KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN...

58
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan diuraikan konsep yang mendukung penelitian. Kajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota keluarga dengan pasca stroke, dan pelayanan home care. 2.1.1. Kajian tentang stroke 2.1.1.1. Pengertian stroke. Stroke atau cedera cerebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price & Wilson (2006) stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian stroke adalah suatu serangan mendadak yang terjadi di otak yang melibatkan pembuluh darah di otak (tersumbat atau pecah), dan akhirnya bermanifestasi dalam beragam

Transcript of KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN...

Page 1: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, akan diuraikan konsep yang mendukung penelitian.

Kajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

keluarga dengan pasca stroke, dan pelayanan home care.

2.1.1. Kajian tentang stroke

2.1.1.1. Pengertian stroke.

Stroke atau cedera cerebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare,

2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi

cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam

atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut

Price & Wilson (2006) stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang

terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri

otak.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian stroke

adalah suatu serangan mendadak yang terjadi di otak yang melibatkan pembuluh

darah di otak (tersumbat atau pecah), dan akhirnya bermanifestasi dalam beragam

Page 2: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

2gejala (mulai dari kelumpuhan, bicara pelo, gangguan menelan, dan sebagainya).

2.1.1.2. Etiologi

Berdasarkan etiologi, Feigin (2009) membagi stroke menjadi dua : (1)

stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan

pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut. (2)

stroke non hemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh

tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrien ke

area yang mendapat suplai terganggu.

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah

satu empat kejadian yaitu: (1). thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh

darah otak atau leher; (2). embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material

lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain; (3). iskemia yaitu

penurunan aliran darah ke area otak ; (4). hemoragi serebral yaitu pecahnya

pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang

sekitar otak. Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai

darah ke otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,

berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non haemoragik dibagi menjadi

empat, yaitu: (1) TIA (transient ischemik attack) merupakan serangan stroke

sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam; (2) RIND (reversible ischemic

neurologic deficit) merupakan gejala neurologis yang akan menghilang antara >

24 jam sampai dengan 21 hari; (3) progressing stroke atau stroke in evolution

merupakan kelainan atau defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari

Page 3: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

3yang ringan sampai menjadi berat; (4) complete stroke atau stroke komplit

merupakan kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi

(Junaidi, 2006).

Faktor resiko stroke menurut Sofwan (2010) dibagi menjadi dua yaitu

faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup dan faktor resiko yang

tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin dan kecenderungan genetik,.

Faktor resiko yang terpenting adalah :

1) Hipertensi ( Tekanan darah tinggi)

Tekanan darah yang meningkat terus secara perlahan akan merusak

dinding pembuluh darah dengan memperkeras arteri dan mendorong

terbentuknya bekuan darah dan aneurisme, yang pada akhirnya akan

menyebabkan stroke, terutama pada orang berusia di atas 45 tahun.

2) Diabetes melitus (Kencing manis)

Diabetes menyebabkan perubahan pada sistem pembuluh darah, dan

berperan dalam proses ateresklerosis yang pada akhirnya akan menyebabkan

stroke. Pada orang dengan diabetes, darah menjadi lebih kental dan beban

pada dinding pembuluh darah menjadi lebih besar sehingga dikhawatirkan

lebih kental dan beban pada dinding pembuluh darah menjadi lebih besar

sehingga dikhawatirkan lebih muda tersumbat (terutama di pembuluh darah

yang kecil seperti di otak dan jantung)

3) Penyakit jantung

Pada orang yang menderita penyakit jantung (misalnya kelainan pada

Page 4: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

4katup jantung) oleh karena fungsi jantung yang terganggu, akan timbul

embolus/gumpalan darah. Embolus tersebut akan berjalan mengikuti

peredaran hingga keotak, dan menyumbat karena ukuran diameter pembuluh

darah di otak sangat kecil, sehingga terjadilah stroke iskemik (non

haemoragik)..

4) Kegemukan (obesitas)

Berat badan dan indeks massa tubuh berhubungan erat dengan tekanan

darah. Distribusi lemak pada tubuh juga merupakan faktor penting dalam

hubungannya dengan hiprtensi, yang pada akhirnya juga bisa memicu stroke.

5) Kebiasaan merokok

Merokok bukan hanya merupakan faktor risiko stroke, melainkan juga

juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan penyakit-penyakit

lainnya. Seperti diketahui asap rokok mengandung banyak zat kimia seperti

ter, nikotin, karbonmonoksida. Merokok menyebabkan aliran darah di dalam

tubuh menjadi lebih lambat, menyebabkan darah lebih mudah menggumpal,

dan mendorong terjadinya ateresklorosis pada pembuluh darah otak, jantung

dan tungkai.

6) Kebiasaan makan makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

Kolesterol berlebih dalam darah, istilah kedokterannya disebut

hiperlipidemia, merupakan faktor risiko tidak langsung dari stroke. Mengapa

disebut demikian? Karena kolesterol yang berlebihan dalam darah ini tidak

langsung menyebabkan stroke, tetapi lebih pada meningkatnya risiko

pembentukan plak ateresklorosis pada pembuluh darah. Seperti diketahui,

Page 5: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

5plak ateresklorosis ini bertanggung jawab pada proses terjadinya stroke

karena sumbatan (stroke iskemik).

Page 6: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

6

Faktor resiko terjadinya stroke yang tidak dapat di modifikasi menurut

Mansjoer (2000) adalah: (1). Stroke dapat menyerang siapa saja laki-laki dan

perempuan mulai dari usia anak sampai dewasa. Tidak ada patokan mengenai usia

berapa seseorang rawan terkena stroke, walaupun memang biasanya stroke

menyerang seseorang yang berusia di atas 65 tahun ( stroke pada anak sangat

jarang dan biasanya dihubungkan dengan kelainan bawaaan/kongenital). Sekarang

ini, dengan pola hidup tidak sehat di perkotaan , stroke bahkan dapat menyerang

seseorang yang berusia 30 tahun; (2). Stroke dapat disebabkan oleh faktor

keturunan karena faktor-faktor risiko terjadinya stroke seperti hipertensi dan

kencing manis umunya menurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya dan

dalam beberapa penelitian memang ditemukan kaitan keturunan dengan angka

kejadian stroke.

2.1.1.3. Patofisiologi

Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang

terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan

kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif

total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri

karotis interna.

Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau

cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu : (1). penebalan dinding arteri

serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke

sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-

Page 7: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

7perubahan iskemik otak; (2). pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan

bocornya darah kejaringan (hemorhage); (3). pembesaran sebuah atau sekelompok

pembuluh darah yang menekan jaringan otak; (4). edema serebri yang merupakan

pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan

pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas

kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak

akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya

yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah

melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada

korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,

penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole.

Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa

ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif

segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai

ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi

kerusakan jaringan secara permanen. Patofisiologi berbentuk skema dapat dilihat

pada gambar 2.1, berikut.

Page 8: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

8

Perdarahan/Oklusi

Penurunan tekanan perfusi vaskularisasi distal

IskemikPelebaran kontra lateral

Edema dan nekrosis jaringan

Page 9: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

9

Perfusi jaringan serebral

Sel mati secara progresif (defisit fungsi otak )

Gambar 2.1. Skema Fatofisiologi Stroke (Sumber : Satyanegara, 1998 dikutipoleh Wanhari, 2008).

2.1.1.4. Tanda dan gejala

Menurut Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah

kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,

hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau

kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala

Page 10: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

10

mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau

mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,

ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung

kemih.

2.1.1.5. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan Medis menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi: (1).

diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3

sampai 5 hari setelah infark serebral; (2). antikoagulan untuk mencegah terjadinya

thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler; (3).

antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam

pembentukan thrombus dan embolisasi.

