Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Provinsi Papua ... · PDF file1.3 Surplus, Defisit...
Transcript of Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Provinsi Papua ... · PDF file1.3 Surplus, Defisit...
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i
Visi Bank Indonesia
“ Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki
serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil ”
Misi Bank Indonesia
“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan ”
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk
bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi,
akuntabilitas dan kebersamaan ”
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan IV tahun 2013 ini dapat terbit
tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa
makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah
menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi
bagi masyarakat luas.
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang
cukup menggembirakan sebesar 23,90% (yoy) atau sepanjang tahun 2013 mencatatkan
pertumbuhan sebesar 14,91% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional pada triwulan IV-2013 sebesar 5,72% (yoy) atau secara tahunan sebesar 5,78% (yoy).
Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan IV tumbuh positif sebesar 15,76%
(yoy) atau secara tahunan tumbuh sebesar 9,41% (yoy),angka tersebut lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV sebesar 5,72% (yoy) atau secara tahunan
sebesar 5,78% (yoy).
Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi tahunan kota Jayapura1 tercatat sebesar
8,27% (yoy) atau sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,38% (yoy).
Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar
7,28% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,38% (yoy).
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa
indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup
meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang
tumbuh sebesar 14,78% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sangat
signifikan sebesar 26,48% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR)
perbankan menjadi sebesar 62,01% pada triwulan IV-2013 dari triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 56,28%.
Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua
mencapai Rp 13,74 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 13.586 lembar. Disisi lain, dana yang
masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 18,41 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama
1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.
2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong.
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii
periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai
Rp 1,20 triliun dengan jumlah warkat sebesar 32.208 lembar. Jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -28,49% (yoy).
Pada triwulan IV-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua
Barat mencapai Rp 5,39 triliun atau meningkat 231,01% (yoy) dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 5,77 Triliun atau
menurun sebesar -7,41% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi
net outflow sebesar Rp 381,17 miliar.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga
hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jayapura, Februari 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT
Kepala Perwakilan
Ttd.
Hasiholan Siahaan
Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. viii
TABEL INDIKATOR MONETER........................................................................................................ x
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xiii
BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................................. 1
I. Provinsi Papua ............................................................................................................... 4
1.1. Sisi Permintaan ....................................................................................................... 4
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .......................................................................... 4
1.1.2. Investasi ...................................................................................................... 6
1.1.3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 7
1.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 8
1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 9
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................................................... 10
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 11
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 12
1.2.5. Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan ....................................... 13
II. Provinsi Papua Barat..................................................................................................... 15
2.1. Sisi Permintaan ...................................................................................................... 15
2.1.1. Konsumsi ..................................................................................................... 15
2.1.2. Ekspor Impor................................................................................................ 17
2.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 18
2.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 18
2.2.2. Sektor Pengolahan. ..................................................................................... 19
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 20
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 20
2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 21
2.2.6. Sektor Jasa-jasa .......................................................................................... 22
2.2.7. Sektor Bangunan ........................................................................................ 22
BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA .............................................................................................. 23
I. Provinsi Papua .............................................................................................................. 23
1.1. Kondisi Umum ....................................................................................................... 23
1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ................................ 24
1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ................................................................ 25
1.3.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 25
1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 26
1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik ....................................................... 26
1.3.4. Kelompok Sandang .................................................................................... 26
1.3.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 27
1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 27
1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ............................... 27
II. Provinsi Papua Barat .................................................................................................. 28
2.1. Kondisi Umum ..................................................................................................... 28
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan .............. 28
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 29
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 29
2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 30
2.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 30
2.2.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 30
2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 30
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. .............................. 31
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ..................................................................................... 32
I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua .................................................... 32
II. Perbankan Provinsi Papua ......................................................................................... 34
2.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 34
2.2. Perkembangan Aset ............................................................................................... 34
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 35
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 36
2.5. LDR dan NPL ........................................................................................................... 37
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 38
III. Perbankan Provinsi Papua Barat ............................................................................... 40
3.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 40
3.2. Aset Perbankan ...................................................................................................... 41
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 41
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 42
3.5. LDR dan NPL .......................................................................................................... 43
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 44
BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ....................................................................... 45
I. Keuangan Daerah Provinsi Papua ............................................................................. 45
1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua .................................................. 46
1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ................................................. 47
1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ........................................................................... 48
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................... 49
I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ............................................. 49
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ..................................................... 50
III. Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 52
BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................................ 54
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ............................................................................... 54
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ..................................................... 54
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama........................................... 55
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ..................................................................... 56
2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 56
2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ............................................ 56
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat......................................... 58
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ..................................................... 58
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 59
BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 61
I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................. 61
1.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 61
1.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 63
II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 64
2.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 64
2.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 65
III. Prospek Pertumbuhan Perbankan ............................................................................. 65
3.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 65
3.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 66
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi
Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ....................................................................... 2
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat
Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ....................................................................... 2
Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) .............................................................. 3
Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ............................................................. 3
Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Tambang Terbesar di Provinsi Papua ......... 7
Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua ........................................... 9
Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua ................................................... 10
Tabel 8 Perkembangan Produksi Tembaga & Emas Pada Perusahaan Tambang Terbesar 11
Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua .............................. 12
Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................... 13
Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua .................................................... 14
Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat.................................................. 15
Tabel 13 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat ................................................... 18
Tabel 14 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat .......................................... 21
Tabel 15 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .......................................................................... 23
Tabel 16 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ................................................................................ 25
Tabel 17 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat ............................................................... 28
Tabel 18 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua ................................................................. 32
Tabel 19 Perkembangan NPL Persektor ...................................................................................... 33
Tabel 20 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ................................................................. 34
Tabel 21 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ......................................................... 36
Tabel 22. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ..................................... 37
Tabel 23 Perkembangan Indikator Perbankan Papua ................................................................ 38
Tabel 24 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua .......................................... 39
Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................... 40
Tabel 26 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat....................................................................... 42
Tabel 27 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ........................................................ 43
Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ..................................................... 44
Tabel 29 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat ................................................... 44
Tabel 30 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua ........................................ 45
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii
Tabel 31 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 45
Tabel 32 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua .................................... 46
Tabel 33 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013 ............................... 47
Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 47
Tabel 35 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013 ...................................... 48
Tabel 36 Perbandingan APBD Provinsi Papua ................................................................................ 48
Tabel 37 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2013 ....................................................... 48
Tabel 38 Transaksi RTGS Wilayah Papua .................................................................................... 48
Tabel 39 Transaksi Kliring Wilayah Papua .................................................................................. 50
Tabel 40 Perkembangan Perkasan Kpw Bank Indonesia Papua & Papua Barat ..................... 53
Tabel 41 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama .................................... 54
Tabel 42 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja ......................................................................... 54
Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 – Agustus 2013 Provinsi Papua .......... 55
Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2010– Februari 2012 Provinsi Papua Barat ............................................... 56
Tabel 45 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 57
Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 59
Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat ................................... 60
Tabel 48 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ........................................................ 63
Tabel 49 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ........................................................ 64
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii
Grafik 1 Survei Konsumen ........................................................................................................ 5
Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ..................................................................................................... 5
Grafik 3 Kredit Konsumsi ......................................................................................................... 5
Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru .............................................................................................. 6
Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ............................................................................. 6
Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ...................................................................................... 7
Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ................................................................... 7
Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua .............................................................................. 7
Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ................................................................................... 7
Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ................................................................................ 8
Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua ..................................................................................... 8
Grafik 12 Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 10
Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua ................................................................................... 10
Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan ........................................................................... 12
Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua ........................................................................................ 12
Grafik 16 Grafik Survey Konsumen ............................................................................................ 16
Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat ..................................................................................... 16
Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat .................................................................................... 17
Grafik 19 Perkembangan Produksi PT. Tangguh ....................................................................... 17
Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat.................................................................. 17
Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat .................................................................................... 19
Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat .......................................................................... 19
Grafik 23 Penggunaan Listrik ....................................................................................................... 20
Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional ................................................ 23
Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ............................................................................... 25
Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen ............................................................................... 25
Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ........................................................ 35
Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan .......................................................................................... 35
Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua .................................... 36
Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................................... 37
Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan ....................................................................................... 37
Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 38
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix
Grafik 33 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat ........................................................... 41
Grafik 34 Komposisi Aset Perbankan ......................................................................................... 41
Grafik 35 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat ................................................................ 42
Grafik 36 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat ............................................................. 42
Grafik 37 Komposisi Kredit Perbankan ...................................................................................... 42
Grafik 38 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 44
Grafik 39 Nilai Transaksi RTGS ................................................................................................... 50
Grafik 40 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ....................................................................... 52
Grafik 41 Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 53
Grafik 42 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua ......................................................... 59
Grafik 43 Perkembangan UMR Prov. Papua .............................................................................. 59
Grafik 44 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ......................................................... 60
Grafik 45 Perkembangan UMR Papua Barat .............................................................................. 60
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x
TABEL INDIKATOR
PDRB DAN INFLASI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 6.85% 1.19% 2.33% 5.42% 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.17% 4.90% 5.33% 8.26%
Pertambangan & Penggalian 2.28% -5.20% -30.98% -58.29% -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.82% -24.61% 43.04% 64.24%
Industri Pengolahan 11.82% 5.82% 3.03% 1.36% -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.95% 5.16% 4.91%
Listrik,Gas & Air Bersih 5.27% 4.79% 3.86% 6.17% 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 7.28% 8.00% 9.25% 8.41%
Bangunan 17.76% 16.76% 16.89% 15.12% 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 8.31% 8.87% 1.54% 2.02%
Perdagangan, Hotel & Restoran 11.30% 10.81% 9.69% 7.46% 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 13.54% 8.69% 7.41%
Angkutan & Komunikasi 10.41% 9.44% 7.04% 10.41% 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 4.03% 48.44% 27.86% -21.24% 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 15.84% 11.87% 14.92% 23.09%
Jasa - jasa 14.67% 9.88% 11.29% 12.34% 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 20.12% 20.26% 16.03% 9.61%
TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%
Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%
Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%
Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.38% 9.42% 10.08% 9.48% 8.33%
Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73%
Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%
Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.92% 10.74% 11.13% 10.65% 8.91%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 2.89% 10.91% 13.20% 9.57% 15.49%
Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%
TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%
2013
2013Growth PDRB Papua
2011 2012
Growth PDRB Papua Barat2011 2012
IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY
Bahan Makanan 151.85 6.70 7.36 8.26 152.03 -8.14 0.12 10.66 147.90 -1.14 -2.72 5.49 153.05 -4.84 3.48 8.21 162.66 4.36 6.28 7.12
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 151.52 0.44 0.60 4.02 152.88 0.22 0.90 4.14 155.80 0.63 1.91 6.90 158.70 1.54 1.86 5.37 163.91 0.89 3.28 8.18
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 120.50 0.21 0.18 3.28 125.93 0.14 4.51 7.17 127.39 0.20 1.16 7.92 130.17 0.02 2.18 8.22 131.56 0.18 1.07 9.18
Sandang 132.23 0.11 0.28 2.48 130.71 -0.64 -1.15 0.93 130.01 0.36 -0.54 1.46 136.74 2.79 5.18 3.70 137.61 -0.02 0.64 4.07
Kesehatan 115.53 0.00 0.01 0.57 115.77 0.00 0.21 0.30 117.24 0.16 1.27 1.40 118.86 0.06 1.38 2.89 119.92 0.32 0.89 3.80
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 114.13 0.00 0.03 4.96 114.18 0.02 0.04 4.99 114.26 0.05 0.07 4.90 118.37 0.00 3.60 3.75 118.39 0.02 0.02 3.73
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 121.44 2.82 3.07 2.29 119.93 -0.89 -1.24 1.99 126.53 3.30 5.50 6.61 135.97 -0.55 7.46 15.40 135.98 0.41 0.01 11.97
Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 132.71 2.57 2.82 4.52 133.82 -2.63 0.84 5.89 135.01 0.52 0.89 6.07 140.15 -1.14 3.81 8.58 143.68 1.48 2.52 8.27
IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY
Bahan Makanan 167.38 3.38 0.49 6.99 174.36 2.81 4.17 13.74 179.60 1.31 4.17 9.30 189.57 -7.68 5.55 13.81 192.33 1.68 1.46 9.53
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 167.72 0.06 0.29 3.44 170.41 0.57 1.60 4.40 171.30 -0.05 1.60 3.02 174.49 0.41 1.86 4.34 190.76 0.36 9.32 6.06
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.75 0.01 0.68 2.09 147.64 0.07 1.30 2.75 149.43 0.02 1.30 3.72 151.49 0.15 1.38 4.65 145.66 0.21 -3.85 5.34
Sandang 128.59 0.41 1.52 4.21 129.10 0.11 0.40 4.24 128.90 0.18 0.40 2.33 127.25 0.64 -1.28 0.46 122.17 -0.14 -3.99 -2.41
Kesehatan 138.42 0.35 0.39 2.55 138.91 0.30 0.35 1.56 139.33 0.14 0.35 1.53 140.69 0.27 0.98 2.04 144.80 1.24 2.92 4.77
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 128.21 -0.04 -0.02 3.49 128.66 -0.08 0.35 3.21 128.64 0.00 0.35 1.83 129.51 0.48 0.68 0.99 132.56 0.30 2.36 1.27
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 131.94 0.99 2.26 13.14 126.24 1.50 -4.32 5.90 131.23 4.26 -4.32 5.05 138.33 -4.59 5.41 7.22 134.98 0.71 -2.42 11.72
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 151.64 1.30 0.85 4.98 153.62 1.37 1.31 7.41 156.58 1.08 1.31 5.58 162.22 -3.60 3.60 7.89 163.94 0.91 1.06 7.28
2013
TW IV
2012
Kelompok Komoditi
Kelompok Komoditi
2012
TW IV TW IV
2013
TW III
TW III
TW I
TW II
TW II
TW IVTW I
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi
TABEL PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii
TABEL SISTEM PEMBAYARAN
Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS
Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat
I II III IV I II III IV
Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 -1.55%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 -2.27%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 -12.76%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 -13.13%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 98.22%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013
I II III IV I II III IV
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 13,877.11 8,187.49 9,929.65 13,739.36 3.93%
Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 12,489.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 -2.38%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 12,387.32 10,157.60 14,715.87 18,410.79 24.70%
Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 13,798.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 -3.88%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 -1,489.79 1,970.11 4,786.22 4,671.43 202.67%
Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 1,309.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 -9.93%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 901.87 739.53 3,059.66 5,199.31 31.04%
Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 2,090.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 -4.64%
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013
I II III IV I II III IV
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 133.95%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 24.86%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) -1138.59%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 47.93%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 -14.58%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 233.44%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 1123.35%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. GAMBARAN UMUM
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua
Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat.
Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat
menggembirakan. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 23,90% (yoy)
sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 15,76% (yoy).
Pertumbuhan kedua provinsi tersebut meningkat dibandingkan
pertumbuhan selama triwulan III-2013.
2. MAKRO EKONOMI
Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh
pertumbuhan pada sektor pertambangan, jasa-jasa; sektor pertanian;
sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan; sektor angkutan &
komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel &restoran. Sementara itu,
sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan hotel
dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi; dan sektor
pertanian menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua
Barat.
3. INFLASI
Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi kota Jayapura3
tercatat sebesar 8,27% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013
yang tercatat sebesar 8,58% (yoy). Secara triwulanan, inflasi kota Jayapura
tercatat sebesar 2.52% (qtq) atau mengalami penurunan yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya
sebesar 3,81% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi
tahunan kota Jayapura tercatat sedikit lebih rendah, dimana inflasi
nasional pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 8,38% (yoy). Sementara
itu, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat4 tercatat sebesar 7.28% (yoy)
atau secara triwulanan sebesar 1,06% (qtq).
3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.
