Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010 · Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang...

79
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010 BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010 · Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang...

Kajian Ekonomi Regional

Provinsi Gorontalo

Triwulan I 2010

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

Misi Bank Indonesia :

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia

yang berkesinambungan”

Tugas Bank Indonesia :

1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada

Redaksi :

Kelompok Kajian dan Survey

Bank Indonesia Gorontalo

Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115

Telp : +62 435 824444

Fax : +62 435 827993

Web : www.bi.go.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga

penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan

baik.

Kajian periode triwulan I-2010 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo

sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu memberikan

informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai

bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang

amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia

yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai

pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan

perekonomian Provinsi Gorontalo.

Gorontalo, 30 April 2010

BANK INDONESIA GORONTALO

Dudung C. Setyadi

Deputi Pemimpin

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

1.1. Sisi Permintaan 1 1.1.1. Konsumsi 2 1.1.2. Investasi 4 1.1.3. Ekspor-Impor 6

1.2. Sisi Penawaran 8 1.2.1. Sektor Pertanian 8 1.2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 11 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13 1.2.4. Sektor Bangunan 15 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 16 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 16 1.2.7. Sektor Lainnya 17

1.3. Box KER I 19 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III-2009 23 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 25

2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 25 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 27

2.3. Box KER II 29

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 33

3.1.1. Perkembangan Bank 33 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 34 3.1.3. Penyaluran Kredit 34

3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 36 3.2.1. Resiko Kredit 36 3.2.2. Resiko Likuiditas 37 3.2.3. Resiko Pasar 39

3.3. Box KER III 40

BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 43 4.2. Belanja Daerah 44 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 45 4.4 Perkembangan Keuangan Daerah 2010 46

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 47 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 47 5.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar 47 5.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 48 5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 48

5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 49

BAB 6 KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran 51 6.2. Kemiskinan 52 6.3 Rasio Gini 53 6.4 IPM 53

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 55 7.2. Outlook Inflasi 56 7.3. Outlook Perbankan 58

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 1

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri 6

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan 7

Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 7

Tabel 1.5 Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran 8

Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN 17

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 25

Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (yoy) 26

Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 27

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 43

Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 44

Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 44

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 45

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 45

Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 46

Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 46

Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo 48

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 49

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan 51

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama Februari 2008-Agustus 2009 52

Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 52

Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Tahun 2007 53

Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 54

Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo 54

Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kab/Kota Tahun 2006-2007 54

Tabel 7.1 ARAM Pertanian 56

Tabel 7.2 Harga Eceran Tertinggi Pupuk 58

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Survei Konsumen 2

Grafik 1.2 NTP Pertanian 2

Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi 3

Grafik 1.4 Realisasi Belanja Pegawai 3

Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah 3

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Investasi 4

Grafik 1.7 Realisasi Belanja Modal 4

Grafik 1.8 Impor Semen Gorontalo 7

Grafik 1.9 Survei Kegiatan Dunia Usaha 8

Grafik 1.10 Realisasi Panen Pertanian Tabama 8

Grafik 1.11 Realisasi Produksi Jagung 9

Grafik 1.12 Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota 9

Grafik 1.13 Realisasi Produksi Padi 10

Grafik 1.14 Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota 10

Grafik 1.15 Realisasi Kredit Pertanian 10

Grafik 1.16 NPL Kredit Pertanian 10

Grafik 1.17 Perkembangan Angkutan Udara 11

Grafik 1.18 Perkembangan Kargo Udara 11

Grafik 1.19 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor 12

Grafik 1.20 Realisasi Penjualan BBM Transportasi 12

Grafik 1.21 Perkembangan Angkutan Laut 13

Grafik 1.22 Perkembangan Kargo Laut 13

Grafik 1.23 Volume Bongkar Pelabuhan Laut 14

Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Udara 14

Grafik 1.25 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 14

Grafik 1.26 Tingkat Penghunian Hotel 14

Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen Gorontalo 15

Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi 16

Grafik 1.29 Realisasi Belanja Modal APBD 16

Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri 16

Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri 16

Grafik 1.32 NIM Perbankan 17

Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga 17

Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik 17

Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-Jasa 18

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 23

Grafik 2.2 Realisasi Kapasitas Produksi 24

Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen 24

Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD 24

Grafik 2.5 Harga Minyak Dunia 25

Grafik 2.6 HPP Pembelian Beras 25

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe 26

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Beras 27

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam 28

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Gula Pasir 28

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 34

Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga 34

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 35

Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 35

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral 35

Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral 35

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 36

Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 36

Grafik 3.9 Perkembangan NPL 37

Grafik 3.10 NPL per Sektor 37

Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit 37

Grafik 3.12 Perkembangan Protofolio DPK 38

Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 38

Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate 39

Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 47

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 47

Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 48

Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 48

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 49

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 55

Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%) 56

Grafik 7.3 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 57

Grafik 7.4 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 58

Halaman ini sengaja dikosongkan ...

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 i

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Gorontalo

pada triwulan I-2010

melambat 7,43% (y.o.y).

Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan

tumbuh sebesar 7,43% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009 sebesar 7,66% (y.o.y).

Melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya

kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan serta

kinerja pertanian di sisi penawaran.

Kinerja ekspor dan

konsumsi yang melemah

mendorong perlambatan

pertumbuhan ekonomi

sisi permintaan

Melemahnya daya beli masyarakat yang tercermin pada

menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) serta stagnasi

pertumbuhan belanja pegawai mendorong tingkat konsumsi

masyarakat menurun selama triwulan I-2010. Menurunnya NTP

diperkirakan sebagai dampak dari merosotnya produksi

pertanian di Bulan Januari dan Februari 2010. Tekanan

pertumbuhan ekonomi juga dirasakan disisi ekspor, dimana nilai

ekspor komoditas jagung selama triwulan I-2010 terkontraksi

hingga 77%, dibandingkan nilai ekspor pada triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Namun perlambatan ekonomi yang terjadi

sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan impor.

Peningkatan peran serta swasta dalam mendorong kegiatan

investasi daerah tumbuh secara signifikan ditengah menurunnya

pembiayaan investasi pemerintah daerah. Hal tersebut tercermin

dari pertumbuhan kredit investasi perbankan yang mencapai

121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya 35,12% (y.o.y). Sementara itu penurunan

pembiayaan pemerintah nampak dari nilai realisasi belanja

modal yang terkontraksi hingga 79,18% (y.o.y). Peningkatan

kegiatan investasi di Gorontalo selama triwulan I-2010

memberikan dorongan yang positif bagi peningkatan kegiatan

impor. Realisasi impor semen meningkat tajam hingga 69,50%

(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

terkontraksi 22,04% (y.o.y)

ii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Di sisi penawaran,

perlambatan didorong

oleh menurunnya kinerja

sektor pertanian

Disisi penawaran, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat

menurunnya luas tanam lahan pertanian pada bulan September

– November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari –

Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut

akibat pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa

kabupaten di Gorontalo. Dalam periode tersebut kandungan air

tanah merosot hingga 60% sehingga selama triwulan I-2010

Pemerintah Daerah telah mengupayakan optimalisasi sumur bor

untuk mempertahankan produksi pertanian Gorontalo.

Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh

dengan baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor

mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan

meningkat selama triwulan I-2010.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Gorontalo triwulan

I-2010 sebesar 3,59%

(y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan I-

2009 sebesar 10,54%

(y.o.y)

Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y)

lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54%

(y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada

perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi.

Perbaikan ekonomi daerah berupa peningkatan produksi pada

akhirnya mampu menjaga pasokan kebutuhan barang dan jasa

masyarakat dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung

melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif.

Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung

menurun seiring dengan kondisi kelancaran pasokan

barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar

1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong

oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 iii

Kebijakan pemerintah

untuk menjaga kestabilan

harga BBM memberi

pengaruh positif pada

perkembangan inflasi

Gorontalo

Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM

memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo.

Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap penurunan inflasi 2009. Namun, pada

awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren

meningkat. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan

kestabilan harga BBM domestik hingga triwulan I-2010

memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga.

Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan

pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu

kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras

oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar

10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun

2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Penghimpunan dana

pihak ketiga dan

penyaluran kredit

mengalami perlambatan

dibandingkan periode

yang sama tahun

sebelumnya

Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I-

2010 menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana

pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan

dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya

penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku

bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga

mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh

menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya

keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan

akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara

sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup

signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian

pada triwulan laporan.

iv KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Stabilitas sistem

perbankan di Gorontalo

meliputi aspek risiko

kredit dan risiko pasar

relatif terkendali, namun

risiko likuiditas perlu

mendapat perhatian

Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko

kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas

perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif

terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu

dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat

perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR)

berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 145%

sehingga berpotensi menganggu ketersediaan likuiditas

perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan

berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap

transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD

Provinsi Gorontalo

triwulanI I-2010

meningkat dibandingkan

capaian triwulan I-2009

Pengaruh realisasi fiskal

pemerintah provinsi

terhadap uang beredar

selama triwulan I-2010

bersifat ekspansif.

Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan

I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi

triwulan I-2009 sebesar 19,02%. Pos belanja modal mengalami

penurunan yang cukup signifikan dari Rp 28,25 Miliar pada

triwulan I-2009 menjadi Rp 5,88 Miliar di triwulan I-2010. Belum

terlaksananya tender proyek pemerintah 2010 sampai dengan

bulan Maret mendorong penyerapan belanja modal terkesan

lambat. Kondisi ini perlu disikapi oleh Pemerintah Daerah

mengingat pembiayaan investasi yang bersumber dari APBD

merupakan sumber pembiayaan investasi terbesar kedua setelah

dana pinjaman perbankan.

Realisasi fiskal Pemerintah Provinsi selama triwulan I-2010

cenderung ekspansif, hal ini tercermin dari nilai realisasi belanja

lebih besar daripada nilai realisasi pendapatan daerah. Kebijakan

ekspansif dimaksud dinilai tepat ditengah perlambatan ekonomi

Gorontalo pada triwulan I-2010 namun akselerasinya terkesan

masih lambat dan jauh dibawah nilai realisasi belanja daerah

tahun 2009 lalu.

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 v

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem

pembayaran nasional di

Gorontalo pada triwulan

I-2010 diwarnai oleh net

inflow dan penurunan

uang lusuh serta

berkembangnya transaksi

kliring dan RTGS.

Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada

triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang

lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010

mencatat net inflow sebesar Rp135,05 miliar. Aliran uang kartal

yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar

dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari

Khasanah kas titipan. Sementara itu, pada triwulan laporan tidak

terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini

terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean

money policy oleh Bank Indonesia. Disisi lain, Jumlah nominal

perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan

laporan sebesar Rp294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar

10,69% (y.o.y). Sedangkan perkembangan penyelesaian

transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo)

selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp429 miliar

atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Transaksi

RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai

di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai

keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan

memperkecil risiko penyelesaian transaksi.

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tingkat kesejahteraan

sedikit mengalamai

penurunan.

Jumlah pengangguran

di Gorontalo pada

Agustus 2009

menurun.

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit

menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang

meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih

belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan

yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo

merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi.

Pada Bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai

447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang

bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama

vi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat

pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada

Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009

Persentase penduduk

miskin di Maret 2009

meningkat.

Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis

kemiskinan (data Bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo

sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan

periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini

tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk

miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo

Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo

(32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten

Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang

terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)

Pada Tahun 2007 indeks

gini tercatat 0,39

mengalami kenaikan

dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang

tercatat sebesar 0,36

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun

terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini

tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin

pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%

penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari

44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding

IPM 2006 yang sebesar 68,01.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Gorontalo

triwulan I- 2010

diperkirakan tumbuh 7,3-

7,8% (y.o.y) lebih baik

dibandingkantriwulan I-

2009

Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2010 diperkirakan

tumbuh 7,6 – 8,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

triwulan II-2009. Mulai membaiknya kondisi pertanian Gorontalo

pada akhir Maret 2010 dengan dukungan cuaca dan musim

diperkirakan mampu mendorong peningkatan produksi pertanian

hingga akhir semester II-2010. BMKG memperkirakan musim

kemarau di kawasan Sulawesi bagian Utara akan terjadi di bulan

Juni 2010 sementara curah hujan bulan Maret sampai dengan

Mei 2010 diperkirakan cukup. Perkembangan sektor pertanian

untuk tumbuh lebih baik pada triwulan II-2010 juga didukung

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 vii

Meningkatnya

pendapatan masyarakat

seiring pertumbuhan

produksi sektor pertanian

diperkirakan mendorong

konsumsi swasta

meningkat pada triwulan

II-2009

proyeksi Dinas Pertanian Prov. Gorontalo sesuai dengan Angka

Ramalan I-2010 bahwa produksi Jagung akan mencapai 665

Ribu Ton atau meningkat 16,87% dibandingkan tahun

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 24,48%.

Peningkatan produksi pertanian diperkirakan mampu mendorong

peningkatan kinerja konsumsi dan ekspor luar negeri.

Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan

produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong konsumsi

swasta meningkat pada triwulan II-2009. Disisi lain konsumsi

pemerintah diperkirakan masih melambat terkait anggaran APBD

2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD 2009.

Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan

diperkirakan masih tumbuh baik. Hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo triwulan I-2010

mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada

triwulan II-2009 berada pada level optimis 16,46. Sektor

bangunan dan perdagangan diperkirakan menjadi sektor

potensial yang akan memberikan sumbangan bagi pertumbuhan

triwulan II-2010. Hal ini sejalan dengan volume impor komoditas

semen pada akhir Maret 2010 yang menunjukkan peningkatan

secara signifikan 116,62% (y.o.y) dibandingkan kondisi Maret

2009.

Optimisme permintaan

masyarakat yang disertai

adanya policy shock

inflation mendorong

inflasi triwulan II-2010

berkisar 3,5 – 5,5%

(y.o.y)

Optimisme permintaan masyarakat yang disertai adanya policy

shock inflation mendorong inflasi triwulan II-2010 berkisar 3,25 –

5,25% (y.o.y). Berbagai kegiatan ekonomi domestik kedepan

yang meliputi persiapan pemilihan bupati di Kabupaten

Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango

akan menyumbang peningkatan permintaan masyarakat yang

dapat mendorong tekanan inflasi. Sementara itu, periode tahun

ajaran baru dan liburan sekolah pada triwulan II-2010 juga

memicu tingginya permintaan masyarakat. Sedangkan, faktor

yang dapat memperlemah tekanan inflasi adalah dimulainya

masa panen pada triwulan II-2010 sehingga menambah jumlah

pasokan barang terutama pada kelompok bahan makanan. Di

sisi lain, faktor eksternal yaitu penguatan nilai tukar rupiah pada

viii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Policy Shock Inflation

dapat mendorong

tekanan inflasi pada

triwulan II-2010

triwulan II-2010 diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi

perkembangan inflasi daerah karena pada umumnya pergerakan

inflasi daerah disebabkan oleh faktor distribusi.

Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada

triwulan II-2010. Kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi

(HET) pupuk oleh pemerintah pada 1 April 2010 diperkirakan

dapat memberi tekanan pada perkembangan harga-harga

komoditas pertanian. Pupuk merupakan salah satu komponen

utama dalam kegiatan produksi komoditas pertanian, dengan

adanya kenaikan harga pupuk akan berimbas pada kenaikan

biaya produksi kemudian dapat menekan harga jual. Sementara

itu, isu kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada pertengahan

tahun 2010 juga diperkirkan dapat meningkatkan ekspektasi

inflasi kedepan.

Kegiatan usaha

perbankan diperkirakan

meningkat seiring dengan

bergairahnya kegiatan

ekonomi pada triwulan II-

2010

Kegiatan usaha perbankan diperkirakan meningkat seiring

dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II-2010.

Kegiatan pemilihan bupati di tiga kabupaten yaitu Kabupaten

Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango

diperkirakan ikut meningkatkan kinerja ekspansi kredit

perbankan. Sementara itu, diperkirakan suku bunga perbankan

di Gorontalo akan cenderung stabil seiring dengan kebijakan

Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-rate pada tingkat

yang mendukung perkembangan sektor riil dengan

mempertimbangkan potensi tekanan inflasi kedepan.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 1

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh melambat

7,43% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 (7,66% y.o.y). Melemahnya ekonomi regional

diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor dominan

di Gorontalo. Akibat kekeringan, luas lahan tanam pada periode September – November

2009 menurun, kondisi ini mengakibatkan produksi pertanian di bulan Januari dan Februari

2010 merosot. Tanda-tanda meningkatnya produksi pertanian diperkirakan mulai terjadi di

akhir Maret 2010, namun secara kumulatif jumlah produksi yang dihasilkan selama triwulan

laporan masih dibawah produksi pertanian pada triwulan I-2009.

Disisi permintaan,melambatnya ekonomi Gorontalo tercermin pada kinerja konsumsi

dan ekspor. Melemahnya Nilai Tukar Petani serta menurunnya produksi pertanian di awal

triwulan I-2010 memberikan dampak yang signifikan bagi menurunnya kinerja konsumsi

masyarakat dan ekspor luar negeri Gorontalo. Namun perlambatan yang terjadi sedikit

diredam oleh peningkatan kinerja investasi dan impor yang tercermin dari peningkatan nilai

penyaluran kredit investasi dan peningkatan volume impor pelabuhan. Disisi penawaran,

perkembangan sektor pertanian masih terkendala namun kinerja sektor utama lainnya

tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor

bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010.

1.1 SISI PERMINTAAN

Perekonomian Gorontalo sisi permintaan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh

sebesar 7,43% y.o.y, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,76%).

Perlambatan pertumbuhan ini lebih didorong melemahnya kinerja konsumsi dan ekspor

sementara kegiatan investasi dan impor diperkirakan meningkat.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

2010

I II III IV I II III IV I*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,09 7,97 9,09 2,93 11,66 12,57 11,11 8,17 9,99

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 25,14 26,00 28,99 13,42 14,48 21,69 21,43 19,64 10,09

Pembentukan Modal Tetap Bruto 22,73 15,67 19,55 25,01 23,85 27,52 18,88 13,26 28,14

Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 (6,18) (2,24) 5,69 (4,43) (1,74)

Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 23,81 42,34 10,13 5,15 25,90

Pertumbuhan Ekonomi 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43

2008 2009KOMPONEN

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

1.1.1 KONSUMSI

Pada triwulan I-2010, konsumsi tumbuh 9,99%, melambat dibandingkan dengan

triwulan I-2009 (11,66%). Melemahnya kondisi makroekonomi regional yang didorong oleh

melambatnya kinerja sektor pertanian diperkirakan berpengaruh cukup signifikan terhadap

tingkat pendapatan masyarakat karena 45% angkatan kerja di Gorontalo terserap pada

sektor usaha pertanian. Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat mendorong

melemahnya tingkat daya beli masyarakat selama triwulan laporan. Disisi lain kinerja

konsumsi pemerintah diperkirakan turut melambat dibandingkan triwulan I-2009. Kondisi

tersebut sebagai dampak menurunnya pagu anggaran APBD 2010 dibandingkan pagu

anggaran APBD 2009.

Perlambatan pertumbuhan sisi konsumsi dikonfirmasikan oleh hasil survei

konsumen Bank Indonesia serta diperkuat oleh data-data prompt indikator konsumsi.

Perlambatan konsumsi masyarakat selama triwulan I-2010 tercermin dari menurunnya

realisasi kredit konsumsi, penurunan nilai tukar petani, stagnasi realisasi belanja pegawai,

serta menurunnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak rumah tangga. Sementara itu

perlambatan konsumsi pemerintah tercermin dari menurunnya realisasi APBD Non Belanja

Modal.

Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 1.1 Grafik 1.2

Survei Konsumen NTP Pertanian

Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo mencatat bahwa Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I-2010 menurun. Kondisi tersebut didorong oleh

menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang mencapai level 120,25, lebih

rendah dibandingkan IKE triwulan IV-2009 yang mencapai 131,58. IKE merupakan cerminan

daya beli konsumen Gorontalo. Penurunan IKE terutama didorong oleh menurunnya faktor

ketersediaan lapangan kerja selama triwulan I-2010. Menurunnya lapangan kerja

diperkirakan sebagai implikasi melambatnya kinerja sektor pertanian selama bulan Januari

dan Februari 2010. Analisis tersebut didukung pula oleh nilai tukar petani selama periode

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 3

Januari dan Februari 2010 yang menunjukkan penurunan. Sementara itu pendapatan

kelompok non petani selama triwulan I-2010 diperkirakan mengalami stagnasi. Realisasi

belanja pegawai tumbuh 16,46% (y.o.y) hampir sama dengan pertumbuhan triwulan I-2009

sebesar 15,01% (y.o.y).

Perkembangan searah ditunjukkan pula oleh pembiayaan kredit konsumsi

selama triwulan I-2010 yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan I-2009.

Tingkat outstanding kredit konsumsi tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y), lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 52,00% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi

Grafik 1.3 Grafik 1.4

Perkembangan Kredit Konsumsi Realisasi Belanja Pegawai

Sementara itu menurunnya tingkat konsumsi pemerintah tercermin dari

melambatnya nilai realisasi APBD triwulan I-2010. Realisasi konsumsi pemerintah

selama triwulan I-2010 hanya tumbuh 0,09% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

konsumsi pemerintah triwulan I-2009 sebesar 19,73%.

Sumber : Badan Keuangan Provinsi

Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

1.1.2 INVESTASI

Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan

tumbuh 28,14 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 23,85 % (y.o.y). Peran serta sektor swasta menunjukkan

peningkatan selama selama triwulan I-2010. Kondisi ini tentu saja memberikan harapan

yang baik mengingat dalam beberapa triwulan sebelumnya belanja modal pemerintah

daerah selalu menjadi prime mover investasi di Gorontalo. Meningkatnya partisipasi swasta

dalam kegiatan investasi tercermin dari penyaluran kredit investasi perbankan yang

meningkat sementara nilai realisasi belanja modal APBD mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Hal ini karena pekerjaan investasi fisik pemerintah masih melanjutkan proyek

multiyears yang telah dijalankan sebelumnya sementara tender proyek baru masih belum

berjalan.

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi

Grafik 1.6 Grafik 1.7

Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal

Kredit investasi pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 16,51% (y.o.y). Pertumbuhan kredit

investasi ini lebih didorong oleh kredit konstruksi yang tumbuh mencapai 121,12% (y.o.y)

selama triwulan I-2010. Sementara itu realisasi belanja modal pemerintah daerah

terkontraksi sebesar 79,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,76%. Proyek swasta skala besar yang saat ini

masih terus berjalan adalah pembangunan Gorontalo Business Park yang ditargetkan

selesai pada tahun 2011.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 5

Proyek Pembangun Infrastruktur (multiyears) di Gorontalo :

- Pembangunan Jalan Akses Agropolitan di lima kabupaten telah mencapai 302,25 km

(kondisi akhir 2009)

- Pembangunam Jalan Gorontalo by Pass dengan total anggaran mencapai Rp

51.423.918.000 (sumber pendanaan APBN dan APBD). Sampai dengan akhir 2009

realisasi pelaksanaan baru sekitar 30% dan masih membutuhkan tambahan dana

sebesar US$ 19.690.000,-. Program ini telah dimasukkan dalam Blue Book

Bappenas, dimana bantuan Pemerintah Korea akan menjadi satu pilihan untuk

penyelesaian jalan tersebut.

- Pembangunan Bendungan Paguyaman sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi

mencapai 6.880 ha. Total anggaran anggaran yang terealisasi hingga tahun 2009

mencapai Rp. 97 Miliar sementara progres fisik pekerjaan bendungan mencapai

96,3%, pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan

mencapai 49%.

- Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m2 dengan total kebutuhan

anggaran mencapai Rp. 62.729.340.000,- . Saat ini progres fisik sudah mencapai 70

% dengan alokasi dana yang terealisasi sebesar Rp 29 Miliar. Untuk penyelesaian

proyek masih membutuhkan dana sebesar Rp 34 Miliar (Anggaran sudah

dimasukkan dalam RPJMN 2010 – 2014).

- Peningkatan Bandara Djalaluddin Gorontalo menjadi Bandara Embarkasi Haji Penuh

tahun 2010 dengan meningkatkan sarana dan prasarana ( runway, apron, turning

area, fillet, VIP room, dll). Diharapkan bandara dapat difungsikan untuk didarati

pesawat jenis Boeing 737 – 400 dan 737-900 ER. Pemda Provinsi Gorontalo dalam

tiga tahun terakhir telah melakukan langkah strategis untuk mewujudkan embarkasih

haji berupa perluasan tanah, pembangunan Jalan By Pass menuju bandara dan

pembangunan asrama haji dan sebagai penyelenggara EHA 3 kali dengan baik. Saat

pembangunan dilaksanakan untuk penambahan lapisan runway, pembuatan apron

dan taxiway baru serta peralatan penunjang dengan total anggaran yang dibutuhkan

sebesar Rp 150 Miliar.

- Menjadikan Pelabuhan Anggrek sebagai pelabuhan ekspor/impor dan pusat kargo di

kawasan Pantai Utara Sulawesi dengan fasilitas gudang penyimpanan, lapangan

penumpukan dan fasilitas penunjang lainnya. Setiap tahunnya terjadi peningkatan

kegiatan bongkar muat yang mencapai 162.068 ton/m3 untuk Bongkar dan 134.562

ton/m3 untuk Muat (akhir 2008). Total anggaran pembangunan pelabuhan tiga tahun

terakhir mencapai Rp. 27 Miliar dengan pendanaan APBN.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

- Pembangunan Dermaga III kota Gorontalo terus di tingkatkan dan diharapkan

sebagai pelabuhan pengumpul dan pendistribusian 9 bahan pokok dikawasan teluk

Tomini. Dengan jumlah dermaga yang ada saat ini jumlah antrian cukup panjang

mencapai 35 kapal/bulan berlabuh dengan jumlah penumpang mencapai sekitar

6.000 orang/tahun.

- Pembangunan jaringan listrik 150 KV Interkoneksi se-Sulawesi, pembangunan PLTU

Anggrek dengan daya 2 x 25 MW, PLTU Molotabu 2x10 MW sedang untuk menjamin

ketersediaan listrik dalam jangka panjang sekaligus mendukung kegiatan investasi.

Selain itu dilakukan juga pembangunan Gardu Induk (GI) untuk menunjang

pembangunan PLTU Anggrek yaitu GI Anggrek 20 MVA, GI Paguat 20 MVA, GI

Isimu 30 MVA dan GI Boluontala 30 MVA.

Sumber : BAPPEDA Prov. Gorontalo

1.1.3 EKSPOR – IMPOR

Kinerja ekspor selama triwulan I-2010 secara keseluruhan diperkirakan

melambat. Ekspor luar negeri selama triwulan I-2009 terkontraksi 46,5% (y.o.y)

dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 3,5% (y.o.y). Menurunnya

kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai

komoditas utama. Ekspor luar negeri untuk keseluruhan komoditas barang tercatat US$

2.456.627, lebih rendah dibandingkan capaian ekspor luar negeri triwulan I-2009 sebesar

US$ 4.589.484.

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri.

2010

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Negara Tujuan

1. Jepang 20.808 - 28.439 25.599 -

2. China - 38.580 - - -

3. Singapura 21.765 81.988 47.910 - 380.348

4. Hongkong - - 526.400 420.000 194.000

5. Taiwan - 38.250 22.080 1.923.663 1.022.210

6. Malaysia - 1.634.000 - - 382.500

7. Philipina 4.077.131 1.719.300 - - 396.000

8. India 445.500 616.875 - - -

9. Rep. Korea 24.280 9.247 42.907 53.254 81.569

10. Vietnam - 953.134 - - -

NILAI EKSPOR 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.516 2.456.627

2009Keterangan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 7

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan.

Sementara itu kinerja impor antar pulau menunjukkan peningkatan, impor

diperkirakan tumbuh sebesar 25,90% lebih tinggi dibandingkan kinerja impor pada

triwulan I-2009 sebesar 23,81%. Peningkatan impor selama triwulan I-2010 diantaranya

didorong kenaikan impor barang modal terutama untuk kepentingan konstruksi

bangunan.Hal tersebut dikonfirmasikan oleh data pengadaaan semen Gorontalo yang

meningkat cukup signifikan pada bulan Februari dan Maret 2010.

Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo

Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen

Grafik 1.8

Impor Semen Gorontalo

2010

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Jenis Barang

1. Ikan dan Udang/Kepiting - - - - -

2. Jagung 4.077.131 3.353.300 - - 778.500

3. Kayu, Barang dari Kayu 45.088 9.247 57.353 65.375 81.569

4. Bungkil Kopra - 321.000 526.400 420.000 511.050

5. Rotan Poles 21.765 158.818 69.990 - 63.298

6. Lemak&Minyak Hewan/nabati 445.500 616.875 - - -

7. Gula & Kembang Gula - 632.134 - 1.923.663 1.022.210

8. Mutiara & batu permata - - 13.993 13.479 -

9. Binatang Hidup - - - - -

10. Tembakau - - - - -

NILAI EKSPOR 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.517 2.456.627

2009Keterangan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

BONGKAR BARANG

Gorontalo 96.969 103.759 106.342 76.420 96.896 99.197 81.851 110.584 106.888

Kwandang - - - - - 32 - - -

Anggrek 23.756 21.642 18.300 25.445 14.179 14.727 26.433 22.039 37.203

Tilamuta 7 9 12 8 11 905 2.700 - 7.980

Total 120.732 125.410 124.654 128.198 111.086 114.861 110.984 132.623 152.071

gBONGKAR BARANG (yoy) 67,50 89,23 20,71 73,95 -7,99 -8,41 -10,97 3,45 36,89

2010Pelabuhan

2008 2009

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

1.2 SISI PENAWARAN

Disisi sektoral, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat menurunnya luas

tanam lahan pertanian pada bulan September – November 2009 yang mempengaruhi

produksi Januari – Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat

pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa kabupaten di Gorontalo, dalam periode

tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60%. Sementara itu kinerja sektor utama

lainnya masih tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja

sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010.

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Kinerja sektor pertanian di Gorontalo pada triwulan I-2010 masih menunjukkan

penurunan. Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 5,06%, melambat

dibandingkan pertumbuhan di triwulan I-2009 sebesar 7,74%. Menurunnya kondisi

pertanian di Gorontalo selama triwulan I-2010 tercermin dari hasil survei kegiatan dunia

usaha (SKDU) dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi sektor pertanian triwulan I-

2010 terkontraksi hingga mencapai -7,12%.

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo

Grafik 1.9 Grafik 1.10 Survei Kegiatan Dunia Usaha Realisasi Panen Pertanian Tabama

2010

I II III IV I II III IV I*

1. PERTANIAN 7,70 5,68 11,17 7,23 7,74 5,42 (2,89) 5,18 5,06

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5,04 9,46 11,55 14,17 9,23 12,91 20,17 14,82 11,23

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,38 2,32 4,76 1,48 7,36

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH (2,66) (2,70) (0,49) 2,72 7,51 6,53 7,85 4,30 5,85

5. BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 18,91 15,87 10,66

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 8,08 6,36 6,45 6,66 7,60 8,20 10,35 8,46 7,85

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,39 8,46 5,16 6,69 8,56 9,82 11,01 7,29 10,10

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,75 7,58 7,48 6,99 6,92 7,23 10,95 11,00 7,20

9. JASA-JASA 6,86 9,63 10,65 6,36 7,00 7,49 11,82 13,60 8,12

PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43

2008 2009KOMPONEN

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 9

Produksi pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan masih terpengaruh

kondisi pertanaman periode September – November 2009, dimana pada saat itu

Gorontalo dilanda musim kering. Pertanian jagung di Gorontalo merupakan pertanian

lahan kering dimana kondisi pengairan sangat tergantung dari hujan. Pada akhir Maret

2010, pertanian jagung mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sebelumnya

menurun secara dratis pada triwulan III dan IV-2009. Luas panen jagung pada triwulan I-

2010 mencapai 37.047 Hektar masih lebih rendah dibandingkan luas panen triwulan I-2009

yang mencapai 45.501 Hektar. Penurunan luas lahan panen jagung terbesar terjadi pada

Kab. Pohuwato yang merosot sebesar 47% dibandingkan luas panen pada triwulan I-2009.

Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo

Grafik 1.11 Grafik 1.12 Realisasi Produksi Jagung Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota

Sementara itu pertanian padi masih menunjukkan produksi yang cukup baik

terkait irigasi teknis yang telah dilakukan pada hampir sebagian besar lahan pertanian

di Gorontalo. Selama triwulan I-2010 penurunan luas panen padi terbesar terjadi pada kab.

Boalemo. Hal ini terjadi karena debit air tanah merosot hingga 60% dari debit air normal.

Upaya strategis dilakukan pemerintah daerah melalui perbaikan irigasi teknis dan bantuan

cadangan bibit nasional sehingga produksi pertanian di bulan Maret 2010 mulai

menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Selama triwulan I-2010, beberapa lahan pertanian tabama banyak yang

dialihfungsikan oleh petani menjadi lahan pertanian palawija. Hal ini dilakukan untuk

mensiasati berkurangnya cadangan air tanah. Pemerintah kabupaten di Gorontalo

mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 20 Miliar untuk menanggulangi kebutuhan air tanah

selama bulan Januari – Februari 2010 dengan mengoptimalkan penggunaan sumur bor.

Sementara itu untuk meningkatkan produksi pertanian padi, jagung dan cabe di Gorontalo,

Pemerintah Daerah mengucurkan anggaran bantuan senilai Rp 6,75 Miliar dengan alokasi

anggaran (i) pengelolaan tanaman terpadu, (ii) peningkatan frekuensi pertemuan satgas dan

kelompok tani, (iii) pemberian insentif bagi satgas dan tim penyuluh pertanian di kab/kota,

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

(iv) peningkatan pembinaan dan konsultasi pertanian, (v) pengadaan lahan penangkar

benih, dan (vi) pencanangan tanaman panen.

Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo

Grafik 1.13 Grafik 1.14 Realisasi Produksi Padi Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota

Menurunnya kinerja pertanian di Gorontalo juga tercermin dari sisi

pembiayaan. Tren pengucuran pembiayaan perbankan disektor pertanian

menunjukkan penurunan dengan resiko kredit yang meningkat. Outstanding kredit di

sektor pertanian pada bulan Maret 2010 mencapai Rp 47,04 Miliar terkontraksi 41,23%

dibandingkan triwulan I-2009. Sementara itu tingkat NPL’s mencapai 4,12%, meningkat

dibandingkan NPL’s triwulan I-2009 sebesar 3,32%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.15 Grafik 1.16 Realisasi Kredit Pertanian NPL Kredit Pertanian

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 11

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN

Pada triwulan I-2010, sektor pengangkutan diperkirakan tumbuh sebesar

10,10%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (8,56%). Peningkatan kinerja di sektor

ini terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sub sektor angkutan udara dan angkutan

darat sementara kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry cenderung melambat. Perbaikan

kinerja pada sektor ini semakin ditunjang oleh perbaikan sarana infrastruktur seperti jalan

dan bandara yang telah dilakukan pemerintah daerah demi menunjang kemudahan

transportasi barang/manusia dari dan menuju Gorontalo.

Peningkatan pertumbuhan sub sektor pengangkutan udara tercermin dalam

peningkatan jumlah penumpang dan angkutan kargo udara. Jalur transportasi Manado

– Gorontalo yang selama ini ditempuh dengan jalur darat telah dilayani jalur penerbangan

maskapai nasional yakni WINGS Air dan EXPRESS Air. Tercatat selama triwulan I-2010

jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 64.505 orang atau tumbuh

sebesar 25,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2009 (15,19%). Sementara itu

disisi kargo udara juga mengalami peningkatan, volume bongkar/muat kargo udara pada

triwulan I-2010 mencapai 1.205 ton atau tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2009 (0,32%). Semakin strategisnya fungsi transportasi udara bagi

masyarakat Gorontalo mendorong Pemerintah Daerah melakukan pembangunan penebalan

landasan pacu di Bandara Djalaludin. Diharapkan melalui proyek penebalan landasan pacu

tersebut pesawat Boeing 737-900ER dapat dimuati penumpang full capacity pada

September 2010 nanti. Sementara itu proyek pembangunan jalan bypass Bandara yang

memasuki tahap akhir penyelesaian diharapkan turut memperlancar arus

penumpang/barang dari dan menuju Bandara Djalaludin di Gorontalo.

Sumber : Bandara Djalaludin Gorontalo

Grafik 1.17 Grafik 1.18

Perkembangan Angkutan Udara Perkembangan Kargo Udara

Kinerja sektor angkutan darat pada triwulan I-2010 diperkirakan mendorong

peningkatan kinerja sektor angkutan secara keseluruhan. Beberapa prompt indikator

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

untuk sub sektor ini menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2009. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat mencapai 19.007 kiloliter

atau meningkat sebesar 17,19%(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar

10,92%. Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor turut

mengalami peningkatan. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor mencapai Rp

8.563.116.400 tumbuh 32,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 19,79%. Meningkatnya kebutuhan angkutan darat direspon pemerintah

kota Gorontalo dengan memperbaiki sarana transportasi yang ada. Busway “Hulotalangi”

mulai resmi beroperasi melayani transportasi masyarakat diseputar kota Gorontalo pada

bulan Maret 2010.

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sumber : PERTAMINA Gorontalo

Grafik 1.19 Grafik 1.20 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2010

menunjukkan sedikit penurunan khususnya dalam hal pengangkutan penumpang

namun untuk pengangkutan barang masih menunjukkan peningkatan. Kondisi ini

diperkirakan karena masyarakat mulai beralih dari mode transportasi laut menuju moda

transportasi udara terkait sarana dan prasarana angkutan udara yang baik dengan tingkat

harga yang semakin bersaing. Jumlah penumpang kapal laut tercatat sebesar 2.641 orang

dengan laju terkontraksi 15,84% (y.o.y) sementara angkutan ferry selama triwulan I-2010

melayani 17.300 penumpang dengan laju terkontraksi sebesar 10,30% (y.o.y). Namun arus

barang melalui laut terus mengalami peningkatan dengan didukung kinerja sub sektor

perdagangan yang semakin baik. Jumlah kargo laut mencapai 195.346 ton atau tumbuh

sebesar 33,88% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 yang

terkontraksi sebesar 4,78%. Infrastruktur dermaga III yang saat ini dalam tahap

penyelesaian diharapkan mampu mendukung kelancaran bongkar muat barang di

pelabuhan Gorontalo. Namun disisi lain, permasalahan lain timbul pada ketersediaan

pergudangan. Beberapa pengusaha mengeluhkan tidak seimbangnya jumlah pergudangan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 13

terhadap volume bongkar/muat barang sehingga beberapa barang mengalami kerusakan

karena tidak tertampung gudang penyimpanan.

Sumber : Pelabuhan Se-Gorontalo

Grafik 1.21 Grafik 1.22 Perkembangan Angkutan Laut Perkembangan Kargo Laut

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN

Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-2010 diperkirakan

tumbuh sebesar 7,85% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009

(7,60%). Peningkatan pertumbuhan disektor ini diindikasikan oleh meningkatnya

pertumbuhan pada beberapa prompt indikator seperti arus bongkar di beberapa pelabuhan

di Gorontalo, konsumsi listrik kelompok bisnis, dan tingkat penghunian hotel.

Pada sub sektor perdagangan, pertumbuhan tercermin pada peningkatan

volume bongkar barang di beberapa pelabuhan Gorontalo. Volume bongkar selama

triwulan I-2010 mencapai 152.071 ton atau meningkat sebesar 36,89% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 7,99%. Selama triwulan I-2010

impor barang elektronik yang berasal dari China menunjukkan peningkatan seiring

diberlakukannya ACFTA. Namun perdagangan barang elektronika China di Gorontalo

sempat terkendala operasi pasar yang dilaksanakan pemerintah daerah bekerjasama

dengan kepolisian pada bulan Januari 2010 terkait kepatuhan produk China terhadap

Standard Nasional Indonesia (SNI).

Peningkatan kinerja sub sektor perdagangan diindikasikan pula oleh meningkatnya

konsumsi listrik kelompok bisnis turut yang turut meningkat sebesar 17,22% (y.o.y) lebih

tinggi dibandingkan peningkatan triwulan I-2009 sebesar 10,61% (y.o.y).

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Sumber : Pelabuhan se-Gorontalo Sumber : Bandara Jalaluddin

Grafik 1.23 Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Laut Volume Bongkar Pelabuhan Udara

Pada sub sektor perhotelan, pertumbuhan nampak pada tingkat hunian hotel di

Gorontalo. Tingkat penghunian hotel pada triwulan I-2010 sebesar 37,68 meningkat lebih

tinggi dibandingkan tingkat penghunian pada triwulan I-2009 sebesar 29,97. Semakin

meningkatnya sarana dan prasarana transportasi di Gorontalo diperkirakan turut

meningkatkan kegiatan pariwisata di Gorontalo sehingga berdampak pada meningkatnya

kinerja sub sektor perhotelan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan semakin banyaknya

pembangunan rumah penginapan baru dan hotel kelas melati dikawasan kota Gorontalo.

Sumber : PLN Gorontalo Sumber : BPS Gorontalo

Grafik 1.25 Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Tingkat Penghunian Hotel

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 15

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Sektor bangunan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 10,66%

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (9,78%). Perkembangan

sektor properti khususnya ruko dan rumah tinggal semakin menunjukkan peningkatan di

Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh pertumbuhan pembiayaan konstruksi dan realisasi

penjualan semen di Gorontalo. Realisasi penjualan semen di Gorontalo meningkat sebesar

69,50% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan penjualan semen triwulan I-2009 yang terkontraksi

sebesar 22,04%. Beberapa proyek infrastruktur saat ini masih dalam proses pengerjaan

antara lain : pembangunan PLTU Anggrek, pembangunan embarkasi haji untuk bandara

Jalaluddin, pembangunan banjir kanal timur Bone Bolango, pembangunan jalan by pass

Bandara – Kantor Gubernur, pembangunan jalan by pass Molu-Molingkapoto.

Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen

Grafik 1.27

Realisasi Penjualan Semen Gorontalo

Disisi pembiayaan konstruksi, peran swasta mulai tumbuh selama triwulan I-2010.

Hal ini tecermin dari semakin meningkatnya pertumbuhan kredit konstruksi sementara

realisasi belanja modal APBD menunjukkan penurunan. HIPMI, Perumnas dan Pemkab.

Gorontalo telah menandatangani MoU pembangunan 500 unit rumah baru bagi PNS di Kab.

Gorontalo. Kondisi tersebut diharapkan menjadi pemicu pembangunan real estate diluar

kawasan kota, sehingga pertumbuhan sektor bangunan kedepan semakin meningkat.

Disisi pembiayan kredit konstruksi tumbuh sebesar 121,12% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 35,12% (y.o.y). Sementara itu belanja modal APBD

selama triwulan I-2010 terkontraksi 79,18% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan realisasi

belanja modal APBD triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 6,76%.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Grafik 1.28 Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Konstruksi Realisasi Belanja Modal APBD

1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 7,36 %

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,38

% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya

perdagangan di Gorontalo.

Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo

Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri

Masih optimisnya kondisi sektor industri dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi BBM

kelompok industri sebesar 22,79% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar

14,95% (y.o.y). Sementara itu peningkatan sektor industri juga dikonfirmasi oleh tumbuhnya

konsumsi listrik kelompok industri sebesar 1,33% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 19% (y.o.y).

