KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha...

165
KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR MARIA NUNIK SUMARTINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha...

Page 1: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KLASTER PETERNAK SAPI PERAH

DI KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR

MARIA NUNIK SUMARTINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang

berjudul Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan Klaster Peternak Sapi Perah di

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan hasil karya saya sendiri di bawah arahan

dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program

sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah dicantumkan dalam teks dan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Oktober 2010

Maria Nunik Sumartini

F352080065

Page 3: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

ABSTRACT

MARIA N. SUMARTINI. Feasibility Study and Strategy Development of Cluster of

Dairy Farmer in Sub District Cisarua, District Bogor (Supervised by H. MUSA HUBEIS as Committee Chairman, and H. SURYAHADI as Member). Dairy farmer in Sub District Cisarua is expected to be developed as cluster, an integrated dairy farmer from milk production aspects to processing and marketing (on an off farm). Milk processing can be executed by the processing industry or the dairy farmers themselves. This study aims to (1) identify and analyze the components of the cluster, (2) feasibility study of cluster related to increasing of value added of dairy products, and (3) determine the appropriate strategies of business development dairy farmers in Sub District Cisarua, District Bogor. Primary data collected through field surveys and interviews by questionnaires to dairy farmer and other respondent, to obtain supporting data with Non probability method as purposive sampling. Dairy farmers were divided into 3 (three) business scale, namely the ownership of adult cow < 6, 6-10 and > 10. Secondary data collected through literature, documents and related reports. Cluster dairy farmer in Sub District Cisarua formed from the main component of dairy farmers, Primary Cooperation (KUD) Giri Tani, and PT Cimory. Other components are influential in its development is the government, academia, and Dairy Processing Cooperation (KPS) Bogor. Business of dairy farmers in Sub District Cisarua is generally feasible. Average of Pay Back Period (PBP) at 18% interest rate range is 2 years 6 months. Average of Net Benefit/Cost (B/C) 97% of dairy farmers is 2.67. On 2008, 93% of farmers reached Break Event Point (BEP) and on 2009 all farmers reached. Net Present Value (NPV) : Discount Factor (DF) 14% of 97% farmers is positive. NPV;DF 18% of 90% farmer is positive. Average of IRR at NPV1; DF 14% and NPV2; DF Internal Rate of Return (IRR) of 18% is 25.15% for 97% of farmers, higher than interest rate in 2008-2009 (14-15%). Yoghurt processing unit was feasible to develop. The value added of fresh milk into yogurt products is Rp. 1,814,-/l. PBP is 11 months. Net B/C is 3.35. NPV (DF) 14% is positive Rp. 147,150,300. DF NPV of 18% is positive Rp. 95,059,288. IRR is 25.30%. The Development strategies of dairy farmers cluster in Sub District Cisarua are production aspect, market aspects, and information technology aspects. Keywords: cluster, dairy farmers, development strategy, feasibility.

Page 4: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

RINGKASAN

MARIA N. SUMARTINI. Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan Klaster

Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan H.

MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan SURYAHADI sebagai Anggota.

Peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua diharapkan dapat dikembangkan sebagai

klaster peternak sapi perah yang terintegrasi dari aspek produksi susu sampai pengolahan dan

pemasarannya. Pengolahan susu bisa dilaksanakan oleh industri pengolahan atau oleh

peternak sendiri. Kajian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisa komponen

klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan

peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan strategi pengembangan klaster

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer

melalui survei lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner. Pengambilan contoh

dilakukan dengan metode Nonprobability, yaitu Purposive Sampling. Peternak sapi perah

dibagi atas 3 (tiga) skala usaha, yaitu kepemilikan sapi dewasa < 6 ekor, 6-10 ekor dan >10

ekor. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pustaka, dokumen dan laporan-laporan

yang terkait.

Klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua terbentuk dari komponen utama

peternak yang tergabung dalam 5 (lima) kelompok, KUD Giri Tani, dan PT Cimory.

Komponen lain yang berpengaruh dalam perkembangannya adalah pemerintah, akademisi,

serta KPS Bogor. Tingkat kelayakan usaha peternakan sapi perah secara optimal dicapai pada

skala usaha kepemilikan sapi betina dewasa > 6 ekor. Usaha peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua secara umum layak. Rataan PBP pada tingkat bunga 18% adalah 2 tahun

6 bulan. Net B/C 97% peternak lebih besar dari satu dengan rataan 2,67. Pada tahun 2008,

93% peternak mencapai BEP dan tahun 2009 seluruh peternak mencapai BEP. NPV dengan

tingkat bunga (DF) 14% pada 97% peternak positif. NPV dengan tingkat bunga (DF) 18%

pada 90% peternak positif. Untuk NPV1; DF 14% dan NPV2; DF 18% diperoleh rataan IRR

25,15% pada 97% peternak, lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank komersial pada tahun

2008-2009 yaitu 14-15%. Apabila dilihat berdasarkan skala jumlah kepemilikan sapi betina

dewasa, semakin besar skala kepemilikan semakin layak secara finansial. Unit pengolahan

yoghurt KUD Giri Tani layak untuk dikembangkan dengan PBP 11 bulan; Net B/C positif

3.35; titik impas volume produksi 220.075 pack/tahun dan titik impas biaya per pack Rp.

2.596,- dan dapat dilampaui melalui kemampuan produksi 261.800 pack/tahun dengan harga

jual Rp. 3.100,-/pack. NPV dengan konversi tingkat bunga (DF) 14% positif Rp.

147.150.300,- dan NPV DF 18% positif Rp. 95.059.288,- serta IRR 25,30%. Unit pengolahan

yoghurt mampu memberi nilai tambah Rp. 1.814,-/l.

Strategi pengembangan klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah :

pertama, aspek produksi : (1) Penyediaan jumlah pakan sesuai kebutuhan dan bermutu

dengan harga terjangkau oleh KUD bekerjasama dengan PT Cimory, termasuk pengontrolan

mutu pakan; (2) Pengembangan lahan intensifikasi rumput bersama dalam kelompok dengan

alternatif modal sewa lahan dari PT Cimory, KUD atau pemerintah daerah.; (3) Optimalisasi

kepemilikan sapi betina dewasa > 5 ekor melalui fasilitas pinjaman substitusi penjualan pedet

betina untuk biaya hidup saat sapi kering; (4) Pengadaan mobil berpendingin oleh KUD atau

PT Cimory; (5) Penyediaan straw IB yang bermutu dan menghindari inbreeding oleh

pemerintah; (6) Pengembangan biogas dan pengelolaan limbah cair bagi seluruh peternak

bekerjasama dengan pemerintah (fasilitasi alat) dan Perguruan Tinggi (penerapan teknologi

tepat guna); (7) Peningkatan kapasitas produksi, perbaikan mutu dan keamanan pangan

produk yoghurt dan fasilitasi sertifikasi produk oleh pemerintah dan perguruan tinggi.

Kedua, aspek pasar : (1) Peningkatan kerjasama dengan PT Cimory dalam pemantauan

kualitas susu di tingkat peternak dan pengendalian penyakit serta deteksi dini mastitis dengan

Page 5: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

penyediaan tenaga kesehatan hewan khusus dari PT Cimory; (2) Peningkatan intensitas

promosi yoghurt oleh KUD dan pemerintah; (3) Pengembangan pasar untuk produk olahan

susu ke tempat wisata, hotel dan villa oleh kelompok dan KUD dengan pemerintah sebagai

fasilitator; (4) Produk olahan krupuk dan karamel susu dijadikan produk binaan PT Cimory,

terutama dalam perbaikan mutu dan pemasaran; (5) Peningkatan kerjasama KUD dalam

pemasaran yoghurt KUD dengan agen/sales yang menyediakan sarana pemasaran sendiri.

Ketiga, aspek penguasaan informasi dan teknologi : (1) Pembinaan GAP, GHP, GMP,

manajemen usaha dan pengelolaan limbah bekerjasama dengan pemerintah dan Perguruan

Tinggi; (2) Peningkatan penyuluhan pengendalian penyakit bekerjasama dengan pemerintah,

Perguruan Tinggi dan PT Cimory; dan (3) Pembinaan pengurus dan karyawan KUD oleh

Pemda termasuk Dinas Koperasi; serta keempat : kombinasi dari ketiga aspek dimaksud : (1)

Perbaikan manajemen dan kinerja internal KUD dengan kerjasama dan transparansi; (2)

Perbaikan administrasi dan laporan KUD; dan (3) Melakukan upaya pemecahan masalah

tunggakan kredit dan akses pinjaman bunga ringan kepada peternak peminjam dan

pemerintah daerah.

Peran PT Cimory perlu ditingkatkan dalam upaya perbaikan mutu dan kontinuitas

pasokan bahan baku ke PT Cimory. Beberapa saran operasional untuk perkembangan klaster

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor adalah (1) Perlunya

kekompakan peternak sapi perah dan pengelola susu, baik dalam wadah kelompok maupun

KUD Giri Tani untuk peningkatan mutu susu melalui penerapan GFP dan GHP. Mengingat

57% peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah skala kepemilikan sapi dewasa betina

< 6 ekor dan hasl kajian ini, maka perlu upaya peningkatan populasi untuk pencapaian

kepemilikan ternak > 5 ekor sapi betina dewasa dengan rasio kepemilikan sapi laktasi

dibanding sapi betina dewasa minimal 66,7%; (2) Perlunya komitmen PT Cimory dalam

pembelian susu melalui KUD, sehingga peternak besar tidak bisa menjual susu langsung ke

KUD tanpa melalui KUD; (3) Perlunya penerapan fasilitator pemerintah dan kerjasama

Perguruan Tinggi dalam penerapan strategi pengembangan klaster hasil kajian ini, terutama

dalam desiminasi teknologi produksi, pasca panen dan pengolahan susu, serta pendampingan

usaha; (4) Perlunya pengawasan manajemen KUD Giri Tani khususnya oleh pemerintah; (5)

Keberpihakan industri persusuan nasional dan pemerintah yang secara mikro dapat dilihat

dari keberpihakan PT Cimory, Dinas terkait dan Perguruan Tinggi dalam mendukung

pengembangan klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, walaupun peran dan

keberpihakan masing-masing komponen masih perlu ditingkatkan lagi, terutama partisipasi

PT Cimory dalam kerjasama peningkatan produktivitas ternak dan mutu susu. Secara lebih

luas beberapa kebijakan yang direkomendasikan dari hasil kajian ini adalah (1) Pengembangan

Skim Kredit Khusus untuk peternak sapi perah rakyat; (2) Kebijakan tata ruang wilayah yang

mengamankan tanah garapan; (3) Penerapan persyaratan bagi investor IPS dalam penyerapan susu

peternak dengan harga yang wajar dan kerjasama dalam peningkatan produktivitas dan mutu susu

oleh pemerintah; (4) Pendampingan penerapan teknologi tepat guna, sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan pada klaster peternakan sapi perah oleh PT dan pemerintah; (5) Pengaturan

produksi dan pengawasan distribusi straw IB untuk menghindari inbreeding oleh pemerintah; (6)

Pengawasan Koperasi secara reguler oleh pemerintah; dan (7) Perbaikan infrastruktur jalan, air bersih

dan pengelolaan limbah oleh pemerintah dan pelaku usaha terkait.

Page 6: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam

bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KLASTER PETERNAK SAPI PERAH

DI KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR

MARIA NUNIK SUMARTINI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 8: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

Judul Tugas Akhir : Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan Klaster Peternak Sapi

Perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Maria Nunik Sumartini

Nomor Pokok : F352080065

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing., DEA Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 8 Oktober 2010 Tanggal Lulus :

Page 9: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan kurniaNya, sehingga Tugas Akhir berjudul “Kajian Kelayakan dan Strategi

Pengembangan Klaster Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi

Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor

(IPB) dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing atas

arahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir.

2. Dr. Ir. Suryahadi, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing atas arahan, bimbingan dan

dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir.

3. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen penguji.

4. Bapak Heru Susanto, Bapak Cipto Budi Utomo, Bapak H. Bunyamin, Bapak H. Makmur

beserta seluruh jajaran di KUD Giri Tani dan kelima Kelompok Peternak di Kecamatan

Cisarua, serta PT Cimory atas pengorbanan waktu dan tenaga serta informasi yang

diberikan.

5. Ibu Banun Harpini, Bapak Ananto Kusuma Seta, Ibu Gayatri K Rana atas dukungan

semangatnya, Bapak Agus Amran dan seluruh teman di Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian atas dukungan serta informasi yang diberikan. Terutama juga

kepada seluruh jajaran Sekretariat Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian atas

pengertian yang diberikan selama proses perkuliahan dan penyusunan tugas akhir.

6. Suami dan anak tercinta, serta orang tua dan seluruh keluarga atas dukungan dan doa

restunya.

7. Seluruh teman-teman MPI khususnya Angkatan XI dan Tim Sekretariat MPI atas segala

dukungan dan bantuannya.

8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Oktober 2010

Penulis

Page 10: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3 Maret

1968 sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari Bapak A.P. Suharno dan Ibu Yuliana T.

Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

dan lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2008 diterima di Program Studi Industri Kecil

Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sejak Oktober 1991 hingga Desember 1991 penulis bekerja di PT Charoen Phokphand.

Pada Maret tahun 1992, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah, yaitu di Pusat Data

Pertanian, Departemen Pertanian. Selanjutnya pada tahun 1994, penulis mutasi ke Badan

Agribisnis, Departemen Pertanian, hingga saat ini penulis masih dalam instansi yang sama

dengan perubahan nama menjadi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian, Kementerian Pertanian. Tahun 1992-1994, penulis diberi tanggungjawab di bidang

pengumpulan statistik peternakan, tahun 1995 di bidang penyajian data agribisnis, tahun

2000-2004 di bidang pengelolaan Proyek Pengembangan Agribisnis dan Proyek

Pengembangan Agroindustri Primer, tahun 2005-2006 di bidang evaluasi program dan tahun

2007 sampai sekarang di bidang pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.

Penulis menikah pada tahun 1995 dengan Y.B. Walidi dan dikaruniai seorang anak,

yaitu Evanindya Odilia.

Page 11: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ................................................................................................. iii

RINGKASAN ............................................................................................... iv

PRAKATA .................................................................................................... ix

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 5

1.3. Tujuan .......................................................................................... 6

1.4. Kegunaan Kajian ............................................................................ 6

1.5. Ruang Lingkup ............................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1. Kelayakan Usaha ............................................................................. 7

2.2. Pengembangan Usaha ...................................................................... 9

2.3. Industri Persusuan di Indonesia .................................................... 10

2.4. Keragaan Produksi, Konsumsi dan Ekspor Impor Susu Sapi .......... 15

2.5. Klaster Industri Susu ....................................................................... 19

2.6. Klaster Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua ........................ 24

2.7. Analisa Usaha Tani Sapi Perah ...................................................... 26

2.8. Yoghurt .......................................................................................... 27

III. METODE KAJIAN ............................................................................. 29

3.1. Lokasi dan Waktu ........................................................................... 29

3.2. Metode Kerja ................................................................................... 29

3.3. Aspek Kajian ................................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 50

4.1. Gambaran Umum ............................................................................. 50

4.2. Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua .................................... 50

4.3. KUD Giri Tani................................................................................... 92

4.4. Unit Usaha Pengolahan Yoghurt ...................................................... 105

KESIMPULAN ................................................................................... 126

1. Kesimpulan ..................................................................................... 126

2. Saran ...................................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 130

LAMPIRAN .................................................................................................. 133

Page 12: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan persusuan nasional dari tahun 1979-1992 .......................... 12

2 Populasi sapi perah, produksi susu dan penyediaan susu dari tahun

2004-2008 ................................................................................................... 15

3. Produksi susu sapi pada 10 besar propinsi penghasil susu dari tahun

2004-2008 ................................................................................................... 16

4. Konsumsi susu per kapita per tahun pada tahun 2006 ................................ 16

5. Volume dan nilai impor susu Indonesia dari tahun 2003-2007 ................... 18

6. Volume dan nilai ekspor susu Indonesia dari tahun 2003-2007 .................. 19

7. Struktur biaya produksi susu per liter .......................................................... 27

8. Perbandingan jumlah anggota kelompok yang berproduksi

dan jumlah pengambilan contoh ................................................................. 31

9. Penilaian bobot faktor strategi internal atau eksternal ................................ 38

10. Matriks IFE ................................................................................................. 39

11. Matrik EFE .................................................................................................. 39

12. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif..................................................... 45

13. Deskripsi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua ............................ 51

14. Harga pokok produksi (HPP) susu dan keuntungan per liter susu

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua .................................................. 55

15. Nilai Net B/C, IRR, PBP dan NPV menurut skala kepemilikan sapi

betina dewasa .............................................................................................. 57

16. Pengaruh rasio kepemilikan sapi laktasi dibanding sapi betina

dewasa terhadap kelayakan usaha .............................................................. 58

17. Pengaruh rasio kepemilikan sapi laktasi dan total kepemilikan sapi

terhadap kelayakan usaha .......................................................................... 59

18. Karakteristik yang dihadapi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua .... 62

19. Harapan peternak sapi perah kepada pemerintah ...................................... 64

20. Keinginan mendesak peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua ............. 65

21. Keuntungan peternak menjadi anggota kelompok dan usulan perbaikan

untuk kemajuan kelompok .......................................................................... 66

22. Keuntungan peternak menjadi anggota dan usulan perbaikan untuk

kemajuan KUD Giri Tani ......................................................................... 67

23. Pendapat peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua terhadap

keberadaan PT Cimory ........................................................................... 68

24. Faktor strategi internal usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua 81

25. Faktor strategi eksternal usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua 83

26. Nilai STAS alternatif strategi pengembangan usaha peternakan sapi perah

Di Kecamatan Cisarua ............................................................................... 91

27. Faktor strategi internal KUD Giri Tani ....................................................... 97

28. Faktor strategi eksternal KUD Giri Tani .................................................... 98

Page 13: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

29. Nilai STAS alternatif strategi Giri Tani....................................................... 105

30. Faktor strategik internal unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani ............................................................................................ 111

31. Faktor strategi eksternal unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani ............................................................................................. 113

32. Nilai STAS alternatif strategi unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani ............................................................................................ 118

33. Formulasi kebijakan pengembangan klaster pada sapi perah ..................... 122

Page 14: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Analisis SWOT pengembangan komoditas susu .................................... 23

2. Kerangka pemikiran kajian ................................................................... 33

3. Matriks IE ................................................................................................ 41

4. Matriks SWOT ........................................................................................ 42

5 Perbandingan HPP dan keuntungan per liter susu menurut skala

kepemilikan sapi betina dewasa pada tahun 2008 dan 2009 ................... 55

6. Nilai Net B/C, IRR dan PBP menurut skala kepemilikan sapi betina

dewasa ..................................................................................................... 57

7. Nilai NPV menurut skala kepemilikan sapi betina dewasa ..................... 57

8. Matriks IE peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua ........................... 85

9. Matriks SWOT peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua ............... 88

10. Matriks IE KUD Giri Tani....................................................................... 101

11. Matriks SWOT KUD Giri Tani ............................................................... 103

12. Matriks IE KUD unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani.......................................................................................... 114

13. Matriks SWOT unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani ....................................................................................... 117

Page 15: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner penelitian ............................................................................ 134

2. Deskripsi peternak responden ............................................................. 151

3. Analisis kelayakan usaha peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua .. 153

4. Manajemen dan pemasaran susu ........................................................... 159

5. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik internal peternakan

sapi perah di Kecamatan Cisarua ................................................. 170

6. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik eksternal

peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua ..................................... 171

7. Analisis QSPM peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua .............. 172

8. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik internal

KUD Giri Tani ....................................................................................... 176

9. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik eksternal

KUD Giri Tani ....................................................................................... 177

10. Analisis QSPM KUD Giri Tani ............................................................. 178

11. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik internal unit

pengolahan yoghurt ............................................................................... 181

12. Pembobotan dan pemberian rating faktor strategik eksternal

unit pengolahan yoghurt ........................................................................ 182

13. Analisa QSPM unit pengolahan yoghurt .............................................. 183

14. Formulasi strategi pengembangan klaster peternak sapi perah

di Kecamatan Cisarua ............................................................................ 189

Page 16: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Strategi pembangunan yang dilakukan pada masa Orde Baru telah

berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih 7% per tahun dibarengi

dengan proses transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri.

Namun keberhasilan proses industrialisasi lebih banyak dinikmati oleh

golongan atas, sehingga memunculkan fenomena trade off terhadap

pemerataan. Masalah kemiskinan dan pemerataan tidak terlepas dari

kebijakan pembangunan ekonomi yang mengarah kepada strategi

industrialisasi yang hanya berorientasi pada pertumbuhan. Industri yang

dikembangkan adalah industri-industri yang bersifat foot loose industry,

yakni industri padat modal yang tidak berdasarkan pada sumber daya dalam

negeri tetapi tergantung dari sumber daya impor, sehingga potensi sumber

daya pertanian dalam negeri tidak dimanfaatkan secara optimal.

Masyarakat Indonesia mengkonsumsi susu segar yang sangat kecil

dibandingkan negara lain, bahkan di Association of Southeast Asian Nations

(Asean). Konsumsi susu segar di Indonesia hanya sekitar 18% dibandingkan

dengan India 98%, Thailand 88% dan China 76,5%. Saat ini rataan total

konsumsi susu segar 10,47 kg/kapita/tahun, dimana pada tahun 2003 di

Malaysia telah mencapai 23 kg/kapita/tahun, Singapura 26 kg/kapita/tahun,

bahkan India 75 kg/kapita/tahun. Hal ini menjadi salah satu penyebab mutu

sumber daya manusia (SDM) Indonesia menduduki Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dengan urutan ke 111 dari 177 negara dan menempati posisi

terendah ketiga di ASEAN, dibandingkan dengan negara-negara lain seperti

Singapura yang di posisi 25, Brunei Darussalam 33, Malaysia 59, Thailand

76 dan Philipina 83 (Depperin 2008).

Krisis finansial yang berdampak pada krisis ekonomi global harus

dijadikan momentum untuk keluar dari food trap negara penghasil susu

dunia, melalui pengembangan industri pengolahan susu (IPS) berbasis susu

segar dalam negeri (SSDN) (Depperin, 2008). Saat ini untuk memenuhi

kebutuhan susu nasional, sebagian besar (> 70%) dipasok dari produk impor

Page 17: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

2

berupa susu bubuk atau susu kental manis. Kondisi tersebut menyebabkan

IPS di Indonesia masih belum ideal, karena dibangun bukan sepenuhnya

berdasarkan kekuatan dan kepentingan nasional, tetapi merupakan wahana

untuk memasarkan produk impor. Hal ini tercermin dengan lokasi IPS yang

sebagian besar terletak di dekat pelabuhan, bukan di dekat kawasan

peternakan sapi perah. Peternak sapi perah yang sebagian besar produknya

dipasarkan ke IPS, posisi tawarnya sangat lemah, karena tidak memiliki

alternatif lain untuk menjual susu dengan harga memadai. Apabila harga

susu dunia jatuh, secara otomatis akan menyebabkan harga jual susu di

tingkat peternak turun atau penerimaan peternak menurun cukup tajam.

Namun sebaliknya, apabila harga susu di pasar internasional meningkat,

tidak serta merta peternak dapat menikmati kenaikan harga tersebut. Di sisi

lain, masyarakat yang memerlukan susu harus membayar tinggi. Kondisi ini

mungkin yang menjadi salah satu penyebab mengapa rataan konsumsi susu

dan produksi susu nasional masih sangat rendah.

Seiring dengan meningkatnya daya beli, perubahan gaya hidup

masyarakat Indonesia dan perbaikan sistem pemasaran dingin bagi

komoditas susu segar dan turunannya, maka pangsa pasar susu yang

dihasilkan peternak domestik harus dapat ditingkatkan. Tidak ada pilihan

lain program yang harus dilaksanakan, yaitu percepatan peningkatan

produksi susu domestik dan konsumsi susu nasional secara bersamaan

(Daryanto, 2009).

Lima arah kebijakan dalam merevitalisasi industri persusuan nasional

dengan upaya substitusi impor susu untuk meningkatkan pangsa pasar susu

yang dihasilkan oleh peternak domestik yang direkomendasikan Daryanto

(2009), yaitu (1) pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk

meningkatkan produktivitas dan mutu hasil ternak (susu) kepada para

peternak; (2) perlu dibentuk wadah kemitraan yang jujur dan memperhatikan

kepentingan bersama antara peternak, koperasi susu dan industri pengolahan

susu; (3) koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat melakukan

pengolahan sederhana susu segar, antara lain pasteurisasi dan pengemasan

susu segar, pengolahan menjadi yoghurt, keju, dan lain-lain; (4) pemerintah

Page 18: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

3

pusat dan daerah seyogyanya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

mampu memperkuat posisi tawar peternak sapi perah khususnya dan

pengembangan agribisnis berbasis peternakan umumnya: dan (5) pemerintah

pusat dan daerah seyogyanya membiayai pelaksanaan program minum susu

untuk anak-anak di sekolah.

Ke depan harus ada alternatif lain, agar perkembangan IPS mampu

menghadapi dinamika dan perubahan harga susu di tingkat global yang

sangat sulit diprediksi. Model terobosan yang diusulkan adalah IPS skala

menengah berbasis SSDN. Pengembangan IPS dalam model ini dibangun

pada kawasan yang terintegrasi dengan peternakan sapi perah, dimana skala

usaha didasarkan pada kemampuan pasokan SSDN dan jangkauan

pemasaran. Bentuk produk yang akan dikembangkan dapat bervariasi

meliputi susu murni, susu segar pasteurisasi atau susu Ultra High

Temperature (UHT) dengan soft pack. Dalam model ini diharapkan ada

jaminan keterkaitan rantai pasokan SSDN dari peternak sapi perah sebagai

produsen di suatu kawasan untuk ketersediaan bahan baku utama IPS.

Membangun IPS tidak dapat terlepas dari kesiapan SDM dari hulu sampai

hilir dan ketersediaan sarana penunjang, sehingga dapat memberi manfaat

bagi semua yang terlibat dalam sistem termasuk masyarakat sebagai

konsumen akhir. Selain itu diharapkan disparitas harga susu di tingkat

produsen dan konsumen tidak terlalu tinggi, dengan harga yang layak di

tingkat peternak.

Departemen Perindustrian merekomendasikan pengembangan model

pengembangan IPS skala menengah berbasis SSDN yang terintegrasi dari

hulu sampai ke hilir adalah 100 ha yang meliputi 100 peternak dan 1.000

ekor sapi dengan produksi 10.000 l/hari. Dalam model ini, IPS yang

dikembangkan diarahkan untuk mengolah SSDN dengan kapasitas 100

ton/hari, yang dipasok oleh 100 peternak yang tergabung dalam koperasi,

pada suatu hamparan 100 ha dan masing-masing peternak memiliki skala

usaha 10 ekor sapi/kepala keluarga (KK). Dalam hal ini diasumsikan 80%

sapi produktif (laktasi) dengan rataan produksi sekitar 15 l/ekor/hari. Model

ini sangat tepat dikembangkan di daerah jalur susu di Pulau Jawa, yaitu (1)

Page 19: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

4

Jawa Barat : Priangan-Sukabumi-Bogor-sekitar Jakarta: (2) Jawa Tengah-

DIY : Yogyakarta-Boyolali-Salatiga-Semarang: (3) Jawa Timur : Blitar-

Malang-Nongkojajar-Pasuruan (Depperin 2008).

Kelompok peternak yang tergabung dalam Koperasi merupakan

kelembagaan sangat ideal pada kegiatan hulu. Koperasi secara mandiri atau

bekerjasama dengan swasta mempunyai peran pada kegiatan di hilir. Dengan

demikian, penetapan harga susu pada tingkat produsen dan harga jual susu di

tingkat konsumen diharapkan dapat memberi keuntungan untuk seluruh

pelaku usaha.

Produksi susu sapi di Kabupaten Bogor pada tahun 2008 adalah

12.504.646 liter (Disnak Jabar, 2009). Produsen susu sapi (data 2006) di

Kabupaten Bogor meliputi petani peternak yang bergabung dalam KUD Giri

Tani dan KPS Bogor dan beberapa usaha swasta, antara lain Mamalia Farm

Ciawi, Darul Falah Ciampea, Yacob Janistan Citeureup, Sumber Citarasa

Alam Farm Caringin dan Hamid Mundzir Tamansari. Sedangkan usaha

pengolahan susu di Kabupaten Bogor antara lain KPS Bogor, MAMALIA

Farm Ciawi, KUNAK Cibungbulang, dan PT. Cisarua Mountain Dairy

(Cimory) Cisarua (Disnakkan Bogor, 2010).

Pada tahun 2009 KUD Giri Tani mulai melakukan usaha pengolahan

susu menjadi yoghurt dengan merk “puncak yoghurt”. Bahan baku susu

yang digunakan berasal dari peternakan sapi warga yang berada di wilayah

Cisarua, terbagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok Mekar Jaya di

Cipayung, kelompok Joglo dan Baru Tegal di Cibeureum, kelompok Tirta

Kencana dan Baru Sireum. Puncak Yoghurt merupakan minuman hasil

fermentasi susu oleh Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophillus. Pemasaran Puncak youghurt masih mencakup wilayah

Bogor, yaitu di daerah Cisarua, Caringin-Cigombong, dan Bondongan untuk

wilayah Kota Bogor. Pada tahun 2009, pemasaran dilakukan bekerjasama

dengan 4 restoran dan kurang lebih 300 warung yang menyediakan kulkas

pendingin (frezer). Puncak Youghurt mempunyai 11 varian rasa, yaitu

durian, coklat, strawbery, melon, anggur, sirsak, jeruk, nangka, moka, es

doger dan jambu (Disnakkan Bogor, 2009).

Page 20: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

5

Pengembangan IPS harus mengakomodasi kepentingan peternak sapi

perah dan sekaligus dapat menjamin agar konsumen memperoleh produk

susu bermutu dengan harga terjangkau. Bentuk olahan, cara pengemasan,

sistem distribusi dan pemasaran, serta pola konsumsi susu dari konsumen

menjadi pertimbangan utama dalam membangun suatu model IPS yang

memperhatikan trend pertumbuhan ekonomi dan dibarengi dengan upaya

pemerataan kesejahteraan masyarakat. IPS dikembangkan melalui

pendekatan konsep agribisnis, yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu,

subsistem usaha budidaya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan

didukung oleh subsistem jasa dan penunjang. Model-model pengembangan

usaha sapi perah perlu ditambahkan melalui pola klaster, dimana peternak

yang tergabung dalam suatu kelompok juga mampu melakukan pengolahan

susu skala kecil sampai menengah dengan teknologi sederhana dan dapat

dipasarkan secara langsung. Hal ini memberikan tambahan insentif bagi

peternak budidaya sapi perah.

1.2. Perumusan Masalah

Peternakan sapi perah mempunyai ciri berbeda dengan usaha pertanian

lainnya, karena mempunyai kecenderungan terjadinya aglomerasi yang

tinggi dalam lingkungan atau kawasan tertentu. Dari kawasan tersebut

melahirkan berbagai kegiatan terkait, baik sistem pendukung maupun outlet

(jaringan keluar). Pada tahapan sekarang ini dengan keberadaan koperasi,

sebenarnya klaster industri (bisnis) persusuan telah terbentuk, sehingga yang

diperlukan adalah evaluasi kelayakan klaster dan mencari unsur baru atau

strategi pengembangan klaster untuk revitalisasi industri persusuan. Dalam

pengembangan klaster ini, peran Koperasi, IPS atau unit pengolahan susu

dan unit usaha terkait lainnya diharapkan dapat bersinergi dalam memberi

iklim kondusif bagi semua komponen usaha di dalam klaster tersebut,

termasuk peternak sapi perah.

Klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua mempunyai 2 (dua)

komponen utama, yaitu peternak yang tergabung dalam 5 (lima) kelompok

peternak dan KUD Giri Tani. Dalam upaya peningkatan nilai tambah KUD

Giri Tani telah mengembangkan usaha pada pengolahan yoghurt.

Page 21: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

6

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada

kajian ini, yaitu :

a. Apakah komponen klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua dan

bagaimana peran dari masing-masing komponen tersebut dalam aspek

penyediaan input, produksi dan pemasaran ?

b. Bagaimana kelayakan usaha pengembangan klaster peternak sapi perah

di Kecamatan Cisarua dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah

produk susu ?

c. Bentuk strategi pengembangan klaster peternak sapi perah apakah yang

tepat diimplementasikan di Kecamatan Cisarua ?

1.3. Tujuan

a. Mengidentifikasi dan menganalisa komponen klaster peternak sapi perah

di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

b. Mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dalam kaitannya dengan

peningkatan nilai tambah produk susu.

a. Penyusunan strategi pengembangan klaster peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

1.4. Kegunaan Kajian

a. Peternak sapi perah, Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani dan semua

pihak yang terkait dalam pengembangan klaster peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

b. Pemerintah dan stakeholders, sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan industri persusuan nasional.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan studi dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah Peternak sapi perah, KUD Giri Tani dan

PT Cimory dan semua pihak yang terkait dalam pengembangan klaster peternak

sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Page 22: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelayakan Usaha

Dalam pengembangan kluster industri susu sapi perah perlu ditinjau

kelayakan usaha bagi semua usaha yang terlibat dalam kluster dimaksud.

Analisis kelayakan finansial dalam persiapan dan analisis proyek

menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek terhadap

pelaku yang tergabung di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial

terhadap usaha pertanian menurut Gittinger (1996) adalah menentukan

berapa banyak keluarga petani yang dapat menggantungkan kehidupannya

kepada usaha pertanian tersebut. Salah satu cara untuk melihat kelayakan

finansial adalah dengan metode Cash Flow Analysis (CFA). Metode ini

dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut

dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen biaya dan

manfaat tersebut dikelompokan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan

(benefit/inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost/outflow), selisih antara

keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) dan untuk tingkat investasi

menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan seperti Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C).

Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang

dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria

investasi, yaitu Pay Back Period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),

Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of

Return (IRR). Perhitungan-perhitungan dari kriteria-kriteria investasi

tersebut dapat dilakukan menggunakan aplikasi Excel (Arifin, 2007).

a. PBP

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah

suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran

investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006).

b. Net B/C

Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang

Page 23: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

8

yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka

ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap

tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C> 1,

maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C <1 maka proyek

tidak layak untuk dilaksanakan.

c. BEP

Break Event Point (BEP) merupakan gambaran kondisi penjualan

produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek

dikatakan impas, jika hasil penjualan produknya pada suatu periode

waktu tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga

proyek tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba.

Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka

proyek bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993).

d. NPV

NPV atau nilai sekarang bersih mengandalkan pada teknik arus

kas yang didiskontokan. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini,

harus mengikuti proses sebagai berikut : (1) Tentukan nilai sekarang

dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang

didiskontokan pada biaya modal proyek; (2) Jumlahkan arus kas yang

didiskontokan ini, yang didefinisikan sebagai NPV proyek; (3) Jika

NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV

adalah negatif, maka proyek harus ditolak.

e. IRR

IRR untuk membuat peringkat usulan investasi dengan

menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung

dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari

arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya

proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama

dengan nol. Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah

membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan. Apabila

IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan, maka

proyek diterima dan apabila lebih kecil tidak dapat diterima.

Page 24: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

9

2.2. Pengembangan Usaha

Strategi menurut Jauch dan Gluek (1999) merupakan rencana yang

disatukan menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan keunggulan suatu

perusahaan dengan tantangan dan lingkungan yang dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang

tepat. Menurut Chandler dalam Rangkuti (2005), strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka

panjang, program tindak lanjut dan prioritas alokasi sumber daya.

Secara umum, manajemen strategi diawali dari tahap perumusan

strategi, tahap implementasi dan tahap evaluasi strategi (David, 1998).

Tahap perumusan strategi meliputi pernyataan misi, penetapan tujuan,

identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan. Analisis

internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen, produksi dan

operasi, permodalan dan keuangan, serta pengembangan SDM. Analisis

eksternal meliputi lingkungan industri dan lingkungan makro.

Analisis Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT)

menurut Rangkuti (2005) adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi, selanjutnya dilakukan

pemilihan alternatif strategi paling efektif untuk diimplementasikan.

Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan teknik Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-

QSPM). Teknik QSPM secara obyektif mengindikasikan alternatif strategi

mana yang terbaik.

Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai

strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan

eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki (David, 2006). Daya tarik relatif dari

masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan

menentukan pengaruh komulatif dari masing-masing faktor keberhasilan

Page 25: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

10

kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan

dalam QSPM dapat berapa saja, jumlah strategi dalam satu set juga dapat

berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama dapat dievaluasi satu

sama lain.

Komponen dalam QSPM adalah Alternatif Strategi, Faktor Kunci,

Bobot, Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores atau AS), Total Nilai Daya

Tarik (Total Attractiveness Scores atau TAS) dan Penjumlahan Total Nilai

Daya Tarik (Sum Total Attractiveness Scores atau STASS). Penjumlahan

Total Nilai Daya Tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik

dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi

yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal

yang relevan yang dapat memengaruhi keputusan strategis. Tingkat

perbedaan antara Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik dari set alternatif

strategi tertentu mengindikasikan tingkat kesukaan relatif dari satu strategi

di atas yang lainnya. Penggunaan matriks QSPM dapat meningkatkan mutu

dari keputusan strategis secara nyata, tetapi tidak pernah digunakan untuk

mendikte pilihan strategi. Aspek perilaku, budaya dan politik dari

perumusan dan pemilihan strategi selalu penting untuk dipertimbangkan dan

dikelola (David, 2006).

2.3. Industri Persusuan di Indonesia

Perkembangan industri persusuan di Indonesia menurut Depperin

(2008), dibagi dalam 5 (lima) tahap, yaitu :

a. Tahap Introduksi (1891–1942)

Tahap introduksi diawali dengan importasi 105 ekor sapi perah

jantan breed Frisian Holstein (FH) dari Belanda dan Shorthorn dari

Australia. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah

kolonial Belanda saat itu, antara lain (a) persilangan sapi perah dengan

ternak lokal Peranakan Ongole (PO, warna putih) di Jawa Timur, yang

menghasilkan ternak persilangan atau dikenal dengan sapi perah lokal

jenis Grati; (b) perluasan pemeliharaan sapi perah ke Jawa Tengah

(Salatiga) dengan mendatangkan 7 ekor FH dan disilangkan dengan

sapi-sapi lokal yang menghasilkan peranakan FH (PFH); (c)

Page 26: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

11

mendirikan perusahaan persusuan untuk memenuhi kebutuhan warga

Belanda akan susu segar.

Pada saat itu, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan

peraturan yang disebut Milk Codex yang mengatur tentang persyaratan

susu segar yang sehat dengan kadar lemak minimal 3%. Sejalan

dengan perkembangan usaha sapi perah masa itu, di kota-kota besar

didirikan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Susu antara lain Bandung

Milk Centre (BMC) dan Pusat Susu Malang (PSM).

b. Tahap Peternakan Rakyat (1942–1945)

Pada zaman pendudukan Jepang (1942–1945), perusahaan susu

milik Belanda terbengkelai dan ditinggalkan oleh pengelola atau

pemiliknya. Ternak sapi perah yang ada dipelihara oleh rakyat dan

sejak itu dapat dikatakan awal tumbuhnya peternakan sapi perah

rakyat. Pada tahun 1949 dibentuk organisasi Gabungan Petani Peternak

Sapi di Jawa Barat, dilanjutkan dengan pembentukan koperasi susu di

Pujon Jawa Timur yang dinamakan SAE (Sinau Saudarandani

Ekonomi) pada tahun 1962.

Untuk mendorong perkembangan usaha sapi perah, pada tahun

1952 pemerintah telah membentuk satu perusahaan negara yang

disebut PN Perhewani yang melaksanakan impor bibit sapi perah

sebanyak 1.000 ekor dari Belanda. Kondisi ekonomi nasional yang

kurang menguntungkan pada saat itu membuat peternakan sapi perah

tidak berkembang. Gabungan Petani Peternakan Sapi Indonesia

Pengalengan (GAPPSIP) pada tahun 1963 menghentikan kegiatannya,

karena tidak mampu bersaing dengan tumbuhnya IPS yang membeli

bahan baku susu dari impor. Oleh karena itu, pemerintah membentuk

Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Pengalengan Jawa

Barat.

c. Tahap Investasi Industri Pengolahan Susu dan Pembangunan

Persusuan Nasional (1969-1994)

Pada periode tahun 1969-1994 bermunculan pembangunan IPS di

daerah-daerah dekat pelabuhan di Yogyakarta dan Surabaya. Bahan

Page 27: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

12

baku yang digunakan IPS ini diproyeksikan berasal dari susu bubuk

impor, sehingga lokasinya bukan di sekitar kawasan peternakan sapi

perah. Upaya pemerintah untuk mendorong pengembangan sapi perah

secara integral dilakukan melalui satu paket kebijakan yang terdiri dari

: (a) impor sapi perah; (b) perbaikan mutu genetik melalui inseminasi

buatan (IB); dan (c) penyediaan kredit sapi perah.

Pemerintah pada tahun 1982 menetapkan Surat Keputusan

Bersama (SKB) Tiga Menteri (Pertanian, Perindustrian dan

Perdagangan, serta Koperasi). Dengan adanya SKB tersebut industri

pengolah susu wajib menyerap susu segar dalam negeri sebagai

pendamping susu impor untuk bahan baku industrinya. Proporsi

penyerapan susu segar dalam negeri ditetapkan dalam bentuk rasio

susu, yakni perbandingan antara pemakaian susu segar dalam negeri

dan susu impor yang harus dibuktikan dalam bentuk bukti serap

(BUSEP). BUSEP ini juga merupakan persyaratan memperoleh ijin

impor. Keragaan perkembangan persusuan nasional pada masa ini

dimuat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan persusuan nasional dari tahun 1979-1992

Perkembangan Persusuan

1979 1992

1. Populasi sapi perah (ekor) 94.000 325.000

2. Rasio susu produksi DN : impor 1 : 29 1 : 2

3. Jumlah Koperasi (buah) 11 201

4. Industri Pengolahan Susu (IPS) Repacking Produksi dan

perluasan pasar

DN dan ekspor

Pada periode tahun 1979-1992, walaupun secara kuantitatif telah

terjadi peningkatan potensi persusuan, antara lain peningkatan

populasi, penurunan rasio susu impor dibanding produksi dalam

negeri, kenaikan jumlah koperasi susu dan peningkatan kemampuan

IPS, terjadi permasalahan-permasalahan berikut : (a) kewajiban

pengembalian kredit sapi perah jatuh tempo; (b) tuntutan peremajaan

Page 28: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

13

bibit sapi perah; dan (c) perlunya evaluasi menyeluruh manajemen

koperasi susu.

d. Tahap Konsolidasi Usaha Sapi Perah (1994-2003)

Pada periode tahun 1994-2003, ditangani berbagai masalah

persusuan yang timbul pada tahap sebelumnya, pemerintah

mengeluarkan Program Konsolidasi Persusuan Nasional berikut :

1) Cicilan Kredit Tahap I (Juli 1969-Maret 1991) melalui

pengumpulan Dana Tanggung Renteng (DTR) Rp. 15/l.

2) Cicilan Kredit Tahap II melalui kenaikan harga susu dari Rp

532,5/l menjadi Rp 580/l atau DTR Rp 15/l, dan dilakukan

penjadualan ulang kredit (reschedulling) selama 5-7 tahun.

Pada tahap ini juga, BUSEP yang semula bertujuan untuk

melindungi peternak dalam negeri dari persaingan terhadap susu

impor, dengan adanya Inpres No. 4 Tahun 1998 tentang koordinasi

pembinaan dan pengembangan persusuan nasional, maka ketentuan

pemerintah yang membatasi impor susu melalui BUSEP menjadi tidak

berlaku lagi, sehingga susu impor menjadi komoditi bebas masuk.

e. Tahap Agribisnis Persusuan (2003-sekarang)

Pengembangan persusuan nasional dilaksanakan melalui

pendekatan Sistem Agribisnis Peternakan, yaitu penanganan secara

konseptual seluruh aspek agribisnis dimulai dari sarana produksi,

budidaya, pengolahan dan pemasaran, dengan dukungan faktor lain,

seperti kebijakan pemerintah, penelitian, penyuluhan, transportasi dan

lain-lain. Dalam era ini diharapkan agribisnis peternakan sapi perah

dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal (keunggulan

komparatif), yang kemudian dibarengi dengan aplikasi teknologi

inovatif untuk meningkatkan daya saing (keunggulan kompetitif), serta

memanfaatkan potensi pasar domestik yang terus berkembang.

Beberapa keterbatasan dalam pengembangan industri sapi perah

di Indonesia menurut Deptan (2009), yaitu (1) Keterbatasan populasi

sapi perah; (2) Belum efektifnya manajemen ternak, terutama untuk

produksi susu; (3) Rendahnya standar kesehatan sapi perah; (4)

Page 29: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

14

Kurangnya suplai pakan; dan (5) Rendahnya konsumsi susu.

Strategi pengembangan industri perdesaan berbasis susu sapi

menurut Deptan (2009) adalah (1) fokus pada pemberdayaan usaha

sapi perah skala kecil dan menengah; (2) Pengembangan industri

pengolahan susu dan pemasaran; (3) Penguatan pada akses

permodalan, infrastruktur, teknologi dan peningkatan mutu bersamaan

dengan pemberdayaan kelembagaan peternak sapi perah; (4)

Peningkatan konsumsi susu sapi segar; (5) Pengembangan kondisi

kondusif bagi industri susu. Kondisi yang diinginkan adalah (1)

kerjasama inti plasma antara kelompok peternak dengan swasta; (2)

pemasaran susu segar yang diolah oleh inti langsung ke konsumen; (3)

Jumlah minimum ternak sapi 10 ekor/ plasma dan 500 ekor/klaster; (4)

Breeding oleh inti; (5) Penerapan Good Farming Practices (GFP) dan

Good Manufacturing Pratices (GMP) oleh plasma; dan (6) integrasi

yang baik dengan industri pakan dan manajemen limbah terpadu.

Pengembangan peternakan sapi perah ke depan harus didasarkan

pada prioritas perbaikan kelembagaan pasar yang lebih adil dan

bijaksana (Talib et al, 2007). Hal ini untuk menjawab sistem

pemasaran susu di Indonesia yang dalam penentuan harganya masih

didominasi oleh IPS, demikian pula jaringan pemasaran yang dikuasai

oleh IPS. Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten

oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha berorientasi ekonomi.

Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh

kurangnya modal, serta pengetahuan/keterampilan petani yang

mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil

pascapanen, penerapan sistem pencatatan, pemerahan, sanitasi dan

pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek

tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh

sebanding dengan pemeliharaannya (Bappenas 2007).

Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan,

jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun

tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya

Page 30: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

15

sebanyak 2 ekor dengan rataan produksi susu 15 l/hari. Upaya untuk

meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah

tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha.

Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan

vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang

berkompeten, serta tetap memantapkan pola Perusahaan Inti Rakyat

atau PIR (Bappenas 2007).

2.4. Keragaan Produksi, Konsumsi dan Ekspor Impor Susu Sapi

a. Produksi, Penyediaan dan Konsumsi

Produksi susu periode tahun 2004 - 2008 mengalami peningkatan

dari 549,9 ribu ton pada tahun 2004 menjadi 574,4 ribu ton pada tahun

2008, dengan pertumbuhan rataan per tahun 1,4%. Hal ini didukung

dengan pertumbuhan populasi sapi perah yang meningkat dengan

rataan pertumbuhan per tahun mencapai 2,9% pada periode yang sama.

Sedangkan penyediaan susu pada periode yang sama meningkat

dengan pertumbuhan 7,2% dan penyediaan per kapita per tahun 5,9%,

ini menunjukkan peran impor yang meningkat lebih besar. Secara rinci

data populasi sapi perah, produksi susu dan penyediaan susu dimuat

pada Tabel 2. Produksi susu pada 10 besar propinsi penghasil susu dari

tahun 2004-2008 dimuat pada Tabel 3.

Tabel 2. Populasi sapi perah, produksi susu dan penyediaan susu dari tahun 2004-

2008

Perkembangan

Usaha Sapi

Perah

2004 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan

per tahun

(%)

Populasi Sapi

Perah (ekor)

364.062 361.351 369.008 374.067 407.767 2,9

Produksi Susu

(000 ton)

549,9 536,0 616,5 567,7 574,4 1,4

Penyediaan (000

ton)

2.050,3 2.042,2 2.438,2 2.673,3 2.679,0 7,2

Penyediaan per

kapita per tahun

(kg)

9,5 9,3 11,1 11,9 11,8 5,9

Sumber : Ditjenak, 2008

Page 31: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

16

Tabel 3. Produksi susu sapi pada 10 besar provinsi penghasil susu dari

tahun 2004-2008 (ton)

No Propinsi 2004 2005 2006 2007 2008

1 Jawa Timur 237.663 239.908 244.300 249.275 253.837

2 Jawa Barat 215.330 201.885 211.889 225.212 225.212

3 Jawa Tengah 78.259 70.693 130.896 70.419 71.286

4 DIY 7.257 8.812 11.063 6.994 7.064

5 DKI 5.151 5.061 6.365 7.016 7.064

6 Sumatera Utara 4.562 4.695 8.783 1.507 1.253

7 Sulawesi Selatan 646 90 1.184 1.846 2.838

8 Sumatera Barat 100 899 930 930 1.053

9 Kalimatan

Selatan

252 123 177 310 356

10 Sumatera Selatan 275 277 401 269 303

Sumber : Ditjenak, 2008

Apabila dilihat dari produksi susu per propinsi di Indonesia,

maka Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat tertinggi dengan

produksi 253.837 ton pada tahun 2008. Selanjutnya diikuti oleh Jawa

Barat 225.212 ton yang termasuk daerah sentra produksi susu sapi dan

Jawa Tengah 71.286 ton. Hal ini sebagai dasar pemilihan lokasi dalam

penelitian ini.

Tabel 4. Konsumsi susu per kapita per tahun pada tahun 2006

Produk Konsumsi/ kapita/tahun

(kg)

Persentase (%)

Susu 10,47 100,00

Susu segar 0,16 1,53

Susu cair pabrik 0,14 1,34

Susu kental manis 1,10 10,51

Susu bubuk 5,16 48,28

Susu bubuk bayi 3,90 37,25

Keju 0,00 0,00

Hasil lain dari susu 0,01 0,10 Sumber : Ditjenak, 2008

Page 32: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

17

Konsumsi susu per kapita per tahun pada tahun 2006 sebesar

10,47 kg, dimana konsumsi susu terutama dalam bentuk produk susu

bubuk (48,28%), susu bubuk bayi (37,25%) dan susu kental manis

(10,51%), dimuat pada Tabel 4.

b. Impor dan Ekspor Susu

Saat ini untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, sebagian

besar (> 70%) dipasok dari produk impor yang berupa susu bubuk atau

susu kental manis (Depperin, 2008). Secara rinci impor susu Indonesia

dari tahun 2003-2007 dimuat pada Tabel 5. Data pada Tabel 5

menunjukkan volume maupun nilai impor produk susu, keju dan

yoghurt meningkat dengan rataan pertumbuhan per tahun cukup besar.

Pemerintah dalam tataniaga susu telah menetapkan tarif bea masuk 5%

atas impor tujuh produk-produk susu tertentu, terhitung sejak 28 Mei

2009. Tujuh produk tersebut terdiri dari enam produk Full Cream Milk

Powder (FCMP) dan satu produk susu mentega yang merupakan bahan

baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk susu jadi untuk

konsumsi masyarakat. Tujuan ditetapkannya tarif tersebut dalam

rangka mendukung pengembangan industri susu di dalam negeri. Hal

tersebut dituangkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

Nomor: 101/PMK.011/2009 tanggal 28 Mei 2009. Sebelumnya, tarif

bea masuk produk-produk susu dimaksud sebesar nol persen sesuai

PMK Nomor: 19/PMK.011/2009 tanggal 13 Februari 2009 (Lestarini,

2009).

Apabila harga susu impor turun, produksi SSDN oleh peternak

perlu dilindungi. Caranya dengan kembali menaikkan tarif bea masuk

atas impor produk-produk susu tertentu. Penentuan tingkat tarif

optimal memperhatikan tiga peubah yang berpengaruh terhadap tarif

bea masuk atas impor produk-produk susu dimaksud, yaitu harga susu

internasional, kurs rupiah terhadap USD (dolar Amerika Serikat) dan

harga SSDN yang penetapannya bukan berdasarkan mekanisme pasar

tapi berdasarkan kesepakatan antara Gabungan Koperasi Susu

Indonesia (GKSI) dan Industri Pengolah Susu (IPS).

Page 33: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

18

Tingkat tarif ini dinilai dapat melindungi dua kepentingan, yaitu

perlindungan terhadap produksi SSDN oleh peternak dan sekaligus

menjaga agar harga produk susu jadi tidak terlalu tinggi, sehingga tetap

terjangkau oleh konsumen. Kebijakan penetapan tarif bea masuk

produk-produk susu tertentu yang sebelumnya nol persen (0%) diambil

dalam rangka mendukung sektor riil dalam negeri guna menghadapi

krisis finansial global melalui penggunaan fungsi tarif bea masuk

sebagai instrumen pengembangan industri dan sekaligus sebagai

instrumen fiskal. Pada saat kebijakan penurunan tarif bea masuk

diambil, harga susu internasional sangat tinggi dan kurs rupiah

terhadap dolar sedang melemah sehingga menyebabkan tingginya

harga susu impor yang dibutuhkan oleh IPS sebagai bahan baku dalam

memproduksi produk susu jadi.

Tabel 5. Volume dan nilai impor susu indonesia dari tahun 2003-2007

Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 Pertumbuhan

per tahun %)

Volume impor (ton)

Produk

susu

117.318,1 165.411,5 173.084,4 188.128,4 198.216,8 14,9

Keju 7.198,0 11.302,8 9.882,7 10.612,3 13.959,5 20,8

Yoghurt 134,7 172,0 169,4 713,3 1.481,6 113,7

Nilai impor (000 US$)

Produk

susu

207.475,3 329.382,8 399.165,4 416.183,5 637.007,0 34,3

Keju 14.517,1 27.592,6 28.263,7 30.733,2 46.065,1 37,8

Yoghurt 250,9 244,8 294,0 712,8 1.502,2 67,7

Sumber : Ditjenak, 2008

Walaupun impor susu Indonesia cukup besar dan produksi masih

relatif rendah, Indonesia juga melakukan ekspor produk susu. Namun

nilai ekspor tersebut, pertumbuhannya rendah (8,3%) apabila

dibandingkan nilai impor yang mencapai pertumbuhan 34,3% per

tahun pada periode yang sama (2004-2008). Bahkan untuk komoditi

yoghurt mengalami penurunan dengan pertumbuhan minus 21,4%

untuk nilai ekspor pada periode yang sama. Impor susu terutama dalam

Page 34: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

19

bentuk susu bubuk dan kental manis dengan negara asal New Zealand,

Australia, USA, Philipina dan Singapura. Ekspor susu terutama dalam

bentuk susu bubuk dengan tujuan ekspor Irak, Algeria, Sri Lanka,

Singapura dan Malaysia. Secara rinci data ekspor produk susu pada

tahun 2004-2008 dimuat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume dan nilai ekspor susu indonesia dari tahun 2003-2007

Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 Pertumbuhan

per tahun (%)

Volume ekspor (ton)

Produk

susu

49.593,6 40.935,1 45.018,5 35.241,2 30.739,1 -10,5

Keju 235,0 251,0 291,3 545,9 428,4 22,2

Yoghurt 924,6 704,8 337,0 146,3 126,0 -36,6

Nilai ekspor (000 US$)

Produk

susu

54.880,5 61.605,0 90.150,7 71.541,8 68.138,9 8,3

Keju 1.354,2 1.164,9 958,0 1.804,9 1.346,7 7,8

Yoghurt 1.294,5 878,9 743,5 213,4 284,4 -21,4

Sumber : Ditjenak, 2008

2.5. Klaster Industri Susu

Klaster (Cluster) merupakan pengertian yang lazim digunakan dalam

Ilmu Ekonomi Regional untuk mendefinisikan pengelompokan industri

sejenis dalam suatu kawasan dan ketika kegiatan industri itu bermacam-

macam yang disebut aglomerasi (Richardson dalam Soetrisno, 2009).

Dalam perkembangannya, klaster menghasilkan praktek terbaik

pengembangan industri di dunia, seperti yang terjadi pada klaster tertua

industri galangan kapal di Norwegia, maka klaster juga diterima sebagai

pengertian pendekatan pengembangan industri.

Pengembangan kawasan peternakan sapi perah melalui koperasi adalah

sebuah model klaster tertutup yang unik dan efektif. Koperasi menjadi entry

point dalam peningkatan pengembangan persusuan nasional. Koperasi susu

pada umumnya memenuhi syarat untuk menjadi sebuah klaster bisnis susu,

dimana koperasi sekaligus berperan sebagai lembaga pengembangan bisnis

Page 35: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

20

bagi peternak dan juga lembaga keuangan (Soetrisno, 2002).

Klaster industri pada dasarnya merupakan jaringan dari sehimpunan

industri yang saling terkait (industri inti yang menjadi fokus, industri

pendukungnya dan industri terkait, pihak lembaga yang menghasilkan

pengetahuan/ teknologi, institusi yang berperan menjembatani dan pembeli,

yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai

(value adding production chain)). Pengertian industri disini mempunyai arti

luas sebagai himpunan bisnis tertentu, bukan hanya industri pengolahan dan

manufaktur (Taufik, 2009).

Menurut hasil studi yang dilakukan Roelandt dan den Hertog dalam

Taufik (2009), tidak ada dua daerah yang menghadapi tantangan yang persis

sama dalam beradaptasi terhadap perubahan perhatian ekonomi, maka para

pemimpin pembangunan ekonomi harus mencari suatu pendekatan yang

dapat disesuaikan dengan keadaan politik, ekonomi dan sosial di daerah

yang bersangkutan. Untuk itu, kerangka klaster dapat menjadi sebuah alat

yang sangat berguna bagi perubahan ekonomi secara efektif, karena bersifat

(1) Market driven, berfokus pada upaya mempertemukan sisi permintaan

dan penawaran ekonomi secara bersama untuk bekerja secara lebih efektif;

(2) Inclusive, mencakup perusahaan berskala besar, menengah, maupun

kecil, serta para pemasok dan lembaga-lembaga ekonomi pendukung; (3)

Collaborative, sangat menekankan solusi kolaboratif pada isu-isu daerah

oleh para partisipan yang termotivasi oleh minatnya masing-masing; (4)

Strategic, membantu para stakeholder untuk menciptakan visi strategik

daerahnya yang menyangkut ekonomi generasi berikutnya atas dasar

kesepakatan bersama dari beragam pihak yang berbeda dan mendorong

motivasi, serta komitmen untuk melakukan tindakan; dan (5) Value creating,

memperbaiki kedalaman (dengan pemasok yang lebih banyak) dan cakupan

(dengan menarik lebih banyak industri) untuk meningkatkan pendapatan

daerah.

Nilai tambah dan keunggulan daya saing kluster industri secara

keseluruhan ditentukan oleh peran/kontribusi seluruh pelaku usaha, baik

sinergi tindakan bersama maupun dinamika persaingan berkembang. Setiap

Page 36: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

21

perusahaan secara inheren merupakan bagian dari klaster industri, karena

keunggulan kompetitif tidak hanya ditentukan oleh satu perusahaan semata.

Peningkatan efisiensi pada tingkat perusahaan sangat esensial, namun dalam

persaingan global hal tersebut tidak cukup. Bukti empiris menunjukkan

bahwa keberhasilan mengembangkan klaster industri yang sangat kuat dan

dinamis akan melahirkan keunggulan kompetitif berkelanjutan (Taufik,

2009).

Manfaat umum lain dari klaster industri adalah (1) memungkinkan

suatu kerangka bagi kolaborasi; (2) membantu pengembangan agenda

bersama; (3) membantu pencapaian skala ekonomi; (4) memfasilitasi

pengembangan tingkat kompetensi yang lebih tinggi; dan (5) membantu

meringankan kekhawatiran persaingan antar industri dengan membangun

rasa saling percaya dan bekerjasama antar pelaku bisnis dalam klaster

(Taufik, 2009).

Setelah masa krisis tahun 1999, untuk menjawab kebutuhan tantangan

kelembagaan dan program pengembangan yang berdampak jangka panjang

dan perlu kecepatan pelaksanaan, maka pikiran yang dikembangkan ketika

itu bahwa program itu harus memenuhi syarat (1) melahirkan entry baru

yang jelas; (2) mempunyai karakter unity, (3) ada kekuatan market driven

dan (4) melahirkan self governing (rolling) mechanism. Pendekatan yang

mempunyai kemampuan memenuhi syarat ini tiada lain adalah pendekatan

klaster dengan entri sentra yang sudah hadir di masyarakat. Sejak itu

pendekatan klaster biasa digunakan dalam pendekatan manajemen industri

diadopsi ke dalam pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), karena

pada dasarnya aglomerasi yang biasa dilakukan industri juga pada akhirnya

tumbuh menjadi kesatuan dengan usaha pendukungnya (Taufik, 2009).

Pada masa berakhirnya program pengembangan sentra/klaster UKM

tahun 2004 untuk mencapai sasaran 1.000 sentra kegiatan UKM, Badan

Pusat Statistik (BPS) diminta melakukan evaluasi dampak pemberian

dukungan finansial dan dukungan non finansial, serta hasilnya melaporkan

bahwa keduanya mendorong volume penjualan (25% mengalami

peningkatan dan 33% bertahan dalam krisis/tetap), sementara keuntungan

Page 37: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

22

juga meningkat dengan kinerja hampir sama (Taufik, 2009).

Secara sepintas, pendekatan klaster dalam pengembangan UKM,

apapun basis kegiatannya, pivotnya adalah menjadikan total omzet dari hasil

pengelompokan yang disertai dukungan ini harus tumbuh menjadi sebuah

ekonomi yang kesemuanya dapat hidup dengan kekuatan pasar. Biasanya

yang paling mudah adalah melihat kehadiran lembaga keuangan karena dia

tidak akan hadir kalau tidak layak.

Dalam „Blue Print Peningkatan Tambah dan Daya Saing Produk

Pertanian dengan Pemberian Insentif bagi Tumbuhnya Industri Perdesaan‟

(Kementan 2010), pengembangan kemitraan dengan pola klaster merupakan

salah satu kebijakan dalam pengembangan komoditas susu di Indonesia.

Kebijakan lainnya dalam mendukung pengembangan komoditas susu antara

lain adalah peningkatan jangkauan KUPS dan program minum susu untuk

anak sekolah. Sedangkan orientasi pengembangan komoditas susu adalah

peningkatan produksi dan mutu susu untuk pengurangan impor melalui

peningkatan produktivitas, peningkatan kemampuan koperasi atau

penumbuhkembangan industri perdesaan pengolah susu pasteurisasi dengan

menerapkan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan (SJMKP).

Berdasarkan Blue Print dimaksud, program aksi yang akan

dilaksanakan pada periode 2010-2014 adalah :

a. Peningkatan mutu SDM dalam cara penanganan panen dan hasil panen

susu segar melalui Training of Trainer (TOT) untuk penyuluh dan

tenaga pendamping, dan pelatihan untuk peternak.

b. Bantuan peralatan pemerahan susu kepada kelompok tani.

c. Penyediaan container susu segar.

d. Penerapan SJMKP pada produk susu segar maupun pasteurisasi.

e. Penguatan SDM melalui pelatihan pengolahan susu segar dan produk

olahan serta pendampingan untuk pengolahan dan pemasaran.

f. Bantuan peralatan dan penguatan modal industri perdesaan pengolahan

susu pasteurisasi dan susu fermentasi.

g. Fasilitasi kemitraan antara petani, poktan dan industri besar dengan

pola klaster, dengan implementasi penetapan faktor dan ketentuan

Page 38: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

23

kerjasama, penguatan faktor kerjasama, pengawasan faktor kerjasama,

dan insentif pajak bagi industri penyerap.

h. Program minum susu untuk anak sekolah.

i. Kampanye minum susu segar.

Secara nasional menurut Kementan (2010), analisa SWOT

pengembangan komoditas susu saat ini seperti termuat pada Gambar 1.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

1. Iklim mendukung. 2. Lahan dan sumber pakan

cukup. 3. Teknologi pengolahan susu

pasteurisasi telah dikuasai

1. Bibit sapi bermutu belum tersedia cukup.

2. Mutu susu rendah. 3. Kemampuan modal peternak

terbatas, sehingga usaha ternak hanya sampingan.

4. Kemampuan manajerial koperasi/ Gapoktan belum bagus.

5. Peternak belum terkonsentrasi pada wilayah tertentu.

Opportunities (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi)

1. Kebutuhan susu tinggi. 2. Program minum susu segar dari

pemerintah. 3. Pasar subtitusi impor 1,85 juta

ton/tahun.

1. Penciptaan sentra sapi perah.

2. Peningkatan program konsumsi susu segar.

3. Pengembangan koperasi pengolah susu

1. Penyediaan bibit unggula yang mencukupi.

2. Peningkatan skala usaha peternak

3. Peningkatan kemampuan produksi dan pemasaran di koperasi.

Threats (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif)

1. Mutu susu impor jauh lebih bagus.

2. Kebijakan keleluasaan impor susu

3. Industri pengolah lebih memilih susu impor.

Kampanye minum susu segar Peningkatan mutu susu dari peternak.

Gambar 1. Analisis SWOT pengembangan komoditas susu nasional

Outcome yang diharapkan dari rencana aksi pengembangan produk

susu adalah memenuhi kebutuhan susu dalam negeri untuk mendukung

peningkatan gizi masyarakat melalui pengembangan industri pengolahan

susu perdesaan berbasis klaster, pemberian insentif investasi agroindustri

susu di perdesaan dan kebijakan penyerapan susu lokal untuk industri

pengolahan susu.

Page 39: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

24

2.6. Klaster Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua

Klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua terdiri dari 2 (dua)

komponen utama yaitu peternak sapi perah sebanyak 170 orang yang

tergabung dalam 5 (lima) kelompok dan KUD Giri Tani, dengan produksi

susu sekitar 6.500 l/hari (Disnakkan Bogor, 2010). Pada akhir tahun 2005

KUD Giri Tani melakukan terobosan yaitu menerima tawaran PT Cisarua

Mountain Dairy (Cimory) untuk memasok susu segar. Seiring dengan

peningkatan kapasitas produksi PT Cimory maka mulai tahun 2008 produksi

susu peternak anggota KUD Giri Tani terserap seluruhnya oleh PT Cimory

(KUD GT, 2009b). Sejak saat itu KUD Giri Tani masih bekerjasama dengan

PT. Cimory sebagai tujuan pemasaran tunggal. Pada tahun 2009 total

penjualan susu meningkat sebesar Rp. 5.027.202.320,- dengan harga jual per

liter Rp. 2.825,- - Rp. 3.730,- (KUD GT, 2009a).

Iklim sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi di Kecamatan

Cisarua dan sekitarnya mendukung dari aspek kebutuhan hijauan/rumput

dan kesehatan sapi. Kebanyakan sapi perah yang diternak di Kecamatan

Cisarua adalah dari jenis PFH yang mempunyai sifat kurang tahan terhadap

panas walaupun mudah beradaptasi (BBPTUSP, 2009).

Menurut Ketua KUD Giri Tani dalam Amdani (2009), pemasaran susu

di Kecamatan Cisarua 90% berupa susu segar yang dijual kepada PT.

Cimory, 5% dijual langsung kepada konsumen dan 5% diolah menjadi

yoghurt. Produksi yoghurt sekitar 200 l/hari. Harga susu di tingkat peternak

Rp. 3.700,-, harga di tingkat konsumen langsung berkisar Rp. 5.000-Rp.

7.000,-. Yoghurt stick (batang) dipasarkan dalam pack berisi 10 stick dengan

harga Rp 5.000,-, sedangkan untuk kemasan gelas Rp 3.500,-. Agar menarik

untuk segmen anak-anak hingga remaja, yoghurt ditawarkan dalam 11

macam rasa. Dengan volume produksi 800 pack sehari, usaha pengolahan

yoghurt ini mempunyai nilai ekonomis berputar mencapai Rp 4 juta/hari dan

menyerap 6 orang tenaga kerja. Pemasaran dilakukan bekerjasama dengan 5

agen penjualan (Amdani, 2009) dan melalui sekitar 300 toko/warung

(Disnakkan Bogor, 2010).

Page 40: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

25

KUD Giri Tani mendapat akreditasi B dari Deputi Bidang Pengkajian

dan Sumber Daya UKMK Kementerian Negara Koperasi dan UKM.

Akreditasi ini merupakan salah satu bentuk pengakuan pemerintah kepada

KUD Giri Tani mengenai kinerja koperasi baik dari sisi manajemen,

keuangan, pemasaran, dan sebagainya. Dalam perkembangannya KUD Giri

Tani memiliki beberapa permasalahan antara lain jumlah anggota yang tidak

mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Jumlah anggota yang

aktif tidak lebih dari 20% dari jumlah anggota keseluruhan. Selain itu ada di

antara anggota KUD yang mengirimkan susu tanpa melalui KUD tetapi

langsung kepada PT Cimory. Meskipun sudah ada kesepakatan kerjasama

pemberian fee 10% dari total transaksi peternak dari PT Cimory kepada

KUD, hal ini hanya memberikan keuntungan jangka pendek bagi KUD Giri

Tani. Dalam jangka panjang hal ini akan mengakibatkan pengikisan social

capital para anggota KUD Giri Tani (Ramadan, 2009).

Beberapa alternatif strategi untuk pengembangan KUD Giri Tani

menurut Ramadan (2009) adalah (1) Meningkatkan mutu pelayanan kepada

anggota dan PT Cimory; (2) Membangun koalisi strategis dengan peternak

besar agar mengirimkan kembali susu melalui KUD; (3) Mengoptimalkan

penggunaan fasilitas produksi yang ada agar susu yang dipasok ke PT

Cimory mendapat harga terbaik; (4) Mengadakan pelatihan khusus staf

pembukuan secara berkesinambungan; (5) Mengadakan pengolahan susu

menjadi yoghurt yang secara khusus dipasarkan ke wilayah Cisarua dan

sekitarnya; (6) Menjalin hubungan dengan Dinas Peternakan agar

penyuluhan kepada peternak anggota KUD Giri Tani lebih diintensifkan; (7)

memanfaatkan nama KUD Giri Tani sebagai jaminan ke pihak lembaga

keuangan dengan menampilkan laporan keuangan yang ada; (8)

Mengadakan promosi investasi yang menguntungkan kepada investor

tentang prospek usaha beternak sapi perah; dan (9) Konsolidasi internal

pengurus koperasi.

Pengembangan klaster dengan pendekatan komunitas kelompok sapi

perah sebagai lembaga ekonomi profesional diharapkan akan mencapai

efisiensi, karena : (1) biaya pemasaran dapat dipangkas dengan semakin

Page 41: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

26

pendeknya rantai pemasaran; (2) peternak memiliki posisi tawar lebih baik

sehingga mendapat harga jual yang sesuai; (3) biaya manajemen akan lebih

murah karena semakin meningkatnya akses secara langsung dari berbagai

pihak; (4) pembinaan dapat dilakukan secara lebih intensif (LPPM IPB,

2007).

2.7. Analisa Usaha Tani Sapi Perah

Menurut data dari GKSI yang diolah oleh Yusdja (2005) struktur biaya

usaha ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7, ternyata

biaya memberikan pakan membutuhkan pengeluaran terbesar (62,5%).

Biaya terbesar kedua adalah biaya bangunan, perawatan dan pembelian alat-

alat. Jika biaya penyusutan diabaikan, maka kontribusi pakan mencapai 80%

dan kontribusi biaya modal 3,8 - 7%. Menurut Priyono (2006), analisis

usaha tani ternak sapi perah dapat dilakukan dengan menganalisa usaha tani

dengan biaya-biaya yang diperhitungkan dan yang tidak diperhitungkan.

Contoh biaya yang tidak diperhitungkan adalah biaya tenaga dan pakan yang

diperoleh dari kebun sendiri. Pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.

Penerimaan diperoleh dari penjualan susu, penjualan pedet, penjualan

limbah peternakan dan penjualan ternak sapi perah afkir. Sedangkan input

dibagi menjadi input biaya tetap dan biaya variabel. Input biaya tetap

merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor

produksi. Input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh

volume faktor produksi. Selain itu, investasi yang dikeluarkan harus

diperhitungkan. Penyusutan investasi dimasukkan dalam biaya tetap.

Investasi pada sapi perah berupa pembangunan kandang, peralatan dan

pembelian sapi.

Salah satu hasil analisis finansial usaha peternakan sapi perah di

tingkat perusahaan peternakan yang dilakukan Setiyawan et al. (2005)

diperoleh IRR 38,45%, PBP 3 tahun 6 bulan, Net B/C 1.42%, NPV pada DF

38% dan 39% adalah Rp. 773.226,22 dan Rp. 933.599,30. Keuntungan

peternak sapi perah juga dipengaruhi oleh persentase sapi laktasi. Menurut

Djarijah dalam Setiyawan et al. (2005), peternakan sapi perah yang

Page 42: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

27

mempunyai sapi laktasi 60% atau lebih dari total populasi adalah

menguntungkan.

Tabel 7. Struktur biaya produksi susu per liter

No Uraian Persentase (%)

1 Bibit 3,3

2 Upah 7,2

3 Pakan 62,5

4 Perawatan ternak 1,0

5 Bangunan 20,6

6 Biaya modal 3,8

7 Pemasaran 1,6

Total 100,0

Sumber : Yusdja, 2005

2.8. Yoghurt

Yoghurt merupakan produk olahan susu yang cukup disukai dan

dikenal masyarakat. Kata yoghurt berasal dari Turki, yaitu “jugrut” artinya

susu asam. Di Indonesia, produk olahan ini dikenal sekitar tahun 1980‟an

dan saat ini mudah dijumpai di supermarket. Produk olahan yoghurt

memiliki beberapa keistimewaan, yaitu mudah dicerna, kandungan

kolesterol rendah, kandungan protein lebih tinggi dan kandungan lemak

rendah. Mengkonsumsi yoghurt penting bagi orang yang ingin melakukan

program diet, dan yoghurt juga dapat menyembuhkan luka lambung dan

usus (Deptan (2001).

Prinsip pembuatan yoghurt adalah melalui proses fermentasi dengan

menambahkan bakteri-bakteri laktobacillus bulgaricus dan streptococcus

thermophilus. Perubahan asam disebabkan adanya perubahan laktosa

menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut. Untuk meningkatkan

citarasa dapat ditambahkan zar pemanis (gula/sirup) ataupun flavor buatan

dari buah-buahan. Cara pembuatan yoghurt sebagai berikut :

1) Bahan dan alat yang diperlukan :

i. Bahan : susu murni atau susu dari susu bubuk; bakteri starter :

streptococcus thermophillus, laktobacillus bulgaricus atau dari

yoghurt yang telah siap sebelumnya; flavor buatan (bila perlu);

Page 43: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

28

gula atau sirup (bila perlu).

ii. Alat yang diperlukan : panci email, kompor, alat pengaduk dan

inkubator.

2) Proses pembuatan

i. Susu dipanaskan pada suhu 100 0C sampai mendidih sambil terus

diaduk, biarkan terus mendidih dan menguap sampai volumenya

menjadi 2/3 bagian dari volume semula.

ii. Apabila dibuat dari susu murni dapat ditambahkan susu skim

bubuk 5 % dari berat susu, lalu sedikit demi sedikit sambil diaduk

terus. Apabila ingin menambahkan gula, maka penambahan dapat

dilakukan pada saat ini.

iii. Dinginkan sampai mencapai 450C dan tambahkan starter untuk

setiap liter susu kira-kira 40 cc.

iv. Susu yang sudah dicampur dengan biakan starter dimasukkan

dalam gelas-gelas kecil (plastik) dan disimpan dalam inkubator

(suhu 43 0C) selama 4-6 jam. Jika tidak ada inkubator, dapat

disimpan pada suhu kamar selama 12-14 jam. Selama

penyimpanan, yoghurt harus ditutup rapat, perlahan-lahan susu

akan menggumpal, akibat reaksi koagulasi dari protein susu dan

rasa akan menjadi asam, serta derajat keasamannya kira-kira 4,6.

Apabila menginginkan kekentalan, maka yoghurt dapat

ditambahkan zat penstabil (gelatin) kira-kira 0,5 – 1,5 % dari

volume susu semula.

v. Yoghurt yang sudah siap (jadi) dapat langsung dikonsumsi atau

disimpan dalam lemari es dan tahan selama 12 hari (suhu 20C),

serta pada suhu kamar tahan selama 2 hari.

Page 44: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

29

III. METODE KAJIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

a. Lokasi Kajian

Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

yang terdapat klaster peternakan sapi perah.

b. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan tugas akhir dan penyusunan kajian adalah 5 bulan,

mulai dari bulan Mei sampai dengan September 2010.

3.2. Metode Kerja

Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif, baik kualitatif

maupun kuantitatif, yaitu menggambarkan keadaan yang ada di lapangan,

selanjutnya berdasarkan fakta-fakta yang ada dilakukan analisis berdasarkan

teori yang terkait dan pendekatan kelayakan usaha berbasis perhitungan

kelayakan finansial.

a. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan

sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode pengambilan

data dilakukan dengan cara :

1) Data primer diperoleh dari penelitian lapangan untuk

mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung

dengan masalah yang diteliti. Cara pengumpulan data adalah :

i. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

Observasi pada awal penelitian untuk lebih mempelajari

klaster untuk menentukan contoh yang diperlukan, dan

mengidentifikasi komponen klaster yang ada beserta

keterkaitannya

ii. Interview yaitu suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara dua pihak,

dimana satu pihak sebagai pencari informasi dan pihak

lainnya sebagai pemberi informasi, baik lisan maupun

Page 45: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

30

tertulis. Sumber informasi adalah pihak-pihak yang

berkompeten terhadap masalah yang ada. Interview dilakukan

kepada peternak sapi perah, pengelola koperasi, serta pihak

lain yang terkait dengan perkembangan klaster.

iii. Kuesioner (Lampiran 1), yaitu metode pengumpulan data

dengan mengajukan daftar pertanyaan mengenai obyek yang

sedang diteliti kepada pihak terkait langsung dengan

penelitian. Pengisian dilakukan pada komponen kluster dalam

hal ini contoh dari peternak sapi, kelompok peternak, unit

usaha pengolahan yoghurt KUD Giri Tani dan KUD Giri

Tani.

2) Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang merupakan

dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara

pengumpulan data secara teoritis. Data tersebut diperoleh dari

buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan

pengembangan peternakan sapi perah, pengembangan kluster

industri pertanian dan kebijakan yang terkait.

b. Pemilihan Contoh

Contoh pada kajian ini adalah peternak sapi perah yang mewakili

3 (tiga) skala usaha yaitu skala usaha kecil dengan kepemilikan sapi

dewasa < 6 ekor, skala menengah 6-10 ekor dan skala besar >10 ekor;

kelompok peternak, unit usaha pengolahan yoghurt KUD Giri Tani dan

KUD Giri Tani. Selain itu diidentifikasi stakeholders lain yang terkait

perannya dalam pengembangan klaster industri susu di Kecamatan

Cisarua, yaitu penyedia sarana prasarana produksi (hijauan, pakan,

bibit dan peralatan) dan lain-lain.

Jumlah contoh peternak sapi perah adalah sebanyak 30 orang

dari populasi peternak sapi perah yang sekaligus anggota aktif KUD

Giri Tani, yaitu sejumlah 168 orang pada tahun 2009. Pengambilan

contoh dilakukan dengan metode Nonprobability (Nonrandom

Sampling) atau Contoh Tidak Acak, yaitu dengan Purposive Sampling,

yaitu judgement dan quota sampling. Pemilihan contoh ini dilakukan

Page 46: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

31

dengan memilih seseorang menjadi contoh, karena mempunyai

“information rich” atau kekayaan informasi yang dibutuhkan dan

pemenuhan kuota jumlah contoh sesuai jumlah kepemilikan sapi.

Dari data sekunder yang ada di KUD Giri Tani pada bulan

Maret 2010 dan hasil diskusi dengan pengurus koperasi, komposisi

kepemilikan ternak sapi dewasa diperkirakan 15% untuk kepemilikan

di atas 10 ekor, 25% untuk kepemilikan 6-10 ekor dan 60% untuk

kepemilikan dibawah 6. Pada kajian ini pengambilan contoh

berpedoman dengan keadaan tersebut. Namun begitu, setelah

dilakukan penelitian ke lapangan (pada bulan Mei-Juli 2010) terjadi

perbedaan kepemilikan, sehingga komposisi kepemilikan ternak

berdasarkan jumlah contoh adalah 17% untuk kepemilikan di atas 10

ekor, 27% untuk kepemilikan 6-10 ekor dan 56% untuk kepemilikan di

bawah 6. Selain memperhatikan komposisi kepemilikan, pengambilan

contoh juga memperhatikan jumlah anggota masing-masing kelompok,

sehingga pengambilan contoh dilakukan secara proposional

(berdasarkan kuota). Jumlah anggota kelompok yang berproduksi dan

jumlah pengambilan contoh per kelompok dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah anggota kelompok yang berproduksi dan jumlah

pengambilan contoh

Kelompok

Jumlah Anggota

berproduksi

Jumlah contoh

Responden

Baru Tegal 21 6

Baru Sireum 13 4

Tirta Kencana 43 7

Bina Warga 19 5

Mekar Jaya 49 8

Total 145 30

c. Pengolahan dan Analisis data

Dalam kajian ini dilakukan pengolahan dan analisa data

terhadap kelayakan usaha pada peternak sapi sapi perah dan unit usaha

pengolahan yoghurt pada Koperasi Giri Tani di Kecamatan Cisarua.

Untuk analisa strategi pengembangan kluster data yang diperoleh dari

masing-masing stakeholder melalui observasi dan kuesioner kepada

Page 47: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

32

stakeholders utama, yaitu peternak sapi perah, kelompok ternak, KUD

Giri Tani dan unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani, serta

stakeholders terkait (agen pemasaran yoghurt, PT. Cimory, Dinas

Peternakan terkait, Perguruan Tinggi terkait, dan lain-lain) dianalisa

untuk memperoleh strategi pengembangan klaster.

Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran kajian dan sekaligus

langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data, yaitu :

a. Mengidentifikasi secara deskriptif data dan informasi yang

diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara kepada pihak-pihak

terkait.

b. Mengkaji kelayakan usaha peternakan sapi perah dan unit usaha

pengolahan yoghurt dan KUD Giri Tani.

c. Mengidentifikasi faktor-faktor strategi internal dan eksternal pada

usaha peternakan sapi perah, kelompok peternak dan unit usaha

pengolahan yoghurt serta KUD Giri Tani.

d. Menyusun strategi pengembangan klaster peternak sapi perah

secara utuh.

e. Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data

adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai

komponen pengembangan klaster peternak sapi perah, peran dan

keterkaitannya satu sama lain, serta potensi dan strategi

pengembangannya. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer

data, editing data, pengolahan data dan interprestasi data secara

deskriptif. Pengolahan data menggunakan aplikasi Excel untuk

perencanaan bisnis (Arifin, 2007). Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif kelayakan usaha

seperti Pay Back Periode (PBP), Benefit Cost Ratio (B/C ratio),

Break Event Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Interval

Rate Return (IRR), Matriks External Factor Evaluation (EFE) dan

Internal Factor Evaluation (IFE), serta analisis Strengths,

Weakeness, Opportunities and Threats (SWOT).

Page 48: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

33

Gambar 2. Kerangka pemikiran kajian

1) Analisis kelayakan usaha

Dari sejumlah peternak sapi perah contoh diidentifikasi struktur

biaya produksi, penerimaan dan pengeluaran dari usaha ternaknya,

kemudian dianalisis biaya dan pendapatan usaha. Data selanjutnya

diolah dalam analisis kelayakan dengan pengukuran melalui

Karakteristik

Usaha Peternakan

Sapi Perah

Karakteristik Unit

Usaha Pengolahan

Yoghurt

Kajian terhadap :

a. Kondisi Umum

b. Aspek Kelayakan

c. Identifikasi Faktor-faktor Strategi

Intenal dan Eksternal

d. Aspek kajian strategi

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Interpretasi Hasil Analisa

Kelayakan Usaha

Peternakan Sapi Perah

Kelayakan Usaha Unit

Usaha Pengolahan

Yoghurt

Strategi Pengembangan

Klaster Peternak Sapi Perah

Strategi

Pengembangan Usaha

Peternakan Sapi Perah

Kebijakan

Persusuan

Nasional

Strategi

Pengembangan Usaha

Pengolahan Yoghurt

= integrasi

Page 49: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

34

pendekatan kelayakan harga jual susu saat dilaksanakan kajian,

kelayakan menggunakan titik impas, kelayakan menggunakan Cash

Flow Analysis (CFA), dilanjutkan dengan perhitungan NPV, Net B/C,

IRR dan PBP untuk menentukan kelayakan usaha secara finansial.

Rumus yang dipakai adalah :

i. PBP

Nilai Investasi

PBP (tahun) = _________________ x 1 tahun

Kas Masuk Bersih

ii. Net B/C

PV benefit

BC = _______________

PV cost

Keterangan :

PV benefit = PV dari total benefit selama periode analisa dimana

benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan.

PV cost = Present value of capital (biaya pertama atau

modal di luar biaya untuk operasi dan produksi)

iii. BEP

Pencapaian BEP atau titik impas dilihat dengan perhitungan

harga pokok produksi (HPP) per liter susu dibandingkan dengan

harga jual per liter susu, dan perhitungan total biaya produksi

susu per tahun dibagi total produksi susu per tahun. Apabila

harga jual lebih besar dari HPP maka BEP tercapai. Begitu juga

apabila volume produksi susu lebih besar dari hasil perhitungan

total biaya produksi susu per tahun dibagi total produksi susu per

tahun, maka BEP tercapai.

iv. NPV

n At

NPV = ______

i = 1

(1+ k)i

Keterangan :

n = periode/tahun terakhir aliran kas/cashflow.

At = aliran kas pada periode t

k = tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang

digunakan

Page 50: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

35

v. IRR

NPV1

IRR = i1 + __________________ (i2-i1)

(NPV1 – NPV2)

Keterangan :

IRR = Nilai Internal Rate of Return

NPV1 = Net Present Value pertama

NPV2 = Net Present Value kedua

I1 = Tingkat suku bunga (discount rate) pertama

I2 = Tingkat suku bunga (discount rate) kedua

Layak secara finansial belum tentu hasil usaha dapat memenuhi

kebutuhan rumah tangga peternak, maka dilakukan analisis lanjutan

untuk menentukan kelayakan menurut persepsi peternak, yaitu dapat

tidaknya usaha peternakan memenuhi kebutuhan optimal rumah tangga

peternak. Hasil ini untuk menentukan harga jual yang layak yang

semestinya diterima peternak.

Untuk melakukan analisis aspek keuangan diperlukan adanya

beberapa asumsi sebagai dasar perhitungan. Dalam hal ini asumsi yang

digunakan ditentukan berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan

acuan pustaka. Beberapa asumsi dimaksud adalah:

i. Modal awal merupakan biaya pembuatan kandang dan pembelian

milkcan dengan mutu bagus yang dapat dipakai dan mempunyai

umur ekonomis 5-10 tahun.

ii. Pengumpulan data kelayakan usaha dengan data tahun 2008 dan

2009, karena usaha peternakan dimulai sebelum tahun dimaksud

(kecuali 2 contoh memulai usaha pada tahun 2008), maka

kepemilikan ternak pada awal tahun 2008 dinilai sebagai

pembelian ternak yang besarnya sama dengan nilai ternak pada

tahun 2008. Selanjutnya stok ternak akhir pada tahun 2009 dinilai

sebagai pendapatan yang besarnya sama dengan nilai ternak

tersebut pada bulan Desember tahun 2009.

iii. Biaya yang diperhitungkan meliputi :

(i). Tenaga kerja keluarga, yaitu apabila usaha sapi perah

menggunakan tenaga kerja dari keluarga. Besarnya nilai

Page 51: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

36

tenaga kerja keluarga sama dengan besarnya upah tenaga

kerja yang berlaku. Upah tenaga kerja pada peternakan sapi

perah di Cisarua bervariasi tergantung jumlah sapi atau

besarnya usaha dan beratnya pekerjaan, yaitu Rp. 600.000,- -

Rp. 1.500.000,-.

(ii). Hijauan, yaitu besarnya nilai hijauan yang diberikan kepada

ternak apabila hijauan dibeli dari pedagang atau orang lain.

Satu (1) kg rumput dihargai Rp. 150,-, yaitu sesuai harga di

Kecamatan Cisarua. Apabila peternak mengeluarkan biaya

sewa lahan untuk penanaman rumput dan atau biaya

transportasi untuk mencari rumput, makan besarnya nilai

hijauan adalah Rp. 150,- /kg dikurangi biaya sewa lahan dan

atau transportasi.

(iii). Penyusutan alat, yaitu nilai penyusutan milkcan dengan masa

pakai 5-10 tahun sisa nilai ekonomis 10%. Masa pakai

tergantung jenis milkcan yang dibeli, yaitu baru atau bekas.

(iv). Penyusutan kandang yaitu nilai penyusutan kandang dengan

masa pakai tergantung mutu kandang dengan sisa nilai

ekonomis 10%. Masa pakai ditentukan berdasarkan

pengalaman peternak dalam pemeliharaan kandang, nilai ini

berkisar 5-25 tahun.

(v). Hasil biogas dinilai berdasarkan penutupan atau pengurangan

biaya pembelian Liquefied Petroleum Gas (LPG) oleh

peternak.

iv. Perhitungan BEP dilakukan hanya untuk satu produk, yaitu susu

(tidak termasuk penjualan ternak, pupuk dan biogas).

2) Analisa Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauhmana

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing komponen

usaha dalam klaster dan klaster itu sendiri secara utuh. Langkah yang

ringkas dalam melaksanakan penilaian internal adalah dengan

menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengarahkan perumusan

Page 52: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

37

strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial,

budaya demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum,

teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks EFE. Matriks IFE

dan EFE (Rangkuti, 2005) diolah dengan menggunakan beberapa

langkah berikut :

i. Identifikasi faktor internal dan eksternal perusahan

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi

faktor internal, yaitu mendaftar semua kelemahan dan kekuatan

organisasi usaha dari masing-masing komponen dan klaster

secara utuh. Dalam hal ini, didaftarkan kekuatan dan kelemahan

organisasi dengan menggunakan persentase, rasio atau angka

perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal

masing-masing usaha atau klaster dengan melakukan pendaftaran

semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal

komponen usaha diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner

dan diskusi dengan pihak unit masing-masing komponen usaha,

serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-

faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan

eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.

ii. Penentuan bobot setiap peubah

Penentuan bobot dilaksanakan dengan menghitung jumlah

responden yang mengidentifikasi faktor internal atau eksternal

yang sama dikalikan dengan total jumlah responden yang

mengidentifikasi masing-masing faktor internal dan eksternal.

Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap

bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Gambaran

metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 53: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

38

Tabel 9. Penilaian bobot faktor strategi internal atau eksternal

Faktor Strategi Jumlah responden yang

mengidentifikasi sebagai

faktor strategik

Bobot

A X1 X1/X

B X2 X2/X

C X3 X3/X

D X4 X4/X

........... X.... X... /X

Jumlah X X

iii. Penentuan peringkat (rating)

Penentuan peringkat (rating) oleh pimpinan atau

manajemen dari unit usaha yang dianggap sebagai decision

marker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis

situasi unit usaha. Untuk mengukur pengaruh masing-masing

peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat

dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategi

yang menandakan seberapa efektif strategi unit usaha saat ini,

dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunakan,

yaitu 1 = rendah, respon kurang; 2 = rendah, respon sama dengan

rataan; 3 = tinggi, respon di atas rataan; 4 = sangat tinggi respon

superior.

Faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor

peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior

terhadap unit usaha dan skala 4 berarti rendah, respon kurang

terhadap unit usaha. Untuk matrik IFE, skala nilai peringkat yang

digunakan adalah 1 = sangat lemah; 2 = lemah; 3 = tidak lemah;

4 = sangat tidak lemah. Untuk faktor-faktor kelemahan

merupakan kebalikan dari faktor kekuatan, dimana skala 1 berarti

sangat tidak lemah dan skala 4 berarti sangat lemah. Selanjutnya

nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat.

Page 54: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

39

Tabel 10. Matriks IFE

Faktor Strategi

Internal

Bobot Rating Skor (bobot x rating)

A. Kekuatan :

1.

2.

3.

....

10.

B. Kelemahan :

1.

2.

3.

....

10.

Jumlah (A+B)

Tabel 11. Matriks EFE

Faktor Strategi

Eksternal

Bobot Rating Skor (bobot x rating)

A. Peluang :

1.

2.

3.

....

10.

B. Ancaman :

1.

2.

3.

....

10.

Jumlah (A+B)

Page 55: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

40

pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan

secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil

pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisa situasi

unit usaha dimasukkan dalam Tabel 10 dan 11. Nilai IFE

dikelompokan dalam tinggi (3,0-4,0); sedang (2,0-2,99); dan

rendah (1,0-1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokan

dalam kuat (3,0-4,0); rataan (2,0-2,99); dan lemah (1,0-1,99)

(David, 1998).

3) Matriks IE

Gabungan kedua matriks internal dan eksternal menghasilkan

matriks IE berisikan 9 macam sel yang memperlihatkan kombinasi

total nilai terboboti dari matrik-matrik IFE dan EFE. Tujuan

penggunaan matrik ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis lebih

detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel

strategi unit usaha, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat

dikelompokkan menjadi 3 strategi utama, yaitu (1) strategi

pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan

perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7,

8); (2) stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa

mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan; (3) retrechment

strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang

dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9).

Page 56: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

41

Total Skor IFE

4,0 Kuat 3,0 Sedang 2,0 Lemah 1,0

Tinggi

Total 3,0

I

Pertumbuhan

melalui

integrasi

vertikal

II

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal

III

Penciutan

melalui „turn

around‟

Skor EFE

Menengah

2,0

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal/

Stabilitas

VI

Penciutan/

divestasi

Rendah

1,0

VII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konsentrik

VIII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konglomerat

IX

Likuidasi

Sumber : David,1998

Gambar 3. Matriks IE

4) Matrik SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik unit

usaha dan klaster adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi unit usaha dan klaster, untuk disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini

menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 2005).

Keempat tipe strategi tersebut adalah :

i. Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

ii. Strategi S-T

Strategi ini adalah menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

Page 57: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

42

iii. Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemantauan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

iv. Strategi W-T

Strategi ini berdasarkan kegiatan defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10

faktor-faktor

kekuatan internal

WEAKNESSES

(W)

Tentukan 5-10

faktor-faktor

kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

STRATEGI S-O

Ciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan

peluang

STRATEGI W-O

Ciptakan strategi

yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan

peluang

THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor

ancaman eksternal

STRATEGI S-T

Ciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI W-T

Ciptakan strategi

yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari

ancaman

Sumber : Rangkuti, 2005

Gambar 4. Matriks SWOT

Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka

selanjutnya dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan

untuk mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat,

perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya

untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada.

Melalui matriks SWOT didapatkan alternatif strategi untuk

menentukan critical decision, sehingga perusahaan dapat menerapkan

strategi yang tepat (Rangkuti, 2005).

Page 58: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

43

5) Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi, selanjutnya

dilakukan pemilihan alternatif strategi paling efektif untuk

diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan

dengan teknik Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative

Strategic Planning Matrix-QSPM). Teknik QSPM secara obyektif

mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.

Menurut David (2006), secara konsep QSPM menentukan daya

tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor

keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki.

Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif

dihitung dengan menentukan pengaruh komulatif dari masing-masing

faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif

strategi yang dimasukkan dalam QSPM dapat berapa saja, jumlah

strategi dalam satu set juga dapat berapa saja, tetapi hanya strategi

dalam set yang sama dapat dievaluasi satu sama lain.

Komponen dalam QSPM adalah Alternatif Strategi, Faktor

Kunci, Bobot, Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores atau AS), Total

Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores atau TAS) dan

Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (Sum Total Attractiveness Scores

atau STASS). Enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan

matriks QSPM (Tabel 12) adalah :

Langkah 1 : Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan

kekuatan/ kelemahan internal kunci perusahaan pada

kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil

secara langsung dari Matriks EFE dan IFE.

Langkah 2 : Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal

dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada

Matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom

persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci

eksternal dan internal.

Page 59: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

44

Langkah 3 : Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi

alternatif strategi yang harus dipertimbangkan

organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-

strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan

strategi ke dalam set yang independen, jika

memungkinkan.

Langkah 4 : Tentukan Nilai Daya Tarik yang didefinisikan sebagai

angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari

masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu.

Nilai Daya Tarik, ditentukan dengan mengevaluasi

masing-masing faktor internal atau eksternal kunci satu

pada suatu saat tertentu, dan mengajukan pertanyaan

“Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang

dibuat ? “ Jika jawabannya ya, maka strategi tersebut

harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci

tersebut. Secara spesifik, Nilai Daya Tarik harus

diberikan untuk masing-masing strategi untuk

mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas

strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor

tertentu Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 =

tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik,

dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan di

atas adalah tidak, mengindikasikan bahwa faktor kunci

tersebut tidak memiliki dampak terhadap pilihan

spesifik yang dibuat, dengan demikian tidak perlu

berikan bobot terhadap strategi dalam set tersebut.

Langkah 5 : Hitung Total Nilai Daya Tarik. Total Nilai Daya Tarik

didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot

(Langkah 2) dengan Nilai Daya Tarik (Langkah 4)

dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya Tarik

mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing

alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan

Page 60: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

45

pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau

eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai

Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi

tersebut.

Tabel 12. Matriks perencanaan strategi kuantitatif

Faktor

Kunci

Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

..............

..............

Ancaman

..............

..............

Kekuatan

..............

..............

Kelemahan

..............

..............

STAS

Langkah 6 : Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik.

Tambahkan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-

masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total

Nilai Daya Tarik mengungkapkan strategi mana yang

paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih

tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,

mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal

yang relevan yang dapat memengaruhi keputusan

Page 61: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

46

strategis. Tingkat perbedaan antara Penjumlahan Total

Nilai Daya Tarik dari set alternatif strategi tertentu

mengindikasikan tingkat kesukaan relatif dari satu

strategi di atas yang lainnya (David, 2006).

Penggunaan matriks QSPM dapat meningkatkan mutu dari

keputusan strategis secara nyata, tetapi tidak pernah digunakan untuk

mendikte pilihan strategi. Aspek perilaku, budaya dan politik dari

perumusan dan pemilihan strategi selalu penting untuk

dipertimbangkan dan dikelola (David, 2006).

3.3. Aspek Kajian

Secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi

aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran (Kadariah dkk,

1999). Rinciannya sebagai berikut :

a. Aspek teknis produksi meliputi input produksi, proses produksi atau

budidaya dan output (produk dan limbah).

b. Tenaga kerja

Kajian terhadap tenaga kerja bertujuan untuk mengetahui jumlah dan

jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan dan bagaimana

cara pemenuhan kebutuhan tenaga kerja.

c. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga,

persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar.

1) Permintaan

Kajian terhadap permintaan untuk memberikan gambaran tentang

permintaan produk (susu, produk olahan susu dan produk terkait

lainnya) untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2) Penawaran

Kajian terhadap penawaran untuk memberikan gambaran tentang

penghasil produk (susu, produk olahan susu, produk terkait

lainnya) dan faktor keseimbangan antara permintaan dan

penawaran.

Page 62: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

47

3) Harga

Kajian terhadap harga memberikan gambaran tentang mekanisme

penetapan harga jual produk (susu, produk olahan susu, produk

terkait lainnya) dalam hal ini adalah hubungan antara harga jual

dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual produk. Dalam kajian

ini juga akan digambarkan bahwa harga yang diterima peternak

skala kecil layak atau tidak, dan apabila tidak layak, maka dikaji

berapa besarannya supaya layak.

4) Persaingan dan peluang pasar

Kajian ini memberikan gambaran tentang pasar yang dituju.

5) Pemasaran produk

Kajian ini memberikan gambaran tentang sistem pemasaran di unit

usaha produksi/ pengolahan susu.

d. Aspek Keuangan

Aspek keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi

keuangan, yaitu :

1) Komponen dan struktur biaya

Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya

operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan sarana prasarana

adalah meliputi biaya investasi yaitu biaya perijinan, bangunan dan

pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya operasi meliputi

biaya pembelian bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya

pengemasan, upah kerja, pembelian bahan pembantu produksi,

biaya peralatan, kendaraan dan biaya overhead.

2) Pendapatan

Pendapatan adalah total hasil penjualan unit usaha produksi (susu,

olahan susu, produk terkait lainnya) kepada para pelanggan.

3) Kebutuhan modal dan kredit

Dalam menunjang pengembangan unit usaha diperlukan modal

awal dan modal kerja, dimana modal berasal dari investasi pribadi

atau kredit.

Page 63: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

48

4) BEP

BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya

pendapatan sama dengan besarnya biaya atau pengeluaran yang

dilakukan oleh suatu proyek.

5) PBP

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu usaha. PBP adalah suatu periode

yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi

dengan menggunakan aliran kas.

6) Net B/C

Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang

yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif.

Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada

setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net

B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1

maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

7) NPV

NPV atau nilai sekarang bersih untuk mengetahui apakah usaha

dapat diterima atau tidak. Jika NPV adalah positif, maka usaha

diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka usaha harus

ditolak/dihentikan.

8) IRR

IRR dibuat untuk menentukan peringkat usulan investasi dengan

menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung

dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang

dari arus kas masuk unit usaha yang diharapkan terhadap nilai

sekarang biaya usaha atau sama dengan tingkat diskonto yang

membuat NPV sama dengan nol. Penerimaan atau penolakan

usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan

tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila

IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan, maka

proyek diterima, dan apabila lebih kecil maka tidak dapat diterima.

Page 64: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

49

e. Aspek Strategi Pengembangan

Klaster peternak pada dasarnya merupakan jaringan dari

sehimpunan komponen klaster yang terdiri dari peternak/kelompok

ternak dan unit pengolahan dan KUD Giri Tani yang saling terkait

yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses

peningkatan nilai (value adding production chain). Dalam hal ini,

aspek strategi pengembangan dikaji dari analisisa matriks IFE dan

EFE, serta analisa SWOT yang dilanjutkan dengan analisa QSPM

untuk pemilihan alternatif strategi.

Page 65: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Kecamatan Cisarua merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah

di Kabupaten Bogor. Usaha beternak sapi perah oleh masyarakat di

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dimulai sekitar tahun 1980. Sebelum

tahun 1997, peternak sapi perah tergabung dalam KPS Bogor. Pada tahun

1997 berdiri KUD Giri Tani yang awalnya tidak hanya bergerak di bidang

pertanian secara umum. Sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat

yang lebih memilih beternak sapi perah sebagai usahanya, maka dalam

perjalannya KUD ini memfokuskan pada bidang usaha peternakan sapi

perah, pakan ternak, sarana prosuksi peternakan, kesehatan hewan dan usaha

simpan pinjam. Selain itu mulai tahun 2009, KUD Giri Tani telah memulai

usaha pengolahan yoghurt.

Kelompok Peternak Sapi Perah yang tergabung pada KUD Giri Tani

sebanyak 5 kelompok, dimana 4 (empat) kelompok berdomisili di

Kecamatan Cisarua dan 1 (satu) kelompok di Kecamatan Cipayung (yang

termasuk dalam pengembangan kluster peternakan sapi perah di Kecamatan

Cisarua). Kelompok-kelompok dimaksud adalah Kelompok Baru Tegal,

Baru Sireum, Tirta Kencana, Bina Warga dan Mekar Jaya. Pada tahun 2006

anggota KUD Giri Tani sebanyak 867 orang dengan anggota aktif sebanyak

162 orang. Pada tahun 2009 dan saat ini anggota aktif 168 orang.

Produksi susu KUD Giri Tani pada tahun 2006 sebesar 1.468.531 l

yang disalurkan ke PT. Diamond Cold Storage 1.265.438 liter dan PT

Cimory 203.093 l dengan total penjualan seharga Rp. 3.262.815.067,86 dan

rataan harga jual per liter Rp. 2.221,83. Pada tahun 2009. Sedangkan sejak

tahun 2008 KUD Giri Tani menyalurkan susu kepada satu IPS yaitu PT.