2.1.1.6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &

Bare (2002) adalah: (1). hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi

oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan

oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan

mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan

membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan; (2). penurunan aliran

darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas

pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin

penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan

hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah

serebral dan potensi meluasnya area cedera; (3). embolisme serebral, dapat terjadi

Page 11: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

11

setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung

prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan

menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung

tidak konsisten dan penghentian trombus lokal, selain itu disritmia dapat

menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

Menurut Mansjoer (2000) bahwa berbagai komplikasi lanjut stroke akibat

imobilisasi adalah sebagai berikut: (1). ulkus dekubitus merupakan komplikasi

iatrogenik yang dapat dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik; (2).

kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien

stroke; (3). penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu

dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral; (4). osteopenia dan

osteoporosis yaitu berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat

disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari; (4).

depresi dan efek psikologis lain karena kepribadian penderita atau karena umur

tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada

3 bulan paska stroke. Depresi harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang

tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil;

(5). Inkontinensia alvi dan konstipasi diakibatkan karena imobilitas dan

kekurangan cairan.

2.1.1.7. Prognosis

Apabila pasien dapat mengatasi serangan stroke recovery, prognosis untuk

kehidupannya baik. Dengan rehabilitasi yang aktif, banyak penderita dapat

berjalan lagi dan mengurus dirinya. Prognosis buruk, bagi penderita yang disertai

Page 12: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

12

dengan aphasia sensorik. Prognosis trombosis serebri ditentukan oleh lokasi dan

luasnya infark, juga keadaan umum pasien. Makin lambat penyembuhannya

maka akan semakin buruk prognosisnya, pada emboli serebri prognosis juga

ditentukan oleh adanya emboli dalam organ-organ lain, disamping itu penanganan

yang tepat dan cepat serta kerjasama tim kesehatan termasuk dokter, perawat dan

fisioterafis dengan penderita mempengaruhi prognosis dari stroke. Oleh karena

itu, stroke yang ringan dengan penanganan yang tepat sedini mungkin dengan

kerjasama yang baik antara tim kesehatan dan penderita akan menjadikan

prognosis yang baik, sedangkan pada kondisi sebaliknya prognosis akan menjadi

buruk karena dapat menimbulkan kecacatan yang permanen bahkan juga

kematian.(Chusid, 2003)

2.1.2. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anggota Keluarga Dengan Stroke

2.1.2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Keluarga

2.1.2.1.1. Pengertian Keluarga.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan

sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval, 1972 dalam Setiadi, 2010 ). Keluarga

adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan

dan adopsi dalam satu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam

peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,

1989). Setiadi (2010) menambahkan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang

Page 13: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

13

peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga

inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta

tatanan masyarakat yang baik.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan, keluarga adalah unit

terkecil masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau lebih dengan adanya ikatan

perkawinan dan pertalian darah dan hidup dalam satu rumah tangga serta di bawah

asuhan seorang kepala rumah tangga yang mana berinteraksi di antara sesama

anggota keluarga dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing

untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan

2.1.2.1.2. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat

Secara empiris disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga sudah

ditanggulangi secara insidental, tetapi keluarga belum dilihat sebagai klien dari

keperawatan. Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya,

tetapi kesatuannya yang unik dalam menghadapi masalah, keunikannya terlihat dari

cara berkomunikasi, mengambil keputusan, sikap, nilai, cita- cita, hubungan dengan

masyarakat luas dan gaya hidup yang tidak sama antara satu keluarga dan keluarga

lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, zaman dan geografis;

keluarga di desa sangat berbeda dengan di kota dalam hal besarnya keluarga,

struktur, nilai dan juga gaya hidupnya.

Pendekatan keperawatan keluarga dapat melalui berbagai teori, yang paling

berkaitan dengan fungsi perawatan kesehatan adalah pendekatan secara teori

struktural fungsional (Friedman, 2002). Teori struktural fungsional dapat

Page 14: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

14menganalisis karakteristik struktural keluarga pengaturan bagian-bagiannya yang

Page 15: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

15

membentuk secara keseluruhan, dan fungsi yang dilakukan baik untuk masyarakat

maupun subsistemnya. Struktur keluarga ini menunjukkan cara pengaturan

keluarga, cara pengaturan unit-unit dan bagaimana unit-unit ini saling

mempengaruhi (Friedman, 2002).

Parad dan Caplan, (1965), dalam Friedman, (2002), menganalisis sebuah

keluarga yang sedang mengalami stres, telah mengidentifikasi tiga dimensi

struktural, yang mereka sebut sebagai gaya hidup keluarga. Gaya hidup keluarga

mengarah kepada permulaan organisasi keluarga yang stabil dan masuk akal yang

dibagi menjadi tiga unsur yang saling bergantung yaitu sistem nilai, jaringan

komunikasi dan sistem peran.

Friedman, (2002), menambahkan tiga dimensi ini dengan struktur keluarga

ke empat yaitu stuktur kekuasaan dan pengambilan keputusan. Struktur keluarga

berfungsi untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga, karena penghematan dan

alokasi sumber daya adalah tugas utama struktur keluarga. Karena hubungan yang

penting ini, fungsi harus dipandang berurutan dengan struktur keluarga.

Fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat

dari struktur keluarga atau apa yang dikerjakan oleh keluarga. Fungsi dasar

keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga itu sendiri dan kebutuhan

masyarakat yang lebih luas. Tujuan terpenting adalah menghasilkan anggota baru

(fungsi reproduksi) dan melatih individu tersebut menjadi bagian dari anggota

masyarakat (fungsi sosialisasi) (Kingsburg & Scanzoni, 1993, dalam Friedman,

Page 16: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

162002).

Menurut Friedman (2002), secara umum terdapat lima fungsi keluarga yang

paling erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga yaitu :

1) Fungsi Afektif (the affective function);

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan

orang lain.

2) Fungsi Sosial dan tempat bersosialisasi ( socialization and social placement

function);

Fungsi sosial merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan ( the health care function)

Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan

kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan

atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan

individu. Melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, spiritual dengan

cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit

Page 17: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

17

tiap anggota keluarga.

4) Fungsi Reproduksi (the reproductive function)

Fungsi reproduksi merupakan fungsi mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

5) Fungsi Ekonomi (the economic function)

Fungsi ekonomi merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.1.2.1.3. Interaksi antara Sehat/Sakit dan Keluarga

Status sehat /sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi

satu sama lainnya, keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan

dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga.

Menurut Suchulan (1965), Doberty dan Canphell (1988), yang

disederhanakan oleh Friedman (1998), ada 6 (enam) tahap interaksi antara

sehat/sakit dan keluarga :

1) Tahap Pencegahan Sakit dan Penurunan Resiko

Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan

kesehatan dan penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup kurang sehat

ke arah lebih sehat, misalnya mengatur pola makan dan aktivitas yang teratur

dan sehat.

2) Tahap Gejala Penyakit yang dialami keluarga

Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya, penyebabnya

Page 18: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

18

dan urgensinya, beberapa masalah dapat ditentukan. Tidak sedikit masalah

kesehatan yang ditemukan pada keluarga yang kacau atau tertekan.

3) Tahap mencari perawatan

Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan

membutuhkan pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi tentang

penyembuhan, kesehatan dan validitas profesional dari keluarga besar, teman,

tetangga dan nonprofesional lainnya. Setelah informasi terkumpul, keluarga

melakukan perundingan untuk mencari penyembuhan/perawatan klinik, rumah

sakit, di rumah dan lain-lain.

4) Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan

Setelah keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak dengan

institusi kesehatan baik profesional atau nonprofesional sesuai dengan tingkat

kemampuan, misalnya kontak dengan rumah sakit, puskesmas, praktik dokter

swasta, paranormal/dukun dan lain-lain.

5) Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien

Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, tentu ia

menyerahkan beberapa hak istimewanya dan keputusannya kepada orang lain

dan menerima peran baru sebagai pasien. Ia harus mengikuti aturan atau

nasehat dari tenaga profesional yang merawatnya dengan harapan agar cepat

sembuh. Oleh karena itu, terjadi respon dari keluarga dan pasien terhadap

perubahan peran tersebut.

6) Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan

Page 19: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

19

Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang

anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem

keluarga, khususnya pada sektor perannya dan pelaksanaan fungsi keluarga.

Untuk mengatasi hal tersebut, pasien/keluarga harus mengadakan penyesuaian

atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang diperlukan dipengaruhi oleh

keseriusan penyakitnya dan sentralitas pasien dalam unit keluarga. Apabila

keadaan serius (sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang

penting dalam keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar.

