    boleh diabaikan. Kita tunggu. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    12 PercikDesember 2004

    Pengurangan sampah semaksimal

    mungkin dimulai dari sumbernya

    Mengedepankan peran dan partisipasi

    aktif masyarakat sebagai mitra dalam

    pengelolaan sampah

    Memperkuat Kapasitas Lembaga Pe-

    ngelola Persampahan

    Pengembangan Kemitraan dengan

    Swasta

    Meningkatkan tingkat pelayanan untukmencapai sasaran nasional secara

    bertahap

    Menerapkan prinsip pemulihan biaya

    (cost recovery) secara bertahap

    Peningkatan Efektifitas Penegakan

    Hukum

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Kebijakan Sektor Persampahan

    Mendorong keterpaduan antara pengaturan sektor air minum dan air limbah

    Penyelenggaraan air limbah dilakukan untuk keperluan konservasi lingkungan

    Masyarakat harus mempunyai akses pada prasarana dan sarana air limbah yang

    memadai

    Memprioritaskan penyediaan akses pada prasarana dan sarana air limbah untuk

    masyarakat miskinPenyelenggaraan air limbah dilakukan oleh lembaga yang secara khusus ditunjuk untuk

    menangani air limbah

    Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penyeleng-

    garaan air limbah

    Penerapan prinsip pemulihan biaya secara bertahap dalam penyelenggaraan air lim-

    bah

    Mengektifkan penegakan hukum dalam mencegah pencemaran sumber air

    Kebijakan Sektor Air limbah

    Penangangan Drainase Dilakukan oleh

    Unsur-unsur Pemerintah, Swasta, dan

    Masyarakat Berdasarkan Hirarki Sis-

    tem Drainase

    Pengembangan Drainase Dilakukan

    untuk Mendukung Keseimbangan Tata

    Air

    Penanganan Drainase dengan Prioritas

    Daerah Padat Penduduk dan Miskin

    1.

    2.

    3.

    Kebijakan Sektor Drainase

    z

    z

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    FOTO:OSWAR MUNGKASA

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    15/54

    Juni 2003. Kebijakan Nasional

    Pembangunan Air Minum dan Pe-

    nyehatan Lingkungan Berbasis

    Masyarakat lahir. Kebijakan itu disepa-

    kati oleh enam eselon 1 dari lima departe-

    men. Mereka yang membubuhkan tanda

    tangan adalah Ir. E. Suyono Dikun, Ph.D,

    IPM (Deputi Menteri Negara PPN/-

    Kepala Bappenas Bidang Sarana dan

    Prasarana), Prof. Dr. Umar Fahmi Ach-

    madi, MPH, Ph.D (Direktur Jenderal

    Pemberantasan Penyakit Menular dan

    Penyehatan Lingkungan, DepartemenKesehatan), Ir. Budiman Arif (Direktur

    Jenderal Tata Perkotaan dan Tata

    Perdesaan, Departemen Permukiman

    dan Prasarana Wilayah), Drs. Seman

    Widjojo, Msi (Direktur Jenderal Bina

    Pembangunan Daerah, Departemen

    Dalam Negeri), Dr. Ardi Partadinata, Msi

    (Direktur Jenderal Pemberdayaan Ma-

    syarakat dan Desa, Departemen Dalam

    Negeri), dan Dr. Machfud Siddik, MSc

    (Direktur Jenderal Perimbangan Ke-

    uangan Pusat dan Daerah).

    Sebelum ditandatangani, kebijakanyang disusun oleh Kelompok Kerja Air

    Minum dan Penyehatan Lingkungan

    (Pokja AMPL) ini telah melalui beberapa

    langkah pengujian di lapangan. Daerah

    yang dipilih untuk uji coba antara lain

    Kabupaten Solok (Sumatera Barat),

    Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera

    Selatan), Kabupaten Subang (Jawa

    Barat), dan Kabupaten Sumba Timur

    (Nusa Tenggara Timur). Uji coba ini

    membuktikan bahwa daerah bisa meneri-

    ma dan mengadopsi kebijakan tersebut.

    Saatnya tahun 2004 sebagai tahun

    operasionalisasi kebijakan tersebut.

