Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerpen merupakan salah satu karya sastra popular yang ada di masyarakat. Cerpen atau cerita pendek adalah jenis karya sastra fiksi naratif yang memiliki satu p okok  permasalahan dan bisa dibaca sekali duduk. Sebagai karya sastra, cerpen tidak terlepas dari bahasa yang digunakan. Untuk dapat memahami cerita pendek secara menyeluruh, seseorang harus memahami bahasa yang digunakan oleh pengarang. Bahasa tersebut kadangkala memiliki makna implisit atau bersifat figuratif. Secara umum, kita dapat mengkaji hal tersebut melalui kegiatan mengkaji, menyelidiki, dan menelaah objek sastra. Terkait dengan bahasa, kita dapat melakukan penelaahan menggunakan stilistika. Secara sederhana stilistika dapat dimaknai sebagai ilmu yang mengkaji stile atau gaya  bahasa yang digunakan oleh pengarang. Penelaahan ini melihat fungi dan peran bahasa dalam suatu karya sastra. Kita tahu, bahwa setiap pengarang memiliki karakteristik, yang mana karakteristik tersebut menjadi cirri khas yang membedakan dia dengan pengarang yang lain. Dewasa ini, nama-nama pengarang Indonesia bermunculan. nama mereka semakin besar dengan diapresiasinya karya yang mereka lahirkan. Salah satu tokoh sastra wanita Indonesia yang cukup sukses adalah Dewi Lestari. Sebagai seorang penulis lagu, dia termasuk orang yang multitalenta. Karya-karyanya dalam bentuk novel pun laris manis dan banyak dikritisi oleh kritikus sastra. Hal inilah yang mendasari kami mengkaji stile dalam cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta”. “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” merup akan salah satu cerpen dalam kumpulan cerpen Dewi Lestari yang berjudul  Madre. Kumpulan cerpen ini terbit pada Juni 2011 dan diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka. Dalam pengantar editor yang dinamakan Pesona Dee, Sitok  Srengenge mengatakan “Maka, keti ka saya menjadi editor  Madre, saya langsung menyanggupinya, meski adwal kesibukan saya sendiri butuh waktu lebih. Saya memasukkan  Madre ke dalam prioritas. Dan, sebagaimana telah saya duga, saya benar-benar terpesona. Dalam calon buku baru itu saya tak hanya menemukan kepiawaian Dee bercerita dan mengolah bahasa, lebih dari itu, saya merunduk hormat

Transcript of Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

Page 1: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 1/35

BAB I

PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang

Cerpen merupakan salah satu karya sastra popular yang ada di masyarakat.

Cerpen atau cerita pendek adalah jenis karya sastra fiksi naratif yang memiliki satu pokok 

 permasalahan dan bisa dibaca sekali duduk. Sebagai karya sastra, cerpen tidak terlepas

dari bahasa yang digunakan. Untuk dapat memahami cerita pendek secara menyeluruh,

seseorang harus memahami bahasa yang digunakan oleh pengarang. Bahasa tersebut

kadangkala memiliki makna implisit atau bersifat figuratif. Secara umum, kita dapat

mengkaji hal tersebut melalui kegiatan mengkaji, menyelidiki, dan menelaah objek 

sastra.

Terkait dengan bahasa, kita dapat melakukan penelaahan menggunakan stilistika.

Secara sederhana stilistika dapat dimaknai sebagai ilmu yang mengkaji stile atau gaya

 bahasa yang digunakan oleh pengarang. Penelaahan ini melihat fungi dan peran bahasa

dalam suatu karya sastra. Kita tahu, bahwa setiap pengarang memiliki karakteristik, yang

mana karakteristik tersebut menjadi cirri khas yang membedakan dia dengan pengarang

yang lain.

Dewasa ini, nama-nama pengarang Indonesia bermunculan. nama mereka

semakin besar dengan diapresiasinya karya yang mereka lahirkan. Salah satu tokoh sastra

wanita Indonesia yang cukup sukses adalah Dewi Lestari. Sebagai seorang penulis lagu,

dia termasuk orang yang multitalenta. Karya-karyanya dalam bentuk novel pun laris

manis dan banyak dikritisi oleh kritikus sastra. Hal inilah yang mendasari kami mengkaji

stile dalam cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta”.

“Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” merupakan salah satu cerpen dalam

kumpulan cerpen Dewi Lestari yang berjudul  Madre. Kumpulan cerpen ini terbit pada

Juni 2011 dan diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka. Dalam pengantar editor yang

dinamakan Pesona Dee, Sitok  Srengenge mengatakan “Maka, ketika saya menjadi editor 

 Madre, saya langsung menyanggupinya, meski adwal kesibukan saya sendiri butuh waktu

lebih. Saya memasukkan  Madre ke dalam prioritas. Dan, sebagaimana telah saya duga,

saya benar-benar terpesona. Dalam calon buku baru itu saya tak hanya menemukan

kepiawaian Dee bercerita dan mengolah bahasa, lebih dari itu, saya merunduk hormat

Page 2: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 2/35

karena kepekaannya menyimak dan menyikapi masalah krusial dalam hubungan

antarmanusia”.

Kepiawaian Dee dalam meramu bahasa sekaligus tema-tema humanisme yang dia

angkat, merupakan alasan terbesar kami mengkaji cerpen ini. Dewi Lestari tidak hanya

sekedar menceritakan namun juga menyisipkan simbol-simbol yang unik.

B.  Rumusan Masalah

1.  Bagaimana bahasa yang digunakan Dewi Lestari dalam cerpen “Semangkok Acar 

untuk Tuhan dan Cinta”? 

2.  Apa makna dan fungsi dari penggunaan gaya bahasa tersebut?

C.  Tujuan

Pengkajian stile ini dilakukan untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan

Dewi Lestari dalam cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” sekaligus

mengetahui makna dan fungsi dari penggunaan gaya bahasa tersebut.

Page 3: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 3/35

BAB II

LANDASAN TEORI

Sugiarti (555: 2010) menjelaskan stilistika sebagai bahasa khas sastra akan memiliki

keunikan tersendiri apabila dibandingkan bahasa komunikasi sehari-hari. Stilistika adalah bahasa

yang telah dicipta dan bahkan direkayasa untuk mewakili ide sastrawan.

Sugiarti juga menyatakan bahwa stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa

dalam suatu karya sastra . Studi ini memang berbau linguistik karena hubungan antara sastra dan

linguistik memang sulit dipisahkan Stilistika akan membangun aspek keindahan karya sastra.

Semakin pandai memanfaatkan stilistika , karya sastra yang dihasilkan akan semakin menarik.

Kemahiran sastrawan menggunakan stilistika, juga akan menentukan bobot karya sastra itu

sendiri.

Lebih lanjut stilistika merupakan penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya

sastra. Gaya bahasa tersebut mungkin disengaja dan mungkin pula timbul serta merta ketika

 pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa merupakan efek seni dalam sastra yang

dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang sastrawan akan menuangkan

ekspresinya.

Secara akademis, linguistik memahami bahasa, sastra memahaminya lewat bahasa. Baik 

 pemahaman melalui linguistis maupun literer dapat dimediasi oleh stilistika. Stilistika

merupakan objek baik bagi ilmu bahasa maupun ilmu sastra . Perbedaanya stilistika linguistic

terbatas pada penelitian gejala bahasa secara deskriptif, yang dalam perkembangan kemudian

disebut sebagai majas, sedangkan stilistika literer melangkah lebih jauh pada aspek-aspek yang

melatarbelakangi sekaligus tujuan yang hendak dicapai , sebagai penelitian evaluatif. Analisis

stilistika literer dilakukan sesudah dilakukan analisis stilistika linguistik, tetapi belum tentu

sebaliknya (Sugiarti, 557: 2010)

Khusnin (47:2012) mengatakan, untuk menganalisis bentuk stilistika dilakukan dengan

cara  pertama, analisis sistemis sistem sastra/bahasa yang dilanjutkan dengan analisis.  Kedua

mengamati perbendaan antara gaya bahasa dengan bahasa yang digunakan secara umum. Kedua

analisis tersebut bertujuan untuk memahami pandangan pengarang dalam menuangkan ide dan

memahami teks secara menyeluruh dari aspek kebahasaan.

Pendekatan stilistika digunakan untuk menganalisis tanda dan bentuk kebahasaan yang

dipergunakan pengarang sebagai pernyataan lahiriah. Selain itu, pendekatan stilistika digunakan

Page 4: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 4/35

untuk menganalisis penggunaan sistem tanda yang mengandung ide, gagasan dan nilai estetis

tertentu, sekaligus untuk memahami makna yang dikandungnya (Khusnin, 47-48: 2012).

Hal senada juga diungkapkan oleh Wulandari (95: 2009) yang menyatakan stilistika

sangat berperan dalam penciptaan suatu karya tulisan atau karya sastra, diantaranya gaya bahasa,

yang meliputi gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat dan wacana, dan lain sebagainya.

Stilistika sebagai ilmu tentang gaya bahasa memegang peran yang sangat penting dalam

studi kebahasaan, baik linguistik maupun kesusastraan. Perkembangan yang lebih jelas terjadi

 pada penelitian stilistika di bidang lingusitik, sedangkan penelitian stilistika terhadap karya sastra

masih sangat langka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya penelitian stilistika karya

sastra mungkin disebabkan oleh kurang memadainya jumlah referensi yang diperlukan sebagai

rujukannya. Dalam studi kesusastraan, stilistika dipergunakan sebagai alat untuk memberi makna

 pada karya tersebut karena gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra mengungkapkan makna

karya sastra tersebut.

Hal di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan Rinaldi (214: 2012). Rinaldi

mengemukakan, penelitian stilistika dikenal juga dengan stile yang memiliki arti sebagai cara

 pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian

 pengarang. Stile pada hakekatnya merupakan teknik, yakni teknik pemilihan ungkapan

kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan disampaikan atau diungkapkan.

Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata atau diksi, struktur 

kalimat atau struktur sintaksis, bentuk penggunaan bahasa figuratif atau gaya bahasa,

 penggunaan kohesi dan lain-lain. Makna stile adalah suatu hal yang pada umumnya tidak lagi

mengandung sifat kontroversial, menyarankan pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam

konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu, dan sebagainya. Dalam hal ini

stile yang dimaksud dapat bermacam-macam sifatnya, tergantung konteks di mana dipergunakan,

selera pengarang, dan juga tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri. Stilistika mengkaji

 berbagai fenomena kebahasaan dengan menjelaskan berbagai keunikan pemakaian bahasa

 berdasarkan keunikan pemakaian bahasa berdasarkan maksud pengarang dan kesan pembaca.

Selain pendapat di atas, Pradopo (94: 1999) mengatakan stilistika tidak hanya merupakan

studi gaya bahasa dalam kesusastraan, melainkan juga studi gaya bahasa dalam bahasa pada

umumya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan paling

kompleks. Hal ini merujuk pendapat Turner yang mengatakan bahwa stilistika adalah bagian

Page 5: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 5/35

linguistik yang memusatkan perhatian pada variasi dalam penggunaan bahasa. Dikemukakannya

 bahwa stilistika berarti studi gaya, yang menyarankan bentuk suatu ilmu pengetahuan atau paling

sedikit berupa studi yang metodis.

Page 6: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 6/35

BAB III

PEMBAHASAN

A.  Unsur Leksikal

1.  Diksi Berdasarkan Pertimbangan dari Segi Bentuk dan Makna

Secara umum, cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” adalah cerpen

yang mengangkat tema sederhana namun memiliki nilai yang cukup tinggi.

Permasalahan Tuhan dan cinta menjadi isu strategis dari cerita pendek ini. Dewi Lestari

menyajikannya dalam bentuk cerita dialogis antara narasumber dan wartawan. Tuhan

dan cinta menurut Dewi Lestari adalah sesuatu yang sudah usang, terlalu klise

dibicarakan orang, namun tidak pernah terjawab, apa makna dari Tuhan? Apa makna

dari cinta? Untuk itulah Dee membawa hal yang cukup dekat dengan kita ini, menjadi

sesuatu yang lebih sederhana. Maka, dia kemudian membandingkan Tuhan dan cinta

melalui acar, yang notabene sering kita pandang sebagai hal yang remeh temeh. Di

sinilah kekuatan Dee dalam mengolah pembanding. Sesuatu yang besar dan kompleks,

dia sajikan secara ringan bahkan terkesan konyol dan main-main.

Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini, sudah biasa kita dengar dalam

 percakapan sehari-hari, meskipun di sana sini dia juga banyak menggunakan

 perbandingan-perbandingan serta hal-hal berbau saintis. Kalau kita cermati, maka bahasa

yang Dee gunakan sebenarnya menunjukkan keterwakilan dunia selebritis. Hal ini tidak 

mengherankan, melihat latar belakang Dee yang memang seorang publik figur.

Perbincangan antara dia dan wartawan adalah sesuatu yang biasa. Cerita ini cukup unik,

adapun keunikan ini didukung dengan celoteh Dee melalui pilihan-pilihan katanya.

Berikut ini pemakalah sajikan beberapa kutipan yang diambil dari cerpen

“Semangkuk Acara untuk Tuhan dan Cinta”. 

a.  Penggunaan bahasa kolokial

Bahasa kolokial adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasaini sudah tidak asing lagi bagi kita, karena menggunakan makna yang lugas.

~ paragraf 1

Apa itu Tuhan? Apa itu cinta?

~ paragraf 7

Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk.

Page 7: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 7/35

~ Paragraf 8

Mendengarnya, wartawan itu kian mencondongkan badannya ke depan, matanya

 berbinar antusias.

~ Paragraf 10

Akhirnya ia mengangguk setuju.

~ Paragraf 17

Artikel itu kemudian terbit. Tanpa baris-baris kalimat. Hanya gambar besar 

semangkok acar bawang.

Berdasarkan data di atas kita akan mengetahui, Dewi Lestari memilih kata-kata

kolokial supaya pembaca merasa lebih dekat dengan apa yang diceritakan oleh

 pengarang. Selain itu, kata kolokial juga memudahkan pembaca dalam memahami

 jalan cerita.

b.  Penggunaan bentuk dialog

Dialog dalam cerpen ini, memiliki tipikal yang khas, sebagaimana yang sering

dilontarkan wartawan kepada narasumber. Wartawan menggunakan bahasa semi

formal untuk mengulik informasi.

~ paragraf 2

“Menurut Anda apa itu cinta?”

~ paragraf 3

“Cinta?” 

~ paragraf 4

“Satu lagi. A pa makna Tuhan bagi Anda?

~ paragraf 9

"Tapi saya tidak ingin menjawab ini sendirian. Saya ingin mencarinya bersama-

sama.Anda setuju?" 

~ paragraf 11

"Ayo, kita kupas.Pakai kuku."

~ paragraf 13

"Ayo. Terus, sampai habis."

Page 8: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 8/35

Dari data di atas kita dapat memahami, bahwa fungsi dari dialog yang

diciptakan oleh Dee adalah untuk memberikan efek realistis. Kita dapat

membayangkan apa jadinya dunia ketika tidak ada unsure dialogis dalam hidup, pasti

cerita akan terkesan sepi dan tak hidup. Dialog-dialog di atas juga berfungsi untuk 

memberikan ruang bagi tokoh, dalam menyampaikan pandangan-pandangan atau

sikapnya terhadap suatau permasalahan. Hal ini menjadikan kalimat tersebut

memiliki nilai seni.

Selain bentuk-bentuk dialog di atas, juga terdapat petunjuk tindakan, untuk 

mengiringi perkataan pra tokohnya. Hal ini terlihat pada petikan berikut:

….. dan orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa itu cinta?" (paragraph 2)

 Aku hanya menggeram dan mengulang : "Cinta?" (paragraph 3)

 Dan dia sungguhan nekat bertanya: "Satu lagi. Apa makna Tuhan bagi Anda?"

