Kajian : Kelembagaan dan Tata...

92

Transcript of Kajian : Kelembagaan dan Tata...

Page 1: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal
Page 2: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal
Page 3: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

Kajian : Kelembagaan dan Tata Kelola Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

dan Pelabuhan Bebas Batam

Jalan Raja Haji Fisabilillah Blok B Km. 8 No. 1-5

Tanjungpinang Kepulauan Riau

Page 4: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal
Page 5: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

i |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

KATA PENGANTAR

Sebagai kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan, Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau mulai beroperasi pada Januari 2014. Tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau antara lain adalah pembinaan pengelolaan perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran di wilayah. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, salah satu tugas adalah melakukan pembinaan perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran kepada instansi atau satuan kerja yang melaksanakan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam atau kemudian disebut BP batam merupakan Badan Layanan Umum satu-satunya di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan DIPA tahun 2014, BP Batam menjadi satuan kerja pada wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau dan wilayah pembayaran KPPN Batam.

Dalam interaksi dan koordinasi antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN Batam dengan BP Batam, ditemukan banyak hal yang menarik terkait kelembagaan dan tata kelola BP Batam, antara lain: selama ini BP Batam tidak mengesahkan pendapatan dan belanja tiap triwulan, bahkan terlambat setelah tahun anggaran berakhir, sehingga pendapatan maupun belanja BP Batam terlambat tercatat di APBN; Laporan Keuangan BP Batam masih Disclaimer; dan, pengelolaan rekening yang belum dimintakan ijin kepada Menteri Keuangan.

Selain itu juga, berdasarkan rapat kerja BP Batam dengan Tim BAKN DPR-RI, salah satu butir tindak lanjut dari Rapat Kerja dengan BAKN tersebut adalah Kementerian Keuangan agar melakukan kajian komprehensif untuk melihat kekhususan kelembagaan dan pengelolaan keuangan BLU BP Batam dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur kawasan ekonomi khusus.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, menyusun Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam. Kajian ini merupakan bagian dari upaya revitalisasi Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk melakukan analisis terhadap perkembangan pelaksanaan tugas dengan dikaitkan dengan perkembangan kebijakan fiskal dan ekonomi di lingkungan kerjanya.

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam ini tentu jauh dari sempurna, namun demikian diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan dalam pengelolaan keuangan BLU maupun dalam perbaikan kelembagaan dan tata kelola BP Batam. Pada akhirnya, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian kajian ini.

Tanjungpinang, 10 Juli 2014 Plt. Kepala Kantor Wilayah,

DDidyk Choiroel NIP 197104161992011001

Page 6: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 7: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

iii |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kelembagaan dan keorganisasian Batam, sesuai sejarah pembentukannya,

pada awalnya diperlakukan sebagai kawasan strategis nasional yang ditujukan untuk

menjadi kawasan industri dan investasi berkelas internasional, yang bahkan bersaing

dengan Singapura dan Johor, Malaysia. Namun demikian dalam perkembangannya,

sesuai dengan mazhab penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus yang menyesuaikan dengan

semangat otonomi daerah, Batam saat ini dikelola oleh Pemerintah Kota Batam dan

Badan Pengusahaan yang dibentuk oleh Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas.

Sedangkan pada aspek keuangan, sumber pembiayaan Otorita Batam pada awalnya bersumber dari APBN melalui DIPP atau dari Bagian Anggaran Lain-Lain. Kemudian, Otorita Batam mampu memperoleh sumber-sumber penerimaan untuk membiayai belanjanya. Dalam rangka menyesuaikan dengan ketentuan UU Bidang Keuangan Negara, keuangan Batam sebagai bagian dari pengelolaan keuangan negara yang tidak dipisahkan, namun dapat menggunakan langsung pendapatannya melalui tata kelola keuangan Badan Layanan Umum. Selain itu, anggaran untuk BP Batam disediakan dalam Bagian Anggaran tersendiri, sehingga bertindak selaku Pengguna Anggaran, setara dengan kementerian/lembaga di Pemerintah Pusat.

Kondisi kelembagaan, keorganisasian dan tatalaksana BP Batam dengan konteks regulasi kelembagaan dan regulasi keuangan tersebut di atas, ditengarai memiliki implikasi permasalahan terhadap pencapaian kinerja dan terjaminnya good governance atau good corporate governance dalam tata kelola. Permasalahan yang mengemuka antara lain :

- Pengelolaan kawasan Batam seharusnya diatur dengan Undang-Undang, sehingga akibatnya Batam yang direncanakan menjadi daerah industri yang bias bersaing dengannegara lain, kini sumbangannya kepada Negara menurun (BJ Habibie).

- Investasi di Batam saat ini termasuk stagnan dan Batam berkembang menjadi kota yang konsumtif, sementara produksi Batam tidak terlalu besar. Batam diharapkan dikembalikan ke fungsi awalnya, sebagai “centre of production” bukan “center of consumption,” (Menteri Perekonomian Chairul Tandjung)

- Pelaksanaan FTZ Batam mengecewakan. Batam yang seharusnya menjadi kawasan industry justru berubah menjadi kawasan perdagangan. Fasilitas kebebasan pajak, bead an cukai tidak mendorong tumbuhnya investasi, justru mendorong meningkatnya konsumsi (Pengamat Ekonomi Faisal Basri).

Selain itu, berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap tata kelola BP Batam selama Semester I Tahun 2014, yang berasal dari data sumber Laporan Keuangan BP Batam Tahun 2013, pengesahan SP3B Triwulan I dan II Tahun 2014, rapat-rapat koordinasi dengan BP Batam dan rapat kerja dengan BAKN DPR-RI, serta dokumen-dokumen terkait, terdapat permasalahan yang pada pengelolaan kawasan Batam, sebagai berikut:

- Kelembagaan BPKPB Batam saat ini yang secara legal formal merupakan Badan Pengusahaan (operator) dari Dewan Kawasan (regulator) dalam sistem dan mekanisme Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus yang berlandaskan semangat otonomi daerah, memiliki inkonsistensi dengan kemandirian BPKPB Batam untuk melaksanakan kebijakan ekonomi skala nasional dan sebagai bagian anggaran tersendiri selevel dengan kementerian/lembaga yang langsung berhubungan dengan Presiden dan DPR;

Page 8: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

iv |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

- Organisasi BPKPB Batam saat ini masih bersifat birokratis konvensional, belum mencerminkan struktur yang modern, handal dan berioentasi pada busniess like dalam mencapai visi dan misinya untuk: menjadi pengelola kawasan tujuan investasi terkemuka di Asia Pasifik.

- Tata kelola dalam BPKPB Batam belum mencerminkan good governance ataupun good corporate governance. Hal tersebut disebabkan masih tercampurnya fungsi regulator dengan fungsi operator serta unit layanan, dan belum diaturnya mekanisme ketatalaksanaan yang lengkap dan komprehensif.

- Dalam pengelolaan keuangan, penerapan pengelolaan keuangan badan layanan umum dalam pengelolaan keuangan BPKPB Batam, belum diikuti dengan sistem tata kelola internal yang handal, kredibel dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dan setelah dilakukan kajian dengan metode deskriptif kualitatif, dengan cara melakukan penelusuran perkembangan kelembagaan dan tata kelola BP Batam, kemudian melakukan studi literatur pengelolaan kawasan ekonomi khusus, dan selanjutnya melakukan tinjauan penerapan prinsip-prinsip keuangan negara dalam tata kelola BP Batam.

Berdasarkan penelusuran kondisi positif dan studi literatur serta tinjauan hukum keuangan negara tersebut, dilakukan analisis kelembagaan, organisasi dan tata kelola. Hasil analisis dituangkan dalam kesimpulan dan rekomendasi kebijakan dapat dikemukakan hasil Kajian terhadap kelembagaan dan tata kelola BP Batam sebagai berikut:

1. Pengelolaan Batam, sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, saat ini tidak lagi menjadi otoritas penuh dari Badan Pengusahaan Batam. Batam telah berkembang menjadi daerah administratif yang memungkinkan bercampurnya peran Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat (melalui kementerian/lembaga), dan Badan Pengelola Kawasan (yang berada dibawah Dewan Kawasan—yang formaturnya adalah Pemerintah Daerah dan instansi vertikal Pusat di Daerah). Kondisi tersebut dicerminkan dari anggaran yang digunakan untuk Batam pada tahun 2014 mencapai Rp 4,095 Triliun, dengan anggaran BP Batam sebesar Rp 1, 105 Triliun, anggaran pada Pemerintah Kota Batam sebesar Rp 1,952 Triliun dan anggaran melalui APBN Pusat sebesar Rp 1,038 Triliun.

2. Pengelolaan oleh berbagai pihak tersebut, menyebabkan orientasi pengembangan kawasan Batam menjadi tidak berfokus pada tujuan pembentukan kawasan, yaitu pemasukan devisa hasil ekspor yang signifikan, berkembangnya industri sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal asing maupun domestik dengan perusahaan baru yang terus tumbuh, dan meningkatkan arus wisatawan akiibat berkembangnya ekonomi kreatif dan industri pariwisata. Hal ini dicerminkan surplus neraca perdagangan yang relatif stagnan, jumlah penduduk yang terus tumbuh sementara angkatan kerja yang terus turun, pertumbuhan sektor perdagangan dan bangunan yang lebih tinggi dari pada sektor industri, dan industri pariwisata yang berbasis pada barang konsumtif.

3. Kondisi tersebut menimbulkan paradoks, karena perekonomian Batam dibentuk oleh insentif fiskal Pemerintah berupa pembebasan pajak, bea dan cukai. Sehingga seharusnya terdapat hubungan langsung antara investasi Pemerintah berupa belanja negara dari APBN/APBD dan oportunitas hilangnya pendapatan negara, terhadap kinerja struktur ekonomi kawasan yang berkembang ke arah penguatan sektor industri berbasis ekspor.

4. Paradoks tersebut juga terjadi pada kelembagaan Badan Pengusahaan Batam yang bertindak sebagai Badan Pengusahaan (agent) dari Dewan Kawasan (patron), Bagian Anggaran tersendiri selevel dengan kementerian/lembaga yang

Page 9: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

v |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

langsung berhubungan dengan Presiden dan DPR, dan Satuan Kerja Badan layanan Umum. Hal ini menyebabkan tata hubungan yang rumit antara Badan Pengusahaan dengan Dewan Kawasan, Dewan Pengawas, maupun dengan Pemerintah Pusat dan DPR.

5. Permasalahan kelembagaan dan peran dalam pengembangan ekonomi Batam yang terbatas tersebut, juga menyebabkan organisasi Badan Pengusahaan Batam saat ini masih bersifat birokratis konvensional, lebih berorientasi kepada pemerintahan dan pelayanan publik. Padahal seharusnya Badan Pengusahaan Batam beroperasi laiknya korporasi bisnis dengan target kinerja yang jelas dan terukur.

6. Tata kelola dalam BPKPB Batam belum memisahkan fungsi regulator dengan fungsi operator serta unit layanan, dan independensi Unit Pengendalian Intrenal, sehingga tidak menjamin berjalannya prinsip-prinsip good governance maupun good corporate governance, terutama dari sisi clarity of authority, role and responsibility, seperation of power dan check and balance. Hal tersebut dicerminkan bercampurnya fungsi deputi teknis yang seharusnya regulator, namun juga memiliki kewenangan melakukan usaha dan memberikan layanan.

7. Dalam pengelolaan keuangan, penerapan pengelolaan keuangan badan layanan umum dalam pengelolaan keuangan BPKPB Batam, belum diikuti dengan sistem tata kelola internal yang handal, kredibel dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik. Hal ini dicerminkan dari belum disesuaikannya tarif ke kondisi keekonomian saat ini, belum disahkannya remunerasi, dan belum adanya ijin pembukaan rekening oleh Kementerian Keuangan, serta tingkat kecukupan dan akuntabilitas kebijakan strategis maupun operasional yang dapat berakibat kepada keuangan---penerimaan, pengeluaran, utang, piutang, dan beban atau kewajiban .

8. Ditjen Perbendaharaan memiliki kesempatan dan peran untuk mendorong BP Batam melakukan perbaikan kelembagaan dan tata kelola, serta reorientasi kebijakan kepada tujuan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dengan mengoptimalkan kewenangan penetapan tarif dan remunerasi, pembahasan RBA, penetapan dan penilaian kinerja, monitoring dan evaluasi, dan pengesahan pendapatan/belanja serta konsolidasi laporan keuangan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, rekomendasi kebijakan yang dapat diajukan adalah :

1. Berkenaan dengan kinerja ekonomi Batam dikaitkan dengan tujuan pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Keuangan (baik selaku Pengelola Fiskal maupun Bendahara Umum Negara) perlu untuk melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Pengukuran kinerja tersebut penting untuk menghitung biaya (dari insentif fiskal dan investasi Pemerintah), dengan manfaat (dari kontribusi devisa hasil ekspor, penyerapan tenaga kerja, peningkatan penanaman modal dan kesinambungan pertumbuhan sektor industri).

2. Berkenaan dengan kelembagaan pengelolaan kawasan Batam, Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan perumusan kembali bentuk kelembagaan pengelola kawasan Batam ke depan, dengan pilihan:

a. Pertama, melakukan rearrangement terhadap kelembagaan BP Batam dengan melihat kembali tujuan pengembangan dan pembangunan Batam. BP Batam ditarik kembali menjadi kelembagaan level nasional, yang menjadi kekhususan dari perundangan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Konsekuensinya adalah kelembagaan dan tata kelola kawasan Batam diatur dengan Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan keinginan mantan Presiden BJ

Page 10: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

vi |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Habibie, dan rekomendasi awal dari BAKN DPR-RI;

b. Kedua, melakukan penyesuaian terhadap kedudukan kelembagaan BP Batam dengan semangat otonomi daerah dalam pembentukan dan pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. BP Batam diintegrasikan ke dalam kawasan khusus yang diinisiasi oleh Pemerintah Daerah, konsekuensinya BP Batam tidak perlu memiliki bagian anggaran sendiri. Alokasi anggaran yang mendukung pengembangan Batam dilakukan melalui anggaran desentralisasi dan anggaran Pusat dengan mekanisme Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi ataupun Tugas Pembantuan. Hal ini perlu dilakukan bila ternyata peran BP Batam semakin tercampur dan tereduksi oleh peran Pemerintah Daerah.

c. Ketiga, melakukan penataan terhadap kelembagaan dan organisasi BP Batam kondisi eksisting. Kelembagaan BP Batam harus merujuk pada organisasi perusahaan bisnis, bukan organisasi pemerintahan. Hubungan antar lembaga harus dipisahkan, antara komisioner sebagai owner, pengelola sebagai Chief Executive Officer dan antara fungsi regulator dengan fungsi operator. Konsekuensinya adalah perubahan organisasi dan tata kelola.

3. Dalam rangka menempatkan BP Batam sebagai pelaku strategis pengelolaan kawasan Batam dan menjamin BP Batam beroperasi sebagai organisasi bisnis, perlu ditetapkan international standard best practices pada BP Batam sebagai korporasi, baik dalam kinerja (performance), tata kelola (governance) maupun kelembagaan (organization).

4. Dalam rangka melakukan penelitian dan analisis lebih lanjut terhadap kelembagaan, tata kelola dan kinerja BP Batam, Direktorat Jenderal Perbendaharaan perlu untuk melakukan kajian yang lebih mendalam, aktual dan komprehensif menangani kondisi pengelolaan kawasan Batam dan BP Batam sebagai bahan dalam perumusan kebijakan penetapan kinerja, tarif, remunerasi, dan perbaikan akuntabilitas kinerja dan keuangan.

Dari kajian kelembagaan dan tata kelola tersebut di atas, catatan penting yang dapat diajukan adalah bahwa perlu adanya evaluasi dari Pemerintah Pusat terhadap kondisi Batam, untuk memastikan perkembangan Batam sesuai dengan maksud dan tujuan pembentukannya. Sebagai bahan untuk evaluasi tingkat nasional tersebut, dapat memanfaatkan kajian atau penelitian yang lebih spesifik terhadap perkembangan kelembagaan, tata kelola, dan kinerja.

Kementerian Keuangan berkepentingan terhadap evaluasi tersebut, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan di bidang fiskal maupun pengelolaan perbendaharaan, baik saat ini maupun ke depan. Untuk kepentingan tersebut, Ditjen Perbendaharaan berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangannya serta hubungan kerja dengan pihak terkait, memiliki peluang dan kesempatan untuk melakukan kajian dan penyusunan rekomendasi kebijakan, yang dapat digunakan untuk penyempurnaan kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Page 11: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

vii |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... vii

BAB I Latar Belakang Permasalahan ............................................................................ 1

BAB II Perkembangan Kelembagaan dan Tatakelola BP Batam ................................. 5

A. Perkembangan Pengelolaan Kawasan Batam .................................................... 5

B. Perkembangan Peraturan Perundangan Kelembagaan dan Tata Kelola BP

Batam. ................................................................................................................ 6

BAB III Tinjauan Teoritis dan Komparatif Special Economic Zones dan Free Trade

Zone ................................................................................................................... 19

A. Alasan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus. ............................................. 19

B. Kegagalan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus. ................................................ 20

C. Keberhasilan Kawasan Ekonomi Khusus .......................................................... 22

D. Studi perbandingan Batam dengan Kawasan Perdagangan Bebas di Asia. ...... 23

BAB IV Kondisi Perekonomian Batam ........................................................................ 29

A. Produk Domestik Bruto dan Pertumbuhan Ekonomi. ....................................... 29

B. Kondisi Kependudukan. .................................................................................... 35

C. Kondisi Infrastruktur. ......................................................................................... 37

BAB V Kelembagaan dan Pengelolaan Keuangan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Batam .................................................................................. 41

A. Kelembagaan Badan Pengelola Batam ............................................................ 41

B. Kondisi Keuangan. ........................................................................................... 47

C. Tata Kelola Keuangan. ..................................................................................... 51

BAB VI Analisis Pencapaian Tuhuan Ekonomi, Kelembagaan dan Penerapan

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara pada Tata Kelola Badan

Layanan Umum ................................................................................................ 55

A. Analisis Pencapaian Tujuan Ekonomi. ................................................................. 55

B. Analisis Kelembagaan. ...................................................................................... 58

C. Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara. ................ 66

D. Analisis Hubungan dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. .................... 70

BAB VII Kesimpulan dan Rekomendasi ...................................................................... 75

Page 12: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

viii |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 13: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

1 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB I

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) memiliki kekhasan dan keunikan dalam kelembagaan dan tata kelola, sejak dari awal pembentukannya hingga kondisi saat ini. Kekhasan dan keunikan tersebut membuat “kompleksitas” dan “komplikasi” permasalahan tersendiri untuk menempatkan posisi Batam ke arah yang terbaik dan ideal ke depan.

Saat ini, kelembagaan Batam berdasarkan PP No. 46 Tahun 2007 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, dimana Batam

ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas. Sedangkan dari

sisi tata kelola, secara tata kelola keorganisasian, Batam harus tunduk ke berbagai

peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus, sesuai mazhab UU No. 36 Tahun

2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan UU No. 39

Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan PP No. 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Sedangkan dari sisi tata kelola

keuangan, Batam melaksanakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan

Umum, sesuai dengan mazhab UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum dan PP No. 6 Tahun 2011Tentang Pengelolaan Keuangan pada BP Batam.

Pada aspek kelembagaan dan keorganisasian, Batam, sesuai sejarah pembentukannya, harus diakui sebagai aset strategis nasional yang ditujukan untuk menjadi kawasan industri dan investasi berkelas internasional, yang bahkan bersaing dengan Singapura dan Johor, Malaysia. Namun demikian dalam perkembangannya, sesuai dengan mazhab penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus yang menyesuaikan dengan perkembangan otonomi daerah, Batam harus direlakan berbagi dengan prioritas dan kebijakan regonal melalui kebijakan yang diarahkan oleh Dewan Kawasan---yang posisi kuncinya adalah para birokrat wilayah.

Sedangkan pada aspek keuangan, sumber pembiayaan Otorita Batam pada awalnya bersumber dari APBN melalui DIPP atau dari Bagian Anggaran Lain-Lain. Kemudian, Otorita Batam mampu memperoleh sumber-sumber penerimaan untuk membiayai belanjanya. Dalam kondisi transisi penerapan UU Bidang Keuangan Negara, dianggap perlu diatur tata kelola keuangan Batam agar on budget, on treasury, akuntabel namun tetap memperhatikan flesibilitas dan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Sehingga akhirnya disepakati, keuangan Batam sebagai bagian dari pengelolaan keuangan negara yang tidak dipisahkan, namun dapat menggunakan langsung pendapatannya melalui tata kelola keuangan Badan Layanan Umum. Selain itu, anggaran untuk BP Batam disediakan dalam Bagian Anggaran tersendiri, sehingga bertindak selaku Pengguna Anggaran, setara dengan kementerian/lembaga di Pemerintah Pusat.

Kondisi kelembagaan, keorganisasian dan tatalaksana BP Batam dengan konteks regulasi kelembagaan dan regulasi keuangan tersebut di atas, ditengarai memiliki implikasi permasalahan terhadap pencapaian kinerja dan terjaminnya good governance atau good corporate governance dalam tata kelola.

Permasalahan yang mengemuka dari kondisi kelembagaan dan tata kelola BPKPB Batam saat ini, antara lain:

1. Mantan Presiden RI, Bacharuddin Jusuf Habibie, menyampaikan bahwa pengelolaan kawasan Batam seharusnya diatur dengan Undang-Undang,

Page 14: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

2 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

sehingga akibatnya Batam yang direncanakan menjadi daerah industri yang bias bersaing dengannegara lain, kini sumbangannya kepada Negara menurun. Habibie menyebutkan, sebelum era reformasi sumbangan kepada Negara sebesar 17 persen, kini hanya tujuh persen. Untuk mengembalikan Batam sebagai daerah industri yang kompetitif, maka harus diubah menjadi pemerintahan sendiri (Republika, 1 Oktober 2013).

2. Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan bahwa investasi di Batam termasuk stagnan sejak 2009 lalu. Saat ini Batam sudah menjadi kota yang konsumtif, sementara produksi Batam tidak terlalu besar. Diharapkan Batam sebagai sentra produksi perlu ditingkatkan lagi, dikembalikan ke fungsi awalnya, Batam sebagai “centre of production” bukan “center of consumption,”. Diharapkan agar BP Batam bias menciptakan kota Batami sebagai kota produksi. Status FTZ yang diberikan kepada Batam dimaksudkan untuk mengembangkan barang produksi. Batam juga harus dapat bersaing dengan Negara tetangga yang sudah mengembangkan kawasan industri yang menarik perhatian para investor, seperti Malaysia yang telah membuat Johor Iskandar yang juga memiliki kekhususan, begitu juga kawasan-kawasan lain. Batam harus mempunyai nilai kompetitif yang luar biasa misalnya dengan memanfaatkan laut dan galangan kapal (Batam Pos, 6 Juni 2014).

3. Pengamat ekonomi Faisal Basri menilai pelaksanaan FTZ Batam mengecewakan. Batam yang seharusnya menjadi kawasan industry justru berubah menjadi kawasan perdagangan. Industri yang tumbuh justru hanya sebatas "tukangjahit", yaitu merakit bahan pokok yang diimpor. Dan hasil rakitannya kembali diekspor keluar negeri. Tidak menyentuh langsung pada pengembangan industry dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Batam justru didukung sektor konsumsi, dengan nilai ekspor lebih rendah disbanding impor. Padahal karena letaknya yang strategis, pemerintah mendesain Batam untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan lokomotoif usaha besar dengan didukung usaha kecil. Berbagai insentif pajak diberikan, dengan tujuan mampu merangsang investor asing masuk dan menanamkan modalnya di kota itu. Namun sayang, berbagai kebebasan pajak impor bukannya mendorong tumbuhnya investasi, justru mendorong masyarakat lebih konsumtif. Batam minta KEK (kawasanekonomikhusus) buat bukan buatproduksi, tapi konsumsi (Republika, 14 Februari 2014).

4. Data BI menyebutkan pertumbuhan konsumsi di Kepri di atas 10 persen, di atas pertumbuhan konsumsi nasional yang hanya sekitar lima persen tiap tahun. Namun demikian, pelaksanaan FTZ Batam gagal mendorong ekspor, sebaliknya justru melemahkan impor. Laju ekspor masih di bawah impor, karena selain untuk konsumsi, hampir seluruh barang yang diproduksi di Batam di datangkan dari luar negeri untuk kemudian diolah dan hasilnya diekspor kembali. Untuk mengembalikan perekonomian FTZ Batam sesuai yang diharapkan, pemerintah sebaiknya fokus pada kelebihan-kelebihan Batam, seperti lokasinya yang strategis dan kekuatan maritimnya. Batam sangat menarik karena lokasinya strategis dekat dengan Singapura, sehingga seharusnya dapat memanfaatkan apa yang dibutuhkan Singapura (Batam Pos, 28 Februari 2014).