    Namun dengan keterbatasan pemerintah

    pusat, kebijakan itu tak bisa langsung

    dilaksanakan di seluruh wilayah Indo-

    nesia sekaligus. Perlu ada proses dan

    tahapan-tahapan. Maka pada Januari

    2004 diadakan lokakarya pengembangan

    strategi pelaksanaan kebijakan nasional

    pembangunan AMPL berbasis ma-

    syarakat. Lokakarya ini menghasilkan

    kriteria pemilihan daerah dan piranti

    yang diperlukan. Selain itu peserta sepa-

    kat untuk membuat rencana detail

    kegiatan tahun 2004. Kegiatan yang di-

    sepakati diarahkan pada pemasaran/pro-

    mosi, advokasi, fasilitasi, konsultasi, dan

    operasionalisasi kegiatan.

    Pada awal 2004, Pokja AMPL menye-

    barkan surat penawaran kepada peme-

    rintah kabupaten/kota dan propinsi. Ada14 kabupaten dan 13 propinsi yang ter-

    tarik. Pokja AMPL kemudian menyelek-

    sinya berdasarkan surat minat dan ko-

    mitmen daerah. Terpilihlah tujuh propin-

    si yakni Propinsi Sumatera Barat, Bangka

    Belitung, Banten, Jawa Tengah, Sulawesi

    Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat,

    dan tujuh kabupaten yakni Kabupaten

    Sijunjung, Bangka Selatan, Lebak, Ke-

    bumen, Pangkajene, Gorontalo, dan

    Lombok Barat.

    Sebelum kebijakan nasional ini

    benar-benar diaplikasikan di daerahtersebut berbagai persiapan pun diambil.

    Salah satunya adalah menggelar loka-

    karya pemahaman kebijakan nasional

    dan proses fasilitasi pelaksanaan kebi-

    jakan di daerah pada akhir Mei 2004.

    Lokakarya ini dimaksudkan untuk mem-

    berikan pemahaman kepada para fasilita-

    tor yang akan diterjunkan ke daerah ten-

    tang kebijakan tersebut sekaligus menyu-

    sun rencana kerja rinci kegiatan fasilitasi

    penerapan kebijakan nasional tersebut di

    daerah. Sebelumnya para fasilitator

    tersebut telah pula mengikuti orientasi

    Methodology of Participatory Assess-

    ment (MPA), sebuah metode pendekatan

    masyarakat berdasarkan prinsip tanggap

    kebutuhan. Metode ini pula yang diadop-

    si dalam kebijakan nasional pembangu-

    nan AMPL berbasis masyarakat.

    Pertengahan Juni 2004, fasilitasi

    kebijakan nasional tersebut mulai ber-

    langsung di daerah. Para fasilitator mulai

    ditempatkan di daerah. Di setiap propin-

    si terdapat satu fasilitator yang sekaligusmenjadi fasilitator di kabupaten pada

    propinsi tersebut. Jumlah fasilitator ada

    tujuh orang. Mereka didukung dan diko-

    ordinasikan oleh sekretariat WASPOLA

    dan Kelompok Kerja AMPL di Jakarta.

    Sampai dengan Juli 2004, kegiatan

    yang dilaksanakan di daerah antara lain:

    koordinasi persiapan pelaksanaan kebi-

    jakan di daerah, dan presentasi umum

    pemaparan program setiap propinsi dan

    kabupaten. Kegiatan tersebut difasilitasi

    oleh tujuh fasilitator yang ditempatkan di

    daerah.

