KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda...

61
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis / Manajer Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

AGUSTUS 2018

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis / Manajer

Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer

Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer

Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer

Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer

Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer

Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik

diantara negara emerging markets.

MISI

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan

bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank

Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem

pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis

lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi

struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk

infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat

daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem

informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS

(i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan

(excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja

sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode Agustus 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik

setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan

masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Agustus 2018

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

iv

Daftar Isi

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia .............................................................................................. ii

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................................................... iii

Daftar Grafik ........................................................................................................................................... vi

Indikator Ekonomi dan Perbankan ........................................................................................................ ix

Ringkasan Eksekutif................................................................................................................................. 1

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro ................................................................................................... 4

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran ....................................................................................................... 4

1.1.1 Konsumsi......................................................................................................................... 5

1.1.2 Investasi (PMTB) ............................................................................................................. 6

1.1.3 Ekspor-Impor .................................................................................................................. 8

1.2. PDRB – Lapangan Usaha ......................................................................................................... 9

1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan .......................................................................... 10

1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ......................... 10

1.2.3 Konstruksi ..................................................................................................................... 11

1.2.4 Transportasi .................................................................................................................. 11

1.2.5 Industri Pengolahan ..................................................................................................... 12

Bab II. Keuangan Pemerintah ................................................................................................................ 14

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018 ...................................................................................... 14

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut ................................................................................. 14

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut ........................................................................................ 15

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara ............................................................................................ 16

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................... 18

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan II 2018 ........................................................................... 18

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) .................................................................................................... 18

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm) ................................................................................................... 22

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018 ...................................................................... 24

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi ............................................ 25

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ............................ 27

4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH ......................................................................................... 27

4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI .................................................................................... 27

4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ........................................................................... 29

4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) ........................................... 31

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

v

4.2. AKSES KEUANGAN ................................................................................................................ 33

4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM ............................................................................. 33

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah ..................................... 35

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran di Sulawesi Utara ........................................................ 35

5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran ................................................................. 36

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................................................ 43

6.1. KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................. 43

6.2. KESEJAHTERAAN ................................................................................................................... 45

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah ............................................................................................... 48

7.1. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 48

7.2. Inflasi ..................................................................................................................................... 49

Daftar Istilah dan Singkatan .................................................................................................................. 50

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

vi

Daftar Grafik

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................. 4

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018 ........................ 4

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................... 5

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 ............................. 5

Grafik 1.5 UMP ........................................................................................................................................ 6

Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB ...................................................... 7

Grafik 1.7 Pengadaan Semen .................................................................................................................. 7

Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulut dan Pertumbuhannya .......................................................................... 8

Grafik 1.9 Jumlah Wisman ...................................................................................................................... 9

Grafik 1.10 Impor Sulawesi Utara ........................................................................................................... 9

Grafik 1.11 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara .......................................................................... 10

Grafik 1.12 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara .......................................................................... 10

Grafik 1.13 Pertumbuhan Penjualan Eceran ......................................................................................... 11

Grafik 1.14 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................. 12

Grafik 1.15 Volume Ekspor Komoditas Industri Sulut ........................................................................... 12

Grafik 1.16 Pergerakan Harga CNO ....................................................................................................... 13

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ..................................................... 14

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut 2018 ................................................. 15

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara ............................................................................................ 18

Grafik 3.2 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................ 19

Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ......................................... 19

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar ............................................. 19

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................... 20

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................. 20

Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................ 21

Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................ 21

Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut ........................................................................................ 28

Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi .................................................................................. 28

Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................ 28

Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut .................................................................. 29

Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini ...................................................................................................... 30

Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga ......................................................................................... 30

Grafik 4.7 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara .................................................................. 30

Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito ................................................. 30

Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT .............................................................................................................. 31

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT .................................................................................................... 31

Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara ................................................ 31

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara .............................................. 32

Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut ..................................................................... 32

Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara ............................................... 33

Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara.................................................... 33

Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI .................................................................................................. 33

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut ................................................................................... 34

Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara ......................................... 34

Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang kartal ....................................................................................... 35

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

vii

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................................ 35

Grafik 5.3Perkembangan Transaksi SKNBI ............................................................................................ 36

Grafik 5.4 Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang .................................................... 37

Grafik 5.5 Lokasi Kas Titipan dan Proyek BI Jangkau Tahun 2018 ........................................................ 38

Grafik 5.6 Transaksi KUPVA BB ............................................................................................................. 38

Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%) .......................................................... 43

Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan (persen .............................................................................................................................. 44

Grafik 6.3 Perkembangan TPT Feb-2018 se-Kawasan Indonesia Timur ............................................... 45

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi ...................................................... 46

Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut ..................................................................................................... 46

Grafik 6.6 Sulut per Subsektor Triwulan II 2018 ................................................................................... 47

Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan II 2018 ............................................ 47

Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ........................................................ 4

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ....................................... 5

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan ........................................................................................................ 5

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut ......... 5

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut .......................... 7

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018 ..................................................................................... 8

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ........................................................... 9

Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha .......................................................................................................... 9

Tabel 1.9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha ................................. 10

Tabel 1.10 proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut di Posisi Juli 2018 .................................. 11

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ...................................................... 14

Tabel 2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut ................................................................. 15

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut 2018 ............................................................. 15

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut ......................................................................................... 16

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut .................................................................................... 16

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017 ......................................................................... 17

Tabel 3.1 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan ...................................................... 18

Tabel 3.2 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ....... 19

Tabel 3.3 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar ........... 20

Tabel 3.4 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang .................................................................. 20

Tabel 3.5 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan ............................................................... 20

Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................ 21

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................. 21

Tabel 3.8 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan April ................... 22

Tabel 3.9 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Mei .................... 23

Tabel 3.10 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Juni .................. 23

Tabel 3.11 Inflasi Juli 2018 .................................................................................................................... 24

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa..................................................................................... 43

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu

orang) .................................................................................................................................................... 44

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

viii

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen)

.............................................................................................................................................................. 44

Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan (%) .............................................................................................................. 44

Tabel 6.5 Indikator Keadaan Kesejahteraan ......................................................................................... 46

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

ix

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72 3.61 3.61 3.40 3.12

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 3.09 2.44 2.28 3.51 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 4.42 2.44 2.24 3.46 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) (0.04) 0.51 0.13 0.65 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 0.81 0.81 (0.77) 0.01 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 0.11 0.11 (0.19) 0.00 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 0.55 0.55 0.04 0.00 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 0.44 0.44 0.33 0.00 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 - - 0.70 - 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 0.09 0.09 0.01 0.00 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86) 0.75 0.75 1.78 0.02

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 4.31 4.52 4.43 4.12 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 3.91 5.63 9.51 10.78 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 10.00 5.81 2.57 10.73 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 8.49 7.18 4.23 2.17 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) 2.91 (25.15) (19.25) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 (13.87) 1.61 14.02 29.87 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 4.21 3.09 (1.97) (25.45) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15) (12.70) (1.75) (0.32) 31.72

C PDRB Lapangan Usaha 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21 4.08 4.42 3.85 (0.30)

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71 5.20 9.07 6.49 6.66

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11 9.37 8.00 3.88 7.69

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11 10.19 4.79 5.11 5.97

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41) 2.00 0.81 (0.81) (0.77)

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94 8.59 7.46 6.97 5.50

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64 5.45 5.68 6.57 6.67

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45 5.41 5.64 8.93 8.91

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59 5.70 6.51 14.59 8.85

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32 6.17 6.71 7.48 7.75

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83 4.27 6.68 5.07 3.62

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00 7.13 7.36 7.57 8.65

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68 10.40 9.05 9.48 9.73

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71 9.28 5.44 6.67 8.98

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05 8.32 5.77 7.08 6.93

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49 7.11 7.49 12.17 9.98

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33 10.97 8.40 15.63 12.72

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25 4.25 4.25 4.25 5.25

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,332 13,537 13,382 13,756 14,404

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993 208,570 226,995 261,962 268,090

2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153 84,154 20,058 13,699

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49 49 49 49 49

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306 355 355 355 355

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299 299 299 299 323

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286 286 286 286 310

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56

2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 44,125 44,117 44,117 46,653 45,169

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 42,509 42,468 42,468 45,016 43,530

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152 1,158 1,158 1,154 1,171

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 464 491 491 483 467

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

201820162015 2017

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

x

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2018 2018

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102 23,653 23,653 24,387 24,174

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057 4,041 4,041 4,690 4,710

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892 7,304 7,304 7,995 8,081

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153 12,308 12,308 11,701 11,383

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831 34,005 34,517 34,517 35,630 35,630

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915 8,945 8,945 9,038 9,235

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498 4,456 4,456 4,455 4,496

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592 21,116 21,116 22,137 21,498

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526 737 737 763 761

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493 1,444 1,444 1,564 1,442

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634 625 625 556 602

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99 89 89 82 80

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4 4 4 4 4

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279 1,114 1,114 1,146 1,319

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141 7,280 7,280 7,232 7,294

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370 349 349 298 349

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625 649 649 676 708

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9 13 13 13 5

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21 10 10 8 11

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305 299 299 293 289

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159 158 158 146 148

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51 48 48 46 45

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36 42 42 43 53

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462 530 530 608 613

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788 21,124 21,124 22,148 21,504

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930 9,084 9,084 9,082 9,497

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20 145.93 145.93 146.10 145.73

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256 1,136 1,136 1,155 1,108

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69 3.29 3.29 3.24 3.14

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TOTAL TOTAL

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,536 1,412 12,397 2,909 2,059

- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,931 1,398 3,577 11,471 1,191 2,913

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542 59,266 371,943 50,273 48,636

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774 1,765 10,660 1,582 1,497

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976 956 1,020 811 884

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6 28.5 29.7 25.5 27.2

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.70 2.46 2.29 3.03 2.07 2.30

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.79 2.86 3.00 3.45 2.32 2.86

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian terkoreksi... Realisasi keuangan pemerintah belum maksimal… Inflasi Sulut masih terkendali dan dibawah rentang sasaran inflasi Nasional... Kondisi keuangan daerah relatif stabil...

Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulut melambat di Triwulan II 2018. Penurunan investasi menjadi salah satu faktor penghambat Sulut untuk tumbuh lebih kuat. Investasi yang melambat ditambah konsumsi rumah tangga yang juga melambat membuat pertumbuhan ekonomi Sulut terkoreksi di triwulan II menjadi lebih rendah. Peningkatan pendapatan melalui pertumbuhan UMP dan cairnya tunjangan hari raya menjadi sumber penahan konsumsi rumah tangga tidak melambat lebih dalam di tengah-tengah kinerja sektor pertanian yang terkontraksi di Triwulan II 2018

Keuangan Pemerintah Pada Triwulan II 2018, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik. Realisasi anggaran pendapatan Sulut sebesar 29,36% meskipun lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I 2017 namun lebih baik dibandingkan dengan realisasi tahun 2016. Disisi lain, realisasi anggaran belanja belum maksimal. Realisasi belanjan APBD Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 (32,68%) lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan I 2017 (36,96%) maupun Triwulan II 2016 (39,47%). Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulut di Triwulan II 2018 tercatat sebesar 32,62%, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 33,26%. Penyerapan yang belum maksimal disebabkan oleh dasar hukum kelanjutan proyek yang belum lengkap.

Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan II 2018 tercatat sebesar 3,46% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,12%). Dengan demikian, inflasi Sulut pada Triwulan II 2018 relatif terkendali dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2018: 3,5%±1% (yoy). Inflasi tahunan pada Triwulan II 2018 disumbang oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 2,60%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,29%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,23%, Kelompok Sandang sebesar 0,12%, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,10% ,kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,09% dan kelompok kesehatan dengan andil inflasi sebesar 0,02%.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi keuangan daerah Sulawesi Utara relatif stabil meskipun mengalami perlambatan, tercermin dari melambatnya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), aset dan kredit serta perbaikan kualitas kredit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari jenis kredit, peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis Kredit Konsumsi (KK) sedangkan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit Investasi tercatat tumbuh negatif (angka) pada triwulan laporan. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM Triwulan II 2018 sebesar

12,83% (yoy), rasio kredit bermasalah UMKM membaik menjadi 4,92% dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,27%. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit

juga mengalami peningkatan sebesar 26,96%, meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 25,49%.

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

2

Penyelenggaraan layanan sistem pembayaran baik nontunai maupun tunai berjalan dengan baik… Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara membaik seiring dengan peningkatan kinerja ekonomi di beberapa sektor... Prospek perekonomian relatif menguat di Triwulan IV..

Ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga masih terjaga meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 4.12% (yoy) dengan share terhadap PDRB sebesar 45.8%.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI Sulut ke masyarakat pada Triwulan II 2018 masih mengikuti pola musimannya yaitu net-outflow sebesar Rp 853,76 miliar. Peningkatan bayaran dari kas KPwBI Sulut sejalan dengan masuknya periode Hari Raya Idul Fitri pada bulan Mei dan Juni 2018. Nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Triwulan II 2018 sebesar Rp 3,52 triliun atau menurun sebesar 23,12% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring pada Triwulan II 2018 juga mengalami perlambatan yang tercatat Rp1,66 triliun, menurun baik dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. Dalam rangka memperluas jangkauan layanan kas bank, Bank Indonesia melaksanakan program BI Jangkau. Pada Triwulan II 2018 telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama program BI Jangkau 2018 dengan penambahan peserta dari yang sebelumnya (2017) hanya bekerja sama dengan Bank SulutGo menjadi 5 (lima) peserta yaitu Bank SulutGo, Pegadaian, Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Dalam program tersebut juga dilakukan penambahan jumlah cakupan kecamatan menjadi 65 kecamatan, yang sebelumnya (2017) hanya menjangkau sebanyak 47 kecamatan. Dalam rangka mendukung implementasi penyaluran bantuan sosial nontunai tahun 2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD). Posisi jumlah LKD per Triwulan II 2018 tercatat sebanyak 1.888 agen atau meningkat sebesar 8,7% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah tersebut meningkat sebesar 4,48%.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Februari 2018 yang sebesar 6,09%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,12%. Turunnya angka TPT disebabkan naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama antara lain Perdagangan (8,78%) dan Kontruksi (8,48%). Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2018 sebanyak 194,85 ribu jiwa (7,8%) turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2017 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa (8,2%) atau turun sebesar 0,3%. Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 9,82% pada periode Maret 2018.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pada triwulan IV 2018 ekonomi Sulut tetap tumbuh stabil. Sedangkan secara keseluruhan tahun 2018, ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekonomi Sulut triwulan IV 2018 diperkirakan tumbuh 6,0-6,4% (yoy) dan keseluruhan tahun 2018 tumbuh 6,2-6,6% (yoy).

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

3

Di sisi inflasi, IHK Sulut juga diperkirakan akan mengalami inflasi moderat pada triwulan IV 2018 dan untuk keseluruhan tahun 2018 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi tahun 2018.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

4

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut)

Triwulan II 2018 tumbuh melambat

dibandingkan Triwulan I 2018 dari 6,60% (yoy)

menjadi 5,83% (yoy). Pertumbuhan tersebut

relatif stabil bila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun 2017 yang tumbuh sebesar

5,80% (yoy) dan lebih rendah dari rata-rata

pertumbuhan triwulan II selama 5 tahun

terakhir (2013-2017) sebesar 6,15% (yoy).

Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi Sulut

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,27%

(yoy) pada Triwulan II 2018. Namun Demikian,

apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi

seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

pertumbuhan Sulut relatif jauh lebih rendah.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut

Triwulan II 2018 disebabkan oleh beberapa

faktor. Dari sisi pengeluaran, perlambatan

pertumbuhan triwulan II disebabkan oleh

melambatnya Konsumsi Rumah Tangga dan

Investasi (Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto) di tengah-tengah ekspor yang

tetap tumbuh menguat. Dari sisi lapangan

usaha, kontraksi pada sektor pertanian

menjadi penyebab melambatnya

pertumbuhan Sulut di Triwulan II 2018.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut

Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

Provinsi Sulut menjadi provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi terendah di pulau

Sulawesi setelah di triwulan I menjadi

provinsi dengan pertumbuhan tetinggi kedua.

Pertumbuhan ekonomi Sulut hanya lebih tinggi

dari pertumbuhan ekonomi nasional yang

sebesar 5,27%.

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018

Memasuki Triwulan III 2018, pertumbuhan

ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam

kisaran 5,8–6,2% (yoy), menguat

dibandingkan Triwulan II 2018. Berdasarkan

jenis penggunaannya, penguatan tersebut

berasal dari konsumsi rumah tangga yang

diperkirakan meningkat. Dari sisi lapangan

usaha, kinerja pertanian yang pada triwulan II

mengalami kontraksi diperkirakan akan

mencatatkan pertumbuhan positif di Triwulan

III 2018.

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran

Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis

pengeluaran tidak mengalami perubahan

yang signifikan. Komponen konsumsi rumah

tangga dan investasi yang menjadi masih

mendominasi struktur ekonomi Sulut

disamping ekspor dan konsumsi pemerintah

yang memiliki pangsa diatas 15%.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

I III III IV I II

Konsumsi Rumah Tangga 4.28 5.03 4.47 4.31 4.43 4.12

Konsumsi LNPRT 6.24 7.41 5.18 3.91 9.51 10.78

Konsumsi Pemerintah 2.72 0.22 9.98 10.00 2.57 10.73

Investasi (PMTB) 4.61 5.81 9.33 8.49 4.23 2.17

Perubahan Inventori (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) (25.15) (19.25)

Ekspor 16.84 (0.11) 7.91 (13.87) 14.02 29.87

Impor (32.19) (18.52) 93.46 4.21 (1.97) (25.45)

Net Ekspor Antarprovinsi 11.87 (0.01) (5.07) (12.70) (0.32) 31.72

Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

5

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga pada Triwulan II

2018 tumbuh melambat di tengah

menguatnya konsumsi pemerintah dan

peningkatan konsumsi lembaga non-profit

(LNPRT). Konsumsi pemerintah tumbuh

10,73% (yoy), menguat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,57 % (yoy). Sedangkan

konsumsi rumah tangga tumbuh melambat

dan lembaga non profit (LNPRT) tumbuh

meningkat sehingga menyebabkan

pertumbuhan keseluruhan konsumsi Sulut

Triwulan II 2018 sebesar 6,01% (yoy), menguat

dibanding triwulan sebelumnya 4,11% (yoy).

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi

Menguatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah disebabkan oleh realisasi belanja

non-modal1 pada Triwulan II 2018 yang

meningkat. Realisasi belanja non-modal APBN

yang disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi

Sulut tercatat sebesar 39,05%, meningkat

1 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja

dibandingkan tahun 2017 sebesar 25,25%.

Penurunan realisasi belanja non modal

tersebut tercermin dari simpanan giro

pemerintah pusat pada perbankan di Sulut

pada Juni 2018 menjadi Rp349 Miliar menurun

dibandingkan bulan sebelumnya. Gencarnya

pemerintah daerah maupun pusat

memberikan bantuan dalam bentuk bantuan

pangan non-tunai diperkirakan menjadi faktor

pendorong konsumsi pemerintah.

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi

Sulut

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada

Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018

Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada

Triwulan II 2018 tumbuh melambat menjadi

4,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 4,43% (yoy). Penurunan NTP

diperkirakan menjadi salah satu penyebab

melambatnya konsumsi rumah tangga di

Triwulan II 2018. Rata-rata NTP di bulan April-

Juni 2018 mengalami kontraksi sebesar -6,39%

melambat signifikan dibandingkan

pertumbuhan rata-rata NTP Januari-Maret

yang tumbuh 3,05%. Hal ini juga sejalan

dengan kinerja pertanian yang mengalami

kontraksi di Triwulan II 2018. Selain itu,

tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal.

I III III IV I II

Konsumsi Rumah Tangga 49.27 47.75 46.52 45.11 48.27 46.98

Konsumsi LNPRT 2.08 2.03 1.97 1.91 2.13 2.13

Konsumsi Pemerintah 17.43 16.99 17.29 17.38 16.77 17.78

Investasi (PMTB) 35.94 37.08 37.92 38.25 35.14 35.80

Perubahan Inventori 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

Ekspor 15.30 14.16 14.49 12.37 16.36 17.38

Impor 3.01 4.39 5.27 3.06 2.77 3.09

Net Ekspor Antarprovinsi (17.01) (13.64) (12.93) (11.96) (15.91) (16.98)

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018

Komponen Jenis Belanja 2017 2018

Belanja Non-modal APBN 6,248,455 6,655,986

Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 3,001,213 3,035,588

Total 9,249,668 9,691,574

Belanja Non-modal APBN 1,167,744 2,575,451

Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 1,167,744 1,208,756

Total 2,335,488 3,784,206

Belanja Non-modal APBN 18.69% 38.69%

Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 38.91% 39.82%

Total 25.25% 39.05%

% Realisasi

thd

Rencana

Rencana

(Rp Juta)

Realisasi (Rp

Juta) Hingga

TW I

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

6

melambatnya konsumsi RT juga tercermin dari

hasil survei konsumen yang dilakukan Bank

Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 yang

tercatat memiliki rata-rata 125,19 lebih rendah

dari rata-rata IKK Triwulan I 2018 sebesar

137,64. Pertumbuhan rata-rata IKK di Triwulan

II 2018 pun mengalami perlambatan, dari yang

bertumbuh 7,65% (yoy) di triwulan I menjadi

4,74% di Triwulan II. Hal ini menunjukan bahwa

terdapat penurunan keyakinan dan ekspektasi

konsumen terhadap perekonomian bila

dibandingkan dengan variabel yang sama di

tahun lalu. Meski melambat, pertumbuhan

konsumsi di triwulan II masih cukup kuat. Hal

ini ditunjukan dengan indeks tendensi

konsumen BPS yang masih bertumbuh 4,22%

di Triwulan II 2018. Pencairan tunjangan hari

raya bagi aparatur sipil negara (ASN),

diperkirakan menjadi salah satu faktor

terjaganya konsumsi rumah tangga di triwulan

II. Selain itu, meningkatnya UMP provinsi,

melalui pergub No 48 tahun 2017 Sulut

meningkatkan UMP 2018 menjadi

Rp2.824.286 naik 8,71% dari UMP tahun 2017

yang sebesar Rp2.598.000 juga diduga menjadi

salah satu faktor penahan perlambatan lebih

dalam konsumsi rumah tangga.

Grafik 1.5 UMP

Terjaganya konsumsi rumah tangga juga

didorong oleh peningkatan konsumsi

transportasi di tengah perlambatan konsumsi

makanan dan minuman selain restoran.

Konsumsi transportasi dan komunikasi

meningkat menjadi 5,49% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya hanya tumbuh 2,19%

(yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya

animo masyarakat untuk mudik dan

bertepatan dengan arus mudik pada saat

perayaan Idul Fitri yang terjadi di Triwulan II

2018. Sebaliknya, konsumsi makanan dan

minuman selain restoran mengalami

perlambatan dari tumbuh 3,34% menjadi

1,24% di triwulan II. Melambatnya konsumsi

makanan dan minuman diperkirakan

disebabkan oleh pergeseran pola konsumsi

masyarakat dari barang primer ke barang

tersier.

Memasuki Triwulan III 2018, pengeluaran

konsumsi diperkirakan akan tumbuh

melambat yang didorong oleh melambatnya

konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT

ditengah-tengah penguatan konsumsi rumah

tangga. Konsumsi pemerintah pada triwulan III

diperkirakan melambat seiring terjadinya

koreksi pertumbuhan konsumsi pemerintah

yang tumbuh signifikan di Triwulan II 2018. Di

sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan

menguat didorong oleh terjadinya masa panen

komoditas pertanian unggulan Sulawesi Utara

yang terjadi di triwulan II selain juga karena

terjadinya kenaikan UMP tahun 2018 sebesar

8,71% (yoy) menjadi Rp2.824.286/bulan, lebih

tinggi dibandingkan kenaikan tahun 2017

sebesar 8,25% (yoy). Selain itu, penundaan

pemberian gaji ke-14 ke bulan Juli 2018 ikut

berpotensi mendorong pertumbuhan

konsumsi rumah tangga di Triwulan III 2018.

1.1.2 Investasi (PMTB)

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTB) tumbuh melambat

secara keseluruhan. Perlambatan tersebut

terutama disebabkan oleh melambatnya

investasi bangunan. Dalam investasi Sulut,

pangsa investasi bangunan mencapai 94% dari

total seluruh investasi, sedangkan investasi

non-bangunan hanya sekitar 6%.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

7

Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi

(PMTB) dalam PDRB

Perlambatan investasi bangunan terutama

disebabkan oleh menurunnya investasi

pemerintah pada Triwulan II 2018. Penurunan

investasi salah satunya disebabkan oleh

realisasi belanja modal pemerintah yang masih

belum maksimal pada Triwulan II 2018. Dilihat

dari realisasi APBD Provinsi, keterlambatan

penyerapan anggaran belanja modal provinsi

terutama disebabkan oleh kurangnya

perencanaan dalam realisasi proyek.

Kurangnya perencanaan di tengah-tengah

proses realisasi belanja yang mendukung

prinsip kehati-hatian menyebabkan proses

tender dengan pihak ketiga terhambat.

Hasilnya penyerapan realisasi belanja modal

hingga Triwulan II 2018 terbilang rendah bila

dibandingkan periode yang sama di tahun

2017. Selain APBD, penyerapan belanja APBN

yang belum maksimal di Sulut disebabkan oleh

masih adanya anggaran yang diblokir atau

belum dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan

oleh banyaknya alokasi anggaran yang belum

dikontrakan, penerapan kebijakan long

segmen, permasalahan pembebasan lahan,

kegagalan tender dan keterlambatan petunjuk

teknis dari kementrian dan lembaga.

Optimalisasi anggaran APBN di sisa tahun 2018

akan menjadi tantangan pemerintah dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi

pemerintah

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut

Investasi swasta dalam bentuk pembangunan

dan pembelian mesin juga tercatat melambat

di Triwulan II 2018 ikut menjadi penyebab

investasi Provins Sulut melambat.

Berdasarkan hasil liaison Triwulan II 2018 yang

dilakukan Bank Indonesia, investasi swasta

melambat baik dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun di periode yang sama di

tahun sebelumnya. Likert scale investasi dari

hasil liason pada Triwulan I 2018 sebesar 0

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 1 maupun triwulan yang sama di

tahun 2017 yang tercatat 1. Hal ini juga

terkonfirmasi dari data pengadaan semen di

Sulut pada periode April-Mei levelnya lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.7 Pengadaan Semen

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Memasuki Triwulan III 2018, investasi di Sulut

diperkirakan kembali tumbuh melambat.

Percepatan pembangunan melalui realisasi

belanja modal yang lebih efektif dan efisien

menjadi tantangan pemerintah. Selain itu,

realisasi belanja pembangunan dari dana desa

diperkirakan akan mengalami keterlambatan

seiring keterbatasan kapabilitas perangkat

desa dalam memenuhi syarat dalam

melakukan pencairan dana desa dari Rekening

Kas Umum Daerah (RKUD) ke Rekening Kas

Daerah (RKD). Hal itu diperkirakan

berpengaruh pada pertumbuhan investasi

Komponen Jenis Belanja 2017 2018

Belanja Modal APBN 3,122,581 3,589,364

Belanja Modal APBD Prov Sulut 851,609 1,146,111

Total 3,974,190 4,734,435

Belanja Modal APBN 671,379 767,427

Belanja Modal APBD Prov Sulut 152,627 157,799

Total 824,006 925,227

Belanja Modal APBN 21.50% 21.38%

Belanja Modal APBD Prov Sulut 17.92% 13.77%

Total 20.73% 19.54%

Rencana

(Rp Juta)

Realisasi

(Rp Juta)

Hingga TW I

% Realisasi

thd Rencana

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

8

non-bangunan. Bank Indonesia

memperkirakan investasi Triwulan II 2018 akan

tumbuh di angka 1,4-1,8%

1.1.3 Ekspor-Impor

Pada Triwulan II 2018, total net impor Sulut

mengalami penurunan yang signifikan meski

tidak sekuat di Triwulan I 2018. Net impor

Sulut turun -29,38%(yoy), turun relatif

signifikan meski lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya -47,73% (yoy).

Penurunan yang dalam tersebut disebabkan

oleh penurunan impor luar negeri ditengah

pertumbuhan ekspor luar negeri yang

menguat. Namun, pertumbuhan penurunan

net impor Sulawesi secara keseluruhan karena

pertumbuhan net impor di triwulan II cukup

signifikan sebesar 31,72% (yoy). Hal ini

menunjukan banyak barang kebutuhan

konsumsi dan pendorong roda perekonomian

Sulut di Triwulan II berasal dari luar daerah.

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018

Sumber: BPS

Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada

Triwulan II 2018 tumbuh sebesar 29,87%

(yoy), lebih kuat dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,02%

(yoy). Peningkatan tersebut disebakan oleh

peningkatan baik ekspor barang LN maupun

ekspor jasa LN. Ekspor barang LN tumbuh

sebesar 33,94% (yoy), menguat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

15,95% (yoy). Sementara itu, ekspor jasa LN

juga ikut tumbuh menguat sebesar 10,75%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya

5,36% (yoy).

Peningkatan ekspor barang LN terkonfirmasi

dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui

pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di

daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut Triwulan I

2018 tercatat sebesar USD268,1 juta, tumbuh

sebesar 9,36% (yoy), menguat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang juga tumbuh 5,63%

(yoy). Peningkatan nilai ekspor barang

disebabkan oleh peningkatan volume ekspor

Sulut. Volume ekspor pada Triwulan II 2018

tercatat sebesar 283 ribu ton yang tumbuh

26.19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya 20,49%

(yoy). Bila dibandingkan antara nilai dan

volume ekspor, pertumbuhan nilai ekspor

Sulut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

volume ekspor di Triwulan I 2018. Salah satu

penyebab turunnya nilai ekspor yaitu

berlanjutnya tren menurun harga CNO dunia

yang hingga Mei tercatat US$ 1029/MT atau

turun 38,84% (yoy). Namun, Penurunan nilai

ekspor dari sektor pertanian bisa di off-sett

oleh peningkatan signifikan hasil tambang

emas Sulut yang mencapai US$20,75 juta.

Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulut dan

Pertumbuhannya

Sejalan dengan ekspor barang, ekspor jasa LN

Sulut pada Triwulan II 2018 juga tumbuh

menguat. Peningkatan pertumbuhan ekspor

jasa LN terutama didorong oleh peningkatan

jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut

melalui Bandara Sam Ratulangi. Jumlah

wisman Triwulan II 2018 tumbuh menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Wisman

tersebut didominasi oleh wisman yang berasal

dari Tiongkok yang menggunakan direct

charter flight dari Tingkok ke Manado. Hal ini

sejalan dengan penambahan rute terbang

direct flight dari Cina ke Manado yang

dilakukan oleh maskapai penerbangan swasta.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

9

Grafik 1.9 Jumlah Wisman

Dari sisi impor, impor Sulut pada Triwulan II

2018 kembali mengalami penurunan impor

luar negeri. Penurunan impor terutama

disebabkan oleh penurunan impor barang LN

yang turun sebesar -39.49% (yoy) lebih dalam

dari triwulan I. Di sisi lain, impor jasa LN

mengalami peningkatan sebsear 8,48% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan I. Nilai Impor

Sulut pada triwulan kedua 2018 turun

terutama disebabkan oleh penurunan impor

bahan kimia dan berbagai produk kimia.

Grafik 1.10 Impor Sulawesi Utara

Sumber: Ditjen Bea Cukai

Memasuki Triwulan III 2018, total net impor

Sulut diperkirakan kembali menurun

dibandingkan tahun sebelumnya yang

didorong oleh kinerja ekspor LN yang tetap

tumbuh di tengah penurunan impor LN.

Ekspor LN ditopang baik oleh ekspor barang

maupun jasa. Ekspor barang LN diperkirakan

meningkat seiring periode panen komoditas

perkebunan unggulan Sulut yang akan terjadi

di triwulan III. Sementara ekspor jasa

meningkat sejalan dengan kunjungan wisman

yang terus meningkat. Perbaikan kinerja

perdagangan LN Sulut juga didorong oleh

kinerja impor yang melambat sebagaimana

tren sejak Desember 2017 yang menunjukkan

pertumbuhan impor negatif.

1.2. PDRB – Lapangan Usaha

Secara struktur, ekonomi Sulut berdasarkan

lapangan usaha juga tidak banyak perubahan.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

masih menjadi sektor dengan presentasi

terbesar pada perekonomian Sulawesi Utara.

Dari sisi sumber pertumbuhan, menguatnya

industri pengolahan serta stabilnya sektor

perdagangan dan transportasi menjadi faktor

penahan perekonomian Sulut tidak melambat

lebih dalam. Melihat besarnya pangsa

pertanian pada perekonomian Sulut, kontraksi

di sektor ini menyebabkan perekonomian

Sulut melambat secara keseluruhan selain juga

disebabkan oleh melambatnya salah satu

sektor utama yaitu sektor konstruksi.

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

I II III IV I II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.12 4.42 4.21 4.08 3.85 -0.30

Pertambangan dan Penggalian 9.91 10.08 11.46 5.20 6.49 6.66

Industri Pengolahan 6.47 7.29 8.66 9.37 3.88 7.69

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 2.58 1.07 5.11 10.19 5.11 5.97

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 1.82 0.88 -1.41 2.00 -0.81 -0.77

Konstruksi 5.84 6.54 8.49 8.59 6.97 5.50

Perdagangan Besar dan Eceran 6.24 5.33 5.77 5.45 6.57 6.67

Transportasi dan Pergudangan 7.14 5.83 4.35 5.41 8.93 8.91

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.35 12.64 3.05 5.70 14.59 8.85

Informasi dan Komunikasi 8.55 8.32 4.15 6.17 7.48 7.75

Jasa Keuangan dan Asuransi 8.45 7.66 6.64 4.27 5.07 3.62

Real Estate 8.52 7.02 6.92 7.13 7.57 8.65

Jasa Perusahaan 8.34 7.54 9.68 10.40 9.48 9.73

Administrasi Pemerintahan 3.93 -1.88 9.51 9.28 6.67 8.98

Jasa Pendidikan 4.73 3.35 6.60 8.32 7.08 6.93

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.47 8.21 6.34 7.11 12.17 9.98

Jasa lainnya 8.10 7.10 7.18 10.97 15.63 12.72

Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018

I II III IV I II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19.26 20.28 20.34 19.64 18.76 19.11

Pertambangan dan Penggalian 5.11 5.11 5.11 4.78 5.11 5.15

Industri Pengolahan 10.40 10.04 9.95 9.96 10.13 10.22

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.13 0.12 0.12 0.12 0.13 0.12

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.14 0.13 0.12 0.12 0.13 0.12

Konstruksi 12.82 13.16 13.34 13.90 12.86 13.12

Perdagangan Besar dan Eceran 13.01 12.74 12.58 12.69 13.01 12.85

Transportasi dan Pergudangan 8.98 8.70 8.60 8.59 9.17 8.96

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.26 2.33 2.34 2.36 2.43 2.39

Informasi dan Komunikasi 4.78 4.74 4.62 4.71 4.82 4.83

Jasa Keuangan dan Asuransi 4.27 4.07 3.91 3.83 4.21 3.98

Real Estate 3.84 3.79 3.74 3.72 3.87 3.89

Jasa Perusahaan 0.09 0.08 0.09 0.09 0.09 0.09

Administrasi Pemerintahan 6.77 6.54 7.13 7.55 6.78 6.73

Jasa Pendidikan 2.56 2.54 2.56 2.36 2.57 2.57

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.95 3.99 3.81 3.93 4.15 4.14

Jasa lainnya 1.64 1.63 1.62 1.66 1.77 1.74

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

10

Tabel1. 9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan (pertanian) Sulut pada Triwulan II

2018 tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya dan mengalami

kontraksi. Sektor pertanian merupakan sektor

terbesar di Sulut dengan pangsa tahunan

sekitar 20% dari total perekonomian Sulut.

Selain itu, sebagian besar tenaga kerja atau

sekitar 3% tenaga kerja di Sulut

menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian. Perlambatan kinerja sektor

pertanian pada Triwulan II 2018 terutama

disebabkan oleh terganggunya produksi di sub-

sub sektor tanaman pangan yang mencakup

16,3% dari total produksi pertanian di Sulawesi

Utara. Hal tersebut terjadi karena adanya gagal

panen di beberapa daerah di Sulawesi Utara

terutama di daerah penghasil tanaman

pangan. Selain itu, rendahnya percetakan

sawah baru di Sulut juga diperkirakan menjadi

salah satu penyebab penurunan produktivitas

pertanian Sulut secara keseluruhan.

Melambatnya sektor pertanian juga

terkonfirmasi dari perlambatan nilai tukar

petani untuk seluruh subsektor pertanian. NTP

untuk empat subsektor pertanian mengalami

perlambatan pertumbuhan.

Grafik 1.11 Struktur Sektor Pertanian

Sulawesi Utara

Sumber:BPS (ADHK Tahunan, 2017)

Grafik 1.12 Struktur Sektor Pertanian

Sulawesi Utara

Sumber:BPS (Diolah)

Memasuki Triwulan III 2018, sektor pertanian

diperkirakan akan menguat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Musim panen

komoditas unggulan perkebunan Sulawesi

Utara seperti kelapa, cengkeh, pala, vanili dan

lainnya sebagainya yang akan terjadi di

triwulan III diperkirakan akan membuat sektor

pertanian kembali mengalami pertumbuhan di

Triwulan III 2018. Selain itu, upaya pemerintah

untuk bekerjasama dengan importir luar

negeri maupun kerjasama dengan daerah lain

demi menjaga harga komoditas di level yang

aman diperkirakan akan menjaga produksi

sektor perkebunan Sulawesi Utara. Faktor-

faktor ini diperkirakan akan menjadi penyebab

menguatnya sektor pertanian di Triwulan III

2018.

1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda

motor (perdagangan) pada Triwulan II 2018

tumbuh stabil dengan kecenderungan

I II III IV I II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.00 0.91 0.87 0.82 0.74 -0.06

Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.49 0.56 0.25 0.33 0.34

Industri Pengolahan 0.67 0.72 0.84 0.91 0.40 0.77

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Konstruksi 0.75 0.85 1.11 1.17 0.89 0.72

Perdagangan Besar dan Eceran 0.81 0.68 0.73 0.70 0.86 0.85

Transportasi dan Pergudangan 0.64 0.51 0.38 0.47 0.80 0.78

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.12 0.28 0.07 0.14 0.33 0.21

Informasi dan Komunikasi 0.40 0.39 0.20 0.29 0.36 0.37

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.35 0.31 0.26 0.17 0.22 0.15

Real Estate 0.32 0.26 0.26 0.26 0.29 0.33

Jasa Perusahaan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

Administrasi Pemerintahan 0.27 -0.13 0.66 0.68 0.45 0.59

Jasa Pendidikan 0.12 0.09 0.17 0.19 0.18 0.18

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.33 0.32 0.24 0.28 0.48 0.40

Jasa lainnya 0.13 0.11 0.12 0.18 0.26 0.21

Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

11

menguat. Sektor perdagangan tumbuh stabil

menjadi 6,67% (yoy) di Triwulan II 2018 setelah

sebelumnya mengalami pertumbuhan 6,57%

(yoy) di Triwulan sebelumnya. Peningkatan

sektor perdagangan sejalan dengan masih

kuatnya konsumsi rumah tangga Sulawesi

Utara. Selain itu, periode ramadhan dan

perayaan hari besar keagamaan seperti

perayaan Paskah dan Idul Fitri yang seluruhnya

terjadi Triwulan II 2018 ikut mendorong

pertumbuhan sektor perdagangan. Indikator

lain yang menunjukkan stabilnya pertumbuhan

sektor perdagangan yaitu penjualan eceran.

Pertumbuhan penjualan eceran di triwulan II

memiliki pertumbuhan yang lebih kuat di

triwulan II dibandingkan pertumbuhannya di

triwulan yang sama.

Grafik 1.13 Pertumbuhan Penjualan Eceran

Memasuki Triwulan III 2018, kinerja sektor

perdagangan diperkirakan tumbuh menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut sejalan dengan

meningkatnya konsumsi rumah tangga yang

salah satunya didorong oleh kenaikan UMP

dan panen raya perkebunan di sektor

pertanian. Selain itu, banyaknya acara di

tingkat nasional maupun internasional yang

akan diadakan di Sulut di triwulan III (Tomohon

Internasional Festival, Festival Bunaken, Hari

Keluarga Nasional, Pemecahan Rekor

pembentangan Bendera terpanjang di Bawah

permukaan air, dan Manado Fiesta)

diperkirakan akan mendorong pertumbuhan

sektor perdagangan di Triwulan III 2018.

1.2.3 Konstruksi

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada

Triwulan III 2018 tumbuh melambat

dibandingkan periode sebelumnya. Realisasi

belanja modal yang masih rendah pada

Triwulan II 2018 menjadi salah sastu faktor

melemahnya kinerja sektor konstruksi. Setelah

hanya terealisasi sebesar 20,73% pada

triwulan II 2017, pada Triwulan I 2018 realisasi

total belanja modal pemerintah (APBD dan

APBN) kembali turun menjadi 19,54%.

Peningkatan belanja modal pemerintah akan

menjadi tantangan di Triwulan III 2018.

Peningkatan efisiensi dan efektifitas realisasi

belanja modal baik menggunakan APBD dan

APBN maupun dana desa menjadi tantangan

dalam mendorong pertumbuhan sektor

konstruksi.

Tabel 1.10 proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut di Posisi Juli 2018

Sumber: Dirjen Perbendaharaan negara

Memasuki Triwulan III 2018, lapangan usaha

konstruksi diperkirakan akan tumbuh

menguat. Penguatan tersebut sejalan dengan

lelang proyek pemerintah yang sudah dalam

tahap penyelesaian. Selain itu, masih

rendahnya realisasi belanja pemerintah di

triwulan I dan triwulan II berpeluang

meningkat di Triwulan III 2018. Selain itu,

realisasi dana desa yang biasanya proses

realisasi rill terdapat lag berpotensi ikut

mendorong penigkatan sektor konstruksi.

Dalam perkembangannya, sektor konstruksi

masih akan menghadapi kendala terkait

pembebasan lahan yang dapat mengganggu

upaya pemerintah dalam menggenjot

pembangunan infrastruktur strategis.

1.2.4 Transportasi

Kinerja sektor transportasi pada Triwulan I

2018 tumbuh stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya. Stabilnya kinerja sektor

transportasi terutama didorong perkiraan

pertumbuhan transportasi darat yang

Pagu Realisasi %

1 Lanjutan Pembangunan 2 (Dua ) Bendungan 496,947.00 236,689.00 47.63%

2 Lanjutanpembangunan Jalan Tol Manado-Air Madidi 778,830.00 99,516.00 12.78%

3 Pembangunan Jalan baru 188,150.00 15,344.00 8.16%

4 Perbaikan Jalan (Rehap dan pemeliharaan) 293,638.00 66,826.00 22.76%

5 Rekonstruksi dan Pelebaran Jalan 231,057.00 60,133.00 26.03%

6 Penggantian dan pelebaran jembatan 111,724.00 22,663.00 20.28%

7 Perbaikan Jembatan 68,224.00 15,277.00 22.39%

8 Sistem penangan persampahan dan air limbah 113,046.00 15,371.00 13.60%

9 Sistem Penyediaan Air Minum 34,754.00 9,273.00 26.68%

10 Perbaikan Jalan Irigasi 98,683.00 22,614.00 22.92%

11 Seawall dan Bangunan pengaman pantai 106,325.00 37,778.00 35.53%

12 Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 67,623.00 18,666.00 27.60%

13 Pembangunan Rumah Susun dan rumah khusus 60,087.00 10,481.00 17.44%

14 Pembangunan Kapasitas Bandaran Udara 140,250.00 22,843.00 16.29%

15 pembangunan Fasilitas Pelabuhan 25,396.00 5,419.00 21.34%

16 Pembangunan Terminal 36,831.00 26,540.00 72.06%

17 Pengembangan Pelabuhan Penyebrangan 20,200.00 - 0.00%

18 Peningkatan Kenavigasian 36,127.00 5,187.00 14.36%

19 Pembangunan Fasilitas Pendidikan dan Pelatilan Pelayaran 98,337.00 13,022.00 13.24%

20 Total 3,006,229.00 703,642.00 23.41%

s/d 27 Juli 2018UraianNo

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

12

menguat meskipun transportasi udara sedikit

melambat. Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan transportasi online yang sudah

menyebar ke beberapa kota di Sulut seperti

Bitung, Minahasa dan Tomohon. Adanya

transportasi online yang menyebar ke

beberapa kota setelah di tahun 2017 masih

terpusat di sekitar Manado, diperkirakan ikut

menjaga stabilnya pertumbuhan transportasi.

Dari sisi transportasi udara, terjadi

perlambatan pertumbuhan penumpang

angkutan udara meskipun terjadi peningkatan

jumlah wisman. Hal ini sejalan dengan

diputusnya beberapa rute penerbangan dari

dan menuju Manado oleh salah satu maskapai

penerbangan di Sulut.

Grafik 1.14 Jumlah Penumpang Datang dan

Berangkat di Bandara Sam Ratulangi

Memasuki Triwulan III 2018, kinerja lapangan

usaha Industri diperkirakan menguat seiring

pertumbuhan transportasi darat dan

transportasi udara. Meningkatnya kinerja

transportasi darat sejalan dengan konsumsi

rumah tangga yang meningkat dan

pertumbuhan transportasi online yang

diperkirakan cukup masif di Sulut. Sementara

itu, kinerja transportasi udara diperkirkan juga

meningkat seiring dibukanya rute baru dan

dari Cina yang didorong dengan penambahan

maskapai yang memberikan pelayanan

transportasi udara dari Cina. Peningkatan

transportasi Udara juga berpotensi meningkat

bila pembukaan rute penerbangan dari

langsung dari Korea Selatan menuju Manado

dapat terlaksana. Selain itu, diadakannya

acara-acara bertaraf internasional maupun

nasional di Sulut ikut berpotensi mendorong

pertumbuhan ekonomi Sulut.

1.2.5 Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada

Triwulan II 2018 tumbuh menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun

di Sulut industri makanan dan minuman

merupakan industri dengan pangsa sebesar

84,6% dari total industri pengolahan (ADHK

2017). Pada Triwulan II 2018 industri

pengolahan tercatat tumbuh menguat 7,69%

setelah sebelumnnya terealisasi tumbuh

3,90% di Triwulan I 2018. Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan produksi industri manufkatur

besar dan sedang yang tumbuh 7,25% (yoy) di

Triwulan II 2018 setelah di triwulan I tumbuh

3,56% (yoy). Menguatnya pertumbuhan

industri pengolahan terutama disumbang oleh

pertumbuhan industri minuman yang tumbuh

menguat sebesar 18,44% (yoy). Selain itu,

pertumbuhan industri pengolahan juga diikuti

dengan pertumbuhan industri mikro kecil yang

juga menguat di triwulan II menjadi 18,71%

(yoy) setelah sebelumnya hanya tumbuh

2,51% (yoy). Pertumbuhan sektor industri

pengolahan juga didukung dengan

pertumbuhan kredit UMKM yang juga tumbuh

menguat di Triwulan II 2018 dibandingkan

pertumbuhannya di triwulan I. Sementara itu,

menguatnya pertumbuhan industri

pengolahan juga terkonfirmasi data ekspor

komoditas industri dari provinsi Sulawesi Utara

yang juga tumbuh menguat di Triwulan II 2018.

Grafik 1.15 Volume Ekspor Komoditas

Industri Sulut Sumber: Dirjen Bea Cukai

Memasuki Triwulan III 2018, kinerja lapangan

usaha Industri diperkirakan menguat seiring

pertumbuhan transportasi online dan

pertumbuhan penumpang wisman. Stabilnya

pertumbuhan industri pengolahan di Triwulan

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

13

III 2018 sejalan dengan perkiraan masa panen

raya komoditas perkebunan utama Sulut

seperti kelapa, cengkeh, pala, vanili dan

sebagainya. Selain itu, diadakannya acara

bertaraf internasional maupun nasional di

Sulut diperkirakan akan ikut mendorong sektor

industri pengolahan terutama industri

makanan dan minuman. Namun, masih

terdapat risiko perlambatan yang disebabkan

oleh melemahnya harga komoditas baik di segi

bahan baku maupun harga CNO yang masih

dalam tren menurun.

Grafik 1.16 Pergerakan Harga CNO

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

14

Bab II. Keuangan Pemerintah

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut

Anggaran pendapatan Provinsi Sulut tahun

2018 meningkat dibanding tahun

sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut

tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,78 triliun,

naik 1,39% (yoy) atau sebesar Rp55,59 miliar

dari Rp3,72 triliun pada tahun 2017. Kenaikan

tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun

2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan

APBD tersebut didorong oleh peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 6,77%

(yoy) menjadi Rp1,17 triliun dan peningkatan

pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy)

menjadi Rp2,59 triliun.

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Peningkatan anggaran disertai dengan

peningkatan rasio kemandirian pendapatan

Sulut tahun 2018 yang tercatat sebesar

30,92% meningkat dibandingkan tahun 2017

(29,39%), namun masih rendah bila

dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi PAD

Sulut tahun 2017 hanya sebesar 31% dari total

anggaran pendapatan, meningkat dari 30%

pada tahun 2017, namun masih di bawah

tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan

pendapatan transfer atau dana perimbangan

berada di level 68,44%, turun dari 68,56% pada

tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun

2015. Rasio tersebut menunjukkan bahwa

tingkat kemandirian fiskal Sulut masih rendah

atau masih bergantung pada dana transfer

pemerintah pusat.

Grafik 2.17 Perkembangan Anggaran

Pendapatan APBD Sulut 2018 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Pada triwulan II 2018, realisasi anggaran

pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni

sebesar 49,36% meskipun lebih rendah

dibandingkan realisasi Triwulan II 2017

namun masih sama dengan realisasi Triwulan

II tahun 2016. Realisasi pada Triwulan II 2017

sebesar 52,51% lebih tinggi dibandingkan

realisasi Triwulan II 2018. Adapun nominal

realisasi pendapatan pada Triwulan I 2018

sebesar Rp1,86 triliun . Pencapaian realisasi

tersebut didorong oleh realisasi seluruh

sumber pendapatan terutama pendapatan asli

daerah. Pos yang mencatat realisasi tertinggi

yaitu pendapatan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan 125,19% dan lain-lain

pendapatan pajak daerah sebesar 48,34%.

Peningkatan realisasi pos pendapatan hasil

pengelolaan kekayaan daerah

mengindikasikan adanya perbaikan peforma

pengelolaan kekayaan melalui pembagian

laba, dividen, maupun penjualan saham milik

daerah. Sedangkan untuk pajak daerah,

realisasi yang cukup tinggi relatif dengan yang

lain menunjukan peningkatan peforma

pemerintah dalam melakukan pungutan pajak

daerah provinsi yang berdasarkan UU No.28

tahun 2009 terdiri dari pajak kendaraan

bermotor, bea balik nama kendaraan

bermotor, pajak bahan bakar kendaraan

bermotor, pajak air permukaan dan pajak

rokok.

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

15

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2018 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2017. Anggaran belanja naik 8,54%

pada tahun 2018 sehingga total anggaran

belanja mencapai Rp4,18 triliun, lebih tinggi

Rp329 miliar dari Rp3,85 triliun pada tahun

2017. Peningkatan tersebut didorong oleh

peningkatan belanja modal yang naik 34,58%,

sedangkan peningkatan belanja operasional

tahun 2018 hanya 0,26% jauh lebih rendah

dibandingkan peningkatan belanja operasional

tahun 2017 sebesar 19,09%.

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah,

Sulut

Berdasarkan postur belanjanya, anggaran

belanja non-modal tahun 2018 mencapai 73%

dan anggaran belanja modal sebesar 27%.

Postur tersebut cenderung lebih baik

dibandingkan tahun 2017 dimana postur

belanja non-modal mencapai 78% dan belanja

modal sebesar 22%. Postur tersebut

menunjukkan bahwa masih terdapat ruang

peningkatan lebih baik dalam rangka

pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun

anggaran belanja non-modal tahun 2018

sebesar Rp2,57 triliun dan belanja modal

sebesar Rp1,15 triliun. Dalam postur belanja

modal, anggaran belanja dialokasikan pada

belanja bangunan dan gedung sebesar 52,87%,

belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar

21,74%, belanja tanah 12,16%, belanja

peralatan dan mesin sebesar 10,13% dan

belanja aset tetap lainnya sebesar 3,09%.

Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada

pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang

menurun dari tahun lalu sebesar 41,63%

terhadap total belanja modal dan pos belanja

bangunan dan gedung yang meningkat dari

tahun lalu sebesar 22,28%.

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja

Modal APBD Sulut 2018

Pada Triwulan II 2018, realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi Sulut tercatat sebesar

32,68%. Realisasi tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan Triwulan II 2017

(36,96%) maupun tahun 2016 (39,47%).

Adapun realisasi belanja Triwulan I 2018

tercatat sebesar Rp1,37 triliun. Berdasarkan

posnya, belanja non-modal (termasuk

transfer) terealisasi sebesar 14,61%, lebih

rendah dari Triwulan II 2017 sebesar 40,61%.

Sementara itu, belanja modal pada Triwulan II

2018 hanya terealisasi sebesar 13,77% lebih

rendah dibanding Triwulan II 2017 yang

tercatat sebesar 21,89%. Penurunan ini

terutama disebabkan oleh realisasi belanja

bangunan dan gedung serta aset tetap lainnya,

yang masing-masing baru terealisasi sebesar

0,5% dan 1,12%. Rendahnya realisasi belanja

modal juga disebabkan salah satunya oleh

penyesuaian struktur pemerintah provinsi di

triwulan I. Lambatnya penyerapan belanja

modal pemerintah juga dikonfirmasi dengan

perlambatan pertumbuhan PMTB provinsi

Sulawesi Utara di Triwulan II. Lambatnya

penyerapan belanja provinsi Sulut Juga

ditunjukan dengan serapan belanja langsung

Anggaran 2018 Realisasi % Realisasi

Pendapatan 3,779,296 1,865,632 49.36%

Pendapatan Asli Daerah 1,168,434 576,088 49.30%

Pendapatan Pajak Daerah 1,000,049 483,415 48.34%

Pendapatan Retribusi Daerah 99,995 35,006 35.01%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg Dipisahkan42,138 52,752 125.19%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 26,251 4,915 18.72%

Pendapatan Transfer 2,586,412 1,285,168 49.69%

Transfer Pemerintah Pusat 2,586,412 1,285,168 49.69%

Dana Bagi Hasil Pajak 107,351 38,009 35.41%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 37,634 14,977 39.80%

Dana Alokasi Umum 1,427,545 832,735 58.33%

Dana Alokasi Khusus 1,013,883 399,447 39.40%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 24,450 4,375 17.89%

Pendapatan Hibah 9,450 4,375 46.30%

Pendapatan Lainnya 15,000 - 0.00%

Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan II 2018 (Rp Juta)

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

16

pemerintah yang masih berada di angka

18,86%. Perencanaan belanja yang belum

efektif ditengah proses realisasi belanja yang

mendukung prinsip kehati-hatian diperkirakan

menjadi faktor terhambatnya belanja modal.

