WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU...

79
Seksi Informasi Hukum Ditama Binbankum WILAYAHPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014 UU NO. 1, LN 2014/NO. 2, LL SETNEG : 35 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ABSTRAK : - Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memberikan kewenangan dan tanggung Jawab negara secara memadai atas pengelolaan Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sehinga beberap pasal perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tetang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. - Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A serta 33 ayat (3) dan ayat (4). - Dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan dalam ketentuan Pasal 1, Pasal 14 ayat (1) dan ayat (7), Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan diantara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan Pasal 22A, Pasal 22B, Pasal 22C, perubahan dalam Pasal 23, diantara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan satu Pasal yaitu Pasal 26A, Perubahan Pasal 30, Perubahan Pasal 50, Perubahan Pasal 51, Perubahan Pasal 60, Perubahan Pasal 63 ayat (2), Perubahan Pasal 71, Perubahan Pasal 75, diantara Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan Pasal 76 yaitu Pasal 75A, diantara Pasal 78 dan Pasal 79 disisipkan Pasal 78A dan Pasal 78B - Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dan 22 Perubahan. CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014. - Dengan berlakunya UU ini, maka : 1. Kawasan konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan sebelum Undang-Undang ini berlaku akan menjadi kewenangan menteri. 2. Pada saat Udang-Undang ini mulai berlaku, izin untuk memanfaatkan sumber daya Perairan Pesisi dan Perairan pulau-pulau kecil yang telah tetap berlaku dan wajib menyesuaikan dengan Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lambat 3 tahun.

Transcript of WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU...

Page 1: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

2014

UU NO. 1, LN 2014/NO. 2, LL SETNEG : 35 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

ABSTRAK : - Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 27

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

memberikan kewenangan dan tanggung Jawab negara secara memadai atas

pengelolaan Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sehinga beberap pasal perlu

disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat,

perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2007 tetang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A serta 33 ayat

(3) dan ayat (4).

- Dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan dalam ketentuan Pasal 1, Pasal

14 ayat (1) dan ayat (7), Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21,

Pasal 22, dan diantara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan Pasal 22A, Pasal 22B,

Pasal 22C, perubahan dalam Pasal 23, diantara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan

satu Pasal yaitu Pasal 26A, Perubahan Pasal 30, Perubahan Pasal 50, Perubahan

Pasal 51, Perubahan Pasal 60, Perubahan Pasal 63 ayat (2), Perubahan Pasal 71,

Perubahan Pasal 75, diantara Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan Pasal 76 yaitu Pasal

75A, diantara Pasal 78 dan Pasal 79 disisipkan Pasal 78A dan Pasal 78B

- Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dan 22 Perubahan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014.

- Dengan berlakunya UU ini, maka :

1. Kawasan konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah

ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan sebelum Undang-Undang ini

berlaku akan menjadi kewenangan menteri.

2. Pada saat Udang-Undang ini mulai berlaku, izin untuk memanfaatkan sumber

daya Perairan Pesisi dan Perairan pulau-pulau kecil yang telah tetap berlaku

dan wajib menyesuaikan dengan Undang-Undang ini dalam jangka waktu

paling lambat 3 tahun.

Page 2: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

NOTARIS – JABATAN NOTARIS-PERUBAHAN

2014

UU NO. 2, LN 2014/NO. 3, LL SETNEG : 43 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS

ABSTRAK : - Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi setiap warga

negara. Untuk itu dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik

mengenai perbuatan, perjanjian, penetapan dan peristiwa hukum yang dibuat

di hadapan atau oleh pejabat yang berwenang yaitu notaris sebagai pejabat

umum yang menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada

masyarakat. Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20 dan Pasal 21, Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004.

- Dalam UU ini diatur mengenai :

1. pengangkatan dan pemberhentian notaris;

2. kewenangan, kewajiban, dan larangan;

3. tempat Kedudukan, formasi dan wilayah jabatan notaris;

4. cuti notaris

5. Organisasi notaris

- Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dan 44 Perubahan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014.

- Dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan dalam ketentuan Pasal 1

angka 1, angka 2, angka 5, angka 6, angka 7, angka 8, angka 9, angka 10,

angka 12, angka 13 dan angka 14 serta angka 4 dihapus,ketentuan Pasal 3

huruf d dan huruf f diubah, serta ditambah 1 huruf yaitu huruf h , Ketentuan

Pasal 7 diubah, Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d diubah dan ditambah 1

huruf yaitu huruf e, ketentuan Pasal 11 diubah, ketentuan Pasal 15 ayat (1)

dan ayat (2) diubah, ketentuan Pasal 16 diubah, Diantara Pasal 16 dan Pasal

17 disisipkan satu pasal yaitu Pasal 16A, Ketentuan Pasal 17 diubah,

Ketentuan Pasal 19 diubah, Ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) diubah

Page 3: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

serta ayat (3) dihapus, ketentuan Pasal 22 diubah, ketentuan Pasal 32

ditambah satu ayat yaitu ayat (4), judul Bagian kedua Bab V diubah,

ketentuan Pasal 33 diubah, ketentuan Pasal 34 dihapus, ketentuan Pasal 35

ayat (1) diubah, ketentuan Pasal 37 diubah, ketentuan Pasal 38 ayat (1), ayat

(4) dan ayat (5) diubah, ketentuan Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) diubah,

ketentuan Pasal 40 ayat (2) diubah, ketentuan Pasal 41 diubah, ketentuan

Pasal 43 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diubah dan ditambah satu

ayat yaitu ayat (6), ketentuan Pasal 44 ayat (2) dan (4) dan ditambah satu

ayat yaitu ayat (5), Ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan

ditambah satu ayat yaitu ayat (3) Ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)

diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (4), Ketentuan Pasal 50 ayat (1),

ayat (3) dan ayat (4) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (5), Ketentuan

Pasal 51 ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (4), Ketentuan

Pasal 54 diubah, Ketentuan Pasal 60 ayat (1) diubah, Ketentuan Pasal 63

ditambah satu ayat yaitu ayat (6), ketentuan Pasal 65 diubah, diantara Pasal

65 dan Pasal 66 disisipkan satu ayat yaitu Pasal 65A,Judul Bab VIII diubah,

ketentuan Pasal 66 ayat (1) diubah dan ditambah dua yat yaitu ayat (3) dan

ayat (4), diantara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan satu ayat yaitu Pasal 66A,

ketentuan Pasal 67 ayat (3) dan ayat (6) diubah, ketentuan Pasal 69 ayat (1)

dan ayat (2) diubah dan diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan satu ayat

yaitu ayat 2a, Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a dan huruf e diubah serta

huruf g dihapus, Ketentuan Pasal 81 diubah, Ketentuan Pasal 82 ayat (2)

diubah dan ditambah tiga ayat yaitu ayat (3) ayat (4) dan ayat (5), ketentuan

Bab XI di hapus, ketentuan Pasal 88 diubah, diantara Pasal 91 dan Pasal 92

disisipkan dua Pasal yaitu Pasal 91A dan Pasal 91B.

- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian

anggota, susunan organisasi dan tata kerja, anggaran serta tata cara

pemeriksaan Majelis Pengawas diatur dengan Peraturan Menteri.

- Ketentuan tentang tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan susunan

organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Organisasi Notaris. Ketentuan mengenai penetapan, pembinaan, dan

pengawasan organisasi Notaris diatur dengan Peraturan Menteri.

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

a. Pengajuan permohonan sebagai Notaris yang sedang diproses tetap

diproses berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2004.

b. Masa magang yang telah dijalani calon Notaris tetap diperhitungkan

Page 4: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

berdasarkan persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

- Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama

satu tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Page 5: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

INDUSTRI- PERINDUSTRIAN

2014

UU NO. 3, LN 2014/NO. 4, LL SETNEG : 85 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERINDUSTRIAN

ABSTRAK : - Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merdeka, bersatu,

dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun

1945 dilaksanakan pembangunan nasional berdasarkan atas demokrasi

ekonomi. Dalam rangka menciptakan struktur ekonomi yang kukuh melalui

pembengunan industri yang maju sebagai motor penggerak ekonomi yang

didukung oleh kekuatan dan kemampuan sumber daya yang tangguh.

Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur

industri yang mandiri, sehat dan berdaya saing dengan mendayagunakan

sumber daya secara optimal dan efisien, serta mendorong perkembangan

industri ke seluruh wilayah Indonesia.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 dan Pasal 33,

serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat Indonesia Nomor

XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi .

- Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : ketentuan umum,

penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, rencana

induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional,

perwilayahan industri, pembangunan sumber daya industri, pemanfaatan

sumber daya alam, pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri,

pengembangan dan pemanfaatan kreatifitas dan inovasi, penyediaan

sumber pembiayaan, pembangunan sarana dan prasarana industri,

standardisasi industri, infrastruktur industri, sistem informasi industri

nasional, pemberdayaan industri, industri kecil dan menengah, industri hijau,

industri strategis, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, kerjasama

internasional di Bidang Industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan

industri, perizinan, penanaman modal bidang industri dan fasilitas, komite

industri nasional, peran serta masyarakat, pengawasan dan pengendalian,

penyidikan dan ketentuan pidana.