Berdasarkan tingkat sehat sakit tersebut maka peran keluarga terhadap

kesehatan sebagai berikut: keluarga sebagai penyebab/sumber penyakit;

keluarga sebagai faktor yang mempengaruhi lintasan penyakit seorang anggota

masyarakat ketika penyakit tersebut menyerang; keluarga sebagai tempat

penyebara penyakit dari satu anggota keluarga keluarga ke anggota keluarga

lainnya; keluarga sebagai faktor penentu penggunaan layanan kesehatan;

keluarga sebagai faktor penentu sejauh mana anggota keluarga yang sakit atau

tidak berdaya beradaptasi dengan keadaannya.

2.1.2.1.4. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah cara-cara tertentu yang

dipunyai keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan dengan baik yaitu

kesanggupan untuk melaksanakan pemeliharaan atau tugas kesehatan tertentu

(Bailon dan Maglaya, 1978, dalam Friedman, 2002).

Tinkham dan Voorhies, (1984), dalam Friedman, (2002), menyatakan

Page 20: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

20keluarga merupakan peran penting dalam perawatan karena keluarga menyediakan

sumber-sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan

bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di

bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Karena pada hakikatnya

individu dan keluarga harus mampu mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri.

Menurut Friedman, (2002), terdapat 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Sehat secara optimal merupakan tujuan utama keluarga dalam siklus

biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Tetapi keadaan sehat selalu berubah

setiap saat sesuai dengan kemampuan individu keluarga tersebut. Sesuai dengan

kontinum sehat-sakit tingkat kesehatan selalu bergerak ke kanan dan ke kiri. Jika

ke kiri (arah sehat optimal), orang dikatakan sehat atau sebaliknya, jika bergerak

ke kanan, orang dikatakan sakit.

Perbedaan persepsi keluarga tentang sehat sakit berbeda-beda. Hal

tersebut dipengaruhi oleh budaya setempat. Perbedaan persepsi tersebut

menimbulkan perbedaan dalam cara atau tingkat pemecahan masalah, perbedaan

tersebut bergantung pada tingkat pengetahuan, kemauan dan kemampuan

individu dan keluarga.

Proses mengenal masalah kesehatan berkaitan dengan persepsi,

pandangan dan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga. Semakin tinggi

pengetahuan keluarga maka proses mengenal masalah akan lebih cepat

dilakukan oleh keluarga.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

Page 21: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

21

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

Page 22: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

22

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,

perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah diungkapkan oleh

Bailon dan Maglaya (1978), dalam Friedman, 2002, dapat diakibatkan oleh

adanya ketidaktahuan tentang fakta-fakta, rasa takut akan akibat jika masalah

diketahui baik secara sosial (cap dari masyarakat, hilangnya penghargaan),

ekonomi-ongkos dan fisik/psikologis, sikap dan falsafah hidup.

2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Menurut Bailon dan Maglaya, (1978), dalam Friedman, 2002,

bagaimanapun miskin atau tidak berdayanya sebuah keluarga, keluarga tetap

mempunyai hak dan kewajiban untuk mengambil keputusan. Perasaan dan

pendapat keluarga terhadap masalah mereka dan cara-cara bagaimana mereka

sendiri memecahkannya perlu diperhatikan dan diberikan kesempatan.

Dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga berperan sebagai

pengambil keputusan. Hal ini jelas sekali pada masyarakat timur yaitu bukan

hanya anggota keluarga inti saja yang mengambil keputusan, anggota keluarga

jauh (misalnya nenek, kakek, paman) juga ikut serta dalam pengambilan

keputusan pada keluarga berpenghasilan rendah karena ketidakmampuannya.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain

di lingkungan sekitar keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

Page 23: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

23

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

Page 24: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

24

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

Pengambilan keputusan adalah proses pencapaian persetujuan dan

komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau

menjaga status quo. Dengan kata lain, pembuatan keputusan merupakan “alat

untuk menyelesaikan segala sesuatu” (Scanzoni dan Szinovacs, 1980 dalam

Friedman, 1998).

Proses pengambilan keputusan dalam keluarga terdapat beberapa tipe

seperti yang dijelaskan berikut ini :

(1) Konsensus

Merupakan cara yang sehat untuk membuat keputusan. Urutan

tindakan tertentu secara bersama disetujui oleh semua yang terlibat.

Terdapat tanggung jawab seimbang pada keputusan serta kepuasan oleh

anggota keluarga atau rekanan. Keputusan konsensus disetujui sepanjang

keputusan dan negosiasi. Karena derajat substansial dari saling

ketergantungan dan egalitarianisme di antara anggota keluarga diperlukan

serta kemampuan untuk mendiskusikan dan mengatasi masalah, bentuk

keputusan ini membuat lebih sulit, kompleks dan tak dapat diperkirakan.

(2) Akomodasi

Akomodasi adalah selalu suatu perjanjian untuk setuju, untuk

menggunakan keputusan umum dalam menghadapi perbedaan yang tidak

dapat disatukan (Turner, 1970, dalam Friedman, 1998).

Page 25: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

25

Di sini perasaan awal anggota keluarga tentang isu-isu ditentang

satu atau lebih anggota keluarga membuat kelonggaran baik diinginkan atau

tidak diinginkan. Beberapa anggota menyetujui agar memungkinkan

keputusan dicapai.

(3) Defacto

Defacto adalah pembuatan keputusan yang dibiarkan tanpa

perencanaan dimana keputusan dipaksakan oleh kejadian-kejadian pada tak

adanya pembuat keputusan yang aktif, volunter atau efektif.

Keputusan defacto dapat dibuat bila terjadi perdebatan, tidak ada

resolusi dan tidak mampu berdiskusi. Pembuatan keputusan ini terlihat pada

adanya disorganisasi, keluarga banyak masalah dan meyakini

ketidakberdayaan dalam mengendalikan takdir mereka sendiri. Pembuatan

keputusan defacto ini terbatas pada situasional.

Dalam keluarga proses pengambilan keputusan erat kaitannya

dengan struktur kekuasaan keluarga. Kekuasaan yang dimaksud adalah

kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk

mengontrol, mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang, atau

dapat dipandang sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga yang

berupa kemampuan, baik potensial maupun aktual dari anggota individu

untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga (Olson dan Romwell, 1975

dalam Friedman, 1998).

Kekuasaan merupakan suatu fenomena yang bersifat abstrak,

kompleks dan multi dimensional dan tidak dapat diobservasi secara

Page 26: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

26

langsung. Oleh karena itu, kekuasaan harus disimpulkan dari tingkah laku

yang dapat diobservasi dan/atau laporan pribadi dari anggota keluarga,

dilakukan lewat wawancara yang diarahkan kepada tujuan. Pola-pola

komunikasi mengungkapkan peran keluarga dimensi kekuasaan.

3) Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu

dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Seringkali keluarga telah mengambil tindakan kesehatan yang tepat

dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga sendiri. Sehingga perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dilakukan selama anggota

keluarga dirawat di institusi pelayanan kesehatan ataupun pada kondisi setelah

perawatan. Dalam fase rehabilitasi keluarga dituntut untuk mempertahankan

kondisi kesehatan anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang sakit dapat

tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Suprajitno, (2004), menyampaikan bahwa dalam melakukan perawatan

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan penting untuk diketahui

pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat,

penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatan),

pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan, pengetahuan

Page 27: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

27

keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga,

pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (keluarga yang

mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik,

dukungan psikososial) dan bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga

yang sakit dan membutuhkan bantuan.

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit dapat terhambat jika

keluarga tidak mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi,

prognosa, dan perawatannya), tidak mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, tidak adanya fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan, kurang pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan prosedur

perawatan/pengobatan, ketidakseimbangan sumber-sumber yang ada pada

keluarga untuk perawatan (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber

keuangan/finansial dan fasilitas fisik), sikap negatif terhadap yang sakit, adanya

konflik individu, sikap/pandangan hidup dan perilaku mementingkan diri sendiri,

Bailon & Maglaya, (1978), dalam Friedman, (2002).

4) Memodifikasi lingkungan rumah

Lingkungan sehat pada hakikatnya dalah suatu kondisi atau keadaan

lingkunga yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan yang optimal pula (Notoatmojo, 2010).

Dalam hal memiliki anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mampu

untuk mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Page 28: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

28

Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan secara fisik adalah

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang

dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,

kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah

yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

Selain hal di atas, perlu juga diperhatikan lingkungan psikologis yang

dapat mendukung terhadap peningkatan kesehatan anggota keluarga. Keluarga

harus mampu untuk memahami proses tumbuh kembang individu keluarga yang

sakit karena lingkungan psikologis yang diberikan akan berbeda. Pengasuhan

balita di keluarga yang mengalami sakit tentu akan berbeda dengan pengasuhan

lansia.

Dalam memodifikasi lingkungan rumah, Suprajitno, (2004),

menyampaikan bahwa penting bagi keluarga untuk memiliki pengetahuan

tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga di sekitar lingkungan rumah,

kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan, pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga

terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis sesuai syarat kesehatan, pengetahuan

keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga, dan

kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan

rumah yang menunjang kesehatan keluarga.

Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan dapat mengalami

hambatan dikarenakan sumber-sumber keluarga tak seimbang/tidak cukup

(keuangan, tanggung jawab/wewenang anggota keluarga, dan fisik (isi rumah

Page 29: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

29

tidak teratur), sempit/berjejal, kurang dapat melihat keuntungan/manfaat

pemeliharaan lingkungan dimasa yang akan datang, adanya konflik

persona/psikologis (krisis identitas: ketidaktepatan peranan, rasa iri dan merasa

bersalah/tersiksa), ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit,

sikap/pandangan hidup dan ketidakkompakkan keluarga (sifat mementingkan

diri sendiri, tidak ada kesepakatan dan acuh terhadap anggota keluarga yang

mengalami krisis (Bailon & Maglaya, 1978, dalam Friedman 2002).

5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

Faktor utama lainnya yang teridentifikasi sebagai praktik yang

mempengaruhi kesehatan adalah keyakinan kesehatan individu dan keluarga

tentang pencarian perawatan dan tindakan kesehatan.

Pencarian perawatan dan tindakan kesehatan ini berkaitan dengan

perilaku pencarian penyembuhan (health seeking behaviour) yaitu bagaimana

orang sakit memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Perilaku ini melewati

beberapa tahapan yaitu mengenali gejala penyakit dengan menggunakan caranya

sendiri, melakukan penyembuhan atau pengobatan sendiri sesuai dengan

pengetahuan, keyakinan atau kepercayaannya, melakukan upaya memperoleh

kesembuhan dan pemulihan dari luar, sesuai dengan pemahaman dan persepsi

terhadap penyakitnya tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Pelayanan kesehatan sebagai tempat pencarian penyembuhan atau

pengobatan seharusnya dilakukan sesuai dengan urutan di bawah ini :

Page 30: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

30

(1) Pelayanan kesehatan primer, bentuknya puskesmas, dokter praktek, bidan

atau mantri praktek. Apabila pelayanan kesehatan primer ini tidak berhasil

menanganinya, maka baru mencari pelayanan kesehatan rujukan

(2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (rumah sakit tipe D/C). Bagi

masyarakat pedesaan, dimana bidan praktek atau mantri praktek, maka

dokter praktek atau puskesmas merupakan pelayanan kesehatan rujukan

tingkat pertama.

(3) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat dua (rumah sakit tipe B atau A) adalah

pelayanan kesehatan rujukan yang mempunyai sarana prasarana lengkap,

serta mempunyai tenaga medis maupun para medis yang lebih ahli. Bagi

masyarakat pedesaan dimana kesehatan primer yang digunakan bidan atau

mantri praktek maka rumah sakit kabupaten tipe C sudah merupakan

pelayanan rujukan kesehatan yang paling tinggi. Sebaliknya bagi golongan

orang mampu utamanya di kota besar, maka pelayanan rujukan yang

digunakan adalah rumah sakit internasional, baik yang ada di Jakarta,

maupun luar negeri.

Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, keluarga harus

mempunyai pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat

dijangkau, pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari

fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas

kesehatan yang dilayani, pengalaman yang kurang menyenangkan tentang

fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani dan keterjangkauan keluarga

terhadap fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apa penyebabnya.

Page 31: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

31

Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada ini dapat mengalami

hambatan jika keluarga tidak tahu atau tidak sadar bahwa fasilitas-fasilitas

kesehatan itu ada, tidak memahami keuntungan -keuntungan yang diperoleh dari

fasilitas kesehatan, kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

kesehatan, adanya pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan, rasa

takut akibat dari tindakan terhadap fisik/psikologis, keuangan dan sosial, tidak

terjangkaunya fasilitas kesehatan dikarenakan ongkos, fisik dan lokasi, tidak

adanya fasilitas kesehatan yang diperlukan, tidak ada atau kurangnya sumber

daya keluarga, rasa asing atau tidak adanya dukugan dari masyarakat dan

sikap/filsafat hidup ( Bailon, Maglaya, 1978, dalam Friedman, 2002).

2.1.2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan stroke

Menurut Friedman (2002), mengemukakan bahwa proses keperawatan

pada pasien stroke terdiri dari :

2.1.2.2.1. Pengkajian;

Pengkajian merupakan tahapan paling awal dari pemberian asuhan

keperawatan keluarga, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga, berikut langkah-langkah yang harus dilakukan:

1) Menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga.

Guna mencapai hubungan yang berkualitas antara perawat dan keluarga, maka

harus mampu menerapkan komunikasi terapeutik dengan memperhatikan hal-

hal dibawah ini:

(1) Perkenalkan diri dengan ramah dan sopan

Page 32: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

32(2) Jelaskan tujuan kunjungan saat itu

(3) Yakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu

keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.

(4) Jelaskan batasan kesanggupan perawat yang dapat dilakukan

(5) Jelaskan kepada keluarga siapa saja tim kesehatan yang menjadi tim kerja

perawat.

2) Melakukan pengkajian awal.

Pada tahap ini pengkajian terfokus pada data yang diperoleh pada waktu awal

yang dapat berupa informasi kesehatan klien dari unit pelayanan kesehatan dan

data dasar lainnya.

3) Pengkajian lanjutan (tahap kedua).

Pengkajian lanjutan dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap

sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.

Kaji secara rinci hal-hal yang dapat mengungkap masalah keluarga hingga

penyebab timbulnya masalah.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengambilan data keluarga,

diantaranya: wawancara, observasi lingkungan rumah, dan pemeriksaan fisik pada

seluruh anggota keluarga. Menurut Friedman (1998), data-data yang perlu dikaji

dalam keluarga yaitu data umum keluarga dan anggota keluarga meliputi; nama,

pekerjaan, pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, tipe keluarga, agama,

suku bangsa, kebiasaan sehari-hari keluarga, dan aktifitas keluarga; riwayat dan

tahap perkembangan keluarga meliputi tahap perkembangan tertinggi yang saat

ini dicapai oleh keluarga, dan riwayat keluarga sebelumnya; lingkungan meliputi

Page 33: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

33karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas RW, mobilitas

geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat dan

sistem pendukung keluarga, struktur keluarga meliputi : pola komunikasi

keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, dan nilai atau norma

keluarga; fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi

reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan keluarga; stres koping keluarga

meliputi stresor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga berespon

terhadap situasi/stressor, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi

disfungsional, Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga dan

harapan keluarga.

Pengkajian pada anggota keluarga dengan pasca stroke memfokuskan pada

kerusakan fungsi pada aktivitas sehari-hari pasien karena kualitas hidup setelah

stroke sangat berkaitan dengan status fungsi pasien.

2.1.2.2.2. Diagnosa Keperawatan keluarga

Diagnosa Keperawatan pada dasarnya adalah pernyataan tentang faktor-

faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi

perubahan yang diharapkan. Penegakkan diagnosa keperawatan keluarga,

ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau

masalah kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan kemampuan keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatannya. Rumusan PES ( Problem, Etiologi dan

Sign) tetap digunakan dalam menegakkan diagnosa keperawatan keluarga.

Berdasarkan data pengkajian, diagonis keperawatan utama pasien stroke

meliputi hal berikut :

1) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidakmampuan

Page 34: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

34

keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kerusakan mobilitas

fisik.