4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv
4. PERBANKAN
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat pada triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi
intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat sebagaimana tercermin
dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh
sebesar 13,82% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh
cukup signifikan sebesar 12,63% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan
to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 61,00% (yoy) pada
triwulan IV-2013 dari 56,28% (yoy) pada triwulan IV-2012. Namun
demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang
telah ditetapkan sebelumnya.
5. SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS
dari Wilayah Papua mencapai Rp 13,74 trilliun atau naik sebesar 3,93%
(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di
tahun sebelumnya serta naik sebesar 38,37% (qtq) jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua
merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang
kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain,
jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)
mencapai Rp 18,41 triliun, angka tersebut mengalami kenaikan sebesar
24,70% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang
sama di tahun sebelumnya serta naik sebesar 25,11% (qtq) jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk
berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi
Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan
antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp
5,12 triliun atau naik sebesar 31,04% (yoy) dibandingkan dengan tahun
lalu serta naik sebesar 69,93% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
5. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih
akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,10%±1% (yoy),
lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv
sebesar 14,91% (yoy). Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,54%
(yoy. Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan
masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar
8,85%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
selama tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy). Pada tahun 2014,
perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 8,85%±1% (yoy), angka
tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama
tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy). Adapun pada triwulan I-2014
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan
tumbuh sebesar 8,86% (yoy).
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan
mengalami inflasi tahunan sebesar 5,42% (yoy). Pencapaian inflasi
Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang
target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang
diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan
distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun
gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi
Papua diperkirakan berada level 8,59 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di
Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena
tingginya curah hujan pada awal tahun menjadi ancaman yang dapat
mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas pertanian,
sehingga dapat menekan harga komoditas terserbut ke level yang lebih
tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat
diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,25% (yoy)..
Pelaksanaan pemilu 2014, juga dapat menjadi ancaman menjadi
penyebabterjadinya inflasi yang cukup tinggi di tahun 2014. Pada triwulan
I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level
7,84 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan
mendatang disinyalir terjadi karena tingginya gelombang laut pada
triwulan I-2014 menyebabkan terhambatnya pasokan komoditas volatile
food ke pasar, sehingga hal tersebut dapat menekan harga komoditas
tersebut ke level yang lebih tinggi.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1
BAB 1.
MAKROEKONOMI REGIONAL
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan
pertumbuhan yang sangat baik. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua
provinsi yang sangat menggembirakan. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 23,90% (yoy)
sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 15,76% (yoy). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama didorong oleh konsumsi, investasi
dan ekspor.
Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor
pertambangan, jasa-jasa; sektor pertanian; sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan;
sektor angkutan & komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel &restoran. Sementara itu,
sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor
jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi; dan sektor pertanian menjadi motor penggerak
utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.
Sepanjang tahun 2013, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami
pertumbuhan yang cukup baik. Tercatat, perekonomian Provinsi Papua mengalami
pertumbuhan sebesar 14,91% (yoy) sedangkan perekonomian Provinsi Papua Barat
mengalami pertumbuhan sebesar 9,41% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2012. Sektor
pertambangan masih menjadi pendorong utama perekonomian di Provinsi Papua, sedangkan
Provinsi Papua Barat mengantungkan perekonomiannya ke sektor industri pengolahan. Baik
sektor pertambangan maupun sektor industri pengolahan menyumbangkan lebih dari 5%
terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi. Sedangkan dari sisi penggunaan,
faktor konsumsi dan ekspor menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)
Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 2.
Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Permintaan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 6.85% 1.19% 2.33% 5.42% 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.17% 4.90% 5.33% 8.26%
Pertambangan & Penggalian 2.28% -5.20% -30.98% -58.29% -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.82% -24.61% 43.04% 64.24%
Industri Pengolahan 11.82% 5.82% 3.03% 1.36% -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.95% 5.16% 4.91%
Listrik,Gas & Air Bersih 5.27% 4.79% 3.86% 6.17% 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 7.28% 8.00% 9.25% 8.41%
Bangunan 17.76% 16.76% 16.89% 15.12% 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 8.31% 8.87% 1.54% 2.02%
Perdagangan, Hotel & Restoran 11.30% 10.81% 9.69% 7.46% 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 13.54% 8.69% 7.41%
Angkutan & Komunikasi 10.41% 9.44% 7.04% 10.41% 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 4.03% 48.44% 27.86% -21.24% 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 15.84% 11.87% 14.92% 23.09%
Jasa - jasa 14.67% 9.88% 11.29% 12.34% 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 20.12% 20.26% 16.03% 9.61%
TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%
Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%
Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%
Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.38% 9.42% 10.08% 9.48% 8.33%
Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73%
Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%
Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.92% 10.74% 11.13% 10.65% 8.91%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 2.89% 10.91% 13.20% 9.57% 15.49%
Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%
TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%
2013
2013Growth PDRB Papua
2011 2012
Growth PDRB Papua Barat2011 2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsumsi Rumah Tangga 8.84% 8.00% 6.48% 6.05% 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.85% 6.03% 6.10% 6.97%
Konsumsi Nirlaba 7.82% 7.19% 7.10% 7.64% 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02%
Konsumsi Pemerintah 12.93% 11.13% 4.38% 1.41% 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 7.01% 3.21% 3.39% 6.83%
PMTB 7.63% 8.38% 7.53% 8.12% 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20%
Perubahan Stok -31.17% -14.62% -40.29% 43.18% 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% -15.62% 4.71% 81.19% 104.72%
Ekspor -14.83% -8.60% -25.70% -68.39% -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 29.52% -22.29% 60.24% 94.94%
Dikurangi Impor 3.26% 8.76% 16.32% -18.45% -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 10.74% 1.23% 0.35% 0.57%
PDRB 7.27% 3.97% -8.59% -20.20% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsumsi Rumah Tangga 9.51% 10.39% 11.34% 8.77% 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 8.02% 9.72% 9.90%
Konsumsi Nirlaba 11.86% 10.32% 10.42% 7.33% 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11%
Konsumsi Pemerintah 2.01% 10.64% 14.42% 13.59% 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.41% 13.21% 19.15%
PMTB 16.46% 10.66% 10.34% 6.82% 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 17.03% 18.24% 17.82% 18.60%
Perubahan Stok -4.44% 39.04% 86.05% -50.04% -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -200.26% -22.88% -220.62% -233.53%
Ekspor 23.25% 93.73% 152.03% 184.39% 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 25.17% 17.43% 28.81% 47.84%
Dikurangi Impor 5.21% 6.85% 11.32% 11.63% 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 9.98% 11.01% 10.97% 16.82%
PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%
2013
2013
2012
2012
Growth PDRB Papua 2011
Growth PDRB Papua Barat2011
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3
Tabel 3.
Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
Tabel 4.
Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsumsi Rumah Tangga 8.75% 7.97% 5.96% 5.72% 7.38% 8.42% 8.02% 6.95% 8.32% 6.97% 6.93% 7.77%
Konsumsi Nirlaba 6.19% 5.68% 5.04% 5.38% 5.68% 5.66% 5.81% 6.76% 6.54% 6.15% 6.06% 6.00%
Konsumsi Pemerintah 2.56% 2.29% 0.91% 0.34% 1.70% 2.76% 2.21% 0.19% 1.78% 0.82% 0.87% 1.77%
PMTB 3.25% 3.59% 2.95% 3.33% 3.09% 4.21% 3.88% 1.98% 3.85% 3.81% 3.56% 2.52%
Perubahan Stok 7.81% 4.33% 10.32% -4.44% -6.01% -1.36% 2.19% -12.50% 3.88% -1.25% -11.65% -27.24%
Ekspor -9.84% -5.35% -16.47% -40.37% -27.70% -18.43% -19.36% 28.33% 8.31% -8.34% 19.45% 41.29%
Dikurangi Impor 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% -12.04% -3.91% -6.61% 5.85% 8.18% 0.94% 0.29% 0.44%
PDRB 7.27% 3.97% -8.59% -20.20% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsumsi Rumah Tangga 6.14% 6.70% 6.54% 5.29% 3.81% 4.12% 3.39% 4.66% 4.07% 3.81% 4.77% 5.14%
Konsumsi Nirlaba 5.83% 4.97% 4.50% 3.34% 3.22% 3.25% 2.74% 3.97% 3.13% 3.10% 3.25% 2.83%
Konsumsi Pemerintah 0.31% 1.73% 2.09% 2.00% 0.59% 0.87% 0.64% 0.68% 0.93% 0.71% 1.52% 2.30%
PMTB 3.66% 2.36% 2.07% 1.51% 2.52% 2.86% 2.50% 2.93% 3.02% 3.26% 3.36% 3.76%
Perubahan Stok 0.22% -2.72% -0.42% 1.56% 4.30% 2.32% 6.01% 24.04% -10.80% -1.41% -14.23% -16.01%
Ekspor 11.80% 49.31% 79.82% 95.33% 42.07% 28.76% 1.73% -9.90% 17.46% 11.73% 19.08% 29.79%
Dikurangi Impor 1.71% 2.21% 3.36% 3.60% 23.69% 21.03% 17.09% 16.49% 3.85% 4.27% 4.46% 6.93%
PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%
2013
2013Kontribusi PDRB Papua
Barat
2011 2012
2012Kontribusi PDRB Papua
2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 1.17% 0.22% 0.38% 0.79% 0.05% 0.72% 1.14% 1.39% 0.80% 0.96% 1.02% 1.43%
Pertambangan & Penggalian 0.97% -2.08% -13.79% -24.24% -16.21% -8.75% -4.55% 11.88% 8.81% -7.07% 12.36% 18.16%
Industri Pengolahan 0.31% 0.15% 0.07% 0.03% -0.02% 0.17% 0.09% 0.01% -0.05% 0.03% 0.14% 0.13%
Listrik,Gas & Air Bersih 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%
Bangunan 1.56% 1.51% 1.48% 1.49% 1.83% 2.01% 1.84% 1.77% 1.07% 1.11% 0.20% 0.27%
Perdagangan, Hotel & Restoran 0.88% 0.84% 0.69% 0.55% 0.66% 0.70% 0.93% 1.34% 1.35% 1.26% 0.81% 0.70%
Angkutan & Komunikasi 0.84% 0.77% 0.53% 0.78% 0.75% 0.83% 0.92% 0.95% 0.98% 0.88% 0.74% 0.79%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 0.13% 1.46% 0.81% -1.04% 0.61% 0.08% 0.29% 0.08% 0.65% 0.54% 0.64% 0.95%
Jasa - jasa 1.39% 1.03% 1.15% 1.44% 1.13% 0.97% 0.66% 1.47% 2.55% 2.51% 2.07% 1.45%
TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 1.09% 0.13% 0.11% 0.11% 0.11% 0.40% 0.01% 0.49% 0.36% 0.59% 0.86% 0.33%
Pertambangan & Penggalian 0.38% 0.68% 0.85% 0.85% 1.64% 0.79% 0.10% -0.08% -0.36% -0.08% 0.24% 0.26%
Industri Pengolahan 13.43% 19.51% 24.74% 23.99% 30.14% 20.19% 1.08% 0.65% 6.62% -0.37% 4.45% 12.17%
Listrik,Gas & Air Bersih 0.04% 0.03% 0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.02% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03%
Bangunan 1.27% 1.04% 0.97% 0.54% 0.81% 0.74% 0.74% 1.03% 0.75% 0.73% 0.75% 0.76%
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.06% 1.17% 1.12% 0.54% 0.71% 0.60% 0.62% 0.85% 0.80% 0.83% 0.74% 0.76%
Angkutan & Komunikasi 0.78% 0.79% 0.75% 0.66% 0.85% 0.66% 0.53% 0.66% 0.58% 0.59% 0.59% 0.52%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 0.16% 0.24% 0.26% 0.28% 0.18% 0.21% 0.02% 0.05% 0.17% 0.22% 0.16% 0.28%
Jasa - jasa 1.89% 2.68% 2.74% 1.76% 1.36% 1.03% 0.76% 1.53% 0.94% 1.05% 0.70% 0.65%
TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%
2013
2013Kontribusi PDRB Papua
Barat
2011 2012
Kontribusi PDRB Papua 2011 2012
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4
I. Provinsi Papua
1.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 23,90 % (yoy) atau
lebih tinggi dari triwulan III-2013 sebesar 18,01% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi
Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah), investasi
(pembentukan modal tetap bruto), dan ekspor yang tumbuh cukup menggembirakan.
Membaiknya kinerja ekspor yang disebabkan oleh meningkatnya tingkat produksi komoditas
tambang oleh PT. Freeport Indonesia menjadi salah satu penopang pertumbuhan
perekonomian di Provinsi Papua. Kinerja ekonomi Papua juga ditopang oleh komponen
konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari raya
Natal dan Tahun Baru. Di samping itu investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga
memegang peranan yang penting dalam perekonomian dengan angka pertumbuhan yang
cukup menggembirakan. Kedepannya, ekpektasi masyarakat yang tetap tinggi akan kondisi
ekonomi menjaga gairah ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.
Secara tahunan, perekonomian Provinsi Papua mengalami pertumbuhan sebesar
14,91% (yoy) dengan pertumbuhan terbesar dialami oleh sisi ekspor yang mengalami
pertumbuhan hingga 45,43% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2012.
1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga
Pada triwulan IV-2013, komponen konsumsi masyarakat tumbuh mencapai 6,97% (yoy)
atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 6,89% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh beberapa aspek
seperti: perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru, masuknya musim liburan sekolah,
penyelenggaraan event oleh pemerintah, serta adanya realisasi belanja pemerintah dengan
menggunakan dana otonomi khusus. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei
konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan
konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang durable goods dengan Indeks
mencapai 139,3 di triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan III-2013
sebesar 114,0. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen secara keseluruhan ytercatat
sebesar 130,9 lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 sebesar 126,8.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik
rumah tangga yang tumbuh 11,58% (yoy) pada triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 9,96% (yoy). Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga
tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada
periode laporan tumbuh sebesar 36,05% (yoy). Pada triwulan IV-2013, peningkatan konsumsi
masyarakat juga tercermin melalui peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan
yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 15,20% (yoy).
Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan IV-2013 juga
mengalami pertumbuhan sebesar 27,60% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 65,20%
(yoy). Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari
peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar dari seluruh
anggaran yang tersedia.
Secara tahunan, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 6,49%
(yoy). Komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang mengalami
pertumbuhan terbesar kedua setelah ekspor. Peningkatan pendapatan secara tahunan
yang dirasakan oleh masyarakat Papua mendorong peningkatan konsumsi dari waktu ke
waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Papua.
Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 1. Survei Konsumen
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6
1.1.2 Investasi
Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang
cukup menggembirakan sebesar 5,20% (yoy) atau sedikit melambat dari pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak
terlepas dari semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis
seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan
investasi. Pada periode triwulan IV-2013, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,89
triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan peningkatan peran investasi
swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan
perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan IV-2013 juga didorong oleh perkiraan
meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 19,87%
(yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi
pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.
Komponen investasi sepanjang tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 6,82%
(yoy) dan bersama dengan ekspor dan konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama
terjadinya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua. Realisasi investasi di Provinsi Papua
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik PMA dan PMDN. Dan tercatat
sepanjang tahun 2013 realisasi investasi di Provinsi Papua merupakan yang terbesar
selama Provinsi Papua berdiri.
Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua
Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua,
diolah
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7
Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia
1.1.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Provinsi Papua pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan yang sangat
tinggi sebesar 94,94% (yoy) sementara impor hanya tumbuh sebesar 0,57% (yoy). Nilai
ekspor non migas Provinsi Papua mengalami pertumbuhan sebesar 17,45% (yoy) menjadi
penyebab utama perbaikan kinerja ekspor pada periode laporan. Kelompok komoditas
utama ekspor non migas Papua meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain
berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas yang diproduksi oleh PT. Freeport
Indonesia (PTFI). Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang
searah dengan pertumbuhan penjualan PT. Freeport Indonesia baik komoditas tembaga
maupun emas yang pada triwulan ke IV-2013 mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 43,14% (yoy) dan 112,50% (yoy).
Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold
237 292
278 476
Grafik 7. Belanja Modal
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8
mpor non-migas Papua justru mengalami pertumbuhan yang negatif pada triwulan
laporan sebesar -1,38% (yoy). Sejalan dengan penurunan nilai, volume impor Papua juga
mengalami penurunan kinerja sebesar -0,57% (yoy). Penurunan kinerja impor dinilai
merupakan suatu hal yang cukup baik karena segala kebutuhan barang dan jasa di suatu
wilayah dapat dipenuhi sendiri oleh masyarakat Papua. Kedepannya, hal tersebut akan
menjadi suatu momentum untuk menekan defisit neraca transaksi perdagangan yang saat
ini terjadi.
Realisasi ekspor di Provinsi Papua sangat bergantung dengan kondisi sektor
tambangnya. Seiring dengan pertumbuhan sektor tambang yang signifikan sepanjang tahun
2013, ekspor juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 45,43% (yoy).
Penerapan UU Minerba di tahun 2014 ditenggarai menjadi penyebab dari meningkatnya
realisasi ekspor pada tahun ini. Sedangkan di sisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan
sebesar 2,91% (yoy). Masih tingginya ketergantungan Provinsi Papua terhadap daerah lain
menjadi penyebab masih tumbuhnya impor seiring dengan pertumbuhan konsumsi. Namun
dari tahun ke tahun, pertumbuhan impor semakin mengecil. Hal ini menunjukkan semakin
mandirinya Provinsi Papua dalam memenuhi kebutuhannya.
1.2. Sisi Penawaran
Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh
pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan terendah dialami oleh sektor
bangunan sebesar 2,02% (yoy) sementara pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor
pertambangan sebesar 64,24% (yoy). Sedangkan pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor
lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 8,26%; sektor jasa-saja sebesar
9,61%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 23,09%; sektor industri
pengolahan sebesar 4,91%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,41%; sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,26%; dan sektor listrik dan air bersih sebesar
8,41%.
Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9
Hal yang relatif sama juga terjadi pada perekonomian Provinsi Papua secara tahunan
dimana sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang terbesar (29,77%, yoy), namun
pertumbuhan terkecil dicatatkan oleh sektor industri pengolahan (2,33% , yoy) setelah sempat
mengalami penurunan pada triwulan I-2014. Sedangkan untuk sektor lainnya, terkecuali
sektor bangunan, mengalami perumbuhan lebih dari 5% dibandingkan kondisi pada tahun
2012.
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan sebesar
8,26% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,33% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan produksi dan produktivitas beberapa
komoditas tanaman pangan yang sudah mulai memasuki masa panen. Hal ini sejalan dengan
ARAM yang dirilis oleh BPS dimana dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami
peningkatan tahunan sebesar 15,53%.
Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua
Salah satu penyebab masih positifnya pertumbuhan sektor pertanian adalah
pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan IV-2013, sub sektor perikanan
mengalami peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan
terutama perikanan laut dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 3,92% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan
IV-2013 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai 77.656 ton.
2012 2013
Produksi (Ton) 102,610 115,437 127,673 147,498 10.60 15.53
Luas Panen (Ha) 26,686 29,262 32,017 37,165 9.41 16.08
Produktivitas (Ton/Ha) 3.85 3.94 3.99 3.97 1.08 -0.47
2012 2013
Produksi Ubi Kayu (Ton) 35,530 34,899 37,506 27,506 7.47 -26.66
Luas Panen (Ha) 2,988 2,867 2,923 3,076 1.95 5.23
Produktivitas (Ton/Ha) 11.89 12.17 12.83 8.94 5.41 -30.31
2012 2013
Produksi Ubi Jalar (Ton) 349,135 348,438 369,332 304,449 6.00 -17.57
Luas Panen (Ha) 34,670 35,810 36,190 33,960 1.06 -6.16
Produktivitas (Ton/Ha) 10.07 9.73 10.21 8.96 4.88 -12.15
2012 2013Growth (%)
2010 2011 2012 2013
Padi Sawah dan
Ladang2010 2011
Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah
*) Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat
Ubi Kayu 2010 2011 2012 2013Growth (%)
Ubi JalarGrowth (%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10
Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua
Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian
nilai NTP Papua pada triwulan IV-2013 yang mengalami penurunan menjadi sebesar 99,33
dibandingkan pencapaian triwulan III-2013 sebesar 99,24. Angka tersebut berada di bawah
basis nilai 100 yang berarti terjadi bahwa nilai yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari
keuntungan yang diterima.
Secara tahunan, sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,70%
dibandingkan dengan tahun 2012 dan menyumbangkan sebesar 1,07% terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua di tahun 2013. Pertumbuhan di sektor pertanian pada
tahun ini merupakan pertumbuhan terbesar yang dialami sektor tersebut sejak tahun 2008
berdasarkan data yang ada. Subsektor perikanan dan pertanian masih menjadi tumpuan
utama dari sektor ini terutama pada beberapa daerah sentra produksinya seperti di Merauke
dan Jayapura.
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan
yang signifikan sebesar 64,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan III-2013 yang tercatat
tumbuh sebesar 43,04% (yoy). Sebagai penyumbang utama sektor tambang, peningkatan
produksi hasil tambang oleh PT. Freeport Indonesia turut memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kinerja sektor tambang.
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW II TW III TW IV
LAUT
Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440
Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86
PERAIRAN UMUM (axis kanan)
Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993
Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47
BUDIDAYA (axis kanan)
Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223
Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54
TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656
PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92
3
No URAIAN
1
2012
2
2013
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,
diolah
Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11
Tabel 8. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan IV-2013 Freeport-McMoran Copper and
Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan peningkatan produksi
tembaga dan emas masing-masing sebesar 52,00% dan 127,15%. Adapun peningkatan yang
cukup signifikan tersebut terjadi sebagai akibat adanya upaya PT. Freeport Indonesia untuk
mengejar target produksi tahunan secara semaksimal mungkin pada triwulan seiring adanya
penerapan UU Minerba mulai awal tahun 2013. Selain itu, tingginya angka produksi juga
didukung oleh lancarnya kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia yang selama triwulan IV-
2013 tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti.
Setelah mengalami tren yang terus menurun sejak tahun 2010, sektor pertambangan
mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik sepanjang tahun 2013, yaitu mencapai 29,77%
(yoy). Walaupun sempat mengalami penurunan pada triwulan II-2013 sebagai akibat dari
kecelakaan kerja yang terjadi pada salah satu perusahaan tambang terbesar di Papua,
namun dampak penerapan UU Minerba yang akan diterapkan pada tahun 2014 menjadi
pendorong bagi para pelaku usaha di sektor pertambangan untuk meningkatkan produksinya
sebelum UU tersebut diterapkan.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2013 tercatat
tumbuh sebesar 7,41% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-
2013 yang mencapai 8,69%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan
papua juga tercermin dari tingginya kapasitas bongkar bongkar muat barang di
pelabuhan Papua. Pada triwulan IV-2013, arus bongkar muat barang mengalami
pertumbuhan sebesar 5,55% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Namun demikian, searah dengan perlambatan sektor PHR dibandingkan
triwulan sebelumnya, volume bongkar muat pelabuhan pada triwulan IV juga
mengalami penurunan menjadi sebesar 216.786 ton dari triwulan sebelumnya
sebesar 265.424 ton.
253 304
297 502
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12
Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua
Sumber: PT Pelindo Papua
Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga dapat terlihat dari kinerja tingkat
occupancy rate hotel di wilayah Papua mencapai angka 90% atau lebih tinggi dari triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 86%. Tingginya frekuensi
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan baik oleh pemerintah maupun institusi lain menjadi
penyebab tingginya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Selain itu, Pertumbuhan sektor
perdagangan pada triwulan IV-2013 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit
perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat
sebesar 23,02% (yoy).
Sektor PHR juga mencatatkan pertumbuhan yang relatif baik sepanjang tahun 2013 yaitu
mencapai 10,66% (yoy) dibandingkan tahun 2012. Terus bertambahnya jumlah hotel yang
didukung oleh semakin tingginya permintaan sebagai akibat dari perekonomian dan aliran
dana yang terus meningkat ke Provinsi Papua diduga menjadi penyebab terus bertumbuhnya
sektor ini di Provinsi Papua.
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 tumbuh mencapai 8,26%
(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar
7,64% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didorong sub sektor-sub sektor angkutan laut, angkutan
udara dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan
pada periode triwulan ini dibadingkan triwulan sebelumnya.
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
Volume Bongkar Muat 284,266 302,668 259,997 205,380 255,672 295,761 265,424 216,786
Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65% 2.06% -27.27% -10.06% -2.28% 2.09% 5.55%
2012Perkembangan Arus Bongkar
Muat Barang
2013
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13
Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan
transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang
maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada
triwulan IV-2013 mencapai 68.633 orang atau tumbuh sebesar 0,37% (yoy) dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terjadi seiring adanya arus mudik dari
kota-kota besar di Papua ke kota-kota lainnya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Pada tahun 2013, sektor pengangkutan dan telekomunikasi mengalami pertumbuhan
sebesar 8,61% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2012. Terus meningkatnya jalur
transportasi ke wilayah Provinsi Papua baik melalui laut maupun udara menjadi penggerak
utama dari tumbuhnya sektor ini di tahun 2013. Sedangkan untuk subsektor telekomunikasi,
sejak tahun ini hingga beberapa tahun kedepan akan sedikit mengalami peningkatan seiring
dengan adanya kegiatan investasi di sektor ini untuk meningkatkan kualitas layanan
terutama dalam akses data dan layanan internet kepada pelanggan.
1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tumbuh
mencapai 23,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang
tercatat sebesar 14,92% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari
nilai tambah bank yang pada triwulan IV-2013 berhasil tumbuh sebesar 20,08% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2013 sebesar 15,65% (yoy).
Sektor ini sepanjang tahun 2013 mencatatkan pertumbuhan 16,51% (yoy) atau terbesar
kedua setelah sektor pertambangan. Pertumbuhan di subsektor keuangan ditenggarai
menjadi penyebab besarnya pertumbuhan di sektor ini sebagai akibat dari bertambahnya
jumlah bank yang beroperasi di wilayah Papua dan terus tumbuhnya penyaluran kredit
kepada masyarakat Papua.
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV
Perkembangan Arus Penumpang
(orang)52,971 48,683 81,078 55,620 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633
Pertumbuhan Tahunan (%) 22.64% 5.39% 78.78% 14.68% -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57%
2012Indikator
2011 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14
Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua
Sumber: Bank Indonesia
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748
2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080
3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704
4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191)
3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375
4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307
GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920
5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19%
2012KOMPONEN
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15
II. Provinsi Papua Barat
2.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan IV-2013, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 15,74% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,52% (yoy).
kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan
pemerintah), investasi (pembentukan modal tetap bruto), dan ekspor yang tumbuh cukup
baik. Membaiknya kinerja produksi gas oleh PT. Tangguh pada triwulan laporan menjadi salah
satu pendorong tumbuhnya perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, pelemahan
kurs Rupiah yang terjadi pada triwulan IV-2013 disinyalir menjadi salah satu pendorong
tumbuhnya ekspor Provinsi Papua Barat. Kinerja ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan
juga ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi
seiring adanya perayaan hari raya Lebaran dan masuknya masa liburan sekolah.
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat tercatat tumbuh sebesar
9,41% (yoy). Perekonomian Provinsi Papua Barat masih ditunjang sebagian besar dari kinerja
ekspor serta konsumsi yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan rumah
tangga ataupun APBD pemerintah setiap tahunnya.
Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 9,90% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,72% (yoy).
Tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan
bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Perbaikan pendapatan
masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota
Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada triwulan IV-2013 IKK naik menjadi sebesar 147 dari 137,2 pada triwulan III-
2013. Hal ini menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi
ekonomi yang secara tidak langsung dapat menandakan meningkatnya konsumsi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsumsi Rumah Tangga 9.51% 10.39% 11.34% 8.77% 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 8.02% 9.72% 9.90%
Konsumsi Nirlaba 11.86% 10.32% 10.42% 7.33% 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11%
Konsumsi Pemerintah 2.01% 10.64% 14.42% 13.59% 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.41% 13.21% 19.15%
PMTB 16.46% 10.66% 10.34% 6.82% 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 17.03% 18.24% 17.82% 18.60%
Perubahan Stok -4.44% 39.04% 86.05% -50.04% -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -200.26% -22.88% -220.62% -233.53%
Ekspor 23.25% 93.73% 152.03% 184.39% 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 25.17% 17.43% 28.81% 47.84%
Dikurangi Impor 5.21% 6.85% 11.32% 11.63% 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 9.98% 11.01% 10.97% 16.82%
PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%
20132012Growth PDRB Papua Barat
2011
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16
pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan
berjalan juga diperkuat oleh meningkatnya indeks penghasilan saat ini yang pada
triwulan IV-2013 meningkat menjadi sebesar 152 dari triwulan sebelumnya yang
hanya tercatat sebesar 144.
Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 5,14%
terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan IV-2013. Kontribusi
konsumsi masyarakat yang signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan
penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan IV-2013, realisasi kredit
konsumsi tercatat sebesar Rp 2,92 trilliun atau tumbuh sebesar 30,89% (yoy). Selain
itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi
listrik rumah tangga sebesar 13,58% (yoy) atau tercatat sebesar 58,25 juta Kwh.
Kinerja konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2013 di Provinsi Papua Barat
cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai pertumbuhannya yang cukup besar mencapai
9,14% (yoy). Berkurangnya jumlah penggangguran yang ditunjang oleh terus
meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan
konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang masih
dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan
konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan yang dilakukan
seiring dengan proses pemekaran wilayah tersebut.
Grafik 16. Grafik Survey Konsumen
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17
2.1.2. Ekspor – Impor
Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan IV-2013 mengalami
pertumbuhan sebesar 47,84% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan III-2013 sebesar 28,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
tingginya kontribusi ekspor gas oleh LNG Tangguh yang mengalami peningkatan yang
signigfikan pada triwulan laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya
sempat mengalami gangguan.
Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 16,82% (yoy) atau
sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,97%
(yoy) Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta
menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat.
Tak jauh berbeda dengan “kondisi saudara tuanya” di Provinsi Papua, Provinsi
Papua Barat juga sangat mengantungkan kinerja ekspornya pada satu sektor tertentu.
Seiring dengan baiknya kinerja industri pengolahan sepanjang tahun 2013, ekspor
Provinsi Papua Barat juga mengalami pertumbuhan sebesar 29,39% (yoy). Di sisi lain,
komponen impor Provinsi Papua Barat juga meningkat sebesar 12,24% (yoy). Hal ini
Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papua
Grafik 19. Perkembangan Produksi PT. Tangguh
Sumber: Dinas Pertambangan Prov. Papua Barat
Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18
menunjukkan masih tingginya ketergantungan yang cukup tinggi dari Provinsi Papua
Barat terhadap daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya.
2.2. Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan yang
positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut:
sektor pertanian (2,12%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri
pengolahan (28,23%); sektor listrik, gas & air bersih (8,37%); sektor bangunan (10,74%);
sektor perdagangan, hotel & restoran (10,75%); sektor angkutan & komunikasi (8,90%);
sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (14,85%); dan sektor jasa-jasa (6,19%).
Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun
2011-2013 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 2,12% (yoy),
tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 sebesar
5,84% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak
menyebabkan penurunan dari segi kondisi kesejahteraan petani. Hal tersebut dapat
dilihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang dirilis oleh BPS yang mana
didalamnya tercatat bahwa Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan
IV-2013 meningkat menjadi sebesar 100,59 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir
triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99.31. Pencapaian Indeks NTP diatas 100
pada triwulan laporan menunjukan bahwa para petani yang terdapat di Papua Barat
telah memperoleh hasil yang positif dari kegiatan usaha yang dilakukannya.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%
Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%
Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%
Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 9.42% 10.08% 9.48% 8.37%
Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.74%
Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%
Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.74% 11.13% 10.65% 8.90%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.85%
Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%
TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.90% 3.58% 8.53% 15.74%
2013Growth PDRB Papua Barat
2011 2012
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19
Sepanjang tahun 2013, sektor pertanian di Provinsi Papua Barat mengalami
pertumbuhan sebesar 3,58% (yoy). Masih tumbuhnya subsektor perikanan didaerah
Sorong dan sekitarnya serta terjaganya panen di sentra-sentra produksi di Provinsi
Papua Barat menjadi pendorong dari pertumbuhan tersebut.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor-sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 28,23% (yoy) atau lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,58%
(yoy). Sektor ini memegang kontribusi terbesar yang mencapai 49% dari total PDRB
Papua Barat, selain itu sektor industri pengolahan juga memberikan sumbangan
pertumbuhan sebesar 12,17% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terutama disebabkan
adanya adanya peningkatan produksi LNG Tangguh yang cukup signifikan pada
triwulan laporan seiring adanya upaya untuk mengejar target produksi tahunan.
Parameter lain yang menunjukkan pertumbuhan positif sektor Industri pengolahan
dapat tercermin dari aktivitas penggunaan listrik industri sebesar 1,69 juta kWh yang
tumbuh sebesar 12,46 % pada triwulan IV-2013.
Di sektor industri pengolahan, Provinsi Papua Barat masih sangat tergantung
dengan industir pengolahan gas di Bintuni. Saat ini, industri tersebut sedang
melakukan investasi berupa pembangunan rantai produksi ke III-nya disana sehingga
diharapkan pertumbuhan dari sektor ini akan terus berkelanjutan kedepan. Pada
tahun 2013, industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan
sebesar 12,37% (yoy) atau yang terbesar dibandingkan sektor lainnya.
Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia
Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20
Grafik 23. Penggunaan Listrik
Sumber: PLN Wilayah Papua
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2013 tumbuh
sebesar 10,75% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 11,11% (yoy). Masihtercapainya kinerja pertumbuhan
yang cukup signifikan bagi sektor PHR ditenggarai karena adanya perayaan Natal dan
Tahun Baru pada akhir triwulan IV-2013, yang mana di wilayah Papua event ini selalu
dirayakan secara besar-besaran. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin
dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan
yang meningkat sebesar 33,0% (yoy) atau mencapai Rp 2,13 triliun . Tumbuhnya
kinerja sektor PHR juga tercermin dari peningkatan konsumsi listrik konsumen
komersial yang tumbuh mencapai 9,26% (yoy).
Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat
mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR. Sektor PHR berhasil mencatatkan
pertumbuhan yang relatif baik selama tahun 2013 yaitu sebesar 11,78%. Semakin
berkurangnya jumlah pengangguran di Provinsi Papua Barat yang menandakan
semakin banyaknya memperoleh penghasilan, juga semakin menggerakkan roda
perekonomian di sektor ini terutama di subsektor perdagangan. Terlebih,
ketergantungan Provinsi Papua Barat masih cukup besar dari daerah lainnya. Hal ini
mengakibatkan masyarakat Provinsi ini sangat menggantungkan pemenuhan
kebutuhan hidupnya dari subsektor perdagangan.
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan IV-2013, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 8,91%
(yoy), atau sedikit lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan III-2013 yang tercatat
sebesar 10,65% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin
Sumber: PLN Wilayah Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21
dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang
paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan
dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi
Papua Barat yang tumbuh sebesar 7,57% (yoy).
Selama tahun 2013, sektor angkutan dan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat
mengalami pertumbuhan sebesar 10,33% (yoy) dibandingkan tahun 2012. Semakin
bertambahnya jalur transportasi udara dengan masuknya satu maskapai baru di Provinsi
Papua Barat.
2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
sebesar 15,49% (yoy), tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat tumbuh sebesar 9,57% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup
signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sehingga, tumbuhnya
pertumbuhan sektor keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank
(NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 17,33% (yoy) dari pertumbuhan triwulan
yang sama pada tahun 2012.
Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan di seluruh wilayah
Indonesia terutama didaerah terpencil seperti banyak daerah di Provinsi Papua Barat,
subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Penetrasi ke seluruh
wilayah Papua yang dilakukan salah satu BPD yang dimiliki oleh Pemprov setempat, juga ikut
menjadi bagian dari program inklusi keuangan yang sedang digalakkan. Selama tahun 2013,
andil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Papua Barat cukup baik, yaitu dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,33%
(yoy) atau terbesar kedua dibawah sektor industri pengolahan. .
Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat
Sumber: Bank Indonesia
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537
2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927
3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183
4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074)
3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956
4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625
GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575
5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69%
2012KOMPONEN
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22
2.2.6. Sektor Jasa-jasa
Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 6,19% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,43% (yoy). Hal
ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 54,49%
(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya
musim liburan sekolah serta musim liburan akhir tahun telah meningkatkan aktivitas jasa
pariwisata di sejumlah tempat wisata di Papua Barat.
Sektor jasa merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di Provinsi
Papua Barat dengan pertumbuhan sebesar 8,87% (yoy) sepanjang tahun 2013.
Perkembangan sektor jasa di Provinsi Papua Barat cukup baik terutama di kota-kota pusat
pemerintahan dan perdagangan yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Sorong dan
Manokwari. Industri jasa pariwisata merupakan salah satu yang terbesar dimana sebagai
akibat dari makin dikenalnya daerah pariwisata di Provinsi Papua Barat seperti di daerah Raja
Ampat.
2.2.7. Sektor Bangunan
Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 10,73% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,31% (yoy).
Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di
Provinsi Papua Barat sebesar 39.238 sak atau bertumbuh sebesar 265,92% (yoy) jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2013, sektor bangunan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan
sebesar 11,37% (yoy). Berkembangnya beberapa daerah baru di Provinsi Papua Barat serta
pembangunan pusat-pusat pemerintahan didaerah yang baru saja dimekarkan menjadi salah
satu pendorong tumbuhnya kinerja sektor ini pada tahun 2013.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23
BAB 2.
PERKEMBANGAN HARGA
1. Provinsi Papua
1.1. Kondisi Umum
Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi kota Jayapura5 tercatat sebesar 8,27%
(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 8,58% (yoy). Secara
triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.52% (qtq) atau mengalami penurunan
yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar
3,81% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan kota Jayapura
tercatat sedikit lebih rendah, dimana inflasi nasional pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar
8,38% (yoy).
Secara umum, kenaikan inflasi yang terjadi pada triwulan IV-2013 diakibatkan oleh
terjadinya kenaikan harga beberapa Komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, bawang
putih dan bawang merah. Secara umum, kenaikan harga komoditas bahan makanan terjadi
akibat meningkatnya biaya transportasi pasca kenaikan harga BBM besubsidi dan
berkurangnya pasokan dari beberapa daerah penghasil.
Tabel 15. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua
5 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV
Inflasi Jayapura mtm Inflasi Nasional mtm
Inflasi Jayapura yoy Inflasi Nasional yoy
IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY
Bahan Makanan 151.85 6.70 7.36 8.26 152.03 -8.14 0.12 10.66 147.90 -1.14 -2.72 5.49 153.05 -4.84 3.48 8.21 162.66 4.36 6.28 7.12
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 151.52 0.44 0.60 4.02 152.88 0.22 0.90 4.14 155.80 0.63 1.91 6.90 158.70 1.54 1.86 5.37 163.91 0.89 3.28 8.18
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 120.50 0.21 0.18 3.28 125.93 0.14 4.51 7.17 127.39 0.20 1.16 7.92 130.17 0.02 2.18 8.22 131.56 0.18 1.07 9.18
Sandang 132.23 0.11 0.28 2.48 130.71 -0.64 -1.15 0.93 130.01 0.36 -0.54 1.46 136.74 2.79 5.18 3.70 137.61 -0.02 0.64 4.07
Kesehatan 115.53 0.00 0.01 0.57 115.77 0.00 0.21 0.30 117.24 0.16 1.27 1.40 118.86 0.06 1.38 2.89 119.92 0.32 0.89 3.80
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 114.13 0.00 0.03 4.96 114.18 0.02 0.04 4.99 114.26 0.05 0.07 4.90 118.37 0.00 3.60 3.75 118.39 0.02 0.02 3.73
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 121.44 2.82 3.07 2.29 119.93 -0.89 -1.24 1.99 126.53 3.30 5.50 6.61 135.97 -0.55 7.46 15.40 135.98 0.41 0.01 11.97
Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 132.71 2.57 2.82 4.52 133.82 -2.63 0.84 5.89 135.01 0.52 0.89 6.07 140.15 -1.14 3.81 8.58 143.68 1.48 2.52 8.27
2013
TW IV
2012
Kelompok Komoditi TW IIITW II TW IVTW I
Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24
Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok
barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
sebesar 11,97% (yoy) kelompok Bahan Makanan sebesar 7,12% (yoy), kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 9,18% (yoy), kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau sebesar 8,18% (yoy), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
sebesar 3,73% (yoy), kelompok Sandang sebesar 4,07% (yoy) dan kelompok Kesehatan
sebesar 3,80% (yoy).
1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Secara keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat
mengalami inflasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 6,61% (yoy) sedangkan secara
triwulanan tercatat sebesar 3,08% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini
adalah sub kelompok ikan yang diawetkan sebesar 18,32% (qtq), sub kelompok jasa
perawatan jasmani sebesar 6,80% (qtq), sub kelompok makanan jadi sebesar 3,73% (qtq),
sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,26% (qtq), sub kelompok sandang
anak-anak sebesar 1,13% (qtq), dan sub kelompok sandang wanita sebesar 1,01% (qtq).
Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti adalah cakalang dan
ekor kuning asap, jasa creambath, minuman kaleng non alkohol, bir, nasi, baju kaos t-shirt
untuk anak-anak dan aneka jenis kue kering .
Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat sebesar 6,59%
(yoy) dan secara triwulanan sebesar 3,09% (qtq). inflasi tersebut disebabkan oleh
peningkatan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar
sebesar 32,93% (qtq), sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 5,75% (yoy), sub
kelompok padi-padian,umbi-umbian dan hasilnya sebesar 3,43% (yoy), sub kelompok telur,
susu dan hasilnya sebesar 1,99% (qtq) serta sub kelompok buah-buahan sebesar 1,56%
(qtq) . Adapun komoditas peyumbang inflasi pada kelompok volatile food antara lain adalah
ikan cakalang, ikan bandeng, ikan deho, buah salak, daging ayam ras, daging babi, dan
daging sapi.
Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 18,23% (yoy)
dan secara triwulanan sebesar 1,80% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
BBM bersubsidi yang terjadi di bulan Juni 2013 dan kenaikan Tarif Listrik pada bulan
Oktober. Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub kelompok bahan
bakar, penerangan dan air sebesar 2,93% (qtq) sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol sebesar 1,95% (qtq) dan sub kelompok transpor sebesar 0,01% (qtq). Adapun
komoditas yang menyebabkan kenaikan harga pada kelompok ini adalah: tarif listrik, lampu
neon, angkutan dalam kota, angkutan udara, angkutan antar kota, dan rokok kretek.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25
Tabel 16. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS diolah
Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
1.3.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 7,12% (yoy) atau secara
triwulanan mengalami inflasi sebesar 6,28% (qtq), inflasi tersebut lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,21% (yoy) dan 3,48% (qtq). Meningkatnya harga BBM
pada pertengahan tahun serta minimnya pasokan beberapa komoditas bumbu-bumbuan
sebagai akibat buruknya cuaca selama triwulan IV-2013 menjadi penyebab tingginya inflasi
pada kelompok bahan makanan. Secara triwulanan, dari 11 sub kelompok dalam kelompok
Bahan Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menjadi faktor pendorong
tingginya inflasi dari kelompok bahan makanan, yakni: sub kelompok ikan segar sebesar
32,93% (qtq), sub kelompok daging dan hasilnya sebesar 5,75% (qtq), sub kelompok padi dan
umbi-umbian sebesar 3,43% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 1,99%
(qtq), serta sub kelompok Buah-buahan sebesar 1,56% (qtq),.
I II III IV I II III IV I II III IV
Index 122.62 124.43 123.56 125.54 125.78 126.26 127.33 131.00 132.43 133.62 135.67 139.66
Inflasi Core (mtm) 0.29 0.79 -1.06 0.47 -0.25 1.15 -0.54 2.34 -1.61 0.24 -0.52 2.94
Inflasi Core (qtq) 5.00 1.48 -0.70 1.60 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08
Inflasi Core (yoy) 3.91 2.93 3.53 2.29 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 6.61
Index 140.01 139.10 143.81 145.26 141.11 144.11 149.51 156.10 156.00 153.27 162.48 166.39
Inflasi Volatile (mtm) -1.03 0.42 -1.88 0.12 -4.18 1.00 1.94 4.95 -7.16 -0.56 -3.70 2.40
Inflasi Volatile (qtq) 5.79 -0.65 3.39 1.01 -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09
Inflasi Volatile (yoy) 5.15 4.15 2.44 6.88 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 6.59
Index 111.27 111.63 111.86 112.09 112.24 112.45 112.98 113.21 114.43 119.98 132.52 133.85
Inflasi Adm Price (mtm) 0.00 0.00 0.11 0.21 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00
Inflasi Adm Price (qtq) -11.68 0.32 0.21 0.21 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80
Inflasi Adm Price (yoy) 4.19 6.96 3.07 2.94 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.23
2013
Adm
Price
2011 2012
Core
Volatile
Foods
Komponen Disagregasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26
1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
kelompok makanan jadi merupakan komoditas yang hampir seluruhnya didatangkan dari
luar Papua. Kelompok ini pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi sebesar 8,18% (yoy) atau
3,28% (qtq), inflasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 5,37% (yoy) atau 1,86 (qtq). Peningkatan inflasi kelompok makanan jadi
dapat terjadi karena adanya perayaan hari raya natal dan tahun baru yang mana hal tersebut
mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat. Adapun inflasi yang terjadi pada
ketiga sub kelompok dalam kelompok ini secara triwulanan adalah sub kelompok Makanan
Jadi sebesar 3,73% (qtq), sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,26% (qtq),
serta subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 1,95% (qtq).
1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.
Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi 9,18% (yoy) atau 1,07% (qtq),
angka tersebut lebih tinggi dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,22%
(yoy) atau 2,18% (qtq). Kenaikan harga BBM yang terjadi pada bulan Juni menjadi salah satu
faktor pendorong tingginya inflasi dari kelompok perumahan, air dan listrik, terutama
disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar. Selain itu, adanya keputusan pemerintah untuk
menaikan tarif listrik dan LPG pada bulan Oktober juga turut berkontribusi terhadap
pencapaian inflasi pada triwulan laporan. Adapun kenaikan inflasi untuk setiap sub kelompok
adalah sebagai berikut: sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 0,59% (qtq), sub
kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,93% (yoy), sub kelompok
perlengkapan rumah tangga sebesar 0,15% (qtq) dan sub kelompok penyelenggaraan rumah
tangga sebesar 0,57% (qtq).
1.3.4. Kelompok Sandang
Pada triwulan IV-2013, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 4,07% (yoy) atau
0,64% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan
sebelumnya sebesar 3,70% (yoy) atau 5,18% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan sandang anak akibat tingginya permintaan
masyarakat terhadap pakaian anak. Selain itu, juga disebabkan oleh meningkatnmya tarif
jasa perawatan jasmani seperti tarif salon dan perawatan rambut. Adapun kenaikan inflasi
untuk setiap sub kelompok adalah sebagai berikut: sub kelompok sandang laki-laki sebesar
0,50% (qtq), sub kelompok sandang wanita sebesar 1,01% (qtq) serta sub kelompok sandang
anak-anak sebesar 1,13% (qtq) dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar
0,19 (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27
1.3.5 Kelompok Kesehatan
Kelompok ini pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi 3,80% (yoy) atau 0,89% (qtq),
lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 2,89% (yoy) atau 1,38%
(qtq). inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan
jasmani sebesar 6,80% (qtq) serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar
0,86%(qtq).
1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi
3,73% (yoy) atau 0,02% (qtq), angka tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 3,75% (yoy) atau 3,60% (qtq). Meredanya inflasi pada kelompok
ini terjadi seiring telah berlalunya masa tahun ajaran sekolah.
1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan IV-2013
mengalami inflasi sebesar 11,97% (yoy) atau 0,01% (qtq). Meredanya tekanan inflasi pada
triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh penurunan harga
pada sub kelompok transpor sebagai akibat menurunnya tarif pesawat setelah melewati
masa libur lebaran dan penurunan pada sub kelompok sarana dan sub kelompok penunjang
transpor.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28
2. Provinsi Papua Barat
2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum
Pada triwulan IV- 2013, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat6 tercatat sebesar 7.28%
(yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi yang sangat rendah sebesar 1,06%
(qtq). Angka pertumbuhan tahunan inflasi sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan triwulan III-2013 yang tercatat pada level 7,89% (yoy) dan 1,31% (qtq). Inflasi tahunan
di Kota Manokwari tercatat sebesar 4,63% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan angka inflasi
pada triwulan sebelumnya sebesar 5,38% (yoy) dan 1,17% (qtq). Namun demikian, inflasi
tahunan Kota Sorong tercatat pada level yang cukup tinggi sebesar 7,93% (yoy) atau secara
triwulanan tercatat mengalami deflasi sebesar 2,93% (qtq), angka tersebut lebih rendah
dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,80%
(yoy) dan 7,09% (qtq).
Tabel 17. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Inflasi tahunan di Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 terjadi hampir pada
semua kelompok komoditas barang dan jasa, kecuali kelompok sandang yang tercatat
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 11,72% (yoy), sedangkan deflasi berasal dari
kelompok sandang yang mengalami deflasi sebesar -2,41% (yoy). Keputusan untuk menaikan
harga BBM bersubsidi yang diambil oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2013
menyebabkan tekanan meningkatnya inflasi di subsektor bensin dan transportasi. Namun
demikian, turunnya harga komoditas emas perhiasan yang mengikuti harga internasionalnya,
serta harga komoditas pakaian dan seragam anak disinyalir menjadi salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap deflasi dari kelompok barang sandang beserta turunannya.
Secara umum, inflasi triwulanan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 tercatat
cukup rendah sebesar 1,06% (qtq). Inflasi tertinggi berasal dari kelompok barang yang
6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota
Sorong.
IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY
Bahan Makanan 167.38 3.38 0.49 6.99 174.36 2.81 4.17 13.74 179.60 1.31 4.17 9.30 189.57 -7.68 5.55 13.81 192.33 1.68 1.46 9.53
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 167.72 0.06 0.29 3.44 170.41 0.57 1.60 4.40 171.30 -0.05 1.60 3.02 174.49 0.41 1.86 4.34 190.76 0.36 9.32 6.06
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.75 0.01 0.68 2.09 147.64 0.07 1.30 2.75 149.43 0.02 1.30 3.72 151.49 0.15 1.38 4.65 145.66 0.21 -3.85 5.34
Sandang 128.59 0.41 1.52 4.21 129.10 0.11 0.40 4.24 128.90 0.18 0.40 2.33 127.25 0.64 -1.28 0.46 122.17 -0.14 -3.99 -2.41
Kesehatan 138.42 0.35 0.39 2.55 138.91 0.30 0.35 1.56 139.33 0.14 0.35 1.53 140.69 0.27 0.98 2.04 144.80 1.24 2.92 4.77
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 128.21 -0.04 -0.02 3.49 128.66 -0.08 0.35 3.21 128.64 0.00 0.35 1.83 129.51 0.48 0.68 0.99 132.56 0.30 2.36 1.27
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 131.94 0.99 2.26 13.14 126.24 1.50 -4.32 5.90 131.23 4.26 -4.32 5.05 138.33 -4.59 5.41 7.22 134.98 0.71 -2.42 11.72
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 151.64 1.30 0.85 4.98 153.62 1.37 1.31 7.41 156.58 1.08 1.31 5.58 162.22 -3.60 3.60 7.89 163.94 0.91 1.06 7.28
TW IV
2013
TW IIITW I TW IIKelompok Komoditi
2012
TW IV
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29
tergolong kedalam makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Pendorong inflasi pada
kelompok tersebut berasal dari barang-barang seperti minuman kaleng, buah pinang dan kue-
kue kering. Kenaikan harga pada kelompok tersebut terjadi sebagai akibat adanya perayaan
hari raya natal dan tahun yang mana di seluruh wilayah Papua, event tersebut selalu
dirayakan secara meriah.
Inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 dipengaruhi oleh 7 (tujuh)
kelompok, yaitu kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi
tertinggi diantara kelompok lainnya sebesar 9,32% (qtq); kelompok kesehatan mencatatkan
inflasi sebesar 2,92% (qtq); kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi
sebesar 4,65% (qtq); kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencatatkan
inflasi sebesar 2,36% (qtq); kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi sebesar 1,46%
(qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan deflasi sebesar 2,42%
(qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan deflasi sebesar
3,85% (qtq) serta kelompok sandang mencatatkan deflasi sebesar 3,99% (qtq) .
2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi sebesar 9,53% (yoy)
dan 1,46% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
13,81% (yoy) dan 5,55% (qtq). Inflasi dari kelompok bahan makanan merupakan inflasi yang
cukup tinggi diantara kelompok-kelompok lainnya. pencapaian inflasi tersebut disebabkan
oleh sub kelompok buah-buahan yang tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,60% (qtq),
kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh beberapa komoditas seperti apel, salak,
mangga dan durian yang mencapai lebih dari 10 % (qtq). Selain itu, sub padi, umbi-umbian
dan hasilnya juga menjadi penyumbang tingginya inflasi kelompok bahan makanan, terutama
disebabkan oleh meningkatnya harga sagu dan beras. Namun demikian, menurunnya harga
komoditas ikan-ikanan dibandingkan harga pada tahun sebelumnya (seperti ikan ekor kuning,
burbara, dan cakalang) menjadi salah satu faktor yang menahan laju inflasi lebih tinggi.
Adapun sub kelompok lainnya yang turut menyumbang inflasi terhadap kelompok bahan
makanan lainnya adalah sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar
0,11% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 1,08% (qtq) serta sub kelompok
lemak dan minyak sebesar 1,37% (qtq).
2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2013 tercatat
mengalami inflasi sebesar 6,06% (yoy) dan 9,32% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,34% (yoy) dan 1,56%
(qtq). Hampir seluruh sub kelompok mencatatkan inflasi secara triwulanan. Sub kelompok
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30
yang memiliki angka pertumbuhan inflasi paling besar adalah sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol yang tercatat sebesar 2,25% (qtq) dan sub kelompok makanan jadi
sebesar 1,34% (qtq). Adapun komoditas yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan
adalah buah pinang, sirih dan minuman kaleng yang tingkat konsumsinya cukup besar di
wilayah Papua.
2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami
inflasi sebesar 5,34% (yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami deflasi sebesar -3,84%
(qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,65% (yoy)
dan 1,38% (qtq). Deflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal yakni
akibat menurunnya harga beberapa peralatan rumah tangga seperti lampu neon serta
beberapa komoditas bahan-bahan bangunan. Namun demikian, untuk komoditas tarif listrik
justru mengalami inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya tarif listrik sebagai akibat
adanya kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan tarif listrik.
2.2.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan IV-2013 mencatatkan deflasi sebesar -2,41% (yoy)
atau secara triwulanan mengalami deflasi sebesar -3,99% (qtq), angka tersebut lebih rendah
dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy) dan -1,28% (qtq). Deflasi yang terjadi pada
kelompok sandang terutama disebabkan oleh kontribusi dari sub kelompok barang pribadi
dan sandang lain. Adapun hal tersebut terjadi sebagai akibat turunnya harga emas perhiasan
seiring dengan melemahnya harga komoditas emas di pasar internasional.
2.2.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 4,77% (yoy) atau
2,92% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,53% (yoy) dan 0,35% (qtq). Inflasi
pada kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 4,28% (qtq) akibat
meningkatnya harga obat flu dan obat gosok serta sub kelompok perawatan jasmani dan
kosmetika sebesar 3,74% (qtq) akibat meningkatnya harga parfum dan bedak.
2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi
sebesar 1,27% (yoy) atau 2,36% (qtq). Tekanan inflasi terutama datang dari sub kelompok
perlengkapan dan peralatan pendidikan sebesar 1,79% (qtq) serta sub kelompok olahraga
yang mengalami pertumbuhan inflasi sebesar 0,60% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami
inflasi sebesar 11,72% (yoy) atau -2,42% (qtq), inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy), tetapi secara triwulanan justru mengalami deflasi.
Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub kelompok transpor sebesar 3,80%
(qtq) akibat meningkatnya harga tarif angkutan darat, laut dan udara menjelang perayaan
Natal dan Tahun Baru serta sub kelompok sarana dan penunjang transpor akibat
meningkatnya harga aneka ban kendaraan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32
BAB 3.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa
indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup
meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva
perbankan yang tumbuh sebesar 13,82% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan
tumbuh cukup signifikan sebesar 12,63% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit
rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 61,00% (yoy) pada triwulan IV-2013 dari 56,28% (yoy)
pada triwulan IV-2012. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar
80% yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 18. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 12,63% (yoy) yang terutama
disumbang oleh tingginya pertumbuhan kredit sebesar 23,37% (yoy). Kredit konsumsi dan
modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai
+85% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 45,62% (yoy) dan 38,52% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33
Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun sektor ini
mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni 34,29% (yoy). Namun demikian, dicapainya
pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas kredit.
Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada
triwulan IV-2013 menjadi sebesar 1,80%, meskipun sebenarnya peningkatan NPL pada
triwulan IV-2013 dapat dikatakan masih cukup kecil. Namun adanya tren kenaikan NPL yang
cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai.
Tabel 19. Perkembangan NPL Persektor
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan
deposito dengan pertumbuhan sebesar 11,95% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar
8,36% (yoy) serta giro sebesar 24,74% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan giro di wilayah
Papua terutama disebabkan oleh adanya target penyelesaian beberapa proyek pemerintah
oleh para perusahaan kontraktor di wilayah Papua.
I I I I I I IV I I I I I I IV
Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.97%
Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86%
Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57%
Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.47%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.41%
Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14%
Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95%
Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.53%
Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.19%
Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79%
20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT
(%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34
II. Perbankan Provinsi Papua
2.1. Perkembangan Umum
Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin
dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 9,19% (yoy), DPK sebesar
9,17 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 26,27% (yoy).
Tabel 20. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK
menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 61,96% (yoy)
atau meningkat sebesar 8,39% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
yang hanya mencapai 53,57% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi
oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan
IV-2013 tercatat sebesar 1,74% atau meningkat dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya
yang tercatat hanya sebesar 1,23% (yoy).
2.2 Aset Perbankan
Pada triwulan IV-2013, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 37,39
triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan
dengan pangsa aset sebesar 78,00% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di
Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35
urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 20,48% dan BPR hanya memiliki pangsa aset
sebesar 1,52%. Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah
dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 29,16 triliun
dan Rp 7,66 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 570 miliar. Pertumbuhan aset tersebut
terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 26,77% (yoy).
Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,64 triliun yang terdiri dari giro sebesar
Rp 9,08 triliun, tabungan sebesar Rp 14,97 triliun dan deposito sebesar Rp 5,59 triliun.
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat
paling besar yakni sebesar 9,80% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 9,31% (yoy) dan
pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,85% (yoy).
Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih
mendominasi dengan share sebesar 76,39% diikuti kelompok bank swasta 22,89% dan
kelompok BPR 0,72%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah
dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi
Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Papua.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36
Tabel 21. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Walaupun menjelang akhir tahun 2013, tren suku bunga perbankan mengalami
kenaikan seiring meningkatnya BI Rate, hal ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja kredit
perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi
Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 26,77% (yoy). Secara lebih mendalam,
Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 14,34% (yoy), kredit
konsumsi sebesar 36,05% (yoy) dan kredit investasi sebesar 28,55% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya tingkat konsumsi dan semakin
membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat
IV IV I II III IV I II III IV
Bank Pemerintah 14,976.47 18,150.55 18,287.97 20,246.47 21,741.08 20,277.95 20,206.97 22,805.10 24,083.00 22,640.00 10.49%
Giro 5,232.11 6,304.84 7,698.35 9,219.45 11,181.75 6,227.03 7,535.00 9,962.50 11,343.00 6,665.00 -2.12%
Deposito 2,282.30 2,656.07 2,955.54 3,004.90 3,073.17 2,970.59 3,434.94 3,565.80 3,254.00 3,772.00 16.22%
Tabungan 7,462.27 9,189.64 7,634.08 8,022.12 7,486.17 11,080.33 9,237.03 9,276.80 9,486.00 12,203.00 21.00%
Bank Swasta 4,447.94 5,444.50 5,303.38 5,364.02 4,495.55 6,098.42 5,954.81 5,841.70 5,981.00 6,784.00 12.28%
Giro 1,180.83 1,890.71 1,822.46 1,949.36 1,540.86 1,738.21 1,662.68 1,126.77 1,492.00 2,413.00 -8.77%
Deposito 1,444.90 1,563.15 1,523.22 1,500.82 1,276.73 2,083.37 1,972.27 2,492.54 2,170.00 1,669.00 29.48%
Tabungan 1,822.20 1,996.22 1,957.70 1,913.85 1,677.96 2,276.83 2,319.85 2,222.39 2,319.00 2,702.00 18.50%
BPR 166.35 223.64 237.06 206.69 217.03 202.58 202.58 215.60 229.72 214.00 -14.54%
Deposito 131.78 179.66 191.31 153.84 161.53 149.48 149.48 159.30 171.05 154.00 -21.86%
Tabungan 34.56 43.98 45.75 52.85 55.50 53.10 53.10 56.30 58.67 60.00 16.07%
Total DPK Provinsi Papua 19,590.75 23,818.69 23,828.40 25,817.18 26,453.66 26,578.94 26,364.35 28,862.40 30,293.72 29,638.00 10.64%
Giro 6,412.94 8,195.55 9,520.81 11,168.80 12,722.61 7,965.24 9,197.68 11,089.27 12,835.00 9,232.00 -3.39%
Deposito 3,858.99 4,398.87 4,670.07 4,659.55 4,511.43 5,203.44 5,556.70 6,217.64 5,595.05 5,501.00 18.99%
Tabungan 9,319.03 11,229.84 9,637.53 9,988.83 9,219.63 13,410.26 11,609.98 11,555.49 11,863.67 14,965.00 20.47%
2013Kelomok Bank
2010 2011 Growth
(yoy)
2012
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37
dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti
pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur ditenggarai
menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.
Tabel 22. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan
share 47%, modal kerja 37%, investasi 16%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain
untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat
rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya
adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang
dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain.
2.5 LDR Dan NPL
Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan
dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal,
dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar
62,01%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan
usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38
menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu,
jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum)
serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di
Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan
pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam
mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua.
Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih
tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 1,74% yang masih
berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik,
gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti
terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,38% dan 5,10%. Sektor-sektor
ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa
sosial dan lainnya) masih cukup aman dan berada dibawah batas sebesar 5%.
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari
rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang
mencapai sebesar mencapai sebesar 40,39% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,42 triliun. Nilai
itu mengalami pertumbuhan sebesar 36,46% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama
tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami
pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif besar. Selain itu, pada periode
laporan target penyaluran kredit bagi UMKM sebesar diatas 40% dari total kredit keseluruhan
telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat terjadinya
peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
I I I I I I IV I I I I I I IV
Pertanian 1.35% 1.42% 1.41% 0.55% 0.85% 1.15% 1.32% 1.16%
Pertambangan 0.39% 0.41% 0.40% 0.88% 1.27% 1.47% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.23% 1.30% 1.29% 2.03% 4.29% 5.65% 4.96% 5.10%
Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02% 8.93% 10.86% 13.64% 10.00% 10.00% 9.38%
Konstruksi 1.98% 2.09% 2.06% 1.59% 1.91% 2.46% 3.17% 3.02%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.23% 1.30% 1.28% 1.73% 2.08% 2.20% 2.24% 2.13%
Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84% 0.84% 0.35% 0.67% 0.86% 1.25% 1.37%
Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20% 0.20% 0.92% 1.94% 2.85% 2.89% 2.01%
Jasa Sosial 1.38% 1.46% 1.44% 0.74% 1.44% 1.76% 1.89% 1.74%
Lain-lain 1.27% 1.33% 1.32% 0.90% 0.98% 1.12% 1.28% 1.18%
Total 1.31% 1.38% 1.31% 1.22% 1.49% 1.79% 1.89% 1.74%
20132012NPL PAPUA (%)
Tabel 23. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39
Tabel 24. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat, penghitungan menggunakan pendekatan plafond.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40
III. Perbankan Provinsi Papua Barat
3.1 Perkembangan Umum
Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat
baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK
Perbankan pada triwulan IV-2013. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan IV-2013
mencapai Rp 12,23 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 33,79% (yoy) sementara
total DPK mencapai Rp 11,03 triliun atau meningkat 33,15% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 6,86 triliun atau tumbuh sebesar
27,04% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 62,16%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut
juga diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup
rendah sebesar 1,93%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan
sebesar 5%.
Tabel 25. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di
Papua Barat masih dibawah targetyang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang
layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana
dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41
3.2 Total Aset
Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 12,23 triliun atau tumbuh
33,79% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua,
dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa
89% sedangkan bank swasta hanya 9% dan BPR 2%.
Grafik 33. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 34. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 11,03 triliun yang terdiri dari giro Rp
3,88 triliun, tabungan Rp 5,19 triliun dan deposito Rp 1,96 triliun. Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen tumbuh sebagai
berikut: giro sebesar 86,19% (yoy), deposito sebesar 37,36% (yoy), dan tabungan sebesar
8,73% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi
sebesar 90,23% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 8,67% dan BPR sebesar
1,10%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42
Grafik 35. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan IV-2013 mencapai sebesar Rp 6,86
triliun atau tumbuh sebesar 27,04% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2012.
Berdasarkan penggunaannya, kredit konsumsi memiliki pangsa tertinggi sebesar 42,56%,
diikuti oleh kredit modal kerja dengan share 42,06%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,38%.
Tabel 26. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 36. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 37. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV
Modal Kerja 1590 1751 1911 1917 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884
Pertumbuhan Modal Kerja 38.26% 32.85% 29.91% 16.04% 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04%
Investasi 314 344 355 408 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004
Pertumbuhan investasi 23.62% 17.01% 14.89% 40.21% 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22%
Kredit Konsumsi 1298 1444 1470 1624 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843
Pertumbuhan Kredit Konsumsi25.05% 32.11% 36.36% 47.64% 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89%
20132011Provinsi Papua Barat
2012
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43
Sementara itu, secara sektoral kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain
yakni yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor yang
mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan restoran sebesar
31,55%
Tabel 27. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.5. LDR dan NPL
Pada triwulan IV-2013, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan menurunnya
pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 62,16% atau menurun sebesar 2,99%
(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang cukup
rendah menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum
optimal mengingat masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh
perbankan di Provinsi Papua Barat seiring masih tingginya akses perbankan dalam
memperoleh DPK di Papua Barat.
Ditengah masih rendahnya angka LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan
laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih belum
mengalami perbaikan yang signifikan. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya kenaikan NPL
yang cukup tipis menjadi sebesar 1,93% pada triwulan IV-2013 dari 1,41% pada triwulan III-
2012. Kenaikan NPL yang terjadi pada triwulan berjalan sebenarnya masih cukup kecil dan
masih berada dibawah ambang batas 5%, namun kedepannya perbankan di Provinsi Papua
Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit. Hal tersebut harus
diperhatikan mengingat dalam beberapa triwulan kebelakang tren NPL Provinsi Papua Barat
selalu mengalami peningkatan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.
Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua
Barat pada triwulan IV-2013 mencapai Rp 3,02 triliun. Kredit MKM tersebut didominasi oleh
kredit menengah dengan share 47,67%, kemudian kredit kecil sebesar 38,87% dan kredit
usaha mikro sebesar 13,46%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap
periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif besar. Selain
itu, pada periode laporan target penyaluran kredit bagi UMKM sebesar diatas 40% dari total
kredit keseluruhan telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan
mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya
pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Papua.
Tabel 29. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
I I I I I I IV I I I I I I IV
Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48%
Pertambangan 0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Konstruksi 0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07%
Angkutan dan Komunikasi 1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76%
Jasa Dunia Usaha 0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82%
Jasa Sosial 1.92% 2.38% 2.31% 0.91% 0.42% 0.26% 0.87% 0.70%
Lain-lain 1.62% 2.01% 1.91% 1.32% 1.02% 1.01% 1.44% 1.21%
Total 1.19% 1.47% 1.86% 1.40% 1.66% 1.93% 2.28% 1.93%
20132012NPL PAPUA BARAT (%)
Tabel 28. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 38. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45
BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
I. Keuangan Daerah Provinsi Papua
Pada tahun 2013, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar
sebesar Rp 8,29 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 13,74% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang
oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh
pemerintah pusat, karena kedepannya Provinsi Papua diharapkan menjadi salah satu Provinsi
yang maju baik dari segi perekonomian maupun dari segi pembangunan.
Tabel 30. Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2013 menargetkan
sebesar Rp 8,94 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 24,49% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama
disebabkan oleh meningkatnya belanja langsung sebesar 33,0% (yoy) dengan peruntukan
kebutuhan gaji pegawai, pembelian barang dan jasa serta kebutuhan investasi.
Tabel 31. Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
PENDAPATAN 7.295.601.882.000 8.298.239.247.000 13,74%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 403.560.936.000 512.034.309.000 26,88%
Pajak Daerah 273.920.000.000 413.950.000.000 51,12%
Retribusi Daerah 15.500.000.000 17.639.200.000 13,80%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.887.900.000 25.492.803.000 28,18%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 94.253.036.000 54.952.306.000 -41,70%
PENDAPATAN TRANSFER 5.988.779.925.000 6.862.934.226.000 14,60%
Dana Perimbangan 2.155.377.790.000 2.506.984.178.000 16,31%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.404.176.000 483.819.088.000 0,92%
Dana Alokasi Umum 1.569.782.444.000 1.889.267.850.000 20,35%
Dana Alokasi Khusus 106.191.170.000 133.897.240.000 26,09%
Dana Otonomi Khusus 3.833.402.135.000 4.355.950.048.000 13,63%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 903.261.021.000 923.270.712.000 2,22%
PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Anggaran 2012 Anggaran 2013 Pertumbuhan
BELANJA 7.182.633.394.000 8.941.437.247.000 24,49%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 4.460.857.121.750 5.322.499.969.000 19,32%
Belanja Pegawai 710.902.948.750 733.505.273.000 3,18%
Belanja Hibah 849.817.450.000 685.960.406.000 -19,28%
Belanja Bantuan Sosial 219.031.522.000 274.645.567.000 25,39%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 108.336.720.000 233.162.194.000 115,22%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 2.529.102.563.000 3.365.226.529.000 33,06%
Pemerintah Desa dan Partai Politik
Belanja Tidak Terduga 43.665.918.000 30.000.000.000 -31,30%
BELANJA LANGSUNG 2.721.776.272.250 3.618.937.278.000 32,96%
Belanja Pegawai 180.980.920.800 195.333.490.000 7,93%
Belanja Barang dan Jasa 1.514.970.805.500 1.898.047.082.000 25,29%
Belanja Modal 1.025.824.545.950 1.525.556.706.000 48,72%
BELANJA DAERAH PROVINSI PAPUA ANGGARAN 2012 ANGGARAN 2013 Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46
1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan III-2013, realisasi target pendapatan daerah Provinsi Papua tercatat
sebesar Rp 6,34 triliun, meningkat sebesar 12,24% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kontribusi terhadap kenaikan pendapatan daerah tersebut disumbang oleh
peningkatan dana perimbangan yang mencapai Rp 1,92 triliun atau naik sebesar 9,90% (yoy).
Meningkatnya pendapatan daerah juga diikuti oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
(PAD) menjadi sebesar Rp 404,76 miliar atau naik 21,04% (yoy). Semakin meningkatnya PAD
dari setiap periode merupakan suatu hal yang sangat baik karena kedepannya dapat
menghilangkan ketergantungan daerah terhadap alokasi dana dari pemerintah pusat. Namun
demikian, jika mangacu pada kondisi saat ini proporsi terbesar dalam APBD masih disumbang
oleh dana otonomi khusus dan dana perimbangan yang merupakan alokasi dari pemerintah
pusat dengan pangsa masing-masing sebesar 30,27% dan 51,50%.
Tabel 32. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran
hingga triwulan III-2013 mencapai sebesar 76,45% atau senilai Rp 6,34 triliun, angka
tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang mencapai 77,47%. Tingkat realisasi tertinggi berada pada komponen
retribusi daerah yang mencapai sebesar 112,21%, diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah dan Dana Alokasi Umum yang masing-masing sebesar 95,76% dan 83,33%.
PENDAPATAN 5.651.857.442.000 6.343.866.211.128 12,24%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 334.397.008.000 404.757.636.591 21,04%
Pajak Daerah 235.796.795.300 332.141.831.259 40,86%
Retribusi Daerah 10.397.510.580 19.792.328.356 90,36%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 22.598.925.560 200.000.000 -99,12%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 65.603.776.530 52.623.476.976 -19,79%
PENDAPATAN TRANSFER 4.718.664.025.000 5.187.115.095.537 9,93%
Dana Perimbangan 1.747.235.454.000 1.920.152.559.537 9,90%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 490.255.239.800 305.593.577.537 -37,67%
Dana Alokasi Umum 1.209.194.187.000 1.574.389.810.000 30,20%
Dana Alokasi Khusus 47.786.027.000 40.169.172.000 -15,94%
Dana Otonomi Khusus 2.971.428.571.000 3.266.962.536.000 9,95%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 598.796.409.000 751.993.479.000 25,58%
PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Realisasi s.d Triwulan III-2012 Realisasi s.d Triwulan III-2013 Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47
Tabel 33. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013
Sumber: Pemerintah Provinsi Papua
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan III-2013, realisasi target belanja daerah Provinsi Papua tercatat sebesar
Rp 4,05 triliun, meningkat sebesar 12,24% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kontribusi kenaikan realisasi belanja daerah daerah disumbang oleh komponen belanja tidak
langsung yang mencapai Rp 2,98 triliun atau naik sebesar 27,54% (yoy). Namun demikian,
Meningkatnya realisasi belanja daerah tidak diikuti oleh meningkatnya realisasi belanja
modal, karena pada triwulan berjalan belanja modal pemda tecatat mengalami penurunan
menjadi Rp 304,19 miliar atau turun sebesar -15,47% (yoy). Menurunnya realisasi belanja
modal oleh Pemda bukan merupakan suatu hal yang baik, karena sebagian besar dari belanja
modal berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah.
Tabel 34. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran
hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar 45,29% atau senilai Rp 4,05 triliun. Apabila kita
menggunakan asumsi secara proporsional, seharusnya realisasi pendapatan Pemda berada
di kisaran 65-75%. Adapun Tingkat realisasi tertinggi dari belanja Pemda saat ini berada pada
komponen belanja tidak langsung yang proporsinya mencapai 55,94%, diikuti oleh belanja
langsung dengan proporsi sebesar 29,62%
PENDAPATAN 8.298.239.247.000 6.343.866.211.128 76,45%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 512.034.309.000 404.757.636.591 79,05%
Pajak Daerah 413.950.000.000 332.141.831.259 80,24%
Retribusi Daerah 17.639.200.000 19.792.328.356 112,21%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 25.492.803.000 200.000.000 0,78%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 54.952.306.000 52.623.476.976 95,76%
PENDAPATAN TRANSFER 6.862.934.226.000 5.187.115.095.537 75,58%
Dana Perimbangan 2.506.984.178.000 1.920.152.559.537 76,59%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 483.819.088.000 305.593.577.537 63,16%
Dana Alokasi Umum 1.889.267.850.000 1.574.389.810.000 83,33%
Dana Alokasi Khusus 133.897.240.000 40.169.172.000 30,00%
Dana Otonomi Khusus 4.355.950.048.000 3.266.962.536.000 75,00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 923.270.712.000 751.993.479.000 81,45%
PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Realisasi s.d Triwulan III-2013Anggaran 2013 % Realisasi
BELANJA 3.324.511.883.000 4.049.590.610.786 21,81%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.334.668.206.000 2.977.578.397.784 27,54%
Belanja Pegawai 413.632.212.900 431.158.621.105 4,24%
Belanja Hibah 337.830.635.000 583.743.140.000 72,79%
Belanja Bantuan Sosial 57.696.407.600 116.653.873.800 102,19%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 62.360.994.580 71.843.245.229 15,21%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1.463.147.956.000 1.761.622.744.650 20,40%
Belanja Tidak Terduga - 12.556.773.000 100,00%
BELANJA LANGSUNG 989.843.677.100 1.072.012.213.002 8,30%
Belanja Pegawai 59.646.411.820 70.764.953.990 18,64%
Belanja Barang dan Jasa 570.323.108.300 697.051.052.634 22,22%
Belanja Modal 359.874.157.000 304.196.206.378 -15,47%
URAIANRealisasi s.d
Triwulan III-2012
Realisasi s.d
Triwulan III-2013Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48
Tabel 35. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Pada tahun 2013, APBD Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami defisit yang
nilainya mencapai Rp 643,12 miliar, atau menurun sebesar -669,36% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang berhasil mencetak surplus anggaran. Defisit pada tahun
2013 dapat ditutup oleh adanya sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang
nilainya mencapai Rp 768,20 miliar.
Tabel 36. Perbandingan APBD Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan III-2013, realisasi APBD Provinsi Papua mengalami surplus sebesar Rp
2,29 triliun. Angka tersebut berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan dalam
target APBD tahun 2013.
Tabel 37. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2013
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
BELANJA 8.941.437.247.000 4.049.590.610.786 45,29%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.322.499.969.000 2.977.578.397.784 55,94%
Belanja Pegawai 733.505.273.000 431.158.621.105 58,78%
Belanja Hibah 685.960.406.000 583.743.140.000 85,10%
Belanja Bantuan Sosial 274.645.567.000 116.653.873.800 42,47%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 233.162.194.000 71.843.245.229 30,81%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 3.365.226.529.000 1.761.622.744.650 52,35%
Belanja Tidak Terduga 30.000.000.000 12.556.773.000 41,86%
BELANJA LANGSUNG 3.618.937.278.000 1.072.012.213.002 29,62%
Belanja Pegawai 195.333.490.000 70.764.953.990 36,23%
Belanja Barang dan Jasa 1.898.047.082.000 697.051.052.634 36,72%
Belanja Modal 1.525.556.706.000 304.196.206.378 19,94%
URAIAN ANGGARAN 2013Realisasi s.d
Triwulan III-2013% Realisasi
SURPLUS / DEFISIT 112.968.488.000 (643.198.000.000) -669,36%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 75.000.000.000 768.198.000.000 924,26%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 75.000.000.000 768.198.000.000 924,26%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 187.968.488.000 125.000.000.000 -33,50%
Pembentukan Dana Cadangan 100.000.000.000 100.000.000.000 0,00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 85.000.000.000 25.000.000.000 -70,59%
Pembayaran Pokok Utang 2.968.488.000 - -100,00%
PEMBIAYAAN NETTO (112.968.488.000) 643.198.000.000 -669,36%
URAIAN 2012 2013 Pertumbuhan
SURPLUS / DEFISIT (643.198.000.000) 2.294.275.600.342 -356,70%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 768.198.000.000 100.000.000.000 13,02%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 768.198.000.000 100.000.000.000 13,02%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 125.000.000.000 100.000.000.000 80,00%
Pembentukan Dana Cadangan 100.000.000.000 100.000.000.000 100,00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 25.000.000.000 0,00%
Pembayaran Pokok Utang - 0,00%
PEMBIAYAAN NETTO 643.198.000.000 - 0,00%
URAIAN Anggaran 2013Realisasi s.d
Triwulan III-2013% Realisasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49
BAB 5.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan mengenai tingkat kemajuan sistem pembayaran merupakan salah satu
indikator dalam mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah. Secara umum, semakin tinggi
frekuensi dan nilai transaksi sistem pembayaran suatu daerah semakin besar besar pula
kapasitas perekonomiannya. Dalam kaitan itu, otoritas sistem pembayaran diharapkan dapat
mendorong bertumbuhnya sistem pembayaran yang cepat, efisien, handal, dan aman yang
mampu memenuhi kebutuhan sistem perekonomian. Dalam sistem pembayaran, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya
menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi,
maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Selain dalam penyediaan
alat pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat juga berupaya membantu
kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan sistem
penyelesaian transaksi uang giral (non tunai) yang lancar, aman, dan efisien. Dalam hal ini,
sistem yang senantiasa dijaga agar dapat tetap berjalan dengan lancar, aman dan efisien
adalah Bank Indonesia Real Time Gross Settlement(BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia(SKN-BI). Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank
Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, kedua sistem ini harus dipastikan dapat beroperasi
dengan toleransi gangguan yang sangat minimal (< 2 jam). Terhadap implementasi BI-RTGS
dan SKN-BI, Kantor Perwakilan Bank Indonesia selain bertindak mewakili regulator juga
sekaligus sebagai peserta.
I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah
Papua mencapai nilai Rp 13,74 trilliun atau naik sebesar 3,93% (yoy) jika dibandingkan
dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Besarnya transaksi
keluar di Papua Barat merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang
kebutuhan yang sebagian berasal dari wilayah luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang
masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 18,41 triliun, angka
tersebut mengalami kenaikan sebesar 24,70% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi
pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk sebagian
besar berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi Pemerintah
daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS
di wilayah Papua tercatat sebesar Rp 5,12 triliun atau naik sebesar 31,04% (yoy)
dibandingkan dengan tahun lalu.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50
Tabel 38. Transaksi RTGS Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Desember
Grafik 39. Nilai Transaksi RTGS
Dengan demikian, pada triwulan IV-2013 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat
sebesar Rp 4,67 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 202,67% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan net inflow
pada triwulan IV-2013 ini merupakan cerminan bahwa uang yang masuk ke Wilayah Papua
nilainya semakin bertambah setiap waktunya. Hal tersebut menandakan bahwa kegiatan
perekonomian di wilayah Papua berjalan semakin dinamis, meskipun sebenarnya besarnya
angka tersebut tidak terlepas dari adanya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang
dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di wilayah Papua.
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua &
Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian utang piutang antar bank
dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan dilembaga kliring
(penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian
transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil (di
I II III IV I II III IV
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 13,877.11 8,187.49 9,929.65 13,739.36 3.93%
Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 12,489.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 -2.38%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 12,387.32 10,157.60 14,715.87 18,410.79 24.70%
Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 13,798.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 -3.88%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 -1,489.79 1,970.11 4,786.22 4,671.43 202.67%
Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 1,309.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 -9.93%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 901.87 739.53 3,059.66 5,199.31 31.04%
Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 2,090.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 -4.64%
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51
bawah Rp 100 juta). Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS.
Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang lebih lama (adanya
jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time).
Tabel 39 . Transaksi Kliring Wilayah Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja
KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka
tersebut menurun sebesar 27,26% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar 25,57% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat
sebanyak 32.208 lembar, menurun sebesar -28,49% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu
sebesar 27,37% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan IV jika
dibandingkan triwulan III terjadi karena adanya periode libur yang cukup panjang di
wilayah Papua pada triwulan IV-2013.
Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan
IV-2013 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp
19,29 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar 34,70% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya serta turun sebesar 24,83% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata harian warkat yang digunakan tercatat
sebanyak 516,64 lembar, atau turun sebesar 35,89% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan
pada triwulan IV-2013 mencapai sebesar Rp 2,81 milliar dengan rata rata penolakan
warkat sebesar 2,03 lembar.
I II III IV I II III IV
Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 -1.55%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 -2.27%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 -12.76%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 -13.13%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 98.22%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52
Sumber: KBI Jayapura
Grafik 40. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
III. Perkembangan Uang Kartal
Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &
Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk
menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan
uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/
denominasi maupun tingkat kelayakan edar.
Pada triwulan IV-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI
Papua & Papua Barat mencapai Rp 5,39 triliun atau meningkat 133,95% (yoy)
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar
(outflow) mencapai sebesar Rp 5,77 Triliun atau meningkat sebesar 24,86% (yoy)
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan
IV-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami
posisi net outflow sebesar Rp230,4 miliar, yang artinya selama periode triwulan IV-
2013 jumlah uang yang keluar lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat.
Tingginya peredaran uang kartal mencerminkan bahwa kecenderungan
masyarakat Papua memegang uang tunai cukup tinggi. Selain itu, hal tersebut juga
ditengarai karena masih minimnya kondisi infrastruktur maupun jaringan bank yang
relatif belum terlalu banyak di Papua khususnya di wilayah pemekaran Kabupaten
paska pemberlakukan UU Otonomi Khusus Papua.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53
Tabel 40. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 41. Perkembangan Uang Kartal
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap
dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai
upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang
tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun
dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di
Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota
yakni: Sorong, Merauke, Timika, Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi
Desember 2013 oleh KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 301 miliar.
I II III IV I II III IV
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 133.95%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 24.86%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) -1138.59%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 47.93%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 -14.58%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 233.44%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 1123.35%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54
BAB 6.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua
Walaupun ekonomi Provinsi Papua mengalami pertumbuhan namun penyerapan tenaga
kerja pada periode laporan tidak terlalu baik. Hal ini ditunjukkan dari semakin menurunnya
tingkat partisipasi angkatan kerja dan meningkatnya angka pengangguran di Provinsi Papua.
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua7
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Agustus 2013 mencapai 1.688.876
orang, mengalami penurunan sebesar -2,84% (yoy) dibandingkan periode laporan
sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 78,01% atau
mengalami penurunan sebesar -2,24% dibandingkan dengan peride laporan sebelumnya.
Disamping itu, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 2,81% pada Februari
2013 menjadi 3,23% pada Agustus 2013. Hal itu tidak terlalu baik mengingat meskipun
jumlah angkatan kerja menurun, namun tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Papua
justru mengalami peningkatan.
Tabel 41. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama
Jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor
ekonomi, maka sektor pertanian menempati peringkat paling rendah diantara sektor lainnya
dengan nilai pendapatan perkapita berkisar Rp. 920,886.35,-
Tabel 42. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
7
1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 849,290.80 979,274.76 940,278.95 903,111.93 804,123.16 885,532.06 920,886.35
Industri Pengolahan 6,043,228.36 7,587,620.77 10,398,180.06 8,945,004.24 6,259,578.64 6,516,559.56 7,050,030.03
Perdagangan, Hotel & Restoran 4,026,641.60 3,708,113.88 3,811,167.21 4,843,066.60 3,950,922.79 4,021,513.48 4,662,981.83
Jasa - jasa 3,820,305.40 4,358,900.70 4,676,941.04 5,576,726.42 4,455,931.40 4,691,641.47 5,008,138.34
TOTAL PDRB 3,225,072.12 3,520,171.87 3,564,668.64 3,860,084.83 3,410,797.82 3,164,807.66 3,963,315.80
PDRB Papua Per Kapita2012 2013
Sumber: BPS Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Agustus 2013 mengalami sedikit
penurunan sebesar -0,71% dibandingkan dengan periode laporan sebelumnya. Sektor yang
mengalami penurunan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah Sektor
jasa-jasa (-0,03%), sektor pertanian (-0,92%), sektor industri (-4,00%), sektor perdagangan (-
13,20%). Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik dan PHR) mengalami peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebesar 15,56%..
Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Agustus
2013, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 72,90% diikuti oleh
sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 10,11%. Namun demikian jika
dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor ini masih
perlu mendapatkan pembenahan, sehingga menjadi sektor yang mampu memberikan nilai
tambah yang lebih baik.
Tabel 43. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2010 – Agustus 2013 Provinsi Papua
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 840696 1133982 1,092,878 1,036,520 1,124,829 1,112,814 1,202,394 1,191,356
Industri 10601 15671 24645 19,885 14,468 16,998 23,372 22,438
Perdagangan 88214 96199 118183 130,766 135,469 114,442 136,903 118,838
Jasa-Jasa 114057 118839 160465 147,906 152,476 158,216 165,260 165,218
Lainnya 65,221 89,307 102,283 141,150 118,225 126,463 118,109 136,482
TOTAL 1118779 1456545 1498454 1,476,227 1,545,467 1,527,933 1,646,038 1,634,332
Pertanian 4.6% 34.9% -3.6% -5.2% 8.5% -1.1% 8.0% -0.9%
Industri 455.9% 47.8% 57.3% -19.3% -27.2% 17.5% 37.5% -4.0%
Perdagangan -0.9% 9.1% 22.9% 10.6% 3.6% -15.5% 19.6% -13.2%
Jasa-Jasa 22.0% 4.2% 35.0% -7.8% 3.1% 3.8% 4.5% 0.0%
Lainnya -14.8% 36.9% 14.5% 38.0% -16.2% 7.0% -6.6% 15.6%
TOTAL 3.4% 30.2% 2.9% -1.5% 4.7% -1.1% 7.7% -0.7%
Pertanian 7.3% 41.1% 30.0% -8.6% 2.9% 7.4% 6.9% 7.1%
Industri -3.0% 721.8% 132.5% 26.9% -41.3% -14.5% 61.5% 32.0%
Perdagangan -1.2% 8.0% 34.0% 35.9% 14.6% -12.5% 1.1% 3.8%
Jasa-Jasa 6.1% 27.1% 40.7% 24.5% -5.0% 7.0% 8.4% 4.4%
Lainnya 22.1% 16.6% 56.8% 58.1% 15.6% -10.4% -0.1% 7.9%
TOTAL 7.1% 34.6% 33.9% 1.4% 3.1% 3.5% 6.5% 7.0%
Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun
2013Lapangan Pekerjaan Utama
2010 2011 2012
Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester
Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat
2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Sampai dengan periode bulan Agustus 2013, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua
Barat mencapai 370.750 orang, atau mengalami penurunan sebesar -1,18% dibandingkan
periode laporan sebelumnya. Penurunan angkatan kerja juga diikuti oleh penurunan tingkat
pastisipasi angkatan kerja dari 68,25% pada Februari 2013 menjadi 66,41% pada Agustus
2013. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat penurunan lapangan kerja di Propinsi Papua
Barat meskipun secara perekonomian mencatatkan kinerja yang positif. Selain itu, tingkat
pengangguran terbuka meningkat dari 4,47% pada Februari 2013 menjadi 4,62% pada
Agustus 2013.
Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin membaik seiring
dengan adanya pemekaran beberapa wilayah di Papua Barat. Pemekaran wilayah tersebut
tentu akan diikuti oleh kebutuhan akan tenaga kerja pada kabupaten yang baru dibentuk.
Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2010– Agustus 2013 Provinsi Papua Barat
2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Agustus 2013 seluruh sektor menyerap tenaga kerja yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan posisi Februari 2013.. Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang
paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa (19,86%).
Namun jika dibandingkan dengan Februari 2013, tenaga kerja sektor pertanian pada
Agustus 2013 justru mengalami penurunan sebesar -0,76% atau sebanyak 1.316 orang.
Sementara sektor Industri dan sektor jasa-jasa menjadi sektor yang mengalami peningkatan
daya serap tenaga kerja tertinggi dengan pertumbuhan masing-masing 11,61% dan 0,82%.
Jika dilihat dari perkembangan Nilai Tukar Petani, penurunan jumlah tenaga kerja di
sektor pertanian seiring dengan Nilai Tukar Petani yang juga mengalami penurunan.
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Penduduk 15+ 513,750 522,211 531,489 538,709 549,724 558,262 Angkatan Kerja 367,312 369,619 384,092 361,597 375,189 370,750 - Bekerja 366,890 336,588 358,846 341,741 358,430 353,619 - Penganggur 30,422 33,031 25,246 19,856 16,759 17,131 Bukan Angkatan Kerja 146,438 152,592 147,397 177,122 174,535 187,512 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71.50 70.78 72.27 67.12 68.25 66,41 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 8.28 8.94 6.57 5.49 4.47 4,62
2013 2012 2011 Keterangan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57
Tabel 45. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
1.60 -6.12 4.75 -6.98 9.18 -0.76
-17.01 13.44 38.59 9.99 -34.64 11.61
10.08 35.18 0.48 -8.35 -1.68 0.24
15.65 -6.08 6.68 -3.23 14.91 0.82
17.97 -3.88 12.50 -0.04 0.08 -10.49
6.43 -0.09 6.61 -4.77 4.88 -1.34
14.01% -4.62% -1.66% -2.57% 1.55% 8.35%
-6.04% -5.85% 57.22% 52.44% -28.11% -27.05%
1.07% 48.80% 35.83% -7.91% -9.89% -1.44%
-10.74% 8.62% 0.20% 3.24% 11.20% 15.85%
15.60% 13.38% 8.13% 12.45% 0.04% -10.42%
6% 6% 7% 2% 0% 3%
Pertumbuhan tenaga kerja per semester
Pertumbuhan tenaga kerja per tahun
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Sampai dengan Akhir tahun 2013, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi
daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap
kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat
telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang
kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian,
berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.
Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya
suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh
adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat
mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga
dengan demikian baik ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat
Papua akan semakin meningkat .
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga September 2013 tercatat sebanyak
1.057.980 Jiwa atau sebanyak 31,53% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut
mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebesar 976.400
Orang atau sebanyak 30,66% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka
garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan September 2013 sebesar Rp 339.096 per
kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 41.594 per kapita per bulan jika
dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 297.502 per
kapita per bulan.
Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu permasalahan yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepannya pemerintah perlu menerapkan
suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga menigkatkan
kesejahteraan masyarakat Papua.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59
Tabel 46. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua diolah
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga September 2013 tercatat
sebanyak 234.230 Jiwa atau sebanyak 27,14% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat,
angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat
sebanyak 223.241 Jiwa atau sebanyak 27,04% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat.
Terbatsanya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu
faktor masih tingginya kemisikinan di Provinsi Papua Barat.
Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan September
2013 sebesar Rp 307.003 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp
42.377 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang
tercatat sebesar Rp 354.626 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan
yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan
pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan
dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu permasalahan yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980
Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53%
Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096
Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789
Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079
Kemiskinan2011 2012 2013
Grafik 43. Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 42. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60
Tabel 47. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah
Maret September Maret September Maret September
Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230
Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14%
Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003
Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900
Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163
2012 2013Uraian
2011
Grafik 44. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 45. Perkembangan UMR Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61
BAB 7.
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH SERTA
REKOMENDASI KEBIJAKAN
I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,10%±1% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,91% (yoy). Adapun pada
triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh
sebesar 3,54% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong
oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan
pemerintah) dan komponen investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi
yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor pertambangan, jasa-jasa, bangunan dan
perdagangan.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan mampu tumbuh positif seiring telah disahkannya
Upah Minimum Regional (UMR) yang pada tahun 2014 sebesar Rp1.900.000. Selain itu,
adanya persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu pada bulan April 2014 diperkirakan dapat
turut mendorong tingginya angka konsumsi secara keseluruhan pada tahun 2014. Di sisi lain,
telah disahkannya anggaran pemerintah pada tahun 2014 yang mengalami kenaikan cukup
signifikan yang mana didalamnya terdapat dana Otonomi Khusus serta mulai diterapkannya
kebijakan Otonomi Khusus Plus pada tahun 2014 diperkirakan juga turut mendorong
bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah.
Pertumbuhan komponen Investasi di triwulan I-2014 diperkirakan cukup besar. Adanya
beberapa realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai
dilaksanakan pada triwulan I-2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi kinerja
investasi pada triwulan yang akan datang. Beberapa Proyek besar itu diantaranya adalah
Masih berlanjutnya proyek infrastruktur pembangunan papua cable system sepanjang 2000
kilometer oleh PT Telkom senilai US$ 71,1 juta yang merupakan salah satu bagian dari proyek
MP3EI di sektor pembangunan konektivitas antar daerah, Adanya rencana pembangunan
pabrik pemurnian hasil tambang (smelter) oleh PT Freeport di Kab. Mimika, Adanya proyek
UP4B untuk melakukan pembangunan 14 ruas jalan sepanjang 120 km di beberapa wilayah
Papua senilai Rp 425 miliar, Adanya pembangunan infrastruktur pertambangan batubara
senilai US$ 6 juta yang merupakan kerjasama antara PT Indika Energi dengan China Railway
Group Ltd, Pembangunan 3 unit pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan 18 unit listrik
tenaga Surya di seluruh wilayah Papua masih sedang dilaksanakan, Adanya pembangunan
bandara di Wamena yang merupakan salah satu proyek untuk meningkatkan kapasitas
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62
distribusi ke wilayah pegunungan tengah.
Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 diperkirakan masih
didominasi oleh tingginya kontribusi dari sektor pertambangan. Dalam beberapa waktu
kebelakang sektor pertambangan Papua diprediksi akan mengalami kelangsungan usaha
yang cukup sulit seiring dimulainya penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014. Akan
tetapi, dengan dikeluarkannya PP Nomor 1/2014 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara serta Permen Kementrian ESDM Nomor 1/2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, dinilai
memungkinkan bagi perusahaan tambang yang ada di Papua untuk tetap melakukan ekspor
beberapa komoditas hasil tambang yang belum dimurnikan. Namun demikian, sebagai
konsekuensinya pemerintah telah menerapkan Bea Keluar yang bersifat progresif atas
komoditas hasil tambang yang akan diekspor keluar negeri.
Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, sektor pertambangan yang ada di Papua
tetap dapat melakukan kegiatan ekspor dan menjaga kelangsungan produksinya meskipun
kemungkinan besar akan mengalami penurunan kinerja sebagai akibat dari berkurangnya
marjin keuntungan. Sementara sektor usaha lainnya seperti sektor pertanian, sektor jasa-jasa
dan sektor bangunan diprediksi masih tetap tumbuh postif. Hal tersebut terjadi seiring
dengan melemahnya kondisi fundamental perekonomian global yang secara tidak langsung
turut mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian nasional. Selain itu, kondisi Neraca
Perdagangan Indonesia yang berpotensi akan kembali mengalami defisit setelah pada
periode sebelumnya sempat mengalami surplus, dapat memacu terjadinya peningkatan BI
Rate dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Kondisi terebut tentunya
dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi pada periode yang akan datang.
Sepanjang tahun 2014 perekonomian Prov. Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar
5,10% (yoy). Angka pertumbuhan pada tahun 2014 dapat dikatakan mengalami perlambatan
jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 yang tercatat sebesar
14,91% (yoy). Seperti yang telah diketahui bersama bahwa proporsi terbesar dari
perekonomian Prov. Papua adalah berasal dari sektor pertambangan. Adanya rencana
pemerintah untuk menerapkan tarif bea keluar yang cukup tinggi bagi perusahaan tambang
yang mengekspor hasil tambangnya yang belum dimurnikan menjadi penyebab dari
perlambatan pertumbuhan ini. Dengan adanya aturan tersebut tentunya akan mempengaruhi
kinerja secara finansial maupun produksi dari perusahaan tambang yang akan mengalami
penurunan, Dimana penurunan tersebut tentunya berpengaruh terhadap pencapaian
pertumbuhan ekonomi selama tahun 2014. Adapun pada tahun 2014, periode triwulan yang
akan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah triwulan II-2014 sebesar 5,94% (yoy),
hal tersebut terjadi seiring dampak positif yang disebabkan oleh perayaan Pemilu 2014.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63
Tabel 48. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 8,85%±1% (yoy), angka tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy).
Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan
akan tumbuh sebesar 8,86% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang masih
positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi
rumah tangga dan pemerintah) dan komponen investasi. Sedangkan dari sisi penawaran,
pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri pengolahan,
jasa-jasa dan bangunan.
Ekspektasi lebih besarnya pertumbuhan pada triwulan I-2014 didorong oleh beberapa
faktor. Dari Sisi Permintaan, tingginya ekspektasi konsumen atas kondisi ekonomi
diperkirakan dapat mendorong tingkat konsumsi untuk tumbuh positif seiring telah
ditetapkannya Upah Minimum Regional (UMR) pada tahun 2014 sebesar Rp1.870.000. Dari
sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tumbuh cukup tinggi seiring dengan
ekspektasi pertumbuhan produksi gas yang dihasilkan oleh PT Tangguh yang meningkat
cukup signifikan seiring adanya proses pembangunan Train III sebagai salah satu fasilitas
produksi yang baru. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat tumbuh cukup signifikan seiring adanya
kenaikan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup signifikan pada tahun 2014. Sektor
Bangunan diprediksi tumbuh signifikan seiring dengan adanya beberapa proyek seperti:
Realisasi pembangunan pabrik semen di Manokwari oleh investor Cina, Pembangunan
fasilitas dan infrastruktur Pulau Mansinam sebagai salah satu tujuan wisata yang baru,
pembangunan gedung kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa
kota/kabupaten baru dan dimulainya pembagunan beberapa proyek pemerintah di Papua
Barat.
Sepanjang tahun 2014 perekonomian Prov. Papua Barat diperkirakan akan tumbuh
sebesar 8,85% (yoy). Angka pertumbuhan pada tahun 2014 dapat dikatakan sedikit
mengalami perlambatan jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada tahun
1 2 3 4 1P 2P 3P 4P1. Pertanian 4.17 4.90 5.33 8.26 5.70 2.89 3.71 5.29 6.24 4.60
2. Pertambangan & Penggalian 31.82 -24.61 43.04 64.24 29.77 -8.65 -7.05 -2.69 -3.70 -5.00
3. Industri Pengolahan -1.77 0.95 5.16 4.91 2.33 3.38 4.17 4.88 5.29 4.45
4. Listrik, Gas & Air Bersih 7.28 8.00 9.25 8.41 8.25 5.37 5.77 6.30 6.49 5.99
5. Bangunan 8.31 8.87 1.54 2.02 4.92 10.34 11.42 11.17 11.31 11.08
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.66 13.54 8.69 7.41 10.66 10.63 10.68 10.44 10.75 10.62
7. Angkutan & Komunikasi 9.58 9.07 7.64 8.26 8.61 11.91 11.76 11.60 11.65 11.73
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 15.84 11.87 14.92 23.09 16.51 11.24 13.07 13.16 12.87 12.64
9. Jasa - jasa 20.12 20.26 16.03 9.61 15.87 13.57 13.27 14.23 14.48 13.93
PDRB 16.18 0.25 18.01 23.90 14.91 3.54 5.94 5.62 5.25 5.10
20132013
20142014PKeterangan
PA
PU
A
yo
y (
%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64
2013 yang tercatat sebesar 9,41% (yoy). Perlambatan terjadi seiring dimulainya
pembangunan Train III oleh PT Tangguh, dimana hal tersebut tentunya diprediksi akan
memberikan sedikit pengaruh terhadap kelancaran produksi Train lainnya. Adapun pada
tahun 2014, periode triwulan yang akan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah
triwulan II-2014 sebesar 9,42% (yoy), hal tersebut terjadi seiring adanya dampak positif yang
disebabkan oleh perayaan Pemilu 2014.
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
II. PROSPEK INFLASI
2.1 Inflasi Provinsi Papua
Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 8,59 ± 1%
(yoy) atau secara triwulanan sebesar 1,13%±1% (qtq). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua
pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena tingginya curah hujan pada awal tahun
menjadi ancaman yang dapat mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas
pertanian, sehingga dapat menekan harga komoditas terserbut ke level yang lebih tinggi.
Masih tingginya potensi terjadinya banjir dibeberapa daerah yang menjadi penghasil barang-
barang kebutuhan juga dapat mempengaruhi kelancaran pasokan barang-barang kebutuhan
ke wilayah Papua.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi
tahunan sebesar 5,42% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara
optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga
barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan distribusi
barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang signifikan. Dapat
diinformasikan juga bahwa pada tahun 2014 salah satu perusahaan retailer nasional yang
cukup besar akan membuka beberapa cabang di Papua, sehingga hal tersebut diperkirakan
dapat menjadi salah faktor yang dapat menjaga kestabilan harga barang di Papua.
1 2 3 4 1P 2P 3P 4P1. Pertanian 2.41 3.98 5.84 2.12 3.58 3.83 4.16 4.23 3.61 3.96
2. Pertambangan & Penggalian -3.88 -0.93 2.84 2.99 0.19 3.30 2.12 1.23 0.49 1.78
3. Industri Pengolahan 14.13 -0.79 9.58 28.23 12.37 9.30 11.10 11.30 8.50 10.00
4. Listrik, Gas & Air Bersih 9.42 10.08 9.48 8.33 9.31 9.11 8.97 9.01 8.40 8.87
5. Bangunan 12.03 11.51 11.31 10.73 11.37 13.23 12.60 13.18 11.23 12.53
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.51 12.87 11.11 10.75 11.78 9.47 9.23 9.35 9.18 9.30
7. Angkutan & Komunikasi 10.74 11.13 10.65 8.91 10.33 12.26 11.61 11.26 10.93 11.50
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 10.91 13.20 9.57 15.49 12.33 14.50 12.30 13.60 14.40 13.70
9. Jasa - jasa 10.71 11.70 7.43 6.19 8.87 12.90 12.15 10.13 9.92 11.22
PDRB 9.90 3.58 8.53 15.76 9.41 8.86 9.42 9.38 7.81 8.85
20132013
20142014PKeterangan
PA
PU
A B
AR
AT
yo
y (
%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 65
2.2 Inflasi Provinsi Papua Barat
Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level
7,84 ± 1% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,31%±1% (qtq). Pencapaian inflasi di
Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena tingginya curah hujan
menjelang pada awal tahun dapat mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas
pertanian. Di sisi lain, tingginya gelombang laut pada triwulan I-2014 menyebabkan
terhambatnya pasokan ikan segar ke pasar, sehingga hal tersebut dapat menekan harga
komoditas tersebut ke level yang lebih tinggi.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami
inflasi tahunan sebesar 5,25% (yoy). Pembukaan salah satu retailer besar di wilayah Papua
juga akan turut mempengaruhi pergerakan inflasi di Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan
pemilu 2014, juga dapat menjadi ancaman menjadi penyebabterjadinya inflasi yang cukup
tinggi di tahun 2014.
III. PROSPEK PERBANKAN
3.1 Provinsi Papua
Adanya kenaikan tingkat suku bunga sebagai akibat adanya tren kenaikan BI rate
diperkirakan menjadi salah satu faktor yang dapat menekan laju pertumbuhan kredit lebih
rendah dari yang diharapkan. Meskipun demikian, pertumbuhan kinerja perbankan pada
triwulan I-2014 diperkirakan akan masih positif dengan rentang pertumbuhan jumlah kredit
yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai rentang 11-16%.
Pertumbuhan tersebut secara optimis dapat tercapai seiring masih tingginya berbagai potensi
daerah di Papua.Sehingga, tingginya tingkat suku bunga yang diterapkan oleh perbankan
diprediksi tidak memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kinerja perbankan di Provinsi
Papua
Pada tahun 2014, pertumbuhan kredit perbankan di Provinsi Papua akan mengalami
perlambatan seiring masih belum adanya tanda-tanda yang menunjukan akan terjadinya
penurunan BI-Rate dalam waktu yang cukup dekat. Secara umum, kredit di Provinsi Papua
diperkirakan berada pada kisaran 10-15% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh Perbankan di Papua diperkirakan akan sedikit
mengalami peningkatan di kisaran 13-17% (yoy), peningkatan APBD tahun 2014 yang dimiliki
oleh Pemda setempat menjadi salah satu faktor penyebab masih relatif tingginya peningkatan
DPK oleh Perbankan di Papua,selain pembukaan cabang bank yang semakin banyak
dilakukan hingga ke pelosok wilayah Papua.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 66
3.2 Provinsi Papua Barat
Pada triwulan I-2014, Kondisi perbankan di Provinsi Papua Barat diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari Provinsi Papua. Angka pertumbuhan untuk
kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 15-
20%. Pertumbuhan kinerja perbankan di wilayah Papua Barat didorong adanya beberapa
pemekaran wilayah Tingkat II yang mana baik secara langsung maupun tidak langsung akan
membutuhkan kehadiran perbankan.
Seiring dengan kondisi di Provinsi Papua, pertumbuhan kredit perbankan di Provinsi
Papua Barat pada tahun 2014 juga akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Secara
umum, kredit di Provinsi Papua Barat diperkirakan berada pada kisaran 20-25% (yoy), angka
tersebut masih relatif lebih besar jika dibandingkan dengan pencapaina pertumbuhan di
Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh
Perbankan di Papua diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan di kisaran 30-35%
(yoy), peningkatan APBD tahun 2014 yang cukup signifikan di wilayah Papua Barat menjadi
salah satu faktor penyebab masih relatif tingginya peningkatan DPK oleh Perbankan di Papua
Barat.