KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran...

109
Februari 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Februari 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

-----

Keterangan Cover:

Tanaman Kakao LEMs Kolaka Timur

Fotografer: Azhari Anggriawan

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KATA PENGANTAR

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018

VISI BANK INDONESIA

MISI BANK INDONESIA

VISI MISI BANK INDONESIA

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan
Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

DAFTAR GRAFIK

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan
Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan
Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DAFTAR ISI

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Februari

2018

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 2

Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara

kembali mengalami

perlambatan meskipun

masih berada diatas

nasional. Melambatnya

hamper seluruh

komponen pada sisi

permintaan menjadi

faktor utama

perlambatan ekonomi

yang terjadi

Realisasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja

Provinsi Sulawesi

Tenggara mengalami

penurunan dibandingkan

dengan tahun

sebelumnya di tengah

pengetatan fiskal.

Tekanan inflasi Sultra

mengalami penurunan

yang disebabkan oleh

peningkatan produksi

yang didukung oleh

kondusifnya cuaca dan

upaya pengendalian

inflasi untuk

meningkatkan produksi

dan pasokan pangan

strategis.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada triwulan IV 2017 ekonomi Sulawesi Tenggara kembali

mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 6,1% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,1% (yoy).

Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian

Sultra pada triwulan III 2017, kinerja pada triwulan IV tersebut

menunjukkan adanya perlambatan dari semula dapat tumbuh sebesar

6,6% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan terjadi hampir di seluruh

sektor, kecuali konsumsi rumah tangga yang cenderung stabil.

Sementara itu dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada lapangan

usaha utama yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Memasuki triwulan I 2018, perkembangan beberapa indikator

ekonomi di Sulawesi Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan

dengan tren meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran

6,2% - 6,6% (yoy). Sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami

percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha pertambangan dan

penggalian dan lapangan usaha industri pengolahan.

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara pada triwulan IV 2017 relatif lebih rendah jika dibandingkan

realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan mencapai 100,93% sementara

belanja mencapai 91,73%. Menurunnya persentase realisasi ini

terutama didorong oleh masih berhati-hatinya pemerintah daerah

dalam merealisasikan anggaran seiring adanya pengetatan fiskal oleh

pemerintah pusat.

Inflasi Daerah

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

mencapai 2,97% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,18% (yoy). Sumber utama

penurunan inflasi tersebut berasal dari kelompok bahan makanan dan

kelompok transport, komunikasi dan keuangan yang didorong oleh

peningkatan produksi bahan makan yang didukung oleh kondisi cuaca

yang kondusif serta tidak terlalu bergejolaknya harga tarif angkutan

udaha pada periode laporan. Upaya pengendalian inflasi yang

dilakukan oleh pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim

Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama

triwulan III 2017 difokuskan pada upaya meningkatkan produksi dan

pasokan pangan strategis. Upaya yang dilakukan antara lain yaitu

mengimplementasikan Urban Farming untuk komoditas sayur-sayuran,

rapat koordinasi membahas permasalahan pasokan ikan tangkap,

sosialisasi kebijakan HET untuk komoditas beras dan gula pasir, serta

upaya penguatan TPID tingkat kabupaten. Sementara itu, tekanan

inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan menurun seiring dengan

kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat setelah berlalunya

periode libur akhir tahun.

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3

Stabilitas keuangan

daerah masih terjaga dan

mendukung peningkatan

kinerja institusi keuangan

di Sultra.

Transaksi nontunai yang

didominasi oleh transaksi

kliring mengalami

penurunan sejalan

dengan perlambatan

konsumsi pemerintah dan

terbatasnya konsumsi

rumah tangga. Sementara

untuk transaksi tunai

terjadi net outflow.

Kondisi ketenagakerjaan

masih belum mengalami

perbaikan yang signifikan

Sementara itu,

kesejahteraan masyarakat

cenderung mengalami

peningkatan seiring

pertumbuhan lapangan

usaha utama dengan

daya serap tenaga kerja

tinggi.

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan

sektor rumah tangga. Meskipun menghadapi kerentanan yang

disebabkan oleh cukup rendahnya tingkat pertumbuhan konsumsi

rumah tangga dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi rumah

tanggal regional Sulawesi, namun tingkat konsumsi yang masih dalam

batas wajar, perilaku berutang yang membaik dan risiko kredit yang

masih terjaga berdampak minimal pada stabilitas sistem keuangan.

Sementara itu dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih

cukup stabil meskipun terjadi perlambatan beberapa sektor utama.

Meskipun demikian, optimisme dalam perekonomian turut

mendukung kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di

Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga masih

melanjutkan tren peningkatan, sementara itu penyaluran kredit mulai

menunjukkan perbaikan. Selain itu, risiko kredit masih terjaga.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Selama triwulan IV 2017, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai

di Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,94 triliun, masih mengalami

penurunan sebesar 6,9% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut, terutama disebabkan

oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan tertahannya konsumsi

rumah tangga. Dari preferensi penggunaannya, transaksi nontunai

secara nominal di Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh

penggunaan SKNBI sebesar 68,8% dan sisanya sebesar 31,2%

menggunakan BI-RTGS. Sementara itu transaksi pembayaran tunai

pada triwulan IV 2017 memiliki pola yang sama dengan periode tahun

sebelumnya yang terjadi net-outflow. Bank Indonesia secara berkala

terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Selama bulan Juli hingga September 2017, kegiatan kas keliling telah

dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali, dengan rincian 5 (lima) kali di luar

Kota Kendari dan 2 (dua) kali di dalam Kota Kendari.

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

masih belum menunjukan gejala-gejala perbaikan yang signifikan.

Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi

Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

jumlah angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

pada bulan Agustus 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Masih belum adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang

signifikan pada triwulan IV 2017 tercermin dari peningkatan kondisi

permintaan tenaga kerja yang masih relatif kecil. Meskipun demikian,

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara cenderung mengalami

peningkatan pada triwulan IV 2017. Hal ini terlihat dari meningkatnya

indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada

periode tersebut jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 4

Pertumbuhan ekonomi

Sultra pada tahun 2018

diperkirakan meningkat

di tengah tekanan inflasi

yang masih rendah dan

stabil.

Prospek Perekonomian

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy) mengalami

akselerasi jika dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya

yang diprakirakan tumbuh sebesar 6,2% - 6,6% (yoy). Terakselerasinya

beberapa lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian,

lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran menjadi faktor utama

pertumbuhan yang terjadi meskipun tertahan dengan perlambatan

yang terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Dengan perekonomian Sultra pada triwulan II 2018 yang diperkirakan

masih akan mengalami pertumbuhan turut mendorong pertumbuhan

perekonomian Sultra sepanjang periode 2018. Pada periode tersebut,

perekonomian Sultra diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2%

(yoy). Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut searah dengan

prakiraan perekonomian Indonesia dan dunia yang juga diperkirakan

mengalami peningkatan. Kinerja lapangan usaha pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan yang masih mendominasi

perekonomian Sultra secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi global. Beberapa asumsi yang menjadi pendorong

perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2018 adalah (1) peningkatan

kinerja lapangan usaha utama, (2) peningkatan konsumsi rumah

tangga, (3) peningkatan realisasi investasi, dan (4) meningkatnya

ekspor komoditas utama.

Di sisi lain, Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu

sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

diperkirakan sekitar 3,0% - 3,4% (yoy), relatif meningkat

dibandingkan dengan perkiraan inflasi selama tahun 2017 yang

sebesar 2,97% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada tahun tersebut

didorong oleh peningkatan tekanan inflasi inti dan administered prices.

Sementara itu, tekanan volatile foods relatif berkurang dengan

peningkatan produksi seiring dengan bertambahnya luas lahan,

pengembangan urban farming, dan bertambahnya kapal penangkap

ikan.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5

1

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari

Foto: Daniel

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 6

1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2017 tumbuh sebesar 6,1% (yoy), melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

dapat tumbuh sebesar 6,6% (yoy). Grafik 1.1 Dari sisi

permintaan, perlambatan terjadi pada konsumsi

pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri.

Sementara itu dari sisi penawaran, perlambatan

disebabkan karena adanya perlambatan kinerja

lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara masih berada di atas pertumbuhan

ekonomi nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,1%

(yoy) pada periode tersebut. Meskipun demikian,

berbeda dengan kondisi perekonomian Sulawesi

Tenggara, arah pertumbuhan antara perekonomian

nasional justru mengalami peningkatan.

Untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian

Sulawesi Tenggara dapat tumbuh sebesar 6,8%

(yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun 2016 yang tumbuh sebesar

6,5% (yoy). Selama tahun 2017, perekonomian

ditopang oleh peningkatan konsumsi pemerintah,

investasi dan ekspor luar negeri. Bahkan ekspor luar

negeri dapat tumbuh hingga 56,33% (yoy) setelah

selalu mengalami kontraksi sejak 2013. Hal ini

terutama didorong oleh adanya kebijakan relaksasi

ekspor bijih nikel kadar rendah (low grade ore nickel)

yang dimanfaatkan oleh perusahaan pertambangan

nikel di Sulawesi Tenggara. Kondisi tersebut

mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha

pertambangan dan penggalian di tengah

melambatnya lapangan usaha dominan lainnya

seperti pertanian, konstruksi, perdagangan besar dan

eceran, serta industri pengolahan.

Memasuki triwulan I 2018, perkembangan beberapa

indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara

mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren

meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada

kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Hasil survei yang

dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Tenggara dan pendalaman informasi yang dilakukan

melalui liaison juga mengindikasikan akan terjadi

perbaikan kondisi usaha, penjualan dan investasi.

Sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami

peningkatan kinerja yaitu lapangan usaha

pertambangan dan penggalian dan lapangan usaha

industri pengolahan. Sebaliknya, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha

konstruksi diperkirakan akan mengalami

perlambatan sehingga menahan laju akselerasi

perkonomian. Sementara dari sisi permintaan,

percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan berasal dari adanya

peningkatan investasi dan ekspor luar negeri.

1.2. SISI PERMINTAAN

Realisasi Triwulan IV 2017

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen

pengeluaran pada PDRB), perlambatan berasal dari

melambatnya aktivitas investasi, konsumsi

pemerintah dan ekspor luar negeri. Sementara itu,

konsumsi rumah tangga masih dapat tumbuh

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

Tenggara Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi

Tenggara Triwulan IV 2017

6.6%6.1%

5.1%5.2%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Sultra2015=6,9% Sultra

2016=6,5%

Sultra2017=6,8%

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 7

moderat dan masih menjadi penopang

perekonomian Sulawesi Tenggara. Konsumsi rumah

tangga memiliki pangsa sebesar 47,3% dari

keseluruhan PDRB, diikuti oleh pengeluaran untuk

kegiatan investasi sebesar 42,2%. Tabel 1.1 Selain itu,

konsumsi pemerintah juga masih memiliki peran yang

cukup besar dengan pangsa mencapai 14,0%

sehingga realisasinya perlu mendapat perhatian agar

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

optimal dan berkelanjutan. Sementara itu, ekspor

luar negeri Sulawesi Tenggara hanya memberikan

kontribusi sebesar 5,5% jika dibandingkan dengan

keseluruhan PDRB.

Realisasi Tahun 2017

Selama tahun 2017, perekonomian ditopang oleh

peningkatan konsumsi pemerintah, investasi dan

ekspor luar negeri. Peningkatan konsumsi

pemerintah terjadi karena terdapat anggaran DAU

(Dana Alokasi Umum) 2016 yang mengalami

penundaan dan baru direalisasikan pada triwulan I

2017. Adapun peningkatan investasi didorong oleh

membaiknya harga nikel internasional dan sehingga

pembangunan smelter pengolahan nikel dapat

dilanjutkan. Selama tahun 2017, realisasi investasi

swasta melalui penanaman modal asing (PMA)

maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) di

Sulawesi Tenggara mencapai Rp12,67 triliun,

melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp10 triliun.

Selain itu, terdapat beberapa proyek pemerintah

yang masih berlangsung pada tahun tersebut seperti

Jembatan Teluk Kendari, Revitalisasi Teluk Kendari,

Pembangunan Masjid Al-Alam, Bendungan Ladongi,

dan pembangunan akses jalan menuju Kawasan

Industri Konawe. Adanya kebijakan relaksasi ekspor

bijih nikel kadar rendah juga turut meningkatkan

kinerja ekspor.

Tracking Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018 yang sedang berjalan

diperkirakan akan terjadi percepatan pertumbuhan

ekonomi yang masih didorong oleh peningkatan

pada investasi dan ekspor luar negeri serta

perlambatan pada impor luar negeri. Investasi

diperkirakan akan kembali mengalami pertumbuhan

seiring dengan masih berlangsungnya beberapa

proyek pemerintah dan swasta yang bersifat

multiyears. Ekspor juga diperkirakan akan kembali

meningkat seiring dengan sudah mulai beroperasinya

beberapa smelter baru dan masih tingginya

permintaan produk nikel berbentuk bijih maupun

olahan (feronikel dan nikel pig iron/NPI) seiring

dengan membaiknya kondisi perekonomian global.

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017 konsumsi rumah tangga

tercatat tumbuh stabil sebesar 5,7% (yoy), relatif

sama dengan pertumbuhan yang terjadi pada

periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut

didorong oleh momen libur natal dan akhir tahun

sehingga daya konsumsi masyarakat masih cukup

terjaga. Kondisi tersebut terjadi terutama pada

konsumsi makanan dan minuman selain restoran dan

konsumsi transportasi dan komunikasi. Sementara

itu, subkelompok lainnya seperti konsumsi pakaian

dan alas kaki, konsumsi perumahan dan

perlengkapan RT, konsumsi kesehatan dan

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw III 2017 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga

Sumber: BPS, ADHK, diolah

2018

I II III IV I II III IV IP

Konsumsi Rumah Tangga 6,7 6,8 6,0 5,1 5,9 6,6 5,7 5,7 5,3 - 5,7 47,3

Konsumsi LNPRT 6,6 7,2 3,2 1,5 12,1 12,5 9,5 5,1 15,1 - 15,5 1,1

Konsumsi Pemerintah 3,4 9,9 0,6 (4,2) 8,1 2,1 7,8 6,4 5 - 5,4 14,0

PMTB 11,5 10,3 7,0 2,8 13,6 7,5 8,7 6,4 14,3 - 14,7 42,2

Eksport Luar Negeri (49,9) (30,0) (1,8) 65,1 104,8 50,3 88,4 22,8 73,8 - 74,2 5,5

Import Luar Negeri (1,9) 44,5 22,5 2,6 97,5 30,8 71,8 48,6 33 - 33,4 11,6

Net Eksport Antar Daerah (99,5) (97,7) (64,7) (39,3) 343,0 1218,5 (20,0) (75,9) 4998 - 5002 (0,4)

PDRB 5,5 6,8 6,0 7,7 7,8 6,9 6,6 6,1 6,2 - 6,6

* Keterangan Meningkat Melambat

Komponen Pengeluaran2016 2017

Pangsa

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 8

pendidikan, konsumsi restoran dan hotel serta

konsumsi lainnya tercatat mengalami perlambatan.

Grafik 1.3 Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah

tangga Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh

konsumsi makanan dan minuman sebesar 46,7%,

diikuti oleh konsumsi untuk transportasi dan

komunikasi sebesar 20,6%. Sementara itu konsumsi

perumahan dan peralatan rumah tangga berada

pada posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 12,3%.

Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah

tangga juga tercermin dari Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) hasil Survey Konsumen Bank

Indonesia yang juga mengalami peningkatan. Rata-

rata IKK pada triwulan IV 2017 mencapai 139,8, lebih

tinggi daripada rata-rata di triwulan sebelumnya yang

hanya sebesar 125,1. Grafik 1.4 Faktor yang

menyebabkan keyakinan konsumen Sulawesi

Tenggara lebih optimis adalah persepsi rumah tangga

yang merasakan adanya perbaikan kondisi

perekonomian, peningkatan penghasilan saat ini dan

ekspektasi peningkatan penghasilan 6 bulan

mendatang, serta peningkatan ketersediaan

lapangan pekerjaan.

Optimisme konsumen yang terjaga turut mendorong

terjadinya peningkatan kredit konsumsi. Kredit

konsumsi di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar

14,6% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,7%

(yoy). Grafik 1.5 Berdasarkan jenisnya, peningkatan

kredit konsumsi tersebut didorong oleh peningkatan

kredit jenis multiguna. Sampai dengan posisi triwulan

IV 2017, kredit konsumsi mencapai Rp14,0 triliun,

dengan komposisi kredit multiguna sebesar 75,4%.

Realisasi Tahun 2017

Konsumsi rumah tangga selama tahun 2017 hanya

tumbuh sebesar 5,9% (yoy) tercatat mengalami

perlambatan dari 6,1% (yoy) pada tahun 2016.

Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi pakaian,

perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi dan

komunikasi. Sebaliknya konsumsi makanan,

minuman, restoran dan hotel masih mengalami

peningkatan dan menopang konsumsi rumah tangga

selama tahun 2017. Perlambatan yang terjadi juga

dipengaruhi oleh perlambatan kinerja lapangan

usaha pertanian, perdagangan dan industri

pengolahan. Lapangan usaha tersebut merupakan

lapangan usaha yang menyerap banyak tenaga kerja,

khususnya lapangan usaha pertanian dengan pangsa

37,07% dan perdagangan dengan pangsa 19,15%.

Perlambatan kinerja yang terjadi pada lapangan

usaha tersebut menyebabkan tingkat penghasilan

menjadi berkurang dan mengurangi optimisme

konsumsi. Sebaliknya, lapangan usaha

pertambangan yang mengalami peningkatan pada

tahun 2017 hanya menyerap tenaga kerja sebesar

1,94% sehingga hasilnya tidak langsung berdampak

pada peningkatan penghasilan masyarakat umum.

Tracking Triwulan I 2018

Memasuki triwulan I 2018, perkembangan berbagai

indikator terkini mengindikasikan pertumbuhan

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga

Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen

0123456789

Makanan d

an

Min

um

an,

sela

inR

esto

ran

Pakaia

n d

an A

las

Ka

ki

Pe

rum

ahan

da

nP

erlen

gkap

an

Ru

mah

Tangga

Kesehata

n d

an

Pendid

ikan

Tra

nsport

asi dan

Ko

mun

ika

si

Resto

ran d

an H

ote

l

Ko

nsum

si la

innya

Tw III 2017 Tw IV 2017

%, yoy

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks

optimis

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9

konsumsi rumah tangga akan mengalami

perlambatan. Perlambatan disebabkan oleh kembali

normalnya konsumsi masyarakat setelah berlalunya

periode libur ditambah dengan inflasi yang cukup

tinggi pada awal tahun sehingga diperkirakan dapat

menahan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat.

Kondisi tersebut juga terlihat dari menurunnya Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK), yaitu dari 139,8 pada

triwulan IV 2017 menjadi hanya sebesar 127,7 pada

triwulan I 2018. Faktor yang menyebabkan

berkurangnya optimisme konsumen melakukan

kegiatan konsumsinya adalah ekspektasi kondisi

ekonomi yang menurun, peningkatan penghasilan

yang tidak setinggi periode sebelumnya, ekpektasi

penghasilan 6 bulan ke depan yang tidak terlalu

banyak mengalami peningkatan, serta lebih

rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi Triwulan IV 2017

Konsumsi pemerintah menjadi salah satu faktor

perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada triwulan IV 2017. Pada periode

tersebut konsumsi pemerintah hanya tumbuh

sebesar 6,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan

semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oleh pemerintah antara lain keamanan

dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan

lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi.

2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah

untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan.

7,8% (yoy). Kondisi ini terjadi karena pemerintah

pusat mulai menerapkan kebijakan untuk dapat

merealisasikan anggaran belanja lebih merata dan

tidak menumpuk pada akhir tahun. Berdasakan

jenisnya, perlambatan tersebut disebabkan oleh

perlambatan pertumbuhan konsumsi kolektif

pemerintah1. Konsumsi kolektif pemerintah hanya

tumbuh sebesar 5,2% (yoy) pada periode laporan

setelah pada periode sebelumnya mampu tumbuh

sebesar 7,5% (yoy). Namun perlambatan yang terjadi

masih dapat tertahan dengan stabilnya pertumbuhan

pada konsumsi individual pemerintah2 yang

mengalami pertumbuhan sama dengan periode

sebelumnya, yaitu sebesar 8,2% (yoy).

Realisasi Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017, konsumsi pemerintah

tumbuh sebesar 6,0% (yoy), lebih tinggi daripada

tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

2,03%. Salah satu pendorong meningkatnya

konsumsi pemerintah adalah adanya anggaran DAU

(Dana Alokasi Umum) 2016 yang mengalami

penundaan dari pemerintah pusat dan baru

direalisasikan pada triwulan I 2017. Selain itu,

peningkatan juga terjadi karena adanya peningkatan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

APBD Perubahan (APBD-P) Provinsi Sulawesi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara

Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara

14,02

14.6%

10.0%

11.0%

12.0%

13.0%

14.0%

15.0%

16.0%

17.0%

18.0%

-

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

172

-1.01%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Thousands

Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)

Ton yoy

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 10

Tenggara 2017 meningkat dibandingkan dengan

anggaran APBD-P 2016. Anggaran pendapatan

meningkat menjadi Rp3,50 triliun atau meningkat

sebesar 41,6% (yoy). Kondisi tersebut diiringi dengan

peningkatan anggaran belanja yang meningkat

sebesar 37,2% (yoy) menjadi Rp3,87 triliun.

Sementara itu, alokasi anggaran APBN Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 juga mengalami

sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun

2016. Anggaran APBN pada tahun 2017 meningkat

sebesar 3,36% dari sebelumnya Rp1,62 triliun pada

tahun 2016 menjadi Rp1,67 triliun di tahun 2017.

Salah satu yang menjadi penyumbang peningkatan

adalah transfer Dana Desa yang mengalami

peningkatan sebesar 31,5% (yoy) dengan pagu

sebesar Rp1,48 triliun. Sampai dengan Desember

2017, realisasi transfer Dana Desa telah mencapai

99,54%.

Realisasi Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017, konsumsi pemerintah

tumbuh sebesar 6,0% (yoy), lebih tinggi daripada

tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

2,03%. Salah satu pendorong meningkatnya

konsumsi pemerintah adalah adanya anggaran DAU

(Dana Alokasi Umum) 2016 yang mengalami

penundaan dari pemerintah pusat dan baru

direalisasikan pada triwulan I 2017. Selain itu,

peningkatan juga terjadi karena adanya peningkatan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

APBD Perubahan (APBD-P) Provinsi Sulawesi

Tenggara 2017 meningkat dibandingkan dengan

anggaran APBD-P 2016. Anggaran pendapatan

meningkat menjadi Rp3,50 triliun atau meningkat

sebesar 41,6% (yoy). Kondisi tersebut diiringi dengan

peningkatan anggaran belanja yang meningkat

sebesar 37,2% (yoy) menjadi Rp3,87 triliun.

Tracking Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018, pertumbuhan konsumsi

pemerintah diperkirakan masih akan mengalami

perlambatan. Perlambatan tersebut disebabkan oleh

masih terbatasnya pelaksanaan proyek maupun

kegiatan oleh pemerintah. Selain itu, terdapat pula

base effect karena pada tahun ini tidak terdapat

realisasi DAU yang ditunda seperti terjadi pada awal

tahun 2017. Meskipun demikian, konsumsi

pemerintah diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi

karena adanya persiapan pelaksanaan pemilihan

kepala daerah (Pilkada) di beberapa daerah. Pada

tahun 2018 terdapat Pilkada untuk memilih Kepala

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Baubau,

Kabupaten Konawe, dan Kabupaten Kolaka.

1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan IV 2017

Investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

juga tercatat mengalami perlambatan. Pada periode

tersebut, investasi hanya tumbuh sebesar 6,4% (yoy),

melambat jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,7%

(yoy). Berdasarkan jenisnya, perlambatan yang terjadi

disebabkan oleh perlambatan investasi pada

nonbangunan. Investasi non bangunan tercatat

hanya tumbuh sebesar 2,6% (yoy), menurun

signifikan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,0% (yoy).

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.7 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

58.8

-76.1%-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

PMA (US$ Juta)

US$ (Juta) yoy

257

-43.4%-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

PMDN (Rp miliar)

US$ (Juta) yoy

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 11

Perlambatan investasi nonbangunan disebabkan oleh

sudah direalisasikannya kebutuhan proyek

pembangunan smelter pengolahan nikel seperti

mesin pengolahan, tungku dan kendaraan pada

periode sebelumnya.

Meskipun demikian, jenis investasi bangunan masih

mengalami peningkatan sehingga dapat menopang

kinerja investasi. Investasi bangunan tercatat tumbuh

sebesar 8,5% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,0% (yoy).

Tingginya realisasi pembangunan fisik atas proyek

pemerintah menjadi faktor yang mendorong

pertumbuhan investasi bangunan. Pada akhir periode

triwulan IV 2017, kemajuan realisasi pembangunan

fisik pemerintah yang bersumber dari APBD tercatat

mencapai 95,4% jika dibandingkan dengan capaian

periode sebelumnya yang sebesar 64,3%. Hal

tersebut juga tercermin dari data konsumsi semen

yang sedikit mengalami peningkatan. Konsumsi

semen pada periode tersebut tercatat sebesar 172,4

ton atau naik 15,6 ton dari periode sebelumnya.

Grafik 1.6

Berdasarkan status penanaman modalnya,

penurunan terjadi pada Penanaman Modal Asing

(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Pada triwulan IV 2017, PMA tercatat mengalami

penurunan yang sangat signifikan dengan total

investasi sebesar 58,8 juta dolar AS, mengalami

kontraksi sebesar 76,1% (yoy), setelah pada periode

sebelumnya dapat tumbuh sebesar 87,0% (yoy).

Grafik 1.7 Berdasarkan sektornya, penanaman

investasi oleh pemodal asing masih didominasi untuk

proyek smelter pengolahan nikel sebesar 52,4 juta

dolar AS atau mencapai 89,1% dari keseluruhan

PMA pada periode tersebut. Investor lainnya adalah

pada sektor Transportasi, Gudang dan

Telekomunikasi dengan nilai sebesar 5,7 juta dolar AS

atau pangsa sebesar 9,7%. Sementara itu, pemodal

domestik juga mengalami kontraksi sebesar 43,4%

(yoy) jika dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 24,9% (yoy). Grafik 1.8 Jumlah

PMDN pada triwulan IV 2017 adalah sebanyak 22

proyek dengan total investasi mencapai Rp257,1

miliar. Berdasarkan sektornya, PMDN juga didominasi

untuk proyek smelter pengolahan nikel dengan

pangsa sebesar 95,6%.

Sejalan dengan perlambatan yang terjadi, penyaluran

kredit investasi untuk proyek-proyek yang ada di

Sulawesi Tenggara tercatat mengalami kontraksi

sebesar 8,2% (yoy). Kontraksi tersebut bahkan lebih

dalam jika dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 4,7% (yoy). Sampai dengan

periode triwulan IV 2017, jumlah outstanding kredit

investasi juga mengalami penurunan dengan capaian

sebesar Rp4,5 triliun, sementara pada triwulan

sebelumnya mencapai Rp4,7 triliun. Grafik 1.9

Realisasi Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017, investasi tumbuh sebesar

8,9% (yoy), lebih tinggi daripada tahun sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 7,5%. Adapun

peningkatan investasi didorong oleh membaiknya

harga nikel internasional dan sehingga

pembangunan smelter pengolahan nikel dapat

dilanjutkan. Selama tahun 2017, realisasi investasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.9 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi

Tenggara Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

4,481.42

-8.2%-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy126.1%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 12

swasta melalui penanaman modal asing (PMA)

maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) di

Sulawesi Tenggara mencapai Rp12,67 triliun,

melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp10 triliun.

Selain itu, terdapat beberapa proyek pemerintah

yang masih berlangsung pada tahun tersebut seperti

Jembatan Teluk Kendari, Revitalisasi Teluk Kendari,

Pembangunan Masjid Al-Alam, Bendungan Ladongi,

dan pembangunan akses jalan menuju Kawasan

Industri Konawe.

Tracking Triwulan I 2018

Pada triwulan berjalan, kegiatan investasi di Sultra

diperkirakan akan terakselerasi jika dibandingkan

dengan triwulan IV 2017. Akselerasi tersebut

terutama didorong oleh proyek multiyears

pemerintah maupun swasta seperti pembangunan

bendungan Ladongi yang sudah memasuki

pembangunan fisik pada periode yang akan datang.

Selain itu, pada tahun 2018 terjadi peningkatan

target realisasi penanaman modal menjadi Rp15,88

triiun, mengalami peningkatan sebesar 25,33% jika

dibandingkan dengan realisasi penanaman modal

pada tahun 2017. Sebagian besar minat investor

masih pada usaha pengolahan nikel (smelter) dan

terdapat pula investor yang berencana untuk

melanjutkan pembangunan pabrik stainless steel.

1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Realisasi Ekspor Triwulan IV 2017

Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan

IV 2017 tercatat mengalami perlambatan kinerja.

Pada periode tersebut ekspor Sulawesi Tenggara

hanya tumbuh sebesar 22,8% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 88,4% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan yang terjadi disebabkan oleh based

effect point atau tingginya pertumbuhan ekspor pada

triwulan IV 2016. Pada saat itu terjadi peningkatan

ekspor feronikel yang signifikan seiring dengan

adanya peningkatan permintaan feronikal dari

negara importir. Selain itu pada periode tersebut

terjadi kenaikan harga nikel dunia yang disebabkan

oleh adanya pemangkasan produksi nikel dari

beberapa tambang dunia, terutama Filipina.

Berdasarkan jenisnya, ekspor Sulawesi Tenggara

masih didominasi oleh ekspor barang dengan pangsa

sebesar 96,0% meningkat dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang sebesar 95,8% dan pangsa

ekspor jasa sebesar 4,0%.

Berdasarkan komoditasnya, perlambatan ekspor

disebabkan oleh perlambatan pada komoditas

perikanan dan hasil perkebunan. Ekspor komoditas

perikanan tumbuh sebesar 33,9% (yoy), mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 358,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya,

perlambatan ekspor perikanan didorong oleh

menurunnya ekspor daging ikan yang memiliki

pangsa paling besar. Namun demikian, penurunan

ekspor tersebut masih tertahan oleh peningkatan

ekspor ikan segar dan ikan tuna beku. Grafik 1.11 Hal

yang sama juga terjadi pada ekspor komoditas kakao

olahan yang kembali terkontraksi sebesar 61,4%

(yoy) dengan total nilai ekspor sebesar 407 ribu dolar

AS.

