Perlawanan rakyat kaum paderi

15
IPS XI-SOS-2 BY: JOSHUA RAPHAEL Perang Paderi(1821 – 1837)

description

PERLAWANAN KAUM RAKYAT PADERI

Transcript of Perlawanan rakyat kaum paderi

Page 1: Perlawanan rakyat kaum paderi

IPS XI -SOS -2BY: JOSHUA RAPHAEL

Perang Paderi(1821 – 1837)

Page 2: Perlawanan rakyat kaum paderi

Latar belakang perang paderi

1. Pada awal abad ke-19, muncul kelompok gerakan wahabi di Sumatra Barat yang bertujuan memurnikan kehidupan Islam. Kelompok pendudung gerakan ini dikenal sebagai Kaum Padri.

2. Gerakan Kaum Padri mendapat tentanngan dari kelompok Kaum Adat.

3. Pemerintah kolonial Belanda berpihak pada Kaum Adat. Pada tanggal 10 Februari 1821, diadakan perjanjian antara Residen De Puy dan Tuanku Suruaso ( pimpianan Kaum Adat ).

4. Berdasarkan perjanjian itu, Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatra Barat. Peristiwa itu menandai dimulainya Perang Padri.

Page 3: Perlawanan rakyat kaum paderi

Tokoh pemimpin perang

Datuk Malim Basa ( Tuanku Imam Bonjol ),

Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, Tuanku nan Alahan, Datuk Bandoro, Tuanku Pasaman, Tuanku nan Renceh.

Page 4: Perlawanan rakyat kaum paderi

Pada mulanya

Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat opium ,minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat patriarki mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.

Page 5: Perlawanan rakyat kaum paderi

Asal usul perang

Golongan adat(minang) yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan Belanda.

Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian Masang". Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.

Page 6: Perlawanan rakyat kaum paderi

Perjanjian Masang

Belanda akan mengakui kekuatan Tuanku Keramat di Lintau,Telawas,Lima Puluh Kota dan Agam

Kedua belah pihak akan melindungi orang-orang yang kembali dari pengungsian, serta melindungi orang-orang yang dalam perjalanan dan perdagangan.

Page 7: Perlawanan rakyat kaum paderi

Keadaan setelah perjanjian

Setelah perjanjian ini kegiatan perang tidak banyak dilakukan. Tetapi setelah perang Diponegoro berakhir (1825-1830), Belanda kembali melakukan penyerbuan. Pada penyerbuan ini, Bukit Muara Palam dapat mereka rebut pada Agustus 1831. Kapau sebagai Benteng Paderi di Agam mereka rebut April 1832, dan sebelumnya daerah pantai suplai senjata paderi dari Singapura mereka rebut Desember 1831. Kemudian Lintau jatuh ketangan Belanda Agustus 1832, dan pada tahun yang sama juga Kamang dan Bansa jatuh.

Page 8: Perlawanan rakyat kaum paderi

Daerah lain yg berhasil di rebut oleh belanda

 Selanjutnya Banteng Bonjol sebagai pertahanan Paderi direbut Belanda pada 21 September 1832. Rao dan Sundatar direbut pada Oktober 1832, dan pada tahun yang sama juga Lima Puluh Kota mereka kuasai. Dengan demikian,seluruh Minangkabau telah dikuasai Belanda .

Page 9: Perlawanan rakyat kaum paderi

Bersatunya kaum adat dengan Paderi

Melihat kekalahan yang diderita golongan Paderi dan rakyat Minangkabau, dan kelakuan serdadu Belanda yang menodai adat dan agama, seperti menjadikan masjid sebagai asrama serdadu,

Maka pada tahun 1833-1834 terjadilah konsolidasi total Kaum Paderi dan persatuan antara Kaum Paderi dan Kaum Adat yang tadinya memihak Belanda. Semangat jihad Kaum paderi muncul kembali.