Selain itu, hari kerja yang berkurang di

Triwulan II 2018 diperkirakan menjadi salah

satu faktor penyebab lambatnya penyerapan

belanja pemerintah provinsi.

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Terkelolanya keuangan pemerintah melalui

penyerapan realisasi pendapatan yang tinggi,

belum sempurna bila tidak diikuti dengan

realisasi belanja modalnya. Oleh karena itu,

pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk

mendorong realisasi belanja modal pada tahun

2018. Hal ini cukup penting mengingat belanja

negara pada APBN 2018 diarahkan pada

peningkatan belanja infrastruktur dimana

pembangunan infrastruktur merupakan

prioritas pemerintah untuk mendukung

pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok

tanah air. Berbagai infrastruktur strategis yang

sementara dan akan dibangun di Sulawesi

Utara yaitu jalan tol Manado-Bitung, Kawasan

Ekonomi Khusus Bitung, bendungan

multifungsi Kuwil-Minut, pengembangan

pelabuhan Bitung sebagai hub port, jalan

ringroad tiga, pengembangan Lanud TNI AU

Samratulangi, dan infrastruktur lainnya.

Percepatan pelaksanaan lelang proyek dan

monitoring pencapaian target realisasi dapat

menjadi pendorong peningkatan realisasi

belanja modal. Selain itu, kendala pada

pembebasan lahan perlu diselesaikan antar

lembaga terkait sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sehingga

proses pembangunan infrastruktur dapat

berjalan dengan lancar. Bagi pemerintah

kabupaten kota, diperlukan strategi agar

penyaluran anggaran DAK tidak terkendala

karena pada tahun 2018 penyaluran DAK akan

berdasarkan usulan daerah dengan

memperhatikan prioritas nasional. Belanja

pemerintah merupakan salah satu mesin

pertumbuhan bagi suatu perekonomian.

Peningkatan peforma belanja, terutama

belanja modal, berpotensi memberikan

multiplier effect pada ekonomi, dan berpotensi

mendorong pertumbuhan ekonomi lebih

tinggi.

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara

Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut

tercatat sebesar Rp 9,04 triliun meningkat

sebesar 8,54% (yoy). Peningkatan tersebut

didorong oleh kenaikan belanja pegawai,

belanja modal, belanja barang maupun belanja

bantuan sosial. Belanja pegawai mengalami

kenaikan yang kecil sebesar 3,28% (yoy),

sehingga posturnya turun menjadi 26,87% dari

tahun sebelumnya 28,25%. Sementara itu,

belanja modal naik sebesar 14,95% (yoy),

sehingga posturnya naik menjadi 35,28% dari

tahun sebelumnya 33,32%. Di sisi lain, postur

belanja barang turun menjadi 37,71% dari

38,30% dan postur belanja bantuan sosial tidak

mengalami perubahan. Kenaikan porsi belanja

modal sesuai dengan fokus pemerintah

terhadap pembangunan infrastruktur Sulut

dalam rangka mempersiapkan Sulut sebagai

pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia

Pasifik.

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

AnggaranRealisasi

Tw II %Realisasi

Belanja 4,181,699 1,366,555 32.68%

Belanja Operasi 2,568,304 995,041 38.74%

Belanja Pegawai 1,270,918 551,159 43.37%

Belanja Barang 814,878 210,605 25.84%

Belanja Bunga 10,810 -

Belanja Subsidi 2,000 - 0.00%

Belanja Hibah 420,198 232,347 55.29%

Belanja Bantuan Sosial 2,500 930 37.20%

Belanja Bantuan Keuangan 47,000 - 0.00%

Belanja Modal 1,146,111 157,799 13.77%

Belanja Tanah 139,380 90,952 65.25%

Belanja Peralatan dan Mesin 116,148 13,208 11.37%

Belanja Bangunan dan Gedung 605,982 3,058 0.50%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 249,145 50,185 20.14%

Belanja Aset Tetap Lainnya 35,457 397 1.12%

Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%

Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%

Transfer 459,784 213,714 46.48%

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 459,784 213,714 46.48%

Anggaran Belanja APBD

Provinsi Sulawesi Utara

2018 (Rp Juta)

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2017 (Rp

Juta)

Pagu Tahun

2018 (Rp Juta)

Postur

2017

Postur

2018

Belanja Pegawai 2,646,919 2,733,628 28.25% 26.68%

Belanja Barang 3,588,740 3,907,787 38.30% 38.14%

Belanja Modal 3,122,581 3,589,364 33.32% 35.03%

Belanja Bantuan Sosial 12,796 14,572 0.14% 0.14%

Total 9,371,036 10,245,350 100% 100.00%

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

17

Pada Triwulan II 2018, penyerapan alokasi

anggaran belanja APBN di Sulawesi Utara

tercatat sebesar 32,62%, lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat

sebesar 33,26%. Realisasi belanja APNBN di

Sulut yang belum maksimal terutama

disebabkan oleh belanja barang dan belanja

modal yang masih rendah, serta realisasi

belanja bantuan sosial yang belum maksimal

pada Triwulan II 2018. Realisasi Belanja barang

pemerintah turun dari 34,49 % di Triwulan II di

tahun 2017 menjadi 32,12% di Triwulan II

2018. Sedangkan untuk belanja modal

realisasinya turun dari 22,23% di triwulan II

2017 menjadi 21,38% di triwulan I 2018.

Penyerapan belanja APBN yang belum

maksimal di Sulut disebabkan oleh masih

adanya anggaran yang diblokir atau belum

dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya alokasi anggaran yang belum

dikontrakan, penerapan kebijakan long

segmen, permasalahan pembebasan lahan,

kegagalan tender dan keterlambatan petunjuk

teknis dari kementrian dan lembaga.

Optimalisasi anggaran APBN di sisa tahun 2018

akan menjadi tantangan pemerintah dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi

pemerintah.

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

.

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2018

(Rp juta)

Realisasi Tw I

2018

(Rp juta)

% Realisasi Tw

II 2018

Belanja Pegawai 2,733,628 1,317,968 48.21%

Belanja Barang 3,907,787 1,255,370 32.12%

Belanja Modal 3,589,364 767,427 21.38%

Belanja Bantuan Sosial 14,572 2,114 14.50%

Dana Alokasi Khusus Fisik 1,899,227 359,699 18.94%

Dana Desa 1,065,869 639,518 60.00%

Total 13,210,445 4,342,095 32.87%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

18

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan II

2018

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan II 2018

tercatat sebesar 3,46% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 1,12%

(yoy). Inflasi Sulut Triwulan II 2018 terkendali

dan masih dibawah rentang sasaran inflasi

tahun 2018 yakni 3,5%±1% (yoy). Berdasarkan

disagregasinya, inflasi tahunan pada Triwulan II

2018 disumbang oleh seluruh kelompok

dimana andil inflasi oleh kelompok Bahan

Makanan sebesar 2,60%, Kelompok Makanan

Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau sebesar

0,29%, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar sebesar 0,23%, Kelompok

Sandang sebesar 0,12%, Kelompok

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

sebesar 0,10%, Kelompok Pendidikan, Rekreasi

dan Olahraga sebesar 0,09% dan Kelompok

Kesehatan sebesar 0,02%.

Grafik 3.18 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi Kelompok Bahan Makanan tercatat

sebesar 10,97% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang tercatat deflasi

sebesar -1,93% (yoy). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi pada kelompok Bahan

Makanan terutama disebabkan oleh sub

kelompok sayur-sayuran dengan andil inflasi

sebesar 1,91%, sub kelompok ikan segar

sebesar dengan andil inflasi sebesar 0,41% dan

sub kelompok padi-padiaan, umbi-umbian dan

hasilnya dengan andil inflasi sebesar 0,16%,

sementara itu, sub kelompok bumbu-

bumbuan dan sub kelompok lemak dan minyak

menahan terjadinya inflasi lebih tinggi lagi

dengan andil deflasi masing-masing sebesar

-0,18% dan -0,04%. Peningkatan permintaan

yang cukup tinggi menjelang perayaan Hari

Besar Keagamaan Nasional serta faktor cuaca

yang mempengaruhi hasil panen

menyebabkan Tomat Sayur menjadi komoditas

yang menyumbangkan andil inflasi tertinggi

pada Triwulan II 2018 sebesar 1,56%.

Peningkatan harga tomat sayur tersebut juga

terkonfirmasi dari hasil Survei Pemantauan

Harga yang dilakukan, dimana pada bulan Juni

2018, harga tomat sayur mencapai angka

Rp16.000/Kg. Adapun komoditas lainnya yang

memberikan tekanan inflasi yang cukup besar

adalah komoditas daun bawang dengan inflasi

sebesar 103,20% (yoy) dan andil inflasi sebesar

0,31% dan komoditas beras dengan inflasi

sebesar 3,05% dan andil inflasi sebesar 0,16%.

Di sisi lain, komoditas Cabai Rawit dan Bawang

Putih menahan laju inflasi yang lebih tinggi

dengan mencatatkan andil deflasi masing-

masing sebesar -0,23% dan -0,17%, adapun

pasokan yang lancar baik dari dalam Sulawesi

Utara maupun dari luar Sulawesi Utara seperti

daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Timur

menjadi penyebab utama turunnya harga

kedua komoditas tersebut.

Tabel 3.1 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 TOMAT SAYUR 1,56% CABAI RAWIT -0,23%

2 DAUN BAWANG 0,31% BAWANG PUTIH -0,17%

3 BERAS 0,16% APEL -0,07%

4 PEPAYA 0,15% MINYAK GORENG -0,05%

5 TINDARUNG 0,13% KANGKUNG -0,01%

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Bahan Makanan

No

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

19

Grafik 3.19 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau tercatat sebesar 1,83%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 1,49% (yoy). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi tahunan kelompok

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

terutama disebabkan oleh sub kelompok

Makanan Jadi dengan andil inflasi tahunan

sebesar 0,22%. Sub kelompok Minuman yang

Tidak Beralkohol dan Sub kelompok Tembakau

dan Minuman Beralkohol memiliki andil inflasi

masing-masing sebesar 0,04% dan 0,03%.

Komoditas yang menyebabkan inflasi pada sub

kelompok Makanan Jadi adalah Rujak,

Martabak dan Capcai dengan andil inflasi

masing-masing sebesar 0,06%, 0,05% dan

0,05%. Inflasi yang terjadi pada kelompok

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

disinyalir terjadi karena adanya peningkatan

permintaan pada periode Ramadhan.

Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.2 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

& Bahan Bakar tercatat sebesar 0,82% (yoy),

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,64% (yoy). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar terutama

disebabkan oleh sub kelompok Biaya Tempat

Tinggal dengan andil inflasi tahunan sebesar

0,16%. Sub kelompok Bahan Bakar,

Penerangan dan Air, Sub kelompok

Perlengkapan Rumah Tangga dan Sub

kelompok Penyelenggaraan Rumahtangga

masing-masing menyumbang andil inflasi

sebesar 0,01%, 0,03% dan 0,04%. Komoditas

yang menyebabkan inflasi pada sub kelompok

Biaya Tempat Tinggal adalah Seng, Cat

Tembok, Pasir dan Semen dengan andil inflasi

masing-masing sebesar 0,06%, 0,03%, 0,02%

dan 0,02%.

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 RUJAK 0,06% WAFER -0,02%

2 CAPCAI 0,05% GULA PASIR -0,01%

3 MARTABAK 0,05% AIR KEMASAN -0,01%

4 MINUMAN RINGAN 0,04% BISKUIT -0,01%

5 NASI DENGAN LAUK 0,03% COKLAT BATANG 0,00%

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

No

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

20

Tabel 3.3 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &

Bahan Bakar

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Sandang tercatat sebesar

2,33% (yoy), lebih rendah dari Triwulan I 2018

yang tercatat sebesar 2,84% (yoy).

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tahunan

kelompok Sandang terutama disebabkan oleh

sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain

dengan andil inflasi sebesar 0,08%. Adapun sub

kelompok Sandang Laki-Laki, sub kelompok

Sandang Wanita dan sub kelompok Sandang

Anak-anak dengan andil inflasi masing-masing

0,02%, 0,02% dan 0,01%. Komoditas yang

menyebabkan inflasi pada sub kelompok

Barang Pribadi dan Sandang Lain adalah Emas

Perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,08%.

Adapun menurut survey pemantauan harga

yang kami lakukan, harga emas pada bulan Juni

mencapai angka Rp627.563 pergram.

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.4 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Kesehatan tercatat sebesar

0,50% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar 1,36% (yoy). Berdasarkan

sub kelompoknya, sub kelompok obat-obatan

dan sub kelompok Perawatan Jasmani dan

Kosmetika memiliki andil sebesar 0,01%.

sementara sub kelompok lainnya yaitu Jasa

Kesehatan dan sub kelompok Jasa Perawatan

Jasmani tidak memiliki andil inflasi. Komoditas

yang menyebabkan inflasi pada kelompok

kesehatan adalah parfum dengan andil sebesar

0,03%, pelembab dengan andil sebesar 0,01%,

Vitamin dengan andil sebesar 0,01%, Sabun

Wajah dengan andil sebesar 0,01% dan

Shampoo dengan andil sebesar 0,01%.

Sementara itu, komoditas yang menahan laju

inflasi menjadi semakin tinggi adalah

komoditas pasta gigi dengan andil deflasi

dengan andil sebesar -0,03% dan Hand Body

Lotion, Obat Gosok dan Sabun Mandi dengan

andil deflasi masing-masing sebesar -0,01%.

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.5 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga pada tercatat sebesar 1,47% (yoy),

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 0,22% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi

disebabkan oleh andil inflasi oleh subkelompok

rekreasi sebesar 0,08%. Sementara itu, sub

kelompok lainnya seperti sub kelompok

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 SENG 0,06%

2 CAT TEMBOK 0,03%

3 UPAH PEMBANTU RT 0,03%

4 PASIR 0,02%

5 SEMEN 0,02%

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Air

No

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 EMAS PERHIASAN 0,08% SEPATU -0,02%

2 SERAGAM SEKOLAH ANAK 0,02% BLUS -0,01%

3 GAUN/TERUSAN 0,01%

4 BAJU KAOS TANPA KERAH/T-SHIRT 0,01%

5 SERAGAM SEKOLAH WANITA 0,01%

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Sandang

No

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 PARFUM 0,03% PASTA GIGI -0,03%

2 PELEMBAB 0,01% HAND BODY LOTION -0,01%

3 VITAMIN 0,01% OBAT GOSOK -0,01%

4 SABUN WAJAH 0,01% SABUN MANDI -0,01%

5 SHAMPO 0,01%

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Kesehatan

No

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

21

pelatihan, sub kelompok perlengkapan/

peralatan pendidikan dan sub kelompok

olahraga hanya menyumbang andil inflasi

masing-masing sebesar 0,005%, 0,002% dan

0,003%. Adapun komoditas pada subkelompok

rekreasi yang menyebabkan inflasi pada

triwulan II 2018 adalah komoditas rekreasi

yang memberikan andil inflasi sebesar 0,07%.

Peningkatan permintaan pada akomoditas

paket liburan terjadi pada akhir triwulan II

2018 terjadi karena adanya cuti bersama dan

liburan yang cukup panjang pada minggu

kedua Juni 2018.

Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan tercatat sebesar 0,64%

(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 2,50% (yoy). Meredanya tekanan

inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan disebabkan oleh turunnya

tekanan inflasi pada sub kelompok

Transportasi yang pada Triwulan II 2018,

mencatatkan inflasi sebesar 0,68%, mereda

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,83%.

Di sisi lain, tekanan inflasi meningkat pada sub

kelompok Sarana dan Penunjang Transpor

dengan inflasi pada Triwulan II 2018 sebesar

4,98% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya

tidak mencatatkan inflasi (0,00%,yoy).

Subkelompok lainnya yaitu Jasa Keuangan

mencatatkan inflasi sebesar 0,03%. Di sisi lain,

sub kelompok Komunikasi dan Pengiriman

menahan laju inflasi menjadi lebih tinggi lagi

dengan mencatatkan deflasi sebesar -0,69%.

Komoditas yang mencatatkan inflasi pada

kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan adalah Angkutan Udara dengan

andil inflasi sebesar 0,06%, Tarip Parkir dengan

andil inflasi sebesar 0,05% dan Bensin dengan

andil inflasi sebesar 0,04%. Peningkatan

komoditas Angkutan Udara disebabkan oleh

tingginya permintaan dan penyesuaian tariff

angkutan udara menjadi batas atas menjelang

libur panjang ketika Hari Besar Keagamaan

Nasional. Peningkatan tekanan inflasi pada

komoditas Tarip Parkir disebabkan oleh

adanya Peraturan Daerah yang mengatur

peningkatan retribusi parkir. Peningkatan

harga pertalite yang dilakukan pada bulan

Januari dan Maret menyebabkan tekanan

inflasi pada komoditas bensin.

Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Sampai dengan Triwulan II 2018, IHK Sulut

tahun 2018 mencatat inflasi sebesar 3,51%

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 PAKET LIBURAN 0,07% PASTA GIGI -0,03%

2 VCD / DVD 0,01% HAND BODY LOTION -0,01%

3 OBAT GOSOK -0,01%

4 SABUN MANDI -0,01%

5

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

No

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 ANGKUTAN UDARA 0,06% TELEPON SELULER -0,02%

2 TARIP PARKIR 0,05% MOBIL -0,02%

3 BENSIN 0,04%

4

5

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

No

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

22

(ytd). Kelompok Bahan Makanan memberikan

andil inflasi tertinggi sebesar sebesar 3,11%

(ytd) disusul oleh kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan yang

memberikan andil Inflasi sebesar 0,17% (ytd)

serta kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga yang memberikan andil inflasi

sebesar 0,09% (ytd). Sementara itu, 4

kelompok lainnya berkontribusi terhadap andil

inflasi sebesar 0,14%. Komoditas dari

kelompok bahan makanan yang memberikan

andil inflasi yang cukup tinggi adalah Tomat

Sayur dengan andil inflasi sebesar 2,35% (ytd),

Bawang Merah dengan andil inflasi 0,27%

(ytd), Daun Bawang dengan andil inflasi

sebesar 0,15% (ytd), Cakalang/Sisik dengan

andil inflasi sebesar 0,10%. Komoditas dari

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan yang memberikan andil inflasi yang

cukup tinggi adalah Angkutan Udara dengan

andil sebesar 0,13%. Sementara itu, terdapat

komoditas dari kelompok Bahan Makanan

yang menahan laju inflasi menjadi semakin

lebih tinggi, yaitu Lemon, dengan andil deflasi

sebesar -0,06% (ytd), Minyak Goreng dengan

andil deflasi sebesar -0,06% (ytd) dan Jeruk

Nipis/Limau dengan andil deflasi sebesar -

0,04% (ytd).

