Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk...

126

Transcript of Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk...

Page 1: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha
Page 2: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

B Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Page 3: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

CKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

KAJIANPENGEMBANGAN KAPASITAS

UNTUK KEBERHASILANBUM DESA

PT Sulaksana Watinsa Indonesia2018

Page 4: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

D Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta

Pasal 2

1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara

otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana

Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan

pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling

sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)

tahun/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima Miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

Page 5: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

EKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kajian Pengembangan KapasitasUntuk Keberhasilan BUM Desa

PT. Sulaksana Watinsa Indonesia2018

Penulis : Arif Purbantara

Farida Yustina NFPNur Ariyanto

Aprilia Kurnia Dewi

Page 6: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

F Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

ISBN : 978-602-6754-52-3

Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM DesaCopyright © 2018

Penulis : Arif Purbantara : Farida Yustina NFP : Nur Ariyanto : Aprilia Kurnia DewiEditor : Ahmad Rofik, S.S., M. KesosDesain Layout : Indoyanu Muhamad

Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin dari penulis

Cetakan Pertama diterbitkan dalam Bahasa IndonesiaOleh Penerbit PT. Sulaksana Watinsa IndonesiaCitylofts Sudirman Suites 2327-2329Jl. KH Mas Mansyur 121. Jakarta 10220Telp/Fax. (021) 86614125Email : [email protected]

Anggota IKAPI No. 499/DKI/14

Page 7: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

iKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan kajian yang menguraikan tentang faktor-faktor kapasitas yang berperan dalam keberhasilan BUM Desa agar dapat mempengaruhi perkembangan dan keberkelanjutannya. Terdapat tiga tingkatan dalam kapasitas BUM Desa yang dikaji. Ketiga tingkatan itu meliputi tingkat individu, tingkat kelembagaan, dan tingkat sistem. Kajian ini sebagai respon atas data BUM Desa yang dapat menghasilkan laba sampai dengan tahun 2017 hanya mencapai 13,3 persen dari sekitar tiga puluh ribu BUM Desa yang sudah berdiri.

Hasil kajian ditinjau dari kasus BUM Desa di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun temuan hasil kajian terlihat bahwa dalam tingkat individu yang paling mempengaruhi di eksternal individu adalah rekruitmen pegawai dan gaji. Adapun pada internal individu yang paling berpengaruh adalah pelatihan, motivasi dan kompetensi pegawai. Pada tingkat kelembagaan yang berpengaruh adalah sistem insentif gaji pegawai dan kepemimpinan. Untuk penelitian ini yang berperan penting adalah kepemimpinan kepala desa bukan pimpinan BUM Desa (direktur). Pada tingkatan sistem yang berpengaruh terhadap keberhasilan BUM Desa adalah studi kelayakan usaha serta AD/ART BUM Desa.

Kata Sambutan

Kata Sambutan

Page 8: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

ii Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

BUM Desa Panggung Lestari di Desa Panggungharjo merupakan BUM Desa yang telah berhasil sehingga menjadi acuan analisis bagi BUM Desa lain. Meskipun BUM Desa Panggung Lestari tidak mempunyai sumber daya alam sebagai modal akan tetapi dengan mensinergikan semua faktor dalam kapasitasnya membuat BUM Desa tersebut berhasil dan menjadi tempat studi bagi BUM Desa yang lain.

Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) masih perlu penyempurnaan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan kajian ini. Bersamaan dengan itu, ucapan terimakasih bagi semua pihak yang telah terlibat membantu tersusunnya kajian ini.

Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan

Dr. Suprapedi, M. Eng

NIP. 19610926 1988031002

Kata Sambutan

Page 9: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

iiiKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kata Pengantar

Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah amanah Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Tujuan pendirian BUM Desa akan tercapai apabila BUM Desa telah berhasil berkembang.

Kondisi yang ada bahwa banyak BUM Desa yang belum berhasil berkembang. Begitu pula ukuran keberhasilan sebuah BUM Desa juga belum ditetapkan. Menyikapi hal tersebut kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) diharapkan secara hipotetik dapat digunakan sebagai dasar penyusunan dan perencanaan pengembangan BUM Desa agar berhasil.

Dalam proses penulisan buku ini, banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Pertama penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Priyono, M.Si (peneliti utama) selaku pembimbing dalam penelitian ini, kedua kepada Kepala Desa Panggungharjo dan Kepala Desa Dlingo, serta direktur dan pengurus BUM Desa Panggunglestari, BUM Desa Giritama, BUM Desa Wonokromo Manembah, BUM Desa Girirejo, BUM Desa Murtigading Lestari, BUM Desa Makmurjaya Madani, dan BUM Desa Bantul.

Kata Pengantar

Page 10: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

iv Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kata Pengantar

Semoga dengan membaca secara menyeluruh buku ini akan memberikan gambaran kepada pembaca tentang Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan Badan Usaha Milik Desa dengan didasarkan pada tingkat individu, tingkat kelembagaan, dan tingkat sistem. Lebih lanjut diharapkan juga dapat berguna bagi penyusunan indikator keberhasilan dan pengembangan BUM Desa yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Jakarta, Desember 2018

Tim Penulis

Page 11: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

vKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Isi

KATA SAMBUTANKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran 1.4. Pertanyaan Penelitian 1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Kapasitas SDM 1.5.2. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) 1.5.3. Keberhasilan

1.6. Kerangka Penelitian

BAB 2 METODE PENELITIAN2.1. Metode Penelitian 2.2. Teknik Pengumpulan Data 2.3. Lokasi Penelitian 2.4. Pendekatan Analisis

BAB 3 POLA PENGEMBANGAN KAPASITAS BUM DESA KABUPATEN BANTUL 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian3.2. Pengembangan Kapasitas BUM Desa

3.2.1. Desa Panggungharjo

iiiiv

viiiix

1145555

101516

1919212223

25252626

Page 12: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

vi Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Isi

a. Profil Desa Panggungharjob. Profil BUM Desa Panggung Lestaric. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Panggung Lestarid. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.2. Desa Dlingoa. Profil Desa Dlingob. Profil BUM Desa Dlingo Giritamac. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Dlingo Giritamad. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.3. Desa Wonokromoa. Profil Desa Wonokromob. Profil BUM Desa Wonokromo Manembahc. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Wonokromo Manembahd. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.4. Desa Girirejoa. Profil Desa Girirejob. Profil BUM Desa Girirejoc. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Desa Girirejod. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.5. Desa Bantula. Profil Desa Bantulb. Profil BUM Desa Bantulc. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Bantul

2630313842444448485051525255

55575859596262646565656768

Page 13: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

viiKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Isi

6969696971

7274757575787879

8182858991

9798

102

105

d. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.6. Desa Murtigadinga. Profil Desa Murtigadingb. Profil BUM Desa Murtigading Lestari c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Murtigading Lestarid. Pengembangan Kapasitas Individue. Pengembangan Kapasitas Sistem

3.2.7. Desa Gadingharjoa. Profil Desa Gadingharjob. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Gadingharjoc. Pengembangan Kapasitas Individud. Pengembangan Kapasitas Sistem

BAB 4 ANALISIS POLA PENGEMBANGAN KAPASITAS BUM DESA KABUPATEN BANTUL4.1. Pemenuhan Indikator Kapasitas BUM Desa4.2. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa4.3. Pengembangan Kapasitas Individu4.4. Pengembangan Sistem

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

viii Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Hasil Penelitian yang Relevan Tabel 1.2. Dimensions, Focus and Types of Activities of Capacity Building Initiatives Tabel 3.1. Gambaran Umum Desa Panggungharjo Tabel 3.2. Gambaran Umum Desa Dlingo Tabel 3.3. Gambaran Umum Desa Wonokromo Tabel 3.4. Gambaran Umum Desa Girirejo Tabel 3.5. Gambaran Umum Desa Bantul Tabel 3.6. Gambaran Umum Desa Murtigading Tabel 3.7. Gambaran Umum Desa Gadingharjo Tabel 4.1. Hasil Analisis Kapasitas BUM Desa

3

72947546167717783

Page 15: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

ixKajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Penelitian

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 3.2. Peta Administrasi Desa Panggungharjo

Gambar 3.3. Struktur BUM Desa Panggung Lestari

Gambar 3.4. Peta Administrasi Desa Dlingo

Gambar 3.5. Peta Administrasi Desa Wonokromo

Gambar 3.6. Peta Administrasi Desa Girirejo

Gambar 3.7. Peta Administrasi Desa Bantul

Gambar 3.8. Peta Administrasi Desa Murtigading

Gambar 3.9. Struktur Organisasi BUM Desa Murtigading Lestari

Gambar 3.10. Peta Administrasi Desa Gadingharjo

Gambar 4.1. Segitiga Kapasitas BUM Desa

Gambar 4.2. Kapasitas Kelembagaan BUM Desa

Gambar 4.3. Kapasitas Tingkat Individu BUM Desa

Gambar 4.4. Kapasitas Tingkat Sistem BUM Desa

17

25

27

33

45

52

60

66

70

73

76

85

86

89

92

Page 16: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

x Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Page 17: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

1Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1

Bab IPendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah amanah Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 87 sampai pasal 90. Mandat tersebut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014, serta Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No. 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui BUM Desa salah satunya dengan memosisikan kontribusi sebagian keuntungan BUM Desa sebagai sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). BUM Desa juga akan menyerap tenaga kerja dari masyarakat, disamping arah usahanya diprioritaskan untuk memecahkan masalah desa dengan strategi ekonomi. Diharapkan BUM Desa dapat menjadi instrumen pemerintah desa guna mengelola pendapatan desa secara produktif. Pada

Pendahuluan

Page 18: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

2 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

gilirannya kontribusi BUM Desa melalui PADes tersebut dapat digunakan untuk kepentingan desa seperti pembangunan, pemberdayaan bahkan bantuan sosial. Dalam skala nasional, BUM Desa juga diharapkan dapat berkontribusi menurunkan kemiskinan sampai kisaran 5-6 persen pada akhir tahun 2019 melalui investasi padat karya serta kesempatan kerja untuk penduduk kurang mampu dan rentan (decent job).

Sampai tahun 2016, fasilitasi pemerintah kepada desa telah berhasil mendirikan BUM Desa sebanyak 14.686 unit (Direktorat PUED, 2017). Menurut Eko Putro Sandjojo dalam Hartik (2017) mengatakan bahwa pendirian BUM Desa akhir-akhir ini bertambah pesat namun belum disertai kemampuan kualitas sumber daya pengelolanya. Dari sekitar 22.000 BUM Desa yang sudah berdiri ditambah 8.000 BUM Desa baru dalam waktu empat bulan terakhir, yang benar-benar berjalan hanya sekitar 8.000 unit dan yang sudah berkembang dengan baik serta sudah menuai untung hanya sekitar 4.000 unit.

Salah satu BUM Desa yang berhasil adalah BUM Desa Panggung Lestari di Desa Panggung Harjo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sejumlah usaha yang dilakukan meliputi: jasa pengolahan sampah, pengelolaan minyak goreng bekas, produksi minyak nyamplung dan juga jasa wisata. BUM Desa ini telah meningkatkan nilai pendapatan Desa Panggung Harjo sebesar Rp 51,7 juta dengan nilai aset desa Rp. 1,4 milyar. Selain berhasil dalam meningkatkan PADes, BUM Desa Panggung Lestari juga turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama difabel dengan memberikan pelatihan dalam memproduksi olahan makanan serta pemasarannya.

Meskipun telah banyak BUM Desa yang berhasil seperti BUM Desa Panggung Lestari yang telah membuktikan fungsinya sebagai roda

Pendahuluan

Page 19: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

3Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

penggerak perekonomian masyarakat desa, tetapi lebih banyak lagi BUM Desa yang tidak dapat berkembang dengan baik. BUM Desa tersebut tidak otomatis dapat menjadi modal finansial desa yang menaikkan PADes secara signifikan, bahkan tidak berkembang dan hanya menjadi BUM Desa papan nama saja (Ramadana, Ribawanto, & Suwondo, 2013; Dewi, 2014; Kurniawan, 2015).

Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa faktor penyebab tidak berkembangnya BUM Desa secara signifikan, antara lain: keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola dalam melaksanakan perencanaan, pengembangan produk, pemasaran, pengembangan kapasitas manajerial, pencatatan keuangan sesuai standar akuntansi, permodalan, dan lainnya, seperti dalam Tabel 1.1.

Pendahuluan

Judul Penelitian HasilPengembangan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bersama Bumi Dewandaro Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen

Pengembangan kelembagaan yang baik ditunjukkan dengan keseimbangan pada aspek usaha, kepemimpinan, sumber daya, doktrin dan struktur internal. Kelemahan pada salah satu aspek dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi potensi kelemahan pada aspek lainnya (Rofik, 2017)

Peranan BUM Desa pada Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan, Studi pada BUM Desa Gunung Kidul, YogyakartaMaria Rosa Ratna, Modus, Vol. 28 (2): 155-167 Tahun 2016

Permasalahan yang dihadapi BUM Desa adalah Pengembangan Kapasitas Manajerial BUM Desa, Finansial, Legal Standing, Sumber daya Manusia (SDM), Komunikasi, Sense of Belonging, Relasi BUM Desa dengan Pemerintah Desa (Anggraeni, 2016)

Tabel 1.1. Hasil Penelitian yang Relevan

Page 20: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

4 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Berpijak pada permasalahan di atas dan sebagai tindak lanjut dari penelitian terdahulu, penelitian ini akan mengkaji kapasitas yang berperan dalam keberhasilan BUM Desa di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi Kapasitas BUM Desa sebagai penentu keberhasilan BUM Desa.

2. Merumuskan Kapasitas BUM Desa sebagai penentu keberhasilan BUM Desa.

Pendahuluan

Judul Penelitian HasilPengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)Edy Yusuf Agunggunanto, Dkk., Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 13 No. 1: 67-81 Tahun 2016

Kendala dalam pengelolaan BUM Desa di beberapa daerah seperti; Jenis Usaha yang dijalankan masih terbatas, keterbatasan sumber daya manusia pengelola BUM Desa dan partisipasi masyarakat yang rendah karena masih rendahnya pengetahuan mereka (Agunggunanto, et al., 2016)

Analisis Kinerja Karyawan BUM Desa di Kabupaten Kampar, Jonnius, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, ejournal.uin-suska.ac.id

Kompetensi reality (kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan terampil) dan motivasi (dorongan untuk mencapai tujuan) adalah hal yang paling mempengaruhi kinerja karyawan, sedangkan kompetensi potensi tidak terlalu berpengaruh (Jonnius, 2014)

Dampak Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bagi Kesejahteraan Masyarakat di Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Dantika Ovi Evra Tama, Eprits.uny.co.id

BUM Desa Karangrejek belum maksimal dalam menjalankan unit-unit usahanya karena sumber daya manusia yang belum mahir dalam mengolah unit-unit usaha, tetapi adanya tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan BUM Desa yang sudah beroperasi membuat BUM Desa dapat berjalan dengan lancar (Tama, 2013)

Page 21: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

5Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1.3. Sasaran

Terumuskan Kapasitas Badan Usaha Milik Desa sebagai faktor yang mendukung keberhasilan BUM Desa.

1.4. Pertanyaan Penelitian

BUM Desa merupakan salah satu instrumen yang diharapkan dapat menggerakkan dan meningkatkan perekonomian desa. BUM Desa yang terbentuk saat ini menunjukkan angka yang tidak menggembirakan karena masih didominasi oleh BUM Desa yang belum mampu mencetak profit atau manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan. Dari permasalahan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian bagaimana kapasitas dapat mempengaruhi keberhasilan BUM Desa agar dapat mempengaruhi perkembangan dan keberkelanjutannya.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Kapasitas SDM Milen (2017) merumuskan pengertian kapasitas sebagai kemampuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai, hubungan, perilaku, motivasi, sumber daya, dan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap individu, organisasi, jaringan kerja/sektor, dan sistem yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu.

Selanjutnya Milen (2017) juga memberikan pengertian peningkatan kapasitas sebagai proses dimana individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuan mereka untuk : (a) menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas pokok

Pendahuluan

Page 22: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

6 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

dan fungsi (core functions), memecahkan permasalahan, merumuskan dan mewujudkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan (b) memahami dan memenuhi kebutuhan pembangunan dalam konteks yang lebih luas dalam cara yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan kapasitas menurut Grindle (1997) yang menyatakan bahwa pengembangan kapasitas sebagai ability to perform appropriate task effectively, efficiently and sustainable (kemampuan untuk melakukan tugas yang tepat secara efektif, efisien dan bekelanjutan). Bahkan Grindle menyebutkan bahwa pengembangan kapasitas mengacu kepada improvement in the ability of public sector organizations (peningkatan kemampuan organisasi sektor publik).

Keseluruhan definisi di atas, pada dasarnya mengandung kesamaan dalam tiga aspek sebagai berikut:a. bahwa pengembangan kapasitas merupakan suatu proses, b. bahwa proses tersebut harus dilaksanakan pada tiga level/tingkatan,

yaitu: individu, kelompok dan institusi/organisasi, dan c. bahwa proses tersebut dimaksudkan untuk menjamin

kesinambungan organisasi melalui pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang bersangkutan.

Pengembangan kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipe kegiatan. Dimensi tersebut adalah (a) dimensi pengembangan SDM, dengan fokus pada personil yang profesional dan kemampuan teknis serta tipe kegiatan seperti training, praktik langsung, kondisi iklim kerja, dan rekrutmen; (b) dimensi penguatan organisasi, dengan fokus pada tata manajemen untuk meningkatkan keberhasilan peran dan fungsi, serta tipe kegiatan seperti sistem insentif, perlengkapan personil, kepemimpinan, budaya organisasi, komunikasi, struktur manajerial; dan (c) reformasi kelembagaan, dengan fokus pada kelembagaan dan sistem

Pendahuluan

Page 23: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

7Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

serta makro struktur, dengan tipe kegiatan seperti aturan politik dan ekonomi, perubahan kebijakan dan regulasi, dan reformasi konstitusi (Grindle,1997; Bappenas, 2010).

Masih menurut Grindle (1997) bahwa pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas. Dengan demikian fokus pengembangan kapasitas meliputi dimensi: (a) pengembangan sumber daya manusia; (b) penguatan organisasi; dan (c) reformasi kelembagaan (seperti disajikan pada Tabel 1.2.)

Tabel 1.2. Dimensions, Focus and Types of Activities of Capacity Building Initiatives

Pendahuluan

Dimension Focus Types of Activities• Human

Resources Development

•Supply of professional

•Technical personnel

•Training

•Salaries

•Conditions of work

•Recruitment

•Organizational Strengthening

•Management systems to improve performance ofspecifictaskandfunctions

•Microstructures

•Managerial structures

• Organizational culture

• Incentive systems

•Leadership

•Communications

• Institution Reform

• Institutions and system

•Macrostructures

•Rules of the game for economic and political regimes

•Policy and legal change

•Constitutional reform

Sumber: Grindle (1997)

Page 24: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

8 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Aktivitas dalam pengembangan sumber daya manusia seperti pengadaan atau penyediaan personel yang profesional dan kemampuan teknis. Kegiatannya berupa sistem rekrutmen yang tepat, pendidikan dan latihan (training), pemberian gaji/upah, dan pengaturan kondisi dan lingkungan kerja. Penguatan organisasi berfokus kepada sistem manajemen, perbaikan kinerja dari tugas dan fungsi yang ada serta pengaturan struktur mikro. Aktivitas yang harus dilakukan adalah menata sistem insentif, optimalisasi personel yang ada, kepemimpinan, komunikasi dan struktur manajerial. Sementara reformasi kelembagaan, perlu menekankan pada perubahan sistem dan institusi-institusi yang ada, serta pengaruh struktur makro.

Leavitt dalam Djatmiko Y. H. (2004) menjelaskan tingkatan pengembangan kapasitas sebagai berikut: (a) tingkat individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kompetensi, dan etika; (b) tingkat kelembagaan, meliputi: sumber daya, ketatalaksanaan, struktur organisasi, dan sistem pengambilan keputusan; dan (c) tingkat sistem meliputi: peraturan perundang-undangan dan kebijakan pendukung.

Selaras dengan tingkat pengembangan kapasitas tersebut, Bappenas (2010) menyebutkan cakupan pengembangan kapasitas pemerintah daerah meliputi: (a) tingkat sistem, menetapkan kondisi-kondisi kerangka yang memungkinkan dan membatasi (pengatur) bagi pemerintah daerah, di mana berbagai komponen sistem berinteraksi satu sama lain; (b) tingkat kelembagaan (entitas), tingkat badan atau lembaga teknis, atau lembaga pengantar pelayanan (service delivery) dengan struktur organisasi tertentu, proses-proses kerja dan budaya kerja; dan (c) tingkat individu, keterampilan dan kualifikasi individu berupa uraian pekerjaan, motivasi dan sikap kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek pengembangan kapasitas dapat dilihat pada tiga hal, yaitu:

Pendahuluan

Page 25: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

9Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

(a) tingkat individu, mencakup pengetahuan, keterampilan, kompetensi, etika dan etos kerja; (b) tingkat kelembagaan, mencakup sumber daya, ketatalaksanaan, struktur organisasi, dan sistem pengambilan keputusan; dan (c) tingkat sistem, mencakup peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mendukung.

Dalam melakukan pengembangan kapasitas individu, tingkatan kompetensi atau kapasitas individu bisa diukur melalui konsep dari Gross (Utomo, 2004, p. 31) yang menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan adalah sebagai berikut:a. Knowledge (pengetahuan) meliputi: general knowledge (pengetahuan

umum), technical knowledge (pengetahuan teknis), jobs and organization (pekerjaan dan organisasi), administrative concept and methods (konsep dan metode administrasi), serta self-knowledge (pengetahuan diri).

b. Ability (kemampuan) meliputi: management (manajemen), decision making (pengambilan keputusan), communication (komunikasi), planning (perencanaan), actuating/organizing (penggerakan/pengorganisasian), evaluating/controling (evaluasi/kontrol), working with others (bekerja dengan orang lain), handling conflicts (penanganan konflik), intuitive thought (pemikiran intuitif), communication (komunikasi), dan learning (pembelajaran).

c. Interest (minat/perhatian) yang meliputi: action orientation (orientasi tindakan), self-confidence (kepercayaan diri), responsibility (tanggung jawab), dan normes and ethics (norma-norma dan etika)

Sementara untuk melihat kemampuan pada level organisasi, dapat digunakan konsep Polidiano (Polidiano, 1999) yang dinilai sangat cocok untuk diterapkan pada sektor publik (pemerintahan). Terdapat

Pendahuluan

Page 26: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

10 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

tiga elemen penting untuk mengukur kapasitas sektor publik, meliputi:a. Policy capacity (kapasitas kebijakan) yaitu kemampuan untuk

membangun proses pengambilan keputusan, mengkoordinasikan antar lembaga pemerintah, dan memberikan analisis terhadap keputusan tadi.

b. Implementation authority (otoritas implementasi) yaitu kemampuan untuk menjalankan dan menegakkan kebijakan baik terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat secara luas, dan kemampuan untuk menjamin bahwa pelayanan umum benar-benar diterima secara baik oleh masyarakat.

c. Operational efficiency (efisiensi operasional) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan umum secara efektif/efisien, serta dengan tingkat kualitas yang memadai.

Pemahaman tentang kapasitas di atas masih terbatas pada aspek manusianya saja (human capacity). Pengembangan kemampuan SDM ini harus menjadi prioritas pertama, karena SDM yang berkualitas prima akan mampu mendorong terbentuknya kemampuan faktor non-manusia secara optimal.

1.5.2. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

BUM Desa didirikan atas amanah Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa terutama pasal 87 sampai pasal 90. Pasal 87 UU

Pendahuluan

Page 27: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

11Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa menyebutkan bahwa desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa yang selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa. Adapun tujuan didirikannya BUM Desa adalah: (a) meningkatkan perekonomian desa; (b) mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa; (c) meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; (d) mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; (e) menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga; (f) membuka lapangan kerja; (g) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa; dan (h) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa.

Pembentukan BUM Desa mempertimbangkan beberapa aspek meliputi: (a) inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat desa; (b) potensi usaha ekonomi desa; (c) sumber daya alam di desa; (d) sumber daya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan (e) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat. Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa. Modal awal BUM Desa bersumber dari APBDesa yang terdiri atas penyertaan

Pendahuluan

Page 28: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

12 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

modal desa dan penyertaan modal masyarakat desa. Apabila BUM Desa berbentuk Perseroan Terbatas (PT) sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan apabila membentuk Lembaga Keuangan Mikro maka andil BUM Desa minimal sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.

Pengelolaan BUM Desa harus terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa, agar BUM Desa dapat bekerja profesional. Kepengurusan BUM Desa juga bukan terdiri dari perangkat pemerintah desa. Hanya saja pada jabatan penasehat harus diisi oleh kepala desa sebagai perwujudan bahwa BUM Desa adalah milik desa dan segala kegiatannya berdasarkan asas kemanfaatan untuk warga desa. Adapun struktur utama dalam BUM Desa adalah penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas.

Jenis usaha BUM Desa dapat berbentuk bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat. Jenis bisnis ini dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna, seperti: (a) pengelolaan air minum Desa; (b) usaha listrik Desa; (c) lumbung pangan; serta (d) pengelolaan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya. Selain itu, Usaha BUM Desa dapat berbentuk bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat Desa sekaligus untuk memperoleh keuntungan finansial bagi Pendapatan Asli Desa. Jenis kegiatan usaha penyewaan seperti: (a) penyewaan alat transportasi; (b) perkakas pesta; (c) gedung pertemuan; (d) rumah toko; (e) tanah milik Desa; dan (f) barang sewaan lainnya. Jenis usaha BUM Desa lainnya adalah usaha perantara (brokering) yang

Pendahuluan

Page 29: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

13Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

memberikan jasa pelayanan kepada warga, seperti: (a) jasa pembayaran listrik; (b) pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; dan (c) jasa pelayanan lainnya. BUM Desa juga bisa mengembangkan jenis usaha bisnis yang berorientasi pada produksi dan/atau perdagangan (trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas. Kegiatan perdagangan (trading) seperti: (a) pabrik es; (b) pabrik asap cair; (c) hasil pertanian; (d) sarana produksi pertanian; (e) sumur bekas tambang; dan (f) kegiatan bisnis produktif lainnya.

BUM Desa juga bisa mengelola bisnis keuangan (financial business) untuk memenuhi kebutuhan usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi desa. Jenis usaha ini antara lain memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh masyarakat desa. Jenis usaha lainnya adalah usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat desa baik dalam skala lokal desa maupun kawasan perdesaan. Jenis ini dapat berdiri sendiri yang diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi usaha bersama. Kegiatan usaha bersama antara lain meliputi: (a) pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif; (b) pengelolaan desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat; dan (c) kegiatan usaha bersama yang mengonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya.

Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku. Pembagian hasil usaha BUM Desa ditetapkan berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga BUM Desa. Hasil usaha BUM

Pendahuluan

Page 30: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

14 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dan pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin. Pemberian bantuan kepada masyarakat miskin sesuai dengan peraturan pengelolaan keuangan desa dapat disalurkan melalui hibah/bantuan sosial dalam bentuk barang dan jasa yang diserahkan kepada masyarakat, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Alokasi pembagian hasil usaha dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.

Dalam pelaksana kegiatan usaha, BUM Desa melaporkan pertanggungjawaban kepada penasihat yang secara ex-officio dijabat oleh kepala desa. Hal ini dimaksudkan agar semua kegiatan BUM Desa terpantau oleh desa. Pengawasan kegiatan operasional BUM Desa juga dilakukan oleh pengawas. Pemerintah Desa bertanggungjawab atas tugas pembinaan terhadap BUM Desa; untuk selanjutnya disampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat melalui Musyawarah Desa (Musdes). Argumentasi pertanggungjawaban melalui Musyawarah Desa ini karena modal awal BUM Desa berasal dari Anggaran Pendapatan Desa (APBDes).

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berkewajiban melakuan pembinaan dan pengawasan terhadap BUM Desa. Tugas tersebut antara lain dilakukan melalui fasilitasi perkembangan BUM Desa, antara lain: (a) memberikan hibah dan/atau akses permodalan; (b) melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan (c) memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di desa.

Pendahuluan

Page 31: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

15Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1.5.3. Keberhasilan

Dalam kajiannya (Mafiroh, 2014) menggolongkan indikator keberhasilan usaha menjadi dua, yaitu berdasarkan pertumbuhan usaha dan pendapatan. Pertumbuhan usaha ditentukan oleh 9 kriteria, meliputi: (a) peningkatan penjualan; (b) peningkatan jumlah pajak yang harus dibayar; (c) peningkatan omzet; (d) peningkatan aset perusahaan; (e) peningkatan jumlah tenaga kerja; (f) perluasan jaringan pasar; (g) pengembangan jenis usaha; (h) peningkatan jumlah konsumen/pelanggan; dan (i) peningkatan volume usaha. Sementara pendapatan diukur berdasarkan penjualan per bulan. Pradana (2017) menambahkan penjelasan bahwa indikator peningkatan produksi sebagai salah satu ciri keberhasilan usaha.

Faktor penentu keberhasilan usaha juga dibagi ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, pengalaman, atitude, serta pendidikan. Sementara faktor eksternal dibagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan keluarga dan lingkungan kerja. Disamping itu ada dua aspek penentu keberhasilan wirausaha. Pertama, aspek kewirausahaan, aspek ekonomi yang berhubungan erat dengan modal awal usaha serta fasilitas pendukung usaha, contohnya: modal, aset, dan infrastruktur. Kedua, aspek karakteristik wirausaha, antara lain: kepemimpinan, orisinalitas, kreativitas, dan orientasi pada tugas dan hasil (Handayani, 2013).

Keberhasilan BUM Desa bisa dinilai dari berbagai sudut pandang, tidak semata-mata berdasarkan motif ekonomi untuk dirinya sendiri tetapi juga dapat dinilai dari kontribusi kepada desa, masyarakat dan pihak lain, serta mempunyai keberlangsungan. Dari 12.848 BUM Desa yang sudah terbentuk, sebanyak 40 unit di antaranya sudah memiliki

Pendahuluan

Page 32: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

16 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

omzet sekitar Rp. 300 juta sampai Rp. 8,7 miliar per tahun. Omzet tertinggi dimiliki BUM Desa Tirtonirmolo di Kabupaten Bantul (Yogyakarta) yang menjalankan usaha simpan pinjam; diikuti BUM Desa Tirta Mandiri (Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) dan BUM Desa Gili Amerta (Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali) masing-masing beromzet Rp 5,1 miliar per tahun. Pada penelitian ini kriteria keberhasilan BUM Desa berdasarkan pada dimensi ekonomi dan dimensi sosial seperti dimandatkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (Permendesa PDTT) No. 4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa.

1.6. Kerangka Penelitian

BUM Desa yang telah dibentuk oleh desa berdasarkan mandat Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, banyak yang mengalami kendala dalam perkembangannya. Hanya sebagian BUM Desa yang berhasil mencetak keuntungan dan memberikan kontribusi bagi desa. Faktor kendala perkembangan BUM Desa antara lain karena keterbatasan kapasitas BUM Desa. Untuk mengubah BUM Desa yang belum berhasil perlu mendapatkan informasi/gambaran dari BUM Desa yang sudah berhasil, sebagai contoh untuk mengembangkan kapasitas BUM Desa. Kajian ini sebagai solusi yang dibutuhkan BUM Desa agar mampu berkembang sesuai dengan tujuan yakni menyejahterakan masyarakat desa, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan praktis sebagai bahan pembelajaran dalam pendirian, pengelolaan, dan pengembangan BUM Desa.

Pendahuluan

Page 33: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

17Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 1.1. Kerangka Penelitian Sumber: PMD Kab. Bantul 2016

Fasilitasi Pembentukan BUM Desa secara masif oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi bersama Pemerintah Desa mempunyai konsekuensi logis untuk keberlangsungan BUM Desa tersebut. Hasil penelitian Danarti (2015) di daerah Lombok Barat, Malang, dan Barito Kuala memperlihatkan bahwa BUM Desa yang berkembang hanya 13,3

Permendesa No. 4/2015

Identifikasi Faktor Penghambat

Tahun 2016 terdapat 14.686 BUM Desa (Direktorat PUED, Ditjen

PPMD)

Analisis Framework Theory

Identifikasi Faktor Pendorong

BUM Desa Di Kabupaten Bantul

Berkembang Baik 45,45% BUM Desa

BUM Desa Berhasil

Tidak Berkembang 54,55% BUM

Desa

Pendahuluan

Page 34: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

18 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pendahuluan

persen. Sedangkan di Kabupaten Bantul persentase BUM Desa yang berkembang mencapai 45,45 persen (Dinas PMD Kab. Bantul). Data tersebut memperlihatkan bahwa BUM Desa mempunyai kendala dalam pengembangan dan keberlanjutannya.

Dalam rangka mengungkit keberhasilan BUM Desa maka diperlukan strategi yang bersifat holistic. Pengembangan kapasitas BUM Desa difokuskan pada level sumber daya individu dengan pengembangan sumber daya manusia, level kelembagaan dengan penguatan organisasi, dan level sistem berupa kebijakan yang mendukung (Leavitt dalam Djatmiko Y. H., 2004; Grindle, 1997; dan Bappenas, 2010).

Page 35: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

19Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1

Bab IIMetode Penelitian

2.1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Neuman (2013) menjelaskan bahwa pendekatan ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap baik berupa tulisan, lisan, tindakan, simbol, benda fisik atau gambar visual, angka dan tidak hanya dikonversikan ke dalam angka tetapi bentuk, ukuran, dan wujud yang tidak standar. Argumentasi pemilihan pendekatan ini dalam penelitian kapasitas BUM Desa bahwa sumber data keberhasilan BUM Desa tidak hanya berupa angka namun datanya akan dikonversi ke dalam angka. Data kualitatif yang didapatkan di lapang dapat mengamati dan menangkap aktivitas yang tidak mudah diukur melalui penemuan yang tidak terduga (Gaber, 2017, p. 23).

Penelitian kualitatif dapat meningkatkan temuan baru dan tak terduga yang mengarah pada perumusan kembali teori-teori lama. Penelitian kualitatif melibatkan pendekatan interpretatif naturalistik yang berarti bahwa peneliti kualitatif mempelajari berbagai hal di lingkungan

Metode Penelitian

Page 36: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

20 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

alami mereka, mencoba memahami, atau menafsirkan fenomena dalam arti makna yang dibawa oleh orang kepada mereka (Denzin et. all, 2005, h. 3). Metodologi kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kata-kata yang ditulis sendiri atau kata-kata orang lain dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan, et. all, 1975, h. 4).

Penelitian kualitatif juga mengkaji dari sudut pandang partisipan dengan strategi yang bersifat komunikatif, interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang memiliki karakteristik alamiah, dinamis, deskriptif, subjek terbatas dan purposive, terjalin rapport di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel. Sumber data dilakukan secara purposive dan snowball; teknik pengumpulan data juga dilengkapi dengan trianggulasi untuk memperoleh data yang valid dan kredibel. Analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi (Idrus, 2009; Sugiyono, 2010).

Pendekatan ini mengandalkan pengumpulan data melalui interview (wawancara), observasi, dokumentasi dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik tersebut relevan digunakan karena suatu fenomena akan dimengerti maknanya secara baik, apabila peneliti melakukan interaksi dengan subyek penelitian di mana fenomena tersebut berlangsung. Data yang dikumpulkan terdiri dari jenis data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data primer sebagai data utama diperoleh melalui observasi, wawancara dan/atau indepth interview dengan informan kunci (key informan).

Metode Penelitian

Page 37: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

21Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Metode Penelitian

2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Melalui wawancara mendalam ini, data-data dapat dikumpulkan semaksimal mungkin. Teknik observasi atau pengamatan juga dilakukan dalam penelitian ini dengan sejumlah alasan. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Penelitian ini mengamati aktivitas sehari-hari dari obyek penelitian, karakteristik fisik, situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama di lapangan dilakukan observasi deskriptif (descriptive observation) secara luas untuk melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama.

Teknik dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini dengan sejumlah argumentasi. Pertama, sumber data selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari aspek waktu. Kedua, merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi pada masa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. Ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. Keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam format rekaman dokumentasi.

Page 38: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

22 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pendekatan kualitatif tidak memerlukan sampel yang representatif tetapi lebih cocok ke sampel yang non probabilitas karena tidak perlu menentukan ukuran sampel terlebih dahulu (Neuman, 2014, p. 298). Dalam penelitian ini, penentuan informan menggunakan teknik non-probability sampling jenis purposive/judgmental sampling. Neuman (2006) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah sampel non-acak dimana peneliti menggunakan berbagai metode untuk mencari semua kemungkinan kasus yang spesifik dan populasinya sulit dijangkau. Pada penelitian kualitatif, pemilihan informan menjadi penting untuk menggali data dan informasi serta pengetahuan untuk mengumpulkan kasus-kasus, aksi atau kejadian yang nyata dan spesifik (Neuman, 2006, p. 396).

2.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul mempunyai BUM Desa yang berdiri sebelum UU No. 4/2014 tentang Desa. Di antara BUM Desa tersebut ada yang pencapaian omzetnya tertinggi di Indonesia, akan tetapi ada pula BUM Desa yang tidak berkembang walau sudah lama berdiri. Argumen tersebut menjadi pertimbangan pemilihan lokasi, sehingga dapat berangkat dari baseline yang sama. Setelah terbitnya UU Desa, Pemerintah Kabupten Bantul juga mendorong Pembentukan BUMDesa melalui Perbup No. 03 Tahun 2016 tentang Badan Usaha Milik Desa. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan dukungan dan menegakkan komitmen terhadap pengembangan ekonomi desa melalui BUM Desa.

Metode Penelitian

Page 39: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

23Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

2.4. Pendekatan Analisis

Pendekatan analisis yang digunakan adalah framework analysis dan triangulasi. Framework analysis ini berguna untuk melingkupi pola-pola utama dari permasalahan sehingga hasil analisis tidak keluar dari pola tersebut. Data kualitatif yang diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan analisis kualitatif, salah satunya dengan triangulasi data (Krefting, 1991). Triangulasi data merupakan strategi untuk memperoleh data yang valid dan kredibel dengan cara saling konfirmasi data dan memastikan bahwa semua aspek dari fenomena telah diteliti, Knafl & Breitmayer dalam Krefting (1991). Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan cara membandingkan teori dengan kenyataan dalam pembangunan BUM Desa (komparatif). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan dan keberlanjutan BUM Desa.

Teknik analisis framework menggambarkan keterkaitan antar variabel lebih dari satu variabel yang dianggap terintegrasi pada dinamika situasi yang sedang diteliti. Setelah masalah berhasil diidentifikasi, kemudian dilakukan tinjauan pustaka untuk mencari variabel-variabel yang terkait dan memiliki kontribusi terhadap masalah keberhasilan serta keberlanjutan BUM Desa. Analisa dimulai dengan mengumpulkan data mentah dari lapangan, melakukan transkrip data, membuat koding, membuat kategorisasi data, menginterpretasi data, melakukan member checking, melakukan triangulasi, melakukan peer examination dan membuat kesimpulan akhir.

Metode Penelitian

Page 40: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

24 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Metode Penelitian

Page 41: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

25Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

1

Bab IIIPola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 3.1. Peta Lokasi PenelitianSumber: data diolah (2017)

Page 42: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

26 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Penelitian ini dilakukan di tujuh BUM Desa di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu: BUM Desa Panggung Lestari di Desa Panggungharjo, BUM Desa Giritama di Desa Dlingo, BUM Desa Wonokromo Manembah di Desa Wonokromo, BUM Desa Girirejo di Desa Girirejo, BUM Desa Bantul di Desa Bantul, BUM Desa Murtigading Lestari di Desa Murtigading, BUM Desa Makmur Jaya Madani di Desa Gadingharjo. BUM Desa yang sudah berjalan saat ini bergerak di bidang simpan pinjam, pengelolaan sampah, persewaan alat, industri kerajinan tangan, serta desa wisata. Sampai November 2017 di Kabupaten Bantul telah terbentuk 36 BUM Desa dengan sebaran lokasi penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. 3.2. Pengembangan Kapasitas BUM Desa

3.2.1. Desa Panggungharjo

a. Profil Desa Panggungharjo Desa Panggungharjo merupakan desa terpadat di Kabupaten Bantul dengan kepadatan penduduk 6.268/km2. Desa ini berada di Kecamatan Sewon dan berbatasan dengan Kota Yogyakarta pada bagian ujung utara desa. Ujung timur Desa Panggungharjo berbatasan dengan Kelurahan Bangunharjo; sementara bagian selatan berbatasan dengan Desa Timbulharjo dan Pendowoharjo. Sedangkan batas barat berdampingan dengan Desa Tirtonirmolo (Kecamatan Kasihan). Peta batas desa tersebut seperti tampak pada gambar 3.2.

Pada wilayah seluas 560,966 Ha ini dihuni 28.501 jiwa dengan perincian 14.619 laki-laki dan 13.882 perempuan. Penghuni wilayah ini tersebar pada 14 pedukuhan dan 118 Rukun Tetangga (RT).

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 43: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

27Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Sebagai konsekuensi banyaknya penghuni desa ini maka sebanyak 42,9% wilayah dimanfaatkan untuk permukiman.

Gambar 3.2. Peta Administrasi Desa PanggungharjoSumber: Data lapang (2017)

Wilayah Panggungharjo yang berada pada dataran dengan ketinggian 45 meter di atas permukaan air laut. Pada sisi yang lain, wilayah Panggungharjo juga berbatasan dengan Kota Yogyakarta. Hal ini berdampak pada karakteristik potensi wilayah yang dimiliki.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 44: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

28 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Sebagai wilayah yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta, desa ini dilewati sejumlah jalur utama lalu lintas antar daerah / antar provinsi, antara lain: Jalan Lingkar (ring road) Selatan yang terletak di wilayah utara desa, Jalan Bantul serta Jalan Parangtritis yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan Ibu Kota Kabupaten Bantul dan kawasan pariwisata pantai. Keuntungan lain adalah sebagai daerah pemekaran industri dan pusat-pusat pendidikan tinggi seperti Institut Seni Indonesia (ISI), Akademi Teknik Kulit, Akademi Bidan, dan lain-lain Arus barang jasa dan orang pada pusat industri dan pendidikan ini memberikan keuntungan ekonomi yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Panggungharjo juga memiliki sumber air tanah yang cukup memadai antara lain: Sorowajan di Pedukuhan Glugo, Karangnongko di Pedukuhan Pelemsewu. Sumber air ini berkontribusi pada kesuburan tanah pertanian.

Secara sederhana ada 3 jenis karakteristik sumber daya alam Desa Panggungharjo, sebagai berikut: (a) Kawasan budi daya pertanian lahan basah yang meliputi: Pedukuhan Geneng, Garon, Cabean dan Ngireng-ireng; (b) Kawasan pusat pemerintahan dan perekonomian yang meliputi: Pedukuhan Pandes, Glondong, Sawit, Jaranan, Kweni dan Pelemsewu; (c) Kawasan aglomerasi perkotaan, yang meliputi: Pedukuhan Dongkelan, Glugo, Krapyak Kulon, Krapyak Wetan. Sudah barang tentu potensi tersebut juga menimbulkan dampak seperti produksi sampah yang cukup banyak. Ringkasan gambaran umum Desa Panggungharjo seperti pada tabel 3.1. berikut.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 45: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

29Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Tabel 3.1. Gambaran Umum Desa Panggungharjo

Profil Desa DeskripsiLokasi Luas 560,966 Ha

Jumlah Penduduk 28.501 jiwa terdiri 9.222 KK dengan jumlah laki-laki sebanyak 14.619 jiwa dan perempuan sebanyak 13.882 jiwa, dengan perbandingan untuk rentang usia 0-16 tahun 9.031 jiwa, usia 16-65 tahun 16.503 jiwa, dan usia 65 ke atas 1.379 jiwa

Pendidikan SD 16% (2.249 orang), SMP 9,2% (1.297 orang), SMA 66,8% (9.413 orang), Perguruan Tinggi S1 5.9% (827orang), S2 1,9% (267 orang), S3 0,1% (20 orang), Sekolah Luar Biasa 0,09% (12 orang).

Potensi Wilayah Peruntukan lahan untuk kegiatan pertanian meliputi Pedukuhan Garon, Cabean, Ngireng-ireng, Geneng dan Jaranan. Kawasan ini merupakan penyangga produksi padi untuk Desa Panggungharjo.

Terdapat wilayah yang disebut kring utara (sebelah utara ring road) telah berkembang menjadi aglomerasi perkotaan yang disebabkan alih fungsi tanah persawahan ke pemukiman cukup tinggi meliputi: Pedukuhan Krapyak Wetan, Krapyak Kulon, Dongkelan dan Pedukuhan Glugo. Wilayah ini berpotensi untuk permukiman dan potensi ekonomi seperti bengkel, rumah makan, dan lain-lain.

Pekerjaan PNS 3,5% (655 orang); TNI 0,5% (87 orang); POLRI 0,6% (114 orang); Pegawai Swasta 38,6% (7.341 orang); Wiraswasta/Pedagang 4,0% (760 orang); Buruh Tani 1,2% (219 orang); Pensiunan 1,4% (266 orang); Buruh harian lepas 37,1% (7.059 orang); Jasa 1,6% (302 orang); lainnya 7,6% (1.448 orang).

Sumber: Monografi Desa Panggungharjo 2016 (diolah)

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 46: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

30 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Salah satu upaya Pemerintah Desa Panggungharjo dalam rangka meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mendirikan BUM Desa Panggung Lestari pada tahun 2013. BUM Desa juga dimaksudkan untuk membangun pola hubungan baru antara pemerintah desa dengan masyarakat. Masyarakat diajak ikut serta berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi melalui BUM Desa. Dinamika pendirian dan pengembangan BUM Desa ini dimulai dari kerja sama dengan NGO melalui pendampingan dalam pemetaan sumber daya dan pengelolaannya.

b. Profil BUM Desa Panggung Lestari Desa Panggungharjo BUM Desa Panggung Lestari didirikan pada bulan Maret 2013 dengan Peraturan Desa No. 7 tahun 2013 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa. Belum genap berusia empat tahun, pada 2017 telah menghasilkan sejumlah pencapaian. Pada periode 2017 berhasil memperoleh omzet usaha sebesar Rp 1.567.608.950,00 dan mencatat laba bersih sebesar Rp 129.405.359,70. Laba tersebut dicipta dari 6 unit usaha yang dimiliki BUM Desa yaitu: Unit Agro, Unit Swadesa (gerai produk desa), Unit Desa Wisata Kampung Mataraman, Unit Pengelolaan Sampah KUPAS, Unit Pengolahan Minyak Goreng Bekas, Unit Produksi Minyak Nyamplung, dan laba pengadaan barang yang dibutuhkan oleh pemerintah desa serta laba pengelolaan kunjungan tamu ke Desa Panggungharjo. Sebesar 40% dari laba (Rp 51. 762.413,88 disetorkan kepada pemerintah desa sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes). Sementara akumulasi nilai aset sampai akhir 2017 sebesar Rp 1.324.266.326,00. BUM Desa Panggung Lestari juga menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang dengan proporsi 90% merupakan warga Desa Panggungharjo.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 47: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

31Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Dinamika usaha dan kelembagaan BUM Desa ini diawali dari Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) tingkat pedukuhan di Dukuh Sawit dan Dongkelan pada tahun 2012. KUPAS sendiri merupakan hasil dari program pemberdayaan Committee Development Mengentaskan Kemiskinan (CDMK) yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2013, Pemerintah Desa Panggungharjo membentuk BUM Desa sebagai upaya pendayagunaan potensi desa dan diharapkan menjadi entitas yang mampu mengungkit perekonomian masyarakat. KUPAS menjadi unit usaha pertama melalui strategi scalling up dari tingkat pedusunan menjadi KUPAS Desa (KUPASDA). Pengembangan ide bisnis BUM Desa muncul dari sejumlah aspek seperti: aspek legal formal, passion (semangat yang menggerakkan), pasar atau bisnis.

Untuk meningkatkan kinerja, BUM Desa menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan, antara lain: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menampung anak jalanan sebagai tenaga pemilah sampah di Rumah Pengolahan Sampah; PT. Xaveria Global Synergy Jakarta untuk pengolahan limbah organik; PT. Danone untuk pengolahan minyak goreng bekas atau jelantah. BUM Desa juga melakukan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk pengolahan minyak dari biji buah nyamplung dengan kapasitas 6 ton.

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Panggung Lestari Tujuan khusus pendirian BUM Desa Panggung Lestari sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar meliputi: (1) Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat perdesaan yang mandiri untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat; (2) Mendukung kegiatan investasi lokal, penggalian

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 48: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

32 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

potensi lokal serta meningkatkan keterkaitan perekonomian perdesaan dan perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana perekonomian perdesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktivitas usaha perdesaan; (3) Mendorong perkembangan perekonomian masyarakat desa dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan mengelola pembangunan perekonomian desa; (4) Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat desa yang berpenghasilan rendah; (5) Menciptakan kesempatan berusaha dan membuka lapangan kerja; dan (6) Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa. Penetapan tujuan tersebut dibahas dalam musyawarah desa yang diselenggarakan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan kelompok masyarakat lainnya yang selanjutnya ditetapkan melalui peraturan desa.

Sebagai lembaga ekonomi sosial, BUM Desa Panggung Lestari memiliki struktur organisasi yang sudah tiga kali mengalami penyesuaian mengikuti dinamika perkembangan usaha. Sejak pertengahan 2017 Pelaksana Operasional mengalami perubahan dengan mengakomodasi pengelompokan usaha menjadi dua yaitu Kelompok Jasa Pengelolaan Lingkungan dan Kelompok Jasa Pengelolaan Wisata Desa. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang manajer, dan setiap manajer membawahi kepala unit pada masing-masing unit usaha, seperti pada gambar 3.3. berikut.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 49: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

33Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 3.3. Struktur BUM Desa Panggung LestariSumber: Data diolah (2017)

Sebelum menjalankan usaha, BUM Desa melakukan perencanaan dengan analisis kelayakan usaha. Aspek penting dalam analisis tersebut meliputi: aspek keuangan, personel, stakeholder, dan tujuan usaha. BUM Desa Panggung Lestari juga menyusun rencana

Direktur

Dewan Pengawas BPD

Penasehat :Kepala Desa

Panggungharjo

Bendahara Sekretaris

Staf Sekretaris

Litbang Sekretaris

Manajer Jasa Pengelolaan Wisata Desa

Manajer Jasa Pengelolaan Lingkungan

Karyawan Unit Pengelolaan

Jelantah

Karyawan Unit

KUPAS

Kepala Unit Agro

Kepala Unit Kampoeng Matraman

Kepala Unit Swadesa

Unit KUPAS

Karyawan Agro

Karyawan Agro

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 50: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

34 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

pengembangan jangka pendek sebagai strategi keberlanjutan. Pilihan usaha Rumah Pengelolaan Sampah (RPS) didasarkan pada dua perspektif, yaitu perspektif kesehatan lingkungan sekaligus perspektif bisnis. Pengelolaan sampah mempunyai beragam potensi yang jika dikelola secara optimal dapat menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus lingkungan hidup.

Modeling usaha pengelola sampah berangkat dari KUPAS pada tingkat pedukuhan. Sebelum BUM Desa didirikan, KUPAS pada awalnya merupakan hasil program pemberdayaan masyarakat yang mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Desa Panggungharjo. Nama KUPAS merupakan singkatan dari Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah. Program ini bersinergi melalui program “Peduli Sampah untuk Masa Depan Anak Cucu Kita”. KUPAS tingkat pedukuhan yang baru mengampu dua wilayah pedukuhan, kemudian dikembangkan secara resmi pada tingkat desa pada tanggal 25 Maret 2013 untuk mengampu 13 pedukuhan lainnya. Unit usaha pengelolaan sampah yang diberi nama Unit KUPAS ini berlandaskan Peraturan Desa No. 7 Tahun 2013 yang merupakan turunan amanat Undang- Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Unit pengelolaan sampah ini merupakan salah satu bidang pada kelompok usaha jasa pengelolaan lingkungan, dengan memprioritaskan sampah rumah tangga.

Keberadaan BUM Desa sebagaimana dianjurkan Peraturan Menteri Desa, diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya lokal dan mengolahnya dengan teknologi tepat guna. BUM Desa Panggung Lestari memaknai sumber daya itu sebagai potensi untuk usaha BUM Desa dan sumber daya pengelola. Pemetaan potensi dan permasalahan pada profil desa menunjukkan beberapa alternatif usaha yang layak untuk dikembangkan.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 51: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

35Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Sampah di Desa Panggungharjo merupakan masalah yang dijadikan potensi usaha. Sebagai wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Bantul dan proporsi permukiman mencapai 42,9% dari luas wilayah desa, serta kawasan aglomerasi perkotaan dan industri perusahaan maupun warung makan, Panggugharjo menghasilkan sampah 55 m3/hari. Jumlah ini setara dengan enam truk sampah. BUM Desa memberikan solusi atas masalah sampah ini dengan mengembangkan unit usaha pengelolaan sampah. Jumlah pelanggan/masyarakat yang dilayani sampai akhir tahun 2017 mencapai 1.013 rumah tangga. Unit ini merupakan salah satu usaha pada kelompok usaha jasa pengelolaan lingkungan.

Untuk menjamin keberlangsungan usaha dan menghindari kerugian, BUM Desa penting membuat analisis kelayakan usaha. Dokumen analisis kelayakan usaha merupakan dokumen wajib yang harus ada. Analisis kelayakan berguna bagi pengembangan strategi usaha guna mencapai tujuan dari BUM Desa. Dengan analisis ini dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari usaha yang akan dijalankan. Analisis usaha juga sebagai bahan untuk membuat perencanaan arah usaha pada masa yang akan datang.

Di sisi lain tenaga pengelola usaha sampah juga harus dipersiapkan agar BUM Desa dapat berjalan sesuai target. Tenaga pengelola melibatkan pemulung dan anak jalanan yang sering beroperasi di daerah tersebut. Desa juga melibatkan Non-Government Organization (NGO) untuk pengelolaan sampah agar dapat diproduksi menjadi barang yang lebih berguna dan layak dipasarkan.

BUM Desa ini juga mengembangkan usaha pengolahan minyak goreng bekas (Refined Used Cooking Oil, R-UCO) sebagai bahan bakar

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 52: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

36 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

alternatif penganti solar untuk mesin industri. Bahan baku berupa minyak bekas (jelantah) dikumpulkan dari rumah tangga maupun industri rumah makan di desa tersebut. Kapasitas produksi unit ini mencapai 42.000 liter pada tahun 2017, meningkat dari tahun sebelumnya (2016) sebanyak 32.000 liter. BUM Desa juga bekerja sama dengan PT. Tirta Investama (Danone AQUA) di Klaten sebagai perusahaan pembeli dan pengguna hasil pengolahan minyak goreng bekas. Danone Aqua juga terlibat dalam program CSR untuk pengelolaan sampah dan minyak goreng bekas secara efisien dan berkelanjutan dalam bentuk hibah mesin pengolahan minyak goreng bekas dan kendaraan roda tiga.

Kelompok usaha lainnya adalah kelompok usaha jasa wisata desa yang terdiri dari unit Agro, unit Swadesa, unit Kampung Mataraman. Unit Agro mengembangkan usaha penanaman sayuran secara organik pada lahan tanah bengkok kepala desa. Bengkok adalah lahan milik desa yang diserahkan kepada kepala desa sebagai tambahan penghasilan selama menjabat. Unit Agro merupakan pengolahan pangan lokal sekaligus promosi praktik makanan sehat. Sementara unit usaha Swalayan Desa (Swadesa) merupakan gerai tempat untuk mengumpulkan dan menjual produk-produk desa, terutama olahan pangan yang dibuat oleh penduduk setempat.

Unit Kampung Mataraman mengembangkan usaha desa wisata bernuansa sejarah Kerajaan Mataram. Kampung Mataraman di-desain berbentuk perkampungan dan ada penghuninya. Arsitektur dan pola rumah sangat memperhatikan filosofi Jawa. Kampung Mataraman diharapkan menjadi referensi tentang sejarah Kebudayaan Jawa kepada masyarakat. Pemerintah Desa (Lurah) memprioritaskan warga Panggungharjo yang hidup di bawah garis

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 53: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

37Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

kemiskinan yang tinggal di kampung ini. Unit ini berdiri di atas tanah kas desa seluas 6 Ha, lengkap dengan wisata kuliner dan merupakan unit usaha terbaru tahun 2017. Pembangunan Kampung Mataraman merupakan konsekuensi dari ditetapkannya Desa Panggungharjo sebagai Desa Budaya.

Untuk menjamin keberlangsungan usaha dengan hasil yang efektif, BUM Desa Panggung Lestari membuat SOP (Standar Operational Procedure). Tujuan penyusunan SOP dimaksudkan agar pengurus/karyawan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil yang optimal dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya memuat aspek: manfaat, waktu pembuatan atau revisi, metode penulisan, serta dilengkapi dengan bagan alur (flowchart) pada bagian akhir (Laksmi, Gani, & Budiantoro, 2015).

Terkadang SOP tidak bisa diberlakukan karena suatu kondisi atau kebijakan lembaga, selama tidak bertentangan dengan hukum. Sebagai contoh orang yang ingin belajar tentang BUM Desa di Panggungharjo dikenakan biaya. Akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu tidak bisa diberlakukan karena situasi dan kondisi peserta. SOP ini sangat berguna untuk pelaksanaan kerja terutama oleh pegawai baru. Ketika pengambil keputusan tidak ada di lokasi, pegawai baru cukup mengikuti SOP dalam melaksanakan/mengerjakan tugas.

BUM Desa Panggung Lestari juga mulai membangun sistem insentif dalam penggajian karyawan. Insentif dimaksudkan untuk mendorong pengurus dan karyawan agar lebih produktif sekaligus sebagai upaya membangun budaya kerja yang positif. Karyawan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 54: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

38 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

mendapatkan tambahan insentif jika kinerja terpenuhi atau melebih target penjualan. Hal ini juga berlaku sebaliknya, karyawan dipotong insentifnya jika mereka membolos. Sistem insentif ini juga untuk menyeimbangkan antara hak pengurus dan karyawan dengan omzet usaha yang cenderung meningkat terus-menerus. Sistem insentif ini juga ditetapkan melalui AD/ART dimana pembagian hasil usaha sebesar 5% untuk bonus/tunjangan untuk Pengurus BUM Desa.

Salah satu faktor penting yang mendongkrak perkembangan kinerja BUM Desa Panggung Lestari adalah kepemimpinan kepala desa. Bentuk peran tersebut misalnya sebagai inisiator dari berbagai kegiatan usaha. Kepemimpinan pada Direktur BUM Desa juga ditunjukkan dengan jiwa enterpreneur serta mempunyai jaringan yang luas. Faktor lain yang berpengaruh penting terhadap perkembangan usaha adalah komunikasi yang harmonis antara Pengawas, Komisaris, dan Direktur beserta staf BUM Desa. Sinergi itu antara lain tampak pada gagasan pengembangan usaha pada unit sampah, R-UCO, dan Swalayan Desa yang merupakan ide dari komisaris yang dengan cepat dikerjakan oleh direktur didukung oleh manajer unit.

d. Pengembangan Kapasitas Individu Faktor kapasitas individu merupakan faktor penting dalam mencetak keberhasilan BUM Desa. Keberhasilan BUM Desa Panggung Lestari tidak hanya terletak pada pemimpin tetapi juga kapasitas manajer unit dan karyawan yang mencapai 22 orang. Faktor individu dapat dibedakan secara eksternal individu dan internal individu. Faktor eksternal meliputi sistem rekrutmen, gaji, dan kondisi kerja. Rekrutmen karyawan dilakukan dengan beberapa kriteria sesuai tingkat kebutuhan. Pada level pelaksana lebih dititikberatkan aspek pengalaman dalam menggeluti bidang usaha tertentu. Karyawan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 55: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

39Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

pada unit KUPAS yang berkaitan dengan pengelolaan sampah diutamakan dari para pemulung yang sudah berpengalaman untuk pengolahan dan pemisahan sampah. Pada level manajemen, seleksi dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh kepala desa.

Penerimaan karyawan ini dilakukan secara terbuka. Pemerintahan desa membuka lowongan secara open bidding, diumumkan di Balai Desa. Seleksi menggunakan lembar evaluasi/kriteria pelamar. Aspek yang dipertimbangkan yaitu: pengalaman kerja, motivasi, kemampuan komunikasi, etika, kemampuan bekerja dalam tim dan kompetensi jabatan. Pengalaman meliputi pendidikan formal, pendidikan non-formal, pengalaman kerja dan pengalaman organisasi. Motivasi meliputi: alasan melamar pekerjaan, alasan tertarik dengan pekerjaan yang dilamar, tanggung jawab yang dianggap penting dalam pekerjaan, tantangan yang dicari dalam pekerjaan, hal-hal yang memotivasi dalam bekerja, hal yang memotivasi dalam kehidupan pribadi, hal yang memotivasi dalam menyelesaikan tugas sulit, hal yang memotivasi saat menyelesaikan tugas sulit, hal yang memotivasi agar menjadi sukses, alasan keluar dari pekerjaan sebelumnya, posisi yang paling disukai, alasan ingin mengubah karier dan arti bekerja.

Kemampuan komunikasi meliputi: cara membangun hubungan saling pengertian dengan para staf, cara berkomunikasi dengan staf dan atasan, tanggapan bawahan terhadap atasan, cara menghadapi masalah. Etika meliputi: sikap memasuki ruangan (ketuk pintu, salam, dan lain-lain), sikap duduk (ijin duduk dan sikap duduk), sikap berpakaian (rapi, bersih dan bersepatu), sikap memulai pembicaraan (tatapan mata, gestur), dan sikap dengan atasan. Kompetensi jabatan meliputi: dasar pengaturan pengelolaan BUM Desa dan tupoksi

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 56: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

40 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

manajer BUM Desa. Aspek lain yang menjadi penilaian adalah integritas, kejujuran, tanggung jawab, kemampuan beradaptasi, pengendalian diri, semangat berprestasi, inisiatif, kreativitas kerja, ketekunan, penghargaan terhadap orang lain, ketegasan, kepercayaan diri, toleransi, kepedulian terhadap lingkungan dan efisiensi cara kerja.

Seleksi pengurus dilakukan dengan metode kemampuan tes tertulis, materi kebangsaan dan keterampilan menggunakan komputer. Tes tertulis meliputi materi kemampuan verbal, kemampuan numerik, kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir analitis. Materi kebangsaan meliputi pemahaman tentang Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan pengetahuan kebangsaan lainnya. Penguasaan komputer diuji melalui pengoperasian komputer dan aplikasi di dalamnya. Seleksi yang ketat terutama pada level manajemen dimaksudkan untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas bagi BUM Desa.

Ketersediaan pengurus dan pengelola operasional yang berkualitas harus diimbangi dengan penghasilan yang baik. Komisaris, Direksi dan Pengawas berhak atas penghasilan yang sah atas pelaksanaan tugas. Pengurus dan atau pelaksana operasional berhak menerima honorarium dan biaya operasional sesuai dengan kemampuan keuangan BUM Desa. Direksi juga mendapat biaya operasional lain sesuai dengan kemampuan keuangan BUM Desa. Besaran gaji pokok lebih tinggi dari Upah Minimum Regional (UMR). Insentif juga diberikan ketika omzet yang direncanakan tercapai atau melampaui target. Pada akhir tahun juga diberikan pembagian hasil usaha sebanyak 5% dari penghasilan bersih BUM Desa. Penghasilan Komisaris, Direksi dan Pengawas serta biaya operasional lain

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 57: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

41Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

bagi direksi diatur melalui Keputusan Lurah Desa sesuai dengan kemampuan keuangan BUM Desa.

Faktor individu yang bersifat eksternal dan berpengaruh terhadap kinerja BUM Desa adalah kondisi kerja. Secara umum kondisi kerja relatif baik, tampak seperti pada ruangan kerja yang cukup sehat seperti cukup mendapatkan penyinaran/terang, terdapat aliran udara yang baik, dan tidak lembab. Lingkungan kerja yang sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga melingkupi suasana yang menyenangkan dan nyaman, bebas berbagi ide, dan hubungan dengan rekan kerja yang harmonis. Kondisi kerja yang perlu mendapatkan perhatian tampak pada unit KUPAS dimana karyawan belum dilengkapi dengan penutup hidung dan kaos tangan. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap kondisi kesehatan para pekerja.

Faktor individu yang bersifat internal dan mendukung kinerja BUM Desa meliputi: keterampilan yang dimiliki karyawan, pengetahuan tentang BUM Desa, motivasi menjadi pengurus BUM Desa, kompetensi individu tentang pekerjaan yang menjadi bagiannya, dan peningkatan kapasitas untuk pengurus BUM Desa. Pada fase BUM Desa masih bersifat rintisan dan belum menghasilkan keuntungan, faktor motivasi sebagai pengurus dan pekerja merupakan faktor kunci, seperti pada dinamika pengembangan usaha unit usaha KUPAS. Bahkan, Lurah dan Direktur BUM Desa pun turun langsung dalam mensosialisasikan program BUM Desa.

Kapasitas pekerja pada unit usaha KUPAS sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sampah. Untuk menambah nilai ekonomi dari pengelolaan sampah seperti mengubah sampah menjadi kompos atau bentuk lain yang mempunyai nilai ekonomi,

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 58: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

42 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

pekerja diikutsertakan dalam pelatihan. Peningkatan kapasitas pekerja ini juga dilakukan pada unit usaha lain seperti pengolahan minyak bekas (jelantah). Peningkatan kapasitas juga dibutuhkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat pemanfaatan teknologi tepat guna, terutama yang memerlukan keahlian khusus sehingga operator tidak salah dalam mengoperasikan mesin.

BUM Desa juga mengenalkan tata nilai baru dalam pengelolaan sampah. Filosofi kegiatan usaha KUPAS adalah “Peduli Sampah untuk Masa Depan Anak Cucu Kita”. Filosofi ini bermakna membawa secara bersama kekuatan masyarakat desa dengan orientasi peduli masa depan anak. Oleh karena itu tujuan yang dirumuskan pun bukan profit oriented tetapi lebih kepada penyadaran (consciousness) kepada rumah tangga tentang masalah sampah. Masalah sampah adalah masalah bersama bukan masalah individu atau pemerintah desa. Sampah apabila dikelola secara baik akan menghasilkan nilai ekonomi yang lebih. Dengan kesadaran tersebut dapat dibangun persepsi bahwa masyarakat bisa bersedekah dengan sampah. Artinya bahwa sampah yang dikelola mungkin tidak memberi bermanfaat langsung kepada individu yang bersangkutan tetapi pasti memberikan manfaat kepada orang lain; dan hal tersebut merupakan amal ibadah. Inilah yang menjadi motivasi dalam menggerakkan BUM Desa Panggung Lestari.

e. Pengembangan Kapasitas Sistem Pengembangan sistem mengacu pada aturan yang mendukung keberlanjutan usaha BUM Desa dan nilai-nilai yang mendukung. Aturan tersebut berupa perundang-undangan baik pada tingkat Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat terutama yang diatur oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 59: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

43Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pada tingkat desa diterbitkan peraturan desa yang melandasi berdirinya BUM Desa. BUM Desa juga membuat Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagai landasan kerja dan landasan gerak BUM Desa dalam mewujudkan visi dan misi.

Peraturan Desa juga penting memuat klausul yang mendukung BUM Desa baik secara keuangan (penyertaan modal) maupun aturan tata kelola relasi dengan pemerintah desa dan masyarakat desa. Kebijakan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan BUM Desa juga penting dalam mendukung pengembangan BUM Desa. Kebijakan daerah tersebut meliputi dukungan pelatihan, dukungan permodalan, dan promosi di tingkat provinsi atau nasional. Tidak kalah pentingnya peran pemerintah pusat yang memegang otoritas kebijakan pengaturan tentang BUM Desa agar tidak bertentangan dengan dinamika di lapangan.

Pembentukan BUM Desa Panggung Lestari dimulai sebelum UU Desa ditetapkan, yakni pada tahun 2013 dengan Peraturan Desa Panggungharjo No. 7 Tahun 2013 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Pemerintah Desa melakukan penyertaan modal pertama kepada BUM Desa sebesar Rp 37.000.000 (tiga puluh tujuh juta rupiah). Setoran modal tersebut digunakan untuk operasional awal dan pengadaan fasilitas pendukung seperti renovasi TPS Pasar Niten, uang muka motor pengangkut sampah dan lain sebagainya. Pada tahun 2015, pasca penetapan UU Desa dan Peraturan Menteri Desa No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa; Pemerintah Desa Panggungharjo melakukan penyesuaian dengan menerbitkan Peraturan Desa Panggungharjo Nomor 9 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Pemerintah desa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 60: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

44 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

juga menambah penyertaan modal sebesar Rp. 175.000.000,- yang diberikan secara bertahap dalam dua tahun anggaran yaitu lima puluh juta rupiah pada tahun 2015 dan sisanya pada tahun 2016. Dengan demikian akumulasi penyertaan modal desa kepada BUM Desa Panggung Lestari sejak awal pendirian sebesar Rp. 212.000.000,--.

3.2.2. Desa Dlingo

a. Profil Desa DlingoDesa Dlingo merupakan salah satu desa pada lingkar terluar Kabupaten Bantul dan berada di lereng perbukitan Gunungkidul. Jarak dari ibukota Kabupaten Bantul kurang lebih 25 Km, sedangkan dari ibukota Kecamatan Dlingo sekitar 0,5 Km. Bagian utara desa berbatasan dengan Desa Temuwuh Dlingo. Ujung selatan Desa Dlingo berbatasan dengan Desa Banyusoca (Kabupaten Gunungkidul); sementara bagian timur berbatasan dengan Bleberan (Kabupaten Gunungkidul); sedangkan batas barat berdampingan dengan Desa Muntuk Dlingo. Peta administrasi Desa Dlingo seperti pada gambar 3.4. berikut.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 61: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

45Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 3.4. Peta Administrasi Desa DlingoSumber: Google earth (diolah)

Sektor perekonomian masyarakat di desa ini cukup dinamis, terdapat satu pasar tradisional, dua toko di Dusun Koripan I; dua toko di Dusun Dlingo I; serta 84 warung/kios yang tersebar di 10 dusun. Ekonomi masyarakat juga tumbuh pada industri pengolahan hasil pertanian seperti olahan pangan dari ketela, garut, pisang, sukun dan jagung; serta industri kerajinan yang menghasilkan berbagai mebeler. Sementara infrastruktur penunjang ekonomi antara lain sarana jalan provinsi sepanjang 2 Km, jalan kabupaten 16 Km, jalan desa 27 Km dan jembatan beton sebanyak 4 buah. Dinamika ekonomi tersebut menggerakkan kehidupan 5.590 jiwa pada 1.772 kepala keluarga yang tersebar pada luasan wilayah desa 856,75 Ha (Monografi Desa Dlingo, 2012). Sebaran penduduk tertinggi berada di Dusun Pakis II sebanyak 751 jiwa, sedangkan yang terendah di Dusun Dlingo II yaitu

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 62: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

46 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

sebanyak 336 jiwa. Mayoritas mata pencaharian utama penduduk adalah bertani serta bekerja pada sektor perdagangan dan swasta.

Desa Dlingo juga memiliki potensi pariwisata berbasis alam dan budaya. Sejumlah objek pariwista yang mulai dioptimalkan meliputi Grojokan (Air terjun LEPO) dan Sungai Oyo, Petilasan Gunung Pasar, dan Goa Sawangan. Sementara potensi budaya yang masih lestari, antara lain Gejog Lesung, Jathilan, Ronda Thekthek dan juga Sholawatan. Salah satu potensi sumber daya manusia Desa Dlingo adalah komunitas anak muda pecinta teknologi yang terwadahi dalam Lembaga Desa SANDIGITA IT (Sarana Anak Muda Pecinta Teknologi Informasi).

Komposisi penduduk Desa Dlingo didominasi oleh usia produktif. Jumlah penduduk usia 25-49 tahun sebanyak 2.179 orang (39%); disusul kelompok usia lanjut atau lebih dari 50 tahun berjumlah 1.339 orang (24%); kelompok usia 0-14 tahun sebesar 1.179 orang (21%); dan kelompok umur 15-24 tahun sebesar 893 orang (16%). Sementara rasio penduduk laki-laki dan perempuan hampir berimbang, yakni 2.767 laki-laki (49,5%) dan 2.823 perempuan (50,5%). Mayoritas penduduk beragama Islam yaitu sebesar 5.580 orang dan 10 orang memeluk agama Kristen/Katolik.

Kondisi ketersediaan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat cukup memadai baik sarana bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, pemerintahan/pelayanan umum, dan peribadatan. Pada bidang pendidikan terdapat PAUD, TK, SD, SMP dan SMA. Sebanyak 10 PAUD menyebar di setiap dusun; 4 unit Pendidikan Taman Kanak-kanak, 5 Sekolah Dasar (SD), 2 SLTP, dan 1 SMA. Sarana kesehatan meliputi 1 unit Puskesmas berkedudukan di Desa Koripan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 63: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

47Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

I, dan 12 Posyandu yang tersebar di setiap dusun. Sementara sarana pemerintahan meliputi: Kantor Desa, Balai Pertemuan, Kantor UPT Dinas, Kantor KUA, Kantor Parpol dan Kantor Koramil, Gardu Jaga. Selain sarana ekonomi pasar juga terdapat perbankan dan bengkel kerja. Fasilitas peribadatan di Desa Dlingo terdiri dari 1 masjid dan 38 langgar (mushola) untuk agama islam, sedangkan fasilitas peribadatan agama lain berada di wilayah desa lainnya. Ringkasan gambaran umum tersebut seperti tampak pada tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2. Gambaran Umum Desa DlingoProfil Desa Deskripsi

Lokasi 856,75 Ha

Jumlah Penduduk 5.590 jiwa yang mencakup 1.772 kepala keluarga, terdiri dari 2.767 jiwa laki-laki (49,5%) dan 2.823 jiwa perempuan (50,5%). Jumlah penduduk tertinggi di Dusun Pakis II sebesar 751 jiwa dan terendah di Dusun Dlingo II yaitu sebesar 336 jiwa

Pendidikan Sawah (130 Ha); Non Sawah (463,43 Ha); Non Pertanian (471, 03 Ha)

Potensi Wilayah Grojokan (Air terjun LEPO), Sungai Oyo, hasil perkebunan (ketela, garut, pisang, sukun dan jagung), wilayah perbukitan, petilasan Gunung Pasar, dan Goa Sawangan. Potensi sumber daya manusianya antara lain komunitas anak muda pecinta Teknologi, dengan wadah Lembaga Desa SANDIGITA IT yaitu Sarana Anak Muda Pecinta Teknologi Informasi

Pekerjaan Karyawan PNS 5,6% (112 orang), ABRI/Polri 0,8% (16 orang), Swasta 13,5% (272 orang), Pedagang 11,9%( 240 orang), Petani 36,2% (729 orang), Buruh Tani 12,1% (244 orang), Pensiunan 2,9% (59 orang), Tukang 10,5% (212 orang), Peternak 1,5% (30 orang), Pengrajin 4,2% (84 orang), Jasa 0,8% (15 orang)

Sumber: Data diolah (2017)

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 64: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

48 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

b. Profil BUM Desa Dlingo Giritama BUM Desa Dlingo Giritama didirikan pada 27 November 2015. Unit usaha yang paliang awal beroperasi adalah unit swalayan bernama DESAMART sejak awal Januari 2017. Toko itu menjual berbagai macam produk olahan khas dari warga Desa Dlingo dan sembako, serta barang keperluan sehari-hari lainnya dengan sistem penjualan grosir dan ecer. Pada awal tahun 2018, BUM Desa membuka 2 unit baru yaitu fotocopy dan toko tani. Sementara potensi Grojokan (Air terjun LEPO) dan Sungai Oyo, Petilasan Gunung Pasar, dan Goa Sawangan sudah mulai dikelola namun belum menjadi unit usaha BUM Desa. Rata-rata omzet per bulan mencapai 30 juta rupiah, sehingga akumulasi setahun Rp. 360.000.000. Sementara akumulasi nilai aset sampai Desember 2017 sebesar Rp. 169.533.513,00.

Kehadiran BUM Desa Dlingo Giritama juga menyerap tenaga kerja sebanyak 5 orang dengan proporsi 100% merupakan warga asli desa Dlingo. Dalam perkembangannya untuk meningkatkan kinerja pengelola, BUM Desa, telah menerapkan sistem penggajian dengan proporsi seimbang yang dilegalkan melalui Peraturan Desa Dlingo Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa.

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Dlingo Giritama Gagasan pendirian BUM Desa dilandasi niat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha ekonomi dan pelayanan sosial. Gagasan ini disampaikan kepala desa, yang dipicu oleh kondisi perekonomian masyarakat terutama sektor perdagangan. Pada awalnya di Desa Dlingo terdapat 200 warung kecil milik masyarakat yang tidak terlalu berkembang dan 2 grosir besar milik pendatang yang mendominasi perekonomian warga.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 65: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

49Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Permasalahan ini mengarahkan pilihan usaha pertama BUM Desa untuk mendirikan DesaMart, yakni swalayan yang menjual kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari secara eceran maupun grosir untuk melayani warung-warung kecil dengan harga lebih murah. Pilihan usaha tersebut juga dimaksudkan untuk menangkal waralaba yang banyak menjamur sampai desa-desa sekaligus memberdayakan warung-warung yang diusahakan oleh masyarakat. Desa mengalokasikan penyertaan modal sebesar 100 juta rupiah untuk menjalankan usaha ini.

Pada tahap awal pendirian BUM Desa ini, perjalanan usaha tidak serta merta mulus. Hambatan justru datang dari stigma negatif masyarakat tentang BUM Desa. Stigma yang muncul bahwa DESAMART akan mematikan warung-warung kecil milik warga desa yang sudah ada terlebih dahulu karena warga desa akan membeli kebutuhan sehari-harinya ke DESAMART. Untuk minimalisasi dampak stigma tersebut, Pengurus BUM Desa mengintensifkan komunikasi dengan masyarakat dan menguatkan konsep usaha melalui perencanaan dan pengembangan usaha yang baik. Pengelolaan unit usaha diupayakan melibatkan masyarakat, seperti DESAMART menciptakan sistem yang menguntungkan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menitipkan produknya tanpa biaya. DESAMART juga bekerja sama dengan Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog untuk mendistribusikan minyak, beras, dan gula pasir. Melalui kerja sama ini harga bahan pokok di DESAMART lebih rendah dibanding toko-toko lain yang sejenis.

Desa Dlingo juga menyelenggarakan pelatihan bagi pelaku usaha warung dan usaha UMKM untuk mendukung sinergi dengan BUM Desa. Sebanyak 15 industri rumahan yang tersebar di seluruh Desa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 66: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

50 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Dlingo diberi stimulan berupa voucher belanja di DESAMART sebesar Rp. 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah). Hasil produksi dari industri ini pun dapat dititipkan di DESAMART untuk dipasarkan.

BUM Desa Dlingo Giritama juga mengembangkan sistem insentif. Pelaksana operasional mendapatkan pembagian sisa hasil usaha sebesar 55% dari keuntungan. Hal tesebut sudah diatur dalam Anggaran Dasar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian dengan karyawan. Dengan sistem insentif ini maka pihak manajemen BUM Desa harus melaksanakan usaha sebaik mungkin guna mendapatkan keuntungan.

d. Pengembangan Kapasitas Individu Pengurus BUM Desa berasal dari masyarakat desa. Sejak dari awal warga masyarakat dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan BUM Desa. Seleksi pengurus dibuka kepada masyarakat melalui musyawarah desa. Syarat pengurus BUM Desa diutamakan berusia muda, aktif berorganisasi, dan berpendidikan minimal SLTA. Usulan masyarakat dalam musyawarah desa kemudian dilanjutkan dengan proses penetapan melalui Keputusan Kepala Desa.

Peningkatan kapasitas kepengurusan BUM Desa terutama diorientasikan pada perbaikan pengelolaan manajerial dan pengembangan mental masyarakat. Menyadari salah satu kelemahan sumber daya dari desa tersebut, desa menyiapkan kader muda melalui fasilitasi kegiatan komunitas anak muda pecinta teknologi melalui wadah Lembaga Desa SANDIGITA IT. Generasi muda diharapkan dapat mengenal teknologi sekaligus membuka peluang pengembangan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan BUM Desa kepada masyarakat melalui media digital. Hal ini secara tidak

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 67: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

51Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

langsung juga mengajak generasi muda untuk lebih berperan aktif dalam proses pembangunan desa.

e. Pengembangan Kapasitas Sistem Pembentukan BUM Desa Dlingo Giritama ditetapkan melalui Peraturan Desa Dlingo No. 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa. BUM Desa juga sudah memiliki Anggaran Dasar Nomor 1 Tahun 2016 yang menjadi pedoman bagi pengurus dan manajemen. Anggaran Dasar tersebut juga mewadahi berbagai kegiatan usaha ekonomi BUM Desa dalam rangka meningkatkan pendapatan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Dlingo.

Unit usaha yang akan dikembangkan BUM Desa meliputi: air minum desa, usaha listrik desa, lumbung pangan dan sumber daya lokal, serta teknologi tepat guna. BUM Desa juga akan menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat desa, meliputi: gedung pertemuan, rumah toko, tanah milik BUM Desa, dan barang sewaan lainnya. Unit usaha perantara (brokering) yang akan dikembangkan meliputi: jasa pembayaran listrik, pasar desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat (termasuk DESAMART), serta jasa pelayanan lain. BUM Desa juga merencanakan bisnis produksi dan atau perdagangan (trading) seperti: hasil pertanian, sarana produksi pertanian dan kegiatan bisnis produktif lain.

Distribusi manfaat hasil usaha juga ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Hasil usaha diperhitungkan dari keuntungan bersih yang merupakan selisih pendapatan usaha dikurangi biaya oprasional dan kerugian usaha. Sistem pembagian bagi hasil tersebut meliputi: 10% dialokasikan untuk operasional BUM Desa; 10% untuk penambahan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 68: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

52 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

modal, Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar 30%; Dana Pendidikan dan Sosial sebesar 5%; serta 45% untuk penghasilan Pengelola BUM Desa. Alokasi untuk penghasilan pengelola dibagi lagi menjadi: 25% untuk penasehat; 55% untuk pelaksana operasional; serta 20% untuk pengawas.

3.2.3. Desa Wonokromo

a. Profil Desa Wonokromo

Gambar 3.5. Peta Administrasi Desa WonokromoSumber: http://wonokromo.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/33

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 69: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

53Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa Wonokromo berada pada lokasi strategis poros Jalan Raya Yogyakarta-Imogiri yang tidak pernah sepi. Potensi ini menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat di sepanjang jalan tersebut, mulai dari usaha kuliner seperti sate klathak yang terkenal, warung makan; usaha mebel kayu, bengkel, perlengkapan motor, toko kelontong, SPBU, sampai dengan pasar swalayan. Potensi pertanian dan peternakan pun cukup berkembang seperti pertanian padi dan cabai, serta peternakan sapi dan kambing. Wonokromo juga memiliki potensi wisata berbasis budaya yaitu kegiatan Rebo Pungkasan. Berbasis potensi yang dimiliki dan kemudahan akses transportasi umum, sekitar 30 menit dari pusat Kota Bantul, desa ini mengembangkan diri sebagai pusat layanan jasa, termasuk pariwisata dan perdagangan umum.

Objek Wisata Rebo Pungkasan adalah upacara adat yang dilakukan warga Desa Wonokromo setiap Hari Rabu terakhir pada Bulan Safar menurut kalender Islam. Pada upacara tersebut terdapat kegiatan membasuh badan (wisuh) di pertemuan Sungai Oyo dan Sungai Progo, Pawai (ngarak) Gunungan dan Boga Wiwaha yang berbentuk lemper agung. Gunungan merupakan berbagai hasil bumi setempat yang dibentuk dan ditata menyerupai gunung sebagai simbol kemakmuran dan kekayaan. Gunungan tersebut dibuat dari bahan makanan seperti: sayur-sayuran, kacang, cabai merah, telor, dan beberapa pelengkap yang terbuat dari ketan. Ciri khas dari Rebo Pungkasan dan paling ditunggu pengunjung adalah lemper raksasa dengan panjang sekitar dua meter dan dibungkus daun pisang kemudian dipotong-potong untuk dibagikan kepada pengunjung. Banyak pengunjung datang dari berbagai daerah bahkan dari luar Desa Wonokromo. Arus pengunjung ini merupakan pasar untuk menyediakan kebutuhan mereka seperti makanan, minuman, pulsa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 70: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

54 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

telepon dan lain-lain, sehingga berdiri warung-warung permanen (kios).

Desa Wonokromo adalah satu dari empat desa yang berada di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Tamanan (Kecamatan Banguntapan); sementara bagian selatan dan barat berbatasan dengan Desa Trimulyo (Kecamatan Jetis). Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pleret (Kecamatan Pleret). Desa dengan luas 433.969 Ha dihuni oleh 13.218 jiwa terdiri dari 9.900 orang berusia produktif dan kurang lebih 3.318 orang dalam kategori usia non-produktif. Sebagian besar masyarakatnya berpendidikan berada pada usia produktif. Gambaran umum Desa Wonokromo seperti terlihat pada tabel 3.3. berikut.

Tabel 3.3. Gambaran Umum Desa WonokromoProfil Desa Deskripsi

Lokasi Luas desa: 433.9690 ha

Jumlah Penduduk 13.218 jiwa terdiri dari 6.591 laki-laki (49,9%) dan 6.627 perempuan (50,1%)

Pendidikan Belum tamat SD 8,3%; SD 19,3%; SMP 14,5%; SMA 26,7%; Diploma I/II 0,8%; Diploma III 1,5%; Strata 6,6%; Strata II 0,5%, belum/tidak sekolah 21,6%

Potensi Wilayah • Potensi Budaya: Ketoprak, Montro/Rodod, Hadroh, Upacara adat Rebopungkasan

• Potensi Kerajinan: Sangkar burung, kipas, pigura kayu, sapu lidi, batik jumput, akrilik

• Potensi wisata: masjid Kagungan Dalem di Dusun Jejeran, Situs Masjid Patok Negoro, Potensi wisata WS Koi Center

• Potensi kuliner: Sate Klatak, Lempeng gandum, lempeng gendar, ingkung ayam

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 71: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

55Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Profil Desa Deskripsi

Pekerjaan PNS 2,7%; Pensiunan 1,2%; Pelajar/mahasiswa 20,2%; Mengurus rumah tangga 7,2%; Belum/Tidak bekerja 16,3%; Lainnya 3,8%; wiraswasta 10,7%; Guru 0,7%; Buruh tani/perkebunan 5,9%; Buruh harian lepas 20,0%

Sumber: Data Desa Wonokromo Semester 1 (2017)http://wonokromo.bantulkab.go.id/index.php/first/wilayah

b. Profil BUM Desa Wonokromo Manembah Sampai akhir Mei 2017, BUM Desa belum terbentuk secara legal melalui penetapan peraturan desa. Pada saat penelitian ini dilaksanakan, pendirian BUM Desa masih dalam tahap persiapan, yaitu pembuatan draft Peraturan Desa tentang BUM Desa dan AD/ART BUM namun belum disahkan oleh Kepala Desa. BUM Desa direncanakan berbentuk Perusahaan Desa (Perusdes) dengan target berkontribusi kepada PADes sebesar 60 juta rupiah per tahun. Tim Persiapan merencanakan unit usaha warung sate klathak karena Wonokromo terkenal dengan sate klathak yang enak dan empuk, penyewaan kios pasar, toko komoditas pertanian, dan persewaan kios. Sampai penelitian ini dilaksanakan, usaha BUM Desa Wonokromo Manembah belum beroperasi dan belum menghasilkan keuntungan/laba.

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Wonokromo Manembah Pendirian BUM Desa “Wonokromo Manembah” diawali dengan semangat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Rencana pendirian BUM Desa merupakan ide dari Kepala Desa bersama beberapa perangkat desa dan warga masyarakat yang potensial menjadi pengurus. Mengacu pada Draft Perdes dan AD/ART, Pengelola BUM Desa terdiri dari: unsur Pemerintah Desa,

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 72: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

56 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Desa dan unsur Masyarakat. Lurah Desa dan Ketua BPD bertindak sebagai Dewan Komisaris/Penanggung Jawab. Lembaga-lembaga desa bertindak sebagai dewan pengawas. Pelaksana operasional terdiri dari: direksi, sekretaris dan seksi-seksi.

Perkembangan pendirian ini terkatung-katung karena Draf Peraturan Desa Wonokromo tentang BUM Desa dan Surat Keputusan Kepala Desa tentang Kepengurusan BUM Desa belum ditandatangani sehingga Pengurus BUM Desa belum dapat melaksanakan kegiatan. Selain itu, terdapat tiga jenis hambatan yang meliputi ketersediaan sumber daya manusia, kesulitan mengidentifikasi usaha yang berkelanjutan, dan keterbatasan modal. Hambatan pertama adalah kesulitan mendapatkan personil yang tepat menjadi pengurus yakni individu yang memiliki pengalaman dan jiwa wirausaha serta mau bekerja tanpa diberi upah selama masa persiapan. Hambatan kedua, Tim Persiapan kesulitan menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan sebagai unit usaha. Hambatan ketiga, kesulitan memperoleh modal. Modal yang tersedia sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) per tahun bersumber dari penyertaan modal oleh desa, dengan sistem bagi hasil sesuai AD/ART.

Rencana pengembangan usaha yang sudah teridentifikasi adalah warung sate klathak sebagai kuliner asli yang enak dan empuk, namun belum dilengkapi dengan analisis kelayakan usaha. Selain warung sate, usaha lain yang direncanakan antara lain: penyewaan kios pasar, toko komoditas pertanian, persewaan kios dan agen BNI (Lakupandai). Gagasan unit usaha tersebut umumnya berasal dari usulan calon manajer dan pengurus.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 73: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

57Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pilihan usaha BUM Desa sebagaimana tercantum dalam draft perdes, meliputi: bidang jasa dan perdagangan umum dengan wilayah kerja Desa Wonokromo dan sekitarnya; usaha pengelolaan pasar desa, kios desa dan pedagang kaki lima; penyedia barang dan jasa; konstruksi/properti; jasa boga/katering; keuangan/lembaga keuangan mikro/sub unit ekonomi; pengelolaan sampah; pengelolaan aset desa; penyediaan kebutuhan petani dan usaha-usaha lainnya.

d. Pengembangan Kapasitas Individu Pemilihan pelaksana operasional diawali dari usulan masyarakat kemudian dibawa kepada musyawarah desa dengan arahan dari komisaris. Susunan komposisi pengelola ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa (Lurah). Hasil pembahasan musyawarah desa tentang Pengelola BUM Desa dan Ketua-ketua Unit kemudian akan dilantik oleh Lurah Desa. Masa bhakti pengelola sebagaimana diatur dalam AD/ART selama 4 tahun, sementara masa bakti komisaris selama 6 tahun, serta masa bakti direksi 6 tahun. Sedangkan komposisi kepengurusan setiap unit usaha diatur melalui ART masing-masing unit.

Personalia yang dipilih sebagai pengurus unit harus memenuhi persyaratan, meliputi (1) berkepribadian baik, jujur, cakap, adil, berwibawa, penuh pengabdian terhadap perekonomian desa, serta diutamakan yang berpengalaman pada bidangnya; (2) berjiwa wirausaha; (3) terdaftar sebagai penduduk Desa Wonokromo dan berdomisili di Desa Wonokromo; (4) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.

Pada saat ini, pengelola belum memeroleh gaji karena BUM Desa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 74: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

58 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

belum beroperasi. Mengacu pada draft Perdes dan AD/ART, setelah BUM Desa beroperasi dan memiliki keuntungan, pengelola berhak memperoleh penghasilan sebesar 30% dari keuntungan. Alokasi tersebut didistribusikan dengan perincian 25% untuk penasehat, 55% untuk pelaksana operasional dan 20% untuk pengawas.

Pelaksana operasional juga mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dari PT. Syncore yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam pendampingan BUM Desa. Program pendampingan tersebut berupa kursus/pembelajaran yang dilaksanakan sekali dalam seminggu selama 3 bulan. Topik-topik yang dipelajari meliputi pemetaan potensi, administrasi/tata kelola keuangan, dan marketing. Salah satu peningkatan kapasitas adalah kemampuan membuat studi kelayakan usaha yang diharapkan dapat dipraktikkan setelah mengikuti kursus dari PT. Syncore. Keterampilan lainnya adalah kemampuan menjalankan usaha BUM Desa.

Pengurus BUM Desa cenderung memiliki motivasi tinggi namun masih membutuhkan dukungan lebih dari pemerintahan desa terutama kepala desa. Salah satu bentuk dukungan adalah pengesahan kepengurusan sehingga memiliki dasar hukum dalam operasionalisasi BUM Desa.

e. Pengembangan Kapasitas Sistem Seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, BUM Desa Wonokromo Manembah belum terbentuk secara formal melalui Perdes tentang BUM Desa. Draf Perdes sudah disusun namun belum ditandatangani oleh Kepala Desa karena masih terdapat perbaikan. Pada aspek usaha juga belum memiliki usaha yang ditetapkan dan dijalankan.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 75: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

59Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pemerintah Kabupaten Bantul berperan dalam mendorong pembentukan BUM Desa Wonokromo Manembah. Dorongan tersebut diwujudkan dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No. 6 Tahun 2016 tentang BUM Desa. Perda tersebut sekaligus menjadi payung hukum pemberian bantuan modal dari Pemerintah Kabupaten Bantul sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) kepada desa.

3.2.4. Desa Girirejo

a. Profil Desa Girirejo Desa Girirejo memiliki potensi yang kental dengan nuansa budaya Kerajaan Mataram Islam. Pada wilayah ini terdapat makam Raja-raja Mataram di Imogiri, Makam Pangeran Pekik, Situs Purbakala Masjid Kagungan Dalem Keraton Yogyakarta dan Petilasan Gebang Sari. Kompleks pemakaman ini dianggap suci oleh masyarakat luas karena merupakan tempat istirahat terakhir dari keluarga Kerajaan Mataram. Selain itu Desa Girirejo juga merupakan sentra kerajinan keris, batik kayu dan ukiran kayu. Kualitas kerajinan keris yang dihasilkan Desa Girirejo sudah mampu bersaing dengan produsen keris di daerah lain. Produksi keris ini selain memenuhi permintaan pasar di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya juga sudah mulai dikirimkan ke wilayah Sumatera, terutama Jambi dan Palembang sebagai properti tari tradisional. Desa Girirejo juga memiliki potensi alam untuk pariwisata seperti air terjun Kali Sili, sumber mata air Gayam Gedhe serta sawah dan kebun buah yang baru dikelola oleh Universitas Gadjah Mada. Peta administrasi Desa Girirejo seperti tampak pada gambar 3.6. berikut.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 76: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

60 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 3.6. Peta Administrasi Desa GirirejoSumber: Google earth (diolah)

Secara administratif Desa Girirejo berbatasan dengan Desa Wukirsari di sebelah utara; sebelah barat berbatasan dengan Desa Karangtalun dan Kebonagung; sebelah selatan dengan Desa Karangtengah; serta pada bagian timur berbatasan dengan Desa Mangunan. Desa dengan luas 3.235.495 Ha ini pada tahun 2016 dihuni oleh 4.533 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 2.262 jiwa dan perempuan sebanyak 1.502 KK atau 2.271 jiwa. Postur penduduk menurut rentang usia terbagi dalam tiga kelompok yakni usia 0-15 tahun sebanyak 976 jiwa, usia 15-65 tahun sebanyak 3.041 jiwa, dan usia 65 ke atas sebanyak 516 jiwa.

Mata pencaharian penduduk didominasi oleh wiraswasta/pedagang sejumlah 597 jiwa (13,2%), diikuti karyawan swasta sekitar 9,4%. Sementara tingkat pendidikan masyarakat yang berpendidikan tinggi setara S1 sebanyak 67 orang, 3 orang strata S2; 2 orang lulus S3; 476 orang hanya tamat SD; dan selebihnya mereka yang berusia 7-18 tahun sedang menempuh sekolah; serta usia 3-6 tahun duduk di tingkat PAUD.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 77: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

61Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Keberadaan sarana dan prasarana di Desa Girirejo masih memerlukan perhatian. Ketersediaan sarana pendidikan di Desa Girirejo terdiri dari dua Sekolah Dasar (SD) dan satu PAUD. Jalan-jalan lingkungan di sekitar desa masih berupa tanah tanpa pengerasan. Gambaran desa secara rinci tersaji pada tabel 3.4. berikut.

Tabel 3.4. Gambaran Umum Desa GirirejoProfil Desa Deskripsi

Lokasi Luas 3.235.495 Ha

Jumlah Penduduk • 4.533 jiwa tersebar pada 1.502 KK dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.262 jiwa (49,9%) dan perempuan sebanyak 2.271 jiwa (50,1%);

• Perbandingan penduduk menurut rentang usia 0-15 tahun 976 jiwa (21,5%), usia 15-65 tahun 3.041 jiwa (67,1%), dan usia 65 ke atas 516 jiwa (11,4%).

Pendidikan SD sebanyak 1.315 orang (28,13%); SMP sebanyak 720 orang (15,51%), SMA sebanyak 950 orang (20,33%), Perguruan Tinggi sebanyai 206 orang (4,41%).

Potensi Wilayah • Dari segi Sumber Daya Alam desa ini memiliki potensi berupa sawah, dan kebun buah yang baru dikerjakan (lahan milik UGM);

• Terdapat petilasan Makam Raja-raja Mataram, Makam Pangeran Pekik, Situs Purbakala berupa Masjid Kagungan Dalem Keraton Yogyakarta, air terjun Kali Sili, Petilasan Gebang Sari, sumber mata air Gayam Gedhe.

Pekerjaan PNS 54 orang (1,2%); TNI 14 orang (0,4%); Swasta 424 orang (9,4%); Wiraswasta 597 orang (13,2 %); Petani 174 orang (3,8%); Tukang 129 orang (2,8%); Buruh Tani 248 orang (5,5%); Pensiunan 45 orang (1%); Peternak 79 orang (1,7%); Jasa 151 orang (3,3%); Pengrajin 183 orang (4%); Lainnya 414 orang (9,1%); Tidak Bekerja/Penganggur 742 orang (16,3%)

Sumber: Data diolah (2017)

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 78: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

62 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

b. Profil BUM Desa Girirejo Pada saat penelitian dilakukan, BUM Desa Girirejo masih pada tahap rintisan. Desa Girirejo sedang mempersiapkan draft Perdes tentang BUM Desa dan AD/ART. Draft tersebut sedang diskusi oleh pengelola dan masyarakat. Desa telah melakukan pemetaan potensi yang difasilitasi oleh PT. Syncore Indonesia. Sejumlah potensi wisata belum dikembangkan, baik wisata berbasis budaya seperti petilasan makam Raja-raja Imogiri dan potensi khas keterampilan warga membuat keris secara turun temurun maupun potensi berbasis sumber daya alam seperti objek air terjun. Desa juga menyusun kelayakan usaha, namun belum ada perhitungan keuangan dan teknis secara khusus, masih pada tahap perencanaan dan perkiraan kasar.

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Desa Girirejo Ide awal pendirian BUM Desa tercetus dari Pemerintah Desa Girirejo dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Gagasan ini kemudian disambut baik oleh PT. Syncore Indonesia yang sedang mengembangka program pendampingan BUM Desa di Kabupaten Bantul. Pada pelatihan pertama Bulan Oktober 2016, Desa difasilitasi untuk memetakan potensi dan gagasan pengembangan potensi. Topik pembahasan ini merupakan bagian dari tahap sosialisasi dan pembentukan BUM Desa.

Desa Girirejo memiliki potensi khas berupa keterampilan membuat keris. Kemampuan ini diperoleh secara turun temurun sebagai desa pewaris kerajinan keris pusaka dari Kerajaan Majapahit tempo dulu. Pada saat ini para pengrajin di Desa Girirejo lebih banyak membuat keris sebagai suvenir atau sebagai perlengkapan baju tradisional, bukan lagi sebagai pusaka atau pesanan khusus. Jumlah industri rumah tangga penghasil keris ini memang belum

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 79: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

63Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

terlalu banyak, tetapi secara kualitas kerajinan keris yang dihasilkan mampu bersaing dengan produsen keris dari daerah lain. Produksi keris ini selain memenuhi permintaan pasar di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya juga sudah mulai dikirimkan ke wilayah Sumatera, terutama Jambi dan Palembang sebagai properti tari tradisional. Pengelola BUM Desa Girirejo melihat banyaknya pengrajin keris ini sebagai usaha potensial yang layak dikembangkan.

Pemerintah desa berencana mengorganisir pengrajin keris untuk pemerataan peluang kesempatan kerja dan untuk mengurangi persaingan usaha di antara para pengrajin. Perangkat Desa akan memfasilitasi para pengrajin dengan membuat pelayanan satu pintu di balai desa sebagai Pusat Informasi Usaha Kerajinan. Pengunjung yang datang akan diantar menuju pengrajin keris yang telah ditentukan. Gagasan ini telah disetujui dan didukung penuh oleh masyarakat Desa Girirejo bahkan menjadi usulan usaha BUM Desa.

Potensi wisata lain yang dapat dikelola sebagai unit usaha BUM Desa namun belum dikembangkan adalah objek wisata religi makam Raja-raja Imogiri. Masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya memperlakukan Makam Imogiri sebagai tempat suci dan sering dikunjungi (diziarahi) karena merupakan tempat istirahat terakhir keluarga Kerajaan Mataram. Tempat yang disucikan lainnya adalah Makam Pangeran Pekik, Situs Purbakala Masjid Kagungan Dalem Keraton Yogyakarta dan Petilasan Gebang Sari. Desa juga memiliki sumber daya alam berupa air terjun Kali Sili dan sumber mata air Gayam Gedhe.

Posisi geografis Desa Girirejo yang berada di antara wisata hutan pinus Desa Mangunan yang sudah berkembang juga berpotensi

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 80: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

64 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

dikembangkan melalui model kerjasama antar desa. Desa Girirejo dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan menyediakan diri sebagai tempat transit menuju wisata hutan pinus, misalnya penyediaan lahan parkir, kuliner dan promosi usaha kerajinan yang layak diperhitungkan. Usaha bersama dengan desa lain tersebut dapat dikelola oleh BUM Desa bersama.

d. Pengembangan Kapasitas Individu Mekanisme rekrutmen/pemilihan pengurus BUM Desa dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama melalui rapat desa. Latar belakang pendidikan yang diutamakan minimal setara SLTA meskipun belum menjadi ketentuan mutlak. Pelaksana operasional juga mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dari PT. Syncore dalam rangka pendampingan tentang Manajemen BUM Desa secara rutin. Topik-topik yang dipelajari meliputi: pemetaan potensi, administrasi/tata kelola keuangan, dan marketing. Salah satu peningkatan kapasitas adalah kemampuan membuat studi kelayakan usaha yang sedang dipraktikkan dalam penyusunan kelayakan usaha.

Kesiapan masyarakat terutama pengrajin keris tampak dalam keikutsertaan aktif memajukan BUM Desa karena motivasi meningkatkan profit dan keinginan untuk membangun desa. Hal-hal teknis pun sudah disepakati secara bersama, seperti pengrajin bersedia memberikan sharing profit sebesar 10% untuk membiayai Pusat Informasi Usaha Kerajinan ataupun dengan model konsinyasi. Pengrajin juga sudah mendapatkan tambahan modal usaha melalui kerja sama dengan Pertamina dalam bentuk pinjaman bunga lunak 6%. Antusias masyarakat ini turut membangun lingkungan kerja bagi pelaksana operasional yang kondusif.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 81: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

65Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

e. Pengembangan Kapasitas Sistem Pembentukan BUM Desa Girirejo masih pada tahap rintisan. Pemerintah Desa Girirejo mempersiapkan draft Perdes tentang BUM Desa serta AD/ART. Kedua draft tersebut kemudian dibahas melalui diskusi antara calon pengelola bersama masyarakat. Pemerintah Desa Girirejo memilih strategi untuk penyusunan kebijakan Perdes tentang BUM Desa dan AD/ART dilakukan secara paralel (bersamaan) dengan rintisan pengembangan usaha yang akan dikelola BUM Desa. Pemerintah Desa juga memfasilitasi analisis potensi desa dan penyusunan kelayakan usaha, walaupun belum ada perhitungan keuangan dan teknis secara detail. Perancangan kelayakan usaha masih pada tahap perkiraan kasar.

3.2.5. Desa Bantul

a. Profil Desa Bantul Terletak di jantung Ibukota Kecamatan Bantul, menjadikan Desa Bantul sangat kental dengan aktivitas perniagaan. Tercatat lebih dari 500 toko kelontong dan tidak kurang 245 buah warung makan berdiri di desa yang didiami oleh 17.157 jiwa. Luas wilayah desa ini 524 hektar, dengan demikian kepadatan penduduk sebesar 3.274 jiwa per km2.

Desa Bantul juga telah menjadi pusat permukiman. Lahan yang semula merupakan sawah subur dengan pengairan terjaga, berubah menjadi perumahan dan pekarangan. Perubahan pola pemanfaatan ruang ini sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul yang menetapkan Kecamatan Bantul sebagai kawasan peruntukan permukiman perkotaan. Sawah kas desa yang semula ditanami padi pun, sekarang sudah berdiri bangunan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 82: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

66 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

ruko yang secara ekonomis lebih menguntungkan. Desa Bantul juga memiliki potensi pariwisata religi berupa Petilasan Kiai Soroasih namun belum digarap secara serius. Inovasi ekonomi masyarakat juga tumbuh, misalnya penciptaan motif batik khas Bantul yang diberi nama “Paseban” dan “Dwi Windu”.

Setiap pagi hari dan sore hari warga berduyun-duyun beraktivitas ke arah Kota Yogyakarta, mengingat sebagian besar bekerja sebagai karyawan dan pelajar. Kepadatan lalulintas akan kembali terulang pada sore hari ketika jam pulang kantor dan sekolah berakhir.

Gambar 3.7. Peta Administrasi Desa BantulSumber: Google earth (diolah)

Desa Bantul berbatasan langsung dengan Desa Pendowoharjo di sebelah utara, sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Palbapang dan Desa Ringinharjo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ringinharjo dan Desa Guwosari; sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Desa Trirenggo dan Desa Pendowoharjo. Peta administrasi Desa Girirejo seperti tampak pada gambar 3.7.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 83: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

67Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Sedangkan gambaran umum Desa Bantul secara singkat disajikan dalam Tabel 3.5. berikut.

Tabel 3.5. Gambaran Umum Desa BantulProfil Desa Deskripsi

Lokasi Luas wilayah 524 Ha

Jumlah Penduduk 17.157 jiwa

Pendidikan SD 16,9%; SMP 25,3%; SMA 42,3%; Perguruan Tinggi 15,5%

Potensi Wilayah • Lokasi strategis kawasan peruntukan permukiman perkotaan;

• Potensi wisata religi berupa Petilasan Kiai Soroasih yang potensial untuk dikembangkan;

• Penggunaan lahan 42,9% sawah; 56,8% lahan non pertanian, dan 0,3% penggunaan lain;

• Sarana ekonomi meliputi: 1 pasar, 7 toko swalayan; warung 575; restoran 3; warung makan 245; pabrik 2;

Pekerjaan PNS 4,4%; TNI 0,7%; Karyawan swasta 31,7%; Wiraswasta 9,8%; Petani 4,4%; Tukang 1,4%; Jasa 0,8%; Pensiunan 3,9%; Buruh 11,1%; Pelajar 23,6%; Belum bekerja 8,2%

Sumber: Data diolah (2017)

b. Profil BUM Desa Bantul BUM Desa Bantul didirikan pada tahun 2013 dengan permodalan lima belas juta rupiah. Usaha yang dikembangkan adalah warung makan untuk melayani konsumen di sekitar pabrik konveksi. Rata-rata keuntungan per bulan lima ratus ribu rupiah sampai satu juta rupiah. Sampai usia 4 tahun sejak berdiri, BUM Desa ini belum disahkan dengan peraturan desa. Satu-satunya landasan operasional adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 84: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

68 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Bantul BUM Desa Bantul berdiri sejak tahun 2013. Motivasi pendiriannya karena didorong oleh program pemerintah pusat yang memberikan modal sebesar 10 juta rupiah. Desa kemudian mengalokasikan penyertaan modal sebesar lima juta rupiah. Terbentuknya BUM Desa menjadi bentuk pertanggungjawaban atas bantuan modal tersebut. Dalam perjalanannya hingga usia 4 tahun, BUM Desa belum disahkan dengan Peraturan Desa.

Satu-satunya usaha yang dikelola adalah warung makan. Usaha rintisan ini berdiri di atas tanah kas desa yang berberhimpitan dengan pabrik konveksi. Jika melihat lokasi usaha yang strategis, diharapkan usaha ini bisa lebih cepat menghasilkan keuntungan namun sampai saat ini rata-rata laba bersih sebesar 500 ribu sampai satu juta rupiah per bulan.

Perjalanan BUM Desa Bantul sudah melewati pergantian kepemimpinan kepala desa. Hingga akhir masa jabatan kepala desa belum menetapkan Perdes tentang BUM Desa. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang harmonisnya hubungan antara perangkat desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Hal ini dipicu oleh motif politik pasca pemilihan pamong desa sebelumnya; komunikasi antar mereka pun memburuk. Faktor penghambat lain adalah kurangnya ketegasan dan inisiatif Kepala Desa untuk mengarahkan serta menggerakkan perangkat desa dalam akselerasi penetapan aturan main BUM Desa.

Pergantian pamong desa yang baru membuka harapan perubahan perbaikan BUM Desa. Motivasi pamong yang didukung oleh kalangan muda memiliki semangat untuk membangun ekonomi desa melalui BUM Desa.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 85: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

69Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

d. Pengembangan Kapasitas Individu Pola rekrutmen pengelola BUM Desa tidak mendasarkan pada aturan sistem seleksi yang jelas. Pengelolaan unit usaha warung makan hanya dilakukan oleh istri pamong desa tanpa ada sistem seleksi. Kondisi lingkungan kerja juga tidak memiliki kepastian bagi kejelasan nasib pekerja warung makan. Pengelolaan usaha ini hanya bersifat seadanya.

e. Pengembangan Kapasitas Sistem BUM Desa Bantul dibentuk pada tahun 2013 dengan landasan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010. Sampai saat ini telah terbit UU Desa dan Peraturan Menteri Desa PDT dan Transmigrasi No. 4 tahun 2015 tentang BUM Desa yang merupakan aturan baru, namun Pererintah Desa Bantul belum mengesahkan Peraturan Desa tentang BUM Desa dan juga belum memiliki AD/ ART. Perdes tersebut masih dalam tahap rancangan, setelah terjadi pergantian kepemimpinan desa. Ketiadaan Perdes ini berimbas pada ketiadaan aturan lain bagi BUM Desa seperti pola rekrutmen pengelola serta ketidakjelasan dalam pengelolaan usaha.

BUM Desa Bantul juga belum memiliki perencanaan usaha yang jelas. Pemerintahan Desa akan memperluas sektor usaha pariwisata dengan mengoptimalkan pengelolaan Petilasan Kiai Soroasih yang saat ini belum dikembangkan. Inovasi usaha andalan lainnya adalah penciptaan motif batik khas Bantul dengan nama “Paseban” dan “Dwi Windu” yang akan dipasarkan melalui unit usaha BUM Desa.

3.2.6. Desa Murtigading

a. Profil Desa Murtigading Desa Murtigading dikukuhkan menjadi nama desa pada tahun

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 86: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

70 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1946. Murtigading berarti mulyo atau menjadi sejahtera. Desa ini memiliki potensi terutama pada tiga sektor, yaitu: pertanian, industri rumah tangga, dan pariwisata. Sektor industri rumah tangga menjadi unggulan di desa ini. Tercatat sejumlah aktivitas ekonomi skala rumah tangga seperti UMKM, kerajinan, dan kesenian yang tersebar merata di beberapa dusun. Pertama, sentra industri lemper dan adrem (makanan khas desa) di Dusun Piring II. Kedua, sentra kue wingko di Dusun Pucanganom III. Ketiga, usaha kampung lemper dan aneka makanan ringan di Dusun Sanden. Keempat, kerajinan batok aji di Dusun Piring. Pengembangan industri rumah tangga ini sejalan dengan kebijakan RTRW Kabupaten Bantul yang menempatkan pemanfaatan area Desa Murtigading sebagai kawasan strategis agropolitan, sentra industri kerajinan, dan pengembangan ekonomi baru.

Gambar 3.8. Peta Administrasi Desa MurtigadingSumber: data lapang (2017)

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 87: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

71Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa Murtigading memiliki wilayah seluas 438 Hektar yang dihuni oleh 8.898 jiwa. Secara administratif desa ini berbatasan langsung dengan 4 desa, yaitu: Desa Caturharjo di sebelah utara, Desa Gadingharjo di sebelah selatan, Desa Gadingsari di sebelah barat, dan Desa Srigading di sebelah timur. Peta administrasi Desa Murtigading seperti tampak pada gambar 3.8. di atas. Sedangkan gambaran umum Desa Murtigading disajikan dalam Tabel 3.6. berikut.

Tabel 3.6. Gambaran Umum Desa MurtigadingProfil Desa Deskripsi

Lokasi Luas wilayah 438 Ha

Jumlah Penduduk 8.898 jiwa yang tersebar pada 2.871 KK

Pendidikan Belum Sekolah 8,1%; SD 26,9%; SMP 15,0%; SMA 35,4%; Perguruan Tinggi 14,6%

Potensi Wilayah • Penggunaan lahan: 41% sawah, 59% lahan non pertanian,

• Kerajinan tempurung• Kawasan strategis agropolitan (sesuai RTRW

Kabupaten Bantul)• Kawasan pengembangan sentra ekonomi baru

Pekerjaan PNS 5,3%; TNI 0,6%; Karyawan swasta 10,6%; Wiraswasta 7,8%; Petani 7,2%; Tukang 0,4%; Jasa 5,6%; Pensiunan 3,4%; Buruh 19,0%; Belum bekerja 24,4%

Sumber: Data diolah (2017)

b. Profil BUM Desa Murtigading LestariBadan Usaha Milik Desa Murtigading berdiri pada tanggal 13 April 2017 atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Visi BUM Desa adalah mewujudkan Desa Murtigading yang sejahtera, melalui peningkatan PADes, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penurunan angka pengangguran. Dalam usia yang relatif muda, BUM

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 88: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

72 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa mengelola sejumlah usaha, meliputi: revitalisasi usaha gerai kue dan makanan yang sudah berdiri sejak tahun 2015, persewaan gedung manten, ruang pertemuan, serta unit pengolahan sampah yang baru dalam tahap perintisan. Pengembangan usaha yang masih direncanakan adalah bisnis penyaluran sarana produksi pertanian dan agen penyalur LPG.

c. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Murtigading Lestari Tujuan didirikannya BUM Desa Murtigading Lestari adalah (1) menampung kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, meliputi pelayanan jasa publik dan barang publik yang dikelola oleh desa; (2) meningkatkan nilai guna aset dan potensi desa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keuangan Desa Murtigading dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Layaknya organisasi modern, BUM Desa Murtigading Lestari memiliki struktur organisasi yang tertuang dalam AD/ART. Dalam menggerakkan operasional bisnisnya, BUM Desa dimotori oleh direktur/ketua, manajer/kepala unit usaha sebagai pelaksana. Kepala desa berkedudukan sebagai penasihat, dan dewan pengawas berasal dari representasi masyarakat. Rincian struktur organisasi BUM Desa Murtigading Lestari disajikan dalam Gambar 3.9. berikut.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 89: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

73Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 3.9. Struktur Organisasi BUM Desa Murtigading LestariSumber: Data lapangan (2017)

Unit usaha yang sudah berjalan adalah persewaan gedung manten dan ruang meeting. Usaha ini dibidik karena belum ada usaha serupa yang ada di desa. Selama ini warga harus jauh-jauh pergi ke kota untuk menyewa gedung dalam pesta pernikahan. Usaha ini diproyeksikan dapat membukukan laba 190 juta rupiah per tahun.

Pada tahun 2015, Pemerintah Desa Murtigading merintis gerai kue dan makanan yang terletak di pusat Kota Kabupaten Bantul. Gerai ini dimaksudkan sebagai sarana promosi dan pemasaran hasil produk-produk asli UMKM unggulan Desa Murtigading. Dalam perkembangannya gerai ini kurang menggembirakan, karena terkendala sumber daya manajemen pengelolaan. Sejak April 2017, usaha ini dikelola oleh BUM Desa Murtigading Lestari untuk memasarkan produk unggulan dusun. Sementara unit pengolahan sampah baru dalam tahap perintisan. Pengurus BUM Desa juga sedang merencanakan usaha penyaluran sarana produksi pertanian dan agen penyalur LPG.

PenasehatKetua

Pengawas

Sekretaris Bendahara

Manajer Unit Jasa

Manajer Unit Pengelolaan

Manajer Unit Perdagangan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 90: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

74 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

d. Pengembangan Kapasitas Individu Sistem rekrutmen pelaksana operasional BUM Desa sudah ditetapkan melalui AD/ART. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi calon pelaksana operasional, meliputi (1) masyarakat desa yang mempunyai jiwa wirausaha; (2) berdomisili dan menetap di desa sekurang-kurangnya dua tahun; (3) berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha ekonomi desa; serta (4) pendidikan minimal setingkat SMU/Madrasah Aliyah/SMK atau sederajat. Walau aturan tersebut sudah ditetapkan namun kenyataannya belum ada tahapan seleksi secara khusus untuk pemilihan pengelola BUM Desa. Kepala Desa menunjuk langsung relawan desa sebagai pengurus BUM Desa. Pertimbangannya karena para relawan desa dianggap mempunyai jiwa juang dan motivasi yang tinggi untuk mengabdi kepada desa. Kebijakan ini ditempuh karena belum adanya kepastian gaji dan tunjangan bagi pengelola selama masa rintisan.

Para relawan terutama berasal dari relawan Program Sistem Informasi Desa (SID). Mereka sudah saling kenal antara satu dengan lainnya dan terbiasa bekerja sama dan berkomunikasi/koordinasi. Suasana kerja yang kondusif juga didukung oleh interaksi yang harmonis dengan kepala desa yang berinisiatif untuk urun rembug dalam meletakkan dasar aturan main pengelolaan BUM Desa, seperti Perdes dan AD/ART BUM Desa.

Pengembangan sumber daya manusia secara khusus juga diprogramkan melalui alokasi 5% laba usaha untuk pendidikan dan pelatihan pengurus. Hal tersebut ditetapkan pada AD/ART BUM Desa Murtigading Lestari. Upaya peningkatan kapasitas SDM pengurus tersebut menunjukkan adanya perencanaan pengembangan kompetensi pengurus.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 91: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

75Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

e. Pengembangan Kapasitas Sistem Kebijakan permodalan sebagaimana ditetapkan dalam AD/ART BUM Desa Murtigading Lestari berasal dari (1) hibah dari pihak swasta, lembaga donor; (2) bantuan pemerintah; (3) kerja sama usaha dengan pihak swasta; (4) aset desa; dan (5) tabungan masyarakat. Sumber-sumber pendanaan tersebut disalurkan terlebih dahulu melalui mekanisme APB Desa. Masyarakat dapat ikut serta dalam penyertaan modal BUM Desa dengan persentase kepemilikan modal maksimal 40%.

Pembagian laba usaha juga sudah ditetapkan dalam AD/ART BUM Desa. Sebanyak 30% dioptimalkan untuk pemupukan modal usaha; 20% untuk alokasi Pendapatan Asli Desa; 5% untuk pendidikan dan pelatihan pengurus; 5% untuk penasihat; 10% untuk direktur; 20% dialokasikan untuk pengurus dan kepala unit usaha; serta 10% untuk pengawas.

BUM Desa Murtigading sudah menyusun studi kelayakan usaha walau belum untuk semua usaha. Analisis perencanaan usaha tersebut masih dilakukan secara hitungan kasar dan belum terdokumentasikan secara baik.

3.2.7. Desa Gadingharjo

a. Profil Desa Gadingharjo Desa Gadingharjo dengan luas wilayah 308,93 Ha didominasi oleh areal persawahan (48%) dan permukiman (28%), sisanya berupa ladang, tanah kas desa serta fasilitas umum. Lokasi desa ini berada di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Murtigading; sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Desa Srigading; serta Desa Gadingsari pada ujung sebelah barat. Peta administrasi Desa Gadingharjo seperti tampak pada gambar 3.10.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 92: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

76 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Gambar 3.10. Peta Administrasi Desa GadingharjoSumber: Data lapang (2017)

Potensi sumber daya alam paling dominan adalah potensi di sektor pertanian dengan komoditas utama berupa padi, bawang merah dan cabai. Sementara komoditas utama sektor perkebunan berupa: sengon, akasia, pisang, kelapa, jati dan mahoni. Desa ini juga memiliki potensi pengembangan peternakan dan perikanan, dan industri kecil. Peternakan yang dominan adalah sapi, kambing, kelinci dan unggas. Sedangkan perikanan didominasi oleh perikanan air tawar (gurami, nila, lele, bawal). Sejumlah industri kecil yang tumbuh meliputi tahu, tempe, nata de coco, jamur, bawang merah, cabai, kripik dan pisang. Selain itu juga terdapat beberapa industri kerajinan tangan dan industri menengah. Desa Gadingharjo juga sedang mengembangkan pemanfaatan potensi wisata Bumi Perkemahan Karanganyar, Puri Brata Meditation Center, serta Makam Bray Asmorowati.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 93: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

77Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Selain potensi sumber daya alam, Desa Gadingharjo juga memiliki potensi sumber daya manusia. Jumlah penduduk Desa Gadingharjo sebanyak 4.187 orang terdiri dari 2.162 orang laki-laki (51,6%) dan 2.025 orang perempuan (48,4%). Sebagian besar penduduk berpendidikan SLTP (36,25%), lulusan SLTA (28,65 %), lulusan SD (26,39 %); sisanya 8,71% pada jenjang pendidikan tinggi yang didominasi oleh lulusan S1 dan D3. Mata pencaharian utama masyarakat sebagai petani penggarap sawah (60%) dan buruh (23%), sisanya (17%) sebagai wiraswasta, PNS, TNI dan Polri. Ringkasan gambaran umum Desa Gadingharjo seperti pada tabel 3.7. berikut.

Tabel 3.7. Gambaran Umum Desa GadingharjoProfil Desa Deskripsi

Lokasi Luas wilayah 308.93 Haa

Jumlah Penduduk 4.187 jiwa

Pendidikan Tamat SD 23,3%; tamat SMP 15,0%; tamat SMA 31,2%; Diploma I/II 0,7%, Diploma III 2,0%; Strata I 4,8%; belum/tidak sekolah 15, 5%

Potensi Wilayah • Terdapat beberapa sektor yaitu pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, industri, dan wisata. Potensi paling dominan pada sektor pertanian dan industri kerajinan tangan, serta industri menengah;

• Terdapat objek wisata Bumi Perkemahan Karanganyar, Puri Brata Meditation Center dan Makam Bray Asmorowati.

Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 3,1%; Petani/pekebun 5,7%; karyawan swasta 7,5%; buruh harian lepas 7,6%; buruh tani/perkebunan 25,5%; Guru 0,6%; Perangkat desa 0,4%; wiraswasta 6,9%; lainnya 3,1%; belum/tidak bekerja 14,7%; mengurus rumah tangga 3,7%; pelajar/mahasiswa 17,5%pensiunan 1,9%

Sumber: Data Desa Gadingharjo Semester I (2017)http://gadingharjo.bantulkab.go.id/index.php/first/penduduk/pekerjaan

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 94: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

78 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

b. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa Gadingharjo BUM Desa Makmur Jaya Madani di Desa Gadingharjo ini dibentuk atas inisiatif kepala desa dengan bantuan beberapa staf pada tahun 2013. Pendirian BUM Desa diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Gadingharjo. Pengurus terdiri dari penasehat, ketua, pengawas, sekretaris, bendahara dan manajer unit usaha.

Usaha yang dikembangkan BUM Desa adalah persewaan Lahan Bumi Perkemahan Karanganyar dan persewaan kios yang dibangun di atas tanah kas desa. Pendapatan kotor dari usaha ini rata-rata Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) per bulan. Biaya produksi pada usaha ini berupa biaya pemeliharaan dan kebersihan lingkungan bumi perkemahan.

c. Pengembangan Kapasitas Individu Rekrutmen pengurus BUM Desa saat ini tidak dengan mekanisme seleksi. Kepala desa memilih personil dengan kriteria memiliki motivasi tinggi dan berpengalaman dalam membangun usaha serta memiliki jiwa sukarela. Kebijaksanaan ini ditempuh karena pengurus/pengelola belum menerima gaji pada masa rintisan.

Pengurus BUM Desa sebagian besar sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang mendirikan usaha karena personil yang menjadi pengurus sudah berhasil mengelola usaha masing-masing. Semua personil juga belum mendapatkan training tentang kelayakan usaha namun dengan pengalaman yang dimiliki diharapkan dapat membantu dalam pendirian BUM Desa. Sebagian besar pengurus memiliki usaha sendiri. Tugas-tugas mengurus BUM Desa dilaksanakan di sela-sela waktu luang. Umumnya motivasi menjadi pengurus untuk ikut membantu dalam mendirikan BUM Desa.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 95: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

79Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

d. Pengembangan Kapasitas Sistem Pada saat penelitian ini dilaksanakan, BUM Desa Gadingharjo belum disahkan dengan peraturan desa sampai usia 4 tahun sejak pembentukan. Draft Peraturan Desa tentang BUM Desa masih dimusyawarahkan dengan BPD dan belum ditandatangani oleh Kepala Desa. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sebagai landasan operasional juga belum dibuat. Untuk mendorong kebijakan tersebut, Pengurus BUM Desa sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan BPD dan Kepala Desa, namun belum berhasil mempercepat penerbitan Perdes.

Dalam pengembangan usaha, pengurus belum melakukan analisis ekonomi secara khusus. Sebagian pengurus yang memiliki cukup waktu sedang menyiapkan dokumen analisis usaha dengan cara belajar kepada pengurus lain yang sudah mengelola usaha sendiri.

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 96: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

80 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 97: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

81Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

1

Bab IVAnalisis Pola Pengembangan Kapasitas BUM Desa Kabupaten Bantul

Bab empat ini membahas hasil penelitian lapangan, menjelaskan dan menganalisis temuan-temuan lapangan yang dideskripsikan

pada Bab 3 sebelumnya. Proses analisis dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada Bab 1 dengan menggunakan kerangka teori yang telah dikembangkan. Melalui pembahasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dari tujuan dan hasil penelitian.

Bagian pertama analisis ini akan menjelaskan tingkat pemenuhan indikator pengembangan kapasitas BUM Desa. BUM Desa Dengan pemenuhan indikator secara lengkap dan penuh menunjukkan kinerja usaha dan keberlanjutan yang lebih baik. Sebaliknya, BUM Desa dengan tingkat pemenuhan indikator paling sedikit berkorelasi dengan kinerja usaha yang tidak menggembirakan sekaligus arah perkembangan yang tidak cukup jelas, walaupun sudah berusia lebih lama. Bagian kedua

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 98: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

82 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

analisis ini membahas kondisi pengembangan kapasitas pada tingkat kelembagaan BUM Desa. Kapasitas kelembagaan berkaitan erat dengan sistem manajemen yang terdiri dari unsur-unsur pelaksanaan tugas dan fungsi (meliputi: sumber daya, ketatalaksanaan, struktur organisasi, sistem insentif dan budaya kerja) serta unsur mikro struktur (meliputi kepemimpinan dan komunikasi). Aspek terpenting yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini adalah pentingnya kepemimpinan dan komunikasi bagi perkembangan dan keberlanjutan BUM Desa. Kedua aspek tersebut yakni kepemimpinan dan komunikasi melekat pada peran kepala desa.

Bagian ketiga menguraikan kapasitas pada tingkat individu. Unsur-unsur pada tingkat individu yang menonjol sebagai faktor kunci sukses BUM Desa adalah pola rekrutmen, keterampilan, motivasi, dan training. Unsur tersebut menentukan tingkat perkembangan dan keberlanjutan BUM Desa. Keterampilan diartikan sebagai konsep-konsep yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, memetakan sumber daya, sekaligus mengelolanya menjadi usaha yang mampu menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi kesejahteraan. Selanjutnya diuraikan keterkaitan antara keterampilan, motivasi dan training. Sementara bagian keempat menguraikan kapasitas pada tingkat sistem yang dianggap paling dominan pada pengembangan BUM Desa yaitu: Peraturan Desa tentang BUM Desa, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta Studi Kelayakan Usaha.

4.1. Pemenuhan Indikator Kapasitas BUM Desa

Pemenuhan atas indikator kapasitas BUM Desa ini dikumpulkan dari 7 desa lokasi penelitian yang tersebar di Kabupaten Bantul, meliputi Desa Panggungharjo, Dlingo, Murtigading, Wonokromo, Gadingharjo,

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kab. Bantul

Page 99: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

83Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Girirejo, dan Bantul. Sistem manajemen sebagai titik penekanan dalam pengembangan kapasitas mencakup aspek dimensi, fokus dan tipe (Leavitt dalam Djatmiko Y. H., 2004; Grindle, 1997; dan Bappenas, 2010). Masing-masing aspek dijabarkan lagi ke dalam sub tema yang lebih kecil. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai pengembangan kapasitas, penelitian ini melakukan penyesuaian-penyesuaian dari teori Grindle agar lebih selaras dengan kondisi lapang. Kondisi pemenuhan indikator kapasitas menurut masing-masing BUM Desa seperti tergambar pada Tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Pemenuhan Indikator Kapasitas BUM Desa

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kab. Bantul

N o Indikator Panggung-harjo

Bantul Dlingo Gading-harjo

Murti-gading

Wono-kromo

Girirejo

I. Tahun Berdiri 2013 2013 2016 2016 2017 2017 2017

II. Omzet 1,49 M/th 12 jt/ th 360 jt/ th 18 jt/th 0 0 0

III. Pengembangan Kapasitas

A Kelembagaan

1. Sistem Manajemen Untuk meningkatkan tugas dan fungsi

a. Sumber Daya √ √ √ √ √ √ √

b. Ketatalaksanaan (SOP)

√ - √ - - - -

c. Struktur √ - √ √ √ √ -

d. Sistem Insentif √ - √ - √ - √

e. Budaya Kerja √ - √ - - - -2. Struktur Mikro

a. Kepemimpinan √ - √ - - - -b. Komunikasi √ - √ √ √ √ -

B Tingkat Individu/ Human Resource Development

1. Penyediaan Tenaga Kerja / Supply of Profesional (eksternal)

a.Rekrutmen √ - - - - - -

Page 100: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

84 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Sumber: Olahan Penelitian (2017)

Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa pada BUM Desa Panggung Lestari semua indikator terisi lengkap baik pada tingkat individu, kelembagaan, dan sistem. Kekosongan indikator pada BUM Desa yang lain merupakan sisi kelemahan BUM Desa tersebut ditinjau dari teori kapasitas. Indikator kapasitas yang tidak terisi tersebut bukan berarti tidak ada sama sekali tetapi lebih pada ketidakpedulian/ ketidakmampuan dari pelaku untuk mengembangkan BUM Desa. Misalnya pada indikator kepemimpinan yang merujuk kepada kepemimpinan kepala desa, jika tidak terisi bukan berarti tidak ada kepala desa tetapi lebih pada ketidakmampuan/ ketidakpedulian kepala desa terhadap BUM Desa (seperti diuraikan pada temuan lapangan, Bab 3).

Pemenuhan indikator kapasitas BUM Desa juga dapat divisualisasikan seperti Gambar 4.1. Segitiga Kapasitas BUM Desa pada

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

N o Indikator Panggung-harjo

Bantul Dlingo Gading-harjo

Murti-gading

Wono-kromo

Girirejo

b.. Gaji/Salary √ √ √ √ - - -

c. Kondisi Kerja √ √ √ √ √ √

2. Technical Personal (Internal)

a. Keterampilan √ - √ - - √ √

b. Pengetahuan √ - √ √ √ √ √

c. Training √ - √ √ √ √ √

d. Kompetensi √ - - - - √ -

e. Motivasi √ √ √ - √ √ √

C Sistem

1. Peraturan Desa √ - √ √ √ √ √

2.AD/ART BUM Desa √ - √ - √ - -

3.Analisis Kelayakan Usaha

√ - √ - - - -

.

Page 101: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

85Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

3 aspek tingkatan yakni: individu, kelembagaan dan sistem. Pada Desa Panggungharjo tercipta segitiga sama kaki sempurna yang berarti bahwa pada setiap tingkat tersebut, BUM Desa Panggung Lestari (Desa Panggungharjo) memiliki nilai yang maksimal (100). Gambar tersebut juga menunjukkan kelemahan dari BUM Desa lain baik pada tingkat individu, kelembagaan maupun sistem dengan nilai tidak maksimal (<100).

Gambar 4.1. Segitiga Kapasitas BUM Desa

4.2. Pengembangan Kelembagaan BUM Desa

Berdasarkan teori Grindle, kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu: sistem manajemen untuk meningkatkan tugas serta fungsi, dan struktur mikro. Bagian pertama (sistem manajemen) terdiri dari: sumber daya, ketatalaksanaan, struktur organisasi, sistem insentif dan budaya kerja. Sementara bagian kedua (struktur mikro) terdiri dari kepemimpinan dan komunikasi. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam usaha BUM Desa adalah kepemimpinan dan komunikasi. Gambar 4.2. berikut menunjukkan tingkatan pencapaian kelembagaan yaitu Desa Panggungharjo dengan nilai tinggi dan Desa Bantul dengan nilai terendah. Dengan demikian, Desa Bantul sangat memerlukan dukungan pada tingkat

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 102: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

86 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

kelembagaan terutama dalam aspek kepemimpinan dan komunikasi.

Gambar 4.2. Kapasitas Kelembagaan BUM DesaSumber: Olahan Penelitian (2017)

Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan para anggota untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan atau leadership yang baik, diyakini dapat mengharmonisasi sekaligus mendorong potensi masing-masing anggota dalam iklim kompetensi yang kondusif. Kepemimpinan dapat bekerja maksimal apabila didukung oleh sistem komunikasi yang harmonis dari pucuk pimpinan sampai pekerja level terendah.

Bercermin dari pengalaman sukses BUM Desa Panggung Lestari, Kepala Desa memegang peran sebagai inisiator dari berbagai kegiatan usaha BUM Desa. Konsep yang sama juga ditunjukkan oleh BUM Desa Dlingo Giritama yang mampu menunjukkan keberhasilan dalam waktu singkat meskipun dengan jumlah pengurus yang relatif sedikit

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 103: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

87Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

dibandingkan dengan BUM Desa Panggung Lestari. Kepemimpinan dalam organisasi BUM Desa tidak serta merta diartikan sebagai ada atau tiadanya pimpinan yang kuat. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai motor yang mampu menggerakkan jiwa kewirausahaan dari setiap potensi sumber daya yang ada. Keberhasilan BUM Desa Panggung Lestari dalam memilih jenis usaha dan mengembangkannya erat kaitannya dengan faktor kepemimpinan kepala desa yang didukung sepenuhnya oleh manajer BUM Desa untuk menjalankan ide dan usaha.

Komunikasi yang harmonis antara kepala desa, manajer BUM Desa, dan pegawai menjadi kunci lain agar BUM Desa mendapat dukungan masyarakat dan menjalankan usaha secara berkelanjutan. Kepala desa sebagai komisaris dapat dengan mudah menyampaikan ide usaha dan memberikan masukan kepada BUM Desa. Komunikasi yang harmonis ini juga erat dengan sistem insentif sehingga membentuk budaya kerja yang produktif. Budaya kerja yang produktif dilembagakan dengan prosedur yang standar (dalam bentuk SOP) sebagai jalan untuk menjaga keberlangsungan BUM Desa.

Kelemahan jiwa kepemimpinan akan berpengaruh secara langsung dalam organisasi. BUM Desa Bantul memiliki banyak potensi dan dukungan modal serta sumber daya manusia yang melimpah, namun karena tidak dikelola dengan manajemen yang memadai maka perkembangan BUM Desa pun terhambat. Hal ini bahkan dapat mengancam keberlanjutan BUM Desa, jika tidak adanya konsep pengembangan usaha dan kelembagaan BUM Desa yang jelas.

Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan karakteristik yang hampir sama pada sebagian besar BUM Desa. Penelitian ini juga menemukan model pembelajaran untuk menanggulangi adanya potensi

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 104: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

88 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

kegagalan BUM Desa karena kurangnya faktor kepemimpinan. BUM Desa Dlingo Giritama menyiasati dengan Forum Penggiat Desa. Kepala Desa Dlingo secara rutin aktif dalam komunitas pemerhati desa yang membantu desa-desa sekitar dalam mengembangkan desanya, melalui sharing pengalaman dengan desa-desa lain di sekitar wilayah Desa Dlingo. Langkah ini efektif membantu BUM Desa lain secara masif untuk maju bersama BUM Desa yang telah unggul terlebih dahulu.

Faktor penting kedua dalam kelembagaan adalah komunikasi. BUM Desa Panggung Lestari menunjukkan bahwa dalam sebuah organisasi, komunikasi yang harmonis antara kepala desa, manajer BUM Desa dan pegawai menjadi kunci sukses keberhasilan. Komunikasi yang baik juga mampu menjembatani berbagai permasalahan yang muncul dalam perkembangan BUM Desa. Pada BUM Desa Dlingo Giritama, hambatan utama justru muncul dari masyarakat desanya sendiri. Dengan komunikasi yang intensif, pengurus mampu menunjukkan penguatan konsep usaha yang menguntungkan masyarakat. Masyarakat diajak untuk terlibat secara langsung dalam mekanisme usaha yang dibangun. Tawaran sistem seperti BUM Desa Dlingo mampu menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama masyarakat bersama pengurus dalam melebarkan usaha BUM Desa. Pada BUM Desa Desa Girirejo, meskipun baru rintisan, terbentuknya BUM Desa juga diawali dengan komunikasi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesepakatan untuk sharing kontribusi dalam membiayai Pusat Informasi Usaha Kerajinan Keris. Kondisi berkebalikan terjadi pada BUM Desa Bantul dimana hubungan antara perangkat desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tidak harmonisnya karena kurangnya komunikasi yang efektif. Hal ini sebagai akibat memanasnya suhu politik pasca pemilihan pamong desa yang berkepanjangan. Pengesahan Rancangan Peraturan Desa tentang BUM Desa pun terkatung-katung nasibnya.

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 105: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

89Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

4.3. Pengembangan Kapasitas Individu

Tingkatan individu (human) dibagi menjadi beberapa sub tema kajian, meliputi penyediaan tenaga kerja (supply of profesional) dan technical personal (internal). Penyediaan tenaga kerja merupakan kondisi di luar diri individu staf (bersifat eksternal), terdiri dari: rekrutmen, gaji/salary dan kondisi kerja. Sedangkan sub tema technical personal merupakan kondisi di dalam diri individu staf (bersifat internal) mencakup: keterampilan, pengetahuan, training, kompetensi dan motivasi. Gambar 4.3. berikut menunjukkan kapasitas tingkat individu dimana Desa Panggungharjo mempunyai nilai tinggi, sedangkan Desa Bantul mendapatkan nilai paling rendah.

Gambar 4.3. Kapasitas BUM Desa Tingkat IndividuSumber: Olahan Penelitian (2017)

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 106: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

90 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Unsur-unsur pada tingkat individu yang menonjol sebagai faktor kunci sukses BUM Desa adalah pola rekrutmen, keterampilan, motivasi, dan training. Unsur tersebut juga menentukan tingkat perkembangan dan keberlanjutan BUM Desa. Pola rekrutmen yang terbuka disertai seleksi terutama aspek motivasi kerja menjadi salah satu tiang kokohnya BUM Desa. Rekrutmen terbuka juga membuat BUM Desa mempunyai nilai positif di hadapan masyarakat desa yakni meningkatkan kepercayaan bahwa BUM Desa tidak hanya menjadi milik elit desa. Persepsi positif ini merupakan modal sosial agar program BUM Desa didukung oleh masyarakat. Bercermin pada gambar 4.3. tersebut bahwa Desa Bantul juga memerlukan dukungan pada tingkat individu. BUM Desa Panggung Lestari merupakan salah satu BUM Desa dengan pola rekrutmen terbaik. Proses seleksi pengurus diumumkan secara terbuka melalui website resmi dan disebarluaskan melalui pengumuman desa. Sistem ini membuka peluang transparansi dalam pemilihan pengurus untuk mendapatkan yang memiliki kompetensi. Situasi berbeda dialami oleh BUM Desa lain yang mempunyai kendala seperti yang umumnya dialami oleh BUM Desa dengan status rintisan dimana belum memiliki standar gaji atau kurangnya pelamar dengan motivasi sosial yang tinggi. Pengalaman seleksi di Desa Girirejo, dimana tenaga kerja dengan kompetensi memadai cukup banyak namun tidak semua memiliki visi pengabdian yang sama, berdampak pada kemajuan BUM Desa yang terhambat. Pengalaman lain dialami oleh BUM Desa Bantul, Gadingharjo, Murtigading dan Dlingo adalah keterbatasan sumber daya pengelola menyebabkan proses seleksi belum berjalan dengan baik yakni melalui penunjukan langsung dari Kepala Desa atau Direktur BUM Desa. Mereka yang menduduki jabatan dalam kepengurusan BUM Desa adalah mereka yang mempunyai visi misi sama dalam mengembangkan usaha BUM Desa dengan sedikit mengesampingkan aspek kompetensi.

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 107: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

91Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Selain pola rekrutmen, keterampilan dalam mengelola BUM Desa juga sangat menentukan perkembangan BUM Desa. Keterampilan dalam pengelolaan manajemen BUM Desa diartikan sebagai konsep-konsep yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, memetakan sumber daya, sekaligus mengelolanya menjadi usaha yang mampu menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi kesejahteraan bersama secara berkesinambungan. Keterampilan dalam aspek teknis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat konsep rencana pengembangan BUM Desa secara sistematis dan berkesinambungan. Keterampilan juga berkaitan dengan motivasi kerja pengelola untuk peningkatan produktivitas. Motivasi kerja ini bahkan mutlak bagi pengelolaan dan pengembangan unit-unit rintisan BUM Desa. Sebuah rintisan usaha yang belum mapan akan mempunyai banyak tantangan sehingga memerlukan pengelola dengan motivasi kerja yang lebih tinggi. Bila motivasi dapat dikelola dengan baik maka produktivitas pun akan meningkat. Untuk memperoleh pengelola dengan kapasitas individu yang mumpuni juga bisa dilakukan melalui metode training.

Training atau pelatihan bagi pegawai BUM Desa memiliki peran strategis bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan, baik di level pelaksana maupun manajerial. Training yang tepat dan sesuai kebutuhan BUM Desa akan menjadikan individu pegawai mempunyai kompetensi. Pada akhirnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini akan mendukung pengelola dalam melaksanakan pekerjaan.

4.4. Pengembangan Sistem

Pada penelitian ini sistem didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan aturan main dalam BUM Desa. Pembatasan yang dilakukan melalui sejumlah aturan tersebut ditujukan untuk

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 108: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

92 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

mengendalikan perilaku masing-masing sumber daya guna mencapai tujuan bersama. Sistem yang dianggap paling dominan pada pengembangan BUM Desa adalah Peraturan Desa tentang BUM Desa, Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUM Desa dan Studi Kelayakan Usaha. Gambar 4.4. berikut menunjukkan kapasitas pada tingkat sistem, dimana Desa Panggungharjo mempunyai nilai tinggi dan nilai rendah berada pada Desa Bantul.

Gambar 4.4. Kapasitas Tingkat Sistem BUM DesaSumber: Olahan Penelitian (2017)

Unsur Peraturan Desa tentang BUM Desa sangat besar pengaruhnya dalam setiap perkembangan BUM Desa. Perdes memuat semua hal yang mengatur tentang kehidupan organisasi BUM Desa, mulai dari tata cara pendirian, pengurusan, pengelolaan hingga pembubaran BUM Desa. Rumusan sistem yang tertuang dalam bentuk Perdes tersebut merupakan hasil diskusi secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat desa dengan menghadirkan Tim Pembentukan BUM Desa, anggota BPD serta pemuka masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 109: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

93Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Desa dalam forum Musyawarah Desa (MUSDES). Pertemuan tersebut menghasilkan desain struktur organisasi pengurus BUM Desa, penyertaan modal desa, jenis usaha, susunan pengurus, pembagian hasil usaha, dan pembubaran BUM Desa, bahkan jika diperlukan bentuk badan hukum. Untuk lebih memperjelas tugas seluruh pengurus BUM Desa, masyarakat dan para pihak yang berkepentingan menyusun Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUM Desa.

AD/ART menjadi rujukan pengelola dengan berpedoman pada prinsip-prinsip tata kelola BUM Desa. Hal-hal yang diatur dalam AD/ART ini antara lain meliputi nama, kedudukan, dan wilayah; maksud dan tujuan pendirian BUM Desa; bentuk badan hukum; sumber permodalan; unit-unit usaha; organisasi; pengawasan; dan pertanggungjawaban BUM Desa. Dengan adanya kejelasan kewenangan dan tugas para pihak yang terkait ini diharapkan masing-masing dapat menjalankan amanah demi kemajuan desa.

Kepastian sistem pada tingkat desa atas keberlanjutan ekonomi kerakyatan melalui BUM Desa juga mendapatkan dukungan secara nasional. Pemerintah melalui Permendesa No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa memastikan komitmen dan keberpihakannya kepada BUM Desa sebagai pelaku ekonomi desa yang diperhitungkan. Sejumlah daerah memperkuat kebijakan tersebut pada tingkat kabupaten/kota dengan menerbitkan Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati, walaupun tidak ada keharusan. Pemerintah Kabupaten Bantul memilih kebijakan Perbup No. 03 Tahun 2016 Tentang Badan Usaha Milik Desa untuk memberikan dukungan dan menegakkan komitmen terhadap pengembangan ekonomi desa melalui BUM Desa.

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 110: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

94 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Selain kedua kebijakan desa di atas, studi kelayakan usaha (business plan) juga merupakan dokumen yang memegang peranan penting bagi keberlanjutan BUM Desa. Studi kelayakan biasanya disusun setiap kurun periode tertentu untuk kemudian dievaluasi secara rutin. Pada tahap pertama, umumnya dokumen ini dibuat untuk periode 1-3 tahun. Masa tiga tahun pertama dinilai sebagai titik kritis (critical point) pada rintisan pendirian BUM Desa. Studi kelayakan akan membantu pengelola untuk mengerjakan apa saja yang harus dilakukan, produk apa yang harus dihasilkan serta strategi mengurangi risiko. Studi kelayakan juga menjadi penentu arah pengembangan BUM Desa karena memuat keakuratan atas pemetaan potensi dan perhitungan laba rugi sebuah rencana usaha. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja pengelola dalam memaksimalkan potensi usaha yang telah dirintis bersama.

Pada BUM Desa Panggung Lestari dan Dlingo Giritama, analisis kelayakan usaha berupa perhitungan matematis yang kemudian didokumentasikan dan dilampirkan pada Peraturan Desa. Walaupun BUM Desa sudah mempunyai rencana yang matang untuk mengembangkan usaha, tetapi jika belum terkelola dalam dokumen tertulis maka perhitungan keuntungan baik finansial maupun non finansial serta risiko kerugian tidak dapat diramalkan. Pola seperti ini belum terlihat pada BUM Desa lainnya, seperti Wonokromo, Bantul, Gadingharjo, Murtigading dan Girirejo yang baru akan memulai usahanya.

BUM Desa Bantul yang telah berdiri sejak tahun 2013 dengan usaha warung makan untuk melayani katering makan bagi pekerja pabrik konveksi di sekitar, sampai saat ini belum ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kebijakan yang lebih operasional berupa AD/ART BUM Desa juga belum ditetapkan. Dilihat dari perkembangan usaha, juga mengalami

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 111: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

95Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

fase stagnasi. Jika dibandingkan dengan BUM Desa Panggung Lestari, yang baru dibentuk pada tahun 2014 dan didukung melalui Perdes dan AD/ART serta ada analisis kelayakan usaha, perkembangannya jauh berbeda. Bermula dari usaha pertama berupa unit pengolahan sampah, dalam waktu kurang dari empat tahun sudah berkembang menjadi 6 unit usaha yang menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat desa. Ketiadaan sistem ini dapat berdampak pada keberlangsungan usaha yang berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Gambar 4.4. juga menunjukkan bahwa Desa Bantul sangat memerlukan dukungan pada tingkat sistem ini.

Pemetaan sumber daya sebagai unit usaha merupakan salah satu point penting dalam memulai usaha. Potensi sumber daya yang dimiliki desa bukan satu-satunya yang menjamin keberlanjutan BUM Desa. Setiap sumber daya yang ingin dikelola tidak serta merta langsung menjadi usaha yang berkelanjutan. Bahkan cara memetakan sumber daya dan menyikapi dengan model pengelolaan yang berbeda-beda turut berkontribusi pada kuberkelanjutan BUM Desa. Desa Panggungharjo dan Desa Dlingo Giritama memulai unit usaha bukan dari kelebihan sumber daya yang dimiliki desa tersebut. Kedua BUM Desa tersebut justru memulai dengan permasalahan desa menjadi rintisan usaha BUM Desa. Sampah merupakan permasalahan yang ingin di atasi oleh BUM Desa Panggung Lestari dan dijadikan komoditi yang bernilai ekonomi. Sedangkan BUM Desa Dlingo Giritama memulai dengan permasalahan kesenjangan sosial jaringan pemasaran produk yang berkaitan dengan masyarakat banyak, sehingga muncul Unit Usaha Warung Sembako untuk distribusi sembako. Mulai dari unit usaha ini, BUM Desa bekerja sama dengan BULOG agar masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan sembako dengan harga yang terjangkau.

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 112: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

96 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Pemilihan unit usaha sering menjadi kendala untuk memulai usaha BUM Desa. Kedua contoh di atas, Desa Panggungharjo dan Dlingo memulai dengan strategi mengatasi permasalahan dengan strategi ekonomi dan kewirausahaan sosial. Dengan demikian usaha yang dikembangkan menghasilkan dua manfaat sekaligus yaitu mengatasi masalah sosial yang muncul dan menghasilkan keuntungan untuk BUM Desa. Strategi pemilihan jenis usaha yang pertama ini sering menjadi kendala apabila dilakukan secara asal-asalan, tanpa perencanaan yang baik. Salah satu cara memastikan perencanaan yang baik adalah dengan menggunakan analisis kelayakan usaha.

Analisis Pola Pengembangan BUM Desa Kabupaten Bantul

Page 113: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

97Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kesimpulan dan Saran

1

Bab VKesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini diuraikan

mengenai kesimpulan dari pola-pola pengembangan kapasitas yang mempengaruhi keberhasilan Badan Usaha Milik Desa. Hal itu sebagaimana tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan kapasitas pada tujuh BUM Desa sasaran penelitian sebagai penentu keberhasilan serta untuk merumuskan dan mendeskripsikan kapasitas BUM Desa sebagai penentu keberhasilan. Selain itu juga disampaikan mengenai saran yang dapat ditindaklanjuti untuk mengantisipasi munculnya kelemahan-kelemahan dalam pengembangan kapasitas BUM Desa. Kesimpulan tersebut dapat menjadi alat analisis agar BUM Desa berkembang dan berkelanjutan dengan melihat kapasitas yang dimiliki. Dari analisis tersebut terlihat faktor yang dapat mendorong BUM Desa untuk terus berkembang dan berkelanjutan.

BUM Desa yang berhasil selain dapat dilihat dari faktor pendapatan/keuntungan juga dapat dilihat dari faktor manfaat sosial.

Page 114: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

98 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

BUM Desa Panggungharjo dapat menjalankan amanah perundang-undangan selain menjalankan misi bisnis juga menjalankan misi sosial. BUM Desa Panggungharjo pada tahun 2017 membukukan pendapatan 1,49 milyar rupiah dan keuntungan bersih Rp. 129.405.359. Adapun misi sosial BUM Desa adalah penyerapan tenaga kerja dengan memperkerjakan anak jalanan dan pemulung terutama pada unit usaha KUPAS. Selain itu hasil usaha sampah juga disisihkan untuk Badan Pelaksana Jaring Pengaman Sosial Desa Panggungharjo.

5.1. Kesimpulan

Kapasitas BUM Desa sebagai penentu keberhasilan dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan kapasitas yaitu tingkat individu, tingkat kelembagaan, dan tingkat sistem. Melalui analisis temuan pada ketiga tingkatan kapasitas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketiga tingkatan kapasitas BUM Desa saling berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain dan bersifat saling mempengaruhi. BUM Desa Panggung Lestari merupakan BUM Desa yang memiliki kelengkapan aspek-aspek kapasitas dan menunjukkan keberhasilan dari sisi usaha maupun manfaat bagi masyarakat. Pada BUM Desa Panggung Lestari Desa Panggungharjo, semua tingkatan kapasitas terpenuhi secara optimal. Sebaliknya, BUM Desa Bantul berada pada pencapaian yang paling rendah pada ketiga tingkatan kapasitas sekaligus, walaupun dari sisi usia lebih dahulu berdiri dan beroperasi. Pada masing-masing tingkatan juga terdapat faktor yang dominan mempengaruhi keberhasilan BUM Desa.

Pada kasus yang lain kepemimpinan sebagai aspek dalam dimensi kelembagaan membutuhkan faktor komunikasi yang harmonis.

Kesimpulan dan Saran

Page 115: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

99Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Komunikasi juga erat ditunjang dengan sistem insentif (aspek pada tingkat individu) sehingga membentuk budaya kerja yang produktif. Budaya kerja yang produktif dilembagakan dengan prosedur yang standar (dalam bentuk SOP) sebagai jalan untuk menjaga keberlangsungan BUM Desa.

2. Pada tingkat kelembagaan, faktor yang paling menonjol dalam mempengaruhi keberhasilan BUM Desa adalah unsur kepemimpinan dan komunikasi terutama dari kepala desa. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan para anggota untuk mencapai tujuan bersama. Kepala desa sangat berperan dalam perkembangan dan keberlangsungan BUM Desa. Hal ini karena secara birokrasi kepala desa yang mempunyai kekuatan untuk mengesahkan BUM Desa dan secara personal sebagai inspirator BUM Desa. Bercermin dari pengalaman sukses BUM Desa Panggung Lestari, kepala desa memegang peran sebagai inisiator dari berbagai kegiatan usaha BUM Desa. Urgensi kepemimpinan kepala desa juga ditunjukkan oleh BUM Desa Dlingo Giritama yang mampu menunjukkan keberhasilan dalam waktu singkat. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai motor yang mampu menggerakkan jiwa kewirausahaan dari setiap potensi sumber daya yang ada yang didukung sepenuhnya oleh manajer BUM Desa untuk menjalankan ide dan usaha.

Faktor yang tidak terpisahkan dengan kepemimpinan adalah komunikasi yang harmonis antara kepala desa, manajer BUM Desa, dan pegawai; maupun komunikasi antara pengurus/pengelola BUM Desa dengan masyarakat karena masyarakat sebagai pemilik dan pengguna. Persepsi negatif dari masyarakat kepada BUM Desa Dlingo Giritama berhasil diselesaikan dengan komunikasi yang efektif.

Kesimpulan dan Saran

Page 116: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

100 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kelemahan jiwa kepemimpinan akan berpengaruh secara langsung kepada BUM Desa, seperti ditunjukkan BUM Desa Bantul yang walau memiliki banyak potensi dan dukungan modal serta sumber daya, namun terkendala oleh komunikasi antar kepala desa dengan BPD yang menyebabkan tidak ditetapkannya Perdes tentang BUM Desa. Kelemahan pada faktor ini bisa disiasati dengan model pembelajaran bersama seperti yang dikembangkan BUM Desa Dlingo Giritama bersama desa-desa sekitar dalam mengembangkan desanya. Melalui sharing pengalaman dengan desa-desa lain di sekitar dapat efektif membantu BUM Desa lain untuk maju bersama BUM Desa yang telah unggul terlebih dahulu.

3. Pada tingkat individu, faktor yang paling menonjol dalam mempengaruhi keberhasilan BUM Desa adalah pola rekrutmen, training pegawai dan motivasi pegawai. Pola rekrutmen yang terbuka disertai seleksi terutama aspek motivasi kerja merupakan faktor strategis bagi perkembangan dan keberlanjutan BUM Desa. Rekrutmen terbuka juga membuat BUM Desa mempunyai nilai positif di hadapan masyarakat desa yakni meningkatkan kepercayaan bahwa BUM Desa tidak hanya menjadi milik elit desa. BUM Desa Panggung Lestari merupakan salah satu BUM Desa dengan pola rekrutmen terbaik. Sistem ini juga membuka peluang mendapatkan pengelola yang memiliki kompetensi. Pada BUM Desa lain yang mempunyai kendala, terutama pada BUM Desa dengan status rintisan yang belum memiliki standar gaji, kendala dapat disiasati dengan penunjukan langsung dari kepala desa atau Direktur BUM Desa namun dengan menekankan pada sumber daya yang mempunyai visi misi sama dalam mengembangkan usaha BUM Desa dengan sedikit mengesampingkan aspek kompetensi.

Kesimpulan dan Saran

Page 117: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

101Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Kompetensi dalam konteks ini dapat disejajarkan dengan keterampilan dalam pengelolaan manajemen BUM Desa yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, memetakan sumber daya, sekaligus mengelolanya menjadi usaha yang mampu menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi kesejahteraan bersama secara berkesinambungan. Untuk memperoleh pengelola dengan kapasitas individu yang mumpuni juga bisa dilakukan melalui metode training yang sesuai dengan kebutuhan BUM Desa.

4. Pada tingkat sistem, faktor yang paling menonjol dalam mempengaruhi keberhasilan BUM Desa adalah Perdes dan Analisis Kelayakan Usaha. Sistem yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aturan main dalam rangka mengendalikan perilaku masing-masing sumber daya guna mencapai tujuan bersama. Peraturan Desa tentang BUM Desa sangat besar pengaruhnya karena memuat semua hal yang mengatur tentang kehidupan organisasi BUM Desa dan dirumuskan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat desa dalam forum Musyawarah Desa (MUSDES).

Sementara analisis kelayakan usaha merupakan dokumen yang

akan membantu pengelola untuk mengerjakan apa saja yang harus dilakukan, produk apa yang harus dihasilkan serta strategi mengurangi risiko. Studi kelayakan juga menjadi penentu arah pengembangan BUM Desa karena memuat keakuratan atas pemetaan potensi dan perhitungan laba rugi usaha. Dokumen ini juga sebagai tolak ukur kinerja pengelola BUM Desa. Studi kelayakan usaha juga menjadi jawaban atas kendala kesulitan dalam pemilihan unit usaha.

Kesimpulan dan Saran

Page 118: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

102 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Model analisis usaha yang cenderung membimbing BUM Desa menuju keberhasilan adalah berbasiskan penyelesaian permasalahan dengan strategi ekonomi dan kewirausahaan sosial, sebagaimana ditunjukkan oleh Desa Panggungharjo dan Desa Dlingo. Dengan demikian usaha yang dikembangkan menghasilkan dua manfaat sekaligus yaitu mengatasi masalah sosial yang muncul dan menghasilkan keuntungan untuk BUM Desa. Poin terpenting adalah penentuan usaha BUM Desa yang pertama tersebut tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.

5.2. Saran

BUM Desa yang dibentuk oleh Pemerintah Desa bersama masyarakat harus mampu mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, potensi sumber daya alam, serta sumber daya manusia. Tujuan akhir BUM Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BUM Desa tidak hanya dibentuk tetapi juga harus berkembang dan berlanjut sebagai modal finansial yang mendukung sendi ekonomi desa untuk menyejahterakan masyarakat. Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan terkait pengembangan kapasitas yang mempengaruhi keberhasilan Badan Usaha Milik Desa, disampaikan beberapa saran yang dapat dilakukan termasuk untuk pengembangan penelitian berikutnya, antara lain:

1. BUM Desa perlu mengkaji capaian pemenuhan atas indikator kapasitas baik pada tingkat kelembagaan, individu, maupun sistem. Pengkajian ini penting untuk melengkapi syarat kecukupan BUM Desa agar mampu berkembang dan berkelanjutan. Tidak berhenti pada pengkajian indikator kapasitas BUM Desa, namun juga perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan yang memungkinkan peningkatan

Kesimpulan dan Saran

Page 119: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

103Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

kualitas faktor-faktor dominan perkembangan BUM Desa. Kebutuhan pemenuhan peningkatan kapasitas seperti pelatihan maupun metode lain seperti kaji banding, hendaknya berbasiskan pada peta kapasitas setiap BUM Desa agar upaya yang dilakukan tepat sasaran dan efektif.

Pola rekrutmen pegawai BUM DESA secara terbuka perlu dilakukan untuk transparansi serta pengembangan modal sosial bagi Pemerintah Desa dan BUM Desa dalam menggerakkan usaha. Pemerintah Desa bersama masyarakat, sebaiknya memasukkan program pengembangan BUM Desa dalam RPJM Desa dan melengkapi dengan penguatan kapasitas terutama pada tahap perintisan. Pembentukan BUM Desa dan penguatan kapasitas tersebut harus mendapatkan kepastian dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) dan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

2. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat terutama Kementerian yang terkait (Kemendesa, PDT dan Transmigrasi) dalam fasilitasi pembentukan dan pengembangan BUM DESA hendaknya tetap melibatkan kepala desa secara langsung karena kepala desa memiliki peran kepemimpinan pada BUM Desa yang tidak tergantikan. Dalam menjalankan fungsi sebagai pembimbing dan pengawasan terhadap BUM Desa, aspek-aspek pengembangan kapasitas sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, hendaknya diacu dalam pembuatan program. Indikator tersebut juga dapat difungsikan sebagai instrumen assessment untuk mengelompokkan tingkat perkembangan BUM Desa. Dengan pengelompokan yang tepat maka fasilitasi dalam pembinaan dan pengawasan juga akan lebih tepat sesuai dengan pendelompokan

Kesimpulan dan Saran

Page 120: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

104 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

kapasitas; maka fasilitasi, pembinaan dan pengawasan kepada BUM Desa tidak menerapkan strategi generalisasi yang seragam melainkan secara asimetris/tidak seragam sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan BUM Desa.

3. Dalam pendampingan kepada BUM Desa, terutama yang dilakukan oleh pendamping desa baik oleh pendamping profesional terutama melalui Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), hendaknya juga melakukan pemetaan kapasitas BUM Desa. Pendampingan BUM Desa sebaiknya juga menjawab kebutuhan pemenuhan kecukupan kapasitas terlebih dahulu, sebelum pendampingan pada aspek pengembangan usaha secara spesifik. Rekomendasi ini juga ditujukan kepada Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Donor, maupun konsultan yang memiliki cakupan kerja pada pendampingan BUM Desa.

4. Rekomendasi tema penelitian selanjutnya berkaitan dengan studi ini adalah kapasitas (karakteristik kapasitas) pada BUM Desa yang sudah dikelompokkan menurut tingkat perkembangan usaha dan kelembagaan. Tema ini penting untuk menyusun instrumen pembinaan dan pengawasan terutama bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Pengelompokan/klasifikasi bagi kepentingan kementerian dibutuhkan untuk pemetaan tingkat perkembangan BUM Desa dan penyusunan strategi umum pembinaan dan pengawasan termasuk pembuatan kebijakan tentang BUM Desa. Sementara bagi pemerintah kabupaten/kota, instrumen tersebut dapat digunakan untuk memantau perkembangan BUM Desa, pemberdayaan, termasuk juga untuk mengantisipasi potensi pemanfaatan kelembagaan ekonomi BUM Desa sebagai peluang penyimpangan keuangan dan aset desa.

Kesimpulan dan Saran

Page 121: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

105Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

DAFTAR PUSTAKA

Agunggunanto, E. Y., Arianti, F., Kushartono, E. W., & Darwanto. (2016). Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 13(1), 67-81.

Anggraeni, M. R. (2016). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) pada Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Studi pada BUMDES di Gunung Kidul Yogyakarta. MODUS, 28(2), 155-167.

Bappenas, U. (2010). Peningkatan Kinerja Pembangunan Daerah. Jakarta: UNDP Indonesia.

Coristya Berlian Ramadana, H. R. (2013). Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik, 1068-1076.

Danarti. (2015). Kajian Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi.

Dewi, A. S. (2014). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) Serta Menumbuhkan Perekonomian Desa. Journal of Rural and Development, 5(1), 1-13.

Djatmiko, Y. H. (2004). Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Daftar Pustaka

Page 122: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

106 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Pustaka

Grindle, M. S. (1997). Getting Good Government : Capacity Building in The Public Sectors of Developing Countries. Cambridge: Harvard University Press.

Handayani, I. S. (2013). Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan, Semarang.

Hartik, A. (2017). Pemerintah Pusat Bentuk BUMN sebagai “Holding” BUMDes. Dipetik April 3, 2017, dari Seminar di Universitas Brawijaya Malang: http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/140000126/pemerintah.pusat.bentuk.bumn.sebagai.holding.bumdes

Imbarududin, A. (2005). Institutional Capacity : An Analytical Framework. Jurnal Adminitrasi Publik.

Jonnius. (2014). Analisis Kinerja Karyawan BUMDes di Kabupaten Kampar. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 17(1), 84-103.

Krefting, L. (1991, Maret). Rigor in Qualitative Research: The Assessment of Trustworthiness. The American Journal of Occupational Therapy, 45(3), 214-222. Diambil kembali dari http://ajot.aota.org/pdfaccess.ashx?url=/data/journals/ajot/930283

Kurniawan, A. E. (2015). Peranan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1-33.

Page 123: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

107Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Pustaka

Laksmi, Gani, F., & Budiantoro. (2015). Manajemen Perkantoran Modern. Depok: Rajawali Pers.

Mafiroh, Y. (2014). Hubungan Karakter Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI Jakarta. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Bogor.

Milen, A. (2017, Oktober 12). What do We Know About Capacity Building? An Overview of Existing Knowledge and Good Practice. Diambil kembali dari http://www.unescobkk.org/fileadmin/user_upload/aims/capacity_building.pdf

Neuman, W. L. (2013). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches (7th Revised Edition). Harlow: Pearson Education Limited.

Polidiano, C. (1999). The New Public Management in Developing Countries. IDPM Public Policy and Management Working Paper no. 13 November 1999, University of Manchester, Institute for Development Policy and Management, Manchester. Dipetik April 12, 2017, dari http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/APCITY/UNPAN014322.pdf

Pradana, A. M. (2017). Hubungan Karakteristik Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Usaha Petani Paprika di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Institut Pertanian Bogor, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Bogor.

Page 124: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

108 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Daftar Pustaka

Ramadana, C. B., Ribawanto, H., & Suwondo. (2013). Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1068-1076.

Rofik, A. (2017). Pengembangan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bersama Bumi Dewandaro Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Tesis, Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Depok.

Tama, D. O. (2013). Dampak Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bagi Kesejahteraan Masyarkat di Desa Karangrejek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Yogyakarta. Diambil kembali dari http://eprints.uny.ac.id/21714/9/9.RINGKASAN.pdf

Utomo, T. W. (2004). Decentralization and Capacity Buiding in Indonesian Local Administration: a Long Journey for Discovering a Model of “Democratic Developmental Regime” (Case Study of Bandung City Government). Tesis, Graduate School of International Development (GSID) Nagoya University, Department of International Cooperation (DICOS), Nagoya.

Page 125: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

109Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa

Page 126: Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa · Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa 1 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendirian Badan Usaha

110 Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk Keberhasilan BUM Desa