Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy)....
Transcript of Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy)....
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan II 2011
Triwulan II 2011
i
Kajian Ekonomi Regional Banten
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena
dengan rahmat serta ridha-Nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten
Triwulan II 2011 dapat diterbitkan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian
komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi data, informasi dan analisis
terhadap kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang.
Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan
makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem
pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan
kesejahteraan serta outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan II
2011, perkembangan kinerja perekonomian Banten masih bertumbuh tinggi walaupun dengan
kecenderungan melambat dengan level pertumbuhan berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik
Provinsi Banten sebesar 6,27% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya kinerja perekonomian
pada triwulan laporan cenderung melambat namun sejatinya masih bertumbuh tinggi.
Sementara itu perkembangan inflasi Banten masih terus membaik hingga akhir triwulan
laporan yang didorong oleh membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya
penerapan kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah sehingga inflasi
Banten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan
masih tertahan walaupun masih cukup baik dengan rasio LDR bank umum sebesar 72,65%.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada
semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di
Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami
sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
pengembangan perekonomian Provinsi Banten.
Serang, 9 Agustus 2011
TTD
Andang Setyobudi Pemimpin
Triwulan II 2011
ii
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan II 2011
iii Kajian Ekonomi Regional Banten
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif Halaman v
Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1
Sisi Permintaan Halaman 1 Sisi Penawaran Halaman 7
Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 15 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 15
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 25
Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 29 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 29
Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 45 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Syariah Halaman 46
Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 46 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 47
Bab IV Keuangan Daerah Halaman 49
Pendapatan Daerah Halaman 49 Belanja Daerah Halaman 51
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 53 Ketenagakerjaan Halaman 53
Kesejahteraan Masyarakat Halaman 55
Triwulan II 2011
iv Kajian Ekonomi Regional Banten
Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 57
Pertumbuhan Ekonomi Halaman 57 Inflasi Halaman 66
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788 Fax : 0254 – 223875 email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id
Triwulan II 2011
v
Kajian Ekonomi Regional Banten
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan II 2011 sedikit melambat sebesar 6,27% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai level 6,77% (yoy). Melambatnya
sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama melambatnya kinerja
perekonomian secara umum.
Dari sisi permintaan, komponen investasi dan impor terindikasi meningkat sementara itu
ekspor dan belanja pemerintah relatif masih tertahan. Melambatnya kinerja ekspor seiring
dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan ini, terutama dari industri kertas
dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor beberapa produk utama lainnya
seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung meningkat dan diperkirakan mampu
menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar. Melambatnya komponen konsumsi
pemerintah didorong oleh masih tertahannya realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten
pada akhir triwulan II 2011 yang baru mencapai sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar,
sementara realisasi hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari
pagu belanja tahun 2010. Di sisi lain, meningkatnya investasi dan impor yang diperkirakan
terutama dari sektor industri pengolahan menjadi komponen-komponen yang dapat menahan
perlambatan perekonomian Banten yang lebih dalam.
Sementara itu dari sisi sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap
tumbuh pada level yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor
pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 2010, kinerja
perekonomian pada triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya
peningkatan perekonomian pada periode yang sama tahun ini.
Tekanan Inflasi Banten pada triwulan II 2011 terus menurun yang didorong oleh membaiknya
kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan konsumsi
BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 2011 dapat
Triwulan II 2011
vi
Kajian Ekonomi Regional Banten
mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 2011. Perkembangan
menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah
level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 2011. Berbagai program yang
telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran raskin oleh
pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi
publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan
lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Namun
demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka meredam kenaikan harga
khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah perlu terus ditingkatkan.
Ekspansi kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan II 2011 belum diikuti oleh membaiknya
kualitas kredit dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja
sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya
rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17%
pada triwulan I 2011 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit
bank umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas
aman 5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik
diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum. Selain itu,
Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi.
Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. . Penggunaan
kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 2011
walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem
pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan
gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan.
Realisasi pendapatan maupun belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan II
2011 relatif melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan daerah Provinsi Banten pada triwulan II 2011 relatif tinggi mencapai 59,53% namun
sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II 2010 dengan persentase realisasi mencapai 63,18%.
Realisasi perolehan pendapatan tertinggi tetap berasal dari komponen Pendapatan Asli Daerah
Triwulan II 2011
vii
Kajian Ekonomi Regional Banten
sebesar Rp 1,36 triliun atau sekitar 65,49% dari target di tahun 2011. Realisasi belanja daerah pun
masih cenderung tertahan hingga triwulan II 2011 sebesar Rp 956,85 miliar atau sekitar 27,45%
dari pagunya di tahun 2011. Sementara itu realisasi belanja daerah triwulan II 2010 lebih cepat
dengan persentase sebesar 35,45% terhadap pagu belanja tahun 2010.
Sedikit melambatnya perekonomian Banten pada triwulan II 2011 diperkirakan belum
berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan di wilayah ini. Meningkatnya
investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I
2011 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi
ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan.
Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung
stabil. Tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) yang
didukung oleh rendahnya laju inflasi diperkirakan tetap dapat menahan daya beli dan
kesejahteraan masyarakat Banten pada level yang masih relatif stabil.
Membaiknya performa berbagai komponen PDRB sisi permintaan maupun penawaran pada
triwulan mendatang diprakirakan akan mendorong kinerja perekonomian Banten meningkat
pada kisaran level 6,56% - 6,60% (yoy). Kinerja sektor utama perekonomian Banten,
diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan yang
juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor pendukung. Hampir seluruh sektor secara
umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor
pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi
dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponen-komponen
yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten.
Sementara itu, peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan
peningkatan konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif
terhadap peningkatan tekanan inflasi dengan prakiraan sekitar 4,69% - 4,90% (yoy) pada
triwulan III 2011. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun
non fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan
potensi meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang
distimuli oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen
belanja publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non
Triwulan II 2011
viii
Kajian Ekonomi Regional Banten
fundamental, adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan
administered prices seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual
rokok juga menjadi faktor-faktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang.
Triwulan II 2011
ix
Kajian Ekonomi Regional Banten
TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN I. MAKROEKONOMI
INDIKATOR 2010 2011
Tw I*) Tw II*) Tw III*) Tw IV*) Tw I**) Tw II**) PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
21.165,95 21.819,70 22.600,78 22.807,34 22.598,14 23.188,00
1. Pertanian 1.621,71 1.700,71 1.652,67 1.506,33 1.747,01 1.754,28
2. Pertambangan dan Penggalian
23,37 24,35 24,80 25,25 25,72 26,57
3. Industri Pengolahan 10.855,64 11.081,42 11.419,94 11.554,37 11.338,80 11.490,14
4. LGA 774,53 799,25 846,64 859,91 821,44 840,59
5. Konstruksi 546,10 587,80 603,74 622,15 592,19 643,62
6. PHR 3.865,65 4.025,85 4.245,48 4.349,30 4.254,49 4.474,19
7. Transportasi & Komunikasi
1.808,34 1.862,14 1.989,51 2.059,14 2.036,42 2.103,02
8. Keuangan, persewaan, jasa
788,86 804,69 817,34 841,02 847,94 863,89
9. Jasa-jasa 881,75 933,49 1.000,65 989,87 934,12 991,71
Pertumbuhan PDRB (% y-o-y)
5,48 5,87 6,06 6,31 6,77 6,27
Ekspor – Impor ***) (1.905,24) (1.531,73) (2.074,87) (2.458,85) (2.379,24) (1.635,77)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
1.712,11 1.918,23 1.854,87 2.254,44 2.205,90 1.624,44
Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
890,17 885,68 924,56 1.211,03 987,42 609,88
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
3.617,35 3.449,96 3.929,74 4.713,29 4.585,15 3.260,21
Volume Impor Non Migas (ribu ton)
2.498,73 2.621,74 2.714,68 3.475,36 2.940,59 1.901,77
Indeks Harga Konsumen
119,88 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35
1. Kota Serang 122,67 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42
2. Kota Cilegon 119,67 121,59 123,65 125,90 126,28 125,86
3. Kota Tangerang 119,39 120,96 123,94 125,72 126,39 127,22
Tingkat Inflasi (% y-o-y)
3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73
1. Kota Serang 4,21 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56
2. Kota Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51
3. Kota Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18
Tingkat Inflasi Umum (% y-o-y)
3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73
1. Bahan Makanan 1,16 7,90 9,00 14,10 13,12 8,00
2. Makmin, Rokok, Tbk 5,73 5,54 4,57 3,76 2,87 2,46
3. Perumahan, LGA, BB 3,30 2,12 3,65 4,41 4,67 5,58
4. Sandang 5,21 7,24 6,85 8,37 6,63 6,75
5. Kesehatan 5,08 4,26 3,81 5,30 5,63 5,66
6. Pendidikan, rekreasi, Olahraga
5,87 5,32 5,05 3,64 4,40 4,40
7. Transp, Kom, jasa keu.
1,30 1,20 -0,31 1,10 1,06 0,80
Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw II 2011 merupakan angka sementara, gabungan April – Mei 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
Triwulan II 2011
x
Kajian Ekonomi Regional Banten
TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN II. PERBANKAN
INDIKATOR 2010 2011
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*) Bank Umum
DPK (Rp Miliar) 42.794,82 40.081,95 51.650,35 54.385,34 62.527,89 1. Giro 9.950,37 7.828,01 10.252,22 10.786,23 12.299,30 2. Tabungan 13.577,44 14.166,33 17.687,57 17.701,10 20.965,48 3. Deposito 19.267,01 18.087,60 23.710,57 25.898,00 29.263,11 Kredit berdasarkan lokasi bank di Banten (Rp Miliar)
32.651,92 34.658,41 39.453,38 39.792,62 45.426,77
1. Modal Kerja 11.209,45 12.172,12 13.238,77 12.310,49 15.666,24 2. Investasi 2.357,56 2.407,24 2.787,39 3.117,73 3.658,30 3. Konsumsi 19.084,91 20.079,05 23.427,22 24.364,40 26.102,23 Kredit berdasarkan lokasi Bank di Banten (Rp Miliar)
32.651,92 34.658,41 39.453,38 39.792,62 45.426,77
1. Pertanian 39,57 136,54 97,99 96,87 112,29 2. Pertambangan 66,01 85,81 91,31 88,24 236,53 3. Industri Pengolahan 3.253,56 3.670,74 4.173,23 3.601,44 4.277,32 4. Listrik, gas dan air 17,51 26,53 26,98 25,75 16,94 5. Konstruksi 1.224,92 1.255,86 1.350,87 1.371,16 1.584,50 6. Perdagangan 3.235,20 3.656,90 4.044,22 4.058,34 5.341,54 7. Pengangkutan 161,97 157,80 169,56 178,52 218,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3.550,89 4.293,98 4.532,26 4.366,69 5.009,75
9. Jasa-jasa 970,58 981,61 1.108,82 1.182,30 1.240.08 10. Lain-lain 20.131,70 20.392,65 23.858,14 24.823,34 27.438,87 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp Miliar)
7.425,59 5.498,79 5.950,65 6.327,16 8.006,22
1. Modal Kerja 4.367,97 4.415,95 4.873,26 5.044,16 6.557,04 2. Investasi 968,19 1.005,20 978,02 1.110,14 1.231,56 3. Konsumsi 2.089,43 77,65 99,37 172,86 217,62 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp Triliun)
7.425,59 5.498,79 5.950,65 6.327,16 8.006,22
1. Pertanian 27,68 36,36 40,15 42,90 60,46 2. Pertambangan 24,09 39,57 44,90 48,04 61,68 3. Industri Pengolahan 831,71 766,85 787,65 917,56 952,22 4. Listrik, gas dan air 12,95 18,69 17,00 15,01 6,17 5. Konstruksi 741,47 747,60 802,85 828,08 857,29 6. Perdagangan 2.362,23 2.740,22 2.865,93 2.890,10 3.477,72 7. Pengangkutan 133,62 106,66 113,14 121,96 122,98 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
319,27 297,20 386,25 472,52 566,76
9. Jasa-jasa 360,93 354,38 362,47 359,20 346,97 10. Lain-lain 2.611,65 391,26 530,29 631,80 1.553,98
Keterangan: *) angka sementara posisi Juni 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
Triwulan II 2011
1
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Perekonomian Banten pada triwulan II 2011 bertumbuh pada level yang cukup tinggi sebesar
6,27% (yoy) namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.
Melambatnya sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama
melambatnya kinerja perekonomian secara umum.
Pada sisi permintaan, kecenderungan investasi yang meningkat belum diimbangi oleh
konsumsi pemerintah yang optimal. Berdasarkan berbagai indikator, investasi dan impor
diperkirakan mengalami kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga
cenderung stabil, dan sebaliknya konsumsi pemerintah dan ekspor justru masih tertahan.
Secara sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap tumbuh pada level
yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan;
industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 2010, kinerja perekonomian pada
triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya peningkatan perekonomian
pada periode yang sama tahun ini.
1.1. SISI PERMINTAAN
Konsumsi swasta yang tetap stabil dan tinggi karena adanya perbaikan pendapatan mampu
menopang perlambatan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta cenderung stabil pada triwulan
laporan yang didorong oleh meningkatnya pendapatan secara umum, sementara itu konsumsi
pemerintah masih cenderung tertahan. Sementara itu, investasi cenderung meningkat, namun di
sisi lain ekspor terindikasi melambat terutama komponen ekspor luar negeri karena belum stabilnya
perekonomian negara mitra dagang Banten.
Triwulan II 2011
2
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 2011 Berdasarkan Pengeluaran
PDRB Nominal Atas Dasar Harga Konstan
(Rp Miliar)Growth (% yoy)
Konsumsi Rumah Tangga 8.804,26 6,03
Konsumsi Pemerintah 683,69 12,38
Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.958,37 8,26
Perubahan Inventori 91,53 17,41
Ekspor 25.078,29 8,76
Impor 15.428,12 11,11 PDRB 23.188,00 6,27
Tw II 2011
Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten (angka sangat sementara, rekam data tersebut baru tersedia pada triwulan II
2011)
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat pada triwulan II 2011. Meningkatnya tren
pendapatan masyarakat dengan adanya peningkatan Upah Minimum Provinsi Banten secara umum
sekitar 4,68% pada tahun 2011 dan bahkan mencapai level 10,74% di Kota Tangerang Selatan
diperkirakan dapat menjaga daya beli masyarakat dan menjaga tingkat konsumsi pada level yang
stabil. Sementara itu di pedesaan, stabilnya tren indeks nilai tukar petani yang yang didukung oleh
relatif stabilnya inflasi pedesaan diperkirakan dapat mendorong stabilitas daya beli petani pada
periode laporan. Meningkatnya pendapatan petani terutama disebabkan oleh membaiknya harga
komoditas dari Rp 5.000,-/Kg menjadi Rp 7.500,-/Kg dan produksi kelapa sawit pada petani yang
banyak berlokasi di wilayah Lebak.
Tabel I.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Banten
2009 2010 2011Kota Tangerang 1.064.500 1.130.000 1.250.000 6,15 10,62Kota Cilegon 1.099.000 1.174.000 1.224.000 6,82 4,26Kota Tangerang Selatan 1.055.000 1.125.000 1.245.800 6,64 10,74Kota Serang 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1,94 10,10Kab. Pandeglang 918.950 964.500 1.015.000 4,96 5,24Kab. Lebak 918.000 959.500 1.007.500 4,52 5,00Kab. Tangerang 1.055.000 1.125.000 1.243.000 6,64 10,49Kab. Serang 1.030.000 1.101.000 1.189.600 6,89 8,05Banten 917.500 955.300 1.000.000 4,12 4,68
Kota/kabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2010
(% yoy)Growth 2011
(% yoy)
Sumber: Pemerintah Provinsi Banten
Triwulan II 2011
3
Kajian Ekonomi Regional Banten
9092949698
100102104106
Jul-0
8
Sep
-08
Nop
-08
Jan-
09
Mar
-09
Mei
-09
Jul-0
9
Sep
-09
Nop
-09
Jan-
10
Mar
-10
Mei
-10
Jul-1
0
Sep
-10
Nop
-10
Jan-
11
Mar
-11
Mei
-11
NTP Banten
Grafik I.1. Indeks Nilai Tukar Petani Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
-1,5-1
-0,50
0,51
1,52
2,53
3,54
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5
2008 2009 2010 2011
Inflasi (% mtm) Poly. (Inflasi (% mtm))
Grafik I.2. Inflasi Pedesaan Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
Tabel I.3. Indeks Nilai Tukar Petani Banten per Sub Sektor Pertanian
2011Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
P angan 95,8 98,29 100,06 100,81 103,46 104,33 103,37Hortikultura 104,79 102,57 103,25 108,73 107,65 109,09 108,17P erkebunan R akyat 104,53 102,41 104,15 102,16 99,22 101,31 103,61P eternakan 107,41 105,32 103,93 107,24 105,25 102,47 101,57P erikanan 96,78 96,21 96,21 98,38 96,42 96,50 98,57NTP 99,67 100,11 101,18 103,09 103,71 104,34 103,86
NTP per S ub S ektor
2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
Indikator tetap kuatnya konsumsi swasta juga tercermin dari indikator hasil survei. Beberapa
indikator berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia seperti indeks keyakinan konsumen
secara umum; indeks keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini dan indeks kondisi penghasilan
saat ini menunjukkan keyakinan yang optimis termasuk untuk menjaga tingkat konsumsi tetap
kuat.
