KAJIAN EKONOMI REGIONAL II - 2008 Kantor Bank Indonesia Kupang

85
Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Kupang KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL II - 2008 Kantor Bank Indonesia Kupang

Triwulan II - 2008

Kantor Bank Indonesia Kupang

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB III

MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pertumbuhan ekonomi NTT cenderung melambat sampai dengan

pertengahan tahun 2008. Angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

untuk NTT pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp. 2.814,29 miliar. Jumlah

tersebut memang mengalami ekspansi 5,67% dibandingkan tahun sebelumnya

(y-o-y). Namun demikian bila kita lihat tingkat pertumbuhannya mengalami

penurunan dibandingkan triwulan I-2008 yang mampu tumbuh 5,97% ; y-o-y.

Sementara untuk posisi yang sama tahun 2007 lalu ekonomi NTT tumbuh diatas

hampir mendekati level 6,00% (5,94% ; y-o-y). Secara triwulanan (q-t-q), tren

perekonomian Provinsi NTT relatif tidak berubah. Setelah mengalami kontraksi

sepanjang triwulan I, memasuki triwulan II perekonomian tumbuh positif

5,78%.

Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT

2008I II III IV I II

PDRB (miliar) 2.510,70 2.663,38 2.788,11 2.942,30 2.660,48 2.814,29

y-o-y 6,23% 5,94% 4,85% 3,90% 5,97% 5,67%

q-t-q -11,34% 6,08% 4,68% 5,53% -9,58% 5,78%

2007NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Kenaikan harga BBM, diindikasikan memberi dampak yang cukup

signifikan terhadap perekonomian NTT. First round effect yang terjadi,

adalah ditetapkannya tarif baru angkutan kota yang meningkat pada kisaran

20% dan disusul kenaikan tarif angkutan sungai dan perairan oleh PT ASDP

sebesar 25%, memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi NTT.

Kenaikan biaya transportasi dan overhead cost lainnya sebagai dampak kenaikan

BBM, berpeluang besar akan menaikan harga barang-barang konsumsi (dampak

second round effect). Biaya transportasi diperkirakan bisa mencapai 50% dari

komponen harga jual suatu produk tertentu.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 11

Triwulan II - 2008 |

Dari sisi permintaan, konsumsi sebagai prime mover dari roda

perekonomian NTT masih sangat dominan, khususnya konsumsi

makanan (food consumption). Namun, seiring dengan kenaikan harga BBM,

mengakibatkan konsumsi rumah tangga tumbuh relatif kecil (1,75% ; y-o-y).

Sementara itu kinerja investasi sampai dengan triwulan II-2008 masih belum

mengalami perubahan. Sejak triwulan I sampai dengan akhir semester I 2008,

investasi di Provinsi NTT masih mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan

tahun 2007. Sejalan dengan dominasi food consumption dalam share PDRB

NTT, ketergantungan Provinsi NTT terhadap barang-barang konsumsi yang

didatangkan dari luar wilayah NTT cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah

impor melebih jumlah ekspor dan berimbas terhadap posisi net ekspor NTT yang

selalu negatif.

Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB

masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul

dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, serta sektor

transportasi dan komunikasi. Ketiga sektor terakhir dalam beberapa periode

terakhir cenderung menunjukkan peningkatan yang relatif lebih cepat

dibandingkan primary sector ekonomi NTT dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini

tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan di

sisi lain ketiga sektor tersebut justru secara perlahan menunjukkan peningkatan

kontribusi.

Grafik 1.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 1.2 Tren Struktur Ekonomi Provinsi NTT

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2004 2005 2006 2007 2008Rp

mil

iar -20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

PDRB q-t-q y-o-y

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

PertanianPHRTransp & KomJasa-jasa

| Kajian Ekonomi Regional NTT 12

Triwulan II - 2008 |

Pemerintah daerah melalui Gerakan Pengembangan Wira Usaha

Baru (GPWB) NTT, berupaya mengembangkan UMKM baik dari segi volume

usaha maupun kualitas usahanya. Melalui dana bantuan modal kerja dari APBD

NTT untuk koperasi dan usaha kecil menengah (KUMK) sebesar 7,5 miliar yang

akan segera disalurkan mulai April 2008 diharapkan dapat meningkatkan kinerja

UMKM NTT. Alokasi terbesar adalah untuk Puskud NTT sebesar 1,3 miliar

(Sumber : Dinas Koperasi NTT). Kemudian ada juga program subsidi kebutuhan

kacang kedelai bagi usaha kecil menengah tahu dan tempe. Pengusaha kecil

menengah yang bergerak di bidang pembuatan tahu dan tempe mendapat

subsidi Rp. 1.000/kg setiap pembelian kacang kedelai. Untuk Propinsi NTT akan

mendapat jatah kacang kedelai bersubsidi 2.805,57 ton untuk 6 bulan ke

depan.

Kenaikan harga BBM, akan sangat berdampak terhadap kinerja

usaha berskala UMKM di NTT. Kenaikan biaya produksi secara otomatis akan

berpengaruh kepada perubahan harga. Sementara penurunan daya beli

masyarakat akibat dampak langsung (first round effect) shock harga BBM sudah

menurunkan daya beli masyarakat. Pada tahun 2007, jumlah UMKM baru di

NTT yang tercatat di Dinas Koperasi dan UKM sebesar 24.341, meningkat

dibandingkan tahun 2006 yang berjumlah 22.767. sepanjang tahun 2006-2007

pertumbuhan UMKM tersebut telah berhasil menyerap tenaga kerja sejumlah

189.031 karyawan.

Dari segi pembiayaan, outstanding penyaluran kredit UMKM yang

dilakukan oleh perbankan NTT juga mengalami peningkatan sebesar

30,29% (posisi Juni 2008 ; y-o-y). Hal ini mencerminkan concern lembaga

keuangan untuk turut memajukan kinerja UMKM. Kepedulian terhadap

pengembangan UMKM juga ditunjukkan berbagai instansi lainnya. PT. Telkom

dan PT Pos Indonesia pada awal tahun 2008 menyalurkan dana PKBL masing-

masing sejumlah Rp. 990 juta dan Rp. 300 juta, yang dimaksudkan untuk

mendorong kegiatan UMKM dan pertumbuhan ekonomi serta penciptaan

lapangan kerja baru. Namun demikian, pertumbuhan UMKM di NTT masih perlu

ditingkatkan karena pencapaian UMKM baru pada tahun 2007 masih dibawah

target yang ditetapkan.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 13

Triwulan II - 2008 |

1.1 Sisi Permintaan

Struktur PDRB Provinsi NTT sampai dengan triwulan II-2008 dari

sisi permintaan masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan.

Dominasi konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah

masih memegang peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Dilihat secara

tahunan (y-o-y), pada triwulan II-2008 pertumbuhan konsumsi cenderung

melambat. Kinerja investasi yang sepanjang tahun 2007 mengalami ekspansi,

sejak awal tahun 2008 sampai akhir semester I kondisinya malah berbalik.

Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan konsumsi, maka laju

pertumbuhan impor NTT juga cenderung mengalami tren yang sama. Namun

kondisi tersebut belum bisa dimanfaatkan dari sisi ekspor untuk membuat

neraca perdagangan menjadi positif. Bahkan ekspor NTT (y-o-y) malah

mengalami kontraksi. Dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67%, sebesar

3,90% merupakan dorongan dari sisi konsumsi, sedangkan investasi yang

diharapkan memberikan multiplier effect yang jauh lebih besar guna

mendukung pertumbuhan ekonomi yang sustainable justru belum memberikan

kontribusi, karena bernilai negatif (0,06%).

Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan

3,90%

0,10%

5,67%

-0,22%

-0,06%

-2% 0% 2% 4% 6%

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Impor

PDRBStok ; 3,76%

Konsumsi; 94,71%

Net ekspor; -18,02%

Investasi; 17,56%

Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Permintaan Grafik 1.4 Komposisi PDRB Sisi Permintaan

Permintaan(miliar) I II III IV I II

Konsumsi 2.344 2.646 2.738 2.855 2.545 2.750

Investasi 469 493 516 538 463 492

Ekspor 874 917 966 1.011 882 911

Impor 1.331 1.441 1.499 1.598 1.358 1.444

PDRB 2.511 2.663 2.788 2.942 2.660 2.814

20082007

Sumber : BPS Provinsi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 14

Triwulan II - 2008 |

1. Konsumsi

Dari segi konsumsi, pertumbuhan (y-o-y) ekonomi NTT mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya

tumbuh 3,93%, sementara pada triwulan I-2007 konsumsi bisa meningkat

sampai 8,57%. Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan memberikan

dampak kontraksi terhadap perekonomian NTT. Kenaikan harga secara umum

yang diakibatkan karena peningkatan biaya transportasi menyebabkan tingkat

daya beli masyarakat mengalami penuruan. Yang paling menonjol adalah

household food consumption, dimana pada triwulan II-2008 hanya meningkat

0,25% ; y-o-y.

Penurunan level permintaan masyarakat, tercermin dari

menurunya omset pedagang bahan kebutuhan makanan di Kota

Kupang. Namun untuk konsumsi durable goods masih tetap menunjukkan tren

yang posistif. Hal ini tercermin dari jumlah pejualan sepeda motor baru (merk

Honda). Jumlah penjualan motor sejak awal tahun sampai dengan akhir April

2008 mengalami peningkatan 40% dibandingkan tahun lalu. Bahkan untuk

beberapa tipe tertentu stoknya sangat terbatas karena tingkat permintaan yang

melebihi target. Kondisi serupa juga dialami agen sepeda motor merk Suzuki,

dimana secara umum jumlah unit yang berhasil dijual mengalami peningkatan.

Menurut mereka saat ini pihak agen masih belum melakukan penyesuaian harga

secara keseluruhan. Diduga naiknya permintaan sepeda motor karena pengaruh

turunnya penjualan kendaraan roda empat, dimana masyarakat mulai mencari

substitution goods karena biaya operasional yang lebih murah (cost eficiency).

Kondisi tersebut diperkuat dengan informasi dari salah satu agen mobil (merk

Toyota).

Swasta nir Laba; 2,21%

Pemerintah; 18,45%

Rumah Tangga; 75,56%

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Grafik 1.6 Komposisi Konsumsi

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

Konsumsi y-o-y q-t-q

| Kajian Ekonomi Regional NTT 15

Triwulan II - 2008 |

Kemudian dari eksternal, gejolak harga minyak dunia yang

menembus diatas level $140 per barel ikut mempengaruhi harga

komoditi lain di pasar komoditi internasional. Akibatnya semua bahan baku

yang didatangkan dari luar negeri ikut terangkat naik. Naiknya harga bahan

baku, mengakibatkan pembengkakan biaya operasional dan tentunya berujung

pada kenaikan harga yang harus ditanggung oleh konsumen dalam negeri.

Beberapa hal diatas mengakibatkan efek berantai yang pada akhirnya

menurunkan consumption growth level NTT.

Dari sisi pembentukan PDRB konsumsi, konsumsi rumah tangga

(households consumption) memiliki share yang paling besar dengan

75,56% dari total nominal PDRB konsumsi. Kemudian diikuti oleh konsumsi

pemerintah dengan 18,45% dan konsumsi swasta memberikan kontribusi

terkecil (5,50%). Pada triwulan II-2008, konsumsi pemerintah dan konsumsi

swasta mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,63% dan 5,50%,

sedangkan untuk konsumsi rumah tangga tumbuh relatif paling rendah 1,75%.

Lambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga berpengaruh terhadap

akselerasi konsumsi secara keseluruhan, karena kontribusinya yang besar.

Peningkatan alokasi belanja dalam APBD tahun 2008 sebesar 1,60%

diperkirakan menjadi salah satu sumber penyebab peningkatan konsumsi

pemerintah.

-30%

-15%

0%

15%

30%

45%

60%

75%

I II III IVI II III IVI II III IVI

Grafik 1.8 Konsumsi Pemerintah Grafik 1.7 Pertumbuhan Komponen Konsumsi

II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rumah Tangga

Swasta nir Laba

Pemerintah

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0

200

400

600

800

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp m

iliar

-20%

0%

20%

40%

60%

80%Kons.Pemerintahy-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 16

Triwulan II - 2008 |

Alokasi terbesar konsumsi rumah tangga ditujukan untuk

keperluan makan (food consumption). Dari total konsumsi rumah tangga

Rp. 2.114,18 miliar, sebesar Rp. 1.543,54 miliar atau 71,98% digunakan untuk

keperluan pemenuhan kebutuhan makanan, sedangkan untuk keperluan non

food hanya sebesar 28,02% atau setara dengan Rp. 570,64 miliar. Sumber

konsumsi utama untuk non food diperkirakan berasal dari kebutuhan yang

terkait dengan perumahan. Dari segi pertumbuhannya (y-o-y), food

consumption pada triwulan laporan tumbuh relatif rendah dengan 0,25%,

sedangkan untuk non food consumption tumbuh lebih baik (6,06%).

Pergerakkan households consumption juga terlihat dari beberapa

prompt indicator dari instansi terkait. Terkait non food consumption,

Food 71,98%

Non food 28,02%

Grafik 1.9 Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.10 Komposisi Konsumsi Rumah Tangga

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2000

I II II IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

I

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp

mil

iar

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%Food Non Foody-o-y food y-o-y non food

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.11 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.12 Perkembangan Jumlah Motor

Sumber : PT PLN Wilayah NTT

198000

199000

200000

201000

202000

203000

204000

205000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Sumber : Dispenda NTT

2006 2007 2008Kw

h

12000000

13000000

14000000

15000000

16000000

17000000

18000000

Pela

ng

gan

Jml Pelanggan Konsumsi

78.3

35

111.

656

137.

115

164.

881

189.

247

3.75

0

17.4

73

2003 2004 2005 2006 2007 Jan-08 Mei-08

| Kajian Ekonomi Regional NTT 17

Triwulan II - 2008 |

khususnya yang berhubungan dengan perumahan, perubahannya dapat

direfleksikan melalui konsumsi listrik rumah tangga di wilayah NTT, ataupun

perkembangan jumlah kendaraan roda dua.

Grafik 1.14 Kualitas Kredit Konsumsi Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi

Dari sisi pembiayaan lembaga keuangan, perkembangan kredit

konsumtif relatif tidak terpengaruh oleh melambatnya perekonomian

NTT. Selain dari sisi share pembentukan yang mencapai 68,30%, kredit

konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan

kredit konsumsi di NTT meningkat 32,36% (y-o-y), dari Rp. 2.484,50 miliar

menjadi Rp. 3.288,53 miliar. Dari sisi kualitas kredit, kredit konsumtif

menunjukkan perbaikan. Rasio NPLs untuk kredit konsumsi cenderung menurun.

Sehingga tingkat risikonya masih dalam kategori aman.

2. Investasi

Kinerja investasi di Provinsi NTT relatif belum menunjukkan

perkembangan positif jika dibandingkan tahun 2007. Pada triwulan

II-2008, investasi di NTT sedikit mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu

sebesar 0,32%. Padahal pada periode yang sama tahun lalu investasi mengalami

pertumbuhan 26,78% (y-o-y). Ketergantungan terhadap investasi yang

dilakukan oleh pemerintah (dana APBN dan APBD) masih relatif tinggi.

Sementara disisi lain komposisi alokasi belanja modal dalam APBD 2008 justru

berkurang, karena kenaikan gaji PNS mulai April 2008.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank indonesia Kupang Sumber : Bank indonesia Kupang

2005 2006 2007 2008

Rp

mii

lar

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0

10

20

30

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominal y-o-y

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

nominal Rasio NPLs

| Kajian Ekonomi Regional NTT 18

Triwulan II - 2008 |

Salah satu bentuk investasi pemerintah yang telah selesai dan siap

beroperasi saat ini adalah pembangunan pabrik biodiesel di kawasan

industri bolok. Pabrik tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat melalui

Depperindag. Operasional pabrik saat ini hanya tinggal menunggu kesiapan

manajemen Perusahaan Daerah (PD) Flobamora. Uji joba penggunaannya juga

telah dilaksanakan. Untuk mendukung pelaksanaan operasional pabrik tersebut,

dibangun gudang penyimpanan seluas 200 m2 dengan dana APBD. Pabrik

tersebut tidak hanya mampu mengolah biji jarak saja, tetapi juga bisa mengolah

minyak jelantah menjadi biodiesel. Kemudian Pemerintah Kabupaten Flores

Timur, NTT juga akan membangun pabrik makanan ringan berupa chips

(lempengan) yang berbahan baku ikan, kelapa dan jambu mete serta, ubi kayu

senilai Rp 7 miliar pada tahun 2008 yang akan beroperasi paling lambat bulan

Oktober atau November 2008.

Grafik 1.15 Perkembangan Investasi

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sementara investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih

perlu ditingkatkan. Sampai dengan awal Mei 2008, baru ada dua perusahaan

PMA melakukan pengurusan SP, yaitu PT. Scan Energi Indonesia yang berlokasi

di Kab. Sumba Tengah dimana proses pengurusan telah selesai dan satu lagi

sementara berjalan pengurusan SP yaitu PT Tian Bio Green di Kab. TTU, TTS,

Belu, dan Kab. Kupang.

Secara umum masalah yang dihadapi investor untuk melakukan

investasi di wilayah NTT adalah masalah keterbatasan infrastruktur

maupun dan aspek kepastian hukum. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan

Sumber : BPS NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp

mil

iar -60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%Investasi y-o-y q-t-q

| Kajian Ekonomi Regional NTT 19

Triwulan II - 2008 |

jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak

wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan.

Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama

sektor industri. Kemudian dari sisi sumber daya manusia, kualitasnya masih

relatif rendah sehingga perlu waktu untuk merubahnya. Kemudian yang tidak

bisa dilupakan, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian

hukum di NTT masih perlu diperbaiki. Kejelasan antara mekanisme di tingkat

provinsi serta kabupaten masih perlu diperbaiki. Pengembangan sistem

pelayanan satu atap bisa dijadikan salah satu opsi perbaikan. Kemudian masih

kentalnya pengaruh adat dan budaya dapat menjadi salah satu hambatan.