Sementara itu, masih berlangsungnya relaksasi

ekspor bijih nikel kadar rendah mampu menjadi

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.12 Pangsa Komoditas Ekspor

145 - -

877

1

3,521

416 90 -

1,470

-

3,111

Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita Daging Ikan

Tw III 2017 Tw IV 2017

ribu USD

Minyak Nilam, 0.45%

Perikanan, 3.80%

Feronikel, 68.48%

Bijih Nikel, 23.77%

Lainnya, 3.50%

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 13

penahan perlambatan ekspor yang terjadi pada

periode laporan. Ekspor bijih nikel kadar rendah

mencapai 41,1 juta dolar AS atau memiliki pangsa

sebesar 23,8%. Grafik 1.12 Jumlah tersebut kembali

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang sebesar 30,9 juta dolar AS.

Selain itu, ekspor nikel olahan juga tercatat

mengalami peningkatan. Pada triwulan IV 2017,

ekspor nikel olahan mampu melanjutkan tren

pertumbuhannya dengan tumbuh sebesar 78,9%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 49,9% (yoy). Grafik 1.13

Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh terjaganya

harga nikel pada periode laporan. Dengan

perkembangan tersebut, ekspor Sulawesi Tenggara

masih sangat didominasi oleh komoditas nikel dalam

bentuk bijih maupun olahan dengan pangsa total

mencapai 92,3%.

Dari sisi negara mitra dagang, pangsa terbesar ekspor

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017 adalah

menuju Tiongkok yang mencapai 57,1%, lalu dikuti

oleh pengiriman ke India (17,4%) dan ke Korea

Selatan (14,5%). Pangsa pengiriman ke Tiongkok

tersebut lebih tinggi dibandingkan kondisi awal

tahun yang hanya sebesar 47,3%. Kondisi ini

menunjukkan adanya perbaikan perekonomian

global.

Realisasi Ekspor Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017, ekspor luar negeri tumbuh

sebesar 56,3% (yoy), lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 8,2%. Ekspor

luar negeri sejak tahun 2013 selalu mengalami

kontraksi. Perbaikan tersebut terutama didorong oleh

adanya kebijakan relaksasi ekspor bijih nikel kadar

rendah yang dimanfaatkan oleh perusahaan

pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara. Terdapat

4 perusahaan pengolahan nikel yang mendapatkan

rekomendasi ekspor komoditas tersebut dari

Kementerian ESDM dengan total kuota mencapai 7

juta ton.

Realisasi Impor Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, impor Sulawesi Tenggara

tercatat juga mengalami perlambatan laju

pertumbuhan. Aktivitas impor pada periode tersebut

tumbuh sebesar 48,6% (yoy), menurun jika

dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode

sebelumnya yang mencapai 71,8% (yoy). Meskipun

mengalami perlambatan, namun pertumbuhan

aktivitas impor yang masih lebih tinggi dibandingkan

dengan aktivitas ekspor menjadi salah satu

pendorong terjadinya perlambatan pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan jenisnya,

aktivitas impor masih didominasi oleh impor barang

dengan pangsa sebesar 98,3% dan sisanya impor

jasa. Pangsa impor barang tersebut mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 98,0%.

Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil dari

data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada

periode laporan adalah sebesar USD124,6 juta. Grafik

1.14 Sebanyak 63,2% impor Sulawesi Tenggara

adalah untuk pengadaan barang modal termasuk di

dalamnya adalah mesin smelter pengolahan nikel.

Selain itu terdapat pula impor barang antara dengan

pangsa sebesar 36,8% berupa kokas dan bahan

campuran lainnya untuk memproduksi nickel pig

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

118 78.9%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

124.6

73.4%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016 2017

Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 14

iron/NPI. Untuk asal barang, pada triwulan IV 2017

impor Sulawesi Tenggara masih didominasi dari

negara Tiongkok sebesar 82,2% dan Australia

sebesar 14,6%.

Realisasi Impor Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017, impor luar negeri tumbuh

sebesar 59,0% (yoy), lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 14,4%

(yoy). Peningkatan tersebut terutama berasal dari

adanya impor barang modal yang digunakan dalam

proyek pembangunan smelter nikel seiring dengan

meningkatnya investasi pada lapangan usaha

tersebut. Selain itu, terdapat pula peningkatan impor

barang antara yang digunakan dalam proses produksi

pengolahan nikel, khususnya untuk komoditas nickel

pig iron/NPI. Pada proses produksi komoditas

tersebut memerlukan kokas (coking coal) yang belum

dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Tracking Triwulan I 2018

Memasuki triwulan I 2018, kinerja ekspor luar negeri

diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini

didorong oleh masih tingginya permintaan nikel

dunia yang didukung oleh harga nikel yang masih

cukup terjaga. Selain itu, masih cukup besarnya kuota

ekspor bijih nikel kadar rendah yang tersisa di tahun

2018 diperkirakan akan segera dimanfaatkan oleh

perusahaan pertambangan nikel. Selain itu, dari hasil

liaison diperoleh informasi bahwa akan terdapat

peningkatan penjualan komoditas perikanan ke luar

negeri, khususnya untuk jenis tuna seiring dengan

membaiknya pasokan dan perluasan negara tujuan

ekspor ke negara Timur Tengah.

Di sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan

berjalan diperkirakan akan kembali mengalami

perlambatan. Perlambatan yang terjadi dipengaruhi

oleh terbatasnya impor barang modal karena proyek

baru pembangunan smelter nikel masih berada pada

tahap konstruksi bangunan dan belum pada tahap

pemasangan mesin. Meskipun demikian, seiring

dengan mulai beroperasinya beberapa smelter baru

diperkirakan akan meningkatkan impor barang

antara.

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA

UTAMA

Realisasi Triwulan IV 2017

Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada

lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Namun kondisi tersebut sedikit tertahan oleh adanya

akselerasi pada lapangan usaha utama lainnya seperti

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan,

lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha

konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran. Perlambatan pada lapangan usaha

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra

Sumber: BPS, ADHK, diolah

2018

I II III IV I II III IV IP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10.7 5.7 5.5 8.9 4.8 6.4 5.5 6.3 5.2 - 5.6 23.3

Pertambangan dan Penggalian (7.0) 3.9 (5.8) 10.3 16.3 11.6 15.8 9.0 12.9 - 13.3 21.0

Industri Pengolahan 8.6 5.4 13.7 8.1 7.4 8.8 4.3 5.2 7.8 - 8.2 6.2

Pengadaan Listrik, Gas 11.6 7.9 12.3 (6.5) 3.0 4.6 7.8 8.2 5.7 - 6.1 0.1

Pengadaan Air 8.8 3.0 14.3 9.8 0.0 3.6 (3.2) 0.3 2.8 - 3.2 0.2

Konstruksi 8.9 8.3 8.8 4.9 10.4 2.1 0.1 1.7 1.1 - 1.5 12.8

Perdagangan Besar dan Eceran 6.1 6.2 16.3 11.1 5.9 8.4 4.8 8.1 4.7 - 5.1 12.6

Transportasi dan Pergudangan 8.8 12.5 16.1 8.9 9.8 10.0 3.7 6.0 9.3 - 9.7 4.7

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.7 8.3 8.7 4.9 5.7 5.2 7.5 6.1 8.7 - 9.1 0.6

Informasi dan Komunikasi 13.2 9.2 8.2 8.7 9.4 9.8 8.6 6.2 9.5 - 9.9 2.4

Jasa Keuangan 14.5 21.6 14.0 11.1 5.8 4.0 3.8 4.6 4.5 - 4.9 2.3

Real Estate 0.4 1.2 (4.6) 6.6 1.5 4.7 9.8 1.1 2.5 - 2.9 1.6

Jasa Perusahaan 10.0 8.1 7.7 7.0 3.9 6.6 6.8 6.6 0.8 - 1.2 0.2

Administrasi Pemerintahan 2.7 8.2 1.0 (2.9) 0.3 1.1 7.0 7.8 2.4 - 2.8 5.2

Jasa Pendidikan 14.0 12.1 13.5 1.1 1.8 2.5 3.6 4.2 1.1 - 1.5 4.7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.8 4.5 8.3 3.2 1.7 6.3 2.6 3.1 3.2 - 3.6 1.0

Jasa Lainnya 8.5 9.4 6.1 6.1 2.0 0.6 4.2 4.1 1.2 - 1.6 1.4

PDRB 5.5 6.8 6.0 7.7 7.8 6.9 6.6 6.1 6.2 - 6.6

* Keterangan

Meningkat

Melambat

Komponen Pengeluaran2016 2017

Pangsa

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 15

pertambangan dan penggalian disebabkan oleh

perlambatan produksi bijih nikel kadar tinggi.

Sementara itu, produksi bijih nikel kadar rendah yang

cukup stabil jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya tidak cukup mampu untuk mendorong

pertumbuhan lapangan usaha tersebut pada periode

laporan.

Realisasi Tahun 2017

Adanya kebijakan relaksasi ekspor bijih nikel kadar

rendah (low grade ore nickel) pada awal tahun 2017

menjadi faktor pendorong meningatnya kinerja

lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Bahkan lapangan usaha ini merupakan lapangan

usaha dengan tingkat pertumbuhan yang paling

tinggi daripada lapangan usaha lainnya. Sebaliknya

lapangan usaha dominan lainnya seperti pertanian,

konstruksi, perdagangan besar dan eceran, serta

industri pengolahan justru mengalami perlambatan.

Salah satu faktor perlambatan adalah adanya

gangguan produksi dan pelaksanaan kegiatan

konstruksi karena cuaca ekstrim pada pertengahan

tahun 2017 yang lalu.

Tracking Triwulan I 2018

Sementara itu, pada triwulan I yang sedang berjalan

diperkirakan akan terjadi percepatan pertumbuhan

ekonomi yang disebabkan oleh percepatan yang

terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan

pengolahan serta lapangan usaha industri

pengolahan. Namun pertumbuhan tersebut

diperkirakan akan tertahan oleh perlambatan pada

lapangan usaha utama lainnya, yaitu lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha

konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut usaha

pertanian) mengalami akselerasi pertumbuhan.

Kinerja lapangan usaha tersebut tumbuh sebesar

6,3% (yoy), setelah pada periode sebelumnya

tumbuh sebesar 5,6% (yoy). Peningkatan yang terjadi

terutama disumbangkan oleh adanya perbaikan

produksi tanaman bahan makanan (tabama).

Sementara itu produksi hasil perikanan mengalami

penurunan dan menahan laju akselerasi yang terjadi.

Perbaikan yang terjadi pada produksi tabama

dipengaruhi oleh membaiknya cuaca pada musim

tanam sebelumnya. Luas tanam pada periode

sebelumnya dapat mencapai 50,9 ribu hektare. Grafik

1.15 Selain itu, kondisi cuaca yang relatif kondusif

turut mengurangi terjadinya gagal panen. Pada

triwulan IV 2017, luas sawah yang mengalami gagal

panen hanya seluas 76 hektar, lebih rendah daripada

periode sebelumnya yang mencapi 545,5 hektar.

Sementara itu, produksi ikan masih mengalami

penurunan. Pada periode laporan, produksi ikan

terkontraksi lebih dalam sebesar 34,2% (yoy),

sementara pada periode sebelumnya hanya

terkontraksi sebesar 3,9% (yoy). Grafik 1.16 Kondisi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya

perubahan kebijakan alat tangkap, masih adanya

Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah

Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah

Grafik 1.15 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari

34.0

54.0

-11.9%

-3.9%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha)yoy

6.75

-34.2%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Thousands

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

Jumlah (ribu ton)yoy

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 16

pembatasan area penangkapan ikan di wilayah

tertentu dan berkurangnya kapal penangkap ikan

yang beroperasi.

Akselerasi pertumbuhan lapangan usaha pertanian

turut mendorong realisasi kredit pada lapangan

usaha tersebut. Pada triwulan IV 2017, kredit

lapangan usaha pertanian tumbuh sebesar 46,4%

(yoy), mengalami peningkatan setelah di periode

sebelumnya hanya tumbuh sebesar 39,0% (yoy).

Grafik 1.17 Jumlah penyaluran kredit pada lapangan

usaha tersebut tercatat sebesar Rp868,0 miliar.

Sebagian besar penyaluran kredit adalah untuk

perkebunan sawit dengan pangsa sebesar 36,1%,

diikuti oleh penyaluran untuk penanaman padi

sebesar 17,0% dan kepada pelaku usaha perikanan

sebesar 16,3%.

Realisasi Tahun 2017

Kinerja lapangan usaha pertanian selama 2017

hanya tumbuh sebesar 5,8% (yoy), lebih rendah

daripada tahun 2016 yang dapat tumbuh sebesar

7,7% (yoy). Perlambatan yang terjadi terutama

disebabkan oleh menurunnya produksi perikanan

dan terganggunya produksi tabama dan perkebunan.

Kondisi curah hujan yang relatif lebih tinggi pada

tahun 2017 disertai dengan cuaca ekstrim pada

pertengahan tahun menyebabkan terganggunya

produksi pertanian. Selain itu, pasokan ikan tangkap

juga mengalami penurunan sejak triwulan II 2017

karena beberapa faktor yaitu adanya perubahan

kebijakan alat tangkap, masih adanya pembatasan

area penangkapan ikan di wilayah tertentu dan

berkurangnya kapal penangkap ikan yang

beroperasi.

Tracking Triwulan I 2018

Pada periode berjalan, lapangan usaha pertanian

diperkirakan akan mengalami perlambatan. Kondisi

ini disebabkan karena produksi ikan pada triwulan I

2018 tidak sebesar periode yang sama tahun 2017.

Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya

kesepakatan antar provinsi dalam penggunaan kapal

andon diperkirakan akan mengurangi jumlah kapal

penangkap ikan yang beroperasi. Selain itu, adanya

pembatasan penangkapan ikan di beberapa wilayah

tertentu juga dapat mengurangi produksi ikan laut

pada periode tersebut. Di sisi lain, pada periode yang

sama diperkirakan mulai terjadi panen padi sehingga

dapat menopang kinerja lapangan usaha pertanian.

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan IV 2017

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian pada periode triwulan IV 2017

mengalami perlambatan setelah terakselerasi pada

periode sebelumnya. Pada periode tersebut kinerja

lapangan usaha ini hanya tumbuh sebesar 9,0%

(yoy), melambat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 15,8%

(yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh adanya

penurunan produksi bijih nikel kadar tinggi. Produksi

bijih nikel kadar tinggi tercatat sebesar 210,3 ribu

MWT atau terkontraksi sebesar 4,7% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 27,0% (yoy).

Sementara itu, produksi bijih nikel kadar rendah

mengalami sedikit peningkatan sehingga masih

menopang kinerja lapangan usaha ini untuk dapat

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah

Grafik 1.17 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara Grafik 1.18 Indeks Produksi Ore Nikel

868.03

46.4%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy1,226.7

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Indeks

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 17

tumbuh pada level yang tinggi. Produksi bijih nikel

kadar rendah pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar

1,4 juta MWT, sedikit mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya sebesar 1,2 juta MWT. Selain itu, harga nikel

yang masih menunjukkan tren peningkatan mampu

menahan perlambatan yang terjadi pada periode

laporan. Harga nikel pada triwulan IV 2017 tercatat

sebesar 11.606,0 dolar AS per metric ton, meningkat

jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

sebesar 10.538,0 dolar AS per metric ton.

Sejalan dengan melambatnya lapangan usaha ini,

penyaluran kredit tercatat sedikit mengalami

perlambatan. Pada triwulan IV 2017 pertumbuhan

penyaluran kredit untuk lapangan usaha

pertambangan tercatat tumbuh negatif sebesar

19,6% (yoy), terkontraksi semakin dalam

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya terkontraksi sebesar 13,4% (yoy). Grafik 1.19

Realisasi Tahun 2017

Adanya kebijakan relaksasi ekspor bijih nikel kadar

rendah (low grade ore nickel) pada awal tahun 2017

menjadi faktor pendorong meningatnya kinerja

lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Bahkan lapangan usaha ini merupakan lapangan

usaha dengan tingkat pertumbuhan yang paling

tinggi daripada lapangan usaha lainnya. Terdapat 4

perusahaan pengolahan nikel yang mendapatkan

rekomendasi ekspor komoditas tersebut dari

Kementerian ESDM dengan total kuota mencapai 7

juta ton. Dengan kondisi tersebut, selama 2017

lapangan usaha ini dapat tumbuh sebesar 13,0%

(yoy), sedangkan pada tahun 2016 hanya tumbuh

sebesar 0,3% (yoy).

Tracking Triwulan I 2018

Memasuki triwulan I 2018, kinerja lapangan usaha ini

diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Pertumbuhan tersebut masih didorong oleh

permintaan nikel dunia yang diperkirakan masih akan

terus meningkat. Harga nikel yang cukup terjaga

dengan kecenderungan meningkat juga menjadi

faktor pendorong peningkatan yang terjadi pada

lapangan usaha tersebut. Selain itu, masih cukup

besarnya kuota ekspor bijih nikel kadar rendah yang

tersisa di tahun 2018 diperkirakan akan segera

dimanfaatkan oleh perusahaan pertambangan nikel.

1.3.3. Industri Pengolahan

Realisasi Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha industri

pengolahan mengalami akselerasi pertumbuhan

sehingga dapat menjadi faktor penahan perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Lapangan usaha

tersebut tumbuh sebesar 5,2% (yoy), mengalami

akselerasi dibandingkan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,3% (yoy). Hal tersebut didorong

oleh peningkatan kinerja industri manufaktur skala

mikro dan kecil maupun industri skala sedang dan

besar.Pertumbuhan yang terjadi pada industri sedang

dan besar didorong oleh masih tumbuh positifnya

industri makanan, yaitu sebesar 25,4% (yoy). Kondisi

ini dipengaruhi oleh peningkatan kinerja lapangan

usaha pertanian sebagai mata rantai input untuk

industri makanan seperti penggilingan padi dan

pengawetan ikan. Meskipun demikian, kinerja

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.19 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.20 Kredit Industri Sulawesi Tenggara

1,915.04

-19.6%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Pertambangan

Rp Miliar yoy545.68

24.1%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

140.0%

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 18

industri kayu yang mengalami kontraksi sebesar

13,6% sehingga menahan laju akselerasi. Secara

keseluruhan, industri sedang dan besar di Sulawesi

Tenggara mampu tumbuh sebesar 15,8% (yoy),

meningkat jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,1% (yoy).

Selain itu, industri mikro dan kecil juga mampu

tumbuh sebesar 34,2% (yoy), meningkat jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

sebesar 24,7% (yoy). Peningkatan tersebut didorong

oleh peningkatan beberapa industri seperti industri

makanan yang tumbuh sebesar 74,3% (yoy), industri

bahan kimia yang tumbuh sebesar 34,8% (yoy) dan

industri farmasi yang tumbuh sebesar 29,4% (yoy).

Namun pertumbuhan produksi pada industri mikro

dan kecil sedikit tertahan dengan terdapat beberapa

industri yang mengalami pertumbuhan negatif,

antara lain industri alat angkutan lainnya (-30,8%

yoy), industri pakaian jadi (-18,9% yoy) dan industri

pengolahan lainnya (-16,2% yoy).

Berbeda dengan akselerasi pertumbuhan yang terjadi

pada lapangan usaha tersebut, penyaluran kredit

lapangan usaha industri pengolahan cenderung

mengalami perlambatan. Pada triwulan IV 2017,

outstanding kredit ke lapangan usaha industri

pengolahan mencapai Rp545,7 miliar atau tumbuh

sebesar 24,1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh

sebesar 28,0%. Grafik 1.20 Kredit untuk industri

pengolahan lebih banyak ditujukan kepada industri

skala kecil menengah seperti untuk penggilingan padi

(30,9%), pengolahan kayu (8,7%) dan industri bahan

bangunan (5,0%). Sementara itu, industri

pengolahan nikel berskala besar lebih banyak

menggunakan modal sendiri (investor) atau dari

perusahaan induknya.

Realisasi Tahun 2017

Sepanjang 2017, kinerja lapangan usaha industri

pengolahan hanya tumbuh sebesar 6,4% (yoy), lebih

rendah daripada tahun sebelunya yang dapat

tumbuh sebesar 8,9%. Perlambatan yang terjadi

terutama disebabkan oleh menurunnya produksi

perikanan dan terganggunya produksi tabama dan

perkebunan yang merupakan bahan input utama

untuk industri pengolahan di Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, kinerja produksi industri pengolahan

nikel justru mengalami peningkatan sehingga dapat

menopang kinerja lapangan usaha ini. Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh adanya smelter nikel yang

telah beroperasi pada akhir 2017 dan permintaan

nikel olahan yang terus meningkat.

Tracking Triwulan I 2018

Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha

industri pengolahan diperkirakan masih akan

mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan

tersebut utamanya disebabkan oleh mulai optimalnya

operasional dari smelter baru sehingga produksi

feronikel dan nikel pig iron/NPI diperkirakan akan

dapat kembali tumbuh. Selain itu adanya industri

pengolahan batu yang mulai beroperasi sebagai

bahan inputan smelter nikel juga diperkirakan akan

meningkatkan kinerja lapangan usaha ini.

Peningkatan juga berasal dari industri makanan,

terutama untuk industri penggilingan padi seiring

dengan mulai masuknya masa panen padi pada

triwulan I 2018. Meskipun demikian, industri

pembekuan ikan diperkirakan mengalami

perlambatan seiring dengan hasil produksi ikan yang

diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran

Realisasi Triwulan IV 2017

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada

triwulan IV 2017 tercatat mengalami akselerasi

sehingga mampu menahan perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Lapangan usaha

tersebut mampu tumbuh sebesar 8,2% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,8% (yoy). Akselerasi yang terjadi

didukung oleh momen liburan akhir tahun serta

terjaganya konsumsi masyarakat.

Peningkatan lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran juga tercermin dari hasil liaison yang dilakukan

oleh KPw BI Sultra terhadap sejumlah pelaku usaha

yang menunjukkan adanya peningkatan pada

penjualan domestik. Pada triwulan IV 20017, nilai

likert scale penjualan domestik adalah 0,22

meningkat jika dibandingkan dengan nilai likert scale

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 19

penjualan domestik pada triwulan sebelumnya yang

sebesar -1,50. Namun pertumbuhan tersebut sedikit

tertahan dengan melambatnya kinerja perdagangan

luar negeri pada periode laporan. Pada triwulan IV

2017, total volume ekspor provinsi Sulawesi

Tenggara tercatat sebesar 1,4 juta ton atau tumbuh

mencapai 2216,9% (yoy), melambat dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

3943,4% (yoy). Grafik 1.21

Berbeda dengan akselerasi pada lapangan usaha

perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran kredit ke

lapangan usaha tersebut justru mengalami

perlambatan. Pada periode laporan total penyaluran

kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar

Rp5,01 triliun atau tumbuh sebesar 2,6% (yoy),

melambat dibandingkan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Grafik 1.23 Sampai

dengan posisi triwulan IV 2017, pangsa penyaluran

kredit perdagangan terbesar adalah untuk

perdagangan eceran sebesar 66,0% dan diikuti oleh

perdagangan domestik hasil pertanian sebesar

17,6%.

Tracking Triwulan I 2018

Memasuki triwulan I 2018, kinerja usaha

perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan

kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh

pada kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Hal tersebut

disebabkan oleh terbatasnya konsumsi rumah tangga

yang disebabkan oleh telah berlalunya periode

liburan serta capaian inflasi yang cukup tinggi pada

awal tahun sehingga berdampak pada lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran. Namun

perlambatan yang terjadi dapat tertahan seiring

diperkirakan akan meningkatnya ekspor nikel bijih

dan olahan pada periode yang akan datang.

1.3.5. Konstruksi

Realisasi Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha

konstruksi tercatat mengalami akselerasi sehingga

mampu menahan perlambatan laju pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut,

pertumbuhan usaha konstruksi tercatat sebesar

1,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan kinerja

periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

0,1% (yoy). Peningkatan pada lapangan usaha

tersebut didorong oleh tingginya realisasi progres

fisik proyek pemerintah pada periode laporan.

Konsumsi semen juga mengalami peningkatan

dengan capaian sebesar 172,4 ton dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar 157,1 ton

meskipun masih mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 1,0% (yoy).

Meskipun lapangan usaha konstruksi mengalami

pertumbuhan, namun kondisi tersebut tidak banyak

mempengaruhi kinerja perbankan ke lapangan usaha

tersebut. Hal ini disebabkan oleh kegiatan konstruksi

pemerintah lebih benyak menggunakan APBN dan

APBD sementara proyek swasta lebih banyak

menggunakan modal sendiri. Hal tersebut sesuai

dengan hasil Regional Financial Account & Balance

Sheet (RFABS) Bank Indonesia, yaitu interkoneksi

antara perbankan dengan perusahaan tidak terlalu

kuat. Pada periode tersebut, outstanding kredit ke

lapangan usaha konstruksi sebesar Rp925 miliar atau

mengalami pertumbuhan sebesar 2,9% (yoy), lebih

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.21 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.22 Transaksi Perdagangan Luar Negeri

1,364.62

2216.9%

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

3500%

4000%

4500%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Ekspor Sultra (volume) g Ekspor Sultra

Volume (ribu ton) yoy

173

124.6

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Nilai Eksport Nilai ImportJuta USD

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 20

rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,9% (yoy). Grafik 1.24

Tracking Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018, lapangan usaha konstruksi

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dengan

kecenderungan melambat. Masih belum

berlangsungnya pembangunan proyek baru

pemerintah daerah menjadi faktor utama

perlambatan yang terjadi meskipun masih dapat

tertahan dengan pembangunan proyek multiyears

seperti bendungan Ladongi yang sudah mulai

memasuki tahap pembangunan fisik pada tahun

2018. Sementara itu, rencana pembangunan yang

dilakukan oleh pihak swasta terutama pelaku usaha

pertambangan seiring dengan membaiknya harga

nikel diperkirakan dapat menjadi faktor yang dapat

menahan perlambatan laju pertumbuhan lapangan

usaha konstruksi.

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA

LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN

Realisasi Triwulan IV 2017

Dengan tumbuhnya lapangan usaha utama non

tambang, maka pertumbuhan ekonomi non

tambang Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

juga mengalami akselerasi. Pada triwulan IV 2017

pertumbuhan ekonomi nonpertambangan tercatat

mengalami akselerasi laju pertumbuhan sebesar

5,4% (yoy), setelah pada periode sebelumnya

tercatat sebesar 4,3% (yoy). Capaian tersebut

menjadi faktor yang menahan perlambatan laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

periode laporan.

Meningkatnya produksi hasil pertanian, produksi

industri manufaktur dan penjualan domestik

merupakan faktor-faktor yang mendorong

pertumbuhan ekonomi nontambang. Namun

terdapat juga beberapa lapangan usaha yang

mengalami perlambatan pertumbuhan sehingga

menahan laju pertumbuh yang terjadi, yaitu lapangan

usaha penyediaan akomodasi dan makan minum,

lapangan usaha informasi dan komunikasi, lapangan

usaha real estate dan lapangan usaha jasa

perusahaan. Dari sisi rasio komponen lapangan usaha

terhadap total PDRB non pertambangan, lapangan

usaha pertanian masih mendominasi perekonomian

Sulawesi Tenggara dengan rasio sebesar 29,2%,

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang sebesar 28,9%. Selain itu

peningkatan juga terjadi pada lapangan usaha

konstruksi dari 16,2% pada periode sebelumnya

menjadi 17,2% pada periode laporan.

Tracking Triwulan I 2018

Pada triwulan I 2018 mendatang lapangan usaha non

pertambangan diperkirakan akan mengalami

perlambatan dengan pertumbuhan berada di kisaran

4,5% - 4,9%(yoy). Perlambatan yang terjadi

disebabkan oleh perlambatan pada beberapa

lapangan usaha utama, yaitu lapangan usaha

pertanian, lapangan usaha konstruksi dan lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran. Perlambatan

pada lapangan usaha pertanian disebabkan oleh

menurunnya produksi hasil pertanian serta masih

belum optimalnya produksi hasil perikanan. Cuaca

yang diperkirakan akan memiliki curah hujan lebih

tinggi dari kondisi normal sepanjang triwulan I 2018

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.23 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.24 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara

5,007.57

2.6%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

925.70

2.9%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 21

juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan

terjadinya perlambatan pada lapangan usaha

tersebut. Selain itu, masih belum berjalannya

pembangunan atas proyek pemerintah serta

terbatasnya tingkat konsumsi rumah tangga

diperkirakan dapat menjadi faktor yang

menyebabkan terjadinya perlambatan pada lapangan

usaha nontambang. Namun perlambatan yang

terjadi diperkirakan masih dapat tertahan seiring

dengan akselerasi yang terjadi pada lapangan usaha

industri pengolahan yang didorong oleh pengolahan

nikel.

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.25 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

. 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra

%, yoy

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 22

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 23

KEUANGAN PEMERINTAH

2

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 24

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PERUBAHAN

PROVINSI TAHUN 2017

Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD

Perubahan (APBD-P) 2017 meningkat dibandingkan

dengan anggaran APBD Perubahan tahun 2016.

Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp3,50

triliun atau naik cukup tinggi sebesar 41,6%

dibanding tahun 2016. Begitu pula dengan anggaran

belanja yang meningkat menjadi Rp3,87 triliun atau

naik sebesar 37,2%. Grafik 2.1 & 2.2

Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran

pendapatan tersebut terjadi pada anggaran

Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan

transfer. PAD Sulawesi Tenggara pada tahun 2017

ditargetkan mencapai Rp737,6 miliar atau meningkat

15,6% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara untuk pendapatan transfer pada tahun

2017 ditargetkan mencapai Rp2,8 triliun atau

meningkat 51,3% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu dari sisi belanja, peningkatan anggaran

belanja pada tahun 2017 didorong oleh

meningkatnya anggaran belanja operasi dan belanja

modal. Pada tahun 2017 anggaran belanja operasi

mencapai Rp2,5 triliun atau meningkat sebesar

47,1%. Sementara itu, anggaran belanja modal

mencapai Rp998,9 miliar atau meningkat sebesar

20,01% jika dibandingkan dengan periode tahun

sebelumnya.