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada April, Mei dan Juni

masing-masing mencatat inflasi sebesar 1,09%

(mtm), 0,55% (mtm) dan 0,65% (mtm).

April 2018

Pada April 2018, IHK Sulut mencatat inflasi

sebesar 1,09% (mtm), meningkat dari bulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

0,13% (mtm). Inflasi pada April 2018, terutama

bersumber dari kelompok Bahan Makanan dan

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan. Inflasi bulanan kelompok Bahan

Makanan April 2018 mencapai angka 6,22%

(mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang

mencatatkan deflasi hingga -0,77%. Kelompok

Bahan Makanan juga memberikan andil inflasi

bulanan hingga 1,48%. Adapun komoditas

yang memiliki andil terbesar pada kelompok ini

adalah Tomat Sayur dengan andil inflasi

bulanan mencapai 1,21%. Gagalnya panen

yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan hama

yang terjadi di daerah-daerah penghasil tomat

sayur di Minahasa menyebabkan pasokan

menjadi cukup langka. Kurangnya pasokan

terjadi bersamaan dengan meningkatnya

permintaan menjelang perayaan Hari Raya

Paskah di Sulawesi Utara sehingga, menurut

hasil survey pemantauan harga yang kami

lakukan, harga tomat sayur pada bulan April

mencapai harga Rp14.000/Kg setelah pada

bulan sebelumnya berada pada kisaran

Rp8.200/Kg. Selain Tomat Sayur, Komoditas

Bawang Merah juga menyumbangkan andil inflasi bulanan sebesar 0,17%.

Tabel 3.8 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan April

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Sebaliknya, Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan justru mencatatkan deflasi

pada bulan April 2018 sebesar -2,28% (mtm)

setelah bulan sebelumnya mencatatkan inflasi

yang cukup tinggi 1,78% (mtm). Deflasi pada

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan menahan laju inflasi yang lebih

tinggi lagi dengan menyumbangkan andil

inflasi sebesar -0,37%. Komoditas dari

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan yang menyumbangkan deflasi

adalah Angkutan Udara. Pada bulan April 2018,

Angkutan Udara deflasi sebesar -20,04%

sehingga menyumbangkan andil inflasi sebesar

-0,38%. Turunnya harga tariff angkutan udara

disebabkan oleh normalisasi jumlah

penumpang pasca long weekend yang terjadi

pada akhir Maret 2018.

Mei 2018

Inflasi Andil Inflasi

BAHAN MAKANAN 6,22% 1,48%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,00% 0,00%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR -0,08% -0,02%

SANDANG 0,05% 0,00%

KESEHATAN -0,01% 0,00%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,00% 0,00%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN -2,28% -0,37%

AprilKelompok

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

23

IHK Sulut Mei 2018 mencatat inflasi sebesar

0,55% (mtm), yang bersumber dari kelompok

Bahan Makanan; dan Pendidikan, Rekreasi

dan Olahraga; dan Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau. Di sisi lain, kelompok

Kesehatan mencatatkan deflasi. Inflasi pada

bulan Mei berasal dari Kelompok Bahan

Makanan yang mencatatkan inflasi tertinggi

sebesar 1,57% (mtm). Kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga juga mencatatkan

inflasi sebesar 1,19% (mtm) dan kelompok

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau yang inflasi sebesar 0,39% (mtm).

Tabel 3.9 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Mei

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Komoditas penyumbang inflasi tertinggi dari

kelompok Bahan Makanan masih Tomat Sayur

dengan andil inflasi pada bulan Mei 2018

sebesar 0,37%, adapun tekanan inflasi Tomat

Sayur sudah menurun dari bulan sebelumnya.

Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya

permintaan oleh Rumah Tangga menjelang

masuknya bulan Ramadhan. Harga tomat

sayur pada Mei 2018, menurut Survey

Pemantauan Harga yang kami lakukan sempat

menyentuh angka Rp15.225/Kg. Sementara

itu, dari kelompok Bahan Makanan, komoditas

Cabai Rawit, Ikan Cakalang dan Bawang Putih

menahan laju inflasi menjadi semakin lebih

tinggi dengan andil inflasi masing-masing

sebesar -0,09%, -0,06% dan -0,04%.

Tekanan inflasi dari Kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga meningkat dari bulan

sebelumnya dengan andil inflasi sebesar 0,07%

yang disumbangkan oleh komoditas Paket

Liburan dengan andil inflasi sebesar 0,07%.

Libur yang terjadi pada awal bulan puasa serta

awal dari Liburan Sekolah menyebabkan

permintaan atas paket liburan menjadi cukup

tinggi pada bulan Mei. Andil inflasi pada

kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau juga disebabkan oleh satu

komoditas, yaitu Minuman Ringan dengan

andil inflasi sebesar 0,06%. Tingginya

permintaan minuman ringan sebagai salah

satu menu berbukapuasa menjadi salah satu

alasan meningkatnya harga komoditas ini.

Juni 2018

IHK Sulut Maret 2018 tercatat inflasi sebesar

0,65% (mtm), melambat dari bulan

sebelumnya yang sebesar 0,55% (mtm) yang

terutama bersumber dari kelompok Bahan

Makanan yang mencatat inflasi sebesar 1,31%

(mtm) dan Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan yang mencatatkan inflasi

sebesar 1,84% (mtm)

Tabel 3.10 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Juni

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tekanan inflasi bulanan yang meningkat pada

bulan Juni disebabkan oleh meningkatnya

inflasi pada Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan yang pada bulan Juni 2018

dengan andil inflasi bulanan sebesar 0,29%,

meningkat dari andil inflasi bulan sebelumnya

yang sebesar 0,03%. Komoditas penyumbang

andil inflasi pada Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan adalah

Angkutan Udara dan Tarif Parkir dengan andil

inflasi masing-masing sebesar 0,26% dan

0,05%. Menurut Survei Pemantauan Harga

yang kami lakukan, harga tariff angkutan udara

pada bulan Juni berada pada kisaran

Rp2.100.000/penumpang, meningkatnya

harga tariff angkutan udara disebabkan oleh

meningkatnya jumlah penumpang pesawat

(demand) mejelang Hari Besar Keagamaan

Nasional (Idul Fitri) dan juga long weekend

yang terjadi akibat dampak dari cuti bersama

Inflasi Andil Inflasi

BAHAN MAKANAN 1,57% 0,39%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,39% 0,06%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR -0,01% 0,00%

SANDANG 0,06% 0,00%

KESEHATAN -0,25% -0,01%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1,19% 0,07%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0,20% 0,03%

MeiKelompok

Inflasi Andil Inflasi

BAHAN MAKANAN 1,31% 0,33%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,09% 0,01%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,02% 0,01%

SANDANG 0,11% 0,01%

KESEHATAN 0,00% 0,00%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,01% 0,00%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1,84% 0,29%

JuniKelompok

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

24

yang cukup panjang pada bulan Juni 2018.

Tariff Parkir juga turut menyumbang inflasi

pada bulan Juni 2018 disebabkan

meningkatnya tariff parkir pada beberapa area

kawasan perbelanjaan utama di Kota Manado.

Pada kelompok Bahan Makanan, komoditas

Tomat Sayur masih mencatatkan inflasi

dengan andil inflasi bulanan sebesar 0,24%,

mereda dari andil inflasi bulanan sebelumnya

yang sebesar 0,37%. Menurut Survei

Pemantauan Harga yang kami lakukan, harga

Tomat Sayur pada minggu keempat bulan Juni

mencapai angka Rp15.400/Kg. Di sisi lain,

turunnya harga Bawang Merah dan Bawang

Putih seiring dengan cukupnya pasokan yang

berada di pasar mamu penahan laju inflasi

kelompok bahan makanan lebih lanjut.

Bawang Merah dan Bawang Putih

mencatatkan laju inflasi masing-masing

sebesar -0,06% dan -0,03%.

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan

II 2018

Memasuki awal Triwulan III 2018, IHK Juli

2018 tercatat deflasi sebesar -0,68% (mtm)

dan secara tahunan sebesar 1,88% (yoy).

Deflasi pada bulan Juli 2018 tercatat deflasi

pertama yang terjadi pada tahun 2018. Inflasi

Juli 2018 yang sebesar 1,88% (yoy)

menunjukan bahwa inflasi masih tetap

terkendali dan relatif rendah dibawah rentang

sasaran inflasi tahun 2018 yakni 3,5±1% (yoy).

Tabel 3.11 Inflasi Juli 2018

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Kelompok Bahan Makanan menjadi

penyumbang deflasi Juli 2018. Deflasi

Kelompok Bahan Makanan tercatat sebesar -

4,06% dengan andil inflasi sebesar -1,03%.

Deflasi pada kelompok Bahan Makanan

disebabkan oleh Tomat Sayur dan Bawang

Merah yang masing-masing mencatat deflasi

sebesar -30,40% dan -15,47% dengan andil

inflasi masing-masing sebesar -1,21% dan -

0,13%. Koreksi harga tomat sayur dan bawang

merah disebabkan oleh berakhirnya periode

lonjakan permintaan khususnya pada periode

Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi lain, komoditas

Cabai Rawit menjadi penahan kedalaman laju

deflasi bulanan dengan inflasi bulanan sebesar

27,71% dan andil inflasi bulanan sebesar

0,20%. Permintaan menjelang acara

pengucapan dan kurangnya pasokan

menyebabkan harga cabai rawit cukup

melonjak pada minggi ketiga bulan Juli.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan menahan laju deflasi menjadi lebih

dalam dengan mencatatkan inflasi bulanan

sebesar 1,39% dengan andil inflasi sebesar

0,22%. Pasca perayaan Hari Besar Keagamaan

Nasional serta Long Weekend komoditas

Angkutan Udara masih mencatatkan inflasi

bulanan sebesar 4,99% (mtm) dengan andil

inflasi sebesar 0,09%. Normalisasi harga tariff

angkutan udara yang diharapkan terjadi pada

bulan Juli belum dapat terjadi karena adanya

acara skala nasional yang diselenggarakan di

Kota Manado, yaitu perayaan Hari Keluarga

Nasional (HARGANAS) yang diselenggarkan

pada tanggal 6-7 Juli 2018.

Memasuki Agustus, Bank Indonesia

memperkirakan IHK masih mencatatkan

deflasi. Deflasi masih akan terjadi pada bulan

Agustus yang disebabkan oleh masih

berlangusngnya normalisasi harga komoditas

Tomat Sayur dan juga normalisasi tariff

angkutan udara. Bank Indonesia

memperkirakan inflasi Sulawesi Utara pada

Triwulan III sebesar 2,58% (yoy), perkiraan

tersebut lebih rendah dari realisasi inflasi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,46%.

Inflasi diperkirakan mereda karena tekanan

harga barang, terutama dari kelompok Bahan

Makanan. Namun, perlu diantisipasi juga

potensi lonjakan kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan yang terjadi

seiring dengan semakin seringnya Kota

Manado menjadi tuan rumah dari acara yang

berskala Nasional.

Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi

BAHAN MAKANAN -4,06% -1,03% 1,68% 0,41%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,75% 0,12% 2,25% 0,35%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,01% 0,00% 0,85% 0,24%

SANDANG -0,04% 0,00% 1,93% 0,10%

KESEHATAN 0,43% 0,02% 1,34% 0,05%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,00% 0,00% 1,53% 0,09%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1,39% 0,22% 3,91% 0,62%

MtMNo.

YoY

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

25

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan

Tantangan yang Dihadapi

Upaya menekan inflasi pada triwulan II 2018

tidak terlepas dari koordinasi yang baik oleh

antar pemangku kebijakan dan kepentingan.

Berbagai macam kegiatan telah dilakukan

semenjak awal tahun hingga semester

pertama dari tahun ini untuk menjaga inflasi

pada level yang stabil melalui kerjasama yang

baik antara Pemerintah Provinsi, Bank

Indonesia, Pemerintah Kota, Pemerintah

Kabupaten serta pihak-pihak lainnya.

Rincian upaya TPID dalam pengendalian harga

selama Triwulan I 2018 antara lain:

Peran TPID dalam memelihara Ketersediaan

pasokan dan juga kelancaran distribusi.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sulut melakukan inspeksi mendadak (sidak)

pasar dalam rangka monitoring ketersediaan

stok bahan pangan menjelang bulan

Ramadhan bersama dengan Kementrian

Perdagangan RI. Kegiatan Sidak tersebut

dilaksanakan di Pasar Bersehati, Pasar

Karombasan, Pasar Modern dan Distributor

Beras). Selain melakukan sidak pasar dengan

kementrian perdagangan, operasi pasar

BULOG di 15 Kabupaten/Kota juga telah

dilaksanakan pada triwulan II ini. TPID juga

telah menggelar Focus Group Discussion (FGD)

jalur distribusi perdagangan tomat di Sulawesi

Utara bertempat di KPw BI Provinsi Sulawesi

Utara

Peran TPID dalam menjaga keterjangkauan

harga.

TPID Sulawesi Utara telah menggelar Pasar

Murah Disperindag Sulut di 15 Kabupaten/

Kota di Sulawesi Utara. Sidak pasar juga telah

dilakukan selama bulan ramadhan bersama

seluruh SKPD Pemerintah Provinsi. Selain itu,

Update informasi Harga Pangan Harian dari

Dinas Ketahanan Pangan, Disperindag dan

Bank Indonesia juga telah dilakukan. TPID juga

turut serta mendukung peresmian Toko Tani

Indonesia Center (TTIC) di Manado sebagai

alternative penyedia bahan pangan murah

bagi masyarakat selama bulan ramadhan.

Komunikasi ekspektasi yang terus dilakukan

untuk meredam lonjakan expected inflation.

Radio Talkshow selama bulan ramadhan telah

dilaksanakan sebanyak 3 kali di kawasan

megamas, Manado. Selain melalui radio

talkshow, komunikasi kebijakan juga telah

dilakukan melalui media cetak yang memiliki

oplah yang cukup tinggi di Kota Manado.

Meredam lonjakan inflasi yang disebabkan

oleh komoditas strategis Sulawesi Utara,

Barito.

TPID juga telah melakukan dialog dengan para

pedagang, baik di level pemask maupun eceran

serta telah menjajaki kemungkinan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah

produsen bahan pangan strategis. Monitoring

pergerakan komoditas strategis tersebut juga

terus dilakukan untuk menjaga pasokan bahan

makanan penyebab inflasi utama di sulut

tersebut. TPID juga melakukan dialog

persuasive kepada Petani agar mengutamakan

pasokan hasil panen kedalam Sulawesi utara

terlebih dahulu.

Rakor dan Capacity Building HLM TPID

Sulawesi Utara

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sulut mengadakan Koordinasi HLM TPID awal

tahun pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2018

Rapat Koordinasi dan Sidak Pasar TPID Sulut

& Kementerian Perdagangan

Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 4

Mei 2018 ini merupakan insiatif dari

Kementerian Perdagangan bekerjasama

dengan TPID Provinsi Sulut. Kegiatan

dimaksudkan untuk melakukan survei harga

bahan pangan pokok menjelang Hari Besar

Keagamaan sekaligus melakukan koordinasi

dengan instansi terkait mengenai ketersediaan

stok bahan pangan pokok tersebut.

Rapat Koordinasi Wilayah TPID Kawasan

Timur Indonesia

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

26

Tim Pengendali Inflasi Pusat menggelar rapat

koordinasi antar provinsi di masing-masing

wilayah, yaitu Sumatera, Jawa, dan KTI.

Rakorwil KTI yang diselenggarakan oleh TPI

Pusat berlokasi di Denpasar, Bali dengan

dihadiri 19 Provinsi yang masing-masing

diwakili oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

di wilayahnya serta TPID masing-masing

Provinsi. Rakorwil ini membuahkan beberapa

poin kesepakatan untuk dilaksanakan oleh

masing-masing TPID Provinsi, seperti

penyesuaian struktur organisasi TPID Provinsi

dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Keppres

No. 23 Tahun 2017 yang disepakati selambat-

lambatnya harus dilaksanakan sebelum Bulan

Juni 2018.

BARITO+ dan prestasi TPID Sulawesi Utara

Pada bulan Juli 2018, telah dilakukan gerakan

BARITO+ berupa penyerahan bantuan 20.000

bibit barito kepada tim penggerak PKK Provinsi

Sulawesi Utara dan kaum Wanita GMIM

sehingga diharapkan dapat mendorong

awareness ibu-ibu rumah tangga untuk

menanam barito di pekarangan tumah masing-

masing. Pada bulan Juli juga telah dilaksanakan

rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi

sulut dimana TPID sulut ditetapkan TPID

terbaik propinsi se-Sulawesi dan untuk tingkat

Kabupaten/Kota non pencatatan inflasi, Kota

Bitung terpilih sebagai TPID berprestasi di

tingkat nasional.

Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia berkomitmen untuk terus

memperkuat upaya pengendalian inflasi

terutama pada semester kedua 2018. Salah

satu upaya pada paruh kedua tahun 2018 yang

akan dilakukan yaitu menjaga kesinambungan

penguatan program ketahanan pangan,

peningkatan kualitas informasi harga pangan

serta koordinasi hingga tahap kabupaten/kota.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

27

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah,

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.1.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Korporasi

Secara keseluruhan, ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar 5,83%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 6.60% (yoy). Dari sisi

permintaan, kinerja ekonomi tersebut

terutama masih didorong oleh kinerja ekspor

serta kinerja konsumsi Pemerintah.

Adapun di sisi penawaran, pertumbuhan

ekonomi didukung oleh peningkatan kinerja

beberapa lapangan usaha antara lain: Industri

Pengolahan, Perdagangan besar dan eceran

Konstruksi, serta Informasi dan Komunikasi.

Perlambatan kinerja perekonomian Sulut

tersebut berdampak pada melambatnya

kinerja korporasi pada Triwulan II 2018.

Beberapa lapangan usaha yang memiliki

pangsa pembiayaan cukup tinggi seperti

Konstruksi, Akmamin, Jasa Keuangan dan

Asuransi tercatat melambat pada triwulan II

2018.

