Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

40
i Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak dalam Ibadah di GMIT Getsemani Oelbubuk Oleh, NORMA SELFI TANAEM (712015051) TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Transcript of Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

Page 1: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

i

Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak dalam Ibadah di

GMIT Getsemani Oelbubuk

Oleh,

NORMA SELFI TANAEM

(712015051)

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

ii

Page 3: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

iii

Page 4: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

iv

Page 5: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

v

Page 6: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur patut dipanjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan pertologan-Nya serta hikmat dan kesehatan yang diberikan, penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Meskipun banyak rintangan dan

hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tetapi pada akhirnya

berhasil menyelesaikan dengan baik. Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis

sampaikan lewat Tugas Akhir ini. Karena itu penulis berharap Tugas Akhir ini dapat

menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Tugas Akhir ini adalah bukti dari segala kebaikan Tuhan bagi penulis dan

merupakan akhir dari sebagian perjuangan yang telah penulis lakukan dalam

menyelesaikan tugas dan kewajiban sebagai Mahasiswa selama berada di Fakultas

Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Tugas Akhir ini dibuat selain sebagai

persyaratan mencapai gelar sarjana sains dalam bidang Teologi (S.Si-Teol), penulis

pun berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi berkat untuk

menambah wawasan dari para pembaca. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin

mengucapkan terimakasih kepada lembaga UKSW yang menjadi rumah ternyaman

untuk belajar. Terima kasih juga kepada orang-orang yang telah memberikan

dukungan kepada penulis sehingga tulisan ini dapat diselesaiakan tepat pada

waktunya. Mereka diantaranya ialah:

1. Tuhan Yesus Kristus Sang pemilik kehidupan yang senantiasa memampukan

penulis dalam menjalani pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana, sejak

tahun 2015-2019, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas

Teologi dengan memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol).

2. Kedua orang tua dan juga Nenek terkasih, Bapak Daniel Tanaem, Mama Hana

Adolfina Metkono dan Nenek Nelci Nome yang selalu memberikan dukungan

doa dan kasih sayang yang tulus. Kelima saudara/i saya, kakak terkasih

Maxyacob Tanaem dan kakak Ipar Agripina Lory Rafu, serta adik-adik tersayang

Metry Deniati Tanaem, Srineldo Tanaem, Mondri Tanaem, Marlin Tanaem dan

Page 7: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

vii

juga Antonius Abednego Metkono serta ponaan Zanoa Mirachel Menzzen

Tanaem yang selalu menghibur dengan segala canda tawa, dan juga keluarga

besar Bapak Felipus Tanaem beserta keluarga, Bapak Simon Tanaem dan Istri,

Bapak Matias Tanaem beserta keluarga, Bapak Jornimus Metkono beserta

keluarga, Bapak Nitanel Tefa beserta keluarga dan juga Mama Marce Metkono

dan seluruh keluarga besar Tanaem, Metkono, Laos, Nome atas segala dukungan

baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan

pandidikan di UKSW.

3. Untuk kedua Dosen wali Pdt. Kristanto, M. Th dan Pdt. Dr. Rama Tulus

Pilakoannu dan Ibu, yang menjadi orang tua selama di Salatiga.

4. Kedua Dosen Pembimbing Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dan Pdt. Gunawan

Y. A. Suprabowo, D. Th yang selalu membantu penulis dan dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat menyusun dan

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Teologi, Ibu Budi selaku TU singkatnya seluruh staff atas

segala pelayanan, dukungan dan kerja sama bagi kami mahasiswa/i.

6. Pdt. Raharjo Widhipangreksa, S.T., M. Div, berserta keluarga selaku supervisor

lapangan dalam menjalani PPL I-VIII, dan Pdt. Nahum D. E. Bilaut, S.Si-Teol

beserta keluarga, selaku supervisor lapangan untuk PPL X atas segala dukungan,

pelajaran di lapangan, serta pengalaman yang telah dibagikan kepada penulis

melalui praktek pendidikan lapangan ini.

7. Sinode GMIT yang menjadi wadah pendukung dalam melakukan Praktek

Pendidikan Lapangan di wilayah GMIT.

8. Kepada seluruh Majelis dan warga jemaat Getsemani Oelbubuk, yang merupakan

lokasi penulis dalam melakukan Prakek Pendidikan Lapangan X dan juga

penelitian. Terima Kasih untuk kerja sama, dukungan dan doa yang diberikan.

9. Kepada Pdt. Lay Abdy Wenyi, M.Si dan Pdt. Norman M. Nenohai M.Si yang

memperkenalkan Kampus UKSW dan yang senantiasa mendukung penulis dalam

menyelesaikan pendidikan.

Page 8: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

viii

10. Bapak Amad Suri dan Ibu Anna Setyawati selaku bapak dan ibu kos dan juga

orang tua selama di tanah rantau.

11. Jellyan Aviani Awang S.Si-Teol dan Akwila Priska Ibu S.Si-Teol yang selalu

menemani penulis dari awal perkuliahan dengan segala pengorbanan yang tidak

dapat dibalas, serta Sry Yulianti Bertha Atacay S.Si-Teol dan Yosua Makisyo

Kbarek S.Si-Teol yang juga menjadi teman seperjuangan dalam menulis Tugas

Akhir.

12. Teman-teman Praktek Pendidikan Lapangan I-VIII Rezky Pah, Krisna Yoga

Amerta, Doni Popoko dan Christian Tandibua yang sudah menemani penulis

selama masa praktek.

13. Untuk pacar tercinta “Ardi El Leokuna” terima kasih untuk kasih dan sayang serta

doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

14. Kedua orang tua asuh, Bapak, Yunias Pay dan Mama Yosina Fobia yang menjadi

orang tua selama melakukan penelitian.

15. Kakak Forena Keys, Sofia Lasfeto dan adik Jeni Sanam yang sudah menjadi

teman selama masa penelitian berlansung.

16. Teman-teman Pemuda Doni Fobia, Daud Lasfeto, dan Martinus Taboen yang

sudah antar-jemput selama penelitian berlansung.

17. Teman-teman kos Anasifra sekaligus adik di tanah rantau, Beki Nubatonis, Lely

Benu, Nadya Nakamnanu, Yesti Maubanu, Tesa Warbung, Moni Metkono, Rian

Nubatonis, Aldo Metkono, Betty Mau, Rani Peni, Ella Saefatu, Rely Anunut, Ani

Suan, Etha Bimusu dan Rishel Pantaow dengan segala canda tawa, kasih sayang

yang mereka berikan kepada penulis.

18. Teman-teman squad uno, Chory, Unyil, Agy, Julio dan si kecil Juna sekaligus

teman antar-jemput selama di Salatiga.

19. Keluarga Teologi 2015 yang dengan keunikan masing-masing membawa warna-

warni dalam perkuliahan.

20. Kakak dan juga saudara di tanah rantau, Swingly Metkono dan Gerson Metkono

yang juga mendukung penulis baik moril maupun materil.

Page 9: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

ix

21. Bapak Mel Penu beserta istri dan adik-adik Ian, Juan, Rido dan saudara-saudari

Marce, Rina, Even, Stenly, Semry, Sofri, Yuyung, Lena, Frengki dan Kakak

Yabes yang selalu antar-jemput di saat pulang dan kebersamaannya selama di

Kupang.

22. Terima kasih untuk orang-orang terdekat yang pernah hadir memberikan

dukungan, motivasi dan doa dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 10: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ....................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ............................................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .. .....................................

v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

MOTTO ...................................................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................... xi

1. Pendahuluan ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4 Metode Penelitian .................................................................................... 7

2. Landasan Teori .............................................................................................. 8

2.1 Pengertian Liturgi ................................................................................... 8

2.2 Makna Liturgi ........................................................................................ 10

2.3 Pertumbuhan Gereja ............................................................................ 12

2.4 Ciri-ciri Gereja yang Sehat ................................................................... 13

3. Hasil Penelitian ............................................................................................ 14

3.1 Lokasi dan Gambaran Umum Tempat Penelitian……………....... 14

3.2 Jenis-jenis Ibadah GMIT Getsemani Oelbubuk ................................. 17

3.3 Keterlibatan Jemaat atau Kaum Bapak…………………............... 18

4. Analasis ......................................................................................................... 23

5. Penutup.......................................................................................................... 25

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25

5.2 Saran ..................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27

Page 11: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

xi

Motto

“There is no limit of struggling”

“serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,

maka terlaksanalah segala rencanamu”

Amsal 16:3

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang

apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala

hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur”

Filipi 4:6

Abstrak

Page 12: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

xii

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam tulisan ini adalah menganalisa

dan mendeskripsikan Kaum Bapak yang dalam berbagai aspek kehidupan mempunyai

peranan penting untuk membangun kehidupan keluarga, sebelum melakukan sesuatu

untuk pemerintahan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Data yang dianalisis adalah

hasil wawancara dan observasi dengan pengurus Kaum Bapak di Jemaat Getsemani

Oelbubuk. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketidakhadiran Kaum Bapak

disebabkan oleh karena ketidakhadiran Pengurus dalam memimpin Ibadah Kaum

Bapak. Oleh karena itu, penulis mengambil ini sebagai suatu masalah yang ada dalam

organisasi gereja yang merupakan bagian dari masyarakat dapat kita teliti dengan

baik, yang memiliki tugas sebagai Kepala Keluarga dalam mengaktualisasi konsep

diri anak-anak dalam pertumbuhan Iman, sehingga anak-anak mengerti Iman yang

sesungguhnya.