    Persiapan pelaksanaan kebijakan di

    daerah didahului koordinasi dengan

    pimpinan dan instansi terkait di daerah-

    Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Kim-

    praswil/Kimtaru, Dinas/Badan Pember-

    dayaan Masyarakat-- guna memperke-

    nalkan dan memperjelas rencana pro-

    A P O RA N UT A MA

    2004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehatan

    Lingkungan Berbasis Masyarakat

    L

    KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN

    AIR MINUM DAN PENYEHATAN

    LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

    Air merupakan benda sosial dan

    benda ekonomi

    Pilihan yang diinformasikan sebagai

    dasar dalam pendekatan tanggap

    kebutuhan

    Pembangunan berwawasan ling-

    kungan

    Pendidikan perilaku hidup bersih

    dan sehat

    Keberpihakan pada masyarakat

    miskinPeran perempuan dalam peng-

    ambilan keputusan

    Akuntabilitas proses pembangunan

    Peran pemerintah sebagai fasilitator

    Peran aktif masyarakat

    Pelayanan optimal dan tepat

    sasaran

    Penerapan prinsip pemulihan biaya

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    13PercikDesember 2004

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    16/54

    gram. Secara umum semua daerah mem-

    berikan dukungan positif terhadap pro-

    gram dan menyiapkan prasarana kerja

    fasilitator. Seluruh fasilitator berkantor di

    Bappeda kabupaten kecuali di Kabupaten

    Lombak Barat-berkantor di Dinas Kim-

    taru (PU).

    Selain dukungan di atas, pemerintah

    daerah juga mengalokasikan dana untuk

    mendukung pelaksanaan kegiatan. Hanya

    saja, bagi sebagian besar daerah, dana

    tersebut belum tersedia sehingga harus

    dialokasikan dalam Anggaran Belanja

    Tahunan (ABT). Daerah yang telah meng-

    alokasikan dana sejak awal yakni Kabupa-

    ten Kebumen, Kabupaten Sijunjung, Ka-bupaten Gorontalo, Kabupaten Bangka

    Selatan, dan Kabupaten Lombok Barat.

    Bersamaan dengan itu fasilitator

    mengidentifikasi dinas terkait dan pihak

    lain yang peduli terhadap AMPL khusus-

    nya dari kalangan LSM. Identifikasi itu

    menghasilkan nama-nama yang diikut-

    sertakan dalam TOT MPA dan Pelak-

    sanaan Kebijakan yang diselenggarakan

    oleh Kelompok Kerja AMPL di Cisarua,

    Bogor, 13-16 Juli 2004.

    Fasilitator dan pemangku kepenting-

    an (stakeholder) di daerah juga mengum-pulkan data sarana air minum dan penye-

    hatan lingkungan. Data tersebut menjadi

    bahan pembahasan pada lokakarya dae-

    rah dalam pengembangan rencana kerja

    pembangunan AMPL. Semua daerah

    menyadari permasalahan mengenai ke-

    lengkapan data. Oleh karena itu, penyia-

    pan data memerlukan waktu yang cukup.

    Paparan Program di daerah

    Agenda pemaparan program meliputi:

    (i) gambaran umum program penyu-

    sunan kebijakan; (ii) pokok-pokok kebi-

    jakan nasional AMPL berbasis masya-

    rakat; (iii) proses fasilitasi pelaksanaan

    kebijakan di daerah; (iv) diskusi dan kla-

    rifikasi; dan (v) kesepakatan rencana

    kegiatan jangka pendek.

    Secara umum semua daerah mem-

    berikan respon positif terhadap rencana

    kegiatan dan memahami keberlanjutan

    AMPL sebagai isu penting yang perlu

    mendapatkan penanganan. Agenda jang-

    ka pendek yang disepakati antara lain

    penyiapan kelompok kerja, penetapan

    calon peserta yang dikirim ke TOT MPA

    dan Pelaksanaan Kebijakan.

    Hal lain yang perlu ditindaklanjuti

    oleh fasilitator antara lain:

    Adanya kesalahpahaman bahwa pro-

    gram ini dilengkapi dengan proyekfisik. Pemahaman ini berdasarkan

    kebiasaan bahwa setiap program yang

    berasal dari pusat selalu identik de-

    ngan proyek fisik.

    Ketidakhadiran unsur DPRD. Padahal

    mereka memegang peranan penting

    dalam mendukung dan menindaklan-

    juti pelaksanaan kegiatan AMPL.

    Alokasi dana yang belum jelas dari

    beberapa daerah seperti Jawa Tengah,

    Sumatera Barat, NTB, Gorontalo, dan

    Sulawesi Selatan.

    Orientasi TOT MPA dan

    Pelaksanaan Kebijakan

    Semua daerah mengirimkan peserta,

    bahkan Banten menambah satu orang

    dan Gorontalo menambah dua orang.

