KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III...

106

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV - 2015

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

KPW BI Provinsi NTT

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

ii

Kata Pengantar

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting

dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter.

Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis

ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi

eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta

stakeholder lainnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini

mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan

dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan

data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini

dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan,

oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan

kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun

dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami

mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus

berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Februari 2016

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

iii

Daftar Isi

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------------ ii

Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------------------- iii

Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------- viii

Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------------------- ix

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur ----------------------------- xii

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum----------------------------------------------------------------------------- 1

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2015 ------------------------ 1

1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 ------------------ 2

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ------------------------------------------ 3

1.2.1. Konsumsi --------------------------------------------------------------------------- 5

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi --------------------------------- 6

1.2.3. Ekspor dan Impor ---------------------------------------------------------------- 8

1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah ------------------------------------- 8

1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri --------------------------------------- 9

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral ------------------------------------------------ 10

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan -------------------------------- 11

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial - 14

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor --- 15

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya ----------------------------------------------------------- 16

BOKS 1. Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT -------------------------------- 18

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 23

2.1.1. Inflasi Tahunan ---------------------------------------------------------------- 24

2.1.2. Inflasi Triwulanan ------------------------------------------------------------- 25

2.1.3. Inflasi Bulanan ----------------------------------------------------------------- 25

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ------------------------------------------------------ 27

2.2.1. Bahan Makanan --------------------------------------------------------------- 28

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -------------------------- 29

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar ---------------------------- 30

2.2.4. Komoditas Lainnya ------------------------------------------------------------ 30

2.3. Disagregasi Inflasi NTT ---------------------------------------------------------------- 31

2.3.1 Volatile Foods ------------------------------------------------------------------- 32

2.3.2 Administered Prices ------------------------------------------------------------ 33

2.3.3 Inflasi Inti (Core) ---------------------------------------------------------------- 33

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 34

2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 34

2.4.2 Inflasi Kota Maumere -------------------------------------------------------- 35

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID ------------------------------------------ 36

BOKS 2. El Nino dan Potensi Rawan Pangan ----------------------------------------- 39

BOKS 3. Perkembangan Peningkatan Produktifitas Pertanian di NTT ----------- 41

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

iv

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 43

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum ---------------------------------------------- 46

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif ---------------------------------------------------- 46

3.2.2. Dana Pihak Ketiga ------------------------------------------------------------- 47

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan ---------------------------------------------- 49

3.2.4. Kualitas Kredit ------------------------------------------------------------------ 51

3.2.5. Suku Bunga --------------------------------------------------------------------- 51

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah -------------------------------- 52

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)---------------------------------- 54

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau --------------------------------- 56

3.4.1. Pulau Flores ---------------------------------------------------------------------- 56

3.4.2. Pulau Sumba -------------------------------------------------------------------- 57

3.4.3. Pulau Timor ---------------------------------------------------------------------- 57

3.5. Sistem Pembayaran ------------------------------------------------------------------- 58

3.5.1 Transaksi Non Tunai ------------------------------------------------------------ 58

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI) ------------------------------------------- 58

3.5.1.2. Transaksi RTGS ------------------------------------------------------ 60

3.5.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 60

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar --------------------------- 60

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) ---------------- 61

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (Upal) ----------------------------------------- 61

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 63

4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 64

4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 65

BAB V KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 70

5.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan ------------------------------------------------ 70

5.3 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) --------------------------------- 73

5.3 Perkembangan Sektor Ketenagakerjaan ------------------------------------------ 74

BOKS 4. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) di NTT --------------------- 75 ---------------------------------------------------------------------------------------------

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi ---------------------------------------------------------------- 78

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016 --------------------------------- 79

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016 ---------------------------- 79

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral ------------------------------------------ 80

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan ------------------------------------ 81

6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------------- 82

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi

NTT dibandingkan Nasional------ ----------------------------------------- 2

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional----- 2

Grafik 1.3 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi

NTT dibandingkan Nasional (triwulanan)------ ------------------------- 3

Grafik 1.4 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

(triwulanan)----- -------------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.5 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan IV 2015 ------------------------ 5

Grafik 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran --------------------------- 5

Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen ------------------------------------------------ 6

Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga ---------------------- 6

Grafik 1.9 Indeks Kegiatan Dunia Usaha --------------------------------------------- 6

Grafik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi ----------------------------------------------- 6

Grafik 1.11 Realisasi Investasi PMA & PMDN ------------------------------------------ 8

Grafik 1.12 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT --------------------------------- 8

Grafik 1.13 Perkembangan Kliring ------------------------------------------------------ 8

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi ---- -------- 8

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas------------------------------------------------- 9

Grafik 1.16 Aktivitas Bongkar Muat ----------------------------------------------------- 9

Grafik 1.17 Ekspor Impor Antar Negara ------------------------------------------------ 9

Grafik 1.18 Negara Tujuan Ekspor NTT ------------------------------------------------- 9

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Petani ---------------------------------------- 12

Grafik 1.20 Pengiriman Ternak ----------------------------------------------------------- 13

Grafik 1.21 Data Pengeluaran Ternak -------------------------------------------------- 13

Grafik 1.22 Perkembangan SKDU Pertanian ------------------------------------------ 13

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Pertanian ------------------------------------------ 13

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah --------------------------------- 15

Grafik 1.25 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan ----------------- 15

Grafik 1.26 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan ---------------------------- 16

Grafik 1.27 Perkembangan Survei Konsumen ---------------------------------------- 16

Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan ---------------------------- 16

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel ------------------------------------------------ 17

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara ------------------------------------ 17

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional ------------------------------ 24

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional --------------------------- 24

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan di 5 regional di Indonesia ------------ 27

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara ------------ 27

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ---------------------------------------- 28

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub

Kelompok Komoditas -------------------------------------------------------- 28

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ------ 30

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas -------------------- 30

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan

Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ----------------------- 30

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

vi

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas --------------------------- 30

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan

Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 32

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan

Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 32

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan -------------- 34

Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang --------------------------------------------- 35

Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang ------------------------------------------ 35

Grafik 2.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang ---------------------------------------------- 35

Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere ------------------------------------------ 36

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere --------------------------------------- 36

Grafik 2.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere -------------------------------------------- 36

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan ---------------------------------------- 44

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL -------------------------------------------------- 44

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI -------------------------------------------------------- 45

Grafik 3.4 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank -------------------------- 47

Grafik 3.5 Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu ----------------------------- 48

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah ------------------------------------- 48

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ----------------------------------- 49

Grafik 3.8 Komposisi DPK ----------------------------------------------------------------- 49

Grafik 3.9 Suku Bunga Simpanan ------------------------------------------------------- 49

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan --------------- 50

Grafik 3.11 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan --------------------- 50

Grafik 3.12 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit ---------------------------------- 50

Grafik 3.13 Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan ----------------- 51

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate --------------------------------- 52

Grafik 3.15 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga ---------------------- 52

Grafik 3.16 Komposisi Kredit UMKM --------------------------------------------------- 53

Grafik 3.17 Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi ------------------- 53

Grafik 3.18 Perkembangan UMKM ----------------------------------------------------- 54

Grafik 3.19 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan ------------- 54

Grafik 3.20 Komposisi DPK BPR ---------------------------------------------------------- 55

Grafik 3.21 Pertumbuhan DPK BPR ----------------------------------------------------- 55

Grafik 3.22 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi ------------------------------- 55

Grafik 3.23 Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi ------------------ 55

Grafik 3.24 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau ------------- 56

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Flores -------------------------------------------- 57

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Flores ------------------------------------------ 57

Grafik 3.27 Komposisi DPK di Pulau Sumba ------------------------------------------- 57

Grafik 3.28 Komposisi Kredit di Pulau Sumba ---------------------------------------- 57

Grafik 3.29Komposisi DPK di Pulau Timor --------------------------------------------- 58

Grafik 3.30 Komposisi Kredit di Pulau Timor ------------------------------------------ 58

Grafik 3.31 Perkembangan SKNBI NTT ------------------------------------------------- 59

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Nasional ------------------------------------------- 59

Grafik 3.33 Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank ----------------- 59

Grafik 3.34 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume ------------------------- 60

Grafik 3.35 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal ------------------------ 60

Grafik 3.36 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------- 61

Grafik 3.37 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) ------------------- 61

Grafik 3.38 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT --------------- 62

Grafik 3.39 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT ------------------------------ 62

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

vii

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------- 64

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT 65

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi

dan Kabupaten/Kota di NTT ------------------------------------------------ 65

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja -------------------------------------------- 66

Grafik 4.5 Perkembangan Realisasi Belanja Modal----------------------------------- 66

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

di Provinsi NTT ----------------------------------------------------------------- 67

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT ---------------------- 68

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT ---------------------- 68

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------- 68

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur ------------------ 69

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan NTT dan Nasional ------------- 71

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi --- 71

Grafik 5.3 Prosentase Penduduk Miskin NTT ------------------------------------------ 71

Grafik 5.4 Perkembangan Garis Kemiskinan ------------------------------------------ 72

Grafik 5.5 Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan ------------------------- 72

Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan --------------------------------------------- 73

Grafik 5.7 Indeks Keparahan Kemiskinan ---------------------------------------------- 73

Grafik 5.8 Angka Partisipasi Sekolah ---------------------------------------------------- 74

Grafik 5.9 Angka Partisipasi Murni ------------------------------------------------------ 74

Grafik 5.10 Perkembangan Tenaga Kerja ---------------------------------------------- 74

Grafik 5.11 Produktivitas Industri Besar Sedang -------------------------------------- 74

Grafik Boks 4.1 Porsi Tenaga Kerja ------------------------------------------------------ 75

Grafik Boks 4.2 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah ------- 75

Grafik Boks 4.3 Porsi Pendidikan Tenaga Kerja --------------------------------------- 76

Grafik Boks 4.4 Pangsa Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ------------- 76

Grafik Boks 4.5 Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia --------------------------- 76

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2016 ---------- 79

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tw I-2016 ------------ 79

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan ---------------------------- 81

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen ------------------------------------------------ 82

Grafik 6.5. Perkembangan Inflasi NTT -------------------------------------------------- 83

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-III 2015 ----------- 4

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-III 2015 ------- 11

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT -------------- 25

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT ------------- 26

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas ----------- 28

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas --------- 35

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas ------- 36

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS ----------------------------------------------------- 45

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja BPR ------------------------------------------------- 54

Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota

di Provinsi NTT ----------------------------------------------------------------- 67

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah

Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT ------------------ 69

Tabel Boks 4.1 Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk ----------- 76

DAFTAR GAMBAR

Gambar Boks 1.1 Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT ------- 18

Gambar Boks 1.2 Bandara dan Jalur Penerbangan Pesawat di NTT -------------- 19

Gambar Boks 1.3 Alur Pelayaran dan Distribusi Barang di NTT ------------------- 20

Gambar Boks 1.4 Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di NTT ------------- 20

` Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan III 2015

dan Sebaran Pembentukan TPID ---------------------------------------- 37

Gambar Boks 2.1 Peta Daerah dengan Potensi Kerusakan Tanam Posisi

Januari 2016 ----------------------------------------------------------- 39

Gambar Boks 3.1 Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman

Pangan ------------------------------------------------------------------ 41

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Februari -- ------------------------------ 80

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret ----------------------------------- 80

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

ix

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV-2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Produk Domestik Bruto (PDRB) NTT pada tahun 2015 sebesar Rp 76,43 triliun

(harga berlaku) dengan tingkat pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,02% (yoy)

cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi NTT terutama didorong oleh Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar

17,2% (yoy). Dari sisi sektoral, sektor Administrasi Pemerintahan menjadi pendorong

pertumbuhan yang disebabkan oleh peningkatan realisasi dana hibah dan dana desa.

Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran menjadi pendorong lainnya.

Sementara itu, PDRB NTT pada triwulan-IV mencapai Rp 20,37 triliun dengan

pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat dibandingkan triwulan-III yang sebesar

5,15% (yoy). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang

ditopang peningkatan realisasi belanja pemerintah dan PMTB/Investasi pada triwulan-IV.

Namun, tingginya impor daerah masih menjadi penghambat utama pertumbuhan yang

lebih tinggi. Sementara dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi pemerintah

juga tercermin dari tingginya pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan

konstruksi. Sementara itu, adanya momen natal dan tahun baru turut mendorong sektor

Perdagangan Besar dan Eceran.

INFLASI REGIONAL

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi bulan Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar

dibanding total inflasi NTT bulan Januari November 2015 yang sebesar 2,40%.

Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan harga bahan makanan

seiring dengan tingginya permintaan pada saat hari raya Natal dan tahun baru serta

tambahan permintaan selama puncak perayaan hari kesetiakawanan nasional dan natal

bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang sangat baik

hingga bulan September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan peningkatan yang

cukup besar di triwulan IV 2015. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT sebesar 4,92%,

lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

x

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan NTT pada triwulan IV 2015 menunjukkan perlambatan yang

tercermin dari beberapa indikator perbankan, diantaranya Aset yang hanya tumbuh

sebesar 11,90% (yoy) lebih rendah dari Triwulan III yang mencapai 20,90% (yoy).

Penghimpunan Dana Pihak ketiga juga mengalami perlambatan dari 18,35 % (yoy) di

menjadi 16,89% (yoy). Selain itu, indikator Kredit juga menunjukkan perlambatan

sebesar 14,04% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 14,33% (yoy). Di sisi lain,

Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT

pada Triwulan IV mengalami penurunan dari 2,00% (Tw III) menjadi 1,60%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV

2015 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami

net-outflow sebesar Rp.2,07 triliun atau 217,19% (yoy), sementara itu sistem

pembayaran non tunai, diantaranya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

meningkat sebesar 152,50% (yoy). Di sisi lain, transaksi BI-RTGS sampai dengan

November 2015 mengalami net transaksi keluar NTT sebesar Rp.3.787,87 miliar atau

tumbuh -143,06% (yoy).

KEUANGAN PEMERINTAH

Di akhir tahun 2015, pagu anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp 34,5 triliun atau meningkat Rp 2,44 triliun

(7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari alokasi APBD

Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun Sementara itu, realisasi belanja

pemerintah hingga akhir tahun 2015 mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun) dengan realisasi

tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Di sisi lain, realisasi belanja modal mencapai

83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal

tertinggi terutama dipergunakan bagi pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan

pembangunan/pelebaran jalan terutama di kawasan perbatasan. Dari sisi pendapatan,

realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 105,46% atau Rp 22,09 triliun dari total

rencana target Rp 20,95 triliun. Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah

Pusat melalui pendapatan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang terlihat dari

adanya penurunan presentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT

pada bulan September 2015 adalah sebesar 1.160,53 ribu orang atau meningkat sebesar

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

xi

690 orang dibandingkan bulan Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu orang. Namun

persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret

2015) menjadi 22,58% (September 2015). Adanya pembangunan proyek-proyek

pemerintah dan swasta diperkirakan turut mendorong pembukaan lapangan kerja yang

meningkatkan pendapatan masyarakat NTT. Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah

(APS) di NTT cenderung mengalami peningkatan. APS untuk kelompok umur 7-12 tahun

pada tahun 2014 mencapai 98% meningkat dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%,

sementara kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk kelompok

16-18 tahun mencapai 74%.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada

pada tingkat moderat dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Pertumbuhan investasi dan

alokasi anggaran pemerintah diperkirakan masih menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi NTT. Sementara itu, kinerja perekonomian pada triwulan-I 2016

diperkirakan melambat pada rentang 4,5-4,9% (yoy) seiring perlambatan kegiatan

pemerintah, belum tibanya musim panen padi, tekanan El Nino dan penurunan konsumsi

masyarakat paska libur sekolah dan natal.

Di sisi lain, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada kisaran 4,3-

4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang target Bank Indonesia sebesar 4±1% (yoy).

Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirakan berasal dari komoditas bahan makanan

(volatile food), terhambatnya musim tanam padi karena dampak El Nino dan fluktuasi

harga tiket pesawat. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan-I 2016 diperkirakan

berada pada rentang 5,9 - 6,3% (yoy) sebagai dampak pernurunan harga BBM pada

periode yang sama tahun 2014 dan masih dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong peningkatan harga ikan

segar dan bumbu-bumbuan.

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

xii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

2015 2014

%yoy*) IV III IV % qtq**) %yoy***)

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 68,598.5 76,432.5 5.02 18,055.2 20,021.6 20,371.2 0.20 5.13

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20,447.4 22,665.7 2.93 5,042.8 6,039.3 5,545.2 -9.04 2.59

Pertambangan dan Penggalian 1,070.3 1,307.6 6.42 305.6 350.6 358.9 0.50 8.53

Industri Pengolahan 843.7 940.9 5.23 231.6 243.5 259.3 5.53 5.57

Pengadaan Listrik dan Gas 31.8 40.0 10.19 9.7 9.2 12.5 9.83 4.37

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 45.5 47.2 2.07 11.9 12.3 12.3 -1.20 0.48

Konstruksi 7,096.0 7,908.2 5.22 1,907.5 2,051.7 2,244.0 3.57 7.34

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,296.7 8,274.0 6.09 1,905.3 2,176.8 2,219.1 0.97 7.59

Transportasi dan Pergudangan 3,566.9 3,976.0 5.49 974.6 1,014.8 1,101.5 6.42 5.07

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 422.4 487.1 6.17 116.8 127.3 137.0 5.90 8.60

Informasi dan Komunikasi 5,134.4 5,477.4 7.14 1,337.5 1,416.9 1,462.3 2.43 7.65

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,698.9 2,995.5 5.76 715.9 781.3 799.2 2.06 6.00

Real Estate 1,860.9 2,054.3 3.85 496.4 539.7 550.9 0.43 3.83

Jasa Perusahaan 210.9 235.5 4.61 55.8 61.3 62.3 0.22 4.91

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,392.7 9,399.6 7.09 2,278.5 2,461.3 2,653.4 6.13 7.79

Jasa Pendidikan 6,568.2 7,367.7 4.85 1,880.4 1,904.1 2,079.8 7.52 0.67

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,414.6 1,616.4 5.52 394.6 413.7 444.9 6.21 4.73

Jasa lainnya 1,497.0 1,639.5 3.72 390.4 417.8 428.6 1.07 3.34

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 68,598.5 76,432.5 5.02 18,055.2 20,021.6 20,371.2 0.20 5.13

1. Konsumsi Rumah Tangga 50,952.8 56,027.9 6.33 13,460.9 14,448.8 15,532.8 3.53 4.77

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 2,323.8 2,539.4 4.49 580.7 671.5 727.6 7.03 20.92

3. Konsumsi Pemerintah 20,592.3 23,705.4 7.97 5,809.0 7,655.1 8,049.6 2.85 26.43

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,693.0 32,505.8 17.19 8,070.4 8,467.2 9,043.3 4.27 5.72

5. Perubahan Inventori 1,024.3 967.6 -15.22 277.4 417.2 352.4 -17.81 13.05

6. Ekspor Luar Negeri 1,382.3 1,608.8 19.99 391.7 506.8 359.9 -32.38 -7.95

7. Impor Luar Negeri 527.2 261.5 -54.99 215.6 60.2 72.6 27.32 -70.28

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor) -33,842.9 -40,660.9 18.66 -10,319.2 -12,084.8 -13,621.8 6.67 17.57

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 18,410 24,018 30.46 4,722 6,249 6,616 5.88 40.12

Volume Ekspor Nonmigas (ton) 61,410 83,016 35.18 13,620 27,364 26,423 -3.44 94.00

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 26,013 5,352 -79.43 11,736 93 1,439 1454.17 -87.74

Volume Impor Nonmigas (ton) 76,708 3,042 -96.03 10,626 511 760 48.93 -92.85

Ket: Dalam Rp Miliar

*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014

**) Pertumbuhan Q4 2015 dibandingkan Q3 2015

***) Pertumbuhan Q4 2015 dibandingkan Q4 2014

****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

INDIKATOR 2014 20152015

II. INFLASI

I II III IV I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT 104.41 104.78 108.66 110.58 112.52 113.27 113.15 119.15 118.59 120.07 120.78 125.02

- Kota Kupang 104.56 104.91 108.85 110.84 112.91 113.63 113.50 120.06 119.47 121.09 121.54 126.15

- Maumere 103.39 103.96 107.42 108.85 110.00 110.93 110.85 113.20 112.81 113.42 115.77 117.60

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT 7.11 5.26 8.29 8.41 7.78 8.10 4.13 7.76 5.39 6.01 6.74 4.92

- Kota Kupang 7.06 5.56 8.88 8.84 7.99 8.31 4.27 8.32 5.81 6.57 7.08 5.07

- Maumere 7.38 3.73 5.32 6.24 6.39 6.70 3.19 4.00 2.55 2.24 4.44 3.89

2014 2015INDIKATOR

2013

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN IV–2015|

xiii

II. PERBANKAN

I II III IV I II III IV I II III IV

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset 22,434 25,600 21,017 21,291 22,055 22,434 23,316 26,398 27,114 25,600 29,877 32,778 32,750 28,602

2. DPK 16,402 18,571 15,351 15,836 15,923 16,402 17,078 18,791 19,092 18,571 19,798 21,764 22,341 21,478

- Giro 2,917 3,717 3,781 3,999 3,903 2,917 4,137 5,516 5,091 3,717 5,474 6,379 6,537 4,372

- Tabungan 9,933 10,385 7,575 7,751 8,029 9,933 8,577 8,568 9,041 10,385 9,092 9,149 9,644 11,933

- Deposito 3,552 4,469 3,995 4,087 3,990 3,552 4,363 4,707 4,960 4,469 5,232 6,236 6,159 5,173

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 15,624 17,759 13,546 14,528 15,276 15,624 15,756 16,652 17,220 17,759 16,907 17,845 18,552 20,284

- Modal Kerja 4,447 5,316 3,480 3,949 4,269 4,447 4,439 4,881 5,122 5,316 5,011 5,392 5,618 6,110

- Investasi 1,412 1,537 1,141 1,270 1,358 1,412 1,344 1,444 1,444 1,537 1,260 1,303 1,286 1,650

- Konsumsi 9,765 10,905 8,925 9,309 9,649 9,765 9,972 10,326 10,654 10,905 10,636 11,150 11,648 12,524

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 14,918 17,094 12,844 13,862 14,568 14,918 15,071 15,947 16,532 17,094 17,226 18,198 18,897 19,483

- Modal Kerja 4,340 5,252 3,439 3,889 4,172 4,340 4,322 4,742 5,008 5,252 5,218 5,626 5,848 5,917

- Investasi 1,150 1,309 831 1,008 1,095 1,150 1,115 1,201 1,235 1,309 1,318 1,359 1,338 1,381

- Konsumsi 9,427 10,534 8,574 8,965 9,301 9,427 9,634 10,004 10,289 10,534 10,690 11,212 11,710 12,185

LDR (%) 91.0% 92.0% 83.7% 87.5% 91.5% 91.0% 88.3% 84.9% 86.6% 92.0% 87.0% 83.6% 84.6% 90.7%

Kredit UMKM 4,007 5,162 3,294 3,741 3,889 4,007 4,185 4,753 5,000 5,162 5,234 5,611 5,996 6,075