5. Pemilhan Kepala BP Batam beserta anggota Badan Pengelola periode 2014-2019 menimbulkan kontroversi sejak awal, karena pemilihan Kepala BP tahap pertama digugat ke PTUN sehingga harus diulang, dan pemilihan Kepala BP Tahap Kedua dilakukan pada tanggal 23-27 Juni 2014 oleh Dewan Kawasan. Perlu dicatat, para calon Kepala BP dan anggota berasal dari birokrat daerah, mantan anggota legislatif daerah dan aktivis organisasi kemasyarakatan di daerah. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan tentang profesionalisme manajemen BP Batam ke depan (Batam Pos, 4 Juni 2014).

Page 15: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

3 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Permasalahan yang mengemuka tersebut, secara kasat mata telah dapat dilihat pada Batam. Namun demikian perlu adanya penelitian yang lebih metodologis dan valid mengenai kondisi yang sebenarnya.

Dalam kaitannya dengan kondisi tersebut di atas, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau sebagai unit vertikal Ditjen Perbendaharaan, memiliki kesempatan dan ruang untuk melakukan penelitian dan analisis terhadap kondisi Batam tersebut. Hal itu karena sejak awal tahun 2014, Bagian Anggaran dan Satker BLU BKPPB Batam telah menjadi wilayah pembinaan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau dan wilayah pelayanan KPPN Batam. Selain itu berdasarkan salah satu hasil Kunjungan Kerja Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR-RI pada Bulan Mei 2014 di Batam, yang merekomendasikan Kementerian Keuangan agar melakukan kajian kelembagaan dan tata kelola BP Batam dikaitkan dengan peraturan perundangan yang mengatur kawasan ekonomi khusus.

Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap tata kelola BP Batam selama Semester I Tahun 2014, yang berasal dari data sumber Laporan Keuangan BP Batam Tahun 2013, pengesahan SP3B Triwulan I dan II Tahun 2014, rapat-rapat koordinasi dengan BP Batam dan rapat kerja dengan BAKN DPR-RI, serta dokumen-dokumen terkait, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau mengajukan asumsi permasalahan yang akan menjadi objek analisis, sebagai berikut:

1. Kelembagaan BPKPB Batam saat ini yang secara legal formal merupakan Badan Pengusahaan (operator) dari Dewan Kawasan (regulator) dalam sistem dan mekanisme Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus yang berlandaskan semangat otonomi daerah, memiliki inkonsistensi dengan kemandirian BPKPB Batam untuk melaksanakan kebijakan ekonomi skala nasional dan sebagai bagian anggaran tersendiri selevel dengan kementerian/lembaga yang langsung berhubungan dengan Presiden dan DPR;

2. Organisasi BPKPB Batam saat ini masih bersifat birokratis konvensional, belum mencerminkan struktur yang modern, handal dan berioentasi pada busniess like dalam mencapai visi dan misinya untuk: menjadi pengelola kawasan tujuan investasi terkemuka di Asia Pasifik.

3. Tata kelola dalam BPKPB Batam belum mencerminkan good governance ataupun good corporate governance. Hal tersebut disebabkan masih tercampurnya fungsi regulator dengan fungsi operator serta unit layanan, dan belum diaturnya mekanisme ketatalaksanaan yang lengkap dan komprehensif.

4. Dalam pengelolaan keuangan, penerapan pengelolaan keuangan badan layanan umum dalam pengelolaan keuangan BPKPB Batam, belum diikuti dengan sistem tata kelola internal yang handal, kredibel dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik.

Asumsi atau identifikasi permasalahan tersebut akan dianalisis lebih lanjut dengan metode deskriktif kualitatif, dengan cara : melakukan penelusuran perkembangan kelembagaan dan tata kelola BP Batam, kemudian melakukan studi literatur pengelolaan kawasan ekonomi khusus, selanjutnya melakukan tinjauan penerapan prinsip-prinsip keuangan negara dalam tata kelola BP Batam. Berdasarkan penelusuran kondisi positif dan studi literatur serta tinjauan hukum keuangan negara tersebut, dilakukan analisis kelembagaan, organisasi dan tata kelola. Hasil analisis dituangkan dalam kesimpulan dan rekomendasi kebijakan.

Page 16: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

4 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 17: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 5

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB II

PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN TATA KELOLA BP BATAM

A. Perkembangan Pengelolaan Kawasan Batam

Pada awalnya Batam merupakan pangkalan logistik dan operasional yang berkaitan dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai PN Pertamina. Pada tahun 1960-an, Batam merupakan basis logistik minyak bumi tepatnya di Pulau Sambu. Letaknya yang strategis sebagai jalur perdagangan internasional yang berhadapan langsung dengan Singapura dan Johor Malaysia, membuat pulau ini memiliki banyakkeunggulan. Dengan kelebihan tersebut pada, tahun 1970 an, Pemerintahan Soeharto memutuskan menjadikan Batam sebagai pusat industri untuk bersaing dengan negara tetangga, khususnya Singapura. Untuk menggenjot pembangunan di Batam, pemerintah lewat Keputusan Presiden yaitu Keppres Nomor 41 Tahun 1973 membentuk Badan Otorita Industri Pulau Batam (Otorita Batam). Otorita Batam adalah lembaga pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan pembangunan Pulau Batam.

Langkah ini dilakukan pemerintah, karena saat itu Batam hanyalah sebuah kecamatan di bawah Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau. Terbukti kemudian keputusan pemerintah ini tepat. Dengan segala keistimewaan yang diberikan pemerintah saat itu, dalam waktu singkat Batam menjelma menjadi daerah industri yang maju dan menjadi tujuan investasi investor mancanegara. Puncaknya terjadi sekitar tahun1980 an hingga awal tahun 1990 an. Saat itu nama Batam begitu harum dan arus pendatang terutama yang mencari kerja pun melonjak tajam.

Karena pentingnya Batam, Pemerintah Pusat tidak asal memilih manajemen yang memimpin Otorita Batam. Ini bisa dilihat dari nama-nama mantan Ketua Otorita Batam mulai dari Ibnu Sutowo yang waktu itu menjabat sebagai Dirut Pertamina. Kemudian Prof JB Sumarlin, Prof DR BJ Habibie, JE Habibie, dan Ismeth Abdullah.

Dari nama-nama di atas terlihat pemerintah memilih yang terbaik untuk membangun Batam. Nama-nama tersebut juga menggambarkan begitu prestesiusnya jabatan Kepala Otorita Batam waktu itu. Bahkan saat itu jabatan Kepala Otorita Batam disamakan dengan menteri.

Namun semua ini mulai berubah sejak berlakunya UU Otonomi Daerah Nomor 33 Tahun 1999. Otorita pun harus menyerahkan sebagian kewenangan mereka

Page 18: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

6 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

kepada Pemerintah Kota Batam. Kemudian lewat PP Nomor 46 Tahun 2007 Otorita Batam diubah menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam yang berada di bawah Dewan Kawasan Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun yang diketuai Gubernur Kepulauan Riau.

Sesuai Keputusan Menko Bidang Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (PB dan PLB) Nomor:Kep-59/M.EKON/12/2008, pengangkatan Ketua BP Batam menjadi wewenang Ketua Dewan Kawasan. Dalam lampiran keputusan Menko tersebut diatur, bahwa Badan Pengusahaan (BP) dibentuk oleh Dewan Kawasan (DK) untuk mengelola dan mengembangkan Kawasan. Kemudian juga telah diatur dengan tegas bahwa BP berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Kawasan. Masa kerja Kepala dan Wakil Kepala dan Anggota BP kawasan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat untuk 1 (satu) masa jabatan.

Perkembangan kelembagaan Otorita Batam yang kemudian menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas membuat secara kelembagaan Batam yang semula bersifat mandiri secara nasional dan berorientasi pada internasional, menjadi sebuah kawasan khusus yang harus berbagi dengan Pemerintah Daerah dan menjadi sub ordinat Dewan Kawasan yang dipimpin oleh Kepala Daerah.

B. Perkembangan Peraturan Perundangan Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam.

1. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 1971

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 74 tahun 1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam, Pulau Batam yang berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1970 telah ditetapkan sebagai basis logistik dan operasionil bagi usaha-usaha yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi minjak lepas pantai, ternyata perlu dikembangkan menjadi Daerah Industri yang mempunyai arti penting bagi kehidupan ekonomi Nasional. Oleh karena itu Daerah Industri tersebut diberi status sebagai entrepot partikelir berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Reglemen A dari Ordonansi Bea.

Selanjutnya untuk mengkoordinir dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dalam bidang pembangunan proyek-proyek di Daerah Industri tersebut, dibentuk Badan

Page 19: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 7

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Pimpinan Daerah Industri Batam, yang merupakan badan penguasa (authority) daerah. Badan Pimpinan berkedudukan dibawah dan bertanggungdjawab kepada Presiden. Badan Pimpinan terdiri dari : Seorang Ketua dan dibantu oleh Wakil Ketua; dan, Sekretariat Badan Pimpinan yang dipimpin oleh seorang sekretaris. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pimpinan diangkat dan diberhentikan olehPresiden, sedangkan sekretaris diangkat oleh Ketua Badan Pimpinan. Organisasi Badan Pimpinan diatur lebih lanjut oleh Ketua Badan Pimpinan dengan persetujuan Presiden.

Badan Pimpinan mempunyai tugas untuk : merencanakan dan mengembangkan pembangunan industri serta prasarana yang diperlukan di Daerah Industri Pulau Batam berdasarkan suatu rencana induk yang disetujui oleh Presiden; Menampung dan meneliti permohonan izin usaha yang diajukan oleh para pengusaha industri serta mengajukan kepada instansi-instansi yang berwenang guna memperoleh persetujuan/izin sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku; dan,mengawasi pelaksanaan proyek-proyek industri yang dibangun agar dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan rencana.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam

Pulau Batam yang termasuk dalam wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Riau, ditetapkan sebagai Daerah Industri, selanjutnya didalam Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 disebut Daerah Industri Pulau Batam.

Pembinaan, pengendalian dan pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam masing-masing diselenggarakan oleh dan dipertanggungjawabkan kepada :

a. Badan Pengawas Daerah Industri Pulau Batam ;

b. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam ;

c. Perusahaan Perseroan Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam

Badan Pengawas Daerah Industri Pulau Batam mempunyai tugas sebagai berikut : Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengembangan dan pengendalian pembangunan Pulau Batam yang dilakukanoleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam; Mensinkronisasikan kebijaksanaan Instansi-instansi Pemerintah yang berhubungan dengan pengembangan Pulau Batam; Memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan kepada Otorita Pengembangan Pulau Batam mengenai pengembangan Pulau Batam sebagai Daerah Industri sesuai dengan kebijaksanaan umum Pemerintah dibidang pembangunan.

Susunan Badan Pengawas Daerah Industri Pulau Batam terdiri dari :

1. Menteri Negara Ekonomi, Keuangan dan Industri/Ketua BAPPENAS

2. sebagai Ketua merangkap Anggota.

3. Menteri Dalam Negeri, sebagai Anggota ;

4. Menteri Keuangan, sebagai Anggota ;

5. Menteri Perdagangan, sebagai Anggota ;

6. Menteri Perindustrian, sebagai Anggota ;

7. Menteri Perhubungan, sebagai Anggota ;

8. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai Anggota ;

9. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Riau, sebagai Anggota ;

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pengawas Daerah Industri Pulau Batambertanggung jawab kepada Presiden.

Page 20: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

8 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam adalah penguasa yang bertanggungjawab atas pengembangan pertumbuhan Daerah Industri Pulau Batam dan mempunyai tugas sebagai berikut : Mengembangkan dan mengendalikan Pembangunan Pulau Batam sebagai suatu Daerah Industri ; Mengembangkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pengalih-kapalan( transhipment ) di Pulau Batam ;Merencanakan kebutuhan prasarana dan pengusahaan instalasi-instalasi prasarana dan fasilitas lainnya ; Menampung dan meneliti permohonan izin usaha yang diajukan oleh para pengusaha serta mengajukannya kepada instansi-instansi yang bersangkutan ; Menjamin agar tata-cara perizinan dan pemberian jasa-jasa yang diperlukan dalam mendirikan dan menjalankan usaha di Pulau Batam dapat berjalan lancar dan tertib, segala sesuatunya untuk dapat menumbuhkan minat para pengusaha menanamkan modalnya di Pulau Batam ;

Susunan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam terdiri dari :

1. Seorang Ketua ;

2. Seorang Wakil Ketua ;

3. Seorang Sekretaris ;

Dalam pelaksanaan tugasnya, Otorita Pengembangan Daerah Industri PulauBatam dibantu oleh suatu team-assistensi yang terdiri dari unsur-unsur.

1. Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jendral

Bea dan Cukai) ;

2. Departemen Perhubungan (Direktorat Jendral Perhubungan Laut) ;

3. Departemen Perdagangan (Direktorat Jendral Perdagangan) ;

4. Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi (Direktorat Jendral

Pembinaan dan Penggunaan Tenaga Kerja) ;

5. Departemen Dalam Negeri (Direktorat Jendral Aggraria) ;

6. Departemen Kehakiman (Direktorat Jendral Imigrasi) ;

Dalam pelaksanaan tugasnya, Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam bertanggungjawab kepada Presiden. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari Otorita Pengembangan DaerahIndustri Pulau Batam menerima dan mengindahkan petunjuk-putunjuk yangdiberikan oleh Dewan Pengawas Daerah Industri Pulau Batam.

Untuk menyelenggarakan pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam dibentuksuatu badan usaha milik Negara dalam bentuk Perusahaan Perseroansesuai dengan ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum DagangStbl. 1847 : 23 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969.

3. Keputusan Presiden Nomor 7 tahun 1984 tentang Hubungan Kerja antara Kotamadya Batam dengan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, yang dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari di Pulau Batam dibantu oleh Badan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, adalah penanggung jawab pelaksanaanpengembangan pembangunan daerah industri Pulau Batam sebagaimana dimaksud dalamKeputusan Preiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam,berdasarkan rencana yang ditetapkan Otorita Batam.

Page 21: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 9

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Walikotamadya Batam sebagai Kepala Wilayah adalah Penguasa tunggal di bidang pemerintahan, dalam arti memimpin pemerintahan, membina kehidupan masyarakat Kotamadya Batam di segala bidang dan mengkoordinasikan bantuan dan dukunganpembangunan daerah industri Pulau Batam.

Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya dalampenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat didaerah industri Pulau Batam, diadakan kerjasama yang sebaikbaiknya antaraOtorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dengan Pemerintah KotamadyaBatam, sehingga tidak terjadi hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan tugas danbertanggung jawab masingmasing.

Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diatur sebagai berikut :

1. Rencana Induk Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam ditetapkan oleh Presiden atas usul Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam;

2. Pengembangan kawasan daerah industri Pulau Batam dilaksanakan oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam berdasarkan dan sesuai dengan RencanaInduk;

3. Izin dan rekomendasi dalam bidang usaha dan pengembangan industri diselenggarakan secara fungsional oleh Instansi yang bersangkutan, kecuali izindan rekomendasi dalam bidang usaha dan pengembangan daerah industri yang menurut ketentuan dilimpahkan kepada Otorita Pengembangan Daerah IndustriPulau Batam;

4. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam membantu kelancaran pemasukan sumber pendapatan Daerah dan Negara yang berhubungan dengan bidang tugasnya;

5. Pemerintah Kotamadya Batam dan Instansi-instansi Pemerintah lainnya membantu mewujudkan tercapainya tujuan Pemerintah untuk mengembangkan daerah industri Pulau batam dengan memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan Pemerintah dan perizinan;

6. Walikotamadya Batam bersama Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam secara periodik mengadakan rapat koordinasi dengan Instansi instansi Pemerintah lainnya guna mewujudkan sinkronisasi program di antara mereka, dan sejauh mengenai pelaksanaan pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas lainnya yang diperlukan dalam rangka pengembangan daerah industri Pulau Batam, koordinasi tersebut dilaksanakan oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas batam

Wilayah Batam serta pulau-pulau kecil di sekitarnya telah memenuhi kriteria untuk

ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Untuk lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan, kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah.

Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya. Pengembangan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan

Page 22: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

10 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Pelabuhan Bebas pada kawasan dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.

Hak Pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dan Hak Pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Batam yang berada di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam beralih kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pertimbangan yang sangat penting adalah adanya komitmen Pemerintah Daerah yang bersangkutan untuk melaksanakan pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Untuk itu, perlu diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang penetapan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan batas-batas yang jelas dan mudah dikontrol keamanannya dan tidak mengganggu keberlanjutan lingkungan hidup, sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

8. Pengaturan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sesuai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2000.

Dalam rangka menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar negeri perlu menjawab tantangan persaingan global, dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Otonomi daerah yang diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dapat mendorong kegiatan lalu lintas perdagangan internasional yang mendatangkan devisa bagi negara serta dapat memberi pengaruh dan manfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Ketentuan mengenai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1970 tidak sesuai lagi dengan semangat otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sehingga perlu dilakukan pengaturan ulang mengenai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Berhubung kebutuhan pengaturan mengenai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sudah sangat mendesak dalam upaya mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas perlu ditetapkan menjadi Undang-Undang.

9. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.

Page 23: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 11

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Batas-batas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas baik daratan maupun perairannya ditetapkan dalam Undang-Undang pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lain yang ditetapkan dalam Undang-undang pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesai yang pembentukannya dengan Undang-undang.

Jangka waktu suatu Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah 70 (tujuh puluh) tahun terhitung sejak ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Dalam kelembagaan, Presiden menetapkan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di daerah, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan. Ketua dan Anggota Dewan Kawasan ditetapkan oleh Presiden atas usul Gubernur bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Masa kerja Ketua dan Anggota Dewan Kawasan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Dewan Kawasan membentuk Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan. Kepala dan Anggota Badan Pengusahaan ditetapkan oleh Dewan Kawasan. Masa kerja Kepala dan Anggota Badan Pengusahaan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Badan Pengusahaan bertanggung jawab kepada Dewan Kawasan. Ketentuan mengenai struktur organisasi, tugas dan wewenang Kepala, Wakil Kepala, dan Anggota Badan Pengusahaan, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Ketua Dewan Kawasan.

Dewan Kawasan mempunyai tugas dan wewenang menetapkan kebijaksanaan umum, membina, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan Badan Pengusahaan.

Kepala Badan Pengusahaan mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sesuai dengan fungsi-fungsi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Badan Pengusahaan mempunyai wewenang untuk membuat ketentuan-ketentuan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas mempunyai fungsi sebagai tempat untuk mengembangkan usaha-usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata dan bidang-bidang lainnya.

Fungsi tersebut meliputi :

1. Kegiatan manufaktur, rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, pengepakan, dan pengepakan ulang atas barang dan bahan baku dari dalam dan luar negeri, pelayanan perbaikan atau rekondisi permesinan, dan peningkatan mutu;

Page 24: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

12 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

2. Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana air dan sumber air, prasarana dan sarana perhubungan termasuk pelabuhan laut dan bandar udara, bangunan dan jaringan listrik, pos dan telekomunikasi, serta prasarana dan sarana lainnya.

Untuk memperlancar kegiatan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Badan Pengusahaan diberi wewenang mengeluarkan izin-izin usaha dan izin usaha lainnya yang diperlukan bagi para pengusaha yang mendirikan dan menjalankan usaha di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui pelimpahan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Barang-barang yang terkena ketentuan larangan, dilarang dimasukkan ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengusahaan.

Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya dapat memasukkan barang ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang berhubungan dengan kegiatan usahanya. Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui pelabuhan dan bandar udara yang ditunjuk dan berada di bawah pengawasan pabean diberikan pembebasan bea masuk, pembebasan pajak pertambahan nilai, pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, dan pembebasan cukai.

Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ke Daerah Pabean diberlakukan tata laksana kepabeanan di bidang impor dan ekspor dan ketentuan di bidang cukai.

Pemasukan barang konsumsi dari luar Daerah Pabean untuk kebutuhan penduduk di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas diberikan pembebasan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.

Jumlah dan jenis barang yang diberikan fasilitas ditetapkan oleh Badan Pengusahaan.

Peraturan perundang-undangan karantina manusia, hewan, ikan dan tumbuh-tumbuhan untuk wilayah Indonesia tetap berlaku di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Badan Pengusahaan dapat bekerja sama dengan pejabat-pejabat instansi yang berwenang, untuk melancarkan pemeriksaan dan kerja sama lainnya.

Mata uang Rupiah adalah alat pembayaran yang sah di seluruh Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pemasukan dan pengeluaran mata uang Rupiah antar Daerah Pabean ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas tunduk pada peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah, sedangkan pemasukan dan pengeluaran mata uang Rupiah antara Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan luar negeri tunduk kepada peraturan umum yang berlaku di Daerah Pabean.

Mata uang asing dapat diperjualbelikan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui bank atau pedagang valuta asing yang mendapat izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, semua transaksi perdagangan internasional dilakukan dalam valuta asing oleh bank yang mendapat izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 25: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 13

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian Republik Indonesia tetap berlaku di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pemberian kemudahan/fasilitas keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis perdagangan bebas pada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas diatur dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Badan Pengusahaan, dengan persetujuan Dewan Kawasan dapat mengadakan peraturan di bidang tata tertib pelayaran dan penerbangan, lalu lintas barang di pelabuhan dan penyediaan fasilitas pelabuhan, dan lain sebagainya serta penetapan tarif untuk segala macam jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Badan Pengusahaan mengusahakan sumber-sumber pendapatan sendiri untuk membiayai rumah tangganya. Badan Pengusahaan dapat juga memperoleh sumber-sumber pendapatan yang berasal dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber-sumber lain yang

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Pengusahaan wajib mengelola keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setiap tahun Badan Pengusahaan wajib menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja, yang disahkan oleh Dewan Kawasan.

Setiap tahun Laporan Keuangan Badan Pengusahaan diperiksa oleh lembaga pemeriksa keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dapat menerima pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri dengan persetujuan Dewan Kawasan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, melalui Pemerintah Pusat.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2007 menyatakan bahwa Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam wajib mengelola keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Mengingat Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam merupakan lembaga yang dibentuk oleh Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dengan diberikan keleluasaan dalam mengusahakan sumber-sumber pendapatan sendiri untuk membiayai rumah tangganya, serta dapat memperoleh sumber-sumber pendapatan yang berasal dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, keharusan untuk mengikuti pengaturan pengelolaan keuangan negara yang bersifat umum pada satuan kerja/instansi pemerintah disadari akan menghambat pelaksanaan tugasnya.

Page 26: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

14 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Berdasarkan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor bagi instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Pengaturan secara khusus ini disediakan bagi satuan-satuan kerja pemerintah yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik (seperti layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan, dan lisensi), untuk membedakannya dari fungsi pemerintah sebagai regulator dan penentu kebijakan. Fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa.

Instansi tersebut di atas, dengan sebutan Badan Layanan Umum (BLU) diharapkan menjadi contoh konkrit dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja). Namun demikian, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang mengatur mengenai implementasi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum belum mengakomodasi karakteristik Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, karena adanya perbedaan karakteristik kelembagaan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam jika dibandingkan dengan karakteristik kelembagaan satuan kerja/instansi pemerintah pada umumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum.

Oleh karena itu, penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam perlu diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri yang merupakan pelengkap dari pengaturan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum.

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini adalah untuk menyelaraskan pengelolaan keuangan pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dengan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan negara, disamping tujuan pengamanan aset negara, meningkatkan transparansi dan akuntablitas pengelolaan keuangan negara, dan memberikan dasar hukum bagi penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum kepada instansi pemerintah yang tidak berada di bawah suatu kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian.

Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam agar selaras dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, perlu diatur pengelolaan keuangan pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Pengelolaan keuangan tersebut merupakan pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik bisnis yarg sehat sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya untuk mendorong kegiatan pengembangan dan pembangunan kawasan dan dapat mengantisipasi tantangan persaingan global;

Page 27: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 15

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2011, pengelolaan keuangan BP Batam :

- merupakan Kekayaan Badan Pengusahaan merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan.

- Anggaran Badan Pengusahaan bersifat dinamis dan fleksibel yang menerapkan praktik bisnis yang sehat.

- Badan Pengusahaan menyelenggarakan kegiatan penyelenggaraan layanan umum didasarkan pada praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang Badan Pengusahaan, kepada Badan Pengusahaan diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. berdasarkan prinsip ekonomi dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Fleksibilitas pengelolaan keuangan meliputi penganggaran dan pengelolaan perbendaharaan. Pengelolaan perbendaharaan meliputi pengelolaan uang, pengelolaan utang, dan pengelolaan aset. Pola pengelolaan keuangan pada Badan Pengusahaan merupakan pola pengelolaan keuangan yang mengikuti ketentuan PPK-BLU sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai PPK-BLU.

