ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI...

68
ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG YUNITA MAGDALENA SIBARANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI...

Page 1: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI

PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI

KELURAHAN PALEDANG

YUNITA MAGDALENA SIBARANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 3: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan

Status Gizi Balita di Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan

Paledang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Yunita Magdalena Sibarani

NIM I14090061

Page 4: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 5: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

ABSTRAK

YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Analisis Determinan Status Gizi Balita di

Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang. Dibimbing

oleh IKEU TANZIHA.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis determinan status gizi balita

permukiman padat penduduk bantaran sungai. Desain penelitian adalah cross

sectional dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 64 subjek. Data dikumpulkan

dengan kuesioner melalui wawancara dan dianalisis secara deskriptif dan

inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara

karakteristik rumah dan pola asuh kesehatan dengan status gizi dan tidak terdapat

hubungan signifikan antara pendidikan orang tua, besar keluarga, pengeluaran,

pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan, skor morbiditas dan tingkat kecukupan

energi-protein dengan status gizi (p>0.1). Hasil uji regresi linier berganda

menunjukkan terdapat pengaruh positif nyata antara karakteristik rumah dan pola

asuh kesehatan terhadap status gizi dan tidak terdapat pengaruh antara pendidikan

orang tua, besar keluarga, pengeluaran, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan,

tingkat kecukupan energi-protein terhadap status gizi (p>0.1).

Kata kunci: bantaran sungai, padat penduduk, pola asuh, status gizi

ABSTRACT

YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Determinant Analysis of Nutritional

Status in Under Five Child in Densely Populated Riverbanks of Kelurahan

Paledang. Supervised by IKEU TANZIHA.

This study aimed to analyze nutritional status determinant of children

under five years old in densely populated riverbank area. A cross sectional study

of 64 subjects was conducted. Data was collected by questionnaire through

interview and was analyzed by descriptive and inference. The result showed there

was significant correlation between house characteristics and health parenting

with nutritional status, but there were no significant correlation between parents’

education, length of family, outcome, nutritional knowledge of mothers, eat

parenting, morbidity score and dietary allowance of energy-protein with

nutritional status. Result of multiple linear regression analysis showed that there

was real positive effect between characteristics of house and health parenting to

nutritional status (p<0.1) and there was no effect between parents education,

length of family, outcome, nutritional knowledge of mothers, eat parenting,

energy and protein dietary allowance to nutritional status (p>0.1).

Key words: densely populated, nutritional status, parenting, riverbanks

Page 6: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 7: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

YUNITA MAGDALENA SIBARANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI

PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI

KELURAHAN PALEDANG

Page 8: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 9: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

uJ Skripsi: Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang

.:ill1a : Yunita Magdalena Sibarani _1 : 114090061

DisetujJi oleh

Dr Ir lkeu Tanziha, MS Pembimbing

Tanggal Lulus: 2 4 OCT 2013

/

Page 10: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat

Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang

Nama : Yunita Magdalena Sibarani

NIM : I14090061

Disetujui oleh

Dr Ir Ikeu Tanziha, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 11: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 12: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2013 ini

ialah status gizi balita, dengan judul Analisis Determinan Status Gizi Balita di

Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS,

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terima

kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain

itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kecamatan Bogor Tengah dan

Kelurahan Paledang yang telah memberikan perizinan dan bantuan para kader

posyandu sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada Mama dan Bapa, abang Edward Ronaldo, dan adikku

Nelly Octaviani dan Rivaldo Abednego atas dukungan moril, materil, doa, cinta

serta kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk sahabat terbaik dan tersayang

Meirisa Rahmawati atas bantuan dalam penelitian dan dukungan serta semangat

bersama dengan Yohanes. Tidak lupa terima kasih untuk Gizi Masyarakat 46.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak

kekurangan. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi dan bermanfaat bagi semua.

Bogor, Oktober 2013

Yunita Magdalena Sibarani

Page 13: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 14: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Kegunaan Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 6

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 9

Karakteristik Contoh 11

Status Gizi 12

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh 13

Pengetahuan Gizi Ibu 20

Pola Asuh 22

Karakteristik Rumah 26

Status Kesehatan 30

Tingkat Kecukupan Zat Gizi 32

Pengaruh Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi, Pola Asuh, Skor

Morbiditas dan Tingkat Kecukupan terhadap Status Gizi 34

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

RIWAYAT HIDUP 51

Page 15: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh
Page 16: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

DAFTAR TABEL

1 Variabel, data, dan metode pengukuran 7

2 Sebaran contoh menurut usia 11

3 Sebaran contoh menurut jenis kelamin 11

4 Sebaran contoh menurut status gizi 12

5 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan status gizi 12

6 Sebaran contoh menurut kelompok usia orang tua dan status gizi 13

7 Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi 14

8 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi 14

9 Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi 15

10 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi 16

11 Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi 17

12 Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh 17

13 Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh

terhadap makanan 18

14 Rata-rata alokasi pengeluaran bukan makanan perkapita per bulan

keseluruhan contoh 18

15 Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh menurut

status gizi 19

16 Sebaran contoh menurut kategori pengeluaran perkapita contoh dan

status gizi 19

17 Rata-rata skor pengetahuan gizi ibu menurut status gizi contoh 20

18 Sebaran contoh menurut skor pengetahuan gizi ibu dan status gizi 21

19 Sebaran contoh menurut jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan

gizi 21

20 Rata-rata skor pola asuh makan ibu menurut status gizi 22

21 Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh makan contoh 23

22 Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh makan dan status gizi 23

23 Rata-rata skor pola asuh kesehatan ibu menurut status gizi 24

24 Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh kesehatan dan status

gizi 24

25 Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh kesehatan ibu

dan status gizi 25

26 Rata-rata skor karakteristik rumah menurut status gizi 26

27 Sebaran contoh menurut kategori skor karakteristik rumah dan status

gizi 27

28 Sebaran contoh menurut karakteristik rumah dan status gizi 27

29 Sebaran contoh menurut kejadian sakit dan status gizi 30

30 Sebaran contoh menurut jenis penyakit 31

31 Sebaran contoh menurut jenis penyakit dan status gizi 31

32 Rata-rata kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi 32

33 Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar kerangka pikir 5

Page 17: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

2 Peta Kecamatan Bogor Tengah 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik rumah dan keadaan lokasi penelitian 39

2 Kuesioner penelitian 41

Page 18: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi

Indonesia sebagai negara yang berkembang. Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan laju pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya tercatat

naik sekitar tiga hingga empat juta jiwa. Angka ini setara dengan jumlah kelahiran

bayi di wilayah Indonesia yang setiap harinya mencapai 10.000 bayi (Alimoeso

2012).

Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan permukiman.

Sehingga bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

akan perkembangan permukiman. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin

banyaknya lahan yang dijadikan permukiman penduduk. Provinsi Jawa Barat pada

tahun 2012, telah melakukan pemberian bantuan sarana dan prasarana utilitas

perumahan sebanyak 781 unit rumah, bantuan stimulan untuk pembangunan dan

perbaikan rumah swadaya sebanyak 30.587 unit, serta fasilitasi pembangunan

rusun sebanyak 5 twin block (Pemda Jabar 2012). Pemberian bantuan tersebut

menjadi bukti nyata meningkatnya perkembangan permukiman penduduk.

Namun adanya pertambahan penduduk yang cukup tinggi tidak didukung

dengan ketersediaan wilayah yang layak untuk dijadikan lahan hunian. Hal

tersebut menyebabkan banyak penduduk yang tidak mendapatkan wilayah layak

huni untuk dijadikan tempat tinggal. Permalasahan itulah yang menjadi penyebab

peningkatan lahan kumuh di Indonesia. Selain itu kemiskinan juga merupakan

salah satu penyebab terjadinya peningkatan lahan kumuh di Indonesia.

Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia

mencapai 28,59 juta orang (11.66%) (BPS 2012). Seperti yang diungkapkan

Keman (2005), masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampu memenuhi

persyaratan mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah

tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS). Sebaliknya pemerintah dan swasta

pengembang perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan perumahan untuk

masyarakat. Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan

menumbuhkan lingkungan permukiman kumuh (slum area) dengan gambaran

berhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan penghuninya tinggi, sanitasi

dasar perumahan yang rendah sehingga tampak jorok dan kotor yaitu tidak ada

penyediaan air besih, sampah yang menumpukdan banyaknya vektor penyakit,

terutama lalat, nyamuk dan tikus.

Permukiman kumuh adalah salah satu masalah yang tengah dihadapi

pemerintah Indonesia yang memerlukan perhatian khusus. DPR (2000)

menyatakan bahwa masalah perumahan adalah masalah yang kompleks, yang

bukan semata-mata aspek fisik membangun rumah, tetapi terkait sektor yang amat

luas dalam pengadaannya, seperti pertanahan, industri bahan bangunan,

lingkungan hidup dan aspek sosial ekonomi budaya masyarakat, dalam upaya

membangun aspek-aspek kehidupan masyarakat yang harmonis. Berdasarkan

Page 19: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

2

pernyataan tersebut, diketahui bahwa masalah perumahan dapat berdampak pada

permasalahan lainnya, termasuk permasalah penduduk.

Permukiman yang berada disepanjang daerah bantaran sungai juga

seringkali menjadi penanda permukiman kumuh. Umumnya kriteria permukiman

yang berada dibantaran sungai termasuk dalam kriteria permukiman kumuh

seperti kepadatan penduduk tinggi, kerapatan bangunan tinggi, drainasi sempit

dan dangkal, tata letak bangunan tidak teratur, sanitasi rumah buruk, konstruksi

bangunan tidak teratur, jalan sempit dan sanitasi lingkungan buruk. Akibatnya

khalayak yang bermukim di wilayah dengan lingkungan hidup seperti ini menjadi

rentan terhadap berbagai macam penyakit (Pudjiastuti 2002).

Penduduk yang tinggal di daerah bantaran sungai, kondisi rumah tinggal

dan kebiasaan hidupnya seringkali menjadi pemicu masalah kesehatan tidak

hanya terjadi pada orang dewasa. Anak-anak termasuk balita yang tinggal

ditempat tersebut juga. Menurut kerangka konsep UNICEF dalam menanggulangi

masalah gizi, sanitasi merupakan penyebab yang mendasari di level keluarga

bahkan penyakit adalah penyebab langsung terjadinya permasalahan gizi.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ―Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat

Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang‖.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokok-pokok

permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik sosial keluarga dengan status

gizi balita Kelurahan Paledang?

b. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi

balita Kelurahan Paledang?

c. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara pola asuh dengan status

gizi balita Kelurahan Paledang?

d. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara karakteristik rumah

dengan status gizi balita Kelurahan Paledang?

e. Bagaimana hubungan antara skor morbiditas balita dengan status gizi

balita Kelurahan Paledang?

f. Bagaimana hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi

balita Kelurahan Paledang?

g. Determinan apa yang menggambarkan status gizi balita di permukiman

padat penduduk bantaran sungai Kelurahan Paledang?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis determinan status

gizi balita permukiman padat penduduk bantaran sungai di Kelurahan Paledang.

Page 20: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

3

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis karakteristik sosial ekonomi contoh dan keluarga contoh yang

mencakup usia, jenis kelamin dan status gizi contoh serta tingkat

pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi

ibu.

2. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh

dengan status gizi balita.

3. Menganalisis hubungan pola asuh yang mencakup pola asuh makan dan

kesehatan dengan status gizi balita.

4. Menganalisis hubungan karakteristik rumah mencakup kondisi rumah,

sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.dengan status gizi

balita

5. Menganalisis hubungan skor morbiditas dengan status gizi balita.

6. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein balita

terhadap status gizi balita.

7. Menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi, pola asuh, karakteristik

rumah, skor morbiditas dan tingkat kecukupan terhadap status gizi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status gizi

balita dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi untuk dapat

meningkatkan kualitas kesehatan balita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan acuan dalam memperbaiki maupun meningkatkan penerapan determinan

pembentuk status gizi balita.

Page 21: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Masa balita adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan

pesat. Pada masa ini juga ketergantungan balita akan bantuan orang disekitarnya

mulai berkurang seiring dengan berkembangnya kemampuan dan pengendalian

tubuh.Pada masa ini pula terjadi perubahan pola makan seperti ketidaksukaan

terhadap makanan tertentu. Meskipun ketergantungan balita dengan lingkungan

sudah semakin berkurang, namun balita masih membutuhkan bantuan dari

lingkungan disekitarnya. Balita adalah periode transisi dari makanan bayi ke

makanan dewasa dimana dengan kondisinya yang belum mampu mengurus

dirinya sendiri sepenuhnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain.

Ibu memegang peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan

balita karena pola asuh secara umum dilakukan oleh ibu. Adanya karakteristik lain

dari lingkungan sekitar dan karakteristik ibu itu sendiri, akan membentuk kualitas

balita. Hal yang dibentuk oleh pola asuh ibu tidak hanya kepribadian balita

melainkan juga konsumsi balita. Konsumsi balita akan menentukan angka

kecukupan gizi balita sesuai dengan karakteristik balita itu sendiri. Hal tersebut

akan berpengaruh pada status gizi balita. Pola asuh lainnya yang penting yang

dilakukan ibu adalah pola asuh kesehatan karena anak mempelajari kebiasaan

hidup sehat dari lingkungan disekitarnya. Pola asuh yang diterapkan akan

mempengaruhi konsumsi pangan balita dan juga status kesehatan balita.

Lingkungan tempat tinggal juga memegang peran penting karena tempat

tinggal adalah lokasi dimana balita melakukan aktivitas hariannya. Kondisi fisik

tempat tinggalnya juga sanitasi akan mempengaruhi peluang timbulnya penyakit.

Hal tersebut juga akan berpengaruh pada resiko balita terserang penyakit yang

akan berdampak pada status kesehatan balita. Status kesehatan balita akan

mempengaruhi angka kecukupan gizinya dan begitu juga sebaliknya, angka

kecukupan gizi yang dimiliki balita juga akan berpengaruh pada status kesehatan.

Dampak morbiditas pada angka kecukupan gizi balita maka akan berpengaruh

pula pada status gizi balita. Secara keseluruhan kerangka pemikiran determinan

status gizi balita dapat dilihat pada gambar 1.