2) Nyeri ( bahu nyeri) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga dengan hemiplagia dan disuse;

3) Kurang perawatan diri (higiene, toileting, berpindah, makan) berhubungan

dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

masalah kurang perawatan diri akibat gejala sisa stroke;

4) Inkontinensia urin dan fecal berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan masalah kandung kemih flaksid,

ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi;

5) Perubahan proses berpikir berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kerusakan otak, konfusi,

ketidak mampuan untuk mengikuti instruksi;

6) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga merawat anggota keluarga akibat kerusakan otak;

7) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan ketidak

mampuan keluarga merawat anggota keluarga masalah kerusakan integritas

kulit akibat hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas;

8) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah penyakit berat dan

beban pemberian perawatan.

Page 35: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

35

2.1.2.2.3. Perencanaan

Dalam penyusunan rencana keperawatan perlu dirumuskan tujuan

keperawatan baik tujuan jangka panjang (umum) dan tujuan jangka pendeknya

(khusus) serta rencana tindakannya. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan

keluarga dengan seluruh anggotanya, persiapan lingkungan termasuk persiapan

alat, bahan dan sumber daya yang lain yang diperlukan. Perencanaan dibuat

sejelas mungkin untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian tindakan.

Perencanaan disusun bersama keluarga, melibatkan seluruh anggota

keluarga, memfasilitasi keluarga untuk membuat pilihan jenis intervensi

keperawatan dan meyakinkan bagaimana intervensi akan dilaksanakan. Jika

keluarga tidak mampu membuat pilihan, maka perawat berperan membantu

keluarga mengidentifikasi alternatif, memahami konsekuensi dan membuat

keputusan yang dapat diterima oleh semua anggota keluarga.

2.1.2.2.4. Implementasi

Menurut Friedman, (1998), pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah

direncanakan dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Dalam

pelaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama

tindakan perawat perlu memantau respon verbal dan non verbal keluarga.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup beberapa langkah yang meliputi:

menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan, menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

Page 36: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

36lingkungan menjadi sehat, menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin, dan

memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Selama melakukan tindakan tetap mengumpulkan data baru, seperti

respon klien, perubahan-perubahan situasi, pada keadaan ini perawat harus

fleksibel dalam menerapkan tindakan. Beberapa kendala dalam implementasi

adalah ide yang tidak mungkin, label negatif terhadap keluarga, kurang perhatian

terhadap kekuatan dan sumber-sumber yang dimiliki keluarga serta

penyalahgunaan budaya atau gender.

Sasaran utama pasien dan keluarga meliputi perbaikan mobilitas,

menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, mendapatkan kontrol

kandung kemih, perbaikan proses pikir, pencapaian beberapa bentuk kominikasi,

pemeliharaan integritas kulit, perbaiakan fungsi keluarga, dan tidak adanya

komplikasi.

1) Memperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas;

Pasien hemiplegia mengalami paralisis unilateral (paralisis pada satu

sisi). Ketika kontrol otot volunter hilang, otot fleksor yang kuat melakukan

kontrol terhadap ekstensor. Lengan cenderung adduksi (otot adduktor lebih

kuat dari pada abduktor) dan rotasi internal. Siku dan pergelangan tangan

cenderung fleksi, kaki yang sakit cenderung rotasi eksternal pada sendi

panggul dan fleksi pada lutut, dan kaki pada sendi pergelangan kaki supinasi

dan cenderung ke arah fleksi plantar.

Page 37: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

37

(1) Pemberian posisi;

Pemberian posisi yang benar penting untuk mencegah kontraktur,

tindakan dilakukan untuk meredakan tekanan, membantu mempertahankan

kesejajaran tubuh yang baik, dan mencegah neuropati kompresif,

khususnya terdapat syaraf ulnar dan peronal.

(2) Posisi tidur yang tepat;

Papan tempat tidur di bawah matras memberi sokongan kuat untuk

tubuh. Pasien harus tetap datar di tempat tidur kecuali ketika melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Mempertahankan posisi tegak di tempat

tidur selama periode lama memperberat deformitas fleksi panggul dan

pembentukan dekubitus di sakrum.

(3) Papan kaki

Papan kaki dapat digunakan sesuai interval selama periode flaksid

setelah stroke untuk mempertahankan kaki pada sudut yang benar terhadap

tungkai ketika pasien posisi terlentang (dorsal). Hal ini mencegah footdrof

dan korda tumit menjadi pendek akibat kontraktur otot gastroknemius.

Sepatu karet tinggi juga dapat digunakan untuk tujuan ini, tetapi harus

diperhatikan untuk menghindari tekanan pada tumit dan pergelangan kaki.

(4) Mencegah adduksi bahu;

Untuk mencegah adduksi bahu yang sakit, satu bantal ditempatkan

di aksila ketika terdapat keterbatasan rotasi eksternal, hal ini

mempertahankan lengan menjauh dari dada. Satu bantal ditempatkan di

bawah lengan, dan lengan ini ditempatkan dalam posisi netral (agak

Page 38: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

38

fleksi), dengan sendi distal diposisikan lebih tinggi dari pada sendi

proksimal. Sehingga, siku lebih tinggi dari pada bahu dan pergelangan

tangan lebih tinggi dari siku. Hal ini membantu mencegah edema dan

fibrosis yang akan mencegah rentang gerak normal bila pasien telah dapat

melakukan kontrol lengan.

(5) Mencegah rotasi panggul

Roll trokhanter yang direntangkan dari krista ilium sampai paha

tengah digunakan untuk mencegah rotasi eksternal, karena gerakan ini

berasal dari pangkal dan kantung sendi panggul. Lutut tidak mengalami

fungsi rotasi ini. Roll trokhanter bertindak sebagai baji mekanis di bawah

projeksi trokhanter mayor dan mencegah femur berguling.

(6) Posisi tangan dan jari.

Jari- jari diposisikan sehingga mengalami sedikit fleksi. Tangan

ditempatkan agak supinasi (telapak tangan menghadap ke atas), yang

adalah posisi paling fungsional. Bila ekstremitas atas flaksid, bebat volar

resting dapat digunakan untuk menyokong pergelangan tangan dan tangan

dalam posisi fungsional. Bila ekstremitas atas spastik, roll tangan tidak

digunakan karena merangsang refleks menggenggam. Pada keadaan ini

bebat pergelangan tangan dorsal bermanfaat dalam memungkinkan telapak

tangan bebas dari tekanan. Setiap upaya yang dilakukan untuk mencegah

edema tangan.

Page 39: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

39(7) Mengubah posisi

Posisi pasien harus dirubah tiap 2 jam. Untuk menempatkan pasien

pada posisi lateral atau miring, satu bantal ditempatkan di antara kaki

sebelum pasien dibalik. Paha atas tidak boleh di fleksikan secara tiba-tiba.

Pasien dapat diubah posisinya dari sisi ke sisi lain, tetapi jumlah waktu

yang digunakan pada sisi yang sakit harus dibatasi karena adanya

kerusakan sensasi. Berbaring pada sisi yang sakit, dianggap meningkatkan

kesadaran pasien terhadap sisi tersebut dan memungkinkan penggunaan

tangan yang tidak sakit. Posisi lateral (miring).

Bila mungkin, pasien ditempatkan pada posisi telungkup selama 15

sampai 30 menit beberapa kali sehari. Satu bantal atau penyokong

ditempatkan di bawah pelvis, yang direntangkan dari setinggi umbilikus

sampai sepertiga atas paha. Hal ini membantu meningkatkan hiperekstensi

sendi panggul, yang esensial untuk berjalan normal dan membantu

mencegah kontraktur fleksi lutut dan panggul. Posisi telungkup juga

membantu mengalirkan sekresi bronkial dan mencegah deformitas

kontraktur bahu dan lutut. Selama pemberian posisi ini penting untuk

mengurangi tekanan dan mengubah posisi dengan sering untuk mencegah

pembentukan dekubitus.

(8) Lat ihan;

Ekstremitas yang sakit dilatih secara pasif dan berikan rentang

gerak penuh empat atau lima kali sehari, untuk mempertahankan mobilitas

sendi, mengembalikan kontrol motorik, mencegah terjadinya kontraktur

Page 40: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

40pada ekstremitas yang mengalami paralisis, mencegah bertambah

buruknya sistem neuromuskuler dan meningkatkan sirkulasi. latihan

menolong dalam mencegah terjadinya statis vena, yang dapat

mengakibatkan adanya trombus dan emboli paru..

Pasien diobservasi untuk tanda dan gejala yang dapat

mengidentifikasi emboli paru atau kelebihan beban kerja jantung selama

latihan, hal ini meliputi napas pendek, nyei dada, sianosis, dan

peningkatan frekuensi nadi selama periode latihan.

