Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi...

63
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Dalam Mendukung Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015

Transcript of Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi...

Page 1: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

Pedoman

Pemeriksaan Laboratorium

Penyakit Berpotensi Wabah

Dalam Mendukung Sistem

Kewaspadaan Dini dan

Respon

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015

Page 2: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

ii iii

PedomanPemeriksaan LaboratoriumPenyakit Berpotensi Wabah dalam Mendukung Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

Penyusun : Tim Penulis & KontributorArtistik : ZariyalPenerbit : Puspa Swara Anggota IKAPI No. 104/DKI/92

Redaksi:Jatijajar EstateBlok D12 No. 1-2, Jatijajar, Tapos, Depok - 16451Tlp. (021) 87743503, 87745418Faks. (021) 87743530 Web: www.puspa-swara.com

Cetakan I - Jakarta, 2015

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Tim Penyusun & KontributorPedoman pemeriksaan laboratorium penyakit berpotensi wabah dalam mendukung sistem kewaspadaan dini dan respon/ Tim Penyusun & Kontributor--Cet. 1-- Jakarta: Puspa Swara, 2015vi + 118 hlm.; 23 cm.

ISBN 978 602 216 021 2

Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan, reproduksi, atau penerjemahan, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah.

Penulis

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

• WiwiAmbarwati• EvaDianKusumawati• FerdinandusFerryKandouw

Direktorat Simkar Kesma

• EddyPurwanto• Gunawan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan

• ViviSetiawaty• KrisnaNurAndrianaP• KambangSariadji

Page 3: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

iv v

D A F T A R I S I

Pendahuluan 1A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 3

C. Sasaran dan Ruang Lingkup 3

SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON 5A. Pengertian 5

B. Alur Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon 6

PERAN LABORATORIUM DALAM SISTEM KEWASPADAANDINI DAN RESPON 10

PROSEDUR UMUM LABORATORIUM 13A. Prosedur Pengambilan, Penanganan, serta Pemeriksaan di Laboratorium

terhadap Spesimen Berpotensi Wabah 14

B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 26

C. Sistem Pelaporan 28

D. Daftar Penyakit-Penyakit yang Diprioritaskan Berpotensi KLB 28

E. Algoritma Pemeriksaan Penyakit Potensi Wabah 30

Penyunting

Subdit Bina Pelayanan Mikrobiologi dan Imunologi

• AgusSusanto• IraIrianti• MaySyafni• RatnaJuwita

Kontributor

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta

• RinaSitanggang• Yarne Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat

• IsakSolihin• Aida

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung

• Soetardji

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya

• Nanang

Wordl Health Organization (WHO)

• WitaLarasati• EndangWulandari

CDC - USAID

• Esther

Perhimpuan Ahli Mikrobiologi Indonesia

• BudimanBella

PARKI

• Agnes

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Page 4: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

viPedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 1

IP E N D A H U L U A N

Surveilans penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah merupakan kegiatan yang sistematis mulai dari pengumpulan, analisis, interpretasidatakasuspenyakitpotensialKLBmenjadisuatuinformasiyang berguna, digunakan sebagai dasar untuk menentukan prioritas kegiatan (seperti perencanaan, implementasi, evaluasi, pemantauan, pencegahan, pengendalian, maupun kewaspadaan dini) sehingga penyakit potensial KLB tersebut dapat dikendalikan dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

A. Latar Belakang Program pengendalian penyakit menular terutama untuk penyakit yang berpotensi wabah sangat penting. Surveilans epidemiologi memegang peran penting baik data KLB/wabah rutin dan rekomendasi kepada pengambil keputusan untuk mengatur strategi yang tepat dan pasti untuk memerangi atau untuk menangani masalah penyakit tersebut. Bila Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) berjalan dengan baik dan optimal maka akan terdeteksi sinyal/peringatan dini adanya ancaman akan terjadi KLB. Bila peringatan dini itu dapat dilakukan respon cepat oleh Dinas Kesehatan maupun puskesmas maka KLB dapat dicegah, berarti banyak orang yang dapat dicegah agar tidak sakit karena penyakit tersebut, berarti sedikit biaya yang dikeluarkan untuk menangani masalah penyakit tersebut. Sejak 2009

MANAJEMEN LABORATORIUM 111A. Peningkatan Kapasitas Laboratorium 111

B. Pengembangan Jejaring 111

C.JaminanMutudanKeamananLaboratorium 112

D.PengendalianMutu 112

E. Indikator Kinerja 112

F.DataManajemen 113

Penutup 115

Kepustakaan 116

Page 5: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 20152 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 3

18. Klaster Penyakit yang tidak lazim

19.TersangkaMeningitis/Ensefalitis

20. Tersangka Tetanus Neonatorum

21. Tersangka Tetanus

22. ILI (Influenza Like Illness)

23.TersangkaHFMD(Hand, Foot and Mouth Disease).

Pada SKDR, sebagian besar penyakit potensial KLB di atas diagnosanya berdasarkan gejala dan tanda-tanda klinis, sehingga suspect atau tersangka perlu dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium. Oleh karena itu, laboratorium sangat penting perannya dalam sistem ini.

B. Tujuan Tujuan Umum: Sebagai acuan laboratorium dalam melaksanakan SKDR untuk penyakit berpotensi KLB/wabah.

Tujuan Khusus:

1. Peningkatan kapasitas laboratorium

2. Penguatan jejaring laboratorium

3.MendukungpengendalianpenyakitberpotensiKLB/wabah

C. Sasaran dan Ruang Lingkup Sasaran dalam kegiatan ini dapat dicapai melalui:

1. Pengembangan strategi yang memperkuat surveilans penyakit menular;

2. Kerja sama antara klinisi dan laboratorium untuk mendapatkan penanganan spesimen, diagnosis dan pengobatan yang cepat dan lebih baik;

sampai dengan 2012 Indonesia telah mengembangkan SKDR di 21 provinsi. Pemantauan evaluasi SKDR tahun 2012 menunjukkan adanya kesenjangan antara sinyal peringatan dini yang dideteksi dan dukungan laboratorium untuk konfirmasi. Oleh karena itu, adanya kebutuhanuntuk meningkatkan kapasitas laboratorium untuk mendukung SKDR danmeningkatkankerjasamadankoordinasiantarastaflaboratoriumdan petugas surveilans untuk mendeteksi dan menanggapi indikasi KLB melalui peringatan dini yang muncul dalam sistem. Adapun jenis penyakit atau gejala yang ada dalam SKDR adalah sebagai berikut:

1. Diare Akut

2.MalariaKonfirmasi

3. Tersangka Demam Dengue

4. Pneumonia

5. Diare Berdarah atau Disentri

6.TersangkaDemamTifoid

7. Sindrom Jaundis Akut

8. Tersangka Chikungunya

9.TersangkaFluBurungpadaManusia

10. Tersangka Campak

11. Tersangka Difteri

12. Tersangka Pertussis

13. Acute Flacid Paralysis(AFP)/LumpuhLayuhMendadak

14.KasusGigitanHewanPenularRabies(GHPR)

15. Tersangka Anthrax

16. Tersangka Leptospirosis

17. Tersangka Kolera

Page 6: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 20154 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 5

I IS I S T E M K E W A S P A D A A N

D I N I D A N R E S P O N

A. PengertianSistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan salah satu sistem surveilans yang dibuat untuk tujuan:

1.Menyelenggarakan deteksi dini sebelum terjadi KLB penyakitmenular (Pre-KLB);

2.Memberikanperingatandiniuntukmelakukanverifikasidanresponcepat terhadap sinyal yang muncul;

3.Meminimalkan jumlah kesakitan/kematian yang berhubungandengan KLB;

4.Memonitor tren atau kecenderungan penyakit menular setiapminggu;

5.Menilai dampak program pengendalian penyakit potensial KLB.SKDR merupakan optimalisasi laporan mingguan penyakit potensial KLB/wabah yang selama ini telah berjalan di puskesmas yang kita kenal selama ini adalah laporan W2 atau PWS KLB. Sistem ini telah mengalami beberapa pengembangan, yaitu: menggunakan aplikasi komputer,laporandapatdikirimcepatmelaluiSMSdariunitpelapor,otomatisanalisisdata,kemampuanuntukmenghasilkangrafik,petayang diperlukan maupun sinyal peringatan dini yang dihasilkan.

3.Membakukanprosedur-prosedurlaboratorium;

4.Melaksanakanpengendalian mutu;

5. Pengembangan sistem pelaporan yang berbasis laboratorium;

6.Meningkatkankapasitas,memperkuatjejaringlaboratoriumdalamSKDR.

Ruanglingkup:YangdimaksuddenganlaboratoriumpelaksanaSKDRadalah laboratorium pemerintah.

***

Page 7: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 20156 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 7

Untuk kategori penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yangMeresahkanDunia/PublicHealthEmergencyofInternationalConcern(PHEIC) seperti flu burung dan MERS-CoV, hasil pemeriksaan darilaboratorium nasional dikirim ke Direktorat Jenderal PP&PL.

Unit PelaporSumber pelapor dalam SKDR di komunitas/masyarakat adalah fasyankes. Fasyankes mengirimkan laporan SKDR secara berkalasatuminggusekalimelaluiSMSsecaraberjenjangsampaike tingkatkabupaten. Data diterima di Kabupaten/Kota yang selanjutnya dientri dan dianalisa secara rutin seminggu sekali untuk melihat sinyal peringatan dini penyakit potensial KLB.

Unit Surveilans Kabupaten/KotaUnit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alat atau sinyal peringatan terhadap suatu penyakit maka petugas Kabupaten/Kota menghubungi petugas fasyankes untuk melakukan klarifikasi terhadap sinyaltersebut. Apabila hasil klarifikasi benar menunjukkan sebagai KLBmaka selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Provinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.

Unit Surveilans Provinsi dan Kementerian KesehatanUnit surveilans provinsi maupun Kementerian Kesehatan lebih banyak melakukan analisa datamaupun verifikasi sinyal/alert yang muncul setiap minggu. Bila diperlukan kabupaten didorong turun ke lapangan

Dengan demikian, petugas secara cepat dan efektif melakukanverifikasi, respon cepat, penyelidikan epidemiologi, pencegahan,penanggulangan terhadap tanda atau sinyal peringatan dini adanya indikasi KLB.

B. Alur Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

Page 8: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 20158 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 9

• Teshipotesis,• Menulislaporandanrekomendasi.

Melakukantindakanpengendalianawaldengansegerameliputi:

• Tatalaksanakasus• Pengendalianinfeksi• Pencariankontakkasus• Pengendalianlingkungan• Mobilisasisosial• Komunikasi,informasi,danedukasikepadamasyarakat.

LaboratoriumBila sinyal peringatan dini muncul dalam sistem di Kabupaten/Kota, Provinsi ataupun Kementerian Kesehatan, maka laboratorium atas permintaan Dinas Kesehatan berdasarkan jenjang kemampuan melakukanpemeriksaandankonfirmasiuntukmembantupenegakandiagnosis terhadap sinyal penyakit potensial KLB tersebut. Apabila sinyal tersebut benar maka tindakan upaya pencegahan maupun penanggulangandapatdilaksanakansecaratepatdanefisien.

MekanismeUmpanBalikUmpan balik kepada sumber pelapor adalah komponen penting untuk diagnosa. Umpan balik disampaikan kepada semua sumber pelapor pada semua tingkat, dengan memperhatikan mekanisme pelaporan baku yang telah ditentukan.

***

untuk melakukan penyelidikan epidemiologi bersama dengan penanggung jawab program.

Alert atau Sinyal Peringatan DiniAlert atau sinyal peringatan dini adalah tanda yang dihasilkan adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas maupun bermakna secara statistik. Sinyal peringatan dini ini secara otomatis muncul dalam aplikasi SKDR. Alert yangmunculharusdiverifikasidandinilaiapakah perlu turun ke lapangan untuk penyelidikan epidemiologi maupunpengambilanspesimenuntukkonfirmasilaboratorium.

VerifikasidanInvestigasiLangkahpertama investigasiKLBadalahuntukmelakukanverifikasi,konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah KLB tersebut. TimProvinsi dan Kabupaten/Kota akan bergabung dengan petugas dari puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.

SetiapKLBdiinvestigasidenganmenggunakanformatPEKLBsesuaidenganalgoritmapenyakitmenular.Semua informasi tentangkasusKLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (sebagai contoh program Microsoft Excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi InfoatauEpiDatauntukmenghasilkananalisisdeskriptifmenurut waktu, tempat, dan orang.

Tindakan ResponPada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan: • Rencanapengambilanspesimenklinisdanlingkungan,• Formulasihipotesismengenaisumberpajanandancarapenularan,

Page 9: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201510 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 11

e.Mendeteksi adanya perubahan-perubahan pola penyakit padapraktek pelayanan kesehatan.

Dalam kegiatan surveilans, hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipakai untuk upaya tindak lanjut:

a.Melaksanakaninvestigasidanpengawasankejadiankesehatan

b.Merencanakanprogrampencegahan

c. Mengevaluasipencegahandanmengukurpengawasan

d.Menghasilkan hipotesa dan merangsang penelitian di bidangkesehatan masyarakat.

Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka laboratorium provinsi berfungsi sebagai rujukanbagi setiap Kabupaten/Kota sebagai dasar untuk bertindak. Dan jika Laboratorium Provinsi juga belum mampu maka harus dirujuk ke Laboratorium Rujukan Nasional. Pada umumnya pemeriksaan laboratorium yang mampu dilakukan oleh puskesmas dan labora-torium Kabupaten/Kota adalah pemeriksaan mikroskopis, sedang pemeriksaan biakan, imunologi dilakukan oleh laboratorium tingkat propinsi (Balai Besar/Balai laboratorium Kesehatan). Pemeriksaan khusus yang belum dapat dilakukan di propinsi dapat dirujuk ke Laboratorium Rujukan Nasional, misalnya untuk pemeriksaan virologi (polio, campak) yang memerlukan isolasi virus pada biakan jaringan atau tes sekuensing.

Pada kegiatan surveilans, sebagian besar pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan. Dinas

I I IP E R A N L A B O R A T O R I U M D A L A M S I S T E M K E W A S P A D A A N D I N I D A N R E S P O N

Diagnosis yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan pada kasus-kasus penyakit infeksi agar penganggulangannya dapat diberikan dengancepat dan tepat serta dapat mencegah terjadinya penularan. Untuk itu diperlukan laboratorium kesehatan yang dapat menghasilkan diagnosis bermutu dengan hasil yang cepat. Laboratorium yang melakukan pemeriksaan untuk diagnosis meliputi Laboratorium Puskesmas, Laboratorium Rumah Sakit, Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan, Laboratorium Klinik, balai pengobatan, laboratorium universitas dan laboratorium penelitian, Laboratorium Kesehatan Daerah serta beberapa Laboratorium Dinas Kesehatan. Peran laboratorium diagnostik untuk kewaspadaan dini adalah untuk memantau masalah kesehatan:

a.Mengidentifikasipolapenyakit

b.Mengikutikecenderunganpenyakit, sesaat, jangkamenengahdanjangka panjang serta pola penyakit

c. Mendeteksi perubahan mendadak kejadian dan penyebaranpenyakit

d.Mengidentifikasi perubahan-perubahan agen, inang, dan faktorlingkungan

Page 10: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201512 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 13

I VP R O S E D U R U M U M

L A B O R A T O R I U M

Dalam setiap tindakan pengambilan, penanganan, pemeriksaan dan pengemasan spesimen harus memperhatikan prinsip Kewaspadaan Standar untuk mencegah terjadinya penularan, seperti:

• Penggunaanalatpelindungdiriantaralain:

- Jas laboratorium

- Sarung tangan disposable

-Maskerdisposable

-Goggle(pelindungmata)

- Tutup kepala

- Sepatu tertutup

• Mencuci tangan dengan menggunakan desinfektan sebelum dansesudah tindakan;

• Menjaga kebersihan ruangan dengan menggunakan desinfektansebelum dan sesudah tindakan.

Kabupaten/Provinsi melakukan pengambilan dan pengumpulan spesimen dan mengirimkan ke Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan. Selain pemeriksaan spesimen penyakit menular, kegiatan surveilans yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan, B/BTKL-PP juga meliputi pemantauan lingkungan seperti pemeriksaan spesimen air minum, air bersih, air kolam renang, pemeriksaan pestisida, zat warna, pemeriksaan usap alat masak, makan dan kegiatan jasa boga lainnya. Pada beberapa propinsi, kegiatan pemeriksaan laboratorium untuk surveilans juga dilakukan bersama laboratorium lain seperti BPOM (Balai Pemeriksaan Obat&Makanan)untukpemantauan spesimen makananminumanmilikprodusen. Setiap petugas surveilans Kabupaten/Kota perlu memiliki daftarnamadannomortelepondaristaflaboratoriumterkaitsepertibagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi dan Toksikologi.Perencanaan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung SKDR yang akan dilakukan harus dikoordinasikan antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Balai Besar/Balai Laboratorium Kesehatan sehingga dapat dibuat rencana yang tepat untuk penganggarannya.

***

Page 11: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201514 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 15

ml. Untuk pasien-pasien yang lebih muda jumlah spesimen yang diambil setengah dari dewasa.

Petunjuk umum untuk pengambilan spesimen biakan darah:

1)Desinfeksikulitdengankapasalkoholdanlakukanpengambilandarah secara aseptik.

2)DesinfeksitutupdaribotolbiakandarahdenganalkoholdansuntikkanspesimenkedalambotolbifasikatauTrypticase soy broth (atau Brainheart infusion) dengan perbandingan 1 : 10 (darah : medium).

Tergantung usia anak volume darah dapat diambil sebanyak 3-5 ml dan dimasukkan ke dalam 30 ml media pengaya atau 7-10 ml darah ke dalam 70 ml media pengaya untuk orang dewasa.

b. Prosedur penanganan •Untukpemeriksaanbakteri: Darah dimasukkan ke dalam botol-botol kultur yang berisi

media pengaya dengan segera (sebelum membeku) dan dikirim ke laboratorium tanpa didinginkan atau dibekukan.

•Untukisolasivirusdanpemeriksaanserologi: Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serum (minimum

1,5 cc), dikirim dalam suhu dingin (2-8oC), untuk beberapa jam (dalam cool box dengan dry ice).

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Biakan darah penting untuk diagnosis, pengobatan, dan perawatan. Biakan darah sebanyak dua atau tiga kali (berbeda-beda interval atau hari pengambilan darah) akan mendeteksi lebih dari 95% kasus bakteremia dan membantu laboratorium dalam membedakan dengan kontaminan.

Persiapan pemeriksaanSetiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan, perlu: - Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen

termasuk investigasi, keperluan untuk ijin impor jika ada transpor ke luar negeri.

- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa spesimenagar yakin bahwa pengiriman akan diterima sesuai dengan alat transportasinya.

- Memperhatikan peraturan penerbangan domestik perihalBiosafety.

- Menghindarikedatanganspesimendiakhirpekanbilamungkindanmenghindari perubahan dalam transpor jika mungkin.

- Menyiapkandokumenyangdiperlukan,sepertisyaratpengiriman,termasuk izin bila diperlukan, berita acara, dan dokumen pengiriman.

- Memberitahukan kepada penerima spesimen di laboratoriumperkiraan waktu kedatangan spesimen.

A. Prosedur Pengambilan, Penanganan, serta Pemeriksaan di Laboratorium terhadap Spesimen Berpotensi Wabah

1. Spesimen darah a. Prosedur pengambilan

Darah untuk kultur bakteriologi diambil sebelum pemberian antibiotik. Dua kultur darah yang dikumpulkan pada hari yang berlainan atau interval waktu tertentu diharapkan dapat mengesampingkan kemungkinan kontaminasi dan dapat menegakkan diagnosa bakteriemia. Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan anak-anak sebanyak 3-5

Page 12: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201516 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 17

2. Spesimen dari luka, jaringan, abses, aspirat, dan drainage a. Prosedur pengambilan

SpesimenJaringanataucairandiambildarilokasiinfeksi/bengkak.Jaringan harus disimpan dalam wadah yang steril bermulut lebar dan bertutup ulir dan segera dikirim ke laboratorium. Agar jaringan tidak kering dapat ditambahkan cairan isotonik (NaCl fisiologis).

Spesimen purulen diambil dengan lidi kapas atau diaspirasi menggunakan spuit lalu ditaruh dalam 1 ml cairan garam fisiologis (yang sudah diinkubasi dalam anaerobic jar >4 jam untuk mengeliminasi oksigen) atau dalam thioglycolate broth. Jika diperlukan isolasi anaerob, cairan diambil dengan alat suntik, kemudian sampel dimasukkan ke dalam media thioglycholate atau jarum ditusukkan ke dalam karet atau sumbat untuk mencegah masuknya udara. Sampel yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam anaerobik jar dan masukkan gaspak anaerob ke dalamnya. Disarankan kultur anaerob dilakukan ditempat pengambilan sampel dan sampel dibawa ke laboratorium dalam anaerobik jar.

b. Prosedur penanganan Jikapenyebabinfeksidicurigai bakteri anaerob, spesimen tidak boleh terpapar udara lebih dari 5 menit. Untuk pemeriksaan mikrobiologi, direkomendasikan pengambilan spesimen sebanyak mungkin dan ditanam ke dalam media sebelum 2 jam. Untuk pemeriksaan virus, maka swab lesi dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi virus transport medium(VTM)steril.

1) Botol kultur yang berisi darah diinkubasi pada 35-37oC selama 7-21 hari (Salmonella sp. akan tumbuh dalam 7 hari dan Brucella sampai 3 minggu).

2) Periksa setiap hari untuk melihat adanya pertumbuhan.

Tanda-tanda pertumbuhan berupa kekeruhan, perubahan warna darah, atau timbulnya gas.

3) Jika terdapat tanda pertumbuhan, selanjutnya ditanam pada lempengMediumAgar:

a) Lempeng Agar Darah (berisi 5% butir-butir darah merah domba),

b) Coklat Agar (CHOC),

c) MacConkey (MAC), diinkubasi pada 35-37oC selama 18-24 jam.

4) Terhadap koloni yang tumbuh pada agar dilakukan pengecatan Gram.

5)Lakukanidentifikasibakterilebihlanjutterhadapkoloniyangtumbuh.

Pengujianselanjutnyauntukidentifikasibakterilakukansesuaibagan (mengacu pada prosedur pemeriksaan bakteriologi klinik).

Hasil pemeriksaan oleh laboratorium diverifikasi oleh petugas laboratorium kemudian divalidasi oleh penanggung jawab laboratorium.

Page 13: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201518 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 19

3. Spesimen tinja a. Prosedur pengambilan

1) Untuk Pemeriksaan Bakteri : Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril

bertutup ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid). Bila tinja tidak bisa didapatkan, diambil dengan tehnik rectal swab menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi harus melalui sphincter anal, dan secara hati-hati diputar, ditarik mundur dan segera dimasukkan ke dalam media transport Carry-Blair/Amies.

2) Untuk Pemeriksaan Parasit: Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril

bertutup ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid).

3)UntukPemeriksaanVirus: Spesimen tinja segar (5 gram) dimasukkan ke dalam wadah pot

yang bersih, transparan dan kering, dengan sendok tertempel pada tutup dengan tutup ulir diluar, dibalut parafilm.

b. Prosedur penanganan 1) Untuk Pemeriksaan Bakteri: spesimen segera diproses karena

beberapa bakteri, seperti Shigella sp. dan Campylobacter sp. tidak dapat bertahan hidup dengan adanya perubahan pH dan penurunan temperatur (Campylobacter sp hanya bertahan hidup 2 jam dan bakteri yang lain 12 jam atau lebih).

2) Untuk Pemeriksaan Parasit: spesimen tinja dapat diawetkan dalam merthiolate Iodine formalin (MIF) atau larutan 10%formalin untuk pemeriksaan parasit. Untuk pemeriksaanamuba harus dengan tinja segar.

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Spesimen harus segera diproses dalam waktu 2 jam, dan tidak perlu disimpan dalam lemari pendingin.

•LakukanPewarnaanGram.

•Inokulasipadamediaberikutuntukisolasiaerobdananaerob:1) MediaAgarDarah2) MediaAgarMacConkey 3) Media BAP dengan disk Metronidazole (khusus untuk

anaerob)

•Inkubasipadasuhu37oC selama 24 jam dan amati koloni yang tumbuh.

•Untuk isolasi anaerob gunakan agar darah atau thioglycolate broth jika ada dengan catatan:

1) Media untuk biakan anaerob harus direduksi dengan caradisimpan dalam anaerobic jar yang berisi GasPak anaerobselama >4 jam untuk mengurangi tekanan oksigen.

2) Pemrosesan spesiman harus selesai dalam waktu beberapa menit untuk meminimalkan kontak dengan oksigen.

3) Mediayangsudahditanam(BAPdengandiskMetronidazole)diinkubasi pada suhu 37oC selama 1-2 hari pada kondisi anaerob, sedangkan media agar darah dan MacConkey dengan kondisi aerob.

4) Koloni yang tumbuh pada kondisi anaerob harus dilakukan subkultur secara aerob dan anaerob (aerotolerance test).

5) Hanyabakterifakultatifanaerobtumbuhdiudara,sedangkanbakteri anaerob murni tidak akan tumbuh.

6) Koloni yang tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob dilakukanidentifikasi.(mengacupadaprosedurpemeriksaanbakteriologi klinik).

Page 14: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201520 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 21

4) Biakan langsung: Tinja diinokulasi pada agar: MacConkey (MAC), Salmonella-

Shigella (SS atau Hektoen Enterik Agar) dan Campylobacter agar-agar (CAMPY). Semua media yang sudah diinokulasikuman diinkubasi selama 24 jam pada 37oC, kecuali Campylobacter yang harus diinkubasi pada 42oC selama 48 jam dengan CO2 (5-10%) menggunakan sungkup lilin atau gaspak Campylobacter.

5) Kultur dengan pengayaan: Inokulasi pada Selenit F broth sebagai media pengayaan untuk

Salmonella spp. kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Untuk Vibrio cholera gunakan alkali peptone, inkubasi 6 jam pada suhu 37oC. Dari Selenite F. tanam ke agarMAC/SS. Dari alkali peptone ke Thiosulfate Citrate Bile Salt (TCBS). Selanjutnyalakukanidentifikasisesuaibagan(mengacupadaprosedur pemeriksaan bakteriologi klinik).

4. Spesimen cerebrospinal fluid (CSF) a. Prosedur pengambilan

Organisme-organisme penyebab radang selaput otak harus dikenali dengan cepat untuk menyelamatkan pasien (hasil pengecatan Gram atau tahan asam dapat sangat bermanfaat).Spesimen CSF diambil dengan melakukan punksi lumbal oleh tenaga dokter yang berpengalaman. Untuk biakan dan analisa biokimia, spesimen harus dikumpulkan di dalam beberapa tabung steril dan ditangani secara aseptik.

Untuk pemeriksaan mikrobiologi volume CSF harus cukup, terutamajikadicurigaifungalsebagaipenyebabradangselaputotak. Jika spesimen dikumpulkan dalam dua tabung atau lebih secara berurutan, tabung pertama jangan digunakan untuk

3)Untuk Pemeriksaan Virus: spesimen segera dikirim kelaboratorium rujukan dalam cool box (2-8oC) atau sebelum dikirim disimpan sementara dalam lemari pendingin (2-8oC). Pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh lebih dari 3 hari.

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium 1) Spesimen tinja diamati dalam keadaan segar untuk

menentukan konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid):

Tambahkan lugol yodium ke atas sediaan basah untuk membedakan sel darah putih dan kista parasit. Kista akan menangkap yodium dan muncul warna cokelat terang, objek lain akan tampak bersih.

Sebagaialternatif: Dapat digunakan methiolate yodiumformalin(MIF)nodauntuk

mengkonfirmasikanadanyalekositpadatinja,Giardialamblia dan E. histolytica.

Pewarna Ziehl-Neelsen untuk mendeteksi Cryptosporidium sp. yangtahanasamsetelahdifiksasidenganmetanol.

2) Untuk mendeteksi darah samar: Sediaan apus diberi larutan guaiac. Larutan ini jernih, jika

kontak dengan peroksidase (terdapat dalam sel darah dan beberapa makanan) warnanya akan berubah menjadi biru.

3) Jika tinja tidak bisa diperoleh, ambil apus dubur 1-2 (atau lebih) hapusan, masukkan ke dalam Cary-Blair/Amies simpan dalam suhu ruang sampai diproses.

Bakteri dapat bertahan hidup di dalam medium ini untuk 1-2 hari, tapi Campylobacter sp. hanya tahan beberapa (2-3) jam.

Page 15: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201522 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 23

5. Spesimen saluran pernapasan a. Prosedur pengambilan

Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas (pharyng dan nasopharyng) serta dahak harus disimpan dalam tempat yang steril, tertutup dan diolah dengan segera. Pengambilan bahan dapat menggunakan, kapas lidi steril. Bahan diambil dengan cara mengapusdaerahtonsildanfaringposteriorjanganmenyentuhlidah dan uvula. Spesimen harus segera ditanam, jangan dibiarkan lebih dari 4 jam.

b. Prosedur penanganan Untukpemeriksaanvirologis(fluburung,campak,dll),spesimenswab nasopharyng atau swab pharyng harus dimasukkan dalam wadah yang berisi VTM steril. Dikirim ke laboratorium dalamkeadaan dingin (cool box, 2-8oC).

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Hasil pemeriksaan dari spesimen saluran pernapasan harus diinterpretasikan secara hati-hati karena adanya flora normaldanseringterjadinyainfeksinosokomial.

Penyebab radang tenggorok paling umum adalah S. pyogenes (Streptococcus grup A), Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridanstertentu.BanyakbakteriGram-negatifyangdapatdiisolasiseperti Legionella sp., Pseudomonas sp., Bordetella pertussis, Hemophilus sp., dan Corynebacterium diphtheriae.

Pemilihan media berdasarkan penyakit yang dicurigai. Mediadiinkubasi secara aerob dengan penambahan 5-10% CO2 (kuman tertentu).

1)MediaRutin:a) Agar cokelat untuk Hemophilus dan Neisseria sp. (dengan

catatan bahwa Neisseria terdapat juga pada carier).

analisa mikrobiologi, tetapi jika spesimen hanya satu tabung maka pemeriksaan mikrobiologi dilakukan yang pertama. Tabung dibuka di laboratorium secara aseptik dan selanjutnya spesimen diambil untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan sitologi.

b. Prosedur penanganan Biakan cairan otak harus dilaksanakan segera karena organisme didalamCSFbersifatmudahmatidanjumlahnyasangatsedikit.Sebagai media transport dan media pertumbuhan cairan otak, direkomendasikan Trans-Isolate medium (TIM). Untuk isolasivirus, sebagian dari CSF diambil secara aseptik dan dikirim dalam keadaan beku dengan dry ice, sedangkan untuk pemeriksaan antibodi (JE-IgM antibodi), CSF dapat dikirim dengan cool box (suhu 2-8oC). Untuk pemeriksaan bakteriologis, jangan menyimpanCSFdalamrefrigerator,CSFharussegeradikirimkelaboratorium untuk diproses, karena mikroorganisme akan cepat mati. Sedangkan untuk pemeriksaan virologis, CSF harus disimpan dalam refrigerator atau dalam freezer (untuk penyimpanan yang lebih lama).

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Dua tabung dari CSF yang pertama digunakan untuk pemeriksaan virus. Tabung kedua digunakan untuk pemeriksaan bakteri dan jamur. CSF mungkin hanya berisi sedikit mikroorganisme, direkomendasikan untuk dikonsentrasikan dengan cara disentrifus. Sedimen disuspensikan kembali dengan beberapatetes supernatan dan digunakan untuk biakan serta pemeriksaan mikroskopis. Semua mikro organisme yang tumbuh dari biakan ini potensial patogen. Direkomendasikan untuk menginokulasikan spesimen dengan segera ke dalam Trans-Isolate Medium (TIM), yang digunakan sebagai medium transport dan mediapertumbuhan pada waktu yang sama.

Page 16: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201524 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 25

7. Spesimen urin a. Prosedur pengambilan

Untuk pemeriksaan virologis (campak) spesimen urin sewaktu dengan aliran tengah diambil sebanyak 50 cc pada saat pasien panas atau timbul ruam. Urin ditampung dalam wadah yang steril, kering dan bersih, tutup berulir keluar.

b. Prosedur penanganan Biakan urin pada sistem kewaspadaan dini hanya dilakukan untuk pemeriksaan campak. Spesimen urin segera dikirim dalam waktu 1-2 hari ke Laboratorium Rujukan Nasional Campak dengan keadaan dingin dalam cool box (suhu 2-8oC).

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Pilih bagian sputum yang purulen, ambil satu sengkelit penuh, tanam pada media agar. Media agar yang disarankan untukdigunakan secara rutin adalah agar MacConkey, agar darah dan agar cokelat. Sedangkan penanaman pada Ogawa dilakukan atas permintaan khusus. Agar MacConkey dan Agar Darah diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam aerob, sedangkan agar cokelat diinkubasi dengan tambahan CO2 5-10%. Dari koloni yang tumbuh pada agar darah, agar cokelat maupun agar MacConkey dilakukanpewarnaanGram.

8. Spesimen lingkungan a. Prosedur pengambilan

Spesimen diambil sesuai kebutuhan pemeriksaan, dimasukkan dalam wadah steril atau bermedia transpor dan ditutup rapat. Pengambilan menggunakan alat steril dan dilakukan secara aseptik.

b) Agar darah untuk Staphylococcus, Streptococcus bhemolitikus, dan Streptococcus viridans.

2)MediaSelektif:a) Blood-tellurite atau agar Loefflers untuk C.diphtheriae.

b) Bordet-Gengou (harus selalu segar) untuk B.pertussis.

Corynebacterium diphtheriae jika diwarnai dengan Albert/Neisser tampak memiliki granula yang metakromatik.

6. Spesimen dahak a. Prosedur pengambilan

Spesimen dahak (bukan air liur) harus diambil pagi hari dimasukkan ke dalam wadah yang steril dan diproses dalam waktu 2 jam.

b. Prosedur penanganan Jika terjadi penundaan dapat disimpan di dalam lemari es (suhu 2-8oC) untuk satu hari saja. Untuk pembuatan apus dan biakan sputum dilakukan di laboratorium Biosafety Level 2.

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium Pemeriksaan dahak:

1)PewarnaanGram

2) Inokulasi ke agar darah Blood Agar Plate (BAP), agar cokelat, dan MacConkey Agar(MCA)

3) Inkubasi dalam lingkungan 5-10% CO2 (untuk BAP dan agar cokelat),sedangkanMCApadainkubatorsuhu35-37oC selama 18-24 jam.

Pengujianselanjutnyauntukidentifikasibakterilakukansesuaibagan.

Page 17: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201526 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 27

2)Masukkankedalamplastikdantutupagarkedapairdanudara.

3)Masukkan spesimen yang sudah siap kirim ke dalam cool box/styrofoam berisi ice-pack secukupnya.

4)Masukkan lembaran rujukan spesimen yang sudah dilengkapi(lihat lampiran 7 pada “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon”) kirim ke dalam cool box/styrofoam.

5) Bungkus cool box/styrofoam box dengan kertas coklat yang agak tebal.

6) Tulisan alamat lengkap laboratorium yang dituju dan nama petugas penanggung jawab laboratorium yang dituju beserta nomor telepon yang dapat dihubungi.

3. Pengiriman Pengiriman harus dilakukan secepatnya (paling lama 24 jam). Sebelum mengirim spesimen harus ada:

1) Perjanjian atau persetujuan yang telah dibuat antara pengirim, pembawadanpenerimaspesimentermasukformatpermintaanpemeriksaan maupun laporan hasil pemeriksaan yang akan digunakan.

Padakegiatansurveilansformatbakudemikianpadaumumnyasudah tersedia di Dinas Kesehatan setempat.

2)Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untukmenerima spesimen.

3) Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap menerima spesimen.

Apabila spesimen dikirimkan ke luar negeri untuk pelayanan kesehatan harus disertai surat keterangan alih material dengan tembusan ke Dinas Kesehatan setempat.

b. Prosedur penanganan Masukkankedalamcool box (suhu 2-8oC) dan segera diperiksa (<24 jam).

c. Prosedur pemeriksaan di laboratorium • PewarnaanGram• Biakan dalammedia yang disesuaikan dengan etiologi yang

dicurigai.

B. Prosedur Pelabelan, Pengemasan, dan Pengiriman 1. Pelabelan

Pemberian label pada kontainer dan tabung menggunakan stiker anti-air, atau ditulis menggunakan spidol anti-air. Informasi yangharus ada di setiap label:

1) Nomor spesimen

2) Nama pasien

3) Usia pasien

4) Jenis kelamin pasien

5) Alamat pasien

6) Jenis spesimen (rectal swab, darah, urine, dll)

7)Lokasispesimen(darahvena,darahperifer,hidung,dll)

8) Tanggal dan jam pengambilan spesimen (contoh: Tanggal 20/03/13 jam 08.00 WIB).

2. Pengemasaan Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu:

1)Tutupkontainerdantutuptabunglapisidenganparafilmuntukmencegah kebocoran dalam perjalanan.

Page 18: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201528 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 29

3 Tersangka demam dengue

Puskesmas/RS Rumah Sakit setempat

4 Pneumonia RS Laboratorium Provinsi

5 Diare berdarah atau disentri

RS Laboratorium Provinsi

6 Tersangka demam tifoid

Puskesmas/RS Laboratorium Provinsi/Rumah Sakit setempat

7 Sindrom jaundis akut (hepatitis A dan E)

RS Laboratorium Provinsi

8 Tersangka chikungunya RS Laboratorium

Provinsi

9

Tersangkafluburung pada manusia

Laboratorium Rujukanfluburung

Balitbangkes

10 Tersangka Campak

- BBLK Surabaya, Biofarma,BadanLitbangkes, BLK Yogyakarta

11 Tersangka difteri RS/Lab Provinsi BBLK Surabaya

12 Tersangka pertusis RS/Lab Provinsi Balitbangkes dan BBLK Jakarta

C. Sistem Pelaporan Hasil pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium untuk Kewaspadaan Dini penyakit menular berpotensi wabah selain disampaikan kepada dokter yang mengirim unt uk kepentingan diagnosa, juga dilaporkan secara berkala sesuai ketentuan kepada Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan setempat menggunakan format baku yang telah disepakati untuk kegiatansurveilans.

Pada kasus-kasus maupun program khusus nasional seperti AFP, Flu Burung, TB, Campak, kegiatan pemeriksaan maupun laporan hasil pemeriksaan harus mengikuti Pedoman Nasional yang telah ditetapkan.

Pada keadaan terjadi peningkatan kasus bermakna dan hasil pemeriksaan laboratorium mendukung keadaan klinis pasien, laboratorium harus pro-aktif melaporkan dengan segera kepadapetugas Dinas Kesehatan setempat yang bertanggung jawab dan berkompeten untuk segera ditindak lanjuti.

D. Daftar penyakit-penyakit yang diprioritaskan berpotensi KLB

No Penyakit potensi KLB

Laboratorium pemeriksa

Laboratorium rujukan

1 Diare akut RS Laboratorium Provinsi

2 Malariakonfirmasi PUSKESMAS/RSsetempat

Laboratorium Provinsi : Nasional (review)

Page 19: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201530 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 31

Cryptosporidium dan Giardia lamblia. Umumnya tidak disertai oleh demam. Namun, demam dapat terjadi jika penderita mengalami dehidrasi.

Algoritma Pemeriksaan Diare Akut

13 AFP (lumpuh layuh mendadak)

- BBLK Surabaya, Biofarma,BadanLitbangkes

14 Kasus gigitan hewan penular rabies

- Tidak memerlukan konfirmasilaboratorium

15 Tersangka antraks - Laboratorium veteriner untuk konfirmasipadaspesimen hewan tertular

16 Tersangka leptospirosis

RS/ Lab Provinsi SK Nasional: RSUP Kariadi Semarang, B2P2VRPSalatiga(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan VektordanReservoir Penyakit)

E. Algoritma Pemeriksaan Penyakit Potensi Wabah 1. DIARE AKUT Diare adalah suatu gejala penyakit menular yang ditandai oleh buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan konsistensi tinja yang encer. Penyebabnya adalah: Entero Toxin Escherichia coli (ETEC), Enteropathogenic Escherechia coli (EPEC), Vibrio cholera, Shigella disentriae, Salmonella typhi, Rotavirus (paling sering pada anak-anak),

Page 20: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201532 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 33

menggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2 jam) di dalam cool box/styrofoam box.

• Jika spesimen tidakdapatdikirimpadahari yang sama, simpantabung di dalam lemari es (2-8oC) atau suhu ruang sampai saat akan dikirimkan secepatnya ke laboratorium pemeriksa.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: a. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah

bakteri maka pemeriksaan dilakukan dengan kultur. b. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah

parasit (Giardia intestinalis, dan Cryptosporidium parvum). c. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah

virus (Rotavirus dan Norovirus) lakukan pemeriksaan PCR (bila diperlukan, untuk konfirmasi dapat dilakukan di laboratoriumrujukan yang ditunjuk).

d. Jika kecurigaan penyebab Sinyal peringatan dini diare adalah keracunan makanan, maka spesimen diperiksa dengan metode kultur bakteri untuk beberapa uji terhadap bakteri penyebab intoksikasi (Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, V. cholera, Shigella sp., E. coli, Salmonella typhi, dll).

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibadingkan rata-rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan kondisi buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan konsistensi tinja yang encer atau diare sehingga dalam waktu singkat tubuh kehilangan cairan (dehidrasi), dengan atau tidak disertai adanya demam dan muntah.

Pengambilan Spesimen: • Tinjacair(stool) dari pasien atau carrier 2-3 gram, dimasukkan ke

dalam tabung/kontainer steril bertutup ulir. Usap dubur (rectal swab) menggunakan kapas lidi steril.

• Usapduburdiambildenganpasienataucarrier dalam posisi Sim. Kapas lidi steril dimasukkan kedalam rektum,melewati sfingterani, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi media transport universal (Cary & Blair/Amies media untuk tersangka bakteri atau Hank’s media untuk tersangka virus).

• Muntahandapatdiambil(untukkecurigaankeracunanmakanan)dimasukkan ke dalam wadah steril.

• Selain ituspesimenlingkungandapatdiambilsepertisumberairyang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: • Pemberianlabel pada wadah dan tabung media transport sesuai

prosedur. • Spesimensegeradikirimkelaboratoriumpemeriksadalamwaktu

24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidak

Page 21: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201534 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 35

Algoritma Pemeriksaan Malaria Konfirmasi2. MALARIA KONFIRMASI Malariamerupakanpenyakityangdisebabkanolehparasitplasmodiumyang berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Ada lima spesies plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu: P. vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale, dan P. knowlesi.

Jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah P. vivax dan P. falciparum. KLB malaria masih sering terjadi di Indonesia. Untuk itu diagnosis yang tepat sangat diperlukan.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan serologi dan mikroskopis. Hingga saat ini pemeriksaan mikroskopis dari sediaan darah tebal dan tipis dengan pulasan Giemsa masih merupakan standar baku emas di Indonesia. Pada daerah yang terpencil, atau kemampuan pemeriksaan mikroskopis belum ada dan dalam keadaan darurat, dapat digunakan pemeriksaan diagnosis cepat (RDT = Rapid Diagnostic Test).

BilahasilpositifdandicurigaiP. knowlesi,dilakukankonfirmasidenganmenggunakan metode PCR dimana spesimen darah yang diperiksa dengan sediaan dried blood spot (DBS), yang dikirim ke laboratorium rujukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah pengambilan spesimen.

Page 22: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201536 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 37

- Buat larutan pewarnaan dari campuran Giemsa stack 3 tetes dengan 1 ml larutan pH 7,2.

- Setelah preparat kering, teteskan Giemsa hingga menutupi semua darah, biarkan 15 menit.

- Bilas dengan air mengalir.

- Letakan sediaan dalam posisi vertikal dan biarkan mengering

- Baca preparat dengan mikroskop binokuler.

Untuk pemeriksaan darah tipis • Tujuan:digunakanuntukmenemukanparasitmalaria.

• Langkahkerja:- Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.

- Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tisu.

- Teteskan darah pada objek gelas.

- Dengan objek gelas lain, darah tadi dihapus ke arah kiri.

- Biarkan sediaan kering sendiri.

- Fiksasi dengan methanol, biarkan kering sendiri.

- Setelah kering tetesi dengan giemsa.

- Biarkan 15 menit.

- Cuci dengan air mengalir.

- Amati dengan mikroskop binokuler (100x) dengan minyak emersi.

Untuk pemeriksaan dengan RDTDarah vena dapat digunakan untuk membuat sediaan pemeriksaan malaria, tetapi setelah diambil dengan menggunakan syringe/wing needle, darah dimasukkan ke dalam tabung darah tanpa antikoagulan.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala demam >37,5oC disertai mengigil, berkeringat, sakit kepala di puskesmas/rumah sakit dandikonfirmasihasillaboratoriummalariapositif.

Khusus untuk daerah yang sudah memasuki tahap eliminasi, maka 1 kasus sudah merupakan sinyal KLB.

Di daerah yang masih dalam tahap pemberantasan dan pre-eliminasi, jikaterjadipeningkatankasusmalariakonfirmasimakadilakukanMass Fever Survey (MFS) (PemeriksaanDemamMassal)untukmemastikanapakahbenarKLB.MFSdilakukandenganmengambildarahseluruhorang demam di unit epidemiologi tempat peningkatan kasus tersebut (desa atau dusun) untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik ataupun RDT.

DinyatakanKLBjikadarihasilMFSdidapatkan20%yangpositif.

Pengambilan Spesimen:Untuk pemeriksaan darah tebal • Tujuan:Preparatdarahtebaldigunakanuntukmelihatapakahtipe/

jenis malarianya.

• Langkahkerja:- Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.

- Tusuk jari dengan lancet, darah pertama dihapus dengan tissue.

- Kemudian ambil tetes darah dengan cara memutar objek gelas pada jari.

- Biarkan preparat ±15 menit sampai kering.

Page 23: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201538 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 39

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:Malariakonfirmasidilakukandenganpemeriksaanlaboratoriumbaiksecara mikroskopik maupun menggunakan RDT.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

3. TERSANGKA DEMAM DENGUE Virusdengue(Flavivirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agepty dan Aedes albopictus dapat menyebabkan Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue. Pada Demam Dengue tidak menimbulkan gejala perdarahan dan gejala klinis lebih ringan dari pada Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit infeksiyangmasihmenjadimasalahkesehatanmasyarakat,karena mempunyai morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) yang tinggi dan sering terjadinya KLB penyakit ini.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:• Jika fasyankes setempat mempunyai kemampuan pemeriksaan

preparat malaria secara mikroskopis, preparat langsung dibaca di tempat sehingga hasil langsung dapat diperoleh pada hari yang sama.

• Jika MFS dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis, makahapusan darah yang sudah dibuat di lapangan dibawa segera ke Puskesmas, kemudian diwarnai Giemsa dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Bila akan dirujuk, harus sudah diwarnai Giemsa, dikemas dalam boks sediaan, dengan padding pada kaca preparat.

• Namun jika MFS dilakukan dengan pemeriksaan RDT, makapemeriksaan dilakukan langsung di lapangan.

• Setiap preparat diberi label nomor spesimen, tanggalpengambilan.

• Spesimendapatdikirimdengankotakpreparatdalamsuhuruang.

• Masukkanlembaranrujukanspesimenyangsudahdilengkapi(lihat lampiran 7 pada “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons”) ke dalam kotak preparat.

• Masukkankotakpreparatkedalamstyrofoam box yang sudah diberi pengganjal agar kaca preparat di dalamnya tidak mudah pecah.

• Tulisan alamat lengkap laboratorium rujukan dan nama petugaspenanggung jawab laboratorium yang dituju beserta nomor telepon yang dapat dihubungi.

Page 24: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201540 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 41

Kewaspadaan Dini (SINYAL):Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya manifestasiperdarahansekurang-kurangnyaujitorniquetpositif.

Pengambilan Spesimen: • Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan

3-5 ml dari anak-anak secara aseptis menggunakan syringe atau teknik VacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat anti beku darah (anti koagulan). Untuk pemeriksaan hematologi menggunakan tabung dengan anti koagulan (EDTA).

• Serumdiambilduakali,pertamapadasaatakut,danberselang3minggu kemudian, diambil kembali (serum konvalesens).

• Bila diperlukan untuk isolasi virus, serumdimasukkan ke dalamtabung cryotube.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: • Serumdimasukkankedalamcryotube menggunakan pipet steril.

• Jika akan dilakukan beberapa jenis uji laboratorium, serumlangsung dialikuot ke dalam beberapa vial ( jika ketersediaan serum memadai) untuk menghindari proses pembekuan dan pencairan berulang.

• Melakukanpelabelanpadavialsesuaiprosedur.

• Sesegeramungkindikirim ke laboratoriumpemeriksa (dalam24jam).

Algoritma Spesimen Tersangka Demam Dengue

Page 25: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201542 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 43

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium :Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS. 4. PNEUMONIA Infeksipernafasanakut(ISPA)diperkirakantelahmenyebabkan4,2jutakematian per tahun di seluruh dunia, kebanyakan disebabkan oleh infeksi pernapasan bawah, yaitu penumonia. Yang banyak terjangkitadalah anak-anak, kaum manula, dan pasien immunocompromised.

Setengah dari kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan di negara-negara berpendapatan rendah, pneumonia merupakan lima penyebab teratas kematian. Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib) diperkirakan menjadi setengah penyebab kematian akibat SARI (Severe Acute Respiratori Infection) tertutama di negara-negara berkembang di mana bakteri-bakteri tersebut merupakan jenis patogen terpenting yang ditemukan pada bayi dan awal masa anak-anak. Selain itu, Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella pneumophilla, Respiratory syncytialvirus,Rhinovirus,InfluenzaA,BandC merupakan beberapa jenis bakteri dan virus penyebab pneumonia yang umum ditemukan di negara-negara berkembang.

• Tetapijikabelumbisalangsungdikirimkanpadahariyangsama,spesimen serum harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum dikirim ke laboratorium pemeriksa, sementara tabung darah disimpan pada suhu 2-8oC.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: a. Pemeriksaan laboratorium penunjang untuk tersangka DBD adalah

pemeriksaan darah rutin, dimana dijumpai penurunan jumlah trombosit (<100.000/µL) dan juga leukosit (trombositopenia dan leukopenia), hematokrit meningkat (naik >20%), enzym transaminase hati meningkat (SGOT dan SGPT), kadar albuminmenurun, elektrolit sering terjadi gangguan keseimbangan.

b. Pemeriksaan ICT rapid di fasyankes setempat untuk memeriksaantigenNS1(demamhari1-3)danpemeriksaanIgM-IgG(demamhari3-7)untukmengetahuiadanyainfeksiakutvirus.

c. Uji ELISA (Enzyme Link Immuno Assay)IgM-IgGDBD.Infeksidenguedapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder denganmenentukanrasiolimitantibodidengueIgMterhadapIgG.DengancaraujiantibodidengueIgMdanIgG,ujitersebutdapatdilakukanhanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat.

d. Identifikasi virus dengue dengan pemeriksaanPolymerase Chain Reaction (PCR), digunakan untuk mengetahui genotipe dari virus dengue ini (DEN-1, DEN-2, DEN-3 DEN-4).

Page 26: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201544 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 45

Kewaspadaan Dini (SINYAL):Jika ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali dibandingkan rata-rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) dengan gejala pneumonia. Pada kasus dengan usia <5 tahun gejalanya: batuk dan tanda kesulitan bernapas (adanya napas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada), frekuensinapas berdasarkan usia penderita:

• <2bulan:60/menit

• 2-12bulan:50/menit

• 1-5tahun:40/menit

dan kadang disertai demam. Atau kasus usia >5 tahun dengan gejala demam >38oC, batuk dan kesulitan bernapas, dan nyeri dada saat bernapas.

Pengambilan Spesimen: • Usaptenggorokatauusapnasofarings(biladicurigaipenyebabnya

virus) diambil dan dimasukkan ke dalam 1 tabung Falcon steril berisi 1,5-2 ml VTM/Hank’s media tranpor. Setelah itu, secara aseptis spesimen dialiquot ke dalam 2-3 cryotubes untuk beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.

• Spesimen saluran napas bawah (sputum, aspirat salurannapas bawah, broncho alveolar lavage (BAL) dll (bila dicurigai penyebabnya bakteri). Spesimen sputum (pada umumnya mudah diambil dari kasus dewasa), pengambilan spesimen dapat dilakukan dengan alat nebulizer (dengan NaCl 3%)/expectorant atau dibatukkan secara spontan, dimasukkan ke dalam kontainer steril. Spesimen langsung dialiquot ke dalam 2-3 cryotube untuk beberapa pemeriksaan laboratorium.

• Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika.5-10 ml darah vena kasus dewasa menggunakan syringe atau VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak menggunakan wing

Algoritma Pemeriksaan Pneumonia

Page 27: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201546 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 47

Spesimen yang dibekukan dan akan dikirim ke laboratorium rujukan harus di pertahankan dalam keadaan beku sampai laboratorium rujukan.

- Spesimen tersangka Streptococcus pneumoniae harus dikirim sesegera mungkin bila akan dilakukan pemeriksaan kultur dan disimpan pada suhu ruang atau menggunakan media transport apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam setelah pengambilan spesimen.

- Bila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopik, molekuler atau imunologi, spesimen dapat disimpan pada suhu 2-8oC.

-Spesimentersangkainfeksivirusdisimpandalamlemaripendingindengan suhu 2-8oC (1-2 hari).

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

• Spesimenlingkungandikirimdalamwadahsterilkelaboratoriumrujukan yang telah ditentukan, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: 1. Pemeriksaan Gram (harus dilanjutkan dengan kultur) untuk

spesimen saluran napas bawah, BAL, dan urine.

2. Kultur bakteri spesimen saluran napas bawah, tinja, dan urin.

3. Kultur bakteri penyebab pneumonia dengan sistem kultur darah otomatis terhadap spesimen darah kasus anak-anak.

4. Pemeriksaanujisensitivitaspadakulturyangpositifdengandiskusterhadap beberapa jenis antibiotika.

5. RT-PCR pada spesimen usap tenggorok dan usap hidung/usap nasofarings(padatersangkainfeksivirus).

needle diambil dan dimasukkan ke dalam tabung darah bertutup karet merah tanpa zat anti koagulan.

Darah kasus dewasa langsung diproses untuk menghasilkan serum. Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa jenis pemeriksaan laboratorium. Darah kasus anak-anak dipisah menjadi 2 bagian : 2 ml darah langsung dipipet dan dimasukkan ke dalam media kultur darah sementara sisa darah diproses untuk menghasilkan serum. Jika memungkinkan serum dialiquot ke dalam 2 cryotube untuk beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.

• Tinja(biladicurigaipenyebabnyaAnthrax)1-2gramdapatdiambilpada minggu pertama, kedua atau ketiga dari masa onset, dimasukkan ke dalam wadah steril.

• Urine (bila dicurigai penyebabnya Legionella) dapat diambil dimasukkan ke dalam wadah steril.

• Pengambilanspesimenlingkungandapatdilakukansesuaidengansumber penularan yang dicurigai (sesuai etiologi pneumonia, contoh: untuk Legionella dapat diperiksa spesimen air bak penampungan, air buangan AC, air dari alam, dll).

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: • Melakukanpelabelanpadacryotube berisi serum sesuai prosedur.

• Sesegeramungkindikirim ke laboratoriumpemeriksa (dalam24jam).

• Tetapi jikabelumbisa langsungdikirimkanpadahariyangsamake laboratorium pemeriksa, spesimen disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8oC (1-2 hari), atau disimpan di dalam freezer (-20oC) jika pengiriman baru akan dilakukan >2 hari kemudian.

Page 28: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201548 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 49

Algoritma Spesimen Diare Berdarah atau Disentri

Kewaspadaan Dini (SINYAL):Jika ditemukan peningkatan kasus diare, (1,5 kali dibandingkan rata-rata kasus 3 minggu periode sebelumnya) lebih dari 3 kali dalam 24 jamdisertai dengandarahdan lendir.Gejala laindapatberupa rasa

6. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada spesimen sera, uji imunofluoresence dari spesimen saluran napas dilakukan dilaboratorium rujukan.

7. Pemeriksaan antigen/antibodi terhadap kuman spesifik (rapidtes).

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

5. DIARE BERDARAH ATAU DISENTRI Diare berdarah adalah diare lebih dari 3 kali dalam 24 jam disertai dengan darah dan lendir.

Gejala laindapatberuparasatidakenakbadan,sakitkepala,pusingserta kejang otot perut dapat menyebabkan kematian dan berpotensi wabah.

Diare berdarah dapat disebabkan oleh Shigella, Salmonella, Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC), Entamoeba histolytica.

Page 29: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201550 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 51

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium: • Kultur bakteri Shigella sp, Salmonella sp. menurut standar

pemeriksaan mikrobiologi.

• Kultur Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC) menurut standar pemeriksaan mikrobiologi.

• Sediaanlangsunguntukpemeriksaanamoeba.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

6. TERSANGKA DEMAM TIFOID

Demam Tifoid adalah satu infeksi/peradangan akut sistemikdisebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini termasuk juga demam paratifusyangdisebabkanolehSalmonella paratyphi (A, B, atau C).

Gejalakhasdaripenyakit inididahuluiolehgastroentritisisakutdandiikuti demam, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak badan, rasa dingin, batuk dan mual.

Salmonella typhimerupakanbakteriGram-negatifberbentukbatang,bersifat fakultatif anaerob, oksidase negatif, motil (dengan flagela peritrichous), tidakmeragi laktose,ureasenegatif, indolnegatif, tidakberkapsul, dan tidak membentuk spora.

tidak enak badan, sakit kepala, pusing serta kejang otot perut dapat menyebabkan kematian dan berpotensi wabah.

Pengambilan Spesimen: • Tinja cair (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril

bertutup ulir.

• Usapdubur(rectal swab) menggunakan kapas lidi steril. Usap dubur diambil dengan pasien dalam posisi Sim. Kapas lidi

sterildimasukkankedalamrektum,melewatisfingter,putarsecaraperlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi media transport universal (Cary & Blair/Amies).

• Muntahandapatdiambil(untukkecurigaankeracunanmakanan)dimasukkan ke dalam wadah steril.

Selain itu spesimen lingkungan dapat diambil seperti sumber air yang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang dicurigai. Dimasukkan ke dalam wadah steril.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: • Melakukanpelabelanpadakontainerdantabungsesuaiprosedur.• Spesimensegeradikirimkelaboratoriumpemeriksadalamwaktu

24 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraan darat dan tidakmenggunakan media transport, harus sudah diperiksa dalam 2 jam) di dalam cool box/styrofoam box.

• Jikaspesimenbelumakandikirim/diperiksapadahariyangsama,simpan tabung atau kontainer tinja di dalam lemari es (2-8oC) sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Page 30: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201552 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 53

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam minggu tertentu, dengan gejala khas demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran di puskesmas/rumah sakit

Pengambilan Spesimen:

• Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika.Spesimen darah diambil pada pekan pertama demam, bila pengambilan spesimen dilakukan pada pekan 2-3 demam maka yang diambil adalah spesimen tinja.

• Sedikitnya3-5mldarahdikumpulkandariorangdewasadananak-anak secara aseptis menggunakan syringeatauteknikVacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat anti beku darah (anti coagulant).Darahdisentrifusagarmenjadiserumdandimasukkanke dalam cryotube.

• Wholeblood diambil dari kasus dewasa sebanyak 10 ml.

• Padakasusanak-anakwhole blood sebanyak 2-5 ml.

• Masukkandarahkedalammediabiakansecaraaseptis.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Melakukan pelabelan pada botol medium biakan darah dancryotube berisi serum sesuai prosedur

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam).

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

• Kulturdarah

• Ujiresistensiantibiotik

Algoritma Pemeriksaan Tersangka Demam Tifoid

Page 31: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201554 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 55

untuk Hepatitis A akut adalah Anti HAV-IgM yang diperiksa denganmetode ImmunoComb Anti HAV-IgM ataupun denganmetode ELISAIgM-Anti HAV. Pemeriksaan PCR dapat dilakukan untuk mengetahuisumber penyebab penularan. Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Sindrom Jaundis Akut

• Widaltes2xmemakaiproduk(kit)yangsamadandilihatadanyaserokonversi atau peningkatan sebesar 4x kenaikan titer fasekonvalesen (5-7 hari setelah pengambilan serum fase akut)dibandingfaseakut.

• PemeriksaanIgMdenganmenggunakanRDT/EIAataupemeriksaanInhibitor Magnetic Binding Immunoassay(IMBI).

• BiladiperlukandapatdilakukanpemeriksaanPCR.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

7. SINDROM JAUNDICE AKUT

Keadaan jaundice (ikterik) akut adalah terjadinya peningkatan bilirubin yang meningkat dalam darah (>2mg/ml) dan juga bisa dilihatdaripeningkatanbilirubinurine.Penyakitinfeksiakutyangbisamenyebabkan terjadinya keadaan jaundice (ikterik) akut adalah virus hepatitisAakutdanLeptospira.Keduajenispenyakitinfeksiinidapatmenyebabkan terjadinya wabah ataupun kejadian luar biasa. Penyakit Hepatitis A akut ditularkan melalui fecal-oral (saluran pencernaan) dengan kebersihan perseorangan yang kurang sedangkan penyakit infeksi Leptospirabanyak terjadiberhubungandenganmusimhujandan banjir, sehingga wabah penyakit ini harus diwaspadai dengan datangnya musim tersebut. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa penyakit tersebut di atas adalah pemeriksaan darah rutin, bilirubin total dan direk, enzyme transaminasehati(SGOTdanSGPT)danfungsiginjal untuk pemeriksaan penunjang, sedangkan pemeriksaan serologi

Page 32: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201556 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 57

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

a.PemeriksaanAntiHAVIgM(rapid/EIA);

b.AntiHEVIgM(rapid/EIA)

Pemeriksaan untuk leptospira melihat algoritma leptospira.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

8. TERSANGKA CHIKUNGUNYA

Penyakit Chickungunya adalah penyakit menular yang disebabkan olehinfeksiviruschikungunya,menyerangpadasemuaumur,dengangejalaspesifikpanasdanngilupadaseluruhsendibadan.Masainkubasi3-12 hari, kemudian diikuti dengan panas dan ngilu pada sendi, dan biasanya sakit pada bokong dan tulang sangat berat sehingga pasien tidak bisa bergerak.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Virusberkembang biak dalam nyamuk kemudian berada di saliva, dan bila nyamuk menggigit manusia maka virus yang ada di saliva nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia. Virus kemudian masuk ke dalamperedaran darah dan beredar ke dalam organ tubuh yang lainnya.

Virusberadadalamdarahselama1-3harisetelahinfeksi,tapikadang-kadang masih dapat ditemukan sampai 1 minggu. Spesimen untuk pemeriksaan isolasi virus chikungunya adalah darah/sera, yang

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam minggu tertentu, timbul secara mendadak (<14 hari) ditandai dengan demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguanpencernaan (mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit. ± 1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala kuning disertai gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarna pucat.

Pengambilan Spesimen:

• Pengambilanspesimendarahdiambilpadakasusdancarrier.

• 5-10mldarahvenakasusdewasadiambildenganmenggunakansyringe atau sistem VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak menggunakan wing needle.

• Darah langsung langsung diproses untuk menghasilkan serum.Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.

• Selain ituspesimenlingkungandapatdiambilsepertisumberairyang dipakai untuk konsumsi, serta makanan dan minuman yang dicurigai. Dimasukkan ke dalam tabung/kontainer steril bertutup ulir.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Melakukanpelabelanpadacryotube berisi serum sesuai prosedur.

• Sesegeramungkindikirim ke laboratoriumpemeriksa (dalam24jam).

• Tetapijikabelumbisalangsungdikirimkanpadahariyangsama,spesimen sera harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC, tidak lebih dari 7 hari.

Page 33: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201558 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 59

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Chikungunyadiambil 1 kali pada saat panas. Spesimen yang wajib diambil untuk investigasi KLB chickungunya adalah darah/serum untuk dilakukan pemeriksaanIgMantibodinya.DengandiketahuiadanyaIgMantibodiberarti diagnostik terjadi “recent infection” atau KLB yang terjadi benar disebabkan oleh virus chikungunya.

Penyakit chikungunya dapat dicegah dengan membasmi nyamuk Aedes.Sampaisaatinivaksinchikungunyabelumada.Yangdilakukanprogram untuk mencegah meluasnya penyakit chikungunya hanyalah kebersihan lingkungan yaitu untuk memberantas nyamuk dan jentik nyamuk A. Aegypti.

Surveilans chikungunya adalah satunya cara untuk mendeteksi secara dini adanya sirkulasi virus chikungunya di masyarakat. Akan tetapi surveilans chikungunya belum ada programnya kecuali hanya investigasi KLB saja. Investigasi dilakukan apabila ada laporan terjadi KLB di suatu daerah tertentu, kemudian diambil spesimen darah/serum untuk konfirmasi diagnosa laboratorium, apakah benar KLBdisebabkan oleh virus chikungunya.

Pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan konfirmasi laboratorium lainnya adalah ELISA,Haemaglutinasi Inhibisi (HI) test, isolasi virus dari darah, Reverse transcriptase–polymerase chain reaction (RT–PCR).

Page 34: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201560 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 61

- Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

1. Sekurang-kurangnya salah satu di antara pemeriksaan berikut:

2. Uji cepat (RDT) dengan berbagai kit yang tersedia di laboratorium Puskesmas/Rumah Sakit.

3. Isolasi virus (bila diperlukan)

4. Deteksi viral-RNA dengan PCR (bila diperlukan)

5. SerologisIgGdanIgMdenganELISA(biladiperlukan)

6. Hemaglutinasi Inhibisi (bila diperlukan)

7. Sekuensing virus (bila diperlukan)

Keterangan: Jenis pemeriksaan no. 2-5 dilakukan di laboratorium propinsi dan Balitbangkes, sedangkan no. 6 dan 7 dilakukan di Balitbangkes.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistik dalam minggu tertentu, dengan gejala demam yang mendadak dengan nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, nausea, rasa lelah dan timbulnya bintik kemerahan pada kulit yang mirip gejala demam berdarah dengue.

Pengambilan Spesimen:

• Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan3-5 ml dari anak-anak secara aseptis menggunakan syringe atau teknik VacutainerTM. Darah dimasukkan ke dalam tabung tanpa zat anti-beku darah (anti-koagulan). Whole blood digunakan untuk pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT).

• Serumdiambilduakali,pertamapadasaatakut(0-8harisetelahonset), dan berselang 1-14 hari kemudian diambil kembali (serum konvalesen).

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Spesimendidiamkanpadasuhuruangselama30-45menitsampaidarah membeku.

• Serumdimasukkankedalamcryotube menggunakan pipet setril.

• Jika akan dilakukan beberapa jenis uji laboratorium, serumlangsung dialiquot ke dalam beberapa cryotube ( jika ketersediaan serum memadai) untuk menghindari proses pembekuan dan pencairan berulang.

-Melakukan pelabelan pada cryotube berisi serum sesuai prosedur.

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam) di dalam cool box yang diisi dengan ice pack untuk menjaga kestabilan suhu selama pengiriman.

Page 35: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201562 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 63

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Flu Burung pada Manusia

9. TERSANGKA FLU BURUNG PADA MANUSIA

Flu burung atau Avian Influenza adalah penyakit menular pada hewan yangdisebabkanolehvirusyangbiasanyahanyamenginfeksiunggasdan terkadang babi. Penyebabnya adalah virus influenza tipe A dandapat dibedakan menjadi banyak subtipe, berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus.

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit Avian Influenza dapat dilakukan di laboratorium dengan fasilitas keamanan tingkat2. Pemeriksaan dilakukan dengan PCR. Pemeriksaan PCR dilakukan di jejaring laboratorium pemeriksa flu burung dan konfirmasi hasilpemeriksaan dilakukan di Laboratorium Rujukan Nasional (Pusat Biomedis & Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes) Jakarta.

Bahan pemeriksaan yang diambil untuk pemeriksaan PCR adalah apus hidung dan tenggorok, menggunakan kapas lidi steril dengan tangkai dacron dan segera dimasukkan ke media transpor: Hank’s media.

Page 36: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201564 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 65

spesimen berikutnya dapat dilakukan dalam selang waktu 1-2 hari.

d. Bilasan bronchoalveolar (aspirasi trakheal atau cairan pleural). Setengah bagian cairan disenfrifus (dalam laboratorium BSL2+) dan endapan selnya difiksasi dalam formalin. Sisa cairandimasukkan ke dalam botol steril bertutup ulir luar yang bagian dalamnya terdapat cincin karet penahan agar tidak bocor.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Melakukanpelabelanpadacryotube berisi spesimen usap hidung, usap tenggorok dan serum sesuai prosedur.

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam).

- Tetapi jika belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin 2-8oC kurang dari 48 jam.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

1. RT-PCR dengan menggunakan primer influenza yang sesuai.

2. KulturvirusjikahasilRT-PCRpositif.

3. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dengan darah kuda.

4. Sekuensingvirusinfluenza.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):Jikaditemukan1kasustersangkafluburungyaitupanas≥38oC, sesak napas/sulit napas, sakit tenggorokan, batuk dan ada riwayat kontak dengan unggas sakit/mati mendadak atau produk unggas dalam 7 hari.

Pengambilan Spesimen:

Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri dan kanan dan usap tenggorok (orofarings).

a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas, biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron, putar tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transpor Hank’s BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup dengan rapat.

Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut, hinggahasilRT-PCRnegatifpada3xpemeriksaanberturut-turut.

b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkanmenyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup dengan rapat.

c. Spesimen serum dimasukkan ke dalam cryotube dan tutup rapat. Spesimen diambil pada saat fase akut dan jikamemungkinkan,pengambilan spesimen fase konvalesens diambil 10-14 harikemudian.Tetapijikapasiensudahdalamfasekritis,pengambilan

Page 37: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201566 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 67

Penyakit campak dapat dicegah dengan vaksinasi. Ada 2 jenis vaksin yangdipakai,yaituvaksincampakhidupdanyanginaktif(mati).Saatinivaksin campak sudah digunakan oleh negara berkembang dan negara maju untuk imunisasi rutin. Vaksin campak dapat juga dikombinasidengan vaksin untuk penyakit mump dan rubella,yaituvaksinMMR.

Surveilans campak adalah satu-satunya cara untuk mendeteksi secara dini adanya sirkulasi virus campak di masyarakat. Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia telah melaksanakan program eliminasi virus campak secara nasional dengan tujuan menurunkan kejadian KLB campak. Strategi eliminasi campak yang dilaksanakan pemerintah Indonesia adalah dengan peningkatan program imunisasi dan investigasi KLB campak. Sejak tahun 2008, secara terbatas program juga melakukan surveilans campak untuk provinsi tertentu yang disebut dengan case base surveilans aktif campak.

10. TERSANGKA CAMPAK

Penyakit campak atau Measles adalah penyakit menular yangdisebabkan oleh infeksi virus campak dengan gejala panas, batuk,pilek, radang mata, takut sinar dan rash, dengan komplikasi radang selaput telinga dan bronchopneumonia. Penyakit campak terutama menyerang pada anak balita. Penyakit ini ditularkan melalui saluran pernapasan, yaitu melalui udara yang tercemar oleh virus campak ataukontakdengananakyangterinfeksiviruscampak.Virusmasukkedalam saluran pernapasan anak kemudian berkembang biak dalam kelejar limfe dan jaringan epitel mukosa. Virus dapat ditemukan dicairan tubuh, air mata, throat swab (usap tenggorok), urine, dan darah. Humoral antibodi(IgM)dapatdideteksipadasaatrash dan mencapai puncaknyapadaharike-10,sedangkanIgGterbentuklebihlambattapidapat bertahan lama. IgA juga dapat ditemukan pada cairan sekresi.

Spesimen untuk pemeriksaan isolasi virus campak adalah throat swab atau urin anak, yang diambil 1 kali pada saat rash sampai 2 minggu setelah rash. Spesimen paling baik diambil dalam waktu 14 hari setelah gejala rash. Spesimen yang wajib diambil untuk investigasi KLB campak adalah darah/serum untuk dilakukan pemeriksaan IgM antibodinya.DengandiketahuiadanyaIgMantibodi,berartidiagnostikterjadi“recent infection” atau KLB yang terjadi benar disebabkan oleh virus campak.

Page 38: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201568 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 69

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan 1 kasus pada anak-anak dengan gejala batuk, demam yang

tinggisetelah1-2haridanfluktuatif(38-40oC) selama 5 hari, mata merah dan

berair, timbul bintik-bintik putih di bagian dalam mulut (bercak Koplik) selama

3-4 hari, kadang-kadang disertai diare, demam sangat tinggi di hari ke-5 dan

timbul bintik-bintik merah secara bertahap, mulai dari belakang telinga, leher,

dada ke bawah, tangan, kaki, muka, dan akhirnya ke sekujur tubuh dan sangat

gatal.

Pengambilan Spesimen:

• Sedikitnya1,5-2mlserumdimasukkankedalamcryotube.

• Usaptenggorokdiambildenganlididacronsterildengantangkaiplastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi 1,5 ml media transpor virus (Hank’s BSS + Antibiotika).

• Diperlukan10-50mlurinedanditampungpadawadahyangsteril,ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat kuat (saat yang optimal pengambilan sampel adalah hari 1-5 hari timbulnya rash).

Penanganan dan Pengiriman Spesimen: - Melakukan pelabelan pada tabung serum dan tabung berisi

spesimen usap tenggorok sesuai prosedur (no. epid, tanggal demam, rash, dan tanggal ambil spesimen).

- Masukkanserumkedalam cryotube dan melakukan pelabelan.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur. Spesimen harus dikirim dengan es (2-8oC) dengan maksimum lama pengiriman 2 hari. Tuliskan alamat lengkap Laboratorium Rujukan untuk campak pada box/styrofoam kontainer.

Spesimen boleh disimpan dalam lemari es (bukan freezer) maksimum 7 hari sebelum diperiksa laboratorium.

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Campak

Page 39: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201570 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 71

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Difteri

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan 1 tersangka difteri dengan demam >38oC, gejala laringitis, nasofaringitis, atau tonsilitis ditambah pseudo membrane putih keabuan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring, dan tonsil.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

• DeteksiantibodiIgMspesifikCampakdenganteknikELISA

• Kulturvirusdarispesimenurin

• RT-PCRbiladiperlukan

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

11. TERSANGKA DIPHTERI

Diphteri adalah suatu penyakit infeksi pernapasan yang disebabkanoleh Corynebacterium diphtheriae, dapat menular dengan cepat dan berpotensimenimbulkanwabahsertaberakibatfatal.

Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri berbentuk batang Gram-positif pleomorf.

Penanganan spesimen harus dilakukan dalam Biosafety Cabinet Class II. Corynebacterium diphtheriae dapat diisolasi pada Media cystein selektif tellurite Agar Darah. Koloni berwarna kelabu atau hitam agak berbau khas sesudah diinkubasi selama 24 jam diinkubator dengan temperatur 37°C. Dengan pewarnaan khusus Neisser terlihat bakteri berbentuk batang yang mempunyai granula metakromatik.

Lapor kepada dokter dengan segera bila dijumpai hasil yang positifagar pasien segera diberikan anti diphteri serum (ADS).

Page 40: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201572 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 73

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

12. TERSANGKA PERTUSIS (BATUK REJAN)

Pertusis merupakan penyakit menular infeksi saluran napas yangbanyak menyerang anak-anak yang disebabkan oleh Bordetella pertusis mengakibatkan batuk yang hebat dan berkepanjangan sampai sesak napasdandapatberakibatfatal.

Bordetella pertusis merupakan suatu bakteri berbentuk kokobasilus yangbersifatGram-negatif.

Ada tiga jenis Bordetella yang patogen terhadap manusia, yaitu Bordetella bronchiseptica, Bordetalla pertusis, dan Bordetella parapertusis.

Pengambilan Spesimen:

• Usaptenggorokdannasofarings dengan menggunakan lidi kapas steril, kemudian masukkan aplikator tersebut ke dalam tabung steril berisi media transpor Amies pada suhu ruang.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Melakukanpelabelanpadatabungsesuaiprosedur.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

- Sampel segera dikirim ke laboratorium pemeriksa sebelum 24 jam.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

a. Spesimen usap tenggorok/usap nasofarings dikultur pada media cystein selektif tellurite Agar Darah.

b. Corynebacterium diphtheriae dapat diisolasi dari koloni berwarna kelabu atau hitam sesudah diinkubasi selama 24 jam diinkubator dengan temperatur 37oC.

c. Dengan pewarnaan khusus Neisser dan Albert terlihat bakteri berbentuk batang; bila dikultur dalam media Loeffler akan nampak granula metakromatik.

Catatan: Penanganan spesimen harus dilakukan dalam Biosafety Cabinet Class II.

Page 41: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201574 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 75

Pengambilan Spesimen:Bahan pemeriksaan untuk kultur B.pertusis adalah apusan nasofarings dengan memasukkan lidi dacron kecil lewat hidung ke nasofaringsposterior dan membiarkannya selama 10-30 detik, kemudian tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi medium transpor, yaitu 1% asam amino dalam phosphate buffered saline.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Melakukanpelabelanpadatabungsesuaiprosedur.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

a. Pemeriksaan serologi -Tesantibodifluoresenlangsung(DFA=direct fluoresent antibody)

pada apusan sekret nasofaringsyangbermanfaatuntukdiagnosacepat.

- Tes antibodi tidak banyak membantu diagnosis dini. Titer aglutinin yangtinggi(>1:512)merupakanpetunjukinfeksibaru.

b. Kultur bakteri

-Merupakanpemeriksaanbakuemas(gold standard). Bordetella pertusis merupakan bakteri yang sukar tumbuh (fastidious), sehinggabiakannegatiftidakmenyingkirkandiagnosisPertusisterutama pada keadaan epidemi. Juga bila sudah diberikan antibiotik sebelumnya akanmenyebabkan hasil kultur negatif.Angka isolasi bakteri paling tinggi pada masa 3-4 minggu awal penyakit.

c. Polymerase chain reaction (PCR)

Algoritma Tersangka Pertusis

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus pada anak-anak dengan batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/paroxysmal), napasdenganbunyi“whoop” dan kadang muntah setelah batuk.

Page 42: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201576 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 77

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka AFP

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan 1 kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/trauma pada anak < 15 tahun.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

13. AFP (LUMPUH LAYUH MENDADAK)

AFP adalah suatu gejala dari beberapa penyakit-penyakit, termasuk poliomyelitis, Guillain-Barre Sindrom, Transverse Myelitis, penyakit-penyakit neurologis lain, dan trauma.

PoliomyelitisadalahsuatupenyakitakutyangdisebabkanolehinfeksivirusPolio,mengakibatkan reaksi peradangandi dalam sistem sarafpusat,sehinggamenimbulkankelumpuhanyangbersifatlayuh(AFP=Acute Flacid Paralyse). Spesimen harus ditangani secara aseptik dalam biosafety cabinet kelas II. Spesimen harus dikirim ke laboratorium rujukan untuk diagnosis.

Dua spesimen tinja (masing-masing 5-10 g) harus dikumpulkan dari penderita yang dicurigai dengan interval 24 jam ke dalam pot tinja yang bersih, steril dan kering. Spesimen dalam lemari pendingin (2-8oC) tahan selama 2-3 hari (selama transportasi yang singkat) atau dibekukan pada -20oC (tahan beberapa bulan).

VirusinibisajugadiisolasidariapustenggorokatauCSF.

Page 43: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201578 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 79

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

14. KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES

Rabies atau penyakit anjing gila adalah suatu penyakit menular yang menyerangsistemsyarafmanusiadanbinatangberdarahpanasdanberakibat fatal. Penyebabnya adalah single stranded RNA virus dari golongan Rhabdoviridae. Semua spesimen harus dikumpulkan secara hati-hati baik penanganan maupun pengirimannya dan harus sesuai prosedur tetap.

Gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), ataukasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka gigitan, cemas dan reaksi berlebihan terhadap rangsangansensorik). Untuk pengambilan, penanganan dan pemeriksaan spesimen rabies (hewan) dilakukan oleh Laboratorium Veteriner. Apabila ditemukan kasus gigitan hewan terindikasi rabiesmaka harus dilakukan koordinasi dengan dinas peternakan setempat untuk pengambilan, penanganan dan pemeriksaan spesimen rabies (hewan)

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus gigitan hewan yang terindikasi rabies, yaitu kasus gigitan hewan (anjing, kucing, tupai, monyet, kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia.

Pengambilan Spesimen:

Pengambilan spesimen pada manusia tidak perlu dilakukan.

Pengambilan Spesimen:

Pengambilan spesimen dilakukan 2x:

a. Pertama: tinja (± 5-10 g) dikumpulkan dari penderita yang dicurigai ke dalam pot tinja yang bersih, steril dan kering.

b. Kedua: spesimen tinja diambil lagi dari penderita yang sama setelah 24 jam dari pengambilan yang pertama.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Spesimen tinja dimasukkan ke dalam wadah pot yang bersih, transparan dan kering, dengan sendok tertempel pada tutup dan bertutup ulir diluar, segera dikirim ke Laboratorium Rujukan Nasional Polio (Jakarta, Bandung, Surabaya) dalam cool box (2-8oC) atau sebelum dikirim disimpan sementara dalam temperatur (2-8oC). Pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh lebih dari 3 hari.

- Melakukanpelabelanpottinjasesuaiprosedur.

- Spesimen dalam lemari pendingin (2-8oC) tahan selama 2-3 hari (segera dikirimkan).

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

- Tuliskan alamat lengkap Laboratorium Rujukan Nasional untuk polio (Jakarta, Bandung, Surabaya).

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Pemeriksaan spesimen AFP mengikuti SOP yang telah ditentukan oleh pedoman dari WHO di laboratorium rujukan nasional untuk polio.

• Pemprosesanspesimen

• Isolasidanidentifikasivirus

• Diagnosa ITD (Intratypic differentiation) polio virus: RT-PCR dan Sekuensing

Page 44: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201580 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 81

Algoritma Spesimen AnthraxPenanganan dan Pengiriman Spesimen:

Penanganan spesimen pada manusia tidak perlu dilakukan.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Untuk pemeriksaan sampel laboratorium hewan, harus dilakukan koordinasi dengan balai laboratorium veteriner.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

15. TERSANGKA ANTHRAX

Penyakit anthrax merupakan penyakit yang endemis di daerah peternakan dan pertanian. Di Indonesia penyakit antraks ditemukan sejak tahun 1832 dan setiap tahun kasusnya bervariasi antara 20-55 kasus, dimana yang banyak dijumpai adalah anthrax kulit dan saluran pencernaan.

Penularan anthrax pada manusia terjadi apabila endospora anthrax yang bisa hidup sampai puluhan tahun masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu pertama bersentuhan dari hewan yang terinfeksi atau produk hewan tersebut seperti kulit dan bulu, keduamelalui pernapasan (inhalasi) dan ketiga dengan memakan hewan yangterinfeksianthrax.

Etiologinya adalah Bacillus anthracis, bakteri besar Gram positif,bersifataerob,berkapsul,non-motile,mempunyaikemampuanuntukmembentuk spora dan toksin, berukuran 1–1,5 µm hingga 3–10 µm, non-hemolitik pada agar darah domba, tumbuh pada suhu 37oC dengan gambaran seluler joint bamboo-rod dan membentuk gambaran koloni curled hair yang unik.

Page 45: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201582 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 83

dahulu selama ± 30 menit pada suhu ruang agar serum terpisah secara alami dari endapan darah untuk menghindari hemolisis, kemudian tabung disentrifus. Kurang lebih 2-3 ml serum akandapat diperoleh dan dimasukkan ke dalam cryotube.

Spesimen darah 10 ml untuk kultur darah dimasukkan dalam media pengaya kultur darah.

e. Cairan cerebrospinal 0,5 ml, dapat diambil bila terdapat gejala meningitis.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Pada spesimen usap/swab dimasukkan dalam media transpor bakteri pada suhu ruang.

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam) pada suhu 2-8oC.

- Tetapi jika spesimen belum bisa langsung dikirimkan pada hari yang sama, spesimen harus disimpan di dalam lemari pendingin paling lama 2 hari pada suhu 2-8oC kecuali spesimen usap.

- Melakukanpelabelanpada vial berisi serum/slideusap lesi kulitsesuai prosedur.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Semuapemeriksaanharusdilakukandilaboratoriumdenganfasilitasminimum Biosafety Level II (BSL II). Pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis penyakit anthrax dilakukan :

a. SecaramorfologisdenganpewarnaanGramuntukspesimen lesikulit (Anthrax cutaneous/kulit).

b. Secarakultur-isolasibakteriologikdanidentifikasiagenpenyebab.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan pasien dengan tersangka anthrax: Cutaneous/kulit, Digestive/saluran pencernaan, atau Inhalasi/paru di Puskesmas/RS dengan gejala: mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhubadan meningkat, muntah berwarna cokelat atau hitam, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat/melilit (setelah mengkonsumsidagingyangterinfeksianthrax;untukanthraxsaluranpencernaan) atau lesi pada kulit berupa jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (pathognomonik). Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit (setelah terkenadaging yang terinfeksianthrax).

Pengambilan Spesimen:

a. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax kulit:

Diambil usap/swab dari lesi di kulit dan dibuat apusan pada gelas obyek (2-3 slide). Spesimen yang diambil:

•Stadiumvesikuler cairan vesikula yang belum pecah

•StadiumEschar jaringan di bawah Eschar dari bagian tepinya

•Stadiumulcer usap bagian ulcus

b. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax digestive:

Usap dari lesi di orofaring, usap dubur, tinja segar (5 gram) dalam wadah steril.

c. Untuk pemeriksaan tersangka anthrax inhalasi:

Cairan pleura, cairan bronchial 1 ml dalam wadah steril.

d. Spesimen darah diambil sebelum diberikan terapi antibiotika. Kurang lebih 5 ml darah vena diambil secara aseptik dengan syringe atau VacutainerTM Serum sebisa mungkin langsung dipisahkan dari darah (whole blood) kurang dari 60 menit. Tabung darah didiamkan

Page 46: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201584 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 85

lebih berat dapat mengakibatkan gagal ginjal akut dan pendarahan pada paru-paru. Ada 2 phase dalam perkembangan penyakit ini, yaitu faseakutataufaseseptikemiksekitarseminggusetelah infeksi,diikuti oleh produksi antibodi pada fase imun. Diagnosis awal dankemampuan untuk membedakan leptospirosis dari penyakit-penyakit lainnya sangat penting untuk mencegah perburukan yang berakibat pada kematian.

Algoritma Pemeriksaan Tersangka Leptospirosis

c. Secara serodiagnostik (melalui uji Ascoli).

d. Dengan cara mengukur antibodi yang ada dalam serum penderita, yaitu dengan teknik ELISA untuk kasus antraks pencernaan dan anthrax inhalasi.

Untuk pemeriksaan sampel laboratorium hewan, harus dilakukan koordinasi dengan balai laboratorium veteriner.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

16. TERSANGKA LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit emerging zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia, disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Bakteri ini endemik pada hewan liar dan hewan peliharaan yang dapat berperan sebagai reservoir, walaupun tikus dan jenis rodensia lainnya merupakan hewan penular yang terpenting melalui sekresi urinnya. Penularan ke manusia dapat terjadi melalui kontak dengan tanah, tanaman, air yang terkontaminasi, atau tidak sengaja bersentuhan dengancairantubuhhewanyangterkontaminasi.Melaluiadanyaluka/lecet pada kulit atau membran mukosa, bakteri Leptospira sp masuk ke dalam aliran darah.

Pada manusia, manifestasi klinis penyakit ini mirip dengan padadengue, riketsia, malaria dan hepatitis. Kriteria suspek dapat diketahui dengan demam akut ≥38,5oC, dengan sakit kepala hebat disertai myalgia, malaise, dan conjunctival suffusion dengan disertai kontak atau terpapar faktor risiko. Gejala spesifik pada leptospirosis adalahconjunctival suffusion, nyeri betis dan jaundis akut. Pada kasus yang

Page 47: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201586 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 87

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

• Rapiddiagnostictest(LateralFlow)untukmelihatIgM(dilakukan5atau 6 hari setelah onset).

• KulturbakteridanPCR.

Untuk konfirmasi dilakukan pemeriksaan MAT (microscopic agglutination test) (gold standard) di laboratorium rujukan.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

17. TERSANGKA KOLERA

Kolera merupakan penyakit yang disebabkan oleh Vibrio cholera dan ditandai oleh diare akut (lebih dari 10 kali dalam 24 jam) dengan konsistensi tinja sangat cair seperti air cucian beras dan bau yang sangat khas. Penyakit ini paling sering menimbulkan KLB/wabah di Indonesia.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus penyakit dengan gejala demam akut ≥38,5oC, dengan atau tanpa sakit kepala hebat disertai myalgia, malaise, dan atau conjunctival suffusiondisertaikontakatauterpapar faktorresiko(hewan terinfeksi atau lingkungan yang tercemar bakteri Leptospiradalam 2 minggu sebelumnya).

Pengambilan Spesimen:

• Spesimendarahdiambilsebelumdiberikanterapiantibiotika. 5-10 ml darah vena kasus dewasa diambil dengan menggunakan

syringe atau sistem VacutainerTM dan 3-5 ml darah vena anak-anak menggunakan wing needle.

• Darah langsung langsung diproses untuk menghasilkan serum.Serum dialiquot ke dalam paling sedikit 2 cryotube untuk beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Melakukanpelabelanpadacryotube berisi serum sesuai prosedur.

• Sesegeramungkindikirim ke laboratoriumpemeriksa (dalam24jam) atau jika masih dalam proses menunggu, simpan pada 2-8oC di lemari pendingin.

• Tetapi jikabelumbisa langsungdikirmkanpadahariyangsama,spesimen sera harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum dikirim ke laboratorium pemeriksa.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Page 48: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201588 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 89

Pengambilan Spesimen:

• Tinja segar (stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril. Usap dubur (rectal swab) menggunakan kapas lidi steril.

• Usapduburdiambil denganpasiendalamposisiSim. Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sphincter, putar secara perlahan, tarik dan langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi media transport Cary & Blair/Amies.

• Selainitu,spesimenlingkungandapatdiambilsepertisumberairyang dipakai untuk konsumsi. Dimasukkan ke dalam wadah steril.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• MelakukanpelabelanpadawadahtinjadantabungCary & Blair/Amies sesuai prosedur.

• Spesimen tinja segar segera dikirim ke laboratorium pemeriksadalam waktu 2 jam (jika jarak laboratorium mikrobiologi kabupaten/kota relatif dekat dan terjangkau dengan kendaraandarat) di dalam cool box/styrofoam box.

• Pada spesimen usap dubur, jika spesimen belum akan dikirim/diperiksa pada hari yang sama, simpan tabung di dalam lemari es (2-8oC) sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

• Pengirimanharusdilakukandalam1-3hari.

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Kolera

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus penderita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair seperti air cucian beras.

Page 49: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201590 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 91

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Klaster Penyakit yang Tidak Lazim

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

a. Kultur bakteri Vibrio cholera.

b. Uji biokimia.

c. Uji serotipe Inaba, Ogawa, atau Non-O1 (seperti Vibrio cholera 0139).

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

18. KLASTER PENYAKIT YANG TIDAK LAZIM

Kewaspadaan dini (SINYAL) adalah kondisi ditemukannya tiga ataulebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/desa dalam satu periode waktu yang sama (kurang lebih 7hari),yangtidakdapatdimasukkankedalamdefinisikasuspenyakityang lain.

Page 50: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201592 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 93

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala klinis dan hasil penyelidikan investigasi.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

19. TERSANGKA MENINGITIS/ENCEPHALITIS

Merupakanradangmeningenyangdisebabkanolehbakteri.Diagnosisetiologi sangat penting untuk pengobatan pasien. CSF dari pasien-pasien yang dicurigai menderita meningitis perlu segera diproses untuk menentukan etiologik. Bakteri penyebab: Hemophilus influenzae type b adalah yang paling umum penyebab meningitis pada anak-anak di bawah 6 tahun. Di atas usia itu penyebabnya mungkin meningococcal atau pneumococcal. Bakteri yang paling umum sebagai penyebab meningitis akut adalah:

• Streptococcuspneumoniae(concernWHO)

• Hemophilusinfluenzae(concernWHO)

• Neisseriameningitidis(concernWHO)&concernSKDR2012

• Kelompokstreptococci(S. agalactiae)

• Staphylococcussp.

• E.coli(pada neonates)

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/desa dalam satu periode waktu yang sama (kurang lebih 7 hari), yang tidak dapat dimasukkan ke dalam definisikasuspenyakityanglain.

Pengambilan Spesimen:

Pengumpulan spesimen klinis sebanyak mungkin jenis sampel yang dapat diambil (swab, sputum, serum, CSF, tinja, urine, dll), dan spesimen lingkungan yang relevan dengan gejala klinis dan data epidemiologi.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Bila gejala klinis dan data epidemiologi mengarah pada keracunan makanan atau akibat zat kimia maka spesimen dari lingkungan dapat diperiksa di laboratorium setempat. Bila belum mampu untukdilakukanpemeriksaanlaboratoriumberdasarkaninformasiklinis dan data epidemiologi yang ada, maka spesimen dapat dirujuk ke laboratorium rujukan nasional (Badan Litbangkes).

- Melakukanpelabelanpadacryotube yang berisi spesimen sesuai prosedur.

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam).

- Tetapi jika belum bisa langsung dikirmkan pada hari yang sama, spesimen harus disimpan di dalam freezer (-20oC) sebelum dikirim ke laboratorium pemeriksa.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Page 51: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201594 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 95

Algoritma Pemeriksaan Tersangka Meningitis/Encephalitis Viruspenyebab:

• Japanese encephalitis

Jamur penyebab:

• Cryptococcusneoformans

Spesimen CSF harus ditangani dan diproses di dalam safety cabinet untuk menghindari kontaminasi dan penularan oleh bakteri penyebab menigitis. Semua organisme yang tumbuh pada biakan CSF adalah patogen pada manusia dan berpotensi wabah bila tidak ditangani dengan benar. Deteksi DNA dengan Polymerase Chain Reaction dari spesimen CSF (PCR jika tidak ada pertumbuhan pada medium TI), dapat dilakukan di Laboratorium Rujukan.

Page 52: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201596 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 97

• Melakukanpelabelanpadatabungsesuaiprosedur.

• Spesimen yang sudahditanamdalammediumTI segeradikirimke laboratorium pemeriksa sesegera mungkin dalam waktu 24 jam karena kuman dalam spesimen CSF tidak dapat bertahan lama. Kuman meningokokus sangat rentan terhadap suhu rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada lemari pendingin.

• UntukpemeriksaanvirologisspesimenCSFminimal0,5ml,segeradikirim ke Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan pada suhu 2-8oC maksimal 3 hari.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

• Pengirimanharusdilakukandalamkurangdari2jam.

• SpesimenCSFharusditanganidandiprosesdidalamsafety cabinet untuk menghindari kontaminasi dan penularan oleh bakteri penyebab meningitis.

• Serumdikirimpadasuhu2-8oC.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Berdasarkan karakteristik dari CSF (bila keruh diperiksa ke arah bakteri, bila bening ke arah virus).

PewarnaanGramdanpemeriksaansitologiCSF.

• Rapid latex test untuk mengetahui NmW135 (serogroup dari Neisseria meningitides yang paling sering menyebabkan KLB) pada faseawalKLB.

• ELISA.

• KulturdenganmediaTrans-isolate(TI)danserogrup.

• Ujiresistensiantibiotika.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

• Jika ditemukan peningkatan kasus bermakna secara statistikdalam minggu tertentu, dengan gejala khas yang didahului:

• Padaorangdewasadengandemamyang tiba-tiba >38,5oC suhu rektal atau 38oC suhu aksilar dan salah satu dari gejala berikut: kaku kuduk, kesadaran menurun atau gejala meningeal lainnya.

• Padaanak-anak/bayidengandemamyangtiba-tiba>38,5oC suhu rektal atau 38oC suhu aksilar dan salah satu dari gejala berikut: kaku kuduk, atau leher yang tidak bisa digerakkan, tonjolan keluar di bagian tengkorak (bulging fontanel), kejang, atau gejala meningeal lainnya.

Pengambilan Spesimen:

• CairanCerebroSpinal (CSF) diambil dengan metoda lumbal punksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli, secara aseptis, sebanyak 0,5-1 ml.

• Cairanlangsungdimasukkankedalam2tabungsterilyaitu:

- Tabung berisi Trans-isolate (TI) media (media transport dan media pertumbuhan).

- Tabung tanpa media.

Spesimen darah dapat diambil bila: •

- Terdapat kontra indikasi pengambilan spesimen CSF

- Bila dicurigai terjadi bakteremia

Diambil spesimen darah sebanyak 10 ml untuk dilakukan kultur. Serum minimum 1 ml dapat diambil untuk pemeriksaan antibodi (Japanese encephalitis).

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Spesimen dapat langsung diperiksa di laborotarium sesegeramungkin (kurang dari 1 jam) pada suhu ruang.

Page 53: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 201598 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 99

Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara 3-12 hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat mengisap).

b. Mulutmencucutsepertimulutikan.

c. Mudahterangsangdanseringkejangdisertaisianosis.

d. Kaku kuduk sampai opistotonus.

e. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang.

f. Dariberkerut,alismataterangkat,sudutmuluttertarikkebawah,muka rhisus sardunikus.

g. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku.

h. Tiba-tibabayisensitif terhadaprangsangan,gelisahdankadang-kadang menangis lemah.

i. Terjadi penurunan kesadaran.

Kewaspadaan Dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/menetek, mulut mencucu, dan disertai dengan kejang rangsang.

Pengambilan Spesimen:

Tidak dilakukan pengambilan spesimen pada kasus tetanus neonatorum, karena penegakan diagnosis cukup berdasarkan kondisi klinis.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

20. TERSANGKA TETANUS NEONATORUM

Tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang masuk ke dalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat tidak steril. Awalnya bakteri masuk dalam bentuk spora. Kemudian bila di daerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang cukup,makasporaakanberkembangmenjadibentukvegetatifyangdapat menghasilkan racun neorotoksin (tetanospasm).Toksinbersifatneurotropik menyerang sistem saraf yang dapat menyebabkankekakuan/ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti otot pipi/masseter disebut: trismus). Toksin tersebut dapat menghancurkan sel darah merah dan merusak leukosit.

Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksinmencapai sistem sarafpusat.Toksinpadasistemsarafotonom jugaberpengaruh,sehinggaterjadi gangguan pada pernapasan, metabolisme, hemodonamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular, penyempitan jalan napas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam tinggi,merupakanpenyulitakibatgangguansarafotonom,yangdulujarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul.

Page 54: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015100 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 101

Algoritma Pemeriksaan Tersangka Tetanus

Kewaspadaan dini (SINYAL):

Jika ditemukan kasus dengan gejala kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

Tidak perlu

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Tidak perlu

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindak lanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

21. TERSANGKA TETANUS

Tetanus adalah satu penyakit menular yang disebabkan oleh neurotoksin (tetanospasmin) bakteri anaerob Clostridium tetani yang ditandai oleh kejang otot (tidak disertai demam) di sekitar mulut, rahang dan otot pernapasan sehingga kesulitan untuk dan bernapas. Masainkubasiantara3-12hari(rata-rata8hari)waktudaritimbulnyagejala pertama sehingga terjadi kejang adalah 24-72 jam. Clostridium tetani merupakan bakteri anaerob yang membentuk spora terminal menyerupai bentuk tongkat, bersifat Gram positif. Spora resistenterhadap pengeringan, panas, dan pasteurisasi yang tidak sempurna, dapat dibunuh oleh autoclaving atau penggunaan larutan iodium 2% atau gluteraldehyde selama 3 jam.

Page 55: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015102 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 103

Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melalui fax/e-mail/pos/SMS. (Sumber: Tetanus Laboratory Case Definition

(LCD) oleh The Public Health Laboratory Network)

22. ILI (INFLUENZA-LIKE-ILLNESS)

Influenza-like illness adalah penyakit gangguan pernapasan yang tidak spesifikyangditandaiolehdemam,kelelahanfisik,batuk,dangejalalainnya yang umumnya sembuh adalam beberapa hari saja. Sebagian besarkasusILIbukandisebabkanolehvirusinfluenzamelainkanvirusjenis lain seperti rhino virus dan respiratory syncytial virus, adenovirus, danvirus-viruspara influenza. Tetapi ILI dapat juga disebabkan oleh beberapa jenis bakteri walaupun lebih jarang dibandingkan infeksioleh virus, seperti Legionella, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Streptococcus pneumoniae.Infeksiyangdisebabkanvirusinfluenza,RSV,danbeberapajenisbakterimerupakanpenyebabpenting ILI karena infeksi ini dapat berakibat pada komplikasi yanglebih berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Penyelidikan terhadap kasus ILI harus menggunakan kombinasi data epidemiologi dandataklinis (informasi tentangadanyakasussejenissebelumnya,riwayat kontak, dll), dan jika perlu melakukan uji laboratorium untuk menentukan penyebab pasti kasus ILI.

Untuk kewaspadaan dini, kriteria inklusi yang diterapkan adalah jika ditemukankasusdengankondisidemam≥38oC dan batuk dan/atau sakit tenggorokan. Jika ada kasus dengan tambahan gejala lainnya, seperti muntah, sakit persendian, dll, tetap dimasukkan ke dalam kasus ILI sepanjang memenuhi kriteris inklusi tersebut di atas, kecuali ada pembuktian laboratorium bahwa kasus tersebut bukan kasus ILI.

Pengambilan Spesimen:

Spesimen luka diusap dengan lidi kapas steril atau diaspirasi dengan syringe dan dimasukkan ke dalam tabung steril berisi Stuart’s media transport atau 1ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) yang sudahdiinkubasi dalam gas pack jar > 4 jam untuk menghilangkan O2 atau dalam thioglycolate broth.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

- Spesimen tidak boleh terpapar di udara lebih dari 5 menit karena tersangkabakteripenyebabinfeksibersifatanaerob.

- Melakukan pelabelan pada cryotube berisi usap luka sesuai prosedur.

- Sesegera mungkin dikirim ke laboratorium pemeriksa (dalam 24 jam) pada suhu ruang.

- Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Tetanus merupakan salah penyakit yang dapat ditegakkan dengan diagnosis klinis. Tetapi jika diperlukan konfirmasi laboratorium, ujisebagai berikut dapat dilakukan:

a. Isolasi dan identifikasi bakteriClostridium tetani dengan metode kultur bakteri pada agar darah.

b. IsolatbakterikemudiandiberipewarnaanGramuntukmemastikanmorfologiselvegetatifdansporabakteri.

c. Uji biokimia.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

Page 56: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015104 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 105

tambahan gejala lainnya, seperti muntah, sakit persendian, dll, tetap dimasukkan ke dalam kasus ILI sepanjang memenuhi kriteria inklusi tersebut di atas, kecuali ada pembuktian laboratorium bahwa kasus tersebut bukan kasus ILI.

Pengambilan Spesimen:

Spesimen sekret saluran napas, yaitu usap hidung (nasofarings) kiri dan kanan dan usap tenggorok (orofarings).

a. Pengambilan usap hidung dengan cara memasukkan lidi dacron/poliester steril ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas, biarkan beberapa saat agar cairan hidung terserap dalam dacron, putar tangkai dacron 1-2 x, berikan sedikit penekanan pada lokasi yang diusap. Lakukan pada lubang hidung kiri dan lubang hidung kanan. Segera masukkan spesimen usap hidung ke dalam vial bertutup ulir (cryotube) berisi 2 ml media transport Hank’s BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup dengan rapat.

b. Pengambilan spesimen usap tenggorok dengan melakukan usapan pada bagian belakang farings dan derah tonsil dan hindarkanmenyentuh bagian lidah. Segera masukkan spesimen usap tenggorok ke dalam cryotube berisi 2 ml media transport Hank’s BSS + antibiotika. Patahkan tangkai plastik hingga cryotube dapat ditutup dengan rapat.

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

• Melakukanpelabelanpadacryotube sesuai prosedur.

• Spesimensegeradikirimkelaboratoriumpemeriksadalamwaktu2jam(jikajaraklaboratoriummikrobiologikabupaten/kotarelatifdekat dan terjangkau dengan kendaraan darat) di dalam cool box/styrofoam box.

Algoritma Tersangka Influenza Like Illness (ILI)

Kewaspadaan dini (SINYAL):

Ditemukan peningkatan kasus (1,5 kali atau lebih dibadingkan rata-rata kasus 3mingguperiode sebelumnya) dengan kondisi demam≥38oC dan batuk, onset demam tidak lebih dari 7 hari. Jika ada kasus dengan

Page 57: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015106 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 107

23. TERSANGKA HFMD (HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE)

Hand-foot-mouth disease (HFMD) adalah penyakit yang umum padabayi dan anak-anak di bawah 10 tahun, walau usia dewasa juga bisa berisiko terjangkit dari binatang peliharaan maupun tertular orang yang sedang sakit. Penyebabnya adalah Enterovirus yang tergolong famili picornavirus yang memiliki 67 serotipe manusia, 3 serotipe poliovirus, 23 serotipe Coxsackie virus A, 6 serotipe Coxsackie virus B, 31 serotipe Echovirus dan Enterovirus 68 sampai 71. Namun, penyebab yang paling sering ditemukan adalah Coxsackie virus A16. Penyebab yang menimbulkan KLB adalah Enterovirus 71.

Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi penyebab serius dari aseptic meningitis dan febris yang tidak diketahuipenyebabnya pada bayi-bayi yang baru lahir. Periode inkubasi berkisar antar3sampai6hari.Viruspalingbanyakditemukanditenggorokandan dapat diisolasi dari tinja, karena umumnya cara penularan entrovirus adalah melalui jalur fekal-oral. Kontak dengan bahanterinfeksi yang berasal dari lendir tenggorokan, hidung, saliva dancairan luka lepuh, bahkan tinja, merupakan jalur transmisi yang sering terjadi. Infeksiyangterjadipadaminggupertamaadalahyangpalingmudah menular.

Gejala umum HFMD adalah demam, sakit kepala, hilangnya nafsumakan, sakit tenggorokan, ruam berupa makulopapular/vesikel di telapak tangan, kaki, daerah yang tertutup pampers (pada bayi) yang sakit jika kena sentuhan. Jika diperiksa lebih saksama, terdapat luka seperti sariawan yang memerah di dalam area mulut, tenggorokan, lidah dan tonsil. UmumnyaHFMDdapat sembuhdengan sendirinyatanpa perawatan medis yaitu antara 7-10 hari, tetapi attack ratenya dapat mencapai 100% di kalangan anak-anak.

• Jikaspesimenbelumakandikirim/diperiksapadahariyangsama,simpan tabung di dalam lemari pendingin 2-8oC sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.

• Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir,pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

• Pengirimanharusdilakukandalam1-3hari.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

1. RT-PCRuntukdeteksivirusinfluenza.

2. Isolasivirusinfluenzadengankultur.

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

Page 58: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015108 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 109

Kewaspadaan dini (SINYAL):

Ditemukan kasus dengan kondisi demam 38-39oC dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsumakan turun,muncul vesikel di ronggamulut dan atauruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.

Pengambilan Spesimen:

Pengambilanspesimendilakukandifasyankes.•

Tinja (• stool) 2-3 gram, dimasukkan ke dalam wadah steril.

Usap dubur (• rectal swab) menggunakan dacron/kapas lidi steril dengan tangkai plastik. Usap dubur diambil dengan pasien dalam posisi Sim. Kapas lidi steril dimasukkan ke dalam rektum, melewati sfingter,putarsecaraperlahan,tarikdanlangsungdimasukkankedalamtabungberisimediatransportVTM.

Vesikelswabdiambildenganlididacronsterilpadavesikel,biarkan•beberapa saat agar cairan hidup terserap dalam dacron, putar tangkai dacron 1-2x, berikan sedikit penekanan pada lokasi yang diusap, dimasukkan dalam cryotube/tabung berisimedia transport virus(VTM)

Usap tenggorok diambil menggunakan lidi dacron steril dengan •tangkai plastik, dan dimasukkan ke dalam cryotube yang berisi mediatransportvirus(VTM).

Penanganan dan Pengiriman Spesimen:

Spesimen dikirimkan ke laboratorium rujukan Badan Litbangkes •untuk dilakukan pemeriksaan.

Jika spesimen akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi/kurir, •pastikan spesimen dipersiapkan terlebih dahulu sesuai prosedur.

Algoritma Pemeriksaan Laboratorium Tersangka Hand Food and Mouth Disease (HFMD)

Page 59: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015110 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 111

VM A N A J E M E N

L A B O R A T O R I U M

A. Peningkatan Kapasitas Laboratorium Dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium penyakit yang berpotensi KLB/wabah, diperlukan peningkatan kapasitas laboratorium yang bermutu mulai dari ketersediaan sarana, prasana, alat,SDM,reagendanbahanhabispakai,sertametodepemeriksaansesuai dengan epidemiologi penyakit di wilayahnya masing-masing. Biaya operasional untuk mendukung penanggulangan penyakit yang berpotensi KLB/wabah mulai dari pengambilan, penanganan, pengiriman sampai pemeriksaan sampel termasuk kebutuhan alat dan bahan harus terintegrasi dalam perencanaan laboratorium dan dapat diajukan ke pemerintah daerah setempat.

B. Pengembangan Jejaring Kemampuan setiap laboratorium dalam melakukan pemeriksaan penyakit berpotensi KLB/wabah tidak sama, maka diperlukan sistem rujukan dalam jejaring laboratorium. Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan provinsi harus mengetahui kemampuan laboratorium yang ada di wilayahnya sehingga dapat menjalankan sistem rujukan secara berjenjang. Alur rujukan pemeriksaan mulai dari laboratorium Puskesmas, laboratorium RS, laboratorium kabupaten/kota, laboratorium provinsi, maupun ke laboratorium rujukan nasional tertentu yang sesuai dengan jenis penyakitnya.

Spesimen segera dikirim ke laboratorium pemeriksa dalam waktu •2jam(jikajaraklaboratoriummikrobiologikabupaten/kotarelatifdekat dan terjangkau dengan kendaraan darat) di dalam cool box/styrofoam box.

Jika spesimen belum akan dikirim/ diperiksa pada hari yang sama, •simpan cryotube/tabung di dalam lemari es (2-8oC) sampai saat akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksa.

Pengiriman harus dilakukan sesegera mungkin dalam waktu 1-2 •hari pada 2-8oC, menggunakan cool box/styrofoam box.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium:

Isolasi virus. •

Deteksi RNA dengan RT-PCR dilakukan di Laboratorium Rujukan •(Badan Litbangkes).

Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Laporan tentang hasil segera dikirimkan ke instansi pengirim, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Subdit Surveilans, dan subdit terkait Ditjen P2PL melaluifax/e-mail/pos/SMS.

***

Page 60: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015112 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 113

6. Pengawasan pekerjaan sehari-hari, evaluasi pegawai secara berkala, validasi pemeriksaan laboratorium

7. Kemampuan laboratorium dalam memonitor dan mengevaluasi penampilan secara keseluruhan dengan cara memberikan bahan pemeriksaan yang sama kepada analis sebagai bahan pemeriksaan kedua atau dikirim ke laboratorium lain.

8. Pembuangan bahan pemeriksaan yang tepat. 9. Penggunaan prosedur-prosedur yang aman di dalam laboratorium

dan pengembangan rencana penanganan terhadap percikan, kebakaran, dan kasus-kasus darurat lainnya.

10. Pengendalian mutu internal dan eksternal laboratorium. • Pengendalian mutu internal termasuk pemantauan

mutu media, reagen, kalibrasi peralatan dan mutu hasil pemeriksaan.

• Dokumentasi pengendalian mutu sama pentingnya dengankinerja laboratorium.

• Aktivitaspengendalianmutueksternaltermasukpemeriksaanberkala oleh Badan yang bertanggung jawab untuk akreditasi laboratorium dan proficiency tesing.

11. Tanggung jawab untuk monitoring efektivitas pelayananlaboratoriumtermasukpemeriksaannosokomialinfeksi,sterilisasiruang dan peralatan operasi, bank darah, serta pelayanan dialisis.

F. Data Manajemen Data manajemen termasuk sistem pencatatan, sistem pelaporan, penyimpanan dokumen pencatatan dan pelaporan maupun spesimen pemeriksaan, serta prosedur-prosedur yang digunakan dan hasil pemeriksaan adalah sangat penting. Dokumen harus mencakup seluruh aktivitas laboratorium, sistem pencatatan dan pelaporan

C. Jaminan Mutu dan Keamanan Laboratorium Laboratorium harus memastikan bahwa pelayanannya bermutu terhadap pasien, ketepatan dan pelaporan yang cepat. Suatu laboratorium harus mempunyai program jaminan mutu yang dirancang untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan hasil pemeriksaan yang memadai. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan metode standar dalam pengambilan, pengiriman, dan pengolahan bahan pemeriksaan. Reagen yang baik (tidak kadaluarsa) dan peralatan yang berfungsidengan baik sangat perlu untuk diperhatikan.

D. Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu merupakan pemantauan aktivitas laboratorium,merupakan suatu proses mulai dari pre-analitik, dengan menilai kesegaran, mutu dan kecukupan dari spesimen-spesimen melalui informasi tentang pengambilan, pengiriman dan metoda analisissampai pada post-analitik memberikan hasil pemeriksaan bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Indikator Kinerja Indikator kinerja laboratorium untuk SKDR adalah sebagai berikut: 1. Laboratorium harus mampu untuk menyeleksi bahan pemeriksaan

sertamengidentifikasispesimenyangtepat.2. Penggunaan tanda terima dari laboratorium untuk meminta hasil

analisis. 3. Pengembangan SOP. 4. Tata ruang, lingkungan dan jumlah pegawai laboratorium yang

memadai. 5. Pelatihan dan upgrading berkelanjutan bagi keterampilan-

keterampilan karyawan.

Page 61: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015114 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 115

V IP E N U T U P

Dalam pengendalian penyakit menular terutama untuk penyakit yang berpotensi wabah memerlukan sistem yang baik untuk dapat mendeteksi sinyal/peringatan dini adanya ancaman terjadi KLB. Bila KLB dapat dicegah, maka biaya untuk menangani masalah penyakit dapat berkurang. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon memerlukan kerjasama antara Dinas kesehatan maupun puskesmas serta dukungan dari laboratorium dengan kapasitas yang memadai. Diperlukan juga koordinasi antara petugas laboratorium yang mendukung sistem ini dengan petugas surveilan dalam mendeteksi dan menanggapi indikasi KLB. Pengetahuan tentang gejala penyakit, kemampuan petugas dalam pengambilan, penanganan spesimen yang baik, serta pemeriksaan laboratorium yang bermutu dan sesuai dengan prosedur akan sangat menentukan status dari sinyal/peringatan dini suatu penyakit yang ada. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah Untuk Laboratorium Rujukan yang direkomendasikan WHO dapat diterapkan dalam rangka penguatan jejaring laboratorium penyakit berpotensi wabah serta penanganan sinyal untuk mencegah terjadinya KLB.

***

serta sistem arsiparis. Dokumen pencatatan prosedur pemeriksaan, uji mutu serta kalibrasi peralatan harus dievaluasi setiap tahun dan diperbaharui,walaupun tidak terdapat perubahan. Sistem Informasikearsipan dan penyimpanan serta pemusnahan spesimen serta bahan lainnya perlu terus dikembangkan.

***

Page 62: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai

PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistemKewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015116 PedomanPemeriksaanLaboratoriumPenyakitBerpotensiWabahDalamMendukungSistem

Kewaspadaan Dini dan Respon — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 117

7. Pedoman Pengamanan Virus Polio Liar di Laboratorium, DitjenBinaPelayananMedik,DepkesRI,2009.

8. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar BiasaPenyakitMenulardanKeracunanPangan,DitjenP2PL,2011.

9. PedomanPengendalianHepatitisVirus,DitjenPP&PL,KemenkesRI, 2012.

10. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, Ditjen P2PL, Kemenkes RI, 2012.

11. Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi, Ditjen P2PL, Kemenkes RI, 2012.

12. Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon, Ditjen P2PL, Kemenkes RI, 2012.

***

K E P U S T A K A A N

1. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, DitjenPelayananMedik,DepkesRI,2003.

2. PedomanPemeriksaanMikrobiologiuntukPencegahan InfeksidiSaranaKesehatan,DitjenPelayananMedik,DepkesRI,2005.

3. Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan, Ditjen PelayananMedik,DepkesRI,2006.

4. Pedoman Penanganan Spesimen Tinja pada Kasus Acute Flaccid Paralysis,DitjenBinaPelayananMedik,DepkesRI,2007.

5. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang Benar, Ditjen Bina PelayananMedik,Depkes,2008.

6. PedomanPencegahandanPengendalian Infeksi di RumahSakitdan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Ditjen Bina Pelayanan Medik,DepkesRI,2009.

Page 63: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Berpotensi Wabah ... SKDR.pdf · Penyakit Berpotensi Wabah ... , respon cepat, penyelidikan epidemiologi ... peningkatan kasus melebihi nilai