(paragraf 4)

Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk ."Begini," aku

mulai menjelaskan, "pertama-tama, dengan mengetahui apa itu cinta, kita akan

mengetahui Tuhan. Dan ketika kita mengetahui Tuhan, kita juga jadi tahu apa itu

cinta. Jadi, kita bisa mengungkap keduanya sekaligus." (paragraf 7)

"Tapi saya tidak ingin menjawab ini sendirian. Saya ingin mencarinya bersama-

sama.Anda setuju?" tanyaku. (paragraf 8)

 Aku lantas menyambar mangkok berisi acar, mencomot dua bawang merah utuh,

dan memberikan satu butir kepada wartawan itu "Ayo, kita kupas. Pakai kuku." Dan

tanpa menunggu, dengan semangat dan giat aku mulai mengupas. (paragraf 10)

Kalau kita mencermati secara detail percakapan di atas, kita akan

menemukan, bahwa petunjuk tindakan berfungsi untuk memberikan kejelasan siapa

yang berbicara, misalnya ulang…, kata…., tanya... Untuk beberapa per cakapan yang

 berurutan, tanpa adanya petunjuk, kadang pembaca dibingungkan, degan siapa yang

 berkata. Selain itu petunjuk tindakan juga berfungsi untuk memberikan latar situasi,

misalnya ketika berbicara mereka sedang dalam keadaan marah, sambil melakukan

aktivitas lain, dll.

c.  Pemanfaatan bahasa daerah

Page 9: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 9/35

Bahasa daerah yang muncul dalam cerpen ini sangatlah sedikit. Hampir 

secara keseluruhan cerpen ini menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa daerah yang

digunakan dalam cerpen ini adalah kata mencelat (paragraf 2). Kata mencelat berasal

dari bahsa Jawa yang bila diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi “terlempar”. 

Penggunaan unsur bahasa daerah dalam sebuh cerita pendek, berfungi untuk 

memberikan pemahaman kepada pembaca tentang latar belakang geografis tokoh

cerita. Misalnya dalam kutipan di atas, kita dapat berpikir bahwa tokoh aku, adalah

orang Jawa.

d.  Pemanfaatan kata-kata asing

Kata-kata asing dalam hal ini bukanlah sekedar kata serapan dari bahasa lain,

merupakan juga kata-kata yang jarang didengar oleh orang awam. Adapun

 pemanfaatan kata-kata asing itu, antara lain:

~Paragraf 4

Si wartawan pun berpikir bahwa pertanyaan brilian berikutnya akan memancing

 jawaban lebih panjang dan lebih mencengangkan, yang akan menghibur para

 pembaca majalahnya, sebab hasil wawancara ini akan terbit di edisi khusus yang

membahas 10+1 cara bercinta paling panas dan peta terbaru menuju  spot-spot 

orgasmik yang selama ini tersembunyi.

Spot-spot orgasmik dalam paragraf di atas adalah titik-titik di mana keadaan

 puncak kenikmatan seksual bisa terjadi. Selain jarang terdengar, pembicaraan yang

menyangkut seksual dalam ranah awam masih tabu.

Penggunaan frasa spot-spot orgasmik sengaja dilakukan, karena apabila

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti masyarakat awam,

hal tersebut akan sangat panjang. Selain itu penggunaan frasa tersebut juga

mengadung keindahan karena adanya unsur pengulangan dan juga menunjukkan sisi

intelektualitas.

~Paragraf 16

Artikel itu kemudian terbit. Tanpa baris-baris kalimat. Hanya gambar besar 

semangkok acar bawang. Dan mereka yang membacanya menyangka bahwa itu

resep afrodisiak .

Page 10: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 10/35

Afrodisiak tidak banyak dikenal oleh orang awam, karena istilah ini memang

 jarang sekali digunakan. Afrodisiak adalah zat kimia yang digunakan untuk 

merangsang daya seksual.

Kata afrodisiak digunakan oleh Dee, mengingat sulit sekali mendapatkan

 padanannya dalam bahasa Indonesia yang umum. Selain itu, kata afrodisiak mampu

menimbulkan estetika sekaligus melahirkan keingintahuan pembaca.

~Paragraf 5

Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas, dan benda-benda dalam

radiusku yang sangat mungkin kujadikan senjata pembelaan diri atas serangan

 pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu ditanyakan itu.

Muskil mungkin sudah sering digunakan, namun bagi masyarakat awam, kata

tersebut jarang terdengar, mereka lebih familiar dengan kata tidak mungkin, sulit, dll.

Pemilihan kata ini menimbulkan efek yang luar biasa pada kalimat. Seolah-olah

 pertanyaan-pertanyaan wartawan itu sangat-sangat tidak mungkin terjadi.

~Paragraf 15

Ditandai air mata 'cinta' yang menghiasi pipi kami berdua serta aroma Tuhan yang

meruap segar dari kuku, wawancara siang itu usai.

Kendati terasa familiar, sebenarnya banyak orang tak tahu arti kata meruap.

Meruap dapat bermakna meluap, menguap, atau membuih. Pemilihan kata meruap,

membuat pembaca membayangkan sesuatu yang tak kasat mata, namun keluar dalam

 jumlah yang cukup banyak. Hal ini menimbulkan estetika tersendiri.

Dari data-data di atas maka kita dapat menyimpulkan, bahwa arah makna

yang ditunjukkan oleh Dewi Lestari dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan

Cinta ini bersifat denotasi dan konotasi. 

a)  Denotasi

  Paragraf 6

Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk. "Begini," aku

mulai menjelaskan, "pertama-tama, dengan mengetahui apa itu cinta, kita akan

mengetahui Tuhan. Dan ketika kita mengetahui Tuhan, kita juga jadi tahu apa itu

cinta. Jadi, kita bisa mengungkap keduanya sekaligus."

  Paragraf 7 

Page 11: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 11/35

Mendengarnya, wartawan itu kian mencondongkan badannya ke depan, matanya

 berbinar antusias. Semakin yakinlah ia betapa cemerlangnya pertanyaan-pertanyaan

itu, betapa bermutu dan menantangnya. "Tapi saya tidak ingin menjawab ini

sendirian. Saya ingin mencarinya bersama-sama. Anda setuju?" tanyaku.

  Paragraf 8

Wartawan itu terkesiap. Tak siap. Namun rasa penasarannya terusik. Tampak 

keinginan kuatnya untuk mempertahankan reputasi sebagai sang penanya brilian.

Akhirnya, ia mengangguk setuju. 

  Paragraf 12

Demikianlah kami berdua, dengan mata mengerjap-ngerjap perih, mengupasi

 bawang dengan kuku yang akhirnya jadi lebih mirip mencacah. Serpih-serpih

 bawang yang berantakan mengotori meja. Dan akhirnya kami berhenti ketika serpih

terakhir sudah terlampau kecil untuk bisa dikupas.

Makna denotasi dalam paragraf-paragraf di atas memudahkan pembaca

memahami cerita. Selain itu makna denotasi menunjang estetika kaitannya dalam

menghadirkan kesan riil dan dekat. Hal ini menimbulkan keindahan sekaligus

keseimbangan bagi kalimat-kalimat Dee yang lain, yang penuh dengan majas dan

simbol-simbol, terlebih dalam cerpen ini pun Dee memainkan kata. Contoh

 permainan ini terlihat pada paragraf 6, di sana Dee bermain-main dengan katamengetahui. Lalu pada paragraf 7 kita dapat melihat, Dee mencoba memainkan

hubungan kausatif melalui kata berbinar dan cemerlang. Pada paragraf 8 pun, Dee

mampu memberikan komposisi yang apik melalui persamaan bunyi pada kata

terkesiap dan tak siap. Demikian pada paragraf 12, kita dapat melihat Dee mencoba

 bermain dengan pengulangan, misalnya pada kata mengerjap-ngerjap, mencacah, dan

serpih-serpih. Semua itu memberikan keindahan pada cerpen “Semankok Acar untuk 

Tuhan dan Cinta”. 

b)  Konotasi

  Paragraf 1

Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut, memualkan perut, menyesakkan

 jantung, ketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen, atau alat perekam, di

Page 12: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 12/35

tengah jam makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, saat makanan di

 piring memohon perhatian penuhmu, dan orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa

itu cinta?"