Latihan periode singkat dan sering selalu lebih disukai dari pada

periode lama dan interval jarang. Regularitas dalam latihan paling penting.

Perbaikan kekuatan otot dan pemeliharaan rentang gerak dapat dicapai

hanya melalui latihan harian.

(9) Menyiapkan ambulasi.

Pasien sesegera mungkin dibantu turun dari tempat tidur. Biasanya,

bila hemiplegia akibat trombus, aktivitas program rehabilitasi dimulai

segera saat pasien kembali sadar, pasien yang mengalami hemoragi

serebral tidak dapat berpatisipasi aktif sampai seluruh hemoragi hilang.

Pertama-tama, ajarkan pasien untuk mempertahankan

keseimbangan pada saat duduk dan belajar untuk keseimbangan pada saat

berdiri. Jika pasien mempunyai kesulitan dalam melakukan keseimbangan

saat berdiri, tilt table dapat digunakan untuk menyokong perlahan-lahan

sampai pada posisi yang benar. Tilt table merupakan alat bantuan khusus

Page 41: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

41

untuk pasien yang tirah baring dalam periode yang lama dan mengalami

perubahan tekanan darah ortostatik.

Jika pasien membutuhkan kursi roda, tipe-tipe pegangan

menggunakan rem tangan merupakan bagian terpenting untuk dilatih

karena hal ini membantu pasien untuk menguasai kursi tersebut. Kursi

harus cukup rendah untuk mempermudah pasien saat menggerakkannya

dengan tidak melibatkan kaki dan cukup baik untuk digunakan di rumah.

Jika pasien dipindahkan dari kursi roda pegangan di tempatkan pada kedua

sisi kursi.

Pasien selalu siap untuk berjalan segera setelah keseimbangan

berdiri dicapai. Pegangan paralel digunakan dalam usaha pertama ini.

Kursi atau kursi roda harus siap tersedia jika pasien tiba-tiba menjadi lelah

dan merasa pusing.

Periode latihan ambulasi harus singkat dan sering. Saat pasien

memperoleh kekuatan dan kepercayaan diri, tongkat yang dapat diatur

dapat digunakan untuk penyokong. Umumnya tiga atau empat kali ganti

tongkat akan memberikan dudkungan yang stabil, pada fase-fase awal

program latihan.

2) Mencegah nyeri bahu.

Diatas 70% pasien stroke mengalami nyeri berat pada bahu yang

menghalangi mereka melakukan aktivitas, karena fungsi bahu memberikan

keseimbangan dan melakukan berpindah tempat serta aktivitas perawatan diri.

Page 42: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

42

Tiga masalah yang dapat terjadi: nyeri bahu, subluksasio bahu, sindrom

tangan-bahu.

Sendi bahu yang flaksid dapat diregangkan maksimal oleh penggunaan

kekuatan berlebihan pada saat membalik pasien atau karena peregangan

berlebihan pada lengan dan gerakan bahu. Untuk mencegah nyeri bahu,

perawat tidak boleh mengangkat pasien pada bahunya yang flaksid atau

menarik lengan atau bahu yang sakit.

Masalah-masalah ini dapat dicegah dengan menggerakkan dan memberi

posisi yang benar. Lengan yang flaksid diletakkan di atas meja atau bantal

sementara pasien duduk. Beberapa dokter menganjurkan menggunakan sling

saat pertama kali menggerakkan ekstremitas untuk mencegah paralisis

ekstremitas karena terjuntai saat digerakkan. Latihan rentang gerak penting

dalam mencegah nyeri bahu. Hindari gerakan-gerakan yang berat. Instruksikan

pasien membuat gerakan menjalin pada jari-jari menempatkan telapak tangan

bersama-sama dan dorong perlahan-lahan ke depan dengan mengenggam

tangan ke arah bagian depan skapula, mengankat kedua tangan ke atas kepala.

Kegiatan ini diulang seluruhnya setiap hari. Pasien diinstruksikan melakukan

fleksi pergelangan tangan pada tangan yang terpengaruh dan mengerakkan

seluruh sendi-sendi pada jari-jari. Anjurkan mereka untuk melakukan gerakan

menyentuh, menggosok, dan memukul lihat gerakan kedua tangan. Tumit

mendorong tangan ke arah bawah dengan kuat. Peninggian lengan dan tangan

adalah penting untuk mencegah edema pada tangan. Pasien dengan nyeri terus

menerus setelah gerakan dan perubahan posisi diberi pengobatan analgetik.

Page 43: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

43

3)Mencapai kemampuan perawatan diri.

Segerah setelah pasien dapat duduk, lakukan aktivitas kebersihan diri.

Pasien dibantu untuk merencanakan tujuan yang realistis dan jika mungkin

kegiatan baru ditambah setiap hari. Tahap pertama adalah mengikutsertakan

sisi yang sakit dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Seperti menyisir rambut,

menggosok gigi, mencukur dengan alat cukur listrik, mandi dan makan dengan

satu tangan dan perawatan diri yang sesuai. Perawat harus meyakinkan bahwa

pasien tidak mengabaikan sisi yang sakit. Alat bantu akan membantu pasien

melakukan aktivitas pada bagian defisit pasien. handuk kecil lebih mudah

dikontrol saat mengeringkan tubuh setelah mandi, dan tisu kertas dalam kotak

lebih mudah digunakan daripada tisu gulungan. .

Pakaian dipakaikan pada sisi yang sakit sesuai dengan bentuk pakaian.

Dengan menggunakan cermin besar sambil berpakaian dapat menolong pasien

sadar akan apa yang dipakainya pada bagian tubuh yang sakit. Setiap pakaian

dipakaikan pada sisi yan sakit lebih dulu. Pasien harus membuat banyak

gerakan kompensasi ketika berpakaian yang dapat menimbulkan keletihan dan

puntiran yang nyeri dari otot interkostal. Dukungan dan dorongan diberikan

untuk mencegah pasien menjadi sangat letih dan menolak.

4)Mendapatkan kontrol kandung kemih;

Kebanyakan pasien stoke mengalami masalah kandung kemih pada

tahap awal, tetapi kontrol kandung kemih biasanya cepat pulih. Pola berkemih

dianalisis dengan penggunaan urinal dan badpan diberikan pada pola ini atau

Page 44: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

44terjadwal. Posisi tubuh tegak lurus dan berdiri membantu pasien wanita selama

rehabilitasi.

5) Memperbaiki proses berpikir;

Setelah stroke pasien mengalami masalah kognitif, perilaku, dan

penurunan emosi akibat kerusakan otak. Pada beberapa kejadian, kadang-

kadang derajat fungsi yang penting dapat kembali pulih karena tidak semua

daerah otak rusak bersama-sama, beberapa yang tersisa lebih utuh dan

berfungsi dari pada yang lain.

Setelah prosedur pengkajian yang menggambarkan dan menunjukkan

masalah-masalah pasien, bila memungkinkan ahli neuropsikologi berinteraksi

dengan dokter primer, pskiatri, perawat dan profesional lainnya, membentuk

program latihan yang menggunakan latihan kembali persepsi-kognitif, kesan

penglihatan, orientasi realitas dan prosedur yang memberi petunjuk untuk

mengompensasi kehilangan.

Peran perawat bersifat suportif. Perawat memeriksa hasil pemeriksaan

neuropsikologik, catatan, dan bentuk observasi pasien kemudian meberikan

umpan balik positif dan lebih penting lagi, menyampaikan sikap percaya dan

berpengharapan. Intervensi dengan menggunakan kekuatan dan kemampuan

pasien yang ada sambil beruasaha untuk meningkatkan kinerja fungsi dari

bagian yang sakit.

6) Mencapai komunikasi;

Afasia merusak kemampuan pasien untuk berkomunikasi, baik dalam

memahami apa yang dikatakan dan dalam kemampuan mengekspresikan diri

Page 45: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

45

sendiri. Ahli terapi wicara-bahasa mengkaji komunikasi, kebutuhan pasien

stroke, gambaran penurunan dengan tepat. Banyak terdapat strategi intervensi

bahasa untuk orang afasia dewasa, dan program ini diterima secara indiviual.

Sasarannya ditetapkan bersama saat pasien diperkirakan mengambil bagian

secara aktif.

Intervensi keperawatan mencakup melakukan segala sesuatu yang

mungkin untuk membuat lingkungan konduktif dalam berkomunikasi. Hal ini

meliputi sensitif terhadap reaksi dan kebutuhan pasien dan berespons terhadap

mereka dalam cara yang tepat, selalu memperlakukan pasien sebagai orang

dewasa. Perawat memberikan dukungan moral yang kuat dan memahami

pasien yang cemas. Jadwal yang konsisten, rutin, dan berulang-ulang dapat

menolong pasien berfungsi meskipun dalam keadaan defisit bermakna. Catatan

tertulis mengenai jadwal sehari-hari, berkas informasi pribadi (tanggal lahir,

alamat, nama kerabat), daftar periksa, dan daftar audio tape menolong ingatan

dan konsentrasi pasien. benda-benda yang dikenal, yang ada di sekitarnya dan

foto akan menentramkan hati.

7) Mempertahankan integritas kulit

Pasien stroke mempunyai risiko terhadap kerusakan kulit dan jaringan

karena perubahan sensasi dan ketidak mampuan berespons terhadap tekanan

dan ketidak mampuan bergerak. Dengan demikian pencegahan kerusakan

jaringan dan kulit membutuhkan pengkajian yang sering pada kulit, dengan

penekanan khusus pada area penonjolan dan bagian tubuh yang dependen.

Selama fase akut tempat tidur khusus (misalnya tempat tidur beraliran udarah

Page 46: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

46rendah) dapat digunakan sampai pasien mampu bergerak mandiri atau dibantu

dalam bergerak.

Jadwal mengubah posisi dan membalik tubuh secara teratur harus diikuti

dengan meminimalkan tekanan dan mencegah kerusakan kulit. Alat penghilang

tekanan dapat dipakai tetapi mungkin tidak digunakan pada aktivitas membalik

tubuh (sedikitnya setiap 2 jam) harus ditaati meskipun alat pereda tekanan

digunakan untuk mencegah kerusakan kulit dan jaringan. Ketika pasien

diposisikan atau dibalik, harus hati-hati untuk meminimalkan gesekan dan

friksi, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan mencetuskan

kerusakan kulit pasien.

8) Meningkatkan koping keluarga melalui penyuluhan kesehatan

Anggota keluarga pasien penting memainkan peran dalam penyembuhan

pasien. beberapa cara konseling dan sistem pendukung harus tersedia bagi

mereka untuk mencegah penggunaan yang bermakna pada kesehatan mereka

dan mempengaruhi gaya hidup mereka secara radikal. Jeda perawatan jangka

pendek terencana untuk memudahkan beban keluarga dalam memberikan

perawatan 24 jam terus-menerus. Koping keluarga juga dipermudah dengan

melibatkan orang lain dalam perawatan pasien dan mengajarkan teknik

manajemen stres dan metode untuk mempertahankan kesehatan pribadi.

Keluarga membutuhkan informasi bahwa rehabilitasi hemiplegia

membutuhkan bebarapa bulan dan dengan kemajuan yang lambat. Kemajuan

yang dibuat oleh pasien selama menghabiskan waktu di rumah sakit atau di

unit rehabilitasi stroke harus dipertahankan. Semua pendekatan pada pasien

Page 47: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

47harus dengan sikap mendukung dan optimistik, yang berfokus pada

kemampuan yang ada. Tim rehabilitasi, dokter dan tim perawat, pasien dan

keluarganya harus terlibat dalam pengembangan tujuan yang dicapai pasien di

rumah.

2.1.2.2.5. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaan

untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana

baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan

dalam satu kali kunjungan keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Hasil yang diharapkan pada keluarga yaitu terjadi kemandirian keluarga

dalam merawat anggota keluarga dengan stroke. Menurut PPNI Provinsi Jawa

Barat, Kriteria Keluarga Mandiri terdiri dari 3 bagian yaitu :

1) Keluarga mengetahui masalah kesehatan (Keluarga Mandiri I), dengan kriteria

(1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian stroke, tanda dan gejala dari

stroke.

(2) Keluarga dapat menyebutkan penyebab dari stroke.

(3) Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke

(4) Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah penyakit stroke

2) Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah (Keluarga

Mandiri II), dengan kriteria :

(5) Masalah anggota keluarga stroke dirasakan oleh keluarga.

(6) Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah anggota

Page 48: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

48keluarga tersebut.

(7) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan

masalah anggota keluarga stroke.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah stroke (Keluarga

Mandiri III), dengan kriteria :

(8) Keluarga terampil melaksanakan perawatan sederhana pada anggota

keluarga stroke (preventif, promotif, dan caretive).

(9) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

pada anggota keluarga stroke

(10) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya keluarga dan

fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk perawatan anggota keluarga

pasca stroke.

Untuk kategori keluarga mandiri, simpulan dibuat berdasarkan

penjumlahan kriteria di atas, masing-masing kriteria memiliki nilai satu.

Pembagian kategori berdasarkan pengelompokkan sebagai berikut :

1) Keluarga Mandiri I (KM I) : jumlah/skornya 1 – 4

2) Keluarga Mandiri II (KM II) : jumlah/skornya 5 – 7

3) Keluarga Mandiri III (KM III) : jumlah/skornya 8 – 10

Page 49: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

49

2.1.3. Kajian tentang home care.

2.1.3.1.Pengeritan pelayanan home care

Pelayanan home care adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan

yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk

individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan,

memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan kemandirian,

meminimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit terminal (Warhola,

1980, Serwen, 1991), Menurut ANA (1992) pelayanan home care adalah

perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan keterampilan teknis yang terpilih

dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti

perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan

masyarakat, dan perawat medikal bedah. Ditambahkan oleh Stuart (1998)

menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses

keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan

(discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.

Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula,

dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh

tim khusus yang menangani perawatan di rumah.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa pelayanan

home care adalah layanan kesehatan yang dilakukan oleh profesional dengan

tujuan membantu memenuhi kebutuhan pasien dalam mengatasi kesehatan yang

dilaksanakan oleh tim kesehatan profesional dengan melibatkan anggota keluarga

sebagai pendukung di dalam proses dan penyembuhan pasien.

Page 50: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

502.1.3.2.Peran Perawat home care.

Perawat sebagai seorang profesional dalam melakukan pekerjaan di suatu

organisasi tidak terlepas dari identitas profesional yang melekat pada pekerjaanya

sebagai ciri profesi. Identitas profesional dalam keperawatan menurut Douglas

(1992) tergambar pada karakteristik peran tenaga keperawatan. Peran diartikan

sebagai perilaku unik dari posisi sesorang yang mereflesikan kelompok personal,

sosial atau pekerjaan (Creasia & Parker, 2001). Peran tenaga keperawatan tidak

terlepas dari aspek; 1). penerimaan seseorang terhadap peran perawat dan

ditunjukkan dalam perilaku, 2). berimplikasi terhadap interaksi sosial dengan

orang lain, 3). melibatkan persepsi dan harapan antara kedua orang yang

berinteraksi (perawat pasien), 4). bergantung pada norma sosial, nilai,

pertimbangan dan perasaan, 5). memberikan kenyamanan dalam lingkup praktik

keperawatan yang diberikan, 6). Mungkin menempatkan permintaan individu

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan kemampuannya.

Menurut warhola, (1998), dalam Depkes, (2002), Peran dan fungsi

perawat home care yaitu :

1) Peran sebagai manajer kasus yaitu mengelola dan mengkolaborasikan

pelayanan denan fungsi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga;

(2). Menyusun rencana pelayanan; (3) mengkoordinir aktifitas tim; (4).

memantau kualitas pelayanan;

2) Peran Pelaksana yaitu memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi

pelayanan dengan fungsi : (1). melakukan pengkajian komprehensif; (2).

menetapkan masalah; (3). menyusun rencana keperawatan; (4). melakukan

Page 51: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

513) tindakan perawatan; (5). melakukan observasi terhadap kondisi pasien; (6).

membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif; (7).

melibatkan keluarga dalam pelayanan.

Menurut Sumijatun, dkk (2006), bahwa Perawat home care terlibat

dalam perawatan langsung dan perawatan tidak langsung. Dalam melaksanakan

tugasnya, perawat home care menjalankan beberapa macam peran.