- Undang-Undang ini terdiri dari XVII BAB, 125 Pasal, dan penjelasan.

CATATAN : - Pada saat berlakunya UU ini, perusahaan industri dan perusahaan kawasan

Page 6: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

industri yag telah beroperasi dalam melakukan pemanfaatan sumber daya

alam wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini dalam jangka

waktu paling lama tiga tahun sejak tanggal diundangkan;

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1984 tentang Perindustrian (LNRI

Tahun 1984 No.22, TLNRI No.3274) dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku;

b. Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan

pelaksanaan dari UU No.5 tahun 1984 tentang perindustrian(LNRI

Tahun 1984 No.22, TLNRI No.3274) dinyatakan masih tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan

yang baru berdasarkan Undang-Undang ini;

c. Izin usaha dan/atau izin perluasan industri, tanda daftar industri dan izin

yang sejenis yang telah dimiliki oleh perusahaan industri dan izin

usaha kawasan industri dan atau izin perluasan kawasan industri yang

telah dimiliki oleh perusahaan kawasan industri yang telah dikeluarkan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindutrian

(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, tambahan

Lembar Negra Republik Indonesia Nomor 3274) dan perturan

pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang Perusahaan

Industri atau Perusahaan kawasan Industri yang bersangkutan masih

beroperai sesuai dengan izin yang diberikan.

- Peraturan pelaksana dari Undang-Undang ini ditetapkan paling lama dua

tahun terhitung sejak undang-Undang ini diundangkan.

Page 7: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

LEMBAGA NEGARA – MAHKAMAH KONSTITUSI

2014

UU NO. 4, LN 2014/NO. 5, LL SETNEG : 24 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-

UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MENJADI UNDANG-UNDANG

ABSTRAK : - bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, hakim konstitusi harus memiliki integritas

dan Kepribadian yang tidak tercela, adil, dan negarawan yang menguasai

konstitusi dan ketatanegaraan serta tidak merangkap jabatan sebagai pejabat

negara.

- untuk menyelamatkan demokrasi dan negara hukum Indonesia serta untuk

mengembalikan kewibawaan dan kepercayaan masyarakat terhadap

Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang menjalankan fungsi

menegakkan Undang-Undang Dasar, Presiden telah menetapkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi, terutama terhadap ketentuan mengenai syarat dan tata

cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta

pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai syarat dan tata cara seleksi,

pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan Majelis

Kehormatan Hakim Konstitusi.

- Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari

2014.

- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5456) ditetapkan menjadi Undang-Undang dan melampirkannya sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

Page 8: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

APARATUR – APARATUR SIPIL NEGARA

2014

UU NO. 5, LN 2014/NO. 6, LL SETNEG : 105 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

ABSTRAK : - Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara

sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang

memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih

dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan

pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai

unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

- Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi

birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki

kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib

mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam

pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;

- Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah

tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global sehingga perlu

diganti

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 20 dan Pasal 21.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai :

a. Asas, prinsip, nilai dasar, serta kode etik ;

b. Kode perilaku, jenis, status, kedudukan fungsi, dan tugas Aparatur Sipil

Negara;

c. Peran jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN) hak dan kewajiban PNS;

d. Kelembagaan;

e. Pengangkatan dan pemberhentian;

f. Manajemen ASN yang meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,

pengadaan; pangkat dan jabatan

g. Pangkat dan Jabatan, Pengembangan Karier, Pola Karier, Promosi

Mutasi, Penilaian Kinerja Penggajian dan Tunjangan Penghargaan

Pemberhentian Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua Perlindungan

h. Manajemen PPPK yang meliputi penetapan kebutuhan,pengadaan,

penilaian kinerja,penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi,

Page 9: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja;

dan perlindungan.

i. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pada instansi di pusat dan daerah,

penggantian pejabat pimpinan tinggi

j. Pegawai ASN yang menjadi pejabat negara

k. Organisasi dan sistem informasi ASN serta penyelesaian sengketa.

- Undang-Undang ini terdiri XV Bab dan 141 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari

2014.

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-

undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3890) dinyatakan masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan

Undang Undang ini.

Page 10: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

DESA – DESA

2014

UU NO. 6 LN 2014/NO. 7, LL SETNEG : 103 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

ABSTRAK : - Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-

cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

- dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan

diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga

dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan

dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 22D

ayat (2).

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kedudukan dan jenis desa,

penataan desa kewenangan desa, penyelenggaraan pemerintahan desa,

pemilihan dan pemberhentian kepala desa, perangkat desa, badan

permusyawaratan desa, penghasilan pemerintah desa, hak dan kewajiban

desa dan masyarakat desa, peraturan desa, keuangan desa dan aset desa

pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, badan usaha

milik desa, kerja sama desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga

adat desa, ketentuan khusus desa adat pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan pemerintahan desa.

- Undang-Undang ini terdiri XVI bab dan 122 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari

2014.

Page 11: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

DAGANG – PERDAGANGAN 2014

UU NO. 7 LN 2014/NO. 45, LL SETNEG : 79 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERDAGANGAN

ABSTRAK : - Pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilakukan melalui kegiatan

Perdagangan merupakan penggerak utama dalam pembangunan

perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung dalam

meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat

daya saing Produk Dalam Negeri.

- Peranan Perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan

ekonomi, tetapi dalam perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk

menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga diperlukan

keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan,

dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi serta usaha

mikro, kecil, dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi

nasional.

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 33, Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang

Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai asas dan tujuan kebijakan

perdagangan, lingkup pengaturan perdagangan dalam negeri; perdagangan

luar negeri; perdagangan perbatasan; standardisasi; perdagangan melalui

sistem elektronik; pelindungan dan pengamanan Perdagangan;

pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah;

pengembangan Ekspor; Kerja Sama perdagangan Internasional; sistem

informasi perdagangan; tugas dan wewenang pemerintah di bidang

perdagangan; Komite Perdagangan Nasional; pengawasan; dan penyidikan.

- Undang-Undang ini terdiri XIX Bab dan 122 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan pada tanggal

11 Maret 2014.

Page 12: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA

TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH

2014

UU NO. 8 LN 2014/NO. 46, LL SETNEG : 9 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK

INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH

PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF KOREA ON

MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,

Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat

internasional melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang

diwujudkan dalam perjanjian internasional;

- bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di

bidang transportasi, komunikasi dan informasi, selain mempunyai

dampak positif juga mempunyai dampak negatif yaitu timbulnya tindak

pidana yang tidak lagi mengenal batas yurisdiksi suatu Negara, sehingga

penanggulangan dan pemberantasannya memerlukan kerja sama

antarnegara yang efektif, baik bersifat bilateral maupun multilateral;

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama di bidang hukum antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea, pada

tanggal 30 Maret 2002 di Seoul telah ditandatangani Perjanjian Bantuan

Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5

ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik

dalam Masalah Pidana

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Perjanjian antara Republik

Page 13: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Indonesia dan Republik Korea tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam

Masalah Pidana (Treaty between the Republic of Indonesia and the Republic

of Korea on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters) yang ditandatangani

pada tanggal 30 Maret 2002 di Seoul

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 11 Maret

2014

Page 14: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA

TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

2014

UU NO. 9 LN 2014/NO. 47, LL SETNEG : 11 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK

INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH

PIDANA TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF INDIA ON

MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Pemerintah Republik

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional melakukan

hubungan dan kerja sama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian

internasional;

- bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang

transportasi, komunikasi dan informasi, selain mempunyai dampak positif

juga mempunyai dampak negatif yaitu timbulnya tindak pidana yang tidak lagi

mengenal batas yurisdiksi suatu negara, sehingga penanggulangan dan

pemberantasannya memerlukan kerja sama antarnegara yang efektif, baik

bersifat bilateral maupun multilateral; dan

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama di bidang hukum antara Pemerintah

Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India, pada tanggal 25 Januari

2011 di New Delhi telah ditandatangani Perjanjian mengenai Bantuan Hukum

Timbal Balik dalam Masalah Pidana.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 5

ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

dan

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik

dalam Masalah Pidana .

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Pengesahan Perjanjian Antara

Page 15: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Republik Indonesia Dan Republik India Tentang Bantuan Hukum Timbal Balik

Dalam Masalah Pidana (Treaty Between The Republic Of Indonesia And The

Republic Of India On Mutual Legal Assistance In Criminal Matters).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 11 Maret

2014 .

