Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa...

16
Halaman | 1 Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping Kawasan Perdesaan Tahun 2019 Periode Februari s.d September 2019 PERKEMBANGAN CAPAIAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN KAWASAN PER SEPTEMBER 2019 3.1. Posisi Penempatan Pendamping Kawasan Sampai September 2019 semua pendamping, baik Pendamping Teknis maupun Pendamping Manajemen, sudah lengkap dan aktif kembali di 75 kabupaten sasaran. 3.2. Penetapan Lokasi Kawasan, TKPKP Kabupaten, BKAD dan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Dokumen Penetapan Lokasi Kawasan, Dokumen TKPKP Kabupaten, Dokumen TKPKP Kecamatan/Kawasan, dokumen kelembagaan BKAD Kawasan dan Dokumen RPKP merupakan dokumen dasar persyaratan dilaksanakannya PKP yang dikuatkan melalui SK Bupati atau Perbub, dan Permakades (Peraturan Bersama Kepala Desa). Gambaran capaian ketersediaan dokumen-dokumen dasar tersebut per September 2019 dapat digambarkan sebagai berikut: Capaian Ketersediaan SK Lokasi, SK TKPKP Kabupaten, Dokumen RPKP, dan Pendirian BKAD (Per September 2019) Catatan: Diolah dari DIK September 2019 untuk 75 kawasan prioritas Melihat bagan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan ketersediaan dokumen-dokumen tersebut telah mencapai lebih dari 90%. Posisi pada bulan September 2019 tidak berbeda dengan posisi pada Agustus 2019. SK

Transcript of Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa...

Page 1: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 1

Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping

Kawasan Perdesaan Tahun 2019

Periode Februari s.d September 2019

PERKEMBANGAN CAPAIAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN KAWASAN PER SEPTEMBER 2019

3.1. Posisi Penempatan Pendamping Kawasan

Sampai September 2019 semua pendamping, baik Pendamping Teknis maupun

Pendamping Manajemen, sudah lengkap dan aktif kembali di 75 kabupaten

sasaran.

3.2. Penetapan Lokasi Kawasan, TKPKP Kabupaten, BKAD dan Rencana

Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP)

Dokumen Penetapan Lokasi Kawasan, Dokumen TKPKP Kabupaten, Dokumen

TKPKP Kecamatan/Kawasan, dokumen kelembagaan BKAD Kawasan dan

Dokumen RPKP merupakan dokumen dasar persyaratan dilaksanakannya PKP

yang dikuatkan melalui SK Bupati atau Perbub, dan Permakades (Peraturan

Bersama Kepala Desa). Gambaran capaian ketersediaan dokumen-dokumen

dasar tersebut per September 2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

Capaian Ketersediaan SK Lokasi, SK TKPKP Kabupaten,

Dokumen RPKP, dan Pendirian BKAD

(Per September 2019)

Catatan: Diolah dari DIK September 2019 untuk 75 kawasan prioritas

Melihat bagan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

ketersediaan dokumen-dokumen tersebut telah mencapai lebih dari 90%. Posisi

pada bulan September 2019 tidak berbeda dengan posisi pada Agustus 2019. SK

Page 2: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 2

Lokasi dan Lembaga BKAD, sudah 100% tersedia di 75 lokasi kawasan prioritas.

Lembaga TKPKP sudah 75 lembaga (100%) terbentuk di 75 kabupaten.

Sementara untuk Dokumen RPKP baru tersusun untuk 55 kawasan (75,33%) di 75

Kabupaten.

3.3. Pendirian dan Perkembangan BUM Desa Bersama

BUM Desa Bersama (Badan Usaha Milik Desa Bersama), adalah lembaga yang

didirikan oleh BKAD Kawasan dengan tujuan untuk menggerakkan ekonomi pada

level kawasan. Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati

antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan BUM Desa

Bersama, termasuk kesepakatan besarnya Modal Penyertaan untuk BUM Desa

Bersama dari setiap desa yang bergabung dalam PKP di kawasan tertentu.

BUM Desa Bersama dalam konteks Pembangunan Kawasan Perdesaan memiliki

beberapa urgensi, antara lain1: (1) Pengorganisasian pelaku ekonomi Desa

(petani, nelayan, peternak, perajin dan lain-lain) yang memiliki kesamaan

kepentingan dan tujuan. Organisasi ini menjadi tempat untuk pembelajaran,

konsolidasi kepentingan dan tujuan, institusi bisnis, kerjasama ekonomi dan yang

lainnya; (2) Pengorganisasian kolaborasi antar-Desa yang memiliki potensi,

kepentingan dan tujuan yang sama, termasuk untuk membentuk BUM Desa

Bersama dalam bentuk bisnis holding. Pengorganisasian kolaborasi antara Desa,

BUM Desa Bersama, dengan asosiasi pelaku ekonomi Desa; dan (3)

Pengembangan kapasitas terhadap kelompok-kelompok yang sudah ada di desa

yang ditingkatkan pengorganisasiannya menjadi asosiasi/organisasi kolobarasi

yang lebih diorganisir.

3.3.1. Pendirian BUM Desa Bersama

Dalam hal pendirian BUM Desa Bersama, posisi pada September 2019 lebih baik

dibanding posisi Juli dan Agustus 2019. Pada Juli dan Agustus 2019 jumlah BUM

Desa Bersama yang sudah berdiri sebanyak 73 (97,33%) BUM Desa Bersama,

namun pada September 2019 telah mencapai 100%.