    Sebanyak dua orang dari Babel dan

    Bangka Selatan tidak hadir karena alasan

    kesulitan transportasi.

    Secara umum, seluruh peserta antu-

    sias mengikuti pelatihan. Mereka juga

    telah membuat rencana kerja pelak-

    sanaan kebijakan yang akan dibicarakan

    lebih lanjut di daerah masing-masing.

    Lokakarya di daerah

    Lokakarya demi lokakarya terus

    berlangsung di tujuh propinsi dan tujuh

    kabupaten tersebut. Tujuannya untuk

    membantu daerah dalam pengembangan

    kerangka kebijakan daerah dan rencana

    kerja sektor AMPL. Kegiatan yang telah

    dilaksanakan mencakup:

    Kaji ulang (review) kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat di daerah

    Identifikasi isu dan permasalahan

    AMPL daerah

    Kajian terhadap faktor keberlanjutan

    pembangunan AMPL di daerah

    Dialog-dialog kebijakan dalam rangka

    menumbuhkan kepedulian berbagai

    pihak terhadap upaya mengatasi per-

    masalahan AMPL.

    Penyusunan rencana daerah sektor

    AMPL

    Diseminasi kebijakan oleh propinsi

    kepada semua kabupaten/kotaSampai saat ini, seluruh propinsi

    dan kabupaten, lokasi fasilitasi, telah

    melakukan kaji ulang pokok-pokok ke-

    bijakan dengan melibatkan stakeholder

    luas, melalui forum lokakarya daerah,

    dan merumuskan kesamaan persepsi,

    tantangan serta upaya yang perlu dilak-

    sanakan daerah.

    Dilakukan juga kunjungan lapangan

    ke lokasi proyek yang dianggap berhasil

    maupun gagal, untuk mempelajari fak-

    tor penyebabnya dan mengambil pe-

    lajaran (lesson learned) atasnya sebagai

    suatu kajian faktor keberlanjutan. Dan

    yang lebih penting, beberapa daerah

    sudah mulai memikirkan untuk me-

    nyusun program AMPL tahun 2005.

    Akankah kebijakan ini benar-benar

    teraplikasikan? Kita tunggu tahun

    depan. (MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    14 PercikDesember 2004

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    P

    royek Penyusunan Kebijakan

    dan Rencana Kegiatan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan

    (WASPOLA) dilaksanakan di bawah

    koordinasi Pemerintah Indonesia,

    melalui Kelompok Kerja lintas

    departemen (Bappenas, Depdagri,

    Depkimpraswil, Depkes, dan Depkeu)

    yang diketuai oleh Bappenas,

    dengan mayoritas dana hibah dari

    Pemerintah Australia melaluiAusAID,

    dan dukungan langsung Water and

    Sanitation Program for East Asia and

    the Pacific (WSP-EAP) atas nama

    AusAID dan Bank Dunia.

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    17/54

    P

    ada tahun 2004, WASPOLA mela-

    kukan berbagai kegiatan sebagai

    penjabaran rencana kerja yang

    telah disepakati oleh tiga pihak yaitu: Pe-

    merintah Indonesia, AusAID, dan WSP-

    World Bank. Kegiatan tersebut dikelom-

    pokkan ke dalam empat kategori, yaitu

    operasionalisasi kebijakan, perubahan

    kebijakan, knowledge management, dan

    manajemen proyek. Berikut ini ringkasan

    kegiatan WASPOLA selama tahun 2004.

    JANUARILokakarya pengembangan strategi

    pelaksanaan kebijakan di daerah. Ber-

    langsung tanggal 14 di Hotel Mariot Ja-karta. Dihadiri oleh 27 peserta dari Ke-

    lompok Kerja (Pokja) WASPOLA, WSP-

    EAP, AusAID. Lokakarya menyepakati

    strategi pelaksanaan dan rencana kerja,

    yang akan memberi peran kepada pro-

    pinsi dalam fasilitasi di kabupaten.

    FEBRUARITraining of trainer untuk lokakarya

    pencapaian Millennium Development

    Goals. Berlangsung tanggal 10-11 di Hotel

    Sheraton Bandara Jakarta. Dihadiri oleh

    22 peserta dari Pokja WASPOLA, WSP-EAP, dan Sekretariat WASPOLA. Loka-

    karya ini melatih calon fasilitator untuk

    penyelenggaraan lokakarya MDGs. Fasi-

    litator acara ini adalah anggota Pokja ser-

    ta WSP-EAP yang telah mengikuti

    pelatihan serupa di Laos.

    Lokakarya nasional pencapaian

    Millennium Development Goals melalui

    rencana tindak air minum dan penye-

    hatan lingkungan. Berlangsung di Hotel

    Sheraton Bandara tanggal 17-19. Dihadiri

    oleh 62 peserta dari pemerintah pusat,

    pemerintah daerah, asosiasi profesi, per-

    guruan tinggi, LSM, donor, dan war-

    tawan. Lokakarya ini menghasilkan ke-

    samaan pandang para stakeholders ten-

    tang perlunya peningkatan pemahaman

    terhadap target MDG, serta upaya sinergi

    dari semua stakeholder dalam mencapai

    MDG.

    MARETLokakarya nasional pelaksanaan Kebi-

    jakan AMPL Berbasis Masyarakat (Pe-

    milihan Daerah). Dilaksanakan di Hotel

    Hyatt Yogyakarta tanggal 10-12 Maret

    2004. Dihadiri oleh 55 peserta daerah (14

    kabupaten dan 13 propinsi), 15 peserta dari

    pusat, 8 orang calon fasilitator daerah, serta

    sekretariat WASPOLA dan WSP-EAP. Pada

    lokakarya tersebut dapat disepakati kriteria

    pemilihan daerah, serta syarat-syarat yang

    wajib dipenuhi oleh daerah yang berminat.

    APRILKonfirmasi minat daerah dalam

    pelaksanaan kebijakan. Dilakukan mela-lui komunikasi telepon dan kunjungan ke

    daerah.

    MEIOrientasi Methodology for Participa-

    tory Assessment (MPA) untuk pemba-

    ngunan air minum dan penyehatan ling-

    kungan. Dilakukan tanggal 10-13 di Lido

    Resort Sukabumi. Diikuti oleh 32 peser-

    ta terdiri atas Kelompok Kerja WASPO-

    LA, Pemerintah Kab. Sukabumi, fasilita-

    tor daerah, dan WSP-EAP. Acara ini me-

    rupakan acara rutin yang dilakukan tiaptahun, yang bertujuan untuk memberi-

    kan pemahaman tentang MPA bagi

    anggota Kelompok Kerja WASPOLA yang

    baru, dan penyegaran bagi anggota lama.

    Di samping itu juga untuk membekali

    fasilitator yang akan bertugas di daerah

    tentang metodologi partisipatif yang

    menjadi alat dalam fasilitasi kebijakan.

    Lokakarya pengembangan ren-

    cana kerja fasilitasi pelaksanaan

    Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat

    di daerah. Diselenggarakan pada tang-

    gal 24-27 di Hotel Plaza Purwakarta.

    Diikuti oleh 25 peserta terdiri atas

    fasilitator daerah, sekretariat, serta

    Kelompok Kerja WASPOLA. Lokakarya

    ini menghasilkan rencana kerja rinci

    kegiatan pelaksanaan kebijakan di

    daerah, termasuk indikator kinerja

    bagi fasilitator.

    JUNIMobilisasi tim fasilitator ke daerah.

    Mobilisasi dilakukan secara bertahap

    sesuai dengan kesiapan masing-masing

    daerah. Tujuh orang fasilitator ditempat-

    kan di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung-

    Sumatera Barat, Bangka Selatan-Bangka

    Belitung, Lebak-Banten, Kebumen-Jawa

    Tengah, Lombok Barat-NTB, Pangkep-

    Sulawesi Selatan, dan Gorontalo-

    Gorontalo. Pada bulan ini juga beberapa

    daerah langsung menyelenggarakan loka-

    karya/pertemuan untuk mensosialisasi-

    kan kegiatan, yang dihadiri oleh Ke-

    lompok Kerja WASPOLA.

    JULILokakarya review rencana kerja

    WASPOLA. Diselenggarakan di Hotel

    Novus Puncak tanggal 6-8. Dihadiri oleh

    25 peserta dari Kelompok Kerja dan

    Sekretariat WASPOLA. Lokakarya ini

    mengidentifikasi kegiatan yang perlu

    mendapat prioritas, yang dapat ditunda,

    atau kemungkinan tidak dilakukan, bah-

    kan adanya usulan kegiatan baru. Ke-

    giatan prioritas adalah penyelesaian Ke-

    bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-

    baga, sedangkan yang ditunda adalahstudi kasus dan ujicoba.

    Lokakarya sosialisasi Kebijakan

    Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di

    Propinsi dan Kabupaten. Dilakukan di

    seluruh propinsi dan kabupaten terpilih.

    AGUSTUSIkut serta dalam pameran Nusan-

    tara Water Expo yang diselenggarakan

    tanggal 19-20 di Jakarta Hall Conven-

    tion Center. Dalam kesempatan ini

    Kelompok Kerja WASPOLA didukung

    oleh Sekretariat melakukan display se-

    mua produk baik cetak maupun elektro-

    nik. Dalam pameran tersebut stand

    WASPOLA mendapat kunjungan sekitar

    200 pengunjung.

    Lokakarya pemahaman Kebijakan

    Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di

    Propinsi dan Kabupaten. Merupakan

    A P O RA N UT A MA

    Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004

    L

    15PercikDesember 2004

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    18/54

    wahana peningkatan kepedulian stake-

    holders terhadap permasalahan pemba-

    ngunan AMPL yang dihadapi.

    SEPTEMBERLokakarya pengembangan draft 2

    Kebijakan AMPL Berbasis Lembaga.

    Diselenggarakan di Hotel Salak Bogor

    tanggal 1-2. Dihadiri oleh 65 peserta dari

    Kelompok Kerja, pemerintah daerah,

    penyedia jasa (PDAM, PDAL, PD/Dinas

    Kebersihan), swasta, LSM, perguruan

    tinggi, dan donor. Pertemuan tersebut

    menyepakati beberapa konsensus dalam

    merestrukturisasi draft yang sudah ada.

    Di samping itu juga dapat teridentifikasikebijakan umum dan subsektor, serta

    strategi indikatif.

    Kegiatan pendalaman kebijakan

    AMPL di Daerah melalui serangkaian ke-

    giatan seperti studi kasus, diskusi best

    practices, dan dialog. Kegiatan ini di-

    selenggarakan oleh kelompok kerja

    AMPL daerah di masing-masing kabupa-

    ten dan propinsi.

    OKTOBERPenyusunan rencana kerja WASPOLA

    tahun 2005. Diselenggarakan di HotelMariott Jakarta tanggal 20-21. Dihadiri

    oleh 25 orang anggota Kelompok Kerja

    WASPOLA. Pertemuan tersebut meng-

    hasilkan draft rencana kerja WASPOLA

    yang dirinci ke dalam masing-masing

    komponen kegiatan. Pada dasarnya ren-

    cana kerja tahun 2005 merupakan kelan-

    jutan dari kegiatan tahun 2004, akan

    fokus kepada pelaksanaan Kebijakan Na-

    sional AMPL Berbasis Masyarakat di dae-

    rah, diseminasi, serta penyelesaian draft

    Kebijakan Nasional AMPL Berbasis

    Lembaga.

    Koordinasi pelaku pembangunan

    AMPL di Indonesia. Diselenggarakan di

    Hotel Borobudur Jakarta tanggal 21 Ok-

    tober dilanjutkan dengan buka bersama.

    Diikuti oleh 62 peserta terdiri dari

    Bappenas, Departemen PU, Departemen

    Kesehatan, LSM International, asosiasi

    pemerintah daerah, Perpamsi, asosiasi

    DPRD, proyek terkait, media massa, dan

    WSP-EAP. Dalam kesempatan tersebut

    Kelompok Kerja WASPOLA mempresen-

    tasikan Kebijakan Nasional AMPL Ber-

    basis Masyarakat, serta mendorong untuk

    melakukan kegiatan lanjutan untuk me-

    ningkatkan koordinasi guna efisiensi pem-

    bangunan prasarana dan sarana AMPL.

