Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya...

92
Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Katingan Untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau Abdul Hadjranul Fatah Abdul Mun’im Arifin PALANGKA RAYA 2014

Transcript of Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya...

Page 1: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

Kajian Kearifan Lokal Masyarakat

Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Katingan

Untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau

Abdul Hadjranul Fatah

Abdul Mun’im

Arifin

PALANGKA RAYA 2014

Page 2: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

KATA PENGANTAR

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang di

masyarakat secara turun temurun pada masyarakat yang mendiami suatu kawasan. Hal

serupa juga terdapat pada masyarakat Dayak yang mendiami daerah aliran sungai

Katingan. Beberapa pemukiman penting di daerah aliran sungai Katingan yang

berbatasan langsung dengan Taman Nasional Sebangau adalah Petak Bahandang,

Handiwung, Asem Kumbang, Baun Bango, Keruing, Tumbang Bulan, Perigi, dan

Tewang Kampung. Masyarakat yang mendiami kawasan ini merupakan pengguna

utama anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk

wilayah Kabupaten Katingan mulai sungai Rasau dan Sampang, sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, sungai Bulan, sungai Landabung hingga sungai Rasau Gunung.

Hingga sekarang masyarakat yang berdomisili di kawasan tersebut masih

komitmen menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Penerapan

nilai-nilai kearifan lokal telah terbukti dapat melestarikan sumber daya alam di wilayah

tersebut secara turun temurun. Hal ini menjadi modal utama dalam upaya melestarikan

sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai kawasan

konservasi dalam Taman Nasional Sebangau. Modal dasar ini dapat bersinergi dengan

konsep pengelolaan kolaborasi dalam Taman Nasional yang merupakan terobosan

baru Departemen Kehutanan. Pengelolaan kolaboratif diharapkan dapat menunjang

terselenggaranya asas lestari dan asas manfaat dalam pola hubungan antara Taman

Nasional Sebangau dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNS.

Laporan ini memuat hasil kajian yang difokuskan pada nilai-nilai kearifan

lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah sungai Rasau dan Sampang,

sungai Kamipang, Sungai Punggualas, sungai Bulan, sungai Landabung hingga sungai

Rasau Gunung. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi modal awal dalam

mengembangkan kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan

sumber daya alam untuk menunjang pelestarian TNS. Semoga kajian ini

memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang peduli dengan pelestarian TNS yang

berbasis asas lestari dan asas manfaat.

Tim peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Program Manager Yayasan WWF Indonesia Kalimantan Tengah, Ibu

Page 3: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

Rosenda Chandra Kasih, yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan terima kasih

secara khusus juga disampaikan kepada seluruh staf Yayasan WWF Indonesia

Kalimantan Tengah, terutama Bapak Didiek Surjanto, Dadang Riansyah, dan Suwanto

yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan bagi Tim Peneliti untuk

suksesnya penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Badan

Pengelola Taman Nasional Sebangau yang memfasilitasi sehingga kegiatan penelitian

ini dapat terlaksana dengan lancar.

Secara khusus tim peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada seluruh responden yang telah bersedia menjadi nara sumber dalam penelitian

ini dari kalangan Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Kepala Desa, Ketua Formas, dan

segenap responden yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Palangka Raya, Februari 2014

Page 4: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1

B. Tujuan........................................................................................................................... 5

C. Output Penelitian.......................................................................................................... 5

BAB II PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................................ 7

B. Responden.................................................................................................................... 7

C. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................... 11

BAB III PROFIL SUNGAI

A. Sungai Rasau dan Sampang......................................................................................... 14

1. Sejarah Nama & Pengelolaan Sungai Rasau........................................................... 14

2. Potensi Sumber Daya Alam (SDA).......................................................................... 14

a. Potensi Sumber Daya Sungai............................................................................... 15

b. Potensi Sumber Daya Kehutanan........................................................................ 16

1). Pengelolaan Getah Damar........................................................................ 16

2). Pengelolaan Getah Pantung...................................................................... 16

3). Pengelolaan Getah Nyatu......................................................................... 17

4). Pengelolaan Madu Hutan......................................................................... 18

c. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................................................ 18

d. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah......................... 19

e. Potensi Sumber Daya Hewani................................................................................ 20

B. Sungai Kamipang......................................................................................................... 21

1. Sejarah Nama dan Pengelolaan Sungai Kamipang.............................................. 21

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 21

a. Potensi Sumber Daya Alam....................................................................... 21

b. Potensi Sumber Daya Danau..................................................................... 22

c. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu............................................... 23

1). Getah Pantung...............................................................................23

2). Getah Damar................................................................................. 24

3). Kulit Kayu.................................................................................... 25

4). Rotan............................................................................................. 25

5). Gemor........................................................................................... 26

d. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 26

e. Potensi Ladang Berpindah......................................................................... 28

f. Potensi Sumber Daya Hewani.................................................................... 29

g. Potensi Sumber Daya Hutan...................................................................... 30

h. Sejarah Pengelolaan Sungai....................................................................... 31

C. Sungai Punggualas........................................................................................................ 31

Page 5: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai..................................................................31

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 32

a. Potensi Sumber Daya Sungai..................................................................... 32

b. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu............................................... 32

1). Getah Pantung...............................................................................32

2). Katiyau..........................................................................................33

3). Kulit Gemor.................................................................................. 33

4). Tanaman Obat...............................................................................34

5). Buah-buahan Hutan...................................................................... 35

c. Sumber Daya Perikanan............................................................................. 35

d. Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah.................... 36

e. Potensi Sumber Daya Hewani.................................................................... 36

f. Potensi Sumber Daya Hutan....................................................................... 37

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam.................................................. 37

D. Sungai Bulan................................................................................................................ 37

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai.................................................................... 37

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 38

a. Potensi Sumber Daya Sungai..................................................................... 38

b. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 38

c. Potensi Sumber Daya Hutan Kayu............................................................. 39

d. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu ............................................... 40

1). Pengelolaan Getah Damar............................................................ 40

2). Pengelolaan Getah Pantung.......................................................... 40

3). Pengelolaan Gemor.......................................................................41

4). Buah-buahaan Hutan.................................................................... 42

5). Tanaman Obat...............................................................................42

e. Potensi Sumber Daya Hewani.................................................................... 43

f. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah.. ........... 44

E. Sungai Landabung........................................................................................................ 44

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai..................................................................44

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 45

a. Potensi Sumber Daya Sungai..................................................................... 45

b. Potensi Sumber Daya Hutan...................................................................... 45

c. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu............................................... 46

1). Pengelolaan Getah Pantung.......................................................... 46

2). Pengelolaan Getah Damar............................................................ 46

3). Pengelolaan Gemor.......................................................................47

4). Buah Hutan................................................................................... 47

5). Tanaman Obat...............................................................................47

d. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 49

e. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah ........... 49

f. Potensi Sumber Daya Hewani.................................................................... 50

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam................................................. 50

F. Sungai Rasau Gunung................................................................................................... 50

Page 6: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai................................................................. 50

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 51

a. Potensi Sumber Daya Sungai..................................................................... 51

b. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 51

c. Potensi Sumber Daya Hutan...................................................................... 52

d. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu............................................... 52

1). Pengelolaan Pantung.....................................................................52

2). Pengelolaan Damar....................................................................... 53

3). Pengelolaan Gemor.......................................................................53

e. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah...... 54

f. Potensi Sumber Daya Hewani.................................................................... 54

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam.................................................. 54

BAB IV KEARIFAN LOKAL

A. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA).................................. 55

1. Kearifan Lokal....................................................................................................... 55

a. Adat mengelola Sungai dan Danau............................................................ 56

b. Adat Mengelola Tatah................................................................................56

c. Adat mengelola Seha dan Ayap................................................................. 57

d. Adat mengelola Beja/Lubuk...................................................................... 58

e. Adat mengelola Hutan................................................................................59

f. Adat mengelola Hasil Hutan Bukan Kayu................................................ 59

1). Adat Mengelola Pantung (Jelutung)............................................ 59

2). Adat Mengelola Gemor............................................................... 60

3). Adat Mengelola Damar................................................................ 61

4). Adat Mengelola Rotan.................................................................. 61

g. Adat mengelola Buah-buahan Hutan........................................................ 62

h. Adat mengelola Tumbuhan Obat-obatan.................................................. 63

i. Adat mengelola Madu Hutan...................................................................... 63

j. Adat mengelola Binatang Buruan............................................................... 64

k. Adat mengelola Perikanan......................................................................... 65

l. Adat mengelola Ladang Bekas Bercocok Tanam.................................... 66

B. Keterlaksanaan kearifanlokal dalam pengelolaan SDA............................................ 67

1. Pengelolaan Sungai dan Danau.............................................................................. 67

2. Pengelolaan Tatah, Beje, Seha dan Ayap............................................................. 68

3. Pengelolaan hasil Hutan Bukan Kayu....................................................................69

4. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................................................ 70

5. Kearifan Lokal Pengelolaan Ladang bekas bercocok tanam................ ........... 71

6. Kearifan Lokal Pengelolaan Sumber Daya Hewani............................................ 72

7. Potensi Sumber Daya Hutan.................................................................................. 73

C. Pengetahuan, respon terhadap kearifan lokal dan kesiapan pelaksanaannya ........... 73

1. Kearifan lokal terkait pengelolaan sungai............................................................. 73

2. Kearifan lokal terkait pengelolaan kanal, tatah, seha, dan ayap..................... 74

3. Kearifan lokal terkait pemanfaatan SDA bukan kayu......................................... 76

Page 7: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

4. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya perikanan..................... ........... 77

5. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya hutan...................................... 78

6. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya hewani.................................... 79

7. Kearifan lokal terkait pengelolaan ladang berpindah.......................................... 80

D. Faktor Pendukung & Kendala.................................................................................... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................... 84

B. Rekomendasi................................................................................................................ 84

Page 8: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan era pemanfaatannya, kawasan hutan Sebangau yang terletak

diantara dua sungai besar yakni sungai Sebangau dan sungai Katingan dengan

status sebagai hutan produksi dan hutan produksi terbatas telah mengalami 3 fase,

yakni: (1) fase pra legal logging dan illegal logging, (2) fase legal logging dan

illegal logging, dan (3) fase penetapan sebagai taman nasional. Pada fase pertama,

kearifan lokal dipegang teguh dan ditegakkan dalam kehidupan masyarakat.

Masyarakat menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di

dalam kawasan hutan berdasarkan azas lestari dan manfaat. Azas lestari berarti

kawasan hutan dijaga kelestariannya agar memberi manfaat secara turun temurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan azas manfaat menjadi motif

dan landasan utama pentingnya pelestarian kawasan hutan. Bila kawasan hutan

tidak lestari maka masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari kawasan hutan

sehingga kehidupan mereka terancam. Atas dasar ini maka komunitas masyarakat

secara bersama-sama menjaga kelestarian hutan dengan menerapkan norma yang

disepakati bersama.

Pada fase kedua, pemerintah memberikan hak pengelolaan hutan kepada

sejumlah perusahaan untuk mengeksploitasi hutan. Kayu ditebang untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan bahkan diekspor untuk mendapatkan

keuntungan secara ekonomi. Perilaku perusahaan mengekploitasi hutan tersebut

sepenuhnya melanggar kearifan lokal yang telah diwariskan turun temurun.

Namun masyarakat tidak kuasa menghentikan apalagi menghukum pelanggaran

tersebut karena perilaku menyimpang tersebut mendapat legalitas dari negara.

Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari eksploitasi hutan relatif besar sehingga

masyarakat mitra perusahaan dalam mengeksploitasi hutan tampil sebagai lapisan

masyarakat kaya baru di masyarakat. Status sosial masyarakat kaya baru tersebut

menjadi sumber inspirasi untuk meningkatkan kemapanan secara ekonomi dan

mendapatkan status sosial di masyarakat. Hal ini menimbulkan dampak lanjutan,

Page 9: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

2

yakni pelaku eksploitasi hutan meluas tidak hanya perusahaan yang diberikan

kewenangan oleh negara, tetapi juga dilakukan masyarakat tanpa adanya

kewenangan dari negara. Cara-cara eksploitasi hutan yang diterapkan oleh

pemegang kuasa pengelolaan hutan kemudian ditiru masyarakat sehingga

terjadilah kegiatan eksploitasi hutan yang dikategorikan ilegal logging. Akibat

eksploitasi hutan, masyarakat lokal yang selama ini memelihara kawasan hutan

menjadi kehilangan mata pencaharian. Akibatnya mereka tidak sabar hanya

dengan menjadi penonton sehingga akhirnya terlibat secara bersama-sama.

Akhirnya terjadilah kegiatan eksploitasi hutan secara legallogging dan

illegallogging. Eksploitasi hutan yang tidak bijaksana tersebut telah menimbulkan

kerusakan hutan dimana-mana sehingga menimbulkan kekhawatiran banyak

pihak.

Fase ketiga adalah fase penetapan sebagai taman nasional. Penetapan

ini didasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK.423/Menhut-

II/2004 tertanggal 19 Oktober 2004 yang menetapkan Kawasan Taman Nasional

Sebangau sebagai Taman Nasional ke 50 di tanah air. Secara geografis Taman

Nasional Sebangau terletak pada 1°54’ – 3°08’ LS dan 113°20’ – 114°03’ BT dan

secara ekologis termasuk dalam DAS Katingan dan DAS Sebangau. Secara

administratif kawasan Taman Nasional Sebangau terletak di 3 (tiga) wilayah

Kabupaten/Kota, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten

Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.

Penetapan tersebut merupakan bentuk kesadaran kolektif tentang

pentingnya mengembalikan fungsi hutan di dalam kawasan taman nasional.

Kesadaran tersebut mendorong lahirnya upaya untuk melestarikan dan

merehabilitasi kawasan hutan. Sejumlah kajian telah dilakukan berbagai pihak

sejak penetapan kawasan hutan sebagai taman nasional. Ada kajian tentang

potensi keanekaragaman hayati. Kajian ini menyentak nurani dan membangkitkan

rasa ta’jub akan kekayaan keanekaragaman hayati yang tersimpan dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau. Olehkarena itu perlu adanya kebanggaan bersama

tentang kekayaan tersebut, dan kebanggaan itu akan abadi jika kawasan Taman

Nasional Sebangau terjaga kelestariannya. Ada pula kajian dari aspek sosial

Page 10: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

3

ekonomi untuk mengetahui sejauhmana upaya-upaya yang dilakukan dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat sekitar dan meningkatkan taraf kesejahteraan

mereka. Diantara kesimpulan penting hasil kajian tersebut adalah kondisi hutan di

dalam kawasan taman nasional telah meningkat dan lebih baik dibandingkan pada

era eksploitasi hutan secara legal logging maupun ilegal logging. Kondisi ini

harus terus ditingkatkan agar kawasan Taman Nasional Sebangau dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya umat

manusia yang mendiami bumi ini.

Meskipun kawasan hutan Sebangau telah ditetapkan sebagai taman

nasional, faktor ancaman kelestariannya bukan berarti tidak ada lagi. Tingkat

ancaman tersebut sangat dipengaruhi oleh kesadaran berbagai pihak yang secara

langsung ataupun tidak langsung berhubungan dengan kawasan Taman Nasional

Sebangau. Dalam rangka meningkatkan kesadaran tersebut, ada sejumlah faktor

utama yang harus diperhatikan. Pertama, faktor keterlibatan masyarakat sekitar

kawasan dalam pengelolaan dan pelestarian hutan. Pepatah mengatakan bahwa

tetangga adalah pagar. Kalau hubungan dengan tetangga baik maka kita akan

merasa aman dari ancaman pihak luar. Dari tetangga yang baik kita akan

mendapatkan banyak manfaat. Tetangga selalu ada dimanapun juga.

Keberadaannya tidak mungkin diabaikan apalagi ditiadakan sehingga tidak

mungkin hidup tanpa tetangga. Masyarakat sekitar kawasan adalah tetangga bagi

Taman Nasional Sebangau. Mereka telah memanfaatkan kawasan hutan secara

turun temurun. Merekapun menyadari bahwa kawasan hutan bukanlah hak milik

mereka. Mereka hanya mempunyai hak mengelola yang diakui oleh hukum adat.

Eksistensi hukum adat tersebut juga diakui dalam hukum positif yang berlaku di

negeri ini. Dalam konteks ini diperlukan rambu-rambu yang perlu disepakati

bersama dalam rangka melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian

hutan di dalam kawasan taman nasional.

Faktor kedua, pelestarian kawasan Taman Nasional Sebangau dan

peningkatan kapasitasnya untuk memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Kebaikan tetangga sangat ditentukan oleh manfaat apa yang mereka dapatkan

dari keberadaan kita. Masyarakat yang selama ini memanfaatkan kawasan hutan

Page 11: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

4

di dalam kawasan taman nasional sebagai sumber mata pencaharian merasa

penetapan tersebut merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka. Oleh

karena itu harus ada upaya untuk meyakinkan masyarakat dan pemerintah

kabupaten/kota bahwa penetapan Taman Nasional Sebangau akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar dan memberi kontribusi pada kegiatan

pembangunan di tingkat kabupaten/kota. Pada faktor ini, berbagai upaya dalam

rangka pelestarian hutan dan peningkatan kapasitas kawasan Taman Nasional

Sebangau perlu dirumuskan dan dituangkan dalam rencana jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang. Rencana tersebut selanjutnya disosialisasikan

kepada masyarakat sekitar dan pemerintah kabupaten/kota khususnya pada lokasi

kawasan taman nasional. Sosialisasi tersebut diharapkan melahirkan kemitraan

dan kepastian hukum tentang pelaksanaan program, sumber pembiayaan program

maupun mekanisme pemantauannya.

Faktor ketiga adalah penegakan hukum jika terjadi pelanggaran. Pada

faktor ini perlu diidentifikasi sumber dan pelaku pelanggaran, jaringan yang

terkait sumber dan pelaku, lokasi dan waktu yang berpotensi terjadinya

pelanggaran, langkah pembinaan dan penindakan, pembinaan staf agar konsisten

dengan tugas dan wewenangnya, serta dukungan finansial dalam mendukung

tugas penegakan hukum.

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada upaya mengeksplorasi

nilai, norma, dan kaidah yang berpotensi untuk digunakan dalam rangka

mendukung faktor pertama, yakni pelibatan masyarakat sekitar dalam pengelolaan

dan pelestarian hutan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau. Obyek yang

dieksplorasi adalah kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber daya

alam. Pada wilayah kabupaten Katingan, kajian dilakukan di sungai Rasau dan

Sampang, sungai Kamipang, sungai Punggualas, sungai Bulan, sungai

Landabung, sungai Rasau Gunung, Sungai Kaki, sungai Sebagau Kecil. Lokasi

domisili tokoh masyarakat dan pengguna masing-masing sungai adalah Desa

Petak Bahandang Kecamatan Tasik Payawan, Desa Asam Kumbang Kecamatan

Kamipang, Desa Keruing Kecamatan Kamipang, Desa Tumbang Bulan

Page 12: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

5

Kecamatan Mendawai, Desa Perigi, Tewang Kampung Kecamatan Mendawai,

Desa Sungai Kaki, dan Desa Sebangau Jaya Kecamatan Katingan Kuala.

B. Tujuan

1. Mendeskripsikan profil anak sungai Katingan yang meliputi Sungai Rasau

dan Sampang, Sungai Kamipang, sungai Punggualas, Sungai Bulan,

Sungai Landabung, dan Sungai Rasau Gunung

2. Mendeskripsikan jenis kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber

daya alam di daerah aliran anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau .

3. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan

lokal yang berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran

anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

4. Mendeskripsikan respon masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal

yang berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak

sungai Katingan dan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

5. Mendeskripsikan kesiapan masyarakat dalam mengelola sumber daya

alam di daerah aliran anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau.

6. Mendeskripsikan penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola

sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Katingan di dalam

kawasan Taman Nasional Sebangau.

7. Mendeskripsikan faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam

penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam di

daerah aliran anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman Nasional

Sebangau.

C. Output penelitian

1. Deskripsi kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam

yang dianut masyarakat di daerah aliran anak sungai Katingan di dalam

kawasan Taman Nasional Sebangau.

Page 13: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

6

2. Deskripsi pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang

berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Katingan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

3. Deskripsi respon masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang

berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Katingan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

4. Deskripsi kesiapan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di

daerah aliran anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman Nasional

Sebangau berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal.

5. Deskripsi keterlaksanaan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam

mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Katingan di

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

6. Deskripsi faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam penerapan

nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam di daerah

aliran anak sungai Katingan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

Page 14: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

7

BAB II

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah delapan anak sungai Katingan dan dua anak

sungai Sebangau yang masuk dalam wilayah kawasan Taman Nasional Sebangau.

Anak sungai Katingan yang masuk obyek penelitian adalah sungai Rasau dan

Sampang, sungai Kamipang, sungai Punggualas, sungai Bulan, sungai

Landabung, dan sungai Rasau Gunung. Penelitian dilaksanakan dari bulan

Oktober-Desember 2013.