Kata Kunci : Liturgi, Pertumbuhan Gereja, GMIT, Kaum Bapak.

Page 13: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

1

Pendahuluan

Pertumbuhan sebuah gereja kita tidak terlepas dari berbagai kategori yang ada

dalam gereja yakni: Kaum Bapak, Kaum Ibu, Pemuda, dan PAR (Pelayanan Anak

Remaja). Kaum Bapak merupakan salah satu Kategori yang ada dalam Jemaat

Getsemani Oelbubuk, Kaum Bapak juga dibagi dalam berbagai kategori perkerjaan,

yaitu Petani dan juga Pegawai Negri Sipil, kategori-kategori pelayanan ini di

persekutukan gereja untuk bersama-sama membangun hubungan jemaat. Dengan

berbagai karunia-karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka. Menurut Dr. Peter

Wongso, yang dimaksud dengan pertumbuhan gereja ialah perkembangan dan

perluasan tubuh Kristus baik dalam kualitas, dalam bentuk yang nampak maupun

isinya yang tidak nampak.1

Pertumbuhan gereja merupakan suatu kerinduan bagi setiap gereja. Setiap

orang memiliki keinginan agar gerejanya mengalami pertumbuhan yang sehat.

Pertumbuhan gereja meliputi dua dimensi, yaitu pertumbuhan secara kuantitas dan

pertumbuhan secara kualitas. Pertumbuhan secara kuantitas ditandai dengan

bertambahnya jumlah anggota gereja secara signifikan. Sedangkan pertumbuhan

secara kualitas ditandai dengan banyaknya jemaat gereja yang memiliki kedewasaan

rohani di mana mereka bukan hanya ingin dilanyani namun mereka memiliki

kerinduan untuk melayani. Oleh karena itu, dengan pertumbuhan dua dimensi ini,

dapat dikatakan berjalan dengan baik jika kualitas dan kuantitasnya berjalan bersama-

sama maka itu dikatakan gereja itu berkata dengan sehat.

Agar menjadi yakin bahwa sumber pertumbuhan kita adalah Allah dan bahwa

usaha manusia sia-sia tanpa berkat-Nya, kita harus memahami peranan Roh Kudus

dalam gereja. Dengan demikian, melihat dua cara yang khusus di mana Roh Kudus

bekerja berkenaan dengan gereja, maka kita akan memahami dengan jelas siapa yang

sebenarnya bertanggung jawab atas pertumbuhan gereja.2 Dalam pertumbuhan gereja

1 Peter Wongso, Tugas gereja dan misi masa kini,(Malang: SAAT Malang, 1999), 96.

2 Ron Jeson dan Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja,(Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gandum

Mas, 1996), 23.

Page 14: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

2

tidak terlepas dengan peranan roh kudus yang menuntun kita untuk memahami

pertumbuhan gereja secara tidak sia-sia, begitupun manusia, jika bertumbuh tanpa roh

kudus maka tidak akan menerima berkat dari Allah.

Alkitab mencatat dalam kitab Kisah Para Rasul bagaimana jemaat mula-mula

bertumbuh dengan pesat, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.3 Dapat kita

lihat dalam pertumbuhan jemaat yang di mana tidak terlepas dari peranan Roh Kudus,

sehingga kita dapat melakukan kehendak-Nya. Karena kita perlu mengetahui prinsip-

prinsip pertumbuhan gereja sebagaimana sudah tercantum dalam Firman Tuhan yang

kita gunakan sebagai pengangan bagi setiap individu, yang sudah ada pada gereja

mula-mula. karena itu, perlu juga untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip yang

sudah ada dalam pertumbuhan gereja bagi gereja masa kini.

Gereja disebut sebagai sebuah organisasi yang hidup, bukan mati sehingga bisa

kita lihat bahwa jika kita ingin untuk gereja menjadi sehat, secara alami pasti

mengalami pertumbuhan. Christian schwars mengatakan “ Gereja punya potensi

pertumbuhan dengan dirinya dan potensi ini adalah pemberian Allah”. 4 Gereja tidak

hanya sebagai gedung yang kosong tetapi, bagaimana gereja mengalami pertumbuhan

baik itu dalam pelayanan, dan juga dalam pertumbuhan jemaat. Oleh karena itu,

orang-orang yang ada dalam gereja yang membutuhkan potensi yang sudah diberikan

Allah untuk dapat menjadi organisasi yang hidup.

Sebagai organisasi, gereja ibarat makluk hidup yang mempunyai kemampuan

untuk pertumbuhan secara alamiah, bahkan pertumbuhan alamiah ini bukan suatu

upaya pertumbuhan yang dapat dilakukan oleh kemampuan manusia. Rick Warren

berkata, “Gereja adalah organisasi yang hidup, dan semua yang hidup alamiah

bertumbuh.” Tugas kita adalah menyingkirkan keringanan yang menghalangi

pertumbuhan. Gereja-gereja yang tidak memerlukan taktik untuk bertumbuh, mereka

3 Jesson dan Stevens, Pertumbuhan Gereja, 24

4 Christiaan A. Schwars, Ringkasan Pertumbuhan Gereja Alamiah, (Jakarta: Yayasan Media Buana

Indonesia, 1999), 34.

Page 15: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

3

bertumbuh secara wajar.5 Karena itu, gereja benar-benar hidup di dalam tugas dan

pelayanan sebagaimana organisasi-organisasi yang ada didalamnya juga dapat

bertumbuh.

Pertumbuhan gereja tidak terlepas dari majelis jemaat dengan karunia-karunia

yang Tuhan kasih dan karunia yang ada berbeda-beda yang melahirkan orang banyak

supaya talenta-talenta dan karunia disinerginkan kepada jemaat.

Kaum Bapak merupakan salah satu simpul penting dalam kehidupan iman baik

anak-anak, dalam keluarga maupun kesaksian iman di tengah masyarakat. Yesus

membentuk kelompok Kaum Bapak dengan maksud agar mereka menghidupkan

nilai, pengajaran, perbuatan dan karya-karya pembebasan Yesus.6 Kaum Bapak

ketika hadir dalam sebuah lingkup masyarakat benar-benar penting bagi kehidupan,

dan juga Kaum Bapak dapat memberikan suatu nilai yang membawa keluarga dan

masyarakat berada dalam pengajaran, perbuatan dan karya-karya pembebasan Yesus,

sehingga dapat mengabarkan kabar baik dan juga kehidupan beriman. Hal tersebut

yang dapat kita lihat bahwa Kaum Bapak memiliki banyak potensi baik dalam

hubungan keluarga, ketrampilan dan pengalaman, kepemimpinan dan juga psikologis

karena itu Kaum Bapak memang memiliki potensi yang banyak dalam hal apapun.

Oleh karena itu, peranan Kaum Bapak sangat penting dalam pertumbuhan

sebuah gereja, karena Kaum Bapak adalah orang-orang yang sangat dibutuhkan oleh

Gereja. Menurut Yusuf Nakmofa (Pdt. GMIT) “Gereja membutuhkan orang-orang

produktif dan kreatif, bukan orang-orang yang lemah dan murung dan membiarkan

gereja digilas oleh zaman. Karena itu kaum bapak harus tampil sebagai orang-orang

yang kreatif yang mampu membantu gereja menciptakan inovasi-inovasi dalam

5 Rick Werren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini yang Mempunyai Visi dan Tujuan (Malang: Gandum

Mas, 2000), 21-22.

6 Ebenhaizer I Nuban Timo, Kaum Bapak, Gereja Kota & Kesadaran Ekologi - Menyoal

Kontribusi Kaum Bapak Di Keluarga, Gereja dan Masyarakat (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW,

2019), 5-7.

Page 16: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

4

pelayanan.”7 Sehingga dapat kita lihat bahwa gereja membutuhkan orang-orang yang

membawa perubahan. Kaum Bapak juga memiliki peranan dalam rumah tangga

karena mereka adalah Kepala Keluarga dan juga sebagai seorang imam.

Namun dalam jemaat Getsemani Oelbubuk banyak karunia tetapi yang aktif

justru anak-anak dan Kaum Ibu. Kaum Bapak jarang ada dalam berbagai kegiatan

gereja mereka hanya menunggu ketika Natal dan Paskah. Kaum Bapak tidak

berkembang yang berkembang hanya kaum ibu dan anak-anak.