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

Total Aset 337 415 254 263 303 337 343 355 374 415 437 454 482 510

Dana Pihak Ketiga 248 309 182 184 211 248 250 257 275 309 311 331 353 381

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 256 319 181 212 242 256 270 294 306 319 330 349 354 366

LDR (%) 84.3% 79.4% 81.4% 84.6% 83.9% 84.3% 82.6% 85.6% 84.1% 79.40% 80.5% 82.4% 80.5% 76.7%

1. Total Aset 22,771 26,016 21,271 21,555 22,357 22,771 23,660 26,753 27,487 26,016 30,314 33,232 33,232 29,112

2. Dana Pihak Ketiga 16,649 18,880 15,533 16,020 16,134 16,649 17,328 19,048 19,367 18,880 20,109 22,095 22,694 21,859

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 15,174 17,413 13,025 14,074 14,810 15,174 15,341 16,241 16,838 17,413 17,556 18,547 19,250 19,849

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%) 1.5% 1.6% 1.2% 1.2% 1.4% 1.5% 1.5% 1.3% 1.4% 1.6% 1.4% 1.4% 1.4% 1.8%

2. Dana Pihak Ketiga (%) 1.5% 1.6% 1.2% 1.1% 1.3% 1.5% 1.4% 1.4% 1.4% 1.6% 1.5% 1.5% 1.6% 1.7%

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%) 1.7% 1.8% 1.4% 1.5% 1.6% 1.7% 1.8% 1.8% 1.8% 1.8% 1.9% 1.9% 1.8% 1.8%

III. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I II III IV

Transaksi Tunai

Inflow (Rp. Triliun) 3.2 3.4 1.4 0.6 0.8 0.4 1.4 0.7 0.8 0.5 1.8 0.5 0.8 0.3

Outflow (Rp. Triliun) 4.7 4.6 0.4 1.0 1.4 1.9 0.3 0.8 1.3 2.1 0.4 0.9 1.7 1.0

Uang Palsu (lembar) 37 72 8 7 15 7 14 11 39 8 27 966 52 53

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) 80.03 93 13.31 22.75 17.78 26.20 14.18 13.05 29.84 35.63 34.61 43.75 41.55 10.58

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat) 29,516 33,747 5,687 6,142 8,209 9,478 7,809 7,868 8,776 9,294 5,984 6,086 5,877 2,690

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) 91 89 22.69 21.88 20.72 25.50 17.19 20.60 24.09 26.83 31.69 40.04 33.54 14.36

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat) 46,994 42,931 9,704 9,333 12,630 15,327 10,696 10,475 10,707 11,053 6,013 6567 6,812 3,692

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) -11 4 -9.38 0.87 -2.94 0.70 -3.00 -7.54 5.75 8.80 2.92 -3.71 8.02 -3.79

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat) -17,478 -9,184 -4,017 -3,191 -4,421 -5,849 -2,887 -2,607 -1,931 -1,759 -29 -481 -935 -1,002

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun) 3.13 3.79 0.66 0.70 0.81 0.96 0.84 0.85 0.91 1.19 0.99 0.93 1.38 3.0

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat) 139,007 152,284 31,839 32,715 34,848 39,605 34,677 36,188 37,809 43,610 39,971 40,708 48,453 72,843

Cek/BG Kosong 948 897 213 251 ` 256 179 175 276 267 300 254 342 307

*) RTGS Triwulan IV sampai dengan November 2015

2015

2014 2015

C. Grand Total (A+B) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

INDIKATOR2013

2013 2014

20132014

2014INDIKATOR2013

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 1

EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan

yang moderat namun cenderung melambat dibandingkan tahun 2015. Pendorong

utama pertumbuhan di tahun 2015 adalah Investasi/Pembentukan Modal Tetap

Bruto yang meningkat 17,2% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan terutama

didorong sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,

serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun 2015 mencapai

5,02% (yoy) cenderung melambat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar

5,05% (yoy), namun masih lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar

4,79% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTT triwulan IV mencatat angka 5,13%

(yoy) yang juga didorong oleh sektor Administrasi Pemerintahan, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Konstruksi.

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2015

PDRB NTT pada tahun 2015 mencapai Rp 76,43 triliun (harga berlaku).

Sepanjang tahun 2015, pertumbuhan ekonomi NTT tercatat sebesar 5,02% (yoy)

cenderung melambat dibandingkan 2014 yang sebesar 5,05% (yoy). Namun, masih

lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

tahun 2015 terutama didorong oleh Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar

17,2% (yoy). Banyaknya investasi pemerintah di NTT menjadi salah satu pendorong

yang terindikasi dari peningkatan realisasi belanja modal sebesar 52,4% (yoy) atau

meningkat sebesar Rp 3,2 triliun di tahun 2015. Dari sisi sektoral, sektor Administrasi

Pemerintahan menjadi pendorong yang disebabkan oleh peningkatan realisasi dana

hibah dan dana desa. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran menjadi

pendorong lainnya yang terutama terjadi pada triwulan IV seiring perayaan natal dan

tahun baru. Di sisi lain, sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang merupakan

pangsa utama perekonomian di NTT (29,7%) mengalami perlambatan dari 3,59% (yoy)

pada tahun 2014 menjadi 2,93% (yoy) pada tahun 2015. Faktor kekeringan dan

adanya serangan hama diperkirakan turut menjadi penyebab terhambatnya produksi

beberapa komoditas perkebunan dan pertanian, seperti jambu mete, kakao, padi dan

jagung.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 2

Dari sisi spasial, pertumbuhan ekonomi NTT cenderung masih lebih rendah

apabila dibandingkan Provinsi lainnya yang berada pada koridor Bali dan Nusa

Tenggara. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi

sebesar 21,24%(yoy) yang didorong oleh relaksasi ekspor barang tambang pada tahun

2015. Sementara itu, pertumbuhan Provinsi Bali mencapai 6,04% (yoy) yang masih

ditopang oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan

PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB

Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT pada triwulan-IV

mencapai Rp 20,37 triliun dengan pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat

dibandingkan triwulan-III yang sebesar 5,15% (yoy). Dari sisi penggunaan,

pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang ditopang peningkatan realisasi

belanja pemerintah dan PMTB/Investasi pada triwulan-IV. Namun, tingginya impor

daerah masih menjadi penghambat utama pertumbuhan yang lebih tinggi. Sementara

dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi pemerintah juga tercermin dari

tingginya pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan konstruksi. Sementara

itu, adanya momen natal dan tahun baru turut mendorong sektor Perdagangan Besar

dan Eceran.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebesar 5,13% (yoy) pada triwulan IV-

2015 cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 5,04% (yoy).

Namun, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sebesar

5,96% (yoy) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 11,98% (yoy),

pertumbuhan ekonomi NTT cenderung masih lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi NTB

sendiri pada triwulan IV masih didorong oleh relaksasi ekspor bijih logam PT. Newmont

Nusa Tenggara (NNT). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi bali ditunjang oleh

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 3

penyediaan akomodasi dan makan minum. Masa liburan natal, tahun baru dan liburan

sekolah dipekirakan masih menjadi pendorong sektor unggulan Bali tersebut di akhir

tahun.

Grafik 1.3. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan

PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional

(Triwulanan)

Grafik 1.4. PDRB dan Pertumbuhan PDRB

Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

(Triwulanan)

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tumbuh di atas Prov

NTB, namun berada dibawah Prov Bali. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada

triwulan IV 2015 sebesar 0,20% (qtq), masih dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi

Bali yang sebesar 1,38% (qtq), namun masih diatas Provinsi NTB yang menurun sebesar

-8,76% (qtq). Tumbuhnya ekonomi Bali ditopang oleh tibanya musim panen pertanian,

walaupun sektor penyediaan akomodasi dan makan minum cenderung melambat

karena puncak kunjungan wisatawan yang biasa terjadi pada triwulan III. Sementara

itu, menurunnya produksi PT. Newmont Nusa Tenggara menjadi penyebab kontraksinya

ekonomi NTB secara triwulanan.

Dorongan perekonomian NTB terutama berasal dari sektor industri pengolahan

seiring peningkatan produksi industri pengolahan tembakau. Sementara pertumbuhan

ekonomi NTT lebih disebabkan olah sektor Administrasi Pemerintahan seiring adanya

realisasi gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Pada tahun 2015 secara tahunan kinerja Investasi/PMTB serta konsumsi

rumah tangga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di NTT. Investasi/PMTB

tercatat tumbuh sebesar 7,9% (yoy) atau secara nominal meningkat sebesar Rp 5,8

triliun. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat dorongan investasi pemerintah

melalui pembangunan bendungan, sarana irigasi, perbaikan bandara, rehabilitasi dan

pembangunan jalan serta rehabilitasi Pelabuhan. Pertumbuhan juga terjadi pada sektor

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 4

konsumsi rumah tangga yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,3% (yoy) yang

didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat terutama pada akhir tahun seiring

perayaan natal dan tahun baru. Namun, peningkatan tersebut tereduksi oleh tingginya

pertumbuhan impor antar daerah yang sebesar 18,7% (yoy). Tingginya impor tersebut

diperkirakan terjadi sebagai konsekuansi tingginya kebutuhan bahan baku bangunan

untuk kegiatan proyek dan investasi dari daerah lain. Selain itu kebutuhan pangan

(beras dan bahan makanan lainnya) yang masih bergantung dari daerah lain juga

menjadi penyebab.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV terutama didorong

oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang mencapai 26,4% (yoy). Selain itu

kinerja investasi/PMTB tercatat cukup baik sebesar 5,7% (yoy). Namun, adanya

perayaan natal dan tahun baru serta peningkatan kegiatan proyek di akhir tahun juga

mendorong pertumbuhan impor antar daerah yang mencapai 17,6%, sehingga

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi masih terhambat.

Secara triwulanan, kinerja perekonomian NTT mengalami perlambatan

sebesar 0,20%(qtq). Komponen PMTB/Investasi mengalami pertumbuhan sebesar

4,27% (qtq) dan menjadi yang tertinggi dibandingkan komponen utama lainnya.

Komponen lainnya yang tumbuh adalah konsumsi rumah tangga sebesar 3,53% (qtq).

Kegiatan proyek-proyek pemerintah di akhir tahun menjadi penyebab tumbuhnya

investasi/PMTB, sementara konsumsi rumah tangga ditunjang oleh perayaan natal dan

tahun baru, selain juga adanya momen perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

(HKSN) dan Perayaan Natal Bersama di kota kupang yang turut mendorong konsumsi

masyarakat. Namun faktor-faktor tersebut masih terhambat oleh pertumbuhan net

impor antar daerah yang tumbuh 6,67% (qtq).

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan IV-2015

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

2014

2014 2015 Tw IV Tw III Tw IV

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 50,952,750 56,027,892 13,460,895 14,448,773 15,532,810 76.2 3.53 4.77

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,323,762 2,539,408 580,680 671,518 727,600 3.6 7.03 20.92

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20,592,320 23,705,393 5,808,979 7,655,085 8,049,633 39.5 2.85 26.43

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,693,029 32,505,797 8,070,387 8,467,247 9,043,274 44.4 4.27 5.72

5. Perubahan Inventori 1,024,332 967,562 277,382 417,152 352,370 1.7 -17.81 13.05

6. Ekspor Luar Negeri 1,382,328 1,608,842 391,673 506,776 359,881 1.8 -32.38 -7.95

7. Impor Luar Negeri 527,152 261,549 215,560 60,163 72,579 0.4 27.32 -70.28

8. Net Ekspor Antar Daerah (33,842,869) (40,660,869) (10,319,232) (12,084,768) (13,621,813) -66.9 6.67 17.57

P D R B 68,598,500 76,432,477 18,055,203 20,021,620 20,371,177 100.0 0.20 5.13

UraianYOY 2015

Bobot yoyqtq

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 5

1.2.1 Konsumsi

Pengeluaran konsumsi pada triwulan IV menunjukkan peningkatan cukup

tinggi sebesar 11,2% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

pertumbuhan konsumsi pemerintah hingga 26,4 (yoy) yang terutama didorong oleh

peningkatan belanja pegawai serta barang dan jasa di akhir tahun. Selain itu, adanya

peningkatan realisasi anggaran bantuan keuangan seiring pelaksanaan Pilkada di 9

(sembilan) Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Belu, Kab. Malaka, Kab. Manggarai Barat, Kab.

Sumba Timur, Kab. Manggarai, Kab. Ngada, Kab. Sumba Barat, Kab. Timor Tengah

Utara (TTU) dan Kab. Sabu Raijua. Adanya penyaluran dana desa juga turut membantu

peningkatan konsumsi pemerintah di akhir tahun.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan-IV juga menunjukkan pertumbuhan

secara tahunan sebesar 4,7% (yoy) dan secara triwulan sebesar 3,53% (qtq).

Adanya momen natal dan tahun baru serta masuknya liburan sekolah turut menopang

pertumbuhan konsumsi rumah tangga di akhir tahun. Pertumbuhan tersebut juga

terindikasi dari peningkatan angka indeks penjualan riil pada Survei Penjualan Eceran -

Bank Indonesia. Peningkatan penjualan pada triwulan IV juga terlihat dari pertumbuhan

penjualan eceran terutama pada kelompok perlengkapan rumah tangga, pakaian dan

perlengkapannya serta makanan dan tembakau. Sementara itu, penjualan bahan

konstruksi menunjukkan penurunan yang diperkirakan terjadi akibat keterbatasan

pasokan semen yang dapat dijual pedagang sebagai komoditas utama bagi kegiatan

pembangunan.

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil Eceran

Tw IV 2015

Grafik 1.6. Pertumbuhan Triwulanan Penjualan

Eceran

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

Peningkatan konsumsi masyarakat juga telihat dari Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) yang menunjukkan peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat

yang ditunjukkan oleh ITK juga mengalami peningkatan seiring pertumbuhan konsumsi

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 6

rumah tangga. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan-IV 2015

mengalami peningkatan sebesar 5,9% (yoy) atau 7,9% (qtq) yang diperkirakan

didorong pula oleh kebutuhan yang cukup tinggi untuk perayaan natal dan tahun baru

serta adanya dua even berskala nasional di kota Kupang, yaitu Perayaan Hari

Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Natal Bersama pada bulan Desember 2015.

Di sisi lain, Indeks Kegiatan Usaha dari hasil Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya

peningkatan untuk indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang sesuai dengan

pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga. Sementara dari indikator perbankan

penyaluran kredit konsumsi pada triwulan IV mencapai Rp 12,3 triliuan atau tumbuh

positif sebesar 4% (qtq) dan secara tahunan tumbuh sebesar 15,6% (yoy).

Grafik 1.7. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik

Rumah Tangga

Sumber : BPS, diolah

Sumber : PT PLN, diolah

Grafik 1.9. Indeks Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga

(LNPRT) menunjukkan adanya peningkatan yang cukup tinggi sebesar 20,9% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2014 (1,7%-yoy). Peningkatan

konsumsi lembaga non profit diperkirakan didorong oleh adanya penyelenggaraan

pemilu serentak di 9 Kabupaten di Provinsi NTT. Pembentukan tim sukses dan lembaga

independen pengawas pemilu menjadi beberapa hal yang mendorong peningkatan

konsumsi LNPRT.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 7

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Pertumbuhan investasi/PMTB di NTT pada triwulan IV-2015 mengalami

kenaikan sebesar 5,7% (yoy) yang diperkirakan berasal dari investasi Pemerintah.

Dari data realisasi belanja modal pemerintah, terjadi peningkatan cukup signifikan dari

Rp 2,9 triliun (triwulan III) menjadi Rp 9,3 triliun (triwulan IV). Peningkatan terutama

berasal dari realisasi belanja modal APBN yang meningkat sekitar Rp 3,4 triliun pada

rentang triwulan III dan triwulan IV. Peningkatan belanja APBN diperkirakan didorong

pula oleh penyelesaian pembayaran untuk beberapa proyek besar yang ada di NTT,

diantaranya pembangunan bendungan, pembangunan jaringan irigasi,

rehabilitasi/pembangunan jalan dan jembatan, serta peningkatan kapasitas bandara

dan pelabuhan. Selain itu, telah pula dilakukan groundbreaking pembangunan Waduk

Rotiklot di Kab. Belu oleh Presiden Jokowi dan proyek swasta berupa pembangunan

Independent Power Plant (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan kapasitas 5

MWp di Desa Oelpuah, Kec. Kupang Tengah, Kab. Kupang dengan total investasi USD

11,2 Juta pada akhir Desember 2015. Proyek lainnya adalah pembangunan gedung

pemerintahan (Kantor Gubernur NTT) dan proyek-proyek swasta, seperti pembangunan

area perbelanjaan.

Peningkatan investasi juga terlihat dari data realisasi investasi BKPM dan

Penjualan Semen. Berdasarkan data BKPM, pada triwulan-IV 2015 telah terealisasi

Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 31,34 juta atau meningkat 307% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Peningkatan juga terlihat dari

Penanaman Modal Dalam Negeri yang menunjukkan realisasi hingga Rp 1,29 triliun.

Peningkatan juga terlihat dari indikator penjualan semen yang mengalami peningkatan

sebesar 11,3% (yoy).

Sumber : KBI Kupang

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 8

Grafik 1.11 Realisasi Investasi Modal Asing &

Penanaman Modal Dalam Negeri

Grafik 1.12. Realisasi Konsumsi Semen

Provinsi NTT

Sumber : BKPM, diolah

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Dari data sistem pembayaran non tunai juga terlihat adanya peningkatan

perputaran uang. Data kliring menunjukkan adanya perputaran uang mencapai Rp

3 triliun pada triwulan IV 2015 atau meningkat 152,5% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu dari indikator perbankan,

pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 13,2% (yoy) dan kredit investasi sebesar

5,2% (yoy) cenderung lebih lambat dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Namun dengan angka pertumbuhan yang masih cukup baik

menunjukkan adanya perkembangan kegiatan investasi di NTT.

Grafik 1.13. Perkembangan Kliring

Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Modal Kerja

dan Kredit Investasi

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

1.2.3 Ekspor Impor

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah

Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari perkembangan aktivitas

bongkar muat di pelabuhan. Pada triwulan-IV, net impor antar daerah di Provinsi NTT

tumbuh sebesar 17,6% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya

atau tumbuh sebesar 6,7% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Apabila dilihat

dari bongkar muat peti kemas, terjadi peningkatan kegiatan sebesar 34,4% (qtq)

dibandingkan triwulan-III. Di sisi lain, bongkar muat curah masih menunjukkan defisit

masuk barang ke NTT yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 9

kegiatan ekonomi di NTT berkorelasi postif dengan pasokan barang dari daerah lain.

Terbatasnya industri dan tingginya kebutuhan sumber daya pangan di NTT

menyebabkan ketergantungan dengan daerah lain masih tinggi. Beberapa komoditas

impor dari daerah lain yaitu kayu, Beras, Bahan Baku Proyek (semen,gypsum,dan aspal)

serta batu-bara dan pasir besi. Sementara, komoditas ekspor utama NTT adalah hewan

(sapi dan kuda) serta semen.

Grafik 1.15. Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.16. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

Sumber : Pelindo III, diolah

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri

Aktivitas ekspor bersih Provinsi NTT pada triwulan IV masih mengikuti

perkembangan triwulan sebelumnya yang meningkat secara tahunan. Peningkatan

net ekspor NTT mencapai 94,7% (yoy) pada triwulan IV yang disebabkan oleh nilai

ekspor yang meningkat tinggi. Ekspor NTT pada triwulan IV bernilai US$ 6,6 juta

dengan tujuan utama ekspor adalah Timor Leste. Komoditas utama ekspor adalah

semen dan kendaraan bermotor roda 4 dan lebih, sementara ekspor dari sektor

pertanian terutama ikan tuna/tongkol. Sementara itu, impor NTT pada triwulan IV

sebesar US$ 1,4 juta dengan komoditas impor utama adalah alat listrik serta kaca dan

barang dari kaca yang berasal dari Tiongkok.

Grafik 1.17. Ekspor Impor Antar Negara Grafik 1.18. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 10

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Pertumbuhan ekonomi secara sektoral pada tahun 2015 sebesar

5,02%(yoy) didorong oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor. Secara tahunan pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan

mencapai 7,1% (yoy) yang terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja

pegawai, barang dan jasa serta yang mencapai 11,7% (yoy) atau meningkat sebesar Rp

1,8 triliun tahun 2014. Adanya tambahan anggaran dana desa juga turut mendorong

peningkatan. Sementara itu pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran

mencapai 6,1% (yoy) yang terutama disebabkan oleh dorongan konsumsi masyarakat

di akhir tahun seiring perayaan natal dan tahun baru, serta musim liburan sekolah.

Adanya perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial (HKSN) dan Perayaan Natal Bersama juga

turut mendorong peningkatan sektor perdagangan di NTT.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV sebesar 5,13%

(yoy) didorong oleh sektor Administrasi Pemerintahan, sektor Perdagangan Besar

dan Eceran serta sektor Konstruksi. Peningkatan kinerja sektor Administrai

Pemerintahan dan konstruksi diperkirakan turut didorong oleh peningkatan realisasi

belanja konsumsi dan belanja modal pemerintah. Sementara itu sektor perdagangan

besar dan eceran meningkat seiring perayaan natal dan tahun baru serta

penyelenggaraan HKSN dan Natal Bersama di kota Kupang. Di sisi lain, pertumbuhan

ekonomi NTT secera triwulanan sebesar 0,20% (qtq) lebih didorong oleh sektor

Administrasi Pemerintahan dan Jasa Pendidikan yang disebabkan oleh pencairan Dana

Bantuan Operasional Sekolah serta realisasi bantuan pemerintah kepada dunia

pendidikan, seperti bantuan tanah dan bangunan untuk sarana pendukung

pembelajaran di Universitas (Universitas Nusa Cendana dan Universitas Timor) serta

bantuan sarana prasarana pendukung pendidikan untuk sekolah.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 11

Tabel 1.2. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan IV 2015

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah) *Dalam Juta Rp

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor pertanian secara tahunan mengalami pertumbuhan yang stabil pada

triwulan IV, namun secara triwulanan mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor

Pertanian pada triwulan IV mencapai 2,6% (yoy) cukup stabil dibandingkan triwulan III

(2,6%-yoy), namun secara triwulanan pertumbuhan sektor pertanian tercatat menurun

sebesar -9,04% (qtq). Peningkatan secara tahunan ditengarai turut didorong oleh

peningkatan produksi tanaman bahan makanan yang terindikasi dari Angka Ramalan

(ARAM) II BPS yang menunjukkan peningkatan produksi padi sebesar 14,2% atau

943.020 Gabah Kering Giling (GKG), serta produksi jagung sebesar 6,74% (yoy) atau

690.710 ton juga turut menjadi pendorong pertumbuhan secara tahunan. Peningkatan

ini juga terlihat dari indeks nilai tukar petani (NTP) yang menunjukkan kenaikan dari

102,21 (tw-III) menjadi 103,19 (tw-IV) yang terutama didorong peningkatan indeks

yang diterima dari sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan rakyat.