Page 22: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

5

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian

Konsumsi pangan

Lingkungan fisik dan sanitasi rumah:

Kondisi rumah

Sumber air

Sarana pembuangan limbah rumah

tangga

Status kesehatan:

- Jenis penyakit

- Frekuensi sakit

- Lamanya sakit

Karakteristik orang tua contoh:

Pendidikan

Pekerjaan

Pengeluaran

Besar keluarga

Pengetahuan gizi ibu

Tingkat Kecukupan

Gizi

Pola asuh:

Pola asuh makan

Pola asuh kesehatan

Aktivitas Fisik

Karakteristik contoh :

Usia

Jenis kelamin

Berat badan

Status gizi

Page 23: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

6

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Paledang, Kecamatan

Bogor Tengah. Lokasi penelitian bertempat dimana permukiman penduduk berada

di aliran sungai Cisadane. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Bogor Tengah

merupakan kecamatan terpadat di Kota Bogor dan Kelurahan Paledang

merupakan salah satu kelurahan dengan kepadatan yang cukup tinggi dengan

kriteria lainnya yaitu dilalui oleh sungai Cisadane.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Subjek pada penelitian ini adalah balita 24—59 bulan yang tinggal di

permukiman bantaran sungai yang berada di Kelurahan Paledang. Contoh diambil

dengan kriteria pengambilan contoh, yaitu tinggal di bantaran sungai dan bersedia

ikut dalam penelitian. Jumlah contoh yang akan dijadikan unit penelitian dihitung

dengan menggunakan cara berikut:

n = 𝑍𝑎2𝑁𝑝𝑞

𝑁−1 𝑑2+𝑍α𝑝𝑞

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diinginkan

= 1.96

p = prevalensi status gizi balita gizi burukKota Bogor 9,3% (Dinkes 2010)

q = 0.907 (1-p)

N = populasi sebesar 256

d2 = presisi (tingkat kesalahan) sebesar 0.1

Diperoleh jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 orang

balita. Penelitian ini menggunakan 64 orang balita dengan mengambil seluruh

balita gizi kurang yang berada di lokasi penelitian yaitu sebanyak 13 orang.

Kemudian sebanyak 51 orang balita gizi normal dipilih oleh peneliti dengan

secara purposive.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer mencakup karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan berat badan),

data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan,

pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi ibu), pola asuh (makan dan

kesehatan), status kesehatan dan konsumsi pangan contoh. Data diambil

menggunakan kuesioner melalui wawancara, untuk konsumsi pangan contoh

digunakan metode food recall 2x24 jam.

Pola asuh yang diteliti adalah pola asuh makan dan pola asuh kesehatan

yang dilakukan oleh ibu contoh terhadap balita (contoh). Pola asuh makan yang

Page 24: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

7

ditanyakan dalam kuesioner ada sebanyak 10 poin pernyataan mencakup riwayat

pemberian ASI, cara memberikan makanan pada balita, dan cara ibu membentuk

situasi makan anak. Pola asuh kesehatan dalam kuesioner sebanyak 13 pernyataan

mencakup perilaku ibu dalam mengajarkan kebiasaan hidup sehat kepada anak

balita.Kondisi lingkungan yang dinilai sebanyak 20 pernyataan yaitu mencakup

kondisi fisik rumah, sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.

Data status kesehatan (morbiditas) diperoleh dengan wawancara langsung

menggunakan kuesioner mengenai frekuensi sakit, lama sakit, jenis

penyakit/infeksi yang diderita contoh selama sebulan terakhir. Data tentang jenis

penyakit infeksi contoh diperoleh berdasarkan jawaban dari orang tua contoh.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian terlampir (Lampiran 2).

Data status gizi balita didapatkan dari hasil pengukuran berat badan

menurut umur dan ditentukan berdasarkan standar baku indeks WHO-NHCS

2005. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data anak balita,

profil/gambaran umum lokasi penelitian, profil kesehatan lokasi penelitian,

jumlah penduduk dan jumlah balita. Berikut ini adalah tabel mengenai jenis

variabel, data, dan metode pengukurannya.

Tabel 1 Variabel, data, dan metode pengukuran

No Variabel Responden Cara Pengumpulan Data

1

Karakteristik contoh

Jenis kelamin

Usia

Berat badan contoh

Balita

BB : pengukuran dengan

timbangan injak digital dengan

ketelitian 0.1 kg

2 Karakteristik orang tua

contoh

Orang tua

contoh

Wawancara menggunakan

kuesioner

Usia orang tua contoh

Pekerjaan orang tua

contoh

Pendapatan orang tua

contoh

Besar keluarga

Pendidikan gizi ibu contoh

Pengetahuan gizi: wawancara

menggunakan kuesioner yang

berisi 20 pertanyaan seputar gizi.

3

Pola asuh

Pola asuh makan

Pola asuh kesehatan

Orang tua

contoh

Wawancara menggunakan

kuesioner berisi 13 pernyataan

mengenai pola asuh ibu terhadap

kesehatan contoh dan 10

pernyataan mengenai kebiasaan

makan contoh

4 Status kesehatan contoh Orang tua

contoh

Wawancara menggunakan

kuesioner mengenai jenis

penyakit, lama terkena penyakit,

dan frekuensi terkena penyakit.

5 Status gizi contoh Balita (contoh)

Hasil pengukuran BB kemudian

status gizi dihitung menurut

BB/U

6

Karakteristik lingkungan

rumah contoh:

Kondisi fisik rumah

Sumber air

Pembuangan limbah RT

Orang tua

contoh dan

pengamatan

langsung

Wawancara dengan kuesioner.

Page 25: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

8

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan diolah

dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.

Pengolahan data meliputi beberapa tahap diantaranya pengeditan, pengodean,

pengentrian dan analisis. Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini

menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji pengaruh variabel untuk

mengetahui pengaruh variabel x terhadap y dilakukan dengan regresi linier

berganda metode stepwise.

Data karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin dan konsumsi

zat gizi, serta karakteristik orang tua contoh yang mencakup tingkat pendidikan,

pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga dianalisis secara

statistik deksriptif.

Data umur orang tua kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok.

Kelompok usia menurut Papalia dan Old (1998) yang diacu dalam Yustika (2012)

dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu remaja (<20 tahun), dewasa awal (20–40

tahun), dewasa madya (41–65 tahun) dan dewasa akhir (>65 tahun).

Data karakteristik rumah, pola asuh makan dan kesehatan dihitung dengan

menghitung skor total yang didapat dari masing-masing kelompok pertanyaan.

Skoring jawaban akan dinilai dengan rentang 1–3. Skor total yang didapat dari

hasil penjumlahan kemudian digunakan untuk membuat kategori kelas

berdasarkan skor. Pengkategorian berdasarkan interval kelas data dilakukan

dengan perhitungan sebagai berikut (Slamet 1993) :

Interval kelas = nilai maksimal-nilai minimal

jumlah kelas

Data konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh balita dihitung kandungan

energi dan protein menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan

Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Perhitungan zat gizi ini

menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :

Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDD/100)

Keterangan:

Kgij= Kandungan zat gizi bahan pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan pangan yang dikonsumsi

Gij= Kandungan zat gizi yang dikonsumsi dalam 100 gram BDD

BDD = Bagian bahan pangan yang dapat dimakan (% BDD)

Tingkat kecukupan zat gizi dihitung dari konsumsi per hari yang

dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi yang telah ditetapkan pada

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004. Pengukuran

tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus seperti berikut :

Jumlah konsumsi energi/zat gizi

AK Energi atau Gizi yang Dianjurkan

Menurut Anggraeni (2012), konsumsi seseorang dikatakan baik apabila

memenuhi 90–110% dari kebutuhan, defisit ringan jika hanya 80–89% kebutuhan,

defisit sedang jika 70–79% kebutuhan, dan defisit berat jika kurang dari 70%

kebutuhan.

Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan 20 pertanyaan yang berupa

pilihan ganda. Jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan jawaban yang salah

X 100%

Page 26: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

9

diberi nilai 0. Jumlah jawaban yang benar dijumlah dan dikelompokkan dalam

tiga kelompok, yaitu : baik jika skor >80%, sedang jika skor berkisar antara 60–

80%, dan kurang jika skor <60% (Khomsan 2000).

Perhitungan status kesehatan responden menggunakan analisis skor

morbiditas. Skor morbiditas contoh dihitung dengan cara mengalikan waktu lama

sakit yang diderita oleh contoh dan frekuensi sakit yang dialami contoh selama

sebulan.

Definisi Operasional

Contoh adalah balita yang berusia 24-59 bulan yang tinggal di daerah bantaran

sungai.

Karakteristik rumah adalah kondisi lingkungan fisik rumah tinggal yang

mencakup kondisi rumah, sumber air dan sarana pembuangan limbah

rumah tangga.

Karakteristik contoh adalah kriteria pada contoh yang dijadikan penilaian antara

lain usia, jenis kelamin dan berat badan.

Karakteristik orang tua contoh adalah kriteria pada orang tua contoh yang

mencakup pendidikan, pekerjaan, pengeluaran per kapita per bulan dan

besar keluarga.

Pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan ibu dalam memahami mengenai zat

gizi, baik kegunaan maupun sumbernya, serta pengaruhnya terhadap

kesehatan.

Pola asuh adalah cara yang dilakukan ibu dalam mengasuh contoh baik dari segi

makan maupun kesehatan.

Konsumsi pangan adalah makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama dua hari

pengamatan, mencakup jenis dan jumlah makanan.

Food recall adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kuantitas makanan

yang dikonsumsi 2x24 jam menggunakan formulir food recall.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diukur menggunakan

berat badan contoh yang kemudian disesuaikan dengan usia contoh dan

kriteria penilaian didasarkan pada WHO NHCS

Skor morbiditas yaitu salah satu indikator status kesehatan yang diperoleh

dengan mengalikan frekuensi sakit dengan lamanya terkena penyakit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Bogor Tengah berjarak 2 km dari pusat pemerintahan kota,

merupakan wilayah perbukitan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara

150 s.d. 350 m diatas permukaan laut dan dialiri oleh dua sungai besar yakni

Sungai Ciliwung ditengah kota dan Sungai Cisadane sebagai batas wilayah

dengan Kecamatan Bogor Barat. Luas kecamatan Bogor Tengah secara

keseluruhan adalah 8.13 km2, dengan kelurahan terluas yaitu Kelurahan Paledang

yaitu 1.78 km2. Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar

Page 27: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

10

yaitu perumahan/permukiman seluas 524.24 Ha, bangunan umum (kantor dan

pertokoan) seluas 15.61 Ha, pemakaman 2.95 Ha, untuk lahan pertanian 0.45 Ha

dan lain lain. Jumlah penduduk di kecamatan Kota Bogor Tengah berdasarkan

data BPS tahun 2010 sebesar 101398 jiwa dan 25738 rumah tangga. Dari total

penduduk kecamatan Kota Bogor Tengah tersebut terdapat 51296 jiwa penduduk

laki-laki dan 50102 jiwa penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar

102. Ini berarti bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan,

atau dengan kata lain setiap 102 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk

perempuan.

Jika dilihat dari penyebaran penduduk, kelurahan Tegallega mempunyai

jumlah penduduk terbesar di kecamatan Kota Bogor Tengah yaitu sebesar 18.35%

dengan kepadatan penduduk 15127 jiwa/km2, urutan kedua adalah kelurahan

Paledang yaitu sebesar 11.36% dengan kepadatan penduduk 6472 jiwa/km2.

Sedangkan jumlah penduduk terendah adalah kelurahan Pabaton yaitu sebesar

2.97% dengan kepadatan penduduk 4773 jiwa/km2.

Kelurahan Paledang memiliki luas areal 178 Ha dengan jumlah RT

sebanyak 58 RT dan jumlah RW sebanyak 13 RW. Letak kondisi geografis

Kelurahan Paledang berada + 700 M di atas permukaan laut dengan curah hujan

rata-rata per tahun 3000 – 4000 Mm dan keadaan suhu rata-rata 30 o

C. Bagian

utara dibatasi Kelurahan Pabaton, bagian selatan dibatasi Kelurahan Gudang,

bagian barat dibatasi Kelurahan Panaragan dan bagian timur dibatasi Kelurahan

Babakan. Jumlah penduduk pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 10143

jiwa dengan 2736 KK terdapat di Kelurahan Paledang. Sebanyak 5183 penduduk

berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 4960 berjenis kelamin perempuan.

Gambar 2 Peta Kecamatan Bogor Tengah

Indeks kepadatan penduduk adalah suatu indeks yang menyatakan kualitas

lingkungan suatu berdasarkan kepadatan penduduknya. Kepadatan penduduk

menjadi salah satu penentu kualitas lingkungan karena tingginya aktivitas sosial-

ekonomi penduduk ibukota provinsi akan menekan lingkungan hidup, baik

lingkungan lahan/tanah, air maupun udara. Semakin padat penduduk maka

tekanan terhadap lingkungan akan semakin besar yang akan menyebabkan

penurunan kualitas lingkungan. Untuk kepadatan penduduk yang kurang dari atau

Page 28: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

11

sama dengan 96 jiwa per hektar diberi nilai indeks 100. Nilai indeks berkisar dari

0—100. Nilai 100 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk di kota tersebut

merupakan kepadatan yang ideal (BPS 2013). Apabila dibandingkan kriteria BPS,

baik Kecamatan Bogor Tengah maupun Kelurahan Paledang memiliki indeks

kepadatan penduduk yang cukup besar. Kepadatan penduduk di lokasi tersebut

memiliki nilai yang lebih besar dari 96 jiwa/hektar. Pada Kecamatan Bogor

Tengah kepadatannya sebesar 193 jiwa/hektar dan kepadatan Kelurahan Paledang

adalah 151 jiwa/hektar.

Apabila dibandingkan dengan pemukiman kumuh, meskipun di beberapa

tempat dan beberapa kriteria di lokasi menunjukkan adanya indikasi yang hampir

sesuai dengan pemukiman kumuh, namun lokasi yang menjadi tempat penelitian

tidak sepenuhnya sesuai dengan lingkungan kumuh. Secara umum konsep

permukiman kumuh mengandung dua pengertian, yaitu; daerah slums dan daerah

squatter. Daerah slums merupakan daerah-daerah permukiman yang diakui, tetapi

karena kemiskinan yang diderita penghuninya sehingga tidak dapat membiayai

pembangunan lingkungannya. Sedangkan daerah squatter adalah permukiman

kumuh dan miskin yang diperoleh dengan cara melanggar hukum, yaitu dengan

cara menempati ruang-ruang publik terbuka yang semestinya tidak diperuntukkan

bagi permukiman dan penghunian. Squatter (hunian liar) ini biasanya menjarah

ruang-ruang terbuka perkotaan yang berbahaya, karena cenderung dibangun

dipinggir kali, dibawah jembatan, taman-taman, pinggiran rel kereta api dan di

banyak tempat berbahaya lainnya (Ismail 2000).

Karakteristik Contoh

Usia dan Jenis Kelamin

Karakteristik contoh yang diidentifikasi dalam penelitian adalah umur dan

jenis kelamin contoh. Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan usia contoh

menurut bulan.

Tabel 2 Sebaran contoh menurut usia

Kelompok usia (bulan) n %

24–35 19 29.69

36–47 22 34.38

48–59 23 35.94

Total 64 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa persentase jumlah contoh hampir sama

besarnya untuk tiap kelompok usia. Selisih jumlah contoh masing-masing

kelompok tidak terlalu besar. Namun, jumlah contoh yang terbesar adalah pada

kelompok usia 48-59 bulan. Berikut adalah sebaran contoh menurut jenis kelamin.

