Kajian Kualitas Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah (2)

download Kajian Kualitas Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah (2)

of 6

description

Kajian KUalitas laporan hasil penyelidikan epidemiologi demam berdarah

Transcript of Kajian Kualitas Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah (2)

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Tingkat Puskesmas

di Kabupaten Jepara Tahun 2013Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global selama 50 tahun terakhir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa populasi di dunia yang berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam berdarah dengue (DBD) dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DBD mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012).

Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setia tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Kemenkes, 2010).

Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/ Angka Kesakitan= 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725 kasus dengan IR 27,67. Target Renstra angka kesakitan DBD tahun 2012 sebesar 53 per penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2012 (Kemenkes RI,2012).Penyakit DBD masih merupakan masalah serius di Provinsi Jawa tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/ Incindence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 38,3/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk dan tahun 2011sebesar 15,27/100.000 penduduk, sementara masih dalam target nasional yaitu 6 tahun OR=4,68 (95% CI = 1,29 18,88), tidak pahamnya petugas mulai lapor KLB OR= 5,96 (95% CI= 1,70 20,87), tidak ada w-1 di Puskesmas OR= 5,23 (95% CI = 1,38 19,79, tugas rangkap OR= 5,89 (95% CI= 1,35 25,79), tidak ada motivasi dari pimpinan Puskesmas OR= 7,92 (95% CI= 1,24 27,97) dan tidak ada perhatian dari pimpinan Puskesmas OR=5,95 (95% CI= 1,77 20,02).Faktor yang tidak terbukti berhubungan adalah faktor pendidikan, lama tugas, pelatuhan surveilans epidemiologi, faktor pemahaman petugas untuk penentuan KLB dan kebijakan pimpinan puskesmas.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi Penyakit Malaria Tingkat Puskesmas di Kabupaten Kebumen Tahun 2012 (Oliva Virvizat Prasastin, 2013)

Hasil penelitian:

Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan (p=0,016) dan ketersediaan sarana (p=0,004) dengan kinerja petugas surveilans epidemiologi penyakit malaria tingkat puskesmas di Kabupaten kebumen tahun 2012.

Tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=0,316), lama kerja (p=0,647), tingkat pendidikan (p=1,000), pelatihan surveilans (p=0,988), disiplin kerja SOP (p=0,100), dan pemberian motivasi (p=0,977) dengan kinerja petugas surveilans epidemiologi penyakit malaria tingkat puskesmas di Kabupaten kebumen tahun 2012.

Beberapa Faktor Petugas yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Surveilans Epideimiologi Malaria Tingkat Puskesmas di Kabupaten Purworejo (Nur Khayati, 2012)

Hasil penelitian:

Terdapat hubungan antara lama kerja (p=0,018) dan tingkat pendidikan (p=0,025) dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans amalaria tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo.

Tidak ada hubungan antara tingklat pengetahuan (p=0,569), sikap petugas (p=0,274), dukungan pimpinan (p=1,000) dan kelengkapan sarana (p=0,596) dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans malaria tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo.Pengaruh Sumber Daya Organisasi Puskesmas terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam Pelaporan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Bireuen (Safrizal, 2009)

Hasil penelitian:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 variabel independen yang diteliti, setelah dianalisis dengan uji Chi Square terdapat 6 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja petugas surveilans epidemiologi KIA yaitu variabel pendidikan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dana dan prosedur kerja (p