KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN...

25
1 MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK Oleh: Nyak Ilham Saptana Bambang Winarso Herman Supriadi Supadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2014

Transcript of KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN...

Page 1: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

1  

MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014

KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK

Oleh:

Nyak Ilham Saptana

Bambang Winarso Herman Supriadi

Supadi Yonas Hangga Saputra

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2014

Page 2: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

2  

ABSTRAK

Pakan merupakan input pada proses produksi untuk menghasilkan anak sapi dan daging sapi. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyediaan pakan adalah jumlah, kualitas dan harga pakan. Di Indonesia bahan baku pakan sapi banyak tersedia, namun dalam penyediaannya masih menghadapi masalah, diantaranya penyempitan lahan padang penggembalaan, persaingan bahan baku pakan untuk kebutuhan lain, dan kandungan nutrisi yang rendah. Keterbatasan sumber pakan konvensional, dapat diatasi dengan menggunakan bahan pakan berbasis limbah pertanian dan industri pertanian dengan mengembangkan system pertanian terintegrasi tanaman-ternak. Permasalahannya adalah integrasi tanaman-ternak masih terbatas pada skala kecil yang dilakukan oleh peternakan rakyat. Integrasi usaha tanaman perkebunan dan ternak sapi masih terbatas. Padahal potensi limbah untuk pakan mampu meningkatkan populasi sapi potong cukup besar. Keterlibatan perusahaan perkebunan dalam pengembangan sistem pertanian integrasi tanaman-ternak dapat mengefisienkan proses produksi dan meningkatkan daya saing daging sapi lokal. Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan pengembangan pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) menganalisis perkiraan potensi tambahan kapasitas tampung ternak dengan pengembangan integrasi tanaman-ternak, (2) mengidentifikasi potensi wilayah pengembangan baru usaha sapi potong berbasis sumberdaya pakan lokal, (3) menganalisis kelayakan usaha pada berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak, dan (4) mengidentifikasi kendala pengembangan berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak. Berdasarkan potensi limbahnya maka cakupan kajian ini dibatasi pada usaha integrasi sapi-sawit, sapi-tebu, dan sapi-padi. Lokasi penelitian akan dilakukan di Provinsi Jawa Timur, Riau, dan Sumatera Selatan. Jika masih memungkinkan lokasi penelitian, khususnya untuk intergrasi sapi-sawit dapat ditambah lokasi Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Jambi. Untuk usaha integrasi sapi-tebu dapat ditambah lokasi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah, perusahaan perkebunan dan peternak. Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan analisis finansial.

Page 3: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

3  

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kebutuhan daging sapi nasional terus meningkat, sedangkan pasokannya belum mampu

mencukupi sehingga kekurangannya masih harus diimpor. Karena itu pemenuhan permintaan

daging sapi dengan hanya menghandalkan dari pemotongan sapi lokal akan meningkatkan

harga daging sapi. Meningkatnya harga daging akan memicu pemotongan sapi termasuk

pemotongan sapi betina produktif yang berdampak terhadap pengurasan populasi sapi.

Penyebab pengurasan adalah ketidakmampuan meningkatkan produksi daging sapi dengan

mengembangkan teknologi maju dan manajemen pemeliharaan ternak sapi (Yusdja dan

Pasandaran, 2005).

Ada tiga pilar utama yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi daging sapi,

yaitu bibit, pakan, dan manajemen usaha. Pakan merupakan input pada proses produksi untuk

menghasilkan anak sapi dan daging sapi. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam

penyediaan pakan adalah jumlah, kualitas (nutrisi) dan harga pakan. Di Indonesia bahan baku

pakan sapi banyak tersedia, namun dalam penyediaannya masih menghadapi masalah,

diantaranya penyempitan lahan padang penggembalaan, persaingan bahan baku pakan untuk

kebutuhan lain, kandungan nutrisi yang rendah, teknologi pengolahan terbatas, industri dan

sistem distribusi masih sangat terbatas .

Keterbatasan sumber pakan konvensional, dapat diatasi dengan menggunakan bahan

pakan berbasis limbah pertanian dan industri pertanian. Namun persaingan kedua sumber

tersebut untuk kebutuhan lain menyebabkan harga dua kelompok produk tersebut menjadi

mahal. Menurut Direktorat Perbibitan (2013) meningkatnya budaya bisnis saat ini menyebabkan

usaha pembibitan untuk menghasilkan sapi bibit dan sapi bakalan sudah tidak menarik bagi

peternak. Hal itu disebabkan siklus produksi yang lama dan biaya pakan yang semakin mahal.

Sebagian peternak beralih ke usaha penggemukan sapi. Akibatnya kebutuhan terhadap sapi

bakalan meningkat, sedangkan pasokannya semakin turun yang menyebabkan harga sapi

bakalan menjadi meningkat. Dilemma ini berakhir dengan tingginya harga daging sapi lokal dan

kalah bersaing dengan produk impor.

Oleh karena itu diperlukan kemauan keras dari pemerintah untuk membuat kebijakan

pengembangan integrasi tanaman-ternak. Permasalahannya adalah integrasi tanaman pangan

dan sapi yang sudah dikembangkan masih terbatas pada skala kecil. Integrasi usaha tanaman

Page 4: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

4  

perkebunan dan ternak sapi masih terbatas. Padahal berdasarkan potensinya, pengembangan

integrasi tanaman perkebunan dan sapi potong diduga mampu meningkatkan populasi sapi

potong secara signifikan. Selain itu, melibatkan perusahaan perkebunan dalam pengembangan

sistem pertanian integrasi tanaman-ternak dapat mengefisienskan proses produksi dan

meningkatkan daya saing daging sapi lokal. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi

sistem pertanian terintegrasi tanaman-ternak masih lambat berkembang.

1.2. Dasar Pertimbangan

Konsumsi daging sapi diperkirakan akan terus meningkat. Namun usaha ternak yang

berbasis lahan untuk sumber pakannya, daya tampungnya semakin terbatas. Pada sisi lain

pasar domestik dan ekspor yang semakin meningkat mendorong luas lahan tanaman

perkebunan semakin meningkat. Demikian juga konsumsi beras yang terus meningkat dan

program swasembada beras yang konsisten mendorong semakin meningkatnya luas panen

tanaman pangan, khususnya padi. Kelompok kedua tanaman tersebut selain menghasilkan

produk utama juga menghasilkan produk limbah pertanian dan industri pertanian yang

berpotensi untuk pakan ternak sapi.

