Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy)....

83
Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy)....

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan II 2011

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

 

i

Kajian Ekonomi Regional Banten

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena

dengan rahmat serta ridha-Nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten

Triwulan II 2011 dapat diterbitkan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian

komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi data, informasi dan analisis

terhadap kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang.

Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan

makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem

pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan

kesejahteraan serta outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan II

2011, perkembangan kinerja perekonomian Banten masih bertumbuh tinggi walaupun dengan

kecenderungan melambat dengan level pertumbuhan berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik

Provinsi Banten sebesar 6,27% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya kinerja perekonomian

pada triwulan laporan cenderung melambat namun sejatinya masih bertumbuh tinggi.

Sementara itu perkembangan inflasi Banten masih terus membaik hingga akhir triwulan

laporan yang didorong oleh membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya

penerapan kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah sehingga inflasi

Banten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan

masih tertahan walaupun masih cukup baik dengan rasio LDR bank umum sebesar 72,65%.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada

semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di

Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami

sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi

pengembangan perekonomian Provinsi Banten.

Serang, 9 Agustus 2011

TTD

Andang Setyobudi Pemimpin

Page 3: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

ii

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

iii Kajian Ekonomi Regional Banten

Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif Halaman v

Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1

Sisi Permintaan Halaman 1 Sisi Penawaran Halaman 7

Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 15 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 15

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 25

Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 29 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 29

Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 45 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Syariah Halaman 46

Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 46 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 47

Bab IV Keuangan Daerah Halaman 49

Pendapatan Daerah Halaman 49 Belanja Daerah Halaman 51

Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 53 Ketenagakerjaan Halaman 53

Kesejahteraan Masyarakat Halaman 55

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

iv Kajian Ekonomi Regional Banten

Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 57

Pertumbuhan Ekonomi Halaman 57 Inflasi Halaman 66

Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788 Fax : 0254 – 223875 email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

v

Kajian Ekonomi Regional Banten

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan II 2011 sedikit melambat sebesar 6,27% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai level 6,77% (yoy). Melambatnya

sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama melambatnya kinerja

perekonomian secara umum.

Dari sisi permintaan, komponen investasi dan impor terindikasi meningkat sementara itu

ekspor dan belanja pemerintah relatif masih tertahan. Melambatnya kinerja ekspor seiring

dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan ini, terutama dari industri kertas

dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor beberapa produk utama lainnya

seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung meningkat dan diperkirakan mampu

menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar. Melambatnya komponen konsumsi

pemerintah didorong oleh masih tertahannya realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten

pada akhir triwulan II 2011 yang baru mencapai sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar,

sementara realisasi hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari

pagu belanja tahun 2010. Di sisi lain, meningkatnya investasi dan impor yang diperkirakan

terutama dari sektor industri pengolahan menjadi komponen-komponen yang dapat menahan

perlambatan perekonomian Banten yang lebih dalam.

Sementara itu dari sisi sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap

tumbuh pada level yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor

pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 2010, kinerja

perekonomian pada triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya

peningkatan perekonomian pada periode yang sama tahun ini.

Tekanan Inflasi Banten pada triwulan II 2011 terus menurun yang didorong oleh membaiknya

kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan konsumsi

BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 2011 dapat

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

vi

Kajian Ekonomi Regional Banten

mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 2011. Perkembangan

menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah

level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 2011. Berbagai program yang

telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran raskin oleh

pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi

publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan

lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Namun

demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka meredam kenaikan harga

khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah perlu terus ditingkatkan.

Ekspansi kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan II 2011 belum diikuti oleh membaiknya

kualitas kredit dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja

sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya

rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17%

pada triwulan I 2011 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit

bank umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas

aman 5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik

diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum. Selain itu,

Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha

Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi.

Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. . Penggunaan

kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 2011

walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem

pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan

gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan.

Realisasi pendapatan maupun belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan II

2011 relatif melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi

pendapatan daerah Provinsi Banten pada triwulan II 2011 relatif tinggi mencapai 59,53% namun

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II 2010 dengan persentase realisasi mencapai 63,18%.

Realisasi perolehan pendapatan tertinggi tetap berasal dari komponen Pendapatan Asli Daerah

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

vii

Kajian Ekonomi Regional Banten

sebesar Rp 1,36 triliun atau sekitar 65,49% dari target di tahun 2011. Realisasi belanja daerah pun

masih cenderung tertahan hingga triwulan II 2011 sebesar Rp 956,85 miliar atau sekitar 27,45%

dari pagunya di tahun 2011. Sementara itu realisasi belanja daerah triwulan II 2010 lebih cepat

dengan persentase sebesar 35,45% terhadap pagu belanja tahun 2010.

Sedikit melambatnya perekonomian Banten pada triwulan II 2011 diperkirakan belum

berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan di wilayah ini. Meningkatnya

investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I

2011 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi

ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan.

Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung

stabil. Tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) yang

didukung oleh rendahnya laju inflasi diperkirakan tetap dapat menahan daya beli dan

kesejahteraan masyarakat Banten pada level yang masih relatif stabil.

Membaiknya performa berbagai komponen PDRB sisi permintaan maupun penawaran pada

triwulan mendatang diprakirakan akan mendorong kinerja perekonomian Banten meningkat

pada kisaran level 6,56% - 6,60% (yoy). Kinerja sektor utama perekonomian Banten,

diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan yang

juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor pendukung. Hampir seluruh sektor secara

umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor

pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi

dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponen-komponen

yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten.

Sementara itu, peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan

peningkatan konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif

terhadap peningkatan tekanan inflasi dengan prakiraan sekitar 4,69% - 4,90% (yoy) pada

triwulan III 2011. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun

non fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan

potensi meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang

distimuli oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen

belanja publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

viii

Kajian Ekonomi Regional Banten

fundamental, adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan

administered prices seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual

rokok juga menjadi faktor-faktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang.

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

ix

Kajian Ekonomi Regional Banten

TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN I. MAKROEKONOMI

INDIKATOR 2010 2011

Tw I*) Tw II*) Tw III*) Tw IV*) Tw I**) Tw II**) PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)

21.165,95 21.819,70 22.600,78 22.807,34 22.598,14 23.188,00

1. Pertanian 1.621,71 1.700,71 1.652,67 1.506,33 1.747,01 1.754,28

2. Pertambangan dan Penggalian

23,37 24,35 24,80 25,25 25,72 26,57

3. Industri Pengolahan 10.855,64 11.081,42 11.419,94 11.554,37 11.338,80 11.490,14

4. LGA 774,53 799,25 846,64 859,91 821,44 840,59

5. Konstruksi 546,10 587,80 603,74 622,15 592,19 643,62

6. PHR 3.865,65 4.025,85 4.245,48 4.349,30 4.254,49 4.474,19

7. Transportasi & Komunikasi

1.808,34 1.862,14 1.989,51 2.059,14 2.036,42 2.103,02

8. Keuangan, persewaan, jasa

788,86 804,69 817,34 841,02 847,94 863,89

9. Jasa-jasa 881,75 933,49 1.000,65 989,87 934,12 991,71

Pertumbuhan PDRB (% y-o-y)

5,48 5,87 6,06 6,31 6,77 6,27

Ekspor – Impor ***) (1.905,24) (1.531,73) (2.074,87) (2.458,85) (2.379,24) (1.635,77)

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

1.712,11 1.918,23 1.854,87 2.254,44 2.205,90 1.624,44

Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)

890,17 885,68 924,56 1.211,03 987,42 609,88

Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

3.617,35 3.449,96 3.929,74 4.713,29 4.585,15 3.260,21

Volume Impor Non Migas (ribu ton)

2.498,73 2.621,74 2.714,68 3.475,36 2.940,59 1.901,77

Indeks Harga Konsumen

119,88 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35

1. Kota Serang 122,67 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42

2. Kota Cilegon 119,67 121,59 123,65 125,90 126,28 125,86

3. Kota Tangerang 119,39 120,96 123,94 125,72 126,39 127,22

Tingkat Inflasi (% y-o-y)

3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73

1. Kota Serang 4,21 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56

2. Kota Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51

3. Kota Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18

Tingkat Inflasi Umum (% y-o-y)

3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73

1. Bahan Makanan 1,16 7,90 9,00 14,10 13,12 8,00

2. Makmin, Rokok, Tbk 5,73 5,54 4,57 3,76 2,87 2,46

3. Perumahan, LGA, BB 3,30 2,12 3,65 4,41 4,67 5,58

4. Sandang 5,21 7,24 6,85 8,37 6,63 6,75

5. Kesehatan 5,08 4,26 3,81 5,30 5,63 5,66

6. Pendidikan, rekreasi, Olahraga

5,87 5,32 5,05 3,64 4,40 4,40

7. Transp, Kom, jasa keu.

1,30 1,20 -0,31 1,10 1,06 0,80

Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw II 2011 merupakan angka sementara, gabungan April – Mei 2011 (Sumber: Bank Indonesia)

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

x

Kajian Ekonomi Regional Banten

TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN II. PERBANKAN

INDIKATOR 2010 2011

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*) Bank Umum

DPK (Rp Miliar) 42.794,82 40.081,95 51.650,35 54.385,34 62.527,89 1. Giro 9.950,37 7.828,01 10.252,22 10.786,23 12.299,30 2. Tabungan 13.577,44 14.166,33 17.687,57 17.701,10 20.965,48 3. Deposito 19.267,01 18.087,60 23.710,57 25.898,00 29.263,11 Kredit berdasarkan lokasi bank di Banten (Rp Miliar)

32.651,92 34.658,41 39.453,38 39.792,62 45.426,77

1. Modal Kerja 11.209,45 12.172,12 13.238,77 12.310,49 15.666,24 2. Investasi 2.357,56 2.407,24 2.787,39 3.117,73 3.658,30 3. Konsumsi 19.084,91 20.079,05 23.427,22 24.364,40 26.102,23 Kredit berdasarkan lokasi Bank di Banten (Rp Miliar)

32.651,92 34.658,41 39.453,38 39.792,62 45.426,77

1. Pertanian 39,57 136,54 97,99 96,87 112,29 2. Pertambangan 66,01 85,81 91,31 88,24 236,53 3. Industri Pengolahan 3.253,56 3.670,74 4.173,23 3.601,44 4.277,32 4. Listrik, gas dan air 17,51 26,53 26,98 25,75 16,94 5. Konstruksi 1.224,92 1.255,86 1.350,87 1.371,16 1.584,50 6. Perdagangan 3.235,20 3.656,90 4.044,22 4.058,34 5.341,54 7. Pengangkutan 161,97 157,80 169,56 178,52 218,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

3.550,89 4.293,98 4.532,26 4.366,69 5.009,75

9. Jasa-jasa 970,58 981,61 1.108,82 1.182,30 1.240.08 10. Lain-lain 20.131,70 20.392,65 23.858,14 24.823,34 27.438,87 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp Miliar)

7.425,59 5.498,79 5.950,65 6.327,16 8.006,22

1. Modal Kerja 4.367,97 4.415,95 4.873,26 5.044,16 6.557,04 2. Investasi 968,19 1.005,20 978,02 1.110,14 1.231,56 3. Konsumsi 2.089,43 77,65 99,37 172,86 217,62 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp Triliun)

7.425,59 5.498,79 5.950,65 6.327,16 8.006,22

1. Pertanian 27,68 36,36 40,15 42,90 60,46 2. Pertambangan 24,09 39,57 44,90 48,04 61,68 3. Industri Pengolahan 831,71 766,85 787,65 917,56 952,22 4. Listrik, gas dan air 12,95 18,69 17,00 15,01 6,17 5. Konstruksi 741,47 747,60 802,85 828,08 857,29 6. Perdagangan 2.362,23 2.740,22 2.865,93 2.890,10 3.477,72 7. Pengangkutan 133,62 106,66 113,14 121,96 122,98 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

319,27 297,20 386,25 472,52 566,76

9. Jasa-jasa 360,93 354,38 362,47 359,20 346,97 10. Lain-lain 2.611,65 391,26 530,29 631,80 1.553,98

Keterangan: *) angka sementara posisi Juni 2011 (Sumber: Bank Indonesia)

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

1

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Perekonomian Banten pada triwulan II 2011 bertumbuh pada level yang cukup tinggi sebesar

6,27% (yoy) namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Melambatnya sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama

melambatnya kinerja perekonomian secara umum.

Pada sisi permintaan, kecenderungan investasi yang meningkat belum diimbangi oleh

konsumsi pemerintah yang optimal. Berdasarkan berbagai indikator, investasi dan impor

diperkirakan mengalami kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga

cenderung stabil, dan sebaliknya konsumsi pemerintah dan ekspor justru masih tertahan.

Secara sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap tumbuh pada level

yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan;

industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 2010, kinerja perekonomian pada

triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya peningkatan perekonomian

pada periode yang sama tahun ini.

1.1. SISI PERMINTAAN

Konsumsi swasta yang tetap stabil dan tinggi karena adanya perbaikan pendapatan mampu

menopang perlambatan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta cenderung stabil pada triwulan

laporan yang didorong oleh meningkatnya pendapatan secara umum, sementara itu konsumsi

pemerintah masih cenderung tertahan. Sementara itu, investasi cenderung meningkat, namun di

sisi lain ekspor terindikasi melambat terutama komponen ekspor luar negeri karena belum stabilnya

perekonomian negara mitra dagang Banten.

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

2

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 2011 Berdasarkan Pengeluaran

PDRB Nominal Atas Dasar Harga Konstan

(Rp Miliar)Growth (% yoy)

Konsumsi Rumah Tangga 8.804,26 6,03

Konsumsi Pemerintah 683,69 12,38

Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.958,37 8,26

Perubahan Inventori 91,53 17,41

Ekspor 25.078,29 8,76

Impor 15.428,12 11,11 PDRB 23.188,00 6,27

Tw II 2011

Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten (angka sangat sementara, rekam data tersebut baru tersedia pada triwulan II

2011)

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat pada triwulan II 2011. Meningkatnya tren

pendapatan masyarakat dengan adanya peningkatan Upah Minimum Provinsi Banten secara umum

sekitar 4,68% pada tahun 2011 dan bahkan mencapai level 10,74% di Kota Tangerang Selatan

diperkirakan dapat menjaga daya beli masyarakat dan menjaga tingkat konsumsi pada level yang

stabil. Sementara itu di pedesaan, stabilnya tren indeks nilai tukar petani yang yang didukung oleh

relatif stabilnya inflasi pedesaan diperkirakan dapat mendorong stabilitas daya beli petani pada

periode laporan. Meningkatnya pendapatan petani terutama disebabkan oleh membaiknya harga

komoditas dari Rp 5.000,-/Kg menjadi Rp 7.500,-/Kg dan produksi kelapa sawit pada petani yang

banyak berlokasi di wilayah Lebak.

Tabel I.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Banten

2009 2010 2011Kota Tangerang 1.064.500 1.130.000 1.250.000 6,15 10,62Kota Cilegon 1.099.000 1.174.000 1.224.000 6,82 4,26Kota Tangerang Selatan 1.055.000 1.125.000 1.245.800 6,64 10,74Kota Serang 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1,94 10,10Kab. Pandeglang 918.950 964.500 1.015.000 4,96 5,24Kab. Lebak 918.000 959.500 1.007.500 4,52 5,00Kab. Tangerang 1.055.000 1.125.000 1.243.000 6,64 10,49Kab. Serang 1.030.000 1.101.000 1.189.600 6,89 8,05Banten 917.500 955.300 1.000.000 4,12 4,68

Kota/kabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2010

(% yoy)Growth 2011

(% yoy)

Sumber: Pemerintah Provinsi Banten

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

3

Kajian Ekonomi Regional Banten

9092949698

100102104106

Jul-0

8

Sep

-08

Nop

-08

Jan-

09

Mar

-09

Mei

-09

Jul-0

9

Sep

-09

Nop

-09

Jan-

10

Mar

-10

Mei

-10

Jul-1

0

Sep

-10

Nop

-10

Jan-

11

Mar

-11

Mei

-11

NTP Banten

Grafik I.1. Indeks Nilai Tukar Petani Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

-1,5-1

-0,50

0,51

1,52

2,53

3,54

2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5

2008 2009 2010 2011

Inflasi (% mtm) Poly. (Inflasi (% mtm))

Grafik I.2. Inflasi Pedesaan Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

Tabel I.3. Indeks Nilai Tukar Petani Banten per Sub Sektor Pertanian

2011Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

P angan 95,8 98,29 100,06 100,81 103,46 104,33 103,37Hortikultura 104,79 102,57 103,25 108,73 107,65 109,09 108,17P erkebunan R akyat 104,53 102,41 104,15 102,16 99,22 101,31 103,61P eternakan 107,41 105,32 103,93 107,24 105,25 102,47 101,57P erikanan 96,78 96,21 96,21 98,38 96,42 96,50 98,57NTP 99,67 100,11 101,18 103,09 103,71 104,34 103,86

NTP per S ub S ektor

2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Banten

Indikator tetap kuatnya konsumsi swasta juga tercermin dari indikator hasil survei. Beberapa

indikator berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia seperti indeks keyakinan konsumen

secara umum; indeks keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini dan indeks kondisi penghasilan

saat ini menunjukkan keyakinan yang optimis termasuk untuk menjaga tingkat konsumsi tetap

kuat.

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik I.3. Indeks Keyakinan Konsumen dan

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

0,020,040,060,080,0

100,0120,0140,0160,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja

Grafik I.4. Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini

dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

4

Kajian Ekonomi Regional Banten

Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang tercermin dari belanja pemerintah daerah relatif masih

terbatas. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten pada akhir triwulan II 2011 baru

terealisasi sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar, sementara realisasi hingga triwulan yang

sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari pagu belanja tahun 2010.

1.1.2. Investasi

Kinerja investasi Banten diperkirakan cenderung meningkat terutama dari sisi investasi

swasta, meskipun pada triwulan ini terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan nilai tambah

produksi yang dihasilkan karena meningkatnya harga bahan baku. Investasi swasta

diperkirakan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat pada triwulan II 2011. Peningkatan

investasi diperkirakan masih dikontribusikan terutama dari sektor industri pengolahan. Berdasarkan

hasil liaison Bank Indonesia, salah satu perusahaan kimia besar di Banten berinvestasi dalam bentuk

peningkatan kapasitas terpasang pabriknya hingga mencapai hampir 2 kali lipat dari kapasitas awal

yang sebesar 160.000 metrik ton per tahun. Perusahaan baja besar di Banten  juga telah

menginvestasikan dana sekitar USD 100 juta dalam proses pembebasan lahan dengan luas sekitar

388 Ha untuk persiapan pembangunan pabrik masih terus berjalan dan ditargetkan dapat selesai

pada akhir Triwulan II 2011 untuk memulai proses pembangunan pabrik.

Perkiraan cenderung meningkatnya investasi juga dapat dilihat dari beberapa indikator. Indeks

tendensi bisnis nasional yang cenderung meningkat pada triwulan laporan mencerminkan

ekspektasi pelaku usaha yang membaik terhadap kondisi bisnis secara umum yang mendorong

potensi peningkatan investasi. Kecenderungan meningkatnya investasi juga terlihat dari

penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan bahkan secara rata-rata

pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan II 2011 merupakan yang tertinggi sepanjang tahun

2009-2011.

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

5

Kajian Ekonomi Regional Banten

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

Indeks Tendensi Bisnis

Grafik I.5. Indeks Tendensi Bisnis Nasional

Sumber: BPS RI

-40-30-20-1001020304050

0

50

100

150

200

250

300

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456

2007 2008 2009 2010 2011

ribu

ton %

yoy

Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)

Grafik I.6. Konsumsi Semen Banten

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN Banten pada triwulan II 2011 cukup tinggi.

Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) di wilayah Banten pada triwulan II 2011 tercatat sebesar Rp 803,3 miliar sementara

realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 571 miliar. Total proyek dari investasi PMA dan

PMDN di Provinsi Banten pada triwulan laporan mencapai 117 proyek. Dibandingkan dengan

daerah lainnya, realisasi investasi di wilayah Banten khususnya PMA. Pada jenis investasi PMA,

Banten menempati peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan total investasi

selama triwulan II 2011 sebesar USD 571 juta.

Jawa Barat (USD 0,84

M)17,60%

DKI Jakarta (USD 0,69

M)14,38%

Banten (USD 0,57 M)11,93%

Papua (USD

0,47 M)9,86%

NTB (USD 0,41 M)8,51%

Lainnya (USD 1,80

M)37,71%

Grafik I.7. Realisasi Investasi PMA Menurut

Lokasi Triwulan II 2011

Sumber: Bank Indonesia

DKI Jakarta (Rp 2,83 T)

14,92%

Jawa Barat (Rp 2,75 T)

14,49%

Jawa Timur (Rp 2,13 T)

11,21%Kalimantan Tengah (Rp

1,97 T)10,41%

Jambi (Rp 1,89 T)10,01%

Banten (Rp 0,80 T)4,24%

Lainnya (Rp 6,58 T)34,71%

Grafik I.8. Realisasi Investasi PMDN Menurut

Lokasi Triwulan II 2011

Sumber: Bank Indonesia

Tantangan yang saat ini dihadapi industri pengolahan adalah adanya tendensi peningkatan bahan

baku tertentu yang pada akhirnya berpotensi mengurangi nilai tambah, seperti harga BBM impor

dan bahan baku kimia lainnya.

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

6

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I.4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Wilayah Banten

Investasi 2010 Tw I Tw II

Proyek (Unit) 280 78 90 Nilai (USD Juta) 1.544,2 222,7 571,0

Proyek (Unit) 76 9 27 Nilai (Rp Miliar) 5.852,5 682,7 803,3

PMA

PMDN

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal RI

1.1.3. Ekspor – Impor1

Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan relatif stabil walaupun cenderung tertahan.

Melambatnya kinerja ekspor seiring dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan

ini, terutama dari industri kertas dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor

beberapa produk utama lainnya seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung

meningkat dan diperkirakan mampu menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar.

Tabel I.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Tahun 2010 dan 2011

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*)

Nilai (USD ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 2.254.436 2.205.904 1.624.438

Volume (Ribu Ton) 890 886 925 1.211 987 610

Nilai (USD ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 4.713.286 4.585.147 3.260.211

Volume (Ribu Ton) 2.499 2.622 2.715 3.475 2.941 1.902

Uraian

Impor

Ekspor

2010 2011

Sumber: Bank Indonesia (* Sampai dengan Mei 2011)

-40-30-20-100102030405060

0100200300400500600700800900

12345678910111212345678910111212345678910111212345

2008 2009 2010 2011

% yoy

US

D J

uta

Nilai Ekspor Growth (RHS)

Grafik I.9. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai

Sumber: Bank Indonesia

(40,00)(30,00)(20,00)(10,00)-10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

050

100150200250300350400450

12345678910111212345678910111212345678910111212345

2008 2009 2010 2011

Rib

u To

n % y-o-y

Volume Ekspor Growth (RHS)

Grafik I.10. Ekspor Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

                                                            1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga Mei 2011) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah.

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

7

Kajian Ekonomi Regional Banten

Sementara itu pada komponen impor, meningkatnya kinerja impor diperkirakan bersumber

dari semakin tingginya kinerja impor antar daerah, sementara itu impor luar negeri masih

cenderung tertahan. Melambatnya impor luar negeri Banten terjadi pada jenis barang konsumsi,

barang modal maupun impor bahan baku dan penolong khususnya untuk kebutuhan sektor

industri.

-60-40-20020406080100120140160

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.8002.000

12345678910111212345678910111212345678910111212345

2008 2009 2010 2011

% yoy

US

D J

uta

Nilai Impor Growth (RHS)

Grafik I.11. Impor Banten Berdasarkan Nilai

Sumber: Bank Indonesia

-100

-50

0

50

100

150

0200400600800

1.0001.2001.4001.600

12345678910111212345678910111212345678910111212345

2008 2009 2010 2011

Ribu

Ton

% yoy

Volume Impor Growth

Grafik I.12. Impor Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

1.2. SISI PENAWARAN

Perlambatan pada sisi penawaran disebabkan terutama oleh melambatnya pertumbuhan

sektor industri dan beberapa sektor lainnya dengan level pertumbuhan sebesar 6,27% (yoy).

Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan; industri

pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Namun demikian, dibandingkan triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan

laporan masih jauh lebih baik yang menjadi indikasi lain adanya peningkatan struktural

perekonomian.

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

8

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I.6. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi

Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II**

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15

Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 10,08 9,10

Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 3,41 4,45 3,69

Listrik, Gas dan Air Bersih 11,07 12,39 12,82 12,24 6,06 5,17

Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,04 8,44 9,50

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,70 9,46 8,98 10,06 11,14

Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36

Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 4,65 5,94 6,24

PDRB 5,87 6,06 6,31 5,94 6,77 6,27

Sektor2010

2010**2011 Arah Tw III

'11

Sumber: BPS Provinsi Banten (* angka sementara, ** angka sangat sementara)2

1.2.1. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan II 2011 kinerja sektor industri pengolahan masih cenderung melambat menjadi

sebesar 3,69% (yoy) dari sebelumnya sebesar 4,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya karena

tingginya harga bahan baku akibat kenaikan harga minyak dan bahan lainnya yang diimpor

dari luar negeri serta belum stabilnya perekonomian negara mitra dagang. Melambatnya

kinerja beberapa subsektor industri utama Banten seperti industri kertas dan produk kertas; industri

kimia; tekstil dan alas kaki terindikasi menjadi faktor yang menahan peningkatan performa sektor

industri secara keseluruhan. Melambatnya perkembangan ekspor kertas, tekstil dan alas kaki

menjadi indikasi tertahannya kinerja industri-industri utama tersebut. Selain itu, perlambatan

ekspor subsektor industri tersebut disebabkan oleh sedikit menurunnya permintaan dari negara

mitra dagang seperti Eropa, USA dan Jepang. Di sisi lain, kinerja subsektor industri logam

terindikasi meningkat yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan logam dunia seiring

pembangunan di berbagai negara emerging markets maupun pembangunan pasca gempa di

Jepang yang terindikasi dari meningkatnya produksi dan kapasitas utilisasi. Kinerja industri pakaian

jadi pun diperkirakan meningkat seiring dengan terus meningkatnya tren ekspor produk tersebut.

                                                            2 Panah ke atas (hijau) atau ke bawah (merah) menunjukkan peningkatan atau perlambatan dibandingkan triwulan I 2011 maupun dengan triwulan II 2010. Panah ke bawah berwarna kuning menunjukkan perlambatan level pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2011 namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2010 dan sebaliknya.

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

9

Kajian Ekonomi Regional Banten

Meningkatnya kinerja subsektor industri-industri tersebut mampu menahan bertumbuhnya sektor

industri pengolahan tetap lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

-40-30-20-10010203040506070

-10 20 30 40 50 60 70 80 90

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)

Grafik I.13. Ekspor Kertas dan Produk

Kertas Banten Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

2

4

6

8

10

12

14

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS)

Grafik I.14. Ekspor Tekstil Banten

Berdasarkan Volume

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

-40

-20

0

20

40

60

80

-

2

4

6

8

10

12

14

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Ekspor Alas Kaki Growth (RHS)

Grafik I.15. Ekspor Alas Kaki Banten Berdasarkan Volume

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

10

Kajian Ekonomi Regional Banten

-20-15-10-505101520253035

-1 1 2 2 3 3 4 4 5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Ekspor Pakaian jadi Growth (RHS)

Grafik I.16. Ekspor Pakaian Jadi Banten

Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

9080

93,3383

100

0

20

40

60

80

100

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

%

Subsektor Industri Logam

Grafik I.17. Kapasitas Utilisasi Industri

Logam

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

-100

-50

0

50

100

150

200

250

0

20

40

60

80

100

120

140

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4

2007 2008 2009 2010 2011

Ind

eks

(20

07

=1

00

)

% yo

y

Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS)

Grafik I.18. Indikator Produksi Baja Banten

Sumber: Produsen Baja Banten

Beberapa indikator hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia juga menunjukkan

perlambatan sektor industri. Melambatnya subsektor industri kimia terlihat dari hasil survei yang

menunjukkan adanya penurunan kapasitas utilisasi industri tersebut sehingga berada pada level

79,56% sementara pada triwulan sebelumnya mencapai 86%. Indikasi lainnya adalah menurunnya

indikator realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan yang memberikan sinyal melambatnya

pertumbuhan sektor tersebut pada triwulan laporan.

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

11

Kajian Ekonomi Regional Banten

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II

2008 2009 2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan

Grafik I.19. Indikator Realisasi Kegiatan

Usaha Sektor Industri Pengolahan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

80,63

90

84,78

87,6786

79,56

74767880828486889092

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

%

Sektor Industri Pengolahan

Grafik I.20. Kapasitas Utilisasi Sektor

Industri Pengolahan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

1.2.2. Sektor Bangunan

Sektor bangunan merupakan salah satu sektor dengan performa yang meningkat pada

triwulan laporan sebesar 9,50% (yoy) yang didukung oleh tingginya investasi swasta,

meningkatnya permintaan pasar dan menurunnya suku bunga kredit perbankan. Pada sektor

swasta, optimisme pengembang-pengembang besar (developer) yang direalisasikan melalui

pembangunan berbagai properti komersial maupun residensial khususnya di wilayah Tangerang

dan Serang maupun pembangunan pabrik baru di sektor industri pengolahan terindikasi masih

positif pada triwulan laporan. Sementara itu, tren suku bunga kredit produktif dan konsumtif yang

semakin membaik seiring dengan relatif stabilnya BI Rate mendorong kesempatan bagi para

debitur untuk meningkatkan pembiayaan dari perbankan. Semakin mudahnya persyaratan kredit

pemilikan rumah (KPR) dan semakin rendahnya suku bunga kredit konsumsi perbankan termasuk

untuk pemilikan rumah tinggal juga turut mendorong permintaan terhadap kebutuhan perumahan

dan gedung komersial semakin meningkat.

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

12

Kajian Ekonomi Regional Banten

15,1415,0614,92

14,7214,5914,55 14,4

13,0513,0912,8412,9812,91

11,5

12

12,5

13

13,5

14

14,5

15

15,5

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2010 2011

%

Grafik I.21. Suku Bunga Tertimbang Kredit Sektor Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek di

Banten

Sumber: Bank Indonesia

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin meningkat yang didorong oleh

bertambahnya pusat-pusat bisnis, hotel, pertokoan, residensial dan perdagangan. Ditambah

lagi dengan dukungan pembiayaan perbankan sehingga bertumbuh tinggi sebesar 11,14%

(yoy). Tren pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang

terlihat meningkat pada triwulan laporan mengindikasikan adanya peningkatan pada sub sektor

perdagangan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Komersial, kuatnya pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel dan restoran ditopang pula oleh meningkatnya tren tingkat hunian hotel di

Banten terutama di daerah Tangerang. Adanya optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini

yang ditunjukkan dari hasil Survei Konsumen Banten semakin memperkuat pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel dan restoran.

Peningkatan sektor PHR juga didukung oleh pembiayaan kredit perbankan. Kredit yang

disalurkan untuk sektor PHR yang berlokasi di Banten menunjukkan kecenderungan yang

meningkat dengan level pertumbuhan yang lebih dari 40% (yoy) pada periode laporan.

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

13

Kajian Ekonomi Regional Banten

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% yo

y

Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS)

Grafik I.22. Perkembangan Kredit untuk Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di

Banten

Sumber: Bank Indonesia

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat pada level pertumbuhan yang

sangat tinggi sebesar 12,94% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan tertinggi

dibandingkan seluruh sektor lainnya. Sektor pengangkutan terlihat meningkat yang diperkirakan

didukung oleh meningkatnya kinerja jasa pengangkutan. Kondisi tersebut tercermin dari

meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol Tangerang-Merak.

Kredit yang disalurkan untuk sektor pengangkutan di Banten oleh bank-bank di Banten maupun di

luar Banten pun terlihat mulai meningkat pada periode laporan. Indikasi lainnya dari peningkatan

sektor pengangkutan adalah realisasi kegiatan sektor tersebut yang meningkat pada triwulan

laporan.

(6,00)(4,00)(2,00)-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2009 2010 2011

Rib

u U

nit

% y-o

-y

Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak

Growth (RHS)

Grafik I.23. Perkembangan Total Arus

Kendaraan di Tol Tangerang-Merak

Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak

(4,00)(2,00)-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2009 2010 2011

Ribu

Uni

t

% y-o-y

Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Growth (RHS)

Grafik I.24. Perkembangan Arus Kendaraan

Penumpang di Tol Tangerang-Merak

Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

14

Kajian Ekonomi Regional Banten

(30,00)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

-100 200 300 400 500 600 700 800 900

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2009 2010 2011

Rib

u U

nit

% y-o

-y

Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS)

Grafik I.25. Perkembangan Arus Kendaraan

Komersial di Tol Tangerang-Merak

Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak

-50050100150200250300350400

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rp

Mili

ar

% yo

y

Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS)

Grafik I.26. Kredit Sektor Pengangkutan

Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II

2009 2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan

Grafik I.27. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Kinerja sektor pertanian (dalam arti luas), dan sektor listrik, gas dan air bersih cenderung

melambat pada periode laporan. Melambatnya sektor pertanian pada level pertumbuhan 3,15%

(yoy) terindikasi salah satunya dari menurunnya kapasitas utilisasi pada sektor tersebut khususnya

pada subsektor perikanan. Kredit untuk sektor tersebut pun cenderung mengalami stagnasi pada

periode laporan. Melambatnya penyaluran kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih

diperkirakan menjadi faktor yang mendorong melambatnya kinerja sub sektor tersebut walaupun

masih bertumbuh tinggi sebesar 9,10% (yoy).

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

15

Kajian Ekonomi Regional Banten

50

20

30

70

50

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

%

Sektor Pertanian

Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sektor

Pertanian Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - Bank

Indonesia

-100,00

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rp

Mili

ar %

yoy

Kredit Sektor Pertanian Growth (RHS)

Grafik I.29. Kredit Sektor Pertanian

Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

0

50

100

150

200

250

300

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% y-o

-y

Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Growth (RHS)

Grafik I.30. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu melambatnya subsektor keuangan khususnya perbankan pada triwulan laporan

diperkirakan menjadi pendorong melambatnya sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan secara umum sebesar 7,36% (yoy). Kinerja intermediasi bank umum konvensional

yang memiliki share kredit terbesar terhadap bank umum maupun BPR konvensional dan syariah

terlihat menurun pada triwulan II 2011, dimana pada triwulan sebelumnya Loan to Deposit Ratio

(LDR) bank umum adalah sebesar 73,17% menjadi sebesar 72,65%. Kualitas kredit pun relatif

menurun yang tercermin dari meningkatnya rasio kredit non lancar.

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

16

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

17

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Banten secara umum terus membaik hingga akhir triwulan II 2011 yang didorong oleh

membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan

konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 2011

dapat mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 2011. Perkembangan

menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah

level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 2011.

Keberadaan Tim atau Forum Pengendalian Inflasi Daerah atau sejenisnya di wilayah Banten

terindikasi semakin menunjukkan eksistensinya terhadap perkembangan inflasi. Berbagai

program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran

raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi,

diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai

program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi

inflasi Banten. Namun demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka

meredam kenaikan harga khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah

perlu terus ditingkatkan. Apalagi saat ini, pemerintah pusat sudah memberikan kewenangan lebih

baik kepada pimpinan daerah untuk melakukan upaya stabilisasi harga di daerah.

