KAK Rancangan Teknis Satuan Permukiman
description
Transcript of KAK Rancangan Teknis Satuan Permukiman
1
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
TAHUN ANGGARAN 2013
PENYUSUNAN
RENCANA TEKNIS SATUAN PEMUKIMAN (RTSP) DAN
RENCANA TEKNIS JALAN (RTJ)
KAMPUNG LUMUT
KABUPATEN ACEH TENGAH
2
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Undang -Undang Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2009,
Kawasan transmigrasi terdiri dan Wilayah Pengembangan Transmigrasi
(WPT) yang mendukung pusat pertumbuhan baru dan Lokasi Permukiman
Transmigrasi (LPT) yang mendukung pertumbuhan yang sudah ada.
Secara hirarkhi kewilayahan WPT atau LPT terdiri dan SKP-SKP (Satuan
Kawasan Pengembangan) dan SKP terdiri dan SP-SP (Satuan Permukiman).
Sesuai hirakhi kewilayahan tersebut perencanaan permukiman dibagi dalam 3
tahap yaitu:
Tahap I : Rencana Kerangka Wilayah Pengembangan Transmigrasi
(RKWPT) atau Rencana Lokasi Permukiman Transmigrasi.
(RLPT), Skala 1: 50.000
Tahap II : Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pengembangan RKSKP,
Skala 1: 25.000
Tahap III : Rencana Tehnik Unit Permukiman Transmigrasi dan Rencana
Tehnik Jalan (RTJ), Skala 1: 10.000
Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi yang layak idealnya tahapan
perencanaannya mengikuti tahapan tersebut diatas agar dapat memacu pusat-
pusat pertumbuhan yang sudah ada dan mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan
baru sesuai dengan hirarkinya.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) berikut ini disusun untuk Penyusunan RTSP
dan RTJ dengan pola usaha Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan
Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB).
Penerapan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
menyebabkan berbagai perubahan pada struktur organisasi pelaksanaan
pembangunan di daerah, dimana Pusat berfungsi sebagai steering, yaitu
memberikan fasilitasi dalam mekanisme pembangunan di daerah, dengan
harapan kegiatan pembangunan dapat terkendali, baik ditingkat Propinsi
maupun Kabupaten sebagai pelaksana pembangunan.
3
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
1.2 T U J U A N
Sebagai pedoman dalam mengevaluasi laporan hasil Desain sesuai TOR dan
Juklak yang ada.
a. Menyusun Tata Ruang Satuan Permukiman yang memenuhi kriteria 2 C
(Clear and Clean) dan 4 L (Layak Huni, Layak Usaha, Layak Berkembang
dan Layak Lingkungan) dan menyusun Rencana Tehnik Jalan (RTJ) untuk
jalan Penghubung Poros/Penghubung.
b. Memberikan rekomendasi kegiatan pembangunan permukiman,
penempatan dan pembinaan transmigrasi serta pengembangan usaha
transrnigrasi.
1.3 SASARAN
1. Terwujudnya “Dokumen Laporan RTSP-RTJ” yang informatif serta dapat
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pemberdayaan dan
pembangunan masyarakat.
2. Tersedianya rencana penempatan dan pembinaan transmigrasi serta
pengembangan usaha transmigrasi.
1.4. MATERI YANG HARUS DISAJTKAN
1.4.1. Laporan disarankan sesuai dengan kerangka out line yang diusulkan Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan seperti:
OUT LINE LAPORAN
OUT LINE LAPORAN RTSP-RTJ
KATA PENGANTAR DAFTAR 1ST
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Tujuan
1.2. Metode Pendekatan Studi
1.3. Susunan Tim
BAB II. L1NGKUNGAN FISIK DAN SOSIAL
2.1. Daerah Studi
2.1.1. Letak Aciministrasi
2.1.2. Letak Geografis
2.1.3. Aksesibilitas (Termasuk Informasi kondisi jalan yang ada dan
usulan penanganan, letak trase terhadap jaringan jalan dan
lain-lain).
4
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
2.2. Topografi
2.2.1. Kerangka Dasar Pengukuran
2.2.2. Kemiringan lahan
2.3. Hidrologi
2.3.1. Iklim
2.3.1.1. Keadaan Umum dan Klasifikasi Iklim
2.3.1.2. Curah Hujan
2.3.2. Sub Wilayah Aliran Sungai (Debit, Tinggi Muka Air,
Kualitas)
2.3 3. Sumber Daya Air (Debit dan Kualitas)
2.3.4. Air Tanah
2.3.4.1. Air Tanah Dangkal
2.3.4.2. Air Tanah Dalam
2.3.4.3. Detail Topografi
2.3.5. Sumber AirMinum
2.3.6. Kemungkinan Pengairan/Irigasi
2.3.7. Resiko Banjir
2.4. Vegetasi
2.4. 1. Jumlah dan Potensi Tegakan
2.4.2. Status Hutan
2.4.3. Penggunaan Lahan
2.4.4. Flora dan Fauna
2.5. Sumber Daya Lahan
2.5.1. Diskripsi dan Kialifikasi Tanah Bahan Induk, Geomorfologi,
Geologi, Macam Tanah)
2.5.2. Satuan Peta Lahan
2.5.3. Kesuburan Tanah
2.5.4. Penilaian Kesesuaian Lahan
2.6. Kondisi Tanah Dasar dan Sumber Material
2.6.1. Kondisi Tanah Dasar
2.6.2. Sumber Material (Termasuk Untuk Gorong-Gorong dan
Jembatan)
2.7. Kegiatan Pertanian, Sosial Ekonomi dan Budaya
2.7.1. Kondisi Pertanian (Termasuk Periode Tanam)
2.7.2. Penduduk dan Adat Istiadat
2.7.3. Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja
2.7.4. Perkiraan Produksi dan Swasembada Pangan
2.7.5. Kesehatan Lingkungan Masyarakat
2.7.6. Mata Pencaharian Penduduk
2.7.7. Pendapatan dan Pengeluaran Penduduk
2.7.8. Fasilitas Sosial dan Prasarana Ekonomi
2.7.9. Tanggapan Masyarakat Terhadap Transmigrasi
2.7.10. Perkiraan Jumlah Penduduk Yang Terkena Proyek dan
Jumlah Calon TPS Yang ingin Bermukim di Lahan Masing-
masing/ Desa/Dusun.
2.7.11. Potensi TPS dan Komposisi TPS : TPA serta Daerah Asal
TPA Yang Diinginkan.
2.8. Kebijakan Pengembangan Daerah
5
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
BAB III. RENCANA TEKNIS UMT PERMUK1MAN TRANSMIGRASI
(RTSP) DAN RENCANA TEKNIS JALAN (RTJ)
3 1. Penilaian Kesesuaian Peniukiman
3.1. 1. Penilaian Aksesibilitas Lokasi
3.1 .2. Penilaian Fisik Lahan
3.1.3. Penilaian Status lahan.
3.1.4. Penilaian Ketersediaan Air dan Resiko Banjir
3.1.5. Kesesuian permukiman
3.2. Rencana Tata Ruang
3.2.1. Dasar-dasar Perencanaan
3.2.2. Peruntukan Lahan dan Daya Tampung
3.2.3. Penilaian Terhadap Tata Ruang yang Terjadi
3.2.4. Usulan Pengembangan Kawasan
3.2.5. Fungsi SP dalam Hirarki Pusat Kawasan
3.2.6. Usulan Pembentukan LJPT
3.3. Rehcana Teknis Jalan
3.3.1. Alinemen Jalan dan Desain Geometrik
3.3.2. Kontruksi
3.3.3. Volume Pembangunan Jalan
3.3.4. Biaya Pembangunan Jalan (Analisa RAE mengacu standar
standar Dit. Pembangunan Permukirnan).
3.4. Pembukaan Lalan
3.4.1. Batas Pembukaan Lahan (Termasuk Panjang Jalan)
3.4.2. Metóde Pembukaan Lahan (Termasuk Perkiraan Waktu yang
Dibutuhkan, Peralatan dan Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan
Dimana Peralatan harus mengacu kepada peralatan jalan)
3.4.3. Potensi Erosi Tanah
3.4.4. Persyaratan Teknis Penyiapan lahan
3.4.5. Biaya Pembukaan Lahan (Mengikuti Standar Dit
Pembangunan Permukiman)
3.5. Penyiapan Bangunan
3.5.1. Jenis, Jumlah dan Type Bangunan
3.5.2. Sumber Material dan Ketersediaan Kayu
3.5.3. Sumber Air Bersih (Termasuk Penyediaan KTA/
Bendali/Gentong Plastik).
3.5.4. Biaya Penyiapan Bangunan Analisa RAB Pembangunan
mengacu Standar Dit. Pemukiman
3.6. Usulan Pengembangan Pertanian
3.6.1. Bentuk Usaha Tani
3.6.2. Pola dan Jadwal Tanam
3.6.3. Alokasi Tenaga Kerja
3.6.4. Masukan sarana Produksi Pertanian (Bukan berupa paket
standar tetapi hams mengacu pada kondisi Tanah dan jenis
usaha tani)
3.6.5. Perkiraan Produksi
3.6.6. Prasarana Pengolahan dan Pemasaran
3.6.7. Biaya Pengembangan Pertanian
6
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
3.7. Kelayakan Usaha Transmigran
3.7.1. Perkiraan Pendapatan Bersih
3.7.2. Kelayakan Usaha Transmigrasi
3.8. Perkiraan Biaya Pengembangan
3.8.1. Biaya Penyiapan Lahan
3.8.2. Biaya Penyiapan Bangunan
38.3. Biaya Pembangunan jalan
3.8.4. Biaya Pengerahan Transmigrasi
3.8.5. Biaya Pengadaan Paket Suplai
3.8.6. Biaya Pembangunan Test Farm
3.8.7. Biaya Pengembangan Pertanian
3.8.8. Biaya Pengadaan Dukungan Pemerintah
3.8 .9 Rekapitulasi Biaya Pengembangan Pelayanan
3.9. Kelayakan Usaha Transmigran
3.9.1. Pendapatan Kotor Transmigran
3.9.2. Pengeluaran Transmigrasi
3.9.3. Pendapatan Bersih Transmigrasi
3. 10. Telaahan Lingkungan
3.10.1. Dampak Lingkungan Fisik dan Biologi
3.10.2. Darnpak Lingkungan Sosial dan Ekonomi
BA.B IV. KES1MPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Umum
4.1.2 Pola Usaha Pokok
4.1.3 Kelayakan Calon Lokasi
4.1.4 Kendala Khusus
4.2 Rekomendasi
DAFTAR RUJUKAN
LAMPI RAN-LAMPIRAN
1.4.2. Album Peta RTSP dan RTJ
Materi dan skala peta serta susunannya yang hams disajikan seperti:
Materi Album Peta RTSP dan Susunannya
7
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
MATERI ALBUM PETA RTSP & RT J
No. Jenis Peta Skala Skala
1. Daftar Isi 1: 1.000.000
2. Peta Orientasi 1: 250.000
3. Peta RSWPP 1: 50.000
4. Peta RSSKP 1: 10.000
5. Peta Kemiringan Lahan 1: 10.000
6. Peta Penggunaan Lahan 1: 10.000
7. Peta Satuan Tanah / Lahan 1: 10.000
8. Peta Kesesuaian Lahan 1: 10.000
9. Peta Sumber Daya Hutan 1: 10.000
10. Peta Potensi Sumber Daya Air 1: 5.000
11. Peta Topografi (LP) 1: 5.000
12. Peta Satuan Tanah / Lahan (LP) 1: 5.000
13. Peta Kesesuaian Lahan (LP) 1: 10.000
14. Peta Analisa Tata Ruang 1: 10.000
15. Peta Rencana Tata Ruang 1: 10.000
16. Peta Detil Tata Ruang 1: 5.000
17. Peta Pusat Desa 1: 2.000
18. Peta BPL 1: 5.000
19. Peta Jaringan Jalan 1: 20.000 s/d 50.000
20. Peta Alineman Jalan 1: 10.000
21. Peta Situasi dan Gambar Potongan
Memanjang Jalan V=1:200,H=1:2.000
22. Peta Penam pang Melintang Jalan 1 : 100
23. Typical jemh. m Kayu dan Gorong-gorong
1.4.3. Paket informasi lokasi (PILOK) sesual dengan Kerangka Out Line:
Out Line Paket Informasi Lokasi (PTLOK)
„
8
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
BAB. 1 INFORMASI UMUM
1.1 Letak Lokasi
1.2 Aksesibilitas
BAB. 2 KONDISI FISIK LOKASI
2.1 Kemiringan Lahan
2.2 Kondisi Iklim dan Hidrologi
2.3 Sumber Air Bersih dan Air Pertanian
2.4 Status Hutan dan Sumber Daya Hutan
2.5 Status Lahan dan Penggunaan Lahan
2.6 Kesesuaian Lahan
2.7 Sumber Material
BAB. 3 RENCANA TEKMS UMT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI
(RTSP) OAN RENCANA TEKMS JALAN (RT J)
3.1 Peruntukan Lahan dan Daya Tampung
3.2 Pembukaan Lahan dan Biaya Pembukaan Lahan
3.3 SAB dan Biaya Pembangunan
3.4 Volume dan Biaya Pembangunan RT JK dan Fasilitas Umum
3.5 Volume dan Biaya Pembangunan Jalan dan Jembatan
BAB. 4 SOSIAL EKONOMI
4.1 Usaha Perbaikan Kualitas Lahan dan Masukan Pertanian
4.2 Komoditas yang dapat dikembangkan
4.3 Pola Usaha Pengembangan Pertanian
4.4 Pendapatan Bersih Keluarga Transmigran per KK
BAB. 5 SOSIALBUDIYA
5.1 Aspirasi dan Dukungan Masyarakat Setempat
5.2 Komposisi TPS, TPA
5.3 Asal TPA yang diinginkan
BAB. 6 KELAYAKAN PROGRAM
BAB. 7 REKOMENDASI
7.1 Sarana Air Bersih Non Standar
7.2 Prasarana Non Standar (Drainase, Jembatan, Dermaga dll)
LAMPIRAN
1. Peta Orientasi
2. Peta RKSKP
3. Peta Rencana Tata Ruang
4. Peta Alinemen Jalan
5. Peta Pembukaan Lahan
1.4.4. Rekaman kondisi lokasi dalam Video Compact Disk (VCD) atau yang setara
dengannya
9
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
BABII
RINGKASAN KEGIATAN
Secara umum, kegiatan penyusunan Rencana Teknis Satuan Pemukiman Transmigrasi(RTSP),
untuk pengembangan pertania lahan kering, terdiri atas kegiatan sebagai berikut:
1. Klarifikasi Penyediaan Areal
Penyediaan Areal Permukiman Transmigrasi
1. Jelas letak, luas dan batas fisik tanah yang digambarkan dalam peta;
2. Bebas dan hak dan atau peruntukkan pihak lain yang dituangkan dalam Surat
Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Kantor Pertanahan Setempat;
3. Bebas dan hak adat dan ulayat yang sah dan dituangkan dalam Berita Acara
Penyerahan Hak Atas Tanah oleh masyarakat adat setempat;
4. Diprioritaskan pada Areal Penggunaan Lain (APL), atau berada dalam kawasan hutan
yang telah memperoleh persetujuan dan Menteri Kehutanan.