Tabel 3 Sebaran contoh menurut jenis kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-laki 31 48.44

Perempuan 33 51.56

Total 64 100

Page 29: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

12

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar (lebih dari separuh)

contoh yang digunakan dalam penelitian berjenis kelamin perempuan. Meskipun

lebih banyak contoh perempuan, namun selisih jumlahnya tidak terlalu besar.

Status Gizi

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur

(Supariasa et al. 2001). Pada penelitian ini, status gizi contoh ditentukan

berdasarkan berat badan menurut usia mengacu pada z-skor. Berikut adalah

sebaran contoh menurut status gizi

Tabel 4 Sebaran contoh menurut status gizi

Status Gizi n %

Gizi kurang 13 20.31

Gizi normal 51 79.69

Total 64 100

Rata-rata ± SD -1.09 ± 1.03

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh

tergolong dalam status gizi normal sehingga persentase contoh dengan status gizi

normal lebih besar dibandingkan dengan status gizi kurang. Namun karena

penelitian ini menggunakan seluruh balita gizi kurang di lokasi penelitian, maka

apabila dibandingkan dengan keseluruhan balita yang terdapat di lokasi,

persentase balita kurang yang ada di lokasi penelitian adalah sebesar 5.10%.

Persentase gizi kurang ini lebih kecil jika dibandingkan dengan dengan persentase

status gizi kurang provinsi Jawa Barat sebesar 9.90% (Depkes 2010).

Persentase gizi kurang di lokasi penelitian ini juga memiliki nilai yang

lebih kecil dibandingkan penelitian Vinod di Nagpur. Hasil penelitian Vinod

tersebut menunjukkan hasil bahwa balita di permukiman yang cenderung kumuh

memiliki persentase balita gizi kurang yang lebih tinggi dibandingkan gizi normal

(Vinod et al. 2012). Kemudian apabila dilihat berdasarkan sebaran status gizi

balita menurut jenis kelamin, maka dijelaskan dalam tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan status gizi

Jenis kelamin Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Laki-laki 7 53.85 24 47.06

Perempuan 6 46.15 27 52.94

Total 13 100 51 100

Contoh yang tergolong dalam status gizi kurang lebih banyak pada contoh

yang berjenis kelamin laki-laki (53.85%) dibandingkan dengan perempuan. Hasil

Page 30: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

13

ini sesuai dengan penelitian Sab’atmaja yang menghitung prevalensi gizi kurang

di provinsi Papua, Aceh, Lampung dan Yogyakarta menunjukkan bahwa masalah

gizi yang dialami anak Indonesia lebih banyak terjadi pada laki-laki. Masalah gizi

pada balita laki-laki akan mempengaruhi daya saing kualitas sumber daya

manusia dimasa akan datang, terlebih bila masalah gizi yang sifatnya kronis dan

akut (Sab’atmaja et al. 2010).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradhan di Nepal yang

menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu balita perempuan mempunyai persentase

lebih besar dalam masalah gizi baik pada masalah gizi yang berupa underweight,

stunting maupun wasting (Pradhan et al. 2006). Menurut Suhardjo (1985)

menyatakan kemungkinan gizi kurang pada balita perempuan lebih tinggi

disebabkan karena adanya pola sosial kebudayaan berupa pembagian makan

dalam keluarga yang lebih mengutamakan laki-laki dibandingkan perempuan.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

Usia

Kelompok usia menurut Papalia dan Old (1998) dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu remaja (usia kurang dari 20 tahun), dewasa awal (usia 20-40

tahun), dewasa madya (usia 41–65 tahun) dan dewasa akhir (usia lebih dari 65

tahun).

Masa dewasa awal merupakan waktu untuk membentuk kemandirian

pribadi dan ekonomi. Masa dewasa pertengahan merupakan masa dimana

bertambahnya kepedulian terhadap badan sendiri dan meningkatnya refleksi

tentang arti hidup. Masa dewasa akhir merupakan masa penyesuaian terhadap

menurunnya kekuatan dan kesehatan, serta masa pensiun dan berkurangnya

pendapatan (Santrock 1996).

Berdasarkan kelompok usia tersebut, usia ayah dan ibu contoh

dikategorikan kemudian dibedakan berdasarkan status gizi contoh. Berikut adalah

sebaran kelompok usia orang tua contoh menurut status gizi contoh.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut kelompok usia orang tua dan status gizi

Ayah Ibu

Kelompok usia

Gizi kurang Gizi normal

Gizi

kurang

Gizi

normal

n % n % n % n %

Remaja (< 20 tahun) 0 0 0 0 0 0 0 0

Dewasa awal (20–40 tahun) 8 61.54 29 60.42 12 92.31 45 88.24

Dewasa madya (41–65 tahun) 5 38.46 17 35.42 1 7.69 6 11.76

Dewasa akhir (> 65 tahun) 0 0 2 4.17 0 0 0 0

Total 13 100 48 100 13 100 51 100

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada kelompok gizi kurang

sebagian besar usia ayah maupun ibu tergolong dalam kelompok usia dewasa

awal, dan sebagian kecil lainnya tergolong dalam kelompok usia dewasa madya.

Begitu pula dengan kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu

contoh tergolong dalam kelompok usia dewasa awal. Namun terdapat perbedaan

Page 31: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

14

antara jumlah total antara ayah dan ibu, hal tersebut disebabkan adanya beberapa

contoh yang tidak memiliki ayah. Contoh yang tidak memiliki ayah tersebut

disebabkan karena terjadinya perceraian sehingga ayah contoh tersebut tidak

dicantumkan dalam data.

Berikut adalah rata-rata usia orang tua contoh yang dibagi berdasarkan

kelompok status gizi contoh.

Tabel 7 Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi

Status Gizi

Usia (rata-rata ± SD)

Ayah Ibu

Gizi kurang 38.23 ± 7.29 34.62 ± 5.85

Gizi normal 39.62 ± 9.40 33.41 ± 6.26

Total contoh 39.32 ± 8.96 33.66 ± 6.15

Rata-rata usia ayah pada kelompok gizi normal lebih besar dibandingkan

dengan kelompok gizi kurang. Namun sebaliknya, usia ibu pada kelompok gizi

kurang lebih besar dibandingkan dengan gizi normal. Akan tetapi berdasarkan

rata-rata, baik ayah maupun ibu kedua kelompok contoh berada dalam kelompok

usia yang sama yaitu dewasa madya (20-40 tahun). Berdasarkan hasil uji beda,

tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.1) pada usia ayah dan ibu kedua

kelompok contoh.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pola konsumsi. Menurut Mufidah (2012), tingkat pendidikan mempengaruhi gaya

hidup masyarakat karena karena tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan

mempengaruhi terhadap pola perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsi mereka.

Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

(Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pendidikan orang tua contoh.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi

Ayah Ibu

Tingkat

pendidikan

Gizi kurang Gizi normal Gizi kurang Gizi normal

n % n % n % n %

SD 3 23.08 9 18.75 5 38.46 14 27.45

SMP 2 15.38 9 18.75 3 23.08 11 21.57

SMA 8 61.54 26 54.17 5 38.46 25 49.02

PT

4 8.33

1 1.96

Total 13 100 48 100 13 100 51 100

Pada kelompok contoh gizi kurang, tingkat pendidikan ayah sebagian

besar berada pada tingkat sekolah menengah. Sementara pada ibu, perbandingan

antara tingkat sekolah dasar dengan sekolah menengah sama besarnya. Pada

kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu contoh berada pada

Page 32: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

15

tingkat pendidikan sekolah menengah. Jika dibandingkan antara kedua kelompok

contoh, maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ayah maupun ibu contoh

pada kelompok gizi normal berada dalam tingkat yang lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok gizi normal.

Pendidikan ayah peranannya erat pada pendapatan (income) yang dihasilkan

oleh keluarga. Hasil penelitian Tarigan menunjukkan bahwa ada hubungan antara

tingkat pendidikan terhadap pendapatan meskipun ada beberapa keahlian yang

tidak memerlukan pendidikan dalam tingkatan tertentu. Namun Tarigan

menyatakan bahwa pendidikan tetap mempunya hubungan terhadap pendapatan.

Meningkatkan pendapatan adalah salah satu dari sekian banyak fungsi pendidikan

(Tarigan 2006).

Pendidikan ibu dan status gizi hubungannya lebih pada pola asuh yang

dilakukan ibu. Menurut Saputra (2012), ketika tingkat pendidikan rendah, maka

pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola

konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik. Pada penelitian yang dilakukan di

Sumatera Barat tersebut menunjukkan orang tua dengan tingkat pendidikan

rendah (SD/tidak tamat SD) memiliki risiko yang besar terhadap kualitas gizi

anak dengan probabilitas risiko gizi buruk 5.699 kali lebih besar dibandingkan

dengan orang tua denganpendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMP, SMA, dan

Perguruan Tinggi (Saputra 2012).

Apabila dibandingkan antara tingkat pendidikan ibu dan ayah, maka yang

lebih berpengaruh langsung pada status gizi balita adalah tingkat pendidikan ibu

karena hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola asuh ibu pada

balita. Berikut ada rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu contoh kedua kelompok

contoh berdasarkan tahun.

Tabel 9 Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi

Status Gizi

Lama pendidikan dalam tahun (rata-rata ± SD)

Ayah Ibu

Gizi kurang 9.90 ± 3.80 8.70 ± 3.10

Gizi normal 10.10 ± 2.60 9.60 ± 3.00

Total contoh 9.94 ± 3.56 9.41 ± 3.03

Berdasarkan Tabel 9, maka dapat dibandingkan lama pendidikan ayah dan

ibu kedua kelompok contoh. Baik ayah maupun ibu kelompok contoh gizi normal

memiliki nilai lama pendidikan yang lebih besar dibandingkan kelompok contoh

gizi kurang. Bahkan nilai kelompok gizi normal nilainya lebih besar dibandingkan

rata-rata keseluruhan contoh. Meskipun begitu, hasil uji beda menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.1) pada tingkat pendidikan ayah dan ibu

kedua kelompok contoh.

Jika dibandingkan dengan penelitian lainnya, tingkat pendidikan di lokasi

penelitian cukup baik. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Malau

(2012) di tepian Teluk Nibung, dimana sebanyak 20% contoh tidak bersekolah.

Sebagian besar tingkat pendidikan orang tua contoh di lokasi penelitian juga

memenuhi kebijakan nasional wajib belajar 9 tahun. Kecuali pada ibu kelompok

balita gizi kurang.

Hasil uji hubungan antara lama pendidikan ibu maupun ayah dengan status

gizi contoh menunjukkan hasil bahwa lama pendidikan ibu tidak menunjukkan

Page 33: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

16

hubungan yang signifikan (p > 0.05) terhadap status gizi. Hasil tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Maharashtra, India. Penelitian yang dilakukan

Griffith (2004) tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara tingkat pendidikan ibu terhadap berat badan menurut usia. Griffith dalam

penelitian menyatakan bahwa tidak semua lokasi dalam penelitiannya memiliki

hubungan yang signifikan pada pendidikan ibu dengan status gizi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Griffith, hasil penelitian

menunjukkan hasil sebaliknya ada pada penelitian Abuya yang dilakukan di

daerah kumuh (slum) di Afrika. Hasil penelitian Abuya menunjukkan hasil yang

signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. Abuya, dalam

penelitiannya menemukan bahwa tingkat pendidikan ibu menjadi prediktor kuat

dalam menentukan status gizi balita (Abuya et al. 2012).

Pendidikan ayah juga tidak memiliki hubungan signifikan (p > 0.05)

dengan status gizi. Hal tersebut diduga disebabkan karena pengasuhan contoh

secara umum dilakukan oleh ibu sehingga pendidikan ayah tidak berpengaruh

pada status gizi balita contoh. Penelitian yang menunjukkan hasil yang sama

dilakukan di Medan oleh Yudi (2008).

Pekerjaan

Pekerjaan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun sekunder (Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pekerjaan

yang dimiliki oleh orang tua contoh.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi

Pekerjaan

Ayah Ibu

Gizi normal Gizi kurang Gizi normal Gizi kurang

n % n % n % n %

PNS/ABRI/POLRI 4 8.33 1 7.69 0 0 0 0

Karyawan swasta 13 27.08 2 15.38 3 5.88 1 7.69

Wiraswasta 20 41.67 6 46.15 4 7.84 1 7.69

Buruh 11 22.92 4 30.77 1 1.96 0 0

Ibu rumah tangga 0 0 0 0.00 42 82.35 11 84.62

Lainnya 0 0 0 0 1 1.96 0 0

Total 48 100 13 100 51 100 13 100

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan

ayah contoh adalah wiraswasta, baik pada kelompok gizi normal maupun gizi

kurang. Sedangkan pekerjaan ibu didominasi oleh profesi ibu rumah tangga yang

juga memiliki pola yang sama di kedua kelompok contoh. Namun pada kelompok

gizi normal, lebih banyak ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah (bukan ibu

rumah tangga) dibandingkan dengan kelompok gizi kurang. Pekerjaan lainnya

yang dimaksud dalam tabel adalah pekerjaan yang tidak menetap seperti

pengemis.

Page 34: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

17

Besar Keluarga

Jumlah anggota keluarga biasanya dapat digunakan untuk menggambarkan

kesejahteraan suatu keluarga. Besar kecilnya dari suatu jumlah keluarga juga

dapat mempengaruhi pola konsumsi yang ada dalam keluarga (Mufidah 2012).

Menurut Hurlock (1993), kategori keluarga dibagi menjadi tiga kelompok

menurut jumlah anggota keluarganya yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7

orang) dan besar (≥ 8 orang).

Berikut adalah sebaran ukuran keluarga contoh yang dibagi menurut

kelompok status gizi contoh.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi

Besar Keluarga

Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Kecil (≤ 4 orang) 3 23.08 19 37.25

Sedang (5-7 orang) 9 69.23 30 58.82

Besar (≥ 8 orang) 1 7.69 2 3.92

Total 13 100 51 100

Baik pada kelompok contoh status gizi normal maupun kurang, ukuran

keluarganya termasuk dalam kategori sedang. Persentase kategori keluarga kecil

lebih besar pada kelompok contoh status gizi baik dibandingkan dengan kelompok

contoh status gizi kurang. Sebaliknya, persentase keluarga besar lebih tinggi pada

kelompok status gizi kurang. Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (p>0.1) pada besar keluarga kedua kelompok contoh.

