Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

8
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V1N2 | 389 Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran (Studi Kasus: Kelurahan Taman Sari, Kota Bandung) Furi Sari Nurwulandari (1) , Binsar P.H. Naipospos (2) (1) Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2) Abstrak Studi yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemampuan masyarakat yang memiliki fire history dalam mitigasi kebakaran yaitu RW 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan Taman Sari. Pada studi ini analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Metoda analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak distratifikasi secara proporsional (Stratified Random Sampling), sampel yang diambil telah ditentukan karakteristik spesifiknya, yaitu Kepala Keluarga tiap RW karena, diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga dianggap dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kendala dalam keluarganya, kaitannya dengan studi ini adalah kemampuan dalam mitigasi kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa wilayah-wilayah yang memiliki kasus kejadian kebakaran (fire history) memiliki potensi dalam peningkatan kemampuan masyarakat dalam mitigasi bencana kebakaran, dilihat dari hasil pengamatan mengenai perilaku masyarakat terhadap keperdulian terhadap risiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di wilayahnya, membuktikan bahwa terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan yaitu adanya komunitas masyarakat yang memiliki inisiatif dalam penyediaan sarana rumah tangga yang dapat digunakan sebagai alat pencegah kebakaran lokal, dan adanya inisiatif masyarakat dalam mensosialisasikan program siaga bencana melalui surat edaran dan pelatihan-pelatihan serta yang menjadi modal utama yaitu masih adanya potensi keperdulian antar-warga, apabila terjadi kendala, sehingga memudahkan pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Kata-kunci: Kemampuan masyarakat, bencana kebakaran, mitigasi Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. 1. Pengantar Meningkatnya pertumbuhan penduduk secara alamiah dan arus migrasi yang tidak terkendali pada wilayah perkotaan, telah menyebabkan peningkatan aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa meningkatnya kebutuhan masyarakat tidak selalu disertai dengan keperdulian akan pentingnya keamanan dan keselamatan dari ancaman bencana kebakaran. Kelurahan Taman Sari, merupakan salah satu kelurahan di Kota Bandung yang memiliki risiko terhadap bencana kebakaran. Hal ini disebabkan, karena wilayah ini merupakan permukiman padat, serta banyak bangunan semi permanen dan ada sebagian wilayah kelurahan ini yang memiliki bangunan semi permanen dan konstruksi darurat yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, selain itu aktivitas rumah tangga di wilayah ini rentan terhadap kebakaran dan berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan

description

Manajemen Bencana

Transcript of Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Page 1: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V1N2 | 389

Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran (Studi Kasus: Kelurahan Taman Sari, Kota Bandung)

Furi Sari Nurwulandari (1), Binsar P.H. Naipospos(2)

(1)Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2)

Abstrak Studi yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemampuan masyarakat yang memiliki fire history dalam mitigasi kebakaran yaitu RW 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan Taman Sari. Pada studi ini analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Metoda analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak distratifikasi secara proporsional (Stratified Random Sampling), sampel yang diambil telah ditentukan karakteristik spesifiknya, yaitu Kepala Keluarga tiap RW karena, diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga dianggap dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kendala dalam keluarganya, kaitannya dengan studi ini adalah kemampuan dalam mitigasi kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa wilayah-wilayah yang memiliki kasus kejadian kebakaran (fire history) memiliki potensi dalam peningkatan kemampuan masyarakat dalam mitigasi bencana kebakaran, dilihat dari hasil pengamatan mengenai perilaku masyarakat terhadap keperdulian terhadap risiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di wilayahnya, membuktikan bahwa terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan yaitu adanya komunitas masyarakat yang memiliki inisiatif dalam penyediaan sarana rumah tangga yang dapat digunakan sebagai alat pencegah kebakaran lokal, dan adanya inisiatif masyarakat dalam mensosialisasikan program siaga bencana melalui surat edaran dan pelatihan-pelatihan serta yang menjadi modal utama yaitu masih adanya potensi keperdulian antar-warga, apabila terjadi kendala, sehingga memudahkan pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Kata-kunci: Kemampuan masyarakat, bencana kebakaran, mitigasi

Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

1. Pengantar Meningkatnya pertumbuhan penduduk secara alamiah dan arus migrasi yang tidak terkendali pada wilayah perkotaan, telah menyebabkan peningkatan aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa meningkatnya kebutuhan masyarakat tidak selalu disertai dengan keperdulian akan pentingnya keamanan dan keselamatan dari ancaman bencana kebakaran.