5. Penilaian Status Calon Lokasi Transmigrasi antara lain adalah:
a. Harus jelas (clear) yaitu dapat diketahui letak, luas, dan batas fisik serta dipetakan
pada peta calon lokasi skala 1 : 50.000. dengan koordinat nasional bukan lokal
(geografis dan UTM).
b. Harus bebas dan masalah, yaitu adanya dukungan dari masyarakat, areal tidak
masuk dalam kawasan hutan, areal bebas dan tumpang tindih peruntukkan lain dan
adanya SK Penetapan / Pencadangan dan Gubernur / Bupati / Walikota. Status
hutan berada di Areal Penggunaan Lain (APL) atau ada ijin pelepasan kawasan
hutan bila path areal bukan APL.
c. Telah mendapatkan surat pernyataan tentang status hutannya dari Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKII) setempat dilengkapi dengan petanya yang
juga telah disahkan oleh BPKH.
d. Status hutan daerah studi berupa hutan produksi yang dapat dikonversi atau areal
penggunaan lain (APL);
e. Calon lokasi berada dekat ( < 5 km) dari lokasi Permukiman Transmigrasi yang
Ada (PTA), lokasi Permukiman Transmigrasi yang sudah Diserahkan (PTD),
lokasi Permukiman Transmigrasi yang Baru (PTB), dengan jumlah total warga
yang memenuhi lokasi PTA, PTD dan PTS mencapai 1.500-2.000 KK.
f. Seluruh lokasi PTA, PTD, PTC dan Desa sekitarnya harus dapat dipetakan pada
peta dengan skala 1:50.000, lengkap dengan informasi prasarana dan sarana yang
sudah ada di kawasan tersebut.
10
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
2. Rencana Teknis Satuan Permukiman
1. Pemetaan Topografi dan Lereng;
2. Survai pengikatan dan jalur rintisan utama (Base line);
3. Survei pada jalur rintisan 500 m;
4. Survai jalur rintisan per 250 m (setelah RSTP pendahuluan) pada LP dan FU;
5. Perhitungan dan penggambaran peta topografi skala 1: 5.000 di areal calon LP dan
FU;
6. Pembuatan peta kemiringan lahan skala 1 : 5.000 untuk LP dan FU dan 1:10.000
untuk seluruh areal survai.;
7. Penelitian Tanah;
a. Penelitian tanah dilakukan dengan pemboran setiap 250 m sepanjang rintisan;
b. Pengamatan diskripsi tanah profil pewakil setiap macam tanah;
c. Analisis laboratorium contoh tanah untuk klasifikasi dan kesuburan tanah
(komposit);
d. Pembuatan peta Satuan Tanah Lahan skala 1:50.000 dan 1: 10.000.
8. Evaluasi kesesuaian, lahan
a. Penilaian kesesuaian lahan pendahuluan;
b. Penilaian akhir kesesuaian lahan;
c. Pembuatan peta kesesuaian lahan skala 1:5.000 di LP dan 1 : 10.000 di seluruh
areal survey.
9. Survai Penggunaan Lahan dan Sumber Daya Hutan
a. Diamati tiap 50 m sepanjang rintisan;
b. Wawancara dengan penduduk setempat, Pemerintah Daerah;
c. Analisis potensi tegakan kayu dan data-data sekunder dan hasil inventarisasi
hutan;
d. Pembuatan peta penggunaan lahan dan tegakan kayu skala 1: 10.000.
10. Penelitian iklim dan hidrologi
a. Penelitian hidrologi pada aliran sungai dan sepanjang rintisan;
b. Analisa daerah bahaya banjir;
c. Inventarisasi dan Analisa data-data iklim evapotranspirasi dan lain-lain;
d. Penelitian sumber air minum;
e. Pembuatan peta hidrologi skala 1: 10.000.
11. Analisis Tata Ruang
a. Hasil super impose kesesuain lahan, tata guna lahan dan hidrologi;
b. Rekomendasi penggunaan lahan skala 1: 10.000.
c. Penyusunan Usulan Pengembangan Pertanian
d. Penelitian aspek sosial dan agroekonomi;
11
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
e. Penelitian aspek agronomi;
f. Rekomendasi pengembangan pertanian;
g. Analisis ekonomi dan keuangan.
12. Penyusunan RTSP
a. Analisis daya tampung; -
b. Penggambaran Peta RTSP skala 1: 5.000 untuk LP dan dan FU, Skala 1:10.000
untuk areal survai;
c. Penggambaran detail kapling Pusat Desa skala 1: 2.000;
d. Staking Out dan penggambaran batas pembukaan lahan skala 1: 5.000.
e. Penggambaran Peta Alignement jalan penghubung poros skala 1 :5.000
13. Telaahan Lingkungan
a. Identifikasi dampak potensial dan RTSP.
b. Penanggulangan dampak negative.
14. Perkiraan Biaya
a. Perkiraan biaya untuk penyiapan lahan dan bangunan (PLBP);
b. Pengerahan Transmigran;
c. Pengembangan pertanian;
d. Rekapitulasi biaya pengembangan
15. Penyusunan laporan;
a. Buku Laporan;
b. Album peta-peta;
c. Paket Informasi Lokasi (PILOK)
d. Dokumentasi, poto-poto dan dokumen-dokurnen lapangan data ukur dll.
3. Rencana Teknis Detail Jalan (RTDJ)
1. Perintisan dan pengukuran
a. Menentukan titik awal dan pemasangan patok titik akhir dan rencana jalan;
b. Menjajagi kemungkinan trase jalan
2 . Pengukuran
a. Pengukuran polygon,
b. Pengukuran beda tinggi;
c. Pengukuran sifat datar melintang (cross section) pada medan yang bergelombang
(rolling);
d. Pengukuran rintisan sungai / jembatan.
12
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
3. Pembuatan peta
a. Peta Situasi dengan skala 1 2.000 di atas kertas millimeter;
b. Peta Jalan berskala 1: 20.000 melengkapi peta struktur SKP dan RSTP;
c. Petajalan (skala 1: 250.000) untuk diplot pada peta jaringan jalan propinsi
4. Staking out
Pemasangan patok-patok permanen sesuai dengan alinemen jalan yang direncanakan.
5. Penyelidikan tanah dan material
a. Penyelidikan tanah dasar (subgrade);
b. Penyelidikan sumber material (selected material);
c. Pengambilan contoh tanah untuk analisis laboratonium
6. Photo lapangan,
7. Analisis Traffic;
8. Rencana Teknis Detail Jalan
9. Perkiraan biaya
a. Pembangunan jalan penghubung Poros;
b. Pembangunan jalan desa
13
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
BAB III
PEDOMAN TERINCI
1. Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP).
A. Pemetaan Topografi
Tujuan pemetaan topografi adalah untuk membuat peta dasar yang cukup teliti dan
cukup terinci untuk jenis pengernbangan yang direncanakan. Pada pola tanaman
pangan lahan kering ini diperlukan sebuah peta topografi skala 1:10.000. Lingkup
(Scope) pekerjaan Pemetaan Topografi mencakup pekerjaan (a) Survai Topografi
Pengikatan dan Base Line; (b) Survai Topografi dalam jalur rintisan per 500 M,
(mith band, clinometer, compas); (c) Survai topografi dalam jalur rintisan per 250
meter, setelah RTSP pendahuluan.
a. Survai Topografi Pengikatan dan Base Line Pengukuran disini adalah
pengukuran horizontal dan vertikal dilakukan secara bersamaan dan titik kontrol
nasional yang terpilih terhadap areal survai yang dimaksud. Bila di dalam atau di
dekat daerah survai terdapat titik kontroi nasional (titik trianggulasi, astronomi,
doppler dan sebagainya) yang koordinatnya dapat diperoleh dan Bakosurtanal,
maka titik tersebut harus digunakan sebagai titik ikat pengukuran. Apabila titik
yang dimaksud tidak ada, maka titik ikat pengukuran dipilih suatu titik tertentu
yang dapat diidentifikasi pada peta topografi dan mudah dicari di lapangan.
Lintang dan bujur titik ikat tersebut diinterpolasi dengan seteliti mungkin dan
peta topografi kemudian ditransformasi kedalam sistem koordinat UTM.
Selanjutnya titik itu dipergunakan sebagai titik referensi bagi pengukuran base
line dan pemetaan topografi. Titik ikat harus dipilih sedemikian rupa sehingga
jarak antara titik ikat dengan titik awal proyek sebaiknya tidak lebih dan < 5 km.
Untuk datum vertikal dapat dipergunakan ketinggian permukaan air laut rata-rata
atau ketinggian Baromatrik atau ketinggian suatu object yang dapat diidentifikasi
pada peta, topografi. Pengukuran tinggi dilakukan pada semua titik polygon.
Base line dibuat sedemikian rupa, sehingga jarak maksimum antara dua base line
tidak lebih dan 3 Km. Jikajarak antara base line ke tepi batas areal pengukuran
kurang dan 3 km, maka cukup dibuat 1 (satu) buah base line yang dipilih
sedemikian rupa, sehingga base line tersebut bisa membagi areal survai menjadi
2 bagian hampir sama besar. Jika terdapat dua base line atau lebih, maka base
line yang satu harus terikat pada base line lainnya.
Spesifikasi Teknik pengukuran:
a. Kontrol horizontal
1) Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sudut dengan ketelitian 30”
2) Jarak diukur dengan pita ukur searah dan dichek dengan jarak optis kemuka
dan kebelakang;
3) Pengukuran sudut dilakukan satu serti ganda (B-B-LB-LB) diambil harga rata-
ratanya. Pengukuran jalur pengikatan dilakukan pulang pergi dengan
ketelitian sebagai berikut:
a) Salah penutup sudut 4‟ V n; n = banyaknya titik polygon;
b) Bench Mark dipasang setiap jarak + 3 km.;
c) Penentuan azimuth matahari dilakukan dua seri pagi dan dua seri sore
dengan ketelitian 30” pada titik ikat dan pada awal base line dan setiap 50
stasiun pengukuran.
b. Kontrol Vertikal
a. Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60 V D Km) mm; D = jumlah jarak
pengukuran;
b. Metode pengukuran tachimetris.
14
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
b. Survai Topografi dalam jalur rintisan per 500 meter
Dalam pelaksanaan pekerjaan mi dilakukan pembuatan jalur rintisan per 500 m
dengan alat pita ukur, klinometer dan komaps untuk mengetahui gambaran umum
kemiringan lahan areal yang di studi dengan spesifikasi sebagai berilcut:
a. Rintisan per 500 m tersebut terikat pada base line sehingga merupakan kring
tertutup;
b. Salah penutup beda tinggi <2 m;
c. Ketelitian linier < 15 meter.
c. Survei Topografi dalarn jalur rintisan per 250 m (dilakukan setelah RTSP
Pendahuluan)
Setelah dilakukan penyaringan dengan rintisan per 500 m maka ditentukan areal yang
akan direncanakan untuk lahan pekarangan. Calon areal lahan pekarangan mi akan
dipetakan keadaan topografinya dalam skala 1 : 5000 untuk itu dilakukan pembuatan
rintisan per 250 dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Rintisan per 250 hams terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup
b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat TEl atau yang sederaj at
dengan pemb acaan 30”
c. Salah penutup sudut 4” Vn (n = banyak titik poligon)
d. Ketelitian linier ½.500
e. Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm- VD Km (D = jumlah jarak jalur
pengukuran beda tinggi)
d. Survei Topografi Dalam Jalur Rintisan per 125 m (dilakukan setelah diperoleh calon
lahan fasilitas umum dan lahan pekarangan)
Survei topografi dalam jalur rintisan per 125 meter dilakukan pada calon lahan
Fasilitas Umum dan Lahan Pekarangan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa lahan-lahan tersebut memang berada pada lahan dengan kemiringan lahan
yang sesuai / relative cukup datar.
Pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data tinggi titik-titik
dalam jalur rintisan, untuk keperluan penggambaran contour dan pengecekan
terhadap data kemiringan lahan hasil survei terdahulu.
Pengukuran rintisan per 125 m dilakukan dengan metode polygontachimetri,
memakai alat ukur Theodolite atau yang sederajat. Jarak antara titik-titik
pengamatan tidak lehih dan 50 meter, dan dalam hal ditemui perubahan topografi
dalam jarak kurang dan 50 meter, maka detail tersebut perlu diamati.
Ketelitian yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
- Rintisan per 125 meter harus terikat terhadap base line
- Salah penutup beda tinggi setiap kring pada jalur rintisan tidak lebih dan 60 7
D Km mm, D Jumlah jarak jalur pengukuran dalam Km.
- Salah linier jarak tidak lebih dan 1/2500
- Salah penutup sudut 4‟ if n dimana n = jumlah titik polygon.
Selanjutnya, peta topografi skala I : 5.000 pada calon ithan pekarangan dan
fasilitas umum / pusat desa, hams selesai dibuat di lapangan. Peta topografi
tersebut hams dilengkapi dengan koordinat UTM, data-data tinggi titik-titiknya,
contour dengan interval 2,5 m dan detail-detail lainnya.
e. Perhitungan dan Penggambaran
Titik-titik pada kerangka dasar dan titik-titik ikat, serta titik-titik dalam jalur rintisan
harus di plot pada peta kerja skala 1 :5.000 atau 1: 10.000 dalam sistem koordinat
universal transerve mercator. Data-data ketinggian yang didapat dan pengukuran
tachymetri, diplot, kemudian dibuatkan peta kontourya, dengan interval kontour
sebagai berikut:
Untuk areal bergunung, interval kontour setiap 10 meter
15
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
Untuk areal datar/landai, interval kontour setiap 2-5 m.
Penyajian gambar berdasarkan pada standarisasi yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Direktorat Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrsi.
f . Pembuatan Peta Kemiringan Lahan dan Satuan Lahan (Land Unit)
Batas klasifikasi kemiringan lahan dibuat berdasarkan peta kontour hasil survei,
dengan cara melakukan delineasi kelas-kelas kemiringan. Penarikan baras blok
kemiringan lahan dominan, dibuat berdasarkan pada kiasifikasi kerniringan lahan:
a. 0 - 3% (Datar)
b. 4 - 8% (Landai)
c. 9 - 15% (Berombak)
d. 16 - 25% (Bergelombang)
e. 26 - 40% (Berbukit)
f. > 40% (Bergunung)
B. Survey Penelitian Tanah dan Evaluasi Kesuaian
a. Survey I Penelitian Tanah
Survai/penelitian tanah dilaksanakan dengan pemboran, deskripsi profil pewakil dan
analisis laboratorium. Pemboran dilakukan sampai kedalaman 120 cm atau sampai
bahan induk mengikuti setiap rintisan yang telah dibuat untuk survei topografi dengan
kerapatan per 250 m. atau rata-rata kerapatan 1/ 12,5 Ha untuk sebuah areal survei
jarak antar rintisan 500 dan 1/6,25 Ha untuk calon lahan Pekarangan/Pangan dan
fasilitas umum (Rintisan / 250 m). Pengamatan pemboran dan diskripsi profil
mengikuti pedoman “Soil survey manual” (Soil Survey staff; 1951, 1961) atau
“Pedoman Pengamatan tanah di lapang” (Dok LPT, 1969). Pemetaan tanah/satuan
lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk seluruh areal survai dan tingkat detail
untuk calon lahan pekarangan/pangan fasilitas umum dengan klasifikasi menurut
terminologi dan Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) dan disebutkan padanannya
menurut sistem Soil Taxonomy (USDA, 1977) dan FAO-Unesco (1985) sekurang-
kurangnya dibuat 2 profil, salah satu profil pewakil diambil contoh tanah setiap
lapisan/honizon untuk dianalisa di laboratonium. Peta Satuan tanah/satuan lahan
disajikan pada skala 1: 10.000 untuk seluruh areal survei dan skala 5000 untuk calon
lahan pekarangan / pangan dan fasilitas umum berdasarkan pengamatan di lapangan
dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto udara. Peta tanah (Peta tanah dan
kesesuaian lahan) Skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan klasifikasi menurut 3 sistem
tersebut di atas dan penilaian kesesuaian lahan untuk setiap Satuan Peta Lahan (SPL)
tersebut. Peta Lahan skala 1 : 5.000 dilengkapi dengan legenda satuan tanah / lahan
dengan menunjukkan deskripsi (schema) yang meliputi kedalaman efektif tekstur
lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation
(KTK) dan kejenuhan basa (KB). Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil,
komposit dan contoh fisik I undistrub sample jika ada) di plotkan pada peta yang
disajikan. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi yang
dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I (LU.I), dengan kerapatan. satu
contoh untuk setiap blok/kelompok lahan pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk)
diambil dan kedalaman 0-30 cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan
satu contoh per 50 Ha pada kedalaman 0-30 cm dan 3 0-60 cm.
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan adalah:
16
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
Tabel 2. Analisa Tanah di Lokasi Transnñgrasi
JENIS ANALISA CONTOH
PROFIL
CONTOH
KESUBURAN KETERANGAN
Tekstur dalam 3
Fraksi
pH (H20 dan Kel 1: 1)
Total P (SoilTestKit)
Total K
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Nadapat
ditukar
TotaiN
COrganik
P Tersedia
Toksisitas & kekahatan*
Al, H dapat ditukar
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
V
-
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Contoh Kesuburan
secara kwalitatif dapat
dilakukan di lapangan
(Soil Test Kit)
V = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
* = Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
b. Satuan Lahan (Land Unit)
Penentuan I kiasifikasi Satuan Lahan (Land unit) dilakukar: berdasarkan peta
topografi / lereng hasii survey, dengan berpedoman kepada sistem Dessaunettes
(1977) atau modifikasinya dalam sistem terbaru (PT, 1986 - 1988).
c. Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan pnnslp sesuai seperti yang
diterapkan dalam A Frame Work Lang Evaluation (FAO. 1976). Kesesuaian lahan
dinilal pada tingkat Sub Kelas..untuk 3 type penggunaan lahan yaitu padi sawah,
tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan (lampiran 6), terhadap seluruh
areal survei (Skala 1: 10.000). Penilaian mi dimaksudkan untuk:
Screening (Penyaringan) guna penentuan calon lahan pekarangan & pangan);
Penentuan lahan-lahan yang memiliki potensi Tanaman Pangan dan Tanaman
Tahunan
Evaluasi kesesuaian lahan tanaman Pangan dan Tahunan (jika berdasarkan
perhitungan analisa ekonomi terhadap altematif‟ tanaman Pangan dan Tahunan
memiliki kelayakan yang lebih tinggi, Konsultan dapat menyusun evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman lain sesuai yang direkomendasikan). Terhadap
calon lahan pekarangan penilaian kesesuaian lahan pada tingakt unit, khusus
dinilai type penggunaan komiditi tanaman pangan pokok dan tanaman pangan
yang diusulkan dinilai secara aktual dengan masukan input teknologi, tingkat
rendah yang diperlukan sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula
untuk type penggunaan lain, juga untuk tanaman tahunan yang diusulkan.
Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan pada peta skala 1: 5.000.
Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut diatas (standar rata-rata)
lokasi studi tidak dapat dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan
konsultan diharuskan membuat penilaian kesesuaian lahan secara standar tidak di
rata-rata (STR) atau dengan mempertimbangkan input teknologi pada tingkat
sedang. Hasil evaluasi kesesuaian lahan disajikan pada peta skala 1:10.000 untuk
17
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
seluruh daerah survai dan 1 : 5.000 untuk calon Lahan Pekarangan / Lahan
Pangan dan fasilitas Umum.
Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komoditi tanaman pangan
pokok dan tanaman lainnya pangan pokok dan tanaman lainnya yang
direkomendasikan oleh konsultan berpedoman menurut sistem Atlas Format
Procedures (CSR/FAO-Staff 1983).
c. Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan
1. Penggunaan lahan
a. Penggunaan lahan Sekarang.
1) Peta penggunaan lahan harus disajikan pada skala 1: 10.000 yang
menunjukkan penggunaan lahan dalam kategori yang dapat dilihat pada
tabel 2. Peta harus berdasarkan pengamatan yang terbaru di lapangan dan
data-data penunjang lain yang ada.
2) Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua katagori yang
diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50 meter sepanjang semua
rintisan dan poligon yang dipakai untuk survai tanah.
3) Peta penggunaan lahan harus menünjukkan juga batas-batas HPH, “Long
Yard” dan “Camp” serta jalan angkutan kayu utama (main logging road)
dengan cabang cabangnya, dan jembatan yang ada, kesemuanya meliputi
yang sedang direncanakan maupun yang sudah ada.
4) Untuk kelengkapan data, harus menghubungi Instansi Perhubungan,
Pertanian, Agraria, Kehutanan, Pekerjaan Umum serta Camat setempat
mengenai keadaan lahan pada saat diadakan studi serta rencana dan instansi-
instansi tersebut yang berkaitan dengan masalah penggunaan lahan daerah
studio Wawancara dengan lurah dan petani-petani setempat diperlukan
antara lain untuk mengetahui status pemilikan lahan daerah study.
Wawancara dengan lurah dan petani-petani setempat diperlukan antara lain
untuk mengetahui status pemilikan lahan di daerah tersebut.
5) Penelitian penggunaan lahan mi dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
luasan ketersediaan lahan (Land availability) di daerah studi yang bebas dan
permasalahan / kendala.
b. FLORA
Komunitas tumbuh-tumbuhan baik dalam lingicungan hidup alami maupun
binaan manusia perlu rnengemukakan potensi dan dalarn arti sebagai habitat
atau species pangan dan komoditi pertanian lainnya menurut komposisi dan
manfaatnya bagi:
1) Pengarnatan flora langka yang dilindungi;
2) Makanan satwa liar;
3) Pengembangan perekonomian
c. FAUNA
Pembahasan harus Mengemukakan:
1) Populasi hewan, species, ikan, ampibi, reptilia, burung dan mamalia yang
habitatnya dianggap penting karena :nemiliki nilai ekonomis, dan nilai
ekologis.
2) Species fauna yang langka, terancam dan yang berperan penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan
18
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
3) Species yang kena dampak penting dan uraian mengenai cara pengembang
biakannya, siklus dan neraca hidupnya.
4) Tempat pemijahan / bersarang atau migrasi dan fauna.
2. Sumber Daya Hutan
Hasil penelitian hutan harus dipetakan, peta tersebut menunjukkan potensi tegakan,
status hutan sebagai hutan produksi, konservasi dan Hutan Lindung. Batas HPH,
daerah yang sudah ditebang dan rencana penebang Fl.n untuk lima tahun yang
akan datang harus diberikan jika ada. Data tersebut harus dikonsultasikan dengan
Dinas Kehutanan dan atau Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKI-I) Setempat.
Inventarisasi hutan harus dibuat dalam bagian Satuan Kawasan Pengembangan
yang tercakup hutan primer untuk menentukan volume kayu yang bisa dipakai,
ongkos pembukaan lahan dan untuk memberikan dasar bagi perhitungan nilai
keuntungan dan kayu pada stüdi kelayakan yang berikut. Dalam hutan sekunder
inventarisaasi perlu hanya untuk menentukan ongkos pembukaan lahan. Semua
data harus dihubungkan terhadap kiasifikasi hutan fungsional dan Dinas
Kehutanan. Pola inventarisasi terserah kepada masing-masing konsultan, tetapi
prosedur sampling sudah direkomendasikan dalam pedoman dan Direktorat
Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi
(P4Trans), diharapkan bahwa inventarisasi hutan akan berdasarkan rintisan yang
dibuka untuk pengamatan lereng dan tanah Hutan harus dikiasifikasikan dalam
beberapa tipe hutan, berdasarkan hasil perencanaan tahap 11 (bila ada), dan
interpretasi foto udara : Faktor seperti garis tengah pohon, warna (tone) dan
kerapatan pohon yang besar harus diperkirakan. Perbedaan yang penting dalam
tipe hutan harus digambarkan diatas peta tata guna lahan, bersama dengan batas-
batas antara hutan yang
sudah ditebang atau belum. Inventarisasi hutan primer harus membenikan data
jumlah volume kayu yang biasa digunakan, untuk semua species yang mempunyai
DBH sama dengan atau lebih dan 35 cm, dengan kesalahan penarikan contoh 10%
atau kurang pada tingkat kenyataan 95%. Bila kiasifikasi mi cukup baik, maka
persentase penarikan contoh tersebut bisa dicapai dengan contoh kurang dan 1 %
luasnya, tetapi hams ada lebih dan 0,5% luasnya. Dalam setiap satuan contoh,
semua pohon yang hidup, dengan DBH 35 cm atau lebih harus dicatat bersama
dengan pohon-pohon yang lebih jelas sudah rusak. Pohonpohon harus dicatat
menggunakan nama jenis (species), atau kelompok jenisnya dan 6 (enam) kelas
garis tengah 3 5-50 cm, 51-60 cm, 60-70-80, 81190 cm dan lebih besar dan 91 cm
ditambah 20% dan hasil satuan pencatatan inventarisasi kecuali yang mempunyai
DBH 10-34 cm, untuk perhitungan ongkos pembukaan lahan. Inventanisasi
terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali survai pendahuluan
menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau lebih kayu. yang bisa dipakai dengan
DBH lebih dan 60 cm. Untuk perhitungan ongkos pembukaan lahan, data yang
diperlukan pada hutan sekunder adalah jumlah batang, dalam 9 (sembilan) kelas
garis tengah: 1060 cm - 61-70, 71-80, 81-90 dan lebih besar dan 91. Data mi
adalah data garis tengah saja dan kiasifikasi dalam jenis tidak diperlukan.
Penelitian sumber daya hutan ini juga meliputi penelitian flora dan fauna sebagai
masukan untuk studi analisa dampak lingkungan. Penelitian flora dan fauna yang
ada secara umum, terutama untuk mengetahui jenis-jenis yang spesifik dan jenis
langka.
d. Ikilin Dan Hidrologi
1. Iklim
a. Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap ke II harus dilihat lagi dan
dipertimbangkan kembali hubungannya dengan model usaha tani (Farm
Model) yang diusulkan pada daerah tersebut.
19
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
b. Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan
Fergusson dan Oldeman
c. Analisa curah hujan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir musim
kering.
d. Analisa data-data curah hujan harian untuk rnendapatkan frekwensi hari
hujan (> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama5, 10, 15
dan 20 han <.5 mm hujan/hari).
e. Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-data yang ada
dan di plot terhadap curah hujan bulan rata-rata. Suatu perkiraan harus
dibuat mengenai kegawatan masa kering dalam 1 dan 5 tahun kering.
2. Hidrologi
Penyelidikan Hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran sungai
yang akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan pada Laporan Tahap
11, Interpretasi Foto Udara, dan peta yang ada.
Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta tersebut
digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama, daerah genangan dan
daerah bahaya banjir. Semua sungai harus diteliti mengenai lebar.
kedalaman dan debitnya yang kemudian diplot pada peta. Daerah bahaya
banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas daerah sungai, perkiraan
penyaluran, bentuk sungai, dan informasi dan survai topografi, tanah, dan
tata guna lahan. Tersedianya sumber air bersih akan diteliti. Sumber yang
paling disukai adalah sumur dangkal, tetapi air permukaan dan air hujan
(ditampung dan atap mmah) akan diperhatikan juga. Tersedianya air tanah
dangkal ditentukan dengan sampling dan testing:
a. Lokasi sumur percobaan dan daerah yang cocok untuk sumur dangkal
ditunjukkan pada peta yang terpisah.
b. Tersedianya air permukaan ditentukan jika air tanah dangkal tidak
tersedia
c. Pengukuran kualitas air (Ec dan pH) dilakikan untuk sumber air tanah
dan air permukaan.
d. Penampungan air dan atap rumah dilakukan dan diteliti apabila sumber
tak tersedia atau kurang mencukupi.
3. Ketersediaan air
a. Tersedianya sumber air minurn harus diteliti. Sumber air minum yang ada
dianjurkan adalah dari sumur dangkal. Juga air permukaan dan
pengumpulan serta penyimpanan air hujan;
b. Air tanah yang dapat diperoleh dan air sumur yang dangkal harus diuji,
yaitu dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan pusat SP,
sekurang-kurangnya 2 buah pada tempat yang mewakili daerah yang
diteliti. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan
mewawancarai penduduk setempat dan dengan mengamati permukaan
air selama studi. Letak sumur uji dan daerah yang cocok untuk sumur uji
yang dangkal harus diplot pada hidrologi.
c. Air permukaan yang dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih harus
diteliti. Sumber air permukaan yang dipilih sebagai sumber air harus
digambarkan baik dan segi letak maupun penyalurannya.
d. Penelitian tempat-tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan
penyimpanan air permukaan perlu dilakukan sebagai dasar untuk
20
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
penentuan penelitian selanjutnya (pembuatan check Dam dan bangunan
dengan fungsi yang sama)
e. Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dan atap harus diteliti. Analisis
terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang
harus dikumpulkan dan atap rumah transmigran yang standar (2: 35 m3)
Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan spsesirikasi
standar harus disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan
penyimpanan air atap.
f. Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih baik harus
dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang.
g. Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan air yang
direncanakan.
e. Penelitian Aspek Sosial, Agro Ekonomi
Maksud dan tujuan penelitian aspek sosial dan agro ekonomi adalah untuk
mengetahui keadaan sosial ekonomi penduduk setempat serta transmigran yang
sudah ada, baik di dalam maupun sekitar daerah penelitian;
1. Data primer yang perlu dikumpulkan di lapangan adalah:
a. Data sosial:
1) Adat istiadat dan hukurn adat atas pemilikan/penggunaan lahan;
2) Kemungkinan pengaruhnya terhadap rencana transmigrasi;
3) Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi
b. Data sosial ekonomi:
1) Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan
pada kelompok usia kerja (analisa / uraian)
2) Tingkat perkembangan jumlah penduduk
3) Komposisi penduduk berdasarkan agama!kepercayaan
4) Kornposisi penduduk berdasarkan Pekerjaan/mata pencaharian
5) Kemungkinan pernanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk
pembangunan lokasi transmigrasi
c. Data Agro Ekonomi:
1) Mengenai pertanian tanaman pangan lahan kerrng.
a) Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan can mengusahakannya,
misalnya bagaimana cara-cara bercocok
tanam yang umum dan lain sebagainya;
b) Jenis-jenis tanaman serta perkiraan produksi yang memberi
indikasi dapat dikembangkan, dan mengapa dikembangkan;
c) Apakah sudah mengenal penggunaan teknologi maju benih / bibit
unmgghul, pupuk, pestisida, pengolahan lahan dan sebagainya),
bagaimana rnengenalnya dan bagairnana memperoleh sarana
produksi;
d) Kalau usaha tani bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan
keluarga, bagaimana mendapatkan penghasilan uang kontan/caqsh,
termasuk bagaimana inemasarkan hasH, dan
bagaimana peranan KUID.
21
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
e) Bagaimana jalur pemasaran hasil-hasil usaha tani
f) Keadaan prasarana dan sarana angkutan
g) Analisa sederhana usahatani setempat (farm survey), mengenai
pola dan jadwal tanam berdasarkan bentuk usaha tani yang umum.
h) Data penunjang usahatani
i) Penyuluhan pertanian (sarana, tenaga penyuluh, cara- cara
penyuluh)
j) Hasil-hasil uji coba pertanian lapanganldiplot
k) Keadaan swasembada pang an daerah studi
l) Dan lain-lain
2) Mengenai kehutanan
a) Jumlah penduduk yang bekerja di bidang kehutanan baik yang
bekerja sebagai pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan
seperti mengambil hasil hutan atau sebagai bumi.
b) Jenis kayu yang diambil
c) Pendapatan yang dihasilkan dan pekerjaan tersebut
d) Pemasaran hasil hutan tersebut
e) Sarana dan prasarana transpaortasi yang dipergunakan untuk
pemasaran basil hutan tersebut;
f) Datadan informasi berbagai sarana pelayanan umum meliputi
Pendidikan, kesehatan, peribadatan, perhubungan dan
perekonomian.
3) Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut dalam
butir-butir dapat diperoleh dan:
a) Desa/kampung yang bersangkutan;
b) Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;
c) Tingkat kabupaten.
4) Dan data-data yang dikumpulkan hendaknya dapat diidentifikasikan
masalah-masalah untuk dipecahkan dan keberhasilan-keberihasilan
untuk dimanfaatkan dalam rangka rencana transmigrasi;
2. Evaluasi Lokasi - Lokasi di Daerah Studi
Khusus untuk lokasi-lokasi yang sudah ada disekitar daerah studi hendaknya
dievaluasi sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan dan pengembangan
dibidang sosial ekonomi sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam SK
Menteri Transrnigrasi NO.269/Men/1984.
f.Usulan Pengembangan Pertanian
1. Pengembangan pertanian di lahan pekarangan/ pangan
a. Usulan pengembangan pertanian pada lahan pekarangan di daerah
pemukiman Transmigrasi harus disesuaikan dengan kebijaksanaan
pemenintah. Sebagai pola pengembangan yang standar untuk
mencapai swasembada bahan pangan sedapat mungkin
berdasarkan tanaman pangan lahan kering. Jika lokasi tersebut
tidak cocok untuk tanaman pangan lahan kering maka
pengembangan lainnya harus diusulkan. Usulan-usulan tadi
menunjukkan kepada definisi tipe penggunaan lahan (land
utilisation type) untuk mana kesesuaian lahan diterapkan;
22
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
b. Usulan pengembangan pertanian harus dihubungkan dengan
pertanian yang ada. Data penghasilan dengan tingkat masukkan
tertentu yang diperoleh petani di sekitar daerah studi harus
disebutkan. Informasi sebagai tambahan yang dikumpulkan pada
tahap sebelumnya mengenai luas kapling, kebutuhan tenaga kerja
dan pengelolaan yang berhubungan dengan lahan-lahan khusus
harus dikumpulkan.
2. Model usaha tani yang diusulkan harus digambarkan secara teninci.
Jenis dan kalau mungkin juga varitas tanaman serta pola tanam dan
pergiliran tanaman (cropping patern and crop rotation) harus
diidentifikasi, berdasarkan kebutuhan transmigran untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Hasil produksi tanaman
harus membenikan makanan yang cukup dengan gizi benimbang
serta memberikan pendapatan tunai yang memadai. Cara bercocok
tanamnya harus memperhatikan usaha menjaga kondisi tanah;
a. Jumlah luas lahan yang optimal untuk setiap jenis tanaman yang
diusulkan di lahan pekarangan perlu dihitung;
b. Masukkan pertanian minimum dan optimum harus diperkirakan
untuk setiap jenis/varitas tanaman dan pola tanaman yang
diusulkan dikaitkan dengan kondisi iklim, tanah dan topografi.
Jika jumlah masukan dan pemerintah (paket supply) berbeda
jauh dan rekomendasi optimum maka pengaruh terhadap pola
tanaman yang diusulkan harus disebutkan dan produktivitas
lahan tersebut juga harus diperkirakan.
c. Sumber masukan seperti bibit dan adanya bantuan Dinas
Pertanain harus diperhitungkan. Kesulitan penyediaan pupuk
atau keperluan bahan kimia dan obat-obatan harus
diidentifikasi.
d. Perkiraan hasil panen untuk tingkat pengelolaan yang berbeda
harus dibuat. Angka-angka produksi berdasarkan hasil
penelitian yang paling akhir dapat dijadikan sebagai pegangan.
Akan tetapi apabila data produksi yang didapat dan hasil
penelitian tersebut cara pengolahannya yang kurang memadai,
maka data tersebut perlu dipertimbangkan. Hasil panen pada
daerah disekitar daerah studi penting sekali. Kemungkinan
perubahan dalam hasil selama perkembangan pemukiman,
karena usaha perbaikan ataupun kendala harus dapat
diperkirakan. Hasil panen pada setiap akhir periode
pengembangan pemukiman transmigrasi (periode tahap
konsolidasi, periode tahap pengembangan dan periode tahap
pemantapan) harus dinilai, apakah sudah sesuai dengan target
yang ingin dicapai atau belum.
5. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap sistem usaha tani yang
diusulkan harus dihitung dan sistem usaha tani tersebut harus
ditunjukkan sebagai usaha tani yang biasa dipakai.
6. Ketersediaan tenaga kerja dan setiap keluarga transmigran
kelahan plasma dan inti serta sarana transportasi yang mungkin
akan disediakan perlu disebutkan. Mekanisasi atau penggunaan
ternak tarik mungkin bisa memecahkan hambatan-hambatan
23
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
tersebut, tetapi tidak bisa diperkirakan sebagai pemecahannya
pada tahun-tahun pertama penkembangan permukiman
.
7. Fasilias pemasaran dan pengolahan yang tersedia dan yang
masih diperlukan harus disebutkan diperhitungkan disertai
biaya yang diperlukan.
8. Pengembangan yang diusulkan hendaknya dikaitkan dengan
metode yang direncanakan untuk pengembangan lokasi
tersebut, khususnya cara pembukaan lahan dan pemanfaatan
kayu dan lahan yang dibuka agar diterangkan sejelas mungkin.
9. Pola kelembagaan pembinaan petani transmigran perlu
diusulkan termasuk tata kerjanya, khususnya kelembagaan
penyuluhan pertanian dengan segala perangkat pendukungnya
dan kelembagaan ekonomi pedesaan, termasuk koperasi dan
perkreditan usaha tani.
10. Hendaknya ada saran-saran tentang kemungkinan usaha tani
terpadu seperti menambahkan pemeliharaan ternak dan usaha
diversifikasi tani lainnya, dengan uraian tentang bagaimana
mendapatkannya, pemeliharaannya dan keuntungan-
keuntungannya.
f. Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP)
1. Maksud dan Tujuan
Studi Tahap III A dimaksudkan untuk memperoleh alokasi lahan untuk
beberapa penggunaan tertentu dalam setiap satuan pemukiman, bersama
dengan rencana jalan penghubung, jalan paras, jalan desa dan jalan lahan.
Tujuannya adalah sebagai dasar untuk pembukaan lahan dan pembuatan
jalan guna memperoleh pemanfaatan ruang yang optimal.
2. Rencana blok
a. Prinsip.
Prinsip-prinsip perencanaan dalam penyusunan RSTP adalah sebagai
berikut :
1) Penggunaan lahan direncanakan harus berdasarkan kesesuaian lahan
tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan yang diusulkan.
2) Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan
lain, seperti penggunaan HPH, ladang penduduk dan sebagainya.
Secara status Hutan harus merupakan Araeal Penggunaan lain (APL).
Dalam hal menggunakan Hutan Produksi yang dapat di Konversi
(HPK) harus ada persetujuan dan Departemen Kehutan (IPPKH).
3) Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi
dan sesuai dengan kebutuhan pemukiman.
4) RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas (kemudahan
hubungan), baik hubungan di dalam SP maupun hubungan SP dengan
daerah luar.
5) Prasarana harus efisien dalam hal jasa-jasa yang disediakan serta
biayanya.
24
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
6) Harus rnempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan
merencanakan penggunaan lahan untuk konservasi alam pada lokasi
yang kritis.
7) RSTP harus menyediakan suatu areal untuk pengembangan masa
depan (lahan cadangan).
8) Areal yang direncanakan harus memiliki ketersediaan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air transmigran (SAB).
b. Kriteria Perencanaan
Kriteria yang harus digunakan untuk rnenyusun RTSP dibicarakan
dibawah ini. Kadang-kadang batas-batas biasa dirubah, tetapi konsultan
harus selalu mempertimbangkan keperluan perencanaan pemukiman
yang dapat dipraktek, jadi jika kriteria tidak dipakai alternatif yang
diusulkan oleh konsultan bisa dibenarkan setelah disetujui terlebih
dahulu oleh instansi teknis perencanaan terkait di tingkat pusat dan
daerah sebelum perencanaan diselesaikan.
c. Kesesuaian lahan
Kelas kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan
pangan dan tanaman keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan
S3.
1) Pola Pemukiman
Dalam membentuk pola pemukiman konsultan harus
mempertimbangkan:
a) Kemudahan transmigran dalam mencapai lokasi fasilitas
umuni/kebutuhan sehari-hari.
b) Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah pemukiman terutama
antara jalan desa.
2) Alokasi lahan
Lahan pada SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran
(kapling) dan lahan yang dialokasikan kepada fasiliats umum atau
penggunaan masyarakat (tabel 1)
Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari :
a) Lahan pekarangan 0,25 Ha/KK,
b) LU.I 0,75 Ha/KK
c) LTJ.II 1,00Ha/KK
Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari:
a) Lahan Fasilitas Umum di Pusat desa, 8-12 HaJSP;
b) Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP;
c) Lahan Kuburan, 1-2 Ha/SP;
d) Test Farm, 2-4 Ha/SP;
e) Lahan Penggembalaan, 3-5 Ha/SP;
3) Kemiringan Lahan
Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang
diperkenankan adalah sebagai benikut:
a) Lahan pekarangan, 0- 8 %;
b) Fasilitas umum, 0 - 15 %, disesuaikan dengan peruntukannya
c) Lahan Usaha I: 8- 15%
d) LahanUsahall:15-25%
25
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
e) Lahan Konservasi> 40 %)
4) Jarak Tempuh.
Jarak sasaran maksimum dan lahan pekarangan kebeberapa
penggunaan sebagai berikut:
Dan lahan pekarangan ke:
a) Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km
b) Lahan Usaha I, 1,5 - 2,5 Km
c) Lahan Usaha 11, 2,5 - 3,5 Km
5) Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP)
seharusnya 500 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan
sebagai jumlah yang ideal, karena jumlah ini membenarkan adanya I
Unit Sekolah Dasar. Jumlah lebih kecil bisa diterima dengan jumlah
minimal 300 KK. Taksiran dari jumlah KK harus diberikan sampai
kelipatan 10 KK.
6) Lahan Konservasi
Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-lokasi dibawah ini harus
diperuntukan sebagai lahan konservasi yang tidak boleh dibuka,
sebagai berikut:
a) 50 meter dan kiri dan kanan sungai besar atau 2 kali dalam lereng
yang curam dan pinggir lereng
b) 25 meter dan kiri dan kanan sungai kccil.
c) Lahan dengan kemiringan di atas 25%.
d) Lahan yang merupakan daerah genangan atau rawa yang tidak
sesuai untuk daerah pertarilan.
Pekerjaan konservasi tanah yang sederhana misalnya penanaman
rumput sepanjang kontur, dibuat oleh petani sendiri yang tidak
mempengaruhi alokasi lahan.
7) Ukuran kapling-kapling di atas RTSP, penting sekali. Secara ideal
bentuk kapling harus persegi empat 25 m x 100 m untuk lahan
pekarangan, karena lebih efektif dan efisien dari segi pengadaan
prasarana. Peta kapling menunjukkan batas kapling, letak rumah dan
letak jamban.
8) Blok-blok yang ditunjukkan pada RTSP.
Pedoman menunjukkan bahwa harus menunjukkan lahan pada blok-
blok. Blok-blok tersebut harus dialokasikan berdasarkan faktor-faktor
yang dibicarakan dibawah ini:
a) Faktor Sosial
Penting sekali rencana dibuat dengan memperhatikan kebutuhan
untuk mengembangkan prasarana sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keadaan yang dapat memungkinkan kehidupan
masyarakat bermasyarakat yang baik. Jadi sebagian besar Jahan
pekarangan harus diusahakan menghadap ke jalan desa, bukan ke
jalan penghubung atau ke jalan poros.
b) Batas Biok
Batas-batas blok untuk setiap pengunaan yang diusulkan harus
sederhana yaitu garis lurus, jalan atau ciri-ciri alam, misalnya
sungai. Untuk lebih mengenali batas-batas dilengkapi dengan
26
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
batas-batas kapling. Blok LP disajikan dalam peta 1 : 5.000 dan
LU disajikan dalam : Peta 1: 10.000
c) Fasilitas Umum
Rencana terinci untuk pusat desa diperlukan pada tahap III A dan
disajikan dalam peta I : 2.000. Peta tersebut menuju batas kapling
masing-masing bangunan FU, Konsultan harus tahu fasilitas umum
yang akan diberikan sebagai standart. Fasilitas Umum tersebut
harus dibuat daftarnya seperti pada table 1 (Rincian Penggunaan
Lahan Pemukiman Transmigrasi) beserta luas tiap blok. Fasilitas
yang akan ditambah didaftar juga. Fasilitas diberikan dalam dua
tahap, yaitu fasilitas yang diberikan sebelum kedatangan
transmigran dan fasilitas yang diberikan selama tiga tahun
pertama. Luas yang cukup untuk semua fasilitas yang harus
diberikan dalam rencana. Desain dan spesifikasi yang standar
untuk semua fasilitas tersebut adalah yang disiapkan oleh Dit.
Perencanaan Teknis dan Permukiman dan Perpindahan, Ditjen
P4T Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Konsultan tidak
harus mendisain lagi rumah transmigran atau sekolah. Lahan
untuk fasilitas umum diletakkan di Pusat Desa atau diletakkan di
Pusat Satuan Permukiman (SP) berasarkan pertimbangan
perencanaan dan kriteria jarak capai, luasnya disesuaikan dengan
daya tampung atau KK yaitu 8 - 15 Ha di pusat Satuan
Permukiman (SP).
9) Untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dan volume air didaerah
studi minimal harus tersedia : 60 liter/hari/orang untuk kebutuhan
transmigran.
3. Rencana Batas Pembukaan Lahan
1) Pedoman (KAK) menetapkan bahwa RTSP harus menunjukkan batas-
batas pembukaan lahan, blok-blok yang dibuka. Yang harus
diutamakan adalah batas lahan pekarangan, pusat desa dan jalan
poros/penghubung. Untuk itu perlu dibuat beberapa patok permanen
yang dapat mewakili batas lahan di lapangan (lihat lampiran 6, dekripsi
patok permanen)
2) Pilar/patok permanen tersebut harus diikatkan pada patok jalur rintisan
dan posisinya dapat mudah diidentifikasikan di lapangan (misalnya
pada ujung-ujung blok, di dekat sungai dan lain sebagainya).
Pengukuran pilar-pilar permanen tersebut dilakukan dengan spesifikasi
sebagai berikut:
a) Sudut Horizontal diukur dengan alat To atau yang sederajat (dengan
pembacaan terkecil 30”), jarak diukur dengan pita ukur.
b) Salah penutup sudut 4/n (n = banyaknya titik pengukuran).
c) Ketelitian linier 1/2.500
d) Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm D Km (0 = Jumlah
jarak jalur pengukuran beda tinggi).
3) Setelah rencana Tata Ruang Satuan Pemukiman selesai, maka batas
lahan yang dibuka (di land clearing) harus diukur POSISI horizontalnya
dengan metode poligon dengan Theodolite yang mempunyai ketelitian
bacaan minimal 30”. Patok-patok beton Batas Pembukaan Lahan (BPL)
harus dipasang pada pusat desa dan titik batas lahan pekarangan serta
27
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
dibuat dokumentasinya. Sebagai pengikat titik poligon SPL, diambil
titik Bench Mark (BM) pada base line terdekat.
4) Spesifikasi pengukuran poligon dan sebagai berikut:
a) Sudut poligon diukur dengan theodolite To atau yang sederajat
sebanyak 1 sen ganda (B-8-L8-LB).
b) Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk searah dan di cek
dengan jarak optis ke muka dan ke belakang.
c) Salah penutup sudut tidak lebih dan 4”/ n; (n = jumlah titik
polygon).
d) Ketelitian linier tidak lebih dan 1/2.500.
1) Langsung ke pusat yang lebih besar harus dihubungkan ke prasarana
perhubungan yang ada, seperti jalan utama dan Pusat Desa perhubungan
sungai/ laut dan sebagainya
2) Lebar perkerasan, DMJ dan jarak jalur hijau untuk dari aspal jalan untuk
masing-masing kelas jalan adalah sebagai benikut:
Tabel 3 : Lebar Perkerasan, DMJ, dan Badan Jalan Lokasi
Transmigrasi.
Kelas Jalan Perkerasan
(m) DMJ*
(m) Badan Jalan
(m)
Jalan penghubung/poros
Jalan desa 3,0 10 4,5
4,5
3
20
10
10
4,5
*DMJ = Daerah Milik Jalan (ROW).
3) Rencana jalan RTSP harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan
efektifitas pembangunan. Dalam hal ini maka pembuatan rencana jalan
sebaiknya mempertimbangkan:
a) Jarak yang paling pendek
b) Topografi relative datar guna menghindarkan pekerjaan gali & timbun
yang tidak perlu.
c) Faktor-faktor pembatas seperti sungai/rawa dan lain sebagainya sedapat
mungkin dihindari.
4) Rencana jalan yang diukur dalam RTSP baru merupakan alinenien jalan yang
diukur pada tingkat pendahuluan (Recoqnaisance). Pengukuran situasi,
perencanaan disain geometnik serta pekerjaan staking out merupakan
pekerjaan selanjutnya, yaitu pekerjaan pembuatan Rencana Teknis Detail
Jalan.
28
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
Tabel 4. Rincian Penggunaan Lahan di Permukiman Transmigrasi
NO. Jenis Fasilitas Pusat SKP SP LC /
NON LC
SLOPE
1. LP 0.25 Ha/kk 0.25 Ha/kk LC 0 – 8%
2. Lahan Usaha I 0.75 Ha/kk 1.0 Ha/kk LC 0 – 15%
3. Lahan Usaha II 1.0 Ha/kk 8.0 Ha/kk NLC 0 – 15%
4. Fasilitas Umum Pusat Desa
1. Balai Desa
1. Pustu
2. GudangPupuk
2. Gudang Beras
2. Sekolah Dasar
2. Rumah Ibadah
1. Rumah Kep Unit / Desa
1. Rumah Petugas (kopel)
2/1 Rumah Perawat (kopel)
2/1 Rumah Kepala Sekolah
7/4 Rumah Guru (kopel)
2/1 Rumah Penjaga Sek.
1. Lapangan
1. kantor / gedung KUD
1. Pasar dan Toko-toko
1 Lantai Pengeringan
1. Stasion Bis
1. TamanKanak-kanak
1. Asrama
1. Puskesmas
1. Rumah Doktor
1. Sekolah Lanjutan
1. Bank Rakyat Indonesia
1. Kantor Pos
8,0 Ha/kk
650 m2
400 m2
400 m2
10000 m2
5000 m2
250 m2
1250 m2
500 m2
500 m2
1750 m2
200 m2
4000 m2
250 m2
4000 m2
600 rn2
20000 m2
1000 m2
200 m2
450 m2
250 m2
10000 m2
400 m2
400 m2
8,0 Halkk
150 m2
200 m2
400 m2
400 m2
10000 m2
5000 m2
250 m2
1250 m2
250 m2
250 m2
1000 m2
100 rn2
4000 m2
250 rn2
750 m2
600 m2
1000 m2
-
-
-
-
-
-
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
0 – 8%
5. Fasilitas Umum Lainnya :
Kuburan
Pangonan / Penggembalaan
Test Farm
Seed Farm
Tanah Bengkok
- Kepala Desa
- Staf Desa
- Bondo Desa
Jalan Penghubung
- Jalan Poros ( 20 m)
- Jalan Desa (10 m )
- Jalan Lahan ( 5 m)
2.00 Ha
10 Ha
4 Ha
4.0 – 6 Ha
10 Ha
10 Ha
10 Ha
6 Ha
2.00 Ha
10 Ha
4 Ha
-
10 Ha
10 Ha
10 Ha
6 Ha
NonLC
Non LC
LC
LC
Non LC
Non LC
NonLC
LC
0 - 15%
0 - 15%
0 - 3%
0 - 3%
0 - 8%
0 - 6%
0 - 8%
0 - 15%
0 - 15%
Lahan dengan kemiringan 0 - 8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman Lahan
Pekarangan . * LC = Land Clearing
g. Analisis Ekonomi Dan Keuangan
Konsultan harus melakukan analisis ekonomi dan keuangan yang lengkap dari tiap
pengembangan yang diusulkan baik dilahan pekarangan maupun diplasma serta initio
Bentuk analisis ekonomi dan keuangan mencakup hal- hal sebagai berikut:
1. Prakiraan arus tunai transmigran (projected cash. flow) selama 10-25 tahun
dengan menghitung:
1) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dan LP (lahan pekarangan)
sesuai dengan usulan pengembangan pertanian (luas,Pola tanam dan jenis
29
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
tanarnan) yang telah diuraikan sebelumnya. Harga satuan diperhitungkan
berdasarkan harga pasar terdekat.
2) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dilahan, LU.I danLU.II
setelah tanamannya dapat menghaslikan. Dalam memperkirakan pendapatan
Transmigran perlu disebutkan hal-hal mengenai Perkiraan produksi dan Harga
satuannya.
3) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dan sumber lainnya.
4) Prakiraan pengeluaran transmigran untuk sarana produksi pertanian di
Lahan Pekarangan:
a) Benih dan Bibit
b) Masukan pertanian (Pupuk dan Pestisida)
c) Dan lain-lain
5) Perkiraan perkembangan pendapatan kotor transmigran, berdasarkan butir 1
sampai 3 dikurangi butir 4.
2. Prakiraan pengeluaran transmigran untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan
rumah tangga;
3. Berdasarkan butir A dan B diatas dihitung pendapatan bersih transmigran sehingga
dapat dilihat kelayakan proyek pengembangan transmigrasi.
4. Apabila berdasarkan hasil penilaian butir C di atas proyek tersebut tidak layak
untuk kehidupan transmigran, konsultan perlu membuat usulan pemecahan
alternatip pengembangan pertanian di daerah studi tersebut.
5. Pendapatan transmigran pada tiap akhir periode/tahap pengembangan transmigran
(akhir periode/tahap kosolidasi, pengembangan dan pemantapan) perlu dievaluasi
juga apakah pendapatan transmigran tersebut sudah mencapai target pendapatan
seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Transmigrasi dan PPH Nomor
KEP. O6IMEN/1999 Tentang Tingkat Perkembangan Pemukiman Transmigrasi
dan Kesejahteraan Transmigran SK MenTrans 2691Men/1984) atau belum.
Apabila belum perlu dibuatkan rekomendasi pengembangan yang lebih baik untuk
pemukiman transmigrasi Pola TPLK.
h. Perkiraan Biaya Pengembangan Permukiman Transmigrasi
Perkiraan biaya yang akan dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mencakup:
1) Perkiraan biaya untuk menyiapkan lahan pemukiman transmigrasi yang meliputi:
a. Pekerjaan pembukaan jalan
b. Pekerjaan pembuatan jalan penghubung/ poros
c. Pekerjaan pembuatan bangunan rumah transmigrasi dan penyediaan sarana
sumber air bersih
2) Perkiraan biaya pengerahan penduduk
3) Perkiraan biaya untuk pemberian paket saprotan
Biaya biaya tersebut didasarkan pada jumlah daya tampung hasil perencanaan RSTP
III A.
Dasar-dasar perhitungan untuk semua tarip dan biaya yang digunakan dalam perkiraan
biaya perlu disebutkan.
i. Telaahan Lingkungan
1). Tujuan
a. Mengindentifikasi RTSP,
b. Mengetahui besarnya dampak lingkungan (baik dampak positif maupun
dampak negative) yang mungkin timbul, sebagai akibat dikembangkannya
pemiukiman transmigrasi.
30
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
c. Menyusun alternative tindakan bila dampak negative lebih besar dan dampak
positif, sehingga dampak positif da.pat seminimal mungkin.
2) Ruang Lingkup Telaahan Lingkungan
Komponen yang harus dicakup dalam studi mencakup fisik, biologi, sosial, dan
budaya. Komponen yang mempunyai dampak penting perlu ditelaah lebih detail.
3) Identifikasi Dampak Potensial dan RTSP
Dalam mengindentifikasi dampak, konsultan sedapat mungkin mempertimbangkan
komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak yaitu antara lain:
a. Lahan pertanian
b. Pelongsoran dan pengikisan tanah/pantai
c. Kestabilan lereng
d. Kuantitas air permukaan
e. Kualitas air permukaan/pencemaran air
f. Kuantitas air tanah
g. Kualitas air tanah
h. Species langka dan terancam punah
I. Tumbuhan bermanfaat.
J. Hewan bermanfaat ke tumbuhan hama
I. Hewan hama
m. Faktor penyakit
n. Kesehatan masyarakat
o. Sumber Daya Adam / Tata Guna Lahan
p. Sistem Distribusi Produksi
q. Tenaga Kerja dan lapangan pekerjaan
r. Populasi yang terkena resiko
s. Kestabilan masyarakat / kesenjangan masyarakat
t. Nilai budaya dan Agama
4) Dampak penting yang perlu diidentifikasi dalam rencana pengembangan
pemukiman ini adalah:
a. Dampak Pembukaan Lahan Dampak pembukaan lahan terhadap kemungkinan
banjir, potensi air, kestabilan ekologi (longsor), kestabilan lereng, erosi.
b. Dampak terhadap Flora dan Fauna,
c. Dampak RTSP terhadap flora dan fauna yang bernilai historis, ekonomis, estetis
dan ilmiah, baik daerah daratan maupun perairan.
d. Dampak RTSP terhadap migrasi, tenipat bersarang, tempat mencari makan,
pemijahan fauna dan sebagainya.
e. Dampak terhadap kepunahan hewan dan tumbuhan langka.
5) Dampak terhadap Kependudukan
a. Dampak pertambahan penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, ketrampilan,
dan sebagainya.
b. Dampak RTSP terhadap transmigran pendatang.
6). Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Dampak terhadap pusat-pusat perekonomian dan infrastruktur,
b. Dampat terhadap pencaharian dan masyarakat,
c. Dampak terhadap lembaga formal,
d. Dampak terhadap struktur industri pertanian daerah dan pola perdagangan
daerah,
e. Dampak terhadap kesempatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung,
formal dan informal.
31
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
f. Dampak sosial dan budaya lainnya yang dianggap relevan (kehidupan sehari-
hari, adat istiadat, peninggalan sejarah, estetika, dan lain-lain).
7) Dampak Pengembangan Pertanian
a. Dampak terhadap struktur perekonomian daerah,
b. Dampak masukan pertanian terhadap ekosistem daerah, misalnya dampak
jumjah input tanah terhadap kesuburan tanah.
8) Dampak Pengembangan Permukiman
a. Dampak prasarana dan sarana permukiman yang direncanakan untuk kehidupan
masyarakat setempat.
b. Dampak kegiatan sehari-hari (seperti pembuangan sampah yang tidak tertib,
pencemaran air buangan) terhadap ekosistem yang ada.
c. Dampak pengembangan pemukiman terhadap perkembangan daerah.
9) Evaluasi Dampak Penting
Penilaian dampak penting hams dibagi atas hal-hal sebagai berikut:
a. Dampak positif/negatif
b. Jangka pendek dan jangka panjang, serta
c. Ditinjau berdasarkan sifat biofisik, dan sosekbud yang terjadi setelah adanya
permukiman transmigrasi (prediksi ilmiah).
d. Diuraikan mengenai hubungan sebab akibat antara RTSP/RTJ dan lingkungan
hidup (dikaitkan dengan dampak positifdan negatif).
10) Menyusun Alternatif Tindakan
Seandainya berdasarka hasil penilaian dampak penting diketahui ternyata bahwa
nilai dampak negatif lebih besar dan dampak positif, maka konsultan diwajibkan
untuk memberikan alternatif tindakan agar dampak positif dapat dikembangkan
dan dapat negatif dapat ditekan seminimal mungkin.
j. Penyusunan Laporan Dan Album Peta
1. Laporan sebaiknya disusun dengan out line yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga
kerja dan Mobilitas Penduduk. Dalam hal tertentu isi laporan dapat saja dibuat lain
atas pertimbangan konsultan setelah didiskusikan dan disetujui;
2. Sebelum menyerahkan laporan Buku Laporan Akhir sebanyak 15 Set dan - Exéctif
Summary sebanyak 18 Set konsultan wajib menyerahkan:
- Laporan pendahuluan 5 set
- Laporan analisis/interem report 5 set
- Draf Lap oran Akhir 5 set
- Paket Informasi Lokasi (Pilok) 15 set
- Buku Album Peta (23 jenis peta) 15 set
3. Konsultan juga harus menyerahkan laporan, Album Peta dan Pilok dalam bentuk
Software (CD).
4. Penyajian Peta dalam bentuk digital, dengan ukuran A 1 dan mengikuti format
standar Bakosurtanal dan ditandatangani oleh Juru Gambar, Tenaga Ahli,
pemeriksa dan pemberi persetujuan.
k. Spesifikasi Teknis Penyiapan Lahan dan Bangunan
RTSP pada dasarnya merupakan rencana detail oleh karenanya harus dilengkapi dengan
informasi dan arahan bagi pelaksanaannya.
Informasi dan petunjuk dalam pelaksanaan RTSP disajikan secara tersendiri dalam
laporan tambahan dalam spesifikasi Teknis Penyiapan Lahan dan Bangunan. Laporan ini
32
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan kontraktor dalam pekerjaan
penyiapan lahan dan bangunan, agar tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan dapat
dicapai secara lebih optimal.
Spesifikasi teknis penyiapan lahan dan bangunan disusun meliputi:
1. Volume pekerjaan yang menyangkut pembukaan lalian, pekerjaan jalan, bangunan
dan raservear air minum.
2. Letak lokasi pembukaan lahan, sumber bahan-bahan yang akan digunakan
3 Klasifikasi hutan
4. Petunjuk atau arahan bagi penyiapan lahan dan bangunan yang mencakup uraian jenis
kegiatan (dalam pembukaan lahan, pekerjaan jalan. bangunan kayu dan reservoar air
minum) yang disertai dengan persyaratan teknis dan caraacara pelaksanaan pekerjaan.
2. Rencana Teknis Detail Jalan (RT J)
A. Pekerjaan Lapangan
Sebagian besar dan pada pekerjaan Perencanaan Jalan Pemukiman Transmaigrasi ini
merupakan pekerjaan lapangan yang dilakukan setelah selesai kegiatan penentuan SP di
lapangan. Pekerjaan lapangan mi meliputi:
1. Perintisan dan Pemasangan Patok Pengukuran Rencana Jalan. Dengan bantuan data
yang ada dilakukan pengenalan lapangan disekitar rencana jalan untuk mendapatkan
gambaran medan secara menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan dan tahapan
pekerjaan ini meliputi:
a. Menentukan titik awal dan titik akhir dan rencana jalan penghubung/ poros
dilapangan, sejauh yang telah ditentukan diatas peta dasar.
b. Mencatat keterangan penting disepanjang jalan seperti rawa/kebun/ladang dengan
batas-batasnya, sungai atau saluran dengan ukuran dan karakteristiknya,
jembatan / gorong-gorong dengan dimensinya, dan lain sebagainya.
c. Mengadakan pencatatan lokasi sumber material yang dapat dipergunakan untuk
pekerjaan penimbunan dan paymen/strukture. Lokasinya digambarkan diatas peta
dasar clan dilampirkan pada gambar rencana.
d. Marintis dan menetapkan trace jalan yang akan digunakan sebagai pedoman bagi
team pengukuran.
e. Memasang patok-patok sepanjang ti-ace jalan dengan ukuran dan ketentuan
sebagai berikut:
1) Patok kayu
a) Sebagai patok pengukuran;
b) Ukuran 60 cm dengan □ 5 cm (diameter);
c) Dipasang pada setiap jarak 50-100 m;
d) Diberi nomor urut;
e) Ditanam 40 cm (muncul 20 cm diatas permukaan)
2) Patok beton
a) Sebagai titik pengikat tetap diikatkan pada BM RSTP/bangunan tetap
b) Dipasang ditempat yang aman/mudah ditemukan (15 m sebelah kiri dari
rencana as jalan) dan pada setiap jarak 5.000 meter.
c) Diberi nama BM dan nomor unit I, II, III dan seterusnya.
d) Ditanam sedalam 50 cm (muncul 25 cm diatas permukaan tanah
e) Diberi bout dipermukaan atas beton tersebut
f) Kalau panjang jalan < 5 km diambil pada awal dan akhir proyek.
2. Pengukuran
Pengukuran topografi dilakukan pada jalur rintisan jalan yang telah dirintis dan
dipatok. Pekerjaan pengukuran terdiri dari:
a. Polygon
1) Poligon diukur dengan menggunakan alat theodolit TO atau sejenisnya,
sedangkan perhitungannya digunakan methode Bowdith.
33
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
2) Pengukuran polygon hams diikatkan pada titik-titik tetap (BM RTSP) yang
diketahui koordinatnya dan titik ikat hasil pengukuran tata ruang. Bilamana
kedua titik ikat tersebut diatas tidak ada disekitar lokasi, maka pengukuran
dan perhitungan poligon menggunakan koordinat lokal (0.0) yang dimulai dari
awal proyek.
3) Jarak diukur dengan pita baja dalam satu arah, dichek dengan jarak optis
dibaca kemuka dan ke belakang.
4) Ketelitian yang disyaratkan:
* Kesalahan penutup sudur < 1 Vn (lebih kecil) n = banyaknya titik polygon
* Kesalahan jarak linier < 1 (lebih kecil) 1/2000 (lebih kecil)
b. Pengukuran Beda Tinggi
1) Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan doublestand (2 x berdiri alat)
2) Alat pengukuran beda tinggi menggunakan Wil Nak2, Zeis Ni2 atau alat sipat
datar automatic yang sejenisnya.
3) Patok beda tinggi dan titik ikatnya diam.bil sama dengan yang digunakan
pada pengukuran polygon (BM).
4) Kesalahan penutup <25 47
D jarak dalam Km
c. Pengukuran Cross Section
1) Pengukuran dilakukan pada bagian medan yang datar, bukit dan pegunungan
2) Alat ukur yang dipergunakan adalah TO atau sejenisnya
3) Pengambilan setiap jarak 100 m untuk daerah datar, bukit 50 m, dan
pegunungan 25 m dan pada scope yang penting seperti lembah dan puncak
bukit gunung
4) Lebar pengukuran meliputi daerah koridor sejauh:
a) 25 m sebelah kanan dan kiri sumbu jalan yang lurus/datar;
b) 25 m kesisi luar dan 50 m kesisi dalam pada jalan menikung;
c) Untuk daerah yang pada saat pengukuran masih belum dapat ditentukan
rencana centre line jalannya, koridor perlu diperlebar sehingga diperoleh
jangkauan medan yang lebih luas.
d. Pengukura.n situasi sungai/jembatan
1) Pengukuran situasi sungai meliputi daerah sejauh 50 m ke hilir dan 50 m ke
hulu dan (CL) Rencana Jalan 25 m sebelah kiri dan sebelah kanan tapi sungai
dibuat cross/situasi.
2) Pada setiap tepi sungai/saluran 7,5 meter sebelah kiri dan kanan rencana as
jalan dipasang patok pralon / beton 75 cm 0 10 cm.
3) Gambar detail sungai harus meliputi keadaan topografi dasar, tebing dan tepi
sungai serta daerah sekitarnya.
4) Ketinggian muka air banjir, muka air normal dan muka air terendah harus
dicatat.
5) Jembatan/gorong-gorong yang ada harus dibuat skets dan ukuran-ukurannya,
serta dicantumkan material yang dipakai.
B. Pembuatan Peta Situasi dan Alinemen Horizontal Jalan
Pekerjaan ini masih termasuk pekerjaan lapangan dan harus dikerjakan di lapangan.
Koordinasi dengan Direktorat Penyiapan Lahan harus selalu diadakan setiap saat.
1) Peta Situasi Jalan Skala 1: 2.000
Dibuat diatas kertas milimeter dengan interval garis tinggi (satu) meter dan
mencakup:
34
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
a) Semua patok dan titik detail dengan dilengkapi tanda/nomor, ketinggian dan
koordinatnya.
b) Detail situasi yang ada, seperti batas rawa/kebun/ladang disekitar trace jalan,
lebar sungai/saluran ukuran jembatan/gorong-gorong dan lain-lain yang penting.
c) Diatas peta situasi jalan ini, dibuat alinement horizontal dengan bentuk full circle.
2) Lay Out skala 1 : 20.000
Untuk melengkapi peta Rencana Struktur SKP skala 1: 20.000, dimana telah
dicantumkan blok-blok SP-nya, perencanaan harus membuat gambar rencana centre
line jalan skala 1: 20.000 untuk diplotkan diatas peta Rencana Struktur SKP tersebut
diatas.
3) Peta Jalan Skala 1: 250.000
Peta ini sangat diperlukan untuk diplotkan pada peta Propinsi yang ada, sehingga
nampak kesatuan dan hubungan antara Jaringan Jalan Pemukiman Transmigrasi
dengan Jaringan Jalan Nasional/Propinsi.
C. Centre Line Stake Out (Pematokan Sumbu Rencana Jalan) Yang dimaksud disini
adalah pemasangan patok dan tanda di lapangan sesuai dengan design alignement
horizontal dengan menggunkan alat ukur TO.
1) Pemasangan patok (lihat tabel 1 dan gambar I Patok-patok P). harus diikat dengan 2
titik ikat bahan betan, dimensi 10 x 10 x 60 cm dipasang pada tempat yang aman
diluar DMJ dilengkapi dengan Azimuth dan jarak.
2) Patok untuk rencana jembatan dipasang = 7,5 m kiri kanan sumbu jalan sebanyak 4
buah.
D. Penyelidikan Tanah Dan Material
1) Umum
Sesuai dengan jenis konstruksi yang akan diterapkan untuk proyek jalan ini,
maka penyelidikan tanah akan diadakan dengan penyederhanaan, dimana
pengamatan secara visual serta test-test dianggap cukup untuk memenuhi
tuntutan pekerjaan fisiknya nanti.
2) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan mi terutama ditujukan untuk menganalisa tanah dasar material
timbunan perkerasan. Lingkup kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan
penyelidikan tanah dan material ini adalah:
a) Penyelidikan tanah dasar
(1) Pengambilan CBR lapangan dengan alat Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) setiap 1 km atau setiap ruas jalan (untuk ruas yang panjangnya
kurang dan 1 km).
(2) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dan
lapisan tanah yang diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil,
sebanyak 40 kg tiap titiknya. Contoh tanah ini diambil setiap 5 km
panjang jalan.
(3) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undissturbed sample) pada
kedalaman -1,5 m dan muka air tanah, dengan menggunakan alat bor
tangan. Contoh tanah ini juga diambil setiap 5 km panjang jalan.
(4) Untuk ruas jalan yang panjangnya kurang dan 5 m pekerjaan pada item b
dan c di atas masing-masing dilakukan dua kali pada titik awal dan akhir
proyek.
(5) Pembuatan bor-log, lengkap dengan diskripsi tanah dan data muka air
tanahnya.
35
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
b) Penyelidikan sumber quarry
Yang dimaksud quarry disini adalah material timbunan (selected material),
material perkerasan dan material material lain yang akan digunakan dalam
pembangunan jalan.
(1) Material timbunan (selected material)
(a) Contoh tanah terganggu diambil dan lapisan tanah yang
diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil sebanyak 40 kg tiap
titik.
(b) Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) diambil dan
lapisan tanah sedalam 1,5 meter dan permukaan tanah dengan
memakai alat bor tangan.
(c) Pada saat pengambilan contoh tanah, dibuat pula bor-log dan
deskripsi serta data muka air tanahnya.
(d) Pada satu lokasi quarry harus diambil minimal satu contoh tanah
terganggu dan satu contoh tidak terganggu yang dapat mewakili
kondisi tanah pada deposit tersebut.
(2) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dan
lapisan tanah yang diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil,
sebanyak 40 kg tiap titiknya. Contoh tanah ini diambil setiap 5 km
panjang jalan.
(3) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undissturbed sample) pada
kedalaman -1,5 m dan muka air tanah, dengan menggunakan alat bor
tangan. Contoh tanah ini juga diambil setiap 5 km panjang jalan.
(4) Untuk ruas jalan yang panjangnya kurang dan 5 m pekerjaan pada item b
dan c di atas masing-masing dilakukan dua kali pada titik awal dan
akhir proyek.
(5) Pembuatan bor-log, lengkap dengan diskripsi tanah dan data muka air
tanahnya.
c) Penyelidikan sumber quarry
Yang dimaksud quarry disini adalah material timbuunan (selected material),
material perkerasan dan material-material lain yang akan digunakan dalam
pembangunan jalan.
(1) Material timbunan (selected material)
(a) Contoh tanah terganggu diambil dan lapisan tanah yang
diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil sebanyak 40 kg
tiap titik.
(b) Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) diambil dan
lapisan tanah sedalam 1,5 meter dan permukaan tanah dengan
memakai alat bor tangan.
(c) Pada saat pengambilan contoh tanah, dibuat pula bor-log dan
deskripsi serta data muka air tanahnya.
(d) Pada satu lokasi quarni harus diambil minimal satu contoh tanah
terganggu dan satu contoh tidak terganggu yang dapat mewakili
kondisi tanah pada deposit tersebut.
(2) Material perkerasan
(a) Pemeriksaan material perkerasan dilakukan secara visual saja,
kecuali bila material perkerasan berupa tanah latent.
36
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
(b) Dalam hal terakhir mi perlu diambil contoh tanah tidak terganggu
dengan menggunakan bor tangan, pada kedalaman 1,5
meter dan permukaan tanah, serta contoh tanah terganggu 5 kg.
(c) Lokasi penyelidikan tanah mi hams diambil sedemikian rupa
sehingga dapat mewakili kondisi tanah pada deposit tersebut.
(d) Banyaknya titik ,bor tangan minimal satu buah pada tiap lokasi
quary.
(e) Pada saat pengambilan contoh tanah dibuat pula bor-log, deskripsi
tanah dan data muka air tanahnya.
(3) Analisa dan Test yang diperlukan di laboratorium, yaitu:
a) Index properties Test, termasuk test Batas Atterberg.
b) Analisa saringan (Sieve Analysis).
c) Conpaction Test untuk mengetahui berat isi kering max dan kadar air
optimumnya.
d) CBR Test
Penjelasan yang lebih detail dapat dilihat pada tabel 5 :
Tabel 5. Penyelidikan tanah Jalan
POLA
JENIS
PEKERJAAN
PIR TRANS/ TRANS-HTR/
KERING
IRIGASI
RAWA, P 3 S
As
Jalan
Material
Timbunan
Material
Laterit As Jalan
Material
Timbunan Laterit
As
Jalan
Material
Timbunan Laterit
Pengambilan
Undisturbed Sample
(Pand Borling)
Per 5
km 1 Titik 1 Titik
Per 5
km 1 titik 1 titik
Per 5
km 1 titik 1 titik
Pengambilan
disturbed sample
Per 5
km
Per 5
km 1 titik
Test CBR Lapangan
(DCP)
Per 1
km
Per 1
km
Per 1
km
Penyelidikan
Laboratorium
Mekanika Tanah
a. Index Properti
Test V V V V V V V V V
b. Test Batas
Alterberg
- Terhadap
Disturbed Sample V V V V V V - V V
- Terhadap
undisturbed
sample
V
c. Test geser
langsung/ test
kekuatan tekan
bebas
V
d. Test analisa
saringan V V V V V V
e. Test pemadalan V V V
f. Test CBR V V V V
g. Test Konsoldasi V
37
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
E. Photo Lapangan
Photo lapangan diperlukan untuk memebrikan gambaran kondisi medan sekitar
rencana jalan, seperti rawa, kebun, ladang, aianggalang hutan, pedesaan, bukit, batu-
batuan, sungai dan lain sebagainya. Photo diambil pada sport-spot yang penting
antara lain:
a. Titik awal dan titik akhir jalan penghubung/poros beserta tanda-tandanya
b. Titik pusat SP
c. Patok BM (setiap 5 krn)
d. Tikungan beserta sebagian patok stake out-nya
e. Titik lokasi jembatan/gorong-gorong
f. Lokasi sumber material
g. Spot-spot yang memerlukan perhatian khusus
F. Analisa Lalu Lintas
Data-data dan komposisi lalu lintas yang ada dan melakukan perkiraan
perkembangan lalu lintas yang akan datang dalam kaitann dengan lalu lintas harian
rata-rata (LHR).
3. Kriteria Perencanaan
A. Standard Geometrik Jalan
Dalam merencanakan geometrik jalan, sejauh mungkin berpegang pada buku
standard spesifikasi perencanaan geometik jalan raya NO.13/1970 khusus untuk
jalan penghubung dan jalan poros perlu diadakan modifikasi/penyesuaian menjadi
sebagai berikut.
Tabel 6. Standar Geometrik Jalan Penghubung/Poros di Lokasi Transmigrasi
No. Uraian Satuan Golongan Darah
Dataran Perbukitan Pegunungan
1 Kecepatan
Rencana Km/Jam 40 30 20
2 Jari-Jari
Lengkung M 50 25 20
3 Landai
Maximum % 8 10 15
4 Miring
Tikungan % - 10 -
Lebar daerah Milik Jalan
(Row) minimum M 20 20 20
Perkerasan
Lebar
Konstruksi
Lerennga
Melintang
M
-
%
4,5
Sub. Base
Class C,
T= 15cm
4
4,5 Sub.
Class C,
T=15cm
4
4,5 Sub.
Base Class
C, T=15cm
4
Bahu
Lebar
Konstruksi
Lereng
Melintang
M
-
%
1,5
Tidak
Diperkeras
(Lunak)
6
1,5
Tidak
Diperkeras
(Lunak)
6
1,5
Tidak
Diperkeras
(Lunak)
6
Catatan : Bentuk Tikungan Full Circle
38
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
B. Perhitungan tabel perkerasan mengikuti standard Bina Marga atau Instansi lain yang
berwenang.
C. Standar Design Jembatan adalah sebagai berikut :
Material: Kayu kelas I / 11 Bentang: <20 m
> 20 m menggunakan konstruksi jembatan. sesuai dengan kondisi yang ada, dan
harus dibuat rencana teknis jembatannnya.