Jika kita hubungkan dengan jemaat mula-mula apa yang terjadi di jemaat

Getsemani Oelbubuk itu Kaum Bapak tidak aktif justru bertentangan dengan sejarah

perkembangan gereja, kita melihat dari masa ke masa Kaum Bapak justru menjadi

peranan penting dalam pertumbuhan gereja. Misalnya rasul-rasul yang niat bagi

pekerjaan perluasan Gereja justru Bapak-bapak, dalam Perjanjian Baru ada Petrus,

Yakobus, Andreas, Felipus, Timotius, Priskila, Paulus dan sebagainya. Di masa

gereja mula-mula peranan Bapak-bapak sangat dominan ada Irenius, Origenes,

Atanasius sampai dengan abad reformasi ada Calvin, Luter, Swingly dan juga

Melanton semuanya Kaum Bapak. Oleh karena itu, harus melihat kembali bagaimana

perjuangan Para Bapak Gereja sampai sekarang Kaum Bapak yang ada seharusnya

menjadi contoh untuk semua Kategori yang ada dalam gereja, karena Kaum Bapak

punya peranan penting.

Berdasarkan observasi awal di Jemaat Getsemani Oelbubuk kehadiran Kaum

Bapak dalam ibadah sangat minim. Hal tersebut dikarenakan kesibukan pekerjaan

yakni, baik di kebun, di kantor dan sebagainya. Hal tersebut menjadi alasan bagi

mereka untuk tidak menghadiri ibadah dan alasan lainnya ialah ibadah Kaum Bapak

kurang menarik atau dengan kata lain membosankan. Apa yang terjadi di jemaat

Getsemani Oelbubuk ini ternyata tidak mendukung pertumbuhan gereja karena itu

gereja bertumbuh harus atas karunia-karunia yang dipakai. Jemaat Getsemani

Oelbubuk merupakan salah satu Jemaat yang bernaung dalam Sinode GMIT yang

7 Manto Wenda, Kaum Bapak Sinode GMIT Gelar Konven Perdana, diunduh jam 14:5

tanggal 9 April 2019.

Page 17: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

5

berada di pinggiran Kota SoE yang Jemaatnya memiliki berbagai latar belakang

kehidupan sosial. Yang pada masanya membangun atau berperan aktif dalam gereja

adalah Kaum Bapak, karena dilihat dari sejarah gereja, yang aktif adalah Kaum

Bapak.

Oleh karena itu, melihat dari asumsi-asumsi ini maka penulis tertarik untuk

menggunakan kajian Liturgi sebagai usaha untuk melihat peran Kaum Bapak dalam

petumbuhan gereja. Menurut Emanuel Martasudjita, Kata Liturgi (Bahasa latin:

liturgia) berasal dari Bahasa Yunani leitourgia. Secara harafiah, leitourgia berarti

karya atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Kata leitourgia

berarti, karya publik, yakni pelayanan dari rakyat untuk rakyat.8 Oleh karena itu,

dapat kita lihat bahwa liturgi bisa kita lakukan untuk semua kalangan yang ada

dalam gereja. Liturgi dimaknai berbeda-beda yakni perjanjian lama dan perjanjian

baru, dalam perjanjian lama leitourgia baru muncul sejak abad ke-2 SM.9 Dalam arti

kultis, liturgis berarti pelayanan ibadah. Oleh karena itu, dapat kita lihat bahwa liturgi

sudah ada sejak zaman perjanjian lama sehingga tugas kita adalah melanjutkan apa

yang sudah ada pada perjanjian lama, karena itu juga untuk para kaum Lewi yakni

yang berpelanyanan di Bait Allah di Yerusalem.

Liturgi dalam Perjanjian Baru dapat diartikan sebagai ibadat atau doa kristiani,

sehingga dalam perjanjian baru disebut sebagai Yesus Kristus melalui pelayanan

pemberitaan Injil Allah.10

Oleh karena itu, dalam Perjanjian Baru berbeda dengan

Perjanjian Lama, karena perjanjian baru mengenai ibadat dan doa yang dilakukan

oleh setiap individu dengan keberadaan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kata liturgi, dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan pelayanan kepada Allah dan

sesama. Seperti yang sudah kita lihat bahwa dalam liturgi kita belajar tentang

bagaimana pelayanan itu sendiri sehingga kita dapat mengerti tentang perbedaan

8 Emanuel Martasudjita, Liturgi Pengantar dan untuk Studi dan Praktis Liturgy, (Yogyakarta:

Kanisius, 2011), 13-15. 9 Martasudjita, Liturgi, 16.

10 Martasudjita, Liturgi, 17.

Page 18: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

6

pelayanan itu seperti apa yang dapat kita ketahui, untuk membedakan ibadah dan doa

yang sesungguhnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, Kaum Bapak tidak menghadiri ibadah

dengan berbagai kesibukan. Tidak hanya itu, penulis melihat yang pertama,

kesibukan mereka yang bersamaan dengan waktu untuk beribadah, yang kedua

mereka tidak memiliki kecakapan dalam memimpin ibadah dan yang ketiga mereka

bilang ibadah tidak menarik. Sehingga melihat dari asumsi-asumsi ini penulis

mengambil studi tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi kurangnya minat

Kaum Bapak dalam kegiatan di gereja. Maka dirumuskanlah pokok masalah sebagai

berikut: Bagaimana upaya meningkatkan kehadiran Kaum Bapak dalam Ibadah Kaum

Bapak di GMIT Getsemani Oelbubuk?. Hal itu dilakukan dengan tujuan

Mendeskripsikan upaya Majelis Jemaat dalam meningkatkan kehadiran Kaum Bapak

dalam ibadah di GMIT Getsemani Oelbubuk.

Berdasarkan tujuan penelitian itu, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat

dalam dua aspek, teoritis dan praktis. Secara teoritis: dapat memberikan wawasan

kedepan serta sumbangsih bagi Kaum Bapak dan juga Pemuda yang mendukung

pertumbuhan Gereja. Secara praktis: dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

pertimbangan bagi Gereja dalam mencari informasi bagi penelitian yang lebih lanjut.

Metode Penelitian

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

dan menganalisan fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok.11

Penelitian ini hendak

dilakukan dengan baik dan benar jika demikian peneliti dapat melihat fenomena,

peristiwa, sikap, dan persepsi orang-orang yang akan menjadi informan bagi peneliti.

Penelitian Kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan

dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah,

11 Backtiar S, Jurnal teknologi pendidikan (2010), 50-51.

Page 19: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

7

swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya,

sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk kesejahteraan bersama. Sehingga

penelitian ini menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang

berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa

logika ilmiah.12

Oleh karena itu, semua yang berkaitan dengan organisasi, baik dalam

gereja dan kaum bapak yang merupakan bagian dari masyarakat dapat kita teliti

dengan baik, sehingga apa yang akan penulis teliti itu menjadi sesuatu yang berguna.

Dan penelitian ini akan dilakukan secara mendalam untuk mengetahui pembahasan

mengenai Kaum Bapak dan pertumbuhan Gereja. Jenis penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini ialah secara deskriptif. Data yang akan dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar yang kemungkinan akan menjadi kunci terhadap apa yang

sudah diteliti dan juga data tersebut mungkin akan berasal dari wawancara, data

lapangan, dan dokumen penunjang lainnya13. Untuk mengumpulkan data penulis

menggunakan dua metode yaitu Observasi dan wawancara.

Dalam Observasi pengamat akan menggunakan alat bantu sebagai penunjang

penelitian yaitu kamera dan rekaman suara. Secara umum, observasi harus dilakukan

dengan fungsinya sebagai pengumpulan data, maka observasi harus dilakukan secara

sistematis dan terarah, bukan secara kebetulan saja. Dalam hal ini, observasi dan

pencatatannya sedapat mungkin dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan

tertentu sehingga hasil observasi memberi kemungkinan untuk ditafsirkan secara

ilmiah14

. Oleh karena itu, kegiatan observasi dilakukan dengan sebaik mungkin agar

tidak menimbulkan sesuatu yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur dan

memanipulasi situasi dan kondisi yang sedang amati. Untuk wawancara dilakukan

lewat Tanya jawab dengan narasumber dan juga pertanyaan yang diberikan sesuai

dengan fokus dan pertanyaan yang terstruktur penelitian dan meminta keterangan

atau pendapat tentang suatu hal yang dengan alat bantu rekaman suara, atau gambaran

12 Gunawan Imam, Metode penelitian kualitatif teori dan praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 79-82. 13

Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualtatif (Bandung :Remaja Rosdakarya, 1989) hal V (dalam

kata sambutan). 14 Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 106.

Page 20: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

8

pada saat wawancara berlangsung15

. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data melalui wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan mewawancarai 5-7 orang

kaum bapak yang akan penulis jadikan sebagai informan dalam melengkapi tulisan

ini yang berkaitan dengan kaum bapak.