Cimory, pada tahun 2009 total penjualan susu meningkat Rp.

5.027.202.320,00 dengan harga jual per liter Rp. 2.825 - Rp 3.730,-.

4.2. Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua

4.2.1. Deskripsi Peternak

Hasil survey terhadap contoh peternak sapi perah di Kecamatan

Page 66: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

51

Cisarua dapat dideskripsikan pada Tabel 13. Dilihat dari hasil tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua menggantungkan hidupnya pada ternaknya.

Tabel 13. Deskripsi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

No Karakteristik Persentase

(%)

1. Umur (tahun)

20-35 20

36-50 53

51-65 20

>65 7

2. Pendidikan

Tidak tamat pendidikan formal 10

Tamat Sekolah Dasar (SD) 27

Tamat Sekolah Tingkat Pertama (SLTP) 17

Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 23

Sarjana 23

3. Jumlah anggota keluarga (orang)

< 5 43

> 5 57

4. Status kepemilikan ternak

Milik sendiri (1 peternak mendapat bantuan

sosial pada tahun 2009)

100

5. Kepemilikan lahan garapan

Punya lahan (200m2-1 Ha) 67

Tidak punya lahan 33

6. Lama beternak (tahun)

< 6 10

6-10 20

11-20 40

>20 30

7. Jenis usaha

Usaha pokok 87

Usaha sampingan 13

8. Asal modal awal

Modal sendiri 67

Kredit 27

Hasil garapan/bagi hasil 6

9. Alasan melakukan usaha beternak sapi perah :

Mudah, ada sarana penunjang dan pasarnya jelas 43

Memperoleh atau menambah pendapatan 30

Usaha turun temurun 14

Hobi 9

Ikut-ikutan 4

Page 67: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

52

Tingkat pendidikan peternak yang relatif tinggi, yaitu 23% tamat

SLTA dan 23% Sarjana, menunjukkan bahwa beternak sapi perah

merupakan salah satu pilihan usaha yang diharapkan secara ekonomis

dapat diharapkan keberhasilannya. Pilihan ini didukung karena

penguasaan teknik budidaya, tersedianya sarana prasarana dan pasar

yang jelas. Deskripsi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua secara

rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 dan data sebarannya tersaji dalam

Tabel 13.

4.2.2. Analisa Kelayakan Usaha

a. Aspek Keuangan

Analisa keuangan dilakukan kepada peternak di Kecamatan

Cisarua yang terdiri atas 5 kelompok, masing-masing kelompok

diambil contoh secara proporsional mewakili komposisi jumlah

kepemilikan ternak dan jumlah anggota aktif yang berproduksi.

Hasil analisa kelayakan usaha masing-masing peternak sapi

perah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Dari hasil analisa keuangan didapatkan kriteria kelayakan

usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua sebagai

berikut :

i. PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu atau

periode pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.

Hasil perhitungan PBP pada tingkat bunga 18% untuk 30

contoh peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah

berkisar 1 tahun-5 tahun dengan rataan 2 tahun 6 bulan. PBP

5 tahun terjadi pada 1 (satu) peternak, dimana peternak ini

pada tahap pembaharuan sapi laktasi dengan komposisi

kepemilikan ternak pada tahun 2009 berupa 4 ekor sapi

betina dewasa, 2 ekor dara bunting, 2 ekor dara belum

bunting, sedangkan sapi laktasi hanya 2 ekor. Pada tahun

2008, ternak sapi betina dewasa 5 ekor, sapi dara 2 ekor, sapi

jantan dewasa 2 ekor, sapi yang laktasi hanya 2 ekor. Pada

tahun 2009 juga terjadi penjualan sapi dewasa sakit yang

Page 68: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

53

diduga karena mutu pakan yang kurang bagus, yaitu pakan

yang dibeli KUD Giri Tani dari Cikampek yang ditemukan

mengandung pasir pantai. Kejadian ini menimpa beberapa

ternak di Kecamatan Cisarua yang mengkonsumsi pakan

jenis ini. Rataan nilai PBP adalah 2,52 tahun atau 2 tahun 6

bulan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa investasi untuk

beternak sapi perah di Kecamatan Cisarua dapat

dikembalikan melalui cash flow selama 2 tahun 6 bulan, lebih

pendek dari umur ekonomis investasi, sehingga dapat

dikatakan bahwa usaha peternak sapi perah layak

dikembangkan.

ii. Perbandingan Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai

bersih sekarang yang positif dengan yang negatif, angka ini

menunjukkan tingkat besarnya manfaat pada setiap tambahan

biaya sebesar satu satuan. Hasil perhitungan Net B/C untuk

29 peternak adalah lebih besar dari 1 (satu) dengan kisaran

antara 1,17-7,26 dengan rataan 2,67. Net B/C 7,6 dicapai oleh

satu peternak dengan kepemilikan sapi laktasi 123 ekor pada

tahun 2008 dan 150 ekor pada tahun 2009 dan sapi betina

dewasa sebanyak 150 ekor dan 157 ekor pada tahun yang

sama. Satu peternak dengan nilai Net B/C negatif karena

dalam tahap pembaharuan sapi laktasi seperti dijelaskan

sebelumnya pada butir i di atas.

iii. BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya

pendapatan sama dengan besarnya biaya atau pengeluaran

yang dilakukan oleh peternak. Suatu usaha dikatakan impas

apabila jumlah hasil penjualan produk pada periode tertentu

sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga usaha

tidak mengalami kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2008

usaha peternakan sapi di Kecamatan Cisarua 93% mencapai

BEP, sisanya 7% tidak mencapai BEP atau mengalami

Page 69: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

54

kerugian. Peternak yang tidak mencapai BEP dimaksud

adalah 2 (dua) peternak dengan kepemilikan sapi betina

dewasa < 6 ekor, yaitu masing-masing 3 ekor, dengan rasio

sapi laktasi dan sapi betina dewasa 1:3 (33%). Hal ini sesuai

dengan pendapat Djarijah (1996) dalam Setiyawan et al.

(2005), bahwa keuntungan peternak sapi perah juga

dipengaruhi oleh persentase sapi laktasi. Peternak sapi perah

yang mempunyai sapi laktasi 60% atau lebih dari total

populasi adalah menguntungkan. Selain itu salah satu

peternak ini adalah mempunyai pekerjaan pokok sebagai

tenaga medis di sebuah rumah sakit. Peternak ini dalam

beternak mengikuti nalurinya sebagai tenaga medis, yaitu

membeli ternak yang kurus atau sakit (dengan alasan lebih

murah) untuk dipelihara, sehingga pada awal pemeliharaan

tidak menguntungkan karena produktivitasnya kecil (6-8

liter/hari). Pada tahun 2009, seluruh peternak mencapai BEP.

Rataan nilai BEP harga pokok produksi (HPP) susu dan

keuntungan per liter susu dapat dilihat pada Tabel 14 dan

Gambar 5. Keuntungan per liter adalah selisih antara harga

yang diterima peternak dengan harga pokok produksi susu

per liter. Keuntungan per liter susu relatif rendah karena

dalam perhitungan BEP ini tidak bisa memperhitungkan

pendapatan dari pedet, biogas dan kompos. Apabila dilihat

dari skala kepemilikan sapi betina dewasa maka nilai

keuntungan per liter susu untuk kepemilikan sapi betina

dewasa > 10 ekor pada tahun 2008 dan 2009 terbesar di

antara skala kepemilikan lainnya. Perbedaan nilai keuntungan

per liter susu pada tahun 2008 dan 2009 yang sangat tinggi

disebabkan oleh harga perbedaan harga susu yang diterima

peternak. Pada tahun 2008 rataan harga susu yang diterima

peternak Rp. 2.825,- dan pada tahun 2009 mencapai Rp.

3.633,-. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum usaha

Page 70: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

55

peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua layak

diusahakan.

Tabel 14. Harga pokok produksi (HPP) susu dan keuntungan

per liter susu peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua

Skala

Kepemilikan

HPP Susu

(Rp.)

Keuntungan/liter

Susu (Rp.)

2008 2009 2008 2009

< 6 ekor 2,661.76 2,536.74 337.89 1,147.73

6-10 ekor 2,266.85 2,232.22 558.15 1,303.08

>10 ekor 2,126.88 2,107.57 818.26 1,390.33

Gambar 5. Perbandingan HPP dan keuntungan per liter

susu menurut skala kepemilikan sapi betina

dewasa pada tahun 2008 dan 2009

iv. NPV atau nilai sekarang bersih yaitu merupakan nilai

sekarang dari sejumlah uang di masa mendatang yang

dikonversikan dengan menggunakan tingkat bunga terpilih.

Usaha yang memberikan nilai sekarang bersih adalah layak.

Perhitungan NPV untuk usaha peternakan sapi perah yang

dilakukan oleh peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

dengan menggunakan konversi tingkat bunga (DF) 14%

adalah negatif untuk 1 (satu) peternak (3%) atau 97% positif.

Peternak dengan NPV negatif adalah peternak yang dimaksud

Page 71: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

56

pada butir i dan peternak dengan pekerjaan pokok sebagai

tenaga medis seperti yang dijelaskan pada butir iii di atas.

NPV untuk usaha peternakan sapi perah di Kecamatan

Cisarua dengan menggunakan konversi tingkat bunga atau

discount factor (DF) 18% adalah positif untuk 27 (satu)

peternak (90%) dan negatif untuk 3 peternak (10%). Peternak

dengan NPV negatif adalah 2 (dua) peternak yang dimaksud

pada butir ii dan 1 (satu) peternak dengan kepemilikan 1 ekor

dan berproduksi mulai tahun 2009.

v. IRR merupakan alat untuk menghitung tingkat pengembalian

investasi. Usulan tingkat bunga pengembalian (IRR) yang

lebih tinggi dari tingkat bunga modal yang berlaku

mengindikasikan investasi usaha layak. Hasil perhitungan

nilai IRR peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua pada

satu peternak negatif, yaitu peternak pada butir i. Hasil

perhitungan IRR untuk 29 peternak lainnya untuk NPV1; DF

14% dan NPV2; DF 18% diperoleh IRR dengan kisaran

15,69%-37,60% dengan rataan 25,15%. Nilai tersebut lebih

tinggi dari tingkat suku bunga bank komersial tahun 2008-

2009 yaitu 14-15%. Hal ini juga selaras dengan hasil

penelitian Setiyawan et al (2005) pada analisis finansial

usaha peternakan sapi perah di tingkat perusahaan peternakan

dengan hasil IRR 38,45%, PBP 3 tahun 6 bulan, Net B/C

1.42%, NPV pada DF 38% dan 39% adalah Rp. 773.226,22

dan Rp. 933.599,30.

Apabila dilihat berdasarkan skala jumlah kepemilikan sapi

betina dewasa, maka rataan nilai Net B/C, IRR dan NPV untuk

kepemilikan sapi betina dewasa < 6 ekor lebih rendah

dibandingkan kepemilikan 6-10 ekor dan tertinggi adalah

kepemilikan sapi betina dewasa > 10 ekor. Gambaran nilai Net

B/C, IRR dan NPV berdasarkan skala kepemilikan sapi betina

dewasa dapat dilihat pada Tabel 15 serta Gambar 6 dan 7.

Page 72: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

57

Tabel 15. Nilai Net B/C, IRR, PBP dan NPV menurut skala

kepemilikan sapi betina dewasa Skala

Kepemilikan

Net

BC

IRR

(%)

PBP

(Tahun)

NPV DF 14%

(Rp.)

NPV DF 18%

(Rp.)

< 6 ekor 1,85 20,74 2,63 5.311.698,72 2.347.092,27

6-10 ekor 3,08 26,49 2,46 16.857.872,29 11.502.513,75

>10 ekor 3,67 29,73 2,22 245.480.481,20 194.784.139,20

1.85

20.74

2.633.08

26.49

2.463.67

29.73

2.22

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Net BC IRR PBP

< 6 ekor 6-10 ekor >10 ekor

Gambar 6. Nilai Net B/C, IRR dan PBP menurut skala kepemilikan

sapi betina dewasa

Gambar 7. Nilai NPV menurut skala kepemilikan sapi betina dewasa

Page 73: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

58

Tabel 16. Pengaruh rasio kepemilikan sapi laktasi dibanding sapi betina dewasa

terhadap kelayakan usaha

No PBP

Net

B/C HPP NPV IRR SL:SDB

2008 2009 DF 14% DF 18% (%)

T05 2 : 6 3.53 2,540 2,494 20,891,780 15,785,765 30.37 100.00

T23 2 : 3 2.75 2,381 2,545 21,968,272 16,962,775 31.56 100.00

T14 2 : 8 2.50 2,289 2,141 7,853,000 3,605,675 21.40 100.00

T29 2 : 5 1.95 2,738 2,689 8,062,861 5,148,887 25.07 100.00

T24 2 : 2 4.31 2,492 1,993 18,878,808 14,997,062 33.45 100.00

T20 2 : 6 3.19 2,657 2,436 7,862,495 5,017,313 25.05 100.00

T30 2 : 7 2.16 2,360 1,176 6,018,383 3,929,259 25.52 100.00

T08 1 : 0 7.26 2,247 1,865 983,363,060 816,698,672 37.60 88.93

T19 2 : 2 4.23 2,514 3,106 20,183,173 16,388,247 35.27 88.89

T13 2 : 7 3.06 2,338 2,848 10,793,122 6,374,941 23.77 85.71

T26 1 : 0 1.68 2,453 1,498 14,794,199 8,755,144 23.80 81.82

T21 2 : 5 2.97 1,833 1,905 44,364,230 31,648,828 27.96 80.95

T07 2 : 3 4.39 1,913 2,309 18,661,964 11,434,531 24.33 80.00

T17 2 : 8 2.62 3,107 3,052 9,148,446 7,085,583 31.74 80.00

T18 2 : 7 2.88 2,348 2,577 109,974,800 87,059,540 33.20 78.33

T06 2 : 8 1.52 2,293 2,623 61,248,341 17,014,166 19.54 75.21

T10 2 : 7 1.17 2,577 1,989 1,832,580 33,930 18.08 75.00

T16 2 : 8 1.41 1,543 1,009 4,499,893 461,885 18.46 75.00

T22 2 : 8 1.69 2,452 2,662 3,877,726 2,185,168 23.16 66.67

T27 2 : 6 3.18 1,990 2,143 26,424,688 18,371,495 27.13 66.67

T11 2 : 10 1.36 6,166 4,853 1,220,533 -1,666,147 15.69 62.50

T15 2 : 8 1.72 2,697 2,586 3,128,407 670,741 19.09 57.14

T01 2 : 6 2.67 2,235 2,377 6,526,455 3,078,396 21.57 50.00

T04 2 : 7 2.07 2,128 2,192 12,038,415 8,343,042 27.03 50.00

T09 2 : 9 1.68 1,621 2,485 3,758,416 662,444 18.86 42.86

T28 2 : 7 2.57 2,635 3,091 7,226,866 3,245,047 21.26 41.67

T12 5 : 0 -4.17 2,075 1,995 -27,405,441 -30,456,409 -21.93 36.36

T02 2 : 5 3.74 1,877 1,567 28,451,975 21,499,490 30.37 36.00

T25 2 : 9 1.89 3,253 2,161 4,995,470 2,820,860 23.19 33.33

Keterangan :

Nilai PBP adalah tahun : bulan.

SL:SDB = persentase jumlah sapi laktasi dibanding sapi betina dewasa

Page 74: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

59

Tabel 17. Pengaruh rasio kepemilikan sapi laktasi dan total kepemilikan sapi

terhadap kelayakan usaha

No PBP

Net

B/C NPV IRR SL:TS

2008 2009 DF 14% DF 18% (%)

T19 2 : 2 4.23 2,514 3,106 20,183,173 16,388,247 35.27 80.00

T05 2 : 6 3.53 2,540 2,494 20,891,780 15,785,765 30.37 75.00

T23 2 : 3 2.75 2,381 2,545 21,968,272 16,962,775 31.56 73.68

T14 2 : 8 2.50 2,289 2,141 7,853,000 3,605,675 21.40 73.33

T29 2 : 5 1.95 2,738 2,689 8,062,861 5,148,887 25.07 72.73

T21 2 : 5 2.97 1,833 1,905 44,364,230 31,648,828 27.96 70.83

T08 1 : 0 7.26 2,247 1,865 983,363,060 816,698,672 37.60 70.00

T24 2 : 2 4.31 2,492 1,993 18,878,808 14,997,062 33.45 66.67

T26 1: 0 1.68 2,453 1,498 14,794,199 8,755,144 23.80 60.00

T07 2 : 3 4.39 1,913 2,309 18,661,964 11,434,531 24.33 60.00

T18 2 : 7 2.88 2,348 2,577 109,974,800 87,059,540 33.20 52.22

T13 2 : 7 3.06 2,338 2,848 10,793,122 6,374,941 23.77 52.17

T06 2 : 8 1.52 2,293 2,623 61,248,341 17,014,166 19.54 50.29

T20 2 : 6 3.19 2,657 2,436 7,862,495 5,017,313 25.05 50.00

T17 2 : 8 2.62 3,107 3,052 9,148,446 7,085,583 31.74 50.00

T10 2 : 7 1.17 2,577 1,989 1,832,580 33,930 18.08 50.00

T01 2 : 6 2.67 2,235 2,377 6,526,455 3,078,396 21.57 50.00

T04 2 : 7 2.07 2,128 2,192 12,038,415 8,343,042 27.03 50.00

T30 2 : 7 2.16 2,360 1,176 6,018,383 3,929,259 25.52 45.00

T22 2 : 8 1.69 2,452 2,662 3,877,726 2,185,168 23.16 40.00

T11 2 : 10 1.36 6,166 4,853 1,220,533 -1,666,147 15.69 38.46

T27 2 : 6 3.18 1,990 2,143 26,424,688 18,371,495 27.13 37.50

T15 2 : 8 1.72 2,697 2,586 3,128,407 670,741 19.09 36.36

T28 2 : 7 2.57 2,635 3,091 7,226,866 3,245,047 21.26 35.71

T02 2 : 5 3.74 1,877 1,567 28,451,975 21,499,490 30.37 33.33

T16 2 : 8 1.41 1,543 1,009 4,499,893 461,885 18.46 30.00

T09 2 : 9 1.68 1,621 2,485 3,758,416 662,444 18.86 27.27

T12 5:0 -4.17 2,075 1,995 -27,405,441 -30,456,409 -21.93 22.22

T25 2 : 9 1.89 3,253 2,161 4,995,470 2,820,860 23.19 20.00

Keterangan :

Nilai PBP adalah tahun ; bulan.

SL:TS = persentase jumlah sapi laktasi dibanding total kepemilikan sapi

Page 75: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

60

Hasil kajian juga menunjukkan bahwa ada pengaruh rasio

atau perbandingan antara jumlah kepemilikan sapi laktasi dengan

jumlah sapi betina dewasa dan total kepemilikan sapi, terhadap

indikator kelayakan usaha. Kelayakan usaha peternakan sapi

perah di Kecamatan Cisarua seluruh usaha layak dengan rasio

kepemilikan sapi laktasi dibanding sapi betina dewasa 66,7% atau

lebih (Tabel 16). Apabila dilihat dari rasio kepemilikan sapi

laktasi dibanding total kepemilikan sapi maka seluruh usaha layak

pada rasio 40% atau lebih (Tabel 17).

Komposisi biaya variabel pada usaha peternakan sapi perah

di Kecamatan Cisarua adalah terutama untuk pembelian pakan

konsentrat dan tenaga kerja. Rataan pengeluaran untuk pembelian

pakan konsentrat pada peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

adalah 63,27% dan tenaga kerja 22,98%. Apabila dilihat dari

skala kepemilikan sapi betina dewasa, maka rataan pengeluaran

untuk pembelian pakan konsentrat pada skala <6 ekor, 6-10 ekor

dan > 10 ekor berturut-turut adalah Rp. 19.795.197,92; Rp.

32.475.187,50; dan Rp. 418.144.500,00. Biaya upah tenaga kerja

pada urutan skala yang sama adalah Rp. 6.846.875,00; Rp.

13.125.000,00; dan Rp. 71.920.000,00.

b. Aspek Budidaya, Manajemen dan Pemasaran

Karakteristik peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

pada umumnya menguasai teknik budidaya karena telah lama

menjalani usaha sapi perah, yaitu paling kecil selama 2 tahun dan

paling lama 33 tahun, dengan rataan 16 tahun. Hasil kajian

terhadap karakteristik peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Tabel 18.

Menurut Bappenas 2007, usaha sapi perah keluarga

memberikan keuntungan apabila jumlah sapi perah dewasa yang

dipelihara sebanyak 6 ekor, sedangkan tingkat efisiensinya dapat

dicapai dengan minimal 2 ekor dengan rataan produksi susu 15

l/hari.

Page 76: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

61

Variasi keinginan peternak untuk menambah ternak

tersebut, terutama dipengaruhi oleh kemampuan peternak dalam

permodalan. Bagi peternak yang merasa mampu untuk

menyisihkan hasil usahanya untuk menambah ternak, sehingga

ingin menambah ternak dengan modal sendiri tanpa dibebani

kewajiban pengembalian kredit. Untuk peternak yang tidak

mampu menyisihkan hasil usahanya karena hasil usaha hanya

cukup untuk pemenuhan keluarga sangat mengharapkan adanya

kredit dengan bunga ringan dari pemerintah. Peternak yang tidak

ingin menambah populasi ternaknya dikarenakan keterbatasan

lahan untuk kandang, atau sudah merasa mempunyai skala usaha

optimal.

Sarana prasarana maupun infrastruktur penunjang usaha

peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua pada umumnya

telah baik. Susu sapi dikumpulkan oleh petugas KUD ke

beberapa titik yang telah disepakati kelompok. Jarak antara

peternak dengan titik-titik tempat penjemputan susu berkisar 50-

700 m. Untuk peternak besar dengan produksi lebih dari dari 200

l mengantar produksi susunya langsung ke PT. Cimory.

Pengangkutan susu ini tidak dipungut biaya kecuali di Kelompok

Mekar Jaya dipungut biaya Rp. 125,-/l. Hal ini dikarenakan jarak

kelompok tersebut relatif jauh dari KUD Giri Tani. Kondisi jalan

buruk dan transportasi sedang terutama ditemui di Kelompok

Tirta Kencana dan Kelompok Mekar Jaya.

Pendapat bahwa pelayanan tenaga medis dan IB sedang

dikarenakan sering terjadi keterlambatan kedatangan petugas

apabila ada permasalahan kesehatan sapi atau kebutuhan

pelayanan IB oleh peternak. Hal ini dikarenakan kurangnya

petugas medis dan IB, yaitu hanya 1 (satu) orang sampai

pertengahan tahun 2009 dan ada penambahan tenaga 1 (satu)

orang. Jumlah ini masih dirasakan kurang, sehingga peternak

memanfaatkan tenaga non KUD dengan risiko bayar langsung.

Page 77: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

62

Tabel 18. Karakteristik peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

No Karakteristik

Persentase (%)

1. Pengetahuan teknik budidaya a. Penyuluhan dari Dinas Peternakan dan KUD b. Dari teman atau dengan bekerja kepada orang lain c. Pengalaman turun temurun d. Belajar sendiri

36 28 19 17

2.

Kendala yang dihadapi a. Permodalan b. Rumput/ hijauan terutama saat kemarau c. Penyakit sapi terutama penyakit kuku, kelumpuhan

setelah beranak dan keguguran d. Harga pakan yang terus naik dan mutu pakan dari

KUD kurang bagus terutama pasokan dari Cikampek e. Lahan rumput terbatas f. Populasi (skala usaha) tidak optimal g. Alat pengolahan untuk menambah nilai tambah produk h. Ketersediaan air pegunungan saat musim kemarau

kurang i. Kelembagaan yang kurang mendukung

21 19 18

12

9 9 6 3

3

3. Kepemilikan sapi a. < 6 ekor betina dewasa b. > 6 ekor betina dewasa Keinginan peternak menambah populasi sapi a. Ingin menambah populasi ternaknya dengan modal

sendiri b. Ingin menambah populasi ternak dengan

mengharapkan fasilitasi kredit dengan bunga ringan dari pemerintah

c. Tidak ingin menambah ternaknya

57 43

50

42,5

7,5

4. Pendapat peternak terhadap sarana prasarana dan infrastruktur penunjang usaha a. Jalan - baik - sedang - buruk b. .Transportasi - baik - sedang c. Pelayanan tenaga medis/Keswan - baik - sedang d. Pengangkut susu - baik - sedang e. Pelayanan IB - baik - sedang f. Perhatian dinas terkait/pemerintah - baik - sedang - buruk g. Perhatian Pemerintah/Dinas terkait - baik - sedang - buruk

54 33 13

73 27

70 30

90 10

70 30

70 27 3

70 27 3

Page 78: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

63

Pengangkut susu di KUD Giri Tani menggunakan

kendaraan roda empat bak terbuka dan sebagian besar telah

menggunakan milkcan ukuran 40 l. Namun pada kelompok Tirta

Kencana masih menggunakan drum plastik biru untuk

pengangkutan susu ke PT Cimory. Jalan yang macet pada hari

libur juga merupakan kendala dalam pengangkutan susu. Jalan

yang macet total mengakibatkan jarak tempuh Kelompok Tirta

Kencana ke PT Cimory yang biasanya tidak lebih dari 1 (satu)

jam menjadi 4-6 jam, hal ini sangat berpengaruh pada kualitas

susu, terutama pada peningkatan jumlah bakteri hingga 30 juta.

Perhatian Dinas terkait dalam hal ini Dinas Peternakan,

Dinas Koperasi dan Kementerian Lingkungan Hidup telah

dirasakan oleh peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua,

dimana 70% berpendapat baik, 27% sedang dan 3% buruk. Bagi

yang berpendapat sedang dan buruk, dikarenakan merasa dianak

tirikan. Kelompok Baru Tegal dan Baru Sireum belum pernah

mendapat predikat juara baik di tingkat kabupaten maupun

propinsi sehingga belum pernah mendapat bantuan sosial berupa

peralatan dan sapi perah seperti yang diterima Kelompok Tirta

Kencana dan Mekar Jaya. Kelompok Tirta Kencana telah

mendapat predikat juara I tingkat propinsi pada tahun 2009,

Kelompok Mekar Jaya pada tahun 2008 mendapat predikat yang

sama, dan Kelompok Bina Warga tahun ini mendapat predikat

juara I tingkat Kabupaten dan dalam persiapan mengikuti

kompetisi di tingkat Propinsi.

Harapan peternak sapi perah kepada pemerintah menurut

hasil kajian dapat dilihat pada Tabel 19. Selanjutnya, apabila

dibandingkan dengan keinginan mendesak peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua terkait dengan usahanya maka harapan

tersebut serasi dengan keinginan peternak pada Tabel 20.

Page 79: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

64

Tabel 19. Harapan peternak sapi perah kepada pemerintah

No. Harapan

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

Sarana Produksi

a. Peningkatan populasi dan genetik, antara lain melalui

mutu Inseminasi Buatan atau IB

b. Fasilitasi lahan rumput, melalui Penguatan Modal

Usaha Kelompok (PMUK) untuk sewa lahan

c. Fasilitasi mobil berpendingin untuk mengangkut susu

d. Kredit dengan bunga dan persyaratan ringan

e. Bantuan milkcan 40 liter

f. Bantuan ember stainlees untuk pemerahan

g. Kendaraan untuk pengangkutan rumput dan konsentrat

h. Kandang kelompok

i. Bantuan ternak untuk pemerataan skala usaha bagi

peternak dengan kepemilikan kecil

j. Bantuan ternak untuk tenaga kerja di peternakan yang

non peternak

k. Bantuan perbaikan kandang

Pembinaan

l. Pembinaan pasca panen dan perbaikan mutu susu

Sarana Prasarana Penunjang

m. Pengaspalan jalan

n. Embung air untuk antisipasi musim kemarau

o. Bantuan pipa pembuangan limbah cair

Kebijakan

p. Peningkatan promosi susu sebagai jamuan rapat di

kantor-kantor pemerintah

q. Peningkatan harga susu

r. Kebijakan makro persusuan untuk lebih berpihak

kepada peternak

17

13

10

8

8

8

6

2

2

2

2

8

4

2

2

2

2

2

Hasil penelitian ini dapat sebagai pertimbangan instansi

pemerintah terkait untuk memberikan prioritas fasilitasi

pembinaan maupun pemilihan bentuk dan sifat bantuan kepada

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua.

Peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua pada umumnya

aktif menjadi anggota kelompok dan KUD. Selain ke lima

kelompok peternak sapi perah juga ada Kelompok Wanita Tani

yang lebih antusias kepada usaha pengolahan susu. Di Kelompok

Tirta Kencana pernah mendapat bantuan peralatan pengolahan

susu namun sekarang dalam kondisi tidak aktif, karena kesulitan

Page 80: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

65

dalam pemasaran. Kelompok Bina Warga pada tahun 2010 ini

sedang memulai usaha pengolahan aneka produk olahan susu

seperti kerupuk susu dan karamel. Pemasaran telah dijajaki ke

warung-warung sekitar wilayah kelompok. Ke depan diharapkan

Kelompok Tirta Kencana dan Kelompok Bina Warga dapat

bekerjasama dengan hotel-hotel dan tempat pariwisata di sekitar

Cisarua untuk pemasaran produk olahan susu.

Tabel 20. Keinginan mendesak peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

No. Harapan

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Peningkatan populasi/ kepemilikan ternak

Mobil berpendingin untuk mengangkut susu

Lahan rumput

Perbaikan mutu pakan dari KUD Giri Tani

Peningkatan mutu susu

Milkcan untuk pengangkutan susu

Peralatan pengolahan yoghurt

Jaringan pemasaran produk olahan susu

Permodalan

Perbaikan jalan

KUD Giri Tani lebih transparan

Dukungan instansi pemerintah dengan bantuan

sosial

28

18

15

9

6

6

3

3

3

3

3

3

Di Kelompok Baru Sireum, Ketua Kelompok telah

mengembangkan unit usaha pengolahan yoghurt. Produk yoghurt

ini telah memiliki pasar yang dikembangkan melalui mulut ke

mulut dan lewat internet. Dalam penelitian ini, tidak diulas lebih

lanjut unit usaha Ketua Kelompok Baru Sireum ini karena usaha

ini lebih bersifat perseorangan.

Berdasarkan hasil pendapat peternak pada kajian ini,

keuntungan menjadi anggota kelompok dan KUD Giri Tani serta

usulan perbaikan untuk kemajuan kelompok dan KUD Giri Tani

dapat dilihat pada Tabel 21 dan Tabel 22.

Mulai tahun 2008 pemasaran susu dari KUD Giri Tani

100% dipasok ke PT Cimory, walaupun beberapa peternak juga

Page 81: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

66

menjual langsung kepada konsumen terutama kepada wisatawan

penghuni hotel/villa. Harga susu penjualan langsung tersebut

pada tahun 2008 berkisar Rp.4.000,--Rp. 6.000,- sedangkan

pada tahun 2009 berkisar Rp. 5.000,--Rp. 8.000,- per liter. Harga

tertinggi biasanya adalah harga untuk wisatawan. Namun

penjualan langsung seperti ini hanya sedikit sekali, yaitu 40-100

l/bulan dan hanya terjadi pada beberapa peternak.

Tabel 21. Keuntungan peternak menjadi anggota kelompok dan usulan

perbaikan untuk kemajuan kelompok

No. Keinginan/Usulan

Persentase

(%)

1.

Keinginan

a. Tempat pemecahan masalah dan tukar menukar

informasi

b. Gotong royong dan kebersamaan

c. Mendapatkan akses terhadap bantuan dan

pembinaan dari pemerintah, KUD, PT Cimory dan

kredit

d. Membantu pemasaran susu

e. Keuntungan dengan adanya simpan pinjam

f. Terkoordinasi dan terpantau usahanya

g. Meningkatkan bargaining position

h. Tempat pembelian rumput

i. Pemanfaatan air pegunungan secara berkelompok

31,4

18,5

17,1

14,3

7,1

6,0

3,0

1,4

1,4

2 Usulan perbaikan untuk kelompok

a. Perbaikan higienitas (GFP) dalam upaya

peningkatan mutu susu

b. Meningkatkan kebersamaan

c. Kelompok sebaiknya mempunyai petugas

medis/Keswan dan IB sendiri

d. Peningkatan tertib administrasi

e. Menjadi kelompok percontohan (Kelompok Bina

Warga 2010)

f. Mengusahakan sewa lahan rumput

g. Kendaraan berpendingin untuk mengangkut susu

h. Simpan pinjam di kelompok

i. Penambahan modal kelompok

j. Arisan kelompok diaktifkan kembali

k. Peningkatan populasi

l. Anggota lebih aktif

39,0

10,7

10,5

7,0

7,0

4,2

3,6

3,6

3,6

3,6

3,6

3,6

Page 82: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

67

Tabel 22. Keuntungan peternak menjadi anggota dan usulan

perbaikan untuk kemajuan KUD Giri Tani

No. Keinginan/Usulan

Persentase

(%)

1.

Keinginan

a. Adanya simpan pinjam

b. Harga konsentrat mudah didapat di

KUD dengan harga wajar

c. Pemasaran susu lancar

d. KUD menyediakan sapronak

e. Bisa kas bon untuk keperluan rumah

tangga

f. Pelayanan petugas medis

g. Akses informasi

h. Adanya warung serba ada

i. Mendapat SHU dan THR

j. Terkoordinasi dengan dinas terkait

k. Peningkatan posisi tawar

l. Harga susu meningkat

m. Pelayanan IB

20,0

16,8

14,5

11,2

10,1

6,7

4,5

4,5

4,5

3

2,2

1

1

2 Usulan perbaikan untuk KUD Giri Tani

a. Perbaikan mutu, kontinuitas dan harga

pakan

b. Pengurus KUD agar transparan

c. Perbaikan pengurus KUD

d. Perbaikan manajemen KUD

e. Peningkatan pelayanan secara umum

f. Peningkatan pelayanan tenaga medis

g. Penambahan modal KUD

h. Warung serba ada (Waserda) sebaiknya

modal KUD

i. Perbaikan unit usaha yoghurt

j. Sinkronisasi pengurus dengan

karyawan

k. Pengembangan usaha alternatif

l. Peningkatan harga susu

m. Pemberitahuan kualitas susu yang

dibeli KUD

n. Pengurus hadir di pertemuan kelompok

o. Pengusahaan lahan pakan

p. Pemberian pinjaman saat kering

kandang

q. Peningkatan kesejahteraan anggota

r. KUD agar tidak memberi peluang

kepada peternak besar diluar anggota

KUD yang berakibat mengurangi kuota

penyetoran susu KUD ke PT Cimory

33,8

16

8

7

5,4

5,4

3

3

2

2

1,8

1,8

1,8

1,8

1,8

1,8

1,8

1,8

Page 83: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

68

Pendapat peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

terhadap keberadaan PT Cimory di Kecamatan Cisarua dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Pendapat peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

terhadap keberadaan PT Cimory

No. Pendapat Peternak

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Meningkatkan harga susu

Pembayaran susu ke peternak tepat

waktu

Membantu pemasaran

Jarak yang dekat menjaga mutu susu dan

efisiensi dalam pengiriman dan

komunikasi

Secara tidak langsung dapat mengetahui

mutu susu per kelompok, sehingga

kelompok berlomba memperbaiki mutu

susu

Persaingan yang sehat antar kelompok

dan antar anggota termasuk anggota

dengan skala kepemilikan besar

Penyerapan lapangan kerja

69

10,3

7,7

5,5

2,5

2,5

2,5

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil analisa kelayakan

usaha yaitu rataan keuntungan per liter susu menurut skala

kepemilikan sapi betina dewasa. Rataan keuntungan pada tahun

2009 meningkat tajam apabila dibandingkan tahun 2008. Untuk

skala kepemilikan sapi betina dewasa < 6 ekor adalah Rp.