Page 16: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN – PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF

NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

NUKLIR)

2014

UU NO. 10 LN 2014/NO. 59, LL SETNEG : 13 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR

THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL

PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR)

ABSTRAK : - bahwa tujuan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana tertuang

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial;

- bahwa Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat

internasional berkomitmen untuk mendukung upaya penanggulangan

tindakan terorisme, khususnya terorisme nuklir; dan

- bahwa tindak pidana terorisme nuklir merupakan kejahatan internasional

yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan dan perdamaian dunia

serta kemanusiaan dan peradaban sehingga pencegahan dan

pemberantasannya memerlukan kerja sama antarnegara.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional

- Dalam Undang-undang ini diatur tentang pengesahan international

convention for the suppression of acts of nuclear terrorism (konvensi

internasional penanggulangan tindakan terorisme nuklir).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 19 Maret

2014.

Page 17: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PROFESI– KEINSINYURAN

2014

UU NO. 11 LN 2014/NO. 61, LL SETNEG : 42 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG KEINSINYURAN

ABSTRAK : - bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk memajukan peradaban dan meningkatkan

kesejahteraan umat manusia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa upaya memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan

umat manusia dicapai melalui penyelenggaraan keinsinyuran yang andal

dan profesional yang mampu meningkatkan nilai tambah, daya guna dan

hasil guna, memberikan pelindungan kepada masyarakat, serta

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;

- bahwa untuk ketahanan nasional dalam tatanan global, penyelenggaraan

keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam huruf b memerlukan

peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi melalui pendidikan, pengembangan keprofesian berkelanjutan

dan riset, percepatan penambahan jumlah insinyur yang sejajar dengan

negara teknologi maju, peningkatan minat pada pendidikan teknik, dan

peningkatan mutu insinyur profesional;dan

- bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai

penyelenggaraan keinsinyuran yang dapat memberikan pelindungan dan

kepastian hukum untuk insinyur, pengguna keinsinyuran, dan pemanfaat

keinsinyuran.

- Dasar hukum ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, Pasal 28D ayat (1) dan ayat

(2), dan Pasal 31 ayat (5.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum asas, tujuan, dan lingkup;

2. standar keinsinyuran ;

3. Program profesi insinyur ;

4. Registrasi insinyur ;

5. Insinyur asing ;

6. Pengembangan keprofesian berkelanjutan;

Page 18: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

7. Hak dan kewajiban;

8. Dewan insinyur Indonesia;

9. Persatuan insinyur Indonesia;

10. Pembinaan keinsinyuran;

11. Ketentuan pidana;

12. Ketentuan peralihan;dan

13. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri XV Bab dan 56 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 24 Maret

2014.

Page 19: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

APBD – PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 2014

UU NO. 12 LN 2014/NO. 24, LL SETNEG : 50 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG APBD – PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014

disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam

rangka mewujudkan perekonomian nasional yang berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, efisiensi,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, guna mencapai

Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, meningkatkan

kesejahteraan rakyat serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional;

- bahwa sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

2014, telah terjadi perkembangan dan perubahan asumsi dasar ekonomi

makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak

cukup signifikan terhadap besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2014;

- bahwa dalam rangka mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, perlu segera dilakukan

penyesuaian terhadap sasaran pendapatan negara, belanja negara,

defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber pembiayaan anggaran,

agar menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran

pembangunan ekonomi tahun 2014 dan jangka menengah, baik dalam

rangka mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu

pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta

meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat dan mengurangi

kemiskinan, di samping tetap menjaga stabilitas nasional sesuai dengan

program pembangunan nasional; dan

- bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 dilakukan Dewan

Page 20: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana tercantum dalam

Surat Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 60/DPD RI/IV/2013-

2014 tanggal 4 Juni 2014.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5

ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

Undang-Undang ini mengatur tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2014.

Undang-Undang ini terdiri 38 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 30 Juni 2014

- Ketentuan angka 22 Pasal 1 diubah, angka 12 dihapus, dan ditambahkan 1

(satu) angka yakni angka 42, Ketentuan Pasal 3 diubah, Ketentuan ayat (1)

sampai dengan ayat (5) Pasal 4 diubah, Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat

(3), ayat (5), dan ayat (6) Pasal 5 diubah, Ketentuan Pasal 6 diubah,

Ketentuan Pasal 7, Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Pasal 8

diubah, huruf c ayat (3) dihapus, dan di antara ayat (3) dan ayat (4)

disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3a), Ketentuan Pasal 9 diubah,

Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) Pasal 10

diubah, Ketentuan Pasal 12 dihapus, Ketentuan ayat (1) dan ayat (13)

Pasal 14 diubah, ayat (2) sampai dengan ayat (12) dan ayat (14) dihapus,

dan di antara ayat (12) dan ayat (13) disisipkan 1 (satu) ayat, Ketentuan

angka 3 huruf a ayat (1) Pasal 17 diubah, angka 2 dan angka 4 huruf a ayat

(1) dihapus, Ketentuan Pasal 19 diubah, Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)

Pasal 20 diubah, Di antara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 1 (satu) pasal,

yakni Pasal 20A, Ketentuan huruf c ayat (1) Pasal 34 diubah, Ketentuan

Page 21: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

angka 2 dan angka 3 ayat (1) Pasal 35 diubah, Ketentuan huruf c Pasal 38

diubah,

Page 22: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

REPUBLIK INDIA

2014

UU NO. 13 LN 2014/NO. 170, LL SETNEG : 8 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK

INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA (EXTRADITION TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND THE REPUBLIC OF INDIA)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,

Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat

internasional melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang

diwujudkan dalam perjanjian internasional;

- bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

transportasi, komunikasi, dan informasi yang memudahkan lalu lintas

manusia dari satu negara ke negara lain, telah menimbulkan dampak

negatif yang bersifat transnasional, yaitu memberikan peluang yang lebih

besar bagi pelaku kejahatan untuk meloloskan diri dari penyidikan,

penuntutan, dan pelaksanaan pidana dari negara tempat kejahatan

dilakukan;

- bahwa untuk mencegah dampak tersebut diperlukan kerja sama

antarnegara yang efektif yang dilakukan melalui perjanjian, baik bilateral

maupun multilateral, khususnya dalam pencegahan dan pemberantasan

kejahatan; dan

- bahwa untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama yang efektif tersebut,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India telah

menandatangani Perjanjian Ekstradisi di New Delhi pada tanggal 25

Januari 2011.

- Dasar hukum :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi

3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar

Page 23: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Negeri

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional

5. Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2014

- Dalam Undang-undang ini diatur tentang pengesahan perjanjian ekstradisi

antara Republik Indonesia dan Republik India (Extradition Treaty Between

The Republic of Indonesia and The Republic of India).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 21 Juli 2014

Page 24: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNA BARAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2014

UU NO. 14 LN 2014/NO. 171, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNA BARAT DI PROVINSI SULAWESI

TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi

Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Muna pada khususnya, serta

adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu

meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan Ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan euangan, tingkat

kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan,

dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Muna, perlu dilakukan

pembentukan Kabupaten Muna Barat di Provinsi Sulawesi Tenggara; dan

- bahwa pembentukan Kabupaten Muna Barat dimaksudkan untuk mendorong

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah

untuk penyelenggaraan otonomi daerah.

- Dasar hukum :

1) Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20,Pasal 21,dan Pasal 22D

Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I

Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp

1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan

Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara;

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Page 25: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;

8) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum; dan

9) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai :

Ketentuan Umum, pembentukan, cakupan wilayah, Batas wilayah, dan ibukota,

urusan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah, personel, aset, dan

dokumen, pendapatan, alokasi dana perimbangan, hibah, dan bantuan dana,

pembinaan, ketentuan peralihan, ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri IX Bab dan 22 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 23 Juli 2014

Page 26: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON TENGAH

DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2014

UU NO. 15 LN 2014/NO. 172, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON TENGAH DI PROVINSI

SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi

Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Buton pada khususnya, serta

adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu

meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan keuangan,

tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan

pemerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Buton,

perlu dilakukan pembentukan Kabupaten Buton Tengah di Provinsi Sulawesi

Tenggara;dan

- bahwa pembentukan Kabupaten Buton Tengah dapat mendorong

peningkatan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan, serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan

potensi daerah.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18,

Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22D;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I

Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp

1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan

Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara menjadi Undang-Undang;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Page 27: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum;dan

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum

2. Pembentukan, cakupan wilayah, batas wilayah, dan ibu kota

3. Urusan pemerintahan daerah

4. Pemerintahan daerah

5. Personel, aset, dan dokumen

6. Pendapatan, alokasi dana perimbangan,

7. Hibah, dan bantuan dana

8. Pembinaan

9. Ketentuan peralihan

10. Ketentuan penutup

Undang-Undang ini terdiri IX Bab dan 22 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 23 Juli 2014.

Page 28: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2014

UU NO. 16 LN 2014/NO. 173, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON SELATAN DI PROVINSI

SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi

Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Buton pada khususnya, serta adanya

aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik guna

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan keuangan, tingkat

kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, dan

meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Buton, perlu dilakukan

pembentukan Kabupaten Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara;

- bahwa pembentukan Kabupaten Buton Selatan dimaksudkan untuk mendorong

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk

penyelenggaraan otonomi daerah;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18,

Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22D;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I

Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp

1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan

Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

Page 29: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum;

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah; dan

10. Undang-Undang Tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan Di

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum;

2. Pembentukan, cakupan wilayah, batas wilayah, dan ibu kota;

3. Urusan pemerintahan daerah;

4. Pemerintahan daerah;

5. Personel, aset, dan dokumen;

6. Pendapatan, alokasi dana perimbangan;

7. Hibah, dan bantuan dana;

8. Pembinaan;

9. Ketentuan peralihan;dan

10. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri dari IX Bab dan 22 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 23 Juli 2014.

Page 30: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

LEMBAGA TINGGI - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH 2014

UU NO. 17 LN 2014/NO. 182, LL SETNEG : 306 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ABSTRAK : - bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

perlu mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan

rakyat, dan lembaga perwakilan daerah yang mampu mengejawantahkan

nilai-nilai demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat

dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa

dan bernegara;

- bahwa untuk mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga

perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menata Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

- bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sudah tidak sesuai lagi

dengan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum masyarakat sehingga

perlu diganti; dan

- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- Dasar hukum

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 2,

Pasal 3, Pasal 7A, Pasal 7B, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 18

ayat (3), Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22 ayat (2), Pasal

22B, Pasal 22C, Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 23E ayat

(2) dan ayat (3), Pasal 23F ayat (1), Pasal 24A ayat (3), Pasal 24B ayat (3),

Pasal 24C ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4);

Page 31: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum

2. MPR

3. DPR

4. DPD

5. DPRD Provinsi

6. DPRD Kabupaten/Kota

7. Ketentuan Lain-Lain

8. Ketentuan Peralihan,

9. Ketentuan Penutup

- Undang-Undang ini terdiri dari X Bab dan 428 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 5 Agustus

2014

Page 32: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

KESEHATAN - KESEHATAN JIWA

2014

UU NO. 18 LN 2014/NO. 185, LL SETNEG : 69 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN JIWA

ABSTRAK : - bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera lahir dan batin serta

memperoleh pelayanan kesehatan yang merupakan amanat Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak orang

dengan gangguan jiwa belum dapat diwujudkan secara optimal;

- bahwa belum optimalnya pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan

belum terjaminnya hak orang dengan gangguan jiwa mengakibatkan

rendahnya produktivitas sumber daya manusia; dan

- bahwa pengaturan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa dalam peraturan

perundang-undangan saat ini belum diatur secara komprehensif sehingga

perlu diatur secara khusus dalam satu Undang-Undang.

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20,

Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3).

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum;

2. Upaya kesehatan jiwa ;

3. Sistem pelayanan kesehatan jiwa ;

4. Sumber Daya dalam upaya Kesehatan Jiwa ;

5. Hak dan Kewajiban;

6. Pemeriksaan Kesehatan Jiwa ;

7. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang;

8. Peran serta Masyarakat;

9. Ketentuan Pidana; dan

10. Ketentuan Penutup.

Undang-Undang ini terdiri X Bab dan 91 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 7 Agustus

2014

Page 33: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN - PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN

ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI (AGREEMENT

ON DEFENSE INDUSTRY COOPERATION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF

INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF TURKEY)

2014

UU NO. 19 LN 2014/NO. 186, LL SETNEG : 6 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI

PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI

(AGREEMENT ON DEFENSE INDUSTRY COOPERATION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE

REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF TURKEY)

ABSTRAK : - bahwa hubungan luar negeri yang dilandasi politik bebas aktif merupakan

salah satu perwujudan dari tujuan Pemerintah Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial;

- bahwa perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi mendorong kerja sama

pengembangan industri pertahanan; dan

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama pengembangan industri pertahanan

antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki, pada

tanggal 29 Juni 2010 di Ankara telah ditandatangani Persetujuan tentang

Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan

Pemerintah Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation

between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of

the Republic of Turkey).

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5

ayat (1), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 30;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Undang-undang ini mengatur tentang pengesahan persetujuan tentang kerja

Page 34: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

sama industri pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation Between The

Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic

of Turkey).

Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 7 Agustus

2014

Page 35: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

UKURAN - STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN 2014

UU NO. 20 LN 2014/NO. 216 LL SETNEG : 39 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

ABSTRAK : - bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia;

- bahwa dalam rangka melindungi kepentingan negara, keselamatan, keamanan,

dan kesehatan warga negara serta perlindungan flora, fauna, dan pelestarian

fungsi lingkungan hidup diperlukan standardisasi dan penilaian kesesuaian;

- bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan mutu, efisiensi produksi, memperlancar transaksi perdagangan,

mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan transparan;

- bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang standardisasi

dan penilaian kesesuaian yang ada belum selaras sebagai landasan hukum bagi

penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33.

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Kelembagaan;

3. Standardisasi;

4. Penilaian kesesuaian;

5. Kerja sama;

6. Peran serta masyarakat;

7. Pembinaan;

8. Pengawasan;

9. Sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian;

10. Ketentuan pidana; dan

11. Ketentuan Penutup.

Undang-Undang ini terdiri 11 Bab dan 76 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 September

2014 .

Page 36: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

ENERGI - PANAS BUMI 2014

UU NO. 21 LN 2014/NO. 217, LL SETNEG : 61 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PANAS BUMI

ABSTRAK : - bahwa Panas Bumi merupakan sumber daya alam terbarukan dan

merupakan kekayaan alam yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai

peranan penting untuk menunjang pembangunan nasional yang

berkelanjutan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat;

- bahwa Panas Bumi merupakan energi ramah lingkungan yang potensinya

besar dan pemanfaatannya belum optimal sehingga perlu didorong dan

ditingkatkan secara terencana dan terintegrasi guna mengurangi

ketergantungan terhadap energi fosil;

- bahwa dalam rangka menjaga keberlanjutan dan ketahanan energi

nasional serta efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan Panas Bumi untuk

pemanfaatan tidak langsung sebagai pembangkit tenaga listrik,

kewenangan penyelenggaraannya perlu dilaksanakan oleh Pemerintah;

- bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi belum

mengatur pemanfaatan Panas Bumi secara komprehensif sehingga perlu

diganti;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (5).

Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Kewenangan penyelenggaraan panas bumi;

3. Pengusahaan panas bumi ;

4. Penggunaan lahan;

5. Hak dan kewajiban;

6. Data dan informasi;

7. Pembinaan dan pengawasan;

8. Peran serta masyarakat ;

9. Penyidikan;

10. Ketentuan pidana;

11. Ketentuan peralihan; dan

12. Ketentuan penutup.

Page 37: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Undang-Undang ini terdiri dari XII Bab dan 88 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 September

2014

Page 38: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PEMILIHAN - PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA 2014

UU NO. 22 LN 2014/NO. 47, LL SETNEG : 62 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mewujudkan pemilihan gubernur,bupati, dan walikota

yang demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu diatur

penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota;

- bahwa penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara

langsung selama ini masih diliputi dengan berbagai permasalahan yang tidak

sesuai dengan prinsipprinsip demokrasi;

- bahwa pengaturan mengenai penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati,

dan walikota dalam peraturan perundang-undangan mengenai pemerintahan

daerah perlu diperbarui sesuai dengan dinamika sosial politik dan diatur

dalam undang-undang tersendiri;

1. Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (2);

2. Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas dan prinsip pelaksanaan;

3. Panitia pemilihan;

4. Peserta pemilihan dan persyaratan calon;

5. Pendaftaran bakal calon;

6. Uji publik ;

7. Pendaftaran calon gubernur, bupati,dan walikota;

8. Penetapan calon gubernur, bupati dan walikota;

9. Penyampaian visi dan misi calon;

10. Pemungutan suara, penghitungan suara, dan Penetapan hasil pemilihan;

11. Pengesahan pengangkatan;

12. Pelantikan;

13. Pendanaan;

14. Pengisian wakil gubernur, wakil bupati, dan Wakil Walikota;

15. Ketentuan pidana;

16. ketentuan lain-lain;

17. Ketentuan peralihan; dan

18. Ketentuan penutup.

Page 39: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Undang-Undang ini terdiri 19 Bab dan 72 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober

2014

Page 40: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PEMERINTAHAN - PEMERINTAHAN DAERAH 2014

UU NO. 23 LN 2014/NO. 244, LL SETNEG :460 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

ABSTRAK : - bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 susunan dan tata cara penyelenggaraan

pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang;

- bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan

daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

- bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan

antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan

keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global

dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;

- bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,

dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga perlu

diganti;

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1,

Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 18, Pasal

18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (2), dan Pasal 23E ayat (2);

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Pembagian wilayah negara;

3. Kekuasaan pemerintahan;

4. Urusan pemerintahan;

5. Kewenangan daerah provinsi di laut dan Daerah provinsi yang berciri

kepulauan;

6. Penataan daerah;

7. Penyelenggara pemerintahan daerah;

8. Perda dan perkada;

Page 41: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

9. Pembangunan daerah;

10. Keuangan daerah;

11. Pelayanan publik;

12. Partisipasi masyarakat;

13. Perkotaan;

14. Kawasan khusus dan kawasan perbatasan negara;

15. Kerja sama daerah dan perselisihan;

16. Desa;

17. Pembinaan dan pengawasan;

18. Tindakan hukum terhadap;

19. Aparatur sipil negara di instansi daerah;

20. Inovasi daerah;

21. Informasi pemerintahan daerah;

22. Dewan pertimbangan otonomi daerah;

23. Ketentuan pidana;

24. Ketentuan lain-lain;

25. Ketentuan peralihan; dan

26. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri dari XXVII Bab dan 411 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober

2014

Page 42: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

APBD - PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA 2014

UU NO. 24 LN 2014/NO. 247, LL SETNEG :27 HLM. UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2013

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

Anggaran 2013 yang diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2012, pelaksanaannya perlu dilakukan pemeriksaan dan

dipertanggungjawabkan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara;

- bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 4 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara, terhadap pelaksanaan APBN Tahun

Anggaran 2013 telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK);

- bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Pasal 34

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2013, pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 harus ditetapkan dengan

Undang-Undang; dan

- bahwa pembahasan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban atas

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

2013 dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Pemerintah dan

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

sesuai Surat Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 77/DPD

RI/IV/2013-2014tanggal 2 September 2014.

- Dasar hukum :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5), Pasal 23

Page 43: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

ayat (1) dan Pasal 23E;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan; dan

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2013.

- Undang-Undang ini berisi tentang pertanggungjawaban atas pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 yang

merupakan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri atas:

1. Laporan Realisasi APBN Tahun Anggaran 2013;

2. Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2013;

3. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2013; dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan.

- Undang-Undang ini terdiri 11 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober

2014

Page 44: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

HUKUM DISIPLIN - HUKUM DISIPLIN MILITER

2014

UU NO. 25 LN 2014/NO. 257, LL SETNEG 44 : HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

ABSTRAK : - bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara

bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk

mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah, melindungi

kehormatan dan keselamatan bangsa, melaksanakan operasi militer selain

perang, dan ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian

regional dan internasional;

- bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara

berfungsi sebagai penangkal dan penindak terhadap setiap ancaman militer

dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan,

keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa serta pemulih terhadap kondisi

keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan;

- bahwa dalam mengemban tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan huruf b, prajurit Tentara Nasional Indonesia memerlukan

disiplin tinggi, yang merupakan syarat mutlak dalam tata kehidupan militer

agar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik sehingga

hukum disiplin militer perlu dibina dan dikembangkan untuk kepentingan

penyelenggaraan pertahanan negara; dan

- bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin

Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi

dengan perkembangan Tentara Nasional Indonesia sehingga perlu diganti.

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 30 ayat (3).

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Tujuan dan fungsi;

3. Ruang lingkup berlakunya hukum disiplin militer;

4. Disiplin militer;

5. Pelanggaran hukum disiplin militer dan hukuman disiplin militer;

6. Atasan dan bawahan;

7. Ankum dan kewenangannya;

8. Penyelesaian pelanggaran hukum disiplin militer;

9. Pengajuan keberatan;

Page 45: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

10. Dewan pertimbangan dan pengawasan disiplin militer;

11. Ketentuan lain-lain;

12. Ketentuan peralihan; dan

13. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri 13 Bab dan 62 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober

2014

Page 46: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERJANJIAN - PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION

(PERSETUJUAN ASEAN TENTANG PENCEMARAN ASAP LINTAS BATAS)

2014

UU NO. 26 LN 2014/NO. 258, LL SETNEG : 54 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE

POLLUTION (PERSETUJUAN ASEAN TENTANG PENCEMARAN ASAP LINTAS BATAS)

ABSTRAK : - bahwa Negara Republik Indonesia sebagai bagian dari anggota negara-

negara ASEAN memegang teguh dan konsisten terhadap komitmen

solidaritas untuk bekerja sama di bidang pengendalian kebakaran lahan

dan/atau hutan serta penyebaran asap lintas batas negara dengan

memperhatikan prinsip-prinsip perjanjian internasional yang telah

disepakati dan kepentingan nasional sesuai dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa asap yang berasal dari kebakaran lahan dan/atau hutan dapat

menyebar sampai lintas batas negara dan berkecenderungan kuat

mengakibatkan pencemaran lingkungan, merusak ekosistem, serta

merugikan kesehatan manusia, maka diperlukan kerja sama antarnegara

Asia Tenggara dalam mengendalikan penyebaran asap lintas batas negara;

- bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani ASEAN

Agreement on Transboundary Haze Pollution (Persetujuan ASEAN tentang

Pencemaran Asap Lintas Batas) pada tanggal 10 Juni 2002 di Kuala

Lumpur, Malaysia;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5

ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

dan

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

- Undang-Undang ini mengatur tentang Pengesahan Asean Agreement On

Transboundary Haze Pollution (Persetujuan Asean tentang Pencemaran

Asap Lintas Batas).

- Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober

2014

Page 47: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

APBN - ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

2014

UU NO. 27 LN 2014/NO. 259, LL SETNEG : 54 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN

ANGGARAN 2015

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari

pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka dan

bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat;

- bahwa Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2015 termuat dalam Rancangan Undang-Undang tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang

disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara

dan emampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka

mendukung terwujudnya perekonomian nasional berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; dan

- bahwa dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 antara Dewan

Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah telah memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah yang termuat dalam Surat

Keputusan DPD Nomor 78/DPD RI/IV/2013-2014 tanggal 2 September

2014.

- Dasar hukum :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan

ayat (2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan

ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; dan

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 48: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

- Undang-Undang ini mengatur tentang Anggaran Pendapatan Negara,

anggaran Belanja Negara, dan Pembiayaan Anggaran :

1. Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2015 direncanakan

sebesar Rp1.793.588.917.577.000,00 (satu kuadriliun tujuh ratustujuh

ratus sembilan puluh tiga triliun lima ratus delapan puluh delapan

miliar sembilan ratus tujuh belas juta lima ratus tujuh puluh tujuh ribu

rupiah);

2. Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 direncanakan

sebesar Rp2.039.483.607.639.000,00(dua kuadriliun tiga puluh

sembilan triliun empat ratus delapan puluh tiga miliar enam ratus tujuh

juta enam ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah); dan

3. Jumlah anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2015, lebih

kecil daripada jumlah anggaran Belanja Negara sehingga dalam

Tahun Anggaran2015 terdapat anggaran defisit sebesar

Rp245.894.690.062.000,00 (dua ratus empat puluh lima triliun

delapan ratus sembilan puluh empat miliar enam ratus sembilan puluh

juta enam puluh dua ribu rupiah) yang akan dibiayai dari Pembiayaan

Anggaran.

- Undang-Undang ini terdiri 33 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober

2014 .

Page 49: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

HAK - HAK CIPTA 2014

UU NO. 28 LN 2014/NO. 266, LL SETNEG : 84 HLM. UNDANG- TENTANG HAK CIPTA

ABSTRAK : - bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai peranan strategis dalam

mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

- bahwa perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan sastra, sudah

demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan pelindungan dan

jaminan kepastian hukum bagi Pencipta, pemegang Hak Cipta, dan pemilik

Hak Terkait;

- bahwa Indonesia telah menjadi anggota berbagai perjanjian internasional di

bidang hak cipta dan hak terkaiti sehingga diperlukan implementasi lebih

lanjut dalam sistem hukum nasional agar para pencipta dan mampu

berkompetisi secara internasional

- bahwa Undang-Undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta sudah

tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat

sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang yang baru

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5

ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 33;

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Hak cipta;

3. Hak terkait;

4. Pencipta;

5. Ekspresi budaya tradisional dan ciptaan yang dilindungi;

6. Pembatasan hak cipta;

7. Sarana kontrol teknologi;

8. Konten hak cipia dan hak terkait dalam teknologi informasi dan

Komunikasi;

9. Masa berlaku hak cipta dan hak terkait;

10. Pencatatan cipiaan dan produk hak terkait;

Page 50: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

11. Lisensi dan lisensi wajib;

12. Lembaga manajemen kolektif;

13. Biaya;

14. Penyelesaian sengketa;

15. Penetapan sementara pengadilan;

16. Penyidikan;

17. Ketentuan pidana;

18. Ketentuan peralihan; dan

19. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri dari XIX Bab dan 126 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober

2014.

Page 51: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERLINDUNGAN - PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

2014

UU NO. 29 LN 2014/NO. 267, LL SETNEG : 64 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

ABSTRAK : - bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap hidup

dan kehidupannya termasuk perlindungan dari kecelakaan, bencana, dan

kondisi membahayakan manusia berlandaskan pada Pancasila,

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

- bahwa tanggung jawab negara untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari kecelakaan, bencana,

dan kondisi membahayakan manusia dilakukan melalui pencarian dan

pertolongan secara cepat, tepat, aman, terpadu, dan terkoordinasi oleh

semua komponen bangsa; dan

- bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pencarian dan

pertolongan yang telah ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang

kuat dan menyeluruh serta belum sesuai dengan kebutuhan hukum

masyarakat.