4.1.1.2. Kinerja Sektor Korporasi

Melambatnya kinerja perekonomian Sulut

pada triwulan II 2018 juga tercermin pada hasil

liaison KPw BI Sulut yang ditunjukkan dari skala

likert khususnya untuk Penjualan Domestik,

Investasi, dan Harga Jual.

Pada Triwulan II 2018, secara rata-rata, skala

likert menunjukkan perlambatan untuk

Permintaan Domestik yaitu dari 1,67 pada

triwulan I 2018, melambat menjadi 1,00 pada

triwulan laporan. Melambatnya kinerja

Permintaan Domestik terutama dipicu oleh

melambatnya konsumsi Sektor Rumah Tangga

(RT).

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja investasi

Sulut pada Triwulan II 2018 tercatat melambat

yang dicerminkan oleh melambatnya rata-rata

skala likert pada triwulan II 2018. Adapun

investasi mencatat rata-rata skala likert

sebesar 0,00 pada triwulan laporan, melambat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1. Melambatnya persepsi contact

liaison untuk sektor investasi pada triwulan

laporan didorong melambatnya investasi

contact liaison di sektor LGA hingga 95%. Selain

itu juga didorong oleh penurunan investasi di

sektor Pertambangan dengan produk emas

dan perak serta belum adanya investasi di

sektor perikanan dan sektor Pertanian

khususnya pada komoditas beras pada

triwulan laporan. Adapun peningkatan

investasi terjadi pada sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran (PHR) dengan produk

kendaraan roda dua.

Sementara itu, pertumbuhan harga jual pada

triwulan laporan terpantau melambat dari

triwulan sebelumnya (likert scale 0,33 dari

sebelumnya 0,6). Korporasi pada sektor

Perdagangan Hotel Restoran, dan Bangunan

cenderung melakukan penurunan harga jual

untuk menjaga persaingan dengan kompetitor,

korporasi sektor pengangkutan dan

komunikasi yang didorong oleh melemahnya

nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Adapun perlambatan pertumbuhan harga jual

masih tertahan oleh meningkatnya harga jual

korporasi di sektor LGA akibat kenaikan TTL

yang ditetapkan Pemerintah untuk golongan

tertentu. Peningkatan harga jual juga terjadi

pada korporasi sektor Pertanian yang didorong

oleh peningkatan kualitas beras hasil panen,

serta korporasi sektor Pertambangan yang

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

28

didorong oleh meningkatnya harga jual emas

dan perak dunia.

Ditengah melambatnya kinerja Permintaan

Domestik dan Investasi Sulut pada triwulan

laporan, kinerja ekspor Sulut terpantau

mengalami peningkatan. Peningkatan

tersebut terjadi pada sektor jasa

pengangkutan dan komunikasi yang didorong

oleh meningkatnya kunjungan wisman

terutama dari Tiongkok ke Sulut. Hal tersebut

terkonfirmasi dari meningkatnya rata-rata

likert scale penjualan ekspor menjadi sebesar

1,00 dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar -1. Selain itu, membaiknya pasokan

bahan baku ekspor serta pelemahan rupiah

terhadap dollar menjadi salah satu penopang

semakin membaiknya kinerja ekspor Sulut

pada triwulan laporan untuk sektor

Pertambangan dan Penggalian serta

Perdagangan Besar dan Eceran.

Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut

Sumber: Bank Indonesia

4.1.1.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Pertumbuhan kredit perbankan pada sektor

korporasi mencatat pertumbuhan yang negatif

pada Triwulan II 2018 sebesar 1,79% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 1,33% (yoy). Melambatnya

pertumbuhan kredit perbankan pada sektor

Korporasi seiring dengan melambatnya total

kredit yang disalurkan perbankan pada

triwulan laporan.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah sektor

korporasi terpantau membaik pada Triwulan II

2018 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Adapun kredit korporasi pada triwulan laporan

mencatat rasio NPL sebesar 4,16%, yang

membaik dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,38%. Namun demikian,

kerentanan pada sektor ini tetap perlu

diwaspadai.

Secara nominal, kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulut pada triwulan II 2018

tercatat sebesar Rp5.35 triliun, melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp5,38 triliun. Berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit korporasi terutama

disalurkan dalam bentuk Kredit Modal Kerja

(KMK) sebesar 50,3%, Kredit Investasi sebesar

48,7% dan sebagian kecil dalam bentuk Kredit

Konsumsi sebesar 0,91%.

Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

29

4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima

pendanaan dari institusi keuangan, sektor

Rumah Tangga memiliki peran yang penting

dalam sistem keuangan. Beberapa faktor yang

memengaruhi kondisi rumah tangga adalah

tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,

tingkat konsumsi dan kondisi

pembiayaan/kredit rumah tangga.

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut triwulan II 2018, kinerja

Konsumsi rumah tangga terhadap

perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan

perlambatan pada triwulan laporan. Tercatat

share Konsumsi Rumah Tangga (RT) pada

perekonomian triwulan II 2018 sebesar 45,1%,

melambat dari triwulan sebelumnya dengan

share sebesar 45,8% terhadap PDRB secara

keseluruhan.

Melambatnya kinerja konsumsi Rumah Tangga

pada triwulan II 2018 mengindikasikan adanya

penurunan kecenderungan Rumah Tangga

untuk melakukan kegiatan konsumsinya. Hal

itu juga tercermin dari melambatnya beberapa

indikator konsumsi Rumah Tangga

berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan

KPw BI Sulut.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama

triwulan laporan yang tercatat sebesar 125,19,

melambat dari rata-rata triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 137,64. Sejalan dengan

kondisi tersebut, terjadi perlambatan

keyakinan konsumen seiring dengan

melambatnya pendapatan Rumah Tangga

dibanding triwulan sebelumnya.

Lebih jauh lagi, sejalan melambatnya IKK,

ekspektasi sektor Rumah Tangga terhadap

potensi kinerja perekonomian di masa yang

akan datang juga mengalami perlambatan. Hal

tersebut tercermin dari melambatnya rata-

rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada

triwulan laporan yang tercatat sebesar 115,17,

melambat dari sebelumnya yang tercatat

sebesar 127,83.

Masih sejalan, optimisme sektor Rumah

Tangga pada triwulan laporan terhadap kondisi

penghasilan mereka saat ini juga mengalami

perlambatan dari triwulan sebelumnya.

Tercatat rata-rata Indeks Ekspektasi

Penghasilan Konsumen pada triwulan laporan

sebesar 118,3, melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 138,3.

Di sisi lain, optimisme sektor Rumah Tangga

terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini

juga mengalami perlambatan seiring dengan

melambatnya optimisme Rumah Tangga

terhadap kinerja perekonomian. Kedepannya,

risiko kerentanan sektor Rumah Tangga yang

berasal dari kenaikan harga diperkirakan akan

mereda dalam 3 bulan kedepan, namun dapat

meningkat pada 6 bulan kedepan. Hal ini

terlihat dari menurunnya rata-rata Indeks

Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang pada

triwulan laporan (152,83) dibandingkan

triwulan sebelumnya (157,83), namun

demikian terjadi peningkatan rata-rata IEH

untuk 6 bulan kedepan pada triwulan laporan

yang tercatat sebesar 172,83, meningkat

dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 166,5.

Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

30

Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di

Perbankan

Disamping melambatnya kecenderungan

Sektor Rumah Tangga untuk melakukan

konsumsi pada Triwulan II 2018, pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di

perbankan pada triwulan laporan dibanding

triwulan sebelumnya juga tercatat melambat.

Tercatat pertumbuhan DPK Perseorangan

pada triwulan II 2018 sebesar 3,56% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 6,25% (yoy).

Apabila dilihat dari pangsanya, sektor Rumah

Tangga masih mendominasi DPK Perbankan di

Sulawesi Utara. Tercatat pangsa sektor Rumah

Tangga pada triwulan laporan sebesar 72,3%,

dan pangsa melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 73,1%.

Sementara itu, preferensi Rumah Tangga

dalam melakukan penempatan dana di

perbankan masih didominasi oleh produk

tabungan dengan pangsa sebesar 61.5%,

disusul oleh deposito (33,6%), dan giro (4,9%).

Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito Perseorangan di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah

Tangga (RT)

Dari sisi penyaluran kredit di perbankan, kredit

sektor Rumah Tangga (RT) di Sulut masih

mendominasi total kredit perbankan Sulut.

Pangsa Kredit RT pada triwulan laporan

mencapai 61,0% dari keseluruhan kredit yang

direalisasikan di Sulut. Adapun keseluruhan

dari kredit yang disalurkan kepada Rumah

Tangga tersebut digunakan untuk keperluan

konsumsi (Kredit Konsumsi/KK)

Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit Rumah

Tangga (RT) tumbuh sebesar 8,26% (yoy) pada

triwulan laporan. Pertumbuhan kredit Rumah

Tangga pada triwulan laporan terpantau

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

31

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 8,26% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit RT

didominasi oleh Kredit Multiguna (75,7%),

Kredit Pemilikan Rumah/KPR (22,4%), Kredit

Perlengkapan (1,2%), serta Kredit Kendaraan

Bermotor/KKB (0,7%).

Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah

tangga pada triwulan laporan relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya,

sebagaimana tercermin dari rasio NPL. Rasio

NPL kredit Rumah Tangga pada triwulan II 2018

tercatat sebesar 2,26%, relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya . Adapun

nominal NPL tercatat melambat sejalan

dengan melambatnya total kredit yang

disalurkan dari Rp500,8 miliar pada triwulan I

2018 menjadi Rp486,3 miliar pada triwulan

laporan.

4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI

KEUANGAN (PERBANKAN)

4.1.3.1. Jaringan Kantor dan Aset

Pada triwulan II 2018, jumlah bank di Prov.

Sulut masih sama dengan triwulan sebelumnya

yaitu sebanyak 49 bank yang terdiri dari 31

bank umum dan 18 BPR. Disamping itu, aset

perbankan yang diihat dari aset antar kantor

terkecil bank mencatat perlambatan pada

triwulan II 2018 yang tercatat sebesar Rp43,9,

triliun melambat 3,3% dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp45,4

triliun

4.1.3.2. Kondisi Umum Perbankan Sulut

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut pada triwulan laporan, secara

umum indikator utama perbankan di Sulawesi

Utara pada triwulan II 2018 menunjukkan

kinerja relatif melambat yang tercermin dari

melambatnya pertumbuhan aset (5,12%, yoy),

pertumbuhan kredit (7,30%, yoy),

pertumbuhan dana pihak ketiga (7,74%, yoy),

kredit (11,3%, yoy) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit

perbankan tercatat sedikit membaik yang

tercermin dari menurunnya rasio NPL dari

3,24% pada triwulan sebelumnya menjadi

3,14% pada triwulan laporan.

Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

32

4.1.3.3. Intermediasi dan Perbankan Sulut

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun oleh bank umum pada

Triwulan II 2018 melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,39% (yoy)

pada Triwulan I 2018 menjadi 7,74% (yoy) pada

triwulan laporan.

Pada triwulan laporan, seluruh komponen DPK

yaitu tabungan, giro dan deposito tumbuh

melambat dari triwulan sebelumnya.

Tabungan tercatat tumbuh sebesar 7,11%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 15,38% (yoy), deposito

tercatat tumbuh sebesar 6,62% (yoy),

melambat dari triwulan sebelumnya yaitu

9,78% (yoy), sedangkan giro tercatat tumbuh

sebesar 11,33% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 14,87%

(yoy).

Kredit

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut pada triwulan laporan, kinerja,

fungsi penyaluran kredit perbankan pada

triwulan laporan oleh bank umum juga turut

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tercatat pertumbuhan kredit pada triwulan

laporan sebesar 7,30% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

11,3% (yoy).

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Adapun penyaluran kredit di Sulawesi Utara

pada triwulan laporan masih didominasi Kredit

Konsumsi (KK) sebesar 61,02%, disusul Modal

Kerja (KMK) 26,22%, dan kredit investasi (KI)

12,76%. Secara nominal, kredit perbankan

yang disalurkan pada triwulan II 2018

mencapai Rp35,2 triliun.

Dilihat dari sisi penggunaannya, peningkatan

pertumbuhan kredit hanya terjadi pada Kredit

Investasi (KI) sedangkan Kredit Modal Kerja

(KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit

Investasi tercatat tumbuh negatif pada

triwulan laporan.

Pada triwulan laporan, kredit Konsumsi (KK)

sebagai porsi kredit perbankan terbesar di

Sulut tumbuh sebesar 8,26% (yoy), melambat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 15,1% (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK)

tumbuh sebesar 7,05% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

10,3% (yoy), sedangkan Kredit Investasi (KI)

tumbuh sebesar 3,45% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

negatif sebesar -3% (yoy).

Dari sisi sektor ekonomi penyaluran kredit di

Sulut terutama masih didominasi oleh kredit

lain-lain (Konsumsi) dengan pangsa sebesar

61%. Adapun untuk kredit sektor produktif

terutama ditopang oleh sektor Perdagangan

Besar & Eceran (20,7%), Pertambangan dan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

33

Penggalian (4,1%), Konstruksi (3,7%),

Pertanian (2,2%), Industri Pengolahan (1,7%)

serta sektor lainnya yang tidak dominan.

Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Non Performing Loan (NPL)

Ditengah melambatnya pertumbuhan kredit

Sulut, kualitas kredit perbankan di Sulut

menunjukkan sedikit perbaikan. Tercatat, rasio

NPL perbankan umum pada triwulan laporan

sebesar 3,14%, sedikit membaik dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,24%.

Secara spasial, rasio NPL tertinggi tercatat di

Kab. Minahasa Tenggara sebesar 4,42%

membaik dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 6,79% yang didorong oleh

Kredit Konsumsi.

Secara sektoral NPL tertinggi pada triwulan II

2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar

13,7%, sektor konstruksi 6,79%, dan sektor

pertanian sebesar 6,26. NPL sektor industri

pengolahan pada periode laporan tercatat

meningkat menjadi 13,7% (sebelumnya

12,4%). Disamping itu, sektor lainnya yang

tercatat mengalami peningkatan rasio NPL

adalah sektor Jasa Lainnya, Pengolahan Air,

Sampah, Limbah Daur Ulang.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya

di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL

Sulut berada pada posisi ke-6 teratas setelah

Kaltim, Papua, Sulsel, Gorontalo, dan Bali.

Tercatat rasio NPL tertinggi pada triwulan

laporan adalah Kaltim sebesar 5,94%,

sedangkan yang terendah adalah Kaltara

dengan rasio NPL sebesar 1,07%.

Grafik 20 Perkembangan NPL di KTI Sumber: Bank Indonesia

4.2. AKSES KEUANGAN

4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM

Ditengah tumbuh melambatnya penyaluran

kredit bank secara umum, laju pertumbuhan

kredit perbankan yang disalurkan kepada

UMKM terpantau mengalami peningkatan.

Tercatat laju pertumbuhan kredit UMKM pada

Triwulan II 2018 sebesar 12,83% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,41% (yoy). Adapun rasio

kredit bermasalah UMKM pada triwulan

laporan tercatat sebesar 4,92%, membaik dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,27%.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan

kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap

total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara

pada Triwulan II 2018 juga mengalami

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

34

peningkatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada

periode laporan sebesar 26,96%, meningkat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,49%.

Berdasarkan sektor ekonominya, realisasi

kredit UMKM masih terkonsentrasi pada

sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan

pangsa sebesar 60,3%, diikuti oleh sektor

Konstruksi (7,3%), Penyediaan Akmamin

(6,4%) Jasa Kemasyarakatan (6,1%), Pertanian

(5,6%), serta sektor ekonomi lainnya yang

memiliki pangsa cukup rendah. Sementara itu,

NPL UMKM secara sektoral terutama terjadi

pada sektor Perikanan, Konstruksi, serta

Perdagangan Besar dan Eceran.

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 67,5% diikuti Kab.

Minahasa sebesar 9,1% dan Kota Bitung

sebesar 8,5%. Sedangkan dari sisi kerentanan

terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.

Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL

tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya

untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai

19,05% pada periode Triwulan II 2018.

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

35

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

dan Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

di Sulawesi Utara

Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI

Sulut ke masyarakat pada Triwulan II 2018

masih mengikuti pola musimannya yaitu

net-outflow. Peningkatan bayaran dari kas

KPwBI Sulut sejalan dengan masuknya periode

Hari Raya Idul Fitri pada bulan Mei dan Juni

2018. Hal ini tercermin dari aktivitas setoran-

bayaran uang tunai yang tercatat net-ouflow

sebesar Rp853,76 miliar setelah sebelumnya

tercatat net-inflow sebesar Rp1,71 triliun.

Komposisi uang masuk ke KPwBI Sulut

didominasi oleh setoran perbankan yaitu

sebesar 77%, kemudian Kas Titipan sebesar

22%, serta loket penukaran bank, setoran non

bank dan Kas Keliling sebesar 1%. Sementara

itu, komposisi uang yang keluar dari KPwBI

Sulut terdiri dari Kas Titipan sebesar 34%, loket

perbankan 65%, serta loket penukaran, kas

keliling, dan bayaran non bank sebesar 1%.

Berdasarkan data historis, kebutuhan uang

kartal dalam rangka Ramadhan dan Idul Fitri

2018 dan libur sekolah diproyeksikan

meningkat, oleh karena itu KPwBI Sulut telah

mengantisipasi hal tersebut dengan

meningkatkan frekuensi Kas Titipan dan Kas

Keliling serta melakukan kegiatan penukaran

bersama atau kas keliling dalam kota dengan

perbankan di seluruh kantor cabang

perbankan di Manado. Total realisasi kegiatan

penukaran bersama yang dilaksanakan selama

periode 22 Mei s.d 8 Juni 2018 adalah

sebanyak Rp10,53 miliar. Tercatat sebanyak 33

bank yang melakukan penukaran selama

periode tersebut serta 520 penukaran oleh

masyarakat.

2 Sistem BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian tiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika.

Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang kartal

Sumber: Bank Indonesia

Pada Triwulan II 2018, transaksi Real Time

Gross Settlement (RTGS)2 di Sulut tercatat

sebesar Rp3,52 triliun. Jumlah ini menurun

dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp4,58 triliun atau menurun

sebesar 23,12% (qtq). Berdasarkan volume

transaksi, transksi RTGS mengalami penurunan

yang tidak signifikasn sebesar 0,93% yaitu dari

2.040 transaksi menjadi 2.021 transaksi.