Tabel 12 Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh

Status Gizi Rata-rata besar keluarga

Gizi kurang 5.62 ± 2.40

Gizi normal 5.14 ± 1.30

Total contoh 5.23 ± 1.57

Rata-rata besar keluarga contoh gizi kurang memiliki nilai yang lebih

besar baik dibandingkan dengan kelompok gizi normal maupun keseluruhan

contoh. Rata-rata besar keluarga contoh memiliki nilai yang cukup besar jika

dibandingkan dengan rata-rata ukuran keluarga nasional yaitu 4 orang dan Jawa

Barat yaitu sebesar 3.8 orang (BPS 2011).

Hasil uji hubungan antara besar keluarga dengan status gizi menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan (p>0.1), serupa dengan penelitian di Kabupaten

Tangerang yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan status gizi anak balita. Suhendri (2009) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi

status gizi balita namun akan berpengaruh pada tingkat konsumsi makanan, yaitu

jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Sehingga diduga tidak

adanya hubungan jumlah anggota rumah tangga terhadap status gizi balita karena

adanya kecenderungan hubungan tidak langsung tersebut.

Page 35: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

18

Pengeluaran

Pendapatan digunakan untuk membiayai penggunaan barang dan jasa

ataupun kebutuhan pokok, dapat berupa makanan maupun bukan makanan.

Pembiayaan yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut termasuk

dalam pengeluaran keluarga. Pengeluaran, baik makanan maupun bukan makanan

dapat menggambarkan bagaimana keluarga contoh dalam mengalokasikan

kebutuhan rumah tangganya. Berikut adalah alokasi pengeluaran keseluruhan

contoh terhadap makanan.

Tabel 13 Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh

terhadap makanan

Pengeluaran berdasar jenis

pangan (perkapita per bulan) Total (Rp) %

Makanan pokok 87655 22.49

Lauk hewani 190090 48.77

Lauk nabati 27734 7.12

Sayuran 20293 5.21

Buah 21567 5.53

Lainnya 42416 10.88

Total 389755 100

Berdasarkan Tabel 13, pengeluaran pangan keluarga contoh paling besar

ada pada kelompok bahan pangan lauk hewani dan yang terendah adalah sayuran.

Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga contoh jauh lebih banyak

mengalokasikan pengeluaran untuk lauk hewani dibandingkan sayuran. Hal

tesebut bisa disebabkan karena harga pangan hewani yang memiliki harga relatif

mahal dibandingkan dengan pangan lainnya. Sama seperti penelitian Purwanitini

(2010) di Sragen yang menunjukkan bahwa umumnya pengeluaran lebih besar

pada pangan hewani karena harganya yang mahal, meskipun dikonsumsi dalam

jumlah yang relatif kecil tetap membuat nilai rata-rata pengeluarannya besar.

Adapun bahan makanan yang termasuk dalam makanan pokok dalam tabel

adalah beras, terigu, mie, bihun, roti dan umbi. Pada lauk hewani yang digunakan

adalah ikan, daging ayam dan sapi, telur dan susu. Sedangkan lauk nabati adalah

tahu, tempe dan oncom. Bahan pangan yang digolongkan sebagai kelompok

lainnya adalah minyak, gula, teh, kopi dan bumbu. Selain pengeluaran untuk

makanan, ada pula pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

bukan makanan. Berikut adalah rincian pengeluaran bukan makanan.

Tabel 14 Rata-rata alokasi pengeluaran bukan makanan perkapita per bulan

keseluruhan contoh

Jenis pengeluaran (perkapita per bulan) Total (Rp) %

Perumahan 78201 33.63

Kesehatan 17459 7.51

Pendidikan 45321 19.49

Tabungan 21566 9.27

Lainnya 70002 30.10

Total 232549 100

Page 36: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

19

Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa rata-rata alokasi

pengeluaran non pangan keluarga contoh yang terbesar adalah untuk perumahan.

Aspek yang termasuk dalam perumahan adalah biaya untuk sewa rumah, listrik,

air maupun gas. Sedangkan yang termasuk dalam kategori lainnya adalah biaya

untuk rokok, arisan dan kredit barang, yang juga memiliki persentase yang cukup

besar, terutama untuk rokok. Sementara alokasi pengeluaran terendah adalah

untuk kesehatan seperti biaya berobat maupun membeli obat-obatan karena pada

umumnya keluarga contoh ditanggung oleh jamsostek ataupun jamkesda.

Sebagian lainnya biasa berobat di puskesmas yang biayanya relatif murah.

Pengeluaran perkapita per bulan merupakan gambaran rata-rata

pengeluaran yang dilakukan tiap individu dalam keluarga contoh selama satu

bulan. Untuk mengetahui alokasi pengeluaran perkapita per bulan, berikut adalah

rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh.

Tabel 15 Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh menurut

status gizi

Rata-rata pengeluaran keluarga

(perkapita per bulan)

Gizi kurang Gizi normal

Rp % Rp %

Pengeluaran pangan 267 914 50.54 495 411 68.15

Pengeluaran non pangan 262 192 49.46 231 556 31.85

Pengeluaran total 530 106 100 726 967 100

Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa rata-rata pengeluaran perkapita

perbulan kedua kelompok contoh dialokasikan lebih besar untuk pengeluaran

makanan dibandingkan bukan makanan. Namun persentase pengeluaran pangan

pada kelompok contoh gizi normal lebih besar dibandingkan dengan kelompok

contoh gizi kurang. Apabila dilihat rata-rata pengeluaran kedua kelompok contoh,

terlihat bahwa nilainya lebih besar pada kelompok contoh gizi normal

dibandingkan dengan gizi kurang. Namun hasil uji beda menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengeluaran kedua kelompok contoh,

baik pengeluaran makanan maupun bukan makanan.Kemudian pengeluaran total

perkapita per bulan dikategorikan menjadi kelompok miskin dan tidak miskin,

sesuai dengan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat September 2012 yaitu

sebesar Rp. 202.104. Hasilnya ditunjukkan seperti pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran contoh menurut kategori pengeluaran perkapita contoh dan

status gizi

Rata-rata pengeluaran keluarga

(perkapita per bulan)

Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Miskin (<Rp. 202.104) 0 0 3 5.88

Tidak miskin (>Rp. 202.104) 13 100 48 94.12

(Rata-rata ± stdev) 582 396 ± 325 218 713 638 ± 1145 887

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa rata-rata pengeluaran perkapita per

bulan keluar contoh masih lebih besar dibandingkan dengan garis kemiskinan

Provinsi Jawa Barat. Hanya sebagian kecil (5.88%) contoh yang tergolong miskin.

Nilai ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin

Kota Bogor yaitu sebesar 8.66% (Pemkot Bogor).

Page 37: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

20

Meskipun sebagian besar keluarga contoh tidak tergolong sebagai keluarga

miskin, pengeluaran makanannya memiliki proporsi yang lebih besar

dibandingkan pengeluaran bukan makanan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

Munparidi (2010) yang menunjukkan hasil bahwa keluarga tidak miskin juga

memiliki proporsi pengeluaran makan yang lebih besar dibandingkan dengan

pengeluaran bukan makanan.

Hasil uji hubungan antara total pengeluaran per kapita per bulan dengan

status gizi contoh menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.1). Hasil

penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengeluaran perkapita

keluarga contoh dengan status gizi contoh. Penelitian Glewwe di Vietnam juga

menunjukkan bahwa tidak ada korelasi nyata antara pengeluaran perkapita dengan

status gizi (Glewwe et al. 2003). Penelitian Glewwe tersebut menunjukkan hasil

bahwa pada lokasi dengan masalah gizi tertinggi justru memiliki nilai pengeluaran

yang terbesar. Glewwe menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya

tersebut terdapat keraguan untuk menggunakan pengeluaran sebagai variabel yang

dapat mempengaruhi status gizi.

Pengetahuan Gizi Ibu

Peranan ibu biasanya yang paling banyak berpengaruh dalam

pembentukan kebiasaan makan anak-anak di dalam rumah karena ibulah yang

mempersiapkan makanan, mulai dari mengatur menu, berbelanja, memasak,

menyiapkan makanan serta mengajarkan tata cara makan terhadap anak-anaknya.

Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu sangat

berpengaruh terhadap hidangan-hidangan yang disajikan setiap harinya (Suhardjo

1989).

Berikut adalah rata-rata skor pengetahuan gizi yang dibedakan menurut

status gizi contoh.

Tabel 17 Rata-rata skor pengetahuan gizi ibu menurut status gizi contoh

Status Gizi Skor pengetahuan gizi ibu (rata-rata ± SD)

Gizi kurang 62.69 ± 3.01

Gizi normal 70.59 ± 4.09

Total contoh 68.98 ± 14.15

Rata-rata skor pengetahuan gizi ibu pada kelompok contoh gizi kurang

memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok

contoh gizi normal maupun rata-rata keseluruhan contoh. Hasil yang

menunjukkan skor pengetahuan gizi ibu lebih besar pada balita gizi normal sama

dengan hasil penelitian Kurniawati (2012). Akan tetapi, hasil uji beda

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor pengetahuan gizi

ibu kedua kelompok contoh.

Menurut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam

tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan

dengan menetapkan cut off point dari skor yang telah dijadikan dalam bentuk

persentase. Cut off point yang biasa digunakan yaitu baik apabila skor >80%,

sedang apabila skor 60%-80% dan kurang apabila skor <60%.

Page 38: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

21

Berikut adalah sebaran pengetahuan gizi ibu berdasarkan status gizi

contoh.

Tabel 18 Sebaran contoh menurut skor pengetahuan gizi ibu dan status gizi

Kategori skor pengetahuan gizi ibu Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Rendah 3 23.08 11 21.57

Sedang 10 76.92 29 56.86

Baik 0 0.00 11 21.57

Total 13 100 51 100

Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa dalam kategori skor

pengetahuan gizi rendah, persentase nilai kelompok contoh status gizi kurang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok contoh status gizi normal. Meskipun

persentase pada kategori skor sedang lebih besar kelompok status gizi kurang,

namun tidak ada yang tergolong pada kategori skor tinggi pada kelompok

tersebut. Sementara pada kelompok status gizi normal, terdapat contoh yang skor

pengetahuan gizi ibunya termasuk dalam kategori skor tinggi. Baik kelompok

status gizi kurang maupun normal, sebagian besar termasuk dalam kategori skor

pengetahuan gizi sedang.

Untuk mengetahui alokasi jawaban ibu contoh terhadap masing-masing

pertanyaan mengenai pengetahuan gizi, berikut adalah sebaran berdasarkan

jawaban mengenai pernyataan pengetahuan gizi.

Tabel 19 Sebaran contoh menurut jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan gizi

No Pertanyaan n %

1 Zat gizi untuk pertumbuhan anak 14 21.88

2 Makanan tambahan ASI 58 90.63

3 Buah mengandung vitamin C 26 40.63

4 Jenis makanan pendamping ASI 43 67.19

5 Usia anak diberikan makanan seperti dewasa 39 60.94

6 Berat lahir minimal 22 34.38

7 Kandungan sinar matahari pagi 24 37.50

8 Waktu yang paling baik untuk sinar matahari 61 95.31

9 Larutan untuk diare 56 87.50

10 Manfaat imunisasi 60 93.75

11 Zat gizi untuk mencegah anemia 47 73.44

12 Kelompok makanan mengandung protein hewani 63 98.44

13 Pemberian ASI 55 85.94

14 Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh 37 57.81

15 Usia pemberian ASI 55 85.94

16 Kandungan vitamin dalam buah 60 93.75

17 Pemberian vitamin A 26 40.63

18 Kondisi bayi saat vaksinasi 62 96.88

19 Jenis imunisasi DPT 38 59.38

20 Warna pada KMS 37 57.81

Page 39: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

22

Jika dijabarkan berdasarkan jawaban, maka pertanyaan yang paling

banyak dijawab benar oleh ibu contoh adalah pertanyaan mengenai kondisi bayi

saat vaksinasi. Sebanyak lebih dari 90% ibu contoh mengetahui mengenai kondisi

bayi saat dilakukan vaksinasi. Sebaliknya, pertanyaan yang paling banyak dijawab

dengan salah oleh ibu contoh adalah pertanyaan mengenai zat gizi untuk

pertumbuhan anak. Hanya 14 contoh dari 64 contoh yang mengetahui zat gizi

yang mendukung pertumbuhan anak.

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu tidak

memiliki hubungan signifikan (p>0.1) dengan status gizi contoh. Hal ini diduga

karena pengetahuan gizi yang dimiliki oleh ibu tidak mempengaruhi praktek yang

dilakukan ibu dalam pengasuhan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Gabriel pada

tahun 2008. Pada penelitian Gabriel (2008) mengenai perilaku keluarga sadar gizi

dimana apabila responden tergolong baik dalam berperilaku Kadarzi merupakan

ibu memiliki kemampuan untuk mengenali serta mengatasi masalah gizi anggota

keluarganya, menunjukkan bahwa. Hasil uji statistik dalam penelitian tersebut

menunjukkan tidak ada korelasi yang nyata antara pengetahuan gizi dan perilaku

Kadarzi ibu.

Pola Asuh

Pengasuhan didefinisikan sebagai cara-cara memberi makan, merawat,

mengajar dan menuntun anak yang dilakukan oleh individu dan keluarga.

Sehingga praktek pengasuhan terdiri dari tiga hal penting, yaitu cara pemberian

makan, perawatan kesehatan anak dan stimulasi kognitif anak. Hal ini sangat

mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas (UNICEF

dalam Khomsan 2010).

Pola Asuh Makan

Kebiasaan makan yang baik dimulai dirumah atas bimbingan dari orang

tua, baik itu ibu, ayah dan anggota keluarga lainnya, seperti kakak, nenek atau

pembantu. Tabel dibawah ini merupakan sebaran kategori skor pola asuh makan

berdasarkan status gizi.

Tabel 20 Rata-rata skor pola asuh makan ibu menurut status gizi

Status Gizi Skor pola asuh makan (rata-rata ± SD)

Gizi kurang 25.46 ± 3.23

Gizi normal 25.21 ± 2.94

Total contoh 25.26 ± 2.98

Skor pola asuh makan pada kelompok gizi kurang memiliki nilai yang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok gizi normal maupun keseluruhan

contoh, serupa dengan hasil penelitian Meliahsari yang dilakukan di Kabupaten

Muna yaitu anak dengan gizi normal justru memiliki frekuensi makan yang tidak

teratur dan pemberian MP ASI sebelum waktunya (Meliahsari et al.2013). Nilai

yang lebih besar pada kelompok gizi kurang juga bisa disebabkan oleh adanya

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti adanya penyuluhan atau

intervensi pendidikan gizi yang mungkin saja pernah dialami oleh ibu dari contoh

Page 40: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

23

dengan status gizi kurang. Hasil penelitian Nikmawati menunjukkan bahwa pada

kelompok contoh dengan intervensi pendidikan gizi memiliki nilai yang lebih

besar pada sikap dan praktek dibandingkan dengan kelompok kontrol (Nikmawati

2009).Apabila dilihat berdasarkan jawaban ibu contoh mengenai pola asuh

makan, maka berikut adalah sebarannya.