Secara historis, APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara

selalu mencatatkan defisit sejak tahun 2010. Namun

demikian pada APBD tahun 2017, defisit anggaran

tercatat jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun

sebelumnya. Defisit APBD tahun 2017 adalah sebesar

Rp372,19 miliar atau meningkat sebanyak Rp22,75

miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang mencatatkan defisit sebesar Rp349,43 miliar.

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBD PROVINSI

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara secara kumulatif tahun 2017 relatif lebih

rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan di

periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga

periode laporan terealisasi sebesar 100,93% dari

total anggaran APBD 2017, atau sebesar Rp3,53

triliun. Tabel 2.1 Capaian tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan realisasi periode yang sama

pada tahun 2016 yang tercatat sebesar 113,10% dari

target dalam APBD tahun 2016 atau sebesar Rp2,79

triliun. Penurunan realisasi tersebut disebabkan oleh

adanya peningkatan target pendapatan dalam APBD

2017 yang jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi

nominal serapan anggaran. Realisasi pendapatan

pada tahun 2017 tersebut juga lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata realisasi pendapatan

pada selama lima tahun terakhir yaitu sebesar

114,53%.

Sumber pendapatan daerah Sulawesi Tenggara

berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Dana Perimbangan (Daper). Pangsa PAD Sulawesi

Tenggara tercatat menurun dari sebelumnya 26,62%

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 25

pada tahun 2016 menjadi 22,81% pada tahun 2017.

Kondisi ini mengindikasikan belum membaiknya

kemandirian fiskal pemerintah provinsi. Sementara

itu, pangsa Daper meningkat menjadi 77,12% pada

tahun 2017 dari tahun sebelumnya yang hanya

sebesar 72,98%.

Realisasi Dana Perimbangan pada tahun 2017

tercatat mencapai 98,69% dari total target dalam

APBD tahun 2017 atau sebesar Rp2,73 triliun.

Padahal pada periode yang sama tahun 2016,

realisasi pendapatan mampu mencapai 111,87% dari

total target pendapatan transfer tahun 2016 atau

senilai Rp2,04 triliun. Berdasarkan komponennya,

sumber pendapatan utama pemerintah Sulawesi

Tenggara masih berasal dari transfer pemerintah

pusat, seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK).

Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara pada

tahun tahun 2017 tercatat sebesar Rp806,43 miliar

atau mencapai 109,34%, menurun dibandingkan

dengan realisasi tahun sebelumnya yang mampu

mencapai 116,70%. Sumber utama PAD Sulawesi

Tenggara berasal dari komponen pajak daerah,

dengan peran 76,14% dari total PAD, diikuti oleh

lain-lain PAD yang sah (16,95%), hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan (4,89%) dan

sisanya bersumber dari retribusi daerah (2,02%).

Adapun pajak daerah yang dipungut oleh provinsi

diantaranya adalah pajak kendaraan bermotor, bea

balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar

kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan pajak

rokok. Sampai dengan akhir tahun 2017,

pendapatan pajak daerah tersebut mampu terealisasi

103,87% dari total anggaran. Meskipun demikian,

kondisi tersebut mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya

yang mampu mencapai 115,01% dari total

anggaran.

Lebih lanjut, komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah

yang Sah tercatat mengalami peningkatan. Pada

tahun 2017, realisasi pos ini tercatat 99,39% atau

sebesar Rp2,23 miliar, meningkat dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya

tidak mencatatkan realisasi. Keseluruhan pendapatan

tersebut berasal dari pos hibah dan dana darurat,

dengan masing-masing mencatatkan realisasi sebesar

Rp175 juta (100%) dan Rp2,06 miliar (99,34%).

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja

Sejalan dengan kinerja di sisi pendapatan,

penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017 juga tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2017.

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara hingga akhir tahun 2017 tercatat 91,73%

atau sebesar Rp3,55 triliun, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang mampu merealisasikan anggaran sebesar

94,35%. Tabel 2.2 Menurunnya persentase realisasi ini

terutama didorong oleh masih berhati-hatinya

pemerintah daerah dalam merealisasikan anggaran

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2017

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 26

seiring adanya pengetatan fiskal oleh pemerintah

pusat. Penurunan tersebut terjadi pada realisasi

belanja operasional. Realisasi belanja operasional

mencapai 94,76% atau sebesar Rp2,35 triliun. Lebih

rendahnya pencapaian tersebut disebabkan oleh

belum optimalnya realisasi belanja hibah dan belanja

pegawai yang tidak sebaik tahun sebelumnya,

dengan masing-masing mencatatkan realisasi sebesar

97,66% dan 93,77%.

Di sisi lain, realisasi belanja modal pada periode

laporan menunjukkan kinerja yang lebih baik dengan

tingkat realisasi sebesar 90,41% atau senilai

Rp903,12 miliar. Kondisi tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang mencapai 90,33%. Peningkatan

tersebut disebabkan oleh meningkatnya komponen

belanja tanah serta belanja bangunan dan gedung,

yang masing-masing terealisasi sebesar 89,79% dan

92,53%. Berdasarkan sumbangannya, pangsa

belanja modal terbesar adalah pembangunan jalan,

irigasi dan jaringan yang mencapai 43,12%, diikuti

oleh belanja bangunan dan gedung sebesar 38,43%

dan belanja peralatan dan mesin 12,43%.

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per

bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga tahun

2017 relatif baik. Pada tahun laporan, kondisi realisasi

keuangan Pemprov Sultra mencapai 90,71%, di

bawah target 100%. Grafik 2.3 Capaian tersebut

mengalami peningkatan realisasi pada tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 61,62%.

Sementara itu, kondisi penyelesaian fisik telah

mencapai 95,39%, di bawah target yaitu sebesar

100%. Grafik 2.4 Pencapaian tersebut juga lebih tinggi

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2017

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara

100,00% 100,00%

61,62%

90,71%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2016 2017Target Realisasi

100,00% 100,00%

49,06%

95,39%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2016 2017

Target Realisasi

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 27

jika dibandingkan periode tahun sebelumnya yang

mencapai 49,06%. Sementara itu, untuk proses

pengadaan barang dan jasa, hingga akhir tahun

2017, tercatat bahwa dari total aktivitas strategis

yang terdiri dari 483 paket atau senilai Rp1,07 triliun.

Tercatat seluruh proyek telah terselesaikan; dimulai

dari pemilihan, pelaksanaan, kontrak, hingga serah

terima.

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBN

2.3.1 Realisasi APBN Provinsi

Alokasi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2017 mengalami sedikit peningkatan jika

dibandingkan dengan tahun 2016. Tercatat, terjadi

kenaikan anggaran APBN sebesar 3,36% dari

sebelumnya Rp1,62 triliun pada tahun 2016 menjadi

Rp1,67 triliun di tahun 2017. Berdasarkan jenisnya,

belanja modal dianggarkan sebesar Rp830,28 miliar

dengan pangsa sebesar 49,61% dari total APBN

Provinsi Sulawesi Tenggara 2017, diikuti oleh belanja

barang sebesar Rp826,65 miliar (49,39%), belanja

pegawai sebesar Rp12,27 miliar (0,73%) dan belanja

bantuan sosial Rp4,43 miliar (0,26%). Komposisi

tersebut relatif tidak mengalami perubahan jika

dibandingkan periode tahun 2016. Lebih jauh,

realisasi APBN secara keseluruhan mengalami

perbaikan. Secara kumulatif tahun 2017, realisasi

APBN tercatat sebesar Rp1,54 triliun atau sebesar

91,88%, meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp1,28 triliun

atau 78,85% dari APBN provinsi Sulawesi Tenggara

2016.

Ditinjau berdasarkan jenisnya, realisasi belanja

pegawai tercatat sebesar Rp11,86 miliar atau sebesar

96,60%, meningkat dibandingkan periode sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,18

miliar atau 93,97%. Selanjutnya belanja barang pada

tahun 2017 sebesar Rp757,44 miliar atau 91,63%

dari total yang dianggarkan dalam APBN 2017.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi

tahun 2016 yaitu Rp657,75 miliar atau 82,79% dari

total anggaran belanja barang dalam APBN 2016.

Sementara itu, realisasi belanja modal pada tahun

2017 tercatat sebesar Rp765,16 miliar atau 92,16%

dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp599,46 miliar atau 74,52% dari

total anggaran belanja modal dalam APBN 2016.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya

pengerjaan beberapa proyek infrastruktur yang

sempat tertunda pada akhir tahun 2016 akibat

adanya penundaan transfer DAU oleh pemerintah

pusat. Adapun realisasi belanja bantuan sosial pada

tahun 2017 mencatatkan sebesar Rp3,28 miliar atau

74,06% dari total anggaran. Capaian ini lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun

2016 yang terealisasi sebesar Rp8,43 miliar atau

99,85% dari total anggaran 2016.

Tabel 2.3 Realisasi Dana Desa Tahun 2017

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/Kota Pagu Realisasi (Rp) Realisasi (%)

Kab. Bombana 94,28 94,28 100,00%

Kab. Buton 65,70 65,70 100,00%

Kab. Buton Selatan 49,52 49,52 100,00%

Kab. Buton Tengah 54,03 54,03 100,00%

Kab. Buton Utara 62,17 62,17 100,00%

Kab. Kolaka 78,41 78,41 100,00%

Kab. Kolaka Timur 91,02 91,02 100,00%

Kab. Kolaka Utara 99,15 99,15 100,00%

Kab. Konawe 221,99 221,41 99,74%

Kab. Konawe Kepulauan 69,73 68,42 98,13%

Kab. Konawe Selatan 252,33 249,50 98,88%

Kab. Konawe Utara 120,82 120,82 100,00%

Kab. Muna 97,78 97,06 99,26%

Kab. Muna Barat 64,44 64,44 100,00%

Kab. Wakatobi 60,66 59,22 97,62%

Total 1.482 1.475 99,54%

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 28

Dana Desa

Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Sulawesi Tenggara, hingga tahun 2017,

besaran Dana Desa yang telah direalisasikan adalah

sebesar 99,54% dari total pagu Dana Desa Sulawesi

Tenggara sebesar Rp1,48 triliun. Sebagian besar

kabupaten mencatatkan realisasi sebesar 100%.

Hanya terdapat lima kabupaten yang realisasinya

masih di bawah 100%, meskipun demikian secara

keseluruhan serapan Dana Desa relatif baik.

Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten dengan

persentase realisasi terendah, yakni 97,62%.

Sementara itu, Kab. Konawe Kepulauan

mencatatkan realisasi 98,13%, diikuti Kab. Konawe

Selatan (98,88%), Kab Muna (99,26%) dan Kab.

Konawe (99,74). Tabel 2.3 Tingginya capaian realisasi

dana desa ini sejalan dengan upaya penyaluran

anggaran berbasis kinerja pelaksanaan, kesesuaian

kinerja penyerapan anggaran dengan ketercapaian

output, yang didorong oleh Pemerintah pada tahun

2017.

2.3.2 Realisasi APBN Kabupaten/Kota

Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk kabupaten/kota pada tahun 2017 tercatat

sebanyak Rp8,17 triliun. Dana ini dibagikan kepada

17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Anggaran APBN Kabupaten/kota terbagi atas

anggaran belanja pegawai sebesar Rp1,86 triliun atau

22,76% dari total anggaran APBN untuk

Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara, anggaran

belanja barang sebesar Rp1,89 triliun (23,22%),

belanja modal sebesar Rp1,29 triliun (15,77%),

belanja bantuan sosial Rp11,6 miliar (0,14%), Dana

Alokasi Khusus Fisik Rp1,63 triliun (19,97%), dan

dana desa Rp1,48 triliun (18,14%). Tabel 2.4

Ditinjau dari jenisnya, realisasi anggaran belanja

pegawai 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara ini

tercatat sebesar 95,95%, lebih rendah dibandingkan

dengan realisasi belanja pegawai dari APBN Provinsi

Sulawesi Tenggara yang sebesar 96,60%. Hal serupa

juga terjadi pada realisasi belanja barang. Secara

total, realisasi belanja barang kabupaten/kota

mencapai 89,55% pada tahun 2017, lebih rendah

dibandingkan realisasi belanja barang APBN Provinsi

Sulawesi Tenggara yang sebesar 91,63%. Terdapat

daerah yang masih memiliki angka realisasi cukup

Tabel 2.4 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten

Keterangan: Belanja dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/Kota

% Realisasi

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

DAK Fisik

Kab. Bombana 94,24% 94,05% 89,45% 89,48% 95,95%

Kab. Buton 99,21% 86,76% 100,50% 118,53% 95,11%

Kab. Buton Selatan 81,13% 97,70% 96,67% 89,43% 96,58%

Kab. Buton Tengah 85,60% 91,70% 97,46% 89,63% 99,24%

Kab. Buton Utara 90,56% 82,02% 99,97% 84,42% 91,60%

Kab. Kolaka 97,06% 92,65% 96,38% 99,61% 98,56%

Kab. Kolaka Timur 84,46% 96,75% 99,26% 91,28% 99,11%

Kab. Kolaka Utara 96,33% 95,90% 99,73% 100,00% 92,79%

Kab. Konawe 96,46% 96,45% 93,09% 119,08% 94,90%

Kab. Konawe Kepulauan 62,59% 67,57% 95,76% 21,63% 98,81%

Kab. Konawe Selatan 90,20% 93,62% 98,29% 80,65% 95,27%

Kab. Konawe Utara 92,48% 92,62% 99,91% 100,00% 99,17%

Kab. Muna 94,76% 94,40% 99,68% 99,69% 99,66%

Kab. Muna Barat 84,07% 96,89% 99,49% 100,00% 99,96%

Kab. Wakatobi 93,01% 90,62% 98,88% 75,88% 98,77%

Kota Baubau 96,00% 76,01% 99,35% 95,18% 91,80%

Kota Kendari 97,36% 89,01% 90,31% 95,79% 94,89%

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 29

rendah, yaitu Kabupaten Konawe Kepulauan dengan

realisasi belanja barang hanya sebesar 67,57%.

Sementara itu, realisasi belanja modal

kabupaten/kota tercatat lebih tinggi dibandingkan

realisasi APBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada akhir

tahun 2017, anggaran belanja modal

kabupaten/kota telah terealisasi sebesar 92,38%,

sementara di tingkat provinsi terealisasi sebesar

92,16%. Kabupaten Buton merupakan satu-satunya

daerah yang mencatatkan realisasi lebih besar dari

100%, sedangkan Kab. Bombana menjadi

kabupaten dengan realisasi belanja modal masih di

bawah 90%.

Lebih jauh, belanja bantuan sosial dari APBN

kabupaten/kota pada tahun 2017 terealisasi sebesar

96,89%. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan

belanja bantuan sosial Provinsi Sulawesi Tenggara

yang terealisasi sebesar 74,06%. Tingginya capaian

ini didorong oleh beberapa kabupaten yang

mencatatkan realisasi lebih dari 100%, yakni Kab.

Buton dan Kab. Konawe. Di sisi lain, masih terdapat

kabupaten dengan realisasi belanja bantuan sosial

yang relatif kecil, yaitu Kab. Konawe Kepulauan

dengan capaian realisasi 21,63%.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 30

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 31

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

3

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 32

3.1. KONDISI UMUM INFLASI

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1 pada

triwulan IV 2017 tercatat sebesar 2,97% (yoy),

mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 3,18% (yoy).

Jika dilihat secara historis di triwulan IV, realisasi

tersebut juga lebih rendah daripada rata-rata 3 tahun

terakhir yaitu sebesar 4,47%. Dengan kondisi

tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara mencatatkan

capaian yang lebih rendah dibandingkan dengan

inflasi nasional yaitu 3,61% (yoy) dan inflasi Sulawesi

yaitu 3,94% (yoy). Secara spasial Pulau Sulawesi,

inflasi di Sulawesi Tenggara merupakan provinsi

dengan inflasi terendah kedua setelah Sulawesi

Utara.

1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan

data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.

Penurunan inflasi pada periode tersebut didorong

oleh menurunnya tekanan inflasi kelompok bahan

makanan bergejolak (volatile food) dan kelompok

komoditas diatur pemerintah (administered prices).

Penurunan tekanan inflasi volatile food terjadi seiring

dengan relatif kondusifnya cuaca dan gelombang

laut sehingga produksi bahan makanan seperti

sayuran dan ikan segar mengalami peningkatan dan

memperbesar pasokan di pasar. Sementara itu dari

sisi administered prices, penurunan terjadi

dipengaruhi oleh harga tiket angkutan udara yang

tidak terlalu bergejolak dan tidak adanya kebijakan

peningkatan harga BBM maupun tarif dasar listrik.

Meskipun demikian, dari sisi inflasi inti (core inflation)

mengalami peningkatan. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh meningkatnya harga makanan jadi,

consumer goods dan bahan bangunan.

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan IV 2017

2,993,24

1,962,23

I II III IV

2017

-0,08

9,15

6,97

4,99

I II III IV

2017

2,63

7,52

3,11 3,09

I II III IV

2017

8,45%

2,27%2,69%

2,25%

5,21%

3,18% 2,97%

I II III IV

2014 2015 2016 2017

Pasokan sayur dan

ikan meningkat

seiring cuaca yang

kondusif

Volatile Food

Tidak adanya

kebijakan harga

energi

Adm. Prices

Meningkatnya harga

jual produk industri

dan bahan

bangunan.

Core Inflation

%, yoy

%, yoy %, yoy %, yoy

SULAWESI TENGGARA

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33

Dengan kondisi tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2017 adalah sebesar 2,97% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2016 yang

hanya sebesar 2,69% (yoy). Peningkatan inflasi

sepanjang tahun 2017 tersebut didorong oleh

peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food

dan kelompok administered prices. Peningkatan

tekanan inflasi kelompok volatile food disebabkan

oleh adanya faktor cuaca pada Mei s.d Juli 2017 yang

berdampak pada terganggunya proses produksi

sayuran dan ikan tangkap. Sementara untuk

peningkatan administered prices disebabkan antara

lain oleh kebijakan pemerintah dalam menaikkan tarif

listrik dan tarif perpanjangan STNK di awal tahun.

3.1.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (month to

month)

Secara bulanan, pergerakan inflasi Sulawesi Tenggara

selama triwulan IV 2017 mengalami tren yang

meningkat. Diawali dengan terjadinya deflasi yang

cukup dalam pada Oktober sebesar 0,88% (mtm),

dilanjutkan dengan deflasi sebesar 0,14% (mtm)

pada November dan selanjutnya pada Desember

terjadi inflasi sebesar 0,70% (mtm). Grafik 3.3 Dengan

demikian, rata-rata inflasi bulanan selama periode

tersebut adalah sebesar -0,11% (mtm), lebih tinggi

daripada rata-rata inflasi bulanan pada triwulan

sebelumnya yang sebesar -0,36% (mtm). Meskipun

demikian, rata-rata inflasi bulanan pada triwulan IV

2017 tersebut masih lebih rendah daripada rata-rata

inflasi bulanan triwulan IV selama 3 tahun terakhir

yang sebesar 0,62% (mtm). Tren pergerakan bulanan

yang meningkat tersebut dipengaruhi oleh kondisi

cuaca selama triwulan IV 2017 yang juga

menunjukkan peningkatan. Kondisi curah hujan

bulanan pada Oktober 2017 lebih rendah daripada

November dan Desember 2017. Hal tersebut terjadi

di Kendari, Baubau maupun Kolaka. Grafik 3.4

Berdasarkan kelompok barang, tekanan inflasi rata-

rata bulanan terutama disumbangkan oleh kelompok

makanan jadi, rokok dan tembakau dan kelompok

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber: BMKG, diolah

Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi

Tenggara Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

-0,88

-0,14

0,70

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015 2016 2017

%, mtm%, mtm%, mtm%, mtm

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

Kendari Baubau Kolaka

mm/bulan

Jul Aug SepRata-

rataOkt Nov Des

Rata-

rataJul Aug Sep

Rata-

rataOkt Nov Des

Rata-

rata

Bahan Makanan 3,39 -4,94 -2,20 -1,25 -3,88 -0,72 1,90 -0,90 0,89 -1,32 -0,57 -0,33 -0,99 -0,18 0,47 -0,23

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 0,10 0,15 0,07 0,11 0,63 0,46 0,15 0,41 0,01 0,02 0,01 0,01 0,07 0,05 0,02 0,05

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar -0,19 0,02 0,05 -0,04 0,02 0,02 0,56 0,20 -0,05 0,00 0,01 -0,01 0,00 0,00 0,15 0,05

Sandang 0,24 0,03 0,34 0,20 0,32 -0,20 -0,08 0,01 0,02 0,00 0,02 0,01 0,02 -0,01 -0,01 0,00

Kesehatan 0,05 0,15 0,37 0,19 0,18 0,03 -0,19 0,01 0,00 0,01 0,02 0,01 0,01 0,00 -0,01 0,00

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,28 0,07 0,00 0,12 0,02 0,01 0,00 0,01 0,02 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

Transpor, Komunikasi dan Keuangan 0,69 -1,56 -0,06 -0,31 -0,02 0,05 0,33 0,12 0,13 -0,30 -0,01 -0,06 0,00 0,01 0,07 0,03

Inflasi (mtm) 0,99 -1,55 -0,52 -0,36 -0,88 -0,14 0,70 -0,11 0,99 -1,55 -0,52 -0,36 -0,88 -0,14 0,70 -0,11

Tw IV 2017

Inflasi (%, mtm) Andil (%, mtm)

KelompokTw III 2017Tw III 2017 Tw IV 2017

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 34

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Beberapa komoditas pada kelompok tersebut yang

mengalami inflasi adalah ikan bakar, rokok putih,

rokok kretek filter, pakaian wanita, sewa rumah dan

semen. Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan juga memberikan tekanan inflasi

terutama pada Desember 2017, terutama yang

berasal dari tarif angkutan udara. Sementara itu,

kelompok bahan makanan secara rata-rata masih

menunjukkan deflasi sebesar 0,90%. Kondisi

tersebut terjadi terutama pada Oktober 2017. Pada

periode tersebut beberapa jenis ikan segar dan

sayuran mengalami penurunan harga seiring dengan

kondisi cuaca yang kondusif. Meskipun demikian,

pada Desember terjadi inflasi pada kelompok

tersebut sebesar 1,90% (mtm) yang dipengaruhi oleh

peningkatan harga komoditas ikan segar seperti ikan

kembung, ikan cakalang, ikan bandeng dan ikan

layang. Selain itu komoditas beras juga secara

konsisten menjadi komoditas yang menyumbang

tekanan inflasi bulanan selama triwulan IV 2017.

3.1.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (year on

year)

Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada

triwulan IV mencapai 2,97% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 3,18% (yoy).Grafik 3.5 Kondisi tersebut sejalan

dengan kondisi inflasi nasional yang juga mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sumber utama penurunan inflasi

tersebut berasal dari kelompok bahan makanan dan

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan.

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV

2017 mencapai 6,20% (yoy), lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya yang mencapai 7,40% (yoy).

Kondisi ini terjadi seiring dengan menurunnya

tekanan inflasi pada komoditas sayuran. Curah hujan

yang relatif rendah pada awal triwulan IV 2017

mendorong produksi sayuran seperti kangkung,

bayam, kacang panjang dan tomat sayur sehingga

memperbesar pasokan di pasar. Selain itu, indeks

produksi ikan juga menunjukkan adanya

peningkatan jumlah pendaratan ikan di Kota Kendari

Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)

1 BERAS 0,04 IKAN CAKALANG 0,08 IKAN KEMBUNG 0,12

2 IKAN BAKAR 0,03 IKAN LAYANG 0,06 BAHAN BAKAR RT 0,10

3 ROKOK PUTIH 0,02 BERAS 0,05 SEMEN 0,06

4 JERUK NIPIS 0,01 IKAN RAMBE 0,05 IKAN LAYANG 0,06

5 BAYAM 0,01 SAWI HIJAU 0,03 ANGKUTAN UDARA 0,06

6 TERONG PANJANG 0,01 IKAN BAKAR 0,03 TELUR AYAM RAS 0,05

7 GAUN/TERUSAN 0,01 EKOR KUNING 0,02 BERAS 0,05

8 GARAM 0,01 JERUK NIPIS 0,01 IKAN CAKALANG 0,04

9 SEWA RUMAH 0,01 AYAM HIDUP 0,01 JANTUNG PISANG 0,03

10 ROKOK KRETEK FILTER 0,01 ROKOK PUTIH 0,01 IKAN BANDENG 0,03

1 IKAN CAKALANG -0,17 TOMAT SAYUR -0,11 CABAI RAWIT -0,04

2 TOMAT SAYUR -0,15 TOMAT BUAH -0,08 CUMI-CUMI -0,03

3 CABAI RAWIT -0,15 TERONG PANJANG -0,04 KACANG PANJANG -0,01

4 IKAN LAYANG -0,09 BAYAM -0,04 JERUK -0,01

5 IKAN RAMBE -0,08 IKAN KEMBUNG -0,03 KETIMUN -0,01

6 TOMAT BUAH -0,06 JANTUNG PISANG -0,02 SANDAL KULIT -0,01

7 IKAN EKOR KUNING -0,05 KANGKUNG -0,02 KOL PUTIH/KUBIS -0,01

8 BAWANG MERAH -0,04 CUMI-CUMI -0,02 SEPATU -0,01

9 KANGKUNG -0,03 CABAI RAWIT -0,02 GULA PASIR -0,01

10 IKAN BANDENG -0,03 DAUN KELOR -0,01 TERONG PANJANG -0,01

Penyumbang Deflasi

DESEMBER 2017No

Penyumbang Inflasi

OKTOBER 2017 NOVEMBER 2017

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 35

pada periode tersebut. Grafik 3.6 Meskipun demikian,

sumbangan kelompok bahan makanan ini masih

merupakan yang terbesar yaitu mencapai 1,49% dari

total inflasi sebesar 2,97% (yoy). Tabel 3.3

Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,58%

(yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya

penurunan tarif angkutan udara jika dibandingkan

dengan kondisi pada triwulan IV 2016 sebesar

23,35% (yoy). Kondisi ini terutama terjadi sejak

triwulan III 2017 seiring adanya penambahan

frekuensi penerbangan dan adanya pembukaan rute

baru seperti pada penerbangan dari Kendari menuju

Baubau dan Wakatobi sepanjang tahun 2017.

Sementara itu, terdapat peningkatan inflasi pada

kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau,

kelompok perumahan air, listrik dan bahan bakar dan

kelompok sandang. Dari ketiga kelompok tersebut,

yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi

adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan

bakar yaitu sebesar 0,77% dari total inflasi sebesar

2,97% (yoy). Meningkatnya inflasi kelompok

tersebut dipengaruhi oleh aktivitas konstruksi yang

cukup banyak di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut

menyebabkan harga semen dan material bangunan

lainnya mengalami peningkatan. Harga semen

tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,08% (yoy),

setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi

sebesar 1,88% (yoy).

3.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Ditinjau dari kota perhitungan inflasi di Sulawesi

Tenggara, penurunan inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara disebabkan oleh menurunnya harga yang

terjadi di Kota Kendari. Inflasi di Kota Kendari pada

triwulan IV 2017 menurun menjadi 2,96% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang

mencapai 3,49% (yoy). Sebaliknya untuk inflasi di

Kota Baubau mengalami peningkatan dari 2,37%

(yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 3,00% (yoy)

pada triwulan IV 2017. Grafik 3.7

Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Ket: 2016 =100;

Produksi ikan: Pendaratan ikan di PPS Kendari dan PPI Sodoha Kendari

Sumber: BPS, perhitungan Staf BI

Sumber: BPS, perhitungan Staf BI

Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Bahan Makanan 11,83 12,07 4,30 3,13 -0,11 8,96 7,40 6,20 2,74 2,83 1,04 0,75 -0,03 2,26 1,81 1,49

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 9,67 8,00 8,53 8,08 6,39 5,17 3,09 3,33 0,97 0,81 0,87 0,83 0,67 0,54 0,33 0,36

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1,53 0,97 0,94 0,52 1,57 3,20 2,52 2,86 0,43 0,27 0,26 0,14 0,43 0,86 0,67 0,77

Sandang 2,26 2,90 4,70 4,18 2,51 2,42 0,61 1,61 0,16 0,20 0,32 0,28 0,17 0,17 0,04 0,11

Kesehatan 5,40 4,98 5,59 6,92 4,83 4,88 4,35 2,89 0,23 0,21 0,24 0,29 0,21 0,21 0,19 0,13

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 2,84 3,46 7,31 7,45 6,82 6,16 0,78 0,71 0,19 0,24 0,50 0,51 0,46 0,42 0,06 0,05

Transpor, Komunikasi dan Keuangan 0,07 -2,30 0,33 -0,90 1,32 3,26 -0,53 -0,58 0,02 -0,48 0,07 -0,18 0,26 0,64 -0,10 -0,12

Inflasi (mtm) 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97

Kelompok

Inflasi (%, yoy) Andil (%, yoy)

2016 2017 2016 2017

2,97%

3,61%

3,94%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016 2017

Sultra Nasional Sulawesi

%, yoy

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

150,0

160,0

170,0

180,0

I II III IV I II III IV

2016 2017

indeks

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 36

Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari

disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi,

minuman & rokok. Inflasi bahan makanan di Kota

Kendari pada periode tersebut mencapai 6,28%

(yoy), mengalami penurunan dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,73% (yoy). Meskipun

sudah mengalami penurunan, namun tingkat inflasi

bahan makanan yang tinggi di Kota Kendari

menyebabkan inflasi bahan makanan di Sulawesi

Tenggara juga masih tinggi pada level 6,20% (yoy).

Tabel 3.4

Sementara itu di Kota Baubau, peningkatan inflasi

yang terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan

tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau, dan kelompok perumahan air,

listrik dan gas. Adapun kenaikan inflasi pada

kelompok makanan jadi disebabkan oleh harga rokok

filter yang terus meningkat seiring dengan kebijakan

pemerintah yang akan meningkatkan tarif cukai

rokok. Meskipun demikian, masih terdapat kelompok

yang dapat menahan laju inflasi di Kota Baubau, yaitu

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan. Kondisi ini terjadi seiring dengan

normalisasi tarif angkutan udara sehingga pada

triwulan IV 2017 terjadi deflasi pada tarif angkutan

udara sebesar 42,94% (yoy). Selain itu, penahan laju

inflasi juga terjadi dari kelompok bahan makanan.

