kaedah penyelidikan

19
KAEDAH PENYELIDIKAN PENDIDIKAN Penyelidikan pendidikan pada umumnya mengandungi dua ciri utama, yaitu logika dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri utama ini harus dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan fungsional-logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada (a) pemahaman terhadap teori yang digunakan dan (b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti ketika akan memulai kegiatan penyelidikan. Di samping itu pengamatan empiris bertolak dari (a) hasil kerja indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan pemahaman manusia terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan pengamatan empirik harus berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan empiris) harus memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif. Dengan demikian pengamatan empiris harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan logis yang ada. Sebagai contoh: dalam bidang pendidikan menurunnya prestasi siswa dapat diterangkan dengan asumsi bahwa (a) telah terjadi berkurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu di sekolah sebagai akibat dari terbatasnya fasiliti laboratorium dan buku penunjang belajar (b) telah terjadi penurunan rerata nilai ujian untuk matakuliah tertentu, disebabkan guru belum memahami pelaksanaan kurikulum yang berbasis kepada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Penyelidikan pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar konsep yang dijadikan

Transcript of kaedah penyelidikan

Page 1: kaedah penyelidikan

KAEDAH PENYELIDIKAN PENDIDIKAN

Penyelidikan pendidikan pada umumnya mengandungi dua ciri utama, yaitu

logika dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri utama ini harus

dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan fungsional-

logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada (a) pemahaman terhadap teori yang

digunakan dan (b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti ketika akan memulai

kegiatan penyelidikan. Di samping itu pengamatan empiris bertolak dari (a) hasil kerja

indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan pemahaman manusia

terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan pengamatan empirik

harus  berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan empiris) harus

memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif. Dengan demikian

pengamatan empiris harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan logis yang ada. Sebagai

contoh: dalam bidang pendidikan menurunnya prestasi siswa dapat diterangkan dengan

asumsi bahwa (a) telah terjadi berkurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu

di sekolah sebagai akibat dari terbatasnya fasiliti laboratorium dan buku penunjang

belajar (b) telah terjadi penurunan rerata nilai ujian untuk matakuliah tertentu,

disebabkan  guru belum memahami pelaksanaan kurikulum yang berbasis kepada KTSP

(kurikulum tingkat satuan pendidikan).

Penyelidikan pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penyelidikan. Hubungan antar

konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan. Setiap konsep yang kembangkan sebagai

variabel penyelidikan harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada di

lapangan. Sebagai contoh konsep kemampuan mengajar guru, maka indikator empirik

yang dapat diketahui adalah (a) kemampuan penggunaan KAEDAH belajar guru di

dalam kelas (b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas, dan (c)

kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu di kelas.

Hakikat pendidikan untuk mencerdaskan dan mencetak nilai-nilai luhur

mengalami reduksi besar-besaran yang cenderung bertumpu pada kepentingan pragmatis

liberal semata. Dunia dalam percepatan bukan diisi oleh generasi yang mampu

menghadapi perubahan, melainkan lebih pada generasi yang mengabdi pada kekuasaan.

Page 2: kaedah penyelidikan

Arah pendidikan makin jelas menuju pada kepentingan jangka pendek, seolah

anak ditempa menjadi manusia yang harus paham berbagai masalah dengan mengabaikan

kebebasan individunya. Anak diharuskan menjadi pribadi dengan predikat superlatif

(serba cakap-pandai), sedangkan yang tak memenuhinya silakan minggir. Menurut

Benny, ini akibat proses belajar yang terjadi bukan secara humanistik melainkan

doktriner (h.103) sehingga pantaslah pendidikan kita hanya menghasilkan generasi robot,

generasi yang dituntut selalu seragam hingga menafikan perilaku luhur.

Pendidikan memang perlu, tapi esensinya sudah tak penting lagi sehingga yang

dikejar adalah titel selangit.

Singkatnya, salah seorang pelopor pendidikan Indonesia, R.A Kartini, menyebut

perengkuhan pendidikan berarti habis gelap terbitlah terang. Dalam sejarah pendidikan di

Indonesia, KI Hajar Dewantoro sebagai Bapak Pendidikan Nasional sebagai bukti konkrit

lain, bahwa melalui pendidikanlah manusia Indonesia bisa jadi maju dan beradab

sehingga bisa bergaul, sejajar, dan dikenal di antara bangsa-bangsa di dunia.

Dalam prakteknya, pendidikan memang beragam. Beberapa KAEDAH

pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW di antaranya melalui tiga

tingkatan, yakni lisan, tangan, dan hati. Tiga aspek pendidikan ini kemudian dijabarkan

oleh para ahli terori pendidikan dari Barat, misalnya Bloom, dengan pemenuhan aspek-

aspek pengetahuan (cognitive), ketrampilan/skil (psychomotor), dan sikap (affective).

Jelasnya, gabungan tiga aspek inilah yang dikehendaki oleh Islam.

Di bangku sekolah, teori pendidikan dan tujuan pendidikan di atas kelihatannya

rumit sekali. Mahasiswa bisa dibuat puyeng oleh segudang teori pendidikan. Padahal jika

dikaji lebih dalam, kenyataannya tidaklah demikian. Hakekat pendidikan sebenarnya

sederhana dan mudah diterapkan. Pula hasilnya bisa direngkuh.

Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis tentang

prinsip-prinsip yang mengarahkan penyelidikan ilmiah. Dengan demikian, metodologi

dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan sebagai methods atau cara-cara

untuk melakukan penyelidikan.

Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methods ini sering

dikacaukan. Seringkali  dijumpai istilah metodologi atau kaedah penyelidikan, padahal

yang dimaksudkan sebenarnya adalah methods atau cara penyelidikan-sebagai salah satu

Page 3: kaedah penyelidikan

tahap dalam metodologi penyelidikan yang kemudian dituangkan dalam proposal

penyelidikan. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah dalam arti yang

terbatas/sempit.

Sebagai suatu pola, cara penyelidikan tidak bersifat kaku-bagaimanapun, suatu

cara hanyalah alat (tool) untuk mencapai tujuan. Cara penyelidikan digunakan secara

bervariasi, tergantung antara lain pada obyek (formal) ilmu pengetahuan, tujuan

penyelidikan, dan tipe data yang akan diperoleh. Penentuan cara penyelidikan

sepenuhnya tergantung pada logika dan konsistensi peneliti.

Pembuatan usulan penyelidikan merupakan suatu langkah konkret pada tahap

awal penyelidikan. Seorang guru yang baru meneliti atau ingin meneliti, dalam hal ini

ingin memperoleh informasi dari instrumen yang digunakan. Guru harus memiliki

sejumlah keterampilan khusus. Demikian pula, penyelidikan itu sedapat mungkin

ditujukan untuk memecahkan suatu masalah pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat,

negara, dan ilmu.

Sebagai suatu proses, penyelidikan memperlukan tahapan-tahapan tertentu yang

oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang lazimnya diawali dengan:

1.  pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);

2.  pembuatan desain penyelidikan;

3.  pengumpulan data;

4.  pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi hasilnya.

Dalam kenyataannya, seorang penyelidik dapat mengakhiri penyelidikannya

setelah interpretasi hasil. Akan tetapi, proses penyelidikan sendiri tidak berhenti pada

tahap itu. Ada kemungkinan bahwa penyelidikan yang dilakukan tidak membawa hasil

sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini penyelidik perlu melakukan revisi atas

asumsi/ hipotesisnya dengan melewati tahap pertama. Atau, mungkin juga

asumsi/hipotesisnya benar tetapi terdapat kesalahan pada hal-hal lain, misalnya kesalahan

dalam penentuan sampel, kesalahan dalam penentuan sampel, kesalahan dalam

pengukuran konsep-konsep, atau ketidaktepatan analisis data. Maka dalan hal ini

penyelidik harus mengulang seluruh proses penyelidikannya (Bailey, 1982:10). Pendapat

ini memperkuat posisi, bahwa pelaksanaan penyelidikan bersifat dinamis: yaitu

Page 4: kaedah penyelidikan

penyelidikan yang bersifat terbuka, dilakukan dengan pelbagai pendekatan yang tidak

kaku (rigit). Proses penyelidikan diketahui adalah proses yang dinamis, artinya

perkembangan suatu teori diawali dengan pemahaman terhadap teori itu sendiri, yang

kemudian menghasilkan hipotesis, lalu dari hipotesis itu diperoleh cara untuk melakukan

observasi, dan pada gilirannya observasi itu menghasilkan generalisasi. Atas dasar

generalisasi inilah teori itu mungkin didukung atau ditolak.

Pada hakekatnya sebuah penyelidikan adalah pencarian jawaban dari

pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh penyelidik. Selanjutnya hasil

penyelidikan akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya

penyelidikan. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan

dan analisis data dengan menggunakan KAEDAH tertentu. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa satu ciri khas penyelidikan adalah bahwa penyelidikan merupakan

proses yang berjalan secara terus-menerus hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam

bahasa inggris yaitu research, yang berasal dari kata re dan search yang berarti pencarian 

kembali.

Biasanya, begitu seorang penyelidik mendapatkan idea adanya masalah atau

pertanyaan tertentu, maka pada saat itu juga seorang peneliti mungkin sudah mempunyai

jawaban sementara atas masalah itu. Dengan demikian seorang peneliti harus berfikir :

Apakah masalah  yang sedang terjadi, apakah pertanyaan  yang ingin dicari jawabnya,

atau apakah hipotesis yang akan diuji. Dalam melakukan penyelidikan, berbagai macam

KAEDAH digunakan seiring dengan rancangan penyelidikan yang digunakan. Beberapa

pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun  rancangan penyelidikan diantaranya

adalah: Pendekatan apa yang akan digunakan, kaedah penyelidikan dan cara

pengumpulan data apa yang dapat digunakan dan bagaimana cara menganalisis data yang

diperoleh.

Yang perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara

pendekatan yang sesuai, dan akhirnya akan menentukan cadangan penyelidikan. Saat ini

berbagai macam rancangan penyelidikan telah dikembangkan dan salah satu jenis

rancangan penyelidikan adalah Penyelidikan Deskriptif.  Berbagai macam definisi

tentang Penyelidikan deskriptif, di antaranya adalah Penyelidikan yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa

membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang

lain (Sugiyono : 2003). Pendapat lain mengatakan bahwa, Penyelidikan deskriptif

Page 5: kaedah penyelidikan

merupakan Penyelidikan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

Penyelidikan dilakukan (Suharsimi Arikunto : 2005). Jadi tujuan penyelidikan deskriptif

adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-

fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penyelidikan

deskriptif sebenarnya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau

komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. Namun demikian, dalam

perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang sudah

berlangsung sebuah Penyelidikan deskriptif juga dirancang untuk membuat perbandingan

maupun untuk mengetahui hubungan atas satu angkubah kepada angkubah lain. Karena

itu pula penyelidikan perbandingan dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok

penyelidikan deskriptif (Suharsimi Arikunto : 2005).

Secara lebih mendalam tujuan penyelidikan korelasi  adalah untuk mengetahui

sejauh mana hubungan antar angkubah yang dikaji. Penyelidikan jenis ini memungkinkan

pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf

atau tinggi rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak ada saling hubungan

tersebut. Dalam Penyelidikan komparatif akan dihasilkan informasi atau maklumat

mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan, diantaranya apa sejalan dengan apa, dalam

kondisi apa, pada urutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.

Dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis penyelidikan yang

diharapkan adalah Penyelidikan yang memiliki dampak terhadap pengembangan

profesi guru dan peningkatan mutu pembelajaran. Untuk itu walaupun penyelidikan

yang dilakukan merupakan penyelidikan deskriptif yang bersifat ex post facto, namun

tetap harus mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan

masalah dalam pembelajaran (Suhardjono: 2005). Upaya tersebut dapat berupa

penggunaan KAEDAH pembelajaran yang baru, KAEDAH penilaian atau upaya lain

dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan

mutu pembelajaran. Dilihat dari syarat penyelidikan deskriptif yang sesuai dengan

kegiatan pengembangan profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang telah dilakukuan),

sebenarnya penyelidikan seperti itu dapat dikategorikan sebagai jenis penyelidikan Pre

Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono: 2003). Namun demikian, karena pelaksanaan penyelidikan dilakukan setelah

kejadian berlangsung maka tetap dapat dikatakan sebagai penyelidikan deskriptif. Lebih

Page 6: kaedah penyelidikan

tepatnya, rancangan penyelidikan seperti itu dapat disebut penyelidikan deskriptif

analitis yang berorientasi pemecahan masalah, karena sesuai dengan aplikasi tugas

guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran.

Ilustrasi

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Encik Sahid seorang guru

Fizik SMK. Dia mempunyai masalah di kelas berkenaan karena siswanya sering gaduh

dan malas dalam mengikuti pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan

siswanya agar mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk

itu dia berfikir untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau

mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba

menerapkan metoda pembelajaran dengan KAEDAH penemuan/inkuiri ditambah

penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah

pembelajaran tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan KAEDAH tersebut yang ternyata mampu

menarik siswanya sehingga mahu mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari

sebelumnya. Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala perlakuan siswa,

mana hal-hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang kurang

menarik siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah

KAEDAH tersebut diterapkan.

Karena keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam

tentang sebab-sebab siswa tidak tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti

pelajaran. Dia mulai menanyai (wawancara) siswanya tentang apa yang membuat

menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak

perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang dimaksudkan untuk

mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap KAEDAH pembelajaran yang

diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian

dilakukan analisis dan pembahasan tentang penyebab ketidaktertarikan dan penyebab

ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa bergairah dan sebagainya. Selanjutnya

pak Sahid menuliskan segala pengalamannya dalam bentuk laporan penyelidikan,

dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis mulai dari latar

Page 7: kaedah penyelidikan

belakang mengapa dia menerapkan KAEDAH pembelajaran baru, rumusan masalahnya,

landasan teori dan kaedah penyelidikan yang digunakan.

Demikian tadi, pak Sahid sudah melakukan penyelidikan deskriptif analitis

tentang upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses

pembelajaran di knik analisis/pembahasan dan akhirnya menyusun kesimpulan hasil

penyelidikan.

Sebuah penyelidian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang

dimaksud masalah adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang

ingin memecahkannya. Jadi sebuah masalah harus dapat dirasakan sebagai satu

hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan sesuatu. Dalam arti lain sebuah

masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan dengan yang

seharusnya. Penyelidikan diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata

lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan

ini penting, karena berdasarkan rumusan tersebut akan ditentukan KAEDAH

pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis dan peyimpulan hasil penyelidikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu: Sebaiknya

dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk tentang

memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-

teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis penyelidikan yang akan

dilakukan itu. Hal lain yang lebih penting makna dari penelaahan kepustakaan adalah

untuk memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti, karena kita sadari bahwa

semua informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun hasil

penyelidikan para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu (a) sumber acuan umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-

konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum, yaitu

kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, dan sejenisnya. Generalisasi-

generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penyelidikan terdahulu itu pada

umumnya seperti jurnal, tesis, disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat

Page 8: kaedah penyelidikan

laporan hasil penyelidikan. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber

bacaan itu ialah (a) prinsip kemutakhiran  dan (b) prinsip relevansi.

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas maka diperkirakan

selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam

hubungan yang letak-letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas.

Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi dasar atau anggapan

dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam melaporkan hasil

penyelidikan nanti. Untuk sebuah penyelidikan deskriptif yang bertujuan

mendeskripsikan gejala yang ada maka setelah ditetapkan anggapan dasar maka

dapat langsung melangkah pada identifikasi variabel. Namun untuk penyelidikan

deskriptif yang akan dilanjutkan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antar

variabel, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penyelidikan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah mengenai hipotesis nol. Hipotesis nol,

yang biasa dilambangkan dengan Ho, adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya

saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak

adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lainnya. Di dalam

analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran

hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif, yang

biasa dilambangkan dengan Ha, yang menyatakan adanya saling hubungan antara dua

variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada

kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistik berupa

penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.

Selanjutnya perlu dilakukan identifikasi variabel dan variabel-variabel tersebut

perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena

definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk

digunakan.Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel

kuantitatif misalnya banyaknya siswa dalam kelas, jumlah alat praktikum yang

disediakan dan sejenisnya. Contoh variabel kualitatif misalnya kedisiplinan siswa,

keseriusan guru dalam mengajar, dan sejenisnya. Berkaitan dengan kuantifikasi, data

biasa digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

Page 9: kaedah penyelidikan

(1) data nominal;

(2) data ordinal;

(3) data interval; dan

(4) data ratio.

Demikian pula variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan cara yang

sama. Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses

penggolongan, contoh : jenis kelamin, status perkawinan, dan sejenisnya.  Variabel

ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu.

Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu

dibawahnya diberi angka 3, dan dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh :

hasil lomba cerdas cermat, peringkat siswa di kelas, dan sejenisnya. Variabel interval,

yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu

diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh : variabel interval

misalnya prestasi belajar, sikap terhadap KAEDAH pembelajaran, dan sejenisnya.

Variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya memiliki angka nol mutlak.

Dalam hal subyek peneltian, maka peneliti dapat memilih apakah akan meneliti

populasi atau sampel. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penyelidikan, maka penyelidikannya merupakan penyelidikan populasi.

Studi atau Penyelidikan

Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya

dilakukan pengumpulan data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di

kelasnya sendiri. Dalam hal rancangan penyelidikan deskriptif aplikatif, maka

pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan quisioner (bagi pelajar SMK)

atau temubual (bagi siswa Tadika atau Sekolah rendah) dan data yang dikumpulkan

misalnya tentang tanggapan siswa atas KAEDAH pembelajaran baru yang telah

dilakukan guru atau hasil observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan

pembelajaran dengan KAEDAH baru. Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah

nilai hasil belajar siswa, yang diperoleh dari KAEDAH dokumentasi, dan keaktifan

siswa, yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Page 10: kaedah penyelidikan

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan

pengolahan data. Pertama-tama data itu diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya.

Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya serta data yang kurang lengkap digugurkan

atau dilengkapi sesuai aturan. Selanjutnya data yang lolos seleksi tersebut disajikan

dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta

analisis selanjutnya.   

Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, untuk data kuantitatif (data

dalam bentuk bilangan) dianalisis secara statistik, untuk data yang bersifat kualitatif

(deskriptif kualitatif) dilakukan analisis non statistik. Data deskriptif kualitatif sering

hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya analisis seperti ini juga disebut analisis isi

(content analysis). Dalam analisis deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel data yang

berisi frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus, persentase, standar

deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai

dengan rancangan penyelidikannya. Apabila penyelidikan yang dilakukan guru hanya

berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan  masalah yang telah dilakukan

(untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data hasil wawancara,

angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis atau dibahas dan

diberi makna atas data yang disajikan tersebut. Tetapi apabila penyelidikan juga

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan maka harus dilakukan pengujian

hipotesis sebagaimana hipotesis yang telah ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik

yang dilakukan adalah uji hubungan, maka akan diperoleh hasil uji dalam dua

kemungkinan, yaitu hubungan antar variabel-variabel penyelidikan atau perbedaan antara

sampel-sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau 10%.,

atau dapat terjadi hubungan antar variabel penyelidikan atau perbezaan antara sampel

yang diteliti tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil pengujian diketahui bahwa

hipotesis alternatif diterima (hipotesis nol ditolak) berarti menyatakan bahwa dugaan

tentang adanya saling hubungan atau adanya perbedaan diterima sebagai hal yang benar,

karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam kemungkinan hasil yang kedua

dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, maka berati hipotesis nol

yang diterima. Dengan telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau

penolakan hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa

pelaksanaan penyelidikan masih belum selesai, karena hasil keputusan tersebut masih

harus diberi interprestasi atau pemaknaan.

Page 11: kaedah penyelidikan

Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual,

untuk itu selanjutnya perlu diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering

kali hasil pengujian hipotesis penyelidikan didiskusikan atau dibahas dan kemudian

ditarik kesimpulan. Dalam penyelidikan dipastikan seorang peneliti mengharapkan

hipotesis penyelidikannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian yang

terjadi, maka kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap

harus dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penyelidikan itu ternyata tidak

tahan uji, yaitu ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena

peneliti harus mengekplorasi dan mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin

menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis penyelidikan. Akhirnya dalam kesimpulan

harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangan sampai antara

masalah penyelidikan, tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dan kesimpulan

tidak ada runtutan yang jelas. Apabila penyelidikan mengikuti alur atau sistematika

berpikir yang runut seperti itu maka penyelidikan akan dapat dikatakan telah memiliki

konsistensi dalam alur penyelidikannya.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa program bimbingan difokuskan pada tiga

jenis karya ilmiah, yaitu penyelidikan deskriptif, penyelidikan eksperimen dan

penyelidikan tindakan kelas. Dalam kaitannya dengan penilaian angka kredit guru

terhadap penulisan karya ilmiah, maka salah satu kriteria karya tulis ilmiah adalah Asli,

Perlu, Ilmiah, dan Konsisten (Suharjono, 2006). Jadi yang perlu diperhatikan bahwa

karya tulis ilmiah tersebut harus asli buatan sendiri (bukan dibuat orang lain), perlu atau

bermanfaat untuk pengembangan profesi guru, ilmiah dalam arti sesuai kaidah keilmuan

dan penulisan ilmiah, serta konsisten dalam hal bidang yang diteliti, yang diantaranya

meliputi kesesuaian dengan tugas guru yaitu bidang pendidikan khususnya pembelajaran,

dan sesuai dengan latar belakang guru yang bersangkutan.

Sehubungan dengan kriteria di atas, maka yang berkaitan dengan nilai

kemanfaatan adalah keharusan adanya tindakan yang bermanfaat atau upaya yang

dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan demikian, jenis

karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah jenis penyelidik tindakan

kelas dan penyelidikan eksperimen. Dengan demikian meskipun jenis penyelidikan

deskriptif diperbolehkan, namun tetap harus memiliki nilai manfaat untuk pengembangan

profesinya. Jadi tidak boleh hanya penyelidikan yang sifatnya mendeskripsikan kejadian

yang ”biasa” terjadi, misalnya (yang banyak ditulis dan ditolak/tidak diberikan angka

Page 12: kaedah penyelidikan

kredit) : Hubungan Antara Kondisi Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,

Kaitan antara Kurikulum dengan Motivasi Belajar Siswa, Peranan Perpustakaan Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dan sejenisnya. penyelidikan tentang hal itu

memang termasuk penyelidikan yang bersifat ilmiah, tetapi kurang bermanfaat dalam hal

pengembangan profesi guru. Agar penyelidikan deskriptif tetap memiliki nilai manfaat

yang tinggi maka materi yang diangkat sebaiknya tetap berupa deskripsi atau telaah

tentang tindakan yang dilakukan atau upaya yang telah dilakukan oleh guru (si penulis

sendiri) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Supaya lebih jelas di sini dikutip

pendapat Suhardjono (2006) dalam hal karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi

persyaratan dalam hal kemanfaatan:

”(a) Masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan

permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis.

 (b) Masalah yang ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam

peningkatan/pengembangan profesinya.

 (c)   Masalah yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya,

telah jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya, dan merupakan hal yang mengulang-

ulang.”     

Selain hal di atas, agar sebuah karya tulis ilmiah benar-benar meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut benar-benar dilakukan, maka harus dilampirkan beberapa hal yang berkaitan dengan penyelidikan seperti instrumen (pedoman temubual, pedoman observasi, angket, test hasil relajar dll),  contoh hasil kerja siswa, data hasil penyelidikan,  print-out analisis, daftar hadir, izin penyelidikan, serta bukti lain yang dipandang perlu.

http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Pendidikan.html