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2008 2009 2010 2011Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik I.3. Indeks Keyakinan Konsumen dan
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
0,020,040,060,080,0
100,0120,0140,0160,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2008 2009 2010 2011
Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik I.4. Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini
dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Triwulan II 2011
4
Kajian Ekonomi Regional Banten
Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang tercermin dari belanja pemerintah daerah relatif masih
terbatas. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten pada akhir triwulan II 2011 baru
terealisasi sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar, sementara realisasi hingga triwulan yang
sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari pagu belanja tahun 2010.
1.1.2. Investasi
Kinerja investasi Banten diperkirakan cenderung meningkat terutama dari sisi investasi
swasta, meskipun pada triwulan ini terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan nilai tambah
produksi yang dihasilkan karena meningkatnya harga bahan baku. Investasi swasta
diperkirakan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat pada triwulan II 2011. Peningkatan
investasi diperkirakan masih dikontribusikan terutama dari sektor industri pengolahan. Berdasarkan
hasil liaison Bank Indonesia, salah satu perusahaan kimia besar di Banten berinvestasi dalam bentuk
peningkatan kapasitas terpasang pabriknya hingga mencapai hampir 2 kali lipat dari kapasitas awal
yang sebesar 160.000 metrik ton per tahun. Perusahaan baja besar di Banten juga telah
menginvestasikan dana sekitar USD 100 juta dalam proses pembebasan lahan dengan luas sekitar
388 Ha untuk persiapan pembangunan pabrik masih terus berjalan dan ditargetkan dapat selesai
pada akhir Triwulan II 2011 untuk memulai proses pembangunan pabrik.
Perkiraan cenderung meningkatnya investasi juga dapat dilihat dari beberapa indikator. Indeks
tendensi bisnis nasional yang cenderung meningkat pada triwulan laporan mencerminkan
ekspektasi pelaku usaha yang membaik terhadap kondisi bisnis secara umum yang mendorong
potensi peningkatan investasi. Kecenderungan meningkatnya investasi juga terlihat dari
penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan bahkan secara rata-rata
pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan II 2011 merupakan yang tertinggi sepanjang tahun
2009-2011.
Triwulan II 2011
5
Kajian Ekonomi Regional Banten
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik I.5. Indeks Tendensi Bisnis Nasional
Sumber: BPS RI
-40-30-20-1001020304050
0
50
100
150
200
250
300
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456
2007 2008 2009 2010 2011
ribu
ton %
yoy
Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)
Grafik I.6. Konsumsi Semen Banten
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN Banten pada triwulan II 2011 cukup tinggi.
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) di wilayah Banten pada triwulan II 2011 tercatat sebesar Rp 803,3 miliar sementara
realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 571 miliar. Total proyek dari investasi PMA dan
PMDN di Provinsi Banten pada triwulan laporan mencapai 117 proyek. Dibandingkan dengan
daerah lainnya, realisasi investasi di wilayah Banten khususnya PMA. Pada jenis investasi PMA,
Banten menempati peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan total investasi
selama triwulan II 2011 sebesar USD 571 juta.
Jawa Barat (USD 0,84
M)17,60%
DKI Jakarta (USD 0,69
M)14,38%
Banten (USD 0,57 M)11,93%
Papua (USD
0,47 M)9,86%
NTB (USD 0,41 M)8,51%
Lainnya (USD 1,80
M)37,71%
Grafik I.7. Realisasi Investasi PMA Menurut
Lokasi Triwulan II 2011
Sumber: Bank Indonesia
DKI Jakarta (Rp 2,83 T)
14,92%
Jawa Barat (Rp 2,75 T)
14,49%
Jawa Timur (Rp 2,13 T)
11,21%Kalimantan Tengah (Rp
1,97 T)10,41%
Jambi (Rp 1,89 T)10,01%
Banten (Rp 0,80 T)4,24%
Lainnya (Rp 6,58 T)34,71%
Grafik I.8. Realisasi Investasi PMDN Menurut
Lokasi Triwulan II 2011
Sumber: Bank Indonesia
Tantangan yang saat ini dihadapi industri pengolahan adalah adanya tendensi peningkatan bahan
baku tertentu yang pada akhirnya berpotensi mengurangi nilai tambah, seperti harga BBM impor
dan bahan baku kimia lainnya.
Triwulan II 2011
6
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Wilayah Banten
Investasi 2010 Tw I Tw II
Proyek (Unit) 280 78 90 Nilai (USD Juta) 1.544,2 222,7 571,0
Proyek (Unit) 76 9 27 Nilai (Rp Miliar) 5.852,5 682,7 803,3
PMA
PMDN
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
1.1.3. Ekspor – Impor1
Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan relatif stabil walaupun cenderung tertahan.
Melambatnya kinerja ekspor seiring dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan
ini, terutama dari industri kertas dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor
beberapa produk utama lainnya seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung
meningkat dan diperkirakan mampu menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar.
Tabel I.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Tahun 2010 dan 2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*)
Nilai (USD ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 2.254.436 2.205.904 1.624.438
Volume (Ribu Ton) 890 886 925 1.211 987 610
Nilai (USD ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 4.713.286 4.585.147 3.260.211
Volume (Ribu Ton) 2.499 2.622 2.715 3.475 2.941 1.902
Uraian
Impor
Ekspor
2010 2011
Sumber: Bank Indonesia (* Sampai dengan Mei 2011)
-40-30-20-100102030405060
0100200300400500600700800900
12345678910111212345678910111212345678910111212345
2008 2009 2010 2011
% yoy
US
D J
uta
Nilai Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.9. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai
Sumber: Bank Indonesia
(40,00)(30,00)(20,00)(10,00)-10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
050
100150200250300350400450
12345678910111212345678910111212345678910111212345
2008 2009 2010 2011
Rib
u To
n % y-o-y
Volume Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.10. Ekspor Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga Mei 2011) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah.
Triwulan II 2011
7
Kajian Ekonomi Regional Banten
Sementara itu pada komponen impor, meningkatnya kinerja impor diperkirakan bersumber
dari semakin tingginya kinerja impor antar daerah, sementara itu impor luar negeri masih
cenderung tertahan. Melambatnya impor luar negeri Banten terjadi pada jenis barang konsumsi,
barang modal maupun impor bahan baku dan penolong khususnya untuk kebutuhan sektor
industri.
-60-40-20020406080100120140160
0200400600800
1.0001.2001.4001.6001.8002.000
12345678910111212345678910111212345678910111212345
2008 2009 2010 2011
% yoy
US
D J
uta
Nilai Impor Growth (RHS)
Grafik I.11. Impor Banten Berdasarkan Nilai
Sumber: Bank Indonesia
-100
-50
0
50
100
150
0200400600800
1.0001.2001.4001.600
12345678910111212345678910111212345678910111212345
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
% yoy
Volume Impor Growth
Grafik I.12. Impor Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
1.2. SISI PENAWARAN
Perlambatan pada sisi penawaran disebabkan terutama oleh melambatnya pertumbuhan
sektor industri dan beberapa sektor lainnya dengan level pertumbuhan sebesar 6,27% (yoy).
Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan; industri
pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Namun demikian, dibandingkan triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan
laporan masih jauh lebih baik yang menjadi indikasi lain adanya peningkatan struktural
perekonomian.
Triwulan II 2011
8
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.6. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II**
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15
Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 10,08 9,10
Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 3,41 4,45 3,69
Listrik, Gas dan Air Bersih 11,07 12,39 12,82 12,24 6,06 5,17
Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,04 8,44 9,50
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,70 9,46 8,98 10,06 11,14
Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36
Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 4,65 5,94 6,24
PDRB 5,87 6,06 6,31 5,94 6,77 6,27
Sektor2010
2010**2011 Arah Tw III
'11
Sumber: BPS Provinsi Banten (* angka sementara, ** angka sangat sementara)2
1.2.1. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan II 2011 kinerja sektor industri pengolahan masih cenderung melambat menjadi
sebesar 3,69% (yoy) dari sebelumnya sebesar 4,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya karena
tingginya harga bahan baku akibat kenaikan harga minyak dan bahan lainnya yang diimpor
dari luar negeri serta belum stabilnya perekonomian negara mitra dagang. Melambatnya
kinerja beberapa subsektor industri utama Banten seperti industri kertas dan produk kertas; industri
kimia; tekstil dan alas kaki terindikasi menjadi faktor yang menahan peningkatan performa sektor
industri secara keseluruhan. Melambatnya perkembangan ekspor kertas, tekstil dan alas kaki
menjadi indikasi tertahannya kinerja industri-industri utama tersebut. Selain itu, perlambatan
ekspor subsektor industri tersebut disebabkan oleh sedikit menurunnya permintaan dari negara
mitra dagang seperti Eropa, USA dan Jepang. Di sisi lain, kinerja subsektor industri logam
terindikasi meningkat yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan logam dunia seiring
pembangunan di berbagai negara emerging markets maupun pembangunan pasca gempa di
Jepang yang terindikasi dari meningkatnya produksi dan kapasitas utilisasi. Kinerja industri pakaian
jadi pun diperkirakan meningkat seiring dengan terus meningkatnya tren ekspor produk tersebut.
2 Panah ke atas (hijau) atau ke bawah (merah) menunjukkan peningkatan atau perlambatan dibandingkan triwulan I 2011 maupun dengan triwulan II 2010. Panah ke bawah berwarna kuning menunjukkan perlambatan level pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2011 namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2010 dan sebaliknya.
Triwulan II 2011
9
Kajian Ekonomi Regional Banten
Meningkatnya kinerja subsektor industri-industri tersebut mampu menahan bertumbuhnya sektor
industri pengolahan tetap lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
-40-30-20-10010203040506070
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)
Grafik I.13. Ekspor Kertas dan Produk
Kertas Banten Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS)
Grafik I.14. Ekspor Tekstil Banten
Berdasarkan Volume
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
-40
-20
0
20
40
60
80
-
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Alas Kaki Growth (RHS)
Grafik I.15. Ekspor Alas Kaki Banten Berdasarkan Volume
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
Triwulan II 2011
10
Kajian Ekonomi Regional Banten
-20-15-10-505101520253035
-1 1 2 2 3 3 4 4 5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Pakaian jadi Growth (RHS)
Grafik I.16. Ekspor Pakaian Jadi Banten
Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
9080
93,3383
100
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
%
Subsektor Industri Logam
Grafik I.17. Kapasitas Utilisasi Industri
Logam
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
-100
-50
0
50
100
150
200
250
0
20
40
60
80
100
120
140
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4
2007 2008 2009 2010 2011
Ind
eks
(20
07
=1
00
)
% yo
y
Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS)
Grafik I.18. Indikator Produksi Baja Banten
Sumber: Produsen Baja Banten
Beberapa indikator hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia juga menunjukkan
perlambatan sektor industri. Melambatnya subsektor industri kimia terlihat dari hasil survei yang
menunjukkan adanya penurunan kapasitas utilisasi industri tersebut sehingga berada pada level
79,56% sementara pada triwulan sebelumnya mencapai 86%. Indikasi lainnya adalah menurunnya
indikator realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan yang memberikan sinyal melambatnya
pertumbuhan sektor tersebut pada triwulan laporan.
Triwulan II 2011
11
Kajian Ekonomi Regional Banten
-60,00
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II
2008 2009 2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan
Grafik I.19. Indikator Realisasi Kegiatan
Usaha Sektor Industri Pengolahan
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
80,63
90
84,78
87,6786
79,56
74767880828486889092
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
%
Sektor Industri Pengolahan
Grafik I.20. Kapasitas Utilisasi Sektor
Industri Pengolahan
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
1.2.2. Sektor Bangunan
Sektor bangunan merupakan salah satu sektor dengan performa yang meningkat pada
triwulan laporan sebesar 9,50% (yoy) yang didukung oleh tingginya investasi swasta,
meningkatnya permintaan pasar dan menurunnya suku bunga kredit perbankan. Pada sektor
swasta, optimisme pengembang-pengembang besar (developer) yang direalisasikan melalui
pembangunan berbagai properti komersial maupun residensial khususnya di wilayah Tangerang
dan Serang maupun pembangunan pabrik baru di sektor industri pengolahan terindikasi masih
positif pada triwulan laporan. Sementara itu, tren suku bunga kredit produktif dan konsumtif yang
semakin membaik seiring dengan relatif stabilnya BI Rate mendorong kesempatan bagi para
debitur untuk meningkatkan pembiayaan dari perbankan. Semakin mudahnya persyaratan kredit
pemilikan rumah (KPR) dan semakin rendahnya suku bunga kredit konsumsi perbankan termasuk
untuk pemilikan rumah tinggal juga turut mendorong permintaan terhadap kebutuhan perumahan
dan gedung komersial semakin meningkat.
Triwulan II 2011
12
Kajian Ekonomi Regional Banten
15,1415,0614,92
14,7214,5914,55 14,4
13,0513,0912,8412,9812,91
11,5
12
12,5
13
13,5
14
14,5
15
15,5
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011
%
Grafik I.21. Suku Bunga Tertimbang Kredit Sektor Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin meningkat yang didorong oleh
bertambahnya pusat-pusat bisnis, hotel, pertokoan, residensial dan perdagangan. Ditambah
lagi dengan dukungan pembiayaan perbankan sehingga bertumbuh tinggi sebesar 11,14%
(yoy). Tren pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang
terlihat meningkat pada triwulan laporan mengindikasikan adanya peningkatan pada sub sektor
perdagangan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Komersial, kuatnya pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel dan restoran ditopang pula oleh meningkatnya tren tingkat hunian hotel di
Banten terutama di daerah Tangerang. Adanya optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini
yang ditunjukkan dari hasil Survei Konsumen Banten semakin memperkuat pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
Peningkatan sektor PHR juga didukung oleh pembiayaan kredit perbankan. Kredit yang
disalurkan untuk sektor PHR yang berlokasi di Banten menunjukkan kecenderungan yang
meningkat dengan level pertumbuhan yang lebih dari 40% (yoy) pada periode laporan.
Triwulan II 2011
13
Kajian Ekonomi Regional Banten
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% yo
y
Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS)
Grafik I.22. Perkembangan Kredit untuk Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat pada level pertumbuhan yang
sangat tinggi sebesar 12,94% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan tertinggi
dibandingkan seluruh sektor lainnya. Sektor pengangkutan terlihat meningkat yang diperkirakan
didukung oleh meningkatnya kinerja jasa pengangkutan. Kondisi tersebut tercermin dari
meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol Tangerang-Merak.
Kredit yang disalurkan untuk sektor pengangkutan di Banten oleh bank-bank di Banten maupun di
luar Banten pun terlihat mulai meningkat pada periode laporan. Indikasi lainnya dari peningkatan
sektor pengangkutan adalah realisasi kegiatan sektor tersebut yang meningkat pada triwulan
laporan.
(6,00)(4,00)(2,00)-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2009 2010 2011
Rib
u U
nit
% y-o
-y
Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak
Growth (RHS)
Grafik I.23. Perkembangan Total Arus
Kendaraan di Tol Tangerang-Merak
Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak
(4,00)(2,00)-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2009 2010 2011
Ribu
Uni
t
% y-o-y
Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Growth (RHS)
Grafik I.24. Perkembangan Arus Kendaraan
Penumpang di Tol Tangerang-Merak
Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak
Triwulan II 2011
14
Kajian Ekonomi Regional Banten
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2009 2010 2011
Rib
u U
nit
% y-o
-y
Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS)
Grafik I.25. Perkembangan Arus Kendaraan
Komersial di Tol Tangerang-Merak
Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak
-50050100150200250300350400
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rp
Mili
ar
% yo
y
Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS)
Grafik I.26. Kredit Sektor Pengangkutan
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II
2009 2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan
Grafik I.27. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
1.2.5. Sektor-sektor Lainnya
Kinerja sektor pertanian (dalam arti luas), dan sektor listrik, gas dan air bersih cenderung
melambat pada periode laporan. Melambatnya sektor pertanian pada level pertumbuhan 3,15%
(yoy) terindikasi salah satunya dari menurunnya kapasitas utilisasi pada sektor tersebut khususnya
pada subsektor perikanan. Kredit untuk sektor tersebut pun cenderung mengalami stagnasi pada
periode laporan. Melambatnya penyaluran kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih
diperkirakan menjadi faktor yang mendorong melambatnya kinerja sub sektor tersebut walaupun
masih bertumbuh tinggi sebesar 9,10% (yoy).
Triwulan II 2011
15
Kajian Ekonomi Regional Banten
50
20
30
70
50
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
%
Sektor Pertanian
Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sektor
Pertanian Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - Bank
Indonesia
-100,00
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rp
Mili
ar %
yoy
Kredit Sektor Pertanian Growth (RHS)
Grafik I.29. Kredit Sektor Pertanian
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
0
50
100
150
200
250
300
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% y-o
-y
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Growth (RHS)
Grafik I.30. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu melambatnya subsektor keuangan khususnya perbankan pada triwulan laporan
diperkirakan menjadi pendorong melambatnya sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan secara umum sebesar 7,36% (yoy). Kinerja intermediasi bank umum konvensional
yang memiliki share kredit terbesar terhadap bank umum maupun BPR konvensional dan syariah
terlihat menurun pada triwulan II 2011, dimana pada triwulan sebelumnya Loan to Deposit Ratio
(LDR) bank umum adalah sebesar 73,17% menjadi sebesar 72,65%. Kualitas kredit pun relatif
menurun yang tercermin dari meningkatnya rasio kredit non lancar.
Triwulan II 2011
16
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan II 2011
17
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Banten secara umum terus membaik hingga akhir triwulan II 2011 yang didorong oleh
membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan
konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 2011
dapat mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 2011. Perkembangan
menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah
level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 2011.
Keberadaan Tim atau Forum Pengendalian Inflasi Daerah atau sejenisnya di wilayah Banten
terindikasi semakin menunjukkan eksistensinya terhadap perkembangan inflasi. Berbagai
program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran
raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi,
diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai
program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi
inflasi Banten. Namun demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka
meredam kenaikan harga khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah
perlu terus ditingkatkan. Apalagi saat ini, pemerintah pusat sudah memberikan kewenangan lebih
baik kepada pimpinan daerah untuk melakukan upaya stabilisasi harga di daerah.
2.1. Perkembangan Inflasi Banten
Tren inflasi Banten terus menunjukkan perbaikan hingga akhir triwulan I 2011. Inflasi Banten
pada akhir triwulan II 2011 berada pada level terendah sepanjang tahun 2011 yaitu sebesar 4,73%
(yoy). Sejak awal tahun 2010 hingga periode laporan tren inflasi Banten menunjukkan
perkembangan menggembirakan dengan level selalu berada di bawah inflasi nasional dan
pergerakan yang searah. Pada akhir triwulan II 2011 inflasi nasional tercatat sebesar 5,54% (yoy)
sehingga deviasi dibandingkan dengan inflasi Banten sebesar -0,81%.
Triwulan II 2011
18
Kajian Ekonomi Regional Banten
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
% yoy
Inflasi Banten
Grafik II.1. Inflasi Tahunan Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
123456789101112123456789101112123456789101112123456
2008 2009 2010 2011
% y
oy
Dev iasi Nasional Banten
Grafik II.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Banten dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
Sementara itu laju inflasi tahun kalender atau inflasi yang terjadi selama tahun 2011 (Januari-
Juni 2011) tercatat cukup rendah sebesar 0,82% (ytd) atau berada di bawah inflasi nasional
sebesar 1,06% (ytd). Perkembangan harga-harga pada umumnya menunjukkan kecenderungan
yang relatif stabil, baik pada komoditas yang cenderung bergejolak (volatile) atau karena kenaikan
permintaan (core inflation). Kondisi pasokan komoditas dengan harga bergejolak/volatile yaitu
bahan makanan khususnya beras, daging-dagingan, cabe merah dan ikan segar serta stabilnya
(belum berubahnya) harga-harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices) seperti bahan
bakar membantu pencapaian inflasi yang terjaga rendah hingga periode laporan.
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
A. Inflasi Bulanan
Setelah menyumbang deflasi pada bulan Maret hingga Mei 2011, kelompok bahan makanan
dan sandang kembali menjadi penyumbang inflasi pada akhir triwulan II 2011, walaupun
dengan besaran yang relatif rendah. Pada bulan Juni 2011 sumbangan inflasi dari kelompok
bahan makanan mencapai 0,25% sementara pada bulan Maret 2011 kelompok tersebut
memberikan sumbangan negatif sebesar -0,76%. Sementara itu, kelompok lainnya yang juga
memberikan sumbangan positif terhadap inflasi adalah dari kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar serta kelompok sandang.
Triwulan II 2011
19
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel II.1. Inflasi Bulanan (% mtm) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten
Jan Feb Mar Apr Mei JunUmum 0,85 0,29 -0,77 -0,001 0,09 0,35 0,35Bahan Makanan 2,37 0,60 -3,05 -0,52 -0,41 1,06 0,25Makmin, Rokok dan Tbk 0,36 0,12 0,13 0,28 0,11 -0,01 0,00Perum, Air, LGA dan BB 0,48 0,23 0,08 0,26 0,56 0,26 0,07Sandang 0,10 1,20 -2,04 0,48 0,31 0,60 0,03Kesehatan 0,48 0,17 0,86 0,39 0,30 0,06 0,00Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,91 0,11 0,00 0,02 0,00 0,08 0,00Trans, Kom dan Jasa Keu 0,07 -0,02 0,04 -0,10 -0,05 0,00 0,00
KELOMPOK2011 Andil Juni
'11 (%)
Sumber: BPS Provinsi Banten
Jika dilihat per sub kelompok, pada bulan tersebut penyumbang inflasi dari kelompok bahan
makanan yang terbesar berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan. Menurunnya pasokan
bawang merah yang tidak disertai dengan penurunan permintaan diperkirakan memberikan
tekanan terhadap perubahan harga secara umum dari subkelompok bumbu-bumbuan. Kondisi ini
hampir terjadi di seluruh kota di Banten. Sementara itu, berdasarkan pantauan harga bahan pokok
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten serta dari hasil Survei Pemantauan Harga
Mingguan (SPHM) Bank Indonesia harga komoditas lainnya seperti cabe merah, cabe rawit serta
bawang putih cenderung stabil dan bahkan mengalami sedikit penurunan harga. Kondisi ini terjadi,
karena pada periode tersebut pasokannya dari berbagai daerah produsen relatif meningkat.
‐0,01
0,020,08
0,010,05
‐0,040,00‐0,04
0,250,02
0,00
‐0,10 ‐0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
Padi‐padian, Umbi‐umbian Daging dan Hasil‐hasilnya
Ikan SegarIkan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil‐hasilnyaSayur‐sayuran
Kacang ‐ kacanganBuah ‐ buahan
Bumbu ‐ bumbuanLemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
%
Sumbangan Inflasi Bulanan
Grafik II.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan II 2011
20
Kajian Ekonomi Regional Banten
13.00013.50014.00014.50015.00015.50016.00016.50017.00017.500
2 4 6 10 12 18 20 24 26 30 1 7 9 13 15 17 21 23 27 30
Mei-11 Jun-11
Rp
/Kg
Bawang Merah
Grafik II.4. Perkembangan Harga Harian
Bawang Merah di Banten
Sumber: Disperindag Provinsi Banten
02.0004.0006.0008.000
10.00012.00014.00016.00018.000
2 4 6 10 12 18 20 24 26 30 1 7 9 13 15 17 21 23 27 30
Mei-11 Jun-11
Rp
/Kg
Cabe Merah Keriting Cabe Merah Besar Cabe Rawit
Grafik II.5. Perkembangan Harga Harian
Cabe di Banten
Sumber: Disperindag Provinsi Banten
Sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain
menjadi penyumbang terbesar masing-masing untuk kelompok perumahan dan kelompok
sandang. Pada kelompok perumahan, adanya peningkatan biaya tempat tinggal memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap kelompok tersebut, sementara pada kelompok sandang,
meningkatnya harga emas perhiasan menjadi pendorong utama kenaikan indeks harga kelompok
sandang. Sumbangan biaya tempat tinggal terhadap inflasi bulanan Banten pada bulan Juni 2011
mencapai sekitar 0,07% sementara sumbangan inflasi dari emas perhiasan sekitar 0,03%.
B. Inflasi Triwulanan
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan pengaruh/sumbangan
yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya pada triwulan II 2011. Semakin tingginya
harga properti diperkirakan mendorong subkelompok biaya tempat tinggal sehingga kelompok
perumahan menjadi penyumbang utama inflasi Banten periode laporan. Meningkatnya biaya sewa
rumah pada triwulan II 2011 diperkirakan memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi
tersebut.
Tabel II.2. Inflasi Triwulanan (% qtq) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 1,43 2,23 1,61 0,37 0,37 0,45 0,45Bahan Makanan 4,88 4,49 3,39 -0,16 -0,04 0,12 0,03Makmin, Rokok dan Tbk 0,78 0,91 0,54 0,61 0,13 0,37 0,08Perum, Air, LGA dan BB 0,21 2,32 1,28 0,79 0,18 1,08 0,25Sandang 1,28 3,34 2,68 -0,77 -0,05 1,39 0,08Kesehatan 0,72 1,30 1,98 1,52 0,06 0,74 0,03Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,10 0,41 2,83 1,01 0,06 0,09 0,01Trans, Kom dan Jasa Keu 0,10 1,18 -0,32 0,10 0,01 -0,15 -0,02
KELOMPOK2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan II 2011
21
Kajian Ekonomi Regional Banten
-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Biaya Tempat Tinggal
Bahan Bakar, Penerangan dan Air
Perlengkapan Rumahtangga
Penyelenggaraan Rumahtangga
%
Andil Inflasi
Inflasi Triwulanan (qtq)
Grafik II.6. Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok sandang
juga memberikan andil inflasi yang cukup besar pada periode laporan. Adanya kebijakan
pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok sekitar 4%-10% pada tahun 2011 mendorong para
produsen rokok untuk menaikkan harga jual rokok secara bertahap. Selain itu, meningkatnya
pendapatan khususnya pegawai negeri dan swasta antara lain karena adanya pemberian tunjangan
atau gaji ke-13 seiring masuknya musim libur sekolah mendorong peningkatan permintaan
makanan jadi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan terhadap inflasi dari kelompok
makanan jadi dan kelompok sandang. Sementara itu, kenaikan tren harga emas dunia turut
mendorong kenaikan harga emas perhiasan yang sebagian besar dikonsumsi Kota Serang.
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
USD
/Oz
Harga Emas Dunia
Grafik II.7. Perkembangan Harga Emas
Dunia
Sumber: Bloomberg
2,95
1,04 1,18
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Serang Tangerang Cilegon
%
Bobot Konsumsi
Grafik II.8. Bobot Konsumsi Emas Perhiasan
terhadap Total Konsumsi Masyarakat Kota
Serang, Tangerang dan Cilegon Tw II 2011
Sumber: BPS RI, diolah
Triwulan II 2011
22
Kajian Ekonomi Regional Banten
C. Inflasi Tahunan
Membaiknya kondisi inflasi secara umum masih terus dirasakan hingga akhir triwulan II 2011.
Semakin menurunnya tekanan harga dari kelompok bahan makanan menjadi penyebab utama
membaiknya kondisi inflasi Banten secara keseluruhan. Subkelompok bumbu-bumbuan yang telah
mencapai indeks harga yang tinggi pada triwulan II 2010, kemudian memberikan sumbangan
negatif pada triwulan II 2011 sekitar -0,11% dengan level deflasi sebesar -4,86% (yoy). Penurunan
tekanan terindikasi juga terjadi pada subkelompok ikan diawetkan; telur, susu dan hasilnya; sayur-
sayuran; daging dan hasilnya, buah-buahan dan bahan makanan lainnya. Sementara itu, beberapa
subkelompok bahan makanan yang masih member tekanan antara lain subkelompok padi-padian;
ikan segar; kacang-kacangan serta lemak dan minyak. Selain kelompok bahan makanan, kelompok
lainnya yang menurunkan tekanan terhadap inflasi Banten adalah kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Sementara itu beberapa kelompok lainnya seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar dan kelompok sandang memberikan sumbangan lebih besar dibandingkan periode
sebelumnya.
Tabel II.3. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 4,44 4,59 6,10 5,76 5,76 4,73 4,73Bahan Makanan 7,90 9,00 14,10 13,12 3,29 8,00 1,97Makmin, Rokok dan Tbk 5,54 4,57 3,76 2,87 0,60 2,46 0,52Perum, Air, LGA dan BB 2,12 3,65 4,41 4,67 1,06 5,58 1,28Sandang 7,24 6,85 8,37 6,63 0,40 6,75 0,41Kesehatan 4,26 3,81 5,30 5,63 0,24 5,66 0,24Pend, Rekreasi dan Olahraga 5,32 5,05 3,64 4,40 0,27 4,40 0,27Trans, Kom dan Jasa Keu 1,20 -0,31 1,10 1,06 0,16 0,80 0,12
KELOMPOK2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan II 2011
23
Kajian Ekonomi Regional Banten
-0,40-0,200,000,200,400,600,801,001,201,401,601,80
Dag
ing
dan
Has
il-ha
siln
ya
Ikan
Dia
wet
kan
Telu
r, S
usu
dan
Has
il-ha
siln
ya
Sayu
r-sa
yura
n
Buah
-bu
ahan
Bum
bu -
bum
buan
Baha
n M
akan
an
Lain
nya
%
Tw I 2011
Tw II 2011
Grafik II.9. Subkelompok bahan makanan
yang mengalami penurunan sumbangan
terhadap inflasi Banten pada Tw II 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
Padi
-pad
ian,
Um
bi-
umbi
an d
an H
asiln
ya
Ikan
Seg
ar
Kac
ang
-ka
cang
an
Lem
ak d
an M
inya
k
%
Tw I 2011
Tw II 2011
Grafik II.10. Subkelompok bahan makanan
yang mengalami kenaikan sumbangan
terhadap inflasi Banten pada Tw II 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
D. Laju Inflasi Tahun Kalender
Laju inflasi Banten sepanjang Semester I 2011 cukup rendah sebesar 0,82% (ytd) dan
diharapkan hingga akhir tahun 2011 dapat berada pada kisaran sasaran inflasi nasional
sebesar 5%±1% (yoy). Pada periode Januari-Juni 2011 terlihat bahwa kelompok bahan makanan
masih menunjukkan perkembangan yang membaik dengan level dan sumbangan negatif terhadap
inflasi Banten. Selain itu, menurunnya harga pertamax diperkirakan membantu menurunkan inflasi
dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok yang memberikan
sumbangan inflasi dengan tren meningkat adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau; kelompok sandang; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga.
Tabel II.4. Laju Inflasi Tahun Kalender (% ytd) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi
Banten
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 2,14 4,42 6,10 0,37 0,37 0,82 0,82Bahan Makanan 5,61 10,36 14,10 -0,16 -0,04 -0,03 -0,01Makmin, Rokok dan Tbk 2,28 3,20 3,76 0,61 0,13 0,99 0,21Perum, Air, LGA dan BB 0,75 3,09 4,41 0,79 0,18 1,88 0,43Sandang 2,14 5,54 8,37 -0,77 -0,05 0,61 0,04Kesehatan 1,93 3,26 5,30 1,52 0,06 2,28 0,10Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,37 0,79 3,64 1,01 0,06 1,11 0,07Trans, Kom dan Jasa Keu 0,24 1,42 1,10 0,10 0,01 -0,05 -0,01
KELOMPOK2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan II 2011
24
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Inflasi seluruh kota yang menjadi obyek perhitungan inflasi di Banten, secara umum
mengalami mengalami tren penurunan dibandingkan akhir tahun 2010. Namun, pada akhir
triwulan II 2011 Kota Tangerang mengalami inflasi relatif lebih tinggi (5,18%) dibandingkan kedua
kota lainnya. Sementara itu, Inflasi Kota Cilegon merupakan yang terendah dengan level sebesar
3,51% (yoy).
Tabel II.5. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIyoyCilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 Serang 4,21 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56 Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18 Banten 3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73 ytdCilegon 0,87 2,49 4,22 6,12 0,30 (0,03) Serang 0,31 2,19 3,76 6,18 (0,40) (0,33) Tangerang 0,74 2,07 4,58 6,08 0,53 1,19 Banten 0,70 2,14 4,42 6,10 0,37 0,82 qtqCilegon 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 (0,33) Serang 0,31 1,87 1,54 2,33 (0,40) 0,07 Tangerang 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 Banten 0,70 1,43 2,23 1,61 0,37 0,45 mtmCilegon (0,32) 1,10 0,24 0,70 (0,56) 0,21 Serang (0,62) 1,46 0,31 1,19 (0,77) 0,24 Tangerang (0,47) 1,09 0,36 0,51 (0,80) 0,40 Banten (0,47) 1,14 0,34 0,63 (0,77) 0,35
2010 2011Inflasi
Sumber: BPS Provinsi Banten
2.1.2.1. Inflasi Kota Cilegon
Relatif stabilnya harga bahan makanan, sandang, kesehatan dan pendidikan di Cilegon, turut
menyumbang inflasi tahunan Kota Cilegon pada triwulan II 2011 menjadi yang terendah
dibandingkan kedua kota lainnya di Provinsi Banten. Sebaliknya, adanya peningkatan
permintaan properti dan kebutuhan makanan jadi, mendorong inflasi pada kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar dan makanan jadi.
Membaiknya pasokan bahan makanan, stabilnya inflasi inti dan administered price pada
periode laporan membantu penurunan inflasi Kota Cilegon secara cukup signifikan.
Membaiknya perkembangan harga bahan makanan diperkirakan sebagai akibat dari membaiknya
pasokan dan distribusi bumbu-bumbuan (cabe merah dan rawit); beras, sayur-sayuran dan daging-
dagingan. Selaras dengan hal tersebut, jika ditinjau per kelompok komponen, terlihat bahwa
tekanan inflasi pada kelompok barang yang harganya cenderung bergejolak (volatile foods) terus
mengalami penurunan. Sementara itu, kelompok inflasi inti (core inflation) cenderung stabil dan
Triwulan II 2011
25
Kajian Ekonomi Regional Banten
minimnya tekanan inflasi dari kelompok barang yang harganya ditetapkan pemerintah
(administered price).
Tabel II.6. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Cilegon
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 4,64 4,43 6,12 5,52 5,52 3,51 3,51Bahan Makanan 8,57 5,52 11,85 10,50 2,87 2,35 0,63Makmin, Rokok dan Tbk 4,38 4,87 4,42 4,14 0,95 4,71 1,09Perum, Air, LGA dan BB 4,11 4,82 6,06 4,83 1,00 4,91 1,03Sandang 1,70 1,55 1,37 2,47 0,13 4,35 0,23Kesehatan 2,60 1,76 1,61 2,78 0,11 2,95 0,12Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,97 2,37 2,88 2,32 0,14 1,83 0,11Trans, Kom dan Jasa Keu 2,07 3,86 2,86 2,95 0,42 2,26 0,32
KELOMPOK2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
% y
oy
Cilegon
Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.11. Inflasi Tahunan (yoy) Kota
Cilegon per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Cilegon
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.12. Sumbangan Inflasi Kota
Cilegon per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
2.1.2.2. Inflasi Kota Serang
Inflasi Kota Serang juga membaik secara cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya
karena membaiknya tekanan harga pada kelompok bahan makanan. Tekanan inflasi dari
kelompok bahan makanan dan volatile foods yang terlihat terus menurun pada triwulan II 2011
diperkirakan memberikan kontribusi yang baik dalam menahan laju inflasi tetap pada level yang
stabil dan rendah. Membaiknya pasokan komoditas bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, ikan segar
dan daging-dagingan diperkirakan dapat menahan tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan
secara keseluruhan. Peningkatan tekanan inflasi yang dapat dilihat melalui perubahan
andil/sumbangan inflasi, terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau;
Triwulan II 2011
26
Kajian Ekonomi Regional Banten
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan dan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Tabel II.7. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Serang
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 4,80 3,69 6,18 5,43 5,43 3,56 3,56Bahan Makanan 9,38 6,90 16,46 11,51 2,80 2,07 0,49Makmin, Rokok dan Tbk 4,77 4,65 4,52 4,24 0,94 4,78 1,07Perum, Air, LGA dan BB 2,61 2,10 3,02 3,84 0,83 4,81 1,05Sandang 3,94 4,13 6,20 8,45 0,64 8,08 0,63Kesehatan 3,77 2,35 2,16 3,02 0,13 3,56 0,16Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,94 1,21 1,15 1,89 0,12 2,24 0,14Trans, Kom dan Jasa Keu 3,34 0,68 0,47 0,75 0,10 0,45 0,06
2010 2011KELOMPOK
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Grafik II.13. Inflasi Tahunan (yoy) Kota
Serang per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00
6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Serang
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.14. Sumbangan Inflasi Kota Serang
per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sedikit berbeda dengan Kota Cilegon, di Kota Serang terjadi peningkatan tekanan inflasi dari
sisi permintaan dan dampak dari kebijakan pemerintah yang tercermin dari meningkatnya
inflasi core dan administered price. Dampak dari kebijakan peningkatan tarif cukai rokok oleh
pemerintah diperkirakan berdampak cukup besar terhadap inflasi kelompok administered price di
Kota Serang dibandingkan dengan kota Cilegon maupun Kota Tangerang. Kondisi ini dapat
dipahami mengingat bobot konsumsi rokok (rokok kretek, kretek filter dan rokok putih) di Kota
Serang lebih besar dibandingkan kedua kota lainnya. Sehingga adanya kenaikan harga rokok yang
ditetapkan oleh produsen dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut akan lebih berpengaruh
di kota tersebut.
Triwulan II 2011
27
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.1.2.3. Inflasi Kota Tangerang
Tren penurunan inflasi di Kota Tangerang tidak secepat kedua kota lainnya di Banten,
sehingga inflasi tahunan Kota Tangerang relatif lebih tinggi, yaitu tercatat sebesar 5,18%
(yoy). Tingginya intensitas permintaan perumahan di wilayah Tangerang diperkirakan memberi
sumbangan inflasi cukup tinggi dengan tren yang meningkat pada kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar. Adanya kenaikan harga dan sewa rumah yang cukup tinggi di kota
tersebut yang didukung oleh tingginya pendapatan diperkirakan memberikan kontribusi yang besar
terhadap inflasi dari kelompok perumahan. Informasi tersebut diperoleh dari hasil penjualan
properti beberapa developer besar di kawasan Tangerang yang mengalami peningkatan cukup
signifikan. Selaras dengan hal tersebut, berdasarkan kelompok komponen terlihat bahwa inflasi
karena adanya tekanan permintaan (inflasi inti/core inflation) mengalami tren yang meningkat,
walaupun masih dalam kisaran level yang rendah. Meningkatnya konsumsi yang didukung oleh
meningkatnya pendapatan mendorong permintaan terhadap komoditas seperti makanan jadi,
pendidikan, barang pribadi dan sandang lain dan jasa kesehatan.
Tabel II.8. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Tangerang
Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw
I (%)Tw II
Andil Tw II (%)
Umum 4,34 4,79 6,08 5,86 5,86 5,18 5,18Bahan Makanan 7,51 10,00 14,03 13,87 3,28 10,09 2,40Makmin, Rokok dan Tbk 5,88 4,50 3,51 2,41 0,43 1,65 0,29Perum, Air, LGA dan BB 1,66 3,77 4,40 4,81 1,24 5,86 1,52Sandang 8,88 8,27 9,96 6,95 0,34 6,87 0,34Kesehatan 4,62 4,43 6,50 6,59 0,30 6,50 0,30Pend, Rekreasi dan Olahraga 6,97 6,30 4,25 5,22 0,34 5,23 0,34Trans, Kom dan Jasa Keu 0,67 -1,21 0,90 0,78 0,13 0,60 0,10
KELOMPOK2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
% y
oy
Tangerang
Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.15. Inflasi Tahunan (yoy) Kota
Tangerang per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-2,00
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Tangerang
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.16. Sumbangan Inflasi Kota
Tangerang per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan II 2011
28
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Pada triwulan II 2011, tekanan inflasi dari sisi fundamental terutama dari aspek tekanan
permintaan menunjukkan tren yang meningkat. Perkiraan tetap kuatnya konsumsi swasta pada
periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barang-barang dan terhadap
peningkatan inflasi inti. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, sekitar 62% dari total
pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi yang sedikit meningkat
dibandingkan triwulan I 2011, perkembangan tersebut diperkirakan berkontribusi positif terhadap
peningkatan inflasi dari sisi permintaan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011
Tabungan
Cicilan Pinjaman
Konsumsi
Grafik II.17. Rata-rata penggunaan penghasilan Rumah Tangga
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
% y
oy
Banten
Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.18. Inflasi Tahunan (yoy) Banten
per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-2,00
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Banten
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.19. Sumbangan Inflasi Banten per
Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup
tinggi. Tekanan eksternal diperkirakan cenderung meningkat akibat masih berlangsungnya
peningkatan harga emas dan minyak dunia.
Triwulan II 2011
29
Kajian Ekonomi Regional Banten
Grafik II.20. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah terhadap USD
Sumber: Bank Indonesia
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Grafik II.21. Ekspektasi Harga 3 Bulan yang
Akan Datang
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan jasa terhadap harga pada periode laporan
cenderung membaik. Perkiraan terhadap membaiknya pasokan bahan kebutuhan pokok terkait
dengan kondisi cuaca yang cukup baik pada periode laporan mendukung ekspektasi masyarakat
terhadap harga cenderung stabil. Stabilnya ekspektasi tersebut diperkirakan didukung pula oleh
tren stabilnya kurs Rupiah terhadap USD.
Dari sisi non fundamental, membaiknya supply bahan makanan menyebabkan inflasi volatile
foods stabil dan bahkan cenderung menurun. Membaiknya pasokan bahan pangan dari
berbagai daerah dan lokal seperti beras, cabe merah, cabe rawit mendukung membaiknya inflasi
volatile foods yang sempat meningkat pada triwulan II 2010 hingga triwulan IV 2010.
Berdasarkan prognosa neraca pasokan dan kebutuhan beras tahun 2011 terdapat potensi
peningkatan inflasi volatile foods pada triwulan III dan triwulan IV 2011. Kurangnya pasokan
beras nasional dengan tidak memadainya produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
berpotensi mendorong peningkatan inflasi pada triwulan-triwulan mendatang dari komponen
volatile foods. Kekurangan ini dapat diatasi dengan impor beras terutama apabila hasil perkiraan
produksi beras nasional tidak lagi mencukupi. Sementara itu, seluruh Tim/ Forum Pengendalian
Inflasi Daerah di Provinsi Banten perlu terus memantau ketersediaan dan potensi pasokan beras
dari Pasar Induk Cipinang sebagai early warning system untuk dilakukannya pelaksanaan operasi
pasar ataupun pasar murah untuk mengantisipasi lonjakan harga. Sekitar 10% beras dari Pasar
Cipinang dipasarkan untuk kebutuhan pasar di wilayah Banten.
Triwulan II 2011
30
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel II.9. Prognosa Neraca Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 2011 (Ribu Ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Produksi (GKG) 2.488 6.342 12.325 10.808 5.873 5.342 6.056 6.914 5.742 3.604 2.629 2.477 70.599 Beras Siap Konsumsi 1.399 3.566 6.929 6.076 3.302 3.003 3.405 3.887 3.228 2.026 1.478 1.393 39.691 Kebutuhan Daging 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 3.160 3.414 2.651 2.677 2.969 33.426 Surplus/Defisit Bulanan (1.252) 915 4.279 3.426 651 352 754 727 (186) (625) (1.199) (1.576) 6.265
Uraian2011 Total
Sumber: Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI
DKI Jakarta52%
Bogor2%
Tangerang7%
Bekasi1%
Banten*)3%
Luar Bodetabek
4%
Antar Pulau31%
PasarWilayah Tujuan
Grafik II.22. Distribusi Daerah Tujuan Beras dari Pasar Induk Beras
Cipinang Tahun 2011
Sumber: Disperindag Provinsi Banten dari PT. Food Station Tjipinang Jaya
Triwulan II 2011
31
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN
DAN SISTEM PEMBAYARAN
Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan II 2011 belum diikuti oleh kualitas kredit yang
baik dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja sektor
keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio
pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17% pada
triwulan I 2011 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank
umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas aman
5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik
diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum.
Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga
akhir triwulan II 2011 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang
disalurkan posisi Juni 2011 mencapai Rp 1,09 triliun dengan level pertumbuhan sedikit melambat
menjadi 92,10% (yoy). Dari periode sebelumnya sebesar 100,80%. Tidak mudahnya mencari calon
debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur yang “naik kelas” atau masuk
dalam katagori kredit retail (komersil) menyebabkan angka pertumbuhan menjadi melambat.
Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun
menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan II 2011, Kondisi tersebut terindikasi dari
menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun RTGS.
3.1. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM
Kegiatan intermediasi bank umum masih cenderung stagnan pada triwulan II 2011 yang
tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari
sebesar 73,17% menjadi 72,65% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank
umum pada periode laporan sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar 31,76% (yoy),
sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 39,64%
(yoy). Di sisi lain, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga justru meningkat relatif pesat hingga
Triwulan II 2011
32
Kajian Ekonomi Regional Banten
berada pada level 47,42% (yoy) dengan nominal Rp 54,39 triliun. Kondisi tersebut menyebabkan
penurunan rasio kredit terhadap simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 73,17% pada
triwulan I 2011. Melambatnya kinerja bank umum juga terlihat dari peningkatan risiko kredit yang
ditunjukkan oleh peningkatan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 2,38% menjadi
sebesar 2,58% walaupun masih di bawah ambang batas aman 5%.
Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IINominal Rp Juta 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 62.527.893 Growth % yoy 21,12 6,43 20,83 47,42 46,11Nominal Rp Juta 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 45.426.766 Growth % yoy 21,00 31,02 39,64 31,76 39,12
Loan to Deposit Ratio Rasio % 76,30 86,47 76,39 73,17 72,65Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di
NPL % 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58
Nominal Rp Juta 75.704.535 71.948.762 81.919.817 79.926.534 80.290.457 Growth % yoy 36,47 31,69 41,20 32,36 33,94
20112010
Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten*
UnitUraian
Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten
DPK
Sumber: Bank Indonesia, *) Data kredit lokasi proyek merupakan posisi Mei 2011
3.1.1. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga oleh bank umum di wilayah Banten bertumbuh pada level
yang tinggi pada triwulan II 2011 walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya seiring dengan bertambahnya luasan kantor bank di Banten dan iklim
persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana yang dapat diserap masyarakat oleh bank
umum di Banten pada triwulan II 2011 tercatat sebesar Rp 62,53 triliun atau bertumbuh sebesar
46,11% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya dengan
pertumbuhan sebesar 47,42% (yoy). Pertumbuhan giro dan deposito relatif melambat pada
periode laporan dengan level masing-masing sebesar 23,61% (yoy) dan 51,88% (yoy). Akselerasi
pertumbuhan justru terjadi pada komponen tabungan dengan level pertumbuhan sebesar 54,41%
(yoy) pada triwulan II 2011, setelah pada triwulan sebelumnya bertumbuh sebesar 41,49% (yoy).
Secara umum belum terdapat perubahan struktural komposisi simpanan pada bank umum di
Banten, dengan porsi tertinggi adalah deposito sebesar 46,80%, tabungan sebesar 33,53% dan
giro sebesar 19,67% terhadap total simpanan.
Triwulan II 2011
33
Kajian Ekonomi Regional Banten
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
-
10
20
30
40
50
60
70
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2008 2009 2010 2011
Rp T
riliu
n % yo
y
Nominal DPK Growth (RHS)
Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak
Ketiga Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
7,55 6,28 7,51 8,747,35
9,957,83
10,25 10,7912,3013,62 13,48 14,52 16,06
12,51 13,58 14,17
17,69 17,7020,97
14,8215,57 15,63
17,94 17,0319,27 18,09
23,7125,90
29,26
-
5
10
15
20
25
30
35
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2009 2010 2011
Rp T
riliu
n
Giro Tabungan Deposito
Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum
di Banten per Komponen
Sumber: Bank Indonesia
Giro19,67%
Tabungan33,53%
Deposito46,80%
Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan II 2011
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja penghimpunan dana oleh kelompok bank persero terlihat meningkat cukup pesat
dibandingkan dengan bank swasta nasional dan bank pemerintah daerah yang sedikit
melambat. Pertumbuhan simpanan/DPK bank persero meningkat signifikan dari sebesar 70,77%
(yoy) pada triwulan I 2011 menjadi sebesar 86,74% (yoy) pada triwulan laporan. Namun secara
umum, pangsa simpanan bank swasta nasional masih memegang porsi tertinggi terhadap total
simpanan bank umum yang berlokasi di Banten.
Tabel III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Kelompok Bank (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)
Tw II '11Growth Tw II '11 (% yoy)
Bank Persero 14.355.601 13.497.378 20.837.286 22.040.518 70,77 26.807.274 86,74 42,87 Bank Swasta Nasional 24.174.294 23.803.456 27.030.663 27.627.270 36,07 30.448.082 25,95 48,70 Bank Pemerintah Daerah 4.264.925 2.781.116 3.782.403 4.717.551 28,20 5.272.537 23,63 8,43 Total 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 47,42 62.527.893 46,11 100,00
DPK per Kelompok Bank
2010 2011Pangsa Tw II'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
34
Kajian Ekonomi Regional Banten
Dilihat berdasarkan jenis valutanya dan relatif stabilnya kurs rupiah pada level Rp. 8500/ USD
mengakibatkan terjadinya akselerasi pertumbuhan simpanan pihak III pada jenis simpanan
Rupiah dibandingkan dalam bentuk valas. Pertumbuhan DPK dalam bentuk Rupiah terus
meningkat tinggi hingga mencapai 49,45% (yoy) pada triwulan II 2011. Perkembangan tersebut
kemudian mendorong pangsanya meningkat terhadap total simpanan. Ekspektasi masyarakat atas
fluktuasi nilai tukar terhadap valas yang menurun Banten karena relatif stabil dan menguatnya nilai
tukar rupiah pada level Rp. 8500/ USD menjadi faktor utama terjadinya kondisi tersebut.
Tabel III.3. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Jenis Valuta (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)
Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)
Rupiah 37.531.577 35.758.984 46.081.599 48.137.598 47,06 56.089.384 49,45 89,70 Valas 5.263.242 4.322.965 5.568.753 6.247.741 50,23 6.438.510 22,33 10,30 Total 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 47,42 62.527.893 46,11 100,00
2010 2011DPK per Valuta
Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
3.1.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten
Ekspansi kredit oleh bank umum di Banten pada triwulan II 2011 mengalami percepatan
dibandingkan triwulan sebelumnya untuk mengantisipasi transaksi yang akan meningkat
pada periode mendatang. Walaupun laju pertumbuhan penyaluran kredit tidak setinggi
penghimpunan simpanan, namun percepatannya lebih baik dari sebesar 31,76% menjadi 39,12%
(yoy). Meningkatnya penyaluran kredit secara keseluruhan terutama disebabkan oleh adanya
peningkatan penyaluran kredit investasi khususnya pada sektor perdagangan dan jasa (terutama
pada perdagangan eceran dan jasa penyewaan mesin-mesin) seiring dengan meningkatnya kinerja
sektor-sektor tersebut dan antisipasi peningkatan transaksi menjelang bulan puasa dan lebaran
pada periode berikutnya.
051015202530354045
05
101520253035404550
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% yo
y
Total Kredit Growth (RHS)
Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank
Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Modal Kerja34,49%
Investasi8,05%
Konsumsi57,46%
Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di
Banten per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
35
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)
Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)
Modal Kerja 11.209.447 12.172.116 13.238.768 12.310.492 52,68 15.666.237 39,76 Investasi 2.357.564 2.407.238 2.787.390 3.117.732 30,14 3.658.298 55,17 Konsumsi 19.084.907 20.079.052 23.427.225 24.364.400 23,42 26.102.231 36,77 Total 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 31,76 45.426.766 39,12
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Secara struktural, bank umum yang berlokasi di Banten tetap lebih banyak menyalurkan
kreditnya dalam bentuk kredit konsumsi dibandingkan dengan jenis modal kerja atau
investasi. Porsi kredit konsumsi pada triwulan II 2011 mencapai 57,46% terhadap total kredit yang
disalurkan. Sementara itu, porsi kredit modal kerja dan investasi berturut-turut hanya sebesar
34,49% dan 8,05%. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat pada umumnya risiko kredit
konsumsi lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis kredit lainnya. Selain itu, jika ditinjau dari
jangka waktu pinjaman dengan kualitas kreditnya, risiko kredit konsumsi jangka panjang relatif
minimal. Sejak Januari hingga Juni 2011, rasio kredit non lancar konsumsi jangka pendek,
menengah maupun panjang hanya berkisar antara 0,78% - 4,61% dengan tren yang membaik.
Sebagian besar kredit konsumsi tersebut digunakan untuk pembelian kendaraan bermotor dan
konsumsi rumah tangga.
0,78% 0,79% 0,94% 1,02%
3,38%
0,90%
4,61%
2,31%
1,09% 1,16%1,96%
1,25%
2,71% 2,37%
1,97% 2,09%2,15%
2,08%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
1 2 3 4 5 6
2011
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Grafik III.6. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Konsumsi per Jangka Waktu Pinjaman
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, walaupun porsinya belum sebesar kredit konsumsi maupun modal kerja,
perkembangan penyaluran kredit investasi pada periode laporan sangat menggembirakan.
Pertumbuhan kredit investasi mencapai 55,17% (yoy) tertinggi dibandingkan kedua jenis kredit
lainnya pada triwulan II 2011. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor-sektor utama yang
menyerap kredit investasi dengan pertumbuhan yang meningkat pesat. Kondisi ini tercermin dari
Triwulan II 2011
36
Kajian Ekonomi Regional Banten
semakin meningkatnya pembangunan ruko/ tempat usaha pedagang dan jasa di berbagai wilayah
Banten.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
650
700
750
800
850
900
1 2 3 4 5 6
2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Kredit Growth (RHS)
Grafik III.7. Kredit Investasi Untuk Sektor
Perdagangan Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
-50
0
50
100
150
200
250
-
200
400
600
800
1.000
1 2 3 4 5 6
2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Kredit Growth (RHS)
Grafik III.8. Kredit Investasi Untuk Sektor
Jasa Dunia Usaha Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Pertanian0,25%
Pertambangan0,52%
Industri pengolahan
9,31%
Listrik,Gas dan Air0,04%
Bangunan3,49%
Perdagangan11,76%
Pengangkutan0,48%
Jasa Dunia Usaha
11,03%
Jasa Sosial Masyarakat
2,73%
Lain-lain60,40%
Grafik III.9. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi
Sumber: Bank Indonesia
Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy)
Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)
Pertanian 39.574 136.539 97.994 96.873 -23,89 112.285 183,73 0,25Pertambangan 66.013 85.813 91.312 88.236 41,02 236.529 258,31 0,52Industri pengolahan 3.253.560 3.670.735 4.173.234 3.601.441 23,78 4.227.316 29,93 9,31Listrik,Gas dan Air 17.508 26.528 26.984 25.746 73,29 16.944 -3,22 0,04Konstruksi 1.224.918 1.255.862 1.350.866 1.371.157 28,01 1.584.496 29,36 3,49Perdagangan 3.235.204 3.656.895 4.044.223 4.058.343 29,34 5.341.538 65,11 11,76Pengangkutan 161.974 157.798 169.556 178.520 12,01 218.962 35,18 0,48Jasa Dunia Usaha 3.550.887 4.293.983 4.532.262 4.366.678 221,48 5.009.748 41,08 11,03Jasa Sosial Masyarakat 970.521 981.593 1.108.803 1.182.295 64,41 1.240.077 27,77 2,73Lain-lain 20.131.758 20.392.661 23.858.149 24.823.335 20,27 27.438.873 36,30 60,40Total 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 31,76 45.426.766 39,12 100,00
2010Pangsa Tw II
'11 (%)Kredit per Sektor Ekonomi
2010
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
37
Kajian Ekonomi Regional Banten
Peningkatan penyaluran kredit terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor listrik, gas
dan air, sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat. Perlambatan yang terjadi pada
kredit sektor jasa dunia usaha disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit untuk kebutuhan
modal kerja, sementara penyaluran kredit investasi untuk sektor-sektor tersebut cenderung
meningkat. Sementara itu, adanya tren kenaikan risiko kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih
diperkirakan menjadi penyebab melambatnya penyaluran kredit untuk sektor tersebut pada
triwulan laporan.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
1 2 3 4 5 6
2011
%
NPL
Grafik III.10. Perkembangan Rasio NPL Kredit Bank Umum di Banten untuk Sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih
Sumber: Bank Indonesia
Akselerasi pertumbuhan kredit UMKM bank umum konvensional di Banten pada periode
laporan tidak sebesar kredit untuk non UMKM atau usaha besar. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan kredit UMKM yang cenderung melambat pada periode laporan sebesar 7,82% (yoy).
Perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit terutama pada jenis kredit investasi terutama untuk
sektor listrik, gas dan air serta sektor bangunan/konstruksi.
Tabel III.6. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (%
Tw II Growth Tw II '11 (%
Modal Kerja 4.367.968 4.415.946 4.873.258 5.044.162 66,18 6.557.039 50,12 81,90Investasi 968.192 1.005.200 978.022 1.110.138 59,47 1.231.558 27,20 15,38Konsumsi 2.089.431 77.649 99.373 172.856 -90,68 217.622 -89,58 2,72Total 7.425.591 5.498.794 5.950.653 6.327.157 13,27 8.006.219 7,82 100,00
Kredit UMKM per Jenis Penggunaan
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Selaras dengan hal tersebut, terlihat adanya penurunan penyaluran kredit untuk beberapa
sektor seperti sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan; sektor jasa sosial
kemasyarakatan dan sektor lain-lain. Perlambatan yang signifikan juga terjadi pada kredit UMKM
Triwulan II 2011
38
Kajian Ekonomi Regional Banten
untuk sektor konstruksi dan pertambangan sementara kredit untuk sektor lainnya cenderung stabil
dan meningkat. Namun, yang mengembirakan pada kredit UMKM di Banten adalah terus
meningkatnya pertumbuhan kredit pada sector pertanian dan perdagangan seiring meningkatnya
pertumbuhan usaha perdagangan dan pertanian masyarakat.
Tabel III.7. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy)
Tw II Growth Tw II '11 (% yoy)
Pertanian 27.678 36.361 40.153 42.898 93,52 60.455 118,43 0,76Pertambangan 24.093 39.570 44.902 48.040 279,13 61.678 156,00 0,77Industri pengolahan 831.711 766.855 787.653 917.558 60,72 952.220 14,49 11,89Listrik,Gas dan Air 12.948 18.688 17.010 15.005 46,38 6.173 -52,33 0,08Konstruksi 741.469 747.601 802.850 828.084 422,58 857.285 15,62 10,71Perdagangan 2.362.229 2.740.216 2.865.930 2.890.096 46,45 3.477.718 47,22 43,44Pengangkutan 133.617 106.659 113.141 121.957 4,63 122.978 -7,96 1,54Jasa Dunia Usaha 312.117 291.786 382.337 468.704 86,91 566.758 81,59 7,08Jasa Sosial Masyarakat 368.147 359.816 366.400 363.022 180,75 346.975 -5,75 4,33Lain-lain 2.611.583 391.242 530.277 631.791 -73,02 1.553.980 -40,50 19,41Total 7.425.591 5.498.794 5.950.653 6.327.157 13,27 8.006.219 7,82 100
Kredit UMKM per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
3.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten
Pada triwulan II 2011 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit terbesar
dengan pangsa mencapai 56,89%. Belum ada perubahan struktural komposisi penyaluran kredit
oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang sebagai penyalur
terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur kedua terbesar dengan
pangsa sekitar 20,76% terhadap total kredit. Sementara itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor
bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih
cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2% terhadap total kredit. Potensi membaiknya
sektor pertanian dan infrastruktur di wilayah tersebut perlu menjadi perhatian bank dalam
menjalankan fungsi intermediasi sekaligus membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua
wilayah tersebut.
Tabel III.8. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Kab. Tangerang 4.343.917 4.702.175 4.985.267 5.986.026 6.097.173 9.432.212 20,76 Kab. Serang 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 3,77 Kab. Pandeglang 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 1,98 Kab. Lebak 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 0,89 Kota Cilegon 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 7,78 Kota Tangerang 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 56,89 Kota Serang 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 7,92 Total 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 45.426.766 100,00
Kota/Kabupaten
20112010 Pangsa Tw II '11
(%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
39
Kajian Ekonomi Regional Banten
A. Kabupaten Tangerang
Hingga akhir triwulan II 2011, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada
penyaluran kredit di daerah ini, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa
kredit konsumsi hingga akhir triwulan I 2011 tetap yang tertinggi sebesar 53,13% namun porsi
kreditnya semakin menurun terhadap total kredit, karena sebelumnya mencapai pangsa lebih dari
60%. Peningkatan porsi penyaluran terlihat pada jenis penggunaan modal kerja dengan pangsa
yang meningkat cukup signifikan hingga mencapai 38,25% dari sebelumnya sebesar 26,27%. Hal
tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya iklim usaha di Kabupaten Tangerang seiring
tumbuhnya sektor industri.
Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 1.054.263 1.126.785 1.616.620 1.601.525 3.608.224 26,27 38,25Investasi 387.824 427.728 586.104 630.080 812.428 10,33 8,61Konsumsi 3.260.088 3.430.754 3.783.302 3.865.568 5.011.560 63,40 53,13Total 4.702.175 4.985.267 5.986.026 6.097.173 9.432.212 100,00 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw
I'11 (%)Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin
diminati dalam penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang pada triwulan II 2011. Di sektor
industri pengolahan, pada periode laporan kredit tersebut banyak diserap oleh industri logam dasar
dan besi baja, industri kertas; industri plastik; industri perlengkapan pesawat terbang dan industri
furnitur. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh
bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan banyak diserap oleh jenis perdagangan
eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi dan kulit dan penjualan mobil.
Tabel III.10. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 3.235 3.337 3.476 3.314 3.273 3.464 0,10 Pertambangan 6.137 5.726 11.790 17.451 13.805 20.718 0,59 Industri pengolahan 909.943 1.110.383 1.070.141 1.050.100 968.389 1.002.250 28,34 Listrik,Gas dan Air 8.800 8.308 7.773 6.696 6.234 6.107 0,17 Konstruksi 88.714 127.453 107.116 146.287 107.565 135.151 3,82 Perdagangan 438.254 425.242 386.478 398.416 427.886 445.073 12,59 Pengangkutan 69.961 68.524 34.680 32.440 31.989 52.219 1,48 Jasa Dunia Usaha 120.732 135.303 412.130 459.700 469.992 511.658 14,47 Jasa Sosial Masyarakat 72.086 80.807 77.476 81.382 94.597 94.119 2,66 Lain-lain 1.033.834 1.067.902 970.557 1.037.722 1.173.631 1.265.414 35,78 Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
40
Kajian Ekonomi Regional Banten
B. Kabupaten Serang
Pada triwulan II 2011 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di
Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah ke
sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian besar
kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di wilayah Kabupaten Serang adalah dalam
bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m2 s.d. 70 m2 dan
kebutuhan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja banyak disalurkan untuk sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha khususnya subsektor real estate, usaha
persewaan dan jasa perusahaan.
Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 192.696 311.040 310.281 332.181 415.437 500.532 29,25Investasi 113.392 122.448 162.100 203.233 173.176 189.796 11,09Konsumsi 675.580 777.333 815.255 861.325 939.677 1.020.917 59,66Total 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain yang
umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia
usaha merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 639 1.062 1.272 1.406 1.374 1.263 0,07 Pertambangan 5.020 6.452 4.249 5.359 3.074 2.386 0,14 Industri pengolahan 27.503 28.775 27.962 24.924 25.242 21.789 1,27 Listrik,Gas dan Air 533 772 733 535 507 587 0,03 Konstruksi 66.188 89.971 79.943 97.393 108.586 151.365 8,85 Perdagangan 124.053 136.046 144.691 188.819 216.841 244.698 14,30 Pengangkutan 1.934 1.752 2.211 2.056 1.560 1.561 0,09 Jasa Dunia Usaha 6.443 7.876 147.575 200.123 215.839 245.986 14,37 Jasa Sosial Masyarakat 45.036 61.681 63.744 14.785 15.583 20.667 1,21 Lain-lain 704.318 876.435 815.255 861.339 939.685 1.020.942 59,66 Total 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
41
Kajian Ekonomi Regional Banten
Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran belum terdapat perubahan struktural subsektor yang
memperoleh kredit terbesar bahwa subsektor perdagangan impor, perdagangan eceran makanan
dan minuman, penjualan mobil, perdagangan eceran bahan konstruksi serta perdagangan eceran
perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur adalah penerima kredit utama pada sektor
perdagangan dari bank umum di wilayah Kabupaten Serang. Banyaknya industri di wilayah ini
belum diikuti oleh tumbuhnya sektor industri skala kecil, sehingga bank umum belum begitu
banyak porsinya menyalurkan kredit ke sektor industri di Kab. Serang seperti yang terjadi di wilayah
industri lainnya di Banten. Oleh karena itu, Pemda perlu mengembangkan klaster industri terkait
melalui berbagai kemudahan daninsentif bagi tumbuhnya industri kecil sekaligus mengintegrasikan
kebutuhan industri besar dengan industri kecil yang ada.
Tabel III.13. Perkembangan Kredit Lima Jenis Sub Sektor Perdagangan Terbesar yang
Disalurkan oleh Bank Umum Kabupaten Serang (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPerdagangan Impor Lainnya 55.345 60.840 69.781 105.913 123.968 104.515 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang yang Didominasi Makanan, Minuman dan Temb
20.532 28.223 40.000 49.149 55.443 101.854
Penjualan Mobil 15.049 15.343 2.926 5.157 10.502 10.959 Perdagangan Eceran Bahan Konstruksi
6.674 7.640 6.930 6.171 8.010 7.772
Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga dan Perlengkapan Dapur
10.769 9.064 6.453 5.876 7.023 7.760
20112010Sub Sektor
Sumber: Bank Indonesia
C. Kabupaten Pandeglang
Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi hampir
keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit konsumsi
sebagian besar adalah untuk keperluan pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 dan untuk keperluan
konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 41,99% pada triwulan
II 2011 disalurkan terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi pada
jenis perdagangan eceran keliling. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit
modal kerja cukup besar yaitu sektor pertanian khususnya untuk usaha jasa pertanian dan sektor
industri pengolahan pada usaha daur ulang bukan logam. Kondisi tersebut masih sesuai dengan
kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi sektor pertanian dan perdagangan.
Triwulan II 2011
42
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.14. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp
Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 323.268 315.549 354.778 372.052 381.942 378.604 41,99Investasi 18.475 18.236 3.840 3.245 3.575 2.588 0,29Konsumsi 416.209 466.397 475.951 474.059 484.452 520.496 57,72Total 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Pertanian0,56%
Pertambangan0,00%
Industri pengolahan
0,46%Listrik,Gas
dan Air0,00%
Bangunan0,00%
Perdagangan62,46%
Pengangkutan0,00%
Jasa Dunia Usaha0,00%
Jasa Sosial Masyarakat
0,03%
Lain-lain36,49%
Grafik III.11. Porsi Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum Kabupaten Pandeglang per
Sektor Ekonomi
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor produktif terutama pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sekitar 73,22% kredit yang disalurkan di wilayah tersebut
masih didominasi untuk kepentingan konsumtif. Namun jika dilihat penyaluran kredit untuk sektor
produktif, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memperoleh kredit
terbesar di wilayah tersebut dengan pangsa sekitar 26,29% dengan konsentrasi pada jenis
perdagangan eceran keliling dan perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau. Belum
banyaknya investasi disektor manufaktur atau sektor lainnya menyebabkan variasi kredit hanya
terkonsentrasi pada sektor perdagangan.
Triwulan II 2011
43
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 416 557 4.623 4.074 3.100 2.183 0,24 Pertambangan - - - - - - - Industri pengolahan 35 116 103 1.861 1.545 1.731 0,19 Listrik,Gas dan Air - - - - - - - Konstruksi 199 460 432 130 97 39 0,00 Perdagangan 133.193 132.283 293.890 276.535 260.275 237.065 26,29 Pengangkutan 2.183 2.190 - - - - - Jasa Dunia Usaha 3.002 3.045 - - - - - Jasa Sosial Masyarakat 469 396 613 682 641 485 0,05 Lain-lain 618.455 661.135 534.907 566.074 604.312 660.185 73,22 Total 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
D. Kabupaten Lebak
Jika di wilayah lain kredit konsumsi mendominasi porsi penyaluran kredit, di Kabupaten Lebak
kredit modal kerja menjadi jenis kredit dengan porsi penyaluran terbesar. Dengan total kredit
yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp 405,55 miliar,
61,56% dari total kredit tersebut merupakan jenis kredit modal kerja dengan nominal sebesar Rp
249,64 miliar.
Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 190.231 203.172 221.316 237.309 251.839 249.641 61,56Investasi 10.206 9.886 752 1.307 1.197 1.229 0,30Konsumsi 129.038 138.045 143.259 142.718 151.900 154.679 38,14Total 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Memiliki karakteristik yang serupa dengan Kabupaten Pandeglang, kredit yang disalurkan di
Lebak tersebut diserap terutama oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pangsa kredit
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) terhadap total kredit yang disalurkan bank umum di
wilayah Lebak mencapai 29,98% dengan konsentrasi pada jenis usaha perdagangan eceran
keliling. Karakteristik yang sedikit berbeda dengan Kabupaten Pandeglang adalah selain untuk
sektor PHR, kredit bank umum di Kabupaten Lebak juga cukup banyak disalurkan untuk sektor
bangunan/konstruksi dan pengangkutan. Pada sektor bangunan, tercatat bahwa seluruh kredit
Triwulan II 2011
44
Kajian Ekonomi Regional Banten
diserap jenis usaha kontraktor. Sementara itu pada sektor pengangkutan, pada periode laporan
seluruh kredit diserap oleh jenis usaha pergudangan dan jasa cold storage.
Tabel III.17. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per
Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 94 58 1.256 1.505 1.491 156 0,04 Pertambangan - - 1.185 1.199 1.236 1.457 0 Industri pengolahan 54 10 88 70 59 44 0,01 Listrik,Gas dan Air 3 - - - - - - Konstruksi 5.648 6.254 5.088 4.064 3.718 3.517 0,87 Perdagangan 119.862 127.718 158.333 146.202 134.078 121.602 29,98 Pengangkutan 651 609 1.978 1.996 1.997 1.996 0,49 Jasa Dunia Usaha 6 1 - - - - - Jasa Sosial Masyarakat - 51 225 225 165 - - Lain-lain 203.156 216.401 197.172 226.074 262.190 276.779 68,25 Total 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
E. Kota Cilegon
Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri
pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja.
Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi/pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon untuk
kredit modal kerja sekitar 60% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri logam dasar
dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar dari bank
umum di Kota Cilegon. Dapat diperkirakan bahwa klaster industri logam terjadi di wilayah ini
secara mandiri.
Tabel III.18. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 1.656.055 1.924.912 1.954.555 2.051.760 2.024.342 2.193.969 62,04Investasi 305.516 284.576 250.180 267.802 240.300 250.174 7,07Konsumsi 790.127 823.497 876.883 913.947 1.032.719 1.092.030 30,88Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain
sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan, sebagian
besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak diserap oleh
Triwulan II 2011
45
Kajian Ekonomi Regional Banten
industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, perusahaan-perusahaan jasa penukaran uang (money changer/Pedagang Valuta Asing)
adalah perusahaan jasa yang banyak menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut.
Sementara itu pada sektor perdagangan, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis
perdagangan yang memperoleh kredit terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin
baik di cilegon
Tabel III.19. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 3.235 3.337 3.476 3.314 3.273 3.464 0,10 Pertambangan 6.137 5.726 11.790 17.451 13.805 20.718 0,59 Industri pengolahan 909.943 1.110.383 1.070.141 1.050.100 968.389 1.002.250 28,34 Listrik,Gas dan Air 8.800 8.308 7.773 6.696 6.234 6.107 0,17 Konstruksi 88.714 127.453 107.116 146.287 107.565 135.151 3,82 Perdagangan 438.254 425.242 386.478 398.416 427.886 445.073 12,59 Pengangkutan 69.961 68.524 34.680 32.440 31.989 52.219 1,48 Jasa Dunia Usaha 120.732 135.303 412.130 459.700 469.992 511.658 14,47 Jasa Sosial Masyarakat 72.086 80.807 77.476 81.382 94.597 94.119 2,66 Lain-lain 1.033.834 1.067.902 970.557 1.037.722 1.173.631 1.265.414 35,78 Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
F. Kota Tangerang
Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk
penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Jakarta
yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit
konsumsi atau kredit sektor lain-lain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari bank
umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini adalah
sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya relatif
cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor ekonomi,
selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan adalah sektor-
sektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Tabel III.20. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 3.289.627 5.957.094 6.328.844 6.547.315 5.954.245 6.804.433 26,33Investasi 1.362.141 1.268.282 1.290.526 1.419.473 1.777.680 2.076.224 8,03Konsumsi 13.575.625 12.464.277 13.135.440 16.050.899 16.643.378 16.962.705 65,64Total 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
46
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.21. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 107.639 22.288 108.561 28.772 31.745 41.636 0,16 Pertambangan 41.042 46.450 50.132 51.036 49.603 190.751 0,74 Industri pengolahan 955.062 1.161.240 1.123.290 1.369.107 1.275.877 1.417.178 5,48 Listrik,Gas dan Air 1.424 1.670 11.030 11.322 10.685 1.257 0,00 Konstruksi 643.305 686.668 700.941 736.309 732.033 750.636 2,90 Perdagangan 1.161.958 1.257.984 1.317.490 1.392.883 1.353.190 1.604.503 6,21 Pengangkutan 42.516 40.805 71.188 57.002 52.076 52.239 0,20 Jasa Dunia Usaha 938.321 3.111.621 3.590.626 3.629.955 3.503.443 4.056.598 15,70 Jasa Sosial Masyarakat 523.796 581.917 603.510 644.724 722.093 764.821 2,96 Lain-lain 13.812.329 12.779.009 13.178.041 16.096.577 16.644.557 16.963.743 65,64 Total 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
G. Kota Serang
Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang
disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat
per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor
industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang adalah sekitar
50% sejak tahun 2010-2011 yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 30%-40%.
Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh
sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik dan karet
serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Artinya telah banyak
tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena
letaknya yang berdekatan.
Tabel III.22. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Modal kerja 1.463.081 1.443.417 1.875.557 2.081.531 1.681.162 1.930.834 53,69Investasi 232.166 266.311 272.113 306.225 291.724 325.859 9,06Konsumsi 1.112.778 1.155.269 1.201.511 1.200.974 1.246.706 1.339.843 37,25Total 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 100,00
Kredit per Jenis Penggunaan
2010 2011Pangsa Tw II
'11 (%)
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
47
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.23. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 10.990 8.598 9.940 11.611 11.447 13.149 0,37 Pertambangan 5.455 2.838 2.938 3.594 7.667 7.476 0,21 Industri pengolahan 636.648 574.680 1.037.659 1.157.755 753.573 962.089 26,75 Listrik,Gas dan Air 3.293 2.799 4.346 5.551 6.629 8.316 0,23 Konstruksi 121.658 137.781 120.044 98.453 97.760 120.944 3,36 Perdagangan 568.489 612.110 737.568 820.334 791.500 814.882 22,66 Pengangkutan 22.233 23.080 23.963 24.009 23.374 22.393 0,62 Jasa Dunia Usaha 197.925 62.938 31.582 66.779 69.209 75.271 2,09 Jasa Sosial Masyarakat 15.757 176.964 140.060 141.952 132.698 125.706 3,50 Lain-lain 1.225.577 1.263.209 1.241.081 1.258.691 1.325.734 1.446.310 40,21 Total 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 100,00
Kredit per Sektor Ekonomi
2010 2011 Pangsa Tw II '11
(%)
Sumber: Bank Indonesia
3.1.4. Risiko Kredit
Meningkatnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan II 2011 terutama terjadi
pada jenis kredit modal kerja dan konsumtif. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten sedikit
meningkat, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang meningkat pada
triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan
adalah sebesar 2,58% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar
2,38% walaupun masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman
5%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit modal kerja dan konsumsi, namun secara
umum risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih terjaga. Sementara itu adanya
penurunan tren risiko kredit investasi hingga periode laporan memberikan peluang bagi perbankan
untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk investasi seiring meningkatnya realisasi investasi PMA
dan PMDN di Banten.
2,993,20
3,71
3,08 3,10 3,002,84
2,34 2,382,58
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2009 2010 2011
%
NPL
Grafik III.12. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
48
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.24. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIModal Kerja 3,02 3,37 2,98 3,21 3,53Investasi 5,28 5,34 3,99 3,13 2,76Konsumsi 2,71 2,22 1,79 1,87 1,99Total 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58
2010Kredit per Jenis Penggunaan
2011
Sumber: Bank Indonesia
3.2. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan II 2011 relatif stabil dengan
kecenderungan membaik. Kondisi ini tercermin dari membaiknya ekspansi kredit, rasio
LDR dan kualitas kredit. Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga yang melambat
disebabkan persaingan yang semakin ketat dengan bank umum yang terus gencar
membuka jaringan kantornya.
Tabel III.25. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang)
73 73 72 71 71 -2,74 -2,74
Total Aset (Rp Juta) 813.846 849.743 906.743 944.965 993.282 21,60 22,05Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 448.457 466.281 508.934 544.654 552.783 26,22 23,26Kredit (Rp Juta) 592.204 628.830 697.045 735.993 794.259 33,80 34,12LDR (%) 132,05 134,86 136,96 135,13 143,68 - -NPL (%) 11,21 11,90 11,96 12,72 12,34 - -
Indikator2010 Growth Tw
II '11 (% yoy)
2011 Growth Tw II '11 (% yoy)
Sumber: Bank Indonesia
3.3. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM SYARIAH
Peningkatan kinerja pembiayaan bank syariah belum diikuti oleh kualitas
pembiayaannya. Pertumbuhan pembiayaan bank umum dan unit usaha syariah
bertumbuh signifikan pada triwulan II 2011 sebesar 126,38% (yoy). Dengan kondisi
melambatnya pertumbuhan simpanan/Dana Pihak Ketiga dan akselerasi pembiayaan,
kinerja bank umum syariah pun terlihat meningkat dengan rasio pembiayaan terhadap
simpanan (FDR) sebesar 98,11%. Namun demikian, kondisi kualitas kredit yang memiliki
kecenderungan memburuk dengan rasio pembiayaan non lancar (NPF) sebesar 4,52%
Triwulan II 2011
49
Kajian Ekonomi Regional Banten
menjadi hal yang patut diperhatikan terutama masalah aspek prudensial penyaluran
pembiayaan di masa datang.
Tabel III.26. Indikator Umum Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*Aset Rp Miliar 2.694 3.545 4.048 4.151 4.124 67,65 62,94 Pembiayaan Rp Miliar 1.507 1.827 2.086 2.440 2.918 96,14 126,38 Dana Pihak Ketiga Rp Miliar 2.084 2.818 3.007 3.406 2.974 97,33 63,68 FDR % 72,31 64,83 69,38 71,66 98,11 - -NPF % 3,40 3,07 2,21 2,32 4,52 - -
2011 Growth Tw I '11
Growth Tw II '11*
2010Indikator Satuan
Sumber: Bank Indonesia, * data triwulan II 2011 merupakan data sementara posisi April 2011
3.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan II 2011 sedikit
melambat namun tetap menunjukkan pertumbuhan yang signifikan meskipun terdapat
penambahan bank penyalur KUR sejak awal 2011. Nominal KUR yang disalurkan pada bulan
Juni 2011 adalah sebesar Rp 1,09 triliun (bertumbuh sebesar 92,10% yoy) dengan jumlah debitur
75.102 debitur dari periode sebelumnnya sebanyak 67.203 debitur. Baik dari sisi nominal kredit
maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten bertumbuh pada level yang sangat tinggi
walaupun pertumbuhannya melambat dibandingkan triwulan I 2011. Dari 9 bank penyalur KUR di
Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan agresif dialami oleh Bank Mandiri, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Jabar Banten.
Tabel III.27. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II
Kredit (Rp Juta) 11.053 14.453 34.326 35.739 54.230 425,33 390,63Debitur 33 41 593 128 488 433,33 1.378,79Kredit (Rp Juta) 2.879 5.062 7.636 9.958 15.154 366,86 426,38Debitur 19 37 52 73 123 386,67 547,37Kredit (Rp Juta) 26.509 30.955 54.072 66.219 82.454 249,90 211,04Debitur 203 146 266 301 347 112,17 70,94Kredit (Rp Juta) 18.105 18.435 18.435 18.772 20.412 6,02 12,74Debitur 52 53 53 55 57 7,84 9,62Kredit (Rp Juta) 128.607 139.935 157.442 165.155 177.137 87,61 37,74Debitur 895 951 1.047 1.097 1.142 68,51 27,60Kredit (Rp Juta) 201.013 223.451 275.918 332.762 389.109 88,50 93,57Debitur 43.728 48.508 56.216 63.312 70.174 65,27 60,48Kredit (Rp Juta) 162.524 166.355 177.427 184.799 203.620 21,69 25,29Debitur 724 775 861 923 1.085 46,97 49,86Kredit (Rp Juta) 17.176 42.989 82.528 114.979 145.563 33.227,26 747,48Debitur 210 462 906 1.314 1.667 26.180,00 693,81Kredit (Rp Juta) - - - - 3.183 - -Debitur - - - - 19 - -Kredit (Juta Rp.) 567.866 641.636 807.784 928.383 1.090.863 100,80 92,10Debitur 45.864 50.973 59.994 67.203 75.102 68,75 63,75
8 Bank Jabar Banten
9 Bank DKI
T O T A L
2011 Growth (% yoy)
5 BRI
6 BRI Mikro
7 BTN
2 Syariah Mandiri
3 BNI
4 Bank Bukopin
No. Bank Uraian2010
1 Bank Mandiri
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI
Triwulan II 2011
50
Kajian Ekonomi Regional Banten
3.5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan
kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 2011
walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem
pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan
gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan.
-10
-5
0
5
10
15
20
25
-200 400 600 800
1.000 1.200 1.400 1.600 1.800
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2009 2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
yNominal Growth (RHS)
Grafik III.13. Perkembangan Transaksi
Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan
Nominal
Sumber: Bank Indonesia
-4-20246810121416
-
10
20
30
40
50
60
70
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2009 2010 2011R
p M
iliar %
yoy
Volume Growth (RHS)
Grafik III.14. Perkembangan Transaksi
Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
-100-80-60-40-20020406080
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.15. Perkembangan Transaksi RTGS
(From) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
-15-10-505101520253035
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.16. Perkembangan Transaksi RTGS
(To) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
51
Kajian Ekonomi Regional Banten
0
20
40
60
80
100
120
-500
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.17. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
52
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan I 2011
53
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Konsumsi publik yang tercermin dari realisasi belanja pemerintah daerah cenderung relatif
rendah pada triwulan II 2011. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga akhir
triwulan laporan baru mencapai 27,45% terhadap pagu belanja tahun 2011 dengan nominal
sebesar Rp 956,85 miliar. Pencapaian tersebut relatif lebih lambat dibandingkan dengan triwulan II
2011 dengan persentase sekitar 35,45% dari pagu tahun 2010. Relatif masih rendahnya
penyerapan anggaran belanja langsung khususnya belanja modal serta belanja barang dan jasa
menjadi faktor rendahnya realisasi belanja publik pada triwulan laporan.
Pertumbuhan melambat juga terjadi pada realisasi penerimaan daerah pada triwulan laporan
meskipun angka realisasinya sudah diatas 50%. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten
pada triwulan II 2011 telah cukup tinggi yaitu sekitar 59,53% dari total target pendapatan daerah
tahun 2011 dengan nilai nominal sebesar Rp 1,74 triliun. Namun bila dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya masih cenderung melambat, karena pada periode
tersebut persentase realisasi perolehan pendapatan daerah mencapai 63,18%.
Tabel IV.1. Ringkasan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten
s.d. Triwulan II Tahun 2010 dan Triwulan II Tahun 2011 (dalam Rp Juta)
Nominal % Nominal %
A Pendapatan Daerah 2.377.317 1.501.927 63,18 2.924.695 1.740.933 59,53 1 Pendapatan Asli Daerah 1.607.549 1.122.574 69,83 2.079.097 1.361.655 65,49 2 Dana Perimbangan 766.176 376.668 49,16 841.416 376.170 44,71 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.593 2.685 74,73 4.183 3.108 74,30 B Belanja Daerah 2.511.267 890.301 35,45 3.485.295 956.854 27,45 1 Belanja Tidak Langsung 1.146.904 459.099 40,03 1.764.097 610.271 34,59 2 Belanja Langsung 1.364.363 431.202 31,60 1.721.198 346.583 20,14
(133.950) 611.626 - (560.600) 784.079 -C Pembiayaan Daerah 133.950 235.496 175,81 560.600 524.448 93,55 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 157.450 235.496 149,57 572.000 535.848 93,68 2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 23.500 - - 11.400 11.400 100,00
APBD 2011Realisasi s.d. Tw II '10 Realisasi s.d. Tw II '11
No. Uraian APBD 2010
Surplus/Defisit
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)
4.1. Pendapatan Daerah
Tingginya realisasi perolehan pajak daerah pada triwulan laporan mendukung realisasi
pendapatan daerah tetap tinggi sekitar 59,53% dari target tahun 2011, walaupun masih
Triwulan I 2011
54
Kajian Ekonomi Regional Banten
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan II 2010. Untuk membiayai
rencana belanjanya pada tahun 2011, target pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 2011
pun ditingkatkan sekitar 23,02% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 2,92 triliun. Sementara itu
perkiraan defisit sebesar Rp 560,6 miliar akan dipenuhi dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA) tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2011, realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten
cukup tinggi dengan persentase mencapai 59,53% atau sebesar Rp 1,74 triliun, namun jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian tersebut sedikit melambat dengan kondisi
bahwa realisasi pendapatan daerah triwulan II 2010 telah mencapai 63,18% dari targetnya.
Tabel IV.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten s.d. Triwulan II 2011
Nominal %
Pendapatan Daerah 2.924.695 1.740.933 59,53 A. Pendapatan Asli Daerah 2.079.097 1.361.655 65,49
- Pajak Daerah 2.001.000 1.286.697 64,30 - Retribusi Daerah 2.818 1.965 69,74 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 37.679 31.121 82,60 - Lain-lain PAD yang Sah 37.600 41.872 111,36
B. Dana Perimbangan 841.416 376.170 44,71 - Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 335.853 107.613 32,04 - Dana Alokasi Umum 460.384 268.557 58,33 - Dana Alokasi Khusus 45.180 - -
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 4.183 3.108 74,30 - Pendapatan Hibah 4.183 1.889 45,16 - Dana Darurat - - - - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya - - - - Dana Penyesuaian dan Otsus - - - - Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - - - - Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - 1.219 N.A.
URAIAN Anggaran 2011Realisasi s.d. Tw II 2011
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)
Pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah yang cukup tinggi terutama dari komponen
pajak menjadi penopang utama pencapaian pendapatan daerah pada triwulan laporan. Dalam
kurun waktu Januari – Juni tahun 2011, realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten cukup
tinggi dan telah mencapai Rp 1,29 triliun atau sekitar 64,30% dari targetnya sebesar Rp 2,00
triliun. Pencapaian perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor
dengan realisasi yang tinggi khususnya jenis sedan, jeep dan station wagon pribadi mendorong
perolehan pajak daerah pada triwulan laporan cukup tinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat
dan investasi yang meningkat diperkirakan mendorong peningkatan masyarakat untuk membeli
kendaraan bermotor baik baru atau bekas (second). Pada tahun 2011, pajak daerah tetap masih
menjadi komponen utama pendapatan daerah dengan proporsi sebesar 68,42% terhadap total
pendapatan daerah Provinsi Banten.
Triwulan I 2011
55
Kajian Ekonomi Regional Banten
Pajak Daerah68,42%
Retribusi Daerah0,10%
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
1,29%
Lain-lain PAD yang Sah1,29%
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak11,48%
DAU15,74%
DAK1,54%
Pendapatan Hibah0,14%
Grafik IV.1. Komposisi Unsur Pendapatan Daerah Provinsi Banten tahun 2011
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
4.2. Belanja Daerah
Peningkatan pagu belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten sekitar 38,79% pada tahun
2011 atau menjadi sebesar Rp 3,49 triliun baru dapat direalisasikan sebesar 27,45%
mencerminkan belum optimalnya Pemda Banten menyerap anggaran. Kapasitas pembelanjaan
publik yang meningkat diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan
kinerja ekonomi Banten pada tahun 2011. Namun, hal yang patut disayangkan adalah peningkatan
pagu belanja tersebut secara umum belum mampu meningkatkan kapasitas belanja modal. Hal ini
berimbas pada kinerja perekonomian yang sedikit melambat. Sementara itu, dari pagu belanja
dalam APBD (murni) Provinsi Banten tahun 2010, proporsi belanja modal terhadap total belanja
mencapai 28,52%, namun pada tahun 2011 proporsinya hanya sebesar 18,75%.
Tabel IV.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Triwulan I 2011
Nominal %B Belanja 3.485.295 956.854 27,45
Belanja Tidak Langsung 1.764.097 610.271 34,59Belanja Pegawai 345.901 146.474 42,35Belanja Hibah 340.463 158.417 46,53Belanja Bantuan Sosial 51.000 49.378 96,82Belanja Bagi Hasil kepada Kab/Kota 730.617 250.486 34,28Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kab/Kota/Desa dan Parpol 291.116 5.516 1,89Belanja Tidak terduga 5.000 - 0,00Belanja Langsung 1.721.198 346.583 20,14Belanja Pegawai 130.439 39.217 30,07Belanja Barang dan Jasa 937.361 173.564 18,52Belanja Modal 653.398 133.803 20,48
2
No. Uraian APBD 2011Realisasi s.d. Tw II '11
1
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)
Triwulan I 2011
56
Kajian Ekonomi Regional Banten
Dibandingkan triwulan II tahun 2010, penyerapan anggaran belanja daerah pada triwulan
laporan relatif lebih lambat dengan persentase sebesar 27,45% dari pagu belanja tahun
2011. Total realisasi belanja Pemerintah Provinsi Banten sepanjang semester I 2011 adalah sebesar
Rp 956,85 miliar dengan persentase sebesar 27,45% terhadap pagu belanja tahun 2011.
Persentase realisasi belanja tersebut relatif rendah dibandingkan dengan tahun 2010 dimana
hingga triwulan II 2010 realisasi penyerapan anggaran belanja telah mencapai 35,45%. Di samping
itu, realisasi belanja modal juga relatif masih rendah hingga akhir periode laporan sebesar Rp
133,80 miliar atau sekitar 20,548% terhadap pagu belanja modal tahun 2011. Proyek yang sudah
menyerap anggaran belanja modal kebanyakan adalah proyek pemeliharaan/ pembangunan jalan
dan layanan public lainnya.
36,21 35,37
27,45
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Sem
I 20
09
Sem
I 20
10
Sem
I 20
11
%
Persentase Realisasi Belanja
Grafik IV.1. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah s.d Tw II Tahun 2009 – 2011
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)
Triwulan II 2011
57
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tren perekonomian yang sedikit melambat pada triwulan II 2011 diperkirakan belum
berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Meningkatnya
investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I
2011 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi
ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan. Tingkat
Pengganguran Terbuka (TPT) lebih rendah dibandingkan kondisi pertengahan triwulan III 2010.
Pada pertengahan triwulan I 2011, angka TPT Banten tercatat sebesar 13,5% dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,77% (yoy), sedangkan angka TPT triwulan III 2010 sebesar
13,68% dan pertumbuhan ekonomi Banten pada level 6,06% (yoy).
Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat
cenderung stabil. Persentase jumlah penduduk miskin Banten pada Maret 2011 tercatat sebesar
6,32% atau terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Tetap tingginya
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) walaupun cenderung melambat
dibandingkan triwulan lalu diperkirakan tetap dapat menahan tingkat kemiskinan Banten. Indikator
lainnya seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Tendensi Konsumen dan Nilai Tukar Petani
(NTP) yang cenderung meningkat, kondisi inflasi yang relatif terjaga diperkirakan menjadi indikasi
lain tetap terjaganya daya beli dan kesejahteraan masyarakat secara umum.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan belum memberikan
dampak negatif terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Pada triwulan I 2011 Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar 68,03% meningkat tinggi dibandingkan
periode-periode sebelumnya, sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar
13,5% yang merupakan level pengangguran terendah sejak tahun 2008. Kondisi tersebut selaras
dengan tumbuhnya perekonomian Banten secara signifikan sebesar 6,77% (yoy). Sementara itu,
kondisi perekonomian triwulan II 2011 terlihat sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar
6,27% (yoy). Diperkirakan perkembangan ini belum memberikan dampak negatif yang signifikan
terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan
Triwulan II 2011
58
Kajian Ekonomi Regional Banten
sebesar 8,26% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,23% (yoy)
diperkirakan akan mampu menahan dampak perlambatan ekonomi terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka. Indikator lainnya adalah bahwa secara umum kondisi perekonomian
Banten triwulan laporan tetap lebih baik dibandingkan dengan triwulan III 2010 dengan level
pertumbuhan pada periode tersebut sebesar 6,06% (yoy) dan angka TPT sebesar 13,68%.
Diperkirakan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisi
periode tersebut dengan level TPAK sebesar 65,34%.
14,15
15,1814,90 14,97
14,16
13,68 13,5
12,5
13
13,5
14
14,5
15
15,5
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb
2008 2009 2010 2011
%
TPT
Grafik V.1. Perkembangan Tingkat
Pengangguran Terbuka Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
64,464,8
65,80
63,74
64,7465,34
68,03
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb
2008 2009 2010 2011
%
TPAK
Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
Hal yang harus diperhatikan adalah perlunya pembangunan sumber daya manusia secara
terstruktur dan terintegrasi dalam rangka mendongkrak kondisi ketenagakerjaan Banten
secara relatif terhadap kondisi nasional. Berdasarkan statistik ketenagakerjaan, tingkat
pengangguran Banten hingga data terakhir pada triwulan I 2011 relatif selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi provinsi lainnya di wilayah Jawa maupun nasional secara umum, dan
belum terdapat perubahan yang signifikan terhadap kondisi tersebut. Terkait dengan hal tersebut,
terobosan yang signifikan untuk mendorong tingkat partisipasi angkatan kerja sangat dibutuhkan
melalui hal yang mendasar yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan
masyarakat Banten yang masih cenderung rendah yang tercermin dari angka partisipasi sekolah
terutama pada usia 16-18 tahun mendorong adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara
kemampuan tenaga kerja dengan kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mendukung
pertumbuhan yang berkesinambungan dan berkualitas, selayaknya pendidikan menjadi hal yang
dikedepankan untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, pembangunan
pendidikan kejuruan disarankan untuk ditingkatkan. Salah satu contohnya adalah sekolah
menengah kejuruan kimia, tekstil, alas kaki atau logam sesuai dengan kondisi dan potensi Banten
Triwulan II 2011
59
Kajian Ekonomi Regional Banten
sebagai lokasi klaster industri petrokimia dan juga tingginya potensi penyerapan tenaga kerja oleh
industri logam di Banten. Pengalaman berharga dapat dipelajari dari ditariknya kembali rencana
industri pabrik alas kaki Taiwan di Sidoarjo karena di wilayah tersebut tidak tersedia tenaga
terampil menjahit khusus alas kaki pada tahun 2011 ini.
6,8
10,839,84
6,07 5,474,18
13,5
TPT
Grafik V.3. Tingkat Pengangguran Terbuka
Nasional dan Provinsi di Wilayah Jawa
Sumber: BPS Provinsi Banten
0
20
40
60
80
100
120
7 - 12 13 - 15 16 - 18
2009
%
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Grafik V.4. Tingkat Partisipasi Sekolah
Provinsi di Wilayah Jawa
Sumber: BPS Provinsi Banten
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sementara itu pada aspek kesejahteraan masyarakat, membaiknya tingkat pendapatan dan
optimisme masyarakat serta masih terjaganya level inflasi diperkirakan dapat menjaga kondisi
kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang stabil. Tingkat pendapatan masyarakat yang
tercermin salah satunya dari peningkatan pendapatan perkapita dan penyesuaian upah minimum
yang meningkat diperkirakan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat Banten pada
tahun 2011. Kondisi serupa juga terjadi di pedesaan, indeks Nilai Tukar Petani yang cenderung
meningkat mengindikasikan terjaganya daya beli masyarakat dengan kecenderungan semakin
membaik. Sementara itu dari Indeks Keyakinan Konsumen berdasarkan Survei Konsumen Bank
Indonesia maupun Indeks Tendensi Konsumen BPS Provinsi Banten menunjukkan adanya
optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan terjaganya inflasi Banten pada level
yang cukup rendah. Kondisi tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat konsumsi masyarakat
setidaknya dalam kondisi yang stabil.
Triwulan II 2011
60
Kajian Ekonomi Regional Banten
1,49 1,41
1,90
0,37
1,040,76
2,78
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
Nas
iona
l
DK
I Jak
arta
Jaw
a Ba
rat
Jaw
a Te
ngah DIY
Jaw
a Ti
mur
Bant
en
%
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Tahunan
Grafik V.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan
Penduduk Nasional dan Provinsi di
Kawasan Jawa Tahun 2000 – 2010
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten
13,33
3,48
11,27
16,56 16,83 15,26
7,16
12,49
3,75
10,65
15,76 16,0814,23
6,32
02468
1012141618
Nas
iona
l
DK
I Jak
arta
Jaw
a Ba
rat
Jaw
a Te
ngah
DI Y
ogya
kart
a
Jaw
a Ti
mur
Bant
en
%
2010 2011
Grafik V.6. Perbandingan Persentase Jumlah
Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di
Kawasan Jawa
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten
Adapun momentum yang perlu dijaga adalah angka pertumbuhan ekonomi pada level yang tinggi
diatas 6% dan peningkatan program untuk mengurangi kesenjangan ekonomi melalui skala
prioritas pembangunan bagi sektor pertanian dan wilayah Banten bagian selatan, agar rata-rata
pertumbuhan penduduk Banten yang tinggi secara relatif terhadap nasional dan wilayah provinsi
tetangga tidak menjadi problem bagi program pengurangan presentase penduduk miskin di
Banten.
Triwulan II 2011
61
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Banten pada triwulan III 2011 diperkirakan akan kembali meningkat dengan
prakiraan level pertumbuhan mencapai 6,56% - 6,60% (yoy) karena membaiknya kinerja
perekonomian dari sisi permintaan maupun penawaran. Kinerja sektor utama perekonomian
Banten, diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan
yang juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor pendukung. Hampir seluruh sektor
secara umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor
pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi
dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponen-komponen
yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten.
Peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan peningkatan
konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif terhadap
peningkatan tekanan inflasi. Pada triwulan mendatang inflasi Banten diprakirakan dapat
berada pada kisaran 4,69% - 4,90% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan II
2011. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun non
fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi
meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang distimuli
oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen belanja
publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non fundamental,
adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan administered prices
seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual rokok juga menjadi
faktor-faktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang.
6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
6.1.1. Sisi Permintaan/Pengeluaran
Optimisme masyarakat terhadap tingkat konsumsi pada triwulan III 2011 stabil dengan
kecenderungan semakin membaik selaras dengan membaiknya ekspektasi terhadap kondisi
ekonomi periode mendatang. Ekspektasi masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian
Banten triwulan mendatang semakin membaik sehingga diharapkan tingkat konsumsi pada
Triwulan II 2011
62
Kajian Ekonomi Regional Banten
triwulan mendatang tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat. Indikasi tersebut ditunjukkan
oleh meningkatnya tren indeks ekspektasi konsumen dan indeks ekspektasi ekonomi.
Potensi meningkatnya pendapatan baik dari pendapatan gaji dan upah maupun yang berasal
dari pembiayaan lembaga keuangan diperkirakan setidaknya dapat mempertahankan
konsumsi pada tingkat yang stabil dan bahkan meningkat. Meningkatnya Upah Minimum
Provinsi maupun kota/kabupaten tahun 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan
harapan terhadap meningkatnya pendapatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya tren indeks
ekspektasi penghasilan diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi daya beli
dan konsumsi swasta. Selain itu, stabilnya suku bunga kredit seiring dengan tetap
dipertahankannya suku bunga acuan bank sentral dan kemungkinan ekspansi penyaluran kredit
perbankan menjelang akhir tahun diperkirakan dapat mendorong pembiayaan terhadap konsumsi
pun meningkat.
-30-20-1001020304050607080
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011
Inde
ks
% yoy
Indeks Ekspektasi Konsumen Growth (RHS)
Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Konsumen
Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
-40-20020406080100120140160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011
Inde
ks
% yoy
Indeks Ekspektasi Ekonomi Growth (RHS)
Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ekonomi
Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Tabel VI.1. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Wilayah Banten
2009 2010 2011Kota Tangerang 1.064.500 1.130.000 1.250.000 6,15 10,62Kota Cilegon 1.099.000 1.174.000 1.224.000 6,82 4,26Kota Tangerang Selatan 1.055.000 1.125.000 1.245.800 6,64 10,74Kota Serang 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1,94 10,10Kab. Pandeglang 918.950 964.500 1.015.000 4,96 5,24Kab. Lebak 918.000 959.500 1.007.500 4,52 5,00Kab. Tangerang 1.055.000 1.125.000 1.243.000 6,64 10,49Kab. Serang 1.030.000 1.101.000 1.189.600 6,89 8,05Banten 917.500 955.300 1.000.000 4,12 4,68
Kota/kabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2010
(% yoy)Growth 2011
(% yoy)
Sumber: Pemerintah Provinsi Banten
Triwulan II 2011
63
Kajian Ekonomi Regional Banten
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011
Inde
ks
% yoy
Indeks Ekspektasi Penghasilan Growth (RHS)
Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi Penghasilan Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Sementara itu pada aspek konsumsi pemerintah, realisasi belanja pemerintah daerah pada
triwulan mendatang diperkirakan akan dipercepat seiring dengan masih tertahannya
realisasi belanja hingga triwulan II 2011. Berdasarkan pola historis realisasi belanja pemerintah
daerah hingga pertengahan tahun, pada umumnya, terjadi percepatan realisasi fiskal untuk belanja
pembangunan terutama untuk keperluan pembangunan infrastruktur maupun pelaksanaan
program-program lainnya pada triwulan III dan triwulan IV. Sementara itu, dalam rangka
meningkatkan efektivitas penggunaan APBD, Pemerintah Provinsi Banten saat ini pun tengah
menyusun sistem evaluasi pelaksanaan pembangunan dengan model dynamic system.
Kinerja investasi Banten pun diprakirakan akan meningkat seiring dengan terus
berlangsungnya investasi oleh swasta yang didukung oleh pembiayaan perbankan dengan
suku bunga kredit yang cenderung menurun. Investasi diperkirakan cenderung meningkat yang
terutama didorong oleh peningkatan investasi swasta. Salah satunya adalah produsen petrokimia
terbesar di Banten yang dalam rangka menyambung mata rantai produksi petrokimia dari hulu ke
hilir, akan memulai pembangunan pabrik butadiene pertama di Indonesia pada September 2011
yang diharapkan selesai pada pertengahan 2013. Total investasi pabrik baru tersebut mencapai
sekitar USD 110 juta dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Pada subsektor industri baja,
produsen baja besar di Banten akan melakukan proses modernisasi dan pengembangan hot strip
mill dengan nilai investasi sekitar 928,29 miliar dari hasil penghimpunan dana melalui IPO,
sementara itu sekitar Rp 388,95 miliar dari penghimpunan dana tersebut akan digunakan untuk
menambah modal perusahaan.
Triwulan II 2011
64
Kajian Ekonomi Regional Banten
Meningkatnya beberapa indikator lainnya seperti tren penggunaan semen juga memberikan
sinyal kecenderungan meningkatnya investasi triwulan mendatang. Perkiraan meningkatnya
investasi juga diindikasikan dari meningkatnya tren impor alat transportasi untuk industri menuju
triwulan III 2011, begitu pula dengan penggunaan semen seiring dengan tingginya pembangunan
baik di sektor properti maupun sektor industri. Indeks Tendensi Bisnis pada triwulan III 2011 pun
terindikasi tetap tinggi yang dapat membawa dampak positif terhadap optimisme bisnis pelaku
usaha nasional termasuk di Banten dengan kondisi cukup banyaknya industri berskala nasional di
wilayah ini. Sementara itu pada sisi eksternal, investasi di negara emerging markets pada tahun
2011 diperkirakan tetap tinggi seiring dengan aliran modal yang tinggi dari negara-negara maju
yang didukung oleh kondisi struktural ekonomi yang kokoh dengan pertumbuhan tinggi.
-10-8-6-4-202468
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2008 2009 2010 2011
Ind
eks %
yoy
Indeks Tendensi Bisnis Growth (RHS)
Grafik VI.4. Indeks Tendensi Bisnis Nasional
Sumber: BPS RI *) Proyeksi
Grafik III.5. Perkembangan dan Proyeksi
Investasi Global (% yoy)
Sumber: World Economic and Financial Survey –
International Monetary Fund, Update April 2012
Kinerja ekspor dan impor diprakirakan stabil cenderung meningkat yang ditopang oleh
potensi pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tinggi pada tahun 2011. Volume
perdagangan dunia pada tahun 2011 diproyeksikan tetap bertumbuh tinggi pada kisaran level 8%
(yoy) walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya pada saat momentum
pemulihan ekonomi secara bertahap setelah melambat akibat krisis keuangan dunia. Pertumbuhan
ekonomi China yang tinggi berpotensi membawa dampak positif terhadap peningkatan ekspor
Banten.
Triwulan II 2011
65
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel VI.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
2009 2010*) 2011 f) 2012 f) 2013 f)
World Trade Volume -11,0 11,5 8,0 7,7 7,7Real GDP GrowthWorld -2,2 3,8 3,2 3,6 3,6
High Income -3,4 2,7 2,2 2,7 2,6OECD Countries -3,5 2,6 2,1 2,6 2,5Euro Area -4,1 1,7 1,7 1,8 1,9Japan -6,3 4,0 0,1 2,6 2,0United States -2,6 2,8 2,6 2,9 2,7Non OECD Countries -1,9 4,2 4,3 4,8 4,9
Developing Countries 1,9 7,3 6,3 6,2 6,3East Asia and Pacific 7,4 9,6 8,5 8,1 8,2
China 9,1 10,3 9,3 8,7 8,8Indonesia 4,6 6,1 6,3 6,5 6,5Thailand -2,3 7,8 3,7 4,2 4,3
Europe and Central Asia -6,4 5,2 4,7 4,4 4,6Latin America and Caribbean -2,1 6,0 4,5 4,1 4,0Middle East and North Africa 2,8 3,1 1,9 3,5 4,0South Asia 6,2 9,3 7,5 7,7 7,9Sub Saharan Africa 2,0 4,8 5,1 5,7 5,7
Item
Sumber: Global Economic Prospects – World Bank, June 2011
Sementara itu, tetap kuatnya konsumsi dan kinerja sektoral dunia usaha di Banten pada
periode mendatang diprakirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan impor Banten
Triwulan III 2011. Tren peningkatan kebutuhan barang impor konsumsi hingga Triwulan II 2011
diproyeksikan akan terjadi pada periode mendatang searah dengan ekspektasi penghasilan dan
kondisi ekonomi yang tetap baik. Di sisi lain, peningkatan permintaan domestik akan mendorong
peningkatan kebutuhan impor bahan baku dan bahan penolong khususnya untuk sektor industri
pengolahan yang memiliki import content yang tinggi.
6.1.2. Sisi Penawaran (Sektoral)
Tren pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami
peningkatan dengan kinerja sektor industri pengolahan sebagai motor penggerak utama.
Berdasarkan proyeksi World Bank dalam Global Economic Prospect, perekonomian dunia
diprakirakan tumbuh sekitar 3,2% (yoy) pada tahun 2011 sedikit melambat dibandingkan tahun
sebelumnya yang meningkat cukup tinggi setelah fase perlambatan akibat krisis keuangan tahun
2009. Di sisi lain, perekonomian negara berkembang diprakirakan dapat tumbuh lebih cepat
sebesar 6,3% (yoy) tahun 2011, sementara itu lembaga International Monetary Fund (IMF)
memprakirakan pertumbuhan ekonomi Asia bahkan mencapai 6,8% (yoy) yang terutama didorong
oleh tingginya pertumbuhan China dan India. Dukungan pembiayaan yang kuat dari perbankan
diperkirakan berperan cukup besar terhadap kinerja perekonomian Asia. Sementara itu, kedua
lembaga keuangan internasional tersebut memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
Triwulan II 2011
66
Kajian Ekonomi Regional Banten
tahun 2011 tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat dibandingkan tahun 2010 pada kisaran
6,2% - 6,3% (yoy).
Tabel VI.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia Pacific
2010 2011 2012
Industrial Asia 3,7 1,7 2,4Japan 3,9 1,4 2,1Australia 2,7 3,0 3,5New Zealand 1,5 0,9 4,1
Emerging Asia 9,6 8,1 8,0NIEs 8,4 4,9 4,5
Hong Kong 6,8 5,4 4,2Korea 6,1 4,5 4,2Singapore 14,5 5,2 4,4Taiwan 10,8 5,4 5,2
China 10,3 9,6 9,5India 10,4 8,2 7,8ASEAN - 5 6,9 5,4 5,7
Indonesia 6,1 6,2 6,5Malaysia 7,2 5,5 5,2Philippines 7,3 5,0 5,0Thailand 7,8 4,0 4,5Vietnam 6,8 6,3 6,8
Emerging Asia excl. China 8,8 6,5 6,3Emerging Asia excl. China and India 7,7 5,2 5,1ASIA 8,3 6,8 6,9
Negara/Kawasan
Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012
Grafik III.6. Perkembangan Kredit untuk Sektor Swasta Beberapa negara di Asia
Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012
Baiknya prospek ekonomi nasional pada tahun ini diperkirakan membawa dampak positif ke
tingkat regional termasuk Banten. Kinerja perekonomian Banten pada triwulan mendatang
diperkirakan meningkat pada kisaran pertumbuhan 6,84% - 6,91% (yoy). Peningkatan kinerja
diprakirakan terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta
sektor listrik, gas dan air bersih.
Triwulan II 2011
67
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel VI.4. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II** Tw IIIr)
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15 4,22 - 4,27
Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 10,08 9,11 8,70 - 8,75
Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 3,41 4,45 3,69 3,95 - 4,00
Listrik, Gas dan Air Bersih 11,07 12,39 12,82 12,24 6,06 5,17 4,65 - 4,70
Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,04 8,44 9,50 9,52 - 9,55
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,70 9,46 8,98 10,06 11,14 11,35 - 11,40
Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 12,95 - 12,97
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 7,37 - 7,40
Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 4,65 5,94 6,24 6,25 - 6,30
PDRB 5,87 6,06 6,31 5,94 6,77 6,27 6,56 - 6,60
Sektor2010
2010**Arah Tw III
'112011
Sumber: BPS Provinsi Banten, (* angka sementara, ** angka sangat sementara, r) proyeksi Bank Indonesia)
6.1.2.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Setelah melambat pada triwulan II 2011, kinerja sektor pertanian diperkirakan membaik pada
triwulan mendatang. Membaiknya prakiraan kinerja subsektor pertanian khususnya tanaman
pangan diharapkan dapat mendorong kinerja sektor pertanian secara umum pada triwulan III 2011.
Berdasarkan data ARAM II produksi padi Banten tahun 2011, produktivitas padi pada subround I
bulan Januari – April 2011 yang cenderung masih rendah sekitar 47,93 kuintal/hektar, diperkirakan
meningkat pada subround II bulan Mei – Agustus 2011 sebesar 51,58 kuintal/hektar. Prakiraan
membaiknya kondisi cuaca ke depan kemudian mendorong peningkatan luas tanam dan luas
panen dengan asumsi gangguan dari Organisme Pengganggu Tanaman dapat teratasi dan tidak
terdapat kekeringan. Selain itu, berbagai program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
produktivitas pertanian tanaman pangan seperti melalui Bantuan Langsung Benih Unggul yang
disalurkan melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu, Cadangan Benih Nasional (CBN)
maupun berbagai program lainnya diprakirakan dapat mendukung meningkatnya kinerja sektor
pertanian triwulan ke depan.
6.1.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan diproyeksikan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat
pada kisaran level 3,95%-4,00% (yoy) pada triwulan III 2011. Ekspektasi/perkiraan pelaku
usaha sektor industri pengolahan yang meningkat diperkirakan dapat menjadi indikasi potensi
meningkatnya kinerja sektor tersebut pada triwulan mendatang. Potensi meningkatnya kinerja
Triwulan II 2011
68
Kajian Ekonomi Regional Banten
sektor industri didukung oleh tingginya investasi di sektor industri dan perkiraan volume
perdagangan dunia yang mengalami peningkatan yang tinggi. Selain itu, dari sisi pembiayaan,
meningkatnya kredit ke sektor industri pengolahan menjadi salah satu pendorong meningkatnya
tren kinerja sektor tersebut. Sementara itu dari hasil liaison, salah satu perusahaan petrokimia besar
di Banten akan berekspansi dengan membangun pabrik Super Absorbent Polymer (SAP) dan Acrylic
Acid (AA) di Cilegon. Pabrik untuk SAP tersebut akan memiliki kapasitas 90 ribu metrik ton dan
pabrik AA memiliki kapasitas 60 ribu metrik ton per tahun. Pembangunan pabrik untuk AA baru
tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi AA hingga 75% dari kapasitas sebelumnya.
Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada bulan Juli 2011 dan direncanakan beroperasi
penuh pada tahun 2013. Pembangunan pabrik tersebut akan berdampak pada peningkatan
kapasitas pabrik perusahaan tersebut secara umum hingga mencapai 310.000 metrik ton per tahun
atau meningkat hampir 200% dibandingkan kapasitas awal sebesar 160.000 metrik ton per tahun.
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
T.II T.III T.IV T.I T.II T.III*
2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Sektor Industri Pengolahan
Grafik III.7. Perkiraan Kegiatan Usaha
Sektor Industri Pengolahan
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
-40-30-20-100102030405060
-
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% y-o
-y
Kredit Sektor Industri Growth (RHS)
Grafik III.8. Kredit untuk Sektor Industri
Pengolahan Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia
6.1.2.3. Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan pun diproyeksikan meningkat pada level 9,52% - 9,55% (yoy).
Kinerja sektor bangunan pada Triwulan III 2011 diprakirakan juga meningkat seiring dengan
maraknya permintaan dan pembangunan properti komersial dan residensial khususnya oleh
pengembang swasta. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pengembangan kawasan industri
di Banten diperkirakan meningkat seiring rencana pembangunan pabrik baru dan perluasan
gudang yang berasal dari pengembangan Millenium Industrial Estate Tahap 2 di Tigaraksa,
Tangerang dan Modern Cikande Industrial Estate di Tangerang.
Triwulan II 2011
69
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel VI.5. Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Banten 2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I '10 Tw II '10 Tw III '10 Tw IV '10 Tw I '11RitelSewa- Stok (m2) 226.175 226.175 226.175 226.175 366.175 4,87 0,00 0,00 0,00 61,90- Tingkat Hunian 92,45% 92,84% 93,28% 93,61% 85,88% 0,96 2,69 1,78 1,79 -7,11- Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 370.344 370.032 371.671 378.426 391.503 3,88 -7,84 9,81 1,97 5,71Jual- Stok (m2) 524.670 524.670 524.670 524.670 524.670 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00- Tingkat Penjualan 78,96% 79,01% 79,14% 79,14% 79,14% 0,34 0,25 0,41 0,33 0,23- Harga jual (Rp/m2) 35.333.895 35.734.913 35.901.511 35.901.511 36.188.533 1,48 2,46 2,93 2,93 2,42Hotel- Stok (Kamar) 2.104 2.104 2.104 2.277 2.277 17,02 8,01 8,01 16,89 8,22- Tingkat Hunian 56,50% 61,14% 63,82% 61,44% 62,17% 6,38 12,78 12,64 4,95 10,04- Tarif kamar per malam (Rp/malam) 671.538 669.263 697.914 673.790 694.176 -9,52 -5,79 -0,89 -4,66 3,37Lahan Industri- Stok (Ha) 5.388 5.388 5.388 5.388 5.418 0,00 0,00 0,00 0,00 0,56- Tingkat Penjualan 70,09% 70,12% 70,15% 70,15% 70,05% 0,49 0,42 0,27 0,13 -0,06- Harga jual (Rp/m2) 607.592 605.560 615.704 620.340 726.029 -3,71 -2,12 0,38 1,56 19,49
Sub Sektor2010 Growth (% yoy)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
6.1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan meningkat pada kisaran 11,35% -
11,40% (yoy) triwulan III 2011. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan pada triwulan II 2011
diprakirakan masih terus berlanjut pada triwulan mendatang yang didukung oleh prakiraan
meningkatnya konsumsi. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pada tahun 2011
diperkirakan terdapat rencana penambahan pasokan kamar hotel sekitar 357 kamar dari Hotel
Sheraton Bandara, Quest Hotel dan Sentra Niaga Tangerang yang dapat meningkatkan supply
kamar hotel dan peningkatan nilai tambah subsektor hotel dan sektor PHR secara umum.
Kecenderungan meningkatnya konsumsi listrik oleh pelanggan bisnis (pelaku usaha MKM) di
wilayah Tangerang yang menjadi jantung sektor tersebut di Banten, juga menjadi salah satu
indikasi meningkatnya sektor PHR pada triwulan mendatang. Sementara itu di Kota Serang,
pembangunan Mall of Serang yang dijadwalkan beroperasi pada pertengahan triwulan III 2011
diperkirakan akan memberikan dorongan yang cukup signifikan terhadap kinerja sektor tersebut.
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% yo
y
Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS)
Grafik VI.9. Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan II 2011
70
Kajian Ekonomi Regional Banten
6.1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan pada triwulan III 2011 diproyeksikan stabil namun dengan
kecenderungan sedikit meningkat. Sektor pengangkutan diperkirakan meningkat pada triwulan
III 2011 yang didorong oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor produktif lainnya dengan
meningkatnya permintaan terhadap angkutan dan jasa pendukung angkutan serta meningkatnya
kebutuhan telekomunikasi. Dari data arus lalu lintas di Tol Tangerang-Merak yang merupakan ruas
tol utama di wilayah Banten, terlihat adanya tren peningkatan secara umum arus kendaraan di ruas
tersebut, yang berpotensi terus meningkat menuju akhir triwulan III 2011 baik pada kendaraan
komersial maupun penumpang seiring meningkatnya kinerja sektoral dan konsumsi/investasi,
sementara itu proses perbaikan jalan yang memberikan hambatan terhadap arus lalu lintas di
Tangerang – Merak terlihat membaik pada akhir triwulan II 2011 dan diprakirakan semakin
membaik pada triwulan mendatang.
6.2. INFLASI
Pada triwulan III 2011 tingkat inflasi diprakirakan cenderung meningkat pada kisaran level
4,69% - 4,90% (yoy) yang didorong baik dari aspek fundamental maupun non fundamental.
Pada aspek fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi
meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang didukung
faktor penyaluran kredit konsumtif yang tinggi, serta akselerasi pada komponen belanja publik.
Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup
tinggi yang bersumber dari kecenderungan peningkatan harga emas yang akan mempengaruhi
peningkatan inflasi inti dari komoditas emas perhiasan. Selain itu, prakiraan meningkatnya tekanan
inflasi negara-negara mitra dagang khususnya China yang merupakan salah satu negara asal impor
terbesar di Banten.
Triwulan II 2011
71
Kajian Ekonomi Regional Banten
Grafik III.10. Proyeksi Inflasi Negara-negara di Asia Tahun 2011 – 2012
Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012
Tingkat ekspektasi masyarakat pun terindikasi sedikit memburuk yang mengindikasikan
adanya pandangan terhadap kemungkinan kenaikan harga pada triwulan mendatang.
Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang masih stabil memberikan dampak ekspektasi
masyarakat terhadap harga sedikit meningkat pada level yang stabil. Hal tersebut terindikasi dari
stabilnya Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap Harga 3 Bulan yang Akan Datang.
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Grafik VI.11. Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Sementara itu dari sisi non fundamental, juga terdapat potensi meningkatnya harga barang-
barang komoditas volatile foods (memiliki kecenderungan harga bergejolak). Beberapa hal
yang menjadi penyebabnya antara lain karena adanya kenaikan harga pakan ayam, sehingga
terjadi kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam dari produsen; belum selesainya proses
negosiasi perdagangan impor sapi dari Australia; kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi
juga mendorong penurunan pasokan ikan segar. Sementara itu, terdapat kondisi peningkatan
permintaan terhadap bahan makanan secara umum meningkatnya pendapatan masyarakat yang
Triwulan II 2011
72
Kajian Ekonomi Regional Banten
distimuli oleh adanya perayaan hari besar keagamaan. Sementara itu, walaupun cenderung stabil,
inflasi dari komponen administered price tetap berpotensi meningkat karena adanya kenaikan tarif
cukai rokok pada tahun 2011 kondisi tersebut diperkirakan mendorong produsen rokok untuk
menaikkan harga jualnya secara bertahap.