B. Responden

Responden dalam penelitian dibedakan atas dua kategori. Kategori

pertama adalah responden yang menjadi nara sumber tentang kearifan lokal.

Responden kategori ini terdiri dari tetua sungai, Damang Adat, dan tokoh

masyarakat. Adapun karakteristik responden kategori pertama adalah:

Tabel 2.1a Karakteristik Responden Pertama Sungai Katingan

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

Nara

Sumber

K1R1 47 Ketua Formas Dayak 21 Diploma 3

Sungai

Sampang

dan Sungai

Rasau

K1R2 63 Tokoh Adat Dayak 63 SD Sungai

Kamipang

K1R3 63 Ket. DAD Kec. Dayak 40 S-1 Sungai

Kamipang

K1R4 43 Ketua Formas Dayak 43 SMA Sungai

Kamipang

Page 15: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

8

K1R5 34 Kepala Desa Dayak 34 SMA Sungai

Punggualas

K1R6 50 Mantan Kepala

Desa Dayak 37 SMP

Sungai

Bulan

K1R7 72 Mantan Kepala

Desa Dayak 60 SD

Sungai

Bulan

K1R8 75 Tokoh

Masyarakat Dayak 75 SPG

Sungai

Bulan,

Sungai

Landabung,

dan Sungai

Rasau

Gunung

K1R9 35 Kepala Desa Dayak 35 SMA Sungai

Landabung

K1R10 43 Kepala Desa Dayak 43 SMA

Sungai

Rasau

Gunung

Page 16: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

9

Responden kategori kedua adalah masyarakat yang memanfaatkan sumber

daya alam di kawasan sungai Rasau dan Sampang, sungai Kamipang, sungai

Punggualas, sungai Bulan, sungai Landabung, dan sungai Rasau Gunung. Mereka

mendapatkan manfaat dari keberadaan sungai tersebut, baik sumber daya alam

yang ada di sungai, seperti ikan dan sejenisnya maupun sumber daya alam yang

ada dalam kawasan hutan di sekitar sungai Rasau dan Sampang, sungai

Kamipang, sungai Punggualas, sungai Bulan, sungai Landabung, dan sungai

Rasau Gunung. Responden kategori ini berjumlah 21 orang. Adapun karakteristik

responden kategori kedua adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2a Karakteristik Responden Sungai Rasau dan Sungai Sampang

kategori kedua:

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 62 Nelayan Dayak 6 SMP

K1R2 71 Nelayan Dayak 70 SR

K1R3 71 Nelayan Dayak 28 SR

Tabel 2.2b Karakteristik Responden Sungai Kamipang kategori kedua:

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 58 Nelayan Dayak 57 SD

K1R2 44 Kepala Desa Dayak 44 SMEA

K1R3 51 Nelayan Dayak 25 SD

Tabel 2.2c Karakteristik Responden Sungai Punggualas kategori kedua:

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 53 Nelayan Dayak 34 SD

K1R2 66 Nelayan Dayak 66 SD

Page 17: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

10

K1R3 32 Nelayan Dayak 32 SMP

Tabel 2.2d Karakteristik Responden Sungai Bulan kategori kedua:

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 74 Petani Kebun Banjar 42 SR

K1R2 39 Nelayan Melayu 13 SD

K1R3 30 Nelayan Dayak 30 -

K1R4 39 Nelayan Dayak 39 SMA

K1R5 43 Kepala Desa Dayak 43 SMA

K1R6 66 Ibu Rumah

Tangga Dayak 66 SD

Tabel 2.2e Karakteristik Responden Sungai Landabung kategori kedua:

Kode

Responden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 63 Petani, Nelayan Dayak 57 SD

K1R2 62 Petani, Nelayan Dayak 62 SD

K1R3 58 Peternak sarang

walet Dayak 58 SD

Tabel 2.2f Karakteristik Responden Sungai Rasau Gunung kategori kedua:

Kode

Reponden Umur Status Suku

Lama

Domisili Pendidikan

K1R1 43 Kepala Desa Dayak 43 SMA

K1R2 70 Nelayan Dayak 70 SR

K1R3 33 Petani, Nelayan Dayak 33 SMA

Page 18: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

11

C. Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari kearifan lokal

pengelolaan sumber daya alam, pengetahuan masyarakat tentang kearifan lokal

dalam pengelolaan sumber daya alam, respon masyarakat terhadap kearifan lokal

dalam pengelolaan sumber daya alam, dan kesiapan masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya alam. Adapun teknik pengumpulan data disajikan pada

tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data

No Jenis data Sumber data Teknik pengumpulandata

1. Nilai kearifan lokal Damang Adat

Tetua sungai

Tokoh

masyarakat

Wawancara

2. Pengetahuan kearifan lokal Pengguna sungai Wawancara dan angket

3. Respon terhadap kearifan

lokal

Pengguna sungai Wawancara dan angket

4. Kesiapan melaksanakan Pengguna sungai Wawancara dan angket

Page 19: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

12

BAB III

PROFIL SUNGAI

Sungai Katingan merupakan sungai terbesar kedua di Kalimantan Tengah.

Nama sungai Katingan diambil dari nama daerah yang terdapat di bagian hulu

sungai tersebut, yaitu daerah Katingan (Kasongan). Pada bagian hilir sungai

Katingan ini terdapat daerah pemukiman tertua yaitu Kecamatan Mendawai dan

Pelabuhan Mendawai. Menurut Hikayat Banjar, Pelabuhan Mendawai merupakan

tempat transit para pedagang Banjarmasin jika hendak pergi berlayar menuju

negara Kesultanan Mataram di pulau Jawa pada abad ke-17 di masa kekuasaan

Sultan Banjar IV, Marhum Panembahan (Raja Maruhum).

Sungai Katingan yang membentang dan mengalir dari utara di

Pegunungan Muller hingga ke selatan dan bermuara di Laut Jawa. Panjang sungai

Katingan kurang lebih 650 km2. Adapun anak-anak Sungai Katingan yang dapat

dilayari adalah sebagai berikut: - Sungai Kalanaman, dengan panjang ±65 km2 -

Sungai Samba, dengan panjang ±100 km2 - Sungai Hiran, dengan panjang ±75

km2 - Sungai Bemban, dengan panjang ±75 km2 - Sungai Sanamang, dengan

panjang ±65 km2 - Sungai Mahup, dengan panjang ±50 km2 Satuan Wilayah

Sungai (SWS) di Kabupaten Katingan termasuk dalam kedalaman SWS 04-03

Mendawai yang mempunyai lebar sungai 300-500 meter.

Sungai Katingan ialah salah satu sungai yang masuk dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau. Sungai Katingan berada di Kabupaten Katingan yang

merupakan salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah, Ibukota

kabupaten Katingan ini terletak di Kasongan, Kabupaten ini dulunya merupakan

kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Timur.

Adapun anak sungai Katingan yang masuk ke dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau diantaranya, Sungai Rasau dan Sungai Sampang, Sungai

Kamipang, Sungai Punggualas, Rasau Gunung, Sungai Landabung dan sungai

Rasau Gunung. Salah satu hasil bumi yang menonjol di wilayah yang dialiri

Sungai Katingan, sungai terbesar kedua di Kalimantan Tengah ini adalah

Page 20: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

13

kekayaan hasil hutan ikutan berupa rotan. Katingan memang merupakan salah

satu daerah penghasil rotan terbesar di Indonesia.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan masyarakat di daerah aliran

anak sungai katingan berkaitan dengan bagian-bagian sungai.

Bagian Pinggir sungai disebut Saran Batang Danum yakni pinggiran kiri-

kanan sungai yang banyak ditumbuhi pepohonan, biasa juga disebut ayap-

sempadan.

Hutan bekas terbakar yang terletak dipinggir sungai dan ditumbuhi rumput

disebut seha

Hutan bekas terbakar yang terletak dipinggir sungai dan ditumbuhi semak

belukar disebut ayap

Bagian Tengah sungai disebut Batang Danum

Bagian Dasar Sungai disebut Palempang

Bagian Sungai Yang Terdalam disebut Labeho (Labehu), beberapa

nelayan mengatakan bahwa labehu adalah bagian yang penting dari sungai

karena merupakan tempat perlindungan/bertahan dan penyelamatan ikan

jenis tertentu pada saat datangnya musim kemarau.

Teluk (Luwuk) yaitu bagian sungai yang menjorok ke arah daratan

Tanjung (Bereng) yaitu bagian daratan yang menjorok ke arah sungai.

Anak Sungai Utama (Sungei), misalnya sungai Rasau dan Sampang,

Kamipang, Punggualas, Bulan, Landabung dan Rasau Gunung.

Cucu Sungai Utama disebut Saka yaitu Sungai yang lebih kecil yang

terbentuk secara alami

Tatah yaitu sungai buatan atau kanal yang dibuat untuk menghubungkan

suatu tempat dengan tempat lainnya. Tatah biasanya dibuat untuk jalur

tranportasi /angkutan hasil bumi dari suatu tempat ke tempat lain

Parit adalah tatah dalam ukuran kecil.

Ruak adalah cekungan tanah yang terbentuk secara alami sehingga

membentuk kolam atau sumur kecil, pada musim kemarau menjadi tempat

ikan berkumpul.

Page 21: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

14

Talaga yaitu danau di tengah hutan atau di bantaran sungai yang terbentuk

secara alami, pada musim kemarau menjadi tempat ikan berkumpul.

Beje adalah galian tanah buatan yang membenetuk seperti kolam, pada

musim kemarau menjadi tempat ikan berkumpul.

A. Sungai Rasau dan Sampang

1. Sejarah Nama dan Pengelolaan Sungai Rasau

Sebelum tahun 1945 masyarakat sudah bermukim di Sungai Rasau dan

Sampang. Nama pemukiman pertama adalah Kereng Kaleka di Sungai Sampang.

Sungai Rasau dan Sampang sendiri terdiri dari dua sungai. Dinamakan sungai

Rasau karena disepanjang sungai tersebut terdapat banyak pohon Rasau. Pada

Sungai Rasau terdapat cabang sungai yang dinamakan Sungai Sampang. Sejarah

nama Sampang sendiri diambil dari kata “Simpang” yang artinya Simpangan atau

cabang, tetapi orang jaman dahulu menyebutnya “Sampang”, dan sampai

sekarang masyarakat menyebutnya sebagai Sungai Sampang. Sungai Sampang

bermuara di Sungai Rasau sedangkan Sungai Rasau bermuara di Sungai Katingan.

Sungai Rasau dan Sungai Sampang masuk ke wilayah kecamatan Tasik

Payawan. Penerima manfaat kedua sungai tersebut adalah masyarakat yang

bermukim di desa Petak Bahandang dan Desa Handiwung. Masyarakat sekitar

memanfaatkan sungai tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan

mengambil sumber daya alamnya seperti menangkap ikan dan hasil hutannya

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Page 22: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

15

2. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat diwilayah sungai Rasau dan

Sampang dapat dibagi dalam beberapa kategori :

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Beberapa tempat yang memiliki sumber daya alam yang dimanfaatkan

oleh masyarakat sekitar sungai Sampang dan Rasau dari jaman dulu sampai

sekarang yaitu: Seha atau ayap dan tatah.

Seha berasal dari bahasa dayak yang artinya kebakaran atau terbakar yaitu

wilayah bekas kebakaran hutan disekitar sungai. Masyarakat menggunakan istilah

seha untuk wilayah bekas kebakaran yang hanya ditumbuhi oleh rerumputan.

Seha merupakan kawasan yang luas sehingga sering juga disebut sebagai padang

seha. Pada musim banjir masyarakat biasa menggunakan seha sebagai hantasan,

suatu terusan yang menjadi jalan lintas untuk memperpendek jarak tempuh.

Masyarakat juga menggunakan seha sebagai tempat membuat beje, semacam

lubuk buatan. Setelah musim hujan berakhir dan menjelang musim kemarau, ikan

akan terjebak dalam beje yang dibuat dalam padang seha. Masyarakat mengambil

ikan di dalam beje dengan menggunakan lukah, semacam jala yang pada ujungnya

diberi pemberat.

Wilayah bekas kebakaran yang ditumbuhi semak belukar dan rerumputan

disebut masyarakat sebagai ayap. Wilayah ini biasanya terbakar pada saat musim

kemarau. Pada saat musim hujan, wilayah ini tergenang air sehingga menjadi

tempat ikan untuk mencari makan karena sumber makanan diwilayah ini cukup

melimpah. Masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan biasanya

memanfaatkan kondisi ini untuk mencari ikan dengan memasang alat tangkap

disekitar wilayah tersebut. Alat tangkap yang biasa dipasang pada ayap adalah

tampirai.

Tatah adalah sejenis parit yang berukuran kecil, berfungsi untuk

mengeluarkan hasil hutan. Pada era illegal logging, masyarakat menggunakan

tatah untuk kayu hasil tebangan dari dalam hutan. Sekarang tatah hanya

Page 23: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

16

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk menangkap ikan dan jalur

lintas untuk menuju ke hutan.

b. Potensi Sumber Daya kehutanan

Kawasan hutan disekitar sungai Rasau dan Sampang memiliki potensi

kayu dan hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan. Jenis kayu yang

terdapat di kawasan tersebut yaitu: kayu meranti, kapurnaga, keruing. Dahulu

masyarakat memanfaatkan kayu untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti

membangun rumah, membuat jukung (perahu tradisional) dan untuk kayu bakar.

Beberapa potensi sumber daya alam bukan kayu yang masih dimanfaatkan

masyarakat dari jaman dulu sampai sekarang berupa kulit kayu (kulit pohon

gemor), getah-getahan (pantung, damar dan getah nyatu) dan madu hutan.

1). Pengelolaan Getah Damar

Damar merupakan getah kayu yang mengeras. Jenis kayu yang

mengeluarkan getah damar yaitu: meranti, rasak, bunyit, karuing. Getah damar

biasanya terdapat pada kayu yang sudah tumbang, getah akan meleleh ke tanah

dari pohon yang sudah tumbang kemudian mengeras. Damar yang bagus biasanya

berasal dari getah pohon rasak.

Getah damar dicari di hutan. Biasanya masyarakat berkelompok dalam

mencari damar, satu kelompok bisa mencapai 5 orang. Alat yang dipakai untuk

mencari damar adalah sejenis tombak bermata satu, caranya tombak tersebut

ditancap-tancapkan ke dalam tanah dekat pohon tumbang, bila terdengar bunyi

benturan dengan benda keras atau bunyi “crek”, maka dipastikan di dalam tanah

tersebut terdapat getah damar. Selanjutnya tanah itu akan digali dan diambil

damarnya. Hasilnya akan dibagi rata sesuai dengan jumlah kelompok. Masyarakat

memanfaatkan getah damar untuk dijadikan dempul dalam pembuatan perahu,

sebagai bahan bakar lampu dan dijual.

Page 24: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

17

2). Pengelolaan Getah Pantung

Pantung merupakan jenis pohon liar yang tumbuh liar di hutan. Sejak

tahun 1962 msyarakat sudah memanfaatkan pohon pantung untuk diambil

getahnya. Masyarakat biasanya berkelompok dalam mencari pantung, satu

kelompok bisa mencapai 10 orang. Pencarian pantung diawali dengan survei

kehutan untuk mencari lokasi yang terdapat pohon pantung. Biasanya lokasi

pohon pantung ditemukan sekitar dua sampai tiga kilometer dari pinggir sungai.

Lokasi yang ditemukan selanjutnya dibersihkan dan diberi tanda. Lokasi pantung

yang sudah dikelola akan dibuatkan jalur untuk memudahkan pengambilan getah.

Hak kelola pantung dalam jalur yang ditemukan berada pada penemunya. Hak

kelola tersebut dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

Orang lain bisa ikut memanfaatkan atau bekerja dilokasi tersebut dengan

terlebih dahulu meminta izin dengan pemegang hak kelolanya. Sistemnya bagi

hasil dengan pemegang ha kelola lokasi, besaran bagi hasil tergantung dengan

kesepakatan kedua belah pihak. Lokasi pantung tidak dikelola selama satu tahun

maka dapat diambil alih oleh pihak lain.

Cara pengambilan getah pantung pada zaman dulu dengan cara dikikis

kulitnya memakai parang. Sekarang pengambilan getah pantung memakai alat

toreh atau pisau sadap. Hasil getah pantung dijual dengan kisaran harga empat

ratus rupiah tiap kilogram.

Apabila terjadi pelanggaran dimana pihak lain ketahuan mengambil getah

pantung tanpa seizin pemilik lokasi, maka akan dilaporkan ke RT (Rukun

Tetangga) dan diupayakan penyelesaian pelanggaran tersebut dengan cara

kekeluargaan.

3). Pengelolaan Getah Nyatu

Nyatu merupakan jenis pohon yang tumbuh liar di hutan. Masyarakat

memanfaatkan pohon nyatu untuk diambil getahnya. Tidak ada hak kepemilikan,

semua bisa memanfaatkan pohon nyatu. Pengambilan getah nyatu dengan cara

Page 25: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

18

ditebang pohonnya, kemudian batang pohon yang sudah tumbang ditoreh kulitnya

supaya keluar getahnya. Masyarakat biasanya menjual getah nyatu yang diperoleh

melalui pengumpul atau dibuat kerajinan. Kerajinan dari getah nyatu yang sudah

jadi selanjutnya dijual ke toko souvenir atau tengkulak. Keberadaaan getah nyatu

dihutan hampir punah, akibat dari penebangan pohon yang tidak disertai

pemeliharaan. Olehkarena itu perlu kajian mendalam agar tumbuhan nyatu dapat

dibudidaya sehingga terlepas dari bahaya kepunahan.

4). Pengelolaan Madu Hutan

Madu hutan adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang membuat sarang

di hutan. Biasanya lebah ini bersarang di pohon-pohon besar dan tinggi seperti

pohon jingah. Pohon jingah biasanya terdapat dipinggiran sungai. Orang yang

petama kali menemukan madu hutan berhak atas pengelolaan lokasi madu yang

ditemukannya. Hak kepemilikan lokasi madu hutan biasanya ditandai dengan

pasak atau batang bambu yang diikatkan ke pohon yang berfungsi juga sebagai

tangga untuk mengambil madu. Selain diberi tanda, lokasi sekitar madu hutan

juga dibersihkan sebagai tanda bahwa sudah ada pemiliknya. Kepemilikan hak

kelola lokasi madu hutan dapat diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan

masyarakat mengelola hasil hutan seperti ini dari dulu sampai sekarang masih

dipertahankan.

c. Potensi Sumber Daya Perikanan

Sungai Rasau dan Sampang mempunyai potensi sumber daya ikan yang

dijadikan masyarakat sebagai mata pencaharian sehari-hari. Jenis ikan yang hidup

di dua sungai tersebut yaitu ikan gabus (haruan), kapar, lele, papuyu, toman,

kerandang dan berbagai jemis ikan lainnya. Mereka memanfaatkan sumber daya

tersebut dengan cara menangkap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Biasanya masyarakat menggunakan alat tangkap sederhana dalam menangap ikan.

Hasil tangkapan di sungai Rasau dipengaruhi oleh musim. Pada saat

musim hujan hasil tangkapan menurun karena sungai meluap sehingga ikan

Page 26: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

19

menyebar sampai ke hutan. Pada saat musim kemarau hasil tangkapan meningkat

karena air sungai surut dan ikan mengumpul di sungai dan beje. Harga ikan pada

musim kemarau tergolong murah sekitar Rp 20.000 tiap kilogramnya. Harga

murah tersebut dikarenakan pasokan ikan banyak. Sedangkan pada musim hujan

harga ikan naik pada kisaran harga Rp 30.000 tiap kilogram karena saat musim

hujan hasil tangkapan menurun sehingga berpengaruh terhadap kenaikan harga.

Alat tangkap yang dipakai nelayan disungai Rasau dan Sampang yaitu:

Lukah, Tampirai, Pancing (banjur), lukah, takalak, jaring (rengge), pancau, lunta,

salambau, dll. Terdapat kearifan lokal yang masih dipertahankan masyarakat desa

Petak Bahandang dan Handiwung terkait dengan pemanfaatan sumber daya

perikanan. Kearifan lokal tersebut salah satunya tentang tata cara dan aturan

dalam menangkap ikan. Dalam menangkap ikan mereka memakai konsep

pelestarian alam. Contoh: ikan yang ditangkap hanya yang berukuran besar, ikan

yang masih kecil jika tertangkap akan di lepas lagi. Dalam pembuatan alat

tangkap ikan juga mereka menerapkan konsep pelestarian alam dimana alat

tersebut tidak merusak alam.

