KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015...

97
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : DANAU KELIMUTU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara TimurTriwulan II 2015

FOTO : DANAU KELIMUTU

Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Nusa Tenggara Timur

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, Agustus 2015

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, Agustus 2015

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaa

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

a. Ekspor dan Impor Antar Daerah

b. Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Pembangunan Sumber Daya Air Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan di Provnsi NTT

BOKS 2. Penggunaan Regional Macroeconomic Model of Bank Indonesia (REMBI) dalam Proyeksi

Pertumbuhan Ekonomi NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.2. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

2.3.Perkembangan Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile Foods

2.3.2 Administered Prices

i

iii

v

ix

xiii

xv

xix

xxi

1

2

2

5

7

7

7

8

8

9

10

10

12

14

17

19

21

22

22

23

23

24

24

25

Daftar Isi

v

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaa

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

a. Ekspor dan Impor Antar Daerah

b. Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Pembangunan Sumber Daya Air Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan di Provnsi NTT

BOKS 2. Penggunaan Regional Macroeconomic Model of Bank Indonesia (REMBI) dalam Proyeksi

Pertumbuhan Ekonomi NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.2. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

2.3.Perkembangan Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile Foods

2.3.2 Administered Prices

i

iii

v

ix

xiii

xv

xix

xxi

1

2

2

5

7

7

7

8

8

9

10

10

12

14

17

19

21

22

22

23

23

24

24

25

Daftar Isi

v

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6.Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1 Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2 Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (UPAL)

BOKS 3. Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten Nagada Serta Penandatanganan

Kesepakatan Bersama antara KPW BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah NTT

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

25

25

25

26

27

29

31

33

33

34

35

36

36

37

38

40

40

40

41

40

41

41

42

42

42

43

44

45

47

49

50

Daftar Isi

vi

4.3 Belanja Daerah

Boks 4 Realisasi Dana Desa Tahun 2015 Di Provinsi Ntt

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Indeks Kebahagiaan Hidup

5.3 Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Tingkat Kemiskinan

5.3.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

5.4 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.4.1 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

5.4.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DANINFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Sisi Sektoral

6.1.2 Sisi Penggunaan

6.2 Inflasi

Boks 5 Lanjutan Kajian Pembangunan Proyek Kelistrikan Di Nusa Tenggara Timur

51

55

57

59

59

60

60

61

61

62

62

65

67

68

69

70

72

Daftar Isi

vii

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6.Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1 Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2 Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (UPAL)

BOKS 3. Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten Nagada Serta Penandatanganan

Kesepakatan Bersama antara KPW BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah NTT

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

25

25

25

26

27

29

31

33

33

34

35

36

36

37

38

40

40

40

41

40

41

41

42

42

42

43

44

45

47

49

50

Daftar Isi

vi

4.3 Belanja Daerah

Boks 4 Realisasi Dana Desa Tahun 2015 Di Provinsi Ntt

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Indeks Kebahagiaan Hidup

5.3 Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Tingkat Kemiskinan

5.3.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

5.4 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.4.1 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

5.4.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DANINFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Sisi Sektoral

6.1.2 Sisi Penggunaan

6.2 Inflasi

Boks 5 Lanjutan Kajian Pembangunan Proyek Kelistrikan Di Nusa Tenggara Timur

51

55

57

59

59

60

60

61

61

62

62

65

67

68

69

70

72

Daftar Isi

vii

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan II 2015

Grafik 1.4 Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.6 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.7 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing & PMDN

Grafik 1.10 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.12 Realisasi Dana Masuk/Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

Grafik 1.13 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.14 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.15 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.17 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian

Grafik 1.18 Pengiriman Ternak

Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.21 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.22 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.23 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.25 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.26 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan dan Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

2

2

4

4

4

4

5

5

6

6

6

6

7

7

7

7

9

9

9

9

10

10

10

10

11

11

19

19

20

22

22

23

Daftar Grafik

ix

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan II 2015

Grafik 1.4 Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.6 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.7 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing & PMDN

Grafik 1.10 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.12 Realisasi Dana Masuk/Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

Grafik 1.13 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.14 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.15 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.17 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian

Grafik 1.18 Pengiriman Ternak

Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.21 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.22 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.23 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.25 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.26 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan dan Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

2

2

4

4

4

4

5

5

6

6

6

6

7

7

7

7

9

9

9

9

10

10

10

10

11

11

19

19

20

22

22

23

Daftar Grafik

ix

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.13 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.14 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.17 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Penyumbang Aset Berdasarkan Jenis Bank

Grafik 3.5 Pertumbuhan Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan DPK

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.10 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.12 Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.14 Perkembangan UMKM

Grafik 3.15 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.16 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.17 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.18 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.19 NPL Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

23

23

23

24

24

25

25

25

26

26

26

31

31

32

34

34

34

35

35

36

36

36

37

37

38

38

39

39

39

39

Daftar Grafik

x

Grafik 3.20 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.21 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.22 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.23 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.24 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.27 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.28 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.29 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.30 Perkembangan SKNBI NTT Berdasarkan Nominal

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.32 Perkembangan Arus Uang tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.33 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.34 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Grafik 4.5 Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik Boks 4.1. Mekanisme Pencairan Dana Desa

Grafik 5.1 Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan

Grafik 5.2 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Prov. NTT dan Nasional

40

40

40

41

41

41

41

42

42

42

42

43

43

44

44

50

51

51

51

51

52

52

52

53

53

56

60

61

Daftar Grafik

xi

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.13 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.14 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.17 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Penyumbang Aset Berdasarkan Jenis Bank

Grafik 3.5 Pertumbuhan Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan DPK

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.10 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.12 Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.14 Perkembangan UMKM

Grafik 3.15 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.16 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.17 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.18 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.19 NPL Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

23

23

23

24

24

25

25

25

26

26

26

31

31

32

34

34

34

35

35

36

36

36

37

37

38

38

39

39

39

39

Daftar Grafik

x

Grafik 3.20 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.21 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.22 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.23 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.24 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.27 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.28 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.29 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.30 Perkembangan SKNBI NTT Berdasarkan Nominal

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.32 Perkembangan Arus Uang tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.33 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.34 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Grafik 4.5 Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik Boks 4.1. Mekanisme Pencairan Dana Desa

Grafik 5.1 Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan

Grafik 5.2 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Prov. NTT dan Nasional

40

40

40

41

41

41

41

42

42

42

42

43

43

44

44

50

51

51

51

51

52

52

52

53

53

56

60

61

Daftar Grafik

xi

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 5.3 Sepuluh Daerah dengan Prosentase Kemiskinan Tertinggi

Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi NTT

Grafik 5.5 Perkembangan Angkatan Kerja

Grafik 5.6 Struktur Pekerjaan di NTT

Grafik 5.7 Porsi Penyerapan Pekerja IBS

Grafik 5.8 Produktivitas Pekerja IBS

Grafik 5.9 Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha

Grafik 6.3. Perkembangan Harga Jual

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.5. Perkembangan Survei Konsumen

Grafik 6.6. Perkembangan inflasi tahunan (yoy)

Grafik 6.7. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

61

61

62

62

62

62

63

67

68

68

69

69

71

71

Daftar Grafik

xii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan II 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi TW-II 2015

Tabel Boks 2.1 Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap

Perekonomian di Provinsi NTT tahun 2015

Tabel Boks 2.2 Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi

Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian di Provinsi NTT tahun 2016

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

Tabel Boks 3.1 Ciri Ciri Keaslian Uang Rupiah

Tabel Boks 3.2 Nota Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Tugas Bank Indonesia

Tabel 4.1 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.2 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel Boks 4.1 Proyeksi Penerimaan Dana Desa di Setiap Kabupaten/Kota Tahun 2016/2017

Tabel Boks 4.2 Realisasi Pencairan Dana Desa Tahap Pertama

Tabel 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

3

8

21

21

21

26

27

33

38

53

54

Daftar Tabel

xiii

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 5.3 Sepuluh Daerah dengan Prosentase Kemiskinan Tertinggi

Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi NTT

Grafik 5.5 Perkembangan Angkatan Kerja

Grafik 5.6 Struktur Pekerjaan di NTT

Grafik 5.7 Porsi Penyerapan Pekerja IBS

Grafik 5.8 Produktivitas Pekerja IBS

Grafik 5.9 Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha

Grafik 6.3. Perkembangan Harga Jual

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.5. Perkembangan Survei Konsumen

Grafik 6.6. Perkembangan inflasi tahunan (yoy)

Grafik 6.7. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

61

61

62

62

62

62

63

67

68

68

69

69

71

71

Daftar Grafik

xii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan II 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi TW-II 2015

Tabel Boks 2.1 Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap

Perekonomian di Provinsi NTT tahun 2015

Tabel Boks 2.2 Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi

Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian di Provinsi NTT tahun 2016

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

Tabel Boks 3.1 Ciri Ciri Keaslian Uang Rupiah

Tabel Boks 3.2 Nota Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Tugas Bank Indonesia

Tabel 4.1 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.2 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel Boks 4.1 Proyeksi Penerimaan Dana Desa di Setiap Kabupaten/Kota Tahun 2016/2017

Tabel Boks 4.2 Realisasi Pencairan Dana Desa Tahap Pertama

Tabel 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

3

8

21

21

21

26

27

33

38

53

54

Daftar Tabel

xiii

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan II 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 1.1 Rencana Pembangunan Waduk di Nusa Tenggara Timur

Gambar 6.1 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus

Gambar 6.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan September

Gambar Boks 5.1. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Sumba

Gambar Boks 5.2. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Flores

27

68

68

Daftar Gambar

xiv

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan II-2015 tumbuh sebesar 5,03% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,64%-yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan-II 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan nasional yang

tumbuh hanya sebesar 4,67% (yoy). Sementara itu pertumbuhan ekonomi secara triwulanan juga mengalami

peningkatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekonomi tercatat - 4,79% (qtq), maka pada triwulan

laporan, perekonomian tumbuh melesat dan mencapai angka 4,24% (qtq).

Peningkatan perekonomian di Provinsi NTT pada triwulan II-2015 terutama didorong oleh kenaikan realisasi belanja

pemerintah, investasi dan peningkatan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, tingginya ketergantungan terhadap impor

barang antar daerah,masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi sektoral, tibanya musim panen raya dan mulai terealisasikannya kegiatan investasi menjadi pendorong utama

dari tumbuhnya sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor konstruksi. Sementara itu,

pertumbuhan di sektor real estate, terutama didorong oleh mulai dilaksanakannya pembangunan program seribu

rumah. Seiring dengan itu, mulai berakhirnya musim penghujan serta adanya pelonggaran kebijakan pemerintah

terhadap penyelenggaraan rapat di hotel mengakibatkan meningkatnya kinerja di sektor akomodasi dan makan

minum. Di sisi lain, satu-satunya sektor ekonomi yang mengalami penurunan adalah jasa keuangan dan asuransi.

Hal ini tercermin dari penurunan pendapatan sekunder yang menyebabkan turunnya nilai tambah bruto perbankan di

triwulan II 2015.

Perkembangan inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 6,01% (yoy) atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya (5,39%). Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan inflasi nasional (7,26%), inflasi NTT

masih tetap lebih rendah. Peningkatan inflasi selama periode laporan terutama disebabkan oleh komoditas

administered prices, yaitu kenaikan tarif angkutan udara seiring banyaknya libur panjang (long weekend) dan tibanya

liburan sekolah.Di samping itu, naiknya harga BBM pada bulan Maret dan April memberikan dampak lanjutan kepada

pembentukan inflasi di triwulan laporan. Selain komoditas administered prices, inflasi juga didorong oleh naiknya harga

komoditas volatile food, seperti telur dan daging ayam ras dikarenakan adanya kenaikan harga pakan ayam dan proses

peremajaan ayam petelur.

Dalam rangka pengendalian inflasi daerah, TPID Provinsi telah melakukan berbagai langkah pengendalian antara lain

dengan melaksanakan serangkaian kegiatan rapat koordinasi di tingkat teknis, antar daerah maupun High Level

Meeting (HLM) yang langsung dipimpin oleh Gubernur. Beberapa strategi pengendalian inflasi yang berhasil

dirumuskan, yaitu: 1) Menjaga ketersediaan barang dan mempercepat distribusi barang, 2) Mengendalikan tarif

angkutan, 3) Menyediakan informasi produksi, pasokan (stok) dan harga barang pokok, 4) Mengefektifkan TPID untuk

memantau pasokan, distribusi dan harga, 5) Pengelolaan ekspektasi masyarakat, serta 6) Membentuk pos pengaduan

yang menampung keluhan terkait bahan pokok dan ketersediaan BBM (Call Center).

Ringkasan Umum

INFLASI REGIONAL

EKONOMI MAKRO REGIONAL

xvRINGKASAN UMUM

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan II 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 1.1 Rencana Pembangunan Waduk di Nusa Tenggara Timur

Gambar 6.1 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus

Gambar 6.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan September

Gambar Boks 5.1. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Sumba

Gambar Boks 5.2. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Flores

27

68

68

Daftar Gambar

xiv

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan II-2015 tumbuh sebesar 5,03% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,64%-yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan-II 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan nasional yang

tumbuh hanya sebesar 4,67% (yoy). Sementara itu pertumbuhan ekonomi secara triwulanan juga mengalami

peningkatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekonomi tercatat - 4,79% (qtq), maka pada triwulan

laporan, perekonomian tumbuh melesat dan mencapai angka 4,24% (qtq).

Peningkatan perekonomian di Provinsi NTT pada triwulan II-2015 terutama didorong oleh kenaikan realisasi belanja

pemerintah, investasi dan peningkatan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, tingginya ketergantungan terhadap impor

barang antar daerah,masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi sektoral, tibanya musim panen raya dan mulai terealisasikannya kegiatan investasi menjadi pendorong utama

dari tumbuhnya sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor konstruksi. Sementara itu,

pertumbuhan di sektor real estate, terutama didorong oleh mulai dilaksanakannya pembangunan program seribu

rumah. Seiring dengan itu, mulai berakhirnya musim penghujan serta adanya pelonggaran kebijakan pemerintah

terhadap penyelenggaraan rapat di hotel mengakibatkan meningkatnya kinerja di sektor akomodasi dan makan

minum. Di sisi lain, satu-satunya sektor ekonomi yang mengalami penurunan adalah jasa keuangan dan asuransi.

Hal ini tercermin dari penurunan pendapatan sekunder yang menyebabkan turunnya nilai tambah bruto perbankan di

triwulan II 2015.

Perkembangan inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 6,01% (yoy) atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya (5,39%). Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan inflasi nasional (7,26%), inflasi NTT

masih tetap lebih rendah. Peningkatan inflasi selama periode laporan terutama disebabkan oleh komoditas

administered prices, yaitu kenaikan tarif angkutan udara seiring banyaknya libur panjang (long weekend) dan tibanya

liburan sekolah.Di samping itu, naiknya harga BBM pada bulan Maret dan April memberikan dampak lanjutan kepada

pembentukan inflasi di triwulan laporan. Selain komoditas administered prices, inflasi juga didorong oleh naiknya harga

komoditas volatile food, seperti telur dan daging ayam ras dikarenakan adanya kenaikan harga pakan ayam dan proses

peremajaan ayam petelur.

Dalam rangka pengendalian inflasi daerah, TPID Provinsi telah melakukan berbagai langkah pengendalian antara lain

dengan melaksanakan serangkaian kegiatan rapat koordinasi di tingkat teknis, antar daerah maupun High Level

Meeting (HLM) yang langsung dipimpin oleh Gubernur. Beberapa strategi pengendalian inflasi yang berhasil

dirumuskan, yaitu: 1) Menjaga ketersediaan barang dan mempercepat distribusi barang, 2) Mengendalikan tarif

angkutan, 3) Menyediakan informasi produksi, pasokan (stok) dan harga barang pokok, 4) Mengefektifkan TPID untuk

memantau pasokan, distribusi dan harga, 5) Pengelolaan ekspektasi masyarakat, serta 6) Membentuk pos pengaduan

yang menampung keluhan terkait bahan pokok dan ketersediaan BBM (Call Center).

Ringkasan Umum

INFLASI REGIONAL

EKONOMI MAKRO REGIONAL

xvRINGKASAN UMUM

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Perlambatan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada periode Triwulan II 2015 masih berlanjut, namun tidak sedalam

yang terjadi di tingkat nasional.Beberapa indikator yang mencerminkan kondisi tersebut, antara lain melambatnya

pertumbuhan aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit. Meskipun kualitas kredit

sedikit mengalami penurunan, namun masih berada dibawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

Kinerja sistem pembayaran tunai maupun non tunai di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 secara umum mengalami

peningkatan yang signifikan.Hal ini tercermin dari meningkatnya indikator pembayaran tunai maupun transaksi non

tunai (Real Time Gross Settlement-RTGS), seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian.

Selama triwulan-II 2015, pagu anggaran belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTT pada APBN-P mengalami peningkatan

sebesar 28,3% (Rp 2,4 triliun) dibandingkan dengan perencanaan awal (APBN) yang sebagian besar dialokasikan untukpengembangan sektor infrastruktur, fasilitas di PTN dan alokasi untuk dana desa. Secara total pagu belanja pemerintah

(pusat dan daerah) selama tahun 2015 sebesar Rp 31,08 triliun atau meningkat 13,74% dibandingkan tahun

sebelumnya.

Realisasi pendapatan pemerintah (pusat dan daerah)hingga triwulan-II 2015 mencapai angka 53,3%, terutama berasal

dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU).Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah masih relatif rendah, baru mencapai

angka 23,9%. Rendahnya realisasi ini terjadi seiring dengan adanya beberapa kendala yang muncul, seperti

permasalahan numenklatur yang masih terjadi di beberapa Kementerian, masih belum selesainya proses lelang di

berbagai proyek, kontraktor yang tidak mencairkan anggaran sesuai dengan termin proyek, penolakan pegawai untuk

menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan permasalahan administrasi proyek yang cukup panjang.

Angka kemiskinan diperkirakan sedikit meningkat yang tercermin dari penurunan indikator nilai tukar petani (NTP).

Sementara itu, kondisi tenaga kerja hingga bulan Februari 2015 menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan II

2015, kondisi ketenagakerjaan diprediksi masih relatif rendah seiring dengan penurunan indeks tenaga kerja dalam

SKDU dan industri manufaktur.Indeks Kebahagiaan di Provinsi NTT sebagai indikator kesejahteraan lainnya tercatat

sebesar 66,22, masih dibawah nilai indeks nasional yang sebesar 68,28. Tingkat kepuasan penduduk NTT terhadap

keharmonisan keluarga menjadi yang paling tinggi (78,31), sementara yang paling rendah adalah aspek pendidikan

(56,05).

KEUANGAN PEMERINTAH

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

xvi RINGKASAN UMUM

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

xviiINDIKATOR

PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III 2015 diperkirakan kembali mengalami peningkatan dan tumbuh

pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor

Administrasi Pemerintahan, Konstruksi dan Jasa Pendidikan.Di sisi lain, ancaman kekeringan sebagai dampak El Nino

diperkirakan tidak terlalu signifikan terhadap sektor pertanian mengingat sudah terlewatinya puncak musim panen.

Sementara dari sisi penggunaan, dorongan pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi

pemerintah dan naiknya investasi. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan mengalami

perlambatan dan berada pada rentang baru yaitu 5%-5,4% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diprediksi

disebabkan oleh adanya penurunan daya beli masyarakat yang terjadi secara nasional.

Perkembangan inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan masih mengalami peningkatan dan berada pada kisaran

6,8% - 7,2% (yoy). Naiknya angka inflasi tersebut terutama didorong oleh masih tingginya tarif angkutan udara sebagai

dampak dari perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri) dan masa liburan sekolah.Selain itu, harga beras diperkirakan

mulai merangkak naik seiring dengan berakhirnya masa panen, ditambah dengan kemungkinan semakin

memburuknya persepsi terhadap dampak El Nino dan makin gencarnya upaya pengadaan beras oleh Bulog sehingga

harga bertahan pada level yang tinggi.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Perlambatan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada periode Triwulan II 2015 masih berlanjut, namun tidak sedalam

yang terjadi di tingkat nasional.Beberapa indikator yang mencerminkan kondisi tersebut, antara lain melambatnya

pertumbuhan aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit. Meskipun kualitas kredit

sedikit mengalami penurunan, namun masih berada dibawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

Kinerja sistem pembayaran tunai maupun non tunai di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 secara umum mengalami

peningkatan yang signifikan.Hal ini tercermin dari meningkatnya indikator pembayaran tunai maupun transaksi non

tunai (Real Time Gross Settlement-RTGS), seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian.

Selama triwulan-II 2015, pagu anggaran belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTT pada APBN-P mengalami peningkatan

sebesar 28,3% (Rp 2,4 triliun) dibandingkan dengan perencanaan awal (APBN) yang sebagian besar dialokasikan untukpengembangan sektor infrastruktur, fasilitas di PTN dan alokasi untuk dana desa. Secara total pagu belanja pemerintah

(pusat dan daerah) selama tahun 2015 sebesar Rp 31,08 triliun atau meningkat 13,74% dibandingkan tahun

sebelumnya.

Realisasi pendapatan pemerintah (pusat dan daerah)hingga triwulan-II 2015 mencapai angka 53,3%, terutama berasal

dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU).Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah masih relatif rendah, baru mencapai

angka 23,9%. Rendahnya realisasi ini terjadi seiring dengan adanya beberapa kendala yang muncul, seperti

permasalahan numenklatur yang masih terjadi di beberapa Kementerian, masih belum selesainya proses lelang di

berbagai proyek, kontraktor yang tidak mencairkan anggaran sesuai dengan termin proyek, penolakan pegawai untuk

menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan permasalahan administrasi proyek yang cukup panjang.

Angka kemiskinan diperkirakan sedikit meningkat yang tercermin dari penurunan indikator nilai tukar petani (NTP).

Sementara itu, kondisi tenaga kerja hingga bulan Februari 2015 menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan II

2015, kondisi ketenagakerjaan diprediksi masih relatif rendah seiring dengan penurunan indeks tenaga kerja dalam

SKDU dan industri manufaktur.Indeks Kebahagiaan di Provinsi NTT sebagai indikator kesejahteraan lainnya tercatat

sebesar 66,22, masih dibawah nilai indeks nasional yang sebesar 68,28. Tingkat kepuasan penduduk NTT terhadap

keharmonisan keluarga menjadi yang paling tinggi (78,31), sementara yang paling rendah adalah aspek pendidikan

(56,05).

KEUANGAN PEMERINTAH

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

xvi RINGKASAN UMUM

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

xviiINDIKATOR

PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III 2015 diperkirakan kembali mengalami peningkatan dan tumbuh

pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor

Administrasi Pemerintahan, Konstruksi dan Jasa Pendidikan.Di sisi lain, ancaman kekeringan sebagai dampak El Nino

diperkirakan tidak terlalu signifikan terhadap sektor pertanian mengingat sudah terlewatinya puncak musim panen.

Sementara dari sisi penggunaan, dorongan pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi

pemerintah dan naiknya investasi. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan mengalami

perlambatan dan berada pada rentang baru yaitu 5%-5,4% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diprediksi

disebabkan oleh adanya penurunan daya beli masyarakat yang terjadi secara nasional.

Perkembangan inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan masih mengalami peningkatan dan berada pada kisaran

6,8% - 7,2% (yoy). Naiknya angka inflasi tersebut terutama didorong oleh masih tingginya tarif angkutan udara sebagai

dampak dari perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri) dan masa liburan sekolah.Selain itu, harga beras diperkirakan

mulai merangkak naik seiring dengan berakhirnya masa panen, ditambah dengan kemungkinan semakin

memburuknya persepsi terhadap dampak El Nino dan makin gencarnya upaya pengadaan beras oleh Bulog sehingga

harga bertahan pada level yang tinggi.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2013 2014

61.325,5

18.272,4

894,2

758,8

23,6

41,8

6.344,8

6.570,5

3.195,3

367,8

4.660,2

2.389,3

1.705,5

188,5

7.592,1

5.679,6

1.279,7

1.361,3

61.325,5

47.277,1

1.868,3

16.400,3

20.620,3

1.094,3

1.196,3

923,5

-26.207,7

21.613

52.373

15.437

48.712

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

15.818,0

4.855,1

220,0

193,3

6,9

10,6

1.625,3

1.691,3

808,8

95,0

1.216,2

638,3

433,3

49,2

1.872,0

1.434,2

309,9

358,6

15.818,0

12.403,1

572,1

2.532,0

6.076,8

167,8

309,1

121,7

-6.121,2

4.820

18.179

10.011

1.068

18.059,0

5.042,5

305,6

231,6

9,5

11,9

1.907,5

1.893,6

974,6

116,8

1.337,5

731,9

496,4

55,8

2.278,5

1.880,4

394,6

390,4

18.059,0

13.460,9

580,7

5.676,7

8.070,4

277,4

391,7

452,1

-9.946,7

4.722

13.620

11.736

10.626

2015 - Q1

I %QTQ* %YOY*II IV

2014

17.469,2

5.367,8

273,8

215,7

8,9

11,0

1.700,5

1.872,5

904,2

105,7

1.276,4

725,1

464,3

54,4

2.091,0

1.650,5

359,9

387,5

17.469,2

13.140,5

536,5

2.544,0

7.156,1

48,3

363,0

51,4

-6.267,9

4.452

11.490

167

267

18.483,6

5.695,8

324,3

222,4

9,4

11,5

1.899,0

1.998,3

955,5

116,2

1.322,7

706,4

496,0

57,7

2.161,9

1.707,0

393,3

406,1

18.483,6

13.758,8

603,8

4.922,3

7.841,7

149,7

379,2

141,5

-9.030,4

6.595

17.277

3.653

1.503

4,2%

4,7%

16,7%

1,8%

4,9%

4,2%

9,8%

5,3%

3,5%

8,7%

3,4%

-4,0%

5,6%

3,7%

1,9%

0,8%

7,2%

3,3%

4,24%

3,3%

10,9%

89,9%

4,8%

206,2%

-0,6%

173,8%

34,0%

Dalam Rp Miliar*) Pertumbuhan 2015Q2 dibandingkan 2015Q1**) Pertumbuhan 2015Q2 dibandingkan 2014Q2***) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

II

2015 - Q2

5,0%

3,0%

5,9%

4,5%

6,8%

4,0%

5,5%

6,5%

5,7%

6,2%

6,3%

1,1%

4,0%

5,1%

7,7%

5,9%

5,9%

4,8%

5,03%

6,5%

-7,7%

5,6%

28,3%

-50,6%

27,7%

-58,4%

26,0%

48,1%

50,4%

2087,4%

462,9%

36,8%

-5,0%

-68,9%

-85,9%

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

xixINDIKATOR

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2013 2014

61.325,5

18.272,4

894,2

758,8

23,6

41,8

6.344,8

6.570,5

3.195,3

367,8

4.660,2

2.389,3

1.705,5

188,5

7.592,1

5.679,6

1.279,7

1.361,3

61.325,5

47.277,1

1.868,3

16.400,3

20.620,3

1.094,3

1.196,3

923,5

-26.207,7

21.613

52.373

15.437

48.712

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

15.818,0

4.855,1

220,0

193,3

6,9

10,6

1.625,3

1.691,3

808,8

95,0

1.216,2

638,3

433,3

49,2

1.872,0

1.434,2

309,9

358,6

15.818,0

12.403,1

572,1

2.532,0

6.076,8

167,8

309,1

121,7

-6.121,2

4.820

18.179

10.011

1.068

18.059,0

5.042,5

305,6

231,6

9,5

11,9

1.907,5

1.893,6

974,6

116,8

1.337,5

731,9

496,4

55,8

2.278,5

1.880,4

394,6

390,4

18.059,0

13.460,9

580,7

5.676,7

8.070,4

277,4

391,7

452,1

-9.946,7

4.722

13.620

11.736

10.626

2015 - Q1

I %QTQ* %YOY*II IV

2014

17.469,2

5.367,8

273,8

215,7

8,9

11,0

1.700,5

1.872,5

904,2

105,7

1.276,4

725,1

464,3

54,4

2.091,0

1.650,5

359,9

387,5

17.469,2

13.140,5

536,5

2.544,0

7.156,1

48,3

363,0

51,4

-6.267,9

4.452

11.490

167

267

18.483,6

5.695,8

324,3

222,4

9,4

11,5

1.899,0

1.998,3

955,5

116,2

1.322,7

706,4

496,0

57,7

2.161,9

1.707,0

393,3

406,1

18.483,6

13.758,8

603,8

4.922,3

7.841,7

149,7

379,2

141,5

-9.030,4

6.595

17.277

3.653

1.503

4,2%

4,7%

16,7%

1,8%

4,9%

4,2%

9,8%

5,3%

3,5%

8,7%

3,4%

-4,0%

5,6%

3,7%

1,9%

0,8%

7,2%

3,3%

4,24%

3,3%

10,9%

89,9%

4,8%

206,2%

-0,6%

173,8%

34,0%

Dalam Rp Miliar*) Pertumbuhan 2015Q2 dibandingkan 2015Q1**) Pertumbuhan 2015Q2 dibandingkan 2014Q2***) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

II

2015 - Q2

5,0%

3,0%

5,9%

4,5%

6,8%

4,0%

5,5%

6,5%

5,7%

6,2%

6,3%

1,1%

4,0%

5,1%

7,7%

5,9%

5,9%

4,8%

5,03%

6,5%

-7,7%

5,6%

28,3%

-50,6%

27,7%

-58,4%

26,0%

48,1%

50,4%

2087,4%

462,9%

36,8%

-5,0%

-68,9%

-85,9%

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

xixINDIKATOR

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

xx RINGKASAN UMUM

III. PERBANKAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

30,842

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

80.5%

31,279

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

29.877

21.764

6.379

9.149

6.236

17.845

5.392

1.303

11.150

18.198

5.626

1.359

11.212

83,6%

5.611

454

331

82,4%

30.331

22.095

18.547

1,5%

1,5%

1,9%

IV. SISTEM PEMBAYARAN

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB I

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

xx RINGKASAN UMUM

III. PERBANKAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

30,842

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

80.5%

31,279

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

29.877

21.764

6.379

9.149

6.236

17.845

5.392

1.303

11.150

18.198

5.626

1.359

11.212

83,6%

5.611

454

331

82,4%

30.331

22.095

18.547

1,5%

1,5%

1,9%

IV. SISTEM PEMBAYARAN

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB I

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

1.1 Kondisi Umum

Kondisi ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mulai menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan.

Daya beli masyarakat sudah mulai menunjukkan perbaikan, setelah cenderung melemah di triwulan sebelumnya.

Penyerapan realisasi belanja pemerintah juga mulai meningkat setelah terhambat oleh permasalahan numenklatur yang

hingga saat ini masih belum sepenuhnya selesai. Proyek investasi terus menunjukkan peningkatan terutama didorong

oleh investasi pemerintah pusat yang meningkat hingga 54,81% dibanding tahun sebelumnya. Dengan semangat

percepatan realisasi investasi pemerintah yang menitik beratkan pada permasalahan sumber daya air dan konektivitas,

maka setidaknya di tahun 2016, hasil dari investasi sudah dapat kita rasakan dari perluasan area tanam pertanian,

maupun kemudahan transportasi dan logistik yang ada.

Permasalahan yang masih dirasakan adalah besarnya ketergantungan Provinsi NTT terhadap pemenuhan

kebutuhan hidup dan pembangunan dari luar NTT. Dengan total net impor antar daerah yang mencapai Rp 9

triliun di triwulan II 2015, maka manfaat atas tingginya pertumbuhan investasi tidak dapat sepenuhnya dirasakan

karena pemenuhan kebutuhan investasi yang sebagian besar berasal dari Luar NTT. Adanya rencana pembangunan

pabrik semen kupang tiga dengan kapasitas mencapai 1,5 juta ton per tahun patut menjadi perhatian dan dikawal

sepenuhnya, agar impor semen yang tiap tahun mencapai lebih dari satu triliun rupiah dapat berkurang.Peningkatan

produksi semen juga dapat meningkatkan ekspor NTT dikarenakan potensi kelebihan pasokan yang terjadi. Adanya

penambahan pusat perbelanjaan baru akan meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Namun demikian, pemenuhan

barang yang sebagian besar berasal dari Luar NTT akan berdampak kurang bagus terhadap perekonomian karena

meningkatkan impor antar daerah. Penguatan sektor sekunder yang diikuti dengan kebijakan yang pro usaha lokal

perlu diperkuat, agar masyarakat NTT tidak hanya menjadi obyek pasar tetapi juga subyek dan pelaku ekonomi di

daerahnya.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya

penyerapan anggaran pemerintah, walaupun masih relatif rendah. Proyek pembangunan

juga sudah mulai berjalan serta terjadi peningkatan daya beli. Tingginya ketergantungan

pemenuhan barang dari daerah lain masih menjadi penghambat utama pertumbuhan

ekonomi di Provinsi NTT

Pertumbuhan Ekonomi NTT pada triwulan II-2015 mencapai 5,03% (yoy) meningkat dibanding

pertumbuhan ekonomi di triwulan sebelumnya. Dibanding nasional, pertumbuhan ekonomi

NTT masih relatif lebih tinggi seiring dengan tingginya peningkatan pagu belanja pemerintah

hingga 13,74%.

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi terlihat dari peningkatan aktivitas ekonomi.

Penyerapan anggaran pemerintah sudah mulai menunjukkan peningkatan walaupun masih

relatif rendah dikarenakan masalah numenklatur yang belum selesai sepenuhnya.

EKONOMI MAKRO REGIONAL

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 1

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

1.1 Kondisi Umum

Kondisi ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mulai menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan.

Daya beli masyarakat sudah mulai menunjukkan perbaikan, setelah cenderung melemah di triwulan sebelumnya.

Penyerapan realisasi belanja pemerintah juga mulai meningkat setelah terhambat oleh permasalahan numenklatur yang

hingga saat ini masih belum sepenuhnya selesai. Proyek investasi terus menunjukkan peningkatan terutama didorong

oleh investasi pemerintah pusat yang meningkat hingga 54,81% dibanding tahun sebelumnya. Dengan semangat

percepatan realisasi investasi pemerintah yang menitik beratkan pada permasalahan sumber daya air dan konektivitas,

maka setidaknya di tahun 2016, hasil dari investasi sudah dapat kita rasakan dari perluasan area tanam pertanian,

maupun kemudahan transportasi dan logistik yang ada.

Permasalahan yang masih dirasakan adalah besarnya ketergantungan Provinsi NTT terhadap pemenuhan

kebutuhan hidup dan pembangunan dari luar NTT. Dengan total net impor antar daerah yang mencapai Rp 9

triliun di triwulan II 2015, maka manfaat atas tingginya pertumbuhan investasi tidak dapat sepenuhnya dirasakan

karena pemenuhan kebutuhan investasi yang sebagian besar berasal dari Luar NTT. Adanya rencana pembangunan

pabrik semen kupang tiga dengan kapasitas mencapai 1,5 juta ton per tahun patut menjadi perhatian dan dikawal

sepenuhnya, agar impor semen yang tiap tahun mencapai lebih dari satu triliun rupiah dapat berkurang.Peningkatan

produksi semen juga dapat meningkatkan ekspor NTT dikarenakan potensi kelebihan pasokan yang terjadi. Adanya

penambahan pusat perbelanjaan baru akan meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Namun demikian, pemenuhan

barang yang sebagian besar berasal dari Luar NTT akan berdampak kurang bagus terhadap perekonomian karena

meningkatkan impor antar daerah. Penguatan sektor sekunder yang diikuti dengan kebijakan yang pro usaha lokal

perlu diperkuat, agar masyarakat NTT tidak hanya menjadi obyek pasar tetapi juga subyek dan pelaku ekonomi di

daerahnya.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya

penyerapan anggaran pemerintah, walaupun masih relatif rendah. Proyek pembangunan

juga sudah mulai berjalan serta terjadi peningkatan daya beli. Tingginya ketergantungan

pemenuhan barang dari daerah lain masih menjadi penghambat utama pertumbuhan

ekonomi di Provinsi NTT

Pertumbuhan Ekonomi NTT pada triwulan II-2015 mencapai 5,03% (yoy) meningkat dibanding

pertumbuhan ekonomi di triwulan sebelumnya. Dibanding nasional, pertumbuhan ekonomi

NTT masih relatif lebih tinggi seiring dengan tingginya peningkatan pagu belanja pemerintah

hingga 13,74%.

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi terlihat dari peningkatan aktivitas ekonomi.

Penyerapan anggaran pemerintah sudah mulai menunjukkan peningkatan walaupun masih

relatif rendah dikarenakan masalah numenklatur yang belum selesai sepenuhnya.

EKONOMI MAKRO REGIONAL

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 1

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pertumbuhan ekonomi NTTpada triwulan II 2015 mencapai 5,03%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan

ekonomi nasional yang sebesar 4,67%. Adanya perbaikan daya beli dan mulai berjalannya investasi menjadi

penyebab utama peningkatan pertumbuhan ekonomi. Total PDRB pada triwulan II 2015 mencapai Rp 18,48 triliun.

Dibanding Bali dan NTB, Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan masih menjadi yang terendah

dengan pertumbuhan sebesar 5,03%. Struktur ekonomi yang masih mengandalkan pertanian konvensional dan

tingginya ketergantungan impor dari daerah lain menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi NTT. Provinsi NTB

pada triwulan II 2015 mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia sebesar 16,9% (yoy) yang terutama

disebabkan oleh meningkatnya kinerja tambang setelah di tahun sebelumnya masih terkena dampak larangan ekspor

komoditas tambang. Provinsi Bali masih mampu tumbuh sebesar 6% (yoy) walaupun relatif melambat dibanding

pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan oleh

melemahnya perekonomian daerah asal wisatawan yang masuk ke Provinsi Bali. Secara fundamental, pertumbuhan

ekonomi masih relatif tinggi seiring dengan masih cukup tingginya kunjungan wisata dan pembangunan fisik hotel

serta sarana penunjang wisata. Sektor pertanian juga mampu tumbuh cukup tinggi seiring dengan cukup berhasilnya

pengembangan di sektor pertanian.

Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi di NTT mampu tumbuh paling tinggi dibanding Provinsi NTB dan

Bali. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 sebesar 4,2% (qtq), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB yang sebesar 3,8% (qtq) dan Provinsi Bali yang sebesar 2,9% (qtq). Kondisi

ekonomi mulai mengalami kenaikan seiring dengan mulai terealisasinya pembangunan konstruksi dan real estate,

peningkatan kinerja perdagangan serta meningkatnya okupansi hotel setelah mengalami penurunan yang cukup besar

di triwulan I 2015.

Kondisi ekonomi pada triwulan II 2015 mulai menunjukkan adanya peningkatan. Hampir semua pengeluaran

mengalami kenaikan kecuali kinerja ekspor luar negeri yang sedikit melambat. Peningkatan kinerja terbesar terjadi pada

pengeluaran konsumsi pemerintah yang mampu tumbuh hingga 89,92% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Penyerapan anggaran pada semester II 2015 diperkirakan akan meningkat lebih tinggi seiring dengan masih rendahnya

realisasi penyerapan belanja konsumsi pemerintah yang hanya sebesar 29,69% atau sebesar Rp 6,51 triliun.

Sumber: BPS, diolah

17,47

18,48

5,03

4,67

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

trili

un

PDRB NTT (ADHB) NTT (yoy) Nasional (yoy)

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik1.1. PDRB (ADHB dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional)

Sumber: , diolahBPS

3,8 4,2 3,8 2,9

4,7 5,0

16,9

6,0

Nas NTT NTB BALI Nas NTT NTB BALI

qtq yoy

Grafik1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

18,524,7

43,6

2,866.9

PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 2

Secara tahunan, kinerja investasi menunjukkan pertumbuhan tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Tingginya

kenaikan belanja modal pemerintah hingga 27,07% (yoy) mampu mendorong peningkatan investasi di NTT. Tingginya

investasi pemerintah pusat seharusnya juga dapat direspon oleh peningkatan investasi pemerintah kabupaten yang

hanya tumbuh 3,21% (yoy) dibanding pagu anggaran tahun sebelumnya. Walaupun penyerapan anggaran investasi

pemerintah secara total baru terealisasi 10,15%, penandatanganan proyek sebagian besar sudah dilakukan dan sudah

mulai dilakukan pembangunan fisik bangunan. Namun demikian, tingginya investasi tersebut tidak sepenuhnya dapat

dinikmati oleh pelaku ekonomi lokal yang terlihat dari meningkatnya impor antar daerah seiring dengan peningkatan

investasi yang terjadi.

URAIAN2013

2014qtqBobot yoy ctc

51.246.857

2.323.762

19.250.737

26.336.089

2.934.161

1.453.489

645.729

(34.296.733)

68.602.633

12.616.513

622.351

4.914.204

5.355.657

252.380

298.044

318.475

(7.091.928)

16.648.747

13.140.531

536.536

2.544.018

7.156.110

48.347

362.988

51.443

(6.267.884)

17.469.202

13.758.780

603.754

4.922.330

7.841.736

149.693

379.197

141.513

(9.030.414)

18.483.563

74,4

3,3

26,6

42,4

0,8

2,1

0,8

-48,9

100,0

3,33

10,87

89,92

4,76

206,23

-0,59

173,77

34,03

4,24

7,53

-7,65

5,65

36,99

-50,64

27,70

-58,41

34,70

5,03

6,46

-9,10

5,03

25,43

-55,40

26,29

-58,83

25,84

4,84

47.368.797

1.868.305

16.889.933

20.586.330

946.724

1.196.294

3.733.059

(23.797.857)

61.325.467

Sumber: BPS Propinsi NTT (diolah) – Angka Dalam Rp Juta

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Perubahan Inventori

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

P D R B

2014

YOY

Tw II

2015

Tw IITw I

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan II 2015

1.2.1 KonsumsiPengeluaran konsumsi pada triwulan II mulai menunjukkan kenaikan yang cukup besar. Kenaikan daya beli

lebih disebabkan oleh mulai optimisnya masyarakat seiring dengan datangnya masa panen komoditas

pertanian, berjalannya proyek-proyek pemerintah, musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan. Konsumsi

rumah tangga mengalami kenaikan hingga 7,53% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Datangnya panen mampu

meningkatkan daya beli masyarakat yang terlihat dari indeks riil penjualan eceran yang mengalami peningkatan.

Berdasarkan rincian komoditas, hampir semua komoditas menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan penjualan.

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 3

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pertumbuhan ekonomi NTTpada triwulan II 2015 mencapai 5,03%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan

ekonomi nasional yang sebesar 4,67%. Adanya perbaikan daya beli dan mulai berjalannya investasi menjadi

penyebab utama peningkatan pertumbuhan ekonomi. Total PDRB pada triwulan II 2015 mencapai Rp 18,48 triliun.

Dibanding Bali dan NTB, Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan masih menjadi yang terendah

dengan pertumbuhan sebesar 5,03%. Struktur ekonomi yang masih mengandalkan pertanian konvensional dan

tingginya ketergantungan impor dari daerah lain menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi NTT. Provinsi NTB

pada triwulan II 2015 mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia sebesar 16,9% (yoy) yang terutama

disebabkan oleh meningkatnya kinerja tambang setelah di tahun sebelumnya masih terkena dampak larangan ekspor

komoditas tambang. Provinsi Bali masih mampu tumbuh sebesar 6% (yoy) walaupun relatif melambat dibanding

pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan oleh

melemahnya perekonomian daerah asal wisatawan yang masuk ke Provinsi Bali. Secara fundamental, pertumbuhan

ekonomi masih relatif tinggi seiring dengan masih cukup tingginya kunjungan wisata dan pembangunan fisik hotel

serta sarana penunjang wisata. Sektor pertanian juga mampu tumbuh cukup tinggi seiring dengan cukup berhasilnya

pengembangan di sektor pertanian.

Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi di NTT mampu tumbuh paling tinggi dibanding Provinsi NTB dan

Bali. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 sebesar 4,2% (qtq), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB yang sebesar 3,8% (qtq) dan Provinsi Bali yang sebesar 2,9% (qtq). Kondisi

ekonomi mulai mengalami kenaikan seiring dengan mulai terealisasinya pembangunan konstruksi dan real estate,

peningkatan kinerja perdagangan serta meningkatnya okupansi hotel setelah mengalami penurunan yang cukup besar

di triwulan I 2015.

Kondisi ekonomi pada triwulan II 2015 mulai menunjukkan adanya peningkatan. Hampir semua pengeluaran

mengalami kenaikan kecuali kinerja ekspor luar negeri yang sedikit melambat. Peningkatan kinerja terbesar terjadi pada

pengeluaran konsumsi pemerintah yang mampu tumbuh hingga 89,92% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Penyerapan anggaran pada semester II 2015 diperkirakan akan meningkat lebih tinggi seiring dengan masih rendahnya

realisasi penyerapan belanja konsumsi pemerintah yang hanya sebesar 29,69% atau sebesar Rp 6,51 triliun.

Sumber: BPS, diolah

17,47

18,48

5,03

4,67

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

trili

un

PDRB NTT (ADHB) NTT (yoy) Nasional (yoy)

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik1.1. PDRB (ADHB dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional)

Sumber: , diolahBPS

3,8 4,2 3,8 2,9

4,7 5,0

16,9

6,0

Nas NTT NTB BALI Nas NTT NTB BALI

qtq yoy

Grafik1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

18,524,7

43,6

2,866.9

PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 2

Secara tahunan, kinerja investasi menunjukkan pertumbuhan tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Tingginya

kenaikan belanja modal pemerintah hingga 27,07% (yoy) mampu mendorong peningkatan investasi di NTT. Tingginya

investasi pemerintah pusat seharusnya juga dapat direspon oleh peningkatan investasi pemerintah kabupaten yang

hanya tumbuh 3,21% (yoy) dibanding pagu anggaran tahun sebelumnya. Walaupun penyerapan anggaran investasi

pemerintah secara total baru terealisasi 10,15%, penandatanganan proyek sebagian besar sudah dilakukan dan sudah

mulai dilakukan pembangunan fisik bangunan. Namun demikian, tingginya investasi tersebut tidak sepenuhnya dapat

dinikmati oleh pelaku ekonomi lokal yang terlihat dari meningkatnya impor antar daerah seiring dengan peningkatan

investasi yang terjadi.

