KAK Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau Kecil

21
KERANGKA ACUAN KERJA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Transcript of KAK Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau Kecil

KERANGKA ACUAN KERJA

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILI. Latar Belakang

Sumberdaya pesisir dan lautan, merupakan salah satu modal dasar pembangunan saat ini, disamping sumberdaya alam darat. Tetapi sumberdaya alam darat seperti minyak dan gas bumi serta mineral-mineral tertentu, semakin berkurang akibat eksploitasi yang berkurang sejak lama. Melihat keterbatasan sumberdaya alam darat, sudah saatnya melirik dan memanfaatkan potensi sumberdaya lautan. Di dalam lautan terkandung sumber pangan yang sangat besar yaitu ikan dan rumput laut. Sumberdaya laut lainnya adalah bahan tambang lepas pantai yang berperan penting ntuk menyuplai energi, serta masih banyak lagi potensi sumberdaya hayati dan non hayati laut lain sehingga peranan sumber daya pesisir dan laut semakin penting untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat, laut dan udara, sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pelapukan (weathering) dan pembangunan ketiga aspek di atas. Selain itu wilayah ini merupakan tempat bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi internasional. Berbagai kegiatan dan pembangunan yang intensif dilakukan seperti pelabuhan, pertambangan, perikanan, industri, pariwisata, maupun pemanfaatan sumber daya alam secara langsung. Perbedaan yang mendasar secara ekologis di wilayah pesisir sangat berpengaruh pada aktifitas masyarakatnya. Kerentanan perubahan secara ekologis berpengaruh secara signifikan terhadap usaha perekonomian yang ada di wilayah tersebut, karena ketergantungan yang tinggi dari aktivitas ekonomi masyarakat dengan sumberdaya ekologis tersebut. Jika sifat kerentanan wilayah tidak diperhatikan maka akan muncul konflik antara kepentingan memanfaatkan sumberdaya pesisir untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan ekonomi dalam jangka pendek dengan kebutuhan generasi yang akan datang terhadap sumberdaya pesisir.

Dalam banyak kasus, pendekatan pembangunan ekonomi yang parsial, tidak kondusif dalam mendorong pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Kegiatan yang parsial hanya memperhatikan kepentingan sektornya dan mengabaikan akibat yang timbul dari atau terhadap sektor lain, sehingga berkembang konflik pemanfaatan dan kewenangan. Dari berbagai studi, terdapat kecenderungan bahwa hampir semua kawasan pesisir Indonesia mengalami konflik tersebut. Jika konflik ini dibiarkan berlangsung terus akan mengurangi keinginan pihak yang bertikai untuk melestarikan sumberdayanya. Fenomena degradasi biofisik lingkungan akibat pemanfaatan yang tidak berkelanjutan semakin mengkhawatirkan terutama degradasi ekosistem pesisir (mangrove dan terumbu karang), pencemaran, maupun perubahan garis pantai yang menyebabkan instrusi air laut dan kerusakan infrastruktur pembangunan. Berdasarkan kondisi Tersebut sehingga diperlukan kemampuan pemerintah daerah dalam mengkoordinasikan berbagai perencanaan sektor melalui pendekatan secara komprehensif agar pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dapat terintegrasi, bersifat lestari dan tidak merusak ekosistem.

Propinsi Bengkulu dengan panjang pantai 525 Km berlokasi di pantai barat Sumatera menghadap Laut Hindia, namun dari ekosistem pesisir laut bangkulu sudah sangat memperhatinkan ini terlihat dari banyaknya abrasi yang terjadi sehingga penyempitan kawasan,dalam bahasa ilmu alam, abrasi diartikan sebagai pengikisan bibir pantai oleh air laut. Laut menggerogoti kawasan pantai, lalu menelannya dan lenyaplah bibir pantai atau bahkan pulau. Lama kelamaan, suatu kawasan yang dulunya tampak asri berubah menjadi lautan.Adapun intrusi diartikan sebagai perembesan air laut ke daratan, bahkan sungai sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya, antara lain penebangan pohon bakau, konversi hutan pantai menjadi perkebuanan dan kerusakan hutan pantai di karenakan alam itu sendiri. kerusakan pesisir pantaibengkulusudah mengalami di ambang batas yang tidak bisa kita pandang sebelah mata.Lama kelamaan dari aktifitas ini dapat penyempitan kawasan yang dapat merugikan kita sediri, Propinsi bengkulu memiliki sembilan kabupaten dan satu kota yang memiliki kawasan pesisir pantai yang memiliki kawasan CA dan TWA.