Peluang investasi di NTT masih banyak yang belum dioptimalkan

khususnya di bidang pariwisata. Sebagai contoh : danau kelimutu, Pulau

komodo, Pantai Nembrala yang pengelolaannya belum maksimal. Masing-

masing pemda sebaiknya perlu memangkas birokrasi dan menghilangkan

kebijakan-kebijakan yang menghambat investasi. Pembatalan rencana PT

Megasurya Nusalestari untuk mereklamasi pantai Tedys-Oeba karena regulasi

tata kota yang tidak jelas menjadi bukti nyata. Pemerintah masing-masing

kabupaten hendaknya mempermudah dan memperpendek proses perizinan dan

menghilangkan kebijakan-kebijakan yang menghambat, menghilangkan

berbagai jenis pungutan yang tidak perlu, meningkatkan pengawasan di segala

bidang serta penerapan sistem pelayanan satu atap, sehingga investor tidak

kesulitan untuk mengurus administrasi.

RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI1 2004 2.291.000 200,852 2005 2.900.000 2.014.6563 2006 275.725.000.000 34.460.000.000 3.824.656 233.0004 2007 54.400.000.000 4.510.000.000 18.700.000 731,582

330.125.000.000 38.970.000.000 27.715.656 3.180.088JUMLAH

TAHUNNO PMDN (RP) PMA (US$)

Tabel 1.3 Rencana dan Realisasi Investasi

Sumber : BKPMD Provinsi NTT

Secara umum realisasi investasi di Provinsi NTT masih relatif

rendah. Selama tahun 2007 sebanyak 8 PMDN dan PMA yang berencana

melakukan investasi di NTT. Adapun 3 PMDN dengan rencana investasi sebesar

Rp. 54 miliar dan terealisasi Rp. 14,6 miliar (31%), sedangkan untuk PMA ada 5

perusahaan dengan rencana investasi sebesar $20,602 juta posisi Oktorber 2007

terealisasi sebesar $433,3 atau hanya 2,10%(BKPMD Prov NTT).

| Kajian Ekonomi Regional NTT 20

Triwulan II - 2008 |

Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.17 Kualitas Kredit Investasi

Lambatnya kinerja investasi di Provinsi NTT juga tercermin dari

segi pembiayaan oleh lembaga keuangan (perbankan). Penyaluran kredit

investasi oleh perbankan sampai dengan akhir triwulan II-2008, memiliki share

yang relatif minim, hanya 3,03% dari total kredit yang yang disalurkan atau

sebesar Rp.145,99 miliar. Pertumbuhan kredit investasi (y-o-y) posisi Juni 2008

sebesar 28,36%, lebih lambat dibandingkan kredit konsumsi yang mencapai

32,36%. Namun demikian, terlepas dari kendala atau hambatan-hambatan

dalam melakukan investasi kualitas kredit investasi perbankan NTT masih relatif

terjaga (NPLs 0,22%). Perkembangan investasi di NTT juga bisa didekati dari

beberapa prompt indicator dari instansi terkait.

Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Semen Grafik 1.19 Perkembangan Jumlah Truk

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : ASI Sumber : Dispenda NTT

2006 2007 2008Rp

mii

lar

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

2

4

6

8

10

12

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominaly-o-y

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

nominal Rasio NPLs

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

10000

20000

30000

40000

50000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Konsumsi

y-o-y

8.00

2

8.73

1

9.42

5

10.2

45

11.1

07

65 340

2003 2004 2005 2006 2007 Jan-08 Mei-082005 2006 2007 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 21

Triwulan II - 2008 |

Grafik 1.20 Impor Barang Modal

3. Net Ekspor

Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB

ekspor dan PDRB impor masih tetap negatif. Tingginya tingkat konsumsi

masyarakat NTT mengakibatkan nilai PDRB impor melebihi ekspornya. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT

didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Sementara itu

kinerja ekspor NTT masih relatif bergantung pada komoditi-komoditi pertanian

dimana bentuk packaging masih dalam bahan mentah. Sebagian besar ekspor

NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju Surabaya

atau Jakarta, sehingga bila dilihat komposisinya ekspor antarpulau sangat

mendominasi. Kondisi net ekspor NTT pada posisi triwulan laporan sebesar

Rp. 533,17 miliar. jumlah tersebut lebih tinggi jika dilihat secara triwulanan

maupun tahunan yang masing-masing sebesar 12,19% dan 1,62%

Sumber : Bank Indonesia - DSM

9.282 394

136.126

5.717

500.000

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

I II III IV I II III IV I II

Barang Modal

Sumber : BPS NTT diolah

2006 2007 2008

$

Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Net Ekspor

-1100

-900

-700

-500

-300

-100

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Net Ekspor

| Kajian Ekonomi Regional NTT 22

Triwulan II - 2008 |

Perkembangan ekspor NTT pada triwulan II-2008, mengalami

kontraksi. Secara tahunan (y-o-y) nominal PDRB untuk ekspor turun 0,64%,

dari Rp. 916,67 miliar menjadi Rp. 910,82 miliar. Dampak perlambatan

pertumbuhan ekonomi NTT secara umum, juga berpengaruh pada aktivitas

ekspor. Baik ekspor antar pulau maupun ekspor luar negeri mengalami kontraksi

(y-o-y), masing-masing 0,56% dan 4,02%. Jika dilihat dari komposisinya, PDRB

ekspor antar pulau Provinsi NTT mencapai 97,91% dari total PDRB ekspor. Jika

dilihat dari negara tujuan, ekspor NTT pada triwulan II-2008 sebagian besar

menuju negara di Asia Timur baik Cina atau Jepang. Diperkirakan untuk

triwulan mendatang, ekspor akan mengalami peningkatan. Seiring dengan

tibanya musim panen untuk beberapa komoditi perkebunan, seperti : mete dan

kopi.

Grafik 1.23 Komposisi Ekspor Grafik 1.22 Perkembangan Ekspor

AUSTRALIA1,47%

ASEAN2,45%

C. HONGKONG0,18%

OTHER ASIA5,11%

C. R.R.C49,90%

C. JAPAN40,89%

Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS NTT diolah

0

200

400

600

800

1000

1200

I II IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : BPS NTT diolah

Grafik 1.25 Komposisi Ekspor per Negara Tujuan

Sumber : Bank Indonesia - DSM

Sumber : Bank Indonesia - DSM

III

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mili

ar -60%

-30%

0%

30%

60%

90%

120%

150%

0

200

400

600

800

1000

1200I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Luar NegeriEkspor y-o-y q-t-qAnt Pulau

Rp

mili

ar

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

I II III IV I II III IV I II

Nilai Ekspor

2006 2007 2008

$

| Kajian Ekonomi Regional NTT 23

Triwulan II - 2008 |

Dari sisi impor, pada triwulan II-2008 menunjukkan peningkatan

sebesar 0,18% (y-o-y), dari Rp. 1.441,33 miliar menjadi Rp. 1.443,99. Bila

melihat tren beberapa periode sebelumnya, penurunan aktivitas konsumsi

selama tahun 2008, kontan memberikan korelasi terhadap penurunan akselerasi

pertumbuhan impor. Dari total Rp. 1.443,99 miliar, 98,75% merupakan impor

antar pulau. Penurunan impor, tercermin juga melalui menurunya nilai impor

yang masuk ke wilayah NTT.

Grafik 1.27 Perkembangan Volume ImporGrafik 1.26 Perkembangan Impor

1.2 Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Provinsi NTT pada

triwulan II-2008 masih belum mengalami perubahan dibandingkan

dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga sektor

utama : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel &

restoran. Ketiga sektor ini memiliki share hingga 71,32% dari PDRB NTT secara

keseluruhan pada triwulan II-2008.

Sumber : Bank Indonesia - DSM

0

500

1000

1500

2000

2500

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sektoral

Sumber : BPS Provinsi NTT

I

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp

mili

ar

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

I II III IV I II III IV I II

Nilai ImporImpor y-o-y q-t-q

US

$

2006 2007 2008

Penawaran

(miliar) I II III IV I IIPertanian 1.045 1.078 1.086 1.140 1.121 1.158

ertambangan 32 33 36 42 35 36

Industri Pengolahan 40 42 44 46 41 42

istrik,Gas dan Air 9 10 11 12 10 11

ngunan (konstruksi) 154 161 183 205 170 175

Perdagangan & Hotel 406 436 457 481 424 443

ansportasi & Komunikasi 176 192 198 212 197 214

Keuangan dan Persewaan 90 95 103 106 93 99

asa-jasa 558 617 671 698 570 635

PDRB 2.511 2.663 2.788 2.942 2.660 2.814

20082007

P

L

Ba

Tr

J

| Kajian Ekonomi Regional NTT 24

Triwulan II - 2008 |

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan II-2008 sebesar 5,67%

sebagian besar ditopang oleh kinerja sektor pertanian, dimana

menyumbang hingga 3,01%. Selain pertanian, sektor jasa-jasa dan transportasi

dan komunikasi juga merupakan sektor ekonomi yang berperan menyumbang

pertumbuhan dengan 0,68% dan 0,82%. Namun demikian, bila melihat

pergerakkan share sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan angka PDRB,

diindikasikan terjadi gejala perubahan struktur ekonomi. Sektor pertanian yang

selalu menjadi prime mover cenderung mengalami penurunan kontribusi,

sedangkan sektor-sektor lain yang cenderung lebih padat modal mulai bergerak

naik.

Pertanian; 41,15%

Industri Pengolahan;

1,50%

Pertambangan; 1,29%

Bangunan (konstruksi);

6,22%

Keu & Sewa; 3%

Jasa ; 21%

Transp & Komunikasi ; 7%

PHR ; 16%

Tabel 1.29 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tabel 1.28 Struktur PDRB Sektoral

3,01%

0,12%

0,03%

0,01%

0,52%

0,29%

0,82%

0,68%

5,67%

0,18%

0% 2% 3% 5% 6%

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik,Gas dan Air

Bangunan (konstruksi)

Perdagangan & Hotel

Transportasi & Komunikasi

Keuangan dan Persewaan

Jasa-jasa

PDRB

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor Dominan Grafik 1.31 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

PertanianPHRJasa

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

PertanianPHRTransp & KomJasa-jasa

| Kajian Ekonomi Regional NTT 25

Triwulan II - 2008 |

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT

meningkat 7,45% (y-o-y). Meningkatnya laju pertumbuhan tahunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan

produksi pertanian. Selain itu, pada triwulan II dibarengi dengan periode masa

panen khususnya untuk komoditi tanaman pangan. Sektor pertanian NTT

ditopang oleh dua subsektor utama yaitu subsektor tanama pangan dan

subsektor peternakan. Kedua subsektor tersebut berkontribusi hampir mencapai

80% dari PDRB sektor pertanian. Namun secara triwulan (q-t-q) sektor pertanian

mengalami peningkatan sebesar 3,32%. Bergesernya periode musim panen

dipengaruhi oleh perubahan cuaca pada tahun 2007.

Grafik 1.32 PDRB Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan.

Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola

sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih

menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti :

mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang

atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam

campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar

sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut

sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

PDRB y-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 26

Triwulan II - 2008 |

Sampai dengan triwulan II-2008, kinerja subsektor perikanan

masih terhambat, bahkan turun 0,21%. Sedangkan subsektor peternakan

mengalami pertumbuhan paling tinggi dengan 15,35%. Hal ini disebabkan

karena pengaruh faktor cuaca yang kurang baik, dimana kecepatan angin

mencapai 40 km/jam yang mengakibatkan tinggi ombak bisa setinggi 4-5 meter.

Hal tersebut mengakibatkan nelayan tidak bisa berlayar seperti biasanya. Namun

demikian kondisi positif dialami oleh para petani rumput laut, dimana harga jual

rumput laut saat ini bisa mencapai Rp. 10.000,00/kg (tertinggi).

Dari subsektor tanaman pangan, estimasi produksi padi pada

tahun 2008 akan meningkat. Produksi padi tahun 2008, di ramalkan

meningkat sebesar 13,60% dari 505.628 ton tahun 2007 menjadi 574.412 ton

pada tahun 2008. Tingginya peningkatan produksi padi terutama terjadi pada

padi ladang sebesar 30,93% karena adanya pembukaan lahan baru

(ekstensifikasi). Sementara produksi padi sawah hanya meningkat sekitar

8,98%. Provinsi NTT pada tahun 2008 diperkirakan akan mengalami

kekurangan beras untuk komsumsi penduduk sebanyak 173.328 ton. Dengan

total perkiraan produksi gabah 574.412 ton akan menghasilkan beras pangan

sebesar 325.321 ton, sedangkan kebutuhan beras untuk komsumsi 4.519.610

jiwa penduduk NTT pertengahan tahun 2008 sebanyak 498.649 ton.

Kekurangan beras ini akan di pasok melalui pedagang dan Bulog sehingga

kondisi perbesaran di NTT relatif stabil dan masyarakat golongan bawah

terbantu dengan adanya Raskin.

Tabel 1.5 ARAM Produksi Padi NTT

2006 2007 2008

(ATAP) (ATAP) (ARAM II)

1.Produksi Padi (GKG) 511910 505628 574412

2. Penggunaan GKG-non Pangan 37369 36911 41932

3. GKG yg di olah menjadi beras 474541 468717 532480

4. Produksi Beras 299910 296229 336527

5. Penggunaan beras-non pangan 9987 9864 11206

6. PRODUKSI BERAS-PANGAN 289923 286365 325321

7. Total Komsumsi Penduduk 480500 490844 498649

8. SELISIH (produksi-komsumsi) -190578 -204479 -173328

URAIAN

Sumber : BPS Prov NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 27

Triwulan II - 2008 |

Secara tahunan subsektor peternakan mengalami pertumbuhan

yang paling tinggi (15,35% ; y-o-y). Provinsi NTT merupakan salah satu

daerah gudang penghasil hewan ternak, yang menyuplai kebutuhan nasional.

Realisasi perdagangan antar pulau ternak pada tahun 2007 Provinsi NTT

melebihi target yang ditetapkan, dengan rincian : sapi 63.036 ekor (156,61%),

kerbau 7.745 ekor (77,45%) dan kuda 7.881 ekor (135.35%). Sedangkan target

tahun 2008, total jumlah ternak yang diantarpulaukan 58.750 ekor. Target

pencapaian tersebut bukan hal yang mustahil, mengingat Pemerintah Provinsi

Jawa Timur, telah mencabut keputusannya yang melarang ternak berasal dari

wNTT, untuk transit di Tanjung Perak sebelum dikirim ke Jakarta. Dengan

demikian para pengusaha ternak sudah bisa melakukan pengiriman ternak ke

DKI Jakarta melalui pelabuhan dengan transit di Surabaya. Sekitar 90 % sapi Bali

berada di Pulau Timor. Sapi-sapi tersebut yang selama ini dikirim ke DKI Jakarta,

Sulawesi Selatan dan Batam untuk menstabilkan harga daging nasional,

terutama menjelang hari raya keagamaan.

Komoditi perkebunan Provinsi NTT telah menembus pasar

internasional. Bahkan, Dinas Perkebunan Propinsi NTT telah menaikkan target

ekspor kopi ke Oakland, Amerika Serikat (AS) sebanyak 150 ton dalam tahun

2008. Target tersebut meningkat dari realisasi ekspor tahun 2007 sebanyak 77

ton. Ekspor kopi tahun 2007 itu berasal dari dua kabupaten, yakni Ngada 70,8

ton dan Manggarai sebanyak 6.2 ton. Untuk mendukung target tersebut, di dua

kabupaten itu akan dibentuk 4 unit pengolahan hasil (UPH) tambahan.

Peternakan; 30,31% Tabama; 50,46%

Perkebunan; 10,39%

Kehutanan ; 0,63%

Perikanan ; 8,21%

Grafik 1.33 y-o-y Subsektor Pertanian Grafik 1. 34 Struktur PDRB Sektor Pertanian

-45%

-30%

-15%

0%

15%

30%

45%

60%

75%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tabama Perkebunan

Peternakan Kehutanan

Perikanan

| Kajian Ekonomi Regional NTT 28

Triwulan II - 2008 |

Sementara komoditi lain yang telah diekspor selama ini adalah jambu mete ke

Jerman, kakao ke Singapura, serta jatropha ke Brasil dan Filipina. Salah satu

perusahaan yang telah melakukan ekspor mete adalah PT. Eka Prima, dengan

tujuan India.

Grafik 1.35 Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.36 Kualitas Kredit Sektor Pertanian

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertanian oleh

perbankan di NTT masih relatif rendah, 2,10% dari total outstanding kredit

posisi Juni 2008 atau senilai Rp. 71,03 miliar. Lambatnya perkembangan

pembiayaan untuk sektor pertanian pada umumnya terkendala masalah

ketersediaan agunan, karena petani di NTT masih sangat tradisional dalam

mengelola keuangannya. Dari segi kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPLs,

kredit sektor pertanian relatif terjaga (0,04%).

2. Pertambangan

Kinerja sektor pertambangan di Provinsi NTT mengalami

peningkatan (y-o-y) sebesar 9,73%. Peningkatan aktivitas pembangunan

infrastruktur, khususnya jalan pada tahun 2008 mendorong peningkatan

kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur. Selain itu Provinsi NTT juga

merupakan penghasil logam Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Setiap

tahun hasil Mangan NTT telah di ekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti

dan PT Prima Mining Manganese. Mangan NTT di ekspor langsung dari NTT

tidak melalui Surabaya.

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

2006 2007 2008

Rp

mii

lar

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominal y-o-y

2006 2007 2008

Rp

juta

0,0%

0,1%

0,2%

0,3%

0,4%

0,5%

nominal Rasio NPLs

| Kajian Ekonomi Regional NTT 29

Triwulan II - 2008 |

Potensi material tambang masih banyak yang belum dieksplorasi.

Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten

Manggarai Timur antara lain menyebutkan bahwa kabupaten hasil pemekaran

dari Kabupaten Manggarai itu memiliki potensi pasir besi yang sudah terdeteksi

sejak lama dan perlu dieksplorasi lebih jauh. Potensi pasir besi itu terdapat di

Desa Bamo Kecamatan Kotakomba. Selain pasir besi, Manggarai Timur juga

memiliki potensi pertambangan lainnya seperti emas dan logam dasar lainnya di

Kelurahan Tanahrata Kecamatan Kotakomba. Untuk bisa mengolah potensi

tersebut, pemerintah daerah tentunya membutuhkan investasi, baik berupa

tenaga ahli, teknologi juga investasi dalam bentuk uang (Sumber : Flores Pos).

Grafik 1.38 Kredit Sektor PertambanganGrafik 1.37 PDRB Sektor Pertambangan

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertambangan oleh

perbankan di NTT masih relatif kecil, 0,03% dari total outstanding kredit

posisi Maret 2008 atau senilai Rp. 4,94 miliar. Namun dari sisi pertumbuhannya

(y-o-y) kredit sektor pertambangan tumbuh cukup tinggi hingga diatas 300%.