Untuk menjelaskan pokok-pokok diatas, penjelasan dalam jurnal ini dibagi

dalam lima bagian. Bagian Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat Penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan. Bagian Kedua, landasan teori, yang berisi teori liturgi, dan

teori pertumbuhan gereja dan Kaum Bapak. Bagian Ketiga, akan membahas hasil

penelitian, dari data dilapangan yang telah dikumpulkan yaitu mengenai semua

penelitian yang akan dilakukan untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah data yang

bermanfaat. Bagian keempat, akan berisi tentang analisa dari data lapangan. Bagian

kelima, yaitu penutup yang akan berisi tentang kesimpulan serta saran-saran yang

akan menjadi kontribusi bagi penelitian mendatang.

Liturgi, Makna, Fungsi dan Pertumbuhan Gereja

Menurut Emanuel Martasudjita, Kata “liturgy” (Bahasa latin: liturgia) berasal

dari Bahasa Yunani leitourgia. Leitourgia terbentuk dari kata leitos (yang merupakan

kata sifat dari laos= rakyat atau bangsa) dan kata ergon (pekerjaan atau karya

pelayanan) jadi leitourgia berarti suatu pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat atau

jemaat secara bersama-sama.16

Dalam konteks ibadah Kristen, liturgi adalah kegiatan

peribadatan seluruh anggota jemaat terlibat secara aktif dalam pekerjaan bersama

menyembah dan memuliakan Tuhan.

Liturgi adalah sebuah perayaan kehidupan. Perayaan adalah pesta untuk

merayakan suatu peristiwa. Kehidupan manusia sering ditandai dengan perayaan-

15 Michael H. Walizer, Aruef Sadiman, Paul L. Wiener, Metode dan Analisa Penelitian Mencari

Hubungan Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1993), 277. 16 Emanuel Martasudjita, Liturgi Pengantar dan untuk Studi dan Praktis Liturgy, (Yogyakarta: Kanisius, 2011),

13-15.

Page 21: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

9

perayaan seperti pesta perkawinan, pesta ulang tahun, pesta syukuran, pesta kelahiran

dan lain-lain. Bisa dipahami bahwa gagasan menunjuk kepada tiga hal pokok.

1) Liturgi bukan tindakan perseorangan, melainkan tindakan bersama.

2) Liturgi menuntut partisipasi seluruh umat beriman secara sadar dan aktif.

3) Liturgi merangkum keterlibatan hati dan pengalaman hidup konkret umat

secara penuh, dan bukan sekedar suatu upacara yang menekankan rutinitas dan

kewajiban.

Hidup manusia adalah karunia yang berasal dari Allah agar manusia

mengambil bagian dalam hidup Allah dan terarah kepada Allah. Dalam kitab suci

dipahami bahwa hanya Allah yang mempunyai kehidupan (Mazmur 21:5) dan

memanggil segala sesuatu kepada kehidupan (Kej. 1). Dalam injil Yohanes 1:3-4,

“Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi

dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang

manusia”. Hidup mengalir dari Allah Bapa Sang Putra memiliki hidup itu diri-Nya

(Yoh 5:26). Hanya dengan percaya kepada Sang Putra dan melalui Dia, manusia akan

memperoleh hidup (Yoh 14:6). Secara sederhana bisa diartikan bahwa hidup adalah

kebersamaan dengan Allah.

Kebersamaan dengan Allah terlaksana dalam kehidupan sehari-hari.

Kebersamaan itu bisa kita hayati dalam setiap saat dalam hidup sehari-hari itu

dirayakan, disadari, diakui, dinyatakan, dan disyukuri serta dimohon dalam perayaan

liturgi. Dengan titik hubung: kebersamaan dengan Allah itu, perayaan liturgi menjadi

perayaan kehidupan. Kehidupan adalah kehidupan dalam arti nyata sehari-hari. Suka

duka kehidupan yang kita alami sehari-hari dirayakan dan dimasukan dalam perayaan

liturgi itu sendiri.

Liturgi pada umumnya memiliki bagian yang bersifat tetap (disebut:

ordinarium) sehingga tidak perlu dicarikan penggantinya, kecuali dalam ibadah-

ibadah khusus. Ordinarium, ada bagian yang bisa berubah (disebut: propium). Oleh

karena pada liturgi minggu-minggu biasa menggunakan liturgi yang tetap, hal ini

Page 22: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

10

sering menimbulkan kesan ibadah hanya sebuah rutinitas dan kewajiban saja. Ibadah

kreatif dalam bentuk penyesuaian liturgi dalam budaya sekitar sangat diperlukan. Hal

ini dilakukan agar jemaat merasakan pengalaman rohani yang berbeda dalam setiap

ibadah. Anscar dalam bukunya Penyesuaian Liturgi dalam Budaya (1987)

menyatakan bahwa sejarah memberikan alasan yang menyakinkan yang mendukung

adanya penyesuaian liturgi. Sejarah juga menyakinkan bahwa penyesuaian terhadap

bermacam ragam kebudayaan merupakan ciri abadi liturgi Kristen. Penyesuaian

dalam liturgi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tradisi gereja. Penyesuaian

liturgi dengan bermacam-macam budaya penduduk asli dan tradisi setempat,

bukanlah suatu hal yang baru melainkan suatu bukti kesetiaan terhadap terdisi

gereja.17

Liturgi dimaknai berbeda-beda yakni Perjanjian Lama dan perjanjian baru,

dalam Perjanjian Lama makna kultis untuk kata leitourgia baru muncul sejak abad

ke-2 SM. Dalam arti kultis, liturgi berarti pelayanan ibadah.18

Oleh karena itu, dapat

kita lihat bahwa liturgi sudah ada sejak zaman perjanjian lama sehingga tugas kita

adalah melanjutkan apa yang sudah ada pada perjanjian lama, karena itu merujuk

pada para kaum Lewi yakni yang berpelanyanan di Bait Allah di Yerusalem.

Liturgi dalam Perjanjian Baru dapat diartikan sebagai ibadat atau doa kristiani,

sehingga dalam perjanjian baru disebut sebagai Yesus Kristus melalui pelayanan

pemberitaan Injil Allah.19

Oleh karena itu, dalam Perjanjian Baru berbeda dengan

Perjanjian Lama, karena perjanjian baru mengenai ibadat dan doa yang dilakukan

oleh setiap individu dengan keberadaan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kata liturgi, dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan pelayanan kepada Allah dan

sesama. Seperti yang sudah kita lihat bahwa dalam liturgi kita belajar tentang

bagaimana pelayanan itu sendiri sehingga kita dapat mengerti tentang perbedaan

17

Anscar J Chupungco, Penyesuaian Liturgi dalam Budaya, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 22. 18

Emanuel Martasudjita, Liturgi Pengantar dan untuk Studi dan Praktis Liturgy, (Yogyakarta:

Kanisius, 2011), 16. 19

Martasudjita, Liturgi, 17.

Page 23: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

11

pelayanan itu seperti apa yang dapat kita ketahui, untuk membedakan ibadah dan doa

yang sesungguhnya.

Liturgi adalah istilah Teologis, biasanya mengacu kepada “ibadah gereja atau

tata kebaktian”. Tapi bila kita lihat apa makna kata liturgi dalam Alkitab, maka kita

dapat menyimpulkan sebenarnya tidak ada dasar Alkitabiah untuk menggunakan

liturgi dalam arti “ibadah gereja atau tata kebaktian”. Karena liturgi berarti bekerja

untuk kepentingan rakyat.20

Makna Liturgi

Makna liturgi yang lebih dalam dan yang lebih penting lagi adalah bahwa di

dalam ibadah ditunjukkan kesatuan jemaat yang baik dengan Tuhannya maupun

dengan sesamanya. Dengan demikian maka dalam liturgi ada dua unsur yang selalu

hadir: dengan bahasa Latin actus a parte dei actus a porte populi. Keduanya, adalah

kegiatan dari Tuhan dan kegiatan dari pihak manusia harus jelas di dalam liturgi

supaya tampak pertemuan yang sangat indah di antara Tuhan dengan umat-Nya.

Implikasi praksisnya, ibadah adalah alat imaniah yang memperlihatkan secara

kelihatan keyakinan adanya pertemuan dialogis antara jemaat dengan Allah.21

Liturgi dapat dipahami dari macam-macam pengertian. Di sini disampaikan

pertama-tama pandangan populer atau pandangan umat pada umumnya mengenai

liturgi. Ternyata pandangan populer ini tidak selalu sesuai dengan makna istilah

liturgi dari sisi sejarah dan perkembangannya. Tetapi bagaimanapun juga, pengertian

liturgi mesti dijadikan acuan ialah apa yang diajarkan oleh Gereja. Dalam arti ini,

berliturgi berarti melaksanakan tindakan kultis, yakni melakukan tindakan

penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan dengan serangkaian tata upacara

yang serba teratur dan kurang lebih tetap. Dengan demikian pandangan yang lebih

memahami liturgi sebagai kumpulan aturan beribadah beriringan pula dengan

pengertian ilmu liturgi dalam sejarah Gereja. Dalam pemahaman seperti ini, ilmu

20

Gerrit Riemer, Cermin Injil Ilmu Liturgi (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 9 21

Jarot Kristianto, Jurnal Theologia Alethea, 12/21 (september 2010) 20-35.