Badan Pengusahaan dibentuk oleh/dan bertanggung jawab kepada Dewan Kawasan. Dalam pengelolaan keuangan Badan Pengusahaan paling sedikit:

1) Menyusun rencana strategis bisnis, pola tata kelola, standar pelayanan minimum untuk ditetapkan Ketua Dewan Kawasan serta disampaikan kepada Menteri Keuangan;

2) Mengusulkan tarif layanan dan remunerasi kepada Menteri Keuangan melalui Dewan Kawasan;

3) Mengusulkan belanja yang melampaui ambang batas fleksibilitas kepada Menteri Keuangan melalui Dewan Kawasan;

4) Mengusulkan tambahan anggaran atau pembiayaan atas defisit, dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Menteri Keuangan dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah melalui Dewan Kawasan; dan

5) Menandatangani perjanjian kinerja tahunan bersama Dewan Kawasan. Perjanjian kinerja meliputi kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat.

Kepala Badan Pengusahaan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Kepala Badan Pengusahaan berkedudukan sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Badan Pengusahaan. Kepala Badan Pengusahaan selaku PenggunaAnggaran/Barang dapat menunjuk kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

Badan Pengusahaan mengusahakan sendiri sumber pendapatan untuk mendanai belanjanya. Sumber pendapatan Badan Pengusahaan diperoleh dari:

1) jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;

2) hasil kerjasama dengan pihak lain;

3) hibah yang diperoleh sesuai peraturan perundangan;

4) Hak Pengelolaan atas tanah; dan/atau hasil usaha lainnya.

Pendapatan tersebut dilaporkan kepada Menteri Keuangan sebagai penerimaan negara bukan pajak, dan pendapatan tersebut, dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Pengusahaan. Selain sumber pendapatan tersebut,

Page 28: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

16 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Badan Pengusahaan dapat memperoleh pendapatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Badan Pengusahaan menyusun rencana strategis lima tahunan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Badan Pengusahaan menyusun RBA dengan mengacupada rencana strategis lima tahunan. RBA disusun sesuai kebutuhan dalam pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta kemampuan dalam menghimpun pendapatan dan dilakukan setiap tahun.

Badan Pengusahaan mengajukan RBA kepada Dewan Kawasan untuk memperoleh pengesahan. RBA yang telah disahkan dituangkan ke dalam RKA-KL. Selanjutnya RKA-KL disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan, Menteri Keuangan menyampaikan pagu alokasi anggaran kepada Badan Pengusahaan. Badan Pengusahaan menyesuaikan RKA-KL dengan pagu alokasi anggaran dari Menteri Keuangan. RKA-KL yang telah disesuaikan dengan pagu anggaran menjadi dasar penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

Dalam akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban keuangan, dan akuntabilitas kinerja Badan Pengusahaan menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktik bisnis yang sehat.

Badan Pengusahaan wajib mengakuntansikan setiap transaksi keuangan dan mengelola secara tertib dokumen pendukungnya.

Akuntansi dan laporan keuangan Badan Pengusahaan diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi keuangan yang sesuai, Badan Pengusahaan dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

Badan Pengusahaan mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Laporan keuangan Badan Pengusahaan paling sedikit meliputi:

a. laporan realisasi anggaran/laporan operasional;

b. neraca;

c. laporan arus kas; dan

d. catatan atas laporan keuangan,

disertai laporan mengenai kinerja.

Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh Badan Pengusahaan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan. Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha dimuat sebagai lampiran laporan keuangan Badan Pengusahaan.

Laporan keuangan Badan Pengusahaan disampaikan secara berkala kepada Dewan Kawasan.

Selain menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, Badan Pengusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan disampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir, melalui Dewan Kawasan.

Page 29: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 17

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Laporan keuangan Badan Pengusahaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan Badan Pengusahaan selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

Laporan pertanggungjawaban keuangan Badan Pengusahaan diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembinaan teknis Badan Pengusahaan dilakukan oleh Dewan Kawasan. Pembinaan keuangan Badan Pengusahaan dilakukan oleh Menteri Keuangan.

Dalam pelaksanaan pembinaan, dibentuk dewan pengawas. Dewan pengawas pada Badan Pengusahaan dibentuk dengan keputusan Dewan Kawasan atas persetujuan Menteri Keuangan.

Badan Pengusahaan Batam menjadi lembaga/instansi Pemerintah yang menerapkan PPK BLU. Peraturan Menteri Keuangan yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah mengenai Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum diberlakukan pula sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 30: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

18 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 31: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 19

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB III

TINJAUAN TEORITIS DAN KOMPARATIF

SPECIAL ECONOMIC ZONES DAN FREE TRADE ZONE

A. Alasan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus.

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu strategi suatu negara dalam mendorong investasi dan meningkatkan daya saing. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang mencakup penetapan kriteria pokok pemilihan lokasi suatu daerah yang memenuhi persyaratan pembangunan KEK; menyetujui kebijakan-kebijakan yang diperlukan oleh kawasan-kawasan itu; dan yang paling penting adalah untuk menyediakan pelayanan investasi dan kelembagaan yang memiliki standar internasional.

Pemberian insentif antara lain dilakukan dengan cara pembebasan PPN dan PPnBM untuk produk yang diekspor kembali dengan prosedur yang sederhana, fasilitas visa dan ijin kerja tenaga asing yang sederhana. Yang terpenting adalah proses pelayanan investasi dimana investor dapat memperoleh seluruh perijinan dan kebutuhan dokumentasi serta penyelesaian masalah-masalah yang mereka hadapi melalui pelayanan satu atap dalam waktu singkat.

Selain itu, pembentukan kawasan-kawasan ekonomi khusus diharapkan membawa keuntungan dalam hal: (1) peningkatan investasi; (2) penyerapan tenaga kerja; (3) penerimaan devisa; (4) keunggulan kompetitif produk ekspor; (5) meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lokal, pelayanan, dan kapital bagi peningkatan ekspor; dan (6) mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer of technology.

Tujuan-tujuan tersebut, sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dan pemerataan secara nasional dan menciptakan fundamental ekonomi yang kuat, baik secara makro maupun secara mikro.

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KPBPB adalah memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. Identifikasi permasalahan, terutama yang terkait dengan hukum dan kelembagaan, insentif dan pembiayaan serta infrastruktur dan tata ruang.

Kawasan ekonomi khusus akan bekerja dengan baik bilamana ditopang oleh kestabilan ekonomi makro, lokasi geografis yang strategis, terutama terkait dengan pasar ekspor, skema insentif yang kompetitif, manajemen kawasan yang efektif dan efisien, jaringan infrastruktur yang berkualitas, keterkaitan yang erat dengan perekonomian domestik dan peningkatan kemampuan teknologi.

Kawasan perdagangan bebas juga dimaksudkan untuk menarik investasi masuk ke kawasan pelabuhan melalui bisnis perkapalan dan kargo. Meskipun WTO membatasi pembentukan FTZ, karena insentif yang diberikan Pemerintah dianggap merugikan dan dapat ditentang oleh anggota WTO.

FTZ bertujuan meraih investasi yang memberikan manfaat pada kesempatan kerja dan pertumbuhan. Hal ini diebabkan FTZ mendorong kegiatan masif perekonomian, mampu menjaga kesimabungannya sendiri dan menarik investasi berikutnya.

Page 32: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

20 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dalam rangka memastikan FTZ dapat mendukung kepentingan pembangunan nasional, perlu dipastikan tujuan dan sasaran strategik dari pembentukan kawasan. Tujuan dan sasaran tersebut harus selaras dan konsistem dengan tujuan pembangunan nasional, dan memuat bagaimana cara mewujudkan tujuan tersebut dapat dicapai, serta tanggung jawab seluruh pihak untuk membuat iklim investasi kondusif.

Dalam perspektif nasional, hasil yang ingin dicapai dari dibentuknya kawasan perdagangan bebas adalah :

1. Menghasilkan devisa dari ekspor, dengan cara menghasilkan barang/jasa ekspor yang harganya lebih kompetitif karena biaya produksi yang lebih rendah.

2. Menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, mellaui penyediaan lapangan kerja di perusahaan/industri.

3. Menarik investasi dari luar negeri sebanyak-banyaknya dengan menawarkan keunggulan kompetitif dan memperbesar pebentukan modal dalam negeri.

4. Meraih transfer teknologi, transfer pengetahuan dan meningkatkan kualitas produksi nasional menjadi berstandar internasional.

Pembentukan FTZ harus tidak dilepaskan dari kepentingan nasional untuk melaksanakan strategi pembangunan nasional.

FTZ menjadi sebuah model untuk menarik investasi dari luar negeri dan meningkatkan daya saing global. FTZ menjadi peluang untuk meningkatkan perekonomian mellaui penyediaan logistik pada sebuah kawasan yang dilengkapi dengan bandara dan pelabuhan.hal ini menarik perusahaan manufaktur maupun logistik membangun pabrik-pabriknya. Kawasan tersebut dapat menjadi pusat produksi nasional yang berorientasi ekspor. Kawasan Asian menjadi menarik untuk dibentuk FTZ-FTZ karena mulai terhubung satu dengan yang lain, baik melalui darat, laut maupun udara. Kecenderungan ini harus disikapi dengan hati-hati oleh negara pembentuk FTZ dalam mendisain dan mempoisikan FTZ yang dibentuknya.

Pada negara berkembang, pembentukan kawasan perdagangan bebas memiliki rasionalitas dbaik dari sisi kebijakan ekonomi maupun infrastruktur. Dalam kebijakan ekonomi, kawasan ekonomi khusus dapat bermanfaat sebagai bagian dari strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional dan optimalisasi penarikan investasi luar negeri. Melalui kawasan ekonomi khusus, pemerintah mengembangkan dan mendiversifikasi ekspor dengan mengelola hambatan-hambatan, untuk menciptakan lapangan kerja dan menginisiasi terobosan kebijakan ekonomi.

B. Kegagalan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus.

Dalam pengalaman tiga dekade pengembangan awasan, memberikan pelajaran bahwa kegagalan sebuah kawasan disebabkan oleh kebijakan yang salah dan penyalahgunaan insentif. Pengalaman menunjukkan insentif fiskal yang diberikan tidak menghasilkan keuntungan ekonomi yang diharapkan, seperti investasi yang stagnan, nilai ekspor yang tidak signifikan, pertumbuhan yang disumbang oleh konsumsi, bukan investasi ataupun pengangguuran dan masalah sosial.

Faktor-faktor kegagalan sebuah kawasan khusus antara lain:

1. Kawasan yang tidak berkembang dalam infrastruktur dan investasi.

2. Kebijakan dan regulasi yang tidak kompetitif kepada dunia usaha.

3. Subsidi terhadap sewa dan jasa.

4. Pengendalian yang kurang memadai terhadap struktur administrasi pengelola

kawasan.

Page 33: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 21

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Bagaimanapun juga, terdapat beberapa alasan yang menggugat Kawasan Ekonomi Khusus. Pertama, KEK hanya membuat perusahaan-perusahaan memburu keringan pajak yang tidak sesuai dengan prioritas ekspor. Hal ini menyebabkan hilangnya penerimaan negara secara signifikan.

Selanjutnya dalam pelaksanaan kawasan ekonomi khusus, sering tidak dapat lagi diukur kinerja dan pencapaian pembentukan kawasan bebas. Seperti tidak dapat dijamin lebih dari 65% area digunakan untuk produksi, dan jaminan bahwa hasil produksi di ekspor, serta kontribusi terhadap GDP dan pertumbuhan siginifikan karena invetasi, bukan konsumsi, dan surplusnya neraca perdagangan.

Demikian pula tentang pengukuran bahwa insentif yang diberikan pemerintah, sebanding atau dikompensasi dengan kontribusi penerimaan negara dan pertumbuhan ekonomi regional.

Dalam tataran makro ekonomi kegagalan pembentukan KEK dapat dilihat dari relatif kecilnya sumbangan devisa yang diperoleh dari kegiatan ekspor impor. Hal yang juga penting yaitu bilamana pembentukan KEK tidak mampu untuk meningkatkan nilai tambah industri dan membangun keterkaitan kedepan dan kebelakang (backward and forward linkages) dengan industri domestik khususnya skala menengah dan kecil termasuk koperasi. Dengan demikian biaya yang telah dikorbankan seperti insentif pajak, bea masuk dan pembangunan infrastruktur menjadi sia-sia.

Dalam konteks regional, kegagalan KEK akan berdampak pada terjadinya ketidakstabilan perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari arus migrasi penduduk yang tinggi ke lokasi KEK melebihi kapasitas pertumbuhan sektor industri yang akan menambah permasalahan baru terutama dari sisi bertambahnya angka pengangguran, semakin tingginya kesenjangan pendapatan dan akan memperbesar permasalahan sosial yang dihadapi oleh suatu daerah.

Jika lebih diperinci dampak negatif atau biaya-biaya yang harus dikeluarkan akibat pembentukan KEK terdiri dari biaya yang dapat dihitung dan biaya yang tidak dapat dihitung. Biaya pengembangan KEK adalah biaya yang dapat dihitung, sementara biaya-biaya sosial atau kesejahteraan akibat pengembangan KEK adalah biaya yang tidak dapat dihitung.

Contoh biaya pengembangan KEK adalah:

1. Biaya Pembangunan KEK: Dana Awal membutuhkan dukungan pemerintah,

2. Kemungkinan Kehilangan Pendapatan (Pajak dan insentif lainnya), dan

3. Biaya Operasional KEK.

Sementara contoh biaya kesejahteraan atau biaya sosial akibat pengembangan KEK adalah:

1. Transfer sumber daya dari wilayah di dalam negeri ke KEK tanpa nilai tambah bagi kegiatan ekonomi (relokasi dan efek substitusi),

2. Akuisisi lahan tanpa penggantian yang sesuai (masalah sosial),

3. Hilangnya lahan pertanian,

4. Penyalahgunaan lahan untuk permukiman, dan

5. Kemungkinan disparitas ekonomi regional (terasa dalam jangka panjang, oleh karena itu KEK harus menjamin pengembangan industri sekitar).

Dengan demikian, mendirikan FTZ bukanlah jaminan untuk meraih peningkatan pertumbuhan melalui peningkatan investasi luar negeri. Banyak negara yang gagal dalam menjamin FTZ dapat mencapai tujuannya. Lokasi yang secara geografis tidak strategis, komitmen Pemerintah, permasalahan

Page 34: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

22 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

operasional, managemen yang buruk dan ketidakcukupan promosi membuat FTZ gagal. Pengalaman internasional menyarankan agar beberapa faktor dipenuhi untuk suskesnya FTZ. Keberhasilan FTZ dicerminkan dari kulitas infrastruktur yang unggul, dukungan Pemerintah yang kuat, regulasi yang mendukung, fokus pada ekspor yang kuat, kebijakan perpajakan dan bea cukai yang menarik, dan ketersediaan kapasitas yang besar gudang dan dukungan logistik. Demikian pula mempromosikan stabilitas makroekonomi yang berkesinambungan.

C. Keberhasilan Kawasan Ekonomi Khusus

Implementasi pembentukan kawasan ekonomi khusus pada dasarnya juga sangat ditentukan oleh kesiapan daerah dari sisi kemampuan untuk menjalankan pemerintahan yaang baik (good governance) dengan dukungan kelembagaan yang handal. Kriteria ini sangat penting dalam menyeleksi kesiapan daerah. Prinsip pengelolaan KEK harus dilakukan dengan orientasi bisnis dan manajemen yang handal.

Pertama, berdasarkan karakteristik alaminya, kawasan perdagangan bebas harus berada di lokasi strategis seperti di jalur perdagangan internasional atau di dekat pusat perekonomian. Hal ini penting untuk menarik perusahaan, dan memastikan lokasi perudahaan tersebut mendatangkan keuntungan. Sebagai contoh, Batam dan Shenzen didirikan untuk mendapatkan keuntungan dari pusat ekonomi didekatnya, seperti Singapore dan Hingkong. Sedangkan Subic berada di lokasi lintasan laut srategis yang mengubungkan Asia Tenggara dengan Asia Timur.

Kedua, seperti kota-kota yang lain, Pemerintah harus membangun infrastruktur sebagai prasyarat utama kawasan. Pemerintah menginvestasikan infrastruktur untuk mendukung perusahaan-perusahaan beroperasi di dalam kawasan. Infrastruktur dasar yang harus disediakan adalah transportasi (jalan raya, pelabuhan, bandara) dan kebutuhan dasar publik (jaringan komunikasi, listrik dan air bersih).

Ketiga, Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang pasti, berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan kawasan.

Pada pembentukan dan pelaksanaan kawasan perdagangan bebas yang berhasil, sebuah kawasan bebas dapat menjadi dasar pembentukan perundangan yang mengatur blue print reformasi pembangunan wilayah.

Pengambil kebijakan seharusnya menetapkan dan mengendalikan kepentingan ekonomi dan manfaat produksi dalam pembangunan kawasan perdagangan bebas. Pengendalian dilakukan dengan menjamin dan mengamankan seluruh dukungan disediakan, yang meliputi pengelola, organisasi pemerintahan, media, pendidikan dan sektor dunia usaha. FTZ harus bersih dan tertutup dari kepentingan politik dan pengaruh kekuasaan. Biasanya kegagalan manajemen untuk tidak terpengaruh dengan politik akan menyebabkan kegagalan FTZ.

Struktur institusi harus dibentuk dengan kewenangan yang jelas, bertanggung jawab dan tata kelola yang baik dalam organisasi. Organisasi harus didisain dengan baik, handal dan berorientasi pada efektivitas dan efisiensi.

Pengalaman internasional merekomendasikan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan khusus:

1. Memastikan pengelola kawasan dibentuk dengan standar perusahaan bisnis

internasional;

2. Memastikan pengelola kawasan untuk melaksanakan praktek-praktek manajemen

bisnis yang profesional;

3. Menjamin penggunaan kawasan untuk kepentingan bisnis, logistik, dan produksi

Page 35: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 23

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

yang berorientasi ekspor dan investasi.

4. Mengembangkan kebijakan, regulasi dan kerangka institusional yang memastikan

seluruh kegiatan perekonomian dilakukan dengan tata kelola yang baik dan

mencukupi.

Rendahnya kinerja kawasan ekonomi khusus antara lain disebabkan oleh lemahnya institusi administratif dalam mengembangkan, mengelola dan mengatur kawasan. Pada banyak negara, otoritas kawasan tidak mmeiliki kewenangan yang cukup dan diperlukan serta mandiri, serta pengelolaan keuangan yang buruk. Pada kawasan khusus di Jordania, Syria dan Mesir, pengelolaan kawasan diwarnai oleh pengaruh politik praktis yang kuat dan maraknya kolusi, korupsi dan nepotisme serta kurangnya pengendalian dari Pemerintah Pusat.

Tata kelola yang pro-investasi dalam pengelolaan kawasan bebas antara lain: membangun sistem prosedur yang mengintegrasikan seluruh sistem pelayanan investasi, produksi dan ekspor-impor; dan, membangun sistem layanan unggulan yang terpadu---lahan, ketenagakerjaan, kesehatan, keselamatan kerja, keimigrasian, yang dilaksanakan dengan profesional, berbasiskan IT dan bersih dari korupsi.

Praktik yang baik dalam pengembangan sebuah pengelola kawasan yang efektif pada dasarnya harus memastikan:

1. Kecukupan otonomi dalam otoritas kawasan, khususnya dalam manajemen sumber daya manusia, anggaran, belanja dan pengambilan kebijakan.

2. Kecukupan pengendalian dan pengawasan kawasan dalam menjalan kewenangan pengelolaan kawasan oleh suatu dewan yang terdiri dari unsur Pemerintah Pusat dan Swasta, untuk menjamin kawasan mencapai kinerja yang ditargetkan dan berorientasi pada ekspor, investasi dan pelanggan.

3. Melakukan delegasi, penugasan dan privatisasi atas fungsi-fungsi penyediaan barang, pelayanan dan jasa kepada pihak swasta.

Pada akhirnya, keberhasilan suatu kawasan bebas ditentukan oleh dimana berlokasi dan bagaimana dikelola. Pengelolaan suatu kawasan akan berkembang apabila lebih besar investasi daripada konsumsi, dan lebih besar ekspor daripada impor. Pengelola suatu kawasan akan mampu mencapai tujuan pembetukan kawasan apabila menerapkan tata kelola yang berorientasi pada pasar dan investor-customer. Hal ini yang menyebakan pada banyak negara, pengelolaan kawasan diserahkan kepada sektor privat atau perusahaan mulinasional.

D. Studi perbandingan Batam dengan Kawasan Perdagangan Bebas di Asia.

Kawasan ekonomi khusus pada umumnya bersal dari kebijakan intensifikasi investasi oleh pemerintah Pusat pada daerah yang potesial yang memiliki peluang besar untuk berkembang dan dapat dipromosikan dengan suatu rangkaian kebijakan yang tidak dapat dilakukan pada daerah lain. Daerah tersebut biasanya memiliki keunggulan alami, telah memiliki pangsa pasar yang stabil dan memiliki infrastruktur yang terintegrasi.

Pemerintah dan para ahli ekonomi membangun FTZ dan SEZ bermula dari EPZ untuk memberikan fasilitas pengalihkapalan, pergudangan, re-ekspor tanpa pengenaan bea masuk dan bea keluar. Selanjutnya EPZ berkembang menjadi FTZ dan SEZ dengan kelengkapan pelabuhan bebas, fasilitas keuangan dan komersial, turisme, pertanian, pariwisata, dan perumahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adwan F. Aritenang dalam : Comparative Study of Free Trade Zone: Development Through Spatial Economic Concentration (Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20, Agustus 2009, hal 95-108) membandingkan tiga kawasan ekonomi khusus, yaitu Shenzen (mewakili

Page 36: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

24 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

kawasan yang tumbuh pesat), Batam (mewakili kawasan yang paling lama beroperasi) dan Subic, Filipina (mewakili kawasan yang baru dibentuk).

Batam merupakan kawasan perdagangan bebas dengan bentuk otorita yang dibentuk sejak 1971. Sedangkan Subic-Filipina dibangun pada tahun 1992. Shenzen dibangun pada tahun 1980 untuk mendukung industry manufaktur Hongkong. Shenzen FTZ menjadi bagian dari Kota Shenzen memiliki otoritas yang mandiri dan dikembangkan untuk industry dan investasi.

KONDISI UMUM

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Luas Wilayah Km 2 2.021 715 600

2 Lokasi - Daratan Pulau Daratan

3 Otoritas - Kota

Administratif Badan

Pengusahaan Otorita

Otonom

3 Akses Pusat Ekonomi - Hongkong Singapore -

Perbandingan antar kawasan bebas yang pertama adalah mengenai luas wilayah, Shenzen memiliki luas wilayah 2021 km2; Batam memiliki luas wilayah 715 km2; dan Subic memiliki luas wilayah 600 km2.

Kedua, dari aspek lokasi, kawasan bebas sebagian besar berlokasi di pantai. Sehnzen dan Subic berada di daratan, sedangkan Batam berada di suatu Pulau/Kepulauan.

Ketiga, konektivitas dengan pusat perekomian, Shenzen dekat dengan Hongkong dan Batam dekat dengan Singapore. Sedangkan Subic lebih pada di tengah kawasan Asia Tenggara.

INDIKATOR PEKERJA

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Pekerja Angkatan

Kerja/1000 penduduk

166 767 602

2 Jumlah penduduk yang bekerja

% penduduk yang pekerja

80 52 27

3 Angkatan kerja % pertumbuhan 81 46 130

3 Kualitas Pekerja tenaga trampil/1000

penduduk 166 40 106

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam kawasan bebas, sebagai potensi tenaga kerja atau buruh dalam kawasan. Pada setiap 1000 penduduk, Batam memiliki 767 angkatan kerja, Shenzen 166 orang dan Subic 602. Namun demikian, berdasarkan tingkat keahlian dan pendidikan, pada setiap 1000 penduduk Shenzen memiliki 166 tenaga terampil dan terdidik, sedangkan Batam sebanyak 40 orang dan Subic 106 orang. Kondisi ini menunjukkan tipikal industry yang beroperasi di kawasan bebas dan sebagian besar penduduk di kawasan adalah migrant atau pendatang, baik dari dalam negeri maupung orang asing. Shenzen merupakan kota terbuka dari orang asing, sedangkan batam didatangi dari seluruh Indonesia, sedangkan Subic merupakan bekas pangkalan AL Amerika Serikat.

Dalam hal kebijakan Lokal, sebagai pengambil kebijakan, otoritas memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan kawasan bebas. Otoritas

Page 37: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 25

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

bertanggungjawab atas kebijakan pelayanan investasi dan perijinan. Shenzen dan Subic diadmnisitrasikan oleh otoritas tunggal yang memastikan seluruh kebijakan dan regulasi dilaksanakan. Shenzen oleh Walikota Shenzen dan Subic oleh Otoritas Subic Bay. Sedangkan Batam sejak otonimi daerah tahun 1999, diadministrasikan oleh Otorita dan kemudian BP Batam, dan Pemerintah Kota Batam. Meskipun dua otoritas tersebut dibedakan kewenangannya, namun tetap menimbulan ketidakpastian terhadap kebijakan kawasan.