Dari segi kualitas kredit yang terceremin dari rasio NPLs, kredit sektor

pertambangan relatif sangat kecil.

3. Industri Pengolahan

Pertumbuhan sektor industri NTT mengalami perlambatan. Pada

triwulan I-2008, sektor industri tumbuh 2,03%, sedangkan pada triwulan

laporan turun menjadi 1,77%. Dengan demikian, secara umum kinerja sektor

industri masih relatif tidak menunjukkan perubahan, justru cenderung melemah

0

10

20

30

40

50

I II III IVI II III IVI II III IVI II II IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

I

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

PDRB y-o-y

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

nominal y-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 30

Triwulan II - 2008 |

tahun 2007. Share sektor industri terhadap pembentukan PDRB NTT relatif sama

dibandingkan periode-periode sebelumnya (1,50%). Lambatnya perkembangan

sektor industri diindikasikan karena ketersediaan infrastruktur yang masih

terbatas. Permintaan energi listrik tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh

PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari prompt indicator

konsumsi listrik industri yang mengalami penurunan.

Namun dari sisi pembiayaan sektor perbankan terhadap sektor

industri tetap mengalami peningkatan sebesar 21,31% (y-o-y). Total

outstanding kredit sektor industri sampai dengan akhir triwulan II-2008 sebesar

Rp. 17,84 miliar atau 0,40% dari total kredit. Kualitas kredit sektor industri juga

relatif dalam kondisi terkendali dengan nominal NPLs sebesar Rp.338 juta atau

setara dengan rasio NPLs 0,01%. Dibalik optimisme tersebut, sektor industri

sebenarnya tetap dibayangi ancaman dari tren kenaikan harga minyak dunia.

Dengan status non-subsidi, maka harga bahan bakar industri akan mengikuti

pergerakkan harga minyak di pasar internasional. Pergerakkan harga minyak

dunia akhir-akhir ini cepat atau lambat, akan berdampak terhadap kinerja

produksi, yang pada akhirnya akan berimbas terhadap kinerja ekonomi secara

menyeluruh.

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.39 PDRB Sektor Industri Grafik 1.40 Konsumsi Listrik Sektor Industri

0

10

20

30

40

50

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mili

ar

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

112

114

116

118

120

122

124

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

PDRB y-o-y

2006 2007 2008

Pela

ng

gan

50000

300000

550000

800000

1050000

1300000

Kw

h

Jml Pelanggan

Konsumsi

| Kajian Ekonomi Regional NTT 31

Triwulan II - 2008 |

Grafik 1.41 Kredit Sektor Industri Grafik 1.42 Kualitas Kredit Sektor Industri

4. Listrik dan Air Bersih

Pertumbuhan (y-o-y) sektor listrik dan air bersih relatif menurun

dibandingkan dengan posisi awal tahun. Secara tahunan (y-o-y), PDRB

sektor listrik dan air bersih tumbuh 1,97%, sementara triwulan lalu sektor ini

tumbuh 3,21%. Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih didorong oleh

pertumbuhan subsektor listrik sebesar 5,56%, sedangkan subsektor air bersih

justru memberikan tekanan dengan mengalami kontraksi sebesar 7,03%.

Perkembangan PDRB subsektor listrik tercermin dari prompt indicator

perkembangan tingkat konsumsi listrik di wilayah NTT. Peran energi listrik

terhadap kinerja perekonomian NTT sebagai salah satu supporting element

sangat penting.

Grafik 1.43 PDRB Sektor Listrik dan Air

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

5

10

15

20

25

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

2007 2008

Rp

miil

ar

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

0

150

300

450

600

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominal y-o-y

2007 2008

Rp

juta

0,00%

0,01%

0,01%

0,02%

0,02%

nominalRasio NPLs

Grafik 1.44 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-6%

-3%

0%

3%

6%

9%

12%

PDRB y-o-y

2006 2007 2008pel

ang

gan

204000

206000

208000

210000

212000

214000

216000

218000

220000

222000

224000

Kw

h

Kwh

Pelanggan

| Kajian Ekonomi Regional NTT 32

Triwulan II - 2008 |

5. Bangunan

Pada triwulan II-2008, sektor bangunan tumbuh 8,65% ; y-o-y.

Sedangkan tahun lalu untuk posisi yang sama sektor ini tumbuh lebih rendah

3,44%. Tingginya pertumbuhan sektor bangunan disebabkan karena masih

besarnya potensi pengembangan infrastruktur di NTT. Ketergantungan sektor

bangunan terhadap proyek-proyek pemerintah masih relatif tinggi, hal ini

tercermin dari pertumbuhan triwulanan (q-t-q) dimana setiap awal tahun

cenderung menurun. Dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU BI) quarterly

growth yang relatif tinggi pada umumnya terjadi pada triwulan II atau III.

Peningkatan sektor bangunan diindikasikan terpengaruh

meningkatnya DIPA 2008 untuk Provinsi NTT sebesar 20% (sumber dana

APBN). DIPA tahun 2008 untuk provinsi NTT sebesar Rp. 10.704.315.917.000,

sementara untuk anggaran tahun lalu sebesar 9.205.700.000.000.

Perkembangan kinerja sektor bangunan juga tercermin dari tingkat

pertumbuhan konsumsi semen di NTT.

Dari segi pembiayaaan, sejalan dengan peningkatan PDRB sektor

bangunan penyaluran kredit konstruksi oleh perbankan NTT mengalami

peningkatan (y-o-y) yang signifikan (100,10%). Outstanding kredit konstruksi

meningkat dari Rp. 48,95 miliar menjadi Rp. 97,94 miliar. Dari segi kualitasnya,

rasio NPLs kredit sektor konstruksi tetap terkendali dengan 0,09%.

Grafik 1.45 PDRB Sektor Bangunan

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.46 Konsumsi Semen NTT

0

50

100

150

200

250

I II III IVI II III IVI II III IVI III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : ASI

II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

0

10000

20000

30000

40000

50000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%PDRB y-o-y Konsumsi

y-o-y

2005 2006 2007 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 33

Triwulan II - 2008 |

Grafik 1.47 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.48 Kualitas Kredit Sektor Konstruksi

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan II-2008, performance sektor perdagangan, hotel dan

restoran tumbuh cenderung melambat. Pada triwulan laporan, sektor ini

meningkat (y-o-y) 1,77% sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh 4,41%.

Lambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran relatif

berkorelasi dengan melambatnya tingkat konsumsi masyarakat NTT pada

triwulan laporan ini. Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan subsektor : perdagangan

dan hotel. Sedangkan untuk restoran pertumbuhannya cenderung stabil.

Dari ketiga subsektor pendukung sektor perdagangan,hotel dan

restoran, subsektor perdagangan memberikan share terbesar dengan

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0

1000

2000

3000

4000

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

Rp

juta

0,00%

0,05%

0,10%

0,15%

0,20%

nominalRasio NPLs

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0%

50%

100%

150%

200%

nominal y-o-y

Grafik 1.50 Pertumbuhan SubSektor PHR Grafik 1.49 PDRB Sektor PHR

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

0

100

200

300

400

500

600

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

PDRB y-o-y

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

PerdaganganHotelRestoran

| Kajian Ekonomi Regional NTT 34

Triwulan II - 2008 |

97,09%, kemudian subsektor restoran sebesar 1,66%, sedangkan subsektor

hotel memberikan share terendah 1,26%. Menurunnya aktivitas perdagangan

diperkirakan terjadi karena terjadi kecenderungan melemahnya daya beli

masyarakat, akibat kenaikan harga BBM. Masyarakat lebih selektif dalam

membelanjakan dananya. Pergerakkan kinerja sektor ini bisa dicerminkan dari

tingkat konsumsi listrik untuk kategori bisnis di wilayah NTT.

Perdagangan97,09%

Restoran1,66%

Hotel1,26%

Tumbuhnya sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin

juga melalui pembiayaan sektor perbankan. Kredit sektor perdagangan,

hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 36,10% (y-o-y), dengan

total outstanding kredit sampai dengan akhir triwulan II-2008 sebesar

Rp. 1.186,05 miliar atau 23,63% dari total kredit. Kualitas kredit sektor

perdagangan, hotel dan restoran relatif dalam kondisi terkendali dengan rasio

NPLs sebesar 0,73%.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008

Pela

ng

gan

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

Kw

h

Jml Pelanggan Konsumsi

Grafik 1.52 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.51 Struktur PDRB Sektor PHR

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.53 Kredit Sektor PHR Grafik 1.54 Kualitas Kredit Sektor PHR

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

4

2006 2007 2008

Rp

mii

lar

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

8000

16000

24000

32000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominal y-o-y

2006 2007 2008

Rp

juta

0,00%

0,30%

0,60%

0,90%

1,20%

1,50%nominalRasio NPLs

| Kajian Ekonomi Regional NTT 35

Triwulan II - 2008 |

7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan II-2008

mengalami pertumbuhan sebesar 11,39% (y-o-y). Tumbuhnya sektor

angkutan dan komunikasi didorong oleh kedua subsektornya, masing-masing

meningkat 7,31% (subsektor angkutan) dan 28,97% (subsektor komunikasi).

Peningkatan pada subsektor angkutan didorong oleh perkembangan angkutan

udara. Jumlah penumpang angkutan udara setiap hari berkisar 800-850 orang,

meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Untuk mengantisipasi high season,

pada awal April 2008 lalu TransNusa Air Service menambah 2 armada untuk

beroperasi di NTT, masing-masing ATR -72 dan foker-50.

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

PDRB y-o-y

Grafik 1.55 PDRB Sektor Transp. & Komunikasi

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Tabel 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

2005 2006 2007 Jan-08 Mei-08Plat Hitam1 edan, Jeep, St. WaS gon,Minibus 6297 6744 7051 59 3112 us 40 45 543 ruk dan sejenisnya 4956 5354 5890 37 172Plat Kuning1 Sedan, Jeep, St. Wa

BT

gon,Minibus 5874 6139 5801 26 1362 us 1698 403 Truk dan sejenisnya 4469 4891 5217 28 168

tor 137115 164881 189247 3750 17473Kendaraan Khusus 89 95 126 - 3

Jenis Kendaraan

B

Mo

Sumber : Dispenda NTT

Pada triwulan II-2008, kontraksi terjadi pada angkutan

penyeberangan 3,18%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairan NTT yang

sempat kembali terkendala faktor cuaca. Tinggi gelombang perairan NTT yang

berkisar antara 2,5 - 4 meter sangat berbahaya bagi pelayaran (Badan

| Kajian Ekonomi Regional NTT 36

Triwulan II - 2008 |

Meteorologi dan Geofisika El tari Kupang). Perkembangan aktivitas subsektor

angkutan (khususnya angkutan darat) dapat terlihat dari perkembangan jumlah

kendaraan bermotor. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor cenderung

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tentunya berkorelasi dengan tren

penggunaan bahan bakar untuk keperluan transportasi.

Perkembangan subsektor telekomunikasi sebesar 28,97%, sejalan

dengan bertambahnya jumlah provider mobile phone di NTT.

Penambahan satu provider pada akhir tahun 2007, menunjukkan potensi pasar

NTT masih cukup besar. Dengan semakin banyak provider persaingan di bisnis

telekomunikasi akan semakin ketat. Setiap konsumen akan memiliki banyak

pilihan.

Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi juga tercermin dari

peningkatan dari sisi pembiayaan, meskipun tidak signifikan. Kredit

sektor transportasi dan komunikasi pada akhir triwulan II-2008 meningkat

sebesar 0,25% (y-o-y). Total outstanding kredit sektor ini sebesar Rp. 29,15

miliar atau 0,79% dari total kredit. Kualitas kredit sektor angkutan dan

komunikasi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,07%.

Grafik 1.56 Kredit Sektor Transportasi Grafik 1.57 Kualitas Kredit Sektor Transportasi

0

800

1600

2400

3200

4000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan mengalami ekspansi

sebesar (y-o-y) sebesar 5,16%. Peningkatan sektor ini berasal dari seluruh

subsektor pendukungnya. Peningkatan paling tinggi terjadi pada subsektor jasa

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

2006 2007 2008

Rp

juta

0,00%

0,02%

0,04%

0,06%

0,08%

0,10%

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominalRasio NPLs

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

-50%

0%

50%

100%

nominal y-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 37

Triwulan II - 2008 |

perusahaan dengan 10,45%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

sektor ini mengalami percepatan pertumbuhan.

Grafik 1.58 PDRB Sektor Keu. dan Persewaan

Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa

perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi

dengan 47,14%, disusul dengan subsektor bangunan 29,02%. Perkembangan

kinerja perbankan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor ini secara

keseluruhan. Perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari

perkembangan beberapa prompt indicator, penyaluran pembiayaan oleh

penggadaian ataupun pertumbuhan jumlah koperasi setiap tahunnya.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2005 2006 2007 2008

Rp

ju

ta

Pembiayaan

Pelunasan

Bank 47,14%

Lembaga Keu Nir Bank 19,80%

Sewa Bangunan 29,02%

Jasa Perusahaan 4,04%

Grafik 1.59 Struktur Sektor Keu. dan Persewaan Grafik 1.60 Perkembangan Kegiatan Penggadaian

Koperasi N T T 2004 2005 2006 2007Jml koperasi 1.102 1.117 1.109 1.294Jml anggota 356.538 358.974 359.430 388.660Asset (ribu) 212.654.064 241.648.248 407.056.225 460.242.771Volume usaha (ribu) 140.751.154 88.941.012 196.169.852 284.445.364

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : Penggadaian Kupang

Sumber : DInas Koperasi dan UKM

0

20

40

60

80

100

120

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

PDRB

y-o-y

Tabel 1.7 Perkembangan Koperasi NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 38

Triwulan II - 2008 |

Tabel 1.8 Perkembangan Kegiatan Bank

indikator

utama I II III IV I II

Aset (miliar) 7504,42 7894,08 8407,14 8516,24 8318,80 8546,12

y-o-y aset 24,59% 21,89% 23,53% 12,29% 10,85% 8,26%

Kredit (miliar) 3297,60 3687,35 4008,75 4202,99 4293,58 4814,82

y-o-y kredit 30,81% 32,07% 30,40% 31,63% 30,20% 30,58%

DPK (miliar) 6663,99 6932,98 7141,00 7296,11 7162,46 7437,54

y-o-y DPK 29,05% 21,88% 19,06% 10,09% 7,48% 7,28%

LDR 49,48% 53,19% 56,14% 57,61% 59,95% 64,74%

NPL 1,85% 2,01% 1,92% 1,54% 1,79% 1,62%

2007 2008

Sumber : Bank Indonesia Kupang

9. Sektor Jasa-jasa

Pada triwulan II-2008, sektor jasa hanya mengalami ekspansi

sebesar 2,93% (y-o-y), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan lalu

2,14%. Peningkatan aktivitas sektor jasa paling tinggi terjadi pada sektor

swasta, khususnya rumah tangga (11,53%). Sementara bila dilihat dari

kontribusinya, jasa-jasa pemerintah masih mendominasi hingga 70,82%

Grafik 1.63 Pertumbuhan Subsektor Jasa

Grafik 1.62 PDRB Sekor Jasa

Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama yang

mendukung kinerja perekonomian NTT. Kontribusinya terhadap

pembentukan PDRB NTT secara keseluruhan mencapai 22,56%. Bahkan,

perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan.

Faktor yang mendukung peningkatan di sektor ini terutama adalah tingkat

konsumsi masyarakat untuk membelanjakan sebagian penghasilannya di jasa-

jasa hiburan, seperti diskotik, tempat rekreasi dan lainnya. Sementara itu, seiring

dengan keterbatasan perekonomian untuk menyerap tenaga kerja, maka jasa-

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mil

iar

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

PDRB y-o-y

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pemerintah SosialHiburan Individu

| Kajian Ekonomi Regional NTT 39

Triwulan II - 2008 |

jasa rumah tangga maupun perseorangan yang sifatnya lebih cenderung

informal justru mengalami peningkatan yang paling tinggi dengan 11,53%

(y-o-y). Dari sisi pembiayaan lembaga perbankan, perkembangan sektor jasa

tercermin juga dari outstanding kredit perbankan posisi Juni 2008, kemudian

dari sisi kualitasnya kredit sektor ini masih dalam kondisi yang terkendali.

Pemerintah 70,82%

Sosial Masyarakat

20%

Individu & Rm.Tangga

13%

Grafik 1.64 Struktur PDRB Sektor Jasa Grafik 1.65 Kredit Sektor Jasa

Tabel 1.66 Kualitas Kredit Sektor Jasa

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

2006 2007 2008

Rp

mii

lar

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

nominal y-o-y

0

800

1600

2400

3200

4000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

Rp

juta

0,00%

0,03%

0,06%

0,09%

0,12%

0,15%

nominalRasio NPLs

| Kajian Ekonomi Regional NTT 40

Triwulan II - 2008 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 41

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA

di KAB. SUMBA TIMUR

Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh

aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman pangan. Sementara sektor

sekunder dan tersier ditempati oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan

hotel dan restoran. Namun demikian, fenomena dari ketiga sektor tersebut,

secara perlahan cenderung menunjukkan adanya pergeseran. Performa sektor

sekunder dan tersier dalam beberapa tahun terakhir relatif lebih ekspansif

dibandingkan primary sector dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini

mengakibatkan share dari sektor pertanian yang cenderung menurun,

sedangkan untuk dua sektor lainnya justru mengalami kondisi yang

berkebalikan. Salah satu faktor penyebab kurang bergairahnya sektor pertanian

disebabkan oleh sistem pola tanam yang selama ini dijalankan oleh masyarakat

atau petani di Provinsi NTT. Sebagian dari mereka masih menggunakan

teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah

dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak

mengunakan pupuk atau pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang

tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan

liar bebas keluar masuk merusak tanaman. Di Provinsi NTT, lahan pertanian pada

subsektor tanaman pangan paling banyak digunakan untuk penanaman

komoditi jagung. Hal ini tercermin dari luas panen untuk tanaman jagung yang

relatif lebih besar dari komoditi yang lain. Pada tahun 2006 luas panen tanaman

jagung mencapai 252.410 ha. Sekitar 252.410 ha lahan pertanian jagung yang

tersebar di provinsi NTT.

Bagi Indonesia, perkembangan komoditi jagung merupakan salah satu

komoditas strategis dan bernilai ekonomis. Dalam beberapa tahun terakhir

kebutuhan jagung terus meningkat, yang seharusnya dapat dipakai sebagai

momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Disamping sebagai

makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga berfungsi sebagai

bahan pakan ternak dan bahan baku industri makanan. Seiring dengan

peningkatan aktivitas industri peternakan Indonesia, tentunya sebagai second

round effect berimbas terhadap peningkatan permintaan jagung sebagai salah

Triwulan II - 2008 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 42

satu input dalam produksi ternak. Sampai dengan akhir tahun 2006, Indonesia

masih belum mampu mencukupi kebutuhan untuk konsumsi jagung dalam

negeri. Oleh karena itu dengan potensi yang dimiliki dan prospek pasar yang

menjanjikan, pengembangan komoditas jagung perlu ditindaklanjuti dengan

langkah-langkah strategis, yang sebelumnya perlu didahului dengan kajian.

Melalui koordinasi dan kerjasama yang terarah dengan semua stakeholders,

provinsi NTT memiliki peluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan

tetap memperhatikan kualitas.

Kondisi Sekarang

Bagi petani di Kab. Sumba Timur, hasil panen jagung tidak semata-mata

dijual, namun ada sebagian yang disimpan sebagai stok untuk mencukupi

kebutuhan pangan. Apabila dijual, petani tidak langsung menjual ke pasar tetapi

melalui pengumpul di wilayahnya masing-masing. Ada juga yang melalui

papalele, ataupun dengan sistem ijon. Di beberapa desa terkadang ada pasar

mingguan. Meskipun terdapat berbagai alternatif, petani tetap pada sisi yang

dirugikan. Karena nilai tambah (value added) terbesar bukan dinikmati petani,

tetapi dirasakan oleh pedagang pengumpulnya.

Gambar 1. Rantai Pemasaran di Kab. Sumba Timur

Bagi petani Kab. Sumba Timur, umumnya masih enggan menggunakan

bibit hibrida. Hal ini dikarenakan jagung hibrida relatif lebih tidak tahan lama

dibandingkan jagung lokal. Padahal dari segi produktivitas jagung hibrida jauh

lebih unggul. Bagi petani permasalahan utama adalah ketersediaan pasar dan

jaminan harga disaat masa panen tiba.

Rp.1000,00Rp. 750,00

Rp. 1.250,00 Rp. 1.250,00 Rp. 500,00

Rp. 750,00 Rp. 1.500,00

Penampung

Pasar Mingguan

Ijon Papalele

Pasar Sumba Timur & Sumba Barat(Rp. 3.000,00)

Petani

Triwulan II - 2008 |

Model Pengembangan

Oleh karena itu perlu dirancang sebuah mekanisme pola pengembangan

komoditi jagung, secara khusus untuk wilayah Kab. Sumba Timur. Pola

pengembangan inti-plasma yang sudah cukup memberikan keberhasilan,

bahkan di negara maju seperti Jepang bisa diterapkan dalam pengembangan

jagung di Kab. Sumba Timur. Dalam model inti-plasma tersebut, terdapat

beberapa stakeholders yang bisa terlibat, antara lain : PT AAI sebagai usaha inti,

petani, bank, koperasi, farm supplier, Feed Mills Industry. Bentuk kerja sama

seperti gambar berikut.

Gambar 2. Rantai Pemasaran di Kab. Sumba Timur

PT Ade Agro Industri (PT. AAI) dalam pola kerja sama ini berfungsi

sebagai inti. Melalui PT AAI seluruh produksi dari para petani akan diolah

(dikeringkan dengan dryer) sebelum dikirimkan ke konsumen yang dalam hal ini

juga merupakan industri. Industri yang menjadi konsumen umumnya bergerak

dibidang feed mills industry. Kemudian PT AAI bisa melibatkan pihak lembaga

keuangan, yang dalam hal ini perbankan untuk melakukan pembayaran hasil

panen. Perlu menjadi perhatian, bahwa hasil panen petani sebaiknya tidak dijual

langsung kepada PT AAI namun melalui koperasi. Fungsi koperasi dalam skema

ini sangat penting terutama dalam rangka menjaga kestabilan harga jagung di

saat musim panen tiba.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 43

PT. AAI

Feed Mills Industry

KoperasiBank

Farm Supplier

Farmer

payment

harvest

harvest payment after deduction

sell to

farm input

payment for farm input

farm input

harvest payment

farmer'sharvest

Triwulan II - 2008 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 44

Dilibatkannya koperasi dalam pola pengembangan inti-plasma tentunya

memiliki maksud dan tujuan. Koperasi memiliki peran yang sangat strategis, baik

bagi petani (plasma), maupun bagi PT AAI (inti). Koperasi akan membeli seluruh

keperluan produksi bagi petani, baik pupuk, obat-obatan maupun keperluan

lain yang terkait dengan input produksi. Setelah petani memasuki masa panen,

setiap petani yang mengambil bahan baku di koperasi wajib menjual hasil

panennya kepada koperasi. Pembayaran koperasi kepada petani bisa

memanfaatkan perbankan. Penggunaan lembaga keuangan, dalam hal ini bank

sangat mendukung efisiensi dalam melaksanakan transaksi pembayaran.

Dengan pola inti plasma, petani sebenarnya memiliki keuntungan

tersendiri. Petani tidak memerlukan effort guna mendapatkan input produksi,

dikarenakan seluruh kebutuhan produksi sudah disediakan oleh koperasi.

Kemudian petani juga tidak perlu mencari pasar untuk menjual hasil panennya,

karena melalui koperasi akan langsung dijual kepada PT. AAI. Selain itu petani

tidak perlu khawatir akan mengalami kerugian karena turunnya harga disaat

musim panen, karena koperasi yang akan menjaga harga jagung pada level

yang tetap menguntungkan bagi petani.

Simpulan

1. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditi jagung secara teknis

dapat dilakukan, mengingat masih rendahnya tingkat produksi aktual

dibandingkan produksi potensialnya.

2. Pengembangan komoditi jagung tidak dapat dilakukan hanya dari sisi on-

farm saja, melainkan harus ada integrasi seluruh rantai produk dari hulu

sampai hilir. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah (value added) dan

memberikan multiplier effect kepada sektor ekonomi yang lainnya (industri).

Rekomendasi

1. Diperlukan arah yang jelas mengenai pengembangan komoditi jagung.

Secara umum pengembangan komoditi jagung dapat diarahkan untuk

program pemenuhan kebutuhan pangan (ketahanan pangan) atau lebih

berorientasi agrobisnis. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi yang saling

menunjang.

Triwulan II - 2008 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 45

2. Dalam era otonomisasi seperti saat ini, komitmen pemerintah daerah masih

belum optimal. Terlalu banyak hal yang harus dikerjakan untuk penguatan

ekonomi di masing-masing wilayah, akibatnya terkesan kurang fokus, yang

tercermin dari kurangnya dukungan dari alokasi anggaran pemerintah. Selain

itu, koordinasi antar masing-masing pemerintah daerah, maupun dengan

pemerintah provinsi juga terkesan kurang optimal.

3. Perlunya peran dan komitmen lembaga pembiayaan (perbankan) di NTT

untuk turut serta memberikan ruang bagi para petani untuk dapat

memperoleh fasilitas kredit dengan skim-skim khusus tertentu.

4. Perlunya bantuan fasilitas dan pendampingan teknis oleh instansi terkait

kepada petani dengan lebih intens untuk meningkatkan pengetahuan dan

perilaku petani di pedesaan

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB III III

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

2.1 Kondisi Umum

Tekanan terhadap harga-harga di Kota Kupang pada akhir

triwulan II-2008 secara umum meningkat signifikan. Hal ini tercermin dari

angka inflasi tahunan (y-o-y) yang lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya. Pada triwulan I-2008 inflasi tahunan berada pada level 6,43%,

sedangkan untuk akhir triwulan II melonjak hingga 10,63%. Sampai dengan

akhir semester I, inflasi tahun 2008 sudah mencapai 8,28% (year to date).

Kondisi tersebut sudah mendekati laju inflasi pada akhir tahun 2007 sebesar

8,44%.

Peningkatan laju inflasi IHK pada triwulan II-2008 diindikasikan

terjadi pada ketiga komponen inflasi, terutama bersumber dari komponen

inflasi yang bersifat nonfundamental yaitu inflasi administered prices dan volatile

food. Peningkatan inflasi administered prices terutama terkait dengan kebijakan

Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi sebesar 28,7% pada akhir Mei

2008. Sementara itu, peningkatan inflasi volatile food terkait dengan

peningkatan ekspektasi inflasi pedagang sebagai dampak tidak langsung

(second round effect) peningkatan harga BBM yang secara otomatis

meningkatkan biaya distribusi.

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang

I II III IV I II

y-o-y 10,22% 9,29% 9,33% 8,44% 6,43% 10,63%

m-t-m 0,51% 0,36% -0,01% 1,97% 0,34% 2,31%

y-t-d 5,29% 4,88% 5,83% 8,44% 3,33% 8,28%

inflasi2007 2008

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 66

2005 2007 20082006

y-o-ym-t-m

y-t-d

| Kajian Ekonomi Regional NTT 46

Triwulan II - 2008 |

Dampak kenaikkan harga minyak dunia diindikasikan ikut

memberikan efek terhadap tekanan inflasi Kupang. Pergerakkan harga

minyak dunia yang menembus angka diatas $120 per barel mengakibatkan

peningkatan terhadap biaya produksi khususnya kalangan industri, mengingat

pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BMM bagi kalangan industri.

Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri logam. Hal ini

tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara khusus

seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku) yang berimbas

pada pergerakkan inflasi di kelompok perumahan.

Selain itu kenaikan harga minyak juga mendorong negara-negara

untuk mengembangkan energi alternatif yang dibuat dari berbagai

komoditi pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah

permintaan dunia untuk komoditi tersebut yang berakibat terhadap kenaikan

harga (demand pull inflation). Sementara itu negara-negara penghasil komoditi,

cenderung mengurangi ekspor untuk mengamankan stok guna mencukupi

kebutuhan dalam negerinya. Kondisi tersebut memicu terjadinya krisis pangan

dibeberapa negara akibat harga komoditi yang melambung tinggi. Demikian

pula yang terjadi dengan Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,

Indonesia masih banyak melakukan impor, sehingga otomatis pergerakkan

harga internasional akan ikut berpengaruh harga barang dalam negeri.

Kemudian masih berlanjutnya dampak peningkatan harga

komoditas pangan internasional juga turut memberikan tekanan pada

inflasi volatile food. Dari segi faktor fundamental, peningkatan ekspektasi

inflasi dan masih adanya dampak inflasi impor mendorong peningkatan inflasi

inti. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan dan penawaran perlu

diwaspadai terutama berkaitan dengan indikasi peningkatan permintaan.

Permintaan diindikasikan meningkat, sedangkan respons dari sisi penawaran

relatif terbatas, teerutama mengingat ketergantungan NTT terhadap impor

antarpulau relatif tinggi.

Pada akhir triwulan II-2008 inflasi tahunan Kupang lebih rendah

dibandingkan inflasi tahunan nasional, tidak seperti pada periode-periode

sepanjang tahun 2007 dimana inflasi nasional selalu lebih rendah, sejak tahun

2008 inflasi tahunan nasional masih diatas inflasi Kupang. Sedangkan jika

| Kajian Ekonomi Regional NTT 47

Triwulan II - 2008 |

dibandingkan dengan kota-kota yang secara geografis relatif dekat, inflasi

Kupang tergolong tinggi (posisi Mei 2008), hanya dibawah inflasi Surabaya. Bila

melihat kota Mataram dan Denpasar dimana kondisi geografisnya paling dekat,

inflasi masing-masing kota tersebut sebesar 9,52% dan 8,22%. Sementara jika

dibandingkan dengan Surabaya (10,09%), masih lebih rendah. Namun kondisi

tersebut perlu dicermati lebih jauh lagi, mengingat ketergantungan Provinsi NTT

terhadap suplai barang dari Surabaya cukup tinggi. Bukan tidak mungkin

kenaikan harga yang terjadi di Surabaya baru akan berdampak terhadap

kenaikan harga di Kupang pada periode mendatang, karena adanya pengaruh

time lag.

0

4

8

12

16

20

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Ags

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

2005 2006 2007 2008

y-o-y;%

kupang nasional

Grafik 4.2 Inflasi Kupang vs Inflasi Nasional Grafik 4.3 Inflasi Kupang vs Inflasi Kota Lain

2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)

Secara tahunan inflasi Kupang mengalami peningkatan signifikan.

Seperti telah diperkirakan sebelumnya, pengaruh kenaikan kenaikan BBM akan

sangat dominan dalam mendongkrak pergerakkan harga di Kupang. Pada

triwulan I-2008 inflasi y-o-y Kupang sebesar 6,43%, sedangkan triwulan II naik

menjadi 10,63%. Kelompok bahan makanan dan perumahan mengalami inflasi

paling tinggi, masing-masing dengan 15,49% dan 15,37%. Sedangkan

kelompok transportasi yang terkena dampak langsung kenaikan harga BBM

mengalami inflasi 2,62%. Dilihat dari sturukturnya, tidak jauh berbeda.

Kelompok perumahan dan bahan makanan menjadi penyumbang terbesar,

masing-masing 4,42% dan 4,16%.

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

KupangMataramDenpasarSurabaya

y-o-y;%

2005 2006 2007 2008

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 48

Triwulan II - 2008 |

Grafik 4.4 Inflasi Kelompok Barang Tw I-08 (y-o-y) Grafik 4.5 Struktur Pembentukan Inflasi (y-o-y)

15,49%

7,54%

15,37%

7,20%

3,63%

4,78%

2,62%

10,63%

0% 4% 8% 12% 16%

Bahan makanan

Makanan,minuman, rokok & tembakau

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,rekreasi dan olahraga

Transportasi dan komunikasi

Total

4,16%

0,96%

4,42%

0,30%

0,03%

0,30%

0,45%

10,63%

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

Bahan makanan

Makanan,minuman, rokok & tembakau

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,rekreasi dan olahraga

Transportasi dan komunikasi

Total

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

2.3 Inflasi 2008 (y-t-d)

Tekanan inflasi Kota Kupang sepanjang tahun 2008 memiliki

kecenderungan meningkat. Sampai dengan akhir triwulan II-2008, inflasi

Kota Kupang sudah mencapai 8,24%. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun 2007 lalu, dimana pada akhir triwulan yang sama tekanan inflasi

berada pada level 4,88% (y-t-d). Adapun sumber tekanan inflasi masih berasal

dari dua kelompok yang sama, yaitu : bahan makanan dan perumahan. Namun

demikian, pada tahun 2008 sumbangan komoditi perumahan jauh melebihi

komoditi bahan makanan. Meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan

bangunan, yang tidak diimbangin dengan peningkatan suplai menyebabkan

kecenderungan harga menjadi bergerak naik.

Grafik 4.6 Struktur Pembentukan Inflasi (y-t-d) Grafik 4.7 Perkembangan Inflasi (y-t-d)

2,74%

0,58%

4,00%

0,08%

0,03%

0,04%

8,24%

0,76%

0% 2% 3% 5% 6% 8% 9%

Bahan makanan

Makanan,minuman, rokok & tembakau

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,rekreasi dan olahraga

Transportasi dan komunikasi

Total

8,24%8,44%

9,72%8,28%

15,16%

0%

3%

6%

9%

12%

15%

18%

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6

2004 2005 2006 2007 2008

y-t-d

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 49

Triwulan II - 2008 |

Berhentinya produksi PT Semen Kupang mulai April 2008 lalu

mempengaruhi pasokan semen di NTT. Selama ini untuk mencukupi

kebutuhan konsumsi semen di NTT, selain dari produk lokal, juga disuplai

produk-produk dari daerah lain (Semen Gresik, Semen Bosowa, dan Semen

Tonase). Dari sisi harga, tentunya sangat berbeda. Semen Kupang dijual dengan

kisaran harga yang relatif lebih murah (Rp. 31.000) sedangkan untuk produk

luar rata-rata harga pada kisaran Rp. 35.000 – Rp. 39.000. Dengan terhentinya

suplai dari salah satu produsen, secara otomatis jumlah semen di pasaran

semakin terbatas. Hal tersebut membuat harga semen melonjak cukup

signifikan, hingga diatas Rp. 50.000 per sak.

Pergerakkan harga minyak dunia diindikasikan ikut memberikan

efek terhadap tekanan inflasi komoditi perumahan. Peningkatan harga

minyak dunia mengakibatkan peningkatan terhadap biaya produksi khususnya

kalangan industri. Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri

logam. Hal ini tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara

khusus seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku). Hal ini

menambah tekanan inflasi pada kelompok perumahan.

Pergerakkan harga bahan makanan cenderung relatif bervariasi.

Peningkatan harga sebagian besar terjadi pada awal tahun. Pasca kenaikan

BBM, harga kebutuhan pokok belum bergerak signifikan. Kalaupun terjadi

peningkatan harga pada komoditi tertentu, umumnya lebih disebabkan karena

supply shock semata bukan dikarenakan faktor fundamental. Beberapa

pergerakkan harga kebutuhan pangan dapat terlihat pada grafik dibawah.

Grafik 4.8 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok Grafik 4.9 Perkembangan Harga Bumbuan

Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang

0

3.000

6.000

9.000

12.000

15.000

18.000

21.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV

Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang

Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08

Beras Tepung teriguTelur Minyak gorenggula pasir

Nop-07

Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08

Bawang merahCabe merahCabe rawit

| Kajian Ekonomi Regional NTT 50

Triwulan II - 2008 |

Grafik 4.10 Perkembangan Daging dan Ikan

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang

Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08

Daging ayamDaging sapiIkan

| Kajian Ekonomi Regional NTT 51

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB IIIIIIIII

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN

3.1 Kondisi Umum

Kinerja perbankan di Provinsi NTT sampai akhir triwulan II tahun

2008 masih tetap menunjukkan perkembangan yang posistif, meskipun

perekonomian nasional secara makro mengalami tekanan dari kenaikan harga

BBM bersubsidi. Kemampuan perbankan dalam meningkatkan nilai asetnya

masih tetap terpelihara meskipun pertumbuhannya sejak akhir tahun 2007 lalu

cenderung mengalami perlambatan. Kondisi yang sama pun juga melanda

kegiatan penghimpunan dana masyarakat (DPK). Akselerasi pertumbuhan DPK

cenderung mengalami penurunan dalam beberapa triwulan terakhir, namun

demikian akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit relatif stabil pada kisaran

30% sampai 32%.

Tabel 3.1 Indikator Perbankan NTT

Tekanan dari sisi harga mempengaruhi peningkatan kebutuhan

pembiayaan perbankan di Provinsi NTT. Tingkat konsumsi masyarakat NTT

cukup dominan dalam menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.

Kenaikan harga membuat biaya untuk memenuhi konsumsi masyarakat

mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi

yang diatas kredit modal kerja maupun investasi. Selain itu tekanan terhadap

harga-harga barang juga berimbas terhadap peningkatan biaya untuk keperluan

usaha, ditambah dengan ekspektasi sektor swasta terhadap prospek kondisi

usahanya masing-masing diindikasikan menjadi penyebab tumbuhnya kredit

indikator

utama I II III IV I II

set (miliar) 7504,42 7894,08 8407,14 8516,24 8318,80 8546,12

o-y aset 24,59% 21,89% 23,53% 12,29% 10,85% 8,26%

Kredit (miliar) 3297,60 3687,35 4008,75 4202,99 4293,58 4814,82

o-y kredit 30,81% 32,07% 30,40% 31,63% 30,20% 30,58%

DPK (miliar) 6663,99 6932,98 7141,00 7296,11 7162,46 7437,54

o-y DPK 29,05% 21,88% 19,06% 10,09% 7,48% 7,28%

LDR 49,48% 53,19% 56,14% 57,61% 59,95% 64,74%

L 1,85% 2,01% 1,92% 1,54% 1,79% 1,62%

2007 2008

A

y-

y-

y-

NP

Sumber : Bank Indonesia Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 52

Triwulan II - 2008 |

untuk modal kerja dan investasi yang mencapai diatas 20% ; y-o-y. Dari sisi

perbankan, beroperasinya Bank BTPN di Kota Kupang sejak April 2008

mengakibatkan bertambahnya jumlah bank umum. Hal ini tentunya akan

menambah persaingan dalam dunia bisnis sektor keuangan. Kemudian berbagai

inovasi produk pembiayaan yang didukung dengan kemudahan-kemudahan ikut

memacu indikator kinerja perbankan.

Dengan kondisi perkembangan tersebut, maka rasio penyaluran

kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR) di NTT relatif

mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-t-q)

atau pun secara tahunan (y-o-y) tingkat LDR pada triwulan II-2008 lebih baik. Di

tengah tren peningkatan suku bunga acuan (BI rate) membaiknya kegiatan

intermediasi perbankan tetap diikuti oleh performance kredit yang relatif

terjaga, bahkan cenderung lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan performance kredit tersebut diperkirakan karena pengaruh

penyaluran kredit yang lebih berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential

banking serta berlanjutnya langkah-langkah terkait restrukturisasi kredit, baik

melalui penambahan jumlah plafon maupun perpanjangan jangka waktu

pelunasan. Secara umum bagi perbankan di NTT tekanan dari sisi risiko,

khususnya terkait risiko likuiditas, relatif belum menunjukkan gangguan yang

berarti. Meskipun sebagian besar dana yang disimpan sebagian besar bersifat

jangka pendek.

3.2 Intermediasi Perbankan

Kegiatan penyerapan dana masyarakat oleh perbankan NTT

mengalami peningkatan 7,28% (y-o-y), dari Rp. 6.932,98 miliar menjadi

Rp. 7.437,54 miliar. Secara struktural pertumbuhan DPK didorong oleh

peningkatan pada rekening tabungan dan deposito, masing-masing sebesar

21,26% dan 0,58%. Sedangkan tekanan terhadap pertumbuhan DPK berasal

dari simpanan giro yang mengalami penurunan sebesar 3,77%. Pertumbuhan

DPK (y-o-y) secara umum cenderung mengalami perlambatan. Hal ini

dikarenakan tekanan pada simpanan jenis deposito dan giro. Sementara

tabungan masih cukup berkembang positif.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 53

Triwulan II - 2008 |

Penurunan jumlah deposito diduga karena masih relatif

rendahnya imbal hasil yang diperoleh. Sementara di lain pihak,

bertambahnya produk-produk investasi yang ditawarkan di pasar keuangan,

seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked, sampai obligasi pemerintah

dalam hal ini ORI, membuat mayarakat memiliki lebih banyak alternatif.

Sedangkan pada simpanan jenis tabungan, meningkatnya akselerasi

pertumbuhan tabungan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan bagi

sebagian masyarakat, namun pada saat yang sama dorongan untuk melakukan

investasi masih relatif kecil. Kemudian simpanan jenis tabungan diindikasikan

relatif sudah dikenal, sifatnya lebih liquid (mudah dicairkan) dan jumlah minimal

saldo lebih kecil dibandingkan dengan jenis deposito. Kemudian pertumbuhan

Grafik 3.1 Perkembangan DPK Grafik 3.2 Perkembangan Struktur DPK

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Grafik 3.4 Komposisi DPK

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

2005 2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0%

10%

20%

30%

40%

nominaly-o-y

2006 2007 2008

y-o-y Tabungany-o-y Depositoy-o-y Giro

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

GiroDepositoTabungan

Rp

mili

ar

2006 2007 2008 2006 2007 2008

TabunganDepositoGiro

| Kajian Ekonomi Regional NTT 54

Triwulan II - 2008 |

DPK dalam bentuk rekening giro lebih disebabkan karena kebutuhan transaksi

dunia usaha yang mengalami peningkatan. Selain itu, preferensi masyarakat

dalam menggunakan sarana transaksi cek dan giro masih tinggi. Hal ini

tercermin dari peningkatan nilai nominal dari transaksi kliring yang dilakukan

melalui KBI Kupang. Penerapan sistem kliring nasional (SKNBI) membuat

transaksi berlangsung lebih efektif dan efisien.

Komposisi dana pihak ketiga di perbankan NTT belum mengalami

perubahan. Tabungan masih memiliki porsi tertinggi sebesar Rp. 3.365,70

miliar atau dengan kata lain 45,25% DPK dalam bentuk tabungan. Kemudian

diikuti dengan penempatan jenis giro dengan Rp. 2.427,78 miliar, dan terakhir

deposito sebesar Rp. 1.644,06 miliar. Sedangkan jika dilihat dari pemilik dana

pihak ketiga (DPK), golongan perorangan memiliki proporsi tertinggi yang

mencapai 61,06% atau senilai Rp. 4.541,58 miliar. Sedangkan proporsi

terendah dimiliki oleh golongan lainnya (lembaga pendidikan, perwakilan

lembaga asing) sebesar 1,48% atau senilai Rp. 110,28 miliar.

Tabungan tetap menjadi pilihan utama masyarakat NTT sebagai

sarana penempatan excess liquidity, meskipun memberikan imbal hasil

(bunga) yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis deposito. Fleksibilitas dan

kemudahan dalam melakukan berbagai transaksi, khususnya melalui Automatic

Teller Machine (ATM) mampu memberikan keunggulan tersendiri dalam

meningkatkan minat masyarakat. Kemudian layanan perbankan yang semakin

membaik melalui inovasi pelayanan jasa perbankan, seperti : SMS banking,

internet banking, dan produk jasa lainnya (fee based income) memudahkan

nasabah untuk melakukan tansaksi secara lebih cepat dan aman dengan layanan

yang sifatnya pribadi.

33,77%

3,69%61,06%

1,48%

Pemerintah Swasta Perorangan Lainnya

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Grafik 3.5 DPK Menurut Golongan Pemilik

| Kajian Ekonomi Regional NTT 55

Triwulan II - 2008 |

Penempatan dana pada rekening giro didasari oleh kebutuhan

transaksi para pelaku dunia usaha. Melalui transaksi dengan fasilitas sistem

kliring nasional (SKNBI), rekening giro menjadi salah satu pilihan dalam

melakukan transaksi non tunai. Pada triwulan II-2008 tercatat transaksi non

tunai dengan SKNBI mencapai Rp. 441,09 miliar. Peningkatan aktivitas dunia

usaha diindikasikan akan mendorong peningkatan simpanan giro. Selain itu,

sebagian besar dana pemerintah yang merupakan penggerak ekonomi provinsi

NTT sebagian besar dialokasikan dalam bentuk giro. Sehingga peningkatan

anggaran belanja pada tahun 2008 sebesar 1,60%, dari Rp. 1,036 triliun

menjadi Rp. 1,052 triliun diperkirakan berpengaruh terhadap pertumbuhan

simpanan giro.

Penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan II-2008

mengalami peningkatan baik secara tahunan (y-o-y) maupun triwulanan

(q-t-q). Pada triwulan II-2008, posisi outstanding kredit yang telah disalurkan

oleh perbankan di NTT mencapai Rp. 4.814,82 miliar. Jumlah tersebut

meningkat 30,20% dari tahun sebelumnya (y-o-y) atau 12,14% jika

dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (q-t-q), meskipun terjadi tren

peningkatan suku bunga (BI rate) akibat kenaikan tingkat inflasi setelah dampak

kenaikan BBM akhir Mei 2008 lalu, yang mulai direspon oleh perbankan di NTT.

Pertumbuhan kredit diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan

mendatang.

Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Grafik 3.7 Tren Suku Bunga Kredit

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

2005 2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0%

10%

20%

30%

40%

0%

5%

10%

15%

20%1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

nominal

y-o-y

2006 2007 2008

BI Rate

Bunga Kredit

| Kajian Ekonomi Regional NTT 56

Triwulan II - 2008 |

Akselerasi penyaluran kredit perbankan di NTT dipengaruhi juga

oleh perkembangan kondisi perekonomian. Berdasarkan hasil survei

kegiatan dunia usaha (SKDU BI) dalam periode triwulan II-2008, ekspektasi para

pelaku usaha terhadap kondisi pada periode mendatang cenderung positif. Hal

ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) yang bernilai positif. Bank

Mandiri mentargetkan kenaikan kredit tahun 2008 sebesar 30% (Rp. 23 miliar)

dari tahun sebelumnya, melebihi target nasional 20%. Hal tersebut didasarkan

pada semakin membaiknya kondisi perekonomian di NTT, khususnya Kota

Kupang. Sama halnya dengan PT. Bank NTT yang mentargetkan jumlah kredit

pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,7 triliun meningkat dibandingkan tahun 2007

yang realisasinya sebesar Rp. 1,8 triliun. Selain itu kebutuhan terkait pembiayaan

dari sisi konsumsi diperkirakan menjadi penggerak utama. Hal ini tercermin dari

komposisi penyaluran kredit yang tetap didominasi oleh pembiayaan kategori

konsumtif.

Pada triwulan II-2008 kredit konsumsi mengalami pertumbuhan

(y-o-y) yang paling tinggi. Selain dari sisi kontribusi pembentukan, kredit

konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan

kredit konsumsi di NTT meningkat 32,36% (y-o-y), dari Rp. 2.484,50 miliar

menjadi Rp. 3.288,53 miliar. Sementara untuk kategori kredit yang produktif,

dalam hal ini modal kerja dan investasi, tumbuh relatif lebih lambat (y-o-y)

dengan 26,74% dan 28,36%. Outstanding kredit modal kerja pada akhir

triwulan II-2008 sebesar Rp. 1.380,29 miliar, kemudian untuk kredit investasi

Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 3.9 Struktur Penyaluran Kredit Tw II-08

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

InvestasiModal KerjaKonsumsi

Investasi; 3,03%Konsumsi;

68,30%

Modal kerja; 28,67%

Rp

mili

ar

7

2005 2006 2007 2008

Sumber : Bank Indonesia Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 57

Triwulan II - 2008 |

sebesar Rp. 145,99 miliar. Kondisi serupa juga terjadi dalam struktur PDRB

Provinsi NTT, dimana lebih didominasi oleh pengeluaran konsumsi khususnya

konsumsi rumah tangga. Sementara itu perkembangan investasi di NTT relatif

lambat dan tentunya berakibat pada kurangnya peran kredit investasi dalam

kinerja penyaluran kredit bagi perbankan NTT.

Searah dengan perkembangan kredit dari sisi penggunaan,

penyaluran kredit secara sektoral terkonsentrasi pada sektor lain-lain

yang mencapai 67,48% atau sebesar Rp. 3.297,52 miliar. Hal ini merupakan

refleksi dari peran kredit konsumsi yang sangat dominan. Bila dilihat sektor yang

lain ada beberapa sektor usaha yang cukup memberikan kontribusi, antara lain :

kredit sektor perdagangan dengan 23,63% atau Rp. 1.186,05 miliar, kredit

Grafik 3.10 Perkembangan Komposisi Kredit Menurut Kenggunaan

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Konsumsi

0%

20%

40%

60%

80%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit Modal Kerja Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Investasi

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

2005 2006 2007 2008

KonsumsiModal KerjaInvestasi

2005 2006 2007 2008

Rp

mii

lar

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

nominal y-o-y

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2005 2006 2007 2008

Rp

mii

lar

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

nominal

y-o-y

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

nominal y-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 58

Triwulan II - 2008 |

sektor jasa sebesar 3,65% setara Rp. 90,95 miliar. Sebagai sektor unggulan

dalam perekonomian NTT, penyaluran kredit sektor pertanian pada triwulan II-

2008 justru mengalami kontraksi sebesar 8,38%. Sedangkan kredit sektoral

yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan (diatas 100%) adalah kredit

sektor konstruksi dan kredit sektor pertambangan, masing-masing mencapai

100,10% dan 355,35%.

Fungsi intermediasi perbankan di NTT mengalami perbaikan jika

dibandingkan triwulan (q-t-q) sebelumnya, maupun tahunan (y-o-y),

yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami

peningkatan. Dengan perkembangan penyerapan dana pihak ketiga dan

penyaluran kredit pada akhir triwulan II-2008, tingkat LDR perbankan NTT

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit per Sektor Grafik 3.15 y-o-y Kredit Sektoral

Grafik 3.16 Kredit Konstruksi Grafik 3.17 Kredit Pertambangan

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Lain-lain Jasa Dunia Usaha PHR Pertanian

Rp

mil

iar

Rp

mil

iar

2006 2007 2008

Jasa Dunia Usaha

PHR

Pertanian

Sumber : Bank Indonesia Kupang

2006 2007 2008

Lain-lain

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

nominal y-o-y

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0%

50%

100%

150%

200%

nominal y-o-y

| Kajian Ekonomi Regional NTT 59

Triwulan II - 2008 |

sebesar 64,74%, lebih baik apabila dibandingkan posisi tahun lalu (53,19%) dan

akhir triwulan I-2008 (59,95%). Pertumbuhan dana pihak ketiga yang

cenderung melambat sejak memasuki awal tahun 2007 lalu, disatu sisi akselerasi

pertumbuhan kredit yang relatif stabil sepanjang tahun 2008 (diatas 30%).

Sementara itu, kondisi kelonggaran tarik (undisbursed laon) cenderung

mengalami perbaikan. Pada akhir triwulan II-2008, besarnya rasio undisbursed

loan terhadap total kredit yang disalurkan mengalami penurunan, yaitu sebesar

6,48% atau senilai Rp. 312,00 miliar. Lebih rendah dibandingkan posisi yang

sama tahun lalu maupun triwulan sebelumnya, dimana masing-masing sebesar

6,54% dan 8,94%.

Grafik 3.18 Perkembangan LDR Grafik 3.19 Perkembangan Undisbursed Loan

Grafik 3.20 Perkembangan NPL Grafik 3.21 Nominal NPL Sektoral

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

Rp

mil

iar

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Kredit DPK LDR

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0%

3%

6%

9%

12%

15%

nominal prosentase

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Rp

juta

0%

1%

2%

3%Transp&Kom PHR Konstruksi Lainnya

Rp

juta

Nominal

Rasio NPL

2006 2007 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 60

Triwulan II - 2008 |

Risiko kredit perbankan pada triwulan II-2008 secara agregat

relatif terkendali. Hal ini tercermin dari indikator ratio Non Performing Loan

gross (NPLs) yang tetap berada di bawah batas aman rasio sebesar 5,00%.

Tercatat rasio NPLs perbankan di NTT secara umum sebesar 1,62% atau senilai

Rp. 78,21 miliar. Konsidi tersebut relatif lebih baik dibandingkan rasio triwulan

sebelumnya sebesar 1,79% atau Rp. 76,88 miliar. Dari sisi penggunaan,

meskipun outstanding kredit modal kerja (Rp. 1.380,29 miliar) jauh lebih kecil

dibandingkan kredit konsumsi (Rp. 3.288,53 miliar) rasio NPLs untuk kredit

modal kerja masih lebih tinggi (0,81%) dibandingkan kredit konsumsi (0,60%).

Hal ini diindikasikan terjadi karena sebagian kredit konsumsi yang disalurkan

oleh perbankan di NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem

angsuran melalui pemotongan langsung dari pendapatan yang diterima masing-

masing pegawai. Sehingga tingkat resiko (default) akan lebih kecil. Kondisi

tersebut tercermin juga pada kualitas kredit secara sektoral. Sektor lain-lain

memiliki rasio yang lebih rendah dengan 0,66%, dibandingkan sektor

perdagangan 0,73% yang umumnya digunakan untuk keperluan modal kerja.

Sementara jika dilihat dari outstanding kredit yang disalurkan sektor

perdagangan hanya sebesar Rp. 1.186,05 miliar sedangkan sektor lain-lain

mencapai Rp. 3.297,52 miliar.

Grafik 3.22 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Grafik 3.23 NPL PHR dan sektor Lain-lain

0,00%

0,40%

0,80%

1,20%

1,60%

2,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60

10

20

30

40

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

2006 2007 2008

Rp

miil

ar

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

nominal kosumsi nominal modal kerja

NPLs konsumsi NPLs modal kerja

2005 2006 2007 2008

NPLs PHR

NPLs Sektor Lain-lain

| Kajian Ekonomi Regional NTT 61

Triwulan II - 2008 |

3.3 Kredit UMKM

Pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga tercermin dari

penyaluran kredit UMKM oleh perbankan NTT. Kredit yang termasuk

kategori UMKM pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan sebesar 30,29%

(y-o-y), dari Rp. 3.666,12 miliar menjadi Rp. 4.776,59 miliar. Kontribusi kredit

UMKM bagi total kredit secara keseluruhan cukup signifikan. Sampai dengan

akhir triwulan II-2008, tercatat 99,21% dari total kredit yang disalurkan

perbankan NTT termasuk kategori kredit UMKM. Peningkatan penyaluran kredit

UMKM oleh perbankan NTT merupakan salah satu bentuk concern perbankan

terhadap pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi

daerah. Salah satunya adalah program PT Bank BNI yang mengucurkan kredit

tunas. Pinjaman ini ditujukan bagi UMKM dimana jumlah kredit yang diberikan

dapat melebihi jumlah nilai anggunan. Adapun kisaran plafon yang diberikan

antara Rp. 25 juta – Rp. 100 juta.

Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.25 Komposisi Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia Kupang

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

2005 2006 2007 2008

Grafik 3.25 Komposisi Kredit UMKM

Kredit UMKM Total Kredit

Menengah15,53%

Mikro52,33%

Kecil32,14%

Rp

Ju

ta

Sumber : Bank Indonesia Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 62

Triwulan II - 2008 |

Jika dilihat dari komposisinya, penyaluran kredit UMKM

didominasi oleh kredit mikro yang mencapai 52,33% atau sebesar

Rp. 2.499,80 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari total

kredit yang disalurkan oleh perbankan NTT juga termasuk kategori mikro, atau

dengan kata lain kapasitas nasabah kredit di NTT sebagian besar masih relatif

kecil. Porsi terkecil penyaluran kredit UMKM adalah kategori menengah dengan

15,53% atau setara Rp. 741,81 miliar. Sementara jika dilihat dari

pertumbuhannya (y-o-y), kredit kategori kecil mengalami pertumbuhan paling

tinggi (67,09%) kemudian diikuti oleh kredit menengah (56,95%) dan terakhir

kredit mikro (9,89%). Akselerasi pertumbuhan kredit kecil yang lebih tinggi

dibandingkan kredit mikro dalam jangka panjang dapat merubah struktur kredit

UMKM perbankan NTT. Kondisi tersebut juga mengindikasikan pergeseran

kemampuan (capacitiy) debitur.

Dukungan pemerintah terhadap UMKM secara nasional semakin

dirasakan dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Pertumbuhan penyaluran KUR di wilayah Provinsi NTT cukup pesat. Sejak

November 2007 sampai akhir Mei 2008 sudah mencapai Rp. 40,93 miliar,

dimana sebagian besar digunakan untuk modal kerja. Sedangkan secara sektoral

didominasi sektor perdagangan

Grafik 3.26 Perkembangan Komponen Kredit UMKM

Grafik 3.27 y-o-y Komponen Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

2005 2006 2007 2008

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0 1

1 1

2 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 1

2

3

4

5

6

Rp

ju

ta

Mikro Kecil Menengah

2005 2006 2007 2.008

y-o-y UMKM y-o-y Mikroy-o-y Kecil y-o-y Menengah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 63

Triwulan II - 2008 |

3.608,33

40.934,44

35.633,93

21.511,50

4.942,25

6.587,001.275,00

-

9.000

18.000

27.000

36.000

45.000

Nov-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08Rp

juta

Realisasi KUR

Grafik 3.28 Perkembangan KUR

Sumber : Bank Indonesia Kupang

3.4 Perkembangan BPR

Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan II-2008 menunjukan

peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Penambahan beroperasinya satu BPR yaitu PT. BPR Tanaoba Lais Manekat yang

terhitung mulai beroperasi sejak 1 Februari 2008, memberikan dampak

pertumbuhan yang cukup positif. Pertumbuhan aset BPR (y-o-y) di wilayah

Provinsi NTT pada akhir triwulan II-2008 mencapai 66,77%, dari Rp. 29,08 miliar

menjadi Rp. 48,49 miliar. Kemudian dari aspek fungsinya sebagai lembaga

intermediasi, berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp. 36,63 miliar. Mengalami

ekspansi yang relatif tinggi sebesar 70,11% (y-o-y), dibandingkan tahun lalu

yang tercatat Rp. 21,53 miliar. Sedangkan dari kegiatan penghimpunan dana

dari masyarakat, juga menunjukkan pertumbuhan diatas 100%, yaitu mencapai

109,09%, ; y-o-y, dari Rp. 13,29 miliar menjadi Rp. 27,79 miliar.

Pertumbuhan penyaluran kredit yang relatif lebih lambat

dibandingkan pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun, mempengaruhi

Tabel 3.2 Perkembangan Usaha BPR (juta)2008

I II III IV I IIAset 25.267 29.079 32.528 34.844 40.722 48.494y-o-y aset 20,63% 42,29% 49,32% 41,16% 61,17% 66,77%DPK 10.400 13.293 16.054 17.165 20.838 27.794y-o-y DPK 38,10% 72,91% 84,06% 81,52% 100,36% 109,09%Tabungan 5.743 6.027 7.438 7.016 8.922 12.082Deposito 4.657 7.266 8.616 10.149 11.915 15.713Kredit 19.353 21.531 23.552 24.655 26.963 36.627y-o-y kredit 12,05% 21,55% 34,94% 35,33% 39,32% 70,11%LDR 186,09% 161,97% 146,70% 143,64% 129,40% 131,78%NPLs (nominal) 4.281 1.472 1.098 1.212 1.431 1.297NPLs 22,12% 6,84% 4,66% 4,92% 5,31% 3,54%

Indikator2007

Sumber : Bank Indonesia Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 64

Triwulan II - 2008 |

kinerja intermediasi BPR. Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR

sepanjang tahun 2008 masih berada diatas level 100%, meskipun cenderung

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Hal ini tercermin dari rasio

Loan to Deposit (LDR) sebesar 131,78%, namun kondisi tersebut menunjukkan

perbaikan jika melihat data triwulan sebelumnya. Tingginya penyaluran kredit

BPR di NTT, salah satunya didorong oleh penerapan linkage programe antara

bank umum dan BPR.

Dari sisi penggunaan, komposisi kredit BPR relatif lebih produktif

dibandingkan dengan kondisi bank umum. Penyaluran kredit BPR di NTT

didominasi tidak didominasi oleh kredit untuk konsumtif (47,98%), namun

kredit modal kerja (50,65%). Sedangkan untuk kredit investasi masih relatif

sama dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37%). Bila dilihat secara sektoral,

secara struktur sektor lain-lain masih memberikan kontribusi tertinggi (50,69%),

sedangkan share terkecil adalah kredit sektor industri (0,18%).

Grafik 3.29 Pertumbuhan Kinerja BPR Grafik 3.30 Perkembangan LDR

23,36%

19,71%

50,69%

0,18%6,06%

Pertanian Perindustrian PHR Jasa-jasa Lain-lain

Sumber : Bank Indonesia Kupang

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III IV I II III IV I II0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Grafik 3.31 Pertumbuhan Kredit Penggunaan BPR Grafik 3.32 Proporsi Kredit Sektoral

2005 2006 2007 2008

y-o-y Asset

y-o-y KreditDPK y-o-y

2005 2006 2007 2008

Rp

ju

ta

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

KreditDPKLDR

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

KonsumsiInvestasiModal Kerja

Rp juta

2005 2006 2007 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 65 Sumber : Bank Indonesia Kupang

Triwulan II - 2008 |

Bila melihat pada risiko kredit BPR di NTT, rasio NPLs pada

triwulan laporan mengalami perbaikan, menjadi 3,54%. Rasio tersebut

merupakan yang terendah sejak tahun 2004, meskipun disatu sisi pertumbuhan

kreditnya relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam

melakukan assesment terhadap pengajuan kredit mengalami peningkatan.

Namun perlu menjadi perhatian, rasio LDR BPR berada diatas 100%. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit BPR tidak

hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal bank sendiri. Hal

ini pada dasarnya akan berpengaruh terhadap risiko likuiditas bagi bank yang

bersangkutan. Sehingga pengelolaan likuiditas (cash ratio) perlu menjadi

concern tersendiri.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 66

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB III VVV

SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

4.1 Kondisi Umum

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi NTT berpengaruh

terhadap aktivitas sistem pembayaran. Kinerja perekonomian yang sudah

relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, mengakibatkan terjadinya

peningkatan volume sistem pembayaran di NTT yang tercatat oleh Bank

Indonesia Kupang. Ekspansi ekonomi secara eksplisit terlihat dari kenaikan

transaksi bayaran yang cukup signifikan sepanjang triwulan II-2008, sedangkan

di sisi lain transaksi setoran mengalami penurunan drastis. Kinerja perekonomian

yang mulai membaik membuat kebutuhan masyarakat akan ketersediaan cash

money ikut terdongkrak. Semakin besar kinerja ekonomi, kebutuhan akan uang

juga akan semakin meningkat. Meskipun di negara-negara maju cenderung

sudah mulai tidak menggunakan cash money.

Tabel 4.1 Perkembangan Pembayaran Non Tunai

Kenaikan jumlah nominal transaksi juga terjadi untuk transaksi

sistem pembayaran non tunai. Sebagaimana telah diketahui, bahwa sistem

pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional

Tabel 4.2 Perkembangan Pembayaran Tunai

lembar nominal lembar nominal volume nominal

I 11.902 357.593 28 737 60 1.393.575

II 11.754 370.524 40 1.266 181 1.697.579

III 12.649 387.651 44 2.242 169 1.862.280

IV 12.584 419.348 115 4.717 160 35.714

I 11.974 418.765 63 2.089 24 1.744II 11.915 441.091 66 1.215 85 10.523

TRANSAKSI

RTGS cek/BG kosong

TRANSAKSI KLIRINGNON TUNAI

perputaran

PERIODE

2007

08

(juta)

20

Sumber : KBI Kupang

Pembayaran Tunai I II III IV I II

setoran 708,38 317,73 272,39 231,72 527,55 175,25bayaran 227,54 604,62 477,68 966,43 359,75 562,25net 480,85 -286,89 -205,28 -734,71 167,80 -387,00

2007 2008(miliar)

Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 67

Triwulan II - 2008 |

Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS).

Dari kedua sarana tersebut, nominal transaksinya mengalami peningkatan.

Pergerakkan yang sangat signifikan terjadi pada transaksi dengan menggunakan

sarana RTGS, namun secara nominal transaksi dengan fasilitas SKNBI lebih

mendominasi. Hal ini dimungkinakan terjadi karena biaya untuk transaksi

dengan fasilitas RTGS jauh lebih mahal dibandingkan SKNBI, karena proses

transaksi SKNBI sedikit lebih lambat.

4.2 Transaksi RTGS

Perkembangan transaksi non tunai dengan sarana RTGS pada

triwulan II-2008, secara triwulanan (q-t-q) meningkat cukup

signifikan. Pada triwulan II-2008 total nominal transaksi sebesar Rp. 10.523

juta. Jumlah tersebut jauh diatas transaksi pada periode sebelumnya dengan

nominal Rp. 1.744 juta. Sejalan dengan nilai total nominal transaksi, jumlah

transaksi juga meningkat dari 24 menjadi 85.

Tabel 4.3 Perkembangan Transaksi RTGS

I II III IV I IIvolume 60 181 169 160 24 85nominal 1.393.575 1.697.579 1.862.280 35.714 1.744 10.523

2008PERIODE

TRANSAKSI RTGS (juta)2007

Sumber : KBI Kupang

Grafik 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

I II III IV I II

Sumber : KBI Kupang

2007 2008

nom

inal

(jut

a)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

volu

me

Nominal

Volume

| Kajian Ekonomi Regional NTT 68

Triwulan II - 2008 |

Aktivitas transaksi RTGS di KBI Kupang relatif dipengaruhi oleh

realisasi anggaran pemerintah. Transaksi RTGS sebagian besar merupakan

pembayaran SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) oleh pemerintah kepada

rekanan atau pihak ketiga. Peningkatan volume transaksi RTGS diperkirakan

terjadi karena sudah dimulainya realisasi pembayaran anggaran pemerintah

pada tahun 2008, meskipun masih belum maksimal.

Namun demikian, bila dilihat secara tahunan (y-o-y) transaksi

RTGS yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kupang

mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak triwulan I 2008

lalu (diatas 99%). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh karena

karena ada kumungkinan proses transaksi pembayaran sudah tidak dilakukan

melalui Kantor Bank Indonesia Kupang lagi, namun langsung dilakukan oleh

bank yang ditunjuk pemerintah. Pada tahun 2008, pemberian dana

dilakukan melalui proses transfer ke rekening masing-masing daerah.

Artinya, daerah tidak perlu lagi melakukan proses pencairan DAU dan DAK

ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) seperti yang terjadi

selama ini, karena bisa dilakukan pada bank yang ditunjuk. Kebijakan yang

diambil pemerintah ini dimaksudkan untuk mempermudah dan kelancaran

pembayaran DAU dan DAK kepada setiap daerah. (Sumber : Antara-

nttonline.org)

4.3 Transaksi Kliring

Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jumlah transasksi

kliring mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2008, jumlah nominal

transaksi melalui kliring mencapai Rp. 418,76 miliar, sedangkan untuk posisi

triwulan II-2008 meningkat menjadi sebesar Rp. 441,09 miliar. Terjadi

peningkatan sebesar 5,33% ;q-t-q. Apabila dilihat secara tahunan (y-o-y),

transaksi melalui SKNBI juga mengalami ekspansi. Dari Rp. 370.524 juta

menjadi Rp. 441.091 atau meningkat lebih dari 19%. Secara umum,

diperkirakan transaksi dengan SKNBI pada tahun 2008 diperkirakan akan

relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2007.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 69

Triwulan II - 2008 |

Secara umum preferensi masyarakat NTT untuk melakukan

transaksi non tunai, khususnya dengan sarana kliring meningkat.

Semakin luasnya coverage area yang terhubung, dengan adanya sistem

kliring nasional (SKNBI) mampu menjadi salah satu faktor yang mendorong

masyarakat untuk melakukan transasksi non tunai sejalan dengan

pengembangan less cash society/LCS. Selain itu dukungan melalui penerapan

daftar hitam nasional, penyelesaian transaksi kliring dapat dilakukan dengan

lebih terjamin, dari segi keamanannya (safety). Resiko kegagalan settlement

dapat dikurangi, namun tetap memperhatikan kecepatan dan keakuratan

pembayaran. Apabila sistem internal bank peserta sudah fully on line

masyarakat dapat melakukan penyelesaian transaksi transfer dana pada hari

yang sama.

Manfaat penerapan SKNBI sebenarnya bukan hanya untuk

masyarakat saja. Bagi perbankan, SKNBI akan meningkatkan efisiensi biaya,

melalui minimalisasi biaya pencetakan dan handling warkat. Hal ini tentunya

Tabel 4.4 Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring

I II III IV I II

lembar 11.902 11.754 12.649 12.584 11.974 11.915

nominal 357.593 370.524 387.651 419.348 418.765 441.091

TRANSAKSI KLIRING (juta)

2007PERIODE

2008

Sumber : KBI Kupang

Nominal lembar

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : KBI Kupang

2004 2005 2006 2007 2008

nom

inal

(jut

a

0

4.000

8.000

12.000

16.000

20.000

lem

bar

)

| Kajian Ekonomi Regional NTT 70

Triwulan II - 2008 |

berpengaruh terhadap efisiensi SDM dan peralatan penunjang lainnya.

Pengintegrasian pada akhirnya juga akan meningkatkan efisiensi pengelolaan

likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksi kliring

secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara real

time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity of

money) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi untuk bergerak lebih

cepat.

Kualitas kliring di Kupang pada triwulan II-2008 sedikit

mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2008. Prosentase

jumlah warkat yang ditolak dengan total warkat transaksi mengalami

peningkatan. Pada triwulan sebelumnya dari 11.974 warkat, terdapat 63

warkat yang ditolak, atau setara dengan 0,52%. Sedangkan pada triwulan II-

2008 sedikit meningkat menjadi 0,55%.

Penerbitan daftar hitam nasional merupakan bentuk upaya

Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas kliring. Bank Indonesia

Tabel 4.5 Perkembangan Cek/BG Kosong

Grafik 4.3 Perkembangan Cek/BG Kosong

I II III IV I II

lembar 28 40 44 115 63 66

nominal 737 1.266 2.242 4.717 2.089 1.215

PERIODE2007 2008

CEK/BG KOSONG (juta)

Sumber : KBI Kupang

Nominal lembar

0

1000

2000

3000

4000

5000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Sumber : KBI Kupang

2004 2005 2006 2007 2008

no

min

al (

juta

)

0

20

40

60

80

100

120

lem

bar

| Kajian Ekonomi Regional NTT 71

Triwulan II - 2008 |

memberlakukan daftar hitam nasional bagi penarik cek dan/atau bilyet giro

kosong. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih relatif tingginya minat masyarakat

pengguna instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran.

Namun disisi lain terdapat praktik penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong

yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap alat

pembayaran dimaksud. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan

menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet giro

kosong, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No

8/29/PBI2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro

kosong yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.

4.4 Transaksi Tunai

Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan

perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical).

Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak

dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan

meningkatnya kinerja perekonomian pada triwulan II-2008, kebutuhan akan

tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya. Pada triwulan

laporan jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang meningkat

drastis, demikian sebaliknya dengan uang yang disetor justru menurun.

Dimulainya realisasi sebagian dari anggaran pemerintah membuat roda

perekonomian mulai sedikit bergairah kembali. Hal ini dikarenakan

ketergantungan Provinsi NTT terhadap peran kebijakan fiskal (fiscal policy)

sebagai trigger relatif tinggi.

Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang diedarkan

meningkat sampai dengan 56,29%. Transaksi outflow (bayaran) selama

triwulan II-2008 mencapai Rp. 562,25 miliar, sedangkan pada triwulan

sebelumnya hanya Rp. 359,75 miliar. Kemudian untuk transaksi inflow

(setoran) mengalami penurunan sebesar 66,78% ; q-t-q, dari Rp. 527,55

miliar menjadi Rp. 175,25 miliar. Setelah dalam triwulan I-2008 terjadi

kontraksi likuiditas, memasuki triwulan II-2008 kinerja perekonomian mulai

mengalami peningkatan. Secara otomatis kebutuhan masyarakat akan

ketersediaan uang kartal juga akan meningkat. Faktor pendukung juga

berasal dari kebijakan fiskal. Dimana sepanjang triwulan II-2008 beberapa

| Kajian Ekonomi Regional NTT 72

Triwulan II - 2008 |

proyek pemerintah sudah mulai terealisasi, khususnya yang bersumber dari

dana APBN. Multiplier effect dari realisasi anggaran pemerintah

mengakibatkan kebutuhan terhadap uang jadi meningkat.

Kebutuhan uang kartal pada tahun 2008 diperkirakan akan

meningkat. Hal ini tercermin dari transaksi inflow yang menurun (y-o-y)

sebesar 44,84%, dari Rp. 317,73 miliar menjadi Rp. 175,25 miliar. Indikasi

peningkatan kebutuhan uang kartal tahun 2008 selain pengaruh aktivitas

ekonomi, bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada),

dan yang paling menonjol adalah tekanan terhadap harga yang saat ini

terjadi. Setelah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya transportasi menjadi hal

yang mutlak. Kemudian second round effect (dampak lanjutan) diperkirakan

akan semakin dirasakan pada periode-periode mendatang. Sehingga

kebutuhan uang di masyarakat cenderung meningkat.

Tabel 4.6 Transaksi Operasional Kas KBI Kupang

Pembayaran Tunai I II III IV I II

setoran 708,38 317,73 272,39 231,72 527,55 175,25

bayaran 227,54 604,62 477,68 966,43 359,75 562,25

net 480,85 -286,89 -205,28 -734,71 167,80 -387,00

20082007(miliar)

Sumber : KBI Kupang

Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Tunai

setoran bayaran net inflow

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

-1000

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 73

Triwulan II - 2008 |

Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, sejak

triwulan II-2006 Bank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan

setoran bayaran bagi perbankan di seluruh wilayah KBI dan Kantor

Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang

yang tidak layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini telah

menyebabkan jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di KBI Kupang

relatif berkurang. Dengan semakin menurunnya penggunaan uang kartal

menunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia terkait program less cash

society/LCS yang lebih efisien dan aman berjalan cukup baik. Bagi Bank

Indonesia sendiri, hal ini dapat menekan meningkatkan efisiensi biaya

pencetakan uang dan biaya logistik pengedaran uang.

Dalam rangka mendukung kebijakan clean money policy, Kantor

Bank Indonesia Kupang secara periodik memusnahkan uang kartal yang

tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang yang ditarik dari peredaran.

Perkembangan kegiatan pemusnahan uang kartal (MRUK) relatif

menunjukkan tren yang menurun seiring dengan diberlakukannya ketentuan

setoran bayaran bagi perbankan. Jumlah uang tidak layak edar yang

dimusnahkan selama triwulan II-2008 sebesar Rp. 78,20 miliar. Jumlah

tersebut turun 64,64% dibandingkan setahun yang lalu (y-o-y).

Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang

mengalami penurunan. Jumlah nominal uang palsu yang tercatat

sepanjang triwulan II-2008 sebesar Rp. 500.000,00 yang terdiri dari pecahan

Grafik 4.6 Perkembangan MRUK Grafik 4.5 Transaksi Inflow - Outflow

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2002 2003 2004 2005 2006 2007MR

UK

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

y-o

-y

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

MRUKy-o-y

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

setoran

bayaran

Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 74

Triwulan II - 2008 |

Rp. 50.000,00 dan Rp. 100.000,00. Pengetahunan masyarakat terhadap ciri-

ciri keaslian uang rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu

menghambat beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat

ini Bank Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri

keaslian uang rupiah di berbagai tempat. Selain itu rasio jumlah uang palsu

yang ditemukan dibandingkan dengan uang yang diedarkan oleh KBI

Kupang mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.

Grafik 4.8 Rasio Uang Palsu Terhadap Uang Yang Diedarkan

Grafik 4.7 Perkembangan Uang Palsu

320.

000

220.

000

500.

000

340.

000

150.

000

250.

000

520.

000

80.0

00

60.0

00

500.

000

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

I II III IV II III IV I II

-150%

-75%

0%

75%

150%

225%

300%

-0,0000005

0

0,0000005

0,000001

0,0000015

0,000002

0,0000025

0,000003

0,0000035

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

jml upaly-o-y

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rasio upal terhadap uang yg diedarkan

I

2006 2007 2008

Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 75

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB VVV

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH

5.1 Kondisi Umum

Anggaran kebijakan fiskal memiliki kontribusi yang penting bagi

pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peran

anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share

konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB, dimana pada triwulan

II-2008 mencapai 20,31% atau setara dengan Rp. 571,5 miliar. Melalui alokasi

belanja modal serta belanja barang dan jasa, anggaran pemerintah disalurkan

kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian.

Rencana anggaran tahun 2008 mengalami peningkatan baik dari

sisi penerimaan maupun belanja. Penerimaan APBD NTT untuk tahun 2008

diperkirakan mencapai Rp. 930,01 miliar, meningkat apabila dibandingkan

tahun 2007 sebesar Rp. 849,74 miliar. Kenaikan pendapatan diperkirakan

bersumber dari pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah maupun dana

perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat. Demikian pula dari sisi

pembelanjaan/pengeluaran, pada tahun 2008 terjadi peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya dari Rp. 1,03 triliun menjadi Rp. 1,05 triliun. Sumber utama

peningkatan belanja pada tahun 2008 adalah peningkatan belanja pegawai dan

munculnya pos belanja hibah sebesar Rp. 105,85 miliar yang pada tahun 2007

lalu tidak dianggarkan.

27,82%

9,45%8,24%

37,62%

446,

28

483,

06

664,

80

849,

74

930,

01

1,60%7,48%

34,05%

53,94%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2005 2006 2007 2008

y-o-y pendapatan y-o-y belanja

467,14 502,07

673,03

1.052,621.036,09

-

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

2004 2005 2006 2007 2008

Rp m

iliar

Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT

Pendapatan Belanja

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 76

Triwulan II - 2008 |

Namun demikian secara umum pertumbuhan anggaran belanja maupun

pendapatan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan

dibandingkan tahun 2007. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap

laju pertumbuhan ekonomi NTT, mengingat peranan fiscal policy sebagai salah

satu penggerak roda perekonomian cukup dominan.

Dari hasil realisasi APBD provinsi NTT pada tahun 2007

diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp.34,67 miliar. Kondisi tersebut

belum pernah terjadi sejak tahun 2004 lalu. Bahkan disaat terjadi kenaikan

harga BBM pada tahun 2005 APBD NTT masih mengalami surplus sebesar

Rp.45,69 miliar. Apabila pada tahun 2008 realisasi APBD berjalan sesuai

rencana, maka defisit anggaran yang akan terjadi diperkirakan akan mengalami

peningkatan. Adanya rencana anggaran hibah pada tahun 2008 sebesar Rp.

105,85 miliar menjadi penyebab pembengkakan anggaran belanja pemerintah.

5.2 Pendapatan Daerah

Rencana anggaran pendapatan tahun 2008 mengalami

peningkatan sebesar 9,45% dibandingkan rencana tahun 2007.

Sumber peningkatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai

Rp. 108,91 miliar. Peningkatan sumber penerimaan dari dana perimbangan

diakibatkan meningkatnya alokasi DAU dari pemerintah pusat sebesar

Rp. 63,01 miliar. Sementara itu pemerintah daerah memperkirakan pada

tahun 2008 terjadi peningkatan pajak daerah sebesar Rp. 9,21 miliar.

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan I-

2008 sebesar 23,25%. Dalam rencana anggaran tahun 2008 diperkirakan

78,10

45,69

66,81

-34,67

-122,61

-150

-100

-50

0

50

100

2004 2005 2006 2007 2008

Rp m

iliar

Surplus/Defisit

Grafik 5.3 Surplus-Defisit APBD NTT

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 77

Triwulan II - 2008 |

pendapatan daerah mencapai Rp. 930 miliar. Realisasi pendapatan selama

triwulan I-2008 sebagian besar berasal dari pos dana perimbangan. Dari Rp.

216,19 miliar pendapatan triwulan I-2008, Rp. 46,54 miliar bersumber dari

pendapatan asli daerah, sehingga sampai akhir triwulan I-2008 realisasi

pendapatan asli daerah sebesar 22,79% dari target anggaran 2008.

Kemudian sisanya sejumlah Rp. 169,65 miliar merupakan dana perimbangan

yang pelaksanaan realisasinya sudah mencapai 25% dari rencana 2008.

Pendapatan asli daerah sebagian besar bersumber dari pajak daerah

(68,25%), sedangkan pendapatan yang sumbernya dari dana perimbangan,

sebanyak 90,86% disumbangkan oleh dana alokasi umum.

Gambaran kondisi diatas mencerminkan, bahwa

ketergantungan Provinsi NTT dalam memenuhi kebutuhan belanja

masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Kontribusi dana

perimbangan dalam share pos pendapatan daerah yang cukup dominan,

terutama dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa

pada daerah-daerah atau provinsi tertentu masih perlu dukungan pemerintah

pusat.

Realisasi pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir

cenderung melambat. Jika dilihat dari historical data yang ada, sejak tahun

2005 sampai dengan tahun 2008, prosentase realisasi pendapatan daerah

pada triwulan I relatif menurun. Pada tahun 2006 pendapatan daerah sudah

terealisasi 29,75% sejak triwulan I, sedangkan pada tahun 2008 baru

23,25%.

Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD NTT

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

446,

28

483,

06 664,

80 849,

74

930,

01

467,

64

503,

19 704,

10 875,

64

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

900,00

1.000,00

2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mili

ar

80,00%

85,00%

90,00%

95,00%

100,00%

105,00%

110,00%

real

isas

i

103,0%

105,9%104,2%

104,8%

Rencana Realisasi % Realisasi

483.

062.

500.

000

664.

798.

239.

000

849.

742.

915.

366

930.

007.

200.

000

28,55%29,75%

27,05%

23,25%

2005 2006 2007 2008

Grafik 5.5 Realisasi Pendapatan Triwulan I

Pendapatan

Realisasi Tw I

| Kajian Ekonomi Regional NTT 78

Triwulan II - 2008 |

5.3 Belanja Daerah

Rencana belanja tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan

tahun 2008, dari Rp. 1,036 triliun menjadi Rp. 1,052 triliun. Peningkatan

tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Apabila dilihat

dari masing-masing pos anggaran nampak bahwa hampir semua

menunjukkan penurunan dibandingkan rencana anggaran tahun 2007, tidak

terkecuali pos belanja modal. Sementara itu, anggaran belanja modal

merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah. Peningkatan

anggaran belanja tahun 2008 disebabkan kenaikan anggaran belanja untuk

belanja pegawai, bantuan sosial dan anggaran belanja hibah.

Realisasi belanja pada triwulan I-2008 sebesar 14,13% dari

rencana belanja 2008. Dari Rp. 1,05 triliun baru Rp. 148,73 miliar yang

terealisasi. Sebagian besar pengeluaran pemerintah daerah digunakan untuk

belanja pegawai (pembayaran gaji) dan belanja barang dan jasa. Rencana

belanja langsung sebesar Rp. 543,97 miliar, pada triwulan I-2008 terealisasi

sebesar Rp. 51,87 miliar, sedangkan untuk belanja tidak langsung dari Rp.

508,65 miliar, yang berhasil direalisasikan sebesar Rp. 96,86 miliar. Sikap

ekstra hati-hati dari aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan proyek

dan belum maksimalnya pemahaman sumber daya manusia terhadap

ketentuan yang berlaku menjadi salah satu hambatan. Fenomena tersebut

sangat berkaitan dengan masalah-masalah hukum yang bisa terjadi. Prosedur

yang ketat dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa menjadi

kendala dalam merealisasikan setiap program kerja yang telah direncanakan.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

467,

14

502,

07

673,

03 1.03

6,09

1.05

2,62

389,

54

457,

50

637,

29 910,

30

83,4%

91,1%

94,7%

87,9%

0

200

400

600

800

1000

1200

2004 2005 2006 2007 2008

Rp

mili

ar

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

96%

rela

isas

i

Rencana Realisasi % Realisasi

Grafik 5.5 Realisasi Belanja APBD NTT Grafik 5.6 Realisasi Belanja Triwulan I

502.

070.

706.

125

673.

034.

054.

475

1.03

6.09

3.93

6.56

0

1.05

2.62

0.45

8.00

4

9,13%

10,59%

7,39%

14,13%Belanja

Realisasi Tw I

-

2005 2006 2007 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 79

Triwulan II - 2008 |

Percepatan pengesahan anggaran oleh DPRD belum

berpengaruh signifikan terhadap tren realisasi, meskipun secara

keseluruhan Untuk anggaran tahun 2008, rencana anggaran yang diajukan

oleh pemerintah daerah telah disetujui lebih cepat dari tahun sebelumnya

oleh DPRD provinsi NTT pada tanggal 18 Desember 2007. Namun demikian,

realisasi tahun 2008 relatif lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sejak tahun 2005, realisasi belanja pada triwulan I belum pernah diatas 11%,

namun pada tahun 2008 sudah lebih baik (14,13%). Realisasi belanja APBD

juga bisa diproksi menggunakan transaksi (Surat Perintah Pencairan Dana)

SP2D melalui sistem pembayaran RTGS pada triwulan I-2008 yang dilakukan

melalui KBI Kupang.

Sementara untuk proyek pendanaan yang bersumber dari

APBN sudah mulai direalisasikan pada triwulan I-2008. DIPA dengan

sumber dana APBN 2008 untuk provinsi NTT sebesar Rp.

10.704.315.917.000, meningkat 20 % dari anggaran tahun lalu sebesar

9.205.700.000.000. Pemberian dana dilakukan melalui proses transfer ke

rekening masing-masing daerah. Artinya, daerah tidak perlu lagi melakukan

proses pencarian DAU dan DAK ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara (KPPN) seperti yang terjadi selama ini dilakukan. Kebijakan yang

diambil pemerintah ini untuk mempermudah dan kelancaran pembayaran

DAU dan DAK kepada daerah (Sumber : Antara-nt online.org). Realisasi

proyek APBD biasanya cenderung lebih lambat dibandingkan APBN.

2007 2008Tugas Pembantuan 307.400.000.000 435.814.261.000Dekonsentrasi 700.000.000.000 699.994.322.000Kantor Daerah 2.400.000.000.000 1.289.900.754.000Kantor Pusat 1.693.284.417.000DAU 5.050.000.000.000 5.576.348.163.000DAK 748.300.000.000 1.008.974.000.000TOTAL 9.205.700.000.000 10.704.315.917.000

DIPAUraian

Sumber : Pos kupang 5 januari 2008

Tabel 5.1 DIPA APBN Tahun 2008

| Kajian Ekonomi Regional NTT 80

Triwulan II - 2008 |

Tabel 5.2 Rencana 2008 dan Realisasi Triwulan I-2008

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

*

Rencana 2008 Tw I

PENDAPATAN 930.007.200.000 216.191.555.783Pendapatan Asli Daerah 204.244.060.000 46.543.367.8031 Pajak Daerah 121.962.258.400 31.767.842.2912 Retribusi Daerah 32.228.430.250 5.173.201.5553 14.500.000.000 510.000.000

4 Lain-lain 35.553.371.350 9.092.323.957Dana Perimbangan 711.763.140.000 169.648.187.9801 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 52.585.340.000 2.724.913.9802 Dana alokasi umum 616.601.800.000 154.150.474.0003 Dana alokasi khusus 42.576.000.000 12.772.800.000Lain-lain pendapatan 14.000.000.00012 14.000.000.0003 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain

BELANJA 1.052.620.458.004 148.732.546.448Belanja tidak Langsung 508.649.174.018 96.862.557.3861 Belanja Pegawai 233.052.759.873 45.611.307.3862 Belanja bunga3 Belanja subsidi4 Belanja hibah 105.855.000.000 7.500.000.0005 Belanja bantuan sosial 48.747.783.000 8.751.250.0006 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 53.399.093.6457 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ 56.594.537.500 15.000.000.000

kab/kota dan desa8 Belanja tidak terduga 11.000.000.000

Belanja langsung 543.971.283.986 51.869.989.0621 Belanja pegawai/personalia 66.101.845.708 9.907.983.3922 Belanja barang dan jasa 261.894.900.078 41.524.031.6703 Belanja modal 215.974.538.200 437.974.000

2008

Pendapatan dana darurat

Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahk

2

Pendapatan hibah

URAIAN

| Kajian Ekonomi Regional NTT 81

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB VVV III

TTTEEENNNAAAGGGAAA KKKEEERRRJJJAAA &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

6.1 Kondisi Umum

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 sebesar 5,67% belum

optimal dalam memberikan perbaikan, baik dari sisi tenaga kerja

maupun kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Hal ini tampak dari daya serap

sektor riil terhadap tenaga kerja yang masih belum menunjukkan perubahan

yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja setor rill dalam menyerap

tenaga kerja masih berjalan relatif lambat. Secara struktural, dominasi sektor

pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor

tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dampak kenaikan harga BBM, relatif akan menambah tekanan

terhadap kesejahteraan mayarakat NTT. Efek lanjutan yang langsung

dirasakan adalah kenaikan biaya transportasi (direct effect), yang selanjutnya

diikuti dengan pergerakkan harga-harga barang lainnya (second round effect).

Upaya pemerintah untuk membantu meringankan beban masyarakat melalui

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), masih kurang optimal. Pada akhir tahun

2008 mendatang diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang

termasuk kategori miskin, jika dibandingkan posisi Maret 2008. Selain itu,

tingkat kesejahteraan masyarakt NTT dari tahun ke tahun diindikasikan

cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari beberapa

indikator antara lain : NTP, Gini Ratio, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan

standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada bulan

Februari 2008 lalu, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar

2.210,88 ribu jiwa terdapat 81,77 ribu yang menganggur. Jumlah tersebut

mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Namun

| Kajian Ekonomi Regional NTT 82

Triwulan II - 2008 |

demikian, jika diamati lebih lanjut di satu sisi terjadi peningkatan pada kategori

setengah menganggur. Pada bulan Februari tahun 2007 terdapat 868,83 ribu

tenaga kerja setengah menganggur, sedangkan pada Februari 2008 menjadi

927,92 ribu. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya serap tenaga kerja

didominasi pada sektor-sektor informal. Sektor usaha informal pada dasarnya

cenderung rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Sehingga

secara umum, kondisi ketenagakerjaan di NTT masih belum mengalami

perubahan signifikan. Masih lemahnya kemampuan sektor riil dalam menyerap

tenaga kerja yang tersedia, dapat dilihat dari meningkatnya tenaga kerja yang

setengah menganggur dalam kondisi terpaksa. Kondisi ini mencerminkan bahwa

suplai tenaga kerja yang ada masih melebihi lapangan kerja yang tesedia.

Secara umum untuk provinsi NTT diperkirakan masih terdapat

ketidakpastian pekerjaan maupun kelayakan pendapatan, dikarenakan

tenaga kerja di NTT yang termasuk kategori setengah menganggur (yang

bekerja dibawah 35 jam perminggu) masih cukup besar, 43,58% dari total

angkatan kerja yang bekerja. Selain itu, jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja

di NTT masih sangat minim. Berdasarkan Data Disnakertrans jumlah perusahaan

NTT pada tahun 2007 adalah 4.593 dengan jumlah tenaga kerja 45.836.

Sementara itu jumlah anggota Jamsostek baru 865 perusahaan dengan jumlah

anggota karyawan 15.368.

Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan

tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam

mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan (ribu)

2008Februari Agustus Februari Agustus Februari

Penduduk 15+ 2728,43 2753,97 2780,28 2810,31 3017,93Angkatan Kerja 2107,26 2047,93 2098,8 2087,37 2210,88 Kerja 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11 Penganggur 104,91 74,74 83,57 77,72 81,77Bukan Angkatan Kerja 621,17 706,04 681,48 722,94 807,05Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 77,23 74,36 75,49 74,28 73,26Tingkatan Pengangguran Terbuka % 4,98 3,65 3,98 3,72 3,7Setengah Pengangguran 1147,94 997,74 868,83 937,56 927,92 Terpaksa 523,54 391,93 296,78 333,32 474,66 Sukarela 624,4 605,81 572,05 604,24 453,26Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur

KEGIATAN UTAMA2006 2007

| Kajian Ekonomi Regional NTT 83

Triwulan II - 2008 |

sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2.129,11 ribu yang

bekerja, 74,82% atau setara dengan 1.592,98 ribu yang berkecimpung pada

sektor pertanian. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam

menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Sehingga

secara umum struktur perekonomian NTT dapat direfleksikan dalam struktur

tenaga kerjanya.

Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya,

terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi

NTT. Jika membandingkan posisi Agustus 2007 dengan periode yang sama

pada tahun-tahun sebelumnya, terlihat bahwa relatif terjadi pergeseran struktur

tenaga kerja dari sektor primer ke sektor yang lain seperti : sektor perdagangan,

hotel dan restoran ataupun sektor jasa-jasa.

Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT (ribu)

2008Februari Agustus Februari Agustus Februari

ERTANIAN 1573,83 1470,1 1550,96 1377,29 1592,98INDUSTRI 122,55 164,43 110,58 165,43 73,1

ONSTRUKSI 32,56 42,7 50,96 49,96 47,74ERDAGANGAN 73,61 93,53 105,63 131 124,66

TRANSP,PERGUDANGAN KOMUNIKASI 53,31 16,46 71,76 80,46 97,41

KEUANGAN 4,34 5,72 6,41 7,22 7,41ASA KEMASYARAKATAN 118,85 130,67 103,23 178,66 158,84

LAINNYA *) 23,21 4,58 15,69 19,62 26,77Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11

Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air

mber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

2006 2007

P

KP

&

J

Su

77,5% 76,2%79,7%

88,3%81,2%

76,1%

6,0% 7,5% 6,6% 9,1% 9,1%4,0%

5,1% 5,1%

7,0%

5,0% 5,2%

7,2%7,0% 7,3% 7,0% 7,2%

9,9%8,2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2001 2002 2004 2005 2006 2007

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Grafik 6.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT

Pertanian Industri PHR Jasa

Sumber : BPS diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 84

Triwulan II - 2008 |

Bila dilihat sejak tahun 2001, kontribusi sektor pertanian dalam

menyerap tenaga kerja paling optimum terjadi pada tahun 2005. Sejak

periode tersebut sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam share

pembentukan struktur tenaga kerja. Namun di sisi lain sektor jasa-jasa, sektor

perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan

sektor ekonomi sekunder dan tersier cenderung mengalami peningkatan.

Meskipun sampai saat ini sektor pertanian masih berperanan penting dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi NTT, namun perlu dicermati bahwa

terdapat tren pergeseran struktur ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja

perekonomian NTT secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan

datang penggerak perekonomian di NTT akan bergeser ke sektor lain.

Sebagian besar tenaga kerja di NTT (37,29%), merupakan pekerja

yang tidak dibayar. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa tingkat

kesejahteraan pekerja di NTT masih sangat rendah. Hal ini didiukung dengan

sektor pengusaha swasta yang beroperasi relatif lebih banyak dibantu oleh

buruh tidak tetap (768,79 ribu), sehingga ketidakpastian pendapatan para

tenaga kerja masih cukup tinggi.

2008Februari Agustus Februari Agustus Februari

BeBe

rusaha Sendiri 93,31 154,22 184,18 290,96 226,67rusaha dibantu buruh tidak tetap 792,84 786,76 756,75 715,33 768,79

Berusaha dibantu buruh tetap 11,22 14,15 26,71 25,46 27,59uruh/Karyawan 167,45 202,96 185,15 255,87 233,46

Pekerja bebas dipertanian 13,02 1,15 21,47 23,98 55,26rja bebas di Non Pertanian 17,89 11,52 18,08 2,32 23,38

Pekerja Tak Dibayar 900,61 802,43 822,92 675,72 793,96Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11

Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur

2006 2007STATUS PEKERJAAN UTAMA

B

Peke

Tabel 6.3 Status Pekerjaan Penduduk NTT (ribu)

Negara Tujuan Jml TKISingapura 237Hongkong 16Taiwan 58Brunai 3Saudi Arabia 19Malaysia 9494Sumber : Disnakertrans Nusa Tenggara Timur

Tabel 6.4 Tenaga Kerja Indonesia Asal NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 85

Triwulan II - 2008 |

Provinsi NTT juga merupakan salah satu sumber penyalur (tenaga

kerja Indonesia) TKI. Sepanjang tahun 2007 lalu, jumlah TKI asal NTT tercatat

sebanyak 9.827 orang. Sebagian besar TKI asal NTT bekerja di Malaysia dengan

9.494 orang. Sebagian besar TKI asal NTT masih bekerja pada sektor-sektor

informal. Pada tahun 2008 diperkirakan permintaan terhadap TKI akan

mengalami penigkatan, khususnya untuk negara Hongkong.

6.3 Perkembangan Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan akan

mendapat tekanan. Kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008 menjadi

sumber penyebab utama. Akibat kenaikan harga BBM, diperkirakan akan

melemahkan daya beli masyarakat NTT. Pada awal tahun lalu, Pemerintah

Provinsi NTT berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT,

dengan menaikkan menaikkan standart Upah Minimum Regional (UMP). Sesuai

dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada tahun 2008 UMP

mengalami kenaikan 8,37% dibandingkan tahun 2007, yaitu dari Rp.

600.000,00/bulan menjadi Rp. 650.000/bulan dan berlaku efektif mulai 1

Januari 2008.

Namun demikian dengan adanya shock terhadap kondisi makro,

Dewan Pengupahan NTT mengusulkan kenaikan UMP dengan mengacu

pada standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Adapun 7 kelompok penentu

UMP adalah makanan dan minuman (pangan), sandang (pakaian), perumahan,

pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi serta tabungan. Upah minimum

0

150000

300000

450000

600000

750000

900000

rup

iah

UMP 275000 350000 450000 550000 600000 650000

KHL 273979 349612 402989 670560 735000 782.466

2001 2003 2005 2006 2007 2008

Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT

Sumber : BPS Prov NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 86

Triwulan II - 2008 |

merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan

tetap dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1

tahun.

Kenaikan UMP NTT tidak seimbang dengan peningkatan

kebutuhan hidup. Pada tahun 2001 UMP NTT relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan standar KHL, namun pada tahun 2006 mulai terjadi perubahan yang

signifikan. Sejak tahun 2006 UMP selalu lebih rendah dibandingkan dengan

standar KHL. Salah satu pemicu utamanya adalah kenaikan harga BBM pada

tahun 2005 yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang kebutuhan

hidup dan perusahaan tidak mampu mengimbanginya. Shock yang sama

kembali terjadi pada tahun 2008. Sehingga tekanan terhadap daya beli

masyarakat akan semakin tinggi. Dari hasil survei SPSI pada tahun 2007,

terdapat 805 perusahaan yang belum menerapkan UMP sesuai ketentuan.

Pemerintah pusat melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

berusaha untuk mengurangi beban masyarakat. Melalui Program BLT setiap

rumah tangga miskin akan mendapatkan bantuan uang tunai sejumlah

Rp. 100.000,00 per bulan, sampai dengan akhir tahun 2008. Proses

penyalurannya dibagi dalam dua tahap. Untuk Provinsi NTT proses penyaluran

BLT dilakukan oleh 5 kantor cabang PT. Pos Indonesia, masing-masing berlokasi

di Kota Kupang, Soe, Atambua, Ende dan Waingapu. Masing-masing kantor

pelaksana bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT. Pos Indonesia.

Data acuan yang digunakan oleh Dinas Sosial dalam menyalurkan

BLT pada tahun 2008, adalah data RTSM tahun 2005 lalu dimana

penerimanya berjumlah 619.429 RTMS. Sampai dengan tanggal 18 Juni 2008,

realisasi penyaluran BLT untuk Provinsi NTT baru mencapai 18.834 RTSM dengan

jumlah nominal yang dibagikan sebesar Rp. 5.650.200.000,00. Jumlah tersebut

merupakan realisasi untuk Kota Kupang saja, sedangkan untuk daerah lain

masih nihil. Proses validasi dan verifikasi data untuk masing-masing daerah

membutuhkan waktu, dan apabila terjadi ketidakcocokan maka harus dilakuan

usulan penggantian kepada Departemen Sosial. Hal ini diindikasikan menjadi

salah satu kendala dalam penyaluran BLT tahun 2008.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 87

Triwulan II - 2008 |

Indikator lain yang dapat menjadi proksi tingkat kesejahteraan

adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan indikator tingkat

kesejahteraan penduduk khususnya bagi petani, mengingat sumbangan PDRB

terbesar untuk Provinsi NTT bersumber dari sektor pertanian, khususnya

subsektor tanaman bahan makanan, maka perlu menjadi perhatian bagaimana

tingkat kesejahteraan petani di NTT. NTP secara umum merupakan

perbandingan (rasio) antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap

indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib). Semakin tinggi rasio NTP maka

tingkat kesejahteraan petani relatif meningkat. Sepanjang tahun 2007 rasio NTP

untuk provinsi NTT cenderung mengalami peningkatan, namun kondisi tersebut

berbalik memasuki awal tahun 2008 dan terus menurun hingga bulan April

2008.

Pada tahun 2007 rasio NTP tertinggi berada pada bulan Oktober

yang mencapai 138,27. Hal ini diindikasikan terjadi karena pada bulan tersebut

bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Namun setelah itu rasio NTP terus

mengalami penurunan hingga posisi bulan April 2008 sebesar 126,11. Fluktuasi

harga beras di NTT secara umum belum dinikmati secara langsung oleh petani.

Hal ini terlihat dari harga beras yang saat ini relatif mengalami peningkatan

dibandingkan akhir tahun 2007, sementara disisi lain rasio NTP malah

cenderung menurun.

Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani NTT

126,11

127,89131,98

132,6

132,8

132,64

137,3

138,27 135,13

135,72 132,27

128,43 131,98

116

120

124

128

132

136

140

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

Okt

No

p

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

2007 2008

Sumber : BPS

| Kajian Ekonomi Regional NTT 88

Triwulan II - 2008 |

Kualitas pertumbuhan ekonomi NTT cenderung mengalami

penurunan. Ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio

yang cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi masih dinikmati oleh

sebagian kelompok masyarakat saja. Gini Ratio merupakan ukuran pemerataan

tingkat pendapatan. Dimana nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai Gini Ratio

yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah,

artinya distribusi pendapatan lebih merata, sedangkan apabila nilainya

mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan relatif tinggi.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 (y-o-y; 5,50%) meningkat

dibandingkan tahun 2006 (y-o-y; 5,08%), namun di sisi lain angka Gini Ratio

juga mengalami peningkatan dari 0,34 menjadi 0,35. Tren pertumbuhan

ekonomi yang meningkat diikuti oleh meningkatnya angka Gini Ratio,

disebabkan karena pertumbuhan ekonomi NTT selama ini didorong oleh

konsumsi. Di sisi sektoral, sektor ekonomi yang padat modal tumbuh lebih tinggi

dari sektor ekonomi yang padat karya sehingga kurang meningkatkan

penyerapan tenaga kerja. Untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan, dapat

dilakukan dengan cara mendorong peningkatan peran investasi, terutama pada

sektor-sektor yang tradable dan padat karya.

Jumlah penduduk miskin di NTT cenderung mengalami

penurunan. Posisi Maret 2008, jumlah penduduk miskin di NTT 10.983 ribu

jiwa. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak tahun 2005 lalu. Sebagian

besar penduduk miskin (89,15%) berdomisili di daerah pedesaan. Penggolongan

Grafik 6.4 Perkembangan GINI Ratio

4,73% 4,88%4,57% 4,77%

3,42%

5,08%5,50%0,28 0,29

0,310,33

0,35 0,34 0,35

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

y-o

-y

0,0

0,1

0,1

0,2

0,2

0,3

0,3

0,4

0,4

GIN

I Rat

io

y-o-y GINI Ratio

Sumber : BPS

| Kajian Ekonomi Regional NTT 89

Triwulan II - 2008 |

kemiskinan didasarkan pada tingkat garis kemiskinan pada tahun yang

bersangkutan. Untuk Maret 2008 batas garis kemiskinan sebesar Rp. 139.731,

yang terdiri dari Rp. 112.769 untuk kebutuhan makanan dan Rp. 26.962 untuk

bukan makanan. Garis kemiskinan di pedesaan relatif lebih rendah

dibandingkan daerah perkotaan, hal ini dikarenakan biaya hidup di pedesaan

relatif lebih murah.

Kota Desa Kota+Desa2005 1.335 10.377 11.7122006 1.480 11.259 12.7392007 1.249 10.387 11.636

Mar-08 1.193 9.791 10.983Sumber:Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000)

Tabel 6.5 Penduduk Miskin NTT

Bukan

MakananPerkotaanMaret 2007 133.873 52.102 185.975Maret 2008 142.907 56.099 199.006PerdesaanMaret 2007 95.112 18.198 113.310Maret 2008 106.166 20.580 126.746Kota + DesaMaret 2007 102.089 24.301 126.389Maret 2008 112.769 26.962 139.731Sumber: Diolah dari sata Susenas Panel Maret 2007 dan Maret 2008

Daerah/TahunGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Makanan Total

Tabel 6.6 Garis Kemiskinan NTT

| Kajian Ekonomi Regional NTT 90

Triwulan II - 2008 |

BBB AAA BBB VVVIIIIII

OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

7.1 Pertumbuhan Ekonomi

Prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT diperkirakan akan

diwarnai tren yang melambat. Peningkatan kinerja perekonomian NTT

diperkirakan berada dalam kisaran 5,0% - 5,5%. Dampak lanjutan (second

round effect) terhadap kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan menjadi

sumber utama tekanan terhadap kinerja ekonomi NTT. Hal ini dikarenakan

perkembangan harga kedepan akan cenderung meningkat, sehingga tekanan

terhadap konsumsi khususnya rumah tangga (households consumption)

terhadap penggerak ekonomi NTT akan semakin dirasakan. Oleh karena itu

apabila terjadi shock yang berpengaruh terhadap aktivitas konsumsi akan

menurunkan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Kinerja investasi pada periode

mendatang diperkirakan belum mengalami perubahan yang signifikan, karena

investasi swasta (private sector) tumbuh relatif lambat.

Kenaikan harga bahan baku diperkirakan akan memberikan

tekanan terhadap sisi penawaran. Peningkatan harga bahan baku akan

menekan biaya operasional. Pergerakkan harga minyak dunia, akan sangat

berpengaruh terhadap harga bahan bakar non subsidi. Struktur ekonomi secara

sektoral pada periode mendatang masih didominasi tiga sektor yang sama, yaitu

1800

2000

2200

2400

2600

2800

3000

3200

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Grafik 7.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 91

Triwulan II - 2008 |

: pertanian, jasa-jasa dan perdagangan. Untuk sektor pertanian, pada triwulan

mendatang diperkirakan akan memasuki masa panen raya bagi sebagian

komoditi perkebunan, seperti : mete, kopi. Namun demikian perlambatan

kinerja sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius. Khusus untuk

komoditi jambu mete, saat ini Provinsi NTT sudah melakukan ekspor ke India

melalui PT Eka Prima. Ditengah tingginya harga-harga di pasar komoditi

internasional, seharusnya semakin banyak potensi komoditi yang ada bisa

menjadi keuntungan tersendiri.

7.2 Inflasi

Tekanan inflasi Kupang pada periode mendatang diperkirakan

akan berada dalam kisaran 10,8% – 11,2% (y-o-y). Pengaruh

peningkatan biaya operasional, pada periode mendatang diperkirakan akan

semakin dirasakan. Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual

berasal dari daerah lain, maka peningkatan biaya operasional khususnya

biaya transportasi akan mempengaruhi harga jual kepada konsumen. Selain

itu faktor risiko yang berpeluang menggangu stabilitas harga adalah

persoalan distribusi. Peningkatan permintaan pada periode-periode

menjelang hari raya keagamaan, ataupun seiring dengan realisasi sebagian

besar anggaran pemerintah membuat kondisi stok barang-barang perlu

dijaga pada level tertentu.

Ketergantungan Provinsi NTT terhadap pasokan barang yang

berasal dari Jawa, Bali maupun Sulawesi, membuat masalah distribusi

.04

.06

.08

.10

.12

.14

.16

.18

.20

2003 2004 2005 2006 2007 2008

FORCAST INFLASI

Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Kota Kupang

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 92

Triwulan II - 2008 |

menjadi sangat penting. Peningkatan harga akhir-akhir ini tidak terlepas

dari keterbatasan pasokan pada daerah penghasil, akibat tidak seimbangnya

pertumbuhan sisi penawaran dalam merespon sisi permintaan. Kemudian

yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah ekspektasi masyarakat yang

masih tinggi terhadap harga barang-barang yang pada akhirnya akan

menambah tekanan terhadap tingkat inflasi di Kupang kedepannya. Dari sisi

eksternal tren peningkatan harga minyak mentah di pasar dunia, ketatnya

suplai komoditi-komoditi impor, tingginya permintaan dari negara ekonomi

berkembang (India dan China), serta peran spekulan di pasar dunia,

membuat risiko tekanan inflasi diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir

tahun.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 93

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei

KBI Kupang

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id