Makna: kalimat konotasi di atas memiliki makna, bahwa pertanyaan mengenai arti

cinta adalah hal paling buruk bagi si tokoh, melebihi hal-hal buruk yang

lain.

  Paragraf 4

Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas, dan benda-benda dalam

radiusku yang sangat mungkin kujadikan senjata pembelaan diri atas serangan

 pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu ditanyakan itu.

Makna: kalimat konotasi di atas memiliki makna, bahwa si tokoh merasa emosional

dengan pertanyaan yang diajukan.

  Paragraf 5

Dan aku teringat baris-baris panjang tentang cinta dan Tuhan yang pernah

dimuntahkan mulutku seperti peluru dari senapan otomatis -yang begitu hebat dan

 jenius hingga menembusi hati orang-orang yang mendengarnya.

Makna: baris- baris panjang pada kalimat diatas berarti „kalimat‟ atau „kata-kata‟,

atau „buah pemikiran‟ sedangkan dimuntahkan mulutku maksudnya adalah

yang dikatakan, kemudian menembusi hati orang yang mendengar adalahmembuat orang percaya dan kagum. Arti kalimat konotasi di atas adalah, si

tokoh pernah mengeluarkan pemikirannya tentang cinta dan Tuhan,

sehingga membuat orang terkagum-kagum.

  Paragraf 13

Berlinangan airmata, yang jatuh bukan karena duka atau suka, aku pun berkata:

"Inilah cinta. Inilah Tuhan. Tangan kita bau menyengat, mata kita perih seperti

disengat, dan tetap kita tidak menggenggam apa-apa." Sambil terisak, yang bukan

karena haru bahagia atau haru nelangsa, lagi aku berkata: "Itulah cinta. Itulah

Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang

sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban."

Makna: paragraf di atas sebenarnya hanya membincang soal makna Tuhan dan

cinta yang bisa dirasakan, namun tidak berwujud.

Page 13: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 13/35

  Paragraf 14

Ditandai air mata 'cinta' yang menghiasi pipi kami berdua serta aroma Tuhan yang

meruap segar dari kuku, wawancara siang itu usai.

Makna: di sini Dee ingin menegaskan penemuan akan makna cinta dan Tuhan

menandai berakhirnya wawancara.

Penggunaan kata konotasi membuat cerpen menjadi indah, karena pembaca

dituntut berpikir untuk dapat menangkap makna yang sebenarnya. Selain itu makna

konotasi juga memberikan adanya variasi, yang membuat cerita menjadi tidak 

monoton. Ada permainan-permainan isitlah yang membuat cerpen nyaman

dinikmati, misalnya kata piring, garpu, dan sendok boleh jadi bukan barang yang

sebenarnya, melainkan suatu alasan yang masuk akal, sehingga bisa mengelak dari

 pertanyaan-pertanyaan wartawan. Lalu kata pengalaman, berjodoh, bau menyengat,

semua itu merupakan symbol yang dihadirkan oleh penulis, agar cerita terasa kuat.

Begitu juga dengan kata konotasi aroma Tuhan, yang sebenarnya hanya

membincang perkara keberadaan Tuhan. Namun, Dee berhasil menciptakan bahasa-

 bahasa yang menggelitik tersebut.

2.  Jenis Kata

 No Jenis Kata Contoh Jumlah Kata Presentase

1 Kata Benda Acar, mangkok, garpu 84 32,94%2 Kata Kerja Memahitkan,

memualkan, menghiasi,

 bercinta

69 27,05%

5 Kata tugas Yang, di 36 14,12%

6 Kata Ganti Ini, itu, kau, aku, 24 9,41%

3 Kata Sifat Muskil, panas, perih,

kecil

18 7,05%

7 Kata Keterangan Sangat, bersama-sama 16 5,3%

4 Kata bilangan Semangkok 8 3,13%

Jumlah 255 100%

Page 14: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 14/35

Berdasarkan tabel di atas kita dapat menganalisis bahwa kata benda menduduki

 peringkat paling atas. Penggunaan kata benda ini bukan tanpa alasan, Dee menampilkan

kata benda di sana sini dengan tujuan mengkonkritkan cerita. Benda adalah sesuatu yang

dapat dirasakan oleh panca indera. Kata benda juga memiliki peranan penting sebagai

subyek dan obyek. Terkait dengan cerpen ini, kata benda memberikan nilai estetis,

khususnya sebagai penegas latar dan suasana.

Penggunaan kata kerja yang juga banyak dalam cerpen ini, bertujuan untuk 

menghidupkan cerita sekaligus menggambarkan bahwa tokoh adalah orang yang hidup

dan aktif. Penggunaan kata kerja dalam cerpen ini lebih banyak disisipkan Dee dalam

majas-majas yang dia gunakan. Efek ini memberikan kesan menarik, terutama dalam

menggambarkan perlakuan-perlakuan yang mungkin akan dilakukan oleh si tokoh aku,

lebih-lebih Dee seringkali menggunakan kata kerja yang beruntun.

Kata sifat pada cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” lebih sering

menggambarkan emosi, sifat, dan juga hal-hal abstrak yang ada di sekitar tokoh.

Penggunaan kata-kata sifat ini sangat berpengaruh terhadap kedalaman cerita. Lihat saja,

 bagaimana Dee mengungkapkan kata kecil, panas, dan perih untuk menggambarkan

usahanya dalam mencari makna Tuhan dan cinta. Kalau kata-kata sifat tersebut tidak 

tercantum, mungkin cerita menjadi terasa dangkal dan kurang gereget.

Kata tugas meskipun kadang dianggap sepele, namun sebenarnya memiliki

kedudukan yang penting. Tanpa kata tugas, sebuah kalimat tidak akan menjadi kalimat

yang baik atau cacat. Keberadaan kata tugas secara tidak langsung ikut mempengaruhi

keindahan sebuah kalimat, yang mana juga mempengaruhi keindahan cerita.

Jumlah kata ganti dalam cerpen ini mungkin tidak sebanyak jenis kata yang lain.

 Namun, kata ganti memiliki peranan yang cukup penting dalam cerita. Kalau kita

melihat, latar tempat dari awal hingga ahir tidak berubah, hanya sebuah meja kafe. Maka

kata ganti seperti ini dan itu terasa relevan untuk memberikan penegasan pada apa yang

sedang dilakukan atau dibahas. Begitu juga dengan kata ganti orang, aku dank kau.

Kedua kata ganti orang ini memiliki kedudukan yang penting, lantaran tokoh cerita

hanya terdiri dari dua orang. Dengan demikian, kata ganti yang digunakan memiliki

sinergitas dengan cerita yang ditulis. Hal ini memberikan efek keindahan tersendiri.

Page 15: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 15/35

Hampir sama dengan kata sandang, kata keterangan pun memiliki fungsi untuk 

memperkuat penggambaran situasi. Saya ingin mencarinya dengan  saya ingin

mencarinya bersama-sama tentu memiliki pemaknaan yang berbeda. Kalimat pertama,

 bermakna bahwa yang mencari hanya  saya, sedangkan pada kalimat kedua bermakna,

 bahwa saya mengajak orang lain untuk mencari dalam waktu yang bersamaan.

Kata bilangan boleh jadi memiliki prosentase yang paling sedikit, dibandingkan

dengan jenis kata yang lain. Akan tetapi, jenis kata ini turut membangun keindahan

cerita. Kalau kita cermati, hanya ada satu kata bilangan, yaitu pada kata semangkok yang

merujuk pada satu mangkok. Namun, Dee menggunakan kata ini berkali-kali, yang

 berarti Dee ingin memberikan penegasan, bahwa untuk memahami cinta serta Tuhan,

yang diperlukan itu adalah semangkok, bukan sepiring, yang diperlukan itu semangkok,

 bukan beberapa mangkok. Dengan hal ini, ingatan pembaca akan kata semangkok 

menjadi lebih mendalam, terlebih kata semangkok juga terpampang dalam judul cerita.