Apalagi, kebijakan pengelola kawasan harus terukur dengan pelayanan investasi. Prosedur investasi di Shenzen lebih baik karena melibatkan satu otoritas. Sedangkan di Subic, prosedur investasi dutetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Komisioner Pasar Modal.

Infrastruktur merupakan modal investasi yang harus dilakukan oleh Pemerintah. Secara umum, Shenzen adalah kawasan paling unggul dengan 17 pelabuhan dengan kapasitas 7.600 TEUs, dan total berth 2350 m yang dapat menghandle 10 vessel pada saat yang sama. Jalan raya di Shenzen terhubung dengan jalan bebas hambatan sepanjang 145 km dari Guangzhou, kota terbesar di Provinsi Guangdong dan sarana kereta api yang melintasi kota-kota di China daratan dan Hongkong. Infrastruktur Batam memiliki 6 pelabuhan dengan total 100.000 TEUs dan berth lenght 420 m. Batam terhubung melalui kapan cepat dan ferry serta kapal laut dengan kota-kota disekitarnya. Subic memiliki satu pelabuhan utama dengan 560 m berth length. Kapasitas terminal kargo di bandara juga sangat penting untuk lalu lintas perdagangan. Shenzen mmeiliki satu bandara internasional dengan kapasitas 338.000 ton, yang diikuti oleh bandara internasional Batam dengan kapasitas kargo 16.230 ton, dan Subic dengan kapasitas 30.000 ton.

INDIKATOR INFRASTRUKTUR

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Jumlah Pelabuhan buah 17 6 1

2 Kapasitas Pelabuhan TEUs/m

berth lenght 7.600/2.350 100.000/420 3500/560

3 Jumlah Bandara buah 1 1 1

4 Kapasitas Kargo Bandara m3 338.000 16.230 30.000

Sarana dan prasarana publik juga krusial bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan. Semakin bagus dan murah sarana publik, maka makin menarik bagi investor. Subic memiliki sarana kelistrikan terbaik dengan biaya sebasar US$ 0,03/KwH dengan total daya 130 MW dan air minum harga US$ 0,6/m3 dengan total debit air 382 liter per detik. Shenzen menyedian total 3.000 MV dengan harga US$ 0,06/KwH untuk kelistrikan dan air minum sebesar 4768 liter/detik dengan harga US$ 0,18/m3. Sedangkan Batam memiliki prasarana yang cukup mahal dengan total daya listrik 377 MV dengan harga US$ 0,5/KwH dan air minum sebesar 1760 liter/detik dengan harga US$ 0,78/m3. Prasarana lainnya adalah ketersediaan jaringan telepon, dimana Shenzen menyediakan 2.130.000 line telpon, Batam menyediakan 100.000 line dan Subic dengan 61.000 line.

INDIKATOR PRASARANA DASAR

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Kelistrikan MW 3.000 377 130

2 Harga listrik US$/KWH 0,06 0,50 0,03

3 Debit air lt/detik 4.768 1.760 382

4 Harga air US$/m3 0,60 0,78 0,60

Dalam hal, kebijakan nasional, kebijakan level nasional berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap kawasan bebas. Pertama, dalam pendirian dan

Page 38: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

26 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

pengaturan kawasan. Shenzen dan Subic didirikan dengan jelas dan rinci dengan Undang-Undang. Shenzen dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Kawasan Ekonomi Khusus pada tahun 1980. Subic dibentuk dengan UU Daerah Konversi dan Pembangunan pada tahun1992 di bawah UU Republik No.7227. Pada sisi lain, Batam dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2006 yang menyatakan kawasan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas. Berkaitan dengan kebijakan Pemerintah, bentuk otoritas patut dicermati. Batam dan Subic memiliki otoritas otonom sebagai rpersentasi dari Pemerintah Pusat, sedangkan kawasan bebas Shenzhen diatur oleh Pemerintah Kota.

Fasilitas perpajakan di Shenzen adalah tax holiday untuk perusahaan sampai dengan meraih keuntungan. Untuk perusahaan non teknologi tinggi, pembebasan pajak diberikan sampai dengan 2 tahun, dengan memberikan pengurangan pajak sampai dengan 50% pada 2 tahun berikutnya. Untuk perusahaan dengan teknologi tinggi, pembebasan pajak diberikan selama 3 tahun dengan pengurangan 20% dan 50% pajak penghasilan pada 2 dan 3 tahun berikutnya. Subic, pada sisi lain, hanya memberikan pengurangan pajak 3%-5% untuk 2-3 tahun. Sedangka Batam tidak memungut PPN.

Kebijakan nasional lainnya adalah upah minum. Shenzen menetapkan upah minimum di bawah US$ 40 oer bulan, Batam menetapkan US$53,7 dan Subic US$ 117.

Faslitas lain juga disediakan untuk menarik pengusaha, seperti halnya pelabuhan, pariwisata, dan perdagangan. Shenzen memiliki pusat industri keuangan seperti bank, perusahaan saham dan asuransi.

Kebijakan luar negeri pemerintah Pusat juga memberikan peran yang krusial dalam pengembangan kawasan. Shenzen memiliki peluang besar untuk tmbuh dan berkembang sejak China menetapkan Hongkong sebagai pusat industri keuangan dan seluruh industri manufaktur dipindahkan ke Shenzen. Kebijakan ini menambah daya saing Shenzhen sejak perusahaan-perusahaan asing bersedia memindahkan perusahaan dari Hongkong. Shenzhen juga menjalin kerja sama dengan Jepang (8,3% investasi) dan Amerika Serikat (6,3%). Batam dan Subic juga berupaya meriah keuntungan dari kerja sama regional, sebagai anggota ASEAN dan APEC.

Dalam hal investasi, indikator ivestasi menunjukkan jumlah investasi, baik domestik maupun internasional cukup signifikan. Pada tahun 2005, Shenzen memiliki total investasi sebesar US$ 21.600 juta dengan 10.000 investor, diikuti oleh Batam dengan nilai investasi US$3620 juta dengan 611 investor, dan Subic dengan nilai ivestasi US$ 1046 juta dengan 618 ivestor.

INDIKATOR INVESTASI

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Total investasi US$ juta 21.600 3.620 1.046

2 Jumlah investor perusahaan 10.000 611 618

3 Pertumbuhan investasi % 29 9 12

Meskipun Batam memiliki industri yang sedikit daripada Subic, nilai investasinya lebih besar. Pertumbuhan investasi Shenzhen tumbuh cepat dengan lebih dari 29% per tahun, sementara Subic tumbuh 12% dan Batam paling kecil dengan 9%. Temuan yang menarik adalah bahwa pertumbuhan kawasan bebas tidak terpengaruh dengan krisi Asian pada tahun 1997-1998. Batam tumbuh 4%, sementara Shenzen dan Subictumbuh 21%.

Perdagangan ekspor impor, dengan investasi terbesar, Shenzen memiliki nilai ekspor tertinggi dengan nilai US$ 46.557 juta, diikuti oleh Batam dengan nilai US$ 5000 juta dan Subic US$ 1310 juta. Sepanjang tahun 1995-2005, Subic mengalami pertumbuhan ekspor hingga 23,4% per tahun, sementara ekspor Batam hanya tumbuh 11%. Bagaimanpun, ekspor Batam menyumbang 8% dari total ekspor nasional, di bawah Shenzen yang berkontribusi terhadap ekspor China sebesar 14,3%

Page 39: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 27

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

dan Subic menyumbang 4% dari ekspor Filipina. Indeks rasio ekspor-impor juga menunjukkan rasion Batam sebesar 0,1, Subic 0,08 dan Shenzen 0,07. gambaran tersebut menunjukkan produk di batam diperdagangkan di luar negeri.

INDIKATOR EKSPOR

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 Ekspor US$ juta 46.557 5.000 1.310

2 Pertumbuhan ekspor % 30,00 11,00 23,40

3 Kontribusi ekspor nasional % 14,30 8,00 4,00

Dari sisi yanglain, GDP menggambarkan total produksi di suatu daerah. Shenzhen memeiliki aktivitas ekonomi tertinggi dengan GDP sampai dengan US$ 81.120 juta dan Batam sebesar US$ 9167. Sementara Subic memiliki GDP sebesar US$ 8087 juta. Sedangkan indikator pertumbuhan sepanjang 1995-2005, Subic adalah 10,1%, diikuti oleh Batam sebesar 6,86% dan Shenzen 5,92%.

Pada GDP per kapita, Shenzen mencapai US$ 17370,45, Batam sebesar US$ 1577,71 dan Subic sebesar 3341,74. Pertumbuhan pendapatan penduduk Shenzen lebih tinggi dari pertumbuhan regional.

Penerimaan perpajakan juga merupakan sumber utama wilayah. Semakin aktif kegiatan ekonomi di wilayah, maka semakin besar penerimaan perpajakan yang diperoleh. Penerimaan pajak terbesar di Shenzen mencapai US$ 2303 juta, Batam sebesar US$ 94 juta, dan Subic US$ 79 juta. Subic juga mengahsilkan pertumbuhan pajak sebesar 23,5%, bertolak belakang dengan Batam yang tumbuh 26,9% dan Shenzen 23,5%. Pada skala nasional, penerimaan pajak Shenzen berkontribusi 2,2% dari total penerimaan nasional, sementara Batam dan Subic hanya sekitar 0,9%.

INDIKATOR PERTUMBUHAN DAN PERPAJAKAN

No. Indikator Satuan Shenzhen Batam Subic

1 GDP US$ juta 81.120 9.167 8.087

2 GDP per kapita US$ 17.370,45 1.577,71 3.341,74

3 Penerimaan Perpajakan US$ juta 2.303,00 94,00 79,00

3 Pertumbuhan pajak % 23,50 26,90 23,50

4 Kontribusi pajak ke nasional % 2,20 0,90 0,90

Pembangunan wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh kegiatan usaha, namun juga indikator pekerja. Aktivitas ekonomi meningkatkan lapangan kerja di wilayah, baik pekerjaan yang butuh tenaga trapil ataupun tidak. Untuk kawasan seperti Batam, yang didominasi oleh industri padat karya, pertumbuhan ekonomi malah menarik banyak pekerja tidak trampil. Hal ini ironis bila kesempatan kerja tidak sebanding dengan penduduk pendatang pencari kerja sehingga menyebabkan masalah pengangguran. Kawasan bebas Shenzen merupakan kawasan yang paling banyak dihuni oleh pekerja pendatang, mencapai 80% popilasi penduduk. Sementara di Batam hanya setengah atau 52% penduduk adalah pendatang, dan Subic sebesar 27,5%. Antara 1995 sampai dengan 2005, angkatan kerja tumbuh lebih besar dari 130% di Subic, 81% di Shenzen dan 46% di Batam.

Regulasi yang penting diterapkan di Subic dan Shenzen menangani buruh migran. Pada kedua kawasan tersebut, hanya pendatang yang memiliki ijin yang dapat memasuki kawasan, seperti pekerja dan turis. Hal ini dapat mengantisipasi kelebihan penduduk dan pengangguran seperti yang terjadi di Batam.

Perhitungan tersebut di atas mengindikasikan bahwa kawasan bebas lebih

Page 40: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

28 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

bersifat industrialis dibanding di nasional. Percepatan industrialisasi di Subic mencapai index 2,18, di Batam 1,81 dan di Shenzen 1,01. Shenzen dan China merupakan daerah industri. Dalam sektor jasa, Batam dan Subic di bawah rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan bahwa di negara tersebut terdapat kota-kota lain sebagai pusat jasa dan keuangan, seperti Jakarta dan Manila. Pada sisi lain, sektor jasa di Shenzen berkembang lebih besar daripada rata-rata nasional di China, ini menunjukkan bahwa Shenzen dibentuk untuk menjadi pusat perekonomian China, baik dalam bidang industri maupun jasa.

Page 41: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 29

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB IV

KONDISI PEREKONOMIAN BATAM

A. Produk Domestik Bruto dan Pertumbuhan Ekonomi.

Batam secara geografis memiliki posisi yang strategis karena berada pada jalur pelayaran internasional dan hanya berjarak 12,5 mil laut dengan Singapore. Luas wilayah administratif Batam adalah 429.563,28 Ha, yang terdiri dari 318.298,28 Ha luas laut dan 108.295 Ha luas daratan.

Sumber: Pemerintah Kota Batam

Selama kurun waktu lima tahun terakhir, kondisi perekonomian yang dicerminkan dari PDRB Kota Batam masih menunjukkan perkembangan positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Batam sedikit melambat dibanding tahun sebelumnya.

Pada tahun 2008, PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 38,26 trilyun rupiah, terus meningkat di tahun-tahun berikutnya menjadi 40,97 trilyun rupiah di tahun 2009, 47,30 trilyun rupiah pada tahun 2010 dan di tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku naik menjadi 52,62 trilyun rupiah. Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 57,65 trilyun rupiah, atau naik sebesar 9,54 persen dibanding dengan tahun sebelumnya.

Page 42: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

30 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Begitu pula PDRB Kota Batam atas dasar harga konstan, juga selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Kalau pada tahun 2007 PDRB Kota Batam atas dasar harga konstan baru mencapai 23,21 trilyun rupiah, maka pada tahun 2008 meningkat sebesar 1,66 trilyun rupiah menjadi 24,87 trilyun rupiah. Selanjutnya pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga konstan kembali mengalami kenaikan, yaitu sebesar 1,21 trilyun rupiah menjadi 26,08 trilyun rupiah. Kemudian pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 2,03 trilyun rupiah menjadi 28,11 trilyun rupiah. Pad tahun 2011 kenaikan PDRB atas dasar harga konstan sedikit mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya, yaitu naik sebesar 2,02 trilyun rupiah menjadi sebesar 30,13 trilyun rupiah. Pada tahun 2012 PDRB atas harga harga konstan kembali mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yaitu naik sebesar 2,04 trilyun rupiah menjadi 32,17 triliyun rupiah.

Demikian pula, secara umum, perekonomian Kota Batam dalam lima tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 7,77 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi Kota Batam pada tahun 2010 terutama disebabkan adanya kenaikan NTB sektor industri pengolahan sebesar 1,19 trilyun rupiah, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 576,04 miliyar rupiah dan sektor bangunan sebesar 108,75 miliyar rupiah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kota Batam terendah terjadi pada tahun 2009 yang hanya mampu tumbuh sebesar 4,86 persen.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi Kota Batam pada tahun 2009 merupakan dampak lanjutan dari krisis global yang melanda dunia. Tekanan faktor eksternal tersebut telah memicu perlambatan kinerja ekspor Kota Batam yang mengalami penurunan sebesar 9,54 persen. Turunnya permintaan luar negeri telah berdampak pada perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang menjadi leading sector perekonomian Kota Batam. Pada tahun 2009 ini sektor industri hanya mampu tumbuh sebesar 3,73 persen dengan kenaikan NTB senilai 579,30 miliyar rupiah. Setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Kota Batam terus mengalami perlambatan. Dimana pada tahun 2011 tumbuh melambat menjadi 7,20 persen dan kembali mengalami perlambatan menjadi 6,78 persen pada tahun 2012.

Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 lebih rendah dibanding kondisi pada tahun 2010 dan 2011 lalu, namun secara absolut kenaikan NTB yang tercipta sedikit lebih tinggi. Pada tahun 2010 secara absolut kenaikan PDRB Kota

Page 43: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 31

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Batam mencapai senilai 2,03 trilyun rupiah dan pada tahun 2011 kenaikannya hanya 2,02 trilyun rupiah. Akan tetapi pada tahun 2012 kenaikan PDRB Kota Batam secara absolut telah mencapai 2,04 trilyun rupiah atau 20,19 miliyar rupiah lebih tinggi dibandingkan kenaikan PDRB tahun 2011.

Struktur ekonomi kota Batam hingga tahun 2012 tidak banyak berubah, masih didominasi oleh sektor industri dan sektor perdagangan. Sektor industri masih memberikan kontribusi terbesar dalam lima tahun terakhir meskipun kontribusinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2008 peranan sektor ini terhadap PDRB kota Batam 60,43 persen,

mengalami penurunan menjadi 59,20 persen pada tahun 2009, turun kembali menjadi

58,80 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 turun menjadi 57,85 persen. Pada tahun

2012 kontribusi sektor ini juga masih menunjukkan penurunan menjadi 56,62 persen.

Peranan sektor industri terlihat mulai tergeser oleh peranan sektor lain. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah

sektor industri menunjukan peranan yang terus meningkat dalam kurun waktu lima

tahun terakhir. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan

PDRB Kota Batam tahun 2008 mencapai 25,10 persen, mengalami peningkatan

menjadi 25,93 persen pada tahun 2009, 26,54 persen pada tahun 2010 dan 27,54

persen pada tahun 2011. Pada tahun 2012 peranan sektor perdagangan, hotel dan

restoran kembali mengalami peningkatan menjadi 28,29 persen. Terus meningkatnya

peranan sektor perdagangan hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB Kota

Batam selain disebabkan peningkatan ekonomi di Kota Batam juga dipicu oleh

meningkatnya transaksi perdagangan kebutuhan sehari-hari akibat bertambahnya

penduduk Kota Batam Penyumbang terbesar ketiga terhadap pembentukan PDRB Kota

Batam pada tahun 2012 adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

dengan konstribusi sebesar 5,88 persen. Jika dibandingkan pada tahun sebelumnya

peranan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terjadi peningkatan, dimana

pada tahun 2011 konstribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Batam hanya

sebesar 5,58 persen.

Sektor ekonomi lainnya yang juga cukup berperan dalam perekonomian daerah ini

yaitu sektor bangunan yang memberikan konstribusi sebesar 3,00 persen. Peranan

sektor bangunan selama lima tahun terakhir ini terus menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun. Kalau pada tahun 2008 peranan sektor ini baru mencapai 2,04 persen,

maka pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan menjadi 2,48 persen pada

Page 44: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

32 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

tahun 2009, 2,72 persen pada tahun 2010 dan 2,84 persen pada tahun 2011.

Sedangakan sektor angkutan dan komunikasi pada tahun 2012 hanya memberikan

konstribusi sebesar 2,75 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Batam, meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya memberikan konstribusi sebesar

2,70 persen.

Berdasarkan data PDRB dari sisi penggunaan, Komponen Konsumsi Rumah

Tangga di Kota Batam pada periode tahun 2008-2012 berperan di atas 27 persen

sehingga merupakan komponen penyumbang yang cukup besar terhadap terbentuknya

PDRB Kota Batam. Nilai konsumsi dari tahun 2008 sampai dengan 2012 selalu

mengalami kenaikan sejalan dengan pertumbuhan penduduk, serta kenaikan harga dari

barang dan jasa. Pada tahun 2008 tercatat 9,9 trilyun rupiah, di tahun 2009 meningkat

menjadi 11,1 trilyun rupiah, dan pada tahun 2012 meningkat lagi hingga mencapai 16,7

trilyun rupiah. Kenaikan itu mencapai 12,5 persen pada tahun 2009 selanjutnya 21,89

persen di tahun 2010 dan pada tahun 2012 tumbuh mencapai 9,90 persen.

Sedangkan dari sisi investasi yang dicerminkan dari Pembentukan Modal tetap

Bruto, Data dalam PDRB menunjukkan besaran PMTB pada periode tahun 2008-2012

selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 nilai PMTB mencapai 14,6 trilyun

rupiah, kemudian pada tahun 2009 naik menjadi 16,36 trilyun rupiah, dan pada tahun

2012 mengalami kenaikan yang cukup besar hingga mencapai 24,55 trilyun rupiah. Jika

dilihat laju pertumbuhannya secara riil (tanpa pengaruh inflasi) laju pertumbuhan

komponen PMTB ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2010, namun kembali

membaik pada tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sekitar 2,54 persen. Pada tahun

2012 komponen PMTB menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sekitar

27,69 persen atau naik dari 10,4 trilyun rupiah pada tahun 2011 menjadi senilai 13,3

trilyun rupiah. Gejolak perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan PMTB. Mengingat banyak industri manufaktur yang ada di Kota Batam

merupakan investasi asing (PMA), maka kondisi global perekonomian dunia akan sangat

menentukan pertumbuhan PMTB di daerah ini. Secara agregat nilai PMTB selama

periode 2008-2012 terus mengalami kenaikan. Hal ini berarti bahwa nilai investasi yang

ditanamkan di Kota Batam pada periode tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan

kecuali pada tahun 2010.

Page 45: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 33

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dari data ekspor-impor yang ada di PDRB Kota Batam tahun 2008-2012, ekspor

netto kecenderungan nilainya selalu negatif atau dengan kata lain neraca perdagangan

Kota Batam selalu mengalami defisit. Hal ini disebabkan oleh defisit neraca perdagangan

antar wilayah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang disebabkan

meningkatnya kebutuhan masyarakat Kota Batam seiring dengan bertambahnya

penduduk. Kita ketahui bahwa Kota Batam bukanlah daerah produsen bahan makanan,

sehingga sebahagian besar kebutuhan masyarakat didatangkan dari daerah lainnya di

Indonesia dan bahkan juga didatangkan dari luar negeri.

Pada tahun 2008 dan 2009 neraca perdagangan luar negeri Kota Batam masih

menunjukkan defisit, namun tiga tahun terakhir ini terus menunjukkan surplus, bahkan

surplus neraca perdagangan luar negeri Kota Batam meningkat cukup signifikan.Dengan

data yang ada tersebut kita dapat simpulkan bahwa hasil produk yang dihasilkan Kota

Batam lebih banyak diekspor ke luar negeri. Hal ini positif meskipun bahan bakunya

masih sebagian besar diimpor. Sedangkan untuk nilai impor, antar wilayah nilainya cukup

besar ini disebabkan karena Kota Batam bukan produsen bahan pangan. Sehingga

kebutuhan masyarakat di Kota Batam lebih banyak di dapat dari daerah lain seperti dari

Kota Padang, kota Medan dan dari Pulau Jawa. Kondisi geografis yang sangat strategis

juga memudahkan Kota Batam mendatangkan bahan konsumsi dari luar negeri.

Berdasarkan data ekspor impor Batam tahun 2012 dan tahun 2013, diketahui

bahwa total ekspor Batam per Agustus 2013 sebesar US $ 761,604 juta. Nilai tersebut

turun 21,04% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012. Ekspor juga

didominasi oleh ekspor non migas yaitu sebesar US $ 761, 718 juta, naik 7,71% dari

tahun 2012. Sementara ekspor migas mengalami penurunan yang drastis pada tahun

2013, yaitu hanya sebesar US $ 76,716 ribu, turun 99,97 % dari nilai ekspor migas pada

tahun 2012 yang mencapai US $ 257,481 juta.

Sedangkan berdasarkan tujuan, hampir 50 persen komoditas ekspor Batam

dijual atau dipasarkan ke Singapore, yaitu senilai US $ 357,949 ribu. Peringkat negara

tujuan ekspor berikutnya adalah Malaysia (US $ 79,930 ribu), Amerika Serikat (US $

54,424 ribu) dan Australia (US $ 49,521 ribu). Negara tujuan ekspor lainnya dikisaran

US $ 20 ribu adalah Jepang, Perancis, dan Spanyol.

Selanjutnya dari sisi impor, total impor Batam pada periode Agustus 2013

mencapai US $ 753,850 ribu. Jumlah tersebut turun 10,43 persen dari periode yang

sama pada tahun sebelumnya. Nilai impor terbesar disumbang oleh jenis barang

mesin/peralatan listrik sebesar US $ 254,935 ribu, kemudian disusul jenis benda-benda

dari besi dan baja dengan nilai impor sebesar US $ 132,434 ribu. Sisanya adalah impor

Page 46: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

34 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

barang mesin-mesin/pesawat (US $ 54,415 ribu), besi dan baja (US $ 50,657), dan

plastik dan barang dari plastik (US $ 40,542), serta logam dasar, perangkat optik,

kendaraan, aluminium dan kapal terbang.

Dari negara asal impor, diketahui bahwa nilai terbesar impor adalah dari

Singapore sebesar US $ 292,235 ribu. Sementara diperingkat berikutnya adalah dari

China sebesar US $ 92,950 ribu. Selanjutnya mengikuti berikutnya adalah impor dari

Jepang (US $ 64,156 ribu), Malaysia (US $ 60,104 ribu), Jerman (US $ 30,813 ribu),

Inggris (US $ 26,410 ribu), Perancis (19,808 ribu), Kanada (US $ 13,476 ribu)

danTaiwan (US $ 13,110 ribu). Sedangkan sisanya dari negara-negara lain secara

kumulatif sejumlah (US $ 99,289).

Berdasarkan pengiriman ekspor, eskpor Batam sebagian besar (35%) dilakukan

melalui pelabuhan Batu Ampar. Sisanya dilakukan melalui pelabuhan Sekupang

sebesar 25%, pelabuhan Pulau Sambu sebesar 20%, pelabuhan Kabil sebesar 17%,

dan hanya 3% yang melalui Bandara Hang Nadim.

Page 47: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 35

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

B. Kondisi Kependudukan.

Kondisi pertumbuhan ekonomi tersebut ternyata berimplikasi terhadap jumlah

dan pertumbuhan penduduk. Dalam jumlah penduduk, Batam pada tahun 2012 memiliki

penduduk 1,235 juta jiwa. Jumlah penduduk tersebut meningkat signifikan sejak tahun

1998 yang hanya 293,7 ribu. Laju pertumbuhan penduduk di Batam sangat cepat pada

tahun 2007-2009, dimana pada saat itu industri di Batam baru tumbuh dan berkembang

sehingga pertumbuhan penduduk melaju 23,22 persen pada tahun 2008 dan 11,16

persen pada tahun 2009. Namun setelah itu, pertumbuhan penduduk melaju moderat 6

sampai dengan 9 persen. Khusus pada tahun 2013, pertumbuhan penduduk meningkat

lagi menjadi 9,93 persen.

Dari jumlah penduduk tersebut, apabila dilihat dari tenaga kerja yang terserap

pada lapangan pekerjaan di Batam, menunjukkan bahwa pada awalnya hampir seluruh

penduduk adalah tenaga kerja pada sektor industri di Batam sesuai dengan tipikal

kawasan, seperti diperlihatkan pada data jumlah penduduk dan tenaga kerja, yaitu

tenaga kerja tahun 2007 sebanyak 243.856 jiwa dimana pada waktu itu jumlah

penduduk Batam sebanyak 685.787 jiwa. Namun demikian, dari waktu ke waktu jumlah

penduduk Batam berkembang pesat namun jumlah pekerja relatif stabil di angka 200

ribu sampai dengan 350 ribu orang.

Page 48: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

36 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Sementara itu jumlah perusahaan yang beroperasi di Batam sampai dengan

November 2013 mencapai jumlah 5.582 perusahaan. Dari jumlah perusahaan tersebut,

paling banyak perusahaan menangani bisnis industri pengolahan yaitu 1.953

perusahaan. Sedangkan jumlah perusahaan terbesar kedua adalah perusahaan yang

bergerak di bidang perdagangan, hotel dan restauran sebanyak 1.299. sementara

perusahaan yang lain adalah yang bergerak di bidang bangunan (817), jasa-jasa (743),

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (492), dan angkutan dan komunikasi (184).

Untuk sisanya, adalah perusahaan di bidang pertanian (45), pertambangan dan galian

(28), dan listrik, gas dan air (16).

Dari seluruh perusahaan yang beroperasi di Batam, perusahaan PMA sebanyak

773 perusahaan, perusahaan PMDN sebanyak 789 perusahaan, swasta nasional 789

perusahaan dan 56 perusahaan join venture, serta sisanya lain-lain usaha.

Sementara itu, proporsional dengan jumlah perusahaan, tenaga kerja paling

banyak terserap pada perusahaan di bidang industri pengolahan yaitu hampir 200 ribu

pekerja. Industri yang menyerap tenaga kerja terbesar berikutnya adalah pada industri

perdagangan, hotel dan restauran dengan jumlah pekerja sekitar 40.000 ribu orang.

Dari seluruh pekerja tersebut, sejumlah 347.460 pekerja adalah WNI, dan sejulah 5.976

adalah ekspatriat. Dari pekerja WNI, komposisinya ternyata proporsional antara pekerja

laki-laki dan perempuan yaitu 195.512 laki-laki dan 151.948 perempuan.

Page 49: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 37

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

C. Kondisi Infrastruktur.

Kota Batam telah memiliki fasilitas jalan raya yang dibangun dengan baik dan

berstandar tinggi yang menghubungkan hampir semua daerah di Kota Batam. Sistem

jaringan transportasi tersebut mengintegrasikan semua pusat kegiatan yang ada di Pulau

Batam dan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan transportasi yang berinteraksi satu

sama lain serta saling menghubungkan antara wilayah kota, permukiman, daerah

komersial, dan rekreasi.

Wilayah Kota Batam yang terdiri dari banyak pulau, baik besar maupun kecil telah

terhubung dengan 6 (enam) buah jembatan megah yang menghubungkan 7 (tujuh) buah

pulau (yaitu : P. Batam ke P. Tonton ke P. Nipah ke P. Setoko ke P. Rempang ke P.

Galang dan ke P. Galang Baru). Semua jembatan tersebut berkonstruksi besi dan beton

dengan panjang keseluruhan 2.262 m. Disamping itu terdapat 2 (dua) buah jembatan di

Pulau Batam yaitu jembatan Sei Ladi dan Jembatan Nongsa.

Kedelapan jembatan tersebut yaitu :

1. Jembatan Tengku Fisabilillah, panjang 642 M, bentang 350 M, tinggi 38 M.

2. Jembatan Nara Singa II, panjang 420 M, bentang 160 M, tinggi 15 M.

3. Jembatan Raja Ali Haji, panjang 270 M, bentang 45 M, tinggi, 15 M.

4. Jembatan Sultan Zainal Abidin, panjang 365 M, bentang 145 M, tinggi 16,5 M.

5. Jembatan Tuanku Tambusai, panjang 385 M, bentang 245 M, tinggi 27 M

6. Jembatan Raja Kecil, panjang 180 M, bentang 45 M, tinggi 9,5 M,

7. Jembatan Sei Ladi, panjang 179 M, bentang 40 M, tinggi 10 M.

8. Jembatan Nongsa, panjang 160 M, bentang 60 M, tinggi 8 M.

Jalan dan jembatan di Batam telah memiliki fasilitas jalan raya yang dibangun

dengan baik dan berstandar tinggi yang menghubungkan hampir semua daerah di Kota

Batam. Sistem jaringan transportasi tersebut mengintegrasikan semua pusat kegiatan

yang ada di Pulau Batam dan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan transportasi

yang berinteraksi satu sama lain serta saling menghubungkan antara wilayah kota,

permukiman, daerah komersial, dan rekreasi.

Page 50: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

38 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dalam energi kelistriikan, PT PLN Batam, anak usaha PT PLN (Persero)

menyebutkan, kapasitas elektrifikasi di wilayah Batam mencapai 340 mega watt (MW).

Penggunaan pembangkit didominasi dengan Pembangkit Listrik Tenag Gas Uap

(PLTGU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). yang berasal dari 9 PLTD dengan

19 mesin dengan daya mampu netto (DMN) sebesar 73,6 MW. Perusahaan juga

melakukan kerja sama dalam bentuk sewa genset dengan kapasitas terpasang 192 MW

dengan DMN 175,8 MW, sehingga pembangkit yang dikelola perusahaan sampai dengan

triwulan I tahun 2008 memiliki DMN sistem mencapai 249,4 MW , dari daya terpasang

keseluruhan sebesar 303,4 MW.

Kebutuhan air bersih di Kota Batam, umumnya disuplai dan berasal dari air waduk

yang berjumlah tujuh buah waduk besar yang terletak di Pulau Batam dan Pulau

Rempang. Penyediaan air minum di Kota Batam dilaksanakan oleh PT. Aditya Tirta (ATB)

Batam yang mengelola enam (6) buah waduk yang terdapat di Pulau Batam. Selain itu,

untuk kebutuhan air di wilayah Hinterland, juga terdapat empat (4) buah waduk yang

relatif kecil yang dikelola oleh UPT Air Bersih. Keempat waduk tersebut adalah waduk

Sekanak I & II, waduk Pulau Pemping, dan waduk Pulau Bulang dengan total volume air

758,000 M3. Kesemua waduk tersebut cukup untuk konsumsi pabrik, hotel, dan

perumahan yang ada di Kota Batam.

Page 51: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 39

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Page 52: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

40 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 53: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 41

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB V

KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

A. Kelembagaan Badan Pengelola Batam

Pada awalnya Badan Pengelola Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas (BP Batam) merupakan penjelmaan dari Otorita Pengembangan daerah Industri

Pulau Batam yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973.

Selanjutnya berdasarkan Keppres Nomor 41 Tahun 1973 dan terkahir diubah dengan

Keppres Nomor 58 Tahun 1989, susunan organisasi Otorita Batam terdiri atas:

1. Dewan Pembina Daerah Industri Pulau Batam

2. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam

3. Perusahaan Perseroan Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam

Susunan organisasi mengalami perubahan kembali yang diatur dalam Keppres

No. 25 Tahun 2005, dengan susunan Dewan Pembina Daerah Industri Pulau Batam:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomia selaku Ketua merangkap Anggota;

2. Menteri Perdagangan selaku Wakil Ketua-I merangkap Anggota

3. Menteri Perindustrian selaku Wakil Ketua-II merangkap Anggota

4. Menteri Dalam Negeri selaku Wakil Ketua-III merangkap Anggota

5. Anggota:

- Menteri Keuangan

- Menteri Pekerjaan Umum

- Menteri Perhubungan

- Menteri Riset dan teknologi

- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

- Gubernur Kepulauan Riau

Sedangkan struktur organisasi Otorita Batam dipimpin oleh seorang Ketua yang

dibantu oleh 3 orang Deputi, yaitu Deputi Bidang Operasi, Deputi Bidang Administrasi

dan Perencanaan, dan Deputi Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

Berkenaan dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007

tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, mengubah

kelembagaan dan struktur organisasi menjadi terdiri dari:

1. Dewan Kawasan

2. Dewan Pengawas

3. Badan Pengusahaan

Dewan Kawasan, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2013

tanggal 11 Juli 2013 terdiri dari :

Page 54: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

42 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

1. Gubernur Kepulauan Riau, sebagai Ketua merangkap Anggota;

2. Walikota Batam, sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

3. Anggota:

- Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe B Batam, Ditjen Bea

dan Cukai, Kementerian Keuangan;

- Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Ditjen

Pajak, Kementerian Keuangan;

- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi

Kepulauan Riau;

- Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan

Riau;

- Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Kepulauan Riau;

- Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau;

- Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjungpinang;

- Komandan Gugus Keamanan Laut Wilayah Barat;

- Komandan Komando Resort Militer 033/Wirapratama.

Sedangkan Dewan Pengawas BP Batam, berdasarkan Surat Keputusan Ketua

Dewan Kawasan Nomor 28/KA-DK/BTM/XII/2013 tanggal 6 Desember 2013, ditetapkan

susunan Dewan Pengawas sebagai berikut:

1. DR. M. Iman Santosa, SH, MA, sebagai Ketua merangkap anggota;

2. DR Hadianto, SH, LLM sebagai anggota;

3. Drs. Zamhari, M.Ec sebagai anggota;

4. Astoerullah Aziz, MSc, MM sebagai anggota;

5. Ir. Mochamad Prijanto, ME sebagai anggota.

Untuk Badan Pengelola, pada Juni 2014 dilaksanakan pemilihan Badan

Pengelola untuk periode 2014-2019, dan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan

Kawasan Nomor 20/KA-DK/BTM/VI/2014 tanggal 30 Juni 2014 ditetapkan susunan

keanggotaan Badan Pengelola Kawasan sebagai berikut:

1. Mustofa Widjaja sebagai Kepala;

2. Jon Arizal sebagai Wakil Kepala;

3. Gani Lasa sebagai Deputi Bidang Adminstrasi dan Umum;

4. I Wayan Subawa sebagai Deputi Bidang Perencanaan dan Pengembangan;

5. Istono sebagai Deputi Bidang Pengusahaan dan Sarana Usaha;

6. Nur Syafriadi sebagai Deputi Bidang Perencanaan dan Pengusahaan Sarana

Lainnya;

7. Fitrah Kamaruddin sebagai Deputi Bidang Pelayanan Umum.

Struktur organisasi Badan Pengelola saat ini masih berdasarkan Peraturan

Ketua Dewan Kawasan Nomor 9 Tahun 2010 tanggal 11 Oktober 2010.

Page 55: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 43

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Selanjutnya dalam melaksanakan tugas pengelolaan kawasan khusus, Badan

Pengelola memiliki unit-unit usaha, yaitu:

1. Pelabuhan Laut,

Pelabuhan laut yang dikelola oleh unit mandiri Kantor Pelabuhan Laut meliputi

5 wilayah kerja yang meliputi sepanjang pantai Pulau Batam-Rempang-Galang dan

memiliki 3 pelabuhan umum, 4 terminal internasional, 3 terminal domestik dan

beberapa pelabuhan khusus. Wilayah kerja pelabuhan laut meliputi:

a. Pelabuhan Batu Ampar;

b. Pelabuhan Kabil;

c. Pelabuhan Sekupang;

d. Pelabuhan Batam Centre;

Page 56: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

44 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dengan kapasitas sandar kapal sebesar 35.000 ton, serta panjang dermaga

1.250 m, pelabuhan Batu Ampar merupakan salah satu pelabuhan bongkar muat

terbesar di Batam. Dengan kapasitas sandar kapal sebesar 35.000 dari 150.000

yang direncanakan, serta panjang dermaga 420m yang akan diperbesar menjadi

5.500, pelabuhan Kabil biasa dipergunakan untuk pelabuhan domestik menuju pulau-

pulau di sekitar Batam seperti Tj.Pinang, tj.Uban dan sebagainya. dan juga dekat

dengan Kawasan industri yang berada disekitar kawasan industri Kabil. Dengan

kapasitas sandar kapal sebesar 10000 ton serta panjang dermaga 177m yang akan

diperpanjang 1200m, pelabuhan Sekupang juga merupakan pelabuhan bongkar

muat yang biasanya berasal dari berbagai daerah.

2. Bandara Internasional Hang Nadim.

Bandar Udara Hang Nadim merupakan pelabuhan udara internasional yang

mulai dioperasikan tahun 1983. Pelabuhan udara ini memiliki landasan pacu

terpanjang di Indonesia sepanjang 4.025 m, memiliki ukuran apron seluas 130.500

m2, serta mampu menampung 18 pesawat berbadan lebar jenis Boeing 747. Luas

terminal saat ini 35.112 m2, dilengkapi dengan 4 buah jembatan boarding.

Pergerakan jumlah penumpang per tahun melalui Bandara Hang Nadim

mencapai 4,232 juta orang pada tahun 2014, naik dari sebesar 3,762 juta pada

tahun 2013. Sementara pergerakan pesawat udara pada tahun 2013 mencapai

Page 57: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 45

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

36.770 frekuensi, naik secara konsisten sejak tahun 2010 yang berjumlah 27.588

frekuensi.

3. Pengelolaan Air Baku dan Limbah.

Sejak tahun 1997, Otorita Batam membuat Transfer Depo Limbah Industri

(TDLI) pada lahan seluas 7,2 Ha sebagai persyaratan bagi terselenggaranya

kegiatan industri. Depo ini kemudian ditingkatkan fungsinya pada tahun 2007

menadi Kawasan Pengelola Limbah Industri(KPLI) B3 sehingga memungkinkan

untuk beberapa jenis limbah industri dapat diolah. Sedangkan untuk limbah yang

Page 58: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

46 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

belum dapat diolah dapat ditampung pada tempat penampungan sementara bahan

buangan berbahaya sebelum dikirim ke instalasi pengelolaan di Cileungsi.

Dengan telah ditingkatkan menjadi Kawasan Pengelola Limbah Industri (KPLI)

lahan yang dibutuhkan seluas 19,7 Ha yang dilengkapi dengan 4 unit gedung

limbah B3 (ditambah peralatan bongkar muat) yang dapat menampung total 5,200

drum (26.000 drum per tahun).

Pelayanan air bersih melayani 175.470 satuan sambungan dan fasilitas

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas domestik sebesar 33

liter/detik.

4. Rumah Sakit Otoritas Batam

Tujuan pendirian RS Otorita Batam adalah untuk mengantisipasi penyediaan

sarana kesehatan bagi masyarakat, khususnya rumah sakit yang saat itu belum

bekembang di Batam. Pada perkembangan berikutnya, RS Otorita Batam menjadi

Rumah Sakit Kelas B plus Non Pendidikan dan merupakan rumah sakit rujukan

untuk Kota Batam dan Provinsi Kepulauan Riau. RS Otorita Batam melayani 17

pelayanan spesialis dan dilengkapi dengan sarana pengelolaan limbah/incinerator.

5. Pengelolaan Lahan.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 Bab 3 Pasal 6 ayat

2 dan ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43

Tahun 1977 dan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 9-VIII Tahun

1993, dinyataka bahwa seluruh areal tanah yang terletak di Pulau Batam dan lima

pulau di sekitarnya diberikan hak pengelolaan kepada Ketua Otorita Batam/Kepala

BP Batam, sehingga pemanfaatan dan penggunaan lahan di daerah tersebut oleh

pihak ketiga harus mendapat persetujuan Otorita Batam/BP Batam.

Salah satu faktor strategis dengan adanya sarana infrastruktur jembatan yang

menghubungkan Pulau Batam-Tonton-Nipah-Setoko-Rempang-Galang-Galang

Baru. Dengan jembatan penghubung tersebut, wilayah kawasan BP Batam

diperluas menjadi 715 km2.

Penggunaan lahan di Batam diberikan untuk waktu 30 tahun pertama,

kemudian dapat diperpanjang untuk 20 tahun, serta dapat diperbaharui selama 30

tahun. Sehingga total waktu yang diberikan untuk penggunaan tanah menjadi 80

tahun.

6. Rumah Susun.

Rumah susun di Kawasan Batam dibangun untuk menunjang kebutuhan rumah

bagi tenaga kerja di kawasan industri sehingga diharapkan dapat menekan biaya

hidup. Lokasi rumah susun terdapat di Sekupang, Muka Kuning, Batu Ampar dan

Kabil.

Rumah susun Sekupang terletak di Sekupang dengan luas 7 Ha. Lokasi rumah

susun Sekupang dekat dengan Kawasan Industri Sekupang. Rumah susun

Sekupang terdiri dari 2 Twin Block Tipe 36, dengan jumlah 128 unit dan 2 Twin

Block Tipe 21, dengan jumlah 128 unit. Jumlah total unit rumah susun Sekupang

adalah sebanya 256 unit yang dapat menampung jumlah hunian sebanyak 896

orang.

Page 59: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 47

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Rumah susun Muka Kuning terletak di Muka Kuning dengan luas 25 Ha. Lokasi

rumah susun ini sangat strategis karena berdekatan dengan kawasan industri

Batam Indo dan kawasan iindustri Panbil di Muka Kuning yang hanya berjarak 200

meter. Rumah susun Muka Kuning terdiri dari 9 Twin Block Tipe 21, dengan jumlah

unit 576 unit yang mampu menampung jumlah hunian sebanyak 2.304 orang.

Rumah susun Batu Ampar terletak di area seluas 5 Ha. Lokasi rumah susun Batu

Ampar terletak di Kawasan Industri Batu Ampar yang berjarak 200 m. Rumah

susun Batu Ampar terdiri dari Twin Block Tipe 21, dengan jumlah unit sebanyak

256 unit, dengan total jumlah hunian 1024 orang.

B. Kondisi Keuangan.

Batam tumbuh sepenuhnya karena faktor intervensi yang sangat terencana

dilakukan Pemerintah Pusat, Alasan-alasan Pemerintah Pusat melakukan

intervensi dapat ditelurusi dari perjalanan sejarah Batam selama 40 tahun terakhir.

Tanpa tindakan intervensi Pemerintah Pusat, Batam tentu tidak mungkin tumbuh

dengan akselerasi yang demikian tinggi.

Sejak tahun 1976 sampai dengan 1984, Kawasan Batam dibangun dengan

mengandalkan dana APBN, dan sejak tahun 1985 telah dapat memperoleh

pendapatan sendiri dari beberapa kegiatan unit usaha. Besarnya realisasi

pendanaan APBN yang digunakan sejak 1976 sampai dengan 2010 adalah

berkisar Rp 1.351,3 triliun, sedangkan realisasi pendapatan sendiri sejak tahun

2004 sampai dengan tahun 2010 adalah berkisar Rp 3.121,7 triliun.

Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi BP Batam Tahun 2013

(Unaudited) diketahui realisasi anggaran :

1. Realisasi pendapatan negara sebesar Rp 932, 200 Miliar atau 135 persen dari

estimasi pendapatan yang diperkirakan sebesar Rp 687,279 Miliar.

2. Realisasi belanja sebesar Rp 846,886 Miliar atau sebesar 88,25 persen dari

alokasi anggaran sebesar Rp 959,678 Miliar.

REALISASI ANGGARAN BP BATAM

TAHUN 2013

NO. URAIAN JUMLAH

% PAGU ANGGARAN REALISASI

1 Pendapatan Negara dan Hibah 687.279.000.000,00 932.200.572.897,00 135,64%

2 Belanja Negara 959.677.812.000,00 846.886.881.830,00 88,25%

Sedangkan berdasarkan Neraca Tahun 2013, diketahui posisi aset,

kewajiban dan ekuitas dana sebagai berikut:

1. Aset sebesar Rp 11.312,260 Miliar, yang terdiri dari aset lancar sebesar

Rp1.081,355 Miliar dan aset tetap sebesar Rp 15.053,94 Miliar, serta aset

lainnya sebesar Rp 26,557 Miliar.

2. Jumlah kewajiban sebesar Rp 487, 433 Miliar yang merupakan kewajiban jangka

pendek sebesar Rp 102,147 Miliar dan kewajiban jangka panjang sebesar Rp

385,284 Miliar.

Page 60: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

48 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

3. Sementara itu jumlah ekuitas adalah sebesar Rp 10.284, 827 yang terdiri dari

ekuitas awal sebesar Rp 10.116,064 Miliar, surplus tahun lalu sebesar Rp

378,927 Miliar dan surplus tahun berjalan sebesar Rp 380,118 Miliar, serta

donasi dan hibah dikeluarkan sebesar Rp 50,283 Miliar.

RINCIAN ASET TETAP PADA BP BATAM

TAHUN 2013

NO. URAIAN NILAI TAHUN 2012 MUTASI

NILAI TAHUN 2013 PENAMBAHAN PENGURANGAN

1 Tanah 6.064.230.668.678,70 194.921.700.554,00 11.172.200,70 6.259.141.197.032,00

2 Gedung dan Bangunan 842.256.284.137,40 99.971.277.274,32 94.839.022.612,00 847.388.538.799,72

3 Peralatan dan Mesin 539.560.695.033,75 148.754.690.768,87 48.742.109.926,95 639.573.275.875,67

4 Jalan, Irigasi dan Jaringan

6.135.898.033.877,35 738.335.104.838,74 53.615.708.598,35 6.820.617.430.117,74

5 Aset Tetap Lainnya 17.629.992.384,00 2.327.123.850,00 10.713.519.347,00 9.243.596.887,00

6 Aset dalam Pengerjaan 313.993.189.000,00 433.272.569.363,72 269.290.649.273,72 477.975.109.090,00

Jumlah Nilai Aset Tetap 13.913.568.863.111,20 1.617.582.466.649,65 477.212.181.958,72 15.053.939.147.802,10

7 Aktiva Tetap KSO 724.718.055.464,00

554.209.578.905,00 170.508.476.559,00

Sumber: Laporan Keuangan BP Batam Tahun 2013 (Unaudited)

Berdasarkan laporan aktivitas, diketahui aktivitas operasional dengan

menghitung pendapatan dan biaya selama satu periode sehingga dapat dihitung

untung dan rugi perngelolaan usaha, yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan usaha BP Batam tahun 2013 sebesar 1.156, 323 Miliar yang terdiri

dari pendapatan usaha dari jasa layanan sebesar Rp 824,011 Miliar dan

pendapatan dari alokasi APBN sebesar Rp 223,594 Miliar dan pendapatan

usaha lainnya sebesar Rp 108,718 Miliar.

2. Realisasi biaya BP Batam tahun 2013 sebesar Rp 775,485 Miliar yang terdiri

dari biaya usaha sebesar Rp 345,239 dan biaya umum dan administrasi sebesar

Rp 430,245 Miliar.

3. Biaya lainnya BP Batam pada tahun 2013 sebesar Rp 1, 076 Miliar yang terdiri

dari biaya bunga sebesar Rp 243,010 Juta, biaya administrasi bank sebesar Rp

190,555 Juta, rugi selisih kurs sebesar Rp 184,008 juta dan biaya lain-lain

sebesar Rp 458,742 juta.