1 Lihat Pedoman Teknis Tata Cara Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa

Bersama (Johosua M. Yoltuwu, Dirjen PKP)

Page 3: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 3

Capaian Pendirian BUM Desa Bersama Per September 2019

Sumber: Data Informasi Kawasan per September 2019

3.3.2. Perkembangan Modal Penyertaan BUM Desa Bersama per September

2019

Modal Penyertaan BUM Desa Bersama adalah besaran dana yang merupakan

hasil kesepakatan antar Pemerintah Desa yang tergabung dalam pembangunan

kawasan, yang merupakan hasil MAD pendirian BKAD Kawasan dan MAD

pendirian BUM Desa Bersama. Hasil kesepakatan pendirian BUM Desa Bersama

dikuatkan dengan Permakades Pendirian BUM Desa Bersama, dan besaran Modal

Penyertaan itu diatur di dalam APBDes desa masing-masing melalui Perdes.

Perkembangan Modal Penyertaan BUM Desa Bersama per September 2019

Sumber: Diolah dari DIK dan laporan bulanan pendamping per Agustus 2019

Besaran Modal Penyertaan yang akan disetorkan oleh setiap desa kepada BUM

Desa Bersama, bisa berbeda-beda setiap tahun anggaran tergantung pada hasil

musyawarah BKAD. Selama tahun 2018 total kesepakatan Modal Penyertaan

mencapai Rp. 13.915.500.000,-, dan realisasinya mencapai Rp. 7.172.500.000,-

Page 4: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 4

(sekitar 51,32%). Sementara itu di tahun 2019, sampai September diketahui

bahwa Modal Penyertaan yang sudah disepakati baru mencapai Rp.

3.530.000.000,-. Ini berarti masih banyak BUM Desa Bersama yang belum

menghasilkan kesepakatan mengenai Modal Penyertaan di tahun 2019. Realisasi

Modal Penyertaan ini sampai September masih sama dengan pada Agustus 2019,

yakni mencapai Rp. 1.118.000.000,- (sekitar 31,67%). Dengan demikian berarti

bahwa di BKAD yang sudah menyepakati Modal Penyertaan sampai September

2019, masih banyak yang belum menyetor pelunasan Modal Penyertaan untuk

BUM Desa Bersama.

3.3.3. Perkembangan Kegiatan Usaha BUM Desa Bersama

Pada awal tahun 2019 ini, kegiatan usaha atau kegiatan bisnis BUM Desa

Bersama mulai nampak dan dapat dikatakan mulai melangkah pada daur yang

disebut bisnis. Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi di akhir tahun 2018, yang

rata-rata baru mencapai tahap pendirian dan atau menggali usaha apa yang

dapat dijalankan. Banyak jenis usaha yang sudah dijalankan atau

diimplementasikan. Begitu pula mulai cukup banyak para BUM Desa Bersama

yang mengikuti pameran-pameran dengan mendirikan pos BUM Desa Bersama

dengan produk-produk khas yang dimiliki.

Meskipun belum semua, namun sebagian besar telah mencapai tatakelola

kelembagaan BUM Desa Bersama yang lebih baik misalnya memiliki pertemuan

rutin, memiliki struktur organisasi yang relatif lengkap, telah memulai usaha

bahkan ada yang telah mencapai pendapatan laba, serta sudah melangkah

melakukan kerjasama dengan Pihak Ke-3.

Beberapa contoh dari BUM Desa Bersama yang sudah memiliki usaha tersebut

misalnya: Pengolahan/pembuatan pupuk organik di Kawasan Pertanian Padi

Organik di lereng G. Lawu Kabupaten Karanganyar; Budidaya, pengolahan, dan

pemasaran kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) di kawasan pengembangan kopi

Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada; Beberapa kegiatan terkait wisata desa di

kawasan Kecamatan Gedangsari dan Saptosari Kabupaten Gunungkidul yang

dikelola Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata); Produk Olahan rumput laut menjadi

kripik, sirup dan amplang di Kawasan Mallusetasi Kabupaten Bone yang

dikembangkan oleh UBK Mappideceng; Pengolahan kopi dan pemasaran kopi di

BUM Desa Bersama di Kab. Temanggung; BUM Desa Bersama Wilis Sejahtera di

Kab. Banyuwangi dengan produk-produk olahan dari susu sapi dan sekaligus

pengembangan peternakan sapi; dan lain-lain.

3.3.4. Perkembangan Kerjasama Dengan Pihak Ke-3

Kerjasama dengan Pihak Ke-3 merupakan tahap lanjut dari kegiatan BUM Desa

Bersama. Secara logika alur penguatan dan pemberdayaan, kerjasama dengan

Page 5: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 5

Pihak Ke-3 bisa dilakukan setelah sebuah lembaga (dalam hal ini BUM Desa

Bersama), sudah tumbuh dan relatif kuat secara kelembagaan. Hal ini disebabkan

karena pada BUM Desa Bersama yang sudah relatif kuat secara kelembagaan

semestinya sudah mampu menghitung dan merancang “prospek bisnis/usaha”,

cash-flow rugi-laba, memiliki rancangan strategi lain jika kerjama dengan Pihak

Ke-3 gagal berjalan atau berhenti di tengah jalan, dll.