Kelurahan Taman Sari, merupakan salah satu kelurahan di Kota Bandung yang memiliki risiko terhadap bencana kebakaran. Hal ini disebabkan, karena wilayah ini merupakan permukiman padat, serta banyak bangunan semi permanen dan ada sebagian wilayah kelurahan ini yang memiliki bangunan semi permanen dan konstruksi darurat yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, selain itu aktivitas rumah tangga di wilayah ini rentan terhadap kebakaran dan berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan

Page 2: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

390 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

Kebakaran Kota Bandung tahun 2012, wilayah ini memiliki aksesibilitas yang rendah dalam proses manuver mobil pemadam.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar manajemen bencana, bahwa kemampuan masyarakat dalam memitigasi bencana dapat diukur berdasarkan tingkat kemampuan dalam mengakses informasi tentang bahaya kebakaran di lingkungan padat, serta tata cara melakukan pencegahan dan penanggulangan munculnya bahaya api sebelum menjadi bencana kebakaran, dan mengidentifikasi tingkat kemampuan masyarakat dalam menyediakan infrastruktur pencegah kebakaran (Oetomo,2011) Sehingga hal tersebut menjadi salah satu acuan lingkup kajian penelitian kemampuan masyarakat di lingkungan padat dalam mitigasi kebakaran. Dari rumusan persoalan tersebut,pertanyaan dalam penelitian yang harus dijawab adalah “ Bagaimana bentuk kemampuan masyarakat dilingkungan padat dalam mitigasi kebakaran, dapat menekan risiko kebakaran?”

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengkaji kemampuan masyarakat dalam proses mitigasi kebakaran, sehingga dapat dijadikan salah satu tolok ukur bagi proses pencegahan kebakaran khususnya pada permukiman padat.

Secara substansi, lingkup materi yang akan dibahas dalam studi ini adalah analisis kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran.

A. Analisis Kemampuan Masyarakat dalam Mitigasi Kebakaran

Analisis kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran adalah fokus utama studi ini, yaitu pengukuran kemampuan masyarakat yang tinggal di wilayah yang berisiko terjadi bencana kebakaran, Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan mitigasi bencana kebakaran non-struktural yang dimiliki masyarakat dimana faktor-faktor yang dikaji adalah kemampuan masyarakat dalam pengetahuan risiko kebakaran di permukiman padat, bentuk partisipatif masyarakat dalam penurunan risiko bencana kebakaran berupa mekanisme operasional pencegahan kebakaran

wilayah lokal, serta penyebarluasan informasi untuk mengurangi risiko bencana, dan pendekatan mitigasi bencana struktural berupa mitigasi fisik seperti ketersediaan infrastruktur pencegahan kebakaran di rumah tangga. Pengukuran kemampuan mitigasi fisik tersebut dilihat dari kemampuan masyarakat dalam menyediakan sarana dan prasarana rumah tangga dengan indikator keberadaan alat pemadam api ringan (APAR), lap/karung basah, dan sumber air mandiri. B. Arahan Mitigasi Kebakaran Bagian ini adalah memberikan arahan/ rekomendasi bagi masyarakat dilingkungan padat dalam proses mitigasi bencana kebakaran sesuai dengan potensi dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah studi, sehingga dapat menurunkan risiko bencana kebakaran. 2. Metode Bagian ini menguraikan metode pendekatan studi dan metode pengumpulan data serta metode analisis untuk menghasilkan keluaran berupa kemampuan masyarakat permukiman padat dalam mitigasi kebakaran. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat permukiman padat dalam memitigasi kebakaran, maka digunakan suatu metode pendekatan studi. Metode pendekatan tersebut dilakukan melalui pendekatan penanggulangan bencana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu tahap pra bencana (tahap dalam situasi tidak terjadi bencana berupa mitigasi), dan pendekatan respon bencana menurut Godschalk, Brower dan Beatly (1989, dalam Budiman, 2009), serta pendekatan studi berdasarkan konsep kesiapsiagaan (preparedness) dan peringatan dini (early warning system), tahap mitigasi dilaksanakan sebelum kejadian bencana terjadi untuk mengurangi atau mencegah dampak negatif akibat bencana. Tindakan mitigasi terdiri dari mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Mitigasi struktural terkait dengan bentuk mitigasi fisik, seperti pembangunan sarana dan prasarana. Sedangkan mitigasi non-struktural

Page 3: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Furi Sari Nurwulandari

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota b SAPPK V1N2 | 391

adalah terkait dengan kebijakan, pembangunan keperdulian, pengembangan pengetahuan, komitmen publik serta pelaksanaan metode dan operasional, termasuk mekanisme partisipatif dan penyebarluasan informasi, yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Konsep kesiapsiagaan adalah perkiraan tentang kebutuhan yang akan timbul kalau terjadi kedaruratan bencana dan pengenalan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, membawa penduduk di daerah rawan bencana ke tataran kesiapan yang relatif lebih baik untuk menghadapi bencana. Konsep penanggulangan kedaruratan/ respon (Early Warning System) adalah tindakan-tindakan yang dilakukan seketika sebelum dan atau setelah terjadinya kejadian bencana.

Pada bagian metode dibagi ke dalam metode pengumpulan dan metode analisis data.

2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah prosedur sistematik yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan bagi keluaran penelitian. (Budiman, 2009). Secara umum metode pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer difokuskan untuk mengetahui kondisi karakteristik wilayah dan sosial masyarakat terkait dengan risiko kebakaran serta kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran, dan data sekunder dikumpulkan untuk mengidentifikasi karakteristik penduduk setempat dan dinas terkait yang memiliki kapasitas dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Pengumpulan data sekunder juga dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik wilayah dan penduduk serta data-data mengenai penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan mitigasi kebakaran, dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian. Metode Analisis Kuantitatif Metoda analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur kemampuan masyarakat RW 9, RW

16 dan RW 20 Kelurahan Tamansari, dalam mitigasi kebakaran. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak distratifikasi secara proporsional (Stratified Random Sampling), dimana sampel yang diambil telah ditentukan karakteristik spesifiknya, yaitu Kepala Keluarga tiap RW karena, diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga dianggap dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kendala dalam keluarganya, kaitannya dengan studi ini adalah kemampuan dalam mitigasi kebakaran dan setelah ditentukan responden yang akan mengisi angket, maka ditentukan jumlah angket yang sesuai dengan teknik pengambilan jumlah sampel yang representatif dengan menggunakan Rumus Slovin, yaitu:

Dimana: n = jumlah sampel minimal jika diketahui jumlah populasi N = jumlah populasi α = taraf keberartian dengan nilai 0,05

1. Mengkategorikan pertanyaan dalam angket

kedalam kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran yaitu dilihat dari variabel kemampuan masyarakat dalam penyediaan sumber daya fisik/infrastruktur . Variabel kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya informasi. Variabel kemampuan sumber daya manusia dalam tata cara penanggulangan kebakaran, dengan indikator adanya masyarakat terlatih dan masyarakat yang belum mengikuti pelatihan tetapi memiliki kapabilitas tentang tata cara pencegahan kebakaran.

2. Memberikan bobot nilai seluruh pertanyaan dalam angket dengan menggunakan pengukuran Likert. Sejauh ini, metode pengukuran Likert dianggap paling representatif diantara metode pengukuran yang biasa digunakan dalam penelitian sosial.

N

n = __________

1+Nα2

Page 4: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

392 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

3. Menghitung ukuran kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran dengan memberikan bobot nilai tiap variabel bobot indikator diperoleh dari pendekatan Likert, dan penentuan kualifikasi tingkat kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran dilakukan dengan penghitungan seluruh skor angket terlebih dahulu dan menentukan nilai baku dan standar deviasi serta merumuskan kelas interval sehingga dapat menentukan tingkat kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran.

3. Wilayah Studi

Wilayah kajian dalam studi ini adalah RW 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan Tamansari, Kota Bandung, pemilihan wilayah tersebut karena memperhatikan indikator fire history / riwayat kejadian kebakaran yang merupakan variabel dari bahaya kebakaran, sehingga dengan kasus kebakaran yang pernah terjadi, dapat diketahui tingkat inisiatif masyarakat untuk meningkatkan keperdulian terhadap bencana kebakaran di wilayahnya.

Rukun Warga (RW) 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan Tamansari, termasuk wilayah yang berisiko terhadap bencana kebakaran, karena wilayah ini memiliki riwayat kejadian kebakaran, serta memiliki sumber potensi api yang cukup tinggi yang berasal dari aktivitas lingkungan sekitar (adanya keberadaan SPBU dan pedagang gas dan BBM eceran). Dilihat dari kerentanan fisik wilayah ini memiliki peluang terjadi bahaya ikutan yaitu kejadian kebakaran satu wilayah karena wilayah ini memiliki kerapatan bangunan yang tinggi serta kondisi material bangunan yang rentan terhadap kebakaran, selain itu di wilayah ini memiliki kepadatan bangunan yang tinggi pula. Dilihat dari variabel kerentanan sosial, wilayah ini pun tergolong memiliki kerentanan tinggi, dimana masyarakat ketiga RW ini masih tinggi jumlah penduduk anak-anak, dan lansia dan masih terdapat orang cacat. Variabel kerentanan lain yang memicu tingginya risiko kebakaran di tiga wilayah RW di Kelurahan Tamansari ini adalah

aktivitas ekonomi dan aktivitas rumah tangga yang banyak menggunakan api sebagai salah satu material penunjang kegiatan. Selain faktor bahaya dan faktor kerentanan, faktor kapasitas memiliki peran utama pula dalam penentuan risiko kebakaran suatu wilayah. Untuk ketiga wilayah RW ini, kapasitas infrastruktur pencegahan dan penanggulangan kebakarannya dinilai masih rendah, akan tetapi untuk media pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk rumah tangga dinilai dapat memenuhi kriteria mitigasi kebakaran untuk daerah lokal.

Sumber: Kelurahan Taman Sari, 2012

4. Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat dalam Mitigasi Kebakaran

Sub-bab ini berisi hasil analisis studi yaitu penilaian kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran berdasarkan akumulasi variabel-variabel yang telah ditentukan, dimana nilai ini merupakan nilai relatif kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran. Berdasarkan akumulasi nilai seluruh variabel kemampuan mitigasi kebakaran, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Secara umum, wilayah RW 09 secara umum

memiliki tingkat kemampuan mitigasi kebakaran rendah, tetapi terdapat indikator- indikator kemampuan mitigasi kebakaran yang dapat dijadikan potensi bagi penurunan

Page 5: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Furi Sari Nurwulandari

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota b SAPPK V1N2 | 393

TABEL IV.1 PENILAIAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI KEBAKARAN

Kemampuan Masyarakat Total Nilai Klasifikasi RW 09 8404.77 Rendah RW 16 10836.80 Tinggi RW 20 78117.72 Rendah

Sumber: Hasil analisis, 2012

risiko bencana kebakaran, yaitu kemampuan masyarakat dalam menyediakan sumber air, mampu menyediakan lap/karung basah, kemampuan dalam mengakses informasi mengenai tata cara memadamkan kebakaran di rumah dan lingkungan sekitar, kemampuan dalam melakukan evakuasi, dan kemampuan dalam memberikan peringatan dini pada lingkungan sekitar. RW 16 secara umum memiliki tingkat kemampuan mitigasi kebakaran tinggi, hal ini dilihat dari hasil temuan studi bahwa indikator-indikator kemampuan mitigasi kebakaran di RW ini banyak yang memiliki kualifikasi tinggi yaitu indikator kemampuan masyarakat dalam menyediakan sarana pemadam kebakaran rumah tangga khususnya berupa sumber air mandiri dan bak penampungan air, kemampuan menyediakan alat komunikasi (telepon/hp), kemampuan dalam mengakses informasi tentang tata cara pemadaman kebakaran di rumah maupun di lingkungan sekitar, kemampuan mengakses informasi terkait bencana kebakaran, kemampuan tata cara pemadaman kebakaran di rumah dan lingkungan serta kemampuan evakuasi dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat pada saat terjadi bencana.

2. RW 20 secara umum memiliki tingkat kemampuan mitigasi kebakaran rendah, akan tetapi terdapat potensi dalam kemampuan masyarakat dalam menyediakan sarana pemadam local seperti lap/karung basah, kemampuan dalam mengakses informasi tentang tata cara memadamkan kebakaran di rumah, kemampuan dalam mengakses informasi bencana kebakaran melalui media massa, surat edaran, pamflet, dan lain-lain, serta kemampuan untuk melakukan evakuasi bencana.

5. Kesimpulan Banyaknya kasus kebakaran di permukiman padat hendaknya dapat dijadikan bahan evaluasi tentang kemungkinan adanya kendala yang dapat menambah risiko bencana kebakaran, serta kemungkinan potensi yang dapat menurunkan risiko bencana kebakaran, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk melihat kendala dan potensi yang terdapat dalam wilayah yang berisiko bencana adalah dengan meneliti kemampuan masyarakat permukiman padat yang memiliki kasus kejadian kebakaran, hal ini didasari dari asumsi bahwa masyarakat yang pernah mengalami kejadian kebakaran dinilai memiliki tingkat keperdulian yang lebih besar dari pada masyarakat yang tidak memiliki fire history. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu dengan adanya kemampuan masyarakat dalam mitigasi kebakaran diharapkan dapat menekan risiko kebakaran, sehingga dapat diimplikasikan bahwa di ketiga RW (RW 09, RW 16 dan RW 20) di Kelurahan Taman Sari yang memiliki fire history, masyarakatnya dinilai memiliki kemampuan mitigasi, dan berdasarkan hasil analisis bahwa pada masing-masing RW memiliki ketahanan/kapasitas dalam menekan risiko kebakaran, secara makro variabel ketahanan yang dimiliki ketiga RW di wilayah studi adalah : 1. Modal manusia (human capital), meliputi

keahlian beberapa anggota masyarakat dalam pencegahan kebakaran baik yang terlatih secara formal melalui program SATWANKAR, maupun keahlian dalam pencegahan kebakaran berdasarkan pengalaman pencegahan kebakaran pada kasus-kasus kebakaran yang pernah terjadi, dan dilihat

Page 6: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

394 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

dari variabel modal manusia berupa pengetahuan masyarakat tentang risiko bencana kebakaran dan upaya mitigasi bencana kebakaran, variabel kemampuan bekerja/tata cara pencegahan kebakaran dan katahanan kesehatan pribadi yang merupakan modal bagi mobilisasi saat evakuasi, masyarakat di ketiga wilayah RW ini dinilai memiliki kapasitas, meskipun belum terukur secara kuanitatif, namun ketiga wilayah ini dinilai memiliki kualitas yang baik atas ketahanan modal manusia.

Sumber: Hasil Analisis, 2012 2. Modal sosial (social capital), merupakan

tatanan sosial yang mencakup kerukunan, kegotongroyongan, harmoni, kepercayaan, integrasi, jaringan, dan hubungan timbal balik antara individu dan komunitas, dalam konteks ketahanan dalam risiko bencana, ketiga wilayah studi dinilai memiliki kapasitas yang masih belum optimal, padahal pada masing-masing wilayah RW memiliki wadah sebagai media pembentukan komunitas masyarakat yang peduli bencana, dalam hal ini pemerintah sebagai salah satu stake holder dalam program penanggulangan bencana dapat secara aktif dan kontinu dalam memberikan regulasi terhadap masyarakat berisiko dalam bentuk sosialisasi

program peningkatan kemampuan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana, selain itu dengan tersosialisasinya program tersebut diharapkan akan muncul kearifan lokal masyarakat terhadap keperdulian akan risiko bencana yang dapat muncul diwilayahnya, sehingga dapat mengimplikasikan tingkat kemampuan masyarakat dalam mitigasi bencana kebakaran.

3. Modal alam (natural capital), merupakan sumber daya alam yang diperoleh seperti lahan, air, dan lain-lain. Untuk ketiga wilayah studi dinilai memiliki kapasitas sumber daya air dan lahan yang cukup baik untuk digunakan sebagai sarana pencegahan kebakaran dan sarana evakuasi bencana, dan dengan adanya kapasitas modal alam tersebut untuk selanjutnya dapat diarahkan program pembangunan prasarana/infrastruktur pencegahan kebakaran lokal sebagai pendukung modal alam yang sudah ada.

4. Modal fisik (physical capital), merupakan infrastruktur dasar pendukung kehidupan dan penghidupan, mencakup transportasi, permukiman, sarana air bersih, dan sanitasi serta akses terhadap informasi. Ketiga wilayah studi dinilai masih memiliki kapasitas modal fisik yang belum optimal keberadaan permukiman yang merupakan permukiman yang padat, tidak disertai dengan akses transportasi yang cukup baik bagi proses mitigasi bencana kebakaran dan akses informasi bagi wilayah yang berrisiko dan akses informasi bagi tata cara peningkatan kemampuan masyarakat dinilai masih memiliki peluang untuk ditingkatkan melalui sumber daya manusia yang ada, mengingat adanya potensi kerukunan, kegotongroyongan, harmoni, kepercayaan, integrasi, jaringan, dan hubungan timbal balik antara individu dan komunitas, dalam konteks ketahanan dalam risiko bencana.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa wilayah-wilayah yang memiliki kasus kejadian kebakaran (fire history) memiliki potensi dalam peningkatan kemampuan masyarakat dalam

Page 7: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Furi Sari Nurwulandari

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota b SAPPK V1N2 | 395

mitigasi bencana kebakaran, dilihat dari hasil pengamatan mengenai perilaku masyarakat terhadap keperdulian terhadap risiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di wilayahnya, membuktikan bahwa terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan yaitu adanya komunitas masyarakat yang memiliki inisiatif dalam penyediaan sarana rumah tangga yang dapat digunakan sebagai alat pencegah kebakaran lokal, dan adanya inisiatif masyarakat dalam mensosialisasikan program siaga bencana melalui surat edaran dan pelatihan-pelatihan serta yang menjadi modal utama yaitu masih adanya potensi keperdulian antar-warga, apabila terjadi kendala, sehingga memudahkan pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Ucapan Terimakasih

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Binsar P.H. Naipospos, MSP selaku dosen pemimbing penelitian ini.

Daftar Pustaka

Buku Teks :

Awotona, Adenrele. 1997. Reconstruction After Disaster. England.

Varley, Ann. 1994. Disasters, Development and Environment. London: University College London.

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP). 2002. Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia. Sekretariat Jakarta.

Black, James A dan Champion, Dean J. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Davidson, Rachel A. 1997. An Urban Earthquake Disaster Risk Index. Department of Civil Engineering Stanford University : California.

Godschalk, David R (et al). 1999. Natural Hazard Mitigation. Washington DC: Island Press.

Pribadi, Krishna S. 2006. Kajian Kesiapan dalam Menghadapi Bencana: Penyusunan Pelaksanaan Kajian Resiko Bencana Alam.

Jurnal :

Docherty, Robert W. 1994. The Population-Safe Communities. UK.

Farrenkepf, Dieter. 1994. Measure for The Prevention of Argon Fires. Germany.

Takamizawa, Takako. 1994. From The Home To The Community: Raising People`s Consciousness of Fire Prevention. Japan

Barzy, Roberto. Citizens Participation in The Management of Disaster Role and Duties of Volunteers. Italy.

Hayashi, Tamako. 1994. Disaster Protection For The Aged. Japan.

Tsukimoto, Fumio. 1994. Measures The Establishment of Disaster Prevention in The Community. Japan.

Kaji, Hideki. 1994. Fire Service in Communities. Japan.

Coburn, A.W.et al. 1994. Program Pelatihan Manajemen Bencana UNDP 1994 edisi kedua : Mitigasi Bencana.

Sanderson, David. 1997. Reducing as a Tool For Urban Improvement: The Caquetta Ravine, Lima. Peru.

Masellis. 1999. Fire Disaster and Burn Disaster: Planning and Management. Annals of Burns and Fire Disaster vol.XII - No 2 Juni 1999.

Oetomo, Andi. 2007. Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Buletin Tata Ruang Mei-Juni 2007. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, Jakarta.

Tugas Akhir:

Firmansyah. 1998. Identifikasi Resiko Bencana Gempa Bumi dan Implikasinya terhadap Penataan Ruang di Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. Tesis Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung.

Wahyudi. Agung. 2004. Identifikasi Tingkat Risiko Kebakaran Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Studi Kasus: Kota Bandung. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung.

Dwijayathy , Fajaresti. 2008. Mitigasi Bencana Kebakaran di Permukiman Padat Kecamatan Bojongloa Kaler. Tugas Akhir Program Studi

Page 8: Kajian Kemampuan Masyarakat Di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

Kajian Kemampuan Masyarakat di Permukiman Padat Dalam Mitigasi Kebakaran

396 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan & Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung.

Budiman, Putra Arief. 2009. Kajian Persepsi Risiko dan Strategi Adaptasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah terhadap Bencana Banjir Pasang (Studi Kasus: Kawasan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara). Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan & Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung.

Website:

• www.adpc.net/dms/Lao%20 Fire. PDF • www.nfpa.org • www.archive.officialdoc.co.uk/doc/fire.htm • www.google.co.id.APAR • www.google.co.id. sprinkler • www.google.co.id.hydrant • bisnis-Jabar.com

Peraturan Perundangan dan Keputusan Menteri:

• Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

• Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Teknis

Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen Kebakaran di Perkotaan

• Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri

• Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran

• Surat Edaran Walikota Bandung Nomor 364 Tahun 2001 Tentang Langkah-Langkah Antisipasi Bencana Kebakaran Kota Bandung

• Rancangan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Cibeunying Tahun 2011

• Profil Penduduk Kelurahan Tamansari Tahun 2011

• Data Penduduk RT 09 Kelurahan Tamansari Tahun 2012

• Data Penduduk RT 16 Kelurahan Tamansari Tahun 2012

• Data Penduduk RT 20 Kelurahan Tamansari Tahun 2012