PENDAPATAN USAHA DARI JASA LAYANAN BP BATAM

TAHUN 2013

NO. URAIAN PENDAPATAN TAHUN 2013 TAHUN 2012

1 Pendapatan Perijinan/UWTO 520.332.800.552,75 390.216.173.745,87

2 pendapatan Pengelolaan Air dan Limbah 16.580.614.489,58 20.644.801.823,15

3 Pendapatan Pelabuhan Udara 85.590.326.651,74 82.226.398.029,60

4 Pendapatan Pelabuhan Laut 120.502.934.052,33 118.055.873.988,00

5 Pendapatan RS Otorita Batam 78.544.837.071,69 69.748.852.715,99

6 Pendapatan Sewa Kantor Jakarta 2.459.221.124,00 -

Sumber: Laporan Keuangan BP Batam Tahun 2013 (Unaudited)

Sepanjang tahun 2013, BP Batam memproleh pendapatan dari aktivitas dan

layanan yang diberikan. Dari pelayanan perijinan lahan, diperoleh pendapatan

Page 61: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 49

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

sebesar Rp 520,332 Miliar, meningkat dari tahun 2012 yang sebesar Rp 390,216

Miliar. Sedangkan dari pengelolaan air dan limbah, diperoleh pendapatan senesar

Rp 16,580 miliar, turun dari tahun 2012 yang sebesar Rp 20,645 Miliar. Selanjutnya

dari pendapatan pelabuhan udara Hang Nadim diperoleh pendapatan sebesar Rp

85,590 Miliar, meningkat dari tahun 2012 yang sebesar Rp 82,226 Miliar.

Sedangkan dari pelabuhan laut, diperoleh pendapatan sebesar Rp 120,502 Miliar,

meningkat dari tahun 2012 Rp 118,056 Miliar. Pendapatan dari Rumah Sakit BP

Batam pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 78,545 Miliar, atau naik dari tahun

2012 yang sebesar Rp 69,749 Miliar. Terakhir adalah pendapatan dari sewa kantor

Gedung Otorita Batam di Jakarta yang mencapai Rp 2,459 Miliar.

RINCIAN BIAYA USAHA BP BATAM

TAHUN 2013

NO. URAIAN BIAYA JUMLAH

TAHUN 2013 TAHUN 2012

1 Belanja Pegawai 151.451.811.800,82 33.973.293.419,68

2 Belanja Bahan 54.428.493.066,80 49.720.885.549,91

3 Belanja Jasa Layanan 7.974.976.737,00 7.776.020.109,00

4 Belanja Pemeliharaan 21.038.333.724,13 21.792.622.633,00

5 Belanja Perjalanan 1.622.175.939,00 2.161.928.316,40

6 Belanja Daya dan Jasa 23.765.682.498,00 24.079.253.089,00

JUMLAH 260.281.473.765,75 139.504.003.116,99

Dalam rangka melaksanakan operasional unit-unit usaha di BP Batam,

diperlukan biaya usaha. Biaya usaha terdiri dari belanja pegawai yang mencapai

sebesar Rp 151,451 Miliar, belanja bahan Rp 54,428 Miliar, belanja jasa layanan

Rp 7,974 miliar, biaya pemeliharaan Rp 21, 038 Miliar, biaya perjalanan sebesar Rp

1,622 Miliar, dan belanja daya dan jasa sebesar Rp 23,765 Miliar.

RINCIAN BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI BP BATAM

TAHUN 2013

NO. URAIAN BIAYA JUMLAH

TAHUN 2013 TAHUN 2012

1 Belanja Pegawai 218.974.444.165,75 332.522.614.239,53

2 Biaya Administrasi Perkantoran 69.458.337.404,38 72.079.419.630,10

3 Biaya Pemeliharaan 28.608.778.161,00 21.355.567.137,00

4 Biaya Perjalanan Dinas 19.063.030.340,00 15.150.605.583,48

5 Biaya Daya dan Jasa 3.119.924.452,00 1.964.112.901,50

7 Biaya Promosi 10.475.000,00 1.492.037.517,23

8 Biaya Bantuan Sosial DLL 2.718.086.563,00 320.726.000,00

JUMLAH 341.953.076.086,13 443.072.319.491,61

Selain biaya usaha yang terkait langsung dengan operasional dan layanan,

terdapat pula biaya-biaya dalam rangka operasional manajemen dan

keorganisasian, yang disebut sebagai biaya umum dan administrasi. Biaya umum

dan administrasi, meliputi: belanja pegawai sebesar Rp 218,974 Miliar, biaya

administrasi perkantoran Rp 69,458 Miliar, biaya pemeliharaan Rp 28,608 Miliar,

biaya perjalanan dinas Rp 19,063 Miliar, biaya daya dan jasa Rp 3,119 Miliar, biaya

promosi Rp 10,475 juta, dan biaya bantuan sosial dan lainnya Rp 2,718 Miliar.

Page 62: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

50 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

PERBANDINGAN BIAYA USAHA DAN BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI

BP BATAM TAHUN 2013

NO. UNIT/KANTOR BIAYA USAHA BIAYA UMUM & ADM.

1 Kantor Pusat 32.758.952.247,95 405.932.443.521,60

2 Air dan Limbah 25.009.870.231,06 -

3 Bandara Hang Nadim 110.187.547.501,40 -

4 Pelabuhan Laut 60.495.645.773,48 7.741.275.638,83

5 Rumah Sakit BP Batam 115.501.071.515,86 6.764.486.500,13

6 Kantor Perwakilan Jakarta 1.286.473.994,00 9.807.399.386,21

JUMLAH 345.239.561.263,75 430.245.605.046,77

Melalui sistem akuntansi biaya yang dilakukan oleh BP Batam, dapat

diketahui perbandingan biaya usaha dan biaya umum dan adminstrasi untuk

masing-masing unit/kantor. Pada Kantor Pusat, biaya usaha Rp 32,759 Miliar dan

biaya adminstrasi dan umum sebesar Rp 405,932 Miliar. Pada Kantor Air Limbah,

biaya usaha sebesar Rp 25,009 Milar tanpa ada biaya administrasi dan umum.

Demikian pula pada Bandara Hang Nadim, biaya usaha sebesar Rp 110,187 Miliar,

tanpa biaya umum dan administrasi. Sedangkan pada Pelabuhan Laut, biaya usaha

sebesar Rp 60,495 Miliar dengan biaya umum dan administrasi sebesar Rp 7,741

Miliar. Pada Rumah Sakit BP Batam, biaya usaha mencapai Rp 115,501 dengan

biaya umum dan administrasi sebesar Rp 6,764 Miliar. Terakhir pada Kantor

Perwakilan Jakarta, biaya usaha sebesar Rp 1,286 Miliar dengan biaya administrasi

dan umum sebesar RP 9,807 Miliar.

PEMBELIAN INVESTASI BP BATAM

TAHUN 2013

NO. UNIT/KANTOR JUMLAH

1 Kantor Pusat 27.311.468.702,74

2 Air dan Limbah 481.898.000,00

3 Bandara Hang Nadim 17.463.725.699,72

4 Pelabuhan Laut 6.374.446.500,00

5 Rumah Sakit BP Batam 1.607.040.000,00

6 Kantor Perwakilan Jakarta 25.215.850,00

JUMLAH 53.263.794.752,46

Dalam tahun 2013, BP Batam juga mencatatkan biaya untuk investasi pada

masing-masing unit atau kantor. Pada Kantor Pusat biaya investasi sebesar Rp

27,311 Miliar. Pada Kantor Air dan Limbah biaya investasi sebesar Rp 481,898 juta.

Untuk Bandara Hang Nadim, biaya investasi sebesar Rp 17,463 Miliar. Pada

Pelabuhan Laut, biaya investasi sebesar Rp 6,374 Miliar. Pada Rumah sakit BP

Batam, biaya investasi sebesar Rp 1,607 Miliar. Terakhir, pada Kantor Perwakilan

Jakarta, biaya investasi sebesar RP 53,264 Miliar.

Page 63: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 51

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

C. Tata Kelola Keuangan.

Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) memiliki keunikan tersendiri dalam

tata kelola keuangan. Sebagai entitas yang memiliki Bagian Anggaran (BA 112)

dalam struktur APBNP, BP Batam bertindak selaku Pengguna Anggaran atas

Bagian Anggarannya sejajar dengan kementerian/lembaga pada Pemerintah Pusat.

Namun demikian sebagai Badan Layanan Umum, BP Batam melaksanakan tata

kelola keuangan sebagai suatu satuan kerja yang melaksanakan pola pengelolaan

keuangan Badan Layanan Umum. Demikian pula sebagai Badan Pengusahaan

Kawasan, BP Batam juga memiliki unit-unit usaha penghasil penerimaan.

Mekanisme dan tata kelola pengelolaan keuangan sebagai Bagian Anggaran,

Satuan Kerja Badan Layanan Umum dan mekanisme operasional usaha kawasan

yang khas ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Dalam rangka pegelolaan keuangan, selain merujuk pada peraturan

perundangan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan

Umum, BP Batam menyusuan Peraturan Kepala BP Batam Nomor 8 Tahun 2012

tentang Standar Operasi Prosedur) Pelaksanaan Anggaran Belanja Sumber

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Unit Kerja di Lingkungan Badan

Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam, dan Peraturan

Kepala BP Batam Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam.

Berdasarkan peraturan tersebut, dalam pengelolaan keuangan, unit di BP

Batam dipisahkan antara Unit Kantor Pusat yang disebut sebagai Cost Centre dan

Unit Mandiri.

Unit Kantor Pusat atau Cost Centre terdiri 16 unit kerja administratif dan 4

unit kerja penghasil, yaitu Biro Umum, Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat

Pemukiman Lingkungan dan Agribisnis, dan Pusat Pengolahan Data dan Sistem

Informasi (PDSI).

Sedangkan Unit Mandiri meliputi Kantor Bandar Udara, Kantor Pelabuhan

Laut, Rumah Sakit BP Batam, Direktorat Pengelolaan Air dan Limbah, dan Kantor

Perwakilan Jakarta.

Dalam pelaksanaan anggaran belanja, unit Kantor Pusat dikoordinir oleh

Biro Keuangan, sedangkan untuk Unit Mandiri, masing-masing memiliki rekening

pengeluaran. Kebutuhan pengisian kas untuk Unit Kantor Pusat diajukan kepada

Kepala BP sesuai dengan proyeksi kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan

Page 64: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

52 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

dan pembayaran pekerjaan, selanjutnya Kepala Biro Keuangan melakukan

pemindahbukuan kas dari rekening penerimaan Kantor Pusat.

Sedangkan untuk Unit Mandiri, berdasarkan rencana penarikan dana sesuai

kebutuhan, diajukan surat ke Deputi Bidang Administrasi dan Umum dan secara

berkala dilakukan dropping dana dari Biro Keuangan untuk pengisian kas, yang

diambil dari Rekening Pengeluaran Kantor Pusat.

Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan, pada masing-masing unit

penghasil, baik di Unit Kantor Pusat maupun pada Unit Mandiri, memiliki

Bendahara Penerimaan. Setoran penerimaan dapat disetor secara giral ke

Rekening Penerimaan atau disetor kepada Bendahara Penerimaan untuk

selanjutnya disetor ke Rekening Penerimaan.

Pada Unit Mandiri, setiap setoran penerimaan dilakukan verifikasi dokumen

kemudian verifikasi oleh Unit, dan selanjutnya diterbitkan faktur dan surat

pelunasan. Atas uang yang diterima disetor ke rekening penerimaan Kantor Pusat.

Unit hanya dapat memonitor penerimaan melalui CMS.

Sedangkan pada Kantor Pusat, berkas bukti setor dan rekeking koran

dilakukan penginputan ke FBMS, selanjutnya dilakukan verifikasi oleh staf unt

diinput dalam sistem penerimaan. Tahap selanjutnya adalah proses pengesahan

kas masuk yang melalui verifikasi oleh Unit verifikasi dan pembukuan pendapatan,

dan Kepala Biro Keuangan.

Page 65: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 53

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dalam pengelolaan keuangan, BP Batam juga melakukan pengelolaan

rekening. Dalam rangka pengelolaan penerimaan dan pengeluaran, BP Batam

memiliki 24 rekening penerimaan, baik di Kantor Pusat maupun pada unit

penghasil; 7 rekening pengeluaran; 3 rekening pengelolaan kas, dan 5 rekening

dana kelolaan. Rekening tersebut tersebar di 10 bank di Batam dan Jakarta.

Dalam pengelolaan keuangan, BP Batam juga menggunakan sistem

informasi yang disebut sebagai FBMS. Melalui sistem FBMS, seluruh informasi

keuangan, baik pennerimaan maupun pengeluaran dapat ditatausahakan secara

terintegrasi. Pada tahap pertama, seluruh unit menginput pagu anggaran sesuai

DIPA dan RBA, dan pada saat pelaksanaan anggaran, diinput rencana kebutuhan

anggaran, transfer penerimaan dan pengeluaran anggaran, dan FBMS

menghasilkan laporan keuangan dan laporan rekening bank. Seluruh transaksi

berjalan juga dapat dimonitor dalam sistem FBMS.

Page 66: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

54 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Sebagai satuan kerja BLU, atas pengelolaan pendapatan negara bukan

pajak yang dikelolanya BP Batam juga harus melakukan pengesahan pendapatan

dan belanja ke APBN. Pengesahan pendapatan dan belanja dilakukan melalui

penerbitan SP3B maksimal triwulanan ke KPPN. Mengingat BP Batam juga

memiliki anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni APBN, BP Batam juga harus

melakukan komitmen, pembayaran dan pencairan dana ke KPPN sesuai dengan

mekanisme pembayaran atas beban APBN.

Demikian pula dalam pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran, BP

Batam juga harus melaksanakan Sistem Akuntansi Keuangan BP Batam, yang

berbasis Sistem Akuntansi Keuangan dan menyusun laporan keuangan

berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintahan. Laporan Keuangan BP Batam,

disampaikan kepada Direktur PPK-BLU secara Triwulanan dan untuk SAP

dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN tiap bulan.

Page 67: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 55

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB VI

ANALISIS PENCAPAIAN TUJUAN EKONOMI, KELEMBAGAAN

DAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

PADA TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM BP BATAM

A. Analisis Pencapaian Tujuan Ekonomi.

, Berdasarkan literatur maupun berdasarkan peraturan perundangan, tujuan pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas adalah mendorong kegiatan lalu lintas perdagangan internasional yang mendatangkan devisi bagi negara, dan memberikan dampak nasional dalam penyediaan lapangan kerja, meningkatkan investasi—baik asing maupun domestik, dan meningkatkan ekonomi kreatif melalui pariwisata.

Dalam pembentukan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas di Indonesia, tujuan pembentukan untuk kepentingan ekonomi nasional dipadukan pula dengan mempercepat pengembangan daerah seiring dengan otonomi daerah. Oleh karena itu, dalam pengelolaan kawasan dibentuk Dewan Kawasan yang menetapkan kebijakan umum, membina, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan Badan Pengusahaan.

Sedangkan Badan Pengusahaan adalah adminsitrator dan operator kawasan yang memiliki wewenang untuk membeikan perizinan dan pembangunan infrastruktur kawasan serta pengaturan kawasan sehingga perusahaan dapat melakukan aktivitas ekonomi yang optimal.

Dalam rangka menarik investasi, lalu lintas perdagangan dan mempercepat pertumbuhan kawasan, diberikan insentif fiskal pada kawasan yaitu pembebasan pungutan pajak, bea dan cukai untuk impor dan ekspor barang produksi, dan impor barang konsumsi.

Dalam kerangka berfikir latar belakang pembentukan kawasan perdangan dan pelabuhan bebas tersebut, terdapat tanggung jawab yang besar terhadap pengelola kawasan untuk dapat melakukan pengusahaan sesuai dengan tujuan pembentukan kawasan. Pembentukan kawasan dan tugas pengelola kawasan, berbeda dengan pembentukan Pemerintah Daerah. Apabila pembentukan Pemerintah Daerah lebih

Page 68: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

56 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

kepada memberikan penyediaan barang/jasa publik dan pelayanan publik, maka kinerjanya diukur dengan peningkatan kesejahteraan rakyat di wilayah pemerintahan.

Dalam kaitannya dengan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, tujuan pembentukannya lebih seperti pembentukan badan usaha atau perusahaan bisnis, yang berorientasi pada kinerja bisnis—keuntungan, peningkatan modal, kesehatan finansial ataupun ekspansi usaha. Dalam hal ini, target kinerja kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas adalah pemasukan devisa hasil ekspor yang signifikan, berkembangnya industri sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal asing maupun domestik dengan perusahaan baru yang terus tumbuh, dan meningkatkan arus wisatawan akiibat berkembangnya ekonomi kreatif dan industri pariwisata.

Oleh karena itu, dalam melihat tata kelola kawasan, tidak dapat dilihat bahwa keberadaan badan pengelola atau badan pengusahaan sebagai unit pemerintahan yang menyediakan barang dan jasa publik, dibiayai dari sumber-sumber penerimaan negara dari anggaran negara dan kemudian dapat menghasilkan sumber-sumber penerimaan yang dapat digunakan sendiri untuk meningkatkan layanan.

Page 69: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 57

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Tata kelola kawasan harus dilihat sebagaimana tata kelola bisnis korporasi, yang memandang bahwa sumber-sumber penerimaan adalah biaya yang harus kembali dalam bentuk manfaat atau keuntungan yang dapat dihitung dengan analisis cost benefit. Fasilitas yang diperoleh oleh kawasan, yaitu insentif fiskal berupa pembebasan pajak, bea dan cukai, harus dihitung sebagai biaya hilang atau berkurangnya potensi penerimaan negara. Sehingga biaya tersebut harus berkorelasi langsung secara positif dengan menghasilkan manfaat peningkatan ekspor, penerimaan pajak penghasilan badan usaha. Demikian pula anggaran negara yang disalurkan dan penerimaan usaha yang digunakan untuk membiayai operasional administrasi kawasan, dan pembangunan dan penyediaan infrastruktur harus dapat dihitung dengan pertumbuhan ekonomi kawasan yang dicerminkan dengan meningkatkan sumbangan sektor industri terhadap PDRB, meningkatnya pembentukan modal, peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan volume investasi.

Dalam kondisi Batam, data BPS tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Batam selalu sekitar 7 % tiap tahun, kecuali pada tahun 2009, sebagai imbas krisis tahun 2008. Kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Batam dari sisi lapangan usaha, ditopang oleh Sektor Industri yang sebesar sekitar 57 % – 60 %. Sektor industri sendiri tumbuh sekitar 7 % tiap tahunnya.

Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan sektor bangunan ternyata cukup signifikan dari tahun ke tahun, berkisar antara 8% hingga 22 %. Hal ini dapat menjelaskan semakin maraknya pembangunan sektor properti berupa perumahan real estate. Demikian pula pada sektor perdagangan, yang tumbuh cukup signifikan dikisaran 8% sampai dengan 10%. Hal ini juga menjelaskan perkembangan pesat pusat perdagangan dan perbelanjaan di Batam.

Sedangkan dari sisi penggunaan, PDRB Batam masih menunjukkan bahwa porsi terbesar adalah dari perdagangan ekspor-impor sebesar 60%, dan konsumsi rumah tangga sebasar 29%.

Dalam perdagangan ekspor impor, data tahun 2008 -2012 juga menunjukkan bahwa Batam relatif masih surplus pada neraca perdagangan luar negeri dengan angka sekitar Rp 6 Triliun. Hal ini menjelaskan bahwa industri Batam adalah industri yang berbasiskan bahan baku impor. Namun demikian dalam perdagangan dalam negeri, neraca perdagangan Batam selalu negatif. Hal ini menggambarkan bahwa sesuai dengan tipikal Batam, barang-barang konsumsi lebih banyak didatangkan dari daerah lain, dan diberikan fasilitas pembebasan pajak, bea dan cukai.

KONDISI EKSPOR IMPOR BATAM

TAHUN 2008 - 2012 (dalam Miliar Rp)

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

A Ekspor Impor Antar Negara

Ekspor 18.690,57 18.264,21 26.937,86 32.311,96 34.153,40

Impor 31.143,10 21.528,72 24.258,54 25.798,96 27.424,29

Surplus/Desfisit -12.452,53 -3.264,51 2.679,31 6.513,00 6.729,10

B Ekspor Impor Antar Daerah

Ekspor 336,33 389,15 415,22 463,55 524,12

Impor 4.871,90 5.749,36 7.467,85 7.813,53 7.979,93

Surplus/Desfisit -4.535,57 -5.360,22 -7.052,63 -7.349,99 -7.455,81

Sedangkan biaya untuk mendukung penyediaan sarana prasarana publik, infrastruktur dan operasional Pemerintah di Batam pada tahun 2014, dapat dibedakan atas sumber dari anggaran pada BP Batam sebesar Rp 1, 105 Triliun, anggaran pada Pemerintah Kota Batam sebesar Rp 1,952 Triliun dan anggaran melalui APBN Pusat

Page 70: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

58 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

sebesar Rp 1,038 Triliun. Artinya anggaran yang mendukung pembangunan di Batam hampir berjumlah Rp 4 Triliun.

Sementara itu dari pertumbuhan penduduk, Batam mengalami pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun. Penduduk Batam dari tahun 2008 yang sekitar 824,964 ribu jiwa, ppada tahun 2012 meningkat menjadi 1,065 juta jiwa, atau tumbuh sekitar 8 % - 9% per tahun. Namun demikian, apabila jumlah penduduk dibandingkan dengan angkatan kerja, dapat diketahui lapangan kerja yang tersedia tidak mampu mencukupi perkebembangan jumlah penduduk. Pada tahun 2008, dari jumlah penduduk 824,964 ribu yang terserap di lapangan kerja adalah 224,260 ribu. Namun demikian pada tahun 2012, dari penduduk 1,065 juta jiwa,tenaga kerja yang terserap hanya 353,436 ribu.

Berdasarkan data dan analisis di atas, telah dapat diketahui target kinerja ekonomi yang harus dicapai oleh suatu kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Demikian pula kondisi saat ini di Batam, yang relatif menunjukkan indikator makro ekonomi bahwa karakteristik kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas masih terlihat kinerjanya, melalui pertumbuhan ekonomi, PDRB dan neraca perdagangan.

Namun demikian, berdasarkan data yang ada, masih belum dapat dihitung target ideal atau kinerja optimal dari pengelolaan kawasan bebas dalam indikator-indikator mikro, dan analisis cost benefit-nya. Seperti : seharusnya berapa komposisi pertumbuhan industri yang mendukung ekspor dengan industri yang mendukung penyediaan bahan baku; berapa pertumbuhan penanaman modal asing maupun domestik; berapa komposisi penduduk terhadap lapangan kerja; berapa pertumbuhan penggunaan tanah untuk industri konsumtif dan industri produktif.

Demikian pula dari sisi investasi Pemerintah, perlu diteliti lebih lanjut keterpaduan investasi Pemerintah untuk penyediaan infrastruktur di Batam, antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Badan Pengusahaan Batam. Keterpaduan investasi melalui belanja pemerintah tersebut penting untuk dipastikan mendukung dan berakibat langsung pada peningkatan kegiatan ekonomi produktif di Batam.

Namun demikian yang lebih penting lagi adalah, menghitung perbandingan antara potensi penerimaan negara yang hilang melalui insentif fiskal dengan benefit fiskal berupa kontribusi Batam terhadap pemasukan devisa, peningkatan paja penghasilan dan insentif ekonomi lainnya secara lebih terukur.

Penelitian dan analisis tersebut penting untuk menghindari insentif fiskal yang diberikan tidak menghasilkan keuntungan ekonomi yang diharapkan, seperti investasi yang stagnan, nilai ekspor yang tidak signifikan, pertumbuhan yang disumbang oleh konsumsi, bukan investasi ataupun pengangguran dan masalah sosial akibat dari arus migrasi penduduk yang tinggi ke lokasi KEK melebihi kapasitas pertumbuhan sektor industri yang akan menambah permasalahan baru terutama dari sisi bertambahnya angka pengangguran, semakin tingginya kesenjangan pendapatan dan akan memperbesar permasalahan sosial yang dihadapi oleh suatu daerah.

B. Analisis Kelembagaan.

Berdasarkan tinjauan peraturan perundang-undangan, kelembagaan Batam berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan dinamika eksternal dan isu politik ekonomi pemerintah. Dari kondisi eksternal tersebut, kelembagaan pengelolaan Batam dapat dibagi menjadi 3 fase besar.

Fase pertama, yaitu fase pembangunan dan otoritas penuh sebagai Kawasan Khusus dan Daerah Industri, sepanjang periode 1971 sampai dengan tahun 2007. Sepanjang fae ini kelembagaan Batam didisain sepenuhnya untuk mendukung prioritas dan kepentingan ekonomi nasional. Seluruh sumber daya Pemerintah Pusat

Page 71: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 59

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

dikerahkan untuk membangun Batam, baik dari sisi infrastruktur maupun dari tata kelola bisnis. Hasilnya disain lanskap Batam benar-benar laiknya Kota Industri di negara-negara lain. Lanskap ini yang masih tersisa dan dapat dinikmati di Batam sampai dengan saat ini.