Berdasarkan fakta tersebut sudah sewajarnya kedepan usaha peternakan sapi potong

diarahkan pada sistem pertanian terintegrasi tanaman ternak. Sistem tersebut selain mampu

menyediakan pakan juga mampu menghasikan pupuk organik dengan tidah harus membeli.

Sistem yang demikian dapat menekan biaya produksi dan memperbaiki kesuburan lahan

sehingga menciptakan usaha pertanian yang berkelanjutan dan berdayasaing.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan pengembangan

pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1)

menganalisis perkiraan potensi tambahan kapasitas tampung ternak dengan pengembangan

integrasi tanaman-ternak, (2) mengidentifikasi potensi wilayah pengembangan baru usaha sapi

potong berbasis sumberdaya pakan lokal, (3) menganalisis kelayakan usaha pada berbagai pola

Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak, dan (4) mengidentifikasi kendala

pengembangan berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak.

1.4.Keluaran yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) informasi tentang potensi

tambahan kapasitas tampung ternak dengan pengembangan integrasi tanaman-ternak, (2)

Page 5: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

5  

informasi tentang wilayah pengembangan baru usaha sapi potong berbasis sumberdaya pakan

lokal, (3) informasi tentang kelayakan usaha pada berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi

Tanaman-Ternak, (4) informasi kendala pengembangan berbagai pola Sistem Pertanian

Terintegrasi Tanaman-Ternak, dan (5) rekomendasi kebijakan pola pengembangan sistem

pertanian terintegrasi tanaman-ternak di Indonesia.

1.5.Perkaraan Manfaat dan Dampak

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kapasitas tampung ternak

melalui pengembangan sistem pertanian terintegrasi tanaman ternak. Dampak penelitian ini

menurunkan biaya produksi usahatani tanaman dan ternak dan penambahan populasi dan

produksi daging yang berdayasaing.

Page 6: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

6  

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teoritis

Sistem pertanian terpadu adalah sistem yang menggabungkan peternakan konvensional,

budidaya perairan, hortikultura, agroindustri dan segala aktivitas pertanian (Nurhidayati et al.,

2008). Usaha peternakan ruminansia yang pada prinsipnya berbasis lahan, sedangkan

penggunaan lahan semakin bersaing untuk berbagai keperluan maka kedepan

pengembangannya diarahkan pada sistem pertanian terintegrasi (terpadu) antara ternak dan

tanaman.

Sistem integrasi tanaman-ternak adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh

keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu usahatani atau dalam

suatu wilayah. Keterkaitan tersebut merupakan suatu faktor pemicu dalam mendorong

pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah dengan cara

yang berkelanjutan (Pasandaran et. al., 2005). Integrasi antara tanaman dan ternak dapat

diaplikasikan di wilayah agroekosistem komoditas tanaman pangan (padi dan palawija ) dan

wilayah agroekosistem tanaman perkebunan diantaranya tanaman kelapa sawit dan tebu.

Konsep pertanian terpadu telah diterapkan di Indonesia sejak petani mengenal

pertanian. Pada tahun 1970-an mulai diperkenalkan sistem usahatani terpadu yang didasarkan

pada hasil-hasil pengkajian dan penelitian dan kemudian secara bertahap muncul istilah-istilah

pola tanam (Cropping pattern), pola usahatani (cropping sistem) sampai akhirnya muncul istilah

sistem usahatani (farming sistem), dan akhirnya muncul istilah sistem tanaman-ternak (Crop-

Livestock Sistem-CLS), (Manwan, 1989).

Sistem usahatani tanaman ternak pada dasarnya merupakan respon petani terhadap

faktor resiko yang harus dihadapi, mengingat terdapatnya berbagai ketidakpastian dalam

berusahatani (Soedjana, 2007). Pada saat persaingan dagang semakin meningkat dan issu

pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian, sistem pertanian terintegrasi tanaman-ternak

perlu dikembangkan karena selain dapat menekan biaya pakan pada usaha ternak dan

menekan biaya pupuk pada tanaman, juga dapat memperbaiki kualitas lahan yang rusah akibat

penggunaan pupuk buatan. Sistem pertanian yang demikian menurut Nurhidayati et al., (2008)

dikenal dengansistem pertanian berkelanjutan dengan teknologi input luar rendah (Low

External Input Sustainable Agriculture-LEISA). Terkait dengan program swasembada,

Page 7: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

7  

pengembangan sistem pertanian terpadu tanaman ternak dapat meningkatkan daya dukung

pakan, sehingga mampu meningkatkan populasi dan produksi daging sapi.

Di Indonesia, Badan Litbang Pertanian sangat gencar mengintroduksi inovasi teknologi

sistem integrasi tanaman-ternak. Pola yang telah banyak diterapkan adalah Sistem Integrasi

Tanaman Pangan-Ternak, Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA) atau Sapi-Sawit (SASA),

Sistem Integrasi Sapi-Tebu (SATE). Selain itu masih ada beberapa potensi integrasi tanaman-

ternaik lainnya, seperti ternak dan kakao.

2.2. Hasil-hasil Penelitian Terkait.

2.2.1. Potensi Ketersediaan Pakan melalui Integrasi Tanaman-Ternak

Terkait dengan penyediaan pakan, dari usaha ternak yang terintegrasi dengan pakan

dapat diperoleh tiga sumber pakan yaitu bahan bakan yang berasal dari tanaman sisa hasil

peratnian, dari limbah industry pertanian, dan tanaman yang ada di lahan pertanian. Pada

integrasi sapi-sawit bahan pakan dapat diperoleh dari.pelepah sawit, bungkil inti sawit, lumpur

sawit, serabut perasan buah sawit, tandan kosong dan cangkang (Umar, 2009) serta tanaman

hijauan di lahan perkebunan sawit. Pada integrasi sapi-tebu dapat berupa daun pucuk tebu dan

daun rogesan, ampas tebu (bagas), dan molasses (Khuluq, 2012 dan Zigrabu, 2013) termasuk

anakan tebu (Romli, et al., 2012). Pada integrasi sapi-padi/jagung dapat berupa jerami, dedak

padi, dan tongkol jagung.