1.2.6 SEKTOR KEUANGAN

Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 7,20% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (6,92%). Pertumbuhan sektor keuangan ini

terutama didorong pertumbuhan Net Interet Margin (NIM) perbankan yang menunjukkan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 17

peningkatan. Sampai dengan bulan Maret 2010, NIM perbankan telah mencapai Rp 107

Miliar atau tumbuh 57,55%, lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2009 yang tumbuh

28,33%. Peningkatan NIM ini didorong oleh pendapatan bunga perbankan yang tumbuh

signifikan selama triwulan I-2010 sementara beban bunga relatif sama dengan periode

sebelumnya.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.32 NIM Perbankan Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010 diperkirakan

tumbuh 5,85% (y.o.y) melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009

(7,51%) khususnya pada sub sektor listrik. Melambatnya sub sektor kelistrikan

disebabkan oleh faktor defisit energi listrik yang belum dapat teratasi sampai dengan

triwulan laporan. Menurunnya kondisi tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data

penjualan energi listrik yang tumbuh melambat. PT. PLN telah melakukan serangkaian

upaya untuk meningkatkan kapasitas kelistrikan di Gorontalo melalui program jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang (terlampir dalam box KER).

Sumber : PLN Gorontalo

Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN

Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-

2010 diperkirakan tumbuh 11,23% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009

(9,23% y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo

yang semakin menunjukkan peningkatan. Namun tingginya permintaan akan bahan galian C

di Gorontalo mengakibatkan upaya penambangan seringkali menimbulkan kerusakan

Rencana Realisasi Selisih Frekuensi

(kW) (kW) (kW) (kali)

Jan

Siang 3.800 2.100 1.700 3

Malam 6.300 4.200 2.100 25

Feb

Siang 3.900 2.000 1.900 8

Malam 6.400 3.600 2.800 27

Mar

Siang 3.800 2.400 1.400 17

Malam 6.400 4.600 1.800 31

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

lingkungan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam bulan Maret 2010 melarang penambangan

bahan galian C disekitar kota yang berpotensi merusak lingkungan. Sementara beberapa

potensi pertambangan telah ditemukan di wilayah Gorontalo antara lain potensi minyak bumi

di Teluk Tomini, potensi pertambangan emas di kab. Bone Bolango, potensi pertambangan

timah hitam di Atinggola dan potensi pertambangan tembaga di daerah Tapa. Potensi

dimaksud diharapkan dapat dikembangkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi

masyarakat.

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 8,12% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,00%). Meningkatnya

kinerja sektor jasa-jasa dikonfirmasikan oleh peningkatan realisasi kredit jasa-jasa

perbankan yang tumbuh 47,45% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan

I-2009 yang terkontraksi sebesar 15,45%

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-jasa

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 19

BOX 1 : Investasi dan Ketenagalistrikan

Investasi di Gorontalo telah menjadi pekerjaan rumah yang belum menujukkan

perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai pihak berharap melalui investasi multiplier

effect pembangunan ekonomi Gorontalo dapat dipacu lebih tinggi, namun permasalahan

infrastruktur seringkali menjadi kendala terhambatnya aliran modal masuk ke Gorontalo.

Dalam satu focus group discussion antara Bank Indonesia, Badan Investasi Daerah Prov.

Gorontalo dan Bappeda Prov. Gorontalo melalui seminar tengah tahun 2009 terungkap lima

kendala utama yang menghambat kinerja investasi di Gorontalo yaitu (i) kendala kelistrikan,

(ii) ketersediaan air bersih (iii) kepemilikan lahan (iv) kualitas ketenagakerjaan serta (v) arus

modal masuk. Dari kelima aspek dimaksud, masalah kelistrikan menjadi kendala mendesak

yang perlu dipecahkan bersama, mengingat beberapa calon investor telah membatalkan

rencana investasi dikarenakan pasokan listrik yang terbatas.

Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Untuk mengetahui keterkaitan antara investasi dan kelistrikan secara empirik

digunakan tools uji kausalitas granger1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan

sub sektor kelistrikan secara signifkan mempengaruhi pertumbuhan kinerja investasi namun

tidak berlaku sebaliknya, dimana pertumbuhan investasi yang terjadi belum mendorong

pertumbuhan sektor kelistrikan secara signifikan. Analisis ini diperkirakan menggambarkan

kondisi yang berkembang di Gorontalo bahwa terhambatnya arus investasi salah satunya

dikarenakan ketersediaan daya listrik yang belum optimal.

Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/10 Time: 17:14 Sample: 2000:1 2009:4 Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

INVEST does not Granger Cause LISTRIK 36 1.37355 0.26931 LISTRIK does not Granger Cause INVEST 2.96617 0.03748

Granger Causality Test

1 Uji kausalitas Granger ini pada intinya untuk mengetahui apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Pada uji Granger dilihat pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series. Untuk melakukan uji dimaksud digunakan data pertumbuhan riil sub sektor kelistrikan dan kinerja investasi berdasarkan PDRB Provinsi Gorontalo.

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Berdasarkan pemetaan kebutuhan listrik nasional yang telah dilakukan oleh

Kementerian EDSM pada tahun 2009, Indonesia mengalami defisit daya listrik sebesar

143.16 MW dimana Gorontalo sendiri merupakan daerah dengan defisit daya listrik yang

cukup besar dikawasan Indonesia Timur setelah Provinsi Sulawesi Tengah. Per-September

2009 defisit daya listrik di Gorontalo tercatat sebesar -4.25 MW. Kondisi dimaksud

menyebabkan frekuensi pemadaman menjadi alternatif untuk pemenuhan daya yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Data PT. PLN Wilayah Sulutenggo mencatat bahwa frekuensi

pemadaman dari bulan Januari 2010 s/d Maret 2010 mengalami peningkatan terkait defisit

daya pembangkit.

Sumber : Kementerian ESDM dalam Sosialisasi Kebijakan Teknis Terkait Penanaman Modal 2009

Selama tahun 2006 – 2010 PT. PLN telah melakukan serangkaian perbaikan

jaringan dan penambahan daya listrik untuk memenuhi permintaan kelistrikan di Gorontalo.

Pada tahun 2010 produksi energi listrik diproyeksikan mencapai 230.864.489 KWh dengan

target penjualan energi sebesar 213.139.708 KWh. Surplus energi listrik tersebut

diperkirakan mampu mengurangi frekuensi pemadaman listrik sehingga berdampak pada

kinerja perekonomian secara luas.

Tabel Frek. Pemadaman Listrik Tabel Proyeksi Produksi Listrik 2010

Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo

Rencana Realisasi Selisih Frekuensi

(kW) (kW) (kW) (kali)

Jan

Siang 3.800 2.100 1.700 3

Malam 6.300 4.200 2.100 25

Feb

Siang 3.900 2.000 1.900 8

Malam 6.400 3.600 2.800 27

Mar

Siang 3.800 2.400 1.400 17

Malam 6.400 4.600 1.800 31

KWH%

GrowthKWH

%

Growth

2006 142.907.898 128.531.907

2007 162.030.365 13,4 146.365.743 13,9

2008 181.527.650 12,0 166.406.139 13,7

2009 207.721.948 14,4 190.288.123 14,4

2010P 230.864.489 11,1 213.139.708 12,0

PRODUKSI ENERGI PENJUALAN ENERGI

TAHUN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 21

Menyikapi hal tersebut, PT. PLN Wilayah Sulutenggo tengah menyiapkan langkah-langkah

dalam meningkatkan pasokan listrik untuk wilayah Gorontalo melalui program jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Diharapkan melalui program pembangunan

dan perbaikan jaringan yang ada ketersediaan listrik di Gorontalo dapat segera tercukupi

sehingga peluang investasi daerah dapat termanfaatkan dengan baik.

USAHA JANGKA PENDEK

- Mengatasi derating daya (penurunan kemampuan daya) mesin PLTD Telaga

- Penambahan kapasitas pembangkit :

o Sistem Telaga

Sewa mesin MFO berdaya 7 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan

anggaran Rp7,5 Milyar/bulan

IPP PLTM Taludaa berdaya 1 MW dioperasikan bulan Juni 2010 dengan

anggaran Rp708 juta/bulan

Perbaikan 1 unit mesin PLTMh Mongango berdaya 600 kW

o Sistem Marisa-Tilamuta:

Sewa Mesin HSD oleh PLN berdaya 2 MW dioperasikan bulan September 2010

dengan anggaran Rp 3 Milyar/bulan

Pinjam Pakai Mesin Diesel HSD berdaya 1 MW oleh Pemda Pohuwato

dioperasikan bulan September 2010 dgn anggaran Rp 1,5 Milyar/bulan

- Pengiriman daya 5-10 MW dari PLTU Amurang melalui interkoneksi T/L 150 kV dari Sistem

Minahasa ke Sistem, bila Sistem Minahasa tidak mengalami gangguan (Oktober 2010)

- Menggeser jadwal pemeliharaan rutin mesin P0-P5 dari siang hari ke malam hari sesuai

kondisi beban, untuk mencegah tidak terjadi pemadaman pada siang hari.

USAHA JANGKA MENENGAH

- Meningkatkan partisipasi swasta (IPP) dalam penyediaan tenaga listrik

o PLTU Tenaga Listrik 2x10 MW

o PLTU Gorontalo Energi 2x7 MW

- Pembangunan PLTU Anggrek 2x25 MW (s/d 29 Maret 2010 : sudah tergali 969 titik untuk

persiapan peledakan, menunggu keluarnya izin dari Mabes POLRI)

USAHA JANGKA PANJANG

- Penambahan kapasitas pembangkit melalui proyek 10.000 MW tahap II

o PLTP Kotamobagu 1s/d 4, 4x20 MW

o PLTP Lahendong 5&6, 2x20 MW

- Interkoneksi Sistem Gorontalo dengan sistem Palu melalui T/L 150 kV

- Pembangunan pembangkit dengan energi primer terbarukan

o PLTP Lombongo 9 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI)

o PLTP Pentadio 5 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI)

Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan ...

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 23

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Faktor fundamental membawa penurunan tekanan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo

triwulan I-2010. Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut

tercermin pada perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan

ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang

dan jasa masyarakat cenderung tersedia dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung

melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi

harga jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan

barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan

didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN I-2010

Inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 dicerminkan oleh perbaikan

output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan

Gorontalo tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) mendekati nilai inflasi nasional sebesar 3,43%

(y.o.y). Perkembangan tingkat inflasi ini cukup menggembirakan mengingat sepanjang tahun

2009 inflasi Gorontalo selalu jauh berada diatas tingkat inflasi nasional. Faktor fundamental

yang menyebabkan melemahnya tekanan inflasi adalah perbaikan output gap dan

menurunnya ekspektasi inflasi.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo

Perbaikan output gap sejalan dengan kecenderungan melemahnya demand

sementara sisi supply menguat. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan

produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

tersedia dengan baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia Gorontalo yang menunjukkan perbaikan kapasitas produksi.

Sementara itu, permintaan masyarakat menujukkan tanda-tanda pelemahan meskipun

masih dalam tingkat optimisme yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha yang menunjukkan kenaikan realisasi kapasitas produksi dan Survei

Konsumen yang menunjukkan penurunan optimisme pada Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK).

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Grafik 2.3

Realisasi Kapasitas Produksi Indeks Keyakinan Konsumen

Optimisme ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun yang

didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Mulainya musim panen pada akhir

triwulan I-2010 (Maret) mengakibatkan pasokan barang memadai untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Kecukupan pasokan ini membawa ekspektasi harga dalam

jangka pendek cenderung menurun. Penurunan optimisme ekspektasi harga dapat

dikonfirmasi oleh indeks perubahan harga umum 3 bulan yang akan datang sebesar

172,5 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 173,3.

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.4

Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 25

Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM memberi

pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo. Kebijakan penurunan harga

BBM telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan inflasi 2009.

Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren peningkatan.

Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan tingkat harga BBM domestik

hingga triwulan I-2010 memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga.

Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi

memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

beras oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun

sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.

Sumber : US Energy Information Administration Sumber : Departemen Pertanian

Grafik 2.5 Grafik 2.6

Harga Minyak Dunia HPP Pembelian Beras

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Tendensi penurunan harga

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang.

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

2010Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 4.35 3.59

Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 7.70 5.10

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 7.73 5.93

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 2.84 3.06

Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 3.06 -0.18

Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 8.22 9.35

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 0.57 0.36

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 -0.37 -5.15 -5.35 -2.50 -0.06

Kelompok 2007 2008 2009

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Penurunan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan

harga-harga pada sub-kelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan

kelompok bahan makanan sebesar 5,1% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 21,80% (y.o.y). Penyebab utama melemahnya tekanan

inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subsektor bumbu-bumbuan

mengalami penurunan. Sub sektor bumbu-bumbuan pada triwulan I-2010 menglami deflasi

sebesar -17.84% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 18.49% (y.o.y).

Tabel 2.2

Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Hasil konfirmasi Survei Pemantauan Harga (SPH) menunjukkan bahwa harga beberapa

komoditas utama sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Harga cabe merah

keriting pada triwulan-I 2009 sebesar Rp13.000/kg turun menjadi Rp8.500/kg pada triwulan

I-2010, sedangkan Harga cabe merah biasa pada triwulan-I 2009 sebesar Rp16.500/kg

turun menjadi Rp10.000/kg pada triwulan I-2010.

Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo

Grafik 2.7

Perkembangan Harga Cabe

MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC JAN FEB MAR

BAHAN MAKANAN 21.80 18.27 15.16 14.59 12.21 7.12 5.50 6.74 11.18 7.7 5.26 7.98 5.1

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 14.49 13.63 11.50 8.67 9.39 10.72 11.54 12.43 11.96 8.86 5.41 9.06 7.46

Daging dan Hasil-hasilnya 14.70 6.00 5.37 2.65 1.57 -8.39 -9.12 -6.9 -1.12 -3.05 -4.86 -1.62 0.31

Ikan Segar 51.62 64.53 46.56 49.54 40.05 37.07 16.59 -3.69 3.4 11.08 5.18 5.74 5.58

Ikan Diawetkan -9.24 -7.44 -7.55 -8.61 -9.98 -6.87 -6.49 -8.21 -7.98 -7.72 0.75 8.67 10.14

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 9.14 9.64 6.29 1.36 -0.44 1.34 -4.25 -6.74 -4.98 -4.55 -5.81 -2.3 -2.47

Sayur-sayuran -17.13 -26.54 -10.63 -7.41 -9.01 -26.24 -26.19 20.22 39.69 -1 -7.25 8.55 25.92

Kacang - kacangan 12.90 19.27 15.06 10.81 8.90 7.46 10.86 11.96 9.03 10 11.58 10.85 4.09

Buah - buahan 84.66 67.59 66.84 65.24 77.21 49.91 59.45 56.85 26.09 21.68 29.04 40.99 27.79

Bumbu - bumbuan 18.49 -15.19 -19.50 -16.01 -18.29 -31.96 -11.69 26.77 39.06 14.98 21.23 8.32 -17.84

Lemak dan Minyak -13.27 -10.95 -10.49 -10.80 -5.78 -1.99 0.95 2.45 3.42 3.99 5.86 7.34 6.45

Bahan Makanan Lainnya 1.51 2.87 3.41 3.41 3.29 3.29 4.88 5.21 2.52 3.53 2.49 5.01 2.3

Kelompok / Sub kelompok

20102009

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 27

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi

secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Permasalahan pasokan beras menjadi salah satu penyebab utama peningkatan

inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan. Inflasi triwulanan kelompok bahan

makanan sebesar 4,25% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,65%

(qtq) Terlambatnya musim tanam padi triwulan IV-2009 mengakibatkan panen raya beras

diperkirakan bergesar pada akhir triwulan I-2010 (Maret) dan awal triwulan II-2010.

Sehingga, pada pertengahan triwulan I-2010 (Februari) pasokan komoditas beras menjadi

berkurang dan menekan tingkat harga. Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk

menaikkan HPP pembelian beras pada Januari 2010 juga turut memberi tekanan harga

pada komoditas beras.

Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo

Grafik 2.8

Perkembangan Harga Beras

Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa harga komoditas beras

mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga beras jenis dolog pada

triwulan I-2010 mencapai Rp5.300/kg lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp4.000/kg. Sementara itu, tekanan harga juga muncul dari komoditas sub

kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya. Hasil SPH menunjukkan bahwa harga daging

2010Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 0.53 1.59

Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67 0.62 4.25

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00 -5.18 7.45

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23 -8.16 9.85

Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22 -1.61 2.34

Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 0.08 1.67

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19 0.01 -0.05

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08 -0.17 0.05

Kelompok 2007 2008 2009

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

ayam broiler meningkat dari Rp17.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp19.000/kg pada

triwulan I-2010, sedangkan harga daging ayam kampung meningkat dari Rp43.000/kg pada

triwulan IV-2009 menjadi Rp45.000/kg pada triwulan I-2010. Sementara itu, harga telur

ayam ras mengalami peningkatan dari Rp14.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi

Rp18.000/kg pada triwulan I-2010.

Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo

Grafik 2.9

Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam

Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau

didorong oleh kenaikan harga gula. Kekurangan pasokan gula di Gorontalo diperkirakan

akan mewarnai perkembangan harga pada triwulan I dan II 2010. Berdasarkan hasil diskusi

rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diiformasikan bahwa permasalahan stok gula

akan mewarnai hingga beberapa bulan kedepan karena Perusahaan Gula Gorontalo akan

mengurangi aktivitas produksi sejak Januari hingga Mei 2010. Hal ini disebabkan karena

adanya permasalahan bahan baku akibat kadar air yang tinggi pada rendeman tebu. Hasil

SPH juga memperkuat indikasi dimaksud yang ditunjukkan dengan kenaikan harga gula

pada triwulan I-2010 sebesar Rp11.000/kg menjadi Rp11.500/kg pada triwulan II-2010.

Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.10

Perkembangan Harga Gula Pasir

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 29

BOX 2 : Strategi Pengendalian Inflasi Daerah

Provinsi Gorontalo 2010

Dalam rangka memperkuat koordinasi perumusan kebijakan ekonomi daerah, telah

dilakukan rapat kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo pada 5

Maret 2010. Rapat dimaksud diikuti oleh anggota tim yang terdiri dari Bank Indonesia,

Pemda, BUMN/D, dan stakeholders. Berbagai pokok bahasan yang meliputi potensi

penyebab inflasi Provinsi Gorontalo 2010 adalah sebagai berikut:

A. Pemetaan Sumber Tekanan Inflasi Gorontalo

Inflasi dalam jangka pendek sejalan dengan geliat perekonomian daerah,

namun dalam jangka panjang hal tersebut dapat mengganggu kualitas

pertumbuhan dan menurunkan pendapatan riil masyarakat. Tingkat inflasi

perlu dipertahankan pada tingkat yang rendah dan stabil agar perekonomian

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta daya beli masyarakat

terjaga.

Inflasi di Gorontalo terutama bersumber dari kelompok bahan makanan

khususnya beras, ikan cakalang, cabe rawit (rica), bawang, tomat, minyak

goreng dan, gula pasir. Kondisi penetapan harga berdasarkan mekanisme

pasar menjadi pemicu fluktuasi harga pada komoditas dimaksud. Hal ini

tercermin dari tidak stabilnya pergerakan harga komoditi tersebut pada setiap

periode.

B. Kondisi Infrastruktur

Akses transportasi terutama darat yang relatif terbatas ke daerah-daerah

produksi mengakibatkan distribusi barang/jasa dari/ke sentra produksi kurang

lancar atau memiliki biaya tinggi.

Infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah, belum termanfaatkan

secara optimal antara lain Pelabuhan Anggrek. Infrastruktur lain yang

penting dan masih menjadi kendala adalah masalah kelistrikan yang hingga

saat ini masih menjadi keluhan bagi masyarakat dan dunia usaha di

Gorontalo.

C. Struktur Pasar

Tingginya harga di level konsumen diakibatkan karena pedagang besar

memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual di pasar, sementara daya

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

tawar petani yang relatif rendah mengakibatkan harga kurang dinikmati pada

level produsen.

Komoditas pertanian memiliki karakter yang mudah rusak sehingga harus

segera dijual. Hal ini memberi dampak pada rendahnya daya tawar petani

terhadap pedagang besar.

Beberapa rencana tindak lanjut pengendalian inflasi daerah yang perlu mendapat perhatian

antara lain adalah:

A. Penguatan peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga melalui :

Penetapan harga dasar komoditi pertanian khususnya yang diproduksi

atau dihasilkan di wilayah Gorontalo dan sekitarnya sehingga tidak terjadi

fluktuasi harga yang tidak stabil pada setiap periode.

Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh BULOG dapat dilakukan untuk

mengantisipasi terjadinya inflasi akibat tingginya permintaan yang diikuti oleh

kekurangan pasokan di pasar misalnya terhadap komoditi beras dan gula.

Namun demikian terdapat kendala untuk melakukan kegiatan dimaksud

karena adanya jalur birokrasi yang cukup panjang yaitu harus melalui

persetujuan Kementerian Perdagangan/Industri, Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota hingga instansi teknis/pelaksana. Untuk itu diharapkan jalur

birokrasi persetujuan Operasi Pasar dapat disederhanakan sehingga

langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi dapat segera direalisasikan di

lapangan.

Koordinasi dan komunikasi lintas sektoral. Pengendalian inflasi tidak

dapat dilakukan oleh satu instansi saja, namun perlu koordinasi dan

komunikasi yang baik antar dinas/instansi termasuk perbankan dan legislatif

(DPRD). DPRD diharapkan dapat mendukung tim dalam kapasitasnya

sebagai mitra dalam memantau rekomendasi dan tindak lanjut hasil yang

diperoleh dari TPID dan TPED. Koordinasi juga dilakukan dalam bentuk

penyampaian informasi oleh seluruh dinas/instansi kepada masyarakat dalam

rangka membentuk serta mengarahkan opini masyarakat terhadap

pembentukan harga/inflasi di Gorontalo.

Penguatan kelembagaan petani juga sangat penting dalam meningkatkan

daya tawar petani terhadap harga komoditi pertanian yang mereka hasilkan.

Penguatan dimaksud antara lain melalui pembentukan kelompok tani atau

koperasi petani yang menjadi sarana tukar menukar informasi dan kekuatan

dalam memasarkan produk pertanian mereka.

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 31

B. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan dan pelabuhan untuk memperlancar

arus barang dan jasa dari/ke Gorontalo dengan daerah-daerah sekitarnya

termasuk provinsi yang menjadi pasar antar pulau dari komoditi pertanian

Gorontalo. Saat ini beberapa hal yang telah, sedang dan akan dilakukan

pemerintah Gorontalo dalam memberbaiki infrastruktur adalah :

Mengalokasikan anggaran pembangunan/perbaikan infrastruktur yang

meliputi pembangunan/perbaikan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Hal

tersebut diharapkan dapat direalisasikan seluruhnya pada tahun 2010. Untuk

itu, diharapkan adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak, termasuk

legislatif (DPRD).

Kondisi Jalan Provinsi dan Jalan Negara di Gorontalo terus ditingkatkan.

Panjang jalan nasional adalah 616,34 km dimana kondisi mantap sudah

mencapai 87,88%, sedangkan Jalan Provinsi kondisi mantap baru mencapai

39,45% dari 408,36 km sehingga masih perlu peningkatan sepanjang 247, 02

km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas Tapa -

Atingola, Marisa - Tolinggula dan Aladi Tulabolo).

Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang telah tersedia diantaranya

pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis.

Penambahan daya listrik sebesar 7 MW yang diharapkan dapat terealisasi

pada bulan September 2010, untuk mengatasi defisit daya listrik di Gorontalo

sebesar 3 MW.

C. Mendorong peningkatan akses transportasi ke daerah-daerah yang menjadi

sentra produksi yang selama ini relatif sulit untuk diakses. Selain kelancaran

akses, juga diharapkan adanya kemungkinan untuk pemberian sejenis subsidi

sehingga biaya transportasi ke daerah-daerah tersebut relatif lebih murah.

D. Strategi kebijakan pertanian melalui penanaman secara bergilir untuk setiap

jenis komoditi sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pasokan bahan

makanan di pasar. Terkait dengan hal ini perlu dilakukan komunikasi dengan

pemerintah daerah Kabupaten beserta instansi teknis serta masyarakat petani

agar terdapat kesatuan pemahaman dan langkah demi keuntungan bersama.

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

Beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan dari hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi

Daerah adalah:

1. Percepatan birokrasi/administrasi dalam mekanisme Operasi Pasar Terbuka (OPT)

khususnya komoditas beras dan gula.

2. Optimalisasi penggunaan Pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis guna

memperlancar penyaluran distribusi barang dan jasa.

3. Menghilangkan gangguan aliran distribusi barang dari desa ke kota melalui

perbaikan dan pembangunan infrastruktur.

4. Akselerasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendukung pembangunan

PLTU Anggrek dan penambahan daya sebesar 7 MW di Gorontalo tahun 2010.

5. Goverment Limited Intervention dan penguatan koordinasi antar pihak terkait untuk

mencegah lonjakan kenaikan harga gula karena diperkirakan hingga bulan Mei 2010

Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi kegiatan produksi.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 33

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan I-2010 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan

perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan

yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh perlambatan dana pihak ketiga

(DPK) dan penyaluran kredit. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga,

tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali.

Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena Loan Deposit Ratio (LDR) sudah mencapai

nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga dapat mengancam ketersediaan

likuiditas perbankan.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan

menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana pihak ketiga mengalami

perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja

penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana

deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran

kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring

dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat

keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami

perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian

pada triwulan laporan.

3.1.1 PERKEMBANGAN BANK

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum

Konvensional, 2 Bank Umum Syariah, dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan

kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari

13 kantor cabang, 23 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit.

Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor

kas. Sementara itu, nilai total asset pada triwulan laporan sebesar Rp3,032 triliun atau

tumbuh sebesar 21,18% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 30,11% (y.o.y).

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Pada posisi akhir triwulan I-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,83

triliun, terkontraksi sebesar -0,80% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 20,81% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan

oleh kontraksi pada komponen deposito sebesar -15,93% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,63% (y.o.y). Melambatnya deposito

seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh

sebesar 6,55% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 11,71% (y.o.y). Berkurangnya pendapatan masyarakat terutama para petani akibat

terlambatnya musim panen menyebabkan kemampuan menabung masyarakat cenderung

turun. Sebaliknya, giro mengalami pertumbuhan sebesar 8,61% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6.59% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.1 Grafik 3.2

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar

Rp2,78 triliun, tumbuh 32,59% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 38,17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan total kredit

terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi yang tumbuh sebesar

37,64% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 52,00% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi seiring dengan menurunnya

keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan

musim panen. Sementara itu, kredit modal kerja juga mengalami perlambatan yaitu tumbuh

sebesar 21,95% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 31,93% (y.o.y). Sebaliknya, kredit investasi tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y) lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -16,51% (y.o.y).

Perkembangan kredit investasi menunjukkan bahwa peran perbankan cukup besar dalam

pendanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan oleh

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 35

pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Perkembangan kredit investasi perlu terus

ditingkatkan mengingat perannnya hanya sekitar 6% dari total kredit dibandingkan dengan

kredit konsumsi yang mencapai 60% dari total kredit.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Grafik 3.4

Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan

Perlambatan kredit sektor produktif pada triwulan laporan seiring dengan

perlambatan ekonomi daerah. Kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup

signifikan yaitu terkontraksi sebesar -41,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,20% (y.o.y). Menurunnya kinerja

sektor pertanian pada triwulan laporan mempengaruhi perkembangan kredit pertanian.

Kontraksi perkembangan kredit juga dialami oleh sektor industri sebesar -40,44% (y.o.y)

dan sektor angkutan sebesar -31,15% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan

pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y) namun masih lebih lambat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,84% (y.o.y). Sementara itu, kinerja yang

menggembirakan terdapat pada kredit sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan

sebesar 121,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 35,12% (y.o.y). Peran perbankan dalam dukungan pendanaan proyek-proyek

infrastruktur meningkatkan kinerja kredit konstruksi.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Grafik 3.6

Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 46,17% (y.o.y) lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,93% (y.o.y).

Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan

menengah mencapai Rp1,99 triliun, dimana kredit usaha mikro sebesar Rp254,8 milyar,

kredit usaha kecil sebesar Rp721,7miliar, dan kredit usaha menengah Rp1,02 triliun.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7 Grafik 3.8

Pertumbuhan Kredit UMKM Komposisi Kredit UMKM

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko

pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non

Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu

dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian

karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari

145% sehingga berpotensi terhadap ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan

volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan

terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

3.2.1 RESIKO KREDIT

Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit diindikasikan bahwa

risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non

Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2,38%

(bruto). Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Namun, perbankan harus tetap waspada

terhadap potensi risiko kredit kedepan mengingat nilai NPL saat ini sudah menunjukkan tren

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,25%. Adapun nilai NPLs

tertinggi terdapat pada kredit industri yang mencapai 10,25%, diikuti oleh kredit jasa dunia

usaha sebesar 4,41% dan kredit pertanian sebesar 4,15%.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 37

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.9 Grafik 3.10

Perkembangan NPL NPL per Sektor

Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah

disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki

pangsa yang dominan sebesar 64%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan

ke sektor PHR sebesar 27%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat

risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11

Konsentrasi Kredit

3.2.2 RESIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan

tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut

mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang

yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito

hanya mencapai 29.01% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, dana jangka pendek

mencapai lebih dari 70% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 18,12% dan

tabungan sebesar 52,77%.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.12

Perkembangan Protofolio DPK

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 151,19% menunjukkan bahwa

likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah

kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya

hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil

dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan

perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya

dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang

digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari

100%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.13

Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 39

3.2.3 RESIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan

volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga

acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke

depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs

diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan

terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.14

Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

BOX 2 : POTENSI KERAJINAN KERAWANG GORONTALO

Kerawang adalah sebuah produk kerajinan tradisional yang sejak turun-temurun

telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum perempuan Gorontalo. Kerajinan kerawang

mulai dikenal sejak abad ke 17 tepatnya tahun 1713 di wilayah Ayula. Nama sulaman

kerawang berasal dari kata “Mokarawo” yang berarti “mengiris atau melubangi”. Penamaan

ini sesuai dengan teknik pembuatan sulaman kerawang, dimana serat benang pada kain

sebagai media sulaman akan diiris atau dilubangi dengan cara mencabut serat benang pada

bidang tertentu di media kain yang akan digunakan. Proses pengirisan dan pencabutan

benang tersebut disesuaikan dengan besaran bentuk atau motif yang diinginkan. Setelah

proses pencabutan benang pada kain, proses sulaman dilakukan dengan mengikuti motif

yang telah ditentukan.

Desain Kerawang Gorontalo

Secara keseluruhan teknik pembuatan sulaman kerawang, mulai dari pembuatan

motif, pelubangan sampai penyulaman masih dilakukan secara manual. Pada awalnya hasil

sulaman kerawang hanya dalam bentuk kecil dan sederhana dengan corak yang sewarna.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, mendorong para pengrajin usaha kerawang

untuk menghasilkan hasil sulaman kain kerawang sebagai bahan pakaian siap jahit

khususnya untuk busana perempuan dengan berbagai variasi bahan tekstil. Berbagai

inovasi kreatif juga terus berkembang, dimana hasil sulaman kerawang juga telah ditemui

dalam bentuk yang lebih siap pakai seperti kipas, tas tangan, dompet, busana muslim dan

muslimah, mukena, kemeja, songkok, sandal, jas, sajadah, sprei, dan sarung bantal bahkan

kaos dengan bahan baku yang lebih bervariasi serta motif sulaman yang lebih berwarna.

Berbagai kreatifitas dan inovasi baru yang terus tumbuh tersebut, mendorong makin

dikenalnya hasil sulaman kerawang sampai ke tingkat nasional serta makin banyaknya

permintaan dari berbagai kalangan khususnya para pendatang yang berkunjung ke

Gorontalo.

Bahan baku sulaman kerawang adalah kain, biasanya jenis oxford (untuk sprei dan

taplak), belini (untuk jas dan safari) dan sifon (untuk baju perempuan). Jenis kain lainnya

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 41

yang biasa digunakan adalah santana, katun duyung, friendship, accura, claudy, tetron, dan

ero. Saat ini, kain sutra sudah digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan sulaman

dengan kualitas yang terbaik. Sebagai bahan pendukung digunakan benang, alas, motif,

gabus, dan gagang kipas. Alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet,

pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit.

Kerajinan kerawang, tersebar secara merata di wilayah Provinsi Gorontalo.

Berdasarkan data Industri Kecil dan Menengah (IKM) 2009 dari Dinas Koperasi

Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi

bahwa para pengrajin sulaman kerawang tersebar di seluruh wilayah (kota/kabupaten) yang

ada di Provinsi Gorontalo, dengan jumlah unit usaha sebanyak 645 unit dan tenaga kerja

yang terserap sebanyak 3.505 orang Di Kabupaten Gorontalo, industri sulaman kerawang

telah cukup berkembang dengan baik, dimana pusat atau sentra industri berada di

Kecamatan Telaga Biru, dengan jumlah pengrajin ± 425 orang yang tersebar di 5 desa. Para

pengrajin tersebut umumnya menerima dan mengerjakan pesanan dari beberapa

pengusaha/pedagang lokal untuk diperdagangkan baik di dalam maupun luar wilayah

Gorontalo. Pesanan lainnya datang dari beberapa kantor atau instansi pemerintah maupun

swasta untuk dijadikan sebagai seragam kantor. Selain di Kabupaten Gorontalo, banyak

pengrajin sulaman kerawang lainnya yang juga tersebar di Kota Gorontalo dan Kabupaten

Bone Bolango. Sementara untuk Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Boalemo memiliki

jumlah pengrajin kerawang yang lebih sedikit.

Secara umum, terdapat tiga pola usaha yang dapat dilakukan oleh

pengusaha/pengrajin sulaman kerawang, yaitu; (1) pola makloon saja, (2) pola produksi

lengkap dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pola

makloon , seperti halnya industri pakaian jadi lainnya juga diterapkan dalam usaha

kerawang dimana pengrajin melakukan usahanya dengan menerima pesanan dari

konsumen dan hanya membuat sulaman kerawang sesuai dengan keinginan konsumen.

Dalam pola ini, bahan baku kain dan benang berasal dari konsumen, sedangkan bahan

pendukung seperti benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas dan alat yang digunakan

oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan

disulam), gunting dan mesin jahit disediakan sendiri oleh pengrajin. Model atau rancangan

motif sulaman kerawang ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengrajin dengan pola

makloon lebih besar berasal dari ongkos menyulam yang dibebankan ke konsumen.

Selain pengrajin dengan pola makloon , terdapat pula pengrajin kerawang yang

melakukan proses produksi secara lengkap, mulai dari merancang motif atau pola sulaman,

menyulamnya sendiri, hingga menjualnya. Pada pola proses produksi lengkap Pengrajin

membuat rancangan atau motif sendiri, membeli bahan baku kain, benang dan

pamendangan serta menyulam sendiri untuk kemudian ditawarkan kepada konsumen untuk

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA

dijual. Dengan demikian seluruh bahan (bahan baku maupun bahan pembantu) berasal dari

pengrajin. Pendapatan pengrajin berasal dari harga jual yang dibebankan ke konsumen.

Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja

atau pola kombinasi antara makloon dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola

makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan

pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain).

Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha

hanya mendapatkan ongkos kerja menyulam. Oleh karena itu untuk menyiasatinya,

pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi.

Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang

didapat lebih besar.

Sehelai sulaman kerawang, dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu hingga dua

bulan, tergantung jenis kain, benang serta tingkat kerumitan motifnya. Semakin baik kualitas

kain dan benang yang digunakan, serta semakin rumit motif yang diinginkan, semakin lama

pula waktu pengerjaannya, harganya pun semakin mahal tentunya. Harga sulaman

kerawang untuk bahan baju perempuan berkisar Rp250.000,- hingga jutaan rupiah,

sementara untuk baju laki-laki berkisar Rp95.000,- hingga Rp350.000,-. Untuk jas, tarif yang

dikenakan minimal Rp500.000,-. Data Diskoperindag Provinsi Gorontalo tahun 2009

menunjukan total produksi sulaman kerawang sebanyak 493.359 lembar, dengan nilai

produksi mencapai Rp 23 miliar.

Sulaman kerawang merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan.

Berdasarkan penelitian Bank Indonesia mengenai baseline economic survei (BLS) pada

tahun 2006, teridentifikasi sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas unggulan

provinsi Gorontalo. Penelitian lanjutan mengenai Identifikasi Potensi dan Profil Klaster

Komoditas Unggulan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 yang lalu juga menunjukkan

bahwa sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas yang potensial dikembangkan

menjadi sebuah klaster.

Sebagai upaya pengembangan komoditas unggulan, khususnya sulaman kerawang,

diperlukan keterlibatan dan keberpihakan semua pihak, khususnya pemerintah daerah,

perbankan dan pelaku usaha sendiri. Pemerintah daerah berperan dalam penguatan

kapasitas usaha dan penguatan kapasitas kelembagaan pelaku usaha. Perbankan tidak

semata financial institution namun berperan sebagai agent of change dan agent of

development, sudah saatnya terjun ke lapangan untuk melihat potensi unggulan yang ada.

Pelaku usaha harus memiliki sense untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam

pengembangan usahanya. Sinergitas tiga pihak diatas, hendaknya jangan hanya menjadi

slogan semata, melainkan menciptakan langkah nyata dalam upaya pemberdayaan

ekonomi daerah khususnya dalam pengembangan sulaman kerawang Gorontalo.

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 43

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 mencapai 13,97%, lebih

rendah dibandingkan realisasi triwulan I-2009 sebesar 19,02%, sementara itu realisasi

pendapatan menurun 10,91%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mencapai 28,99%.

4.1 PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 menurun

dibandingkan triwulan I-2009. Secara nominal, realisasi triwulan I-2010 sebesar Rp 60,21

Miliar dengan capaian 10,91% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara

persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar

28,99%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian

di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan.

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang

ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan I-2010

sebesar Rp 33,39 Miliar dengan realisasi sebesar 7,38% dari anggaran induk, hal tersebut

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 130,78 Miliar

dengan persentase realisasi 28,58%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada

triwulan I-2010 lebih didorong menurunnya realisasi Dana Alokasi Umum yang hanya

mencapai 8,60% sementara periode yang sama tahun sebelumnya terealisasi sebesar

33,33%.

Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak

kendaraan bermotor. Pada triwulan I-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000 24.145.496.109 31,37 103.283.066.210 26.820.074.585 27,00

Pajak daerah 72.160.000.000 20.350.218.813 28,20 93.420.724.011 25.151.397.285 29,89

Pajak Kendaraan Bermotor 24.889.144.538 6.455.906.300 25,94 11.742.615.224 8.563.116.400 30,34

Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 - -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25.661.714.763 8.434.223.300 32,87 57.322.124.099 11.095.677.000 31,67

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21.434.140.699 5.432.070.593 25,34 24.180.984.688 5.468.832.830 26,34

Pajak Air Permukaan 120.000.000 24.885.000 20,74 120.000.000 17.549.155 17,98

Pajak Air Bawah Tanah 15.000.000 3.133.620 20,89 15.000.000 6.221.900 47,09

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500.000.000 - - 550.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.320.000.000 3.795.277.296 87,85 9.312.342.199 1.668.677.300 10,98

Dana Perimbangan 457.524.910.000 130.780.980.405 28,58 430.749.380.658 33.395.902.000 7,38

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000 1.339.228.405 7,50 19.263.660.658 - -

Dana Alokasi Umum 388.325.260.000 129.441.752.000 33,33 400.750.820.000 33.395.902.000 8,60

Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000 - - 10.734.900.000 - -

Dana Darurat - - -

Dana Penyesuaian - - - - -

Jumlah Pendapatan 534.504.910.000 154.926.476.514 28,99 534.032.446.868 60.215.976.585 10,91

I - 2009Pendapatan Daerah APBD 2009 APBD 2010

I-2010

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

daerah sebesar Rp 25,15 Miliar dengan pencapaian 29,89% melebihi penghimpunan pajak

triwulan I-2009 sebesar Rp 20,35 Miliar dengan pencapaian 28,20%.

Upaya pemerintah daerah meningkatkan self financing melalui peningkatan

penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat

sebesar 44,54% sementara dana perimbangan mencapai 55,46%. Meningkatnya komposisi

PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan

pada triwulan laporan.

Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

4.2 BELANJA DAERAH

Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 79,35 Miliar dana

APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 13,97%, lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009 dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 101,66 Miliar

dengan persentase realisasi mencapai 19,02%. Kondisi ini terutama didorong oleh

penurunan pos belanja modal secara signifikan, sementara pos belanja pegawai dan pos

belanja barang dan jasa sedikit mengalami kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah

meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar

namun realisasi yang berjalan terkesan lambat.

Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)

Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000 24.145.496.109 15,59 103.283.066.210 26.820.074.585 44,54

Pajak daerah 72.160.000.000 20.350.218.813 13,14 93.420.724.011 25.151.397.285 41,77

Pajak Kendaraan Bermotor 24.889.144.538 6.455.906.300 4,17 11.742.615.224 8.563.116.400 14,22

Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 - -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25.661.714.763 8.434.223.300 5,44 57.322.124.099 11.095.677.000 18,43

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21.434.140.699 5.432.070.593 3,51 24.180.984.688 5.468.832.830 9,08

Pajak Air Permukaan 120.000.000 24.885.000 0,02 120.000.000 17.549.155 0,03

Pajak Air Bawah Tanah 15.000.000 3.133.620 0,00 15.000.000 6.221.900 0,01

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500.000.000 - - 550.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.320.000.000 3.795.277.296 2,45 9.312.342.199 1.668.677.300 2,77

Dana Perimbangan 457.524.910.000 130.780.980.405 84,41 430.749.380.658 33.395.902.000 55,46

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000 1.339.228.405 0,86 19.263.660.658 - -

Dana Alokasi Umum 388.325.260.000 129.441.752.000 83,55 400.750.820.000 33.395.902.000 55,46

Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000 - - 10.734.900.000 - -

Dana Darurat - - - -

Dana Penyesuaian - - - - -

Jumlah Pendapatan 534.504.910.000 154.926.476.514 100,00 534.032.446.868 60.215.976.585 100,00

I - 2009Pendapatan Daerah APBD 2009 APBD 2010

I-2010

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Belanja Tidak Langsung 209.294.011.350 48.143.413.600 23,00 261.960.951.852 46.918.341.789 17,91

Belanja Pegawai 150.952.011.350 32.308.051.879 21,40 173.594.813.052 38.869.163.182 22,39

Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 24,92 5.300.000.000 - -

Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 35,50 8.500.000.000 2.875.900.000 33,83

Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 51,23 3.000.000.000 1.103.375.786 36,78

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 22,85 38.500.000.000 2.501.093.171 6,50

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 41,54 30.566.138.800 1.568.809.650 5,13

Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -

Belanja Langsung 325.210.898.650 53.514.552.430 16,46 306.256.934.706 32.435.808.661 10,59

Belanja Pegawai 23.901.166.696 2.709.205.789 11,34 23.969.649.454 1.910.415.130 7,97

Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 11,18 170.441.404.162 24.644.216.573 14,46

Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 28,38 111.845.881.090 5.881.176.958 5,26

Jumlah Belanja 534.504.910.000 101.657.966.030 19,02 568.217.886.558 79.354.150.450 13,97

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

I - 2009Belanja Daerah APBD 2009 APBD 2010

I-2010

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 45

Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2010 lebih diarahkan pada kepentingan

konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal

menurun secara signifikan dari 27,79% pada triwulan I-2009 menjadi hanya berkisar 7,41%

pada triwulan I-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,21%

pada triwulan I-2009 menjadi 92,59% pada triwulan I-2010. Hal ini perlu mendapat perhatian

mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan

ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi.

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN

UANG BEREDAR

Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan

terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa

3,87%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,31%.

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan I-2010 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena

realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD.

Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu

memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2010.

