Visi Bank Indonesia :
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui
penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
Misi Bank Indonesia :
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia
yang berkesinambungan”
Tugas Bank Indonesia :
1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada
Redaksi :
Kelompok Kajian dan Survey
Bank Indonesia Gorontalo
Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115
Telp : +62 435 824444
Fax : +62 435 827993
Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan
baik.
Kajian periode triwulan I-2010 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo
sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu memberikan
informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai
bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang
amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia
yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai
pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.
Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan
perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 30 April 2010
BANK INDONESIA GORONTALO
Dudung C. Setyadi
Deputi Pemimpin
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
1.1. Sisi Permintaan 1 1.1.1. Konsumsi 2 1.1.2. Investasi 4 1.1.3. Ekspor-Impor 6
1.2. Sisi Penawaran 8 1.2.1. Sektor Pertanian 8 1.2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 11 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13 1.2.4. Sektor Bangunan 15 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 16 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 16 1.2.7. Sektor Lainnya 17
1.3. Box KER I 19 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III-2009 23 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 25
2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 25 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 27
2.3. Box KER II 29
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 33
3.1.1. Perkembangan Bank 33 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 34 3.1.3. Penyaluran Kredit 34
3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 36 3.2.1. Resiko Kredit 36 3.2.2. Resiko Likuiditas 37 3.2.3. Resiko Pasar 39
3.3. Box KER III 40
BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 43 4.2. Belanja Daerah 44 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 45 4.4 Perkembangan Keuangan Daerah 2010 46
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 47 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 47 5.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar 47 5.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 48 5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 48
5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 49
BAB 6 KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran 51 6.2. Kemiskinan 52 6.3 Rasio Gini 53 6.4 IPM 53
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 55 7.2. Outlook Inflasi 56 7.3. Outlook Perbankan 58
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 1
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri 6
Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan 7
Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 7
Tabel 1.5 Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran 8
Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN 17
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 25
Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (yoy) 26
Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 27
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 43
Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 44
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 44
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 45
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 45
Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 46
Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 46
Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo 48
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 49
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan 51
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama Februari 2008-Agustus 2009 52
Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 52
Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Tahun 2007 53
Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 54
Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo 54
Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kab/Kota Tahun 2006-2007 54
Tabel 7.1 ARAM Pertanian 56
Tabel 7.2 Harga Eceran Tertinggi Pupuk 58
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Survei Konsumen 2
Grafik 1.2 NTP Pertanian 2
Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi 3
Grafik 1.4 Realisasi Belanja Pegawai 3
Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah 3
Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Investasi 4
Grafik 1.7 Realisasi Belanja Modal 4
Grafik 1.8 Impor Semen Gorontalo 7
Grafik 1.9 Survei Kegiatan Dunia Usaha 8
Grafik 1.10 Realisasi Panen Pertanian Tabama 8
Grafik 1.11 Realisasi Produksi Jagung 9
Grafik 1.12 Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota 9
Grafik 1.13 Realisasi Produksi Padi 10
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota 10
Grafik 1.15 Realisasi Kredit Pertanian 10
Grafik 1.16 NPL Kredit Pertanian 10
Grafik 1.17 Perkembangan Angkutan Udara 11
Grafik 1.18 Perkembangan Kargo Udara 11
Grafik 1.19 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor 12
Grafik 1.20 Realisasi Penjualan BBM Transportasi 12
Grafik 1.21 Perkembangan Angkutan Laut 13
Grafik 1.22 Perkembangan Kargo Laut 13
Grafik 1.23 Volume Bongkar Pelabuhan Laut 14
Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Udara 14
Grafik 1.25 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 14
Grafik 1.26 Tingkat Penghunian Hotel 14
Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen Gorontalo 15
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi 16
Grafik 1.29 Realisasi Belanja Modal APBD 16
Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri 16
Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri 16
Grafik 1.32 NIM Perbankan 17
Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga 17
Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik 17
Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-Jasa 18
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 23
Grafik 2.2 Realisasi Kapasitas Produksi 24
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen 24
Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD 24
Grafik 2.5 Harga Minyak Dunia 25
Grafik 2.6 HPP Pembelian Beras 25
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe 26
Grafik 2.8 Perkembangan Harga Beras 27
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam 28
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Gula Pasir 28
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 34
Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga 34
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 35
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 35
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral 35
Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral 35
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 36
Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 36
Grafik 3.9 Perkembangan NPL 37
Grafik 3.10 NPL per Sektor 37
Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit 37
Grafik 3.12 Perkembangan Protofolio DPK 38
Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 38
Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate 39
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 47
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 47
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 48
Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 48
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 49
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 55
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%) 56
Grafik 7.3 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 57
Grafik 7.4 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 58
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 i
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Perekonomian Gorontalo
pada triwulan I-2010
melambat 7,43% (y.o.y).
Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan
tumbuh sebesar 7,43% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009 sebesar 7,66% (y.o.y).
Melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya
kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan serta
kinerja pertanian di sisi penawaran.
Kinerja ekspor dan
konsumsi yang melemah
mendorong perlambatan
pertumbuhan ekonomi
sisi permintaan
Melemahnya daya beli masyarakat yang tercermin pada
menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) serta stagnasi
pertumbuhan belanja pegawai mendorong tingkat konsumsi
masyarakat menurun selama triwulan I-2010. Menurunnya NTP
diperkirakan sebagai dampak dari merosotnya produksi
pertanian di Bulan Januari dan Februari 2010. Tekanan
pertumbuhan ekonomi juga dirasakan disisi ekspor, dimana nilai
ekspor komoditas jagung selama triwulan I-2010 terkontraksi
hingga 77%, dibandingkan nilai ekspor pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Namun perlambatan ekonomi yang terjadi
sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan impor.
Peningkatan peran serta swasta dalam mendorong kegiatan
investasi daerah tumbuh secara signifikan ditengah menurunnya
pembiayaan investasi pemerintah daerah. Hal tersebut tercermin
dari pertumbuhan kredit investasi perbankan yang mencapai
121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya 35,12% (y.o.y). Sementara itu penurunan
pembiayaan pemerintah nampak dari nilai realisasi belanja
modal yang terkontraksi hingga 79,18% (y.o.y). Peningkatan
kegiatan investasi di Gorontalo selama triwulan I-2010
memberikan dorongan yang positif bagi peningkatan kegiatan
impor. Realisasi impor semen meningkat tajam hingga 69,50%
(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
terkontraksi 22,04% (y.o.y)
ii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Di sisi penawaran,
perlambatan didorong
oleh menurunnya kinerja
sektor pertanian
Disisi penawaran, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat
menurunnya luas tanam lahan pertanian pada bulan September
– November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari –
Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut
akibat pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa
kabupaten di Gorontalo. Dalam periode tersebut kandungan air
tanah merosot hingga 60% sehingga selama triwulan I-2010
Pemerintah Daerah telah mengupayakan optimalisasi sumur bor
untuk mempertahankan produksi pertanian Gorontalo.
Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh
dengan baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor
mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan
meningkat selama triwulan I-2010.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo triwulan
I-2010 sebesar 3,59%
(y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan I-
2009 sebesar 10,54%
(y.o.y)
Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y)
lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54%
(y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada
perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi.
Perbaikan ekonomi daerah berupa peningkatan produksi pada
akhirnya mampu menjaga pasokan kebutuhan barang dan jasa
masyarakat dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung
melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif.
Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung
menurun seiring dengan kondisi kelancaran pasokan
barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar
1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong
oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 iii
Kebijakan pemerintah
untuk menjaga kestabilan
harga BBM memberi
pengaruh positif pada
perkembangan inflasi
Gorontalo
Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM
memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo.
Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan inflasi 2009. Namun, pada
awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren
meningkat. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan
kestabilan harga BBM domestik hingga triwulan I-2010
memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga.
Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan
pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu
kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras
oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar
10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun
2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Penghimpunan dana
pihak ketiga dan
penyaluran kredit
mengalami perlambatan
dibandingkan periode
yang sama tahun
sebelumnya
Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I-
2010 menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana
pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan
dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya
penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku
bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh
menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya
keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan
akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara
sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup
signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian
pada triwulan laporan.
iv KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Stabilitas sistem
perbankan di Gorontalo
meliputi aspek risiko
kredit dan risiko pasar
relatif terkendali, namun
risiko likuiditas perlu
mendapat perhatian
Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko
kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas
perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif
terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat
perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR)
berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 145%
sehingga berpotensi menganggu ketersediaan likuiditas
perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan
berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap
transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD
Provinsi Gorontalo
triwulanI I-2010
meningkat dibandingkan
capaian triwulan I-2009
Pengaruh realisasi fiskal
pemerintah provinsi
terhadap uang beredar
selama triwulan I-2010
bersifat ekspansif.
Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan
I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi
triwulan I-2009 sebesar 19,02%. Pos belanja modal mengalami
penurunan yang cukup signifikan dari Rp 28,25 Miliar pada
triwulan I-2009 menjadi Rp 5,88 Miliar di triwulan I-2010. Belum
terlaksananya tender proyek pemerintah 2010 sampai dengan
bulan Maret mendorong penyerapan belanja modal terkesan
lambat. Kondisi ini perlu disikapi oleh Pemerintah Daerah
mengingat pembiayaan investasi yang bersumber dari APBD
merupakan sumber pembiayaan investasi terbesar kedua setelah
dana pinjaman perbankan.
Realisasi fiskal Pemerintah Provinsi selama triwulan I-2010
cenderung ekspansif, hal ini tercermin dari nilai realisasi belanja
lebih besar daripada nilai realisasi pendapatan daerah. Kebijakan
ekspansif dimaksud dinilai tepat ditengah perlambatan ekonomi
Gorontalo pada triwulan I-2010 namun akselerasinya terkesan
masih lambat dan jauh dibawah nilai realisasi belanja daerah
tahun 2009 lalu.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 v
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem
pembayaran nasional di
Gorontalo pada triwulan
I-2010 diwarnai oleh net
inflow dan penurunan
uang lusuh serta
berkembangnya transaksi
kliring dan RTGS.
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada
triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang
lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010
mencatat net inflow sebesar Rp135,05 miliar. Aliran uang kartal
yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar
dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari
Khasanah kas titipan. Sementara itu, pada triwulan laporan tidak
terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini
terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean
money policy oleh Bank Indonesia. Disisi lain, Jumlah nominal
perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan
laporan sebesar Rp294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar
10,69% (y.o.y). Sedangkan perkembangan penyelesaian
transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo)
selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp429 miliar
atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Transaksi
RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai
di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai
keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan
memperkecil risiko penyelesaian transaksi.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tingkat kesejahteraan
sedikit mengalamai
penurunan.
Jumlah pengangguran
di Gorontalo pada
Agustus 2009
menurun.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit
menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang
meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih
belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan
yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo
merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi.
Pada Bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai
447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang
bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama
vi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat
pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada
Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009
Persentase penduduk
miskin di Maret 2009
meningkat.
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis
kemiskinan (data Bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo
sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan
periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini
tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk
miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo
Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo
(32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten
Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang
terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)
Pada Tahun 2007 indeks
gini tercatat 0,39
mengalami kenaikan
dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang
tercatat sebesar 0,36
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun
terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini
tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin
pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%
penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari
44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding
IPM 2006 yang sebesar 68,01.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Gorontalo
triwulan I- 2010
diperkirakan tumbuh 7,3-
7,8% (y.o.y) lebih baik
dibandingkantriwulan I-
2009
Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2010 diperkirakan
tumbuh 7,6 – 8,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan II-2009. Mulai membaiknya kondisi pertanian Gorontalo
pada akhir Maret 2010 dengan dukungan cuaca dan musim
diperkirakan mampu mendorong peningkatan produksi pertanian
hingga akhir semester II-2010. BMKG memperkirakan musim
kemarau di kawasan Sulawesi bagian Utara akan terjadi di bulan
Juni 2010 sementara curah hujan bulan Maret sampai dengan
Mei 2010 diperkirakan cukup. Perkembangan sektor pertanian
untuk tumbuh lebih baik pada triwulan II-2010 juga didukung
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 vii
Meningkatnya
pendapatan masyarakat
seiring pertumbuhan
produksi sektor pertanian
diperkirakan mendorong
konsumsi swasta
meningkat pada triwulan
II-2009
proyeksi Dinas Pertanian Prov. Gorontalo sesuai dengan Angka
Ramalan I-2010 bahwa produksi Jagung akan mencapai 665
Ribu Ton atau meningkat 16,87% dibandingkan tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 24,48%.
Peningkatan produksi pertanian diperkirakan mampu mendorong
peningkatan kinerja konsumsi dan ekspor luar negeri.
Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan
produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong konsumsi
swasta meningkat pada triwulan II-2009. Disisi lain konsumsi
pemerintah diperkirakan masih melambat terkait anggaran APBD
2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD 2009.
Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan
diperkirakan masih tumbuh baik. Hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo triwulan I-2010
mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada
triwulan II-2009 berada pada level optimis 16,46. Sektor
bangunan dan perdagangan diperkirakan menjadi sektor
potensial yang akan memberikan sumbangan bagi pertumbuhan
triwulan II-2010. Hal ini sejalan dengan volume impor komoditas
semen pada akhir Maret 2010 yang menunjukkan peningkatan
secara signifikan 116,62% (y.o.y) dibandingkan kondisi Maret
2009.
Optimisme permintaan
masyarakat yang disertai
adanya policy shock
inflation mendorong
inflasi triwulan II-2010
berkisar 3,5 – 5,5%
(y.o.y)
Optimisme permintaan masyarakat yang disertai adanya policy
shock inflation mendorong inflasi triwulan II-2010 berkisar 3,25 –
5,25% (y.o.y). Berbagai kegiatan ekonomi domestik kedepan
yang meliputi persiapan pemilihan bupati di Kabupaten
Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango
akan menyumbang peningkatan permintaan masyarakat yang
dapat mendorong tekanan inflasi. Sementara itu, periode tahun
ajaran baru dan liburan sekolah pada triwulan II-2010 juga
memicu tingginya permintaan masyarakat. Sedangkan, faktor
yang dapat memperlemah tekanan inflasi adalah dimulainya
masa panen pada triwulan II-2010 sehingga menambah jumlah
pasokan barang terutama pada kelompok bahan makanan. Di
sisi lain, faktor eksternal yaitu penguatan nilai tukar rupiah pada
viii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Policy Shock Inflation
dapat mendorong
tekanan inflasi pada
triwulan II-2010
triwulan II-2010 diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi
perkembangan inflasi daerah karena pada umumnya pergerakan
inflasi daerah disebabkan oleh faktor distribusi.
Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada
triwulan II-2010. Kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi
(HET) pupuk oleh pemerintah pada 1 April 2010 diperkirakan
dapat memberi tekanan pada perkembangan harga-harga
komoditas pertanian. Pupuk merupakan salah satu komponen
utama dalam kegiatan produksi komoditas pertanian, dengan
adanya kenaikan harga pupuk akan berimbas pada kenaikan
biaya produksi kemudian dapat menekan harga jual. Sementara
itu, isu kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada pertengahan
tahun 2010 juga diperkirkan dapat meningkatkan ekspektasi
inflasi kedepan.
Kegiatan usaha
perbankan diperkirakan
meningkat seiring dengan
bergairahnya kegiatan
ekonomi pada triwulan II-
2010
Kegiatan usaha perbankan diperkirakan meningkat seiring
dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II-2010.
Kegiatan pemilihan bupati di tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango
diperkirakan ikut meningkatkan kinerja ekspansi kredit
perbankan. Sementara itu, diperkirakan suku bunga perbankan
di Gorontalo akan cenderung stabil seiring dengan kebijakan
Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-rate pada tingkat
yang mendukung perkembangan sektor riil dengan
mempertimbangkan potensi tekanan inflasi kedepan.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 1
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh melambat
7,43% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 (7,66% y.o.y). Melemahnya ekonomi regional
diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor dominan
di Gorontalo. Akibat kekeringan, luas lahan tanam pada periode September – November
2009 menurun, kondisi ini mengakibatkan produksi pertanian di bulan Januari dan Februari
2010 merosot. Tanda-tanda meningkatnya produksi pertanian diperkirakan mulai terjadi di
akhir Maret 2010, namun secara kumulatif jumlah produksi yang dihasilkan selama triwulan
laporan masih dibawah produksi pertanian pada triwulan I-2009.
Disisi permintaan,melambatnya ekonomi Gorontalo tercermin pada kinerja konsumsi
dan ekspor. Melemahnya Nilai Tukar Petani serta menurunnya produksi pertanian di awal
triwulan I-2010 memberikan dampak yang signifikan bagi menurunnya kinerja konsumsi
masyarakat dan ekspor luar negeri Gorontalo. Namun perlambatan yang terjadi sedikit
diredam oleh peningkatan kinerja investasi dan impor yang tercermin dari peningkatan nilai
penyaluran kredit investasi dan peningkatan volume impor pelabuhan. Disisi penawaran,
perkembangan sektor pertanian masih terkendala namun kinerja sektor utama lainnya
tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor
bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010.
1.1 SISI PERMINTAAN
Perekonomian Gorontalo sisi permintaan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh
sebesar 7,43% y.o.y, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,76%).
Perlambatan pertumbuhan ini lebih didorong melemahnya kinerja konsumsi dan ekspor
sementara kegiatan investasi dan impor diperkirakan meningkat.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
2010
I II III IV I II III IV I*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,09 7,97 9,09 2,93 11,66 12,57 11,11 8,17 9,99
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 25,14 26,00 28,99 13,42 14,48 21,69 21,43 19,64 10,09
Pembentukan Modal Tetap Bruto 22,73 15,67 19,55 25,01 23,85 27,52 18,88 13,26 28,14
Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 (6,18) (2,24) 5,69 (4,43) (1,74)
Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 23,81 42,34 10,13 5,15 25,90
Pertumbuhan Ekonomi 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43
2008 2009KOMPONEN
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
1.1.1 KONSUMSI
Pada triwulan I-2010, konsumsi tumbuh 9,99%, melambat dibandingkan dengan
triwulan I-2009 (11,66%). Melemahnya kondisi makroekonomi regional yang didorong oleh
melambatnya kinerja sektor pertanian diperkirakan berpengaruh cukup signifikan terhadap
tingkat pendapatan masyarakat karena 45% angkatan kerja di Gorontalo terserap pada
sektor usaha pertanian. Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat mendorong
melemahnya tingkat daya beli masyarakat selama triwulan laporan. Disisi lain kinerja
konsumsi pemerintah diperkirakan turut melambat dibandingkan triwulan I-2009. Kondisi
tersebut sebagai dampak menurunnya pagu anggaran APBD 2010 dibandingkan pagu
anggaran APBD 2009.
Perlambatan pertumbuhan sisi konsumsi dikonfirmasikan oleh hasil survei
konsumen Bank Indonesia serta diperkuat oleh data-data prompt indikator konsumsi.
Perlambatan konsumsi masyarakat selama triwulan I-2010 tercermin dari menurunnya
realisasi kredit konsumsi, penurunan nilai tukar petani, stagnasi realisasi belanja pegawai,
serta menurunnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak rumah tangga. Sementara itu
perlambatan konsumsi pemerintah tercermin dari menurunnya realisasi APBD Non Belanja
Modal.
Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 1.1 Grafik 1.2
Survei Konsumen NTP Pertanian
Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo mencatat bahwa Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I-2010 menurun. Kondisi tersebut didorong oleh
menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang mencapai level 120,25, lebih
rendah dibandingkan IKE triwulan IV-2009 yang mencapai 131,58. IKE merupakan cerminan
daya beli konsumen Gorontalo. Penurunan IKE terutama didorong oleh menurunnya faktor
ketersediaan lapangan kerja selama triwulan I-2010. Menurunnya lapangan kerja
diperkirakan sebagai implikasi melambatnya kinerja sektor pertanian selama bulan Januari
dan Februari 2010. Analisis tersebut didukung pula oleh nilai tukar petani selama periode
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 3
Januari dan Februari 2010 yang menunjukkan penurunan. Sementara itu pendapatan
kelompok non petani selama triwulan I-2010 diperkirakan mengalami stagnasi. Realisasi
belanja pegawai tumbuh 16,46% (y.o.y) hampir sama dengan pertumbuhan triwulan I-2009
sebesar 15,01% (y.o.y).
Perkembangan searah ditunjukkan pula oleh pembiayaan kredit konsumsi
selama triwulan I-2010 yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan I-2009.
Tingkat outstanding kredit konsumsi tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 52,00% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.3 Grafik 1.4
Perkembangan Kredit Konsumsi Realisasi Belanja Pegawai
Sementara itu menurunnya tingkat konsumsi pemerintah tercermin dari
melambatnya nilai realisasi APBD triwulan I-2010. Realisasi konsumsi pemerintah
selama triwulan I-2010 hanya tumbuh 0,09% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
konsumsi pemerintah triwulan I-2009 sebesar 19,73%.
Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
1.1.2 INVESTASI
Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan
tumbuh 28,14 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 23,85 % (y.o.y). Peran serta sektor swasta menunjukkan
peningkatan selama selama triwulan I-2010. Kondisi ini tentu saja memberikan harapan
yang baik mengingat dalam beberapa triwulan sebelumnya belanja modal pemerintah
daerah selalu menjadi prime mover investasi di Gorontalo. Meningkatnya partisipasi swasta
dalam kegiatan investasi tercermin dari penyaluran kredit investasi perbankan yang
meningkat sementara nilai realisasi belanja modal APBD mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini karena pekerjaan investasi fisik pemerintah masih melanjutkan proyek
multiyears yang telah dijalankan sebelumnya sementara tender proyek baru masih belum
berjalan.
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.6 Grafik 1.7
Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal
Kredit investasi pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 16,51% (y.o.y). Pertumbuhan kredit
investasi ini lebih didorong oleh kredit konstruksi yang tumbuh mencapai 121,12% (y.o.y)
selama triwulan I-2010. Sementara itu realisasi belanja modal pemerintah daerah
terkontraksi sebesar 79,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,76%. Proyek swasta skala besar yang saat ini
masih terus berjalan adalah pembangunan Gorontalo Business Park yang ditargetkan
selesai pada tahun 2011.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 5
Proyek Pembangun Infrastruktur (multiyears) di Gorontalo :
- Pembangunan Jalan Akses Agropolitan di lima kabupaten telah mencapai 302,25 km
(kondisi akhir 2009)
- Pembangunam Jalan Gorontalo by Pass dengan total anggaran mencapai Rp
51.423.918.000 (sumber pendanaan APBN dan APBD). Sampai dengan akhir 2009
realisasi pelaksanaan baru sekitar 30% dan masih membutuhkan tambahan dana
sebesar US$ 19.690.000,-. Program ini telah dimasukkan dalam Blue Book
Bappenas, dimana bantuan Pemerintah Korea akan menjadi satu pilihan untuk
penyelesaian jalan tersebut.
- Pembangunan Bendungan Paguyaman sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi
mencapai 6.880 ha. Total anggaran anggaran yang terealisasi hingga tahun 2009
mencapai Rp. 97 Miliar sementara progres fisik pekerjaan bendungan mencapai
96,3%, pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan
mencapai 49%.
- Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m2 dengan total kebutuhan
anggaran mencapai Rp. 62.729.340.000,- . Saat ini progres fisik sudah mencapai 70
% dengan alokasi dana yang terealisasi sebesar Rp 29 Miliar. Untuk penyelesaian
proyek masih membutuhkan dana sebesar Rp 34 Miliar (Anggaran sudah
dimasukkan dalam RPJMN 2010 – 2014).
- Peningkatan Bandara Djalaluddin Gorontalo menjadi Bandara Embarkasi Haji Penuh
tahun 2010 dengan meningkatkan sarana dan prasarana ( runway, apron, turning
area, fillet, VIP room, dll). Diharapkan bandara dapat difungsikan untuk didarati
pesawat jenis Boeing 737 – 400 dan 737-900 ER. Pemda Provinsi Gorontalo dalam
tiga tahun terakhir telah melakukan langkah strategis untuk mewujudkan embarkasih
haji berupa perluasan tanah, pembangunan Jalan By Pass menuju bandara dan
pembangunan asrama haji dan sebagai penyelenggara EHA 3 kali dengan baik. Saat
pembangunan dilaksanakan untuk penambahan lapisan runway, pembuatan apron
dan taxiway baru serta peralatan penunjang dengan total anggaran yang dibutuhkan
sebesar Rp 150 Miliar.
- Menjadikan Pelabuhan Anggrek sebagai pelabuhan ekspor/impor dan pusat kargo di
kawasan Pantai Utara Sulawesi dengan fasilitas gudang penyimpanan, lapangan
penumpukan dan fasilitas penunjang lainnya. Setiap tahunnya terjadi peningkatan
kegiatan bongkar muat yang mencapai 162.068 ton/m3 untuk Bongkar dan 134.562
ton/m3 untuk Muat (akhir 2008). Total anggaran pembangunan pelabuhan tiga tahun
terakhir mencapai Rp. 27 Miliar dengan pendanaan APBN.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
- Pembangunan Dermaga III kota Gorontalo terus di tingkatkan dan diharapkan
sebagai pelabuhan pengumpul dan pendistribusian 9 bahan pokok dikawasan teluk
Tomini. Dengan jumlah dermaga yang ada saat ini jumlah antrian cukup panjang
mencapai 35 kapal/bulan berlabuh dengan jumlah penumpang mencapai sekitar
6.000 orang/tahun.
- Pembangunan jaringan listrik 150 KV Interkoneksi se-Sulawesi, pembangunan PLTU
Anggrek dengan daya 2 x 25 MW, PLTU Molotabu 2x10 MW sedang untuk menjamin
ketersediaan listrik dalam jangka panjang sekaligus mendukung kegiatan investasi.
Selain itu dilakukan juga pembangunan Gardu Induk (GI) untuk menunjang
pembangunan PLTU Anggrek yaitu GI Anggrek 20 MVA, GI Paguat 20 MVA, GI
Isimu 30 MVA dan GI Boluontala 30 MVA.
Sumber : BAPPEDA Prov. Gorontalo
1.1.3 EKSPOR – IMPOR
Kinerja ekspor selama triwulan I-2010 secara keseluruhan diperkirakan
melambat. Ekspor luar negeri selama triwulan I-2009 terkontraksi 46,5% (y.o.y)
dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 3,5% (y.o.y). Menurunnya
kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai
komoditas utama. Ekspor luar negeri untuk keseluruhan komoditas barang tercatat US$
2.456.627, lebih rendah dibandingkan capaian ekspor luar negeri triwulan I-2009 sebesar
US$ 4.589.484.
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri.
2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Negara Tujuan
1. Jepang 20.808 - 28.439 25.599 -
2. China - 38.580 - - -
3. Singapura 21.765 81.988 47.910 - 380.348
4. Hongkong - - 526.400 420.000 194.000
5. Taiwan - 38.250 22.080 1.923.663 1.022.210
6. Malaysia - 1.634.000 - - 382.500
7. Philipina 4.077.131 1.719.300 - - 396.000
8. India 445.500 616.875 - - -
9. Rep. Korea 24.280 9.247 42.907 53.254 81.569
10. Vietnam - 953.134 - - -
NILAI EKSPOR 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.516 2.456.627
2009Keterangan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 7
Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan.
Sementara itu kinerja impor antar pulau menunjukkan peningkatan, impor
diperkirakan tumbuh sebesar 25,90% lebih tinggi dibandingkan kinerja impor pada
triwulan I-2009 sebesar 23,81%. Peningkatan impor selama triwulan I-2010 diantaranya
didorong kenaikan impor barang modal terutama untuk kepentingan konstruksi
bangunan.Hal tersebut dikonfirmasikan oleh data pengadaaan semen Gorontalo yang
meningkat cukup signifikan pada bulan Februari dan Maret 2010.
Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo
Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen
Grafik 1.8
Impor Semen Gorontalo
2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Jenis Barang
1. Ikan dan Udang/Kepiting - - - - -
2. Jagung 4.077.131 3.353.300 - - 778.500
3. Kayu, Barang dari Kayu 45.088 9.247 57.353 65.375 81.569
4. Bungkil Kopra - 321.000 526.400 420.000 511.050
5. Rotan Poles 21.765 158.818 69.990 - 63.298
6. Lemak&Minyak Hewan/nabati 445.500 616.875 - - -
7. Gula & Kembang Gula - 632.134 - 1.923.663 1.022.210
8. Mutiara & batu permata - - 13.993 13.479 -
9. Binatang Hidup - - - - -
10. Tembakau - - - - -
NILAI EKSPOR 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.517 2.456.627
2009Keterangan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
BONGKAR BARANG
Gorontalo 96.969 103.759 106.342 76.420 96.896 99.197 81.851 110.584 106.888
Kwandang - - - - - 32 - - -
Anggrek 23.756 21.642 18.300 25.445 14.179 14.727 26.433 22.039 37.203
Tilamuta 7 9 12 8 11 905 2.700 - 7.980
Total 120.732 125.410 124.654 128.198 111.086 114.861 110.984 132.623 152.071
gBONGKAR BARANG (yoy) 67,50 89,23 20,71 73,95 -7,99 -8,41 -10,97 3,45 36,89
2010Pelabuhan
2008 2009
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
1.2 SISI PENAWARAN
Disisi sektoral, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat menurunnya luas
tanam lahan pertanian pada bulan September – November 2009 yang mempengaruhi
produksi Januari – Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat
pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa kabupaten di Gorontalo, dalam periode
tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60%. Sementara itu kinerja sektor utama
lainnya masih tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja
sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010.
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Kinerja sektor pertanian di Gorontalo pada triwulan I-2010 masih menunjukkan
penurunan. Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 5,06%, melambat
dibandingkan pertumbuhan di triwulan I-2009 sebesar 7,74%. Menurunnya kondisi
pertanian di Gorontalo selama triwulan I-2010 tercermin dari hasil survei kegiatan dunia
usaha (SKDU) dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi sektor pertanian triwulan I-
2010 terkontraksi hingga mencapai -7,12%.
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo
Grafik 1.9 Grafik 1.10 Survei Kegiatan Dunia Usaha Realisasi Panen Pertanian Tabama
2010
I II III IV I II III IV I*
1. PERTANIAN 7,70 5,68 11,17 7,23 7,74 5,42 (2,89) 5,18 5,06
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5,04 9,46 11,55 14,17 9,23 12,91 20,17 14,82 11,23
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,38 2,32 4,76 1,48 7,36
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH (2,66) (2,70) (0,49) 2,72 7,51 6,53 7,85 4,30 5,85
5. BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 18,91 15,87 10,66
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 8,08 6,36 6,45 6,66 7,60 8,20 10,35 8,46 7,85
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,39 8,46 5,16 6,69 8,56 9,82 11,01 7,29 10,10
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,75 7,58 7,48 6,99 6,92 7,23 10,95 11,00 7,20
9. JASA-JASA 6,86 9,63 10,65 6,36 7,00 7,49 11,82 13,60 8,12
PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43
2008 2009KOMPONEN
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 9
Produksi pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan masih terpengaruh
kondisi pertanaman periode September – November 2009, dimana pada saat itu
Gorontalo dilanda musim kering. Pertanian jagung di Gorontalo merupakan pertanian
lahan kering dimana kondisi pengairan sangat tergantung dari hujan. Pada akhir Maret
2010, pertanian jagung mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sebelumnya
menurun secara dratis pada triwulan III dan IV-2009. Luas panen jagung pada triwulan I-
2010 mencapai 37.047 Hektar masih lebih rendah dibandingkan luas panen triwulan I-2009
yang mencapai 45.501 Hektar. Penurunan luas lahan panen jagung terbesar terjadi pada
Kab. Pohuwato yang merosot sebesar 47% dibandingkan luas panen pada triwulan I-2009.
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo
Grafik 1.11 Grafik 1.12 Realisasi Produksi Jagung Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota
Sementara itu pertanian padi masih menunjukkan produksi yang cukup baik
terkait irigasi teknis yang telah dilakukan pada hampir sebagian besar lahan pertanian
di Gorontalo. Selama triwulan I-2010 penurunan luas panen padi terbesar terjadi pada kab.
Boalemo. Hal ini terjadi karena debit air tanah merosot hingga 60% dari debit air normal.
Upaya strategis dilakukan pemerintah daerah melalui perbaikan irigasi teknis dan bantuan
cadangan bibit nasional sehingga produksi pertanian di bulan Maret 2010 mulai
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Selama triwulan I-2010, beberapa lahan pertanian tabama banyak yang
dialihfungsikan oleh petani menjadi lahan pertanian palawija. Hal ini dilakukan untuk
mensiasati berkurangnya cadangan air tanah. Pemerintah kabupaten di Gorontalo
mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 20 Miliar untuk menanggulangi kebutuhan air tanah
selama bulan Januari – Februari 2010 dengan mengoptimalkan penggunaan sumur bor.
Sementara itu untuk meningkatkan produksi pertanian padi, jagung dan cabe di Gorontalo,
Pemerintah Daerah mengucurkan anggaran bantuan senilai Rp 6,75 Miliar dengan alokasi
anggaran (i) pengelolaan tanaman terpadu, (ii) peningkatan frekuensi pertemuan satgas dan
kelompok tani, (iii) pemberian insentif bagi satgas dan tim penyuluh pertanian di kab/kota,
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
(iv) peningkatan pembinaan dan konsultasi pertanian, (v) pengadaan lahan penangkar
benih, dan (vi) pencanangan tanaman panen.
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo
Grafik 1.13 Grafik 1.14 Realisasi Produksi Padi Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota
Menurunnya kinerja pertanian di Gorontalo juga tercermin dari sisi
pembiayaan. Tren pengucuran pembiayaan perbankan disektor pertanian
menunjukkan penurunan dengan resiko kredit yang meningkat. Outstanding kredit di
sektor pertanian pada bulan Maret 2010 mencapai Rp 47,04 Miliar terkontraksi 41,23%
dibandingkan triwulan I-2009. Sementara itu tingkat NPL’s mencapai 4,12%, meningkat
dibandingkan NPL’s triwulan I-2009 sebesar 3,32%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.15 Grafik 1.16 Realisasi Kredit Pertanian NPL Kredit Pertanian
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 11
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN
Pada triwulan I-2010, sektor pengangkutan diperkirakan tumbuh sebesar
10,10%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (8,56%). Peningkatan kinerja di sektor
ini terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sub sektor angkutan udara dan angkutan
darat sementara kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry cenderung melambat. Perbaikan
kinerja pada sektor ini semakin ditunjang oleh perbaikan sarana infrastruktur seperti jalan
dan bandara yang telah dilakukan pemerintah daerah demi menunjang kemudahan
transportasi barang/manusia dari dan menuju Gorontalo.
Peningkatan pertumbuhan sub sektor pengangkutan udara tercermin dalam
peningkatan jumlah penumpang dan angkutan kargo udara. Jalur transportasi Manado
– Gorontalo yang selama ini ditempuh dengan jalur darat telah dilayani jalur penerbangan
maskapai nasional yakni WINGS Air dan EXPRESS Air. Tercatat selama triwulan I-2010
jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 64.505 orang atau tumbuh
sebesar 25,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2009 (15,19%). Sementara itu
disisi kargo udara juga mengalami peningkatan, volume bongkar/muat kargo udara pada
triwulan I-2010 mencapai 1.205 ton atau tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2009 (0,32%). Semakin strategisnya fungsi transportasi udara bagi
masyarakat Gorontalo mendorong Pemerintah Daerah melakukan pembangunan penebalan
landasan pacu di Bandara Djalaludin. Diharapkan melalui proyek penebalan landasan pacu
tersebut pesawat Boeing 737-900ER dapat dimuati penumpang full capacity pada
September 2010 nanti. Sementara itu proyek pembangunan jalan bypass Bandara yang
memasuki tahap akhir penyelesaian diharapkan turut memperlancar arus
penumpang/barang dari dan menuju Bandara Djalaludin di Gorontalo.
Sumber : Bandara Djalaludin Gorontalo
Grafik 1.17 Grafik 1.18
Perkembangan Angkutan Udara Perkembangan Kargo Udara
Kinerja sektor angkutan darat pada triwulan I-2010 diperkirakan mendorong
peningkatan kinerja sektor angkutan secara keseluruhan. Beberapa prompt indikator
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
untuk sub sektor ini menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2009. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat mencapai 19.007 kiloliter
atau meningkat sebesar 17,19%(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar
10,92%. Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor turut
mengalami peningkatan. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor mencapai Rp
8.563.116.400 tumbuh 32,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya sebesar 19,79%. Meningkatnya kebutuhan angkutan darat direspon pemerintah
kota Gorontalo dengan memperbaiki sarana transportasi yang ada. Busway “Hulotalangi”
mulai resmi beroperasi melayani transportasi masyarakat diseputar kota Gorontalo pada
bulan Maret 2010.
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sumber : PERTAMINA Gorontalo
Grafik 1.19 Grafik 1.20 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2010
menunjukkan sedikit penurunan khususnya dalam hal pengangkutan penumpang
namun untuk pengangkutan barang masih menunjukkan peningkatan. Kondisi ini
diperkirakan karena masyarakat mulai beralih dari mode transportasi laut menuju moda
transportasi udara terkait sarana dan prasarana angkutan udara yang baik dengan tingkat
harga yang semakin bersaing. Jumlah penumpang kapal laut tercatat sebesar 2.641 orang
dengan laju terkontraksi 15,84% (y.o.y) sementara angkutan ferry selama triwulan I-2010
melayani 17.300 penumpang dengan laju terkontraksi sebesar 10,30% (y.o.y). Namun arus
barang melalui laut terus mengalami peningkatan dengan didukung kinerja sub sektor
perdagangan yang semakin baik. Jumlah kargo laut mencapai 195.346 ton atau tumbuh
sebesar 33,88% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 yang
terkontraksi sebesar 4,78%. Infrastruktur dermaga III yang saat ini dalam tahap
penyelesaian diharapkan mampu mendukung kelancaran bongkar muat barang di
pelabuhan Gorontalo. Namun disisi lain, permasalahan lain timbul pada ketersediaan
pergudangan. Beberapa pengusaha mengeluhkan tidak seimbangnya jumlah pergudangan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 13
terhadap volume bongkar/muat barang sehingga beberapa barang mengalami kerusakan
karena tidak tertampung gudang penyimpanan.
Sumber : Pelabuhan Se-Gorontalo
Grafik 1.21 Grafik 1.22 Perkembangan Angkutan Laut Perkembangan Kargo Laut
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN
Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-2010 diperkirakan
tumbuh sebesar 7,85% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009
(7,60%). Peningkatan pertumbuhan disektor ini diindikasikan oleh meningkatnya
pertumbuhan pada beberapa prompt indikator seperti arus bongkar di beberapa pelabuhan
di Gorontalo, konsumsi listrik kelompok bisnis, dan tingkat penghunian hotel.
Pada sub sektor perdagangan, pertumbuhan tercermin pada peningkatan
volume bongkar barang di beberapa pelabuhan Gorontalo. Volume bongkar selama
triwulan I-2010 mencapai 152.071 ton atau meningkat sebesar 36,89% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 7,99%. Selama triwulan I-2010
impor barang elektronik yang berasal dari China menunjukkan peningkatan seiring
diberlakukannya ACFTA. Namun perdagangan barang elektronika China di Gorontalo
sempat terkendala operasi pasar yang dilaksanakan pemerintah daerah bekerjasama
dengan kepolisian pada bulan Januari 2010 terkait kepatuhan produk China terhadap
Standard Nasional Indonesia (SNI).
Peningkatan kinerja sub sektor perdagangan diindikasikan pula oleh meningkatnya
konsumsi listrik kelompok bisnis turut yang turut meningkat sebesar 17,22% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan peningkatan triwulan I-2009 sebesar 10,61% (y.o.y).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Sumber : Pelabuhan se-Gorontalo Sumber : Bandara Jalaluddin
Grafik 1.23 Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Laut Volume Bongkar Pelabuhan Udara
Pada sub sektor perhotelan, pertumbuhan nampak pada tingkat hunian hotel di
Gorontalo. Tingkat penghunian hotel pada triwulan I-2010 sebesar 37,68 meningkat lebih
tinggi dibandingkan tingkat penghunian pada triwulan I-2009 sebesar 29,97. Semakin
meningkatnya sarana dan prasarana transportasi di Gorontalo diperkirakan turut
meningkatkan kegiatan pariwisata di Gorontalo sehingga berdampak pada meningkatnya
kinerja sub sektor perhotelan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan semakin banyaknya
pembangunan rumah penginapan baru dan hotel kelas melati dikawasan kota Gorontalo.
Sumber : PLN Gorontalo Sumber : BPS Gorontalo
Grafik 1.25 Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Tingkat Penghunian Hotel
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 15
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Sektor bangunan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 10,66%
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (9,78%). Perkembangan
sektor properti khususnya ruko dan rumah tinggal semakin menunjukkan peningkatan di
Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh pertumbuhan pembiayaan konstruksi dan realisasi
penjualan semen di Gorontalo. Realisasi penjualan semen di Gorontalo meningkat sebesar
69,50% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan penjualan semen triwulan I-2009 yang terkontraksi
sebesar 22,04%. Beberapa proyek infrastruktur saat ini masih dalam proses pengerjaan
antara lain : pembangunan PLTU Anggrek, pembangunan embarkasi haji untuk bandara
Jalaluddin, pembangunan banjir kanal timur Bone Bolango, pembangunan jalan by pass
Bandara – Kantor Gubernur, pembangunan jalan by pass Molu-Molingkapoto.
Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen
Grafik 1.27
Realisasi Penjualan Semen Gorontalo
Disisi pembiayaan konstruksi, peran swasta mulai tumbuh selama triwulan I-2010.
Hal ini tecermin dari semakin meningkatnya pertumbuhan kredit konstruksi sementara
realisasi belanja modal APBD menunjukkan penurunan. HIPMI, Perumnas dan Pemkab.
Gorontalo telah menandatangani MoU pembangunan 500 unit rumah baru bagi PNS di Kab.
Gorontalo. Kondisi tersebut diharapkan menjadi pemicu pembangunan real estate diluar
kawasan kota, sehingga pertumbuhan sektor bangunan kedepan semakin meningkat.
Disisi pembiayan kredit konstruksi tumbuh sebesar 121,12% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 35,12% (y.o.y). Sementara itu belanja modal APBD
selama triwulan I-2010 terkontraksi 79,18% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan realisasi
belanja modal APBD triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 6,76%.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Grafik 1.28 Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Konstruksi Realisasi Belanja Modal APBD
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 7,36 %
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,38
% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya
perdagangan di Gorontalo.
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo
Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri
Masih optimisnya kondisi sektor industri dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi BBM
kelompok industri sebesar 22,79% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar
14,95% (y.o.y). Sementara itu peningkatan sektor industri juga dikonfirmasi oleh tumbuhnya
konsumsi listrik kelompok industri sebesar 1,33% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 19% (y.o.y).
1.2.6 SEKTOR KEUANGAN
Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 7,20% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (6,92%). Pertumbuhan sektor keuangan ini
terutama didorong pertumbuhan Net Interet Margin (NIM) perbankan yang menunjukkan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 17
peningkatan. Sampai dengan bulan Maret 2010, NIM perbankan telah mencapai Rp 107
Miliar atau tumbuh 57,55%, lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2009 yang tumbuh
28,33%. Peningkatan NIM ini didorong oleh pendapatan bunga perbankan yang tumbuh
signifikan selama triwulan I-2010 sementara beban bunga relatif sama dengan periode
sebelumnya.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.32 NIM Perbankan Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010 diperkirakan
tumbuh 5,85% (y.o.y) melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009
(7,51%) khususnya pada sub sektor listrik. Melambatnya sub sektor kelistrikan
disebabkan oleh faktor defisit energi listrik yang belum dapat teratasi sampai dengan
triwulan laporan. Menurunnya kondisi tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data
penjualan energi listrik yang tumbuh melambat. PT. PLN telah melakukan serangkaian
upaya untuk meningkatkan kapasitas kelistrikan di Gorontalo melalui program jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang (terlampir dalam box KER).