Jenis Pelanggaran yang pernah terjadi yaitu menangkap ikan dengan alat

setrum dan memakai racun (potas). Pelaku pelanggaran tersebut adalah

masyarakat luar yang memasuki kawasan sungai secara sembunyi-sembunyi. Cara

ini dilarang oleh masyarakat karena dapat merusak habitat ikan dan menyalahi

konsep pelestarian alam. Jika terjadi palanggaran maka masyarakat akan

melaporkan ke ketua RT (Rukun Tetangga) selanjutnya akan dilaporkan ke polisi.

d. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah

Kebiasaan masyarakat dulu untuk bercocok tanam atau berladang yaitu

dengan membuka hutan dengan cara dibakar untuk dijadikan ladang bercocok

tanam. Setelah dibakar, maka bibit tanaman akan ditebar, biasanya yang ditebar

bibit padi, abu bekas kebaran dijadikan pupuk tanaman. Masyarakat akan

membangun pondok di ladang tersebut sebagai tanda sekaligus tempat tinggal

sementara sampai masa panen tiba. Masyarakat biasanya memanfaatkan lokasi

Page 27: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

20

ladang hingga empat kali masa panen. Jika masa panen keempat selesai, mereka

akan berpindah untuk membuka hutan untuk dijadikan ladang lokasi ladang yang

baru. Sebelum lokasi ladang yang lama ditinggalkan biasanya masyarakat

menanam tubuhan tertentu, biasanya ditanam tumbuhan karet pada lahan bekas

ladang. Masyarakat akan datang kembali ke lokasi bekas ladang ketika tumbuhan

karet sudah bisa diambil getahnya.

Kemampuan masyarakat membuka ladang pada zaman dahulu kira-kira

dua hektar. Bekas ladang kembali kepada penggarap pertama paling lama dua kali

musim berladang atau 2 tahun berikutnya. Lahan yang dulu ditanam padi dan

sayur-sayuran, sekarang di tanami karet, rotan atau buah-buahan. Pengelolaan

ladang dapat diwariskan ke keturunannya. Dahulu sistem pewarisannya orang tua

menghibahkan ke anak sulungnya secara lisan, atau dilakukan musyawarah di

keluarga siapa pihak yang mau mengelola ladang.

e. Potensi Sumber Daya Hewani

Kawasan hutan adalah lokasi tempat berburu, mengintai, memasang jerat

atau perangkap binatang. Berburu adalah hak bersama warga masyarakat,

Kawasan hutan tempat berburu dijaga secara bersama oleh masyarakat, tidak

boleh dirusak apalagi dialihfungsikan. Berburu binatang seperti babi hutan, rusa

atau kijang dapat dilakukan dengan bantuan anjing pelacak dan senjata tombak

atau sumpit.

Dahulu Masyarakat berburu terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi daging, tidak boleh berlebihan, Setiap pemburu hanya boleh membunuh

satu ekor saja agar dapat memberi kesempatan kepada warga lainnya untuk

memperoleh hak yang sama dan mempertahankan populasi hewan buruan agar

tidak punah. Sekarang hampir tiap hari mayarakat berburu, itu menyebabkan

hewan buruan berkurang populasinya.

Page 28: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

21

Hasil daging hewan buruan dijual ke pengepul dengan kisaran harga

untuk daging rusa seharga Rp70.000 tiap kilogram dan daging babi seharga Rp

18.000 sampai dengan Rp 25.000 tiap kilogram.

B. Sungai Kamipang

1. Sejarah Nama dan Pengelolaan Sungai Kamipang

Sungai Kamipang adalah salah satu anak sungai Katingan. Penyebutan

Kamipang sebagai nama sungai telah berlangsung sejak nenek moyang

masyarakat yang sekarang mendiami penerima manfaat sungai Kamipang. Belum

ada cerita yang mengisahkan asal mula penamaan Kamipang sebagai nama

sungai. Sungai Kamipang telah digunakan sejak tahun 1975 sebagai sarana jalan

menuju Pondok Kehu. Penamaan Pondok Kehu karena ditempat tersebut terdapat

tempat bekas kebakaran. Masyarakat menggunakan kawasan tersebut sebagai

tempat peristirahatan sementara untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Pal 20

jalan Tjilik Riwut Kota Palangka Raya.

Sungai Kamipang terletak di wilayah kecamatan Kamipang. Pemanfaat

utama sungai Kamipang adalah masyarakat desa Asem Kumbang dan Baun

Bango. Sungai Kamipang dan sekitarnya kaya akan sumber daya alam sehingga

menjadi sumber penyangga mata pencaharian masyarakat sekitar

memanfaatkannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat diwilayah sungai Kamipang

dapat dibagi dalam beberapa kategori :

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Ada beberapa lokasi di sungai Kamipang yang biasa dimanfaatkan

masyarakat sebagai penyangga mata pencaharian, diantaranya adalah sungai

Kamipang sebagai sungai utama, sejumlah danau yaitu danau Panjang, danau

Binti, danau Tutuk Pulau dan sejumlah danau kecil lainnya yang tersebar di

Page 29: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

22

sepanjang aliran sungai Kamipang. Disamping itu juga ada seha dan ayap yang

biasa digunakan nelayan setempat untuk memasang alat tangkap ikan.

Sungai Kamipang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Desa

Asem Kumbang dan Baun Bango. Hampir semua kegiatan ekonomi melalui jalur

sungai seperti menangkap ikan dan mencari sumber daya hutan bernilai ekonomi

serta mengeluarkan hasilnya. Sungai menjadi urat nadi bagi kehidupan mereka.

Salah satu kegiatan ekonomi masyarakat yang bergantung kepada aliran

sungai yaitu mengeluarkan hasil hutan seperti gemor, pantung, kayu dan hasil

hutan lainnya. Masyarakat akan membangun tatah (kanal buatan/parit) yang

menghubungkan sungai dengan lokasi hasil hutan. Lewat tatah inilah hasil hutan

dikeluarkan untuk dijual.

Masyarakat membuat tatah dengan menggunakan alat tradisional seperti

cangkul, linggis dan parang. Panjang tatah biasanya disesuaikan dengan lokasi

tempat memungut hasil hutan. Pemeliharaan tatah dilakuakn dimusim kemarau

dengan cara dibersihkan dari rumput, tanaman, ranting, dahan dan batang pohon

yang menghalangi jalur tatah.

Kepemilikan tatah adalah hak milik dibuktikan dengan adanya surat

kepamilikan tatah tapi baru sebagian saja yang memiliki, walaupun tidak memiliki

bukti surat kepemilikan masyarakat sekitar sudah mengetahuinya.

Dipinggir Sungai Kamipang terdapat lokasi bekas kebakaran yang disebut

seha atau ayap, nelayan memanfaatkannya untuk menaruh alat tangkap ikan. Pada

tahun 1965 terjadi kebakaran hutan termasuk hutan disekitar sungai, bekas

kebakaran ditumbuhi rumput dan dijadikan sebagai tempat tinggal dan

berkembang biak ikan. Mengetahui fenomena tersebut masyarakat malakukannya

pada setiap musim kemarau tiba dengan membakar ayap atau seha. Ini merupakan

bagian dari pengelolaan seha atau ayap yang ada di sungai.

b. Potensi Sumber Daya Danau

Page 30: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

23

Danau merupakan tempat melakukan kegiatan menangkap ikan. Sungai

Kamipang memiliki beberapa danau yang dimanfaatkan para nelayan sebagai

lokasi untuk menangkap ikan, yaitu danau panjang, danau binti, danau tutuk pulau

dan danau kecil lainnya yang tersebar disepanjang aliran sungai Kamipang. Di

sekitar danau terdapat lokasi seha dan ayap bekas lokasi terbakar, ditempat itulah

para nelayan memasang alat tangkap ikan.

Kegiatan menangkap ikan bisa berlangsung sepanjang musim, untuk

memudahkan penangkapan ikan, para nelayan akan membangun pondok di sekitar

danau. Pondok ini bisa berfungsi sebagai tempat tinggal sementara, tempat untuk

membuat dan menyimpan alat tangkap ikan dan sebagai tempat untuk

mengumpulkan hasil tangkapan ikan sementara sebelum dijual ke pedagang.

Biasanya sekitar pondok akan dibuat keramba atau tampirai dalam bentuk besar

untuk menyimpan hasil tangkapan sementara.

Dalam satu danau biasanya terdapat 1 sampai 3 pondok nelayan tergantung

dari luas danau tersebut. Masing-masing nelayan memiliki lokasi tangkapan ikan,

pemasangan alat tangkap ikan menjadi tanda bahwa di lokasi tersebut sudah ada

pengelolanya dan nelayan lain tidak boleh menaruh alat tangkap ikan di lokasi

tersebut. Lokasi tangkapan ikan yang tidak dipasangai alat tangkap ikan selama 1

sampai 2 tahun maka nelayan lain berhak mengambil alih. Pemasangan alat

tangkap ikan juga tidak boleh menghalangi lalu lintas tempat hilir mudiknya para

nelayan.

c. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu

Beberapa potensi sumber daya alam bukan kayu yang masih dimanfaatkan

masyarakat dari zaman dulu sampai sekarang adalah getah pantung, kulit kayu

(gemor, bangkirai, meranti tipis dan karuing) dan rotan.

1). Getah Pantung

Getah Pantung merupakan salah satu sumber pendapatan ekonomi

masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Kamipang. Getah pantung biasanya

dijual ke tengkulak. Harga getah pantung di tingkat petani sekitar Rp 280.000 per

Page 31: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

24

pikul (1 pikul sama dengan 1 kwintal ). Sejak tahun 2004 produksi getah pantung

menurun disebabkan adanya penebangan dan terjadi kebakaran hutan. Dalam

mencari pohon pantung, masyarakat biasanya berkelompok. Setelah menemukan

lokasi pohon pantung, mereka akan membuat jalur induk dan membagi rata

lokasinya sesuai dengan jumlah kelompok. Lokasi pantung akan menjadi hak

milik secara pengelolaan atau pemanfaatan. Jalur induk sepanjang 1 km terdapat

10 jalur dan satu jalur terdapat kurang lebih 100 pohon.

Cara mengambil getah pantung dengan disadap seperti menyadap karet.

Penyadapan bisa dilakukan kembali setelah 15 hari setelah penyadapan pertama

atau sebelumnya. Pengambilan getah pantung tidak mengenal musim, tetapi

biasanya pada musim hujan mereka mengeluarkan hasilnya melalui parit atau

tatah yang mereka buat.

Walaupun getah pantung tidak mengenal musim dalam pengambilannya,

tetapi masyarakat tidak serta merta langsung menjual hasilnya. Mereka melihat

terlebih dahulu harga getah pantung dipasaran, jika harga sedang naik maka

msyarakat akan menjual hasilnya, apabila harga turun masyarakat tidak akan

menyadap atau menampung terlebih dahulu hasilnya sampai menunggu harga

naik, baru hasilnya dijual.

Terdapat aturan yang berlaku di masyarakat dan masih dipertahankan

sampai sekarang berkaitan dengan pemanfaatan getah pantung. Salah satunya

adalah sistem bagi hasil, misalnya jika ada orang yang ikut bekerja dilokasi

pantung tersebut maka prosentase bagi hasilnya 10% untuk pemilik dan

selebihnya untuk pekerja.

Lokasi jalur pantung dapat diwariskan ke keturunannya, satu jalur untuk

satu keturunan, antar keturunan bisa terjadi transaksi jula beli lokasi jalur pantung.

Jalur Pantung yang tidak dikelola selama 5 tahun, maka hak kepemilikan bisa

berpindah pada orang yang memanfaatkan jalur pantung tersebut.

2). Getah Damar

Page 32: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

25

Hasil hutan lainnya yang diambil masyarakat dari dalam hutan adalah

getah damar. Pohon yang menghasilkan getah damar yaitu : meranti, rasak, nyatu

(Meringin Hutan). Etah damar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan bakar

lampu. Selain dimanfaatkan untuk keperluan sendiri, getah damar juga bernilai

ekonomi karena dapat dijual. Jua beli getah damar pada zaman dahulu dengan

cara barter. Biasanya masayarakat menjual hasilnya ke Jawa.

3). Kulit Kayu

Dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Kamipang

memanfaatkan kulit kayu untuk dijadikan dinding dan lantai rumah, kondisi itu

masih bertahan sampai sekarang walaupun pengunaannya tidak sebanyak dulu

karena sudah tergantikan oleh kayu atau bahan bangunan lainnya. Kulit Kayu

yang dimanfaatkan untuk dinding dan lantai rumah yaitu dari jenis kayu

bengkirai, meranti tipis dam keruing.

Salah satu rumah yang masih menggunakan kulit kayu sebagai dinding dan

lantainya yaitu rumah Bapak Alwi Gafur, masyarakat sekitar biasa menyebut

Buek Tajon. Rumah tersebut terletak di Desa Baun Bango Kecamatan Kamipang.

4). Rotan

Mengumpulkan rotan dan menanam rotan merupakan salah satu pekerjaan

masyarakat lokal. Rotan di tanam di ladang atau kebun milik mereka. Rotan baru

bisa di panen setelah berumur 6 tahun, setelah itu 2 tahun sekali di panen

sekaligus untuk membersihkan lahan. Rotan yang biasa ditanam masyarakat

setempat jenis rotan sigi dan irit. Cara memanen rotan di potong sesuai dengan

ukuran yang di tentukan dan membersihkannya, kemudian dijual ke tengkulak

bisa dalam kondisi kering atau basah.

Pada tahun 1970 rotan merupakan penghasil utama ekonomi keluarga,

pada waktu itu harga rotan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga sehingga masyarakat termotivasi untuk mengumpulkan dan menanam

Page 33: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

26

rotan. Tetapi pada tahun 19990-an sampai tahun 2006 harga rotan tidak

mengalami kenaikan yang signifikan, sehingga motivasi masyarakat untuk

menanam rotan juga menurun. Jika harga rotan pada tahun 1970-an dapat

membeli beras 3 kg, tapi pada tahun 2006 hanya dapat membeli 1/3 kg beras.

Pada tahun 1998 misalnya, di tingkat petani harga rotan kering mencapai Rp

170.000 per kwintalnya, jika basah Rp 120.000 per kwintal. Tahun 2002 harga

rotan mengalami penurunan yang signifikan, di tingkat petani harganya Rp 70.000

per kwintalnya. Kondisi demikian menyebabkan motivasi masyarakat untuk

menanam rotan menurun, karena biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding

dengan harga jualnya.

Semenjak harga rotan tidak lagi membaik, hal ini berdampak pada kondisi

perekonomian msyarakat. Mereka mulai beralih profesi sebagai penebang kayu di

hutan.

5). Gemor

Salah satu mata pencaharian masyarakat yang tinggal disekitar sungai

kamipanag adalah mencari kulit gemor. Kulit gemor dijual ke tengkulak atau

pengepul. Pada tahun 1980 harganya Rp 1.500 per Kilogram di tingkat pencari

gemor. Secara tradisional masyarakat memanfaatkan kulit gemor untuk bahan

bakar obat nyamuk dengan cara dibakar kulitnya.

Sekarang pohon gemor sulit ditemukan di hutan. Penyebabnya karena

pohon tersebut bernilai ekonomi terutama kulitnya sehingga masyarakat

melakukan penebangan tanpa memperhatikan kelestariannya.

Gemor merupakan tumbuhan liar dihutan, tumbuh berkelompok disatu

lokasi daerah rawa. Dalam mencari gemor masyarakat akan mensurvey terlebih

dahulu ke hutan, jaraknya bisa mencapai 5 sampai 6 kilometer dari sungai baru

ketemu dengan loksai pohon gemor, jika dari danau jaraknya bisa mencapai 10

kilometer. setelah dapat lokasinya dibuat jalur dan diberi tanda pada pohonnya.

Lokasi pohon gemor tidak menjadi hak milik bagi orang yang menemukannya,

mereka hanya memungut hasil dari kulit gemor.

Page 34: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

27

Cara mengambil kulit gemor dengan ditebang pohonnya, jarak tebang 1

meter dari pangkal pohonnya. Dari pangkal pohon bekas tebangan akan tumbuh

tunas sebanyak 4 sampai 5 buah. Tunas yang sudah besar dan berumur 4 sampai 5

tahun atau ukuran batangnya sebesar paha orang dewasa sudah bisa ditebang.

d. Potensi Sumber Daya Perikanan

Kegiatan menangkap ikan di sungai dan di danau merupakan salah satu

mata pencaharian masyarakat yang bermukim di sekitar sungai Kamipang. Hasil

tangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, bisa di konsumsi

sendiri atau dijual ke pedagang. Hasil tangakapan ikan selain di pengaruhi musim

kemarau dan hujan juga dipengaruhi oleh banyaknya jumlah alat tangkap ikan

yang dimiliki nelayan, semakin banyak alat tangkap yang dimiliki maka hasil

tangkapannya semakin maksimal. Dimusim kemarau yang berlangsung dari bulan

Juni sampai Oktober hasil tangkapan bisa mencapai 10 ton dengan harga

Rp10.000 satu kilogramnya. Musim hujan yang berlangsung dari bulan November

sampai Februari, hasil tangkapan berkurang dengan rata-rata 1 sampai 2 kilogram

satu harinya. Harga ikan pada musim hujan Rp 20.000 satu kilonya. Pada musim

hujan mengalami kenaikan harga dua kali lipat dibandingkan musim kemarau

karena dipengaruhi hasil tangkapan ikan yang sedikit, sehingga ketersediaan ikan

di pasaran berkurang dan memicu harga ikan naik.

Jenis ikan yang terdapat disungai Kamipang dan danaunya adalah seluang,

kapar/kakapar, patung, Papuyu, haruan/gabus, meau, karandang, kihung,

tahuman, ikan tapah, lawang, lais, baung, balidah/ikan pipih, bakut, pentet. Hasil

Tangkapan ikan tersebut dikonsumsi langsung oleh keluarga dan dijual dalam

bentuk segar atau diasinkan (salted fish). Pedagang banyak yang datang untuk

membeli ikan-ikan tersebut baik dalam bentuk segar maupun yang sudah diasinkan.

Secara umum pengelolaan ikan disungai Kamipang masih dilakukan

secara tradisional, ini bisa dilihat dari alat tangkap ikan yang masih digunakan dan

dipertahankan oleh para nelayan dari zaman dulu sampai sekarang. Jenis alat

Page 35: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

28

tangkap ikan yang digunakan para nelayan di sungai Kamipang antara lain :

lukah, bubu, salambau, rengge, tampirai, rawai, banjur, pancing dan jenis alat

tangkap ikan lainnya. Alat ini didesain sedemikian rupa berdasarkan jenis dan

ukuran ikan serta musimnya. Misal alat tangkap bubu di pasang pada musim

kemarau, jenis ikan yang ditangkap ikan pentet, gabus, karandang, miau dan

toman. Alat tangkap tampirai dipasang pada musim hujan, jenis ikan yang

ditangkap kakapar, papuyu, pentet, lais dan tapah.

Tahun 2000 di Besa Baun Bango mulai ada usaha budidaya pembesaran

ikan, jenis ikan yang di budidaya antara lain papuyu, mas , nila, tahuman dan lele.

Masyarakat membuat keramba, kolam dari tanah dan terpal sebagai tempat

budidaya. Bibit ikan diperoleh dari bantuan pemerintah dan organisasi

pemberdayaan masyarakat, khusus untuk ikan toman bibit masih mengambil dari

alam, para nelayan menaruhnya dikeramba untuk dibesarkan.

Nelayan sungai Kamipang sangat memperhatikan konsep pelestarian alam

dalam kegiatan penangkapan ikan di sungai. Perilaku seperti ini sudah dilakukan

dari zaman nenek moyang dan orang tua mereka yang juga berprofesi sebagai

nelayan, ini merupakan bentuk kearifan lokal yang masih dipertahankan dan

diwariskan ke generasi selanjutnya. Berikut beberapa kearifan lokal yang masih

berlaku terkait dengan pengelolaan sumber daya perikanan :

1. Penggunaan alat tangkap ikan tradisional yang tidak merusak lingkungan.

2. Hanya mengambil ikan yang besar, ikan kecil dilepas untuk kelestarian

hidup jenisnya.

3. Dilarang menangkap ikan dengan alat setrum atau racun (potas) karena

merusak lingkungan dan menyebabkan ikan kecil ikut mati sehingga

menyebabkan kepunahan jenis ikan.

4. Jika terjadi pelanggaran dalam menangkap ikan maka akan diberikan

sanksi hukum berupa singer (sanksi/denda ringan) dan jipen (hukuman

yang berat) oleh damang adat atau tetua kampung.

5. Menangkap ikan dengan alat setrum dan racun masuk kategori

pelanggaran hukum pidana, bagi yang melanggar akan ditangkap dan

diserahkan ke polisi untuk diproses hukum.

Page 36: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

29

e. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam Atau Ladang Berpindah

Ladang bekas bercocok tanam atau bekas ladang berpindah ditanami

pohon karet, padi, buah-buahan dan sayur-sayuran. Masyarakat menanam

tanaman tersebut untuk dikonsumsi sendiri kecuali tanaman karet. Kepemilikan

ladang adalah hak milik yang diwariskan secara turun temurun. Dahulu

kepemilikan lahan ditandai dengan adanya kegiatan bercocok tanam, sekarang

masyarakat membuat dokumentasi kepemilikan tanah tempat berladang supaya

diakui legalitasnya secara hukum dan menghindari potensi konflik kepemilikan

tanah.