Fase kedua, adalah fase kelembagaan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dalam semangat otonomi daerah, sepanjang tahun 2007 - 2011. Pada fase ini ditandai dengan dibentuknya Pemerintah Kota Batam, dan pembentukan Dewan Kawasan yang menetapkan arah kebijakan pengelolaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, yang dipimpin oleh Gubernur Kepulauan Riau. Pada periode fase kedua tersebut, kebijakan pengelolaan Batam yang semula sangat sentralistis, menjadi berbagi dengan kewenangan Pemerintah Daerah. Pada periode ini pula, Otorita Batam mengalami ambivalensi peran. Dalam satu sisi, memiliki peran yang luas yang masih melekat dari status otorita, dengan seluruh sumber daya yang dimilikinya. Namun di sisi lain, untuk menggunakan kewenangan tersebut dan menggerakkan sumber daya tersebut, BP Batam mengalami kesulitan dan harus berhadapan dengan berbagai regulasi dan kewenangan Pemerintah daerah maupun kementerian/lembaga.

Page 72: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

60 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Perlu diperhatikan di sini, bahwa sepanjang transisi antara fase pertama dengan fase kedua, terdapat kondisi status quo Batam yang menyisakan permasalahan hingga saat ini. Kondisi tersebut adalah, anggaran APBN untuk Otorita Batam terus disalurkan, penerimaan negara dari unit usaha terus mengalir, dan sementara unit-unit vertikal kementerian lembaga Pusat juga melaksanakan kegiatan dan anggaran di Batam. Kemudian ditambah dengan aktivitas pembangunan Pemerintah Kota Batam dan Provinsi Kepulauan Riau. Permasalahan yang tersisa dari kondisi tersebut adalah aset-aset yang dihasilkan dan akuntabilitas kinerja antar program yang tidak jelas hingga kini. Hal ini dicerminkan dari antara lain, neraca likuidasi Otorita Batam dan Neraca Awal BP Batam belum selesai disusun dan carut marut infrastruktur dan tata kelola di Batam.

Pada akhir fase kedua ini juga dimulai babak baru tentang Batam. Bahwa apabila sebelumnya, melihat wajah Batam sebagai satu kesatuan, yang direpresentasikan dengan Otorita Batam, maka setelah itu Batam dilihat sebagai sisi—Pemerintah Kota Batam, BP Batam dan pelaksanaan tugas-tugas kementerian/lembaga di Batam.

Selanjutnya, adalah fase ketiga, yaitu penetapan Badan Pengusahaan Batam sebagai Bagian Anggaran tersendiri dalam struktur APBN, dan pengelolaan

Page 73: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 61

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

keuangan Badan Layanan Umum dalam tata kelola keuangan BP Batam. Pada fase ketiga ini, fokusnya adalah pada keberadaan kelembagaan Badan Pengusahaan Batam sebagai unit organisasi memilki dua sisi yang sebenarnya telah diupayakan untuk konstruktif—namun dalam implementasinya dapat kontradiktif.

Dalam satu sisi, sebagai Badan Pengusahaan dari Dewan Kawasan yang melaksanakan tugas fungsi dan kewenangan pengembangan dan pengelolaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, BP Batam berada dalam naungan kebijakan Dewan Kawasan, dimana semangat otonomi daerah dan orientasi kepentingan regional tergambar dari struktur Dewan Kawasan (Gubernur sebagai Ketua, Walikota Batam sebagai Wakil Ketua, dan wakil kementerian teknis di wilayah serta unsur Forum Komunikasi Pemerintah Daerah).

Namun demikian, dalam sisi lain sejak APBN tahun 2013, BP Batam telah menjadi Bagian Anggaran tersendiri dalam UU APBN, yang dalam pengelolaan keuangan menggunakan rejim pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum. Sebagai unit Pengguna Anggaran yang memiliki Bagian Anggaran sendiri, BP Batam secara manajemen keuangan negara, telah setara dengan kementerian/lembaga Pemerintah yang langsung di bawah Presiden. Implikasinya adalah BP Batam dapat langsung sebagai kementerian/lembaga membahas perencanaan dan penganggaran dengan Kementerian Keuangan dan Bappenas, dan juga atas nama Pemerintah membahas dengan Komisi VI DPR-RI. Baik anggaran yang bersumberdari Pemerintah Pusat maupun anggaran dari penerimaan sendiri yang diperlakukan sebagai PNBP. Konsekuensinya adalah, BP Batam harus menyusun Laporan Keuangan tingkat Kementerian Lembaga (LKKL), yang diaudit dan diberikan opini tersendiri oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Konsekuensi yang lain dari penetapan Bagian Anggaran tersendiri pada BP Batam adalah penetapan pengelolaan keuangan sesuai dengan karakteristik BP Batam, yang pada akhirnya ditentukan dengan rejim pengaturan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum dengan beberapa kekhususan, sehingga harus diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri. Dalam pengelolaan keuangan secara BLU, BP Batam diberikan fleksibilitas untuk menggunakan langsung sumber-sumber penerimaannya. Namun sebagai konsekuensinya, BP Batam harus memenuhi prasyarat tata kelola BLU, seperti penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), penetapan SOP dan Standar Pelayanan Mimimal dan menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan. Demikian pula, BP Batam harus mengesahkan pendapatan dan belanjanya ke dalam sistem APBN, serta menyusun laporan konsolidasian sesuai SAK dan SAP. Dalam pengelolaan

Page 74: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

62 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

keuangan BLU, BP Batam melaksanakan status sebagai Satker BLU dan Dewan Kawasan diposisikan sebagai kementerian/lembaga teknisnya.

Penyelarasan kelembagaan BP Batam sesuai peraturan perundangan yang mengatur kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dengan pengelolaan keuangan sebenarnya telah diupayakan melalui PP No. 46 Tahun 2011. Namun demikian, implementasi harmonis kedua peraturan perundangan tersebut tidak mudah dilakukan. Indikasinya adalah sebagai berikut:

1. Anggaran BP Batam sebagian besar bersumber dari APBN, berupa PNBP yang dihasilkan dan belanja modal dari Pemerintah Pusat, memungkinkan BP Batam membahas langsung dengan DPR dan Kementerian Keuangan dan Bappenas, tanpa harus melalui Dewan Kawasan. Hal ini pada satu sisi tidak sesuai dengan ketentuan pengaturan tata kelola kawasan, namun di sisi lain dibenarkan dengan sifat kemandirian sebagai bagian anggaran;

2. Peran Dewan Kawasan dalam persetujuan Rencana Bisnis Anggaran BLU BP Batam, yang selanjutnya akan menjadi bahan penyusunan RKA-KL, sesuai ketentuan penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus, dilakukan dengan menggunakan alat perangkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini menyulitkan, karena mekanisme dan sistem penyusunan anggaran antara Pusat dan Daerah berbeda;

3. Kelembagaan BP Batam yang ternyata kompleks, yaitu sebagai Badan Pengusahaan, sebagai Bagian Anggaran, sebagai Satker Badan Layanan Umum, dan sebagai regulator sekaligus sebagai operator. Kondisi tersebut tidak memenuhi prinsip-prinsip good governance maupun good corporate governance, terutama dari sisi clarity of authority, role and responsibility, seperation of power dan check and balance.

4. Struktur Dewan Kawasan dalam mazhab Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang kemudian diperlakukan sebagai kementerian teknis ke dalam mazhab pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, kurang sejalan dengan status Pengguna Anggaran (yang notabene adalah kementerian teknis) pada BP Batam, dan tata hubungan dengan Dewan Pengawas, sebagai prasyarat kelembagaan BLU, yang dibentuk oleh Dewan Kawasan. Hal ini masih ditambah lagi dengan asas kesetaraan antara struktur keanggotaan Dewan Kawasan, yang melantik dengan Dewan Pengawas, yang dilantik. Dewan Kawasan merepresentasikan otoritas regional sedangkan Dewan Pengawas mencerminkan representasi kementerian teknis tingkat nasional.

Berdasarkan analisis kelembagaan BP Batam saat ini tersebut di atas, sebenarnya terdapat tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Pertama, melakukan rearrangement terhadap kelembagaan BP Batam dengan melihat kembali tujuan pengembangan dan pembangunan Batam. BP Batam ditarik kembali menjadi kelembagaan level nasional, yang menjadi kekhususan dari perundangan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Konsekuensinya adalah kelembagaan dan tata kelola kawasan Batam diatur dengan Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan keinginan mantan Presiden BJ Habibie, dan rekomendasi awal dari BAKN DPR-RI;

2. Kedua, melakukan evaluasi terhadap kedudukan kelembagaan BP Batam dikaitkan dengan Otoritas Pemerintahan Daerah dan Bagian Anggaran pada APBN. BP Batam diintegrasikan ke dalam kawasan khusus yang diinisiasi oleh Pemerintah Daerah, konsekuensinya BP Batam tidak perlu memiliki bagian anggaran sendiri. Alokasi anggaran yang mendukung pengembangan Batam dilakukan melalui anggaran desentralisasi dan anggaran Pusat dengan mekanisme Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi ataupun Tugas Pembantuan. Hal ini perlu dilakukan bila ternyata peran BP Batam semakin

Page 75: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 63

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

tercampur dan tereduksi oleh peran Pemerintah Daerah.

3. Ketiga, melakukan penataan terhadap kelembagaan dan organisasi BP Batam kondisi eksisting. Kelembagaan BP Batam harus merujuk pada organisasi perusahaan bisnis, bukan organisasi pemerintahan. Hubungan antar lembaga harus dipisahkan, antara komisioner sebagai owner, pengelola sebagai Chief Executive Officer dan antara fungsi regulator dengan fungsi operator. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi.

Memperhatikan, ketiga alternatif tersebut di atas, yang paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini atau dalam jangka pendek adalah alternatif ketiga, penataan terhadap struktur organisasi pada kelembagaan BP Batam.

Penataan organisasi BP Batam, disarankan untuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menyesuaikan disain organisasi dengan rencana strategis BP Batam, sesuai dengan visi misi dan tantangan organisasi BP Batam ke depan;

2. Merancang organisasi BP Batam dengan berorientasi kepada struktur organisasi bisnis atau korporasi, tidak pada struktur organisasi pemerintahan. Termasuk dalam mendudukkan tugas wewenang antara Dewan Kawasan dan Dewan Pengawas serta Badan Pengusahaan.

3. Melakukan pengaturan dan pemisahaan antara unit sebagai Pengguna Anggaran dengan unit sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, dan pemisahan antara unit-unit pengambil kebijakan dengan unit-unit teknis selaku operator.

Dalam langkah pertama, penyesuaian dengan rencana strategis, sebenarnya saat ini adalah saat yang tepat untuk melakukan diagnostik organisasi, menyusun blue print kelembagaan dan menjalankan transformasi kelembagaan BP Batam. Hal ini mengingat telah ditetapkan kelembagaan badan pengusahaan yang baru. Dalam pendekatan korporasi, manajemen baru harus memiliki rencana strategis baru, target kinerja baru, dan rangkaian program dan kegiatan usaha yang baru pula. Seluruhnya menunjuk pada amanah dari pemilik perusahaan. Dalam hal ini, adalah Dewan Kawasan. Pada sisi lain, Dewan Pengawas diposisikan sebagai alat Dewan Kawasan untuk memastikan seluruh arah kebijakan dilaksanakan dalam operasional bisnis Badan Pengusahaan.

Page 76: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

64 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Sesuai praktik di dunia bisnis, setiap perusahaan paling tidak harus memiki unsur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Direksi sebagai Chief Executive Officer, paling tidak harus memenuhi unsur sekretaris eksekutif yang bertugas menyediakan dukungan strategis, baik sumber daya manusia, keorganisasian maupun sarana prasarana, unsur operasional yang melaksanakan bisnis perusahaan (Chief Operational Officer) dan unsur manajemen keuangan yang memastikan perusahaan sehat secara keuangan dan menguntungkan secara bisnis (chief financial officer), serta unsur sistem pengendalian internal, yang melakukan sistem kontrol internal dan manajemen risiko, serta mengawasi dan mengendalikan bisnis perusahaan sesuai dengan prinsip good corporate governance (GCG).

Kondisi saat ini di BP Batam, peran antara Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran belum diterjelahkan secara jelas dan tegas, keculai hanya dalam pembedaan penunjukan pejabat perbendaharaan.

Demikian pula dalam pemisahan antara regulator dan operator, belum ada pemisahan yang jelas dan tegas. Pada deputi atau unit Kantor Pusat, masih ada yang bertindak selaku penyusun kebijakan sekaligus pelaksanaan kebijakan dan layanan. Hal ini terjadi pada Deputi teknis, yaitu Deputi Bidang Pengusahaan Sarana, Deputi Bidang Pelayanan Jasa dan Deputi Bidang Pelayanan Umum. Pada masing-masing deputi, tercampur antara pembuat peraturan dengan unit-unit operasional seperti bandara, pelabuhan, rumah sakit, pengelolaan air dan limbah, serta perijinan penggunaan lahan. Hal ini rawan terhadap konflik kepentingan dan pembuatan peraturan yang tidak berorientasi pada pertimbangan bisnis, namun lebih kepada pertimbangan pragmatis.

Dalam pengelolaan keuangan dan pengendalian internal—seperti inspektorat, juga demikian. Menempatkan unit keuangan dan unit pemeriksa internal ke dalam fungsi atau unit administrasi dan umum tidak lazim dan tidak memadai untuk menjamin profesionalitas, check and balance dan independensi.

Pengelolaan keuangan yang profesional selalu menjadi urat nadi manajemen bisnis yang berorientasi pada pengembangan usaha. Pengelola keuangan tidak hanya bertugas menyusun anggaran dan laporan keuangan ataupun mengadmnistrasikan penerimaandan belanja seperti pada satuan kerja pemerintahan, namun harus ke arah manajer keuangan yang mampu melakukan forecasting budget, treasury management, investment management, asset liability management dan accounting management.

Demikian pula dalam menempatkan inspektorat dan unit-unit pengendalian. Seluruh unit pemeriksaan internal, auditor, dan kepatuhan internal—termasuk pencegahan, penyelidikan dan penindakan, harus dipisahkan secara independen dari manajemen operasional. Selain itu, unit inspektorat dan pengendalian internal harus merujuk pada praktik di korporasi, yang dapat melakukan manajemen risiko,

Page 77: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 65

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

pengendalian internal, sistem surveillance dalam kepatuhan internal dan audit internal.

Oleh karena itu, apabila disesuaikan dengan kondisi kelembagaan saat ini dan dikaitkan dengan visi misi Batam serta tantangan organisasi Batam ke depan, pemisahan dan penataan organisasi BP Batam dapat didisaian sebagai berikut:

1. Dewan Kawasan diposisikan sebagai Dewan Komisaris yang memberikan arah dan kebijakan. Dalam pelaksanaannya tugas Dewan Kawasan akan dilakukan oleh Dewan Pengawas. Badan Pengusahaan berhubungan dengan Dewan Kawasan pada saat pengambilan keputusan atau kebijakan strategis, setelah melalui rekomendasi Dewan Pengawas. Sedangkan Dewan Pengawas akan mengikuti jalannya pengelolaan kawasan secara terus menerus melalui mekanisme laporan, monitoring dan evaluasi.

2. Kepala BP Batam bertindak selaku Direktur Utama dan Chief Executive Officer (CEO) yang memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh dalam mengendalikan bisnis pengelolaan kawasan.

3. Wakil Kepala BP Batam, dapat ditunjuk sebagai Sekretaris Eksekutif yang menjadi orang nomor dua di organisasi BP Batam. Sekretaris Eksekutif memiliki tugas dan wewenang besar dalam manajemen organisasi, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen keuangan internal serta manajemen sarana prasarana;

4. Anggota atau Deputi, perlu dibagi atau disesuaikan dengan karakteristiknya ke dalam unsur : Unit Operasional, Unit Keuangan dan Unit Pengendalian Internal. Unit-unit tersebut bertindak selaku regulator atau pengaturan.

Unit operasional melaksanakan tugas pengaturan di bidang program strategis, penelitian pengembangan, analisis politik, ekonomi dan keamanan kawasan, dan pengaturan menegnai pelaksanaan usaha dan pelayanan.

Unit keuangan melaksanakan tugas sebagai manajer keuangan (financial manager) tidak hanya financial administrator. Artinya Unit Keuangan harus memiliki tugas dan wewenang perencanaan anggaran, pengelolaan perbendaharaan (pengelolaan pendapatan, belanja, kas, investasi), dan akuntansi dan pelaporan keuangan.

Unit pengendalian internal melaksanakan tugas sebagai internal control unit, yang tidak hanya melakukan audit dan pemeriksan internal, namun juga melakukan manajemen risiko dan surveillace dalam rangka pengendalian fraud.

Page 78: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

66 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

C. Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara.

Pengelolaan keuangan negara sesuai dengan prinsip-prinsip reformasi keuangan negara berdasarkan Paket Undang-Undang Bidang Keuangan Negara (UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pertanggungjawaban Keuangan Negara), pada dasarnya untuk mengatur manajemen keuangan negara berdasarkan asas-asas pengelolaan keuangan publik sesuai international best practices dan memenuhi kaidah good governance.

Dalam Undang-Undang Keuangan Negara, prinsip yang paling penting adalah bahwa APBN disusun berdasarkan kesepakatan politik antara legislatif---sebagai representasi rakyat, dengan eksekutif—sebagai representasi Pemerintah. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara di tangan Presiden, yang dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer) dan Menteri Keuangan selaku Pengelola Fsikal dan Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer), sedangkan untuk kekuasaan pengelolaan daerah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Untuk memastikan APBN digunakan untuk mencapai tujuan negara, seluruh penerimaan negara harus dicatat di APBN dan seluruh belanja negara harus melalui APBN. Kekayaan negara dalam keuangan negara terdiri atas kekayaan negara yang tidak dipisahkan, yang digunakan oleh Pemerintah dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, dan kekayaan negara yang dipisahkan, yang digunakan oleh Pemerintah sebagai investasi pada perusahaan negara/swasta.

Dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara, diatur mengenai mekanisme administratif dalam penggunaan anggaran negara. APBN dibagi habis menurut organisasi kepada seluruh Pengguna Anggaran---dan Pengguna Anggaran membagi habis seluruh anggarannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran. Bendahara Umum Negara berkewajiban mengatur penerimaan dan belanja serta pengelolaan kas, utang dan piutang untuk memastikan seluruh belanja negara dapat dicukupi dengan kas Pemerintah dan dicairkan pada saat yang tepat sesuai kinerja yang dicapai. Pada pelaksanaan anggaran dianut asas universalitas dan asas

Page 79: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 67

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

bruto—seluruh penerimaan masuk ke kas negara, dan tidak di earmark dengan pengeluarannya; asas periodesitas---penerimaan dan pengeluaran dicatat dan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran; dan asas spesialitas, setiap rinsian anggaran harus jelas peruntukannya. Pelaksanaan anggaran juga harus mengikuti tahapan manajemen pengeluaran sektor publik, yaitu : allotment (anggaran ditetapkan dalam DIPA), commitment (tagihan harus berdasarkan perikatan), payment (pembayaran dan pencairan dana harus melalui pengujian), accounting (pencatatan harus berdasarkan standar akuntansi Pemerintahan), reporting (pelaporan keuangan harus memuat realisasi, neraca dan arus kas).

Dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara, juga diatur mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Pengelolaan keuangan BLU merupakan penyelesaian terhadap bentuk-bentuk proses bisnis penyediaan layanan kepada publik yang menghasilkan penerimaan dan dilaksanakan oleh lembaga yang menggunakan sumber daya negara. Dalam rangka memastikan bahwa sumber daya negara dapat dipertanggungjawabkan, maka kekayaan negara pada BLU adalah kekayaan negara yang tidak dipisahkan, dan seluruh penerimaan akibat layanan BLU adalah penerimaan negara, serta seluruh anggaran BLU harus masuk ke dalam anggaran kementerian/lembaga pada APBN.

Namun demikian, untuk memberikan kepastian agar pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara efisien dan efektif, BLU diberikan pengecualian dari asas universalitas dan asas bruto dalam pengelolaan keuangan negara. BLU diberikan kewenangan berdasarkan Undang-Undang untuk dapat menggunakan langsung penerimaannya untuk membiayai belanja layanannya. Konsekuensinya BLU harus menyusun rencana bisnis anggaran secara tahunan, mengesahkan anggarannya secara periodik ke APBN, dan melakukan pelaporan dan pertanggungjawaban atas kinerja layanan. Seluruh pengaturan atas pengelolaan keuangan BLU tersebut, diterapkan secara ketat dengan pemikiran bahwa :

1. Setiap BLU dan penerapan pola pengelolaan keuangan BLU diberikan secara khusus dan selektif dengan tujuan dan target kinerja tertentu, yang mendukung tujuan Pemerintah---yang direpresentasikan oleh kementerian/lembaga;

2. Untuk pencapaian tujuan tertentu dan kinerja tertentu, BLU dapat melakukan proses bisnis korporasi yang menghasilkan pendapatan (revenue) bahkan keuntungan (profit) dari penggunaan sumber daya negara yang berupa kekayaan yang tidak dipisahkan;

3. Penggunaan sumber daya yang tidak dipisahkan untuk operasi bisnis BLU sehingga menghasilkan pendapatan, dan kemudian pendapatan digunakan langsung untuk operasi bisnis, harus dimaknai sebagai asas oportunitas—bahwa

Page 80: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

68 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

seharusnya pendapatan tersebut menjadi bagian pendapatan negara yang dapat tidak di earmark dan digunakan untuk pelayan publik dan pembangunan secara keseluruhan.

4. Sebagai konsekuensi dari asal pembentukan dan pengecualian dari pengelolaan keuangan negara secara umum, BLU harus menjamin tercapai kinerjanya, melakukan tata kelola yang baik dan akuntabel, dan menjamin tidak menambah beban negara.

Dalam kerangka prinsip-prinsip pegelolaan keuangan negara dalam pengelolaan keuangan BLU tersebut, di atas, dalam menganalisis pengelolaan keuangan pada BP Batam, dapat ditinjau sesuai metodologi siklus manajemen keuangan sektor publik.

Dalam siklus manajemen sektor publik, setiap anggaran yang telah disetujui harus ditetapkan alokasinya ke dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sehingga dapat menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang berakibat penerimaan maupun pengeluaran. Dalam pengelolaan keuangan BLU BP Batam, dokumen pelaksanaan anggaran adalah RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran) dan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). RBA memuat rincian rencana kerja dan nilai uang dalam format business plan, dan DIPA memuat rencana kerja dan anggaran dalam format sesuai APBN. Dokumen pelaksanaan anggaran pada BP Batam, dapat dimaknai dua hal:

1. Pertama, sebagai dokumen pelaksanaan anggaran Pemerintah kepada Kepala BP Batam untuk bertindak selaku Pengguna Anggaran, yang memuat penerimaan dan belanja dalam satu tahun anggaran untuk untuk mencapai kinerja yang ditugaskan oleh Pemerintah kepada Bagian Anggaran BP Batam;

2. Kedua, sebagai dokumen pelaksanaan anggaran Kepala BP Batam selaku CEO (Chief Executive Officer), yang memuat rencana bisnis dan sumber daya untuk mencapai kinerja bisnis yang telah ditugaskan oleh Dewan Kawasan kepada Badan Pengusahaan.

Kembali kepada karakteristik BP Batam sebagai Badan Pengusahaan Kawasan, sekaligus sebagai Bagian Anggaran, serta prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara pada Badan Layanan Umum, tata kelola keuangan internal BP Batam hendaknya dilakukan dalam perspektif sebagai organisasi publik yang menerapkan proses bisnis korporasi.

Dalam kerangka pemikiran tersebut, berdasarkan RBA dan DIPA, Kepala BP Batam membagi kewenangan pengelolaan keuangan kepada dua pihak, yaitu : unit-unit operasional sebagai manajer operasional, dan unit keuangan sebagai manajer keuangan. Manajer operasional menggunakan anggaran untuk melaksanakan: kegiatan-kegiatan penyusunan regulasi dan kebijakan; membuat perikatan dengan berbagai pihak yang berakibat pada penerimaan dan pengeluaran anggaran; dan, melakukan kegiatan pelayanan atau pengusahaan sesuai tugas fungsi dan kewenangan.

Sedangkan manajer keuangan melakukan pengelolaan anggaran, baik dalam penganggaran maupun dalam perbendaharaan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer keuangan adalah : manajemen penerimaan untuk memastikan seluruh penerimaan diperoleh sesuai target dan secepat mungkin; manajemen belanja untuk memastikan seluruh belanja dibayarkan secara hati-hati, taat azas, dan sesuai prestasi; manajemen pengadaan barang/jasa, untuk memastikan prosedur pengadaan barang/jasa dilakukan dengan transparan dan akuntabel; manajemen kas, untuk memastikan kecukupan kas, manajemen rekening dan optimalisasi kas; dan melakukan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

Page 81: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 69

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Penerapan prinsip tersebut dalam tata kelola keuangan BP Batam dapat dilakukan dengan menetapkan Unit Kerja di Kantor Pusat dan Unit Mandiri sebagai unit-unit operasional, dan Biro Keuangan sebagai Manajer Keuangan.