2014

2014 2015 Tw IV Tw III Tw IV

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20,447,428 22,665,673 5,042,826 6,039,273 5,545,220 27.2 -9.04 2.59

B Pertambangan dan Penggalian 1,070,349 1,307,566 305,571 350,556 358,925 1.8 0.50 8.53

C Industri Pengolahan 843,708 940,862 231,573 243,493 259,276 1.3 5.53 5.57

D Pengadaan Listrik dan Gas 31,840 40,001 9,707 9,187 12,466 0.1 9.83 4.37

EPengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang45,529 47,150 11,891 12,347 12,305 0.1 -1.20 0.48

F Konstruksi 7,095,979 7,908,227 1,907,483 2,051,698 2,243,992 11.0 3.57 7.34

GPerdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor7,296,703 8,273,959 1,905,266 2,176,788 2,219,097 10.9 0.97 7.59

H Transportasi dan Pergudangan 3,566,950 3,975,985 974,600 1,014,761 1,101,475 5.4 6.42 5.07

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

422,443 487,091 116,822 127,264 137,030 0.7 5.90 8.60

J Informasi dan Komunikasi 5,134,426 5,477,449 1,337,473 1,416,921 1,462,281 7.2 2.43 7.65

K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,698,906 2,995,475 715,911 781,252 799,178 3.9 2.06 6.00

L Real Estate 1,860,878 2,054,341 496,391 539,727 550,863 2.7 0.43 3.83

M,N Jasa Perusahaan 210,879 235,528 55,762 61,340 62,344 0.3 0.22 4.91

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

8,392,732 9,399,572 2,278,494 2,461,309 2,653,426 13.0 6.13 7.79

P Jasa Pendidikan 6,568,193 7,367,666 1,880,362 1,904,125 2,079,834 10.2 7.52 0.67

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,414,584 1,616,418 394,622 413,749 444,901 2.2 6.21 4.73

R,S,T,U Jasa lainnya 1,496,973 1,639,515 390,450 417,829 428,566 2.1 1.07 3.34

PDRB 68,598,500 76,432,477 18,055,203 20,021,620 20,371,177 100 0.20 5.13

qtq yoy2015YOY

UraianKategori Bobot

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 12

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

Secara triwulanan, sektor pertanian mengalami penurunan sebesar

-9,04% (qtq). Penurunan diperkirakan terjadi karena faktor musiman, yaitu adanya

penurunan produksi perikanan akibat kondisi cuaca yang kurang baik pada rentang

triwulan IV. Selain itu, penurunan pada pengiriman hewan ternak, terutama sapi juga

menjadi penyebab lainnya. Hal ini terkonfirmasi adanya kenaikan harga yang cukup

tinggi pada beberapa komoditas ikan yaitu ikan kembung dan tongkol, selain itu dari

hasil liasion disebutkan pula bahwa komoditas ikan tuna cenderung menurun pada

akhir triwulan IV hingga awal triwulan I dan akan kembali meningkat pada bulan

Maret. Perkembangan pengiriman ternak tersebut didasarkan pada data Pelindo III yang

menunjukkan adanya penurunan pengiriman ternak dari 9.872 ekor (tw III) menjadi

5.324 ekor (tw IV) atau menurun sebesar -46,1% (qtq) namun apabila dibandingkan tw

IV-2014 terjadi peningkatan sebesar 51,6% (yoy). Hal ini juga terindikasi dari data

pengiriman sapi dari dinas peternakan yang menunjukkan adanya penurunan

pengiriman sapi dari 24.402 ekor pada triwulan III 2015 menjadi 8.524 ekor pada

triwulan IV 2015 namun meningkat sebesar 9,03% (yoy) apabila dibandingkan

pengiriman sapi pada periode sama tahun 2014 yang sebanyak 7.818 ekor. Trend yang

sama juga terjadi pada tahun 2014 yang menunjukkan penurunan pengiriman pada

triwulan-IV. Penurunan ini diperkirakan terjadi akibat kuota pengiriman sapi yang sudah

mulai terpenuhi di akhir tahun.

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 13

Grafik 1.20. Data Pengiriman Hewan Grafik 1.21. Data Pengeluaran Ternak

Sumber : Pelindo III, diolah

Sumber : Dinas Peternakan, diolah

Di sisi lain, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian

menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha pada triwulan-IV 2015. Hal ini

terlihat dari adanya peningkatan nilai indeks kegiatan usaha dan tenaga kerja Yng

terutama disebabkan oleh adanya panen di sektor pertanian (jagung) dan perkebunan

(jambu mete). Sementara itu penurunan indeks harga jual diperkirakan disebabkan oleh

peningkatan suplai hasil pertanian yang menurunkan harga jual. Di sisi lain, indikator

kredit pertanian menunjukkan adanya perlambatan -0,6% (qtq) yang diperkirakan

terjadi akibat mulai menurunnya jumlah kredit petani yang telah dilunasi seiring masa

panen.

Grafik 1.22. Perkembangan SKDU Pertanian Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan sektor

pertanian terutama berasal dari faktor alam. Dari sisi sarana dan prasarana,

Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum

serta Pemerintah Daerah telah melakukan upaya-upaya dalam peningkatan produksi

pertanian, diantaranya: pembangunan bendungan, jaringan irigasi, bibit, benih dan

sarana produksi. Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi NTT juga telah mendapatkan

tambahan dana untuk Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai sebesar Rp 319

miliar untuk bantuan perbaikan irigasi, bantuan saprodi (traktor & hand tractor), harvest

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 14

combiner dan bantuan lainnya. Namun yang perlu menjadi perhatian adala adanya

ancaman El Nino yang memperpanjang musim kemarau, sehingga dapat menghambat

masa tanam pertanian. Selain itu, koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah juga perlu untuk ditingkatkan supaya program-program yang dijalankan dapat

saling terkait bermanfaat maksimal bagi masyarakat sekitar (cth. pembangunan

jaringan tersier, embung dan irigasi).

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Secara tahunan, pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib pada triwulan IV 2015 meningkat

dibandingkan periode sebelumnya maupun triwulan-IV 2014. Pertumbuhan sektor

Administrasi Pemerintahan pada triwulan IV mencapai 7,79% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan III yang sebesar 6,79% (yoy). Secara triwulanan pertumbuhan

juga cukup tinggi sebesar 6,13% (qtq). Peningkatan turut didorong oleh peningkatan

realisasi belanja pegawai, barang dan jasa serta hibah sebesar 61,2% (qtq) atau sebesar

Rp 6,7 triliun pada triwulan IV. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh

selesainya proses pembayaran lelang kegiatan barang dan jasa dan peningkatan

realisasi dana hibah seiring penyelenggaraan pemilu di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota

dan penyaluran dana desa ke daerah. Realisasi belanja konsumsi sendiri mengalami

peningkatan sebesar 16,3% (yoy) atau Rp 23,3 triliun pada tahun 2015 dibandingkan

tahun 2014 yang sebesar Rp 20,1 triliun.

Sementara itu, perkembangan yang sama juga terlihat pada indikator simpanan

pemerintah di perbankan yang mengalami penurunan hingga mencapai -65,4% (qtq)

pada triwulan IV atau sebesar Rp 2,64 triliun dibandingkan triwulan IV yang sebesar Rp

7,64 triliun. Secara tahunan dana pemerintah juga mengalami penurunan sebesar -

6,4% (yoy) yang menunjukkan adanya dorongan realisasi anggaran yang sangat tinggi

oleh pemerintah di akhir tahun.

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 15

Grafik 1.24. Realisasi Belanja Konsumsi

Pemerintah

Grafik 1.25. Perkembangan Simpanan

Pemerintah di Perbankan

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen

Perbendaharaan, diolah

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor pada triwulan-IV 2015 mengalami trend peningkatan di akhir tahun.

Pada triwulan IV tercatat pertumbuhan sektor perdagangan mencapai 7,6% (yoy) atau

meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 5,8% (yoy). Peningkatan terutama

terjadi akibat adanya liburan sekolah, momen natal dan tahun baru, selain itu adanya

perayaan HKSN dan Natal Bersama di Kota Kupang juga turut mendorong peningkatan.

Dari sisi pendapatan masyarakat, adanya dorongan proyek pemerintah di akhir tahun

dan panen komoditas pertanian turut membuka lapangan kerja baru yang dapat

menopang konsumsi masyarakat di akhir tahun.

Berdasarkan indikator Survei Kegiatan Dunia Usadah (SKDU) terlihat adanya

peningkatan pada triwulan IV. Indikator SKDU menunjukkan adanya peningkatan

pada indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang menggambarkan bahwa terjadi

peningkatan geliat ekonomi pada triwulan IV. Selain itu, berdasarkan survei Konsumen,

terjadi pula kenaikan pada indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi

Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Dari sisi kredit, kredit

perdagangan hingga akhir triwulan IV-2015 mencapai Rp 5,08 triliun atau tumbuh

sebesar 14,1% (yoy). Sementara secara triwulanan, kredit perdagangan triwulan-IV

tumbuh sebesar 4,4% (qtq) meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 2,1%

(qtq).

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 16

Grafik 1.26. Perkembangan SKDU Sektor

Perdagangan

Grafik 1.27. Perkembangan Survei Konsumen

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Sumber : SK-Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor

Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan sebesar 7,3% (yoy) dan

merupakan salah satu sektor yang mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV

2015. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah di akhir tahun, berupa sarana

bendungan, irigasi, jalan, dermaga, fasilitas bandara dan gedung pemerintahan menjadi

beberapa faktor pendorong utama. Peningkatan kegiatan proyek juga terindikasi dari

adanya kelangkaan semen yang sempat terjadi di akhir tahun serta banyaknya kegiatan

proyek yang akhirnya belum selesai dan terpaksa meminta dispensasi penyelesaian

proyek selama 50 hari di tahun 2016.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan-IV 2015

mengalami pertumbuhan hingga mencapai 8,6% (yoy). Peningkatan jumlah

okupansi hotel diperkirakan didorong pula oleh adanya 2 kegiatan bertaraf nasional di

kota Kupang, yaitu Kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Perayaan

Natal Bersama yang dihadiri oleh Presiden Jokowi. Selain itu, adanya kegiatan-kegiatan

rapat dan sosialisasi oleh Pemerintah di hotel juga menjadi pendorong peningkatan

lainnya. Hal ini terindikasi dari peningkatan jumlah tamu hotel yang mencapai 61.245

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 17

orang pada triwulan IV-2015 atau meningkat sebesar 49,8%(yoy) apabila dibandingkan

tahun 2014. Peningkatan juga terjadi pada indikator jumlah penumpang di bandara

yang tercatat sebesar 778.721 orang atau meningkat sebesar 2% (yoy) dibandingkan

tahun sebelumnya.

Grafik 1.29. Perkembangan Tamu Hotel Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang

Bandara

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Sektor transportasi dan pergudangan tercatat mengalami peningkatan

sebesar 5,07% (yoy). Peningkatan terlihat dari adanya penambahan transportasi hewan

melalui kapal KM. Camara Nusantara I yang melayani pengiriman ternak dari Jakarta

melalui Cirebon, Semarang, Surabaya, NTB dan NTT. Selain itu adanya penambahan

kapal perintis oleh PT. Pelni yang melayani rute intra dan keluar NTT juga diperkirakan

menyebabkan kenaikan lainnya. Sektor Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 0,67% (yoy)

yang diperkirakan ditunjang oleh bantuan sarana pendidikan dan pembangunan

fasilitas pendidikan untuk Perguruan Tinggi (Universitas Nusa Cendana dan Universitas

Timor). Sektor Listrik dan Gas tumbuh sebesar 4,37% (yoy) yang diperkirakan didorong

oleh adanya tambahan kapasitas sebesar 8 MW untuk mengatasi krisis listrik akibat

kerusakan PLTU Bolok di bulan Desember.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks I Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT 18

Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT

Tahun 2015 dapat dikatakan sebagai babak awal tahun pembangunan infrastruktur di

NTT. Total anggaran belanja modal tahun 2015 mengalami kenaikan hingga 53,92% dibanding

tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran terutama bersumber dari APBN-P yang memberikan

tambahan alokasi dana yang cukup besar untuk pembangunan di NTT. Adapun realisasi belanja

modal pemerintah di NTT tahun 2015 mencapai 9,29 triliun, meningkat 52,47% dibandingkan

realisasi belanja modal pemerintah tahun 2014. Belanja modal pemerintah tahun 2015

difokuskan pada belanja jalan dengan total anggaran mencapai 1,9 triliun, diikuti oleh

pembangunan SDA dengan alokasi anggaran mencapai 873 miliar, Bandar udara dengan total

alokasi anggaran sebesar 598 miliar, pelabuhan dan penunjang (592 miliar), pendidikan (367

miliar), pengembangan air baku (286 miliar), kesehatan (156 miliar), kelistrikan (151 miliar) dan

permukiman dengan alokasi mencapai 124 miliar rupiah. Pemerintah juga melakukan perbaikan

pasar tradisional dengan pagu belanja mencapai 46 miliar rupiah. Selain investasi pemerintah,

kegiatan investasi juga dilakukan oleh investor swasta seperti investasi kelistrikan oleh PT PLN,

pemasangan BTS oleh operator maupun investasi pelabuhan laut oleh PT Pelindo III. Pemerintah

daerah juga melakukan investasi dengan total investasi lebih dari 4,2 triliun rupiah.

Boks 1.1. Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan alokasi belanja di atas, terlihat bahwa pemerintah sudah fokus pada

pembenahan permasalahan infrastruktur utama di NTT yaitu permasalahan logistik dan

konektivitas, permasalahan sumber daya air dan permasalahan kelistrikan. Dalam meningkatkan

konektivitas antar wilayah, pemerintah telah melakukan perbaikan jalan nasional dengan rasio

anggaran mencapai 1,4 miliar per km. Dengan anggaran sebesar itu, tingkat kemantaban jalan

nasional dapat mencapai 99% atau hanya 1% dari 1.341 km jalan nasional dalam kondisi

kurang bagus. Kondisi berbeda terjadi pada kemantaban jalan provinsi dan kabupaten kota.

Dengan asumsi seluruh belanja modal digunakan untuk membangun jalan, maka rasio alokasi

belanja pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan kabupaten kota paling banyak hanya

sebesar 200 juta per km atau paling banyak hanya sepertujuh dari alokasi belanja pemerintah

pusat. Rendahnya alokasi pembangunan jalan tersebut berdampak pada tingkat kemantaban

jalan provinsi dan kabupaten/kota yang hanya sebesar 50% dan 40%. Pengalihan status jalan

ke jalan nasional sebagaimana yang terjadi pada kawasan strategis pariwisata nasional Kelimutu

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks I Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT 19

sekiranya dapat ditiru kabupaten/kota atau provinsi untuk menyiasati minimnya alokasi belanja

modal yang dimiliki.

Selain perhubungan darat, Provinsi NTT memiliki 14 bandara yang dapat

menghubungkan antar wilayah di Provinsi NTT. Kota Kupang dan Bali menjadi hub utama yang

menghubungkan kota-kota di provinsi NTT. Hanya Labuan Bajo Ende yang memiliki

penerbangan langsung. Selebihnya harus melalui Kota Kupang atau Bali apabila ingin

melakukan perjalanan antar daerah. Terdapat 4 bandara yang dapat didarati pesawat jet, dan 9

lainnya hanya dapat didarati pesawat propeller serta 1 bandara yang hanya dapat didarati

pesawat jenis caravan. Pada tahun 2015, terdapat 13 bandara yang melakukan investasi

perpanjangan atau pelebaran landasan pacu. Selebihnya adalah perluasan kapasitas parkir

pesawat (apron), landasan hubung (taxi way) maupun terminal. Total realisasi investasi

perhubungan udara mencapai 539 miliar rupiah setara dengan 90,11% dari total alokasi

investasi yang direncanakan. Terdapat 5 bandara dengan realisasi investasi kurang dari 90%

dengan pencapaian terendah di Bandara AA Bere Talo Belu yang disebabkan oleh proses

pembebasan lahan yang belum selesai, sehingga perpanjangan landasan pacu juga terkendala.

Alor, Rote Ndao dan Ende juga terkendala penyelesaian landasan pacu, sedangkan bandara

Frans Sales Lega Ruteng terkendala oleh penyelesaian terminal penumpang. Pada tahun 2016,

investasi perhubungan udara dialokasikan sebesar 431 miliar belum termasuk investasi bandara

El Tari Kupang yang ditangani oleh PT Angkasa Pura I.

Boks 1.2. Bandara dan jalur penerbangan pesawat di Nusa Tenggara Timur

Pada tahun 2015, terdapat pula investasi pelabuhan dalam rangka mendorong sistem

logistik di provinsi NTT. Investasi dilakukan pada 11 pelabuhan di 11 Kabupaten di NTT. Adapun

realisasi investasi perhubungan laut hingga akhir tahun 2015 sebesar 66,11% atau sebesar 392

miliar rupiah. Rendahnya realisasi investasi pelabuhan laut selain karena permasalahan AMDAL

dan studi kelayakan, juga disebabkan oleh adanya dual pengelolaan di pelabuhan Tenau

Kupang, Ende, dan Sikka, sehingga proses investasi urung dilakukan. Di Ende, dana investasi

masih dalam keadaan terblokir, sehingga tidak bisa dilakukan penarikan anggaran. Pencapaian

investasi pelabuhan di pelabuhan Reo Manggarai juga masih kurang dari 60% yang disebabkan

oleh selain penyelesaian proyek yang tidak sesuai jadwal, juga disebabkan oleh adanya dana

yang masih terblokir sebesar 56,5 miliar rupiah. Untuk melanjutkan pembangunan

perhubungan laut, pemerintah mengalokasikan belanja investasi sebesar 191,43 miliar di tahun

2016. Pembangunan fasilitas pelabuhan direncanakan dilakukan pada 6 pelabuhan di Kota

Kupang, Sikka, Ende, Sumba Timur, Kabupaten Kupang dan Manggarai. Pembangunan besar

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks I Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT 20

fasilitas pelabuhan di Kota Kupang diserahkan kepada PT Pelindo III sebagai operator

pelabuhan. Di pelabuhan Bolok, pemerintah juga merencanakan membangun fasilitas

pelabuhan kenavigasian dan pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran dengan nilai

investasi mencapai 60 miliar rupiah.

Boks 1.3. Alur pelayaran dan Distribusi Barang di Nusa Tenggara Timur

Dalam membantu meningkatan penyediaan sumber daya air di Provinsi NTT, pemerintah

berencana membangun 7 waduk dengan skema proyek lintas tahun (multi years). Hingga saat

ini baru terdapat 2 waduk yang sudah dilakukan pembangunan fisik dan di tahun 2016

diharapkan dapat mulai dilakukan pembangunan waduk kolhua. Hingga penyelesaiannya, total

biaya pembangunan waduk bisa mencapai lebih kurang enam triliun rupiah. Diharapkan,

ketujuh waduk tersebut dapat menambah 13 ribu ha lahan pertanian teririgasi, menjadi sumber

air baku bagi lebih kurang 300 ribu jiwa dan menghasilkan energi listrik dengan kapasitas

sebesar 2,55 MW. Selain pembangunan waduk, pemerintah juga tetap akan melakukan

pemeliharaan dan pembangunan jaringan irigasi dan membangun lebih dari 100 embung baru

di tahun 2016, sehingga total embung yang terbangun menjadi lebih kurang 1.200 embung.

Total realisasi pembangunan sumber daya air di tahun 2015 sebesar 845 miliar dengan

prosentase realisasi mencapai 97%.

Boks 1.4. Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di Nusa Tenggara Timur

Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks I Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT 21

Belanja infrastruktur air baku di tahun 2015 juga cukup besar hingga 276 miliar rupiah

dengan prosentase realisasi mencapai 97%. Pembangunan air baku ditititik beratkan kepada

pembangunan sistem pengelolaan air minum, peningkatan sarana dan prasarana penyediaan

air baku, serta pembangunan jaringan irigasi air tanah. Di tahun 2016, pemerintah

mengalokasikan 160,4 miliar untuk melanjutkan pembangunan air baku.

Suatu wilayah tidak akan dapat melakukan pembangunan atau membangun industri

atau bisnis tanpa adanya kecukupan listrik. Dengan total beban puncak sebesar 148 MW dan

rasio elektrifikasi yang masih sebesar 58%, investasi kelistrikan mutlak diperlukan dalam waktu

mendesak. Saat ini, total kebutuhan daya tunggu sudah mencapai lebih dari 100 MW. Untuk

itu, PT PLN berencana melakukan investasi hingga tahun 2020 dengan total penambahan daya

sebesar 290 MW yang terdiri dari 213 MW PLTU, 32,5 MW PLTMG dan PLTP serta 12,2 MW

PLTS. Untuk mengatasi kekurangan daya saat ini, PLN mendapatkan realokasi 2 genset dengan

total kapasitas 17 MW dan 1 buah kapal listrik dengan daya sebesar 60MW. Genset menurut

rencana dapat segera dioperasikan, sedangkan kapal listrik baru akan diterima pada tengah

tahun 2016.

Penambahan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk sementara

waktu. Percepatan realisasi investasi kelistrikan dirasa sangat dibutuhkan agar pembangunan

dapat berjalan. Dengan rasio elektrifikasi yang rendah dan rata-rata penggunaan daya listrik

yang rendah pula, PT PLN diharapkan dapat lebih berani dalam mempercepat investasi agar

rasio elektrifikasi dapat meningkat dan kebutuhan pembanguna dapat tercukupi. Terkait

peramalan kebutuhan beban puncak untuk industri dan bisnis, seharusnya dapat dipisahkan

dari peramalan kebutuhan listrik rumah tangga dikarenakan besarnya daya listrik yang

dibutuhkan. Apabila kebutuhan listrik untuk kawasan industri bolok juga diperhitungkan, maka

dengan luas lahan yang mencapai 900 ha, akan dibutuhkan ratusan megawatt listrik untuk

operasionalnya yang pastinya tidak akan dapat terpenuhi dengan perencanaan generik saat ini.

Untuk menunjang peningkatan rasio elektrifikasi, kementrian ESDM tahun 2015 juga telah

melakukan investasi berupa peningkatan panjang jaringan distribusi dan penambahan gardu

listrik dengan nilai investasi sebesar 129 miliar rupiah. Menteri desa, daerah tertinggal dan

transmigrasi juga mengalokasikan investasi sebesar 3 miliar untuk pengadaan sarana

penerangan dan energi terbarukan.

Investasi lainnya antara lainnya pembenahan permukiman dan sanitasi dengan total

anggaran mencapai 83% atau sebesar 107 miliar dari total alokasi dana yang sebesar 129

miliar. PT Telkomsel juga telah melakukan pemasangan 12 BTS untuk daerah perbatasan

Indonesia dengan Timor Leste. selain itu, provider juga telah membangun 39 BTS untuk daerah

terluar. Pemerintah telah melakukan revitalisasi 6 pasar di NTT dari 8 pasar yang dialokasikan,

pembangunan 3 PTN di Kupang Kupang dan 1 investasi minor dengan total realisasi belanja

modal sebesar 254 miliar, serta investasi pembelian peralatan kesehatan serta pembangunan

gedung dengan total realisasi investasi mencapai 93 miliar rupiah.

Pada tahun 2016, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran belanja modal

sebesar 3,57 triliun rupiah. Belanja pemeliharaan dan pembangunan jalan masih menjadi

prioritas utama dengan anggaran sebesar 1,7 triliun rupiah, disusul oleh anggaran belanja

sumber daya air (647 miliar), bandara (431 miliar), pelabuhan (191 miliar), air baku (161 miliar),

permukiman (121 miliar) dan pendidikan dengan anggaran sebesar 93 miliar. Namun demikian,

melihat detil rencana investasi yang akan dilakukan, maka diperkirakan akan terdapat

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks I Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT 22

penambahan dalam APBN-P dikarenakan alokasi penganggaran pembuatan waduk Raknamo

dan Rotiklot masih sangat kecil. Dengan kondisi pekerjaan yang sudah melakukan pekerjaan

fisik bangunan, maka nilai investasi akan membutuhkan dana yang cukup besar. Pembangunan

infrastruktur diharapkan juga akan bertambah dari pemanfaatan dana desa yang pada tahun

2016 bertambah lebih dari dua kali lipat. Dengan himbauan pemerintah untuk memfokuskan

pada pembangunan infrastruktur dasar, diharapkan perbaikan jalan desa, jalan usaha tani

maupun irigasi tersier dapat dilakukan yang diharapkan berdampak pada peningkatan efisiensi

kegiatan ekonomi di daerah.

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 23

23

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV tahun 2015 mengalami kenaikan tinggi dikarenakan oleh tingginya inflasi bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan selama perayaan natal dan tahun baru. Inflasi NTT tahun 2015 sebesar 4,92% menurun dibanding inflasi 2014 yang sebesar 7,76%. Namun demikian, dengan rendahnya pencapaian inflasi nasional tahun 2015 yang hanya sebesar 3,35% menjadikan inflasi NTT menempati urutan ketujuh tertinggi di Indonesia. Secara triwulanan, Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami inflasi tertinggi di Indonesia dengan nilai inflasi sebesar 3.51% (qtq).

Kelompok komoditas bahan makanan menjadi penyumbang utama

meningkatnya inflasi di NTT

Inflasi bulan Desember 2015 komoditas volatile food menjadi inflasi

tertinggi dalam 10 tahun terakhir

Kota Maumere lebih dapat mengendalikan inflasi di triwulan IV 2015

Saat ini hanya Kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID

2.1. Kondisi Umum

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan

signifikan. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bulan

Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar dibanding total inflasi NTT bulan

Januari November 2015 yang sebesar 2,40%. Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh tingginya kenaikan harga bahan makanan seiring dengan

tingginya permintaan pada saat hari raya Natal dan tahun baru serta

tambahan permintaan selama puncak perayaan hari kesetiakawanan nasional

dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang

sangat baik hingga bulan September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan

peningkatan yang cukup besar di triwulan IV 2015. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT

sebesar 4,92%, lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%. Inflasi

tahunan NTT menduduki peringkat terbesar ketujuh di Indonesia dari 34 Provinsi

setelah Maluku (6,10%), Kalimantan Barat (5,77%), Sulawesi Utara (5,56%), Papua

Barat (5,29%), Kalimantan Selatan (5,18%), Kalimantan Timur (5,11%) dan Sulawesi

Barat (5,07%).

Secara triwulanan, 5 provinsi di kawasan timur indonesia mengalami inflasi

tertinggi di Indonesia. Provinsi NTT menjadi provinsi dengan inflasi triwulanan tertinggi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 24

24

sebesar 3,51% (qtq), disusul oleh Provinsi Sulawesi utara (3,25%), Sulawesi Tengah

(3,24%), Papua (2,83%) dan Provinsi Maluku Utara (2,49%).

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan

Nasional

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan

Nasional

1.1.1 Inflasi Tahunan Secara tahunan, Inflasi di Provinsi NTT mencapai 4,92%, jauh lebih tinggi

dibanding inflasi nasional yang hanya sebesar 3,35%. Tingginya inflasi bahan

makanan terutama di akhir tahun dan makanan jadi, minuman dan tembakau

yang secara bertahap terus mengalami kenaikan di sepanjang tahun 2015

menjadi penyebab utama tingginya inflasi di tahun 2015. Hilangnya pengaruh

base effect kenaikan BBM di akhir tahun 2014 mampu meredam inflasi di akhir

tahun 2015. Berdasarkan komoditas, beras menjadi komoditas dengan andil inflasi

tertinggi. Sepanjang tahun rata-rata harga beras mengalami kenaikan hingga 16,04%

(yoy), disusul oleh komoditas angkutan udara dengan kenaikan rata-rata mencapai

17,85% (yoy), ikan kembung (23,80%), sawi putih (49,33%) dan daging ayam ras

(24,19%). Komoditas lainnya yang menyumbang inflasi tertinggi adalah semen, rokok

kretek filter, tomat sayur, telur ayam ras dan tarif listrik. Kenaikan harga beras lebih

disebabkan oleh penurunan pasokan beras seiring dengan datangnya El Nino. Kenaikan

harga daging ayam ras dan telur ayam ras lebih disebabkan oleh adanya larangan

impor, sehingga harga jagung naik tinggi yang berdampak pada kenaikan harga pakan.

Adanya pembatasan impor grand parent stock (indukan) juga membuat pasokan DOC

terbatas. Ditambah lagi dengan adanya musim pancaroba yang membuat lebih dari

30% ayam peternak mati, sehingga mengurangi pasokan ayam pedaging di akhir

tahun. Kenaikan harga semen hanya terjadi di akhir tahun seiring dengan berkurangnya

pasokan semen lokal dan di sisi lain terjadi peningkatan luar biasa untuk penyelesaian

proyek pemerintah.

3.35%

4.92%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nasional

NTT

1.08%

3.51%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nasional

NTT

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 25

25

1.1.2 Inflasi Triwulanan Inflasi NTT triwulanan IV 2015 mencapai 3,51% (qtq) tertinggi dibanding

provinsi lain di Indonesia. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya

permintaan bahan makanan di bulan Desember 2015. Inflasi bahan makanan

menjadi penyumbang utama inflasi triwulanan. Delapan dari sepuluh komoditas

penyumbang inflasi utama Provinsi NTT berasal dari bahan makanan, antara lain ikan

kembung, daging ayam, sawi putih, beras, tomat sayur, kubis, wortel, buncis dan

kangkung. Adapun dua komoditas di luar pangan hanyalah angkutan udara dan

semen. Kenaikan harga lebih disebabkan adanya even natal dan tahun baru serta natal

bersama dan hari kesetiakawanan sosial nasional yang diadakan di Kupang, sehingga

permintaan bahan makanan dan biaya angkutan udara mengalami kenaikan cukup

tajam.

1.1.3 Inflasi Bulanan Secara bulanan, inflasi mengalami kenaikan tertinggi pada bulan

Desember 2015. Gejala tingginya inflasi sudah terlihat di bulan September dan

Oktober 2015, yaitu ketika secara nasional mengalami deflasi, NTT justru

mengalami inflasi dan terus meningkat hingga puncaknya di bulan Desember

2015 dengan nilai inflasi mencapai 2,46% (mtm). Inflasi pada bulan Oktober sebesar

0,32% (mtm) dengan penyumbang utama komoditas beras dikarenakan oleh

menurunnya pasokan. Selain itu, ongkos angkutan udara juga mengalami kenaikan

yang disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan angkutan udara menyambut

libur Tahun Baru Islam. Inflasi sayur-sayuran lebih disebabkan oleh pembalikan harga

setelah di dua bulan sebelumnya cenderung mengalami deflasi.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

Beras 1.40 0.10 Ikan Kembung 31.44 0.37 Daging Ayam Ras 40.02 0.38

Angkutan Udara 3.22 0.09 Beras 0.88 0.06 Semen 13.81 0.32

Buncis 45.74 0.03 Sepatu 18.68 0.04 Angkutan Udara 9.62 0.27

Kangkung 4.52 0.03 Pasir 3.60 0.04 Sawi Putih 41.61 0.25

Sawi Putih 4.48 0.03 Tomat Sayur 15.56 0.04 Kangkung 18.29 0.11

Tomat Sayur 11.60 0.03 Batu 10.52 0.04 Beras 1.46 0.10

Ayam Hidup 3.86 0.03 Sepeda Motor 2.34 0.03 Bayam 41.99 0.09

Mie 1.80 0.02 Tauge/Kecambah 33.35 0.03 Tarip Listrik 2.69 0.07

Pasir 2.18 0.02 Bawang Merah 13.24 0.02 Tomat Sayur 26.03 0.07

Pisang 6.41 0.02 Wortel 17.24 0.02 Sawi Hijau 60.68 0.07

Oktober November Desember

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 26

26

Pada bulan November, inflasi di Provinsi NTT justru mengalami peningkatan

dengan penyumbang utama kenaikan adalah komoditas ikan kembung, beras, sepatu,

pasir, tomat sayur dan batu. Mulai ramainya proses pengerjaan proyek membuat biaya

bahan bangunan mengalami kenaikan. Adanya pergantian musim juga menurunkan

hasil tangkapan ikan kembung, serta menurunnya stok beras juga masih membuat

harga mengalami kenaikan walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya.

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Pada bulan Desember, Provinsi NTT mengalami puncak inflasi di tahun 2015

dengan inflasi mencapai 2,46% (mtm), jauh lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi Natal

dan tahun baru dalam 7 tahun terakhir yang hanya sebesar 1,51%. Inflasi bahan

makanan menjadi penyumbang utama kenaikan harga terutama pada komoditas

daging ayam ras yang meningkat hingga 40% (mtm) dibanding bulan sebelumnya.

Dalam rangka menyambut natal dan tahun baru, produsen sudah meningkatkan

pasokan ayam hingga 20-25%. Namun demikian, adanya musim pancaroba membuat

lebih dari 30% ayam mengalami kematian. Dengan harga pakan yang meningkat, dan

penambahan permintaan seiring dengan adanya hari kesetiakawanan sosial nasional

(HKSN) dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kupang, harga daging ayam

mengalami kenaikan hingga lebih dari 40%. Adanya even HKSN juga telah membuat

harga tiket mengalami kenaikan yang cukup besar. Adanya penurunan produksi semen

dan tingginya permintaan proyek juga membuat semen menjadi langka. tarif listrik

juga mengalami kenaikan serta tingginya permintaan bahan makanan selama hari raya

Natal dan tahun baru membuat inflasi meningkat signifikan dibanding bulan-bulan

sebelumnya.

Komoditas Deflasi (%) Andil (%) Komoditas Deflasi (%) Andil (%) Komoditas Deflasi (%) Andil (%)

Cabai Rawit (31.46) (0.05) Kakap Merah (24.01) (0.06) Lengkuas (14.81) (0.03)

Telur Ayam Ras (5.43) (0.04) Kangkung (7.89) (0.05) Minyak Goreng (1.67) (0.02)Daging Ayam

Ras (3.32) (0.03) Batako (5.00) (0.02) Jeruk (10.93) (0.02)

Besi Beton (3.37) (0.03) Telur Ayam Ras (3.22) (0.02) Pisang (4.19) (0.01)

Cabai Merah (17.70) (0.03) Angkutan Udara (0.77) (0.02) Pasir (1.21) (0.01)

Bayam (12.19) (0.03) Daging Ayam Kampung (9.69) (0.02) Daging Babi (2.17) (0.01)

Ekor Kuning (14.37) (0.02) Jeruk (8.62) (0.02) Tas Tangan Wanita (20.19) (0.01)

Minyak Goreng (1.86) (0.02) Semangka (18.00) (0.01) Celana Panjang Bahan Drill (5.23) (0.01)

Cakalang/Sisik (16.82) (0.02) Cumi-cumi (18.49) (0.01) Baju Kaos Berkerah (6.35) (0.01)

Seng (1.84) (0.02) Daun Seledri (39.78) (0.01) Pembasmi Nyamuk Bakar (5.11) (0.01)

DesemberOktober November

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 27

27

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi 5 regional di

Indonesia

Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Wilayah

Balinusra

Apabila dibandingkan dengan inflasi antar regional di Indonesia, inflasi tahunan

dan triwulanan di Balinusra masih relatif terkendali. Inflasi tahunan balinusra hanya

sebesar 3,29%, demikian pula dengan inflasi triwulanan yang sebesar 1,39%. Namun

demikian, pendorong rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh rendahnya inflasi Bali dan

NTB yang hanya sebesar 2,76% (yoy) dan 3,43% (yoy). Demikian pula, inflasi

triwulanan Provinsi Bali tercatat hanya sebesar 0,78% (qtq) dan inflasi NTB hanya

sebesar 1,39% (qtq). Bandingkan dengan inflasi triwulanan NTT yang mencapai 3,51%

(qtq)

2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

Baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, bahan makanan pada

triwulan IV 2015 menjadi penyumbang utama inflasi di NTT. Penurunan

pasokan komoditas bahan makanan antara lain disebabkan oleh ketiadaan

panen, kematian ternak dan berkurangnya hasil tangkapan ikan karena

peralihan musim. Inflasi komoditas makanan minuman dan tembakau juga tumbuh

cukup tinggi seiring dengan adanya kenaikan cukai rokok maupun kenaikan harga

minuman dan makanan jadi. Komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

juga mengalami kenaikan seiring dengan adanya kenaikan harga bahan bangunan dan

kenaikan tarif listrik dengan daya 1.300 dan 2.200. Adapun inflasi komoditas

transportasi, komunikasi dan jasa secara tahunan justru mengalami penurunan seiring

dengan turunnya harga bahan bakar dan hilangnya efek kenaikan BBM di akhir tahun

2014.

5.13

4.43

3.29 3.07 3.06

1.60 1.51 1.39 1.38 0.86

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00K

alim

anta

n

Sula

wes

i

Bal

inu

sra

Jaw

a

Sum

ater

a

Sula

wes

i

Kal

iman

tan

Bal

inu

sra

Sum

ater

a

Jaw

a

yoy qtq

2.76

3.43

4.92

0.78

1.39

3.50

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Bali NTB NTT Bali NTB NTT

yoy qtq

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 28

28

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

2.2.1 Bahan Makanan

Inflasi komoditas bahan makanan mengalami kenaikan signifikan di triwulan IV

2015. Tanda-tanda pergerakan inflasi sudah terlihat pada bulan Oktober seiring dengan

adanya kenaikan harga padi-padian terutama beras, dan semakin meningkat di bulan

November 2015 dengan nilai inflasi mencapai 1,83% (mtm) dan meningkat signifikan

di bulan Desember dengan inflasi sebesar 6,38% (mtm). Kenaikan permintaan lebih

disebabkan oleh kondisi permintaan yang lebih besar dibanding pasokan, terlebih pada

akhir tahun 2015 seiring dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru serta

penyelenggaraan dua even nasional. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh inflasi

pada triwulan IV 2015 yang meningkat 8,79% (qtq) di triwulan IV 2015, dan membuat

inflasi tahunan menjadi sebesar 8,95% (yoy).

Grafik 2. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan per Sub Kelompok

Komoditas

Berdasarkan sub kelompok komoditas pembentuknya, baik secara triwulanan

dan tahunan, sub kelompok komoditas sayur-sayuran menjadi penyebab utama

tingginya inflasi bahan makanan, diikuti oleh sub kelompok komoditas padi-padian

Okt Nov Des Okt Nov Des

INFLASI UMUM 121.2 122.0 125.0 4.92 3.51 0.32 0.70 2.46

Bahan Makanan 112.7 114.7 122.0 8.95 8.79 0.43 1.83 6.38

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 130.6 131.0 132.7 8.50 2.03 0.41 0.29 1.32

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 120.0 120.5 122.7 3.16 2.26 0.01 0.43 1.81

Sandang 120.0 121.5 120.4 5.71 0.76 0.40 1.27 (0.90)

Kesehatan 111.5 112.1 112.7 5.32 0.93 (0.09) 0.50 0.52

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 123.3 123.3 123.5 5.91 0.35 0.23 (0.01) 0.14

Transportasi, Komunikasi dan Jasa 131.3 131.4 133.5 (1.04) 2.25 0.55 0.14 1.54

MTMQTQYOY

IHK 2015Komoditi

8.95

8.79

6.38

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

2014 2015

yoy qtq mtm

-20-10

010203040

Padi-padian,Umbi-umbian…

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu danHasil-hasilnya

Sayur-sayuranKacang -kacangan

Buah - buahan

Bumbu -bumbuan

Lemak danMinyak

Bahan MakananLainnya

yoy

qtq

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 29

29

serta daging dan hasil-hasilnya. Secara triwulanan, sub kelompok komoditas ikan segar

juga menjadi penyumbang inflasi tertinggi seiring dengan minimnya hasil tangkapan

ikan pada musim pancaroba. Secara rata-rata, harga sayur-sayuran telah naik hingga

22,36% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Demikian pula dengan komoditas padi-

padian serta daging dan hasil-hasilnya yang mengalami kenaikan hingga 15,10% (yoy)

dan 14,42% (yoy). Ikan segar secara tahunan mengalami deflasi -1.16% (yoy)

walaupun secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 16,83% (qtq). Adapun

komoditas lainnya yang mengalami deflasi antara lain sub kelompok komoditas bumbu-

bumbuan, lemak dan minyak serta kacang-kacangan. Adanya El Nino membuat

penggantian tanaman komoditas cabe-cabean mundur dari jadwal yang biasanya

terjadi di bulan Desember 2015. Selain itu, adanya program gerakan tanam cabe di

musim kering juga membuat stok cabe cukup melimpah yang terlihat dari deflasi harga

cabe hingga di atas 50%. Kondisi kering El Nino juga relatif cocok untuk tanaman

kacang-kacangan sehingga pasokan meningkat. Penurunan harga minyak lebih

disebabkan oleh rendahnya harga minyak internasional yang berimbas kepada harga

domestik.

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tahun 2015

mengalami deflasi 0,19% (yoy) terutama disebabkan oleh hilangnya base effect

kenaikan BBM di akhir tahun sebelumnya, dan disertai dengan penurunan

harga bensin, solar dan angkutan dalam kota. Tingginya kenaikan tarif

angkutan udara menjadi penghambat terjadinya deflasi pada kelompok

komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Harga bensin mengalami

penurunan -14,26% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Solar juga mengalami

penurunan -10,67% (yoy) dan angkutan dalam kota juga turun sebesar -8,07% (yoy).

Penurunan harga BBM dilakukan seiring kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan

harga secara periodikal dan adanya penurunan minyak dunia. Turunnya ongkos

angkutan dalam kota sesuai dengan Keputusan Bupati untuk turun menurunkan tarif

angkutan seiring dengan penurunan harga BBM. Satu-satunya kenaikan yang cukup

signifikan terjadi pada tarif angkutan udara yang lebih disebabkan oleh tingginya

permintaan bertepatan dengan pelaksanaan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN)

yang mampu menghadirkan ratusan peserta ke Kupang.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 30

30

Grafik 2. 7. Inflasi Kelompok Komoditas

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per

Sub Kelompok Komoditas

2.2.3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tahun 2015

sebesar 3,16% (yoy), relatif terkendali dibandingkan realisasi inflasi tahun sebelumnya

yang sebesar 6,90% (yoy). Secara triwulanan, inflasi komoditas perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 2,26% terutama disebabkan oleh

meningkatnya harga bahan bangunan seperti semen, pasir dan batu seiring dengan

banyaknya permintaan menjelang akhir tahun anggaran.

Grafik 2. 9. Inflasi Kelompok Komoditas

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Komoditas

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per

Sub Kelompok Komoditas

2.2.4 Komoditas Lainnya

Komoditas makanan, minuman dan tembakau menjadi komoditas dengan

inflasi tahunan tertinggi kedua setelah inflasi bahan makanan. Nilai inflasi hingga akhir

tahun 2015 mencapai 8,50% (yoy) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan cukai

rokok, dan kenaikan harga makanan jadi dan minuman. kenaikan harga hampir terjadi

di sepanjang tahun 2015 oleh berbagai macam jenis makanan jadi dan minuman tak

(1.04)

2.25

1.54

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

2014 2015

yoy qtq mtm

-7%

-2%

4%

9%

14%

19%

24%

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

2014 2015

Triwulanan Transpor, Komunikasi dan JasaKeuanganTranspor

Komunikasi Dan Pengiriman

Sarana dan Penunjang Transpor

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

2014 2015

Tahunan

3.16

2.26

1.81

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

2014 2015yoy qtq mtm

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

2014 2015

qtq

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB Biaya Tempat TinggalBahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan RumahtanggaPenyelenggaraan Rumahtangga

0%

5%

10%

15%

20%

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

2014 2015

yoy

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 31

31

beralkohol. Sedangkan kenaikan cukai disesuaikan sepanjang tahun agar kenaikan

harga rokok dan tembakau tidak terlalu signifikan.

Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi

penyumbang inflasi terbesar ketiga setelah inflasi komoditas bahan makanan dan

makanan jadi, minuman dan tembakau. tingginya inflasi terutama disebabkan oleh

adanya kenaikan biaya sekolah dari kelompok bermain hingga sekolah menengah

pertama yang naik tinggi pada awal tahun ajaran baru. Secara triwulanan, inflasi pada

triwulan IV relatif rendah dikarenakan kenaikan besar biasanya hanya terjadi sekali

dalam setahun dan sudah mengalami kenaikan pada triwulan III 2015.

Secara tahunan, inflasi komoditas sandang pada tahun 2015 mencapai sebesar

5,71% (yoy) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga sandang menjelang Hari

Raya Idul Fitri 2015. Pada triwulan IV 2015, kenaikan harga relatif rendah dan

cenderung menurun di akhir tahun dikarenakan adanya penurunan harga untuk

memenuhi target penjualan dan dalam rangka mengganti model sandang.

2.3. Disagregasi Inflasi

Berdasarkan disagregasi inflasi, administered price mampu menjadi

penghambat inflasi utama dengan total inflasi hanya sebesar 1,69% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya. inflasi inti tumbuh moderat dengan nilai sebesar

4,79% dan inflasi volatile food mengalami kenaikan signifikan seiring dengan

kenaikan permintaan menjelang akhir tahun. Rendahnya inflasi administered price

terutama disebabkan oleh hilangnya faktor based effect atas kenaikan BBM di tahun

sebelumnya. Bahkan, harga bensin, solar dan angkutan dalam kota justru mengalami

penurunan dibanding tahun sebelumnya dikarenakan pengaruh penurunan harga

minyak dunia. Kenaikan inflasi pada administered price terjadi pada kenaikan cukai

rokok dan tembakau serta adanya kenaikan tarif listrik di bulan Desember untuk

pengguna listrik dengan daya 1.300 dan 2.200 watt.

Inflasi tinggi justru terjadi komoditas volatile food terutama di bulan Desember 2015

dikarenakan oleh tingginya permintaan dalam rangka menyambut natal dan tahun baru

tidak diimbangi oleh suplai pasokan yang ada.

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 32

32

Grafik 2. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan

Inflasii Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan

Inflasii Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

2.3.1 Kelompok Volatile Foods

Inflasi komoditas yang bergejolak (volatile foods) pada triwulan IV

2015 mengalami kenaikan signifikan. Tingginya inflasi terutama disumbang

oleh inflasi bulan Desember 2015 yang mencapai 6,34% (mtm), dan menjadi

inflasi tertinggi dalam 10 tahun terakhir, bahkan lebih tinggi dari inflasi karena

sentimen negatif paska kenaikan harga BBM. Tingginya permintaan yang tidak

diimbangi dengan peningkatan pasokan menjadi penyebab utama inflasi di triwulan IV

2015. Adanya perayaan hari raya natal dan tahun baru, serta perayaan HKSN dan natal

bersama nasional membuat permintaan bahan makanan mengalami peningkatan

signfikan seiring dengan adanya kunjungan ribuan tamu dalam acara tersebut.

Konsumsi bahan makanan juga mengalami kenaikan signifikan setiap hari raya Natal. Di

sisi lain, pasokan beberapa komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan.

Pasokan ikan mengalami penurunan seiring dengan adanya musim pancaroba yang

membuat ikan tidak mau memakan umpan yang dipasang. lebih dari 30% ayam ras

mati karena terkena penyakit selama perubahan musim. Pasokan beras juga masih

relatif terbatas walaupun kondisi persediaan di tingkat pedagang besar masih tersedia.

Pasokan sayur-sayuran relatif tetap padahal terdapat peningkatan permintaan yang

cukup tinggi. Selain itu, terdapat peningkatan biaya produksi seperti kenaikan harga

pakan ternak yang berdampak pada kenaikan harga daging ayam ras. Adanya

pembatasan impor indukan ayam ras (GPS) juga membuat peningkatan pasokan ayam

hanya dapat dialokasikan sebesar 25% dari kondisi normal.

Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mencapai 9,43% (yoy). Padi-

padian menjadi penyumbang utama inflasi volatile food, disusul oleh komoditas sayur-

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015

Sum AP Sum VFSum Core Inflasi (yoy)Inf Core Inf VFInf AP

-4.50

-2.50

-0.50

1.50

3.50

5.50

7.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2014 2015

Sum APSum VFSum CoreInflasi (mtm)CoreVol FoodAdm Price

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 33

33

sayuran, daging dan hasil-hasilnya dan telur, susu dan hasil-hasilnya. Sepanjang tahun

2015, harga rata-rata bumbu-bumbuan justru dapat mengalami penurunan dibanding

tahun sebelumnya. Penurunan harga terutama pada komoditas cabe-cabean seiring

dengan banyaknya pasokan di pasar yang salah satunya disumbang oleh panen

Perdana program gerakan tanam cabe di musim kemarau (GTCK) yang terjadi di bulan

Oktober 2015.

2.3.2 Kelompok Administered Prices

Secara triwulanan, Inflasi administered price pada triwulan III 2015

mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan inflasi

terutama disebabkan oleh kenaikan harga tembakau dan minuman beralkohol,

kenaikan tarif listrik dan kenaikan tarif angkutan udara di akhir tahun 2015.

kenaikan inflasi tembakau dan minuman beralkohol seiring dengan kenaikan cukai

rokok dan minuman beralkohol yang dibebankan secara bertahap. Selain itu terdapat

kenaikan harga sirih yang cukup tinggi di triwulan IV 2015 hingga 33,34% (qtq) dan

menyumbang inflasi hingga sebesar 0,02 (sum qtq). Kenaikan tarif listrik bersubsidi

dengan daya 1.300 dan 2.200 watt juga mampu meningkatkan inflasi hingga 2,46%

(qtq) dan menyumbang inflasi sebesar 0,07% (sum qtq). Tingginya permintaan

angkutan udara seiring dengan adanya perayaan HKSN juga telah meningkatkan harga

tarif pesawat udara secara cukup signifikan.

Walaupun sub kelompok komoditas transportasi secara triwulanan mengalami

kenaikan, namun secara tahunan justru mengalami penurunan. Telah hilangnya

pengaruh efek tahun dasar kenaikan BBM di tahun 2014 menjadi penyebab utama

penurunan inflasi. Selain itu, adanya penurunan harga bensin dan solar, serta

penurunan tarif angkutan dalam kota, mampu meredam kenaikan tarif angkutan

udara, sehingga inflasi justru mengalami deflasi dibanding tahun sebelumnya. Inflasi

terutama masih disebabkan oleh adanya kenaikan bertahap cukai rokok dan minuman

beralkohol.

2.3.3 Kelompok Inti (core)

Inflasi kelompok inti masih relatif terkendali dalam satu tahun terakhir.

Makanan jadi masih menjadi penyumbang inflasi tahunan, diikuti oleh sub kelompok

komoditas pendidikan dan minuman tak beralkohol. Kenaikan biaya produksi, tarif

sekolah dan ongkos angkutan diduga menjadi penyebab utama kenaikan inflasi inti.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 34

34

Secara triwulanan, inflasi kelompok inti pada triwulan IV 2015 relatif terjaga

dengan nilai inflasi hanya sebesar 1,49% (qtq). Tidak terdapat kenaikan maupun

penurunan harga komponen pembentuknya secara signifikan. Namun demikian secara

bulanan, kenaikan inflasi inti relatif cukup besar. Inflasi sub kelompok komoditas biaya

tempat tinggal menjadi penyebab utama kenaikan seiring dengan langkanya pasokan

semen dan meningkatnya harga bahan bangunan lainnya. Kerusakan listrik PLN turut

mempengaruhi volume produksi PT Semen Kupang. Selain itu, makanan jadi dan

minuman tak beralkohol juga mengalami kenaikan harga di akhir tahun 2015

walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6

bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Inflasi Kota Kupang pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan yang

sangat signifikan. Dengan nilai inflasi sebesar 3,79% (qtq), kota Kupang

menjadi kota dengan inflasi triwulanan tertinggi kedua setelah Merauke

(6,36%) dari 82 kabupaten/kota sampel inflasi. Secara tahunan, inflasi Kota

Kupang mencapai 5,07% (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92%

(yoy). Penurunan inflasi tahunan lebih disebabkan oleh hilangnya base effect inflasi

BBM di tahun sebelumnya. Secara bulanan dan triwulanan, inflasi di Kota Kupang

mengalami kenaikan signifikan terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bahan

makanan, komoditas bahan bangunan dan angkutan udara.

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

190.0

200.0

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug Se

p

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

2015 2016Inflasi KupangPerubahan harga umum 3 bulan yadPerubahan harga umum 6 bulan yad

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 35

35

Grafik 2.14. Inflasi Tahunan

Kota Kupang

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan

Kota Kupang Grafik 2.16. Inflasi Bulanan

Kota Kupang

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Tingginya inflasi komoditas bahan makanan sebenarnya sudah terdeteksi pada

rapat koordinasi TPID pada tanggal 28 Oktober 2015. Pada rapat tersebut disampaikan

komoditas-komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi seperti komoditas sayur-

sayuran, beras, ikan kembung, telur ayam dan daging ayam ras. Namun demikian,

tingginya peserta dalam rangka HKSN dan natalan bersama nasional di luar perkiraan

TPID, sehingga inflasi angkutan udara justru terjadi dan di luar perhitungan TPID.

Pasokan daging ayam ras juga sudah meningkat lebih kurang 25% untuk menyambut

hari Natal dan tahun baru. Namun adanya pergantian musim yang membuat lebih dari

30% ayam ras mati juga luput dari pengawasan, sehingga sumbangan inflasi terhadap

inflasi kota Kupang cukup besar. Penurunan produksi PT Semen Kupang akibat dari

ketidakstabilan pasokan listrik juga membuat pasokan semen mengalami penurunan. Di

sisi lain, tekanan permintaan semen untuk penyelesaian proyek pemerintah juga cukup

besar, hingga terjadi kelangkaan semen di pasar.

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Berbeda dengan Inflasi di Kota Kupang, inflasi di Kota Maumere jauh

lebih terkendali. Secara triwulanan, inflasi Kota Maumere hanya sebesar

1,58%, relatif terjaga di tengah perayaan Natal yang dirayakan oleh sebagian

besar penduduknya. Bahan makanan masih menjadi penyebab utama inflasi terutama

Okt Nov Des Okt Nov Des

INFLASI UMUM 122.0 122.9 126.2 5.07 5.07 3.79 0.37 0.72 2.67

Bahan Makanan 113.8 115.9 123.9 9.55 9.55 9.38 0.41 1.93 6.88

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 129.9 130.3 132.2 8.63 8.63 2.23 0.46 0.31 1.45

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 121.1 121.6 124.1 3.34 3.34 2.43 0.01 0.40 2.01

Sandang 121.7 123.5 122.2 6.32 6.32 0.87 0.46 1.48 (1.06)

Kesehatan 111.8 112.4 112.9 5.56 5.56 0.86 (0.11) 0.49 0.47

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 120.8 120.7 120.9 4.36 4.36 0.39 0.27 (0.04) 0.17

Transportasi, Komunikasi dan Jasa 133.3 133.5 135.9 (0.51) (0.51) 2.84 0.91 0.11 1.80

KomoditiIHK 2015

YOY QTQMTM

YTD

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 36

36

komoditas ikan segar yang disebabkan oleh turunnya tangkapan ikan seiring dengan

datangnya peralihan musim dan menurunnya pasokan sayur.

Grafik 2.17. Inflasi Tahunan

Kota Maumere

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan

Kota Maumere Grafik 2.19. Inflasi Bulanan

Kota Maumere

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Secara tahunan, inflasi Kota Maumere sebesar 3,89% (yoy) lebih rendah

dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92% (yoy). Tingginya kenaikan harga padi-padian

hingga 19,63% (yoy) menjadi penyebab utama inflasi di Kota Maumere, disusul oleh

kenaikan harga daging dan hasil-hasilnya hingga 33,86% (yoy) menjadi penyebab

kedua penyumbang inflasi terbesar di Kota Maumere. Adanya permasalahan kesulitan

dalam mendapatkan DOC di awal tahun membuat harga ayam hidup di Kota Maumere

mengalami kenaikan hingga 61,92% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Tingginya

kenaikan biaya pendidikan menjadi penyumbang terbesar ketiga inflasi di Kota

Maumere. secara total, biaya pendidikan mengalami kenaikan 20,03% dengan

kenaikan tertinggi pada biaya pendidikan taman kanak-kanak yang meningkat hingga

84,00% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Hampir semua biaya pendidikan baik

formal maupun non formal mengalami kenaikan biaya di sepanjang tahun 2015.

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

Hingga triwulan IV 2015, TPID yang sudah terbentuk sebanyak 22 TPID.

Kabupaten TTS telah melaporkan pembentukan TPID sehingga hanya

kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID. Dengan demikian, fokus TPID di

Okt Nov Des Okt Nov Des

INFLASI UMUM 115.7 116.4 117.6 3.89 3.89 1.58 (0.04) 0.59 1.03

Bahan Makanan 105.5 106.7 109.7 4.69 4.69 4.56 0.60 1.14 2.76

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 135.4 135.6 136.3 7.66 7.66 0.78 0.15 0.16 0.48

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 112.6 113.3 113.8 1.90 1.90 1.11 0.04 0.63 0.43

Sandang 109.0 108.7 109.0 1.47 1.47 (0.01) (0.06) (0.24) 0.29

Kesehatan 109.7 110.3 111.2 3.70 3.70 1.41 0.01 0.55 0.85

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 140.2 140.5 140.4 15.61 15.61 0.14 - 0.15 (0.01)

Transportasi, Komunikasi dan Jasa 117.9 118.3 117.9 (4.84) (4.84) (2.01) (2.00) 0.31 (0.33)

KomoditiIHK 2015

YOY QTQMTM

YTD

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 37

37

tahun 2016 diharapkan dapat berfokus pada penguatan kelembagaan dan kesadaran

tentang peran TPID dalam pengendalian inflasi di daerah. Bagi daerah yang telah

terbentuk lebih dari 2 tahun, maka perlu dilakukan peningkatan komitmen dengan

melakukan langkah aksi dan penguatan koordinasi sebagaimana terdapat dalam

roadmap TPID nasional.

Gambar 2.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan I 2015 dan

Sebaran Pembentukan TPID

Sumber : Sekretariat TPID, diolah

Adapun kegiatan TPID yang dilakukan di triwulan IV 2015 antara lain rapat

evaluasi kinerja dan koordinasi bersama TPID se-provinsi NTT. Selain itu juga dilakukan

rapat koordinasi di Kabupaten Ngada, Rapat High Level Meeting (HLM) untuk

mengantisipasi hari raya, inspeksi mendadak semen dan pasar serta operasi pasar.

Terkait pengendalian inflasi, pada rapat evaluasi kinerja sudah disampaikan perlunya

mempercepat koordinasi dalam menyiapkan hari raya terutama dalam rangka

mengantisipasi hari raya Natal dan tahun baru. Selain itu, juga dipaparkan komoditas

yang berpotensi menjadi penyumbang inflasi Natal dan tahun baru dalam 6 tahun

terakhir. Diharapkan, TPID dapat menjajagi perkuatan kerjasama terlebih dalam

penyediaan bahan pangan selama natal dan El Nino. Namun demikian, pelaksanaan

rapat HLM baru dapat dilaksanakan pada bulan Desember sehingga langkah struktural

tidak dapat dilakukan dan hanya dapat dilakukan langkah teknis berupa inspeksi

mendadak, percepatan bongkar muat bahan pangan dan operasi pasar. Operasi pasar

yang dilakukan dapat berhasil menjaga harga beras dengan kenaikan hanya 1,6%

dibanding bulan sebelumnya. Inspeksi mendadak juga dapat menahan kenaikan harga

semen yang sempat meningkat hingga lebih dari 60 ribu rupiah. Namun demikian,

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 38

38

Harga sayur mengalami kenaikan signifikan dikarenakan berkurangnya pasokan. Harga

daging ayam juga mengalami kenaikan hingga 40% dikarenakan adanya penurunan

pasokan di saat permintaan mengalami kenaikan signifikan. Kondisi ini sekiranya dapat

menjadi pembelajaran bagi TPID dalam penentuan waktu koordinasi yang tepat, agar

proses pengendalian inflasi dapat lebih efektif.

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Boks 2. | El Nino dan Potensi Rawan Pangan di NTT 39

Adanya El Nino di tahun 2015 berpotensi menyebabkan kerawanan pangan apabila kondisi El

Nino masih terjadi hingga Februari 2016. Dengan kondisi musim yang hanya 4 bulan hujan dan

8 bulan kering, maka semakin lama daerah mengalami kekeringan, semakin besar pula potensi

daerah terancam rawan pangan. Hingga akhir Januari 2016, berdasarkan data 15

Kabupaten/Kota di NTT, dari total 105,2 ribu ha tanaman padi jagung yang telah ditanam, 32%

atau 33,6 ribu ha lahan berpotensi mengalami kerusakan. Potensi kerusakan tanaman padi

sebesar 13 ribu ha dari 39,45 ribu ha yang ditanam. Sedangkan potensi kerusakan lahan jagung

sebesar 20,54 ribu ha dari 65,73 ribu ha lahan yang ditanami jagung. Potensi kerusakan

terbesar berada di Kabupaten Sikka yang mencapai 87,2% dibandingkan total luas tanam yang

sebesar 9.910 ha. Kabupaten TTU juga berpotensi mengalami kegagalan tanam hingga 7.472

ha atau mencapai 89,7% dan Kabupaten Flores Timur berpotensi gagal tanam hingga 6 ribu

ha. Kerusakan tanaman tersebut disebabkan oleh jarangnya hujan yang terjadi, sehingga

tanaman yang sudah ditanam layu dan menguning. Pohon yang menguning apabila tidak

segera mendapatkan air, maka akan mengalami kematian.

Gambar Boks 2.1. Peta Daerah dengan Potensi kerusakan tanam Posisi Januari 2016

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, diolah

Dengan kondisi 40% lahan pertanian mengandalkan tadah hujan, adanya El Nino jelas menjadi

ancaman terlebih pada masa tanam pertama ini. Pemantauan harian terus dilakukan untuk

menentukan langkah-langkah mitigasi potensi terjadinya rawan pangan. Apabila dapat segera

terjadi hujan, maka petani akan segera dianjurkan untuk mengganti bibit dan menanam

dengan bibit yang baru. Apabila kondisi tanaman hanya layu, maka tanaman tersebut masih

berpotensi hidup. Penentuan langkah mitigasi baru akan dilakukan setelah tanaman memasuki

fase vegetasi. Apabila selama masa pembuahan tersebut masih terdapat hujan, maka potensi

ancaman terjadinya gagal panen relatif kecil. Namun demikian, apabila hujan sudah berhenti,

maka pemerintah akan menghitung kapan mulai terjadi rawan pangan dengan

mempertimbangkan kecukupan stok yang ada. Untuk menanggulangi potensi rawan pangan,

bahkan Gubernur NTT telah mengalokasikan 10 miliar rupiah untuk pembelian cadangan beras

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Boks 2. | El Nino dan Potensi Rawan Pangan di NTT 40

pemerintah. Dengan pemantauan melekat oleh Badan Ketahanan Pangan dan penambahan

dana cadangan rawan pangan, diharapkan dampak dari potensi kekeringan dan rawan pangan

dapat diminimalisir.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Employability di NTT 41

Permasalahan pokok dalam mencapai kedaulatan pangan secara garis besar terdiri dari

dua hal yaitu permasalahan efisiensi dan produktifitas. Kedua permasalahan tersebut saling

beririsan yaitu adanya permasalahan efisiensi juga dapat berpengaruh terhadap produktifitas,

demikian pula sebaliknya. Permasalahan produktifitas lebih disebabkan oleh masalah pengairan,

saprodi (pemupukan, benih, obat-obatan), musim/iklim, kondisi tanah, teknik bertani maupun

kelembagaan petani. Sedangkan permasalahan efisiensi lebih disebabkan oleh kemampuan

petani dalam menjaga struktur biaya seperti penggunaan peralatan mekanisasi pertanian, yang

mampu mengurangi biaya produksi serta potensi kehilangan dalam panen ataupun

meningkatkan kualitas tanam hingga hasil produk akhir. Permasalahan efisiensi lainnya seperti

penyediaan jalan pertanian, dan produktifitas tenaga kerja.

Gambar Boks 3.1. Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Sumber : Dinas Pertanian, Balai Wilayah Sungai, PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia, Badan Ketahanan Pangan; diolah

Untuk mencapai kedua hal tersebut di atas, maka setidaknya terdapat empat komponen

yang harus diperhatikan antara lain ketersediaan sumber daya air dan jaringan irigasi,

kecukupan pasokan pupuk, kehandalan mekanisasi pertanian dan penguatan kelembagaan.

Untuk penguatan kapasitas sumber daya air, pemerintah sudah merencanakan untuk

membangun 7 buah waduk dengan potensi pembentukan lahan irigasi mencapai 13 ribu ha.

Selain itu, dalam jangka pendek, pemerintah telah membangun lebih dari 1.000 embung

sebagai cadangan air irigasi dan air baku bagi warga sekitar. Pada tahun 2016 akan dibangun

lebih dari 100 embung di seluruh Provinsi NTT. dampak dari pembangunan waduk baru akan

dapat dirasakan setelah waduk jadi, dan adanya embung tidak dapat memenuhi seluruh

kebutuhan air, tetapi setidaknya bisa mengurangi ketergantungan pada air hujan.

Realisasi penyaluran pupuk pada tahun 2015 mencapai 52 ribu ton pupuk atau

meningkat 8,6% dibanding tahun 2014 yang hanya sebesar 48 ribu ton. Peningkatan

penyaluran pupuk bersubsidi lebih disebabkan oleh adanya upaya khusus kementrian pertanian

yang menambahkan alokasi pupuk NPK hingga 165%, sehingga kebutuhan pupuk petani

dapat tercukupi. Pada tahun 2016, Provinsi NTT berdasarkan permentan No. 60 tahun 2015

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Employability di NTT 42

mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi sebesar 53 ribu ton atau naik 2,5% dibanding realisasi

penyaluran pupuk tahun 2015. Adapun alokasi pupuk tersebut masih jauh lebih kecil

dibandingkan hasil perhitungan Bank Indonesia berdasarkan nilai rata-rata penyaluran pupuk

nasional per ha ataupun hasil penghimpunan RDKK yang dilakukan oleh Badan Ketahanan

Pangan. Namun demikian, penambahan kuota tersebut sekiranya patut disyukuri dan

dioptimalkan penggunaannya dengan harapan bisa mendapatkan penambahan kuota pupuk

melalui upaya khusus lanjutan kementrian pertanian di tahun 2016.

Dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, kementrian pertanian telah menyalurkan

bantuan alat permesinan pertanian (alsintan) dengan total bantuan berjumlah 586 buah.

Namun demikian, bila dibandingkan dengan total gapoktan terdaftar yang berjumlah hingga 20

ribu gapoktan, maka pemberian bantuan tersebut dirasa sangat kurang. Oleh karena itu, zonasi

pemberian bantuan sekiranya dapat dilakukan agar pemanfaatan alsintan yang ada dapat

dinikmati bersama oleh beberapa gapoktan.

Terakhir, penguatan kelembagaan pertanian menjadi hal mutlak yang harus dilakukan.

Petani dan gapoktan harus memiliki ketrampilan cara bertanam yang benar sesuai dengan

praktek terbaik yang ada. Untuk itu, peran penyuluh dalam memberikan pendampingan, mulai

dari penyusunan RDKK, penyaluran pupuk sesuai RDKK dan penggunaan metode bertani yang

tepat menjadi sangat penting. Agar mendapatkan kuota pupuk yang sesuai, petani disadarkan

pentingnya bertani dalam kelompok agar dapat memperoleh kuota pupuk bersubsidi. Untuk

memastikan tidak adanya kebocoran penyaluran pupuk bersubsidi, maka pranata pengawasan

meliputi tim verifikasi dan komisi pengawasan pupuk dan pestisida harus senantiasa aktif dalam

mencatat realisasi penyaluran maupun pengawasan atas potensi penyelewengan yang terjadi.

Terakhir, petani sekiranya dapat terus diajak untuk menggunakan alat permesinan pertanian

agar biaya produksi dapat diminimalisir yang pada ujungnya akan berdampak pada

peningkatan kesejahteraan petani. Petani yang sudah memiliki alsintan didorong untuk tidak

hanya menggunakan untuk kepentingannya sendiri melainkan dapat menyewakan ke petani

lainnya agar efisiensi produksi dapat tercipta sebagaimana sudah biasa terjadi di Jawa.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 43

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan melambat, sementara sistem pembayaran meningkat signifikan.

Indikator kinerja perbankan secara year-on-year (yoy) dan triwulanan (qtq)

mengalami perlambatan. Namun demikian, masih tetap tumbuh di atas

pertumbuhan Nasional.

Selain itu, beberapa indikator sistem pembayaran menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Hal ini juga menggambarkan ekonomi di Provinsi NTT masih

terus berkembang.

3.1. KONDISI UMUM

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan baik secara Nasional maupun di Provinsi NTT

relatif melambat. Walaupun melambat, kinerja perbankan di Provinsi NTT masih lebih

baik daripada kinerja perbankan Nasional. Perlambatan kinerja perbankan tersebut

tercermin oleh beberapa indikator perbankan yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Kredit.

Aset perbankan pada Triwulan IV 2015 hanya mencapai Rp.29,11 triliun atau tumbuh

11,90% (yoy) lebih kecil dari Triwulan III 2015 yang mencapai 20,90% (yoy). Penghimpunan

Dana Pihak ketiga mengalami perlambatan dari 18,35% (yoy) di Triwulan III 2015 menjadi

16,89% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.22,07 triliun pada Triwulan IV 2015. Indikator

Kredit juga menunjukkan perlambatan sebesar 14,04% (yoy) atau mencapai Rp.19,86 triliun

pada Triwulan IV 2015, lebih rendah bila dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai

14,33% (yoy).

Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT pada

Triwulan IV 2015 mengalami penurunan, dari 2,00% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,60% di

Triwulan IV 2015. Angka tersebut juga masih berada pada level aman yakni dibawah batas

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Selain itu, angka rasio

likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 sebesar 89,98% lebih tinggi

dari Triwulan III 2015 yang mencapai 83,99%.

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami net-

outflow sebesar Rp.2,07 triliun atau 217,19% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu

pada periode yang sama. Besarnya Net outflow terutama disebabkan oleh momentum

perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016 yang membuat konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan. Selain itu juga karena adanya realisasi pembayaran proyek

investasi dan proyek lainnya pada akhir tahun.

Pada Triwulan IV 2015 uang palsu yang ditemukan sebanyak 53 lembar, lebih sedikit bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 52 lembar. Temuan uang palsu

ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman dan kesadaran perbankan tentang uang

palsu. Sementara itu, pihak kepolisian juga berperan aktif dalam membantu

mengungkapkan kasus uang palsu tersebut.

Peningkatan pertumbuhan tidak hanya pada Sistem Pembayaran tunai, namun peningkatan

yang signifikan juga terjadi pasa Sistem Pembayaran secara non tunai. Transaksi

pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Provinsi NTT dari sisi

volume mengalami peningkatan sebesar 67,03% (yoy) dan berdasarkan nominal meningkat

sebesar 152,50% (yoy). Selain itu, pertumbuhan transaksi pembayaran melalui SKNBI di

Provinsi NTT masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Peningkatan volume dan

nominal transaksi pembayaran melalui SKNBI merupakan dampak diimplementasikannya

sistem BI-RTGS Gen II pada tanggal 16 November 2015 dimana batasan transaksi

pembayaran dengan menggunakan sistem BI-RTGS yaitu minimal Rp.100 juta, sementara

sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat batasan transfer dana dengan menggunakan

SKNBI.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 45

Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang

signifikan. Pada Triwulan IV 2015 sampai dengan November 2015 mengalami Net-From-NTT

atau transaksi keluar dari NTT menggunakan fasilitas BI-RTGS lebih besar daripada transaksi

yang masuk. Transaksi keluar dari sisi Nominal mencapai Rp.3.787,87 miliar atau tumbuh -

143,06% (yoy) berbanding terbalik dengan Triwulan III 2015 yang tumbuh Net-To-NTT

sebesar 39,17% (yoy). Selain itu bila dilihat secara Nasional pada Triwulan IV 2015 hingga

November 2015, penggunaan BI-RTGS mulai berkurang atau menurun dari 4,74% (yoy) terus

menurun menjadi 37,33% (yoy).

Untuk diketahui bahwa penurunan transaksi pembayaran melalui BI-RTGS disebabkan oleh

perubahan ketentuan tentang BI-RTGS dan SKNBI. Hal ini sejalan dengan arah

pengembangan sistem BI-RTGS untuk transaksi yang bersifat high value.

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

I II III IV I II III IV

Nominal (Rp.Miliar) 90,782.31 17,188.53 20,597.63 24,389.56 26,834.10 89,009.82 31,694.04 40,042.32 33,535.78 14,364.68

Volume (Lbr Warkat) 51,895 10,696 10,475 10,900 11,053 43,124 6,013 6,567 6,812 3,692

Growth Nominal 14.73% -24.24% -5.85% 17.73% 5.23% -1.95% 84.39% 94.40% 37.50% -46.47%

Growth Volume 1.80% -10.63% -12.49% -13.70% -27.89% -16.90% -43.78% -37.31% -37.50% -66.60%

Nominal (Rp.Miliar) 80,032.43 14,184.27 13,052.92 30,150.79 35,629.94 93,017.92 34,614.54 43,751.01 41,553.64 10,576.81

Volume (Lbr Warkat) 33,361 7,809 7,868 8,965 9,294 33,936 5,984 6,086 5,877 2,690

Growth Nominal 22.75% 6.58% -42.61% 69.58% 36.00% 16.23% 144.03% 235.18% 37.82% -70.31%

Growth Volume 2.55% 4.90% -4.40% 9.21% -1.94% 1.72% -23.37% -22.65% -34.45% -71.06%

Nominal (Rp.Miliar) 22,500.17 4,329.99 4,261.96 13,639.43 19,742.90 41,974.28 25,133.15 29,243.54 21,382.63 1,726.09

Volume (Lbr Warkat) 5,379 1,393 1,231 1,567 1,746 5,937 1,106 1,188 1,085 297

Growth Nominal 325.42% 131.06% -17.11% 114.10% 116.62% 86.55% 480.44% 586.15% 56.77% -91.26%

Growth Volume 17.27% 12.61% -9.95% 20.45% 18.45% 10.37% -20.60% -3.49% -30.76% -82.99%

Nominal (Rp.Miliar) 10,749.88 3,004.26 7,544.71 -5,761.23 -8,795.84 -4,008.10 -2,920.50 -3,708.69 -8,017.86 3,787.87

Volume (Lbr Warkat) 18,534 2,887 2,607 1,935 1,759 9,188 29 481 935 1,002

Growth Nominal -22.79% -67.97% -969.65% -296.19% 1159.36% -137.29% -197.21% -149.16% 39.17% -143.06%

Growth Volume 0.47% -36.18% -30.29% -56.23% -69.93% -50.43% -99.00% -81.55% -51.68% -43.04%

2015

*) Data Triwulan IV 2015 s/d November 2015

From NTT

To NTT

From-To NTT

Net From (To) NTT

TRANSAKSI RTGS 20132014

2014

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

3.2. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Pada Triwulan IV 2015 perkembangan kinerja Bank Umum di Provinsi NTT melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga

(DPK) pada triwulan ini disebabkan oleh berkurangnya dana pemerintah dan masyarakat di

bank. Sementara itu, pertumbuhan kredit hanya mengalami sedikit perlambatan,

perlambatan tersebut terjadi karena menurunnya kredit pada sektor konstruksi serta

melambatnya kredit pedagang besar dan eceran.

Total Aset Bank Umum pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.28,60 triliun atau tumbuh

sebesar 11,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan Triwulan III 2015 yang mampu tumbuh

mencapai 20,79% (yoy). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Triwulan IV 2015

mencapai Rp.21,69 triliun atau mengalami perlambatan sebesar 16,78% (yoy), dari 18,21%

(yoy) pada Triwulan III 2015. Pertumbuhan Kredit hingga Triwulan IV 2015 sebesar Rp.19,49

triliun atau 14,03% (yoy), pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding Triwulan III 2015

yang mencapai 14,30% (yoy). Rasio Likuiditas perbankan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank

Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari sebesar 83,73% pada

Triwulan III 2015, menjadi 89,87%.

Penurunan rasio kredit bermasalah seiring dengan menurunnya jumlah kredit bermasalah

pada Triwulan IV 2015 dibandingkan Triwulan III 2015. Rasio kredit macet atau Non

Performing Loan (NPL) pada triwulan ini mengalami penurunan yaitu sebesar 1,53% dari

1,93% pada Triwulan III 2015.

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi NTT maupun secara Nasional pada Triwulan

IV 2015 mengalami perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan Aset Bank Umum di

Provinsi NTT masih tetap berada di atas Nasional. Perlambatan Aset perbankan ini

disebabkan oleh melambatnya Aset Bank Pemerintah dan Aset Bank Swasta. Aset Bank

Swasta pada triwulan ini mengalami perlambatan paling besar dibandingkan Aset Bank

Pemerintah yakni dari 18,34% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 8,69% (yoy) di Triwulan

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 47

IV 2015. Sementara itu, Aset Bank Pemerintah juga mengalami perlambatan sebesar 12,18%

(yoy) di Triwulan IV 2015, dari 21,12% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Selain itu, perlambatan Aset perbankan di Provinsi NTT juga disebabkan oleh menurunnya

penempatan pada bank lain dan melambatnya kredit yang diberikan oleh perbankan.

Berdasarkan kelompok bank, penyumbang Aset terbesar pada Triwulan IV 2015 adalah Bank

Pemerintah dengan porsi sebesar 87,29%, sementara Bank Swasta Nasional hanya

menyumbang sebesar 12,71%.

Grafik 3.4. Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

Pada Triwulan IV 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT juga

mengalami perlambatan, namun masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional.

Melambatnya DPK Bank Umum pada Triwulan IV 2015 disebabkan oleh DPK kelompok

Pemerintah yang melambat sebesar 8,45% (yoy) dari 33,42% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Selain itu, DPK kelompok lainnya juga mengalami perlambatan sebesar 1,81% (yoy) pada

Triwulan IV 2015, lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang mencapai 4,41% (yoy). Sementara

itu, DPK kelompok Swasta dan Perorangan pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

masing-masing sebesar 28,48% (yoy), lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang mencapai

11,94% (yoy) dan 17,24% (yoy) dari 10,34% (yoy) pada Triwulan III 2015.

BANK

PEMERINTAH87%

BANK SWASTA NASIONAL

13%

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu Grafik 3.6. Komposisi DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Berdasarkan komposisi, Giro Pemerintah pada Triwulan IV 2015 masih memiliki porsi paling

besar yaitu sebesar 48,50%, kemudian diikuti oleh Giro Swasta sebesar 33,30% dan

perorangan sebesar 17,91%. Sementara itu, melambatnya Giro pada Triwulan IV 2015 juga

disebabkan oleh menurunnya Giro Pemerintah sebesar 2,61% (yoy), dan melambatnya Giro

Lainnya sebesar 7,94% (yoy). Namun demikian pada kelompok Giro Swasta mengalami

peningkatan sebesar 52,10% (yoy) dan Giro Perorangan naik menjadi 63,23% (yoy). Hal ini

diperkirakan karena adanya realisasi anggaran investasi dan konsumsi pemerintah yang

tinggi di akhir tahun, sehingga ada perpindahan preferensi dari kelompok pemerintah

kepada pihak swasta.

Komposisi dana tabungan pada triwulan ini masih dikuasai oleh Kelompok Perorangan

dengan share 88,95%, kemudian Swasta sebesar 9,32%, Pemerintah sebesar 1,65% dan

Lainnya sebesar 0,08%. Pada Triwulan IV 2015 kelompok Tabungan mengalami peningkatan,

hal ini disebabkan oleh meningkatnya Tabungan Perorangan sebesar 15,94% (yoy), dan

Tabungan Pemerintah sebesar 11,50% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan Lainnya

mengalami penurunan sebesar 25,92% (yoy) dan Tabungan Swasta melambat 12,41% (yoy).

Pada Triwulan IV 2015, kelompok Deposito Perorangan mengambil share terbesar yaitu

62,16%, kemudian Pemerintah sebesar 31,85%, Swasta sebesar 5,21% dan Lainnya sebesar

0,08%. Sementara itu, Deposito dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan pada semua

golongan diantaranya Swasta sebesar 1,56% (yoy), kemudian Pemerintah sebesar 26,89%

(yoy), Perorangan 13,50% dan Lainnya sebesar 9,05% (yoy).

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 49

Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK

Grafik 3.8. Komposisi DPK

DPK ditinjau dari suku bunga, pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga simpanan

mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan III 2015. Namun hal ini tidak terlalu

berpengaruh pada jumlah nasabah yang melakukan simpanan. Pada Triwulan IV 2015

jumlah rekening giro di NTT mengalami peningkatan sebesar 10,73% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 8,91% (yoy). Rekening Tabungan pada

Triwulan IV 2015 naik dari 4,16% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 8,57% (yoy).

Sementara itu, untuk rekening kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015 melambat sebesar

10,61% (yoy) lebih rendari dari Triwulan III 2015 yang mencapai 11,77% (yoy).

Grafik 3.9. Suku Bunga Simpanan

3.2.3. Penyaluran Kredit / Pembiayaan

Pertumbuhan penyaluran kredit oleh Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015

sedikit melambat bila dibandingkan dengan Triwulan III 2015, namun demikian masih

tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Pertumbuhan Kredit yang sedikit melambat

terjadi karena rendahnya pertumbuhan Kredit Modal Kerja yaitu sebesar 12,75% (yoy), dari

16,78% (yoy) pada Triwulan III 2015. Selain itu, Kredit Investasi juga mengalami perlambatan

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

dari 8,35% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 5,53% (yoy) pada Triwulan IV 2015. Namun

demikian, Kredit Konsumsi pada triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 15,72% (yoy),

lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 13,81% (yoy). Peningkatan Kredit

Konsumsi pada akhir tahun tersebut, diperkirakan karena tingginya daya beli masyarakat

pada momen Hari Raya Natal dan Akhir Tahun 2015.

Grafik 3.10. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Berdasarkan Sektor Ekonomi, pada Triwulan IV 2015 terdapat beberapa sektor yang

mendorong melambatnya penyaluran Kredit, diantaranya Kredit Sektor Konstruksi yang

menurun sebesar 42,97% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang juga mengalami penurunan

sebesar 0,64% (yoy). Kemudian sektor Listrik, Gas, dan Air juga menurun sebesar 40,29%

(yoy) pada Triwulan IV 2015 dari 32,61% (yoy) di Triwulan III 2015. Kredit sektor

Pertambangan dan Penggalian pada Triwulan IV 2015 masih mengalami penurunan sebesar

22,35% (yoy), lebih besar dari Triwulan III 2015 yang juga mengalami penurunan sebesar

7,58% (yoy).

Grafik 3.12. Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 51

Berdasarkan sektor usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit pada Triwulan IV 2015 di

Provinsi NTT adalah sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (konsumsi), kemudian

sektor pedagang besar dan eceran, serta sektor konstruksi.

Secara spasial, 5 (lima) Kabupaten/Kota yang menjadi perhatian penyaluran kredit bank

umum di NTT diantaranya berada di Kota Kupang dengan share sebesar 41,24%, Kabupaten

Belu 5,99%, Kabupaten Ende 5,91%, Kabupaten Sikka 5,77%, dan Kabupaten Manggarai

5,61%.

3.2.4. Kualitas Kredit

Total kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Bank Umum di Provinsi NTT pada

Triwulan IV 2015 mencapai Rp.298,50 miliar atau dengan rasio sebesar 1,53%, lebih

rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 1,93%. Penurunan rasio kredit macet

(NPL) terutama didorong oleh penurunan kredit bermasalah pada kredit Modal Kerja serta

kredit Investasi dan Konsumsi.

Grafik 3.13. Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

Pada Triwulan IV 2015 berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka kredit di sektor

Listrik, Gas dan Air menjadi pendorong utama rasio kredit macet di Provinsi NTT, dengan

rasio NPL sebesar 13,21%, diikuti oleh sektor konstruksi dengan rasio sebesar 11,31%, dan

sektor Perantara Keuangan sebesar 6,45%.

3.2.5. Suku Bunga

Pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT mengalami

penurunan. Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga Kredit Investasi mengalami

penurunan yang terbesar, kemudian diikuti oleh suku bunga Kredit Modal Kerja. Namun

demkian, pada triwulan ini suku bunga Kredit Konsumsi mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan dengan Triwulan III 2015. Berdasarkan nilai suku bunga, kredit Konsumsi juga

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

memiliki suku bunga tertinggi dibandingkan suku bunga kredit yang lain. Dengan adanya

penurunan suku bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja ini, diharapkan dapat mendorong

laju pertumbuhan kredit terutama dalam penggunaan Modal Kerja dan Investasi, sehingga

masyarakat semakin tertarik untuk berinvestasi serta dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di Provinsi NTT.

Suku bunga Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015 mencapai 14,20% menurun dibanding

triwulan sebelumnya yang mencapai 14,68%. Kemudian suku bunga kredit Modal Kerja pada

triwulan ini juga mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 13,54%, lebih rendah dibanding

Triwulan III 2015 yang mencapai 13,81%. Sementara itu, suku bunga kredit Konsumsi pada

Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan menjadi 14,82% dari 14,71% pada Triwulan III

2015.

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku

Bunga

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Penyaluran kredit UMKM di NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.6,08 triliun atau

mengalami perlambatan 17,79% (yoy) dari 19,91% (yoy) pada Triwulan III 2015. Walaupun

demikian, pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT masih berada jauh di atas pertumbuhan

Nasional, dimana secara Nasional hanya mampu tumbuh sebesar 7,41% (yoy) atau

mencapai Rp.786,08 triliun. Sementara itu, rasio kredit UMKM dibandingkan dengan total

kredit yang disalurkan Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai

31,19%,sedikit lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 31,73%.

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 53

Grafik 3.16. Komposisi Kredit UMKM

Grafik 3.17. Share Kredit UMKM Berdasarkan

Sektor Ekonomi

Pertumbuhan kredit kelompok Mikro dan Kecil pada Triwulan IV 2015 mengalami

perlambatan masing-masing sebesar 13,61% (yoy) dan 6,58% (yoy), lebih rendah dari

Triwulan III 2015 yang masing-masing mencapai 14,32% (yoy) dan 13,64% (yoy). Walaupun

demikian, pada Triwulan IV 2015 kredit Menengah mengalami peningkatan sebesar 40,71%

(yoy) dari 34,97% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan IV 2015 didorong oleh

melambatnya semua jenis penggunaan kredit UMKM, Kredit UMKM Modal Kerja mengalami

perlambatan sebesar 19,05% (yoy) dari 21,10% (yoy) pada Triwulan III 2015. Selain itu,

Kredit UMKM Investasi pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan dari 14,22%

(yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 11,93% (yoy).

Sementara itu, risiko Kredit Macet (NPL) UMKM pada Triwulan IV 2015 terus menunjukkan

perbaikan yang ditunjukkan oleh penurunan rasio NPL menjadi sebesar 2,94% lebih kecil

dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 3,83%. Rasio kredit UMKM macet di Provinsi

NTT juga relatif lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 4,78%.

Penurunan rasio kredit macet (NPL) UMKM di Provinsi NTT didorong oleh menurunnya NPL

Kredit Kecil, Mikro dan Menengah. NPL Kredit Kecil mengalami penurunan dari 4,02% pada

Triwulan IV 2015 menjadi 2,64% di Triwulan IV 2015. NPL Kredit Mikro menurun dari 2,55%

pada Triwulan IV 2015 menjadi 1,59%% pada Triwulan III 2015. Selain itu, NPL Kredit

Menengah pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang mencapai 4.36%, lebih

rendah dari Triwulan III 2015 yaitu sebesar 4.53%. Sementara itu, Kredit UMKM pada

triwulan ini menunjukkan peningkatan yang menggambarkan peningkatan kinerja di sektor

produktif sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

Grafik 3.18. Perkembangan UMKM

Grafik 3.19. Perkembangan UMKM Berdasarkan

Jenis Penggunaan

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran

kredit ini dengan porsi sebesar 83,18% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit

Investasi hanya sebesar 16,82% dari total kredit UMKM.

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sampai dengan Triwulan IV 2015 pertumbuhan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

juga mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada semua indikator

kinerja BPR. Namun demikian, walaupun terjadi perlambatan secara umum kinerja BPR

masih relatif lebih baik dibanding kinerja bank umum.

Tabel 3.2.Perkembangan Kinerja BPR

Perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) didorong oleh melambatnya

pertumbuhan Deposito dan Tabungan. Kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.248,53 miliar atau tumbuh sebesar 33,71% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan periode

sebelumnya yang mencapai 38,43% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan mencapai

Rp.132,63 miliar atau tumbuh 7,74% (yoy) juga lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan III

2015 yaitu 12,34% (yoy).

Indikator

Utama I II III IV I II III IV

Aset (miliar) 336.87 343.28 355.19 373.58 415.26 436.99 454.41 481.56 509.90

y-o-y aset 34.35% 35.32% 34.81% 23.48% 23.27% 27.30% 26.50% 28.90% 22.79%

Kredit (miliar) 255.73 270.06 294.39 306.28 318.54 330.21 348.80 353.59 365.85

y-o-y kredit 45.80% 49.33% 38.87% 26.41% 24.56% 22.27% 18.59% 15.45% 14.85%

DPK (miliar) 247.60 250.20 323.64 274.78 308.97 311.39 330.86 352.91 381.16

y-o-y DPK 33.00% 37.53% 76.04% 29.98% 24.79% 24.45% 28.69% 28.43% 23.36%

LDR 84.26% 82.57% 85.60% 84.13% 79.40% 80.46% 82.38% 80.52% 76.70%

NPL 4.45% 4.96% 5.08% 5.30% 4.76% 5.46% 5.71% 6.05% 5.40%

2013

20152014

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 55

Grafik 3.20. Komposisi DPK BPR

Grafik 3.21. Pertumbuhan DPK BPR

Perlambatan penyaluran kredit oleh BPR terutama didorong oleh melambatnya

pertumbuhan kredit Investasi dan konsumsi. Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015

mengalami penurunan sebesar 1,48% (yoy) dari 5,80% (yoy) pada Triwulan III 2015. Pada

Triwulan IV 2015 Kredit Konsumsi mengalami perlambatan sebesar 6,93% (yoy) lebih rendah

dari Triwulan III 2015 yang mencapai 13,80% (yoy). Sementara itu, Kredit Modal Kerja pada

Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dari 20,65% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi

26,98% (yoy).

Adapun pendorong melambatnya penyaluran kredit BPR di NTT adalah melambatnya kredit

sektor Konsumsi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta menurunnya penyaluran

kredit di sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi.

Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit dan penghimpunan DPK membuat rasio

likuiditas perbankan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 mengalami

penurunan dari 80,52% pada Triwulan III 2015 menjadi 76,70%. Sementara itu, rasio kredit

macet Non Performing Loan (NPL) juga mengalami penurunan dari 6,05% pada Triwulan III

2015 menjadi 5,40% pada Triwulan IV 2015.

Grafik 3.22. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik 3.23. Share Kredit dan NPL Berdasarkan

Sektor Ekonomi

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau

Flores, Sumba dan Timor. Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Aset, Penghimpunan DPK,

Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, pulau Sumba pada Triwulan IV 2015 masih mampu

tumbuh paling tinggi dari pulau Flores dan pulau Timor.

Grafik 3.24. Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran

Pulau

3.4.1. Pulau Flores

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Flores relatif melambat. Hal ini

tercermin dari pertumbuhan Aset perbankan di pulau Flores yang hanya sebesar 13,63%

(yoy) atau Rp.8,20 triliun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2015

yang mencapai sebesar 17,59% (yoy). Penghimpunan DPK pada Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.6,93 triliun atau melambat 13,63% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang mencapai 17,59%

(yoy). Sementara itu, penyaluran kredit di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015 sedikit

meningkat dari 14,22% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 15,00% (yoy) atau dengan

nominal mencapai Rp.6,64 triliun. Angka rasio kredit macet (NPL) di Pulau Flores pada

Triwulan IV 2015 mengalami penurunan, dari 1,80% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,33%

pada Triwulan IV 2015. Adapun rasio likuiditas di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015

mencapai 95,79% lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya sebesar 83,90%.

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 57

Grafik 3.25. Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.26. Komposisi Kredit di Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan.

Pertumbuhan Aset pada Triwulan IV 2015 melambat sebesar 12,45% (yoy) atau mencapai

Rp.2,11 triliun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,90%

(yoy). Sementara itu, penghimpunan DPK di Pulau Sumba mencapai Rp.1,80 triliun, ikut

mengalami perlambatan sebesar 14,09% (yoy) dari 18,38% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Adapun angka rasio likuiditas meningkat dari 87,34% menjadi 104,03%. Hal ini disebabkan

oleh tingginya penyaluran kredit yang tidak sebanding atau lebih besar dari penghimpunan

DPK di Pulau Sumba. Namun demikian, rasio kredit macet di pulau Sumba pada Triwulan IV

2015 mengalami penurunan dari 0,83% pada Triwulan III 2015 menjadi 0,60%.

Grafik 3.27. Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.28. Komposisi Kredit di Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Timor sedikit melambat. Aset

perbankan di pulau Timor pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.21,78 triliun atau melambat

sebesar 10,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 19,28%

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

(yoy). Penyaluran Kredit juga mengalami perlambatan dari 14,39% (yoy) pada Triwulan III

2015 menjadi 13,10% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.10,98 triliun pada Triwulan IV

2015. Sementara itu, penghimpunan DPK 19.12% (yoy) atau Rp.12,96 triliun lebih tinggi

dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 17,08% (yoy). Rasio kredit

macet di pulau Timor juga mengalami penurunan dari 2,19% pada Triwulan III 2015 menjadi

1,81% di triwulan IV 2015. Angka rasio LDR pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

dari 83,05% menjadi 84,75% pada Triwulan III 2015.

Grafik 3.29. Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.30. Komposisi Kredit di Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1. Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)

Sistem Kliring Nasional Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT Pada Triwulan IV 2015

mengalami peningkatan yang signifikan. Di sisi lain pertumbuhan kliring Provinsi NTT juga

masih tumbuh jauh di atas pertumbuhan kliring Nasional. Pertumbuhan kliring di Provinsi

NTT pada Triwulan IV 2015 dari sisi nominal mencapai Rp.3.012,64 miliar, tumbuh 152,50%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 52,03% (yoy).

Sementara itu, dari sisi volume pada Triwulan IV 2015 naik 67,03% (yoy) atau mencapai

72.843 lembar warkat dari 28,15% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Peningkatan transaksi yang signifikan ini disebabkan oleh adanya perubahan ketentuan dan

kegiatan SKNBI serta perlindungan nasabah. Saat ini, settlement layanan Transfer Dana

ditambah menjadi 5 (lima) kali, yaitu pada pukul 09.00, 11.00, 13.00, 15.00, dan 16.45 WIB

sedangkan Layanan Kliring Warkat Debit saat ini dibagi menjadi 4 zona.

Dibandingkan transfer melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS),

terdapat beberapa perbedaan transfer melalui SKNBI, yaitu pertama, SKNBI setelmennya

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 59

dilakukan secara periodik (netting) sedangkan RTGS, setelmennya dilakukan secara

individual (gross). Kedua, dari segi batasan nominal, transaksi transfer dana nasabah yang

dapat diproses melalui SKNBI sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat batasan maksimal,

sedangkan transaksi nasabah melalui BI-RTGS minimal sebesar Rp.100.000.000,00 per

transaksi. Ketiga, biaya yang dikenakan Bank Indonesia kepada Peserta untuk SKNBI lebih

murah, yaitu sebesar Rp.750,00 per transaksi dan maksimal biaya transfer dana yang dapat

dikenakan peserta kepada nasabahnya adalah Rp.5.000,00, sedangkan biaya transaksi BI-

RTGS yang dikenakan Bank Indonesia kepada peserta adalah sebesar Rp.15.000,00 dan

maksimal biaya transfer dana yang dapat dikenakan peserta kepada nasabahnya adalah

sebesar Rp.35.000,00.

Grafik 3.31. Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.312 Perkembangan SKNBI Nasional

Berdasarkan komposisi peserta pengirim, transaksi kliring Provinsi NTT pada Triwulan IV

2015 paling besar didorong oleh Bank Swasta Nasional dengan porsi sebesar 55,70%,

kemudian Bank Pemerintah 41,03%, Bank Syariah 2,15%, Bank Campuran 0,75% dan Bank

Pembangunan Daerah sebesar 0,37%.

Grafik 3.33. Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok

Bank

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 60

3.5.1.2. Transaksi RTGS

Transaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 hingga November 2015 mengalami penurunan.

Tingginya net outflow RTGS di Provinsi NTT diperkirakan menggambarkan adanya investasi

keluar Provinsi NTT, serta tingginya transaksi dalam rangka realisasi anggaran dan proyek

pemerintah.

Transfer masuk (inflow) menggunakan BI-RTGS ke Provinsi NTT pada triwulan ini tercatat

sebesar Rp.10.576,81 miliar, menurun 70.31% (yoy) dari 37,82% (yoy) pada Triwulan III

2015. Sementara itu, transfer keluar (outflow) dari Oktober sampai November 2015

mencapai Rp.14.364,68 miliar, juga mengalami penurunan sebesar 46,47% (yoy) dari 37,50%

(yoy) pada Triwulan III 2015. Net-Outflow pada triwulan IV 2015 sebesar Rp.3.787,87 miliar

atau menurun sebesar 143,06% (yoy) pada triwulan ini.

Grafik 3.34. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan

Volume

Grafik 3.35. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan

Nominal

3.5.2. Transaksi Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,

diantaranya jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah

aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan kegiatan pemusnahan

Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

3.5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)

Pada Triwulan IV 2015 perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan.

Hal ini didorong oleh peningkatan outflow atau uang yang beredar mencapai Rp.1.015,35

miliar atau tumbuh sebesar -11,53% (yoy), lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang

mencapai 25,56% (yoy). Sementara itu, aliran inflow atau uang yang disetor di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.346,50 miliar,

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 61

menurun 30,46% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang mengalami peningkatan

sebesar 9,65% (yoy).

Walaupun uang yang beredar di masyarakat mengalami penurunan dibandingkan

pertumbuhan periode sebelumnya, namun uang yang disetor juga tidak terlalu banyak

sehingga masih terdapat net-outflow positif sebesar Rp.668,85 miliar atau ikut mengalami

pertumbuhan yang melambat sebesar 2,99% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan III 2015

yang mencapai 46,69% (yoy).

Grafik 3.36. Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 3.37. Perkembangan Arus Uang Tunai

(Inflow-Outflow)

3.5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang telah dimusnahkan di Provinsi NTT hingga Triwulan IV

2015 mencapai Rp.252,79 miliar atau menurun 23,58% (yoy). Hal ini dapat digambarkan

oleh jumlah setoran UTLE di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Pada Triwulan

IV 2015 tercatat sebesar Rp.355,11 miliar, atau menurun sebesar 24,31% (yoy) bila

dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang juga mengalami penurunan sebesar 17,06%

(yoy). Sementara itu, rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional pada

Triwulan IV 2015 yaitu sebesar 0,57% sedikit meningkat bila dibandingkan Triwulan III 2015

yang mencapai 0,51%. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT terus mengupayakan

untuk menekan laju pertumbuhan UTLE di NTT dengan cara melakukan sosialisasi

bagaimana memperlakukan uang rupiah dengan baik ke pasar-pasar, perbankan, serta

akademisi dan pelajar.

3.5.2.3. Temuan Uang Palsu

Temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada

Triwulan IV 2015 sedikit meningkat. Jumlah lembar uang palsu meningkat dari 52 lembar

-400%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

Tw

1-1

1

Tw

2-1

1

Tw

3-1

1

Tw

4-1

1

Tw

1-1

2

Tw

2-1

2

Tw

3-1

2

Tw

4-1

2

Tw

1-1

3

Tw

2-1

3

Tw

3-1

3

Tw

4-1

3

Tw

1-1

4

Tw

2-1

4

Tw

3-1

4

Tw

4-1

4

Tw

1-1

5

Tw

2-1

5

Tw

3-1

5

Tw

4-1

5

Net In/Out (Rp. Miliar) qtq yoy

-80.00%

0.00%

80.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Inflow (Rp. Miliar) Outflow (Rp. Miliar) yoy inflow yoy outflow

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 62

menjadi 53 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu yang ditemukan pada triwulan ini

umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,-, pecahan Rp.10.000,- dan Rp.50.000,-. Jumlah

uang palsu yang ditemukan sedikit meningkat, hal ini menggambarkan bahwa kegiatan

pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah berdampak positif dan terus diperlukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap

temuan uang palsu juga menjadi alasan yang tinggi uang palsu tersebut dilaporkan.

Grafik 3.38. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

Grafik 3.39. Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif telah dilaksanakan oleh Kepolisian

dengan menangkap dan menuntut pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Inflow (Rp. Miliar) Outflow (Rp. Miliar) UTLE QtQ UTLE YoY UTLE

0

200

400

600

800

1000

1200

Lembar Upal

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 63

KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah pada akhir tahun 2015 mencapai 105,5%

(Rp 22,09 triliun) dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp 20,95 triliun.

Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun

2015 tercatat moderat yaitu sebesar 85,4%(Rp 29,47 triliun) dibandingkan

pagu rencana belanja sebesar Rp 34,5 triliun.

4.1 Kondisi Umum

Di akhir tahun 2015, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp 34,5 triliun atau meningkat Rp 2,44

triliun (7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari

alokasi APBD Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun dan

terutama pada komponen belanja modal yang mencapai Rp 937 miliar.

Peningkatan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan Dana Penyesuaian

dan Otonomi Khusus serta Dana Alokasi Khusus dari Pemerintah Pusat. Di sisi lain,

realisasi belanja pemerintah hingga akhir tahun mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun)

dengan realisasi tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Sementara itu,

realisasi belanja modal mencapai 83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu

sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal tertinggi terutama dipergunakan bagi

pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan pembangunan/pelebaran jalan

terutama di kawasan perbatasan.

Dari sisi pendapatan, realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai

105,46% atau Rp 22,09 triliun dari total rencana target Rp 20,95 triliun.

Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah Pusat melalui pendapatan

Pajak Penghasilan (Rp 1,21 triliun) dan Pajak Pertambahan Nilai (Rp 903 miliar).

Realisasi pendapatan cukup tinggi juga terjadi di Pemerintah Provinsi yang

mencapai 99,7% atau Rp 3,34 triliun dari target sebelumnya Rp 3,35 triliun.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 64

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah

Realisasi Pendapatan Pemerintah

Realisasi Belanja Pemerintah

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

4.2 Pendapatan Daerah

Pendapatan Pemerintah di Provinsi NTT mencapai 22,09 Triliun atau

105,8% dari pagu target. Dari sisi kewenangan pengaturan daerah. Pendapatan

APBN di Provinsi NTT adalah sebesar Rp 2,47 triliun yang terutama berasal dari

Pajak penghasilan sebesar Rp 1,2 triliun (48,9%) dan Pajak Pertambahan Nilai

sebesar Rp 903 miliar (36,5%) sementara sisa pendapatan berasal dari Penerimaan

Negara Bukan Pajak dan Pendapatan Pajak Lainnya. Sementara itu, pendapatan

pemerintah daerah, baik Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi

terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan pangsa 38,9%

(Pemerintah Provinsi) dan 65,2% (Pemerintah Kabupaten/Kota). Masih tingginya

DAU menunjukkan tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap alokasi

dana dari Pemerintah Pusat. Selain itu, hal ini menunjukkan pula masih

terbatasnya objek-objek pajak daerah di NTT yang juga disebabkan oleh minimnya

industri dan pengelolaan potensi pariwisata yang belum optimal.

Selain berasal dari DAU terdapat pula komponen pendapatan lainnya

pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Komponen pendapatan

Pemerintah Provinsi ditopang pula oleh Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

sebesar Rp 963 miliar (28,8%) yang sebagian digunakan bagi peningkatan kualitas

pendidikan (Dana Operasional Sekolah dan Tunjangan Guru di daerah) serta

Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 659,8 miliar (27,3%). Di sisi lain, komponen

pendapatan Pemerintah Kab/Kota ditopang pula oleh Dana Alokasi Khusus

sebesar 12,8% (Rp 2,07 triliun).

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 65

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBN

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT

Sumber: Biro Keuangan Provinsi NTT

Dari sisi spasial, Kab. Ngada memperoleh pencapaian realisasi target yang

tertinggi dengan 100,3% (Rp 696 miliar) dari total rencana Rp 694 miliar,

pencapaian tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan dana hibah yang

berada diatas target. Sementara itu, Kabupaten Alor menjadi yang terendah dalam

realisasi target pendapatan yaitu sebesar 85,7% (Rp 718 miliar) dari total target Rp

837 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh realisasi pendapatan Dana Alokasi Umum

dan Dana Alokasi Khusus yang tidak mencapai target.

4.3 Belanja Daerah

Realisasi anggaran belanja APBN dan APBD Pemerintah di Provinsi NTT

hingga akhir tahun 2015 mencapai Rp 29,47 triliun (85,4%) dari total pagu

belanja yang sebesar Rp 34,5 triliun. Apabila dilihat secara historis triwulanan,

peningkatan realisasi anggaran baik di APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi

baru menunjukkan peningkatan pesat pada triwulan IV. Perkembangan realisasi

Belanja pada Triwulan I rata-rata hanya 9,7%, triwulan II (17%), Triwulan IV

(23,7%) dan meningkat pada triwulan IV sebesar 38,2%. Hal yang sama juga

terjadi pada belanja modal yang pada triwulan I rata-rata hanya 2,7%, triwulan II

(10,09%), triwulan III (20,74%) dan meningkat pesat pada triwulan IV sebesar

50,71%. Terpusatnya realisasi anggaran pada triwulan IV diperkirakan terjadi

akibat adanya keterlambatan proses lelang proyek karena permasalahan

numenklatur dan adanya tambahan anggaran Dana Alokasi Khusus (sektor

pertanian dan perhubungan) oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Selain itu, adanya karakter kontraktor untuk mengambil pembayaran di akhir

penyelesaian proyek dan standar akuntansi menggunakan cash basis membuat

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 66

proyek pembangunan infrastruktur di daerah yang masih dalam proses pengerjaan

tidak tercatat sebagai realisasi belanja modal hingga proyek tersebut sudah selesai

dikerjakan

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Grafik 4.5 Perkembagan Realisasi Belanja Modal

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro

Keuangan

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro

Keuangan

Secara persentase, total realisasi anggaran belanja pemerintah pada tahun 2015

(85,43%) tercatat lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 87,30%.

Namun dari segi nominal, realisasi anggaran tahun 2015 sebesar Rp 29,47 triliun

tercatat jauh meningkat dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 23,86 triliun.

Peningkatan ini terjadi akibat adanya peningkatan pagu anggaran belanja

pemerintah hingga mencapai 26,2% (yoy) dari Rp 27,3 triliun (2014) menjadi Rp

34,5 triliun (2015). Peningkatan anggaran terutama berasal dari dana APBN

sebesar Rp 2,5 triliun dan APBD Kab/Kota sebesar Rp 4 triliun. Program

penmbangunan waduk, sarana irigasi, jalan dan daerah perbatasan menjadi

pendorong tingginya anggaran APBN di NTT. Hal ini juga ditunjang adanya

tambahan Dana Alokasi Khusus kepada Pemerintah Kab/Kota.

Pada akhir tahun 2015, realisasi belanja tertinggi ada pada Pemerintah

Provinsi sebesar 95,4%. Sementara itu, apabila dibagi menjadi komponen belanja

modal dan belanja konsumsi. Realisasi belanja modal tertinggi ada pada APBN

sebesar 92,7% dan Realisasi belanja konsumsi tertinggi pada Pemerintah Provinsi

NTT yang mencapai 97,5%. Tingginya realisasi belanja Modal APBN untuk NTT

terutama dipergunakan bagi pengerjaan beberapa proyek-proyek strategis, seperti

bendungan dengan total mencapai Rp 590 miliar, pembangunan dan rehabilitasi

jalan sebesar Rp 1,55 triliun, Pembangunan sarana Pelabuhan dan bandara

sebesar Rp 649,5 miliar, serta pembangunan embung dan jaringan irigasi sebesar

Rp 101,25 miliar. Sementara itu belanja konsumsi pemerintah (APBN dan APBD

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 67

Kab/Kota) lebih digunakan bagi belanja pegawai yaitu gaji dan perjalanan dinas

pegawai. Namun, hal yang cukup berbeda terjadi pada Pemerintah Provinsi

dengan dominannya pangsa belanja hibah dalam komponen belanja konsumsi

hingga mencapai 34,86%. Program Desa Mandiri Anggur Merah yang

mengalokasikan dana hingga sebesar Rp147,25 miliar/tahun untuk dana bergulir

bagi pengembangan kelompok desa.

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD

Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD

Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan

Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Nominal %

BELANJA DAERAH 34,506 29,478 85.43 100

Belanja Modal 11,118 9,289 83.55 31.51

Belanja Konsumsi 23,389 20,189 86.32 68.49

Belanja Pegawai 11,867 10,698 90.15 36.29

Belanja Barang dan Jasa 7,242 5,556 76.72 18.85

Belanja Hibah 1,436 1,420 98.91 4.82

Belanja Bantuan Sosial 690 566 82.07 1.92

Belanja Bagi Hasil 341 324 95.29 1.10

Bantuan Keuangan 1,700 1,583 93.15 5.37

Konsumsi Lainnya 113 41 36.15 0.14

Belanja Lainnya - - -

URAIAN RENCANAREALISASI PANGSA

(%)

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan

Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Apabila dilihat dari struktur belanja masing-masing pemerintah (APBN, APBD

Kab/Kota dan APBD Provinsi), pangsa realisasi belanja modal pemerintah pusat di

Provinsi NTT mencapai 49,9% dan belanja pegawai sebesar 22,8%. Adapun alokasi

belanja konsumsi pemerintah provinsi untuk belanja hibah menjadi alokasi belanja

terbesar pemprov dengan pangsa sebesar 34,8%, diikuti belanja barang dan jasa

dengan pangsa sebesar 18,5%. Sedangkan pada pemerintah kabupaten/kota belanja

pegawai memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 48,7%, diikuti alokasi belanja

alokasi belanja modal sebesar 22,7%.

Secara persentase komponen belanja konsumsi, realisasi belanja pegawa

menjadi komponen tertinggi di tingkat APBN hingga mencapai 96,6%. Sementara itu,

pada pemerintah Provinsi NTT, alokasi belanja konsumsi terbesar pada komponen

belanja hibah dengan realisasi mencapai 100,05% dan belanja pegawai 99,3%. Di

lingkup pemerintah kabupaten, belanja bantuan keuangan mengalami realisasi paling

tinggi dengan persentase realisasi 93,30% dan diikitui belanja hibah 92%.

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 68

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi

APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan

Kota

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi

APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan

Kota di NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro

Keuangan Provinsi NTT, diolah

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro

Keuangan Provinsi NTT, diolah

Secara spasial, persentase realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota

periode laporan mencapai rata-rata 81,8%, dengan persentase realisasi tertinggi pada

Pemerintah Kab. Manggarai Timur sebesar 90,5% sedangkan Kab. Malaka menjadi

yang terendah dengan realisasi hanya sebesar 66,9%, salah satu penyebabnya adalah

keterlambatan pengesahan APBD. Sementara itu, belanja modal rata-rata di tingkat

kabupaten mencapai 73,5%, realisasi tertinggi pada kabupaten Manggarai Timur

dengan realisasi 97,20% dan realisasi terendah pada Kab. Alor dengan realisasi hanya

sebesar 37,6% yang disebabkan keterlambatan proses lelang.

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

Berdasarkan data perbankan pada bulan Triwulan IV-2015, tercatat Dana Pihak

Ketiga (DPK) Pemerintah dalam bentuk simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp

2,7 triliun. DPK tersebut menurun 63,4% (qtq) apabila dibandingkan triwulan III yang

sebesar 7,4 triliun. Penurunan tersebut selaras dengan peningkatan realiasi anggaran

pemerintah yang terjadi di akhir tahun. Total DPK pemerintah sendiri paling banyak ada

pada komponen Giro sebesar Rp 2,07 triliun.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

Bab IV |Keuangan Daerah 69

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada

Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

Tabel 4.2 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi NTT

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Lampiran:

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

PENDAPATAN DAERAH 353,964 17,240,948 3,353,173 20,948,085 2,476,094 16,272,949 3,343,785 22,092,828

BELANJA DAERAH 11,340,035 19,642,210 3,523,979 34,506,224 10,111,220 16,003,991 3,362,436 29,477,648

Belanja Modal 5,437,093 4,983,732 696,852 11,117,678 5,042,881 3,639,819 606,038 9,288,738

Belanja Konsumsi 5,902,942 14,658,478 2,827,126 23,388,546 5,068,339 12,364,173 2,756,398 20,188,910

Belanja Pegawai 2,383,405 8,883,184 600,660 11,867,249 2,303,035 7,798,515 596,358 10,697,909

Belanja Barang dan Jasa 2,945,876 3,636,003 660,587 7,242,465 2,275,762 2,659,691 620,902 5,556,355

Belanja Hibah - 269,747 1,165,970 1,435,716 - 248,076 1,171,987 1,420,063

Belanja Bantuan Sosial 573,662 87,758 28,337 689,757 489,542 55,565 20,958 566,065

Belanja Bagi Hasil - 8,640 331,908 340,548 - 6,726 317,772 324,497

Bantuan Keuangan - 1,667,424 32,165 1,699,589 - 1,555,722 27,369 1,583,091

Konsumsi Lainnya - 105,722 7,500 113,222 - 39,877 1,053 40,930

Belanja Lainnya - - - - - - - -

SURPLUS/DEFISIT (10,986,072) (2,401,262) (170,805) (13,558,139) (7,635,126) 268,957 (18,651) (7,384,820)

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan 2,636,248.01 255,505.09 2,891,753.09 2,324,203.81 255,187 2,579,390

SILPA Tahun Lalu 2,510,488 248,123 2,758,611 2,220,384 248,123 2,468,508

Lainnya 125,760 7,382 133,142 103,819 7,063 110,883

Pengeluaran 218,350.00 84,700 303,050 200,133.25 83,007 283,140

Penyertaan Modal 170,600.00 75,000.00 245,600.00 164,883.25 75,000 239,883

Lainnya 47,750 9,700 57,450 35,250 8,007 43,257

PEMBIAYAAN NETTO 2,417,898 170,805 2,588,703 2,124,071 172,180 2,296,251

SILPA SEKARANG 16,636 - 16,636 2,393,028 153,529 2,546,557

APBN/APBD REALISASI

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 70

70

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT mengalami peningkatan pada September 2015 dibandingkan Maret 2015. Namun secara persentase jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi 22,58% (September 2015). Sementara itu angka partisipasi sekolah di Provinsi NTT cenderung menunjukkan trend peningkatan.