Data 2000-2009 menunjukkan perkembangan luas areal perkebunan terus meningkat.

Luas perkebunan sawit selama periode itu meningkat tajam sebesar 8,08 persen pertahun, dari

4,15 juta hektar menjadi 8,24 juta hektar. Luas perkebunan karet meningkat 0,21 persen

pertahun dari 3,37 juta hektar menjadi 3,43 juta hektar. Luas kebun kakao meningkat sebesar

8,75 persen pertahun, dari 0,75 juta hektar menjadi 1,58 juta hektar. Luas tanaman tebu

meningkat sebesar 3 persen pertahun, dari 340,66 ribu hektar menjadi 441, 44 ribu hektar

(Kementerian Pertanian, 2012). Data ini menunjukkan potensi untuk dijadikan

pengembangan produksi daging sapi melalui pengembangan sistem pertanian integrasi

tanaman-ternak.

Menurut Diwyanto et al., (2004) limbah perkebunan sawit mempunyai potensi yang

cukup besar untuk menyediakan sumber pakan dengan daya tampung 1-3 ekor per ha kebun

kelapa sawit. Pada perkebunan tebu, limbah tanaman berupa pucuk tebu mencapai 30,8 ton/ha

(Romli et al., 2012) dan diperkirakan setiap hektar tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton

Page 8: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

8  

bagas (Purba, 2013). Murni et al., (2008) merinci komposisi dari tanaman tebu dapat dihasilkan

batang tebu sebagai produk utama sebanyak 60 persen dan sisanya limbah berupa pucuk tebu

30 persen dan daun rogesan 10 persen. Batang tebu hanya dapat menghasilkan 5 persen gula,

sisanya 75 persen air yang bercampur dengan komponen gula, bagas 15 persen, molasses 3

persen dan sisanya yang tidak bisa dimanfaatkan (filter mud) 2 persen. Menurut Suparjo (2008)

komponen bagas mencapai 24-36 persen. Berdasarkan komposisi itu, limbah tanaman tebu

sangat potensial untuk dimanfaatkan, antara lain untuk pakan ternak.

Kuswandi (2007), Dengan hamparan 100 ha kebun tebu diperkirakan dapat

menghasilkan pucuk tebu sebanyak 380 ton bahan kering, yang dapat memelihara tidak kurang

dari 347 – 520 ekor sapi dengan bobot hidup 200 kg sepanjang tahun bila sapi mampu

mengkonsumsi bahan kering 1 – 1,5% dari bobot hidup. Bila bagas diproses dan ditambahkan

dalam pakan, maka tambahan sekitar 20 ekor sapi lagi dapat dibesarkan. Demikian seterusnya,

dengan memanfaatkan limbah lain seperti ampas, pith dan tetes, maka jumlah pemilikan dapat

ditingkatkan dengan catatan, suplementasi bahan dari luar kawasan harus diadakan.

Pada tanaman pangan, data 2000-2009 menunjukkan perkembangan luas panen padi

meningkat 1,01 persen pertahun dari 11,79 juta hektar menjadi 12,88 hektar. Perkembangan

luas panen komoditas palawija khususnya jagung meningkat 2,16 persen pertahun, dari 3,50

juta ha menjadi 4,15 juta hektar. Luas panen kedele menurun 0,02 persen pertahun dari 0,82

juta ha turun menjadi 0,72 ha (Kementerian Pertanian, 2012).

Tanaman padi gogo per hektar dapat menyediakan pakan sebanyak 18,9 hari, dari

jumlah sapi 29 ekor. ( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian , 2005). Pemberian

jerami fermentasi sebagai pakan basal dengan ditambah konsentrat, nyata (P<0,05) dapat

memberikan kinerja pertumbuhan sapi lebih baik dan secara ekonomi layak, serta mempercepat

tanda-tanda estrus ( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian , 2005).

Selain ketersediaan secara agregat, hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan

pemanfaatan limbah ada sistem pertanian tanaman-ternak adalah harga, kandungan gizi, dan

distribusi ketersediaannya selama setahun. Namun karena penelitian ini fokus pada usahatani

terintegrasi tanaman-ternak sehingga limbah tidak harus dibeli, maka aspek harga tidak

diperlukan. Demikian juga penelitian ini tidak menyinggung aspek gizi secara dalam. Namun

aspek distribusi ketersediaan sangat terkait dengan ketersedian, sehinga menjadi perlu untuk

menjadi perhatian.

Page 9: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

9  

Terkait dengan distribusi ketersediaan, Penelitian Romli et al., (2012) pada lima

kabupaten di Jatim menunjukkan bahwa ketersediaan limbah tanaman tebu dapat

dimanfaatkan untuk pakan ternak selama bulan Juni-Desember. Pemanfaatan diluar waktu itu

dapat dilakukan melalui proses pengawetan lebih lanjut. Rincian distribusi ketersediaan limbah

tanaman tebu di Jatim dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Waktu Ketersediaan Hijauan Lain dan Limbah Tanaman Tebu di Jawa Timur, 2011

Kabupaten Hujauan lain Limbah Tanaman Tebu

Anakan Pucuk Daun Regosan

Malang

-Sawah

-Tegal

Bulan 1-8

Bulan 1 -6

Bulan 2-5

Bulan 3-5

Bulan 5-11

Bulan 5-11

Bulan 2-5

Bulan 2-6

Pasuruan

-Tegal

Bulan 1-6

Bulan 3-5

Bulan 5-10

Bulan 2-6

Probolinggo

-Tegal

Bulan 1-6

Bulan 3-5

Bulan 6-11

Bulan 2-6

Lumajang

-Sawah

-Tegal

Bulan 1-8

Bulan 1-6

Bulan 2-5

Bulan 3-5

Bulan 6-10

Bulan 6-10

Bulan 2-6

Bulan 3-6

Sitobondo

-Sawah

-Tegal

Bulan 1-9

Bulan 1-7

Bulan 2-5

Bulan 3-5

Bulan 6-11

Bulan 6-11

Bulan 2-6

Bulan 3-6 Sumber Romli et al., (2012)

2.2.2. Potensi Wilayah Pengembangan Pertanian Terintegrasi Tanaman Ternak

Berdasarkan konsep sistem integrasi, usaha ini dapat dilakukan pada lingkup usaha dan

lingkup kawasan. Berdasarkan hal itu maka usaha tanaman-ternak yang terintegrasi tidak harus

dilakukan dalam satu kesatuan usaha, tetapi masih dalam satu kesatuan kawasan. Pada pola

integrasi ternak sapi dan tanaman padi di Pantura Jawa, bisa saja jerami yang dihasilkan di

kawasan pantura dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada usaha ternak sapi di kawasan

sekitarnya. Demikian juga dengan integrasi tanaman sawit atau tebu dengan usaha ternak sapi

di sekitar perkebunan. Lebih luas lagi integrasi tersebut dapat juga dilakukan pada dua kawasan

Page 10: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

10  

yang lebih jauh namun antar kedua usaha itu ada keterkaitan usaha untuk saling terintegrasi

dengan tetap memperhatikan biaya transportasi yang harus dikeluarkan.

Sistem integrasi tanaman-ternak berpeluang untuk dikembangkan baik di daerah

dengan luasan lahan pertanian yang terbatas maupun didaerah dengan potensi lahan pertanian

yang luas, dengan harapan akan mampu meningkatkan produksi, populasi, produktivitas dan

daya saing produk peternakan (Kana Hau et al., 2005). Berdasarkan lokasi sumber pakannya,

maka integrasi sapi-sawit akan mengikuti lokasi perkebunan sawit di Indonesia. Oleh karena itu

potensi pengembangan integrasi tanaman ini banyak dilakukan di Sumatera dan Kalimantan.

Sebagai contoh di Provinsi Bengkulu, Lampung, Jambi, Riau, Sumatera Utara, Kalteng dan

Kaltim sudah banyak peternak yang mnggembalakan sapinya di lahan perkebunan sawit dan

ada beberapa yang sudah diintegrasikan secara khusus.

Menurut informasi dari WIKIPEDIA, sebagian besar pabrik tebu berada di Jawa Timur.

Kemudian diikuti Jawa Tengah, Jawa Barat dan beberapa lainnya di DIY, Lampung, Sumut,

Sulsel, dan Sumsel. Berdasarkan beberapa hasil penelitian seperti Romli et al., (2012),

penggunaan limbah tebu sudah dimanfaatkan untuk pakan ternak di beberapa daerah di Jatim.

Usaha integrasi tanaman pangan seperti padi dan sapi dapat dilakukan hampir di semua

provinsi, terutama pada daerah sentra produksi padi. Penelitian CLS secara kelembagaan

dimulai di Batumarta, Sumatera Selatan pada tahun 1985 yang dilakukan oleh Puslitbang

Tanaman pangan dan Puslitbang Peternakan untuk melakukan penelitian tanaman dan ternak

secara terpadu dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (Sustainable) yang

ramah lingkungan (environmentally tolerable), secara sosial diterima masyarakat (socially

acceptabel), secara ekonomi layak (economically feasible) dan diterima secara politis (politically

desirable), (Ismail et al., 1989). Hingga tahun 2008, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

telah mengembangkan program integrasi tanaman-ternak pada beberapa lokasi (Tabel 2).

2.2.3. Kelayakan Usaha pada Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak

Untuk memberikan keuntungan yang lebih, pengembangan sistem usahatani terintegrasi

tanaman-ternak perlu diimbangi dengan peningkatan mamajemen dengan upaya pemanfaatan

semua produk tani sehingga tercapai pola zero waste atau tidak ada bagian yang terbuang dan

tersedianya sumber pakan dengan biaya minim (zero cost). Pemanfaatan limbah untuk pakan

ternak dengan ketersediaan yang cukup (in-situ situation) akan menghidupi ternak tanpa perlu

mendatangkan dari luar (ex-situ situation) (Djajanegara., et. al., 2005).

Page 11: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

11  

Menurut Diwyanto et al., (2004) dan Manti et al., (2004), sistem integrasi tanaman

ternak di lahan perkebunan sawit, dengan menggunakan sapi sebagai tenaga kerja di

perkebunan sawit berakibat pada peningkatan pendapatan pemanen sekitar 50% melalui

penerimaan upah panen, dimana tenaga seekor sapi dapat digunakan kegiatan memanen 15 ha

kebun sawit secara bergilir.

Tabel 2. Target dan Realisasi Pengadaan Ternak Sapi Potong pada Program Integrasi Tanaman-Ternak Nasional, 2008

No

Propinsi

Jumlah Kelompok Target (ekor)

Realisasi (ekor) TOTAL

Keterangan Integrasi

Jantan Betina Jantan Betina (ekor)

1 NAD 1 0 40 0 40 40 Sapi – Jagung dan sayuran

2 Riau 3 0 72 0 72 72 Sapi – sawit 3 Jambi 2 6 93 6 93 99 Sapi – sawit 4 Sumsel 4 20 89 20 89 109 sapi – sawit & kopi

5 Babel 4 0 131 0 131 131 Sapi - sawit & jagung

6 Bengkulu 5 17 156 17 156 173 Sapi - sawit, coklat, padi

7 Jatim 15 0 64 0 64 64 Sapi – padi 8 Kalbar 2 7 71 7 71 78 Sapi – sawit 9 Kalteng 1 0 25 0 25 25 Sapi-padi& jagung

10 Sulsel 1 4 20 4 20 24 Sapi - tanaman pangan

11 Sulteng 1 6 30 6 30 36 Sapi – jagung

12 Sultra 4 9 71 9 71 80 Sapi - Mete, kakao, padi

13 Sulbar 4 50 108 50 108 158 Sapi - sawit, coklat,padi

14 Sulut 2 0 54 0 54 54 Sapi – jagung dan kelapa

15 INDONESIA 49 119 1024 119 1024 1143 Sumber : Ditjend Peternakan dan Kesehatan Hewan (data diolah).

Pada usahatani integrasi sapi-tebu, pupuk kandang yang dihasilkan dari tiga ekor sapi

dewasa selama setahun dapat menghemat 50 persen aplikasi pupuk organik pada tanaman

tebu. Pendapatan usaha penggemukan sapi menggunakan limbah kulit kopi memberikan

peningkatan sebesar 41,9% bila hanya memberikan hijauan saja (Parwati et al. 2009).

Hasil penelitian Diwyanto dan Haryanto (2001) menunjukkan bahwa integrasi ternak

dengan padi pola tanam IP 300 yang dilakukan di Yogyakarta dan di Sukamandi mampu

Page 12: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

12  

meningkatkan pengasilan petani hingga seratus persen apabila dibandingkan dengan pola

tanam padi tanpa ternak. Sekitar empat puluh persen hasil tersebut berasal dari nilai tambah

pupuk organik yang diperoleh dari ternak sapi. Sementara hasil penelitian Zurriyati, (2008)

menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan dengan sistem usahatani

terpadu/terintegrasi antara tanaman dan ternak sapi potong. Pembuatan dari kotoran sapi

merupakan salah satu peluang tambahan pendapatan petani dari kegiatan usahatani tersebut.

Tambahan pendapatan petani kasus di Desa Masda Makmur kabupaten Rokan Hulu-Riau, dari

hasil kompos pendapatan petani mampu meningkat antara 30 persen sampai dengan seratus

persen.

Model usahatani petani yang mengintegrasikan tanaman pangan dengan ternak sapi,

kambing dan ayam, di Batumarta (Sumatera Selatan) merupakan model integrasi

multikomoditas yang paling efisien dan berkelanjutan (Anwarhan dan Supriadi, 1994). Sukses

pengembangan model usahatani tanaman ternak di Batumarta didukung oleh sistem modal

bergulir yang merupakan faktor kunci keberhasilan adopsi teknologi dalam pengembangan

integrasi tanaman ternak (Supriadi dan Anwarhan, 1994).

Integrasi tanaman dan ternak dengan penggunaan varitas unggul yang diikuti dengan

introduksi teknologi pada tanaman padi gogo dan kacang tanah, perbaikan pakan dan

pemanfaatan sumber daya lokal dapat menekan biaya dan meningkatkan produksi yang

akhirnya berdampak pada peningkatan pendapatan petani. (Subiharta, et al., 2006).

2.2.4. Kendala Pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak

Pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak di Indonesia ditemukan di berbagai

agroekosistem dalam skala usaha yang beragam mulai dari petani yang berpemilikan lahan ,

0.5 ha sampai pada perkebunan kelapa sawit yang luasnya ribuan hektar. Walaupun demikian

belum semua sumber daya khususnya lahan, modal dan tenaga kerja dimanfaatkan secara

optimal, disamping masih adanya kendala teknologi, informasi dan kelembagaan

(Prawiradiputra, 2009).

Menurut Romli et al., (2012), di Jawa Timur masih banyak limbah tanaman tebu yang

belum dimanfaatkan. Oleh karena itu disarankan agar limbah tebu yang dihasilkan dalam

jumlah banyak pada waktu singkat tersebut perlu diolah lebih lanjut untuk dapat diawetkan dan

ditingkatkan kualitasnya untuk dimanfaatkan pada saat kekurangan pakan (Purba, 2013).

Kandungan bahan kering pucuk tebu lebih rendah dari bahan kering jerami padi, namun protein

Page 13: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

13  

kasarnya lebih tinggi dari jerami padi dan jagung. Pembuatan silase pucuk tebu dengan

tambahan urea dan molases berpengaruh nyata terhadap kandungan N dan C/N.

Kendala pemanfaatan bagas untuk pakan ternak adalah sifatnya yang kamba (bulky),

sehingga memerlukan biaya transportasi dan penggudangan yang mahal. Pada saat

penggudangan bagas mudah terserang jamur dan serangga karena kandungan gula yang

tersisa (Purba, 2013). Proses pengolahan limbah perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai

nutrisi dan daya cerna pakan limbah tebu (Khuluq, 2012). Pengolahan ampas tebu dengan

cara fermentasi menggunakan Phanerochaete chrysosporium (jamur pelapuk) 15 gram/Kg

ampas tebu berpengaruh nyata (P> 0,05) meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan

organic pakan (Rayhan et al., 2013).

Pada sistem pertanian terintegrasi tanaman-ternak pada agroekosistem sawah irigasi,

tadah hujan maupun lahan kering, ternak sapi masih merupakan usaha sambilan bagi sebagian

besar petani sehingga pemeliharaannyapun masih bersifat tradisional. Walaupun dalam

kenyataannya dalam struktur pendapatan rumah tangga seperti petani di lahan kering usaha ini

merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan rumah tangga (Kariyasa dan

Pasandaran, 2005). Jika demikian, walaupun kontribusi pendapatan dari ternak besar, belum

tentu usaha dilakukan dengan efisien mampu meningkatkan pendapatan petani, serta

meningkatan kuantitas dan kualitas daging sapi nasional.

Di Kabupaten Lima Puluh Kota, usaha integrasi sapi-kakao, memanfaatkan daun hasil

pemangkasan tanaman kakauodan kulit biji kakao untuk pakan sapi simental dan turunannya

terkendala pada palatabiltas (daya suka) yang rendah (Suryanti, 2011). Selain itu, limbah kakao

yang dihasilkan per luasan tertentu relatif sedikit dan kandungan gizinya lebih rendah dari

rumput gajah. Pengolahan limbah kakao dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah, namun

membutuhkan decomposer dan jumlah limbah yang banyak sehingga pengolahannya menjadi

efisien.

Page 14: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

14  

III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Kerangka pemikiran

Integrasi tanaman ternak sebenarnya telah mengakar pada pola pertanian rakyat sejak

lama dan menjadi bagian dari budaya bertani yang dilakukan petani. Dalam sistem usaha tani

konvensional, ternak merupakan unsur penunjang yang diperlakukan sebagai tabungan.

Distorsi terhadap sistem konvensional mulai terjadi seiring dengan meningkatnya populasi

penduduk dan menyempitnya lahan pertanian, serta meningkatnya budaya bisnis. Banyak lahan

persawahan dewasa ini dikategorikan sebagai lahan sakit yang antara lain dicirikan oleh hasil

tanaman yang melandai dan tidak dapat lagi meningkat walaupun upaya intensifikasi dilakukan

secara maksimal. Satu-satunya cara terbaik untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan

menggalakkan kembali penggunaan bahan-bahan organik termasuk pupuk kandang dan

mengintensifkan integrasi ternak dalam sistem usaha tani. Ternak dapat memperbaiki kualitas

dan meningkatkan produktivitas lahan melaui intensifikasi daur ulang unsur hara dan energi

(Pasandaran et al., 2005).

Integrasi antara tanaman pangan dan tanaman perkebunan dengan ternak sapi potong

pada dasarnya merupakan perpaduan dua komoditas yang bisa dikembangkan secara

bersamaan pada wilayah yang sama yang masing-masing keberadaannya saling memnutuhkan

satu sama lain. Tanaman sebagai penghasil limbah pertanian dan limbah industri pertanian bisa

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sementara ternak sapi potong merupakan hewan ternak

penghasil pupuk organik potensial yang dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman yang

dapat memperbaiki kondisi lahan yang sakit. Dengan terpenuhinya salah satu sarana input

terutama pakan untuk ternak dan pupuk organik untuk tanaman tebu, maka diharapkan

keduanya akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi. Dengan meningkatnya

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani dan

mendukung program swasembada di Indonesia.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini akan membahas aspek makro agregat nasional yang didukung dengan

aspek mikro pada tingkat usahatani. Mengingat potensi limbah pertanian yang besar pada

tanaman kelapa sawit, tebu dan padi maka cakupan kajian ini dibatasi pada usaha integrasi

sapi-sawit, sapi-tebu, dan sapi-padi.

Page 15: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

15  

Keseimbangan lingkungan berazaskan Peningkatan pendapatan RT petani

“Zero waste”

Sumber Energi RT 

PUPUK ORGANIK 

HASIL  TERNAK 

KOTORAN TERNAK

Pendapatan Usahatani 

Peningkatan Pendapatan 

P t iPAKAN   TERNAK 

KETAHANAN EKONOMI NASIONAL

LIMBAH Tanaman dan Agroindustri 

Swasembada Daging Sapi 

SAPI POTONG

Swasembada dan Ekspor 

GAS BIO 

TANAMAN 

Kerangka pikir : Pentingnya integrasi tanaman tebu-ternak

sapi potong dalam upaya meningkatkan ketahanan

ekonomi Nasional.

Page 16: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

16  

Aspek makro agregat nasional akan dibahas menggunakan data sekunder dan dukungan

studi pustaka. Aspek mikro akan dibahas menggunakan data primer yang diperoleh dari

lapangan. Untuk menambah informasi dan jika dana dan waktu tersedia akan dikaji kasus-kasus

yang ada di luar tiga provinsi utama lokasi penelitian.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Lokasi kajian akan dilakukan di wilayah sentra pengembangan tanaman pangan,

tanaman kelapa sawit dan tanaman tebu. Untuk dapat menjawab tujuan penelitian maka pada

lokasi-lokasi sumber pakan yang berasal dari limbah tanaman tersebut diharapkan sudah ada

responden yang melakukan usaha terintegrasi tanaman-ternak baik dalam satu usahatani atau

satu kawasan. Diharapkan pada lokasi penelitian dapat diproleh usaha terintegrasi tanaman-

ternak yang dilakukan oleh peternak atau kelompok ternak dan perusahaan.

3.3.2. Lokasi dan Responden

Berdasarkan kriteria diatas maka lokasi penelitian akan dilakukan pada daerah sentra

tebu yaitu Provinsi Jawa Timur, sentra produksi tanaman kelapa sawit yaitu Provinsi Riau, dan

sentra produksi padi yang memiliki berbagai agroekosistem ( lahan irigasi, lahan tadah hujan,

lahan rawa, dan lahan pasang surut) yaitu Provinsi Sumatera Selatan.

Jika masih memungkinkan lokasi penelitian, khususnya untuk intergrasi sapi-sawit dapat

ditambah lokasi Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Jambi. Untuk usaha integrasi sapi-

tebu dapat ditambah lokasi D.I. Yogyakarta.

Responden yang akan diwawancarai terdiri dari instansi terkait, peternak yang

melakukan usaha terintegrasi dengan tanaman, dan perusahaan yang melakukan usaha

terintegrasi antara usaha tanaman dan sapi serta usaha yang menghasilkan limbah pertanian

yang berpotensi digunakan untuk pakan ternak. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Tabel

3.1.

Page 17: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

17  

Tabel 3.1. Rencana Jenis dan Jumlah Responden yang Akan Digunakan pada Penelitian

No Responden Provinsi Lokasi Penelitian Jlh

Jakarta Riau Kalteng/

Jambi/DIY Sumsel Jatim

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12

Ditjen PKH Ditjen Perkebunan Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Dinas Pertanian Provinsi Dinas Perkebunan Provinsi BPTP *) Dinas Peternakan Kabupaten PTPN Kelapa Sawit/Tebu Perusahaan Swasta Sawit Perusahaan Swasta Tebu Peternak (terintegrasi) Kelompok Peternak

2 1 - - - - - - - - - -

- - 1 - 1 1 2 1 1 -

20 2

- - 3 - 3 3 3 2 1 -

15 3

- - 1 1 - 1 2 - - -

20 2

- - 1 - 1 1 2 1 - 2

20 2

2 1 6 1 5 6 9 4 2 2

75 9

Jumlah 3 29 33 27 30 122

*) Keterangan: akan dikirimkan daftar pertanyaan singkat pada seluruh BPTP terkait kajian integrasi tanaman ternak

3.4. Data dan Metode Analisis

3.4.1. Jenis data

Untuk mendukung kelengkapan informasi dalam penelitian, maka ada beberapa data

yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui

berbagai dokumen dari instnasi terkait. Data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada

responden pengusaha peternakan dan pengusaha perkebunan dengan menggunakan instrumen

berupa kuesioner. Informasi kebutuhan data selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 3.2.

Page 18: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

18  

Tabel 3.2. Rencana Jenis Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Tujuan Penelitian dan Sumber Data

No

Tujuan Penelitian

Jenis Data

Sumber Data

1 Menganalisis perkiraan potensi tambahan kapasitas tampung ternak dengan pengembangan integrasi tanaman-ternak,

1. Luas tanaman perkebunan sawit dan tebu menurut umur tanaman.

2. Luas panen tanaman padi. 3. Potensi jumlah dan jenis

limbah yang dapat dimanfaatkan

1.Data sekunder 2.Data sekunder 3.Studi literatur

2 Mengidentifikasi potensi wilayah pengembangan baru usaha sapi potong berbasis sumberdaya pakan lokal,

1. Luas tanaman perkebunan sawit dan tebu menurut umur tanaman menurut provinsi

2. Luas panen tanaman padi menurut provinsi. 3. Populasi sapi

1.Data sekunder 2. Data sekunder

3 Menganalisis kelayakan usaha pada berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman- Ternak,

1. Data input produksi (jumlah dan harga; dibeli dan dihasilkan/milik sendiri)

2. Data output (jumlah dan harga: dijual dan digunakan sendiri)

1.Data primer 2.Data primer

4 Mengidentifikasi kendala pengembangan berbagai pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman- Ternak

1. Kendala teknologi 2. Kendala administrasi 3. Kendala pengadaan

Informasi primer

3.4.2. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan pertama, yaitu: “Menganalisis perkiraan potensi tambahan

kapasitas tampung ternak dengan pengembangan integrasi tanaman-ternak” diperlukan

informasi berupa data luas tanaman perkebunan menurut umur tanaman dan luas panen

tanaman padi. Berdasarkan data tersebut dan mengacu pada hasil penelitian sebelmnya maka

diperkirakan jumlah bahan pakan yang tersedia dan dikonversikan menjadi kapasitas tampung

ternak yang dapat diusahakan. Analisis data dan informasi dilakukan dengan pendekatan

deskriptif dengan teknik tabulasi.

Untuk menjawab tujuan kedua, yaitu: “Mengidentifikasi potensi wilayah pengembangan

baru usaha sapi potong berbasis sumberdaya pakan lokal”, diperlukan informasi berupa data

luas tanaman perkebunan menurut umur tanaman dan luas panen tanaman padi pada tiap

Page 19: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

19  

provinsi dan populasi ternak ruminansia di daerah tersebut. Berdasarkan data yang tersedia

dapat diketahui kapasitas tampung dan jumlah ternak ruminansia yang ada serta potensi

penambahan populasi ternak ruminansia. Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif

kuantitatif dengan teknik tabulasi.

Untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu: “Menganalisis kelayakan usaha pada berbagai

pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak”, diperlukan analisis finansial usaha ternak

sapi yang diintegrasikan dengan tanaman.

Untuk menjawab tujuan keempat: “Mengidentifikasi kendala pengembangan berbagai

pola Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak” diperlukan informasi dari pihak peternak,

pengusaha, instansi terkait dan peneliti. Informasi yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan

deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif dengan teknik tabulasi dan grafik/gambar.

Page 20: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

20  

IV. ANALISIS RISIKO

Suatu kajian sosial ekonomi melibatkan berbagai pihak sebagai responden. Responden

yang digunakan dalam penelitian terdiri dari peternak dan perusahaan. Lokasi peternak yang

terpencar, usaha integrasi yang masih terbatas merupakan kemungkinan risiko yang akan

dihadapi peneliti dalam mendapatkan jumlah responden yang direncanakan. Untuk perusahaan

yang melakukan integrasi atau sebagai penghasil limbah industry pertanian untuk sumber

pakan selain belumbanyak yang melakukan ada juga risiko kesulitan untuk mendapat akses

melakukan wawancara untuk mengumpulkan data.

Tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut menyajikan kemungkinan risiko yang dihadapi dan

penanganan risiko yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1. Daftar Risko yang Mungkin Dihadapi untuk Mencapai Tujuan Penelitian

No Risiko Penyebab Dampak

1 2 3

Sulit mendapatkan responden peternak terintegrasi. Sulit mendapatka responden perusahaan perkebunan yang berpotensi melakukan usaha integrasi tanaman-ternak Administrasi keuangan

Usaha terintegrasi masih terbatas. Usaha integrasi masih terbatas, birokrasi perizinan sulit, dan tidak memberikan informasi pada pihak luar. Revisi anggaran

Data dan informasi kurang. Informasi integrasi peternakan dan perkebunan tidak diperoleh Penelitian terlambat

Tabel 4.2. Daftar Penangan Risiko yang Mungkin Dihadapi untuk Mencapai Tujuan Penelitian

No Risiko Penyebab Penanganan Risiko

1 2 3

Sulit mendapatkan responden peternak terintegrasi. Sulit mendapatka responden perusahaan perkebunan yang berpotensi melakukan usaha integrasi tanaman-ternak. Administrasi keuangan.

Usaha terintegrasi masih terbatas. Usaha integrasi masih terbatas, birokrasi perizinan sulit, dan tidak memberikan informasi pada pihak luar. Revisi anggaran.

Mengurangi jumlah responden atau menambah lokasi . Menambah lokasi penelitian. Skope kajian dipersempit.

Page 21: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

21  

V.TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

5.1. Susunan Tim Pelaksana

Tim Peneliti yang melaksanakan penelitian ini terdiri dari enam orang berasal dari Pusat

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Rincian tenaga peneliti yang melaksanakan

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Susunan Tim Penelitian Kajian Pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi Tanaman-Ternak

No Nama Golongan Jabatan Fungsional/Bidang

Keahlian Kedudukan dalam Tim

1 Dr. Nyak Ilham IV/b Peneliti Utama/Ekonomi Pertanian

Ketua

2 Dr. Saptana IV/e Peneliti Utama/Ekonomi Pertanian

Anggota

3 Drs. Bambang Winarso IV/b Peneliti Madya/Ekonomi Pertanian

Anggota

4 Ir. Herman Supriadi, MS IV/e Peneliti Utama/Sistem Usaha Pertanian

Anggota

5 Ir. Supadi IV/b Peneliti Madya/Ekonomi Pertanian

Anggota

6 Yonas, H. Saputra, SP III/a Staf peneliti Anggota

5.2. Jadwal Pelaksana

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama satu tahun kalender dari Januari

sampai dengan Desember 2014. Rincian rencana kegiatan tiap bulan disajikan pada Tabel 5.2.

Namun demikian, dalam pelaksanaan dapat terjadi perubahan-perubahan baik yang disebabkan

administrasi keungan dan kondisi lapangan yang tidak mendukung.

Page 22: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

22  

Tabel 5.2. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Selama Tahun 2014

Jenis kegiatan

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pembuatan proposal operasional

Seminar Proposal Perbaikan Proposal Studi Literature Penyusunan Kwesioner Survey Utama

Pengolahan dan analisis data Penulisan laporan kemajuan Penulisan draft laporan akhir Seminar hasil penelitian Perbaikan laporan akhir Penggandaan laporan akhir

Page 23: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

23  

DAFTAR PUSTAKA

Anwarhan, H., and H. Supriadi. 1994. Crop-animal interactions in rubber-based farming systems

in upland transmigration areas. In: Sustainable animal production and the environment. Proceedings of the 7 th AAAP Animal Science Congress, held in Bali, Indonesia, July 11-16, 1994.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . 2005. Sistem Usahatani Integrasi Tanaman

dan Ternak Berbasis Tanaman Pangan di Kabupaten Blora. Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi - P4MI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Diwyanto., Sitompul., Manti., Mathius dan Soentoro. 2004. Pengkajian Pengembangan Usaha

Sistem Integrasi Kelapa Sawit-sapi. Pros. Lokakarya Nasional. Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9 – 10 Sept. 2003. Departemen Pertanian dengan PT Agricinal, Bogor.

Diwyanto dan Haryanto. 2001. Importance of integration in sustainable farming system. In:

Integration of Agricultural and Environmental Policies in an Environmental Age. Dalam Diwyanto, Prawiradiputra dan Darwinsyah Lubis. Integrasi Tanaman Ternak Dalam Pengembangan Agribisnis Yang Berdaya Saing Berkelanjutan dan Berkerakyatan WARTAZOA , 12 (1): 1-7.

Direktorat Perbibitan. 2013. Kajian Kinerja Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi di Indonesia dan

Upaya Perbaikannya. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta. Djajanegara, Ismail dan Kartaatmadja. 2005. Teknologi dan Manajemen Usaha Berbasis

Ekositem., Integrasi Tanaman-Ternak Di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Kariyasa dan Pasandaran. 2005. Struktur Usaha dan Pendapatan Integrasi Tanaman-ternak

Berbasis Agroekosistem. Integrasi Tanaman-Ternak Di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Kana Hau D., J. Nulik dan A. Pohan.2005. Prospek pengembangan sistem integrasi tanaman-

ternak di Nusa Tenggara Timur. Dalam:Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur

Kementerian Pertanian. 2012. Statistik Pertanian 2000 – 2011. Kementerian Pertanian Republik

Indonesia, Jakarta. Khuluq. A.D. 2012. Potensi Pemanfaatan Limbah Tebu sebagai Pakan Fermentasi Probiotik.

Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri, 4 (1): 37-45. Kuswandi. 2007. Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak

Ruminansia. Wartazoa, 17 (2): 82-92.

Page 24: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

24  

Manwan. 1989. Farming sistems research in Indonesia: its evolution and future out look. In: Sukmana et al. (eds). Development in Procedures for farming System Research: Proceeding of an international Workshop. Agency for Agricultural Research and Development, Indonesia.

Nurhidayati, I. Pujiwati, A. Solichah, Djuharu, dan A. Basit. 2008. Pertanian Organik: Suatu

Kajian Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan. Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang, Malang.

Parwati, I.M. Rai Yasa dan S. Guntoro. 2009. Tingkat Pendapatan Petani Ternak Dengan

Pemberian Limbah Kulit Kopi Pada Ternak Sapi. Prosiding Loka Karya : SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. Pengembangan Jejaring Penelitian dan Pengkajian; Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Pasandaran E., Djajanegara A., Kariyasa K., dan Kasryno F. 2005. Kerangka Konseptual

Integrasi Tanaman-Ternak Di Indonesia. Integrasi Tanaman-Ternak Di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Prawiradiputra, B. R. 2009. Masih Adakah Peluang Pengembangan Integrasi Tanaman dengan

Ternak di Indonesia. Wartazoa, 19 (3). Purba, F.H.K. 2013. Potensi Ampas Tebu dalam Peluang Usaha dan Pemanfaatan Komersial.

http://heropurba.blogspot.com/2013/03/potensi-ampas-tebu-dalam-peluang-usaha.html. Diunduh 12 Februari 2014.

Rayhan, M., W. Suryapratama, dan T.R. Sutardi. Romli, M., T. Basuki, J. Hartono, Sudjindro dan Nurindah. 2012. Sistem Pertanian Terpadu

Tebu-Ternak Mendukung Swasembada Gula dan Daging. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Soedjana. 2007. Sistem usaha tani terintegrasi tanaman-ternak sebagai respon petani terhadap

factor resiko dalam Prawiradiputra., Masih Adakah Peluang Pengembangan Integrasi Tanaman Dengan Ternak Di Indonesia., WARTAZOA, 19 (3): 143-149

Subiharta, B. Hartoyo dan H. Anwar. 2006. Teknologi sistem usahatani integrasi tanaman dan

ternak berbasis tanaman pangan di lahan kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.

Suparjo. 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.

Suryanti, R. 2011. Penerapan Integrasi Usaha Tanaman Ternak serta Kebutuhan Penyuluhan

Pertanian (Kasus Integrasi Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota) Program Pasca Sarjana, Universitas Andalas, Padang.

Page 25: KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_05.pdf · MAKALAH PROPOSAL OPERASIONAL PENELITIAN TA. 2014 ... meningkatnya budaya bisnis

25  

Supriadi,H., and H. Anwarhan. 1994. Technology adoption of crop-animal farming systems: Problems and their alternative solution. In: Sustainable animal production and the environment. Proceedings Science Congress, held in Bali, Indonesia, July 11-16, 1994.

Umar. S. 2009. Potensi Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pusat Pengembangan Sapi Potong

dalam Merevitalisasi dan Mengakselerasi Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Reproduksi Ternak pada Fakultas Pertanian, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 12 Desember 2009, Medan.

Yusdja, Y. dan E. Pasandaran. 2005. Keragaan Agribisnis Tanaman-ternak. Dalam: Efendi

Pasandaran, A.M. Fagi dan Faisal Kasryno, hal. 185-201. Integrasi Tanaman-Ternak Di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Zigrabu, C. 2013. Menilik Integrasi Sistem Pertanian Terpadu Tebu-Ternak untuk Mendukung

Swasembada Gula dan Daging Tahun 2014 di Kediri, Jawa Timur. http://cielbiezig46.blogspot.com/2013/01/peranan-pabrik-gula-dalam-meningkatkan.html. Diunduh 12/2/2014

Zurriyati. 2008. Peningkatan Pendapatan Petani Desa Masda Makmur, Rambah Samo-Riau Dari

Pembuatan Kompos Asal Kotoran Sapi Pada Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Prosiding. Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor.