KAK Monorel

10
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM BADAN PENGUSAHAAN BATAM Tahun anggaran 2013

description

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM

Transcript of KAK Monorel

Page 1: KAK Monorel

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI

PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM

BADAN PENGUSAHAAN BATAM

Tahun anggaran 2013

Page 2: KAK Monorel

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI

PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM

A. LATAR BELAKANG

Batam merupakan pintu gerbang wilayah Barat Indonesia. Semenjak ditetapkan

sebagai kawasan perdagangan bebas (free trade zone), laju pertumbuhan penduduk

dan perekonomian terus mengalami peningkatan. Dampak dari pertumbuhan

penduduk dan peningkatan perekonomian tersebut adalah semakin tingginya

pergerakan barang maupun manusia. Untuk mengakomodir kebutuhna tersebut,

maka diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai,

efektif, dan efisien. Kereta api merupakan pilihan moda terbaik yang memiliki

keunggulan daya angkut yang besar, hemat energi, ramah lingkungan, serta

kebutuhan lahan yang kecil.

Pemerintah, dalam hal ini Ditjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, telah

melakukan kegiatan penyusunan “Masterplan Perkeretaapian di Pulau Batam”

pada tahun anggaran 2009, penyusunan “Studi Kelayakan Pembangunan Jaringan

Kereta Api Lintas Utama Pulau Batam” pada tahun anggaran 2010, dan

penyusunan “Studi Penetapan Trase Jalan Kereta Api Lintas Utama Pulau

Batam” pada tahun anggaran 2012.

Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan tersebut, dapat diketahui bahwa

prioritas pembangunan jaringan kereta api di Pulau Batam adalam Batam Center-

Tanjung Uncang (±17,7 Km) dan Batu Ampar-Bandara Hang Nadim (±19,6 Km).

Pada lintas tersebut diperkirakan besaran permintaan perjalanan dapat mencapai

10.499 pnp/hari dan 8.328 pnp/hari pada tahun pertama operasi (2016) dan mencapai

48.820 pnp/hari dan 38.725 pnp/hari pada akhir tahun tinjauan (2065). Potensi

perjalanan tersebut mayoritas berasal dari kawasan komersial, kawasan pelabuhan,

dan kawasan permukiman padat. Hasil rancangan awal rencana jalur KA lintas utama

Pulau Batam adalah dengan menggunakan kereta monorel. Jalur monorel Pulau

Batam direncanakan eleveted dengan ketinggian ± 8 m di atas permukaan jalan.

Dalam rangka memulai langkah implementasi pembangunan proyek monorel di

Pulau Batam ini, Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 3

tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, diperlukan penyiapan proyek

kerjasama investasi, secara khusus kajian awal prastudi kelayakan (atau outline

business case). Keluaran kegiatan ini digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan

lelang penyelenggara layanan monorail di Pulau Batam.

Page 3: KAK Monorel

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pekerjaan ini adalah memastikan kesanggupan penanggung jawab

proyek kerjasama (PJPK) dan siap untuk dilanjutkan ke tahap transaksi proyek

(kerjasama) pembangunan Monorel di Pulau Batam, terutama terkait pengalihan

resiko yang telah dikaji secara seksama, dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan dokumen proyek investasi

penyelenggaraan monorel di Pulau Batam. Dalam hal ini adalah membuat dokumen

kajian dengan keluaran berupa Dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan atau

Outline Business Case, Dokumen Rancangan Dasar (Basic Design), dan Dokumen

Lelang Investasi dalam rangka penyelenggaraan monorail di Pulau Batam.

Adapun, secara spesifik, tujuan kegiatan ini adalah:

1. Menentukan sasaran dan kendala proyek kerjasama;

2. Mengkaji pilihan teknis serta ketersediaan teknologi dan barang/jasa yang

dibutuhkan;

3. Menentukan berbagai permasalahan pokok dan hambatannya, usulan mengatasi

permasalahan serta bentuk dan besarnya Dukungan Pemerintah dan/atau

Jaminan Pemerintah;

4. Mengidentifikasi pilihan bentuk kerjasama terbaik;

5. Mengidentifikasi resiko dan upaya mitigasi yang diperlukan;

6. Mengidentifikasi persyaratan pelaksanaan Proyek Kerjasama, termasuk landasan

hukum yang diperlukan dan pelaksanaan pengadaan tanah; dan

7. Menyusun rencana komersial yang mencakup alokasi resiko dan mekanisme

pembayaran.

C. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan ini, secara umum, terdiri dari substansi sebagai berikut:

1. Kajian Hukum dan Kelembagaan;

2. Kajian Teknis;

3. Kajian Kelayakan Proyek;

4. Kajian Lingkungan dan Sosial;

5. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur.

Secara lebih rinci, lingkup kajian masing-masing substansi tersebut disampaikan

sebagai berikut:

1. Kajian Hukum dan Kelambagaan, meliputi:

• Analisis Peraturan Perundang-undangan;

• Analisis Kelembagaan.

Page 4: KAK Monorel

2. Kajian Teknis, meliputi:

• Analisis Teknis;

• Penyiapan Tapak;

• Rancang Bangun Awal;

• Lingkup Proyek Kerjasama; dan

• Spesifikasi Keluaran.

3. Kajian/Evaluasi Kelayakan Proyek, bersumber dari studi kelayakan yang

telah dilakukan sebelumnya (Ditjen KA, Kemenhub, 2010), meliputi:

• Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS);

• Analisis Pasar;

• Analisis Keuangan;

• Analisis Resiko; dan

• Analisis Struktur Tarif.

4. Kajian Lingkungan dan Sosial, meliputi:

• Kajian lingkungan hidup untuk Proyek Kerjasama yang wajib AMDAL

atau wajib UKL-UPL;

• Analisis sosial; dan

• Rencana Pengadaan Tanah dan Rencana Pemukiman Kembali.

5. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur, mengikuti

ketentuan sebagai berikut:

• Karakteristik dasar bentuk kerjasama harus mencerminkan alokasi resiko,

penanggung jawab pembiayaan, dan status pengelolaan aset kerjasama;

• Bentuk-bentuk kerjasama yang ditawarkan diantaranya adalah:

a. Bangun-milik-guna-serah (build-own-operate-transfer);

b. Bangun-guna-serah (build-operate-transfer);

c. Bangun-serah-guna (build-transfer-operate);

d. Rehabilitasi-guna-serah (rehabilitate-operate-transfer);

e. Kembangkan-guna-serah (develop-operate-transfer); dan

f. Bentuk-bentuk kerjasama lainnya.

• Pemilihan bentuk kerjasama dilakukan dengan mempertimbangkan

faktor-faktor sebagai berikut:

1. Kepastian kertersediaan infrastruktur tepat pada waktunya;

2. Optimalisasi investasi oleh Badan Usaha;

3. Memaksimalkan investasi oleh Badan Usaha;

4. Kemampuan Badan Usaha untuk melakukan transaksi; dan

5. Kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis

sektor swasta ke sektor publik.

6. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Page 5: KAK Monorel

Dukungan Pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kelayakan

keuangan Proyek Kerjasama, dapat diberikan dalam bentuk:

• Perizinan;

• Pengadaan tanah;

• Dukungan sebagian konstruksi;

• Kontribusi fiskal dalam bentuk tunai dan/atau dalam bentuk non-tunai

dan/atau non fiskal; dan/atau

• Bentuk lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Jaminan Pemerintah yang bertujuan untuk mengurangki risiko Badan Usaha

diberikan oleh Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan

Infrastruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

D. LOKASI KEGIATAN

Kegiatan ini berlokasi di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada trase yang telah

ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 Rencana Koridor Monorel di Pulau Batam

Page 6: KAK Monorel

E. KELUARAN

1. Dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan atau Outline Business Case

rencana penyelenggaraan Monorel di Pulau Batam.

2. Dokumen Rancangan Dasar (Basic Design) Monorel di Pulau Batam, yang

terdiri dari:

a. Dokumen gambar rancang, yang didalamnya terdapat rencana kinerja

terkait dengan monorel seperti struktur bangunan (rel dan stasiun) sistem

kelistrikan, sistem persinyalan, dan jenis kereta yang akan digunakan;

b. Dokumen volume dan biaya investasi, termasuk biaya konstruksi,

operasional, dan perawatan.

3. Dokumen lelang investasi meliputi:

a. Persyaratan dokumen lelang;

b. Persyaratan peserta lelang;

c. Mekanisme lelang;

d. Mekanisme penetapan pemenang lelang, yang didalamnya terdapat

kriteria-kriteria pemenang lelang;

e. Rencana kerja dan syarat-syarat pembangunan sistem monorel;

f. Penyusunan dokumen draft kontrak konsesi monorel;

g. Kajian hukum terkait dengan daerah khusus Free Trade Zone (FTZ)

Batam.

F. TENAGA AHLI

Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah tenaga ahli

yang professional dengan kualifikasi sebagai berikut:

1. Ahli Perencana Transportasi (Ketua Tim), dengan kualifikasi pendidikan

minimal Pascasarjana S2 Teknik Sipil/Planologi/Manajemen Transportasi/

Teknik Transportasi, dengan pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun dalam

bidang perencanaan transportasi.

2. Ahli Perencanaan Wilayah, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1

atau Pascasarjana S2 Planologi/Perencanaan Wilayah Kota, dengan pengalaman

di bidang perencanaan wilayah minimal 10 (sepuluh) tahun untuk S1 atau

minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

3. Ahli Pemodelan Transportasi, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana

S1 atau Pascasarjana S2 Teknik Sipil/Planologi/Manajemen Transportasi/Teknik

Transportasi, dengan pengalaman di bidang pemodelan transportasi minimal 10

(sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

Page 7: KAK Monorel

4. Ahli Sipil/Struktur, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1 atau

Pascasarjana S2 Teknik Sipil, dengan pengalaman di bidang struktur minimal 10

(sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

5. Ahli Prasarana KA, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1 atau

Pascasarjana S2 Teknik Sipil, dengan pengalaman di bidang prasarana kereta api

minimal 10 (sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

6. Ahli Sarana dan Sistem Operasi KA, dengan kualifikasi pendidikan minimal

Sarjana S1 atau Pascasarjana S2 Teknik Sipil/Teknik Mesin, dengan pengalaman

di bidang sarana dan sistem operasi kereta api minimal 10 (sepuluh) tahun untuk

S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

7. Ahli Ekonomi Transportasi, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1

atau Pascasarjana S2 Teknik Sipil/Ekonomi, dengan pengalaman di bidang

ekonomi transportasi minimal 10 (sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5

(lima) tahun untuk S2.

8. Ahli Lingkungan, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1 atau

Pascasarjana S2 Teknik Lingkungan/Teknik Penyehatan, dengan pengalaman di

bidang teknik lingkungan minimal 10 (sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5

(lima) tahun untuk S2.

9. Ahli Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), dengan

kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1 atau Pascasarjana S2 Teknik

Sipil/Teknik Mesin/Teknik Industri, dengan pengalaman di bidang kelembagaan

KPS minimal 10 (sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk

S2.

10. Ahli Hukum, dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana S1 atau

Pascasarjana S2 Hukum, dengan pengalaman di bidang hukum minimal 10

(sepuluh) tahun untuk S1 atau minimal 5 (lima) tahun untuk S2.

Selain itu, tim didukung oleh tenaga asisten, dengan kualifikasi pendidikan minimal

sarjana S1 dan pengalaman minimal 4 (empat) tahun dibidangnya, sebagai berikut:

Asisten Ahli Perencana Transportasi (1 orang)

Asisten Ahli Struktur (1 orang)

Asisten Ahli Prasarana KA (1 orang)

Asisten Ahli Sarana dan Sistem Operasi KA (1 orang).

G. PELAPORAN

Pelaporan studi ini akan dilakukan secara bertahap sesuai tahapan studi dengan

pentahapan sebagai berikut.

1. Laporan Pendahuluan, diserahkan pada akhir bulan ke-1 sejumlah 10

(sepuluh) eksemplar. Laporan Pendahuluan ini berisi penjabaran dari kerangka

acuan kerja, yang meliputi pendahuluan, metodologi dan pendekatan teori yang

Page 8: KAK Monorel

diterapkan dalam studi, gambaran umum secara singkat, rencana kerja, jadwal

kegiatan dan instrumen pengumpulan data primer dalam penelitian, termasuk

keperluan data sekunder.

2. Laporan Antara, diserahkan pada akhir bulan ke-3 sejumlah 10 (sepuluh)

eksemplar. Laporan Antara berisikan hasil survei primer, hasil studi kasus/studi

terdahulu serta progres pekerjaan.

3. Draft Laporan Akhir, diserahkan pada akhir bulan ke-5 sejumlah 10

(sepuluh) eksemplar. Konsep Laporan Akhir merupakan draft hasil kajian yang

akan dibahas oleh stakeholder yang relevan.

4. Laporan Akhir, diserahkan pada akhir bulan ke-6 (akhir masa studi) sejumlah

10 (sepuluh) eksemplar. Laporan Akhir adalah Konsep Laporan Akhir yang

telah disempurnakan sesuai pembahasan akhir.

5. Laporan Ringkas (Eksum), diserahkan pada akhir bulan ke-6 (akhir masa

studi) sejumlah 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan Ringkas adalah laporan yang

digunakan untuk laporan eksekutif sehingga merupakan laporan yang lebih

kompak dan padat mengenai hasil studi.

6. Album Gambar (A3) diserahkan pada akhir bulan ke-6 (akhir masa studi)

sejumlah 5 (lima) eksemplar.

7. Dokumen Lelang Rencana Kerjasama diserahkan pada akhir bulan ke-6

(akhir masa studi) sejumlah 5 (lima) eksemplar.

8. Softcopy berupa CD/DVD berisi keseluruhan laporan kegiatan, diserahkan

pada akhir bulan ke-6 (akhir masa studi) sejumlah 20 (dua puluh) keping.

H. STUDI KOMPARASI MONOREL

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait praktek penyelenggaraan

monorel, dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri, perlu kiranya

dilakukan studi komparasi ke luar negeri. Pemilihan negara tujuan studi komparasi

ini didasarkan pada beberapa alasan, yaitu negara yang telah menggunakan monorel

sebagai angkutan umum massal (jumlah kapasitas angkut penumpang tinggi), serta

terdapat pabrik pembuatan monorel dan seluruh kelengkapannya.

I. SUMBER PENDANAAN

Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan PNBP Badan Pengusahaan Batam

Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp 1.800.000.000.- (Satu Miliar Delapan Ratus

Juta Rupiah).

Page 9: KAK Monorel

J. JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, dengan jadwal sebagaimana

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No. KEGIATAN BULAN KE-

1 2 3 4 5 6

1. Penyusunan Outline Business Case

a. Kajian Hukum Kelembagaan

b. Kajian Teknis

c. Kajian Kelayakan Proyek

d. Kajian Lingkungan-Sosial

e. Kajian Bentuk Kerjasama

Penyelenggaraan

2. Penyusunan Rancangan Dasar (Basic Design)

a. Survei lapangan

b. Penyusunan Rancangan Dasar

(Basic Design)

c. Perhitungan volume dan biaya

konstruksi

3. Penyusunan Dokumen Lelang

4. Pelaporan

a. Laporan Pendahuluan x

b. Laporan Antara x

c. Konsep Laporan Akhir x

d. Laporan Akhir dan Ringkas x

e. Album Gambar x

f. Dokumen Lelang Kerjasama x

5. Presentasi

a. Presentasi Laporan Pendahuluan x

b. Presentasi Laporan Antara x

c. Presentasi Konsep Laporan Akhir x

K. KETENTUAN KHUSUS

Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) dengan ini mengundang Lembaga Penyedia

Jasa Konsultansi, baik secara mandiri maupun kemitraan (kerjasama), dengan

ketentuan memiliki pengalaman yang cukup di bidang perencanaan perkeretaapian.

Jika dalam pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini dilakukan dengan kemitraan,

maka penyedia jasa diwajibkan mengikuti ketentuan/persyaratan yang berlaku.

Page 10: KAK Monorel

L. PENUTUP

Hal-hal teknis yang yang belum tercakup dalam KAK ini akan disampaikan dalam

acara rapat penjelasan (aanwijzing) berikut addendum (bila ada) dan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak pekerjaan.