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)

Belanja Tidak Langsung 209.294.011.350 48.143.413.600 47,36 261.960.951.852 46.918.341.789 59,13

Belanja Pegawai 150.952.011.350 32.308.051.879 31,78 173.594.813.052 38.869.163.182 48,98

Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 0,65 5.300.000.000 - -

Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 2,97 8.500.000.000 2.875.900.000 3,62

Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 1,36 3.000.000.000 1.103.375.786 1,39

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 8,02 38.500.000.000 2.501.093.171 3,15

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 2,57 30.566.138.800 1.568.809.650 1,98

Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -

Belanja Langsung 325.210.898.650 53.514.552.430 52,64 306.256.934.706 32.435.808.661 40,87

Belanja Pegawai 23.901.166.696 2.709.205.789 2,67 23.969.649.454 1.910.415.130 2,41

Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 22,19 170.441.404.162 24.644.216.573 31,06

Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 27,79 111.845.881.090 5.881.176.958 7,41

Jumlah Belanja 534.504.910.000 101.657.966.030 100,00 568.217.886.558 79.354.150.450 100,00

I - 2009Belanja Daerah APBD 2009 APBD 2010

I-2010

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 434.954.869.501 73.408.964.990 4,44 456.372.005.468 73.472.973.492 3,87

Belanja Pegawai 174.853.178.046 35.017.257.668 2,12 197.564.462.506 40.779.578.312 2,15

Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 0,04 5.300.000.000 - -

Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 0,18 8.500.000.000 2.875.900.000 0,15

Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 0,08 3.000.000.000 1.103.375.786 0,06

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 0,49 38.500.000.000 2.501.093.171 0,13

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 0,16 30.566.138.800 1.568.809.650 0,08

Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -

Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 1,37 170.441.404.162 24.644.216.573 1,30

Pembentukan Modal Tetap Bruto 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31

Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Realisasi Q1-2010*APBD 2010Belanja Daerah

Realisasi Q1-2009APBD 2009

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Tabel 4.6

Dampak APBD terhadap Uang Beredar

4.4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010

Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan

anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan

kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun

2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65%

dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya

mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja

langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan

konsumsi pemerintah di tahun 2010.

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Pendapatan 534.504.910.000,00 154.926.476.513,56 9,38 534.032.446.868,00 60.215.976.585,48 3,17

Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000,00 24.145.496.108,56 1,46 103.283.066.210,00 26.820.074.585,48 1,41

Dana Perimbangan 457.524.910.000,00 130.780.980.405,00 7,92 430.749.380.658,00 33.395.902.000,00 1,76

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000,00 1.339.228.405,00 0,08 19.263.660.658,00 - -

Dana Alokasi Umum 388.325.260.000,00 129.441.752.000,00 7,84 400.750.820.000,00 33.395.902.000,00 1,76

Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000,00 - - 10.734.900.000,00 - -

Dana Darurat -

Dana Penyesuaian - - - - - -

Belanja 534.504.910.000,00 101.657.966.030,00 6,16 568.217.886.558,00 79.354.150.450,00 4,18

Belanja Pegawai 174.853.178.046,00 35.017.257.668,00 2,12 197.564.462.506,00 40.779.578.312,00 2,15

Belanja Subsidi 2.652.000.000,00 660.960.000,00 0,04 5.300.000.000,00 - -

Belanja Hibah 8.500.000.000,00 3.017.650.000,00 0,18 8.500.000.000,00 2.875.900.000,00 0,15

Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000,00 1.383.150.000,00 0,08 3.000.000.000,00 1.103.375.786,00 0,06

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000,00 8.156.654.871,00 0,49 38.500.000.000,00 2.501.093.171,00 0,13

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000,00 2.616.946.850,00 0,16 30.566.138.800,00 1.568.809.650,00 0,08

Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000,00 - - 2.500.000.000,00 - -

Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455,00 22.556.345.601,00 1,37 170.441.404.162,00 24.644.216.573,00 1,30

Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31

Surplus/Defisit - 53.268.510.484 3,23 (34.185.439.690) (19.138.173.865) (1,01)

Pembiayaan Netto - - - (34.185.439.690) - -

DAMPAK RUPIAH - 53.268.510.484 3,23 - (19.138.173.865) (1,01)

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 1.650.549,99

Realisasi Q1-2010*APBD 2010APBD 2009APBD

Realisasi Q1-2009

Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL

Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099

Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447

Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725

Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927

Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820

Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010

Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810

Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721)

Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813 - 10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399)

SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120)

Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL

Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147

Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088

Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945

Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000 - 184.329.458.114

Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273

Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854

Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420

Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126)

Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000 - 67.819.668.126

SILPA - - - - - - - -

APBD 2009

APBD 2010

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 47

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai

oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.

5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010 mencatat net inflow

sebesar Rp 135,05 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan

lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.1 Grafik 5.2

Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan

Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan menurunnya penggunaan

uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan efek

balik karena pada triwulan sebelumnya penggunaan uang kartal sangat besar oleh

masyarakat. Berbagai kegiatan pada triwulan IV-2009 diantaranya Idul Adha, Tahun Baru

Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi meningkatkan penggunaan uang kartal.

Sementara itu, melemahnya daya beli masyarakat pada triwulan I-2010 juga mengurangi

penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Terlambatnya musim panen mengakibatkan

pendapatan masyarakat terutama para petani menjadi menurun.

5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR

Pada triwulan I-2010 tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi

Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money

policy oleh Bank Indonesia. Total jumlah uang kartal yang terdapat di kas titipan sebesar Rp

115,27 miliar dimana pecahan uang kertas mencapai Rp 115,21 miliar dan uang logam

sebesar Rp 60 juta. Sementara itu, pecahan uang kertas Rp2000 emisi tahun 2009 juga

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

telah tersedia di kas titipan Gorontalo. Pada periode laporan terdapat pecahan uang Rp2000

sejumlah Rp 160 juta di kas titipan Gorontalo.

Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO

Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan

laporan sebesar Rp 294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69% (y.o.y). Adapun

jumlah warkat sebanyak 12.151 lembar dengan pertumbuhan sebesar 19,24% (y.o.y).

Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2010

sebesar Rp 4,74 miliar atau tumbuh 9,24% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian jumlah

warkat sebanyak 196 lembar atau tumbuh sebesar 13,40% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.3 Grafik 5.4

Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari

Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh

Uang Kertas 100000 9,600,000 5,000,000 14,600,000 32,500,000 32,500,000

50,000 15,400,000 5,000,000 20,400,000 64,200,000 64,200,000

20,000 9,940,000 360,000 10,300,000 9,440,000 9,440,000

10,000 5,470,000 200,000 5,670,000 4,470,000 4,470,000

5,000 4,345,000 115,000 4,460,000 3,935,000 3,935,000

2,000 - 160,000 160,000

1,000 182,000 701,000 883,000 500,000 500,000

Total 44,937,000 11,376,000 56,313,000 115,205,000 - 115,205,000

Uang Logam 500 100,000 100,000 50,000 50,000

100 25,000 25,000 10,000 10,000

Total 125,000 125,000 60,000 60,000

TOTAL UANG 45,062,000 11,376,000 56,438,000 115,265,000 - 115,265,000

JumlahTw. I 2010

Jenis Pecahan (Rp)Tw. IV 2009

Jumlah

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 49

Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat

yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,30% pada triwulan IV-2009

menjadi 0,12% pada triwulan I-2010. Penurunan rasio penolakan jumlah cek/BG kosong

seiring dengan membaiknya kinerja sektor perdagangan.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo

5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo

Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di

Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat

penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi.

Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo)

selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp 429 miliar atau tumbuh secara tahunan

sebesar 4,78% (y.o.y). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-

rata per bulan selama triwulan I-2010 tercatat sebanyak 732 transaksi atau tumbuh secara

tahunan sebesar 19,15% (y.o.y). Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa

kativitas ekonomi di Provinsi Gorontalo semakin berkembang.

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Januari 127 291 277 290 404 581

Februari 112 260 222 310 334 570

Maret 191 335 299 357 490 692

Rata-rata tw I-09 143 295 266 319 409 614

April 197 401 412 417 609 818

Mei 174 407 299 423 473 830

Juni 263 533 472 502 735 1035

Rata-rata tw II-09 211 447 394 447 606 894

Juli 267 568 316 457 583 1025

Agustus 243 487 316 422 559 909

September 204 488 355 509 559 997

Rata-rata tw III-09 238 514 329 463 567 977

Oktober 161 391 308 434 469 825

November 197 466 359 524 556 990

Desember 368 865 417 859 785 1724

Rata-rata tw IV-09 242 574 362 606 603 1180

Januari 108 334 367 354 475 688

Februari 121 362 287 322 408 684

Maret 143 414 260 410 403 824

Rata-rata tw I-10 124 370 305 362 429 732

Pertumbuhan (yoy) -13.51% 25.28% 14.63% 13.48% 4.78% 19.15%

Bulan

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan ...

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 51

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang

ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator

kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang

meningkat.Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di

kawasan Sulawesi.

6.1. PENGANGGURAN

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif

meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja

mencapai 447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91%

dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat

pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89%

pada Agustus 2009.

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor

pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi

Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang

bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini

disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga

semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut.

Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor

jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini

mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28%

Februari Agustus Februari Agustus

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073 701.495

Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889 447.313

Bekerja 393.567 405.126 439.460 420.962

Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429 26.351

Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265 254.182

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77

Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89

2008Kegiatan Utama

2009

BAB 6 KESEJAHTERAAN

52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami

pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.

Tabel 6.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

6.2. KEMISKINAN

Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009

(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan

dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Kemiskinan Gorontalo

masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada

di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret

2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp15.035

perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar

Rp147.154 perkapita per bulan.

Tabel 6.3.

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009

Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01

Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79

Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98

Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31

Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93

Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29

Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian 213.275 184.148 208.636 172.130

Industri 28.340 34.268 32.462 32.431

Perdagangan 45.195 59.610 71.911 69.315

Angkutan 26.177 32.214 31.227 35.301

Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325 72.051

Lainnya 21.040 31.166 22.899 39.734

Total 393.567 405.126 439.460 420.962

Kegiatan Utama 2008 2009

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 53

Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di provinsi

Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin tertinggi

sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut

Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato

(29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil berada di

Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%. Untuk

mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,

penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran

pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.

Tabel 6.4.

Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

6.3. RASIO GINI

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir

mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan

dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini

menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat.

Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%

penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi

47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di

kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.

6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA)

Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007

adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01.

Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi

66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata

pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum

provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.

Tabel 6.5.

BAB 6 KESEJAHTERAAN

54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA

Rasio Gini Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Tabel 6.6.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini

disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,

kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun

2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,

sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.

Tabel 6.7.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota

Tahun 2006-2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan

15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan

dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango,

Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio,

Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang

BAB 7 OUTLOO 

BA

 

BAB

pertumb

produks

pada a

dibandi

permint

itu peny

kegiata

7.1 OU

(y.o.y) memba

dan mu

semest

Utara a

Mei 201

triwulan

Angka

mening

kinerja pertumb

mening

OK EKONOMI

ANK INDONE

B 7 : OUPerekonom

buhan triwu

si pertanian

khir Maret

ingkan triwu

taan konsum

yaluran kre

n dunia usa

UTLOOK MA

Perekonomlebih ting

aiknya kond

usim diperk

er II-2010.

akan terjadi

10 diperkira

n II-2010 ju

Ramalan

kat 16.87%

Peningkata konsumsibuhan pro

kat pada

SIA | KAJIAN

UTLOOmian Goront

ulan II-2009

n selama t

2010.Disisi

ulan I-2010

msi masyar

edit perbank

aha pada tri

AKROEKO

mian Gorongi dibandi

disi pertania

kirakan mam

BMKG m

di bulan J

akan cukup.

uga didukun

I-2010 bah

% dibandingk

G

an produksi dan ekspoduksi sek

triwulan II-

EKONOMI R

OK EKOtalo pada tri

9. Kondisi in

triwulan II-2

i inflasi dip

0, kondisi t

rakat serta

kan diperkir

iwulan II-20

ONOMI REG

ntalo pada ingkan peran Gorontal

mpu mendo

emperkirak

uni 2010 s

. Perkemba

ng proyeks

hwa produ

kan tahun s

Grafik 7.1 Proy

si pertaniapor luar negktor pertan

-2009. Disi

REGIONAL PR

ONOMIiwulan II-20

ni diperkira

2010 yang

erkirakan te

tersebut dip

tekanan da

rakan meni

010.

GIONAL

triwulan IIrtumbuhanlo pada akh

orong penin

kan musim

ementara c

angan sekto

si Dinas Pe

ksi Jagung

sebelumnya

yeksi Pertumb

an diperkirageri. Menin

nian diperk

isi lain ko

ROV. GORONT

I 010 diperkira

akan didoro

ditandai m

erjadi penin

perkirakan

ari sisi adm

ingkat seirin

I-2010 dipen triwulan hir Maret 2

ngkatan pro

kemarau d

curah hujan

or pertanian

ertanian Pro

g akan me

a yang terko

uhan Ekonom

akan mamngkatnya pe

kirakan me

nsumsi pe

TALO TRIWU

akan lebih t

ng oleh pro

meningkatny

ngkatan pa

didorong o

ministered in

ing dengan

erkirakan tuII-2009 (7,

2010 denga

oduksi pert

di kawasan

n bulan Ma

untuk tumb

ov. Goronta

encapai 66

ontraksi seb

mi Gorontalo

pu mendoendapatan

endorong

merintah d

ULAN I-2010 

tinggi diban

oyeksi peni

ya produks

da triwulan

oleh menin

nflation. Sem

cerahnya

umbuh 7,6 ,22% y.o.yn dukunga

anian hingg

n Sulawesi

ret sampai

buh lebih ba

alo sesuai

65 Ribu To

besar 24.48

rong peninmasyaraka

konsumsi

diperkirakan

55

ndingkan

ingkatan

si panen

n II-2010

ngkatnya

mentara

prospek

– 8,1 % y). Mulai

n cuaca

ga akhir

bagian

dengan

aik pada

dengan

on atau

%.

ngkatan t seiring

swasta

n masih

 

56  

melamb

2009. S

hasil pe

baik. Ha

bahwa

16,46.

sumban

dengan

secara

7.2 OU

mendodidoron

triwulan

KAJIAN EK

bat terkait a

Sementara

ertanian.

Sementara

asil survei k

angka prak

Sektor ban

ngan bagi

n volume im

signifikan 1

UTLOOK IN

Optimismeorong inflang oleh opti

n II-2010 na

KONOMI REG

anggaran A

itu disisi ek

a itu kinerja

kegiatan du

kiraan kondi

ngunan dan

pertumbuh

mpor komod

16,62% (y.