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A, dan Pasal 28I ayat (1);

- Undang-Undang Tentang Pencarian Dan Pertolongan. Dalam undang-

undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas dan tujuan;

3. Penyelenggaraan pencarian dan pertolongan;

4. Potensi pencarian dan pertolongan;

5. Rencana induk pencarian dan pertolongan;

6. Penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan sumber daya

manusia;

7. Kelembagaan;

8. Sarana dan prasarana;

9. Sistem informasi dan komunikasi;

10. Pendanaan;

Page 52: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

11. Kerja sama internasional;

12. Peran serta masyarakat;

13. Ketentuan pidana;

14. Ketentuan peralihan; dan

15. Ketentuan penutup

- Undang-Undang ini terdiri dari XVI Bab dan 88 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 16 Oktober

2014

Page 53: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

ADMINISTRASI- ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

2014

UU NO. 30 LN 2014/NO. 292, LL SETNEG : 64 HLM.

UNDANG–UNDANG TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan,

badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam menggunakan wewenang harus

mengacu pada asas-asas umum pemerintahan yang baik dan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

- bahwa untuk menyelesaikan permasalahan dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pengaturan mengenai administrasi pemerintahan diharapkan

dapat menjadi solusi dalam memberikan pelindungan hukum, baik bagi warga

masyarakat maupun pejabat pemerintahan; dan

- bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya bagi pejabat

pemerintahan, undang-undang tentang administrasi pemerintahan menjadi

landasan hukum yang dibutuhkan guna mendasari keputusan dan/atau

tindakan pejabat pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hukum

masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

- Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai :

1. Ketentuan Umum;

2. Maksud dan Tujuan;

3. Ruang Lingkup pengaturan Administrasi Pemerintahan meliputi semua

aktivitas:

a. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan

Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga eksekutif;

b. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan

Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga yudikatif;

c. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan

Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga legislatif; dan

d. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya yang

menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan yang disebutkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/atau

undang-undang.

4. Hak dan Kewajiban Pejabat Pemerintahan;

Page 54: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

5. Kewenangan Pemerintahan;

6. Diskresi;

7. Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;

8. Prosedur Administrasi Pemerintahan;

9. Keputusan Pemerintahan;

10. Upaya Adminstratif;

11. Pembinaan dan Pengembangan Administrasi Pemerintahan;

12. Sanksi Adminstratif;

13. Ketentuan Peralihan; dan

14. Ketentuan Penutup.

- Undang-Undang ini terdiri XIV Bab dan 89 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 55: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PERLINDUNGAN SAKSI - PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006

TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

2014

UU NO. 31 LN 2014/NO. 25, LL SETNEG : 37 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006

TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

ABSTRAK : - bahwa jaminan perlindungan terhadap saksi dan korban memiliki peranan

penting dalam proses peradilan pidana sehingga dengan keterangan saksi

dan korban yang diberikan secara bebas dari rasa takut dan ancaman

dapat mengungkap suatu tindak pidana;

- bahwa untuk meningkatkan upaya pengungkapan secara menyeluruh suatu

tindak pidana, khususnya tindak pidana transnasional yang terorganisasi,

perlu juga diberikan perlindungan terhadap saksi pelaku, pelapor, dan ahli;

- bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan Saksi dan Korban perlu disesuaikan dengan

perkembangan kebutuhan hukum masyarakat

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1

ayat (3), Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28G, Pasal 28I, dan Pasal 28J;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; dan

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban

- Undang-undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban:

- Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dengan 27 Perubahan beserta

penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

- Ketentuan Pasal 1 diubah, Ketentuan Pasal 5 diubah, ketentuan Pasal 6

diubah, ketentuan Pasal 7 diubah, di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan

2 (dua) pasal yakni Pasal 7A dan Pasal 7B, ketentuan Pasal 8 diubah,

ketentuan Pasal 10 diubah, di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1

(satu) pasal, yakni Pasal 10A, ketentuan Pasal 11 ditambah 1 (satu) ayat,

Page 56: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

yakni ayat (4) ,di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) pasal,

yakni Pasal 12A, ketentuan Pasal 16 diubah, di antara Pasal 16 dan Pasal

17 disisipkan 4 (empat) pasal, yakni Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal 16C, dan

Pasal 16D, Ketentuan Pasal 18 diubah, Ketentuan Pasal 23 diubah, Di

antara Pasal 23 dan Pasal 24 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 23A,Di

antara Pasal 24 dan Pasal 25 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 24A dan

Pasal 24B, Ketentuan Pasal 28 diubah dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat

(2) dan ayat (3),Di antara Pasal 29 dan Pasal 30 disisipkan 1 (satu) pasal,

yakni Pasal 29A,Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu) pasal,

yakni Pasal 32A, Ketentuan Pasal 37 diubah, Ketentuan Pasal 38 diubah,

Ketentuan Pasal 39 diubah, Ketentuan Pasal 40 diubah, Ketentuan Pasal 41

diubah, Di antara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

42A, Ketentuan Pasal 43 diubah.

Page 57: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

SUMBER ALAM - KELAUTAN

2014

UU NO. 32 LN 2014/NO. 294 LL SETNEG : 60 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG KELAUTAN

ABSTRAK : - bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepuiauan

memiliki sumber daya alam yang melimpah yang merupakan rahmat dan

karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh bangsa dan negara Indonesia

yang harus dikelola secara berkelanjutan untuk memajukan kescjahteraan

umum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa wilayah laut sebagai bagian terbesar dari wilayah Indonesia yang

memiliki posisi dan nilai strategis dari berbagai aspek kehidupan yang

mencakup politik,ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan

merupakan modal dasar pembangunan nasional; dan

- bahwa pengelolaan sumber daya kelautan dilakukan melalui sebuah

kerangka hukum untuk memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi

seluruh masyarakat sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara.

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 20, Pasal 22D ayat (1), Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat (3).

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas dan tujuan;

3. Ruang lingkup;

4. Wilayah laut;

5. Pembangunan kelautan;

6. Pengelolaan kelautan;

7. Pengembangan kelautan;

8. Pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan laut;

9. Pertahanan, keamanan, penegakan hukum,dan keselamatan di laut;

10. Tata kelola dan kelembagaan laut;

11. Peran serta masyarakat;

12. Ketentuan peralihan; dan

13. Ketentuan penutup.

Page 58: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

- Undang-Undang ini terdiri dari XIII Bab dan 74 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 59: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PRODUK HALAL - JAMINAN PRODUK HALAL

2014

UU NO. 33 LN 2014/NO. 26 LL SETNEG : 40 HLM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK

HALAL

ABSTRAK : - bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengamanatkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan

kepercayaannya itu;

- bahwa untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan menjalankan

ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan jaminan

tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat;

- bahwa produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya;

- bahwa pengaturan mengenai kehalalan suatu produk pada saat ini belum

menjamin kepastian hukum dan perlu diatur dalam suatu peraturan perundang-

undangan;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), Pasal 28J, dan Pasal 29 ayat (2);

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Penyelenggara jaminan produk halal;

3. Bahan dan proses produk halal;

4. Pelaku usaha ;

5. Tata cara memperoleh sertifikat halal;

6. Kerja sama internasional;

7. Pengawasan;

8. Peran serta masyarakat;

9. Ketentuan pidana;

10. Ketentuan peralihan; dan

11. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri dari 11 Bab dan 68 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober 2014

Page 60: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

HAJI - PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

2014

UU NO. 34 LN 2014/NO. 296 LL SETNEG: 46 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

ABSTRAK : - bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa jumlah warga negara Indonesia yang mendaftar untuk menunaikan

ibadah haji terus meningkat sedangkan kuota haji terbatas sehingga jumlah

jemaah haji tunggu meningkat;

- bahwa peningkatan jumlah jemaah haji tunggu mengakibatkan terjadinya

penumpukan akumulasi dana haji;

- bahwa akumulasi dana haji berpotensi ditingkatkan nilai manfaatnya guna

mendukung penyelenggaraan ibadah haji yang lebih berkualitas melalui

pengelolaan keuangan haji yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

- bahwa untuk menjamin pengelolaan keuangan haji yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel memerlukan payung hukum yang kuat;

- Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Keuangan haji;

3. Badan pengelola keuangan haji;

4. Persyaratan, tata cara pemilihan dan penetapan, serta pemberhentian

anggota badan pelaksana dan anggota dewan pengawas;

5. Tata cara pengelolaan keuangan haji;

6. Pertanggungjawaban;

7. Pengawasan;

8. Koordinasi dan hubungan dengan lembaga lain; dan

9. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri IX Bab dan 60 pasal beserta penjelasan.

Page 61: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014.