Sumber : PLN Gorontalo
Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN
Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-
2010 diperkirakan tumbuh 11,23% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009
(9,23% y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo
yang semakin menunjukkan peningkatan. Namun tingginya permintaan akan bahan galian C
di Gorontalo mengakibatkan upaya penambangan seringkali menimbulkan kerusakan
Rencana Realisasi Selisih Frekuensi
(kW) (kW) (kW) (kali)
Jan
Siang 3.800 2.100 1.700 3
Malam 6.300 4.200 2.100 25
Feb
Siang 3.900 2.000 1.900 8
Malam 6.400 3.600 2.800 27
Mar
Siang 3.800 2.400 1.400 17
Malam 6.400 4.600 1.800 31
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
lingkungan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam bulan Maret 2010 melarang penambangan
bahan galian C disekitar kota yang berpotensi merusak lingkungan. Sementara beberapa
potensi pertambangan telah ditemukan di wilayah Gorontalo antara lain potensi minyak bumi
di Teluk Tomini, potensi pertambangan emas di kab. Bone Bolango, potensi pertambangan
timah hitam di Atinggola dan potensi pertambangan tembaga di daerah Tapa. Potensi
dimaksud diharapkan dapat dikembangkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 8,12% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,00%). Meningkatnya
kinerja sektor jasa-jasa dikonfirmasikan oleh peningkatan realisasi kredit jasa-jasa
perbankan yang tumbuh 47,45% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan
I-2009 yang terkontraksi sebesar 15,45%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-jasa
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 19
BOX 1 : Investasi dan Ketenagalistrikan
Investasi di Gorontalo telah menjadi pekerjaan rumah yang belum menujukkan
perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai pihak berharap melalui investasi multiplier
effect pembangunan ekonomi Gorontalo dapat dipacu lebih tinggi, namun permasalahan
infrastruktur seringkali menjadi kendala terhambatnya aliran modal masuk ke Gorontalo.
Dalam satu focus group discussion antara Bank Indonesia, Badan Investasi Daerah Prov.
Gorontalo dan Bappeda Prov. Gorontalo melalui seminar tengah tahun 2009 terungkap lima
kendala utama yang menghambat kinerja investasi di Gorontalo yaitu (i) kendala kelistrikan,
(ii) ketersediaan air bersih (iii) kepemilikan lahan (iv) kualitas ketenagakerjaan serta (v) arus
modal masuk. Dari kelima aspek dimaksud, masalah kelistrikan menjadi kendala mendesak
yang perlu dipecahkan bersama, mengingat beberapa calon investor telah membatalkan
rencana investasi dikarenakan pasokan listrik yang terbatas.
Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Untuk mengetahui keterkaitan antara investasi dan kelistrikan secara empirik
digunakan tools uji kausalitas granger1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan
sub sektor kelistrikan secara signifkan mempengaruhi pertumbuhan kinerja investasi namun
tidak berlaku sebaliknya, dimana pertumbuhan investasi yang terjadi belum mendorong
pertumbuhan sektor kelistrikan secara signifikan. Analisis ini diperkirakan menggambarkan
kondisi yang berkembang di Gorontalo bahwa terhambatnya arus investasi salah satunya
dikarenakan ketersediaan daya listrik yang belum optimal.
Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/10 Time: 17:14 Sample: 2000:1 2009:4 Lags: 4
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability
INVEST does not Granger Cause LISTRIK 36 1.37355 0.26931 LISTRIK does not Granger Cause INVEST 2.96617 0.03748
Granger Causality Test
1 Uji kausalitas Granger ini pada intinya untuk mengetahui apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Pada uji Granger dilihat pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series. Untuk melakukan uji dimaksud digunakan data pertumbuhan riil sub sektor kelistrikan dan kinerja investasi berdasarkan PDRB Provinsi Gorontalo.
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Berdasarkan pemetaan kebutuhan listrik nasional yang telah dilakukan oleh
Kementerian EDSM pada tahun 2009, Indonesia mengalami defisit daya listrik sebesar
143.16 MW dimana Gorontalo sendiri merupakan daerah dengan defisit daya listrik yang
cukup besar dikawasan Indonesia Timur setelah Provinsi Sulawesi Tengah. Per-September
2009 defisit daya listrik di Gorontalo tercatat sebesar -4.25 MW. Kondisi dimaksud
menyebabkan frekuensi pemadaman menjadi alternatif untuk pemenuhan daya yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Data PT. PLN Wilayah Sulutenggo mencatat bahwa frekuensi
pemadaman dari bulan Januari 2010 s/d Maret 2010 mengalami peningkatan terkait defisit
daya pembangkit.
Sumber : Kementerian ESDM dalam Sosialisasi Kebijakan Teknis Terkait Penanaman Modal 2009
Selama tahun 2006 – 2010 PT. PLN telah melakukan serangkaian perbaikan
jaringan dan penambahan daya listrik untuk memenuhi permintaan kelistrikan di Gorontalo.
Pada tahun 2010 produksi energi listrik diproyeksikan mencapai 230.864.489 KWh dengan
target penjualan energi sebesar 213.139.708 KWh. Surplus energi listrik tersebut
diperkirakan mampu mengurangi frekuensi pemadaman listrik sehingga berdampak pada
kinerja perekonomian secara luas.
Tabel Frek. Pemadaman Listrik Tabel Proyeksi Produksi Listrik 2010
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
Rencana Realisasi Selisih Frekuensi
(kW) (kW) (kW) (kali)
Jan
Siang 3.800 2.100 1.700 3
Malam 6.300 4.200 2.100 25
Feb
Siang 3.900 2.000 1.900 8
Malam 6.400 3.600 2.800 27
Mar
Siang 3.800 2.400 1.400 17
Malam 6.400 4.600 1.800 31
KWH%
GrowthKWH
%
Growth
2006 142.907.898 128.531.907
2007 162.030.365 13,4 146.365.743 13,9
2008 181.527.650 12,0 166.406.139 13,7
2009 207.721.948 14,4 190.288.123 14,4
2010P 230.864.489 11,1 213.139.708 12,0
PRODUKSI ENERGI PENJUALAN ENERGI
TAHUN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 21
Menyikapi hal tersebut, PT. PLN Wilayah Sulutenggo tengah menyiapkan langkah-langkah
dalam meningkatkan pasokan listrik untuk wilayah Gorontalo melalui program jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Diharapkan melalui program pembangunan
dan perbaikan jaringan yang ada ketersediaan listrik di Gorontalo dapat segera tercukupi
sehingga peluang investasi daerah dapat termanfaatkan dengan baik.
USAHA JANGKA PENDEK
- Mengatasi derating daya (penurunan kemampuan daya) mesin PLTD Telaga
- Penambahan kapasitas pembangkit :
o Sistem Telaga
Sewa mesin MFO berdaya 7 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan
anggaran Rp7,5 Milyar/bulan
IPP PLTM Taludaa berdaya 1 MW dioperasikan bulan Juni 2010 dengan
anggaran Rp708 juta/bulan
Perbaikan 1 unit mesin PLTMh Mongango berdaya 600 kW
o Sistem Marisa-Tilamuta:
Sewa Mesin HSD oleh PLN berdaya 2 MW dioperasikan bulan September 2010
dengan anggaran Rp 3 Milyar/bulan
Pinjam Pakai Mesin Diesel HSD berdaya 1 MW oleh Pemda Pohuwato
dioperasikan bulan September 2010 dgn anggaran Rp 1,5 Milyar/bulan
- Pengiriman daya 5-10 MW dari PLTU Amurang melalui interkoneksi T/L 150 kV dari Sistem
Minahasa ke Sistem, bila Sistem Minahasa tidak mengalami gangguan (Oktober 2010)
- Menggeser jadwal pemeliharaan rutin mesin P0-P5 dari siang hari ke malam hari sesuai
kondisi beban, untuk mencegah tidak terjadi pemadaman pada siang hari.
USAHA JANGKA MENENGAH
- Meningkatkan partisipasi swasta (IPP) dalam penyediaan tenaga listrik
o PLTU Tenaga Listrik 2x10 MW
o PLTU Gorontalo Energi 2x7 MW
- Pembangunan PLTU Anggrek 2x25 MW (s/d 29 Maret 2010 : sudah tergali 969 titik untuk
persiapan peledakan, menunggu keluarnya izin dari Mabes POLRI)
USAHA JANGKA PANJANG
- Penambahan kapasitas pembangkit melalui proyek 10.000 MW tahap II
o PLTP Kotamobagu 1s/d 4, 4x20 MW
o PLTP Lahendong 5&6, 2x20 MW
- Interkoneksi Sistem Gorontalo dengan sistem Palu melalui T/L 150 kV
- Pembangunan pembangkit dengan energi primer terbarukan
o PLTP Lombongo 9 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI)
o PLTP Pentadio 5 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI)
Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 23
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Faktor fundamental membawa penurunan tekanan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo
triwulan I-2010. Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut
tercermin pada perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan
ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang
dan jasa masyarakat cenderung tersedia dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung
melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi
harga jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan
barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan
didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN I-2010
Inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 dicerminkan oleh perbaikan
output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan
Gorontalo tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) mendekati nilai inflasi nasional sebesar 3,43%
(y.o.y). Perkembangan tingkat inflasi ini cukup menggembirakan mengingat sepanjang tahun
2009 inflasi Gorontalo selalu jauh berada diatas tingkat inflasi nasional. Faktor fundamental
yang menyebabkan melemahnya tekanan inflasi adalah perbaikan output gap dan
menurunnya ekspektasi inflasi.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo
Perbaikan output gap sejalan dengan kecenderungan melemahnya demand
sementara sisi supply menguat. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan
produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
tersedia dengan baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Bank Indonesia Gorontalo yang menunjukkan perbaikan kapasitas produksi.
Sementara itu, permintaan masyarakat menujukkan tanda-tanda pelemahan meskipun
masih dalam tingkat optimisme yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha yang menunjukkan kenaikan realisasi kapasitas produksi dan Survei
Konsumen yang menunjukkan penurunan optimisme pada Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK).
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Grafik 2.3
Realisasi Kapasitas Produksi Indeks Keyakinan Konsumen
Optimisme ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun yang
didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Mulainya musim panen pada akhir
triwulan I-2010 (Maret) mengakibatkan pasokan barang memadai untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Kecukupan pasokan ini membawa ekspektasi harga dalam
jangka pendek cenderung menurun. Penurunan optimisme ekspektasi harga dapat
dikonfirmasi oleh indeks perubahan harga umum 3 bulan yang akan datang sebesar
172,5 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 173,3.
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.4
Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 25
Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM memberi
pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo. Kebijakan penurunan harga
BBM telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan inflasi 2009.
Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren peningkatan.
Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan tingkat harga BBM domestik
hingga triwulan I-2010 memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga.
Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi
memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
beras oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun
sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.
Sumber : US Energy Information Administration Sumber : Departemen Pertanian
Grafik 2.5 Grafik 2.6
Harga Minyak Dunia HPP Pembelian Beras
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Tendensi penurunan harga
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang.
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
2010Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 4.35 3.59
Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 7.70 5.10
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 7.73 5.93
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 2.84 3.06
Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 3.06 -0.18
Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 8.22 9.35
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 0.57 0.36
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 -0.37 -5.15 -5.35 -2.50 -0.06
Kelompok 2007 2008 2009
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Penurunan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
harga-harga pada sub-kelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan
kelompok bahan makanan sebesar 5,1% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 21,80% (y.o.y). Penyebab utama melemahnya tekanan
inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subsektor bumbu-bumbuan
mengalami penurunan. Sub sektor bumbu-bumbuan pada triwulan I-2010 menglami deflasi
sebesar -17.84% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 18.49% (y.o.y).
Tabel 2.2
Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Hasil konfirmasi Survei Pemantauan Harga (SPH) menunjukkan bahwa harga beberapa
komoditas utama sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Harga cabe merah
keriting pada triwulan-I 2009 sebesar Rp13.000/kg turun menjadi Rp8.500/kg pada triwulan
I-2010, sedangkan Harga cabe merah biasa pada triwulan-I 2009 sebesar Rp16.500/kg
turun menjadi Rp10.000/kg pada triwulan I-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo
Grafik 2.7
Perkembangan Harga Cabe
MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC JAN FEB MAR
BAHAN MAKANAN 21.80 18.27 15.16 14.59 12.21 7.12 5.50 6.74 11.18 7.7 5.26 7.98 5.1
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 14.49 13.63 11.50 8.67 9.39 10.72 11.54 12.43 11.96 8.86 5.41 9.06 7.46
Daging dan Hasil-hasilnya 14.70 6.00 5.37 2.65 1.57 -8.39 -9.12 -6.9 -1.12 -3.05 -4.86 -1.62 0.31
Ikan Segar 51.62 64.53 46.56 49.54 40.05 37.07 16.59 -3.69 3.4 11.08 5.18 5.74 5.58
Ikan Diawetkan -9.24 -7.44 -7.55 -8.61 -9.98 -6.87 -6.49 -8.21 -7.98 -7.72 0.75 8.67 10.14
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 9.14 9.64 6.29 1.36 -0.44 1.34 -4.25 -6.74 -4.98 -4.55 -5.81 -2.3 -2.47
Sayur-sayuran -17.13 -26.54 -10.63 -7.41 -9.01 -26.24 -26.19 20.22 39.69 -1 -7.25 8.55 25.92
Kacang - kacangan 12.90 19.27 15.06 10.81 8.90 7.46 10.86 11.96 9.03 10 11.58 10.85 4.09
Buah - buahan 84.66 67.59 66.84 65.24 77.21 49.91 59.45 56.85 26.09 21.68 29.04 40.99 27.79
Bumbu - bumbuan 18.49 -15.19 -19.50 -16.01 -18.29 -31.96 -11.69 26.77 39.06 14.98 21.23 8.32 -17.84
Lemak dan Minyak -13.27 -10.95 -10.49 -10.80 -5.78 -1.99 0.95 2.45 3.42 3.99 5.86 7.34 6.45
Bahan Makanan Lainnya 1.51 2.87 3.41 3.41 3.29 3.29 4.88 5.21 2.52 3.53 2.49 5.01 2.3
Kelompok / Sub kelompok
20102009
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 27
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)
Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi
secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Permasalahan pasokan beras menjadi salah satu penyebab utama peningkatan
inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan. Inflasi triwulanan kelompok bahan
makanan sebesar 4,25% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,65%
(qtq) Terlambatnya musim tanam padi triwulan IV-2009 mengakibatkan panen raya beras
diperkirakan bergesar pada akhir triwulan I-2010 (Maret) dan awal triwulan II-2010.
Sehingga, pada pertengahan triwulan I-2010 (Februari) pasokan komoditas beras menjadi
berkurang dan menekan tingkat harga. Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk
menaikkan HPP pembelian beras pada Januari 2010 juga turut memberi tekanan harga
pada komoditas beras.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo
Grafik 2.8
Perkembangan Harga Beras
Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa harga komoditas beras
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga beras jenis dolog pada
triwulan I-2010 mencapai Rp5.300/kg lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp4.000/kg. Sementara itu, tekanan harga juga muncul dari komoditas sub
kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya. Hasil SPH menunjukkan bahwa harga daging
2010Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 0.53 1.59
Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67 0.62 4.25
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00 -5.18 7.45
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23 -8.16 9.85
Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22 -1.61 2.34
Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 0.08 1.67
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19 0.01 -0.05
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08 -0.17 0.05
Kelompok 2007 2008 2009
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
ayam broiler meningkat dari Rp17.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp19.000/kg pada
triwulan I-2010, sedangkan harga daging ayam kampung meningkat dari Rp43.000/kg pada
triwulan IV-2009 menjadi Rp45.000/kg pada triwulan I-2010. Sementara itu, harga telur
ayam ras mengalami peningkatan dari Rp14.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi
Rp18.000/kg pada triwulan I-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo
Grafik 2.9
Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam
Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
didorong oleh kenaikan harga gula. Kekurangan pasokan gula di Gorontalo diperkirakan
akan mewarnai perkembangan harga pada triwulan I dan II 2010. Berdasarkan hasil diskusi
rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diiformasikan bahwa permasalahan stok gula
akan mewarnai hingga beberapa bulan kedepan karena Perusahaan Gula Gorontalo akan
mengurangi aktivitas produksi sejak Januari hingga Mei 2010. Hal ini disebabkan karena
adanya permasalahan bahan baku akibat kadar air yang tinggi pada rendeman tebu. Hasil
SPH juga memperkuat indikasi dimaksud yang ditunjukkan dengan kenaikan harga gula
pada triwulan I-2010 sebesar Rp11.000/kg menjadi Rp11.500/kg pada triwulan II-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.10
Perkembangan Harga Gula Pasir
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 29
BOX 2 : Strategi Pengendalian Inflasi Daerah
Provinsi Gorontalo 2010
Dalam rangka memperkuat koordinasi perumusan kebijakan ekonomi daerah, telah
dilakukan rapat kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo pada 5
Maret 2010. Rapat dimaksud diikuti oleh anggota tim yang terdiri dari Bank Indonesia,
Pemda, BUMN/D, dan stakeholders. Berbagai pokok bahasan yang meliputi potensi
penyebab inflasi Provinsi Gorontalo 2010 adalah sebagai berikut:
A. Pemetaan Sumber Tekanan Inflasi Gorontalo
Inflasi dalam jangka pendek sejalan dengan geliat perekonomian daerah,
namun dalam jangka panjang hal tersebut dapat mengganggu kualitas
pertumbuhan dan menurunkan pendapatan riil masyarakat. Tingkat inflasi
perlu dipertahankan pada tingkat yang rendah dan stabil agar perekonomian
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta daya beli masyarakat
terjaga.
Inflasi di Gorontalo terutama bersumber dari kelompok bahan makanan
khususnya beras, ikan cakalang, cabe rawit (rica), bawang, tomat, minyak
goreng dan, gula pasir. Kondisi penetapan harga berdasarkan mekanisme
pasar menjadi pemicu fluktuasi harga pada komoditas dimaksud. Hal ini
tercermin dari tidak stabilnya pergerakan harga komoditi tersebut pada setiap
periode.
B. Kondisi Infrastruktur
Akses transportasi terutama darat yang relatif terbatas ke daerah-daerah
produksi mengakibatkan distribusi barang/jasa dari/ke sentra produksi kurang
lancar atau memiliki biaya tinggi.
Infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah, belum termanfaatkan
secara optimal antara lain Pelabuhan Anggrek. Infrastruktur lain yang
penting dan masih menjadi kendala adalah masalah kelistrikan yang hingga
saat ini masih menjadi keluhan bagi masyarakat dan dunia usaha di
Gorontalo.
C. Struktur Pasar
Tingginya harga di level konsumen diakibatkan karena pedagang besar
memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual di pasar, sementara daya
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
tawar petani yang relatif rendah mengakibatkan harga kurang dinikmati pada
level produsen.
Komoditas pertanian memiliki karakter yang mudah rusak sehingga harus
segera dijual. Hal ini memberi dampak pada rendahnya daya tawar petani
terhadap pedagang besar.
Beberapa rencana tindak lanjut pengendalian inflasi daerah yang perlu mendapat perhatian
antara lain adalah:
A. Penguatan peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga melalui :
Penetapan harga dasar komoditi pertanian khususnya yang diproduksi
atau dihasilkan di wilayah Gorontalo dan sekitarnya sehingga tidak terjadi
fluktuasi harga yang tidak stabil pada setiap periode.
Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh BULOG dapat dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya inflasi akibat tingginya permintaan yang diikuti oleh
kekurangan pasokan di pasar misalnya terhadap komoditi beras dan gula.
Namun demikian terdapat kendala untuk melakukan kegiatan dimaksud
karena adanya jalur birokrasi yang cukup panjang yaitu harus melalui
persetujuan Kementerian Perdagangan/Industri, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota hingga instansi teknis/pelaksana. Untuk itu diharapkan jalur
birokrasi persetujuan Operasi Pasar dapat disederhanakan sehingga
langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi dapat segera direalisasikan di
lapangan.
Koordinasi dan komunikasi lintas sektoral. Pengendalian inflasi tidak
dapat dilakukan oleh satu instansi saja, namun perlu koordinasi dan
komunikasi yang baik antar dinas/instansi termasuk perbankan dan legislatif
(DPRD). DPRD diharapkan dapat mendukung tim dalam kapasitasnya
sebagai mitra dalam memantau rekomendasi dan tindak lanjut hasil yang
diperoleh dari TPID dan TPED. Koordinasi juga dilakukan dalam bentuk
penyampaian informasi oleh seluruh dinas/instansi kepada masyarakat dalam
rangka membentuk serta mengarahkan opini masyarakat terhadap
pembentukan harga/inflasi di Gorontalo.
Penguatan kelembagaan petani juga sangat penting dalam meningkatkan
daya tawar petani terhadap harga komoditi pertanian yang mereka hasilkan.
Penguatan dimaksud antara lain melalui pembentukan kelompok tani atau
koperasi petani yang menjadi sarana tukar menukar informasi dan kekuatan
dalam memasarkan produk pertanian mereka.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 31
B. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan dan pelabuhan untuk memperlancar
arus barang dan jasa dari/ke Gorontalo dengan daerah-daerah sekitarnya
termasuk provinsi yang menjadi pasar antar pulau dari komoditi pertanian
Gorontalo. Saat ini beberapa hal yang telah, sedang dan akan dilakukan
pemerintah Gorontalo dalam memberbaiki infrastruktur adalah :
Mengalokasikan anggaran pembangunan/perbaikan infrastruktur yang
meliputi pembangunan/perbaikan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Hal
tersebut diharapkan dapat direalisasikan seluruhnya pada tahun 2010. Untuk
itu, diharapkan adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak, termasuk
legislatif (DPRD).
Kondisi Jalan Provinsi dan Jalan Negara di Gorontalo terus ditingkatkan.
Panjang jalan nasional adalah 616,34 km dimana kondisi mantap sudah
mencapai 87,88%, sedangkan Jalan Provinsi kondisi mantap baru mencapai
39,45% dari 408,36 km sehingga masih perlu peningkatan sepanjang 247, 02
km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas Tapa -
Atingola, Marisa - Tolinggula dan Aladi Tulabolo).
Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang telah tersedia diantaranya
pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis.
Penambahan daya listrik sebesar 7 MW yang diharapkan dapat terealisasi
pada bulan September 2010, untuk mengatasi defisit daya listrik di Gorontalo
sebesar 3 MW.
C. Mendorong peningkatan akses transportasi ke daerah-daerah yang menjadi
sentra produksi yang selama ini relatif sulit untuk diakses. Selain kelancaran
akses, juga diharapkan adanya kemungkinan untuk pemberian sejenis subsidi
sehingga biaya transportasi ke daerah-daerah tersebut relatif lebih murah.
D. Strategi kebijakan pertanian melalui penanaman secara bergilir untuk setiap
jenis komoditi sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pasokan bahan
makanan di pasar. Terkait dengan hal ini perlu dilakukan komunikasi dengan
pemerintah daerah Kabupaten beserta instansi teknis serta masyarakat petani
agar terdapat kesatuan pemahaman dan langkah demi keuntungan bersama.
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan dari hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi
Daerah adalah:
1. Percepatan birokrasi/administrasi dalam mekanisme Operasi Pasar Terbuka (OPT)
khususnya komoditas beras dan gula.
2. Optimalisasi penggunaan Pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis guna
memperlancar penyaluran distribusi barang dan jasa.
3. Menghilangkan gangguan aliran distribusi barang dari desa ke kota melalui
perbaikan dan pembangunan infrastruktur.
4. Akselerasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendukung pembangunan
PLTU Anggrek dan penambahan daya sebesar 7 MW di Gorontalo tahun 2010.
5. Goverment Limited Intervention dan penguatan koordinasi antar pihak terkait untuk
mencegah lonjakan kenaikan harga gula karena diperkirakan hingga bulan Mei 2010
Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi kegiatan produksi.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 33
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan I-2010 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan
perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan
yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh perlambatan dana pihak ketiga
(DPK) dan penyaluran kredit. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga,
tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali.
Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena Loan Deposit Ratio (LDR) sudah mencapai
nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga dapat mengancam ketersediaan
likuiditas perbankan.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan
menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana pihak ketiga mengalami
perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja
penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana
deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran
kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring
dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat
keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami
perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian
pada triwulan laporan.
3.1.1 PERKEMBANGAN BANK
Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum
Konvensional, 2 Bank Umum Syariah, dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan
kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari
13 kantor cabang, 23 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit.
Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor
kas. Sementara itu, nilai total asset pada triwulan laporan sebesar Rp3,032 triliun atau
tumbuh sebesar 21,18% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 30,11% (y.o.y).
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Pada posisi akhir triwulan I-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,83
triliun, terkontraksi sebesar -0,80% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 20,81% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan
oleh kontraksi pada komponen deposito sebesar -15,93% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,63% (y.o.y). Melambatnya deposito
seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh
sebesar 6,55% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 11,71% (y.o.y). Berkurangnya pendapatan masyarakat terutama para petani akibat
terlambatnya musim panen menyebabkan kemampuan menabung masyarakat cenderung
turun. Sebaliknya, giro mengalami pertumbuhan sebesar 8,61% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6.59% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.1 Grafik 3.2
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar
Rp2,78 triliun, tumbuh 32,59% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 38,17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan total kredit
terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi yang tumbuh sebesar
37,64% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 52,00% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi seiring dengan menurunnya
keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan
musim panen. Sementara itu, kredit modal kerja juga mengalami perlambatan yaitu tumbuh
sebesar 21,95% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 31,93% (y.o.y). Sebaliknya, kredit investasi tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -16,51% (y.o.y).
Perkembangan kredit investasi menunjukkan bahwa peran perbankan cukup besar dalam
pendanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan oleh
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 35
pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Perkembangan kredit investasi perlu terus
ditingkatkan mengingat perannnya hanya sekitar 6% dari total kredit dibandingkan dengan
kredit konsumsi yang mencapai 60% dari total kredit.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.3 Grafik 3.4
Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan
Perlambatan kredit sektor produktif pada triwulan laporan seiring dengan
perlambatan ekonomi daerah. Kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup
signifikan yaitu terkontraksi sebesar -41,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,20% (y.o.y). Menurunnya kinerja
sektor pertanian pada triwulan laporan mempengaruhi perkembangan kredit pertanian.
Kontraksi perkembangan kredit juga dialami oleh sektor industri sebesar -40,44% (y.o.y)
dan sektor angkutan sebesar -31,15% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan
pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y) namun masih lebih lambat dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,84% (y.o.y). Sementara itu, kinerja yang
menggembirakan terdapat pada kredit sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan
sebesar 121,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 35,12% (y.o.y). Peran perbankan dalam dukungan pendanaan proyek-proyek
infrastruktur meningkatkan kinerja kredit konstruksi.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 46,17% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,93% (y.o.y).
Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan
menengah mencapai Rp1,99 triliun, dimana kredit usaha mikro sebesar Rp254,8 milyar,
kredit usaha kecil sebesar Rp721,7miliar, dan kredit usaha menengah Rp1,02 triliun.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7 Grafik 3.8
Pertumbuhan Kredit UMKM Komposisi Kredit UMKM
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko
pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non
Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian
karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari
145% sehingga berpotensi terhadap ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan
volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan
terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
3.2.1 RESIKO KREDIT
Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit diindikasikan bahwa
risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non
Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2,38%
(bruto). Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Namun, perbankan harus tetap waspada
terhadap potensi risiko kredit kedepan mengingat nilai NPL saat ini sudah menunjukkan tren
kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,25%. Adapun nilai NPLs
tertinggi terdapat pada kredit industri yang mencapai 10,25%, diikuti oleh kredit jasa dunia
usaha sebesar 4,41% dan kredit pertanian sebesar 4,15%.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 37
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.9 Grafik 3.10
Perkembangan NPL NPL per Sektor
Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah
disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki
pangsa yang dominan sebesar 64%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan
ke sektor PHR sebesar 27%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat
risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11
Konsentrasi Kredit
3.2.2 RESIKO LIKUIDITAS
Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan
tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut
mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang
yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito
hanya mencapai 29.01% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, dana jangka pendek
mencapai lebih dari 70% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 18,12% dan
tabungan sebesar 52,77%.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.12
Perkembangan Protofolio DPK
Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 151,19% menunjukkan bahwa
likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah
kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya
hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil
dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan
perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya
dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang
digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari
100%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.13
Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 39
3.2.3 RESIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan
volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga
acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke
depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs
diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan
terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.14
Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
BOX 2 : POTENSI KERAJINAN KERAWANG GORONTALO
Kerawang adalah sebuah produk kerajinan tradisional yang sejak turun-temurun
telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum perempuan Gorontalo. Kerajinan kerawang
mulai dikenal sejak abad ke 17 tepatnya tahun 1713 di wilayah Ayula. Nama sulaman
kerawang berasal dari kata “Mokarawo” yang berarti “mengiris atau melubangi”. Penamaan
ini sesuai dengan teknik pembuatan sulaman kerawang, dimana serat benang pada kain
sebagai media sulaman akan diiris atau dilubangi dengan cara mencabut serat benang pada
bidang tertentu di media kain yang akan digunakan. Proses pengirisan dan pencabutan
benang tersebut disesuaikan dengan besaran bentuk atau motif yang diinginkan. Setelah
proses pencabutan benang pada kain, proses sulaman dilakukan dengan mengikuti motif
yang telah ditentukan.
Desain Kerawang Gorontalo
Secara keseluruhan teknik pembuatan sulaman kerawang, mulai dari pembuatan
motif, pelubangan sampai penyulaman masih dilakukan secara manual. Pada awalnya hasil
sulaman kerawang hanya dalam bentuk kecil dan sederhana dengan corak yang sewarna.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, mendorong para pengrajin usaha kerawang
untuk menghasilkan hasil sulaman kain kerawang sebagai bahan pakaian siap jahit
khususnya untuk busana perempuan dengan berbagai variasi bahan tekstil. Berbagai
inovasi kreatif juga terus berkembang, dimana hasil sulaman kerawang juga telah ditemui
dalam bentuk yang lebih siap pakai seperti kipas, tas tangan, dompet, busana muslim dan
muslimah, mukena, kemeja, songkok, sandal, jas, sajadah, sprei, dan sarung bantal bahkan
kaos dengan bahan baku yang lebih bervariasi serta motif sulaman yang lebih berwarna.
Berbagai kreatifitas dan inovasi baru yang terus tumbuh tersebut, mendorong makin
dikenalnya hasil sulaman kerawang sampai ke tingkat nasional serta makin banyaknya
permintaan dari berbagai kalangan khususnya para pendatang yang berkunjung ke
Gorontalo.
Bahan baku sulaman kerawang adalah kain, biasanya jenis oxford (untuk sprei dan
taplak), belini (untuk jas dan safari) dan sifon (untuk baju perempuan). Jenis kain lainnya
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 41
yang biasa digunakan adalah santana, katun duyung, friendship, accura, claudy, tetron, dan
ero. Saat ini, kain sutra sudah digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan sulaman
dengan kualitas yang terbaik. Sebagai bahan pendukung digunakan benang, alas, motif,
gabus, dan gagang kipas. Alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet,
pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit.
Kerajinan kerawang, tersebar secara merata di wilayah Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan data Industri Kecil dan Menengah (IKM) 2009 dari Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi
bahwa para pengrajin sulaman kerawang tersebar di seluruh wilayah (kota/kabupaten) yang
ada di Provinsi Gorontalo, dengan jumlah unit usaha sebanyak 645 unit dan tenaga kerja
yang terserap sebanyak 3.505 orang Di Kabupaten Gorontalo, industri sulaman kerawang
telah cukup berkembang dengan baik, dimana pusat atau sentra industri berada di
Kecamatan Telaga Biru, dengan jumlah pengrajin ± 425 orang yang tersebar di 5 desa. Para
pengrajin tersebut umumnya menerima dan mengerjakan pesanan dari beberapa
pengusaha/pedagang lokal untuk diperdagangkan baik di dalam maupun luar wilayah
Gorontalo. Pesanan lainnya datang dari beberapa kantor atau instansi pemerintah maupun
swasta untuk dijadikan sebagai seragam kantor. Selain di Kabupaten Gorontalo, banyak
pengrajin sulaman kerawang lainnya yang juga tersebar di Kota Gorontalo dan Kabupaten
Bone Bolango. Sementara untuk Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Boalemo memiliki
jumlah pengrajin kerawang yang lebih sedikit.
Secara umum, terdapat tiga pola usaha yang dapat dilakukan oleh
pengusaha/pengrajin sulaman kerawang, yaitu; (1) pola makloon saja, (2) pola produksi
lengkap dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pola
makloon , seperti halnya industri pakaian jadi lainnya juga diterapkan dalam usaha
kerawang dimana pengrajin melakukan usahanya dengan menerima pesanan dari
konsumen dan hanya membuat sulaman kerawang sesuai dengan keinginan konsumen.
Dalam pola ini, bahan baku kain dan benang berasal dari konsumen, sedangkan bahan
pendukung seperti benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas dan alat yang digunakan
oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan
disulam), gunting dan mesin jahit disediakan sendiri oleh pengrajin. Model atau rancangan
motif sulaman kerawang ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengrajin dengan pola
makloon lebih besar berasal dari ongkos menyulam yang dibebankan ke konsumen.
Selain pengrajin dengan pola makloon , terdapat pula pengrajin kerawang yang
melakukan proses produksi secara lengkap, mulai dari merancang motif atau pola sulaman,
menyulamnya sendiri, hingga menjualnya. Pada pola proses produksi lengkap Pengrajin
membuat rancangan atau motif sendiri, membeli bahan baku kain, benang dan
pamendangan serta menyulam sendiri untuk kemudian ditawarkan kepada konsumen untuk
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
dijual. Dengan demikian seluruh bahan (bahan baku maupun bahan pembantu) berasal dari
pengrajin. Pendapatan pengrajin berasal dari harga jual yang dibebankan ke konsumen.
Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja
atau pola kombinasi antara makloon dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola
makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan
pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain).
Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha
hanya mendapatkan ongkos kerja menyulam. Oleh karena itu untuk menyiasatinya,
pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi.
Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang
didapat lebih besar.
Sehelai sulaman kerawang, dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu hingga dua
bulan, tergantung jenis kain, benang serta tingkat kerumitan motifnya. Semakin baik kualitas
kain dan benang yang digunakan, serta semakin rumit motif yang diinginkan, semakin lama
pula waktu pengerjaannya, harganya pun semakin mahal tentunya. Harga sulaman
kerawang untuk bahan baju perempuan berkisar Rp250.000,- hingga jutaan rupiah,
sementara untuk baju laki-laki berkisar Rp95.000,- hingga Rp350.000,-. Untuk jas, tarif yang
dikenakan minimal Rp500.000,-. Data Diskoperindag Provinsi Gorontalo tahun 2009
menunjukan total produksi sulaman kerawang sebanyak 493.359 lembar, dengan nilai
produksi mencapai Rp 23 miliar.
Sulaman kerawang merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan.
Berdasarkan penelitian Bank Indonesia mengenai baseline economic survei (BLS) pada
tahun 2006, teridentifikasi sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas unggulan
provinsi Gorontalo. Penelitian lanjutan mengenai Identifikasi Potensi dan Profil Klaster
Komoditas Unggulan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 yang lalu juga menunjukkan
bahwa sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas yang potensial dikembangkan
menjadi sebuah klaster.
Sebagai upaya pengembangan komoditas unggulan, khususnya sulaman kerawang,
diperlukan keterlibatan dan keberpihakan semua pihak, khususnya pemerintah daerah,
perbankan dan pelaku usaha sendiri. Pemerintah daerah berperan dalam penguatan
kapasitas usaha dan penguatan kapasitas kelembagaan pelaku usaha. Perbankan tidak
semata financial institution namun berperan sebagai agent of change dan agent of
development, sudah saatnya terjun ke lapangan untuk melihat potensi unggulan yang ada.
Pelaku usaha harus memiliki sense untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam
pengembangan usahanya. Sinergitas tiga pihak diatas, hendaknya jangan hanya menjadi
slogan semata, melainkan menciptakan langkah nyata dalam upaya pemberdayaan
ekonomi daerah khususnya dalam pengembangan sulaman kerawang Gorontalo.
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 43
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 mencapai 13,97%, lebih
rendah dibandingkan realisasi triwulan I-2009 sebesar 19,02%, sementara itu realisasi
pendapatan menurun 10,91%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mencapai 28,99%.
4.1 PENDAPATAN DAERAH
Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 menurun
dibandingkan triwulan I-2009. Secara nominal, realisasi triwulan I-2010 sebesar Rp 60,21
Miliar dengan capaian 10,91% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara
persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar
28,99%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian
di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan.
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang
ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan I-2010
sebesar Rp 33,39 Miliar dengan realisasi sebesar 7,38% dari anggaran induk, hal tersebut
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 130,78 Miliar
dengan persentase realisasi 28,58%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada
triwulan I-2010 lebih didorong menurunnya realisasi Dana Alokasi Umum yang hanya
mencapai 8,60% sementara periode yang sama tahun sebelumnya terealisasi sebesar
33,33%.
Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak
kendaraan bermotor. Pada triwulan I-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000 24.145.496.109 31,37 103.283.066.210 26.820.074.585 27,00
Pajak daerah 72.160.000.000 20.350.218.813 28,20 93.420.724.011 25.151.397.285 29,89
Pajak Kendaraan Bermotor 24.889.144.538 6.455.906.300 25,94 11.742.615.224 8.563.116.400 30,34
Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25.661.714.763 8.434.223.300 32,87 57.322.124.099 11.095.677.000 31,67
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21.434.140.699 5.432.070.593 25,34 24.180.984.688 5.468.832.830 26,34
Pajak Air Permukaan 120.000.000 24.885.000 20,74 120.000.000 17.549.155 17,98
Pajak Air Bawah Tanah 15.000.000 3.133.620 20,89 15.000.000 6.221.900 47,09
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500.000.000 - - 550.000.000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.320.000.000 3.795.277.296 87,85 9.312.342.199 1.668.677.300 10,98
Dana Perimbangan 457.524.910.000 130.780.980.405 28,58 430.749.380.658 33.395.902.000 7,38
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000 1.339.228.405 7,50 19.263.660.658 - -
Dana Alokasi Umum 388.325.260.000 129.441.752.000 33,33 400.750.820.000 33.395.902.000 8,60
Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000 - - 10.734.900.000 - -
Dana Darurat - - -
Dana Penyesuaian - - - - -
Jumlah Pendapatan 534.504.910.000 154.926.476.514 28,99 534.032.446.868 60.215.976.585 10,91
I - 2009Pendapatan Daerah APBD 2009 APBD 2010
I-2010
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
daerah sebesar Rp 25,15 Miliar dengan pencapaian 29,89% melebihi penghimpunan pajak
triwulan I-2009 sebesar Rp 20,35 Miliar dengan pencapaian 28,20%.
Upaya pemerintah daerah meningkatkan self financing melalui peningkatan
penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat
sebesar 44,54% sementara dana perimbangan mencapai 55,46%. Meningkatnya komposisi
PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan
pada triwulan laporan.
Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
4.2 BELANJA DAERAH
Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 79,35 Miliar dana
APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 13,97%, lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009 dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 101,66 Miliar
dengan persentase realisasi mencapai 19,02%. Kondisi ini terutama didorong oleh
penurunan pos belanja modal secara signifikan, sementara pos belanja pegawai dan pos
belanja barang dan jasa sedikit mengalami kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah
meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar
namun realisasi yang berjalan terkesan lambat.
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)
Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000 24.145.496.109 15,59 103.283.066.210 26.820.074.585 44,54
Pajak daerah 72.160.000.000 20.350.218.813 13,14 93.420.724.011 25.151.397.285 41,77
Pajak Kendaraan Bermotor 24.889.144.538 6.455.906.300 4,17 11.742.615.224 8.563.116.400 14,22
Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25.661.714.763 8.434.223.300 5,44 57.322.124.099 11.095.677.000 18,43
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21.434.140.699 5.432.070.593 3,51 24.180.984.688 5.468.832.830 9,08
Pajak Air Permukaan 120.000.000 24.885.000 0,02 120.000.000 17.549.155 0,03
Pajak Air Bawah Tanah 15.000.000 3.133.620 0,00 15.000.000 6.221.900 0,01
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500.000.000 - - 550.000.000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.320.000.000 3.795.277.296 2,45 9.312.342.199 1.668.677.300 2,77
Dana Perimbangan 457.524.910.000 130.780.980.405 84,41 430.749.380.658 33.395.902.000 55,46
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000 1.339.228.405 0,86 19.263.660.658 - -
Dana Alokasi Umum 388.325.260.000 129.441.752.000 83,55 400.750.820.000 33.395.902.000 55,46
Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000 - - 10.734.900.000 - -
Dana Darurat - - - -
Dana Penyesuaian - - - - -
Jumlah Pendapatan 534.504.910.000 154.926.476.514 100,00 534.032.446.868 60.215.976.585 100,00
I - 2009Pendapatan Daerah APBD 2009 APBD 2010
I-2010
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Belanja Tidak Langsung 209.294.011.350 48.143.413.600 23,00 261.960.951.852 46.918.341.789 17,91
Belanja Pegawai 150.952.011.350 32.308.051.879 21,40 173.594.813.052 38.869.163.182 22,39
Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 24,92 5.300.000.000 - -
Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 35,50 8.500.000.000 2.875.900.000 33,83
Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 51,23 3.000.000.000 1.103.375.786 36,78
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 22,85 38.500.000.000 2.501.093.171 6,50
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 41,54 30.566.138.800 1.568.809.650 5,13
Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -
Belanja Langsung 325.210.898.650 53.514.552.430 16,46 306.256.934.706 32.435.808.661 10,59
Belanja Pegawai 23.901.166.696 2.709.205.789 11,34 23.969.649.454 1.910.415.130 7,97
Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 11,18 170.441.404.162 24.644.216.573 14,46
Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 28,38 111.845.881.090 5.881.176.958 5,26
Jumlah Belanja 534.504.910.000 101.657.966.030 19,02 568.217.886.558 79.354.150.450 13,97
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
I - 2009Belanja Daerah APBD 2009 APBD 2010
I-2010
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 45
Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2010 lebih diarahkan pada kepentingan
konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal
menurun secara signifikan dari 27,79% pada triwulan I-2009 menjadi hanya berkisar 7,41%
pada triwulan I-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,21%
pada triwulan I-2009 menjadi 92,59% pada triwulan I-2010. Hal ini perlu mendapat perhatian
mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan
ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi.
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN
UANG BEREDAR
Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
3,87%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,31%.
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan I-2010 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena
realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD.
Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu
memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2010.
Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)
Belanja Tidak Langsung 209.294.011.350 48.143.413.600 47,36 261.960.951.852 46.918.341.789 59,13
Belanja Pegawai 150.952.011.350 32.308.051.879 31,78 173.594.813.052 38.869.163.182 48,98
Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 0,65 5.300.000.000 - -
Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 2,97 8.500.000.000 2.875.900.000 3,62
Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 1,36 3.000.000.000 1.103.375.786 1,39
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 8,02 38.500.000.000 2.501.093.171 3,15
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 2,57 30.566.138.800 1.568.809.650 1,98
Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -
Belanja Langsung 325.210.898.650 53.514.552.430 52,64 306.256.934.706 32.435.808.661 40,87
Belanja Pegawai 23.901.166.696 2.709.205.789 2,67 23.969.649.454 1.910.415.130 2,41
Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 22,19 170.441.404.162 24.644.216.573 31,06
Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 27,79 111.845.881.090 5.881.176.958 7,41
Jumlah Belanja 534.504.910.000 101.657.966.030 100,00 568.217.886.558 79.354.150.450 100,00
I - 2009Belanja Daerah APBD 2009 APBD 2010
I-2010
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 434.954.869.501 73.408.964.990 4,44 456.372.005.468 73.472.973.492 3,87
Belanja Pegawai 174.853.178.046 35.017.257.668 2,12 197.564.462.506 40.779.578.312 2,15
Belanja Subsidi 2.652.000.000 660.960.000 0,04 5.300.000.000 - -
Belanja Hibah 8.500.000.000 3.017.650.000 0,18 8.500.000.000 2.875.900.000 0,15
Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000 1.383.150.000 0,08 3.000.000.000 1.103.375.786 0,06
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000 8.156.654.871 0,49 38.500.000.000 2.501.093.171 0,13
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000 2.616.946.850 0,16 30.566.138.800 1.568.809.650 0,08
Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 - - 2.500.000.000 - -
Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455 22.556.345.601 1,37 170.441.404.162 24.644.216.573 1,30
Pembentukan Modal Tetap Bruto 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31
Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Realisasi Q1-2010*APBD 2010Belanja Daerah
Realisasi Q1-2009APBD 2009
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Tabel 4.6
Dampak APBD terhadap Uang Beredar
4.4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010
Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan
anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan
kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun
2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65%
dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya
mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja
langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah di tahun 2010.
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Pendapatan 534.504.910.000,00 154.926.476.513,56 9,38 534.032.446.868,00 60.215.976.585,48 3,17
Pendapatan Asli Daerah 76.980.000.000,00 24.145.496.108,56 1,46 103.283.066.210,00 26.820.074.585,48 1,41
Dana Perimbangan 457.524.910.000,00 130.780.980.405,00 7,92 430.749.380.658,00 33.395.902.000,00 1,76
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.853.650.000,00 1.339.228.405,00 0,08 19.263.660.658,00 - -
Dana Alokasi Umum 388.325.260.000,00 129.441.752.000,00 7,84 400.750.820.000,00 33.395.902.000,00 1,76
Dana Alokasi Khusus 51.346.000.000,00 - - 10.734.900.000,00 - -
Dana Darurat -
Dana Penyesuaian - - - - - -
Belanja 534.504.910.000,00 101.657.966.030,00 6,16 568.217.886.558,00 79.354.150.450,00 4,18
Belanja Pegawai 174.853.178.046,00 35.017.257.668,00 2,12 197.564.462.506,00 40.779.578.312,00 2,15
Belanja Subsidi 2.652.000.000,00 660.960.000,00 0,04 5.300.000.000,00 - -
Belanja Hibah 8.500.000.000,00 3.017.650.000,00 0,18 8.500.000.000,00 2.875.900.000,00 0,15
Belanja Bantuan Sosial 2.700.000.000,00 1.383.150.000,00 0,08 3.000.000.000,00 1.103.375.786,00 0,06
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35.690.000.000,00 8.156.654.871,00 0,49 38.500.000.000,00 2.501.093.171,00 0,13
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.300.000.000,00 2.616.946.850,00 0,16 30.566.138.800,00 1.568.809.650,00 0,08
Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000,00 - - 2.500.000.000,00 - -
Belanja Barang dan Jasa 201.759.691.455,00 22.556.345.601,00 1,37 170.441.404.162,00 24.644.216.573,00 1,30
Belanja Modal 99.550.040.499 28.249.001.040 1,71 111.845.881.090 5.881.176.958 0,31
Surplus/Defisit - 53.268.510.484 3,23 (34.185.439.690) (19.138.173.865) (1,01)
Pembiayaan Netto - - - (34.185.439.690) - -
DAMPAK RUPIAH - 53.268.510.484 3,23 - (19.138.173.865) (1,01)
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 1.650.549,99
Realisasi Q1-2010*APBD 2010APBD 2009APBD
Realisasi Q1-2009
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099
Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447
Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725
Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927
Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820
Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010
Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810
Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721)
Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813 - 10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399)
SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120)
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147
Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088
Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945
Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000 - 184.329.458.114
Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273
Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854
Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420
Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126)
Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000 - 67.819.668.126
SILPA - - - - - - - -
APBD 2009
APBD 2010
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 47
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai
oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010 mencatat net inflow
sebesar Rp 135,05 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan
lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.1 Grafik 5.2
Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan menurunnya penggunaan
uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan efek
balik karena pada triwulan sebelumnya penggunaan uang kartal sangat besar oleh
masyarakat. Berbagai kegiatan pada triwulan IV-2009 diantaranya Idul Adha, Tahun Baru
Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi meningkatkan penggunaan uang kartal.
Sementara itu, melemahnya daya beli masyarakat pada triwulan I-2010 juga mengurangi
penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Terlambatnya musim panen mengakibatkan
pendapatan masyarakat terutama para petani menjadi menurun.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR
Pada triwulan I-2010 tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi
Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money
policy oleh Bank Indonesia. Total jumlah uang kartal yang terdapat di kas titipan sebesar Rp
115,27 miliar dimana pecahan uang kertas mencapai Rp 115,21 miliar dan uang logam
sebesar Rp 60 juta. Sementara itu, pecahan uang kertas Rp2000 emisi tahun 2009 juga
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
telah tersedia di kas titipan Gorontalo. Pada periode laporan terdapat pecahan uang Rp2000
sejumlah Rp 160 juta di kas titipan Gorontalo.
Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan
laporan sebesar Rp 294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69% (y.o.y). Adapun
jumlah warkat sebanyak 12.151 lembar dengan pertumbuhan sebesar 19,24% (y.o.y).
Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2010
sebesar Rp 4,74 miliar atau tumbuh 9,24% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian jumlah
warkat sebanyak 196 lembar atau tumbuh sebesar 13,40% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.3 Grafik 5.4
Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh
Uang Kertas 100000 9,600,000 5,000,000 14,600,000 32,500,000 32,500,000
50,000 15,400,000 5,000,000 20,400,000 64,200,000 64,200,000
20,000 9,940,000 360,000 10,300,000 9,440,000 9,440,000
10,000 5,470,000 200,000 5,670,000 4,470,000 4,470,000
5,000 4,345,000 115,000 4,460,000 3,935,000 3,935,000
2,000 - 160,000 160,000
1,000 182,000 701,000 883,000 500,000 500,000
Total 44,937,000 11,376,000 56,313,000 115,205,000 - 115,205,000
Uang Logam 500 100,000 100,000 50,000 50,000
100 25,000 25,000 10,000 10,000
Total 125,000 125,000 60,000 60,000
TOTAL UANG 45,062,000 11,376,000 56,438,000 115,265,000 - 115,265,000
JumlahTw. I 2010
Jenis Pecahan (Rp)Tw. IV 2009
Jumlah
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 49
Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat
yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,30% pada triwulan IV-2009
menjadi 0,12% pada triwulan I-2010. Penurunan rasio penolakan jumlah cek/BG kosong
seiring dengan membaiknya kinerja sektor perdagangan.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di
Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat
penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi.
Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo)
selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp 429 miliar atau tumbuh secara tahunan
sebesar 4,78% (y.o.y). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-
rata per bulan selama triwulan I-2010 tercatat sebanyak 732 transaksi atau tumbuh secara
tahunan sebesar 19,15% (y.o.y). Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa
kativitas ekonomi di Provinsi Gorontalo semakin berkembang.
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Januari 127 291 277 290 404 581
Februari 112 260 222 310 334 570
Maret 191 335 299 357 490 692
Rata-rata tw I-09 143 295 266 319 409 614
April 197 401 412 417 609 818
Mei 174 407 299 423 473 830
Juni 263 533 472 502 735 1035
Rata-rata tw II-09 211 447 394 447 606 894
Juli 267 568 316 457 583 1025
Agustus 243 487 316 422 559 909
September 204 488 355 509 559 997
Rata-rata tw III-09 238 514 329 463 567 977
Oktober 161 391 308 434 469 825
November 197 466 359 524 556 990
Desember 368 865 417 859 785 1724
Rata-rata tw IV-09 242 574 362 606 603 1180
Januari 108 334 367 354 475 688
Februari 121 362 287 322 408 684
Maret 143 414 260 410 403 824
Rata-rata tw I-10 124 370 305 362 429 732
Pertumbuhan (yoy) -13.51% 25.28% 14.63% 13.48% 4.78% 19.15%
Bulan
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 51
BAB 6 : KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang
ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator
kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang
meningkat.Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di
kawasan Sulawesi.
6.1. PENGANGGURAN
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif
meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja
mencapai 447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91%
dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat
pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89%
pada Agustus 2009.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor
pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi
Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang
bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini
disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut.
Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor
jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini
mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28%
Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073 701.495
Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889 447.313
Bekerja 393.567 405.126 439.460 420.962
Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429 26.351
Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265 254.182
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77
Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89
2008Kegiatan Utama
2009
BAB 6 KESEJAHTERAAN
52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN
Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009
(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan
dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Kemiskinan Gorontalo
masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada
di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret
2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp15.035
perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar
Rp147.154 perkapita per bulan.
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009
Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01
Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79
Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98
Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31
Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93
Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29
Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 213.275 184.148 208.636 172.130
Industri 28.340 34.268 32.462 32.431
Perdagangan 45.195 59.610 71.911 69.315
Angkutan 26.177 32.214 31.227 35.301
Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325 72.051
Lainnya 21.040 31.166 22.899 39.734
Total 393.567 405.126 439.460 420.962
Kegiatan Utama 2008 2009
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 53
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di provinsi
Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin tertinggi
sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut
Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato
(29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil berada di
Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%. Untuk
mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,
penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran
pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
Tabel 6.4.
Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. RASIO GINI
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir
mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan
dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini
menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat.
Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%
penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi
47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di
kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA)
Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007
adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01.
Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi
66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata
pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum
provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
Tabel 6.5.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Tabel 6.6.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,
kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun
2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,
sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.
Tabel 6.7.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan
15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan
dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango,
Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio,
Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
BAB 7 OUTLOO
BA
BAB
pertumb
produks
pada a
dibandi
permint
itu peny
kegiata
7.1 OU
(y.o.y) memba
dan mu
semest
Utara a
Mei 201
triwulan
Angka
mening
kinerja pertumb
mening
OK EKONOMI
ANK INDONE
B 7 : OUPerekonom
buhan triwu
si pertanian
khir Maret
ingkan triwu
taan konsum
yaluran kre
n dunia usa
UTLOOK MA
Perekonomlebih ting
aiknya kond
usim diperk
er II-2010.
akan terjadi
10 diperkira
n II-2010 ju
Ramalan
kat 16.87%
Peningkata konsumsibuhan pro
kat pada
SIA | KAJIAN
UTLOOmian Goront
ulan II-2009
n selama t
2010.Disisi
ulan I-2010
msi masyar
edit perbank
aha pada tri
AKROEKO
mian Gorongi dibandi
disi pertania
kirakan mam
BMKG m
di bulan J
akan cukup.
uga didukun
I-2010 bah
% dibandingk
G
an produksi dan ekspoduksi sek
triwulan II-
EKONOMI R
OK EKOtalo pada tri
9. Kondisi in
triwulan II-2
i inflasi dip
0, kondisi t
rakat serta
kan diperkir
iwulan II-20
ONOMI REG
ntalo pada ingkan peran Gorontal
mpu mendo
emperkirak
uni 2010 s
. Perkemba
ng proyeks
hwa produ
kan tahun s
Grafik 7.1 Proy
si pertaniapor luar negktor pertan
-2009. Disi
REGIONAL PR
ONOMIiwulan II-20
ni diperkira
2010 yang
erkirakan te
tersebut dip
tekanan da
rakan meni
010.
GIONAL
triwulan IIrtumbuhanlo pada akh
orong penin
kan musim
ementara c
angan sekto
si Dinas Pe
ksi Jagung
sebelumnya
yeksi Pertumb
an diperkirageri. Menin
nian diperk
isi lain ko
ROV. GORONT
I 010 diperkira
akan didoro
ditandai m
erjadi penin
perkirakan
ari sisi adm
ingkat seirin
I-2010 dipen triwulan hir Maret 2
ngkatan pro
kemarau d
curah hujan
or pertanian
ertanian Pro
g akan me
a yang terko
uhan Ekonom
akan mamngkatnya pe
kirakan me
nsumsi pe
TALO TRIWU
akan lebih t
ng oleh pro
meningkatny
ngkatan pa
didorong o
ministered in
ing dengan
erkirakan tuII-2009 (7,
2010 denga
oduksi pert
di kawasan
n bulan Ma
untuk tumb
ov. Goronta
encapai 66
ontraksi seb
mi Gorontalo
pu mendoendapatan
endorong
merintah d
ULAN I-2010
tinggi diban
oyeksi peni
ya produks
da triwulan
oleh menin
nflation. Sem
cerahnya
umbuh 7,6 ,22% y.o.yn dukunga
anian hingg
n Sulawesi
ret sampai
buh lebih ba
alo sesuai
65 Ribu To
besar 24.48
rong peninmasyaraka
konsumsi
diperkirakan
55
ndingkan
ingkatan
si panen
n II-2010
ngkatnya
mentara
prospek
– 8,1 % y). Mulai
n cuaca
ga akhir
bagian
dengan
aik pada
dengan
on atau
%.
ngkatan t seiring
swasta
n masih
56
melamb
2009. S
hasil pe
baik. Ha
bahwa
16,46.
sumban
dengan
secara
7.2 OU
mendodidoron
triwulan
KAJIAN EK
bat terkait a
Sementara
ertanian.
Sementara
asil survei k
angka prak
Sektor ban
ngan bagi
n volume im
signifikan 1
UTLOOK IN
Optimismeorong inflang oleh opti
n II-2010 na
KONOMI REG
anggaran A
itu disisi ek
a itu kinerja
kegiatan du
kiraan kondi
ngunan dan
pertumbuh
mpor komod
16,62% (y.
NFLASI
e permintaasi triwulanimisme per
amun denga
Grafik 7.2 P
PadiLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton
JagungLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton
KedelaiLuas Panen (ProduktivitasProduksi (ton
Komod
GIONAL PROV
APBD 2010
kspor diper
dunia usa
unia usaha
isi dunia us
n perdagang
han triwulan
ditas semen
o.y) diband
Tabel 7
an masyarn II-2010 rmintaan ma
an kecende
royeksi Inflasi
2008(ATAP
ha) 46.492 s (ku/ha) 50 n) 237.873
ha) 156.436s (ku/ha) 4.817 n) 753.598
ha) 1.873 s (ku/ha) 13 n) 2.514
ditas
V. GORONTA
0 yang lebih
rkirakan me
ha secara
Bank Indon
saha pada tr
gan diperki
n II-2010 d
n pada akh
dingkan kon
7.1 ARAM I Pe
rakat yang berkisar 3asyarakat y
rungan mel
i Tahunan (y.o
8 2009P) (ASEM)
2,00 48.042,00 0,67 53,48 3,00 256.933,00
6,00 124.798,007,00 45,60 8,00 569.110,00
3,00 4.727,00 3,42 11,69 4,00 5.527,00
LO TRIWULA
h rendah d
engalami pe
keseluruha
nesia Goron
riwulan II-20
irakan men
diluar sekto
ir Maret 20
ndisi Maret 2
ertanian
disertai ad3,25 – 5,25yang diperk
emah.
o.y) Provinsi G
2010(ARAM I)
48.516,00 353,59 5
259.990,00 8
143.237,00 ‐2046,43 ‐99
665.113,00 ‐24
4.796,00 15212,54 ‐12
6.012,00 119
GROWT2008‐20
AN I-2010| BAN
dibandingka
eningkatan
an diperkira
ntalo triwula
009 berada
njadi sektor
or pertania
010 menunj
2009.
danya polic5% (y.o.y)kirakan mas
Gorontalo (%)
,33 0,99,55 0,21,01 1,19
,22 14,78,05 1,82,48 16,87
,38 1,46,89 7,27,85 8,78
GROWTH 2009‐2010P
TH 009
OUTLOOK E
NK INDONES
an anggaran
khususnya
kan masih
an I-2010 m
a pada level
yang mem
an. Hal ini
ukkan peni
cy shock i. Kondisi t
sih mewarn
BAB 7 EKONOMI
SIA
n APBD
a ekspor
tumbuh
mencatat
l optimis
mberikan
sejalan
ngkatan
nflation tersebut
nai pada
BAB 7 OUTLOO
BA
Bupati
mendor
dan libu
Hasil s
menunj
131.581
sebesa
dimulai
pada ke
Kebijak
2010 d
pertania
komodi
biaya p
Listrik (
inflasi k
II-2010
pada um
1 Indeks = 1mengekspe
OK EKONOMI
ANK INDONE
Berbagai k
di Kabupat
rong pertum
uran sekola
survei kon
ukkan opti1, namun
r 151.29. S
nya masa
elompok ba
Policy Sho
kan penetap
diperkirakan
an. Pupuk
tas pertania
roduksi kem
TDL) pada
kedepan. D
diperkiraka
mumnya pe
100 menunjukkanektasikan harga a
SIA | KAJIAN
kegiatan ek
en Pohuwa
mbuhan kon
ah pada triw
nsumen me
misme yan
masih lebi
Sementara
panen pad
ahan makan
Grafik 7.3
ock Inflatio
pan Harga
n dapat me
merupaka
an, dengan
mudian dap
pertengaha
i sisi lain, fa
an tidak aka
ergerakan in
n responden menakan meningkat, d
EKONOMI R
konomi dom
ato, Kabupa
nsumsi mas
wulan II-20
enunjukkan
ng tercermi
h rendah
itu, faktor
a triwulan
nan.
Sumber : B
3 Indeks Eksp
on dapat mEceran Te
emberi teka
an salah s
n adanya ke
at menekan
an tahun 20
aktor ekster
an terlalu m
nflasi daera
ngekspektasikan dan indeks < 100
REGIONAL PR
mestik kede
aten Goront
syarakat. S
10 juga me
n bahwa e
n dari nilai
dibandingk
r yang turu
II-2010 dap
Bank Indonesia
pektasi Konsum
mendorongertinggi (HE
anan pada
satu komp
enaikan har
n harga jual
010 juga dip
rnal yaitu p
mempengar
h disebabka
harga akan tetapmenunjukkan re
ROV. GORONT
epan yang
talo, dan Ka
Sementara i
emicu tingg
ekspektasi
i Indeks Ek
kan triwulan
ut memperl
pat mengur
a Gorontalo
men Provinsi
g tekanan iET) pupuk o
perkemba
onen utam
rga pupuk a
l. Sementar
perkirkan da
enguatan n
ruhi perkem
an oleh fakt
p/stabil, indeks >esponden mengek
TALO TRIWU
meliputi pe
abupaten B
tu, periode
ginya permi
konsumen
kspektasi K
n sebelum
emah teka
rangi tekan
Gorontalo
nflasi padaoleh pemer
ngan harga
ma dalam
akan berimb
ra itu, isu ke
apat mening
nilai tukar ru
mbangan inf
tor distribus
> 100 menunjukkakspektasikan harg
ULAN I-2010
ersiapan pe
Bone-Bolang
tahun ajar
intaan mas
n kedepan
Konsumen
nya yang
anan inflasi
an harga te
a triwulan rintah pada
a-harga ko
kegiatan p
bas pada k
enaikan Tar
gkatkan eks
upiah pada
flasi daerah
si.
an responden ga menurun
57
emilihan
go akan
ran baru
yarakat.
n masih
sebesar
tercatat
adalah
erutama
II-2010. a 1 April
omoditas
produksi
kenaikan
rif Dasar
spektasi
triwulan
h karena
58
7.3 OU
bergairdiperkir
mendor
diperkir
pada tin
tekanan
perbaik
yang m
realisas
KAJIAN EK
Su
UTLOOK PE
Kegiatan rahnya kegrakan memi
rong pening
rakan stabil
ngkat yang
n inflasi ke
kan prospek
mengalami
si triwulan I-
S
J
USZNO
KONOMI REG
mber: Kemen
ERBANKAN
usaha giatan ekonicu berbaga
gkatan perm
seiring den
mendukung
edepan. H
k perbankan
peningkata
-2010 yang
Sumber: Bank
Real
Jenis Pupuk
Ureap‐36ZANPKOrganik
GIONAL PROV
Tabel 7.2: Ha
terian Pertani
N
perbankannomi padaai sektor us
mintaan kred
ngan kebija
g perkemba
Hasil Surve
n kedepan
an saldo b
memiliki sa
Indonesia Go
lisasi dan Eks
HET Semula (
1,2001,5501,050
1.586 ‐ 1.8500
V. GORONTA
arga Eceran Te
an
n diperkira triwulan Isaha untuk m
dit. Sement
akan Bank I
angan sekto
ei Kondisi
melalui eks
bersih sebe
aldo bersih
orontalo Grafik 7.4
pektasi Usaha
(Rp/kg) HET
830
LO TRIWULA
ertinggi Pupuk
rakan meII-2010. Me
meningkatk
tara itu, suk
ndonesia u
or riil denga
Dunia Usa
spektasi usa
esar 40 S
-10 SB.
a Sektor Keua
T Baru (Rp/kg)
1,6002,0001,4002,300700
AN I-2010| BAN
k
eningkat eningkatnya
kan kinerjan
ku bunga pe
ntuk memp
an mempert
aha (SKDU
aha sektor k
B, lebih ti
angan
Kenaikan (%
33.329.0333.3
25.68‐4540
OUTLOOK E
NK INDONES
seiring a aktivitas d
nya sehingg
erbankan g
pertahankan
timbangkan
U) mengko
keuangan k
nggi diban
%)
BAB 7 EKONOMI
SIA
dengan domestik
ga dapat
orontalo
n BI-rate
potensi
onfirmasi
kedepan
ndingkan
1. MAKROEKONOMI REGIONAL
Tabel 1.A
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
*) Angka Proyeksi Bank Indonesia
Tabel 1.B
PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO
(dalam persen)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
*) Angka Proyeksi Bank Indonesia
2010
I II III IV I*
1. PERTANIAN 199.867,15 208.963,63 220.032,24 172.006,54 800.869,55 209.990,08
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.598,38 7.201,25 8.075,46 8.100,89 29.975,99 7.339,63
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49.541,55 50.217,76 54.645,14 54.674,27 209.078,72 53.190
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3.671,48 3.717,00 3.956,30 3.975,53 15.320,31 3.886
5. BANGUNAN 51.741,84 55.806,71 61.951,72 63.211,36 232.711,62 57.255,60
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89.093,06 91.504,41 96.618,96 96.677,34 373.893,76 96.089
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66.344,73 70.067,35 72.850,58 73.236,47 282.499,13 73.048
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56.112,23 57.160,68 60.347,79 60.994,17 234.614,87 60154,8
9. JASA-JASA 124.164,08 130.541,17 140.416,72 136.651,22 531.773,19 134.248
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647.134,48 675.179,94 718.894,91 669.527,79 2.710.737,13 695.201,76
2010
I II III IV I*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 468.554 479.928 502.657 503.256 1.954.395,45 515.344
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 407.314 431.145 459.888 484.907 1.783.254,11 448.393
Pembentukan Modal Tetap Bruto 295.604 309.129 318.403 354.891 1.278.026,70 378.777
Perubahan Stok (316.662) (335.889) (346.198) (453.864) (1.452.612,35) (349.705)
Ekspor Barang dan Jasa 100.658 105.039 100.094 103.622 409.412,40 98.906
Impor Barang dan Jasa 314.934 320.974 323.267 330.570 1.289.745,11 396.513
2009
20092009
SEKTOR
KOMPONEN
2010
I II III IV I*
1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 3,49 5,06
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 14,44 11,23
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,38 2,32 4,76 1,48 3,66 7,36
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7,51 6,53 7,85 4,30 6,51 5,85
5. BANGUNAN 9,78 12,86 18,91 15,87 14,51 10,66
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,60 8,20 10,35 8,46 8,67 7,85
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,56 9,82 11,01 7,29 9,16 10,10
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,92 7,23 10,95 11,00 9,06 7,20
9. JASA-JASA 7,00 7,49 11,82 13,60 10,02 8,12
PERTUMBUHAN EKONOMI 7,66 7,22 6,60 8,78 7,54 7,43
2010
I II III IV I*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 11,66 12,57 11,11 8,17 10,82 9,99
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,48 21,69 21,43 19,64 19,35 10,09
Pembentukan Modal Tetap Bruto 23,85 27,52 18,88 13,26 20,31 28,14
Ekspor Barang dan Jasa (6,18) (2,24) 5,69 (4,43) (2,02) (1,74)
Impor Barang dan Jasa 23,81 42,34 10,13 5,15 18,57 25,90
Pertumbuhan Ekonomi 7,66 7,22 6,60 8,78 7,54 7,43
2009
2009
2009KOMPONEN
2009KOMPONEN
2. INFLASI
Tabel 2.A
PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
JAN FEB MAR DEC JAN FEB MAR
UMUM 9.24 11.01 10.54 4.35 4.07 4.89 3.59
BAHAN MAKANAN 12.49 20.78 21.80 7.7 5.26 7.98 5.1
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.47 16.10 14.49 8.86 5.41 9.06 7.46
Daging dan Hasil-hasilnya 23.52 21.37 14.70 -3.05 -4.86 -1.62 0.31
Ikan Segar 35.75 46.35 51.62 11.08 5.18 5.74 5.58
Ikan Diawetkan 13.82 -1.37 -9.24 -7.72 0.75 8.67 10.14
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 13.84 12.64 9.14 -4.55 -5.81 -2.3 -2.47
Sayur-sayuran -10.91 -14.75 -17.13 -1 -7.25 8.55 25.92
Kacang - kacangan 9.15 8.62 12.90 10 11.58 10.85 4.09
Buah - buahan 50.44 83.04 84.66 21.68 29.04 40.99 27.79
Bumbu - bumbuan -25.65 3.86 18.49 14.98 21.23 8.32 -17.84
Lemak dan Minyak -11.58 -11.68 -13.27 3.99 5.86 7.34 6.45
Bahan Makanan Lainnya 0.86 -1.11 1.51 3.53 2.49 5.01 2.3
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 13.57 13.93 14.74 7.73 8.13 8.52 5.93
Makanan Jadi 2.86 2.72 0.92 2.18 2.13 2.13 2.13
Minuman yang Tidak Beralkohol 3.41 5.55 7.08 14.42 15.78 17.46 13.53
Tembakau dan Minuman Beralkohol 32.25 32.24 35.93 10.49 10.83 10.83 6.4
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 11.80 9.51 6.36 2.84 3.57 3.17 3.06
Biaya Tempat Tinggal 16.95 13.29 7.85 3.89 5.13 4.38 4.23
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8.77 8.13 7.50 0.05 0.01 0.01 0.01
Perlengkapan Rumahtangga 2.34 0.57 0.93 1.04 1.13 1.5 1.12
Penyelenggaraan Rumahtangga 0.75 0.75 0.75 4.06 4.08 4.14 4.35
SANDANG 2.45 4.11 3.42 3.06 2.63 0.42 -0.18
Sandang Laki-laki 0.11 0.11 0.11 0.21 0.23 0.23 0.23
Sandang Wanita 0.91 0.91 0.74 0.01 0.02 0.02 0.02
Sandang Anak-anak 3.32 3.32 3.32 0 0 0 0
Barang Pribadi dan Sandang Lain 9.01 19.03 14.49 17.61 14.86 1.87 -1.32
KESEHATAN 4.43 3.73 3.09 8.22 7.81 8.1 9.35
Jasa Kesehatan 2.08 0.00 0.00 31.53 31.53 31.53 31.53
Obat-obatan 3.41 3.55 3.21 8.74 8.7 9.45 15.78
Jasa Perawatan Jasmani 2.69 2.69 2.69 2.69 0 0 0
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 5.78 5.11 4.07 1.48 1.12 1.36 1.24
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 4.15 4.35 4.27 0.57 0.53 0.28 0.36
Jasa Pendidikan 8.23 8.23 8.23 0 0 0 0
Kursus-kursus/Pelatihan 5.45 5.45 5.45 42.16 42.16 42.16 42.16
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.25 1.25 1.25 0.78 0.93 0.51 0.51
Rekreasi -0.44 0.19 -0.08 -0.76 -0.93 -1.55 -1.29
Olahraga 0.00 0.00 0.00 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 -2.5 -0.97 -0.09 -0.06
Transpor 5.11 3.79 3.77 -3.06 -0.89 0.36 0.41
Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 -1.83 -1.83 -1.83 -1.83
Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.4 0.4 0.4 0.4
Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34
Kelompok / Sub kelompok (yoy)
2009 2010
Top Related