Secara spasial, transaksi RTGS terbesar terjadi

di Kota Manado dengan nominal Rp3,44 triliun

atau 98,74% dari total transaksi RTGS di

Sulawesi Utara. Sementara secara volume,

jumlah transaksi RTGS Manado sebesar 1.884

transaksi atau 93,22% dari total volume

transaksi di Sulawesi Utara.

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS

Sumber: Bank Indonesia

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

36

Pada triwulan II, transaksi Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI)3 di Sulawesi

Utara dan Gorontalo tercatat sebesar

Rp1,66 triliun, menurun baik dibanding

triwulan sebelumnya maupun periode yang

sama tahun lalu. Penurunan terjadi baik

secara nominal maupun secara volume

transaksi, yaitu turun sebesar Rp0,14 triliun

atau turun sebesar 7,88% (qtq) dan secara

volume transaksi menurun sebanyak 4.350

transaksi atau turun 7,31% (qtq). Jika

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2017, kinerja kliring juga mengalami

penurunan sebesar Rp0,08 triliun atau turun

5,01% (yoy), sementara volume kliring turun

sebanyak 12.817 transaksi atau turun sebesar

18,85% (yoy).

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI

Sumber: Bank Indonesia

Dalam upaya mendukung kelancaran sistem

kliring, terdapat 4 (empat) penyelenggara

kliring yang terdiri dari KPWD oleh Bank

Indonesia dan KPWD selain Bank Indonesia

yang terdiri dari BNI di Kotamobagu, Bank

Mandiri di Gorontalo, dan BNI di Bitung.

Sejalan dengan telah beroperasinya Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo,

maka per bulan Juni 2018, KPWD selain BI di

Gorontalo yang sebelumnya dikoordinatori

oleh Bank Mandiri KC Gorontalo beralih ke

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Gorontalo. KPwBI Sulut melakukan

pemantauan kepatuhan KPWD secara off-site

maupun on-site. Pada Triwulan II-2018, KPwBI

Sulut telah melakukan pemantauan secara

off-site terhadap 2 (dua) penyelenggara KPWD

3 SKNBI merupakan sarana transfer dana nontunai secara retail RTGS dengan nominal transaksi yang lebih kecil, yakni dengan nilai di bawah Rp100 juta.

selain BI, yaitu melalui laporan-laporan yang

disampaikan kepada KPwBI Sulut terkait

pelaksanaan pertukaran warkat di masing-

masing KPWD. Rincian jumlah peserta kliring

pada wilayah kliring Manado terdiri dari 25

bank. Jika dilihat dari sisi jumlah rata-rata

harian warkat debit, hanya wilayah kliring

Manado dan Kotamobagu yang telah

memenuhi jumlah rata-rata warkat harian,

yaitu sebanyak 30 (tiga puluh) warkat per hari

selama Triwulan II-2018. Penyampaian laporan

telah dilakukan secara tepat waktu dengan

format yang sesuai aturan Bank Indonesia.

Jumlah rata-rata kliring penyerahan di wilayah

provinsi Sulawesi Utara selama Triwulan II

adalah sebesar 15.839 lembar, sedangkan

rata-rata kliring pengembalian warkat adalah

sebanyak 355 lembar.

5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem

Pembayaran

KPwBI Sulut terus berupaya untuk

meningkatkan tingkat kelayakan uang di

Provinsi Sulut melalui monitoring dan survei

tingkat kelayakan uang Rupiah. Survei kualitas

uang beredar akan dilaksanakan sebanyak 2

(dua) tahap yaitu pada semester I yaitu pada

bulan April 2018 dan semester II. Survei

Semester I akan dilaksanakan di Tahuna dan di

Tahuna Timur. Adapun hasil survei terbilang

baik dengan tingkat kesegaran uang untuk

Uang Pecahan Kecil (UPK) berada pada level

12,14 dari maksimal 16 level untuk tingkat

kesegaran uang. Sedangkan untuk Uang

Pecahan Besar (UPB) berada pada level 12,83

dari maksimal 16 level.

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE) terus dilakukan oleh BI. Pada Triwulan

II 2018, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara

nominal pada triwulan II tercatat sebesar

Rp103,82 miliar. Pemusnahan uang terdiri dari

pemusnahan melalui Mesin Sortasi Uang

Kertas (MSUK) sebesar Rp42,36 miliar dan

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

37

melalui Mesin Racik Uang Kertas (MRUK)

sebesar Rp61,46 miliar. Uang yang

dimusnahkan terdiri dari Uang Pecahan Besar

(UPB) sebanyak 51,84%, sedangkan sedangkan

Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar 48,16%.

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan

Provinsi Gorontalo pada Triwulan II 2018

tercatat sebanyak 341 lembar, mengalami

peningkatan yang cukup signifikan sebesar

88,39% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Adapun persebaran uang palsu

terbanyak ada di Kota Manado. Berdasarkan

pecahannya, temuan pada Triwulan II 2018

terdiri dari 97 lembar untuk pecahan

Rp100.000, 238 lembar pecahan Rp50.000, 4

lembar pecahan Rp20.000, dan

2 lembar pecahan Rp10.000. Jika dilihat dari

sumber temuan, temuan uang palsu berasal

dari laporan bank sebanyak 118 lembar,

laporan polisi sebanyak 216 lembar,

dan setoran bank sebanyak 7 lembar. Jika

dilihat dari lokasi temuan uang palsu, sebanyak

96% uang palsu ditemukan di Manado dan 4%

ditemukan di wilayah Sulut lainnya.

Pemberantasan uang palsu terus dilakukan

KPwBI Sulut antara lain melalui penguatan

koordinasi bersama aparat penegak hukum

yang didasarkan pada pokok-pokok

kesepahaman dalam rangka mendukung

pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan

Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati

sejak tanggal 23 Juni 2015. KPwBI Sulut selalu

melakukan klarifikasi uang palsu melalui data

dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian

dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut

untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya

sebagai penegak hukum.

Pada Januari 2018, Bank Indonesia

memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit

Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC

merupakan sistem informasi sebagai pusat

data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan

uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian

4 Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas

karakteristik masing-masing uang palsu atas

hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II

dapat mengakomodasi seluruh kegiatan

penatausahaan pelaporan uang palsu yang

masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan,

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak

hukum. Selain untuk kepentingan internal,

statistik dan pelaporan uang palsu dapat

digunakan untuk kepentingan stakeholders

utama Bank Indonesia antara lain Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan

Kepolisan Republik Indonesia (POLRI).

Grafik 5.4 Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang

Sumber: Bank Indonesia

Dalam rangka memastikan ketersediaan Uang

Layak Edar (ULE), KPwBI Sulut juga

menyelenggarakan pelayanan jasa Kas

Titipan4 dalam rangka penyediaan kebutuhan

uang kartal. Pada Triwulan II 2018, dilakukan

sebanyak 10 (sepuluh) kali dropping Kas

Titipan yang terdiri 2 (dua) kali di Provinsi

Gorontalo (Bank Mandiri KC. Gorontalo), 1

(satu) kali di Kab. Kep. Sangihe (Bank Mandiri

KC Tahuna), 2 (dua) kali di Kota Kotamobagu

(BPD SulutGo KC Kotamobagu), 1 (satu) kali di

Kab. Kep. Sitaro (BPD SulutGo KC Siau), 1 (satu)

kali di Kab. Kep. Talaud, dan 3 (tiga) kali di

Pohuwato (BPD SulutGo KC Marisa). Total

dropping Kas Titipan pada Triwulan II 2018

sebesar Rp697 miliar sedangkan total nominal

penarikan UTLE dari Kas Titipan Bank Indonesia

bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah /daerah tertentu.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

38

adalah sebesar Rp340 miliar. KPwBI Sulut

senantiasa melakukan monitoring terhadap

Kas Titipan Bank Indonesia baik melalui

pengawasan offsite maupun pengawasan on-

site. Pada Triwulan II 2018 telah dilakukan

pengawasan on-site di 2 (dua) kas titipan yaitu

Kas Titipan Bank Indonesia di Melonguane

pada tanggal 16-18 Mei 2018 serta Kas Titipan

Bank Indonesia di Bitung pada tanggal 5-6 Juni

2018. Melalui pengawasan yang dilakukan

diharapkan bank pengelola dapat lebih

meningkatkan internal control terhadap

pengelolaan Kas Titipan.

Selain melalui Kas Titipan, KPwBI Sulut juga

mengoptimalkan layanan Kas Keliling5, yang

tidak hanya menjangkau pusat bisnis modern,

namun juga hingga ke pasar tradisional di

tingkat kecamatan di setiap Kab/Kota di Sulut.

Sampai dengan Triwulan II 2018, Bank

Indonesia Sulut telah melaksanakan 62 kali Kas

Keliling.

Dalam rangka memperluas jangkauan

layanan kas bank, Bank Indonesia

melaksanakan program BI Jangkau6, yaitu

program yang bertujuan untuk meningkatkan

layanan kas untuk menjangkau masyarakat di

wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi

jaringan kantor bank, pegadaian,

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), dan pihak lain. pada Triwulan. II-2018

telah dilakukan penandatanganan Perjanjian

Kerja Sama program BI Jangkau 2018. Pada

program BI Jangkau 2018 dilakukan

penambahan peserta dari yang sebelumnya

(2017) hanya bekerja sama dengan Bank

SulutGo menjadi 5 (lima) peserta yaitu Bank

SulutGo, Pegadaian, Bank Mandiri, BRI, dan

BNI. Dalam program BI Jangkau 2018 juga

terdapat penambahan jumlah cakupan

kecamatan menjadi 65 kecamatan, yang

sebelumnya (2017) hanya menjangkau

5 Kas Keliling adalah kegiatan penukaran Uang Rupiah oleh Bank Indonesia di luar kantor Bank Indonesia kepada masyarakat dengan menggunakan moda transportasi.

sebanyak 47 kecamatan. Melalui penambahan

jumlah peserta dan kecamatan, diharapkan

dapat mempercepat penarikan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE) dari masyarakat

Berdasarkan hasil pengawasan off-site,

aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada Triwulan

II 2018 menunjukkan sedikit penurunan. Total

transaksi KUPVA BB pada Triwulan II 2018

tercatat sebesar Rp12,19 miliar, menurun

7,02% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Nilai transaksi terbesar berasal

dari trasaksi mata uang USD (28%), kemudian

EURO (14%), CNY (13%), SGD (12%), MYR (8%),

JPY (5%), AUD (4%), dan mata uang lainnya

(CAD, GBP, HKD, PHP, THB, KRW) sebesar 16%.

Grafik 5.6 Transaksi KUPVA BB

6 BI Jangkau adalah program peningkatan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan kantor Bank, Pegadaian, Perusahaan Jasa Pengelola Uang Rupiah (PJPUR) dan pihak lain.

Grafik 5.5 Lokasi Kas Titipan dan Proyek BI Jangkau Tahun 2018

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

39

Aktivitas KUPVA BB perlu disertai dengan

pengawasan untuk mencegah risiko

pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan

pencucian uang, pendanaan terorisme, judi

on-line, dan kejahatan lainnya. Oleh

karenanya, Bank Indonesia telah menerbitkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI)

No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017

tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan

PPT) Bagi Penyelenggara Jasa Sistem

Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI

tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan

dan menyelaraskan penerapan prinsip APU

dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial

Action Task Force (FATF) yang merupakan

prinsip APU dan PPT yang berlaku secara

internasional. Penyempuranaan pengaturan

APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang

lingkup pengaturan, pendekatan berbasis

risiko (Risk Based Approach), pencegahan

pendanaan terorisme dan proliferasi senjata

pemusnah massal, mitigasi risiko terkait

teknologi baru dan pemanfaatan inovasi

teknologi, penyempurnaan Customer Due

Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan

sanksi. Bank Indonesia telah melakukan

Sektoral Risk Assessment (SRA) terhadap

KUPVA BB di Indonesia. Hasil SRA tersebut

dijadikan pedoman dalam penerapan Risk

Based Approach of Reporting Parties (RBA),

yaitu melakukan penilaian berbasis risiko

sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,

memahami, dan melakukan langkah-langkah

mitigasi risiko Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan

Terorisme (TPPT) dan sebagai panduan teknis

penyelenggara transfer dana dan

penyelenggara KUPVA BB. Sebagai langkah

implementasi dari Risk Based Approach

tersebut, Bank Indonesia telah me-launching

sistem e-licensing KUPVA BB pada awal Juni

2018.

Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu

mendorong Gerakan Nasional Nontunai

(GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital

(LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis

transaksi baik Goverment to People (G to P),

People to Government (P to G) dan People to

People (P to P).

Dalam rangka mendukung implementasi

penyaluran bantuan sosial nontunai tahun

2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas

implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD)

melalui dorongan kepada bank

penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan

ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Posisi

jumlah LKD per Triwulan II 2018 tercatat

sebanyak 1.888 agen atau meningkat sebesar

8,7% (mtm) dibandingkan dengan bulan

sebelumnya dan jika dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya,

jumlah tersebut meningkat sebesar 4,48%.

Jumlah pemegang uang elektronik oleh LKD

pada Triwulan II 2018 tercatat sebanyak 4.168

orang. LKD diharapkan dapat menjadi agen

perpanjangan tangan bank untuk

meningkatkan tingkat keuangan inklusif di

daerah. Transaksi yang dapat dilakukan melalui

LKD antara lain adalah melakukan top up atau

isi ulang, tarik tunai, pembayaran atas tagihan

yang bersifat rutin dan berkala, fasilitator

registrasi pemegang, transfer person to

person, dan transfer person to account dengan

total nilai transaksi selama Triwulan II adalah

sebesar Rp3,96 miliar.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

40

Elektronifikasi Pemerintah Daerah Boks I

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

41

Elektronifikasi Pemerintah Daerah Boks I

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

42

Bank Indonesia meluncurkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sebagai wujud interkoneksi (saling

terhubung) antar switching dan interoperabilitas (saling dapat dioperasikan) sistem pembayaran nasional.

GPN adalah suatu sistem yang menghubungkan berbagai pembayaran elektronik atau transaksi nontunai

pada semua instrumen Bank dalam satu sistem pembayaran.

Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.19/8/PBI/2017 tanggal 21 Juni 2017 dan

Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017 tentang Gerbang

Pembayaran Nasional. Melalui kebijakan tersebut, diharapkan mendorong terjadinya sharing infrastruktur

sehingga utilisasi terminal ATM dan EDC dapat meningkat, sehingga biaya investasi infrastruktur dapat

dialihkan kembali untuk kegiatan ekonomi yang lain.

Terdapat 3 (tiga) sasaran implementasi GPN antara lain sebagai berikut:

1. Menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang saling interkoneksi, interoperabilitas, dan mampu

melaksanakan pemrosesan transaksi yang mencakup otorisasi, kliring, dan setelmen secara

domestic.

2. Meningkatkan perlindungan konsumen melalui pengamanan data transaksi nasabah dalam ssetiap

transaksi yang dilakukan.

3. Meyakinkan ketersediaan dan integritas data transaksi sistem pembayaran nasional guna

mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter, efisiensi intermediasi dan resiliensi sistem

keuangan.

GPN diharapkan dapat menjadi backbone guna memberikan dukungan penuh bagi

program-program pemerintah termasuk penyaluran bantuan sosial nontunai, elektronifiksai jalan tol dan

transportasi publik, keuangan inklusif dan pengembangan sistem perdagangan berbasis elektronik

Bank Indonesia menetapkan kebijakan skema harga guna memastikan berjalannya interkoneksi dan

interoperabilitas dalam ekosistem GPN. Skema harga kartu debit, dengan tarif yang dikenakan kepada

pedagang oleh bank (Merchant Discount Rate – MDR) maksimal sebesar 1%, dengan pemberian MDR khusus

untuk transaksi tertentu, termasuk MDR 0% untuk transaksi terkait pemerintah.

Adapun skema harga untuk kartu atm/debit yang diterapkan menggunakan metode Merchant Discount Rate

(MDR) setelah diberlakukannya GPN adalah sebagai berikut:

a. MDR on us (transaksi menggunakan kartu dan kanal pembayaran bank yang sama)

b. MDR off us (transaksi menggunakan kartu dan kanal pembayaran bank yang berbeda)

Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)

Boks

II

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

43

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara sedikit

membaik pada Triwulan II tahun 2018.

Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) pada periode Februari 2018

yang sebesar 6,09%, turun dari periode yang

sama tahun sebelumnya yang berada di level

6,12%. Sementara itu, kinerja ekonomi

Sulawesi Utara pada tahun Triwulan II 2018

tercatat melambat dengan pertumbuhan

sebesar 5,83% (yoy), lebih tinggi dibanding

Triwulan II tahun 2017 (5,80% yoy).

Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada

periode laporan tercatat mengalami

penurunan, sementara jumlah penduduk usia

kerja (usia 15 tahun ke atas) mengalami

peningkatan. Realisasi angkatan kerja pada

periode laporan tercatat sebanyak 1,254 juta

atau turun sebesar 0.4% dibandingkan periode

yang sama di tahun sebelumnya (1,259 juta).

Tren penurunan jumlah angkatan kerja ini

disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk

yang bekerja meskipun jumlah pengangguran

juga menurun. Jumlah penduduk yang bekerja

pada Februari 2018 mengalami kontraksi

sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan periode

Februari 2017 yang tercatat meningkat 8.3%

(yoy). Meskipun jumlah penduduk usia kerja

meningkat 1,3% (yoy), namun hal ini tidak

diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan

kerja. Penurunan penduduk yang bekerja

disebabkan naiknya jumlah penduduk yang

mengurus rumah tangga sebesar 12,26%

dibandingkan periode yang sama di tahun

2017. Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi utara juga

mengalami perlambatan yaitu sebesar 67,73%,

menurun dari tahun sebelumnya yang berada

di level 68,78%. Jika dilihat berdasarkan jenis

kelamin, sesuai historisnya, kondisi

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara masih

terkonsentrasi pada tenaga kerja laki-laki

dengan peran perempuan yang relatif masih

rendah. Hal ini tercermin dari TPAK laki-laki

tercatat sebesar 83% sementara TPAK

perempuan hanya 51%.

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka

Periode Februari (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Turunnya angka TPT disebabkan naiknya

jumlah tenaga kerja di beberapa sektor

utama. Meskipun pertumbuhan ekonomi

Triwulan II 2018 melambat, penyerapan

tanaga kerja di beberapa sektor seperti

Perdagangan dan Kontruksi, tumbuh masing-

masing sebesar 8.78% dan 8.48% dibanding

periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan antara lain semakin

meningkatnya kunjungan wisman di Triwulan II

2018 yang naik sebesar 63.94% (yoy) dan

29.53% (qtq) serta seiring dengan

keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur

seperti Tol Manado-Bitung. Berdasarkan

porsinya, penyerapan jumlah tenaga kerja di

subsektor pertanian yaitu sebanyak 324,8 ribu

orang (27,59%), subsektor perdagangan

sebanyak 299.1 ribu orang (25,4%) yang juga

mencerminkan struktur ekonomi Sulawesi

Utara pada Triwulan I 2018. Struktur tersebut

Keadaan Ketenagakerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18Growth Feb-

17

Growth Feb-

18

Penduduk 15 thn ke atas 1,779 1,830 1,855 2.9% 1.3%

Angkatan kerja 1,184 1,259 1,254 6.3% -0.4%

Bekerja 1,091 1,182 1,177 8.3% -0.4%

Pengangguran 93 77 76 -16.8% -0.8%

TPAK (%) 66.55% 68.78% 67.73%

TPT (%) 7.82% 6.12% 6.09%

10.46 9.74

8.55

7.50 7.27

8.69

7.82

6.12 6.09

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

44

didominasi oleh subsektor pertanian sebesar

20.30% dan subsektor perdagangan sebesar

12,48% dari total PDRB. Meskipun demikian

penyerapan tenaga kerja di subsektor

pertanian terkontraksi sebesar 12,25% (yoy)

dengan penurunan yang paling besar di antara

sektor lainnya yang disebabkan antara lain

turunnya pekerja bebas di pertanian dengan

pangsa sebesar 4,26% di Triwulan I 2018

dibanding 5,10% pada periode yang sama

tahun sebelumnya.

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejalan dengan penurunan tenaga kerja di

subsektor industri, berdasarkan status

pekerjaannya, pekerjaan formal sedikit

menurun. Penurunan jumlah tenaga formal

turun sebesar 1.6 poin dibanding periode yang

sama di tahun 2017 disebabkan perlambatan

kinerja dan jumlah tenaga kerja yang

dicerminkan dengan menurunnya jumlah

karwayan/buruh dari porsi sebesar 36.62% di

tahun 2017 menjadi 34.87% di tahun 2018.

Disamping itu ada sedikit peningkatan

penduduk yang bekerja dengan usaha sendiri..

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tingkat pendidikannya, kualitas

tenaga kerja di Sulut pada Triwulan II 2018

membaik. Hal ini tercermin dari menurunnya

persentase penduduk berpendidikan dasar

sebesar 2,43 poin dan meningkatnya

persentase pekerja berpendidikan menengah,

SMA, SMK hingga perguruan tinggi jika

dibandingkan pada periode yang sama di tahun

2017.

Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (persen

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk

Level SMK paling tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan lainnya yaitu 17.58% (lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun 2017

yang sebesar 9,62%). Hal ini mengindikasikan

jumlah penawaran pekerjaan di level

pendidikan SMK lebih sedikit dibanding tenaga

kerja tersedia.

Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT

Sulawesi Utara menduduki peringkat tertinggi

ketiga setelah Maluku dan Kalimantan Timur.

Meskipun mengalami penurunan, TPT Sulut

belum beranjak dari 5 besar TPT tertingi se-KTI.

Di sisi lain, Bali memiliki TPT terendah dan satu-

satunya provinsi yang mencatat TPT dibawah

1%.

Lapangan Pekerjaan

UtamaFeb-16 Feb-17 Feb-18

Growth Feb-

17

Growth Feb-

18

Pangsa

Feb-18

Pertanian 317.8 370.2 324.8 16.5% -12.25% 27.59%

Industri 57.1 90.1 86.4 57.7% -4.1% 7.34%

Konstruksi 94.0 86.3 93.6 -8.3% 8.5% 7.95%

Perdagangan 255.6 275.0 299.1 7.6% 8.8% 25.40%

Transportasi 93.2 86.0 81.6 -7.8% -5.2% 6.93%

Keuangan 23.6 24.6 34.4 4.0% 40.0% 2.92%

Jasa Kemasyarakatan 220.6 212.5 208.6 -3.7% -1.9% 17.71%

Lainnya 29.3 37.3 49.0 27.3% 31.5% 4.16%

Status Pekerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18difference

Feb-17

difference

Feb-18

Formal 42.91% 39.88% 38.28% -3.03% -1.60%

Informal 57.09% 60.12% 61.72% 3.03% 1.60%

36.44% 39.63% 37.25%

18.33%19.84% 19.90%

22.67%19.18% 20.70%

8.89% 10.67% 11.11%

13.67% 10.68% 11.05%

Feb-16 Feb-17 Feb-18

SD Ke bawah SMP SMA SMK Perguruan Tinggi

2017 2018

Feb Feb

SD Ke bawah 2.72 2.74

Sekolah Menengah Pertama 5.63 3.44

Sekolah Menengah Atas 9.76 7.84

Sekolah Menengah Kejuruan 9.62 17.58

Perguruan Tinggi 8.70 5.16

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

45

Grafik 6.3 Perkembangan TPT Feb-2018 se-

Kawasan Indonesia Timur

Sumber: Badan Pusat Statistik

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai

Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan

Penduduk.

Pada tahun 2018, upah minimum provinsi

(UMP) meningkat sehingga mendorong

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun

2018 ditetapkan pemerintah daerah sebesar

Rp 2,824,286.00 berdasarkan Peraturan

Gubernur No 48 tahun 2017 pada tanggal 31

Oktober 2017 yang meningkat sebesar 8,71%

(yoy) dari UMP tahun 2017 yakni Rp

2,598,000.00. Berdasarkan spasialnya, UMP

Provinsi Sulawesi Utara merupakan UMP

tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah

Jakarta dan Papua). Dengan adanya

7 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-

rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai

peningkatan UMP ini, diharapkan dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kota Manado.

Pada periode Maret 2018, kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Utara tercatat

mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat

kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada

periode Maret 2018 sebanyak 193,31 ribu jiwa

(atau sebesar 7,8%), turun dibandingkan

dengan penduduk miskin pada Maret 2017

yang berjumlah sekitar 198,88 ribu jiwa (atau

sebesar 8,1%) atau turun sebesar 0,3 persen.

Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan

nasional (9,82%). Hal ini didorong oleh

peningkatan pendapatan masyarakat yang

menyebabkan tingkat kemiskinan menurun.

Sejalan dengan Tingkat Kemiskinan yang

menurun, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,3%

yaitu dari Rp. 333,510 per kapita per bulan

pada Maret 2017 menjadi Rp344,418 per

kapita per bulan pada Maret 2018.

Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK)

yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM), peranan komoditas makanan

(sebesar 73,48%) jauh lebih besar

dibandingkan peranan komoditas bukan

makanan.

Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan

penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan7

yang tercatat menurun dari 1,368 pada Maret

2017 menjadi 1,270 pada Maret 2018. Kondisi

ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli

masyarakat yang semakin mendekati garis

kemiskinan. Pada Maret 2018, indeks

kedalaman kemiskinan di perdesaan (1,770)

lebih tinggi dari perkotaan (0,773), artinya

diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk

mengentaskan penduduk miskin di daerah

pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya

indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk

dari garis kemiskinan.

6.09%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

Bal

i

Sulb

ar

Sult

ra

Pap

ua

NTT

Kal

ten

g

Sult

en

g

NTB

Go

ron

talo

Kal

sel

Kal

bar

Mal

ut

Kal

tara

Suls

el

Pab

ar

Sulu

t

Kal

tim

Mal

uku

Indonesia: 5.13%

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

46

beli masyarakat semakin mendekati garis

kemiskinan.

Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,

Indeks Keparahan Kemiskinan8 juga tercatat

menurun dari 0,351 pada Maret 2017 menjadi

0,299 pada Maret 2018. Hal ini

mengindikasikan ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk miskin semakin kecil.

Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan

tercatat sebesar 0,442, lebih besar

dibandingkan di perkotaan yang tercatat

sebesar 0,158. Penduduk miskin di pedesaan

cenderung memiliki variasi pengeluaran

konsumsi antar penduduk miskin yang lebih

tinggi dibandingkan di perkotaan. Adapun

tingkat ketimpangan antara penduduk kaya

dan miskin di Sulawesi Utara yang tercermin

dari Gini Ratio tercatat pada Maret 2018 tidak

berubah dibanding September 2017 yaitu

sebesar 0,394 dimana angka tersebut

dikategorikan ke dalam kelompok

ketimpangan sedang namun Gini Ratio di

daerah perkotaan maupun perdesaan mulai

memberikan tanda-tanda kenaikan.

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan

di Wilayah Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Apabila dibandingkan dengan nasional dan

provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat

kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang

paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan

(9.06%) dan nasional (10.12%), sedangkan

tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di

Provinsi Gorontalo dengan tingkat 16.81 %.

8 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Tabel 6.5 Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih

relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar

Petani (NTP) yang masih berada di bawah

level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi

Utara pada Triwulan II 2018 tercatat sebesar

94.72 membaik sebesar 2.60% (yoy) serta

0.08% (qtq). Perbaikan NTP mengindikasikan

peningkatan kesejahteraan petani dengan

meningkatnya daya beli masyarakat di

kawasan pedesaan. Membaiknya NTP lebih

disebabkan naiknya harga-harga komoditi

khususnya subsektor tanaman pangan dan

hortikultura pada komponen harga yang

diterima petani, dimana subsektor ini

mempunyai share yang cukup besar dalam

pembentukan nilai NTP. Angka NTP Sulut pada

periode laporan yang masih berada di bawah

batas kesejahteraan tersebut disebabkan

kenaikan Indeks Dibayar Petani lebih dari

kenaikan Indeks Diterima Petani. Faktor utama

yang memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan

komponen konsumsi rumah tangga

subkelompok bahan makanan.

Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indikator Mar-17 Mar-18

Tingkat Kemiskinan (%) 8.10 7.80

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 198.88 193.31

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 333,510 344,418

Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.368 1.270

Indeks Keparahan Kemiskinan 0.351 0.299

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

47

Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor

perikanan merupakan yang paling sejahtera,

hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar

dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu

106.26 Peningkatan kesejahteraan kelompok

nelayan salah satunya disebabkan oleh

relaksasi kebijakan moratorium dan

transhipment. Dengan menggunakan ukuran

yang sama, petani di subsektor tanaman

pangan, hortikultura dan perkebunan masih

berada di bawah batas sejahtera dengan NTP

masing-masing 92,14, 95.40 dan 89.89. Kondisi

curah hujan masih belum stabil pada Triwulan

II 2018 mengakibatkan jadwal panen serta

kualitas hasil pertanian terganggu sehingga

berdampak pada kualitas maupun kuantitas

produksi hasil pertanian.

Grafik 6.6 Sulut per Subsektor Triwulan II 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh

Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati

posisi terendah jika dibandingkan dengan

provinsi lainnya di Sulawesi, sementara NTP

tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.

Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau

Sulawesi pada Triwulan II 2018

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun

2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi

yang memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di

Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran

Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69

pada skala 1-100. Nilai ini berada di atas angka

nasional yang hanya sebesar 70,69. Indeks

Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang

disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan

Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan

Makna Hidup (Eudaimonia). Dimensi kepuasan

hidup dibedakan menjadi subdimensi

kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup

sosial. Besarnya indeks masing-masing dimensi

penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks

Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27 (Indeks

Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar

70,14 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup

Sosial sebesar 78,40), Indeks Dimensi Perasaan

sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna

Hidup sebesar 77,11.

Adapun kontribusi masing-masing dimensi

terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan

(31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara

nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di

peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku

Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara

spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang

tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih

tinggi dibanding penduduk yang tinggal di

perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di

perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di

perdesaan sebesar 71,92.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

48

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan

IV 2018 diperkirakan tumbuh menguat

dibandingkan perkiraan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran

6,0-6,4% (yoy) di Triwulan IV 2018.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi

akan diperkirakan akan didukung oleh

peningkatan komponen konsumsi dan

investasi. Peningkatan konsumsi akan

ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi

rumah tangga meningkat seiring dengan

peningkatan pendapatan baik dari kenaikan

UMP maupun peningkatan sektor pariwisata.

Pada Triwulan IV 2018, konsumsi rumah

tangga akan meningkat seiring perayaan Hari

Natal dan tahun baru yang diperkirakan akan

lebih ramai dibanding Triwulan IV 2017.

Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat

seiring pola historisnya dan belum

maksimalnya realisasi konsumsi pemerintah di

di pada Triwulan I dan II 2018. Dari sisi

investasi, target pemerintah untuk

menyelesaikan beberapa proyek strategis

seperti jalan tol Manado-Bitung,

pembangunan bendungan, palapa ring, serta

KEK Bitung diperkirakan akan ikut mendorong

pertumbuhan investasi di Sulut. Selain itu

penyaluran dana desa 2018 yang dibagi dalam

3 tahap juga dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi pada Triwulan IV 2018 lebih tinggi,

mengingat terdapat lag antara transfer dana

desa dan realisasinya di pedesaan. Di sisi

perdagangan luar negeri, ekspor barang

diperkirakan menurun seiring dengan

penurunan harga kopra, tren menurun harga

CNO dunia, serta penurunan produktivitas

kelapa. Meskipun begitu, ekspor diperkirakan

tetap meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut dan

dibukanya beberapa rute penerbangan baru

dari dan ke Sulut.

Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi Sulut terutama

bersumber dari sektor konstruksi,

perdagangan dan transportasi. Sektor

konstruksi diperkirakan tumbuh meningkat

seiring meningkatnya realisasi belanja modal

pemerintah dan dana desa di Triwulan IV 2018.

Pembangunan KEK Bitung dan infrastruktur

pendukungnya diperkirakan akan ikut

mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut dari

sektor konstruksi. Selain itu animo masyarakat

Sulut dalam berinvestasi di sektor properti ikut

berpotensi mendorong pertumbuhan sektor

konstruksi mengingat Bank Indonesia telah

melakukan relaksasi pada kebijakan rasio loan-

to-value perumahan di akhir triwulan II.

Peningkatan juga diperkirakan terjadi di sekotr

perdagangan. Adanya event dan kemajuan

sektor pariwisata provinsi Sulawesi Utara

diperkirakan akan menjaga pertumbuhan di

sektor perdagangan tetap tinggi. Selain itu

peningkatan konsumsi rumah tangga melalui

peningkatan UMP menjadi faktor potensial lain

yang akan mendorong pertumbuhan sektor

perdagangan. Sementara itu, sektor

transportasi diperkirakan meningkat seiring

dengan peningkatan konsumsi rumah tangga,

pertumbuhan transportasi online dan

kunjungan wisman.

Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun

2018, perekonomian Sulut diperkirakan

tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2017.

Ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh pada

kisaran 6,2-6,6% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan tahun 2017 sebesar 6,32% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, peningkatan

pertumbuhan ekonomi tahun 2018 akan

ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan

kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat sebagai dampak

naiknya UMP tahun 2018, peningkatan

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

49

produksi sektor transportasi, dan

penyelenggaraan Pilkada. Sementara itu,

kinerja ekspor akan ditopang oleh pasokan

bahan baku pada industri pengolahan dan juga

dari sisi eksternal dimana perekonomian dunia

semakin membaik. Dari sisi lapangan usaha,

peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018

terutama akan didorong oleh sektor

perdagangan dan transportasi seiring dengan

peningkatan konsumsi rumah tangga, kinerja

ekspor-impor, dan meningkatnya kunjungan

wisman sebagai dampak upaya pemerintah

dalam mendorong pariwisata.

Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,

beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal

maupun internal tetap perlu mendapat

perhatian. Risiko eksternal berupa risiko

rencana pengetatan kebijakan moneter di

negara ekonomi maju, risiko kenaikan harga

minyak di tahun 2018 sebagai dampak

kesepakatan dari negara-negara penghasil

minyak untuk memangkas produksi dan

ekspor, tren menurun harga komoditas

andaalan Sulut serta risiko geopolitik dalam

bentuk perang dagang antara Tiongkok dan

Amerika Serikat. Di sisi domestik, risiko berasal

dari belum kuatnya konsumsi rumah tangga

dan intermediasi perbankan. Khusus regional

Sulut, risiko bersumber dari permasalahan di

bidang infrastruktur seperti pembebasan lahan

dan potensi defisitnya pasokan listrik seiring

dengan naiknya kebutuhan daya masyarakat.

Selain itu, pergantian kepala daerah paska

pilkada berisiko berrisikomenganggu

manajemen dan administrasi pemerintah

daerah mengingat perlu ada adaptasi dari

pimpinan lama ke pimpinan baru.

7.2. Inflasi

Pada triwulan IV 2018, tekanan inflasi Sulut

diperkirakan meningkat dibandingkan

perkiraan inflasi triwulan III 2018, namun

masih terkendali dan berada di rentang

sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1%.

Inflasi triwulan IV 2018 secara tahunan

diperkirakan sebesar 2,9-3,3% (yoy).

Secara bulanan, inflasi diperkirakan terjadi di

keseluruhan bulan di Triwulan IV 2018. Pada

Oktober, inflasi diperkirakan cukup moderat

yakni sebesar 0,22% (mtm). Pada November,

inflasi diperkirakan menurun yakni sebesar

0,12% (mtm). Sementara pada Desember,

inflasi lebih dalam diperkirakan kembali

menguat ke angka 0,55% (mtm). Inflasi

tersebut disebabkan oleh meningkatnya

konsumsi masyarakat menjelang perayaan hari

raya Natal dan tahun baru. Kondisi tersebut

diperkirakan menyebabkan harga bumbu-

bumbuan khususnya barito (bawang merah,

cabai rawit dan tomat) bergerak naik moderat

mengingat peningkatan permintaan

cenderung menarik harga keataas bila tidak

dibarengi dengan peningkatan pasokan. Selain

komoditas tersebut, inflasi juga akan

disumbang oleh angkutan udara mengingat

tren peningkatan harga minyak dan

peningkatan permmintaan akan mobilitas

angkutan udara menjelang perayaan hari raya

Natal dan Tahun Baru.

Sepanjang tahun 2018, inflasi diperkirakan

terkendali dan berada dalam rentang sasaran

inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy), namun

demikian tetap perlu dicermati beberapa

faktor risiko inflasi yang membayangi tahun

2018 antara lain: (i) rencana kenaikan harga

TTL dan BBM seiring dengan naiknya harga

minyak dunia; (ii) potensi tekanan imported

inflation seiring melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap US Dollar ; dan (iii) ketersediaan

bahan pasokan kebutuhan pokok strategis

yang biasanya menjadi penyumbang inflasi

tahunan terbesar Sulawesi Utara.

.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

50

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi

51

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.