Page 10: Perlawanan rakyat kaum paderi

Kegigihan perang

Pada tahun 1833, dikaki Gunung Tandikat dilakukanlah musyawarah antara Kaum Paderi dan Kaum Adat untuk menyusun langkah-langkah dalam rangka melakukan serangan serentak seluruh Minangkabau terhadap Belanda. Permusyawaratan berhasil menyetujui serangan itu akan serentak dilakukan di seluruh Minangkabau pada 11 Januari 1833.Namun sebelum tanggal tersebut, rahasia bocor dan diketahui Belanda, sehingga serangan serentak tak dapat dilakukan.

Akan tetapi, atas kegigihan Kaum Paderi dan Kaum Adat, satu demi satu daerah yang diduduki Belanda dapat direbut. 

Page 11: Perlawanan rakyat kaum paderi

Usaha perebutan daerah

Mula-mula direbutlah Benteng Bonjol, Simawang, Tarantang, Tunggang, dan Lubuk Ambalau di Pasaman. Kemudian pada Juni 1833, Buo, Tambangan, dan Guguk Sigantang di Tanah Datar dapat pula direbut. Sementara disekitar Kamang, Agam, pada bulan Juli 1833 terjadi peperangan sengit di bawah pimpinan Tuanku Mensiangan, yang akhirnya tertangkap dan dihukum gantung Belanda pada 29 Juli 1833.

Pada 25 Oktober 1833 pemerintah Belanda mengumumkan apa yang dikenal dengan “Plakat Panjang”.

Page 12: Perlawanan rakyat kaum paderi

Isi Plakat Panjang

Belanda ingin menghentikan perangTidak akan mencampuri urusan dalam negeri

MinangkabauTidak akan menarik cukai dan iuran-iuran.Masalah kopi, lada dan garam akan ditertibkan.

Page 13: Perlawanan rakyat kaum paderi

Kejatuhan kaum Paderi

 Namun, karena usaha Belanda menjaga perdamaian dan memajukan perdangangan memerlukan biaya, maka rakyat dianjurkan menanam kopi dan menjualnya kepada kompeni. Plakat Panjang merupakan janji resmi atas nama Raja Belanda waktu itu.Namun Belanda tidak menepati janjinya.

 Serangan Belanda bertambah gencar sehingga seluruh jalur menuju ke Bonjol mereka tutup. Tuanku Imam Bonjol dengan segala kekuatan dan bantuan Paderi daerah lain sebenarnya masih tetap bertahan. Akan tetapi, Tuanku Nan Tinggi, yang tau betul kekuatan dan kelemahan Paderi Bonjol, menyerah, akhirnya benteng Bonjol jatuh ketangan Belanda tanggal 16 Agustus 1837

Page 14: Perlawanan rakyat kaum paderi

Runtuhnya kaum Paderi dan Imam Bonjol

Jatuhnya Bonjol menyebabkan pusat perjuangan Paderi ia pindahkan ke Daludalu di bawah komando Tuanku Tambusai. Tetapi Daludalu-pun dapat direbut Belanda tanggal 28 Desember 1838. Kemudian gerakan Paderi di Kubung XIII, Solok, dapat pula ditaklukan Belanda pada bulan April 1838.Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol yang tak tahan melihat penderitaan keluarganya bersedia berdamai dengan syarat ia tidak akan diasingkan dari tanah Minangkabau. Dia menemui Komandan Belanda di Palupuh (di utara Bukit Tinggi). Dengan upacara kehormatan dia dibawa ke Padang. Disana kapal telah menantinya. Dia diasingkan ke Sukabumi (Jawa Barat) dan kemudian dibawa ke Manado (Sulawesi Utara). Dia wafat tanggal 12 Zulhijjah 1238 atau 8 November(1864), dan dimakamkan di Lutak, Manado.

Page 15: Perlawanan rakyat kaum paderi

TerimaKasih -