Pada tahap implementasinya tentu saja kerjasama dengan Pihak Ke-3

mensyaratkan penyusunan “Profil BUM Desa Bersama” dan “proposal kegiatan”

yang harus disusun dan diajukan ke Pihak Ke-3. Dengan adanya implementasi

(action) kerja sama dengan Pihak Ke-3, maka sesungguhnya BUM Desa Bersama

tersebut memiliki komoditi atau jasa yang sudah dirumuskan untuk

dikerjasamakan. Tingkat kelembagaan seperti ini tentu mensyaratkan adanya

pertemuan-pertemuan untuk pembahasan kegiatan serta memiliki pengurus

yang relatif aktif. Berkaitan dengan tadi, masih sangat sedikit BUM Desa Bersama

yang sudah memiliki kerja sama bisnis dengan Pihak Ke-3 dan sudah

beroperasi/berjalan.

Data ringkas mengenai 18 BUM Desa Bersama yang sudah melaksanakan

penjajakan dan implementasi kerjasama tersebut sebagai berikut:

Data Ringkas BUM Desa BersamaYang Sudah Melakukan Penjajagan

dan atau Melaksanakan Kerjasama Dengan Pihak Ke-3 (per September 2019)

No Kabupaten Kawasan BUM DESA BERSAMA

Pihak Ke-3 Perkembangan

Terakhir 1 Lampung

Timur (KPPN, 2017)

Kawasan Perdesaan Agro Minapolitan Sukakarya, Kec. Pesisir Sakti dan Labuhan Maringgai

BUM DESA BERSAMA Cipta

Bersama Komoditas:

bandeng presto, udang, otak-otak,

ikan asap, ikan asin

PO. Ababil Bus, PT Pupuk Gresik, PT Wirawan, Oxzi Air Minum, Bank BRI, PT. Nasa, Mitra Tani, UD Wiwik, PT. Java Comfeed

Rumah Pajang berjalan baik

Penyalur akses perbankkan BRI berjalan

Lainnya belum ada laporan

2 Tulang Bawang (KPPN, 2017)

Agropolitan Kec. Rawa Pitu

BUMAKAM Bersama

PT. Aji Pitu Sukses Bersama.

Komoditas: beras kemasan

Bulog dan BNI 46

Penyalur akse perbankan BNI’46 berjalan

Distribusi padi melalui Bulog berjalan

Lainnya belum ada laporan ditail

3 Karanganyar (Non KPPN, 2017)

Beras Organik Lereng G. Lawu

BUM DESA BERSAMA Lawu

Sejahtera Komoditas: beras

organik

Agriwira Mandiri Sejahtera, dan Universitas Sebelas Maret

Pemasaran dengan PT. Agriwira Mandiri Sejahtera berjalan, sudah mencapai 5 Ton

4 Kendal (Non KPPN, 2018)

Kawasan Perdesaan Plasma Petik Sari Ke. Sukorejo dan

BUMDES Bersama Plasma Petik Sari Komoditas: Jambu

merah

PT. Fruit Ing Indonesia

Sudah berjalan, tetapi terhenti karena perusahaan belum membayar kuajibannya

Page 6: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 6

No Kabupaten Kawasan BUM DESA BERSAMA

Pihak Ke-3 Perkembangan

Terakhir Patean

5 Garut (Non KPPN, 2016)

Kawasan Perdesaan Agrowisata Barudua Kec. Malangbong

BUM DESA BERSAMA Panca

Karya Jaya: Komoditas: Strawbery

PT. Sarinah Indonesi; dan PT. Fruit.Ing; LPPM ITB; Teknik Arsitektur UNPAR; PUPUK; Yayasan Bambu Selaawi

Tokai Japan University didukung JICA untuk kajian varietas baru (berjalan)

Perkembangan Pihak Ke-3 lainnya tidak ada laporan

6 Barito Kuala (KPPN, 2017)

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

BUM DESA BERSAMA Anjir

Pasar.

Bulog Divre Kalimantan Selatan

Perkembangan Pihak Ke-3 belum ada laporan

7 Kutai Kertanegara (Non KPPN, 2017)

Kawasan Agromina Pastoral Kec. Tenggarong Sebrang

BUMDES Bersama Astha Desa Sejahtera

PT. Megah Utama Mandiri; dan PT. Kitahdin

Terlaksana bantuan Taman Teknologi Pertanian (TTP) dari PT. Tambang Kitahdin

8 Pinrang (KPPN, 2017)

Kawasan Perdesaan MINAPOLITAN Luwita

BUMDES Bersama Luwita Bahari

NSLIC/RIF dalam hal pengembang-an kapasitas bididaya dan pengolahan ikan

Bersama RIF-Canada sudah ada pelatihan kapasitas pengolahan ikan

9 Bone (Non KPPN, 2016)

Kawasan Perdesaan "Mallusetasi" Pengembangan Rumput Laut & Kepiting Bakau Kec. Cenrana dan Tellu Siattingnge

