KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
239 -
download
2
Transcript of KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI...
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018
ISBN: 978-602-60286-1-7 TR - 9
KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI CEPAT
PENGHUBUNG JAKARTA - YOGYAKARTA
Okkie Putriani1, Dwijoko Ansusanto2 dan Imam Basuki3
1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta
Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta
Email: [email protected] 3Program Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kajian pembangunan Hyperloop sebagai moda transportasi cepat, teknologi transportasi menggunakan
sistem maglev beserta tabung vakum udara mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam) senada dengan
kriteria operasional proyek usulan baru Proyek Strategis Nasional Komite Percepatan Penyediaan
Infrastuktur Prioritas (KPPIP). Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) 2030
dibutuhkan transportasi yang lebih baik, cepat, dan aman. Metodologi penelitian menggunakan
pendekatan CLIOS process (complex, large-scale, interconnected, open, sociotechnical) sebagai
barometer transportasi berkelanjutan, HAZOP (Hazard and Operability Study) untuk dampak
lingkungan terhadap bahaya serta perhitungan potensi penumpang, geografis, tata ruang, finansial. Rute
Hyperloop tujuan Jakarta – Yogyakarta dipilih trase Jakarta – Cirebon - Purwokerto – Yogyakarta.
Biaya yang dibutuhkan Rp100.775.796.600.268,00 setara $7.457 juta USD. Pergerakan dan
pertumbuhan penduduk Jakarta – Yogyakarta menggunakan data ATTN 2011 1.020.228.734,22 dengan
perkiraan di tahun 2020 mencapai 1.540.203.515,69. Perhitungan NPV menunjukkan nilai lebih dari 0
yang artinya proyek dapat dijalankan. Identifikasi awal dampak lingkungan terkait kontrol terhadap
keselamatan akan kecepatan dan kebisingan suara.
Kata kunci: Hyperloop, CLIOS process, kelayakan studi, NPV, potensi penumpang
1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian
Perhubungan pada tahun 2010 yang dituangkan dalam bentuk Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas)
Tahun 2030. Rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana induk jaringan moda transportasi lain ini menyatakan
kebutuhan transportasi dengan layanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih aman (RIPNas 2030, 2011).
Terbatasnya kapasitas layanan jalan, moda transportasi semakin menunjukkan keunggulan kompetitif, atas peran
kemajuan teknologi dan informasi menuntut transportasi yang lebih cepat, aman, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Penduduk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mencapai 10,177 juta menurut BPS 2015, dengan luasan
daerah 661,52km2 angka besar ini menunjukkan tidak hanya sebagai mobilitas perpindahan manusia atau barang dari
suatu tempat, keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Peran tersebut mencakup urat
nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi
efektivitas, dalam arti keselamatan, aksesibilitas, keterpaduan, kapasitas, keteraturan, kelancaran, ketepatan,
kecepatan, dan kemudahan. Efisiensi beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem
transportasi. Transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayah (Munawar, 2007).
Transportasi akan berkembang seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan kombinasi tiga faktor produksi,
yaitu lahan, pekerja, dan modal berkaitan dengan kepuasan manusia dengan perubahan posisi geografis, penduduk,
atau barang (Banister, 1995). Pada Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah 2017 di Istana Negara, 18 Mei 2017
lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa dunia berubah begitu cepat. Salah satunya dengan
teknologi sistem transportasi baru super cepat Hyperloop yang dicetuskan oleh Elon Musk, technopreneur Tesla
Motor dan SpaceX. (Kompas, 2017). Tahun 2012 ide menarik berkembang untuk revolusi angkutan massal sistem
transportasi dengan tabung vakum berkecepatan melebihi maskapai penerbangan (Musk, 2017). Pods yang akan
bergerak cepat bertenaga listrik dan meluncur di atas lintasan magnet pasif levitasi atau bantalan udara berkecepatan
maksimal hingga 750 mph (1200 km / jam) dengan kecepatan rata-rata 600 mph atau setara 965,6 km/jam. Sebuah
TR - 10
ISBN: 978-602-60286-1-7
konsep sistem hemat energi, tidak berisik, dan otonom. Tahun 2020 Abu Dhabi akan segera merealisasikannya dalam
perwujudan teknologi kemudahan transportasi penumpang dan barang.
Awal Maret 2017 (Kompas, 2017) Hyperloop Transportation Technologies (HTT) mengumumkan penandatanganan
kontrak feasibility study senilai 2,5 juta dollar Amerika Serikat (AS) dengan investor swasta Hyperloop Transtek
Indonesia atau sekitar Rp 33,52 miliar (kurs Rp. 13.410,00 per dollar AS). Perjanjian kelayakan studi ini
memungkinkan untuk mengeksplorasi sistem transportasi hyperloop di Indonesia menghubungkan Jawa dan
Sumatera. Hal ini merupakan perjanjian kelayakan studi pertama hyperloop di Asia Tenggara. Penandatangan studi
kelayakan telah dilakukan di Kementerian Perhubungan yang disaksikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya
Sumadi. Hyperloop diklaim tidak butuh lahan besar untuk mewujudkan layanan. Pembangunan dilakukan di atas jalan
tol, sehingga pemerintah hanya perlu memberikan izin pengembangan, yang selanjutnya pengoperasian diserahkan
kepada pihak yang berminat, baik kepada Kementerian Perhubungan.
HTT memilih Indonesia dengan pertimbangan populasi penduduk lebih dari 260 juta jiwa sebagai negara keempat
dengan populasi tertinggi di dunia. Kota Jakarta sendiri berpopulasi lebih dari 10 juta orang (Liputan6, 2017). Kendala
permasalahan kemacetan terparah di dunia urutan ke 4 setelah Bangkok-Thailand, Mexico City-Mexico, Bucharest-
Rumania. Rute percontohan lain rute Hyperloop Jakarta menuju Yogyakarta akan memakan waktu kurang lebih 25
menit, jika dibandingan dengan menggunakan dengan mobil yang dapat memakan waktu hingga hampir 10 jam,
selengkapnya terilustrasi pada Gambar 1.
Gambar 1. Moda transportasi pesawat, mobil, dan kereta api Jakarta - Yogyakarta (sumber Google Map, 2017)
Berdasarkan Lampiran II Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No 26 Tahun 2008, Sistem Perkotaan Nasional,
menyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) - Jawa Barat - Banten, masuk dalam Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Jabodetabek (I/C/3), sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masuk Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Yogyakarta (I/C/3), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Bantul (I/D/1), (II/C/1) dan
Sleman (II/C/1) seperti pada Tabel 1. Angka I dan II menunjukkan tahapan pengembangan, huruf C menunjukkan
pertumbuhan revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat, C/3 mengartikan revitalisasi kota-kota yang
telah berfungsi. Sedangkan C/1 menunjukkan pertumbuhan nasional dalam pengembangan/peningkatan fungsi.,
sedangkan D/1 rehabilitasi kota akibat bencana alam.
Tabel 1. Lampiran II peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 26 tahun 2008
Dari keterangan lampiran menunjukkan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten masuk kawasan perkotaan Jabodetabek
tahapan pengembangan I, revitalisasi kota yang telah berfungsi. Sedangkan DIY Yogyakarta masuk tahapan
pengembangan I, revitalisasi kota yang telah berfungsi, Bantul termasuk tahapan pengembangan I rehabilitasi kota
akibat bencana alam dan pengembangan II dengan peningkatan fungsi, dan Sleman termasuk tahapan pengembangan
II dengan peningkatan fungsi. Ada tiga jalur di Indonesia yang disepakati Hyperloop Transportation Technologies
dan Hyperloop Transtek Indonesia, yaitu Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera. Secara lebih jelas
dapat dilihat dari Gambar 2.
TR - 11
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 2. Rute Hyperloop Pulau Jawa
Pada kesempatan berbeda, Visiting Professor Program, Initiation of International Academic Collaboration between
University of Cape Town and Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang terselenggara September 2017 lalu,
dalam sesi Group Discussions on Research Experiences Transport Planning and Engineering, secara khusus Prof.
Dr. Mark Zuidgeest, menjelaskan adanya kelayakan studi Hyperloop harus menampilkan supply and demand dari
kebutuhan akan transportasi yang dikaji. Penjelasan berikut ini terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Aspek kelayakan studi transportasi oleh Prof. Dr. Mark Zuidgeest
Prof. Joseph M. Sussman (2007), JR East Professor of Civil and Environmental Engineering and Engineering
Systems, Massachusetts Istitute of Technology, menyampaikan gagasan membangun relasi dengan jalur kereta kelas
dunia dengan edukasi tingkat dunia bersama dengan penelitian dari akademis perguruan tinggi. Ketiga relasi ini telah
membuktikan keuntungan saling terkait, CLIOS System, meliputi Complex, Large-scale, Interconnected, Open,
Sociotechnical System tersampaikan pada Gambar 4. Pendekatan sistem teknik dengan jangkauan luas dampak
lingkungan dan sosial. Tahap CLIOS Process terdiri tiga tahapan yang meliputi representasi dari struktur dan perilaku,
desain, evaluasi dan seleksi strategis sistem alternatif, dan implementasi dan adaptasi dari strategi alternatif.
Gambar 4. Transportation as CLIOS Systems Gambar 5. Kerangka studi kelayakan proyek
Spesifikasi Hyperloop yang digunakan menggunakan pendekatan open-source dari publikasi NASA, Hyperloop One,
dan Hyperloop Transportation Technologies. Pemetaan geografis menggunakan software Google Earth, US Dept of
State Geographer, GeoBasis-DE/BKG, Data SIO, NOAA, U.S. Navy, NGA, GEBCO pada pemetaan kota Yogyakarta
dan Jakarta. Serta menggunakan CLIOS Process untuk mengurai studi kelayakan proyek dalam perencanaan
transportasi berkelanjutan. Manfaat penelitian yang ingin dicapai mengetahui secara lebih spesifik dari sudut pandang
sistem transportasi tentang inovasi Hyperloop sebagai moda transportasi umum., memperhitungkan kondisi kesiapan
Indonesia menerima transportasi dari beberapa aspek serta menganalisa kelayakan studi sebagai moda transportasi
berkelanjutan masa depan di Indonesia. Tujuan penelitan ini sebagai referensi dalam perencanaan dan pembangunan,
rekomendasi pertimbangan pengambilan keputusan opsi pilihan moda trasnportasi pilihan masa depan, serta
memberikan perhitungan dan analisa dari kelayakan studi pembangunan Hyperloop jurusan Jakarta-Yogyakarta.
TR - 12
ISBN: 978-602-60286-1-7
2. TINJAUAN PUSTAKA
Studi Kelayakan Proyek
Studi kelayakan merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau
bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau setidaknya usaha tersebut dijalankan (Syahyunan,
2014). Studi atau pengkajian suatu usulan proyek/gagasan usaha apabila dilaksanakan dapat berjalan dan berkembang
sesuai dengan tujuannya atau tidak. Obyek atau subyek studi kelayakan adalah usulan proyek atau gagasan usaha.
Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek apakah memenuhi persyaratan untuk dapat
berkembang atau tidak (Suratman, 2001). Beberapa aspek kerangka kelayakan studi ada pada Gambar 5. Aspek studi
kelayakan transportasi dalam penelitian kali ini mengikuti pola pada Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu
Jabodetabek 2004. Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dibentuk dengan tujuan sebagai
unit koordinasi dalam pengambilan keputusan untuk mendorong penyelesaian masalah yang muncul akibat kurang
efektifnya koordinasi beragam kepentingan. KPPIP merupakan point of contract dalam implementasi koordinasi
untuk debottlenecking Proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas.
Interaksi Sistem Kegiatan dengan Sistem Jaringan Transportasi
Konsep perencanaan transportasi sendiri dilakukan secara berturut dari sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem
pergerakan Gambar 6 (Tamin, 1997), dari aksesibilitas, pembangkit, sebaran pergerakan, pemilihan moda transportasi,
pemilihan rute, hubungan waktu, serta kapasitas arus. Transportasi memiliki beberapa dimensi meliputi lokasi (asal
dan tujuan), alat (teknologi), dan keperluan tertentu di lokasi tujuan seperti ekonomi, sosial, dan lainnnya (Miro,
2012). Secara skematis terlihat pada Gambar 7. Transportasi Nasional berdasarkan tataran kewilayahan, memiliki
pengertian sebagai sistem transportasi yang melayani perjalanan dari lokasi asal ke lokasi tujuan dengan jarak yang
lebih jauh daripada transportasi regional dan melampaui batas wilayah regional. Pelayanan transportasi paralel dengan
hirarki wilayah, Transportasi Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) melayani lokasi asal dan tujuan antar kota namun
sudah melampaui batas propinsi, dengan kata lain dari kota ke kota lain di propinsi yang berbeda.
Gambar 6. Interaksi transportasi dan tata ruang Gambar 7. Skema transportasi
Ekonomi Transportasi
Ekonomi transportasi (Khusty, 2005) merupakan salah satu cabang dari mikro ekonomi terapan. Cabang ilmu
membicarakan masalah khusus yang dihadapi oleh para insiyur dan perencana transportasi dan ditemu dalam disiplin
ilmu transportasi.
Angkutan Umum Penumpang
Sriastuti dan Asmani (2015) menyampaikan Angkutan Umum Penumpang (AUP) merupakan salah satu sarana
transportasi yang memerlukan perhatian secara khusus oleh pihak-pihak yang terkait yaitu pihak pemerintah sebagai
pembuat kebijakan (regulator), pihak penyelenggara sebagai penyedia jasa (operator) dan masyarakat sebagai
pengguna jasa (user).
TR - 13
ISBN: 978-602-60286-1-7
Hyperloop
Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang
melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Teknologi Hyperloop
menggunakan maglev, motor induksi linier yang terletak di sepanjang tabung untuk mempercepat dan memperlambat
kapsul dengan kecepatan yang sesuai setiap rute tabung. Rolling resistance dihilangkan dan hambatan udara menjadi
berkurang, kapsul dapat meluncur dengan transfer udara bertekanan tinggi ke rendah. (Musk, 2013). Konsep
Hyperloop secara eksplisit dilaksanakan dengan open-sourced oleh Elon Musk dalam hal ini Tesla dan SpaceX serta
dikompetisikan untuk dapat dikembangkan secara lebih mendalam. Beberapa perusahaan komersial dan kelompok
mahasiswa mengejar perkembangan teknologi Hyperloop dengan pesat pada Gambar 8 (Chee, 2015). Berikut adalah
komponen Hyperloop Alpha yang akan dikembangkan di Indonesia Gambar 9.
Gambar 8. Perusahaan pengembang Hyperloop Gambar 9. Spesifikasi Hyperloop
Sistem Perkotaan Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah negara. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan
tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Selain sistem perkotaan nasional sebagaimana disebutkan di atas juga dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional atau PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Perubahan kebijakan nasional
dan dinamika pembangunan nasional telah mempengaruhi penataan ruang wilayah nasional sehingga telah terbit
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
3. LANDASAN TEORI
Transportasi Berkelanjutan dengan CLIOS Process
CLIOS Process (Complex, Large-Scale, Interconnected, Open, Socio-technical) (Sussman et.al, 2007) adalah sistem
rekayasa dengan berbagai dampak sosial dan lingkungan yang disampaikan oleh Profesor Josep M Sussman, JR East
Professor of Civil and Environmental Engineering and Engineering System MIT, yang menggabungkan sistem teknik
pada manajemen, teknik, dan pengetahuan sosial. Proses CLIOS dapat digunakan sebagai mekanisme
pengorganisasian sistem transportasi struktur dan perilaku sistem yang mendasari, mengidentifikasi dan menerapkan
alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja dan mengevaluasi. Aspek penting dari Proses CLIOS adalah integrasi
analisis fisik yang terdiri dari tiga tahap: representasi struktur dan perilaku sistem CLIOS, desain evaluasi dan
pemilihan alternatif strategi sistem CLIOS, dan implementasi alternatif strategi yang dipilih. Tahap representasi
terutama bersifat diagram. Diagram digunakan untuk mewakili struktur dan perilaku sistem CLIOS dengan
menggambarkan secara grafis sistem komponen dan interaksi dalam domain fisik, pada lingkup institusional.
Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Menurut Departemen Perhubungan (1995) biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi
terjadi dengan dioperasikan kendaraan dalam kondisi normal untuk tujuan tertentu. Biaya ekonomi merupakan biaya
sebenarnya yang meliputi biaya tetap (fixed cost) dan tidak tetap (variable cost).
Analisis Kelayakan Finansial
Dalam penelitian ini meliputi metode Net Present Value (NPV), metode Benefit Cost Ratio (BCR), Metode Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period, Internal Rate of Return, Average Rate of Return (ARR), Profitability Index
(PI).
TR - 14
ISBN: 978-602-60286-1-7
4. METODE PENELITIAN
Diagram Alir Penelitian
Dengan pendekatan studi kelayakan, penelitan dilakukan beberapa tahap seperti disampaikan melalui diagram Gambar
10. Metoda analisis hasil dan cara menganalisis menggunakan penempatan posisi geografis Google Earth, serta
analisis operasional dan kebutuhan sarana Hyperloop.
Gambar 10. Diagram alir penelitian
5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAHAN
Karakteristik Pola Pergerakan dan Permintaan Perjalanan
Pengembangan model transportasi mempertimbangkan dasar hukum Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah yang telah diubah terakhir melalui Undang-Undang No.9 Tahun 2015 dan rencana pola ruang
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Raperda RTRWP DIY 2008 serta Rencana Kerja Regional BKPRN 2016
menunjukkan lokasi New Yogyakarta International Airport di Temon, Kulonprogo. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi
stasiun Hyperloop Yogyakarta. Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 menunjukkan Bandara Halim Perdanakusuma
memiliki posisi pada kawasan terbuka hijau budidaya. Perubahan dinamika Kabupaten Cirebon dalam penyesuaian
rencana tat ruang wilayah tata ruang kota Cirebon 2011-2031. Penataan ruang mengalami perkembangan dinamika
diantaranya adanya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka. Peta rencana tata
ruang wilayah Kabupaten Banyumas provinsi Jawa Tengah tampak Purwokerto pada kawasan strategis bidang
pertumbuhan ekonomi. Lokasi ini memungkinkan dipilih sebagai jalur Hyperloop karena topografi tidak melalui
Gunung Slamet, walau melewati perbukitan. Termasuk keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan berserta
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS 2030), Kementerian Perhubungan Ditjen Perkeretaapian.
Data jumlah penduduk dan GDP dapat dilihat melalui aplikasi Urban World yang diterbitkan McKinsey Global
Institute (MGI), tersaji data tahun 2015 beserta prediksi di tahun 2025 seperti Gambar 11 per kota. Berikut analisa
keempat kota yang terlalui Hyperloop dari Kota Jakarta, Kota Cirebon, Kabupaten Banyumas, dan Kota Yogyakarta
pada Tabel 2.
Gambar 11. Screenshot McKinsey Urban World populasi Jakarta 2015 dan 2025
TR - 15
ISBN: 978-602-60286-1-7
Tabel 2. Populasi - GDP tahun 2015 dan 2025
Hasil kajian perjalanan orang dan barang dengan moda kereta api pada tahun 2030 menurut Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional, diperkirakan mencapai 929,5 juta/tahun meliputi perjalan antar provinsi dan internal
termasuk angkutan perkotaan. Jumlah perjalanan orang terbesar terjadi di Pulau Jawa-Bali. Sedangkan untuk
perjalanan barang diperkirakan mencapai 995,5 juta/tahun yang didominasi Pulau Jawa-Bali sebesar 534 ton/tahun.
Dalam RIPNas 2030 tersampaikan modernisasi teknologi pada perkeretaan sehingga lebih faster, better, dan safer.
Desire line Gambar 12 perjalanan peumpang dan barang menggunakan moda kereta api Jawa Bali 2030 menjadi
pertimbangan diperlukan solusi transportasi Hyperloop.
Gambar 12. Pola perjalanan penumpang dan barang perkeretaapian Pulau Jawa tahun 2030
Karakteristik jaringan transportasi wilayah Jakarta untuk kapasitas jalan sudah tidak mencukupi pergerakan orang dan
barang, hamper semua ruas jalan arteri di Jakarta sudah mengalami kemacetan. Penambahan ruas jalan hanya sekitar
1% per tahun tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 11% per tahun.
Kapasitas angkutan umum hanya mampu melayani 19%. Data tahun 2011 menunjukkan penambahan jumlah
kendaraan roda empat setiap hari mencapai 550 unit dan kendaraan roda dua 1.600 unit. Wilayah Kabupaten Cirebon
dilewati jalur kereta api lintas selatan Jawa (Cirebon-Yogyakarta-Surabaya). Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki
ketinggian yang beragam, sekitar 53% berada pada ketinggian 0-99 mdpl. Posisi geostrategic Kabupaten Kulon Progo
terletak di bagian barat DIY dan berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah merupakan bagian koridor Jawa
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) pembangunan bandar udara
internasional baru di Yogyakarta dilakukan karena keterbatasan daya tampung Bandara Adisutjipto serta sebagai pusat
pertumbuhan dan pelayanan wilayah selatan Jawa.
Karakteristik pola perjalanan (Ansusanto, 2013) dipertimbangkan menurut penduduk kota, tata guna lahan, struktur
kota, struktur rumah tangga, tingkat pelayanan angkutan umum dan atribut individu. Model asal tujuan orang sangat
dibutuhkan dalam perencanaan dan permodelan transportasi selanjutnya ynag dilihat dari faktor tingkat pendapatan,
kepemilikan kendaraan, kepadatan dari pengembangan tempat tinggal dan faktor soisal ekonomi lainnya. Pola
pergerakan penumpang dan barang didasari dari data ATTN (Asal Tujuan Transportasi Nasional) dengan pryeksi
beberapa tahun ke depan. Untuk membuat pola pergerakan dan permintaan perjalanan pernumpang dan barang
dilakukan zonasi dalam wilayah kajian. Zonasi terbagi dalam zona internal dalam wilayah kota/kabupaten serta zona
eksternal luar wilayah propinsi, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Zona wilayah melalui trase Hyperloop Jakarta - Yogyakarta
Pola pergerakan penumpang dilihat per provinsi pada data ATTN (Asal Tujuan Transportasi Nasional Barang) 2011
pada Tabel 4 mencapai angka potensial antar propinsi dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIT, namun
data ini memiliki kelemahan untuk Jawa Barat dan Jawa Tengah, karena cakupan yang terlalu luas tidak berada di
sekitar trase rute Hyperloop Jakarta – Yogyakarta.
TR - 16
ISBN: 978-602-60286-1-7
Tabel 4. Pergerakan angkutan penumpang dan barang zona
trase Hyperloop Jakarta – Yogyakarta
Berdasar ATTN 2011 (ton/th)
Kajian Alternatif Rute Jalur Hyperloop
Melalui aplikasi Google Earth Pro, dapat dilihat secara perspektif 3D jarak Bandara Halim Perdanakusuma yang
terintegrasi dengan bus Damri dengan New Yogyakarta International Airport adalah 245 mile atau setara dengan
394,289 km. Gambar 13 menunjukkan beberapa alternatif rute yang memungkinkan Kota Jakarta – Kota Yogyakarta.
Dari beberapa opsi pilihan trase rute Hyperloop Jakarta – Yogyakarta dipilih rute Jakarta – Cirebon – Purwokerto –
Yogyakarta berjarak 251 mi setara 403,945 km. Topografi relatif datar dengan rerata 11 ft = 3,3528 meter, menuju
Purwokerto pada jarak 172 mi atau 276,807 meter melewati bukti ketinggian maksimal 3115 ft atau setara 949,452
meter. Dipilih pertimbangan awal ini mengingat spesifikasi dari Hyperloop memerlukan jalur lurus.
Gambar 13. Beberapa opsi pilihan trase rute Gambar 14. Trase rute Hyperloop Jakarta –
Hyperloop Jakarta – Yogyakarta Cirebon – Purwokerto - Yogyakarta
Kebutuhan Prasarana Jalur Hyperloop
Melalui perhitungan kelayakan studi Hyperloop yang telah dilakukan Volpe, The National Transportation System
Center, kantor pemerintahan federal departemen Transportasi di Cambridge, Amerika Serikat untuk NASA, Glenn
Research Center, terhitung pembiayaan terdiri dari capital costs dan operating cost. Kebutuhan fasilitas pengoperasian
Hyperloop menggunakan sistem hyperloop pada TransPod terdapat tiga macam struktur, elevasi, permukaan tanah,
dan di bawah tanah.
Analisis Kelayakan Pembangunan Hyperloop
Gambar 15. Analisis kelayakan pembangunan Hyperloop
TR - 17
ISBN: 978-602-60286-1-7
Komponen manfaat ekonomi yang dihitung pada proyek pembangunan Hyperloop Jakarta – Yogyakarta adalah
manfaat secara langsung dari manfaat penghematan biaya perjalanan, waktu perjalanan, biaya polusi udara, dan
manfaat konsumsi bahan bakar.
Tingkat Kelayakan Finansial Pembangunan Jalur Hyperloop
Proyeksi pendapatan Hyperloop Jakarta – Yogyakarta (2020-2024) terhitung pada Tabel 5, serta perhitungan proyeksi
pengeluaran pada Tabel 6 dan 7. Serta perhitungan evaluasi investasi dengan metode NPV dan IRR Hyperloop Jakarta
– Yogyakarta (2020-2024).
Tabel 5. Proyeksi pendapatan Hyperloop Tabel 6. Proyeksi pengeluaran Hyperloop
Jakarta – Yogyakarta (2020-2024) Jakarta – Yogyakarta
Tabel 7. Proyeksi pengeluaran Hyperloop Jakarta – Yogyakarta (2020-2024)
Tabel 8. Evaluasi investasi dengan metode NPV dan IRR
Identifikasi Awal Dampak Lingkungan
Mengikuti penelitian yang telah dilakukan kolaborasi multi-disiplin Beijing Jiaotong University, Vega System London
United Kingdom, dan Airbous Group China, tentang analisa bahaya dan operabilitas sistem hyperloop, menggunakan
metode indikator dampak lingkungan pada Tabel 9.
Tabel 9. Tabel indikator dampak lingkungan dari Hyperloop
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Identifikasi awal terhadap dampak lingkungan terkait pembangunan Hyperloop rute Jakarta-Yogyakarta
memperhatikan kontrol akan kecepatan beserta dampak terhadap kebisingan suara yang dimungkinkan. Evaluasi
TR - 18
ISBN: 978-602-60286-1-7
kelayakan studi dengan pertimbangan perjalanan, geografis, geologi, tata ruang, aspek teknis transportasi, ekonomi,
finansial, menggunakan CLIOS process sebagai barometer transportasi berkelanjutan, HAZOP sebagai tolak ukur
dampak lingkungan, perhitungan NPV menunjukkan nilai lebih daripada 0 sehingga proyek dapat dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansusanto, J. Dwijoko, et al. (2013). Karakteristik Pola Perjalanan di Perkotaan (Studi Kasus Kota Yogyakarta), The
16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, http://www.academia.edu/6913296/Karakteristik_
Pola_Perjalanan_Di_Perkotaan_Studi_Kasus_Kota_Yogyakarta_ , 22 (September 2017).
Badan Pusat Statistik Negara. (2015). Perkiraan Penduduk Beberapa Negara. Indonesia, Badan Pusat Statistik.
Banister, B. (1995). Transport and Urban Development, E&FN Spon, London.
Departemen Perhubungan. (1996). Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Biaya Operasi Kendaraan (BOK) untuk
Jalan Perkoktaan di Indonesia. Jakarta
Chee, A. (2015). The Race to Create Elon Musk’s Hyperloop Heats Up, Wall Street Journal. Amerika Serikat, 2015.
Ditjen Perkeretaapian. (2013). Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) Tahun 2030. Jakarta.
Ditjen Perkeretaapian. (2016). Studi Kelayakan Pembangunan Jalur KA Antara Palangkaraya – Sampit – Nanga
Bulik, Tahun Anggaran 2016, Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Scalarindo Utama
Consult, Jakarta.
Federal Transit Administration. (2007). The Transportation Planning Process Key Issues, A Briefing Book for
Transportation Decisionmakers, Official, and Staff, A Publication of The Transportation Planning Capacity
Building Program, Federal Highway Administration, Washington, https://www.planning.dot.gov/
documents/briefingbook/bbook_07.pdf , 22 (September 2017).
Khisty, C. Jotin dan Lall, B. Kent. (2005). Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Edisi 3, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Kompas. (2017). Hyperloop dan Kebangkitan RI, Harian Kompas Gramedia, https://kompas.id/baca/
opini/2017/05/23/hyperloop-dan-kebangkitan-ri/ , 10 (Oktober 2017).
Kompas, (2017). Investor AS Tertarik Bangun "Hyperloop" di Jawa dan Sumatera, Industri Transportasi, Kompas
Gramedia, Jakarta
Miro, F. (2012). Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta, Erlangga
Munawar, A. (2007). Pengembangan Transprotasi Yang Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, http://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content/pidato-
pengukuhan.pdf , 10 (Oktober 2017)
Morlok. (1978). Introduction To Transportation Engineering And Planning, US: McGraw-Hill College.
Musk, E. (2013). Hyperloop Alpha, Space X, Aug. 2013, http://www.spacex.com/sites/spacex/files/hyperloop_alpha-
20130812.pdf , 6 (Juni 2017).
Praditya, I.S, (2017). Pembangunan Bandara Kulon Progo Dimulai Hari Ini, Liputan6, Jakarta.
http://bisnis.liputan6.com/read/2838473/pembangunan-bandara-kulon-progo-dimulai-hari-ini , 10 (Juni 2017).
Putriani, Okkie dan Ibnu, Fauzi. (2017). Studi Komparasi Kereta Api Jurusan Surabaya – Jakarta Dengan
Transportasi Cepat Hyperloop, Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi UPH, Tangerang, 2017.
Puspasari, A. (2016). Siaran Pers, Paket Kebijakan Ekonomi Stimulus Utama Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi
ke Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, http://www2.bkpm.go.id/images/uploads/
file_siaran_pers/Siaran_Pers_BKPM_131016-
Paket_Kebijakan_Ekonomi_Stimulus_Peningkatan_Perdagangan%2C_Pariwisata%2C_Investasi_ke_Indonesi
a.pdf , 15 (Juni 2017).
Sriastuti, D.A.N dan Asmani, A.A. (2015). Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Sebagai Dasar Penentuan Tarif
Angkutan Umum Penumpang (AUP), Paduraksa, Vol. 4, No.2, hal. 36-40.
Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan, Yogyakarta, J&J Training.
Sussman, Joseph M. et.al. (2007). The "CLIOS Process", MIT, 2007, https://ocw.mit.edu/courses/engineering-
systems-division/esd-04j-frameworks-and-models-in-engineering-systems-engineering-system-design-spring-
2007/readings/clios_process.pdf , 13 (Oktober 2017)
Syahyunan. (2013). Manajemen Keuangan: Perencanaan, Analisis, dan Pengendalian Keuangan. Medan, USU Press.
Tamin, O. Z., 2008, Perencanaan, Permodelan, & Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Zhou, Datian, et al. (2015). Study on Model based Hazard Identification for the Hyperloop System, International
Seminar on Computation, Communication and Control, Atlantis Press.