Kota bengkulu memiliki Luas areal TWA Pantai Panjang - Pulau Baai mulai dari muara Sungai Jenggalu sampai ke Bangkahan Ujung, 967 HA dan saat ini kondisinya rusak parah akibat perambah liar dan tumpang tindih dengan kebijakan pembangunan kota, apabila tidak ada kepedulian yang seriuskawasan TWA yang ada di kota bengkulu akan hilang, dan proses abrasi semakin cepat.

II. Tujuan dan Sasaran

2.1 Tujuan Tujuan kegiatan Perencanan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kota Bengkulu ini adalah :

a) Meningkatkan upaya upaya pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau- pulau kecil secara terpadu di Kota Bengkulu.

b) Mendorong peran serta dan keterpaduan antar stakeholder baik pemerintahan, antar instansi, swasta dan masyarakat dalam mengembangkan upaya pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau pulau kecil yang bertanggung jawab.

c) Memberikan panduan bagi instansi-instansi di lingkungan Kota Bengkulu, pihak swasta, masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya tentang strategi pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Kota Bengkulu.

d) Identifikasi potensi ekonomi di wilayah pesisir Kota Bengkulu.

e) Identifikasi sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi Pesisir

f) Menyusun rencana pengembangan kegiatan ekonomi wilayah pesisir.

g) Identifikasi program-program peningkatan ekonomi wilayah pesisir.

2.2 Sasaran Adapun sasaran dari kegiatan ini antara lain adalah :

a) Mengetahui kondisi keruangan wilayah pesisir Kota Bengkulu dan peruntukannya sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu.

b) Mengetahui kondisi fisik, social dan ekonomi serta budaya yang menjadi karakter masyarakat pesisir Kota Bengkulu

c) Menyusun rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir Kota Bengkulu yang berisikan strategi dan program kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu.

d) Melakukan pemetaan Rencana Pesisir Kota Bengkulu dalam bentuk Digital Evaluation Model (DEM)

e) Mengevaluasi sarana dan prasarana eksisting rangka support sistem rencana pengelolaan kawasan pesisir Kota Bengkulu

III. MaksudMaksud dilaksanakannya Pekerjaan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kota Bengkulu ini adalah untuk menyediakan dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dalam jangka panjang (5 tahun kedepan) sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan serta menjadi acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan dan rencana aksi.

IV. Ruang Lingkup Ruang lingkup wilayah meliputi wilayah pesisir di Kota Bengkulu mencakup lima dari sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Segara, Kampung Melayu, Ratu Samban, Ratu Agung dan Sungai Serut

Adapun ruang lingkup kegiatan pekerjaan ini terdiri atas;

a) Pengumpulan dan Kompilasi Data

Kegiatan pada tahap pengumpulan dan kompilasi data adalah sebagai berikut :

1) Persiapan Survey (administrasi dan teknis)

Pembuatan checklist pengumpulan data dan instrument pengumpulan data yang memuat kebutuhan data yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan;

Pembuatan program kerja yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan survey;

Persiapan personil (surveyor).

2) Pelaksanaan Survey

Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 2 kegiatan, yakni :

Survey institusional, merupakan kegiatan pengumpulan data sekunder ke SKPD terkait baik dari SKPD Pemerintah Kota Bengkulu maupun dari luar daerah Kota Bengkulu.

Survey lapangan, merupakan kegiatan pengumpulan data langsung ke lokasi pengelolaaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil untuk menemukan permasalahan, hambatan, potensi dan tantangan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan manusia di lokasi tersebut. Kegiatan ini berupa observasi lapangan, wawancara langsung dengan masyarakat di lokasi pengelolaaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil ataupun dengan penyebaran formulir survai.

3) Evaluasi dan Tabulasi serta Gambar dan peta kawasan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengevaluasi dari data yang sudah terkumpul.

b) Analisis dan Kajian

Dalam rangka Penyusunan Pengelolaaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil di Kota Bengkulu, maka diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua aspek kunci pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai data dasar, yang meliputi :

1) Potensi ekonomi kawasan yang terdiri dari:

Sumberdaya alam dan produk unggulan yang terfokus sebagai penggerak perekonomian;

Sumberdaya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dan pengembangan wilayah

Sumberdaya prasarana dan sarana pendukung pengembangan bisnis sektor perikanan dan produk unggulan masyarakat pesisir.

2) Kebijakan pembangunan sektoral dan pengelaolaan kawasan pesisir dalam rangka sinkronisasi dan keterpaduan kebijakan pengelolaaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;

3) Faktor penghambat dan peluang dalam pengembangan sub sektor perikanan dan produk unggulan; dan

4) Berbagai peluang kerjasama antar wilayah terkait dengan semua aspek kunci pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dari analisa di atas kemudian dilakukan proyeksi arah, skenario dan tahapan pengelolaan kawasan pesisir dalam jangka menengah, yang memuat:1) Strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam jangka lima tahunan, yang dibagi ke dalam pencapaian sasaran kuantitatif dan kualitatif setiap tahun;

2) Setiap sasaran kuantitatif dan kualitatif per lima tahunan, disertai dengan indicator keberhasilan dan tolok ukur pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dan

3) Strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengelolaan kawasan peisir dan pulau-pulau kecil dikaitkan dengan upaya mendorong pembangunan Kota Bengkulu.

V. Metodologi

a. Mengetahui kondisi keruangan dan peruntukannyamenggunakan analisis matriks kesesuaian lahan dengan menggunakan spasial analisis sehingga akan diperoleh peruntukan lahan sesuai dengan indicator kesesuaian lahan pada masing-masing zona dan space kawasan pesisir pantai Bengkulu dan selanjutnya di sesuaikan dengan fungsi dan kesesuaian dalam RTRW Kota Bengkulu.

b. Untuk sasaran kedua mengetahui kondisi biofisik dan sosial ekonomi serta budaya kawasan pantai Kota Bengkulu menggunakan analisis perencanaan wilayah. Untuk melihat sector dan komoditi yang merupakan basis digunakan model Location Question (LQ). Sedangkan untuk menemukan sector ekonomi yang tumbuh digunakan pendekatan Shift-Share. Selanjutnya untuk mengetahui keberagaman masing-masing zona dan karakteristiknya didekatkan dengan pendekatan analisis cluster.

c. Perencanaan aksi pengelolaan wilayah pesisir dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Balance Score Card dan Swot Analisis. Dua Metode ini akan menghasilkan turunan kebijakan, strategi dan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bengkulu dalam range waktu perencanaan lima tahun.

d. Pemetaan kawasan pesisir Kota Bengkulu melalui metode Digital Evaluation Model (DEM) dengan memanfaatkan pendekatan Geographical Information System (GIS), software pendukung dalam menghasilkan peta digital berupa elevasi koordinat dan fungsi lahan dengan memanfaatkan Map Info dan Arc Gise. Analisis Support System berupa eksisting sarana dan prasarana yang ada saat ini dilakukan dengan survey dan Analisis Statistic Inferential, dimana nilai-nilai survey dalam bentuk scoring dimasukkan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi dan dianalisis pemanfaatannya untuk mendukung rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir Kota Bengkulu.

VI. Dasar Hukum Perundang-undangan dan peraturan lainnya yang dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil:

1) Undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

2) Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

3) Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah sebagaiman telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,

4) Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

6) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

7) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;

8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

9) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

11) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota

12) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

13) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

14) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/ MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan

15) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/ 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

16) Surat dari Ditjen. Perikanan Budidaya, Direktur Sarana dan Prasarana Budidaya tentang Pengembangan Sentra Produksi Perikanan Bankable ditetapkan melaluikawasan Minapolitan dan menyusun master plan kawasan terpilih mewujudkan rencana kegiatan nyata dilapangan

17) Keputusan Dirjen. Perikanan BudidayaNomor : KEP.45/DJ-PB/2009

18) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP. 41/MEN/2009 tentang penetapan lokasi minapolitan

19) Keputusan Menteri Kelautan dan perikanan Republik Indonesia No.KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan.