Pada unit operasional, hendaknya dibedakan antara unit operasional yang melaksanakan tugas fungsi sebagai regulator dan out putnya adalah regulasi dengan unit operasional yang melaksanakan layanan atau pengusahaan. Unit operasional yang bersifat layanan atau pengusahaan di Kantor Pusat, seperti di Biro Umum, Direktorat Pengelolaan Lahan, permukiman dan agribisnis dan pusat data informasi, dibentuk UPT atau unit teknis mandiri. Sedangkan unit mandiri, ditetapkan sebagai unit operasional layanan.

Pada unit keuangan, pembagian tugas dan fungsi hendaknya sesuai dengan siklus keuangan. Pertama, harus ada tugas untuk menyusun anggaran, monitoring dan evaluasi anggaran dan melakukan revisi anggaran; Kedua, tugas untuk mengelola penerimaan, menyusun regulasi penerimaan, mengembangkan sistem penerimaan; Ketiga, tugas untuk melakukan pengujian dan pencairan/transfer atas belanja yang dilakukan oleh unit-unit operasional; Keempat, tugas untuk melakukan pengelolaan kas dengan cara mengatur manajemen rekening, mengatur sistem pembayaran, melakukan proyeksi kas, melakukan optimalisasi kas---dengan manajemen valuta asing, penempatan dan investasi pada pasar uang. Keempat, adalah

Hubungan antara unit operasional dengan unit keuangan, dilakukan dengan cara:

1. Unit operasional menyusun rencana kebutuhan anggaran dan rencana penarikan dana;

2. Unit keuangan menyusun plafond anggaran (cash limit) dan rencana pencairan kas, serta dropping dana untk uang persediaan;

3. Unit operasional menyampaikan permintaan pembayaran atas tagihan (invoice) dari pihak ketiga;

4. Unit keuangan melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan bukti-bukti pendukung, dan menerbitkan perintah pencairan dana, langsung kepada pihak ketiga.

Proses bisnis antara unit operasional dan unit keuangan dapat menggunakan sistem pengelolaan keuangan yang berbasiskan teknologi informasi, dan dapat dilakukan secara elektronik secara terintegrasi.

Page 82: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

70 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Dalam tata kelola keuangan internal BP Batam, yang lebih penting lagi adalah tingkat kecukupan dan akuntabilitas kebijakan strategis maupun operasional yang dapat berakibat kepada keuangan---penerimaan, pengeluaran, utang, piutang, dan beban atau kewajiban. Seluruh kebijakan yang berimplikasi kepada keuangan, harus memiliki dasar hukum yang memadai, dijamin taat azas, bebas dari kepentingan atau tujuan tertentu, seta tidak berakibat pada kerugian negara.

Memiliki dasar hukum yang memadai, artinya kebijakan atau regulasi yang berimplikasi pada keuangan harus memperhatikan tata urutan peraturan perundangan, dengan memperhatikan tingkat/level kebijakan yang diatur. Kebijakan hendaknya diurutkan menurut kebijakan umum, kebijakan khusus dan kebijakan teknis serta standar operasi dan prosedur.

Kebijakan yang berimplikasi kepada keuangan juga harus dijamin taat azas. Artinya substansi dalam pengaturan harus memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara. Prinsip-prinsip keuangan negara pada peraturan paling tidak adalah memuat: tata cara penyediaan anggaran, tata cara pembayaran dan pencairan dana; dan, tata cara pelaporan pertanggungjawaban anggaran.

Kebijakan juga harus bebas kepentingan atau tujuan tertentu yang dapat merugikan bisnis pengusahaan. Artinya suatu kebijakan khusus yang dibuat sebaiknya tidak ditujukan untuk mengesahkan suatu kepentingan tertentu yang tidak sesuai dengan rencana kerja dan anggaran, dan tidak menguntungkan Badan Pengusahaan.

Dan yang terakhir, kebijakan atau peraturan tidak dapat berakibat kepada terjadinya kerugian negara. Artinya dalam penyusunan peraturan harus dianalisis, implikasi keuangannya tidak menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai hak, uang dan aset Badan Pengusahaan. Hal ini perlu diperhatikan, karena kekayaan BP Batam bukan merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Setiap berkurang atau hilangnya kekayaan tersebut adapat berakibat pada kerugian negara.

D. Analisis Hubungan dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Sesuai dengan peraturan perundangan, baik Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, setiap lembaga yang ditetapkan untuk melakukan pengelolaan keuangan Badan

Page 83: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 71

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Layanan Umum harus berhubungan dengan Kementerian Keuangan, khususnya Ditjen Perbendaharaan.

Mengingat pengelolaan keuangan secara BLU merupakan pengecualian dari mekanisme umum APBN, maka harus dipastikan tata kelola keuangan mendukung pencapaian kinerja dan sebaliknya kinerja yang dicapai juga harus dapat dipastikan memberikan manfaat kepada kebijakan fiskal Pemerintah.

Oleh karena itu, pada lembaga yang melalui proses dari lembaga non BLU ke lembaga BLU, maka diperlukan penilaian dan penetapan oleh untuk menjadi BLU dan menerapkan pengelolaan keuangan BLU Menteri Keuangan. Dalam penilaian termasuk di dalamnya rencana strategis, standar pelayanan minimal, dan standar tata kelola. Demikian pula pada saat melaksanakan proses bisnis sebagai BLU, Menteri Keuangan memberikan pengaturan mengenai tata kelola keuangan, dan selanjutnya melakukan pembinaan dan penilaian kinerja. Pada saat melakukan akuntansi dan pelaporan keuangan, Menteri Keuangan juga memberikan penetapan sistem akuntansi dan pembinaan akuntansi pelaporan keuangan, serta mengkonsolidasikan laporan keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Pemerintah. Pengatura tata kelola keuangan antara lain adalah penetapan tarif dan remunerasi, penyusunan RBA, pelaksanaan anggaran yang bersumber dari PNBP BLU, pengesahan pendapatan dan belanja ke APBN, dan pengelolaan rekening.

Dalam konteks pengelolaan keuangan BLU BP Batam, interaksi hubungan antara Ditjen Perbendaharaan dengan BP Batam terjadi pada level Kantor Pusat, Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Hubungan dengan Kantor Pusat, mengingat BP Batam bukan merupakan BLU yang berdasarkan usulan dan penilaian, melainkan amanah langsung dari Peratura Pemerintah, maka dalam penilaian dan penetapan tidak diperlukan.

Namun demikian dalam penganggaran diperlukan peran Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan untuk melakukan persetujuan atas Rencana Bisnis dan Anggaran. Persetujuan Rencana Bisnis dan Anggaran tersebut penting bagi Bendahara Umum Negara, untuk memastikan seluruh rencana bisnis yang menggunakan anggaran pemerintah, yang nantinya dikelola secara pengelolaan keuangan BLU, dijamin untuk mencapai kinerja bisnisnya.

Demikian pula dalam penetapan tarif dan remunerasi, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan melakukan penilaian untuk ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Page 84: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

72 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Keuangan. Tarif perlu ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai dasar bagi BLU untuk melakukan pungutan atas layanan atau pengusahaan kepada masyarakat atau pengguna layanan, mengingat uang hasil penerimaan pungutan dalah pendapatan negara. Tarif yang berdasarkan analisis satuan biaya keluaran/layanan dan memiliki nilai keekonomian sangat penting bagi BP Batam, untuk meningkatkan kapasitas usaha dan menghindari penyimpangan. Sedangkan penetapan remunerasi oleh Menteri Keuangan diperlukan untuk memberikan otorisasi kepada BP Batam untuk menggunakan sebagain penerimaannya untuk digunakan sebagai gaji, tunjangan dan penghasilan dari para pengelolanya. Penetapan dari Menteri Keuangan ini juga karena penerimaan adalah penerimaan negara, dan penggunaannya harus dengan ijin Menteri Keuangan.

Dalam penilaian dan penetapan tarif dan remunerasi BP Batam ke depan, selain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, juga hendaknya memperhatikan perhitungan ekonomi dan keterkaitan dengan pemenuhan prasayarat kelembagaan, kinerja pengusahaan dan tata kelola keuangan.

Demikian pula dalam penilaian kinerja, penilaian terhadap kinerja BLU BP Batam tidak hanya berdasarkan variabel dan indikator kesehatan keuangan, namun juga harus memasukkan indikator analisis beban kerja, dan formula perhitungan remunerasi yang diterapkan oleh dunia bisnis internasional.

Dalam penilaian kinerja, selain melakukan penilaian kinerja keuangan dan kepatuhan terhadap ketentuan, ke depan penilaian kinerja untuk BP Batam perlu diatur tersendiri. Pengaturan tersebut, paling tidak memuat :

1. Tata cara penyusunan kontrak kinerja BP Batam dengan Dewan Kawasan yang berorientasi pada pencapaian visi dan misi Batam, untuk memastikan kontrak kerja disusun dan disepakati antara Dewan Kawasan dengan Badan Pengusahaan;

2. Mekanisme review dan assessment indikator kinerja utama oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional, untuk memastikan indikator kinerja utama selaras dengan kepentingan ekonomi dan fiskal nasional;

3. Mekanisme pengendalian kinerja oleh Dewan Pengawas, dan penggunaannya untuk evaluasi kinerja dan perbaikan tata kelola.

4. Mekanisme pertanggungjawaban kinerja, baik dari Badan Pengusahaan kepada Dewan Kawasan maupun dari Dewan Kawasan dan Badan Pengusahaan kepada Menteri Keuangan dan Kementerian Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional.

5. Mekanisme penggunaan atau pemanfaatan penilaian kinerja untuk evaluasi kelembagaan, kebijakan anggaran, dan perbaikan manajemen atau tata kelola pengusahaan kawasan.

Dalam kaitan hubungan Kanwil dan KPPN dengan BP Batam, pada tahun 2014 ditandai dengan operasionalisasi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau dan pemindahan kantor bayar BP Batam, yang semula di KPPN Jakarta I, menjadi KPPN Batam.

Implikasi dari kedua perubahan tersebut, membuka hubungan kerja yang lebih intensif antara BP Batam dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang dipicu oleh hubungan dalam rangka pengesahan revisi DIPA BLU dan hubungan dalam rangka rekonsiliasi laporan keuangan tingkat UAPPAW, dan tugas pembinaan yang masih dalam proses pengembangan atas delegasi dari Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.

Page 85: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 73

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Demikian pula hubungan antara KPPN Batam dengan BP Batam, terbangun karena interaksi pengesahan pendapatan dan belanja (pengajuan SP3B dan penerbitan S2B), pencairan dana yang bersumber dari Rupiah Murni dan PHLN, dan rekonsiliasi tingkat UAKPA.

Namun demikian, dengan pemicu pemindahan kantor bayar dan wilayah kerja revisi DIPA, membuat Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau memiliki inetraksi yang intensif dan lebih mendalam dengan BP Batam, sehingga dapat memiliki kesempatan untuk melakukan analisis terhadap tata kelola keuangan BP Batam. Kanwi juga dapat melakukan beberapa upaya peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan BP Batam dalam kaitannya dengan pengelolaan perbendaharaan.

Pertama yang dilakukan Kanwil adalah mempercepat pencantuman saldo awal pada BP Batam berdasarkan laporan keuangan, meskipun masih unadited; Kedua, adalah mendorong BP Batam melakukan pengesahan pendapatan dan belanja Triwulan I, dan kemudian Triwulan II, dan mendisain pengesahan tiap bulan, sehingga pendapatan dan belanja dapat lebih cepat tercatat di APBN; Ketiga, mendorong konsolidasi Laporan Keuangan BP batam yang berbasiskan SAK diintegrasikan dengan SAP pada Triwulan II; dan, Keempat, melakukan analisis terhadap kelembagaa dan pengelolaan keuangan BP Batam.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan, hubungan antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN dengan BP Batam, ke depan kiranya dapat dipertajam sebagai berikut:

1. Kanwil menjadi kepanjangan Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan—dalam hal ini Direktorat PPK BLU dan Direktorat APK, serta Direktorat PKN, untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja serta pembinaan pengelolaan perbendaharaan terhadap BP Batam;

2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat ditugaskan melakukan analisis, penilaian ataupun penelitian terhadap aspek tertentu dari BP Batam yang memerlukan kebijakan dari Ditjen Perbendaharaan. Dala hal ini, Kanwil dapat menjadi sumber informasi dan penyedia data serta referensi atau memberikan rekomendasi kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.

3. KPPN akan menjadi ujung tombak Ditjen Perbendaharaan untuk menjamin pencatatan pengelolaan keuangan BP Batam ke dalam sistem APBN, dan mengkonsolidasikannya ke dalam laporan keuangan Pemerintah Tingkat Kuasa BUN di Daerah. Pencatatan keuangan BP Batam ke APBN tersebut penting untuk memberikan data yang riil menganai penerimaan dan belanja negara. Demikian pula konsolidasi laporan keuangan juga penting agar BUN dapat mengetahui perkembangan posisi keuangan, rekening dan aset BP Batam.

Ke depan, dengan tata hubungan yang lebih terkoordinasi pada Ditjen Perbendaharaan dengan BP Batam, diharapkan Ditjen Perbendaharaan dapat memiliki akses, informasi data yang cepat, memadai dan akurat untuk pertimbangan pengambilan kebijakan dalam rangka pembinaan dan pengembangan BLU BP Batam.

Pengembangan kebijakan penggelolaan perbendaharaan dalam pengelolaan keuangan BP Batam, sangat penting untuk memastikan pola pengelolaan keuangan BLU dapat menjadi alat yang tepat bagi BP Batam untuk mencapai visi dan misinya. Selain itu, dari analisis pengelolaan keuangan, Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka pengembangan kebijakan pengelolaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, sesuai dengan tujuan pembentukannya.

Page 86: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

74 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Halaman ini Sengaja di Kosongkan

Page 87: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 75

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan uraian dari Bab I sampai dengan Bab V, telah dapat diketahui indikasi permasalahan pada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang kemudian ditinjau dari sudut perkembangan kelembagaan dan peraturan perundangan dan tinjauan teoretis Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Perdagangan Bebas, yang kemudian diperbandingkan dengan kondisi kelembagaan dan tata kelola keuangan Batam saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan indikasi permasalahan yang dirumuskan pada Bab I.

Dari analisis tersebut, kesimpulan yang dapat diambil dari kajian kelembagaan dan tata kelola Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Batam, sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, saat ini tidak lagi menjadi otoritas penuh dari Badan Pengusahaan Batam. Batam telah berkembang menjadi daerah administratif yang memungkinkan bercampurnya peran Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat (melalui kementerian/lembaga), dan Badan Pengelola Kawasan (yang berada dibawah Dewan Kawasan—yang formaturnya adalah Pemerintah Daerah dan instansi vertikal Pusat di Daerah). Kondisi tersebut dicerminkan dari anggaran yang digunakan untuk Batam pada tahun 2014 mencapai Rp 4,095 Triliun, dengan anggaran BP Batam sebesar Rp 1, 105 Triliun, anggaran pada Pemerintah Kota Batam sebesar Rp 1,952 Triliun dan anggaran melalui APBN Pusat sebesar Rp 1,038 Triliun.

2. Pengelolaan oleh berbagai pihak tersebut, menyebabkan orientasi pengembangan kawasan Batam menjadi tidak berfokus pada tujuan pembentukan kawasan, yaitu pemasukan devisa hasil ekspor yang signifikan, berkembangnya industri sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal asing maupun domestik dengan perusahaan baru yang terus tumbuh, dan meningkatkan arus wisatawan akiibat berkembangnya ekonomi kreatif dan industri pariwisata. Hal ini dicerminkan surplus neraca perdagangan yang relatif stagnan, jumlah penduduk yang terus tumbuh sementara angkatan kerja yang terus turun, pertumbuhan sektor perdagangan dan bangunan yang lebih tinggi dari pada sektor industri, dan industri pariwisata yang berbasis pada barang konsumtif.

3. Kondisi tersebut menimbulkan paradoks, karena perekonomian Batam dibentuk oleh insentif fiskal Pemerintah berupa pembebasan pajak, bea dan cukai. Sehingga seharusnya terdapat hubungan langsung antara investasi Pemerintah berupa belanja negara dari APBN/APBD dan oportunitas hilangnya pendapatan negara, terhadap kinerja struktur ekonomi kawasan yang berkembang ke arah penguatan sektor industri berbasis ekspor.

4. Paradoks tersebut juga terjadi pada kelembagaan Badan Pengusahaan Batam yang bertindak sebagai Badan Pengusahaan (agent) dari Dewan Kawasan (patron), Bagian Anggaran tersendiri selevel dengan kementerian/lembaga yang langsung berhubungan dengan Presiden dan DPR, dan Satuan Kerja Badan layanan Umum. Hal ini menyebabkan tata hubungan yang rumit antara Badan Pengusahaan dengan Dewan Kawasan, Dewan Pengawas, maupun dengan Pemerintah Pusat dan DPR.

5. Permasalahan kelembagaan dan peran dalam pengembangan ekonomi Batam yang terbatas tersebut, juga menyebabkan organisasi Badan Pengusahaan Batam saat ini masih bersifat birokratis konvensional, lebih berorientasi kepada pemerintahan dan pelayanan publik. Padahal seharusnya Badan Pengusahaan

Page 88: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

76 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Batam beroperasi laiknya korporasi bisnis dengan target kinerja yang jelas dan terukur.

6. Tata kelola dalam BPKPB Batam belum memisahkan fungsi regulator dengan fungsi operator serta unit layanan, dan independensi Unit Pengendalian Intrenal, sehingga tidak menjamin berjalannya prinsip-prinsip good governance maupun good corporate governance, terutama dari sisi clarity of authority, role and responsibility, seperation of power dan check and balance. Hal tersebut dicerminkan bercampurnya fungsi deputi teknis yang seharusnya regulator, namun juga memiliki kewenangan melakukan usaha dan memberikan layanan.

7. Dalam pengelolaan keuangan, penerapan pengelolaan keuangan badan layanan umum dalam pengelolaan keuangan BPKPB Batam, belum diikuti dengan sistem tata kelola internal yang handal, kredibel dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik. Hal ini dicerminkan dari belum disesuaikannya tarif ke kondisi keekonomian saat ini, belum disahkannya remunerasi, dan belum adanya ijin pembukaan rekening oleh Kementerian Keuangan, serta tingkat kecukupan dan akuntabilitas kebijakan strategis maupun operasional yang dapat berakibat kepada keuangan---penerimaan, pengeluaran, utang, piutang, dan beban atau kewajiban .

8. Ditjen Perbendaharaan memiliki kesempatan dan peran untuk mendorong BP Batam melakukan perbaikan kelembagaan dan tata kelola, serta reorientasi kebijakan kepada tujuan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dengan mengoptimalkan kewenangan penetapan tarif dan remunerasi, pembahasan RBA, penetapan dan penilaian kinerja, monitoring dan evaluasi, dan pengesahan pendapatan/belanja serta konsolidasi laporan keuangan.

9. BP Batam saat ini berkesempatan untuk melakukan reformasi dan penataan kelembagaan serta proses bisnis dengan ditetapkannya Kepala dan Anggota/Deputi yang baru Periode 2014-2019 oleh Ketua Dewan Kawasan pada tanggal 30 Juni 2014.

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, rekomendasi kebijakan yang dapat diajukan adalah :

1. Berkenaan dengan kinerja ekonomi Batam dikaitkan dengan tujuan pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Keuangan (baik selaku Pengelola Fiskal maupun Bendahara Umum Negara) perlu untuk melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja tersebut penting untuk menghitung biaya (dari insentif fiskal dan investasi Pemerintah), dengan manfaat (dari kontribusi devisa hasil ekspor, penyerapan tenaga kerja, peningkatan penanaman modal dan kesinambungan pertumbuhan sektor industri).

2. Berkenaan dengan kelembagaan pengelolaan kawasan Batam, Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan perumusan kembali bentuk kelembagaan pengelola kawasan Batam ke depan, dengan pilihan:

a. Pertama, melakukan rearrangement terhadap kelembagaan BP Batam dengan melihat kembali tujuan pengembangan dan pembangunan Batam. BP Batam ditarik kembali menjadi kelembagaan level nasional, yang menjadi kekhususan dari perundangan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Konsekuensinya adalah kelembagaan dan tata kelola kawasan Batam diatur dengan Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan keinginan mantan Presiden BJ Habibie, dan rekomendasi awal dari BAKN DPR-RI;

b. Kedua, melakukan penyesuaian terhadap kedudukan kelembagaan BP Batam dengan semangat otonomi daerah dalam pembentukan dan pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. BP Batam diintegrasikan ke dalam kawasan khusus yang diinisiasi oleh Pemerintah

Page 89: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 77

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Daerah, konsekuensinya BP Batam tidak perlu memiliki bagian anggaran sendiri. Alokasi anggaran yang mendukung pengembangan Batam dilakukan melalui anggaran desentralisasi dan anggaran Pusat dengan mekanisme Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi ataupun Tugas Pembantuan. Hal ini perlu dilakukan bila ternyata peran BP Batam semakin tercampur dan tereduksi oleh peran Pemerintah Daerah.

c. Ketiga, melakukan penataan terhadap kelembagaan dan organisasi BP Batam kondisi eksisting. Kelembagaan BP Batam harus merujuk pada organisasi perusahaan bisnis, bukan organisasi pemerintahan. Hubungan antar lembaga harus dipisahkan, antara komisioner sebagai owner, pengelola sebagai Chief Executive Officer dan antara fungsi regulator dengan fungsi operator. Konsekuensinya adalah perubahan organisasi dan tata kelola.

3. Dalam rangka menempatkan BP Batam sebagai pelaku strategis pengelolaan kawasan Batam dan menjamin BP Batam beroperasi sebagai organisasi bisnis, perlu ditetapkan international standard best practices pada BP Batam sebagai korpaorasi, baik dalam kinerja (performance), tata kelola (governance) maupun kelembagaan (organization).

4. Dalam rangka melakukan penelitian dan analisis lebih lanjut terhadap kelembagaan, tata kelola dan kinerja BP Batam, Direktorat Jenderal Perbendaharaan perlu untuk melakukan kajian yang lebih mendalam, aktual dan komprehensif menangani kondisi pengelolaan kawasan Batam dan BP Batam sebagai bahan dalam perumusan kebijakan penetapan kinerja, tarif, remunerasi, dan perbaikan akuntabilitas kinerja dan keuangan.

Dari kesimpulan dan rekomendasi tersebut di atas, catatan penting yang dapat diajukan adalah bahwa perlu adanya evaluasi dari Pemerintah Pusat terhadap kondisi Batam, untuk memastikan perkembangan Batam sesuai dengan maksud dan tujuan pembentukannya.

Sebagai bahan untuk evaluasi tingkat nasional tersebut, dapat memanfaatkan kajian atau penelitian yang lebih spesifik terhadap perkembangan kelembagaan, tata kelola, dan kinerja.

Kementerian Keuangan berkepentingan terhadap evaluasi tersebut, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan di bidang fiskal maupun pengelolaan perbendaharaan, baik saat ini maupun ke depan.

Untuk kepentingan tersebut, Ditjen Perbendaharaan berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangannya serta hubungan kerja dengan pihak terkait, memiliki peluang dan kesempatan untuk melakukan kajian dan penyusunan rekomendasi kebijakan, yang dapat digunakan untuk penyempurnaan kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Page 90: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

78 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Referensi:

Adiwan F. Aritenang, A Comparative Study On FreeTrade Zone: Development Trhrough Spatial Economic Concentration, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol,20 No.2, Agustus 2009

FIAS: The Multidonor Investment Climate Advisory Service, Special Economic Zones: Performance, Lessons Learned, and Implications for Zone Development, The World Bank, April 2008

Sri Wulandari, Batam Free Trade Zone, Asia Monitor Research Centre, 2010

Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna, Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus, Pusdiklat Iklim Usaha Perdagangan, 2010

BP Batam, Laporan Keuangan Konsolidasi Berdasarkan SAK, 26 Februari 2014

BP Batam, Laporan Keuangan Pemerintah Tahun 2013 (Unaudited), Februari 2014

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Profil Keuangan Pusat-Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014, Februari 2014

Badan Pusat Statistik Kota Batam, Perkembangan PDRB Kota Batam, Juli 2013

Badan Pusat Statistik Kota Batam, Batam Dalam Angka 2013, Januari 2014

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

UU No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

PP no. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

PP no. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

PerMenkeu No. 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum

Permenkeu No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layan Umum

Permenkeu No. 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas Permenkeu No.10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Renumerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum

Permenkeu No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum

Perdirjen Perbendaharaan Nomor 67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Page 91: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

| 79

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam

Page 92: Kajian : Kelembagaan dan Tata Keloladjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan penanaman modal

80 |

Kajian Kelembagaan dan Tata Kelola BP Batam