Tabel 21 Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh makan contoh

Tidak Kadang Ya

Pernyataan n % n % n % Pemberian kolostrum 11 17.19 0 0.00 54 84.38 ASI ekslusif 30 46.88 0 0.00 34 53.13 Pemberian makan/minuman

selain ASI sebelum 6 bulan 21 32.81 9 14.06 34 53.13 Pemberian MPASI 3 4.69 4 6.25 57 89.06 Makan 3 kali sehari 18 28.13 7 10.94 39 60.94 Konsumsi sayuran 1 1.56 25 39.06 37 57.81 Konsumsi protein 0 0.00 0 0.00 64 100.00 Kemauan menyuapi 3 69 1 1.56 60 93.75 Keteraturan makan anak 22 34.38 10 15.63 32 50.00 Konsumsi buah 6 9.38 14 21.88 44 68.75

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui pola asuh makan keseluruhan

contoh berdasarkan jawaban kuesioner. Jawaban yang diberikan ibu contoh dibagi

menjadi 3 pilihan jawaban tidak pernah, kadang-kadang dan selalu untuk

kemudian dilakukan skoring. Diketahui bahwa banyak dari ibu contoh yang

mengaku memberikan makanan atau minuman pada contoh sebelum usia contoh 6

bulan. Sebagian contoh juga tidak dibiasakan makan tiga kali dalam satu hari.

Selain itu, separuh dari contoh tidak makan dengan waktu yang teratur. Kemudian

data skor pola asuh makan dikategorikan berdasarkan interval kelas yang dhitung

menurut rumus Slamet (1993). Hasil pengkategorian skor pola asuh dijelaskan

pada Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh makan dan status gizi

Kategori skor pola asuh makan Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Kurang 1 7.69 4 7.84

Sedang 8 61.54 32 62.75

Baik 4 30.77 15 29.41

Total 13 100 51 100

Tabel 22 menunjukkan perbandingan tiap kategori skor pola asuh makan

antara contoh berstatus gizi kurang dan baik. Berdasarkan persentasenya, dapat

diketahui bahwa kategori skor rendah dan tinggi lebih besar pada kelompok

contoh gizi kurang. Hanya pada kategori skor rendah yang memiliki persentase

lebih besar pada kelompok gizi normal.

Pola asuh pola asuh makan juga merupakan faktor yang memiliki

hubungan yang tidak signifikan dengan status gizi contoh. Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan Masithah di Desa Mulyaharja. Penelitian

tersebut menujukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara pola asuh dan

Page 41: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

24

status gizi. Pola asuh tidak berpengaruh terhadap status gizi namun dalam

penelitian tersebut pola asuh berhubungan terhadap tingkat kecukupan zat gizi

contoh (Masithah 2005).

Pola Asuh Kesehatan

Selain pola asuh makan, pola asuh kesehatan juga dinilai dalam penelitian

ini. Sama halnya dengan pola asuh makan, pola asuh kesehatan dinilai melalui

skor yang didapat dari pernyataan pada kuesioner. Berikut adalah rata-rata skor

pola asuh kesehatan menurut status gizi.

Tabel 23 Rata-rata skor pola asuh kesehatan ibu menurut status gizi

Status Gizi Skor pola asuh kesehatan (rata-rata ± SD)

Gizi kurang 33.40 ± 2.80

Gizi normal 34.49 ± 2.20

Total contoh 34.25 ± 2.40

Berbeda dengan pola asuh makan, skor pola asuh kesehatan mempunyai

nilai yang lebih besar pada kelompok gizi normal. Kelompok gizi normal juga

mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan rata-rata keseluruhan contoh. Hal

ini serupa dengan penelitian Lutviana yang menunjukkan pada balita gizi normal,

lebih banyak yang tergolong dalam kategori pola asuh baik (Lutviana dan

Budiono 2010).Sama halnya dengan pola asuh makan, pengkategorian skor pola

asuh kesehatan dilakukan menurut perhitungan Slamet (1993).

Berikut adalah hasil dari kategori skor pola asuh kesehatan berdasarkan

kelompok status gizi.

Tabel 24 Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh kesehatan dan status

gizi

Kategori skor pola asuh kesehatan Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Kurang 0 0.00 0 0.00

Sedang 3 23.08 1 1.96

Baik 10 76.92 50 98.04

Total 13 100 51 100

Tabel 24 menunjukkan perbandingan kategori skor pola asuh kesehatan

antara contoh kelompok gizi kurang dan gizi normal. Kategori skor polaasuh

kesehatan juga dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kurang, sedang dan baik.

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa kategori skor baik lebih banyak dimiliki

oleh kelompok gizi normal. Pada kategori skor sedang, persentase kelompok gizi

kurang lebih besar dibandingkan gizi normal. Namun diantara kedua kelompok

contoh, tidak ada yang termasuk dalam kategori skor pola asuh kesehatan yang

rendah.

Page 42: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

25

Tabel 25 Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh kesehatan ibu

dan status gizi

Pernyataan Pilihan Gizi Kurang Gizi Normal

Jawaban n % n %

Kebiasaan mengajak ke Posyandu Tidak pernah 0 0.00 1 1.96

Kadang 2 15.38 4 7.84

Selalu 11 84.62 46 90.20

Kebiasaan mencuci tangan sebelum

menyiapkan makanan

Tidak pernah 1 7.69 1 1.96

Kadang 6 46.15 13 25.49

Selalu 6 46.15 37 72.55

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan Tidak pernah 1 7.69 4 7.84

Kadang 5 38.46 9 17.65

Selalu 7 53.85 38 74.51

Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air Tidak pernah 0 0.00 1 1.96

Kadang 1 7.69 0 0.00

Selalu 12 92.31 50 98.04

Kebiasaan menggunting kuku Tidak pernah 0 0.00 0 0.00

Kadang 1 7.69 3 5.88

Selalu 12 92.31 48 94.12

Kebiasaan mencuci mainan anak Tidak pernah 6 46.15 25 49.02

Kadang 6 46.15 20 39.22

Selalu 1 7.69 6 11.76

Kebiasaan mengeramasi anak Tidak pernah 0 0.00 5 9.80

Kadang 1 7.69 0 0.00

Selalu 12 92.31 46 90.20

Menyediakan alas kaki Tidak pernah 0 0.00 1 1.96

Kadang 8 61.54 15 29.41

Selalu 5 38.46 35 68.63

Mengingatkan gosok gigi Tidak pernah 7 53.85 25 49.02

Kadang 4 30.77 14 27.45

Selalu 2 15.38 12 23.53

Mengingatkan cuci kaki Tidak pernah 3 23.08 3 5.88

Kadang 2 15.38 8 15.69

Selalu 8 61.54 40 78.43

Membiasakan mandi dua kali sehari Tidak pernah 0 0.00 0 0.00

Kadang 0 0.00 0 0.00

Selalu 13 100.00 100 196.08

Menerima kapsul vitamin A Tidak pernah 1 7.69 1 1.96

Kadang 0 0.00 0 0.00

Selalu 12 92.31 50 98.04

Kelengkapan KMS Tidak pernah 0 0.00 5 9.80

Kadang 0 0.00 0 0.00

Selalu 13 100.00 46 90.20

Tabel 25 menunjukkan sebaran jawaban ibu contoh berdasarkan pernyataan

yang diberikan dalam kuesioner. Sama halnya dengan pola asuh makan, jawaban

yang diberikan ibu contoh dibagi menjadi 3 pilihan jawaban tidak pernah, kadang-

kadang dan selalu. Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa hanya sebagian kecil

ibu contoh yang membersihkan mainan yang digunakan oleh contoh begitu pula

dengan kebiasaan mengingatkan anak mengosok gigi sebelum tidur hampir

separuh contoh tidak pernah melakukan hal tersebut. Sebagian kecil contoh ada

yang belum teratur melakukan kebiasaan mencuci tangan (masih kadang kala

saja) begitu juga dengan kebiasaan menyediakan alas kaki bagi anak saat keluar

Page 43: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

26

rumah. Kebiasaan lainnya sudah dilakukan dengan cukup sering oleh ibu contoh

dan sebagian besar contoh melakukan hal tersebut, terutama pada kebiasaan

mandi dua kali sehari.

Berdasarkan hasil uji hubungan, pola asuh penelitian memiliki hubungan

dengan status gizi balita (p<0.1). Pola asuh kesehatan yang diteliti dalam

penelitian ini juga mencakup kemampuan ibu dalam melakukan praktek higiene,

diantaranya seperti kebiasaan mencuci tangan, membersihkan mainan maupun

mengajarkan kebiasaan mandi atau menggosok gigi. Praktek higiene adalah salah

satu faktor yang dapat bepengaruh terhadap status anak. Menurut banyak

penelitian, ibu dengan pengetahuan gizi yang rendah tidak selalu peduli dengan

keamanan pangan yang dapat menjadi jalan untuk organisme menyebabkan

penyakit yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak. Infeksi yang mengacu

pada kontaminasi makanan dan peralatan makan dapat menjadi salah satu atribut

terhadap fasilitas yanginadekuat dalam rumah tangga dan buruknya praktek

sanitasi dalam menyiapkan makanan, kombinasi hal ini dengan inadekuatnya

asupan makanan dapat menyebabkan malnutrisi (Akorede et al. 2013).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hugama (2011) di India

menunjukkan bahwa pada keluarga dengan distrik terbaik umumnya mempunyai

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setiap selesai menggunakan toilet dan

sebelum makan dan hanya sebagian kecil keluarga pada distrik yang lebih buruk

melakukan kebiasaan serupa. Hasil penelitian juga menunjukkan kebiasaan

membersihkan tangan pada anak yang terkena diare seminggu sebelum survei

menunjukkan bahwa sekitar 80% anak tersebut tidak mencuci tangan mereka

setelah dari kamar mandi (Hungama 2011).

Karakteristik Rumah

Menurut Hendrik L Blum dalam Siregar et al. (2012), faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah faktor lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan rumah merupakan salah

satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan

penghuninya. Dalam Tabel 26 dijelaskan kategori skor karakteristik rumah yang

dibagi berdasarkan status gizi contoh.

Tabel 26 Rata-rata skor karakteristik rumah menurut status gizi

Status Gizi Skor karakteristik rumah (rata-rata ± SD)

Gizi kurang 44.31 ± 3.99

Gizi normal 47.86 ± 4.81

Total contoh 47.14 ± 4.85

Berdasarkan Tabel 26, skor karakteristik rumah pada kelompok gizi kurang

mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan total keseluruhan contoh dan

kelompok gizi normal. Berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan yang

signifikan (p<0.1) pada skor karakteristik rumah dari kedua kelompok contoh

(gizi kurang dan gizi normal).

Menggunakan perhitungan Slamet (1993), skor karakteristik rumah

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, sedang dan baik. Berikut adalah

sebaran kategori karakteristik rumah menurut status gizi.

Page 44: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

27

Tabel 27 Sebaran contoh menurut kategori skor karakteristik rumah dan status

gizi

Kategori skor karakteristik rumah Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Kurang 0 0 0 0

Sedang 12 92.31 20 39.22

Baik 1 7.69 31 60.78

Total 13 100 51 100

Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui bahwa pada kelompok contoh gizi

kurang, skor karakteristik rumah lebih didominasi pada skor sedang. Namun pada

kelompok contoh status gizi normal, lebih banyak pada kategori skor baik.

Keadaan sanitasi yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis

penyakit, seperti diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak

menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat gizi akan terganggu yang

menyebabkan terjadinya kekurangan gizi. Seseorang yang mengalami kekurangan

gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa

2001).

Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan

kebersihan lingkungan berpengaruh terhadap pengasuhan anak. Makin tersedia air

bersih yang cukup untuk keluarga serta semakin dekat dengan pelayanan dan

sarana kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi

(Soekirman 2000).

Tabel 28 Sebaran contoh menurut karakteristik rumah dan status gizi

Variabel Pilihan jawaban Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Jenis lantai Tanah 0 0.00 0 0.00

Kayu/bambu/tanah dan plester 0 0.00 2 3.92

Keramik/ubin/tegel/semen 13 100.00 49 96.08

Dinding Bambu/triplek kayu 0 0.00 0 0.00

Bambu/triplek/kayu dan tembok 0 0.00 3 5.88

Tembok 13 100.00 48 94.12

Atap Ijuk/daun-daunan 0 0.00 0 0.00

Seng 7 53.85 21 41.18

Genteng 6 46.15 30 58.82

Ventilasi Tidak ada 4 30.77 12 23.53

Ada, tertutup sehingga udara tidak bisa keluar

masuk 5 38.46 6 11.76

Ada, terbuka sehingga udara bisa keluar masuk 4 30.77 33 64.71

Jendela Tidak ada 1 7.69 2 3.92

Ada, hanya di beberapa ruangan 9 69.23 40 78.43

Ada, hampir di seluruh ruangan 3 23.08 9 17.65

Sinar

matahari

Tidak bisa masuk 2 15.38 4 7.84

Masuk hanya di beberapa ruangan 9 69.23 38 74.51

Masuk hampir di semua ruangan 2 15.38 9 17.65

Tempat

mandi

Sungai 0 0.00 3 5.88

Pancuran/kamar mandi umum 1 7.69 1 1.96

Kamar mandi sendiri 12 92.31 47 92.16

Kepemilikan

jamban

Tidak 3 23.08 13 25.49

Ya 10 76.92 38 74.51

Page 45: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

28

Variabel Pilihan jawaban Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Saluran

pembuangan

limbah

Tidak 2 15.38 5 9.80

Ya 11 84.62 46 90.20

Kepemilikan

tempat

Penampungan

air limbah

Di luar pekarangan, tanpa penampungan/di

tanah/langsung ke got/sungai 13 100.00 48 94.12

Ada, penampungan terbuka di pekarangan 0 0.00 1 1.96

Ada, penampungan tertutup di pekarangan 0 0.00 2 3.92

Saluran air

limbah

Tanpa saluran 2 15.38 4 7.84

Terbuka 0 0.00 5 9.80

Tertutup 11 84.62 42 82.35

Tempat

sampah

Tidak 7 53.85 7 13.73

Ya 6 46.15 44 86.27

Septic tank

Tidak 11 84.62 32 62.75

Ya 2 15.38 19 37.25

Keberadaan

kandang

ternak

Ada (<10 m dari rumah) 1 7.69 0 0.00

Ada (≥10 m dari rumah) 0 0.00 0 0.00

Tidak ada 12 92.31 51 100.00

Luas

ruangan/orang

Kurang (<7 m2/orang) 8 61.54 16 31.37

Cukup (7-10 m2/orang) 3 23.08 19 37.25

Baik (>10 m2/orang) 2 15.38 16 31.37

Sumber air

minum

Air hujan 0 0.00 0 0.00

Air sumur 0 0.00 0 0.00

Air ledeng 13 100.00 51 100.00

Sumber air

bersih

Air hujan 0 0.00 2 3.92

Air sumur 0 0.00 0 0.00

Air ledeng 13 100.00 49 96.08

Tempat buang

air besar

Empang/kolam/selokan 3 23.08 8 15.69

Jamban pribadi tanpa septik tank 7 53.85 22 43.14

Jamban pribadi dengan septik tank 3 23.08 21 41.18

Tempat

membuang

sampah

Pekarangan/lubang terbuka/sungai 12 92.31 42 82.35

Tempat sampah tertutup/kantong 1 7.69 9 17.65

Tempah

buang air

limbah

Pekarangan/kolam 12 92.31 25 49.02

Saluran air/pembuangan/got terbuka 1 7.69 21 41.18

Saluran air/pembuangan/got tertutup 5 9.80

Tabel 28 menunjukkan karakteritik rumah yang dinilai dalam penelitian ini.