Beberapa komoditas yang menjadi sumber

penurunan harga adalah daging sapi, bawang

merah, bawang putih, cabai merah, dan tomat sayur

serta komoditas buah-buahan terutama anggur.

3.3. DISAGREGASI INFLASI

Dilihat dari komponen pembentuknya, penurunan

inflasi pada triwulan IV 2017 didorong oleh

menurunnya tekanan inflasi kelompok bahan

makanan bergejolak (volatile food) dan kelompok

komoditas diatur pemerintah (administered prices).

Grafik 3.10 Penurunan tekanan inflasi volatile food

terjadi seiring dengan relatif kondusifnya cuaca dan

gelombang laut sehingga produksi bahan makanan

seperti sayuran dan ikan segar mengalami

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau

Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari dan Kota Baubau

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

INFLASI UMUM

Sulawesi Tenggara 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97

Kota Kendari 4,82 4,37 3,09 3,07 2,40 6,17 3,49 2,96 3,55 3,22 2,27 2,26 1,77 4,54 2,57 2,18

Kota Baubau 4,57 3,49 3,77 1,71 1,85 2,67 2,37 3,00 1,21 0,92 0,99 0,45 0,49 0,70 0,63 0,79

BAHAN MAKANAN

Sulawesi Tenggara 11,83 12,07 4,30 3,13 -0,11 8,96 7,40 6,20 11,83 12,07 4,30 3,13 -0,11 8,96 7,40 6,20

Kota Kendari 12,94 14,41 3,76 3,54 0,02 11,96 7,73 6,28 9,53 10,61 2,77 2,61 0,01 8,80 5,69 4,62

Kota Baubau 9,18 6,76 5,63 2,14 -0,43 1,63 6,62 5,98 2,42 1,78 1,49 0,56 -0,11 0,43 1,75 1,58

2016 2017DAERAH

Inflasi (%, yoy) Andil (%, yoy)

2016 2017

3,49

2,37

3,18

3,72 3,60

2,95 3,00 2,97

3,61 3,35

Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimur

Tw III 2017 Tw IV 2017

% (yoy)

0,00

5,00

10,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

Baha

nM

aka

nan

Ma

ka

nan

Jadi

Peru

ma

han

Sand

ang

Keseha

tan

Pend

idik

an

Tra

nspo

r

Tw III 2017 Tw IV 2017

Ken

dari

%yoy

Ba

ub

au

%yoy

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 37

peningkatan dan memperbesar pasokan di pasar.

Sementara itu dari sisi administered prices,

penurunan dipengaruhi oleh harga tiket angkutan

udara yang mengalami normalisasi dan tidak adanya

kebijakan peningkatan harga BBM maupun tarif

dasar listrik pada periode tersebut. Meskipun

demikian, dari sisi inflasi inti (core inflation)

mengalami peningkatan. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh meningkatnya harga makanan jadi,

consumer goods dan bahan bangunan.

Penurunan yang terjadi pada kelompok volatile food

terlihat pula dari pergerakan harga Survei

Pemantauan Harga (SPH) khususnya pada komoditas

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, seperti bawang

merah dan tomat sayur. Harga komoditas bawang

merah mengalami penurunan harga, dari

sebelumnya Rp44.254 per kg pada akhir triwulan III

2017, menjadi Rp31.244 per kg pada akhir triwulan

IV 2017, komoditas tomat sayur juga mengalami

penurunan harga, dari sebelumnya Rp19.767 per kg

pada akhir triwulan III 2017, menjadi Rp11.000 per

kg pada akhir triwulan IV 2017. Sementara itu

membaiknya produksi ikan turut menurunkan harga

ikan tongkol di pasar. Grafik 3.11

Meskipun demikian, terdapat pula beberapa

komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga

menyebabkan tingkat inflasi volatile food masih

berada di level yang tinggi. Komoditas yang

mengalami kenaikan yaitu beberapa komoditas ikan

segar seperti ikan kembung dan ikan bandeng. Sesuai

dengan hasil SPH, rata-rata harga komoditas ikan

bandeng di pasar Kota Kendari pada akhir triwulan III

2017 tercatat Rp27.663 per kg, mengalami kenaikan

pada triwulan IV 2017 menjadi sebesar Rp29.488 per

kg. Hal serupa juga terjadi pada komoditas ikan

kembung yang pada akhir periode sebelumnya

tercatat memiliki harga rata-rata Rp46.329 per kg,

sementara pada akhir triwulan IV 2017 naik menjadi

Rp49.173 per kg sehingga menjadi penyebab

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.9 Disagregasi Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.11 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra

Grafik 3.10 Perbandingan Disagregasi dengan Historisnya Grafik 3.12 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2016 2017

Inflasi Umum Inflasi Inti

Volatile Food Administered Prices

inflasi (%,yoy)

23.202

19.767

11.000

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017Bawang Merah Tongkol Tomat Sayur

Rupiah

2,97

2,23

4,99

3,092,44

3,02

4,04

-0,60-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

IHK Inti VF AP

TwIV 2017 Rata-Rata TwIV (15-16)

%, yoy

49.173

29.488

14.472

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kembung Bandeng Beras (sb.kanan)

Rupiah

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 38

peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara.

Grafik 3.12

Bila dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya,

capaian inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017

mengalami peningkatan. Inflasi pada tahun 2017

adalah sebesar 2,97% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi tahun 2016 yang hanya

sebesar 2,69% (yoy). Peningkatan inflasi sepanjang

tahun 2017 tersebut didorong oleh peningkatan

tekanan inflasi kelompok volatile food dan kelompok

administered prices. Peningkatan tekanan inflasi

kelompok volatile food disebabkan oleh adanya

faktor cuaca pada Mei s.d Juli 2017 yang berdampak

pada terganggunya proses produksi sayuran dan ikan

tangkap. Sementara untuk peningkatan administered

prices disebabkan antara lain oleh kebijakan

pemerintah dalam menaikkan tarif listrik dan tarif

perpanjangan STNK di awal tahun.

3.4. INFLASI TRIWULAN I 2018

Mengawali triwulan I 2018, inflasi Sulawesi Tenggara

pada Januari 2018 sebesar 0,62% (mtm), jika

dibandingkan dengan inflasi pada sebelumnya yang

tercatat sebesar 0,70% (mtm). Secara spasial, inflasi

tersebut disebabkan oleh inflasi yang terjadi baik di

Kota Kendari maupun Kota Bau-Bau. Inflasi yang

terjadi disebabkan oleh kenaikan harga pada

kelompok komoditas bahan makanan seperti beras

dan ikan segar. Tingginya permintaan dari luar

Sulawesi Tenggara terutama untuk komoditas beras

mendorong peningkatan harga yang terjadi.

Sementara itu pada komoditas ikan segar, kenaikan

harga dipengaruhi oleh penurunan produksi yang

disebabkan oleh pembatasan penangkapan di

beberapa wilayah di Sulawesi.

Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara mencapai 2,83% (yoy) tercatat lebih

rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan IV

2017. Penurunan tekanan inflasi tahunan di Sulawesi

Tenggara didorong oleh penurunan tekanan inflasi

tahunan yang terjadi di Kota Kendari, meskipun

sedikit tertahan dengan meningkatnya tekanan

inflasi tahunan Kota Bau-Bau. Kota Kendari tercatat

mengalami inflasi sebesar 2,66% (yoy), menurun jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

sebesar 2,96% (yoy). Sementara itu, Kota Bau-Bau

justru mengalami peningkatan tekanan inflasi

sebesar 3,26% (yoy) dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yang sebesar 3,00% (yoy).

Secara umum, inflasi yang terjadi di Sulawesi

Tenggara pada periode laporan didorong oleh inflasi

pada kelompok bahan makanan, terutama beras dan

ikan segar. Pada periode tersebut, beras mengalami

inflasi sebesar 7,18% (yoy) dengan andil sebesar

0,33% (yoy) dan ikan segar mengalami inflasi sebesar

14,08% (yoy) dengan andil 1,06% (yoy). Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh masih belum masuknya

masa panen terutama di Jawa mendorong tingginya

permintaan beras dari luar Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, masih terbatasnya produksi ikan segar

yang disebabkan oleh pembatasan penangkapan

ikan dan operasional kapal dari luar Sulawesi

Tenggara serta kondisi cuaca yang kurang kondusif

menjadi faktor utama penyebab terjadinya

peningkatan harga pada komoditas ikan segar.

Melihat perkembangan yang ada, laju inflasi tahunan

Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2018 diperkirakan

akan mengalami sedikit peningkatan tekanan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu

sebesar 2,99% - 3,39% (yoy). Kondisi tersebut

tercermin dari Indeks perubahan harga bahan

makanan untuk 3 bulan ke depan hasil dari Survei

Konsumen yang hanya mengalami sedikit perubahan

dari 190,0 pada triwulan sebelumnya menjadi 191,0

pada triwulan I 2018. Sementara itu indeks

perubahan harga umum pada 3 bulan mendatang

hanya mengalami sedikit peningkatan dari 185,0

pada triwulan IV 2017 menjadi 186,0 pada triwulan I

2018. Beberapa komoditas yang dapat menjadi

penyumbang inflasi adalah ikan segar, beras dan

rokok.

Meskipun demikian diperkirakan terdapat beberapa

faktor yang dapat menahan peningkatan inflasi pada

triwulan berjalan. Pertama, masuknya masa panen di

Jawa dan masuknya beras impor ke beberapa daerah

yang mengalami defisit sehingga permintaan beras

dari luar Sulawesi Tenggara diperkirakan akan

mengalami penurunan. Kedua, tidak adanya rencana

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 39

pemerintah untuk menaikkan harga energi seperti

BBM bersubsidi dan tarif tenaga listrik (TTL).

3.5. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi

Tenggara selama triwulan IV 2017 difokuskan pada

upaya meningkatkan produksi dan pasokan pangan

strategis. Upaya yang dilakukan antara lain yaitu

mengimplementasikan Urban Farming untuk

komoditas sayur-sayuran, rapat koordinasi

membahas permasalahan pasokan ikan tangkap,

sosialisasi kebijakan HET untuk komoditas beras dan

gula pasir, serta upaya penguatan TPID tingkat

kabupaten. Secara ringkas langkah-langkah

pengendalian inflasi yang ditempuh adalah sebagai

berikut:

1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi antar

TPID.

Dalam rangka penguatan koordinasi, telah

dilaksanakan rapat High Level Meeting (HLM)

TPID Sulawesi Tenggara. Beberapa hasil rapat

tersebut adalah:

1) Mendorong terlaksananya kerja sama

antar daerah yang dilakukan secara

formal didasari dengan perjanjian

kerjasama antar daerah, baik antar

provinsi, kota/kabupaten antar provinsi,

maupun kota/kabupaten dalam provinsi.

2) Mengalokasikan anggaran dalam APBD

untuk kegiatan atau program kerja

pengendalian harga sesuai dengan

kewenangan masing--- masing.

3) Perumusan peraturan daerah terkait

tataniaga perdagangan komoditas ikan

ke luar Sulawesi Tenggara agar

komoditas ikan segar terlebih dahulu

diolah melalui Unit Pengolahan Ikan

(UPI) masing-masing Kabupaten/Kota.

Dalam hal belum terdapat UPI agar

dapat terlebih dahulu di bentuk.

4) Perbaikan sarana dan prasarana

perikanan seperti perbaikan fasilitas di

PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan)

maupun PPS (Pelabuhan Perikanan

Samudra) serta penambahan kapasitas

cold storage. Selain itu, kapasitas

armada kapal juga perlu ditingkatkan.

5) Meningkatkan awareness anggota TPID

dan masyarakat dalam kebijakan HET

Beras dan Gula Pasir.

6) Melakukan Sidak Pasar bersama Satuan

Tugas (Satgas) Pangan yang dipimpin

oleh Wakapolda. Sidak dilaksanakan

pada tanggal 14 Desember 2017 di tiga

tempat, yaitu Pasar Anduonohu, Pasar

Mandonga dan Pelabuhan Nusantara

Kendari. Hal tersebut dilakukan untuk

mengurangi peningkatan tekanan inflasi

pada akhir tahun.

7) Capacity building TPID Kabupaten

Kolaka Utara.

2. Menambah Ketersediaan Pasokan Sayur-

Sayuran Melalui Urban Farming

Upaya untuk menekan inflasi oleh TPID juga

dilakukan dengan meningkatkan pasokan sayur-

sayuran. Hal ini dilakukan untuk meredam

tingginya gejolak harga sayur-sayuran di

Sulawesi Tenggara. KPw BI Provinsi Sultra telah

mengadakan pelatihan Urban Farming di Kota

Kendari. Hal ini bertujuan untuk: i) meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan

pekarangan ditanami tanaman produktif, seperti

sayur-sayuran, sehingga dapat memberikan nilai

ekonomis bagi masyarakat, ii) dapat mengurangi

tekanan inflasi yang cukup tinggi, terutama di

Kota Kendari. Pelatihan Urban Farming dilakukan

kepada kelompok tani dan dasa wisma di Kota

Kendari pada awal triwulan III 2017 dan berlanjut

pada triwulan IV 2017. Dalam pelaksanaan

kegiatan ini, KPw BI Provinsi Sultra berkoordinasi

dengan stakeholders terkait, meliputi Dinas

Pangan Kota Kendari. Adapun metode

penanaman juga dilakukan dengan

menggunakan sistem penanaman organik yang

ramah lingkungan. Dalam jangka panjang,

kegiatan ini diharapkan dapat menekan inflasi

yang berasal dari komoditas sayur-sayuran.

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 40

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 41

STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

4

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 42

4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS

KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan IV 2017, stabilitas sistem keuangan di

Sulawesi Tenggara menunjukkan kondisi yang relatif

terjaga. Kondisi tersebut berasal dari sektor rumah

tangga, sektor korporasi, UMKM dan institusi

keuangan yang masih menunjukkan perkembangan

yang positif dengan sumber kerentanan yang dapat

dikendalikan. Ketahanan keuangan sektor rumah

tangga masih relatif kuat dengan adanya

peningkatan penghasilan, optimisme konsumsi,

perilaku berhutang yang aman, dan kemampuan

keuangan yang masih cukup untuk berbagai

keperluan. Sementara itu, ketahanan pada sektor

korporasi masih relatif terjaga seiring dengan

peningkatan omset dan perbaikan kondisi likuiditas

serta berkurangnya beban hutang di tengah

meningkatnya biaya dan penurunan margin

keuntungan. Dari sisi institusi keuangan, juga terjadi

peningkatan kinerja. Indikator aset bank umum,

penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya. Risiko kredit juga masih dapat

terkendali terutama dari kredit untuk penggunaan

konsumsi.

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor

Rumah Tangga

Di Sulawesi Tenggara, rumah tangga merupakan

salah satu komponen penting dalam perekonomian

dan sistem keuangan baik dari sisi kontribusi maupun

keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah,

lembaga keuangan lainnya dan korporasi. Beberapa

faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah

tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat

pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi

pembiayaan/kredit oleh rumah tangga. Secara

umum, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran

dan tingkat konsumsi rumah tangga turut juga

dipengaruhi oleh kinerja perekonomian. Pada

triwulan IV 2017, walaupun perekonomian Sulawesi

Tenggara secara umum mengalami perlambatan,

namun tingkat konsumsi rumah tangga masih

terjaga. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

5,7% (yoy) sama dengan periode sebelumnya. Grafik

4.1 Meskipun demikian, pangsa konsumsi rumah

tangga terhadap PDRB triwulan IV 2017 mengalami

penurunan sesuai dengan pola historisnya, yaitu dari

46,9% pada triwulan III 2017 menjadi 45,9%.

Penurunan pangsa tersebut bukan disebabkan oleh

adanya penurunan daya beli masyarakat, namun

karena tingginya peranan investasi terhadap

perekonomian yang mencapai 45,4%.

Tetap terjaganya konsumsi rumah tangga selama

triwulan IV 2017 juga terkonfirmasi dari hasil survei

konsumen yang menunjukkan terjadinya

peningkatan optimisme rumah tangga untuk

melakukan kegiatan konsumsi. Secara keseluruhan,

hasil survei masih berada di atas angka 100 yang

berarti konsumen masih optimis dan selama periode

laporan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

naik dari 125,1 menjadi 139,8 pada periode laporan.

Grafik 4.3 Optimisme konsumen tersebut naik karena

adanya kenaikan ekspektasi kegiatan usaha yang

terjadi terus menerus dalam enam bulan ke depan.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap

PDRB Sulawesi Tenggara Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-Sulawesi

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 43

Ekspektasi konsumen untuk 6 bulan ke depan dalam

hal lapangan kerja dan ekspektasi penghasilan relatif

berfluktuasi dengan angka yang relatif lebih tinggi

dari periode sebelumnya. Faktor-faktor tersebut pada

akhirnya akan berkontribusi pada kondisi keuangan

rumah tangga yang lebih kuat dalam sistem

keuangan di Sulawesi Tenggara. Grafik 4.4

Salah satu faktor utama ketahanan sektor rumah

tangga adalah tingkat pendapatan. Pada triwulan IV

2017, kondisi sistem keuangan rumah tangga masih

terjaga karena adanya peningkatan penghasilan.

Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK)

yang menunjukkan adanya peningkatan penghasilan

sebanyak 57%. Peningkatan penghasilan tersebut

dirasakan merata pada seluruh lapangan usaha,

bahkan rumah tangga yang bekerja di lapangan

usaha listrik dan infokom sebanyak 100% merasakan

adanya peningkatan penghasilan. Grafik 4.5 Di sisi

lain, hanya terdapat 5% responden yang mengalami

penurunan penghasilan, dan 38% tidak mengalami

perubahan penghasilan. Selain itu, ketahanan

keuangan sektor rumah tangga juga akan semakian

kuat seiring dengan bertambahnya optimisme rumah

tangga yang memperkirakan terjadinya peningkatan

penghasilan 6 bulan yang akan datang. Rumah

tangga secara umum yang memperkirakan kenaikan

penghasilan sebagian besar berasal dari kenaikan gaji

(pangsa 23%), kenaikan omset (18%), dan

pendapatan tambahan lainnya (18%). Grafik 4.6

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Secara umum, penggunaan keuangan rumah tangga

lebih banyak ditujukan untuk keperluan konsumsi.

Pada triwulan IV 2017, rumah tangga menggunakan

pendapatannya sebesar 54,4% untuk keperluan

konsumsi. Grafik 4.7 Namun bila dibandingkan

dengan periode sebelumnya, pengeluaran untuk

konsumsi tersebut mengalami sedikit penurunan.

Selain itu, pengeluaran rumah tangga untuk

membayar cicilan juga mengalami penurunan

dengan pangsa sebesar 12,5%. Kondisi tersebut

terjadi karena rumah tangga lebih besar

memanfaatkan pendapatannya untuk meningkatkan

porsi tabungan menjadi sebesar 33,1% dari

sebelumnya hanya sebesar 26,1%. Berdasarkan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 Bulan yang lalu

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 44

klasifikasi pengeluaran rumah tangga, secara

proporsi, kelompok rumah tangga dengan total

pengeluaran Rp6,1 juta s.d Rp7 juta mencatatkan

konsumsi yang paling tinggi, tercatat sebesar 60%

dan cicilan terbesar yaitu sebesar 30% dari total

pengeluaran namun mencatatkan tingkat tabungan

terendah yaitu sebesar 10%. Sedangkan proporsi

tabungan terbesar dicatatkan oleh kelompok rumah

tangga dengan total pengeluaran Rp5,1 juta s.d Rp6

juta yaitu sebesar 50%. Grafik 4.8

Debt Service Ratio

Dalam melihat perilaku meminjam, salah satu

indikator yang digunakan adalah debt service ratio

(DSR). Institusi keuangan menilai bahwa threshold

aman untuk DSR adalah 30%, yang berarti rumah

tangga dengan DSR>30% memiliki risiko kredit yang

tinggi. Rumah tangga dengan risiko kredit yang

tinggi dapat menyulitkan rumah tangga itu untuk

membayar pinjamannya sehingga dapat menjadi

sumber non performing loan (NPL) pada institusi

keuangan. Berdasarkan nilai DSR hasil Survey

Konsumen (SK), risiko kredit rumah tangga di

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

menunjukkan kondisi yang relatif terkendali. Jumlah

rumah tangga dengan DSR<30% masih

mendominasi dengan pangsa sebesar 62,1%.

Meskipun demikian, terdapat sedikit peningkatan

risiko karena adanya peningkatan jumlah rumah

tangga dengan DSR>30%. Grafik 4.9

Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank

Indikator lainnya dalam menilai kinerja keuangan

rumah tangga adalah kecukupan keuangan rumah

tangga yang menjadi debitur institusi keuangan.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, rumah tangga

secara dominan (71,4%) masih memiliki kondisi

keuangan yang cukup untuk untuk memenuhi

kebutuhan dan membayar cicilan dan masih terdapat

sisa untuk ditabung guna pemenuhan kebutuhan

kesehatan dan pendidikan. Bahkan 13,3%

responden rumah tangga menyatakan bahwa

pendapatan yang diterima dalam kategori sangat

cukup sehingga terdapat dana lebih untuk investasi

dan rekreasi. Sementara itu, sebanyak 6,1%

responden menyatakan pendapatannya lebih dari

cukup karena selain terdapat tambahan untuk

investasi dan berlibur, mereka dapat membeli

kebutuhan tersier seperti mobil dan perabotan. Selain

itu, perbaikan juga terjadi di kelompok masyarakat

yang berada dalam kondisi pas-pasan yaitu dari

22,1% dari total responden pada periode

sebelumnya menjadi 9,2% responden pada triwulan

IV 2017. Grafik 4.10

Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang

Selain ekspektasi pendapatan dan kecukupan

keuangan debitur, kondisi keuangan rumah tangga

juga dapat dikategorikan berada dalam kondisi yang

aman karena rumah tangga memperkirakan beban

cicilan/pinjaman akan semakin ringan. Sesuai hasil

Survei Konsumen, sebanyak 35,7% responden

rumah tangga memperkirakan bahwa posisi

pinjaman mereka pada 6 bulan mendatang akan

berkurang. Sebagian besar pengurangan tersebut

terjadi karena pelunasan sesuai dengan jadwal

pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil terjadi

karena adanya percepatan pelunasan. Grafik 4.11

Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan

posisi pinjaman akan sama dengan periode

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara

Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 45

sebelumnya adalah sebanyak 54,1%. Di sisi lain,

terdapat 10,2% responden rumah tangga yang

memperkirakan akan bertambah beban cicilannya.

Meskipun demikian karena penambahan juga disertai

dengan peningkatan pendapatan maka risiko kredit

menjadi lebih minimal.

Saving Ratio

Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran rumah

tangga, sebagian besar rumah tangga di Sulawesi

Tenggara yang menjadi responden Survei Konsumen

telah memiliki tabungan dan hanya 7,0% dari

responden yang tidak memiliki tabungan. Grafik 4.12

Hal tersebut mencerminkan penetrasi perbankan di

Sulawesi Tenggara yang relatif baik, bahkan pada

triwulan IV 2017 jumlah rumah tangga yang memiliki

saving ratio > 30% mencapai 63% dari total

responden. Diharapkan dengan kondisi tersebut

rumah tangga di Sulawesi Tenggara memiliki

ketahanan keuangan yang baik dan mendukung

kinerja institusi keuangan.

Dana Cadangan

Dalam menjaga ketahanan keuangannya, rumah

tangga juga melakukan antisipasi risiko dengan

menyediakan dana cadangan sebagai buffer. Sesuai

dengan hasil Survei Konsumen, rumah tangga di

Sulawesi Tenggara dinilai memiliki cadangan dana

yang relatif baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan dana

cadangan dalam bentuk tabungan, deposito maupun

uang tunai oleh sebanyak 88,7% responden. Angka

tersebut meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 85,7%. Grafik 4.13

Dalam dana cadangan yang dimiliki oleh rumah

tangga tersebut, sebagian besar dana disimpan

dalam jangka waktu sedang, yang merupakan

indikasi perilaku wait and see dengan kecenderungan

siap mencairkan dana untuk keperluan konsumsi

tidak terduga. Secara mendetail, sebesar 29,9%

responden memiliki dana cadangan sampai dengan 1

bulan pendapatannya. Sedangkan 27,8 % dan

22,9% rumah tangga masing-masing memiliki dana

cadangan sebesar 1-3 bulan dan 3-6 bulan

pendapatannya. Sebesar 1,9% dan 2,3% rumah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 46

tangga sudah memiliki dana cadangan dengan

jangka waktu yang lebih panjang yaitu 6-12 bulan

dan di atas 1 tahun. Grafik 4.14

Kepemilikan Produk Perbankan

Secara umum, rumah tangga di Sulawesi Tenggara

yang menjadi responden Survei Konsumen relatif

telah memiliki produk-produk perbankan. Sebanyak

94,3% responden telah memiliki tabungan di bank

dan sebanyak 75,0% telah memiliki kartu debit yang

merupakan fasilitas standar tabungan perbankan

pendamping tabungan. Grafik 4.15 Sementara dari sisi

kredit, instrumen yang paling banyak dimanfaatkan

oleh rumah tangga adalah kredit kendaraan yang

pangsanya mencapai 24,0% dan kartu kredit yang

dimiliki oleh 5,3% responden. Selain itu, dari sisi

kepemilikan uang elektronik, hanya sebanyak 2,3%

dari responden rumah tangga di Sulawesi Tenggara

yang sudah memilikinya. Dalam menentukan pilihan

simpanan bank, beberapa faktor mempengaruhi

preferensi rumah tangga. Secara agregat, rumah

tangga memilih simpanan bank berdasarkan faktor

keamanan (25%) seperti adanya jaminan pemerintah

atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Faktor

kedua adalah kualitas pelayanan berupa keramahan

dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Faktor

ketiga adalah lokasi bank yaitu dari sisi jarak tempuh

dan aksesibilitas. Grafik 4.16

4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di

Perbankan

Sektor rumah tangga masih mendominasi dana pihak

ketiga (DPK) yang berada di perbankan Sulawesi

Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa DPK

perseorangan yang mencapai 77,3% dari

keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan

nominal mencapai Rp13,2 triliun. Grafik 4.17 Pada

triwulan IV 2017, DPK perseorangan tersebut dapat

tumbuh sebesar 13,6% (yoy), mengalami

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 12,5% (yoy). Grafik 4.18 Dari produk

simpanan yang ditawarkan oleh perbankan, rumah

tangga masih menjadikan fasilitas tabungan dan

deposito sebagai pilihan utama penempatan dana.

Pangsa tabungan perseorangan mencapai 70,2%,

bahkan lebih tinggi dari periode sebelumnya yang

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya

Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 47

mencatatkan proporsi 67,7%. Peningkatan pangsa

tabungan tersebut mengakibatkan penurunan

pangsa deposito menjadi sebesar 26,4% dan giro

sebesar 3,3% dari total DPK perseorangan. Grafik 4.19

Berdasarkan perkembangannya, tabungan tercatat

tumbuh sebesar 10,8% (yoy), meningkat dari periode

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,3%

(yoy). Sementara itu deposito dapat tumbuh tinggi

sebesar 23,1% (yoy), namun lebih rendah daripada

periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar

39,7% (yoy). Grafik 4.20

4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah

Tangga

Selain DPK, keterkaitan rumah tangga dengan

perbankan juga dapat terlihat dari penyaluran kredit

perbankan. Di Sulawesi Tenggara kredit ke rumah

tangga juga mendominasi realisasi penyaluran kredit

pada triwulan IV 2017. Kondisi ini terlihat dari pangsa

kredit untuk perseorangan yang mencapai 81,4%

dari total kredit yang direalisasikan. Grafik 4.21 Dari sisi

penggunaannya, sebagian besar kredit perseorangan

tersebut masih digunakan untuk konsumsi dengan

pangsa sebesar 70,0%. Sementara itu, pangsa kredit

produktif modal kerja dan investasi masing-masing

mencapai 22,8% dan 7,3% dari total kredit pada

triwulan IV 2017. Grafik 4.22 Dari sisi kinerjanya, pada

triwulan IV 2017 kredit konsumsi rumah tangga

tumbuh sebesar 13,6% (yoy), lebih tinggi dari

periode sebelumnya yang sebesar 11,70% (yoy).

Kenaikan tersebut bersumber dari meningkatnya

realisasi kredit multiguna sebesar 16,8% (yoy). Grafik

4.23

Dilihat dari sisi suku bunganya, di tengah terjaganya

suku bunga acuan, suku bunga kredit konsumsi

rumah tangga di Sulawesi Tenggara juga mengalami

penurunan melanjutkan tren penurunan sebelumnya.

Pada triwulan IV 2017, suku bunga tertimbang kredit

perseorangan di Sulawesi Tenggara mencapai 12,5%

per tahun dimana pada periode sebelumnya tercatat

sebesar 12,7%. Grafik 4.24 Penurunan pada suku

bunga tersebut belum memberikan dampak

terhadap risiko kredit yang ditunjukkan dengan

persistensi NPL kredit konsumsi rumah tangga. NPL

kredit konsumsi rumah tangga pada periode laporan

tercatat sebesar 1,2%, lebih rendah dari NPL kredit

konsumsi triwulan III 2017 sebesar 1,5%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara

Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 48

Kredit Kepemilikan Rumah

KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2017 tumbuh sebesar 9,58% (yoy), melambat dari

periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar

10,40% (yoy). Grafik 4.25 Perlambatan tersebut

terutama disebabkan oleh menurunnya kredit untuk

pembelian rumah tipe besar (KPR >70). Kredit untuk

pembelian rumah tipe besar tersebut mengalami

kontraksi sebesar 14,24% (yoy) pada triwulan IV

2017, terkontraksi lebih dalam dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar

6,25% (yoy). Selain itu, perlambatan kredit KPR juga

dipengaruhi oleh penurunan kredit kepemilikan Ruko

yang masih melanjutkan tren kontraksi. Meskipun

demikian, risiko kredit KPR masih terjaga. Indikator

NPL KPR pada periode tersebut mencapai 4,01%,

dari sebelumnya yang tercatat sebesar 4,90%. Grafik

4.27 Namun, penyaluran KP Ruko dan KPR rumah tipe

kecil (KPR tipe s.d. 21) tetap perlu mendapatkan

perhatian khusus dari perbankan karena melewati

threshold 5% yaitu masing-masing 7,69% dan

5,74%.

Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi

Tenggara pada triwulan IV 2017 mengalami kontraksi

sebesar 1,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan

periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 2%

(yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh

penurunan yang terjadi pada kategori kendaraan

roda 4 (mobil) dan masih terkontraksinya kredit

kendaraan roda 2 (sepeda motor). Kredit sepeda

motor pada triwulan IV 2017 masih melanjutkan

kontraksi sebesar 12,7% (yoy). Sementara itu, laju

pertumbuhan kredit mobil mengalami penurunan

sebesar 1% (yoy) dari sebelumnya tumbuh sebesar

5,2% (yoy). Grafik 4.27 Meskipun demikian, risiko

kredit masih terjaga. NPL kredit tersebut pada periode

laporan sebesar 2,41%, lebih rendah daripada

periode sebelumnya yang mencapai 2,63%. Grafik

4.28 Penurunan risiko tersebut disumbangkan oleh

penurunan risiko pada seluruh kategori KKB. KKB

mobil yang memiliki pangsa pasar KKB terbesar

mengalami penurunan NPL dari 2,52% pada periode

sebelumnya menjadi 2,34%. Penurunan NPL gross

juga terjadi pada KKB sepeda motor sebesar 1,63%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di

Sulawesi Tenggara Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 49

Kredit Multiguna

Besarnya penggunaan kredit konsumsi perseorangan

untuk multiguna menunjukkan bahwa kebutuhan

pembiayaan rumah tangga lainnya masih cukup

besar, di luar kebutuhan untuk memiliki rumah,

kendaraan bermotor maupun peralatan rumah

tangga. Hal ini terjadi karena pengajuan kredit

multiguna relatif mudah dengan menggunakan

jaminan/agunan yang dimiliki oleh rumah tangga.

Selain itu penggunaan dana yang diterima dapat

secara leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam

melakukan aktivitas konsumsi seperti merenovasi

rumah, biaya pernikahan, biaya pendidikan, biaya

pengobatan, maupun pembelian barang

berharga/elektronik, dan bahkan dapat digunakan

untuk modal usaha. Pada triwulan IV 2017, kredit

multiguna tumbuh sebesar 15,9% (yoy), lebih tinggi

daripada periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

13,2% (yoy). Grafik 4.29 Peningkatan tersebut

disebabkan oleh membaiknya kinerja kredit

multiguna seluruh tier nominal. Kredit multiguna

>100 juta s.d 500 juta (pangsa 80,4%) dapat tumbuh

sebesar 24,9% (yoy), lebih tinggi dari periode

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 22,7%

(yoy). Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga

untuk fasilitas multiguna masih terkendali. Pada

periode laporan, NPL kredit multiguna hanya sebesar

0,4%. NPL pada pinjaman multiguna dengan pangsa

terbesar yaitu kelompok >Rp100 juta s.d Rp500 juta

tercatat hanya sebesar 0,22%. Grafik 4.30

4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Kondisi kerentanan pada sektor korporasi tercermin

dari kinerja perekonomian dari sisi penawaran. Pada

triwulan IV 2017 terdapat lapangan usaha yang

mengalami perlambatan kinerja, yaitu lapangan

usaha pertambangan dan penggalian, usaha

akomodasi dan makan minum, dan usaha informasi

dan komunikasi. Penurunan pertumbuhan pada

sektor tambang dan penggalian berdampak

langsung pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara. Karenanya dibutuhkan sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi baru untuk menjaga

sustainabilitas pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara terutama sektor-sektor yang memiliki efek

multiplier yang besar.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 50

Selain itu, salah satu sumber kerentanan sektor

korporasi lainnya adalah tingginya ketergantungan

ekspor Sulawesi Tenggara pada ekspor nikel, baik

olahannya berupa feronikel dan NPI (Nickel Pig Iron)

maupun bijih nikel kadar rendah (low grade ore

nickel). Pada triwulan IV 2017, ketergantungan

ekspor Sulawesi Tenggara pada ekspor komoditas

feronikel mencapai pangsa 92,71% dari total ekspor

komoditas nonmigas. Grafik 4.32 Tingginya pangsa

ekspor nikel tersebut menyebabkan ekspor Sulawesi

Tenggara rentan terhadap risiko volatilitas harga nikel

di pasar internasional. Grafik 4.31 Selain itu kondisi

perekonomian negara tujuan ekspor nikel tersebut

seperti Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang juga

menjadi sumber kerentanan korporasi di Sulawesi

Tenggara.

4.3.2. Kinerja Korporasi

Omset Penjualan

Dari hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi di

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017, terdapat

peningkatan omset penjualan domestik pada

korporasi pertambangan nikel, konstruksi dan jasa.

Secara garis besar peningkatan kinerja penjualan

domestik di periode laporan disebabkan oleh

menggeliatnya permintaan akan barang

pertambangan, dan meningkatnya pembangunan

infrastruktur. Peningkatan omset perusahaan

pertambangan didorong oleh masih berlangsungnya

kebijakan relaksasi ekspor bijih nikel kadar rendah,

selain itu permintaan bijih nikel kadar tinggi sebagai

barang input smelter juga masih tinggi seiring

dengan meningkatnya permintaan global terhadap

nikel olahan. Selanjutnya, dari usaha konstruksi,

pelaku usaha menyatakan terjadi peningkatan

penjualan seiring dengan fokus pemerintah yang

menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur.

Selain itu dari lapangan usaha jasa perusahaan, yaitu

persewaan cold storage, peningkatan omset terjadi

seiring dengan peningkatan permintaan ekspor

komoditas udang, gurita dan cumi-cumi.

Sementara itu, terdapat beberapa korporasi dengan

omset yang tertahan dan bahkan mengalami

penurunan omset, yaitu pada pelaku usaha

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor

Minyak Nilam, 1.36%

Perikanan, 4.39%

Feronikel, 65.14%

Bijih Nikel, 27.57%

Lainnya, 1.53%

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 51

akomodasi, perdagangan, dan pertanian. Pada usaha

akomodasi, tingkat pemenuhan kamar berada pada

kisaran 70%-80%, relatif sama dengan kondisi tahun

sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis

pengunjung yang didominasi pegawai pemerintahan

dan korporasi yang sudah memiliki jadwal rutin untuk

berkunjung. Sementara pengunjung wisatawan

masih minim. Adapun penurunan omset pada usaha

perdagangan besar dan eceran dipengaruhi oleh

penurunan penjualan makanan jadi dan elektronik

yang pada triwulan laporan masing-masing turun

sekitar 15% (yoy) dan 30% (yoy). Meskipun terjadi

penurunan penjualan, pelaku usaha tersebut

menyatakan terjadi peningkatan dari sisi jumlah

transaksi pengunjung. Pada periode laporan, terjadi

peningkatan pengunjung sebesar 4%. Selain

didorong oleh masih terjaganya daya beli masyarakat,

pertumbuhan pengunjung ini akibat kebijakan

promosi/diskon yang berlaku secara nasional. Secara

umum, responden liaison menyatakan capaian target

penjualan tahun 2017 telah tercapai sebesar 90%

yang dinyatakan sebagai kondisi baik dan

menggambarkan tingkat konsumsi yang relatif

terjaga.

Biaya

Pada triwulan IV 2017, berdasarkan hasil liaison,

dibandingkan dengan periode sebelumnya, biaya

produksi secara umum relatif mengalami

peningkatan. Peningkatan biaya tertinggi terjadi

pada pelaku usaha di sektor akomodasi hotel dan

sektor jasa. Selain itu, kenaikan biaya juga dirasakan

oleh para pelaku usaha pada sektor konstruksi dan

sektor pertambangan. Berdasarkan komponennya,

kenaikan biaya yang terjadi disebabkan oleh

peningkatan biaya perolehan bahan baku.

Peningkatan biaya bahan baku dialami oleh pelaku

usaha di sektor pertambangan nikel, konstruksi, jasa

dan perhotelan. Biaya bahan baku di sektor-sektor

tersebut dipengaruhi oleh inflasi tahunan namun

masih dalam taraf yang normal. Selain itu biaya

tenaga kerja juga mengalami peningkatan. Hal

tersebut dipengaruhi oleh kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) di Sulawesi Tenggara tahun 2017.

Untuk tahun 2017 Gubernur Sulawesi Tenggara

Keterangan Skala Likert:

+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi

+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal

+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya

+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya

Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 52

melalui SK No. 36 Tahun 2016 telah menetapkan

besaran UMP 2017 yang berlaku per 1 Januari 2017.

UMP Sulawesi Tenggara meningkat sebesar 6%

dibandingkan dengan tahun 2016 menjadi Rp

2.002.625,00/bulan sementara nilai Upah Minimum

Kota Kendari pada tahun 2017 sebesar Rp 2.172.578

atau meningkat sebanyak 8,25% dibandingkan

dengan tahun 2016.

Margin Keuntungan

Pada triwulan IV 2017, margin keuntungan korporasi

yang menjadi responden liaison relatif menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun

jika dibandingkan dengan tingkat margin pada tahun

sebelumnya, pelaku usaha masih menjaga tingkat

margin yang sama. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

peningkatan omset yang masih terbatas sehingga

pelaku usaha memilih untuk menurunkan tingkat

marginnya. Hal ini terutama terjadi pada pelaku

usaha perdagangan yang menggunakan metode

diskon untuk menarik minat belanja masyarakat.

Selain itu, penurunan margin juga terjadi karena

adanya peningkatan biaya sementara harga jual

belum disesuaikan. Kondisi ini terjadi pada usaha

akomodasi yang mengalami kenaikan biaya

perolehan bahan baku sementara jumlah

pengunjung tidak mengalami peningkatan.

Kondisi likuiditas keuangan korporasi

Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan IV 2017

secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi

terpantau dalam kondisi yang relatif aman dimana

50,58% responden menyatakan bahwa likuiditas

keuangan korporasi cukup untuk memenuhi

kebutuhan operasional usahanya. Walaupun angka

tersebut turun dari periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 53,49%, namun terjadi kenaikan yang

signifikan pada jumlah responden yang menyatakan

bahwa kondisi likuiditas keuangan korporasi lebih

dari cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional

usahanya menjadi 48,84% dari 45,35% pada

periode sebelumnya. Selain itu jumlah responden

yang menyatakan bahwa kondisi likuiditas

perusahaan berada pada kondisi yang buruk untuk

memenuhi kebutuhan operasionalnya turun dari

1,16% pada triwulan III 2017 menjadi 0,58% dari

total responden pada triwulan IV 2017. Grafik 4.34

Jika dilihat secara sektoral, seluruh korporasi memiliki

tingkat likuiditas yang baik dan cukup . Sektor

pertanian dan konstruksi memiliki pangsa responden

dengan tingkat likuiditas baik di atas 50% yaitu

masing-masing sebesar 62,5% dan 60%. Selain itu,

hal yang menunjukkan ample liquidity pada

korporasi Sulawesi Tenggara adalah tidak ada

perusahaan di sektor jasa-jasa, transportasi,

pertanian, perdagangan, pertambangan, hotel

restoran dan konstruksi yang memiliki likuiditas

buruk untuk menghadapi kebutuhan

operasionalnya. Hal tersebut merupakan indikator

dari perbaikan kinerja korporasi, karena pada pada

triwulan III 2017 sektor pertambangan dan hotel

resto masih memiliki responden likuiditas buruk .

Grafik 4.35

Beban Angsuran Hutang Korporasi

Dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi di

Sulawesi Tenggara secara umum masih memiliki

risiko gagal bayar yang relatif terjaga dan semakin

membaik. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan IV 2017

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 53

yang menunjukkan bahwa terdapat 70,9%

responden korporasi yang merasakan bahwa beban

angsuran perbankan tetap seperti periode

sebelumnya dan terdapat 23,6% korporasi yang

menyatakan bahwa beban angsuran kredit ke depan

akan semakin ringan terhadap pendapatan

perusahaan. Namun perlu menjadi perhatian bahwa

terdapat korporasi yang menyatakan beban angsuran

akan semakin berat sebesar 5,5% dari total

responden, lebih rendah dari periode sebelumnya

yang tercatat sebesar 14%. Dari keseluruhan sektor

hanya pelaku usaha dari sektor konstruksi, angkutan

dan jasa yang berpendapat beban angsuran hutang

ke depannya akan semakin berat, masing-masing

sebesar 50%, 16,7% dan 11,1% dari total

responden masing-masing sektor. Grafik 4.36

4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Selain melihat faktor-faktor kerentanan dan risk

factor sektor korporasi, untuk memitigasi risiko

sistemik diperlukan juga analisis interkoneksi

antarsektor. Analis tersebut diperlukan karena dalam

suatu sistem keuangan, korporasi akan terkait

dengan seluruh pelaku dalam sistem keuangan.

Dalam usahanya, sektor korporasi sangat terkait erat

dengan sektor perbankan dengan adanya

penempatan DPK korporasi pada perbankan dan

perbankan memberikan kredit yang dapat digunakan

korporasi untuk modal kerja dan investasi. Eksposur

kredit perbankan pada sektor korporasi pada triwulan

IV 2017 tercatat sebesar 18,47% dari total kredit di

Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi proyek). Saat

ini memang eksposur kredit perbankan pada sektor

korporasi yang masih berada di bawah kredit

perbankan terhadap rumah tangga, namun korporasi

menjadi sumber penghasilan dan penyerapan tenaga

kerja dapat menimbulkan contagion effect pada

rumah tangga apabila terjadi shock pada sektor

korporasi.

Secara nominal, kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017

mencapai Rp4,5 triliun mengalami penurunan

sebesar 6,8%. Grafik 4.38 Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa kredit korporasi terkontraksi

lebih dalam karena pada periode sebelumnya hanya

mengalami kontraksi sebesar 4,2% (yoy). Hal

tersebut terjadi pada penyaluran kredit korporasi

kategori modal kerja dan investasi. Kredit investasi

yang memiliki pangsa paling besar sebesar 66,9%

masih mengalami kontraksi sebesar 10,4% (yoy),

angka tersebut lebih rendah dibanding dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,5%

(yoy). Sementara itu kredit modal kerja yang memiliki

pangsa sebesar 31,8% mengalami kontraksi sebesar

1,3% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya

yang masih bisa tumbuh sebesar 0,9% (yoy).

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi kredit modal kerja korporasi Sulawesi Tenggara

pada triwulan IV 2017 terkontraksi sebesar 1,3%

(yoy), menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 0,9% (yoy).

Dari sisi nominalnya, penyaluran kredit modal kerja

korporasi pada periode laporan mencapai Rp1,44

triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh

penurunan penyaluran kredit modal kerja pada sektor

konstruksi, perdagangan, transportasi komunikasi,

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 54

jasa usaha serta listrik, gas dan air di Sulawesi

Tenggara. Sektor Konstruksi yang pada periode

pelaporan memiliki pangsa sampai dengan 41,3%

dari total kredit modal kerja korporasi mencatatkan

pertumbuhan sebesar 2,8% (yoy), mengalami

perlambatan setelah sebelumnya tumbuh sebesar

3,2% (yoy). Sedangkan kredit perdagangan yang

memiliki pangsa 37,8% hanya tumbuh sebesar 3,1%

(yoy), melambat dari periode sebelumnya yang dapat

tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Sementara itu, kredit

modal kerja pertambangan terkontraksi sebesar

26,6%, sedikit lebih baik dibandingkan kontraksi

pada periode sebelumnya yang mencapai 27,1%

(yoy). Grafik 4.39 Dari sisi risiko kredit, secara umum

terjadi peningkatan risiko. Hal ini terlihat dari

indikator NPL kredit modal kerja korporasi yang masih

tercatat berada di atas threshold 5%. NPL kredit

tersebut pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar

6,29% lebih tinggi dari sebelumnya 4,98%. Grafik

4.40 Peningkatan tekanan risiko kredit tersebut berasal

dari peningkatan risiko pada sektor konstruksi dan

masih tingginya NPL di sektor perdagangan.

Kredit Investasi Korporasi

Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan IV 2017

mencapai Rp3,03 triliun atau mengalami kontraksi

sebesar 10,4% (yoy), lebih dalam dibanding dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,5%.

Kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan kredit

investasi di sektor pertambangan dan perhotelan.

Pangsa kredit investasi sektor pertambangan

merupakan yang terbesar mencapai 56,8%,

sementara pangsa kredit investasi sektor perhotelan

mencapai 7,6%. Grafik 4.41 Pada triwulan IV 2017

kredit investasi korporasi pada sektor pertambangan

terkontraksi sebesar 20,5% (yoy), lebih dalam dari

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

13,2% (yoy). Sementara kredit investasi sektor

perhotelan terkontraksi sebesar 14,2% (yoy).

Sebaliknya, kredit investasi sektor pertanian yang

memiliki pangsa sebesar 11,5% dapat tumbuh lebih

tinggi. Pada periode laporan, kredit pada sektor

tersebut tumbuh sebesar 42,1% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya tumbuh sebesar 28,4% (yoy). Grafik 4.41

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 55

Sementara itu walaupun mengalami kontraksi lebih

dalam, risiko kredit investasi korporasi tetap terjaga

pada level yang rendah di bawah threshold 5% dan

menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan

periode sebelumnya. Pada triwulan IV 2017, NPL

kredit investasi korporasi terpantau di level 1,09%

lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,44%. Grafik 4.42 Secara sektoral, kredit

investasi perbankan yang disalurkan ke sektor

pertambangan memiliki risiko tertinggi dibandingkan

dengan sektor lainnya namun tetap terjaga pada level

yang rendah yaitu 0,05%. Sedangkan sektor

pertanian dan perhotelan mencatatkan risiko kredit

masing-masing sebesar 0,01% dan 0,00%.

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA

4.3.1. Aset Bank Umum

Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada di

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017 mencapai

Rp25,48 triliun, tumbuh sebesar 10,6% (yoy).

Pertumbuhan aset bank umum tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Grafik 4.43 Peningkatan

laju pertumbuhan tersebut disebabkan akselerasi

pertumbuhan aset bank Pemerintah. Berdasarkan

pangsanya, pada periode laporan bank pemerintah

masih mendominasi industri perbankan di Sulawesi

Tenggara dengan porsi aset mencapai 84,1% dari

total aset bank umum, sedangkan pangsa total aset

bank swasta nasional hanya sebesar 15,9% dari total

aset bank umum di Sulawesi Tenggara. Grafik 4.44

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh

bank umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara

pada triwulan IV 2017 kembali mencatatkan

pertumbuhan positif double digit sebesar 14,4%

(yoy). Pertumbuhan DPK tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Grafik 4.45 Dengan

demikian, total DPK di Sulawesi Tenggara pada

triwulan IV 2017 mencapai Rp17,01 triliun. Sebagian

besar DPK yang dihimpun oleh bank umum di

Sulawesi Tenggara ditempatkan pada fasilitas

tabungan dengan pangsa 56,6%. Sedangkan untuk

giro dan deposito pada triwulan IV 2017 masing-

masing tercatat memiliki pangsa pasar sebesar

13,0% dan giro sebesar 30,3%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 56

Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen,

pada triwulan IV 2017, peningkatan DPK didorong

oleh pertumbuhan deposito yang tumbuh sebesar

39,5% (yoy), hampir dua kali dibandingkan dengan

triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 24,5%.

Tabungan di perbankan Sulawesi Tenggara pada

triwulan IV 2017 tumbuh sebesar 11,6% (yoy)

meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,7%

(yoy). Sedangkan fasilitas giro mengalami penurunan

pertumbuhan menjadi terkontraksi sebesar 12,9%

dari sebelumnya tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Grafik

4.46

Secara spasial, DPK Sulawesi Tenggara masih terpusat

di Kota Kendari baik secara nominal maupun jumlah

rekeningnya. Pangsa secara nominal untuk Kota

Kendari mencapai 51,2% sementara dari jumlah

rekening mencapai 35,8%. Selanjutnya diikuti oleh

Kota Bau-Bau dan Kab. Kolaka dengan pangsa

masing-masing sebesar 14,7% dan 12,3%. Ketiga

daerah tersebut menjadi pusat konsentrasi DPK

karena merupakan pusat aktivitas bisnis dan

keuangan di Sulawesi Tenggara. Dari sisi

pertumbuhan spasial, Kab. Konawe Utara

mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi dengan

tumbuh 188,1,% (yoy), disusul oleh Kota Kendari,

Kab. Buton dan Kab. Bombana yang masing-masing

tumbuh 21,4%, 13,9 dan 13,8% (yoy). Secara

umum, hal ini mengindikasikan perbankan juga

sudah aktif menjangkau daerah kabupaten dan

kesadaran masyarakat untuk menabung juga

semakin meningkat. Tabel 4.1

Tabungan

Pada triwulan IV 2017, penghimpunan dana

tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara tumbuh

sebesar 11,6% (yoy), melaju hampir dua kali lipat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,7% (yoy). Secara

nominal, total tabungan masyarakat di Sulawesi

Tenggara sampai dengan periode laporan mencapai

Rp9,63 triliun. Adapun pangsa terbesar pemegang

Tabel 4.1 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2017

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito

Kab. Buton 989.2 201,788 5.8% 9.1% 13.9% 11.54% 70.41% 18.05%

Kab. Muna 1,401.2 233,370 8.2% 10.6% 4.8% 9.85% 71.32% 18.83%

Kab. Kolaka 2,087.0 329,125 12.3% 14.9% 7.1% 12.21% 62.55% 25.25%

Kab. Wakatobi 314.2 58,620 1.8% 2.7% 3.0% 9.73% 67.94% 22.33%

Kab. Konawe 401.7 123,647 2.4% 5.6% 6.9% 5.87% 80.82% 13.31%

Kab. Konawe Selatan 155.1 64,067 0.9% 2.9% 8.0% 3.20% 88.28% 8.51%

Kab. Bombana 256.9 69,654 1.5% 3.2% 13.8% 1.58% 85.21% 13.21%

Kab. Kolaka Utara 163.1 54,548 1.0% 2.5% 5.7% 1.07% 89.11% 9.82%

Kab. Buton Utara 6.2 430 0.0% 0.0% - 0.00% 94.64% 5.34%

Kab. Konawe Utara 24.1 2,838 0.1% 0.1% 188.1% 5.73% 27.61% 66.66%

Kab. Kolaka Timur 5.4 814 0.0% 0.0% - 0.00% 100.00% 0.00%

Kota Baubau 2,498.4 278,132 14.7% 12.6% 7.6% 16.45% 60.99% 22.56%

Kota Kendari 8,717.0 791,743 51.2% 35.8% 21.4% 14.16% 46.53% 39.31%

Sulawesi Tenggara 17,019.6 2,208,776 100% 100% 14.4% 13.0% 56.6% 30.3%

Kota/KabupatenDPK Pangsa thd Sultra Pangsa

gDPK

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 57

rekening tabungan adalah nasabah perseorangan

sebesar 97,20%, diikuti oleh korporasi sebesar

2,71% dan sisanya adalah nasabah pemerintah.

Preferensi penempatan oleh pemilik dana dari

pemerintah pusat dan daerah lebih besar

menempatkan dananya di bank pemda. Tabel 4.2

Berdasarkan nilai tabungannya, sebagian besar

penabung di Sulawesi Tenggara memiliki tabungan

sampai dengan Rp100 juta yaitu mencapai 99,20%

dari total rekening tabungan. Sementara itu

penabung dengan nilai di atas Rp1 miliar masih

sedikit dengan pangsa hanya sebesar 0,02. Meskipun

sangat kecil, namun penabung dengan nilai di atas

Rp1 miliar tersebut menguasai 11,01% dari jumlah

tabungan yang ada. Tabel 4.3

Deposito

Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017 tumbuh

sebesar 39,5% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

24,5% (yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai

periode laporan mencapai Rp5,2 triliun. Kenaikan

pada deposito tersebut didorong oleh deposan besar

(nilai deposito di atas Rp1 miliar) yang sampai dengan

triwulan IV 2017 memiliki pangsa 59,8% total

deposito Sulawesi Tenggara walau secara rekening

hanya mencatatkan 2,83% total rekening deposito.

Konsentrasi pangsa nominal deposito pada sejumlah

rekening tersebut membutuhkan perhatian khusus

agar ketahanan dari sisi DPK berupa deposito tetap

terjaga. Tabel 4.5

Dari sisi pemilik rekening, seperti halnya tabungan,

nasabah perseorangan masih mendominasi pangsa

deposito Sulawesi Tenggara untuk dana yang

ditempatkan di bank persero, bank swasta maupun

bank pemda. Korporasi memiliki pangsa terbesar

kedua diikuti oleh deposito milik pemda. Jangka

penempatan deposito yang tidak terkonsentrasi pada

salah satu tenor tertentu merupakan indikasi yang

baik untuk menjaga ketahanan perbankan, namun

diperlukan perhatian khusus agar perbankan

terhindar dari mismatch karena lebih dari 50% dana

biaya tinggi perbankan (deposito) memiliki tenor

yang relatif pendek (<1 tahun).

Giro

Pada triwulan IV 2017, penempatan dana di giro

terkontraksi sebesar 12,9% (yoy). Tingkat

pertumbuhan ini jauh lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif

sebesar 6% (yoy). Penurunan pertumbuhan giro ini

disebabkan oleh penurunan laju pertumbuhan pada

giro yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah

daerah dan korporasi. Sementara itu dana giro

perseorangan mengalami kenaikan. Dari sisi

kepemilikan, pangsa terbesar pemilik giro adalah

nasabah korporasi, disusul oleh pemerintah,

perseorangan dan pemerintah daerah.

4.4.3. Penyaluran Kredit

Seiring dengan akselerasi penghimpunan dana pihak

ketiga, pada triwulan IV 2017 penyaluran kredit

perbankan oleh bank umum yang berkantor di

Sulawesi Tenggara secara keseluruhan juga

mengalami peningkatan. Kredit perbankan tumbuh

sebesar 12,8% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

dengan kinerja periode sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 9,8% ( (yoy). Secara nominal, kredit

perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan

III 2017 mencapai Rp20,6 triliun. Grafik 4.47

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 58

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

Secara spasial, penyaluran kredit masih

terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa

sebesar 58,4% dari seluruh nominal penyaluran

kredit yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi

Tenggara. Selain itu, Kota Kendari juga masih

mendominasi untuk kepemilikan rekening kredit

dengan pangsa sebesar 51,6%. Meskipun demikian,

pertumbuhan kredit di Kota Kendari hanya sebesar

9,3% (yoy) berada di bawah rata-rata pertumbuhan

kredit Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan kredit

tertinggi berada di Kabupaten Konawe Utara sebesar

44,8% (yoy), diikuti oleh penyaluran di Kab. Buton

yang tumbuh sebesar 33,2% (yoy). Kabupaten lain

selain kota Kendari dan kota Baubau mencatatkan

pertumbuhan total kredit yang cukup tinggi. Tabel 4.6

Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,

perbankan di sebagian besar kabupaten masih

menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi

dimana pada periode pelaporan juga terjadi

peningkatan pangsa kredit konsumsi dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Terdapat 7 kabupaten

dari 12 kabupaten/kota yang memiliki pangsa kredit

konsumsi di atas 90% dari total kredit yang

disalurkan di daerah tersebut. Sedangkan untuk

kegiatan produktif, hanya terdapat 4 daerah yang

memiliki pangsa kredit modal kerja di atas 20%, yaitu

Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Kolaka dan Kab.

Muna.

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja

dan konsumsi menunjukkan perbaikan laju

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi Tenggara

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2017

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 59

penyaluran pada triwulan IV 2017. Kredit konsumsi

yang pada triwulan III 2017 memiliki pangsa sebesar

62,7% mengalami peningkatan pangsa menjadi

63,8% pada periode pelaporan. Peningkatan pangsa

ini sejalan dengan peningkatan laju penyaluran kredit

yang tumbuh sebesar 16,6% (yoy) pada periode

pelaporan, naik dari pertumbuhan 12,0% (yoy) pada

periode sebelumnya. Kredit investasi pada periode

pelaporan mengalami sedikit penurunan penyaluran

dengan tingkat kontraksi yang meningkat, dari

terkontraksi 0,6% (yoy) pada triwulan III 2017

menjadi terkontraksi sebesar 1,4% (yoy) pada

triwulan IV 2017. Namun secara proporsi, kredit

investasi masih memiliki pangsa terkecil yaitu sebesar

9,2% pada periode pelaporan, turun dari periode

sebelumnya yang tercatat memiliki pangsa sebesar

9,6%. Sementara itu, kredit modal kerja yang

sebelumnya tumbuh sebesar 9,0% (yoy) mengalami

sedikit peningkatan dengan tumbuh 9,8% (yoy) pada

triwulan IV 2017. Seiring dengan peningkatan laju

pertumbuhan tersebut, pangsa kredit modal kerja

terhadap total kredit perbankan Sulawesi Tenggara

mengalami penurunan menjadi sebesar 27,0% dari

sebesar 27,7% pada triwulan sebelumnya. Grafik 4.48

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Berdasarkan penyaluran kredit pada sektor ekonomi,

kenaikan pertumbuhan kredit yang terjadi

disebabkan karena banyak sektor menunjukkan

perbaikan penyaluran. Namun sektor perdagangan

yang memiliki pangsa terbesar untuk kategori kredit

produktif (65,0% dari total kredit produktif) masih

melanjutkan tren penurunan.

Berdasarkan penyaluran kredit pada sektor ekonomi,

kenaikan pertumbuhan kredit yang terjadi

disebabkan karena banyak sektor menunjukkan

perbaikan penyaluran. Namun sektor perdagangan

yang memiliki pangsa terbesar untuk kategori kredit

produktif (65,0% dari total kredit produktif) masih

melanjutkan tren penurunan. Setelah pada triwulan

III 2017, kredit yang disalurkan oleh perbankan ke

sektor perdagangan tumbuh sebesar 2,2% (yoy),

pada triwulan IV kredit perdagangan hanya tumbuh

sebesar 2,0% (yoy). Selain perdagangan, sektor

akomodasi makan minum, industri pengolahan,

transportasi-pergudangan, jasa perusahaan,

informasi komunikasi, administrasi pemerintahan dan

jasa lainnya juga mengalami penurunan laju

pertumbuhan, bahkan jasa perusahaan yang tumbuh

sebesar 3,1% (yoy) pada triwulan III 2017 mengalami

kontraksi sebesar 64,7% (yoy) pada triwulan IV 2017.

Tabel 4.5

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan

intermediasi perbankan adalah indikator Loan to

Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan IV 2017

Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sektor Ekonomi Nominal

(Rp miliar) % Nominal

gKredit (%, yoy) NPL (%)

Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017 Tw IV 2017

Pertanian 547 7.4% 73.3 61.3 65.5 67.8 1.6

Pertambangan 56 0.8% -6.9 30.1 39.7 45.9 8.4

Industri Pengolahan 383 5.2% 68.9 22.6 27.5 18.8 2.4

Listrik Gas 5 0.1% 108.3 58.5 -39.3 -24.0 0.0

Air 3 0.0% 0.6 -33.9 -2.9 5.0 3.5

Konstruksi 524 7.1% -6.5 -4.7 12.5 22.9 10.4

Perdagangan 4,909 66.3% 7.2 3.2 2.2 2.0 6.0

Transportasi-Pergudangan 125 1.7% 18.4 5.5 11.5 7.4 3.1

Akomodasi Makan Minum 428 5.8% 0.6 -1.9 -7.3 -7.4 5.8

Informasi Komunikasi 2 0.0% -23.5 -10.6 -13.8 -33.7 0.3

Jasa Keuangan 5 0.1% 0.9 -39.6 -62.6 -33.7 0.0

Real Estate 90 1.2% -3.5 -11.6 -6.2 -7.2 3.9

Jasa Perusahaan 34 0.5% 25.4 13.6 3.1 -64.7 2.7

Adm Pemerintahan 1 0.0% -88.0 -28.4 56.4 27.5 0.0

Jasa Pendidikan 21 0.3% -9.3 -12.4 -9.8 -9.4 19.7

Jasa Kesehatan Sosial 26 0.3% -9.8 8.5 9.1 10.8 0.2

Jasa Lainnya 241 3.3% -1.2 2.3 6.5 5.0 4.2

Kredit Produktif 7,399 100% 11.2 8.6 9.8 12.8 5,6%

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 60

Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio

penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh

perbankan. Pada triwulan IV 2017 LDR bank umum

di Sulawesi Tenggara mencapai 121,1%, lebih tinggi

daripada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

116,6%. Grafik 4.49 Peningkatan LDR tersebut terjadi

karena secara nominal peningkatan yang terjadi

dalam penyaluran kredit tidak disertai kenaikan

nominal DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi

Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh

DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi Tenggara

disalurkan dalam bentuk kredit. Sedangkan

pencapaian pada triwulan IV 2017 menunjukkan

bahwa dalam rangka menyalurkan kredit, perbankan

di Sulawesi Tenggara memerlukan dana dari daerah

lain. Kondisi ini terlihat dari adanya peningkatan

kewajiban antarkantor (penerimaan dari kantor bank

yang sama di daerah lain) sebesar 13,82% (yoy) pada

triwulan IV 2017. Tingkat LDR yang terlalu tinggi

maupun terlalu rendah dapat menjadi sumber

kerentanan apabila tidak disertai dengan tingkat

risiko kredit yang terjaga di tingkat yang aman.

Non Performing Loan (NPL)

Pada triwulan IV 2017, penyaluran kredit yang

tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya disertai dengan perbaikan dalam sisi

risiko kredit. Penurunan risiko kredit tersebut terlihat

dari menurunnya indikator Non Performing Loan

(NPL) Gross pada triwulan III 2017 yang tercatat

hanya sebesar 2,72%, lebih rendah daripada periode

sebelumnya yang mencapai 3,12% dan masih berada

di bawah threshold 5%. Grafik 4.50 Pada periode

pelaporan, penyaluran kredit investasi memiliki risiko

kredit terbesar dan melewati threshold 5% dimana

NPL tercatat sebesar 5,87%, meskipun mengalami

penurunan daripada periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 7,10%. Demikian juga kredit modal

kerja juga masih memiliki NPL melebihi threshold 5%

yaitu sebesar 5,53%. Penyaluran kredit konsumsi

adalah satu-satunya kategori kredit yang memiliki

NPL di bawah 5% dengan mencatatkan NPL sebesar

1,08% pada periode laporan, lebih rendah dari

periode sebelumnya yang mencatatkan NPL sebesar

1,40%.

Secara sektoral, NPL dari sektor dengan pangsa

penyaluran kredit terbesar yaitu sektor perdagangan

mencatatkan NPL di atas threshold 5% dengan

mencatatkan NPL sebesar 6,0%, lebih rendah

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 6,5%. Secara umum, kredit

produktif mengalami penurunan risiko dengan

mencatatkan NPL yang lebih rendah dibandingkan

dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 5,6%.

Namun perlu menjadi perhatian bahwa nilai tersebut

masih berada di atas threshold 5%, terutama sektor

jasa pendidikan dan konstruksi yang NPLnya sudah

menyentuh double digit. Sementara itu, sektor

pertanian memiliki NPL yang terjaga pada level yang

sangat rendah.

4.4.4. Perbankan Syariah

Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara

masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah

hanya memiliki aset sebesar Rp1,19 triliun, atau

sebesar 4,7% dari keseluruhan aset bank umum di

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara

Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 61

Sulawesi Tenggara. Pangsa ini mengalami sedikit

peningkatan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencatatkan 4,4% dari pangsa

bank umum. Grafik 4.51 Kondisi yang sama juga

terjadi pada penghimpunan dana dan penyaluran

pembiayaan. Pada triwulan IV 2017, pangsa

pembiayaan hanya mencapai 4,8% dari total realisasi

kredit oleh bank umum, sama dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,8%. Sedangkan

penghimpunan DPK bank syariah mencapai 4,5%

meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang hanya sebesar 4,2% dari seluruh

DPK se Sulawesi Tenggara.

Apabila dibandingkan dengan kinerja perbankan

syariah di Pulau Sulawesi, secara umum

perkembangan aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara relatif lebih baik. Pertumbuhan aset bank

syariah di Sulawesi Tenggara mencapai 20,7% (yoy),

lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan aset

bank syariah se-Sulawesi yang hanya tumbuh sebesar

5,59% (yoy) pada triwulan III 2017. Sementara itu,

pangsa aset bank syariah di Sulawesi Tenggara yang

mencapai 4,70% sudah berada di atas rata-rata

pangsa aset bank syariah di Sulawesi yang hanya

sebesar 4,16%. Secara komposisi, Sulawesi Tenggara

merupakan provinsi dengan aset perbankan syariah

terbesar kedua di Sulawesi setelah Provinsi Sulawesi

Selatan yang aset perbankan syariahnya mencapai

5,08% terhadap keseluruhan aset perbankan di

provinsi tersebut. Grafik 4.52

Sampai dengan triwulan IV 2017, penyaluran

pembiayaan syariah terus mengalami percepatan laju

pertumbuhan. Pada periode laporan pembiayaan

syariah tumbuh sebesar 14,6% (yoy) dengan baki

debet sebesar Rp985,22 miliar, meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 13,9% (yoy) dengan baki debet

sebesar Rp945,52 miliar. Grafik 4.54 Sama dengan

penyaluran perbankan umum, penyaluran

pembiayaan syariah juga paling banyak dilakukan

untuk penggunaan konsumsi sebanyak 68.2% yang

mampu tumbuh sebesar 20,9% (yoy). Sementara itu,

penyaluran pembiayaan untuk modal kerja dengan

pangsa sebanyak 18,9% menunjukkan pergerakan

terbatas sehingga terkontraksi sebesar 4,9% (yoy).

Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko

pembiayaan kembali mengalami perbaikan. Hal ini

terlihat dari NPF (Non Performing Financing) yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.51 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.53 Perkembangan DPK Syariah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.52 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset

Syariah se-Sulawesi Grafik 4.54 Perkembangan Pembiayaan Syariah

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 62

kembali menurun dari 3,82% pada periode

sebelumnya menjadi 3,80% pada triwulan IV 2017.

Seiring dengan kinerja penyaluran pembiayaannya,

penghimpunan DPK perbankan syariah juga

menunjukkan peningkatan. Pada periode tersebut

jumlah DPK bank syariah mencapai Rp766,6 miliar

atau tumbuh sebesar 16,9% (yoy) jauh lebih besar

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 10,9% (yoy) mencapai Rp709,2

miliar. Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi

laju pertumbuhan penempatan DPK di fasilitas

deposito yang tumbuh sebesar 17,6% (yoy), dan

tabungan yang tumbuh sebesar 16,4% (yoy).

Sedangkan pertumbuhan giro sedikit melambat

menjadi sebesar 14,0% (yoy). Grafik 4.53

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat

Pada triwulan IV 2017, kinerja BPR menunjukkan

penurunan. Dalam hal akumulasi aset, BPR tumbuh

sebesar 0,8% (yoy), lebih rendah dari periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,9% (yoy)

sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp311,4

miliar. Grafik 4.55 Sementara itu, penghimpunan dana

dari masyarakat mengalami penurunan.

Penghimpunan DPK terkontraksi sebesar 7,3% (yoy)

atau tercatat sebesar Rp110,3 miliar, lebih rendah

dari pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 5,3%

(yoy). Grafik 4.56 Sementara itu dari sisi penyaluran

kredit, BPR masih melanjutkan perlambatan dan

terkontraksi sebesar 0,2% (yoy) dengan nominal total

penyaluran kredit sebesar Rp228,4 miliar. Grafik 4.57

Perlambatan tersebut terjadi pada jenis penggunaan

kredit modal kerja, investasi dan konsumsi, dimana

bahkan khusus untuk kredit modal kerja yang

memiliki pangsa kredit BPR terbesar di Sulawesi

Tenggara terus terkontraksi. Sedangkan kredit

konsumsi tumbuh melambat menjadi 11,3% (yoy)

lebih rendah dari periode sebelumnya yang bisa

tumbuh sebesar 43,4% (yoy) walau masih tumbuh

double digit. Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada

triwulan IV 2017 mencapai 207,6% yang berarti

kredit yang disalurkan oleh BPR menggunakan dana

dari institusi keuangan lainnya. Dengan demikian

risiko yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan

risiko pada institusi keuangan lainnya. Sementara itu,

risiko kredit pada BPR sangat tinggi tercermin dari

NPL sebesar 20,8%, di atas threshold 5% dan lebih

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.55 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.57 Pertumbuhan Kredit BPR

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.56 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.58 Pangsa Kredit BPR per Sektoral

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 63

tinggi dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar

19,1%.

4.5. AKSES KEUANGAN

4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Pada triwulan IV 2017, kredit yang diterima oleh

UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi

proyek) mencapai Rp6,50 triliun. Secara pangsa

mencapai 26,5% dari total kredit di Sulawesi

Tenggara. Kredit kepada UMKM tersebut, sebagian

besar diberikan kepada usaha kecil sebesar 42,8 %

dan usaha mikro dengan pangsa sebesar 31,6%.

Sedangkan untuk usaha menengah memiliki pangsa

sebesar 23,3% dari total kredit UMKM. Grafik 4.59

Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan

secara umum, pada triwulan IV 2017 laju

pertumbuhan kredit UMKM juga mengalami

moderasi menjadi sebesar 6,2% (yoy) dibandingkan

dengan pertumbuhan sebesar 7,6% (yoy) pada

triwulan III 2017. Hal ini terjadi karena seluruh kredit

usaha kecil dan menengah mengalami deselerasi

masing-masing tumbuh sebesar 3,1% (yoy) dan

3,0% (yoy) sedangkan kredit usaha mikro tumbuh

sebesar 13,3% (yoy). Grafik 4.60

Secara sektoral, penurunan laju pertumbuhan kredit

UMKM tersebut dipengaruhi oleh penurunan laju

pertumbuhan kredit UMKM pada semua sektor.

Perdagangan yang merupakan kontributor terbesar

dengan pangsa 69,0% pada triwulan IV 2017

tumbuh sebesar 0,8% (yoy) lebih lambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,3% (yoy). Selain itu sektor

konstruksi yang tadinya tumbuh positif sebesar 5,2%

(yoy) pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi

sebesar 0,6% (yoy) pada triwulan IV 2017. Grafik 4.61

Dari sisi risiko kreditnya, secara umum NPL kredit

UMKM masih berada sedikit di atas threshold 5%

namun menunjukkan perbaikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Pada triwulan IV 2017

NPL kredit UMKM tercatat sebesar 5,03%, lebih kecil

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.61 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.62 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 64

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 5,52%. Kondisi tersebut dipengaruhi

oleh penurunan tingkat risiko di sektor perdagangan,

pertanian dan industri pengolahan. Grafik 4.62

Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR

(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat

peningkatan penyaluran kredit kepada usaha rakyat.

Sampai dengan triwulan IV 2017, baki debet KUR di

Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,34 triliun dengan

jumlah debitur aktif mencapai 71.138 nasabah.

Grafik 4.63 Penyaluran KUR di Sulawesi Tenggara

masih terkonsentrasi pada usaha di sektor

perdagangan yang mencapai 61,3%. Sementara itu

penyaluran pada sektor primer seperti ke pertanian

dan perikanan sudah menunjukkan adanya

peningkatan. Selain itu industri pengolahan dan

sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan

makan minum juga terus mengalami peningkatan.

4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara

terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami

peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah

rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di

Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan tren

peningkatan, dimana pada triwulan IV 2017 rasio

tersebut tercatat sebesar 175,3%. Grafik 4.65 Rasio

yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa

terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih dari

satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga

mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan

kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa

sekolah maupun mahasiswa.

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap

penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara

masih stabil pada kisaran 18,7%. Grafik 4.66 Meskipun

demikian, rasio tersebut masih rendah karena pada

awal tahun 2016 rasio dapat mencapai 21,0. Masih

rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa

fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh

masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang

untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.63 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.65 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.64 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara

Grafik 4.66 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 65

akan datang. Upaya pengembangan akses keuangan

memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas

sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI

Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan

dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi

keuangan yang bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai produk dan jasa keuangan serta

menumbuhkan kesadaran masyarakat pada

umumnya untuk menabung dan melakukan

pengelolaan keuangan.

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 66

BOKS 01

KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN SULAWESI TENGGARA

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki

kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Kebijakan demand side

adalah kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan

kapabilitasnya sehingga bankable. Kebijakan ini meliputi penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan

kerjasama BI dengan lembaga internasional dan Pemerintah. Kebijakan supply side adalah kebijakan yang

difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam menyalurkan kredit

kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, penguatan kelembagaan dan penyediaan

dana secara tidak langsung. Sebagai salah satu upaya membantu mengidentifikasi berbagai peluang

investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah, maka Bank

Indonesia melaksanakan penelitian terhadap potensi ekonomi daerah kepada stakeholders di daerah

mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah yang

dapat dikembangkan.

Pelaksanaan penelitian KPJU Unggulan UMKM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 meliputi 15

kabupaten dan 2 kota di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara dengan jumlah daerah penelitian sebanyak

216 kecamatan se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode penelitian dalam penetapan KPJU unggulan

daerah dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode analisis, yaitu Metode Analytic Hierarchy

Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP, Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan

identifikasi KPJU tingkat kecamatan, KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat Provinsi.

Grafik 1. Faktor Penghambat dan Pendukung Usaha di Provinsi Sulawesi Tenggara

Proses penetapan KPJU Unggulan Provinsi Sulawesi Tenggara secara agregasi dari seluruh wilayah

penelitian menunjukkan bahwa Kriteria Ketersediaan Pasar memiliki porsi atau skor terbobot terbesar

dibandingkan kriteria yang lainnya. Dengan rataan nilai skor untuk seluruh kriteria di seluruh wilayah

kabupaten/kota sebesar 0,2151 maka 8 (delapan) kriteria dinilai memberikan dukungan secara positif dan

menjadi faktor pendorong dalam rangka pengembangan usaha skala UMKM yaitu (1) Ketersediaan Pasar,

0,2231 0,2210

0,2117

0,2215 0,2144 0,2153 0,2173

0,1869

0,2274

0,2015

0,2174 0,2237

0,2151

Ten

aga

Ke

rja

Tera

mp

il

Bah

an B

aku

Mo

dal

Sara

na

Pro

du

ksi

Tekn

olo

gi

Sosi

al B

ud

aya

Man

aje

men

Usa

ha

Dam

pak

Lin

gku

nga

n

Ket

erse

dia

an P

asar

Har

ga /

Nila

i Tam

bah

Pen

yera

pan

Ten

aga

Ker

ja

Sum

ban

gan

Per

eko

no

mia

n

INPUT PROSES OUTPUT

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 67

(2) Sumbangan Terhadap Perekonomian, (3) Tenaga Kerja Terampil, (4) Ketersediaan Sarana Produksi

Usaha, (5) Ketersediaan dan Kontinuitas Bahan Baku, (6) Penyerapan Tenaga Kerja, (7)

Manajemen/Pengelolaan Usaha, (8) Sosial Budaya Masyarakat. Sedangkan 4 kriteria lainnya dinilai

berpeluang menjadi faktor penghambat usaha dengan skala yang berbeda-beda namun mendekati batas

rataan skor kriteria, yaitu (1) Penerapan Teknologi Budidaya/Produksi, (2) Permodalan Usaha, (3)

Harga/Nilai Tambah Produk/Usaha, dan (4) Aspek Dampak Lingkungan yang ditimbulkan. Kendala yang

seringkali dihadapi para pelaku usaha, khususnya pada KPJU unggulan, perlu mendapat perhatian khusus

agar bisa lebih mendukung.

Tabel 1. KPJU Unggulan Lintas Sektoral di Provinsi Sulawesi Tenggara

No

Sektor/

Lapangan

Usaha

KPJu Unggulan

Katagori

Siklus Bisnis Prospek Prospek

1 Padi Palawija Padi Sawah Baik Baik Pertumbuhan/ Matang

2 Perikanan Penangkapan Ikan Laut Baik Baik Pertumbuhan

3 Padi Palawija Jagung Baik Baik Pertumbuhan/ Matang

4 Perikanan Budidaya Ikan Tambak Baik Baik Pertumbuhan

5 Pariwisata Wisata Bahari/Pantai Baik Baik Pertumbuhan

6 Perkebunan Jambu Mete Sangat

Baik

Sangat Baik Pertumbuhan/ Matang

7 Perkebunan Kakao Baik Baik Pertumbuhan/ Matang

8 Perikanan Budidaya Rumput Laut Baik Baik Pertumbuhan

9 Peternakan Sapi Potong Baik Baik Pertumbuhan

10 Perkebunan Kelapa Baik Baik Pertumbuhan/ Matang

Dari hasil penelitian tersebut, KPJU unggulan Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi oleh sektor pertanian

seperti tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kondisi tersebut turut

mencerminkan kondisi sektor tersebut yang masih merupakan pangsa perekonomian terbesar di Sulawesi

Tenggara. Beberapa komoditas pertanian memang sudah diketahui menjadi komoditas utama seperti

kakao, padi sawah, jagung, jambu mete, kelapa, ikan laut, ikan budidaya tambak dan sapi potong.

Meskipun demikian, terdapat pula sektor pariwisata yang turut menjadi komoditas unggulan, terutama

wisata bahari/pantai. Masuknya Wakatobi menjadi Kawasan Strategis Pengembangan Nasional untuk

pariwisata dapat memberikan peran lebih kepada perekonomian dan didukung oleh UMKM di sekitarnya.

Lebih mendalam pada setiap kabupaten/kota, terdapat variasi yang lebih besar untuk 10 besar KPJU

Unggulannya. Terdapat paling tidak 7 sektor utama yang memperkaya variasi UMKM di Sulawesi

Tenggara, yaitu pertanian, perikanan, perdagangan, industri pengolahan, transportasi, pariwisata dan

jasa-jasa. Sama seperti kondisi pada tingkat provinsinya, pada tingkat kabupaten KPJU Unggulan juga

didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian dan perikanan. Adapun sektor sekunder, yaitu industri

pengolahan, masih terbatas pada pengolahan sumber daya pertanian dan perikanan seperti penggilingan

padi, pengolahan/pengawetan ikan, pengupasan mete dan minyak nilam. Sementara itu komoditas

pariwisata juga masih terbatas pada beberapa daerah seperti Wakatobi, Kota Kendari, Kota Baubau dan

Buton Selatan.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 68

Tabel 2. KPJU Unggulan Lintas Sektoral di Kabupaten/Kota (Top 10)

Ke depan, perlu upaya untuk meningkatkan akses dan perluasan jangkauan pemasaran disamping

pemenuhan kebutuhan bahan baku/sarana produksi, peningkatan teknologi produksi dan manajemen

usaha khususnya dengan memanfaatkan potensi yang ada dari wilayah sekitarnya (kabupaten/kota

tetangga). Selain itu perlu juga upaya untuk menumbuh-kembangkan wirausaha baru pada kegiatan

usaha KPJU Unggulan, serta penyediaan fasilitas kredit permodalan/pembiayaan sesuai dengan

karakteristik masing-masing lapangan usaha.

Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan

Jual Makanan Jambu Mete Kelapa Sawit Kakao Lada

Tenun Adat Jagung Lada Jual Hasil Pertanian Nilam

Jambu Mete Penangkapan Ikan Laut Budidaya Ikan Tambak Kelapa Sawit Budidaya Rumput Laut

Penangkapan Ikan Laut Kacang Panjang Bahan Bangunan Cengkeh Padi Sawah

Kelapa Mangga Minyak Nilam Budidaya Ikan Tambak Kakao

Abon Ikan Keripik Sagu Padi Sawah Cabe Rawit

Jual Sembako Budidaya Rumput Laut Cabe Rawit Budidaya Ikan Air Tawar Budidaya Ikan Tambak

Angkutan Antar Pulau Kelor Kelapa Penangkapan Ikan Laut Penggilingan Padi

Kakao Kemiri Kakao Pisang Jeruk

Pengupasan Mete Budidaya Jaring Apung Cabe Besar Budidaya Ikan Karamba Pengolahan Ikan

Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kolaka Timur

Wisata Minat (Diving) Cengkeh Penangkapan Ikan Laut Jual Hasil Pertanian Kakao

Penangkapan Ikan Laut Padi Sawah Pengawetan ikan Kelapa Sawit Penggilingan Padi

Wisata Bahari/Pantai Gula Merah Angkutan Barang Lada Lada

Wisata Kuliner Kakao Kelapa Kopi Nilam

Jual Bahan Bangunan Kopra Jambu Mete Durian Padi Sawah

Wisata Alam Bawang Merah Olahan Mete Kakao Jual Hasil Pertanian

Pengolahan Ikan Penggilingan Padi Pembuatan Kapal Kopra Sapi Potong

Kelapa Jual Hasil pertanian Nilam Cengkeh Cengkeh

Angkutan Antar Pulau Rumah Makan Jual Hasil Pertanian Sembako Kelapa Sawit

Pisang Kelapa Budidaya Mutiara Jeruk Minyak Nilam

Mubar Buteng Buton Selatan Kendari Baubau Legenda

Jambu Mete Jambu Mete Jambu Mete Pengolahan Ikan Jual Hasil Perikanan Pertanian

Kakao Penangkapan Ikan Laut Penangkapan Ikan Laut Restoran/Rumah Makan Pengupasan Mete Perikanan

Cabe Keriting Kakao Merica Kacang Mete Penangkapan Ikan Laut Perdagangan

Jagung Kelapa Mebel Kayu Penangkapan Ikan Laut Toko Kelontong Industri

Lada Budidaya Rumput Laut Bawang Merah Jual Roti dan Kue Tenun Transportasi

Batu Bata Angkutan Barang Angkutan Pedesaan Wisata Alam Budidaya Ikan di Laut Pariwisata

Kopi Ubi Kayu Praktek Bidan Jual Sembako Jual Makanan Jasa-jasa

Jual Perabot Pisang Jual Sembako Budidaya Ikan Tambak Sembako

Angkutan Pedesaan Angkutan Penumpang Wisata Budaya Reparasi Mobil Reparasi Kendaraan

Ubi Kayu Jagung Hasil Pertanian Warung Makan/Kedai Wisata Sejarah

Rambutan

Padi Sawah

Jambu Mete

Cengkeh

Mebel Kayu

Konawe Kepulauan

Minyak Goreng Kelapa

Kelapa

Penangkapan Ikan Laut

Pembuatan Kapal

Angkutan Antar Pulau

Cengkeh

Kopi

Terung

Padi Sawah

Sapi Potong

Ubi Jalar

Bombana

Jambu Mete

Jual Hasil Pertanian

Kelapa

Pisang

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 69

SISTEM PEMBAYARAN

& PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

5

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 70

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

NONTUNAI

Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan oleh Bank Indonesia di provinsi

Sulawesi Tenggara, yaitu Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI RTGS). Kedua sistem tersebut

berjalan dengan baik dan lancar selama triwulan IV

2017. Penguatan infrastruktur dan kebijakan sistem

pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia

secara konsisten dan berkesinambungan mampu

memitigasi risiko kredit, likuiditas, dan operasional

dalam sistem pembayaran.

Selama triwulan IV 2017, nilai transaksi sistem

pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara

mencapai Rp2,94 triliun, mengalami penurunan

sebesar 6,9% (yoy). Grafik 5.1 Sementara itu, total

transaksi sistem pembayaran nontunai selama

periode tersebut mencapai 54.973 kali, mengalami

penurunan sebesar 12,8% (yoy). Grafik 5.2 Kondisi ini

sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi

pada periode tersebut, terutama disebabkan oleh

melambatnya investasi,

konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga.

Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, secara nominal transaksi

tersebut dapat tumbuh sebesar 13,2% (qtq) karena

pada triwulan sebelumnya yang hanya tercatat

sebesar Rp2,59 triliun dengan total transaksi

sebanyak 40.426 kali. Hal ini menunjukkan adanya

potensi perbaikan perekonomian di periode

mendatang.

Dari preferensi penggunaannya, transaksi nontunai

secara nominal di Sulawesi Tenggara masih

didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 68,8%

dan sisanya sebesar 31,2% menggunakan BI-RTGS.

Sementara dari sisi jumlah transaksi, penggunaan

SKNBI mencapai 98,7% sedangkan penggunaan BI-

RTGS hanya sebesar 1,3%. Grafik 5.3 Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar transaksi

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di

Sulawesi Tenggara

Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran

Nontunai di Sulawesi Tenggara

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara

2,952

3,362

2,861 3,160

2,587 2,264

2,598 2,942

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV

2016 2017

SKNBI BI-RTGS

Rp miliar

68.8%

98.7%

SKNBI BI-RTGS

Transaksi

1,38%

Nominal

31,2%

TW IV 2017

61,483 64,110

56,588

63,054

55,254

46,874 50,426

54,973

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

I II III IV I II III IV

2016 2017

SKNBI BI-RTGS

transaksi

37.33

53.52

30

35

40

45

50

55

I II III IV I II III IV

2016 2017

Rp J

uta

SKNBI BI-RTGS SP Nontunai

1.28

1.0

1.5

2.0

Rp m

iliar

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 71

perekonomian di Sulawesi Tenggara masih

merupakan transaksi ritel dengan rata-rata sebesar

Rp37,33 juta per transaksi SKNBI. Sementara untuk

transaksi sistem pembayaran nilai besar yang

menggunakan BI-RTGS rata-rata sebesar Rp1,28

miliar per transaksi. Grafik 5.4

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Selama triwulan IV 2017, nilai transaksi sistem

pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp2,02 triliun, masih mengalami

penurunan sebesar 14,15% (yoy). Sementara itu,

total transaksi SKNBI selama periode tersebut sebesar

54.257 kali, mengalami penurunan sebesar 13,2%

(yoy). Dilihat dari sisi penggunaannya, sebagian besar

transaksi kliring tersebut secara nominal adalah

dengan menggunakan kliring kredit dengan pangsa

sebesar 69,9%, sementara penggunaan kliring debet

hanya sebesar 30,1%. Meskipun demikian, jika

dilihat dari jumlah transaksinya penggunaan kliring

kredit hanya sebesar 59,7%. Kondisi ini terjadi karena

penggunaan kliring kredit memiliki nominal per

transaksi yang lebih besar daripada kliring debet.

Pada periode tersebut rata-rata kliring kredit adalah

sebesar Rp43,7 juta per transaksi, sementara kliring

debet hanya sebesar Rp27,9 juta per transaksi. Kliring

kredit secara umum dikenal sebagai transfer antar

bank dan dilakukan secara paperless, sementara

kliring debet dilakukan dengan menggunakan

warkat seperti cek dan bilyet giro. Peningkatan

kemudahan transfer antar bank, baik melalui teller

bank, ATM maupun dengan penggunaan e-banking

maupun sms banking semakin memperbesar

penggunaan kliring kredit.

Dilihat dari sisi perputaran hariannya, transaksi SKNBI

di Sulawesi Tenggara masih berada pada tren yang

stabil meskipun lebih rendah dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2017,

perputaran kliring mencapai Rp32,7 miliar/hari

dengan jumlah transaksi mencapai 875,1

transaksi/hari. Perputaran kliring kredit dapat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian

2,3192,488

2,1722,359

2,000

1,6341,850

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV

2016 2017

Kliring Kredit Kliring Debet

Rp miliar

69,9%

30,1%

share

37.8%

75.7%

Cek Bilyet Giro Lain

24%

0,3%

Transaksi

5382 Cek

17005 BG

76 Lain

Nominal

62,2%

0,1%

237,4 Miliar Cek

390,9 Miliar BG

0,3 Miliar Lain

TW IV2017

61,153 63,581

56,110 62,515

54,729

46,370

49,908 54,257

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

I II III IV I II III IV

2016 2017

Kliring Kredit Kliring Debet

transaksi

59,7%

40,3%

share 22.8

9.8

32.7

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV

2016 2017

Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring

Rp miliar/ hari

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 72

mencapai Rp22,8 miliar/hari sementara kliring debet

mencapai Rp9,8 miliar/hari. Grafik 5.8

Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik

rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet Giro

(BG) daripada cek. Pada triwulan IV 2017, sebanyak

75,7% transaksi kliring debet adalah dengan

menggunakan BG dengan nominal mencapai

Rp390,9 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek

hanya sebanyak 24% dengan nilai sebesar Rp237,4

miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar

0,3% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi

kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG

kosong mengalami penurunan setelah sebelumnya

tercatat sebanyak 706 lembar menjadi 517 lembar

dengan nominal mencapai Rp19,76 miliar. Grafik 5.9

Dengan demikian, tingkat penarikan Cek/BG kosong

pada triwulan III 2017 hanya sebesar 3,1% dari total

penarikan kliring debet, lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya yang mencapai 3,3%.

Penurunan tingkat penarikan Cek/BG kosong

tersebut disebabkan dari penarikan cek kosong yang

turun dari 2,9% menjadi 2,6% dan Bilyet Giro yang

turun dari 2,5% menjadi 2,2% pada periode laporan.

Grafik 5.10

Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan

dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal

mencapai 71,7% dari total transaksi kliring di

Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota

Kendari mencapai Rp1,45 triliun dan sudah

menunjukkan kondisi perbaikan setelah sejak

triwulan IV 2016 berada pada tren yang terus

menurun. Kondisi perbaikan juga diikuti oleh Kota

Baubau dengan transaksi kliring mencapai Rp330,9

miliar dengan pangsa mencapai 16,3%. Grafik 5.12

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS

Berbeda dengan transaksi SKNBI, pada triwulan IV

2017 transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tenggara justru

menunjukkan adanya peningkatan. Pada periode

tersebut transaksi BI-RTGS mencapai Rp917 miliar,

atau tumbuh sebesar 14,5% (yoy). Grafik 5.13

Pemanfaatan sistem pembayaran nontunai nominal

besar ini seiring dengan peningkatan kinerja

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per

Kota/Kabupaten

19.76

607

-

200

400

600

800

1,000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV

2016 2017

Nominal Transaksi (sb.kanan)

Rp miliar transaksi

71.7%

16.3%

5.6%

3.4%2.6%

0.2%

0.1%

0.1%

Kendari

Baubau

Muna

KolakaKonut Konawe

Kolut

Bombana

TW IV2017

2.6%

2.2%

3.1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV

2016 2017

Cek BG Total

% tolakan

330.9

113.86

68.21

53.550

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV

2016 2017

Kendari Baubau Muna Kolaka Konut

Rp miliar

863.57

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 73

lapangan usaha pertanian, konstruksi, industri

pengolahan dan perdagangan di daerah ini. BI-RTGS

merupakan sistem pembayaran nontunai dengan

minimal nilai transaksi sebesar Rp100 juta sehingga

lebih banyak digunakan untuk aktivitas ekonomi

skala besar.

Sementara itu untuk volume transaksi, pada triwulan

IV 2017 tercatat mencapai 716 transaksi. Dengan

jumlah transaksi yang lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun lalu, maka secara year-on-

year total transaksi menggunakan BI RTGS juga

meningkat. Pada periode tersebut rata-rata transaksi

BI-RTGS mencapai Rp1,28 miliar, lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,44 miliar.

Grafik 5.4 Kondisi perbaikan tersebut terlihat juga dari

perputaran harian nilai transaksi RTGS yang dapat

mencapai Rp14,8 miliar/hari, lebih tinggi daripada

periode sebelumnya yang hanya sebesar Rp12,1

miliar/hari. Hal ini diikuti oleh jumlah transaksi harian

yang mengalami kenaikan menjadi 11,5

transaksi/hari dari sebelumnya 8,4 transaksi/hari.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

5.2.1. Aliran Uang Kartal

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2017

memiliki pola net-outflow, yaitu aliran uang yang

keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih

besar dibandingkan dengan uang yang masuk.

Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun

sebelumnya. Aliran outflow pada periode tersebut

1Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi

persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu.

mencapai Rp1,92 triliun, naik 19,4% dibandingkan

dengan periode sebelumnya yaitu sebesar Rp1,54

triliun. Sementara itu untuk aliran inflow atau aliran

uang masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara

pada periode yang sama tercatat sebesar Rp444,8

miliar, menurun 11% dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencapai Rp492,1 miliar. Secara

keseluruhan, selama tahun 2017 jumlah uang kartal

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp5,22 triliun dan menyerap

kembali sebesar Rp3,61 triliun.

Karena jumlah outflow yang lebih besar daripada

inflow, maka pada triwulan IV 2017 terjadi net-

outflow sebesar Rp1,47 triliun. Grafik 5.16 Kondisi net-

outflow tersebut disebabkan karena realisasi

penarikan anggaran pemerintah, mulai bergairahnya

kembali sektor pertambangan serta meningkatnya

konsumsi masyarakat di penghujung tahun 2017.

Selanjutnya uang kartal yang beredar akan terserap

masuk kembali ke perbankan dan pada akhirnya

masuk kembali ke Bank Indonesia pada saat bank

mengalami kelebihan likuiditas uang kartal dan Uang

Tidak Layak Edar (UTLE).

Untuk memperluas cakupan layanan kas ke seluruh

wilayah Sulawesi Tenggara, Bank Indonesia

melaksanakan kegiatan Kas Titipan1. Saat ini di

Sulawesi Tenggara, KPw BI Sulawesi Tenggara sudah

memiliki 3 (tiga) Kas Titipan yang sudah berjalan yaitu

Kas Titipan Baubau, Kas Titipan Kolaka, dan Kas

Titipan Muna yang bertujuan untuk memenuhi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

917

716

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV

2016 2017

Nominal Transaksi

Rp miliar transaksi

14.8

11.5

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV

2016 2017

Rata rata harian nilai Rata rata harian volume

Rp miliar/hari transaksi/hari

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 74

kebutuhan Uang Layak Edar (ULE) dan meningkatkan

kualitas uang yang beredar di daerah tersebut. Pada

triwulan IV 2017, penarikan perbankan dari Kas

Titipan Baubau, Kolaka dan Muna sudah

berlangsung efektif. Hal tersebut tercermin dari

realisasi penarikan ketiga Kas Titipan tersebut yang

masing-masing mencapai 14,2%, 22% dan 12% dari

total outflow pada periode tersebut. Grafik 5.17

Dengan semakin tersebarnya layanan kas titipan,

maka masyarakat dapat lebih mudah dan cepat

mendapatkan uang kartal dalam jumlah nominal

yang cukup serta kondisi Uang Layak Edar (ULE)

dengan kualitas yang lebih baik.

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga

ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Uang layak edar adalah uang rupiah asli yang

memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan

standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Penyediaan uang rupiah yang berkualitas sangat

penting untuk menjaga integritas rupiah sebagai

salah satu simbol kedaulatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Selain itu, uang yang layak edar

akan memberikan kenyamanan dalam bertransaksi

bagi masyarakat. Uang rupiah dinyatakan tidak layak

edar berdasarkan standar Bank Indonesia apabila

kondisinya telah berubah, antara lain karena jamur,

minyak, bahan kimia dan coretan atau uang yang

fisiknya berubah karena terbakar, berlubang atau

robek.

Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank

Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

memperluas jaringan pelayanan terhadap kebutuhan

masyarakat atas uang layak edar dengan peran aktif

perbankan yang ada di Sulawesi Tenggara untuk

melayani penukaran uang pecahan kecil dan uang

lusuh/rusak dari masyarakat. Sementara itu KPw BI

Provinsi Sulawesi Tenggara juga tetap berupaya

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.15 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.17 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.16 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.18 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara

-9,6

24,1

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-2500

-2000

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Inflow Outflow

g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Miliar

65%

51%

35%

14%

22%

12%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV

2016 2017KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP KOLAKA

LAIN KASTIP MUNA

1478.5

-467.9

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

2000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp Miliar

net inflow

net outflow

11.42

4,2

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV

2016 2017

PENUKARAN KAS KELILING

Rp miliar

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 75

secara langsung menyediakan uang layak edar

melalui pelayanan penukaran uang rusak pada hari

kerja tertentu. Pada triwulan IV 2017, kegiatan

penukaran uang mencapai Rp11,42 miliar,

meningkat 13% dari periode yang sama tahun

sebelumnya yang hanya sebesar Rp9,98 miliar.

Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

melakukan kegiatan Kas Keliling2 di dalam kota

maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah terpencil

yang sulit dijangkau oleh layanan perbankan. Selama

bulan Oktober hingga Desember 2017, kegiatan kas

keliling telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali

kegiatan, dengan rincian 5 (lima) kegiatan di luar

Kota Kendari dan 2 (dua) kegiatan di dalam Kota

Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut

dilakukan di Kabupaten Konawe Kepulauan,

Bombana, Kabaena, Buton Utara, hingga pulau

terluar di Kabupaten Wakatobi.

Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang

beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank

Indonesia juga secara berkala melakukan kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Pada

triwulan IV 2017, uang yang telah dimusnahkan

mencapai Rp564 miliar, dengan rasio 126% terhadap

inflow di periode yang sama. Grafik 5.19 Hal tersebut

sejalan dengan kebijakan clean money policy melalui

peningkatan standar kualitas uang (soil level3) yang

2Kas Keliling adalah kegiatan penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia kepada masyarakat atau pihak lain yang melakukan kerja sama

dengan Bank Indonesia dengan menggunakan moda transportasi; dilakukan dengan mekanisme retail (kepada masyarakat umum) dan

wholesale (kepada perbankan).

3Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak

edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.

diedarkan. Keberhasilan implementasi clean money

policy tersebut tercermin dari hasil survei yang

dilakukan di Kota Kendari dan Kota Baubau pada

semester II 2017. Tingkat soil level untuk Uang

Pecahan Besar (UPB) di Sulawesi Tenggara mencapai

level 12 (standar:8) dan Uang Pecahan Kecil (UPK)

mencapai level 11 (standar: 6).

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli

Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang

tidak asli yang ditemukan pada triwulan IV 2017.

Selama triwulan IV 2017, telah ditemukan uang tidak

asli sebanyak 111 lembar, menurun dibandingkan

dengan penemuan pada triwulan III yang berjumlah

877 lembar. Temuan uang tidak asli selama triwulan

IV 2017 didominasi oleh pecahan uang Rp50.000,-

sebanyak 77 lembar, 26 lembar pecahan uang

Rp100.000,-, 4 lembar pecahan uang Rp20.000,-

dan 4 lembar pecahan uang Rp10.000,-. Grafik 5.20

Temuan uang tidak asli tersebut berasal dari

beberapa sumber, antara lain laporan bank, laporan

masyarakat, pengolahan uang di BI, serta hasil

temuan kasus pemalsuan uang rupiah oleh pihak

kepolisian. Sebagai upaya untuk mengantisipasi

peredaran uang palsu sekaligus memberikan edukasi

bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang

rupiah, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

senantiasa melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.19 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow Grafik 5.20 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan

564,015

126,8%

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pemusnahan Rasio Pemusnahan/Inflow (sb.kanan)

Rp, Miliar Rasio (%)

Pecahan 100.000; 23,4%

Pecahan 50.000; 69,4%

Pecahan 20.000; 3,6%

Pecahan 10.000; 3,6%

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 76

keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang

dengan baik secara kontinu kepada seluruh

komponen di Sulawesi tenggara di setiap kegiatan

yang dilakukan Bank Indonesia maupun bersama

stakeholder dalam berbagai kegiatan lainnya melalui

slogan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 77

KONDISI TENAGA KERJA

& KESEJAHTERAAN

6

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 78

6.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada

triwulan IV 2017 diindikasikan mengalami perbaikan

terutama dari sisi permintaan tenaga kerja (demand

of labor). Hal ini sejalan dengan terjadinya

peningkatan pertumbuhan ekonomi pada lapangan

usaha yang menyerap banyak tenaga kerja seperti

lapangan usaha pertanian dan usaha perdagangan.

Sementara itu, dari sisi penawaran tenaga kerja

(supply of labor) diindikasikan terjadi penurunan. Hal

tersebut dipengaruhi oleh penurunan angkatan kerja.

Penawaran Tenaga Kerja

Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga

kerja di Sulawesi Tenggara masih menggunakan hasil

Sakernas Agustus 2017 yang menunjukkan adanya

penurunan. Hal ini diindikasikan dengan adanya

penurunan angkatan kerja sebesar 4,23% (yoy).

Grafik 6.1 Pada periode Agustus 2017, jumlah

angkatan kerja mencapai 1.200.605 jiwa. Sementara

itu, penduduk usia kerja (di atas 15 tahun) mencapai

1.747.544 jiwa pada bulan Agustus 2017, meningkat

sebesar 2,41% dibandingkan dengan posisi Agustus

2016.

Dengan kondisi tersebut Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) pada posisi Agustus 2017 hanya sebesar

68,70%, lebih rendah daripada Agustus 2016 yang

dapat mencapai 73,47%. Meskipun demikian, TPAK

pada periode tersebut merupakan kondisi natural di

Sulawesi Tenggara karena secara jangka panjang

2006 s.d 2016, rata-rata TPAK di provinsi ini adalah

sebesar 68,69%. Dengan TPAK yang lebih rendah,

maka jumlah penawaran tenaga kerja menjadi lebih

rendah karena penduduk dengan usia yang produktif

memilih untuk tidak masuk ke dalam angkatan kerja.

Dibandingkan dengan penawaran tenaga kerja di

Pulau Sulawesi, TPAK di Sulawesi Tenggara

merupakan yang tertinggi diikuti oleh Sulawesi

Tengah dengan TPAK sebesar 67,14%. TPAK di

keseluruhan Pulau Sulawesi hanya mencapai 63,53%

sementara TPAK Indonesia sudah mencapai 66,67%.

Preferensi penduduk yang memilih untuk tidak

masuk ke dalam angkatan kerja tersebut terlihat dari

adanya peningkatan jumlah penduduk usia kerja

dengan kegiatan Bukan Angkatan Kerja sebesar

20,80% (yoy) sehingga pada bulan Agustus 2017

jumlahnya mencapai 546.939 jiwa. Peningkatan

tersebut terjadi pada jumlah penduduk yang

melakukan aktivitas mengurus rumah tangga sebesar

23,69% (yoy) dan penduduk yang bersekolah

sebesar 8,08% (yoy). Dari total jumlah penduduk usia

kerja yang bukan angkatan kerja tersebut terdapat

60,51% yang mengurus rumah tangga dan sebanyak

29,65% yang sekolah.

Permintaan Tenaga Kerja

Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara

pada triwulan IV 2017 mengalami perlambatan,

namun dari sisi permintaan tenaga kerja

menunjukkan adanya peningkatan. Kondisi ini terjadi

karena penyebab perlambatan pada periode tersebut

adalah dari lapangan usaha pertambangan yang

hanya memiliki tenaga kerja relatif kecil yaitu dengan

pangsa sebesar 1,94% dari keseluruhan penduduk

yang bekerja di Sulawesi Tenggara. Sebaliknya,

Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara

Angka tahunan menggunakan angka bulan Agustus

Sumber: BPS (Sakernas)

JENIS KEGIATAN 2014 2015 2016 2017

Penduduk Usia Kerja 1.623.264 1.665.095 1.706.390 1.747.544

Angkatan Kerja 1.085.509 1.138.045 1.253.624 1.200.605

Bekerja 1.037.419 1.074.916 1.219.548 1.160.974

Pengangguran 48.090 63.129 34.076 39.631

Bukan Angkatan Kerja 537.755 527.050 452.766 546.939

Sekolah 172.669 172.953 150.079 162.205

Mengurus Rumah Tangga 314.325 295.681 267.604 331.001

Lainnya 50.761 58.416 35.083 53.733

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,87 68,35 73,47 68,70

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,43 5,55 2,72 3,30

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 79

lapangan usaha dengan jumlah tenaga kerja yang

lebih besar seperti pada usaha pertanian, usaha

perdagangan, usaha industri pengolahan dan usaha

konstruksi mengalami peningkatan kinerja pada

periode tersebut.

Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan

IV 2017 tercermin dari meningkatnya indeks realisasi

penggunaan tenaga kerja sesuai hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK)

terkait indeks persepsi rumah tangga terhadap

ketersediaan lapangan pekerjaan. Indeks

ketersediaan lapangan kerja meningkat dari 106,0 di

triwulan III 2017 menjadi 127,7 di triwulan IV 2017.

Grafik 6.2 Sementara itu, Indeks Realisasi Penggunaan

Tenaga Kerja pada triwulan IV 2017 mencapai 2,7%,

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya

sebesar 1,3%. Peningkatan tersebut didorong oleh

meningkatnya realisasi penggunaan tenaga kerja

pada lapangan usaha pertanian dan pertambangan.

Pada lapangan usaha pertanian, terdapat 4% pelaku

usaha yang mengalami peningkatan penggunaan

tenaga kerja, sementara pada lapangan usaha

pertambangan terdapat 13% pelaku usaha yang

mengalami peningkatan. Grafik 6.3 Kondisi tersebut

dipengaruhi faktor perluasan usaha, produksi yang

meningkat dan adanya penambahan mesin baru.

Sebaliknya pada lapangan usaha industri

pengolahan, terdapat 15% pelaku usaha yang

mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja

karena alasan efisiensi proses produksi. Meskipun

demikian, secara umum kondisi ketenagakerjaan di

Sulawesi Tenggara masih dalam kondisi yang aman

karena sebanyak 89% pelaku usaha tidak melakukan

penambahan atau pengurangan tenaga kerja.

Penambahan tenaga kerja juga berasal dari adanya

investasi swasta dalam bentuk PMA (Penanaman

Modal Asing) maupun PMDN (Penanaman Modal

Dalam Negeri). Pada triwulan IV 2017, realisasi

Sumber: BPS (Sakernas), diolah

Sumber: SK, SKDU - KPw BI Sultra, diolah

Grafik 6.1 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara

Grafik 6.3 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha

Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah

Sumber: National Single Window for Investment, diolah

Grafik 6.2 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Grafik 6.4 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja

2,482,41

10,16

-4,23

-14,09

20,80

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

2,2

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

Agst2013

Agst2014

Agst2015

Agst2016

Agst2017

Penduduk >15 thAngkatan Kerja (sb. Kanan)Bukan Angkatan Kerja (sb. Kanan)

%, yoy %, yoy4%

8%

13%

6%

8%

20%

3%

6%

96%

77%

88%

100%

88%

83%

70%

94%

89%

15%

6%

8%

10%

3%

5%

Pertanian

Industri

Tambang

Konstruksi

Perdagangan

Hotel & Resto

Angkutan

Jasa

SULTRA

Meningkat Tetap Menurun

2,7%

127,7

60

70

80

90

100

110

120

130

140

-10,0%

-7,5%

-5,0%

-2,5%

0,0%

2,5%

5,0%

7,5%

10,0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017Indeks Penggunaan Tenaker - Sisi Pelaku Usaha

Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan-Sisi RT (sb.kanan)

Indeks SBT, Indeks

3482

975

473

171

0

1000

2000

3000

4000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

PMA PMDN

orang

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 80

investasi swasta yang dilakukan di Sulawesi Tenggara

dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebesar

1.146 jiwa, yaitu 85,1% berasal dari investasi PMA

dan sebesar 14,9% berasal dari investasi PMDN.

Grafik 6.4 Dengan demikian, selama tahun 2017

terdapat penambahan lapangan pekerjaan baru

sebanyak 7.738, lebih tinggi dari penambahan tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 6.965. Secara

tahunan, penyerapan tenaga kerja baru dengan

adanya investasi swasta tersebut tumbuh sebesar

11,1%.

Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran

Kondisi penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara

menggunakan hasil Sakernas Agustus 2017. Pada

periode tersebut jumlah penduduk yang bekerja

mencapai 1.160.974 jiwa pada bulan Agustus 2017.

Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya,

jumlah penduduk bekerja tersebut mengalami

penurunan sebesar 4,80% (yoy), sementara jika

dibandingkan dengan kondisi bulan Februari 2017,

terjadi penurunan sebesar 4,98%. Jika dilihat dari

sektor ekonominya, sektor pertanian masih menjadi

dominasi penyerap tenaga kerja yaitu sebesar

37,07% disusul oleh sektor jasa kemasyarakatan

sebesar 20,86% dan sektor perdagangan sebesar

19,15%. Grafik 6.5 Sementara untuk jenis pekerjaan

yang dominan pada bulan Agustus 2017 adalah

kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan yaitu sebesar 33,17%.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang

menganggur pada bulan Agustus 2017 adalah

sebanyak 39.631 jiwa. Jumlah pengangguran

tersebut meningkat sebanyak 5.555 jiwa atau sebesar

16,30% (yoy) dibandingkan dengan kondisi pada

bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu

jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan

Februari 2017, peningkatan jumlah pengangguran

hanya sebesar 0,17%. Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan meningkatnya pengangguran sudah

terjadi sejak awal tahun 2017.

Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka

(TPT) di Sulawesi Tenggara pada bulan Agustus 2017

tercatat sebesar 3,30% atau meningkat

dibandingkan dengan kondisi pada bulan Agustus

2016 yang tercatat sebesar 2,72%. Secara spasial,

tingkat pengangguran terbesar justru terdapat di

daerah perkotaan yaitu di Kota Kendari (TPT 7,22%)

dan Kota Baubau (TPT 7,07%). Sementara itu di

daerah kabupaten tingkat penganggurannya relatif

rendah dan hanya terdapat 3 daerah dengan TPT di

atas TPT Sulawesi Tenggara yaitu di Kab. Muna, Kab.

Konawe Kepulauan dan Kab. Konawe Utara. Grafik

6.6

6.2. KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan perbaikan yang terjadi dari sisi

ketenagakerjaan, kondisi kesejahteraan Sulawesi

Tenggara juga terindikasi mengalami peningkatan

pada triwulan IV 2017. Indikasi peningkatan

kesejahteraan tersebut dicerminkan dengan adanya

peningkatan tingkat penghasilan masyarakat. Hal ini

terlihat dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan

oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara yang

menunjukkan peningkatan Indeks Penghasilan

Sumber: BPS diolah

Sumber: BPS Prov Sultra

Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Agustus 2017

37,07

1,94

8,47

0,45

6,48

19,15

3,53 2,05

20,86

0

10

20

30

40P

ert

ania

n

Ta

mban

g

Ind

ustr

i

LG

A

Ko

nstr

uksi

Perd

aga

ngan

Tra

np

ort

asi

Ke

uang

an

Jasa

Agu-16 Agu-17

%, pangsa

7,2

2

7,0

7

5,6

5

5,4

1

4,2

3

3,3

02,9

7

2,6

2

2,6

1

2,4

7

2,4

3

2,0

8

1,9

4

1,6

9

1,6

5

1,4

8

0,5

6

0,4

7

0

2

4

6

8

Ke

nd

ari

Ba

ub

au

Mu

na

Ko

nke

p

Ko

nu

t

SU

LT

RA

Ko

laka

Ko

lut

Bu

sel

Bu

ton

Wakato

bi

Ko

ltim

Ko

na

we

Bu

ten

g

Ko

nse

l

Butu

r

Mu

ba

r

Bo

mb

an

a

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 81

Konsumen (IPK) dari 119 pada triwulan III 2017

menjadi 153 pada triwulan IV 2017. Grafik 6.7 Selain

itu tingkat kemiskinan juga relatif menurun meskipun

terdapat tingkat kesenjangan yang relatif lebih lebar

daripada sebelumnya.

Penghasilan Petani (NTP)

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor

pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja

terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP merupakan suatu

indikator kemampuan tukar produk pertanian untuk

keperluan memproduksi produk pertanian.

Penghasilan petani merupakan salah satu tolok ukur

dalam menentukan kesejahteraan masyarakat yang

bekerja di sektor pertanian.

Pada triwulan IV 2017, NTP Sulawesi Tenggara

tercatat sebesar 95,3 atau sedikit meningkat

dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang tercatat

sebesar 94,7. Grafik 6.8 Peningkatan NTP terjadi pada

subsektor perikanan, perkebunan rakyat,

holtikultura, dan tanaman pangan. Sementara itu

hanya subsektor peternakan yang mengalami

penurunan. NTP yang berada di bawah 100

menunjukkan bahwa rumah tangga yang bergerak di

lapangan usaha pertanian secara umum masih harus

mengeluarkan uang lebih besar daripada total

pendapatannya. Kondisi tersebut terutama terjadi

pada hampir seluruh subsektor kecuali pada

subsektor perikanan dengan NTP 115,3, dan

peternakan dengan NTP 104,7.

Kemiskinan

Masih rendahnya NTP di Sulawesi Tenggara juga

menyebabkan tingkat kemiskinan masih relatif tinggi

terutama di daerah perdesaan. Sesuai data BPS

Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa

penduduk miskin pada bulan September 2017 (rilis

bulan Januari 2018) tercatat sebanyak 313,16 ribu

orang atau sebesar 11,97 % dari total penduduk

Sulawesi Tenggara. Grafik 6.9 Jumlah tersebut

menurun jika dibandingkan dengan data pada bulan

Maret 2017 yang tercatat sebanyak 12,81%.

Penurunan terjadi pada daerah perkotaan dan daerah

pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin tersebut,

78,3% atau 245,19 ribu jiwa berada di daerah

pedesaan sedangkan sisanya sebesar 21,7 % atau

67,96 ribu jiwa berada di perkotaan.

Penurunan kondisi kemiskinan tersebut terjadi

walaupun garis kemiskinan juga mengalami

peningkatan karena inflasi. Garis kemiskinan

meningkat dari Rp285.609,- per kapita per bulan

pada Maret 2017 menjadi Rp300.258,- per kapita per

bulan pada September 2017. Kondisi tersebut

menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan

secara umum karena peningkatan garis kemiskinan

tidak diikuti dengan peningkatan tingkat kemiskinan.

Ketimpangan Pengeluaran

Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan

menjadi tantangan pembangunan ekonomi oleh

pemangku kepentingan khususnya pemerintah

daerah, mengingat potensi sumber daya alam

Sulawesi Tenggara yang dominan berada di daerah

pedesaan khususnya di sektor primer yaitu sektor

pertanian namun hasilnya belum secara optimal

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

pedesaan secara lebih luas. Sementara itu, jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan yang terus

meningkat juga harus mendapatkan perhatian

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

119

152 136

153

110

120

130

140

150

160

170

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016 2017

Indeks Penghasilan Saat ini

Indeks Ekspektasi Penghasilan

SBT

95,3

90,7

90,9

90,1

104,7

115,3

94,7

89,6

90,2

89,4

104,9

114,7

70,0 80,0 90,0 100,0 110,0 120,0

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

2017 III 2017 IV

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 82

khusus mengingat jumlahnya pada bulan September

tersebut merupakan yang tertinggi dalam periode 3

tahun terakhir. Ketimpangan pengeluaran penduduk

Sulawesi Tenggara juga masih belum mengalami

perbaikan bahkan cenderung semakin besar. Hal

tersebut tercermin dari adanya peningkatan gini ratio

dari 0,394 pada bulan Maret 2017 menjadi 0,404

pada bulan September 2017. Semakin tinggi nilai

gini ratio menunjukkan ketimpangan suatu daerah

yang semakin tinggi. Berdasarkan daerah tempat

tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi baik di

daerah perkotaan maupun pedesaan. Untuk daerah

perkotaan gini ratio pada bulan Maret 2017 tercatat

sebesar 0,403, meningkat menjadi sebesar 0,409

pada periode September 2017. Sementara untuk

daerah pedesaan juga meningkat dari 0,358 pada

bulan Maret 2017 menjadi 0,373 pada bulan

September 2017.

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara

Grafik 6.10 Gini Rasio Sulawesi Tenggara

62,75 67,96

268,96245,19

12,81

11,97

11

12

13

14

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17

Penduduk Miskin Desa

Penduduk Miskin Kota

Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)

ribu jiwa %

0,409

0,373

0,404

0,3

0,32

0,34

0,36

0,38

0,4

0,42

Maret Sept Maret Sept Maret Sept

2015 2016 2017

Perkotaan Pedesaan SULTRA

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 83

BOKS 02

DINAMIKA PERTUMBUHAN EKONOMI & KETENAGAKERJAAN

1. Korelasi Pertumbuhan Ekonomi & Penyerapan Tenaga Kerja

Pergerakan perekonomian secara agregat di Sulawesi Tenggara pada 2006 sampai dengan 2010 memiliki

korelasi yang positif dengan tenaga kerja mengingat saat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi

maka terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja. Namun sejak 2011 s.d 2016 hubungan tersebut

menjadi berkorelasi negatif, karena peningkatan pertumbuhan ekonomi justru menyebabkan terjadinya

penurunan jumlah penduduk yang bekerja. Kondisi tersebut terjadi karena karakteristik ketenagakerjaan

di provinsi ini yang memiliki pangsa cukup besar untuk pekerja dengan kegiatan utama selain bekerja

(bekerja merupakan kegiatan sampingan). Saat kondisi perekonomian mengalami perlambatan,

penduduk yang semula merupakan bukan angkatan kerja karena mengurus rumah tangga atau

bersekolah beralih menjadi angkatan kerja dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan maupun

membantu keluarganya mendapatkan penghasilan. Sebaliknya, saat kondisi perekonomian meningkat

maka keluarga tidak perlu mencari tambahan penghasilan selain dari penghasilan kepala keluarga dan

juga usaha perseorangan dapat membayar pekerja dan tidak menggunakan tenaga keluarganya.

Selain itu, struktur perekonomian dan tenaga kerja secara sektoral juga berbeda sehingga korelasi antara

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penduduk yang bekerja relatif lemah secara jangka panjang.

Sektor utama pada perekonomian tahun 2016 berturut-turut adalah sektor pertanian (23,5%), sektor

pertambangan (19,8%), sektor konstruksi (13,2%), sektor perdagangan hotel restoran (13,2%), dan

sektor jasa (12,6%). Sementara itu penyerapan terbesar tenaga kerja berturut-turut berada pada sektor

pertanian (38,9%), sektor perdagangan hotel restoran (20,0%), sektor jasa (8,5%), sektor industri (7,4%)

dan sektor konstruksi (6,7%). Perbedaan yang cukup besar adalah pada sektor pertambangan yang

merupakan sektor ekonomi terbesar ke-2, namun hanya menyerap sebanyak 2,1% dari total pekerja pada

tahun 2016. Padahal pergerakan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara sangat dipengaruhi oleh

kinerja sektor pertambangan dengan korelasi (R2) sebesar 0,86.

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi dan

Pertumbuhan Pekerja

Grafik 2. Perbandingan Struktur Perekonomian dan

Struktur Tenaga Kerja

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

PDRB Pekerja (sb.kanan)

yoy yoy

23,5%19,8%

6,2%

0,3%

13,2% 13,2%

7,0% 4,2%

12,6%

38,9%

2,1%

7,4%

0,2%

6,7%

20,0%

4,7%1,6%

18,5%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

PDRB Pekerja

pangsa

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 84

Secara sektoral, sektor pertanian merupakan sektor terbesar pada perekonomian dan merupakan

penyerap terbesar tenaga kerja. Korelasi yang kuat terjadi pada pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

pekerja di sektor ini, namun hanya terjadi pada periode tahun 2006 s.d 2014 saja. Selanjutnya terjadi

hubungan yang negatif pada tahun 2015 dan 2017 pada kondisi perekonomian dan tenaga kerja. Seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya, kondisi ini terjadi karena adanya perubahan perilaku penduduk

bukan angkatan kerja yang masuk ke dalam angkatan kerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan

bagi keluarganya maupun membantu keluarga mendapatkan penghasilan. Terlebih karena pada sektor

ini terdapat 39% pekerja yang merupakan pekerja tidak dibayar.

Sumber: BPS (Sakernas 2016), diolah

Sumber: BPS (Sakernas 2016), diolah

Grafik 3. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi dan

Pertumbuhan Pekerja Sektor Pertanian

Grafik 4. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi dan

Pertumbuhan Pekerja Sektor Industri Pengolahan

Sementara itu pada sektor pertambangan, menunjukkan hubungan yang positif namun relatif lemah

antara pertumbuhan ekonomi pada sektor tersebut dengan pertumbuhan pekerjanya. Hubungan yang

positif tersebut terjadi karena sebagian besar pekerja pada sektor ini adalah pekerja dengan status sebagai

buruh atau karyawan, yaitu sebesar 70% dari total pekerja pada sektor ini. Karena berstatus sebagai

buruh atau karyawan, maka penyerapan maupun pelepasan tenaga kerja memerlukan waktu sesuai

dengan jenis kontrak atau perjanjian kerjanya. Pada sektor ini, jumlah karyawan yang memiliki kontrak

(karyawan tetap dan PKWT) mencapai 40,9%, sementara sebanyak 38,9% tidak memiliki kontrak atau

perjanjian kerja.

Hal yang sama juga terjadi pada sektor yang seharusnya banyak menyerap tenaga kerja, yaitu industri

pengolahan. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pekerja pada sektor tersebut juga menunjukkan

hubungan yang positif meskipun lemah. Hal ini terutama terjadi karena beberapa faktor yaitu: 1) buruh

atau karyawan pada sektor ini hanya sebesar 19% sehingga penyerapan tenaga kerja formal relatif

terbatas; 2) kegiatan industri lebih banyak berupa industri perseorangan maupun UMKM karena sebanyak

23,9% pekerja memiliki status berusaha sendiri, dan sebanyak 22,1% pekerja memiliki status berusaha

dibantu buruh tidak tetap; 3) terdapat pekerja yang tidak dibayar sebesar 22,1% pada sektor ini dan

merupakan pekerja yang dapat keluar-masuk angkatan kerja dengan bebas.

-20,0%

-15,0%

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

PDRB Pekerja (sb.kanan)

%, yoy %, yoy

-40,0%

-20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

PDRB Pekerja (sb.kanan)

%, yoy %, yoy

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 85

2. Produktivitas Tenaga Kerja

Dari sisi produktivitas, tenaga kerja di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 secara riil (dengan

menggunakan harga konstan) dapat menghasilkan Rp63,7 juta per pekerja selama 1 tahun. Tingkat

produktivitas tersebut mengalami peningkatan yang cukup besar selama 10 tahun terakhir. Pada tahun

2006, produktivitas riil tenaga kerja di provinsi ini hanya sebesar Rp34,9 juta per pekerja. Peningkatan

produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2012 karena pertumbuhan ekonomi mencapai 11,7% namun

penduduk yang bekerja mengalami penurunan sebesar 4,9%. Meskipun demikian, sejak tahun 2013

produktivitas tenaga kerja menunjukkan perlambatan dan bahkan mengalami penurunan pada tahun

2016. Secara sektoral, produktivitas tertinggi terjadi pada sektor pertambangan sedangkan yang paling

rendah adalah pada sektor pertanian.

Sumber: BPS (Sakernas 2016), diolah

Sumber: BPS (Sakernas 2016), diolah

Grafik 5. Produktivitas Tenaga Kerja di Sultra Grafik 6. Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral

3. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja

Meskipun hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk bekerja tidak terlalu

kuat bahkan cenderung negatif, namun secara level PDRB dengan jumlah penduduk bekerja masih

menunjukkan hubungan yang kuat. Dengan menggunakan metode regresi didapatkan elastisitas

penyerapan tenaga kerja terhadap output perekonomian yang dihasilkan. Elastisitas penyerapan tenaga

kerja di Sulawesi Tenggara mencapai 0,788. Dengan demikian setiap terjadi penambahan 1% PDRB

Sulawesi Tenggara akan direspon dengan penambahan tenaga kerja sebesar 0,79%. Kondisi tersebut,

jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sulawesi relatif baik dan berada di posisi ke-2 setelah

Sulawesi Selatan. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan elastisitas agregat KTI, tingkat

penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara tersebut masih lebih rendah. Secara sektoral, elastisitas

terbesar terjadi pada sektor pertanian dengan nilai sebesar 0,79. Selanjutnya diikuti oleh sektor

perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa dan sektor industri. Sementara itu, elastisitas pada sektor

yang sangat berpengaruh terhadap PDRB yaitu sektor pertambangan justru paling rendah dengan nilai

sebesar 0,61.

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

Produktivitas Perubahan Produktivitas (yoy)

Rp/pekerja %, yoy

38,5

598,3

53,4 80,5126,6

42,195,2

169,7

43,6

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

2010 2016

Rp juta/pekerja

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 86

Sumber: BPS (Sakernas 2005- 2016), diolah

Sumber: BPS (Sakernas 2005-2016), diolah

Grafik 7. Perbandingan Elastisitas Penyerapan Pekerja Grafik 8 Elastisitas Penyerapan Pekerja Sektoral

0,774

0,784

0,789 0,788

0,781

0,786

0,7990,802

0,76

0,77

0,78

0,79

0,8

0,810,795

0,610

0,728

0,637

0,684

0,764

0,715

0,625

0,760

0,500

0,550

0,600

0,650

0,700

0,750

0,800

0,850

Sultra KTI

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 87

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

7

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 88

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN

NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018

diperkirakan mengalami sedikit peningkatan, dengan

sumber pertumbuhan yang berasal dari negara

berkembang di tengah pemulihan ekonomi negara

maju yang terbatas. Proyeksi pertumbuhan yang

dirilis oleh IMF melalui World Economic Outlook

(WEO) Januari 2018 turut mendukung perkiraan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi global pada

tahun 2018 dibanding tahun 2017. IMF

memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun

2018 sebesar 3,9% atau sedikit meningkat dibanding

tahun 2017 sebesar 3,7%. Berlanjutnya perbaikan

ekonomi global ini terutama ditopang oleh

peningkatan kinerja ekonomi negara berkembang,

sementara negara maju diperkirakan relatif stagnan.

Perekonomian negara berkembang diperkirakan

tumbuh sebesar 4,9% pada tahun ini, lebih tinggi

daripada capaian tahun 2017 yang sebesar 4,7%.

Peningkatan tersebut didorong oleh beberapa faktor

antara lain pemulihan kondisi ekonomi sejumlah

negara eksportir komoditas, pertumbuhan yang

semakin kuat di India paskareformasi struktural, dan

perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih perlahan.

Namun masih terdapat beberapa tantangan pada

perekonomian negara berkembang tersebut, antara

lain tingkat utang yang tinggi di sejumlah negara,

prospek pertumbuhan jangka menengah yang

terbatas karena masalah struktural, gejolak domestik

dan politik, dan ketegangan geopolitik di sejumlah

negara. Akselerasi pertumbuhan kelompok negara

berkembang masih disumbang oleh negara ekonomi

utama yaitu Tiongkok dan India (dengan kontribusi

mencapai 40% terhadap total PDB negara

berkembang), sementara negara-negara dengan

skala ekonomi kecil diperkirakan mengalami

pelemahan ekonomi.

Di sisi lain, perekonomian negara maju diperkirakan

tumbuh sebesar 2,3% pada tahun 2018, relatif

stagnan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara

spesifik, hanya perekonomian Amerika Serikat yang

diproyeksikan mengalami peningkatan dari 2,3%

pada tahun 2017 menjadi 2,7% pada tahun 2018.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya pemulihan

pada akumulasi inventori, pertumbuhan konsumsi

yang solid, dan asumsi kebijakan fiskal yang

ekspansif. Di tengah antisipasi arah kebijakan

pemerintah yang terkadang diliputi ketidakpastian,

perbaikan di negara tersebut masih ditopang oleh

menguatnya keyakinan pada kondisi bisnis dan pasar

keuangan. Sementara itu, perekonomian negara

maju lainnya seperti Uni Eropa (kecuali Perancis),

Inggris dan Jepang justru mengalami perlambatan.

Outlook jangka menengah kawasan Eropa masih

belum stabil karena pertumbuhan potensialnya

tertahan oleh produktivitas yang lemah,

memburuknya kondisi demografis (aging

populations) di beberapa negara, serta masih

tingginya utang pemerintah dan swasta.

Meskipun perekonomian global diperkirakan

mengalami peningkatan, namun volume

perdagangan global pada tahun 2018 diperkirakan

mengalami sedikit perlambatan. World Trade Volume

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber: BI, World Economic Outlook-IMF Januari 2018, Consesus Forecast

2017 2018 2017 2018 2017 2018

Dunia 3,2 3,7 3,9 3,8 3,8 3,6 3,6

Negara Maju 1,7 2,3 2,3 2,1 2,0 2,1 2,0

Amerika Serikat 1,5 2,3 2,7 2,2 2,4 2,2 2,2

Kawasan Eropa 1,8 2,4 2,2 2,2 1,8 2,2 1,9

Jepang 0,9 1,8 1,2 1,5 1,2 1,4 0,7

Negara Berkembang 4,3 4,7 4,9 5,2 5,3 4,6 4,8

Negara Berkembang Asia 6,4 6,5 6,5

Tiongkok 6,7 6,8 6,6 6,8 6,3 6,8 6,5

India 7,1 6,7 7,4 6,5 7,6 6,9 7,2

Volume Perdagangan Dunia 2,5 4,7 4,6

Negara Maju 2,6 4,1 4,3

Negara Berkembang 2,3 5,9 5,1

WEO IMF (Jan 2018) Consensus Forecast (Sep 2017) Bank Indonesia (Nov 2018)REGION 2016

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 89

pada tahun 2018 diperkirakan hanya tumbuh sebesar

4,6%, lebih rendah daripada tahun 2017 yang dapat

tumbuh sebesar 4,7%. Perlambatan tersebut

terutama berasal dari perdagangan di negara

berkembang yang mengalami perlambatan dari

5,9% pada tahun 2017 menjadi hanya 5,1% pada

tahun 2018. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

perkiraan harga komoditas global yang mengalami

kontraksi.

Di tengah berlanjutnya momentum perbaikan

ekonomi global secara terbatas tersebut, terdapat

beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Pertama

adalah normalisasi kebijakan moneter di negara maju

terutama adanya kenaikan suku bunga kebijakan

Amerika Serikat atau (FFR). Kedua

adalah adanya faktor geopolitik yang dapat

mengganggu perdagangan dan perekonomian

global. Ketiga adalah adanya kenaikan harga minyak

dunia.

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2018

diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2017.

Bank Indonesia memperkirakan perekonomian

nasional dapat tumbuh pada kisaran 5,1%-5,5%,

mengalami peningkatan dibandingkan realisasi tahun

2017 yang tumbuh sebesar 5,1%. Peningkatan

tersebut dipengaruhi oleh adanya stimulus fiskal,

penyelenggaraan Pilkada serentak dan pelaksanaan

ASIAN GAMES 2018. Selain itu, konsumsi swasta

diperkirakan masih tumbuh kuat, adanya perbaikan

investasi dan peningkatan konsumsi pemerintah,

ditambah dengan peningkatan ekspor.

Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah sebesar

Rp2.220,7 triliun atau meningkat 0,74%

dibandingkan dengan belanja APBN 2017 sebesar

Rp2.204,4 triliun. Beberapa poin penting dari

kebijakan fiskal Pemerintah Pusat yang tercermin dari

APBN 2018 antara lain:

a. Kenaikan anggaran sebesar 3,65% untuk

penanggulangan kemiskinan dan dukungan

masyarakat berpendapatan rendah. Kenaikan

anggaran pada fungsi tersebut lebih tinggi

daripada kenaikan anggaran untuk infrastruktur

yaitu sebesar 2,39%. Peningkatan belanja

bantuan sosial seperti pada PKH, Program

Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional,

Bantuan Pangan, Bidik Misi dan Dana Desa,

diharapkan dapat mendorong peningkatan daya

beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi

pada tahun 2018.

b. Anggaran subsidi energi tahun 2018 mencapai

Rp103,37 triliun atau meningkat sebesar

15,03% dibandingkan tahun 2017. Anggaran

subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar

minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram sebesar

Rp51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar

Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan

900 VA. Melihat kondisi tersebut, diperkirakan

Pemerintah belum akan melakukan peningkatan

harga BBM, tarif listrik maupun harga elpiji pada

tahun 2018.

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia pada

awal tahun 2018 memutuskan untuk

mempertahankan suku bunga kebijakan (BI 7-day

Reverse Repo Rate) sebesar 4,25% untuk

mendukung pemulihan ekonomi domestik. Pada

tahun sebelumnya, Bank Indonesia telah

menurunkan suku bunga kebijakan pada bulan

Agustus dan September 2017 masing-masing

sebesar 25 bps. Mempertimbangkan dampak

kebijakan moneter yang membutuhkan waktu dalam

Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

ASUMSI MAKRO APBN 2017 2018

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 5,1 5,4

Inflasi (%, yoy) 4 3,5

Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 13300 13400

Tingkat Bunga SPN 3 Bulan Rata-Rata (%) 5,3 5,2

Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/Barel) 45 48

Lifting Minyak Bumi (Ribu Barel/Hari) 815 800

Lifting Gas Bumi (Ribu Barel/Hari) 1150 1200

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 90

proses transmisinya ke dalam perekonomian, maka

diharapkan pada tahun 2018 kebijakan moneter

tersebut dapat memberikan dampak pada

peningkatan pembiayaan dan kegiatan ekonomi

domestik.

Adapun inflasi nasional pada tahun 2018

diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar

3,5%+1%, lebih rendah dibandingkan sasaran tahun

sebelumnya yang sebesar 4%+1%. Hal ini didukung

oleh semakin kuatnya koordinasi kebijakan

Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengatasi

risiko. Selain itu rencana Pemerintah untuk tidak

menaikkan harga BBM bersubsidi, tarif listrik dan

elpiji seiring dengan meningkatnya belanja subsidi

dalam APBN 2018 juga menjadi faktor yang menjaga

tekanan inflasi lebih rendah dibanding tahun 2017.

7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

SULAWESI TENGGARA

7.2.1. Triwulan II 2018

Dengan didasarkan pada beberapa indikator

pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy),

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

periode triwulan I 2018 yang diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% - 6,6% (yoy).

Perkiraan peningkatan yang terjadi pada triwulan II

2018 tersebut sesuai dengan arah perkiraan kegiatan

usaha yang diungkapkan oleh para pelaku

perekonomian terutama dari sisi konsumen dan dari

sisi pelaku usaha. Dari sisi konsumen berdasarkan

hasil Survei Konsumen yang dilakukan, Indeks

Perkiraan Kegiatan Usaha tercatat mengalami

peningkatan dari 150,7 untuk triwulan I 2018

menjadi 154,7 pada triwulan II 2018. Hal yang sama

juga diperkirakan oleh pelaku usaha. Hal ini tercermin

dari hasil liaison yang menunjukkan bahwa pelaku

usaha memperkirakan akan terdapat peningkatan

omset penjualan pada triwulan tersebut.

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja pada

periode tersebut diperkirakan berasal dari lapangan

usaha pertanian, lapangan usaha industri

pengolahan, lapangan usaha konstruksi dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Peningkatan kinerja pada lapangan usaha pertanian

diperkirakan terjadi pada usaha perkebunan yang

memasuki masa panen diiringi dengan kondisi cuaca

yang lebih kondusif dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, untuk sub lapangan usaha

tanaman bahan makanan diperkirakan mengalami

perlambatan setelah masa panen raya berlangsung

pada bulan Februari dan Maret 2018. Selain itu,

penurunan produksi ikan pada triwulan II 2018 (biasa

terjadi pada musim angin timur yang menyebabkan

gelombang tinggi) diperkirakan tidak sebesar tahun

sebelumnya.

Peningkatan pada lapangan usaha industri

pengolahan juga turut menopang perekonomian

Sulawesi Tenggara pada periode tersebut. Akselerasi

yang terjadi disebabkan oleh sudah selesainya

pembangunan smelter pengolahan nikel dan juga

pemenuhan infrastruktur untuk pelaksanaan

operasional (seperti pelabuhan jetty dan PLTU)

sehingga diprediksi produksi feronikel akan

meningkat pada triwulan mendatang. Selain itu,

Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

120,0

130,0

140,0

150,0

160,0

170,0

180,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q)

SBT %,yoy

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor

LS Ekspektasi Penjualan

skala likert

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 91

lapangan usaha konstruksi juga masih terus

mengalami perbaikan. Hal ini didukung oleh faktor

cuaca yang relatif kondusif dibandingkan pada tahun

sebelumnya yang mengalami cuaca ekstrem. Mulai

berlangsungnya pembangunan proyek-proyek

pemerintah serta masih banyaknya pembangunan

fisik smelter oleh swasta diprediksi menjadi faktor

penyebab terjadinya peningkatan laju pertumbuhan

lapangan usaha ini.

Sementara itu, sektor pertambangan diperkirakan

akan mengalami perlambatan pada triwulan

mendatang. Tingginya based effect pada tahun

sebelumnya yang disebabkan oleh beberapa faktor

seperti tingginya permintaan bijih nikel seiring

dengan tingginya harga nikel olahan serta kebijakan

pemotongan kuota ekspor oleh Filipina pada tahun

2017 juga mendorong terjadinya perlambatan yang

terjadi pada lapangan usaha pertambangan.

Sedangkan dari sisi permintaan, peningkatan

perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 disumbangkan oleh peningkatan konsumsi

rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.

Sementara itu perlambatan ekspor diperkirakan

menahan laju peningkatan yang terjadi. Peningkatan

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah

salah satunya dipengaruhi oleh penyelenggaraan

PILKADA serentak tahun 2018. Pada tahun ini

PILKADA yang dilakukan adalah untuk pemilihan

Gubernur Sulawesi Tenggara, Walikota Baubau,

Bupati Kolaka dan Bupati Konawe. Selain itu, pada

periode tersebut juga berlangsung bulan Ramadhan

dan Hari Raya Idul Fitri yang mendorong konsumsi

rumah tangga.

7.2.2. Tahun 2018

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil

survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Tabel 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

I II III IV IP

IIP

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

4,80 6,40 5,55 6,27 5,21-5,61 6,02-6,42 5,76 5,64-6,04

Pertambangan dan Penggalian 16,30 11,56 15,84 9,02 12,92-13,32 10,00-10,40 13,00 10,20-10,60

Industri Pengolahan 7,38 8,83 4,31 5,18 7,80-8,20 8,80-9,20 6,38 9,74-10,14

Pengadaan Listrik, Gas 3,03 4,59 7,83 8,23 5,69-6,09 5,30-5,70 5,92 5,65-6,05

Pengadaan Air 0,04 3,58 (3,25) 0,35 2,80-3,20 2,75-3,15 0,12 2,63-3,03

Konstruksi 10,40 2,07 0,05 1,67 1,10-1,50 6,05-6,45 3,16 5,75-6,15

Perdagangan Besar dan Eceran 5,90 8,43 4,76 8,15 4,72-5,12 4,90-5,30 6,80 6,24-6,64

Transportasi dan Pergudangan 9,85 9,96 3,69 6,03 9,26-9,66 12,11-12,51 7,24 10,24-10,64

Penyediaan Akomodasi & Konsumsi 5,69 5,22 7,54 6,12 8,69-9,09 11,30-11,70 6,16 8,79-9,19

Informasi dan Komunikasi 9,40 9,79 8,56 6,16 9,45-9,85 13,40-13,80 8,43 10,47-10,87

Jasa Keuangan 5,77 3,96 3,83 4,61 4,46-4,86 7,12-7,52 4,53 5,95-6,35

Real Estate 1,46 4,66 9,80 1,06 2,49-2,89 5,17-5,57 4,17 2,63-3,03

Jasa Perusahaan 3,87 6,57 6,79 6,59 0,76-1,16 4,80-5,20 5,98 4,94-5,34

Administrasi Pemerintahan 0,34 1,12 7,03 7,76 2,42-2,82 3,60-4,00 4,10 2,86-3,26

Jasa Pendidikan 1,78 2,47 3,60 4,24 1,09-1,49 3,80-4,20 3,03 1,95-2,35

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 6,35 2,58 3,12 3,21-3,61 9,79-10,19 3,41 5,01-5,41

Jasa Lainnya 1,97 0,56 4,23 4,12 1,23-1,63 5,87-6,27 2,74 1,90-2,30

PDRB 7,80 6,87 6,56 6,12 6,22 - 6,62 7,21 - 7,61 6,81 6,87 - 7,27

2018P

2018Lapangan Usaha

20172017

I II III IV IP

IIP

Konsumsi Rumah Tangga 5,87 6,56 5,67 5,66 5,32-5,72 6,41-6,81 5,94 5,72-6,12

Konsumsi Pemerintah 8,11 2,07 7,82 6,40 5,01-5,41 5,80-6,20 5,98 8,40-8,80

PMTB 13,64 7,52 8,68 6,38 14,30-14,70 15,01-15,41 8,87 10,36-10,76

Eksport Luar Negeri 104,8 50,3 88,4 22,8 73,80-74,20 62,80-63,20 56,3 48,10-48,50

Import Luar Negeri 97,5 30,8 71,8 48,6 33,00-33,40 25,20-25,60 59,0 18,10-18,50

PDRB 7,80 6,87 6,56 6,12 6,22 - 6,62 7,21 - 7,61 6,8 6,87 - 7,27

20182017 2018

PKomponen2017

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 92

Tenggara pada tahun 2018 diprakirakan berada pada

kisaran 6,9% - 7,3% (yoy) mengalami akselerasi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2017

yang sebesar 6,8% (yoy). Perkembangan

perekonomian di Sultra tersebut searah dengan

prakiraan perekonomian Indonesia dan dunia yang

juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kinerja

lapangan usaha pertanian, pertambangan dan

industri pengolahan yang masih mendominasi

perekonomian Sultra secara signifikan dipengaruhi

oleh kondisi ekonomi global.

Beberapa asumsi yang menjadi pendorong

perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2018 adalah

(1) peningkatan kinerja lapangan usaha utama, (2)

peningkatan konsumsi rumah tangga, (3)

peningkatan realisasi investasi, dan (4) meningkatnya

ekspor komoditas utama.

Peningkatan kinerja lapangan usaha

Pada tahun 2018 mendatang kinerja lapangan usaha

utama yang diperkirakan mengalami peningkatan

diantaranya yaitu lapangan usaha industri

pengolahan, konstruksi dan perdagangan besar. Dari

sisi lapangan usaha industri pengolahan,

peningkatan kinerja dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu adanya beberapa perusahaan pengolah nikel

(smelter) yang sudah beroperasi penuh di tahun 2018

dan faktor permintaan nikel olahan seperti feronikel

dan Nickel Pig Iron (NPI) dunia yang diperkirakan

meningkat. Dari data Dinas ESDM Provinsi Sulawesi

Tenggara, minimal terdapat 2 perusahaan pengolah

nikel yang sudah beroperasi penuh dan telah

melakukan ekspor pada awal tahun 2018. Bahkan

diperkirakan dengan adanya tambahan dana dari

penjualan bijih nikel kadar rendah, beberapa

perusahaan yang sedang membangun smelter nikel

dapat lebih cepat menyelesaikan proyek

pembangunannya dan dapat segera beroperasi.

Dari lapangan usaha konstruksi, peningkatan yang

terjadi didorong oleh adanya proyek-proyek

infrastruktur pemerintah pusat yang ada di Sulawesi

Tenggara. Beberapa proyek yang masih berlangsung

dan porsi pengerjaan konstruksinya lebih banyak di

tahun 2018 antara lain pembangunan Bendungan

Ladongi, Jembatan Teluk Kendari, New Port Kendari

dan beberapa proyek terkait dengan pembangunan

pembangkit listrik. Selain itu, peningkatan konstruksi

juga didukung oleh peningkatan investasi

PMA/PMDN, terutama untuk membangun smelter

pengolahan nikel. Dari data BCI Asia, pada tahun

2018 minimal terdapat pembangunan proyek di

Sulawesi Tenggara senilai Rp1,7 triliun baik dari

sektor pemerintah maupun sektor swasta.

Dari sisi lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran, peningkatan kinerja yang terjadi pada tahun

2018 didorong oleh meningkatnya perdagangan luar

negeri dan penghasilan rumah tangga. Perdagangan

luar negeri yang meningkat lebih banyak didorong

oleh peningkatan ekspor nikel olahan dan ore nickel.

Pada akhir Oktober 2017, Kementerian ESDM telah

mengeluarkan tambahan kuota ekspor bijih nikel

kadar rendah sebesar 4 juta ton untuk 2 perusahaan

di Sulawesi Tenggara. Kuota tersebut berlaku selama

12 bulan ke depan. Dengan demikian, secara total

sudah terdapat 9 juta ton kuota ekspor bijih nikel

Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) October 2017 Sumber: World Bank Commodity Forecast Price October 2017

Grafik 7.3 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.4 Perkiraan Harga Nickel dan Kakao

5,00

6,00

7,00

8,00

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

5,5

2014 2015 2016 2017 2018

Indonesia Dunia Sultra (sb. Kanan)

%, yoy %, yoy

1

1,5

2

2,5

3

3,5

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Nickel Cocoa (sb.kanan)

$/kg $/kg

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 93

kadar rendah untuk 4 perusahaan pertambangan dan

smelter yang ada di Sulawesi Tenggara.

Peningkatan konsumsi rumah tangga

Peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha di

Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 diperkirakan

dapat meningkatkan tingkat penghasilan rumah

tangga. Selain itu, pada tahun tersebut terjadi

peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar

8,71%, lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan tahun sebelumnya yang hanya sebesar

8,25%. UMP Sulawesi Tenggara mencapai

Rp2.177.053 pada tahun 2018, lebih tinggi dari UMP

tahun 2017 yang hanya sebesar Rp2.002.625.

Selain itu, jumlah penduduk usia produktif (antara 15

s.d 65 tahun) juga diperkirakan akan meningkat di

tahun 2018 sebesar 2,26%. Selain itu, persentase

penduduk yang masuk dalam usia produktif juga

semakin meningkat dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan dapat

mendorong peningkatan jumlah masyarakat

berpenghasilan menengah (middle income group)

yang menopang konsumsi domestik.

Peningkatan investasi

Pada tahun 2018 mendatang terdapat peningkatan

investasi terutama dari PMA/PMDN. Informasi dari

Dinas Penanaman Modal Sulawesi Tenggara, target

realisasi investasi pada tahun mendatang meningkat

dari Rp10 triliun menjadi Rp15 triliun. Peningkatan

tersebut sebagian besar terjadi pada lapangan usaha

industri pengolahan khususnya yang berkaitan

dengan industri pengolahan nikel. Selain itu, terdapat

pula beberapa minat investasi pada lapangan usaha

perkebunan, tambak ikan budidaya dan industri gula.

Selain dari sektor swasta, proyek-proyek pemerintah

yang bersumber dari APBN diperkirakan masih tetap

berlangsung dan meningkat pada tahun 2018.

Peningkatan ekspor luar negeri

Sejalan dengan adanya peningkatan perekonomian

global dan negara mitra dagang, ekspor Sultra pada

tahun 2018 diperkirakan tumbuh positif. Ekspor nikel

olahan seperti feronikel dan NPI (Nikel Pig Iron)

diperkirakan akan meningkat seiring dengan adanya

peningkatan permintaan dari negara Tiongkok, Eropa

maupun negara Asia lainya seperti Jepang dan Korea

Selatan. Selain itu, dengan adanya tambahan kuota

ekspor bijih nikel kadar rendah, ekspor komoditas

tersebut diperkirakan akan meningkat.

7.3. PROSPEK INFLASI SULAWESI TENGGARA

7.3.1. Triwulan II 2018

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 mendatang diperkirakan akan berada pada

tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan

perkiraan inflasi pada akhir triwulan I 2018. Inflasi

pada akhir triwulan I 2018 diperkirakan berada pada

kisaran 3,0% - 4,0% (yoy), sementara inflasi pada

triwulan II 2018 diperkirakan hanya sebesar 1,0% -

1,4% (yoy). Penurunan tersebut terjadi karena relatif

tingginya base IHK pada periode yang sama pada

tahun 2017. Kondisi cuaca pada triwulan II 2018

diperkirakan lebih kondusif daripada tahun

sebelumnya sehingga tidak memberikan tekanan

yang besar pada produksi sayuran dan ikan tangkap.

Sumber: World Bank Commodity Forecast Price October 2017 Sumber: BPS, diolah

Grafik 7.5 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

0

20

40

60

80

100

120

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

$/bbl

60,5

61,0

61,5

62,0

62,5

63,0

63,5

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)

Total

Produktif

%, yoy % share

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2018 94

Penurunan juga dipengaruhi oleh tidak adanya

kebijakan pemerintah dalam penyesuaian harga BBM

bersubsidi, tarif listrik maupun elpiji 3 kg. Meskipun

demikian, masih terdapat beberapa faktor yang

memberi sumbangan terhadap tekanan inflasi

terutama karena adanya bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri. Tekanan inflasi pada perayaan

keagamaan tersebut secara signifikan memberikan

dampak pada capaian inflasi di Sulawesi Tenggara.

7.3.2. Tahun 2018

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi

nasional yaitu sebesar 3,5% + 1%. Pada tahun

tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan

berada pada kisaran 3,0% - 3,4% (yoy), relatif

meningkat dibandingkan inflasi tahun 2017 yang

hanya sebesar 2,97% (yoy). Peningkatan tekanan

inflasi pada tahun tersebut didorong oleh

peningkatan tekanan inflasi inti dan administered

prices. Sementara itu, tekanan volatile foods relatif

berkurang dengan peningkatan produksi seiring

dengan bertambahnya luas lahan, pengembangan

urban farming, dan bertambahnya kapal penangkap

ikan.

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

DAFTAR ISTILAH

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan
Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pada triwulan IV 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan dari penurunan

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

KOORDINATOR PENYUSUN

TIM PENULIS

KONTRIBUTOR

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

TIM PENYUSUN