NFLASI

e permintaasi triwulanimisme per

amun denga

Grafik 7.2 P

PadiLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton

JagungLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton

KedelaiLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton

Komod

GIONAL PROV

APBD 2010

kspor diper

dunia usa

unia usaha

isi dunia us

n perdagang

han triwulan

ditas semen

o.y) diband

Tabel 7

an masyarn II-2010 rmintaan ma

an kecende

royeksi Inflasi

2008(ATAP

ha) 46.492  s (ku/ha) 50          n) 237.873

ha) 156.436s (ku/ha) 4.817     n) 753.598

ha) 1.873     s (ku/ha) 13          n) 2.514     

ditas

V. GORONTA

0 yang lebih

rkirakan me

ha secara

Bank Indon

saha pada tr

gan diperki

n II-2010 d

n pada akh

dingkan kon

7.1 ARAM I Pe

rakat yang berkisar 3asyarakat y

rungan mel

i Tahunan (y.o

8 2009P) (ASEM)

2,00 48.042,00    0,67 53,48            3,00 256.933,00

6,00 124.798,007,00 45,60            8,00 569.110,00

3,00 4.727,00       3,42 11,69            4,00 5.527,00       

LO TRIWULA

h rendah d

engalami pe

keseluruha

nesia Goron

riwulan II-20

irakan men

diluar sekto

ir Maret 20

ndisi Maret 2

ertanian

disertai ad3,25 – 5,25yang diperk

emah.

o.y) Provinsi G

2010(ARAM I)

48.516,00  353,59          5

259.990,00 8

143.237,00 ‐2046,43          ‐99

665.113,00 ‐24

4.796,00     15212,54          ‐12

6.012,00     119

GROWT2008‐20

AN I-2010| BAN

dibandingka

eningkatan

an diperkira

ntalo triwula

009 berada

njadi sektor

or pertania

010 menunj

2009.

 

danya polic5% (y.o.y)kirakan mas

Gorontalo (%)

,33 0,99,55 0,21,01 1,19

,22 14,78,05 1,82,48 16,87

,38 1,46,89 7,27,85 8,78

GROWTH 2009‐2010P

TH 009

OUTLOOK E

NK INDONES

an anggaran

khususnya

kan masih

an I-2010 m

a pada level

yang mem

an. Hal ini

ukkan peni

cy shock i. Kondisi t

sih mewarn

BAB 7 EKONOMI 

SIA

n APBD

a ekspor

tumbuh

mencatat

l optimis

mberikan

sejalan

ngkatan

nflation tersebut

nai pada

BAB 7 OUTLOO 

BA

 

Bupati

mendor

dan libu

Hasil s

menunj

131.581

sebesa

dimulai

pada ke

Kebijak

2010 d

pertania

komodi

biaya p

Listrik (

inflasi k

II-2010

pada um

               1 Indeks = 1mengekspe

OK EKONOMI

ANK INDONE

Berbagai k

di Kabupat

rong pertum

uran sekola

survei kon

ukkan opti1, namun

r 151.29. S

nya masa

elompok ba

Policy Sho

kan penetap

diperkirakan

an. Pupuk

tas pertania

roduksi kem

TDL) pada

kedepan. D

diperkiraka

mumnya pe

                      100 menunjukkanektasikan harga a

SIA | KAJIAN

kegiatan ek

en Pohuwa

mbuhan kon

ah pada triw

nsumen me

misme yan

masih lebi

Sementara

panen pad

ahan makan

Grafik 7.3

ock Inflatio

pan Harga

n dapat me

merupaka

an, dengan

mudian dap

pertengaha

i sisi lain, fa

an tidak aka

ergerakan in

                      n responden menakan meningkat, d

EKONOMI R

konomi dom

ato, Kabupa

nsumsi mas

wulan II-20

enunjukkan

ng tercermi

h rendah

itu, faktor

a triwulan

nan.

Sumber : B

3 Indeks Eksp

on dapat mEceran Te

emberi teka

an salah s

n adanya ke

at menekan

an tahun 20

aktor ekster

an terlalu m

nflasi daera

 ngekspektasikan dan indeks < 100 

REGIONAL PR

mestik kede

aten Goront

syarakat. S

10 juga me

n bahwa e

n dari nilai

dibandingk

r yang turu

II-2010 dap

Bank Indonesia

pektasi Konsum

mendorongertinggi (HE

anan pada

satu komp

enaikan har

n harga jual

010 juga dip

rnal yaitu p

mempengar

h disebabka

harga  akan tetapmenunjukkan re

ROV. GORONT

epan yang

talo, dan Ka

Sementara i

emicu tingg

ekspektasi

i Indeks Ek

kan triwulan

ut memperl

pat mengur

a Gorontalo

men Provinsi

g tekanan iET) pupuk o

perkemba

onen utam

rga pupuk a

l. Sementar

perkirkan da

enguatan n

ruhi perkem

an oleh fakt

p/stabil, indeks >esponden mengek

TALO TRIWU

meliputi pe

abupaten B

tu, periode

ginya permi

konsumen

kspektasi K

n sebelum

emah teka

rangi tekan

Gorontalo

nflasi padaoleh pemer

ngan harga

ma dalam

akan berimb

ra itu, isu ke

apat mening

nilai tukar ru

mbangan inf

tor distribus

> 100 menunjukkakspektasikan harg

ULAN I-2010 

ersiapan pe

Bone-Bolang

tahun ajar

intaan mas

n kedepan

Konsumen

nya yang

anan inflasi

an harga te

a triwulan rintah pada

a-harga ko

kegiatan p

bas pada k

enaikan Tar

gkatkan eks

upiah pada

flasi daerah

si.

an responden ga menurun 

57

emilihan

go akan

ran baru

yarakat.

n masih

sebesar

tercatat

adalah

erutama

II-2010. a 1 April

omoditas

produksi

kenaikan

rif Dasar

spektasi

triwulan

h karena

 

58  

7.3 OU

bergairdiperkir

mendor

diperkir

pada tin

tekanan

perbaik

yang m

realisas

KAJIAN EK

Su

UTLOOK PE

Kegiatan rahnya kegrakan memi

rong pening

rakan stabil

ngkat yang

n inflasi ke

kan prospek

mengalami

si triwulan I-

S

J

USZNO

KONOMI REG

mber: Kemen

ERBANKAN

usaha giatan ekonicu berbaga

gkatan perm

seiring den

mendukung

edepan. H

k perbankan

peningkata

-2010 yang

Sumber: Bank

Real

Jenis Pupuk

Ureap‐36ZANPKOrganik

GIONAL PROV

Tabel 7.2: Ha

terian Pertani

N

perbankannomi padaai sektor us

mintaan kred

ngan kebija

g perkemba

Hasil Surve

n kedepan

an saldo b

memiliki sa

Indonesia Go

lisasi dan Eks

HET Semula (

1,2001,5501,050

1.586 ‐ 1.8500

V. GORONTA

arga Eceran Te

an

n diperkira triwulan Isaha untuk m

dit. Sement

akan Bank I

angan sekto

ei Kondisi

melalui eks

bersih sebe

aldo bersih

orontalo Grafik 7.4

pektasi Usaha

(Rp/kg) HET

830

LO TRIWULA

ertinggi Pupuk

rakan meII-2010. Me

meningkatk

tara itu, suk

ndonesia u

or riil denga

Dunia Usa

spektasi usa

esar 40 S

-10 SB.

a Sektor Keua

T Baru (Rp/kg)

1,6002,0001,4002,300700

AN I-2010| BAN

k

eningkat eningkatnya

kan kinerjan

ku bunga pe

ntuk memp

an mempert

aha (SKDU

aha sektor k

B, lebih ti

angan

Kenaikan (%

33.329.0333.3

25.68‐4540

OUTLOOK E

NK INDONES

seiring a aktivitas d

nya sehingg

erbankan g

pertahankan

timbangkan

U) mengko

keuangan k

nggi diban

%)

BAB 7 EKONOMI 

SIA

dengan domestik

ga dapat

orontalo

n BI-rate

potensi

onfirmasi

kedepan

ndingkan

LAMPIRAN

1. MAKROEKONOMI REGIONAL

Tabel 1.A

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN

TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO

(dalam jutaan rupiah)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

*) Angka Proyeksi Bank Indonesia

Tabel 1.B

PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO

(dalam persen)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

*) Angka Proyeksi Bank Indonesia

2010

I II III IV I*

1. PERTANIAN 199.867,15 208.963,63 220.032,24 172.006,54 800.869,55 209.990,08

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.598,38 7.201,25 8.075,46 8.100,89 29.975,99 7.339,63

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49.541,55 50.217,76 54.645,14 54.674,27 209.078,72 53.190

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3.671,48 3.717,00 3.956,30 3.975,53 15.320,31 3.886

5. BANGUNAN 51.741,84 55.806,71 61.951,72 63.211,36 232.711,62 57.255,60

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89.093,06 91.504,41 96.618,96 96.677,34 373.893,76 96.089

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66.344,73 70.067,35 72.850,58 73.236,47 282.499,13 73.048

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56.112,23 57.160,68 60.347,79 60.994,17 234.614,87 60154,8

9. JASA-JASA 124.164,08 130.541,17 140.416,72 136.651,22 531.773,19 134.248

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647.134,48 675.179,94 718.894,91 669.527,79 2.710.737,13 695.201,76

2010

I II III IV I*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 468.554 479.928 502.657 503.256 1.954.395,45 515.344

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 407.314 431.145 459.888 484.907 1.783.254,11 448.393

Pembentukan Modal Tetap Bruto 295.604 309.129 318.403 354.891 1.278.026,70 378.777

Perubahan Stok (316.662) (335.889) (346.198) (453.864) (1.452.612,35) (349.705)

Ekspor Barang dan Jasa 100.658 105.039 100.094 103.622 409.412,40 98.906

Impor Barang dan Jasa 314.934 320.974 323.267 330.570 1.289.745,11 396.513

2009

20092009

SEKTOR

KOMPONEN

2010

I II III IV I*

1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 3,49 5,06

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 14,44 11,23

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,38 2,32 4,76 1,48 3,66 7,36

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7,51 6,53 7,85 4,30 6,51 5,85

5. BANGUNAN 9,78 12,86 18,91 15,87 14,51 10,66

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,60 8,20 10,35 8,46 8,67 7,85

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,56 9,82 11,01 7,29 9,16 10,10

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,92 7,23 10,95 11,00 9,06 7,20

9. JASA-JASA 7,00 7,49 11,82 13,60 10,02 8,12

PERTUMBUHAN EKONOMI 7,66 7,22 6,60 8,78 7,54 7,43

2010

I II III IV I*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 11,66 12,57 11,11 8,17 10,82 9,99

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,48 21,69 21,43 19,64 19,35 10,09

Pembentukan Modal Tetap Bruto 23,85 27,52 18,88 13,26 20,31 28,14

Ekspor Barang dan Jasa (6,18) (2,24) 5,69 (4,43) (2,02) (1,74)

Impor Barang dan Jasa 23,81 42,34 10,13 5,15 18,57 25,90

Pertumbuhan Ekonomi 7,66 7,22 6,60 8,78 7,54 7,43

2009

2009

2009KOMPONEN

2009KOMPONEN

2. INFLASI

Tabel 2.A

PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

JAN FEB MAR DEC JAN FEB MAR

UMUM 9.24 11.01 10.54 4.35 4.07 4.89 3.59

BAHAN MAKANAN 12.49 20.78 21.80 7.7 5.26 7.98 5.1

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.47 16.10 14.49 8.86 5.41 9.06 7.46

Daging dan Hasil-hasilnya 23.52 21.37 14.70 -3.05 -4.86 -1.62 0.31

Ikan Segar 35.75 46.35 51.62 11.08 5.18 5.74 5.58

Ikan Diawetkan 13.82 -1.37 -9.24 -7.72 0.75 8.67 10.14

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 13.84 12.64 9.14 -4.55 -5.81 -2.3 -2.47

Sayur-sayuran -10.91 -14.75 -17.13 -1 -7.25 8.55 25.92

Kacang - kacangan 9.15 8.62 12.90 10 11.58 10.85 4.09

Buah - buahan 50.44 83.04 84.66 21.68 29.04 40.99 27.79

Bumbu - bumbuan -25.65 3.86 18.49 14.98 21.23 8.32 -17.84

Lemak dan Minyak -11.58 -11.68 -13.27 3.99 5.86 7.34 6.45

Bahan Makanan Lainnya 0.86 -1.11 1.51 3.53 2.49 5.01 2.3

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 13.57 13.93 14.74 7.73 8.13 8.52 5.93

Makanan Jadi 2.86 2.72 0.92 2.18 2.13 2.13 2.13

Minuman yang Tidak Beralkohol 3.41 5.55 7.08 14.42 15.78 17.46 13.53

Tembakau dan Minuman Beralkohol 32.25 32.24 35.93 10.49 10.83 10.83 6.4

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 11.80 9.51 6.36 2.84 3.57 3.17 3.06

Biaya Tempat Tinggal 16.95 13.29 7.85 3.89 5.13 4.38 4.23

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8.77 8.13 7.50 0.05 0.01 0.01 0.01

Perlengkapan Rumahtangga 2.34 0.57 0.93 1.04 1.13 1.5 1.12

Penyelenggaraan Rumahtangga 0.75 0.75 0.75 4.06 4.08 4.14 4.35

SANDANG 2.45 4.11 3.42 3.06 2.63 0.42 -0.18

Sandang Laki-laki 0.11 0.11 0.11 0.21 0.23 0.23 0.23

Sandang Wanita 0.91 0.91 0.74 0.01 0.02 0.02 0.02

Sandang Anak-anak 3.32 3.32 3.32 0 0 0 0

Barang Pribadi dan Sandang Lain 9.01 19.03 14.49 17.61 14.86 1.87 -1.32

KESEHATAN 4.43 3.73 3.09 8.22 7.81 8.1 9.35

Jasa Kesehatan 2.08 0.00 0.00 31.53 31.53 31.53 31.53

Obat-obatan 3.41 3.55 3.21 8.74 8.7 9.45 15.78

Jasa Perawatan Jasmani 2.69 2.69 2.69 2.69 0 0 0

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 5.78 5.11 4.07 1.48 1.12 1.36 1.24

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 4.15 4.35 4.27 0.57 0.53 0.28 0.36

Jasa Pendidikan 8.23 8.23 8.23 0 0 0 0

Kursus-kursus/Pelatihan 5.45 5.45 5.45 42.16 42.16 42.16 42.16

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.25 1.25 1.25 0.78 0.93 0.51 0.51

Rekreasi -0.44 0.19 -0.08 -0.76 -0.93 -1.55 -1.29

Olahraga 0.00 0.00 0.00 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 -2.5 -0.97 -0.09 -0.06

Transpor 5.11 3.79 3.77 -3.06 -0.89 0.36 0.41

Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 -1.83 -1.83 -1.83 -1.83

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.4 0.4 0.4 0.4

Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34

Kelompok / Sub kelompok (yoy)

2009 2010

3. PERBANKAN Tabel 3.A

PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO