KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan...

77
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Triwulan III - 2013

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

Triwulan III-2013

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII

DIVISI EKONOMI MONETER

Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang

Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Divisi Ekonomi Moneter Tim Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail: Dythia Sendrata ([email protected])

Haris Prabowo ([email protected]) Gaffari Ramadhan ([email protected])

Eks. Bank Indonesia Muaro, Padang Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

i

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat kembali menghadirkan Kajian

Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), khususnya untuk

periode Triwulan III-2013. Publikasi ini ditujukan sebagai informasi dan bahan

masukan bagi pemerintah daerah, kalangan perbankan, kalangan akademisi,

pelaku usaha serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai

perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Selain diterbitkan dalam bentuk

buku, soft copy KER dapat diakses melalui www.bi.go.id .

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan III-2013 hanya mampu

tumbuh 5,9% (yoy) dan melanjutkan tren perlambatan sejak awal tahun 2013. Di

tengah kondisi ini, Sumatera Barat juga menghadapi permasalahan laju inflasi

yang tinggi mencapai 10,03% (yoy) di triwulan III-2013. Dalam hal ini, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII bersama pemerintah daerah baik di

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus berupaya mengoptimalkan peran

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui koordinasi dan kerjasama yang

terkait upaya untuk menstabilkan inflasi di daerah, tentunya agar daya beli

masyarakat tetap terjaga.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini

bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Padang, 8 November 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII

Kepala Perwakilan,

(ttd)

Mahdi Mahmudy Direktur Eksekutif

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

2

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... 2

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT ............................ 11

1.1. Perkembangan Umum .................................................................................... 12

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga ......................................................................... 13

1.2.2. Konsumsi Pemerintah ............................................................................... 15

1.2.3. Investasi ..................................................................................................... 16

1.2.4. Ekspor Impor ............................................................................................. 17

1.3.1. Sektor Pertanian ....................................................................................... 20

1.3.2. Sektor Industri Pengolahan ...................................................................... 22

1.3.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ...................................... 26

1.3.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 27

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL ............................................................ 29

2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sumbar .......................................................... 29

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) ........................................................................................... 32

2.3.1. Inflasi Tahunan.......................................................................................... 33

2.3.2. Inflasi Triwulanan ..................................................................................... 34

2.4. Disagregasi Inflasi ............................................................................................ 39

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH ........ 42

3.1. Perkembangan Bank Umum ........................................................................... 43

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ....................................................... 48

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah .............................................................. 50

3.4. Transaksi Tunai ................................................................................................ 53

3.5. Transaksi Kliring .............................................................................................. 54

3.6. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) .................. 55

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ....................................................... 59

4.1. Pendapatan Daerah......................................................................................... 59

BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH ....................................................................... 63

BAB VI PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI ........................................................... 67

7.1. Prakiraan Ekonomi .......................................................................................... 67

7.2. Prakiraan Inflasi ............................................................................................... 69

LAMPIRAN .................................................................................................................. 70

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

3

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Daftar Tabel Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %).......... 34 Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) ...... 35 Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) ................................................. 36 Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) 36 Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) ... 37 Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) .............................................................. 37 Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) .......................................................... 38 Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) ................... 38 Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) .... 39 Tabel 3.10. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) ............................ 44 Tabel 4.11. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan III-2013 ......................................... 60

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

4

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Daftar Grafik Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy) ..................................................................... 12 Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Menurut Kegiatan Ekonomi ...................................................................... 13 Grafik 1.3 Survei Konsumen Sumatera Barat ....................................................................................... 14 Grafik 1.4 Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang ........................................... 14 Grafik 1.5 Kredit Konsumsi .................................................................................................................. 15 Grafik 1.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Jumlah Tabungan Milik Perorangan (yoy) ...................... 15 Grafik 1.7 Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar ........................................................ 16 Grafik 1.8 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah ......................................................................... 16 Grafik 1.9 Kapasitas Produksi Terpakai Kegiatan Usaha ....................................................................... 17 Grafik 1.10 Konsumsi Semen ............................................................................................................... 17 Grafik 1.11 Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar ........................................ 17 Grafik 1.12 Penggunaan Listrik untuk Pelanggan Bisnis dan Industri di Sumbar (Energi Jual ................ 17 Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor ....................................................................................................... 18 Grafik 1.14 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor ................................................................................ 18 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Non-Migas ..................................................................................... 18 Grafik 1.16 Perkembangan Harga CPO dan Karet Dunia ...................................................................... 18 Grafik 1.17 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet .................................................................. 19 Grafik 1.18 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor CPO ................................................................... 19 Grafik 1.19 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet .................................................................. 19 Grafik 1.20 Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas .......................................................... 20 Grafik 1.21 Perkembangan Pertumbuhan Impor ................................................................................. 20 Grafik 1.22 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumbar ................................................... 21 Grafik 1.23 Perkembangan Penyaluran Kredit Pertanian Sumbar ........................................................ 21 Grafik 1.24 Perkembangan Konsumsi Makanan dan Ekspor antar Daerah Sumbar .............................. 21 Grafik 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Makanan dan Minuman ......................... 21 Grafik 1.26 Prakiraan Curah Hujan Sumbar selama Juli dan September............................................... 22 Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumbar......................................................................... 22 Grafik 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan ................................................ 23 Grafik 1.29 Perkembangan Pembelian Semen Sumbar ........................................................................ 24 Grafik 1.30 Perkembangan Realisasi Penyaluran Kredit Sumbar .......................................................... 24 Grafik 1.31 Perkembangan Indeks Pengeluaran dan Pendapatan Konsumen Sumbar ......................... 25 Grafik 1.32 Perkembangan Inflasi (yoy) dan Indeks Pengeluaran Konsumen Makanan Jadi Sumbar ... 25 Grafik 1.33 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen Sumbar untuk Sandang ............................ 25 Grafik 1.34 Perkembangan Inflasi (yoy) dan Indeks Pengeluaran Konsumen Makanan Jadi Sumbar ... 25 Grafik 1.35 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel,dan Restoran ........................... 26 Grafik 1.36 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dan Indeks Pengaruh Inflasi terhadap

Tingkat Konsumsi ........................................................................................................................ 26 Grafik 1.37 Perkembangan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Konsumsi Sumbar ................................. 26 Grafik 1.38 Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sumbar ................................................................. 27 Grafik 1.39 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumbar ................................................................... 27 Grafik 1.40 Perkembangan Jumlah Penumpang Bandara Internasional Minangkabau ........................ 28 Grafik 1.41 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................... 28 Grafik 2.42 Perkembangan Inflasi Sumbar (yoy) .................................................................................. 30 Grafik 2.43 Perkembangan Inflasi Sumbar (qtq) .................................................................................. 30 Grafik 2.44 Survei Konsumen ............................................................................................................... 31 Grafik 2.45 Perkembangan Inflasi Nasional, Sumbar & ........................................................................ 32 Grafik 2.46 Perkembangan Pertumbuhan Disagregasi Inflasi ............................................................... 40 Grafik 2.47 Perkembangan Andil Disagregasi Inflasi ............................................................................ 41 Grafik 3.48 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) ....................................... 45 Grafik 3.49 Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) ....................................... 45 Grafik 3.50. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) ................................ 45

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

5

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Grafik 3.51. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi ............................................ 45 Grafik 3.52 Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM .............................................................. 47 Grafik 3.53 Perkembangan dan Pertumbuhan KUR ............................................................................. 47 Grafik 3.54 Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum ......................................................................... 47 Grafik 3.55 Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) .......................................... 49 Grafik 3.56 Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan .................................................... 49 Grafik 3.57 Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan ...................................................... 50 Grafik 3.58 Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR ........... 50 Grafik 3.59 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) ............................... 52 Grafik 3.60 Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank

Umum Syariah............................................................................................................................. 52 Grafik 3.61 Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) .............................. 53 Grafik 3.62.Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) tiap bulan .............. 53 Grafik 3.63 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) .............................................. 54 Grafik 3.64 Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat ................................................................. 54 Grafik 4.65. Perkembangan Simpanan Pemerintah Daerah di Bank ..................................................... 62

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

6

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA BARAT

TRIWULAN III 2013

Pertumbuhan ekonomi Sumatera

Barat melambat

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan III-2013 melambat sesuai dengan proyeksi. Ekonomi Sumbar tercatat tumbuh melambat menjadi 5,9% (yoy) dari triwulan II-2013 sebesar 6,1% (yoy). Pelemahan pertumbuhan terjadi baik secara nasional maupun di hampir seluruh daerah didalam wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), yaitu Riau dan Kepulauan Riau. Sementara itu, menguatnya ekonomi Jambi tidak mampu mendorong perekonomian wilayah Sumbagteng mengingat kontribusinya yang kecil.

Konsumsi rumah tangga tumbuh

melambat

Dari sisi permintaan, melemahnya permintaan dan konsumsi domestik menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar. Sebagai kontributor utama perekonomian Sumbar, menurunnya kegiatan konsumsi rumah tangga berdampak signifikan pada perekonomian Sumbar secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi di triwulan III-2013 melemahkan permintaan dan konsumsi masyarakat. Belanja pemerintah yang masih terbatas tidak mampu mendorong perekonomian Sumbar. Investasi meningkat ditopang oleh pelaku swasta. Di sisi lain, kinerja ekspor masih terus menurun seiring dengan permintaan dunia yang masih lemah. Demikian pula halnya impor yang melemah akibat turunnya permintaan domestik.

Sektor industri pengolahan dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat

Dari sisi penawaran, kontribusi terbesar masih berasal dari sektor pertanian; perdagangan hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta industri pengolahan. Melambatnya tiga sektor utama, kecuali pertanian, berdampak pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan daya beli. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga melambat akibat menurunnya pertumbuhan penggunaan jasa angkutan udara. Sementara itu, perlambatan di industri pengolahan bersumber dari subsektor industri makanan dan semen. Tekanan inflasi yang tinggi menggerus tingkat konsumsi masyarakat akan makanan.

Tekanan inflasi meningkat

Laju inflasi mengalami kenaikan signifikan dan menembus level dua digit. Pergerakan harga di Provinsi Sumbar mencatat kenaikan sebesar 10,03% (yoy) sampai dengan akhir triwulan III-2013. Kondisi ini terutama bersumber dari meningkatnya tekanan inflasi dari sisi penawaran akibat kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan gangguan pasokan sejumlah komoditas bahan pangan.

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

7

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Kinerja bank umum

melambat Kinerja bank umum di Sumatera Barat selama triwulan III-

2013 mengalami perlambatan di sisi aset dan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK). Aset tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy) menjadi 7,7% (yoy). Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh melambat dari 7,8% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 1,3% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro dan deposito. Sementara itu penyaluran kredit relatif stabil dari 15,5% (yoy) menjadi 15,2% (yoy). Loan-to-Deposit Ratio (LDR) masih sangat tinggi, yakni mencapai 148,6%. Ditengah tingkat intermediasi yang tinggi, perbankan masih mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkannya dengan rasio Non-Performing-Loan (NPL) di triwulan III-2013 sebesar 2,37%.

Realisasi penerimaan dan belanja APBD

mencatat perbaikan

Kinerja APBD Sumbar terpantau mengalami perbaikan. Sampai dengan triwulan III-2013, penyerapan dan kualitas belanja mencatat perbaikan dibandingkan periode sama tahun lalu. Di sisi lain, pendapatan daerah relatif stabil. Realisasi belanja telah mencapai 55,3% dari target APBD 2013, atau meningkat dari belanja periode sama tahun lalu yang baru mencapai 51,2%.

Transaksi tunai mengalami net-

inflow yang meningkat

Perputaran uang tunai mencatat net-inflow yang lebih tinggi. Meningkatnya net-inflow merupakan dampak dari maraknya transaksi tunai seiring dengan meningkatnya kegiatan konsumsi yang dilakukan masyarakat selama bulan Ramadhan hingga perayaan hari raya Idul Fitri.

Tingkat pengangguran

meningkat

Jumlah penduduk usia produktif meningkat namun tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencatat penurunan dari 70,3% di Februari 2013 menjadi 62,9% di Agustus 2013. Secara tahunan, angka TPAK Agustus 2013 juga lebih rendah dibandingkan dengan TPAK periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 64,5%. Di sisi lain, permintaan kerja Sumbar juga meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia produktif. Jumlah penduduk usia produktif bertambah dari 3,38 juta jiwa pada Agustus 2012 menjadi 3,42 juta jiwa pada triwulan laporan atau tumbuh sebesar 1,34% (yoy). Namun minimnya lapangan kerja menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumbar meningkat sebesar 7,0% (yoy) pada Agustus 2013.

Pertumbuhan ekonomi IV-2013

diperkirakan tumbuh melambat

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan IV-2013 diprakirakan melambat berada pada kisaran 5,6% - 5,9% (yoy). Masih melambatnya perekonomian terutama berasal dari konsumsi domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan daya beli. Melemahnya permintaan domestik juga berdampak pada melambatnya impor. Sementara konsumsi pemerintah diprakirakan meningkat seiring dengan pola aktivitas belanja pemerintah yang mencapai puncaknya di akhir tahun. Peningkatan juga terjadi pada kegiatan ekspor sejalan dengan masa panen perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan diprakirakan masih melambat karena lemahnya permintaan domestik. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan mencatat peningkatan seiring dengan maraknya kegiatan meetings,

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

8

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

incentives, conferences, and exhibitions (MICE) di Sumbar.

Inflasi diperkirakan masih tinggi

Tekanan inflasi diprakirakan masih tinggi di triwulan IV-2013. Tekanan inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran terkait dengan pasokan bahan makanan. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi meningkatkan inflasi terutama bersumber dari kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap keempat. Dengan berbagai kondisi tersebut, inflasi Kota Padang pada triwulan IV-2013 diprakirakan berada pada kisaran 10,40% - 10,80% (yoy), meningkat dari inflasi triwulan III-2013 sebesar 10,03% (yoy).

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

9

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT

I II III IV I II III

MAKROEKONOMI REGIONAL

IHK Kota Padang**) 134,67 136,35 138,75 140,15 143,42 147,17 152,67

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 3,95 6,19 4,74 4,16 6,50 7,94 10,03

PDRB - harga konstan (miliar Rp) 10.620,94 10.837,71 11.159,32 11.275,15 11.345,89 11.541,19 11.823,35

- Pertanian 2.452,76 2.476,05 2.469,04 2.464,40 2.494,34 2.477,82 2.519,12

- Pertambangan dan Penggalian 321,16 329,27 328,20 328,86 318,06 332,65 328,70

- Industri Pengolahan 1.261,10 1.288,79 1.325,99 1.347,19 1.382,70 1.385,93 1.417,03

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 115,78 116,91 122,74 123,23 121,92 125,42 124,68

- Bangunan 574,73 595,19 619,42 629,54 605,53 625,77 646,33

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.913,67 1.971,41 2.035,04 2.056,11 2.090,27 2.133,81 2.199,12

- Pengangkutan dan Komunikasi 1.653,88 1.694,09 1.755,23 1.763,98 1.777,34 1.837,39 1.901,16

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 540,15 547,35 570,11 578,02 577,81 590,29 606,43

- Jasa 1.787,70 1.818,66 1.933,56 1.983,82 1.977,91 2.032,11 2.080,79

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,3 6,6 6,7 7,4 7,1 6,1 5,9

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 497,35 549,08 526,28 428,84 454,38 459,34 271,53

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 563,87 591,86 657,31 565,61 711,63 810,09 484,95

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 109,40 48,14 26,14 31,17 20,11 15,30 21,03

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 279,03 122,46 137,68 80,57 76,44 77,83 91,02

PERBANKAN****

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 36,25 37,82 39,74 40,16 42,98 42,18 42,80

DPK (Rp Triliun) 22,94 23,57 25,19 24,83 25,70 25,41 25,51

- Tabungan (Rp Triliun) 10,47 11,05 11,59 12,98 11,69 11,78 12,58

- Giro (Rp Triliun) 5,25 5,33 5,66 4,31 5,67 4,88 4,40

- Deposito (Rp Triliun) 7,22 7,19 7,94 7,54 8,34 8,76 8,53

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 30,12 32,15 32,92 34,00 35,15 37,14 37,92

- Modal Kerja 10,86 12,40 12,47 12,92 13,30 13,82 13,96

- Investasi 5,07 5,25 5,35 5,29 5,88 6,64 6,93

- Konsumsi 14,19 14,50 15,10 15,79 15,97 16,68 17,03

LDR (%) 131,30 136,39 130,66 136,98 136,76 146,13 148,63

NPL (gross, %) 2,06 2,12 2,26 2,06 2,34 2,21 2,37

BPR

Total Aset (Rp triliun) 1,42 1,47 1,50 1,59 1,52 1,51 1,48

DPK (Rp Triliun) 0,89 0,90 0,91 0,91 0,93 0,86 0,83

- Tabungan (Rp Triliun) 0,54 0,55 0,54 0,54 0,57 0,52 0,50

- Deposito (Rp Triliun) 0,35 0,35 0,37 0,37 0,36 0,34 0,33

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1,01 1,04 1,04 1,04 1,05 1,07 1,01

- Modal Kerja 0,64 0,67 0,68 0,67 0,67 0,69 0,65

- Investasi 0,11 0,12 0,11 0,12 0,12 0,13 0,12

- Konsumsi 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,24

NPL Gross (%) 7,04 7,08 8,16 8,10 7,85 8,13 9,01

LDR (%) 112,66 116,13 115,10 114,60 112,71 123,56 122,66

Keterangan :

* Angka PDRB Tw.III-2013 merupakan angka rilis BPS

** Menggunakan tahun dasar 2007=100

*** Angka impor dan ekspor Tw. III-2013, posisi Agustus 2013, open file

**** Data Perbankan untuk Triwulan III-2013 menggunakan posisi akhir Agustus 2013

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS

- Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI

- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI

2013INDIKATOR

2012

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

10

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

11

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

SUMATERA BARAT Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan III-2013 melambat

sesuai dengan proyeksi. Ekonomi Sumbar tercatat tumbuh melambat menjadi

5,9% (yoy) dari triwulan II-2013 sebesar 6,1% (yoy). Pelemahan pertumbuhan

terjadi baik secara nasional maupun di hampir seluruh daerah didalam wilayah

Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), yaitu Riau dan Kepulauan Riau.

Sementara itu, menguatnya ekonomi Jambi tidak mampu mendorong

perekonomian wilayah Sumbagteng mengingat kontribusinya yang kecil.

Pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh melambat dari semula 5,8% (yoy)

menjadi 5,6% (yoy).

Dari sisi permintaan, melemahnya permintaan dan konsumsi domestik

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar. Sebagai

kontributor utama perekonomian Sumbar, menurunnya kegiatan konsumsi rumah

tangga berdampak signifikan pada perekonomian Sumbar secara keseluruhan.

Inflasi yang tinggi di triwulan III-2013 melemahkan permintaan dan konsumsi

masyarakat. Sementara itu, belanja pemerintah yang masih terbatas tidak mampu

mendorong perekonomian Sumbar. Perbaikan kinerja terjadi pada kegiatan

investasi ditopang oleh pelaku swasta. Di sisi lain, kinerja ekspor masih terus

menurun seiring dengan permintaan dunia yang masih lemah. Demikian pula

halnya impor yang melemah akibat turunnya permintaan domestik.

Dari sisi penawaran, kontribusi terbesar masih berasal dari sektor

pertanian; perdagangan hotel dan restoran; pengangkutan dan

komunikasi; serta industri pengolahan. Melambatnya tiga sektor utama,

kecuali pertanian, berdampak pada melambatnya perekonomian Sumbar pada

triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran

dikarenakan adanya penurunan daya beli. Sektor pengangkutan dan komunikasi

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

12

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

juga melambat akibat menurunnya pertumbuhan penggunaan jasa angkutan

udara. Walaupun demikian, pertumbuhan kedua sektor tersebut masih di level

yang tinggi ditopang oleh membaiknya industri pariwisata. Sementara itu,

perlambatan di industri pengolahan bersumber dari subsektor industri makanan

dan semen. Tekanan inflasi yang tinggi menggerus tingkat konsumsi masyarakat

akan makanan. Sedangkan perlambatan di sektor konstruksi

mempengaruhi kinerja subsektor industri semen secara signifikan. Di sisi lain,

faktor cuaca yang mendukung mampu mendorong pertumbuhan sektor

pertanian walaupun masih terbatas.

1.1. Perkembangan Umum

Perekonomian Sumatera Barat kembali tumbuh melambat. Ekonomi

Sumbar hanya tumbuh 5,9% (yoy) pada triwulan III-2013 dan melanjutkan

perlambatan selama dua triwulan terakhir sebesar 7,1% (yoy) di triwulan I dan

6,1% (yoy) di triwulan II. Namun pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tumbuh 5,6% (yoy).

Dari sisi permintaan, struktur pertumbuhan ekonomi Sumbar masih ditopang oleh

permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga. Dengan kondisi

tersebut, melambatnya konsumsi domestik menyebabkan perlambatan

pertumbuhan di sisi penawaran, terutama sektor perdagangan, hotel dan

restoran; serta sektor industri pengolahan.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar searah dengan

pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah dalam wilayah Sumbagteng.

Pertumbuhan terendah di wilayah Sumbagteng terjadi di Riau yang hanya

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

PersenSumatera Barat

2 per. Mov. Avg. (Sumatera Barat)

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

13

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

tumbuh 2,4% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,7% (yoy).

Menurunnya kinerja sektor industri pengolahan migas seiring dengan mulai tidak

produktifnya sumur-sumur migas lama dan belum ditemukannya sumur baru

ditengah memburuknya sektor PHR berdampak signifikan pada melemahnya

perekonomian Riau. Pelemahan pertumbuhan ekonomi yang signifikan terjadi di

Kepulauan Riau dari 5,2% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 3,5% terutama

bersumber dari melambatnya konsumsi rumah tangga diindikasi akibat

melemahnya daya beli masyarakat. Di tengah melambatnya perekonomian

sebagian besar daerah di wilayah Sumbagteng, Jambi masih mampu mencatat

peningkatan dari 7,3% (yoy) di triwulan lalu menjadi 7,6% (yoy). Meningkatnya

sektor pertanian, terutama karet, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

Jambi.

1.2. Perkembangan Sisi Permintaan

Tabel 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Menurut Kegiatan Ekonomi

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama pertumbuhan

ekonomi Sumbar dari sisi permintaan. Kegiatan konsumsi rumah tangga

I II III IV I II IIIKonsumsi 3,3 4,6 5,4 6,9 5,1 6,0 5,1 5,2

Konsumsi Rumah Tangga 2,8 4,1 5,0 6,4 4,6 6,3 6,0 5,7

Konsumsi Pemerintah 5,3 6,7 6,8 8,7 6,9 5,1 2,8 3,3

Investasi (PMTB) 7,0 8,0 5,6 8,1 7,2 3,6 6,7 8,9

Net Ekspor (Impor) 16,5 -4,2 -0,8 -12,9 -0,8 -17,1 -19,8 -9,2

Ekspor 18,1 -2,0 4,0 -7,2 2,5 -9,4 -8,8 -3,8

(Impor) 20,6 1,9 10,7 -0,7 7,3 1,6 8,9 3,2

PDRB 4,7 6,6 6,7 7,4 6,3 7,1 6,1 5,9

Jenis Penggunaan2012

20122013

Konsumsi; 47,6

Konsumsi Pemerintah

13,4

Investasi (PMTB) 19,5

Net Ekspor (Impor) 14,5

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

14

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

memberikan kontribusi sebesar 47,7% terhadap total Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Namun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat

dari 5,9% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 5,7% (yoy). Perlambatan tersebut

disebabkan oleh menurunnya konsumsi makanan oleh rumah tangga yang

signifikan dari 6,1% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Kenaikan harga yang tinggi pada

sejumlah komoditas pangan selama triwulan III menyebabkan daya beli yang

menurun. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia juga menunjukkan terjadinya

penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dari semula 108,8 di triwulan II-2013

menjadi 99,2, atau dibawah batas positif pada triwulan III-2013. Tingginya harga

bahan makanan juga membuat preferensi masyarakat beralih ke konsumsi non

makanan. Kondisi ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi non

makanan dari 5,8% (yoy) menjadi 6,1% (yoy).

Konsumsi rumah tangga melambat ditengah optimisme konsumen akan

aktivitas konsumsinya. Data BPS menunjukkan bahwa Indeks Tendensi

Konsumen mencapai 113,4 pada triwulan III-2013, meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 107,5. Kecenderungan akan pembelanjaan

konsumsi yang meningkat selama periode bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri

berdampak pada kenaikan indikator variabel tingkat konsumsi makanan dan non

makanan dari 104,9 menjadi 117,7.

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.3 Survei Konsumen Sumatera Barat

Sumber: BPS

Grafik 1.4 Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

Indeks Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Batas Positif (100)

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

PersenKonsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

15

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 1.2.Indeks Tendensi Konsumen di Sumatera Barat Menurut Variabel Pembentuknya

Sumber: BPS

Laju inflasi yang tinggi menurunkan aktivitas konsumsi non makanan

oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari penyaluran kredit konsumsi yang

menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 14,8% (yoy) di triwulan II-2013

menjadi 12,5% (yoy) dengan total kredit konsumsi mencapai Rp17,3 triliun.

Sementara itu, menurunnya keinginan akan konsumsi berdampak pada

meningkatnya simpanan masyarakat. Total simpanan milik perorangan di bank

umum dan BPR di Sumbar meningkat sebesar 4,1% dari Rp17,4 triliun di triwulan

II-2013 menjadi Rp18,1 triliun.

Grafik 1.5 Kredit Konsumsi

Grafik 1.6 Perkembangan dan Pertumbuhan

Jumlah Tabungan Milik Perorangan (yoy)

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2013 hanya mencapai 3,3%

(yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,8%

(yoy). Sesuai dengan polanya, realisasi belanja pemerintah daerah masih terbatas

sampai dengan triwulan III. Selain itu, sebagian besar realisasi belanja masih

berupa pengeluaran operasional dan rutin. Namun jika dibandingkan dengan

periode sama tahun lalu, penyerapan dan kualitas belanja pemerintah daerah

I II III IV I II III

Pendapatan Rumah Tangga 103,5 111,6 116,6 100,5 104,5 108,6 112,9

Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat

Konsumsi121,3 109,6 105,3 119,7 109,7 107,5 111,1

Tingkat Konsumsi Makanan dan

Bukan Makanan96,3 105,9 109,1 98,7 101,8 104,9 117,7

Indeks Tendensi Konsumen 106,7 109,9 112,0 105,3 105,3 107,5 113,4

2012Variabel Pembentuk

2013

0

10

20

30

40

50

60

02468

101214161820

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

Triliun Rp Total Kredit Konsumsi

Pertumbuhan Kredit KonsumsiPersen

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

PersenTriliun Rupiah

Perseorangan (sisi kiri) Pertumbuhan (%, yoy) (sisi kanan)

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

16

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Provinsi Sumbar sampai dengan triwulan III-2013 mencatat perbaikan. Pemda

Provinsi Sumbar telah melakukan realisasi belanja sebesar 55,3% dari target APBD

2013 hingga bulan September, atau meningkat dari belanja periode sama tahun

lalu yang baru mencapai 51,2%. Percepatan belanja daerah juga terpantau dari

pergerakan jumlah simpanan milik pemerintah daerah di bank umum yang turun

6,2% (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu. Hanya saja pencapaian ini

masih tergolong lambat dan tidak mampu mendorong pertumbuhan konsumsi

pemerintah lebih jauh.

Grafik 1.7 Simpanan Pemerintah Daerah di

Bank Umum Sumbar

Sumber: DPKD Prov. Sumbar

Grafik 1.8 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah

1.2.3. Investasi

Aktivitas investasi mulai terlihat meningkat menjelang akhir tahun.

Pertumbuhan investasi pada triwulan III-213 mencapai 8,9% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy). Ditengah masih rendahnya kapasitas

produksi terpakai kegiatan usaha, investasi oleh pelaku swasta masih meningkat.

Kondisi ini terlihat dari terus naiknya pertumbuhan kredit investasi oleh bank

umum di Sumbar sejak awal tahun 2013. Pada triwulan laporan, kredit investasi

tumbuh meningkat dari 26,0% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 29,1% (yoy)

dengan total kredit mencapai Rp7,1 triliun. Selain itu, tingkat penggunaan listrik

oleh pelanggan bisnis dan industri yang stabil menunjukkan masih tingginya

aktivitas produksi di Sumbar. Meningkatnya investasi oleh pelaku swasta

didukung oleh percepatan belanja modal pemerintah daerah sejak triwulan II-

2013.

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

PersenTriliun Rp

Pemerintah Daerah (sisi kiri) Pertumbuhan (%, yoy) (sisi kanan)

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III

2012 2013

miliar Rp

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

17

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 1.9 Kapasitas Produksi Terpakai Kegiatan Usaha

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.10 Konsumsi Semen

Grafik 1.11 Kredit Investasi Bank Umum dan

BPR Lokasi Proyek di Sumbar

Sumber: PLN

Grafik 1.12 Penggunaan Listrik untuk Pelanggan Bisnis dan Industri di Sumbar

(Energi Jual

1.2.4. Ekspor Impor Kinerja ekspor pada triwulan III-2013 menunjukkan perbaikan, meski

masih menurun. Pertumbuhan ekspor turun sebesar -3,8% (yoy), membaik

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai -8,8%

(yoy). Kinerja ekspor membaik seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekspor

luar negeri dan ekspor antar daerah. Ekspor luar negeri Sumbar tercatat

mengalami perbaikan tingkat pertumbuhan, dari semula tumbuh sebesar -11,6%

(yoy) menjadi -6,8% (yoy). Begitu pula ekspor antar daerah Sumbar, pencapaian

pertumbuhan menunjukkan peningkatan dari -0,7% (yoy) menjadi 3,4% (yoy).

69,866,4

71,8 72,666,0

69,8 70,4

79,3

71,475,1

59,8 58,1 56,8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Pers

en

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2011 2012 2013

Ton

Pembelian Semen (sisi kiri)

Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

Persen

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012 2013

Trili

un

Ru

pia

h Kredit Investasi (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

-

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013

Juta

KW

H

Bisnis Industri

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

18

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: BPS

Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor Sumber: BPS

Grafik 1.14 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor

Peningkatan volume ekspor luar negeri non-migas Sumbar tidak diikuti

dengan perbaikan penerimaan ekspor. Nilai ekspor non-migas pada posisi

terakhir Agustus 2013 mencapai USD145,8 juta, atau turun sebesar 14,3%

dibandingkan posisi yang sama periode sebelumnya. Sementara itu, volume

ekspor non-migas pada posisi terakhir Agustus 2013 mencapai 227,1 ton, atau

tumbuh sebesar 7% (yoy) dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya.

Peningkatan volume ekspor non-migas Sumbar bersumber dari meningkatnya

volume ekspor karet dan CPO sebagai dampak depresiasi rupiah selama triwulan

III-2013. Akan tetapi, peningkatan permintaan tersebut direspon secara terbatas

oleh eksportir karena harga jual karet yang masih rendah. Harga rata-rata karet

dunia pada triwulan III-2013 sebesar USD272,5 per kg, sementara harga rata-rata

USD723,0 per metrik ton. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan harga rata-

rata triwulan II-2013 yang mencapai USD308,8 per kg dan USD758,4 per metrik

ton.

Sumber: BPS

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Non-Migas Sumber: BPS

Grafik 1.16 Perkembangan Harga CPO dan Karet Dunia

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Ekspor

Persen

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Ekspor Luar NegeriEkspor Antar DaerahPersen

0,0

0,1

0,1

0,2

0,2

0,3

0,3

0,4

0,4

0,0

0,1

0,1

0,2

0,2

0,3

0,3

0,4

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012 2013

Juta TonMiliar USD

Nilai Ekspor Non-Migas (LHS) Volume Ekspor Non-Migas (RHS)

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

-

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013

USD/metric tonUSD/kg

Karet (LHS) CPO (RHS)

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

19

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: BPS

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet

Sumber: BPS

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor CPO

Ekspor dari Sumbarke negara tujuan ekspor utama, masih terjaga

ditengah lemahnya perekonomian global. Volume ekspor non-migas Sumbar

ke Amerika pada posisi terakhir bulan Agustus 2013 mencapai 36,1 juta ton,

meningkat sebesar 124% (yoy) dibandingkan volume ekspor Agustus tahun

sebelumnya. Dari sisi nilai, ekspor Sumbar ke Amerika mencapai USD48,4 juta,

atau meningkat sebesar 7,9% (yoy) dibandingkan bulan Agustus periode

sebelumnya. Sementara itu, nilai ekspor ke India turun sebesar 49,7% (yoy),

namun volumenya meningkat sebesar 27% (yoy) dibandingkan bulan Agustus

periode sebelumnya.

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai dan Volume

Ekspor Karet

Pertumbuhan impor Sumbar melambat. Pada triwulan III-2013, impor tumbuh

sebesar 3,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2013

yang mencapai 8,9% (yoy). Perlambatan ini terjadi karena impor antar daerah

yang melambat. Impor antar daerah Sumbar tumbuh sebesar 5,1% (yoy), jauh

dibawah pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,5% (yoy).

Sementara itu, impor luar negeri tumbuh sedikit meningkat, dari -0,58% (yoy)

menjadi 0,04% (yoy).

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

Juta TonJuta USD Nilai Ekspor Crude Rubber (LHS)

Volume Ekspor Crude Rubber (RHS)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

Juta TonJuta USD Nilai Ekspor CPO (LHS) Volume Ekspor CPO (RHS)

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012 2013

Juta USD AMERICA INDIA

CINA EUROPE

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

20

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas

Sumber: BPS Grafik 1.21 Perkembangan Pertumbuhan

Impor

1.3. Perkembangan Sisi Penawaran

Tabel 1.3.Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy)

Sumber:BPS

1.3.1. Sektor Pertanian Perkembangan cuaca di Sumbar yang mendukung selama triwulan III-

2013 mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian walau masih

terbatas. Pada triwulan III-2013, sektor pertanian mampu tumbuh sebesar 2,0%

(yoy), meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang

mengalami pertumbuhan -0,5% (yoy). Pencapaian tersebut bersumber dari

dorongan pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan (tabama), subsektor

perkebunan, dan subsektor perikanan yang meningkat. Berdasarkan prakiraan

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), intensitas curah hujan

Sumbar selama triwulan laporan berada pada level menengah. Cuaca ini kondusif

bagi proses produksi di sektor pertanian, baik untuk subsektor tabama, subsektor

perkebunan, maupun perikanan. Selain itu, dukungan bank umum dan BPR

kepada sektor pertanian juga meningkat. Hal ini terlihat dari pergerakan

0

20

40

60

80

100

120

140

0

10

20

30

40

50

60

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012 2013

Juta TonJuta USDNilai Impor Non-Migas (LHS)

Volume Impor Non-Migas (RHS)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Impor Antar DaerahImporLuar NegeriPersen

I II III IV I II IIIPertanian 4,1 6,0 2,1 4,1 4,1 2,2 -0,5 2,0

Pertambangan & Penggalian 3,5 5,5 4,6 4,1 4,4 -0,4 1,6 0,2

Industri Pengolahan 0,7 3,5 5,2 6,7 4,0 10,6 7,5 6,9

Listrik,Gas & Air Bersih 1,5 4,2 6,8 7,1 4,9 5,3 5,2 1,6

Bangunan 3,3 6,5 9,1 9,3 7,1 5,6 5,4 4,3

Perdagangan, Hotel & Restoran 4,7 7,5 8,9 8,8 7,5 9,2 8,3 8,1

Pengangkutan & Komunikasi 8,3 8,9 9,5 9,3 9,0 8,1 9,3 8,3

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,0 5,9 7,7 7,7 6,4 7,4 7,2 6,4

Jasa - jasa 6,1 7,0 8,3 9,0 7,6 9,8 9,4 7,6

PDRB 4,7 6,6 6,7 7,4 6,3 7,1 6,1 5,9

2013Sektor Ekonomi

20122012

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

21

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pertumbuhan penyaluran kredit pertanian yang menunjukkan peningkatan pada

triwulan III-2013.

Sumber: BPS

Grafik 1.22 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumbar

Sumber: BPS Grafik 1.23 Perkembangan Penyaluran Kredit

Pertanian Sumbar

Peningkatan ekspor produk pertanian ke daerah tetangga memberikan

kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Pasar di luar

daerah yang masih luas mampu menopang penjualan produk pertanian ditengah

menurunnya konsumsi makanan dan produksi industri makanan di pasar lokal.

Kondisi tersebut terlihat pada pergerakan pertumbuhan ekspor antar daerah

Sumbar yang menunjukkan peningkatan.

Sumber: BMKG

Grafik 1.24 Perkembangan Konsumsi Makanan dan Ekspor antar Daerah Sumbar

Sumber: BPS

Grafik 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Makanan dan Minuman

Membaiknya sektor pertanian belum mampu meningkatkan pendapatan

petani. Harga jual yang rendah sejalan dengan berkurangnya permintaan

berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan petani di triwulan III-2013.

Berdasarkan rilis data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan. Kondisi

yang sama juga terjadi pada Nilai Tukar Tanaman Pangan (NTPP) yang menurun

dari 93,7 pada triwulan II-2013 menjadi 91,7. Begitu pula halnya dengan Nilai

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan Perikanan

Persen

0

5

10

15

20

25

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

I II III IV I II III*

2012 2013

Miliar Rp Total Kredit Pertanian (LHS)

Growth %, yoy (RHS)Persen

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III

2012 2013

Pertumbuhan Ekspor antar Daerah (%,LHS)

Pertumbuhan Konsumsi Makanan (%,RHS)

Persen Persen

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Makanan & Minuman

2 per. Mov. Avg. (Makanan & Minuman)

Persen

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

22

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) yang turun dari sebelumnya 104,51 pada

triwulan II-2013 menjadi 103,19 di triwulan III-2013. Penurunan ini disebabkan

oleh meningkatnya indeks yang dibayarkan oleh petani akibat meningkatnya

tekanan harga-harga kebutuhan pokok selama triwulan III-2013.

Sumber: BMKG

Grafik 1.26 Prakiraan Curah Hujan Sumbar selama Juli dan September

Sumber: BPS

Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumbar

1.3.2. Sektor Industri Pengolahan Lemahnya permintaan domestik berdampak pada melambatnya

pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor ini mengalami

pertumbuhan yang melambat dari 7,5% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 6,9%

(yoy). Daya beli masyarakat yang melemah akibat tingginya laju inflasi

menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada dua subsektor industri utama.

Industri makanan, minuman dan tembakau hanya mampu tumbuh sebesar 2,7%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pencapaian pertumbuhan triwulan II-2013 yang

mencapai 4,2% (yoy). Sama halnya dengan industri semen dan barang galian

bukan logam, dengan produk utama berupa semen, yang tumbuh melambat dari

5,9% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 4,5% (yoy).

Tingginya tekanan inflasi di triwulan III-2013 menghambat konsumsi

makanan ditengah periode liburan sekolah dan hari raya keagamaan.

Potensi kenaikan permintaan konsumsi rumah tangga selama liburan sekolah dan

bulan Ramadhan tertahan oleh meningkatnya laju inflasi paska kenaikan harga

BBM bersubsidi. Kondisi ini terlihat dari melambatnya pertumbuhan konsumsi

rumah tangga dari 6,0% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 5,7% (yoy). Dengan

kenaikan harga, yang terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan

85

95

105

115

125

135

145

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

IndeksTanaman Pangan T. Perkebunan Rakyat NTP

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

23

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

makanan jadi, preferensi masyarakat beralih dengan mengurangi konsumsi

makanan untuk membeli barang non makanan. Hal ini terlihat dari pergerakan

pertumbuhan konsumsi makanan yang menurun di triwulan III-2013. Dengan

kondisi tersebut, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang

untuk jenis industri makanan melambat dari 4,0% (yoy) di triwulan II-2013

menjadi 0,4% (yoy) dan berdampak pada melambatnya pertumbuhan industri

makanan, minuman dan tembakau.

Namun, dengan laju perlambatan pertumbuhan industri pengolahan mampu

ditahan oleh kinerja Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki yang mencatatkan

peningkatan pertumbuhan.

Sumber: BPS

Grafik 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Laju inflasi yang meningkat juga berdampak pada melemahnya konsumsi

barang tersier. Industri semen dan barang galian bukan logam mengalami

perlambatan ditengah meningkatnya pertumbuhan produksi industri manufaktur

besar dan sedang untuk jenis industri barang galian bukan logam. Kondisi ini

dikarenakan permintaan akan produk barang galian bukan logam, terutama

semen, menurun di triwulan III-2013. Aktivitas pembelian semen di Sumbar

menurun dari 252,3 ribu ton di triwulan II-2013 menjadi 224,1 ribu ton di triwulan

laporan. Dengan kondisi tersebut, pembelian semen terus mencatat pertumbuhan

tahunan yang negatif selama tahun 2013. Bahkan pertumbuhan yang negatif

tersebut semakin meningkat dari 5,0% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 6,5%(yoy)

di triwulan III-2013. Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya kegiatan

pembangunan properti maupun infrastruktur yang tercermin pada melambatnya

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan Subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau

Pertumbuhan Subsektor Industri Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Pertumbuhan Subsektor Industri Semen & Brg. Galian bukan logam

Persen

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

24

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pertumbuhan sektor konstruksi. Sektor konstruksi hanya mampu tumbuh sebesar

4,3% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh 5,4%

(yoy). Melambatnya pembangunan properti juga terlihat dari perkembangan

kredit properti yang rendah di tahun 2013. Kenaikan laju inflasi yang berdampak

pada meningkatnya suku bunga kredit perbankan berpengaruh pada

menurunnya permintaan akan properti di Sumbar.

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.29 Perkembangan Pembelian Semen Sumbar

Sumber: BPS

Grafik 1.30 Perkembangan Realisasi Penyaluran Kredit Sumbar

Tabel 1.4 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi

Sumatera Barat Triwulan III 2013

Sumber: BPS

-15

-10

-5

0

5

10

15

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

I II III IV I II III

2012 2013

TonPembelian Semen (sisi kiri)

Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) Persen

-20

-10

0

10

20

30

40

50

1,800

1,900

2,000

2,100

2,200

2,300

2,400

2,500

I II III IV I II III*

2012 2013

Miliar Rp Total Kredit Properti (LHS)

Growth %, yoy (RHS)Persen

Trw. II Trw. III Trw. II Trw. III

Makanan 2,12 3,21 3,96 0,4

Karet dan Barang dari Karet dan Plastik 0,46 0,33 3,91 4,32

Barang Galian Bukan Logam 4,14 0,84 4,3 6,28

Provinsi Sumatera Barat 0,91 1,2 4,06 4,72

Nasional 1,31 0,15 6,77 6,83

q-t-q y-o-yJenis Industri

Pertumbuhan Produksi

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

25

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: Survei Konsumen BI

Grafik 1.31 Perkembangan Indeks Pengeluaran dan Pendapatan Konsumen Sumbar

Sumber: Survei Konsumen BI, BPS

Grafik 1.32 Perkembangan Inflasi (yoy) dan Indeks Pengeluaran Konsumen Makanan Jadi

Sumbar

Momen bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri mampu mendorong

konsumsi kelompok sandang. Subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas

kaki mampu meningkat ditengah tren perlambatan pertumbuhan di sebagian

besar subsektor industri pengolahan. Industri ini mampu tumbuh sebesar 10,3%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 9,4% (yoy). Membaiknya industri ini dikarenakan meningkatnya konsumsi

non makanan, terutama sandang, menjelang hari raya Idul Fitri.

Sumber: Survei Konsumen BI

Grafik 1.33 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen Sumbar untuk Sandang

Sumber: Survei Konsumen BI, BPS

Grafik 1.34 Perkembangan Inflasi (yoy) dan Indeks Pengeluaran Konsumen Makanan Jadi

Sumbar

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Persen Konsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

0

2

4

6

8

10

12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013

Indeks

Indeks Pengeluaran Makanan Jadi, Rokok, dan Tembakau(LHS)

Inflasi %, yoy (RHS)

Persen

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013

Indeks Pengeluaran Konsumen untukSandang3 per. Mov. Avg. (Indeks PengeluaranKonsumen untuk Sandang)

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Persen Konsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

26

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

1.3.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Tekanan inflasi menyebabkan penurunan pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Dibandingkan dengan triwulan lalu,

pertumbuhan sektor PHR mengalami penurunan dari 8,3% (yoy) menjadi 8,1%

(yoy). Tingginya inflasi di triwulan III-2013 berdampak pada menurunnya

pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran dari semula tumbuh 8,2%

(yoy) menjadi 8,0% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan subsektor ini masih

relatif tinggi seiring dengan besarnya permintaan masyarakat akan barang di saat

bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Kondisi ini tercermin dari tren Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) yang meningkat menjadi 113,40. Hanya saja tingginya

tekanan inflasi selama triwulan III-2013 menyebabkan tergerusnya potensi

kenaikan permintaan tersebut. Hal ini terlihat dari perkembangan indeks

pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi yang semakin meningkat.

Sumber: BPS

Grafik 1.35 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel,dan Restoran

Sumber: BPS

Grafik 1.36 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dan Indeks Pengaruh Inflasi

terhadap Tingkat Konsumsi

Sumber: Survei Konsumen BI dan BPS

Grafik 1.37 Perkembangan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Konsumsi Sumbar

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pertumbuhan Subsektor Perdagangan Besar & Eceran

Pertumbuhan Subsektor Perhotelan

Pertumbuhan Subsektor Restoran

Persen

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III

2012 2013

Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Konsumsi

Indeks Tendensi KonsumenIndeks

0

2

4

6

8

10

12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013

Indeks

Indeks Pengeluaran saat ini (LHS)

Inflasi %, yoy (RHS)

Persen

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

27

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Meningkatnya potensi Sumbar sebagai tujuan pariwisata mampu

menopang pertumbuhan sektor PHR. Tingginya jumlah wisatawan

mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumbar memberi dampak positif bagi

subsektor hotel dan subsektor restoran. Subsektor hotel mampu tumbuh sebesar

12,9% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2013 sebesar

12,5% (yoy). Sejalan dengan kinerja subsektor hotel, subsektor restoran juga

mengalami peningkatan pertumbuhan dari 9,2% (yoy) pada triwulan II-2013

menjadi 9,4% (yoy). Selama triwulan III-2013, sebanyak 9.346 orang wisman

berkunjung ke Sumbar, atau meningkat 24,0% dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut tentunya berpengaruh langsung pada

okupansi hotel dan kinerja restoran. Hal ini terlihat dari naiknya tingkat hunian

hotel Sumbar dari 45,8% di triwulan II-2013 menjadi 50,9%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2012 yang hanya mencapai 45,8%.

Sumber: BPS

Grafik 1.38 Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sumbar

Sumber: BPS

Grafik 1.39 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumbar

1.3.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rendahnya kenaikan pengguna jasa penerbangan menyebabkan

pelemahan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2013

tumbuh sebesar 8,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

lalu yang mencapai 9,3% (yoy). Kondisi ini dikarenakan pertumbuhan jumlah

penumpang yang menggunakan jasa penerbangan melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang yang meningkat dari 726,6 ribu

orang di triwulan II-2013 menjadi 750,3 ribu orang tidak mampu mendorong

pertumbuhan subsektor pengangkutan. Subsektor pengangkutan hanya mampu

tumbuh sebesar 7,6% (yoy), atau melambat bila dibandingkan dengan

-60-50-40-30-20-10010203040

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Jumlah Wisman (sisi kiri)

Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

Orang Persen

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Persen

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

28

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,0% (yoy). Di sisi lain, kenaikan tarif

angkutan dalam kota paska kenaikan harga BBM bersubsidi turut berkontribusi

dalam meningkatkan pertumbuhan jasa angkutan jalan raya. Jasa angkutan

tersebut mampu tumbuh 9,7% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar 8,9% (yoy).

Sumber: Angkasa Pura Padang

Grafik 1.40 Perkembangan Jumlah Penumpang Bandara Internasional Minangkabau

Sumber: BPS

Grafik 1.41 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Ribu Orangtotal penumpang

pertumbuhan penumpang

Persen

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan subsektor pengangkutan

Pertumbuhan subsektor komunikasi

Persen

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

29

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Laju inflasi Provinsi Sumbar mengalami kenaikan signifikan dan

menembus level dua digit di awal semester II-2013. Pergerakan harga di

Sumbar mencatat kenaikan sebesar 10,03% (yoy) sampai dengan akhir triwulan III-

2013. Kondisi ini terutama bersumber dari meningkatnya tekanan inflasi dari sisi

penawaran akibat kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan gangguan

pasokan sejumlah komoditas bahan pangan.

Tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif minimal ditengah perayaan

hari raya keagamaan. Inflasi yang bersumber dari sisi permintaan tergolong

stabil walaupun terdapat kenaikan harga di subkelompok makanan jadi sebagai

dampak dari meningkatnya permintaan masyarakat di bulan Ramadhan dan hari

raya Idul Fitri. Tertahannya inflasi dari sisi permintaan disebabkan oleh

menurunnya biaya pendidikan paska tahun ajaran baru. Selain itu, ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi mulai menurun seiring dengan telah diberlakukannya

kenaikan harga BBM bersubsidi.

2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sumbar

Inflasi tahunan Provinsi Sumbar mencatat kenaikan signifikan di triwulan

III-2013. Inflasi Sumbar menembus level dua digit dengan mencapai 10,03% (yoy).

Pergerakan harga ini berada diatas rata-rata inflasi selama 4 tahun terakhir yang

hanya sekitar 5,5% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sumbar ini sejalan, namun lebih

tinggi, dengan perkembangan inflasi nasional yang juga meningkat dengan

tingkat inflasi sebesar 8,40% (yoy)

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

30

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber:BPS

Grafik 2.42 Perkembangan Inflasi Sumbar (yoy)

Sumber:BPS

Grafik 2.43 Perkembangan Inflasi Sumbar (qtq)

Tekanan inflasi didominasi oleh sisi penawaran. Kenaikan indeks harga

terutama disebabkan oleh adanya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan

gangguan pasokan sejumlah komoditas bahan pangan. Pada triwulan laporan,

inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan

yang signifikan dari 8,92% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 17,51% (yoy).

Komoditas bensin dan angkutan dalam kota menjadi pendorong utama kenaikan

inflasi. Sementara itu, kelompok bahan makanan masih merupakan penyumbang

inflasi terbesar dengan kenaikan harga yang bertahan di level yang tinggi dari

11,33% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 13,50% (yoy). Beberapa komoditas yang

memberi sumbangan inflasi terbesar di kelompok ini adalah bawang merah, cabe

merah dan beras.

Sementara itu, tekanan dari sisi permintaan masih relatif stabil dengan

kecenderungan menurun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi justru menurun. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

turun dari 113,0 pada triwulan II-2013 menjadi 102,5 pada triwulan III-2013.

Penurunan ini dikarenakan masyarakat meyakini bahwa dampak kenaikan BBM

telah mencapai puncaknya di bulan Juli dan akan berangsur mereda di bulan-

bulan selanjutnya.

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2010 2011 2012 2013

Inflasi %,yoy 2 per. Mov. Avg. (Inflasi %,yoy)Persen

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Inflasi Sumbar (qtq, %)

2 per. Mov. Avg. (Inflasi Sumbar(qtq, %))

Persen

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

31

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Grafik 2.44 Survei Konsumen

Menurunnya tekanan inflasi dari sisi permintaan juga terlihat dari inflasi

inti yang cenderung stabil. Pada periode laporan, pergerakan inflasi inti relatif

stabil dari 4,27% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 4,54% (yoy). Meningkatnya

inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; serta kelompok

sandang mampu diimbangi dengan melambatnya inflasi kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga. Harga sejumlah komoditas makanan jadi merangkak naik

ditengah meningkatnya permintaan oleh masyarakat selama bulan Ramadhan

dan hari raya Idul Fitri. Sementara itu kenaikan harga emas internasional dan

pelemahan nilai tukar memberi dampak imported inflation pada harga emas

perhiasan. Di sisi lain, telah berakhirnya proses penerimaan siswa tahun ajaran

baru membuat tekanan inflasi pada subkelompok pendidikan mereda.

Inflasi triwulanan Provinsi Sumbar mencatat kenaikan signifikan. Inflasi

triwulanan Sumbar naik dari 2,61% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 3,74%

(qtq) pada triwulan III-2013. Kenaikan ini terutama bersumber dari laju inflasi

yang signifikan pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Meningkatnya pergerakan harga tersebut terutama disebabkan oleh kebijakan

kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; serta kelompok sandang akibat

kenaikan sejumlah komoditas makanan jadi dan kenaikan harga emas perhiasan.

Sementara itu, laju inflasi kelompok bahan makanan, yang selama semester I-2013

menjadi penyumbang inflasi terbesar, mulai menurun seiring dengan membaiknya

pasokan dari subkelompok bumbu-bumbuan terutama komoditas cabe merah.

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

Indeks Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Batas Positif (100)

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

32

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi di Wilayah Sumatera

Bagian Tengah (Sumbagteng)

Inflasi tahunan wilayah Sumatera bagian tengah (Sumbagteng) masih

dibawah inflasi nasional. Lebih rendahnya inflasi wilayah Sumbagteng tersebut

dikarenakan inflasi di hampir seluruh provinsi di Sumbagteng, kecuali Sumbar,

berada dibawah inflasi nasional. Laju inflasi tahunan terendah terjadi di Provinsi

Kepulauan Riau sebesar 7,29% (yoy). Inflasi di provinsi lainnya juga masih berada

di level 7% dengan inflasi Provinsi Riau sebesar 7,74% (yoy) dan Provinsi Jambi

sebesar 7,96% (yoy). Di sisi lain, inflasi Provinsi Sumbar yang diwakili oleh Kota

Padang mencatat level yang lebih tinggi dari inflasi nasional dengan mencapai

10,03% (yoy). Secara nasional, inflasi Kota Padang menempati urutan ke-11 dari

66 kota yang menjadi sampel perhitungan inflasi BPS. Jika dibandingkan dengan

kota-kota se-Sumatera, maka Kota Padang menempati urutan ke-7 dari 16 kota.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.45 Perkembangan Inflasi Nasional, Sumbar & Propinsi Tetangga (yoy)

Inflasi triwulanan di semua provinsi di wilayah Sumbagteng mengalami

kenaikan signifikan. Inflasi triwulanan tertinggi di wilayah Sumbagteng terjadi

di Provinsi Kepulauan Riau dengan inflasi sebesar 4,20% (qtq) diikuti oleh Provinsi

Sumbar sebesar 3,74% (qtq) dan Provinsi Jambi sebesar 3,53% (qtq). Sementara itu

inflasi Provinsi Riau relatif rendah sebesar 2,99% (qtq). Dengan demikian, inflasi

wilayah Sumbagteng mencapai 3,64% (qtq), atau masih dibawah inflasi nasional

sebesar 4,08% (qtq).

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

Nasional Sumbagteng Jambi

Kepri Riau Sumbar

Persen, yoy

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

33

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

2.3.1. Inflasi Tahunan

Sebagian besar pergerakan indeks harga kelompok barang dan jasa

meningkat di triwulan III-2013. Inflasi tahunan Sumbar yang tinggi di triwulan

III-2013 terutama bersumber dari kenaikan indeks harga yang signifikan pada

kelompok bahan makanan; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan;

dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Inflasi kelompok bahan

makanan persisten di level yang tinggi dengan inflasi sebesar 13,51% (yoy),

meningkat dari inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 11,34% (yoy). Kelompok

ini merupakan penyumbang inflasi terbesar mencapai 3,97%. Demikian pula

halnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang bertahan di

level tinggi dengan laju inflasi dari 8,29% (yoy) pada triwulan II meningkat

menjadi 9,43% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,85%. Sementara itu, kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan harga yang

signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 8,91% (yoy) menjadi 17,51% (yoy)

dengan andil inflasi 2,85%. Tingginya inflasi triwulan III-2013 juga disebabkan

oleh meningkatnya pertumbuhan inflasi di hampir semua kelompok kecuali

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Gangguan pasokan bahan makanan masih menjadi sumber inflasi

kelompok bahan makanan. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan

terutama bersumber dari inflasi yang sangat tinggi pada subkelompok bumbu-

bumbuan mencapai 56,75% (yoy) dengan andil terhadap inflasi keseluruhan

mencapai 1,59%. Komoditas utama yang mendorong kenaikan inflasi adalah

bawang merah dan cabe merah. Dengan kenaikan harga mencapai 125,40% (yoy)

dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, komoditas bawang merah

memberikan andil inflasi sebesar 0,83% akibat tersendatnya ketersediaan stok.

Bawang merah yang didatangkan dari Pulau Jawa mengalami keterlambatan

karena terganggunya pengiriman melalui transportasi laut akibat tingginya

gelombang dan cuaca buruk. Selain itu, terjadinya anomali cuaca juga berdampak

pada kendala produksi bawang merah di Pulau Jawa. Sementara itu, kenaikan

harga komoditas cabe merah mencapai 54,78% (yoy) dibandingkan periode sama

tahun sebelumnya dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,72%. Namun tingginya

laju inflasi dan besarnya andil inflasi cabe merah tersebut lebih merupakan imbas

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

34

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

dari pergerakan harga yang terjadi selama semester I-2013. Selain itu komoditas

beras juga terpantau memberikan andil inflasi yang cukup signifikan sebesar

0,48% dengan kenaikan harga mencapai 6,77% (yoy). Hal ini dikarenakan

terdapat kendala dalam proses pendistribusian beras dari sentra beras menuju

pasar akibat intensitas curah hujan yang meningkat.

Kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong inflasi kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Dampak kenaikan harga BBM

bersubsidi, baik bensin premium maupun solar, masing-masing dari Rp4.500/liter

menjadi Rp6.500/liter, dan Rp4.500/liter menjadi Rp5.500/liter pada 23 Juni 2013

mencapai puncaknya di bulan Juli. Dengan kondisi tersebut, kenaikan inflasi

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan di triwulan III-2013 bersumber

dari subkelompok transpor dengan inflasi mencapai 22,93% (yoy) dan andil

terhadap inflasi keseluruhan mencapai 2,85%. Komoditas bensin menjadi faktor

utama inflasi dengan kenaikan harga mencapai 43,36% (yoy) dan andil terhadap

inflasi sebesar 1,19%. Tarif angkutan dalam kota juga terkena dampak rambatan

dari kenaikan harga BBM bersubsidi dengan meningkat 34,61% (yoy) dan

memberi sumbangan sebesar 1,14%. Meskipun pihak Organda telah menetapkan

standar kenaikan tarif angkutan sejak akhir minggu di bulan Juni, namun dampak

kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut baru tertransmisikan sepenuhnya di

bulan Juli melalui penyesuaian harga pada tarif angkutan dalam kota.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %)

Sumber: BPS, diolah.

2.3.2. Inflasi Triwulanan

Inflasi triwulanan pada periode laporan mengalami peningkatan. Inflasi

triwulanan Sumbar pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,74% (qtq), naik dari

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM / TOTAL 6,19 6,19 4,74 4,74 4,16 4,16 6,50 6,50 7,94 7,94 10,03 10,03

Bahan Makanan 9,57 2,80 2,44 0,73 0,27 0,08 9,04 2,68 11,34 3,41 13,51 3,97

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 7,12 1,36 7,55 1,44 8,18 1,56 8,47 1,64 8,29 1,60 9,43 1,85

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,41 0,46 2,81 0,52 2,95 0,54 2,49 0,47 3,09 0,57 4,33 0,79

Sandang 13,53 0,80 9,65 0,59 6,95 0,43 4,12 0,26 1,43 0,09 4,43 0,30

Kesehatan 5,03 0,18 3,73 0,13 3,77 0,13 3,27 0,12 3,04 0,11 4,28 0,15

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,46 0,39 12,71 0,78 12,31 0,75 12,32 0,75 11,74 0,71 1,92 0,13

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,24 0,21 3,27 0,54 4,13 0,67 3,57 0,58 8,92 1,44 17,51 2,85

Kelompok Barang & Jasa Tw. III

2013

Tw. III Tw. IV

2012

Tw. II Tw. IITw. I

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

35

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

triwulan sebelumnya yang mencapai 2,61% (qtq). Kenaikan ini terutama

bersumber dari kenaikan harga yang signifikan pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami

kenaikan harga sebesar 10,58% (qtq) dari triwulan sebelumnya 5,00% (qtq).

Demikian pula halnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau

juga mengalami kenaikan harga dari 0,72% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi

4,58% (qtq) pada triwulan laporan. Sementara itu, laju inflasi kelompok bahan

makanan terlihat mereda dari 5,04% (qtq) di triwulan II-2013 menjadi 1,17%

(qtq).

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %)

Sumber: BPS, diolah.

Laju inflasi kelompok bahan makanan mengalami perlambatan.

Pergerakan harga kelompok bahan makanan turun dari 5,04% (qtq) di triwulan II-

2013 menjadi 1,17% (qtq) pada periode laporan. Dengan melambatnya laju inflasi

tersebut, sumbangan kelompok ini terhadap inflasi menurun dari 1,53% di

triwulan sebelumnya menjadi 0,36%. Perlambatan ini terutama bersumber dari

menurunnya harga subkelompok bumbu-bumbuan yang mencatat deflasi sebesar

15,06% (qtq) di triwulan III-2013 dari 28,58% (qtq) pada triwulan lalu dengan

sumbangan deflasi sebesar 0,74%. Adapun komoditas utama penyumbang deflasi

adalah cabe merah imbas dari bertambahnya pasokan melalui masuknya cabe

impor ke Pulau Jawa.

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM / TOTAL 1.76 1.76 1.01 1.01 2.33 2.33 2.61 2.61 3.74 3.74

Bahan Makanan -0.77 -0.23 1.27 0.37 5.48 1.61 5.04 1.53 1.17 0.36

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 3.49 0.67 1.91 0.38 1.95 0.38 0.72 0.14 4.58 0.88

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0.05 0.01 0.51 0.09 1.53 0.28 0.96 0.17 1.26 0.22

Sandang 3.12 0.20 1.48 0.09 -2.12 -0.14 -0.97 -0.06 6.41 0.38

Kesehatan 0.55 0.02 0.19 0.01 0.74 0.03 1.53 0.05 1.76 0.06

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.43 0.69 0.21 0.01 0.39 0.03 -0.32 -0.02 1.64 0.10

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.50 0.40 0.33 0.05 0.87 0.14 5.00 0.80 10.58 1.73

Tw. III Tw. IITw. ITw. IV

2012

Tw. III

2013

Kelompok

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

36

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %)

Pergerakan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau naik cukup signifikan. Laju inflasi kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau naik dari 0,72% (qtq) di triwulan II-2013 menjadi

4,58% (qtq) di triwulan III-2013. Dengan kenaikan tersebut, andil inflasi kelompok

ini meningkat dari 0,14% di triwulan II-2013 menjadi 0,88%. Kenaikan tersebut

berasal dari meningkatnya harga subkelompok makanan jadi dari 0,20% (qtq) di

triwulan II menjadi 6,24% (qtq) di triwulan laporan dengan sumbangan inflasi

sebesar 0,66%. Adapun komoditas yang dominan memberikan andil terhadap

pergerakan harga pada subkelompok ini adalah nasi sebesar 0,15%, lontong sayur

sebesar 0,13% dan gulai sebesar 0,09%. Kenaikan harga nasi dan lontong sayur

tersebut merupakan dampak dari kenaikan harga beras yang mencapai 4,24%

(mtm) di bulan September. Sementara kenaikan harga gulai terjadi seiring dengan

konsumsi makanan, terutama gulai yang dominan dalam masakan Sumbar, yang

meningkat di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %)

Laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

meningkat terbatas. Pergerakan harga kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar naik dari 0,96% (qtq) di triwulan II-2013 menjadi 1,26% (qtq)

pada periode laporan. Dengan kondisi tersebut, andil kelompok ini terhadap

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Bahan Makanan 1,07 -5,17 6,14 3,46 -3,00 2,87 -0,77 1,27 5,48 5,04 1,17

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 17,01 -9,98 2,00 5,77 3,73 -9,93 2,95 2,52 1,42 -1,26 4,14

Daging dan Hasil-hasilnya 1,93 2,17 1,25 -3,03 1,41 0,15 3,65 2,36 1,53 1,82 4,35

Ikan Segar 1,84 6,28 3,57 -6,14 4,74 1,57 1,29 0,90 3,51 1,56 2,58

Ikan Diawetkan 2,59 6,56 0,04 -2,00 1,51 0,18 14,70 0,44 0,82 2,06 1,80

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,45 1,05 6,31 1,19 3,89 0,05 2,03 -0,41 2,34 4,13 3,46

Sayur-sayuran 3,53 2,14 7,57 0,84 -6,85 4,47 5,14 -2,89 6,81 6,06 4,86

Kacang - kacangan -0,16 0,53 0,38 -0,03 7,45 -1,75 14,46 -0,20 0,29 3,60 12,15

Buah - buahan 2,96 -1,64 3,02 2,53 0,25 2,88 4,48 -0,03 1,73 3,62 5,89

Bumbu - bumbuan -29,96 -32,77 38,27 27,75 -35,41 54,77 -28,80 6,34 34,97 28,58 -15,06

Lemak dan Minyak 10,26 0,33 4,28 -0,71 0,41 0,71 1,95 -1,29 -0,02 0,26 4,47

Bahan Makanan Lainnya 3,68 3,46 2,97 3,72 0,15 0,00 0,00 -0,92 0,00 1,23 3,51Sumber : BPS Sumbar, diolah.

2011Kelompok / Subkelompok

2012 2013

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau1,29 2,17 3,08 1,32 1,67 0,89 3,49 1,91 1,95 0,72 4,58

Makanan Jadi 1,16 2,16 1,84 0,46 0,09 0,47 1,90 0,15 1,17 0,20 6,24

Minuman yang Tidak Beralkohol 0,93 1,63 2,34 0,18 1,61 2,67 5,63 -0,12 0,40 -0,29 3,47

Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,78 2,49 6,31 3,77 5,06 0,85 5,61 6,36 4,07 2,08 2,16Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok20122011 2013

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

37

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

inflasi sedikit meningkat dari 0,17% di triwulan sebelumnya menjadi 0,22%.

Kenaikan biaya jasa tukang bangunan bukan mandor dan tarif tenaga listrik (TTL)

menjadi penyumbang utama inflasi di kelompok ini. Kenaikan tarif tukang

diindikasi merupakan dampak dari kenaikan permintaan akibat meningkatnya

pembangunan infrastruktur oleh pemerintah daerah di Sumbar menjelang akhir

tahun. Tarif tukang mengalami kenaikan 5,26% (qtq) dan memberikan andil

inflasi sebesar 0,11%. Sementara itu kenaikan TTL tahap ke-3 di bulan Agustus

sebesar 3,56% (qtq) memberi andil inflasi sebesar 0,08%.

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %)

Tren menurunnya indeks harga kelompok sandang tidak berlanjut di

triwulan III-2013. Setelah mencatat deflasi sebesar 0,97% (qtq) di triwulan II-

2013, kelompok sandang mencatat kenaikan harga sebesar menjadi 6,41% (qtq)

pada periode laporan. Dengan kenaikan tersebut, andil inflasi kelompok ini

meningkat menjadi 0,38% dari sebelumnya memberi andil deflasi sebesar 0,06%

di triwulan II-2013. Kenaikan harga emas perhiasan selama Agustus-September

memberi tekanan inflasi pada kelompok ini. Terus menurun sejak awal tahun

2013, harga emas perhiasan kembali meningkat sebesar 24,30% (qtq) di triwulan

III-2013 dengan andil inflasi sebesar 0,36%. Meningkatnya harga emas

internasional dan dampak imported inflation akibat dari melemahnya nilai tukar

rupiah menjadi penyebab kenaikan harga emas perhiasan.

Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %)

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 3,79 -0,09 -0,34 0,38 2,00 0,37 0,05 0,51 1,53 0,96 1,26

Biaya Tempat Tinggal 6,52 -0,61 -0,76 -0,09 3,41 0,56 0,01 0,92 1,05 1,74 1,18

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,40 0,00 0,16 1,39 0,08 0,04 0,00 0,00 2,97 -0,48 1,20

Perlengkapan Rumahtangga 0,40 2,39 0,22 0,00 -0,14 0,03 0,00 -0,25 0,38 -0,18 3,65

Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19 1,30 0,34 0,32 0,74 0,60 0,53 0,18 0,79 1,49 0,12Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok20122011 2013

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Sandang 0,12 2,71 6,77 4,04 0,54 1,66 3,12 1,48 -2,12 -0,97 6,41

Sandang Laki-laki 0,26 3,54 5,38 0,52 0,90 2,83 1,17 0,60 0,38 0,48 0,72

Sandang Wanita 0,37 1,97 1,80 0,11 0,25 1,97 0,54 0,00 0,74 0,37 0,12

Sandang Anak-anak 0,34 1,68 2,85 0,41 0,12 1,29 0,73 0,13 -0,08 0,50 0,80

Barang Pribadi dan Sandang Lain -0,50 3,52 16,91 13,81 0,70 0,63 8,53 4,13 -7,40 -4,19 20,50Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012 2013

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

38

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Pergerakan harga kelompok kesehatan relatif stabil. Pada periode laporan,

kelompok ini tercatat mengalami inflasi yang relatif stabil sebesar 1,76% (qtq)

dari triwulan II sebesar 1,53% (qtq) dengan andil inflasi yang stabil sebesar 0,06%

dari triwulan sebelumnya 0,05%. Kestabilan ini sejalan dengan pergerakan indeks

harga subkelompok jasa perawatan jasmani yang meningkat ditengah

melambatnya inflasi subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Adapun

komoditas utama yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan inflasi pada

kelompok ini adalah bedak dengan andil 0,02%.

Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %)

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat kenaikan harga

yang cukup signifikan. Pada periode laporan, kelompok ini mengalami inflasi

yang cukup tinggi sebesar 1,64% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencatat

deflasi sebesar 0,32% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,10%. Kenaikan tersebut

berasal dari subkelompok pendidikan dengan komoditas biaya TK menjadi satu-

satunya penyumbang inflasi sebesar 0,09% diindikasi akibat naiknya biaya

pendaftaran masuk TK di bulan Juli.

Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %)

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan

inflasi yang sangat tinggi. Pergerakan harga kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan meningkat signifikan dari 5,00% (qtq) di triwulan II-2013

menjadi 10,58% (qtq) pada periode laporan. Dengan kenaikan indeks harga

tersebut, andil kelompok ini terhadap inflasi juga meningkat signifikan dari 0,80%

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Kesehatan 1,11 1,90 1,81 0,15 1,23 1,76 0,55 0,19 0,74 1,53 1,76

Jasa Kesehatan 0,18 0,00 2,95 0,00 3,44 2,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Obat-obatan 0,02 6,32 4,70 0,00 0,04 4,02 1,16 0,45 0,47 2,20 2,56

Jasa Perawatan Jasmani 0,76 0,00 0,00 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,08 5,68

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,25 1,86 0,21 0,07 0,35 0,59 0,78 0,25 1,50 2,27 2,03Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012 2013

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0,03 0,14 5,25 0,56 0,38 0,20 11,43 0,21 0,39 -0,32 1,64

Pendidikan 0,00 0,00 7,85 0,00 0,00 0,00 17,06 0,00 0,00 0,00 2,08

Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 6,97 0,00 2,17 0,43 0,00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan -0,29 0,84 2,47 -0,60 2,74 -0,41 1,26 0,00 1,81 -1,33 0,00

Rekreasi 0,00 0,13 0,00 4,54 0,02 1,77 0,00 1,57 0,00 -1,36 1,93

Olahraga 0,00 0,16 0,00 0,59 0,00 0,00 0,00 0,00 0,42 0,19 1,00Sumber : BPS Sumbar, diolah.

2011Kelompok / Subkelompok

2012 2013

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

39

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

di triwulan sebelumnya menjadi 1,73%. Kenaikan inflasi kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan di triwulan III-2013 bersumber dari subkelompok

transpor dengan inflasi mencapai 13,57% (qtq) dengan andil inflasi mencapai

1,72%. Komoditas bensin menjadi faktor utama inflasi dengan kenaikan harga

mencapai 26,84% (qtq) dan andil terhadap inflasi sebesar 0,79% akibat kebijakan

kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir bulan Juni 2013. Dampak lanjutan dari

kebijakan pemerintah tersebut mempengaruhi tarif moda transportasi terutama

angkutan dalam kota yang naik 21,82% (qtq) dengan andil sebesar 0,75% dan

angkutan udara yang naik 12,53% (qtq) dengan andil sebesar 0,17%.

Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

(qtq, %)

2.4. Disagregasi Inflasi

Disagregasi (pembagian) inflasi menunjukkan bahwa pergerakan inflasi

tidak hanya bisa dikendalikan melalui sisi permintaan, namun juga di sisi

penawaran. Inflasi di Sumbar berdasarkan pembagian melalui subkelompok, core

inflation (inflasi inti) yang sebagian besar mempengaruhi inflasi dari sisi

permintaan, berkontribusi sebesar 51,11% terhadap pembentukan inflasi.

Sementara dari sisi penawaran, volatile food yang sebagian besar terdiri dari

subkelompok barang bahan pangan berkontribusi sebesar 24,74% terhadap

pembentukan inflasi. Pembentukan inflasi dari sisi penawaran juga dipengaruhi

oleh subkelompok yang pergerakan harganya sangat terkait dengan kebijakan

pemerintah seperti harga bahan bakar minyak (BBM), gas, Tarif Tenaga Listrik

(TTL) maupun cukai barang tertentu yang secara keseluruhan berkontribusi

sebesar 24,11% terhadap pembentukan inflasi. Dengan demikian, 48,89%

pembentukan inflasi berasal dari pergerakan di sisi penawaran.

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,43 0,48 -0,49 1,41 -0,16 2,50 0,33 0,87 5,00 10,58

Transpor 1,00 0,61 1,21 -0,66 2,10 -0,01 3,25 0,42 1,30 6,41 13,57

Komunikasi Dan Pengiriman 0,00 -0,16 -2,66 0,00 -2,92 -1,18 0,03 0,00 -0,94 0,00 0,00

Sarana dan Penunjang Transpor 1,72 0,00 0,00 0,14 4,25 0,33 0,08 0,15 0,02 1,05 0,31

Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,40 0,00 0,81 0,00 0,00Sumber : BPS Sumbar, diolah.

2011Kelompok / Subkelompok

2012 2013

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

40

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.46 Perkembangan Pertumbuhan Disagregasi Inflasi

Pergerakan inflasi pada triwulan laporan didominasi oleh kenaikan

kelompok barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah (administered

prices). Inflasi administered price pada triwulan III-2013 sebesar 16,83% (yoy),

meningkat dan bertahan pada level dua digit pada triwulan sebelumnya sebesar

11,44% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan tingginya inflasi kelompok ini

adalah kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir bulan Juni dan

kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dalam empat tahap yang telah dimulai awal

tahun dan memasuki realisasi tahap ketiga di bulan Agustus. Dengan kondisi

tersebut, kelompok administered price memberikan andil inflasi terbesar

mencapai 4,06% di triwulan III-2013.

Gangguan pasokan bahan makanan, terutama di semester I-2013,

berdampak pada tingginya inflasi kelompok volatile food. Kelompok ini

mengalami inflasi sebesar 13,85% (yoy) pada triwulan III-2013, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sudah tinggi di level 11,19%

(yoy). Dengan perkembangan tersebut, sumbangan inflasi kelompok volatile food

mencapai 3,43% di triwulan III-2013. Kondisi cuaca dengan curah hujan yang

tinggi masih menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya kenaikan inflasi

volatile food terutama dari komoditas bawang merah. Berdasarkan Survei

Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, rata-rata harga bawang merah pada

akhir triwulan III-2013 mencapai Rp41.575/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp32.150/kg. Sementara itu kenaikan inflasi yang lebih tinggi

dapat tertahan seiring dengan mulai menurunnya komoditas cabe merah. Dari

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

Inflasi (%-yoy)

Sumber : BPS

Inflasi IHK (yoy) Core

Volatile Food Administered Price

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

41

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

SPH Bank Indonesia, rata-rata harga cabe merah turun dari Rp40.466/kg pada

triwulan II-2013 menjadi Rp37.050/kg di triwulan III-2013.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.47 Perkembangan Andil Disagregasi Inflasi

Sementara itu, pergerakan inflasi inti (core) menunjukkan pergerakan

yang moderat. Inflasi inti pada triwulan III-2013 mencapai 4,54% (yoy), sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,27% (yoy). Tren

meningkatnya inflasi inti tersebut seiring dengan kenaikan harga kelompok

makanan jadi dan kelompok sandang pada triwulan III-2013. Adanya momen

bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menyebabkan meningkatkan tingkat

permintaan masyarakat. Hal ini terindikasi dari indeks pengeluaran saat ini hasil

Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan

pengeluaran dari 174,5 pada triwulan II-2013 menjadi 189,0 pada triwulan III-

2013.

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pe

rse

n (

yoy,

%)

Administered Price

Volatile Food

Core

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

42

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB III

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN DAERAH

Kinerja bank umum di Sumatera Barat selama triwulan III-2013 mengalami

perlambatan di sisi aset dan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK). Aset

tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy) menjadi 7,7%

(yoy). Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh melambat dari 7,8% (yoy)

pada triwulan II-2013 menjadi 1,3% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro dan deposito. Sementara itu

penyaluran kredit relatif stabil dari 15,5% (yoy) menjadi 15,2% (yoy). Aktivitas

pendanaan di sektor pertanian dan industri pengolahan yang meningkat

dibarengi dengan penurunan kredit sektor konstruksi serta pengangkutan dan

komunikasi berdampak pada perkembangan kredit yang relatif stabil di Sumbar.

Meskipun demikian, intermediasi perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-

Deposit Ratio (LDR) masih sangat tinggi, yakni mencapai 148,6%. Ditengah

tingkat intermediasi yang tinggi, perbankan masih mampu menjaga kualitas

kredit yang disalurkannya dengan rasio Non-Performing-Loan (NPL) di triwulan III-

2013 sebesar 2,37%.

Penurunan indikator perbankan yang lebih besar terjadi pada Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar. Aset mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 1,2% (yoy) setelah tumbuh positif sebesar 2,9% (yoy) pada triwulan II-

2013. Sementara itu pertumbuhan DPK yang negatif masih berlanjut dengan

besaran yang meningkat dari 3,7% (yoy) di triwulan II-2013 menjadi 9,0% (yoy).

Kredit yang disalurkan juga mulai mencatat pertumbuhan yang negatif menjadi

3,0% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 2,5%

(yoy). Walaupun demikian, tingkat intermediasi BPR masih tinggi dengan LDR

mencapai 122,7%. Hanya saja, terdapat risiko kredit yang tinggi dengan

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

43

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

memburuknya kemampuan membayar pinjaman dari nasabah BPR terlihat dari

meningkatnya NPL di level yang semakin tinggi mencapai 9,01%.

Perlambatan pertumbuhan indikator perbankan juga dialami oleh bank

umum syariah di Sumbar meskipun masih berada di level yang tinggi. Aset

bank umum syariah di triwulan III-2013 tumbuh 21,9% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,5% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada DPK yang hanya tumbuh 16,5% (yoy)

dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 32,1% (yoy). Pembiayaan juga

melambat dari triwulan II-2013 yang tumbuh 24,3% (yoy) menjadi 21,3% (yoy).

Perputaran uang tunai mencatat net-inflow yang lebih tinggi dengan nilai

transaksi non tunai melalui kliring mengalami kenaikan namun nilai

transaksi Real-Time Gross Settlement (RTGS) menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya. Meningkatnya net-inflow merupakan dampak dari

maraknya transaksi tunai seiring dengan meningkatnya kegiatan konsumsi yang

dilakukan masyarakat selama bulan Ramadhan hingga perayaan hari raya Idul

Fitri. Meningkatnya kegiatan konsumsi domestik juga berimplikasi pada

menurunnya transaksi RTGS melalui berkurangnya arus dana keluar wilayah

Sumbar secara signifikan.

3.1. Perkembangan Bank Umum

Pertumbuhan aset bank umum di Sumbar pada triwulan III-2013 mencatat

perlambatan. Total aset bank umum pada triwulan III-2013 mencapai Rp42,8

triliun, atau tumbuh sebesar 7,7% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,5% (yoy) akibat turunnya

aset baik bank pemerintah maupun bank swasta nasional.

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

44

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 3.10. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

*Data sementara hingga posisi terakhir di bulan Agustus 2013

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan III-2013 tumbuh

melambat secara signifikan. Pertumbuhan DPK melambat dari 7,9% (yoy) pada

triwulan II-2013 menjadi 1,3% (yoy) dengan DPK sebesar Rp25,5 triliun.

Berdasarkan jenis simpanan, giro dan deposito mengalami perlambatan yang

signifikan. Penghimpunan dana giro tumbuh -22,2% (yoy), melanjutkan tren

negatif pada triwulan sebelumnya sebesar -8,5% (yoy). Demikian pula halnya

deposito yang tumbuh melambat dari 21,8% (yoy) di triwulan II menjadi 7,4%

(yoy) di triwulan III. Sementara itu, penghimpunan DPK dalam bentuk tabungan

kembali meningkat setelah sempat tumbuh melambat pada triwulan sebelumnya

terutama akibat penarikan dana dalam rangka liburan sekolah. Rekening

tabungan tumbuh sebesar 8,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 6,6% (yoy).

Pangsa (%) Pangsa (%)

I II III IV I II III* II-2013 III-2013* II-2013 III-2013*

Aset 36.252.823 37.821.353 39.737.737 40.155.259 42.984.120 42.181.716 42.799.609 11,5 7,7

Giro 5.248.394 5.332.606 5.657.582 4.306.376 5.671.352 4.879.597 4.403.086 -8,5 -22,2 19,2 17,3

Tabungan 10.473.799 11.047.277 11.594.394 12.982.819 11.688.703 11.776.605 12.580.965 6,6 8,5 46,3 49,3

Deposito 7.221.118 7.190.538 7.939.970 7.535.896 8.343.201 8.756.515 8.527.888 21,8 7,4 34,5 33,4

Total DPK 22.943.312 23.570.421 25.191.945 24.825.091 25.703.256 25.412.716 25.511.939 7,8 1,3

Modal Kerja 10.861.629 12.401.771 12.466.836 12.924.791 13.298.400 13.815.234 13.957.823 11,4 12,0 37,2 36,8

Investasi 5.074.249 5.250.236 5.349.366 5.291.214 5.879.552 6.636.588 6.928.202 26,4 29,5 17,9 18,3

Konsumsi 14.187.787 14.495.704 15.100.728 15.788.324 15.973.448 16.683.876 17.032.474 15,1 12,8 44,9 44,9

Total Kredit Jenis Penggunaan 30.123.665 32.147.711 32.916.930 34.004.329 35.151.400 37.135.698 37.918.499 15,5 15,2

Pertanian 3.008.096 3.395.718 3.323.222 3.414.431 3.523.163 3.622.201 3.733.950 6,7 12,4 9,8 9,8

Pertambangan dan Penggalian 456.359 492.579 483.820 377.423 428.427 473.988 478.989 -3,8 -1,0 1,3 1,3

Industri Pengolahan 2.432.477 2.670.382 2.621.857 2.688.052 3.162.315 3.101.432 3.325.518 16,1 26,8 8,4 8,8

Listrik, Gas dan Air Bersih 4.377 13.669 19.261 22.365 33.544 41.864 42.137 206,3 118,8 0,1 0,1

Konstruksi 284.983 368.198 424.769 438.737 390.504 466.913 480.454 26,8 13,1 1,3 1,3

Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.509.709 8.067.883 8.149.299 8.384.970 8.707.305 9.894.703 9.980.418 22,6 22,5 26,6 26,3

Pengangkutan dan Komunikasi 307.367 342.934 392.922 432.853 464.366 555.543 543.986 62,0 38,4 1,5 1,4

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 650.949 735.537 750.691 803.726 790.360 790.911 772.459 7,5 2,9 2,1 2,0

Jasa-jasa 2.281.561 1.565.108 1.650.363 1.653.448 1.677.968 1.504.267 1.528.113 -3,9 -7,4 4,1 4,0

Lain-lain 14.187.787 14.495.704 15.100.728 15.788.324 15.973.448 16.683.876 17.032.474 15,1 12,8 44,9 44,9

Total Kredit Sektor Ekonomi 30.123.665 32.147.711 32.916.930 34.004.329 35.151.400 37.135.698 37.918.499 15,5 15,2

LDR 131,30 136,39 130,66 136,98 136,76 146,13 148,63

NPL 2,06 2,12 2,26 2,06 2,34 2,21 2,37

(dalam juta rupiah)2012 Pertumbuhan (%, yoy)2013

Indikator Perbankan

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

45

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.48 Pertumbuhan Aset Bank

Umum Menurut Kelompok Bank (yoy)

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.49 Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Penyaluran dana kredit selama triwulan III-2013 relatif stabil. Berdasarkan

jenis penggunaan, kredit bank umum di Sumbar didominasi oleh kredit konsumsi

dengan jumlah mencapai Rp17,0 triliun atau 44,9% dari total kredit, diikuti oleh

kredit modal kerja sebesar Rp14,0 triliun dengan proporsi 36,8% dan kredit

investasi sebesar Rp6,9 triliun dengan proporsi 18,3%. Secara keseluruhan, kredit

tumbuh sebesar 15,2% (yoy), relatif stabil dibandingkan pencapaian triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,5% (yoy). Stabilnya pertumbuhan kredit

ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi

ditengah perlambatan kredit konsumsi. Kredit modal kerja dan kredit investasi

mampu tumbuh sebesar 12,0% (yoy) dan 29,5% (yoy), meningkat dibandingkan

penyaluran triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 11,4% (yoy) dan 26,4% (yoy).

Sementara kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 12,8% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2013 sebesar 15,1% (yoy).

*Data sementara Agustus 2013 Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.50. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

*Data sementara Agustus 2013 Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.51. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

Menguatnya pertumbuhan kredit di sektor utama mampu membawa

pertumbuhan kredit yang stabil. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit bank

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

Bank Umum

Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional

Persen

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

DPK Giro

Tabungan Deposito

Persen

-5

5

15

25

35

45

55

65

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012 2013

Total Kredit

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

Persen

0 10 20 30 40 50 60 70

Pertanian

Industri Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

III-2013*

II-2013

Persen

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

46

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

umum di Sumbar didominasi oleh kredit perdagangan, hotel dan restoran dengan

jumlah mencapai Rp10,0 triliun atau 44,9% dari total kredit1, diikuti oleh kredit

pertanian sebesar Rp3,7 triliun dengan proporsi 17,9% dan kredit industri

pengolahan sebesar Rp3,3 triliun dengan proporsi 15,9%. Pertumbuhan kredit

pada triwulan laporan ditopang oleh sektor pertanian dan sektor industri

pengolahan yang tumbuh membaik. Pertumbuhan kredit di sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan masing-masing tumbuh sebesar 12,4% (yoy) dan

26,8% (yoy), lebih tinggi daripada pertumbuhan triwulan II 2013 yang tumbuh

sebesar 6,7% (yoy) dan 16,1% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit sektor

pertanian didorong oleh peningkatan penyaluran kredit pada usaha perkebunan

karet, budidaya unggas, dan pembibitan sapi potong. Adapun peningkatan

penyaluran kredit industri pengolahan didorong oleh peningkatan penyaluran

kredit kepada usaha pengolahan minyak mentah (minyak makan) dari hewani dan

nabati, minyak goreng dari kelapa sawit mentah, penggilingan padi dan

penyosohan beras, serta usaha pengolahan semen, kapur, gips, dan barang dari

semen lainnya. Sementara itu sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang

merupakan sektor pengguna kredit terbesar di Sumbar tumbuh stabil di level

22,5% (yoy). Sebaliknya, pelemahan kredit di sektor pendamping seperti sektor

listik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi;

sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa

menyebabkan pertumbuhan kredit tidak mampu mencatat peningkatan.

Penyaluran kredit di skala usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

terpantau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit UMKM

tumbuh sebesar 13,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2013 yang

mampu tumbuh sebesar 14,2% (yoy). Dengan kondisi tersebut, kontribusi kredit

UMKM terhadap total kredit perbankan menurun dari 31,1% di triwulan II-2013

menjadi 30,2%. Sebagian besar kredit yang disalurkan berupa kredit modal kerja

yang mencapai 78,5% dari total kredit UMKM, sedangkan sisanya dalam bentuk

kredit investasi. Sementara itu sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih

menjadi sektor usaha yang menerima kredit UMKM terbesar, diikuti oleh sektor

pertanian.

1 Diluar kredit sektor lain-lain atau kredit konsumsi

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

47

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.52 Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.53 Perkembangan dan Pertumbuhan KUR

Perlambatan kredit, walau masih tumbuh tinggi, juga dialami oleh Kredit

Usaha Rakyat (KUR). Kredit yang disalurkan melalui program KUR tumbuh

sebesar 47,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 53,9% (yoy). Namun jumlah dana yang tersalurkan

melalui program KUR masih mencatat kenaikan. Total dana KUR yang disalurkan

pada triwulan III-2013 mencapai Rp3,9 triliun, lebih besar daripada jumlah

penyaluran triwulan sebelumnya sebesar Rp3,6 triliun. Sejalan dengan kenaikan

penyaluran dana KUR, jumlah debitur KUR mengalami peningkatan dari 207.413

orang pada triwulan III-2013 menjadi 218,718 orang.

*Data Sementara Agustus 2013

Grafik 3.54 Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum

Fungsi intermediasi bank umum di Sumbar masih menunjukkan performa

yang baik. Hal ini terlihat pada indikator Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-

Performing Loan (NPL) bank umum. LDR bank umum di Sumbar meningkat

menjadi 148,6%, dari pencapaian triwulan II-2013 yang hanya sebesar 146,1%.

Meningkatnya rasio LDR terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan

DPK ditengah stabilnya pertumbuhan kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang

disalurkan oleh bank umum masih berada pada level aman meskipun terdapat

25,3

28,5

23,5 22,3

25,2

14,2 13,7

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III*

2012 2013

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Miliar RpNilai Kredit Growth (yoy) - sisi kanan Persen

0

20

40

60

80

100

120

0500

1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.500

I II III IV I II III

2012 2013

Miliar Rp

gPlafond KUR (%) Plafond KUR (Nominal)

Persen

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

LDR (sisi kiri) NPL (sisi kanan)

Persen Persen

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

48

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

potensi kenaikan NPL. NPL pada triwulan III-2013 tercatat mencapai 2,37%, lebih

tinggi dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya. Namun level NPL tersebut

masih dibawah batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Perlambatan pertumbuhan aset juga terjadi pada Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) di Sumbar. Aset BPR di Sumbar tumbuh negatif sebesar -1,2%

(yoy) di triwulan III-2013, menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh positif sebesar 2,5% (yoy). Secara nominal, total aset BPR turun dari

Rp1,51 triliun di triwulan II-2013 menjadi Rp1,48 triliun di triwulan III-2013.

Penurunan aset tersebut disebabkan oleh menurunnya penyaluran kredit oleh BPR

secara signifikan.

DPK BPR juga mengalami penurunan. Pertumbuhan DPK yang negatif masih

berlanjut dengan besaran yang meningkat dari -3,7% (yoy) di triwulan II-2013

menjadi -9,0% (yoy). Penurunan DPK didorong oleh pertumbuhan simpanan

tabungan dan deposito yang menurun. DPK di BPR yang terhimpun dalam bentuk

tabungan tumbuh negatif sebesar -7,6% (yoy). Demikian pula halnya deposito

yang tumbuh negatif sebesar -11,1% (yoy).

Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

*Data sementara hingga posisi terakhir di bulan Agustus 2013

2013 Pangsa (%) Pangsa (%)

I II III IV I II III II-2013 III-2013* II-2013 III-2013*

Aset 1.416.797 1.466.701 1.496.614 1.588.891 1.520.964 1.509.652 1.479.257 2,9 -1,2

Tabungan 544.274 550.259 538.480 538.480 568.735 523.400 497.567 -4,9 -7,6 60,51 60,27

Deposito 349.789 348.042 368.802 368.802 360.006 341.586 327.995 -1,9 -11,1 39,49 39,73

Total DPK 894.062 898.301 907.282 907.282 928.741 864.986 825.562 -3,7 -9,0

Modal Kerja 642.948 673.399 676.376 670.022 669.976 691.991 649.499 2,8 -4,0 64,75 64,14

Investasi 114.819 118.018 113.525 116.834 124.494 126.961 122.566 7,6 8,0 11,88 12,10

Konsumsi 249.446 251.795 254.336 252.893 252.340 249.822 240.594 -0,8 -5,4 23,37 23,76

Total Kredit Jenis Penggunaan 1.007.213 1.043.212 1.044.237 1.039.749 1.046.811 1.068.773 1.012.660 2,5 -3,0

Pertanian 175.578 181.113 180.418 181.238 186.375 191.422 176.312 5,7 -2,3 17,91 17,41

Pertambangan dan Penggalian 2.960 2.896 2.862 2.991 3.451 3.961 3.456 36,8 20,8 0,37 0,34

Industri Pengolahan 19.717 19.721 18.357 16.323 16.404 17.110 16.902 -13,2 -7,9 1,60 1,67

Listrik, Gas dan Air Bersih 712 1.079 1.005 602 518 511 464 -52,7 -53,8 0,05 0,05

Konstruksi 8.579 9.580 10.466 9.279 8.346 11.101 12.278 15,9 17,3 1,04 1,21

Perdagangan, Hotel dan Restoran 443.229 471.552 468.386 468.949 473.071 484.701 458.700 2,8 -2,1 45,35 45,30

Pengangkutan dan Komunikasi 28.193 32.292 31.434 30.639 32.320 32.952 31.683 2,0 0,8 3,08 3,13

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 2.742 4.095 5.409 6.829 6.737 7.504 6.218 83,2 15,0 0,70 0,61

Jasa-jasa 76.056 69.088 71.565 70.007 67.249 69.691 66.053 0,9 -7,7 6,52 6,52

Lain-lain 249.446 251.795 254.336 252.893 252.340 249.822 240.594 -0,8 -5,4 23,37 23,76

Total Kredit Sektor Ekonomi 1.007.213 1.043.212 1.044.237 1.039.749 1.046.811 1.068.773 1.012.660 2,5 -3,0

LDR 112,66 116,13 115,10 114,60 112,71 123,56 122,66

NPL 7,46 7,08 8,16 8,10 7,85 8,13 9,01

(dalam juta rupiah)

2012 Pertumbuhan (%, yoy)Indikator Perbankan

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

49

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Pertumbuhan kredit BPR terus melambat. Berdasarkan jenis penggunaan,

kredit BPR di Sumbar terutama digunakan untuk kredit modal kerja dengan

jumlah mencapai Rp649,5 miliar atau 64,1% dari total kredit, diikuti oleh kredit

konsumsi sebesar Rp240,6 miliar dengan proporsi 23,8% dan kredit investasi

sebesar Rp122,6 miliar dengan proporsi 12,1%. Secara keseluruhan, kredit tumbuh

negatif sebesar -3,0% (yoy), setelah di triwulan sebelumnya mampu tumbuh

positif sebesar 2,5% (yoy). Negatifnya pertumbuhan kredit dikarenakan

melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit modal

kerja dan kredit konsumsi tumbuh melambat sebesar -4,0% (yoy) dan -5,4% (yoy)

dibandingkan penyaluran triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 2,8% (yoy) dan -

0,8% (yoy). Sementara kredit konsumsi relatif stabil dengan tumbuh 8,0% (yoy)

dari triwulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy). Masih kuatnya kredit konsumsi

mengindikasikan adanya kebutuhan masyarakat akan barang konsumsi yang

tinggi ditengah kemudahan pengajuan kredit di BPR dibandingkan dengan bank

umum.

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.55 Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy)

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.56 Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

Negatifnya pertumbuhan kredit di sektor utama berdampak pada

melambatnya pertumbuhan kredit BPR. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit

BPR di Sumbar didominasi oleh kredit perdagangan, hotel dan restoran dengan

jumlah mencapai Rp458,7 miliar atau 59,4% dari total kredit2, diikuti oleh kredit

pertanian sebesar Rp176,3 miliar dengan proporsi 22,8% dan kredit jasa-jasa

sebesar Rp66,1 miliar dengan proporsi 8,6%. Dengan negatifnya pertumbuhan

ketiga sektor tersebut, maka pertumbuhan kredit secara keseluruhan mengalami

pelemahan secara signifikan.

2 Diluar kredit sektor lain-lain atau kredit konsumsi

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012 2013

Persen

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

Tabungan

Simpanan Berjangka

Total DPK

Persen

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

50

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.57 Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.58 Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL)

BPR

Sementara itu fungsi intermediasi BPR secara umum relatif baik

walaupun memiliki kecenderungan yang menurun. Pada triwulan laporan,

LDR BPR Sumbar mencapai 122,7%, sedikit menurun bila dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 123,6%. LDR dapat tetap terjaga diatas 100% sejalan

dengan penurunan DPK yang lebih besar daripada penurunan kredit. Ditengah

penurunan jumlah kredit, kualitas kredit yang disalurkan oleh BPR juga

mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari NPL BPR yang meningkat dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,13% menjadi 9,01%. Nilai NPL tersebut berada di atas batas

toleransi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni sebesar 5%. Hal ini

mengindikasikan rendahnya prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh BPR di

wilayah Sumbar.

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah

Aset bank umum syariah di Sumbar masih tumbuh positif walau mulai

melambat. Kepemilikan aset bank umum syariah di Sumbar mencapai Rp4,4

triliun pada triwulan III-2013, tumbuh melambat namun masih di level yang cukup

tinggi sebesar 21,9% (yoy). Melambatnya kenaikan aset tersebut sejalan dengan

melambatnya pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan bank umum syariah.

Sementara itu, masih tingginya pertumbuhan aset bank umum syariah

menunjukkan masih besarnya pangsa pasar yang dapat digarap oleh jenis

perbankan ini.

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

Total Kredit Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi Kredit Konsumsi

Persen

0

2

4

6

8

10

12

1

21

41

61

81

101

121

141

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

LDR (LHS)

NPL (RHS)

Persen Persen

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

51

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

*Data sementara hingga posisi terakhir di bulan Agustus 2013

Sementara itu penghimpunan DPK mengalami perlambatan yang

signifikan. DPK hanya mampu tumbuh 16,5% (yoy) pada triwulan III-2013 dari

32,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini disebabkan oleh

pertumbuhan seluruh jenis dana simpanan yang lebih rendah dari pencapaian

triwulan II-2013. Tabungan hanya mampu tumbuh sebesar 12,2% (yoy), melambat

jika dibandingkan dengan pertumbuhan tabungan triwulan II-2013 yang

mencapai 17,0% (yoy). Sementara itu, penghimpunan deposito tumbuh sebesar

23,7% (yoy), jauh dibawah pencapaian pertumbuhan deposito triwulan

sebelumnya yang mencapai 46,3% (yoy). Bahkan giro tumbuh negatif sebesar -

5,5% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 22,6%

(yoy).

Perlambatan juga terjadi pada penyaluran pembiayaan oleh bank umum

syariah dengan dominannya pembiayaan konsumsi. Pembiayaan oleh bank

umum syariah di Sumbar terutama digunakan untuk pembiayaan konsumsi

dengan jumlah mencapai Rp2,4 triliun atau 62,0% dari total pembiayaan, diikuti

oleh pembiayaan modal kerja sebesar Rp1,1 triliun dengan proporsi 28,8% dan

pembiayaan investasi sebesar Rp350,2 miliar dengan proporsi 9,2%. Secara

keseluruhan, realisasi pembiayaan tumbuh melambat menjadi 21,3% (yoy) dari

triwulan sebelumnya sebesar 24,3% (yoy). Pelemahan bersumber dari pembiayaan

konsumsi dan modal kerja yang tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

2013 Pangsa (%)

I II III IV I II III* II-2013 III-2013* III-2013*

Aset 3,152,758 3,409,127 3,594,368 3,792,905 3,810,542 4,244,553 4,380,249 24.5 21.9

DPK 1,825,065 1,642,356 1,892,379 1,873,518 1,828,552 2,169,776 2,204,407 32.1 16.5

Giro 102,158 111,562 148,005 124,585 118,805 136,806 139,841 22.6 -5.5 6.3

Tabungan 818,046 704,223 804,350 864,647 785,324 823,993 902,100 17.0 12.2 40.9

Deposito 904,861 826,571 940,024 884,286 924,423 1,208,977 1,162,466 46.3 23.7 52.7

Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan 2,641,952 3,006,809 3,129,453 3,437,861 3,363,426 3,737,682 3,795,017 24.3 21.3

Modal Kerja 735,323 848,679 887,052 932,198 885,528 1,066,372 1,091,762 25.7 23.1 28.8

Investasi 232,921 307,672 308,691 316,771 265,693 338,043 350,161 9.9 13.4 9.2

Konsumsi 1,673,708 1,850,458 1,933,710 2,188,892 2,212,205 2,333,267 2,353,094 26.1 21.7 62.0

Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi 2,641,952 3,006,809 3,129,453 3,437,859 3,363,427 3,737,682 3,795,017 24.3 21.3

Pertanian 58,941 66,751 66,073 71,917 64,661 72,221 75,740 8.2 14.6 2.0

Pertambangan 545 332 253 242 834 44 - -86.7 -100.0 -

Industri Pengolahan 56,937 54,690 48,779 68,110 39,754 41,095 46,446 -24.9 -4.8 1.2

Listrik, Gas dan Air 0 0 0 29 0 0 0 0.0 0.0 -

Konstruksi 4,122 9,039 8,394 10,028 6,840 8,230 5,722 -9.0 -31.8 0.2

Perdagangan 352,004 394,298 439,344 487,696 431,771 484,664 494,426 22.9 12.5 13.0

Transportasi dan Komunikasi 9,735 14,739 15,955 5,339 4,998 5,726 5,526 -61.2 -65.4 0.1

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 398,145 525,252 523,365 532,601 529,863 673,489 693,104 28.2 32.4 18.3

Jasa Sosial 87,815 91,250 93,580 73,005 72,501 118,946 120,959 30.4 29.3 3.2

Lain-Lain 1,673,708 1,850,458 1,933,710 2,188,892 2,212,205 2,333,267 2,353,094 26.1 21.7 62.0

Financing-to-Deposit Ratio (FDR) 145 183.1 165.4 183.5 183.9 172.3 172.2

Non-Performing Financing (NPF) 1 1.13 1.38 1.18 1.23 1.25 1.35

Pertumbuhan (%, yoy)Indikator Perbankan

2012

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

52

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Selama triwulan III-2013, pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 21,7% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pencapaian triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 26,1%

(yoy). Demikian juga pembiayaan bank syariah dalam bentuk modal kerja yang

hanya tumbuh sebesar 23,1% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,3% (yoy). Dominasi pembiayaan

konsumsi menggambarkan bahwa pembiayaan syariah belum fokus pada

kegiatan yang produktif.

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.59 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy)

*Data sementara Agustus 2013

Grafik 3.60 Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan

(NPL) Bank Umum Syariah

Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan di sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan tumbuh menguat. Penyaluran pembiayaan

di sektor tersebut mampu tumbuh 32,4% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya sebesar 28,2% (yoy). Namun perlambatan di sektor utama lainnya,

yaitu sektor perdagangan yang melambat signifikan dari 22,9% (yoy) menjadi

12,5% (yoy) di triwulan III-2013 berdampak pada melambatnya pembiayaan bank

syariah secara keseluruhan karena tingginya kontribusi pembiayaan sektor

tersebut, yaitu mencapai 34,3%3 dari total pembiayaan.

Kegiatan intermediasi bank umum syariah di Sumbar masih terjaga

dengan baik. Financing Deposit Ratio (FDR) bank syariah stabil di level yang

tinggi, mencapai 172,2%, sejalan dengan jauh lebih tingginya nominal

pembiayaan dibandingkan dengan total DPK. Adapun kualitas pembiayaan

tergolong baik dengan besaran Non-Performing Financing (NPF) sebesar 1,35%

3 Diluar kredit sektor lain-lain atau kredit konsumsi

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

Persen

Asset

DPK

Pembiayaan

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011 2012 2013

FDR (%) (LHS)

NPF (%) (RHS)

Persen Persen

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

53

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pada triwulan III-2013, atau jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia sebesar 5%.

3.4. Transaksi Tunai

Nilai transaksi tunai mengalami kenaikan net-inflow selama triwulan III-

2013. Nilai transaksi tunai yang disetor (inflow) ke KPw Bank Indonesia Wilayah

VIII lebih tinggi daripada nilai transaksi tunai yang keluar (outflow) dari Bank

Indonesia dengan nilai yang meningkat signifikan. Nominal transaksi tunai

outflow mencapai Rp2,61 triliun atau meningkat 63,9% (qtq) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini merupakan siklus tahunan akibat

meningkatnya transaksi penggunaan uang tunai menjelang bulan Ramadhan

hingga hari raya Idul Fitri. Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi tunai inflow

juga meningkat signifikan mencapai Rp4,67 triliun, atau tumbuh 72,6% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan II-2013 karena menurunnya permintaan

masyarakat akan uang tunai dan meningkatnya aktivitas penyimpanan uang tunai

ke perbankan paska hari raya Idul Fitri. Secara tahunan, transaksi tunai outflow

dan inflow masing-masing tumbuh 33,1% (yoy) dan 20,3% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Lebih tingginya pertumbuhan outflow ini

mengindikasikan bahwa kebutuhan uang di masyarakat meningkat.

Grafik 3.61 Perkembangan Aliran Uang Kas

Masuk (inflow) dan Keluar (outflow)

Grafik 3.62.Perkembangan Aliran Uang Kas

Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) tiap bulan

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan mengalami

penurunan pada triwulan III-2013. Jumlah UTLE yang masuk ke KPw Bank

Indonesia Wilayah VIII dari setoran perbankan Sumbar pada triwulan III-2013

mencapai Rp537,2 miliar, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp702,6 miliar. Dengan kondisi tersebut, rasio jumlah Uang Tidak Layar

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Triliun RpInflow Outflow Net Inflow

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

Triliun Rp

Inflow Outflow Net Inflow

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

54

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Edar (UTLE) terhadap total uang yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII

menurun dari 26,0% menjadi 11,5% selama triwulan III-2013. Hal ini

mengindikasikan minimnya perputaran uang tunai selama triwulan II-2013

sehingga kerusakan pada uang relatif minimal.

Grafik 3.63 Perkembangan Pemusnahan

Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

Grafik 3.64 Jumlah Temuan Uang Palsu di

Sumatera Barat

Jumlah temuan uang palsu meningkat selama triwulan III-2013. Uang palsu

yang ditemukan oleh Bank Indonesia dari hasil setoran oleh perbankan di Sumbar

pada triwulan III-2013 mencapai 112 lembar dengan nominal setara Rp7,06 juta,

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terdapat 86 lembar

uang palsu dengan nominal setara Rp5,47 juta. Meningkatnya temuan uang palsu

ini terjadi seiring dengan kenaikan jumlah setoran uang tunai ke KPw Bank

Indonesia Wilayah VIII. Adapun pecahan uang palsu yang ditemukan adalah uang

pecahan Rp50.000 sebanyak 72 lembar, uang pecahan Rp100.000 sebanyak 34

lembar, pecahan Rp10.000 sebanyak 5 lembar, dan pecahan Rp5.000 sebanyak 1

lembar.

3.5. Transaksi Kliring

Nilai transaksi kliring mencatat kenaikan selama triwulan III-2013. Jumlah

perputaran kliring tercatat mencapai 102,0 ribu lembar, menurun tipis -2,0% (qtq)

dari transaksi triwulan sebelumnya sebesar 104,1 ribu lembar. Namun demikian,

nilai transaksi kliring mengalami kenaikan sebesar 6,3% (qtq) dari Rp4,1 triliun di

triwulan II-2013 menjadi Rp4,4 triliun. Sementara itu, cek/bilyet giro (BG) yang

ditolak mengalami penurunan, baik dari sisi volume maupun nominal, selama

triwulan III-2013. Volume cek/bilyet giro (BG) yang ditolak turun dari 4.413 lembar

di triwulan II-2013 menjadi 3.133 lembar. Demikian juga nilai cek/bilyet giro (BG)

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

0102030405060708090

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Triliun RpRasio PTTB terhadap inflow PTTB (Sisi Kanan)%

5

25

45

65

85

105

125

145

165

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

LembarJuta Rp Nominal (sisi kiri) Lembar (sisi kanan)

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

55

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

yang ditolak turun menjadi Rp89,1 miliar dari triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp121,3 miliar.

Tabel 3.4. Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong

3.6. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement)

Nilai dan volume penggunaan

jasa pembayaran melalui

RTGS mengalami penurunan

selama triwulan III-2013.

Volume transaksi RTGS di

triwulan III-2013 mencapai

29.607 transaksi, dengan

sebagian besar jalur transaksi

dari wilayah Sumbar ke luar wilayah Sumbar sebesar 13.998 transaksi dan

sebaliknya dari luar wilayah Sumbar ke wilayah Sumbar sebesar 13.014 transaksi.

Sementara aliran dana RTGS antar wilayah Sumbar hanya mencapai 2.595

transaksi. Meskipun jumlah transaksi RTGS yang masuk ke wilayah Sumbar lebih

rendah dari jumlah transaksi RTGS yang keluar dari wilayah Sumbar, namun

nominal aliran dana RTGS yang masuk ke wilayah Sumbar jauh lebih besar

daripada aliran dana RTGS yang keluar wilayah Sumbar. Tingginya aliran dana

masuk ke wilayah Sumbar pada masa periode hari raya Idul Fitri ini sejalan dengan

pola musimannya. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak masyarakat Sumbar

yang bekerja diluar wilayahnya dan mengirimkan dana ke keluarganya di daerah

asal pada hari raya Idul Fitri.

I II III IV I II III qtq yoy

Perputaran Kliring

Volume (lembar) 99.970 100.976 91.544 100.106 101.433 104.115 101.984 -2,0 11,4

Nominal (miliar Rp) 3.983,6 4.021,3 4.071,3 4.170,9 4.203,1 4.123,7 4.383,4 6,3 7,7

Penolakan Cek/BG Kosong

- Volume (lembar) 2.972 3.409 2.037 3.418 3.441 4.413 3.133 -29,0 53,8

- Nominal (miliar Rp) 78,7 88,5 55,1 100,2 99,3 121,3 89,1 -26,6 61,7

2012Keterangan

2013 Pertumbuhan (%)

Grafik 3.18. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III

2012 2013

Triliun Rp Nominal Volume (sisi kanan)

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

56

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 3.5. Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

IV I II III IV I II III

RTGS (Rp Miliar) 20.123,40 17.679 24.336 23.990 21.196 20.759 30.358 24.910 -17,9 3,8

Ke Sumbar (f-t) 1.471 949 1.207 1.444 1.772 1.576 1.976 1.516 -23,3 5,0

Ke Luar Sumbar (f) 7.312 5.152 7.033 6.955 8.555 7.418 13.577 7.847 -42,2 12,8

Dari luar Sumbar (t) 11.340 11.578 16.096 15.591 10.869 11.765 14.806 15.548 5,0 -0,3

RTGS (volume) 42.139 34.328 37.090 39.740 42.432 35.633 31.146 29.607 -4,9 -25,5

Ke Sumbar (f-t) 3.096 2.457 2.637 2.913 3.326 2.626 2.642 2.595 -1,8 -10,9

Ke Luar Sumbar (f) 16.845 13.820 15.071 15.617 17.842 15.249 15.073 13.998 -7,1 -10,4

Dari luar Sumbar (t) 22.198 18.051 19.382 21.210 21.264 17.758 13.431 13.014 -3,1 -38,6

Keterangan2011 2012

qtq yoy2013

Dari Sumbar

Ke Sumbar

Dari Sumbar

Ke Sumbar

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

57

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Boks 1:

Bauran Kebijakan Bank Indonesia di Triwulan III-2013

Selama periode Juli- September, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan bauran

kebijakan guna meredam perlambatan ekonomi dan ketidakpastian kondisi

perekonomian global. Dua kebijakan utama yang dikeluarkan oleh BI selama periode

tersebut adalah kebijakan menaikkan BI rate dan penyempurnaan kebijakan pengaturan

kredit kepemilikan properti.

Selama periode tersebut, BI rate telah mengalami kenaikan sebanyak tiga kali.

Kenaikan pertama terjadi di bulan Juli 2013. Pada saat itu, BI rate naik menjadi 6,50%, dari

posisi sebelumnya 6,00%. Kenaikan ini diambil oleh BI sebagai upaya meredam tekanan

inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan kedua terjadi pada

bulan Agustus 2013, dengan kenaikan 50 bps sehingga BI rate menjadi 7,00%.

Pengambilan keputusan untuk menaikkan BI rate tersebut dilatar belakangi oleh masih

tingginya angka inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, defisit neraca berjalan, dan

nilai tukar rupiah yang mulai terdepresiasi. Kenaikan BI rate untuk ketiga kalinya

diputuskan oleh RDG pada bulan September 2013 menjadi sebesar 7,25%. Kenaikan

tersebut merupakan langkah lanjutan dari penguatan bauran kebijakan BI dalam rangka

untuk mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai tukar rupiah, serta memastikan

berlangsungnya penyesuaian defisit transaksi berjalan pada tingkat yang sustainable.

Selain kebijakan menaikkan BI rate, BI juga melakukan penyempurnaan terhadap

kebijakan Loan to value/Financing to value kepemilikan properti. Penyempurnaan

tersebut dilakukan melalui Surat Edaran (SE) BI No. 15/40/DKMP tentang Penerapan

Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan Pemberian Kredit Atau Pembiayaan

Pemilikan Properti, Kredit Atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti dan Kredit atau

Pembiayaan Kendaraan Bermotor.

Kebijakan ini pada intinya bertujuan menjaga stabilitas sistem keuangan dan

memperkuat ketahanan perbankan dengan mengedepankan prinsip kehati-

hatian. Upaya tersebut dilakukan antara lain dengan memperlambat laju peningkatan

konsentrasi risiko kredit pada sektor properti serta mendorong penerapan prinsip kehati-

hatian dalam penyaluran kredit. Di sisi lain, ketentuan LTV/FTV juga bertujuan untuk

memberikan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat berpenghasilan menengah

bawah untuk memperoleh rumah layak huni serta meningkatkan aspek perlindungan

konsumen di sektor properti. Ketentuan ini dikecualikan bagi kredit/pembiayaan dalam

rangka program perumahan Pemerintah Pusat maupun Daerah.

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

58

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

59

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB IV

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kinerja APBD Sumbar terpantau mengalami perbaikan. Sampai dengan

triwulan III-2013, penyerapan dan kualitas belanja mencatat perbaikan

dibandingkan periode sama tahun lalu. Di sisi lain, pendapatan daerah relatif

stabil. Realisasi belanja telah mencapai 55,3% dari target APBD 2013, atau

meningkat dari belanja periode sama tahun lalu yang baru mencapai 51,2%.

Kondisi juga diiringi dengan perbaikan kualitas belanja terlihat dari

meningkatnya belanja langsung, terutama belanja modal, dan menurunnya

belanja tidak langsung yang bersifat operasional. Sementara itu, realisasi

penerimaan mencapai 77,3% dari target APBD 2013, atau stabil dari pencapaian

penerimaan periode sama tahun 2012 yang mencapai 76,3%. Realisasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) mencatat perbaikan namun kontribusi transfer dana dari

Pemerintah pusat masih dominan. Di sisi likuiditas perbankan, dana Pemerintah

daerah (Pemda) Provinsi Sumbar di bank umum berkurang akibat menurunnya

pendapatan dan meningkatnya belanja di triwulan III-2013.

4.1. Pendapatan Daerah

Kinerja pendapatan APBD Sumbar sampai dengan triwulan III-2013 relatif

stabil dibandingkan periode sama tahun lalu. Pemda Provinsi Sumbar telah

memperoleh penerimaan sebesar 77,3% dari target APBD 2013 hingga bulan

September. Pencapaian ini tergolong stabil dari pencapaian penerimaan periode

sama tahun lalu yang mencapai 76,3%.

Realisasi PAD mencatat perbaikan. Sampai dengan bulan September, PAD

Provinsi Sumbar telah mencapai Rp1,02 triliun atau 78,1% dari target APBD, lebih

tinggi dari perolehan periode sama tahun lalu sebesar Rp0,92 triliun atau 74,7%.

Pencapaian yang meningkat tersebut ditopang oleh penerimaan dari hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan PAD lain-lain ditengah

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

60

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

melambatnya penerimaan pajak daerah. Kondisi ini mengindikasikan peningkatan

efektifitas pengalokasian dana, terutama melalui penyertaan modal, oleh

pemerintah daerah ditengah meningkatnya target penerimaan atas kedua

komponen tersebut. Peningkatan penerimaan, walau terbatas, juga terjadi pada

retribusi daerah.

Transfer dana dari Pemerintah pusat relatif stabil. Dana perimbangan yang

diterima Pemda Provinsi Sumbar mencapai 1,01 triliun atau 79,2% dari target

APBD, relatif stabil dengan pencapaian periode sama tahun sebelumnya yang

mencapai 80,4%. Namun secara nominal, dana perimbangan yang diterima

mengalami kenaikan dari Rp0,89 triliun seiring dengan meningkatnya pagu

anggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Secara

keseluruhan, kontribusi transfer dana dari Pemerintah pusat mencapai 41,5% dari

total pendapatan daerah Provinsi Sumbar, meningkat dari porsi tahun lalu sebesar

40,0%.

Tabel 4.11. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan III-2013

Sumber: DPKD Prov. Sumbar

4.2. Belanja Daerah

Penyerapan dan kualitas belanja APBD Sumbar sampai dengan triwulan

III-2013 mencatat perbaikan dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pemda Provinsi Sumbar telah melakukan realisasi belanja sebesar 55,3% dari

target APBD 2013 hingga bulan September, atau meningkat dari belanja periode

sama tahun lalu yang baru mencapai 51,2%. Adanya sejumlah proyek dan

kegiatan di triwulan III yang pembayarannya baru akan dilakukan pada triwulan

Realisasi sd

Triwulan III-2012 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013

Pendapatan Daerah 2.918.255.223.000 2.228.015.277.792 76,35 3.145.714.129.000 1.625.458.258.865 2.431.150.820.707 77,28

Pendapatan Asli Daerah 1.232.139.683.000 919.981.628.275 74,67 1.303.622.243.000 672.592.846.218 1.018.241.277.145 78,11

Pajak Daerah 990.318.879.000 746.597.478.907 75,39 1.055.931.634.000 509.099.865.815 790.592.466.279 74,87

Retribusi Daerah 33.897.341.000 23.988.185.653 70,77 29.460.568.800 17.550.610.953 26.622.881.846 90,37

Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang 88.878.797.000 70.715.307.857 79,56 91.449.876.000 83.503.831.502 93.776.778.672 102,54

Lain-Lain PAD 119.044.666.000 78.680.655.858 66,09 126.780.164.200 62.438.537.948 107.249.150.348 84,59

Dana Perimbangan 1.107.390.330.000 890.518.100.017 80,42 1.271.801.566.000 687.633.172.030 1.007.798.495.945 79,24

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 156.329.245.000 100.675.590.017 64,40 167.056.525.000 61.564.971.030 92.579.537.945 55,42

Dana Alokasi Umum 918.560.365.000 765.466.970.000 83,33 1.039.922.511.000 606.621.442.000 866.602.060.000 83,33

Dana Alokasi Khusus 32.500.720.000 24.375.540.000 75,00 64.822.530.000 19.446.759.000 48.616.898.000 75,00

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 578.725.210.000 417.515.549.500 72,14 570.290.320.000 265.232.240.617 405.111.047.617 71,04

Pendapatan Hibah 577.990.210.000 416.964.299.500 72,14 9.790.000.000 1.706.638.000 7.622.160.000 77,86

Dana Penyesiuaian dan Otonomi Khusus 735.000.000 551.250.000 75,00 560.500.320.000 263.525.602.617 397.488.887.617 70,92

Anggaran 2013 %Realisasi sd

Anggaran 2012 %

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

61

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

IV membuat anggaran pemda baru terealisasi setengahnya. Perbaikan juga terjadi

di sisi kualitas belanja seiring dengan meningkatnya belanja langsung, terutama

belanja modal, dan menurunnya belanja tidak langsung yang bersifat operasional.

Realisasi belanja langsung mengalami perbaikan. Realisasi belanja jenis ini

telah mencapai Rp0,82 triliun atau 55,0% dari target APBD, meningkat dari

Rp0,63 triliun atau 43,0% di periode sama tahun lalu. Meningkatnya belanja ini

diindikasi akibat meningkatnya kegiatan dan program non rutin yang dilakukan

oleh Pemda Provinsi Sumbar. Secara umum, perbaikan utama belanja daerah

terjadi pada meningkatnya belanja modal yang telah mencapai 51,0% dari target

APBD. Kenaikan ini cukup signifikan dari periode sama tahun 2012 yang baru

mencapai 38,0%. Belanja modal yang lebih cepat ini diharapkan mampu

membantu mendorong perbaikan ekonomi Sumbar di tahun berjalan.

Realisasi belanja tidak langsung atau belanja operasional menurun.

Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp1,01 triliun atau 55,8% dari target

APBD, turun dari 43,0% di periode sama tahun 2012. Menurunnya belanja ini

terutama dikarenakan berkurangnya belanja hibah dan belanja bantuan sosial

serta masih nihilnya belanja tidak terduga. Walaupun menurun, realisasi belanja

tidak langsung masih mendominasi belanja daerah dengan pangsa sebesar 55,1%.

Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan III-2013

Sumber: DPKD Prov. Sumbar

Dana Pemda Sumbar di bank umum berkurang akibat menurunnya

pendapatan dan meningkatnya belanja di triwulan III-2013. Pendapatan

Pemda di triwulan III hanya mencapai 0,81 triliun, turun dari penerimaan di

Realisasi

Triwulan III-2012 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013

Belanja Daerah 3.180.395.927.093 1.626.886.145.566 51,15 3.313.047.918.300 1.066.563.334.045 1.837.067.786.589 55,45

Belanja Tidak Langsung 1.708.816.349.816 994.410.926.423 58,19 1.814.736.277.059 578.812.928.514 1.012.354.873.210 55,79

Belanja Pegawai 578.154.752.558 385.862.785.856 66,74 622.017.274.600 245.735.636.914 421.306.108.570 67,73

Belanja Hibah 697.284.911.185 460.806.322.800 66,09 630.545.014.495 273.086.517.500 407.559.594.000 64,64

Belanja Bantuan Sosial 16.779.100.000 2.556.936.250 15,24 34.559.360.500 883.370.000 2,56

Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota &

Pem. Desa 394.088.607.517 139.104.867.517 35,30 399.938.494.000 59.990.774.100 149.722.685.064 37,44

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Prov/Kab/Kota & Pem. Desa 15.567.900.000 3.789.000.000 24,34 104.787.678.850 32.883.115.576 31,38

Belanja Tidak Terduga 6.941.078.556 2.291.014.000 33,01 22.888.454.614 0,00

Belanja Langsung 1.471.579.577.277 632.475.219.143 42,98 1.498.311.641.241 487.750.405.531 824.712.913.379 55,04

Belanja Pegawai 123.167.858.116 59.003.795.502 47,91 108.692.257.986 44.807.935.292 75.046.618.863 69,05

Belanja Barang dan Jasa 668.232.190.964 314.696.925.448 47,09 689.215.937.861 234.031.564.765 392.175.214.403 56,90

Belanja Modal 680.179.528.197 258.774.498.193 38,05 700.403.445.394 208.910.905.473 357.491.080.112 51,04

%Realisasi

Anggaran 2012 Anggaran 2013 %

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

62

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

triwulan II sebesar 0,96 triliun. Turunnya pendapatan tersebut terutama

disebabkan oleh menurunnya hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

karena sebagian besar dividen sudah diterima di triwulan II. Di sisi lain,

percepatan belanja Pemda mulai terlihat di triwulan III-2013. Penyerapan belanja

daerah di triwulan III mencapai Rp0,77 triliun, meningkat dari belanja di triwulan

sebelumnya sebesar Rp0,73 triliun. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari

belanja tidak langsung berupa belanja pegawai, belanja bagi hasil dan belanja

bantuan keuangan kepada daerah-daerah di wilayah Sumbar. Dengan kondisi

tersebut, dana Pemda mencatat penurunan dari Rp4,62 triliun di akhir triwulan II

menjadi 4,05 triliun di akhir bulan Agustus.

Grafik 4.65. Perkembangan Simpanan Pemerintah Daerah di

Bank

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

Miliar Rp Dana Pemda di Bank Umum

2 per. Mov. Avg. (Dana Pemda di Bank Umum)

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

63

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAERAH

Jumlah penduduk usia produktif meningkat namun tidak diimbangi

dengan lapangan kerja yang memadai. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) mencatat penurunan dari 70,3% di Februari 2013 menjadi 62,9% di

Agustus 2013. Secara tahunan, angka TPAK Agustus 2013 juga lebih rendah

dibandingkan dengan TPAK periode sama tahun sebelumnya yang mencapai

64,5%. Di sisi lain, permintaan kerja Sumbar juga meningkat seiring meningkatnya

jumlah penduduk usia produktif. Jumlah penduduk usia produktif bertambah dari

3,38 juta jiwa pada Agustus 2012 menjadi 3,42 juta jiwa pada triwulan laporan

atau tumbuh sebesar 1,34% (yoy). Namun minimnya lapangan kerja menyebabkan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumbar meningkat sebesar 7,0% (yoy) pada

Agustus 2013.

Tabel.5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan di Sumatera Barat

Sumber: BPS

Tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerja Sumbar masih rendah.

Jumlah tenaga kerja dengan predikat lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah masih

mendominasi pasar tenaga kerja Sumbar, dengan presentase sebesar 41,79%.

Sementara itu, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan diploma dan perguruan

tinggi sagat kecil jumlah jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya.

(ribu orang)

Feb Agust Feb Agust Feb Agust 2012 2013

1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3.326,7 3.344,4 3.362,7 3.380,9 3.399,4 3.426,1 1,09 1,34

2 Angkatan Kerja 2.276,0 2.213,5 2.351,2 2.179,8 2.390,6 2.156,3 -1,52 -1,08

a. Bekerja 2.113,5 2.070,7 2.204,2 2.037,6 2.239,3 2.005,6 -1,60 -1,57

b. Pengangguran 162,5 142,8 146,9 142,2 151,3 150,7 -0,42 5,98

3 Bukan Angkatan Kerja 1.050,7 1.130,9 1.011,5 1.201,1 1.008,7 1.269,8 6,21 5,72

4 Pekerja Tidak Penuh 757,6 754,9 781,5 805,8 821,3 869,6 6,74 7,92

a. Setengah Pengangguran 316,0 265,3 324,9 306,4 356,4 241,7 15,49 -21,12

b. Pekerja Paruh Waktu 441,6 489,6 456,6 499,4 464,9 627,9 2,00 25,73

5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 68,4 66,2 69,9 64,5 70,3 62,9

6 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,1 6,5 6,3 6,5 6,3 7,0

No. Kegiatan UtamaPeningkatan (%, yoy)2011 2012 2013

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

64

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel.5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

Sumber:BPS

Sektor pertanian masih menjadi sektor utama dalam menyerap tenaga

kerja. Hal ini merupakan konsekuensi dari masih rendahnya tingkat pendidikan

tenaga kerja Sumbar. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian

mencapai 788 ribu jiwa atau 39,3% dari total tenaga kerja yang bekerja. Namun,

presentase ini menurun jika dibandingkan dengan presentase tenaga kerja yang

bekerja di sektor pertanian pada Agustus 2012. Pada Agustus 2012, jumlah tenaga

kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai 827 ribu jiwa atau 40,6% dari

total tenaga kerja aktif Sumbar. Sementara itu, di sektor lainnya, yakni sektor

perdagangan dan jasa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap.

Sektor perdagangan mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar

6,8% (yoy), sedangkan sektor jasa tumbuh sebesar 18% (yoy). Kondisi ini

memberikan gambaran bahwasanya telah terjadi sedikit pergeseran orientasi

tenaga kerja dalam pilihan bidang pekerjaan.

Tabel.5.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: BPS

Masih terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal menyebabkan

pengangguran terdidik semakin bertambah. Hal ini diperparah dengan

pertumbuhan ekonomi yang melambat di triwulan III-2013. Pada Agustus 2013,

(Persen)

2011 2012 2013

Agust Agust Agust

SD ke bawah 42,24 42,59 41,79

Sekolah Menengah Pertama 20,64 19,36 19,46

Sekolah Menengah Atas 18,37 17,97 17,42

Sekolah Menengah Kejuruan 8,52 9,22 9,4

Diploma I/II/III 4,23 3,5 3,58

Universitas 6,01 7,35 8,34

Tingkat Pendidikan

(ribu orang)

2011 2012 2013 2012 2013

Agust Feb Agust Feb Agust Agust Agust Agust Agust Agust

1 Pertanian 813,7 933,4 827,3 923,2 788,9 39,3 40,6 39,3 1,7 -4,6

2 Industri 153,1 158,4 159,0 180,5 129,5 7,4 7,8 6,5 3,9 -18,6

4 Perdagangan 441,8 437,0 431,8 465,7 461,0 21,3 21,2 23,0 -2,3 6,8

6 Jasa 347,7 383,5 325,9 376,9 384,4 16,8 16,0 17,4 -6,3 18,0

7 Lainnya* 314,4 291,9 293,6 293,1 277,8 15,2 14,4 13,9 -6,6 -5,4

8 Total 2.070,7 2.204,2 2.037,6 2.239,4 2.041,6 100,0 100,0 100,0 -1,6 0,2

Pertumbuhan (%)Lapangan Pekerjaan

UtamaNo.

Pangsa (%)

201320122011

Jumlah (ribu orang)

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

65

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

tercatat tingkat pengangguran terbuka Sumbar meningkat, dari 6,52% (yoy) pada

Agustus 2012 menjadi 6,99% (yoy). Tingkat pengangguran tertinggi masih

didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan presentase masing-masing sebesar

12,78% dan 11,12%.

Tabel.5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi

Sumber: BPS

(Persen)

2011 2012 2013

Agust Agust Agust

SD ke bawah 3,34 3,87 3,85

Sekolah Menengah Pertama 7,12 6,42 6,08

Sekolah Menengah Atas 10,98 10,58 11,12

Sekolah Menengah Kejuruan 9,59 9,54 12,78

Diploma I/II/III 4,09 5,15 6,86

Universitas 7,75 8,07 8,35

Total 6,45 6,52 6,99

Tingkat Pendidikan

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

66

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

67

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB VI

PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan IV-2013 diprakirakan

berada pada kisaran 5,6% - 5,9% (yoy). Masih melambatnya perekonomian

terutama berasal dari konsumsi domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang

mengalami penurunan daya beli. Melemahnya permintaan domestik juga berdampak

pada melambatnya impor. Sementara konsumsi pemerintah diprakirakan meningkat

seiring dengan pola aktivitas belanja pemerintah yang mencapai puncaknya di akhir

tahun. Peningkatan juga terjadi pada kegiatan ekspor sejalan dengan masa panen

perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor industri pengolahan dan

sektor bangunan diprakirakan masih melambat karena lemahnya permintaan

domestik. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan

mencatat peningkatan seiring dengan maraknya kegiatan meetings, incentives,

conferences, and exhibitions (MICE) di Sumbar.

Tekanan inflasi diprakirakan masih tinggi di triwulan IV-2013. Tekanan inflasi

terutama bersumber dari sisi penawaran terkait dengan pasokan bahan makanan.

Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi

meningkatkan inflasi terutama bersumber dari kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)

tahap keempat. Dengan berbagai kondisi tersebut, inflasi Kota Padang pada triwulan

IV-2013 diprakirakan berada pada kisaran 10,40% - 10,80% (yoy), meningkat dari inflasi

triwulan III-2013 sebesar 10,03% (yoy).

7.1. Prakiraan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan IV-2013 masih

mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013

diprakirakan berada pada kisaran 5,6% - 5,9% (yoy). Dari sisi permintaan,

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

68

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

melambatnya pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga

yang melemah akibat laju inflasi yang tinggi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan

hanya tumbuh 5,2% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan III-2013 sebesar 5,7%

(yoy). Berdasarkan data BPS, Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan IV-2013

menurun dari 113,4 menjadi 107,1. Data ini menunjukkan bahwa optimisme

masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan perilaku konsumsi mengalami penurunan.

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat

Pertumbuhan ekspor diprakirakan mulai membaik. Ditengah pertumbuhan

ekonomi global yang diprakirakan melemah lebih lanjut, ekspor Sumbar mampu

meningkat dampak dari masa panen perkebunan kelapa sawit. Selain itu, proyeksi

pertumbuhan ekonomi Cina yang masih tinggi, mencapai 7,5% (yoy), diharapkan dapat

meningkatkan nilai dan volume ekspor Sumbar. Ekspor diprakirakan mampu tumbuh

2,2% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan III-2013 yang negatif sebesar -3,8%

(yoy).

Konsumsi pemerintah meningkat namun terbatas. Konsumsi pemerintah

diprakirakan meningkat seiring dengan pola aktivitas belanja pemerintah yang

mencapai puncaknya di akhir tahun, terutama bulan Desember. Ruang untuk

meningkatkan konsumsi dari sisi pemerintah masih besar dengan realisasi belanja

pemerintah yang baru mencapai 55,5% dari target APBD sampai dengan triwulan III-

2013. Namun pertumbuhan konsumsi pemerintah relatif terbatas sebesar 4,0% (yoy)

dari 3,3% (yoy) di triwulan III-2013.

Melemahnya permintaan domestik menghambat pertumbuhan sejumlah

sektor ekonomi utama. Sektor industri pengolahan diprakirakan melanjutkan

pelemahan pertumbuhan dari 6,9% (yoy) di triwulan III-2013 menjadi 5,9% (yoy).

Perlambatan khususnya terjadi pada subsektor industri yang memproduksi barang-

barang konsumsi (consumer goods) seperti subsektor industri makanan dan minuman.

Sektor bangunan, yang juga sensitif terhadap permintaan domestik, diprakirakan

masih melambat dari 4,3% (yoy) di triwulan III-2013 menjadi 4,1% (yoy). Sementara itu

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan mampu mengalami

peningkatan seiring dengan maraknya kegiatan meetings, incentives, conferences, and

exhibitions (MICE) di Sumbar. Adapun acara terbesar yang diselenggarakan di triwulan

I II III IV I II III IVp

Sumatera Barat 4,7 6,6 6,7 7,4 6,3 7,2 6,1 6,0 5,6-5,9 6,0-6,4

2012 2013Wilayah 2012 2013p

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

69

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

IV-2013 adalah Hari Pangan Sedunia ke-33 di Kota Padang selama 4 hari (31 Oktober-3

November). Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan sektor PHR diprakirakan mampu

meningkat dari 8,1% (yoy) di triwulan III-2013 menjadi 8,2% (yoy).

7.2. Prakiraan Inflasi

Inflasi Kota Padang pada triwulan III-2013 diprakirakan berada pada kisaran

10,40 10,80% (yoy). Potensi kenaikan harga kelompok bahan makanan dan

tekanan inflasi dari komoditas yang harga atau tarifnya diatur oleh pemerintah

(administered price) menjadi penyebab masih tingginya laju inflasi di akhir tahun.

Kenaikan laju inflasi kelompok bahan makanan sudah terlihat di bulan Oktober yang

bersumber dari komoditas cabe merah. Menurunnya pasokan seiring dengan

kegagalan panen akibat intensitas curah hujan yang meningkat berdampak pada harga

cabe merah yang meningkat. Permasalahan pasokan ini masih berpotensi terjadi

sampai dengan akhir tahun.

Tabel 6.2 Proyeksi Inflasi Sumatera Barat

Pemberlakuan kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) menambah

tekanan inflasi di akhir tahun. Dari kelompok administered prices, kenaikan TTL

tahap keempat sebesar 4,3% pada awal Oktober 2013 menjadi salah satu faktor

sulitnya laju inflasi turun di akhir tahun. Namun demikian, dampak dari kebijakan ini

tidak terlalu signifikan mengingat faktor ekspektasi inflasi yang rendah karena

kenaikan ini sudah dilakukan secara bertahap dan diumumkan sebelumnya.

Koordinasi dan pelaksanaan tindakan konkrit dalam pengendalian inflasi

sangat diperlukan. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang sudah terbentuk baik

di tingkat Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang, Kab. Pasaman, Kota Solok dan Kab.

Solok diharapkan dapat menginisiasi terbentuknya TPID di kab/kota lainnya, sebagai

wujud bahwa upaya pengendalian inflasi merupakan isu penting, karena terkait

dengan kemampuan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, upaya untuk

mengurangi disparitas harga baik antara produsen dan konsumen maupun antar

daerah akibat informasi harga dan pasokan yang tidak berimbang (asimetris) dapat

segera ditindaklanjuti melalui pembentukan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis.

I II III IV I II III IVp

IHK, % yoy 3,95 6,19 4,74 4,16 6,5 7,94 10,0 10,90-10,80

2012 2013

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

70

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

LAMPIRAN

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

71

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

II III IV Jumlah I II III

1. PERTANIAN 6,349,603.87 6,426,271.20 6,460,312.58 25,331,204.78 6,800,766.28 6,907,326.45 7,226,755.52

a. Tanaman Bahan Makanan 3,323,194.36 3,324,287.18 3,413,106.63 13,215,664.78 3,560,730.23 3,554,453.74 3,763,502.85

b. Tanaman Perkebunan 1,390,235.15 1,382,257.19 1,276,840.88 5,402,955.37 1,403,223.09 1,467,597.55 1,471,953.42

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 537,174.15 571,748.22 589,800.98 2,217,879.99 628,957.63 627,394.57 673,063.70

d. Kehutanan 359,231.55 367,664.38 379,957.46 1,458,164.27 389,943.78 395,114.47 403,247.83

e. Perikanan 739,768.66 780,314.22 800,606.63 3,036,540.38 817,911.55 862,766.12 914,987.71

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 797,538.89 811,501.11 820,843.53 3,195,920.95 800,274.55 846,540.38 847,128.84

a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - -

b. Pertambangan tanpa Migas 96,524.82 96,370.59 96,679.26 383,642.53 99,194.05 105,575.40 106,251.53

c. Penggalian 701,014.07 715,130.52 724,164.27 2,812,278.42 701,080.50 740,964.98 740,877.31

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,008,253.78 3,154,766.03 3,223,184.15 12,278,598.76 3,347,138.38 3,392,519.99 3,562,026.40

a. Industri Migas - - - - - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - -

2. Gas Alam Cair - - - - - - -

b. Industri Tanpa Migas **) 3,008,253.78 3,154,766.03 3,223,184.15 12,278,598.76 3,347,138.38 3,392,519.99 3,562,026.40

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 819,658.34 868,537.97 897,055.69 3,336,031.57 869,372.03 896,973.48 955,063.64

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,240,476.86 1,292,800.11 1,324,328.87 5,087,033.20 1,445,860.42 1,419,309.04 1,500,487.52

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 86,975.71 87,219.76 88,232.29 350,233.99 97,081.69 97,958.61 101,284.86

4. Kertas dan Barang Cetakan 6,588.07 6,624.08 6,702.14 26,228.78 7,353.01 7,403.48 7,437.99

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 140,864.51 149,185.02 153,685.84 583,498.10 167,641.90 169,497.36 174,041.50

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 666,473.27 702,631.74 705,176.24 2,706,026.02 707,259.32 747,143.87 768,695.44

7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 46,394.30 46,927.65 47,155.18 186,247.10 51,670.03 53,315.72 54,076.18

9. Barang lainnya 822.72 839.70 847.91 3,300.00 899.96 918.43 939.26

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 256,212.32 267,969.87 272,410.80 1,043,342.84 272,785.79 283,246.55 286,642.73

a. Listrik 233,147.13 243,454.04 246,819.97 947,398.81 246,822.35 256,949.05 258,853.48

b. Gas - - - - - -

c. Air Bersih 23,065.19 24,515.82 25,590.83 95,944.03 25,963.45 26,297.51 27,789.26

5. BANGUNAN 1,777,681.62 1,881,433.35 1,993,056.56 7,349,586.81 1,901,502.12 1,981,775.23 2,062,919.59

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4,900,313.29 5,241,236.13 5,464,619.50 20,314,383.70 5,744,050.86 5,980,673.82 6,362,945.40

a. Perdagangan Besar & Eceran 4,741,068.64 5,071,521.71 5,291,702.21 19,660,195.90 5,566,496.89 5,793,921.22 6,164,230.92

b. Hotel 41,870.19 44,953.91 47,539.71 174,468.06 47,258.56 50,111.59 53,625.40

c. Restoran 117,374.46 124,760.51 125,377.58 479,719.74 130,295.41 136,641.01 145,089.09

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,265,227.12 4,499,372.00 4,597,368.82 17,496,696.15 4,679,011.09 4,938,851.41 5,383,535.52

a. Pengangkutan 3,507,611.44 3,695,385.07 3,773,634.26 14,385,305.57 3,840,403.77 4,069,737.30 4,423,185.73

1. Angkutan Rel 15,491.59 15,685.44 15,898.28 62,447.67 16,007.56 16,080.62 16,338.55

2. Angkutan Jalan Raya 2,517,042.59 2,623,446.85 2,671,465.76 10,241,765.82 2,737,222.14 2,901,280.24 3,214,741.60

3. Angkutan Laut 169,926.38 177,260.53 177,806.44 693,132.06 178,411.99 180,471.42 190,299.87

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 77,755.98 79,071.22 78,712.36 312,030.17 79,613.39 82,677.53 83,677.85

5. Angkutan Udara 447,405.06 508,167.82 531,775.10 1,926,614.92 526,553.93 571,664.70 583,948.31

6. Jasa Penunjang Angkutan 279,989.84 291,753.21 297,976.32 1,149,314.92 302,594.76 317,562.78 334,179.56

b. Komunikasi 757,615.68 803,986.93 823,734.56 3,111,390.58 838,607.32 869,114.11 960,349.79

1. Pos dan Telekomunikasi - - - - - - -

2. Jasa Penunjang Komunikasi - - - - - - -

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1,215,201.40 1,267,944.46 1,322,281.02 4,977,466.87 1,344,394.42 1,398,081.14 1,447,185.75

a. Bank 386,828.00 412,842.19 439,043.31 1,602,787.17 438,812.13 469,345.32 498,357.10

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 306,959.63 317,477.38 324,917.65 1,246,471.06 332,943.03 340,901.55 351,799.45

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - -

d. Sewa Bangunan 488,794.31 504,476.25 524,110.55 1,996,438.12 538,023.69 552,384.89 567,074.38

e. Jasa Perusahaan 32,619.47 33,148.64 34,209.50 131,770.52 34,615.57 35,449.38 36,052.39

9. JASA-JASA 4,359,956.83 4,642,498.01 4,930,010.01 18,116,729.03 4,968,398.29 5,175,143.71 5,418,286.98

a. Pemerintahan Umum 3,043,224.74 3,249,965.70 3,469,249.32 12,670,825.17 3,478,315.65 3,623,304.89 3,773,959.96

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1,875,797.83 1,998,903.76 2,139,805.37 7,802,226.14 2,132,992.51 2,236,771.54 2,340,352.06

2. Jasa Pemerintah lainnya 1,167,426.91 1,251,061.95 1,329,443.94 4,868,599.03 1,345,323.14 1,386,533.35 1,435,574.44

b. Swasta 1,316,732.09 1,392,532.31 1,460,760.70 5,445,903.86 1,490,082.64 1,551,838.82 1,642,535.67

1. Sosial Kemasyarakatan 529,970.96 562,594.53 588,264.55 2,193,759.91 599,041.12 626,894.48 660,051.00

2. Hiburan & Rekreasi 129,249.29 137,013.81 135,024.03 523,576.13 137,879.97 146,654.20 152,244.06

3. Perorangan & Rumahtangga 657,511.84 692,923.97 737,472.12 2,728,567.82 753,161.55 778,290.14 822,135.11

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 26,929,989.11 28,192,992.16 29,084,086.97 110,103,929.89 29,858,321.77 30,904,158.69 32,597,426.73

Sumber: BPS

2013

Tabel 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Juta Rupiah)

PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPANGAN USAHA2012

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

72

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

II III IV Jumlah I II III

1. PERTANIAN 2,490,934.12 2,469,035.34 2,464,396.10 9,864,835.03 2,494,338.01 2,477,820.77 2,519,115.10

a. Tanaman Bahan Makanan 1,247,744.59 1,213,774.03 1,240,819.98 4,919,860.51 1,228,050.36 1,192,759.94 1,216,313.12

b. Tanaman Perkebunan 632,488.52 633,972.20 598,322.59 2,487,188.86 630,973.06 645,611.63 648,699.73

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 199,457.30 203,710.48 205,383.41 805,799.30 210,448.37 206,595.06 213,043.56

d. Kehutanan 132,147.43 134,957.05 136,491.67 534,155.29 138,301.01 138,898.69 140,558.89

e. Perikanan 279,096.29 282,621.59 283,378.45 1,117,831.06 286,565.21 293,955.44 300,499.80

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 327,516.52 328,204.56 328,859.36 1,304,037.32 318,058.25 332,649.50 328,698.06

a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - -

b. Pertambangan tanpa Migas 56,226.86 56,265.21 56,326.04 224,727.51 57,021.38 60,070.16 58,251.10

c. Penggalian 271,289.66 271,939.34 272,533.32 1,079,309.81 261,036.87 272,579.34 270,446.95

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,289,107.34 1,325,991.42 1,347,186.92 5,212,944.52 1,382,702.63 1,385,926.06 1,417,031.14

a. Industri Migas - - - - - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - -

2. Gas Alam Cair - - - - - - -

b. Industri Tanpa Migas **) 1,289,107.34 1,325,991.42 1,347,186.92 5,212,944.52 1,382,702.63 1,385,926.06 1,417,031.14

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 364,556.75 381,665.86 389,040.34 1,472,049.41 372,297.53 379,830.80 392,032.26

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 505,502.42 515,803.61 527,730.39 2,055,185.69 570,567.80 552,980.93 568,870.49

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 37,206.50 37,249.96 37,631.16 149,715.56 41,060.94 41,110.21 41,267.44

4. Kertas dan Barang Cetakan 3,916.41 3,929.03 3,923.84 15,554.46 4,288.21 4,278.14 4,289.84

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 76,235.25 79,402.56 80,452.76 312,501.56 86,970.06 87,078.17 87,367.26

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 277,026.34 283,216.99 283,649.11 1,109,435.34 280,697.59 293,497.40 295,969.66

7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - - -

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 24,251.22 24,308.03 24,342.60 96,858.41 26,382.51 26,707.01 26,785.31

9. Barang lainnya 412.44 415.39 416.72 1,644.09 438.00 443.39 448.86

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 119,200.02 122,736.81 123,231.28 480,952.54 121,918.15 125,423.84 124,678.64

a. Listrik 107,659.08 110,691.66 110,821.93 433,511.34 109,368.40 112,769.75 111,418.55

b. Gas - - - - - - -

c. Air Bersih 11,540.93 12,045.14 12,409.35 47,441.20 12,549.75 12,654.08 13,260.09

5. BANGUNAN 593,986.15 619,416.08 629,541.20 2,416,503.88 605,526.93 625,770.58 646,331.35

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,970,892.60 2,035,039.42 2,056,114.63 7,975,716.53 2,090,274.36 2,133,807.15 2,199,117.95

a. Perdagangan Besar & Eceran 1,898,883.61 1,960,390.76 1,980,421.87 7,683,055.20 2,013,671.41 2,054,573.94 2,116,762.04

b. Hotel 18,944.39 19,915.01 20,815.42 78,025.64 20,440.08 21,305.00 22,489.82

c. Restoran 53,064.60 54,733.65 54,877.34 214,635.68 56,162.86 57,928.21 59,866.09

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,681,209.93 1,755,230.56 1,763,981.26 6,844,987.66 1,777,343.03 1,837,386.84 1,901,156.53

a. Pengangkutan 1,220,719.98 1,272,506.56 1,274,908.09 4,967,099.44 1,282,231.93 1,330,818.27 1,368,690.42

1. Angkutan Rel 7,926.22 7,991.58 8,074.09 31,907.69 8,092.98 8,095.66 8,179.04

2. Angkutan Jalan Raya 816,185.07 841,504.30 846,059.72 3,299,677.78 858,103.10 888,862.85 922,946.38

3. Angkutan Laut 69,894.78 71,976.91 72,104.95 283,678.69 71,903.99 71,839.11 73,388.47

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 21,260.22 21,592.97 21,050.29 84,948.32 21,076.28 21,081.22 21,296.98

5. Angkutan Udara 178,185.15 198,196.43 196,358.39 749,954.52 190,936.33 204,541.86 202,220.95

6. Jasa Penunjang Angkutan 127,268.53 131,244.37 131,260.65 516,932.44 132,119.24 136,397.57 140,658.60

b. Komunikasi 460,489.95 482,724.01 489,073.17 1,877,888.22 495,111.10 506,568.57 532,466.11

1. Pos dan Telekomunikasi - - - - - - -

2. Jasa Penunjang Komunikasi - - - - - - -

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 550,537.43 570,110.76 578,015.91 2,236,447.25 577,814.60 590,293.80 606,429.82

a. Bank 196,464.50 207,546.97 214,264.77 806,949.88 211,088.63 219,985.44 228,950.75

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 136,101.43 139,338.35 139,667.50 548,232.57 141,500.88 142,948.76 145,718.87

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - -

d. Sewa Bangunan 202,386.36 207,604.08 208,160.41 818,773.72 209,250.17 211,182.14 215,474.30

e. Jasa Perusahaan 15,585.14 15,621.36 15,923.23 62,491.08 15,974.91 16,177.46 16,285.90

9. JASA-JASA 1,856,722.71 1,933,558.23 1,983,824.76 7,575,491.88 1,977,909.54 2,032,114.30 2,080,790.67

a. Pemerintahan Umum 1,250,071.56 1,304,988.18 1,345,905.01 5,108,526.24 1,334,991.72 1,372,086.39 1,397,014.18

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 786,563.95 820,049.97 842,380.95 3,207,648.61 830,398.45 857,639.32 876,998.41

2. Jasa Pemerintah lainnya 463,507.61 484,938.21 503,524.06 1,900,877.63 504,593.26 514,447.08 520,015.77

b. Swasta 606,651.14 628,570.05 637,919.75 2,466,965.64 642,917.82 660,027.91 683,776.48

1. Sosial Kemasyarakatan 228,127.73 237,883.15 242,150.21 931,279.52 243,566.01 249,517.57 260,041.30

2. Hiburan & Rekreasi 69,911.70 72,158.05 70,194.41 279,120.64 71,060.04 74,779.81 76,840.90

3. Perorangan & Rumahtangga 308,611.72 318,528.84 325,575.13 1,256,565.47 328,291.77 335,730.52 346,894.28

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10,880,106.81 11,159,323.17 11,275,151.43 43,911,916.61 11,345,885.49 11,541,192.82 11,823,349.24

Sumber: BPS

2013

Tabel 2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Juta Rupiah)

PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPANGAN USAHA2011

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · pada melambatnya perekonomian Sumbar pada triwulan laporan. Perlambatan di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya penurunan

73

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

II III IV Jumlah I II III

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 14,117,225.24 14,881,694.59 15,414,531.31 58,200,854.06 15,783,429.20 16,206,373.28 17,099,224.20

1.1. Makanan 9,069,644.76 9,579,211.29 9,918,400.21 37,446,089.40 10,153,803.32 10,426,376.90 10,991,303.56

1.2. Non Makanan 5,047,580.48 5,302,483.30 5,496,131.09 20,754,764.66 5,629,625.87 5,779,996.38 6,107,920.63

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba238,859.26 247,948.33 251,184.55 971,253.14 255,070.90 260,562.09 272,799.92

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,979,816.08 4,205,040.51 4,493,289.08 16,219,356.62 3,900,824.63 4,171,571.21 4,513,558.11

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,428,718.01 5,518,571.30 5,952,512.95 22,255,232.09 5,748,742.41 6,015,132.74 6,293,057.60

5. Perubahan Stok -968,794.76 -179,360.33 398,954.15 -1,493,861.89 1,426,781.70 1,312,976.18 1,284,744.29

6. Diskrepansi Statistik

7. Ekspor Barang dan Jasa 8,006,454.68 7,971,445.87 7,257,991.45 30,778,974.59 7,057,599.54 7,369,262.92 7,914,346.29

7.1. Ekspor Luar Negeri 5,506,749.05 5,231,841.89 4,315,601.37 20,364,654.63 4,654,268.50 4,747,799.90 4,895,935.75

7.2. Ekspor Antar Daerah 2,499,705.64 2,739,603.98 2,942,390.08 10,414,319.96 2,403,331.04 2,621,463.01 3,018,410.54

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3,872,289.40 4,452,348.12 4,684,376.53 16,827,878.72 4,314,126.60 4,431,719.72 4,780,303.68

8.1. Impor Luar Negeri 1,276,627.49 1,508,867.52 1,472,539.46 5,699,483.96 1,225,310.09 1,340,479.50 1,591,879.66

8.2. Impor Antar Daerah 2,595,661.90 2,943,480.60 3,211,837.06 11,128,394.76 3,088,816.51 3,091,240.21 3,188,424.02

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 26,929,989.11 28,192,992.16 29,084,086.97 110,103,929.89 29,858,321.77 30,904,158.69 32,597,426.73

Sumber: BPS

Tabel 3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Juta Rupiah)

PROVINSI SUMATERA BARAT

2012 2013LAPANGAN USAHA

II III IV Jumlah I II III

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,193,864.07 5,326,988.24 5,422,294.56 21,058,969.65 5,438,989.31 5,503,781.74 5,629,504.37

1.1. Makanan 3,311,418.78 3,406,622.07 3,471,688.55 13,444,195.04 3,476,558.29 3,512,162.53 3,591,792.07

1.2. Non Makanan 1,882,445.29 1,920,366.17 1,950,606.01 7,614,774.61 1,962,431.02 1,991,619.21 2,037,712.30

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba92,581.97 94,579.92 95,176.10 374,191.11 95,812.01 96,679.09 99,009.79

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,460,584.73 1,537,778.87 1,650,862.44 5,999,081.54 1,418,154.86 1,501,859.75 1,587,764.00

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,093,030.04 2,119,943.36 2,224,320.65 8,504,651.94 2,141,457.41 2,232,433.55 2,307,665.85

5. Perubahan Stok -426,859.17 -130,049.18 118,480.78 -700,436.50 400,033.25 228,079.01 192,881.94

6. Diskrepansi Statistik

7. Ekspor Barang dan Jasa 3,994,920.04 3,937,682.46 3,545,751.83 15,277,753.07 3,442,047.01 3,642,932.66 3,789,120.06

7.1. Ekspor Luar Negeri 2,965,720.08 2,828,634.24 2,367,826.93 11,026,199.33 2,506,765.80 2,620,965.78 2,642,775.07

7.2. Ekspor Antar Daerah 1,029,199.95 1,109,048.22 1,177,924.90 4,251,553.74 935,281.21 1,021,966.88 1,146,344.98

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1,528,014.86 1,727,600.50 1,781,734.94 6,602,294.22 1,590,608.37 1,664,572.98 1,782,596.76

8.1. Impor Luar Negeri 565,787.45 659,074.58 631,456.04 2,515,166.56 510,578.45 562,531.91 659,322.21

8.2. Impor Antar Daerah 962,227.41 1,068,525.92 1,150,278.90 4,087,127.65 1,080,029.91 1,102,041.07 1,123,274.56

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10,880,106.81 11,159,323.17 11,275,151.43 43,911,916.61 11,345,885.49 11,541,192.82 11,823,349.24

Sumber: BPS

Tabel 4. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Juta Rupiah)

PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPANGAN USAHA2012 2013