2.1. Perkembangan Inflasi Banten

Tren inflasi Banten terus menunjukkan perbaikan hingga akhir triwulan I 2011. Inflasi Banten

pada akhir triwulan II 2011 berada pada level terendah sepanjang tahun 2011 yaitu sebesar 4,73%

(yoy). Sejak awal tahun 2010 hingga periode laporan tren inflasi Banten menunjukkan

perkembangan menggembirakan dengan level selalu berada di bawah inflasi nasional dan

pergerakan yang searah. Pada akhir triwulan II 2011 inflasi nasional tercatat sebesar 5,54% (yoy)

sehingga deviasi dibandingkan dengan inflasi Banten sebesar -0,81%.

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

18

Kajian Ekonomi Regional Banten

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

% yoy

Inflasi Banten

Grafik II.1. Inflasi Tahunan Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

123456789101112123456789101112123456789101112123456

2008 2009 2010 2011

% y

oy

Dev iasi Nasional Banten

Grafik II.2. Perbandingan Inflasi Tahunan

Banten dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI

Sementara itu laju inflasi tahun kalender atau inflasi yang terjadi selama tahun 2011 (Januari-

Juni 2011) tercatat cukup rendah sebesar 0,82% (ytd) atau berada di bawah inflasi nasional

sebesar 1,06% (ytd). Perkembangan harga-harga pada umumnya menunjukkan kecenderungan

yang relatif stabil, baik pada komoditas yang cenderung bergejolak (volatile) atau karena kenaikan

permintaan (core inflation). Kondisi pasokan komoditas dengan harga bergejolak/volatile yaitu

bahan makanan khususnya beras, daging-dagingan, cabe merah dan ikan segar serta stabilnya

(belum berubahnya) harga-harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices) seperti bahan

bakar membantu pencapaian inflasi yang terjaga rendah hingga periode laporan.

2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

A. Inflasi Bulanan

Setelah menyumbang deflasi pada bulan Maret hingga Mei 2011, kelompok bahan makanan

dan sandang kembali menjadi penyumbang inflasi pada akhir triwulan II 2011, walaupun

dengan besaran yang relatif rendah. Pada bulan Juni 2011 sumbangan inflasi dari kelompok

bahan makanan mencapai 0,25% sementara pada bulan Maret 2011 kelompok tersebut

memberikan sumbangan negatif sebesar -0,76%. Sementara itu, kelompok lainnya yang juga

memberikan sumbangan positif terhadap inflasi adalah dari kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar serta kelompok sandang.

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

19

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel II.1. Inflasi Bulanan (% mtm) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten

Jan Feb Mar Apr Mei JunUmum 0,85 0,29 -0,77 -0,001 0,09 0,35 0,35Bahan Makanan 2,37 0,60 -3,05 -0,52 -0,41 1,06 0,25Makmin, Rokok dan Tbk 0,36 0,12 0,13 0,28 0,11 -0,01 0,00Perum, Air, LGA dan BB 0,48 0,23 0,08 0,26 0,56 0,26 0,07Sandang 0,10 1,20 -2,04 0,48 0,31 0,60 0,03Kesehatan 0,48 0,17 0,86 0,39 0,30 0,06 0,00Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,91 0,11 0,00 0,02 0,00 0,08 0,00Trans, Kom dan Jasa Keu 0,07 -0,02 0,04 -0,10 -0,05 0,00 0,00

KELOMPOK2011 Andil Juni

'11 (%)

Sumber: BPS Provinsi Banten

Jika dilihat per sub kelompok, pada bulan tersebut penyumbang inflasi dari kelompok bahan

makanan yang terbesar berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan. Menurunnya pasokan

bawang merah yang tidak disertai dengan penurunan permintaan diperkirakan memberikan

tekanan terhadap perubahan harga secara umum dari subkelompok bumbu-bumbuan. Kondisi ini

hampir terjadi di seluruh kota di Banten. Sementara itu, berdasarkan pantauan harga bahan pokok

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten serta dari hasil Survei Pemantauan Harga

Mingguan (SPHM) Bank Indonesia harga komoditas lainnya seperti cabe merah, cabe rawit serta

bawang putih cenderung stabil dan bahkan mengalami sedikit penurunan harga. Kondisi ini terjadi,

karena pada periode tersebut pasokannya dari berbagai daerah produsen relatif meningkat.

‐0,01

0,020,08

0,010,05

‐0,040,00‐0,04

0,250,02

0,00

‐0,10 ‐0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

Padi‐padian, Umbi‐umbian Daging dan Hasil‐hasilnya

Ikan SegarIkan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil‐hasilnyaSayur‐sayuran

Kacang ‐ kacanganBuah ‐ buahan

Bumbu ‐ bumbuanLemak dan Minyak

Bahan Makanan  Lainnya

%

Sumbangan  Inflasi Bulanan

Grafik II.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

20

Kajian Ekonomi Regional Banten

13.00013.50014.00014.50015.00015.50016.00016.50017.00017.500

2 4 6 10 12 18 20 24 26 30 1 7 9 13 15 17 21 23 27 30

Mei-11 Jun-11

Rp

/Kg

Bawang Merah

Grafik II.4. Perkembangan Harga Harian

Bawang Merah di Banten

Sumber: Disperindag Provinsi Banten

02.0004.0006.0008.000

10.00012.00014.00016.00018.000

2 4 6 10 12 18 20 24 26 30 1 7 9 13 15 17 21 23 27 30

Mei-11 Jun-11

Rp

/Kg

Cabe Merah Keriting Cabe Merah Besar Cabe Rawit

Grafik II.5. Perkembangan Harga Harian

Cabe di Banten

Sumber: Disperindag Provinsi Banten

Sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain

menjadi penyumbang terbesar masing-masing untuk kelompok perumahan dan kelompok

sandang. Pada kelompok perumahan, adanya peningkatan biaya tempat tinggal memberikan

sumbangan yang cukup besar terhadap kelompok tersebut, sementara pada kelompok sandang,

meningkatnya harga emas perhiasan menjadi pendorong utama kenaikan indeks harga kelompok

sandang. Sumbangan biaya tempat tinggal terhadap inflasi bulanan Banten pada bulan Juni 2011

mencapai sekitar 0,07% sementara sumbangan inflasi dari emas perhiasan sekitar 0,03%.

B. Inflasi Triwulanan

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan pengaruh/sumbangan

yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya pada triwulan II 2011. Semakin tingginya

harga properti diperkirakan mendorong subkelompok biaya tempat tinggal sehingga kelompok

perumahan menjadi penyumbang utama inflasi Banten periode laporan. Meningkatnya biaya sewa

rumah pada triwulan II 2011 diperkirakan memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi

tersebut.

Tabel II.2. Inflasi Triwulanan (% qtq) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 1,43 2,23 1,61 0,37 0,37 0,45 0,45Bahan Makanan 4,88 4,49 3,39 -0,16 -0,04 0,12 0,03Makmin, Rokok dan Tbk 0,78 0,91 0,54 0,61 0,13 0,37 0,08Perum, Air, LGA dan BB 0,21 2,32 1,28 0,79 0,18 1,08 0,25Sandang 1,28 3,34 2,68 -0,77 -0,05 1,39 0,08Kesehatan 0,72 1,30 1,98 1,52 0,06 0,74 0,03Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,10 0,41 2,83 1,01 0,06 0,09 0,01Trans, Kom dan Jasa Keu 0,10 1,18 -0,32 0,10 0,01 -0,15 -0,02

KELOMPOK2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

21

Kajian Ekonomi Regional Banten

-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

Biaya Tempat Tinggal

Bahan Bakar, Penerangan dan Air

Perlengkapan Rumahtangga

Penyelenggaraan Rumahtangga

%

Andil Inflasi

Inflasi Triwulanan (qtq)

Grafik II.6. Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok sandang

juga memberikan andil inflasi yang cukup besar pada periode laporan. Adanya kebijakan

pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok sekitar 4%-10% pada tahun 2011 mendorong para

produsen rokok untuk menaikkan harga jual rokok secara bertahap. Selain itu, meningkatnya

pendapatan khususnya pegawai negeri dan swasta antara lain karena adanya pemberian tunjangan

atau gaji ke-13 seiring masuknya musim libur sekolah mendorong peningkatan permintaan

makanan jadi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan terhadap inflasi dari kelompok

makanan jadi dan kelompok sandang. Sementara itu, kenaikan tren harga emas dunia turut

mendorong kenaikan harga emas perhiasan yang sebagian besar dikonsumsi Kota Serang.

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011

USD

/Oz

Harga Emas Dunia

Grafik II.7. Perkembangan Harga Emas

Dunia

Sumber: Bloomberg

2,95

1,04 1,18

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

Serang Tangerang Cilegon

%

Bobot Konsumsi

Grafik II.8. Bobot Konsumsi Emas Perhiasan

terhadap Total Konsumsi Masyarakat Kota

Serang, Tangerang dan Cilegon Tw II 2011

Sumber: BPS RI, diolah

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

22

Kajian Ekonomi Regional Banten

C. Inflasi Tahunan

Membaiknya kondisi inflasi secara umum masih terus dirasakan hingga akhir triwulan II 2011.

Semakin menurunnya tekanan harga dari kelompok bahan makanan menjadi penyebab utama

membaiknya kondisi inflasi Banten secara keseluruhan. Subkelompok bumbu-bumbuan yang telah

mencapai indeks harga yang tinggi pada triwulan II 2010, kemudian memberikan sumbangan

negatif pada triwulan II 2011 sekitar -0,11% dengan level deflasi sebesar -4,86% (yoy). Penurunan

tekanan terindikasi juga terjadi pada subkelompok ikan diawetkan; telur, susu dan hasilnya; sayur-

sayuran; daging dan hasilnya, buah-buahan dan bahan makanan lainnya. Sementara itu, beberapa

subkelompok bahan makanan yang masih member tekanan antara lain subkelompok padi-padian;

ikan segar; kacang-kacangan serta lemak dan minyak. Selain kelompok bahan makanan, kelompok

lainnya yang menurunkan tekanan terhadap inflasi Banten adalah kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Sementara itu beberapa kelompok lainnya seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar dan kelompok sandang memberikan sumbangan lebih besar dibandingkan periode

sebelumnya.

Tabel II.3. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 4,44 4,59 6,10 5,76 5,76 4,73 4,73Bahan Makanan 7,90 9,00 14,10 13,12 3,29 8,00 1,97Makmin, Rokok dan Tbk 5,54 4,57 3,76 2,87 0,60 2,46 0,52Perum, Air, LGA dan BB 2,12 3,65 4,41 4,67 1,06 5,58 1,28Sandang 7,24 6,85 8,37 6,63 0,40 6,75 0,41Kesehatan 4,26 3,81 5,30 5,63 0,24 5,66 0,24Pend, Rekreasi dan Olahraga 5,32 5,05 3,64 4,40 0,27 4,40 0,27Trans, Kom dan Jasa Keu 1,20 -0,31 1,10 1,06 0,16 0,80 0,12

KELOMPOK2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

23

Kajian Ekonomi Regional Banten

-0,40-0,200,000,200,400,600,801,001,201,401,601,80

Dag

ing

dan

Has

il-ha

siln

ya

Ikan

Dia

wet

kan

Telu

r, S

usu

dan

Has

il-ha

siln

ya

Sayu

r-sa

yura

n

Buah

-bu

ahan

Bum

bu -

bum

buan

Baha

n M

akan

an

Lain

nya

%

Tw I 2011

Tw II 2011

Grafik II.9. Subkelompok bahan makanan

yang mengalami penurunan sumbangan

terhadap inflasi Banten pada Tw II 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Padi

-pad

ian,

Um

bi-

umbi

an d

an H

asiln

ya

Ikan

Seg

ar

Kac

ang

-ka

cang

an

Lem

ak d

an M

inya

k

%

Tw I 2011

Tw II 2011

Grafik II.10. Subkelompok bahan makanan

yang mengalami kenaikan sumbangan

terhadap inflasi Banten pada Tw II 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

D. Laju Inflasi Tahun Kalender

Laju inflasi Banten sepanjang Semester I 2011 cukup rendah sebesar 0,82% (ytd) dan

diharapkan hingga akhir tahun 2011 dapat berada pada kisaran sasaran inflasi nasional

sebesar 5%±1% (yoy). Pada periode Januari-Juni 2011 terlihat bahwa kelompok bahan makanan

masih menunjukkan perkembangan yang membaik dengan level dan sumbangan negatif terhadap

inflasi Banten. Selain itu, menurunnya harga pertamax diperkirakan membantu menurunkan inflasi

dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok yang memberikan

sumbangan inflasi dengan tren meningkat adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau; kelompok sandang; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga.

Tabel II.4. Laju Inflasi Tahun Kalender (% ytd) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi

Banten

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 2,14 4,42 6,10 0,37 0,37 0,82 0,82Bahan Makanan 5,61 10,36 14,10 -0,16 -0,04 -0,03 -0,01Makmin, Rokok dan Tbk 2,28 3,20 3,76 0,61 0,13 0,99 0,21Perum, Air, LGA dan BB 0,75 3,09 4,41 0,79 0,18 1,88 0,43Sandang 2,14 5,54 8,37 -0,77 -0,05 0,61 0,04Kesehatan 1,93 3,26 5,30 1,52 0,06 2,28 0,10Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,37 0,79 3,64 1,01 0,06 1,11 0,07Trans, Kom dan Jasa Keu 0,24 1,42 1,10 0,10 0,01 -0,05 -0,01

KELOMPOK2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

24

Kajian Ekonomi Regional Banten

2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota

Inflasi seluruh kota yang menjadi obyek perhitungan inflasi di Banten, secara umum

mengalami mengalami tren penurunan dibandingkan akhir tahun 2010. Namun, pada akhir

triwulan II 2011 Kota Tangerang mengalami inflasi relatif lebih tinggi (5,18%) dibandingkan kedua

kota lainnya. Sementara itu, Inflasi Kota Cilegon merupakan yang terendah dengan level sebesar

3,51% (yoy).

Tabel II.5. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIyoyCilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 Serang 4,21 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56 Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18 Banten 3,16 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73 ytdCilegon 0,87 2,49 4,22 6,12 0,30 (0,03) Serang 0,31 2,19 3,76 6,18 (0,40) (0,33) Tangerang 0,74 2,07 4,58 6,08 0,53 1,19 Banten 0,70 2,14 4,42 6,10 0,37 0,82 qtqCilegon 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 (0,33) Serang 0,31 1,87 1,54 2,33 (0,40) 0,07 Tangerang 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 Banten 0,70 1,43 2,23 1,61 0,37 0,45 mtmCilegon (0,32) 1,10 0,24 0,70 (0,56) 0,21 Serang (0,62) 1,46 0,31 1,19 (0,77) 0,24 Tangerang (0,47) 1,09 0,36 0,51 (0,80) 0,40 Banten (0,47) 1,14 0,34 0,63 (0,77) 0,35

2010 2011Inflasi

Sumber: BPS Provinsi Banten

2.1.2.1. Inflasi Kota Cilegon

Relatif stabilnya harga bahan makanan, sandang, kesehatan dan pendidikan di Cilegon, turut

menyumbang inflasi tahunan Kota Cilegon pada triwulan II 2011 menjadi yang terendah

dibandingkan kedua kota lainnya di Provinsi Banten. Sebaliknya, adanya peningkatan

permintaan properti dan kebutuhan makanan jadi, mendorong inflasi pada kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar dan makanan jadi.

Membaiknya pasokan bahan makanan, stabilnya inflasi inti dan administered price pada

periode laporan membantu penurunan inflasi Kota Cilegon secara cukup signifikan.

Membaiknya perkembangan harga bahan makanan diperkirakan sebagai akibat dari membaiknya

pasokan dan distribusi bumbu-bumbuan (cabe merah dan rawit); beras, sayur-sayuran dan daging-

dagingan. Selaras dengan hal tersebut, jika ditinjau per kelompok komponen, terlihat bahwa

tekanan inflasi pada kelompok barang yang harganya cenderung bergejolak (volatile foods) terus

mengalami penurunan. Sementara itu, kelompok inflasi inti (core inflation) cenderung stabil dan

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

25

Kajian Ekonomi Regional Banten

minimnya tekanan inflasi dari kelompok barang yang harganya ditetapkan pemerintah

(administered price).

Tabel II.6. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Cilegon

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 4,64 4,43 6,12 5,52 5,52 3,51 3,51Bahan Makanan 8,57 5,52 11,85 10,50 2,87 2,35 0,63Makmin, Rokok dan Tbk 4,38 4,87 4,42 4,14 0,95 4,71 1,09Perum, Air, LGA dan BB 4,11 4,82 6,06 4,83 1,00 4,91 1,03Sandang 1,70 1,55 1,37 2,47 0,13 4,35 0,23Kesehatan 2,60 1,76 1,61 2,78 0,11 2,95 0,12Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,97 2,37 2,88 2,32 0,14 1,83 0,11Trans, Kom dan Jasa Keu 2,07 3,86 2,86 2,95 0,42 2,26 0,32

KELOMPOK2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

% y

oy

Cilegon

Volatile Foods

Adm. Price

Core

Grafik II.11. Inflasi Tahunan (yoy) Kota

Cilegon per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Cilegon

Core

Adm. Price

Volatile Foods

%

Grafik II.12. Sumbangan Inflasi Kota

Cilegon per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

2.1.2.2. Inflasi Kota Serang

Inflasi Kota Serang juga membaik secara cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

karena membaiknya tekanan harga pada kelompok bahan makanan. Tekanan inflasi dari

kelompok bahan makanan dan volatile foods yang terlihat terus menurun pada triwulan II 2011

diperkirakan memberikan kontribusi yang baik dalam menahan laju inflasi tetap pada level yang

stabil dan rendah. Membaiknya pasokan komoditas bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, ikan segar

dan daging-dagingan diperkirakan dapat menahan tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan

secara keseluruhan. Peningkatan tekanan inflasi yang dapat dilihat melalui perubahan

andil/sumbangan inflasi, terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau;

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

26

Kajian Ekonomi Regional Banten

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan dan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Tabel II.7. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Serang

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 4,80 3,69 6,18 5,43 5,43 3,56 3,56Bahan Makanan 9,38 6,90 16,46 11,51 2,80 2,07 0,49Makmin, Rokok dan Tbk 4,77 4,65 4,52 4,24 0,94 4,78 1,07Perum, Air, LGA dan BB 2,61 2,10 3,02 3,84 0,83 4,81 1,05Sandang 3,94 4,13 6,20 8,45 0,64 8,08 0,63Kesehatan 3,77 2,35 2,16 3,02 0,13 3,56 0,16Pend, Rekreasi dan Olahraga 0,94 1,21 1,15 1,89 0,12 2,24 0,14Trans, Kom dan Jasa Keu 3,34 0,68 0,47 0,75 0,10 0,45 0,06

2010 2011KELOMPOK

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Grafik II.13. Inflasi Tahunan (yoy) Kota

Serang per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00

6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Serang

Core

Adm. Price

Volatile Foods

%

Grafik II.14. Sumbangan Inflasi Kota Serang

per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Sedikit berbeda dengan Kota Cilegon, di Kota Serang terjadi peningkatan tekanan inflasi dari

sisi permintaan dan dampak dari kebijakan pemerintah yang tercermin dari meningkatnya

inflasi core dan administered price. Dampak dari kebijakan peningkatan tarif cukai rokok oleh

pemerintah diperkirakan berdampak cukup besar terhadap inflasi kelompok administered price di

Kota Serang dibandingkan dengan kota Cilegon maupun Kota Tangerang. Kondisi ini dapat

dipahami mengingat bobot konsumsi rokok (rokok kretek, kretek filter dan rokok putih) di Kota

Serang lebih besar dibandingkan kedua kota lainnya. Sehingga adanya kenaikan harga rokok yang

ditetapkan oleh produsen dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut akan lebih berpengaruh

di kota tersebut.

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

27

Kajian Ekonomi Regional Banten

2.1.2.3. Inflasi Kota Tangerang

Tren penurunan inflasi di Kota Tangerang tidak secepat kedua kota lainnya di Banten,

sehingga inflasi tahunan Kota Tangerang relatif lebih tinggi, yaitu tercatat sebesar 5,18%

(yoy). Tingginya intensitas permintaan perumahan di wilayah Tangerang diperkirakan memberi

sumbangan inflasi cukup tinggi dengan tren yang meningkat pada kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar. Adanya kenaikan harga dan sewa rumah yang cukup tinggi di kota

tersebut yang didukung oleh tingginya pendapatan diperkirakan memberikan kontribusi yang besar

terhadap inflasi dari kelompok perumahan. Informasi tersebut diperoleh dari hasil penjualan

properti beberapa developer besar di kawasan Tangerang yang mengalami peningkatan cukup

signifikan. Selaras dengan hal tersebut, berdasarkan kelompok komponen terlihat bahwa inflasi

karena adanya tekanan permintaan (inflasi inti/core inflation) mengalami tren yang meningkat,

walaupun masih dalam kisaran level yang rendah. Meningkatnya konsumsi yang didukung oleh

meningkatnya pendapatan mendorong permintaan terhadap komoditas seperti makanan jadi,

pendidikan, barang pribadi dan sandang lain dan jasa kesehatan.

Tabel II.8. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Tangerang

Tw II Tw III Tw IV Tw IAndil Tw

I (%)Tw II

Andil Tw II (%)

Umum 4,34 4,79 6,08 5,86 5,86 5,18 5,18Bahan Makanan 7,51 10,00 14,03 13,87 3,28 10,09 2,40Makmin, Rokok dan Tbk 5,88 4,50 3,51 2,41 0,43 1,65 0,29Perum, Air, LGA dan BB 1,66 3,77 4,40 4,81 1,24 5,86 1,52Sandang 8,88 8,27 9,96 6,95 0,34 6,87 0,34Kesehatan 4,62 4,43 6,50 6,59 0,30 6,50 0,30Pend, Rekreasi dan Olahraga 6,97 6,30 4,25 5,22 0,34 5,23 0,34Trans, Kom dan Jasa Keu 0,67 -1,21 0,90 0,78 0,13 0,60 0,10

KELOMPOK2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

% y

oy

Tangerang

Volatile Foods

Adm. Price

Core

Grafik II.15. Inflasi Tahunan (yoy) Kota

Tangerang per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Tangerang

Core

Adm. Price

Volatile Foods

%

Grafik II.16. Sumbangan Inflasi Kota

Tangerang per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

28

Kajian Ekonomi Regional Banten

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Pada triwulan II 2011, tekanan inflasi dari sisi fundamental terutama dari aspek tekanan

permintaan menunjukkan tren yang meningkat. Perkiraan tetap kuatnya konsumsi swasta pada

periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barang-barang dan terhadap

peningkatan inflasi inti. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, sekitar 62% dari total

pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi yang sedikit meningkat

dibandingkan triwulan I 2011, perkembangan tersebut diperkirakan berkontribusi positif terhadap

peningkatan inflasi dari sisi permintaan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011

Tabungan

Cicilan Pinjaman

Konsumsi

Grafik II.17. Rata-rata penggunaan penghasilan Rumah Tangga

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

% y

oy

Banten

Volatile Foods

Adm. Price

Core

Grafik II.18. Inflasi Tahunan (yoy) Banten

per Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Banten

Core

Adm. Price

Volatile Foods

%

Grafik II.19. Sumbangan Inflasi Banten per

Kelompok Komponen

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup

tinggi. Tekanan eksternal diperkirakan cenderung meningkat akibat masih berlangsungnya

peningkatan harga emas dan minyak dunia.

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

29

Kajian Ekonomi Regional Banten

Grafik II.20. Perkembangan Nilai Tukar

Rupiah terhadap USD

Sumber: Bank Indonesia

-

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang

Grafik II.21. Ekspektasi Harga 3 Bulan yang

Akan Datang

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan jasa terhadap harga pada periode laporan

cenderung membaik. Perkiraan terhadap membaiknya pasokan bahan kebutuhan pokok terkait

dengan kondisi cuaca yang cukup baik pada periode laporan mendukung ekspektasi masyarakat

terhadap harga cenderung stabil. Stabilnya ekspektasi tersebut diperkirakan didukung pula oleh

tren stabilnya kurs Rupiah terhadap USD.

Dari sisi non fundamental, membaiknya supply bahan makanan menyebabkan inflasi volatile

foods stabil dan bahkan cenderung menurun. Membaiknya pasokan bahan pangan dari

berbagai daerah dan lokal seperti beras, cabe merah, cabe rawit mendukung membaiknya inflasi

volatile foods yang sempat meningkat pada triwulan II 2010 hingga triwulan IV 2010.

Berdasarkan prognosa neraca pasokan dan kebutuhan beras tahun 2011 terdapat potensi

peningkatan inflasi volatile foods pada triwulan III dan triwulan IV 2011. Kurangnya pasokan

beras nasional dengan tidak memadainya produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

berpotensi mendorong peningkatan inflasi pada triwulan-triwulan mendatang dari komponen

volatile foods. Kekurangan ini dapat diatasi dengan impor beras terutama apabila hasil perkiraan

produksi beras nasional tidak lagi mencukupi. Sementara itu, seluruh Tim/ Forum Pengendalian

Inflasi Daerah di Provinsi Banten perlu terus memantau ketersediaan dan potensi pasokan beras

dari Pasar Induk Cipinang sebagai early warning system untuk dilakukannya pelaksanaan operasi

pasar ataupun pasar murah untuk mengantisipasi lonjakan harga. Sekitar 10% beras dari Pasar

Cipinang dipasarkan untuk kebutuhan pasar di wilayah Banten.

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

30

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel II.9. Prognosa Neraca Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 2011 (Ribu Ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Produksi (GKG) 2.488 6.342 12.325 10.808 5.873 5.342 6.056 6.914 5.742 3.604 2.629 2.477 70.599 Beras Siap Konsumsi 1.399 3.566 6.929 6.076 3.302 3.003 3.405 3.887 3.228 2.026 1.478 1.393 39.691 Kebutuhan Daging 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 2.651 3.160 3.414 2.651 2.677 2.969 33.426 Surplus/Defisit Bulanan (1.252) 915 4.279 3.426 651 352 754 727 (186) (625) (1.199) (1.576) 6.265

Uraian2011 Total

Sumber: Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI

DKI Jakarta52%

Bogor2%

Tangerang7%

Bekasi1%

Banten*)3%

Luar Bodetabek

4%

Antar Pulau31%

PasarWilayah Tujuan

Grafik II.22. Distribusi Daerah Tujuan Beras dari Pasar Induk Beras

Cipinang Tahun 2011

Sumber: Disperindag Provinsi Banten dari PT. Food Station Tjipinang Jaya

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

31

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan II 2011 belum diikuti oleh kualitas kredit yang

baik dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja sektor

keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio

pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17% pada

triwulan I 2011 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank

umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas aman

5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik

diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum.

Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga

akhir triwulan II 2011 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang

disalurkan posisi Juni 2011 mencapai Rp 1,09 triliun dengan level pertumbuhan sedikit melambat

menjadi 92,10% (yoy). Dari periode sebelumnya sebesar 100,80%. Tidak mudahnya mencari calon

debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur yang “naik kelas” atau masuk

dalam katagori kredit retail (komersil) menyebabkan angka pertumbuhan menjadi melambat.

Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun

menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan II 2011, Kondisi tersebut terindikasi dari

menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun RTGS.

3.1. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM

Kegiatan intermediasi bank umum masih cenderung stagnan pada triwulan II 2011 yang

tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari

sebesar 73,17% menjadi 72,65% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank

umum pada periode laporan sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar 31,76% (yoy),

sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 39,64%

(yoy). Di sisi lain, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga justru meningkat relatif pesat hingga

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

32

Kajian Ekonomi Regional Banten

berada pada level 47,42% (yoy) dengan nominal Rp 54,39 triliun. Kondisi tersebut menyebabkan

penurunan rasio kredit terhadap simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 73,17% pada

triwulan I 2011. Melambatnya kinerja bank umum juga terlihat dari peningkatan risiko kredit yang

ditunjukkan oleh peningkatan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 2,38% menjadi

sebesar 2,58% walaupun masih di bawah ambang batas aman 5%.

Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IINominal Rp Juta 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 62.527.893 Growth % yoy 21,12 6,43 20,83 47,42 46,11Nominal Rp Juta 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 45.426.766 Growth % yoy 21,00 31,02 39,64 31,76 39,12

Loan to Deposit Ratio Rasio % 76,30 86,47 76,39 73,17 72,65Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di

NPL % 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58

Nominal Rp Juta 75.704.535 71.948.762 81.919.817 79.926.534 80.290.457 Growth % yoy 36,47 31,69 41,20 32,36 33,94

20112010

Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten*

UnitUraian

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten

DPK

Sumber: Bank Indonesia, *) Data kredit lokasi proyek merupakan posisi Mei 2011

3.1.1. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga oleh bank umum di wilayah Banten bertumbuh pada level

yang tinggi pada triwulan II 2011 walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya seiring dengan bertambahnya luasan kantor bank di Banten dan iklim

persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana yang dapat diserap masyarakat oleh bank

umum di Banten pada triwulan II 2011 tercatat sebesar Rp 62,53 triliun atau bertumbuh sebesar

46,11% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya dengan

pertumbuhan sebesar 47,42% (yoy). Pertumbuhan giro dan deposito relatif melambat pada

periode laporan dengan level masing-masing sebesar 23,61% (yoy) dan 51,88% (yoy). Akselerasi

pertumbuhan justru terjadi pada komponen tabungan dengan level pertumbuhan sebesar 54,41%

(yoy) pada triwulan II 2011, setelah pada triwulan sebelumnya bertumbuh sebesar 41,49% (yoy).

Secara umum belum terdapat perubahan struktural komposisi simpanan pada bank umum di

Banten, dengan porsi tertinggi adalah deposito sebesar 46,80%, tabungan sebesar 33,53% dan

giro sebesar 19,67% terhadap total simpanan.

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

33

Kajian Ekonomi Regional Banten

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

-

10

20

30

40

50

60

70

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

2008 2009 2010 2011

Rp T

riliu

n % yo

y

Nominal DPK Growth (RHS)

Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak

Ketiga Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

7,55 6,28 7,51 8,747,35

9,957,83

10,25 10,7912,3013,62 13,48 14,52 16,06

12,51 13,58 14,17

17,69 17,7020,97

14,8215,57 15,63

17,94 17,0319,27 18,09

23,7125,90

29,26

-

5

10

15

20

25

30

35

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2009 2010 2011

Rp T

riliu

n

Giro Tabungan Deposito

Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum

di Banten per Komponen

Sumber: Bank Indonesia

Giro19,67%

Tabungan33,53%

Deposito46,80%

Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan II 2011

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja penghimpunan dana oleh kelompok bank persero terlihat meningkat cukup pesat

dibandingkan dengan bank swasta nasional dan bank pemerintah daerah yang sedikit

melambat. Pertumbuhan simpanan/DPK bank persero meningkat signifikan dari sebesar 70,77%

(yoy) pada triwulan I 2011 menjadi sebesar 86,74% (yoy) pada triwulan laporan. Namun secara

umum, pangsa simpanan bank swasta nasional masih memegang porsi tertinggi terhadap total

simpanan bank umum yang berlokasi di Banten.

Tabel III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Kelompok Bank (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)

Tw II '11Growth Tw II '11 (% yoy)

Bank Persero 14.355.601 13.497.378 20.837.286 22.040.518 70,77 26.807.274 86,74 42,87 Bank Swasta Nasional 24.174.294 23.803.456 27.030.663 27.627.270 36,07 30.448.082 25,95 48,70 Bank Pemerintah Daerah 4.264.925 2.781.116 3.782.403 4.717.551 28,20 5.272.537 23,63 8,43 Total 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 47,42 62.527.893 46,11 100,00

DPK per Kelompok Bank

2010 2011Pangsa Tw II'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

34

Kajian Ekonomi Regional Banten

Dilihat berdasarkan jenis valutanya dan relatif stabilnya kurs rupiah pada level Rp. 8500/ USD

mengakibatkan terjadinya akselerasi pertumbuhan simpanan pihak III pada jenis simpanan

Rupiah dibandingkan dalam bentuk valas. Pertumbuhan DPK dalam bentuk Rupiah terus

meningkat tinggi hingga mencapai 49,45% (yoy) pada triwulan II 2011. Perkembangan tersebut

kemudian mendorong pangsanya meningkat terhadap total simpanan. Ekspektasi masyarakat atas

fluktuasi nilai tukar terhadap valas yang menurun Banten karena relatif stabil dan menguatnya nilai

tukar rupiah pada level Rp. 8500/ USD menjadi faktor utama terjadinya kondisi tersebut.

Tabel III.3. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Jenis Valuta (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)

Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)

Rupiah 37.531.577 35.758.984 46.081.599 48.137.598 47,06 56.089.384 49,45 89,70 Valas 5.263.242 4.322.965 5.568.753 6.247.741 50,23 6.438.510 22,33 10,30 Total 42.794.819 40.081.949 51.650.352 54.385.339 47,42 62.527.893 46,11 100,00

2010 2011DPK per Valuta

Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

3.1.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten

Ekspansi kredit oleh bank umum di Banten pada triwulan II 2011 mengalami percepatan

dibandingkan triwulan sebelumnya untuk mengantisipasi transaksi yang akan meningkat

pada periode mendatang. Walaupun laju pertumbuhan penyaluran kredit tidak setinggi

penghimpunan simpanan, namun percepatannya lebih baik dari sebesar 31,76% menjadi 39,12%

(yoy). Meningkatnya penyaluran kredit secara keseluruhan terutama disebabkan oleh adanya

peningkatan penyaluran kredit investasi khususnya pada sektor perdagangan dan jasa (terutama

pada perdagangan eceran dan jasa penyewaan mesin-mesin) seiring dengan meningkatnya kinerja

sektor-sektor tersebut dan antisipasi peningkatan transaksi menjelang bulan puasa dan lebaran

pada periode berikutnya.

051015202530354045

05

101520253035404550

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% yo

y

Total Kredit Growth (RHS)

Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank

Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Modal Kerja34,49%

Investasi8,05%

Konsumsi57,46%

Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di

Banten per Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

35

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw IGrowth Tw I '11 (% yoy)

Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)

Modal Kerja 11.209.447 12.172.116 13.238.768 12.310.492 52,68 15.666.237 39,76 Investasi 2.357.564 2.407.238 2.787.390 3.117.732 30,14 3.658.298 55,17 Konsumsi 19.084.907 20.079.052 23.427.225 24.364.400 23,42 26.102.231 36,77 Total 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 31,76 45.426.766 39,12

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Secara struktural, bank umum yang berlokasi di Banten tetap lebih banyak menyalurkan

kreditnya dalam bentuk kredit konsumsi dibandingkan dengan jenis modal kerja atau

investasi. Porsi kredit konsumsi pada triwulan II 2011 mencapai 57,46% terhadap total kredit yang

disalurkan. Sementara itu, porsi kredit modal kerja dan investasi berturut-turut hanya sebesar

34,49% dan 8,05%. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat pada umumnya risiko kredit

konsumsi lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis kredit lainnya. Selain itu, jika ditinjau dari

jangka waktu pinjaman dengan kualitas kreditnya, risiko kredit konsumsi jangka panjang relatif

minimal. Sejak Januari hingga Juni 2011, rasio kredit non lancar konsumsi jangka pendek,

menengah maupun panjang hanya berkisar antara 0,78% - 4,61% dengan tren yang membaik.

Sebagian besar kredit konsumsi tersebut digunakan untuk pembelian kendaraan bermotor dan

konsumsi rumah tangga.

0,78% 0,79% 0,94% 1,02%

3,38%

0,90%

4,61%

2,31%

1,09% 1,16%1,96%

1,25%

2,71% 2,37%

1,97% 2,09%2,15%

2,08%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

1 2 3 4 5 6

2011

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Grafik III.6. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Konsumsi per Jangka Waktu Pinjaman

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, walaupun porsinya belum sebesar kredit konsumsi maupun modal kerja,

perkembangan penyaluran kredit investasi pada periode laporan sangat menggembirakan.

Pertumbuhan kredit investasi mencapai 55,17% (yoy) tertinggi dibandingkan kedua jenis kredit

lainnya pada triwulan II 2011. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor-sektor utama yang

menyerap kredit investasi dengan pertumbuhan yang meningkat pesat. Kondisi ini tercermin dari

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

36

Kajian Ekonomi Regional Banten

semakin meningkatnya pembangunan ruko/ tempat usaha pedagang dan jasa di berbagai wilayah

Banten.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

650

700

750

800

850

900

1 2 3 4 5 6

2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Kredit Growth (RHS)

Grafik III.7. Kredit Investasi Untuk Sektor

Perdagangan Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

-50

0

50

100

150

200

250

-

200

400

600

800

1.000

1 2 3 4 5 6

2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Kredit Growth (RHS)

Grafik III.8. Kredit Investasi Untuk Sektor

Jasa Dunia Usaha Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Pertanian0,25%

Pertambangan0,52%

Industri pengolahan

9,31%

Listrik,Gas dan Air0,04%

Bangunan3,49%

Perdagangan11,76%

Pengangkutan0,48%

Jasa Dunia Usaha

11,03%

Jasa Sosial Masyarakat

2,73%

Lain-lain60,40%

Grafik III.9. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia

Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy)

Tw IIGrowth Tw II '11 (% yoy)

Pertanian 39.574 136.539 97.994 96.873 -23,89 112.285 183,73 0,25Pertambangan 66.013 85.813 91.312 88.236 41,02 236.529 258,31 0,52Industri pengolahan 3.253.560 3.670.735 4.173.234 3.601.441 23,78 4.227.316 29,93 9,31Listrik,Gas dan Air 17.508 26.528 26.984 25.746 73,29 16.944 -3,22 0,04Konstruksi 1.224.918 1.255.862 1.350.866 1.371.157 28,01 1.584.496 29,36 3,49Perdagangan 3.235.204 3.656.895 4.044.223 4.058.343 29,34 5.341.538 65,11 11,76Pengangkutan 161.974 157.798 169.556 178.520 12,01 218.962 35,18 0,48Jasa Dunia Usaha 3.550.887 4.293.983 4.532.262 4.366.678 221,48 5.009.748 41,08 11,03Jasa Sosial Masyarakat 970.521 981.593 1.108.803 1.182.295 64,41 1.240.077 27,77 2,73Lain-lain 20.131.758 20.392.661 23.858.149 24.823.335 20,27 27.438.873 36,30 60,40Total 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 31,76 45.426.766 39,12 100,00

2010Pangsa Tw II

'11 (%)Kredit per Sektor Ekonomi

2010

Sumber: Bank Indonesia

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

37

Kajian Ekonomi Regional Banten

Peningkatan penyaluran kredit terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor listrik, gas

dan air, sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat. Perlambatan yang terjadi pada

kredit sektor jasa dunia usaha disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit untuk kebutuhan

modal kerja, sementara penyaluran kredit investasi untuk sektor-sektor tersebut cenderung

meningkat. Sementara itu, adanya tren kenaikan risiko kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih

diperkirakan menjadi penyebab melambatnya penyaluran kredit untuk sektor tersebut pada

triwulan laporan.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

1 2 3 4 5 6

2011

%

NPL

Grafik III.10. Perkembangan Rasio NPL Kredit Bank Umum di Banten untuk Sektor Listrik, Gas

dan Air Bersih

Sumber: Bank Indonesia

Akselerasi pertumbuhan kredit UMKM bank umum konvensional di Banten pada periode

laporan tidak sebesar kredit untuk non UMKM atau usaha besar. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan kredit UMKM yang cenderung melambat pada periode laporan sebesar 7,82% (yoy).

Perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit terutama pada jenis kredit investasi terutama untuk

sektor listrik, gas dan air serta sektor bangunan/konstruksi.

Tabel III.6. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (%

Tw II Growth Tw II '11 (%

Modal Kerja 4.367.968 4.415.946 4.873.258 5.044.162 66,18 6.557.039 50,12 81,90Investasi 968.192 1.005.200 978.022 1.110.138 59,47 1.231.558 27,20 15,38Konsumsi 2.089.431 77.649 99.373 172.856 -90,68 217.622 -89,58 2,72Total 7.425.591 5.498.794 5.950.653 6.327.157 13,27 8.006.219 7,82 100,00

Kredit UMKM per Jenis Penggunaan

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Selaras dengan hal tersebut, terlihat adanya penurunan penyaluran kredit untuk beberapa

sektor seperti sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan; sektor jasa sosial

kemasyarakatan dan sektor lain-lain. Perlambatan yang signifikan juga terjadi pada kredit UMKM

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

38

Kajian Ekonomi Regional Banten

untuk sektor konstruksi dan pertambangan sementara kredit untuk sektor lainnya cenderung stabil

dan meningkat. Namun, yang mengembirakan pada kredit UMKM di Banten adalah terus

meningkatnya pertumbuhan kredit pada sector pertanian dan perdagangan seiring meningkatnya

pertumbuhan usaha perdagangan dan pertanian masyarakat.

Tabel III.7. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy)

Tw II Growth Tw II '11 (% yoy)

Pertanian 27.678 36.361 40.153 42.898 93,52 60.455 118,43 0,76Pertambangan 24.093 39.570 44.902 48.040 279,13 61.678 156,00 0,77Industri pengolahan 831.711 766.855 787.653 917.558 60,72 952.220 14,49 11,89Listrik,Gas dan Air 12.948 18.688 17.010 15.005 46,38 6.173 -52,33 0,08Konstruksi 741.469 747.601 802.850 828.084 422,58 857.285 15,62 10,71Perdagangan 2.362.229 2.740.216 2.865.930 2.890.096 46,45 3.477.718 47,22 43,44Pengangkutan 133.617 106.659 113.141 121.957 4,63 122.978 -7,96 1,54Jasa Dunia Usaha 312.117 291.786 382.337 468.704 86,91 566.758 81,59 7,08Jasa Sosial Masyarakat 368.147 359.816 366.400 363.022 180,75 346.975 -5,75 4,33Lain-lain 2.611.583 391.242 530.277 631.791 -73,02 1.553.980 -40,50 19,41Total 7.425.591 5.498.794 5.950.653 6.327.157 13,27 8.006.219 7,82 100

Kredit UMKM per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

3.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten

Pada triwulan II 2011 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit terbesar

dengan pangsa mencapai 56,89%. Belum ada perubahan struktural komposisi penyaluran kredit

oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang sebagai penyalur

terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur kedua terbesar dengan

pangsa sekitar 20,76% terhadap total kredit. Sementara itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor

bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih

cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2% terhadap total kredit. Potensi membaiknya

sektor pertanian dan infrastruktur di wilayah tersebut perlu menjadi perhatian bank dalam

menjalankan fungsi intermediasi sekaligus membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua

wilayah tersebut.

Tabel III.8. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Kab. Tangerang 4.343.917 4.702.175 4.985.267 5.986.026 6.097.173 9.432.212 20,76 Kab. Serang 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 3,77 Kab. Pandeglang 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 1,98 Kab. Lebak 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 0,89 Kota Cilegon 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 7,78 Kota Tangerang 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 56,89 Kota Serang 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 7,92 Total 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39.792.624 45.426.766 100,00

Kota/Kabupaten

20112010 Pangsa Tw II '11

(%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

39

Kajian Ekonomi Regional Banten

A. Kabupaten Tangerang

Hingga akhir triwulan II 2011, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada

penyaluran kredit di daerah ini, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa

kredit konsumsi hingga akhir triwulan I 2011 tetap yang tertinggi sebesar 53,13% namun porsi

kreditnya semakin menurun terhadap total kredit, karena sebelumnya mencapai pangsa lebih dari

60%. Peningkatan porsi penyaluran terlihat pada jenis penggunaan modal kerja dengan pangsa

yang meningkat cukup signifikan hingga mencapai 38,25% dari sebelumnya sebesar 26,27%. Hal

tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya iklim usaha di Kabupaten Tangerang seiring

tumbuhnya sektor industri.

Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 1.054.263 1.126.785 1.616.620 1.601.525 3.608.224 26,27 38,25Investasi 387.824 427.728 586.104 630.080 812.428 10,33 8,61Konsumsi 3.260.088 3.430.754 3.783.302 3.865.568 5.011.560 63,40 53,13Total 4.702.175 4.985.267 5.986.026 6.097.173 9.432.212 100,00 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw

I'11 (%)Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin

diminati dalam penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang pada triwulan II 2011. Di sektor

industri pengolahan, pada periode laporan kredit tersebut banyak diserap oleh industri logam dasar

dan besi baja, industri kertas; industri plastik; industri perlengkapan pesawat terbang dan industri

furnitur. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh

bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan banyak diserap oleh jenis perdagangan

eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi dan kulit dan penjualan mobil.

Tabel III.10. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 3.235 3.337 3.476 3.314 3.273 3.464 0,10 Pertambangan 6.137 5.726 11.790 17.451 13.805 20.718 0,59 Industri pengolahan 909.943 1.110.383 1.070.141 1.050.100 968.389 1.002.250 28,34 Listrik,Gas dan Air 8.800 8.308 7.773 6.696 6.234 6.107 0,17 Konstruksi 88.714 127.453 107.116 146.287 107.565 135.151 3,82 Perdagangan 438.254 425.242 386.478 398.416 427.886 445.073 12,59 Pengangkutan 69.961 68.524 34.680 32.440 31.989 52.219 1,48 Jasa Dunia Usaha 120.732 135.303 412.130 459.700 469.992 511.658 14,47 Jasa Sosial Masyarakat 72.086 80.807 77.476 81.382 94.597 94.119 2,66 Lain-lain 1.033.834 1.067.902 970.557 1.037.722 1.173.631 1.265.414 35,78 Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

40

Kajian Ekonomi Regional Banten

B. Kabupaten Serang

Pada triwulan II 2011 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di

Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah ke

sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian besar

kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di wilayah Kabupaten Serang adalah dalam

bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m2 s.d. 70 m2 dan

kebutuhan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja banyak disalurkan untuk sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha khususnya subsektor real estate, usaha

persewaan dan jasa perusahaan.

Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 192.696 311.040 310.281 332.181 415.437 500.532 29,25Investasi 113.392 122.448 162.100 203.233 173.176 189.796 11,09Konsumsi 675.580 777.333 815.255 861.325 939.677 1.020.917 59,66Total 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain yang

umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia

usaha merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 639 1.062 1.272 1.406 1.374 1.263 0,07 Pertambangan 5.020 6.452 4.249 5.359 3.074 2.386 0,14 Industri pengolahan 27.503 28.775 27.962 24.924 25.242 21.789 1,27 Listrik,Gas dan Air 533 772 733 535 507 587 0,03 Konstruksi 66.188 89.971 79.943 97.393 108.586 151.365 8,85 Perdagangan 124.053 136.046 144.691 188.819 216.841 244.698 14,30 Pengangkutan 1.934 1.752 2.211 2.056 1.560 1.561 0,09 Jasa Dunia Usaha 6.443 7.876 147.575 200.123 215.839 245.986 14,37 Jasa Sosial Masyarakat 45.036 61.681 63.744 14.785 15.583 20.667 1,21 Lain-lain 704.318 876.435 815.255 861.339 939.685 1.020.942 59,66 Total 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 1.528.290 1.711.245 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

41

Kajian Ekonomi Regional Banten

Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran belum terdapat perubahan struktural subsektor yang

memperoleh kredit terbesar bahwa subsektor perdagangan impor, perdagangan eceran makanan

dan minuman, penjualan mobil, perdagangan eceran bahan konstruksi serta perdagangan eceran

perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur adalah penerima kredit utama pada sektor

perdagangan dari bank umum di wilayah Kabupaten Serang. Banyaknya industri di wilayah ini

belum diikuti oleh tumbuhnya sektor industri skala kecil, sehingga bank umum belum begitu

banyak porsinya menyalurkan kredit ke sektor industri di Kab. Serang seperti yang terjadi di wilayah

industri lainnya di Banten. Oleh karena itu, Pemda perlu mengembangkan klaster industri terkait

melalui berbagai kemudahan daninsentif bagi tumbuhnya industri kecil sekaligus mengintegrasikan

kebutuhan industri besar dengan industri kecil yang ada.

Tabel III.13. Perkembangan Kredit Lima Jenis Sub Sektor Perdagangan Terbesar yang

Disalurkan oleh Bank Umum Kabupaten Serang (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPerdagangan Impor Lainnya 55.345 60.840 69.781 105.913 123.968 104.515 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang yang Didominasi Makanan, Minuman dan Temb

20.532 28.223 40.000 49.149 55.443 101.854

Penjualan Mobil 15.049 15.343 2.926 5.157 10.502 10.959 Perdagangan Eceran Bahan Konstruksi

6.674 7.640 6.930 6.171 8.010 7.772

Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga dan Perlengkapan Dapur

10.769 9.064 6.453 5.876 7.023 7.760

20112010Sub Sektor

Sumber: Bank Indonesia

C. Kabupaten Pandeglang

Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi hampir

keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit konsumsi

sebagian besar adalah untuk keperluan pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 dan untuk keperluan

konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 41,99% pada triwulan

II 2011 disalurkan terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi pada

jenis perdagangan eceran keliling. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit

modal kerja cukup besar yaitu sektor pertanian khususnya untuk usaha jasa pertanian dan sektor

industri pengolahan pada usaha daur ulang bukan logam. Kondisi tersebut masih sesuai dengan

kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi sektor pertanian dan perdagangan.

Page 53: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

42

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.14. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp

Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 323.268 315.549 354.778 372.052 381.942 378.604 41,99Investasi 18.475 18.236 3.840 3.245 3.575 2.588 0,29Konsumsi 416.209 466.397 475.951 474.059 484.452 520.496 57,72Total 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Pertanian0,56%

Pertambangan0,00%

Industri pengolahan

0,46%Listrik,Gas

dan Air0,00%

Bangunan0,00%

Perdagangan62,46%

Pengangkutan0,00%

Jasa Dunia Usaha0,00%

Jasa Sosial Masyarakat

0,03%

Lain-lain36,49%

Grafik III.11. Porsi Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum Kabupaten Pandeglang per

Sektor Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor produktif terutama pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Sekitar 73,22% kredit yang disalurkan di wilayah tersebut

masih didominasi untuk kepentingan konsumtif. Namun jika dilihat penyaluran kredit untuk sektor

produktif, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memperoleh kredit

terbesar di wilayah tersebut dengan pangsa sekitar 26,29% dengan konsentrasi pada jenis

perdagangan eceran keliling dan perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau. Belum

banyaknya investasi disektor manufaktur atau sektor lainnya menyebabkan variasi kredit hanya

terkonsentrasi pada sektor perdagangan.

Page 54: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

43

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 416 557 4.623 4.074 3.100 2.183 0,24 Pertambangan - - - - - - - Industri pengolahan 35 116 103 1.861 1.545 1.731 0,19 Listrik,Gas dan Air - - - - - - - Konstruksi 199 460 432 130 97 39 0,00 Perdagangan 133.193 132.283 293.890 276.535 260.275 237.065 26,29 Pengangkutan 2.183 2.190 - - - - - Jasa Dunia Usaha 3.002 3.045 - - - - - Jasa Sosial Masyarakat 469 396 613 682 641 485 0,05 Lain-lain 618.455 661.135 534.907 566.074 604.312 660.185 73,22 Total 757.952 800.183 834.568 849.356 869.970 901.688 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

D. Kabupaten Lebak

Jika di wilayah lain kredit konsumsi mendominasi porsi penyaluran kredit, di Kabupaten Lebak

kredit modal kerja menjadi jenis kredit dengan porsi penyaluran terbesar. Dengan total kredit

yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp 405,55 miliar,

61,56% dari total kredit tersebut merupakan jenis kredit modal kerja dengan nominal sebesar Rp

249,64 miliar.

Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 190.231 203.172 221.316 237.309 251.839 249.641 61,56Investasi 10.206 9.886 752 1.307 1.197 1.229 0,30Konsumsi 129.038 138.045 143.259 142.718 151.900 154.679 38,14Total 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Memiliki karakteristik yang serupa dengan Kabupaten Pandeglang, kredit yang disalurkan di

Lebak tersebut diserap terutama oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pangsa kredit

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) terhadap total kredit yang disalurkan bank umum di

wilayah Lebak mencapai 29,98% dengan konsentrasi pada jenis usaha perdagangan eceran

keliling. Karakteristik yang sedikit berbeda dengan Kabupaten Pandeglang adalah selain untuk

sektor PHR, kredit bank umum di Kabupaten Lebak juga cukup banyak disalurkan untuk sektor

bangunan/konstruksi dan pengangkutan. Pada sektor bangunan, tercatat bahwa seluruh kredit

Page 55: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

44

Kajian Ekonomi Regional Banten

diserap jenis usaha kontraktor. Sementara itu pada sektor pengangkutan, pada periode laporan

seluruh kredit diserap oleh jenis usaha pergudangan dan jasa cold storage.

Tabel III.17. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per

Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 94 58 1.256 1.505 1.491 156 0,04 Pertambangan - - 1.185 1.199 1.236 1.457 0 Industri pengolahan 54 10 88 70 59 44 0,01 Listrik,Gas dan Air 3 - - - - - - Konstruksi 5.648 6.254 5.088 4.064 3.718 3.517 0,87 Perdagangan 119.862 127.718 158.333 146.202 134.078 121.602 29,98 Pengangkutan 651 609 1.978 1.996 1.997 1.996 0,49 Jasa Dunia Usaha 6 1 - - - - - Jasa Sosial Masyarakat - 51 225 225 165 - - Lain-lain 203.156 216.401 197.172 226.074 262.190 276.779 68,25 Total 329.475 351.102 365.327 381.334 404.936 405.550 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

E. Kota Cilegon

Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri

pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja.

Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi/pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon untuk

kredit modal kerja sekitar 60% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri logam dasar

dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar dari bank

umum di Kota Cilegon. Dapat diperkirakan bahwa klaster industri logam terjadi di wilayah ini

secara mandiri.

Tabel III.18. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 1.656.055 1.924.912 1.954.555 2.051.760 2.024.342 2.193.969 62,04Investasi 305.516 284.576 250.180 267.802 240.300 250.174 7,07Konsumsi 790.127 823.497 876.883 913.947 1.032.719 1.092.030 30,88Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain

sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan, sebagian

besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak diserap oleh

Page 56: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

45

Kajian Ekonomi Regional Banten

industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, perusahaan-perusahaan jasa penukaran uang (money changer/Pedagang Valuta Asing)

adalah perusahaan jasa yang banyak menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut.

Sementara itu pada sektor perdagangan, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis

perdagangan yang memperoleh kredit terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin

baik di cilegon

Tabel III.19. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 3.235 3.337 3.476 3.314 3.273 3.464 0,10 Pertambangan 6.137 5.726 11.790 17.451 13.805 20.718 0,59 Industri pengolahan 909.943 1.110.383 1.070.141 1.050.100 968.389 1.002.250 28,34 Listrik,Gas dan Air 8.800 8.308 7.773 6.696 6.234 6.107 0,17 Konstruksi 88.714 127.453 107.116 146.287 107.565 135.151 3,82 Perdagangan 438.254 425.242 386.478 398.416 427.886 445.073 12,59 Pengangkutan 69.961 68.524 34.680 32.440 31.989 52.219 1,48 Jasa Dunia Usaha 120.732 135.303 412.130 459.700 469.992 511.658 14,47 Jasa Sosial Masyarakat 72.086 80.807 77.476 81.382 94.597 94.119 2,66 Lain-lain 1.033.834 1.067.902 970.557 1.037.722 1.173.631 1.265.414 35,78 Total 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 3.297.361 3.536.173 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

F. Kota Tangerang

Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk

penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Jakarta

yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit

konsumsi atau kredit sektor lain-lain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari bank

umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini adalah

sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya relatif

cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor ekonomi,

selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan adalah sektor-

sektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Tabel III.20. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 3.289.627 5.957.094 6.328.844 6.547.315 5.954.245 6.804.433 26,33Investasi 1.362.141 1.268.282 1.290.526 1.419.473 1.777.680 2.076.224 8,03Konsumsi 13.575.625 12.464.277 13.135.440 16.050.899 16.643.378 16.962.705 65,64Total 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 57: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

46

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.21. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 107.639 22.288 108.561 28.772 31.745 41.636 0,16 Pertambangan 41.042 46.450 50.132 51.036 49.603 190.751 0,74 Industri pengolahan 955.062 1.161.240 1.123.290 1.369.107 1.275.877 1.417.178 5,48 Listrik,Gas dan Air 1.424 1.670 11.030 11.322 10.685 1.257 0,00 Konstruksi 643.305 686.668 700.941 736.309 732.033 750.636 2,90 Perdagangan 1.161.958 1.257.984 1.317.490 1.392.883 1.353.190 1.604.503 6,21 Pengangkutan 42.516 40.805 71.188 57.002 52.076 52.239 0,20 Jasa Dunia Usaha 938.321 3.111.621 3.590.626 3.629.955 3.503.443 4.056.598 15,70 Jasa Sosial Masyarakat 523.796 581.917 603.510 644.724 722.093 764.821 2,96 Lain-lain 13.812.329 12.779.009 13.178.041 16.096.577 16.644.557 16.963.743 65,64 Total 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 24.375.303 25.843.362 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

G. Kota Serang

Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang

disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat

per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor

industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang adalah sekitar

50% sejak tahun 2010-2011 yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 30%-40%.

Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh

sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik dan karet

serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Artinya telah banyak

tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena

letaknya yang berdekatan.

Tabel III.22. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Modal kerja 1.463.081 1.443.417 1.875.557 2.081.531 1.681.162 1.930.834 53,69Investasi 232.166 266.311 272.113 306.225 291.724 325.859 9,06Konsumsi 1.112.778 1.155.269 1.201.511 1.200.974 1.246.706 1.339.843 37,25Total 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 100,00

Kredit per Jenis Penggunaan

2010 2011Pangsa Tw II

'11 (%)

Sumber: Bank Indonesia

Page 58: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

47

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.23. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pertanian 10.990 8.598 9.940 11.611 11.447 13.149 0,37 Pertambangan 5.455 2.838 2.938 3.594 7.667 7.476 0,21 Industri pengolahan 636.648 574.680 1.037.659 1.157.755 753.573 962.089 26,75 Listrik,Gas dan Air 3.293 2.799 4.346 5.551 6.629 8.316 0,23 Konstruksi 121.658 137.781 120.044 98.453 97.760 120.944 3,36 Perdagangan 568.489 612.110 737.568 820.334 791.500 814.882 22,66 Pengangkutan 22.233 23.080 23.963 24.009 23.374 22.393 0,62 Jasa Dunia Usaha 197.925 62.938 31.582 66.779 69.209 75.271 2,09 Jasa Sosial Masyarakat 15.757 176.964 140.060 141.952 132.698 125.706 3,50 Lain-lain 1.225.577 1.263.209 1.241.081 1.258.691 1.325.734 1.446.310 40,21 Total 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 3.219.591 3.596.536 100,00

Kredit per Sektor Ekonomi

2010 2011 Pangsa Tw II '11

(%)

Sumber: Bank Indonesia

3.1.4. Risiko Kredit

Meningkatnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan II 2011 terutama terjadi

pada jenis kredit modal kerja dan konsumtif. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten sedikit

meningkat, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang meningkat pada

triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan

adalah sebesar 2,58% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar

2,38% walaupun masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman

5%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit modal kerja dan konsumsi, namun secara

umum risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih terjaga. Sementara itu adanya

penurunan tren risiko kredit investasi hingga periode laporan memberikan peluang bagi perbankan

untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk investasi seiring meningkatnya realisasi investasi PMA

dan PMDN di Banten.

2,993,20

3,71

3,08 3,10 3,002,84

2,34 2,382,58

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2009 2010 2011

%

NPL

Grafik III.12. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Page 59: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

48

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.24. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIModal Kerja 3,02 3,37 2,98 3,21 3,53Investasi 5,28 5,34 3,99 3,13 2,76Konsumsi 2,71 2,22 1,79 1,87 1,99Total 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58

2010Kredit per Jenis Penggunaan

2011

Sumber: Bank Indonesia

3.2. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan II 2011 relatif stabil dengan

kecenderungan membaik. Kondisi ini tercermin dari membaiknya ekspansi kredit, rasio

LDR dan kualitas kredit. Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga yang melambat

disebabkan persaingan yang semakin ketat dengan bank umum yang terus gencar

membuka jaringan kantornya.

Tabel III.25. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang)

73 73 72 71 71 -2,74 -2,74

Total Aset (Rp Juta) 813.846 849.743 906.743 944.965 993.282 21,60 22,05Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 448.457 466.281 508.934 544.654 552.783 26,22 23,26Kredit (Rp Juta) 592.204 628.830 697.045 735.993 794.259 33,80 34,12LDR (%) 132,05 134,86 136,96 135,13 143,68 - -NPL (%) 11,21 11,90 11,96 12,72 12,34 - -

Indikator2010 Growth Tw

II '11 (% yoy)

2011 Growth Tw II '11 (% yoy)

Sumber: Bank Indonesia

3.3. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM SYARIAH

Peningkatan kinerja pembiayaan bank syariah belum diikuti oleh kualitas

pembiayaannya. Pertumbuhan pembiayaan bank umum dan unit usaha syariah

bertumbuh signifikan pada triwulan II 2011 sebesar 126,38% (yoy). Dengan kondisi

melambatnya pertumbuhan simpanan/Dana Pihak Ketiga dan akselerasi pembiayaan,

kinerja bank umum syariah pun terlihat meningkat dengan rasio pembiayaan terhadap

simpanan (FDR) sebesar 98,11%. Namun demikian, kondisi kualitas kredit yang memiliki

kecenderungan memburuk dengan rasio pembiayaan non lancar (NPF) sebesar 4,52%

Page 60: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

49

Kajian Ekonomi Regional Banten

menjadi hal yang patut diperhatikan terutama masalah aspek prudensial penyaluran

pembiayaan di masa datang.

Tabel III.26. Indikator Umum Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*Aset Rp Miliar 2.694 3.545 4.048 4.151 4.124 67,65 62,94 Pembiayaan Rp Miliar 1.507 1.827 2.086 2.440 2.918 96,14 126,38 Dana Pihak Ketiga Rp Miliar 2.084 2.818 3.007 3.406 2.974 97,33 63,68 FDR % 72,31 64,83 69,38 71,66 98,11 - -NPF % 3,40 3,07 2,21 2,32 4,52 - -

2011 Growth Tw I '11

Growth Tw II '11*

2010Indikator Satuan

Sumber: Bank Indonesia, * data triwulan II 2011 merupakan data sementara posisi April 2011

3.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan II 2011 sedikit

melambat namun tetap menunjukkan pertumbuhan yang signifikan meskipun terdapat

penambahan bank penyalur KUR sejak awal 2011. Nominal KUR yang disalurkan pada bulan

Juni 2011 adalah sebesar Rp 1,09 triliun (bertumbuh sebesar 92,10% yoy) dengan jumlah debitur

75.102 debitur dari periode sebelumnnya sebanyak 67.203 debitur. Baik dari sisi nominal kredit

maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten bertumbuh pada level yang sangat tinggi

walaupun pertumbuhannya melambat dibandingkan triwulan I 2011. Dari 9 bank penyalur KUR di

Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan agresif dialami oleh Bank Mandiri, Bank Syariah

Mandiri dan Bank Jabar Banten.

Tabel III.27. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II

Kredit (Rp Juta) 11.053 14.453 34.326 35.739 54.230 425,33 390,63Debitur 33 41 593 128 488 433,33 1.378,79Kredit (Rp Juta) 2.879 5.062 7.636 9.958 15.154 366,86 426,38Debitur 19 37 52 73 123 386,67 547,37Kredit (Rp Juta) 26.509 30.955 54.072 66.219 82.454 249,90 211,04Debitur 203 146 266 301 347 112,17 70,94Kredit (Rp Juta) 18.105 18.435 18.435 18.772 20.412 6,02 12,74Debitur 52 53 53 55 57 7,84 9,62Kredit (Rp Juta) 128.607 139.935 157.442 165.155 177.137 87,61 37,74Debitur 895 951 1.047 1.097 1.142 68,51 27,60Kredit (Rp Juta) 201.013 223.451 275.918 332.762 389.109 88,50 93,57Debitur 43.728 48.508 56.216 63.312 70.174 65,27 60,48Kredit (Rp Juta) 162.524 166.355 177.427 184.799 203.620 21,69 25,29Debitur 724 775 861 923 1.085 46,97 49,86Kredit (Rp Juta) 17.176 42.989 82.528 114.979 145.563 33.227,26 747,48Debitur 210 462 906 1.314 1.667 26.180,00 693,81Kredit (Rp Juta) - - - - 3.183 - -Debitur - - - - 19 - -Kredit (Juta Rp.) 567.866 641.636 807.784 928.383 1.090.863 100,80 92,10Debitur 45.864 50.973 59.994 67.203 75.102 68,75 63,75

8 Bank Jabar Banten

9 Bank DKI

T O T A L

2011 Growth (% yoy)

5 BRI

6 BRI Mikro

7 BTN

2 Syariah Mandiri

3 BNI

4 Bank Bukopin

No. Bank Uraian2010

1 Bank Mandiri

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Page 61: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

50

Kajian Ekonomi Regional Banten

3.5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan

kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 2011

walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem

pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan

gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan.

-10

-5

0

5

10

15

20

25

-200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2009 2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

yNominal Growth (RHS)

Grafik III.13. Perkembangan Transaksi

Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan

Nominal

Sumber: Bank Indonesia

-4-20246810121416

-

10

20

30

40

50

60

70

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2009 2010 2011R

p M

iliar %

yoy

Volume Growth (RHS)

Grafik III.14. Perkembangan Transaksi

Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

-100-80-60-40-20020406080

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.15. Perkembangan Transaksi RTGS

(From) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

-15-10-505101520253035

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.16. Perkembangan Transaksi RTGS

(To) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

Page 62: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

51

Kajian Ekonomi Regional Banten

0

20

40

60

80

100

120

-500

1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.17. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

Page 63: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

52

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 64: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan I 2011

53

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Konsumsi publik yang tercermin dari realisasi belanja pemerintah daerah cenderung relatif

rendah pada triwulan II 2011. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga akhir

triwulan laporan baru mencapai 27,45% terhadap pagu belanja tahun 2011 dengan nominal

sebesar Rp 956,85 miliar. Pencapaian tersebut relatif lebih lambat dibandingkan dengan triwulan II

2011 dengan persentase sekitar 35,45% dari pagu tahun 2010. Relatif masih rendahnya

penyerapan anggaran belanja langsung khususnya belanja modal serta belanja barang dan jasa

menjadi faktor rendahnya realisasi belanja publik pada triwulan laporan.

Pertumbuhan melambat juga terjadi pada realisasi penerimaan daerah pada triwulan laporan

meskipun angka realisasinya sudah diatas 50%. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten

pada triwulan II 2011 telah cukup tinggi yaitu sekitar 59,53% dari total target pendapatan daerah

tahun 2011 dengan nilai nominal sebesar Rp 1,74 triliun. Namun bila dibandingkan dengan

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya masih cenderung melambat, karena pada periode

tersebut persentase realisasi perolehan pendapatan daerah mencapai 63,18%.

Tabel IV.1. Ringkasan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten

s.d. Triwulan II Tahun 2010 dan Triwulan II Tahun 2011 (dalam Rp Juta)

Nominal % Nominal %

A Pendapatan Daerah 2.377.317 1.501.927 63,18 2.924.695 1.740.933 59,53 1 Pendapatan Asli Daerah 1.607.549 1.122.574 69,83 2.079.097 1.361.655 65,49 2 Dana Perimbangan 766.176 376.668 49,16 841.416 376.170 44,71 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.593 2.685 74,73 4.183 3.108 74,30 B Belanja Daerah 2.511.267 890.301 35,45 3.485.295 956.854 27,45 1 Belanja Tidak Langsung 1.146.904 459.099 40,03 1.764.097 610.271 34,59 2 Belanja Langsung 1.364.363 431.202 31,60 1.721.198 346.583 20,14

(133.950) 611.626 - (560.600) 784.079 -C Pembiayaan Daerah 133.950 235.496 175,81 560.600 524.448 93,55 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 157.450 235.496 149,57 572.000 535.848 93,68 2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 23.500 - - 11.400 11.400 100,00

APBD 2011Realisasi s.d. Tw II '10 Realisasi s.d. Tw II '11

No. Uraian APBD 2010

Surplus/Defisit

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)

4.1. Pendapatan Daerah

Tingginya realisasi perolehan pajak daerah pada triwulan laporan mendukung realisasi

pendapatan daerah tetap tinggi sekitar 59,53% dari target tahun 2011, walaupun masih

Page 65: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan I 2011

54

Kajian Ekonomi Regional Banten

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan II 2010. Untuk membiayai

rencana belanjanya pada tahun 2011, target pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 2011

pun ditingkatkan sekitar 23,02% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 2,92 triliun. Sementara itu

perkiraan defisit sebesar Rp 560,6 miliar akan dipenuhi dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

(SILPA) tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2011, realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten

cukup tinggi dengan persentase mencapai 59,53% atau sebesar Rp 1,74 triliun, namun jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian tersebut sedikit melambat dengan kondisi

bahwa realisasi pendapatan daerah triwulan II 2010 telah mencapai 63,18% dari targetnya.

Tabel IV.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten s.d. Triwulan II 2011

Nominal %

Pendapatan Daerah 2.924.695 1.740.933 59,53 A. Pendapatan Asli Daerah 2.079.097 1.361.655 65,49

- Pajak Daerah 2.001.000 1.286.697 64,30 - Retribusi Daerah 2.818 1.965 69,74 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 37.679 31.121 82,60 - Lain-lain PAD yang Sah 37.600 41.872 111,36

B. Dana Perimbangan 841.416 376.170 44,71 - Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 335.853 107.613 32,04 - Dana Alokasi Umum 460.384 268.557 58,33 - Dana Alokasi Khusus 45.180 - -

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 4.183 3.108 74,30 - Pendapatan Hibah 4.183 1.889 45,16 - Dana Darurat - - - - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya - - - - Dana Penyesuaian dan Otsus - - - - Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - - - - Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - 1.219 N.A.

URAIAN Anggaran 2011Realisasi s.d. Tw II 2011

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)

Pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah yang cukup tinggi terutama dari komponen

pajak menjadi penopang utama pencapaian pendapatan daerah pada triwulan laporan. Dalam

kurun waktu Januari – Juni tahun 2011, realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten cukup

tinggi dan telah mencapai Rp 1,29 triliun atau sekitar 64,30% dari targetnya sebesar Rp 2,00

triliun. Pencapaian perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor

dengan realisasi yang tinggi khususnya jenis sedan, jeep dan station wagon pribadi mendorong

perolehan pajak daerah pada triwulan laporan cukup tinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat

dan investasi yang meningkat diperkirakan mendorong peningkatan masyarakat untuk membeli

kendaraan bermotor baik baru atau bekas (second). Pada tahun 2011, pajak daerah tetap masih

menjadi komponen utama pendapatan daerah dengan proporsi sebesar 68,42% terhadap total

pendapatan daerah Provinsi Banten.

Page 66: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan I 2011

55

Kajian Ekonomi Regional Banten

Pajak Daerah68,42%

Retribusi Daerah0,10%

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

1,29%

Lain-lain PAD yang Sah1,29%

Dana Bagi Hasil

Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak11,48%

DAU15,74%

DAK1,54%

Pendapatan Hibah0,14%

Grafik IV.1. Komposisi Unsur Pendapatan Daerah Provinsi Banten tahun 2011

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten

4.2. Belanja Daerah

Peningkatan pagu belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten sekitar 38,79% pada tahun

2011 atau menjadi sebesar Rp 3,49 triliun baru dapat direalisasikan sebesar 27,45%

mencerminkan belum optimalnya Pemda Banten menyerap anggaran. Kapasitas pembelanjaan

publik yang meningkat diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan

kinerja ekonomi Banten pada tahun 2011. Namun, hal yang patut disayangkan adalah peningkatan

pagu belanja tersebut secara umum belum mampu meningkatkan kapasitas belanja modal. Hal ini

berimbas pada kinerja perekonomian yang sedikit melambat. Sementara itu, dari pagu belanja

dalam APBD (murni) Provinsi Banten tahun 2010, proporsi belanja modal terhadap total belanja

mencapai 28,52%, namun pada tahun 2011 proporsinya hanya sebesar 18,75%.

Tabel IV.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Triwulan I 2011

Nominal %B Belanja 3.485.295 956.854 27,45

Belanja Tidak Langsung 1.764.097 610.271 34,59Belanja Pegawai 345.901 146.474 42,35Belanja Hibah 340.463 158.417 46,53Belanja Bantuan Sosial 51.000 49.378 96,82Belanja Bagi Hasil kepada Kab/Kota 730.617 250.486 34,28Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kab/Kota/Desa dan Parpol 291.116 5.516 1,89Belanja Tidak terduga 5.000 - 0,00Belanja Langsung 1.721.198 346.583 20,14Belanja Pegawai 130.439 39.217 30,07Belanja Barang dan Jasa 937.361 173.564 18,52Belanja Modal 653.398 133.803 20,48

2

No. Uraian APBD 2011Realisasi s.d. Tw II '11

1

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)

Page 67: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan I 2011

56

Kajian Ekonomi Regional Banten

Dibandingkan triwulan II tahun 2010, penyerapan anggaran belanja daerah pada triwulan

laporan relatif lebih lambat dengan persentase sebesar 27,45% dari pagu belanja tahun

2011. Total realisasi belanja Pemerintah Provinsi Banten sepanjang semester I 2011 adalah sebesar

Rp 956,85 miliar dengan persentase sebesar 27,45% terhadap pagu belanja tahun 2011.

Persentase realisasi belanja tersebut relatif rendah dibandingkan dengan tahun 2010 dimana

hingga triwulan II 2010 realisasi penyerapan anggaran belanja telah mencapai 35,45%. Di samping

itu, realisasi belanja modal juga relatif masih rendah hingga akhir periode laporan sebesar Rp

133,80 miliar atau sekitar 20,548% terhadap pagu belanja modal tahun 2011. Proyek yang sudah

menyerap anggaran belanja modal kebanyakan adalah proyek pemeliharaan/ pembangunan jalan

dan layanan public lainnya.

36,21 35,37

27,45

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

Sem

I 20

09

Sem

I 20

10

Sem

I 20

11

%

Persentase Realisasi Belanja

Grafik IV.1. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah s.d Tw II Tahun 2009 – 2011

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara)

Page 68: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

57

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tren perekonomian yang sedikit melambat pada triwulan II 2011 diperkirakan belum

berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Meningkatnya

investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I

2011 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi

ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan. Tingkat

Pengganguran Terbuka (TPT) lebih rendah dibandingkan kondisi pertengahan triwulan III 2010.

Pada pertengahan triwulan I 2011, angka TPT Banten tercatat sebesar 13,5% dengan

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,77% (yoy), sedangkan angka TPT triwulan III 2010 sebesar

13,68% dan pertumbuhan ekonomi Banten pada level 6,06% (yoy).

Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat

cenderung stabil. Persentase jumlah penduduk miskin Banten pada Maret 2011 tercatat sebesar

6,32% atau terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Tetap tingginya

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) walaupun cenderung melambat

dibandingkan triwulan lalu diperkirakan tetap dapat menahan tingkat kemiskinan Banten. Indikator

lainnya seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Tendensi Konsumen dan Nilai Tukar Petani

(NTP) yang cenderung meningkat, kondisi inflasi yang relatif terjaga diperkirakan menjadi indikasi

lain tetap terjaganya daya beli dan kesejahteraan masyarakat secara umum.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan belum memberikan

dampak negatif terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Pada triwulan I 2011 Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar 68,03% meningkat tinggi dibandingkan

periode-periode sebelumnya, sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar

13,5% yang merupakan level pengangguran terendah sejak tahun 2008. Kondisi tersebut selaras

dengan tumbuhnya perekonomian Banten secara signifikan sebesar 6,77% (yoy). Sementara itu,

kondisi perekonomian triwulan II 2011 terlihat sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar

6,27% (yoy). Diperkirakan perkembangan ini belum memberikan dampak negatif yang signifikan

terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan

Page 69: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

58

Kajian Ekonomi Regional Banten

sebesar 8,26% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,23% (yoy)

diperkirakan akan mampu menahan dampak perlambatan ekonomi terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka. Indikator lainnya adalah bahwa secara umum kondisi perekonomian

Banten triwulan laporan tetap lebih baik dibandingkan dengan triwulan III 2010 dengan level

pertumbuhan pada periode tersebut sebesar 6,06% (yoy) dan angka TPT sebesar 13,68%.

Diperkirakan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisi

periode tersebut dengan level TPAK sebesar 65,34%.

14,15

15,1814,90 14,97

14,16

13,68 13,5

12,5

13

13,5

14

14,5

15

15,5

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

2008 2009 2010 2011

%

TPT

Grafik V.1. Perkembangan Tingkat

Pengangguran Terbuka Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

64,464,8

65,80

63,74

64,7465,34

68,03

61

62

63

64

65

66

67

68

69

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

2008 2009 2010 2011

%

TPAK

Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

Hal yang harus diperhatikan adalah perlunya pembangunan sumber daya manusia secara

terstruktur dan terintegrasi dalam rangka mendongkrak kondisi ketenagakerjaan Banten

secara relatif terhadap kondisi nasional. Berdasarkan statistik ketenagakerjaan, tingkat

pengangguran Banten hingga data terakhir pada triwulan I 2011 relatif selalu lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi provinsi lainnya di wilayah Jawa maupun nasional secara umum, dan

belum terdapat perubahan yang signifikan terhadap kondisi tersebut. Terkait dengan hal tersebut,

terobosan yang signifikan untuk mendorong tingkat partisipasi angkatan kerja sangat dibutuhkan

melalui hal yang mendasar yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan

masyarakat Banten yang masih cenderung rendah yang tercermin dari angka partisipasi sekolah

terutama pada usia 16-18 tahun mendorong adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara

kemampuan tenaga kerja dengan kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mendukung

pertumbuhan yang berkesinambungan dan berkualitas, selayaknya pendidikan menjadi hal yang

dikedepankan untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, pembangunan

pendidikan kejuruan disarankan untuk ditingkatkan. Salah satu contohnya adalah sekolah

menengah kejuruan kimia, tekstil, alas kaki atau logam sesuai dengan kondisi dan potensi Banten

Page 70: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

59

Kajian Ekonomi Regional Banten

sebagai lokasi klaster industri petrokimia dan juga tingginya potensi penyerapan tenaga kerja oleh

industri logam di Banten. Pengalaman berharga dapat dipelajari dari ditariknya kembali rencana

industri pabrik alas kaki Taiwan di Sidoarjo karena di wilayah tersebut tidak tersedia tenaga

terampil menjahit khusus alas kaki pada tahun 2011 ini.

6,8

10,839,84

6,07 5,474,18

13,5

TPT

Grafik V.3. Tingkat Pengangguran Terbuka

Nasional dan Provinsi di Wilayah Jawa

Sumber: BPS Provinsi Banten

0

20

40

60

80

100

120

7 - 12 13 - 15 16 - 18

2009

%

DKI Jakarta

Jawa Barat

Banten

Jawa Tengah

DIY

Jawa Timur

Grafik V.4. Tingkat Partisipasi Sekolah

Provinsi di Wilayah Jawa

Sumber: BPS Provinsi Banten

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sementara itu pada aspek kesejahteraan masyarakat, membaiknya tingkat pendapatan dan

optimisme masyarakat serta masih terjaganya level inflasi diperkirakan dapat menjaga kondisi

kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang stabil. Tingkat pendapatan masyarakat yang

tercermin salah satunya dari peningkatan pendapatan perkapita dan penyesuaian upah minimum

yang meningkat diperkirakan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat Banten pada

tahun 2011. Kondisi serupa juga terjadi di pedesaan, indeks Nilai Tukar Petani yang cenderung

meningkat mengindikasikan terjaganya daya beli masyarakat dengan kecenderungan semakin

membaik. Sementara itu dari Indeks Keyakinan Konsumen berdasarkan Survei Konsumen Bank

Indonesia maupun Indeks Tendensi Konsumen BPS Provinsi Banten menunjukkan adanya

optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan terjaganya inflasi Banten pada level

yang cukup rendah. Kondisi tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat konsumsi masyarakat

setidaknya dalam kondisi yang stabil.

Page 71: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

60

Kajian Ekonomi Regional Banten

1,49 1,41

1,90

0,37

1,040,76

2,78

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Nas

iona

l

DK

I Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Te

ngah DIY

Jaw

a Ti

mur

Bant

en

%

Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Tahunan

Grafik V.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan

Penduduk Nasional dan Provinsi di

Kawasan Jawa Tahun 2000 – 2010

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten

13,33

3,48

11,27

16,56 16,83 15,26

7,16

12,49

3,75

10,65

15,76 16,0814,23

6,32

02468

1012141618

Nas

iona

l

DK

I Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Te

ngah

DI Y

ogya

kart

a

Jaw

a Ti

mur

Bant

en

%

2010 2011

Grafik V.6. Perbandingan Persentase Jumlah

Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di

Kawasan Jawa

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten

Adapun momentum yang perlu dijaga adalah angka pertumbuhan ekonomi pada level yang tinggi

diatas 6% dan peningkatan program untuk mengurangi kesenjangan ekonomi melalui skala

prioritas pembangunan bagi sektor pertanian dan wilayah Banten bagian selatan, agar rata-rata

pertumbuhan penduduk Banten yang tinggi secara relatif terhadap nasional dan wilayah provinsi

tetangga tidak menjadi problem bagi program pengurangan presentase penduduk miskin di

Banten.

Page 72: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

61

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Banten pada triwulan III 2011 diperkirakan akan kembali meningkat dengan

prakiraan level pertumbuhan mencapai 6,56% - 6,60% (yoy) karena membaiknya kinerja

perekonomian dari sisi permintaan maupun penawaran. Kinerja sektor utama perekonomian

Banten, diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan

yang juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor pendukung. Hampir seluruh sektor

secara umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor

pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi

dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponen-komponen

yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten.

Peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan peningkatan

konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif terhadap

peningkatan tekanan inflasi. Pada triwulan mendatang inflasi Banten diprakirakan dapat

berada pada kisaran 4,69% - 4,90% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan II

2011. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun non

fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi

meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang distimuli

oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen belanja

publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non fundamental,

adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan administered prices

seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual rokok juga menjadi

faktor-faktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang.

6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

6.1.1. Sisi Permintaan/Pengeluaran

Optimisme masyarakat terhadap tingkat konsumsi pada triwulan III 2011 stabil dengan

kecenderungan semakin membaik selaras dengan membaiknya ekspektasi terhadap kondisi

ekonomi periode mendatang. Ekspektasi masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian

Banten triwulan mendatang semakin membaik sehingga diharapkan tingkat konsumsi pada

Page 73: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

62

Kajian Ekonomi Regional Banten

triwulan mendatang tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat. Indikasi tersebut ditunjukkan

oleh meningkatnya tren indeks ekspektasi konsumen dan indeks ekspektasi ekonomi.

Potensi meningkatnya pendapatan baik dari pendapatan gaji dan upah maupun yang berasal

dari pembiayaan lembaga keuangan diperkirakan setidaknya dapat mempertahankan

konsumsi pada tingkat yang stabil dan bahkan meningkat. Meningkatnya Upah Minimum

Provinsi maupun kota/kabupaten tahun 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan

harapan terhadap meningkatnya pendapatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya tren indeks

ekspektasi penghasilan diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi daya beli

dan konsumsi swasta. Selain itu, stabilnya suku bunga kredit seiring dengan tetap

dipertahankannya suku bunga acuan bank sentral dan kemungkinan ekspansi penyaluran kredit

perbankan menjelang akhir tahun diperkirakan dapat mendorong pembiayaan terhadap konsumsi

pun meningkat.

-30-20-1001020304050607080

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011

Inde

ks

% yoy

Indeks Ekspektasi Konsumen Growth (RHS)

Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Konsumen

Wilayah Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

-40-20020406080100120140160

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011

Inde

ks

% yoy

Indeks Ekspektasi Ekonomi Growth (RHS)

Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ekonomi

Wilayah Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Tabel VI.1. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Wilayah Banten

2009 2010 2011Kota Tangerang 1.064.500 1.130.000 1.250.000 6,15 10,62Kota Cilegon 1.099.000 1.174.000 1.224.000 6,82 4,26Kota Tangerang Selatan 1.055.000 1.125.000 1.245.800 6,64 10,74Kota Serang 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1,94 10,10Kab. Pandeglang 918.950 964.500 1.015.000 4,96 5,24Kab. Lebak 918.000 959.500 1.007.500 4,52 5,00Kab. Tangerang 1.055.000 1.125.000 1.243.000 6,64 10,49Kab. Serang 1.030.000 1.101.000 1.189.600 6,89 8,05Banten 917.500 955.300 1.000.000 4,12 4,68

Kota/kabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2010

(% yoy)Growth 2011

(% yoy)

Sumber: Pemerintah Provinsi Banten

Page 74: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

63

Kajian Ekonomi Regional Banten

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011

Inde

ks

% yoy

Indeks Ekspektasi Penghasilan Growth (RHS)

Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi Penghasilan Wilayah Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Sementara itu pada aspek konsumsi pemerintah, realisasi belanja pemerintah daerah pada

triwulan mendatang diperkirakan akan dipercepat seiring dengan masih tertahannya

realisasi belanja hingga triwulan II 2011. Berdasarkan pola historis realisasi belanja pemerintah

daerah hingga pertengahan tahun, pada umumnya, terjadi percepatan realisasi fiskal untuk belanja

pembangunan terutama untuk keperluan pembangunan infrastruktur maupun pelaksanaan

program-program lainnya pada triwulan III dan triwulan IV. Sementara itu, dalam rangka

meningkatkan efektivitas penggunaan APBD, Pemerintah Provinsi Banten saat ini pun tengah

menyusun sistem evaluasi pelaksanaan pembangunan dengan model dynamic system.

Kinerja investasi Banten pun diprakirakan akan meningkat seiring dengan terus

berlangsungnya investasi oleh swasta yang didukung oleh pembiayaan perbankan dengan

suku bunga kredit yang cenderung menurun. Investasi diperkirakan cenderung meningkat yang

terutama didorong oleh peningkatan investasi swasta. Salah satunya adalah produsen petrokimia

terbesar di Banten yang dalam rangka menyambung mata rantai produksi petrokimia dari hulu ke

hilir, akan memulai pembangunan pabrik butadiene pertama di Indonesia pada September 2011

yang diharapkan selesai pada pertengahan 2013. Total investasi pabrik baru tersebut mencapai

sekitar USD 110 juta dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Pada subsektor industri baja,

produsen baja besar di Banten akan melakukan proses modernisasi dan pengembangan hot strip

mill dengan nilai investasi sekitar 928,29 miliar dari hasil penghimpunan dana melalui IPO,

sementara itu sekitar Rp 388,95 miliar dari penghimpunan dana tersebut akan digunakan untuk

menambah modal perusahaan.

Page 75: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

64

Kajian Ekonomi Regional Banten

Meningkatnya beberapa indikator lainnya seperti tren penggunaan semen juga memberikan

sinyal kecenderungan meningkatnya investasi triwulan mendatang. Perkiraan meningkatnya

investasi juga diindikasikan dari meningkatnya tren impor alat transportasi untuk industri menuju

triwulan III 2011, begitu pula dengan penggunaan semen seiring dengan tingginya pembangunan

baik di sektor properti maupun sektor industri. Indeks Tendensi Bisnis pada triwulan III 2011 pun

terindikasi tetap tinggi yang dapat membawa dampak positif terhadap optimisme bisnis pelaku

usaha nasional termasuk di Banten dengan kondisi cukup banyaknya industri berskala nasional di

wilayah ini. Sementara itu pada sisi eksternal, investasi di negara emerging markets pada tahun

2011 diperkirakan tetap tinggi seiring dengan aliran modal yang tinggi dari negara-negara maju

yang didukung oleh kondisi struktural ekonomi yang kokoh dengan pertumbuhan tinggi.

-10-8-6-4-202468

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2008 2009 2010 2011

Ind

eks %

yoy

Indeks Tendensi Bisnis Growth (RHS)

Grafik VI.4. Indeks Tendensi Bisnis Nasional

Sumber: BPS RI *) Proyeksi

Grafik III.5. Perkembangan dan Proyeksi

Investasi Global (% yoy)

Sumber: World Economic and Financial Survey –

International Monetary Fund, Update April 2012

Kinerja ekspor dan impor diprakirakan stabil cenderung meningkat yang ditopang oleh

potensi pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tinggi pada tahun 2011. Volume

perdagangan dunia pada tahun 2011 diproyeksikan tetap bertumbuh tinggi pada kisaran level 8%

(yoy) walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya pada saat momentum

pemulihan ekonomi secara bertahap setelah melambat akibat krisis keuangan dunia. Pertumbuhan

ekonomi China yang tinggi berpotensi membawa dampak positif terhadap peningkatan ekspor

Banten.

Page 76: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

65

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel VI.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

2009 2010*) 2011 f) 2012 f) 2013 f)

World Trade Volume -11,0 11,5 8,0 7,7 7,7Real GDP GrowthWorld -2,2 3,8 3,2 3,6 3,6

High Income -3,4 2,7 2,2 2,7 2,6OECD Countries -3,5 2,6 2,1 2,6 2,5Euro Area -4,1 1,7 1,7 1,8 1,9Japan -6,3 4,0 0,1 2,6 2,0United States -2,6 2,8 2,6 2,9 2,7Non OECD Countries -1,9 4,2 4,3 4,8 4,9

Developing Countries 1,9 7,3 6,3 6,2 6,3East Asia and Pacific 7,4 9,6 8,5 8,1 8,2

China 9,1 10,3 9,3 8,7 8,8Indonesia 4,6 6,1 6,3 6,5 6,5Thailand -2,3 7,8 3,7 4,2 4,3

Europe and Central Asia -6,4 5,2 4,7 4,4 4,6Latin America and Caribbean -2,1 6,0 4,5 4,1 4,0Middle East and North Africa 2,8 3,1 1,9 3,5 4,0South Asia 6,2 9,3 7,5 7,7 7,9Sub Saharan Africa 2,0 4,8 5,1 5,7 5,7

Item

Sumber: Global Economic Prospects – World Bank, June 2011

Sementara itu, tetap kuatnya konsumsi dan kinerja sektoral dunia usaha di Banten pada

periode mendatang diprakirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan impor Banten

Triwulan III 2011. Tren peningkatan kebutuhan barang impor konsumsi hingga Triwulan II 2011

diproyeksikan akan terjadi pada periode mendatang searah dengan ekspektasi penghasilan dan

kondisi ekonomi yang tetap baik. Di sisi lain, peningkatan permintaan domestik akan mendorong

peningkatan kebutuhan impor bahan baku dan bahan penolong khususnya untuk sektor industri

pengolahan yang memiliki import content yang tinggi.

6.1.2. Sisi Penawaran (Sektoral)

Tren pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami

peningkatan dengan kinerja sektor industri pengolahan sebagai motor penggerak utama.

Berdasarkan proyeksi World Bank dalam Global Economic Prospect, perekonomian dunia

diprakirakan tumbuh sekitar 3,2% (yoy) pada tahun 2011 sedikit melambat dibandingkan tahun

sebelumnya yang meningkat cukup tinggi setelah fase perlambatan akibat krisis keuangan tahun

2009. Di sisi lain, perekonomian negara berkembang diprakirakan dapat tumbuh lebih cepat

sebesar 6,3% (yoy) tahun 2011, sementara itu lembaga International Monetary Fund (IMF)

memprakirakan pertumbuhan ekonomi Asia bahkan mencapai 6,8% (yoy) yang terutama didorong

oleh tingginya pertumbuhan China dan India. Dukungan pembiayaan yang kuat dari perbankan

diperkirakan berperan cukup besar terhadap kinerja perekonomian Asia. Sementara itu, kedua

lembaga keuangan internasional tersebut memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

Page 77: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

66

Kajian Ekonomi Regional Banten

tahun 2011 tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat dibandingkan tahun 2010 pada kisaran

6,2% - 6,3% (yoy).

Tabel VI.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia Pacific

2010 2011 2012

Industrial Asia 3,7 1,7 2,4Japan 3,9 1,4 2,1Australia 2,7 3,0 3,5New Zealand 1,5 0,9 4,1

Emerging Asia 9,6 8,1 8,0NIEs 8,4 4,9 4,5

Hong Kong 6,8 5,4 4,2Korea 6,1 4,5 4,2Singapore 14,5 5,2 4,4Taiwan 10,8 5,4 5,2

China 10,3 9,6 9,5India 10,4 8,2 7,8ASEAN - 5 6,9 5,4 5,7

Indonesia 6,1 6,2 6,5Malaysia 7,2 5,5 5,2Philippines 7,3 5,0 5,0Thailand 7,8 4,0 4,5Vietnam 6,8 6,3 6,8

Emerging Asia excl. China 8,8 6,5 6,3Emerging Asia excl. China and India 7,7 5,2 5,1ASIA 8,3 6,8 6,9

Negara/Kawasan

Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012

Grafik III.6. Perkembangan Kredit untuk Sektor Swasta Beberapa negara di Asia

Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012

Baiknya prospek ekonomi nasional pada tahun ini diperkirakan membawa dampak positif ke

tingkat regional termasuk Banten. Kinerja perekonomian Banten pada triwulan mendatang

diperkirakan meningkat pada kisaran pertumbuhan 6,84% - 6,91% (yoy). Peningkatan kinerja

diprakirakan terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta

sektor listrik, gas dan air bersih.

Page 78: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

67

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel VI.4. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi

Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II** Tw IIIr)

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15 4,22 - 4,27

Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 10,08 9,11 8,70 - 8,75

Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 3,41 4,45 3,69 3,95 - 4,00

Listrik, Gas dan Air Bersih 11,07 12,39 12,82 12,24 6,06 5,17 4,65 - 4,70

Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,04 8,44 9,50 9,52 - 9,55

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,70 9,46 8,98 10,06 11,14 11,35 - 11,40

Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 12,95 - 12,97

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 7,37 - 7,40

Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 4,65 5,94 6,24 6,25 - 6,30

PDRB 5,87 6,06 6,31 5,94 6,77 6,27 6,56 - 6,60

Sektor2010

2010**Arah Tw III

'112011

Sumber: BPS Provinsi Banten, (* angka sementara, ** angka sangat sementara, r) proyeksi Bank Indonesia)

6.1.2.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Setelah melambat pada triwulan II 2011, kinerja sektor pertanian diperkirakan membaik pada

triwulan mendatang. Membaiknya prakiraan kinerja subsektor pertanian khususnya tanaman

pangan diharapkan dapat mendorong kinerja sektor pertanian secara umum pada triwulan III 2011.

Berdasarkan data ARAM II produksi padi Banten tahun 2011, produktivitas padi pada subround I

bulan Januari – April 2011 yang cenderung masih rendah sekitar 47,93 kuintal/hektar, diperkirakan

meningkat pada subround II bulan Mei – Agustus 2011 sebesar 51,58 kuintal/hektar. Prakiraan

membaiknya kondisi cuaca ke depan kemudian mendorong peningkatan luas tanam dan luas

panen dengan asumsi gangguan dari Organisme Pengganggu Tanaman dapat teratasi dan tidak

terdapat kekeringan. Selain itu, berbagai program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan

produktivitas pertanian tanaman pangan seperti melalui Bantuan Langsung Benih Unggul yang

disalurkan melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu, Cadangan Benih Nasional (CBN)

maupun berbagai program lainnya diprakirakan dapat mendukung meningkatnya kinerja sektor

pertanian triwulan ke depan.

6.1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan diproyeksikan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat

pada kisaran level 3,95%-4,00% (yoy) pada triwulan III 2011. Ekspektasi/perkiraan pelaku

usaha sektor industri pengolahan yang meningkat diperkirakan dapat menjadi indikasi potensi

meningkatnya kinerja sektor tersebut pada triwulan mendatang. Potensi meningkatnya kinerja

Page 79: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

68

Kajian Ekonomi Regional Banten

sektor industri didukung oleh tingginya investasi di sektor industri dan perkiraan volume

perdagangan dunia yang mengalami peningkatan yang tinggi. Selain itu, dari sisi pembiayaan,

meningkatnya kredit ke sektor industri pengolahan menjadi salah satu pendorong meningkatnya

tren kinerja sektor tersebut. Sementara itu dari hasil liaison, salah satu perusahaan petrokimia besar

di Banten akan berekspansi dengan membangun pabrik Super Absorbent Polymer (SAP) dan Acrylic

Acid (AA) di Cilegon. Pabrik untuk SAP tersebut akan memiliki kapasitas 90 ribu metrik ton dan

pabrik AA memiliki kapasitas 60 ribu metrik ton per tahun. Pembangunan pabrik untuk AA baru

tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi AA hingga 75% dari kapasitas sebelumnya.

Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada bulan Juli 2011 dan direncanakan beroperasi

penuh pada tahun 2013. Pembangunan pabrik tersebut akan berdampak pada peningkatan

kapasitas pabrik perusahaan tersebut secara umum hingga mencapai 310.000 metrik ton per tahun

atau meningkat hampir 200% dibandingkan kapasitas awal sebesar 160.000 metrik ton per tahun.

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

T.II T.III T.IV T.I T.II T.III*

2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Sektor Industri Pengolahan

Grafik III.7. Perkiraan Kegiatan Usaha

Sektor Industri Pengolahan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

-40-30-20-100102030405060

-

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% y-o

-y

Kredit Sektor Industri Growth (RHS)

Grafik III.8. Kredit untuk Sektor Industri

Pengolahan Berdasarkan Lokasi Proyek di

Banten

Sumber: Bank Indonesia

6.1.2.3. Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan pun diproyeksikan meningkat pada level 9,52% - 9,55% (yoy).

Kinerja sektor bangunan pada Triwulan III 2011 diprakirakan juga meningkat seiring dengan

maraknya permintaan dan pembangunan properti komersial dan residensial khususnya oleh

pengembang swasta. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pengembangan kawasan industri

di Banten diperkirakan meningkat seiring rencana pembangunan pabrik baru dan perluasan

gudang yang berasal dari pengembangan Millenium Industrial Estate Tahap 2 di Tigaraksa,

Tangerang dan Modern Cikande Industrial Estate di Tangerang.

Page 80: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

69

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel VI.5. Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Banten 2011

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I '10 Tw II '10 Tw III '10 Tw IV '10 Tw I '11RitelSewa- Stok (m2) 226.175 226.175 226.175 226.175 366.175 4,87 0,00 0,00 0,00 61,90- Tingkat Hunian 92,45% 92,84% 93,28% 93,61% 85,88% 0,96 2,69 1,78 1,79 -7,11- Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 370.344 370.032 371.671 378.426 391.503 3,88 -7,84 9,81 1,97 5,71Jual- Stok (m2) 524.670 524.670 524.670 524.670 524.670 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00- Tingkat Penjualan 78,96% 79,01% 79,14% 79,14% 79,14% 0,34 0,25 0,41 0,33 0,23- Harga jual (Rp/m2) 35.333.895 35.734.913 35.901.511 35.901.511 36.188.533 1,48 2,46 2,93 2,93 2,42Hotel- Stok (Kamar) 2.104 2.104 2.104 2.277 2.277 17,02 8,01 8,01 16,89 8,22- Tingkat Hunian 56,50% 61,14% 63,82% 61,44% 62,17% 6,38 12,78 12,64 4,95 10,04- Tarif kamar per malam (Rp/malam) 671.538 669.263 697.914 673.790 694.176 -9,52 -5,79 -0,89 -4,66 3,37Lahan Industri- Stok (Ha) 5.388 5.388 5.388 5.388 5.418 0,00 0,00 0,00 0,00 0,56- Tingkat Penjualan 70,09% 70,12% 70,15% 70,15% 70,05% 0,49 0,42 0,27 0,13 -0,06- Harga jual (Rp/m2) 607.592 605.560 615.704 620.340 726.029 -3,71 -2,12 0,38 1,56 19,49

Sub Sektor2010 Growth (% yoy)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

6.1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan meningkat pada kisaran 11,35% -

11,40% (yoy) triwulan III 2011. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan pada triwulan II 2011

diprakirakan masih terus berlanjut pada triwulan mendatang yang didukung oleh prakiraan

meningkatnya konsumsi. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pada tahun 2011

diperkirakan terdapat rencana penambahan pasokan kamar hotel sekitar 357 kamar dari Hotel

Sheraton Bandara, Quest Hotel dan Sentra Niaga Tangerang yang dapat meningkatkan supply

kamar hotel dan peningkatan nilai tambah subsektor hotel dan sektor PHR secara umum.

Kecenderungan meningkatnya konsumsi listrik oleh pelanggan bisnis (pelaku usaha MKM) di

wilayah Tangerang yang menjadi jantung sektor tersebut di Banten, juga menjadi salah satu

indikasi meningkatnya sektor PHR pada triwulan mendatang. Sementara itu di Kota Serang,

pembangunan Mall of Serang yang dijadwalkan beroperasi pada pertengahan triwulan III 2011

diperkirakan akan memberikan dorongan yang cukup signifikan terhadap kinerja sektor tersebut.

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% yo

y

Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS)

Grafik VI.9. Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Page 81: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

70

Kajian Ekonomi Regional Banten

6.1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor pengangkutan pada triwulan III 2011 diproyeksikan stabil namun dengan

kecenderungan sedikit meningkat. Sektor pengangkutan diperkirakan meningkat pada triwulan

III 2011 yang didorong oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor produktif lainnya dengan

meningkatnya permintaan terhadap angkutan dan jasa pendukung angkutan serta meningkatnya

kebutuhan telekomunikasi. Dari data arus lalu lintas di Tol Tangerang-Merak yang merupakan ruas

tol utama di wilayah Banten, terlihat adanya tren peningkatan secara umum arus kendaraan di ruas

tersebut, yang berpotensi terus meningkat menuju akhir triwulan III 2011 baik pada kendaraan

komersial maupun penumpang seiring meningkatnya kinerja sektoral dan konsumsi/investasi,

sementara itu proses perbaikan jalan yang memberikan hambatan terhadap arus lalu lintas di

Tangerang – Merak terlihat membaik pada akhir triwulan II 2011 dan diprakirakan semakin

membaik pada triwulan mendatang.

6.2. INFLASI

Pada triwulan III 2011 tingkat inflasi diprakirakan cenderung meningkat pada kisaran level

4,69% - 4,90% (yoy) yang didorong baik dari aspek fundamental maupun non fundamental.

Pada aspek fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi

meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang didukung

faktor penyaluran kredit konsumtif yang tinggi, serta akselerasi pada komponen belanja publik.

Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup

tinggi yang bersumber dari kecenderungan peningkatan harga emas yang akan mempengaruhi

peningkatan inflasi inti dari komoditas emas perhiasan. Selain itu, prakiraan meningkatnya tekanan

inflasi negara-negara mitra dagang khususnya China yang merupakan salah satu negara asal impor

terbesar di Banten.

Page 82: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

71

Kajian Ekonomi Regional Banten

Grafik III.10. Proyeksi Inflasi Negara-negara di Asia Tahun 2011 – 2012

Sumber: World Economic and Financial Survey – International Monetary Fund, Update April 2012

Tingkat ekspektasi masyarakat pun terindikasi sedikit memburuk yang mengindikasikan

adanya pandangan terhadap kemungkinan kenaikan harga pada triwulan mendatang.

Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang masih stabil memberikan dampak ekspektasi

masyarakat terhadap harga sedikit meningkat pada level yang stabil. Hal tersebut terindikasi dari

stabilnya Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap Harga 3 Bulan yang Akan Datang.

-

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang

Grafik VI.11. Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap harga 3 Bulan Yang Akan Datang

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Sementara itu dari sisi non fundamental, juga terdapat potensi meningkatnya harga barang-

barang komoditas volatile foods (memiliki kecenderungan harga bergejolak). Beberapa hal

yang menjadi penyebabnya antara lain karena adanya kenaikan harga pakan ayam, sehingga

terjadi kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam dari produsen; belum selesainya proses

negosiasi perdagangan impor sapi dari Australia; kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi

juga mendorong penurunan pasokan ikan segar. Sementara itu, terdapat kondisi peningkatan

permintaan terhadap bahan makanan secara umum meningkatnya pendapatan masyarakat yang

Page 83: Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 2011 - bi.go.id fileBanten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih

Triwulan II 2011

72

Kajian Ekonomi Regional Banten

distimuli oleh adanya perayaan hari besar keagamaan. Sementara itu, walaupun cenderung stabil,

inflasi dari komponen administered price tetap berpotensi meningkat karena adanya kenaikan tarif

cukai rokok pada tahun 2011 kondisi tersebut diperkirakan mendorong produsen rokok untuk

menaikkan harga jualnya secara bertahap.