VII. PelaporanJenis laporan yang disampaikan meliputi sebagai berikut :1. Laporan Pendahuluan, laporan ini berisi tentang pengorganisasian penyelesaian pekerjaan, Rencana kerja dan Metodologi penyelesaian pekerjaan. Jumlah yang diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Pembahasan dan perbaikan Laporan dilakukan sebelum pelaksanaan survey lapangan.

2. Laporan Antara, laporan ini berisi tentang hasil survey lapangan dan kajian data serta pengembangan yang dilengkapi dengan rekomendasi akhir pekerjaan. Jumlah laporan yang harus diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan soft copynya.

3. Laporan Akhir, merupakan merupakan hasil penyempurnaan konsep Laporan akhir yang diperoleh melalui pembahasan dengan pemberi pekerjaan dan tim tekhnis yang ditunjuk serta pihak terkait. Diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilanpuluh) hari setelah penandatanganan kontrak, dan dibuat dalam 10 (sepuluh) eksemplar dilengkapi dengan CD sebanyak 20 keping.

VIII. Tenaga Ahli yang Dibutuhkan Untuk dapat melaksanakan pekerjaan, maka pihak konsultan perencana yang dibutuhkan memiliki kualifikasi sebagai berikut:

1) Team Leader , Ahli pengembangan wilayah dengan latar belakang Pendidikan S3 Perencana Wilayah atau S2 Perencana Wilayah dengan dengan pengalaman pekerjaan pengembangan wilayah minimal 3 tahun atau S1 dengan pengalaman 5 tahun.

2) Tenaga Ahli Perikanan/Kelautan dengan latar belakang pendidikan S2 Perikanan dengan pengalaman pekerjaan di bidang perikanan minimal 3 tahun atau S1 dengan pengalaman 5 tahun.

3) Tenaga Ahli lingkungan dengan latar belakang Pendidikan S1 lingkungan atau planologi dengan bidang keahlian lingkungan dan berpengalaman minimal 5 tahun.

4) Tenaga Ahli Sosial Ekonomi dengan latar belakang Pendidikan S1 Sosial Ekonomi / Ekonomi Pembangunan dengan pengalaman pekerjaan minimal 5 tahun.

5) Tenaga Ahli Manajemen / Akuntansi dengan latar belakang Pendidikan S1 Ekonomi Manajemen/Akuntansi dengan pengalaman pekerjaan minimal 5 tahun.

Tenaga Penunjang

Selain tenaga ahli yang bertugas melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, juga diperlukan tenaga penunjang yang terdiri dari , surveyor, sekretaris dan operator komputer dengan latar belakang pendidikan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.

IX. Durasi dan Jadwal

Pelaksanaan kegiatan ini akan dikoordinasikan dengan dinas dan instansi terkait setempat, yang direncanakan akan dilaksanakan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender.

X. LokasiPekerjaan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini akan dilaksanakan di wilayah Kota Bengkulu.

XI. BiayaPekerjaan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil memerlukan biaya dengan sumber dana seluruhnya dari APBD Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp 325.000.000,- (Tiga Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah).

XII. PenutupKerangka acuan kerja ini merupakan pedoman umum pekerjaan bagi para peminat pekerjaan pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau Kecil Kota Bengkulu. Sebagai sebuah pekerjaan yang bersifat non fisik maka kualitas pekerjaan sangat ditentukan oleh kapasitas Tim yang ada, a itu dalam pelaksanaan kedua pekerjaan ini kiranya serta pihak pelaksana dapat mengerahkan seluruh kemampuannya guna mencapai hasil pekerjaan yang optimum.Demikian semoga pekerjaan ini dapat terlaksana sebagaimana mestinya dan memberin manfaat bagi tumbuh dan berkembangnya Kota Bengkulu

Pengguna Anggaran

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu

Ir. Masrizal

NIP. 19621017 199103 1 003