URAIAN2013

2014qtqBobot yoy ctc

51.246.857

2.323.762

19.250.737

26.336.089

2.934.161

1.453.489

645.729

(34.296.733)

68.602.633

12.616.513

622.351

4.914.204

5.355.657

252.380

298.044

318.475

(7.091.928)

16.648.747

13.140.531

536.536

2.544.018

7.156.110

48.347

362.988

51.443

(6.267.884)

17.469.202

13.758.780

603.754

4.922.330

7.841.736

149.693

379.197

141.513

(9.030.414)

18.483.563

74,4

3,3

26,6

42,4

0,8

2,1

0,8

-48,9

100,0

3,33

10,87

89,92

4,76

206,23

-0,59

173,77

34,03

4,24

7,53

-7,65

5,65

36,99

-50,64

27,70

-58,41

34,70

5,03

6,46

-9,10

5,03

25,43

-55,40

26,29

-58,83

25,84

4,84

47.368.797

1.868.305

16.889.933

20.586.330

946.724

1.196.294

3.733.059

(23.797.857)

61.325.467

Sumber: BPS Propinsi NTT (diolah) – Angka Dalam Rp Juta

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Perubahan Inventori

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

P D R B

2014

YOY

Tw II

2015

Tw IITw I

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan II 2015

1.2.1 KonsumsiPengeluaran konsumsi pada triwulan II mulai menunjukkan kenaikan yang cukup besar. Kenaikan daya beli

lebih disebabkan oleh mulai optimisnya masyarakat seiring dengan datangnya masa panen komoditas

pertanian, berjalannya proyek-proyek pemerintah, musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan. Konsumsi

rumah tangga mengalami kenaikan hingga 7,53% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Datangnya panen mampu

meningkatkan daya beli masyarakat yang terlihat dari indeks riil penjualan eceran yang mengalami peningkatan.

Berdasarkan rincian komoditas, hampir semua komoditas menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan penjualan.

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 3

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Konsumsi lembaga non profit juga menunjukkan adanya peningkatan walaupun dibanding tahun

sebelumnya masih mengalami penurunan. Relatif rendahnya realisasi belanja lembaga non profit lebih disebabkan

oleh adanya pemilihan legislatif dan pilpres di tahun 2014, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan kampanye

mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2015, belanja lembaga non profit diperkirakan baru akan mengalami

kenaikan pada akhir tahun 2015 seiring dengan adanya pelaksanaan pilkada serentak di 9 Kabupaten yang

membutuhkan anggaran hingga Rp 144 miliar untuk penyelenggara pemilu, belum termasuk belanja oleh partai politik

yang terlibat dalam pelaksanaan pilkada.

Konsumsi pemerintah menunjukkan adanya peningkatan di triwulan-II 2015. Namun demikian, dengan

pertumbuhan realisasi belanja tahunan hanya sebesar 5,65% (yoy), peluang pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada semester II akan jauh lebih besar. Dengan peningkatan pagu anggaran tahun 2015 yang

mencapai 8,96%, serta realisasi belanja konsumsi pemerintah yang masih sebesar 29,69% pada triwulan II, maka pada

semester dua pemerintah diperkirakan lebih intensif dalam merealisasikan anggaran belanja yang direncanakan.

Peningkatan anggaran konsumsi pemerintah yang cukup besar terjadi pada belanja hibah pemerintah Kabupaten/Kota

yang mencapai 106,33% (yoy). Peningkatan terbesar terutama terjadi pada 8 Kabupaten pelaksana pilkada serentak di

tahun 2015. Untuk Kabupaten Sabu Raijua, pertumbuhan anggaran belanja hibah masih relatif normal.

Kenaikan konsumsi masyarakat terlihat dari indikator konsumsi yang juga menunjukkan adanya

peningkatan. Konsumsi listrik kembali menunjukkan kenaikan setelah mengalami penurunan di triwulan I 2015.

Penggunaan listrik kembali meningkat setelah permasalahan kekurangan pasokan listrik dapat berangsur diatasi.

Tingkat kepercayaan masyarakat menunjukkan peningkatan yang terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang

mengalami kenaikan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia juga menunjukkan adanya

peningkatan kegiatan dunia usaha. Kenaikan harga jual berangsur melambat setelah terjadi kestabilan harga BBM di

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

Grafik1.3. Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan II 2015

-20,00%-15,00%-10,00%-5,00%0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

IRPE IRPE (qtq) CRT PDRB (qtq)

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik1.4. Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II

2014 2015

- 50,00%

- 40,00%

- 30,00%

- 20,00%

- 10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

Bahan Konstruksi

Perlengkapan Rumah

Suku Cadang

Barang Kerajinan

Makanan danTembakau

Pakaian dan

Bahan Bakar

TOTAL

Perlengkapannya

Tangga

Grafik 1.5. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Konsumsi (ribu kwh-LHS) Growth qtq - RHS Growth YoY - RHS

Grafik 1.6. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK Pendapatan RT Proyeksi ITK

indeks

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 4

triwulan II 2015. Namun demikian, yang patut diwaspadai adalah relatif tidak adanya penambahan tenaga kerja yang

berpotensi meningkatkan angka pengangguran. Penyaluran kredit konsumsi juga menunjukkan adanya peningkatan

setelah cenderung melambat di triwulan sebelumnya.

Kinerja investasi di Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan

investasi terutama berasal dari realisasi investasi pemerintah yang sudah mulai berjalan, walaupun

berdasarkan penyerapan anggaran investasi pemerintah baru terealisasi 10,15%. Beberapa proyek besar yang

berasal dari APBN yang sedang dikerjakan antara lain pembangunan dan pemeliharaan jalan serta pendukungnya

dengan total anggaran lebih dari Rp 1,7 triliun. Selain itu juga terdapat pembangunan sumber daya air dengan total

anggaran mencapai lebih dari Rp 650 miliar, pengembangan 13 bandara di NTT dengan total anggaran lebih dari Rp 500

miliar, dan pengembangan 9 pelabuhan/dermaga dengan total anggaran mencapai Rp 380 miliar. Di bidang

pendidikan, pemerintah pusat merencanakan untuk melakukan pembangunan fisik gedung untuk Politeknik Negeri

Kupang, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Universitas Nusa Cendana dengan total anggaran mencapai Rp 273

miliar. Di bidang kesehatan, pemerintah pusat berencana membangun gedung sertamenyediakan alat kesehatan dan

kendaraan dengan nilai mencapai Rp 149 miliar. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi juga memiliki

anggaran modal yang mencapai Rp 4,2 triliun, sehingga total belanja modal pemerintah tahun 2015 mencapai Rp 9,18

triliun.

Rendahnya realisasi belanja modal selain dikarenakan oleh permasalahan numenklatur juga disebabkan

oleh permasalahan spesifik di beberapa dinas terkait. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih belum

selesainya permasalahan numenklatur pada Kementerian Riset dan Dikti, sehingga belum ada belanja modal yang

terealisasi. Pada Dinas Perhubungan saat ini masih terkendala penyelesaian AMDAL dan masterplan proyek sehingga

penyerapan masih cukup rendah. Beberapa permasalahan lainnya antara lain tidak adanya barang penunjang dalam E-

Catalogue, sehingga proses pengadaan barang tidak dapat dilakukan dalam satu kali proses. Waktu tunggu pengadaan

alat pertanian juga relatif lama dikarenakan terbatasnya pilihan produsen penyedia alat pertanian. Permasalahan lahan

juga masih menjadi masalah utama dalam pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Bendungan Kolhua yang

tidak dapat segera dilaksanakan karena belum selesainya masalah pembebasan lahan. Selain Kementerian Riset dan

Pendidikan Tinggi, permasalahan numenklatur sudah dapat diselesaikan sehingga pada Semester 2 akan diupayakan

percepatan realisasi proyek yang sudah direncanakan.

Grafik 1.7. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja

Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

trili

un

Konsumsi konsumsi (yoy) konsumsi (qtq)

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 5

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Konsumsi lembaga non profit juga menunjukkan adanya peningkatan walaupun dibanding tahun

sebelumnya masih mengalami penurunan. Relatif rendahnya realisasi belanja lembaga non profit lebih disebabkan

oleh adanya pemilihan legislatif dan pilpres di tahun 2014, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan kampanye

mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2015, belanja lembaga non profit diperkirakan baru akan mengalami

kenaikan pada akhir tahun 2015 seiring dengan adanya pelaksanaan pilkada serentak di 9 Kabupaten yang

membutuhkan anggaran hingga Rp 144 miliar untuk penyelenggara pemilu, belum termasuk belanja oleh partai politik

yang terlibat dalam pelaksanaan pilkada.

Konsumsi pemerintah menunjukkan adanya peningkatan di triwulan-II 2015. Namun demikian, dengan

pertumbuhan realisasi belanja tahunan hanya sebesar 5,65% (yoy), peluang pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada semester II akan jauh lebih besar. Dengan peningkatan pagu anggaran tahun 2015 yang

mencapai 8,96%, serta realisasi belanja konsumsi pemerintah yang masih sebesar 29,69% pada triwulan II, maka pada

semester dua pemerintah diperkirakan lebih intensif dalam merealisasikan anggaran belanja yang direncanakan.

Peningkatan anggaran konsumsi pemerintah yang cukup besar terjadi pada belanja hibah pemerintah Kabupaten/Kota

yang mencapai 106,33% (yoy). Peningkatan terbesar terutama terjadi pada 8 Kabupaten pelaksana pilkada serentak di

tahun 2015. Untuk Kabupaten Sabu Raijua, pertumbuhan anggaran belanja hibah masih relatif normal.

Kenaikan konsumsi masyarakat terlihat dari indikator konsumsi yang juga menunjukkan adanya

peningkatan. Konsumsi listrik kembali menunjukkan kenaikan setelah mengalami penurunan di triwulan I 2015.

Penggunaan listrik kembali meningkat setelah permasalahan kekurangan pasokan listrik dapat berangsur diatasi.

Tingkat kepercayaan masyarakat menunjukkan peningkatan yang terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang

mengalami kenaikan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia juga menunjukkan adanya

peningkatan kegiatan dunia usaha. Kenaikan harga jual berangsur melambat setelah terjadi kestabilan harga BBM di

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

Grafik1.3. Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan II 2015

-20,00%-15,00%-10,00%-5,00%0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

IRPE IRPE (qtq) CRT PDRB (qtq)

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik1.4. Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II

2014 2015

- 50,00%

- 40,00%

- 30,00%

- 20,00%

- 10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

Bahan Konstruksi

Perlengkapan Rumah

Suku Cadang

Barang Kerajinan

Makanan danTembakau

Pakaian dan

Bahan Bakar

TOTAL

Perlengkapannya

Tangga

Grafik 1.5. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Konsumsi (ribu kwh-LHS) Growth qtq - RHS Growth YoY - RHS

Grafik 1.6. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK Pendapatan RT Proyeksi ITK

indeks

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 4

triwulan II 2015. Namun demikian, yang patut diwaspadai adalah relatif tidak adanya penambahan tenaga kerja yang

berpotensi meningkatkan angka pengangguran. Penyaluran kredit konsumsi juga menunjukkan adanya peningkatan

setelah cenderung melambat di triwulan sebelumnya.

Kinerja investasi di Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan

investasi terutama berasal dari realisasi investasi pemerintah yang sudah mulai berjalan, walaupun

berdasarkan penyerapan anggaran investasi pemerintah baru terealisasi 10,15%. Beberapa proyek besar yang

berasal dari APBN yang sedang dikerjakan antara lain pembangunan dan pemeliharaan jalan serta pendukungnya

dengan total anggaran lebih dari Rp 1,7 triliun. Selain itu juga terdapat pembangunan sumber daya air dengan total

anggaran mencapai lebih dari Rp 650 miliar, pengembangan 13 bandara di NTT dengan total anggaran lebih dari Rp 500

miliar, dan pengembangan 9 pelabuhan/dermaga dengan total anggaran mencapai Rp 380 miliar. Di bidang

pendidikan, pemerintah pusat merencanakan untuk melakukan pembangunan fisik gedung untuk Politeknik Negeri

Kupang, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Universitas Nusa Cendana dengan total anggaran mencapai Rp 273

miliar. Di bidang kesehatan, pemerintah pusat berencana membangun gedung sertamenyediakan alat kesehatan dan

kendaraan dengan nilai mencapai Rp 149 miliar. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi juga memiliki

anggaran modal yang mencapai Rp 4,2 triliun, sehingga total belanja modal pemerintah tahun 2015 mencapai Rp 9,18

triliun.

Rendahnya realisasi belanja modal selain dikarenakan oleh permasalahan numenklatur juga disebabkan

oleh permasalahan spesifik di beberapa dinas terkait. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih belum

selesainya permasalahan numenklatur pada Kementerian Riset dan Dikti, sehingga belum ada belanja modal yang

terealisasi. Pada Dinas Perhubungan saat ini masih terkendala penyelesaian AMDAL dan masterplan proyek sehingga

penyerapan masih cukup rendah. Beberapa permasalahan lainnya antara lain tidak adanya barang penunjang dalam E-

Catalogue, sehingga proses pengadaan barang tidak dapat dilakukan dalam satu kali proses. Waktu tunggu pengadaan

alat pertanian juga relatif lama dikarenakan terbatasnya pilihan produsen penyedia alat pertanian. Permasalahan lahan

juga masih menjadi masalah utama dalam pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Bendungan Kolhua yang

tidak dapat segera dilaksanakan karena belum selesainya masalah pembebasan lahan. Selain Kementerian Riset dan

Pendidikan Tinggi, permasalahan numenklatur sudah dapat diselesaikan sehingga pada Semester 2 akan diupayakan

percepatan realisasi proyek yang sudah direncanakan.

Grafik 1.7. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja

Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

trili

un

Konsumsi konsumsi (yoy) konsumsi (qtq)

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 5

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga sudah dilakukan diantaranya pembangunan

beberapa hotel berbintang dan pusat perbelanjaan. Selain itu juga ada beberapa investasi non pariwisata seperti

pembangunan kelistrikan oleh PT. PLN (Persero) yang cukup besar, pembangunan Base Transceiver Station (BTS)

terutama untuk daerah strategis, maupun pengembangan ubi kayu di Rote Ndao.

Sementara itu, proyek strategis pembangunan investasi garam hingga saat ini masih berjalan lambat

dikarenakan belum selesainya masalah pembebasan lahan. Sulitnya pembebasan lahan terutama disebabkan

oleh banyaknya tanah ulayat, sehingga adanya peraturan daerah terkait penggunaan lahan menjadi hal mendesak yang

harus segera dibuat agar permasalahan tersebut dapat teratasi.Di sisi lain, adanya penyewaan lahan seperti di Taman

Nasional Komodo sekiranya dapat ditanggapi positif sebagai peluang untuk menggerakkan wisata di pintu masuk

pariwisata NTT. Hal yang perlu diatur lebih jauh adalah masalah biaya sewa serta perlu dibentuk peraturan daerah terkait

tugas dan fungsi investor untuk turut serta menjalankan kebijakan konservasi alam di wilayah aktivitasnya.

Peningkatan investasi terlihat dari meningkatnya permintaan semen yang cukup tinggi pada triwulan II

2015 yang menunjukkan adanya percepatan realisasi proyek pembangunan. Di sisi lain, penurunan realisasi ijin investasi

menunjukkan adanya ancaman investasi ke depan yang harus segera diselesaikan seperti sulitnya pembebasan tanah

dan kemudahan berinvestasi di wilayah NTT.

Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi masih cukup tinggi namun dalam pola yang melambat. Hal ini

menunjukkan adanya pelambatan pertumbuhan kegiatan produktif oleh pihak swasta di Provinsi NTT. Namun

demikian, investasi baru masih mampu tumbuh tinggi yang terlihat dari pertumbuhan pengiriman uang melalui RTGS

yang hingga semester satu tumbuh 187,7% dibanding tahun sebelumnya. Total dana yang masuk NTT pada triwulan II

2015 sebesar Rp 43,7 triliun dan net transaksi RTGS yang masuk ke Provinsi NTT mencapai Rp 3,7 triliun. Hingga

Grafik 1.9. Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Proyek PMA (Juta US$) Proyek PMDN (Miliar Rp) PMA (%yoy) PMDN (%yoy)

Grafik 1.10. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.12. Realisasi Dana Masuk / Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

I II III IV I II

2014 2015

trili

un

RTGS Out RTGS In Net RTGS

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

trili

un

Modal kerja Investasi modal kerja (yoy) investasi (yoy)

Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Modal Kerjadan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 6

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Ribu Ton yoy qtq

semester 1, total dana bersih yang masuk ke Provinsi NTT mencapai Rp 6,6 triliun, berbeda dibanding posisi tahun

sebelumnya yang justru keluar NTT sebesar Rp 10,5 triliun.

Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari adanya peningkatan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan.

Dikarenakan Provinsi NTT merupakan provinsi kepulauan, maka semua aktivitas ekonomi dapat diamati

melalui seberapa besar aktivitas ekonomi melalui perhubungan laut. Net ekspor antar daerah tumbuh sebesar

34,7% (yoy) dibanding tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 34,03% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya

mengikuti peningkatan ekonomi dan investasi yang terjadi. Tingginya net impor juga terlihat dari aktivitas peti kemas

bongkar maupun bongkar muat curah yang menunjukkan defisit masuk NTT yang cukup besar. Hal ini menunjukkan

besarnya kebutuhan NTT yang masih harus dipenuhi dari luar daerah. Peningkatan aktivitas ekonomi terlihat dari

meningkatnya kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tenau.

Aktivitas ekspor bersih ke luar negeri Provinsi NTT pada triwulan II sedikit melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang tidak sebesar peningkatan impor yang

terjadi. Timor leste masih menjadi tujuan ekspor utama Provinsi NTT yang lebih disebabkan oleh adanya kedekatan

wilayah. Sedangkan komoditas impor utama provinsi NTT adalah peralatan kelistrikan yang digunakan untuk

pembangunan pembangkit listrik yang sedang gencar dilakukan oleh PLN. Negara asal impor sebagian besar dari

Tiongkok.

1.2.3 Ekspor – Impor

1.2.3.1 Ekspor - Impor Antar Daerah

Grafik1.13. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq)

Boks

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Bongkar Muat Net Net Unloading (% yoy)

Ton

Grafik 1.14. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

1.2.3.2 Ekspor - Impor Luar Negeri

-7,00

-5,00

-3,00

-1,00

1,00

3,00

5,00

7,00

9,00

11,00

13,00

2013 2014 2015

Juta

USD

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.15. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

Juta

USD

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Bank Indonesia, diolah

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 7

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga sudah dilakukan diantaranya pembangunan

beberapa hotel berbintang dan pusat perbelanjaan. Selain itu juga ada beberapa investasi non pariwisata seperti

pembangunan kelistrikan oleh PT. PLN (Persero) yang cukup besar, pembangunan Base Transceiver Station (BTS)

terutama untuk daerah strategis, maupun pengembangan ubi kayu di Rote Ndao.

Sementara itu, proyek strategis pembangunan investasi garam hingga saat ini masih berjalan lambat

dikarenakan belum selesainya masalah pembebasan lahan. Sulitnya pembebasan lahan terutama disebabkan

oleh banyaknya tanah ulayat, sehingga adanya peraturan daerah terkait penggunaan lahan menjadi hal mendesak yang

harus segera dibuat agar permasalahan tersebut dapat teratasi.Di sisi lain, adanya penyewaan lahan seperti di Taman

Nasional Komodo sekiranya dapat ditanggapi positif sebagai peluang untuk menggerakkan wisata di pintu masuk

pariwisata NTT. Hal yang perlu diatur lebih jauh adalah masalah biaya sewa serta perlu dibentuk peraturan daerah terkait

tugas dan fungsi investor untuk turut serta menjalankan kebijakan konservasi alam di wilayah aktivitasnya.

Peningkatan investasi terlihat dari meningkatnya permintaan semen yang cukup tinggi pada triwulan II

2015 yang menunjukkan adanya percepatan realisasi proyek pembangunan. Di sisi lain, penurunan realisasi ijin investasi

menunjukkan adanya ancaman investasi ke depan yang harus segera diselesaikan seperti sulitnya pembebasan tanah

dan kemudahan berinvestasi di wilayah NTT.

Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi masih cukup tinggi namun dalam pola yang melambat. Hal ini

menunjukkan adanya pelambatan pertumbuhan kegiatan produktif oleh pihak swasta di Provinsi NTT. Namun

demikian, investasi baru masih mampu tumbuh tinggi yang terlihat dari pertumbuhan pengiriman uang melalui RTGS

yang hingga semester satu tumbuh 187,7% dibanding tahun sebelumnya. Total dana yang masuk NTT pada triwulan II

2015 sebesar Rp 43,7 triliun dan net transaksi RTGS yang masuk ke Provinsi NTT mencapai Rp 3,7 triliun. Hingga

Grafik 1.9. Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Proyek PMA (Juta US$) Proyek PMDN (Miliar Rp) PMA (%yoy) PMDN (%yoy)

Grafik 1.10. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.12. Realisasi Dana Masuk / Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

I II III IV I II

2014 2015

trili

un

RTGS Out RTGS In Net RTGS

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

trili

un

Modal kerja Investasi modal kerja (yoy) investasi (yoy)

Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Modal Kerjadan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 6

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Ribu Ton yoy qtq

semester 1, total dana bersih yang masuk ke Provinsi NTT mencapai Rp 6,6 triliun, berbeda dibanding posisi tahun

sebelumnya yang justru keluar NTT sebesar Rp 10,5 triliun.

Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari adanya peningkatan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan.

Dikarenakan Provinsi NTT merupakan provinsi kepulauan, maka semua aktivitas ekonomi dapat diamati

melalui seberapa besar aktivitas ekonomi melalui perhubungan laut. Net ekspor antar daerah tumbuh sebesar

34,7% (yoy) dibanding tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 34,03% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya

mengikuti peningkatan ekonomi dan investasi yang terjadi. Tingginya net impor juga terlihat dari aktivitas peti kemas

bongkar maupun bongkar muat curah yang menunjukkan defisit masuk NTT yang cukup besar. Hal ini menunjukkan

besarnya kebutuhan NTT yang masih harus dipenuhi dari luar daerah. Peningkatan aktivitas ekonomi terlihat dari

meningkatnya kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tenau.

Aktivitas ekspor bersih ke luar negeri Provinsi NTT pada triwulan II sedikit melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang tidak sebesar peningkatan impor yang

terjadi. Timor leste masih menjadi tujuan ekspor utama Provinsi NTT yang lebih disebabkan oleh adanya kedekatan

wilayah. Sedangkan komoditas impor utama provinsi NTT adalah peralatan kelistrikan yang digunakan untuk

pembangunan pembangkit listrik yang sedang gencar dilakukan oleh PLN. Negara asal impor sebagian besar dari

Tiongkok.

1.2.3 Ekspor – Impor

1.2.3.1 Ekspor - Impor Antar Daerah

Grafik1.13. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq)

Boks

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Bongkar Muat Net Net Unloading (% yoy)

Ton

Grafik 1.14. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

1.2.3.2 Ekspor - Impor Luar Negeri

-7,00

-5,00

-3,00

-1,00

1,00

3,00

5,00

7,00

9,00

11,00

13,00

2013 2014 2015

Juta

USD

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.15. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

Juta

USD

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Bank Indonesia, diolah

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 7

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Hasil SKDU menunjukkan adanya peningkatan produksi pertanian di triwulan II 2015. Harga hasil pertanian

menunjukkan adanya pelambatan walaupun masih relatif tinggi terutama harga beras yang tetap bertahan tinggi.

Kredit pertanian pada triwulan II 2015 justru menunjukkan adanya penurunan yang terutama disebabkan oleh

keengganan Bank untuk menyalurkan kredit seiring kualitas kredit yang rendah. Nilai tukar petani masih positif

walaupun cenderung tetap dibanding triwulan sebelumnya.

Secara tahunan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami

pertumbuhan 7,71% (yoy) meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Mulai selesainya permasalahan numenklatur membuat penyerapan dana

pemerintahmengalami peningkatan walaupun realisasi penyerapan anggaran masih relatif rendah. Realisasi

penyerapan anggaran belanja pemerintah di triwulan II masih sebesar 23,92%. Dibanding tahun sebelumnya, belanja

pemerintah mengalami kenaikan 13,74% (yoy). Dengan kumulatif pertumbuhan sektor administrasi pemerintah,

pertahanan dan jaminan sosial wajib yang sebesar 6,84% (ctc), pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut berpotensi

tumbuh lebih tinggi pada semester-II 2015. Adapun penyerapan anggaran yang relatif besar dilakukan oleh kepolisian

yang sudah terealisasi sebesar 45,14%.

Peningkatan belanja pemerintah juga tampak dari adanya penurunan pertumbuhan simpanan masyarakat

di perbankan. Walaupun pertumbuhan penghimpunan dana masih cukup tinggi, tren penambahan dana relatif

melambat dibanding triwulan sebelumnya. Hingga bulan Juni 2015, total dana pemerintah yang disimpan di perbankan

di NTT mencapai Rp 7,21 triliun. Adanya percepatan realisasi belanja pemerintah dapat membantu mempercepat

pertumbuhan ekonomi NTT yang saat ini masih dibayangi perlambatan ekonomi nasional.

Grafik 1.17. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II2013 2014 2015

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Pengiriman Ternak Bongkar Pert (%yoy) Pert (%qtq)

Grafik 1.18. Pengiriman Ternak

Sumber : PT Pelindo III, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan Pertanian (%yoy) Pertanian (%qtq)

Milyar Rp

Grafik 1.19. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II2012 2013 2014 2015

IT IB NTP - axis kanan

Grafik1.20. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 9

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 mulai mengalami peningkatan. Adanya panen raya dan mulai berjalannya

aktivitas investasi terlihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian, perdagangan besar dan

eceran, serta sektor konstruksi. Mulai berjalannya pembangunan program seribu rumah juga meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sektor real estate dan adanya pelonggaran kebijakan rapat di hotel mampu meningkatkan

kunjungan hotel dan restoran di triwulan II 2015. Satu-satunya penurunan ekonomi terjadi pada sektor jasa keuangan

dan asuransi dikarenakan oleh menurunnya Nilai Tambah Bruto (NTB) di triwulan II 2015 karena penurunan pendapatan

sekunder perbankan. Sedangkan NTB lembaga keuangan non bank masih mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya

maupun triwulan sebelumnya. Peningkatan produksi pertanian lebih disebabkan oleh datangnya panen

raya tanaman pangan dan beberapa komoditas perkebunan serta membaiknya cuaca yang mampu

meningkatkan tangkapan ikan. Sektor pertanian pada triwulan II 2015 mengalami kenaikan sebesar 3,00% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan oleh bertambahnya luas panen

komoditas tanaman pangan. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian secara triwulan tidak

sebesar triwulan yang sama tahun sebelumnya. Adanya hama tanaman serta curah hujan yang tinggi di beberapa

daerah menyebabkan penurunan produktifitas padi. Di sisi lain, beberapa daerah berhasil meningkatkan panen seperti

di Rote Ndao, dan beberapa daerah di Manggarai Timur optimis bisa panen 3 kali dalam setahun.

Tanaman jagung juga mengalami peningkatan produksi. Namun demikian, dikarenakan kurangnya pasar, harga

jagung di Nagekeo jatuh menjadi hanya Rp 2.000/kg lebih rendah dari penetapan harga jagung yang sebesar Rp

2.700/Kg. Kondisi perikanan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya cuaca. Adanya pemberantasan

illegal fishing juga berdampak positif terhadap peningkatan hasil ikan tangkap.. Pengiriman ternak juga menunjukkan

adanya kenaikan cukup tinggi setelah di triwulan sebelumnya relatif sangat minim karena masalah cuaca. Untuk

meningkatkan produksi pertanian, Dinas Pertanian telah mendapatkan tambahan alokasi APBN sebesar Rp 319 miliar

untuk pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) serta sarana produksi (saprodi) pertanian.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Tabel1.2.PDRB Provinsi NTT BerdasarkanSektorEkonomiTriwulan II 2015

URAIAN

20.446.913

1.070.349

843.708

31.539

45.529

7.095.979

7.285.709

3.566.950

422.443

5.134.426

2.714.850

1.860.878

210.879

8.392.732

6.568.193

1.414.584

1.496.973

68.602.633

5.119.950

264.747

200.827

7.725

10.988

1.712.031

1.785.873

861.287

101.156

1.254.297

662.236

449.743

51.291

1.940.911

1.518.721

339.873

367.093

16.648.747

5.367.777

273.773

215.685

8.897

11.004

1.700.526

1.872.522

904.222

105.664

1.276.364

725.131

464.335

54.403

2.091.003

1.650.525

359.872

387.499

17.469.202

5.695.813

324.312

222.408

9.362

11.494

1.898.961

1.998.350

955.527

116.161

1.322.719

706.433

496.018

57.748

2.161.861

1.707.049

393.274

406.072

18.483.563

30,8

1,8

1,2

0,1

0,1

10,3

10,8

5,2

0,6

7,2

3,8

2,7

0,3

11,7

9,2

2,1

2,2

100,0

4,69

16,67

1,77

4,93

4,21

9,77

5,27

3,48

8,67

3,38

-3,96

5,57

3,65

1,91

0,79

7,24

3,35

4,24

3,00

5,94

4,50

6,81

4,04

5,48

6,48

5,73

6,23

6,32

1,15

4,01

5,05

7,71

5,91

5,89

4,84

5,03

3,07

5,36

5,10

7,81

3,50

2,96

5,92

6,07

4,69

6,66

4,55

3,30

4,17

6,84

7,05

5,60

3,96

4,84

18.272.369

894.152

758.818

23.603

41.818

6.344.808

6.570.524

3.195.325

367.820

4.660.243

2.389.329

1.705.495

188.487

7.592.137

5.679.554

1.279.704

1.361.281

61.325.467

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2013

2014qtqBobot yoy ctc

2014

YOY

Tw II

2015

Tw IITw I

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 8

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Hasil SKDU menunjukkan adanya peningkatan produksi pertanian di triwulan II 2015. Harga hasil pertanian

menunjukkan adanya pelambatan walaupun masih relatif tinggi terutama harga beras yang tetap bertahan tinggi.

Kredit pertanian pada triwulan II 2015 justru menunjukkan adanya penurunan yang terutama disebabkan oleh

keengganan Bank untuk menyalurkan kredit seiring kualitas kredit yang rendah. Nilai tukar petani masih positif

walaupun cenderung tetap dibanding triwulan sebelumnya.

Secara tahunan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami

pertumbuhan 7,71% (yoy) meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Mulai selesainya permasalahan numenklatur membuat penyerapan dana

pemerintahmengalami peningkatan walaupun realisasi penyerapan anggaran masih relatif rendah. Realisasi

penyerapan anggaran belanja pemerintah di triwulan II masih sebesar 23,92%. Dibanding tahun sebelumnya, belanja

pemerintah mengalami kenaikan 13,74% (yoy). Dengan kumulatif pertumbuhan sektor administrasi pemerintah,

pertahanan dan jaminan sosial wajib yang sebesar 6,84% (ctc), pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut berpotensi

tumbuh lebih tinggi pada semester-II 2015. Adapun penyerapan anggaran yang relatif besar dilakukan oleh kepolisian

yang sudah terealisasi sebesar 45,14%.

Peningkatan belanja pemerintah juga tampak dari adanya penurunan pertumbuhan simpanan masyarakat

di perbankan. Walaupun pertumbuhan penghimpunan dana masih cukup tinggi, tren penambahan dana relatif

melambat dibanding triwulan sebelumnya. Hingga bulan Juni 2015, total dana pemerintah yang disimpan di perbankan

di NTT mencapai Rp 7,21 triliun. Adanya percepatan realisasi belanja pemerintah dapat membantu mempercepat

pertumbuhan ekonomi NTT yang saat ini masih dibayangi perlambatan ekonomi nasional.

Grafik 1.17. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II2013 2014 2015

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Pengiriman Ternak Bongkar Pert (%yoy) Pert (%qtq)

Grafik 1.18. Pengiriman Ternak

Sumber : PT Pelindo III, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan Pertanian (%yoy) Pertanian (%qtq)

Milyar Rp

Grafik 1.19. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II2012 2013 2014 2015

IT IB NTP - axis kanan

Grafik1.20. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 9

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 mulai mengalami peningkatan. Adanya panen raya dan mulai berjalannya

aktivitas investasi terlihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian, perdagangan besar dan

eceran, serta sektor konstruksi. Mulai berjalannya pembangunan program seribu rumah juga meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sektor real estate dan adanya pelonggaran kebijakan rapat di hotel mampu meningkatkan

kunjungan hotel dan restoran di triwulan II 2015. Satu-satunya penurunan ekonomi terjadi pada sektor jasa keuangan

dan asuransi dikarenakan oleh menurunnya Nilai Tambah Bruto (NTB) di triwulan II 2015 karena penurunan pendapatan

sekunder perbankan. Sedangkan NTB lembaga keuangan non bank masih mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya

maupun triwulan sebelumnya. Peningkatan produksi pertanian lebih disebabkan oleh datangnya panen

raya tanaman pangan dan beberapa komoditas perkebunan serta membaiknya cuaca yang mampu

meningkatkan tangkapan ikan. Sektor pertanian pada triwulan II 2015 mengalami kenaikan sebesar 3,00% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan oleh bertambahnya luas panen

komoditas tanaman pangan. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian secara triwulan tidak

sebesar triwulan yang sama tahun sebelumnya. Adanya hama tanaman serta curah hujan yang tinggi di beberapa

daerah menyebabkan penurunan produktifitas padi. Di sisi lain, beberapa daerah berhasil meningkatkan panen seperti

di Rote Ndao, dan beberapa daerah di Manggarai Timur optimis bisa panen 3 kali dalam setahun.

Tanaman jagung juga mengalami peningkatan produksi. Namun demikian, dikarenakan kurangnya pasar, harga

jagung di Nagekeo jatuh menjadi hanya Rp 2.000/kg lebih rendah dari penetapan harga jagung yang sebesar Rp

2.700/Kg. Kondisi perikanan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya cuaca. Adanya pemberantasan

illegal fishing juga berdampak positif terhadap peningkatan hasil ikan tangkap.. Pengiriman ternak juga menunjukkan

adanya kenaikan cukup tinggi setelah di triwulan sebelumnya relatif sangat minim karena masalah cuaca. Untuk

meningkatkan produksi pertanian, Dinas Pertanian telah mendapatkan tambahan alokasi APBN sebesar Rp 319 miliar

untuk pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) serta sarana produksi (saprodi) pertanian.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Tabel1.2.PDRB Provinsi NTT BerdasarkanSektorEkonomiTriwulan II 2015

URAIAN

20.446.913

1.070.349

843.708

31.539

45.529

7.095.979

7.285.709

3.566.950

422.443

5.134.426

2.714.850

1.860.878

210.879

8.392.732

6.568.193

1.414.584

1.496.973

68.602.633

5.119.950

264.747

200.827

7.725

10.988

1.712.031

1.785.873

861.287

101.156

1.254.297

662.236

449.743

51.291

1.940.911

1.518.721

339.873

367.093

16.648.747

5.367.777

273.773

215.685

8.897

11.004

1.700.526

1.872.522

904.222

105.664

1.276.364

725.131

464.335

54.403

2.091.003

1.650.525

359.872

387.499

17.469.202

5.695.813

324.312

222.408

9.362

11.494

1.898.961

1.998.350

955.527

116.161

1.322.719

706.433

496.018

57.748

2.161.861

1.707.049

393.274

406.072

18.483.563

30,8

1,8

1,2

0,1

0,1

10,3

10,8

5,2

0,6

7,2

3,8

2,7

0,3

11,7

9,2

2,1

2,2

100,0

4,69

16,67

1,77

4,93

4,21

9,77

5,27

3,48

8,67

3,38

-3,96

5,57

3,65

1,91

0,79

7,24

3,35

4,24

3,00

5,94

4,50

6,81

4,04

5,48

6,48

5,73

6,23

6,32

1,15

4,01

5,05

7,71

5,91

5,89

4,84

5,03

3,07

5,36

5,10

7,81

3,50

2,96

5,92

6,07

4,69

6,66

4,55

3,30

4,17

6,84

7,05

5,60

3,96

4,84

18.272.369

894.152

758.818

23.603

41.818

6.344.808

6.570.524

3.195.325

367.820

4.660.243

2.389.329

1.705.495

188.487

7.592.137

5.679.554

1.279.704

1.361.281

61.325.467

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2013

2014qtqBobot yoy ctc

2014

YOY

Tw II

2015

Tw IITw I

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 8

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami pertumbuhan cukup

besar seiring dengan adanya peningkatan konsumsi masyarakat paska panen, liburan sekolah, menjelang

puasa dan mulai terealisasinya belanja barang dan jasa pemerintah. Pertumbuhan sektor perdagangan pada

triwulan II 2015 mencapai 6,48% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, lebih besar dibanding pertumbuhan ekonomi

triwulan sebelumnya (5,33%-yoy) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (3,57%-yoy).Pertumbuhan ekonomi

secara triwulanan juga mengalami kenaikan cukup tinggi (5,27%-qtq) selain disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan

ekonomi di triwulan sebelumnya, juga disebabkan oleh peningkatan daya beli.

Hasil survei SKDU di triwulan II 2015 masih menunjukkan adanya penurunan namun membaik dibanding

triwulan sebelumnya. Perlambatan permintaan di tingkat pemain besar ini selain disebabkan oleh perlambatan daya

beli juga adanya permasalahan terkait pengetatan penindakan pajak yang berlaku surut. Adanya libur sekolah dan

bulan ramadhan cukup membantu penjualan yang berdasarkan hasil liaison menunjukkan kenaikan permintaan di

bulan Juni 2015.

Sektor konstruksi mampu tumbuh tinggi baik secara triwulanan maupun tahunan seiring dengan mulai

terealisasinya proyek investasi. Begitu pula dengan pertumbuhan real estate yang tumbuh cukup besar seiring

dengan mulai terealisasinya pembangunan program 1.000 rumah dalam rangka mendukung program sejuta rumah

pemerintah.

Grafik 1.21. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

27.333

31.089

13,74

5

10

15

20

25.000

26.000

27.000

28.000

29.000

30.000

31.000

32.000

2014 2015

mili

ar

Total Belanja Pemerintah Pertumbuhan Belanja

Realisasi % Real

7,437 23.92

Grafik 1.22. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-60,0%-40,0%-20,0%0,0%20,0%40,0%60,0%80,0%100,0%120,0%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Simpanan Pert (%yoy) Pert (%qtq)

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Grafik 1.23. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

trili

un

Perdagangan Besar Dan Eceran Pert (%yoy) Pert (%qtq)

2013 2014 2015

1.3.4 Sektor - sektor Lainnya

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 10

Penyediaan akomodasi dan makan minum di triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan hingga 8,67% (qtq)

dibanding triwulan sebelumnya. Adanya pelonggaran kebijakan larangan rapat di hotel oleh pemerintah,

penyelenggaraan beberapa even pariwisata seperti semana santa di larantuka, serta membaiknya cuaca

membuat kunjungan pariwisata di triwulan II 2015 mengalami peningkatan. Besarnya kenaikan kunjungan

juga disebabkan oleh penurunan yang cukup dalam di triwulan sebelumnya. Dibandingkan tahun sebelumnya,

pertumbuhan ekonomi di sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh sebesar 6,23% (yoy) masih lebih

rendah dibanding pertumbuhan di triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,19% (yoy) seiring dengan

masih adanya dampak sail komodo yang mampu meningkatkan kunjungan wisata dalam jumlah yang signifikan.

Adanya event pariwisata sekiranya dapat terus diadakan agar mampu membantu peningkatan kunjungan pariwisata. Peningkatan kunjungan juga terlihat dari tingginya peningkatan okupansi dan tamu hotel yang menginap

di wilayah Provinsi NTT. Jumlah penumpang yang terbang dari dan menuju NTT juga menunjukkan penambahan

yang cukup signifikan.. Peningkatan kunjungan wisata disebabkan oleh membaiknya cuaca.. Kondisi cuaca sangat

mempengaruhi wisata unggulan NTT yang lebih bersifat eco tourism.

Sektor komunikasi dan informasi masih bertumbuh positif, namun relatif melambat dibanding triwulan-triwulan

sebelumnya. Sektor pertambangan mengalami kenaikan tinggi di triwulan II 2015 seiring dengan membaiknya cuaca.

Jasa pendidikan tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan NTT. Namun demikian,

peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sektor pendidikan seharusnya dapat meningkat jauh lebih tinggi seiring

dengan adanya pemisahan numenklatur pendidikan dasar dan pendidikan tinggi yang berdampak pada peningkatan

anggaran pendidikan di Provinsi NTT hingga 119,47% (yoy). Setelah permasalahan numenklatur selesai, penyerapan

anggaran pendidikan diperkirakan akan mampu jauh lebih tinggi dibanding saat ini.

39,6

46,9%

22,0%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

05

1015202530354045

Rib

u o

ran

g

Tamu Hotel Pert (%qtq) Pert (%yoy)

Grafik 1.25. Perkembangan Tamu Hotel

Sumber : BPS, diolah

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV

Grafik 1.26. Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

592

29,8%

10,5%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

2013 2014 2015

Rib

u o

ran

g

Penumpang Pert (%qtq) Pert (%yoy)

I III II III IV I II III IV

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 11

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami pertumbuhan cukup

besar seiring dengan adanya peningkatan konsumsi masyarakat paska panen, liburan sekolah, menjelang

puasa dan mulai terealisasinya belanja barang dan jasa pemerintah. Pertumbuhan sektor perdagangan pada

triwulan II 2015 mencapai 6,48% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, lebih besar dibanding pertumbuhan ekonomi

triwulan sebelumnya (5,33%-yoy) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (3,57%-yoy).Pertumbuhan ekonomi

secara triwulanan juga mengalami kenaikan cukup tinggi (5,27%-qtq) selain disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan

ekonomi di triwulan sebelumnya, juga disebabkan oleh peningkatan daya beli.

Hasil survei SKDU di triwulan II 2015 masih menunjukkan adanya penurunan namun membaik dibanding

triwulan sebelumnya. Perlambatan permintaan di tingkat pemain besar ini selain disebabkan oleh perlambatan daya

beli juga adanya permasalahan terkait pengetatan penindakan pajak yang berlaku surut. Adanya libur sekolah dan

bulan ramadhan cukup membantu penjualan yang berdasarkan hasil liaison menunjukkan kenaikan permintaan di

bulan Juni 2015.

Sektor konstruksi mampu tumbuh tinggi baik secara triwulanan maupun tahunan seiring dengan mulai

terealisasinya proyek investasi. Begitu pula dengan pertumbuhan real estate yang tumbuh cukup besar seiring

dengan mulai terealisasinya pembangunan program 1.000 rumah dalam rangka mendukung program sejuta rumah

pemerintah.

Grafik 1.21. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

27.333

31.089

13,74

5

10

15

20

25.000

26.000

27.000

28.000

29.000

30.000

31.000

32.000

2014 2015

mili

ar

Total Belanja Pemerintah Pertumbuhan Belanja

Realisasi % Real

7,437 23.92

Grafik 1.22. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-60,0%-40,0%-20,0%0,0%20,0%40,0%60,0%80,0%100,0%120,0%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Simpanan Pert (%yoy) Pert (%qtq)

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Grafik 1.23. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Kegiatan Usaha Harga Jual Tenaga Kerja-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

trili

un

Perdagangan Besar Dan Eceran Pert (%yoy) Pert (%qtq)

2013 2014 2015

1.3.4 Sektor - sektor Lainnya

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 10

Penyediaan akomodasi dan makan minum di triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan hingga 8,67% (qtq)

dibanding triwulan sebelumnya. Adanya pelonggaran kebijakan larangan rapat di hotel oleh pemerintah,

penyelenggaraan beberapa even pariwisata seperti semana santa di larantuka, serta membaiknya cuaca

membuat kunjungan pariwisata di triwulan II 2015 mengalami peningkatan. Besarnya kenaikan kunjungan

juga disebabkan oleh penurunan yang cukup dalam di triwulan sebelumnya. Dibandingkan tahun sebelumnya,

pertumbuhan ekonomi di sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh sebesar 6,23% (yoy) masih lebih

rendah dibanding pertumbuhan di triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,19% (yoy) seiring dengan

masih adanya dampak sail komodo yang mampu meningkatkan kunjungan wisata dalam jumlah yang signifikan.

Adanya event pariwisata sekiranya dapat terus diadakan agar mampu membantu peningkatan kunjungan pariwisata. Peningkatan kunjungan juga terlihat dari tingginya peningkatan okupansi dan tamu hotel yang menginap

di wilayah Provinsi NTT. Jumlah penumpang yang terbang dari dan menuju NTT juga menunjukkan penambahan

yang cukup signifikan.. Peningkatan kunjungan wisata disebabkan oleh membaiknya cuaca.. Kondisi cuaca sangat

mempengaruhi wisata unggulan NTT yang lebih bersifat eco tourism.

Sektor komunikasi dan informasi masih bertumbuh positif, namun relatif melambat dibanding triwulan-triwulan

sebelumnya. Sektor pertambangan mengalami kenaikan tinggi di triwulan II 2015 seiring dengan membaiknya cuaca.

Jasa pendidikan tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan NTT. Namun demikian,

peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sektor pendidikan seharusnya dapat meningkat jauh lebih tinggi seiring

dengan adanya pemisahan numenklatur pendidikan dasar dan pendidikan tinggi yang berdampak pada peningkatan

anggaran pendidikan di Provinsi NTT hingga 119,47% (yoy). Setelah permasalahan numenklatur selesai, penyerapan

anggaran pendidikan diperkirakan akan mampu jauh lebih tinggi dibanding saat ini.

39,6

46,9%

22,0%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

05

1015202530354045

Rib

u o

ran

g

Tamu Hotel Pert (%qtq) Pert (%yoy)

Grafik 1.25. Perkembangan Tamu Hotel

Sumber : BPS, diolah

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV

Grafik 1.26. Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

592

29,8%

10,5%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

2013 2014 2015

Rib

u o

ran

g

Penumpang Pert (%qtq) Pert (%yoy)

I III II III IV I II III IV

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 11

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Seberapa besar luas lahan yang mampu dipanen dan ditanam sangat tergantung dari kualitas sumber daya air yang dimiliki. Daerah

dengan lahan irigasi yang besar cenderung akan memiliki luas tanam / panen yang lebih besar pula.Dengan luas lahan yang ada,

daerah tersebut dapat melakukan penanaman hingga 2-3 kali dalam waktu satu tahun. Hal ini berbeda dengan daerah yang tidak

memiliki fasilitas irigasi, yang hanya mampu melakukan penanaman satu kali pada musim hujan saja, sehingga pemanfaatan lahan

pertanian menjadi kurang optimal.

Luas lahan irigasi di NTT saat ini sebesar 126 ribu ha atau setara dengan hanya 1,75% dari total jaringan irigasi di Indonesia yang

sebesar 7,23 juta ha . Dengan kondisi musim yang hanya mengalami 4 bulan musim penghujan dan 8 bulan musim kemarau, serta

topografi wilayah yang memiliki tingkat kemiringan yang cukup besar, maka Provinsi NTT sangat rawan mengalami bencana banjir

dan kekeringan. Pengendalian sumber daya air memerlukan satu usaha untuk menampung kelebihan air yang ada pada musim

penghujan, untuk kemudian dapat digunakan untuk mengatasi kekeringan yang terjadi selama musim kemarau. Oleh karena itu,

pemerintah pusat melalui Balai Wilayah Sungai saat ini gencar melakukan pembangunan jaringan sumber daya air, agar pemenuhan

kebutuhan air irigasi pertanian maupun kebutuhan air baku untuk PDAM dapat tercukupi.

Pada akhir tahun 2014, BWS sudah membangun 910 buah embung kecil, 32 buah embung irigasi dan 1 buah bendungan/waduk.

Pada tahun 2015 ini, sedang dilakukan pembangunan lebih dari 100 embung untuk mengatasi kekurangan air irigasi dan air baku di

seluruh kabupaten di Provinsi NTT serta ground breaking pembangunan waduk rotiklot di Belu. Sebelumnya, pemerintah juga sudah

melakukan ground breaking pembangunan Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang tahun 2014 yang kemungkinan akan

selesai pada tahun 2017. Hingga akhir tahun 2019, diharapkan telah dilakukan ground breakingpembangunan 7 buah waduk baru

dan pengoperasian setidaknya 3 waduk baru yaitu Bendungan Raknamo, Rotiklot dan Kolhua.

Pemerintah pusat secara total akan membangun 7 buah waduk dengan anggaran diperkirakan lebih dari 6 triliun rupiah.

Pembangunan bendungan tersebut diharapkan dapat menambah lahan irigasi dengan luas lebih dari 13 ribu hektar, dan dapat

digunakan sebagai sumber air minum untuk lebih dari 288 ribu orang warga. Berdasarkan luas area, biaya, daya tampung air dan

potensi irigasi, bendungan temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan akan menjadi bendungan terbesar yang dibangun oleh

pemerintah, diikuti oleh pembangunan bendungan Mbay di Nagekeo, Bendungan Manikin dan Raknamo di Kabupaten Kupang,

Bendungan Kolhua di Kota Kupang, Bendungan Napunggete di Kabupaten Sikka dan Bendungan Rotiklot di Belu. Bendungan

Rotiklot, temef dan Raknamo juga akan digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air dengan total daya terpasang sebesar 2,55

MW.

Renstra Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II 2015 - 2019Renstra Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2015 - 2019

1

2

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 12

Adanya pembangunan jaringan irigasi baru tersebut harus diikuti peningkatan pemanfaatan terlebih dalam mendukung

ketahanan pangan.Total luas lahan yang ditanami padi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 200 ribu ha , dengan

120 ribu ha berupa lahan irigasi dan selebihnya merupakan lahan tadah hujan. Dari total 120 ribu ha lahan irigasi tersebut,

hanya sekitar 58 ribu ha yang mampu dilakukan penanaman padi lebih dari sekali setahun atau hanya kurang dari 50% yang

mampu dimanfaatkan secara optimal, sedangkan selebihnya hanya satu kali tanam. Kabupaten Manggarai menjadi

kabupaten dengan pemanfaatan lahan irigasi terbaik dengan pemanfaatan lahan irigasi mencapai 88,60% dari total lahan

irigasi yang dimiliki, diikuti oleh Kabupaten Sumba Barat (85,03%), Manggarai Barat (73,76%), Nagekeo (70,84%), dan

Manggarai Timur (67,39%). Daerah irigasi yang cukup besar namun pemanfaatan relatif kurang antara lain di Kabupaten

Timor Tengah Utara (20,14%), Sumba Timur (21,18%), dan Kabupaten Kupang (22,82%).

Dengan adanya pengembangan jaringan irigasi yang cukup besar, dandisertai dengan peningkatan efektivitas penggunaan

jaringan irigasi, maka produksi pangan diyakini akan meningkat cukup besar. Pemerintah diharapkan dapat memaksimalkan

penggunaan jaringan irigasi yang ada. Apabila masing-masing kabupaten dapat mengefektifkan penggunaan jaringan irigasi

hanya minimal sebesar 50% dari jaringan yang ada untuk melakukan penanaman dua kali setahun, maka defisit padi akan

berkurang setidaknya hingga 50 ribu ton beras, atau setara dengan mengurangi impor padi NTT sebesar 400 miliar rupiah per

tahun. Produksi padi masih akan meningkat apabila pekerjaan bendungan telah selesai, yang diperkirakan mampu

menambah produksi padi hingga 43 ribu ton. Peningkatan produksi ini belum termasuk dari peningkatan produktifitas padi

yang tentunya akan meningkatkan hasil produksi lebih besar lagi. Apabila semua usaha tersebut dapat dilakukan secara

simultan, maka kedaulatan pangan di Provinsi NTT bukan lagi sebuah keniscayaan dan diyakini dapat tercapai dalam kurun

waktu yang relatif cepat.

Nusa Tenggara Timur dalamangka 2014, BPS Provinsi NTT1

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 13

Sumber :Balai Wilayah Sungai II Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar Boks 1. Rencana Pembangunan Waduk di Nusa Tenggara Timur

BOKS 1. PEMBANGUNANSUMBER DAYA AIR UNTUK MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1

2

3

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Seberapa besar luas lahan yang mampu dipanen dan ditanam sangat tergantung dari kualitas sumber daya air yang dimiliki. Daerah

dengan lahan irigasi yang besar cenderung akan memiliki luas tanam / panen yang lebih besar pula.Dengan luas lahan yang ada,

daerah tersebut dapat melakukan penanaman hingga 2-3 kali dalam waktu satu tahun. Hal ini berbeda dengan daerah yang tidak

memiliki fasilitas irigasi, yang hanya mampu melakukan penanaman satu kali pada musim hujan saja, sehingga pemanfaatan lahan

pertanian menjadi kurang optimal.

Luas lahan irigasi di NTT saat ini sebesar 126 ribu ha atau setara dengan hanya 1,75% dari total jaringan irigasi di Indonesia yang

sebesar 7,23 juta ha . Dengan kondisi musim yang hanya mengalami 4 bulan musim penghujan dan 8 bulan musim kemarau, serta

topografi wilayah yang memiliki tingkat kemiringan yang cukup besar, maka Provinsi NTT sangat rawan mengalami bencana banjir

dan kekeringan. Pengendalian sumber daya air memerlukan satu usaha untuk menampung kelebihan air yang ada pada musim

penghujan, untuk kemudian dapat digunakan untuk mengatasi kekeringan yang terjadi selama musim kemarau. Oleh karena itu,

pemerintah pusat melalui Balai Wilayah Sungai saat ini gencar melakukan pembangunan jaringan sumber daya air, agar pemenuhan

kebutuhan air irigasi pertanian maupun kebutuhan air baku untuk PDAM dapat tercukupi.

Pada akhir tahun 2014, BWS sudah membangun 910 buah embung kecil, 32 buah embung irigasi dan 1 buah bendungan/waduk.

Pada tahun 2015 ini, sedang dilakukan pembangunan lebih dari 100 embung untuk mengatasi kekurangan air irigasi dan air baku di

seluruh kabupaten di Provinsi NTT serta ground breaking pembangunan waduk rotiklot di Belu. Sebelumnya, pemerintah juga sudah

melakukan ground breaking pembangunan Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang tahun 2014 yang kemungkinan akan

selesai pada tahun 2017. Hingga akhir tahun 2019, diharapkan telah dilakukan ground breakingpembangunan 7 buah waduk baru

dan pengoperasian setidaknya 3 waduk baru yaitu Bendungan Raknamo, Rotiklot dan Kolhua.

Pemerintah pusat secara total akan membangun 7 buah waduk dengan anggaran diperkirakan lebih dari 6 triliun rupiah.

Pembangunan bendungan tersebut diharapkan dapat menambah lahan irigasi dengan luas lebih dari 13 ribu hektar, dan dapat

digunakan sebagai sumber air minum untuk lebih dari 288 ribu orang warga. Berdasarkan luas area, biaya, daya tampung air dan

potensi irigasi, bendungan temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan akan menjadi bendungan terbesar yang dibangun oleh

pemerintah, diikuti oleh pembangunan bendungan Mbay di Nagekeo, Bendungan Manikin dan Raknamo di Kabupaten Kupang,

Bendungan Kolhua di Kota Kupang, Bendungan Napunggete di Kabupaten Sikka dan Bendungan Rotiklot di Belu. Bendungan

Rotiklot, temef dan Raknamo juga akan digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air dengan total daya terpasang sebesar 2,55

MW.

Renstra Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II 2015 - 2019Renstra Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2015 - 2019

1

2

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 12

Adanya pembangunan jaringan irigasi baru tersebut harus diikuti peningkatan pemanfaatan terlebih dalam mendukung

ketahanan pangan.Total luas lahan yang ditanami padi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 200 ribu ha , dengan

120 ribu ha berupa lahan irigasi dan selebihnya merupakan lahan tadah hujan. Dari total 120 ribu ha lahan irigasi tersebut,

hanya sekitar 58 ribu ha yang mampu dilakukan penanaman padi lebih dari sekali setahun atau hanya kurang dari 50% yang

mampu dimanfaatkan secara optimal, sedangkan selebihnya hanya satu kali tanam. Kabupaten Manggarai menjadi

kabupaten dengan pemanfaatan lahan irigasi terbaik dengan pemanfaatan lahan irigasi mencapai 88,60% dari total lahan

irigasi yang dimiliki, diikuti oleh Kabupaten Sumba Barat (85,03%), Manggarai Barat (73,76%), Nagekeo (70,84%), dan

Manggarai Timur (67,39%). Daerah irigasi yang cukup besar namun pemanfaatan relatif kurang antara lain di Kabupaten

Timor Tengah Utara (20,14%), Sumba Timur (21,18%), dan Kabupaten Kupang (22,82%).

Dengan adanya pengembangan jaringan irigasi yang cukup besar, dandisertai dengan peningkatan efektivitas penggunaan

jaringan irigasi, maka produksi pangan diyakini akan meningkat cukup besar. Pemerintah diharapkan dapat memaksimalkan

penggunaan jaringan irigasi yang ada. Apabila masing-masing kabupaten dapat mengefektifkan penggunaan jaringan irigasi

hanya minimal sebesar 50% dari jaringan yang ada untuk melakukan penanaman dua kali setahun, maka defisit padi akan

berkurang setidaknya hingga 50 ribu ton beras, atau setara dengan mengurangi impor padi NTT sebesar 400 miliar rupiah per

tahun. Produksi padi masih akan meningkat apabila pekerjaan bendungan telah selesai, yang diperkirakan mampu

menambah produksi padi hingga 43 ribu ton. Peningkatan produksi ini belum termasuk dari peningkatan produktifitas padi

yang tentunya akan meningkatkan hasil produksi lebih besar lagi. Apabila semua usaha tersebut dapat dilakukan secara

simultan, maka kedaulatan pangan di Provinsi NTT bukan lagi sebuah keniscayaan dan diyakini dapat tercapai dalam kurun

waktu yang relatif cepat.

Nusa Tenggara Timur dalamangka 2014, BPS Provinsi NTT1

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 13

Sumber :Balai Wilayah Sungai II Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar Boks 1. Rencana Pembangunan Waduk di Nusa Tenggara Timur

BOKS 1. PEMBANGUNANSUMBER DAYA AIR UNTUK MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1

2

3

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dalam rangka mendukung peran advisory kepada Pemerintah Daerah, Bank Indonesia mengembangkan suatu Model

makroekonomi regional yang selanjutnya dinamakan dengan REMBI (Regional Macroeconomic Model of Bank Indonesia).

REMBI merupakan suatu tools untuk Forecasting and Policy Analysis System (FPAS) yang dapat menjadi alat/sistem bagi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah guna menilai kondisi perekonomian daerah di wilayah kerjanya saat ini dalam

satu sampai dua tahun mendatang. REMBI merupakan suatu model makroekonomi regional skala kecil, yang terdiri dari 5

blok yaitu blok PDRB sisi permintaan, PDRB sisi penawaran, blok moneter, fiskal, dan harga.

Penggunaan REMBI di Provinsi NTT telah mencapai tahapan simulasi gejolak (shock). Adapun indikator-indikator yang

digunakan untuk simulasi meliputi pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 1%, potensi kenaikan ekspor ikan

sebesar 10%, pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 10%, adanya peningkatan inflasi volatile food sebesar 1%, peningkatan

inflasi administered price sebesar 1%, peningkatan suku bunga kredit sebesar 1% maupun asumsi kenaikan konsumsi

pemerintah di daerah sebesar 10%. Masing-masing indikator diuji secara terpisah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi maupun inflasi. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil:

ke Komponen PDRB dan Inflasi(Selama Tahun 2016)

Baseline(Proyeksi

2016)

PertumbuhanEkonomi

Dunia (turun1%)

EksporIkan

(Naik 10%)

Nilai Tukar(Melemah

10%)

InflasiVolatile

(Naik 1%)

InflasiAdministered

(Naik 1%)

SukuBungaKredit

(Naik 1%)

KonsumsiPemerintah(Naik 10%)

PDRB ad. Harga Konstan % yoy 5.70 0.02 0.45 0.12 -0.11 -0.44 0.77 0.72

KONSUMSI RUMAH TANGGA % yoy 6.38 0.00 -1.03 0.03 -0.03 -0.04 0.11 0.12

KONSUMSI PEMERINTAH % yoy 4.75 -0.01 1.24 0.18 -0.01 -0.17 -0.01 3.98

TOTAL INVESTASI % yoy 14.82 0.02 1.51 0.09 -0.07 -0.34 4.12 0.57

EKSPOR BARANG DAN JASA % yoy 5.80 0.05 -1.06 0.01 -0.05 -0.15 -0.01 0.01

IMPOR BARANG DAN JASA % yoy 3.64 0.01 -1.20 -0.01 0.08 0.28 0.60 0.66

INFLASI IHK % yoy 4.05 -0.15 -0.05 -0.17 -0.14 -0.04 -024 -0.23

- INFLASI INTI % yoy 6.31 0.00 0.13 -0.02 0.02 0.13 -0.12 -0.10

- INFLASI ADM. PRICES % yoy 8.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -5.37

- INFLASI VOLATILE FOOD % yoy 6.11 0.00 0.12 -0.03 0.00 0.17 -0.12 5.26

Tabel Boks 2.2. Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian

di Provinsi NTT tahun 2016

1. Tabel Dampak Shocks ke Komponen PDRB dan Inflasi(selama Tahun 2015)

Baseline(Proyeksi

2016)

PertumbuhanEkonomi

Dunia (turun1%)

EksporIkan

(Naik 10%)

Nilai Tukar(Melemah

10%)

InflasiVolatile

InflasiAdministered

(Naik 1%)

SukuBungaKredit

(Naik 1%)

KonsumsiPemerintah(Naik 10%)

PDRB ad. Harga Konstan % yoy 5.55 -0.04 0.38 0.62 -0.26 -0.71 -0.38 0.55

KONSUMSI RUMAH TANGGA % yoy 6.30 -0.01 0.06 0.09 -0.04 -0.11 -0.06 0.08

KONSUMSI PEMERINTAH % yoy 5.74 0.00 0.08 0.03 -0.26 -0.75 -0.07 2.35

TOTAL INVESTASI % yoy 13.86 -0.03 0.26 0.63 -0.30 -0.85 -1.97 0.64

EKSPOR BARANG DAN JASA % yoy 7.87 -0.10 0.99 0.04 -0.04 -0.12 0.00 0.00

IMPOR BARANG DAN JASA % yoy 6.15 0.00 0.08 -0.61 0.14 0.38 -0.31 0.27

INFLASI IHK % yoy 4.16 0.00 -0.10 -0.03 0.24 0.70 0.05 0.00

- INFLASI INTI % yoy 6.50 0.00 -0.16 -0.04 0.01 0.66 0.07 0.00

- INFLASI ADM. PRICES % yoy 16.53 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 -3.03

- INFLASI VOLATILE FOOD % yoy 6.21 0.00 -0.14 -0.04 1.00 0.67 0.07 3.03

Tabel Boks 2.1. Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian

di Provinsi NTT tahun 2015

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 14

Berdasarkan hasil analisa di atas, didapatkan bahwa peningkatan ekspor, pelemahan nilai tukar dan kenaikan konsumsi

pemerintah berdampak positif terhadap PDRB. Hal ini berarti apabila di tahun 2015 terjadi kenaikan ekspor perikanan

sebesar 10%, maka PDRB akan meningkat sebesar 0,38% dari pertumbuhan PDRB normal. Dampak dari simulasi kenaikan

ekspor masih dirasakan hingga tahun 2016 yang terlihat dari hasil peramalan yang menunjukkan adanya kenaikan PDRB

sebesar 0,45%. Besarnya pengaruh ekspor perikanan lebih disebabkan kontribusi ekspor ikan NTT yang cukup besar

terhadap perekonomian. Masih besarnya pengaruh terhadap perekonomian di tahun 2016 menunjukkan adanya perputaran

uang dan peningkatan daya beli yang juga dirasakan oleh nelayan dan lingkungan, sehingga menimbulkan efek berantai

terhadap perekonomian.

Simulasi pelemahan nilai tukar sebesar 10% juga berkorelasi positif dengan nilai mencapai 0,62% terhadap perekonomian.

Hal ini berarti adanya pelemahan nilai tukar cukup berkontribusi positif terhadap perekonomian NTT yang disebabkan oleh

adanya keuntungan valuta atas ekspor yang sudah dilakukan maupun menjadi relatif rendahnya biaya wisata di NTT yang

berdampak pada terjadinya peningkatan kunjungan wisatawan di NTT. Di tahun 2016, pelemahan nilai tukar masih

berdampak positif terhadap perekonomian namun tidak sebesar tahun 2015 dikarenakan adanya permintaan penyesuaian

harga dari Negara tujuan ekspor dikarenakan adanya penyesuaian pelemahan nilai tukar. Dari sisi pariwisata diperkirakan

masih akan tetap meningkatkan kunjungan, namun pertumbuhan kunjungan tidak sebesar tahun sebelumnya dikarenakan

relatif kembali tetapnya nilai tukar di tahun 2016.

Kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 10% ternyata berdampak positif terhadap kenaikan PDRB hingga sebesar 0,55% di

tahun 2015 dan meningkat menjadi 0,72% di tahun 2016. Tingginya pengaruh penyerapan anggaran tersebut

menunjukkan besarnya pemanfaatan belanja konsumsi pemerintah bagi masyarakat NTT. Peningkatan pertumbuhan dinilai

wajar seiring besarnya pengaruh belanja pemerintah terhadap perekonomian di NTT. Oleh karena itu, tingginya realisasi

belanja pemerintah diharapkan dapat terlaksana agar daya ungkit terhadap perekonomian dapat semakin dirasakan.

Beberapa hal yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi NTT berdasarkan hasil simulasi antara lain pelemahan PDB

dunia, peningkatan inflasi volatile food maupun inflasi administered price, dan kenaikan suku bunga. Pelemahan ekonomi

dunia memberikan dampak negatif terhadap perekonomian namun tidak terlalu besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

negara yang mengalami pelemahan ekonomi bukan merupakan negara asal wisatawan utama yang berkunjung di NTT.

Inflasi menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi yang terlihat dari hasil simulasi kenaikan harga bahan makanan

sebesar 1% yang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,26% maupun kenaikan inflasi administered prices

seperti kenaikan angkutan udara, BBM dan angkutan dalam kota serta penyeberangan yang berdampak pada penurunan

PDRB hingga sebesar 0,71%. Berdasarkan besaran pengaruh terhadap perekonomian terlihat bahwa kenaikan administered

prices berdampak terbesar terhadap penurunan PDRB. Oleh karena itu, penguatan konektivitas antar wilayah di NTT dirasa

menjadi keharusan dan mutlak dilakukan agar pertumbuhan ekonomi dapat mengalami kenaikan. Contoh dari pengaruh

permasalahan konektivitas adalah mahalnya biaya bahan makanan maupun bahan penunjang kehidupan dikarenakan

mahalnya ongkos angkut antar daerah yang ada di Provinsi NTT. Dengan perbaikan yang menyeluruh terhadap permasalahan

angkutan maupun peningkatan produksi tanaman pangan, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat meningkat

seiring dengan stabilnya distribusi dan pasokan.

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 15

BOKS 2. PENGGUNAAN REGIONAL MACROECONOMIC MODEL OF BANK INDONESIA(REMBI) DALAM PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI NTT

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dalam rangka mendukung peran advisory kepada Pemerintah Daerah, Bank Indonesia mengembangkan suatu Model

makroekonomi regional yang selanjutnya dinamakan dengan REMBI (Regional Macroeconomic Model of Bank Indonesia).

REMBI merupakan suatu tools untuk Forecasting and Policy Analysis System (FPAS) yang dapat menjadi alat/sistem bagi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah guna menilai kondisi perekonomian daerah di wilayah kerjanya saat ini dalam

satu sampai dua tahun mendatang. REMBI merupakan suatu model makroekonomi regional skala kecil, yang terdiri dari 5

blok yaitu blok PDRB sisi permintaan, PDRB sisi penawaran, blok moneter, fiskal, dan harga.

Penggunaan REMBI di Provinsi NTT telah mencapai tahapan simulasi gejolak (shock). Adapun indikator-indikator yang

digunakan untuk simulasi meliputi pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 1%, potensi kenaikan ekspor ikan

sebesar 10%, pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 10%, adanya peningkatan inflasi volatile food sebesar 1%, peningkatan

inflasi administered price sebesar 1%, peningkatan suku bunga kredit sebesar 1% maupun asumsi kenaikan konsumsi

pemerintah di daerah sebesar 10%. Masing-masing indikator diuji secara terpisah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi maupun inflasi. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil:

ke Komponen PDRB dan Inflasi(Selama Tahun 2016)

Baseline(Proyeksi

2016)

PertumbuhanEkonomi

Dunia (turun1%)

EksporIkan

(Naik 10%)

Nilai Tukar(Melemah

10%)

InflasiVolatile

(Naik 1%)

InflasiAdministered

(Naik 1%)

SukuBungaKredit

(Naik 1%)

KonsumsiPemerintah(Naik 10%)

PDRB ad. Harga Konstan % yoy 5.70 0.02 0.45 0.12 -0.11 -0.44 0.77 0.72

KONSUMSI RUMAH TANGGA % yoy 6.38 0.00 -1.03 0.03 -0.03 -0.04 0.11 0.12

KONSUMSI PEMERINTAH % yoy 4.75 -0.01 1.24 0.18 -0.01 -0.17 -0.01 3.98

TOTAL INVESTASI % yoy 14.82 0.02 1.51 0.09 -0.07 -0.34 4.12 0.57

EKSPOR BARANG DAN JASA % yoy 5.80 0.05 -1.06 0.01 -0.05 -0.15 -0.01 0.01

IMPOR BARANG DAN JASA % yoy 3.64 0.01 -1.20 -0.01 0.08 0.28 0.60 0.66

INFLASI IHK % yoy 4.05 -0.15 -0.05 -0.17 -0.14 -0.04 -024 -0.23

- INFLASI INTI % yoy 6.31 0.00 0.13 -0.02 0.02 0.13 -0.12 -0.10

- INFLASI ADM. PRICES % yoy 8.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -5.37

- INFLASI VOLATILE FOOD % yoy 6.11 0.00 0.12 -0.03 0.00 0.17 -0.12 5.26

Tabel Boks 2.2. Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian

di Provinsi NTT tahun 2016

1. Tabel Dampak Shocks ke Komponen PDRB dan Inflasi(selama Tahun 2015)

Baseline(Proyeksi

2016)

PertumbuhanEkonomi

Dunia (turun1%)

EksporIkan

(Naik 10%)

Nilai Tukar(Melemah

10%)

InflasiVolatile

InflasiAdministered

(Naik 1%)

SukuBungaKredit

(Naik 1%)

KonsumsiPemerintah(Naik 10%)

PDRB ad. Harga Konstan % yoy 5.55 -0.04 0.38 0.62 -0.26 -0.71 -0.38 0.55

KONSUMSI RUMAH TANGGA % yoy 6.30 -0.01 0.06 0.09 -0.04 -0.11 -0.06 0.08

KONSUMSI PEMERINTAH % yoy 5.74 0.00 0.08 0.03 -0.26 -0.75 -0.07 2.35

TOTAL INVESTASI % yoy 13.86 -0.03 0.26 0.63 -0.30 -0.85 -1.97 0.64

EKSPOR BARANG DAN JASA % yoy 7.87 -0.10 0.99 0.04 -0.04 -0.12 0.00 0.00

IMPOR BARANG DAN JASA % yoy 6.15 0.00 0.08 -0.61 0.14 0.38 -0.31 0.27

INFLASI IHK % yoy 4.16 0.00 -0.10 -0.03 0.24 0.70 0.05 0.00

- INFLASI INTI % yoy 6.50 0.00 -0.16 -0.04 0.01 0.66 0.07 0.00

- INFLASI ADM. PRICES % yoy 16.53 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 -3.03

- INFLASI VOLATILE FOOD % yoy 6.21 0.00 -0.14 -0.04 1.00 0.67 0.07 3.03

Tabel Boks 2.1. Dampak Simulasi Shock 4 Triwulan Model Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap Perekonomian

di Provinsi NTT tahun 2015

BAB I - EKONOMI MAKRO REGIONAL 14

Berdasarkan hasil analisa di atas, didapatkan bahwa peningkatan ekspor, pelemahan nilai tukar dan kenaikan konsumsi

pemerintah berdampak positif terhadap PDRB. Hal ini berarti apabila di tahun 2015 terjadi kenaikan ekspor perikanan

sebesar 10%, maka PDRB akan meningkat sebesar 0,38% dari pertumbuhan PDRB normal. Dampak dari simulasi kenaikan

ekspor masih dirasakan hingga tahun 2016 yang terlihat dari hasil peramalan yang menunjukkan adanya kenaikan PDRB

sebesar 0,45%. Besarnya pengaruh ekspor perikanan lebih disebabkan kontribusi ekspor ikan NTT yang cukup besar

terhadap perekonomian. Masih besarnya pengaruh terhadap perekonomian di tahun 2016 menunjukkan adanya perputaran

uang dan peningkatan daya beli yang juga dirasakan oleh nelayan dan lingkungan, sehingga menimbulkan efek berantai

terhadap perekonomian.

Simulasi pelemahan nilai tukar sebesar 10% juga berkorelasi positif dengan nilai mencapai 0,62% terhadap perekonomian.

Hal ini berarti adanya pelemahan nilai tukar cukup berkontribusi positif terhadap perekonomian NTT yang disebabkan oleh

adanya keuntungan valuta atas ekspor yang sudah dilakukan maupun menjadi relatif rendahnya biaya wisata di NTT yang

berdampak pada terjadinya peningkatan kunjungan wisatawan di NTT. Di tahun 2016, pelemahan nilai tukar masih

berdampak positif terhadap perekonomian namun tidak sebesar tahun 2015 dikarenakan adanya permintaan penyesuaian

harga dari Negara tujuan ekspor dikarenakan adanya penyesuaian pelemahan nilai tukar. Dari sisi pariwisata diperkirakan

masih akan tetap meningkatkan kunjungan, namun pertumbuhan kunjungan tidak sebesar tahun sebelumnya dikarenakan

relatif kembali tetapnya nilai tukar di tahun 2016.

Kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 10% ternyata berdampak positif terhadap kenaikan PDRB hingga sebesar 0,55% di

tahun 2015 dan meningkat menjadi 0,72% di tahun 2016. Tingginya pengaruh penyerapan anggaran tersebut

menunjukkan besarnya pemanfaatan belanja konsumsi pemerintah bagi masyarakat NTT. Peningkatan pertumbuhan dinilai

wajar seiring besarnya pengaruh belanja pemerintah terhadap perekonomian di NTT. Oleh karena itu, tingginya realisasi

belanja pemerintah diharapkan dapat terlaksana agar daya ungkit terhadap perekonomian dapat semakin dirasakan.

Beberapa hal yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi NTT berdasarkan hasil simulasi antara lain pelemahan PDB

dunia, peningkatan inflasi volatile food maupun inflasi administered price, dan kenaikan suku bunga. Pelemahan ekonomi

dunia memberikan dampak negatif terhadap perekonomian namun tidak terlalu besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

negara yang mengalami pelemahan ekonomi bukan merupakan negara asal wisatawan utama yang berkunjung di NTT.

Inflasi menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi yang terlihat dari hasil simulasi kenaikan harga bahan makanan

sebesar 1% yang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,26% maupun kenaikan inflasi administered prices

seperti kenaikan angkutan udara, BBM dan angkutan dalam kota serta penyeberangan yang berdampak pada penurunan

PDRB hingga sebesar 0,71%. Berdasarkan besaran pengaruh terhadap perekonomian terlihat bahwa kenaikan administered

prices berdampak terbesar terhadap penurunan PDRB. Oleh karena itu, penguatan konektivitas antar wilayah di NTT dirasa

menjadi keharusan dan mutlak dilakukan agar pertumbuhan ekonomi dapat mengalami kenaikan. Contoh dari pengaruh

permasalahan konektivitas adalah mahalnya biaya bahan makanan maupun bahan penunjang kehidupan dikarenakan

mahalnya ongkos angkut antar daerah yang ada di Provinsi NTT. Dengan perbaikan yang menyeluruh terhadap permasalahan

angkutan maupun peningkatan produksi tanaman pangan, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat meningkat

seiring dengan stabilnya distribusi dan pasokan.

EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 15

BOKS 2. PENGGUNAAN REGIONAL MACROECONOMIC MODEL OF BANK INDONESIA(REMBI) DALAM PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI NTT

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

PERKEMBANGANINFLASI

BAB II

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

PERKEMBANGANINFLASI

BAB II

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan terutama disebabkan oleh komoditas yaitu

kenaikan tarif angkutan udara seiring libur dan masa liburan sekolah, serta

dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir bulan Maret.

Pada triwulan II 20115, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan Tarif Angkutan Udara dan harga BBM. Komoditas

tarif angkutan udara menjadi komoditas pendorong utama inflasi pada bulan Mei dan Juni, serta pendorong

utama ke-2 setelah bensin pada bulan April. Dibandingkan capaian inflasi nasional, inflasi Provinsi NTT

relatif lebih rendah, baik secara triwulanan maupun tahunan. Inflasi tahunan Provinsi NTT pada triwulan II 2015

tercatat sebesar 6,01% (yoy) lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 7,26% (yoy). Secara triwulanan, Provinsi

NTT mengalami inflasi sebesar 1,25% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka tersebut masih lebih rendah

dibandingkan nasional yang sebesar 1,40% (qtq) melanjutkan pencapaian trend pada triwulan sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), pencapaian inflasi provinsi NTT

secara tahunan (6,01%-yoy) tercatat paling rendah dibanding inflasi tahunan Bali yang sebesar 6,97% (yoy) dan

NTB sebesar 6,04% (yoy). Namun secara triwulanan, Inflasi Provinsi NTT sebesar 1,25% (qtq) tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi Bali yang sebesar 0,87% (qtq) maupun NTB sebesar 0,30% (qtq).

Kelompok administered prices menjadi pendorong utama inflasi pada triwulan II 2015.Inflasi

juga didorong oleh kenaikan harga komoditas volatile food, seperti Daging Ayam Ras dan Telur

Ayam Ras. Kenaikan harga pakan ayam dan proses peremajaan ayam petelur menyebabkan

kenaikan harga komoditas tersebut.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, TPID telah melakukan langkah-langkah

pengendalian melalui kegiatan rapat koordinasi, diantaranya: rapat teknis, rapat koordinasi

daerah dan High Level Meeting (HLM) yang menghasilkan beberapa langkah strategis

pengendalian inflasi.

PERKEMBANGAN INFLASI

I II III IV I II III IV I II III I

2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV

2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

6.01%

7.26%

NTTNasional

II

1.40%

1.25%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I

2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV

2015

NTTNasional

II

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 19

administered prices,

long weekend

2.1 Kondisi Umum

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan terutama disebabkan oleh komoditas yaitu

kenaikan tarif angkutan udara seiring libur dan masa liburan sekolah, serta

dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir bulan Maret.

Pada triwulan II 20115, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan Tarif Angkutan Udara dan harga BBM. Komoditas

tarif angkutan udara menjadi komoditas pendorong utama inflasi pada bulan Mei dan Juni, serta pendorong

utama ke-2 setelah bensin pada bulan April. Dibandingkan capaian inflasi nasional, inflasi Provinsi NTT

relatif lebih rendah, baik secara triwulanan maupun tahunan. Inflasi tahunan Provinsi NTT pada triwulan II 2015

tercatat sebesar 6,01% (yoy) lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 7,26% (yoy). Secara triwulanan, Provinsi

NTT mengalami inflasi sebesar 1,25% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka tersebut masih lebih rendah

dibandingkan nasional yang sebesar 1,40% (qtq) melanjutkan pencapaian trend pada triwulan sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), pencapaian inflasi provinsi NTT

secara tahunan (6,01%-yoy) tercatat paling rendah dibanding inflasi tahunan Bali yang sebesar 6,97% (yoy) dan

NTB sebesar 6,04% (yoy). Namun secara triwulanan, Inflasi Provinsi NTT sebesar 1,25% (qtq) tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi Bali yang sebesar 0,87% (qtq) maupun NTB sebesar 0,30% (qtq).

Kelompok administered prices menjadi pendorong utama inflasi pada triwulan II 2015.Inflasi

juga didorong oleh kenaikan harga komoditas volatile food, seperti Daging Ayam Ras dan Telur

Ayam Ras. Kenaikan harga pakan ayam dan proses peremajaan ayam petelur menyebabkan

kenaikan harga komoditas tersebut.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, TPID telah melakukan langkah-langkah

pengendalian melalui kegiatan rapat koordinasi, diantaranya: rapat teknis, rapat koordinasi

daerah dan High Level Meeting (HLM) yang menghasilkan beberapa langkah strategis

pengendalian inflasi.

PERKEMBANGAN INFLASI

I II III IV I II III IV I II III I

2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV

2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

6.01%

7.26%

NTTNasional

II

1.40%

1.25%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I

2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV

2015

NTTNasional

II

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 19

administered prices,

long weekend

2.1 Kondisi Umum

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan dan Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

6.97

6.04 6.01

4.40 5.60 5.80 6.00 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20

Bali NTB NTT

yoy

0.87

0.30

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Bali NTB NTTqtq

(0.20)

1.25

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT mengalami kenaikan dari 5,39% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi

6,01% (yoy) pada triwulan II 2015. Kenaikan disebabkan oleh dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir

bulan Maret 2015 dan kenaikan tarif angkutan udara seiring adanya momen libur panjang (long weekend), serta musim

liburan sekolah. Kenaikan inflasi juga didorong oleh komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras dikarenakan adanya

kenaikan harga pakan ayam dan masa peremajaan ayam petelur. Selain itu, komoditas ayam hidup juga menjadi

pendorong inflasi tersendiri di kota Maumere. Salah satu faktor penyebabnya kemungkinan disebabkan oleh adanya SK

Gubernur Provinsi NTT Nomor: 274/KEP/HK/2014 yang hanya menetapkan 2 perusahaan pemasok bibit ayam / Day Old

Chick (DOC) ke Provinsi NTT. Kemampuan kedua perusahaan tersebut yang hanya dapat memasok bibit ayam hingga

Kupang dan tidak sampai wilayah Flores menimbulkan kelangkaaan pasokan bibit ayam hidup.

Secara triwulanan, Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 1,25% (qtq), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (qtq). Inflasi pada triwulan II terutama disumbang oleh komoditas

transportasi serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara penahan laju inflasi terutama berasal dari komoditas ikan segar

seiring cuaca yang mendukung pada triwulan II.

Berdasarkan pergerakan inflasi bulanan, Inflasi cukup tinggi terjadi pada bulan Juni 2015, dengan nilai

inflasi sebesar 0,59% (mtm). Inflasi pada bulan Juni terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan

komoditas ayam (daging ayam ras, telur ayam ras, ayam hidup dan ayam goreng).

Pada bulan April, Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) yang terutama disebabkan oleh

komoditas transportasi seiring dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015. Selain pengaruh

kenaikan harga BBM, inflasi pada bulan April juga didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara. Adanya libur panjang

(long weekend), seperti perayaan Paskah diperkirakan menjadi salah satu pendorong meningkatnya permintaan tiket

pesawat. Sementara adanya kebijakan pembatasan pasokan bibit ayam / Day Old Chick (DOC) mulai mendorong

kenaikan harga ayam hidup,terutama di Kota Maumere.

Pada Bulan Mei, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi sebesar 0,45% (mtm). Komoditas Angkutan Udara

menjadi pendorong utama terciptanya inflasi. Permintaan angkutan udara yang masih tinggi menjadi salah satu

pendorong tingginya inflasi pada bulan Mei. Sementara, komoditas bawang merah menjadi penyumbang utama dari

kelompok volatile food. Belum tibanya musim panen bawang merah dari sentra utama yaitu Bima, NTB dan Pulau Jawa,

serta baru masuknya musim tanam bawang merah di Semau dan Rote turut mendorong kenaikan harga bawang

merah. Di sisi lain, komoditas ayam (daging ayam ras dan telur ayam ras) mulai meningkat seiring berkurangnya

pasokan ayam dan masa peremajaan ayam petelur di kota Kupang.

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI20

Komoditas angkutan udara dan kangkung menjadi komoditas yang secara persisten menyumbang inflasi di triwulan II

2015. Selain itu, komoditas bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing menjadi penyumbang

pada 2 periode bulan. Sedangkan komoditas lainnya mengalami kenaikan di satu bulan dan kembali normal di bulan

selanjutnya.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

BENSIN

ANGKUTAN UDARA

KANGKUNG

AYAM HIDUP

BAWANG MERAH

BUNCIS

GULA PASIR

SOLAR

UPAH PEMBANTU RT

JAGUNG MANIS

6,30

4,59

9,96

26,00

12,59

47,05

2,93

6,72

2,27

26,76

Komoditas Inflasi (%)0,19

0,12

0,06

0,06

0,03

0,03

0,02

0,02

0,02

0,02

Andil (%)ANGKUTAN UDARA

BAWANG MERAH

DAGING AYAM RAS

SAWI PUTIH

TELUR AYAM RAS

CABAI MERAH

BAWANG PUTIH

TEMBANG

KANGKUNG

SEPATU

6,60

50,94

8,47

9,73

7,32

27,94

12,78

19,04

3,86

13,31

Komoditas Inflasi (%)0,18

0,15

0,07

0,05

0,05

0,04

0,03

0,03

0,03

0,03

Andil (%)ANGKUTAN UDARA

DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

KANGKUNG

AYAM HIDUP

GULA PASIR

AYAM GORENG

TEMPE

UPAH PEMBANTU RT

BUNGA PEPAYA

4,75

15,1

14,16

14,05

6,01

4,49

14,3

5,82

2,78

21,21

Komoditas Inflasi (%)0,13

0,13

0,1

0,1

0,04

0,04

0,03

0,02

0,02

0,02

Andil (%)

Sumber : BPS, diolah

April Mei Juni

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

KEMBUNG/GEMBUNG

TONGKOL/AMBU-AMBU

CABAI RAWIT

DAGING AYAM RAS

CABAI MERAH

TELUR AYAM RAS

SELAR/TUDE

BERAS

EKOR KUNING

DAUN SINGKONG

-9,25

-10,74

-17,96

-5,16

-21,75

-5,74

-24,02

-0,42

-10,32

-9,00

Komoditas

April

Inflasi (%)-0,12

-0,06

-0,05

-0,04

-0,04

-0,04

-0,04

-0,03

-0,02

-0,02

Andil (%)KEMBUNG/GEMBUNG

BESI BETON

SEMEN

AYAM HIDUP

SELAR/TUDE

TAHU MENTAH

CABAI RAWIT

KENTANG

JERUK

BERAS

-23,93

-3,44

-1,07

-3,22

-16,09

-5,29

-7,59

-7,08

-8,75

-0,17

Komoditas

MeiInflasi (%)

-0,28

-0,03

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

-0,01

Andil (%)CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

SENG

SAWI PUTIH

DAUN SINGKONG

TOMAT SAYUR

SELAR/TUDE

BUNCIS

PEPAYA

PEPAYA MUDA

-31,43

-12,26

-4,34

-6,62

-13,78

-5,63

-16,01

-14,43

-13,05

-21

Komoditas

JuniInflasi (%)

-0,06

-0,06

-0,05

-0,04

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

Andil (%)

Sumber : BPS, diolah

Komoditas cabai rawit dan ikan selar/tude menjadi komoditas yang secara persisten menyumbang deflasi pada triwulan

II 2015. Sementara ikan kembung menjadi penyumbang deflasi utama pada bulan Apri dan Mei. Mulai membaiknya

cuaca pada periode tersebut, mendorong peningkatan produksi ikan. Komoditas lain yang menyumbang deflasi selama

2 periode diantaranya beras, seiring meningkatnya pasokan saat panen.

2.2 Inflasi Berdasarkan KomoditasBerdasarkan komoditas penyumbang inflasi secara tahunan, komoditas transportasi, komunikasi dan jasa,

pendidikan, rekreasi dan olah raga serta komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar. Sedangkan komoditas bahan makanan, Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

mampu menjadi komoditas penahan inflasi secara tahunan.

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

118,8

110,3

125,8

119,5

115,2

109,1

119,3

129,8

119,4

111,0

126,6

119,4

116,0

109,5

119,5

131,0

JUN

120,1

112,2

127,8

119,4

116,7

110,2

119,5

132,0

YOY

6,01%

3,73%

8,78%

4,90%

5,46%

5,16%

7,52%

8,92%

MTM

QTQ

1,25%

0,53%

2,27%

0,07%

1,89%

1,22%

0,28%

3,48%

0,21%

-1,18%

0,67%

0,12%

0,53%

0,16%

0,14%

1,81%

0,45%

0,62%

0,64%

-0,08%

0,75%

0,39%

0,17%

0,93%

0,59%

1,11%

0,94%

0,02%

0,60%

0,67%

-0,04%

0,71%

APR MEI JUN

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 21

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan dan Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

6.97

6.04 6.01

4.40 5.60 5.80 6.00 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20

Bali NTB NTT

yoy

0.87

0.30

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Bali NTB NTTqtq

(0.20)

1.25

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT mengalami kenaikan dari 5,39% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi

6,01% (yoy) pada triwulan II 2015. Kenaikan disebabkan oleh dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir

bulan Maret 2015 dan kenaikan tarif angkutan udara seiring adanya momen libur panjang (long weekend), serta musim

liburan sekolah. Kenaikan inflasi juga didorong oleh komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras dikarenakan adanya

kenaikan harga pakan ayam dan masa peremajaan ayam petelur. Selain itu, komoditas ayam hidup juga menjadi

pendorong inflasi tersendiri di kota Maumere. Salah satu faktor penyebabnya kemungkinan disebabkan oleh adanya SK

Gubernur Provinsi NTT Nomor: 274/KEP/HK/2014 yang hanya menetapkan 2 perusahaan pemasok bibit ayam / Day Old

Chick (DOC) ke Provinsi NTT. Kemampuan kedua perusahaan tersebut yang hanya dapat memasok bibit ayam hingga

Kupang dan tidak sampai wilayah Flores menimbulkan kelangkaaan pasokan bibit ayam hidup.

Secara triwulanan, Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 1,25% (qtq), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (qtq). Inflasi pada triwulan II terutama disumbang oleh komoditas

transportasi serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara penahan laju inflasi terutama berasal dari komoditas ikan segar

seiring cuaca yang mendukung pada triwulan II.

Berdasarkan pergerakan inflasi bulanan, Inflasi cukup tinggi terjadi pada bulan Juni 2015, dengan nilai

inflasi sebesar 0,59% (mtm). Inflasi pada bulan Juni terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan

komoditas ayam (daging ayam ras, telur ayam ras, ayam hidup dan ayam goreng).

Pada bulan April, Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) yang terutama disebabkan oleh

komoditas transportasi seiring dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015. Selain pengaruh

kenaikan harga BBM, inflasi pada bulan April juga didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara. Adanya libur panjang

(long weekend), seperti perayaan Paskah diperkirakan menjadi salah satu pendorong meningkatnya permintaan tiket

pesawat. Sementara adanya kebijakan pembatasan pasokan bibit ayam / Day Old Chick (DOC) mulai mendorong

kenaikan harga ayam hidup,terutama di Kota Maumere.

Pada Bulan Mei, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi sebesar 0,45% (mtm). Komoditas Angkutan Udara

menjadi pendorong utama terciptanya inflasi. Permintaan angkutan udara yang masih tinggi menjadi salah satu

pendorong tingginya inflasi pada bulan Mei. Sementara, komoditas bawang merah menjadi penyumbang utama dari

kelompok volatile food. Belum tibanya musim panen bawang merah dari sentra utama yaitu Bima, NTB dan Pulau Jawa,

serta baru masuknya musim tanam bawang merah di Semau dan Rote turut mendorong kenaikan harga bawang

merah. Di sisi lain, komoditas ayam (daging ayam ras dan telur ayam ras) mulai meningkat seiring berkurangnya

pasokan ayam dan masa peremajaan ayam petelur di kota Kupang.

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI20

Komoditas angkutan udara dan kangkung menjadi komoditas yang secara persisten menyumbang inflasi di triwulan II

2015. Selain itu, komoditas bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing menjadi penyumbang

pada 2 periode bulan. Sedangkan komoditas lainnya mengalami kenaikan di satu bulan dan kembali normal di bulan

selanjutnya.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

BENSIN

ANGKUTAN UDARA

KANGKUNG

AYAM HIDUP

BAWANG MERAH

BUNCIS

GULA PASIR

SOLAR

UPAH PEMBANTU RT

JAGUNG MANIS

6,30

4,59

9,96

26,00

12,59

47,05

2,93

6,72

2,27

26,76

Komoditas Inflasi (%)0,19

0,12

0,06

0,06

0,03

0,03

0,02

0,02

0,02

0,02

Andil (%)ANGKUTAN UDARA

BAWANG MERAH

DAGING AYAM RAS

SAWI PUTIH

TELUR AYAM RAS

CABAI MERAH

BAWANG PUTIH

TEMBANG

KANGKUNG

SEPATU

6,60

50,94

8,47

9,73

7,32

27,94

12,78

19,04

3,86

13,31

Komoditas Inflasi (%)0,18

0,15

0,07

0,05

0,05

0,04

0,03

0,03

0,03

0,03

Andil (%)ANGKUTAN UDARA

DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

KANGKUNG

AYAM HIDUP

GULA PASIR

AYAM GORENG

TEMPE

UPAH PEMBANTU RT

BUNGA PEPAYA

4,75

15,1

14,16

14,05

6,01

4,49

14,3

5,82

2,78

21,21

Komoditas Inflasi (%)0,13

0,13

0,1

0,1

0,04

0,04

0,03

0,02

0,02

0,02

Andil (%)

Sumber : BPS, diolah

April Mei Juni

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

KEMBUNG/GEMBUNG

TONGKOL/AMBU-AMBU

CABAI RAWIT

DAGING AYAM RAS

CABAI MERAH

TELUR AYAM RAS

SELAR/TUDE

BERAS

EKOR KUNING

DAUN SINGKONG

-9,25

-10,74

-17,96

-5,16

-21,75

-5,74

-24,02

-0,42

-10,32

-9,00

Komoditas

April

Inflasi (%)-0,12

-0,06

-0,05

-0,04

-0,04

-0,04

-0,04

-0,03

-0,02

-0,02

Andil (%)KEMBUNG/GEMBUNG

BESI BETON

SEMEN

AYAM HIDUP

SELAR/TUDE

TAHU MENTAH

CABAI RAWIT

KENTANG

JERUK

BERAS

-23,93

-3,44

-1,07

-3,22

-16,09

-5,29

-7,59

-7,08

-8,75

-0,17

Komoditas

MeiInflasi (%)

-0,28

-0,03

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

-0,01

Andil (%)CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

SENG

SAWI PUTIH

DAUN SINGKONG

TOMAT SAYUR

SELAR/TUDE

BUNCIS

PEPAYA

PEPAYA MUDA

-31,43

-12,26

-4,34

-6,62

-13,78

-5,63

-16,01

-14,43

-13,05

-21

Komoditas

JuniInflasi (%)

-0,06

-0,06

-0,05

-0,04

-0,02

-0,02

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

Andil (%)

Sumber : BPS, diolah

Komoditas cabai rawit dan ikan selar/tude menjadi komoditas yang secara persisten menyumbang deflasi pada triwulan

II 2015. Sementara ikan kembung menjadi penyumbang deflasi utama pada bulan Apri dan Mei. Mulai membaiknya

cuaca pada periode tersebut, mendorong peningkatan produksi ikan. Komoditas lain yang menyumbang deflasi selama

2 periode diantaranya beras, seiring meningkatnya pasokan saat panen.

2.2 Inflasi Berdasarkan KomoditasBerdasarkan komoditas penyumbang inflasi secara tahunan, komoditas transportasi, komunikasi dan jasa,

pendidikan, rekreasi dan olah raga serta komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar. Sedangkan komoditas bahan makanan, Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

mampu menjadi komoditas penahan inflasi secara tahunan.

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

118,8

110,3

125,8

119,5

115,2

109,1

119,3

129,8

119,4

111,0

126,6

119,4

116,0

109,5

119,5

131,0

JUN

120,1

112,2

127,8

119,4

116,7

110,2

119,5

132,0

YOY

6,01%

3,73%

8,78%

4,90%

5,46%

5,16%

7,52%

8,92%

MTM

QTQ

1,25%

0,53%

2,27%

0,07%

1,89%

1,22%

0,28%

3,48%

0,21%

-1,18%

0,67%

0,12%

0,53%

0,16%

0,14%

1,81%

0,45%

0,62%

0,64%

-0,08%

0,75%

0,39%

0,17%

0,93%

0,59%

1,11%

0,94%

0,02%

0,60%

0,67%

-0,04%

0,71%

APR MEI JUN

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 21

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Inflasi bahan makanan menunjukkan nilai terendah dibanding komoditas lainnya dengan pertumbuhan

inflasi tahunan hanya sebesar 3,73% (yoy). Secara triwulanan, inflasi terendah dicapai oleh Komoditas Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,07%-qtq). Di sisi lain, komoditas transportasi, komunikasi dan Jasa Keuangan

mengalami inflasi tertinggi hingga 8,92% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, begitu pula secara triwulan yang

mencapai 3,48% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2015, Komoditas bahan makanan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya, namun secara tahunan cenderung lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan

inflasi cukup tinggi terutama terjadi pada bulan Juni 2015 seiring kenaikan harga komoditas daging dan hasil-hasilnya.

Sementara, pada bulan April dan Mei, komoditas bahan makanan cenderung mengalami deflasi seiring peningkatan

pasokan komoditas ikan segar dan sayur-sayuran yang didukung oleh membaiknya kondisi cuaca.

Apabila dilihat secara tahunan, sub kelompok bahan makanan hanya mengalami inflasi sebesar 3,73% (yoy)

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 (6,47%-yoy), sementara secara triwulan mencapai

0,53% (qtq) meningkat dibanding triwulan I yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Komoditas beras menjadi

salah satu pendorong inflasi yang cukup tinggi dengan kenaikan hingga 18% (yoy). Namun secara triwulan beras

mengalami deflasi sebesar -1,3% (qtq). Penurunan secara triwulanan disebabkan oleh mulai masuknya musim panen

pada triwulan II-2015 selain sudah tingginya posisi harga di triwulan sebelumnya. Selain beras, komoditas lain dari sub

kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mencatat inflasi secara tahunan cukup tinggi adalah beras

jagung sebesar 50% (yoy). Di sisi lain, sub kelompok ikan segar menjadi penahan laju inflasi utama dengan andil deflasi

mencapai -23,68% (yoy) dan secara triwulanan sebesar -15,46% (qtq). Penurunan harga terutama berasal dari

komoditas ikan kembung, ikan selar/tude dan ikan ekor kuning yang disebabkan oleh kenaikan pasokan seiring kondisi

cuaca yang mendukung.

Secara tahunan, komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II 2015 mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, komoditas tersebut mengalami inflasi sebesar

3,48% (qtq). Adanya dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015 dan tingginya tarif angkutan udara

menjadi penyebab peningkatan inflasi di triwulan II. Namun demikian, secara tahunan, inflasi triwulan II sebesar 8,92%

(yoy) sedikit lebih rendah dibanding inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar 9,02% (yoy). Kenaikan subsektor

transportasi yang tidak setinggi tahun sebelumnya menjadi penyebab utama perlambatan inflasi.

2.2.1 Bahan Makanan

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

3.73%

1.11%

-6.00%

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

Padi -padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

Apr Mei Jun

-0.53%

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI22

Sub Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan salah satu komoditas yang memiliki bobot

cukup besar dalam pengeluaran konsumsi di Provinsi NTT. Pada triwulan II 2015, inflasi Sub Kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan tercatat

sebesar 4,90% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I yang sebesar 5,01% (yoy), sementara secara triwulanan

tercatat sebesar 0,07% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan I yang sebesar 0,36% (qtq). Secara bulanan inflasi

komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga tercatat cukup rendah dengan pencapaian deflasi pada

bulan Mei 2015.

Rendahnya inflasi pada subkelompok perumahan, terutama didorong oleh komoditas biaya tempat tinggal

yang mengalami deflasi pada bulan Mei dan Juni. seiring penurunan permintaan perumahan pada triwulan II

2015. Sementara itu, biaya penyelenggaraan rumah tangga menjadi komoditas yang 2 kali mendorong inflasi, yaitu

pada bulan April dan Juni, terutama disebabkan oleh peningkatan upah pembantu rumah tangga.

Secara tahunan, sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pendorong inflasi

terbesar kedua dengan nilai inflasi sebesar 8,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

7,30% (yoy). Secara triwulanan, sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan

sebesar 2,27% (qtq). Dari kelompok ini, komoditas minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi tertinggi dengan

angka 4,53% (qtq). Kenaikan ini didorong oleh harga gula pasir dikarenakan kurangnya pasokan dari Sulawesi Selatan

dan Jawa Timur.

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

8.92%3.48%

0.71%

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Apr May Jun

HilangnyaPengaruh BaseEffect

Sumber : BPS, diolah

-2%

3%

8%

13%

18%

23%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

-7%

-2%

3%

8%

13%

18%

23%qtq

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Apr May Jun

28%

2.2.3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

4.90%

0.07%0.02%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Apr May Jun

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

yoy

qtq

Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Apr May Jun

2.2.4 Komoditas Lainnya

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 23

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Inflasi bahan makanan menunjukkan nilai terendah dibanding komoditas lainnya dengan pertumbuhan

inflasi tahunan hanya sebesar 3,73% (yoy). Secara triwulanan, inflasi terendah dicapai oleh Komoditas Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,07%-qtq). Di sisi lain, komoditas transportasi, komunikasi dan Jasa Keuangan

mengalami inflasi tertinggi hingga 8,92% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, begitu pula secara triwulan yang

mencapai 3,48% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2015, Komoditas bahan makanan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya, namun secara tahunan cenderung lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan

inflasi cukup tinggi terutama terjadi pada bulan Juni 2015 seiring kenaikan harga komoditas daging dan hasil-hasilnya.

Sementara, pada bulan April dan Mei, komoditas bahan makanan cenderung mengalami deflasi seiring peningkatan

pasokan komoditas ikan segar dan sayur-sayuran yang didukung oleh membaiknya kondisi cuaca.

Apabila dilihat secara tahunan, sub kelompok bahan makanan hanya mengalami inflasi sebesar 3,73% (yoy)

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 (6,47%-yoy), sementara secara triwulan mencapai

0,53% (qtq) meningkat dibanding triwulan I yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Komoditas beras menjadi

salah satu pendorong inflasi yang cukup tinggi dengan kenaikan hingga 18% (yoy). Namun secara triwulan beras

mengalami deflasi sebesar -1,3% (qtq). Penurunan secara triwulanan disebabkan oleh mulai masuknya musim panen

pada triwulan II-2015 selain sudah tingginya posisi harga di triwulan sebelumnya. Selain beras, komoditas lain dari sub

kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mencatat inflasi secara tahunan cukup tinggi adalah beras

jagung sebesar 50% (yoy). Di sisi lain, sub kelompok ikan segar menjadi penahan laju inflasi utama dengan andil deflasi

mencapai -23,68% (yoy) dan secara triwulanan sebesar -15,46% (qtq). Penurunan harga terutama berasal dari

komoditas ikan kembung, ikan selar/tude dan ikan ekor kuning yang disebabkan oleh kenaikan pasokan seiring kondisi

cuaca yang mendukung.

Secara tahunan, komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II 2015 mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, komoditas tersebut mengalami inflasi sebesar

3,48% (qtq). Adanya dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015 dan tingginya tarif angkutan udara

menjadi penyebab peningkatan inflasi di triwulan II. Namun demikian, secara tahunan, inflasi triwulan II sebesar 8,92%

(yoy) sedikit lebih rendah dibanding inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar 9,02% (yoy). Kenaikan subsektor

transportasi yang tidak setinggi tahun sebelumnya menjadi penyebab utama perlambatan inflasi.

2.2.1 Bahan Makanan

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

3.73%

1.11%

-6.00%

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

Padi -padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

Apr Mei Jun

-0.53%

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI22

Sub Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan salah satu komoditas yang memiliki bobot

cukup besar dalam pengeluaran konsumsi di Provinsi NTT. Pada triwulan II 2015, inflasi Sub Kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan tercatat

sebesar 4,90% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I yang sebesar 5,01% (yoy), sementara secara triwulanan

tercatat sebesar 0,07% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan I yang sebesar 0,36% (qtq). Secara bulanan inflasi

komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga tercatat cukup rendah dengan pencapaian deflasi pada

bulan Mei 2015.

Rendahnya inflasi pada subkelompok perumahan, terutama didorong oleh komoditas biaya tempat tinggal

yang mengalami deflasi pada bulan Mei dan Juni. seiring penurunan permintaan perumahan pada triwulan II

2015. Sementara itu, biaya penyelenggaraan rumah tangga menjadi komoditas yang 2 kali mendorong inflasi, yaitu

pada bulan April dan Juni, terutama disebabkan oleh peningkatan upah pembantu rumah tangga.

Secara tahunan, sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pendorong inflasi

terbesar kedua dengan nilai inflasi sebesar 8,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

7,30% (yoy). Secara triwulanan, sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan

sebesar 2,27% (qtq). Dari kelompok ini, komoditas minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi tertinggi dengan

angka 4,53% (qtq). Kenaikan ini didorong oleh harga gula pasir dikarenakan kurangnya pasokan dari Sulawesi Selatan

dan Jawa Timur.

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

8.92%3.48%

0.71%

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Apr May Jun

HilangnyaPengaruh BaseEffect

Sumber : BPS, diolah

-2%

3%

8%

13%

18%

23%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

-7%

-2%

3%

8%

13%

18%

23%qtq

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Apr May Jun

28%

2.2.3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

4.90%

0.07%0.02%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

yoy qtq mtm

Apr May Jun

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

yoy

qtq

Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Apr May Jun

2.2.4 Komoditas Lainnya

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 23

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi sub kelompok dengan nilai inflasi tahunan terbesar ketiga

setelah sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Nilai inflasi pada triwulan II 2015 sebesar

7,52% (yoy), lebih besar dibanding capaian triwulan sebelumnya yang sebesar 7,45% (yoy). Secara triwulanan, inflasi

mencapai 0,28% (qtq) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan komoditas rekreasi seiring dengan mulai tibanya

musim lburan sekolah.

Sementara itu, inflasi subkelompok sandang dan kesehatan menunjukkan kenaikan baik secara triwulanan

maupun tahunan . Kenaikan inflasi dari subkelompok Sandang disebabkan oleh Sandang Anak-Anak. seiring tibanya

musim liburan sekolah. Sementara itu kenaikan Subkelompok Kesehatan didorong oleh komoditas Perawatan Jasmani

dan Kosmetika.

Apabila dilihat berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada bulan Juni disebabkan

oleh kenaikan inflasi administered prices dan trend kenaikan inflasi volatile food. Sementara, inflasi inti (core)

tercatat masih cukup stabil. Berdasarkan sumbangan inflasi, sumbangan inflasi komoditas inti masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar disusul oleh komoditas administered prices, dan komoditas volatile food.

Secara bulanan, inflasi volatile food mengalami penurunan pada bulan April namun cenderung meningkat pada bulan

Mei dan Juni karena adanya gangguan pasokan dan penyesuaian harga beberapa komoditas. Inflasi inti masih

cenderung melandai hingga bulan Juni. Inflasi administered prices mengalami peningkatan pada bulan April akibat

adanya penyesuaian harga BBM, namun sedikit menurun pada bulan Mei dan Juni.

Inflasi komoditas volatile food pada triwulan II mengalami peningkatan dibanding triwulan I 2015. Secara

tahunan, inflasi volatile food mencapai 3,59% (yoy) relatif lebih tinggi dibanding inflasi tahunan pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,24% (yoy). Inflasi volatile food sempat mengalami penurunan pada bulan April dikarenakan

adanya penurunan harga pada komoditas ikan segar yang disebabkan oleh peningkatan pasokan. Namun demikian,

kelompok volatile food menunjukkan kecenderungan kenaikan inflasi pada bulan Mei dan Juni. Kenaikan inflasi

disebabkan oleh penyesuaian harga komoditas bawang merah dan kenaikan harga komoditas ayam (daging ayam ras

dan telur ayam ras). Kurangnya pasokan komoditas kangkung juga turut mendorong kenaikan inflasi pada kelompok

volatile food.

2.3 Disagregasi Inflasi

Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014 2015

%,yoyVolatile Foods Adm Price CoreInflasi (yoy) Inflasi Inti Inflasi VolatileInflasi Adm Price

4 5 6

Sumber : BPS, diolah

-4.50

-2.50

-0.50

1.50

3.50

5.50

7.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sum Adm PriceSum Vol Foodsum core

Inflasi (mtm)Inf coreInf vol FoodInf Adm Price

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

4 5 6

2.3.1 Kelompok Volatile Food

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI24

Kenaikan inflasi administered prices terutama bensin terjadi pada bulan April seiring dengan adanya

peningkatan harga BBM di akhir bulan Maret, sementara komoditas angkutan udara menjadi faktor

pendorong lainnya. Kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan tiket pesawat

yang mendorong maskapai untuk memberlakukan kenaikan harga pada rentang April s.d. Juni 2015. Adanya masa

libur sekolah dan libur panjang (long weekend) perayaan hari besar keagamaan serta hari buruh menjadi penyebab

naiknya permintaan. Sementara, kenaikan harga BBM kembali menjadi penyebab utama inflasi pada bulan April. Secara

tahunan, inflasi administered prices masih sebesar 11,37% (yoy) sedikit meningkat dibanding inflasi tahunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 11,25% (yoy).

Inflasi kelompok inti pada triwulan II 2015 sebesar 5,08% (yoy),sedikit meningkat dibanding inflasi tahunan

di triwulan I yang sebesar 4,59% (yoy). Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga pada

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga, bahan bakar, penerangan dan air. Kenaikan Upah Pembantu Rumah

Tangga diperkirakan menjadi salah satu penyebab utama pada subkelompok penyelenggaraan rumah tangga di bulan

April dan Juni.

Pola Inflasi Kota Kupang pada triwulan II 2015 searah dengan inflasi Provinsi NTT. Secara tahunan, inflasi Kota

Kupang sebesar 6,57%, lebih besar dibanding inflasi tahunan Provinsi NTT yang sebesar 6,01% (yoy). Secara

triwulanan, inflasi Kota Kupang sedikit lebih tinggi dibandingkan Provinsi NTT yaitu sebesar 1,36% (qtq) dibandingkan

Provinsi NTT yang sebesar 1,25% (qtq). Secara bulanan, inflasi kota Kupang mengalami penurunan di bulan April

sebesar 0,18% (mtm), kemudian mengalami trend kenaikan pada bulan Februari sebesar 0,50% (mtm) dan 0,67%

(mtm) di bulan Juni 2015.

Inflasi subkelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, subkelompok makanan jadi, minuman

dan tembakau, serta subkelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi pendorong utama inflasi di

Kota Kupang. Inflasi tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga BBM, kenaikan tarif angkutan udara, kenaikan

harga minuman tidak beralkohol, termasuk gula pasir dan peningkatan biaya pendidikan seiring pengeluaran kursus

menjelang ujian. Di sisi lain, pasokan ikan segar yang cukup berlimpah serta meningkatnya pasokan beras dan cabe

rawit paska panen menjadi penahan laju inflasi utama kota Kupang pada triwulan II 2015.

2.3.2 Kelompok Administered Prices

2.3.3 Kelompok Inti (core)

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Kupang

6.57%

6.01%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Kupang NTT

Grafik 2.13. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.14. Inflasi Bulanan Kota Kupang

1.36%1.25%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II

Kupang NTT

II

4 5 6

0.62%0.61%

-1.36%

-1.28%

0.67%

0.59%

Kupang NTTKupang NTT

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 25

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi sub kelompok dengan nilai inflasi tahunan terbesar ketiga

setelah sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Nilai inflasi pada triwulan II 2015 sebesar

7,52% (yoy), lebih besar dibanding capaian triwulan sebelumnya yang sebesar 7,45% (yoy). Secara triwulanan, inflasi

mencapai 0,28% (qtq) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan komoditas rekreasi seiring dengan mulai tibanya

musim lburan sekolah.

Sementara itu, inflasi subkelompok sandang dan kesehatan menunjukkan kenaikan baik secara triwulanan

maupun tahunan . Kenaikan inflasi dari subkelompok Sandang disebabkan oleh Sandang Anak-Anak. seiring tibanya

musim liburan sekolah. Sementara itu kenaikan Subkelompok Kesehatan didorong oleh komoditas Perawatan Jasmani

dan Kosmetika.

Apabila dilihat berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada bulan Juni disebabkan

oleh kenaikan inflasi administered prices dan trend kenaikan inflasi volatile food. Sementara, inflasi inti (core)

tercatat masih cukup stabil. Berdasarkan sumbangan inflasi, sumbangan inflasi komoditas inti masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar disusul oleh komoditas administered prices, dan komoditas volatile food.

Secara bulanan, inflasi volatile food mengalami penurunan pada bulan April namun cenderung meningkat pada bulan

Mei dan Juni karena adanya gangguan pasokan dan penyesuaian harga beberapa komoditas. Inflasi inti masih

cenderung melandai hingga bulan Juni. Inflasi administered prices mengalami peningkatan pada bulan April akibat

adanya penyesuaian harga BBM, namun sedikit menurun pada bulan Mei dan Juni.

Inflasi komoditas volatile food pada triwulan II mengalami peningkatan dibanding triwulan I 2015. Secara

tahunan, inflasi volatile food mencapai 3,59% (yoy) relatif lebih tinggi dibanding inflasi tahunan pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,24% (yoy). Inflasi volatile food sempat mengalami penurunan pada bulan April dikarenakan

adanya penurunan harga pada komoditas ikan segar yang disebabkan oleh peningkatan pasokan. Namun demikian,

kelompok volatile food menunjukkan kecenderungan kenaikan inflasi pada bulan Mei dan Juni. Kenaikan inflasi

disebabkan oleh penyesuaian harga komoditas bawang merah dan kenaikan harga komoditas ayam (daging ayam ras

dan telur ayam ras). Kurangnya pasokan komoditas kangkung juga turut mendorong kenaikan inflasi pada kelompok

volatile food.

2.3 Disagregasi Inflasi

Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014 2015

%,yoyVolatile Foods Adm Price CoreInflasi (yoy) Inflasi Inti Inflasi VolatileInflasi Adm Price

4 5 6

Sumber : BPS, diolah

-4.50

-2.50

-0.50

1.50

3.50

5.50

7.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sum Adm PriceSum Vol Foodsum core

Inflasi (mtm)Inf coreInf vol FoodInf Adm Price

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

4 5 6

2.3.1 Kelompok Volatile Food

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI24

Kenaikan inflasi administered prices terutama bensin terjadi pada bulan April seiring dengan adanya

peningkatan harga BBM di akhir bulan Maret, sementara komoditas angkutan udara menjadi faktor

pendorong lainnya. Kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan tiket pesawat

yang mendorong maskapai untuk memberlakukan kenaikan harga pada rentang April s.d. Juni 2015. Adanya masa

libur sekolah dan libur panjang (long weekend) perayaan hari besar keagamaan serta hari buruh menjadi penyebab

naiknya permintaan. Sementara, kenaikan harga BBM kembali menjadi penyebab utama inflasi pada bulan April. Secara

tahunan, inflasi administered prices masih sebesar 11,37% (yoy) sedikit meningkat dibanding inflasi tahunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 11,25% (yoy).

Inflasi kelompok inti pada triwulan II 2015 sebesar 5,08% (yoy),sedikit meningkat dibanding inflasi tahunan

di triwulan I yang sebesar 4,59% (yoy). Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga pada

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga, bahan bakar, penerangan dan air. Kenaikan Upah Pembantu Rumah

Tangga diperkirakan menjadi salah satu penyebab utama pada subkelompok penyelenggaraan rumah tangga di bulan

April dan Juni.

Pola Inflasi Kota Kupang pada triwulan II 2015 searah dengan inflasi Provinsi NTT. Secara tahunan, inflasi Kota

Kupang sebesar 6,57%, lebih besar dibanding inflasi tahunan Provinsi NTT yang sebesar 6,01% (yoy). Secara

triwulanan, inflasi Kota Kupang sedikit lebih tinggi dibandingkan Provinsi NTT yaitu sebesar 1,36% (qtq) dibandingkan

Provinsi NTT yang sebesar 1,25% (qtq). Secara bulanan, inflasi kota Kupang mengalami penurunan di bulan April

sebesar 0,18% (mtm), kemudian mengalami trend kenaikan pada bulan Februari sebesar 0,50% (mtm) dan 0,67%

(mtm) di bulan Juni 2015.

Inflasi subkelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, subkelompok makanan jadi, minuman

dan tembakau, serta subkelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi pendorong utama inflasi di

Kota Kupang. Inflasi tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga BBM, kenaikan tarif angkutan udara, kenaikan

harga minuman tidak beralkohol, termasuk gula pasir dan peningkatan biaya pendidikan seiring pengeluaran kursus

menjelang ujian. Di sisi lain, pasokan ikan segar yang cukup berlimpah serta meningkatnya pasokan beras dan cabe

rawit paska panen menjadi penahan laju inflasi utama kota Kupang pada triwulan II 2015.

2.3.2 Kelompok Administered Prices

2.3.3 Kelompok Inti (core)

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Kupang

6.57%

6.01%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Kupang NTT

Grafik 2.13. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.14. Inflasi Bulanan Kota Kupang

1.36%1.25%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II

Kupang NTT

II

4 5 6

0.62%0.61%

-1.36%

-1.28%

0.67%

0.59%

Kupang NTTKupang NTT

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 25

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

119,7

111,6

124,9

120,5

116,3

109,3

117,4

131,7

120,3

112,5

125,7

120,4

117,2

109,7

117,6

133,0

JUN

121,1

113,9

127,0

120,5

117,9

110,4

117,5

134,0

YOY

6,57%

5,27%

8,49%

5,15%

6,02%

5,59%

7,18%

8,98%

MTM

QTQ

1,36%

0,64%

2,48%

0,07%

2,02%

1,19%

0,27%

3,58%

0,18%

-1,40%

0,78%

0,10%

0,61%

0,17%

0,16%

1,79%

0,50%

0,77%

0,64%

-0,07%

0,75%

0,39%

0,17%

0,99%

0,67%

1,29%

1,03%

0,05%

0,66%

0,62%

-0,06%

0,76%

APR MEI JUN

2.4.2 Inflasi Kota MaumereInflasi Kota Maumere kembali menunjukkan penurunan pada triwulan II 2015 yang hanya sebesar 2,24%

(yoy) dibanding tahun sebelumnya, jauh lebih rendah dibanding inflasi Provinsi NTT yang sebesar 6,01%

(yoy). Secara tahunan, pencapaian inflasi pada triwulan-II 2015 di Kota Maumere didorong oleh komoditas Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau yang mencatat inflasi sebesar 10,65% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun apabila dilihat secara triwulanan, inflasi tertinggi disebabkan oleh sub kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga yang mencatat inflasi sebesar 4,82% (qtq). Sementara itu, inflasi subkelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan tercatat sebesar 8,48% (yoy) dan 1,83% (qtq) lebih rendah dibanding Kota Kupang yang sebesar 8,98%

(yoy) dan 3,58% (qtq).

Di sisi lain, relatif rendahnya pencapaian inflasi di Kota Mamumere juga didorong oleh pencapaian deflasi

komoditas bahan makanan. Secara tahunan deflasi bahan makanan mencapai -6,35% (yoy), sementara secara

triwulanan mencapai 0,33% (qtq) lebih rendah dibandingkan provinsi NTT yang mencatat inflasi 0,53% (qtq).

Berdasarkan data bulanan, inflasi tertinggi di kota Maumere terjadi pada bulan April sebesar 0,43% (mtm), kemudian

menurun pada bulan Mei yang sebesar 0,06%(mtm) dan kembali menurun pada bulan Juni yang sebesar 0,05% (mtm).

Dilihat dari sumbangan inflasi setiap bulan pada triwulan II 2015, Inflasi di kota Maumere terutama

disebabkan oleh komoditas Ayam Hidup yang selalu menjadi pendorong utama inflasi pada bulan April, Mei

dan Juni. Andil tertinggi inflasi komoditas Ayam Hidup berada pada bulan April sebesar 0,46% (mtm) lebih tinggi dari

inflasi Kota Maumere yang sebesar 0,43% (mtm). Tingginya angka inflasi tersebut diperkirakan terjadi karena adanya

keterbatasan pasokan ayam seiring adanya SK Gubernur yang hanya menetapkan dua perusahaan pemasok bibit ayam

ke NTT. Perusahaan tersebut hanya mampu mengirimkan bibit ayam hingga ke kota Kupang dan tidak sampai wilayah

Flores. komoditas penyumbang inflasi lainnya adalah komoditas sate, mie dan kue kering.

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.15. Inflasi Tahunan Kota Maumere Grafik 2.16. Inflasi Triwulanan Kota Maumere Grafik 2.17. Inflasi Bulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015II III IV I II III IV I IIIII IV I

2012 2013 2014 2015

2.24%

6.01%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Maumere NTT -2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Maumere NTT

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Maumere NTT

II

4 5 6

0.51%0.61%

0.59%

0.05%

0.54%

1.25%

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI26

Di sisi lain, inflasi yang terjadi dapat ditahan oleh pencapaian deflasi pada komoditas bahan makanan di

Kota Maumere, yang terutama disumbangkan oleh komoditas ikan segar dengan pencapaian deflasi mencapai

-42% (yoy) dan -11,65% (qtq) pada triwulan II 2015. Peningkatan pasokan ikan disebabkan oleh cuaca yang membaik .

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

113,3

101,7

131,9

112,8

107,9

107,9

132,2

117,7

113,4

101,3

132,7

112,7

108,7

108,2

132,5

118,2

JUN

113,4

101,0

133,2

112,5

108,9

109,3

132,6

118,5

YOY

2,24%

-6,35%

10,65%

3,15%

1,65%

2,42%

9,55%

8,48%

MTM

QTQ

0,54%

-0,33%

0,99%

0,02%

0,97%

1,40%

0,29%

2,76%

0,43%

0,37%

-0,04%

0,29%

0,02%

0,06%

0,01%

2,02%

0,06%

-0,47%

0,65%

-0,12%

0,75%

0,33%

0,19%

0,42%

0,05%

-0,23%

0,38%

-0,15%

0,20%

1,00%

0,10%

0,30%

APR MEI JUN

Sepanjang triwulan II 2015, telah dilakukan 6 kali kegiatan koordinasi maupun langkah pengendalian inflasi

di Provinsi NTT. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, telah dilakukan koordinasi dalam lingkup Nasional, Provinsi

maupun Kota Kupang. Pada lingkup Nasional, TPID Provinsi NTT menghadiri Kegiatan Kelompok Kerja Nasional

(Pokjanas TPID) tanggal 27 Mei 2015 di Jakarta. Pada kegiatan tersebut, TPID Provinsi NTT memperoleh penghargaan

TPID terbaik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) atas pencapaian dan program-program kerja terkait pengendalian inflasi

di Tahun 2014. Sementara dalam lingkup Provinsi, TPID telah melakukan 1 kali Rapat Teknis dan 1 kali rapat Tim Kecil

dalam rangka persiapan Pokjanas dan pembahasan RoadMap TPID Provinsi NTT. Selain itu, telah pula dilaksanakan 1 kali

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) yang dihadiri oleh 18 Kab/Kota pada tanggal 22 Mei 2015. Dalam rangka menyusun

program dan strategi pengendalian harga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H, telah dilakukan pula 1 kali rapat teknis

pada tanggal 5 Juni 2015 dan dilanjutkan dengan Rapat High Level Meeting (HLM) tanggal 22 Juni 2015 yang dipimpin

langsung oleh Gubernur NTT, serta menghasilkan 6 langkah pengendalian inflasi, yaitu: 1) Menjaga Ketersediaan

Barang dan Mempercepat Distribusi Barang, 2) Mengendalikan Tarif Angkutan, 3) Menyediakan Informasi Produksi,

Pasokan (Stok) dan Harga Barang Pokok, 4) Mengefektifkan TPID untuk Memantau Pasokan, Distribusi dan Harga, 5)

Pengelolaan Ekspektasi Masyarakat, serta 6) Membentuk Pos Pengaduan yang Menampung Keluhan Terkait Bahan

Pokok dan Ketersediaan BBM (Call Center). Selain itu, BULOG juga terus melakukan kegiatan operasi pasar dan

penyaluran raskin di Provinsi NTT.

2.5 Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 27

Gambar 2.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Hingga Semester I 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

119,7

111,6

124,9

120,5

116,3

109,3

117,4

131,7

120,3

112,5

125,7

120,4

117,2

109,7

117,6

133,0

JUN

121,1

113,9

127,0

120,5

117,9

110,4

117,5

134,0

YOY

6,57%

5,27%

8,49%

5,15%

6,02%

5,59%

7,18%

8,98%

MTM

QTQ

1,36%

0,64%

2,48%

0,07%

2,02%

1,19%

0,27%

3,58%

0,18%

-1,40%

0,78%

0,10%

0,61%

0,17%

0,16%

1,79%

0,50%

0,77%

0,64%

-0,07%

0,75%

0,39%

0,17%

0,99%

0,67%

1,29%

1,03%

0,05%

0,66%

0,62%

-0,06%

0,76%

APR MEI JUN

2.4.2 Inflasi Kota MaumereInflasi Kota Maumere kembali menunjukkan penurunan pada triwulan II 2015 yang hanya sebesar 2,24%

(yoy) dibanding tahun sebelumnya, jauh lebih rendah dibanding inflasi Provinsi NTT yang sebesar 6,01%

(yoy). Secara tahunan, pencapaian inflasi pada triwulan-II 2015 di Kota Maumere didorong oleh komoditas Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau yang mencatat inflasi sebesar 10,65% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun apabila dilihat secara triwulanan, inflasi tertinggi disebabkan oleh sub kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga yang mencatat inflasi sebesar 4,82% (qtq). Sementara itu, inflasi subkelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan tercatat sebesar 8,48% (yoy) dan 1,83% (qtq) lebih rendah dibanding Kota Kupang yang sebesar 8,98%

(yoy) dan 3,58% (qtq).

Di sisi lain, relatif rendahnya pencapaian inflasi di Kota Mamumere juga didorong oleh pencapaian deflasi

komoditas bahan makanan. Secara tahunan deflasi bahan makanan mencapai -6,35% (yoy), sementara secara

triwulanan mencapai 0,33% (qtq) lebih rendah dibandingkan provinsi NTT yang mencatat inflasi 0,53% (qtq).

Berdasarkan data bulanan, inflasi tertinggi di kota Maumere terjadi pada bulan April sebesar 0,43% (mtm), kemudian

menurun pada bulan Mei yang sebesar 0,06%(mtm) dan kembali menurun pada bulan Juni yang sebesar 0,05% (mtm).

Dilihat dari sumbangan inflasi setiap bulan pada triwulan II 2015, Inflasi di kota Maumere terutama

disebabkan oleh komoditas Ayam Hidup yang selalu menjadi pendorong utama inflasi pada bulan April, Mei

dan Juni. Andil tertinggi inflasi komoditas Ayam Hidup berada pada bulan April sebesar 0,46% (mtm) lebih tinggi dari

inflasi Kota Maumere yang sebesar 0,43% (mtm). Tingginya angka inflasi tersebut diperkirakan terjadi karena adanya

keterbatasan pasokan ayam seiring adanya SK Gubernur yang hanya menetapkan dua perusahaan pemasok bibit ayam

ke NTT. Perusahaan tersebut hanya mampu mengirimkan bibit ayam hingga ke kota Kupang dan tidak sampai wilayah

Flores. komoditas penyumbang inflasi lainnya adalah komoditas sate, mie dan kue kering.

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.15. Inflasi Tahunan Kota Maumere Grafik 2.16. Inflasi Triwulanan Kota Maumere Grafik 2.17. Inflasi Bulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015II III IV I II III IV I IIIII IV I

2012 2013 2014 2015

2.24%

6.01%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Maumere NTT -2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Maumere NTT

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Maumere NTT

II

4 5 6

0.51%0.61%

0.59%

0.05%

0.54%

1.25%

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI26

Di sisi lain, inflasi yang terjadi dapat ditahan oleh pencapaian deflasi pada komoditas bahan makanan di

Kota Maumere, yang terutama disumbangkan oleh komoditas ikan segar dengan pencapaian deflasi mencapai

-42% (yoy) dan -11,65% (qtq) pada triwulan II 2015. Peningkatan pasokan ikan disebabkan oleh cuaca yang membaik .

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

APR MEI

INFLASI UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

113,3

101,7

131,9

112,8

107,9

107,9

132,2

117,7

113,4

101,3

132,7

112,7

108,7

108,2

132,5

118,2

JUN

113,4

101,0

133,2

112,5

108,9

109,3

132,6

118,5

YOY

2,24%

-6,35%

10,65%

3,15%

1,65%

2,42%

9,55%

8,48%

MTM

QTQ

0,54%

-0,33%

0,99%

0,02%

0,97%

1,40%

0,29%

2,76%

0,43%

0,37%

-0,04%

0,29%

0,02%

0,06%

0,01%

2,02%

0,06%

-0,47%

0,65%

-0,12%

0,75%

0,33%

0,19%

0,42%

0,05%

-0,23%

0,38%

-0,15%

0,20%

1,00%

0,10%

0,30%

APR MEI JUN

Sepanjang triwulan II 2015, telah dilakukan 6 kali kegiatan koordinasi maupun langkah pengendalian inflasi

di Provinsi NTT. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, telah dilakukan koordinasi dalam lingkup Nasional, Provinsi

maupun Kota Kupang. Pada lingkup Nasional, TPID Provinsi NTT menghadiri Kegiatan Kelompok Kerja Nasional

(Pokjanas TPID) tanggal 27 Mei 2015 di Jakarta. Pada kegiatan tersebut, TPID Provinsi NTT memperoleh penghargaan

TPID terbaik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) atas pencapaian dan program-program kerja terkait pengendalian inflasi

di Tahun 2014. Sementara dalam lingkup Provinsi, TPID telah melakukan 1 kali Rapat Teknis dan 1 kali rapat Tim Kecil

dalam rangka persiapan Pokjanas dan pembahasan RoadMap TPID Provinsi NTT. Selain itu, telah pula dilaksanakan 1 kali

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) yang dihadiri oleh 18 Kab/Kota pada tanggal 22 Mei 2015. Dalam rangka menyusun

program dan strategi pengendalian harga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H, telah dilakukan pula 1 kali rapat teknis

pada tanggal 5 Juni 2015 dan dilanjutkan dengan Rapat High Level Meeting (HLM) tanggal 22 Juni 2015 yang dipimpin

langsung oleh Gubernur NTT, serta menghasilkan 6 langkah pengendalian inflasi, yaitu: 1) Menjaga Ketersediaan

Barang dan Mempercepat Distribusi Barang, 2) Mengendalikan Tarif Angkutan, 3) Menyediakan Informasi Produksi,

Pasokan (Stok) dan Harga Barang Pokok, 4) Mengefektifkan TPID untuk Memantau Pasokan, Distribusi dan Harga, 5)

Pengelolaan Ekspektasi Masyarakat, serta 6) Membentuk Pos Pengaduan yang Menampung Keluhan Terkait Bahan

Pokok dan Ketersediaan BBM (Call Center). Selain itu, BULOG juga terus melakukan kegiatan operasi pasar dan

penyaluran raskin di Provinsi NTT.

2.5 Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

PERKEMBANGAN INFLASI - BAB II 27

Gambar 2.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Hingga Semester I 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Berdasarkan perkembangan pembentukan TPID di Provinsi NTT, hingga triwulan II 2015, sudah terbentuk 19

TPID di Provinsi NTT dengan rincian 1 TPID Provinsi NTT, 1 TPID Kota Kupang dan 17 TPID Kabupaten di NTT. Di tahun

2015, terdapat tambahan 6 TPID baru yaitu pembentukan TPID Kabupaten Sumba Barat Daya, TPID Kabupaten Flores

Timur, TPID Kabupaten Timor Tengah Utara, Kaabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Lembata.

Sementara 4 Kabupaten yang belum membentuk TPID antara lain kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah

Selatan, Kabupaten Malaka dan Kabupaten Ngada. Keempat kabupaten tersebut akan menjadi fokus dalam

pengembangan kelembagaan TPID ke depan.

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI28

BAB III PERKEMBANGANPERBANKANDAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Berdasarkan perkembangan pembentukan TPID di Provinsi NTT, hingga triwulan II 2015, sudah terbentuk 19

TPID di Provinsi NTT dengan rincian 1 TPID Provinsi NTT, 1 TPID Kota Kupang dan 17 TPID Kabupaten di NTT. Di tahun

2015, terdapat tambahan 6 TPID baru yaitu pembentukan TPID Kabupaten Sumba Barat Daya, TPID Kabupaten Flores

Timur, TPID Kabupaten Timor Tengah Utara, Kaabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Lembata.

Sementara 4 Kabupaten yang belum membentuk TPID antara lain kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah

Selatan, Kabupaten Malaka dan Kabupaten Ngada. Keempat kabupaten tersebut akan menjadi fokus dalam

pengembangan kelembagaan TPID ke depan.

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI28

BAB III PERKEMBANGANPERBANKANDAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

3.1 KONDISI UMUMPerkembangan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 baik Bank Umum maupun Bank

Perkreditan Rakyat mengalami perlambatan, namun demikian masih di atas kinerja perbankan Nasional.

Perlambatan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan. Aset perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan II

2015 tercatat sebesar Rp. 33,23 triliun tumbuh sebesar 24,20% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 28,13% (yoy). Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Triwulan II 2015 tercatat sebesar

Rp. 22,10 triliun mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 15,99% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015

yang mencapai 16,05% (yoy). Seiring perlambatan Aset dan DPK Perbankan, penyaluran Kredit di Provinsi NTT juga

sedikit melambat. Penyaluran kredit oleh perbankan sampai dengan triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 18,55 triliun

atau 14,20% (yoy) sedikit lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 14,44% (yoy).

Selain itu, rasio kredit macet/Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT sedikit meningkat,

dari 1,70% pada Triwulan I 2015 menjadi 2,09% di Triwulan II 2015. Namun demikian, angka tersebut masih

berada pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan II 2015 sebesar 83,94% lebih rendah dari Triwulan I 2015

yang mencapai 87,30%.

Kinerja perbankan masih mengalami pertumbuhan namun cenderung melambat. Di sisi lain,

sistem pembayaran mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan adanya

peningkatan daya beli masyarakat dan realisasi proyek pemerintah.

Indikator kinerja perbankan mengalami perlambatan secara year-on-year (yoy), namun

demikian perkembangan triwulanan (qtq) masih mengalami peningkatan dan berada di atas

pertumbuhan Nasional.

Sementara itu, Sistem Pembayaran mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Aset (miliar) Kredit (miliar) DPK (miliar) y-o-y aset y-o-y kredit y-o-y DPK

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%40.000

30.000

20.000

10.000

- IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

IV I II III IV2013

I II III IV20142012

I2015

2,0%

2,5%

II

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 31

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

3.1 KONDISI UMUMPerkembangan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 baik Bank Umum maupun Bank

Perkreditan Rakyat mengalami perlambatan, namun demikian masih di atas kinerja perbankan Nasional.

Perlambatan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan. Aset perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan II

2015 tercatat sebesar Rp. 33,23 triliun tumbuh sebesar 24,20% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 28,13% (yoy). Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Triwulan II 2015 tercatat sebesar

Rp. 22,10 triliun mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 15,99% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015

yang mencapai 16,05% (yoy). Seiring perlambatan Aset dan DPK Perbankan, penyaluran Kredit di Provinsi NTT juga

sedikit melambat. Penyaluran kredit oleh perbankan sampai dengan triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 18,55 triliun

atau 14,20% (yoy) sedikit lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 14,44% (yoy).

Selain itu, rasio kredit macet/Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT sedikit meningkat,

dari 1,70% pada Triwulan I 2015 menjadi 2,09% di Triwulan II 2015. Namun demikian, angka tersebut masih

berada pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan II 2015 sebesar 83,94% lebih rendah dari Triwulan I 2015

yang mencapai 87,30%.

Kinerja perbankan masih mengalami pertumbuhan namun cenderung melambat. Di sisi lain,

sistem pembayaran mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan adanya

peningkatan daya beli masyarakat dan realisasi proyek pemerintah.

Indikator kinerja perbankan mengalami perlambatan secara year-on-year (yoy), namun

demikian perkembangan triwulanan (qtq) masih mengalami peningkatan dan berada di atas

pertumbuhan Nasional.

Sementara itu, Sistem Pembayaran mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Aset (miliar) Kredit (miliar) DPK (miliar) y-o-y aset y-o-y kredit y-o-y DPK

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%40.000

30.000

20.000

10.000

- IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

IV I II III IV2013

I II III IV20142012

I2015

2,0%

2,5%

II

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 31

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 meningkat

signifikan, baik tunai maupun non tunai. Pada Triwulan II 2015 uang yang masuk (cashinflow) pada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT tercatat sebesar Rp. 492,09 miliar atau sebesar -33,34% (yoy) lebih rendah dari

Triwulan I 2015 yang mencapai 31,50% (yoy). Sementara itu, uang yang beredar dimasyarakat (cash outflow)

mengalami kenaikandari 10,37% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 13,48% (yoy) pada Triwulan II 2015, atau dengan

nominal mencapai Rp. 926,21 miliar. Outflow yang lebih besar dari Inflow menyebabkan Nett Outflow sebesar Rp.

434,12 miliar atau meningkat 456,88% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mengalami pertumbuhan

Nett Inflow sebesar 37,99% (yoy), artinya pada Triwulan II 2015 uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dari

uang yang dihimpun oleh perbankan atau disetor pada Bank Indonesia (Nett Outflow). Hal ini karena adanya

peningkatan kebutuhan uang tunai di masyarakat, pembayaran termin proyek-proyek pemerintah dan realisasi belanja

konsumsi pemerintah.

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada

Triwulan II 2015 mencapai 22 lembar, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 27 lembar. Temuan uang palsu tersebut disebabkan karena semakin membaiknya tingkat kepatuhan

perbankan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya kepada Bank

Indonesia, serta pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu oleh kepolisian.

Pada Triwulan II 2015 transaksi non tunai rata-rata mengalami peningkatan. Transaksi Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi volume maupun nominal pada triwulan ini sedikit melambat, namun demikian masih

berada di atas pertumbuhan Nasional. Secara nominal, SKNBI tumbuh sebesar 9,77% (yoy) dibanding 17,93% (yoy)

pada Triwulan I 2015. Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan II 2015 secara umum menunjukkan peningkatan

yang signifikan, peningkatan ini tercermin dari tingginya pertumbuhan transaksi yang masuk ke NTT daripada yang

keluar dari NTT. Tingginya peningkatan tersebut menyebabkan Nett-To-NTT sebesar Rp. 3,71 triliun atau tumbuh

sebesar 149,16% (yoy) pada Triwulan II 2015, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 197,21% (yoy). Walaupun demikian pertumbuhan tersebut juga masih berada di atas pertumbuhan

Nasional. Aliran dana yang masuk ke NTT (Nett To NTT ) pada Triwulan II 2015, diperkirakan adalah transfer dana

pemerintah sebagai persiapan pembayaran gaji ke-13 serta peningkatan aktivitas konsumsi dan investasi masyarakat.

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

Volume Kliring Nominal Kriling Volume Cek/BG Kosong Nominal Cek/BG Kosong

500.00%

400.00%

300.00%

200.00%

100.00%

0.00%

II

5,00%

40.00%

35.00%

-100.00%

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 32

Kinerja Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 sedikit melambat. Walaupun demikian,

berdasarkan pertumbuhan semesteran dan triwulanan masih menunjukkan peningkatan. Total Aset pada

Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 14,17% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 28,14% (yoy), Dana

Pihak Ketiga pada Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 15,82% (yoy) sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan

Triwulan I 2015 yang mencapai 15,93% (yoy), dan total kredit triwulan ini juga mengalami pertumbuhan yang sedikit

melambat yaitu 14,11% (yoy) dari Triwulan I 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Angka rasio likuiditas perbankan Loan

to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi NTT dari sebesar 87,01% pada Triwulan I 2015, turun menjadi 83,61%

pada Triwulan II 2015. Sementara itu, rasio kredit macet (NPL) pada Triwulan II 2015 mencapai 2,02% lebih tinggi

dibandingkan Triwulan I 2015 yang hanya sebesar 1,63%. Meningkatnya angka NPL ini didorong oleh tingginya NPL

pada jenis penggunaan Kredit Investasi. Namun, apabila dilihat dari sisi penyaluran kredit, meningkatnya NPL

disebabkan oleh tingginya NPL pada sektor konstruksi, sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan serta

sektor perdagangan besar dan eceran.

Sampai dengan Triwulan II 2015 perkembangan Aset Bank Umum di NTT masih relatif baik. Pertumbuhan aset

Bank Umum secara Nasional mengalami perlambatan, demikian juga di alami oleh Provinsi NTT yang tumbuh melambat

pada Triwulan II 2015. Namun demikian pertumbuhannya masih berada di atas Nasional. Total aset Bank Umum di

Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 mencapai Rp. 32,78 triliun atau tumbuh sebesar 24,17% (yoy) lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 28,14% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank penyumbang terbesar Aset pada Triwulan II 2015 adalah Bank Swasta Nasional dengan

porsi sebesar 54,63%, kemudian diikuti oleh Bank Pemerintah yang mendapat porsi sebesar 45,37%.

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

3.2 Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1 Aset dan Aktiva Produktif

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 33

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 meningkat

signifikan, baik tunai maupun non tunai. Pada Triwulan II 2015 uang yang masuk (cashinflow) pada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT tercatat sebesar Rp. 492,09 miliar atau sebesar -33,34% (yoy) lebih rendah dari

Triwulan I 2015 yang mencapai 31,50% (yoy). Sementara itu, uang yang beredar dimasyarakat (cash outflow)

mengalami kenaikandari 10,37% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 13,48% (yoy) pada Triwulan II 2015, atau dengan

nominal mencapai Rp. 926,21 miliar. Outflow yang lebih besar dari Inflow menyebabkan Nett Outflow sebesar Rp.

434,12 miliar atau meningkat 456,88% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mengalami pertumbuhan

Nett Inflow sebesar 37,99% (yoy), artinya pada Triwulan II 2015 uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dari

uang yang dihimpun oleh perbankan atau disetor pada Bank Indonesia (Nett Outflow). Hal ini karena adanya

peningkatan kebutuhan uang tunai di masyarakat, pembayaran termin proyek-proyek pemerintah dan realisasi belanja

konsumsi pemerintah.

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada

Triwulan II 2015 mencapai 22 lembar, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 27 lembar. Temuan uang palsu tersebut disebabkan karena semakin membaiknya tingkat kepatuhan

perbankan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya kepada Bank

Indonesia, serta pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu oleh kepolisian.

Pada Triwulan II 2015 transaksi non tunai rata-rata mengalami peningkatan. Transaksi Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi volume maupun nominal pada triwulan ini sedikit melambat, namun demikian masih

berada di atas pertumbuhan Nasional. Secara nominal, SKNBI tumbuh sebesar 9,77% (yoy) dibanding 17,93% (yoy)

pada Triwulan I 2015. Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan II 2015 secara umum menunjukkan peningkatan

yang signifikan, peningkatan ini tercermin dari tingginya pertumbuhan transaksi yang masuk ke NTT daripada yang

keluar dari NTT. Tingginya peningkatan tersebut menyebabkan Nett-To-NTT sebesar Rp. 3,71 triliun atau tumbuh

sebesar 149,16% (yoy) pada Triwulan II 2015, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 197,21% (yoy). Walaupun demikian pertumbuhan tersebut juga masih berada di atas pertumbuhan

Nasional. Aliran dana yang masuk ke NTT (Nett To NTT ) pada Triwulan II 2015, diperkirakan adalah transfer dana

pemerintah sebagai persiapan pembayaran gaji ke-13 serta peningkatan aktivitas konsumsi dan investasi masyarakat.

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

Volume Kliring Nominal Kriling Volume Cek/BG Kosong Nominal Cek/BG Kosong

500.00%

400.00%

300.00%

200.00%

100.00%

0.00%

II

5,00%

40.00%

35.00%

-100.00%

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 32

Kinerja Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 sedikit melambat. Walaupun demikian,

berdasarkan pertumbuhan semesteran dan triwulanan masih menunjukkan peningkatan. Total Aset pada

Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 14,17% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 28,14% (yoy), Dana

Pihak Ketiga pada Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 15,82% (yoy) sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan

Triwulan I 2015 yang mencapai 15,93% (yoy), dan total kredit triwulan ini juga mengalami pertumbuhan yang sedikit

melambat yaitu 14,11% (yoy) dari Triwulan I 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Angka rasio likuiditas perbankan Loan

to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi NTT dari sebesar 87,01% pada Triwulan I 2015, turun menjadi 83,61%

pada Triwulan II 2015. Sementara itu, rasio kredit macet (NPL) pada Triwulan II 2015 mencapai 2,02% lebih tinggi

dibandingkan Triwulan I 2015 yang hanya sebesar 1,63%. Meningkatnya angka NPL ini didorong oleh tingginya NPL

pada jenis penggunaan Kredit Investasi. Namun, apabila dilihat dari sisi penyaluran kredit, meningkatnya NPL

disebabkan oleh tingginya NPL pada sektor konstruksi, sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan serta

sektor perdagangan besar dan eceran.

Sampai dengan Triwulan II 2015 perkembangan Aset Bank Umum di NTT masih relatif baik. Pertumbuhan aset

Bank Umum secara Nasional mengalami perlambatan, demikian juga di alami oleh Provinsi NTT yang tumbuh melambat

pada Triwulan II 2015. Namun demikian pertumbuhannya masih berada di atas Nasional. Total aset Bank Umum di

Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 mencapai Rp. 32,78 triliun atau tumbuh sebesar 24,17% (yoy) lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 28,14% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank penyumbang terbesar Aset pada Triwulan II 2015 adalah Bank Swasta Nasional dengan

porsi sebesar 54,63%, kemudian diikuti oleh Bank Pemerintah yang mendapat porsi sebesar 45,37%.

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

3.2 Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1 Aset dan Aktiva Produktif

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 33

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.4.Penyumbang Aset Berdasarkan Jenis Bank

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

54,63%

45,37%

3.2.2 Dana Pihak KetigaPada Triwulan II 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan ini, penghimpunan DPK yang berhasil

dihimpun oleh Bank Umum sebesar Rp. 21,76 triliun atau tumbuh sebesar 15,82% (yoy) sedikit melambat dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 15,93% (yoy). Pertumbuhan DPK yang sedikit melambat pada Triwulan II 2015 didorong

oleh melambatnya pertumbuhan Giro yang mencapai 15,64% (yoy), dari 32,32% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Namun demikian, pertumbuhan Deposito pada triwulan ini mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar

32,49% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 19,92% (yoy). Bahkan pertumbuhan Tabungan pada

Triwulan II 2015 juga sedikit meningkat sebesar 6,78% (yoy), dari 6,00% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Pertumbuhan deposito yang meningkat pada Triwulan II 2015 didorong oleh peningkatan Deposito

golongan Pemerintah yang naik signifikan sebesar 51,73% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya

mencapai 12,24% (yoy), kemudian golongan perorangan sebesar 20,35% (yoy). Sementara itu, peningkatan tabungan

dipicu oleh golongan perorangan sebesar 5,48% (yoy) pada Triwulan II 2015, lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2015

yang hanya mencapai 4,16% (yoy), diikuti oleh golongan swasta sebesar 21,34% (yoy) melambat bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,23% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut tidak terjadi

pada kelompok Giro yang sedikit melambat. Perlambatan Giro pada triwulan ini disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan Giro Pemerintah yang hanya tumbuh sebesar 14,15% (yoy) dari 41,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Meningkatnya pertumbuhan Deposito dan melambatnya pertumbuhan Giro Pemerintah, diperkirakan

karena adanya perubahan preferensi simpanan dari giro menjadi deposito. Kelompok deposito berdasarkan

golongan pada Triwulan II 2015 didominasi oleh kelompok perorangan dan pemerintah dengan share masing-masing

sebesar 49,33% dan 45,99%.

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Giro Deposito Tabungan

5,412.02

2,864.65

199.40452.31

253.15

892.41

502.65

3,079.45

8,048.27

12.02 38.96 8.47

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 34

Penghimpunan DPK di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 masih didominasi oleh komponen Tabungan

dengan nominal sebesar Rp.9,15 triliun atau dengan porsi terhadap total DPK sebesar 42,04%, giro dan deposito di

triwulan ini memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu masing-masing 29,31%, dan 28,65%.

Pada Triwulan II 2015 nasabah perorangan memiliki andil terbesar dari total penghimpunan dana oleh Bank Umum di

NTT yaitu mencapai 53,44%, diikuti oleh golongan pemerintah sebesar 38,95%, kemudian golongan swasta 7,34%

dan lainnya sebesar 0,27%.

Pada Triwulan II 2015 penyaluran kredit oleh Bank Umum baik Nasional maupun di Provinsi NTT sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit yang disalurkan di Provinsi NTT mencapai Rp.18,20

triliun atau tumbuh sebesar 14,11% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit melambat apabila dibandingkan dengan

Triwulan I 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Namun demikian, lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan

penyaluran kredit secara Nasional. Penyaluran kredit Nasional pada Triwulan II 2015 sedikit melambat 10,48% (yoy)

dibandingkan Triwulan I 2015 yang mencapai 11,38%.

Penyaluran kredit yang sedikit melambat di Provinsi NTT didorong oleh melambatnya kredit Investasi dan

Modal Kerja. Pertumbuhan kredit Investasi pada Triwulan II 2015 mencapai 13,20% (yoy) lebih rendah bila

dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang tumbuh sebesar 18,15% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit Modal

Kerja pada triwulan ini tumbuh sebesar 18,64% (yoy) juga lebih rendah bila dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang

mencapai 20,72% (yoy). Namun demikian, perlambatan tersebut tidak dialami oleh kredit Konsumsi yang pada

Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 12,08% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya mencapai 10,97% (yoy).

Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan

Multiguna sebesar 52,90% (yoy), sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d 70 sebesar

19,15% (yoy) dan sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan Rumah Tinggal s.d Tipe 21 sebesar 19,37% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan kredit, kredit Konsumsi masih mengambil bagian terbesar yakni 61,61% dari

total kredit, selanjutnya kredit Modal Kerja dengan porsi sebesar 30,92%, dan kredit Investasi sebesar

7,47%. Besarnya penyaluran kredit konsumsi pada triwulan ini didorong oleh besarnya penyaluran kredit sektor rumah

tangga untuk keperluan multiguna dengan bagian sebesar 53,56% dan sektor bukan lapangan usaha lainnya sebesar

33,65%.

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II

Share

Giro Deposito Tabungan DPK (yoy)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

50.23%

25.55%

24.23%

45.69%

25.05%

29.35%

47.35%

25.98%

26.67%

55.92%

24.07%

20.02%

45.92%

26.43%

27.65%

42.04%

28.65%

29.31%

3.2.3 Penyaluran Kredit / Pembiayaan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 35

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.4.Penyumbang Aset Berdasarkan Jenis Bank

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

54,63%

45,37%

3.2.2 Dana Pihak KetigaPada Triwulan II 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan ini, penghimpunan DPK yang berhasil

dihimpun oleh Bank Umum sebesar Rp. 21,76 triliun atau tumbuh sebesar 15,82% (yoy) sedikit melambat dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 15,93% (yoy). Pertumbuhan DPK yang sedikit melambat pada Triwulan II 2015 didorong

oleh melambatnya pertumbuhan Giro yang mencapai 15,64% (yoy), dari 32,32% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Namun demikian, pertumbuhan Deposito pada triwulan ini mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar

32,49% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 19,92% (yoy). Bahkan pertumbuhan Tabungan pada

Triwulan II 2015 juga sedikit meningkat sebesar 6,78% (yoy), dari 6,00% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Pertumbuhan deposito yang meningkat pada Triwulan II 2015 didorong oleh peningkatan Deposito

golongan Pemerintah yang naik signifikan sebesar 51,73% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya

mencapai 12,24% (yoy), kemudian golongan perorangan sebesar 20,35% (yoy). Sementara itu, peningkatan tabungan

dipicu oleh golongan perorangan sebesar 5,48% (yoy) pada Triwulan II 2015, lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2015

yang hanya mencapai 4,16% (yoy), diikuti oleh golongan swasta sebesar 21,34% (yoy) melambat bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,23% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut tidak terjadi

pada kelompok Giro yang sedikit melambat. Perlambatan Giro pada triwulan ini disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan Giro Pemerintah yang hanya tumbuh sebesar 14,15% (yoy) dari 41,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Meningkatnya pertumbuhan Deposito dan melambatnya pertumbuhan Giro Pemerintah, diperkirakan

karena adanya perubahan preferensi simpanan dari giro menjadi deposito. Kelompok deposito berdasarkan

golongan pada Triwulan II 2015 didominasi oleh kelompok perorangan dan pemerintah dengan share masing-masing

sebesar 49,33% dan 45,99%.

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Giro Deposito Tabungan

5,412.02

2,864.65

199.40452.31

253.15

892.41

502.65

3,079.45

8,048.27

12.02 38.96 8.47

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 34

Penghimpunan DPK di Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 masih didominasi oleh komponen Tabungan

dengan nominal sebesar Rp.9,15 triliun atau dengan porsi terhadap total DPK sebesar 42,04%, giro dan deposito di

triwulan ini memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu masing-masing 29,31%, dan 28,65%.

Pada Triwulan II 2015 nasabah perorangan memiliki andil terbesar dari total penghimpunan dana oleh Bank Umum di

NTT yaitu mencapai 53,44%, diikuti oleh golongan pemerintah sebesar 38,95%, kemudian golongan swasta 7,34%

dan lainnya sebesar 0,27%.

Pada Triwulan II 2015 penyaluran kredit oleh Bank Umum baik Nasional maupun di Provinsi NTT sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit yang disalurkan di Provinsi NTT mencapai Rp.18,20

triliun atau tumbuh sebesar 14,11% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit melambat apabila dibandingkan dengan

Triwulan I 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Namun demikian, lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan

penyaluran kredit secara Nasional. Penyaluran kredit Nasional pada Triwulan II 2015 sedikit melambat 10,48% (yoy)

dibandingkan Triwulan I 2015 yang mencapai 11,38%.

Penyaluran kredit yang sedikit melambat di Provinsi NTT didorong oleh melambatnya kredit Investasi dan

Modal Kerja. Pertumbuhan kredit Investasi pada Triwulan II 2015 mencapai 13,20% (yoy) lebih rendah bila

dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang tumbuh sebesar 18,15% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit Modal

Kerja pada triwulan ini tumbuh sebesar 18,64% (yoy) juga lebih rendah bila dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang

mencapai 20,72% (yoy). Namun demikian, perlambatan tersebut tidak dialami oleh kredit Konsumsi yang pada

Triwulan II 2015 tumbuh sebesar 12,08% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya mencapai 10,97% (yoy).

Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan

Multiguna sebesar 52,90% (yoy), sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d 70 sebesar

19,15% (yoy) dan sektor Rumah Tangga Untuk Keperluan Rumah Tinggal s.d Tipe 21 sebesar 19,37% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan kredit, kredit Konsumsi masih mengambil bagian terbesar yakni 61,61% dari

total kredit, selanjutnya kredit Modal Kerja dengan porsi sebesar 30,92%, dan kredit Investasi sebesar

7,47%. Besarnya penyaluran kredit konsumsi pada triwulan ini didorong oleh besarnya penyaluran kredit sektor rumah

tangga untuk keperluan multiguna dengan bagian sebesar 53,56% dan sektor bukan lapangan usaha lainnya sebesar

33,65%.

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II

Share

Giro Deposito Tabungan DPK (yoy)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

50.23%

25.55%

24.23%

45.69%

25.05%

29.35%

47.35%

25.98%

26.67%

55.92%

24.07%

20.02%

45.92%

26.43%

27.65%

42.04%

28.65%

29.31%

3.2.3 Penyaluran Kredit / Pembiayaan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 35

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.10.Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSIMODAL KERJAINVESTASI

61,61%

30, 92%

7,47%

Grafik 3.11.Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

65.23%

27.31%

3.86%

1.88%

1.72%

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

Grafik 3.9.Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

y-o-y kredit y-o-y modal kerja y-o-y investasi y-o-y konsumsi

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II0

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

.00

3.2.4 Kualitas KreditTotal kredit macet bila dibandingkan dengan total kredit (Non Performing Loan;NPL) Bank Umum di Provinsi

NTT pada Triwulan II 2015 mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,02% dibandingkan dengan Triwulan I

2015 yang hanya mencapai 1,63%. Rasio kredit macet yang sedikit meningkat pada triwulan ini, didorong oleh

beberapa jenis kredit diantaranya kredit Investasi yang mencapai 4,55% lebih tinggi bila dibandingkan dengan Triwulan

I 2015 yang hanya mencapai 2,95%. Kemudian kredit Modal Kerja yang sedikit meningkat pada Triwulan II 2015

sebesar 3,85% dari 3,12% pada Triwulan I 2015. Sementara itu, rasio kredit macet penggunaan Konsumsi juga

mengalami sedikit peningkatan pada Triwulan II 2015 yakni sebesar 0,80% dari 0,74% pada triwulan sebelumnya.Apabila rasio kredit macet dilihat berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka sektor konstruksi menjadi

pendorong utama peningkatan rasio kredit macet atau sebesar 12,34%, kemudian diikuti oleh sektor Real Estate,

Usaha Persewaan, dan Jasa perusahaan sebesar 4,10% dan sektor Perikanan sebesar 4,03%.

Pada Triwulan II 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT mengalami penurunan.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga kredit Modal kerja pada triwulan ini menurun sebesar 13,99% lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,06%. Selanjutnya suku bunga kredit Konsumsi pada

Triwulan II 2015 juga mengalami penurunan sebesar 14,51% dari 14,53% pada Triwulan I 2015, diikuti oleh suku

bunga kredit Investasi yang pada Triwulan II 2015 sebesar 14,91% lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan I 2015

yang mencapai 15,33%. Penurunan suku bunga menunjukkan adanya respon perbankan untuk menggiatkan kembali

penyaluran kredit yang saat ini cenderung melambat.

3.2.5 Suku Bunga

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 36

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

Kredit (yoy) Ratio NPL BI Rate

IV I II III IV

2013

I IIIII IV

20142012

Grafik 3.12.Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II12,50%

13,00%

13,50%

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

16,50%

Modal Kerja Investasi Konsumsi Rata-rata BI Rate

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

Grafik 3.13.Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II

3.2.6 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan II 2015 mencapai Rp. 5,61 triliun atau sebesar 18,04% (yoy) tumbuh

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 25,08% (yoy). walaupun demikian, bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama, kredit UMKM mengalami peningkatan sebesar

7,20% (qtq) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya tumbuh 1,40% (qtq). Selain itu, pertumbuhan UMKM di

Provinsi NTT juga berada jauh di atas Nasional yang hanya mampu tumbuh sebesar 6,78% (yoy). Adapun rasio kredit

UMKM dibandingkan dengan total kredit pada Triwulan II 2015 mencapai 30,83%.

Melambatnya kredit UMKM secara year-on-year disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit usaha

Mikro dari 40,92% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 19,21% (yoy) pada Triwulan II 2015. Sementara itu,

untuk kredit usaha Kecil pada triwulan ini juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 13,23% (yoy)

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 16,78% (yoy). Kemudian diikuti oleh kredit usaha menengah

yang tumbuh melambat sebesar 24,70% (yoy) pada Triwulan II 2015 dari 26,08% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Berdasarkan jenis penggunaan, baik itu kredit Modal Kerja maupun Investasi pada triwulan laporan juga mengalami

pertumbuhan yang melambat masing-masing 19,32% (yoy) dari 25,97% (yoy) pada Triwulan I 2015 serta 12,08% (yoy)

dari 21,11%(yoy) pada triwulan sebelumnya.

Risiko kredit macet (NPL) UMKM sebesar 4,06% pada Triwulan II 2015 lebih tinggi bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 3,38%. Namun demikian secara Nasional angka rasio kredit UMKM

yang macet masih lebih tinggi dibandingkan Provinsi NTT atau mencapai 4,65%.Selain itu, NPL UMKM Kredit Modal

Kerja juga mengalami peningkatan, dari 3,30% pada Triwulan I 2015 menjadi 3,63% pada Triwulan II 2015. Walaupun

demikian, kredit UMKM masih terus menunjukkan peningkatan dan menggambarkan peningkatan kinerja di sektor

produktif sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 37

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.10.Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSIMODAL KERJAINVESTASI

61,61%

30, 92%

7,47%

Grafik 3.11.Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

65.23%

27.31%

3.86%

1.88%

1.72%

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

Grafik 3.9.Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

y-o-y kredit y-o-y modal kerja y-o-y investasi y-o-y konsumsi

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II0

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

.00

3.2.4 Kualitas KreditTotal kredit macet bila dibandingkan dengan total kredit (Non Performing Loan;NPL) Bank Umum di Provinsi

NTT pada Triwulan II 2015 mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,02% dibandingkan dengan Triwulan I

2015 yang hanya mencapai 1,63%. Rasio kredit macet yang sedikit meningkat pada triwulan ini, didorong oleh

beberapa jenis kredit diantaranya kredit Investasi yang mencapai 4,55% lebih tinggi bila dibandingkan dengan Triwulan

I 2015 yang hanya mencapai 2,95%. Kemudian kredit Modal Kerja yang sedikit meningkat pada Triwulan II 2015

sebesar 3,85% dari 3,12% pada Triwulan I 2015. Sementara itu, rasio kredit macet penggunaan Konsumsi juga

mengalami sedikit peningkatan pada Triwulan II 2015 yakni sebesar 0,80% dari 0,74% pada triwulan sebelumnya.Apabila rasio kredit macet dilihat berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka sektor konstruksi menjadi

pendorong utama peningkatan rasio kredit macet atau sebesar 12,34%, kemudian diikuti oleh sektor Real Estate,

Usaha Persewaan, dan Jasa perusahaan sebesar 4,10% dan sektor Perikanan sebesar 4,03%.

Pada Triwulan II 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT mengalami penurunan.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga kredit Modal kerja pada triwulan ini menurun sebesar 13,99% lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,06%. Selanjutnya suku bunga kredit Konsumsi pada

Triwulan II 2015 juga mengalami penurunan sebesar 14,51% dari 14,53% pada Triwulan I 2015, diikuti oleh suku

bunga kredit Investasi yang pada Triwulan II 2015 sebesar 14,91% lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan I 2015

yang mencapai 15,33%. Penurunan suku bunga menunjukkan adanya respon perbankan untuk menggiatkan kembali

penyaluran kredit yang saat ini cenderung melambat.

3.2.5 Suku Bunga

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 36

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

Kredit (yoy) Ratio NPL BI Rate

IV I II III IV

2013

I IIIII IV

20142012

Grafik 3.12.Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II12,50%

13,00%

13,50%

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

16,50%

Modal Kerja Investasi Konsumsi Rata-rata BI Rate

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

Grafik 3.13.Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II

3.2.6 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan II 2015 mencapai Rp. 5,61 triliun atau sebesar 18,04% (yoy) tumbuh

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 25,08% (yoy). walaupun demikian, bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama, kredit UMKM mengalami peningkatan sebesar

7,20% (qtq) lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang hanya tumbuh 1,40% (qtq). Selain itu, pertumbuhan UMKM di

Provinsi NTT juga berada jauh di atas Nasional yang hanya mampu tumbuh sebesar 6,78% (yoy). Adapun rasio kredit

UMKM dibandingkan dengan total kredit pada Triwulan II 2015 mencapai 30,83%.

Melambatnya kredit UMKM secara year-on-year disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit usaha

Mikro dari 40,92% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 19,21% (yoy) pada Triwulan II 2015. Sementara itu,

untuk kredit usaha Kecil pada triwulan ini juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 13,23% (yoy)

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 16,78% (yoy). Kemudian diikuti oleh kredit usaha menengah

yang tumbuh melambat sebesar 24,70% (yoy) pada Triwulan II 2015 dari 26,08% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Berdasarkan jenis penggunaan, baik itu kredit Modal Kerja maupun Investasi pada triwulan laporan juga mengalami

pertumbuhan yang melambat masing-masing 19,32% (yoy) dari 25,97% (yoy) pada Triwulan I 2015 serta 12,08% (yoy)

dari 21,11%(yoy) pada triwulan sebelumnya.

Risiko kredit macet (NPL) UMKM sebesar 4,06% pada Triwulan II 2015 lebih tinggi bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 3,38%. Namun demikian secara Nasional angka rasio kredit UMKM

yang macet masih lebih tinggi dibandingkan Provinsi NTT atau mencapai 4,65%.Selain itu, NPL UMKM Kredit Modal

Kerja juga mengalami peningkatan, dari 3,30% pada Triwulan I 2015 menjadi 3,63% pada Triwulan II 2015. Walaupun

demikian, kredit UMKM masih terus menunjukkan peningkatan dan menggambarkan peningkatan kinerja di sektor

produktif sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 37

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.14.Perkembangan UMKM

Nominal UMKM Nominal NPL Kredit UMKM (%yoy) % NPL

-

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II

Grafik 3.15.Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%

5.000

4.500

4,000

3,500

3,000

2,500

2,000

1,500

1,000

500

-IV I II III IV I II III IV I II

Modal Kerja Investasi Investasi (yoy)

2013 20142012 2015

Modal Kerja (yoy)

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi

sebesar 83,21% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi mendapat bagian sebesar 16,79% dari total

kredit.

Sampai dengan Triwulan II 2015 kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) rata-rata tumbuh melambat. Secara

umum walaupun terjadi pelambatan, kinerja BPR masih relatif lebih baik dibanding kinerja bank umum. Melambatnya

pertumbuhan kinerja BPR disebabkan oleh melambatnya beberapa indikator kinerja BPR, diantaranya Aset pada

Triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp.454,41 miliar atau tumbuh 26,50% lebih kecil dibandingkan dengan Triwulan I

2015 yang mencapai 27,30% (yoy). Begitu juga dengan penyaluran Kredit pada Triwulan II 2015 yang mencapai Rp.

348,80 miliar atau tumbuh melambat sebesar 18,59% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar

22,27% (yoy). penghimpunan DPK mencapai Rp. 330,86 miliar atau meningkat dari 24,45% (yoy) pada Triwulan I 2015

menjadi 28,69% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan II 2015 yang masih mengalami peningkatan sebesar 82,38% dari 80,46%

pada Triwulan I 2015. Sementara itu, rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan juga

mengalami peningkatan sebesar 5,71% dari 5,46 pada Triwulan I 2015. Kualitas kredit yang rendah diperkirakan karena

ada perlambatan ekonomi secara keseluruhan.

Peningkatan DPK pada Triwulan II 2015 didorong oleh meningkatnya Deposito sebesar 40,59% (yoy) dari 29,52% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, komponen Tabungan pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat 9,84% lebih

rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 16,31% (yoy).

Apabila dilihat berdasarkan komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan ini masih didominasi oleh kelompok

deposito yang mencapai 66,97%, sementara Tabungan memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu sebesar 33,03% dari

total DPK.

3.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja BPR

2014

I II III IVIndikator Utama

2013

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

I

2015

II336,87 343,28 355,19 373,58 415,26 436,99 454,41

34,35% 35,32% 34,81% 23,48% 23,27% 27,30% 26,50%

255,73

270,06

294,39

306,28 318,54 330,21 348,80

45,80% 49,33% 38,87% 26,41% 24,56% 22,27% 18,59%

247,60

250,20

323,64

274,78 308,97 311,39 330,86

33,00% 37,53% 76,04% 29,98% 24,79% 24,45% 28,69%

84,26% 82,57% 85,60% 84,13% 79,40% 80,46% 82,38%

4,45% 4,96% 5,08% 5,30% 4,76% 5,46% 5,71%

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 38

Secara umum kredit yang disalurkan oleh BPR pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat. Perlambatan tersebut

didorong oleh kredit Investasi yang mengalami perlambatan sebesar 17,34% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015

sebesar 35,79% (yoy). Kredit Konsumsi juga mengalami perlambatan dari 17,34% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi

16,72% (yoy) pada Triwulan II 2015. Sementara itu, komponen kredit Modal Kerja pada Triwulan II 2015 sedikit

melambat sebesar 20,15% (yoy) dari 20,99% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Berdasarkan komposisi kredit, kredit Modal Kerja mengambil porsi terbesar dengan persentase sebesar 48,76%, diikuti

oleh kredit Konsumsi sebesar 33,09% dan 18,14% oleh kredit Investasi.

Berdasarkan sektor ekonomi, maka sektor bukan lapangan usaha – lainnya merupakan sektor Utama penyaluran kredit

atau dengan share 31,67%, selanjutnya perdagangan besar dan eceran sebesar 21,88%, dan Transportasi

pergudangan dan komunikasi sebesar 10,37%.

Pada triwulan II 2015 angka rasio kredit macet Non Performing LoanBPR mengalami sedikit peningkatan.

Peningkatan tersebut didorong oleh rasio kredit macet pada kredit Modal Kerja sebesar 11,54% dari 9,94% pada

Triwulan I 2015. Kemudian kredit Investasi pada Triwulan II 2015 sebesar 7,46% lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang

hanya mencapai 6,74%(yoy). Diikuti oleh kredit Konsumsi sebesar 4,75% pada Triwulan II 2015 dari 3,63% pada

Triwulan I 2015.

Selain itu, apabila rasio kredit macet dilihat berdasarkan sektor ekonomi maka sektor penyumbang NPL terbesar adalah

Pedagang Besar dan Eceran dengan persentase sebesar 39,63%, yang diikuti oleh sektor Bukan Lapangan Usaha

Lainnya 17,91%, dan Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar 10,85%.

Untuk menekan angka rasio kredit macet, perlu adanya kerja sama yang baik antara Otoritas Jasa Keuangan Provinsi

NTT selaku pengawas lembaga keuangan dengan BPR dalam penyaluran kredit yang selektif serta penerapan prinsip

kehati-hatian terhadap debitur.

Grafik 3.16 Komposisi DPK

DEPOSITOTABUNGAN

221.58

109.28 33.03%

66.97%

Deposito Tabungan y-o-y deposito y-o-y tabungan

Grafik 3.17 Pertumbuhan DPK

0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%35,00%40,00%45,00%

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II

Grafik 3.18 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

0.00%

0.17%

0.30%

0.54%

0.78%

0.78%

0.83%

0.93%

142%

1.55%

161%

2.86%

3.44

6.00%

6.19%

8.66%

10.37%

21.88%

31.67%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Pertambangan dan Penggalian

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Perantara Keuangan

Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan

Jasa Pendidikan

Perikanan

Kegiatan Yang belum Jelas Batasnya

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Badan Internasional dan Ekstra Internasonal...

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan...

Konstruksi

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Perdagangan Besar dan Eceran

Penerima Kredit Bukan Lapagan Kerja

Grafik 3.19 NPL Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kon

stru

ksi

Perd

agan

an B

esar

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi

,..

Pera

ntar

a K

euan

gan

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Jasa

Per

oran

gan

yang

...

Keg

iata

n us

aha

yang

...

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

40.00%

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

45.00%

Share thd Kredit Share thd NPL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 39

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.14.Perkembangan UMKM

Nominal UMKM Nominal NPL Kredit UMKM (%yoy) % NPL

-

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II

Grafik 3.15.Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%

5.000

4.500

4,000

3,500

3,000

2,500

2,000

1,500

1,000

500

-IV I II III IV I II III IV I II

Modal Kerja Investasi Investasi (yoy)

2013 20142012 2015

Modal Kerja (yoy)

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi

sebesar 83,21% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi mendapat bagian sebesar 16,79% dari total

kredit.

Sampai dengan Triwulan II 2015 kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) rata-rata tumbuh melambat. Secara

umum walaupun terjadi pelambatan, kinerja BPR masih relatif lebih baik dibanding kinerja bank umum. Melambatnya

pertumbuhan kinerja BPR disebabkan oleh melambatnya beberapa indikator kinerja BPR, diantaranya Aset pada

Triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp.454,41 miliar atau tumbuh 26,50% lebih kecil dibandingkan dengan Triwulan I

2015 yang mencapai 27,30% (yoy). Begitu juga dengan penyaluran Kredit pada Triwulan II 2015 yang mencapai Rp.

348,80 miliar atau tumbuh melambat sebesar 18,59% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar

22,27% (yoy). penghimpunan DPK mencapai Rp. 330,86 miliar atau meningkat dari 24,45% (yoy) pada Triwulan I 2015

menjadi 28,69% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan II 2015 yang masih mengalami peningkatan sebesar 82,38% dari 80,46%

pada Triwulan I 2015. Sementara itu, rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan juga

mengalami peningkatan sebesar 5,71% dari 5,46 pada Triwulan I 2015. Kualitas kredit yang rendah diperkirakan karena

ada perlambatan ekonomi secara keseluruhan.

Peningkatan DPK pada Triwulan II 2015 didorong oleh meningkatnya Deposito sebesar 40,59% (yoy) dari 29,52% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, komponen Tabungan pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat 9,84% lebih

rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 16,31% (yoy).

Apabila dilihat berdasarkan komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan ini masih didominasi oleh kelompok

deposito yang mencapai 66,97%, sementara Tabungan memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu sebesar 33,03% dari

total DPK.

3.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja BPR

2014

I II III IVIndikator Utama

2013

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

I

2015

II336,87 343,28 355,19 373,58 415,26 436,99 454,41

34,35% 35,32% 34,81% 23,48% 23,27% 27,30% 26,50%

255,73

270,06

294,39

306,28 318,54 330,21 348,80

45,80% 49,33% 38,87% 26,41% 24,56% 22,27% 18,59%

247,60

250,20

323,64

274,78 308,97 311,39 330,86

33,00% 37,53% 76,04% 29,98% 24,79% 24,45% 28,69%

84,26% 82,57% 85,60% 84,13% 79,40% 80,46% 82,38%

4,45% 4,96% 5,08% 5,30% 4,76% 5,46% 5,71%

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 38

Secara umum kredit yang disalurkan oleh BPR pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat. Perlambatan tersebut

didorong oleh kredit Investasi yang mengalami perlambatan sebesar 17,34% (yoy) lebih rendah dari Triwulan I 2015

sebesar 35,79% (yoy). Kredit Konsumsi juga mengalami perlambatan dari 17,34% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi

16,72% (yoy) pada Triwulan II 2015. Sementara itu, komponen kredit Modal Kerja pada Triwulan II 2015 sedikit

melambat sebesar 20,15% (yoy) dari 20,99% (yoy) pada Triwulan I 2015.

Berdasarkan komposisi kredit, kredit Modal Kerja mengambil porsi terbesar dengan persentase sebesar 48,76%, diikuti

oleh kredit Konsumsi sebesar 33,09% dan 18,14% oleh kredit Investasi.

Berdasarkan sektor ekonomi, maka sektor bukan lapangan usaha – lainnya merupakan sektor Utama penyaluran kredit

atau dengan share 31,67%, selanjutnya perdagangan besar dan eceran sebesar 21,88%, dan Transportasi

pergudangan dan komunikasi sebesar 10,37%.

Pada triwulan II 2015 angka rasio kredit macet Non Performing LoanBPR mengalami sedikit peningkatan.

Peningkatan tersebut didorong oleh rasio kredit macet pada kredit Modal Kerja sebesar 11,54% dari 9,94% pada

Triwulan I 2015. Kemudian kredit Investasi pada Triwulan II 2015 sebesar 7,46% lebih tinggi dari Triwulan I 2015 yang

hanya mencapai 6,74%(yoy). Diikuti oleh kredit Konsumsi sebesar 4,75% pada Triwulan II 2015 dari 3,63% pada

Triwulan I 2015.

Selain itu, apabila rasio kredit macet dilihat berdasarkan sektor ekonomi maka sektor penyumbang NPL terbesar adalah

Pedagang Besar dan Eceran dengan persentase sebesar 39,63%, yang diikuti oleh sektor Bukan Lapangan Usaha

Lainnya 17,91%, dan Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar 10,85%.

Untuk menekan angka rasio kredit macet, perlu adanya kerja sama yang baik antara Otoritas Jasa Keuangan Provinsi

NTT selaku pengawas lembaga keuangan dengan BPR dalam penyaluran kredit yang selektif serta penerapan prinsip

kehati-hatian terhadap debitur.

Grafik 3.16 Komposisi DPK

DEPOSITOTABUNGAN

221.58

109.28 33.03%

66.97%

Deposito Tabungan y-o-y deposito y-o-y tabungan

Grafik 3.17 Pertumbuhan DPK

0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%35,00%40,00%45,00%

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II

Grafik 3.18 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

0.00%

0.17%

0.30%

0.54%

0.78%

0.78%

0.83%

0.93%

142%

1.55%

161%

2.86%

3.44

6.00%

6.19%

8.66%

10.37%

21.88%

31.67%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Pertambangan dan Penggalian

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Perantara Keuangan

Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan

Jasa Pendidikan

Perikanan

Kegiatan Yang belum Jelas Batasnya

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Badan Internasional dan Ekstra Internasonal...

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan...

Konstruksi

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Perdagangan Besar dan Eceran

Penerima Kredit Bukan Lapagan Kerja

Grafik 3.19 NPL Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kon

stru

ksi

Perd

agan

an B

esar

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi

,..

Pera

ntar

a K

euan

gan

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Jasa

Per

oran

gan

yang

...

Keg

iata

n us

aha

yang

...

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

40.00%

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

45.00%

Share thd Kredit Share thd NPL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 39

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau flores, sumba dan timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Asset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, pulau sumba pada

triwulan ini tumbuh paling tinggi dari pulau flores dan pulau timor.

Pada Triwulan II 2015 pertumbuhan kinerja perbankan di pulau Flores tumbuh sedikit meningkat. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan ini yang mencapai 36,76% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan

Triwulan I 2015 36,40% (yoy). Selain itu penyaluran kredit juga mengalami peningkatan dari 27,58% (yoy) pada

Triwulan I 2015 menjadi 28,20% (yoy) pada Triwulan II 2015. Aset perbankan di pulau Flores pada Triwulan II 2015

tumbuh sebesar 32,55% mengalami sedikit perlambatan dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mencapai

32,64%(yoy). Sementara itu, angka rasio kredit macet (NPL) di pulau flores pada Triwulan II 2015 mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya yaitu dari 1,72% menjadi 1,83%, namun demkian angka tersebut masih

dibawah rasio kredit macet total Provinsi NTT.

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan II 2015 mengalami peningkatan signifikan. Hal ini dilihat dari

pertumbuhan Aset pada Triwulan II 2015 meningkat dari 50,65% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 52,91% (yoy).

Peningkatan tersebut juga diikuti oleh penghimpunan DPK yang tumbuh sebesar 60,69% (yoy) pada Triwulan II 2015

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 60,07% (yoy) pada Triwulan I

2015. Penyaluran Kredit perbankan di pulau Sumba juga mengalami peningkatan 33,75% (yoy) lebih tinggi dari

Triwulan I 2015 yang sebesar 33,75% (yoy). Sementara itu, rasio kredit macet di pulau Sumba juga mengalami

penurunan dari 1,03% pada Triwulan I 2915 menjadi 1,01% pada triwulan ini.

3.4 Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.20 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%

2.50%

2.00%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00%Timor Flores Sumba

Asset DPK Kredit NPL

3.4.1 Pulau Flores

Giro Deposito Tabungan

Grafik 3.21 Komposisi DPK di Pulau Flores

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100% 3.83%

46.22%

86.44%

85.07%

49.91%

8.42%

10.98%

3.14%

4.66%

0.12%

0.73%

0.48%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.22 Komposisi Kredit di Pulau Flores

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

3,97 %

62, 37 %

33,65 %

3.4.2 Pulau Sumba

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 40

Grafik 3.24 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

2,11 %

73, 62 %

24,27 %

Grafik 3.23 Komposisi DPK di Pulau Sumba

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

91,10%

5,24%

3,66%0,00%

49,64%

48,67%1,69%

0,88%

87,49%11,63%

0,00%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

3.4.3 Pulau TimorPada Triwulan II 2015 kinerja perbankan di pulau Timor tumbuh melambat. Aset perbankan di pulau Timor pada

triwulan ini mengalami pertumbuhan sebesar 19,28% (yoy) lebih rendah dibandingkan Triwulan I 2015 yang mencapai

24,69% (yoy). Penghimpunan DPK juga sedikit melambat dari 2,84% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 2,32% (yoy)

pada Triwulan II 2015. Sementara itu, penyaluran kredit pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat sebesar 4,72% (yoy)

lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 5,40% (yoy). Berdasarkan rasio kredit macet, pulau Timor pada

triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 2,30% dari 1,38% pada Triwulan I 2015.

Pada Triwulan II 2015 transaksi kliring atau Sistem Kliring Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT mengalami

perlambatan. Namun demikian apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kliring Nasional pada periode yang sama,

maka transaksi kliring Provinsi NTT masih tumbuh jauh di atas pertumbuhan kliring Nasional. Pada Triwulan II 2015

kliring Nasional tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu mencapai 10,53% (yoy) dan

dari sisi volume melambat 5,01% (yoy) dari 9,11% (yoy) pada Triwulan I 2015. Sementara itu, pertumbuhan kliring di

Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 dari sisi nominal mencapai Rp. 929,36 miliar atau mengalami perlambatan sebesar

9,77% (yoy) dari 17,93% (yoy) pada Triwulan I 2015. Berdasarkan volume perputaran transaksi kliring pada triwulan ini

juga tumbuh melambat sebesar 12,49% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,27%

(yoy).

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Timor

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

81,70%

8,36%

9,90%

0,04%

45,55%

49,22%

4,60%0,63%

1,29%

89,89%

8,74%

0,08%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

10,41 %

59, 22 %

30,38 %

3.5 Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1 Transaksi Kliring (SKNBI)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 41

0,00%

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau flores, sumba dan timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Asset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, pulau sumba pada

triwulan ini tumbuh paling tinggi dari pulau flores dan pulau timor.

Pada Triwulan II 2015 pertumbuhan kinerja perbankan di pulau Flores tumbuh sedikit meningkat. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan ini yang mencapai 36,76% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan

Triwulan I 2015 36,40% (yoy). Selain itu penyaluran kredit juga mengalami peningkatan dari 27,58% (yoy) pada

Triwulan I 2015 menjadi 28,20% (yoy) pada Triwulan II 2015. Aset perbankan di pulau Flores pada Triwulan II 2015

tumbuh sebesar 32,55% mengalami sedikit perlambatan dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mencapai

32,64%(yoy). Sementara itu, angka rasio kredit macet (NPL) di pulau flores pada Triwulan II 2015 mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya yaitu dari 1,72% menjadi 1,83%, namun demkian angka tersebut masih

dibawah rasio kredit macet total Provinsi NTT.

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan II 2015 mengalami peningkatan signifikan. Hal ini dilihat dari

pertumbuhan Aset pada Triwulan II 2015 meningkat dari 50,65% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 52,91% (yoy).

Peningkatan tersebut juga diikuti oleh penghimpunan DPK yang tumbuh sebesar 60,69% (yoy) pada Triwulan II 2015

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 60,07% (yoy) pada Triwulan I

2015. Penyaluran Kredit perbankan di pulau Sumba juga mengalami peningkatan 33,75% (yoy) lebih tinggi dari

Triwulan I 2015 yang sebesar 33,75% (yoy). Sementara itu, rasio kredit macet di pulau Sumba juga mengalami

penurunan dari 1,03% pada Triwulan I 2915 menjadi 1,01% pada triwulan ini.

3.4 Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.20 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%

2.50%

2.00%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00%Timor Flores Sumba

Asset DPK Kredit NPL

3.4.1 Pulau Flores

Giro Deposito Tabungan

Grafik 3.21 Komposisi DPK di Pulau Flores

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100% 3.83%

46.22%

86.44%

85.07%

49.91%

8.42%

10.98%

3.14%

4.66%

0.12%

0.73%

0.48%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.22 Komposisi Kredit di Pulau Flores

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

3,97 %

62, 37 %

33,65 %

3.4.2 Pulau Sumba

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 40

Grafik 3.24 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

2,11 %

73, 62 %

24,27 %

Grafik 3.23 Komposisi DPK di Pulau Sumba

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

91,10%

5,24%

3,66%0,00%

49,64%

48,67%1,69%

0,88%

87,49%11,63%

0,00%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

3.4.3 Pulau TimorPada Triwulan II 2015 kinerja perbankan di pulau Timor tumbuh melambat. Aset perbankan di pulau Timor pada

triwulan ini mengalami pertumbuhan sebesar 19,28% (yoy) lebih rendah dibandingkan Triwulan I 2015 yang mencapai

24,69% (yoy). Penghimpunan DPK juga sedikit melambat dari 2,84% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 2,32% (yoy)

pada Triwulan II 2015. Sementara itu, penyaluran kredit pada Triwulan II 2015 tumbuh melambat sebesar 4,72% (yoy)

lebih rendah dari Triwulan I 2015 yang mencapai 5,40% (yoy). Berdasarkan rasio kredit macet, pulau Timor pada

triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 2,30% dari 1,38% pada Triwulan I 2015.

Pada Triwulan II 2015 transaksi kliring atau Sistem Kliring Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT mengalami

perlambatan. Namun demikian apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kliring Nasional pada periode yang sama,

maka transaksi kliring Provinsi NTT masih tumbuh jauh di atas pertumbuhan kliring Nasional. Pada Triwulan II 2015

kliring Nasional tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu mencapai 10,53% (yoy) dan

dari sisi volume melambat 5,01% (yoy) dari 9,11% (yoy) pada Triwulan I 2015. Sementara itu, pertumbuhan kliring di

Provinsi NTT pada Triwulan II 2015 dari sisi nominal mencapai Rp. 929,36 miliar atau mengalami perlambatan sebesar

9,77% (yoy) dari 17,93% (yoy) pada Triwulan I 2015. Berdasarkan volume perputaran transaksi kliring pada triwulan ini

juga tumbuh melambat sebesar 12,49% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,27%

(yoy).

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Timor

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

81,70%

8,36%

9,90%

0,04%

45,55%

49,22%

4,60%0,63%

1,29%

89,89%

8,74%

0,08%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJAINVESTASI

10,41 %

59, 22 %

30,38 %

3.5 Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1 Transaksi Kliring (SKNBI)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 41

0,00%

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.27 Perkembangan SKNBI NTT

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

NTT

Nilai (Rp.Miliar) Volume (lbr)

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II

Grafik 3.28 Perkembangan SKNBI Nasional

23.000.000

24.000.000

25.000.000

26.000.000

27.000.000

28.000.000

29.000.000

600.000

620.000

640.000

660.000

680.000

700.000

720.000

740.000

760.000

780.000

Nasional

Nilai (Rp.Miliar) Volume (lbr)

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II

3.5.1.2 Transaksi RTGS

Pada Triwulan II 2015 pertumbuhan transaksi BI-RTGS berdasarkan nominal mengalami peningkatan yang

signifikan, namun dari sisi volume mengalami penurunan. Walaupun demikian, nominal yang meningkat mendorong

aliran transfer masuk lebih besar dibandingkan aliran transfer yang keluar. Hal ini dapat menggambarkan adanya aliran

dana segar atau investasi di Provinsi NTT, selain itu juga merupakan transfer pemerintah dalam rangka penambahan

APBN dan persiapan pembayaran gaji ke 13. Transfer RTGS dari Provinsi NTT keluar (outflow) tercatat sebesar Rp. 40,04 triliun atau tumbuh sebesar 94,40% (yoy)

meningkat bila dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang hanya mencapai 84,39%(yoy). Transfer RTGS yang masuk

(inflow) ke Provinsi NTT pada triwulan ini tercatat sebesar Rp.43,75 triliun atau mengalami peningkatan yang signifikan

dari 144,03% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 235,18% (yoy) pada Triwulan II 2015. Seiring dengan peningkatan

inflow NTT dari sisi nominal menyebabkan Nett-Inflow NTT sebesar Rp. 3,71 triliun atau tumbuh meningkat sebesar

149,16% (yoy)

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, jumlah aliran uang keluar dari Bank

Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

Perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Meningkatnya pertumbuhan digambarkan

oleh terjadinya Nett-outflow pada Triwulan II 2015. Hal ini didorong oleh peningkatan outflow sebesar Rp. 926,21 miliar

atau tumbuh sebesar 13,48% (yoy) pada triwulan ini, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

10,37% (yoy). Sementara itu, aliran inflow pada Triwulan II 2015 sebesar Rp.434,12 miliar atau mengalami penurunan -

33,34% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mengalami pertumbuhan sebesar 31,50% (yoy).

Grafik 3.29 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

From NTT To NTT

I

2014

IIIII IV I

2015

II

Grafik 3.30Perkembangan SKNBI NTT Berdasarkan Nominal

From NTT To NTT

I

2014

IIIII IV I

2015

II0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 42

Pada triwulan ini outflow lebih besar dibandingkan dengan Inflow sehingga Provinsi NTT pada Triwulan II 2015

mengalami Nett-outflow dengan pertumbuhan sebesar 456,88% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 167,31% (yoy). Dengan adanya Nett-outflow pada Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT berarti uang yang beredar dimasyarakat lebih banyak dan menandakan adanya pergerakan

ekonomi yang positif dibandingkan dengan uang yang disetor atau disimpan di bank.

Jumlah aliran uang dari dan ke Bank Indonesia di Provinsi NTT mengikuti pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi

NTT, pada awal tahun Triwulan I cenderung akan melakukan penyetoran (inflow) kemudian pada Triwulan II uang yang

beredar akan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan uang yang disetor oleh perbankan di Bank Indonesia. Hal ini

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif pada Triwulan II 2015.

Pada triwulan II 2015, jumlah pemusnahan uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT tercatat

sebesar Rp. 276,55 miliar, meningkat sebesar 19,53% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 2,26% (yoy). Sementara itu, rasio pemusnahan uang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

dibandingkan Nasional pada Triwulan II 2015 yaitu sebesar 0,83%. Peningkatan ini disebabkan oleh masih rendahnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas uang yang dimiliki.

Grafik 3.32 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

Outflow (Rp. Miliar) yoy inflow yoy outflowInflow (Rp. Miliar)

II

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Tunai

Net In/Out (Rp. Miliar) qtq yoy-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 43

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Grafik 3.27 Perkembangan SKNBI NTT

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

NTT

Nilai (Rp.Miliar) Volume (lbr)

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II

Grafik 3.28 Perkembangan SKNBI Nasional

23.000.000

24.000.000

25.000.000

26.000.000

27.000.000

28.000.000

29.000.000

600.000

620.000

640.000

660.000

680.000

700.000

720.000

740.000

760.000

780.000

Nasional

Nilai (Rp.Miliar) Volume (lbr)

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II

3.5.1.2 Transaksi RTGS

Pada Triwulan II 2015 pertumbuhan transaksi BI-RTGS berdasarkan nominal mengalami peningkatan yang

signifikan, namun dari sisi volume mengalami penurunan. Walaupun demikian, nominal yang meningkat mendorong

aliran transfer masuk lebih besar dibandingkan aliran transfer yang keluar. Hal ini dapat menggambarkan adanya aliran

dana segar atau investasi di Provinsi NTT, selain itu juga merupakan transfer pemerintah dalam rangka penambahan

APBN dan persiapan pembayaran gaji ke 13. Transfer RTGS dari Provinsi NTT keluar (outflow) tercatat sebesar Rp. 40,04 triliun atau tumbuh sebesar 94,40% (yoy)

meningkat bila dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang hanya mencapai 84,39%(yoy). Transfer RTGS yang masuk

(inflow) ke Provinsi NTT pada triwulan ini tercatat sebesar Rp.43,75 triliun atau mengalami peningkatan yang signifikan

dari 144,03% (yoy) pada Triwulan I 2015 menjadi 235,18% (yoy) pada Triwulan II 2015. Seiring dengan peningkatan

inflow NTT dari sisi nominal menyebabkan Nett-Inflow NTT sebesar Rp. 3,71 triliun atau tumbuh meningkat sebesar

149,16% (yoy)

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, jumlah aliran uang keluar dari Bank

Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

Perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Meningkatnya pertumbuhan digambarkan

oleh terjadinya Nett-outflow pada Triwulan II 2015. Hal ini didorong oleh peningkatan outflow sebesar Rp. 926,21 miliar

atau tumbuh sebesar 13,48% (yoy) pada triwulan ini, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

10,37% (yoy). Sementara itu, aliran inflow pada Triwulan II 2015 sebesar Rp.434,12 miliar atau mengalami penurunan -

33,34% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan I 2015 yang mengalami pertumbuhan sebesar 31,50% (yoy).

Grafik 3.29 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

From NTT To NTT

I

2014

IIIII IV I

2015

II

Grafik 3.30Perkembangan SKNBI NTT Berdasarkan Nominal

From NTT To NTT

I

2014

IIIII IV I

2015

II0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 42

Pada triwulan ini outflow lebih besar dibandingkan dengan Inflow sehingga Provinsi NTT pada Triwulan II 2015

mengalami Nett-outflow dengan pertumbuhan sebesar 456,88% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 167,31% (yoy). Dengan adanya Nett-outflow pada Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT berarti uang yang beredar dimasyarakat lebih banyak dan menandakan adanya pergerakan

ekonomi yang positif dibandingkan dengan uang yang disetor atau disimpan di bank.

Jumlah aliran uang dari dan ke Bank Indonesia di Provinsi NTT mengikuti pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi

NTT, pada awal tahun Triwulan I cenderung akan melakukan penyetoran (inflow) kemudian pada Triwulan II uang yang

beredar akan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan uang yang disetor oleh perbankan di Bank Indonesia. Hal ini

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif pada Triwulan II 2015.

Pada triwulan II 2015, jumlah pemusnahan uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT tercatat

sebesar Rp. 276,55 miliar, meningkat sebesar 19,53% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 2,26% (yoy). Sementara itu, rasio pemusnahan uang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

dibandingkan Nasional pada Triwulan II 2015 yaitu sebesar 0,83%. Peningkatan ini disebabkan oleh masih rendahnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas uang yang dimiliki.

Grafik 3.32 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

Outflow (Rp. Miliar) yoy inflow yoy outflowInflow (Rp. Miliar)

II

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Tunai

Net In/Out (Rp. Miliar) qtq yoy-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 43

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (UPAL)Pada triwulan II 2015, temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

NTT sedikit menurun. Jumlah lembar uang palsu turun dari 27 lembar menjadi 22 lembar pada triwulan laporan. Uang

palsu yang ditemukan umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,- dan pecahan Rp.50.000,-. Peningkatan jumlah

uang palsu yang ditemukan salah satunya merupakan hasil dari intensifnya kegiatan pengenalan ciri-ciri keaslian uang

rupiah. Selain hal itu, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan tingginya

uang palsu yang dilaporkan.

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Grafik 3.34 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

20

40

60

80

100

120

140

Lembar UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II

Grafik 3.33 Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

Outflow (Rp. Miliar) QtQ UTLE YoY UTLEInflow (Rp. Miliar) UTLE

II

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 44

Pada hari Selasa tanggal 16 Juni 2015, Polres Ngada telah menemukan 938 lembar uang rupiah yang diragukan keasliannya

yang terdiri atas 160 lembar pecahan Rp.100.000,- tahun emisi 2004 dan 778 lembar pecahan Rp.50.000,- tahun emisi 2005

di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Terungkapnya kasus ini tidak terlepas dari peran 2 (dua) orang warga setempat

yang memberikan informasi kepada petugas kepolisian. Menindaklanjuti informasi dimaksud, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia (KPw BI) Provinsi NTT melakukan koordinasi dengan Polres setempat yang dilanjutkan dengan pengiriman penyidik

Polres Ngada untuk melakukan klarifikasi atas temuan dimaksud sekaligus membuat Berita Acara Pemeriksaan Saksi Ahli.

Berdasarkan hasil klarifikasi, dapat dipastikan bahwa seluruh temuan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut

bukan merupakan uang asli yang dikeluarkan oleh BI. Adapun hal-hal teknis yang membuktikan bahwa uang temuan

dimaksud tidak sesuai dengan ciri-ciri keaslian uang rupiah adalah sebagai berikut:

Kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengenali uang rupiah sangat dibutuhkan untuk mencegah beredarnya uang

yang diragukan keasliannya. KPw BI Provinsi NTT secara aktif dan berkelanjutan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang

rupiah setiap tahunnya kepada berbagai elemen masyarakat di seluruh daerah NTT. Dengan demikian diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk membedakan uang rupiah asli dan palsu.

Sejalan dengan momen pengungkapan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut, pada hari Rabu tanggal 1 Juli

2015, yang juga bertepatan dengan HUT Bank Indonesia ke 62 dan HUT Bhayangkara ke 69, Kepala KPw BI Provinsi NTTdan

Kepala Kepolisian Daerah NTT menandatangani Kesepakatan Bersama tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Dalam

Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kesepakatan bersama tersebut merupakan tindak lanjut di tingkat daerah setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman

antara Gubernur Bank Indonesia, Agus D. W. Martowardojo, dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada saat

itu, Jendral Polisi Sutarman tanggal 1 September 2014 di Jakarta tentang Kerjasama dalam Mendukung Pelaksanaan Tugas

dan Kewenangan Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BOKS 3. PENGUNGKAPAN KASUS PENGEDARAN UANG PALSU DI KABUPATEN NGADA SERTAPENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KPW BI PROVINSI NTT

DAN KEPOLISIAN DAERAH NTT

Tabel Boks 3.1.Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah

-Warna pada permukaan uang lebih buram-OVI tidak berubah warna-Tidak terdapat benang pengaman yang tertanam dalam uang

-Angka nominal dan tulisan Bank Indonesia tidak terasa kasar

-Bahan uang yang digunakan adalah bahan kertas yang tidak memudar dibawah sinar ultra violet-tidak ter dapat mikroteks

Dilihat

Diraba

Diterawang

Dengan Ultra Violet (UV)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 45

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (UPAL)Pada triwulan II 2015, temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

NTT sedikit menurun. Jumlah lembar uang palsu turun dari 27 lembar menjadi 22 lembar pada triwulan laporan. Uang

palsu yang ditemukan umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,- dan pecahan Rp.50.000,-. Peningkatan jumlah

uang palsu yang ditemukan salah satunya merupakan hasil dari intensifnya kegiatan pengenalan ciri-ciri keaslian uang

rupiah. Selain hal itu, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan tingginya

uang palsu yang dilaporkan.

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Grafik 3.34 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

20

40

60

80

100

120

140

Lembar UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II

Grafik 3.33 Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

Outflow (Rp. Miliar) QtQ UTLE YoY UTLEInflow (Rp. Miliar) UTLE

II

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 44

Pada hari Selasa tanggal 16 Juni 2015, Polres Ngada telah menemukan 938 lembar uang rupiah yang diragukan keasliannya

yang terdiri atas 160 lembar pecahan Rp.100.000,- tahun emisi 2004 dan 778 lembar pecahan Rp.50.000,- tahun emisi 2005

di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Terungkapnya kasus ini tidak terlepas dari peran 2 (dua) orang warga setempat

yang memberikan informasi kepada petugas kepolisian. Menindaklanjuti informasi dimaksud, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia (KPw BI) Provinsi NTT melakukan koordinasi dengan Polres setempat yang dilanjutkan dengan pengiriman penyidik

Polres Ngada untuk melakukan klarifikasi atas temuan dimaksud sekaligus membuat Berita Acara Pemeriksaan Saksi Ahli.

Berdasarkan hasil klarifikasi, dapat dipastikan bahwa seluruh temuan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut

bukan merupakan uang asli yang dikeluarkan oleh BI. Adapun hal-hal teknis yang membuktikan bahwa uang temuan

dimaksud tidak sesuai dengan ciri-ciri keaslian uang rupiah adalah sebagai berikut:

Kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengenali uang rupiah sangat dibutuhkan untuk mencegah beredarnya uang

yang diragukan keasliannya. KPw BI Provinsi NTT secara aktif dan berkelanjutan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang

rupiah setiap tahunnya kepada berbagai elemen masyarakat di seluruh daerah NTT. Dengan demikian diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk membedakan uang rupiah asli dan palsu.

Sejalan dengan momen pengungkapan uang rupiah yang diragukan keasliannya tersebut, pada hari Rabu tanggal 1 Juli

2015, yang juga bertepatan dengan HUT Bank Indonesia ke 62 dan HUT Bhayangkara ke 69, Kepala KPw BI Provinsi NTTdan

Kepala Kepolisian Daerah NTT menandatangani Kesepakatan Bersama tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Dalam

Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kesepakatan bersama tersebut merupakan tindak lanjut di tingkat daerah setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman

antara Gubernur Bank Indonesia, Agus D. W. Martowardojo, dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada saat

itu, Jendral Polisi Sutarman tanggal 1 September 2014 di Jakarta tentang Kerjasama dalam Mendukung Pelaksanaan Tugas

dan Kewenangan Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BOKS 3. PENGUNGKAPAN KASUS PENGEDARAN UANG PALSU DI KABUPATEN NGADA SERTAPENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KPW BI PROVINSI NTT

DAN KEPOLISIAN DAERAH NTT

Tabel Boks 3.1.Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah

-Warna pada permukaan uang lebih buram-OVI tidak berubah warna-Tidak terdapat benang pengaman yang tertanam dalam uang

-Angka nominal dan tulisan Bank Indonesia tidak terasa kasar

-Bahan uang yang digunakan adalah bahan kertas yang tidak memudar dibawah sinar ultra violet-tidak ter dapat mikroteks

Dilihat

Diraba

Diterawang

Dengan Ultra Violet (UV)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 45

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Adapun isi Kesepakatan Bersama antara KPw BI Provinsi NTT dengan Polda NTT diantaranya adalah:

Tabel Boks 3.2. Nota Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Tugas Bank Indonesia antara Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Evaluasi efektivitaspenanganan dugaan TP

SP dan KUPVA

Evaluasi efektivitas pelaksanaanpelanggaran kewajiban

penggunaan Rupiah

Evaluasi pengamanan dan pengawalan barang berharga

- Forum Koordinat Tingkat Daerah (FTKD) Provinsi NTT- Pertemuan koordinasi minimal setahun sekali

- Kpw BI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

- KPwBI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

- Kpw BI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

Evaluasi efektivitaskoor dinasi pembuinaan dan

pengawasan BUJPSiaran Pers

- Dilakukan oleh Kpw BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah NTT berdasarkan kesepakatan bersama dan dilakukan secara efektif

Kesepakatan bersama yang telah ditandatangani sebagai bentuk sinergi antara KPw BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah

NTT diharapkan dapat mencegah tindak pidana tidak hanya terhadap pemalsuan uang rupiah, tetapi juga tindak pidana

lainnya di bidang Sistem Pembayaran seperti: transfer dana, Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, uang elektronik,

KUPVA, dan pelanggaran kewajiban penggunaan uang rupiah di wilayah NKRI.

Tata cara pelaksanaan penangannan dugaan

TP SP dan KUPVA

Tata cara pelaksanaanpengamanan BI dan pengawalan barang

berharga milik negara

Tata cara pelaksanaan penanganan dugaan

pelanggaran kewajibanpenggunaan uang

rupiah di NKRI

Tata cara pelaksanaanpembinaan dan

pengawasan terhadapBadan Usaha Jasa

Pengamanan untuk kawal angkut uang

dan pengelolaan uang

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 46

BAB IV

KEUANGANDAERAH

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Adapun isi Kesepakatan Bersama antara KPw BI Provinsi NTT dengan Polda NTT diantaranya adalah:

Tabel Boks 3.2. Nota Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Tugas Bank Indonesia antara Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Evaluasi efektivitaspenanganan dugaan TP

SP dan KUPVA

Evaluasi efektivitas pelaksanaanpelanggaran kewajiban

penggunaan Rupiah

Evaluasi pengamanan dan pengawalan barang berharga

- Forum Koordinat Tingkat Daerah (FTKD) Provinsi NTT- Pertemuan koordinasi minimal setahun sekali

- Kpw BI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

- KPwBI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

- Kpw BI NTT dan Polda NTT melaksanakan rapat secara rutin minimal setahun sekali

Evaluasi efektivitaskoor dinasi pembuinaan dan

pengawasan BUJPSiaran Pers

- Dilakukan oleh Kpw BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah NTT berdasarkan kesepakatan bersama dan dilakukan secara efektif

Kesepakatan bersama yang telah ditandatangani sebagai bentuk sinergi antara KPw BI Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah

NTT diharapkan dapat mencegah tindak pidana tidak hanya terhadap pemalsuan uang rupiah, tetapi juga tindak pidana

lainnya di bidang Sistem Pembayaran seperti: transfer dana, Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, uang elektronik,

KUPVA, dan pelanggaran kewajiban penggunaan uang rupiah di wilayah NKRI.

Tata cara pelaksanaan penangannan dugaan

TP SP dan KUPVA

Tata cara pelaksanaanpengamanan BI dan pengawalan barang

berharga milik negara

Tata cara pelaksanaan penanganan dugaan

pelanggaran kewajibanpenggunaan uang

rupiah di NKRI

Tata cara pelaksanaanpembinaan dan

pengawasan terhadapBadan Usaha Jasa

Pengamanan untuk kawal angkut uang

dan pengelolaan uang

BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 46

BAB IV

KEUANGANDAERAH

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

4.1 KONDISI UMUM

Pada triwulan-II 2015, terdapat kenaikan pagu anggaran belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTT.

Peningkatan anggaran APBN sebesar 28,3% atau Rp 2,4 triliun, dari sebelumnya Rp 8,58 triliun (Tw I -2015) menjadi Rp

11,01 triliun (Tw-II 2015). Peningkatan anggaran tersebut diperuntukkan bagi pengembangan sektor infrastruktur,

perguruan tinggi dan dana desa. Apabila dikumulatifkan, total pagu anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT sepanjang tahun 2015 mencapai Rp 31,08 triliun atau meningkat sebesar Rp 3,8 triliun

dibandingkan tahun 2014. Pangsa alokasi belanja terbesar ada pada belanja konsumsi yang mencapai 70,5% dari pagu

belanja, sementara belanja modal sebesar 29,5%.

Berdasarkan komponennya, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan-II 2015 mencapai 53,3% dari

pagu pendapatan APBN dan APBD tahun 2015. Pendapatan tertinggi terutama berasal dari realisasi Dana Alokasi

Umum (DAU) kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah mencapai 55,2% atau Rp 6,6 triliun pada

triwulan-II 2015. Sementara, transfer dana desa ke rekening Pemerintah Kabupaten/Kota telah mencapai 40% atau

sebesar Rp 325 miliar, namun proses pencairan sampai rekening desa masih terkendala kelengkapan administrasi di

tingkat desa untuk beberapa daerah. Di sisi lain, pendapatan APBN telah mencapai 233,6% seiring dengan adanya

realisasi penerimaan pajak yang tidak dikenakan target perolehan pendapatan pajak (sifat perolehan data Pajak

Penghasilan (PPh) yang tidak hanya dihasilkan dari penduduk di Provinsi NTT, tetapi juga ditambah dengan penduduk

ber-KTP NTT yang ada di luar wilayah NTT).

Kinerja realisasi keuangan pemerintah pada triwulan II 2015 masih cukup rendah seiring

dengan realisasi belanja yang belum optimal. Namun demikian, mulai selesainya

permasalahan numenklatur Kementerian dan sebagian besar proses tender yang sudah

selesai, diyakini dapat meningkatkan realisasi belanja pemerintah pada semester II. Realisasi

pendapatan pemerintah hingga triwulan II 2015 relatif cukup tinggi dan telah melebihi 50%

dari pagu rencana pendapatan

Realisasi belanja pemerintah, terutama belanja modal relatif cukup rendah.

Terdapat penambahan alokasi anggaran APBN untuk Provinsi NTT sebesar 28,31% pada

triwulan-II 2015. Adanya realisasi dana desa dan penyelenggaraan Pilkada di 9 Kabupaten

berpotensi meningkatkan belanja Pemerintah.

KEUANGAN DAERAH

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 49

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

4.1 KONDISI UMUM

Pada triwulan-II 2015, terdapat kenaikan pagu anggaran belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTT.

Peningkatan anggaran APBN sebesar 28,3% atau Rp 2,4 triliun, dari sebelumnya Rp 8,58 triliun (Tw I -2015) menjadi Rp

11,01 triliun (Tw-II 2015). Peningkatan anggaran tersebut diperuntukkan bagi pengembangan sektor infrastruktur,

perguruan tinggi dan dana desa. Apabila dikumulatifkan, total pagu anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT sepanjang tahun 2015 mencapai Rp 31,08 triliun atau meningkat sebesar Rp 3,8 triliun

dibandingkan tahun 2014. Pangsa alokasi belanja terbesar ada pada belanja konsumsi yang mencapai 70,5% dari pagu

belanja, sementara belanja modal sebesar 29,5%.

Berdasarkan komponennya, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan-II 2015 mencapai 53,3% dari

pagu pendapatan APBN dan APBD tahun 2015. Pendapatan tertinggi terutama berasal dari realisasi Dana Alokasi

Umum (DAU) kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah mencapai 55,2% atau Rp 6,6 triliun pada

triwulan-II 2015. Sementara, transfer dana desa ke rekening Pemerintah Kabupaten/Kota telah mencapai 40% atau

sebesar Rp 325 miliar, namun proses pencairan sampai rekening desa masih terkendala kelengkapan administrasi di

tingkat desa untuk beberapa daerah. Di sisi lain, pendapatan APBN telah mencapai 233,6% seiring dengan adanya

realisasi penerimaan pajak yang tidak dikenakan target perolehan pendapatan pajak (sifat perolehan data Pajak

Penghasilan (PPh) yang tidak hanya dihasilkan dari penduduk di Provinsi NTT, tetapi juga ditambah dengan penduduk

ber-KTP NTT yang ada di luar wilayah NTT).

Kinerja realisasi keuangan pemerintah pada triwulan II 2015 masih cukup rendah seiring

dengan realisasi belanja yang belum optimal. Namun demikian, mulai selesainya

permasalahan numenklatur Kementerian dan sebagian besar proses tender yang sudah

selesai, diyakini dapat meningkatkan realisasi belanja pemerintah pada semester II. Realisasi

pendapatan pemerintah hingga triwulan II 2015 relatif cukup tinggi dan telah melebihi 50%

dari pagu rencana pendapatan

Realisasi belanja pemerintah, terutama belanja modal relatif cukup rendah.

Terdapat penambahan alokasi anggaran APBN untuk Provinsi NTT sebesar 28,31% pada

triwulan-II 2015. Adanya realisasi dana desa dan penyelenggaraan Pilkada di 9 Kabupaten

berpotensi meningkatkan belanja Pemerintah.

KEUANGAN DAERAH

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 49

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dari komponen belanja daerah, total realisasi belanja pemerintah hingga triwulan-II 2015 mencapai 23,9%

atau Rp 7,4 triliun dari total pagu tahun 2015 sebesar Rp 31,09 triliun. Realisasi anggaran yang cukup rendah

terutama berasal dari anggaran belanja Pemerintah Pusat (19,4%) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (24,4%),

sementara belanja Pemerintah Provinsi (36,6%) cenderung mengalami kenaikan apabila dibandingkan periode yang

sama tahun 2014 sebesar 32,8%. Pencapaian realisasi anggaran yang masih cukup rendah terjadi seiring adanya

penambahan anggaran APBN hingga sebesar Rp 2,4 triliun pada triwulan-II dan adanya beberapa kendala yang muncul,

seperti: permasalahan numenklatur yang masih terjadi di beberapa Kementerian, proses lelang yang masih berjalan,

kontraktor yang tidak mencairkan anggaran sesuai termin proyek, keengganan pegawai untuk menjadi Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) dan permasalahan administrasi proyek yang cukup panjang. Dampak penyesuaian

numenklatur dapat terlihat pada realisasi anggaran Pendidikan Dasar (Dikdas) dan Pendidikan Menengah (Dikmen)

yang masih terkendala proses penggabungan. Begitupula dengan realisasi belanja Kemenristek dan Dikti yang baru

mencapai 3% dikarenakan tidak dapat melakukan proses tender sampai permasalahan numenklatur selesai.. Dalam

rangka mendorong peningkatan realisasi belanja, Sekretaris Daerah Provinsi NTT telah menyampaikan surat kepada

semua SKPD agar segera melakukan percepatan realisasi anggaran, selain itu terdapat pula aturan dari Gubernur bahwa

Satker yang memiliki penyerapan anggaran di bawah rata-rata tidak akan mendapatkan penambahan anggaran pada

APBD Perubahan 2015.

Sumber pendapatan utama APBN di Provinsi NTT sampai dengan triwulan-II 2015 berasal dari Pajak

Penghasilan yang mencapai 54,3% atau Rp 386,8 miliar dari total pendapatan APBN di Provinsi NTT. Sementara untuk

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sumber pendapatan utama daerah sampai dengan triwulan II

berasal dari Dana alokasi Umum (DAU), dengan rincian: Pemerintah Provinsi mendapatkan anggaran Rp 758 miliar atau

45,5% dari total pendapatan Pemerintah Provinsi NTT, sementara Pemerintah Kabupaten/Kota mendapatkan Rp 5,9

triliun atau 74,1% dari total pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Selain DAU, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota juga ditopang dari dana

penyesuaian dan otonomi khusus (Otsus) yang cukup besar. Untuk Pemerintah Provinsi, pendapatan dana Otsus

mencapai Rp 479 miliar atau 28,7% dari total pendapatan. Sementara dana penyesuaian untuk Pemerintah

Kabupaten/Kota mencapai Rp 643 miliar atau 8,1% dari total pendapatan.

Sumber : BPS Provinsi NTT (Data Diolah)

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

19.36

31.09

10.32

53,3% 23,9%

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Trillions

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

0,31

15.78

3.28

0.71

7.94

1.67

Trillions

REALISASI

APBN KAB PROV

11.02

16.78

3.290.61

4.10

1.20

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

7.44

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

16%

11% 35%29%

54% 55%

14%17% 2%

7%

81% 77%

223,6%

50,3% 50,8% 19,4% 36,6%24,4%

4.2 Pendapatan Daerah

1

REALISASI

PAGU

REALISASI

PAGU

BAB IV - KEUANGAN DAERAH50 KEUANGAN DAERAH - BAB IV 51

Berdasarkan sumber pendapatan, realisasi pendapatan dari dana Otsus untuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota

hingga triwulan-II 2015 mencapai 50,2% dari total pagu, sementara pendapatan dari Dana Alokasi Umum (DAU)

mencapai 55,2%. Di sisi lain, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil dikumpulkan oleh Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota mencapai 40,6%.

Secara spasial, rata-rata realisasi pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT mencapai

50,18%. Realisasi pendapatan tertinggi di Provinsi NTT diperoleh oleh Kab. Manggarai Timur (Matim) yang mencapai

58%, sementara realisasi pendapatan terendah ada di Kab. Timor Tengah Utara (TTU) yang baru mencapai 40,5%.

Tingginya realisasi pendapatan Kab. Matim terutama didorong oleh realisasi DAU yang telah mencapai 58,3% serta

dana Otsus yang telah mencapai 70,4%. Sementara realisasi DAU untuk Kab. TTU baru mencapai 41,7% dan dana

Otsus hanya mencapai 28,6%. Tingginya DAU dan Otsus menunjukkan adanya ketergantungan tinggi Provinsi NTT

kepada Pemerintah Pusat, guna mengurangi hal tersebut, perlu adanya penciptaan obyek-obyek pendapatan pajak dan

restribusi baru melalui peningkatan iklim investasi dan penciptaan sentra industri baru.

Realisasi belanja Pemerintah di Provinsi NTT hingga triwulan-II 2015 mencapai Rp 7,4 triliun atau 23,9% dari pagu

belanja tahun 2015. Realisasi belanja tertinggi berada pada Pemerintah Provinsi yang mencapai 36,6%, sementara

penambahan anggaran APBN membuat realisasi anggaran pemerintah pusat baru mencapai 19,4%. Realisasi belanja

pemerintah daerah di Provinsi NTT masih didominasi oleh belanja konsumsi dengan pangsa 87,5% dari total realisasi

belanja pada triwulan-II. Realisasi belanja konsumsi tertinggi terutama dipergunakan untuk belanja pegawai. Namun

untuk Pemerintah Provinsi, realisasi belanja hibah menjadi komponen yang paling tinggi menyerap anggaran sampai

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBNdi Provinsi NTT

PENDAPATAN PAJAK PENGHASILAN

PENDAPATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKLAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

54,30%

23,89%

0,04%7,14%

19,59%

0,05%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PADDana Alokasi UmumDana Alokasi Khusus

Dana Lainnya

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Propinsi

Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBDProvinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

28,7%

2,5%

21,45

45,55

1,9%

8,4%4,1%

8,1%

5,3%

74,1%

KABUPATENPROVINSI KAB+PROV

38.70

58.83

37.52

43.05

55.21

37.52

50.19

40.59

54.877

37.58

77.39

0

10

20

30

40

50

60

PAD Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Penyesuain dan Otonomi Khusus

Lainnya

44.35

44.18

20.30

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

70

80

90

37.11

Grafik 4.4. Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Matim 58.0

Kota Kupang 56.0

Flotim 55.0

Sumba Barat 54.9

Ende 54.7

Nagekeo 53.9

Mabar 53.4

TTS 54.3

Sumba Timur 53.2

Rote 62.9

SBD 52.6

Sumba Tengah 52.5

Prov. NTT 50.8

Malaka 49.9

Belu 49.3

Lembata 46.0

Sikka 45.7

Kab. Kupang 45.6

SabuRaijua 45.4

Alor 44.1

Ngada 44.0

Manggarai 42.8

TTU 40.5

0 10 20 30 40 50 60

Grafik 4.5. Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

4.3 Belanja Daerah

Kab/Kota

1

Data bersumber dari realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara alokasi Provinsi Nusa Tenggara Timur serta APBD Provinsi NTT dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT. Sifat data adalah realisasi hingga akhir Juni 2015. Sifat data masih sementara karena masih terus dilakukan update di beberapa kabupaten/kota.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dari komponen belanja daerah, total realisasi belanja pemerintah hingga triwulan-II 2015 mencapai 23,9%

atau Rp 7,4 triliun dari total pagu tahun 2015 sebesar Rp 31,09 triliun. Realisasi anggaran yang cukup rendah

terutama berasal dari anggaran belanja Pemerintah Pusat (19,4%) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (24,4%),

sementara belanja Pemerintah Provinsi (36,6%) cenderung mengalami kenaikan apabila dibandingkan periode yang

sama tahun 2014 sebesar 32,8%. Pencapaian realisasi anggaran yang masih cukup rendah terjadi seiring adanya

penambahan anggaran APBN hingga sebesar Rp 2,4 triliun pada triwulan-II dan adanya beberapa kendala yang muncul,

seperti: permasalahan numenklatur yang masih terjadi di beberapa Kementerian, proses lelang yang masih berjalan,

kontraktor yang tidak mencairkan anggaran sesuai termin proyek, keengganan pegawai untuk menjadi Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) dan permasalahan administrasi proyek yang cukup panjang. Dampak penyesuaian

numenklatur dapat terlihat pada realisasi anggaran Pendidikan Dasar (Dikdas) dan Pendidikan Menengah (Dikmen)

yang masih terkendala proses penggabungan. Begitupula dengan realisasi belanja Kemenristek dan Dikti yang baru

mencapai 3% dikarenakan tidak dapat melakukan proses tender sampai permasalahan numenklatur selesai.. Dalam

rangka mendorong peningkatan realisasi belanja, Sekretaris Daerah Provinsi NTT telah menyampaikan surat kepada

semua SKPD agar segera melakukan percepatan realisasi anggaran, selain itu terdapat pula aturan dari Gubernur bahwa

Satker yang memiliki penyerapan anggaran di bawah rata-rata tidak akan mendapatkan penambahan anggaran pada

APBD Perubahan 2015.

Sumber pendapatan utama APBN di Provinsi NTT sampai dengan triwulan-II 2015 berasal dari Pajak

Penghasilan yang mencapai 54,3% atau Rp 386,8 miliar dari total pendapatan APBN di Provinsi NTT. Sementara untuk

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sumber pendapatan utama daerah sampai dengan triwulan II

berasal dari Dana alokasi Umum (DAU), dengan rincian: Pemerintah Provinsi mendapatkan anggaran Rp 758 miliar atau

45,5% dari total pendapatan Pemerintah Provinsi NTT, sementara Pemerintah Kabupaten/Kota mendapatkan Rp 5,9

triliun atau 74,1% dari total pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Selain DAU, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota juga ditopang dari dana

penyesuaian dan otonomi khusus (Otsus) yang cukup besar. Untuk Pemerintah Provinsi, pendapatan dana Otsus

mencapai Rp 479 miliar atau 28,7% dari total pendapatan. Sementara dana penyesuaian untuk Pemerintah

Kabupaten/Kota mencapai Rp 643 miliar atau 8,1% dari total pendapatan.

Sumber : BPS Provinsi NTT (Data Diolah)

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

19.36

31.09

10.32

53,3% 23,9%

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Trillions

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

0,31

15.78

3.28

0.71

7.94

1.67

Trillions

REALISASI

APBN KAB PROV

11.02

16.78

3.290.61

4.10

1.20

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

7.44

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

16%

11% 35%29%

54% 55%

14%17% 2%

7%

81% 77%

223,6%

50,3% 50,8% 19,4% 36,6%24,4%

4.2 Pendapatan Daerah

1

REALISASI

PAGU

REALISASI

PAGU

BAB IV - KEUANGAN DAERAH50 KEUANGAN DAERAH - BAB IV 51

Berdasarkan sumber pendapatan, realisasi pendapatan dari dana Otsus untuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota

hingga triwulan-II 2015 mencapai 50,2% dari total pagu, sementara pendapatan dari Dana Alokasi Umum (DAU)

mencapai 55,2%. Di sisi lain, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil dikumpulkan oleh Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota mencapai 40,6%.

Secara spasial, rata-rata realisasi pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT mencapai

50,18%. Realisasi pendapatan tertinggi di Provinsi NTT diperoleh oleh Kab. Manggarai Timur (Matim) yang mencapai

58%, sementara realisasi pendapatan terendah ada di Kab. Timor Tengah Utara (TTU) yang baru mencapai 40,5%.

Tingginya realisasi pendapatan Kab. Matim terutama didorong oleh realisasi DAU yang telah mencapai 58,3% serta

dana Otsus yang telah mencapai 70,4%. Sementara realisasi DAU untuk Kab. TTU baru mencapai 41,7% dan dana

Otsus hanya mencapai 28,6%. Tingginya DAU dan Otsus menunjukkan adanya ketergantungan tinggi Provinsi NTT

kepada Pemerintah Pusat, guna mengurangi hal tersebut, perlu adanya penciptaan obyek-obyek pendapatan pajak dan

restribusi baru melalui peningkatan iklim investasi dan penciptaan sentra industri baru.

Realisasi belanja Pemerintah di Provinsi NTT hingga triwulan-II 2015 mencapai Rp 7,4 triliun atau 23,9% dari pagu

belanja tahun 2015. Realisasi belanja tertinggi berada pada Pemerintah Provinsi yang mencapai 36,6%, sementara

penambahan anggaran APBN membuat realisasi anggaran pemerintah pusat baru mencapai 19,4%. Realisasi belanja

pemerintah daerah di Provinsi NTT masih didominasi oleh belanja konsumsi dengan pangsa 87,5% dari total realisasi

belanja pada triwulan-II. Realisasi belanja konsumsi tertinggi terutama dipergunakan untuk belanja pegawai. Namun

untuk Pemerintah Provinsi, realisasi belanja hibah menjadi komponen yang paling tinggi menyerap anggaran sampai

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBNdi Provinsi NTT

PENDAPATAN PAJAK PENGHASILAN

PENDAPATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKLAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

54,30%

23,89%

0,04%7,14%

19,59%

0,05%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PADDana Alokasi UmumDana Alokasi Khusus

Dana Lainnya

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Propinsi

Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBDProvinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

28,7%

2,5%

21,45

45,55

1,9%

8,4%4,1%

8,1%

5,3%

74,1%

KABUPATENPROVINSI KAB+PROV

38.70

58.83

37.52

43.05

55.21

37.52

50.19

40.59

54.877

37.58

77.39

0

10

20

30

40

50

60

PAD Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Penyesuain dan Otonomi Khusus

Lainnya

44.35

44.18

20.30

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

70

80

90

37.11

Grafik 4.4. Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Matim 58.0

Kota Kupang 56.0

Flotim 55.0

Sumba Barat 54.9

Ende 54.7

Nagekeo 53.9

Mabar 53.4

TTS 54.3

Sumba Timur 53.2

Rote 62.9

SBD 52.6

Sumba Tengah 52.5

Prov. NTT 50.8

Malaka 49.9

Belu 49.3

Lembata 46.0

Sikka 45.7

Kab. Kupang 45.6

SabuRaijua 45.4

Alor 44.1

Ngada 44.0

Manggarai 42.8

TTU 40.5

0 10 20 30 40 50 60

Grafik 4.5. Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

4.3 Belanja Daerah

Kab/Kota

1

Data bersumber dari realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara alokasi Provinsi Nusa Tenggara Timur serta APBD Provinsi NTT dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT. Sifat data adalah realisasi hingga akhir Juni 2015. Sifat data masih sementara karena masih terus dilakukan update di beberapa kabupaten/kota.

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

dengan triwulan-II 2015. Dari segi serapan anggaran belanja modal, realisasi belanja modal tertinggi oleh pemerintah

Provinsi yang mencapai 20,4%, sementara realisasi terendah berada pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang baru

mencapai 5,8%.

Beberapa permasalahan yang menghambat percepatan realisasi anggaran di daerah selain permasalahan

numenklatur Kementerian, diantaranya adalah permasalahan administrasi, keengganan pegawai untuk

menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), serta kebiasaan kontraktor untuk mencairkan termin di akhir

proyek. Permasalahan administrasi terjadi pada beberapa kasus, diantaranya pencairan dana desa ke rekening desa

yang memerlukan adanya kelengkapan proposal administrasi (RPJMDes, RKPDes dan APBDes), serta belum siapnya

sumber daya manusia di daerah untuk menerapkan E-Catalogue. Permasalahan lainnya adalah banyaknya PPK yang

tersangkut masalah hukum dalam kegiatan proyek sehingga menyebabkan keenganan para pegawai di daerah untuk

menjadi PPK. Fungsi advisory dan pembinaan dari instansi hukum terkait perlu ditingkatkan guna menciptakan rasa

aman bagi PPK dalam melakukan kegiatan proyek. Sementara, keengganan kontraktor untuk mengambil dana sesuai

termin disebabkan oleh lokasi kontraktor yang berada di daerah dan proses administrasi yang panjang di SKPD,

sehingga kontraktor lebih memilih mencairkan termin di akhir proyek.

Potensi realisasi anggaran belanja pada triwulan-III 2015 diperkirakan akan meningkat seiring selesainya

permasalahan numenklatur, kegiatan lelang yang sudah berjalan di satker dan realisasi dana desa. Terkait

dana desa, sampai akhir Juni 2015 telah dilakukan transfer kepada seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT dengan total

anggaran Rp 325 miliar atau 40% dari pagu anggaran dana desa. Selanjutnya, dalam proses pencairan dan

penggunaan dana desa perlu adanya agenda pengumpulan Kepala Desa untuk dilakukan bimbingan dan pengarahan,

sehingga kekhawatiran terjadinya penyalahgunaan anggaran dan potensi kesalahan prosedur dapat diminimalisir.

Penggunaan dana desa yang tepat sasaran dan tepat guna dapat berpengaruh positif bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.6. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

19,4

24,4

36,6

23,9

12,2

5,8

20,4

10,1

25,2

29,6

39,9

29,7

%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Belanja APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL

28.28

5.20 9.55

43.1672.26

20.32

24.562.34

15.06

47.64

3.99 5.23

APBN KAB PROV

14.486.28

120

100

80

60

40

20

0

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

37

31

17 16

35

19

44

107 20 15

41

50

0

24

0

35.6

19.2

48.8

14.3

23.220.7

14.8

%

4

32

14

BAB IV - KEUANGAN DAERAH52

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 53

Dari sisi spasial, realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota pada triwulan II 2015 mencapai rata-

rata 23,9%. Realisasi belanja pemerintah tertinggi ada pada Pemerintah Kab. Flores Timur (31,7%), sementara realisasi

terendah di Kab. Sumba Tengah sebesar 13,4%. Sementara rata-rata realisasi belanja modal di Provinsi NTT mencapai

5,6% dengan realisasi belanja modal tertinggi Kab. Sabu Raijua (26,2%) dan terendah Kab. Malaka (0%). Rendahnya

realisasi belanja kiranya dapat menjadi perhatian setiap instansi di daerah, terutama belanja modal yang dapat

menciptakan efek berganda pada perekonomian daerah. Adanya Pilkada diprediksi akan meningkatkan belanja

konsumsi di akhir tahun 2015

Berdasarkan data perbankan pada bulan Juni 2015 terdapat Dana Pihak Ketiga (DPK) atau simpanan

pemerintah sebesar Rp 7,26 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 1,27 triliun atau 21,3% (yoy)

dibandingkan Juni 2014. Hal ini menunjukkan bahwa hingga triwulan-II 2015 penyaluran realisasi belanja pemerintah

masih cukup rendah. Namun besarnya potensi dana yang belum terealisasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

yang lebih baik pada triwulan-III 2015. Instrumen utama penempatan dana pemerintah di perbankan, terutama berada

pada giro yang mencapai Rp 5,31 triliun, sementara sisanya sebesar Rp 1,95 triliun ditempatkan pada deposito dan

tabungan.

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

35

5

30

25

20

15

10

0

Mab

ar

Man

ggar

ai

Mat

im

Nga

da

Nag

ekeo

Ende

Sikk

a

Flot

im

Lem

bata

Alo

r

Sum

ba B

arat

SBD

Sum

ba T

enga

h

Sum

ba T

imur

Sabu

Rai

jua

Rote

Kab.

Kup

ang

TTS

TTU

Mal

aka

Belu

Kota

Kup

ang

26,18

31.10

29.63

19.62 18.87

27.48

28.89

31.73

25.10

20.7321.87

16.88

13.37

22.37

28.98

21.92

18.67

24.76

26.81

15.53

25.21

31.45

10.33

8.26

4.66 4.331.26

0.61

7.64

16.10

3.66

2.53

4.112.30

0.03

5.76

26.17

4.02

0.81

2.70 3.05

0.00

3.23

5.43

Grafik 4.10. Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

2012 2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.54 3.97 3.87

1.80

3.83 4.35

4.16

1.96

4.28

5.99 5.57

2.83

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

5.74

8

7

II

7.26

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.11. Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

51.71 0.38 0 52.10

352.12 4.79 325.60 682.52

196.45 31.09 155.17

4,711.34 125.29 1,310.52

5,311.62 161.55 1,791.29

382.70

6,147.15

7,264.47

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

dengan triwulan-II 2015. Dari segi serapan anggaran belanja modal, realisasi belanja modal tertinggi oleh pemerintah

Provinsi yang mencapai 20,4%, sementara realisasi terendah berada pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang baru

mencapai 5,8%.

Beberapa permasalahan yang menghambat percepatan realisasi anggaran di daerah selain permasalahan

numenklatur Kementerian, diantaranya adalah permasalahan administrasi, keengganan pegawai untuk

menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), serta kebiasaan kontraktor untuk mencairkan termin di akhir

proyek. Permasalahan administrasi terjadi pada beberapa kasus, diantaranya pencairan dana desa ke rekening desa

yang memerlukan adanya kelengkapan proposal administrasi (RPJMDes, RKPDes dan APBDes), serta belum siapnya

sumber daya manusia di daerah untuk menerapkan E-Catalogue. Permasalahan lainnya adalah banyaknya PPK yang

tersangkut masalah hukum dalam kegiatan proyek sehingga menyebabkan keenganan para pegawai di daerah untuk

menjadi PPK. Fungsi advisory dan pembinaan dari instansi hukum terkait perlu ditingkatkan guna menciptakan rasa

aman bagi PPK dalam melakukan kegiatan proyek. Sementara, keengganan kontraktor untuk mengambil dana sesuai

termin disebabkan oleh lokasi kontraktor yang berada di daerah dan proses administrasi yang panjang di SKPD,

sehingga kontraktor lebih memilih mencairkan termin di akhir proyek.

Potensi realisasi anggaran belanja pada triwulan-III 2015 diperkirakan akan meningkat seiring selesainya

permasalahan numenklatur, kegiatan lelang yang sudah berjalan di satker dan realisasi dana desa. Terkait

dana desa, sampai akhir Juni 2015 telah dilakukan transfer kepada seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT dengan total

anggaran Rp 325 miliar atau 40% dari pagu anggaran dana desa. Selanjutnya, dalam proses pencairan dan

penggunaan dana desa perlu adanya agenda pengumpulan Kepala Desa untuk dilakukan bimbingan dan pengarahan,

sehingga kekhawatiran terjadinya penyalahgunaan anggaran dan potensi kesalahan prosedur dapat diminimalisir.

Penggunaan dana desa yang tepat sasaran dan tepat guna dapat berpengaruh positif bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.6. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

19,4

24,4

36,6

23,9

12,2

5,8

20,4

10,1

25,2

29,6

39,9

29,7

%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Belanja APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL

28.28

5.20 9.55

43.1672.26

20.32

24.562.34

15.06

47.64

3.99 5.23

APBN KAB PROV

14.486.28

120

100

80

60

40

20

0

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

37

31

17 16

35

19

44

107 20 15

41

50

0

24

0

35.6

19.2

48.8

14.3

23.220.7

14.8

%

4

32

14

BAB IV - KEUANGAN DAERAH52

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 53

Dari sisi spasial, realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota pada triwulan II 2015 mencapai rata-

rata 23,9%. Realisasi belanja pemerintah tertinggi ada pada Pemerintah Kab. Flores Timur (31,7%), sementara realisasi

terendah di Kab. Sumba Tengah sebesar 13,4%. Sementara rata-rata realisasi belanja modal di Provinsi NTT mencapai

5,6% dengan realisasi belanja modal tertinggi Kab. Sabu Raijua (26,2%) dan terendah Kab. Malaka (0%). Rendahnya

realisasi belanja kiranya dapat menjadi perhatian setiap instansi di daerah, terutama belanja modal yang dapat

menciptakan efek berganda pada perekonomian daerah. Adanya Pilkada diprediksi akan meningkatkan belanja

konsumsi di akhir tahun 2015

Berdasarkan data perbankan pada bulan Juni 2015 terdapat Dana Pihak Ketiga (DPK) atau simpanan

pemerintah sebesar Rp 7,26 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 1,27 triliun atau 21,3% (yoy)

dibandingkan Juni 2014. Hal ini menunjukkan bahwa hingga triwulan-II 2015 penyaluran realisasi belanja pemerintah

masih cukup rendah. Namun besarnya potensi dana yang belum terealisasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

yang lebih baik pada triwulan-III 2015. Instrumen utama penempatan dana pemerintah di perbankan, terutama berada

pada giro yang mencapai Rp 5,31 triliun, sementara sisanya sebesar Rp 1,95 triliun ditempatkan pada deposito dan

tabungan.

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

35

5

30

25

20

15

10

0

Mab

ar

Man

ggar

ai

Mat

im

Nga

da

Nag

ekeo

Ende

Sikk

a

Flot

im

Lem

bata

Alo

r

Sum

ba B

arat

SBD

Sum

ba T

enga

h

Sum

ba T

imur

Sabu

Rai

jua

Rote

Kab.

Kup

ang

TTS

TTU

Mal

aka

Belu

Kota

Kup

ang

26,18

31.10

29.63

19.62 18.87

27.48

28.89

31.73

25.10

20.7321.87

16.88

13.37

22.37

28.98

21.92

18.67

24.76

26.81

15.53

25.21

31.45

10.33

8.26

4.66 4.331.26

0.61

7.64

16.10

3.66

2.53

4.112.30

0.03

5.76

26.17

4.02

0.81

2.70 3.05

0.00

3.23

5.43

Grafik 4.10. Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

2012 2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.54 3.97 3.87

1.80

3.83 4.35

4.16

1.96

4.28

5.99 5.57

2.83

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

5.74

8

7

II

7.26

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.11. Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

51.71 0.38 0 52.10

352.12 4.79 325.60 682.52

196.45 31.09 155.17

4,711.34 125.29 1,310.52

5,311.62 161.55 1,791.29

382.70

6,147.15

7,264.47

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kotadi Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah (*dalam juta Rp)

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

305,290 15,776,449 3,282,665 19,364,404 713,085 7,938,185 1,668,777 10,320,047

11,019,184

16,780,579 3,289,126 31,088,889 2,133,524 4,101,666 1,202,278 7,437,468

4,957,480 3,658,397 562,136 9,178,014 603,440 213,323 114,797 931,560

6,061,704 13,122,182 2,726,990 21,910,876 1,530,084 3,888,343 1,087,481 6,505,908

2,476,577 8,513,168 600,956 11,590,702 920,853 2,963,712 244,253 4,128,818

3,042,104 3,158,380 581,066 6,781,550 524,035 593,896 181,060 1,298,991

- 216,913 1,152,778 1,369,691 - 95,865 572,773 668,639

543,022 95,683 28,337 667,042 85,196 9,097 1,148 95,440

-

7,894

320,449 328,343

- 534 75,542 76,076

-

1,058,542

35,903 1,094,445

-

214,601 11,653 226,254

-

71,602

7,500

79,102

-

10,638 1,053 11,691

- - - - - - -

(10,713,894) (1,004,130)

(6,461)

(11,724,485)

(1,420,439)

3,836,519

466,499 2,882,579

1,097,011.96 61,161.31 1,158,173.26 684,324.02 232,867 917,191

982,542 53,779 1,036,322 683,816 231,609 915,424

114,470 7,382 121,852 508 1,259 1,767

92,900.00 54,700 147,600 15,000.00 - 15,000

80,400.00 50,000.00 130,400.00 15,000.00 - 15,000

12,500 4,700 17,200 - -

1,004,112 6,461 1,010,573 669,324 232,867 902,191

(18) - (18) 4,505,843 699,366 5,205,209

BAB IV - KEUANGAN DAERAH54

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 36 . tanggal 17 Maret 2015, pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rincian

anggaran pendapatan dan belanja Negara. Dalam peraturan tersebut, pemerintah meningkatkan alokasi anggaran dana

desa dari sebelumnya hanya sebesar 9 triliun menjadi sebesar 20,77 triliun rupiah. Dari anggaran tersebut, Provinsi NTT

mendapatkan anggaran sebesar 812 miliar yang akan dibagi untuk 2.936 desa di Provinsi NTT atau secara rata-rata, tiap desa

akan mendapatkan dana sebesar 277 miliar rupiah.

Untuk menjalankan aturan tersebut, maka pada tanggal 29 April 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah No.

22 tahun 2015 yang berisi tentang perubahan atas peraturan pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang dana desa yang

bersumber dari APBN. Dalam peraturan tersebut disampaikan bahwa total dana desa yang disalurkan tahun 2015 adalah

sebesar minimal 3% dari APBN, dan akan meningkat menjadi minimal 6% di tahun 2016 serta meningkat lagi menjadi 10%

di tahun 2017. Tahun 2018 dan seterusnya, dana desa akan dialokasikan sebesar 10% dari total APBN. Berdasarkan

perhitungan tersebut, maka dana desa di tahun 2016 akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1,7 triliun dan

kembali meningkat menjadi sekitar 3,1 triliun di tahun 2017. Besarnya dana yang tersalur tersebut harus diimbangi dengan

peningkatan kapasitas dan kemampuan perangkat desa, agar pemanfaatan dana tersebut bisa maksimal.

Semangat dari pemberian dana desa tersebut adalah agar terjadi peningkatan kegiatan ekonomi di desa, sehingga potensi

urbanisasi yang selalu terjadi tiap tahun dapat dikurangi. Adanya dana desa diharapkan juga dapat menahan tenaga

produktif, agar tersedia cukup tenaga kerja untuk bekerja di lahan pertanian yang saat ini mulai ditinggalkan. Berdasarkan

nilai dana, Kabupaten Timor Tengah Selatan mendapatkan dana desa paling besar dengan nilai nominal mencapai 73,6 miliar

dan Kabupaten Sabu Raijua mendapatkan dana desa terkecil sebesar 17,1 miliar. Besarnya jumlah dana desa lebih disebabkan

oleh lebih banyaknya jumlah desa yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten.

Dalam prakteknya, dana desa dapat disalurkan apabila sudah memenuhi beberapa syarat, yaitu dana baru dapat dicairkan ke

kabupaten apabila kabupaten telah menyusun peraturan daerah tentang keuangan desa. Demikian pula, dana dapat

dicairkan ke desa apabila desa sudah menyusun RPJMDes, RKPDes dan APBDes sebagai bukti sudah dilakukan perencanaan

pembangunan oleh desa. Pencairan dana desa akan dilakukan dalam tiga termin yaitu termin pertama sebesar 40% akan

dicairkan mulai minggu kedua bulan April 2015. Pencairan termin kedua sebesar 40% akan dilakukan mulai minggu kedua

bulan Agustus tahun 2015 dan termin ketiga akan dicairkan mulai dari minggu kedua bulan Oktober 2015. Dikarenakan

syarat pencairan dana desa dari APBN ke kas daerah harus berdasarkan peraturan bupati tentang keuangan desa, maka

realisasi penyaluran dari APBN ke kabupaten juga relatif tidak bersamaan. Kabupaten Kupang, Alor, Lembata, Rote Ndao, dan

Kabupaten Sumba Tengah menjadi kabupaten pertama yang berhak mendapatkan penyaluran dana desa di bulan April 2015

seiring dengan telah dibuatnya perbup tentang keuangan desa di kabupaten tersebut. Pada bulan Mei menyusul Kabupaten

TTS, TTU, Flores Timur, Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Manggarai Barat, Nagekeo, Sumba Barat Daya, Manggarai

Tabel Boks 4.1. Proyeksi Penerimaan Dana Desa di Tiap Kabupaten Tahun 2016 dan 2017

KABUPATEN 2015 2016** 2017**

KAB. SABU RAIJUA

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. BELU

KAB. ROTE NDAO

KAB. NAGEKEO

KAB. MALAKA

KAB. NGADA

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. LEMBATA

KAB. SUMBA TIMUR

17.11

18.63

18.75

19.58

23.23

26.51

34.66

36.13

37.94

38.77

39.14

36.13

39.35

39.60

41.36

49.06

56.00

73.21

76.31

80.13

81.88

82.67

66.25

72.15

72.59

75.82

89.95

102.68

134.21

139.90

146.91

150.12

151.55

KABUPATEN 2015 2016** 2017**

KAB. SIKKA

KAB. MANGGARAI

KAB. ALOR

KAB. TIMOR TENGAH UTARA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. KUPANG

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. FLORES TIMUR

KAB. ENDE

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN

TOTAL

40.67

40.80

42.78

43.02

43.90

44.66

45.00

60.70

67.30

73.62

812.88

85.90

86.18

90.36

90.86

92.72

94.33

95.06

128.22

142.15

155.51

1,717.01

157.48

158.00

165.67

166.58

169.99

172.94

174.27

235.07

260.61

285.10

3,147.84

BOKS 4 REALISASI DANA DESA TAHUN 2015 DI PROVINSI NTT

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 55

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kotadi Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah (*dalam juta Rp)

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

305,290 15,776,449 3,282,665 19,364,404 713,085 7,938,185 1,668,777 10,320,047

11,019,184

16,780,579 3,289,126 31,088,889 2,133,524 4,101,666 1,202,278 7,437,468

4,957,480 3,658,397 562,136 9,178,014 603,440 213,323 114,797 931,560

6,061,704 13,122,182 2,726,990 21,910,876 1,530,084 3,888,343 1,087,481 6,505,908

2,476,577 8,513,168 600,956 11,590,702 920,853 2,963,712 244,253 4,128,818

3,042,104 3,158,380 581,066 6,781,550 524,035 593,896 181,060 1,298,991

- 216,913 1,152,778 1,369,691 - 95,865 572,773 668,639

543,022 95,683 28,337 667,042 85,196 9,097 1,148 95,440

-

7,894

320,449 328,343

- 534 75,542 76,076

-

1,058,542

35,903 1,094,445

-

214,601 11,653 226,254

-

71,602

7,500

79,102

-

10,638 1,053 11,691

- - - - - - -

(10,713,894) (1,004,130)

(6,461)

(11,724,485)

(1,420,439)

3,836,519

466,499 2,882,579

1,097,011.96 61,161.31 1,158,173.26 684,324.02 232,867 917,191

982,542 53,779 1,036,322 683,816 231,609 915,424

114,470 7,382 121,852 508 1,259 1,767

92,900.00 54,700 147,600 15,000.00 - 15,000

80,400.00 50,000.00 130,400.00 15,000.00 - 15,000

12,500 4,700 17,200 - -

1,004,112 6,461 1,010,573 669,324 232,867 902,191

(18) - (18) 4,505,843 699,366 5,205,209

BAB IV - KEUANGAN DAERAH54

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 36 . tanggal 17 Maret 2015, pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rincian

anggaran pendapatan dan belanja Negara. Dalam peraturan tersebut, pemerintah meningkatkan alokasi anggaran dana

desa dari sebelumnya hanya sebesar 9 triliun menjadi sebesar 20,77 triliun rupiah. Dari anggaran tersebut, Provinsi NTT

mendapatkan anggaran sebesar 812 miliar yang akan dibagi untuk 2.936 desa di Provinsi NTT atau secara rata-rata, tiap desa

akan mendapatkan dana sebesar 277 miliar rupiah.

Untuk menjalankan aturan tersebut, maka pada tanggal 29 April 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah No.

22 tahun 2015 yang berisi tentang perubahan atas peraturan pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang dana desa yang

bersumber dari APBN. Dalam peraturan tersebut disampaikan bahwa total dana desa yang disalurkan tahun 2015 adalah

sebesar minimal 3% dari APBN, dan akan meningkat menjadi minimal 6% di tahun 2016 serta meningkat lagi menjadi 10%

di tahun 2017. Tahun 2018 dan seterusnya, dana desa akan dialokasikan sebesar 10% dari total APBN. Berdasarkan

perhitungan tersebut, maka dana desa di tahun 2016 akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1,7 triliun dan

kembali meningkat menjadi sekitar 3,1 triliun di tahun 2017. Besarnya dana yang tersalur tersebut harus diimbangi dengan

peningkatan kapasitas dan kemampuan perangkat desa, agar pemanfaatan dana tersebut bisa maksimal.

Semangat dari pemberian dana desa tersebut adalah agar terjadi peningkatan kegiatan ekonomi di desa, sehingga potensi

urbanisasi yang selalu terjadi tiap tahun dapat dikurangi. Adanya dana desa diharapkan juga dapat menahan tenaga

produktif, agar tersedia cukup tenaga kerja untuk bekerja di lahan pertanian yang saat ini mulai ditinggalkan. Berdasarkan

nilai dana, Kabupaten Timor Tengah Selatan mendapatkan dana desa paling besar dengan nilai nominal mencapai 73,6 miliar

dan Kabupaten Sabu Raijua mendapatkan dana desa terkecil sebesar 17,1 miliar. Besarnya jumlah dana desa lebih disebabkan

oleh lebih banyaknya jumlah desa yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten.

Dalam prakteknya, dana desa dapat disalurkan apabila sudah memenuhi beberapa syarat, yaitu dana baru dapat dicairkan ke

kabupaten apabila kabupaten telah menyusun peraturan daerah tentang keuangan desa. Demikian pula, dana dapat

dicairkan ke desa apabila desa sudah menyusun RPJMDes, RKPDes dan APBDes sebagai bukti sudah dilakukan perencanaan

pembangunan oleh desa. Pencairan dana desa akan dilakukan dalam tiga termin yaitu termin pertama sebesar 40% akan

dicairkan mulai minggu kedua bulan April 2015. Pencairan termin kedua sebesar 40% akan dilakukan mulai minggu kedua

bulan Agustus tahun 2015 dan termin ketiga akan dicairkan mulai dari minggu kedua bulan Oktober 2015. Dikarenakan

syarat pencairan dana desa dari APBN ke kas daerah harus berdasarkan peraturan bupati tentang keuangan desa, maka

realisasi penyaluran dari APBN ke kabupaten juga relatif tidak bersamaan. Kabupaten Kupang, Alor, Lembata, Rote Ndao, dan

Kabupaten Sumba Tengah menjadi kabupaten pertama yang berhak mendapatkan penyaluran dana desa di bulan April 2015

seiring dengan telah dibuatnya perbup tentang keuangan desa di kabupaten tersebut. Pada bulan Mei menyusul Kabupaten

TTS, TTU, Flores Timur, Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Manggarai Barat, Nagekeo, Sumba Barat Daya, Manggarai

Tabel Boks 4.1. Proyeksi Penerimaan Dana Desa di Tiap Kabupaten Tahun 2016 dan 2017

KABUPATEN 2015 2016** 2017**

KAB. SABU RAIJUA

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. BELU

KAB. ROTE NDAO

KAB. NAGEKEO

KAB. MALAKA

KAB. NGADA

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. LEMBATA

KAB. SUMBA TIMUR

17.11

18.63

18.75

19.58

23.23

26.51

34.66

36.13

37.94

38.77

39.14

36.13

39.35

39.60

41.36

49.06

56.00

73.21

76.31

80.13

81.88

82.67

66.25

72.15

72.59

75.82

89.95

102.68

134.21

139.90

146.91

150.12

151.55

KABUPATEN 2015 2016** 2017**

KAB. SIKKA

KAB. MANGGARAI

KAB. ALOR

KAB. TIMOR TENGAH UTARA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. KUPANG

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. FLORES TIMUR

KAB. ENDE

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN

TOTAL

40.67

40.80

42.78

43.02

43.90

44.66

45.00

60.70

67.30

73.62

812.88

85.90

86.18

90.36

90.86

92.72

94.33

95.06

128.22

142.15

155.51

1,717.01

157.48

158.00

165.67

166.58

169.99

172.94

174.27

235.07

260.61

285.10

3,147.84

BOKS 4 REALISASI DANA DESA TAHUN 2015 DI PROVINSI NTT

KEUANGAN DAERAH - BAB IV 55

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Timur dan Sabu Raijua yang berhasil mendapatkan penyaluran dana desa seiring dengan telah disusunnya perbup keuangan

desa. Kabupaten Belu, Sikka, Sumba Barat dan Malaka menjadi Kabupaten terakhir yang mendapatkan penyaluran dana desa

di Bulan Juli 2015. Adapun total dana desa yang sudah direalisasikan ke masing-masing Kabupaten adalah sebesar 325,2

miliar, atau masing-masing kabupaten sebesar 40% dari total dana desa yang telah dialokasikan.

Grafik Boks 4.1. Mekanisme Pencairan Dana Desa

KPA DJPKMenerbitkanSPM

KPPN Jakarta IIselaku Kuasa BUN

Menerbitkan SP2P

Bank OperasionalMelakukan Transfer DD

ke Kab/Kota(dari RKUN ke RKUD)

REKENING KAS DESA

Pemerintah KAB/Kota

Melaksanakan TransferDD ke Desa

(dari RKUD ke RKUDes)

PEMERINTAH PUSAT(mekanisme transfer APBN)

PEMERINTAH KAB/KOTA(mekanisme transfer APBD)

Termin 1 (40%) : M 2 April 2015Termin 2 (40%) : M 2 Maret 2015Termin 3 (40%) : M 2 Agustus 2015

Termin-2 cair bila terdapat laporan realisasi anggaran

Syarat :RPJMDes, RKPDes,APBDes

Syarat :PerBup Keu. Desa

Sumber : Sumber : PP No 22 tahun 2015

Tabel Boks 4.2. Realisasi Pencairan Dana Desa Termin Pertama

KABUPATEN 2015 2016**

KAB. SABU RAIJUA

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. BELU

KAB. ROTE NDAO

KAB. NAGEKEO

KAB. MALAKA

KAB. NGADA

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. LEMBATA

KAB. SUMBA TIMUR

17.11

18.63

18.75

19.58

23.23

26.51

34.66

36.13

37.94

38.77

39.14

6.84

7.45

7.50

7.83

9.29

10.61

13.86

14.45

15.17

15.51

15.65

KABUPATEN 2015 2016**

KAB. SIKKA

KAB. MANGGARAI

KAB. ALOR

KAB. TIMOR TENGAH UTARA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. KUPANG

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. FLORES TIMUR

KAB. ENDE

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN

TOTAL

40.67

40.68

42.78

43.02

43.90

44.66

45.00

60.70

67.30

73.62

812.88

16.27

16.32

17.11

17.21

17.56

17.86

18.00

24.28

26.92

29.45

325.15

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Secara garis besar, prioritas penggunaan dana desa untuk dua hal yaitu pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat

Desa. Dengan kondisi infrastruktur yang relatif kurang memadai dan merata di semua desa di Provinsi NTT, maka alangkah

baiknya penggunaan dana desa dapat lebih difokuskan untuk pembangunan desa antara lain untuk pemenuhan kebutuhan

dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal maupun pemanfaatan SDA dan

lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan sarana dan prasarana sebisa mungkin tidak bersinggungan dengan tugas

pokok SKPD lainnya seperti perbaikan saluran irigasi yang seharusnya menjadi tugas dinas pertanian, ataupun penyediaan air

baku yang menjadi tugas balai wilayah sungai. Fungsi pemberdayaan seperti peningkatan kualitas juga dapat dibantu oleh

pemerintah kabupaten seperti yang dilakukan pemerintah Kabupaten Soe yang saat ini mengkarantina perangkat desa untuk

mempercepat pembuatan RPJMDes, RKPDes dan APBDes agar dana desa dapat lebih cepat disalurkan.

Percepatan penyaluran dana desa dirasa menjadi hal yang mendesak. Setelah disalurkan, dana desa tersebut harus segera

dimanfaatkan dan dibuat laporan agar pencairan termin kedua yang akan dilakukan pada bulan Agustus ini dapat langsung

terserap berkat adanya laporan realisasi penyerapan dana pada termin sebelumnya. Namun demikian, realisasi

pembangunan menggunakan dana desa hendaknya juga sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam peraturan menteri

desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Nomor 5 tahun 2015, agar potensi terkena tindakan hukum atas

penyelewengan penggunaan dana desa tidak terjadi. Apabila percepatan realisasi dapat dilakukan, maka penundaan

penyaluran dana desa tahun 2016 ataupun pemotongan dana desa akibat adanya SILPA yang lebih dari 30% pada tahun

2017 dapat dihindari.

BAB IV - KEUANGAN DAERAH56

KESEJAHTERAANDAN KETENAGAKERJAAN

BAB V

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Timur dan Sabu Raijua yang berhasil mendapatkan penyaluran dana desa seiring dengan telah disusunnya perbup keuangan

desa. Kabupaten Belu, Sikka, Sumba Barat dan Malaka menjadi Kabupaten terakhir yang mendapatkan penyaluran dana desa

di Bulan Juli 2015. Adapun total dana desa yang sudah direalisasikan ke masing-masing Kabupaten adalah sebesar 325,2

miliar, atau masing-masing kabupaten sebesar 40% dari total dana desa yang telah dialokasikan.

Grafik Boks 4.1. Mekanisme Pencairan Dana Desa

KPA DJPKMenerbitkanSPM

KPPN Jakarta IIselaku Kuasa BUN

Menerbitkan SP2P

Bank OperasionalMelakukan Transfer DD

ke Kab/Kota(dari RKUN ke RKUD)

REKENING KAS DESA

Pemerintah KAB/Kota

Melaksanakan TransferDD ke Desa

(dari RKUD ke RKUDes)

PEMERINTAH PUSAT(mekanisme transfer APBN)

PEMERINTAH KAB/KOTA(mekanisme transfer APBD)

Termin 1 (40%) : M 2 April 2015Termin 2 (40%) : M 2 Maret 2015Termin 3 (40%) : M 2 Agustus 2015

Termin-2 cair bila terdapat laporan realisasi anggaran

Syarat :RPJMDes, RKPDes,APBDes

Syarat :PerBup Keu. Desa

Sumber : Sumber : PP No 22 tahun 2015

Tabel Boks 4.2. Realisasi Pencairan Dana Desa Termin Pertama

KABUPATEN 2015 2016**

KAB. SABU RAIJUA

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. BELU

KAB. ROTE NDAO

KAB. NAGEKEO

KAB. MALAKA

KAB. NGADA

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. LEMBATA

KAB. SUMBA TIMUR

17.11

18.63

18.75

19.58

23.23

26.51

34.66

36.13

37.94

38.77

39.14

6.84

7.45

7.50

7.83

9.29

10.61

13.86

14.45

15.17

15.51

15.65

KABUPATEN 2015 2016**

KAB. SIKKA

KAB. MANGGARAI

KAB. ALOR

KAB. TIMOR TENGAH UTARA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. KUPANG

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. FLORES TIMUR

KAB. ENDE

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN

TOTAL

40.67

40.68

42.78

43.02

43.90

44.66

45.00

60.70

67.30

73.62

812.88

16.27

16.32

17.11

17.21

17.56

17.86

18.00

24.28

26.92

29.45

325.15

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Secara garis besar, prioritas penggunaan dana desa untuk dua hal yaitu pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat

Desa. Dengan kondisi infrastruktur yang relatif kurang memadai dan merata di semua desa di Provinsi NTT, maka alangkah

baiknya penggunaan dana desa dapat lebih difokuskan untuk pembangunan desa antara lain untuk pemenuhan kebutuhan

dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal maupun pemanfaatan SDA dan

lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan sarana dan prasarana sebisa mungkin tidak bersinggungan dengan tugas

pokok SKPD lainnya seperti perbaikan saluran irigasi yang seharusnya menjadi tugas dinas pertanian, ataupun penyediaan air

baku yang menjadi tugas balai wilayah sungai. Fungsi pemberdayaan seperti peningkatan kualitas juga dapat dibantu oleh

pemerintah kabupaten seperti yang dilakukan pemerintah Kabupaten Soe yang saat ini mengkarantina perangkat desa untuk

mempercepat pembuatan RPJMDes, RKPDes dan APBDes agar dana desa dapat lebih cepat disalurkan.

Percepatan penyaluran dana desa dirasa menjadi hal yang mendesak. Setelah disalurkan, dana desa tersebut harus segera

dimanfaatkan dan dibuat laporan agar pencairan termin kedua yang akan dilakukan pada bulan Agustus ini dapat langsung

terserap berkat adanya laporan realisasi penyerapan dana pada termin sebelumnya. Namun demikian, realisasi

pembangunan menggunakan dana desa hendaknya juga sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam peraturan menteri

desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Nomor 5 tahun 2015, agar potensi terkena tindakan hukum atas

penyelewengan penggunaan dana desa tidak terjadi. Apabila percepatan realisasi dapat dilakukan, maka penundaan

penyaluran dana desa tahun 2016 ataupun pemotongan dana desa akibat adanya SILPA yang lebih dari 30% pada tahun

2017 dapat dihindari.

BAB IV - KEUANGAN DAERAH56

KESEJAHTERAANDAN KETENAGAKERJAAN

BAB V

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT pada tahun 2014 sebesar 66,22 masih dibawah nasional yang

sebesar 68,28. Tingkat kepuasan penduduk NTT terhadap keharmonisan keluarga menjadi yang

paling tinggi (78,31), sementara yang paling rendah adalah aspek pendidikan (56,05).

Perkembangan angka kemiskinan hingga September 2014 menunjukkan perkembangan positif

walaupun belum merepresentasikan kondisi aktual pada tahun 2015. Sementara kondisi tenaga

kerja hingga bulan Februari 2015 menunjukkan perlambatan baik dari sisi jumlah tenaga kerja

dan TPT.

5.1. KONDISI UMUM

Sesuai dengan data terakhir yang dimiliki, angka kemiskinan menujukkan perkembangan yang positif,

sementara kondisi ketenagakerjaan di Provinsi NTT menunjukkan angka perlambatan. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi NTT hingga bulan September 2014 menunjukkan penurunan menjadi 991,8 ribu jiwa dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1 juta jiwa. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari

2,336 juta jiwa pada bulan Februari 2014 menjadi 2,33 juta jiwa pada Februari 2015. Dari sisi indeks kebahagiaan

Provinsi NTT berada di peringkat ke-2 terbawah, diatas Provinsi Papua yang sebesar 60,97. Secara nasional indeks

kebahagiaan masyarakat Indonesia sebesar 68,28.

Indeks kebahagiaan hidup merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10

aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan

tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan

rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset,

9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang

semakin bahagia. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Tiga

aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi di Provinsi NTT adalah pendapatan rumah tangga (13,83%),

pekerjaan (12,23%), serta kondisi rumah dan aset (11,57%).

Pada tahun 2014, Indeks Kebahagiaan Hidup Provinsi NTT adalah sebesar 66,22 masih dibawah indeks

Nasional yang sebesar 68,28 dan berada di peringkat ke-2 terbawah di atas Prov. Papua (60,97). Tingkat

kepuasan penduduk NTT terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (78,31). Sementara itu, tingkat

kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (56,05). Memperhatikan hal tersebut, perbaikan fasilitas

pendidikan menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan di Provinsi NTT.

5.2 . PERKEMBANGAN INDEKS KEBAHAGIAAN HIDUP

KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN Perkembangan sisi kesejahteraan dan ketenagakerjaan dapat terlihat dari data jumlah

penduduk miskin, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pengangguran terbuka (TPT).

1

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)1

KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V 59

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT pada tahun 2014 sebesar 66,22 masih dibawah nasional yang

sebesar 68,28. Tingkat kepuasan penduduk NTT terhadap keharmonisan keluarga menjadi yang

paling tinggi (78,31), sementara yang paling rendah adalah aspek pendidikan (56,05).

Perkembangan angka kemiskinan hingga September 2014 menunjukkan perkembangan positif

walaupun belum merepresentasikan kondisi aktual pada tahun 2015. Sementara kondisi tenaga

kerja hingga bulan Februari 2015 menunjukkan perlambatan baik dari sisi jumlah tenaga kerja

dan TPT.

5.1. KONDISI UMUM

Sesuai dengan data terakhir yang dimiliki, angka kemiskinan menujukkan perkembangan yang positif,

sementara kondisi ketenagakerjaan di Provinsi NTT menunjukkan angka perlambatan. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi NTT hingga bulan September 2014 menunjukkan penurunan menjadi 991,8 ribu jiwa dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1 juta jiwa. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari

2,336 juta jiwa pada bulan Februari 2014 menjadi 2,33 juta jiwa pada Februari 2015. Dari sisi indeks kebahagiaan

Provinsi NTT berada di peringkat ke-2 terbawah, diatas Provinsi Papua yang sebesar 60,97. Secara nasional indeks

kebahagiaan masyarakat Indonesia sebesar 68,28.

Indeks kebahagiaan hidup merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10

aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan

tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan

rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset,

9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang

semakin bahagia. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Tiga

aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi di Provinsi NTT adalah pendapatan rumah tangga (13,83%),

pekerjaan (12,23%), serta kondisi rumah dan aset (11,57%).

Pada tahun 2014, Indeks Kebahagiaan Hidup Provinsi NTT adalah sebesar 66,22 masih dibawah indeks

Nasional yang sebesar 68,28 dan berada di peringkat ke-2 terbawah di atas Prov. Papua (60,97). Tingkat

kepuasan penduduk NTT terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (78,31). Sementara itu, tingkat

kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (56,05). Memperhatikan hal tersebut, perbaikan fasilitas

pendidikan menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan di Provinsi NTT.

5.2 . PERKEMBANGAN INDEKS KEBAHAGIAAN HIDUP

KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN Perkembangan sisi kesejahteraan dan ketenagakerjaan dapat terlihat dari data jumlah

penduduk miskin, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pengangguran terbuka (TPT).

1

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)1

KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V 59

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dari 10 indikator, Provinsi NTT memiliki 2 indikator yang lebih baik dibanding rata-rata nasional, namun 8

indikator lainnya tercatat lebih rendah. Indikator yang berada di bawah nasional, yaitu kesehatan, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, kondisi rumah dan aset,

serta keadaan lingkungan. Kondisi kesehatan relatif rendah dikarenakan kurangnya tenaga medis dan fasilitas

kesehatan yang kurang memadai, rata-rata tingkat partisipasi sekolah di Provinsi NTT juga relatif lebih rendah

dibandingkan nasional, terlebih lagi apabila dilihat dari segi kualitas pendidikan yang masih jauh lebih rendah dibanding

nasional. Rendahnya jumlah lapangan pekerjaan formal membuat indeks pekerjaan relatif rendah. Rencana kawasan

industri bolok, maupun kemudahan prosedur investasi mutlak diperlukan agar penyerapan tenaga kerja lebih optimal.

Banyaknya pekerjaan non formal di sektor pertanian menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita Provinsi NTT

apabila dibandingkan Provinsi lainnya. Rendahnya pendapatan perkapita mmbuat kondisi rumah dan aset yang dimiliki

menjadi kurang layak dikarenakan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat. Di sisi lain, kondisi keamanan relatif

lebih baik dibandingkan nasional, dikarenakan oleh kondisi sosial masyarakat dan lingkungan yang masih menganut

rasa kekeluargaan yang kuat. Walaupun kondisi ekonomi relatif rendah, kondisi Keharmonisan keluarga masih relatif

sama dengan nasional.

Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, pada bulan September 2014 jumlah penduduk miskin di Provinsi

NTT cenderung mengalami trend penurunan. Jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 991.880 jiwa atau 19,6%

dari total penduduk di Provinsi NTT yang sekitar 5,03 juta jiwa. Dari kriteria asal penduduk, penduduk miskin di Provinsi

NTT didominasi oleh penduduk pedesaan sebanyak 886.180 jiwa, sementara penduduk miskin perkotaan hanya

105.700 jiwa. Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sebesar 10,96% prosentase angka kemiskinan

Provinsi NTT masih jauh lebih tinggi. Prosentase angka kemiskinan Provinsi NTT juga masih berada pada peringkat ke-3

terbawah nasional, dan hanya berada di atas Provinsi Papua Barat (26,26%) dan Provinsi Papua (27,80%). Terobosan

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat di sektor pendidikan,

serta upaya mengurangi hambatan-hambatan dalam kegiatan investasi guna membuka lapangan kerja baru

merupakan beberapa solusi guna mengurangi angka kemiskinan di Provinsi NTT.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2014

Grafik 5.1. Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan

Kesehatan

Kondisi Keamanan

Keadaan Lingkungan

Kondisi Rumah dan Aset

Hubungan Sosial

KetersediaanWaktu Luang

KeharmonisanKeluarga

PendapatanRumah Tangga

Pekerjaan

Pendidikan77,17

64,44

56,0564,51

74,37

57,27

75,18

70,4178,31

69,72

58,28

67,08

63,09

78,8971,74

74,29

65,01

74,86

76,63

NTTNasional

5.3. Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Tingkat Kemiskinan

BAB V - KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 60

58,22

Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Provinsi NTT dengan porsi PDRB mencapai 30%. Salah satu

ukuran kesejahteraan petani dapat terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merepresentasikan tingkat kemampuan/

daya beli petani di Perdesaan. NTP di Provinsi NTT pada Tw-II 2015 tercatat sebesar 101,05 sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 101,21. Penurunan tercatat dari Indeks yang diterima (IT) petani

yang tercatat sebesar 117,29 dibandingkan TW-I sebesar 117.32. Penurunan diperkirakan terjadi karena adanya

penurunan harga jual di kelompok penangkapan ikan dan petani palawija. Sementara, Indeks yang dibayar (IB) tercatat

sebesar 116,08 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 115,93. Peningkatan indeks yang dibayar

(IB) terutama berasal dari peningkatan biaya transportasi dan komunikasi untuk konsumsi rumah tangga, serta biaya

transportasi dan penambahan barang modal untuk kegiatan produksi. Kondisi panen hasil pertanian yang terganggu

permasalahan pupuk, hama dan cuaca, serta gagal panen di beberapa daerah akibat kekeringan dapat menjadi

indikator menurunnya pendapatan petani di pedesaan.

Perkembangan jumlah tenaga kerja di Provinsi NTT pada bulan Februari 2015 tercatat sebesar 2,33 juta

menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 yang sebesar 2,336 juta jiwa. Sementara itu,

tingkat pengangguran terbuka (TPT) juga menunjukkan kenaikan sebesar 3,12% atau 75.110 jiwa dibandingkan

Februari 2014 yang sebesar 1,97% (46.904 jiwa). Beberapa permasalahan sektor pertanian seperti pergeseran musim

panen dan musim tanam turut mendorong kurang maksimalnya penyerapan tenaga kerja pada bulan Februari 2015,

kondisi ini ditambah dengan perlambatan penyerapan pekerja sektor perdagangan akibat lesunya omset seiring daya

beli masyarakat yang menurun. Porsi sektor pekerjaan utama di Provinsi NTT sendiri adalah sektor pertanian (63%),

sektor jasa kemasyarakatan (15%), dan sektor perdagangan (8,14%).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.2. Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

25

23

21

19

17

15

13

11

9

7

52009 2010 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13 Sept 13 Mar 14 Sept 14

23,31 23,03

21,2320,48 20,88 20,41 20,03 20.24

19,82 19,60

14,1513,33

12,49 12,36 11,96 11,66 11,36 11,46 11,25 10,96

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.3. Sepuluh Daerah dengan Jumlah Prosentase Kemiskinan tertinggi

%

14,21 14,5516,98 17,05 17,09 17,41 18,44

19,60

26,2627,80

Lampung DIYogyakarat

Aceh NusaTenggara

Barat

Bengkulu Gorontalo Maluku NusaTenggara

Timur

PapuaBarat

Papua

5.3.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi NTT

100

110

120

130

140

150

160

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

NTP-axis kanan IT IB

II

5.4 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

KKESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V 61

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dari 10 indikator, Provinsi NTT memiliki 2 indikator yang lebih baik dibanding rata-rata nasional, namun 8

indikator lainnya tercatat lebih rendah. Indikator yang berada di bawah nasional, yaitu kesehatan, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, kondisi rumah dan aset,

serta keadaan lingkungan. Kondisi kesehatan relatif rendah dikarenakan kurangnya tenaga medis dan fasilitas

kesehatan yang kurang memadai, rata-rata tingkat partisipasi sekolah di Provinsi NTT juga relatif lebih rendah

dibandingkan nasional, terlebih lagi apabila dilihat dari segi kualitas pendidikan yang masih jauh lebih rendah dibanding

nasional. Rendahnya jumlah lapangan pekerjaan formal membuat indeks pekerjaan relatif rendah. Rencana kawasan

industri bolok, maupun kemudahan prosedur investasi mutlak diperlukan agar penyerapan tenaga kerja lebih optimal.

Banyaknya pekerjaan non formal di sektor pertanian menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita Provinsi NTT

apabila dibandingkan Provinsi lainnya. Rendahnya pendapatan perkapita mmbuat kondisi rumah dan aset yang dimiliki

menjadi kurang layak dikarenakan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat. Di sisi lain, kondisi keamanan relatif

lebih baik dibandingkan nasional, dikarenakan oleh kondisi sosial masyarakat dan lingkungan yang masih menganut

rasa kekeluargaan yang kuat. Walaupun kondisi ekonomi relatif rendah, kondisi Keharmonisan keluarga masih relatif

sama dengan nasional.

Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, pada bulan September 2014 jumlah penduduk miskin di Provinsi

NTT cenderung mengalami trend penurunan. Jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 991.880 jiwa atau 19,6%

dari total penduduk di Provinsi NTT yang sekitar 5,03 juta jiwa. Dari kriteria asal penduduk, penduduk miskin di Provinsi

NTT didominasi oleh penduduk pedesaan sebanyak 886.180 jiwa, sementara penduduk miskin perkotaan hanya

105.700 jiwa. Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sebesar 10,96% prosentase angka kemiskinan

Provinsi NTT masih jauh lebih tinggi. Prosentase angka kemiskinan Provinsi NTT juga masih berada pada peringkat ke-3

terbawah nasional, dan hanya berada di atas Provinsi Papua Barat (26,26%) dan Provinsi Papua (27,80%). Terobosan

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat di sektor pendidikan,

serta upaya mengurangi hambatan-hambatan dalam kegiatan investasi guna membuka lapangan kerja baru

merupakan beberapa solusi guna mengurangi angka kemiskinan di Provinsi NTT.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2014

Grafik 5.1. Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan

Kesehatan

Kondisi Keamanan

Keadaan Lingkungan

Kondisi Rumah dan Aset

Hubungan Sosial

KetersediaanWaktu Luang

KeharmonisanKeluarga

PendapatanRumah Tangga

Pekerjaan

Pendidikan77,17

64,44

56,0564,51

74,37

57,27

75,18

70,4178,31

69,72

58,28

67,08

63,09

78,8971,74

74,29

65,01

74,86

76,63

NTTNasional

5.3. Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Tingkat Kemiskinan

BAB V - KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 60

58,22

Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Provinsi NTT dengan porsi PDRB mencapai 30%. Salah satu

ukuran kesejahteraan petani dapat terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merepresentasikan tingkat kemampuan/

daya beli petani di Perdesaan. NTP di Provinsi NTT pada Tw-II 2015 tercatat sebesar 101,05 sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 101,21. Penurunan tercatat dari Indeks yang diterima (IT) petani

yang tercatat sebesar 117,29 dibandingkan TW-I sebesar 117.32. Penurunan diperkirakan terjadi karena adanya

penurunan harga jual di kelompok penangkapan ikan dan petani palawija. Sementara, Indeks yang dibayar (IB) tercatat

sebesar 116,08 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 115,93. Peningkatan indeks yang dibayar

(IB) terutama berasal dari peningkatan biaya transportasi dan komunikasi untuk konsumsi rumah tangga, serta biaya

transportasi dan penambahan barang modal untuk kegiatan produksi. Kondisi panen hasil pertanian yang terganggu

permasalahan pupuk, hama dan cuaca, serta gagal panen di beberapa daerah akibat kekeringan dapat menjadi

indikator menurunnya pendapatan petani di pedesaan.

Perkembangan jumlah tenaga kerja di Provinsi NTT pada bulan Februari 2015 tercatat sebesar 2,33 juta

menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 yang sebesar 2,336 juta jiwa. Sementara itu,

tingkat pengangguran terbuka (TPT) juga menunjukkan kenaikan sebesar 3,12% atau 75.110 jiwa dibandingkan

Februari 2014 yang sebesar 1,97% (46.904 jiwa). Beberapa permasalahan sektor pertanian seperti pergeseran musim

panen dan musim tanam turut mendorong kurang maksimalnya penyerapan tenaga kerja pada bulan Februari 2015,

kondisi ini ditambah dengan perlambatan penyerapan pekerja sektor perdagangan akibat lesunya omset seiring daya

beli masyarakat yang menurun. Porsi sektor pekerjaan utama di Provinsi NTT sendiri adalah sektor pertanian (63%),

sektor jasa kemasyarakatan (15%), dan sektor perdagangan (8,14%).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.2. Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

25

23

21

19

17

15

13

11

9

7

52009 2010 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13 Sept 13 Mar 14 Sept 14

23,31 23,03

21,2320,48 20,88 20,41 20,03 20.24

19,82 19,60

14,1513,33

12,49 12,36 11,96 11,66 11,36 11,46 11,25 10,96

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.3. Sepuluh Daerah dengan Jumlah Prosentase Kemiskinan tertinggi

%

14,21 14,5516,98 17,05 17,09 17,41 18,44

19,60

26,2627,80

Lampung DIYogyakarat

Aceh NusaTenggara

Barat

Bengkulu Gorontalo Maluku NusaTenggara

Timur

PapuaBarat

Papua

5.3.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi NTT

100

110

120

130

140

150

160

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

NTP-axis kanan IT IB

II

5.4 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

KKESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V 61

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Berdasarkan hasil survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) BPS Provinsi NTT, diketahui bahwa

pada Triwulan II-2015 penyerapan tenaga kerja IBS didominasi oleh sektor industri minuman dengan porsi

44,86%, sementara sektor furnitur dan makanan cenderung mengalami penurunan. Dari sisi produktivitas,

terjadi kenaikan produktivitas sebesar 28,02% atau Rp10,37 juta pada Triwulan-II 2015 dibandingkan Triwulan-I 2015

yang sebesar Rp 8,10 juta. Peningkatan tertinggi terutama berasal dari industri makanan yang mencapai Rp 15,29 juta/

tenaga kerja, sementara industri furnitur sebesar Rp 10,61 juta/tenaga kerja dan industri minuman sebesar Rp 7,29

juta/tenaga kerja. Angka produktivitas yang rendah dibandingkan porsi pegawai yang cukup tinggi pada industri

minuman dapat menunjukkan masih rendahnya tingkat produktivitas pekerja di Provinsi NTT.

Dari hasil SKDU TW-II 2015 di Provinsi NTT, terlihat bahwa indikator ketenagakerjaan menunjukkan

penurunan. Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) turun menjadi 0% dibandingkan TW I-2015 yang sebesar 18,93%.

Angka ini menunjukkan adanya perlambatan penggunaan tenaga kerja di beberapa sektor lapangan usaha di Provinsi

NTT. Sektor yang mengalami perlambatan, diantaranya sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan

Restoran, serta Pengangkutan dan Komunikasi. Untuk Tw-III 2015, diperkirakan penyerapan tenaga kerja akan

mengalami peningkatan terutama sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian pada triwulan-III 2015.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.5. Perkembangan Angkatan Kerja

Angkatan Kerja Kerja Penganggur

76,081

59,655 58,439

49,848

46,904

75,110

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

2,000,000

2,050,000

2,100,000

2,150,000

2,200,000

2,250,000

2,300,000

2,350,000

2,400,000

2,450,000

Feb 2015Feb 2014Feb 2013Feb 2012Feb 2011Feb 2010

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.6. Struktur Pekerjaan di NTT

1,475,14263%

337,80615%

28,4801%

123,7455%

189,7828%

68,864, 3%

3,710, 0%

93,189, 8%

9,816, 1%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Trans, Pergudangan dan Komunikasi

Keuangan

Jasa Kemasyarakatan

5.4.1 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.7. Porsi Penyerapan Pekerja IBS

Industri Makanan Industri Minuman Industri Furniture

46.6144.13

26,66

31.2 30.87

44,86

22.1925

28,48

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

%

I II III IV2014

II

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.8. Produktivitas Pekerja IBS

12.4210.25

8.76

16.95

11.52

25.05

8.6310.87

8.10

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

Industri Makanan Industri Minuman Industri Furnitur Total

10.37

II

5.4.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

62

Sumber : SKDU Bank Indonesia

Grafik 5.9. Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan

ind

eks

Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary.

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III*

-1,01 0,48 0,06 1,64 0,73 0,39 1,18 0,00 7,72 -11,75 0,00 14,95 14.37

-0.670.530.002.832.42

-0.550.00

18.93

0,07 - 0,12 0,06 0,06 0,17 0,17 0,07 -0,06 -0,67 -0,43 0,00

0,53 0,53 0,53 0,53 0,00 0,53 0,00 0,53 0,53 0,53 0,53 0,53 - 2,98 3,33 3,59 -0,43 2,55 3,40 0,90 -1,35 0,00 0,00 0,00

0,84 1,59 1,04 0,97 0,59 -0,08 0,52 1,25 0,81 0,79 -1,72 2,47

3,52 - 2,14 -2,14 2,14 0,00 0,67 0,67 -1,82 0,59 3,68 3,01

0,55 0,55 0,00 2,06 1,30 2,06 2,46 1,09 2,25 1,09 0,55 0,55 - 0,25 -0,25 0,00 0,00 -0,25 0,50 0,35 0,00 0,00 0,15 0,15

4,49 6,37 6,95 6,71 4,39 5,37 8,90 4,86 8,08 (9,42) 2,76 21,66

I

2012 2013 2014Sektor

I II III IV I II III IV I II III IV

Tabel 5.1. Indeks Ketenagakerjaan NTT

2015II

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan

Jasa-jasa

TOTAL SELURUH SEKTOR

0.19 2.36

-0.12 -0.06

0.53 0.00

0.00 2.69

-2.09 1.08

0.00 2.42

0.55 0.55

0.94 - 8.54

-0.55

III*

63BAB V - KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN KKESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Berdasarkan hasil survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) BPS Provinsi NTT, diketahui bahwa

pada Triwulan II-2015 penyerapan tenaga kerja IBS didominasi oleh sektor industri minuman dengan porsi

44,86%, sementara sektor furnitur dan makanan cenderung mengalami penurunan. Dari sisi produktivitas,

terjadi kenaikan produktivitas sebesar 28,02% atau Rp10,37 juta pada Triwulan-II 2015 dibandingkan Triwulan-I 2015

yang sebesar Rp 8,10 juta. Peningkatan tertinggi terutama berasal dari industri makanan yang mencapai Rp 15,29 juta/

tenaga kerja, sementara industri furnitur sebesar Rp 10,61 juta/tenaga kerja dan industri minuman sebesar Rp 7,29

juta/tenaga kerja. Angka produktivitas yang rendah dibandingkan porsi pegawai yang cukup tinggi pada industri

minuman dapat menunjukkan masih rendahnya tingkat produktivitas pekerja di Provinsi NTT.

Dari hasil SKDU TW-II 2015 di Provinsi NTT, terlihat bahwa indikator ketenagakerjaan menunjukkan

penurunan. Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) turun menjadi 0% dibandingkan TW I-2015 yang sebesar 18,93%.

Angka ini menunjukkan adanya perlambatan penggunaan tenaga kerja di beberapa sektor lapangan usaha di Provinsi

NTT. Sektor yang mengalami perlambatan, diantaranya sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan

Restoran, serta Pengangkutan dan Komunikasi. Untuk Tw-III 2015, diperkirakan penyerapan tenaga kerja akan

mengalami peningkatan terutama sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian pada triwulan-III 2015.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.5. Perkembangan Angkatan Kerja

Angkatan Kerja Kerja Penganggur

76,081

59,655 58,439

49,848

46,904

75,110

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

2,000,000

2,050,000

2,100,000

2,150,000

2,200,000

2,250,000

2,300,000

2,350,000

2,400,000

2,450,000

Feb 2015Feb 2014Feb 2013Feb 2012Feb 2011Feb 2010

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.6. Struktur Pekerjaan di NTT

1,475,14263%

337,80615%

28,4801%

123,7455%

189,7828%

68,864, 3%

3,710, 0%

93,189, 8%

9,816, 1%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Trans, Pergudangan dan Komunikasi

Keuangan

Jasa Kemasyarakatan

5.4.1 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.7. Porsi Penyerapan Pekerja IBS

Industri Makanan Industri Minuman Industri Furniture

46.6144.13

26,66

31.2 30.87

44,86

22.1925

28,48

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

%

I II III IV2014

II

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.8. Produktivitas Pekerja IBS

12.4210.25

8.76

16.95

11.52

25.05

8.6310.87

8.10

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

Industri Makanan Industri Minuman Industri Furnitur Total

10.37

II

5.4.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

62

Sumber : SKDU Bank Indonesia

Grafik 5.9. Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan

ind

eks

Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary.

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III*

-1,01 0,48 0,06 1,64 0,73 0,39 1,18 0,00 7,72 -11,75 0,00 14,95 14.37

-0.670.530.002.832.42

-0.550.00

18.93

0,07 - 0,12 0,06 0,06 0,17 0,17 0,07 -0,06 -0,67 -0,43 0,00

0,53 0,53 0,53 0,53 0,00 0,53 0,00 0,53 0,53 0,53 0,53 0,53 - 2,98 3,33 3,59 -0,43 2,55 3,40 0,90 -1,35 0,00 0,00 0,00

0,84 1,59 1,04 0,97 0,59 -0,08 0,52 1,25 0,81 0,79 -1,72 2,47

3,52 - 2,14 -2,14 2,14 0,00 0,67 0,67 -1,82 0,59 3,68 3,01

0,55 0,55 0,00 2,06 1,30 2,06 2,46 1,09 2,25 1,09 0,55 0,55 - 0,25 -0,25 0,00 0,00 -0,25 0,50 0,35 0,00 0,00 0,15 0,15

4,49 6,37 6,95 6,71 4,39 5,37 8,90 4,86 8,08 (9,42) 2,76 21,66

I

2012 2013 2014Sektor

I II III IV I II III IV I II III IV

Tabel 5.1. Indeks Ketenagakerjaan NTT

2015II

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan

Jasa-jasa

TOTAL SELURUH SEKTOR

0.19 2.36

-0.12 -0.06

0.53 0.00

0.00 2.69

-2.09 1.08

0.00 2.42

0.55 0.55

0.94 - 8.54

-0.55

III*

63BAB V - KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN KKESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN - BAB V

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

OUTLOOKPERTUMBUHAN EKONOMIDAN INFLASI DI DAERAH

BAB VI

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

OUTLOOKPERTUMBUHAN EKONOMIDAN INFLASI DI DAERAH

BAB VI

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dorongan realisasi anggaran belanja pemerintah dan peningkatan investasi diperkirakan

menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-

III 2015.

6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami pertumbuhan positif

dibandingkan triwulan sebelumnya. Terjadinya peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator ekonomi, serta

hasil survei dan liasion yang menunjukkan optimisme masyarakat pada triwulan-III dan diperkirakan akan berada pada

rentang 5,2% - 5,6% (yoy) dibandingkan triwulan II-2015 yang hanya sebesar 5,03% (yoy). Namun, pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT secara keseluruhan pada tahun 2015 diperkirakan mengalami perlambatan seiring menurunnya

daya beli masyarakat dan diperkirakan berada pada rentang baru yaitu 5% – 5,4% (yoy). Faktor penahan pertumbuhan

lainnya, diantaranya adalah El Nino yang diperkirakan menurunkan produksi pertanian walaupun tidak terlalu besar

dikarenakan waktu puncak El Nino yang terjadi di luar masa tanam.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, Konstruksi dan Jasa Pendidikan. Sementara dari sisi penggunaan, dorongan pertumbuhan

ekonomi terutama diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Namun, masih tingginya

kebutuhan barang impor diperkirakan dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sementara,

berdasarkan hasil SKDUBank Indonesia terlihat bahwa terjadi peningkatan optimisme para pelaku usaha terhadap

kegiatan usaha pada Triwulan-III 2015.

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DANINFLASI DI DAERAH

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami percepatan seiring

peningkatan realisasi belanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan sektor konstruksi

dan jasa pendidikan. Peningkatan investasi juga diperkirakan akan terjadi pada triwulan-III.

Secara triwulanan, tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami

perlambatan seiring berakhirnya musim liburan sekolah dan majunya perayaan hari raya idul

fitri dibanding tahun sebelumnya.

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah

4.20%

4.40%

4.60%

4.80%

5.00%

5.20%

5.40%

5.60%

III IV I II

2014 2015

PDRB (yoy)

PDRB (qtq) Pertanian, Kehutanan & Prkn (qtq)Jasa Pendidikan (yoy) Perdagangan Besar & Eceran (qtq) KonstruksiAdministrasi Pemerintahan (yoy)

7,71%

6,48%

5,91%5,48%

3,00%4,24%

7,50%

7,15%

6,62%

4,91%

2,89%

6,03%

III*

5,13% 5,15% 4,64% 5,03% 5,43%-12.0%

-7.0%

-2.0%

3.0%

8.0%

13.0%

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 67

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Dorongan realisasi anggaran belanja pemerintah dan peningkatan investasi diperkirakan

menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-

III 2015.

6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami pertumbuhan positif

dibandingkan triwulan sebelumnya. Terjadinya peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator ekonomi, serta

hasil survei dan liasion yang menunjukkan optimisme masyarakat pada triwulan-III dan diperkirakan akan berada pada

rentang 5,2% - 5,6% (yoy) dibandingkan triwulan II-2015 yang hanya sebesar 5,03% (yoy). Namun, pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT secara keseluruhan pada tahun 2015 diperkirakan mengalami perlambatan seiring menurunnya

daya beli masyarakat dan diperkirakan berada pada rentang baru yaitu 5% – 5,4% (yoy). Faktor penahan pertumbuhan

lainnya, diantaranya adalah El Nino yang diperkirakan menurunkan produksi pertanian walaupun tidak terlalu besar

dikarenakan waktu puncak El Nino yang terjadi di luar masa tanam.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, Konstruksi dan Jasa Pendidikan. Sementara dari sisi penggunaan, dorongan pertumbuhan

ekonomi terutama diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Namun, masih tingginya

kebutuhan barang impor diperkirakan dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sementara,

berdasarkan hasil SKDUBank Indonesia terlihat bahwa terjadi peningkatan optimisme para pelaku usaha terhadap

kegiatan usaha pada Triwulan-III 2015.

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DANINFLASI DI DAERAH

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami percepatan seiring

peningkatan realisasi belanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan sektor konstruksi

dan jasa pendidikan. Peningkatan investasi juga diperkirakan akan terjadi pada triwulan-III.

Secara triwulanan, tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami

perlambatan seiring berakhirnya musim liburan sekolah dan majunya perayaan hari raya idul

fitri dibanding tahun sebelumnya.

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah

4.20%

4.40%

4.60%

4.80%

5.00%

5.20%

5.40%

5.60%

III IV I II

2014 2015

PDRB (yoy)

PDRB (qtq) Pertanian, Kehutanan & Prkn (qtq)Jasa Pendidikan (yoy) Perdagangan Besar & Eceran (qtq) KonstruksiAdministrasi Pemerintahan (yoy)

7,71%

6,48%

5,91%5,48%

3,00%4,24%

7,50%

7,15%

6,62%

4,91%

2,89%

6,03%

III*

5,13% 5,15% 4,64% 5,03% 5,43%-12.0%

-7.0%

-2.0%

3.0%

8.0%

13.0%

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 67

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

6.1.1 Sisi Sektoral

Di sisi sektoral, secara tahunan pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan akan mengalami perlambatan.

Kinerja sektor pertanian diperkirakan melambat seiring telah usainya musim panen perdana padi pada triwulan-II 2015,

kemarau panjang akibat pengaruh El Nino dan pengerjaan perbaikan saluran irigasi di beberapa daerah. Namun, sektor

pertanian diperkirakan masih tetap tumbuh seiring panen pada beberapa komoditas seperti jambu mete, kopi dan

kakao.

Peningkatan produksi peternakan seiring kebutuhan ternak menjelang Hari Raya Idul Adha serta produksi

perikanan yang meningkat sebagai dampak positif El Nino diperkirakan dapat menjadi pendorong subsektor

perikanan untuk tetap tumbuh. Dari SKDU terlihat bahwa indeks ekspektasi kegiatan usaha sektor pertanian pada

triwulan-III 2015 mengalami sedikit penurunan, namun secara keseluruhan indeks untuk ekspektasi kegiatan usaha

masyarakat pada triwulan III-2015 diperkirakan meningkat. Dari sisi harga jual, indeks harga jual sektor pertanian

diperkirakan mengalami peningkatanseiring penurunan produksi pada triwulan-III.

Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan akan mengalami

kenaikan. Peningkatan sektor administrasi pemerintahan diperkirakan ditopang oleh pencairan gaji ke-13,

pencairan dana desa, peningkatan realisasi dana bantuan hibah dari Pemerintah Daerah dan peningkatan realisasi

belanja barang dan jasa seiring selesainya proses lelang pada triwulan-II 2015. Peningkatan anggaran pemerintah yang

cukup besar hingga 13,7% (yoy) dibandingkan tahun 2014 diperkirakan mendorong realisasi belanja yang meningkat

pada triwulan III.

Sumber : BMKG, Stakum Lasiana Sumber : BMKG, Stakum Lasiana

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha

-18.48

-10

0

10

20

30

-40

-20

0

20

40

60

II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Indeks

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik, Gas dan Air Bersih BangunanPerdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Jasa Jasa

III*

10,75

29,92 30,07

49,25

40,75

51,65

5,20

31,05

44,25

-2

0

2

4

6

8

10

0

10

20

30

40 Indeks

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik, Gas dan Air Bersih BangunanPerdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

Grafik 6.3. Perkembangan Harga Jual

II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

4,15

18,56

9,02

18,00

12,08

27,11

36,42

27,65

20,6022,97

-10 -4Jasa Jasa

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH68

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Agustus Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan September

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan mengalami

peningkatan meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Peningkatan sektor perdagangan diperkirakan

didorong oleh adanya momen libur sekolah, hari raya Idul Fitri dan peningkatan belanja masyarakat paska gaji ke-13.

Sektor konstruksi diperkirakan meningkat seiring peningkatan kegiatan proyek pemerintah dan swasta.

Peningkatan sektor konstruksi, terutama berasal dari pembangunan proyek-proyek pemerintah yang sudah mulai

berjalan. Beberapa proyek tersebut diantaranya pembangunan dan rehabilitasi jalan, perbaikan dan pembangunan

jaringan sumber daya air, peningkatan fasilitas bandara dan pelabuhan, serta peningkatan fasilitas pendidikan tinggi

dan kesehatan. Selain itu, percepatan proyek 1000 rumah dari Real Estate Indonesia (REI) DPD Provinsi NTT,

pembangunan hotel dan sarana perbelanjaan diperkirakan turut mendorong sektor konstruksi. Peningkatan sektor

konstruksi juga terindikasi dari peningkatan Indeks Harga Jual sektor bangunan dalam SKDU. Peningkatan ini

menunjukkan adanya optimisme pelaku usaha akan meningkatnya permintaan di triwulan-III 2015.

Sektor Jasa Pendidikan diperkirakan meningkat seiring peningkatan anggaran pada Pendidikan Tinggi.

Adanya peningkatan alokasi anggaran pendidikan hingga 119,47% (yoy) seiring adanya investasi pada Universitas

Timor, Universitas Nusa Cendana, Politeknik Negeri Kupang, Politeknik Pertanian Negeri Kupang diperkirakan

mendorong pertumbuhan sektor jasa pendidikan.

Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring optimisme

masyarakat yang tercermin pada angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dan hasil Survei Konsumen (SK).

Peningkatan optimisme masyarakat diperkirakan terjadi akibat perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masa liburan sekolah.

Sementara, dorongan konsumsi pemerintah terhadap konsumsi rumah tangga dapat terlihat dari adanya pencairan gaji

ke-13 pegawai negeri sipil di bulan Juli, serta harapan masyarakat akan realisasi proyek-proyek pemerintah yang dapat

meningkatkan lapangan pekerjaan (sebagai pekerja proyek) dan daya beli masyarakat secara umum.

6.1.2 Sisi Penggunaan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.4 Indeks Tendensi Konsumen

160

155

150

145

140

135

130

125

120III IV I II III*

146,46

143,24145,23

135,19

149,00

156,17

153,33

147,17

149,50

155,42

150,38

149,21

143,89

149,20

2014 2015

Kondisi Ekonomi Indonesia 6 Bulan y.a.d.

Ekspetasi Penghasilan 6 Bulan y.a.d.Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survei Konsumen – Bank Indonesia

Grafik 6.5 Perkembangan Survei Konsumen

ITK Rencana Pembelian Barang Tahan Lama Proyeksi Pendapatan RT

107.1

110.1

101.5

106.4

108.2107.5

106.2

93.5

80

85

90

95

100

105

110

115

80

85

90

95

100

105

110

115

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III*

100.5

102.7103.7

100,3

113,4

113,28

Perkembangan kinerja komponen investasi diperkirakan mengalami peningkatan. Peningkatan dapat terlihat

dari jumlah RTGS yang masuk ke Provinsi NTT pada bulan Juni 2015 sebesar Rp 14,6 triliun atau tumbuh sebesar 166%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus dana masuk tersebut mengindikasikan

adanya peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi ke Provinsi NTT, baik dari investasi pemerintah maupun swasta.

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 69

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

6.1.1 Sisi Sektoral

Di sisi sektoral, secara tahunan pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan akan mengalami perlambatan.

Kinerja sektor pertanian diperkirakan melambat seiring telah usainya musim panen perdana padi pada triwulan-II 2015,

kemarau panjang akibat pengaruh El Nino dan pengerjaan perbaikan saluran irigasi di beberapa daerah. Namun, sektor

pertanian diperkirakan masih tetap tumbuh seiring panen pada beberapa komoditas seperti jambu mete, kopi dan

kakao.

Peningkatan produksi peternakan seiring kebutuhan ternak menjelang Hari Raya Idul Adha serta produksi

perikanan yang meningkat sebagai dampak positif El Nino diperkirakan dapat menjadi pendorong subsektor

perikanan untuk tetap tumbuh. Dari SKDU terlihat bahwa indeks ekspektasi kegiatan usaha sektor pertanian pada

triwulan-III 2015 mengalami sedikit penurunan, namun secara keseluruhan indeks untuk ekspektasi kegiatan usaha

masyarakat pada triwulan III-2015 diperkirakan meningkat. Dari sisi harga jual, indeks harga jual sektor pertanian

diperkirakan mengalami peningkatanseiring penurunan produksi pada triwulan-III.

Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan akan mengalami

kenaikan. Peningkatan sektor administrasi pemerintahan diperkirakan ditopang oleh pencairan gaji ke-13,

pencairan dana desa, peningkatan realisasi dana bantuan hibah dari Pemerintah Daerah dan peningkatan realisasi

belanja barang dan jasa seiring selesainya proses lelang pada triwulan-II 2015. Peningkatan anggaran pemerintah yang

cukup besar hingga 13,7% (yoy) dibandingkan tahun 2014 diperkirakan mendorong realisasi belanja yang meningkat

pada triwulan III.

Sumber : BMKG, Stakum Lasiana Sumber : BMKG, Stakum Lasiana

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha

-18.48

-10

0

10

20

30

-40

-20

0

20

40

60

II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

Indeks

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik, Gas dan Air Bersih BangunanPerdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Jasa Jasa

III*

10,75

29,92 30,07

49,25

40,75

51,65

5,20

31,05

44,25

-2

0

2

4

6

8

10

0

10

20

30

40 Indeks

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik, Gas dan Air Bersih BangunanPerdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

Grafik 6.3. Perkembangan Harga Jual

II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

4,15

18,56

9,02

18,00

12,08

27,11

36,42

27,65

20,6022,97

-10 -4Jasa Jasa

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH68

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Agustus Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan September

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan mengalami

peningkatan meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Peningkatan sektor perdagangan diperkirakan

didorong oleh adanya momen libur sekolah, hari raya Idul Fitri dan peningkatan belanja masyarakat paska gaji ke-13.

Sektor konstruksi diperkirakan meningkat seiring peningkatan kegiatan proyek pemerintah dan swasta.

Peningkatan sektor konstruksi, terutama berasal dari pembangunan proyek-proyek pemerintah yang sudah mulai

berjalan. Beberapa proyek tersebut diantaranya pembangunan dan rehabilitasi jalan, perbaikan dan pembangunan

jaringan sumber daya air, peningkatan fasilitas bandara dan pelabuhan, serta peningkatan fasilitas pendidikan tinggi

dan kesehatan. Selain itu, percepatan proyek 1000 rumah dari Real Estate Indonesia (REI) DPD Provinsi NTT,

pembangunan hotel dan sarana perbelanjaan diperkirakan turut mendorong sektor konstruksi. Peningkatan sektor

konstruksi juga terindikasi dari peningkatan Indeks Harga Jual sektor bangunan dalam SKDU. Peningkatan ini

menunjukkan adanya optimisme pelaku usaha akan meningkatnya permintaan di triwulan-III 2015.

Sektor Jasa Pendidikan diperkirakan meningkat seiring peningkatan anggaran pada Pendidikan Tinggi.

Adanya peningkatan alokasi anggaran pendidikan hingga 119,47% (yoy) seiring adanya investasi pada Universitas

Timor, Universitas Nusa Cendana, Politeknik Negeri Kupang, Politeknik Pertanian Negeri Kupang diperkirakan

mendorong pertumbuhan sektor jasa pendidikan.

Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring optimisme

masyarakat yang tercermin pada angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dan hasil Survei Konsumen (SK).

Peningkatan optimisme masyarakat diperkirakan terjadi akibat perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masa liburan sekolah.

Sementara, dorongan konsumsi pemerintah terhadap konsumsi rumah tangga dapat terlihat dari adanya pencairan gaji

ke-13 pegawai negeri sipil di bulan Juli, serta harapan masyarakat akan realisasi proyek-proyek pemerintah yang dapat

meningkatkan lapangan pekerjaan (sebagai pekerja proyek) dan daya beli masyarakat secara umum.

6.1.2 Sisi Penggunaan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.4 Indeks Tendensi Konsumen

160

155

150

145

140

135

130

125

120III IV I II III*

146,46

143,24145,23

135,19

149,00

156,17

153,33

147,17

149,50

155,42

150,38

149,21

143,89

149,20

2014 2015

Kondisi Ekonomi Indonesia 6 Bulan y.a.d.

Ekspetasi Penghasilan 6 Bulan y.a.d.Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survei Konsumen – Bank Indonesia

Grafik 6.5 Perkembangan Survei Konsumen

ITK Rencana Pembelian Barang Tahan Lama Proyeksi Pendapatan RT

107.1

110.1

101.5

106.4

108.2107.5

106.2

93.5

80

85

90

95

100

105

110

115

80

85

90

95

100

105

110

115

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III*

100.5

102.7103.7

100,3

113,4

113,28

Perkembangan kinerja komponen investasi diperkirakan mengalami peningkatan. Peningkatan dapat terlihat

dari jumlah RTGS yang masuk ke Provinsi NTT pada bulan Juni 2015 sebesar Rp 14,6 triliun atau tumbuh sebesar 166%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus dana masuk tersebut mengindikasikan

adanya peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi ke Provinsi NTT, baik dari investasi pemerintah maupun swasta.

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 69

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan III 2015 diperkirakan kembali meningkat. Peningkatan

pengiriman ternak seiring kenaikan kebutuhan Hari Raya Idul Adhadi Pulau Jawa, serta pengiriman hasil komoditas ke

Jawa Timur, seperti Jambu Mete, kopi, kakao dan ikan tangkap diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja

ekspor. Namun demikian, ekspor antar daerah diperkirakan, masih negatif seiring ketergantungan barang untuk

kebutuhan konsumsi dan investasi yang masih tinggi dari daerah lain.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami peningkatan.

Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di triwulan-III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,8% - 7,2%

(yoy). Adapun tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh komoditas angkutan udara dan beras seiring persepsi negatif

akan dampak El Nino dan tingginya kenaikan harga beras di tingkat produsen karena tingginya penyerapan beras bulog.

Potensi impor secara terbatas oleh Bulog diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk menekan kenaikan harga di

tingkat produsen.Secara triwulanan , inflasi diperkirakan mengalami perlambatan, namun masih lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami deflasi. Hingga akhir tahun 2015 diperkirakan inflasi masih berada

pada rentang 4,16%±1% (yoy) seiring hilangnya pengaruh base effect di akhir tahun. Apabila dilihat dari

perkembangan inflasi bulanan, inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Juli

2015 seiring momen libur idul fitri dan liburan sekolah, namun cenderung turun pada bulan Agustus dan September.

Secara triwulanan, komoditas volatile food diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan III. Harga

komoditas padi-padian serta daging dan hasil-hasilnya diperkirakan mengalami kenaikan. Namun demikian, komoditas

sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan segar diperkirakan mengalami penurunan seiring kondisi cuaca yang

membaik. Inflasi administered prices diperkirakan akan mengalami penurunan seiring berakhirnya masa libur idul fitri

dan liburan sekolah pada bulan Juli. Normalnya permintaan tiket angkutan udara paska libur idul fitri dan liburan

sekolah diperkirakan akan menurunkan angka inflasi pada akhir triwulan- III 2015. Stabilnya harga BBM seiring

pengkajian harga yang sedang dilakukan Pemerintah hingga bulan November diperkirakan dapat mengurangi inflasi

dari kelompok administered prices.

Komoditas core inflation diperkirakan mengalami penurunan seiring penurunan permintaan dan musim

ajaran baru yang sudah berjalan. Inflasi pada komoditas core terutama berasal dari peningkatan permintaan

sandang dan makanan jadi seiring perayaan idul fitri dan liburan sekolah pada bulan Juli, masuknya musim ajaran baru

juga turut mendorong inflasi dari komoditas pendidikan. Namun, tekanan inflasi diperkirakan mengalami menurun

pada bulan Agustus dan September seiring normalnya permintaan dan biaya sekolah/pendidikan.

Berdasarkan hasil survei konsumen, ekspektasi harga diperkirakan menurun. Indeks Perkembangan harga 3

Bulan yang akan datang menunjukkan adanya penurunan indek dari 188,5 menjadi 178,6. Penurunan tersebut

menunjukkan adanya ekspektasi konsumen bahwa harga pada triwulan III akan mengalami penurunan.

6.2 Inflasi

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH70

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

Sumber : BPS dan Proyeksi BI

Grafik 6.6. Perkembangan inflasi tahunan (yoy)

Inflasi NTT (%-yoy)

III IV I II III IV I2013 2014 2015

II III*

8,29%8,41%

7,78%

8,10%

4,13%

7,76%

5,39%

6,01%

6,92%

Sumber : SK Bank Indonesia-diolah

Grafik 6.7. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datangEkspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

200

195

190

185

180

175

170

165

144,0

142,0

140,0

138,0

136,0

134,0

132,0II III IV I II III*

2014 2015

Indeks Ekspektasi Konsu,men (IEK)

191,0

194,5

182,0

181,0

188,5

178,6

189,0

192,5

197,5142,3

184,5

182,5

186,0

139,1139,9

138,2

135,9

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 71

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan III 2015 diperkirakan kembali meningkat. Peningkatan

pengiriman ternak seiring kenaikan kebutuhan Hari Raya Idul Adhadi Pulau Jawa, serta pengiriman hasil komoditas ke

Jawa Timur, seperti Jambu Mete, kopi, kakao dan ikan tangkap diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja

ekspor. Namun demikian, ekspor antar daerah diperkirakan, masih negatif seiring ketergantungan barang untuk

kebutuhan konsumsi dan investasi yang masih tinggi dari daerah lain.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan mengalami peningkatan.

Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di triwulan-III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,8% - 7,2%

(yoy). Adapun tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh komoditas angkutan udara dan beras seiring persepsi negatif

akan dampak El Nino dan tingginya kenaikan harga beras di tingkat produsen karena tingginya penyerapan beras bulog.

Potensi impor secara terbatas oleh Bulog diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk menekan kenaikan harga di

tingkat produsen.Secara triwulanan , inflasi diperkirakan mengalami perlambatan, namun masih lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami deflasi. Hingga akhir tahun 2015 diperkirakan inflasi masih berada

pada rentang 4,16%±1% (yoy) seiring hilangnya pengaruh base effect di akhir tahun. Apabila dilihat dari

perkembangan inflasi bulanan, inflasi pada triwulan-III 2015 diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Juli

2015 seiring momen libur idul fitri dan liburan sekolah, namun cenderung turun pada bulan Agustus dan September.

Secara triwulanan, komoditas volatile food diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan III. Harga

komoditas padi-padian serta daging dan hasil-hasilnya diperkirakan mengalami kenaikan. Namun demikian, komoditas

sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan segar diperkirakan mengalami penurunan seiring kondisi cuaca yang

membaik. Inflasi administered prices diperkirakan akan mengalami penurunan seiring berakhirnya masa libur idul fitri

dan liburan sekolah pada bulan Juli. Normalnya permintaan tiket angkutan udara paska libur idul fitri dan liburan

sekolah diperkirakan akan menurunkan angka inflasi pada akhir triwulan- III 2015. Stabilnya harga BBM seiring

pengkajian harga yang sedang dilakukan Pemerintah hingga bulan November diperkirakan dapat mengurangi inflasi

dari kelompok administered prices.

Komoditas core inflation diperkirakan mengalami penurunan seiring penurunan permintaan dan musim

ajaran baru yang sudah berjalan. Inflasi pada komoditas core terutama berasal dari peningkatan permintaan

sandang dan makanan jadi seiring perayaan idul fitri dan liburan sekolah pada bulan Juli, masuknya musim ajaran baru

juga turut mendorong inflasi dari komoditas pendidikan. Namun, tekanan inflasi diperkirakan mengalami menurun

pada bulan Agustus dan September seiring normalnya permintaan dan biaya sekolah/pendidikan.

Berdasarkan hasil survei konsumen, ekspektasi harga diperkirakan menurun. Indeks Perkembangan harga 3

Bulan yang akan datang menunjukkan adanya penurunan indek dari 188,5 menjadi 178,6. Penurunan tersebut

menunjukkan adanya ekspektasi konsumen bahwa harga pada triwulan III akan mengalami penurunan.

6.2 Inflasi

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH70

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

Sumber : BPS dan Proyeksi BI

Grafik 6.6. Perkembangan inflasi tahunan (yoy)

Inflasi NTT (%-yoy)

III IV I II III IV I2013 2014 2015

II III*

8,29%8,41%

7,78%

8,10%

4,13%

7,76%

5,39%

6,01%

6,92%

Sumber : SK Bank Indonesia-diolah

Grafik 6.7. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datangEkspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

200

195

190

185

180

175

170

165

144,0

142,0

140,0

138,0

136,0

134,0

132,0II III IV I II III*

2014 2015

Indeks Ekspektasi Konsu,men (IEK)

191,0

194,5

182,0

181,0

188,5

178,6

189,0

192,5

197,5142,3

184,5

182,5

186,0

139,1139,9

138,2

135,9

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 71

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik sebesar 35.000 MW yang diresmikan pemerintah pada Mei 2015 menjadi proyek

yang strategis ditengah pemadaman listrik yang masih terjadi di wilayah Indonesia khususnya wilayah Timur Indonesia.

Berdasarkan data dari PT PLN (Persero), saat ini kapasitas terpasang nasional sebesar 50.000 MW yang dibangun PLN beserta

swasta sejak PLN berdiri. Dengan proyeksi pertumbuhan 6-7%, dalam lima tahun kedepan dibutuhkan tambahan kapasitas

35.000 MW atau 7.000 MW per tahun.

Pembangunan pembangkit tersebut direncanakan akan dibangun oleh pengembang listrik swasta dan PT PLN (Persero).

Berdasarkan sebaran pembangkit dan jaringan transmisi pada proyek 35.000 MW, perencanaan pembangunan pembangkit

dan transmisi di Provinsi NTT akan dilakukan oleh PT PLN (Persero). Sementara itu, progres pembangunan pembangkit saat ini

(operasi dan on going) memiliki kapasitas total sebesar 408 MW dengan rencana panjang transmisi SUTT 70KV sepanjang

1234 kms serta rencana kebutuhan beban kapasitas Gardu Induk (GI) sebesar 640 MVA. Proyek yang proses pelelangan

pengadaannya akan dibuka tahun ini di NTT adalah PLTU Timor 1 (2x25 MW), PLTP Mataloko (20 MW), dan PLTP Ulumbu 5 (5

MW).

Sistem transmisi yang digunakan di seluruh wilayah NTT masih menggunakan sistem isolated atau tertutup. Artinya adalah

belum adanya interkoneksi atau terhubungnya sistem satu dengan sistem yang lain. Dengan sistem tertutup tersebut, jika

terjadi pemadaman atau kekurangan pasokan di salah satu sistem, maka pengalokasian pasokan beban masih belum dapat

dilakukan. Dengan adanya permasalahan tersebut, PT PLN (Persero) sedang dan telah membangun jaringan interkoneksi

berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang menghubungkan sistem-sistem yang ada di semua pulau di Provinsi NTT.

Sementara itu, di pulau Sumba telah diresmikan program Sumba Iconic Island sejak 2012. Program Sumba Iconic Island (SII)

merupakan suatu program yang diinisiasi untuk pengembangan Pulau Sumba sebagai Pulau Ikonik Energi Terbarukan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses energi melalui pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan serta

ketersediaan energi yang berasal dari energi baru terbarukan sebesar 100%.

Gambar Boks 5.1. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Sumba

Sumber : PT PLN Provinsi Nusa Tenggara Timur

BOKS 5 LANJUTAN KAJIAN PEMBANGUNAN PROYEK KELISTRIKAN DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH72

Inisiatif tentang Pulau Ikonik Energi Terbarukan sudah dimulai sejak 2010 oleh Kementerian ESDM, bersama-sama dengan

Bappenas dan Hivos, sebuah lembaga non-Pemerintah internasional. Pada November 2012, ADB turut bergabung untuk

mempercepat realisasi inisiatif ini. Pada 2013, Kedutaan Norwegia untuk Indonesia pun telah turut mengambil peran dalam

mendukung pelaksanaan inisiatif Sumba Iconic Island (SII).Saat ini, implementasi pengembangan EBT di Pulau Sumba dalam

kerangka Program SII telah mencapai kapasitas terpasang pembangkit berbasis EBT sebesar 5,87 MW yang terdiri dari

instalasi pembangkit listrik tenaga (PLT) mikrohidro, PLT Surya, solar water pumping, PLT Bayu, biomassa, biogas, tungku

hemat energi dan jaringan distribusi. Sampai dengan 2014, Ditjen EBTKE juga melakukan dukungan terhadap Program SII

dengan melakukan pembangunan infrastruktur EBT, yaitu: 1 unit PLT mikrohidro dengan kapasitas 32 KW; 6 unit PLTS

terpusat; 464 unit PLTS tersebar; 5 unit PLTB; 1 unit PLT biomassa kapasitas 30 KW; 220 unit digester biogas; 2.200 unit tungku

hemat energi yang diserahkan kepada masyarakat.

Kementerian ESDM pada tahun anggaran 2015 akan melakukan pembangunan infrastruktur EBT di Pulau Sumba dari dana

APBN dengan total anggaran sebesar Rp. 114.986.500.000,- untuk mempercepat implementasi Program Sumba Iconic

Island, diantaranya:

Gambar Boks 5.2. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Flores

Sumber : PT PLN Provinsi Nusa Tenggara Timur

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 73

1. Pembangunan PLT Biomasa kapasitas 1 MW yang berlokasi di Sumba Barat;

2. Program Pengembanganan Hutan Energi 1 juta pohon kaliandra, lahan yang disediakan sekitar 100 Ha di Sumba Barat;

3. Revitalisasi digester biogas 85 unit di Sumba Barat Daya;

4. Implementasi mobil listrik di Sumba Timur;

5. PLTMH kapasitas 23 KW di Sumba Timur;

6. PLT bayu di Sumba Barat; dan

7. Penerangan Jalan Umum (PJU) cerdas di Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik sebesar 35.000 MW yang diresmikan pemerintah pada Mei 2015 menjadi proyek

yang strategis ditengah pemadaman listrik yang masih terjadi di wilayah Indonesia khususnya wilayah Timur Indonesia.

Berdasarkan data dari PT PLN (Persero), saat ini kapasitas terpasang nasional sebesar 50.000 MW yang dibangun PLN beserta

swasta sejak PLN berdiri. Dengan proyeksi pertumbuhan 6-7%, dalam lima tahun kedepan dibutuhkan tambahan kapasitas

35.000 MW atau 7.000 MW per tahun.

Pembangunan pembangkit tersebut direncanakan akan dibangun oleh pengembang listrik swasta dan PT PLN (Persero).

Berdasarkan sebaran pembangkit dan jaringan transmisi pada proyek 35.000 MW, perencanaan pembangunan pembangkit

dan transmisi di Provinsi NTT akan dilakukan oleh PT PLN (Persero). Sementara itu, progres pembangunan pembangkit saat ini

(operasi dan on going) memiliki kapasitas total sebesar 408 MW dengan rencana panjang transmisi SUTT 70KV sepanjang

1234 kms serta rencana kebutuhan beban kapasitas Gardu Induk (GI) sebesar 640 MVA. Proyek yang proses pelelangan

pengadaannya akan dibuka tahun ini di NTT adalah PLTU Timor 1 (2x25 MW), PLTP Mataloko (20 MW), dan PLTP Ulumbu 5 (5

MW).

Sistem transmisi yang digunakan di seluruh wilayah NTT masih menggunakan sistem isolated atau tertutup. Artinya adalah

belum adanya interkoneksi atau terhubungnya sistem satu dengan sistem yang lain. Dengan sistem tertutup tersebut, jika

terjadi pemadaman atau kekurangan pasokan di salah satu sistem, maka pengalokasian pasokan beban masih belum dapat

dilakukan. Dengan adanya permasalahan tersebut, PT PLN (Persero) sedang dan telah membangun jaringan interkoneksi

berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang menghubungkan sistem-sistem yang ada di semua pulau di Provinsi NTT.

Sementara itu, di pulau Sumba telah diresmikan program Sumba Iconic Island sejak 2012. Program Sumba Iconic Island (SII)

merupakan suatu program yang diinisiasi untuk pengembangan Pulau Sumba sebagai Pulau Ikonik Energi Terbarukan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses energi melalui pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan serta

ketersediaan energi yang berasal dari energi baru terbarukan sebesar 100%.

Gambar Boks 5.1. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Sumba

Sumber : PT PLN Provinsi Nusa Tenggara Timur

BOKS 5 LANJUTAN KAJIAN PEMBANGUNAN PROYEK KELISTRIKAN DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH72

Inisiatif tentang Pulau Ikonik Energi Terbarukan sudah dimulai sejak 2010 oleh Kementerian ESDM, bersama-sama dengan

Bappenas dan Hivos, sebuah lembaga non-Pemerintah internasional. Pada November 2012, ADB turut bergabung untuk

mempercepat realisasi inisiatif ini. Pada 2013, Kedutaan Norwegia untuk Indonesia pun telah turut mengambil peran dalam

mendukung pelaksanaan inisiatif Sumba Iconic Island (SII).Saat ini, implementasi pengembangan EBT di Pulau Sumba dalam

kerangka Program SII telah mencapai kapasitas terpasang pembangkit berbasis EBT sebesar 5,87 MW yang terdiri dari

instalasi pembangkit listrik tenaga (PLT) mikrohidro, PLT Surya, solar water pumping, PLT Bayu, biomassa, biogas, tungku

hemat energi dan jaringan distribusi. Sampai dengan 2014, Ditjen EBTKE juga melakukan dukungan terhadap Program SII

dengan melakukan pembangunan infrastruktur EBT, yaitu: 1 unit PLT mikrohidro dengan kapasitas 32 KW; 6 unit PLTS

terpusat; 464 unit PLTS tersebar; 5 unit PLTB; 1 unit PLT biomassa kapasitas 30 KW; 220 unit digester biogas; 2.200 unit tungku

hemat energi yang diserahkan kepada masyarakat.

Kementerian ESDM pada tahun anggaran 2015 akan melakukan pembangunan infrastruktur EBT di Pulau Sumba dari dana

APBN dengan total anggaran sebesar Rp. 114.986.500.000,- untuk mempercepat implementasi Program Sumba Iconic

Island, diantaranya:

Gambar Boks 5.2. Rencana Investasi Kelistrikan Pulau Flores

Sumber : PT PLN Provinsi Nusa Tenggara Timur

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH - BAB VI 73

1. Pembangunan PLT Biomasa kapasitas 1 MW yang berlokasi di Sumba Barat;

2. Program Pengembanganan Hutan Energi 1 juta pohon kaliandra, lahan yang disediakan sekitar 100 Ha di Sumba Barat;

3. Revitalisasi digester biogas 85 unit di Sumba Barat Daya;

4. Implementasi mobil listrik di Sumba Timur;

5. PLTMH kapasitas 23 KW di Sumba Timur;

6. PLT bayu di Sumba Barat; dan

7. Penerangan Jalan Umum (PJU) cerdas di Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pemerintah juga terus berupaya mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan khususnya di pulau Flores yang memiliki

potensi energi terbarukan berupa panas bumi, tenaga air, serta energi surya. Sistem kelistrikan di pulau Flores saat ini dipasok

dari beberapa pembangkit telah beroperasi antara lain : PLTD Labuan Bajo, PLTD Ruteng, PLTD Bajawa, PLTP Ulumbu, PLTP

Mataloko. Jaringan transmisi SUTT yang akan beroperasi menghubungkan GI Ende–GI Ropa–GI Maumere, sementara itu

interkoneksi SUTT 70 KV sepanjang pulau Flores sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN

(Persero). Dalam proyek 35000MW pembangkit, beberapa rencana pembangunan pembangkit di pulau Flores adalah PLTA

Wairacang 10MW (2017), PLTP Oka-Larantuka 4x2,5MW (2020), PLTP Aledei-Lembata 2x 2,5MW (2021), PLTU Maumere

2x10MW (2016), serta PLTP Mataloko 2x2,5MW (2018).

Berdasarkan FGD, diskusi, dan pengumpulan data/informasi sekunder (ankedotal) yg dilakukan oleh Bank Indonesia,

beberapa hambatan dan kendala dalam pembangunan kelistrikan dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Permasalahan pembebasan tanah yang masih sering terkendala harga dan status tanah adat sehingga membutuhkan

kooordinasi dan peran serta pemerintah, khususnya pemerintah daerah sebagai pihak yang mampu menjadi mediator

maupun negosiator.2. Proses perizinan khususnya AMDAL yang memerlukan waktu lama, akibat panjangnya birokrasi dalam pengeluaran izin.

Saat ini masih ada 23 tower khususnya di pulau Timor yang masih belum terkoneksi karena masuk dalam wilayah hutan

lindung. 3. Adanya penolakan warga terkait izin menarik kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah pulau Timor yang

menghubungkan 3 gawang transmisi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan dalam rangka mencapai target rasio elektrifikasi, beberapa hal yang telah dan

akan dilakukan antara lain :

1. Program PLTS SEHEN (Super Ekstra Hemat Energi) yang sesuai dengan karakter NTT dengan melimpahnya sinar matahari

sebagai program unggulan oleh PT PLN (Persero)2. Kolaborasi yang lebih kuat antara pihak yang terkait dalam proses perizinan, penjajakan MoU antar Kementerian seperti

Kementerian Kehutanan, Kemenhub dan Pemda.3. Mendukung program Sumba Iconic Island, yaitu program pengembangan listrik berbasis energi terbarukan seperti

mikrohidro, surya, bayu dan biogas di Pulau Sumba.

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH74

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : ... Ringkasan Umum ... Pengungkapan Kasus Pengedaran Uang Palsu di Kabupaten

Pemerintah juga terus berupaya mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan khususnya di pulau Flores yang memiliki

potensi energi terbarukan berupa panas bumi, tenaga air, serta energi surya. Sistem kelistrikan di pulau Flores saat ini dipasok

dari beberapa pembangkit telah beroperasi antara lain : PLTD Labuan Bajo, PLTD Ruteng, PLTD Bajawa, PLTP Ulumbu, PLTP

Mataloko. Jaringan transmisi SUTT yang akan beroperasi menghubungkan GI Ende–GI Ropa–GI Maumere, sementara itu

interkoneksi SUTT 70 KV sepanjang pulau Flores sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN

(Persero). Dalam proyek 35000MW pembangkit, beberapa rencana pembangunan pembangkit di pulau Flores adalah PLTA

Wairacang 10MW (2017), PLTP Oka-Larantuka 4x2,5MW (2020), PLTP Aledei-Lembata 2x 2,5MW (2021), PLTU Maumere

2x10MW (2016), serta PLTP Mataloko 2x2,5MW (2018).

Berdasarkan FGD, diskusi, dan pengumpulan data/informasi sekunder (ankedotal) yg dilakukan oleh Bank Indonesia,

beberapa hambatan dan kendala dalam pembangunan kelistrikan dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Permasalahan pembebasan tanah yang masih sering terkendala harga dan status tanah adat sehingga membutuhkan

kooordinasi dan peran serta pemerintah, khususnya pemerintah daerah sebagai pihak yang mampu menjadi mediator

maupun negosiator.2. Proses perizinan khususnya AMDAL yang memerlukan waktu lama, akibat panjangnya birokrasi dalam pengeluaran izin.

Saat ini masih ada 23 tower khususnya di pulau Timor yang masih belum terkoneksi karena masuk dalam wilayah hutan

lindung. 3. Adanya penolakan warga terkait izin menarik kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah pulau Timor yang

menghubungkan 3 gawang transmisi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan dalam rangka mencapai target rasio elektrifikasi, beberapa hal yang telah dan

akan dilakukan antara lain :

1. Program PLTS SEHEN (Super Ekstra Hemat Energi) yang sesuai dengan karakter NTT dengan melimpahnya sinar matahari

sebagai program unggulan oleh PT PLN (Persero)2. Kolaborasi yang lebih kuat antara pihak yang terkait dalam proses perizinan, penjajakan MoU antar Kementerian seperti

Kementerian Kehutanan, Kemenhub dan Pemda.3. Mendukung program Sumba Iconic Island, yaitu program pengembangan listrik berbasis energi terbarukan seperti

mikrohidro, surya, bayu dan biogas di Pulau Sumba.

BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH74