Kaku Mayat

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang terjadi setiap saat setelah kelahi Menurut Undang-Undang Repulik !ndonesia "omor #$ %ahun &'' %entang esehatan* +asal ,, menyatakan /0eseorang dinyatakan mati apaila 1 sistem jantung* sirkulasi dan sistem perna1asan terukti telah erhenti permanen* atau apaila kematian atang otak telah dapat diuktikan.2 ematian pada manusia dapat ditentukan secara klinis oleh dokter den memeriksa serta memerikan surat keterangan kematian. Meskipun hal ini iasanya kurang memuaskan* namun harus kita ketahui tidak semu dapat diautopsi untuk memastikan sea mati karena terkadang keluarga y ersangkutan tidak mengijinkan. 0emua manusia akan mengalami kematian* terlepas dariapakah proses kematian terseut erjalan 3ajar atau tidak. %erkait dengan masalah huk pemeriksaan terhadap suatu kematian dapat memeri gamaran terh perkara. +emeriksaan sea kematian dapat juga er1ungsi untuk memerik 3aktu kematian yang menjadi titik acuhan terhadap suatu kasus pemunuha Hal inilah yang akan menjadi tolak ukur untuk memantu atau memperer tindakpidana terseut. 4ama 3aktu kematiandapat diperkirakan dengan peruahan-peruahan yang terjadi pada tuuh jenazah. +eruahan eksternal paling anyak digunakan seagaitanda pastikematian* karena selain permeriksaannya tidak sulit dan dapat dilakukan dalam 3aktu yang singkat 3alaupun seagian esar penilaiannya masih sujekti1. +eruahan ekstern dapat dinilai antara lain adalah penurunan suhu jenazah* adanya leam m dan kaku mayat serta proses pemusukan termasuk keeradaan serangga dan peruahan internal erupa peruahan iokimia3i maupun peruahan yang t didalam sel. 1.2 TUJUAN ,.Untuk mengetahui de1inisi dan pato1isiologi dari kaku mayat (rigor mo &.Untuk mengetahui gejala dan pemeriksaan dari kaku mayat (rigot mortis #.0eagai persyaratan ujian pada kepaniteraan klinik !lmu edokteran 5o dan Medikolegal. 1

description

kaku mayat

Transcript of Kaku Mayat

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGMenurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 117 menyatakan : Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan.Kematian pada manusia dapat ditentukan secara klinis oleh dokter dengan memeriksa serta memberikan surat keterangan kematian. Meskipun hal ini biasanya kurang memuaskan, namun harus kita ketahui tidak semua kematian dapat diautopsi untuk memastikan sebab mati karena terkadang keluarga yang bersangkutan tidak mengijinkan.

Semua manusia akan mengalami kematian, terlepas dari apakah proses kematian tersebut berjalan wajar atau tidak. Terkait dengan masalah hukum maka pemeriksaan terhadap suatu kematian dapat memberi gambaran terhadap suatu perkara. Pemeriksaan sebab kematian dapat juga berfungsi untuk memeriksa lama waktu kematian yang menjadi titik acuhan terhadap suatu kasus pembunuhan.

Hal inilah yang akan menjadi tolak ukur untuk membantu atau memperberat tindak pidana tersebut. Lama waktu kematian dapat diperkirakan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh jenazah. Perubahan eksternal paling banyak digunakan sebagai tanda pasti kematian, karena selain permeriksaannya tidak sulit dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat walaupun sebagian besar penilaiannya masih subjektif. Perubahan eksternal yang dapat dinilai antara lain adalah penurunan suhu jenazah, adanya lebam mayat, dan kaku mayat serta proses pembusukan termasuk keberadaan serangga dan perubahan internal berupa perubahan biokimiawi maupun perubahan yang terjadi didalam sel.1.2 TUJUAN1. Untuk mengetahui definisi dan patofisiologi dari kaku mayat (rigor mortis).

2. Untuk mengetahui gejala dan pemeriksaan dari kaku mayat (rigot mortis).

3. Sebagai persyaratan ujian pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.1.3 MANFAATDiharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :

1. Sebagai bekal dalam menjalankan profesi sebagai dokter muda.2. Mengetahui segala keseluruhan apa yang dimaksud mengenai kaku mayat (rigor mortis).3. Mengetahui langkah-langkah dan metode dalam penulisan makalah di bidang kedokteran.

4. Sebagai media pengabdian masyarakat terutama kasus-kasus yang berkembang di masyarakat khususnya dalam bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISI

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot setelah periode pelemasan atau relaksasi primer. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10 12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.1,3

Kekakuan pertama ditemukan pada otot otot kecil, bukan karena itu terjadi pertama kali disana, melainkan karena adanya sendi yang tidak luas, seperti contohnya tulang rahang yang lebih mudah diimobilisasi.2,5

Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai maksimum antara 6 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot mulai menjalani autolisis, dimana akan melemas berangsur angsur kembali seperti periode perubahan awal post mortem. Kekakuan mayat lengkap dapat terjadi antara 18 36 jam.4,52.2 PATOFISIOLOGIMenurut Szen - Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat berkontraksi. Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan pada akto-miosin, dimana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidakdapat berkontraksi.1,2

Gambar: Kontraksi otot

Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatik, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa ATP, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai nampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Atas dasar itulah mengapa pada kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu sekeliling yang tinggi akan dapat mempercepat terbentuknya kaku mayat, demikian pula pada mereka yang keadaan gizinya jelek akan lebih cepat terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan korban yang mempunyai tubuh yang baik.3 Secara biokimiawi saat relaksasi primer, pH protoplasma sel otot masih alkalis. Perubahan alkalis menjadi asam terjadi 2-6 jam kemudian karena adanya perubahan biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik atau fosfor. Perubahan protoplasma menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). Relaksasi sekunder terjadi setelah ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi alkalis kembali saat terjadi pembusukan.42.3 FAKTOR-FAKTORSebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi suhu lingkungan, akan memperlambat proses ini. Mayat yang terdapat pada daerah dingin atau salju tidak akan mengalami kekakuan bahkan sampai 1 minggu setelah kematian, namun saat mayat tersebut dipindahkan ke tempat yang hangat, maka dengan cepat akan mengalami kekakuan. Sebaliknya, cuaca panas atau tropis dapat mempercepat, sehingga kekakuan akan terjadi dalam beberapa jam atau bahkan kurang. Kekakuan total terbentuk cepat, kemudian akan hilang semenjak hari pertama terjadinya pembusukan.2,3,5Faktor lainnya adalah aktifitas fisik sebelum mati. Ketersediaan glikogen dan ATP dalam otot adalah elemen terpenting dalam terbentuknya kekakuan. Kerja otot mempengaruhi interaksi dari substansi tersebut dan dapat mempercepat onset terjadinya kekakuan. Cadaveric spasme, merupakan bentuk variasi dari kekakuan yang dipercepat.5,6Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat :1,2,6,7a. Kondisi Otot Persediaan glikogenCepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada orang yang sebelum mati banyakmakan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat.1 GiziPada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.1 Kegiatan OtotPada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat akan terjadi lebih cepat.3,4b. Usia Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidakberlangsung lama. 7,8 Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup bulan.7,8 Kaku biasanya tidak terjadi pada janin yang tidak lebih dari 7 bulan, tapi masih bisa ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Kaku bisa timbul dan menghilang dengan sangat dini. 2c. Keadaan Lingkungan

Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab.9 Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadidan berlangsung lama.9,10 Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama. 9,10 Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10C, kekakuan yang terjadi pembekuan atau cold stiffening. 9,10d. Cara Kematian

Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama.6,7 Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat danberlangsung lebih lama. 9,10Faktor yang mempengaruhi onset dan durasi kaku mayat3,5,7,8 Temperatur

Nysten (1811) mengatakan bahwa kekakuan bertahan lama di dalam dingin, udara lembab dibanding udara kering. Hal ini menyebabkan kenapa onset kekakuan berjalan lambat dan durasinya berjalan lama pada negara dingin atau cuaca dingin sedangkan onsetnya cepat dan durasi cepat pada cuaca panas. Hal ini dikarenakan perusakan ATP lebih cepat pada cuaca panas.2 Kondisi fisiologis sebelum matiBerdasarkan observasi, tubuh seseorang yang kurus atau mati karena penyakit akan melalui proses yang cepat menuju kekakuan, dimana biasanya dengan durasi yang cepat. Pada kasus orang yang meninggal karena septikemia, kaku mayat terlihat lebih dini sejak 3 setengah menit pertama dan hilang pada 15 menit sampai 1 jam, saat pembusukan dimulai. Pada kematian karena asfiksia, perdarahan hebat, apoplexy, pneumonia, dan penyakit saraf dengan paralisis otot, maka onset akan lebih lama.2 Kondisi otot sebelum matiOnset akan berjalan lambat dan durasi berjalan lama pada kasus dimana otot dalam kondisi sehat sebelum kondisi mati. Onset akan berjalan cepat jika otot berada dalam kondisi kelelahan. Pada orang yang mati saat lari, kaku akan terbentuk dengan cepat pada daerah kaki sebelum menuju ke daerah lainnya.2 Pengaruh sistem saraf pusat

Pada saat stres, kaku mayat terjadi karena perubahan kimia yang terjadi pada otot setelah kematian sebagai bentuk dari aktifitas selular dan enzimatik.22.4 GEJALA KLINISKaku mayat akan terjadi pada seluruh otot, baik otot lurik maupun otot polos. Dan bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat melawan kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah tersebut tidak mungkin lagi terjadi kaku mayat.4,5

Gambar : Kaku mayat pada lengan dan leherKaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot - otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.6Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya.6,7Terdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat : Cadaveric spasme (instantaneous rigor)Bentukkekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal.2,3,6Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhirmasa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri.3,4,5,6 Heat stiffeningKekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut - serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, danlutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.8,9,10,11 Cold stiffeningKekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC atau 40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemaksubkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan sendi tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan terdengar suara es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.3,6,11Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat) :3,4,6,11 Kurang dari 3 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis Lebih dari 3 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam Rigor mortis menghilang 24 36 jam post mortem

2.5 PEMERIKSAANa. Rigor Mortis Pada Jaringan TubuhKekakuan juga terjadi pada seluruh jaringan muskular dan organ sama seperti terjadi pada otot skelet. Kekakuan dapat terjadi tidak sama pada tiap mata, membuat letak pupil tidak sama, hal ini memastikan bahwa posisi post mortem menjadi indikator yang tidak dapat dipercaya pada kondisi toksik atau neurologis selama hidup.5,7,8,11Pada jantung, kekakuan menyebabkan kontraksi ventrikel, yang menyerupai pembesaran ventrikel kiri, hal ini dapat dihindari dengan pengukuran berat total, menilai ukuran normal jantung kiri, mengukur ketebalan ventrikel, dan yang paling penting dengan pembedahan dan membandingkan berat kedua ventrikel.5,7,9,11Kekakuan muskulus dartos pada skrotum dapat menghimpit testes dan epididimis, dimana akan membuat kontraksi serabut otot vesikula seminalis dan prostat menyebabkan terjadinya ekstrusi semen dari uretra eksterna pada post mortem.3,5,10Kekakuan pada muskulus erector pili yang menempel pada folikel rambut dapat mengakibatkan gambaran dengan elevasi dari folikel rambut (goose flesh appearence).1,2,5,10b. Aspek Medikolegal Pada Rigor Mortis1,3,5,11Kegunaan pemeriksaan kaku mayat : Tanda pasti kematian. Dapat memperkirakan waktu atau saat kematian. Dapat memperkirakan atau melihat adanya tanda tanda manipulasi. Dapat memperkirakan penyebab (walaupun sulit). Dapat memperkirakan posisi.BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULANKaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot setelah periode pelemasan atau relaksasi primer. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10 12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.3.2 SARANPenulisan makalah ini adalah jauh dari sempurna, saya penulis meminta masukan dan pendapat agar para pembaca dapat memperbaharui isi dan penelitian dari bertambahnya kemajuan pengetahuan di kemudian nanti. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai media pengabdian masyarakat terutama kasus-kasus yang berkembang di masyarakat khususnya dalam bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.DAFTAR PUSTAKA1. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokterdan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 47-65.2. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997. Thanatologi. Halaman 25-353. Idris, M A Dr. Saat kematian. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina Rupa Aksara. 1997 : 53-77.44.4. Abraham dkk. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi II. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010; p.43-50.5. Van De Graff, K M. Muscle Tissue and The Mode of Contraction. Schaums Outline of Human Anatomy. Mc-Graw Hill. 2001 : 51-53.10. Dix Jay. Time Of Death and Decompotition6. Vij K. 2005. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practises 5th ed. India: Elsevier.

7. Sharma, R.K. 2011. Concice textbook of forensic medicine & toxicology 3rd ed. New Delhi : Global Education Consultants. page 14-68. Wheeler, C. Russel. 1984. Wheelers dental anatomy, physiology, and oclusion. WB Saunders Company9. Saukko, P., Knight, B . 2004. Knights forensic pathology 3th ed. London: Hodder Arnold. page 60-2, 53410. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and Resource. 2006.11. NN., Ilmu Kedokteran Forensik, 1997. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian forensik.

12