1) Perawatan langsung

Perawatan yang diberikan mengacu pada aspek fisik yang nyata yang

diperoleh melalui interaksi perawat-klien meliputi pengkajian fisik klien,

mengganti balutan luka, memberikan injeksi, memasang kateter dan atau

memberikan injeksi intravena. Selain itu perawat memberikan pendidikan

kesehatan pada klien dan anggota keluarga yang memberikan pelayanan

kesehatan (care provider), tentang cara-cara melakukan prosedur tertentu.

Perawat dapat membantu klien dan keluarga untuk mengembangkan

sikap yang positif. Kemampuan dan kecakapan teknis harus diperlihatkan oleh

perawat pelayanan kesehatan rumah sehingga dapat menerima pembayaran jasa

yang telah diberikan oleh pihak ketiga. contoh dari pelayanan kesehatan

membantu petugas keperawatan untuk meyakinkan mereka tentang objektivitas

pelayanan yang diberikan : (1) observasi dan evaluasi keadaan fisik dan

emosional; (2) menyediakan perawatan langsung seperti aturan dalam

keperawatan, latihan rehabilitasi, pemasangan kateter, irigasi kolostomi dan

perawatan luka; (3) membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan

perilaku yang positif dalam kesehatan; (4) membantu klien dan keluarga untuk

Page 52: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

52memberikan pengobatan jika diperlukan; (5) ajarkan klien dan keluarga untuk

menjalankan diet yang dianjurkan dokter, mempertimbangkan masalah budaya,

keuangan dan hal yang terkait dengan privasi; (6) laporkan ke dokter jika

muncul tanda/gejala baru yang berhubungan dengan status kesehatan klien dan

kelanjutan pengobatan yang sedang dijalani; (7) membantu klien dan keluarga

untuk mengidentifikasi sumber daya yang akan membantu klien mencapai

fungsi kesehatan optimal.

2) Perawatan tidak langsung.

Perawatan tidak langsung dilakukan ketika klien tidak mempunyai

kontak langsung dengan perawat. Perawatan cenderung pada perawatan tidak

langsung lebih ke arah kegiatan konsultasi. Perawat pelayanan kesehatan

rumah dihubungi oleh perawat rumah sakit untuk melanjutkan kegiatan yang

telah dilakukan klien dan keluarga misalnya dalam hal merawat ostomi.

Perawat pelayanan kesehatan rumah berfungsi sebagai tenaga konsultan,

nasihat yang diberikan tentang bagaimana cara mengatur klien dengan

permasalahan tertentu melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim.

Pertemuan tim secara berkala yang memberikan perawatan tidak langsung di

pelayanan kesehatan rumah dilakukan secara teratur. Ini merupakan waktu

yang ideal untuk meningkatkan kordinasi dan kesinambungan pelayanan

perawatan klien dan menggunakan sumber daya secara optimal.

Pengawasan terhadap asieten/pembantu perawat kesehatan rumah

dilakukan secara tidak langsung, melalui evaluasi yang dilakukan terhadap

klien, dilakukan dua minggu sekali. Banyak tindakan keperawatan yang

Page 53: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

53

dilakukan di rumah, mungkin tidak secara langsung kelihatan oleh klien, tetapi

dapat dinilai melalui kualitas pelayanan kesehatan rumah.

Sebagai perawat klinis, pendidik, peneliti, administrator dan konsultan

dapat menerapkan ilmu dan pengalaman mereka sesuai dengan kompetensi

yang dimiliki. Dikatakan sebagai pendidik karena mereka mengajarkan klien

dan kelaurga bagaimana cara melakukan sesuatu dan mengajarkan cara dan

tahapan perawatan diri sendiri (self care). Secara formal mereka (para perawat)

mengajarkan topik-topik pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat.

Peran peneliti dapat diterapkan pada penelitian untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan di masa mendatang.

2.1.3.3.Standar praktik pelayanan kesehatan rumah

Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh

setiap tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan

minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawatan

yang aman efektif dan etis (Sumijatun, dkk, 2002).

Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh

American Nurse Association (1986) yang dikutip oleh Sumijatun, dkk (2002),

memperlihatkan hubungan proses keperawatan dengan standar praktik seperti

terlihat pada Tabel 2.1, berikut.

Page 54: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

54

Tabel 2.1. Hubungan antara proses keperawatan dan standar praktik ANA.(Diadabtasi dari American Nurse Association Standard Of Health

Nursing Practice, 1986).

Proses Standar DeskripsiKeperawatan

Pengkajian I. Organisasi Seluruh pelayanan kesehatan rumah direncanakan,diorganisir langsung oleh perawat profesional yangmempunyai pengalaman di kesehatan komunitas dankepengurusan organisasi pelayanan kesehatan rumah

II. Teori Perawat menerapkan konsep teori sebagaidasarpengambilan keputusan

III. Pengumpulan Secara berkelanjutan perawat mengumpulkan danData mereka data secara menyeluruh, akurat dan sistematis.

IV. Diagnosis Perawat menggunakan data pengkajian kesehatanuntukmenentukan diagnosis keperawatan

Perencanaan V. Perencanaan Perawat mengembangkan rencana keperawatanmenetapkan tujuan, rencana keperawatan dibuatberdasarkan diagnosis keperawatan dan meliputipengobatan yang diperoleh klien, pencegahan dantindakan keperawatan rehablitasi

Implementasi VI. Intervensi Perawat dipandu oleh rencana keperawatan untukmemberikan kenyamanan, pemulihan, perbaikan,pendidikan kesehatan, mencegah komplikasi, kecacatanakibat efek penyakit dan rehabilitasi..

Evaluasi VII. Evaluasi Secara berkelanjutan perawat mengevaluasi responklien dan keluarga untuk menentukan kemajuanpencapaian tujuan dan memperbaiki data dasar,diagnosis dan rencana keperawatan

VIII. Keperawatanberkelanjutan

IX. Kerjasama antardisiplin

Perawat bertanggungjawab terhadap kenyamanan kliendan tidak adanya gangguan dalam keperawatanberkelanjutan oleh karena itu gunakan discharge.Rencana pulang, penataan kasus dan koordinasi dengansumber daya di masyarakat.Perawat memulai kerja sama dan memelihara hubungandengan semua pelaksana pelayanan kesehatan sehinggamereka (tim) secara bersama-sama berusaha untukmenuju tujuan yang efektif.

X. Pengembangan Perawat diasumsian bertanggung jawab untukprofesional pengembangan profesional dan berkonstribusi pada

pengembangan profesional.XI. Riset Perawat berpartisipasi dalam kegiatan

penelitian yangmemberikan konstribusi terhadap pengembanganprofesional.

XII. Etika Perawat menggunakan kode etik yangdibentuk oleh

Page 55: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

55ANA sebagai petunjuk untuk pengambilan keputusanetikal dalam praktik.

Page 56: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

56

2.1.3.4. Jenis pelayanan kesehatan di rumah

Menurut Rice (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan

kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah

sakit dan kasus-kasus khusus yang dijumpai di komunitas.

Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:

Klien dengan penyakit gagal jantung; klien dengan gangguan oksigenasi; klien

dengan perlukaan kronis; klien dengan diabetes; klien dengan gangguan fungsi

perkemihan; klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi; klien

dengan terapi cairan infus di rumah; klien dengan gangguan fungsi persyarafan;

klien dengan HIV/AIDS. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus meliputi :

klien dengan post partum; klien dengan gangguan kesehatan mental; klien dengan

kondisi usia lanjut; klien dengan kondisi terminal; dan klien dengan penyakit

obstruktif paru kronis.

Page 57: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

57

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat

kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga pasca stroke, dimodifikasi

dari model asuhan keperawatan keluarga oleh Friedman (2002) seperti terlihat

pada gambar 2.2, berikut.

Kualitas hiduppasien pascastroke

meningkat

Gambar 2.2. Kerangka pemikiran dengan memodifikasi Model AsuhanKeperawatan Keluarga, ( Friedman, 2002)

2.3. Hipotesis

Terdapat pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian

keluarga dalam merawat anggota keluarga pasca stroke di Kota Samarinda.

Page 58: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ...media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_2_9048.pdfKajian tersebut terdiri atas stroke, Asuhan Keperawatan Keluarga pada anggota

58