    Kegiatan pendalaman kebijakan

    AMPL di Daerah melalui serangkaian

    kegiatan seperti studi kasus, diskusi best

    practices, dan dialog. Kegiatan ini dila-

    kukan di beberapa daerah kabupaten dan

    propinsi yang diselenggarakan sendiri

    oleh kelompok kerjanya masing-masing.

    NOVEMBERKajian pelaksanaan diseminasi kebi-

    jakan. Selengkapnya lihat Seputar Was-

    pola

    Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL

    oleh Propinsi. Propinsi Sulawesi Selatan

    menyelenggarakan diseminasi di tiga wila-

    yah, sedangkan Propinsi Sumatera Barat,

    Jawa Tengah, Bangka Belitung, dan NTB

    melakukannya sekaligus di propinsi.

    DESEMBERLokakarya pengembangan draft 3 Ke-

    bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-

    baga. Diselenggarakan di Hotel Sheraton

    Bandara Jakarta tanggal 1-3. dihadiri oleh

    35 orang peserta yang terdiri dari pemerin-

    tah daerah, penyedia jasa (PDAM, PDAL,

    PD/Dinas Kebersihan), swasta, LSM, dan

    WSP-EAP. Pada lokakarya ini peserta

    diberi pemahaman terhadap tujuan kebi-

    jakan, dan beberapa terminologi yang pen-

    ting serta pengayaan strategi masing-ma-sing sub sektor

    Lokakarya akhir di kabupaten dan

    propinsi dalam pelaksanaan Kebijakan

    Nasional AMPL Berbasis Masyarakat.

    Lokakarya ini mengkaji kegiatan selama

    kurun waktu dampingan dari Sekretariat

    WASPOLA, dan rencana tindak setelah

    periode dampingan.

    A P O RA N UT A MAL

    16 PercikDesember 2004

    Kegiatan yang TertundaTahun 2004

    Mempertimbangkan padatnya jad-wal pekerjaan maka terdapat beberapa

    kegiatan yang dialihkan pelaksana-

    annya, yaitu:

    1. Ujicoba dengan proyek KfW/GTZ.

    Kegiatan ini ditunda sampai batas

    waktu yang tidak ditentukan. Ujicoba

    dengan UNICEF-Jawa Barat diba-

    talkan karena tidak ada lagi proyek

    yang relevan untuk kerjasama. Uji coba

    dengan proyek WSLIC2 ditunda ke

    tahun 2005 dan berubah menjadi studi

    pendanaan sanitasi.

    2. Studi verifikasi dan manajemen data

    ditunda pelaksanaannya ke tahun

    2005.

    3. Pertemuan tim pengarah atau

    Central Project Committeeyang dijad-

    walkan Desember 2004, ditunda ke

    awal tahun 2005 .

    Rencana Kegiatan Tahun 2005Kegiatan WASPOLA difokuskan pa-

    da diseminasi Kebijakan Nasional AMPLbaik berbasis masyarakat maupun ber-

    basis lembaga. Penyebarluasan Kebijakan

    Nasional AMPL mengikuti pola yang ada,

    dengan menempatkan propinsi sebagai

    fasilitator dalam kegiatan di kabupaten.

    WASPOLA akan mengembangkan

    strategi komunikasi yang dapat menja-

    di payung seluruh kegiatan komunikasi

    yang diselenggarakan dalam konteks

    AMPL, khususnya terkait dengan

    Kebijakan Nasional AMPL.

    Untuk meningkatkan percepatan

    adopsi kebijakan, kegiatan ujicoba

    akan dilaksanakan dengan melibatkan

    pihak yang relevan. Sedangkan ke-

    giatan studi dilaksanakan guna men-

    dapatkan pembelajaran dan input bagi

    perbaikan pembangunan AMPL di

    Indonesia.

    Ka le idoskop

  • 7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.

    19/54

    Tujuan dari program ini adalah

    agar masyarakat mampu meng-

    operasikan dan memelihara sis-

    tem penyediaan air mereka sendiri.

    ProAir-proyek kerjasama pemerintah

    Indonesia dan Jerman--menggunakan

    pendekatan yang bersifat tanggap ter-

    hadap kebutuhan: kelompok-kelom-

    pok masyarakat dapat meminta

    dukungan dari program untuk meng-

    atasi masalah-masalah yang ber-

    hubungan dengan air. Tugas masya-

    rakat dan tim ProAir adalah bersama-

    sama menciptakan struktur pengelo-

    laan yang tepat, dan menjaminpengelolaan yang berkelanjutan dari

    sistem penyediaan air yang mereka

    impikan. Setelah melaksanakan ana-

    lisa bersama terhadap keadaan ma-

    syarakat, baik secara teknis [sumber

    air, daerah pelayanan, dll.] maupun

    sosial-ekonomi, kemudian masyara-

    kat dibantu untuk merencanakan dan

    menjalankan sebuah sistem penyedia-

    an air yang tepat.

    Masyarakat mendapat penjelasan

    mengenai beberapa pilihan untuk

    tingkat pelayanan sarana air bersih[seperti kran-kran umum, sambung-

    an ke rumah] dan pengaruh dari pilih-

    an yang mereka ambil, khususnya

    yang berkaitan dengan persyaratan

    dan biaya operasional dari beberapa

    tingkat pelayanan yang berbeda.

    Proyek ini melibatkan masyarakat

    secara luas mulai dari persiapan, suatu

    hal yang tidak biasa bagi mereka. Tak

    heran masyarakat merasa tak siap dan

    akhirnya pelaksanaan pada tahun 2004

    tertunda.

    Strategi yang diterapkan ProAir:

    1. Penetapan unit-unit daerah [zoning]

    pelayanan dan pengelolaan.

    Meskipun ukuran kebanyakan ma-

    syarakat pemohon cukup kecil [500 sam-

    pai 1000 orang], jumlah ini masih terlalu

    besar - dalam kaitannya dengan hubung-

    an saling percaya diantara mereka --kare-

    na kadangkala susunan anggota ma-

    syarakatnya tidak serba-sama. Oleh kare-

    na itu, ProAir memperkenalkan zona-

    zona dalam pra-desain sistem penyedi-

    aan air. Daerah-daerah yang berukuran

    lebih kecil ini biasanya terdiri dari satu

    sampai dua RT yang terletak berdekatan.

    Biasanya, setiap zona sudah memiliki

    tokoh-tokoh masyarakat tersendiri, yang

    telah menciptakan saluran komunikasi

    dan akses terhadap para anggota didalam

    masyarakatnya.

    2. Pendirian Kelompok-kelompok Induk

    Setelah masyarakat mengajukan per-

    mohonan kepada ProAir, mereka memiliki

    status sebagai kelompok yang berkepen-

    tingan. Sayangnya kelompok ini tidak

    memiliki struktur organisasi yang jelas dan

    anggotanya sering berganti sehingga

    menyulitkan program.

    3. Demokrasi dan Transparansi

    Dalam membentuk kelompok-kelom-

    pok induk, ProAir menerapkan prinsip-

    prinsip demokrasi dan transparansi. Para

    wakil kelompok induk, termasuk perwa-

    kilan dari zona-zona, telah dipilih

    melalui suatu proses yang demo-

    kratis. Selama berlangsungnya pe-

    milihan, tingkat keikutsertaan tinggi

    [sering melebihi 75% dari jumlah

    penduduk]. Sekarang, kelompok-

    kelompok induk juga sedang mem-

    persiapkan anggaran rumah tangga,anggaran dasar, dan peraturan, agar

    kelompok-kelompok tersebut dapat

    berubah secara hukum menjadi

    perkumpulan pemakai air dan men-

    dapat kepemilikan serta tanggung-

    jawab atas sistem jaringan penyedi-

    aan air mereka.

    Salah satu dari tantangan terbe-

    rat dalam pendekatan yang dilaku-

    kan oleh ProAir adalah pengumpul-

    an kontribusi dana dimuka dari ma-

    syarakat,