Berdasarkan kriteria diatas, dilakukan skoring dengan nilai 1-3. Data pada Tabel

28 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki lantai yang terbuat

dari keramik dan hanya sebagian kecil contoh yang masih menggunakan tanah

plester.

Sebagian besar dinding contoh juga sudah terbuat dari tembok dan hanya

sebagian kecil yang menggunakan kayu. Menurut Dirjen Cipta Karya dalam

Keman (2005), dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau

menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu

dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya. Atap rumah pada

kedua kelompok contoh, memiliki proporsi yang hampir sama antara yang

menggunakan genteng dan seng.

Tidak adanya ventilasi pada kelompok gizi kurang memiliki nilai yang lebih

besar dibandingkan pada kelompok gizi normal sedangkan ventilasi terbuka lebih

besar dimiliki pada kelompok gizi normal dibandingkan gizi kurang.Ventilasi

adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari

Page 46: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

29

suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar

dalam rumahatau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu

ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan overcrowded maka akan

menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Rumah yang memenuhi

syarat ventilasi baik akan mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan

temperatur kelembaban udara (Azwar 1990).

Sebagian besar contoh pada kedua kelompok contoh memiliki kondisi

rumah yang hanya bisa dimasuki matahari di beberapa ruangan saja. Begitu pula

dengan kepemilikan kamar mandi, sebagian besar contoh sudah memiliki kamar

mandi sendiri meskipun masih ada yang menggunakan sungai sebagai tempat

mandi.

Sebagian besar sampel juga sudah memiliki jamban dan saluran

pembuangan limbah. Meskipun begitu, sebagian besar contoh membuang air

limbahnya ke sungai. Hanya sedikit contoh yang mempunyai saluran

penampungan pembuangan limbah. Contoh umumnya membuat saluran yang

langsung berakhir di sungai. Sebagian besar saluran air limbah tersebut berbentuk

tertutup.

Pada kelompok gizi normal, kepemilikan tempat sampah lebih besar

persentasenya dibandingkan dengan kelompok gizi kurang. Begitu pula dengan

septik tank, lebih banyak contoh dari kelompok gizi normal yang memilik septik

tank. Namun secara umum masih cukup banyak contoh yang tidak mempunyai

septik tank. Sama halnya dengan air limbah, limbah buangan (feses) dibuang

langsung ke sungai.

Hanya sebagian kecil dari contoh yang memiliki kandang ternak dalam

rumah. Kandang ternak yang ada di rumah contoh umumnya adalah kandang

burung ataupun kandang ayam. Luas ruangan/orang yang dimiliki oleh contoh

dibagi menjadi kurang, cukup dan baik. Pada kelompok contoh dengan status gizi

kurang, sebagian besar termasuk dalam kategori kurang.Luas ruangan yang

dianggap baik adalah >10 m2/ orang, cukup apabila luas ruangan 7-10 m

2/orang

dan kurang apabila luar ruangan <7m2/orang. Luas bangunan rumah yang tidak

sesuai dengan jumlah anggota keluarganya akan menyebabkan overcrowded.

Rumah yang terlalu padat bisa menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit

karena kebersihan rumah yang kurang, fasilitas yang kurang memadai, penularan

penyakit yang cepat jika ada anggota keluarga yang sakit, dan privasi anggota

keluarga akan terganggu (Sukarni dalam Yustika 2012).

Semua contoh dalam penelitian menggunakan air ledeng sebagai air yang

dikonsumsi keseharian. Namun masih ada sampel yang menggunakan air sungai

sebagai air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain selain konsumsi

seperti untuk mandi maupun mencuci.

Meskipun masih ada contoh yang buang air di sungai langsung, namun

sebagian besar contoh memiliki jamban. Hanya saja jamban tersebut tidak

memiliki septic tank. Hanya sebagian contoh yang mempunyai septic tank dan

persentasenya lebih besar pada kelompok dengan status gizi normal. Tidak hanya

membuang air limbah dan limbah buangan ke sungai, sebagian besar contoh juga

membuang sampah langsung ke sungai. Gambar karakteristik rumah contoh dan

keadaan lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa karakteristik rumah memiliki

hubungan yang signifikan (p<0.1) dengan status gizi contoh. Hasil tersebut

Page 47: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

30

menunjukkan persamaan dengan penelitian Soblia (2009) di Banjarnegara yang

menunjukkan hasil bahwa kondisi sanitasi dan lingkungan fisik mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap status gizi balita. Penelitian yang

dilakukan di Nigeria dengan meneliti Environmental Quality Index (EQI) yaitu

yang mencakup air, sanitasi, kondisi rumah dan saluran pembuangan

menunjukkan hasil yang sejalan dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara

karakteristik rumah dengan status gizi. Dalam penelitian tersebut juga dikaitkan

hubungannya dengan kondisi perumahan yang padat. Ketika kepadatan penduduk

di suatu daerah tinggi, dapat menyebabkan adanya tekanan yang lebih besar pada

fasilitas dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang dapat menyebabkan

infeksi dan mempengaruhi terjadinya malnutrisi (Samuel et al. 2008).

Status Kesehatan

Status kesehatan contoh dinilai berdasarkan kejadian penyakit yang terjadi

selama sebulan terakhir. Berikut adalah sebaran kejadian sakit contoh menurut

status gizi.

Tabel 29 Sebaran contoh menurut kejadian sakit dan status gizi

Kejadian sakit Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Tidak pernah sakit 0 0 14 27.45

Pernah sakit 13 100 37 72.55

Total 13 100 51 100

Berdasarkan Tabel 29, dapat diketahui bahwa semua contoh yang tergolong

dalam status gizi kurang pernah mengalami sakit selama sebulan terakhir. Namun

pada kelompok gizi normal, ada contoh yang tidak mengalami kejadian sakit

selama sebulan terakhir.

Menurut Supariasa (2001), mekanisme patofisiologi penyakit infeksi dengan

malnutrisi dapat terjadi bermacam-macam, seperti penurunan asupan gizi akibat

kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi, dan kebiasaan mengurangi

makanan pada saat sakit.

Penyebab langsung gizi kurang pada anak adalah makanan yang tidak

seimbang dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak hanya karena kurang makan

tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan ISPA. Anak yang mendapat

makanan cukup baik tetapi sering terkena diare atau demam akhirnya dapat

menderita KEP. Sebaliknya, anak yang tidak memperoleh makanan yang cukup

dan seimbang, daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan

demikian anak mudah diserang infeksi dan kurang nafsu makan sehingga anak

kurang nafsu makan. Apabila keadaan ini terus berlangsung maka anak dapat

menjadi kurus (Soekirman 2000). Jenis penyakit yang diteliti adalah beberapa

jenis penyakit infeksi diantaranya ISPA, diare, demam berdarah dan penyakit

kulit.

Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan jenis penyakit yang dialami oleh

contoh selama sebulan terakir.

Page 48: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

31

Tabel 30 Sebaran contoh menurut jenis penyakit

Jenis penyakit n %

Panas 30 46.88

Batuk 38 59.38

Pilek 34 53.13

Bronchitis 7 11.48

Diare 5 7.81

Demam berdarah 1 1.56

Sakit kulit 7 10.94

Alergi 1 1.56

Lainnya 0 0

Berdasarkan Tabel 30, diketahui bahwa jenis penyakit yang paling banyak

diderita contoh adalah ISPA, yaitu seperti batuk, panas dan pilek. Kurang lebih

separuh contoh mengalami jenis penyakit tersebut. Bahkan ada beberapa contoh

yang mengalami ketiga penyakit tersebut disaat yang bersamaan. Hasil penelitian

ini menunjukkan hal yang sama dengan penelitian Vinod yang menyatakan bahwa

persentase penderita penyakit acute respiratory infection di daerah yang

cenderung kumuh memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan penyakit infeksi

lainnya. Jenis penyakit yang diteliti Vinod dalam penelitian tersebut selain infeksi

saluran pernafasan akut adalah diare (Vinod et al. 2012).Apabila dibagi

berdasarkan status gizinya, berikut adalah sebaran jenis penyakit.

Tabel 31 Sebaran contoh menurut jenis penyakit dan status gizi

Jenis penyakit Gizi kurang Gizi normal

n % n %

Panas 9 69.23 21 38.89

Batuk 9 69.23 29 53.70

Pilek 9 69.23 25 46.30

Bronchitis 3 23.08 2 3.70

Diare 0 0 5 9.26

Demam berdarah 0 0 1 1.85

Sakit kulit 0 0 3 5.56

Alergi 0 0 0 0

Lainnya 0 0 0 0

Terdapat pola yang sama antara kedua kelompok contoh, yaitu jenis

penyakit yang paling banyak dialami umumnya berupa batuk, pilek dan panas.

Namun persentase contoh yang mengalami bronkhitis lebih banyak pada

kelompok contoh dengan status gizi kurang. Pada kelompok gizi kurang, tidak ada

conroh yang mengalami diare, demam berdarah, sakit kulit dan alergi.

Penghitungan skor morbiditas dilakukan dengan mengalikan jumlah

frekuensi penyakit dengan lama penyakit tersebut selama sebulan. Kemudian

dilakukan uji beda terhadap skor tersebut menurut status gizi kelompok. Hasil uji

beda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada skor morbiditas (p>0.1)

kedua kelompok contoh (gizi kurang dan gizi normal).

Page 49: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

32

Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan antara skor

morbiditas dengan status gizi contoh (p>0.1). Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sengupta pada tahun 2010 yang menunjukkan hubungan

tidak signifikan antara morbiditas dengan status gizi. Menurut Sengupta, ada

faktor lain yang ditemukan pada anak gizi buruk selain frekuensi infeksi seperti

pola asuh kesehatan yang berupa lengkapnya imunisasi atau peluang kecacingan

pada anak (Sengupta et al. 2010).

Namun pada penelitian ini kelengkapan tiap jenis imunisasi tidak

diperiksa. Penelitian ini tidak memeriksa setiap jenis imunisasi yang harus

didapatkan oleh contoh. Penelitian ini hanya menanyakan pada ibu contoh

mengenai apakah imunisasi yang diberikan pada anak lengkap atau tidak.

Berdasarkan hasil penelitian, keseluruhan contoh memiliki kelengkapan

imunisasi. Beberapa contoh mengaku terkadang tidak menimbang anaknya setiap

bulan, namun setiap waktunya imunisasi dan pemberian vitamin, maka akan

datang ke posyandu. Bahkan contoh yang tidak terdaftar sebagai anak peserta

posyandu pun tetap mengikuti imunisasi meskipun dilakukan di bidan. Sehingga

kelengkapan imunisasi pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang

signifikan (p > 0.1) pada kedua kelompok contoh.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

normal atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi

yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan

satu atau lebih zat-zat gizi essensial (Almatsier 2006). Berikut adalah sebaran

konsumsi zat gizi contoh menurut status gizi.

Tabel 32 Rata-rata kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi

Status Gizi Rata-rata kecukupan zat gizi (rata-rata ± SD)

Energi (kkal) Protein (gram)

Gizi kurang 837 ± 256 19.67 ± 7.01

Gizi normal 816 ± 253 22.83 ± 10.75

Total contoh 821 ± 249 22.19 ± 10.06

Rata-rata kecukupan energi kelompok contoh gizi kurang lebih besar

dibandingkan kelompok gizi normal. Apabila dibandingkan dengan rata-rata

keseluruhan contoh, kecukupan energi kelompok gizi kurang juga memiliki nilai

yang lebih besar. Rata-rata kecukupan protein kelompok gizi kurang memiliki

nilai yang paling kecil jika dibandingkan dengan total keseluruhan contoh dan

kelompok gizi normal. Berdasarkan hasil uji beda terhadap kecukupan energi dan

protein kedua kelompok contoh, didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan (p>0.1), baik pada kecukupan energi maupun protein kedua kelompok

contoh. Kecukupan energi maupun protein contoh dibandingkan dengan

kebutuhan zat gizinya menurut AKG 2004 untuk mendapatkan tingkat kecukupan

zat gizi contoh. Berikut adalah sebaran rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh

menurut status gizi.

Page 50: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

33

Tabel 33 Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi

Status Gizi Tingkat Kecukupan Zat Gizi (%)

Energi Protein

Gizi kurang 64.71 60.00

Gizi normal 70.68 77.89

Total contoh 69.46 74.17

Berdasarkan Tabel 33, dapat dilihat perbandingan tingkat kecukupan antara

kelompok contoh gizi kurang dengan gizi normal. Baik pada tingkat kecukupan

energi maupun protein, lebih tinggi pada kelompok status gizi normal

dibandingkan dengan gizi kurang. Akan tetapi tingkat kecukupan energi kedua

kelompok contoh masih terbilang rendah. Menurut Anggraeni (2012), konsumsi

seseorang dikatakan baik apabila memenuhi 90–110% dari kebutuhan, defisit

ringan jika hanya 80–89% kebutuhan, defisit sedang jika 70–79% kebutuhan, dan

defisit berat jika kurang dari 70% kebutuhan. Berdasarkan acuan tersebut, tingkat

kecukupan energi contoh dapat dikategorikan sebagai defisit sedang.

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang

dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi

negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila terjadi

pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang

ditimbulkan pada anak-anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng,

kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi

(Almatsier 2006). Kekurangan energi dan protein biasanya terjadi dalam

kelompok individu beresiko sepereti anak kecil yang baru saja disapih (dihentikan

pemberian ASI-nya). Sebagai contoh, banyak negara di bagian sub Sahara, Afrika

mengalami kekurangan energi protein yang terjadi ketika anak-anak berusia 2

hingga 3 tahun baru saja dihentikan pemberian ASI-nya (Gibney 2005).

Pada penelitian ini, kecukupan dan tingkat kecukupan contoh memiliki

rata-rata yang cukup rendah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena metode

recall yang digunakan. Pada saat penelitian, banyak dari ibu contoh yang tidak

mengetahui jenis makanan jajanan yang dibeli oleh contoh. Hal ini merupakan

salah satu kekurangan metode recall, yaitu ketepatan metode yang sangat

bergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden harus

mempunyai daya ingat yang baik (Supariasa 2001).