Kegiatan membersihkan ladang merupakan kegiatan rutin masyarakat

pemilik ladang, mereka membersihkan ladang jika musim tanam tiba. Membakar

ladang dengan sekat batas merupakan cara pembersihan ladang yang masih

dipertahankan dari dalu sampai sekarang karena efektif dan efisien dari segi biaya,

waktu dan tenaga. Selasin itu, abu bekas pembakaran bisa dijadikan pupuk alami

pada saat musim tanam tiba. Adanya sekat batas agar api tidak menjalar kemana-

mana (dilokalisir), sekat bakar biasannya berupa parit sekaligus sebagai batas

tanah tempat berladang.

f. Potensi Sumber Daya Hewani

Kegiatan berburu (mandup) juga masih dilakukan maysarakat sampai

sekarang, beberapa binatang buruan seperti rusa, kijang (kerahau), kancil

(planduk) dan babi masih bisa ditemukan dihutan sekitar Sungai Kamipang.

Berburu awalnya sebagai hobi, hasilnya untuk dikonsumsi sendiri dan dibagikan

ke masyarakat, tetapi seiring berjalannya waktu ternyata binatang buruan juga

banyak disukai masyarakat maka para pemburu menjual hasilnya ke pedagang

khususnya untuk daging rusa dan babi. Harga daging rusa Rp 60.000 satu

kilogramnya sedangkan harga daging babi Rp 25.000 sampai Rp 30.000 satu

kilogramnya.

Page 37: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

30

Alat tangkap yang digunakan untuk berburu masih tradisional, mereka

menggunakan tombak, jerat/perangkap dan anjing untuk menangkap binatang

buruan. Tidak ada tempat khusus untuk berburu. Waktu berburu biasanya setelah

panen padi, karena hewan buruan sering muncul disekitar ladang padi masyarakat.

Selain berburu rusa, kancil dan babi, masyarakat juga berburu burung. Jenis

burung yang diburu yaitu cucak hijau, serindit, betet, beo (tiyung) dan burung

tingang. Alat untuk menangkap burung dengan pelet atau getah yang dioles dilidi

atau galah, jenis alat tangkap lain seperti jala/rengge dan ditembak memakai

sumpitan. Hasilnya untuk dijual kepada para pembeli untuk dikirim ke jawa.

Walaupun tidak ada tempat khusus untuk berburu, tetapi ada tempat

tertentu yang dilarang untuk berburu seperti hutan lindung atau tempat keramat,

misalnya : tajahan, pahewan dan kaleka. Tempat-tempat tersebut biasannya

ditandai dengan bendera atau kain kuning.

g. Potensi Sumber Daya Hutan

Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan terutama untuk dambil

kayunya. Mereka mengambil kayu dalam jumlah terbatas sesuai dengan keperluan

untuk dijadikan bahan bangunan rumah, pondok, lanting, kayu bakar dan

membuat perahu (ces/alkon).

Masyarakat sangat menjaga kelestarian hutan di wilayah mereka, jika ada

kebakaran hutan maka masyarakat bergotong royong memadamkan apinya supaya

tidak menjalar ke tempat tinggal atau kebun mereka. Apabila ada orang yang

secara sengaja membakar hutan maka akan dilaporkan ke Damang atau pak RT

setempat, demikian juga dengan aturan menebang kayu hanya yang berukuran

besar saja yang bisa diambil.

Untuk tujuan menjaga kelestarian hutan, ada beberapa tempat yang

dilarang untuk diambil hasil hutannya seperti wilayah hutan lindung atau wilayah

hutan yang dikeramatkan masyarakat. Beberapa wilayah yang dikeramatkan

masyarakat yaitu :

Page 38: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

31

1. Tajahan yaitu tempat meminta pertolongan kepada roh ghaib yang

tinggal disekitar kawasan hutan tersebut.

2. Pahewan yaitu tempat daerah yang disakralkan masyarakat ditandai

dengan adanya daun sawang.

3. Kaleka yaitu bekas kampung yang ditinggalkan penduduknya,

penyebabnya dahulu ditempat tersebut diyakini pernah terjadi

peristiwa mengayau (potong kepala orang untuk dijadikan tumbal).

Wilayah kaleka ditandai dengan adanya bekas rumah, kuburan atau

pohon buah-buahan yang ditanam yang dulunya pernah dihuni

manusia.

h. Sejarah Pengelolaan Sungai

Sungai Kamipang dikelola dan dimanfaatkan oleh semua masyarakat,

tidak ada sejarah pengelolaan dan kepemilikan sungai oleh salah satu pihak.

C. Sungai Punggualas

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai

Dahulu sungai tersebut bernama Punggu Ralas, asal kata dari Punggu dan

Ralas. Punggu berarti kayu mati yang batangnya masih berdiri, sedangkan ralas

berarti kulit kayu yang terkelupas. Dinamakan demikian karena zaman dahulu

dilokasi sekitar sungai terdapat banyak kayu mati yang masih berdiri (punggu)

dan kulitnya sudah terkelupas (ralas), sehingga masyarakat yang melintas sungai

itu menenyebutnya Punggu Ralas atau sekarang lebih dikenal dengan sungai

Punggualas.

Secara administratif sungai punggualas masuk kedalam wilayah

kecamatan Kamipang dengan pemanfaat utama masyarakat Desa Keruing. Lokasi

yang dapat dimanfaatkan untuk mencari sumber daya alam di sungai punggualas

adalah sepanjang aliran sungai dan danau. Ada tiga danau yang terdapat di aliran

sungai Punggualas, masyarakat menamakan tiga danau tersebut yaitu dengan

Page 39: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

32

nama danau satu, danau dua dan danau tiga, ukuran danau satu lebih besar datri

danau kedua dan ketiga. Letak Desa Keruing dipinggir sungai menjadikan

masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sungai sebagai

sumber mata pencahariannya.

Semenjak masuk kedalam kawasan Taman Nasional Sebangau, sungai

Punggualas dikelola oleh WWF untuk dijadikan tempat penelitian Biologi Flora

dan Fauna. Didalam sungai terdapat bangunan pusat penelitian WWF yang

disebut visitor centre. Semenjak ditetapkan sebagai kawasan penelitian, hutan

yang terdapat di sungai punggualas relatif terjaga, karena setiap orang yang masuk

ke area sungai harus ijin WWF sebagai pengelola sungai.

2. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat diwilayah Sungai Punggualas

dapat dibagi dalam beberapa kategori :

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Potensi sumber daya sungai yang bisa dimanfaatkan dan dikelola

masyarakat banyak tedapat di hilir sungai, dilokasi tersebut banyak terdapat seha

dan ayap yang dimanfaatkan masyarakat untuk memasang alat tangkap ikan. Seha

dan ayap merupakan bekas kebakaran hutan yang ditumbuhi rumput dan semak

belukar, dimusim hujan tempat ini akan tergenang dan dijadikan oleh ikan sebagai

tempat tinggal dan berkembang biak. Di sekitar lokasi ini juga msyarakat

membuat beje/ lubuk yaitu kolam buatan tempat menangkap ikan yang terbuat

dari tanah, berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan jika tiba musim kemarau

karena daerah sekitarnya surut atau kering.

Seperti di anak sungai katingan yang lain, sungai punggualas juga banyak

terdapat tatah di sepanjang aliran sungai. Tatah dulunya berfungsi sebagai kanal

untuk mengeluarkan hasil hutan berupa kayu, pantung, gemor dan hasil hutan

Page 40: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

33

lainnya, tetapi semenjak dijadikan kawasan Taman Nasional kegiatan tersebut

tidak bisa dilakukan lagi.

Kondisi tatah di sungai punggualas sudah tidak terkelola dengan baik,

tatah yang terdapat didekat muara sungai hanya dijadikan oleh nelayan sebagai

tempat untuk menaruh alat tangkap ikan. Tatah yang terdapat di tengah sungai

sekarang dijadikan tempat penelitian oleh WWF.

b. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu

Sumber daya hutan bukan kayu yang terdapat di sungai Punggualas antara lain

1). Getah Pantung

Pantung adalah jenis pohon yang dimanfaatkan getahnya. Menyadap getah

pantung merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat. Dari hasil

menjual getah pantung dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Harga getah

pantung sekarang dikisaran Rp 400.000 sampai 450.000 satu pikulnya (1 pikul = 1

kwintal). Pantung merupakan pohon yang tumbuh liar dihutan, tumbuh

berkelompok di beberapa lokasi. Untuk menemukan pohon pantung masyarakat

secara berkelompok akan mensurvey ke dalam hutan. Setelah lokasi pantung

ditemukan maka dinbuat jalur induk dan jalur menuju pohon pantung. Biasanya

satu jalur terdiri dari 100 pohon. Lokasi yang ditemukan statusnya menjadi hak

milik penemu dan dapat diwariskan ke anak cucunya. Orang lain bisa ikut kerja

mengambil getah pantung dilokasi tersebut dengan terlebih dahulu meminta ijin

ke pemilik lokasi. Aturan kerjasamanya dengan bagi hasil antara pekerja dan

pemilik lokasi, besaran bagi hasilnya ditentukan atas kesepakatan bersama.

Cara pengambilan getah pantung dengan disadap seperti menyadap pohon

karet. Alat yang dipakai berbentuk seperti pahat (alat torehan) dan parang. Jika

pohon pantung baru pertama kali disadap maka 15 hari berikutnya baru bisa

disadap lagi. Kegunaan getah pantung sebagai bahan baku untuk pembuatan ban.

Page 41: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

34

2). Katiyau

Katiyau adalah jenis pohon yang dimanfaatkan getahnya. pohon katiyau

tumbuh liar dihutan diantara dataran tinggi dan rendah. Pada tahun 1960 getah

katiyau masih di manfaatkan msyarakat kaarena bernilai ekonomi, sekarang sudah

tidak dimanfaatkan lagi. Masyarakat yang ingin memanfaatkan getah katiyau

harus mencarinya di hutan. Setalah dapat lokasi pohon katiyau maka pohon

tersebut akan ditandai serta dibuat jalur atau jalan untuk memudahkan

pengambilan hasilnya. Lokasi pohon katiyau menjadi hak milik penemu. Cara

penngambilan getah katiyau ada dua cara: yang pertama dengan cara ditebang jika

pohon tersebut jaraknya jauh dari jalan atau sungai. Cara yang kedua dengan

ditoreh atau di kupas kulitnya memakai parang.

3). Kulit Gemor

Gemor adalah pohon yang tumbuh di hutan yang dimanfaatkan kulitnya.

Mencari Kulit gemor merupajkan salah satu mata pencaharian masyarakat desa

keruing. dari hasil menjual kulit gemor meraka dapat menafkahi kehidupan

ekonomi keluarga. Kulit gemor dijual ke tengkulak atau pengepul. Pada tahun

1971 harganya Rp 4000 tiap satu kwintalnya. Sekarang harganya mencapai 1 juta

per kwintalnya. Keberadaan pohon gemor dihutan sekitar sungai punggualas

sudah sangat jarang, kalaupun ada masih berukuran kecil. Semenjak masuk

kedalam taman nasional sebangau dan ditetapkan sebakai wilayah penelitian,

masyarakat sudah tidak bisa lagi memanfaatkan kulit gemor karena terbentur

aturan taman nasional yang melarang menebang pohon jenis apapun termasuk

pohon gemor. Pohon gemor masih bisa kita jumpai dilokasi pusat penelitian

Visitor Centre milik WWF.

Kebiasaan masyarakat dalam mencari gemor adalah berkelompok, setelah

sampai ditengah hutan mereka akan berpencar. Jika menemukan pohon gemor

akan ditandai, tanda ini menunjukkan bahwa pohon tersebut sudah ada

pemiliknya. Lokasi pohon gemor tidak menjadi hak milik bagi orang yang

menemukannya, mereka hanya memungut hasil dari kulit gemor.

Page 42: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

35

Cara mengambil kulit gemor dengan ditebang pohonnya. Pada waktu dulu

alat unruk dipakai masih tradisional, jika pohonnya besar masyarkat akan

memakai kapak beliung yaitu kapak khas suku dayak, bila pohonnya kecil bisa di

tebang mamakai parang. Jarak tebang pohon gemor adalah 1 meter dari tanah

atau dari pangkal pohonnya. Stelah di tebang kemudian diambil kulitnya, jika

kulitnya besar dan tebal maka akan dipotong kecil-kecil untuk memudahkan

membawanya. Dari pangkal pohon bekas tebangan akan tumbuh tunas sebanyak 4

sampai 5 buah. Tunas yang sudah besar dan berumur 4 sampai 5 tahun sudah bisa

ditebang lagi.

Kulit gemor yang sudah siap jual adalah dalam kondisi kering. Selain

kulitnya, batang pohon gemor juga bisa dimanfaatkan untuk dijadikan bahan

bangunan.

4). Tanaman Obat

Beberapa tanaman obat yang bisa ditenukam disekitar sungai punggualas

antara lain yaitu : akar kuning, langehun dan kayu sutra, akar kalalaweit, getah

pendu dan tumbuhan kantung semar. Akar kuning berkhasiat untuk mengobati

sakit kuning atau liver, bagian yang dijadikan obat adalah akarnya dengan cara

direbus dan air rebusan diminum. Sedangkan akar sutera berkhasiat untuk

menambah stamina. Bagian yang berkhasiat obat adalah akarnya. Cara

mengkonsumsinya akarnya direbus dan rebusan anirnya diminum.

Pohon getah pendu berkhasiat untuk mengobati panas dalam. Getahnyanya

berbentuk gel seperti agar-agar berwarna bening. Cara mendapatkan getah pendu

yaitu disadap kulitnya dengan memakai parang, tumggu sampai 24 jam atau sehari

semalam getah tersebut baru bisa keluar. Getah pendu sebesar kelereng jika di

campur dengan air satu teko, maka getahnya mengembang dan air dalam akan

berbentuk gel. Kantong semar di percaya untuk menyembuhkan luka, caranya

daun kantong semar dihaluskan dan di tempel dibagian yang terdapat luka, air

kantong semar yang terdapat didalam kantong yang belum terbuka berkhasiat

untuk mengobati pengakit beri-beri.

Page 43: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

36

5). Buah-buahan Hutan

Buah-buah yang terdapat di hutan kawasan sungai ini antara lain: tutup

kebali, gantalong (manggis hutan), katiyau, tampang gagas, mahalilis dan piais

atau salendang (rambutan hutan). Buah Piais menjadi makanan orang utan dan

monyet, banyak tumbuh dipinggiran sungai, bentuk dan rasa seperti buah

rambutan, tetapi ukurannya lebih kecil.

c. Sumber Daya Perikanan

Menangkap ikan merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

yang ada disekitar sungai Punggualas, khiususnya masyarakat desa keruing yang

berprofesi sebagai nelayan. selain untuk konsumsi sendiri hasilnya juga dijual

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.

Jenis ikan yang ditangkap para nelayan yaitu : ikan kapar, tahuman, tapah,

gabus, miyau, papuyu, karandang, baung, lais, banta, sapat, baung, jelawat, dan

ikan bakut. Musim kemarau adalah musim panen ikan, kecuali ikan kakapar yang

banyak jumlahnya pada saat musim hujan. Pada saat musim ikan tiba, hasil

tangkapan dalam satu hari bisa mencapai 50 kilogram, kalau sekarang agak

berkurang. Harga ikan pada saat musimnya Rp5000 sedangkan pada saat tidak

musim Rp10.000 sampai 30.000. selain dijual langsung, ada juga yang dijual

dalam bentuk ikan kering atau yang sudah diasinkan, harga ikan kering dua kali

lipat dibandingkan ikan yang masih hidup. Ada satu jenis ikan yang sudah mulai

langka yaitu jenis ikan bakut. Ikan ini banayk diburu nelayan karena harganya

lumayan tinggi, satu kilonya bisa mencapai Rp110.000. ikan ini diekspor ke Cina

dan Jepang.

Alat tangkap yang dipakai para nelayan merupakan alat tangkap

tradisional yang masih dipertahankan dari dahulu sampai sekarang, nama alat

tangkapnya yaitu : kabam, tamba, tampirai, banjur, lukah, salambau, pangilar,

rawai. Para nelayan dalam melakukan kegiatan menangkap ikan, sangat

memperhatikan kelestarian hidup ikan. Jika terdapat ikan yang masih kecil ikut

tertangkap, maka mereka akan melepaskannya untuk kelestarian hidup jenis ikan

Page 44: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

37

tersebut. Untuk anak ikan toman jika ikut tertangkap, para nelayan akan

menampungnya di dalam keramba untuk dibesarkan.

d. Ladang Bekas Bercocok Tanam Atau Ladang Berpindah

Masyarakat yang mempunyai lokasi bekas ladang berpindah dimanfaatkan

dengan ditanami pohon karet, buah-buahan dan sayuran. Cara pengelolaan bekas

ladang berpindah dengan dibersihkan dengan dibakar dua sampai tiga kali dalam

setahun. Pembakaran lahan dibuat batas atau sekat supaya tidak menjalar dan

tidak merusak hutan disekitarnya.

e. Potensi Sumber Daya Hewani

Berburu merupakan kebiasaan masyarakat yang tinggal disekitar sungai

Punggualas. Hewan yang biasa diburu yaitu jenis rusa. Masyarakat biasanya

menggunakan alat tombak, memasang jerat dan tembak untuk berburu, sedangkan

penggunaan anjing untuk melacak keberadaan hewan buruan.

Kebiasaan berburu masih dipertahankan sampai sekarang, dahulunya

kebiasaan tersebut hanya sekedar hobi dan hasil buruannya untuk dimakan

bersama. Sekarang hasil buruan bisa dijual karena masyarakat banyak yang

menyukai dagingnya. Berburu juga dapat menambah pendapatan ekonomi bagi

para pemburu.

f. Potensi Sumber Daya Hutan

Sumber daya hutan didominasi oleh kayu dengan berbagai jenisnya. Jenis

kayu yang terdapat dihutan sekitar sungai Punggualas yaitu kayu meranti,

blangiran, jingah

Dahulu masyarakat memanfaatkan kayu sebatas untuk keperluan sendiri

saja, seperti : membuat bangunan rumah, membuat perahu, keramba, kayu bakar,

Page 45: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

38

lanting dan batang. Tetapi semenjak sungai punggualas masuk kedalam kawasan

Taman Nasional segala bentuk eksploitasi kayu dilarang.

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam

Sungai Punggualas dikelola dan dimanfaatkan oleh semua masyarakat,

tidak ada sejarah pengelolaan dan kepemilikan sungai oleh salah satu pihak.

D. Sungai Bulan

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai

Bulan sebagai nama sungai ini cukup unik. Nama Bulan dipilih

dikarenakan masyarakat yang bekerja disungai ini biasanya hingga berbulan-

bulan. Aktivitas masyarakat seperti itu dimulai dari tahun 1972 hingga tahun 2001

sebelum pada akhirnya kegiatan ini ditutup oleh pemerintah. Sungai Bulan juga

masuk dalam kawasan Taman Nasional Sebangau. Masyarakat sekitar biasa

memanfaatkan sungai tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan

mengambil sumber daya alamnya seperti menangkap ikan dan hasil hutannya

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Secara administratif sungai Bulan masuk kedalam wilayah kecamatan

mendawai. Pemanfaat utama sungai Bulan adalah masyarkat desa tumbang bulan

yang terletak di seberang muara sungai Bulan. Sungai bulan memiliki bukit yang

dinakaman bukit Bulan dan beberapa anak sungai, yaitu: Sungai Musang, Sungai

Saleh, Sungai Lewang, Sungai Bandat, Sungai Akah dan Sungai Panduha.

2. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di wilayah sungai Bulan dapat

dibagi dalam beberapa kategori:

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Page 46: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

39

Kawasan sungai Bulan memiliki sumber daya alam yang biasa

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar yaitu : Seha atau ayap dan tatah. Seha

berasal dari bahasa dayak yang artinya kebakaran atau terbakar, yaitu wilayah

bekas kebakaran hutan disekitar sungai, sedangkan ayap adalah wilayah bekas

kebakaran hutan yang ditumbuhi semak belukar atau rerumputan. Wilayah ini

selalu terbakar pada saat musim kemarau. Tatah adalah sejenis parit yang

berukuran kecil, berfungsi untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan dari dalam

hutan pada waktu masyarakat masih kerja mencari kayu.

Pada saat musim hujan, wilayah (Seha,ayap,tatah) ini tergenang banjir dan

sebagai tempat ikan untuk mencari makan karena sumber makanan di wilayah ini

cukup melimpah. Masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan biasanya

memanfaatan kondisi ini untuk mencari ikan dengan memasang alat tangkap di

wilayah tersebut.

Dahulu tatah memang berfungsi sebagai jalan untuk mengeluarkan kayu.

Sekarang setelah ada larangan dari pemerintah, tatah dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai tempat untuk menangkap ikan dan jalur lintas untuk menuju

ke hutan.

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Potensi sumber saya perikanan di sungai Bulan mempunyai potensi yang

bisa dibilang baik. Jenis ikan yang hidup di sungai tersebut yaitu ikan Tapah, Lais,

Karandang, Tahuman, Kapar, Patung, Keteutu, Lele, Biawan, Gabus, Papuyu dan

Kihung. Alat tangkap yang dipakai yaitu : Lukah, Tampirai, Pancing (banjur),

Lukah, Takalak, Jaring (Rengge), Pancau, Lunta, Salambau, dll.

Hasil tangkapan di sungai ini juga dipengaruhi oleh musim, yaitu musim

hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan hasil tangkapan menurun

karena sungai meluap sehingga ikan menyebar sampai kehutan. Pada saat musim

kemarau hasil tangkapan meningkat karena air sungai surut dan ikan mengumpul

disungai. Saat musim kemarau harganya hanya Rp 15.000,- namun di musim

hujan harga ikan bisa mencapai Rp 30.000,- satu kilonya.

Page 47: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

40

Tentang tata cara dan aturan dalam menangkap ikan masyarakat memakai

konsep pelestarian alam. Yaitu ikan yang di tangkap hanya yang berukuran besar,

ikan yang masih kecil jika tertangkap akan di lepas lagi. Dalam pembuatan alat

tangkap ikan juga mereka menerapkan konsep pelestarian alam dimana alat

tersebut tidak merusak alam.

Adapun aturan yang berlaku di masyarakat adalah dalam menangkap ikan

tidak diperkenankan mengunakan setrum dan racun. Tidak menganggu orang lain

dalam menangkap ikan. Dan jika ketahuan secara terang terangan melanggar

aturan terseebut akan dilaporkan ke Polisi.

c. Potensi Sumber Daya Hutan kayu

Seperti halnya kebanyakan hutan di Tanam Nasional Sebangau, potensi

Hutan di sekitar Sungai Muara Bulan juga terdiri dari dua macam. Hasil hutan

berupa kayu dan hasil hutan berupa bukan kayu. Untuk hasil hutan yang berupa

kayu misalnya ramin, meranti, bengkirai, mertigo dan bentamur.

Kayu pada zaman dahulu dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup sekedarnya, seperti manjadikannya bangunan rumah, kayu

bakar, dan perahu. Untuk peraturan pengelolaan hutan pada zaman dahulu belum

memiliki aturan, jadi semua orang bisa memanfaatkan. Berbeda dengan sekarang,

pemerintah telah memberikan aturan untuk pengelolaan hutan.

d. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu

Potensi sumber daya hutan bukan kayu adalah Damar, Getah Pantung,

Katiyau, Hangkan, dan Gemor.

1). Pengelolaan Getah Damar

Damar berasal dari getah kayu yang mengeras. Ada beberapa jenis kayu

yang mengeluarkan getah damar yaitu: meranti, rasak, bunyit, karuing. Getah

damar biasanya terdapat pada kayu yang sudah tumbang, getah akan meleleh

ketanah dari pohon yang sudah tumbang dan mengeras.

Page 48: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

41

Pohon getah damar terdapat di dalam hutan, umumnya masyarakat

berkelompok untuk mencarinya, satu kelompok bisa mencapai 5 orang. Alat yang

dipakai untuk mencari damar adalah sejenis tombak bermata satu, caranya tombak

tersebut ditancap-tancapkan kedalam tanah dekat pohon tumbang, bila terdengar

bunyi benturan dengan benda keras atau bunyi “crek”, maka dipastikan didalam

tanah tersebut terdapat getah damar. Selanjutnya tanah itu akan digali dan

diambil damarnya. Hasilnya akan dibagi rata sesuai dengan jumlah kelompok.

Masyarakat memanfaatkan getah damar untuk dijadikan dempul dalam

pembuatan perahu, sebagai bahan bakar lampu dan dijual.

2). Pengelolaan Getah Pantung

Pantung merupakan jenis pohon liar yang tumbuh liar dihutan. Tahun

1962 masyarakat sudah memanfaatkan pohon pantung untuk diambil getahnya.

Ketika mencari pantung masyarakat akan berangkat secara berkelompok, satu

kelompok terdiri dari 10 orang. Mereka akan mensurvei atau mencari ke dalam

hutan untuk menemukan dilokasi mana yang terdapat pohon pantung. Biasanya

lokasi yang terdapat pohon pantung sekitar dua sampai tiga kilometer dari pinggir

sungai. Setelah ketemu, lokasi tersebut akan dibersihkan dan diberi tanda. Lokasi

pantung yang sudah dikelola akan dibuatkan jalur untuk memudahkan

pengambilan getah. Lokasi yang sudah dikelola statusnya menjadi hak milik dan

dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.

Cara pengambilan getah pantung pada zaman dulu dengan cara dikikis

kulitnya memakai parang, sekarang memakai alat toreh atau pisau sadap. Hasil

getah pantung dijual dengan kisaran harga Rp 400 satu kilonya.

Ketika mengambil getah Pantung biasanya masyarakat akan terus berada

di hutan sampai berbulan-bulan, barulah setelah itu pulang ke kampung. Itu terjadi

pada kisaran tahun 1954-1972. Panjang jalur untuk mengambil getah pantung bisa

mencapai 1-2 km. Untuk perolehan hasilnya bisa mencapai 2 kaleng yang nilainya

bisa 50-70 kg getah pantung. Cara membawa getah pantung dari hutan ialah

dengan cara dibekukan terlebih dahulu dengan air. 2 kaleng getah pantung

membutuhkan 6 kaleng air untuk pembekuan, setelah beku kemudian dipikul

Page 49: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

42

kesungai, barulah setelah itu dilarutkan menggunakan perahu menuju muara

sungai.

Orang lain bisa ikut memanfaatkan atau bekerja dilokasi tersebut dengan

terlebih dahulu meminta izin dengan pemiliknya. Sistem yang diterapkan biasanya

adalah bagi hasil dengan pemilik lokasi, besaran bagi hasil tergantung dengan

kesepakatan kedua belah pihak. Jika lokasi pantung tidak dikelola selama satu

tahun maka dapat diambil alih oleh pihak lain.

Apabila terjadi pelanggaran dimana pihak lain ketahuan mengambil getah

pantung tanpa seizin pemilik lokasi, maka akan dilaporkan ke RT (Rukun

Tetangga) dan diupayakan penyelesaian pelanggaran tersebut dengan cara

kekeluargaan.

3). Pengelolaan Gemor

Gemor terdapat dihutan yang diambil dari kulit kayu pohon gemor yang

kemudian dipotong kecil dan dikeringkan. Setelah itu baru bisa dijual. Dahulu

pada tahun 1972 harganya Rp6.000 sampai dengan Rp8.000 satu pikul. Kalau

sekarang harganya bisa mencapai Rp1.200.000 sampai Rp1.300.000 satu pikul.

Untuk mendapatkan getah gemor batangnnya harus ditebang terlebih dahulu,

kalau pohonnya besar ditebang menggunakan kapak, kalau pohonnya kecil

ditebang pakai parang.

Pohon gemor yang berdiameter 50 cm dapat menghasilkan kulit gemor 2

pikul. Itupun setelah kondisi kulitnya dikeringkan, tebal kulit gemor setara dengan

2 jari manusia. Setelah kawasan ini masuk taman nasional, masyarakat dilarang

mencari gemor lagi.

4). Buah-buahan Hutan

Buah-buah yang terdapat di hutan kawasan sungai ini antara lain Buah

Pohon Piais sejenis rambutan hutan yang menjadi makanan orang utan dan

monyet. Buah ini tumbuh dipinggiran sungai, memiliki rasa yang juga sama

dengan buah rambutan, hanya saja untuk ukuran buah ini lebih kecil. Selain buah

piais ada juga buah pohon puna yang memiliki rasa asam, buah pohon gantalang

Page 50: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

43

atau manggis hutan, buah pohon gandis yang digunakan untuk bahan sayur asem

atau bisa juga campuran sambal, ada juga buah papeng yang berasa manis.

Buah-buahan ini umumnya untuk dikonsumsi sendiri. Dan semua orang

boleh mengambilnya, tentu tetap dengan menjaga kelestariannya, dan Tidak

merusak lingkungan.

5). Tanaman Obat

Disekitar sungai juga terdapat beberapa tanaman yang biasanya di jadikan

obat oleh masyarakat setempat. Ada akar pohon kalalawit yang berkhasiat

mengobati diare, mencret dan berak darah. Caranya adalah dengan memotong

akar yang menjalar kemudian ambil airnya atau langsung diminum, rasanya segar

dan agak kesat. Untuk obat malaria ada akar penawar gantung, selain malaria juga

bisa digunakan untuk obat demam. Akarnya juga menjalar, cara memperolehnya

yaitu potong akarnya lalu dihaluskan kemudian diminum. Dapat juga diawetkan

dengan cara dikeringkan.

Untuk sakit kuning (liver) juga ada tanamanya, namanya akar kuning.

Bentuknya seperti akar, melilit dipohon. Caranya adalah dengan memotong akar

tersebut kemudian direbus, rebusan air inilah yang kemudian diminum untuk

mengobati sakit kuning. Anjurannya diminum 3 x sehari. Kemudian untuk

menambah stamina, meredakan pegal-pegal dan sakit pinggang. Pohon sutra, akar

tawasut dan pasak bumi solusinya. Caranya dengan merebus ketiganya dalam satu

wadah, kemudian baru bisa diminum. Akar-akar ini terdapat di dataran tinggi

hutan seperti kaki-kaki bukit bulan. Setelah itu ambil akarnya yang berdiameter

kurang lebih 10 cm.

Sarang semut. Terdapat pada pohon-pohon tertentu, sarang semut biasanya

ada diranting-ranting pohon, mirip benalu. Ukurannya sebesar bola kaki

berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan menambah stamina.

Caranya dengan merebus umbi sarang semut dengan air panas, kemudian

diminum. Akar gendis, selain buahnya yang juga dapat dimanfaatkan untuk

campuran sambal dan sayur asam ternyata akar pohon gendis juga berkhasiat

meredakan demam. Caranya adalah dengan mencari pohon gendis yang

Page 51: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

44

berdiameter 30 cm, ambil akarnya. Kemudian direbus dengan air panas, kemudian

air rebusan tersebut diminum.

Daun patah kemudi. Jenis tumbuhan yang tidak bisa tumbuh tinggi dan

berkembang biak seperti tunas. Daun patah kemudi berkhasiat sebagai obat luka

dalam. Caranya adalah dengan menghaluskan daunya hingga lembut, kemudian

diperas hingga keluar airnya. Kemudian setelah itu air perasan tadi dicampur

dengan kuning telur ayam kampung lalu diminum.

e. Potensi Sumber Daya Hewani

Binatang buruan yang terdapat disini antara lain, Rusa, Babi, Burung

Kacer, Serindit, Betet, Tiung dan Burung Cucak Hijau. Masyarakat menggunakan

jerat untuk menangkap rusa. Dahulu dalam waktu seminggu bisa mendapatkan 2

ekor rusa, sekarang rusa keberadaannya sudah jarang. Jadi dalam seminggu pun

untuk mendapatkan rusa lumayan sulit. Harga daging rusa dijual Rp 50.000/Kg.

Sementara alat yang digunakan masyarakat untuk menangkap burung

adalah dengan menggunakan pulut (lem) atau getah. Jadi pulut ditaruh diujung

galah dan kemudian burung akan dipancing menggunakan suara burung tiruan

dari handphone (HP). Harga burung cucak hijau yang sudah bisa berkicau Rp

600.000 sampai Rp 1.000.000/ ekor. Pembeli biasanya datang dari Sampit, setelah

itu akan dijual ke Jawa.

Aturan yang ada dalam berburu adalah setiap orang tidak diperkenankan

menggunakan jalur berburu orang lain. Kecuali telah mendapatkan izin, kalau ada

yang ketahuan melanggar maka tidak di ijinkan berburu lagi di lokasi tersebut.

f. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam atau Ladang Berpindah

Pada tahun 1970 untuk ladang berpindah umumnya masyarakat menanam

rotan dan karet. Dengan luas lahan bisa mencapai 1 Km dan lebar hingga 200 m.

Untuk tanaman karet hasilnya pada zaman dahulu setelah 10 tahun baru bisa

diambil getahnya. Untuk sekarang dengan bibit yang lebih baik tanaman yang

Page 52: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

45

berusia 5 tahun sudah bisa diambil getahnya. Bibit yang bagus ini biasanya

diambil dari luar daerah.

Untuk tanaman rotan ditanam disela-sela tanaman karet dengan maksud

untuk mengefektifkan lahan. Jenis rotan yang ditanam adalah jenis rotan sigi dan

irit. Untuk panennya membutuhkan waktu 4 sampai 5 tahun setelah itu barulah 2

tahun sekali rotan bisa diipanen kembali. Pada pemanfaatan ladang berpindah ini

orang luar daerah bisa turut memanfaatkannya asal dengan persetujuan. Biasanya

hasil kerjasama pemanfaatan lahan dibagi 3 bagian, 1 untuk pemilik dan 2 bagian

untuk pekerja. Atau dengan perbandingan 10 banding 1, 9 bagian untuk pekerja

dan 1 untuk pemilik lahan.

E. Sungai Landabung

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai

Menurut cerita orang zaman dahulu (cerita para orang tua nara sumber),

kenapa di namakan sungai Landabung, informasinya karena di tengah-tengah

sungai katingan ada pulau yang namanya pulau landabung sehingga sungai yang

ada di seberang pulau tesebut juga di namakan landabung. ( Narasumber : Bapa

Sena). Pada waktu dulu orang-orang yang tinggal wilayah sungai yaitu kampung

perigi, mereka bekerja di sungai tersebut kemudian hasilnya ditabung untuk

membangun kampung perigi. Jadi asal kata sungai Landabung berasal dari kata

“La” dan “Dabung”. “La” berasal dari kosa kata orang Bugis yang berarti Sungai,

dan kata “Dabung” artinya tabungan, jadi orang dulu mengatakan bahwa

pembangunan kampung Perigi adalah hasil kerja di sungai dan ditabung, hasil

tabungan tersebut digunakan untuk membangun kampung perigi atau desa perigi.

Begitulah sejarah mengapa sungai itu dinamakan Landabung. Hulu Sungai

Landabung berada di bukit Kaki. (Narasumber : Aswin Tahruji)

2. Potensi Sumber Daya Alam

Page 53: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

46

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di wilayah Sungai Landabung

dapat dibagi dalam beberapa kategori :

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Potensi sumber daya sungai Landabung dari jaman dulu sampai sekarang

yaitu: Seha atau ayap dan tatah. Seha berasal dari bahasa dayak yang artinya

kebakaran atau terbakar yaitu wilayah bekas kebakaran hutan disekitar sungai,

sedangkan ayap adalah wilayah bekas kebakaran hutan yang ditumbuhi semak

belukar atau rerumputan. Wilayah ini selalu terbakar pada saat musim kemarau.

Pada saat musim hujan, wilayah ini tergenang banjir dan sebagai tempat ikan

untuk mencari makan karena sumber makanan diwilayah ini cukup melimpah.

Masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan biasanya

memanfaatkan kondisi ini untuk mencari ikan dengan memasang alat tangkap di

sekitar wilayah tersebut. Tatah adalah sejenis parit yang berukuran kecil,

berfungsi untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan dari dalam hutan. Upah yang

didapat untuk membuat jalur tatah sebesar 5 juta per Km. Alat yang digunakan

untuk membuat tatah adalah gergaji, kampak, parang bahkan sensow. Sekarang

tatah masih dimanfaatkan untuk mencari burung, ikan, mengeluarkan gemor dan

Pantung. Panjang jalur tatah beragam dari 3 Km - 12 Km dengan lebar 2 m.

b. Potensi Sumber Daya Hutan

Pada mulanya kayu yang ditebang masyarakat adalah kayu yang

digunakan untuk membuat rumah, perahu dan kayu bakar. Untuk sekarang, jika

ingin mengambil kayu untuk rumah sudah ada batasannya yaitu maksimal 5 kubik

dan harus disertai dokumen yang lengkap. Pada tahun 1972 ada perusahaan masuk

dan masyarakat mulai menebang pohon untuk dijual kepada perusahaan. Pada saat

itu untuk upah membuat tatah sebagai jalan mengeluarkan kayu sebesar 1000/m.

Untuk sekarang 15.000/m. Pada tahun 2004-2005 harga kayu ramin

Rp 450.000/m3. Pada tahun yang sama, banyak pohon pantung ditebang untuk

dimanfaatkan kayunya.

c. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu

Page 54: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

47

1). Pengelolaan Getah Pantung

Pantung merupakan jenis pohon liar yang tumbuh liar di hutan. Tahun

1965 msyarakat sudah memanfaatkan pohon pantung untuk diambil getahnya.

Ketika mencari pantung masyarakat akan berangkat secara berkelompok, satu

kelompok terdiri dari 10 orang. Mereka akan mensurvei atau mencari ke dalam

hutan untuk menemukan lokasi yang terdapat pohon pantung. Biasanya lokasi

yang terdapat pohon pantung sekitar dua sampai tiga kilometer dari pinggir

sungai. Setelah ketemu, lokasi tersebut akan dibersihkan dan diberi tanda. Lokasi

pantung yang sudah dikelola akan dibuatkan jalur untuk memudahkan

pengambilan getah. Lokasi yang sudah dikelola statusnya menjadi hak milik dan

dapat diwariskan kegenerasi berikutnya. Cara pengambilan getah pantung pada

zaman dulu dengan cara dikikis kulitnya memakai parang, sekarang memakai alat

toreh atau pisau sadap. Setiap satu jalur bisa mendapatkan 50 Kg getah pantung

per hari. Dengan harga Rp 900.000/ Kwintal.

2). Pengelolaan Getah Damar

Damar berasal dari getah kayu yang mengeras. Ada beberapa jenis kayu

yang mengeluarkan getah damar yaitu: meranti, rasak, bunyit, karuing. Getah

damar biasanya terdapat pada kayu yang sudah tumbang, getah akan meleleh

ketanah dari pohon yang sudah tumbang dan mengeras.

Pohon sumber getah damar terdapat di dalam hutan, umumnya masyarakat

berkelompok untuk mencarinya, satu kelompok bisa mencapai 5 orang. Alat yang

dipakai untuk mencari damar adalah sejenis tombak bermata satu, caranya tombak

tersebut ditacapkan ke dalam tanah dekat pohon tumbang, bila terdengar bunyi

benturan dengan benda keras atau bunyi “crek”, maka dipastikan tanah tersebut

tertimbun getah damar. Selanjutnya tanah itu akan digali dan diambil damarnya.

Hasilnya akan dibagi rata sesuai dengan jumlah anggota. Masyarakat

memanfaatkan getah damar untuk dijadikan dempul dalam pembuatan perahu,

sebagai bahan bakar lampu dan dijual.

3). Pengelolaan Gemor

Page 55: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

48

Gemor terdapat dihutan yang diambil dari kulit kayu pohon gemor yang

kemudian dipotong kecil dan dikeringkan. Setelah itu baru bisa dijual. Dahulu

pada tahun 1972 harganya Rp 500/kwintal. Kalau sekarang harganya bisa

1.200.000 – 1.300.000/pikul. Untuk mendapatkan getah gemor batangnnya harus

ditebang terlebih dahulu, kalau pohonnya besar ditebang menggunakan kapak,

kalau pohonnya kecil ditebang pakai parang. Pohon gemor yang berdiameter 50

cm dapat menghasilkan kulit gemor 2 pikul. Itupun setelah kondisi kulitnya

dikeringkan, tebal kulit gemor setara dengan 2 jari manusia. Setelah kawasan ini

masuk taman nasional, masyarakat dilarang mencari gemor lagi.

4). Buah Hutan

Buah-buah yang terdapat di hutan kawasan sungai ini antara lain Buah

Pohon Piais sejenis rambutan hutan yang menjadi makanan orang utan dan

monyet. Buah ini tumbuh dipinggiran sungai, memiliki rasa yang juga sama

dengan buah rambutan, hanya saja untuk ukuran buah ini lebih kecil. Selain buah

piais ada juga buah pohon puna yang memiliki rasa asam, buah pohon gantalang

atau manggis hutan, buah pohon gandis yang digunakan untuk bahan sayur asem

atau bisa juga campuran sambal, ada juga buah papeng yang berasa manis.

Buah-buahan ini umumnya untuk dikonsumsi sendiri. Dan semua orang boleh

mengambilnya, tentu tetap dengan menjaga kelestariannya, dan Tidak merusak

lingkungan.

5). Tanaman Obat

Disekitar sungai juga terdapat beberapa tanaman yang biasanya di jadikan

obat oleh masyarakat setempat. Ada akar pohon kalalawit yang berkhasiat

mengobati diare, mencret dan berak darah. Caranya adalah dengan memotong

akar yang menjalar kemudian ambil airnya atau langsung diminum, rasanya segar

dan agak kesat di lidah.