Page 62: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

ANAK - PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN

ANAK

2014

UU NO. 35 LN 2014/NO. 297 LL SETNEG : 66 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

ABSTRAK : - bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap

warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang

merupakan hak asasi manusia;

- bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga

wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang

mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia; dan

- bahwa dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu

dilakukan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

- Dasar hukum

1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28G ayat (2), dan Pasal

28I ayat (2), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

dan

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai beberapa ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diubah

sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 7, angka 8, angka 12, angka 15, dan angka

17 diubah, di antara angka 15 dan angka 16 disisipkan 1 (satu) angka,

yakni angka 15a, dan ditambah 1 (satu) angka yakni angka 18;

Page 63: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

2. Ketentuan Pasal 6 diubah dan penjelasan Pasal 6 diubah;

3. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan di antara ayat (1) dan

ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a);

4. Ketentuan Pasal 12 diubah;

5. Ketentuan Pasal 14 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (2) dan penjelasan

Pasal 14 diubah;

6. Ketentuan Pasal 15 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf f;

7. Ketentuan Pasal 20 diubah;

8. Ketentuan mengenai judul Bagian Kedua pada BAB IV diubah ;

9. Ketentuan Pasal 21 diubah;

10. Ketentuan Pasal 22 diubah dan penjelasan Pasal 22 diubah;

11. Ketentuan Pasal 23 diubah;

12. Ketentuan Pasal 24 diubah;

13. Ketentuan Pasal 25 ditambah 1 (satu) ayat;

14. Ketentuan mengenai judul Bagian Keempat pada BAB IV diubah;

15. Ketentuan ayat (1) Pasal 26 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf d dan

ayat (2) diubah;

16. Ketentuan ayat (4) Pasal 27 diubah;

17. Ketentuan Pasal 28 diubah;

18. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Pasal 33 diubah

19. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

38A;

20. Ketentuan Pasal 39 ayat (1), ayat (2), dan ayat (5) diubah, di antara

ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a), dan di

antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4a);

21. Ketentuan Pasal 41 diubah;

22. Di antara Pasal 41 dan Pasal 42 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

41A;

23. Ketentuan ayat (1) Pasal 43 diubah;

24. Ketentuan Pasal 44 diubah;

25. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 45 diubah;

26. Di antara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal

45A dan Pasal 45B;

27. Ketentuan Pasal 46 diubah;

28. Ketentuan Pasal 47 diubah;

29. Ketentuan Pasal 48 diubah;

Page 64: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

30. Ketentuan Pasal 49 diubah;

31. Ketentuan Pasal 51 diubah;

32. Ketentuan Pasal 53 diubah;

33. Ketentuan Pasal 54 diubah;

34. Ketentuan Pasal 55 diubah

35. Ketentuan Pasal 56 diubah;

36. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 diubah sehingga Pasal 58;

37. Ketentuan Pasal 59 diubah;

38. Di antara Pasal 59 dan Pasal 60 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

59A;

39. Ketentuan Pasal 60 diubah;

40. Ketentuan Pasal 63 dihapus;

41. Ketentuan Pasal 64 diubah;

42. Ketentuan Pasal 65 diubah;

43. Ketentuan Pasal 66 diubah;

44. Ketentuan Pasal 67 diubah;

45. Di antara Pasal 67 dan Pasal 68 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal

67A, Pasal 67B, dan Pasal 67C;

46. Ketentuan Pasal 68 diubah;

47. Ketentuan Pasal 69 diubah ;

48. Di antara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal

69A dan Pasal 69B;

49. Ketentuan Pasal 70 diubah dan huruf b ditambah penjelasan;

50. Ketentuan Pasal 71 diubah;

51. Di antara Pasal 71 dan Pasal 72 disisipkan 4 (empat) pasal, yakni

Pasal 71A, Pasal 71B, Pasal 71C, dan Pasal 71D;

52. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB IXA;

53. Di antara Pasal 71D dan Pasal 72 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

71E;

54. Ketentuan Pasal 72 diubah;

55. Ketentuan Pasal 73 diubah;

56. Di antara BAB X dan BAB XI disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB XA;

57. Di antara Pasal 73 dan Pasal 74 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

73A;

58. Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga;

59. Ketentuan Pasal 75 diubah;

Page 65: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

60. Ketentuan Pasal 76 diubah;

61. Di antara BAB XI dan BAB XII disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB XIA;

62. Di antara Pasal 76 dan Pasal 77 disisipkan 10 (sepuluh) pasal, yakni

Pasal 76A, Pasal 76B, Pasal 76C, Pasal 76D, Pasal 76E, Pasal 76F,

Pasal 76G, Pasal 76H, Pasal 76I, dan Pasal 76J;

63. Ketentuan Pasal 77 diubah;

64. Di antara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal

77A dan Pasal 77B;

65. Ketentuan Pasal 80 diubah;

66. Ketentuan Pasal 81 diubah;

67. Ketentuan Pasal 82 diubah;

68. Ketentuan Pasal 83 diubah;

69. Di antara Pasal 86 dan Pasal 87 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

86A;

70. Ketentuan Pasal 87 diubah;

71. Ketentuan Pasal 88 diubah;

72. Ketentuan Pasal 89 diubah; dan

73. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

91A.

- Undang-Undang ini terdiri II Pasal dengan 73 perubahan beserta

penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 66: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PROFESI - TENAGA KESEHATAN

2014

UU NO. 36 LN 2014/NO. 298 LL SETNEG: 78 HLM.

UNDANG.UNDANG TENTANG TENAGA KESEHATAN

ABSTRAK : - bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar

masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah

satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undatrg Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

- bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam

bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh

masyarakal melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang

menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara

terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman,

berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakaL;

- bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang

tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus

ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,

sertihkasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan

pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa

keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan;

- bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan

masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh

masyarakat, dan untuk memberikan pelindungan serta kepastian hukum

kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima upaya pelayanan

kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan terkait dengan

perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan

pengawasan mutu tenaga kesehatan; dan

- bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam

Page 67: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

berbagai peraturan perundangundangan dan belum menampung

kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk undang-undang

tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara komprehensif;

- Dasar hukum :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Pasal 5 ayat (1), Pasal 2O,

Pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3); dan

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Tanggung jawab dan wewenang pemerintah;

3. Dan pemerintah daerah;

4. kualifikasi dan pengelompokan tenaga kesehatan;

5. Perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan;

6. Konsil tenaga kesehatan Indonesia;

7. Registrasi dan perizinan tenaga kesehatan;

8. Organisasi profesi;

9. Tenaga kesehatan warga negara indonesia, Lulusan luar negeri dan

Tenaga kesehatan warga negara asing;

10. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan;

11. Penyelenggaraan keprofesian;

12. Penyelesaian perselisihan;

13. Pembinaan dan pengawasan;

14. Sanksi administratif;

15. Ketentuan pidana;

16. Ketentuan peralihan;

17. Ketentuan penutup;

18. Koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan; dan 19. Larangan.

- Undang-Undang ini terdiri XVI Bab dan 96 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 68: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PELESTARIAN - KONSERVASI TANAH DAN AIR

2014

UU NO. 37 LN 2014/NO. 299 LL SETNEG : 71 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR

ABSTRAK : - bahwa tanah dan air dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

merupakan karunia sekaligus amanah Tuhan Yang Maha Esa untuk

bangsa Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk

sebesar- besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun

bagi generasi yang akan datang;

- bahwa tanah dan air merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan

dan mudah terdegradasi fungsinya karena posisi geografis dan akibat

penggunaam tidak sesuai dengan fungsi, peruntukan, dan kemampuannya

sehingga perlu dilindungi, diputihkan, ditingkatkan, dan dipelihara melalui

Konservasi Tanah dan Air;

- bahwa pengaturan mengenai Konservasi Tanah dan Air saat ini masih

belum memadai dan belum diatur secara terpadu dan komprehensif;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 20, Pasal 21, dan pasal 33 ayat (3).

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas, tujuan, dan ruang lingkup;

3. Penguasaan, wewenang, dan tanggung jawab;

4. Perencanaan konservasi tanah dan air;

5. Ptrnyelenggaraan konservasi tanah dan air;

6. Hak dan kewajiban;

7. Pendanaan;

8. Bantuan, insentif, ganti kerugian, dan kompensasi;

9. Pembinaan dan pengawasan; 10. Konservasi tanah dan air;

11. Pemb erdayaan masyarakat;

12. Peran serta masyarakat;

13. Penyelesaian sengketa;

14. Penyidikan;

15. Sanksi administratif;

16. Ketentuan pidana;

Page 69: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

17. Ketentuan peralihan; dan

18. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri dari XVII Bab dan 69 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 70: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PROFESI - KEPERAWATAN

2014

UU NO. 38 LN 2014/NO. 307 LL SETNEG : 52 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

ABSTRAK : - bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan

nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

- Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan

kesehatan;

- bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;

- bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara

bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat

yang memiliki kompetensi, kewenangan,etik, dan moral tinggi;

- bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam

Peraturan Perundangundangan guna memberikan pelindungan dan kepastian

hukum kepada perawat dan masyarakat;

- Dasar hukum : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Jenis perawat;

3. Pendidikan tinggi keperawatan;

4. Registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang;

5. Praktik keperawatan;

6. Hak dan kewajiban;

7. Organisasi profesi perawat;

8. Kolegium keperawatan;

9. Konsil keperawatan;

10. Pengembangan, pembinaan, dan pengawasan;

11. Sanksi administratif;

12. Ketentuan peralihan; dan

13. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri dari XIII Bab dan 66 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober 2014

Page 71: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

SUMBER DAYA ALAM - PERKEBUNAN

2014

UU NO. 39 LN 2014/NO. 308 LL SETNEG : 74 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERKEBUNAN

ABSTRAK : - dalam wilayah Negara Republik Indonesia me.upakar anugerah Tuhan

Yang Maha Esa untuk dimanfaatkan dan dipergunakan bagi sebesar-besar

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

- bahwa perkebunan berperan penting dan memiliki potensi besar dalam

pembangunan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

kemakmuran dan kesejahteraan ralqrat secara berkeadilan;

- bahwa penyelenggaraan perkebunan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2OO4 tentang Perkebunan sudah tidak sesuai dengan

dinamika dan kebutuhan hukum masyarakat, belum mampu memberikan

hasil yang optimal, serta belum mampu meningkatkan nilai tambah usaha

perkebunan nasional sehingga perlu diganti;

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20,

Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, dan Pasal 33.

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas, tujuan, dan lingkup pengaturan;

3. Perencanaan;

4. Penggunaan lahan;

5. Perbenihan;

6. Budi daya tanaman perkebunan;

7. Usaha perkebunan;

8. Pengolahan dan pemasamn hasil perkebunan;

9. Penelitian dan pengembangan;

10. Sistem data dan informasi;

11. Pengembangan sumber daya manusia;

12. Pembiayaan usaha perkebunan;

13. Penanaman modal;

14. Pembinaan dan pengawasan;

Page 72: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

15. Peran serta masyarakat;

16. Penyidikan;

17. Ketentuan pidana;

18. Ketentuan peralihan; dan

19. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri dari XIX Bab dan 118 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 73: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PROFESI - PERASURANSIAN

2014

UU NO. 40 LN 2014/NO. 60 LL SETNEG : 86 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERASURANSIAN

ABSTRAK : - bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, a.mrnah, dan

kompetitif akan meningkatkan pelindungan bAgi pemegang polis,

tertanggung, atau peserta, dan berperan mendorong pembangunan

nasional;

- bahwa dalam rangka menyikapi dan mengantisipasi perkembangan industri

perasuransian serta perkembangan perekonomian, baik pada tingkat

nasional maupun pada tingkat global, perlu mengganti Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usah Perasuransian dengan undang-undang

yang baru

- Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai ;

1. Ketentuan umum;

2. Ruang lingkup usaha perasuransian;

3. Bentuk badan hukum dan kepem]likan;

4. Perusahaan perasuransian;

5. Perizinan usaha;

6. Pemelenggaraan usaha;

7. Tata kelola usaha perasuransian;

8. Berbentuk koperasi dan usaha bersama;

9. Peningkatan kapasitas asuransi, asuransi syariah, reasuransi;

10. Dan reasuransi syariah dalam negeri;

11. Program asuransi wajib;

12. Perubahan kepemilikan, penggabungan, dan peleburan;

13. Pembubaran, likuidasi, dan kepailitan;

14. Pelindungan pemegang polis, tertanggung,atau peserta;

15. Profesi penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian;

16. Pengaturan dan pengawasan;

17. Asosiasi usaha perasuransian;

18. Sanksi administratif;

19. Ketentuan pidana;

Page 74: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

20. Ketentuan peralihan; dan

21. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri dari 18 bab dan 92 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 75: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN - PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

2014

UU NO. 41 LN 2014/NO. 338 LL SETNEG : 43 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009

TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

ABSTRAK : - bahwa negara bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah Carah Indonesia melalui penyelenggaraan

peternakan dan kesehatan hewan dengan mengarnankan dan menjamin

pemanfaatan dan pelestarian hewan untuk mewujudkan kedaulatan,

kemandirian, serta ketahanan pangan dalam rangka menciptakan

kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan

amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa dalam penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan, upaya

pengamanan maksimal terhadap pemasukan dan pengeluaran ternak,

hewan, dan produk hewan, pencegahan penyakit hewan dan zoonosis,

penguatan otoritas veteriner, persyaratan halal bagi produk hewan yang

dipersyaratkan, serta penegakan hukum terhadap pelanggaran kesejahteraan

hewan, perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat;

dan

- bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan dipandang tidak sesuai lagi dan perlu disempurnakan

untuk dijadikan landasan hukum bagi penyelenggaraan petemakan dan

kesehatan hewan

- Dasar hukum :

Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

- Undang-Undang ini mengatur tentang perubahan beberapa ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan yaitu :

1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 2, angka 12, angka14, angka 15,

angka 19, angka 21, angka 23, angka 24,angka 25, angka 26, angka 28,

ar,gka 29, angka 30,angka 34, angka 35, angka 36, angka 39, angka

40,angka 41, angka 46, dan angka 49 diubah, di antara angka 5 dan

angka 6 disisipkan 2 (dua) angka yakni angka 5a dan 5b, di antara angka

Page 76: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

37 dan angka 38 disisipkan 1 (satu) angka yakni angka 37a, dan angka 9,

angka 17, angka 20, angka 33, serta angka 44 dihapus;

2. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf b, substansi tetap dan penjelasannya

tentang "inseminasi buatan' dihapus sehingga rumusan penjelasan Pasal

6 adalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal demi Pasal

Angka 2 Undang-undang ini;

3. Judul Bagian Kesatu pada Bab IV diubah;

4. Ketentuan Pasal 13 diubah;

5. Ketentuan Pasal 15 diubah;

6. Ketentuan Pasal 16 diubah;

7. Ketentuan Pasal 18 diubah;

8. Ketentuan Pasal 31 diubah;

9. Ketentuan Pasal 32 diubah;

10. Ketentuan Pasal 36 diubah;

11. Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 disisipkan 5 (lima) pasal,yakni Pasal

36A, Pasal 368, Pasal 36C, Pasal 36D, dan Pasal 36E;

12. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 37 disisipkan 1 (satu) ayat yakni

ayat (2a);

13. Ketentuan Pasal 41 diubah;

14. Di antara Pasal 41 dan Pasal 42 disisipkan 2 (dua) yakni Pasal 41A dan

Pasal 41B;

15. Ketentuan Pasal 58 diubah;

16. Ketentuan Pasal 59 diubah;

17. Ketentuan Pasal 65 di ubah;

18. Di antara Pasal 66 dan pasal 67 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal

66A;

19. Ketentuan Pasal 68 diubah;

20. Di antara Pasal 68 dan pasal 69 disisipkan 5 (lima) pasal,yakni Pasal

68A, Pasal 688, pasal 68C, pasal 68D, dan Pasal 68E;

21. Ketentuan ayat (1) Pasal 85 diubah dan ayat (4) dan ayat (5) dihapus

22. Ketentuan Pasa-l 86 diubah;

23. Di antara Pasal 91 dan pasal 92 disisipkan 2 (dua) pasal,yakni Pasal 91A

dan Pasal 9lB;

24. Ketentuan Pasal 96 dihapus; dan

25. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan I (satu) pasal yakni Pasal

96A.

Page 77: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

- Undang-Undang ini terdiri II Pasal dan 25 Perubahan beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 Oktober

2014

Page 78: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

KELEMBAGAAN – MPR, DPR, DPD DAN DPRD

2014

UU NO. 42 LN 2014/NO. 182, LL SETNEG : 16 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014

TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, diperlukan lembaga perwakilan rakyat yang

mampu menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat untuk mewujudkan

tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

- bahwa untuk mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga

perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah perlu menata Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014

tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak sesuai

dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu

diubah; dan

- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

- Dasar hukum :

1. Pasal 19 ayat (2), Pasal 20, Pasal 20A, dan Pasal 21 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Beberapa perubahan ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Page 79: WILAYAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Undang-Undang-2014.pdf · WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbankum

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu :

1. Ketentuan Pasal 74 ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dihapus

2. Ketentuan ayat (2) Pasal 97 diubah

3. Ketentuan Pasal 98 ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) dihapus

4. Ketentuan ayat (2) Pasal 104 diubah

5. Ketentuan ayat (2) Pasal 109 diubah

6. Ketentuan ayat (2) Pasal 115 diubah

7. Ketentuan ayat (2) Pasal 121 diubah

8. Ketentuan ayat (2) Pasal 152 diubah,

9. Di antara Pasal 425 dan Pasal 426 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal

425A

- Undang-Undang ini terdiri II Pasal dengan 9 perubahan beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Desember

2014.