1.147,73,- dari Rp. 337,89, kepemilikan 6-10 ekor Rp. 1.303,08

dari Rp. 558,15 dan kepemilikan > 10 ekor Rp. 1.390,38 dari Rp.

818,26 (Tabel 14). Hal ini terjadi karena pada tahun 2009

pengumpulan susu dilakukan pada masing-masing kelompok,

sedangkan tahun sebelumnya dilakukan pengumpulan ke KUD

Giri Tani. PT Cimory membeli susu berdasarkan mutu susu,

yaitu berdasarkan nilai total solid dan jumlah kuman. Rataan

harga susu pada tahun 2008 sama untuk semua kelompok yaitu

sebesar Rp. 2.825,- per liter, sedangkan tahun 2009 meningkat

Page 84: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

69

menjadi Rp. 3.474,- untuk Kelompok Baru Tegal, Rp. 5.535,-

untuk Kelompok Baru Sireum, Rp. 3.559,- untuk kelompok Tirta

Kencana, Rp. 3.529,- untuk Kelompok Bina Warga dan Rp.

3.413,- untuk Kelompok Mekar Jaya.

4.2.3. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah

4.2.3.1. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman

Identifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman dilaksanakan dengan melakukan

analisis lingkungan internal dan eksternal usaha peternakan

sapi perah oleh peternak di Kecamatan Cisarua. Hasil

analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif

strategi dengan analisis SWOT.

a. Kekuatan

1) Pemasaran mudah

Pemasaran susu dilakukan melalui kerjasama

kelompok dan KUD Giri Tani kepada PT Cimory.

Kemitraan antara KUD Giri Tani dan PT Cimory

sejak Maret tahun 2006, namun baru pada tahun

2008 produksi susu diserap seluruhnya oleh PT

Cimory seiring dengan peningkatan kapasitas

produksi riil PT Cimory.

Sampai saat ini KUD Giri Tani masih bermitra

dengan PT Cimory, sehingga pemasaran susu selalu

lancar.

2) SDM berpengalaman dan terampil

Peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua pada

umumnya telah menguasai teknik budidaya karena

telah lama menjalani usaha sapi perah yaitu paling

kecil selama 2 tahun dan paling lama 33 tahun

dengan rataan 16 tahun. Pengetahuan teknik

budidaya diperoleh melalui penyuluhan dari Dinas

Page 85: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

70

Peternakan dan KUD (36%), dari teman atau

dengan bekerja kepada orang lain (28%),

pengalaman turun temurun (19%) dan belajar

sendiri (17%). Apabila dilihat dari tingkat

pendidikan peternak maka hanya 10% peternak

tidak tamat pendidikan formal; 27% tamat Sekolah

Dasar; 17% tamat SLTP; 23% tamat SLTA dan

23% sarjana.

3) Motivasi Usaha Tinggi

Peternak mempunyai motivasi yang tingi dalam

usahanya hal ini dapat dilihat dengan 87% peternak

di Kecamatan Cisarua menjadikan usaha peternakan

sapi perah sebagai usaha pokok; 67% peternak

mengawali usahanya dengan modal sendiri; 27%

modal awal kredit dari pemerintah; 6% modal awal

hasil garapan atau bagi hasil; serta alasan

melakukan usaha beternak sapi perah karena mudah,

ada sarana penunjang dan pasarnya jelas 43%; untuk

memperoleh atau menambah pendapatan sebanyak

30%; merupakan usaha turun temurun 14%;

merupakan hobi 9% dan hanya 5% yang ikut-ikutan.

4) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor yang penting

dalam suatu usaha. Khusus dalam usaha peternakan

sapi perah ini, dukungan keluarga lebih berarti

dukungan tenaga kerja. Dimana peternak dengan

kepemilikan sapi betina dewasa < 6 ekor

mengandalkan keluarga sebagai tenaga kerja.

5) Rumput tersedia di alam

Ketersediaan rumput di alam sekitar wilayah

Cisarua merupakan faktor penting mengingat

kepemilikan lahan peternak relatif kecil atau bahkan

Page 86: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

71

tidak punya lahan penanaman rumput sama sekali.

Iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi

merupakan memberikan potensi pertumbuhan

rumput dengan baik di wilayah Cisarua dan

sekitarnya.

6) Air tersedia di pegunungan

Ketersediaan air alam dari pegunungan sangat

mendukung pemenuhan kebutuhan air, terutama

untuk kebersihan kandang dan sapi. Pemanfaatan air

ini dilakukan secara bersama-sama dengan

masyarakat sekitar.

7) Iklim yang mendukung

Iklim sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi

mendukung dari aspek kebutuhan hijauan/rumput

dan kesehatan sapi. Kebanyakan sapi perah yang

diternak di Kecamatan Cisarua adalah dari jenis PFH

yang mempunyai sifat kurang tahan terhadap panas

walaupun mudah beradaptasi (BBPTUSP, 2009).

8) Pencukupan kebutuhan

Faktor kekuatan strategi internal ini terkait dengan

kemampuan usaha peternakan yang dijalankan oleh

peternak di Kecamatan Cisarua dirasakan dapat

memenuhi kebutuhan rumah tangga peternak,

didukung fakta bahwa 87% peternak di Kecamatan

Cisarua menjadikan usaha peternakan sapi perah

sebagai usaha pokok.

9) Kebersamaan tenaga kerja

Kebersamaan tenaga kerja sangat penting bagi

usaha peternakan sapi perah, lebih-lebih usaha ini

berhubungan dengan makhluk hidup. Budaya

gotong royong pada masyarakat Cisarua terbawa

dalam keseharian mereka sebagai tenaga kerja pada

Page 87: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

72

peternak sapi perah dengan kepemilikan sapi betina

dewasa > 10 ekor. Begitu juga kebersamaan dalam

tenaga kerja keluarga pada peternakan dengan skala

kepemilikan yang lebih kecil, kebersamaan keluarga

merupakan faktor kekuatan internal.

10) Ketrampilan pengolahan susu

Dengan pembinaan yang diperoleh dari Dinas

Peternakan dan Institut Pertanian Bogor (IPB),

Kelompok Tirta Kencana dan Bina Warga telah

mampu mengolah beberapa produk susu seperti

susu pasteurisasi, krupuk susu, karamel, stik susu

dan puding susu. Kelompok Bina Warga pada tahun

2010 sedang memulai usahanya, pemasaran produk

dilakukan di sekitar wilayah kelompok. Sedangkan

Kelompok Tirta Kencana yang telah memulai

usahanya dari tahun 2008 berhenti karena tidak

punya pasar yang pasti. Ketua Kelompok Baru

Sireum mempunyai usaha pengolahan susu menjadi

yoghurt, usaha ini cukup berkembang karena

kualitas produk dan kemasan bagus. Pemasaran

selain di Bogor dan sekitarnya juga telah sampai ke

wilayah Jakarta. Karyawan KUD Giri Tani juga

telah mampu mengolah susu menjadi yoghurt. Unit

usaha pengolahan yoghurt KUD Giri Tani

beroperasi sejak tahun 2009. Ketrampilan ini

merupakan kekuatan internal, karena dengan

ketrampilan pengolahan susu dapat menyerap susu

segar dan menambah nilai tambah produk.

b. Kelemahan

1) Modal

Modal merupakan faktor penting dalam usaha sapi

perah. Kemampuan permodalan sangat

Page 88: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

73

mempengaruhi jumlah populasi, penggunaan alat

yang sesuai standard untuk menjaga mutu susu dan

pemberian pakan sesuai kebutuhan ternak baik

kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan modal

terutama pada peternak dengan kepemilikan betina

dewasa < 6 ekor, mengakibatkan pemberian

konsentrat kurang pada saat sapi kering atau

pemberian konsentrat dengan mutu kurang bagus.

Beberapa peternak mengalami musibah, dimana sapi

induk mati setelah melahirkan atau mengalami

kelumpuhan. Setelah dicermati ternyata hal ini

dikarenakan mutu pakan yang kurang bagus atau

kurangnya pemberian konsentrat pada saat sapi

kering. KUD Giri Tani beberapa waktu yang lalu

telah menjual pakan dengan mutu kurang bagus

yaitu ada kandungan pasir laut pada pakan tersebut.

Harga pakan yang dipasok dari Cikampek ini paling

murah diantara 3 jenis pakan yang dijual di KUD

Giri Tani.

2) Susah rumput saat kemarau

Peternak sapi perah di Kecamatan Giri Tani

mendapatkan hijauan/ rumput untuk pakan lebih

dari 80% rumput liar di lahan-lahan sekitar

Kecamatan Cisarua. Pada musim kemarau rumput

banyak yang kering, sehingga ketersediaan rumput

liar sangat kurang. Beberapa peternak yang tidak

punya lahan rumput, biasanya menggunakan

alternatif batang pisang sebagai pengganti rumput.

3) Lahan terbatas

Keterbatasan kepemilikan lahan oleh peternak

sangat berpengaruh terhadap pengelolaan limbah,

ketersediaan hijauan/rumput dan kesempatan

Page 89: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

74

perluasan usaha atau penambahan populasi.

Peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua 33%

sama sekali tidak mempunyai lahan garapan, 67%

mempunyai lahan garapan dengan luas berkisar

antara 200 m2 sampai 1 Ha.

4) Kurang mampu mengendalikan penyakit

!8 % dari peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

menyatakan bahwa kendala utama dalam usahanya

adalah tidak dapat mengendalikan penyakit sapi

terutama penyakit kuku, kelumpuhan setelah

beranak dan keguguran.

5) Jarak ke PT Cimory jauh, mutu susu menurun

Khusus untuk Kelompok Mekar Jaya merasakan

bahwa jarak ke PT Cimory cukup jauh apabila

dibandingkan dengan kelompok lain. Selain itu

kondisi jalan yang sering macet meningkatkan jarak

tempuh dari peternak ke PT Cimory. Kedua hal ini

memacu penurunan mutu susu.

6) Tenaga kerja berhenti mendadak

Tenaga kerja pada peternak dengan kepemilikan >

10 ekor sapi sering berhenti mendadak tanpa alasan

yang pasti. Hal ini tentu saja merupakan kelemahan

bagi manajemen usaha.

7) Populasi kurang

Populasi sapi perah kurang terutama pada

kepemilikan sapi kurang dari < 6 ekor. Secara

keseluruhan KUD Giri Tani belum bisa memenuhi

seluruh kebutuhan PT. Cimory, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakunya PT juga

menyerap susu dari KUD Cipanas, Cianjur dan

Sukabumi.

8) Pemasaran produk olahan susah

Page 90: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

75

Pemasaran produk olahan berupa kerupuk susu,

karamel, dan puding masih susah, terutama untuk

kelompok Tirta Kencana. Sedangkan untuk

Kelompok Bina Warga masih dalam tahap

penumbuhan pasar di sekitar wilayah kelompok.

Unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani tidak

mengalami kendala dalam pemasaran, bahkan pasar

terus berkembang dengan baik.

9) Manajemen keuangan

Manajemen keuangan di tingkat peternak belum

terpisahkan dari manajemen keuangan rumah

tangga, sehingga masih terjadi konflik kepentingan

antara kebutuhan keluarga dengan kebutuhan usaha.

Untuk peternak dengan kepemilikan < 6 ekor,

dikarenakan keterbatasan modal, sehingga

kebutuhan ternak sering dinomor duakan, sebagai

contoh pemberian pakan saat sapi kering sering

dikorbankan.

10) Produktivitas ternak rendah

Produktivitas ternak rataan masih 10 l/hari dengan

masa laktasi 7-10 bulan. Dengan pemeliharaan dan

pakan yang bagus peranakan FH bisa berproduksi

hingga 15 l/hari.

c. Peluang

1) KUD sebagai penyedia sapronak (sarana produksi

ternak)

KUD Giri Tani selain membantu pemasaran susu ke

PT Cimory juga menyediakan kebutuhan sapronak

bagi anggotanya antara lain pakan dan peralatan

beternak. Anggota membeli sapronak dengan cara

dipotong pembayaran susu pada bulan berikutnya.

Page 91: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

76

2) Kepastian pemasaran (PT Cimory)

Susu dari peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

dipasarkan kepada PT Cimory dengan harga sesuai

mutu susu, yaitu berdasarkan total solid non fat dan

jumlah kuman. Dengan adanya kerjasama antara

KUD Giri Tani dan PT Cimory memberikan

kepastian pasar bagi peternak.

3) Kerjasama kelompok

Peternak sebagai anggota kelompok telah sadar akan

pentingnya kerjasama antar anggota kelompok,

terutama dalam peningkatan kualitas susu dan

kerjasama dalam upaya akses pembinaan dan

fasilitasi bantuan dari pemerintah.

4) Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah terhadap peternak sapi di

Kecamatan Cisarua sangat baik terutama pembinaan

dalam upaya menjadi kelompok percontohan.

Dengan prestasi ini kelompok dapat mengakses

bantuan sosial berupa sapi dan peralatan pemerahan

seperti milkcan dan ember stainless. Dinas

Peternakan juga memberi bantuan vaksinasi secara

berkala. Kementerian KLH telah memberikan

bantuan peralatan biogas yang sangat membantu

peternak dengan menambah pendapatan dari biogas,

serta pengelolaan limbah. Selain itu IPB dan Dinas

Koperasi juga banyak membantu baik pada sisi on

farm maupun off farm.

5) Dukungan lingkungan

Dukungan lingkungan, terutama masyarakat sekitar

peternak merupakan peluang bagi keberlanjutan

usaha. Keberadaan peternakan sejak kebih 23 tahun

yang lalu membuat masyarakat telah biasa dengan

Page 92: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

77

pengaruh keberadaan peternakan di sekitar mereka.

6) Daerah wisata dan villa

Kecamatan Cisarua sebagai daerah wisata

memberikan pasar yang bagus, walaupun belum

dimanfaatkan secara optimal oleh peternak sapi

perah. Penjualan susu segar langsung ke wisatawan

atau penghuni villa dapat meningkatkan nilai jual

cukup tinggi, yaitu pada tahun 2008 berkisar

Rp.4.000-Rp. 6.000,- sedangkan pada tahun 2009

berkisar Rp. 5.000-Rp. 8.000,- per liter. Namun

pasar ini tidak pasti dan volume penjualan langsung

ini sangat rendah, yaitu 40-100 l/bulan.

7) Bantuan peralatan biogas

Bantuan peralatan biogas dari Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH) merupakan peluang yang

bagus dalam upaya pengelolaan limbah sehingga

tidak meresahkan masyarakat sekitar peternak.

Apabila dikelola dengan baik, dengan kepemilikan

sapi 2 ekor betina dewasa dapat mencukupi

kebutuhan gas untuk rumah tangga setara dengan 2

tabung gas kecil atau 6 kg gas LPG.

8) Harga susu relatif tinggi

Harga pembelian susu oleh PT Cimory relatif tinggi

apabila dibandingkan dengan harga pembelian susu

oleh perusahaan lain yang bekerja sama dengan

KUD Giri Tani. Hal ini merupakan peluang usaha

yang sangat bagus.

9) Sarana prasarana tersedia

Usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua

terutama yang tergabung dalam kelompok dan KUD

Giri Tani tidak akan kesusahan dalam akses sarana

dan prasarana usaha, mulai dari pakan, peralatan,

Page 93: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

78

kesehatan hewan, IB, dan pembinaan sampai pada

pemasaran.

10) KPS Bogor sebagai alternatif penyedia pakan

Untuk peternak dengan kepemilikan sapi betina

dewasa > 10 ekor dan sebagian peternak di

Kelompok Mekar Jaya membeli pakan dari KPS

Bogor, terutama apabila ketersediaan pakan di KUD

Giri Tani tidak mencukupi.

d. Ancaman

1) Jalan macet/ transportasi jelek

Jalan yang macet pada hari libur dan transportasi

yang jelek terutama di Kelompok Mekar Jaya

berakibat jarak tempuh dari kelompok ke PT

Cimory Jalan yang biasanya tidak lebih dari 1 (satu)

jam menjadi 4-6 jam, hal ini sangat berpengaruh

pada kualitas susu terutama pada peningkatan

jumlah bakteri hingga 30 juta, sehingga pernah susu

tidak diterima oleh PT Cimory.

2) Pembangunan perumahan, hotel dan villa

Pembangunan perumahan baru, hotel dan villa

tumbuh dengan cepat di Kecamatan Cisarua, selain

berdampak positif sebagai pasar yang potensial, hal

ini berdampak pada pengurangan lahan rumput dan

munculnya isu lingkungan akibat limbah peternakan.

3) Isu limbah organik

Selain isu limbah di sekitar peternakan, akhir-akhir

ini juga muncul isu limbah organik di perairan

Sungai Ciliwung dengan peternakan sapi perah

dituding sebagai sumbernya, sebagi pemecahan

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah

memberikan bantuan peralatan biogas, namun belum

semua peternak mendapatkan bantuan tersebut.

Page 94: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

79

4) Lahan rumput berkurang

Lahan rumput yang berkurang bisa berakibat pada

kekurangan hijauan/ rumput bagi ternak, karena

sebagian besar peternak memanfaatkan rumput liar

untuk kebutuhan pakan hijauan.

5) Pengurus KUD tidak transparan

Pendapat responden peternak bahwa KUD tidak

transparan sebagai ancaman didukung oleh hasil

penelitian bahwa usulan untuk perbaikan kinerja

KUD oleh peternak pada urutan 2-4 adalah pengurus

KUD agar transparan (16%), perbaikan pengurus

KUD (8%) dan perbaikan manajemen KUD (7%).

6) Bunga kredit tidak terjangkau

Kekurangan modal pada peternak dengan

kepemilikan < 6 ekor dan 6-10 ekor tidak membuat

peternak berkeinginan untuk mendapatkan kredit

untuk penambahan modal usahanya. Hal ini

dikarenakan peternak merasa tidak mampu

menbayar cicilan kredit dengan bunga yang ada.

Dari hasil kajian, sebanyak 50% peternak ingin

menambah populasi ternaknya dengan modal

sendiri, 42,5% ingin menambah populasi ternaknya

dengan mengharapkan fasilitasi kredit bunga ringan

dari pemerintah. Bagi peternak yang merasa mampu

untuk menyisihkan hasil usahanya untuk menambah

ternak, sehingga ingin menambah ternak dengan

modal sendiri tanpa dibebani kewajiban

pengembalian kredit. Untuk peternak yang tidak

mampu menyisihkan hasil usahanya karena hasil

usaha hanya cukup untuk pemenuhan keluarga

sangat mengharapkan adanya kredit dari pemerintah

dengan catatan bunga ringan.

Page 95: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

80

7) Keberpihakan pemerintah kurang (harga susu,

impor susu)

Ancaman ini lebih bersifat makro, dimana

sebenarnya pada saat ini peternak sapi perah di

Kecamatan Cisarua telah banyak menikmati harga

yang wajar. Namun di tingkat nasional industri

pengolah lebih memilih susu impor dengan alasan

mutu susu impor lebih bagus dan pemerintah

memberikan dukungan dengan kebijakan

keleluasaan impor susu.

8) Ketersediaan dan mutu pakan KUD kurang

Ketersediaan dan mutu pakan dari KUD Giri Tani

dirasakan masih kurang oleh peternak sapi perah,

ditemukannya pasir laut pada pakan yang dipasok

dari Cikampek dan adanya peternak yang membeli

pakan dari KPS Bogor membuktikan hal ini.

9) Akses kredit ringan susah

Selain bunga kredit yang tidak terjangkau, akses

terhadap kredit bunga ringan juga susah. Dari 30

responden hanya 1 peternak yang menyatakan

mengakses KUR pada tahun 2009. Pada tahun 2010

ini ada tawaran kredit dari sebuah bank swasta

kepada Kelompok Mekar Jaya, namun peternak

merasa tidak mampu memenuhi beberapa

persyaratan.

10) Harga pakan relatif mahal.

Harga pakan relatif mahal merupakan salah satu

ancaman yang dirasakan peternak, dimana pakan

merupakan komponen biaya terbesar, yaitu lebih

dari 50% dari biaya variabel. Berdasarkan hasil

penelitian, harga pakan yang terus naik dan kualitas

pakan dari KUD kurang bagus terutama pasokan

Page 96: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

81

dari Cikampek merupakan kendala dalam

pengembangan usaha peternakan di Kecamatan

Cisarua (12%).

4.2.3.2. Analisis Matriks IFE

Analisis matriks IFE adalah untuk menganalisa faktor-

faktor strategi internal peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua. Faktor-faktor ini merupakan faktor yang menjadi

kekuatan dan kelemahan usaha peternakan sapi perah di

Kecamatan Cisarua yang selanjutnya dimasukkan dalam

matriks IFE seperti pada Tabel 24 dengan nilai bobot dan

ratingnya. Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap

faktor strategi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 24. Faktor Strategi Internal usaha peternakan sapi

perah di Kecamatan Cisarua

No

Faktor Strategi Internal

Rating

(a)

Bobot

(b)

Skor

(axb)

A Kekuatan (S)

1 Pemasaran mudah 4,0000 0,1863 0,7453

2 SDM berpengalaman &

terampil 3,6667 0,1118 0,4099

3 Motivasi usaha tinggi 4,0000 0,0870 0,3478

4 Dukungan keluarga 3,3750 0,0994 0,3354

5 Rumput tersedia di alam 3,8000 0,0621 0,2360

6 Air tersedia dari pegunungan 3,6667 0,0559 0,2050

7 Iklim mendukung 3,0000 0,0373 0,1118

8 Pencukupan kebutuhan 3,6667 0,0186 0,0683

9 Kebersamaan TK 3,0000 0,0186 0,0559

10 Ketrampilan pengolahan susu 4,0000 0,0062 0,0248

B Kelemahan (W)

1 Modal 1,3333 0,0932 0,1242

2 Susah rumput saat kemarau 1,9565 0,1429 0,2795

3 Lahan terbatas 1,7143 0,0435 0,0745

4 Kurang mampu mengendalikan

penyakit 1,5000 0,0248 0,0373

5 Jarak ke PT Cimory relatif jauh

(kualitas susu turun) 1,0000 0,0124 0,0124

6 TK berhenti mendadak 1,5000 0,0124 0,0186

7 Populasi kurang 1,0000 0,0062 0,0062

8 Pemasaran produk olahan

susah 1,0000 0,0062 0,0062

9 Manajemen keuangan 1,0000 0,0062 0,0062

10 Produktivitas ternak rendah 2,0000 0,0062 0,0124

Total A + B 1,0000 3,0062

Page 97: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

82

Hasil perhitungan skor pada matriks IFE menunjukkan

bahwa pemasaran yang mudah paling dominan sebagai

faktor kekuatan yang paling penting yang dimiliki oleh

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua (skor 0,7453).

Faktor-faktor kekuatan berperan lainnya adalah SDM yang

berpengalaman dan terampil (skor 0,4099), motivasi usaha

yang tinggi (skor 0,3478), dukungan keluarga (skor

0,3354), ketersediaan rumput di alam (skor 0,2360),

ketersediaan air dari pegunungan (skor 0,2050), dan iklim

yang mendukung (0,1118). Selain itu, faktor peluang

lainnya yang perlu diperhatikan adalah usaha sebagai

pencukupan kebutuhan (skor 0,083), dan kebersamaan

tenaga kerja (skor 0,0559).

Faktor kelemahan yang paling berperan pada usaha

peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah

susahnya mencari rumput pada musim kemarau (skor

0,2795) dan modal (0,1242). Faktor kelemahan lainnya

yang perlu diperhatikan adalah lahan yang terbatas (skor

0,0745).

4.2.3.3. Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE adalah untuk menganalisa faktor-

faktor strategi eksternal peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua. Faktor-faktor ini merupakan faktor yang menjadi

peluang dan ancaman usaha peternakan sapi perah di

Kecamatan Cisarua yang selanjutnya dimasukkan dalam

matriks EFE seperti pada Tabel 25 bersama dengan nilai

bobot dan ratingnya. Pembobotan dan pemberian rating

tiap-tiap faktor strategi tersebut dapat dilihat pada Lampiran

6.

Hasil perhitungan skor pada matriks EFE menunjukkan

bahwa faktor kekuatan dominan yang dimiliki oleh

peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah peran

Page 98: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

83

KUD sebagai penyedia sapronak (skor 0,6988) dan

kepastian pemasaran dengan adanya kerjasama dengan PT

Cimory (skor 0,6145). Faktor kekuatan yang berperan

adalah kerjasama kelompok dan dukungan pemerintah baik

melalui pembinaan ataupun vaksinasi ternak (skor 0,4518)

dan dukungan lingkungan (skor 0,1988).

Tabel 25. Faktor Strategi eksternal usaha peternakan sapi

perah di Kecamatan Cisarua

No

Faktor Strategi Eksternal

Rating

(a)

Bobot

(b)

Skor

(axb)

A Peluang (O)

1 KUD penyedia sapronak 3,8667 0,1807 0,6988

2 Kepastian pemasaran (PT

Cimory) 3,9231 0,1566 0,6145

3 Kerjasama kelompok 3,2609 0,1386 0,4518

4 Dukungan pemerintah

(pembinaan, vaksinasi) 3,0000 0,1506 0,4518

5 Dukungan lingkungan 3,0000 0,0663 0,1988

6 Daerah wisata dan villa

(pemasaran langsung) 4,0000 0,0181 0,0723

7 Bantuan peralatan biogas

KLH 3,0000 0,0241 0,0723

8 Harga susu relatif tinggi 4,0000 0,0120 0,0482

9 Sarana prasarana tersedia 3,5000 0,0120 0,0422

10 KPS Bogor (alternatif

penyedia pakan) 3,0000 0,0241 0,0723

B Ancaman (T)

1 Jalan macet/ transportasi

jelek 1,2500 0,0723 0,0843

2 Pembangunan perumahan,

hotel, villa 1,6667 0,0361 0,0542

3 Isu limbah organik 2,0000 0,0241 0,0482

4 Lahan rumput berkurang 1,3333 0,0181 0,0241

5 Pengurus KUD tidak

transparant 1,6667 0,0181 0,0301

6 Bunga kredit tidak terjangkau 1,0000 0,0120 0,0120

7 Keberpihakan pemerintah

kurang (harga susu, impor

susu) 1,0000 0,0120 0,0120

8 Ketersediaan & kualitas

pakan KUD kurang 2,0000 0,0120 0,0241

9 Akses kredit susah 1,0000 0,0060 0,0060

10 Harga pakan relatif mahal 1,0000 0,0060 0,0060

Total A + B 1,0000 3,0241

Selain itu, faktor yang perlu diperhatikan adalah

Kecamatan Cisarua sebagai daerah wisata dan adanya villa-

Page 99: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

84

villa sebagai peluang pemasaran langsung dengan harga

yang lebih baik; bantuan peralatan biogas dari KLH; dan

keberadaan KPS Bogor sebagai alternatif penyedia pakan

(skor masing-masing 0,0723). Faktor ancaman berperan

dapat merugikan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan

Cisarua adalah jalan yang macet dan transportasi yang jelek

(skor 0,0843) dan pembangunan perumahan, hotel dan villa

yang berdampak pada penurunan lahan rumput dan isu

lingkungan (skor 0,0542).

4.2.3.4. Analisis Matriks IE

Analisis matriks IE bertujuan untuk mengetahui strategi

bagaimana yang sebaiknya digunakan peternak sapi perah

di Kecamatan Cisarua, dengan memetakan hasil

perhitungan pada matriks IFE dan EFE ke matriks IE.

Pemetaan ini sangat penting bagi pemilihan strategi untuk

keberlanjutan dan perkembangan usaha peternakan sapi

perah di Kecamatan Cisarua. Hasil analisis matrik IFE dan

IE sebelumnya menunjukkan bahwa total nilai skor faktor

internal 3,0062 dan untuk faktor eksternal 3,0241. Hal ini

menunjukkan bahwa peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua mempunyai faktor internal yang tergolong kuat dan

respon yang diberikan terhadap lingkungan eksternal yang

tinggi. Pemetaan total skor dari matrik IFE dan EFE ke

matriks IE dapat dilihat pada Gambar 8.

Hasil pemetaan pada matriks IE menunjukkan bahwa

posisi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua berada

pada kuadran pertama. Pada posisi ini, strategi

pertumbuhan dilakukan melalui integrasi vertikal. Sesuai

dengan Rangkuti (2005), pertumbuhan melalui integrasi

vertikal dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi

pemasok (backward integration) atau dengan cara

mengambil alih fungsi distributor (forward integration).

Page 100: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

85

Hal ini merupakan strategi utama bagi usaha yang memiliki

posisi kompetitif pasar yang kuat dalam industri sangat

atraktif.

Total Skor IFE

4,0 Kuat 3,0 Sedang 2,0 Lemah 1,0

Tinggi

Total 3,0

I

Pertumbuhan

melalui

integrasi

vertikal

II

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal

III

Penciutan

melalui

„turn

around‟

Skor EFE

Menengah

2,0

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal/

Stabilitas

VI

Penciutan/

divestasi

Rendah

1,0

VII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konsentrik

VIII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konglomerat

IX

Likuidasi

Gambar 8. Matriks IE peternak sapi perah di Kecamatam

Cisarua

Integrasi vertikal adalah sejauhmana unit usaha

memiliki pemasok hulu dan pembeli hilir. Bertentangan

dengan integrasi horizontal, yang merupakan konsolidasi

dari banyak unit usaha yang menangani bagian yang sama

dari proses produksi, integrasi vertikal ditandai oleh satu

unit usaha yang bergerak diberbagai bagian produksi

(misalnya produksi bahan baku, manufaktur, transportasi,

pemasaran, dan atau ritel). Backward integration dilakukan

dengan upaya mengontrol unit usaha yang memproduksi

beberapa input yang digunakan dalam produksi produk-

Page 101: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

86

produknya. Kontrol ini dimaksudkan untuk menciptakan

stabilitas pasokan input dan memastikan mutu yang

konsisten dalam produk akhir. Forward integration

dilakukan dengan upaya mengontrol pembeli utama,

distribusi dan pengecer, di mana produk dari unit usaha

dijual.

Dalam penelitian ini strategi tersebut dapat dilakukan

dengan upaya perbaikan kinerja KUD Giri Tani baik

sebagai pemasok input maupun sebagai penghubung

pemasaran. Di bidang pemasaran selain KUD sebagai

penghubung, PT Cimory merupakan target utama dalam

strategi ini. Peningkatan kerjasama kemitraan dengan PT

Cimory harus tetap dipertahankan dan dikembangkan.

Selain itu, perlu dicari peluang-peluang lain dalam upaya

perbaikan input usaha seperti modal, bibit atau ternak,

teknologi dan peralatan dengan memanfaatkan faktor

eksternal atau peluang yang ada.

4.2.3.5. Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT digunakan sebagai alat

penajaman alternatif strategi pengembangan unit usaha

peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Formulasi

strategi dilakukan dengan mengkombinasi berbagai faktor

yang telah diidentifikasi. Hasil formulasi strategi

dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri atas :

strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kekuatan-ancaman

(S-T), strategi kelemahan-peluang (W-O) dan strategi

kelemahan-ancaman (W-T). Keempat kelompok strategi

dimaksud dapat dilihat pada Gambar 9.

a. Strategi S-O

Strategi S-O diformulasikan dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, dengan

Page 102: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

87

formulasi strategi berikut :

1) Peningkatan kerjasama kemitraan dengan PT

Cimory dan peran pemerintah dalam pengawasan

kesepakatan kerjasama.

2) Peningkatanan mutu susu dengan perbaikan pakan

dan pasca panen secara bersama dalam kelompok.

3) Pengembangan produk olahan yang punya pasar

potensial.

4) Melakukan kerjasama pemasaran produk olahan

dengan tempat wisata, hotel dan villa.

b. Strategi S-T

Strategi S-T diformulasikan menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, dengan

formulasi strategi berikut :

1) Pengembangan biogas dan pengelolaan limbah cair.

2) Perbaikan manajemen KUD melalui aspirasi

kelompok.

3) Peningkatan akses kredit bunga ringan untuk

anggota kelompok.

c. Strategi W-O

Strategi W-O diformulasikan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada, dengan formulasi

strategi berikut :

1) Pengembangan lahan rumput bersama.

2) Pengadaan mobil pendingin untuk kelompok.

3) Pengusulan fasilitasi modal usaha untuk kelompok.

4) Pengusulan peningkatan kinerja/ penambahan

petugas medis di KUD/ Kelompok.

Page 103: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

88

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W) 1 Pemasaran mudah dengan adanya

kemitraan KUD dengan PT Cimory 2 SDM berpengalaman dan terampil

3 Motivasi usaha tinggi

4 Dukungan keluarga 5 Rumput tersedia di alam 6 Air tersedia dari

pegunungan

7 Iklim mendukung

8 Pencukupan kebutuhan 9 Kebersamaan TK

10 Ketrampilan pengolahan susu

1 Modal

2 Susah rumput saat kemarau

3 Lahan terbatas

4 Kurang mampu

mengendalikan penyakit

5 Jarak ke PT Cimory jauh

(kualitas susu turun)

6 TK berhenti mendadak

7 Populasi kurang

8 Pemasaran produk olahan

susah

9 Manajemen keuangan

10 Produktivitas ternak rendah

Opportunities (O) Strategi S-O (agresif) Strategi W-O (diversifikasi)

1 KUD penyedia sapronak

2 Kepastian pemasaran

(PT Cimory)

3 Kerjasama kelompok

4 Dukungan pemerintah

(pembinaan, vaksinasi)

5 Dukungan lingkungan

6 Daerah wisata dan villa

(pemasaran langsung)

7 Bantuan Biogas KLH

8 Harga susu relatif tinggi

9 Sarana prasarana tersedia

0

0

KPS Bogor (alternatif

penyedia pakan)

1. Peningkatan kerjasama

kemitraan dengan PT Cimory

dan peran pemerintah dalam

pengawasan kesepakatan

kerjasama

(S1,S2,S3,O1,O2,O8,O9)

2. Peningkatan mutu susu

dengan perbaikan pakan dan

pasca panen secara bersama

dalam kelompok

(S2,S3,S4,S5,S6,S7,O1,O3,O

4,O5,O9,O10)

3. Pengembangan produk olahan

yang punya pasar potensial

(S2, S3, S4, S10, O3, O4, O5,

O6)

4. Melakukan kerjasama

pemasaran produk olahan

dengan tempat wisata, hotel

dan villa (S2, S3, O3, O4,

O6)

1. Pengembangan lahan rumput

bersama (W2, W3, W10, O3, O4,

O5)

2. Pengadaan mobil pendingin

untuk kelompok (W5, O1, O3,

O4)

3. Pengusulan fasilitasi modal usaha

untuk kelompok (W1, W7, W10,

O3, O4)

4. Pengusulan peningkatan kinerja/

penambahan petugas medis di

KUD/ Kelompok (W4, O1, O3,

O4)

5. Peningkatan penyuluhan dan

platihan tentang kesehatan hewan

dan manajemen keuangan (W4,

W9, W6, O1, O3, O4)

6. Promosi produk olahan (W8, O3,

O4, O6)

7. Perbaikan kualitas dan kuantitas

pemberian pakan (W4, W10, O1,

O10)

Threats (T) Strategi S-T (diferensiasi) Strategi W-T (defensif)

1 Jalan macet/ transportasi

jelek

2 Pembangunan perumahan,

hotel, Vila (keluhan bau)

3 Isu limbah organik

4 Lahan rumput berkurang

5 Pengurus KUD tidak

transparan

6 Bunga kredit tidak terjangkau

7 Keberpihakan pemerintah

kurang (harga susu dan

impor susu)

8 Ketersediaan dan mutu pakan

KUD kurang

9 Akses kredit susah

10 Harga pakan relatif mahal

1. Pengembangan biogas dan

pengelolaan limbah cair (S2,

S3, T2, T3)

2. Perbaikan manajemen KUD

melalui aspirasi kelompok

(S2, S3, S4, T5, T8)

3. Peningkatan akses kredit

bunga ringan untuk anggota

kelompok (S2, S3, S4, S9,

T6,T9, T10)

1. Pengembangan intensifikasi

penanaman rumput (W2,W3, T4)

2. Peningkatan peran pemerintah

(Dinas terkait di Kab. Bogor)

dalam pembinaan KUD dan

kelompok (W8,T5, T8)

3. Perbaikan bibit dengan

penggunaan straw IB berkualitas,

dan menghindari inbreeding

(W7, W10, T7)

Gambar 9. Matrik SWOT peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

Page 104: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

89

5) Peningkatan penyuluhan dan platihan tentang

kesehatan hewan dan manajemen keuangan.

6) Promosi produk olahan.

7) Perbaikan mutu dan kuantitas pemberian pakan.

d. Strategi W-T

Strategi W-T bersifat bertahan (defensif) sehingga

diformulasikan dengan meminimalkan kelemahan yang

ada dan menghindari ancaman, dengan formulasi

strategi berikut :

1) Pengembangan intensifikasi penanaman rumput.

2) Peningkatan peran pemerintah (Dinas terkait di Kab.

Bogor) dalam pembinaan KUD dan kelompok.

3) Perbaikan bibit dengan penggunaan straw IB

bermutu dan menghindari inbreeding.

4.2.3.5. Analisis Matriks QSPM

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui

analisa SWOT, maka dilakukan pemilihan alternatif strategi

paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan

alternatif strategi tersebut dilakukan dengan teknik Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM). Teknik QSPM

secara obyektif mengindikasikan alternatif strategi mana

yang terbaik.

Menurut David (2006), secara konsep QSPM

menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci

internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya

tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set

alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif

dari masing-masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan

internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan

dalam QSPM dapat berapa saja, jumlah strategi dalam satu

set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set

Page 105: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

90

yang sama dapat dievaluasi satu sama lain.

Komponen dalam QSPM adalah Alternatif Strategi,

Faktor Kunci, Bobot, Nilai Daya Tarik, Total Nilai Daya

Tarik dan Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik.

Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS)

mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari

setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi

mengindikasikan strategi yang lebih menarik,

mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal

relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.

Tingkat perbedaan antara Penjumlahan Total Nilai Daya

Tarik dari set alternatif strategi tertentu mengindikasikan

tingkat kesukaan relatif dari satu strategi di atas lainnya

(David, 2006). Hasil analisis QSPM dapat dilihat pada

Lampiran 7.

4.2.3.6. Implementasi Strategi

Dari hasil perhitungan matriks QSPM alternatif

strategi yang paling menarik atau paling berpengaruh untuk

diimplementasikan untuk aspek produksi, pengembangan

pasar, penguasaan informasi dan kombinasinya dapat

dilihat pada Tabel 26. Dari tabel tersebut dapat dilihat

bahwa pada strategi utama yang direkomendasikan adalah

pada aspek produksi, yaitu peningkatan mutu susu dengan

perbaikan pakan dan pasca panen secara bersama-sama

dalam kelompok; dan pengusulan fasilitasi modal usaha

untuk kelompok, serta pada aspek pasar, yaitu peningkatan

kerjasama kemitraan dengan PT Cimory dan peran

pemerintah dalam pengawasan kesepakatan kerjasama.

Penggunaan matriks QSPM dapat meningkatkan

mutu dari keputusan strategis secara nyata, tetapi tidak

pernah digunakan untuk mendikte pilihan strategi. Aspek

perilaku, budaya dan politik selalu penting untuk

Page 106: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

91

dipertimbangkan dalam implementasi startegik.

Tabel 26. Nilai STAS alternatif strategi pengembangan

usaha peternakan sapi perah di Kecamatan

Cisarua

No Alternatif Strategi STAS Rangking

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

B.

1.

2.

3.

C.

1.

2.

D.

1.

2.

3.

4.

Produksi

Peningkatan mutu susu dengan perbaikan

pakan dan pasca panen secara bersama-

sama dalam kelompok

Pengusulan fasilitasi modal usaha untuk

kelompok

Pengembangan lahan rumput bersama.

Pengadaan mobil pendingin untuk

kelompok.

Perbaikan bibit dengan penggunaan straw

IB bermutu, dan menghindari inbreeding.

Pengembangan intensifikasi penanaman

rumput.

Perbaikan mutu dan kuantitas pemberian

pakan.

Pengembangan biogas dan pengelolaan

limbah cair.

Pasar Peningkatan kerjasama kemitraan dengan

PT Cimory dan peran pemerintah dalam

pengawasan kesepakatan kerjasama.

Promosi produk olahan.

Melakukan kerjasama pemasaran produk

olahan dengan tempat wisata, hotel dan

villa.

Penguasaan Informasi/Teknologi

Peningkatan peran pemerintah (Dinas

terkait di Kab. Bogor) dalam pembinaan

KUD dan kelompok.

Peningkatan penyuluhan dan pelatihan

tentang kesehatan hewan dan manajemen

keuangan.

Kombinasi Produksi dan Pasar

Perbaikan manajemen KUD melalui

aspirasi kelompok.

Pengembangan produk olahan yang

punya pasar potensial.

Peningkatan akses kredit bunga ringan

untuk anggota kelompok

Pengusulan peningkatan

kinerja/penambahan petugas medis di

KUD/ Kelompok.

6.1292

6,0843

5.8073

5,7675

5.7304

5,7304

5,5440

5,4690

6,0263

5,5438

5,5219

5,7065

5,6183

5,9356

5,6182

5,7675

5,4149

1

2

5

6

8

9

13

16

3

14

15

10

11

4

12

7

18

4.3. KUD Giri Tani

Page 107: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

92

4.3.1. Deskripsi KUD Giri Tani

KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 Maret 1973 oleh H.

Dulbari yang waktu itu sebagai Kepala Desa Tugu Selatan. KUD

Giri Tani berdomisili di Kampung Baru Tegal Desar Cibeureum

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dengan badan hukum nomor

5765/BH/PAD/KWK.10/V/1997 tanggal 12 Mei 1997 dan nomor

pokok wajib pajak (NPWP) 01.441.593.9-404.

Kepengurusan KUD Giri Tani tahun masa bakti 2006-2010

dijabat oleh tiga orang pengurus dan tiga orang pengawas,

kepengurusan ini merupakan hasil pemilihan anggota tahun 2006 dan

akan berakhir masa baktinya pada tahun 2010. Susunan pengurus dan

Badan Pengawas masa bakti periode tahun 2006 – 2010 adalah :

a. Pengurus :

Ketua : Heru Susanto, SE.

Sekretaris : Cipto Budi Utomo

Bendahara : H. Bunyamin

b. Badan Pengawas :

Ketua : H. Ilyas Khalik

Anggota : 1. H. Deden Munawar F.

2. H. Makmur

Keanggotaan KUD Giri Tani yang aktif sampai tanggal 31

Desember 2009 sebanyak 168 orang dan semua merupakan peternak

sapi perah, yang terbagi atas 5 (lima) kelompok berdasarkan domisili

anggota, yaitu Kelompok Tani Barutegal, Kelompok Tani Baru

Sireum, Kelompok Tani Tirta Kencana, Kelompok Tani Bina Warga

dan Kelompok Tani Mekarjaya.

Jumlah karyawan pada akhir Desember 2009 sebanyak 24

orang, terdiri atas tata usaha/ Staf 6 orang, persusuan 3 orang,

gudang/pakan ternak 3 orang, petugas kesehatan hewan/Inseminator

2 orang, sopir 2 orang, unit pengolahan yoghurt 5 orang dan

keamanan 3 orang.

Page 108: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

93

KUD Giri Tani pada awalnya bergerak di bidang usaha

pertanian, pengadaan pangan dan sarana produksi pertanian.

Pengembangan usaha ke bidang sapi perah dimulai tahun 1985, yaitu

dengan mendapatkan pelimpahan kredit sapi perah dari KUD Niaga

Tani Citeureup sebanyak 42 ekor senilai Rp. 21.840.000,- melalui

Bank Rakyat Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1987 dan 1989 KUD

Giri Tani mendapatkan kredit program sapi perah impor sebanyak

439 ekor. Saat ini KUD Giri Tani mempunyai 6 (enam) unit usaha

yaitu unit persusuan, unit produksi dan pengolahan susu, unit

penyediaan pakan ternak, Unit Sapornak, unit kesehatan hewan, unit

waserda, dan unit simpan pinjam.

a. Unit Persusuan

KUD Giri Tani mulai memasarkan susu segar sendiri secara

langsung pada tahun 1990, yaitu ke PT Indomilk sebanyak 3.000

l. Pada tahun 1997 KUD Giri Tani memindahkan pasokan susu

dari PT Indomilk ke PT Diamond Cold Storage Ancol Jakarta

dengan kuota sampai dengan 10.000 l/hari, namun KUD Giri

Tani baru mampu memasok 5.000 l/hari.

Pada akhir tahun 2005 KUD Giri Tani mengadakan

terobosan baru yaitu dengan menerima tawaran PT Cisarua

Mountain Dairy (Cimory) yang berdomisili di Jalan Raya Puncak

Leuwimalang Cisarua, yaitu kerjasama pengolahan susu. PT

Cimory memproduksi yoghurt dan susu pasteurisasi dengan

kapasitas 20.000 l/hari yang pada awalnya baru terealisasi 1.000

l/hari, sehingga sisa pasokan susu dari KUD Giri Tani masih

dikirim ke PT. Diamond Cold Storage. Pada awal tahun 2008,

seiring dengan meningkatnya kapasitas riil produksi PT Cimory,

pasokan susu dari KUD Giri Tani terserap semua oleh PT

Cimory.

Sampai saat ini KUD Giri Tani masih bekerjasama dengan

PT. Cimory sebagai tujuan pemasaran tunggal. Pada tahun 2009

Page 109: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

94

total penjualan susu meningkat sebesar Rp. 5.027.202.320,-

dengan harga jual per liter Rp. 2.825,- - Rp. 3.730,-.

b. Unit Produksi dan Pengolahan Susu

Mulai tahun 2009 KUD Giri Tani menambah unit usaha

baru, yaitu pengolahan susu segar menjadi yoghurt dengan merek

Puncak Yoghurt. Berdasarkan laporan Rapat Anggota tahunan

(RAT) sementara, dalam tahun 2009 menyerap bahan baku susu

8.277,5 l dengan harga beli Rp. 41.387.500,-. Selama tahun 2009

masih terjadi penyusutan 912 liter atau 0,08 % dari produksi

yang dihasilkan yaitu sebanyak 1.089.307,5 l. Menurut laporan

tersebut, penyusutan ini sebagai akibat adanya permintaan gratis

dari beberapa pihak dan untuk disumbangkan kepada pihak yang

membutuhkan, yang dimungkinkan sebagian untuk promosi.

Pada RAT yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010, usaha

pengolahan ini menjadi topik bahasan dan anggota

menyimpulkan bahwa pembukuan, serta manajemen unit usaha

ini perlu diperbaiki dan harus transparan. Dari hasil penelitian

pembukuan usaha baru dimulai setelah ada permintaan dari

anggota melalui RAT dan pembukuan dilakukan sejak bulan

Maret dengan mencatat transaksi mulai Januari 2010.

c. Unit Penyediaan Pakan Ternak

Usaha penyediaan pakan konsentrat dilakukan bekerjasama

dengan pabrik pakan Radyana Feed dan BRM Feed, serta KPS

Feed. Pemesanan jumlah pakan ternak disesuaikan dengan

kebutuhan anggota, selama tahun 2009 ini KUD Giri Tani telah

dapat mendistribusikan pakan ternak terhadap anggota sebanyak

766.056 kg atau 63.838 kg/bulan dengan omset penjualan Rp.

1.279.278.600,-.

Pengontrolan mutu pakan selama ini dilakukan oleh Dinas

Peternakan dengan pengambilan contoh dengan frekuensi 3 (tiga)

bulan sekali. Terkait dengan mutu pakan, anggota KUD jarang

melakukan keluhan terhadap mutu pakan, kecuali pada tahun

Page 110: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

95

2009 ada beberapa peternak yang mengeluhkan pakan konsentrat

mengandung pasir laut yang cukup mengganggu kesehatan

ternak, yaitu beberapa ternak mengalami diare.

Harga pakan konsentrat dari KUD Giri Tani ada 3 macam

yaitu Rp. 1.900,-/kg, Rp. 1.850,-/kg dan Rp.1.650,-/kg. Pakan

yang dikeluhkan mengandung pasir laut adalah pakan dengan

harga Rp. 1.650,-/kg yang dipasok dari Cikampek.

d. Unit Sapronak

Unit saporonak KUD Giri Tani menyediakan peralatan dan

keperluan produksi susu lainnya seperti matras karet, asahan arit,

arit, mineral, dan buku susu. Penjualan pada tahun 2009 untuk

jenis sapronak ini Rp. 18.406.000,-.

e. Unit Kesehatan Hewan

Unit kesehatan hewan KUD Giri Tani menyediakan 2 (dua)

tenaga medis yang melayani kesehatan hewan dan IB.

Sebelumnya tenaga medis ini hanya 1 (satu) orang, baru pada

pertengahan tahun 2009 ditambah 1 (satu) orang lagi. Penjualan

terkait kesehatan hewan dan IB pada tahun 2009 menurut

laporan RAT Rp. 14.462.000,-, dan pendapatan jasa pengobatan

Rp. 8.880.000,-.

f. Unit Waserda

Unit Waserda menyediakan bahan-bahan keperluan sehari-

hari anggota seperti beras dan keperluan lainnya. Unit ini

menjadi kontroversial di tingkat anggota karena keberadaan unit

waserda ini bukan merupakan modal KUD, tetapi modal

perseorangan, yaitu salah satu karyawan KUD. Anggota sangat

mengharapkan unit Waserda ini dikelola oleh KUD, sehingga

dapat berkontribusi dalam memajukan KUD dan kesejahteraan

anggota.

g. Unit simpan pinjam

Jumlah simpanan yang terhitung sampai dengan 31

Desember 2009 menurut laporan RAT tahun 2010 adalah

Page 111: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

96

Simpanan Pokok Rp. 3.351.000,-; Simpanan Wajib Rp.

25.816.850,- dan Simpanan Khusus Rp. 154.565.152,- dengan

total Rp. 183.733.002,-. KUD Giri Tani juga melayani kas bon

bagi anggota yang memerlukan uang sebelum pembayaran susu,

yang dilayani pada setiap tanggal 15. Pembayaran penjualan susu

dibayarkan pada setiap tanggal 1.

Anggota KUD Giri Tani masih mempunyai tunggakan

kredit. Pada akhir Desember 2009 besarnya tunggakan kredit sapi

perah di anggota Rp. 834.765.660,- yang terdiri atas pokok Rp.

345.905.977,- bunga Rp. 403.002.980,- dan JJK Rp. 85.856.683,-

. Pengurus banyak mengalami kendala dalam upaya

pengembalian kredit sapi perah dari anggota, terutama bagi

anggota yang tidak aktif dan sudah tidak mempunyai sapi.

Tunggakan ini menurut beberapa responden mengakibatkan

akses KUD Giri Tani kepada kredit perbankan berkurang.

Dalam upaya peningkatan SDM, KUD Giri Tani selalu

berusaha mengirim anggota, karyawan atau pengurus pada setiap

kesempatan dan undangan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

(diklat) ataupun yang sifatnya seminar dan semiloka, baik yang

diselenggarakan oleh GKSI, Dinas Peternakan, Dinas Koperasi

ataupun Instansi lainnya.

4.3.2. Analisis Strategi Pengembangan KUD Giri Tani

4.3.2.1. Analisis Matriks IFE

Hasil analisis matriks IFE adalah untuk menganalisa

faktor-faktor strategi internal KUD Giri Tani. Faktor-faktor

ini merupakan faktor yang menjadi kekuatan dan

kelemahan dalam pengembangan KUD, yang selanjutnya

dimasukkan dalam matriks IFE seperti pada Tabel 27

bersama dengan nilai bobot dan ratingnya. Pembobotan dan

pemberian rating tiap-tiap faktor strategik tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Hasil perhitungan skor pada matriks IFE menunjukkan

Page 112: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

97

bahwa perkembangan usaha peternakan sapi perah anggota

bagus paling berperan sebagai faktor kekuatan paling

penting yang dimiliki KUD Giri Tani (skor 0,4685), diikuti

dengan antusias anggota dalam berkoperasi dan SDM

pengurus, karyawan terampil dan berpengalaman dengan

skor masing-masing 0,3604. Selanjutnya diikuti faktor

kekuatan adanya unit usaha pakan, unit layanan keswan dan

IB (skor 0,3514), adanya unit pengolahan yoghurt (skor

0,1892) dan modal yang cukup (skor 0,1622).

Tabel 27. Faktor strategi internal KUD Giri Tani

No

Faktor Strategi Internal

Rating

(a)

Bobot

(b)

Skor

(axb)

A Kekuatan (S)

1 Perkembangan usaha anggota bagus 4,0000 0,1171 0,4685

2 Antusias anggota dalam berkoperasi 4,0000 0,0901 0,3604

3 Adanya unit usaha pakan dan

layanan keswan serta IB 3,0000 0,1171 0,3514

4 Adanya unit usaha pengolahan yoghurt 3,0000 0,0631 0,1892

5 Modal cukup 3,0000 0,0541 0,1622

6 SDM pengurus dan karyawan terampil dan

berpengalaman 4,0000 0,0901 0,3604

B Kelemahan (W)

1 Pengurus kurang transparan 1,0000 0,0991 0,0991

2 Intern pengurus belum terjalin kerjasama

yang baik 1,0000 0,0991 0,0991

3 Manajemen keuangan unit usaha pengolahan

yoghurt kurang bagus 1,0000 0,0901 0,0901

4 Waserda milik karyawan bukan KUD 2,0000 0,0811 0,1622

5 Pengontrolan mutu pakan sebelum

dibeli/dijual kurang 2,0000 0,0541 0,1081

6 Kurangnya kesadaran sebagin kecil peternak

(anggota) akan pentingnya mutu susu 2,0000 0,0360 0,0721

7 Peternak tidak membayar simpanan wajib

saat sapi tidak laktasi 2,0000 0,0090 0,0180

Total A+B 1,0000 2,5405

Faktor kelemahan yang berperan pada KUD Giri Tani

adalah keberadaan Waserda yang bukan milik KUD Giri

Tani (skor 0,1622) dan pengontrolan mutu pakan sebelum

dibeli/dijual kurang (skor 0,1081). Faktor kelemahan lain

yang perlu diperhatikan adalah pengurus yang kurang

transparan, serta intern pengurus belum terjalin kerjasama

Page 113: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

98

yang baik dengan skor masing-masing 0,0991; manajemen

keuangan unit usaha yoghurt kurang bagus (skor 0,0901)

dan kurangnya kesadaran sebagian kecil peternak (anggota)

akan pentingnya mutu susu (skor 0,0721).

4.3.2.2. Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE adalah untuk menganalisa faktor-

faktor strategi eksternal KUD Giri Tani. Faktor-faktor ini

merupakan faktor yang menjadi peluang dan ancaman

dalam pengembangan KUD Giri Tani yang selanjutnya

dimasukkan dalam matriks EFE seperti pada Tabel 28

bersama dengan nilai bobot dan ratingnya. Pembobotan dan

pemberian rating tiap-tiap faktor strategi tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 28. Faktor strategi eksternal KUD Giri Tani

No

Faktor Strategi Eksternal

Rating

(a)

Bobot

(b)

Skor

(axb)

A Peluang (O)

1 Keberadaan PT Cimory meningkatkan harga

susu 4,0000 0,1667 0,6667

2 Keterbukaan penentuan harga susu oleh PT

Cimory 4,0000 0,0641 0,2564

3 Dukungan pemerintah (Dinas Koperasi,

Dinas Peternakan, Pusat) 4,0000 0,1667 0,6667

4 Dukungan masyarakat dan lingkungan sekitar 3,0000 0,1154 0,3462

5 Dukungan KLH dengan instalasi biogas

(belum semua anggota) 3,0000 0,0641 0,1923

B Ancaman (T)

1 Harga pakan cukup tinggi 2,0000 0,0897 0,1795

2 Akses KUD ke perbankan kurang 2,0000 0,0641 0,1282

3 Kekuatiran akan protes komplek perumahan

dan hotel/villa terhadap limbah 2,0000 0,0897 0,1795

4 Saingan dari KUD Cipanas sebagai

pemasok susu ke PT Cimory 2,0000 0,0385 0,0769

5 Maraknya produk yoghurt sejenis

di pasaram Bogor dan sekitarnya 2,0000 0,0769 0,1538

6 Saingan penyedia pakan (KPS Bogor) 2,0000 0,0641 0,1282

Total A+B 1,0000 2,9744

Page 114: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

99

Hasil perhitungan skor pada matriks EFE menunjukkan

bahwa keberadaan PT Cimory yang meningkatkan harga

susu dan dukungan pemerintah (Dinas Koperasi, Dinas

Peternakan dan Kementerian terkait) sebagai faktor

kekuatan dominan KUD Giri Tani, masing-masing dengan

skor 0,6667. Faktor kekuatan yang berperan adalah

dukungan masyarakat dan lingkungan sekitar (skor 0,3462);

keterbukaan penentuan harga susu oleh PT Cimory (skor

0,2564); dukungan KLH dengan fasilitasi instalasi dan

peralatan biogas (belum semua anggota) skor 0,1923.

Faktor ancaman yang berperan pada KUD Giri Tani

adalah kekuatiran akan protes komplek perumahan dan

hotel/villa terhadap limbah dan harga pakan cukup tinggi

yang berpengaruh terhadap usaha anggotanya dan mutu

susu (skor 0,1795); saingan untuk produk yoghurt, yaitu

maraknya produk yoghurt sejenis di pasaran Bogor dan

sekitarnya (skor 0,1538); akses KUD ke perbankan yang

kurang, serta adanya saingan penyedia pakan (KPS Bogor)

dengan skor masing-masing 0,1282. Sedangkan faktor

ancaman yang perlu diperhatikan adalah adanya saingan

pemasok susu ke PT Cimory dari KUD Cipanas (skor

0,0769).

4.3.2.3. Analisis Matriks IE

Analisis matriks IE bertujuan mengetahui strategi

bagaimana yang sebaiknya digunakan oleh KUD Giri Tani,

dengan memetakan hasil perhitungan pada matriks IFE dan

EFE ke matriks IE. Pemetaan ini sangat penting bagi

pemilihan strategi untuk keberlanjutan dan perkembangan

KUD Giri Tani. Hasil analisis matriks IFE dan EFE

sebelumnya menunjukkan bahwa total nilai skor faktor

internal 2,5405 dan faktor eksternal 2,9744. Hal ini

menunjukkan bahwa KUD Giri Tani mempunyai faktor

Page 115: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

100

internal yang tergolong sedang dan dan respon yang

diberikan terhadap lingkungan eksternal yang menengah.

Pemetaan total skor dari matriks IFE dan EFE ke matriks IE

dapat dilihat pada Gambar 10.

Hasil pemetaan pada matriks IE menunjukkan bahwa

posisi KUD Giri Taniberada pada kuadran kelima. Pada

posisi ini strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal

atau stabilitas. Sesuai dengan Rangkuti (2005),

pertumbuhan melalui integrasi horisontal dilakukan dengan

cara memperluas kegiatan lini produk atau membangun di

lokasi lain dengan tujuan untuk meningkatkan jenis produk

dan jasa. Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas pasar,

fasilitas produksi maupun teknologi melalui pengembangan

internal maupun eksternal melalui akuisisi, joint venture

dengan perusahaan/organisasi lain dalam industri yang

sama

Dalam kajian ini strategi tersebut dapat dilakukan

dengan pengembangan KUD Giri Tani pada unit usahanya,

baik sebagai pemasok input maupun sebagai penghubung

pemasaran. KUD Giri Tani sebagai pemasok input harus

membenahi unit penyediaan pakan dan sapronak, perbaikan

pelayanan tenaga medis dan IB. Di bidang pemasaran selain

KUD sebagai penghubung, PT Cimory merupakan target

utama dalam strategi ini. Peningkatan kerjasama kemitraan

dengan PT Cimory harus tetap dipertahankan dan

dikembangkan.

Page 116: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

101

Total Skor IFE

4,0 Kuat 3,0 Sedang 2,0 Lemah 1,0

Skor EFE

Tinggi

Total 3,0

I

Pertumbuhan

melalui

integrasi

vertikal

II

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal

III

Penciutan

melalui

„turn

around‟

Menengah

2,0

IV

Stabilitas V

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal/

Stabilitas

VI

Penciutan/

divestasi

Rendah

1,0

VII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konsentrik

VIII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konglomerat

IX

Likuidasi

Gambar 10. Matriks IE KUD Giri Tani

4.3.2.4. Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT digunakan sebagai alat

penajaman alternatif strategi pengembangan KUD Giri

Tani. Formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasi

berbagai faktor yang telah diidentifikasi. Hasil formulasi

strategi dikelompokkan atas empat kelompok, yaitu :

strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kekuatan-ancaman

(S-T), strategi kelemahan-peluang (W-O) dan strategi

kelemahan-ancaman (W-T). Keempat kelompok strategi

dimaksud dapat dilihat pada Gambar 11.

a. Strategi S-O

Strategi S-O diformulasikan dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, dengan

formulasi strategi berikut :

Page 117: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

102

1) Mempertahankan kerjasama dengan PT Cimory.

2) Mengusulkan penambahan instalasi biogas untuk

peternak.

b. Strategi S-T

Strategi S-T diformulasikan menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, dengan

formulasi strategi berikut :

1) Penyediaan pakan bermutu dengan harga yang

terjangkau.

2) Peningkatan produksi melalu peningkatan populasi,

perbaikan genetik dan produktivitas ternak.

3) Peningkatan mutu produk yoghurt.

4) Melakukan upaya penyelesaian tunggakan kredit.

c. Strategi W-O

Strategi W-O diformulasikan berdasarkan

pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan

kelemahan, dengan formulasi strategi berikut :

1) Peningkatan pengontrolan mutu pakan yang dibeli

dari pemasok dan pakan produksi KUD.

2) Perbaikan manajemen, kerjasama antar pengurus

dan mewujudkan kinerja dengan lebih transparan.

3) Peningkatan pembinaan, terutama penerapan Good

Farming Practices (GFP) dan Good Harvest

Practices (GHP) bagi peternak.

d. Strategi W-T

Strategi W-T bersifat bertahan (defensif), sehingga

diformulasikan dengan meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman, dengan formulasi strategi

berikut :

1) Penyediaan pakan bermutu dengan harga

terjangkau.

Page 118: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

103

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

1 Perkembangan usaha anggota

bagus

2 Antusias anggota dalam

berkoperasi

3 Adanya unit usaha pakan dan

layanan Keswan dan IB

4 Adanya unit usaha pengolahan

yoghurt

5 Modal cukup

6 SDM pengurus dan karyawan

terampil dan berpengalaman

1 Pengurus kurang transparan

2 Intern pengurus belum terjalin

kerjasama yang baik

3 Manajemen keuangan unit

usaha pengolahan yoghurt

kurang bagus

4 Waserda milik karyawan bukan

KUD

5 Pengontrolan mutu pakan

sebelum dibeli/dijual kurang

6 Kurangnya kesadaran sebagian

kecil peternak akan pentingnya

mutu susu

7 Peternak tidak membayar

simpanan wajib saat sapi

tidak laktasi

Opportunities (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi)

1 Keberadaan PT Cimory

meningkatkan harga susu

2 Keterbukaan penentuan harga

susu oleh PT Cimory

3 Dukungan pemerintah (Dinas

Koperasi, Dinas Peternakan,

Pusat)

4 Dukungan masyarakat dan

lingkungan sekitar

5 Dukungan KLH dengan instalasi

biogas, walau masih kurang

1. Mempertahankan kerjasama

dengan PT Cimory (S1, S,2, S3,

S6, O1, O2, O3, O4, O5)

2. Mengusulkan penambahan

instalasi biogas untuk peternak

(S1, S2, S6, O3, O4, O5)

1. Peningkatan pengontrolan mutu

pakan yang dibeli dari pemasok dan

pakan produksi KUD (W5, O3)

2. Perbaikan manajemen, kerjasama

antar pengurus dan mewujudkan

kinerja dengan lebih transparan

(W1, W2, W3, W4, W7, O2, O3,

O4)

3. Peningkatan pembinaan, terutama

penerapan GFP dan GHP (W6,

O3,O5)

Threats (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif)

1 Harga pakan cukup tinggi

2 Akses KUD ke perbankan

kurang (al. tunggakan

kredit anggota)

3 Kekuatiran akan protes dari

Perumahan dan hotel/villa terhadap

limbah

4 Saingan dari KUD Cipanas

sebagai pemasok susu ke

PT Cimory

5 Maraknya produk yoghurt sejenis

di pasaran Bogor dan sekitarnya

6 Saingan penyedia pakan (KPPS

Bogor)

1. Penyediaan pakan bermutu

dengan harga yang terjangkau

(S1, S2, S3, S5, S6, T1, T6)

2. Peningkatan produksi melalu

peningkatan populasi, perbaikan

genetik dan produktivitas ternak

(S1, S2, T4)

3. Peningkatan mutu produk

yoghurt (S4, S5, S6, T5)

4. Melakukan upaya penyelesaian

tunggakan kredit (S1, S2, S6,

T2)

1. Penyediaan pakan bermutu dengan

harga terjangkau (W5, T1, T6)

2. Perbaikan sistem usaha Waserda

dengan modal KUD atau bagi hasil

yang transparan (W4).

3. Peningkatan produksi usaha

pengolahan yoghurt diikuti

perbaikan mutu produk dan

manajemen, serta administrasi (W3,

T5)

4. Pembinaan GFP, GHP, GMP dan

pengelolaan limbah bagi peternak

dan karyawan KUD yang terus

menerus (W6, T3, T4)

Gambar 11. Matrik SWOT KUD Giri Tani

Page 119: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

104

2) Perbaikan sistem usaha Waserda dengan modal

KUD atau bagi hasil yang transparan.

3) Peningkatan produksi usaha pengolahan yoghurt

diikuti perbaikan mutu produk dan manajemen serta

administrasi.

4) Pembinaan GFP, GHP, Good Manufacturing

Practices (GMP) dan pengelolaan limbah bagi

peternak dan karyawan KUD yang terus menerus.

4.3.2.5. Analisis Matriks QSPM

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui

analisis SWOT, dilakukan pemilihan alternatif strategi

paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan

alternatif strategi tersebut dilakukan dengan teknik Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik QSPM secara

obyektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang

terbaik. Hasil analisa QSPM dapat dilihat pada Lampiran

10.

4.3.2.6. Implementasi Strategi

Dari hasil perhitungan matriks QSPM, alternatif

strategi yang paling menarik atau paling berpengaruh untuk

diimplementasikan untuk pengembangan KUD Giri Tani

untuk perbaikan dibidang produksi, pengembangan pasar,

penguasaan informasi/teknologi dan kombinasinya dapat

dilihat pada Tabel 29.

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa strategi utama

yang direkomendasikan adalah pada aspek pasar dan

kombinasi, yaitu mempertahankan kerjasama dengan PT

Cimory dan perbaikan manajemen, kerjasama antar

pengurus serta mewujudkan kinerja KUD dengan lebih

transparan.

Page 120: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

105

Tabel 29. Nilai STAS Alternatif Strategi KUD Giri Tani

No Alternatif Strategi STAS Rangking

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

B.

C.

1.

2.

D.

1.

2.

Produksi

Mengusulkan penambahan

instalasi biogas untuk peternak.

Peningkatan pengontrolan mutu

pakan yang dibeli dari pemasok

dan pakan produksi KUD

Penyediaan pakan bermutu

dengan harga yang terjangkau.

Peningkatan produksi usaha

pengolahan yoghurt diikuti

perbaikan mutu produk dan

manajemen serta administrasi.

Peningkatan mutu produk

yoghurt.

Peningkatan produksi melalu

peningkatan populasi, perbaikan

genetik dan produktivitas ternak.

Perbaikan sistem usaha Waserda

dengan modal KUD atau bagi

hasil yang transparan.

Pasar

Mempertahankan kerjasama

dengan PT Cimory.

Penguasaan Informasi/

Teknologi

Pembinaan GFP, GHP, GMP dan

pengelolaan limbah bagi peternak

dan karyawan KUD yang terus

menerus.

Peningkatan pembinaan terutama

penerapan GFP dan GHP bagi

peternak.

Kombinasi A dan B

Perbaikan manajemen, kerjasama

antar pengurus dan mewujudkan

kinerja dengan lebih transparan.

Melakukan upaya penyelesaian

tunggakan kredit.

4,9861

4,9798

4,9620

4,9164

4,7045

4,6260

4,5881

5,2523

4,9787

4,8527

5,1587

4,7088

3

4

6

7

10

11

12

1

5

8

2

9

4.4. Unit Usaha Pengolahan Yoghurt

Unit usaha pengolahan yoghurt pada KUD giri Tani dibahas secara

tersendiri, karena unit usaha ini berperan dalam peningkatan nilai tambah

susu bagi peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua.

Page 121: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

106

4.4.1. Deskripsi Unit Usaha Pengolahan Yoghurt

Pada awalnya KUD Giri Tani meproduksi susu pasteurisasi,

namun karena pemasarannya kurang bagus dan adanya kerusakan

pada alat pasteurisasi kapasitas 200l, maka KUD Giri Tani membuka

unit pengolahan yoghurt yang mulai beroperasi pada tanggal 3 Maret

2009 dengan modal awal Rp. 5.000.000,-. Kapasitas produksi dengan

rataan 200 liter susu per hari. Latar belakang dimulainya usaha ini

selain menambah pendapatan KUD Giri Tani juga sebagai antisipasi,

apabila suatu saat tidak semua produksi susu dapat terserap oleh PT.

Cimory atau IPS lainnya.

Keinginan peningkatan kapasitas produksi masih terkendala

dengan kurangnya sarana freezer, kompor dan tenaga kerja. Saat ini,

tenaga kerja yang terlibat dalam unit usaha ini ada 5 orang karyawan

KUD dan 4 tenaga luar. Tenaga kerja luar hanya membantu dalam

proses pengemasan dimana cara pembayaran upah berdasar jumlah

kemasan yang dikerjakan dengan besaran Rp. 20,-/bungkus.

Sedangkan untuk karyawan KUD digaji dari KUD, kecuali ada

penambahan waktu lembur.

4.4.2. Aspek Produksi

Input untuk pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani meliputi

bahan baku dan pendukung seperti susu segar, gula pasir, essen, starter

dan plastik pengemas; bahan bakar gas, listrik, tenaga kerja kerja

tetap, tenaga kerja pembungkusan dan peralatan. Output pengolahan

yoghurt berupa yoghurt yang dikemas dalam bentuk stick

menggunakan plastik kecil, dimana 1 l susu menjadi 36 bungkus.

Yoghurt dijual dengan harga Rp. 3.100,- per pack, 1 pack berisi 10

bungkus stick.

Proses pembuatan yoghurt di unit usaha KUD Giri Tani berbeda

dengan referensi yang ada (Deptan, 2001), yaitu :

a. Susu segar dimasak pada suhu hingga mendidih sambil terus

diaduk, setelah mendidih didiinginkan hingga 45oC.

Page 122: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

107

b. Setelah suhu susu 45oC, ditambah dengan starter sambil diaduk

hingga merata.

c. Campuran dimasukkan dalam inkubator dengan suhu berkisar

38oC-40

oC selama 4 jam.

d. Yoghurt yang telah jadi ditambah gula yang telah dicairkan dan

essen, lalu dikemas dalam kemasan plastik dan dimasukkan ke

freezer.

Proses pengolahan yoghurt telah memperhatikan Cara

Berproduksi yang Baik (GMP) walau belum sempurna. Hal ini dapat

dilihat antara lain dengan pemisahan ruang produksi dan penyimpanan,

kebersihan ruangan, penggunaan baju khusus dan masker oleh

karyawan saat pengolahan dan pembungkusan. Kendala yang dihadapi

dalam proses pengolahan yoghurt adalah limbah plastik sisa kemasan

yang selama ini masih dibakar di tempat sampah di depan gedung

KUD Giri Tani. Hal ini akan menjadi permasalahan lingkungan

apabila usaha semakin berkembang, sehingga perlu dicari

pemecahannya. Salah satu pemecahan yang mungkin adalah mencari

orang yang dapat memanfaatkan plastik ini sebagai bahan membuat

kerajinan tangan atau mainan anak-anak. Hal ini memungkinkan,

karena limbah potongan plastik ini relatif seragam baik bentuk maupun

ukurannya.

4.4.3. Aspek Pemasaran

Pemasaran produk yoghurt terutama ke tempat-tempat pariwisata

sekitar Kecamatan Cisarua, seperti Taman Matahari, Rumah Makan

Priyangan Sari, rumah makan dan warung-warung lainnya di Sekitar

Kecamatan Cisarua. Pemasaran juga telah dilakukan ke Jakarta,

Depok, Indramayu dan Bogor. Pemasaran dilakukan melalui agen atau

tenaga penjual dari KUD Giri Tani. Sampai saat ini tenaga penjual ada

7 orang yang memasarkan produk ke daerah puncak, Kota Bogor,

Depok, dan Cianjur. Tenaga penjualan ini memasarkan produk yoghurt

KUD Giri Tani atas kemauan sendiri. Hal ini memperlancar pemasaran

dan menandakan prospek pasar yang sangat bagus. Peningkatan

Page 123: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

108

kapasitas produksi untuk pemenuhan permintaan pasar masih

mengalami kendala, yaitu keterbatasan alat pendingin (freezer, cool

box dan show case) dan keterbatasan ruang penyimpanan produk.

Produk yoghurt KUD Giri Tani mempunyai segmen pasar tersendiri,

yaitu terutama untuk anak-anak. Harga yang murah (Rp. 500,- per

bungkus) dan keanekaragaman rasa buah membuat produk ini disukai

anak-anak.

4.4.4. Analisa Kelayakan

a. Nilai Tambah dan Keuntungan

Dengan rataan input susu segar 200 l/hari, maka analisa

usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani (dihitung per tahun)

sebagai berikut :

1) Biaya tetap : Rp. 58.141.000,-

i. Penyusutan peralatan : Rp. 541.000,-

ii. Upah tenaga kerja : Rp. 57.600.000,-

2) Biaya variabel : Rp. 624.093.000,-

i. Pembelian susu : Rp. 365.000.000,-

ii. Pembelian starter : RP. 912.500,-

iii. Pembelian gula pasir : Rp. 128.480.000,-

iv. Pembelian kemasan : Rp. 74.898.000,-

v. Pembelian essen : Rp. 730.000,-

vi. Pembelian gas : Rp 912.500,-

vii.Upah pengemasan : Rp. 52.560.000.-

viii.Listrik : Rp. 600.000,-

.

3) Biaya total

Biaya tetap + biaya variabel: Rp. 682.234.000,-

4) Penerimaan : Rp. 814.680.000,-

Jumlah produk : 262.800 pack x Rp. 3.100,-

5) Keuntungan (4-1) : Rp. 132.446.000,-

Nilai tambah susu/l : Rp. 1.814,-

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai tambah dari

susu segar menjadi produk yoghurt adalah sebesar Rp. 1.814,-/l

atau keuntungan yang diperoleh KUD Giri Tani Rp.

132.446.000,-/tahun dengan catatan kapasitas produksi dengan

bahan baku susu 200 l/hari.

Page 124: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

109

b. PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu atau

periode pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Hasil

perhitungan PBP pada usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri

Tania adalah 11 bulan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

investasi untuk unit usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani

dapat dikembalikan melalui cash flow selama 11 bulan, lebih

pendek dari umur ekonomis investasi, sehingga dapat dikatakan

bahwa usaha pengolahan yoghurt layak dikelola.

c. Perbandingan Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai

bersih sekarang yang positif dengan yang negatif. Angka ini

menunjukkan tingkat besarnya manfaat pada setiap tambahan

biaya sebesar satu satuan. Hasil perhitungan Net B/C untuk usaha

pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani adalah sebesar 3.35, nilai

yang positif ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan yoghurt

di KUD Giri Tani layak untuk dilanjutkan.

d. BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya

pendapatan sama dengan besarnya biaya atau pengeluaran yang

dilakukan oleh peternak. Suatu usaha dikatakan impas apabila

jumlah hasil penjualan produk pada periode tertentu sama dengan

jumlah biaya yang ditanggung, sehingga usaha tidak mengalami

kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa :

1) Biaya tetap : Rp. 58.141.000,-

2) Biaya variabel : Rp. 624.093.000,-

3) BEP biaya per pack : Rp. 2.596,-

4) BEP volume produksi/tahun : 220.075 pack ((1+2)/3)

5) Harga yoghurt per pack : Rp. 3.100,-

6) Produksi/ tahun : 261.800 pack

Dari hasil perhitungan BEP dapat disimpulkan bahwa

usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani impas, apabila

mampu memproduksi 220.075 pack/tahun dengan biaya per pack

Rp. 2.596,-. Nilai tersebut dapat dilampaui oleh unit usaha

Page 125: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

110

pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani melalui kemampuan

produksi 261.800 pack/tahun dan harga jual Rp. 3.100,- /pack.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa unit pengolahan yoghurt KUD

Giri Tani untung.

e. NPV atau nilai sekarang bersih yaitu merupakan nilai sekarang

dari sejumlah uang di masa mendatang yang dikonversikan

dengan menggunakan tingkat bunga terpilih. Usaha yang

memberikan nilai sekarang bersih adalah layak. Perhitungan

NPV untuk usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani dengan

menggunakan konversi tingkat bunga (DF) 14% adalah positif,

yaitu Rp. 147.150.300,-. Begitu juga NPV dengan DF 18%

positif, yaitu Rp. 95.059.288,-. Nilai NPV yang positif ini

mengindikasikan bahwa usaha pengolahan yoghurt di KUD Giri

Tani layak untuk dikembangkan.

f. IRR merupakan alat untuk menghitung tingkat pengembalian

investasi. Usulan tingkat bunga pengembalian (IRR) yang lebih

tinggi dari tingkat bunga modal yang berlaku mengindikasikan

investasi usaha layak. Hasil perhitungan nilai IRR usaha

pengolahan yoghurt di KUD Giri Tani adalah 25,30%. Nilai

tersebut lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank komersial yang

berlaku pada tahun 2008-2009, yaitu 14-15%, sehingga usaha

pengolahan yoghurt ini layak dikembangkan.

4.4.5. Analisis Strategi Pengembangan Unit Usaha Pengolahan Yoghurt

KUD Giri Tani

4.4.5.1. Analisis Matriks IFE

Analisis matrik IFE adalah menganalisa faktor-faktor

strategi internal unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani.

Faktor-faktor ini merupakan faktor yang menjadi kekuatan

dan kelemahan dalam pengembangan unit usaha dimaksud,

yang selanjutnya dimasukkan dalam matriks IFE seperti

pada Tabel 30 bersama dengan nilai bobot dan ratingnya.

Page 126: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

111

Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategik

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11.

Tabel 30. Faktor strategi internal unit pengolahan yoghurt KUD Giri

Tani

No Faktor Strategi Internal

Rating (a)

Bobot (b)

Skor (axb)

A Kekuatan (S) 1 Mempunyai pasar bagus 4,0000 0,0870 0,3478 2 Pemanfaatan internet untuk promosi 3,0000 0,0435 0,1304 3 SDM pemasaran dan pengolah

menguasai bidangnya 3,0000 0,0870 0,2609 4 Mutu produk cukup bagus 3,0000 0,0435 0,1304 5 Harga terjangkau 4,0000 0,0870 0,3478 6 Lokasi usaha strategis (daerah wisata) 4,0000 0,0870 0,3478 7 Produk yoghurt sedang trend dikonsumsi

masyarakat 4,0000 0,0435 0,1739 8 Bahan baku susu mudah didapat 4,0000 0,0870 0,3478

B Kelemahan (W)

1 Peralatan terutama pendingin kurang 2,0000 0,0870 0,1739

2 Jumlah karyawan kurang 2,0000 0,0435 0,0870

3 Dukungan KUD kurang 2,0000 0,0435 0,0870

4 Ruangan sempit 1,0000 0,0870 0,0870

5 Administrasi dan pembukuan tidak tertib 1,0000 0,0870 0,0870

6 Tidak transparan 1,0000 0,0870 0,0870

Total A+B 1,0000 2,6957

Hasil perhitungan skor pada matriks IFE menunjukkan

bahwa ada 8 faktor yang berperan sebagai faktor kekuatan

unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani, yaitu produk

mempunyai pasar yang bagus, lokasi strategik (daerah

wisata), dan harga produk yang terjangkau dan bahan baku

susu yang mudah didapat, dengan skor masing-masing

0,3478;. Selanjutnya diikuti dengan faktor kekuatan SDM

pemasaran dan pengolah yang menguasai bidangnya (skor

0,2609), produk yoghurt sedang trend dikonsumsi

masyarakat (skor 0,1739), pemanfaatan internet untuk

promosi dan mutu produk cukup bagus dengan skor

masing-masing 0,1304.

Page 127: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

112

Faktor kelemahan yang berperan pada unit pengolahan

yoghurt KUD Giri Tani adalah peralatan kurang, terutama

pendingin produk (skor 0,1739), diikuti dengan 5 (lima)

faktor yang perlu diperhatikan, yaitu dukungan KUD

kurang, jumlah karyawan yang kurang, ruangan yang

sempit, administrasi dan pembukuan yang tidak tertib dan

pengelolaan usaha yang tidak transparan dengan skor

masing-masing 0,0870.

4.4.5.2. Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE adalah menganalisa faktor-faktor

strategi eksternal unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani.

Faktor-faktor ini merupakan faktor yang menjadi peluang

dan ancaman dalam pengembangan unit usaha dimaksud,

yang selanjutnya dimasukkan dalam matriks EFE seperti

pada Tabel 31 bersama dengan nilai bobot dan ratingnya.

Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategi

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12.

Hasil perhitungan skor pada matriks EFE menunjukkan

bahwa ada 3 faktor yang dominan sebagai faktor kekuatan

unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani adalah fasilitasi

promosi dari Dinas Peternakan/Pemda, daerah wisata yang

strategis dan harga produk saingan sejenis yang lebih

mahal, dengan skor masing-masing 0,5. Selanjutnya diikuti

dengan faktor kekuatan yang berperan, yaitu antusias dan

kejujuran tenaga penjualan dari luar KUD (skor 0,2500)

dan selera konsumen terhadap rasa buah pada yoghurt (skor

0,1875).

Faktor ancaman yang berperan pada unit pengolahan

yoghurt KUD Giri Tani adalah harga bahan baku penunjang

yang tinggi, terutama untuk gula dan essen serta

ketersediaan essen pada hari-hari raya kurang dengan skor

masing-masing 0,2500. Selanjutnya diikuti dengan 3 faktor

Page 128: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

113

ancaman, yaitu mutu susu yang tidak konsisten yang

mengakibatkan mutu yoghurt juga berubah-ubah, saingan

produk sejenis terkait mutu produk karena banyak produk

yoghurt yang diproduksi di sekitar Cisarua dan Bogor yang

mempunyai kualitas bagus walaupun harganya lebih mahal

(Rp.1.000 - Rp. 1.500,-) dan adanya kekuatiran adanya

protes masyarakat terhadap pembakaran limbah plastik.

Ketiga faktor ancaman tersebut memiliki skor masing-

masing 0,1250.

Tabel 31. Faktor strategi eksternal unit pengolahan yoghurt KUD Giri

Tani

No Faktor Strategi Eksternal

Rating (a)

Bobot (b)

Skor (axb)

A Peluang (O) 1 Fasilitasi promosi dari Dinas Peternakan/

Pemda 4,0000 0,1250 0,5000 2 Daerah pariwisata yang strategik 4,0000 0,1250 0,5000 3 Antusias dan kejujuran tenaga penjual

dari luar 4,0000 0,0625 0,2500 4 Selera konsumen terhadap rasa buah

pada yoghurt 3,0000 0,0625 0,1875 5 Harga produk saingan sejenis lebih

mahal 4,0000 0,1250 0,5000

B Ancaman (T) 1 Harga bahan baku penunjang tinggi (gula

dan essen) 2,0000 0,1250 0,2500 2 Saingan produk lain sejenis terkait mutu

produk 1,0000 0,1250 0,1250 3 Mutu susu tidak konsisten 2,0000 0,0625 0,1250 4 Ketersediaan bahan baku essen pada

hari-hari raya kurang 2,0000 0,1250 0,2500 5 Limbah plastik 2,0000 0,0625 0,1250

Total A+B 1,0000 2,8125

4.4.5.3. Analisis Matriks IE

Analisis matriks IE bertujuan untuk mengetahui

strategi bagaimana yang sebaiknya digunakan oleh untuk

pengolahan yoghurt KUD Giri Tani, dengan memetakan

hasil perhitungan pada matriks IFE dan EFE ke matriks IE.

Pemetaan ini sangat penting bagi pemilihan strategi untuk

Page 129: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

114

keberlanjutan dan perkembangan unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani. Hasil analisa matrik IFE dan IE

sebelumnya menunjukkan bahwa total nilai skor faktor

internal 2,6957 dan faktor eksternal 2,8125. Hal ini

menunjukkan bahwa KUD Giri Tani mempunyai faktor

internal tergolong sedang dan dan respon yang diberikan

terhadap lingkungan eksternal menengah. Pemetaan total

skor dari matrik IFE dan EFE ke matriks IE dapat dilihat

pada Gambar 12.

Total Skor IFE

4,0 Kuat 3,0 Sedang 2,0 Lemah 1,0

Total

Skor EFE

Tinggi

3,0

I

Pertumbuhan

melalui

integrasi

vertikal

II

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal

III

Penciutan

melalui

„turn

around‟

Menengah

2,0

IV

Stabilitas V

Pertumbuhan

melalui

integrasi

horizontal/

Stabilitas

VI

Penciutan/

divestasi

Rendah

1,0

VII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konsentrik

VIII

Pertumbuhan

melalui

diversifikasi

konglomerat

IX

Likuidasi

Gambar 12. Matriks IE Unit Pengolahan Yoghurt KUD Giri Tani

Hasil pemetaan pada matriks IE menunjukkan bahwa

posisi unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani berada pada

kuadran kelima. Pada posisi ini strategi pertumbuhan

Page 130: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

115

dilakukan melalui integrasi horizontal atau stabilitas. Sesuai

dengan Rangkuti (2005), pertumbuhan melalui integrasi

vertikal dilakukan dengan cara memperluas kegiatan lini

produk atau membangun di lokasi lain dengan tujuan untuk

meningkatkan jenis produk dan jasa. Hal ini dilakukan

dengan memperluas pasar, fasilitas produksi maupun

teknologi, termasuk peralatan melalui pengembangan

internal maupun eksternal melalui kerjasama pemasaran

dengan membentuk agen-agen pemasaran yang baru.

Dalam kajian ini, strategi tersebut dapat dilakukan

dengan perbaikan mutu produk, penambahan peralatan

freezer, penambahan agen pemasaran, dan penambahan

kapasitas produksi.

4.4.5.4. Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT digunakan sebagai alat

penajaman alternatif strategi pengembangan unit

pengolahan yoghurt KUD Giri Tani. Formulasi strategi

dilakukan dengan mengkombinasi berbagai faktor yang

telah diidentifikasi. Hasil formulasi strategi dikelompokkan

menjadi empat kelompok seperti : strategi kekuatan-

peluang (S-O), strategi kekuatan-ancaman (S-T), strategi

kelemahan-peluang (W-O) dan strategi kelemahan-

ancaman (W-T). Keempat kelompok strategi dimaksud

dapat dilihat pada Gambar 13.

a. Strategi S-O

Strategi S-O diformulasikan dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, dengan

formulasi strategi berikut :

1) Peningkatan kapasitas produksi.

2) Peningkatan intensitas promosi.

b. Strategi S-T

Page 131: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

116

Strategi S-T diformulasikan menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, dengan

formulasi strategi berikut :

1) Peningkatan mutu produk.

2) Optimalisasi pemakaian essen dan mencoba produk

“original flavour”

3) Pemilihan peternak sebagai pemasok susu dengan

mutu baik dan kontinyu.

c. Strategi W-O

Strategi W-O diformulasikan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada, dengan formulasi

strategi berikut :

1) Peningkatan kerjasama dengan agen pemasaran/

penjual di luar KUD dengan menyediakan freezer/

showcase masing-masing.

2) Pemanfaatan karyawan internal KUD secara

optimal sebelum penambahan karyawan baru.

d. Strategi W-T

Strategi W-T bersifat bertahan (defensif), sehingga

diformulasikan dengan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada dan menghindari ancaman, dengan

formulasi strategi berikut :

1) Pemanfaatan ruangan KUD secara optimal.

2) Manajemen usaha lebih transparan dan perbaikan

administrasi, serta pembukuan keuangan.

3) Mencari alternatif pemanfaatan limbah plastik untuk

pengrajin mainan.

Page 132: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

117

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

1 Mempunyai pasar bagus

2 Pemanfaatan internet untuk

promosi

3 SDM pemasaran dan pengolah

menguasai bidangnya

4 Mutu produk cukup bagus

5 Harga terjangkau

6 Lokasi usaha strategik (daerah

wisata)

7 Produk yoghurt sedang

trend dikonsumsi masyarakat

8 Bahan baku susu mudah

didapat

1 Peralatan, terutama pendingin

kurang

2 Jumlah karyawan kurang

3 Dukungan KUD kurang

4 Ruangan sempit

5 Administrasi dan pembukuan

tidak tertib

6 Keuangan tidak transparan

Opportunities (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi)

1 Fasilitasi promosi dari Dinas

Peternakan/ Pemda

2 Daerah pariwisata yang strategik

3 Antusias dan kejujuran tenaga

penjual dari luar

4 Permintaan pasar yang terus

meningkat

5 Harga produk saingan sejenis

lebih mahal

1. Peningkatan kapasitas

produksi (S1, S2, S3, S4, S5,

S6, S7, S8, O1, O2, O3, O4,

O5)

2. Peningkatan intensitas promosi

(S1, S2, S3, S4, S6, S7, O1,

O2, O5)

1. Peningkatan kerjasama dengan agen

pemasaran/ penjual di luar KUD

dengan menyediakan freezer/showcase

masing-masing (W1, W4, O2, O3, O5)

2. Pemanfaatan karyawan internal KUD

secara optimal sebelum penambahan

karyawan baru (W2, W3, W4, W5, W6,

O4)

Threats (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif)

1 Harga bahan baku penunjang

tinggi (gula dan essen)

2 Saingan produk lain sejenis

yang lebih bermutu

3 Mutu susu yang tidak konsisten

4 Ketersediaan bahan baku

essen pada hari-hari raya kurang

5 Limbah plastik

1. Peningkatan mutu produk (S3,

S4, T1, T2)

2. Optimalisasi pemakaian

essence dan mencoba produk

“original flavour” (S3, T1,

T4)

3. Pemilihan peternak sebagai

pemasok susu dengan mutu

baik dan kontinyu (S8, T3)

1. Pemanfaatan ruangan KUD secara

optimal (W4, T5)

2. Manajemen usaha lebih transparan dan

perbaikan administrasi, serta

pembukuan keuangan (W3, W5, W6,

T2).

3. Mencari alternatif pemanfaatan limbah

plastik untuk pengrajin mainan (W4,

T5)

Gambar 13. Matrik SWOT unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani

4.4.5.5. Analisis Matriks QSPM

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui

analisa SWOT, selanjutnya perlu dilakukan pemilihan

alternatif strategi paling efektif untuk diimplementasikan.

Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan

teknik Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik

QSPM secara obyektif mengindikasikan alternatif strategi

yang terbaik. Hasil analisa QSPM dapat dilihat pada

Lampiran 13.

Page 133: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

118

4.4.5.6. Implementasi Strategi

Dari hasil perhitungan matriks QSPM, alternatif

strategi yang paling menarik atau paling berpengaruh untuk

diimplementasikan untuk pengembangan unit pengolahan

yoghurt KUD Giri Tani pada proses produksi,

pengembangan pasar, penguasaan informasi dan teknologi

serta kombinasinya dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Nilai STAS alternatif strategi unit pengolahan

yoghurt KUD Giri Tani

No Alternatif Strategi STAS Rangking

A

1.

2.

3.

4.

5.

B.

1.

2.

C.

D.

1.

2.

Produksi

Peningkatan kapasitas produksi.

Optimalisasi pemakaian essen dan

mencoba produk “original

flavour”

Peningkatan mutu produk.

Pemilihan peternak sebagai

pemasok susu dengan kualitas

yang baik dan kontinu.

Pemanfaatan ruangan KUD secara

optimal.

Pasar

Peningkatan intensitas promosi.

Peningkatan kerjasama dengan

agen pemasaran/ penjual di luar

KUD dengan menyediakan

freezer/ showcase masing-masing.

Penguasaan Informasi/

Teknologi

Mencari alternatif pemanfaatan

limbah plastik untuk pengrajin

mainan.

Kombinasi A dan B

Pemanfaatan karyawan internal

KUD secara optimal sebelum

penambahan karyawan baru.

Manajemen usaha lebih

transparan dan perbaikan

administrasi serta pembukuan

keuangan.

5,1957

4,8329

4,7024

4,3451

4,3342

5,2052

4,9321

4,5136

4,7398

4,4755

2

4

6

9

10

1

3

7

5

8

Page 134: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

119

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa strategi

utama yang direkomendasikan pada aspek produksi dan

pasar, yaitu peningkatan intensitas promosi dan kapasitas

produksi.

Penyerapan susu segar oleh unit pengolahan yoghurt

KUD Giri Tani cukup kecil bila dibandingkan dengan

penyerapan susu segar oleh PT Cimory. Pengembangan

unit pengolahan ini lebih diarahkan pada antisipasi terhadap

peningkatan produksi susu segar yang melebihi kapasitas

PT Cimory, selain untuk peningkatan nilai tambah produk

susu. Peternak yang terlibat sebagai pemasok susu pada unit

pengolahan yoghurt KUD Giri Tani juga masih terbatas

karena penyerapannya baru 1400 liter per minggu. Namun

begitu, karena prospek pasar yang bagus, maka usaha ini

perlu terus dikembangkan. Penambahan kapasitas produksi

diharapkan dapat benar-benar memberi nilai tambah bagi

peternak, bukan hanya sekedar menambah SHU dari KUD

Giri Tani. Diharapkan alam pengembangan

4.5. Strategi Pengembangan Klaster

Klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua terbentuk dari komponen

utama peternak yang tergabung dalam 5 (lima) kelompok, KUD Giri tani, dan PT

Cimory. Komponen lain yang berpengaruh dalam perkembangannya adalah

pemerintah, akademisi, serta KPS Bogor. Peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua menghasilkan produk berupa susu segar, ternak dari kelahiran pedet,

biogas dan pupuk kandang. Peternak dimaksud merupakan anggota KUD Giri

Tani, KUD Giri Tani memfasilitasi peternak dalam pemasaran, pembinaan,

penyediaan pakan, jasa kesehatan hewan, IB dan sarana produksi lainnya. KUD

Giri Tani juga mempunyai unit usaha pengolahan yoghurt dalam upaya

peningkatan nilai tambah dan lebih sebagai antisipasi penyerapan susu segar

apabila tidak terserap oleh PT Cimory sebagai akibat peningkatan produksi susu

segar dari peternak.

Page 135: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

120

PT Cimory selama ini berperan dalam penyerapan susu segar peternak

melalui KUD Giri Tani. Keberpihakan PT Cimory kepada peternak masih terbatas

pada pembelian harga susu dengan harga yang wajar, belum sampai ke tingkat

partisipasi dalam peningkatan produktivitas dan mutu susu. Pasokan susu

dalam jumlah dan mutu yang baik secara kontinu sangat berpengaruh terhadap

produktivitas dan mutu produk olahan susu PT Cimory. Untuk itu upaya

perbaikan mutu dan kontinuitas pasokan bahan baku dari peternak juga

merupakan tanggungjawab PT Cimory, sehingga peran PT Cimory dalam

pengembangan klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua harus lebih

ditingkatkan.

Formulasi strategi pengembangan klaster peternak sapi perah di Kecamatan

Cisarua berdasarkan analisis dari hasil analisis matriks SWOT dan QSPM pada

masing-masing komponen klaster dapat dilihat pada Lampiran 14. Strategi yang

utama untuk pengembangan klaster peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua,

yaitu :

a. Aspek produksi

1) Penyediaan jumlah pakan sesuai kebutuhan dan bermutu dengan harga

terjangkau oleh KUD bekerjasama dengan PT Cimory, termasuk

pengontrolan mutu pakan.

2) Pengembangan lahan intensifikasi rumput bersama dalam kelompok

dengan alternatif modal sewa lahan dari PT Cimory, KUD atau

pemerintah daerah..

3) Optimalisasi kepemilikan sapi betina dewasa > 5 ekor melalui fasilitas

pinjaman subtitusi penjualan pedet betina untuk biaya hidup saat sapi

kering.

b. Aspek pasar

1) Peningkatan kerjasama dengan PT Cimory dalam pemantauan kualitas

susu di tingkat peternak dan pengendalian penyakit serta deteksi dini

mastistis dengan penyediaan tenaga kesehatan hewan khusus dari PT

Cimory.

2) Peningkatan intensitas promosi yoghurt oleh KUD dan pemerintah.

3) Pengembangan pasar untuk produk olahan susu ke tempat wisata, hotel

Page 136: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

121

dan villa oleh kelompok dan KUD dengan pemerintah sebagai fasilitator.

c. Aspek penguasaan informasi dan teknologi

1) Pembinaan GAP, GHP, GMP, manajemen usaha dan pengelolaan limbah

bekerjasama dengan pemerintah dan Perguruan Tinggi.

2) Peningkatan penyuluhan pengendalian penyakit bekerjasama dengan

pemerintah, Perguruan Tinggi dan PT Cimory.

3) Pembinaan pengurus dan karyawan KUD oleh Pemda termasuk Dinas

Koperasi.

d. Kombinasi

1) Perbaikan manajemen dan kinerja intern KUD dengan kerjasama dan

transparansi.

2) Perbaikan administrasi dan laporan KUD.

3) Melakukan upaya pemecahan masalah tunggakan kredit dan akses

pinjaman bunga ringan kepada peternak peminjam dan pemerintah

daerah; (4) Penambahan tenaga medis di KUD.

Keberpihakan terhadap peternak kecil merupakan aspek yang sangat

berpengaruh bagi perkembangan peternak sapi perah khususnya dan

perkembangan persusuan nasional pada umumnya. Berdasarkan hasil kajian dan

formulasi strategi pengembangan klaster, maka dapat diformulasikan kebijakan.

Formulasi kebijakan dimaksud dapat dilihat pada Tabel 33.

Page 137: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

122

Tabel 33. Formulasi kebijakan pengembangan klaster peternakan sapi perah

No Uraian Skala Kepemilikan Ternak Betina

Dewasa <6 6-10 >10

A. Deskripsi peternak Umur (tahun) 20-67 34-50 48-66 Pendidikan Tidak tamat

-Sarjana Tidak tamat -Sarjana

SLTA-Sarjana

Jumlah anggota keluarga 2-10 3-6 3-7 Status kepemilikan ternak Sendiri Sendiri Sendiri Kepemilikan lahan garapan (%

peternak tidak punya lahan) 37 37 25

Lama beternak (tahun) 2-28 11-33 7-23 Jenis usaha (% sebagai usaha

sampingan) 18 0 25

Asal modal awal (S=sendiri; K=kredit; B=bagi hasil)

S, K, B S, K, B S, K

Alasan melakukan usaha beternak sapi perah (%) 1) Mudah, ada sarana penunjang dan

pasar jelas 2) Memperoleh atau menambah

pendapatan 3) Usaha turun temurun 4) Hobi 5) Ikut-ikutan

36 36 12 8 8

62 15 23 0 0

29 42 29 0 0

B. Manajemen dan pemasaran Pengetahuan budidaya Menguasai Menguasai Menguasai Sumber pengetahuan (%)

1) Belajar/bekerja dengan peternak lain 2) Belajar sendiri 3) Pengalaman turun temurun 4) Penyuluhan (Dinas, PT, KUD)

32 14 22 32

21 7 22 50

13 50 0 37

Peternak ingin penambahan ternak (%) 94 80 75 Harapan peternak (%) Sarana Produksi

1) Peningkatan populasi dan genetik, antara lain melalui mutu Inseminasi Buatan atau IB

2) Fasilitasi lahan rumput, melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) untuk sewa lahan

3) Fasilitasi mobil berpendingin untuk mengangkut susu

4) Kredit dengan bunga dan persyaratan ringan

5) Bantuan milkcan 40 liter 6) Bantuan ember stainlees untuk

pemerahan 7) Kendaraan untuk pengangkutan

rumput dan konsentrat 8) Kandang kelompok 9) Bantuan ternak untuk pemerataan

skala usaha bagi peternak dengan kepemilikan kecil

10) Bantuan ternak untuk tenaga kerja di peternakan yang non peternak

11) Bantuan perbaikan kandang

17 13 7 7 7 13 7 3 3 0 7

15 15 23 15 8 0 8 0 8 0 0

0 20 0 0 0 0 0 0 0 20 0

Page 138: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

123

Tabel 33. Lanjutan Pembinaan

11) Pembinaan pasca panen dan perbaikan mutu susu

Sarana Prasarana Penunjang 12) Pengaspalan jalan 13) Embung air untuk antisipasi musim

kemarau 14) Bantuan pipa pembuangan limbah cair Kebijakan 15) Peningkatan promosi susu sebagai

jamuan rapat di kantor-kantor pemerintah

16) Peningkatan harga susu 17) Kebijakan makro persusuan untuk lebih

berpihak kepada peternak

0 7 3 0 3 0 3

0 0 0 8 0 0 0

20 0 0 0 0 20 20

Keinginan peternak yang mendesak(%) 1) Peningkatan populasi/ kepemilikan

ternak 2) Mobil berpendingin untuk mengangkut

susu 3) Lahan rumput 4) Perbaikan mutu pakan dari KUD Giri

Tani 5) Peningkatan mutu susu 6) Milkcan untuk pengangkutan susu 7) Peralatan pengolahan yoghurt 8) Jaringan pemasaran produk olahan susu 9) Permodalan 10) Perbaikan jalan 11) KUD Giri Tani lebih transparan 12) Dukungan instansi pemerintah dengan bantuan sosial

34 12

18

6

12

6

0

6

0

0

6

0

20 30

0

0

20

0

0

10

10

10

0

0

25 50

0

0

0

0

25

0

0

0

0

0

Kendala Berusaha (%) 1) Permodalan

2) Rumput/ hijauan terutama saat kemarau 3) Penyakit sapi terutama penyakit kuku,

kelumpuhan setelah beranak dan keguguran

4) Harga pakan yang terus naik dan mutu pakan dari KUD kurang bagus terutama pasokan dari Cikampek

5) Lahan rumput terbatas 6) Populasi (skala usaha) tidak optimal 7) Alat pengolahan untuk menambah nilai

tambah produk 8) Ketersediaan air pegunungan saat

musim kemarau kurang 9) Kelembagaan yang kurang mendukung

9 44 22 13 4 0 4 4 0

17 33 17 8 8 17 0 0 0

0 0 0 0 50 0 25 0 25

Pendapat peternak terhadap PT Cimory (%)

1) Meningkatkan harga susu 2) Pembayaran tepat waktu 3) Menimbulkan persaingan sehat antar

kelompok 4) Pemasaran dekat, kerusakan susu

berkurang 5) Membantu pemasaran susu 6) Dekat, mempermudah komunikasi 7) Dekat, efisiensi biaya pengiriman susu 8) Membuka lapangan kerja 9) Membantu pemasaran susu

70

5

5

5

10

0

0

5

10

64

15

0

7

0

7

7

0

0

60

20

20

0

0

0

0

0

0

Page 139: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

124

Tabel 33. Lanjutan C. Kelayakan Usaha

Kelayakan Usaha Peternak

PBC (tahun) 2,63 2,46 2,22

Rataan Net B/C (% responden) 1,85 (96%) 3,08 (100%) 3,67 (100%)

Rataan IRR (%) dari % responden 27,74(96%) 26,49(100%) 29,73 (100%)

BEP tahun 2008 (% responden mencapai BEP)

93 100 100

BEP tahun 2009 (% responden mencapai BEP)

100 100 100

Rataan keuntungan/l tahun 2008 (Rp) 337 558 818

Rataan keuntungan/l tahun 2009 (Rp) 1.147 1.303 1.390

Kelayakan usaha pengolahan yoghurt

PBC 11 bulan

Net B/C 3,35

IRR (%) 25,3

BEP, titik impas : Volume Produksi : 220.075 pack/tahun Biaya per pack Rp. 2.596,-

Capaian: 261.800 pack/tahun Rp. 3.100,-/pack

Nilai tambah (Rp/l) 1.814

D. Strategi Pengembangan Klaster

a. Aspek produksi 1) Penyediaan jumlah pakan sesuai kebutuhan dan bermutu dengan harga terjangkau

oleh KUD bekerjasama dengan PT Cimory, termasuk pengontrolan mutu pakan. 2) Pengembangan lahan intensifikasi rumput bersama dalam kelompok dengan

alternatif modal sewa lahan dari PT Cimory, KUD atau pemerintah daerah.. 3) Optimalisasi kepemilikan sapi betina dewasa > 5 ekor melalui fasilitas pinjaman

subtitusi penjualan pedet betina untuk biaya hidup saat sapi kering. 4) Pengadaan mobil berpendingin oleh KUD atau PT Cimory. 5) Penyediaan straw IB yang bermutu dan menghindari inbreeding oleh pemerintah. 6) Pengembangan biogas dan pengelolaan limbah cair bagi seluruh peternak

bekerjasama dengan pemerintah (fasilitasi alat) dan Perguruan Tinggi (penerapan tenologi tepat guna).

7) Peningkatan kapasitas produksi, perbaikan mutu dan keamanan pangan produk yoghurt dan fasilitasi sertifikasi produk oleh pemerintah dan perguruan tinggi.

b. Aspek pasar 1) Peningkatan kerjasama dengan PT Cimory dalam pemantauan kualitas susu di

tingkat peternak dan pengendalian penyakit serta deteksi dini mastistis dengan penyediaan tenaga kesehatan hewan khusus dari PT Cimory.

2) Peningkatan intensitas promosi yoghurt oleh KUD dan pemerintah. 3) Pengembangan pasar untuk produk olahan susu ke tempat wisata, hotel dan villa

oleh kelompok dan KUD dengan pemerintah sebagai fasilitator.. 4) Produk olahan krupuk dan karamel susu dijadikan produk binaan PT Cimory,

terutama dalam perbaikan mutu dan pemasaran. 5) Peningkatan kerjasama KUD dan agen/sales untuk pemasaran yoghurt yang

menyediakan sarana pemasaran sendiri.

c. Aspek penguasaan informasi dan teknologi 1) Pembinaan GAP, GHP, GMP, manajemen usaha dan pengelolaan limbah

bekerjasama dengan pemerintah dan Perguruan Tinggi. 2) Peningkatan penyuluhan pengendalian penyakit bekerjasama dengan pemerintah,

Perguruan Tinggi dan PT Cimory. 3) Pembinaan pengurus dan karyawan KUD oleh Pemda termasuk Dinas Koperasi.

Page 140: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

125

Tabel 33. Lanjutan

d. Kombinasi

1) Perbaikan manajemen dan kinerja intern KUD dengan kerjasama dan

transparansi.

2) Perbaikan administrasi dan laporan KUD.

3) Melakukan upaya pemecahan masalah tunggakan kredit dan akses

pinjaman bunga ringan kepada peternak peminjam dan pemerintah daerah;

(4) Penambahan tenaga medis di KUD.

E. Kebijakan

a. Pengembangan Skim Kredit Khusus untuk peternak sapi perah rakyat.

b. Kebijakan tata ruang wilayah yang mengamankan tanah garapan.

c. Penerapan persyaratan bagi investor IPS dalam penyerapan susu peternak

dengan harga yang wajar dan kerjasama dalam peningkatan produktivitas dan

mutu susu oleh pemerintah.

d. Pendampingan penerapan teknologi tepat guna, sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan pada klaster peternakan sapi perah oleh PT dan pemerintah.

e. Pengaturan produksi dan pengawasan distribusi straw IB untuk menghindari

inbreeding oleh pemerintah.

f. Pengawasan Koperasi secara reguler oleh pemerintah.

g. Perbaikan infrastruktur jalan, air bersih dan pengelolaan limbah oleh

pemerintah dan pelaku usaha terkait.

Page 141: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

126

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

a. Klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua terbentuk dari

komponen utama peternak yang tergabung dalam 5 (lima) kelompok,

KUD Giri tani, dan PT Cimory. Komponen lain yang berpengaruh dalam

perkembangannya adalah pemerintah, akademisi, serta KPS Bogor.

b. Komponen klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua yang

mempunyai dampak nyata terhadap perkembangan usaha adalah

peternak sapi perah itu sendiri; KUD Giri Tani dan unit usahanya,

terutama unit usaha penyediaan pakan, sapronak, pelayanan kesehatan

hewan/IB, simpan pinjam, unit pengolahan yoghurt; PT Cimory;

Pemerintah; dan KPS Bogor. KUD Giri Tani berperan dalam penyediaan

input produksi; fasilitasi pemasaran susu dan menambah posisi tawar

peternak sapi perah, serta memberikan peluang peningkatan nilai tambah

susu segar yang diolah menjadi yoghurt senilai Rp. 1.814,-/l, juga

sebagai antisipasi peningkatan produksi yang tidak bisa tertampung oleh

PT Cimory. PT Cimory berperan dalam penyerapan susu dan pemberian

harga yang layak, serta secara tidak langsung meningkatkan kesadaran

peternak dalam peningkatan mutu susu. Pemerintah, dalam hal ini Dinas

Peternakan, Dinas Koperasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan

instansi terkait lainnya berperan dalam pembinaan dan fasilitasi bantuan.

Peran pemerintah juga telah melibatkan akademisi terutama dari IPB

dalam melaksanakan pendampingan pengembangan peternakan sapi

perah di Kecamatan Cisarua baik dari aspek on farm maupun off farm.

KPS Bogor menjadi alternatif penyedia pakan bagi peternak sapi perah.

c. Analisis kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi berikut :

i. Tingkat kelayakan usaha peternakan sapi perah dicapai pada skala

usaha kepemilikan sapi betina dewasa 6-10 ekor dan < 10 ekor, atau

kepemilikan sapi betina dewasa > 6 ekor. Skala usaha dengan

kepemilikan sapi betina dewasa < 6 ekor belum mencapai kelayakan

usaha secara optimal.

Page 142: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

127

ii. Usaha peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua secara umum layak.

Rataan PBP pada tingkat bunga 18% adalah 2 tahun 6 bulan. Net B/C

97% peternak lebih besar 1 dengan rataan 2,67. Pahun 2008, 93%

peternak mencapai BEP dan tahun 2009 100% peternak mencapai

BEP. NPV dengan tingkat bunga (DF) 14% 97% peternak positif.

NPV dengan tingkat bunga (DF) 18% 90% peternak positif. Untuk

NPV1; DF 14% dan NPV2; DF 18% diperoleh IRR dengan rataan

25,15% pada 97% peternak, lebih tinggi dari tingkat suku bunga

bank komersial yang berlaku pada tahun 2008-2009 yaitu 14-15%.

Apabila dilihat berdasarkan skala jumlah kepemilikan sapi betina

dewasa, semakin besar skala kepemilikan semakin layak secara

finansial.

iii. Unit pengolahan yoghurt KUD Giri Tani layak untuk dikembangkan

dengan PBP 11 bulan; Net B/C positif 3,35; titik impas volume

produksi 220.075 pack/tahun dan titik impas biaya per pack Rp.

2.596,- dan dapat dilampaui melalui kemampuan produksi 261.800

pack/tahun dengan harga jual Rp. 3.100,-/pack. NPV dengan

konversi tingkat bunga (DF) 14% positif Rp. 147.150.300,- dan NPV

DF 18% positif Rp. 95.059.288,- serta IRR 25,30%. Unit pengolahan

yoghurt mampu memberi nilai tambah Rp. 1.814,-/l.

d. Strategi pengembangan klaster peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua

adalah pertama, aspek produksi : (1) Penyediaan jumlah pakan sesuai

kebutuhan dan bermutu dengan harga terjangkau oleh KUD bekerjasama

dengan PT Cimory, termasuk pengontrolan mutu pakan; (2)

Pengembangan lahan intensifikasi rumput bersama dalam kelompok

dengan alternatif modal sewa lahan dari PT Cimory, KUD atau

pemerintah daerah.; (3) Optimalisasi kepemilikan sapi betina dewasa > 5

ekor melalui fasilitas pinjaman subtitusi penjualan pedet betina untuk

biaya hidup saat sapi kering; (4) Pengadaan mobil berpendingin oleh

KUD atau PT Cimory; (5) Penyediaan straw IB yang bermutu dan

menghindari inbreeding oleh pemerintah; (6) Pengembangan biogas dan

pengelolaan limbah cair bagi seluruh peternak bekerjasama dengan

Page 143: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

128

pemerintah (fasilitasi alat) dan Perguruan Tinggi (penerapan tenologi

tepat guna); (7) Peningkatan kapasitas produksi, perbaikan mutu dan

keamanan pangan produk yoghurt dan fasilitasi sertifikasi produk oleh

pemerintah dan perguruan tinggi. Kedua, aspek pasar : (1) Peningkatan

kerjasama dengan PT Cimory dalam pemantauan kualitas susu di tingkat

peternak dan pengendalian penyakit serta deteksi dini mastistis dengan

penyediaan tenaga kesehatan hewan khusus dari PT Cimory; (2)

Peningkatan intensitas promosi yoghurt oleh KUD dan pemerintah; (3)

Pengembangan pasar untuk produk olahan susu ke tempat wisata, hotel

dan villa oleh kelompok dan KUD dengan pemerintah sebagai fasilitator;

(4) Produk olahan krupuk dan karamel susu dijadikan produk binaan PT

Cimory, terutama dalam perbaikan mutu dan pemasaran; (5)

Peningkatan kerjasama KUD dalam pemasaran yoghurt KUD dengan

agen/sales yang menyediakan sarana pemasaran sendiri. Ketiga, aspek

penguasaan informasi dan teknologi : (1) Pembinaan GAP, GHP, GMP,

manajemen usaha dan pengelolaan limbah bekerjasama dengan

pemerintah dan Perguruan Tinggi; (2) Peningkatan penyuluhan

pengendalian penyakit bekerjasama dengan pemerintah, Perguruan

Tinggi dan PT Cimory; dan (3) Pembinaan pengurus dan karyawan KUD

oleh Pemda termasuk Dinas Koperasi; serta keempat : kombinasi dari

ketiga aspek dimaksud : (1) Perbaikan manajemen dan kinerja internal

KUD dengan kerjasama dan transparansi; (2) Perbaikan administrasi dan

laporan KUD; dan (3) Melakukan upaya pemecahan masalah tunggakan

kredit dan akses pinjaman bunga ringan kepada peternak peminjam dan

pemerintah daerah.

2. Saran

d. Perlunya kekompakan peternak sapi perah dan pengelola susu, baik

dalam wadah kelompok maupun KUD Giri Tani untuk peningkatan

mutu susu melalui penerapan GFP dan GHP. Mengingat 57% peternak

sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah skala kepemilikan sapi betina

dewasa < 6 ekor dan hasl kajian ini, maka perlu upaya peningkatan

populasi untuk pencapaian kepemilikan ternak > 5 ekor sapi betina

Page 144: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

129

dewasa dengan rasio kepemilikan sapi laktasi dibanding sapi betina

dewasa minimal 66,7%.

e. Perlunya komitmen PT Cimory dalam pembelian susu melalui KUD,

sehingga peternak besar tidak bisa menjual susu langsung ke PT Cimory

tanpa melalui KUD.

f. Perlunya penerapan fasilitator pemerintah dan kerjasama Perguruan

Tinggi dalam penerapan strategi pengembangan klaster hasil kajian ini,

terutama dalam desiminasi teknologi produksi, pasca panen dan

pengolahan susu, serta pendampingan usaha.

g. Perlunya pengawasan manajemen KUD Giri Tani khususnya oleh

pemerintah.

h. Keberpihakan industri persusuan nasional dan pemerintah yang secara

mikro dapat dilihat dari keberpihakan PT Cimory, Dinas terkait dan

Perguruan Tinggi dalam mendukung pengembangan klaster peternak

sapi perah di Kecamatan Cisarua, walaupun peran dan keberpihakan

masing-masing komponen masih perlu ditingkatkan lagi, terutama

partisipasi PT Cimory dalam kerjasama peningkatan produktivitas ternak

dan mutu susu.

i. Secara lebih luas beberapa kebijakan yang direkomendasikan dari hasil

kajian ini adalah :

1) Pengembangan Skim Kredit Khusus untuk peternak sapi perah rakyat.

2) Kebijakan tata ruang wilayah yang mengamankan tanah garapan.

3) Penerapan persyaratan bagi investor IPS dalam penyerapan susu peternak

dengan harga yang wajar dan kerjasama dalam peningkatan produktivitas

dan mutu susu oleh pemerintah.

4) Pendampingan penerapan teknologi tepat guna, sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan pada klaster peternakan sapi perah oleh PT dan

pemerintah.

5) Pengaturan produksi dan pengawasan distribusi straw IB untuk

menghindari inbreeding oleh pemerintah.

6) Pengawasan Koperasi secara reguler oleh pemerintah.

7) Perbaikan infrastruktur jalan, air bersih dan pengelolaan limbah oleh

pemerintah dan pelaku usaha terkait.

Page 145: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

130

DAFTAR PUSTAKA

Amdani, S. 2009. Segarnya Usaha Yoghurt Stick. Jurnal Bogor.

http://www.jurnalbogor.com/ ?p=44583. [5 Agustus 2009].

Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis (Business Plan). PT

Elex Media Computindo, Jakarta.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Budidaya Ternak

Sapi Perah. Publisher: Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Pedesaan, Bappenas. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=

arsip &idMenuKiri=408&page=2&cari=&idContent=1 [21 Januari 2009]

[BBPTUSP] Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah. 2009. Petunjuk

Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. Baturaden : BBPTUSP.

Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. PT Penerbit IPB

Press, Bogor.

David, F.R. 1998. Strategic Management. Prentice Hall International Inc., New

Jersey.

David, F.R.2006. Strategic Management.: Concepts Cases. 10th edition. Prentice

Hall Upper Saddle River, New Jersey.

[Depperin] Departemen Perindustrian. 2008. Konsep Kebijakan Model

Pengembangan Industri Pengolahan Susu. Departemen Perindustrian.

Jakarta

[Deptan] Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian. 2001. Petunjuk Teknik Pengolahan Hasil

Pertanian (Peternakan). Jakarta.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. The dairy Industry in Indonesia. Makalah

disampaikan pada Workshop on Productivity Improvement Tools for

Agribusiness SMEs : Managing Food Safety in The Dairy Industry,

Yogyakarta tanggal 10-14 Agustus 2009.

[Disnak Jabar] Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2009. Database.

http://www.disnak.

jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenuAuto&idMenuKiri=709&idM

enu=809 [21 Januari 2009]

[Disnakkan Bogor] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010.

Database.

http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view

&id=260&Itemid=360&limit=1&limitstart=3 [16 Februari 2010]

Page 146: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

131

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan,

Ditjennak Deptan. Jakarta.

Gittinger, J.P. 1996. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian (Terjemahan).

Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Jauch, Glueck. 1999. Strategi dan Kebijakan Perusahaan (Terjemahan). Erlangga,

Jakarta.

Kadariah L, Karlina C, Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2010. Peraturan Menteri Pertanian No.

18/Permentan. OT.140/2/2010 tentang Blue Print Peningkatan Nilai Tambah

dan daya Saing Produk Pertanian dengan Pemberian insentif bagi

tumbuhnya industri perdesaan. Kementerian Pertanian, Jakarta

[KUD GT]. 2009a. Laporan Keuangan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun

Buku 2009. KUD Giri Tani, Bogor.

[KUD GT] KUD Giri Tani. 2009b. Profil KUD Giri Tani Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bogor. KUD Giri Tani. Bogor.

Lestarini, A.H. 2009. Tarif Bea Masuk Susu Impor Ditetapkan 5%. http://

economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/06/09/277/227520/ tarif-

bea-masuk-susu-impor-ditetapkan-5 [9 Juni 2009]

[LPPM IPB] Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut

Pertanian Bogor. 2007. Laporan Akhir Pengawalan dan Pendampingan

Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Susu di Cisarua, Kabupaten

Bogor. Kerjasama Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasi Pertanian

Departemen Pertanian dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[PT Cimory]. PT Cisarua Mountain Dairy. 2009. Profil Calon Penerima

Penghargaan Pelaku Usaha Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2009 PT.

Cisarua Mountain Dairy (Cimory). PT Cimory. Bogor

Priyono. 2006. Analisis Usaha Tani Ternak Sapi Perah Rakyat.

http://agribussiness. wordpress.com/2009/07/03/23/analisis-usaha-ternak-

sapi-perah-rakyat/ [23 Juli 2009]

Ramadan, D.A. 2009. Analisis Strategi Pengembangan KUD (Koperasi Unit

Desa) Giri Tani (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat). Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Page 147: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

132

Setiyawan H, Santoso SI, Mukson. 2005. Analisa Finansial Usaha Peternakan

Sapi Perah pada Tingkat Perusahaan Peternakan, Animal Production

Volume 7 Nomor 1 Januari 2005:40-45.

Soetrisno, N. 2002. Koperasi Produsen Susu : Model Klaster Industri Peternakan.

Makalah disampaikan pada sarasehan revitalisasi persusuan di Jawa Timur

diselenggarakan oleh GKSI 6 Januari 2002.

Soetrisno, N. 2009. Pengembangan Klaster IKM/UKM di Indonesia: Pengalaman

dan Prospek. Disampaikan dalam International Conference & Workshop on

Cluster Development, Solo 27-28 Nopember 2009.

Sutojo, S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek. PT Pustaka

Bimantara Presindo, Jakarta.

Talib C, Inounu I, Bamualim A. 2007. Restrukturisasi Peternak di Indonesia,

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 5 Nomor 1 Maret 2007. Pusat

Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Deptan. ISSN : 1693-2021. Akreditasi Nomor :

45//Akred-LIPI/P2MBI/9/2006. 1-14. 11

Taufik, T.A. 2009. Perspektif Kebijakan : Pendekatan Klaster Industri Dalam

Pengembangan Daerah. http://www.scribd.com/doc/4802635/A2-

Pendekatan-Klaster-Industri-Tatang-AT [18 Janunari 2010]

Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia.

Analisa Kebijakan Pertanian. Volume 3 No. 3 September 2005: 257-268

Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Ekonomi, Jakarta.

Page 148: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

133

L A M P I R A N

Page 149: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

134

Lampiran 1. Kuesioner kajian

KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI SUSU DI KECAMATAN CISARUA,

KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 150: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

Lanjutan Lampiran 1.

KUESIONER UNTUK PETERNAK

Petunjuk Pengisian :

1. Saudara diharapkan dapat mengisi dengan apa adanya.

2. Jawablah pertanyaan dengan mengisi titik-titik atau kolom yang disediakan, dan pilih

pada pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya dengan memberi lingkaran

pada huruf di awal pilihan jawaban.

NO RESPONDEN : ...........................................................................................................

Tanggal Wawancara : ...........................................................................................................

I. DESKRIPSI PETERNAK

1. Nama responden : ..................................................................................................

2. Alamat : ..................................................................................................

3. Umur : ..................................................................................................

4. Tingkat Pendidikan : ..................................................................................................

5. Jabatan : ..................................................................................................

6. Jumlah Keluarga : ..................................................................................................

7. Jumlah sapi (2010) : ..................................................................................................

8. Status peternakan : a. Sewa b. Milik sendiri

c. Garapan d. .........................................................

9. Luas Lahan yang dimiliki : ............................. Ha

10. Telah berapa lama saudara melakukan usaha peternakan sapi perah ?

............................. tahun ............................. bulan

11. Apakan usaha ternak sapi perah merupakan usaha pokok saudara ?

a. Ya b. Tidak

12. Berapa modal awal untuk melakukan usaha ternak sapi perah Rp. ...........................

13. Dari mana saudara mendapatkan ternak ?

a. Beli sendiri ................ ekor, tahun .......................

b. Bansos ...................... ekor, tahun .......................

c. Kredit ...................... ekor, tahun .......................

d. Sumbangan lainnya ( .......................................) .......... ekor, tahun .......................

14. Apakah alasan saudara melakukan usaha ternak sapi perah ?

a. Untuk menambah pendapatan b. Usaha turun temurun

Page 151: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

136

Lanjutan Lampiran 1.

c. Mudah untuk beternak karena ada sarana penunjang dan pasarnya jelas.

d. Hobi e. Mencoba-coba f. Ikut-ikutan

II. PENGELUARAN, PEMASUKAN DAN PENDAPATAN USAHA

1. Isilah kolom di bawah ini dengan besarnya biaya rataan per tahun yang harus

saudara keluarkan dalam menjalankan usaha ternak sapi perah (satu periode

laktasi)

No Komponen Th 2008 Th 2009

Jumlah Harga

Satuan

Rp Jumlah Harga

Satuan

Rp

I Modal awal

II Biaya tunai

Pembelian ternak

Sarana Produksi

a. Konsentrat (kg)

b. Ampas tahu (kg)

c. Peralatan

d. Obat-obatan/ drh

Tenaga kerja luar

Biaya IB

Kredit

Pajak

Listrik

Transportasi

Pembayaran KUD

Sewa lahan (kalau ada)

Lain-lain

III

Biaya yang diperhitungkan

Tenaga kerja keluarga

Hijauan (kg)

Sewa Lahan milik

Penyusutan alat

Penyusutan kandang

Penyusutan ternak

Bunga Modal

Lain-lain

IV Biaya lain-lain

TOTAL BIAYA

(I+II+III+IV)

Page 152: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

137

Lanjutan Lampiran 1.

2. Isilah besarnya rataan penghasilan dari setiap jenis produk yang saudara peroleh

selama satu tahun

Tahun Sumber Penghasilan dari Penjualan (000 Rp) Perubahan

nilai ternak

(Rp)

Jumlah

penghasilan

(Rp)

Susu Pedet Sapi afkir

(dewasa)

Hijauan Pupuk

Kandang

Biogas

2008

2009

4. Isilah jumlah produksi susu yang dihasilkan beserta distribusinya

Tahun Produksi

susu

Susu yang di jual Susu

dikonsumsi

sendiri (l)

Susu untuk

pedet (l)

KUD

(l)

Harga/l Loper (l) Harga/l Langsung

(l)

Harga/l

2008

2009

j. Sebutkan perkembangan hewan ternak yang dipelihara

Tahun Jenis

kelamin sapi

Stok awal

Dewasa Muda Pedet

Ekor Rp/ekor Ekor Rp/ekor Ekor Rp/ekor

2008 Betina

Jantan

2009 Betina

Jantan

Page 153: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

138

Lanjutan Lampiran 1.

Tahun Jenis

kelamin

sapi

Dijual Stok

Akhir

(Rp/ekor)

Dewasa Muda Pedet

Ekor Rp/ekor Ekor Rp/ekor Ekor Rp/ekor

2008 Betina

Jantan

2009 Betina

Jantan

VI. MANAJEMEN DAN PEMASARAN SUSU

1. Apa saja kendala yang dihadapi peternak dalam usaha ternak sapi perah ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

2. Apakah saudara menguasai pemeliharaan sapi perah (jawab dengan ya atau tidak :

a. Manajemen perkandangan .....................................................

b. Manajemen kesehatan reproduksi .....................................................

c. Manajemen perkawinan .....................................................

d. Manajemen pemerahan .....................................................

3. Dari mana saudara mengetahui tentang manajemen pemeliharaan sapi perah

tersebut di atas ?

a. Belajar sendiri dari buku

b. Pengalaman turun temurun

c. Penyuluhan dari Dinas Peternakan dan KUD

d. Lain-lain, sebutkan : ..................................................................................

....................................................................................................................

4. Apakah Saudara ingin menambah ternak Saudara?

a. Tidak

b. Ya : a) Dengan membeli dengan uang sendiri

b) Ingin mendapatkan kredit dari Bank/ Pemerintah

Page 154: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

139

Lanjutan Lampiran 1.

5. Jarak peternakan ke tempat pemasaran ................................... km

6. Bagaimana pendapat Saudara tentang sarana dan prasarana pendukung dari

pemerintah daerah, seperti :

a. Jalan (baik, sedang, buruk)

b. Transportasi (baik, sedang, buruk)

c. Poskeswan (baik, sedang, buruk)

d. Sarana pengangkut susu (baik, sedang, buruk)

e. Petugas kesehatan/ IB (baik, sedang, buruk)

f. Perhatian dari Dinas Peternakan setempat (baik, sedang, buruk)

7. Sarana prasarana apa yang Saudara rasakan belum ada, yang seharusnya diberikan

oleh pemerintah ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. ....................................................................................................................

8. Apakah Saudara ikut aktif dalam kelompok ? ya / tidak

Kalau ya, jelaskan hubungan Saudara dengan kelompok :

.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................

9. Keuntungan apa yang Saudara peroleh dengan menjadi anggota koperasi ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

10. Apakah ada hal-hal yang Saudara usulkan untuk perbaikan koperasi ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

Page 155: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

140

Lanjutan Lampiran 1.

e. .....................................................................................................................

10. Apakah Saudara ikut dalam keanggotaan koperasi susu ? ya / tidak

Kalau ya, dimana : ......................................................................................................

11. Keuntungan apa yang Saudara peroleh dengan menjadi anggota koperasi ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

10. Apakah ada hal-hal yang Saudara usulkan untuk perbaikan koperasi ?

a. ........................................................................................................................

b. ........................................................................................................................

c. ........................................................................................................................

d. ........................................................................................................................

e. ........................................................................................................................

11. Apakah Saudara mengikuti organisasi lain yang terkait dengan usaha Saudara

beternak sapi perah ? ya atau tidak

Kalau ya, apa manfaatnya :

a. ........................................................................................................................

b. ........................................................................................................................

c. ........................................................................................................................

d. ........................................................................................................................

e. ........................................................................................................................

12. Apakah yang dirasakan Saudara dengan adanya PT Cimory?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

Page 156: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

141

Lanjutan Lampiran 1.

13. Apakah keinginan Saudara yang sangat mendesak terkait dengan usaha ternak sapi

perah Saudara?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

Page 157: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

142

Lanjutan Lampiran 1.

KUESIONER UNTUK UNIT USAHA PENGOLAHAN YOGHURT

Petunjuk Pengisian :

1. Saudara diharapkan dapat mengisi dengan apa adanya.

2. Jawablah pertanyaan dengan menngisi titik-titik atau kolom yang disediakan, dan pilih

pada pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya, dengan memberi lingkaran

pada huruf di awal pilihan jawaban.

NO RESPONDEN : ...................

Tanggal Wawancara : ...................

I. DESKRIPSI PELAKU USAHA

1. Nama responden : ...................................................................................................

2. Alamat : ..................................................................................................

3. Umur : ...................................................................................................

4. Tingkat Pendidikan : ...................................................................................................

5. Nama Usaha : ...................................................................................................

6. Jenis Produk : ...................................................................................................

....................................................................................................

7. Kapasitas produksi : ...................................................................................................

8. Telah berapa lama usaha ini dilakukan ?

............................. tahun ............................. bulan

9. Berapa modal awal untuk melakukan usaha Rp. ..............

10. Modal usaha tersebut dari mana ?

a. Modal sendiri.

b. dari ................................................................ berupa ...........................................

c. dari ................................................................. berupa.................... .......................

11. Apakah alasan dilakukan usaha ini ?

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Page 158: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

143

Lanjutan Lampiran 1.

II. PENGELUARAN, PEMASUKAN DAN PENDAPATAN USAHA

1. Isilah kolom di bawah ini dengan besarnya biaya rataan (satu periode produksi)

No Uraian Jumlah Harga

Satuan

Rp

I

II

Biaya tetap

a. Penyusutan

peralatan

b. Upah tenaga kerja

Biaya variabel

a. Pembelian Susu

b. Pembelian starter

c. Pembelian gula pasir

d. Pembelian Kemasan

e. Pembelian susu skim

d. Bahan bakar/ listrik

TOTAL BIAYA

2. Isilah jumlah produk yang dihasilkan beserta harga dan distribusinya

Jenis

Produk

Dijual ke/ dengan harga

................. Harga

/l

.................. Harga

/l

................. Harga

/l

Page 159: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

144

Lanjutan Lampiran 1.

III. MANAJEMEN DAN PEMASARAN

1. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam proses produksi ? bila ada sebutkan

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

2. Apakah ada kendala dalam pemasaran produk ? bila ada sebutkan

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

3. Apakah ada keinginan untuk menambah kapasitas usaha ?

a. Tidak b. Ya

4. Apakah kendala yang dihadapi apabila meningkatkan kapasitas usaha Saudara ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

5. Jarak usaha anda ke tempat pemasaran .................. km

6. Bagaimana pendapat saudara tentang sarana dan prasarana pendukung dari

pemerintah daerah, seperti :

a. Jalan (baik, sedang, buruk)

b. Transportasi (baik, sedang, buruk)

c. Perhatian dari Dinas Peternakan setempat (baik, sedang, buruk)

7. Sarana prasarana apa yang saudara rasakan belum ada, yang seharusnya diberikan

oleh pemerintah ?

a. ....................................................................................................................

b. ....................................................................................................................

c. ....................................................................................................................

d. ....................................................................................................................

e. ....................................................................................................................

Page 160: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

145

Lanjutan Lampiran 1.

8. Apakah ada hal-hal yang Saudara usulkan untuk perbaikan koperasi ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

9. Apakah yang dirasakan Saudara dengan adanya PT Cimory ?

a. .....................................................................................................................

k. .....................................................................................................................

l. .....................................................................................................................

m. .....................................................................................................................

n. .....................................................................................................................

10. Apakah keinginan yang sangat mendesak terkait dengan kemajuan usaha ini ?

a. .....................................................................................................................

b. .....................................................................................................................

c. .....................................................................................................................

d. .....................................................................................................................

e. .....................................................................................................................

Page 161: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

146

Lanjutan Lampiran 1.

KUESIONER

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL DAN

EKSTERNAL

NO RESPONDEN : ...................

Tanggal Wawancara : ...................

Tujuan :

Mendapatkan penilaian para responden mengenai tingkat kepentingan dari masing-masing

faktor strategik baik internal maupun eksternal dalam menentukan atau mempengaruhi

keberhasilan pengembangan usaha.

Petunjuk umum :

a. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden

b. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.

c. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara

sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.

I. DATA RESPONDEN

Nama responden : .....................................................................................................

Jenis usaha : ....................................................................................................

Lokasi usaha : ....................................................................................................

Kapasitas usaha : Untuk peternak, jumlah ternak ..................... ekor

Untuk pengolah produk susu ........................ liter/bulan

Untuk penjual/ pabrik pakan ......................... ton/bulan

...................................................................................................

...................................................................................................

Alamat, No Telp : ...................................................................................................

II. FAKTOR STRATEGI INTERNAL

a. Mohon Saudara mengidentifikasi faktor-faktor strategi internal yang merupakan

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit usaha Saudara pada saat ini untuk

menciptakan daya saing dan pendapatan unit usaha.

Page 162: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

147

b. Menurut Saudara, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-

masing faktor strategi lingkungan internal berdasarkan kategori tersebut terhadap

perkembangan unit usaha Saudara pada saat ini ?

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Tuliskan faktor strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki unit usaha Saudara pada saat ini untuk menciptakan daya saing dan

pendapatan unit usaha Saudara.

2. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategi internal yang Saudara

identifikasi tersedia untuk kuesioner ini adalah :

a. Untuk faktor-faktor strategi internal kekuatan isilah sesuai skala besarnya

pengaruh faktor tersebut terhadap usaha saudara dengan angka, yaitu :

1 = kurang penting

2 = cukup penting

3 = penting

4 = sangat penting

b. Untuk faktor-faktor strategi internal kelemahan isilah sesuai skala

besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap usaha saudara dengan angka,

yaitu :

4 = kurang penting

3 = cukup penting

2 = penting

1 = sangat penting

Pemberian rating masing-masing faktor strategi dilakukan dengan pemberian

tanda silang (X) pada tingkat penting (1 s.d. 4) yang paling sesuai menurut

Saudara.

3. Penentuan rating merupakan pandangan Saudara masing-masing terhadap faktor-

faktor strategi internal perusahaan.

Page 163: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

148

Lanjutan Lampiran 1.

Matrik Strategi Internal

Faktor Strategi Internal Rating Alasan

1 2 3 4

Kekuatan

1

2

3

4

5

Kelemahan

1

2

3

4

5

III. FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL

1. Mohon Saudara identifikasi faktor-faktor strategi eksternal terhadap

perkembangan unit usaha Saudara pada saat ini.

2. Menurut Saudara, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-

masing faktor strategi lingkungan eksternal berdasarkan kategori tersebut

terhadap perkembangan unit usaha Saudara pada saat ini?

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Tuliskan faktor strategi internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki unit usaha Saudara pada saat ini untuk menciptakan daya saing dan

pendapatan unit usaha Saudara.

Page 164: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

149

Lanjutan Lampiran 1.

2. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategi eksternal yang

tersedia untuk kuesioner ini adalah :

a. Untuk faktor-faktor strategi eksternal peluang isilah sesuai skala besarnya

pengaruh faktor tersebut terhadap usaha saudara dengan angka, yaitu :

1 = kurang penting

2 = cukup penting

3 = penting

4 = sangat penting

b. Untuk faktor-faktor strategi eksternal ancaman isilah sesuai skala besarnya

pengaruh faktor tersebut terhadap usaha saudara dengan angka, yaitu :

4 = kurang penting

3 = cukup penting

2 = penting

1 = sangat penting

Pemberian rating masing-masing faktor strategik dilakukan dengan pemberian

tanda silang (X) pada urutan intensitas (1 s.d. 4) yang paling sesuai menurut

Saudara.

3. Penentuan rating merupakan pandangan Saudara masing-masing terhadap faktor-

faktor strategi eksternal perusahaan.

Page 165: KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · klaster, (2) mengkaji kelayakan usaha pengembangan klaster dalam kaitannya dengan peningkatan nilai tambah produk susu, dan (3) menentukan

150

Lanjutan Lampiran 1.

Matriks Strategi Eksternal

Faktor Strategi Eksternal Rating Alasan

1 2 3 4

Peluang

1

2

3

4

5

Ancaman

1

2

3

4

5