Untuk obat malaria ada akar penawar gantung, selain malaria juga bisa

digunakan untuk obat demam. Akarnya juga menjalar, cara memperolehnya yaitu

potong akarnya lalu dihaluskan kemudian diminum. Untuk sakit kuning (liver)

juga ada tanamannya, namanya akar kuning. Bentuknya seperti akar, melilit

Page 56: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

49

dipohon. Caranya adalah dengan memotong akar tersebut kemudian direbus,

rebusan air inilah yang kemudian diminum untuk mengobati sakit kuning.

Anjurannya diminum 3 x sehari.

Kemudian untuk menambah stamina, meredakan pegal-pegal dan sakit

pinggang, Pohon sutra, akar tawasut dan pasak bumi solusinya. Caranya dengan

merebus ketiganya dalam satu wadah, kemudian baru bisa diminum. Akar-akar ini

terdapat di dataran tinggi hutan seperti di kaki bukit bulan. Setelah itu ambil

akarnya dengan diameter kurang lebih 10 cm.

Sarang semut. Terdapat pada pohon-pohon tertentu, sarang semut biasanya

ada diranting-ranting pohon, mirip benalu. Ukurannya sebesar bola kaki

berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan menambah stamina.

Caranya dengan merebus umbi sarang semut dengan air panas, kemudian

diminum. Akar gendis, selain buahnya yang juga dapat dimanfaatkan untuk

campuran sambal dan sayur asam ternyata akar pohon gendis juga berkhasiat

meredakan demam. Caranya adalah dengan mencari pohon gendis yang

berdiameter 30 cm, ambil akarnya. Kemudian direbus dengan air panas, kemudian

air rebusan tersebut diminum.

Daun patah kemudi. Jenis tumbuhan yang tidak bisa tumbuh tinggi dan

berkembang biak seperti tunas. Daun patah kemudi berkhasiat sebagai obat luka

dalam. Caranya adalah dengan menghaluskan daunya hingga lembut, kemudian

diperas hingga keluar airnya. Kemudian setelah itu air perasan tadi dicampur

dengan kuning telur ayam kampung lalu diminum.

d. Potensi Sumber Daya Perikanan

Potensi sumber daya perikanan di sungai Landabung cukup baik. Terdapat

banyak jenis ikan yang hidup disungai ini. Diantaranya adalah ikan gabus,

tahuman, sepat, papuyu, patin, jelawut, tapah, kapar, patung, kerandang, tahuman,

kihung, penter, dan peyang. Saat ini masyarakat bisa menangkap ikan sebanyak

10-15 Kg pada musim kemarau.

Pada zaman dahulu di musim yang sama hasil tangkapan bisa mencapai 2

kwintal. Dengan harga saat itu tahun 1960 untuk ikan kering dihargai Rp 2.000/

Page 57: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

50

kwintal dan harga untuk ikan basah mencapai Rp 15.000/ Kwintal. Untuk Harga

ikan hasil tangkapan warga sekarang 10.000-20.000/ Kg. Untuk ikan kering

harganya mencapai 40.000-45.000/Kg.

Alat yang digunakan masyarakat untuk menangkap ikan adalah alat

tradisional seperti pengliar, bubu, bajur, tampirai, rengge, dan bubu. Sebenarnya

hasil tangkapan warga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya alat yang digunakan

warga. Sekarang ikan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun penghalang

yang mengurangi hasil tangkapan masyarakat biasanya adanya hama berupa

berang-berang dan biawak ketika banjir. Dan hama babi ketika kemarau, babi ini

menghancurkan alat tangkap masyarakat.

e. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam Atau Ladang Berpindah

Potensi ladang yang dimafaatkan masyarakat untuk memenuhi kehidupan

sehari-harinya adalah dengan menanam rotan. Pada tahun 1945-1998 rotan

memberikan sumbangsih pemasukan ekonomi yang tinggi bagi masyarakat. Pada

tahun 1972 rotan tidak boleh di ekspor mentah. Rotan yang akan di ekpor harus

sudah dalam bentuk kerajinan tangan.

Luas lahan rotan biasanya mencapai pulihan hektar, ini terjadi karena cara

yang digunakan masyarakat untuk membuka lahan adalah dengan cara dibakar.

Untuk tanaman pertama memerlukan waktu 10 tahun baru bisa diambil, baruslah

setelah itu tiap 1 tahun bisa diambil lagi. Jenis rotan yang ditanam ada dua, rotan

tanam dan rotan irit. Harga rotan saat ini Rp 130.000/ Kg.

f. Potensi Sumber Daya Hewani

Binatang buruan yang terdapat disini antara lain, rusa, babi, burung kacer,

serindit, betet, tiung dan burung cucak hijau. Masyarakat menggunakan jerat

untuk menangkap rusa, dulu dalam waktu seminggu bisa mendapatkan 2 ekor

rusa, sekarang rusa keberadaannya sudah jarang. Jadi dalam seminggu pun untuk

mendapatkan rusa lumayan sulit. Harga daging rusa dijual Rp 50.000/Kg.

Page 58: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

51

Sementara alat yang digunakan masyarakat untuk menangkap burung

adalah dengan menggunakan pulut atau getah. Jadi pulut ditauh diujung galah dan

kemudian burung akan dipancing menggunakan suara burung tiruan. Harga

burung cucah hijau yang sudah bisa berkicau sendiri dihargai Rp 600.000- Rp

1.000.000/ ekor. Pembeli biasanya datang dari sampit, setelah itu akan dijual ke

jawa. Aturan yang ada dalam berburu adalah setiap orang tidak diperkenankan

menggunakan jalur berburu orang lain. Keculai telah mendapatkan izin, kalau ada

yang ketahuan melanggar maka tidak di ijinkan berburu lagi di lokasi tersebut.

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam

Sungai Landabung dikelola dan dimanfaatkan oleh semua masyarakat,

tidak ada sejarah pengelolaan dan kepemilikan sungai oleh salah satu pihak.

F. Sungai Rasau Gunung

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai

Menurut cerita orang zaman dahulu (cerita para orang tua nara sumber),

kenapa di namakan sungai rasau gunung, informasinya karena di muara sungai

banyak di tumbuhi pohon rasau, dan hulu sungainya menuju ke gunung (bukit)

kaki. ( nara sumber : Aswin Tahruji, Kepala Desa Tewang Kampung Sabtudin).

2. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat diwilayah Sungai Rasau

Gunung dapat dibagi dalam beberapa kategori:

a. Potensi Sumber Daya Sungai

Potensi sumber daya sungai Rasau Gunung dari jaman dulu sampai

sekarangyaitu: Seha atau ayap dan tatah. Seha berasal dari bahasa dayak yang

artinya kebakaran atau terbakar yaitu wilayah bekas kebakaran hutan disekitar

sungai, sedangkan ayap adalah wilayah bekas kebakaran hutan yang ditumbuhi

semak belukar atau rerumputan. Wilayah ini selalu terbakar pada saat musim

Page 59: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

52

kemarau. Pada saat musim hujan, wilayah ini tergenang banjir dan sebagai tempat

ikan untuk mencari makan karena sumber makanan diwilayah ini cukup

melimpah.

Masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan biasanya

memanfaatkna kondisi ini untuk mencari ikan dengan memasang alat tangkap

disekitar wilayah tersebut. Tatah adalah sejenis parit yang berukuran kecil,

berfungsi untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan dari dalam hutan. Upah yang

didapat dari perushaan saat itu untuk membuat jalur tatah sebesar 5 juta per Km.

Alat yang digunakan untuk membuat tatah adalah gergaji, kampak, parang bahkan

senso. Sekarang tatah masih dimanfaatkan untuk mencari burung, ikan,

mengeluarkan gemor dan Pantung. Panjang jalaur tatah beragam dari 3 Km - 12

Km dengan lebar 2 m.

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Melihat potensi sumber daya perikanan di sungai Rasau Gunung. Terdapat

banyak jenis ikan yang hidup disungai ini. Diantaranya adalah ikan gabus,

tahuman, sepat, papuyu, patin, jelawut, tapah, kapar, patung, kerandang, tahuman,

kihung, penter, dan peyang. Saat ini masyarakat bisa menangkap ikan sebanyak

25 Kg itupun tergantung banyaknya alat tangkap.

Pada zaman dahulu di musim yang sama hasil tangkapan bisa mencapai 2

kwintal. Dengan harga saat itu tahun 1960 untuk ikan kering dihargai Rp 2.000/

kwintal dan harga untuk ikan basah mencapai Rp 15.000/ Kwintal. Untuk Harga

ikan hasil tangkapan warga sekarang 10.000-20.000/ Kg. Untuk ikan kering

harganya mencapai 40.000-45.000/Kg.

Alat yang digunakan masyarakat untuk menangkap ikan adalah alat

tradisional seperti pengliar, bubu, bajur, tampirai, rengge, dan bubu. Adapun

penghalang yang mengurangi hasil tangkapan masyarakat biasanya adanya hama

berupa berang-berang dan biawak ketika banjir. Dan hama babi ketika kemarau,

babi ini menghancurkan alat tangkap masyarakat. Sekarang ikan digunakan untuk

kebutuhan sehari-hari.

Page 60: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

53

c. Potensi Sumber Daya Hutan

Untuk hasil hutan yang berupa kayu misalnya ramin, meranti, bengkirai,

mertigo dan bentamur. Pada mulanya kayu yang ditebang masyarakat adalah kayu

yang digunakan untuk membuat rumah, perahu dan kayu bakar. Untuk

pengelolaan penanganan kebakaran hutan masyarakat akan mendapat himbauan

dari kades agar berhati-hati dengan api. Jika telah terjadi kebakaran sekiranya

mampu untuk dipadamkan maka akan dipadamkan secara bergotong royong. Jika

tidak maka akan dibiarkan saja.

d. Potensi Sumber Daya Hutan Bukan Kayu

Banyak potensi sumber daya hutan bukan kayu diantaranya pantung,

damar, gemor, tanaman obat, buah-buahan hutan, dan sayur mayur.

1). Pengelolaan Pantung

Pantung merupakan jenis pohon liar yang tumbuh liar dihutan. Tahun

1965 masyarakat sudah memanfaatkan pohon pantung untuk diambil getahnya.

Ketika mencari pantung masyarakat akan berangkat secara berkelompok, satu

kelompok terdiri dari 10 orang. Mereka akan mensurvei atau mencari ke dalam

hutan untuk menemukan lokasi yang terdapat pohon pantung. Biasanya lokasi

yang terdapat pohon pantung sekitar dua sampai tiga kilometer dari pinggir

sungai. Setelah ketemu, lokasi tersebut akan dibersihkan dan diberi tanda. Lokasi

pantung yang sudah dikelola akan dibuatkan jalur untuk memudahkan

pengambilan getah. Lokasi yang sudah dikelola statusnya menjadi hak milik dan

dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.

Cara pengambilan getah pantung pada zaman dulu dengan cara dikikis

kulitnya memakai parang, sekarang memakai alat toreh atau pisau sadap. Hara

pantung sekarang Rp 700/ Kg, untuk satu Kwintalnya dijual Rp 750.000 ke

sampit.

2). Pengelolaan Damar

Page 61: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

54

Damar berasal dari getah kayu yang mengeras. Ada beberapa jenis kayu

yang mengeluarkan getah damar yaitu: meranti, rasak, bunyit, keruing. Getah

damar biasanya terdapat pada kayu yang sudah tumbang, getah akan meleleh

ketanah dari pohon yang sudah tumbang dan mengeras.

Pohon getah damar terdapat di dalam hutan, umumnya masyarakat

berkelompok untuk mencarinya, satu kelompok bisa mencapai 5 orang. Alat yang

dipakai untuk mencari damar adalah sejenis tombak bermata satu, caranya tombak

tersebut ditancap-tancapkan kedalam tanah dekat pohon tumbang, bila terdengar

bunyi benturan dengan benda keras atau bunyi “crek”, maka dipastikan didalam

tanah tersebut terdapat getah damar. Selanjutnya tanah itu akan digali dan

diambil damarnya. Hasilnya akan dibagi rata sesuai dengan jumlah kelompok.

Masyarakat memanfaatkan getah damar untuk dijadikan dempul dalam

pembuatan perahu, sebagai bahan bakar lampu dan dijual. Harga damar sekarang

Rp 5.000/Kg - Rp 10.000/Kg.

3). Pengelolaan Gemor

Gemor sudah dimanfaatkan sejak tahun 1980. Gemor terdapat dihutan

yang diambil dari kulit kayu pohon gemor yang kemudian dipotong kecil dan

dikeringkan. Untuk mendapatkan getah gemor batangnnya harus ditebang terlebih

dahulu, kalau pohonnya besar ditebang menggunakan kapak, kalau pohonnya

kecil ditebang pakai parang. Harga sekarang Rp 7.000/Kg.

e. Potensi Ladang Bekas Bercocok Tanam Atau Ladang Berpindah

Potensi ladang yang dimafaatkan masyarakat untuk memenuhi kehidupan

sehari-harinya adalah dengan menanam rotan. Pada tahun 1945-1998 rotan

memberikan sumbangsih pemasukan ekonomi yang tinggi bagi masyarakat. Pada

tahun 1972 rotan tidak boleh di ekspor mentah. Rotan yang akan di ekpor harus

sudah dalam bentuk kerajinan tangan.

Luas lahan rotan biasanya mencapai puluhan hektar, ini terjadi karena cara

yang digunakan masyarakat untuk membuka lahan adalah dengan cara dibakar.

Untuk tanaman pertama memerlukan waktu 10 tahun baru bisa diambil, baruslah

Page 62: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

55

setelah itu tiap 1 tahun bisa diambil lagi rotannya. Jenis rotan yang ditanam ada

dua, rotan tanam dan rotan irit. Harga rotan saat ini Rp 130.000/ Kg.

f. Potensi Sumber Daya Hewani

Binatang buruan yang terdapat disini antara lain, rusa, babi, buaya, burung

kacer, serindit, betet, tiung dan burung cucak hijau. Masyarakat menggunakan

jerat untuk menangkap rusa, dulu dalam waktu seminggu bisa mendapatkan 2

ekor rusa, sekarang rusa keberadaannya sudah jarang. Jadi dalam seminggu pun

untuk mendapatkan rusa lumayan sulit. Harga daging rusa dijual Rp 50.000/Kg.

Sementara alat yang digunakan masyarakat untuk menangkap burung

adalah dengan menggunakan lem (pulut) atau getah. Jadi pulut ditauh diujung

galah dan kemudian burung akan dipancing menggunakan suara burung tiruan

dari handphone (Hp). Harga burung cucak hijau yang sudah bisa berkicau sendiri

dihargai Rp 600.000- Rp 1.000.000/ ekor. Pembeli biasanya datang dari sampit,

setelah itu akan dijual ke jawa.

Aturan yang ada dalam berburu adalah setiap orang tidak diperkenankan

menggunakan jalur berburu orang lain. Keculai telah mendapatkan izin, kalau ada

yang ketahuan melanggar maka tidak diijinkan berburu lagi di lokasi tersebut.

g. Sejarah Pengelolaan Sumber Daya Alam

Sungai Rasau Gunung dikelola dan dimanfaatkan oleh semua masyarakat,

tidak ada sejarah pengelolaan dan kepemilikan sungai oleh salah satu pihak.

Page 63: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

56

BAB IV

KEARIFAN LOKAL

A. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA)

1. Kearifan lokal

Kearifan lokal yang dideskripsikan pada tulisan ini merupakan kearifan

lokal yang yang masih dipertahankan oleh masyarakat yang tinggal disekitar

kawasan sungai dan anak Sungai Katingan yang masuk wilayah Taman Nasional

Sebangau. Beberapa anak sungai tersebut adalah sungai Rasau dan Sampang

dengan pemanfaat utama masyarakat Desa Petak Bahandang dan Desa

Handiwung Kecamatan Tasik Payawan, Sungai Kamipang dengan pemanfaat

utama masyarakat desa Asem Kumbang dan Desa Baun Bango Kecamatan

Kamipang, Sungai Punggualas dengan pemanfaat utama masyarfakat Desa

Keruing kecamatan Kamipang, sungai Bulan dengan pemanfaat utama masyarakat

desa Tumbang Bulan Kecamatan Mendawai, sungai Landabung dengan

pemanfaat utama masyarakat Desa Perigi Kecamatan Mendawai dan sungai Rasau

Gunung dengan pemanfaat utama masyarakat Desa Tewang Kampung kecamatan

Mendawai.

Kearifan lokal ini diperoleh dari responden kategori pertama (K1R1) dan

responden kategori kedua (K1R2). K1R1 merupakan narasumber utama tentang

kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam. Sedangkan K1R2 merupakan

pelaku kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam. Kearifan lokal dalam

pengelolaan sumber daya alam yang terdapat di sungai yaitu: pengelolaan sungai

dan danau, pengelolaan tatah, pengelolaan seha dan ayap, pengelolaan beje.

pengelolaan hutan, yaitu pengeloaan hasil hutan bukan kayu antara lain: pantung

(jelutung), gemor, dammar, rotan, buah-buahan hutan, tanaman obat dan madu

hutan. Pengelolaan bidang perikanan, pengelolaan binatang/hewan buruan dan

pengelolaan bekas ladang berpindah/ bercocok tanam.

Page 64: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

57

a. Adat mengelola Sungai dan danau

Untuk mengelola sungai dan danau ada beberapa aturan:

(1) Masyarakat berhak menggunakan sungai dan danau untuk berbagai

keperluan dan memungut sumber daya alam yang ada di sepanjang aliran

sungai dan sekitar

(2) Masyarakat yang memanfaatkan sungai dan danau untuk mencari sumber

kehidupan, maka menjadi tugas mereka untuk menjaga kebersihan sungai

dan danau, serta menaati aturan yang telah disepakati bersama.

(3) Jika ada masyarakat luar yang tidak berdomisili di sungai tersebut dan

ingin masuk ke sungai untuk mengambil hasilnya, maka harus ijin ke

kepala desa.

(4) Jika ada msyarakat yang melanggar aturan akan dilaporkan ke Damang

atau Kepala Desa dan dikenakan denda berupa :

(a) Ditegur dan di ingatkan untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya

(b) Jika melakukan kerusakan maka harus mengganti sesuai dengan

jumlah kerusakan yang dilakukan.

(c) Besaran denda tergantung kesepakatan antara pihak yang melanggar

dan yang dirugikan.

b. Adat mengelola Tatah

(1) Tatah merupakan sungai kecil atau berupa kanal yang dibuat untuk

menghubungkan suatu tempat (biasanya dibuat untuk jalur tranportasi

angkutan hasil hutan).

(2) Pembuatan tatah atau kanal harus mendapat persetujuan dari warga

masyarakat dan diketahui oleh Damang atau Kepala Desa.

(3) Pemilik tatah berhak memungut jasa pengelolaan dari setiap orang yang

memanfaatkan tatah sebagai sarana transportasi atau tempat berusaha.

Page 65: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

58

(4) Hak pengelolaan tatah tidak boleh dipindahtangankan atau

diperjualbelikan kepada warga pendatang yang tidak mempunyai

hubungan kekerabatan dengan masyarakat adat setempat.

(5) Tatah yang bermuara pada sungai besar, jika ditinggalkan oleh pemiliknya

selama tiga tahun berturut-turut, maka hak pengelolaan atau

pemanfaatannya menjadi hak bersama masyarakat adat setempat.

(6) Tatah yang bermuara pada sungai atau anak sungai jika ditinggalkan oleh

pemiliknya selama satu tahun berturut-turut, maka hak pengelolaan atas

tatah tersebut sepenuhnya jatuh kepada pengelola sungai induknya.

(7) Hak pengelolaan tatah (kanal) hanya terbatas mengelola dan

memanfaatkan tatah (kanal) saja selama yang pemiliknya melakukan

kegiatan usaha di tatah tersebut, sedangkan tanah atau hutan disekitarnya

bukan haknya.

(8) Seseorang yang membuat tatah/kanal tanpa pemberitahuan/izin pada tetua

kampung atau Kepala Desa dikenakan sanksi berupa:

(a) Ditegur dan diingatkan dan berjanji tidak menugulangi perbuatannya

lagi.

(b) Menyampaikan permohonan maaf .

(c) Denda adat ditetapkan melalui rapat bersama masyarakat dan besaran

denda disepakati bersama sesui dengan tingkat kerugiannya.

c. Adat mengelola seha dan ayap

Seha merupakan bekas kebakaran di lokasi pinggir sungai yang ditumbuhi

rumput, sedangkan ayap adalah bekas kebakarn yang ditumbuhi semak belukar.

Pengelolaan seha dan ayap antara lain :

(1) Seha dan ayap bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, tidak ada hak

kepemilikan.

(2) Bagi nelayan yang memanfaatkan seha dan ayap sebagai lokasi menaruh

alat tangkap ikan, maka dia wajib memelihara lokasi tersebut.

Page 66: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

59

(3) Jika sudah ada nelayan yang sudah memanfaatkan seha dan ayap, maka

nelayan lain tidak boleh memanfaatkan lokasi tersebut, harus mencari

lokasi lain.

(4) Pemeliharaan dan pembersihan secara berkala menjadi tanggung jawab

pengelola lokasi.

(5) Salah satu Kebiasaan masyarakat dalam pemeliharaan seha dan ayap

adalah dengan cara dibakar, karena setelah dibakar lokasi tersebut

menjadi sarang ikan dan tempat berkembang biak.

(6) Lokasi seha dan ayap selama 1 atau 2 tahun tidak lagi dikelola, maka

nelayan lain berhak mengelolanya.

d. Adat mengelola beje/lubuk

Beje/lubuk merupakan galian tanah yang berbentuk seperti kolam. Beje di

buat oleh nelayan yang berfungsi sebagai tempat menangkap ikan, beje

biasanya dibuat dilokasi seha. Pengelolaan beje yaitu :

(1) Beje dibuat oleh perseorangan dan merupakan hak milik.

(2) Aturan membuat beje harus rapi dan searah. Muara beje harus menghadap

ke sungai.

(3) orang lain bisa ikut memanfaatkan hasil dari beje dengan terlebih dahulu

meminta izin kepada pemiliknya.

(4) Jika orang lain ikut memanfaatkan maka ada bagi hasil, besaran bagi hasil

sesuai dengan kesepakatan.

(5) Jika ada orang lain yang mengambil hasil tanpa ijin ke pemiliknya, maka

akan dilaporkan ke RT atau kepala desa, besaran denda disepakati

bersama dan disesuaikan dengan banyaknya kerugian yang diambil.

e. Adat mengelola hutan

Dalam hal mengelolaan hutan, ada beberapa aturan diantaranya:

(1) Hutan harus dipelihara dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat

bagi masyarakat menggantungkan hidupnya seperti sumber mata

Page 67: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

60

pencaharian, sumber sayuran, buah dan obat-obatan, dan tempat

tersedianya berbagai jenis hewan, termasuk bintang buruan.

(2) Kawasan hutan tempat tumbuhnya pohon yang bernilai ekonomi tidak

boleh dibuka untuk berladang

(3) Larangan membuka kawasan hutan yang masuk kategori tajahan, kaleka,

pahawen

(4) Pohon yang akan digunakan untuk keperluan tertentu (misalnya untuk

membuat perahu) terlebih dahulu diberi tanda dan membersihkan pohon

tersebut. Pohon ini tidak boleh diganggu/ditebang tanpa seijin pemberi

tanda.

(5) Setiap laki-laki dewasa atau sudah berumah tangga berhak menebang

pohon untuk mendirikan sebuah rumah sekali dalam seumur hidup, dan

membuka lahan untuk berladang, bercocok tanam atau berkebun serta

untuk membuat perahu. Pembukaan lahan harus mendapat persetujuan dari

Tetua Kampung. Sebelum membuka lahan, lebih dahulu dilakukan

pemacangan patok pada tiap sudut lahan. Kawasan yang telah dibuka

tersebut tidak boleh digarap oleh orang lain dalam kurun waktu satu kali

musim berladang (satu tahun), kecuali ada persetujuan dari orang yang

memasang tanda/patok.

f. Adat mengelola Hasil Hutan Bukan Kayu

1) Mengelola Pantung (jelutung)

1) Masyarakat yang telah dewasa berhak memanfaatkan/mengambil berbagai

sumber daya alam yang ada, termasuk memungut getah pantung (jelutung)

di kawasan hutan yang dimanfaatkan bersama,

2) Masyarakat (penemu lokasi) berhak membuat rintisan jalur jalan pantung

antara delapan sampai dengan sepuluh jalur pantug yang diketahui orang

banyak dan mendapat persetujuan dari Pemangku Adat setempat atau

Tetua Kampung, dimana masing-masing jalur berisi/ terdapat 60 sampai

120 pohon pantung (Jelutung)

Page 68: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

61

3) Masyarakat atau pengelola jalur pantung hanya berhak

mengambil/memungut getah pantung (jelutung) saja, tapi bukan pemilik

kawasan hutan dan tanahnya.

4) Jalur jalan pantung yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya selama dua

belas bulan (satu tahun) berturut-turut, maka ia tidak berhak lagi terhadap

jalur jalan pantung tersebut.

5) Bila ada pengrusakan jalur pantung sehingga para pekerja/penyadap getah

pantung tidak bisa lagi mengambil getah ataupun potensi sumber daya

alam lain yang ada di kawasan jalur pantung yang rusak, maka pelaku

kerusakan jalur tersebut dikenakan sanksi berupa:

(a) Dilaporkan ke Damang atau Kepala Desa

(b) Di tegur dan diingatkan serta memohon maaf tidak mengulangi

perbuatannya lagi.

(c) Dilaraang ikut bekerja dilokasi pantung tersebut.

(a) Dikenakan denda, besarnya denda disepakati bersama sesuai dengan

tingakat kerugiannya.

2) Adat Mengelola Gemor

Beberapa aturan memungut gemor :

(a) Gemor merupakan tumbuhan liar yang terdapat pada suatu kawasan,

merupakan hak bersama warga masyarakat adat setempat

(b) Masyarakat bebas mencari gemor di kawasan hutan

(c) Jika seseorang telah menemukan gemor maka ia wajib memberi tanda

lalu melaporkannya pada tetua kampung.

(d) Gemor yang telah diberi tanda oleh seseorang maka orang lain tidak

boleh mengambilnya.

(e) Masyarakat hanya memiliki hak memungut saja, bukan memiliki tanah

(kawasannya).

(f) Cara mengambil gemor adalah dengan cara ditebang, pohon sisa (hasil

tebangan) tetap diberi tanda sebagai hak pengelolaan

Page 69: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

62

(dirawat/dibersihkan sekelilingnya) untuk dipanen lagi pada 3-4 tahun

berikutnya.

3) Adat Mengelola Damar

Beberapa aturan memungut damar :

1) Damar (hasil hutan buka kayu) yang terdapat pada suatu kawasan

hutan, merupakan hak bersama warga masyarakat adat setempat.

2) Masyarakat hanya memiliki hak memungut saja, bukan pemilik tanah

(kawasannya).

3) Umumnya masyarakat mencari dammar secara berkelompok (2-6

orang) hasilnya dibagi rata pada setiap anggota

4) Tatkala seseorang/kelompok orang sedang memungut dammar, ada

orang/kelompok lain yang datang belakangan maka orang/kelompok

yang baru datang tersebut mempunyai hak yang sama memungut

dengan lebih dahulu meminta izin kepada penemu sebelumnya.

5) Adat Mengelola Rotan

1) Rotan yang tumbuh secara alami di kawasan hutan dalam wilayah

komunitas masyarakat adat biasanya digunakan untuk berbagai

keperluan hidup masyarakat setempat, misalnya untuk keperluan

membangun rumah/pondok, membuat alat perlengkapan berladang,

alat penangkap ikan alat penangkap biantang liar (berburu) dan

sebagainya.

2) Kawasan tumbuhnya rotan alam merupakan hak bersama masyarakat,

dimana pemanfaatannya untuk segenap warga masyarakat adat karena

mereka mempunyai hak yang sama.

3) Hak pengelolaan kawasan tumbuhan rotan alam hanya sebatas

mengambil/memungut rotannya saja bukan kawasan hutan dan

tanahnya.

Page 70: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

63

g. Adat Mengelola Buah-buahan hutan

(a) Buah-buahan yang tumbuh di hutan merupakan hak bersama warga

masyarakat adat setempat

(b) Masyarakat memiliki kewajiban yang sama dalam memelihara dan

memanfaatkan buah-buahan yang tumbuh di hutan.

(c) Pohon buah hutan yang telah diberi tanda oleh warga lainnya tatkala buah

itu belum masak, orang lain tidak boleh mengambil buah tersebut ketika

matang,

(d) Pemanfaatan buah-buahan hutan yang telah diberi tanda harus seizin atau

bersama-sama dengan pemberi tanda dalam memanfaatkannya.

(e) Kepemilikan terhadap buah-buahan yang tumbuh secara alami di hutan

hanyalah hak memungut buah, bukan tanahnya.

(f) Jika seseorang merusak/menghilangkan tanda larangan mengambil buah,

maka perusak tersebut dikenakan sanksi berupa:

a. Membayar denda adat pengrusakan tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda.

b. Membayar denda memetik buah yang diberi tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda larangan

c. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya kepada pemilik/pemberi tanda larangan.

d. Denda adat ditetapkan melalui rapat Mantri Adat dan Kepala Desa

sesuai dengan jumlah pohon buah dan nilai jual buah yang dipetik

tersebut.

h. Adat Mengelola Tumbuhan obat-obatan

(1) Berbagai jenis tumbuh-tumbuhan alami di kawasan hutan yang dapat

diramu menjadi obat-obatan tradisonal merupakan hak bersama

masyarakat

(2) Pengelolaan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan alami dikawasan hutan

untuk obat-obatan tradisonal menjadi hak dan kewajiban bersama

masyarakat.

Page 71: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

64

(3) Hak atas tumbuhan alami yang dapat diramu menjadi obat-obatan

tradisional hanya sebatas memanfaatkan, bukan tanahnya.

(4) Bila seseorang merusak hutan yang banyak terdapat tumbuhan yang dapat

diramu menjadi obat-obatan sehingga fungsinya terganggu dikenakan

sanksi berupa:

(a) Jika seseorang ketahuan berbuat pelanggaran, maka akan dilaporkan ke

Mantri Adat atau Kepala Desa

(b) Dikenakan Denda adat. Denda ditentukan melalui rapat mantri adat

bersama kepala desa sesuai dengan tingkat kerusakan area hutan

tersebut.

i. Adat mengelola madu hutan

(1) Madu hutan adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang membuat

sarang di hutan. Biasanya lebah ini bersarang di pohon-pohon besar seperti

pohon jingah yang terdapat dipinggiran sungai.

(2) Orang yang petama kali menemukan madu hutan maka dia berhak

memiliki lokasi tersebut.

(3) Hak kepemilikan lokasi madu hutan biasanya ditandai dengan pasak atau

batang bambu yang diikatkan ke pohon yang berfungsi juga sebagai

tangga untuk mengambil madu.

(4) lokasi sekitar madu hutan juga dibersihkan sebagai tanda bahwa sudah ada

pemiliknya.

(5) Lokasi madu hutan kepemilikannya dapat diwariskan secara turun

temurun.

(6) Jika seseorang merusak/menghilangkan tanda larangan mengambil madu,

maka perusak tersebut dikenakan sanksi berupa:

a. Membayar denda adat pengrusakan tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda.

b. Membayar denda mengambil madu yang diberi tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda larangan

Page 72: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

65

c. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya kepada pemilik/pemberi tanda.

d. Denda adat ditetapkan melalui rapat Mantri Adat dan Kepala Desa

sesuai dengan jumlah kerugian.

j. Adat Mengelola Binatang buruan

Beberapa aturan berburu binatang:

(1) Berburu merupakan hak bersama warga masyarakat,

(2) Kawasan hutan merupakan lokasi tempat berburu, mengintai, memasang

jerat atau perangkap binatang

(3) Kawasan hutan tempat berburu dipelihara/dijaga secara bersama oleh

masyarakat, tidak boleh dirusak apalagi dialihfungsikan,

(4) Berburu binatang seperti babi hutan, rusa atau kijang dapat dilakukan

dengan bantuan anjing pelacak dan senjata tombak atau sumpit

(5) Berburu terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging,

tidak boleh berlebihan,

(6) Kawasan hutan tempat berburu merupakan hutan yang dikelola dan

dipelihara bersama oleh masyarakat hanya sebatas hak adat berburu bukan

pemilik kawasannya.

k. Adat Mengelola Perikanan

Beberapa aturan mengelola/mencari ikan:

(1) Alat yang digunakan dalam menangkap ikan adalah peralatan tradisional

seperti bubu (buwu), rengge, tampirai, rawai dan lain-lain alat tangkap

ikan tradisional

(2) Setiap penangkapan ikan dilokasi tatah harus seizin pengelola tatah.

(3) Penangkapan ikan dengan cara menyetrum, menggunakan tuba ataupun

bahan beracun lainnya dilarang karena dapat menyebabkan kematikan ikan

secara masal

Page 73: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

66

(4) Seseorang memasuki sungai tanpa izin pengelola sungai/anak sungai untuk

tujuan menangkap ikan atau mencari hasil hutan di sekitar sungai

dikenakan sanksi berupa:

(a) Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

(b) Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat sesuai nilai hasil

usaha yang diperoleh .

(5) Seseorang yang menuba/menyetrum sungai/anak sungai/danau sehingga

menyebabkan kematian ikan secara masal dikenakan sanksi. Demikian

pula halnya bagi seseorang yang melakukan suatu aktivitas yang

mengancam keselamatan manusia. Kepada pelaku dikenakan sanksi

berupa:

(a) Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

(b) Pelanggar tidak boleh melakukan kegiatan atau berusaha di sungai dan

danau tersebut

(c) Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat dan Kepala Desa

sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi.

(6) Seseorang yang melakukan pengrusakan terhadap alat tangkap ikan milik

orang lain sehingga alat tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya

dikenakan sanksi berupa:

(a) Membayar denda kepada pemilik alat tangkap ikan

(b) Memperbaiki/Mengganti alat tangkap ikan kepada pemiliknya sesuai

dengan jenis dan jumlah alat yang rusak atau dibuang.

(c) Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

(d) Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat dan Kepala Desa

sesuai jenis dan jumlah alat tangkap yang dirusak.

Page 74: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

67

L. Adat Mengelola Ladang Bekas Bercocok Tanam/ Ladang Berpindah

(1) Lokasi bekas ladang berpindah ditanami masyarakat dengan jenis

tanaman rotan, karet dan buah-buahan.

(2) Lokasi bekas ladang berpindah dipelihara oleh masyarakat dengan cara

dibersihkan secara berkala.

(3) Sebelum dilakukan penanaman, ladang di bersihkan dengan cara di bakar,

dengan terlebih dahulu dibuat sekat batas agar tidak menjalar melebihi

batas ladang.

(4) Jika ada seseorang yang membersihkan ladang dengan dibakar dan apinya

menjalar ke hutan atau ladang orang lain, maka akan dikenakan denda

berupa :

(a) Dilaporkan ke Mantri Adat atau Kepala Desa.

(b) Ditegur, di ingatkan dan memohon maaf atas perbuatannya kemudian

berjanji tidak akan mengulanginya.

(c) Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat atau Kepala Desa.

Besaran denda di sesuaikan dengan kerugian yang diakibatkan oleh

pelanggaran.

(5) Tanah lokasi bekas ladang berpindah adalah hak milik dan diakui oleh

masyarakat dan hukum adat setempat.

(6) Kepemilikan lokasi bekas ladang berpindah bisa diwariskan ke

keturunannya.

(7) sistem pewarisan dengan cara orang tua menghibahkan ke anak

sulungnya secara lisan, atau dilakukan musyawarah dalam keluarga siapa

pihak yang bersedia mengelola lokasi bekas ladang berpindah.

(8) Pada masa sekarang lokasi bekas ladang berpindah dbuatkan dokumen

kepemilikan, sehingga selain diakui secara adat juga diakui legalitasnsya

oleh hukum pemerintahan.

Page 75: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

68

B. Keterlaksanaan kearifan lokal dalam pengelolaan SDA

Dari enam sungai yang dikaji dalam wilayah administrasi kabupaten Katingan.

Tidak semua sungai yang masih komitmen mempertahankan pelaksanaan kearifan

lokal dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.. Aspek-aspek kearifan lokal yang

masih terlaksana di wilayah sungai Katingan dipaparkan berikut ini :

1. Pengelolaan Sungai dan danau

Dari enam sungai yang masuk kedalam wilayah taman Nasional Sebangau

hanya empat Sungai yang masih mempertahankan kearifan lokal pengelolaan

sungai dan danau. Keenam sungai tersebut yaitu : Sungai Rasau dan Sampang,

Sungai Kamipang, Sungai Punggualas, Sungai Bulan, sedangkan dua Sungai yaitu

sungai Landabung dan Rasau Gunung sudah berkurang penerapan kearifan

lokalnya.

Bentuk kearifan lokal yang masih dipertahankan dikeenam sungai tersebut

adalah kegiatan pemeliharaan sungai yang masih dilakuakan dari dahulu sampai

sekarang dengan cara dibersihkan dari ranting, dahan atau batang pohon yang

menghalangi jalur sungai. ketergantungan masyarakat terhadap sungai sebagai

sumber mata pencaharian memunculkan kesadaran yang tinggi tentang kelestarian

Sumber Daya Alam.

Peran Balai Taman Nasional selaku perpanjangan tangan pemerintah dan

lembaga Non Pemerintah (NGO) seperti WWF yang ikut menjaga kelestarian

alam ikut menyumbang keberlakuan kearifan lokal terkait pengelolaan sungai,

contoh: di Sungai Punggualas dijadikan pusat penelitian oleh WWF sehingga

ekosistem di sungai dan hutan sekitar terjaga, di Sungai Bulan terdapat Pos Polisi

Hutan (Polhut) di muaranya, sehingga masyarakat ikut terbantu dalam menjadga

ekosistem sungai.

Sedangkan kondisi Sungai Landabung dan Rasau Gunung kurang terawat.

Penyebabnya banyak Pohon Rasau, bakung dan Batang pohon yang menghalangi

jalur sungai tidak dibersihkan. Faktor lainnya jarangnya nelayan yang mencari

ikan di kedua sungai tersebut sehingga kebersihan sungai terabaikan.

2. Pengelolaan Tatah, Beje, Seha dan Ayap

Page 76: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

69

Hampir semua anak sungai katingan yang masuk kedalam kawasan Taman

Nasional Sebangau terdapat tatah, beje, Seha dan Ayap.

a. Pengelolaan Tatah

Tatah dianak sungai katingan yang masuk kedalam kawasan Taman

Nasional hampir semuanya beralih fungsi menjadi tempat alat menangkap ikan.

Semenjak ditetapkan kawasan taman Nasional fungsi tatah yang awalnya untuk

mengeluarkan hasil hutan seperti kayu, getah pantung dan gemor, sekarang tidak

berfungsi seperti sedia kala. Atuaran Taman Nasioaal yang melarang penebangan

pohon ikut andil dalam ketidakberfunsian tatah.

b. Pengelolaan Seha dan Ayap

Disepanjang aliran sungai yang masuk taman Nasional Sebangau

masih banyak terdapat lokasi seha dan ayap, semua masyarakat yang berprofesi

sebagai nelayan memanfaatkan lokasi tersebut untuk menaruh alat tangkap ikan.

Kearifan lokal dalam memelihara lokasi seha dan ayap adalah

dibersihkannya secara berkala kedua lokasi tersebut dengan memakai alat

tradisional seperti parang untuk memudahkan pemasangan alat tangkap ikan,

kemudian musim kemarau seha dibakar, setelah dibakar pada saat datang musim

hujan lokasi yang terbakar ini dijadikan oleh ikan sebagai tempat tinggal dan

berkembang biak.

3. Pengelolaan hasil hutan bukan kayu

Hasil hutan yang masih dimanfaatkan sampai sekarang adalah getah pantung,

kulit gemor, buah-buahan hutan dan tumbuhan obat.

Pengelolaan getah Pantung masih bisa kita temukan di Sungai Rasau Gunung.

Pengeloaan hasil getah pantung dengan cara dipadatkan diwadah sejenis ember,

setelah padat di rendam dalam bak atau kolam untuk mengawetkan sebelun

dijual.sedangkan pengelolaan kulit gemor di sungai Kamipang Desa Baun Bango.

Masyarakat menjemur kulit gemor yang sudah dipotong kecil-kecil untuk

dikeringkan selanjutnya dijual.

Page 77: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

70

Buah- buahan hutan dan tumbuhan obat masih bisa ditemukan di hampir

semua sungai yang masuk kedalam kawasan taman Nasional Sebangau. Buah-

buahan hutan seperti piais (rambutan hutan) dan gantalong (manggis Hutan)

masih bisa ditemukan di Sungai Punggualas, Sungai Landabung dan Rasau

Gunung. Sedangkan tumbuhan obat seperti akar kuning, tawasut, akar sutera akar

sintuk dan tumbuhan obat lainnya bisa ditemukan di Sungai Punggualas, Sungai

Bulan dan Sungai Landabung. Masyarakat memanfaatkan buah-buahan hutan dan

tanaman untuk dikonsumsi sendiri dan mengambil dalam jumlah terbatas sesuai

dengan keperluan.

Madu hutan masih dimanfaatkan hasilnya didaerah Sungai Sampang dan

Rasau. Madu ini dihasilkan oleh lebah yang membuat sarang di hutan. Biasanya

lebah ini bersarang di pohon-pohon besar dan tinggi seperti pohon jingah. Pohon

jingah biasanya terdapat dipinggiran sungai.

Orang yang petama kali menemukan madu hutan berhak atas pengelolaan

lokasi madu yang ditemukannya. Hak kepemilikan lokasi madu hutan biasanya

ditandai dengan pasak atau batang bambu yang diikatkan ke pohon yang berfungsi

juga sebagai tangga untuk mengambil madu. Selain diberi tanda, lokasi sekitar

madu hutan juga dibersihkan sebagai tanda bahwa sudah ada pemiliknya.

Kepemilikan hak kelola lokasi madu hutan dapat diwariskan secara turun

temurun. Kebiasaan masyarakat mengelola hasil hutan seperti ini dari dulu sampai

sekarang masih dipertahankan.

1) Potensi Sumber Daya Perikanan

Sungai katingan mempunyaipotensi sumber daya ikan yang melimpah,

termasuk anak sungai yang masuk ke kawasan Taman Nasional Sebangau.

Sebagian Besar masyarakat yang berdomisili disekitar aliran sungai bermata

pencaharian sebagai nelayan untuk memanfaatkan hasil ikan yang luar biasa ini.

Secara umum pengelolaan ikan masih dilakukan secara tradisional, ini bisa

dilihat dari alat tangkap ikan yang masih digunakan dan dipertahankan oleh para

Page 78: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

71

nelayan dari zaman dulu sampai sekarang. Jenis alat tangkap ikan yang digunakan

para nelayan di sungai Kamipang antara lain : lukah, bubu, salambau, rengge,

tampirai, rawai, banjur, pancing dan jenis alat tangkap ikan lainnya. Alat ini

didesain sedemikian rupa berdasarkan jenis dan ukuran ikan serta musimnya.

Misal alat tangkap bubu di pasang pada musim kemarau, jenis ikan yang

ditangkap ikan pentet, gabus, karandang, miau dan toman. Alat tangkap tampirai

dipasang pada musim hujan, jenis ikan yang ditangkap kakapar, papuyu, pentet,

lais dan tapah.

Tahun 2000 di Besa Baun Bango mulai ada usaha budidaya pembesaran

ikan, jenis ikan yang di budidaya antara lain papuyu, mas, nila, tahuman dan lele.

Masyarakat membuat keramba, kolam dari tanah dan terpal sebagai tempat

budidaya. Bibit ikan diperoleh dari bantuan pemerintah dan organisasi

pemberdayaan masyarakat, khusus untuk ikan toman bibit masih mengambil dari

alam, para nelayan menaruhnya dikeramba untuk dibesarkan.

Para nelayan sangat memperhatikan konsep pelestarian alam dalam

kegiatan penangkapan ikan di sungai. Perilaku seperti ini sudah dilakukan dari

zaman nenek moyang dan orang tua mereka yang juga berprofesi sebagai nelayan,

ini merupakan bentuk kearifan lokal yang masih dipertahankan dan diwariskan ke

generasi selanjutnya. Berikut beberepa kaerifan lokal yang masih berlaku terkait

dengan pengelolaan sumber daya perikanan :

6. Penggunaan alat tangkap ikan tradisional yang tidak merusak lingkungan.

7. Hanya mengambil ikan yang besar, ikan kecil dilepas untuk kelestarian

hidup jenisnya.

8. Dilarang menangkap ikan dengan alat setrum atau racun (potas) karena

merusak lingkungan dan menyebabkan ikan kecil ikut mati sehingga

menyebabkan kepunahan jenis ikan.

9. Jika terjadi pelanggaran dalam menangkap ikan maka akan diberikan

sanksi hukum berupa singer (sanksi/denda ringan) dan jipen (hukuman

yang berat) oleh damang adat atau tetua kampung.

10. Menangkap ikan dengan alat setrum dan racun masuk kategori

pelanggaran hukum pidana, bagi yang melanggar akan ditangkap dan

Page 79: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

72

diserahkan ke polisi untuk diproses hukum.

2) Kearifan Lokal Pengelolaan ladang bekas bercocok tanam atau ladang

berpindah

Semua aliran sungai yang memasuki wilayah Taman Naional terdapat

bekas ladang berpindah. Bekas ladang ini di jadikan Ladang bercocok tanam oleh

masyarakat dengan ditanami pohon karet, padi, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Masyarakat menanam tanaman tersebut untuk dikonsumsi sendiri kecuali tanaman

karet. Kepemilikan ladang adalah hak milik yang diwariskan secara turun

temurun. Dahulu kepemilikan lahan ditandai dengan adanya kegiatan bercocok

tanam, sekarang masyarakat membuat dokumentasi kepemilikan tanah tempat

berladang supaya diakui legalitasnya secara hukum dan menghindari potensi

konflik kepemilikan tanah.

Kegiatan membersihkan ladang merupakan kegiatan rutin masyarakat

pemilik ladang, mereka membersihkan ladang jika musim tanam tiba. Membakar

ladang dengan sekat batas merupakan cara pembersihan ladang yang masih

dipertahankan dari dalu sampai sekarang karena efektif dan efisien dari segi biaya,

waktu dan tenaga. Selasin itu, abu bekas pembakaran bisa dijadikan pupuk alami

pada saat musim tanam tiba. Adanya sekat batas agar api tidak menjalar kemana-

mana (dilokalissir), sekat bakar biasannya berupa parit sekaligus sebagai batas

tanah tempat berladang.

3) Kearifan Lokal Pengelolaan Sumber Daya Hewani

Kegiatan berburu (mandup) masih dilakukan maysarakat yang tinggal

dikawasan Taman Nasional Sebangau. Dari beberapa daerah aliran sungai, masih

ada masyarakat yang melakukan ativitas berburu walaupun dalam jumlah terbatas.

Beberapa binatang buruan seperti rusa, kijang (kerahau), kancil (planduk) dan

babi masih bisa ditemukan dihutan sekitar sungai. Berburu awalnya sebagai hobi,

hasilnya untuk dikonsumsi sendiri dan dibagikan ke masyarakat, tetapi seiring

berjalannya waktu ternyata binatang buruan juga banyak disukai masyarakat maka

para pemburu menjual hasilnya ke pedagang khususnya untuk daging rusa dan

Page 80: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

73

babi. Harga daging rusa Rp 60.000 satu kilogramnya sedangkan harga daging babi

Rp 25.000 sampai Rp 30.000 satu kilogramnya.

Alat tangkap yang digunakan untuk berburu masih tradisional, mereka

menggunakan tombak, jerat/perangkap dan anjing untuk menangkap binatang

buruan. Tidak ada tempat khusus untuk berburu. Waktu berburu biasanya setelah

panen padi, karena hewan buruan sering muncul disekitar ladang padi masyarakat.

Selain berburu rusa, kancil dan babi, masyarakat juga berburu burung. Jenis

burung yang diburu yaitu cucak hijau, serindit, betet, beo (tiyung) dan burung

tingang. Alat untuk menangkap burung dengan pelet atau getah yang dioles dilidi

atau galah, jenis alat tangkap lain seperti jala/rengge dan ditembak memakai

sumpitan. Hasilnya untuk dijual kepada para pembeli untuk dikirim ke jawa.

Walaupun tidak ada tempat khusus untuk berburu, tetapi ada tempat

tertentu yang dilarang untuk berburu seperti hutan lindung atau tempat keramat,

misalnya : tajahan, pahewan dan kaleka. Tempat-tempat tersebut biasannya

ditandai dengan bendera atau kain kuning.

4) Potensi Sumber Daya Hutan

Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan terutama untuk dambil

kayunya. Mereka mengambil kayu dalam jumlah terbatas sesuai dengan keperluan

untuk dijadikan bahan bangunan rumah, pondok, lanting, kayu bakar dan

membuat perahu (ces/alkon).

Masyarakat sangat menjaga kelestarian hutan di wilayah mereka, jika ada

kebakaran hutan maka masyarakat bergotong royong memadamkan apinya supaya

tidak menjalar ke tempat tinggal atau kebun mereka. Apabila ada orang yang

secara sengaja membakar hutan maka akan dilaporkan ke Damang atau pak RT

setempat, demikian juga dengan aturan menebang kayu hanya yang berukuran

besar saja yang bisa diambil.

Untuk tujuan menjaga kelestarian hutan, ada beberapa tempat yang

dilarang untuk diambil hasil hutannya seperti wilayah hutan lindung atau wilayah

hutan yang dikeramatkan masyarakat. Beberapa wilayah yang dikeramatkan

masyarakat yaitu :

Page 81: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

74

4. Tajahan yaitu tempat meminta pertolongan kepada roh ghaib yang

tinggal disekitar kawasan hutan tersebut.

5. Pahewan yaitu tempat daerah yang disakralkan masyarakat ditandai

dengan adanya daun sawang.

6. Kaleka yaitu bekas kampung yang ditinggalkan penduduknya,

penyebabnya dahulu ditempat tersebut diyakini pernah terjadi

peristiwa mengayau (potong kepala orang untuk dijadikan tumbal).

Wilayah kaleka ditandai dengan adanya bekas rumah, kuburan atau

pohon buah-buahan yang ditanam yang dulunya pernah dihuni

manusia.

C. Pengetahuan, respon terhadap kearifan lokal dan kesiapan

pelaksanaannya

1. Kearifan lokal terkait pengelolaan sungai

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat pengguna sungai dan danau

terhadap kearifan lokal pengelolaan sungai. pengelolaan tersebut disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 4.1 Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan kearifan

lokal pengelolaan sungai dan danau

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tahu Setuju Tidak Siap

4. K2R4 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tahu Setuju Siap melaksanakan

6. K2R6 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

Page 82: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

75

7. K2R7 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tahu Setuju Siap melaksanakan

9. K2R9 Tidak Tahu Setuju Tidak Siap

10. K2R10 Tahu Setuju Siap melaksanakan

11. K2R11 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Setuju Siap melaksanakan

14. K2R14 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

15. K2R15 Tahu Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Siap melaksanakan

17. K2R17 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tahu Setuju Siap melaksanakan

19. K2R19 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

20. K2R20 Tahu Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. Kearifan lokal terkait pengelolaan kanal, tatah, seha dan ayap

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan lokal terkait

pengelolaan kanal, tatah, seha dan ayap pengelolaan tersebut disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 4.2 Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan kearifan

lokal pengelolaan kanal, tatah, seha dan ayap

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

Page 83: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

76

4. K2R4 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tidak Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

6. K2R6 Tahu Setuju Siap melaksanakan

7. K2R7 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

9. K2R9 Tahu Setuju Siap melaksanakan

10. K2R10 Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

11. K2R11 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tidak Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

14. K2R14 Tahu Setuju Siap melaksanakan

15. K2R15 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Tidak Siap

17. K2R17 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

19. K2R19 Tahu Setuju Siap melaksanakan

20. K2R20 Tahu Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

3. Kearifan lokal terkait pemanfaatan SDA bukan kayu (pantung, damar, gemor,

kulit kayu), tumbuhan obat dan buah-buahan hutan

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan lokal terkait

pemanfaatan SDA bukan kayu (pantung, damar, gemor, kulit kayu), tumbuhan

obat dan buah-buahan hutan. Pengelolaan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan kearifan

lokal terkait pemanfaatan SDA bukan kayu (pantung, damar, gemor,

kulit kayu), tumbuhan obat dan buah-buahan hutan

Page 84: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

77

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

4. K2R4 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

6. K2R6 Tidak Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

7. K2R7 Tidak Tahu Setuju Tidak Siap

8. K2R8 Tahu Setuju Siap melaksanakan

9. K2R9 Tahu Setuju Tidak Siap

10. K2R10 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

11. K2R11 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Setuju Tidak Siap

14. K2R14 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

15. K2R15 Tahu Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Siap melaksanakan

17. K2R17 Tahu Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

19. K2R19 Tahu Sagat Setuju Siap melaksanakan

20. K2R20 Tidak Tahu Sagat Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

4. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya perikanan

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan lokal terkait

pemanfaatan SDA perikanan. Pengelolaan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Page 85: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

78

Tabel 4.4 Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan kearifan

lokal pengelolaan sumber daya perikanan

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

4. K2R4 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

6. K2R6 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

7. K2R7 Tahu Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tahu Setuju Siap melaksanakan

9. K2R9 Tahu Setuju Siap melaksanakan

10. K2R10 Tahu Setuju Siap melaksanakan

11. K2R11 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tahu Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

14. K2R14 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

15. K2R15 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Siap melaksanakan

17. K2R17 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

19. K2R19 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

20. K2R20 Tahu Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

5. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya hutan

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Page 86: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

79

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan lokal terkait

pemanfaatan SDA hutan. Pengelolaan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Tabel Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan

kearifan lokal pengelolaan sumber daya hutan

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Tidak Siap

2. K2R2 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

4. K2R4 Tahu Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tahu Setuju Tidak Siap

6. K2R6 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

7. K2R7 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tidak Tahu Setuju Tidak Siap

9. K2R9 Tahu Setuju Tidak Siap

10. K2R10 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

11. K2R11 Tahu Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tahu Sagat Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Setuju Tidak Siap

14. K2R14 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

15. K2R15 Tahu Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Tidak Siap

17. K2R17 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tahu Setuju Tidak Siap

19. K2R19 Tahu Setuju Tidak Siap

20. K2R20 Tahu Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

6. Kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya hewani

Page 87: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

80

Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau Gunung

yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki tingkat

Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan lokal terkait

pemanfaatan SDA hewani. Pengelolaan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Tabel Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan

kearifan lokal pengelolaan sumber daya Hewani

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tidak Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

3. K2R3 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

4. K2R4 Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tidak Tahu Sangat Setuju Tidak Siap

6. K2R6 Tidak Tahu Sangat Setuju Siap melaksanakan

7. K2R7 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tahu Setuju Siap melaksanakan

9. K2R9 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

10. K2R10 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

11. K2R11 Tahu Setuju Siap melaksanakan

12. K2R12 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

13. K2R13 Tahu Setuju Siap melaksanakan

14. K2R14 Tahu Setuju Tidak Siap

15. K2R15 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

16. K2R16 Tahu Setuju Tidak Siap

17. K2R17 Tidak Tahu Setuju Tidak Siap

18. K2R18 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

19. K2R19 Tahu Setuju Siap melaksanakan

Page 88: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

81

20. K2R20 Tahu Setuju Tidak Siap

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

7. Kearifan lokal terkait pengelolaan ladang berpindah/ bekas bercocok tanam

8. Masyarakat pengguna Sungai Rasau dan Sampang, Sungai Kamipang,

Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai Landabung dan Sungai Rasau

Gunung yang terletak dikawasan Taman Nasional Sebangau memiliki

tingkat Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat terhadap Kearifan

lokal terkait pengelolaan ladang berpindah/bekas bercocok tanam.

Pengelolaan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Tabel Pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat menerapkan

kearifan lokal pengelolaan ladang berpindah/ bekas bercocok tanam

No. Kode Responden Pengetahuan Respon Kesiapan

1. K2R1 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

2. K2R2 Tahu Sangat Setuju Tidak Siap

3. K2R3 Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

4. K2R4 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

5. K2R5 Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

6. K2R6 Tahu Sangat Setuju Tidak Siap

7. K2R7 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

8. K2R8 Tidak Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

9. K2R9 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

10. K2R10 Tidak Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

11. K2R11 Tidak Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

12. K2R12 Tidak Tahu Tidak Setuju Tidak Siap

13. K2R13 Tahu Setuju Siap melaksanakan

14. K2R14 Tahu Setuju Tidak Siap

15. K2R15 Tahu Setuju Siap melaksanakan

Page 89: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

82

16. K2R16 Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

17. K2R17 Tidak Tahu Tidak Setuju Siap melaksanakan

18. K2R18 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

19. K2R19 Tidak Tahu Setuju Siap melaksanakan

20. K2R20 Tahu Setuju Siap melaksanakan

21. K2R21 Tahu Setuju Siap melaksanakan

D. Faktor pendukung & Kendala

Respon positif dan kesiapan masyarakat menerapkan kearifan local dalam

kehidupan sehari-hari merupakan modal dasar dalam melaksanakan kearifan lokal

untuk mendukung pelestarian taman nasional sebangau. Dukungan lain juga datan

dari forum perwakilan masyarakat dan lembaga adat. Mereka juga siap

berpartisipasi aktif dalam penerapan nilai-nilai kearifan lokal untuk mendukung

kelestarian taman nasional sebangau.

Adapun kendala yang dihadapi masyarakat dalam penerapan nilai-nilai

kearifan lokal untuk mendukung pelestarian taman nasional sebangau adalah

sebagai berikut :

1. Belum jelasnya kawasan yang boleh dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam mengelola sumber daya alam dalam kawasan taman nasional

sebagau. Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi dan rendahnya

kemampuan melakukan diversifikasi mata pencaharian berpotensi

sebagai penyebab adanya pelanggaran yang dilakukan masyarakat.

Akibat faktor ini adalah tingginya tuntutan masyarakat terhadap

pengelola taman nasional sebangau untuk melakukan program

pemberdayaan masyarakat.

2. Ada kelompok masyarakat yang menginginkan wilayahnya di

keluarkan dari kawasan TNS (Sungai Rasau-Sampang Desa Petak

Bahandang & Sungai Kamipang Desa Asem Kumbang).

3. Eksploitasi SDA perikanan menggunakan setrum dan racun oleh

masyarakat luar.

Page 90: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

83

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat di daerah aliran anak sungai Katingan di wilayah administrasi

Kabupaten Katingan telah memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumber

daya alam yang berkaitan dengan pengelolaan sungai dan perikanan,

pengelolaan hutan, dan pengelolaan hasil hutan bukan kayu, seperti gemor,

pantung, rotan, damar.

2. Pengetahuan masyarakat Katingan khususnya yang berdomisili di kawasan

Taman Nasioanl Sebangau di wilayah administrasi Kabupaten Katingan

tentang nilai-nilai kearifan daerah aliran anak sungai lokal dalam mengelola

sumber daya alam dalam kawasan Taman Nasional Sebangau tergolong

tinggi

3. Respon masyarakat sekitar anak sungai Katingan di wilayah administrasi

Kabupaten Katingan terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam

mengelola sumber daya alam dalam kawasan Taman Nasional Sebangau

tergolong tinggi

4. Kesiapan masyarakat di daerah aliran anak sungai Katingan di wilayah

administrasi Kabupaten Katingan dalam mengelola sumber daya alam dalam

kawasan Taman Nasional Sebangau berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal

tergolong tinggi

5. Faktor pendukung dalam penerapan nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan

sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau wilayah administrasi Kabupaten Katingan adalah

respon positif dan kesiapan masyarakat yang tinggi serta adanya dukungan

forum masyarakat dan lembaga adat.

Page 91: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

84

B. REKOMENDASI

Nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran

anak sungai Katingan wilayah Kabupaten Katingan, yakni sungai Rasau dan

Sampang, Sungai Kamipang, Sungai Punggualas, Sungai Bulan, Sungai

Landabung dan Sungai Rasau Gunung perlu dikaji lebih mendalam dan

dikembangkan agar dapat menjadi acuan dalam penerapan di lapangan untuk

mendukung pelaksanaan kearifan lokal dalam wilayah hutan adat dan memperkuat

hukum positif. Kajian dan pengembangan tersebut melibatkan Lembaga Adat

Kabupaten Katingan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional

Sebangau, tokoh masyarakat dan forum perwakilan masyarakat agar terbangun

komitmen dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal untuk menunjang

kelestarian kawasan Taman Nasional Sebangau. Produk kajian dan

pengembangan selanjutnya dikukuhkan sebagai salah satu acuan pengelolaan

sumber daya alam di dalam kawasan TNS wilayah administrasi Kabupaten

Katingan melalui pola kolaboratif. Penerapan kearifan lokal pengelolaan sumber

daya alam di dahului dengan penetapan zona kawasan yang menjadi rambu-rambu

dalam pengelolaan pola kolaboratif sehingga keterlibatan masyarakat senantiasa

berorientasi pada azas lestari dan azas manfaat secara timbal balik.

Pengelola TNS perlu bekerja sama dengan Lembaga Adat Kabupaten

Katingan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Sebangau, tokoh dan

forum perwakilan masyarakat serta lembaga terkait lainnya dalam melakukan

sosialisasi tentang nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat di daerah aliran anak Sungai Katingan

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau.

Dalam rangka mengantisipasi kendala yang dihadapi dalam penerapan

nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak

sungai Katingan dalam kawasan Taman Nasional Sebangau wilayah administrasi

Kabupaten Katingan perlu dilakukan langka antisipatif. Kendala yang datang dari

luar antara lain dapat diantisipasi dengan identifikasi mendalam sumber kendala,

penguatan kemitraan dengan masyarakat lokal, serta pembinaan dan penegakan

Page 92: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam · 2018-03-13 · sumber daya alam di wilayah tersebut yang sekarang telah ditetapkan sebagai ... Sedangkan azas

85

hukum. Kendala yang datang dari dalam dapat diantisipasi dengan peningkatan

kapasitas masyarakat lokal dalam melakukan diversifikasi mata pencaharian,

peningkatan kapasitas kawasan TNS sebagai penyangga sumber mata pencaharian

dari sumber daya alam bukan kayu, menanamkan rasa bangga sebagai masyarakat

yang hidup di sekitar kawasan TNS dengan memberikan penghargaan atas jasa

mereka dalam menyangga berlangsungnya kehidupan di muka bumi.