B.  Unsur Gramatikal

1.  Kompleksitas kalimat

Dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat 15 paragraf dan 54

kalimat yang terdiri dari 22 kalimat sederhana dan 32 kalimat kompleks yang dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Jenis Kalimat Jumlah Kalimat Persentase

Kalimat sederhana

Kalimat kompleks

22

32

40,74%

59,26%

Jumlah 54 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa cerpen ini lebih didominasi oleh kalimat kompleks

daripada kalimat sederhana. Dominasi kalimat kompleks tersebut menggambarkan bahwa

cerita dalam cerpen ini tidak sesederhana yang kita kira. Cerpen ini sederhana namun

 juga sedikit sulit dipahami maknanya secara lugas. Contoh kalimat sederhana dan kalimat

kompleks dapat kita lihat pada uraian berikut ini. Untuk jenis kalimat secra lebih lengkap,

 bisa dilihat di lampiran.

a.  Kalimat sederhana

Page 16: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 16/35

  Wartawan itu terkesiap. (Paragraf 8)

S P

  Artikel itu kemudian terbit. (Paragraf 15)

S P

 b.  Kalimat kompleks

  Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas, dan benda-benda dalam

radiusku yang sangat mungkin kujadikan senjata pembelaan diri atas serangan

 pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu ditanyakan itu. (Paragraf 

4)

Kalimat itu terdiri dari 8 klausa

1.  Jemariku bergetar menahan garpu

S P O

2. Jemariku bergetar menahan pisau

S P O

3. Jemariku bergetar menahan piring

S P O

4. Jemariku bergetar menahan gelas

S P O

5. Jemariku bergetar menahan benda-benda dalam radiuskuS P O

yang sangat mungkin kujadikan senjata pembelaan diri

atas serangan pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu

ditanyakan itu

6. benda-benda dalam radiusku yang sangat mungkin kujadikan

S P

senjata pembelaan diri atas serangan pertanyaan-pertanyaan paling muskil

O

dijawab tapi selalu ditanyakan itu

7. senjata pembelaan diri atas serangan pertanyaan-pertanyaan paling muskil

Page 17: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 17/35

S P O

dijawab tapi selalu ditanyakan itu

8. pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu ditanyakan itu

S P

Sebagaimana dijelaskan dalam pengantar, seorang pengarang akan sangat

 jeli dalam memilih kata atau kalimat. Dia akan mempertimbangkan, mana kalimat

yang mampu membangun cerita dan mana yang tidak. Sebab, berbicara sastra

maka kita juga akan disodorkan pada estetika. Dalam cerpen ini Dee pandai

menggunakan kombinasi kalimat sederhana dan kalimat kompleks. Kalimat-

kalimat sederhana menimbulkan kesan santai bagi para pembaca. Pembaca akan

merasa mudah memahami. Biasanya hal-hal yang disampaikan secara singkat,

menunjukkan kesan lugas dan tidak terlalu esensial untuk diperbincangkan secara

 panjang lebar.

Berbeda dengan kalimat sederhana, kalimat kompleks memegang peranan

yang cukup penting dalam cerita. Dalam kalimat panjang tersebut, pengarang

menuntut pembaca untuk bisa memainkan irama dan emosi, melalui penjedaan

 berdasarkan tanda titik atau koma. Panjangnya kalimat juga mendukung suasana

cerita. Kalimat panjang yang hanya dibatasi dengan koma-koma menimbulkan

kesan genting dan tegang. Inilah yang kemudian melahirkan irama cerita. Irama di

sini bukan berarti suara, melainkan cara pembaca dalam membacakan cerita.

Selain itu panjangnya kalimat juga berkaitan dengan urgensi permasalahan untuk 

diperbincangkan secara panjang lebar, sehingga menimbulkan kesan yang lebih

kuat dan membekas. Klau kita mencermati, cerpen ini didominasi oleh kalimat

kompleks.

1.  Jenis Kalimat

Identifikasi jenis kalimat dalam cerpen ini meliputi kalimat deklaratif (kalimat yang

menyatakan sesuatu), kalimat imperatif (kalimat yang mengandung makna perintah atau

larangan), dan interogatif (kalimat yang mengandung makna pertanyaan), serta kalimat

minor dan kalimat mayor. Persentase pemunculan jenis-jenis kalimat tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Page 18: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 18/35

Tabel 2.2 Jenis-jenis Kalimat dan Frekuensinya

Jenis Kalimat Jumlah Kalimat Persentase

Kalimat Deklaratif 

Kalimat Imperatif 

Kalimat Interogatif 

46

3

8

81%

5%

14%

Jumlah 57 100%

Contoh beberapa kalimat deklaratif:

Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh hidupku

untuk mencari jawabnya, agar kedua pertanyaan itu berhenti menghantui. (paragraf 2)

Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk (paragraf 7)Tangan kita bau menyengat, mata kita perih seperti disengat, dan tetap kita tidak 

menggenggam apa-apa (paragraf 14)

Hanya gambar besar semangkok acar bawang. (paragraf 16)

Kalau kita mencermati cerpen ini, maka kita akan mendapati beberapa informasi.

Cerpen ini lebih banyak menggunakan gaya deskripsi entah dengan menggunakan majas

ataupun tidak. Maka, wajar jika Dee lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat

deklaratif yang berfungsi untuk menjelaskan atau memaparkan.

Contoh kalimat imperatif:

Ayo, kita kupas. Pakai kuku. (paragraf 9)

Ayo. Terus, sampai habis. (paragraf 11)

Cepen ini minim sekali kalimat imperatif. Minimnya kalimat inperatif dalam

cerpen karya Dee bukanlah tanpa alasan. Hal ini sejalan dengan isi cerita, tentang

 bagaimana Dee mengajak si wartawan menemukan makna cinta dan Tuhan dengan cara

yang sugestif. Secara psikologis, kalimat-kalimat imperatif khususnya kalimat suruhan,

membuat pembaca merasa digurui. Hal ini menimbulkan kesenjangan kedudukan antara

 pembaca dengan pengarang. Cerpen ini mengajak pembaca untuk terlibat dalam sebuah

diskusi imajiner, sehingga pembaca dituntut tidak hanya menikmati, namun juga berpikir 

kritis.

Page 19: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 19/35

Contoh kalimat interogatif:

apa itu cinta? Apa itu Tuhan? (paragraf 16)

Menurut Anda, apa itu cinta? (paragraf 2)

Satu lagi. Apa makna Tuhan bagi Anda? (paragraf 4)

Sepintas kita tidak mendapatkan fungsi yang cukup berpengaruh terkait minimnya

kalimat interogatif dalam cerpen ini. Namun, apabila kita mencermati, sesugguhnya

minimnya kalimat interogatif ini mendukung bangunan cerita. Kalimat-kalimat tersebut

muncul secara wajar, dalam sebuah wawancara. Dalam wawancara, pertanyaan yang

diajukan oleh wartawan cenderung sedikit, karena titik sentral dalam wawancara adalah

narasumber. Maka, narasumberlah yang lebih banyak berbicara serta menjelaskan. Ini

mengandung estetika tersendiri.

1.  Jenis Klausa dan Frase

Identifikasi jenis klausa pada cerpen ini lebih difokuskan pada tipe klausa

 berdasarkan kategori unsur pengisi P yang meliputi klausa ajektival, preposisional,

nominal, verbal, dan adverbial. Persentase pemunculan jenis klausa tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Jenis-jenis Klausa dan Frekuensinya

Cerpen karya Dewi Lestari ini memiliki tujuh jenis klausa, yaitu klausa nominal,verbal, ajektival, preposisional, adverbial, dan pronominal. Persentase pemunculan

 jenis klausa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Jenis-jenis Klausa dan Frekuensinya

Jenis Klausa Jumlah Klausa Persentase

Klausa verbal

Klausa nominal

Klausa preposisional

Klausa ajektival

Klausa numeral

Klausa pronominal

Klausa adverbial

45 klausa

8 klausa

7 klausa

7 klausa

6 klausa

2 klausa

1 klausa

59,21%

10,53%

9,21%

9,21%

7,89%

2,63%

1,32%

Page 20: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 20/35

Jumlah 76 100%

Contoh:

1.  Klausa nominal

   Inilah cinta (Paragraf 13) disebut klausa nominal (benda) karena fungsi predikat

(kata cinta) dalam fungsi tersebut adalah kata benda. 

   Inilah Tuhan (Paragraf 13) disebut klausa nominal (benda) karena fungsi

 predikat (kata Tuhan) dalam fungsi tersebut adalah kata benda.

2.  Klausa verbal

  aku membenci kedua pertanyaan itu (Paragraf 1) disebut klausa verbal (kerja)

karena fungsi predikat (kata membenci) dalam fungsi tersebut adalah kata kerja. 

  memohon perhatian penuhmu (paragraf 1) disebut klausa verbal karena fungsi

 predikat (kata memohon) dalam fungsi tersebut adalah kata kerja, sedangkan fungsi

subjeknya lesap. 

3.  Klausa ajektival

   jawaban lebih panjang (paragraf 3) disebut klausa ajektival (sifat) karena fungsi

 predikat (kata lebih panjang ) dalam fungsi tersebut adalah kata sifat. 

   serpih terakhir terlampau kecil  (paragraf 12) disebut klausa ajektival (sifat)

karena fungsi predikat (kata  sudah terlampau kecil ) dalam fungsi tersebut adalah

kata sifat. 

4.  Klausa numeral

   Berikut ini dua pertanyaan (paragraf 1) disebut klausa numeral (jumlah) karena

fungsi predikat (kata dua pertanyaan) dalam fungsi tersebut adalah kata numeral. 

   semangkok acar bawang  (paragraf 15) disebut klausa numeral (jumlah) karena

fungsi predikat (kata  semangkok acar bawang ) dalam fungsi tersebut adalah kata

numeral, sedangkan subjeknya lesap.

5.  Klausa preposisional

  makanan di piring (paragraf 1) disebut klausa preposisional (kata depan) karena

fungsi predikat (kata di piring ) dalam fungsi tersebut adalah kata preposisional. 

Page 21: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 21/35

   peluru dari senapan otomatis (paragraf 5) disebut klausa preposisional (kata

depan) karena fungsi predikat (kata dari senapan otomatis) dalam fungsi tersebut

adalah kata preposisional. 

6.  Klausa adverbial

  di tengah jam makan siang  (paragraf 1)

disebut klausa adverbial (kataketerangan) karena fungsi predikat (kata di tengah jam makan siang ) dalam fungsi

tersebut adalah kata preposisional, sedangkan subjeknya lesap. 

7.  Klausa pronominal

  Semakin yakinlah ia (paragraf 7) disebut klausa pronominal (kata ganti) karena

fungsi predikat (kata ia) dalam fungsi tersebut adalah kata pronominal, sedangkan

subjeknya lesap. 

  reputasi sebagai sang penanya brilian (paragraf 8) disebut klausa pronominal

(kata ganti) karena fungsi predikat (kata  sang penanya brilian) dalam fungsi

tersebut adalah kata pronominal. 

Dari tabel di atas, jenis klausa yang paling dominan adalah klausa verbal.

Penggunaan klausa verbal membuat cerita menjadi dinamis, bergerak, dan terkesan

hidup. Pada urutan kedua terdapat klausa nominal. Klausa nominal jelas memiliki

 peranan yang cukup penting dalam cerita, karena bagaimanapoun juga hal-halyang

 bersifat kebendaan membuat cerita menjadi realistis. Begitupun jenis klausa yang lain,

semua itu membuat cerita mnjadi lebih estetis.

Dalam cerpen ini, jenis frasa yang dianalisis adalah tipe frasa berdasarkan kategori

katanya yang terdiri atas frasa adverbial, frasa ajektival, frasa nominal, frasa verbal,

frasa preposisional, dan frasa numeral. Persentase pemunculan jenis frasa tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 22: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 22/35

 

Jenis Frasa Jumlah Frasa Persentase

Frasa nominal

Frasa pronominal

Frasa adjektival

Frasa verbal

Frasa numeral

Frasa preposisional

Frasa adverbial

14 nom

11 pro

9 aj

8 ver 

7 num

2 pre

1 adv

26,9%

21,15%

17,3%

15,38%

13,46%

3,8%

1,9%

Jumlah 52 100%

Tabel 2.4 Jenis-jenis Frasa dan Frekuensinya

Dari tabel di atas, jenis frasa yang paling dominan adalah frasa nominal yaitu

 berjumlah 14 frasa atau sebesar 26,9%. Selanjutnya, frasa pronominal berada di urutan

kedua setelah frasa nominal dengan persentase 21,15%, frasa adjektival sebesar 

17,3%, frasa verbal sebesar 15,38%, frasa numeral sebesar 13,46%, frasa preposisional

sebesar 3,8%, dan frasa adverbial sebesar 1,9%.

Dari segi katagori gramatikalnya:

a.  Frasa Nominal

Frasa nominal adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya merupakan

nominal

Contohnya:

  Kami mendengar pidato presiden

  Ani membeli buku bahasa Indonesia

  Ayah Amir adalah seorang guru sekolah dasar 

Dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa frasa

nominal. Contoh frasa nominal yang terdapat dalam cerpen Semangkok Acar 

untuk Tuhan dan Cinta antara lain:

   Perhatian penuhmu

Page 23: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 23/35

   Makan siang 

   Peta terbaru

   Air mata

  Kudedikasikan seluruh hidupku 

   Pertanyaan itu 

  Orang itu 

  Wartawan itu 

 b.  Frasa Pronominal

Frasa pronominal adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya

 pronominal.

Contohnya:

  Saya sendiri akan pergi ke pasar 

  Kami sekalian akan berkunjung ke Jogja

  Buku harian itu milik Hendra

Dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa frasa

 pronominal. Contohnya antara lain:

   Kita akan mengetahui Tuhan

   Kita bisa mengungkap keduanya sekaligus. 

  Menghiasi pipi kami berdua. 

   Mereka lalu melahap semangkok acar bawang 

  Dan mereka yang membacanya 

c.  Frasa Verbal

Frasa verbal adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya verba dan

modifikatornya berupa partikel modal, partikel ingkar, frasa adverbial, atauadverbial.

Contohnya:

  Andi datang bersama teman kelasnya

  Anto bekerja sebagai salesman di perusahaan itu

Page 24: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 24/35

  Ani sudah makan

Dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa frasa

verbal. Contohnya antara lain:

  Berikut ini dua pertanyaan yang paling kubenci 

  Pertanyaan itu berhenti menghantui 

  Tapi saya tidak ingin menjawab 

d.  Frasa Adjectival

Frasa Adjektival adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya adjektival

dan modifikatornya adverbial.

Contohnya:

  Buku itu terlalu banyak 

  Gedung itu sangat megah

  Bunga itu warnanya merah jambu

Dalam cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa contoh

frasa adjektival. Contohnya antaralain:

   jawaban lebih panjang  

  terlampau kecil  

   sedang sibuk  

e.  Frasa Adverbial

Frasa adverbial adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya adverbial

dan modifikatornta adverbial lain atau partikel.

Contohnya:

  Ayahnya seorang guru

 Pohon kelapa itu sangat tinggi

Dari cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa contoh

frasa adverbial. Contoh yang terdapat dalam Semangkok Acar untuk Tuhan dan

Cinta antara lain sebagai berikut:

   Di tengah jam makan siang

Page 25: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 25/35

f.  Frasa Numeral

Frasa numeral adalah frasa endosentris direktif dan non direktif.

Contohnya:

  Mereka memotong dua puluh ekor sapi

  Andi memiliki lima orang saudara

Dari cerpen Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta terdapat beberapa contoh

frasa numeral. Contoh yang terdapat dalam Semangkok Acar untuk Tuhan dan

Cinta antara lain sebagai berikut:

   Air seteguk 

   Dua bawang merah

  Semangkok 

   Dua pertanyaan

   Kedua pertanyaan

  Seseorang muncul 

  Satu butir 

g.  Klausa preposisional

 makanan di piring  (paragraf 1) disebut klausa preposisional (kata depan)

karena fungsi predikat (kata di piring ) dalam fungsi tersebut adalah kata

 preposisional. 

  peluru dari senapan otomatis (paragraf 5) disebut klausa preposisional (kata

depan) karena fungsi predikat (kata dari senapan otomatis) dalam fungsi

tersebut adalah kata preposisional. 