BUM DESA BERSAMA

Mallusetasi Komoditas: pengolahan rumput laut

Bulog Dirve SULSELBAR melalui RPK dan Bank BRI dengan agen BRI Link

Dgn BRI Link belum berjalan

Dengan Bulog belum berjalan

10 Mamuju Tengah (KPPN, 2017)

Wisata Terpadu Kambunong Kec. Topoyo dan Karossa

BUM DESA BERSAMA Daun

Kambunong Bidang Ekowisata

Desa

PT. Global dan BNI, PT. Triniti Palmas Plantation

Belum ada laporan kerja sama dengan Pihak Ke-3 sudah beroperasi

11 Sigi (Non KPPN, 2017)

Kawasan Agrowisata Sigi Maya Kec. Sigi Biromaru

BUM DESA BERSAMA Magaya

Pura

PERUM BULOG Provinsi dan BNI

Belum ada laporan kerja sama dengan Pihak Ke-3 sudah beroperasi

12 Minahasa Utara (Non KPPN, 2018)

Kawasan Perdesaan Agrowista Kec. Likupang Selatan

BUM DESA BERSAMA Kinaleosan

Rumah Kreatif PT. Telkom Indonesia; Unsrat Menado

Unsrat Menado, pelatihan produk turunan buah pisang

Poltekes menado pelatihan pengo-lahan dan peman-faatan serat buah

Rumah Kreatif PT Telkom pelatihan UMKM

13 Lombok Tengah (KPPN, 2017)

Kawasan Ekowi-sata Kec. Batu-kliang Utara dan Kopang

BUM DESA BERSAMA

Lumbung Rinjani Bidang: Ekowisata

PT HQ Corpora Putra

Belum ada laporan kerja sama dengan Pihak Ke-3 sudah beroperasi

Page 7: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 7

No Kabupaten Kawasan BUM DESA BERSAMA

Pihak Ke-3 Perkembangan

Terakhir 14 Maluku

Tengah (KPPN. 2016)

Kawasan KPPN, Kawasan Tanaman Pangan

Bumnegma Bina Usaha

Komoditas: Padi, Jagung

Koperasi Pertanian, BRI, PT. Estika Tata Tiara (kopi), Yayasan Artha Ghraha Peduli, PT. HQ Corpora (kelapa), PT, Aruna Jaya Nusantara (produk ikan), PT Nusantara Cofee.

Belum ada laporan kerja sama secara ditail dengan Pihak Ke-3 sudah beroperasi

Kawasan Pariwi-sata Pulau Tujuh Yang Terintegrasi

Bumnegma PALAGA.

Bidang pariwisata

NSLIC/RIF Sudah berjalan pelatihan kapasitas untuk Podarwis

15 Malang (Non KPPN, 2017)

Agropolitan dan Wisata Terpadu Lingkar Bendungan

BUM Desa Bersama Kusuma

Sejahtera dan BUM Desa Bersama

Ngantang Bersinar

BNI, Bulog, PT. Asal Jaya, Yayasan Artha Ghraha. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT. Rajafarm

BNI sudah berjalan sebagai agent, yang lain taraf penjajagan

16 Poso (KPPN, 2017)

Kawasan agropolitan Lembamasale

BUM Desa Bersama

Lembamasale usaha pariwisata

lokal

CSR PT. Poso Energy

Sudah terlaksana kerjasama dan bantuan dari CSR

17 Banyuwangi Kawasan agrowisata Gunung Ijen

BUM Desa Bersama Wilis

Sejahtera

PT Pos Sebagai agent

18 Trenggalek Kawasan agroindustri

BUM Desa Bersama

PT Krambil Ijo PT Nusa Berdaya

Sdh terlaksana kerjasama dalam produksi Cocofeat

3.4. Review Umum Fase Perkembangan Program PKP Per September

2019

Review umum perkembangan Program PKP ini melihat perkembangan Fase

Program PKP sebagai hasil pendampingan sampai September 2019. Fase

Program PKP dalam buku Panduan Umum Pendamping Pembangunan Kawasan

Perdesaan (Ditjen PKP, Februari 2018), terbagi atas 3 (tiga) fase, yaitu : Fase

Persiapan, Fase Penetapan dan Perencanaan, serta Fase Pengembangan. Setiap

fase memiliki gambaran karakteristik capaian pendampingan maupun capaian

program yang berbeda yang dapat digambarkan pada tabel berikut.

Perkembangan Fase Kegiatan Pembangunn PKP

Page 8: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 8

Fokus Prioritas

Thn 1

Fokus Prioritas

Thn 2 Fokus Prioritas Thn 3 Fokus Prioritas Thn 4 Fokus Prioritas Thn 5

1. Koordinasi dan

sosialisasi PKP

ke berbagai pihak

di level kawasan

dan OPD

kabupaten

2. Identifikasi dan

pemetaan profil

kawasan

3. Fasilitasi

terbentuknya

BKAD

4. Fasilitasi

terbentuknya

BUM DESA

BERSAMA

1. Fasilitasi

Penetapan

Lokasi

Kawasan secara

legal

2. Fasilitasi

penetapan

TKPKP secara

legal

3. Fasilitasi proses

usulan kegiatan

kawasan dan

MAD usulan

kegiatan

kawasan

4. Fasilitasi

perancangan

RPKP

5. Penetapan

RPKP secara

legal

6. Sosialisasi/desi

minasi RPKP di

level kawasan

dan OPD

kabupaten

1. Review dan

perbaikan dok RPKP

2. Advokasi kebijakan/

regulasi lain di ting-

kat daerah yg akomo-

datif untuk PKP

3. Akselerasi

peningkatan kapasitas

dan berjalannya

BKAD, TKPKP, dan

BUM DESA

BERSAMA

4. Terealisasi Modal

Penyertaan untuk

BUM DESA

BERSAMA

5. BUM DESA

BERSAMA memiliki

paling tidak 1 jenis

usaha yang berjalan

6. Membuka peluang

kerja sama dgn pihak

ke-3 lainnya dlm

pembangunan

kawasan

7. Akselerasi pening-

katan kerjasama

dengan pihak ke-3

yang sudah terlaksana

1. Advokasi dan

penguatan kebijakan

daerah yang

mendukung PKP;

2. Akselesari

peningkatan kapasitas

dan peran BKAD,

TKPKP, dan BUM

DESA BERSAMA

3. Membuka peluang

kerjasama dgn pihak

ke-3 lainnya dlm

pembangunan

kawasan

4. Akselerasi kerjasama

dengan pihak ke-3

yang sudah terlaksana

5. Fasilitasi pekan

interaksi dan promosi

pembangunan

kawasan perdesaanan

1. Advokasi dan

penguatan kebijakan

daerah

2. Akselesari

peningkatan kapasitas

dan peran BKAD,

TKPKP, dan BUM

DESA BERSAMA

3. Akselerasi bentuk

kerjasama dengan

pihak ke-3 yang

sudah terlaksana

4. Fasilitasi pekan

interaksi dan promosi

pembangunan

kawasan perdesaanan

5. Pendataan,

inventarisasi, dan

serah terima aset-aset

program kawasan

perdesaan.

Pada setiap Fase memiliki karakteristik kegiatan dan capaian tertentu dari proses

pendampingan Pembangunan Kawasan Perdesaan. Pentahapan terhadap Fase

tersebut dimaksudkan untuk dapat menandai sekaligus menilai sejauh mana

proses perkembangan pendampingan sudah berjalan. Tentu saja oleh karena

berbagai aspek yang saling berbeda di setiap kawasan dan setiap kabupaten,

perkembangan proses pendampingan akan saling berbeda satu tempat ke

tempat lainnya, baik dalam hal kecepatan pendampingan maupun capaian

pendampingan yang dihasilkan. Kondisi tingkat keterpencilan, wilayah tertinggal,

atau wilayah perbatasan; Akses transportasi dan komunikasi; Aspek pelayanan

publik baik dari instansi pemerintah maupun swasta; Tingkat pendidikan dan

SDM masyarakat; Tingkat tatakelola pemerintahan daerah dari level kabupaten

sampai kawasan dan desa, sangat mempengarui setiap perkembangan fasilitasi

Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Berlandaskan pada analisis fase-fase perkembangan Pembangunan Kawasan

Perdesaan tersebut, maka bisa disampaikan gambaran perkembangan capaian

Fase sampai periode September 2019 yang tidak jauh berbeda dengan kondisi di

bulan Agustus 2019 seperti dalam bagan berikut ini:

FASE PERSIAPAN DAN PEMETAAN

KAWASAN

FASE PENETAPAN DAN PERENCANAAN

FASE PENGEMBANGAN

Page 9: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 9

Perkembangan Fase Pendampingan PKP

Per September 2019

Sumber: Review bulanan laporan pendamping per September 2019

Posisi perkembangan fase pada September terdapat 36 kawasan (48%) masuk

pada Fase Perencanaan dan Penetapan, sebanyak 34 kawasan (45%) masuk pada

Fase Pengembangan (pada Juni 2019 baru 43%), dan tinggal 5 kawasan (7%)

yang masih bercirikan kegiatan-kegiatan Fase Persiapan.

Jika dicermati data-data di atas maka akan terlihat bahwa wilayah KPPN yang

sudah memasuki Fase 3 (Fase Pengembangan) pada September 2019 berjumlah

21 kabupaten (pada Juli 2019 sebanyak 20 kabupaten), sementara kabupaten

Non-KPPN yang memasuki Fase pengembangan yakni 8 kabupaten. Gambaran

perkembangan di Fase Pengembangan antara Non-KPPN dan wilayah KPPN

adalah seperti pada bagan berikut: Wilayah KPPN dan Non-KPPN

Yang Sudah Memasuki Fase Pengembangan Pada September 2019

Sumber: DIK per Agustus 2019

Sebanyak 5 kabupaten yang masih dalam kategori Fase 1 Persiapan pada

Agustus 2019 dan memerlukan perhatian yang serius adalah: Kabupaten Kulon

Progo, Muna Barat, Halmahera Timur, Morotai, dan Merauke.

Page 10: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 10

Ada beberapa catatan dari capaian dan proses pendampingan Program PKP di

lapangan yang perlu disampaikan, yaitu antara lain:

Karakteristik geografis

Setiap daerah memiliki karakteristik tantangan geografis medan yang

berbeda satu dengan yang lain. Kondisi di Jawa masih bisa dikatakan

memiliki tantangan geografis yang tidak begitu terkendala. Namun

daerah-daerah seperti Raja Ampat, Merauke, Maluku Tengah, Morotai,

Nunukan, sebagian Sumatera Selatan, memiliki kendala dalam geografis

seperti lokasi yang amat jauh dengan kota kabupaten, akses jalan dan

transportasi yang kurang mendukung, atau ada juga yang harus

memakai perahu, kapal, atau very untuk penyeberangan ke lokasi

dampingan (kawasan), dll.

Dukungan dan Komitmen Pemda Kabupaten

Pengurusan surat-surat dan legalitas seperti dokumen Penetapan Lokasi,

SK TKPKP, Permakades BKAD, Permakades BUM Desa Bersama, juga

dukungan untuk pengurusan bantuan PI-Prukades, UEP-RTM, bangunan

Embung, bantuan RMU, dll memerlukan perhatian dan pengawalan yang

membutuhkan waktu lama sampai paling tidak 3 – 4 bulan.

Meyakinkan birokrasi di OPD-OPD, dan para pelaku di kawasan, tentang

Konsep PKP dan apa manfaat PKP, diantara banyaknya strategi

pembangunan ke desa yang lain dari K/L lain, juga membutuhkan energi

yang besar. Tidak sedikit yang memanfaatkan “surat sakti” dari Kepala

Bappeda, Kepala BPMD, atau bahkan dari Bupati, sebagai bekal untuk

meyakinkan para kepala desa, camat, atau pihak lain di kawasan agar

percepatan kegiatan terkait pembangunan kawasan segera bisa

terlaksana.

Pada sisi yang lain, kecenderungan Pemda kabupaten yang ingin

membuka kawasan-kawasan baru demi dana bantuan dari Pusat,

menyebabkan para pendamping tidak dapat berkonsentrasi penuh atas

pengembangan di suatu wilayah kawasan dari banyak sekali aspek

seperti penguatan kelembagaan BKAD dan BUM Desa Bersama, aspek

perencanaan kawasan dan pelaku-pelaku pembangunan kawasan, aspek

pengembangan bisnis/usaha yang semakin beragam, sementara itu tidak

mudah atau membutuhkan waktu yang lama agar kebutuhan program

kawasan ini dapat diadopsi di dalam RPJMDes dan RAPBDes, maupun

kedalam RAPBD Kabupaten.

Orientasi Pemda Untuk Mendapatkan Bantuan Pusat

Pelaksanaan Program Pembangunan Kawasan tidak disertai “dana

operasional” untuk daerah, seperti misalnya melalui dana dekonsentrasi.

Page 11: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 11

Oleh sebab itu maka banyak kapubapaten yang, untuk membentuk

TKPKP saja membutuhkan waktu berbulan-bulan, dan setelah terbentuk

berjalan sangat lamban. Namun begitu ada banyak kabupaten yang

menerima atau merespon dengan baik dengan kegiatan pertemuan rutin

TKPKP.

Adanya bantuan dari Ditjen PKP seperti jalan antar desa di dalam

kawasan, embung, Pusat Inkubator Prukades, Rumah Pajang, UEP-RTM

(Usaha Ekonomi Priduktif untuk Rumah Tangga Miskin), Rice Milling Unit,

Pabrik Pakan Tenak Mini, Pasar Kawasan, Mesin perontok jagung, Mesin

penggilingan kopi, dll rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi Pemda

Kabupaten untuk amokomatif terhadap Program PKP. Namun disisi lain

ini juga menumbuhkan antusiasme Pemda kabupaten untuk membuka

kawasan-kawasan baru, padahal kawasan-kawasan yang lama i belum

berjalan dengan baik, atau bahkan RPKP-nya belum disusun. Hal ini

menumbuhkan ketidakkonsistenan Pemda kabupaten berkonsentrasi

untuk berkembangnya suatu kawasan yang sudah dipilih.

Kapasitas Para Pendamping

Sejauh pengamatan terhadap kinerja pendampingan para Pendamping

PKP, rata-rata mereka memiliki kapasitas yang cukup untuk

mengembangkan pengorganisasian masyarakat dan pelaku di tingkat

kawasan. Hal ini disebabkan mereka sebagian besar merupakan eks

pendamping PNPM MPd (Mandiri Perdesaan). Namun dalam hal

pengorganisasian dan advokasi pada level antar OPD/Dinas di

kabupaten, tidak semua memiliki kapasitas yang mencukupi. Oleh karena

itu tidak semua kabupaten memiliki kondisi dimana koordinasi dan

kerjasama serta keterintegrasian kegiatan OPD untuk kawasan dalam

kondisi cukup baik. Banyak kabupaten dimana TKPKP dan para OPD

belum memiliki kontribusi signifikan terhadap pembangunan KP. Namun

begitu ada pula kabupaten yang memiliki TKPKP dan para OPD yang

“padu”, bergerak bersama untuk membangun kawasan, sebagai contoh

saja di Kab. Temanggung, Kab. Garut, Kab. Tabanan, Kab. Kubu Raya,

Kab. Sumbawa, Kab. Mamuju Tengah, Kab. Trenggalek, dll.

Kapasitas Pendamping dalam hal penyusunan “bisnis plan” atau

perencanaan usaha rata-rata juga belum mencukupi. Padahal kalau

dilihat dari skala usaha/bisnis yang dikembangkan oleh BUM Desa

Bersama, adalah skala bisnis tingkat antar desa (kawasan), semacam

holding compeny, asosiasi bisnis terhadap komoditi dan jasa unggulan

lokal kawasan. Kemampuan penyusunan “Bisnis-Plan” menjadi kunci

penting ketika mempresentasikan “masa depan” BUM Desa Bersama dan

usahanya dihadapan para kepala desa yang tergabung dalam BKAD

Page 12: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 12

Kawasan. Sangat wajar jika para kepala desa (yang dalam satu sisi bisa

dilihat sebagai komisaris) cukup enggan memberikan Modal Penyertaan

(yang diambil dari Dana Desa melalui APBDes), jika tidak cukup yakin

bahwa BUM Desa Bersama akan bisa mengembangkan bisnis/usaha-nya,

yang sudah dibahas di dalam MAD yang terkait dengan potensi

komoditas kawasan.

3.5. Evaluasi Kinerja Pendamping Semester I Tahun 2019

Pada Juli 2019 dilakukan Evaluasi Kinerja Pendamping Per Semester 2019,

dengan menggunakan cara perhitungan atau format yang sudah disusun untuk

tahun 2019. Rekapitulasi hasil perhitungan atau penilaian ini dapat dilaporkan

seperti dalam tabel berikut:

Status Nilai A Nilai B Nilai C Nilai D

PENDAMPING MANAJEMEN 0 14 55 6

PENDAMING TEKNIS 0 13 52 10

Jumlah 0 27 107 16

Tidak ada pendamping, baik Pendamping Teknis maupun Pendamping

Manajemen, yang mencapai nilai A atau baik sekali. Sebagian besar pendamping

hanya mencapai nilai C yakni sebesar 107 pendamping (71%), dan yang

mencapai nilai B (Baik) hanya 18%. Terdapat 16 pendamping (11%) yang

memperoleh nilai D (Kurang baik).

3.6. Laporan Bulanan Pendamping

3.6.1. Kedisiplinan Pengiriman Laporan

Kedisiplinan pengiriman laporan berimplikasi pada periodisasi pemberian

gaji/honor bulanan kepada pendampingan lapangan. Bukti pengiriman adalah (a)

Foto ketika meminta tanda tangan dari Kepala Dinas di Laporan Bulanan, dan (b)

Resi pengiriman laporan, yang keduanya harus segera dikirim melalui foto ke

WhactApp Sekretariat Pusat. Sekretariat Pusat akan mendata dan mencatatan

kedisiplinan tersebut, dengan ketentuan:

a) Bukti resi dan foto yang dikirim antara tanggal 1 s/d 5 disebut “disiplin” dan

akan diajukan sebagai kelompok pengajuan pencairan gaji Gelombang I;

b) Bukti resi dan foto yang dikirim antara tanggal 6 s/d 10 disebut “cukup

disiplin” dan akan diajukan sebagai kelompok pengajuan/pencairan gaji

Gelombang II;

Page 13: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 13

c) Bukti resi dan foto yang dikirim antara tanggal 11 s/d 15 ke atas disebut

“tidak disiplin” dan akan diajukan sebagai kelompok pengajuan/pencairan

gaji Gelombang III;

Berikut ini disajikan bagan tentang gambaran perkembangan mengenai

kedisiplinan para pendamping dalam mengirimkan laporan individual mereka

pada periode September 2019, yakni sebagai berikut:

Kedisiplinan Pengiriman Laporan Bulanan Individual Pendamping

Per September 2019

Sumber: Data base rekap penerimaan laporan individual pendamping per September 2019

Periode Agustus 2019, terlihat adanya “kedisiplinan” yang membaik terutama

pada kriteria “disiplin”, yang mencapai 134 orang (89,33%). Namun pada periode

September 2019 mengalami penurunan dimana yang masuk kategori disiplin

hanya 36 orang (24%), kurang disiplin 57 orang (38%), tidak disiplin 52 orang

(34,67%), dan sangat tidak disiplin mencapai 5 orang (3,33%).

Bagian 4: Kesimpulan dan Rekomendasi

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada review terhadap laporan-laporan pendamping periode

September 2019, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Dari 75 lokasi kawasan prioritas/fokus pendampingan sudah 100%

mendapatkan legalitas SK Bupati. Sebagian kabupaten yang memperbanyak

Page 14: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 14

kawasan pendampingan atas inisiatif daerah, juga sudah banyak yang

memiliki SK Bupati.

2) Legalitas kelembagaan BKAD sudah 100% dimiliki oleh kawasan-kawasan

prioritas pendampingan di 75 kabupaten, melalui Permakades masing-

masing.

3) Legalitas pelaku pembangunan kawasan pada level kabupaten yaitu TKPKP.

Perkembangan TKPKP ini sudah cukup baik secara jumlah, tetapi masih

rendah dalam hal peran dan fungsinya. Jumlah TKPKP yang sudah

mendapat SK Bupati yaitu 74 (98,67%) dari 75 kabupaten.

4) Belum semua kawasan prioritas di 75 kabupaten yang sudah ditetapkan

melalui SK Bupati, memiliki dokumen RPKP yang sudah disahkan melalui

Perda dan atau SK Bupati. Dari Data Informasi Kawasan per September 2019

baru 55 kawasan.

5) Rata-rata atau secara umum kapasitas kelembagaan BUM Desa Bersama

sudah pada tingkat kapasitas kelembagaan “Madya”, dengan berbagai

bentuk atau jenis tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Karakteristik

kegiatan BUM Desa Bersama tersebut seperti: (a) Rata-rata sudah memiliki

pertemuan berkala; (b) Kepastian Modal yang masih lemah karena hanya

tergantung pada Modal Penyertaan desa; (c) Sebagian sudah memiliki

“perencanaan usaha” (business-plan); (d) Sebagian sudah memiliki

usaha/bisnis yang sudah berjalan, dan sudah ada pula yang melakukan

kerjasama dengan Pihak Ke-3. Misalnya saja bisnis distribusi penjualan

beras, penjualan kopi, perdagangan material-material saprodi pertanian dan

tambak udang, usaha wisata desa/lokal, usaha perdagangan material

bangunan (meski belum partai besar).

6) Sampai bulan September 2019 baru sedikit BUM Desa Bersama yang sudah

memiliki kesepakatan Penyertaan Modal dari desa-desa.

7) Sebagian besar BUM Desa Bersama telah mengikuti pameran-pameran

promosi produk.

8) Sampai September 2019 ini sudah ada 34 (48%) kabupaten yang dapat

dikategorikan sebagai “kawasan Fase Pengembangan”. Karakteristik capaian

pada fase ini umumnya seperti: (a) Kelembagaan pelaku kawasan dan

legalitasnya sudah tersedia lengkap; (b) Sudah terjadi sosialisasi PKP ke

desa-desa bahkan penjaringan keinginan desa-desa membangun kawasan,

bahkan di sebagian kabupaten sudah dilakukan sosialisasi Matriks Program

RPKP; (c) BKAD dan BUM Desa Bersama sudah beberapa kali atau ada

pertemuan rutin; (d) BUM Desa Bersama sudah ada realisasi penyerahan

kesepakatan Modal Penyertaan, sudah memiliki rencana jenis usaha/bisnis

Page 15: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 15

apa yang dikembangkan dan bisnis/usaha tersebut sudah

beroperasi/berjalan; (e) TKPKP dan OPD sudah ada pertemuan koordinasi,

atau sudah ada program implementasi yang dilaksanakan di kawasan

sasaran (tidak hanya dalam tataran kebijakan perencanaan); (f) Sudah

terlaksana kerja sama dengan Pihak Ke-3 dalam jenis usaha tertentu; dll.

9) Keterlambatan penetapan regulasi berdampak pada Pengelolaan kegiatan

dana bergulir dilapangan semakin menunjukan resiko permasalahan dalam

hal kelembagaan, manajerial maupun implementasi program.

10) Dilapangan sudah berkembang bentuk kelembagaan yang berbeda dengan

kerangka kebijakan yang dikeluarkan Kemendes PDTT perlu mendapat

perhatian agar keberadaanya dapat terakomodir didalam Peraturan

dimaksud

11) Dalam hal pengelolaan kegiatan konsultan, pola hubungan koordinasi dan

pendelgasian tugas berjalan cukup baik.

4.2. Rekomendasi

1) Berbagai direktorat di Ditjen PKP perlu melakukan gerak langkah bersama

untuk terus gencar mensosialisasikan Konsep PKP ke daerah-daerah pada

saat direktorat masing-masing melakukan kunjungan monitoring atau

supervisi ke kabupaten-kabupaten sasaran pendampingan program PKP.

2) Berbagai direktorat di Ditjen PKP perlu melakukan kooordinasi dan

konsolidasi berbagai bantuan yang akan diberikan kepada kawasan,

berlandaskan sinkronisasi kegiatan antara pihak, supaya bantuan tersebut

tepat lokasi, tepat sasaran, langsung dapat difungsikan oleh masyarakat.

3) Berita Acara Serat Terima Aset (BAST) perlu mendapatkan perhatian karena

sudah banyak bantuan dari Ditjen PKP yang sudah selesai, namun BAST ke

Pemda dan dari Pemda ke Pelaku-Pelaku di Kawasan banyak yang tersendat

atau belum berjalan sebagaimana mestinya.

4) Pemerintah Pusat melalui Kemendesa PDTT khususnya Ditjen PKP, perlu

mempercepat penyusunan dokumen RPKP karena banyak kawasan yang

belum memiliki RPKP. Sementara itu perlu juga mulai memberikan

perhatian untuk mendorong dan meningkatkan peran TKPKP sebagai

wadah koordinatif antar OPD untuk percepatan pembangunan kawasan

perdesaan.

5) Pemerintah Pusat melalui Kemendesa PDTT khususnya Ditjen PKP, perlu

melibatkan TKPKP dalam kegiatan-kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi,

maupun Kabupaten, agar mereka tumbuh rasa tanggungjawabnya dalam

turut mengelola Program PKP secara lebi baik.

Page 16: Detail Informasi Hasil Monitoring dan Supervisi Pendamping ... · Dalam MAD pembentukan BUM Desa Bersama, harus disepakati antara lain seperti AD/ART, pengurus BUM Desa Bersama, kedudukan

Halaman | 16

6) Perlu dilakukan pengembangan kapasitas mengenai perencanaan usaha

(business-plan) bagi para pendamping dan perwakilan dari BUM Desa

Bersama, yang bisa dilakukan oleh Unit Kerja terkait di Ditjen PKP.

7) Dibutuhkannya pertemuan-pertemuan untuk koordinasi dan atau

pengembangan kapasitas bagi para pendamping secara lebih intens, sesuai

bidang tugas unit-unit kerja di Ditjen PKP, namun yang dilaksanakan secara

terkoordinasi dengan baik. Event-event pertemuan dengan pendamping

tersebut bisa berisi mengenai peningkatan peran dan tugasnya, tetapi juga

masukan-masukan berupa pengembangan kapasitas, misalnya saja

kapasitas dalam membangun kerjasama dengan Pihak Ke-3, kapasitas

penyusunan Bisnis Plan, informasi jejaring pasar dan sektor swasta potensial

untuk diajak kerjasama dalam pengembangan kawasan, dll.

8) Pengembangan kapasitas, terutama bagi pengembangan BUM Desa

Bersama, bisa dibuatkan semacam buku Panduan Penyusunan Perencanaan

Usaha, Buku Panduan Penyusunan Profil BUM Desa Bersama, Buku Panduan

Inventarisasi Aset BUM Desa Bersama, Buku Panduan Pembukuan

Keuangan BUM Desa Bersama, dll.

9) Berlandaskan pada kondisi bahwa jumlah kawasan yang didampingi akan

semakin banyak, kegiatan BUM Desa Bersama dan BKAD yang semakin

kompleks terutama terkait dengan perkembangan usaha dan keuangannya,

bantuan-bantuan dari Pusat yang semakin banyak dan berkelanjutan ke

kawasan, dll maka diperlukan semacam pusat data base atau Managemen

Information System (MIS) Kawasan, yang sangat berguna untuk memantau

perkembangan kegiatan dan capaian kegiatan di suatu kawasan dan

kabupaten.

10) Jumlah kabupaten yang mendapatkan kunjungan supervisi masih sangat

sedikit. Kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia Bagian Timur seperti

kabupaten Merauke, Raja Ampat, Jayapura, Seram Bagian Timur, Ngada,

Ende, dll sangat sedikit kesempatan untuk mendapatkan kunjungan

supervisi. Wilayah-wilayah tersebut adalah wilayah dengan kapasitas

pengembangan program PKP yang relatif masih kurang.

@@@