Selain itu juga, Gibney menyatakan bahwa kemampuan responden untuk

memperkirakan takaran saji juga termasuk kelemahan metode recall sehingga

mungkin berpengaruh pada hasil. Untuk menyesuaikan dengan kelemahan

responden ini mungkin metode yang lebih tepat digunakan adalah food record

yang bisa memberikan informasi yang sangat rinci tentang pola makan. Namun

metode ini menghadapi kelemahan yaitu memerlukan responden yang melek huruf

dan adanya pencatatan mempengaruhi pemilihan makanan (Gibney et al. 2005).

Berdasarkan uji hubungan, hubungan tingkat kecukupan energi dan protein

terhadap status gizi contoh yang tidak signifikan (p > 0.05) sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mustapa tahun 2013 di Gorontalo (Mustapa 2013).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna

antara konsumsi protein dengan status gizi balita.

Page 51: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

34

Penelitian yang menunjukkan hasil serupa ada pada penelitian Marthajaya

yang menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi protein dari ikan terhadap

status gizi balita (Marthajaya 2011). Tingkat kecukupan energi juga tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap status gizi (p>0.1). Hasil penelitian

yang serupa juga ditunjukkan oleh Widiastuti tahun 2005 dimana kecukupan

energi tidak berhubungan signifikan terhadap status gizi balita.

Pada usia 12 bulan atau lebih, anak mulai mengalami masalah makan

(khususnya batita). Penelitian Masithah menunjukkan bahwa ibu anak batita

mengeluh anak mulai susah makan pada usia menginjak 1 tahun. Anak tidak mau

makan, makan dalam porsi yang sedikit, cenderung memilih makanannya, dan

sering tidak menghabiskan makanannya (Masithah 2005). Sifat inilah yang diduga

tidak mempengaruhi status gizi contoh pada penelitian, karena pola konsumsi

contoh yang cenderung sama.

Pengaruh Variabel Karateristik Sosial Ekonomi, Pola Asuh, Skor Morbiditas

dan Tingkat Kecukupan terhadap Status Gizi

Uji pengaruh variabel dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier

berganda untuk menguji pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap satu variabel

tetap (Y). Variabel bebas yaitu pendidikan ibu (X1), pendidikan ayah (X2), besar

keluarga (X3), pengeluaran per kapita per bulan (X4), pengetahuan gizi ibu (X5),

pola asuh kesehatan (X6), pola asuh makan (X7), karakteristik rumah (X8), skor

morbiditas (X9), tingkat kecukupan energi (X10) dan tingkat kecukupan protein

(X11). Metode uji regresi linier berganda yang digunakan adalah metode stepwise

untuk menentukan model yang digunakan dalam persamaan regresi.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif nyata antara karakteristik rumah dan pola asuh kesehatan terhadap status

gizi contoh (p<0.1). Dan dalam penelitian ini, tidak terdapat pengaruh antara

tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, besar keluarga, pengeluaran

perkapita per bulan, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan, skor morbiditas dan

tingkat kecukupan energi dan protein terhadap status gizi (p>0.1).

Persamaan regresi yang didapatkan dari uji regresi linier dalam penelitian

ini adalah Y = -7.736 + 0.076X1+ 0.089 X2. Dengan Y adalah status gizi balita

dan X1 adalah karakteristik rumah serta X2 adalah pola asuh kesehatan. Besarnya

R2 sebesar 0.186 yang memberikan pengertian bahwa model tersebut hanya

menggambarkan 18.6 % terhadap status gizi balita umur 24–59 dan selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah balita dengan usia 24-59

bulan. Sebagian besar contoh termasuk dalam kelompok usia 48–59 bulan yaitu

dengan persentase 35.94%. Dari keseluruhan contoh, lebih banyak contoh berjenis

Page 52: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

35

kelamin perempuan (51.56%). Sebanyak 20.31% contoh termasuk dalam status

gizi kurang dan 79.69% termasuk status gizi normal.

Sebanyak 60.66% ayah dan 89.06% ibu contoh berada dalam kelompok usia

dewasa awal. Tingkat pendidikan ayah (55.74%) maupun ibu (46.88%) adalah

SMA. Sebagian besar pekerjaan ayah contoh adalah sebagai wiraswasta (42.60%)

dan ibu contoh berprofesi sebagai ibu rumah tangga (82.80%). Nilai persentase

contoh dan keluarganya yang tergolong dalam kategori tidak miskin adalah

95.31% dengan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh lebih

banyak digunakan untuk pangan yaitu sebesar 65.39%. Lebih dari separuh

(60.94%) contoh tergolong dalam kelompok keluarga sedang (5–7 orang).

Sebanyak 27.45% contoh yang tidak pernah sakit selama sebulan terakhir

merupakan contoh dengan status gizi baik. Rata-rata tingkat kecukupan contoh

adalah sebesar 69.47%. Pada gizi kurang, rata-rata tingkat kecukupannya sebesar

64.71% dan pada kelompok gizi baik sebesar 70.68%. Rata-rata tingkat

kecukupan protein contoh adalah sebesar 74.17%. Rata-rata tingkat kecukupan

protein pada kelompok contoh gizi kurang 60.00% dan gizi baik 77.89%.

Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik rumah dan pola asuh

kesehatan (p<0.1) dengan status gizi. Namun tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan ibu, pendidikan ayah, besar keluarga, pengeluaran

perkapita perbulan, pengetahuan gizi ibu, pola asuh, skor morbiditas dan tingkat

kecukupan energi-protein dengan status gizi (p>0.1).

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif nyata antara karakteristik rumah terhadap status gizi contoh (p<0.1). Dan

dalam penelitian ini, tidak terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan ayah,

tingkat pendidikan ibu, besar keluarga, pengeluaran per kapita per bulan,

pengetahuan gizi ibu, pola asuh, skor morbiditas dan tingkat kecukupan energi

dan protein terhadap status gizi (p>0.1).

Saran

Perlunya perhatian khusus untuk meningkatkan status gizi balita melalui

perbaikan tata lingkungan dan permukiman penduduk. Perbaikan gaya hidup dan

pola konsumsi pada balita juga diperlukan untuk meningkatkan konsumsi zat gizi

agar sesuai dengan kebutuhan. Metode yang tepat dan menyesuaikan dengan

kondisi penelitian, khususnya dalam metode pengukuran konsumsi pangan

diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam penelitian.

Sebaiknya dilakukan pemilihan metode yang terbaik dalam melakukan

pengukuran konsumsi pangan. Selain itu, diperlukan juga penelitian lebih lanjut

mengenai faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi balita selain faktor

yang disebutkan dalam penelitian ini.

Page 53: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

36

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan beberapa indikator utama

sosio-ekonomi Indonesia.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Profil kemiskinan di Indonesia September

2012. Berita Resmi Statistik 06/01/Th. XVI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Indeks Kepadatan Penduduk [internet]. [diacu

2013 September 3] tersedia dari

http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=85.

Alimoeso S. 2012. Populasi Indonesia : belum seimbang. Warta Kesra 150:20

Abuya et al. 2012. Effect of mother’s education on child’s nutritional status in the

slums of Nairobi. BMC Pediatrics. 18:20.

Akorede Q dan Abiola. 2013. Assessment of nutritional status of under five

children in akure south local government, ondo state, nigeria.IJRRAS 14

(3).

Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ersiyoma E. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat, pola asuh, status gizi dan

status kesehatan anak balita di wilayah program warung anak sehat (WAS)

Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Gabriel A. 2008. Perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi) serta hidup bersih dan

sehat ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita di desa

Cikarawang Bogor [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Gibney et al. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit EGC

Kedokteran.

Glewwe P, Koch S & Nguyen. 2003. The Impact of Income Growth and Provision

of Health-Care Services on Child Nutrition in Vietnam. JEL classification:

O15, I12.

Griffiths et al. 2001. A tale of two continents: a multilevel comparison of the

determinants of child nutritional status from selected African and Indian

regions. Health & Place 10: 183–199.

Hardinsyah dan Briawan D. 1994.Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor: Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hurlock EB. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih,

penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

Ismail. 2000. Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Perkampungan Kumuh

di Yogyakarta: Kasus Kelurahan Keparakan. Jakarta: Puslitbang Ekonomi

dan Pembangunan LIPI.

Hungama. 2011. Fighting Hunger and Malnutrition: Survey and Report. India :

Hugama Organization.

Keman S. 2005. Kesehatan perumahan dan permukiman. Jurnal Kesehatan

Lingkungan 2(1),: 29 -42.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. GMSK. IPB

Khomsan dan Herawati. 2010. Pola Asuh dan Tumbuh Kembang Anak di

Berbagai Provinsi dan Kabupaten. Bogor :Institut Pertanian Bogor.

Page 54: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

37

Kurniawati. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status

gizi balita di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Kabupaten

Purworejo. Jurnal Akademi Kebidanan: 22–31.

Lutviana & Budiono. 2010. Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang pada

balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5 (2) : 138–144.

Malau Y. 2012. Analisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat kawasan kumuh di

Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai. Jurnal Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah 2(1). 33–44.

Marthajaya. 2011. Hubungan asupan protein ikan dengan status gizi balita di

wilayah puskesmas Baru Ulu kecamatan Balikpapan Barat Kalimantan

Timur [skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro.

Masithah, Soekirman & Martianto. 2005. Hubunan pola asuh makan dan

kesehatan dengan status gizi anak batita di Desa Mulya Harja. Media Gizi

dan Keluarga 29(2) : 29–39.

Mustapa Y, Sirajuddin S & Salam A. 2013. Analisis faktor determinan kejadian

masalah gizi pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Tilote

Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013. Jurnal Makalah

Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Munparidi. 2010. Pengaruh pendapatan dan ukuran keluarga terhadap pola

konsumsi studi kasus : Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja

Kabupaten Ogan Ilir. Ilmiah 2 (3).

Meliahsari R, Bahar B & Sirajuddin S. 2013. hubungan pola asuh makan oleh ibu

bukan pekerja dengan status gizi baduta di Kecamatan Tongkuno Selatan

Kabupaten Muna. Media Gizi Masyarakat Indonesia 2(2) : 113–119.

Nikmawati et al. 2009. Intervensi Pendidikan Gizi Bagi Ibu Balita Dan Kader

Posyandu Untuk Meningkatkan PSK (Pengetahuan Sikap Dan

Keterampilan) Serta Status Gizi Balita. Jurnal Universitas Pendidikan

Indonesia. 5:15.

Papalia DE, Olds SW. 2001. Human Development, Second Edition. USA: Mc

Graw-Hill.

Pradhan A. 2010. Factor associated with nutritional status of the under five

children. Asian Journal of Medical Science. DOI: 10.3126/ajms.vlil.2927.

Pudjiastuti W. 2002. Strategi mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan hidup

di permukiman kumuh lewat program pemasaran sosial. Makara Sosial

Humaniora 6(2).

Purwantini. 2010. Analisis Dinamika Konsumsi Pangan dan Kesejahteraan

Rumah Tangga. Prosiding Seminar Nasional Petani dan Pembangunan

Pertanian (hlm. 508-522). Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,

Bogor.

Pemerintah Daerah Jawa Barat. 2012. Informasi laporan penyelenggaraan

pemerintah daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2012.

Pemerintah Kota Bogor. 2012. Tekan Angka Kemiskinan, Pemerintah Kota

Kucurkan Rp 137.48 Miliar [internet]. [diacu 3 September 2013] tersedia

dari http://kotabogor.go.id/component/content/article/1-berita-

terbaru/9744-tekan-angka-kemiskinan-pemkot-kucurkan-rp13748-miliar-

Sari D. 2011 Gaya hidup, intake zat gizi dan morbiditas orang dewasa yang

berstatus gizi obes dan normal [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Page 55: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

38

Sab’atmaja S, Khomsan A & Tanziha I. 2010. Analisis determinan positive

deviance status gizi balita di wilayah miskin dengan prevalensi kurang gizi

rendah dan tinggi. Jurnal Gizi dan Pangan 5(2): 103 – 112.

Samuel et al. 2008. Undernutrition and household environmental quality among

urban and rural children in Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition 7 (1):

44–49.

Santrock. 1996. Adolescence. Penerjemah:Wisnu Kristiaji dan Yati Sumiharti.

Jakarta : Erlangga.

Saputra dan Nurrizka. 2012. Faktor demografi dan resiko gizi buruk dan gizi

kurang. Jurnal Kesehatan 16:95–101.

Siddiqi et al. 2011. Malnutrition of under-five children: evidence from

Bangladesh. Asian Journal of Medical science Vol 2:113–119.

Siregar et al. 2012. Hubungan karakteristik rumah dengan kejadian penyakit

tuberkulosis paru di puskesmas simpang kiri Kota Subulussalam tahun

2012.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Suhardjo. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Suhendri U. 2009. Faktor yang berhubungan dengan status gizi anak di bawah

lima tahun (balita) di puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang tahun 2009 [skripsi]. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tarigan R. 2006. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan

perbandingan antara empat hasil penelitian. Jurnal Universitas Negeri

Yogyakarta. 21–27.

Vinod, Umesh, Sumit & Smita. 2012. Morbidity profile in under five children

inurban slum area of Nagpur. National Journal of Community Medicine

3(3).

Waterson et al. 2006. Paediatrics. Abingdon : Radcliffe Publishing

Soblia. 2009. Tingkat ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan,

morbiditas, dan hubungannya dengan status gizi anak balita pada

rumahtangga di daerah rawan pangan Banjarnegara, Jawa Tengah

[skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Widiastuti. 2005. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di

wilayah puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas tahun 2005 [skripsi].

Semarang : Universitas Diponegoro.

Yudi. 2008. Hubungan faktor sosial budaya dengan status gizi anak usia 6–24

bulan di Kecamatan Medan Area Medan tahun 2007 [tesis]. Medan :

Universitas Sumatera Utara.

Yulia. 2007. Pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada keluarga wanita

pemetik teh di PTPN VII Pangalengan [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian

Bogor

Page 56: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

39

Yustika A. 2012. Hubungan karakteristik lingkungan fisik rumah, konsumsi

pangan dan status kesehatan terhadap status gizi siswa SD di Sukabumi

[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Karakteristik rumah dan keadaan lokasi penelitian

Gambar Sungai di lokasi penelitian

Gambar Rumah salah satu contoh

Gambar Dapur salah satu contoh Gambar Proses penimbangan contoh

Page 57: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

40

Gambar Keadaan dapur contoh

Gambar Keadaan kamar mandi contoh

Gambar Keadaan rumah contoh

Gambar Keadaan kamar contoh

Page 58: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

41

Lampiran 2 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA PERMUKIMAN

PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN

PALEDANG

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi objek penelitian dan

bersedia mengisi data berikut dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari

siapapun.”

Tanda tangan

(………………….…)

Sheet 1: Cover

Nama Ibu Balita : G1___________________________________________

Nama suami : G2___________________________________________

Nama balita : G3___________________________________________

Tempat Tinggal : G4___________________________________________

Nomor rumah/RT/RW :

G5___________________________________________

No. Telepon/HP : G6___________________________________________

Tanggal Pengisian : G7___________________________________________

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 59: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

42

Sheet 2: KarKel

A. KARAKTERISTIK KELUARGA

A1 A2 A3 A4 A51 A52 A6 A7 A8

No Nama Posisi

dalam

keluarga

Jenis

kelamin

Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

Tahun Bulan

(A3) Posisi dalam keluarga : (1) Suami (ayah); (2). Ibu (Istri); (3)Anak;

(4) Saudara lainnya; (5).Kakek/nenek

(A4) Jenis kelamin : (1) Laki-laki; (2) Perempuan

(A7) Pekerjaan : (0) tidak bekerja (1) Petani; (2) Pedagang;

(3) PNS/ABRI/Polisi;

(4) Karyawan swasta; (5) Wiraswasta; (6) IRT; (7) Buruh;

(8) Lainnya______

A91. PENGELUARAN PANGAN

No Bahan Pangan

Harga

satuan

(Rp) Hari Minggu Bulan Tahun

Total

Pengeluaran/

bulan

URT/

Kg/L

Rp

(G11) (G12) (G13) (G14) (G15) (G16) (G17) (G18) (G19)

1 Makanan Pokok

a. Beras

b. Terigu

c. Mie

d. Bihun /

Soun

e. Roti

f. umbi

2 Lauk pauk

a. Ikan

b. Daging

sapi

c. Daging

ayam

d. Telur

e. Susu

f. Tempe

g. Tahu

h. Oncom

i. Lainnya

3 Sayuran

4 Buah

5 Minyak goreng

Page 60: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

43

No Bahan Pangan

Harga

satuan

(Rp) Hari Minggu Bulan Tahun

Total

Pengeluaran/

bulan

URT/

Kg/L

Rp

6 Lainnya

a. Gula

b. Teh

c. Kopi

d. Bumbu dapur

e. Lainnya

Total Pengeluaran Pangan

A92. PENGELUARAN NON PANGAN

No Bahan Non Pangan Hari Minggu Bulan* Tahun

Total

Pengeluara

n/ bulan

(A921) (A922) (A923) (A924) (A925) (A926) (A927)

Biaya bulanan RT

1 Sewa rumah

2 Listrik

3 Pulsa HP

4 Internet

5 Bahan bakar

6

Biaya pelayanan kesehatan

a. Ke dokter/puskesmas

b. Obat-obatan

7

Perlengkapan Kebersihan

a. Sikat gigi dan pasta gigi

b. Sabun mandi

c. Sampo

8 Rokok

9 Biaya Pendidikan

a. SPP

b. Uang saku

c. Buku

d. Alat tulis

e. Seragam

10 Tabungan

11 Arisan

12 Kredit

15 Lainnya………..

16

Total Pengeluaran non Pangan

Page 61: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

44

Sheet 3 : KarBa

B. KARAKTERISTIK BALITA B1 Nama anak balita

B2 Jenis kelamin

B3 Tanggal lahir

B4 Usia anak (bulan)

B5 Anak ke

B6 Berat badan lahir

B7 Berat badan (kg)

B8 Tinggi badan (cm)`

Sheet 4 : PenGizBu

C. PENGETAHUAN GIZI IBU

1. Zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah?

a. Protein

b. Karbohidrat

c. Vitamin

d. Tidak tahu

2. Untuk mendukung pertumbuhan anak sebaiknya makanan tambahan selain ASI diberikan

setelah usia?

a. Enam bulan

b. Satu tahun

c. Delapan bulan

d. Tidak tahu

3. Buah-buahan yang paling banyak mengandung vitamin C adalah?

a. Pepaya

b. Apel

c. Jambu biji

d. Tidak tahu

4. Jenis makanan pendamping ASI apa yang sebaiknya diberikan pada anak usia 6 bulan?

a. Makanan lembek (bubur saring)

b. Nasi tim

c. Nasi

d. Tidak tahu

5. Pada usia berapa anak boleh diberikan makanan seperti orang dewasa?

a. 6 bulan

b. 1 tahun

c. 2 tahun

d. 3 tahun

6. Berapa minimal berat badan bayi lahir yang dikatakan sehat?

a. 3,5 kg

b. 2,5 kg

c. 3 kg

d. 4 kg

7. Sinar matahari pagi bermanfaat untuk menghasilkan vitamin?

a. E b. K c. D d. A

8. Sinar matahari pada waktu kapan yang dianggap baik untuk pembentukan vitamin dalam

tubuh?

a. Pagi hari (jam 08.00-10.00)

b. Siang hari (jam 11.00-13.00)

c. Sore hari (jam 15.00-17.00)

d. Malam hari (jam 19.00-21.00)

9. Bila menderita diare, sebelum ke puskesmas sebaiknya minum?

a. Air putih

b. Larutan gula

c. Larutan gula dan garam

d. sirup

10. Manfaat imunisasi adalah?

a. Menyembuhan penyakit

b. Memberi vitamin

c. Menjaga kekebalan terhadap penyakit tertentu

d. Tidak tahu

11. Supaya tidak kurang darah (anemia), sebaiknya makan makanan yang mengandung?

a. Zat kapur

b. Zat besi

c. Zat yodium

Page 62: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

45

d. Tidak tahu

12. Kelompok bahan makanan dibawah ini yang mengandung zat gizi protein hewani adalah?

a. Kacang-kacangan

b. Daging, ikan, telur, susu

c. Bayam, jeruk, susu

d. Tidak tahu

13. ASI sebaiknya diberikan sejak?

a. Sehari setelah kelahiran

b. 2 hari setelah kelahiran

c. Segera setelah bayi dilahirkan

d. Tidak tahu

14. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh?

a. Lemak

b. Protein

c. Karbohidrat

d. Tidak tahu

15. Sebaiknya ASI tetap diberikan kepada anak hingga umur?

a. 1 tahun

b. 2 tahun

c. 4 tahun

d. Tidak tahu

16. Jeruk adalah salah satu jenis buah yang dapat mencegah sariawan karena mengandung?

a. Vitamin A

b. Vitamin B

c. Vitamin C

d. Tidak tahu

17. Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan pada balita?

a. 3X setahun

b. 1X setahun

c. 2X setahun

d. Tidak tahu

18. Pada waktu diberikan suntikan vaksinasi, bayi harus dalam keadaan?

a. Sakit

b. Sehat

c. Tidur

d. Tidak tahu

19. Anak yang telah diberikan suntikan DPT dapat terhindar dari penyakit?

a. TBC

b. Tetanus

c. Tulang

d. Tidak tahu

20. Bayi yang keadaan gizinya buruk, berat badan pada KMS berada pada warna?

a. Merah

b. Kuning

c. Hijau

d. Tidak tahu

(Modifikasi kuesioner Khomsan 2000)

Page 63: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

46

Sheet 5: PolSuhMak

D. POLA ASUH MAKAN ANAK

No Pertanyaan Jawaban Skor

Ya Tidak

1 Ibu memberikan ASI pertama yang warnanya

kekuningan (kolostrum) selama beberapa hari

setelah melahirkan

D

2

Ibu memberikan ASI saja selama 6 bulan kepada

anak.

Jawaban

Ya Kadang Tidak

D

3

Ibu memberikan makanan/minuman lain selain ASI

pada saat usia anak dibawah 6 bulan.

D

4

Ibu memberikan MP ASI untuk anak setelah 6 bulan

D

5

Anak dibiasakan makan 3 kali dalam sehari

D

6

Anak mengonsumsi sayuran sejak disapih

D

7

Anak mengonsumsi telur, tahu, tempe, daging atau

ikan pada menu makan hariannya.

D

8

Ibu membujuk anak agar mau makan/menyuapi

anak.

D

9

Anak tidak teratur makan.

D

10

Anak tidak suka mengonsumsi buah.

(Modifikasi kuesioner Ersiyoma 2012)

Sheet 6 : PolSuhHat

E. POLA ASUH KESEHATAN No Pertanyaan Jawaban Skor

Sering Kadang Tidak

Pernah

1 Ibu mengajak anak ke Posyandu

E

2

Ibu membiasakan cuci tangan dengan sabun

sebelum memberikan makanan anak.

E

3

Ibu membiasakan anak mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan

E

4

Ibu mencuci tangan dengan sabun setelah BAB

(baik BAB anak maupun ibu)

5 Ibu menggunting kuku anak seminggu sekali

E

6

Ibu mencuci bersih mainan yang sering dipegang

oleh anak.

E

7

Ibu mengingatkan/mengeramasi anak minimal

dua kali dalam seminggu

E

8

Ibu menyediakan alas kaki untuk digunakan anak

saat keluar rumah

E

9

Ibu mengingatkan anak untuk menggosok gigi

sebelum tidur

E

10

Ibu mengingatkan anak untuk mencuci kaki

sebelum tidur

E

11

Ibu membiasakan anak untuk mandi dua kali

dalam sehari

12 Anak ibu menerima kapsul vitamin A

13 Anak ibu memiliki KMS/KIA yang terisi penuh

(Modifikasi kuesioner Ersiyoma 2012

Page 64: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

47

Sheet 7 : KarRum

F. KARAKTERISTIK RUMAH

No. Pertanyaan Pilihan jawaban

F

1 Jenis lantai

a. Tanah

b. Kayu/bambu/tanah dan plester

c. Keramik/ubin/tegel/semen

F

2 Dinding

a. Bambu/triplek kayu

b. Bambu/triplek/kayu dan tembok

c. Tembok

F

3 Atap

a. Ijuk/daun-daunan

b. Seng

c. Genteng

F

4 Ventilasi

a. Tidak ada

b. Ada, tertutup sehingga udara tidak bisa keluar

masuk

c. Ada, terbuka sehingga udara bisa keluar masuk

F

5 Jendela

a. Tidak ada

b. Ada, hanya di beberapa ruangan

c. Ada, hampir di seluruh ruangan

F

6 Sinar matahari di pagi/sore hari

a. Tidak bisa masuk

b. Masuk hanya di beberapa ruangan

c. Masuk hampir di semua ruangan

F

7 Tempat keluarga mandi

a. Sungai

b. Pancuran/kamar mandi umum

c. Kamar mandi sendiri

F

8 Kepemilikan jamban

a. Tidak

b. Ya

F

9

Kepemilikan saluran pembuangan

limbah

a. Tidak

b. Ya

F

10

Kepemilikan tempat penampungan air

limbah dari kamar mandi/tempat cuci?

a. Di luar pekarangan, tanpa penampungan/di

tanah/langsung ke got/sungai

b. Ada, penampungan terbuka di pekarangan

c. Ada, penampungan tertutup di pekarangan

F

11

Bagaimana saluran penampungan air

limbah dari kamar mandi/tempat cuci/

dapur?

a. Tanpa saluran

b. Terbuka

c. Tertutup

F

12

Apakah rumah memiliki tempat sampah

?

a. Tidak

b. Ya

F

13 Apakah rumah memiliki septik tank ?

a. Tidak

b. Ya

F

14 Keberadaan kandang ternak

a. Ada (<10 m dari rumah)

b. Ada (≥10 m dari rumah)

c. Tidak ada

F

15 Luas ruangan per orang

a. Kurang (<7 m2/orang)

b. Cukup (7-10 m2/orang)

c. Baik (>10 m2/orang)

F

16 Sumber air minum

a. Air hujan

b. Air sumur

c. Air ledeng

F

17 Sumber air bersih untuk mencuci/mandi

a. Air hujan

b. Air sumur

c. Air ledeng

F

18

Tempat keluarga buang air besar a. Empang/kolam/selokan

b. Jamban pribadi tanpa septik tank

c. Jamban pribadi dengan septik tank

F

19

Tempat keluarga membuang sampah a. Pekarangan/lubang terbuka/sungai

b. Tempat sampah tetutup/kantong

Page 65: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

48

No. Pertanyaan Pilihan jawaban

F

20

Tempat keluarga buang air limbah a. Pekarangan/kolam

b. Saluran air/pembuangan/got terbuka

c. Saluran air/pembuangan/got tertutup

(Modifikasi kuesioner Yustika 2012) Sheet 8:StatNak

G. STATUS KESEHATAN ANAK

1. Apakah anak ibu pernah sakit pada satu bulan terakhir?

a. Ya/Pernah (lanjut ke tabel)

b. Tidak pernah

No Gejala/penyakit Lama sakit (hari Frekuensi

sakit

PP

1-3 4-7 8-14 >14 PTG RW

a. ISPA

1. Panas

2. Batuk

3. Pilek

b. Tuberculosis

c. Diare

d. Demam berdarah

dengue

e. Sakit kulit

f. Alergi

g. Lainnya,

sebutkan………………

Keterangan

LS : lama sakit

PP : frekuensi sakit

PTG : Petugas kesehatan yang menangani pertolongan pertama

1. RS pemerintah

2. RS swasta

3. Praktek dokter

4. Puskesmas/Pustu

5. Poliklinik

6. Praktek Nakes

7. Lainnya

RW: 1. Dirawat di rumah sakit

2. Tidak dirawat di rumah sakit

(Modifikasi kuesioner Sari 2011)

Page 66: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

49

FOOD RECALL

Waktu

Nama

Makanan

Jenis bahan

makanan

URT Gram Keterangan

Page 67: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

50

FOOD RECALL

Waktu

Nama

Makanan

Jenis bahan

makanan

URT Gram Keterangan

Page 68: ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI … · ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI KELURAHAN PALEDANG ... peningkatan lahan kumuh

51

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, puteri dari

pasangan Gunung Sibarani dan Tiarma Ida Simanungkalit. Penulis dilahirkan di

Jakarta pada tanggal 7 Juni 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN

Cibuluh 1 pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 5 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus tahun 2009.

Penulis melanjutkan studi ke IPB pada tahun 2009 melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil masuk pada Program Studi Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama kuliah, penulis aktif dalam

organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI) dalam

divisi Desain dan Infokom. Penulis juga tergabung dalam Majalah Komunitas

FEMA dan menjabat sebagai wakil pimpinan redaksi pada tahun 2011. Penulis

juga ikut terlibat dalam kepanitiaan yang diselenggarakan baik oleh fakultas

maupun departemen. Penulis juga mendapat kesempatan untuk menjadi asisten

untuk mata kuliah Penilaian Status Gizi pada tahun ajaran 2012/2013.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Jatilawang,

Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada tahun 2012.

Penulis juga melaksanakan Internship Dietetik (ID) di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Tangerang pada Februari 2013.