55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang

terlihat dari adanya penurunan presentase penduduk miskin. Jumlah

penduduk miskin di Provinsi NTT pada bulan September 2015 adalah sebesar

1.160,53 ribu orang atau meningkat sebesar 690 orang dibandingkan bulan

Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu orang. Namun persentase penduduk

miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi

22,58% (September 2015). Adanya pembangunan proyek-proyek pemerintah dan

swasta diperkirakan turut mendorong pembukaan lapangan kerja yang

meningkatkan pendapatan masyarakat NTT.

Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di NTT cenderung

mengalami peningkatan. APS untuk kelompok umur 7-12 tahun pada tahun

2014 mencapai 98% meningkat dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%,

sementara kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk

kelompok 16-18 tahun mencapai 74%.

55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann

Persentase penduduk miskin NTT masih lebih tinggi dibandingkan

persentase penduduk miskin nasional. Persentase penduduk miskin NTT pada

bulan September 2015 yang sebesar 22,58% cenderung masih jauh diatas

nasional yang sebesar 11,13%. Namun, trend penurunan terjadi baik dalam

lingkup nasional yang sebesar 11,22% (Maret 2015) maupun NTT 22,61%

(Maret). Jumlah penduduk miskin di lingkup nasional sendiri mencapai 28,51 juta

orang dengan jumlah terbanyak berada di pedesaan (17,89 juta orang).

Sementara itu, provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar adalah

Papua (28,4%) dan paling sedikit adalah DKI Jakarta (3,61%). Provinsi NTT (22,58)

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 71

71

berada pada peringkat ke-3 terbawah, diatas Papua Barat (25,73%) dan dibawah

Maluku (19,36%).

Dari sisi komposisi, penduduk miskin di NTT yang berada di pedesaan

menunjukkan angka peningkatan dari 1.043,68 ribu orang (Maret 2015) menjadi

1.063,47 (September 2015) atau 25,89% dari total penduduk di pedesaan. Hal

ini dapat menjadi indikasi adanya penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat

pedesaan yang mayoritas bekerja di sektor pertanian seiring adanya gagal panen

tanaman perkebunan (kopi dan kakao) serta tanaman bahan makanan (padi dan

jagung) di beberapa tempat seperti Kab. Ende, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab.

Manggarai Timur, Kab. Belu dan Kab Malaka akibat kekeringan dan hama (keong

mas). Sementara itu, penduduk di perkotaan tercatat mengalami penurunan

jumlah penduduk miskin dari 116,16 ribu orang (Maret 2015) menjadi 97,06 ribu

orang (September 2015) atau 9,41% dari total penduduk perkotaan. Banyaknya

kegiatan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut membuka

lapangan kerja dan mendorong penurunan jumlah penduduk miskin.

Grafik 5.3. Presentase Penduduk Miskin di NTT

Sumber : BPS, diolah

Di sisi lain, adanya kenaikan tingkat harga beberapa komoditas juga

mendorong peningkatan Garis Kemiskinan yang mencapai Rp 307.224,-/kapita

atau meningkat 3,14% dari bulan Maret 2015 yang sebesar Rp 297.863,-/kapita.

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 72

72

Peningkatan tertinggi berada pada komoditas bukan makanan sebesar 3,8%

(September dibandingkan Maret 2015), sementara makanan sebesar 2,98%.

Komoditas yang memiliki kontribusi tertinggi pada garis kemiskinan adalah beras

dan perumahan. Dari sisi peringkat, nilai garis kemiskinan Provinsi NTT berada di

peringkat ke-6 terendah diatas Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,

Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara. Tingginya angka kemiskinan dan dibarengi

oleh rendahnya garis kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat pendapatan

provinsi NTT masih tergolong rendah. Hal ini juga terlihat dari PDRB Perkapita

penduduk NTT pada tahun 2015 yang sebesar Rp 14,92 juta/tahun atau jauh

dibawah PDB perkapita nasional yang sebesar Rp 45,18 juta/tahun.

Grafik 5.4. Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 5.5. Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Indikator lain yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kondisi

kemiskinan, diantaranya adalah indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks

keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P

1) merupakan ukuran rata-

rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas

miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan

pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata lain

semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin

semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan

gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat

juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Indeks kedalaman dan

indeks keparahan kemiskinan di NTT pada Maret 2015 (P1: 4,06 dan P2: 1,07)

tercatat meningkat dibandingkan September 2014 (P1: 4,62 dan P2: 1,44).

Peningkatan keduanya mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk

miskin semakin menjauhi garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran juga semakin

melebar.

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 73

73

Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan

55..33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann AAnnggkkaa PPaarrttiissiippaassii SSeekkoollaahh ((AAPPSS))

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi dari semua anak yang

masih sekolah pada satu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan

kelompok umur yang sesuai. Perkembangan APS Provinsi NTT menunjukkan angka

yang meningkat pada tahun 2014. Jumlah penduduk sekolah untuk usia 7-12

tahun mencapai 98%, usia 13-15 tahun (94,3%) dan usia 16-18 tahun (74%). Di

sisi lain, proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah

tepat pada tingkat kelompok umurnya atau Angka Partisipasi Murni (APM)

menunjukkan perkembangan yang meningkat pula. Namun, proporsi partisipasi

sekolah untuk tingkat SMP keatas masih cukup rendah yaitu dibawah 70% (SMP:

65,9, SMA: 52,15), sementara untuk tingkat SD sudah cukup baik sebesar 94,6%.

Tingkat APM yang rendah dapat menunjukkan bahwa masih banyak

penduduk NTT yang terlambat dalam mengambil tingkat pendidikan yang sesuai

dengan kelompok umurnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kecenderungan

anak usia sekolah yang harus membantu orang tuanya terlebih dahulu untuk

bekerja, terutama di sektor pertanian. Sehingga kesadaran untuk memperoleh

pendidikan yang lebih tinggi menjadi berkurang karena masih rendahnya kualifikasi

kebutuhan pendidikan di sektor tersebut. Kesadaran untuk memperoleh

pendidikan baru meningkat sesuai perkembangan umur karena munculnya

kebutuhan untuk peningkatan kemampuan diri.

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 74

74

Grafik 5.8. Angka Partisipasi Sekolah Grafik 5.9. Angka Partisipasi Murni

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Sementara apabila dilihat dari sisi spasial, perkembangan APS untuk kelompok

umur 7-12 tahun yang terendah ada di Kab. Sumba Barat Daya (SBD) sebesar

95,91%, sementara untuk kelompok umur 13-15 tahun ada di Kab. Alor (89,48%)

dan 16-18 tahun di Kab. Manggarai Barat (65,89%). Masuknya Kab. Manggarai

Barat yang merupakan salah satu sentra pertanian di NTT dalam kategori APS

terendah menunjukkan bahwa sektor lapangan kerja juga menjadi pertimbangan

utama masyarakat dalam melanjutkan pendidikan di NTT.

55..44.. PPeerrkkeemmbbaannggaann SSeekkttoorr KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann

Berdasarkan data Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank

Indonesia menunjukkan adanya peningkatan Saldo Tertimbang Bersih pada

triwulan IV-2015 yang menggambarkan adanya peningkatan penyerapan tenaga

kerja yang terutama didorong sektor bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel &

Restoran. Dorongan proyek-proyek serta momen natal dan tahun baru di akhir

tahun diperkirakan menjadi penyebab. Sementara itu, proyeksi pada triwulan-I

2016 diperkirakan melambat yang disebabkan belum tibanya musim panen dan

penurunan kegiatan proyek pemerintah. Dari sisi produktivitas, angka produktivitas

penduduk NTT di triwulan-IV mencapai Rp 9,09 juta/orang yang terutama berasal

dari industri minuman sebesar Rp 9,75 juta/orang.

Grafik 5.10. Perkembangan Tenaga Kerja Grafik 5.11. Produktivitas Industri Besar Sedang

Sumber : SKDU - Bank Indonesia

Sumber : BPS, diolah

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks 4 - Employability di NTT 75

Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi besar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan

jumlah penduduk mencapai 5,04 juta jiwa (2014) dan merupakan Provinsi dengan populasi

terbanyak ke-2 di KTI setelah Prov. Sulawesi Selatan (8,4 juta jiwa). Namun,besarnya populasi

tersebut bukan merupakan jaminan bagi kualitas sumber daya manusia. Angka kemiskinan NTT

masih berada di peringkat ke-32 dari 34 Provinsi dengan persentasi 22,58% atau 1,16 juta jiwa

(2015). Selain itu, pendapatan perkapita penduduk NTT pada tahun 2014 hanya sebesar Rp 13,6

juta dan jauh dibawah rata-rata nasional yang sebesar Rp 42,4 juta/kapita/tahun dan duduk di

peringkat terakhir dari 34 Provinsi di NTT. Terkait hal tersebut, kami mencoba memotret kondisi

sumber daya manusia yang merupakan garda terdepan bagi pembangunan perekonomian di

Provinsi NTT.

A. Kondisi Pendidikan:

Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada tahun 2014 mencapai 2,24 juta jiwa. Namun dari

jumlah tersebut sebanyak 61,14% (1,37 juta jiwa) merupakan tenaga kerja dengan tingkat

pendidikan SD kebawah. Persentase tersebut tidak berbeda jauh dengan Provinsi Papua sebesar

62,85%. Hal tersebut juga didukung oleh Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah yang

cenderung memiliki trend meningkat namun masih sangat rendah untuk tingkat SMP (65,86%)

dan SMA (52,15%). Dari sisi fasilitas 57,46% Desa tidak memiliki SMP/MTS sementara 80,21%

Desa tidak memiliki fasilitas SMA/SMK.

Grafik Boks 4.1. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

Sumber: BPS(diolah)

Grafik Boks 4.2. Perkembangan Angka

Partisipasi Murni (APM) Sekolah

Sumber: BPS(diolah)

B. Kesehatan:

Dari sisi fasilitas pendidikan, Persentase penduduk dibandingkan jumlah fasilitas yang ada

cenderung masih sangat timpang. Dari data Departemen Kesehatan (2014), 1 (satu) Rumah

Sakit masih berbanding dengan 114.475 orang di NTT, sementara 1 (satu) dokter berbanding

dengan 5.933 orang walaupun dalam perkembangannya terjadi penambahan jumlah fasilitas

kesehatan dan menurunkan persentase fasilitas kesehatan dan penduduk.

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks 4 - Employability di NTT 76

Tabel Boks 4.1. Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk

Sumber: Kementerian Kesehatan (2014)

C. Pengangguran

Berdasarkan data kualitas pendidikan dan kesehatan tersebut, maka dilakukan perbandingan

pada tingkat pengangguran terbuka yang ternyata selalu mengalami trend menurun. Namun

Hal yang cukup menjadi perhatian adalah meningkatnya porsi pengangguran terdidik (tenaga

kerja dengan pendidikan terakhir diatas SMA) setiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan oleh

adanya ketidakcocokan kualifikasi angkatan kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.

Hal ini dapat terjadi karena struktur perekonomian NTT yang masih didominasi sektor pertanian

dan tidak membutuhkan tenaga kerja terdidik dengan jumlah besar.

Grafik Boks 4.3. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

Sumber: BPS(diolah)

Grafik Boks 4.4. Pangsa Tingkat Pendidikan

Tenaga Kerja

Sumber: BPS(diolah)

D. Produktivitas

Selain adanya ketidaksinkronan lapangan pekerjaan. Faktor lainya adalah tingkat produktivitas di

NTT yang masih sangat rendah yaitu hanya Rp 31,5 juta/orang dan merupakan yang terendah

dari 34 Provinsi di Indonesia. Hal tersebut dapat menyebabkan keengganan perusahaan yang

beroperasi di NTT untuk merekrut tenaga kerja lokal.

Grafik Boks 4.5. Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia

Sumber: BPS, diolah (2014)

Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

Jiwa/RS 156,873 140,485 119,494 120,828 114,475

Jiwa/Puskesmas 15,230 13,966 14,038 13,685 13,613

Jiwa/Faskes 813 825 571 578 588

Jiwa/Dokter 7,844 7,655 7,205 6,623 5,933

Jiwa/Bidan 1,767 1,772 1,672 1,416 1,438

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Boks 4 - Employability di NTT 77

E. Hasil Liasion dan Wawancara

Berdasarkan data tersebut, telah pula dilakukan diskusi dengan beberapa pengusaha di NTT,

beberapa keluhan mengenai tenaga kerja NTT yang didapat sehingga menyebabkan

keengganan mereka untuk merekrut tenaga kerja lokal, diantaranya: 1) Kualitas lulusan rendah,

2) Budaya Service Excellence yang kurang, serta 3) Kualitas pendidik dan level pendidikan yang

timpang. Hal tersebut menyebabkan beberapa pengusaha lebih memilih mendatangkan tenaga

kerja dari pulau jawa untuk mengisi posisi yang strategis di perusahaan mereka.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan mengurangi kesenjangan dengan lulusan di

Pulau Jawa, maka beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: 1) Peningkatan kualitas pendidik di

daerah, 2) Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, 3) Mendorong jiwa kewirausahaan

masyarakat, serta 4) Peningkatan kualitas SDM melalui lembaga pelatihan. Selain itu,

penanaman jiwa service harus ditingkatkan untuk dapat menunjang potensi wisata di NTT.

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...
Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 78

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada

pada tingkat moderat dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Di sisi lain,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016 diperkirakan melambat.

Sementara itu, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada kisaran

4,3-4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang target Bank Indonesia sebesar

4±1% (yoy).

Peningkatan investasi dan alokasi anggaran pemerintah diperkirakan masih

menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi NTT di tahun 2016.

Sementara itu, perlambatan kegiatan pemerintah, belum tibanya musim

panen padi dan menurunnya konsumsi masyarakat paska libur natal

menjadi penyebab melambatnya perekonomian NTT pada ttriwulan-I 2016.

Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirkan berasal dari komoditas bahan

makanan (volatile food), terhambatnya musim tanam padi karena dampak

El Nino dan fluktuasi harga tiket pesawat. sementara itu, tekanan inflasi

pada triwulan-I 2016 diperkirakan masih dipengaruhi oleh tingginya harga

komoditas daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong

peningkatan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan.

6.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

Perekonomian NTT pada tahun 2016 diperkirakan berada pada rentang 5,1

5,5% (yoy) dan didorong terutama oleh investasi dan konsumsi pemerintah melalui

program pembangunan untuk publik. Beberapa proyek pemerintah yang masih

berjalan di tahun 2016, diantaranya Waduk Raknamo (Kab. Kupang) yang sudah

memasuki tahap konstruksi, Waduk Rotiklot (Kab. Belu), dan rencana pembangunan

Waduk Kolhua (Kota Kupang). Selain itu, terdapat pula rencana pembangunan 101

embung dan sarana pengendalian banjir sungai oleh Pemerintah Pusat sebagai

impelementasi program kedaulatan pangan Presiden Jokowi, serta peningkatan

konektivitas melalui pembangunan berbagai proyek besar seperti jalan, jembatan

dan rehabilitasi bandara. Sementara itu, proyek swasta yang dapat menjadi

pendorong adalah rencana pembangunan PT. Semen Kupang II dengan anggaran

mencapai Rp 2 triliun yang direncanakan dimulai tahun 2016.

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 79

Dari sisi belanja konsumsi pemerintah, perekonomian NTT tahun 2016 juga

didorong oleh adanya peningkatan dana desa sebesar 128% dari Rp 812 miliar

(2015 menjadi Rp 1,849 triliun (2016) yang akan disalurkan kepada 2995 desa di 21

kabupaten dengan besaran Rp 565 juta/desa. Sementara itu, konsumsi rumah

tangga turut didorong peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) hingga 16% dari

Rp 1.250.000,- (2015) menjadi Rp 1.425.000,- (2016). Pertumbuhan ekonomi juga

diharapkan dapat berasal dari peningkatan sektor pertanian sebagai dampak positif

perbaikan sarana prasarana dan jalur irigasi di tahun 2015 walaupun untuk

penyelesaian Waduk Raknamo baru akan selesai sekitar tahun 2017.

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I-2016 diperkirakan mengalami

perlambatan dan akan berada pada rentang 4,5-4,9% (yoy). Perlambatan terutama

disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertanian, sektor administrasi pemerintah,

serta sektor perdagangan besar dan eceran sebagai dampak penurunan aktivitas

ekonomi dan musim tanam yang baru tiba di awal tahun.

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I - 2016

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 80

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral

Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I

diperkirakan mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena dampak baru

tibanya musim tanam komoditas padi di Provinsi NTT. Selain itu, adanya dampak El

Nino juga mendorong adanya pergeseran masa tanam di NTT dan juga berdampak

pada produksi tanaman perkebunan (jambu mete dan kakao). Berdasarkan perkiraan

curah hujan, hujan baru akan turun di sebagian besar daerah Provinsi NTT pada

bulan Februari, namun curah hujan akan menurun pada bulan Maret dan sebagian

besar daerah mulai mengalami curah hujan rendah. Curah hujan yang stabil berada

di daerah Manggarai barat dan Manggarai yang merupakan sentra pertanian padi di

Provinsi NTT.

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan

Februari Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Dari sub sektor peternakan, adanya pengoperasian kapal ternak (KM.

Camara Nusantara I) dengan kapasitas angkut 500 ekor diperkirakan dapat

mempermudah penjualan komoditas sapi. Kapal ternak yang sebelumnya sempat

bermasalah dengan karena kosongnya ternak pada pengiriman ke-2, mulai

mendapatkan kepercayaan pengusaha NTT pada pengiriman ke-3 (Februari 2016),

terbukti dengan diangkutnya sapi sebanyak 500 ekor dari Kupang dan Waingapu. Di

sisi lain, sub sektor perikanan diperkirakan baru akan mengalami peningkatan pada

bulan Maret seiring kondisi cuaca dan gelombang yang mulai membaik.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib diperkirakan mengalami perlambatan. Perlambatan terutama disebabkan

oleh aktivitas pemerintah di awal tahun yang baru memasuki tahap konsolidasi,

perencanaan dan proses lelang barang dan jasa yang baru akan dibuka. Selain itu,

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 81

proses dropping anggaran dana desa juga masih belum optimal seiring dalam proses

evaluasi tahun sebelumnya.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor diperkirakan juga mengalami perlambatan. Telah lewatnya masa liburan

sekolah dan natal menjadi penyebab utama perlambatan. Selain itu, belum adanya

peningkatan pendapatan masyarakat seiring belum tibanya panen juga menjadi

penyebab lainnya. Hal ini juga terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan adanya penurunan dari segi kegiatan

usaha dan harga jual.

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor

Perdagangan

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

Sektor konstruksi diperkirkan mengalami perlambatan di awal

tahun. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring selesainya kegiatan proyek

pemerintah untuk tahun 2015. Namun, adanya beberapa proyek multiyears seperti

pembangunan waduk dan Kantor Gubernur NTT diperkirakan dapat menahan

perlambatan yang lebih dalam. Selain itu, adanya dispensasi kegiatan proyek yang

terlambat di tahun 2015 selama 50 hari diharapkan pula dapat menopang

tumbuhnya sektor konstruksi di awal tahun.

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga

diperkirakan melambat yang tercermin pada angka Indeks Tendensi

Konsumen (ITK). Perlambatan juga terlihat pada penurunan indeks proyeksi

pendapatan rumah tangga dan rencana pembelian barang tahan lama. Masih belum

optimalnya pendapatan masyarakat yang sebagian bekerja pada sektor pertanian di

awal tahun dan belum adanya dorongan lapangan pekerjaan dari kegiatan proyek-

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 82

proyek pemerintah diperkirakan menjadi beberapa penyebab. Selain itu, tidak

adanya momen untuk kegiatan belanja seperti libur sekolah dan natal juga menjadi

faktor penyebab lainnya.

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber: BPS diolah

Kinerja investasi diperkirakan melambat pada triwulan-I. Belum

dimulainya kegiatan proyek pemerintah pada tahun 2016 dan belum adanya

sinyalemen investasi besar swasta di awal tahun menjadi pendorong utama.

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan I

juga diperkirakan akan sedikit melambat. Perlambatan diperkirakan terjadi

seiring masih terbatasnya produksi komoditas ekspor di awal tahun (ikan tuna dan

jambu mete) karena faktor cuaca. Namun, penurunan ekspor antar daerah

diperkirakan dapat terhambat oleh adanya operasional kapal ternak yang

mendorong peningkatan pengiriman sapi dari NTT pada awal tahun.

6.2 Inflasi

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan

sedikit menurun. Inflasi NTT pada tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,3-

4,7% (yoy). Penyebab penurunan inflasi diperkirakan berasal dari kestabilan harga

komoditas Administered Prices terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) seiring trend

penurunan harga minyak dunia. Namun, potensi dorongan inflasi masih tetap muncul

terutama pada komoditas Volatile Food seiring kondisi cuaca dan El Nino yang dapat

mempengaruhi produksi pertanian. Selain itu, kondisi cuaca dan gelombang laut yang

seringkali berubah-ubah juga berpengaruh pada harga komoditas ikan segar.

Sementara itu, adanya peningkatan daya listrik PLN sebesar 2x18 MW pada tahun 2016

diharapkan dapat mengurangi resiko adanya gangguan listrik, sehingga resiko kenaikan

harga semen akibat produksi yang menurun seperti tahun 2015 dapat dihindari. Di sisi

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...

| Bab VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 83

lain, banyaknya libur long weekend di tahun 2016 patut diantisipasi sebagai resiko

penyebab kenaikan tarif angkutan udara.

Sementara itu inflasi tahunan pada triwulan I 2016 masih tercatat cukup

tinggi karena dampak rendahnya inflasi pada tahun sebelumnya. Adanya

penurunan harga BBM pada triwulan I-2015 memberikan dampak rendahnya nilai

pembagi inflasi pada tahun 2015 sehingga angka inflasi tahunan triwulan I-2016

tercatat cukup tinggi sebesar degan rentang 5,9 - 6,3% (yoy). Namun secara

triwulanan (qtq) inflasi tercatat cukup rendah sebesar 0,5 - 0,8% (qtq). Sumbangan

inflasi secara triwulanan terutama didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras dan

semen yang masih terjadi di awal tahun. Selain itu, faktor musiman yang menyebabkan

penurunan produksi komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran menjadi

pendorong inflasi utama.

Di sisi lain, faktor penghambat inflasi diantaranya adalah penurunan harga BBM

dan tarif dasar listrik untuk 12 kelompok pelanggan pada bulan Januari, normalnya

pasokan dan permintaan semen serta daging ayam ras, serta dampak kembali

normalnya harga-harga setelah kenaikan tinggi pada bulan sebelumnya.

Grafik 6.5. Perkembangan Inflasi NTT

Sumber: BPS diolah

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN · Selain itu kajian/analisis ... El Nino dan Potensi Rawan Pangan ... BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1. Kondisi Umum ...