B.  Unsur Retoris

1.  Pemajasan

No. Jenis Pemajasan Jumlah Persentase

1.  Personifikasi 1 buah 10%

2.  Hiperbola 5 buah 50%

Page 26: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 26/35

3.  Simile 2 buah 20%

4.  Metafora 1 buah 10%

5. Sinisme

1 buah 10%

Jumlah Keseluruhan 10 100%

a.  Hiperbola

 Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut, memualkan perut, menyesakkan

 jantung, ketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen, atau alat perekam, di

tengah jam makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, saat makanan di

 piring memohon perhatian penuhmu, dan orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa itu

cinta?" (Paragraf 1)

 Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh

hidupku untuk mencari jawabnya (Paragraf 1)

Majas hiperbola sebagaimana pengertiannya, adalah majas yang membuat

sesuatu terkesan berlebihan. Maka tak heran majas ini membuat cerita menjadi

 berlebihan. Namun, selain itu, hiperbola juga berfungsi sebagai pembanding.

Contohnya pada paragraf 1, kalau Dee tidak menggambarkan bagaimana mulut pahit, perut mual, jantung sesak, atau piring yang memohon perhatian, maka pembaca tidak 

akan tahu atau paham, betapa pertanyaan di kala jam makan siang itu adalah hal yang

sangat buruk. Hiperbola juga sangat efektif dalam menggambarkan perasaan tokoh.

 b.  Personifikasi

 rasa penasarannya terusik (Paragraf 8)

 Saat makanan di piring memohon perhatianmu (paragraf 1)

Personifikasi adalah majas yang memungkinkan benda mati dibuat seolah-

olah hidup. Majas personifikasi dalam cerpen ini membuat cerpen menjadi hidup.

Tampaknya hal ini menjadi strategi Dee untuk mensiasati jumlah tokoh yang hanya

dua, sehingga untuk melawan situasi sepi ini, dia menghidupkan benda-benda di

sekitarnya.

c.  Metafora

Page 27: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 27/35

 Ditandai air mata 'cinta' yang menghiasi pipi kami berdua serta aroma Tuhan yang

meruap segar dari kuku, wawancara siang itu usai (Paragraf 14)

Metafora berperan cukup penting untuk memunculkan variasi bahasa,

sehingga pembaca tidak bosan dengan kata-kata klise. Selain itu metafora juga

memberikan kesempatan kepada pembaca untuk berpikir tentang makna yang

sebenarnya diungkapkan oleh pengarang. Kejelian inilah yang dimanfaatkan Dee

untuk memperindah ceritanya.

d.  Simile

 Dan aku teringat baris-baris panjang tentang cinta dan Tuhan yang pernah

dimuntahkan mulutku seperti peluru dari senapan otomatis (Paragraf 5)

Simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang secara

hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara

eksplisit dengan kata seperti, bagai, dan laksana. Dalam cerpen ini, simile berfungsi

untuk memberikan kesan gamblang, misalnya baris panjang tentang cinta yang

diibaratkan dari senapan otomatis. Dari majas tersebut pembaca dapat

membayangkan betapa cepat dan bertubi-tubinya cinta dan Tuhan dibahas. Hal ini

sangat mendukung cerita, yang dari awal memang sudah disetting dengan

 pendekatan filsafati.

e. 

Sinisme Demi sopan santun, aku tahankan garpu agar tak mencelat ke bola matanya, dan

kugenggam erat-erat piringku agar tak pecah jadi dua di atas batok kepala wartawan

itu (Paragraf 2)

Sinisme adalah gaya bahasa yang mengandung sindiran sangat tajam dan

tidak mengenal perikemanusiaan. Sebagaimana dicontohkan Dee, tentang garpu yang

mencelat ke bola mata, atau piring yang akan dipecahkan ke batok kepala. Seua itu

memberikan dampak psikologis yang kuat kepada pembaca. Dengan kata-kata yang

dipilih, Dee mampu memberikan gambaran perasaan yang sangat geram. Hal ini

sekaligus memperkuat ruh cerita.

2.  Penyiasatan struktur

a.  Repetisi

Page 28: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 28/35

Dan aku teringat   baris-baris panjang tentang cinta dan Tuhan yang pernah

dimuntahkan mulutku seperti peluru dari senapan otomatis -yang begitu hebat dan jenius

hingga menembusi hati orang-orang yang mendengarnya.  Aku teringat buih dan busa di

sudut mulutku saat berdiskusi tentang cinta dan Tuhan- yang jika dikumpulkan

 barangkali bisa merendam tubuhku sendiri.  Aku teringat jerih payah, keringat, air mata,

 pegal-pegal , kurang tidur, tak makan, tak minum, yang telah kutempuh demi mencari apa

itu cinta dan Tuhan. (Paragraf 6)

haru bahagia atau haru nelangsa (paragraf 14) 

Kalau dalam lagu orang mengenal irama dan nada, maka dalam cerpen orang

mampu mendapatkan keindahan melalui diksi. Repetisi sebagai salah satu sarana untuk 

membangun irama cerita, bagaimana Dee menggunakan kata baris-baris, orang-orang,

 pegal-pegal, begitu juga dengan seringnya klausa tentang cinta dan Tuhan dimunculkan.

Cerita akan terasa hambar, kalau saja Dee tidak menggunakan pengulangan-pengulangan

tersebut.

 b.  Pararelisme

Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut, memualkan perut, menyesakkan jantung

(paragraf 2)

menyambar  mangkok berisi acar, mencomot  dua bawang merah utuh, dan

memberikan satu butir (paragraf 10)

 Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. (paragraf 14)

 Nurgiantoro (2010: 302) menyatakan pararelisme, di pihak lain, menyaran

 pada penggunaan bagian-bagian kalimat yang mempunyai kesamaan struktur 

gramatikal (dan menduduki fungsi yang sama pula) secara berurutan. Dengan

demikian, pararelisme, sebagaimana halnya repetisi, pada hakikatnya juga

merupakan suatu bentuk pegulangan, yaitu pengulangan struktur gramatikal,

 pengulangan struktur bentuk.

Kalau kita membaca tulisan-tulisan di atas, maka kita data merasakan dengan

 jelas, keindahan penggunaan pararelisme. Ada permainan bunyi yang menjadikan

kata-kata tersebut berima. Penggunaan awalan yang sama secara beruntun membuat

kalimat menjadi lebih indah

c.  Alitrasi

Page 29: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 29/35

Aku teringat buih dan busa (paragraf 6)

Wartawan itu terkesiap. Tak siap. (paragraf 9)

Berlinangan airmata, yang jatuh bukan karena duka atau suka (paragraf 14)

Tangan kita bau menyengat , mata kita perih seperti disengat (paragraf 14)

Hampir sama dengan pararelisme, alitrasi dapat terjadi karena persamaan

suku kata. Pengulangan atau persamaan ini menjadikan cerita terdengar lebih puitis.

Hal inilah yang memperindah cerpen. Penggunaan kata terkesiap dan tak siap tentu

lebih estetis dibandigkan penggunaan kata terkesiap dan ragu.

d.  Polisindenton

Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas, dan benda-benda dalam

radiusku (paragraf 5)

Aku teringat jerih payah, keringat, air mata, pegal-pegal, kurang tidur, tak makan, tak 

minum (paragraf 6)

Mereka lalu melahap semangkok acar bawang, bercinta, sambil terus bertanya-tanya

(paragraf 16)

Tak hanya pengulangan, tanda koma pun memberikan makna pada sebuah cerita.

Koma pada cerpen berfungsi sebagai penjeda seseorang dalam membaca, selain itu

koma juga menjadi semacam pengatur situasi. Koma juga memberikan kesan

klimaks pada sesuau yang disusun berdasarkan tingkatan. Polisindenton terkadang

membuat kalimat menjadi ringkas dan efisien, sebab seringkali subyek dalam kalimat

tersebut dilesapkan guna menghindari pengulangan-pengulangan yang mubadzir.

e.  Asindenton

ketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen, atau alat perekam, di tengah jam

makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, saat makanan di piring 

memohon perhatian penuhmu, dan orang itu bertanya (paragraf 2)

 berbeda dengan polisindenton, asindenton lebih longgar tata kalimatnya. Gaya

 bahasa ini sekalipun juga menggunakan tanda koma, namun masih ada sisipan-

sisipan sebagai kata penghubung. Baik polisindenton maupun asindenton mampu

menambah keindahan cerita.

3.  Pencitraan

Jenis-jenis Pencitraan (imaji)

Page 30: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 30/35

Citraan adalah gambaran  –  gambaran pikiran dan bahasa yang menggambarkan

angan itu. Pemilihan terhadap kata tertentu akan menimbulkan daya saran yang

menyebabkan daya bayang pembaca. 

1.  Citraan penglihatan, yaitu citraan yang timbul karena daya saran penglihatan.

2.  Citraan pendengaran, yaitu berhubungan dengan usaha memancing bayangan

 pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu.

3.  Citraan penciuman, yaitu melukiskan ide abstrak menjadi konkrit melalui suatu

rengsangan yang seolah – olah dapat ditangkap oleh indera penciuman.

4.  Citraan rasaan, yaitu memilih kata untuk membangkitkan emosi pada sajak guna

menggiring daya bayang pembaca yang seolah olah dapat dirasakan oleh indera

 pencecapan pembaca.

5.  Citraan rabaan, yaitu berupa lukisan yang mampu menciptakan suatu daya saran

 bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh, bersentuhan, atau apapun yang

melibatkan efektivitas indera kulitnya.

6.  Citraan gerak, yaitu bertujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan

sesuatu yang diam itu seolah – olah bergerak.

Pencitraan dalam Cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” antara lain

sebagai berikut:

 Citraan penglihatanketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen 

aku teringat baris-baris panjang  

matanya berbinar antusias 

  Citraan pendengaran

Sambil terisak ,

kugenggam erat-erat piringku agar tak  pecah,

seperti peluru dari senapan otomatis 

  Citraan penciuman

 bau menyengat ,

serta aroma Tuhan yang meruap segar dari kuku,

  Citraan pencecapan

Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut,

Page 31: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 31/35

  Citraan taktil (oleh indra peraba)

edisi khusus yang membahas 10+1 cara bercinta paling  panas dan peta terbaru

menuju spot-spot orgasmik ,

mengupasi bawang dengan kuku,

  Citraan gerak 

saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, 

 jemariku bergetar ,

ia mengangguk setuju.

Citraan-citraan di atas, sebenarnya memiliki fungsi yang hampir sama,

memperkuat cerita melalui imaji-imaji yang diverbalkan. Sehingga, pembaca dapat

seolah-olah melihat, mendengar, meraba, merasakan, mencium, dll. Dalam cerpen

ini, Dee sudah secara pas menempatkan citraan-citraan, sehingga citraan tersebut

secara tidak lagsung dapat mendukung unsur yang lain.

D.  Unsur Kohesi

Tabel Unsur Kohesi

No. Jenis Kohesi Jumlah Frekuensi

1.  Konjungsi 62 buah 56,88%

2.  Klitika 32 buah 29,36%

3.  Preposisi 8 buah 7,34%

4.  Referen 7 buah 6,42%

Jumlah Keseluruhan 109 buah 100%

1.  Konjungsi

Contoh dari konjungsi yang ada dalam cerpen ini yaitu,

a.  Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh

hidupku untuk mencari jawabnya, agar kedua pertanyaan itu berhenti

menghantui.(Paragraf 1)

Page 32: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 32/35

 b.  Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk.(Paragraf 6)

Konjungsi adalah kata atau penghubung antar kata, frasa, klausa, kalimat, atau

 bahkan paragraf. Dalam cerpen “Semangkok Acar untuk Tuhan dan Cinta” klausa

yang ditemukan mayoritas berfungsi untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Artinya, De bermain-main dengan logika, yang mana sesuatu terjadi karena ada

sebabnya. Peristiwa satu adalah rangkaian dari peristiwa yang lain. Penggunaan

konjungsi sukses membuat cerpen ini menjadi sebuah cerpen yang utuh.

2.  Preposisi

Contoh dari preposisi yang terdapat dalam cerpen ini yaitu,

a.  atau alat perekam, di tengah jam makan siang, (Paragraf 1)

 b.  Demi sopan santun, aku tahankan garpu agar tak mencelat ke bola matanya

(Paragraf 2)

3.  Klitika

Contoh dari klitika yang terdapat dalam cerpen ini yaitu,

a.  di tengah jam makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, (Paragraf 1)

 b.  Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas,(Paragraf 4)

Klitika dalam cerpen ini mayoritas berfungsi untuk menunjukkan identitas

kepemilikan. Selain itu juga menunjukkan penegasan, mana yang menjadi bagian

tokoh aku dan mana yang menjadi bagian tokoh wartawan. Dengan penggunaan

klitika kita juga dapat melihat posisi tokoh. Dengan mu dan ku, kita dapat

menyimpulkan bahwa mereka hanya berdua, tokoh aku memiliki kekuasaan untuk 

tidak menghormati mitra tuturnya secara berlebihan. Sebab, jika kedudukan mitra

tutur lebih tinggi, tentu Dee akan menggunakan pilihan kata Anda.

4.  Referen

Contoh dari referen yang terdapat dalam cerpen ini yaitu,

a.  dan orang itu, (Paragraf 1) referen eksofora

 b.  Dan aku teringat baris-baris panjang tentang cinta dan Tuhan yang pernah

dimuntahkan mulutku seperti peluru dari senapan otomatis (simile) -yang begitu

hebat dan jenius hingga menembusi hati orang-orang yang mendengarnya

(Paragraf 5) referen endofora

Page 33: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 33/35

Referen adalah bagian dari semantik wacana yang cukup ampuh dalam

menyiasati kemonotonan dalam penyebutan tokoh. Dewi Lestari dalam cerpen ini

 berhasil mempergunakan referen secara tepat.

Page 34: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 34/35

BAB IV

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan  pembahasan yang sudah dilakukan pada cerpen “Semangkuk Acar untuk 

Tuhan dan Cinta” karya Dewi Lestari, maka dapat disimpulkan, bahwa unsur leksikal,

gramatikal, retorika, maupun kohesi mendukung estitika dalam cerita. Selain itu pilihan kata,

 pilihan kalimat, penyiasatan struktur, penggunaan majas, tidak hanya sekedar pemenuhan unsur 

kebahasaan saja, melainkan juga memili fungsi masing-masing, yang apa bila ditelisik lebih

 jauh, bahasa yang digunakan mampu membuat cerita menjadi lebih menarik. Terkait dengan

gaya, Dewi Lestari cukup pandai memadukan penggunaan kata-kata konotatif dan denotatif, dia

 juga pandai dalam memadukan antara kalimat sederhana dan kompleks, kalimat lugas dan

kalimat bermajas, sehingga secara keseluruhan unsur-unsur kebahasaan tersebut mampu

mendukung alur, karakter, situasi, dan iklim yang hendak dibangun dalam cerita.

Page 35: Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

7/14/2019 Kajian Stilistika Cerpen Dewi Lestari

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-stilistika-cerpen-dewi-lestari 35/35

DAFTAR PUSTAKA

Khusnin, Mukhamad. 2012. “Gaya Bahasa Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan

Implementasinya Terhadap Pengajaran Sastra di SMA”. Seloka. Volume 1, No.1, Juni. 

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi . Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1999. “Penelitian Stilistika Genetik: Kasus Gaya Bahasa W. S. Rendra dalam Balada  Orang-Orang Tercinta dan  Blues Untuk Bonnie”.  Humaniora.  No. 12, September-

Desember.

Rinaldi, Rio, dkk. 2012. “Gaya Bahasa Lirik Lagu Band Betrayer Album The Best Of”.  Jurnal  Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 1, No. 1, September.

Sugiarti. 2010. “Kajian Stilistika Novel  Nayla Karya Djenar Mahesa Ayu dan Petir Karya Dewi

Lestari”. Jurnal Artikulasi. Vol. 9, No.1, Februari. 

Wulandari, Rini Susanti. 2009. Gaya Bahasa dalam Cerpen “Warga Kota Kacang Goreng” Karya Adek Alwi. Lingua. Vol. 2, Juli.