Kajian Aspek Ekologi dan Ekonomi NYAMPLUNG (Calophyllum ... · Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN...
Transcript of Kajian Aspek Ekologi dan Ekonomi NYAMPLUNG (Calophyllum ... · Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN...
0
BOGOR 2011
Kajian Aspek Ekologi dan Ekonomi NYAMPLUNG
(Calophyllum inophyllum L)
R I T A B U L A N
EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
KAJIAN ASPEK EKOLOGI DAN EKONOMI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.)
Ritabulan
I. PENDAHULUAN
Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir memberikan
dampak yang signifikan pada meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM),
telah mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan
sumberdaya energi terbarukan (renewable resources). Salah satu bentuk energi
alternatif yang saat ini mulai dikembangkan adalah biofuel yang mempunyai
tingkat kelayakan teknologi cukup tinggi.
Energi alternatif dapat diperoleh dari tanaman/nabati. Selama ini telah
ada 30 spesies tanaman di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar (bahan bakar nabati/biofuel), salah satunya adalah tanaman nyamplung
(Callophylum inophylum). Tanaman nyamplung terdapat hampir di semua negara
tropis dan sub tropis. Kayu dari jenis tumbuhan ini umumnya digunakan untuk
kebutuhan konstruksi, furniture, kapal,dan lain-lain. Getah dari kulit kayunya bisa
dijadikan obat untuk kesehatan. Nyamplung sudah dikenal masyarakat sejak
dahulu karena kayunya yang dapat bermanfaat sebagai bahan bangunan dan
bahan baku meubel air, namun belum banyak yang tahu jika buah nyamplung
dapat menghasilkan minyak (biofuel) yang kadar oktannya cukup tinggi dan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar alternatif minyak tanah.
Nyamplung menjadi makin menarik karena kelebihannya sebagai tanaman
bahan biodiesel adalah buahnya yang tidak untuk dikonsumsi, jadi tidak ada
kompetisi untuk mendapatkannya sebagai bahan pangan. Soerwidjaja (2005)
mengemukakan bahwa inti biji dari jenis ini sangat berpotensi penghasil minyak
lemak yang dapat digunakan sebagai minyak bakar.
Menteri Kehutanan telah menetapkan Pemenhut 35/2007 tentang potensi
hasil hutan non kayu dimana 537 jenis non timber forest product (hasil hutan
bukan kayu/HHBK) termasuk nyamplung sebagai komoditi yang dapat
dikembangkan.
Tulisan ini merangkum beberapa informasi dan kajian lengkap tentang
tanaman nyamplung terutama pada aspek ekologi dan ekonominya.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
II. ASPEK EKOLOGI NYAMPLUNG
2.1. Deskripsi Umum
Calophyllum yang berasal dari bahasa Yunani, kalos yang artinya cantik
dan phullon yang artinya daun, merupakan genus dari sekitar 200 spesies
tanaman hijau abadi dari suku Clusiaceae (Wikipedia, 2011), salah satunya yaitu
nyamplung dengan nama ilmiah Calophyllum inophyllum L., Famili Clusiaceae
(Tabel 1). Nama perdagangan nyamplung antara lain : Bintangur, nyamplung
(Indonesia), Alexandrian laurel, Beach mahogany, beauty leaf, oil nut tree
(Inggris); Ponyal (Bangladesh); polanga, pinnai (India); ponnyet, p’hông
(Myanmar); bintangor laut, penaga laut (Malaysia); tamanu, dilo, kamani, kamanu
(Hawaii), portia tree, rekich (Kepulauan Pasifik); palo maria, bitaog (Filipina);
krathing, saraphee naea, naowakan (Thailand); beach calophyllum, poon (Papua
Nugini). Nama daerah yang umumnya dikenal luas oleh masyarakat yaitu :
eyobe (Enggano), nyamplung, (Melayu, Jawa Tengah, Sunda) punaga (Makasar,
Minangkabau), penago (Lampung), camplong/samplong/bentango (Madura, Bali,
Nusa Tenggara Timur), mantan (Bima), bintangur (Sumatera), bentangur
(Kalimantan), bintula (Sulawesi), Pude (Bugis), fitako (Ternate), hatan (Ambon),
pataule, bitaur, capilong, hitaullo (Maluku), dunggala (Gorontalo), dan ilambe
(Buol).
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L).
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo L Malpighiales
Family Clusiaceae (Guttiferae)
Genus Calophyllum
Spesies Calophyllum inophyllum L.
Karakteristik Pohon
Pohon bertajuk rimbun-menghijau (evergreen trees) dengan akar
tunjang. Tinggi pohon dapat mencapai 20-25 m dengan tinggi bebas cabang 4-
10 m, diameter dapat mencapai 150 cm. Batang berkayu berbentuk bulat
dengan percabangan mendatar dan jarang berbanir, kulit batang bagian luar
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan mengelupas besar-besar tipis,
pada kulit kayu terdapat saluran getah berwarna kuning. Daun tunggal bersilang-
berhadapan, berbentuk bulat memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-21 cm, lebar 6-11 cm,
tangkai 1,5-2,5 cm, daging daun seperti kulit/belulang, berwarna hijau. Bunga
majemuk, berbentuk tandan, terletak di ketiak daun yang teratas, berkelamin
dua, diameter 2-3 cm, berjumlah 7-13. Jumlah daun kelopak empat, tidak
beraturan, benang sari banyak, tangkai putik membengkok, dan kepala putik
berbentuk perisai. Daun mahkota berjumlah empat, lonjong dan berwarna putih.
Buah muda berwarna hijau dan yang sudah tua berwarna kekuning-kuningan.
Bila dibiarkan lama, buah akan berwarna seperti kayu, buahnya termasuk
kategori buah batu, bulat seperti peluru dengan mancung kecil di depannya,
diameter antara 2,5-5 cm. Biji berbentuk bulat tebal dan keras, berukuran relatif
besar berdiameter 2,5-4 cm, daging biji tipis dan biji yang telah kering dapat
tahan disimpan selama 1 bulan, inti biji mengandung minyak berwarna kuning
kecoklatan (Bustomi et al. 2008; Yunitasari dan Arani, 2008).
Nyamplung cukup dikenal ole masyarakat karena berkhasiat sebagai obat
reumatik dan urus-urus. Kandungan Kimia yang terdapat dalam tanaman
nyamplung adalah sponin, flavonoid dan tanin. Zuhud (1995) juga
mengemukakan bahwa biji Calophyllum dapat berkhasiat sebagai obat kurap.
Menurut Yunitasari dan Arani (2008), biji nyamplung memiliki banyak kandungan
kimia, seperti senyawa lakton yaitu kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin,
asam tacawahol, bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit, calanolide A,
sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak, tannin, takaferol, dan karatenoid.
Potensi dan Sebaran
Kelompok pohon ini tumbuh mulai dari hutan di pegunungan hingga di
rawa-rawa. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 30 m dan diameternya dapat
mencapai 0,8 m. Daun tanaman ini mengkilap batang pohon ini berwarna abu-
abu hingga putih. Warna kayu pohon ini dapat bervariasi tergantung spesies.
Berdasarkan hasil ekplorasi Zuhud (1995), jenis ini terdapat di hutan Cagar Alam
Tanjung Pangandaran dan pada umumnya jenis ini tumbuh di daerah pesisir
pantai.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Penyebarannya yang merata hampir di seluruh daerah didukung oleh
daya survival tanaman nyamplung yang sangat tinggi. Menurut Bustomi et al.
(2008), potensi sebaran nyamplung terutama pada daerah pesisir pantai di
Indonesia antara lain di Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Kepulauan Seribu,
TN Baluran, TN Ujung Kulon, Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran,
Kawasan Wisata (KW) Batu Karas, Pantai Carita Banten, P. Yapen, Jayapura,
Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak (wilayah Papua), Halmahera dan
Ternate (Maluku Utara), TN Berbak (Pantai Barat Sumatera). Hasil penafsiran
tutupan lahan dari Citra satelit Landsat7 ETM+ seluruh pantai di Indonesia tiap
provinsi (2003), diduga tegakan alami nyamplung mencapai total luasan 480.000
Ha, dan sebagian besar (± 60 %) berada dalam kawasan hutan (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Indikasi Sebaran (Spot) Wilayah Pantai Bertegakan Nyamplung di Indonesia (Bustomi et al.2008)
Kegunaan
Sampai saat ini, bagian pohon nyamplung yang telah dimanfaatkan yaitu
kayu dan bijinya. Tanaman nyamplung tersebut memiliki biji yang berpotensi
menghasilkan minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua. Kandungan
minyaknya mencapai 40-70% dan mempunyai ketahanan bakar dua kali lipat
lebih lama dibandingkan minyak tanah. (Heyne, 1987).
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Nyamplung selain bermanfaat sebagai bahan baku biofuel, kayunya
termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan pembuatan perahu,
balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan dan bahan
kontruksi ringan (Martawidjaja et al., 2005). Getahnya dapat disadap untuk
mendapatkan minyak yang dikenal dengan nama minyak tamanu (Tahiti), minyak
undi (India), minyak domba (Afrika). Bahan aktif dari getah ini diindikasikan
berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya mengandung
senyawa costatolide-A, saponin dan acid hidrocyanic yang berkhasiat sebagai
obat oles untuk sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit,
menyembuhkan luka seperti luka bakar dan luka potong. Bunganya dapat
digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan minyak rambut. Sedangkan
bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk pelitur, minyak rambut
dan minyak urut, berkhasiat juga untuk obat urus-urus dan rematik.
Minyak nyamplung terkait dengan proses awal hingga akhir
pembuatannya dapat memberi berbagai macam kegunaan yaitu :
1. Minyak dari biji nyamplung sebagai bahan baku biodisel.
2. Minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar pencampur minyak
tanah (biokerosine.
3. Metil stearat (stearin) yang dihasilkan dari endapan biodisel setelah
dipadatkan dan dihilangkan racunnya dapat dibuat coklat putih dengan harga
Rp. 20.000,-/kg
4. Limbah pengepresan biji berupa bungkil yang terdiri dari campuran
tempurung, daging biji, dan minyak yang dapat digunakan untuk pembuatan
briket bungkil atau briket arang.
5. Apabila tempurungnya dapat dipisahkan dari limbah, maka tempurung
tersebut dapat dimanfaatkan untuk arang aktif yang daging limbah harganya
tinggi.
Tempurung nyamplung pada aspek yang lain dapat dimanfaatkan seperti
briket arang dengan kualitas yang tidak kalah dibanding bahan pembuat briket
arang yang lain. Tentunya nyamplung memiliki kelebihan terutama karena arang
yang dihasilkan merupakan sumber nabati dari alam. Menurut Wibowo et al.
(2009), uji kualitas arang aktif tempurung nyamplung menggunakan SNI 06-
3730-1995, menunjukkan bahwa kualitas arang aktif tempurung nyamplung
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
terbaik diperoleh pada aktivasi perendaman H3PO4 10% pada temperatur 700
oC selama 120 menit.
2.2. Budidaya Nyamplung
Wibisono et al. (2006) mengemukakan lokasi yang sesuai untuk jenis
tanaman pantai seperti nyamplung adalah lokasi kering, tidak mengalami
genangan (Tabel 2). Oleh karena itu, persemaian jenis tanaman ini dikenal juga
sebagai persemaian darat (terrestrial nursery).
Tabel 2. Persyaratan Persemaian)
KRITERIA PERSEMAIAN TANAMAN PANTAI (PERSEMAIAN DARAT)
Pemilihan Lokasi dan Kondisi Persemaian
Tempat yang rendah
Topografi datar
Bebas dari angin kencang
Dekat dengan lokasi penanaman
Lokasi mudah dijangkau
Dekat dengan tenaga kerja
Dekat dengan sumber media
Tidak terkena pasang surut air laut
Tapak relatif keras
Bebas dari banjir
Sumber air Air tawar
Berasal dari sungai atau sumur
Media yang dipakai Tanah, pasirm kompos
Sumber : Wibisono et al., 2006.
Setiap jenis tanaman memerlukan penanganan yang berlainan, baik
dalam mempersiapkan bibit, penanaman dan pemeliharaannya. Uraian berikut ini
menggambarkan secara singkat dan praktis mengenai teknik silvikultur untuk
budidaya tanaman nyamplung.
1. Pengadaan bibit
Bibit nyamplung sebaiknya disiapkan melalui biji. Selain pelaksanaan
penyemaiannya relatif mudah, bijinya sangat mudah diperoleh di sekitar
pohon induk.
a. Pengunduhan buah
Buah nyamplung yang diambil sebaiknya yang telah matang yaitu telah
berwarna coklat kekuningan. Untuk mendapatkan benih yang baik, buah
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
yang diambil adalah buah yang jatuh dari pohon. Berdasarkan
pengalaman, buah yang telah terkelupas daging buahnya lebih cepat
berkecambah dibandingkan dengan buah yang masih utuh. Pengumpulan
benih dapat menggunakan karung atau jaring sehingga buah langsung
terkumpul dalam jaring tidak menyentuh tanah (Gambar 2). Selanjutnya
buah disimpan sebelum disemaikan.
Gambar 2. Pengunduhan
Benih nyamplung relatif lebih lama kehilangan daya kecambahnya.
Dengan demikian, penyimpanan benih tanaman nyamplung dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih lama. Menurut Kurniaty et al. (2007), Biji yang baik
untuk digunakan sebagai benih berasal dari buah nyamplung yang telah masak
fisiologis. Buah masak dicirikan dengan warna kulit buah berwana kuning
kecoklatan (Gambar 3).
Gambar 3. Buah dan Benih Nyamplung (Foto : Kurniaty et al., 2007).
b. Penyemaian
Buah Nyamplung memiliki kulit yang keras sehingga perlu diberi perlakuan
tambahan untuk mempercepat perkecambahannya. Sebelum
dikecambahkan, buah direndam dalam air selama 2 hari dan diangin-
anginkan. Setelah kering, dilakukan skarifikasi, yaitu proses mengeluarkan
atau memisahkan benih dari kulit benih yang keras. Caranya, buah dipukul
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
secara perlahan sampai kulit buahnya retak tetapi jangan sampai biji di
dalamnya rusak (Gambar 4).
Gambar 4. Biji Nyamplung
Biji selanjutnya dapat di tanam pada polibag dengan media campuran
tanah dan pasir dengan perbandingan 1 : 3. Biji ditanam dengan posisi
horisontal dan dibenamkan hingga ½ bagian bijinya. Bila perlu, diatasnya
ditaburi dengan pasir sehingga biji tidak terlihat. Selanjutnya, polbag
ditempatkan di bedeng sapih yang diberi naungan berat.
c. Pemeliharaan
Penyiraman dan pemberian naungan
Penyiraman bibit dilakukan secara teratur pagi dan sore hari. Air yang
digunakan adalah air tawar yang berasal dari sungai atau sumur yang
berada di dekat persemaian. Pada masa-masa awal perkecambahan,
penyiraman harus menggunakan alat penyiram yang berlubang halus
sehingga butiran airnya tidak mengganggu proses perkecambahannya.
Setelah bibit berdaun minimal 3, penyiraman dapat dilakukan dengan
menggunakan alat siram biasa. Agar tumbuh dengan baik, bibit Nyamplung
sebaiknya diberi naungan dengan intensitas sedang yaitu 50%.
Pengendalian gulma
Rumput-rumput yang tumbuh di sekitar persemaian yang mengganggu
segera dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan.
Pengerasan
Beberapa bulan sebelum ditanam, bibit harus dipersiapkan agar tahan
menghadapi kondisi di lokasi penanaman. Kegiatan ini dikenal dengan
istilah ”pengerasan”. Pengerasan dilakukan dengan cara mengurangi
naungan dan penyiraman secara pelan-pelan sehingga bibit tersebut tahan
tidak disiram dan tidak dinaungi.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
d. Kriteria bibit siap tanam
Umumnya, bibit Nyamplung akan siap tanam setelah dipelihara selama 4 –
5 bulan di persemaian. Bibit yang siap tanam harus memiliki tinggi 30 cm
keatas dengan jumlah daun minimal 6 helai.
2. Pengangkutan
Mengingat jenis ini sesuai untuk ditanam di daerah pantai berpasir dan
sekitarnya, maka alat angkut darat seperti mobil bak dan gerobak adalah yang
paling umum digunakan. Untuk mengefisienkan kegiatan dan menghemat
biaya, bibit dapat ditumpuk maksimal dua tingkat. Apabila dipaksakan lebih
dari dua tingkat, bibit dikuatirkan akan rusak. Sebelum diangkut ke lokasi
penanaman, bibit sebaiknya disiram terlebih dahulu agar kondisinya tetap
segar selama proses pengangkutan. Sedangkan untuk menghindari sengatan
sinar matahari dan terpaan angin selama proses pengangkutan, bibit
sebaiknya ditutup dengan terpal atau paranet. Waktu yang paling tepat untuk
mengangkut bibit adalah sore hari.
3. Penanaman
Lokasi yang sesuai untuk ditanami nyamplung adalah lokasi yang terletak di
belakang pantai berpasir, terutama pada areal yang telah ditumbuhi tumbuhan
herba dan rumput-rumputan. Jarak tanam yang sesuai adalah 4 m x 4 m.
4. Pemeliharaan
Setelah ditanam, bibit seringkali mengalami stres yang ditandai dengan
gugurnya daun. Stres ini diakibatkan oleh sengatan sinar matahari. Karena
itulah maka penyiraman di pagi dan sore hari masih diperlukan bagi bibit yang
baru ditanam. Keberhasilan bibit untuk pulih dan hidup dapat dilihat dengan
munculnya tunas baru pada bibit. Setelah itu, penyiraman tidak perlu
dilakukan lagi. Agar terhindar dari gangguan ternak (misalnya sapi, kambing
atau kerbau), tanaman sebaiknya dilindungi dengan pagar kayu, bambu atau
kawat bronjong. Bahkan daun kelapa dan pandan dapat juga dimanfaatkan
untuk melindungi tanaman dari gangguan ternak.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
III. PENGOLAHAN MINYAK NYAMPLUNG
Biji nyamplung mengandung zat ekstraktif yang tinggi sehingga proses
pengukusan lebih lama dan pemisahan getah (degumming) dilakukan pada
konsentrasi tinggi. Tahapan pengolahan biji nyamplung hingga menghasilkan
minyak nyamplung adalah :
1. Penyimpanan biji
Penyimpanan dilakukan pada biji yang telah dipisahkan dari tempurung dan
telah dikeringkan hingga mencapai kadar air 8-12%. Biji dimasukan kedalam
karung goni dan ditutup rapat. Karung berisi biji nyamplung di simpan didalam
gudang dengan suhu 26-27OC dan kelembapan sekitar 60-70%.
2. Pengeringan biji
Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu : (a) dikeringkan di bawah sinar matahari; (b) digoreng tanpa minyak
(sangrai); dan (c) pengeringan dengan mesin. Pengeringan dilakukan sampai
biji berwarna coklat kemerahan. Pengeringan yang tepat akan menentukan
rendemen minyak yang dihasilkan.
3. Pengepresan biji (Pressing)
Pengepresan dapat dilakukan dengan dua macam mesin pres, yaitu : mesin
pres hidrolik manual dan mesin pres ekstruder (sistem ulir). Mesin pres
hidrolik memerlukan energi listrik yang kecil (1000 watt) karena produksi
minyaknya dalam satu hari juga kecil yaitu 10 liter. Sedangkan mesin pres
ekstruder memerlukan energi listrik hingga 5 KVA dengan produksi minyak
100 liter/hari. Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap
karena mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia di antaranya
alkoloid, fosfatida, karotenoid, dan khlorofil.
4. Degumming
Degumming dilakukan pada suhu 80 oC selama 15 menit, sampai terjadi
endapan. Endapan dipoisah kan, kemudian dicuci dengan air hangat (suhu
60OC) hingga jernih. Selanjutnya air dipisahkan/diuapkan dari minyak dengan
pengeringan vakum pada suhu 80OC agar tidak terjadi reaksi oksidasi.
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari getah/lendir yang terdiri
dari fostatida, protein, karbohidrat, residu, air dan resin. Proses degumming
dilakukan dengan penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b)
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
minyak,sehingga akan terbentuk senyawa fosfasida yang mudah terpisah dari
minyak. Hasil dari proses degumming akan memperlihatkan perbedaan warna
yang jelas dari minyak asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan
(Gambar 5).
Selanjutnya pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel
(Gambar 6), dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut :
a. Esterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis HCL 1%, selama 1 jam.
b. Transesterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis Na OH 1%,
selama satu jam
c. Bila bilangan asam dari minyak yang dihasilkan melebihi standar,
diperlukan proses netralisasi sesuai dengan FFA (asam lemak bebas) yang
tersisa.
Kualitas minyak yang dihasilkan dari proses ini telah mencakup
parameter Densitas, Viskositas Tititk Kabut, Residu Karbon dan Bilangan asam.
Oleh karena itu 100% kualitasnya telah memenuhi SNI.
Hasil penelitian terbaru dengan tahapan pengolahan yang berbeda dari
tahapan di atas, memberikan standar kualitas minyak nyamplung yang lebih baik.
Tahapan pengolahan dari penelitian terbaru adalah sebagai berikut :
a. Pemipilan/pemisahan daging biji dengan tempurungnya;
b. Pengukusan biji tanpa tempurung dilakukan selama dua jam; dan
c. Degumming dilakukan untuk mengendapkan asam fosfat teknis pada
konsentrasi 1% (Bustomi et al., 2008).
Gambar 5. Contoh minyak nyamplung hasil pres (1), hasil deguming (2), gliserol (3), stearin (4) dan biodiesel (5) (Foto : Bustomi et al., 2008)
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Gambar 6. Tahapan Produksi Pengolahan Minyak Nyamplung
Menurut Rachimoellah et al. (2010), proses degumming minyak biji
nyamplung dapat dilakukan melalui proses ultrafiltrasi dengan membrane
polypropylene 0,01 μm. Dari hasil analisa didapatkan bahwa minyak biji
nyamplung hasil degumming hasil ultrafiltrasi ini dapat menurunkan kandungan
gum/ fosfolipid dianalisa sebagai kadar P sehingga menjadi 1,683%. Semakin
tinggi waktu dan TMP, maka kadar fosfor (%) dalam minyak biji nyamplung
semakin rendah. Kadar fosfor terendah adalah sebesar 1,683% pada waktu
kondisi operasi TMP 2 bar dengan waktu 2,5 menit. Semakin tinggi waktu dan
TMP, maka kadar FFA dalam minyak biji nyamplung semakin rendah. Kadar FFA
terendah adalah sebesar 2,244% pada waktu kondisi operasi TMP 2,5 bar
dengan waktu 2,5 menit. Semakin tinggi waktu dan TMP, maka kadar Trigliserida
dalam minyak biji nyamplung semakin tinggi. Kadar trigliserida tertinggi adalah
sebesar 85,636% pada waktu kondisi operasi TMP 2,5 bar dengan waktu 1,5
menit.
SEED
PEELING, STEAMING,
DRYING
EXTRACTION/PRESSING
DEGUMMING
CRUDE OIL TRANSESTERIFICATION
NETRALIZATION
PURIFICATION & DRYING
ESTERIFICATION
BIODIESEL
REFINED OIL
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Menurut Sudradjat et al. (2007), untuk menghasilkan biodiesel dengan
bahan baku minyak nyamplung (Callophyllum inophyllum Linn) yang kualitasnya
sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), salah satu
tahapan pentingnya adalah menurunkan kadar FFA dari minyak nyamplung
sampai sekitar 2% agar proses transesterifikasi dapat berlangsung dengan baik.
Biji nyamplung umumnya berkualitas rendah karena kadar asam lemak
bebasnya (FFA) tinggi, yaitu mencapai 29%. Pada proses transesterifikasi FFA
akan diubah menjadi sabun/gel yang bisa mengurangi rendemen biodiesel
sampai 30%.
Yunitasari dan Arani (2008) dalam penelitiannya melakukan proses
pengambilan minyak biji nyamplung melalui proses kimiawi dengan cara
ekstraksi menggunakan solvent di dalam kolom yang berisi tray, solvent yang
digunakan adalah n-hexane dan n-petroleum, masing-masing variabel diekstraksi
dengan n-hexane yang divariasi dengan jumlah tray dari 6 sampai 10. Begitu
juga dengan n-petroleum. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu kamar dengan
variabel jumlah tray dan pengaruh jenis solvent yang digunakan. Dari hasil
penelitian, menunjukkan bahwa variabel yang menggunakan n-petroleum
memberikan hasil total minyak paling banyak, nilai yield tertinggi, yaitu 55,86%
dan hasil nilai kalor minyak nyamplung yang besar sesuai untuk dijadikan bahan
bakar alternatif pengganti minyak tanah.
Wijaya dan Kurniajati (2009) melakukan penelitian tentang pengambilan
minyak biji nyamplung secara mekanis dan kimia dengan menggunakan alat
pressing dan labu ekstraksi serta tangki ekstraktor berpengaduk. Hasilnya :
1. Diperoleh minyak nyamplung dengan yield maksimal sebesar 60% secara
mekanik dan kimia pada temperature ekstraksi 55oC; F/S 1:5.
2. Diperoleh minyak nyamplung dengan karakteristik densitas rata-rata minyak
pres sebesar 0,92 gr/ml dan minyak ekstraksi sebesar 0,926 gr/ml.
3. Dari hasil uji kalor dari minyak nyamplung didapatkan nilai kalor rata-rata
sebesar 9.279,70 Kcal/Kg untuk minyak pressing dan 9224,45 Kcal/Kg untuk
minyak ekstraksi.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
IV. NILAI EKONOMI NYAMPLUNG
Menurut Bustomi et al. (2008), permintaan terhadap bahan bakar nabati
akan terus meningkat sebagai akibat harga minyak mentah dunia yang terus
meningkat. Jika harga minyak mentah dunia di atas US$ 50 per barrel,
pengembangan biofuel dari berbagai jenis tanaman akan mampu bersaing. Pada
kisaran harga minyak dunia US$ 80 – US$ 100 per barrel, biofuel dari berbagai
jenis tanaman berselulosa tinggi akan menarik untuk dikembangkan.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan bahan bakar nabati, pemerintah
merencanakan penggunaan bahan bakar nabati—bioetanol dan biodiesel—
sekitar 2% dari jumlah konsumsi bahan bakar nasional pada tahun 2010.
Selanjutnya, meningkat menjadi 5% pada 2025 (ESDM, 2006). Konsumsi biofuel
di Indonesia pada 2025 diperkirakan 47 juta kilo liter. Lebih lanjut, diduga bahwa
volume sumber minyak nabati yang diperlukan untuk mencapai target pada 2025
tersebut diperkirakan sedikitnya mencapai 720 ribu kiloliter biodiesel untuk
pengganti solar dan 420 ribu kiloliter bioetanol untuk pengganti bensin pada
tahun 2010.
4.1. Analisis Finansial Pengolahan Biodiesel dari Minyak Nyamplung
Analisis di tingkat industri pengolahan minyak nyamplung didasarkan
pada hasil analisis ditingkat laboratorium, dikarenakan belum adanya industri
pengolahan yang berjalan untuk tujuan komersial. Analisis ini didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Neraca masa produksi biodiesel skala labolatorium sama dengan skala
industri;
2. Kondisi proses optimum pada skala labolatorium sama dengan skala industri;
3. Biaya investasi yang digunakan untuk pendirian usaha baru;
4. Proses pembangunan dimulai pada tahun ke-0 dan pada tahun pertama awal
proyek berproduksi sebanyak 75%, tahun kedua sebesar 90%, dan tahun
ketiga dan seterusnya 100%;
5. Persentase kredit terhadap modal sendiri adalah 70:30;
6. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan pabrik mulai berproduksi
pada tahun ke-1;
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
7. Umur ekonomis proyek adalah 10 tahun disesuaikan dengan umur ekonomis
mesin;
8. Pembayaran angsuran kredit investasi dan kredit modal kerja dimulai pada
tahun ke-1 dengan jangka waktu pembayaran kredit selama 5 tahun dan
tingkat suku bunga 18,3%;
9. Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan nilai sisa
mesin dan peralatan sebesar 10% dari nilai investasi awal;
10. Masa ekonomis bagunan selama 20 tahun, mesin dan peralatan 10 tahun,
peralatan kantor 5 tahun, dan kendaraan 8 tahun;
11. Harga bahan baku dan produk sama selama 10 tahun;
12. Biaya pemeliharaan 2,5%/tahun dari nilai investasi awal;
13. Jumlah produksi dalam satu tahun 300 hari atau 26 hari dalam 1 bulan
selama 12 bulan dengan libur setahun maksimum 12 hari dengan 2 shift
kerja;
14. Kredit modal kerja disediakan untuk 3 bulan proses awal;
15. Biaya investasi dan biaya operasional dianggap konstan berdasarkan harga-
harga yang berlaku pada tahun 2007;
16. Harga jual biodiesel pada tingkat produsen adalah sebesar Rp 6.400,-/liter
dan produk terjual 100%;
17. Harga dari produk samping, yaitu: fraksi padat (stearin dan palmitin) Rp 3.
300,-/liter; gliserol kotor Rp 2.000,-, cangkang biji nyamplung Rp 95,-/kg;
dan ampas biji nyamplung Rp 175,-/kg;
18. Berdasarkan percobaan lab methanol bekas esterifikasi dapat dimanfaatkan
82,70% dari jumlah methanol awal dan methanol bekas transterifikasi dapat
dimanfaatkan 47,9%;
19. Harga mesin dan bahan kimia ditentukan berdasarkan hasil survey pada
pertengahan tahun 2007;
20. Masa pengembalian modal untuk pengolahan biodiesel dinyatakan layak
apabila kurang dari 6 tahun;
21. Perhitungan pajak ditentukan berdasarkan ketentuan berlaku;
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Biaya
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri
dari gaji karyawan, penyusutan, perbaikan dan perawatan, dan administrasi
kantor dan telepon. Sementara biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku,
bahan kimia, tenaga kerja langsung, bahan bakar, dan kemasan. Biaya tetap per
tahun adalah Rp 249.810.414,- dan biaya variable pertahun adalah Rp
3.306.466.174,-. Sementara itu modal kerja yang dibutuhkan untuk operasional
pabrik selama 3 bulan adalah sebesar Rp 740.218.000,-.
Sumber dana investasi dan modal kerja berasal dari pinjaman bank dan sendiri
dengan perbandingan 70:30. Tingkat suku bunga kredit investasi adalah 16 %
dan modal kerja sebesr 18%.
Penerimaan
Perkiraan pendapatan per tahun yang diperoleh mulai tahun ke-3 adalah sebesar
Rp 3.694.759.732,-. Berdasarkan asumsi yang digunakan, laba operasi
maksimum yang diperoleh mulai tahun ke-3 sebesar Rp 408.483.144,-/tahun dan
laba bersih pada tahun ke-3 adalah Rp 164.322.465,-.
Kelayakan investasi
Nilai keuntungan finansial yang akan diterima selama umur proyek ditentukan
nilai NPV proyek, yaitu sebesar Rp 326,7 juta. Pembangunan industri biodiesel
dari minyak nyamplung akan memberikan nilai IRR sebesar 31,9%, dan masa
pengembalian modal selama 6 tahun. Disamping itu, berdasarkan nilai rasio
biaya dan manfaat yang dihasilkan sebesar 2,4; yang artinya bahwa setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan dalam proyek ini akan menghasilkan manfaat sebesar Rp
2,4 (Tabel 3). Kondisi BEP (Break Event Point) untuk skala usaha industri
biodiesel dari minyak nyamplung, yaitu kondisi dimana total benefit terkoreksi
sama dengan total biaya terkoreksi, dicapai apabila skala biodiesel sebesar
69.816,6 kg dan skala gliserol kotor sebesar 14.012,7 kg. berdasarkan asumsi
rendemen yang digunakan pada kondisi BEP diperlukan biji nyamplung
sebanyak 554.980,92 kg biji nyamplung, sehingga akan diperlukan tegakan
nyamplung sebanyak 11.100 batang atau setara dengan 28 ha, dengan
produktivitas 50 kg/pohon/tahun.
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
Tabel 3. Ringkasan hasil analisis finansial industri biodiesel
Kriteria Satuan Nilai NPV Rp 326.707.843,5
IRR % 31,19
Masa pengembalian modal Tahun 6
Net B/C - 2,4
BEP biodiesel Kg 69 .816,6
BEP gliserol Kg 14.012,7
Sumber : Bustomi et al., 2008.
4.2. Analisis Finansial Pengembangan Hutan Rakyat Agroforestri Nyamplung sebagai Sumber Bahan Baku Biofuel
Hasil analisis kelayakan finansial pengembangan hutan rakyat Nyamplung
seluas satu ha dengan suku bunga 15% dalam bentuk hutan rakyat monokultur
adalah NPV sebesar Rp. 17.633.536,- dengan IRR sebesar 24,74% dan BCR
sebesar 2,103. Pengembangan Nyamplung dalam pola agroforestri dengan
tanaman pilihan petani yaitu dengan Sengon, Kelapa, dan Pisang diperoleh NPV
sebesar Rp. 40.242.571,- dengan IRR sebesar 39,86% dan BCR sebesar 2,213.
(Tabel 4). Nilai NPV positif dan IRR yang melebihi dari suku bunga ini
menggambarkan bahwa pengembangan Nyamplung di hutan rakyat layak secara
finansial dan mempunyai prospek yang positif untuk menjadi alternative
pemilihan jenis tanaman bagi petani (Kuswantoro, et al., 2010).
Tabel 4. Analisis Finansial Budidaya Hutan Rakyat Nyamplung Agroforestri No Perihal NPV (Rp) IRR BCR Keterangan
1 Tanpa perubahan 40.242.571 39,86% 2,213 Layak
2 Apabila biaya-biaya naik 20% dari semua
33.609.986 32,88% 1,845 Layak
3 Apabila pendapatan turun 20% dari semula
25.561.472 31,43% 1,771 Layak
Sumber : Kuswantoro, et al., 2010.
4.3. Analisis Energi pada Proses Pembuatan Minyak Nyamplung
Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 liter minyak nyamplung
kasar dengan metode industri adalah 46,671.62 kJ sedangkan jika digunakan
metode laboratorium lebih tinggi yaitu sebesar 343,210.20 kJ. Biaya pokok untuk
memproduksi 1 liter minyak nyamplung dengan metode yang digunakan industri
adalah Rp 3,241/liter sedangkan jika digunakan metode laboratorium lebih mahal
yakni Rp 32,219/liter (Kraftiadi, 2011).
Makalah EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
ritabulan.wordpress.com
V. KESIMPULAN
1. Nyamplung pada tataran kajian aspek ekologis memiliki beberapa
keunggulan yang menjadi alasan kuat bagi prospek pengembangan dan
budidaya nyamplung ke depan. Cakupan kajian mulai dari potensi sebaran,
daya survival, sampai pada manfaatnya bagi kesehatan dan alternatif energi
yang ramah terhadap lingkungan.
2. Pemanfaatan dan pengusahaan tanaman nyamplung ditinjau dari aspek
ekonomi dan finansial juga memberi peluang yang sangat bagus untuk
alternatif usaha yang dapat mendatangkan keuntungan yang maksimum,
mulai dari pengusahaan budidaya tanaman nyamplung dengan agroforestri,
usaha produksi minyak nyamplung, hingga indutsri pengolahan minyak
nyamplung menjadi biodiesel.