Page 24: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

12

liturgi tidak hanya merupakan ilmu tentang rubrik, ilmu tentang aturan. Ilmu liturgi

hanya menjadi ilmu mengenai bagaimana orang melaksanakan ibadah secara benar

sehingga ibadah itu “sah” dan “manjur”.22

Fungsi dasar Gereja adalah liturgi yang juga didekati dari asal-usul istilah

Gereja sendiri, yang berasal dari Bahasa Yunanin ekklesia. Ekklesia berarti

pertemuan, rapat atau sidang umat. Gereja adalah pertemuan umat yang panggil dari

dunia ini oleh Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus bagi pelayanan Allah atau

bagi liturgi. Liturgi sebagai fungsi dasar Gereja juga mengandung makna bahwa

liturgi merupakan puncak dan sumber kehidupan Gereja yang berarti bahwa semua

kegiatan dan fungsi Gereja memiliki arah tujuan satu dan sama, yakni perayaan

liturgy.23

Sejarah penyesuaian liturgi pada abad ke-20 tiba pada pergumulan

kontekstualisasi. Kontekstualisasi berkaitan dengan penilaian kita terhadap konteks-

konteks dalam dunia ketiga. Kotentekstualisasi dengan tidak mengabaikan konteks-

konteks budaya, memperhitungkan juga proses sekularisasi, teknologi dan perjuangan

manusia demi keadilan, yang menjadi ciri saat ini dalam sejarah bangsa-bangsa dunia

ketiga. Oleh karena itu, kita dapat melihat dua macam pola pikir dalam

kontekstualisasi: pertama, sikap Gereja penerima, ialah merelevankan pergumulan

teologis bagi gereja-gereja di daerah bekas misi. Timbulnya pemahaman untuk untuk

mendahulukan ritus setempat. Gereja penerima memikirkan lebih dahulu hal-hal yang

relevan locus-Nya, sebelum tiba giliran menyesuaikan dengan pola liturgi oikumeni.

Kedua, sikap Gereja pengirim, ada kesadaran bahwa kontekstualisasi bukan seperti

mengganti baju luar tanpa mengganti jiwa. Gereja penerima memulai kontekstualisasi

dengan mempertimbangkan pola liturgi secara oikumenis, kemudian menyesuaikan

dengan Gereja penerima berpijak. Kontekstualisasi adalah usaha menempatkan

sesuatu sehingga tidak asing lagi, tetapi terjalin dan menyatu dengan keseluruhan

22

Martasudjita, Liturgi, 13-15. 23

Martasudjita, Liturgi, 40-42.

Page 25: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

13

seperti benang dengan tekstil. Dalam hal ini tidak hanya tradisi kebudayaan yang

menentukan, tetapi situasi dan kondisi sosial pun ikut berbicara.24

Prinsip yang fundamental bagi semua kehidupan adalah bahwa organisasi

hidup itu tumbuh. Pertumbuhan itu alamiah, sebagai pernyataan kehidupan yang

spontan. Satu-satunya cara yang menghentikan pertumbuhan adalah penyakit atau

kematian. Dengan demikian kesehatan mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan. Gereja terutama merupakan sebuah organisme hidup dan yang kedua

sebagai organisasi. Segala sesuatu tentang gereja melibatkan kehidupan. Yesus

Kristus, kepala Gereja adalah Juruselamat yang hidup. Gereja termasuk individu yang

dihidupkan secara rohani sebagai akibat dari kelahiran baru (Yoh. 3:3; Ef. 2:1-3).

Baik secara individu atau secara lembaga Gereja di diami oleh Roh yang hidup (Yoh.

14:1 Kor. 3:16-17), dan pekerjaannya dipimpin oleh sebuah buku kehidupan (Ibrani

4:12).25

Pertumbuhan Gereja

Pertumbuhan Gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas

dan kompleksitas organisasi sebuah Gereja lokal. Defenisi ini merupakan kunci untuk

memahami proses yang menyebabkan Gereja bertumbuh. Jika ketiga komponen

kenaikan ini tidak terjadi secara seimbang, sebuah Gereja tidak akan

mempertahankan kesehatan yang baik. Apabila, misalnya pertumbuhan gereja terjadi

hanya sebagai kenaikan jumlah, dengan mengorbankan perkembangan kualitas dan

organisasi, maka mutasi yang tidak sehat akan berkembang dalam tubuh yang semula

sehat. Oleh karena itu, penginjilan dan pemuridan, dengan demikian adalah bagian

dari satu proses, pertumbuhan kuantatif dan kualitatif harus berkembang secara

simultan dan dalam keseimbangan yang baik. Sebaliknya, jika perkembangan

kualitatif tidak mencakup perkembangan kuantitaf, produknya akan merupakan

mutasi yang tidak sehat. Dengan demikian jika perkembangan organisasi struktural

24

Rasid Rachman, Pembimbing Ke dalam Sejarah Liturgi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 193-195. 25

Ron Jenson dan Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang: Yayasan Penebit Gandum

Mas, 1996), 7.

Page 26: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

14

diabaikan sementara fokus Gereja pada kuantitas dan kualitas, pertumbuhan akan

terbatas.26

Dengan demikian, dalam liturgi, makna fungsi dan pertumbuhan gereja kita

melihat bagaimana peran kita sebagai pelayan Gereja, petugas yang berpatisipasi

membentuk anggota-anggota yang aktif dalam semua bagian yang ada dalam liturgi

karena ini membutuhkan jiwa-jiwa yang semangat dalam melakukan organisasi

dalam Gereja. Karena sebagai seorang pemimpin punya peranan dalam membangun

jemaatnya baik dalam spiritulitas dan juga kepemimpinan dalam sebuah pelayanan.

Sehingga bisa mengembangkan dan juga melibatkan orang-orang yang ada di

dalamnya untuk dapat bertumbuh aktif.

Ciri-ciri Gereja yang Sehat

1. Memiliki Kesamaan dan Kristus

2. Menikmati kehadiran gereja yang mengembangkan pelayanan yang

diatur sedemikian rupa,yang melibatkan peran anggota

3. Gereja yang aktif, bertumbuh dengan kehadiran tiap anggota

4. Memusatkan pada apa yang diungkapkan Alkitab

5. Gereja yang sehat memiliki pandangan yang luas tentang

kepemimpinan.

6. Gereja yang sehat mengembangkan anggota-anggota dan

organisasinya

7. Gereja yang sehat mengembangkan pelayanan yang diatur sedemikian

rupa sehingga melibatkan anggota-anggotanya

8. Mempertahankan Persyaratan Alkitabiah

9. Mengikuti Prinsip-prinsip Alkitabiah.

Peran Kaum Bapak dan Pertumbuhan Gereja

26

Jenson dan Stevens, Pertumbuhan Gereja, 8-9.

Page 27: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

15

Sebagai bagian dari tubuh Kristus yang hidup, kaum laki-laki tidak punya

pilihan lain selain dari menghidupi panggilan perannya secara benar dan maksimal,

sesuai fungsi dimana Kristus telah ditetapkan. Dari kesadaran dan komitmen

menghidupi peran dan fungsi secara benar dan maksimal inilah, maka pertumbuhan

gereja akan menjadi satu dinamika yang terus berjaya menembus masa disepanjang

masa.27

Peran Kaum Bapak dan Liturgi

Secara khusus, liturgi merupakan wujud pelaksanaan tugas Kristus sebagai

Imam Agung. Dalam hal ini liturgi merupakan penyembahan Kristus kepada Allah

Bapa, namun dalam melakukan penyembahan ini, Kristus melibatkan TubuhNya,

yaitu Gereja, sehingga liturgi merupakan karya bersama antara Kristus(Sang Kepala)

dan Gereja (Tubuh Kristus). Oleh karena itu, melihat dari Bapa sebagai Kepala

Gereja memang tidak terlepas dari peranan para Kaum Bapak.28

Lokasi dan Gambaran Umum GMIT Getsemani Oelbubuk

Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Getsemani Oelbubuk terletak di Desa

Oelbubuk Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Pelayanan GMIT Getsemani Oelbubuk yaitu 4

Km² dengan kepadatan jumlah jemaat 1622 orang, wilayah pelayanan Jemaat

Getsemani Oelbubuk berada dideretan pengunungan Mollo, hal inilah yang membuat

kondisi alamnya cukup subur, sedangkan sebelah Utara berbatasan dengan Jemaat

Meo Desa Netpala Mollo Utara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat Binaus

Mollo Barat, Sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat Kualeu Mollo Barat, Sebelah

Barat berbatasan dengan Jemaat Nekemunifeto Mollo Barat. Secara Geografis Jemaat

Getsemani Oelbubuk berada pada ketinggian 1.100 km diatas permukaan air laut dan

memiliki suhu 20-30 celsius, hal ini membuat disekitar lingkungan tersebut terasa

27

http://mpgpps.org/index.php?pg=view-artikel-rohani&artikel=12-peran-kaum-laki-laki-dalam-

pertumbuhan-gereja tgl 22 oktober 2019 jam 19:32 WIB. 28

http://www.katolisitas.org/apa-yang-harus-kuketahui-tentang-liturgi/ tgl 28 oktober 2019 jam 15:45

WIB.

Page 28: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

16

dingin. Adapun waktu tempuh dari Pusat Kabupaten Kota SoE dengan perjalanan ±

20 km.

Gambaran Umum Pelayanan Jemaat Getsemani Oelbubuk, memiliki 12

rukun/rayon antara lain: rayon I berjumlah 31 KK , rayon II berjumlah 19 KK, rayon

III berjumlah 35 KK, rayon IV berjumlah 30 KK, rayon V berjumlah 26 KK, rayon

VI berjumlah 38 KK, rayon VII berjumlah 23 KK, rayon VIII berjumlah 25 KK,

rayon IX berjumlah 36 KK, rayon X berjumlah 32 KK, rayon XI berjumlah 18 KK,

rayon XII berjumlah 24 KK dengan jumlah jiwa 1622 jiwa. Antara lain jumlah

anggota Sidi dan Baptis berjumlah 930 jiwa. Mata pencaharian Jemaat Getsemani

Oelbubuk dominan adalah Petani 75%, dan juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) 25%.

Dengan Petani dikategorikan dalam berbagai pekerjaan yakni Petani kebun yang

hanya bekerja pada saat masa menanam tiba, yang disebut dengan Petani kering, dan

petani pengarap. Dengan jadwal penelitian dari tanggal 17 agustus sampai dengan 1

september 2019.

Sejarah Singkat GMIT Getsemani Oelbubuk

Oelbubuk tergolong dalam daerah swapraja yakni Amanatun, Amanuban dan

Mollo yang kemudian bergabung menjadi satu suku di seluruh Timor Tengah Selatan.

Pada saat itu di daerah swapraja Mollo, Gereja Kristen Protestan dibawa dan

disebarkan pertama kali oleh seorang Pendeta Belanda yang bernama Pdt. Piter

Middelkop yang berdomisili di Wilayah Kapan dan membentuk Wilayah Pelayanan

Binaus yang terdiri dari Oelbubuk, Sakteo, Kualeu, Biloto dan Nekemunifeto.

Oelbubuk adalah daerah perang (bael makenat) dan karena saat itu masih

dalam suasana perang maka Pdt. Piter Middelkop yang membawa masuk Agama

Kristen Protestan tidak langsung diterima karena penduduk masih sangat terisolir dan

protektif terhadap orang atau budaya asing yang masuk.

Pada tahun ± 1916 gereja dikenal sebagai Gereja Rumah. Karena Wilayah

Oelbubuk pada waktu itu berpusat di Bibnoko atau Sumlili dan saat itu Oelbubuk

Page 29: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

17

dalam suasana perang maka orang-orang yang berperang bersembunyi di Bibnoko

sambil menyebarkan ajaran tentang cara berdoa, menghafal Pengakuan Iman Rasuli

dan Sepuluh Hukum Taurat.

Oelbubuk pada waktu itu ada dalam perang dan selama masa perang Fatuenon

dikenal sebagai Benteng Perang namun setelah tidak ada Perang Firman Allah juga

diterima dan dibawa masuk melalui Fatuenon yang tadinya adalah Pintu Perang.

Dengan demikian merupakan pintu “Gelap” sekaligus pintu “Terang”.

Kemudian Tuhan memberikan satu mujizat melalui seorang pahlawan perang

di Oelbubuk yang oleh masyarakat Mollo dikenal sebagai “Meo Makenat” yaitu Ena

Na’U. Kemudian Ia menyerahkan diri untuk dibaptis dengan Nama Nasrani Noh

Na’U sehingga Ia dianggap sebagai Imam. Imam Noh Na’U mempunyai seorang

anak dengan nama kafir Felo Na’U.

Suatu ketika Felo Na’U sakit berat maka orang tuanya Noh Na’U meminta

seorang dukun untuk menyembuhkan anaknya dengan mencari petunjuk melalui telur

yang menurut tradisi orang Mollo disebut (Ote Naus).

Karena kurang percaya kepada Tuhan maka dalam petunjuk, telur yang

pertama berwarna gelap, setelah diulangi untuk kedua kalinya maka telur itu

berwarna terang terlihat Alkitab terbuka dalam telur tersebut sehingga para dukun

menafsirkan bahwa Allah tidak menginginkan supaya tetap hidup di dalam kekafiran.

Dalam kisah penyembuhan ini Pahlawan Perang Ena Na’U adalah orang pertama

yang menerima Agama Kristen, lalu Ena’ Na’U mengajak saudara-saudaranya untuk

menerima Agama Kristen (terang Firman Allah).

Sebagai tanda bagi orang yang menyerahkan diri untuk dibaptis adalah

mengunting rambut dan mengganti nama kafirnya. Orang kedua yang menyerahkan

diri untuk dibaptis dan menerima Agama Kristen adalah “Foan Na’U” yang dibaptis

dengan nama Felipus Na’U.

Page 30: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

18

Untuk memudahkan Penyebaran Injil maka Gereja Rumah membuka sayap ke

Besana (Mollo Barat) dengan mengangkat Tleu Sanam dengan nama baptisan Tadius

Sanam dan Felipus Na’U sebagai Penatua lalu mengutus Mateos Na’U, Hagai Pai dan

Felipus Tein untuk mengikuti sekolah penatua di Kupang ± tahun 1921.

Sekembalinya mereka maka Gereja dipindahkan dari Bibnoko ke Fatu Mollo dan

pada saat itu mereka mulai mengenal Hari Minggu sebagai hari isterahat Penuh

untuk Beribadah kepada Tuhan. Kemudian Gereja dipindahkan dari Fatu Mollo ke

Lete Naek. Tetapi karena perkembangan dan pertumbuhan Gereja semakin meluas

maka gereja dipindahkan dari Lete Naek ke Oelbubuk sejak ± tahun 1928 hingga

sekarang lalu diberi Nama Gereja Getsemani sampai sekarang yang dirintis oleh Bpk.

Lefinus Sanam selaku pemimpin wilayah yang pada zaman kerajaan disebut

Tamukung (Kepala Desa). Pelayan yang pernah melayani sejak tahun 1928 sampai

sekarang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel Pemimpin Gereja Getsemani Oelbubuk sejak tahun 1928 sampai

sekarang.

N

o.

Nama

Jabatan

Masa Jabatan

Ket

1

.

Mikhael Rihel

Toineno

Utusa

n Injil

± 1950-1973

2

.

Samuel Viktor Nitty,

S. Th

Pende

ta

1973-1978

3

.

Yahya R. Luakusa Pende

ta

1978-1995

4 S. J. Summa, S. Th Pende

ta

1995-2001

5 Tamar E. Djahimo-

Nahum S. Si

Pende

ta

2001-2010

6 Nahum D. E. Bilaut, Pende 2010 sampai

Page 31: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

19

. S. Si ta sekarang

Sumber : Data Sejarah Gereja Getsemani Oelbubuk

Jenis-jenis Ibadah GMIT Getsemani Oelbubuk

Berdasarkan hasil penelitian maka dalam Jemaat Getsemani Oelbubuk, dibagi

dalam berbagai ibadah, baik itu Ibadah Rayon, Ibadah Kategorial, Ibadah Minggu,

PAR(Pelayanan Anak Remeja) dan lain-lain. Dalam Jemaat Getsemani ada 12 rayon

yang Kaum Bapaknya dibagi dalam 3 pos, termasuk Ibadah Kaum Ibu, Ibadah

Rayon, Ibadah kategorial dalam hal ini Kaum Bapak. Yang memimpin Ibadah Kaum

Bapak adalah Para Pengurus yang sudah dipilih dan teguhkan sebagai Penatua dan

diaken Kaum Bapak dan juga Majelis Harian, jika diminta untuk memimpin dan itu

adalah Kaum Bapak.

Liturgi yang digunakan dalam kebaktian minggu pada umumnya, yang

membedakan dengan Ibadah-ibadah kategorial adalah Kebaktian Minggu

menggunakan alat musik berupa keyboard yang digunakan untuk mengiringi pujian,

sedangkan dalam ibadah rayon hanya biasa saja dan yang menyusun liturginya adalah

pemimpin yang akan memimpin ibadah tersebut terlebih lagu-lagu yang akan

dinyanyikan, dan yang dipersiapkan gereja hanya bacaan yang terdapat dalam kitab

apa yang akan dikhotbahkan tetapi khotbahnya kita sebagai pemimpin yang

mempersiapkan sendiri. Dengan jumlah kehadiran dalam ibadah Kaum Bapak yang

jika diinventalisir yang masing-masing pos ada 30-40 orang yang hadir hanya 10

orang dari jumlah Bapak-bapak.29

Kaum Bapak adalah Ibadah Kategorial

Kaum Bapak merupakan salah Kategorial yang ada dalam Jemaat GMIT

Getsemani Oelbubuk yang mempunyai peranan penting dalam gereja, masyarakat

dan pemerintah.

29

Bpk. Nahum, (Pendeta), wawancara, 1 september 2019.

Page 32: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

20

Pengurus Kaum Bapak mengusulkan agar akhir tahun ini, akan ada program

baru yang ditetapkan untuk pelayanan di tahun ajaran baru sehingga dapat berjalan

dengan baik, jika kehadiran dalam setiap ibadah masih minim. Oleh karena itu,

berpengaruh juga jika wilayah Pelayanan yang pengurusnya hanya 2 orang yakni

Penatua dan Diaken harus melayani 4 sampai 5 rayon dengan jumlah Kepala

Keluarga yang cukup banyak, sehingga tidak dapat melayani setiap Kepala Keluarga

yang dengan jadwal pelayanan hanya dua kali dalam sebulan.30

Pelayanan Ibadah untuk Kaum Bapak memang pelayan yang tidak

mempersiapkan diri untuk melayani, walaupun sebagai tuan rumah sudah

mempersiapkan diri menanti dan menunggu pelayan untuk datang melayani tetapi

tidak ada yang datang untuk melayani. sementara untuk Kaum Ibu, PAR dan Pemuda

sebagai orang tua terus mendukung untuk tetap berjalan.31

Pada dasarnya Kaum

Bapak ini malas untuk menghadiri Ibadah, karena sebagai seorang Penatua rayon

penilaian sebagai majelis setempat tidak saja kehadiran dalam Ibadah Kaum Bapak

tetap juga dalam ibadah Kaum Bapak tetapi juga dalam setiap Ibadah rumah tangga,

semua sibuk dengan kesibukan pribadi mereka dan itu yang mereka utamakan dari

pada Ibadah.32

Dalam 1 kategori terdapat 2 orang pengurus yakni Penatua dan

Diaken, tetapi tidak diteguhkan untuk menjadi seorang pelayan karena Diaken hanya

bertugas membantu atau dapat dikatakan orang belakang layar. Dan hanya memimpin

jika ada permintaan dari Penatua untuk memimpin.33

Keterlibatkan Jemaat atau Kaum Bapak dalam Pertumbuhan Gereja

Pertumbuhan Gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas

dan kompleksitas organisasi sebuah Gereja lokal. Oleh karena itu, penginjilan dan

pemuridan, dengan demikian adalah bagian dari satu proses, pertumbuhan kuantatif

dan kualitatif harus berkembang secara simultan dan dalam keseimbangan yang baik.

Sebaliknya, jika perkembangan kualitatif tidak mencakup perkembangan kuantitatif,

30

Bpk. Melkior, (Pnt. Kaum Bapak Pos 3), wawancara, 30 agustus 2019. 31

Bpk. Albert, (Jemaat), wawncara, 29 agustus 2019. 32

Bpk. Yunias (Penatua rayon 3), wawancara, 27 agustus 2019. 33

Bpk. Ferdinan, (Penatua rayon 4), wawancara, 27 agustus 2019.

Page 33: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

21

produknya akan merupakan mutasi yang tidak sehat. Dengan demikian jika

perkembangan organisasi struktural diabaikan sementara fokus Gereja pada kuantitas

dan kualitas, pertumbuhan akan terbatas.34

Peran mereka sangat kelihatan untuk hal lain mereka mempunyai partisipasi,

tetapi dalam ibadah dalam hal kehadiran itu harus mendapat perhatian lebih, dan

mendapat motivasi-motivasi khusus dalam hal beribadah, bersekutu memang harus

ada motivasi untuk para bapak-bapak dan menjadi satu hal yang harus terus

melayankan caranya, metodenya untuk kemudian bisa menjadi sebuah alasan untuk

mereka terlibat secara aktif. Organisasinya ada tetapi mekanismenya yang tidak

berjalan. Misalnya ada pengurus Kaum Bapak ada Penatua dan Diaken dalam hal ini

organisme setiap individu yang tidak cukup aktif dalam peran pelayanan. Banyak

sekali alasan yang mendasari kenapa bapak-bapak tidak menghadiri Ibadah atau tidak

cukup terlibat dalam ibadah salah satunya kesibukan dalam kaitannya dengan

tanggungjawab sebagai seorang suami sebagai Kepala Keluarga, pekerjaan-pekerjaan

dalam kaitan tanggungjawab laki-laki sebagai seorang Kepala Keluarga itu selalu

menjadi alasan untuk kemudian membuat bapak-bapak tidak banyak yang aktif untuk

terlibat dalam Persekutuan-persekutuan.35

Kaum Bapak lebih untuk melaksanakan tanggungjawab sebagai suami dan

Kepala Keluarga. Sehingga ada kaitannya dengan hidup berkeluarga dan hidup

bersosial, praktek sosial ada 2 yakni praktek sosial sebagai jemaat dan praktek sosial

sebagai masyarakat dan praktek sosial sebagai gereja. Yang selama ini menjadi fokus

adalah bagaimana menghidupi keluarga, dan dalam konteks sosial sebagai

pemerintahan Bapak-bapak lebih banyak berperan disana tetapi kemudian dalam

gereja disitu terlihat sekali bahwa bapak-bapak sangat memliki banyak situasi yang

dibandingkan dengan anak-anak sedikit berbeda dan juga Ibu-ibu memang kaum

bapak agak sedikit kurang dan minim, dan sekarang ibadah tetap tidak maksimal.36

34

Jenson dan Stevens, Pertumbuhan Gereja, 8-9. 35

Bpk. Nahum (Pendeta), wawancara, 1 september 2019. 36

Bpk. Nahum (Pendeta), wawancara, 1 september 2019.

Page 34: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

22

Kaum Bapak punya pengaruh dalam pertumbuhan iman, oleh karena santainya

maka datang iman juga begitu, tidak bertumbuh secara normal hanya biasa saja mau

dibilang asal nama menjadi orang gereja yang beriman yang imannya bisa diukur

oleh manusia. Jika dilahat dalam Keluarga tidak tetapi pengaruhnya sampai kepada

masayarakat pada intinya lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada umum.

Padahal kalau sesuai dengan pemahaman pendidikan seharusnya lebih

mengutamakan umum baru pribadi, sehingga lebih mengutamakan jasmani

dibandingkan dengan rohani.37

Sehingga dari Jemaat mereka mengusulkan agar pengurus Kaum Bapak, jika

ingin untuk memilih pengurus yang baru bisa diberikan kepada para Bapak-bapak

yang memiliki jiwa pelayanan yang untuk melayani, karena ini juga mengenai

panggilan untuk melayani dengan jadwal pelayanan yang terbatas dua kali dalam satu

bulan.38

Kaum Bapak disini semua petani hanya satu atau dua orang yang PNS, jadi

yang diketahui selama ini bahwa Kuam Bapak lancar-lancar saja hanya karena

mereka punya kesibukan maka kehadiran dalam Ibadah minim. Sehingga semua

waktu yang ada seperti terbagi untuk semua pekerjaan baik di Pemerintah, Keluarga

dan Gereja. Jadi kendala yang dialami adalah bahwa mereka lebih mementingkan

tugas mereka sebagai seorang bapak.39

Dari setiap orang yang diwawancara didapatkan bahwa yang bermasalah

adalah pengurus Kaum Bapak yang tidak hadir dalam Ibadah Kaum Bapak walaupun

sudah ada pengumuman di gereja. Dan ketika pengurus tidak hadir maka pelayanan

tidak berjalan.40

37

Bpk. Yunias (Penatua Rayon 3), wawancara, 27 agustus 2019. 38

Opa Sefnat, (Jemaat), wawancara, 29 agustus 2019. 39

Bpk. Nitanel, (Jemaat), wawancara, 30 agustus 2019. 40

Opa Yesaya, (Jemaat), wawncara, 26 agustus 2019.

Page 35: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

23

Analisa Pertumbuhan Gereja GMIT Getsemani Oelbubuk

Pertumbuhan Gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas

dan kompleksitas organisasi sebuah Gereja lokal. Defenisi ini merupakan kunci untuk

memahami proses yang menyebabkan Gereja bertumbuh. Jika ketiga komponen

kenaikan ini tidak terjadi secara seimbang, sebuah Gereja tidak akan

mempertahankan kesehatan yang baik.41

Oleh karena itu, Gereja bisa saja hidup dan

bertumbuh sekalipun angka keanggotaan atau kehadiran tidak berubah. Tetapi orang-

orang dalam Gereja itu bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan

Yesus, tunduk pada kehendakNya dalam kehidupan mereka, baik secara pribadi

maupun bersama-sama, itulah Gereja yang mengalami pertumbuhan yang sejati.

Tetapi yang terjadi dijemaat Getsemani Oelbubuk justru tidak mendukung

pertumbuhan jemaat karena ada banyak kegiatan yang disepakati bersama untuk

mendukung pertumbuhan jemaat dalam hal iman tidak berjalan dengan baik, karena

Kepala Keluarga tidak membuat suatu hal yang dapat membangun pertumbuhan iman

dalam keluarga.

Ibadah Kategorial yang ada dalam Jemaat Getsemani Oelbubuk yang

memimpin adalah orang-orang yang sudah diteguhkan sebagai Majelis Jemaat yang

siap melayani jemaat yang ada, dalam hal ini Ibadah-ibadah Kategorial bagi Kaum

Bapak, Kaum Ibu, Pemuda dan PAR yang sebagaimana adanya, dan untuk Ibadah

Kaum Bapak yang memimpin adalah pengurus yang menghendel pelayanan yang ada

begitu juga Ibadah rayon, Kaum Ibu, Pemuda dan PAR, sehingga Ketua Majelis

Jemaat hanya mengontrol apakah Ibadah-ibadah berjalan atau tidak. Dan para

pengurus umum mereka tidak berperan langsung didalamnya.

Selain itu dengan jadwal kebaktian yang ditetapkan sebagai berikut: kebaktian

minggu jam 08:00 WITA sampai selesai dan Ibadah Rayon setiap hari selasa dan

jum’at dengan jadwal yang berbeda-beda untuk rayon 4,5,6,7 dan 8 jam 07:00 WITA

dan rayon 1,2,3,9,10,11,12 jam 15:00 WITA, sedangkan untuk Ibadah-ibadah

41

Jenson dan Stevens, Pertumbuhan Gereja, 8-9.

Page 36: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

24

Kategorial ada Ibadah Kaum Bapak yang berlangsung di hari sabtu jam 16:00 WITA

dan ibadah Kaum Ibu yang dibagi dalam beberap dengan jadwal hari senin, rabu dan

sabtu jam 15:00 WITA untuk Pemuda hari sabtu jam 17:00 WITA dan

PAR(Pelayanan Anak Remeja) hari kamis jam 15:00 WITA.

Jika melihat dari kehadiran memang tidak lebih dari 10 orang dan menurut

penulis itu sangat minim dengan jumlah kehadiran yang hanya 10 orang, sehingga

hasil penelitian membuktikan bahwa benar kehadiran memang minim, setelah kita

melihat dari jumlah Kepala Keluarga yang ada dimasing-masing rayon 30-40 orang.

Disini Para pengurus umum dalam gereja mereka tidak terjun langsung untuk

memimpin tetapi yang memimpin hanyalah pengurus perpos. Terlebih Pendeta

sebagai Ketua Majelis Ia tidak pernah diminta untuk memimpin ibadah-ibadah

Kategorial seperti ibadah Kaum Bapak, Kaum Ibu, Pemuda dan PAR hanya

memimpin di ibadah rayon jika diminta oleh Penatua yang bersangkutan karena ada

halangan.

Berdasarkan hasil penelitian Kaum Bapak sangat banyak jumlahnya untuk 12

rayon yang ada dalam Jemaat Getsemani Oelbubuk, tetapi jika dilihat dari

pertumbuhan gereja, gereja memang bertumbuh secara kaulitas gereja tidak

bertumbuh tetapi secara kuantitas gereja bertumbuh dalam hal ini bahwa geraja

memang ada orangnya tetapi imannya tidak terlalu dipertanggungjawabkan, oleh

karena itu, geraja yang adalah Tubuh Kristus harus dibentuk dengan Iman yang baik

dengan adanya pengurus dalam Gereja baik itu, Penatua dan Diaken rayon dan juga

kategorial yang ada harus membuat sesuatu yang membangun Iman para Kepala

Keluarga atau Bapak-bapak untuk bisa menjadi contoh yang baik bagi Keluarga

terlebih anak-anak yang akan menjadi penerus pertumbuhan gereja. Dengan demikian

akan terus berjalan sebagaimana adanya gereja, dengan pertumbuhan yang begitu

pesat baik dalam hal Iman.

Oleh karena itu, Liturgi sebagai fungsi dasar Gereja juga mengandung makna

bahwa liturgi merupakan puncak sumber kehidupan dan sumber kehidupan Gereja

Page 37: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

25

yang berarti bahwa semua kegiatan dan fungsi Gereja memiliki arah tujuan satu dan

sama yakni perayaan liturgy.42

Dalam penelitian yang dilakukan penulis menemukan

bahwa di Jemaat Getsemani Oelbubuk, penulis menemukan bahwa Liturgi yang

digunakan oleh Jemaat Getsemani Oelbubuk masih Liturgi yang biasa dan tidak

menjawab konteks di Jemaat tersebut. Tetapi untuk saat ini pergumulan Ketua

Majelis Jemaat untuk bisa mewujudkan suatu liturgi yang kontekstual untuk

digunakan oleh semua Kategori yang ada dalam Jemaat Getsemani Oelbubuk. Dalam

liturgi yang digunakan memang kurang menarik dan hanya monoton, seperti ibadah

pada umumnya, sehingga ini membuat Bapak-bapak justru tidak memiliki motivasi

untuk mengikuti ibadah.

Kesimpulan

Kaum Bapak merupakan salah satu Kategorial yang ada dalam Jemaat

Getsemani Oelbubuk yang memiliki peranan penting dalam Gereja, Pemeritahan dan

masyarakat yang juga sebagai Kepala Keluarga dalam Keluarga yang membangun

Iman anak-anak sebelum gereja mengajarkan hal-hal tersebut, Sehingga dalam

pertumbuhan gereja kehadiran Kaum Bapak yang kurang ini sangat berpengaruh

karena dalam keluarga dan masayakat Kaum Bapak sangat penting.

Saran

Memberi manfaat bagi pemuda dan pemudi yang ada dalam membuat suatu

ibadah ini menjadi dokumen dan juga Kaum Bapak dalam membuat ibadah yang

mendukung kualitas dan kauntitas bagi pertumbuhan gereja.

Pentingnya kreatifitas dalam membuat ibadah Kaum Bapak agar ibadah

berjalan tidak berjalan monoton, ibadah tidak hanya tepusat pada liturgi saja bisa

dilakukan ditempat-tempat terbuka untuk lebih bisa membuka spirit/semangat Kaum

Bapak lebih aktif.

Membuat kegiatan-kegiatan yang menciptakan kebersamaan agar

meningkatkan partisipasi Kaum Bapak. Misalnya Kaum Bapak diajak bermain

42

Martasudjita, Liturgi, 40-42.

Page 38: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

26

games, sehingga Kaum Bapak yang tidak pernah berpartisipai dalam Ibadah bisa

berpartisipasi, sehingga pada saat mereka hadir kita bisa merangkul mereka.

Membentuk kelompok dan membangun komunikasi yang berkaitan dengan

pastoral.

Page 39: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

27

Daftar Pustaka

Anscar J Chupungco, Penyesuaian Liturgi dalam Budaya, Yogyakarta:

Kanisius, 1987.

Gerrit Riemer, Cermin Injil Ilmu Liturgi Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina

Kasih, 2013.

Imam, Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara, 2016.

Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualtatif Bandung: Remaja Rosdakarya,

1989.

Martasudjita, Emanuel. Liturgi Pengantar dan untuk Studi dan Praktis Liturgy.

Yogyakarta: Kanisius, 2011.

Michael H. Walizer, Aruef Sadiman, Paul L. Wiener, Metode dan Analisa

Penelitian Mencari Hubungan Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1993

Nasution, Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Rasid Rachman, Pembimbing Ke dalam Sejarah Liturgi, Jakarta: Gunung

Mulia, 2012.

Ron Jenson dan Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja Malang: Yayasan

Penebit Gandum Mas, 1996.

Schwars, Christiaan A. Ringkasan Pertumbuhan Gereja Alamiah.Jakarta:

Yayasan Media Buana Indonesia, 1999.

S, Backtiar. Jurnal Teknologi Pendidikan, 2010.

Timo, Ebenhaizer I Nuban. Kaum Bapak, Gereja Kota & Kesadaran Ekologi -

Menyoal Kontribusi Kaum Bapak di keluarga, gereja & Masyarakat. Salatiga:

Fakultas Teologi UKSW, 2019.

Page 40: Kajian Liturgis mengenai Rendahnya Partisipasi Kaum Bapak ...

28

Werren, Rick. Pertumbuhan Gereja Masa Kini yang Mempunyai Visi dan

Tujuan. Malang: Gandum Mas, 2000.

Wongso, Peter. Tugas Gereja dan Misi Masa Kini. Malang: SAAT, 1999.

WEBSITE

http://mpgpps.org/index.php?pg=view-artikel-rohani&artikel=12-peran-kaum-

laki-laki-dalam-pertumbuhan-gereja tgl 22 oktober 2019 jam 19:32 WIB.

http://www.katolisitas.org/apa-yang-harus-kuketahui-tentang-liturgi/ tgl 28

oktober 2019 jam 15:45 WIB.

Jurnal Online

Wenda, Manto Kaum Bapak Sinode GMIT Gelar Konven Perdana, diunduh

tanggal 9 april 2019.

Jarot Kristianto, Jurnal Theologia Alethea, 12/21 (september 2010).