D. Standard Design Gorong-gorong, adalah sebagai berikut:
Material : Beton/kayu
Jenis : Bulat dan box
Bentang : Untuk lokasi terdapat pasir dan kerikil diprioritaskan gorong Gorong-
gorong beton ukuran diameter 0,80 dan 1,00 m. Untuk lokasi yang tidak
terdapat sulit material pasir dan kerikil dipakai gorong-gorong kayu
ukuran 0,80 x 1,00 m dan 1,50 x 1,50 m.
E. Standard Sheet
Dan bahan kertas kalkir yang telah dicetak terdiri dan : sampul, judul, simbol dan
singkatan, plan dan profil, brige dan detail drawing sertdrainage strukture.
G. Jadwal Dan Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Jadwal Pelaksanaan.
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)
dilakukan selama 120 (seratus duapuluh) han kalender atau 4 (empat) bulan sejak
ditanda-tanganinya SPMK.
Secara garis-besar jadwal pelaksanaan pekerjaan diatur sebagaimana tabel
berikut ini.
NO JENIS KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
KET BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Survey Lapangan
3 P enyusunan Draft Laporan Akhir
4. Persentase Laporan
5. Penyempurnaan Laporan
6. Penyerahan Laporan
Laporan Pendahuluan
Draft Laporan Akhir
Laporan Akhir Sementara
Buku Laporan Akhir Dan Album Peta
39
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
H. Pelibatan Tenaga AhIi
Sistem pengorganisasian yang digunakan adalah koordinasi lini dan staff (line and
staff organisation) ini pada dasarnya merupakan kombinasi dan organisasi lini dan
organisasi fungsional. Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan
kebaikan-kebaikannya dan meniadakan keburukannya. Asas komando tetap
dipertahankan dan pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dan pucuk
pimpinan pada pemimpin dibawahnya. Pucuk pimpinan (dalam hal ini team leader)
tetap sepenuhnya berhak menetapkan keputusan dan kebijakan, serta merealisasikan
tujuan pekerjaan dalam membantu kelancaran tenaga ahli. Tugas para staf (tenaga
ahli) adalah untuk memberikan bantuan, pemikiran saran-saran, data, informasi, dan
pelayanan kepada team leader sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan
keputusan dan kebijaksanaannya. Untuk keperluan administratif baik team leader,
maupun Tenaga Ahil clapat dibantu oleh tenaga administratif.
Secara umum, kewenangan tenaga abli dibagi menjadi 3 tingkat kewenangan untuk
masing masing bidang kegiatan yang menjadi lingkup kewenangannya, yaitu:
- Accountability (akuntabilitas/tanggung gugat), yaitu tenaga ahli yang
bersangkutan mempunyai tanggungan atas keberhasilan pelaksanaan jenis
kegiatan yang menjadi wewenangnya secara mutlak dengan atau tidak dukungan
tenaga ahli lainya.
- Responsibility (tanggung jawab), yaitu tenaga ahli yang bersangkutan
mempunyai tanggungan secara kolektif dengan tenaga ahli yang lain atas
keberhasilan pelaksanaan jenis kegiatan tertentu.
- Support (dukungan), yaitu tenaga ahli yang bersangkutan mempunyai tugas
untuk memberi dukungan pada tenaga ahli yang lebih mempunyai wewenang
pada pelaksanaan kegiatan tertentu, agar tercapai penyelesaian pekerjaannya.
Secara struktural, tenaga-tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan ini bertanggung
jawab kepada co-team leader yang kemudian co-team leader ini akan bertanggung
jawab kepada team leader. Selengkapnya mengenai jadwal keterlibatan tenaga ahli
di masing-masing lokasi dapat dilihat pada Tabel berikut:
1). Team Leader
a. Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan proyek
b. Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan proyek
c. Memonitor seluruh kegiatan proyek peiaksanaan yang dilakukan oleh Co
Team Leader dan StafAhli Perencanaan
2). Staf Ahli yang terdiri atas tenaga ahli profesional dalam bidangnya, yang akan
membantu menyusun rencana untuk bersama-sama secara terkoordinasi dibawah
pimpinan Team -Leader melakukan survai pengamatan, rapat-rapat koordinasi,
analisis dan pembuatan laporan hasil penyusunan tata ruang.
3). Tenaga penunjang, yang terdiri atas tenaga Survaior, operator GIS, Juru Hitung,
operator komputer dan sebagainya.
H. Organisasi Pelaksana
a. Susunan Personil (Layanan dan Kualifikasi keahlian)
Tenaga ahli yang diperlukan untuk penyusunan Rericana Teknis Unit
Permukiman Transmigrasi terdiri dan:
1. Team Leader (Perencanaan Wilayah, S1=8 Tahun, S2/S3= 5 Tahun)
a. Bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan pekerjaan.
b. Bertanggung jawab atas kerangka pelaksanaan dan penulisan laporan yang
akan diserahkan.
c. Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja untuk masing-masing
wilayah perencanaan beserta pelaporannya.
40
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
d. Mengkoordinasikan pekerjaan masing-masing dengan staf ahli, sehingga
dapat menjaga sinkronisasi pekerjaan.
e. Menganalisis dan merangkum berbagai analisis perhitungan yang telah
dilakukan oleh seluruh staf ahli di masing masing wilayah perencanaan,
sehingga menghasilkan hasil penyusunan yang memenuhi standart
perencanaan seperti yang telah ditetapkan.
2. Ahli Perencana Perencanaan Wilayah (Planologi S1=5 Tahun, S2/S3= 3
Tahun).
a. Bertanggung jawab terhaclap pekerjaan masing-masing wilayah
perencanaan yang dibebankan kepadanya.
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis
serta Survai di wilayahnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
d. Mengkoordinasikan anggota Team di wilayahnya untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan bidaang tugas masing-masing.
3. Ahli Geodesi (Geodesi, S1= 5 Tahun dan S2/S3 1 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis fisik wilayah melalui
pendekatan interpretasi citra satellite dan penyusunan model-model
analisis dengan bantuan GIS serta pembuatan produk-produk peta tematik
di Wilayah Perencanaan di masing-masing wilayah yang dibebankan
kepadanya.
b. Membantu masing-masing tenaga ahli dalam melakukan analisis melalui
overlai peta-peta tematik di wilayah masing-masing
c. Selalu berkoordinasi dengan Co Team Leader dalam pelaksanaan
pekerjaan di wilayah yang ditanganinya
4. Ahli Sosial Ekonomi Pertanian berpengalaman dibidangnya minimum S1= 5
Tahun dan S2/S3 = 3Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan
dalam bidang Pertanian di Wilayah Propinsi dan kabupaten di masing-
masing wilayah perencanaan yang dibebankan kepadanya.
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis
serta Survai di wilayahnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
5. Ahli Agronomi berpengalaman dibidangnya minimum S1= 5 Tahun dan S2/S3
= 3Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan
dalam bidang Pertanian di Wilayah Propinsi dan kabupaten di masing-
masing wilayah perencanaan yang dibebankan kepadanya.
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis
serta Survai di wilayahnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
6. Ahli Hukum Tanah (Hukum berpengalaman dibidangnya minimum S1=5
tahun dan S2/S3 =3 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan
bidang Pertanahan untuk mengatur penguasaaan atau kepemilikan tanah di
masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan kepadanya.
41
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
b. Menjamin peruntukkan dan penggunaan tanah bagi perlindungan hukum
dan peningkatan kesejahteraan serta mendorong kegiatan ekonomi melalui
pemberlakuan undang-undang pertanahan di wilayah kerjanya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
7. Ahli Perencanaan Jalan (Teknik Sipil berpengalaman dibidangnya minimum
S1= 5 tahun dan S2/S3 = 3 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kehijakan
dalam bidang sarana dan prasarana wilayah di masingmasing wilayah
perencanaan jalan yang dibebankan kepadanya.
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis
serta Survai di wilayahnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Co Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
8. Ahli Teknik Lingkungan/Ahli Hidrologi (Teknik Lingkungan dan Hidrologi,
S1=5 Tahun dan S2/S3=3 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan
dalam bidang Teknologi lingkungan dan sanitasi air di Wilayah Kota dan
Kawasan di masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan
kepadanya.
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis
serta Survai di wilayahnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
9. Operator GIS (S1 = Geodesi/Geografi. 2 Tahun)
a. Melakukan analisis terhadap kondisi data spasial yang akan ditayangkan
b. Memberikan masukan kepada team leader dan seluruh anggota tim
mengenai kondisi data spasial yang akan ditayangkan.
c. Melakukan pengendalian dan pengawasan mutu hasil dan seluruh
pekerjaan dibidang GlS.
d. Mengajukan usulan-usulan dan memberikari pertimbangan jika ada
anomali dalam kualitas GIS yang dikembangkan
f. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalamJsetiap pengambilan
keputusan di wilayah yang ditanganinya.
10. Surveyor/ Juru Ukur
Secara umum, lingkup tugas juru ukur (surveyor) dapat dibagi menjadi lima
bagian, sebagai berikut:
a. analisis penelitian dan pengambilan keputusan meliputi pemilihan metode
pengukuran, prosedur, peralatan, dsb
b. pekerjaan lapangan atau pengumpulan data yaitu melaksanakan
pengukuran dan mencatat data di lapangan
c. menghitung dan pemrosesan data yaitu melaksanakan hitungan
berdasarkan data yang diperoleh
d. penyajian data atau pemetaan yaitu menggambarkan hasil-hasil ukuran dan
hitungan untuk menghasilkan Peta, gambar rencana, dsb.
e. pemancangan!pematokan yaitu untuk menentukan batas-batas atau
pedoman dalam peiaksanaan pekerjaan.
B. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan meliputi:
42
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
1. Bahan-bahan alat tulis kantor, Komputer, telepon, faximile.
2. Theodolite.
3. Water Pass
4. 4 Compass! Clino
5. Munsell Chart
6. Soil Test Kit
7. PH Meter
8. GPS
9. Mat ukur Pasut (Pada Daerah Pasang Surut)
10. Current Meter
11. Bor Tanah
12. Pita ukur
13. Peralatan gambar
Takengon, 04 Juni 2013
KEPALA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI KABUPATEN ACEH TENGAH
dto
T. ALAIDINSYAH, SE, MM
Pembina Tk. I / NIP. 19650807 199503 1 001
43
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
Lampiran:
Bench Mark (dari Beton Cetak)
Patok Batas Pembukaan Lahan (BPL), dari PVC 10’
BM
2 BM
2
Tampak Depan
30 cm
40 cm
Persepektif
Rivet 0.15 mm
(Paku Seng)
Permukaan Tanah
15 cm
BLC
2
30 cm
40 cm
Rivet 0.10 mm
Permukaan Tanah
10 cm
Tampak Depan Persepektif
BLC
2 Beton Cor
44
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
Lampiran 1. Kerangka Pengukuran
Jalur Pengikatan Baseline Rintisan
Per-500 m
Rintisan
Per-250 m
Batas
Pembukaan
Lahan
Jalur
Pengukuran
Pulang -
Pergi Pulang – Pergi Terkait ke Base line Terikat ke Baseline
PD, LP, dan
LU-II terikat
baseline atau
Rintisan
Metode
Pengukuran
-Poligon
-Techimetri
-Poligon
-Tachimetri -Tachimetri
Pengukuran
kemirngan lahan Staking out
Alat yang
digunakan
-Theodolite
(sederajat)
-Pita Ukur
-Theodolit TO
sederajat)
-Pita Ukur
-Theodolit TO
sederajat)
-Pita Ukur
- Clinometer
-Kompas
-Pita Ukur
-Theodolit To
(Sederajat)
-Pita Ukur
Jlr. Rintisan per 250 m
Jlr. Rintisan per 250 m
Base Line
Pengikat
45
KERANGKA ACUAN KERJA RTSP-RTJ
KETENTUAN PEMASANGAN PATOK-PATOK
UNTUK INFORMASI PEMBUKAAN LAHAN DAN TRASE JALAN
NAMA JENIS UKURAN
(CM) WARNA
POSISI (Meter) JARAK
(Meter) X Y Z BM (Bench Mark) Beton 15 x 15 x 75 Merah - - - 3.000
BL (Base Line) Peralon diisi beton D 10 – 50 Merah - - - 500
BPL (Batas Pembukaan Lahan) Peralon diisi beton D 10 – 50 Merah - - - -
PD (Pusat Desa) Peralon diisi beton 15 x 15 x 75 Merah - - - -
Patok Sumur Uji Peralon diisi beton D 10 – 50 Merah - - - -
BMJ (Bench Mark Jalan) Beton 15 x 15 x 75 Kuning - - - 5.000
Jl (Jalan) Paralon diisi beton D 10 – 50 Kuning - - - 1.000
PB (Patok Bantu) Kayu D 10 – 50 Kuning - - - 50 – 100
PI (Point Intersection) Paralon diisi beton D 10 – 50 Kuning - - - -
TC (Tangent Circle) Paralon diisi beton D 10 – 50 Kuning - - - -
CT (Circle Tangent) Paralon diisi beton D 10 – 50 Kuning - - - -
JBT (Jembatan) Paralon diisi beton D 10 – 50 Kuning - - - -
Keterangan :
Untuk patok CL jarak 50 m untuk daerah rolling
Untuk patok CL jarak 100 m untuk daerah rolling
Untuk X dan Y samapi 3 desimal
Untuk Z sampai 2 desimal
Patok-Patok Lengkap Dengan Detail Alam dan Foto
NAMA SKET FOTO
Isi Hutan
Klasifikasi Hutan
Luasnya (Ha)
Isi Mobilisasi Alat